Tim Penyusun
2
Daftar Isi
3
BAB I PENDAHULUAN
A. PENGANTAR
I. Pendahuluan;
II. Dasar hukum penilaian properti khusus bandar udara yaitu peraturan
perundang-undangan yang dijadikan dasar hukum dan pedoman bagi
penilai dalam melakukan penilaian bandar udara;
III. Kumpulan definisi yaitu kumpulan istilah-istilah dan pengertiannya
yang sering dijumpai dalam melakukan penilaian bandar udara;
IV. Gambaran umum yaitu bagian yang menjelaskan bandar udara secara
umum sebagai pengantar bagi penilai sebelum melakukan penilaian
bandar udara sehingga penilai mempunyai pengetahuan dasar tentang
bandar udara seperti sejarah tentang pesawat terbang dan bandar udara
pertama, klasifikasi bandar udara, kepemilikannya, dan lain-lain;
V. Ruang lingkup penilaian yang tujuannya membatasi penilaian atas
bandar udara sehingga tidak terjadi over lapping dengan bidang
penilaian lainnya seperti penilaian real properti atau penilaian usaha;
VI. Persiapan penilaian bandar udara yang tujuannya memberikan
gambaran kepada penilai hal-hal apa yang perlu dipersiapkan sebelum
turun ke lapangan termasuk persiapan administratif dan persiapan
teknis penilaian;
VII. Pelaksanaan penilaian;
VIII. Metode penilaian;
IX. Pembuatan laporan;
X. Penutup.
4
Standar Penilaian Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
yang mengatur tentang penilaian.
Buku pedoman ini dapat terselesaikan dengan bantuan banyak pihak
dan banyak sumber, untuk itu pada kesempatan ini kami tim penyusun buku
pedoman mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya buku pedoman ini. Dan tentu saja setiap buah
karya manusia, tidak ada yang sempurna, oleh karena itu diharapkan
kesediaan semua pihak untuk memberikan kritik, saran, masukan dan
perbaikan atas segala kekurangan yang ada pada buku pedoman ini untuk
perbaikan pembuatan buku pedoman yang lebih sempurna. Akhir kata,
kiranya buku pedoman penilaian bandar udara ini ada manfaatnya.
5
B. DASAR HUKUM PENILAIAN PROPERTI KHUSUS BANDAR UDARA
6
(16) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2006 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Keuangan;
(17) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.01/2006 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;
(18) Keputusan Menteri Perhubungan No. 43 tahun 2005
(19) Pedoman Pembuatan Laporan K euangan Pemerintah Pusat (LKPP)
Peraturan atau kebijakan lain yang terkait dengan penilaian bandar udara
yang juga harus dicermati oleh penilai, antara lain :
Kebijakan transportasi udara, untuk di Indonesia ditentukan oleh
Departemen Perhubunan cq. Dirjen Perhubungan Udara.
Untuk skala internasional pengaturan kebijakan penerbangan sipil adalah
International Civil Aviation Organization (ICAO) yang berkedudukan di
Montreal Canada sedangkan untuk pengaturan bandar udara secara
internasional dilakukan oleh International Civil Airport Association (ICAA)
berkedudukan di Paris, Perancis.
Dalam melakukan penilaian bandar udara, penilai juga harus memahami
tentang perencanaan bandar udara, khususnya harus dapat memahami
tentang desain dan pengembangan bandar udara (master plan) dikaitkan
dengan klasifikasi maupun konfigurasi bandar udara dan Tata guna lahan
bandar udara (airport zoning).
Jika satu dan lain hal dalam Buku Pedoman ini terjadi pertentangan
dengan satu atau lebih peraturan perundang-undangan di atas maka
dikembalikan kepada asas hukum tentang hirarki peraturan perundang-
undangan.
7
C. KUMPULAN DEFINISI
8
(15) Kelaikan udara adalah terpenuhinya persyaratan minimum kondisi pesawat
udara dan/atau komponen-komponennya untuk menjamin keselamatan
penerbangan dan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.
9
disebutkan lebih lanjut dalam bagian-bagian berikutnya, seperti peralatan
pendukung komunikasi, peralatan alat bantu pendaratan, dll, guna
keselamatan penerbangan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan,
10
D. GAMBARAN UMUM
11
yang unik (unique properties) yaitu merupakan suatu business enterprise dan
real estate investment yang lengkap serta dapat berdiri sendiri, akan tetapi
tetap merupakan infrastruktur publik.
12
4.2.1. Klasifikasi Bandar Udara Berdasarkan Fungsinya
a. Bandar Udara Internasional
1. Melayani angkutan langsung para penumpang dan barang dari/ke luar
negeri. Bandar udara ini juga merupakan tempat transit untuk menuju
ke tempat lain.
13
Jalan khusus untuk pesawat yang digunakan untuk berangkat
(take off) dan mendarat (landing).
3. Taxiway
Jalan khusus untuk pesawat (jalan penghubung) antara runway
(landasan pacu) dan appron (landasan parkir).
4. Appron (Landasan Parkir)
Daerah antara runway (landasan pacu) dengan bangunan terminal
atau hangar yang digunakan untuk parkir pesawat, sebagai
tempat untuk menaikkan atau menurunkan penumpang, barang
atau untuk perbaikan pesawat.
5. Turning Area
Daerah akhir dari runway yang digunakan untuk perputaran
pesawat. Konstruksi yang digunakan sama dengan konstruksi
untuk runway.
6. Paved Shoulders (Bahu Jalan)
Perkerasan di sebelah runway dan taxiway yang berfungsi sebagai
jalur dalam keadaan darurat.
7. Glide Slope
Beberapa pondasi dengan lampu-lampu yang dibangun di sebelah
runway yang berfungsi sebagai penunjuk pada saat pesawat akan
landing.
8. Midle Marker
Ruang teknik dengan radar yang dibangun di depan runway yang
berfungsi sebagai penunjuk pada saat pesawat menuju runway.
9. Terminal
Bangunan utama dengan fasilitas lengkap untuk melayani arus
penumpang dan bagasi. Di dalam terminal terdapat ruangan-
ruangan untuk :
- Tempat untuk kedatangan atau keberangkatan penumpang;
- Tempat untuk pengecekan keberangkatan;
- Pemeriksaan barang-barang bawaan;
- Ruang tunggu untuk penumpang yang akan berangkat;
- Kantor-kantor perusahaan penerbangan;
- Kantor Bea dan Cukai;
- Pertokoan.
