CHAPTER 2 Konsep Dan Perspektif Ilmu Keperilakuan
CHAPTER 2 Konsep Dan Perspektif Ilmu Keperilakuan
Pada tahun 1971 American Association Committee pada Behavioral Science Content of the
Accounting Curriculum membangun definisi serta cakupan dari ilmu keperilakuan. Istilah ilmu
keperilakuan bagaikan sebuah koin. Konsepnya sangat luas yang mana seingga dibutuhkan sebuah
batasan untuk menggambarkan cakupan dan konten yang ada didalamnya. Ilmu keperilakuan
mencakup banyak bidang yang terkait berdasarkan metoda eksperimen dan observasi dan perilaku
manusia secara fisik dan lingkungan sosial.
Untuk menentukan bagian dari ilmu keperilakuan, peneliti wajib memenuhi 2 kriteria.
1. Harus berhubungan dengan perilaku manusia. Tujuan utama ilmu keperilakuan adalah
untuk mengidentifikasi perilaku manusia sehari-hari atau kebiasaan yang mendasarinya
untuk menentukan konsekuensi apa yang melekat.
2. Peneliti harus terampil dalam “scientific manner”, yang dimaksudkan harus sistematis
dalam mendeskripsikan, menghubungkan, menjelaskan, dan memprediksi beberapa
fenomena yang ada; hal ini mendasari perilaku manusia dan harus dapat diobservasi
atau merupakan dampak yang dapat diamati.
Ilmu keperilakuan disebut juga dengan “human side” pada ilmu sosial. Ilmu sosial
termasuk dalam disiplin ilmu anrtopologi, ekonomi, sejarah, ilmu politik, psikologi, dan sosiologi.
Walaupun menjadi bagian dari ilmu sosial, ilmu keperilakuan itu sendiri sejatinya cukup luas.
Beberapa jurnal mempublikasikan artikel dengan metoda riset keperilakuan, pembangunan teori,
penerapan praktik, dan deskripsi perilaku manusia dalam berbagai jenis aturan.
Para akuntan keperilakuan melihat diluar kenyataan teknis penjualan oleh perusahaan dan
mempertimbangkan perilaku pegawainya yang mencatat pesanan via telfon; diluar biaya
konstruksi pabrik, para teknisi yang merancang desain arsitektur, diluar biaya manufaktur,
supervisor pabrik yang menjelaskan alat mesin yang baik atau layak untuk digunakan. Para
akuntan keperilakuan juga harus menyadari bahwa mereka harus secara berhati-hati dalam
merancang system informasi untuk mempengaruhi motivasi, moral, dan produktivitas para
pekerja.
Struktur karakter merujuk pada ciri-ciri kepribadian, perilaku, dan pola perilaku individu.
Struktur sosial merujuk pada system hubngan antar manusia, termasuk dalam ekonomi, politik,
militer, dan rerangka pikir institusi religious yang menjelaskan perilaku yang dapat diterima,
pengendalian perilaku, dan mempertahankan tatanan sosial. Dinamika kelompok dapat ditinjau
sebagai sintesis atau kombinasi struktur karakter dan struktur sosial. Hal ini mengacu pada
perkembangan pola interaksi manusia, proses interaksi sosial, dan hasil dari interaksi itu sendiri.
Orang bekerja sesuai dengan batasannya dalam organisasi. Perilaku mereka dipengaruhi
oleh banyak faktor, termasuk ukuran dan struktur organisasi. Gaya kepemimpinan manajemen,
hubungan pertanggungjawaban, status hubungan, dan norma kelompok juga mempengaruhi
perilaku dan keberfungsian organisasi.
Gambar 1
President
Internal
Treasurer Controler
Auditor
Collection
Manager A
manager
Credit
Manager B
manager
Manager C
Gambar diatas menunjukkan wakil presiden keuangan menempati posisi khusus dalam
organisasi. Posisi dalam hierarki sosial disebut dengan status, yang mana mengartikan posisi
inferior dan superior pada skala vertical. Istilah status seringkali digunakan dengan penghormatan
untuk hirarki lain seperti gaji/penghasilan, pendidikan, dan keistimewaan. Masing-masing posisi
dalam suatu organisasi ditempati oleh orang yang bekerja atau memiliki tanggung jawab yang
jelas.
Riset adalah sesuatu yang sistematis, dirancang untuk menelusuri masalah-masalah dan
menjawab sebuah pertanyaan. Penelitian diawali dengan sebuah pertanyaan yang terkait dengan
deskripsi pernyataan secara jelas pada masalah yang akan diselesaikan dan memerlukan suatu
rencana untuk menjawab pertanyaan.
Applied research atau riset terapan dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah yang
spesifik. Basic atau pure research atau riset murni/dasar dimaksudkan untuk mengembangkan
pemahaman kita terhadap fenomena tertentu. Riset menggunakan metoda ilmiah, tidak bias, dan
memiliki konklusi yang dapat dipertanggujawabkan.
Pernyataan deskriptif bertujuan hanya untuk asosiasi sederhana antara dua atau lebih
variabel sedangkan tujuan pernyataan kausal/ hipotesis kausal yaitu selain hubungan antara
variabel, bahwa satu variabel menyebabkan, atau menentukan hasil dari variabel lain
Desain Proyek
Langkah utama dan yang paling krusial dalam suatu riset adalah mendefinisikan suatu
masalah. Umumnya pengumpulan informasi, memilih metoda pengumpulan data, dan jenis sampel
yang digambarkan terkait dengan bagaimana permasalahan tersebut dipandang, kemudian
membuat pertanyaan riset, dan memilih informasi sesuai yang dibutuhkan perancang studi untuk
dikumpulkan. Perlu diingat bahwa research problem tidak dibutuhkan, maksudnya adalah semua
penelitian keperilakuan dirancang untuk membenarkan atau mengkoreksi disfungsi dari suatu
organisasi.
Dalam banyak kasus, riset terapan dilakukan untuk meningkatkan situasi yang sudah baik,
untuk memperluas pembangunan pasar, untuk memberikan kebermanfaatan di berbagai macam
peluang, atau untuk mempersiapkan seseorang untuk berinovasi dalam organisasi.
Dalam banyak kasus, seluruh bidang yang berpotensi diminati tidak dapat diinvestigasi
dalam proyek riset keperilakuan perorangan/single behavior. Cakupan proyek selalu terbatas
untuk satu atau dua pertanyaan besar. Untuk berbagai macam alasan, hal itu mungkin tidak
diinginkan, tidak dapat dipraktikkan, atau tidak mungkin untuk diselidiki setiap aspek masalahnya.
Seringnya, keterbatasan yang besar dalam cakupan proyek adalah jumlah dana yang tersedia.
Penelitian keperilakuan bisa saja sangat mahal, dan penekanan penganggaran seringkali
menghasilkan cakupan yang sempit pada studi isu yang sangat penting.
Waktu adalah faktor lain yang dapat membatasi sebuah cakupan proyek. Studi tentang
proses-proses tertentu mungkin membutuhkan waktu yang lama daripada menunggu hasilnya.
Gambaran pengalaman dan hasil pada penelitian dalam latar belakang dan informasi
lingkungan, pengarah riset (research director) akan seringkali dapat untuk menentukan berbagai
macam isu yang relative penting yang berasosiasi dengan suatu masalah. Jika beberapa kunci isu-
isu tersebut dapat diidentifikasi, cakupan dari studi seringkali terbatas.
Faktor Lain-Lain
Rancangan proyek berjalan diluar cakupan yang ditentukan, Aspek lain pada rancangan
termasuk, mendefinisikan sebuah populasi, merinci informasi yang dibutuhkan, memilih metoda
pengumpulan data, dan penganggaran. Langkah selanjutnya dalam proses penelitian adalah untuk
mengidentifikasi jenis informasi yang harus dikumpulkan. Pengarah riset harus
mempertimbangkan manfaat dan ketidakbermanfaatan sumber data primer dan sekunder.
Beberapa informasi, seperti data keuangan masa lalu tentang perusahaan dapat diperoleh
dari catatan-catatan yang tersedia secara publik. Informasi lainnya, termasuk kebijakan
perusahaan, riwayat pekerja, dan notulensi rapat dapat diperoleh dari file perusahaan. Hal ini
adalah contoh dari data sekunder. Sumber data sekunder diperoleh dari pengumpulan, rangkuman,
dan penyajian. Jenis informasi lainnya, termasuk pengukuran atas sikap dan opini dan penelusuran
perilaku, diperolah dari mengumpulkan data secara langsung dari popoulasi yang dituju. Data
primer menunjukkan pengumpulan data yang tidak dipublikasikan.
Keuntungan utama dari data primer yaitu paling dekat dengan sumber fenomena dan
mungkin dapat merefleksikan kebenaran yang dicari sedangkan keuntungan data sekunder
termasuk meningkatkan penghematan dalam waktu dan biaya, menerangkan masalah, membuat
benchmark untuk mengevaluasi data primer, dan mengisi kesenjangan informasi. Keuntungan
lainnya dari data sekunder yaitu memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi yang tidak
tersedia.
Terdapat dua risiko yang berasosiai dengan proyek riset perilaku yang mungkin mengukur
sesuatu yang salah dan hasil tersebut tidak representative. Risiko ini dapat diuji dengan validitas
dan reliabilitas. Validitas merujuk pada sejauh mana pengukuran kita, hal ini untuk mengukur
apakah yang kita ukur berhubungan dengan masalah riset kita, sedangkan reliabilitas menekankan
apakah teknik tertentu, diterapkan berkali-kali, akan menghasilkan hasil yang sama, hal ini
merujuk pada konsistensi atas pengukuran.
Validitas
a. Content Validity yaitu bagaimana kita menggambarkan dimensi secara baik atas konsep
atau isu yang akan kita ukur.
b. Criterion-related validity adalah menentukan berdasarkan membandingkan konsep
pengukuran dengan kriteria eksternal bahwa asumsi untuk mengukur konsep investigasi.
Terdapat dua jenis criterion-related validity, yang dibedakan dalam waktu dan tujuan yaitu
predictive dan concurrent.
1. Predictive validity : apakah pengujian atau pengukuran dapat secara akurat
memprediksi perilaku
2. Concurrent validity : menekankan pada hubungan antara pengukuran kita dan
kriteria saat ini atau masa lau.
c. Contruct Validity adalah berdaasarkan judgement apakah hasil pengukuran kita sesuai
dengan teori yang ada.