Anda di halaman 1dari 8

Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 1

Pengaruh Jumlah Starter, Suhu Pemeraman, Penambahan Media Terhadap


Yoghurt yang Dihasilkan.

Afiatin, Faizah Afaf Fatin, Miftahudin, Muhammad Uwais Almadany*)


Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak
Yoghurt adalah produk olahan yang merupakan fermentasi dari susu menggunakan bakteri asam laktat
seperti Steptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus. Tujuan dari praktikum ini ialah
mengetahui pengaruh jumlah starter, suhu pemeraman, penambahan media terhadap yoghurt yang
dihasilkan. Yoghurt merupakan hasil fermentasi dari bakteri asam laktat. Pembuatan yoghurt diawali
dengan pasteurisasi bahan dan nutrisi, kemudian pendinginan. Setelah itu, ditambahkan starter dan diatur
pHnya lalu dimasukkan lemari pemeraman. Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa
semakin banyak starter yang ditambahkan, maka densitas akan semakin meningkat, pH akan semakin
menurun, kadar glukosa semakin turun, serta kadar asam laktat semakin besar. Semakin banyak media
yang ditambahkan, maka densitas akan semakin meningkat, pH akan semakin menurun, kadar glukosa
semakin turun, serta kadar asam laktat semakin besar. Suhu pemeraman optimum pada percobaan ini yaitu
37oC. Semakin mendekati suhu optimum maka, densitas akan semakin meningkat, pH akan semakin
menurun, kadar glukosa semakin turun, serta kada asam laktat semakin besar. Manfaat yoghurt yaitu
menurnkan berat badan, bermanfaat bagi penderita lactose intolerance, baik untuk saluran pencernaan
dan peredaran darah.

Kata kunci : media, starter, suhu, yoghurt.

Abstract
[Effect of the number of starters, ripening temperature, addition of media to the yogurt produced] Yogurt
is a processed product which is fermented from milk using lactic acid bacteria such as Steptococcus
thermophilus and Lactobacillus bulgaricus. The purpose of this lab is to find out the effect of the number
of starters, ripening temperature, addition of media to the yogurt produced. Yogurt is the result of
fermentation of lactic acid bacteria. Making yogurt begins with pasteurization of ingredients and nutrients,
then cooling. After that, the starter is added and the pH is adjusted and then put on the curing cup. Based
on the experiments conducted, the results show that the more starters are added, the density will increase,
the pH will decrease, the glucose levels will decrease, and the lactic acid levels will increase. The more
media added, the density will increase, the pH will decrease, the glucose level will decrease, and the lactic
acid level will increase. The optimum ripening temperature in this experiment is 37 0C. The closer the
optimum temperature is, the density will increase, the pH will decrease, the glucose level will decrease,
and the lactic acid will increase. The benefits of yogurt are to reduce body weight, beneficial for people
with lactose intolerance, both for the digestive tract and blood circulation

Keywords : media,starter,temperature, yogurt.

1. Pendahuluan menghasilkan asam laktat yang berperan dalam


Yoghurt merupakan hasil olahan susu dengan protein susu untuk menghasilkan tekstur seperti gel
cara mengasamkan melalui proses fermentasi. dan aroma unik pada yoghurt. Mengkonsumsi yoghurt
Fermentasi yoghurt biasanya menggunakan bakteri secara teratur akan merangsang pertumbuhan dan
asam laktat dari golongan Lactobacillus bulgaricus aktivitas bakteri bersahabat (friendly bacteria) di
dan Streptococcus thermophilus. Fermentasi laktosa dalam usus (Sulandari dkk., 2001). Bakteri-bakteri
yoghurt yang masuk ke dalam usus setelah
*) Penulis Korespondensi mengonsumsi yoghurt akan menyelimuti dinding
E-mail : uwaisyahya28@gmail.com usus, sehingga dinding usus menjadi asam dan kondisi
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 2