10. Bangunan-bangunan pendukung lain yang berada baik di dalam
maupun diluar areal bandar udara yang sifatnya mendukung
pelaksanaan lalu lintas pesawat udara yang akan mendarat dan
tinggal landas pada sebuah bandar udara.
11. Fasilitas-fasilitas bandar udara sebagaimana diatur dengan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 43 Tahun 2005 yaitu:
14
1. Peralatan Komunikasi Antar Stasiun Penerbangan (Aeronautical
Fixed Services/AFS).
Komunikasi Antar Stasiun Penerbangan, yaitu hubungan/
komunikasi antara tempat-tempat yang tetap dan tertentu (point-to-
point). Peralatan-peralatan yang digunakan adalah :
a. Automatic Message Switching Centre (AMSC)
Sarana komunikasi teleprinter antar unit-unit ATS (point to
point) dengan memakai sistem transmisi satelit (VSAT), dimana
berfungsi sebagai pengontrol berita.
b. Teleprinter Machine
Peralatan komunikasi yang digunakan untuk mengirim dan
menerima berita-berita penerbangan dalam bentuk berita
tertulis, dimana peralatan ini terhubung dengan suatu jaringan
yang mencakup seluruh dunia yang ditetapkan berdasarkan
ketentuan ICAO (Aeronautical Fixed Telecommunication
Network/AFTN).
c. HF SSB Transceiver
Peralatan komunikasi yang digunakan untuk melakukan
pertukaran berita penerbangan melalui suara (untuk koordinasi
antar unit-unit ATS/Air Traffic Services), dalam bentuk Single
Side Band.
d. Very Small Aperture Terminal (VSAT).
Fasilitas transmisi dimana pemancar dan penerimanya pada
frekuensi yang berbeda sehingga komunikasi dapat berlangsung
secara full duplex dengan menggunakan media satelit.
e. Radio Link
Suatu pemancar dan penerima dengan frekuensi yang berbeda
sehingga komunikasi dapat berlangsung secara full duplex.
Dalam system Transmisi dengan Radio Link, data awal dirubah
oleh suatu interface/modem kemudian dimodulasikan ke
pemancar dan oleh penerima diproses sebaliknya.
f. Direct Speech
Peralatan komunikasi yang digunakan untuk melakukan
pertukaran berita secara langsung khusus untuk koordinasi
antar unit–unit Air Traffic Services (ATS).
g. ATS Message Handling System (AMHS)
Sistem di dalam ATN yang digunakan untuk menggantikan AFTN
(suatu struktur jaringan hubungan komunikasi seluruh dunia
yang ditetapkan berdasarkan ketentuan ICAO (Annex 10,
Volume II), dimana berita secara tertulis (printed) disimpan dan
disalurkan dengan menggunakan prosedur yang berorientasi
15
pada karakter) dalam melakukan pertukaran berita-berita
penerbangan.
h. ATN System (Ground – Ground)
Jaringan global yang menyediakan komunikasi digital untuk
sistem automasi yang mencakup Air Traffic Service
Communication (ATSC), Aeronautical Operational Control (AOC),
Aeronautical Administrative Communication (AAC) dan
Aeronautical Passenger Communication (APC).
i. HF Data Link
Untuk komunikasi darat - udara, digunakan di daerah oceanic
dan ruang udara dengan lalu lintas sedikit. Kombinasi
penggunaan HF Data Link dengan AMSC akan meningkatkan
availabilitas (karena dual redundant).
2. Peralatan Komunikasi Lalu Lintas Penerbangan (Aeronautical
Mobile Services/AMS).
Komunikasi Lalu Lintas Penerbangan, yaitu hubungan/komunikasi
timbal balik antara pesawat udara dengan unit – unit ATS di darat.
Peralatan–peralatan yang digunakan adalah :
a. High Frequency Air/Ground Communication (HF A/G)
Peralatan tranceiver (pemancar dan penerima) yang digunakan
untuk komunikasi antara pilot (pesawat udara) dengan unit –
unit ATS (FSS, FIC) dalam bentuk suara yang bekerja pada
frekuensi HF. Ditujukan untuk melayani suatu daerah tertentu
yang dibagi atas 2 (dua) wilayah, yaitu:
1) RDARA (Regional and Domestic Air Route Area), untuk
pelayanan penerbangan domestik, dengan menggunakan
pemancar sebesar 1 KW atau lebih kecil.
2) MWARA (Major World Air Route Area), untuk pelayanan
penerbangan International, dengan menggunakan pemancar
sebesar 3 – 5 KW.
16
ditempatkan di daerah pegunungan atau di daerah dataran
tinggi. Selanjutnya dibangun stasiun radio untuk penempatan
peralatan dimaksud, sehingga dapat menjangkau daerah yang
sangat luas sesuai kebutuhan.
d. ATIS
Fasilitas di bandara – bandara yang broadcast (secara terus –
menerus menyiarkan) informasi – informasi penting seperti
cuaca, R/W in use & terminal area. Rekaman informasi yang
dibroadcast secara terus menerus (30 menit sekali di upgrade)
ini membantu untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi
beban kerja ATC dengan repetitive transmisi untuk informasi
penting secara rutin.
e. Voice Switching and Control System (VSCS)
Mengorganisir semua komunikasi yang berhubungan dengan
tugas ATC menggunakan tombol simulasi pada layar sentuh.
f. Recorder
Perangkat perekam yang dihubungkan dengan seluruh
perangkat komunikasi yang ada, sehingga proses pengendalian
penerbangan yang dilaksanakan oleh petugas pengontrol
penerbangan selalu ada bukti jika suatu saat diperlukan.
g. VHF Data Link
Atau disebut VDL, menggunakan protokol Bit Oriented dan
memakai model referensi OSI (Open Systems Interconnection),
dirancang sebagai subnetwork dari ATN untuk komunikasi
digital aeronautika guna kebutuhan Air Traffic Service/ATS dan
Airline Operation Centre/AOC.
h. Mode S
Format Mode S tersedia 24 bit untuk menyatakan alamat dari
pemakai. Berarti dengan kombinasi 24 bit tersebut dapat
melayani 16.777.216 pemakai. Sehingga diharapkan dapat
memberikan system surveillance untuk terminal area dan ruang
udara kontinental yang sangat padat.
i. ATN System
Adalah jaringan global yang menyediakan komunikasi digital
untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi yang bertambah
dari pelayanan komunikasi air traffic, kontrol operasi
penerbangan dan komunikasi adminitrasi penerbangan.