ini menyebabkan mikroba-mikroba patogen tidak Untuk membuat glukosa standar, 2,5 gram
dapat menyerang. Produk yoghurt pada umumnya glukosa dincerkan hingga 1000 ml. Untuk analisa
diproduksi dari susu sapi, namun susu kedelai sebagai kadar glukosa, ambil 5 ml yoghurt, encerkan hingga
sumber protein nabati dapat menjadi alternatif untuk 100 ml, ambil 5 ml netralkan pHnya, ditambahkan 5
pembuatan yoghurt (Jaya dkk., 2011). ml glukosa standar, ditambahkan 5 ml fehling A dan 5
Dalam percobaan ini akan dilakukan pembuatan ml fehling B, dipanaskan hingga 60oC – 70oC. Titrasi
yoghurt secara konvensional. Proses pembuatannya dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60oC –
dengan menambahkan bahan baku susu rendah lemak 70oC sampai warna biru hampir hilang lalu tambahkan
dengan bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus 2 tetes MB. Titrasi kembali dengan glukosa standar
dan Streptococcus thermophilus. Bakteri yang sambil dipanaskan 60oC – 70oC sampai warna biru
digunakan diambil dari yoghurt yang sudah jadi. menjadi merah bata. Catat kebutuhan titran.
Dengan demikian, metode yang dilakukan sederhana Untuk analisa kadar asam laktat, buat NaOH
dan tidak memakan banyak biaya. 0,025 N sebagai titran, ambil 0,5 gram NaOH
Teori Bakteri Asam Laktat dincerkan hingga 500 ml. Untuk mengukur kadar asam
Sifat yang terpenting dari bakteri asam laktat laktat sampel, ambil 10 ml yoghurt diencerkan hingga
adalah memiliki kemampuan untuk memfermentasi 100 ml, ambil 10 ml. Tambahkan 3 tetes fenolftalein.
gula menjadi asam laktat. Berdasarkan tipe Titrasi dengan NaOH 0,025 N hingga warna merah
fermentasi, bakteri asam laktat terbagi menjadi muda hampir hilang. Catat kebutuhan titran.
homofermentatif dan heterofermentatif. Kelompok
homofermentatif menghasilkan asam laktat sebagai 3. Hasil dan Pembahasan
produk utama dari fermentasi gula, sedangkan Pengaruh Penambahan Starter Terhadap Densitas
kelompok heterofermentatif menghasilkan asam Perbedaan penambahan starterakan
laktat dan senyawa lain yaitu CO2, etanol, asetaldehid, mempengaruhi densitas. Dari percobaan yang telah
diasetil. Bakteri yang termasuk ke dalam bakteri asam dilakukan didapatkan data hasil percobaan sebagai
laktat adalah famili Lactobacillaceae, yaitu berikut:
Lactobacillus, dan famili Streptococcoceae, terutama 1.15
densitas (gr/ml)

Leuconostoc, Streptococcus dan Pediococcus.


Streptococcus, Pediococcus dan beberapa spesies 1.1
Lactobacillus bersifat homofermentatif, sedangkan 1.05 4%
Leuconostoc dan spesies Lactobacillus yang lain
1 7%
bersifat heterofermentatif (Fardiaz, 1992).
Bakteri asam laktat termasuk mikroorganisme 0.95 10%
yang aman jika ditambahkan dalam pangan karena 0 1 2 3
bersifat tidak toksik dan tidak menghasilkan toksin. waktu (hari)
Bakteri ini secara luas didistribusikan pada susu,
daging segar, sayuran dan produk-produk hasil Gambar 1. Pengaruh penambahan starter terhadap
olahan. Bakteri asam laktat juga disebut sebagai densitas
biopreservatif karena dapat menghambat Grafik diatas menunjukan hubungan antara
pertumbuhan bakteri patogen dan mampu membawa penambahan starter terhadap densitas yoghurt pada
dampak positif bagi kesehatan manusia (Smid dan hari ke-0, 1, 2, dan 3. Pada penambahan starter 4%
Gorris, 2007). terjadi perubahan densitas pada hari ke-0, 1,2, dan 3
adalah 1,0276 gr/ml; 1,0891 gr/ml; 0,9733 gr/ml; dan
2. Bahan dan Metode 1,0138 gr/ml. Pada penambahan starter 7% terjadi
Bahan baku yang digunakan dalam proses perubahan densitas pada hari ke-0, 1,2, dan 3 adalah
fermentasi yoghurt yaitu susu low fat, cimory plain, 1,0296 gr/ml; 1,08963 gr/ml; 0,975 gr/ml; dan 1,0338
gula pasir, glukosa standar, fehling A, fehling B, gr/ml. Sementara pada penambahan starter 10%
CH3COOH, NaOH, indikator MB, dan fenolftalein. terjadi perubahan densitas pada hari ke-0, 1,2, dan 3
Alat yang digunakan antara lain erlenmeyer, adalah 1,0375 gr/ml; 1,095 gr/ml; 0,9788; dan 1,0358
pengaduk, alumunium foil, baskom, kompor listrik, gr/ml. Pada starter 10% memiliki densitas paling
termometer, gelas ukur, beaker glass, pipet tetes, tinggi dan pada penambahan starter 4% memiliki
picnometer. Variabel bebas yang berlaku adalah densitas paling rendah. Dari ketiga penambahan
Cimory plain (17°C, 30°C, 37°C), susu low fat (17°C, starter yang berbeda terjadi fenomena pada hari
30°C, 37°C). pertama densitas naik sementara pada hari kedua
Pembuatan Yoghurt turun dan naik lagi pada hari ketiga.
Susu Low Fat, gula pasir, dan aquadest Pengaruh konsentrasi starter tidak memberikan
dipasteunsasi hingga suhu 60°C-70°C selama 15 pengaruh yang signifikan terhadap berat jenis produk.
menit.Didinginkan hingga suhu kamar.Tambahkan Hal ini karena pembentukan asam laktat selama waktu
bibit bakteri yoghurt (starter) dan atur pH inkubasi sangat kecil (Niwan dan Hidayati., 2015).
menggunakan asam asetat atau NaOH.Masukkan Pembentukan asam laktat yang sedikit membuat
dalam lemari pemeraman sesuai suhu yang akan perubahan pada densitas sangat sedikit. Asam laktat
diujikanselama 4 hari. memiliki densitas 1,209 gr/ml. Penambahan kadar
asam laktat membuat densitas dari fermentasi
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 3

mendekati densitas asam laktat. Perubahan densitas banyak, sehingga mengakibatkan pH medium
tertinggi terjadi pada penambahan starter yang lebih menjadi turun. Walaupun begitu, jenis perbandingan
optimum karena terjadi pembentukan asam laktat starter yang berbeda ternyata tidak menghasilkan
tertinggi. perbedaan penurunan pH yang signifikan. Dengan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan demikian jenis starter tidak mempengaruhi aktifitas
densitas dari ketiga variabel mengalami grafik naik perubahan komponen gula menjadi komponen asam
turun pada perubahan densitas. Densitas paling tinggi laktat (Muamanah, 2010).
terjadi pada 10% dan terendah pada 4% hal ini sesuai Dari hasil percobaan yang telah dilakukan
dengan teori. Tetapi dari grafik terjadi perubahan terjadi penurunan pH pada waktu inkubasi 1 dan 2
yang tidak biasa hal ini terjadi karena bahan rusak. hari tetapi mengalami kenaikan pada hari ketiga. Hal
Hal ini dapat dilihat dari penyimpangan konsistensi ini terjadi karena media fermentasi terkontaminasi
dan tekstur dari keadaan normal. Bahan yang normal dengan bakteri pembusuk. Bakteri pembusuk
memiliki nilai konsistensi yang normal yaitu kental mengurai protein dan asam-asam lemak menjadi
jika keadaannya menjadi encer maka suatu tanda amoniak. Amoniak adalah zat yang bersifat basa yang
kerusakan (Sugiarto, 1997). Keenceran ini mampu meningkatkan pH. Menurut Wahjuni (2013)
disebabkan oleh adanya whey. Whey merupakan Biasanya jika menggunakan media yang kompleks,
fraksi/bagian dari protein yang dipisahkan dari kasein terdiri protein/peptida. Ketika sel menggunakan
pada proses koagulasi dalam susu. Penurunan kadar nutrisi ini, mereka membersihkan amoniak dari asam
asam karena adanya amoniak yang terbentuk oleh amino yang terkandung, karena kebutuhan karbon
bakteri pembusuk yang membuat media fermentasi paling besar maka amoniak atau nitrogen yang
pH nya naik. Sementara untuk kadar glukosa yang terkandung dilepaskan. Karena media berbentuk cair
terus meningkat karena adanya whey. komposisi maka amoniak berubah menjadi amonium sulfat
whey masih mengandung 50% nutrisi susu. dalam larutan, dimana amonium sulfat ini dapat
Komponen terbesar whey adalah laktosa (4,5-5%) meningkatkan pH. Maka amoniak menarik proton
(Taufik dkk., 2014). Hal ini dapat dilihat dari until membentuk amonium dalam larutan berair, yang
penurunan densitas media, dimana viskositas menyebabkan pH meningkat.
sebanding dengan densitas. Semakin besar densitas Pengaruh Penambahan Starter Terhadap Kadar
dan viskositas maka rata-rata kecepatan fluida Glukosa dan Asam Laktat
semakin rendah (Sena, 2015). Sehingga jika densitas Perbedaan penambahan starterakan
menurun menunjukan bahwa larutan tersebut menjadi mempengaruhi kadar glukosa dan kadar asam laktat.
lebih encer. Perubahan densitas yang naik turun Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan data
disebabkan oleh rusaknya susu yang digunakan, hasil percobaan sebagai berikut:
diawal susu yang difermentasi membentuk asam,
20
kemudian pada hari ke-2 nya tumbuh whey, hingga
kadar glukosa (%S)

akhirnya susu membusuk pada hari ketiganya. 15


Pengaruh Penambahan Starter Terhadap pH 10 4%
Perbedaan penambahan starter akan 5 7%
mempengaruhi pH. Dari percobaan yang telah
dilakukan didapatkan data hasil percobaan sebagai 0 10%
berikut: 0 1 2 3
waktu (hari)
9
8
7 Gambar 3. Pengaruh penambahan starter terhadap
6
pH

5 4% kadar glukosa
4 7% 60
3
laktat (%AL)
kadar asam

2 10% 40
0 1 2 3 4%
20
waktu (hari) 7%
0
0 1 2 3 10%
Gambar 2. Pengaruh penambahan starter terhadap pH
Grafik di atas menunjukan pengaruh banyaknya waktu (hari)
penambahan starter terhadap pH media fermentasi
yoghurt. Terjadi penurunan pH pada hari ke-1 dan 2 Gambar 4. Pengaruh penambahan starter terhadap
tetapi pH naik pada hari ketiga. Penambahan starter kadar asam laktat
4% pada hari ketiga mengalami kenaikan ke pH 7 dari Grafik di atas menunjukan hubungan antara
pH 5. Sementara penambahan starter 7% dan 10% juga pengaruh penambahan starter terhadap perubahan
mengalami kenaikan pH dari hari ke dua adalah 5 dan kadar glukosa dan asam laktat pada fermentasi hari
hari ketiga adalah 6. ke-0, 1, 2, dan 3. Pada kadar glukosa terjadi kenaikan
Penurunan pH terjadi karena dengan kadar glukosa setiap harinya sementara kadar asam
bertambahnya waktu inkubasi, aktivitas mikroba laktat mengalami kenaikan sampai hari ke-2 dan turun
semakin meningkat dan jumlah mikroba semakin pada hari ke-3. Pada penambahan starter 4% terjadi
perubahan glukosa dengan kadar yang tinggi tetapi
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 4