17
B. Fasilitas Navigasi dan Pengamatan, adalah salah satu prasarana
penunjang operasi bandara, dibagi menjadi dua kelompok peralatan,
yaitu:
1. Pengamatan Penerbangan
2. Rambu Udara Radio
18
a. Non Directional Beacon (NDB)
Fasilitas navigasi penerbangan yang bekerja dengan menggunakan
frekuensi rendah (low frequency) dan dipasang pada suatu lokasi
tertentu di dalam atau diluar lingkungan Bandar udara sesuai
fungsi.
b. VHF Omnidirectional Range (VOR)
Fasilitas navigasi penerbangan yang bekerja dengan menggunakan
frekuensi radio dan dipasang pada suatu lokasi tertentu di dalam
atau di luar lingkungan Bandar udar sesuai fungsinya.
c. Distance Measuring Equipment (DME)
Alat Bantu navigasi penerbangan yang berfungsi untuk
memberikan panduan/informasi jarak bagi pesawat udara dengan
stasiun DME yang dituju (Stant range distance).
Penempatan DME pada umumnya berpasangan (collocated)
dengan VOR atau Glide Path ILS yang ditempatkan di dalam atau
diluar lingkungan bandara tergantung fungsinya.
19
Marker Beacon terdiri dari 3 buah, yaitu :
Outer Marker (OM) terletak 3,5 - 6 nautical miles dari
landasan pacu. Outer Marker dimodulasikan dengan sinyal
400 Hz.
Middle Marker (MM) terletak 1050 - 150 meter dari landasan
pacu dan dimodulasikan dengan frekuensi 1300 Hz.
Inner Marker (IM) terletak 75 – 450 meter dari landasan pacu
dan dimodulasikan dengan sinyal 3000 Hz. Di Indonesia
tidak di pasang IM mengingat ILS dioperasikan dengan
kategori I.
2) Runway Visual Range (RVR) adalah suatu sistem/alat yang
digunakan untuk memperoleh informasi meteorologi (cuaca) yaitu
jarak tembus pandang (visibility) di sekitar runway
20
petunjuk kepada penerbang tentang posisi, arah pendaratan dan
jarak terhadap ambang landasan pada saat pendaratan.
g. PAPI (Precision Approach Path Indicator) dan VASIS (Visual
Approach Slope Indicator System), yaitu rambu penerangan yang
memancarkan cahaya untuk memberi informasi kepada
penerbangan mengenai sudut luncur yang benar, dan memandu
penerbang melakukan pendekatan menuju titik pendaratan pada
daerah touch down.
h. Rotating Beacon, yaitu rambu penerangan petunjuk lokasi bandar
udara, terdiri dari 2 (dua) sumber cahaya bertolak belakang yang
dipasang pada as yang dapat berputar, sehingga dapat
memancarkan cahaya berputar dengan warna hijau dan putih
pada umumnya Rotating Beacon dipasang diatas tower.
i. Turning area light, yaitu rambu penerangan untuk memberi tanda
bahwa didaerah ini terdapat tempat pemutaran pesawat terbang.
j. Apron Light, yaitu rambu penerangan yang terdiri dari lampu-
lampu yang memancarkan cahaya merah yang dipasang di tepi
Apron untuk memberi tanda batas pinggir Apron.
k. Sequence Flashing Light (SQFL), yaitu lampu penerangan berkedip
berurutan pada arah pendekatan. SQFL dipasang pada Bar 1 s/d
Bar 21 Approach Light System.
l. Traffic Light, yaitu rambu penerangan berfungsi sebagai tanda
untuk pengaturan kendaraan umum yang dikhawatrikan akan
dapat menyebabkan gangguan terhadap pesawat terbang yang
sedang mendarat.
m. Obstruction Light, yaitu rambu penerangan berfungsi sebagai
tanda untuk menunjukan ketinggian suatu bangunan yang dapat
menyebabkan gangguan/rintangan pada penerbangan.
n. Wind Cone, yaitu rambu penerangan menunjukan arah angin bagi
pendaratan atau lepas landas suatu pesawat terbang.
21
Beberapa peralatan yang termasuk Peralatan Pengamanan Bandara,
adalah :
a. Peralatan X-Ray
Peralatan detector yang digunakan untuk mendeteksi secara
visual semua barang bawaan calon penumpang pesawat udara
yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan dengan
cepat tanpa membuka kemasan barang tersebut. Peralatan X-Ray
dapat diklasifikasikan menurut fungsi dan kapasitasnya yaitu :
X-Ray Cabin;
X-Ray Bagage;
X-Ray Cargo.
c. CCTV
Peralatan kamera yang digunakan untuk memantau situasi dan
kondisi secara visual pada semua ruang/wilayah di lingkungan
terminal bandara dalam rangka pengamanan.
22
Beberapa peralatan yang termasuk Peralatan Pelayanan Bandara,
adalah :
23
keberangkatan, kedatangan pesawat, keterlambatan termasuk
pembatalan penerbangan dan sebagai pelengkap hiburan audio.
24
4) Solar Cell
Solar Cell adalah suatu pembangkit listrik tenaga surya
digunakan pada daerah-daerah tertentu yang tidak ada jaringn
PLN untuk mensuplai beban peralatan navigasi/komunikasi
penerbangan.
5) Penangkal petir
Suatu alat yang memberikan pengamanan peralatan terhadap
sambaran petir langsung ataupun tak langsung yang terjadi
pada daerah dimana peralatan tersebut berada/terpasang serta
melindungi peralatan tersebut dari dampak kerusakan yang
ditimbulkan sehingga terjaminnya kontinuitas pelayanan
operasional yang ada dibandara.