memiliki kandungan asam laktat yang paling rendah. perubahan densitas pada hari ke-0, 1,2, dan 3 adalah
Sementara untuk penambahan starter 10% 1,0296 gr/ml; 1,08693 gr/ml; 0,975 gr/ml; dan 1,0338
menyebabkan perubahan kadar glukosa paling rendah gr/ml. Sementara pada penambahan media 21%
dan memiliki kadar asam latat paling tinggi. terjadi perubahan densitas pada hari ke-0, 1,2, dan 3
Dengan bertambahnya konsentrasi starter, adalah 1,0296 gr/ml; 1,09326 gr/ml; 0,977; dan
aktivitas mikroba Lactobacillus bulgaricus 1,0338 gr/ml. Pada penambahan media 17%. 19%,
meningkat dan jumlah mikroba semakin banyak, dan 21% terjadi fenomena perubahan densitas yang
sehingga menyebabkan jumlah asam laktat yang sama. Pada hari pertama terjadi kenaikan sementara
terbentuk semakin banyak. Dari hasil penelitian pada hari kedua turun dan hari ketiga naik lagi.
Niwan dan Hidayati (2015) menunjukkan bahwa Kecepatan reaksi enzimatis pada umumnya
konsentrasi starter optimum adalah pada konsentrasi tergantung pada konsentrasi substrat. Kecepatan
20% karena pada konsntrasi tersebut dihasilkan asam reaksi akan meningkat apabila konsentrasi substrat
laktat paling banyak yaitu dengan kadar asam laktat meningkat. Peningkatan kecepatan reaksi ini akan
adalah sebesar 1,31%. Kadar asam laktat tersebut semakin kecil hingga tercapai suatu titik batas yang
masih memenuhi standar SNI 01-2981- 1992. pada akhirnya penambahan konsentrasi substrat
Sementara untuk kandungan gula menurun semakin hanya akan sedikit meningkatkan kecepatan reaksi
lama waktu fermentasi karena gula diubah oleh (Irawati, 2016). Jadi penambahan subtrat yang terlalu
bakteri menjadi asam laktat. banyak hanya menambah kecepatan pembentukan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan kadar produk sedikit. Sehingga seharusnya semakin banyak
asam laktat tertinggi terjadi pada penambahan starter subtrat densitas lebih besar.
10%. Hal ini sesuai dengan teori yang ada. Tetapi Dari hasil percobaan densitas memiliki nilai
terjadi peningkatan asam yang tinggi dan penurunan yang hampir sama, tetapi pada penambahn starter
pada hari ke-3. Hal ini terjadi karena timbulnya whey 21% memiliki nilai densitas lebih besar sedikit. Hal
(cairan kuning kehijauan yang ada pada yoghurt) ini sesuai dengan teori yang ada. Tetapi dari grafik
mengakibatkan terjadi penurunan keasaman yang terjadi perubahan yang tidak biasa hal ini terjadi
sangat tinggi serta total asam yang tinggi (Sugiarto, karena bahan rusak. Hal ini dapat dilihat dari
1997). Whey merupakan fraksi/bagian dari protein penyimpangan konsistensi dan tekstur dari keadaan
yang dipisahkan dari kasein pada proses koagulasi normal. Bahan yang normal memiliki nilai
dalam susu. Penurunan kadar asam karena adanya konsistensi yang normal yaitu kental jika keadaannya
amoniak yang terbentuk oleh bakteri pembusuk yang menjadi encer maka suatu tanda kerusakan (Sugiarto,
membuat media fermentasi pH nya naik. Sementara 1997). Perubahan densitas yang naik turun
untuk kadar glukosa yang terus meningkat karena disebabkan oleh rusaknya susu yang digunakan,
adanya whey. komposisi whey masih mengandung diawal susu yang difermentasi membentuk asam,
50% nutrisi susu. Komponen terbesar whey adalah kemudian pada hari ke-2 nya tumbuh whey, hingga
laktosa (4,5-5%) (Taufik dkk., 2014). Whey dalam akhirnya susu membusuk pada hari ketiganya.
fermentasi yoghurt berada pada bagian permukaan Pengaruh Variasi Penambahan Media Terhadap
susu. pH
Pengaruh Variasi Penambahan Media Terhadap Perbedaan penambahan mediaakan
Densitas mempengaruhi pH. Dari percobaan yang telah
Perbedaan penambahan mediaakan dilakukan didapatkan data hasil percobaan sebagai
mempengaruhi densitas. Dari percobaan yang telah berikut:
dilakukan didapatkan data hasil percobaan sebagai
8
berikut:
6
1.1
densitas (gr/ml)

pH

4 17%
1.05 19%
2
17%
1 0 21%
19%
0 1 2 3
0.95 21% waktu (hari)
0 1 2 3
waktu (hari) Gambar 6. Pengaruh penambahan media terhadap pH
Grafik di atas menunjukan pengaruh banyaknya
Gambar 5. Pengaruh variasi penambahan media konsentrasi penambahan subtrat terhadap pH media
terhadap densitas fermentasi yoghurt. Terjadi penurunan pH pada hari
Grafik diatas menunjukan hubungan antara ke-1 dan 2 tetapi pH naik pada hari ketiga.
penambahan media terhadap densitas yoghurt pada Penambahan media 21% pada hari ketiga tidak
hari ke-0, 1, 2, dan 3. Pada penambahan media 17% mengalami perubahan. Sementara penambahan media
terjadi perubahan densitas pada hari ke-0, 1,2, dan 3 17% dan 19% mengalami kenaikan pH dari hari ke
adalah 1,0296 gr/ml; 1,08693 gr/ml; 0,977 gr/ml; dan dua adalah 4 dan 5 dan hari ketiga adalah 6.
1,0358 gr/ml. Pada penambahan media 19% terjadi
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 5

Penurunan pH terjadi karena dengan dengan kadar yang tinggi dan kadar asam laktat yang
bertambahnya waktu inkubasi, aktivitas mikroba tinggi juga. Sementara untuk penambahan substrat
semakin meningkat dan jumlah mikroba semakin 19% menyebabkan perubahan kadar glukosa paling
banyak, sehingga mengakibatkan pH medium rendah dan memiliki kadar asam laktat paling rendah
menjadi turun (Muamanah, 2010). Semakin juga.
bertambah subtrat maka kecepatan aktivitas enzim Kecepatan reaksi enzimatis pada umumnya
meningkat dan semakin banyak menghasilkan asam tergantung pada konsentrasi substrat. Kecepatan
laktat. Peningkatan asam laktat membuat media reaksi akan meningkat apabila konsentrasi substrat
fermentasi memiliki pH yang menurun, meningkat. Peningkatan kecepatan reaksi ini akan
Dari percobaan yang telah dilakukan pH pada semakin kecil hingga tercapai suatu titik batas yang
penambahan subtrat 17%, 19%, dan 21% terjadi pada akhirnya penambahan konsentrasi substrat
penurunan pada hari pertama dan kedua. Tetapi pada hanya akan sedikit meningkatkan kecepatan reaksi
penambahan subtrat 17% dan 19% terjadi (Aulyin, 2017). Sehingga semakin banyak asam laktat
peningkatan pH pada hari ke 3. Hal ini terjadi karena yang terbentuk dan terjadi penurunan kadar glukosa
media fermentasi terkontaminasi dengan bakteri yang cepat.
pembusuk. Media dapat terkontaminasi bakteri Dari hasil percobaan yang telah dilakukan
pembusuk dikarenakan penrlakuan yang dilakukan kandungan asam tertinggi pada penambahan subtrat
setiap harinya, yang mengharuskan membuka 21% dan paling rendah pada 19%. Tetapi terjadi
erlenmenyer, dan seringkali erlenmeyer dibiarkan peningkatan asam yang tinggi dan penurunan pada
terbuka dalam waktu yang relatif lama. Sehingga hari ke-3. Hal ini terjadi karena timbulnya whey
bakteri mudah masuk kedalam media fermentasi. (cairan kuning kehijauan yang ada pada yoghurt)
Bakteri pembusuk mengurai protein dan asam-asam mengakibatkan terjadi penurunan keasaman yang
lemak menjadi amoniak. Amoniak adalah zat yang sangat tinggi serta total asam yang tinggi (Sugiarto,
bersifat basa yang mampu meningkatkan pH. 1997). Whey merupakan fraksi/bagian dari protein
Pengaruh Variasi Penambahan Media Terhadap yang dipisahkan dari kasein pada proses koagulasi
Kadar Glukosa dan Kadar Asam Laktat dalam susu. Penurunan kadar asam karena adanya
Perbedaan penambahan mediaakan amoniak yang terbentuk oleh bakteri pembusuk yang
mempengaruhi kadar glukosa dan kadar asam laktat. membuat media fermentasi pH nya naik. Sementara
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan data untuk kadar glukosa yang terus meningkat karena
hasil percobaan sebagai berikut: adanya whey. komposisi whey masih mengandung
50% nutrisi susu. Komponen terbesar whey adalah
laktosa (4,5-5%) (Taufik dkk., 2014). Whey dalam
fermentasi yoghurt berada pada bagian permukaan
susu.
Pengaruh Suhu Pemeraman Terhadap Densitas
Variasi Suhu Pemeraman akan mempengaruhi
densitas. Dari percobaan yang telah dilakukan
didapatkan data hasil percobaan sebagai berikut:
1.1
densitas (gr/ml)

Gambar 7. Pengaruh penambahan media terhadap


kadar glukosa 1.05
80 17˚C
kadar asam laktat

1 30˚C
60
(%AL)