2) Air Conditioning
Suatu sistem yang menjalankan suatu proses mengkondisikan
udara ruangan sehingga mencapai temperatur dan kelembaban
yang sesuai dengan yang dipersyaratkan terhadap kondisi
udara dari suatu ruangan tertentu.
3) Traction equipments
Peralatan yang berfungsi memberikan kelancaran dan
kenyamanan para pengguna jasa di terminal bandar udara dan
gedung operasi keselamatan penerbangan. Peralatan tersebut
meliputi garbarata, escalator, elevator, conveyor dll.
25
4) Apron Flood Light
Lampu yang dipasang di sekitar apron dengan syarat-syarat
tertentu untuk menerangi wilayah apron apabila apron
memerlukan penerangan.
Hal penting yang harus diperhatikan oleh penilai sewaktu menilai Bandar
Udara sehubungan dengan peralatan dan fasilitas di atas adalah inventarisasi
objek-objek penilaian tersebut dan harus dipastikan bahwa objek-objek itu
adalah Barang Milik Negara (BMN).
Tidak semua peralatan dan fasilitas yang ada di atas, harus dimiliki oleh
sebuah bandara akan tetapi tergantung dari jenis, tipe dan kapasitas bandar
udara tersebut. Semakin besar suatu bandar udara maka peralatan yang
dimiliki semakin banyak dan lengkap.
26
E. RUANG LINGKUP PENILAIAN
Bandar udara merupakan area yang sangat luas, mencakup tanah dan
pengembangan infrastruktur maupun fasilitas sarananya dalam suatu
kesatuan penggunaan yang beragam.
Pola kepemilikan dan pengelolaan bandar udara akan mempengaruhi
dalam penilaian properti bandar udara. Apakah bandar udara dikuasai dan
dikelola oleh pemerintah (baik sipil atau militer), tanah tetap dikuasai
pemerintah dan pengelolaanya dilakukan otoritas lain (oleh BUMN atau
disewakan kepada swasta) atau kerjasama operasi antara pemerintah dan
swasta. Dalam hal ini penilai harus dapat dengan jelas mengidentifikasi dan
memahami kondisi batasan kepemilikan bandar udara. Penilai harus dapat
menetapkan properti (aset) mana yang dapat dan ikut dinilai sebagai obyek
penilaian dan aset mana yang tidak ikut dinilai. Oleh karena itu perlu
dipelajari dengan jelas pencatatan kepemilikan aset dari pengelola bandar
udara.
Lingkup dan obyek penilaian akan sangat ditentukan dari tata cara
pencatatan kepemilikannya, hal ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Kondisi Status Lahan Bandar Udara
1. Harus jelas kepemilikan lahan, apakah milik pemerintah pusat
(departemen teknis), pemerintah daerah, militer, aset yang dipisahkan
untuk diberikan kepada badan usaha tertentu atau milik swasta.
2. Status pengelolaan tanah, apakah penyertaan dari pemerintah, sewa
jangka panjang, tetap milik pemerintah dengan kompensasi pembayaran
tertentu.
3. Pada posisi apa pencatatan aset selama ini, apakah dicatat sebagai aset
milik, aset sewa atau sama sekali tidak tercatat karena merupakan aset
pemerintah
b. Pengembangan Infrastruktur dan Sarana Bandara
Pengembangan infrastruktur meliputi airside, sarana ground side dan
ground handling, apakah dikembangkan oleh pemerintah atau pengelola
bandar udara.
c. Land Use (Peruntukan Lahan) Bandara
1. Kondisi lain yang harus diketahui oleh penilai sebelum menetapkan
obyek penilaian (aset yang dinilai), adalah harus mengetahui dengan
pasti land use (peruntukan lahan) bandar udara yang akan dinilai.
2. Dari penjabaran suatu system Bandar udara dapat diketahui
peruntukan suatu lahan Bandar udara yaitu sebagai berikut :
1) Wilayah Airside (Sisi Udara)
Wilayah udara mencakup penggunaaan lahan untuk :
Arrival/Departure Airspace, yaitu ruang kedatangan/
keberangatan pesawat terbang, pada umumnya merupakan
lahan berupa tanah kosong yang ditanami rumput atau
pertanian
27
Runway Componen, komponen runway terdiri dari : runway
pavement, shoulder, runway blast pad, runwai safety area,
extended saefty area
Taxiway componen, terdiri dari taxiway, exit taxiway, taxilane
dan appron (holding appron dan holding bays)
Secara garis besar yang menjadi ruang lingkup penilaian Bandar Udara
adalah:
A. Tanah, terdiri dari :
1. Tanah untuk bangunan terminal, bangunan kantor, bangunan utilitas
seperti : pos polisi (keamanan), pemadam kebakaran, depo bahan bakar,
bengkel (maintenance) dan bangunan teknis pendukung bandar udara
lainnya;
2. Tanah untuk area landas pacu beserta bagian-bagiannya seperti
Landing area (runway component) termasuk untuk arrival/departur
airspace, safety area, taxiway dan appron;
3. Tanah untuk area parkir dan jaringan transportasi darat (mobil, bus,
truk dan kereta);
4. Tanah untuk area cadangan.
28
2. Bangunan utilitas : bangunan pemadam kebakaran, pos keamanan,
fasilitas peribadatan, bangunan teknis bandar udara.
29
6) Eskalator;
7) Peralatan Navigasi;
8) Radar, dll.
C. Area Landasan
1. Runway
2. Over run
3. turning area
4. Runway paved shoulder
5. Run way shoulder
6. Runway strip
7. Taxi way
8. Taxi way paved shoulder
9. Apron pavement
10. Marking
11. Resa
12. Clear Way
F. Kendaraan
Untuk kendaraan yang biasanya menjadi fasilitas suatu Bandar udara
antara lain Bus Bandara, Kendaraan Cargo dan Bagasi, Kendaraan
Inspeksi, Ambulance, dan Mobil Pemadam Kebakaran.