40 17% 0.95 37˚C


0 1 2 3
20 19%
waktu (hari)
0 21%
0 1 2 3 Gambar 9. Pengaruh suhu pemeran terhadap densitas
waktu (hari) Grafik diatas menunjukan hubungan antara
perbedaan suhu pemeraman terhadap densitas
yoghurt pada hari ke-0, 1, 2, dan 3. Pada suhu
Gambar 8. Pengaruh penambahan media terhadap
kadar asam laktat pemeraman 17˚C terjadi perubahan densitas pada hari
Grafik di atas menunjukan hubungan antara ke-0, 1,2, dan 3 adalah 1,0276 gr/ml; 1,03564 gr/ml;
0,9825 gr/ml; dan 1,0418 gr/ml. Pada suhu
pengaruh konsentrasi penambahan subteat terhadap
pemeraman 30˚C terjadi perubahan densitas pada hari
perubahan kadar glukosa dan asam laktat pada
ke-0, 1,2, dan 3 adalah 1,0315 gr/ml; 1,08712 gr/ml;
fermentasi hari ke-0, 1, 2, dan 3. Pada kadar glukosa
0,977 gr/ml; dan 1,0338 gr/ml. Sementara pada suhu
terjadi kenaikan kadar glukosa setiap harinya
sementara kadar asam laktat mengalami kenaikan pemeraman 37˚C terjadi perubahan densitas pada hari
ke-0, 1,2, dan 3 adalah 1,0296 gr/ml; 1,06693 gr/ml;
sampai hari ke-2 dan turun pada hari ke-3. Pada
0,9775; dan 1,0538 gr/ml. Pada starter 10% memiliki
penambahan substrat 17% terjadi perubahan glukosa
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 6

densitas paling tinggi dan pada penambahan starter Grafik di atas menunjukan pengaruh perbedaan
4% memiliki densitas paling rendah. Dari ketiga suhu peeraman terhadap pH media fermentasi
penambahan starter yang berbeda terjadi fenomena yoghurt. Pada suhu pemeraman 30˚C pH turun pada
pada hari pertama densitas naik sementara pada hari hari pertama dan konstan pada hari kedua dan ketiga
kedua turun dan naik lagi pada hari ketiga. yaitu pH 6. Pada suhu pemeraman 17˚C dan 37˚C
Suhu optimum untuk pertumbuhan Lactobacilus terjadi penurunan pH pada hari pertama dan kedua
Bulgaricus adalah 40-45˚C (Muamanah, 2010). sementara pada hari ketiga naik. pH paling rendah
Bakteri akan bekerja paling baik pada suhu optimum. tercapai pada suhu 17˚C mencapai pH 4 setelah itu
Hal ini karena jika suhu pemerapan pada suhu pada 37˚C mencapai pH 5 dan paling tinggi pada suhu
optimum sama seperti suhu dimana bakteri 30˚C hanya pH 6.
berkembang dengan baik. Suhu yang tidak sesuai Suhu optimum untuk pertumbuhan Lactobacilus
dengan kondisi optimum dari bakteri membuat bulgaricus adalah 40-45˚C (Muamanah, 2010).
pertumbuhan bakteri mati atau tidak tumbuh. Bakteri akan bekerja paling baik pada suhu optimum.
Semakin sesuai dengan kondisi optimum maka asam Hal ini karena jika suhu pemerapan pada suhu
laktat yang terbentuk semakin banyak. optimum sama seperti suhu dimana bakteri
Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat berkembang dengan baik. Suhu yang tidak sesuai
dilihat bahwa suhu tidak berpengaruh terhadap dengan kondisi optimum dari bakteri membuat
densitas media. Seharusnya suhu yang mendekati pertumbuhan bakteri mati atau tidak tumbuh.
optimum memiliki perubahan densitas yang nyata Semakin sesuai dengan kondisi optimum maka asam
karena terbentuknya asam laktat paling banyak. Tetapi laktat yang terbentuk semakin banyak.
dari grafik terjadi perubahan yang tidak biasa hal ini Dari hasil percobaan yang telah dilakukan
terjadi karena bahan rusak. Hal ini dapat dilihat dari terjadi penurunan pH pada hari pertama dan kedua.
penyimpangan konsistensi dan tekstur dari keadaan pH paling rendah pada suhu 17˚C yang seharusnya pH
normal. Bahan yang normal memiliki nilai konsistensi terendah adalah pada suhu 37˚C karena terbentuk
yang normal yaitu kental jika keadaannya menjadi asam laktat terbesar pada suhu itu. Hal ini karena
encer maka suatu tanda kerusakan (Sugiarto, 1997). adanya whey pada waktu fermentasi. Kerusakan yang
Keenceran ini disebabkan oleh adanya whey. Whey diakibatkan whey yang berlebihan adalah pada hari
merupakan fraksi/bagian dari protein yang dipisahkan ketiga sudah terjadi kerusakan dengan penurunan pH
dari kasein pada proses koagulasi dalam susu. yang sangat drastis (Sugiarto, 1997). Whey
Penurunan kadar asam karena adanya amoniak yang merupakan fraksi/bagian dari protein yang dipisahkan
terbentuk oleh bakteri pembusuk yang membuat dari kasein pada proses koagulasi dalam susu. Adanya
media fermentasi pH nya naik. Sementara untuk kadar peningkatan pH pada hari ke-3 pada variabel
glukosa yang terus meningkat karena adanya whey. perlakuan suhu 17˚C dan 37˚C dikarenakan
komposisi whey masih mengandung 50% nutrisi susu. penggunaan media yang kompleks, terdiri
Komponen terbesar whey adalah laktosa (4,5-5%) protein/peptida. Ketika sel menggunakan nutrisi ini,
(Taufik dkk., 2014). Hal ini dapat dilihat dari mereka membersihkan amoniak Dari asam amino
penurunan densitas media, dimana viskositas yang terkandung, karena kebutuhan karbon paling
sebanding dengan densitas. Semakin besar densitas besar maka amoniak atau nitrogen yang terkandung
dan viskositas maka rata-rata kecepatan fluida dilepaskan. Karena media berbentuk cair maka
semakin rendah (Sena, 2015). Sehingga jika densitas amoniak berubah menjadi amonium sulfat dalam
menurun menunjukan bahwa larutan tersebut menjadi larutan, dimana amonium sulfat ini dapat
lebih encer. Perubahan densitas yang naik turun meningkatkan pH. Maka amoniak menarik proton
disebabkan oleh rusaknya susu yang digunakan, until membentuk amonium dalam larutan berair, yang
diawal susu yang difermentasi membentuk asam, menyebabkan pH meningkat (Wahjuni, 2013).
kemudian pada hari ke-2 nya tumbuh whey, hingga Pengaruh Suhu Pemeraman Terhadap Kadar
akhirnya susu membusuk pada hari ketiganya. Glukosa dan Asam Laktat
Pengaruh Suhu Pemeraman Terhadap pH Perbedaan suhu pemeraman mempengaruhi
Perbedaan suhu pemeraman mempengaruhi pH kadar glukosa dan asam laktat. Grafik hubungan antara
akhir. Grafik hubungan antara suhu pemeraman suhu pemeraman fermentasi terhadap kadar glukosa
Fermentasi terhadap pH akhir fermentasi yoghurt pada dan asam laktat fermentasi yoghurt pada hari ke-0
hari ke-0 sampai ke-3: sampai ke-3:
8 15
kadar glukosa

6 10
pH

17˚C 17˚C
(%S)

4
2 5
30˚C 30˚C
0 0
37˚C 37˚C
0 1 2 3 0 1 2 3
waktu (hari)
waktu (hari)
Gambar 10. Pengaruh suhu pemeraman terhadap pH Gambar 11. Pengaruh suhu pemeraman terhadap
akhir kadar glukosa
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 7

dengan bertambahnya waktu inkubasi, %S


80
mengalami kenaikan dari hari kehari, %AL
kadar asam laktat 60 mengalami kenaikan dari hari ke-0 sampai hari ke-2
(%AL) kemudian mengalami penurunan pada hari ke-3.
40 17% Pada praktikum ini penambahan media yang
20 19% optimum adalah 21%V menyebabkan perubahan
densitas yang naik turun hal tersebut disebabkan oleh
0 21% rusaknya susu yang digunakan, perubahan pH yang
0 1 2 3 naik turun disebabkan oleh bakteri pembusuk yang
waktu (hari) menguraikan protein dan asam lemak menjadi
amoniak, %S mengalami kenaikan dari hari kehari ,
Gambar 12. Pengaruh suhu pemeraman terhadap %AL mengalami kenaikan namun di hari ke 3 terjadi
kadar asam laktat penurunan yang diakbatkan karena terbentuknya
Grafik di atas menunjukan hubungan antara whey.
pengaruh suhu pemeraman terhadap perubahan kadar Pada praktikum ini suhu pemeraman yang
glukosa dan asam laktat pada fermentasi hari ke-0, 1, optimum adalah 37°C menyebabkan perubahan
2, dan 3. Pada kadar glukosa terjadi kenaikan kadar densitas naik turun yang diakibatkan oleh timbulnya
glukosa setiap harinya sementara kadar asam laktat whey, pH yang dihasilkan turun dari hari ke hari, %S
mengalami kenaikan sampai hari ke-2 dan turun pada mengalami kenaikan dari hari kehari, sedangkan
hari ke-3. Pada suhu pemeraman 17˚C terjadi %AL mengalami kenaikan dari hari ke-0 sampai
perubahan glukosa dengan kadar yang tinggi dan dengan hari ke-2 kemudian mengalami penurun pada
kadar asam laktat yang tinggi juga. Sementara untuk hari ke-3.
penambahan starter 37˚C menyebabkan perubahan
kadar glukosa paling tinggi dan memiliki kadar asam 5. Ucapan Terima kasih
lakat paling rendah. Ucapan terimakasih disampaikan kepada Dyah
Suhu optimum untuk pertumbuhan Lactobacilus Hesti Wardhani S.T., M.T., Ph.D. selaku dosen
bulgaricus adalah 40-45˚C (Muamanah, 2010). pengampu, asisten-asisten Laboratorium Mikrobiologi
Bakteri akan bekerja paling baik pada suhu optimum. Industri Universitas Diponegoro, Galuh Salindri dan
Hal ini karena jika suhu pemerapan pada suhu Vania Frimasgita Giraldi sebagai asisten pengampu
optimum sama seperti suhu dimana bakteri materi yoghurt dan teman-teman yang telah membantu
berkembang dengan baik. Suhu yang tidak sesuai baik secara langsung maupun tidak langsung.
dengan kondisi optimum dari bakteri membuat
pertumbuhan bakteri mati atau tidak tumbuh. 6. Daftar Pustaka
Semakin sesuai dengan kondisi optimum maka asam Chotimah. (2009). Peranan Streptococcus
laktat yang terbentuk semakin banyak. Semakin thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus
banyak terbentuk asam laktat maka kadar glukosa dalam Proses Pembuatan Yogurt. FPPK
media menurun. UNIPA.
Dari percobaan yang telah dilakukan, pada suhu Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I. Jakarta:
30˚C memiliki kadar asam laktat yang paling tinggi Gramedia Pustaka Utama
yang seharusnya pada suhu 37˚C kadar asam laktat Irawati, R. (2016). Karakterisasi pH, Suhu, dan
paling tinggi. Hal ini karena pada suhu 30˚C adanya Konsentrasi Substrat pada Enzim Selulase
whey yang berlebihan. Whey tumbuh baik pada suhu Kasar yang Diproduksi. Fakultas Sains dan
ruangan. Kerusakan yang diakibatkan whey yang Teknologi. Universitas Islam Negeri (UIN).
berlebihan adalah pada hari ketiga sudah terjadi Jaya, F., Kusumahadi, D., dan Amertaningtyas, D.
kerusakan dengan penurunan pH yang sangat drastis (2011). Pembuatan Minuman Probiotik
(Sugiarto, 1997). Whey merupakan fraksi/bagian dari (Yoghurt) dari Proporsi Susu Sapi dan Kedelai
protein yang dipisahkan dari kasein pada proses dengan Isolat Lactobacillus Casei dan
koagulasi dalam susu. Penurunan kadar asam karena Lactobacillus Plantarum. Jurnal Ilmu dan
adanya amoniak yang terbentuk oleh bakteri Teknologi Hasil Ternak, 6(1), 13-17.
pembusuk yang membuat media fermentasi pH nya Muamanah, Anna. (2010). Pengaruh Lama Inkubasi
naik. Sementara untuk kadar glukosa yang terus dan Variasi Jenis Starter Terhadap Kadar Gula,
meningkat karena adanya whey. komposisi whey Asam Laktat, Total Asam dan pH Yoghurt Susu
masih mengandung 50% nutrisi susu. Komponen Kedelai. Jakarta : FST UIN Syarif Hidayatullah
terbesar whey adalah laktosa (4,5-5%) (Taufik dkk., Jakarta
2014). Whey dalam fermentasi yoghurt berada pada Niwan, Mawarni Anggita dan Hidayati, Nurul.
bagian permukaan susu. (2015). PENGARUH KONSENTRASI
STARTER TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT
4. Kesimpulan DALAM PEMBUATAN FRUITGHURT DARI
Pada praktikum ini penambahan starter yang KULIT BUAH SEMANGKA. Jakarta : jurnal
optimum adalah 10%V menyebabkan densitas naik ftumj
turun yang diakibatkan oleh kerusakan bahan dan Rahman, A, E. Taufik, S. Purwatiningsih, B.P.
timbulnya whey, sedangkan pH menurun seiring Purwanto. (2014). Kajian Potensi Whey Yogurt
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 8