30
BAB II PENILAIAN BANDAR UDARA
31
Sarung Tangan untuk Cairan Kimia (Chemical Resistant and Coated
Gloves)
Pelindung Jari (Finger Guards)
Kream pelindung kulit (Skin Creams)
Penghangat Tangan (Hand Warmers)
6) Pelindung Badan (Body Protection)
Pakaian Anti Air (Waterproof Clothing)
Pakaian Anti Bahan Kimia Beracun (Chemical Clothing)
Pakaian Berwarna Terang (Hi-Visibility Clothing)
Pelindung Tulang Belakang (Back Supports)
7) Pelindung Kaki (Foot Protection)
Sepatu Kulit (Leather Boots)
Sepatu dengan pelindung baja (Metal Foot Guards)
Penghangat Jari Kaki (Toe Warmers)
8) Pengaman Jatuh (Fall Protection Products)
Harnes (Harnesses)
Pengaman Penyerap Tekanan (Energy Absorbers)
Tali Pengaman (Safety Lines)
9) P3K (First Aid Products)
Peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan.
32
B. PELAKSANAAN PENILAIAN
5 Survey lapangan:
1) Survei lapangan untuk meneliti kebenaran data awal dan melengkapi
data lain yang dianggap perlu.
2) Dalam hal penilai internal tidak dapat melakukan survey lapangan,
harus dinyatakan secara tegas dalam Berita Acara Survey Lapangan.
33
6 Data terdiri atas data umum dan data khusus. Analisis data dilakukan
dengan memperhatikan kaidah-kaidah keilmuan yang terkait. Analisis data
meliputi:
1) analisis pasar;
2) analisis kegunaan tertinggi dan terbaik atas objek penilaian
9 Hal-hal lain yang juga perlu diperhatikan oleh penilai dalam melakukan
penilaian:
1) Penentuan daerah-daerah yang akan disurvey lengkap dengan jadwalnya
masing-masing. Hal ini perlu diperhatikan karena tidak semua area di
bandara dapat diakses begitu saja, akan tetapi membutuhkan perijinan
khusus yang juga harus disesuaikan dengan waktu survey yang
diperbolehkan oleh pihak pengelola.
2) Jika dianggap perlu, penilai dapat meminta pendamping yang
menguasai pengetahuan teknis tentang bandar uara yang dinilai;
3) Pendapat ahli dibidang tertentu yang penilai tidak miliki dalam
melakukan penilaian seperti, pendapat ahli dalam menentukan
ketebalan dan umur landasan pacu, atau umur mesin-mesin
pendukung bandara, dsb.
34
properti lainnya yang termasuk dalam penilaian selain kategori properti
yang utama.
2) Identifikasi hak kepemilikan properti (pemilikan tunggal, kemitraan, atau
hak kepemilikan parsial) yang dinilai.
3) Maksud dan tujuan penilaian dan batasan-batasan lain yang terkait, dan
identifikasi bantuan dari pihak luar maupun profesi lainnya yang
dilibatkan dalam penilaian serta kontribusinya.
4) Definisi dasar atau jenis nilai yang digunakan.
5) Tanggal penilaian dan pelaporan
6) Identifikasi ruang lingkup penilaian dan laporan; dan
7) Identifikasi kondisi yang tidak pasti dan kondisi pembatas yang mendasari
dilakukannya penilaian.
35
C. METODE PENILAIAN
36
berdasarkan pada beban maksimum keberangkatan (Maksimum Take
Off Weights/MTOW). Dikaitkan dengan volume penumpang yang
berangkat, MTOW dan tingkat pendapatan dari sumber ini akan sangat
mempengaruhi. Disamping itu juga terdapat income yang bersumber
dari biaya parkir pesawat (ramp parking fee) dan biaya pengisian bahan
bakar.
Ada lagi pendapatan dari Air Traffic Controller (ATC) yaitu biaya yang
harus dibayarkan setiap perusahaan penerbangan akan memasuki
wilayah bandar udara tertentu dan akan diguide oleh ATC bandar udara
setempat, akan tetapi berdasarkan hukum internasional tentang
penerbangan sipil, biaya yang dibayarkan tersebut harus sesuai dengan
pelayanan yang diberikan dalam artian sebuah operator bandar udara
tidak diperbolehkan untuk mengambil keuntungan dari biaya
memberikan navigasi kepada pesawat tersebut, dan hal ini juga
mengingat keselamatan penumpang untuk tidak diperdagangkan.
Sisi Pendaratan (Landside)
Biaya Terminal Umum (General Terminal Charge/Airport Tax) adalah bagian
dari biaya semua penggunaan operasional terminal, dibebankan pada biaya
tempat duduk dan kemudian dihubungkan dengan volume penumpang.
Sewa Kantor dan ruang (space and office rental), termasuk pendapatan
sewa dari sewa lahan dan ruang kantor di bandar udara. Dihitung
berdasarkan pada space (ruang) yang dapat diperbandingkan di pasar dan
harga wajar pasar untuk tanah.
Pendapatan dari sewa ruang (concession revenue), dimana pembayarannya
adalah persentase dari pendapatan kotor minimum pembayaran tahunan,
toko, retail dan food court, segala yang menyediakan sesuatu kepada para
penumpang adalah yang masuk dalam kategori ini.
Parkir mobil dan transportasi darat (car parking and ground transportation),
sumber dari pendapatan ini diperoleh dari operasi area parkir publik,
garasi, meteran pencatat parkir dan beban biaya dari publik, kendaraan
angkutan barang seperti taksi, limousine dan bus yang sedang
menggunakan bandar udara untuk bisnis.
Pendapatan dari operasi lainnya, dalam kategori ini yang termasuk dalam
pendapatan lain-lain, seperti lalu lintas, biaya perawatan dan perbaikan
bandar udara, telephon, air, listrik dan lain-lain.
Biaya-biaya
Biaya meliputi semua materi yang berhubungan dengan operasi dari
bandar udara, seperti :
o Gaji dan upah, dihitung dan dinyatakan sebagai persen dari total
pedapatan
o Kesejahteraan karyawan : pensiun, asuransi jiwa dan tunjangan lainnya
yag disajikan dalam perjanjian kolektif untuk perserikatan karyawan
dan non karyawan.
37
o Material, persediaan dan jasa (servis), adalah biaya yang berhubungan
dengan seluruh bahan, persediaan dan jasa untuk pemeliharaan dan
operasional dari bandar udara.
o Amortisasi, meliputi penyisihan uang berkala barang-barang modal
seperti landasan terbang, bangunan, jalan kendaraan dan peralatan
operasi.
o Biaya lainnya, dihitung berdasarkan prosentase dari total pendapatan
bandar udara.
o Cadangan piutang tak tertagih, berdasarkan prosentase dari total
pendapatan.
38
Gaji dan upah, berapa banyak yang seharusnya dialokasikan kepada
bisnis pengembangan bandar udara, manajemen bandar udara dan
bisnis yang berhubungan dengan opersional perusahaan penerbangan,
alokasi tersebut sangat sulit untuk digambarkan.
Apakah beban biaya untuk memanage pesawat terbang, penanganan
bagasi dan pendapatan/biaya lainya dan non real estate termasuk
bagian dari bisnis bandar udara (biaya ini untuk menunjukkan berapa
yang harus dibayar pemilik diluar investasi)
Bandar udara sebagai aset khusus maka dalam penerapan metode
pendapatan perlu disadari bahwa tidak tersedia data yang mencukupi
sebagaimana pada properti komersial lainnya seperti hotel dan
perkantoran. Jadi sangat mungkin bahwa asumsi pendapatan/biaya
berdasarkan ketetapan dari otoritas penerbangan di suatu negara. Oleh
sebab itu dapat dikatakan bahwa pendapatan/biaya adalah stabil akibat
monopoli dari adanya kebijakan otoritas penerbangan sebagai
pengendali pengelolaan bandar udara.
39
3. Pendekatan Biaya (Cost Approach)
Secara umum penentuan nilai dalam pendekatan biaya adalah dengan
mengurangkan RCN (Reproduction/Replacement Cost New) dengan
penyusutan-penyusutan.
Langkah-langkah Pendekatan Biaya (Cost Approach):
a) Mengestimasi nilai tanah sebagai tanah kosong dan siap untuk dibangun
sesuai dengan penggunaan tertinggi dan terbaik.
b) Mengestimasi biaya reproduksi/pengganti dari bangunan/pengembangan
pada tahun penilaian (termasuk biaya langsung dan tidak langsung).
c) Mengestimasi biaya lain yang diperlukan untuk menjadikan bangunan itu
baru, kosong dan sesuai dengan kondisi pasar dan tingkat hunian.
d) Mengestimasi tingkat keuntungan pemilik/pengembang.
e) Jumlahkan biaya pembangunan/pengganti yang diestimasi, biaya tidak
langsung dan keuntungan kepemilikan yang sering diekspresikan dalam
presentase dari biaya tidak langsung, untuk menghasilkan total biaya
pembangunan/pengganti struktur utama bangunan.
f) Mengestimasi jumlah penyusutan.
g) Kurangkan estimasi penyusutan dari total biaya reproduksi/pengganti
untuk menghasilkan biaya reproduksi/pengganti yang telah terdepresiasi.
h) Estimasi biaya reproduksi/pengganti dari bangunan tambahan dan
susutkan sehingga diperoleh nilai reproduksi/pengganti yang telah
disusutkan dari bangunan tambahan.
i) Jumlahkan semua biaya reproduksi/pengganti terdepresiasi dari bangunan
utama, bangunan tambahan dan semua pengembangan lain (site
improvement).
j) tambahkan point i dengan poin a sehingga dihasilkan indikasi nilai dari
kepemilikan.
k) Lakukan penyesuaian terhadap indikasi nilai kepemilikan di atas untuk
mencerminkan kepentingan property yang dinilai.
Nilai Properti = Nilai Tanah + (Biaya Reproduksi atau Pengganti Baru - penyusutan)
40
bahan material yang dinilai. Hal tersebut diakibatkan karena tidak tersedianya
informasi/daftar harga material objek penilaian, yang dapat terjadi apabila
jenis material atau type property tertentu sudah tidak diproduksi lagi.
RCN Bangunan :
1. Bangunan Komersial
- Bangunan yang dapat disetarakan dengan bangunan dalam DKPB dapat
dihitung dengan DKPB dan Tabel Penyusutan Teknis Bangunannya.
- Untuk penyusutan ekonomis dan penyusutan fungsional disesuaikan
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Bangunan Teknis
- Bangunan yang dapat disetarakan dengan bangunan dalam DKPB dapat
dihitung dengan DKPB dan Tabel Penyusutan Teknis Bangunannya.
- Untuk Penyusutan Ekonomis dan Penyusutan Fungsional disesuaikan
dengan ketentuan yang berlaku.
- Bangunan yang belum dapat disetarakan dengan jenis bangunan dalam
DKPB, dihitung berdasarkan metode survey kuantitas.
3. Bangunan Khusus,
- Bangunan yang belum dapat disetarakan dengan jenis bangunan dalam
DKPB, dihitung berdasarkan metode survey kuantitas
PENYUSUTAN
Penyusutan bangunan komersial dan bangunan teknis yang termasuk
ke dalam kategori DKPB dapat dilakukan penghitungannya sesuai Surat
Edaran tentang Tabel Penyusutan Bangunan dan Mesin. Sedangkan untuk
bangunan-bangunan teknis dan bangunan khusus yang tidak termasuk dalam
DKPB dapat dilakukan dengan menggunakan metode penyusutan yang umum
dipakai dalam penilaian. Adapun perhitungan penyusutan bangunan khusus
hanya memperhitungkan penyusutan dari lapisan atas bangunan tersebut.
Penyusutan terhadap bangunan juga berbeda-beda karena ada bagian
dari bandara yang selalu digunakan dan mengalami penyusutan yang besar
sedangkan ada juga bagian yang hanya mengalami penyusutan dalam jumlah
yang kecil. Sebagai contoh, pada runway bandar udara, itu terdiri dari
beberapa lapis, dan bagian atas runway yang paling banyak mengalami
41
penyusutan karena tergesek oleh pesawat udara yang mendarat, sedangkan
bagian bawah dari runway masih tetap utuh kecuali terjadi kerusakan
struktur runway.
42
Untuk lebih lengkapnya, penilaian bandar udara dengan menggunakan
penggabungan metode yang paling mungkin dilakukan di Indonesia dapat
diperinci sebagai berikut:
1. Penilaian tanah bandara, dimana tanah bandara dikategorikan
berdasarkan penggunaannya. Tanah bandara dinilai dengan menggunakan
pendekatan data pasar. Contoh penggunaan yang sering didapati di
Indonesia adalah:
1) Tanah Komersial (untuk areal terminal penumpang/leasing area) dinilai
dengan data pembanding untuk tanah komersial sekitar bandar udara.
2) Tanah Area Landasan dinilai dengan menggunakan pembanding yang
sama dengan tanah komersial tapi dengan penyesuaian yang besar.
Adapun dasar pertimbangannya adalah nilai tanah untuk areal
landasan adalah sedikit lebih rendah dari tanah komersial mengingat
fungsi area landasan adalah fungsi utama sebuah bandar udara,
sehingga walaupun tidak bersifat komersial, tetapi nilainya sedikit lebih
rendah dari tanah komersial.
3) Tanah area parkir dan jalan juga dapat dinilai dengan data pembanding
yang sama karena areal parkir juga menghasilkan pendapatan
walaupun besarnya pendapatan yang dihasilkan tersebut tidak sebesar
gedung terminal. Sehingga penyesuaian yang dipakai lebih besar dari
area landasan dengan nilai yang lebih rendah dari area landasan.
4) Tanah cadangan, dinilai dengan menggunakan data pembanding atas
tanah rawa atau tanah yang belum matang yang terdapat di daerah
sekitarnya. Penyesuaian yang dilakukan harus tetap memperhatikan
potensi nilai yang ada pada tanah cadangan tersebut.
Keempat pembagian tanah di atas sering dijumpai pada bandar udara yang
ada di Indonesia saat ini, terutama untuk bandara yang dikelola oleh PT.
Angkasa Pura. Untuk badar udara yang berada dibawah Ditjen
Perhubungan Udara (yang bersifat UPT) biasanya berkarakteristik berbeda
karena tidak ada areal komersil di dalamnya, seperti bandar udara Curug
di Tangerang, Banten.
2. Bangunan
Penilaian bangunan pada Bandar udara dengan menggunakan gabungan
metode penilaian dapat diperinci sebagai berikut:
1) Untuk bangunan sederhana dan dapat digolongkan sesuai dengan
persyaratan dalam DKPB, maka penilaiannya dapat dilakukan dengan
menggunakan DKPB;
2) Untuk bangunan yang tidak dapat dokategorikan sesuai dengan
presyaratan dalam DKPB, maka penilaiannya dilakukan dengan metode
survei kuantitas dengan pendekatan Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
membangun seperti menara pengawas, menara penampungan air, dll.
Apabila RAB pembuatan bangunan tidak diperoleh, maka penilai
menyusun RAB sendiri dengan contoh sebagai berikut:
a. Pekerjaan Persiapan:
o Pembersihan areal
43
o Bekisting
o Direksi keet
o Gudang
b. Pondasi
o Galian
o Tiang Pancang
o Kepala Tiang
o Timbunan kembali
c. Struktur
o Kolom (dengan menghitung dimensinya)
o Balok (dengan menghitung dimensinya)
o Plat lantai/tangga
d. Dinding
o Pasangan bata
o Plesteran
o Penutup Dinding
e. Material Lantai (dapat disesuaikan dengan DKPB)
f. Material Langit-Langit (dapat disesuaikan dengan DKPB)
g. Material Atap (dapat disesuaikan dengan DKPB)
3. Area Landasan
Untuk area landasan dan bagian-bagiannya, saat ini hanya dapat dihitung
dengan menggunakan survei kuantitas dengan menggunakan RAB.
1) Untuk Runway, Over run, turning area, taxi way, run way shoulder dan
apron biasanya komponen bahan penyusunnya adalah:
o Biaya Penggalian
o Sand Gravel Bitumen Mix (base course)
o Cement Bauxit (sub base)
o Bauxite (sub grade)
o Tack Coat
o Aspal Concrete
2) Untuk runway shoulder dan runway strip, biasanya komponen
penyusunnya adalah:
o Pemadatan tanah
o Penutup/rumput
4. Peralatan Komunikasi Penerbangan, Fasilitas Navigasi dan Pengamatan,
Fasilitas Bantu Pendaratan, Fasilitas Bantu Pengamanan dan Pelayanan
Bandar Udara.
1) Untuk peralatan, fasilitas dan jaringan yang sifatnya tidak melekat pada
bangunan dan dikategorikan sebagai barang bergerak, penilaiannya
dilakukan dengan menggunakan Surat Edaran tentang Penilaian Barang
Bergerak.
2) Sedangkan untuk objek penilaian yang melekat pada bangunan dihitung
dengan menggunakan metode pendekatan biaya (NRC) dikurangi
penyusutan (metode penyusutan initial rate)
44
5. Jaringan, Saluran Air (Drainase) dan Jalan
1) Penilaian jaringan listrik, jaringan air, jaringan BBM, jaringan gas
dilakukan dengan menggunakan pendekatan biaya (survei
kuantitas/RAB pembuatan jaringan) dikurangi penyusutan dengan
ketentuan sebagai berikut:
i. Umur ekonomis untuk:
- Jaringan listrik selama 40 tahun
- Jaringan air selama 40 tahun
- Jaringan BBM selama 30 tahun
- Jaringan gas selama 30 tahun
ii. Nilai sisa sebesar 30%
iii. Metode penyusutan dengan menggunakan metode saldo menurun
dengan cara penghitungan initial rate
2) Penilaian saluran air (drainase) dilakukan sesuai surat edaran (SE)
tentang Saluran.
3) Penilaian jalan dapat dilakukan sesuai dengan surat edaran (SE)
tentang Penilaian Jalan.
6. Kendaraan
Untuk kendaraan, penilaiannya dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan data pasar.
45
D. LAPORAN PENILAIAN
46
(1) Tanggal penilaian;
(2) Tanggal laporan penilaian; dan
(3) Tanggal inspeksi lapangan.
3) Menentukan dasar penilaian, termasuk jenis dan definisi nilai.
4) Mengidentifikasi dan menjelaskan:
(1) Hak kepemilikan atau kepentingan properti yang dinilai;
(2) Karakteristik fisik dan legal properti;
(3) Golongan properti lain yang dinilai selain kategori properti yang utama ;
5) Menjelaskan ruang lingkup penugasan penilaian;
6) Menyatakan semua asumsi dan kondisi pembatas yang mendasari
kesimpulan nilai;
7) Mengidentifikasikan asumsi khusus dan menentukan kemungkinan
kondisi tersebut akan terjadi;
8) Memuat deskripsi informasi dan data yang diperiksa, analisis pasar yang
dilaksanakan, pendekatan dan prosedur penilaian yang diterapkan, dan
alasan yang mendukung analisis, opini dan kesimpulan dalam laporan;
9) Memuat pernyataan yang secara khusus melarang publikasi dari laporan
secara keseluruhan atau sebagian, atau referensi didalamnya, atau opini
nilai, atau nama dan afiliasi profesional dari penilai, tanpa persetujuan
tertulis dari penilai;
10) Memuat Pernyataan Penilai (Compliance Statement) yaitu suatu pernyataan
dimana Penilai menegaskan bahwa fakta-fakta yang diungkapkan adalah
benar, analisis-analisis dibatasi oleh asumsi-asumsi yang dilaporkan,
besaran imbalan jasa penilai tidak tergantung pada aspek apapun dari
laporan penilaian. Pernyataan Penilai (Compliance Statement) harus
mengkonfirmasikan bahwa:
o Pernyataan faktual yang dipresentasikan dalam laporan penilaian
adalah benar sesuai dengan pemahaman terbaik dari Penilai;
o Analisis dan kesimpulan hanya dibatasi oleh asumsi dan kondisi yang
dilaporkan;
o Penilai tidak mempunyai kepentingan terhadap properti yang dinilai (jika
terdapat kepentingan tertentu harus disebutkan);
o Imbalan jasa Penilai tidak berkaitan dengan hasil penilaian yang
dilaporkan;
o Penilaian dilakukan dengan memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
o Penilai memiliki pemahaman mengenai lokasi dan/atau jenis properti
yang dinilai;
o Penilai melakukan (atau dalam kondisi tertentu tidak melakukan)
inspeksi terhadap properti yang dinilai; dan
o Tidak seorangpun, kecuali yang disebutkan dalam laporan penilaian,
telah menyediakan bantuan profesional dalam menyiapkan laporan
penilaian;
o Mencantumkan nama, kualifikasi profesional, dan tanda tangan Penilai.
47
Penyajian Laporan Penilaian ditentukan oleh Penilai dan Pemberi Tugas
berdasarkan instruksi dan spesifikasi penugasan. Jenis, isi dan panjangnya
laporan tergantung dari maksud dan tujuan pengguna, persyaratan hukum,
jenis properti, dan sifat serta kompleksitas dari permasalahan penilaian.
Dokumentasi yang cukup untuk semua Laporan Penilaian harus disimpan
dalam arsip kerja untuk mendukung hasil dan kesimpulan dari penilaian dan
harus disimpan dalam jangka waktu setidaknya lima tahun setelah
penyelesaian.
48
BAB III PENUTUP
49
Daftar Pustaka
Boyd, Terry, Report On: Valuation Approach and Methodology For Specialised
Airfield Assets (Runway, Taxiways and Aprons), Queensland, 2001;
50
_________, Departemen Perhubungan, Peraturan Perundang-Undangan di
Bidang Penerbangan, Jakarta, 2007;
Pusat Studi Otonomi Daerah, Manajemen dan Penilaian Aset, Dalam Rangka
Optimalisasi aset dan Revaluasi Aset Daerah, Jakarta, 2003;
Wells, Alexander T., Airport Planning and Management, Second Edition, TAB
Books, Blue Ridge Summit, York, PA, 1992;
51
Lampiran
52
Daftar Lampiran
53
Contoh Draft Airport Layout Plan
54
Contoh Denah Bandar Udara
55
Contoh Taxiway dan Runway
56
Contoh Komposisi Terminal
57
Contoh Denah Bandar Udara
58
Contoh Spesifikasi Bandar Udara
BU Hasanuddin - Makassar
59
11. TERMINAL Terminal Penumpang : Luas: 10.815 m²
Kapasitas :1,5 juta pax pertahun
( Dioperasikan untuk Penerbangan Domestik dan Internasional)
Terminal Kargo: Luas 4.000 m²
12. HANGGAR Tidak Tersedia
13. TELEKOMUNIKASI HF/ VHF, HF SSB, VHF-ER, VSAT, ADC, APP, ACC, MWARA,
PENERBANGAN RDARA
AMSC, TELEPRINTER, RECORDING SYSTEM, TELEX,
FAKSIMILI, RADIOLINK, DIRECT SPEECH, H T, RADIO CAR
Radio VHF Portable : 2 unit
14. NAVIGASI UDARA NDB, DVOR, DME, ILS, RVR, ATIS, PSR, SSR, RDPS, DISPLAY
RADAR
15. PKP – PK Tersedia: CAT – VIII
Jumlah Armada: 8 unit
Konfigurasi;
Foam Tenderr: 5 unit
Nurse Tender: 0 unit
Rescue Tender: 2 unit
Commando Car: 1 unit
Ambulance: 4 unit
Rescue Boat: Tidak tersedia
Salvage: tersedia
16. AIR FIELD LIGHTING Approach Light, Runway Light, PAPI, REILS, SQFL, Taxiway Light,
Apron Flood Light, Rotating Beacon, Signal Area
17. POWER SUPPLY PLN: 4.451,5 KVA
Genset: 3.241 KVA
18. WATER SUPPLY PDAM, Deep Well
19. PERALATAN Timbangan, Conveyor, Gravity Roller, Elevator, Air Conditioner (AC).
MEKANIKAL
20. FASILITAS X-Ray, Walk Trough, Explosive Detector, Handy Metal Detector.
PENGAMANAN
21. PARKIR KENDARAAN Luas:12.272 m²
22. PELATARAN GSE Luas:21.694 m²
23. PELAYANAN METEO Pengamatan: ADA
Prakiraan: ADA
24. FASILITAS CIQ Bea & Cukai: Available
Imigrasi: Available
Karantina: Kesehatan, Hewan, Tumbuhan & Ikan
25. TRANSPORTASI DARAT Taxi Bandara
26. PELAYANAN UMUM Bank, Telepon Umum, Kafetaria, Pos, ATM, Money Changer, Wartel
27. FASILITAS PENUNJANG Gedung EMPU, Gedung VIP, Ruangan CIP
LAIN
60