Sebagai Bahan Alami Pencegah Jerawat. Bogor


: Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil
Peternakan
Ray, B. (2004). Fundamental Food Microbiology. 3rd
Ed. Florida : CRC Press LLC.
Regina, Artha. (2016). Karakteristik probiotik
berbagai jenis bakteri asam laktat (BAL) pada
minuman fermentasi laktatsari buah nanas.
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Risyda, Fahmia Aulin. (2017). Skripsi : PENGARUH
KONSENTRASI SUBSTRAT DAN INOKULUM
TERHADAP PRODUKSI
EKSOPOLISAKARIDA DARI TETES TEBU
OLEH Lactobacillus plantarum DAN
IDENTIFIKASI DENGAN FTIR. Malang : FSM
UIN Malang
Sena, Boni. (2015). PENGARUH DENSITAS DAN
VISKOSITAS TERHADAP PROFIL
KECEPATAN PADA ALIRAN FLUIDA
LAMINAR DI DALAM PIPA HORIZONTAL.
Fakultas Teknik, Matematika dan IPA
Universitas Indraprasta PGR.
Smid, E. J. and L. G. M. Gorris. (2007). Natural
antimikrobial for food preservation. In: Rahman,
M. S. (Editor). Handbook of Food Preser.vation.
2nd Edition. CRC Press, New York.
Sugiarto. (1977). PROSES PEMBUATAN DAN
PENYIMPANAN YOGHURT YANG BAIK.
Balai Penelitian Temak, Ciawi, Bogor.
Sulandari, L., S. Kumalaningsih dan T. Susanto.
(2001). Penambahan Ekstrak Tempe untuk
Mempertahankan Viabilitas Bakteri Asam
Laktat pada Yoghurt Bubuk.
http://digilib.brawijaya.ac.id/virtual_library
/mlg_warintek/Pdf%20Material/Biosain%2
0Edisi%20Desember%202001%20(Edisi%
203)/penambahan%20ekstrak%20tempe%
20untu k%20.pdf. Diakses pada tanggal 10
November 2018.
Sutanto. (2012). Peranan Bakteri Asam Laktat dalam
Pengolahan Makanan Fermentasi.
anthosusantho.wordpress.com/2012/03/22/pera
nan-bakteri-asam-laktat-bal-pada-pengolahan-
makanan-fermentasi/. Diakses pada 10
September 2018
Wahjuni, Sri. 2013. Metabolisme Biokimia.
Universitas Udayana. Denpasar.
Widowati, S., dan Misgiyarta, (2009). Efektifitas
Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam Pembuatan
Produk Fermentasi Berbasis Protein/Susu
Nabati, Balai Penelitian Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor.
Winarno, Dkk. (1980). Pengantar Teknologi Pangan.
Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai