Anda di halaman 1dari 579

Buku Ajar Berwarna

Histologi Edisi ke-3


LESLIE P. GARTNER, PhD
Professor of Anatomy
Department of Biomedical Sciences
Baltimore College of Dental Surgery
Dental School
University of Maryland
Baltimore, Maryland

JAMES L. HIATT, PhD


Professor Emeritus
Department of Biomedical Sciences
Baltimore College of Dental Surgery
Dental School
University of Maryland
Baltimore, Maryland
1600 John F. Kennedy Blvd.
Ste 1800
Philadelphia, PA 19103-2899

COLOR TEXTBOOK OF HISTOLOGY ISBN-13: 978-1-4160-2945-8


ISBN-10: 1-4160-2945-1
International Edition ISBN-13: 978-0-8089-2356-5
ISBN-10: 0-8089-2356-0
Copyright © 2007, 2001, 1997 by Saunders, an imprint of Elsevier Inc.

All rights reserved. Dilarang menerbitkan atau menyebarkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam
bentuk apapun dan dengan cara apapun, baik secara elektronik maupun mekanis, termasuk memfotokopi ,
merekam, atau sistem penyimpanan dan pengambilan inforrnasi, tanpa izin tertulis dari penerbit. Izin dapat
dicari langsung dari Elsevier’s Health Sciences Rights Department di Philadelphia, PA, USA: telepon: (+1)
215 239 3804, fax:(+1) 215 239 3805, e-mail: healthpermissions@elsevier.com. Anda juga dapat
menyelesaikan permintaan Anda secara online melalui situs Elsevier (http://www.elsevier.com), dengan
memilih “Customer Support” lalu “Obtaining Permissions”.

Perhatian

Baik Penerbit rnaupun Editor tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau cedera dan/atau
kerusakan pada seseorang atau properti yang terjadi akibat atau berkaitan dengan penggunaan isi materi
dalarn buku ini. Merupakan tanggung jawab dokter yang menangani pasien, berclasarkan keahlian dan
pengetahuan masing-masing mengenai pasien, untuk menentukan terapi terbaik dan metode penerapan
pada pasien.
Penerbit

Library of Congress Control Number: 2006930093

Sampul: Gambar teratas dipasang seizin "Nature Publihsing Croup"; dari Smith CJ, Grigorieff N, Pearse
BM: Clathrin coats dengan resolusi 21Ao : Kelompokan sel yang dirancang untuk mendaur-ulang reseptor
membran multipel. EMBO J 17: 4943-4953, 1998. Gambar tengah sumbangan dari Alexey Khodjakov,
Wadswo1th Center, Albany, New York. Cambar bawah sumbangan dari Drs. Gartner dan Hiatt.

Reg. ISBN-13: 978-1-4160-2945-8


Reg. ISBN-10: 1-4160-2945-1
IE ISBN-13: 978-0-8089-2356-5
IE ISBN-10: 0-8089-2356-0

Acquisitions Editor: Inta Ozols


Developmental Editor: Jacquie Mahon
Publishing Services Manager: Linda Van Pelt
Project Manager: Joan Nikelsky
Design Direction: Gene Harris
Working together to grow
libraries in developing countries
Dicetak di China www.elsevier.com | www.bookaid.org | www.sabre.org

Digit terakhir adalah nomor print: 9 8 7 6 5 4 3 2


To my wife Roseann,
my daughter Jennifer,
and my mother Mary
LPG

To my grandchildren
Nathan David,
James Mallary,
Hanna Elisabeth,
Alexandra Renate,
Eric James,
and Elise Victoria
JLH

䡲 䡲 䡲
FM-X2945.qxd 12/8/06 3:47 PM Page vii

䡲 䡲 䡲

Pengantar

Kembali lagi, kami mendapat kehormatan untuk (website) itu juga menyediakan integrasi tak berbatas
meluncurkan edisi baru buku ajar histologi yang tidak dengan wacana yang berkaitan dalam buku Elsevier yang
hanya dikenal dalam bahasa aslinya tetapi juga dalam lain yang telal1 dibeli, jika judul buku itu terrnasuk dalarn
beberapa bahasa lainnya. Peringkat histologi berubah kelompok Student Consult.
sejalan dengan kernajuan ilmu-ilmu biologi dalam Seperti pada dua edisi yang pertama, kami
pertengahan akhir abad ke-20. Histologi berkembang menyampaikan informasi seefisien mungkin. Tabel dan
dari ilmu deskriptif murni anatomi mikroskopik ke gambar meringkas judul yang kompleks untuk
posisinya yang sekarang ini sebagai pasak sumbu antara memudahkan pernahaman. Nas diberi tanda baca
anatomi fungsional dan biologi sel serta molekuler. dengan bagian beradegan (bullet) yang bukan hanya
Edisi ke-3 ini -yang muncul cepat, hanya beberapa menyampaikan bagian penting histologi fungsional
tahun saja setelah yang ke-2 - telah direvisi untuk tetapi sekaligus mengingatkan pembaca akan
mencerminkan informasi baru di bidang biologi sel dan pentingnya hal itu. lstilah penting dicetak tebal agar
molekuler yang menyinggung histologi. membantu mahasiswa menyiapkan diri untuk ujian.
Sambil mencakup banyak materi baru kami pun Kotak Korelasi Klinis disediakan untuk memperkenal-
mempertimbangkan baik-baik keterbatasan waktu yang kan kepada mahasiswa hubungan antara histologi
dihadapi mahasiswa akibat kurikulum yang dengan pekerjaan sebagai profesional kesehatan. Kami
membengkak dan melimpahnya informasi baru. Kami yakin ini merupakan dasar penting dari era histologi
berusaha keras secara cermat mempertahankan modern - bahwa struktur dan fungsi berkaitan erat.
keterbacaan dan keringkasan. Kami merevisi banyak Sekalipun telah bekerja keras untuk menyajikan
ilustrasi dan menambahkan rincian pada keterangan bahan bahasan yang lengkap dan akurat, kami
gambar. menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kekhilafan
Edisi ke-3 ini juga dilengkapi dengan akses ke Student dalam upaya ini. Oleh karena itu, kami tetap mengharap
Consult, sebuah situs yang dibangun penerbit Elsevier saran, nasihat, dan kritik untuk perbaikan buku ini.
yang memungkinkan para pembeli buku melihat
keseluruhan naskah dan gambar secara on-line. Laman
Leslie P. Gartner
James L. Hiatt
lgartner@umaryland.edu

vii
FM-X2945.qxd 12/8/06 3:47 PM Page ix

䡲 䡲 䡲

Ucapan Terima Kasih

Kami sampaikan terima kasih kepada yang tersebut di Histologi adalah subjek visual; oleh karena itu
bawah ini untuk bantuan dan dukungannya dalam ilustrasi grafis menjadi keharusan. Untuk hal ini kami
penyusunan buku ini. Di Universitas Maryland, terima berutang budi kepada Tod Smith untuk kecermatannya
kasih secara khusus disampaikan kepada Ms. Lindsay dalam memperbaiki dan membuat ilustrasi barn. Kami
C. Bare, mahasiswa tahun ke-3 Kedokteran gigi, karena juga berterima kasih kepada para sejawat di seluruh
banyak masukannya yang membantu pengembangan dunia dan penerbitnya yang mengijinkan kami
bahan presentasi. meminjam bal1an ilustrasi.
Kami juga sangat berterima kasih kepada Dr. Robert Akhirnya, terima kasih kami haturkan kepada tim
A. Bloodgood yang telah memberikan daftar panjang Elsevier untuk bantuannya, yaitu lnta Ozols; Jacqueline
untuk perbaikan dan pengembangan. Terima kasih juga Mahon, dan Joan Nikelsky.
disampaikan kepada Dr. Felipe A. Roberio dan Joel
Schechter untuk bantuan mereka yang menambahkan
komentar pada judul yang berkaitan dengan bidang
keahliannya.

ix
Ch001-X2945.qxd 12/8/06 3:17 PM Page 1

1 䡲 䡲 䡲

Pengantar Histologi dan


Dasar Teknik Histologi

Histologi merupakan cabang anatomi yang mengkaji Bagian berikut dari bab ini membahas metode yang
jaringan hewan dan tumbuhan. Namun buku ini hanya digunakan oleh ahli histologi untuk mempelajari anatomi
membahas jaringan hewan terutama manusia. Dalam arti mikroskopik tubuh
luas, kata (istilah) histologi merupakan sinonim bagi
anatomi mikroskopik, karena bahan bahasannya meluas MIKROSKOP CAHAYA
bukan hanya struktur mikroskopik jaringan tetapi juga
mencakup sel, organ, dan sistem organ.
Penyiapan Jaringan
Tubuh terdiri atas sel, matriks intersel, dan substansi Langkah yang diperlukan dalam penyiapan jaringan untuk
cair, yaitu cairan ekstrasel (cairan jaringan), yang mikroskop cahaya mencakup (1) fiksasi, (2) dehidrasi dan
merendam seluruh unsur tadi. Cairan jaringan yang pembeningan, (3) pembenaman, (4) pemotongan, dan (5)
berasal dari plasma darah, membawa nutrien, oksigen, pelekatan dan pewarnaan.
dan molekul sinyal ke sel-sel tubuh. Sebaliknya,
molekul sinyal, produk limbah, dan karbon dioksida Berbagai teknik telah dikembangkan untuk keperluan
yang dilepaskan oleh sel tubuh kembali ke darah kajian agar sedapat mungkin menyerupai keadan alami
melalui pembuluh darah dan limf melalui cairan ketika hidup. Langkah-langkah yang diperlukan
matriksantarsel tidak tampak pada sajian histologi rutin. mencakup: fiksasi, dehidrasi, dan pembeningan,
Namun ketidaktampakannya itu harus selalu diingat pembenaman dalam medium yang sesuai,
oleh para mahasiswa. pemotongan hingga menjadi irisan tipis yang
Subjek histologi sekarang bukan hanya mengenai memungkinkan pemeriksaan menggunakan
struktur tubuh; namun juga dikaitkan dengan fungsinya. transluminasi, pelekatan irisan pada permukaan untuk
Kenyataanya histologi berkaitan langsung dengan disiplin memudahkan penanganan, dan pewarnaannya sehingga
ilmu lain karenanya diperlukan untuk pemahamannya. berbagai unsur jaringan dapat dibedakan.
Oleh karena itu buku ajar ini mengaitkan disiplin ilmu
biololgi sel, biokimia, fisiologi, embriologi, anatomi, dan Fiksasi
bahkan patologi. Mahasiswa akan mengenal peran
penting histologi ketika ia kembali membuka bukunya Fiksasi berarti mengolah jaringan dengan zat kimia yang
kelak saat meniti karirnya. Contoh yang sangat jelas bukan saja mencegah perubahan jaringan pasca-mati
mengenai keterkaitan itu adalah pada pembahasan (sesudah diambil dari tubuh), tetapi juga
histologi ginjal yang akan mengungkap kerumitan mempertahankan arsitektur normalnya. Fiksatif yang
struktur organ itu (sampai ke tingkat molekuler) yang paling umum digunakan ialah formalin berdapar netral
menjadikan ginjal mampu menjalankan fungsinya. dan cairan Bouin. Keduanya menaut-silangkan protein,
Perubahan struktur ginjal akan berakibat timbulnya sehingga mempertahankan susunan menyerupai keadaan
berbagai penyakit yang mematikan. hidup.
1
Ch001-X2945.qxd 12/8/06 3:17 PM Page 2

2 䡲 䡲 䡲 Bab 1 䡲 Pengantar Histologi dan Dasar Teknik Histologi

Dehidrasi dan Pembeningan sebelum diwarnai. Setelah diwarnai potongan kembali


didehidrasi untuk memungkinkan penyematan media
Karena sebagian besar unsur jaringan terdiri atas air, perekat gelas penutup. Gelas penutup ini bukan hanya
maka dilakukan perendaman dalam larutan alkohol berguna untuk melindungi jaringan, melainkan juga
bertingkat, mulai dari 50% sampai dengan 100% untuk berfungsi penting untuk pengamatan dengan mikroskop.
menyerap airnya (dehidrasi). Selanjutnya jaringan Berbagai pewarna dikembangkan untuk visualisasi
dimasukkan ke dalam xilol, suatu zat kimia yang dapat berbagai unsut sel dan jaringan. Pewarna itu dapat
larut dalam parafin cair. Peristiwa ini disebut digolongkan menjadi tiga kelompok:
pembeningan, oleh karena jaringan menjadi bening
dalam xilol. 䡲 Pewarna yang membedakan unsur asam dan basa
unsur sel
Pembenaman 䡲 Pewarna khusus yang mengenali unsur serat matriks
ekstrasel
Agar dapat mengenali sel-sel yang saling tumpang 䡲 Garam logam yang mengendap pada jaringan,
tindih dalam jaringan dan matriks ekstraselnya, jaringan membentuk endapan pada jaringan
harus dibenam dalam medium yang sesuai kemudian
diiris tipis-tipis. Untuk mikroskop cahaya, biasanya Yang paling sering digunakan pada histologi adalah
digunakan parafin sebagai medium pembenam. Jaringan hematoksilin dan eosin (H&E). Hematoksilin bersifat
tadi diletakkan dalam wadah parafin cair yang sesuai basa yang khusus mewarnai unsur asam pada sel
sampai benar-benar teresapi seluruhnya. Setelah sehingga tampak kebiruan. Karena unsur yang paling
teresapi parafin, jaringan bersama parafin cair dibiarkan asam ialah asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam
mengeras dalam cetakan sehingga berbentuk blok parafin ribonukleat (RNA), maka inti dan lingkungan sitoplasma
dengan jaringan di dalamnya. yang kaya akan ribosom akan terwarna biru tua;
sehingga disebut bersifat basofilik. Eosin bersifat asam
Pemotongan yang mewarnai unsur basa dari sel sehingga tampak
merah muda. Karena banyak bagian sitoplasma bersifat
Setelah kelebihan parafin dipangkas, blok parafin tadi basa, daerah tertentu pada sitoplasma terwarna merah
siap dipotong menggunakan mikrotom, suatu mesin yang muda; unsur-unsur tersebut disebut asidofilik
diperlengkapi dengan pisau dan batang perekat yang (eosinofilik). Banyak pewarna lainnya juga digunakan
akan menyorongkan blok parafin dalam jarak spesifik untuk kajian histologi (Tabel 1-1).
yang sama ke arah pisau. Pisau mikrotom mampu Molekul beberapa pewarna, misalnya biru toluidin,
memotong blok parafin sangat tipis dan teratur. Untuk berpolimerisasi satu sama lain jika terpajan polianion
mikroskop cahaya ketebalan setiap irisan sekitar 5-10 jaringan dalam kadar tinggi. Agregatnya (polimer) ini
µm. berwarna berbeda dari molekul aslinya. Sebagai contoh,
Pemotongan juga dapat dilakukan pada jaringan yang biru toluidin mewarnai jaringan sehingga tampak biru
dibekukan dalam nitrogen cair atau pada batang kecuali jaringan yang kaya akan polianion (mis.matriks
pembeku-cepat sebuah kriostat. Potongan ini direkat tulang rawan dan glanula sel mast), yang akan terwarna
menggunakan medium perekat beku-cepat dan dipotong ungu dengan pewarna ini, disebut metakromatik dan
pada suhu di bawah nol derajat menggunakan pisau baja biru toluidin disebut bersifat metakromasia.
yang telah didinginkan lebih dulu. Potongan jaringan
pun diletakkan pada gelas objek yang telah didinginkan Mikroskop Cahaya
lebih dahulu, lalu dibiarkan mencapai suhu kamar, dan
diwarnai menggunakan pewarna khusus (atau diberi Mikroskop kompon (compound) terdiri atas serangkaian
perlakuan untuk kajian histokimia atau imunositokimia). khusus sejumlah lensa yang memungkinkan pembesaran
tinggi dan resolusi yang baik jaringan yang diperiksa
Perekatan dan Pewarnaan
Mikroskop masa kini menggunakan rangkaian khusus
Pemotongan parafin dilekatkan pada kaca-saji untuk sejumlah lensa untuk membesarkan bayangan (Gambar
kemudian diwarnai dengan zat warna larut-air yang 1-1). Karena tidak menggunakan lensa tunggal, maka
memungkinkan pembedaan berbagai unsur sel. disebut mikroskop kompon. Sumber cahayanya
Potongan untuk mikroskop cahaya konvensional, berasal dari lampu tungsten (sekarang umumnya
dipotong menggunakan pisau baja tahan karat, dan digunakan lampu halogen) yang sinarnya difokuskan
direkat pada kaca saji berlumurkan perekat. Karena oleh lensa kondensor.
banyak unsur jaringan mempunyai densitas optik Cahaya disorotkan dari bawah dan terfokus pada
yang hampir sama, maka untuk sajian mikroskopik spesimen. Cahaya melintas melalui spesimen masuk ke
harus diwarnai, biasanya menggunakan zat warna dalam lensa objektif yang dipasang dalam sebuah turet
larut air. Oleh karena itu parafin harus dihilangkan dulu tepat di atas spesimen tadi. Biasanya terdapat empat
dari potongan untuk selanjutnya dilakukan rehidrasi lensa objektif pada sebuah turet
Ch001-X2945.qxd 12/8/06 3:17 PM Page 3

Bab 1 䡲 Pengantar Histologi dan Dasar Teknik Histologi ■ ■ ■ 3

Kualitas lensa bergantung pada seberapa dekat


Tabel 1–1 Zat Warna yang Lazim resolusinya dengan batas teoritis 0.25 µm, batasan yang
Digunakan pada Pewarnaan Histologi ditentukan berdasarkan panjang gelombang cahaya kasat
mata.
Reagen Hasil Terdapat sejumlah jenis mikroskop, dibedakan
berdasarkan jenis sumber cahaya dan mekanisme
Hematoksilin Biru: inti; daerah asam pencahayaannya. Namun demikian kebanyakan
sitoplasma; matriks mahasiswa histologi hanya disyaratkan untuk mengenali
tulang rawan
gambaran mikroskop kompon (compound), mikroskop
Eosin Merah muda: daerah basa elektron transmisi, dan pindai (scan), karena itu
sitoplasma; serat kolagen mikroskop jenis lainnya tidak akan dibahas di sini.
Trikrom Masson Biru tua: inti Teknik Pencitraan Digital
Merah: otot, keratin, sitoplasma
Biru muda: musinogen, Teknik pencitraan digital memanfaatkan teknologi komputer
kolagen untuk menangkap dan memanipulasi gambar histologis.
Pewarna elastin Orsein Coklat: serat elastin
Dengan kedatangan teknologi komputer sekarang telah
Pewarna elastin Weigert Biru: serat elastin tersedia sarana gambar secara digital, tanpa
menggunakan film. Sekalipun teknologi ini tidak
Pewarnaan perak Hitam: serat retikular sepenuhnya menyamai teknologi film. Teknik ini
Hematoksilin besi Hitam: lurik serat otot,
mempunyai beberapa kelebihan.
inti, eritrosit 䡲 Gambar yang diinginkan langsung diperoleh
䡲 Modifikasi digital gambar
Asam periodat Schiff Magenta: glikogen dan molekul
yang kaya akan karbohidrat 䡲 Kemungkinan memperbaiki gambar menggunakan
perangkat lunak komersial
Pewarna Giemsa dan Merah muda: eritrosit,
Weight (untuk hitung granula eosinofil Selain itu, karena gambar tadi disimpan dalam
jenis pewarnaan sel Biru: sitoplasma monosit dan format digital, ratusan gambar dapat diarsipkan pada
darah) limfosit sekeping CD-ROM dan dapat dipanggil seketika.
Terakhir, dalam format digital gambar dapat dikirim
secara elektronik melalui surel (surat elektronik, e-mail)
untuk pembesaran lemah, sedang, dan kuat serta atau disebar-luaskan melalui internet.
pembesaran menggunakan minyak (imersi). Umumnya,
pada kebanyakan mikroskop tiga lensa objektif yang Penafsiran Potongan
pertama untuk pembesaran 4x, 10x, dan 40x dan tidak Mikroskopik
menggunakan minyak, sedangkan yang menggunakan
minyak membesarkan bayangan 100x. Suatu hal yang paling sulit, membingungkan, dan
Bayangan dari lensa objektif selanjutnya diberkas membutuhkan keterampilan serta makan waktu adalah
dan dibesarkan lagi oleh lensa okuler pada suku-mata menafsirkan tampilan dua dimensi menjadi tiga dimensi.
(eyepiece). Lensa ini biasanya membesarkan bayangan Jika anda membayangkan selang kebun yang tergulung,
10x sehingga menghasilkan pembesaran akhir 40, 100, lalu dibuat potongan tipisnya, anda akan melihat bahwa
400, dan 1.000 yang akan terfokus sebagai bayangan gambaran benda tiga dimensi itu tidak selalu mirip
pada retina mata. dengan gambaran dan dimensinya. (Gambar 1-2).
Namun demikian dengan melihat seluruh potongan
Untuk memfokuskan bayangan digunakan tombol
yang ada akhirnya dengan melihat seluruh potongan
putar yang menggerakkan lensa objektif ke atas atau
yang ada akhirnya dapat juga dilakukan rekonstruksi
bawah di atas spesimen. Tombol putar kasar
gambaran tiga dimensi yang sebenarnya.
(makrometer) menggerakkan dalam inkremen
(peningkatan) besar sedangkan tombol putar halus
menggerakkan objektif dalam inkremen kecil. Yang Prosedur Visualisasi Lanjutan
menarik adalah bahwa bayangan pada retina itu
sebenarnya terbalik kiri-kanan dan atas bawah. Histokimia
Kualitas bayangan bukan hanya bergantung pada
Histokimia merupakan cara pewarnaan jaringan yang
kemampuan pembesaran lensa akan tetapi juga
memberikan gambaran keberadaan dan letak makromolekul
kemampuan resolusinya yang berarti kemampuan lensa intra ekstrasel.
memisahkan secara jelas dua benda yang berdekatan.
Ch001-X2945.qxd 12/8/06 3:17 PM Page 4

4 䡲 䡲 䡲 Bab 5 䡲 Pengantar Histologi dan Dasar Teknik Histologi

Bayangan pada mata

Katoda
Anoda

Lensa okular
Anoda
Lensa
kondensor
Lensa
kondensor
Spesimen Koil
pemindai
Sinar
pemindai
Lensa
objektif
Spesimen Detektor Amplifaier
elektron elektronik

Lensa Jendela pengamatan


kondensor

Lensa
proyeksi

Lampu Cermin Bayangan Spesimen Bayangan Layar televisi


pada layar pengamat pada layar pengamat
Mikroskop cahaya Mikroskop elektron Mikroskop
transmisi elektron pindai

Gambar 1–1 Perbandingan mikroskop cahaya, elektron transmisi dan pindai.

Potongan Potongan
melintang memanjang

Potongan
serong

Gambar 1–2 Histologi memerlukan


rekonstruksi mental gambaran dua
dimensi menjadi tiga dimensi muasak
potongannya. Dalam gambar ini tabung
berliku dipotong pada berbagai bidang
Diagram memperlihatkan perbedaan potong; untuk menggambarkan
penampang potongan tabung berliku hubungan antara serangkaian potongan
yang dipotong di berbagai tempat. dua dimensi dengan struktur tiga
dimensinya.
Ch001-X2945.qxd 12/8/06 3:17 PM Page 5

Bab 1 䡲 Pengantar Histologi dan Dasar Teknik Histologi ■ ■ ■ 5

Tambahkan
anti-antibodi
berfluoresen
Gambar 1–3 Metode langsung dan Antibodi
tidak langsung imunositokimia. Kiri, berfluoresen
antibodi terhadap antigen yang dilabel Antibodi
dengan pewarna fluoresen dan dilihat
menggunakan mikroskop fluoresen. Antigen Antigen
Fluoresensi (pendaran) itu terjadi pada
tempat antibodi terletak. Kanan , anti-
antibodi berlabel fluoresen disiapkan
Potongan jaringan
untuk direaksikan dengan antibodi
yang terikat dengan antigen yang
dicari. Jika dilihat dengan mikroskop Larutan pencuci
fluoresensi, daerah yang berpendar
menandakan letak antibodi. Langsung Tak langsung

Unsur kimia utama sel atau jaringan dapat diketahui Ada dua metode untuk melabel antibodi; langsung
letaknya menggunakan teknik histokimia atau sitokimia. dan tidak langsung. Pada metode langsung (direk)
Cara ini mengandalkan kegiatan enzim, reaktivitas (Gambar 1-3) antibodi terhadap makromolekul dilabel
kimiawi, dan fenomena fisikokimiawi yang berkaitan dengan pewarna fluoresen, dan kompleks hasilnya dapat
dengan unsur kimia utama yang dituju. Reaksi yang dilihat dengan mikroskop fluoresen (Gambar 1-4).
dituju menghasilkan endapan tidak larut yang dapat Pada metode tak-langsung (indirek) (lihat Gambar
diamati karena bereaksi dengan zat warna tertentu. 1-4) antibodi berlabel disiapkan terhadap antibodi
Seringkali histokimia diterapkan pada jaringan beku dan primer yang spesifik untuk makromolekul yang dituju.
dapat digunakan untuk kajian mikroskop cahaya ataupun Setelah antibodi primer beraksi dengan antigen; preparat
elektron. dicuci untuk membersihkan kelebihan antibodi primer
Reaksi histokimia yang biasa digunakan adalah yang tidak terikat. Selanjutnya ditambahkan antibodi
reagen Asam Periodat-Schiff (PAS), yang membentuk berlabel yang akan bereaksi dengan kompleks antigen-
endapan magenta (merah keunguan) bersama molekul antibodi primer yang akan membentuk kompleks
yang kaya akan glikogen dan karbohidrat. Untuk sekunder yang dapat dilihat menggunakan mikroskop
memastikan bahwa reaksi itu spesifik untuk glikogen, fluoresens (Gambar 1-5). Metode indirek lebih sensitif
potongan berikutnya dibubuhi amilase terlebih dahulu. dibandingkan yang direk sebab lebih banyak anti-
Dengan demikian potongan yang tidak dibubuhi amilase antibodi berlabel yang terikat pada antibodi primer,
memperlihatkan endapan berwarna magenta sedangkan sehingga lebih mudah dilihat. Lagipula metode indirek
pada yang dibubuhi amilase tidak ditemukan endapan tidak perlu melabel antibodi primer, yang seringkali
magenta di tempat yang sama ketersediaannya terbatas.
Sekalipun enzim dapat diperletakkan (localized)
dengan prosedur histokimia, tetapi yang dilihat adalah Imunositokimia dapat digunakan pada spesimen
produk reaksi enzimatik dan bukan enzimnya. untuk mikroskop elektron, menggunakan label feritin,
Reagennya dirancang agar terbentuk endapan pada suatu molekul kedap-elektron, tanpa menggunakan
tempat reaksi yang dapat dilihat sebagai deposit pewarna fluoresens. Label feritin dapat digunakan untuk
berwaena atau metalik. metode direk dan indirek

Imunostokimia Autoradiografi
Imunostokimia menggunakan sejumlah antibodi dan anti- Autoradiografi merupakan metode yang memanfaatkan
antibodi berfluoresens untuk mendapatkan lokasi intra dan inkorporasi isotop radioaktif ke dalam makromolekul, yang
ekstrasel makromolekul dengan lebih tepat dibandingkan hasilnya dapat dilihat dengan menggunakan lapisan
dengan teknik hoistokimia. emulsi foto.

Walaupin histokimia sudah cukup baik untuk mengenali Autoradiografi (radioautografi) merupakan metode yang
letak enzim atau makromolekul di dalam sel atau secara khusus bermanfaat untuk memperletakkan
jaringan, namun imunositokimia mampu lebih baik lagi. (lokalisasi) dan mempelajari serangkaian peristiwa yang
Untuk prosedur ini diperlukan antibodi terhadap berlangsung sementara. Metode ini memanfaatkan
makromolekul yang akan diperletakkan itu; selanjutnya inkorporasi (insersi) isotop radioaktif—biasanya
antibodi itu dilabel dengan pewarna fluoresens misalnya tritiummost (3H)—ke dalam senyawa yang sedang diteliti
fluoresein dan atau rodamin. (Gambar. 1-6). Salah satu contoh adalah penggunaan
Ch001-X2945.qxd 12/8/06 3:17 PM Page 6

6 䡲 䡲 䡲 Bab 1 䡲 Pengantar Histologi dan Dasar Teknik Histologi

Gambar 1–4 Contoh imunositokimia. Neuron hasil kultur neuron


Gambar 1–5 Imunositokimia tak langsung. Anti-antibodi
jaringan ganglion servikal superior tikus dipulas secara superior
berfluoresen (antibodi sekunder) disiapkan untuk melabel antibodi
imunositokimia menggunakan antibodi spesifik berlabel fluoresen untuk
primer terhadap kolagen IV, guna mengungkapkan adanya lamina
reseptor insulin. Daerah yang terang merupakan tempat perikatannya
basal yang kontinu pada permukaan antara kelompokan sel ganas
dengan reseptor insulin. Pola pulasannya menunjukkan bahwa reseptor
dengan jaringan ikat di sekitarnya. (Dari Kopf-Maier P, Schroter-
terletak di seluruh sitoplsma, badan sel (soma) dan percabangannya
Kermani C: Distribution of type VII collagen in xenografted human
tetapi tidak ditemukan pada inti (Dari James S, Patel N, Thomas P,
carcinomas. Cell Tissue Res 272:395-405, 1993.)
Burnstock G: Immunocytochemical localisation of insulin receptors
on rat superior cervical ganglion neurons in dissociated cell culture. J
Anat 182:95-100, 1993.)

mikroskop cahaya. Butiran perak tertinggal di atas daerah


spesimen yang mengandung senyawa radioaktif.
asam amino tritiasi untuk melacak sintesis dan
pengemasan protein. Setelah senyawa terlabel disuntikkan Autoradiografi telah digunakan untuk mengamati
pada binatang, contoh jaringan diambil dalam interval kurub waktu inkorporasi prolin tritiasi ke dalam
waktu yang telah ditentukan. Selanjutnya jaringan membran basal pengalas sel endodermal kantung
diproses seperti biasa dan direkatkan ke atas gelas objek. kuning telur (lihat Gambar. 1-6). Penerapan metode
Bedanya jaringan tidak ditutup kaca penutup, melainkan autoradiografi pada mikroskopi elektron telah
lapisan tipis emulsi fotografik. Selanjutnya jaringan digunakan untuk memperlihatkan bahwa prolin tritiasi
diletakkan dalam kotak gelap beberapa hari atau pekan. pada awalnya tampak di salam sitosol sel endodermal,
Selama waktu itu isotop radioaktif beremisi memapar kemudian berjalan ke retikulum endoplasma, lalu ke
emulsi di atas tempat sel pengandung isotop. Emulsi tadi aparatus Golgi, kemudian ke dalam vesikel, untuk
kemudian dikembangkan dan difiksasi menggunakan akhirnya ke matriks ekstrasel (Gambar. 1-7). Dengan
teknik fotografi dan butiran halus perak tertinggal pada cara tadi rangkaian peristiwa yang terjadi pada sintesis
bagian emulsi yang ter-pajan. Spesimen tadi selanjutnya kolagen tipe IV—protein utama lamina densa pada
disampul dengan gelas tutup dan diperiksa menggunakan lamina basal—secara visual telah diperlihatkan.
Ch001-X2945.qxd 12/8/06 3:17 PM Page 7

Bab 1 䡲 Pengantar Histologi dan Dasar Teknik Histologi ■ ■ ■ 7

Pada mikroskop konfokal, sinar laser melalui cermin


dikroik (pemilah gelombang cahaya, hanya meneruskan
gelombang cahaya yang diinginkan; penerjemah) yang
akan difokuskan pada objek oleh sepasang cermin
bermotor yang geraknya dikendalikan oleh komputer
untuk memindai seluruh permukaan sampel. Karena
sampel dipulas dengan pewarna berfluoresen, sinar laser
A ybs. akan memicu emisi sinar dari zat warna. Sinar emisi
menjalani jalur yang sama dengan sinar yang datang
tetapi dengan arah sebaliknya dan cermin dikroik akan
memfokuskan sinar emisi ini pada lubang kecil di sebuah
piringan. Sebuah tubus fotomultiplikator selanjutnya
akan menghimpun sinar emisi yang melewati lubang
kecil dan piringan itu sekaligus menahan sinar lainnya
yang dapat memburamkan bayangan. Perlu diingat
bahwa cahaya yang muncul dari lubang kecil pada setipa
B waktu mewakili setiap titik pada sampel, dan karena
sinar laser memindai seluruh permukaan sampel maka
akan terhimpunlah semua titik oleh tubus
fotomultiplikator. Semua titik yang dihimpun tubus
fotomultiplikator selanjutnya diolah menggunakan
komputer dan terbentuklah gambar yang merupakan
sebuah komposit terdiri dari titik-titik (pixel) yang
terhimpun dari waktu ke waktu (Gambar 1-8). Karena
kedalaman lapangan pemindaian dangkal (hanya lapisan
C
tipis dari sampel yang dapat diamati pada setiap
pemindaian), pemindaian itu dapat diulang pada lapisan
berikutnya yang lebih dalam lagi sehingga akhirnya dapat
diperoleh gambar tiga dimensi yang bagus (Gambar 1-9).

MIKROSKOPI ELEKTRON
D
Penggunaan elektron sebagai sumber cahaya dalam
mikroskopi elektron memungkinkan pembesaran dan
Gambar 1–6 Autoradiografi. Pengamatan dengan mikroskop resolusi yang jauh lebih kuat daripada yang dapat
cahaya inkorporasi prolin tritiasi ke membran basal sebagai
fungsi dari waktu setelah injeksi prolin tritiasi (batang skala 10 µ). diungkapkan dengan mikroskop cahaya.
Pada mikrograf A-C, butiran perak (bintik-bintik hitam) terutama
terletak pada sel-sel endodermal; setelah 8 jam (mikrograf cahaya Pada mikroskopi cahaya, lensa-lensa optik
D), namun demikia butiran perak juga tampak pada membran basal. memfokuskan cahaya kasatmata (sinar yang terdiri atas
Adanya butiran perak menandakan prolin tritiasi . (Dari Mazariegos foton). Pada mikroskop elektron, yang memfokuskan
MR, Leblond CP, van der Rest M: Radioautographic tracing of 3H-
proline in endodermal cells of the parietal yolk sac as an indicator of sinar elektron adalah perangkat elektromagnet. Karena
the biogenesis of basement membrane components. Am J Anat panjang gelombang sinar elektron jauh lebih pendek
179:79-93, 1987.) daripada sinar kasatmata, secara teoritis mikroskop
elektron transmisi mampu memisahkan dua titik yang
berjarak 0,005 nm, Dalam praktiknya daya resolusi
MIKROSKOP KONFOKAL mikroskop elektron transmisi adalah 0,2 nm, yang tetap
masih lebih dari 1.000x lebih besar daripada resolusi
Mikroskop konfokal bergantung pada sinar laser sebagai mikroskop cahaya kompon. Resolusi mikroskop elektron
sumber cahaya dan tabir berlubang kecil untuk pemindai sekitar 10 nm, agak lebih rendah daripada
mengeliminasi sinar pantulan yang mengganggu. jadi, sinar mikroskop elektron transmisi. Tambahan lagi,
yang dapat dilihay hanya yang ada di titik fokus lensa mikroskop elektron modern mampu memperbesar
objektif, menjadikan lubang kecil sebagai penghimpun bayangan objek mencapai 150.000x; kemampuan ini
(pengkonjugasi) titik fokus tadi. cukup kuat untuk melihat sebuah makromolekul seperti
DNA dan miosin.
Ch001-X2945.qxd 12/8/06 3:17 PM Page 8

8 䡲 䡲 䡲 Bab 1 䡲 Pengantar Histologi dan Dasar Teknik Histologi

Gambar 1–7 Autoradiografi. Pada


mikrograf elektron sel endodermal kantong
kuning telur ini, butiran perak (sama seperti
Gambar 1-6), memperlihatkan adanya prolin
tritiasi, dan endoplasmik retikulum (RER),
Aparatus Golgi (G), serta granuta sekresi
(SG). Kolagen tipe IV, yang kaya akan prolin,
disintesis dalam sel endodemal dan
dicurahkan ke membran basal. Prolin tritiasi
terutama terkonsentrasi di organel yang
berperan pada sintesis protein. M,
mitokondria; N , inti sel, (Dari Mazariegos
MR, Leblond CP, van der Rest M;
Radiographic tracing of 3H-proline in
endodermal cells of the parietal yolk sac as an
indicator of the biogenesis of basement
membrane components. Am J Anat
179:79-93, 1987.)

Cermin Apertura Detektor penguat


pemindai lubang-jarung cahaya

Cermin
Pemindai

Apertura
lubang-jarung

Laser dengan
cahaya laser

Spesimen

Gambar 1–8 Mikroskopi konfokal. Sinar laser melintas melalui cermin dikroik untuk difokuskan pada spesimen oleh dua cermin bermotor
yang dikendalikan komputer untuk memindaikan sinar ke seluruh permukaan sampel. Cahaya yang muncul dari lubang-jarum pada setiap kali
mewakili satu titik pada sampel. Karna sinyal laser memindai seluruh sampel, titik-titik selanjutnya dikumpulkan oleh tubus penguat foto. Semua
titik yang diperoleh dirakit oleh komputer untuk membentuk bayangan konfokal.
Ch001-X2945.qxd 12/8/06 3:17 PM Page 9

Bab 1 䡲 Pengantar Histologi dan Dasar Teknik Histologi ■ ■ ■ 9

dapat dipotong jauh lebih tipis (ultra tipis), hanya setebal


25-100 nm, yang tidak akan menyerap sinar elektron.
Sinar elektron dibuat dalam sebuah ruang kosong
dengan cara memanaskan filamen tungsten yangdisebut
katoda. Elektron tadi kemudian ditarik ke anoda yang
bermuatan positif yang berupa lempeng logam
berbentuk donat dengan lubang di tengahnya. Dengan
perbedaan muatan sekitar 60.000 volt antara katoda dan
anoda, elektron yang melewati lubang pada anoda
mempunyai tenaga kinetik yang tinggi.
Sinar elektron difokuskan pada spesimen
menggunakan elektromagnet, yang analog dengan lensa
kondensor mikroskop cahaya (lihat Gambar 1-1). Karena
jaringan dipulas dengan logam berat yang terutama
mengendap pada membran lipid elektron kehilangnya
sebagian energi kinetiknya begitu berinteraksi dengan
jaringan. Semakin berat logam yang digunakan, semakin
rendah sisa tenaga elektron ybs.
Elektron yang meninggalkan spesimen akan terkena
sejumlah elektromagnet tambahan yang akan
memfokuskan sinar pada lempeng fluerosen. Begitu
Gambar 1–9 Bayangan konfokal metafase sel tikus kanguru elektron menabrak lempeng fluerosen, energi kinetiknya
(PtK2) diwarnai dengan FITC-falodin untuk aktin-F (hijau) dan diubah menjadi titik-titik cahaya yang intensitasnya
propidium iodida untuk kromoson (merah). (Sumbangan Dr. Matthew berbanding lurus dengan energi kinetik elekton. Anda
Schibler, University of California Brain Research Institute, Los dapat membuat rekaman permanen gambar yang
Angeles, California.)
dihasilkan dengan menyulih lempeng fluerosen dengan
film sensitif elektron yang akan menghasilkan gambar
negatif untuk dicetak menjadi foto hitam-putih.
Mikroskop Elektron Transmisi
Mikroskop Elektron Transmisi (TEM) menggunakan
potongan yang jauh lebih tipis dibanding dengan
mikroskop cahaya dan memerlukan teknik pengendapan Teknik Patah-Beku (Freeze-Fracture)
logam berat dan bukan pewarna larut airuntuk
Struktur makromolekul sisi internal membran dapat
pulasannya.
diungkap menggunakan teknik patah-beku (Gambar.
Penyiapan spesimen jaringan untuk TEM mencakup 1-10). Spesimen beku-cepat yang telah diolah dengan
sejumlah langkah dasar seperti halnya dengan kriopreservatif (pengawet-beku) tidak membentuk kristal
mikroskopi cahaya. Telah dikembangkan sejumlah es selama proses pembekuan. Dengan demikian jaringan
fiksatif khusus untuk mikroskopi elektron tranmisi, bebas dari kerusakan mekanis. Saat spesimen dibentur
karena mikroskop elektron memerlukan protein taut- bilah pisau super-dingin, spesimen tadi akan patah
silang yang lebih halus khusus. Fiksatif itu, termasuk sepanjang retakan yang merupakan permukaan dengan
larutan dapar glutaraldehida, paraformadehida, ikatan makromolekul paling rendah. Pada sel-sel, patahan
osmium tetroksida, dan kalium permanganat, yang umumnya terjadi antara lembaran dalam dan luar
bukan saja mengawetkan detil struktural halus tetapi juga membran.
berfungsi sebagai pewarna kedap-elektron, yang Selanjutnya permukaan patahan tadi dilapisi uap
memungkinkan pengamatan jaringan menggunakan sinar platinum dan karbon yang akan membentuk akumulasi
elektron. pada satu sisi proyeksi dan sama sekali tidak ada pada
permukaan diseberangnya; akibatnya akan membentuk
Karena semua fiksatif tadi merasuki jaringan dengan
replika permukaan tersebut. Akhirnya jaringan dicerna
lebih buruk dibanding dengan fiksatif untuk mikroskop
dan dibuang, lalu replika dilihat menggunakan TEM.
cahaya, diperlukan fiksatif lebih banyak untuk jaringan
Teknik ini dapat memperlihatkan proten transmembran
dengan ukuran yang lebih kecil. Blok jaringan untuk
dari membran sel.
TEM biasanya tidak lebih besar daripada 1 mm3.
Sejumlah media pembenam telah dikembangkan, seperti
resin epokso, oleh karena itu benaman plastik jaringan
Ch001-X2945.qxd 12/8/06 3:17 PM Page 10

10 䡲 䡲 䡲 Bab 1 䡲 Pengantar Histologi dan Dasar Teknik Histologi

Gambar 1-10 Sitokimia dan patah-beku


(freeze-fracture) . Replika label-fraktur sebuah sel
asinus pankreas tikus. Residu N-asetil-D-
gakaktosamin dapat diperletakkan (lokalisasi)
menggunakan kompleks lektin-emas helixpomatia,
yang tampak sebagai titik hitam pada gambar.
Kepala panah menunjukkan membran sel. Intinya
(NU), tampak sebagai ceruk, RER tampak sebagai
garis bejajar dan granula sekretori sebagai tonjol
atau ceruk kecil. Tonjol (G) mewakili setengah
muka-E dan ceruknya (asterisk) mewakili muka-P
membran granula sekretori. m, mitokondria. (Dari
Kan FWK, Bendayan M: Topographical and planar
distribution Helix pomatia lectine binding
glycoconjugates in secretory granules and plasma
membrane pancreatic acinar cells of the rat:
Demonstration of membrane heterogeneity. Am J
Anat 185: 165-176, 1989.

Mikroskop Elektron Pemindai/ Saat cahaya elektron memindai permukaan objeknya,


sejumlah (elektron balik-baur) dipantulkan dan lainnya
Scanning Electron Microscopy (SEM) (elektron sekunder) disemburkan dari lapisan logam
Mikroskop Elektron Pemindai (SEM) menghasilkan
berat. Elektron balik-baur dan elektron sekunder
gambar tiga dimensi spesimenya.
ditangkap oleh detektor elektron yang selanjutnya
dikumpulkan, ditafsirkan dan ditayangkan pada monitor
Lain dengan TEM, SEM digunakan untuk melihat sebagai bayangan tiga dimensi (lihat Gambar. 1-1).
permukaan spesimen pejal. Dengan teknik ini kita Gambar hasilnya dapat direkam permanen menggunakn
dapat melihat gambar tiga dimensi objeknya. Biasanya fotografi atau proses digitalisasi untuk disimpan dalam
objek yang hendak dilihat disiapkan secara khusus komputer.
memungkinkan pengendapan lapisan tipis logam berat
misalnya emas atau pladium.
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 11

2 䡲 䡲 䡲

Sitoplasma

Sel merupakan unit fungsional dasar dari suatu organisme yang el, sitoskeleton, dan benda inklusi.
kompleks. Sejumlah sel yang sekerabat atau mirip satu sama
lain dan yang juga berfungsi secara khusus atau menjalankan
fungsi yang sama bergabung bersama membentuk jaringan. ORGANEL
Keempat jaringan dasar (epitel, jaringan penyambung, jaringan
otot, dan saraf) yang membentuk tubuh terakit membentuk Organel berupa struktur sel yang aktif secara
organ yang selanjutnya membentuk sistem organ. Tugas metabolik dan menuntaskan fungsi khusus.
setiap organ juga khusus, dalam arti menjalankan sejumlah
fungsi bersama misalnya mencerna, reproduksi, dan respirasi. Walaupun sejumlah organel ditemukan menggunakan
Sekali tubuh manusia terdiri atas lebih dari 200 jenis sel yang mikroskop cahaya, struktur dan fungsinya belum terungkap
berbeda, semua sel mempunyai gambaran yang serupa; oleh sampai ditemukannya mikroskop elektron, teknik pemisahan
karena itu dapat digunakan istilah umum. Setiap sel diliputi dan prosedur biokimia serta histokimia yang peka. Hasilnya
membran plasma bilipid, mempunyai organel yang sekarang telah diketahui bahwa membran organel terdiri atas
memungkinkan menuntaskan fungsinya, mensintesis fosfolipid lapis ganda (bilayer) , yang bukan hanya berupa
makromolekul untuk eperluannya sendiri ataupun diekspor, pemisah kompartemen sel tetapi juga menyediakan permukaan
memproduksi energi, dan mampu berkomunikasi dengan sel luas untuk reaksi biokimia penopang kehidupan.
lainnya (Gambar 2-1 sampai 2-4)
Protoplasma, yang merupakan bagian sel yang hidup, dibagi Membran Sel
menjadi dua kompartemen; sitoplasma, mengisi ruang antara
membran plasma sampai selaput inti, dan karioplasma, berupa Membran sel membentuk sawar permeabel selektif
substansi pembentuk isi inti sel. Sitoplasma akan lebih dirinci antara sitoplasma dan lingkungan luar.
dalam bab ini; sedangkan inti (nukleus) dibahas dalam Bab 3.
Setiap sel diliputi membran sel (yang disebut
Bagian terbesar berupa air, tempat berbagai unsur kimia
juga membran plasma atau plasmalema) yang berfungsi
organik dan anorganik terlarut dan berada di dalamnya.Cairan untuk:
suspensinya di sebut sitosol. Di dalam sitosol terkandung 䡲 Mempertahankan integritas struktur sel tersebut.
sejumlah organel, struktur yang secara metabolik aktif yang
䡲 Pengendali pergerakan subtansi keluar masuk sel
berfungsi khusus(Gambar 2-5 dan 2-6). Selain itu,bentuk sel,
(permeabilitas selektif)
kemampuan geraknya, dan jalur alir intrasel dilaksanakan oleh
䡲 Mengatur interaksi sel satu sama lain
sisten tubulus dan filamen yang membentuk sitoskeleton atau 䡲 Mengenali, melalui reseptor, antigen dan sel asing dan juga
kerangka sel. sel yang berubah sifat
Terakhir, sel mengandung benda inklusi, yang sebagian 䡲 Bekerja sebagai penghubung antara sitoplasma dan
berupa hasil samping metabolisme, berbagai bentuk simpanan lingkungan luar
atau cadangan nutrien, kristal inert dan pigmen. Judul berikut 䡲 Mewujudkan sistem transpor untuk molekul khusus
ini akan membicarakan bentuk dan fungsi kandungan utama 䡲 Tranduksi isyarat (sinyal) kimia dan fisika dan luar
organ- ke kegiatan sel 11
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 12

12 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma

L
N

Gambar 2-1 Mikrograf cahaya sel yang khas


dari korteks renal monyet (x975). Perhatikan
inti yang biru (N) dan sitoplasma merah
muda. Batas-batas setiap sel dapat dilihat
secara mudah. Daerah putih di lapangan
tengah adalah lumen (L) tubulus koligens

D
A

Gambar 2-2 Sel Purkinje (PC) serebelum


PC monyet (x540). Perhatikan, percabangan
akson (A) dan dendrit (D) sel ini. Intinya
terletak di bagman sel yang paling lebar.

Membran sel tidak terlihat dengan mikroskop cahaya. Pada Komposisi Molekul
mikrograf elektron, tebal plasmalema sekitar 7,5 nm dan tampak
sebagai struktur trilaminar terdiri atas dua lembaran tipis,
plasmalema terdiri atas bilayer fosfolipid (lapis dua fosfolipid)
berupa garis padat dan daerah terang di antaranya. Setiap dan gabungan protein prifer dan integral
lembar setebal 2,5 nm, dan struktur itu disebut unit membran
(Gambar 2-7). Garis padat sisi dalam disebut lembar dalam;
dan garis padat sisi luar disebut lembar luar. Setiap lembar terdiri atas selembar fosfolipid dan protein kait-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 13

Bab 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 13

pada komponen protein dengan perbandingan 4:1. Kedua


lembaran tadi membentuk lembar ganda (bilayer) lipid
tempat protein berada, dan menjadi struktur dasar semua
membran sel (Gambar 2-8).
Ng
Setiap molekul fosfolipid dan lipid bilayer terdiri atas sebuah
kepala polar, terletak di permukaan membran, dan dua ekor
panjang asli lemak nonpolar menganjur ke tengah plasmalema
N
(lihat Gambar2-8). Ekor asil lemak nonpolar dari kedua lembar
itu berhadapan satu sama lain didalam membran dan
membentuk ikatan nonkovalen lemah satu sam lain, menahan
bilayer bersama. karena molekul fosfolipid terdiri atas kepala
hdrofilik dan ekor hidrofobik, molekul itu disebut
amfibatik.
N
Kepala polar terdiri atas gliserol, tempat dilekatkannya
gugus nitrogen bermuatan positif oleh gugus fosfat yang
bemuatan negatif. Kedua ekor asil lemak, biasanya hanya satu
yang jenuh, terikat secara kovalen pada gliserol. Molekul
amfipatik lainnya, seperti glikolipid dan kolesterol, juga
dijumpai di membran sel. Molekul asil lemak tak jenuh
memperlicin, sedangkan kolesterol sebaliknya (walaupun
konsentrasi kolesterol jauh lebih rendah dari normal juga
Gambar 2-3 Neuron motoris sumsum tulang belakang manusia (x540). meningkatkan kelicinan membran).
Sel ini mempunyai banyak percabangan (akson dan dendrit). Intl yang
terletak di tengah dengan satu anak inti yang jelas terlihat. Badan Nissl Komponen protein plasmalema mungkin terbentang di
(N: retikulum endoplasma kasar) paling mencolok dalam sitoplasma. antara lipid bilayer sebagai protein integral atau terikat
Perhatikan pula inti neuroglia yang kecil-kecil (Ng). ke aspek sitoplasma (sering juga aspek ekstrasel) dan lipid
bilayer sebagai protein perifer. Karena hampir seluruh
annya, biasanya dengan perbandingan bobot 1:1. Pada beberapa protein mencakup seluruh tebal membran, mereka disebut juga
kasus, misalnya salut mielin,komponen lipid lebih banyak dari- protein transmembran. Bagian dan protein transmembran yang

Ma

Gambar 2-4 Sel goblet (G) dan kolon monyet


(x540). Sejumlah sel, seperti sel goblet,
dilchususkan untuk menghasilkan materi
sekresi. Sel ini menghimpun musinogen, G L
yang memenuhi sebagian besar volume
selnya, dan kemudian dilepas ke dalam
lumen (L) usus. Selama pemrosesan
jaringan, musinogen terlarut, meninggalkan
ruang kosong. Perhatikan adanya sel mast
(Ma).
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 14

14 䡲 䡲 䡲 BAB2 䡲 Sitoplasma

Sentriol

Granula sekresi

Mikrotubulus

Mikrofilamen

Nukleolus (anak inti)

Mikrovili Retikulum
endoplasma
kasar

Membran plasma Aparatus


Golgi

Retikulum
endoplasma
halus

Sampul
inti

Mitokondrion

Lisosom

Gambar 2-5 Gambaran sel tiga dimensi yang dibuat ideal, sesuai yang dilihat dengan mikroskop elektron transmisi. Diperlihatkan berbagai
elemen organel dan sitoskeletal.

menganjur ke dalam sitoplasma atau ekstrasel terdiri atas asam Namun demikian, protein integral sering hanya mempunyai
amino hidrofilik sedangkan bagian intramembran terdiri atas mobilitas terbatas, terutama pada sel yang telah terpolarisasi,
asam amino hidrofobik. Protein transmembran acapkali yang bagian tertentunya berfungsi khusus.
membentuk kanal ion dan protein kendara yang memfasilitasi Protein perifer tidak selalu membentuk ikatan kovalen,
aliran ion spesifik dan molekul melintasi membran sel. dengan komponen protein intergral ataupun fosfolipid membran
Kebanyakan dari protein transmembran cukup panjang dan sel. Walaupun protein perifer umumnya terdapat di aspek
berlipat sehingga beberapa membentuk beberapa jalan pintas sitoplasmik membran sel, dapat juga terletak pada permukaan
melalui membran yang menjadikannya disebut protein
luar. Protein ini dapat berikatan dengan molekul fosfolipid
multipas. Aspek ekstra sitoplasmik dan sitoplasmik protein ini
sering mempunyai situs reseptor yang spesifik untuk molekul ataupun protein transmembran. Seringnya, mereka berhubungan
isyarat tertentu. Segera setelah molekul ini dikenali di situs dengan sistem cakara sekunder sel atau dengan aparatus
reseptor tadi, protein integral dapat mengubah konformasinya sitoskeleten (kerangka sel).
dan dapat melakukan fungsi khusus. Menggunakan teknik rekah beku, kita dapat
Karena protein membran integral berkemampuan untuk memisahkan membran plasma menjadi dua lembaran
melayang seperti gunung es di lautan fosfolipid, model ini untuk melihat permukaan hidrifibik (Gambar 2-9 dan 2-10).
disebut sebagai model mozaik cairan struktur membran. Permukaan luar lembar dalam disebut muka-P (dekat ke
protoplasma); permukaan
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 15

B a b 2 䡲 䡲 䡲 Sitoplasma 䡲 15

CM

RER
G
SG

Gambar 2-6 Mikrograf elektron sel asinus


kelenjar uretral mencit menggambarkan
tampilan sejumlah organel (x11.327). CM,
membran sel; G, Aparatus Golgi; M,
mitokondria; N, nukleus; RER, retikulum
endoplasma kasar; SG, granula sekresi; U,
anak inti. (dari Ren HP, Kepple L, et al:
Ultrastructure and morphometry of the
urethral glands in normal, castrated, and
testosterone-treated castrated mice. Anat Rec
236: 449-458,1993.)

Gambar 2-7 Mikrograf elektron mempe


rlihatkan tautan antar dua sel yang mempe
rlihatkan struktur trilaminar dua membran sel.
(daii Leeson TS, Leeson CR, Papparo AA:
Text/Atlas of Histology. Philadelphia, WB
Saunders, 1988.)
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 16

16 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma

Ruang ekstrasel

Glikoprotein Glikolipid
lembar
luar

kolesterol lembar
dalam
ekor asam
lemak protein
Protein Integral
kanal
prifer

Kepala polar
(kutub)
Sitoplasma

Gambar 2-8 Sebuah model baur (mozaik) cairan membran sel.

Lembar luar

Muka E mnya terdiri atas rantai karbohidrat yang berikatan secara


kovalen dengan molekul protein transmembran dan atau
protein Integral fosfolipid lembar luar (lihat Gambar 2-8). Selain itu sejumlah
molekul matriks ekstrasel terserap ke permukaan sel, juga
muka P terlibat pada pembentukannya. Intensitas dan ketebalannya
beragam, namun berkisar sekitar 50 nm pada sejumlah
selubung epitelial, seperti yang melapisi beberapa daerah
permukaan sistem pencernaan.
Lembar dalam
Karena demikian banyaknya kandungan gugus karboksil dan
sulfat bermuatan negatif, glikokaliks tadi terwarna kuat dengan
Gambar 2-9 PermukaanE dan P membran sel.
lektin dan juga pewarna seperti merah rutenium dan biru alsian,
sehingga dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Fungsi
terpenting dari glikokaliks adalah melindungi sel dan interaksi
dalam dan lebar luar, disebut muka E (dekat ruang ekstrasel). dengan protein yang tidak serasi, dan cedera kimia, dan cedera
Mikrograf elektron patah beku membran sel mengungkap fisik. Perlindungan lainnya berupa pengenalan antarsel dan
protein integral, dilihat dengan bayangan replika, tampak lebih perlekatannya, seperti pada sel endotel dan neutrofil, pada
banyak di muka P daripada muka E (lihat Gambar 2-10). proses penggumpalan darah, dan tanggap peradangan.

Protein Transpor Membran


Glikokaliks
Protein transpor membran ada dua jenis, protein kanal dan
Glikokaliks, umumnya terdiri atas rantai karbohidrat, protein wahana. Keduanya memfasilitasi pergerakan
meliputi permukaan sel. molekul cairan dan ion melintasi plasmalema.

Selaput baur, yang disebut salut sel, atau glikokaliks, sering Walaupun komponen hidrofobik membran plasma membatasi
terlihat pada mikrokgraf elektron membran sel. Salut ini umu- pergerakan molekul polar untuk melintasinya, adanya dan keg-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 17

B a b 2 䡲 䡲 䡲 Sitoplasma 䡲 17

Gambar 2-10 Replika rekah-beku membran


sel (x168.000). Permukaan-E (kanan) dekat
dengan ruang ekstrasel, dan permukaan-P
(kin) dekat atau menghadap protoplasma.
Perhatikan, protein integral lebih banyak pada
sisi atau permukaan-P daripada sisi-E (dari
Leeson TS, Leeson CR, PapparoAA: Text/
Atlas of Hisology WB Philadelphia,
Saunders,1988.)

iatan protein transmembran khusus memfasilitasi transfer Supaya terbentuk kanal hidrofilik, protein tersebut berlipat
molekul hidrofobik melintasi sawar tersebut. Protein sehingga asam amino hidrofobik terletak mengarah perifer,
transmembran tadi bersama kompleks protein membentuk berinteraksi dengan ekor asil lemak molekul fosfolipid
kanal protein dan wahana protein, yang secara khusus bilayer lemak, sedangkan asam amino hidrofilik mengarah ke
berurusan dengan transfer ion dan molekul kecil melintasi dalam, membentuk lapisan dalam yang polar untuk kanal
membran plasma. tersebut.
Sejumlah molekul nonpolar (misalnya, benzen, oksigen, Terdapat lebih dan 100 jenis kanal ion; beberapa di
nitrogen) dan molekul tidak bermuatan (misalnya air, gliserol) antaranya khusus untuk ion tertentu, namun lainnya
dapat bergerak melintasi membran sel secara difusi memungkinkan sejumlah ion yang berbeda dan molekul
sederhana mengikuti gradien konsentrasi. Sekalipun didorong kecil linarut air melewatinya. Sekalipun ion tersebut dan
oleh gradien konsentrasi, pergerakan hampir semua ion dan molekul kecil itu mematuhi perbedaan konsentrasi untuk
molekul kecil melintasi membran membutuhkan bantuan arah lintasannya, sel berkemampuan untuk mencegah
protein transpor membran, mungkin protein kanal atau protein substansi tersebut masuk lorong hidrofilik tersebut
wahana. Proses ini disebut difusi fasilitasi. Karena kedua menggunakan penutup gerbang terkendali dengan
difusi tadi terjadi tanpa memerlukan energi selain yang membendung gerbangnya. Kanal pada umumnya berupa
terkandung dalam gradien konsentrasi, peristiwa itu disebut kanal bergerbang; hanya sedikit yang tanpa gerbang.
transpor pasif (Gambar 2-11). Dengan menggunakan energi, Klasifikasi kanal bergerbang bergantung pada mekanisme
sel dapat mentranspor ion dan molekul kecil melawan gradien kontrol yang diperlukan guna membuka gerbangnya.
konsentrasi. Hanya protein wahana yang dapat menjembatani
transpor aktif yang memerlukan energi. Sejumlah kanal KANAL BERGERBANG-VOLTASE
protein yang terlibat dalam difusi fasilitasi yang akan dibahas
lebih dulu, dan protein wahana yang lebih mudah menguap/
Kanal-kanal tersebut berawal dan posisi tertutup ke terbuka,
berubah akan dibicarakan kemudian.
memungkinkan aliran ion dan satu sisi ke sisi yang lain dan
sebuah membran. Contoh yang paling umum adalah
Protein Kanal depolarisasi dalam transmisi impuls saraf. Pada sejumlah kanal,
misalnya kanal Na'; posisi terbuka tadi tidak stabil dan kanal
tadi berubah dan posisi terbuka menjadi posisi inaktif, yang
Protein kanal mungkin dengan atau tanpa gerbang;
membuat aliran ion terbendung dan dalam waktu singkat
semuanya tidak dapat melewatkan substansi melawan
(dalam hitungan milidetik) gerbang tersebut tidak dapat dibuka
gradien konsentrasi.
lagi. Inilah yang disebut periode refraktori (lihat Bab 9
tentang jaringan saraf). Velositas (laju) tanggapan terhadap
Protein kanal berperan pada pembentukan porihidrofilik, yang depolarisasi mungkin juga beragam, dan beberapa dan kanal-
disebut kanal ion, melintasi plasmalema. kanal tadi disebut bergantunglaju.
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 18

1 8 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma

A Transpor Pasif

Ruang ekstrasel

Uniport Membran
plasma

Difusisederhana Difusi bermediakanal Difusi bermedia-pengangkut


lipid ion
sitoplasma
Difusi berfasilitsi

B Transpor Aktif

Ruang ekstrasel

Simport Antiport

Gambar 2-11 Jenis transpor. A, transpor


pasif: difusi dipermudah, temasuk difusi
bermedia pengangkut (carrier) danbermedia
kanal ion. B, transpor berpasangan.

Sitoplasma Transpor berpasangan

KANAL BERGERBANG-LIGAN rikatan dengan suatu situs pada protein dan, dengan cara
mengubah konformasi kompleks protein, memungkinkan aliran
ion tertentu melalui kanal ion.
Kanal yang memerlukan keterikatan ligan (molekul isyarat)
pada protein kanal untuk membuka gerbangnya disebut kanal
bergerbang ligan. Berbeda dengan kanal bergerbang voltase, KANAL BERGERBANG-MEKANIS
kanal ini tetap terbuka sampai ligan terdisosiasi (lepas) dari
protein kanal; dan yang ini disebut sebagai reseptor ion Pada kanal jenis ini, manipulasi fisik yang sebenarnya
terikat kanal. Beberapa ligan pengendali kanal berupa diperlukan untuk membuka gerbang. Contoh mekanisme ini
neurotransmiter, sedangkan lainnya berupa nuldeotida. ditemukan pada sel rambut telinga dalam. Sel-sel ini terletak,
Kanal bergerbang neurotransmiter biasanya terdapat pada pada membran basilar, mempunyai stereosilia yang terbenam
membran pasca sinaps. Neurotransmiter tadi terikat pada situs dalam suatu matriks yang disebut membran tektorial.
tertentu pada protein, mengubah konformasi molekular, Gerakan membran basilar menyebabkan pergeseran posisi sel-
sehingga membuka kanal atau gerbang yang memungkinkan sel rambut; akibatnya streosilia melengkung. Distorsi fisik ini
influks ion spesifik ke dalam sel. Sejumlah neurotransmiter membuka kanal bergerbang mekanis pada stereosilia yang
bersifat eksitatori (pelaju), sedangkan lainnya inhibitori terletak di telinga dalam, yang memungkinkan masuknya
(penghambat). Neurotransmiter pelaju (misalnya asetilkolin) kation ke dalam sel dan mendepolarisasi kannya. Kejadian ini
melajukan depolarisasi; neurotransmiter penghambat membangkitkan implus yang diterima otak sebagai bunyi.
melajukan hiperpolarisasi membran.
Pada kanal bergerbang nukleotida, molekul isyaratnya KANAL BERGERBANG-PROTEIN-G
berupa nukleotida (misalnya Monofosfat Adenosin siklik
atau cAMP pada reseptor olfaktori dan Monofosfat Kanal ion bergerbang tertentu (misalnya, reseptor asetilkolin
Guanosin siklik atau cGMP pada sel batang retina) yang be- muskarinik otot jantung) memerlukan interaksi antara molek-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 19

B a b 2 䡲 䡲 䡲 Sitoplasma 䡲 19

ul reseptor dengan kompleks protein-G (akan dibicarakan lain membran, protein pengangkut kembali ke konformasi
kemudian) yang mengakibatkan aktivasi protein G. Protein G semula.
yang teraktivasi selanjutnya berinteraksi dengan protein kanal, Seperti telah dijelaskan sebelumnya, transpor oleh
memodulasi kemampuan kanal untuk membuka atau menutup. protein pengangkut mungkin pasif sejalan dengan gradien
konsentrasi elektrokimia atau aktif melawan gradien.
KANAL TANPA GERBANG ATAU TAK Transpor itu bisa berupa uniport sebuah molekul bergerak
BERGERBANG ke satu arah atau berpasangan dua molekul yang berbeda
bergerak ke arah yang sama (simport) atau berlawanan
Salah satu bentuk yang paling umum dan kanal tak bergerbang (antiport) (lihat Gambar 2-11). Transpor berpasangan
adalah kanal tins kalium (K+), yang memungkinkan mengantar linarut baik secara simultan atau beriringan.
gerakan ion K. melintasinya dan berupa alat untuk
menciptakan gradien potensial (voltase) listrik di antara
kedua sisi membran sel. Karena kanal ini tidak bergerbang, TRANSPOR AKTIF PRIMER
perpindahan ion K+ tidak dikendalikan oleh sel tersebut; OLEH POMPA NA+.-K+
bahkan, arah aliran mencerminkan konsentrasinya pada kedua
sisi membran tersebut. Dalam keadaan normal, kadar Na+ lebih besar di luar
sel daripada di dalam, dan kadar kebih besar di dalam sel
AKUAPORIN daripada di luar. Sel memelihara perbedaan kadar ini
menggunakan adenosin trifosfat (ATP) untuk
mendukung pasangan protein pengangkut antiport yang
Belakangan ini, telah teridentifikasi dua belas jenis akuaporin dikenal sebagai pompa Na+-K+. Pompa ini mengangkut ion
yang berbeda. Mereka adalah keluarga protein multipas yang K+ ke dalam dan Na+ ke luar sel, masing-masing melawan
membentuk kanal yang dikenali sebagai jalan air dari satu sisi
gradien kadar yang tinggi. Karena perbedaan kadar ini
membran sel ke sisi lainnya. Beberapa dan kanal ini murni
perlu untuk kelangsungan fungsi dan keadaan normal bagi
sebagai pengangkut air (AgpZ) sedangkan lainnya
menganglcutgilserol (G1pF). Akuaporin ini membedakan hampir semua sel binatang, membran plasma mempunyai
transpor kedua molekul itu dengan cara membatasi kaliberpod banyak pompa inidalam jumlah besar.
sedemikian rupa sehingga gliserol terlalu besar untuk melewati Pompa Na+-K+mempunyai dua situs ikatan untuk k+ pada
pori kanal AgpZ. Sifat yang menarik dari akuaporin adalah sisi ekstrasel dan tiga untuk Na+ di sisi sitoplasmik; jadi,
mereka sama sekali kedap proton, karenanya aliran proton untuk setiap dua ion K+ yang diantar ke dalam sel, tiga
tidak dapat melalui pori ini sekalipun proton mudah melewati ion Na+ dipindahkan ke luar sel.
molekul air melalui model donor akseptor dengan memaksa Telah dijelaskan di atas bahwa Na+-K+-ATPase berkaitan
molekul air jungkir balik setengah jalan sepanjang kanal, jadi dengan pompa Na+-K+. Saat ion Na+ berikat dengan sisi
molekul air tadi memasuki kanal menghadap ke atas dan sitosolik dan pompa itu, ATP dihidrolisis menjadi adenosin
keluar pori menghadap ke bawah (oksigen di sisi atas dan difosfat (ADP) dan ion fosfat yang dilepas digunakan untuk
hidrogen di sisi bawah). Akuaporin yang berfungsi secara mem-fosforilasi ATPase, yang menjadikan perubahan
benar di ginjal dapat mengangkut sebanyak 20L air per jam, konformasi pompa, dengan konsekuensi transpor Na+ ke luar
dan akuaporin yang tidak berfungsi secara benar dapat sel. Pengikatan dua ion K+ pada sisi luar pompa menyebabkan
menimbulkan penyakit diabetes insipidus dan katarak defosforilisasi ATPase yang menjadikan kembalinya protein
kongenital mata. pengangkut ke konformasi semula, menghasilkan transfer ion
IC ke dalam sel.
Protein Pengangkut Kegiatan yang ajeg dan pompa tersebut mengurangi kadar
ion intrasel, berakibat turunnya tekanan osmotik intrasel.
Jika tekanan osmotik dalam sel tidak dikurangi oleh pompa Na
Protein pengangkut dapat menggunakan mekanisme tranport +-K+, air akan masuk ke dalam sel dalam jumlah besar, sel
panduan-ATP untuk menyeberangkan substansi melintasi
akan bengkak dan akhirnya mati karena lisis osmotik
plasmalema melawan perbedaan konsentrasi tertentu.
(misalnya "meletus"). Jadi, kerja pompalah yang mampu
mengendalikan osmolaritas sel dan tentu saja volumenya.
Protein pengangkut berupa protein transpor membran Tambahan lagi, pompa ini membantu kanal tins K+
multipas yang mempunyai situs ikatan untuk ion spesifik atau dalam memelihara potensial membran sel.
molekul pada kedua sisi lipid bilayer Bila linarut berikat Karena situs ikatan pada sisi luar pompa mengikat bukan
dengan situs ikatan, protein pengangkut berubah secara hanya tetapi juga glikosida ouabain, glikosida ini
konformasional yang revesibel; setelah molekul dilepas di menghambat pompa Na+-K+.
sisi
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 20

20 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma

TRANSPOR AKTIF SEKUNDER OLEH garuhi sel di dekatnya. Kadang-kadang sel pengisyarat juga
PROTEIN PENGANGKUT BERPASANGAN berupa sel target, hasilnya adalah isyarat parakrin khusus yang
disebut isyarat autokrin. Yang paling luas jangkauan
Transpor Na+ bertenaga-ATP ke luar sel menjadikan kadar ion pengisyaratan dalah isyarat endokrin; dalam hal ini molekul
tersebut rendah di dalam sel. Cadangan energi bawaan gradien isyarat masuk peredaran darah untukdisampaikan ke sel target
natrium dapat digunakan oleh protein pengangkut untuk yang terletak jauh dan sel pengisyarat.
mengantar ion atau molekul lainnya melawan gradien kadar.
Modus transpor seperti ini sering disebut transpor aktif
Molekul Pengisyarat
sekunder, berbeda dengan transpor aktif primer, yang
menggunakan tenaga yang dilepas dan hasil hidrolisis ATP.
Molekul pengisyarat berikat ke reseptor intrasel ataupun
Protein pengangkut yang mendukung transpor aktif sekunder ekstrasel untuk menimbulkan tanggapan sel khusus.
dapat berupa simport atau antiport. Karena ion Na+ berikat di
suatu daerah sesisi dengan protein pengangkut, ion molekul
kecil lainnya (misalnya glukosa) juga berikat di daerah pada Hampir semua molekul pengisyarat bersifat hidrofilik
sisi yang sama dengan protein pengangkut, mengimbas (misalnya, asetilkolin) dan tidak dapat menembus membran
perubahan konformasional. Perubahan konformasional sel. Karena itu memerlukan reseptor di permukaan sel.
mengakibatkan transfer dan diikuti pelepasan kedua molekul di Molekul pengisyarat lainnya bersifat hidrofobik, seperti
sisi membran lainnya. hormon steroid, atau berupa molekul kecil non-polar, seperti
oksida nitrik (NO), yang semuanya dapat masuk melalui
bilayer lipid. Ligan-ligan itu memerlukan reseptor intrasel.
lsyaratan Sel Ligan hidrofilik mempunyai sintas (life span) pendek (tidak
lebih dan beberapa milidetik sampai menit), sementara
lsyaratan sel merupakan yang terjadi jika sel pengisyarat hormon steroid bersintas lebih panjang (beberapa jam atau
melepas molekul isyarat yang melekat pada reseptor hari).
Molekul pengisyarat sering bekerjasama, dalam arti sejumlah
permukaan pada sel target.
ligan yang berbeda diperlukan untuk menimbulkan tanggapan
khas sebuah sel. Selain itu ligan yang sama atau kombinasi
Jika sel berkomunikasi satu sama lain, sel pengirim isyarat beberapa ligan menimbulkan respons yang berbeda dan sel
disebut sel pengisyarat; yang menerima isyarat disebut sel yang berbeda. Misalnya, asetilkolin menyebabkan sel otot
target. Transmisi informasi dapat terjadi melalui sekresi atau rangka berkontraksi, sel jantung relaksasi, sel endotel
presentasi molekul isyarat yang kontak dengan reseptor pembuluh darah mengeluarkan oksida nitrik, dan sel parenkim
pada membran sel target (atau intrasel pada sitosol ataupun sejumlah kelenjar melepaskan isi granula sekretori.
inti). Komunikasi dapat juga terjadi melalui pembentukan pori
intrasel yang disebut neksus (taut celah), yang Ikatan molekul pengisyarat dengan reseptornya menggiatkan
memungkinkan perpindahan ion dan molekul kecil (misalnya sistem caraka kedua dalam sel, memulai reaksi berantai
cAMP) di antara dua sel. (Neksus dibicarakan dalan Bab 5.) yang menghasilkan respons yang dituju. Sebuah hormon
misalnya, berikat pada reseptornya pada permukaan sel target.
Molekul pengisyarat, atau ligan, mungkin disekresi dan
Reseptor tersebut berubah konformasinya, sehingga hasil
dilepas oleh sel pengisyarat atau tetap terikat pada permukaan
dan dipresentasikan oleh sel pengisyarat kepada sel target. aktivasi siklase adenilat, sebuah protein transmembran, yang
Reseptor permukaan-sel biasanya berupa protein regio sitoplasmiknya mengkatalisis transformasi ATP menjadi
transmembran, sedangkan sebuah reseptor intrasel berupa cAMP, salah satu caraka yang paling umum.
protein yang bermukim di dalam sitosol atau di dalam inti sel
target. Ligan yang berikat kepada reseptor permukaan-sel Selanjutnya cAMP mengaktivasi kaskade (riam) enzim
biasanya berupa molekul polar; sementara yang berikat pada dalam sel, sehingga menggandakan pengaruh molekul
reseptor intrasel bersifat hidrofobik sehingga dapat berdifusi hormon yang sangat sedikit di permukaan sel. Kejadian
melewati membran sel. spesifik intrasel bergantung kepada enzim dalam sel
Pada proses perisyaratan yang paling selektif, isyarat tersebut; jadi, cAMP mengaktivasi seperangkat enzim
sinaptik, molekul isyaratnya, sebuah neurotransmiter, dilepas dalam sel endotel dan seperangkat lainnya di dalam sel
demikian dekat ke sel target sehingga hanya satu sel saja yang folikular kelenjar tiroid. Oleh karena itu, molekul yang
dipengaruhi ligan. Yang lebih umum tetapi masih bentuk lokal sama dapat berpengaruh berbeda pada sel yang berbeda.
isyarat adalah, isyarat parakrin, yang terjadi jika molekul Sistem itu disebut sistem caraka kedua karena caraka
isyaratnya dilepas ke dalam lingkungan intersel dan mempern- pertamanya adalah hormon yang mengaktivasi cAMP,
sebagai caraka kedua. Caraka kedua lainnya termasuk
kalsium (Ca2+), cGMP, inositol trifosfat, dan diasilgliserol.
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 21

B a b 2 䡲 䡲 䡲 Sitoplasma 䡲 21

Hormon steroid (mis. kortisol) dapat juga berdifusi melalui 䡲 Sensitif-toksin pertusis (GO)
membran sel. Setelah masuk ke dalam sitosol, lalu berikatan 䡲 Insensitif-toksin pertusis (GBq)
dengan reseptor hormon steroid (anggota keluarga 䡲 Transducin (Gt)
reseptor intrasel), dan kompleks Ligan-reseptor itu
selanjutnya mengaktivasi ekspresi gen, atau transkripsi
(pembentukan asam ribonukleat caraka [mRNA]). Protein G bertindak dengan reseptor pengikat melalui enzim
Transkripsi dapat diinduksi secara langsung, hasilnya adalah yang rnemodulasi kadar molekul pengisyarat intrasel (caraka
respons primer yang cepat, atau secara tidak langsung, yang kedua) cAMP atau Ca2+.
lebih lambat, respons sekunder. Pada respons sekunder,
mRNA menyandi protein yang diperlukan untuk mengaktivasi Isyarat Melalui Protein Gs dan Gi
ekpresi gen tambahan (selanjutnya).
Semua Protein Gs (Gambar 2-12) umumnya tersedia dalam
Reseptor Permukaan Sel bentuk inaktif, dengan satu molekul GDP terikat pada
subunitnya. Pada saat ligan berikat dengan reseptor terikat-
Reseptor permukaan sel ada tiga jenis: terikat-kanal ion, protein-G, keadaan ini mengubah konformasi reseptor tersebut,
terikat-enzim, dan terikat-protein-G. sehingga memungkinkannya berikatan dengan salah satu
subunit protein G, yang kemudian mengganti GDPnya menjadi
Reseptor permukaan sel pada umumnya berupa glikoprotein GTP. Pengikatan GTP menjadikan subunit tersebut
integral yang berfungsi mengenali molekul pengisyarat dan berdisosiasi bukan hanya dari reseptor tetapi juga dari dua
mentransduksi isyarat tersebut menjadi kegiatan intrasel. subunit lainnya dan berikatan dengan adenil siklase, suatu pr-
Ketiga kelas utama molekul reseptor tadi berupa reseptor Ruang ekstrasel
terikat-kanal ion (lihat yang sebelumnya), reseptor terikat- Molekul
pengisyarat
enzim, dan reseptor terikat-protein-G.
Reseptor
RESEPTOR TERIKAT-ENZIM

Reseptor ini berupa protein transmembran yang regio


ekstraselnya bertugas sebagai reseptor bagi ligan spesifik.
Ketika molekul pengisyarat melekat pada situs reseptor, ranah
intrasel reseptor teraktivasi sehingga mempunyai kemampuan
enzimatik. Selanjutnya enzim ini mungkin menginduksi γ
β α SILKLASE
pembentukan caraka kedua, seperti cGMP, atau
ADENILAT
memungkinkan perakitan molekul pengisyarat intrasel yang protein G GDP
meneruskan isyarat itu intrasel. Isyarat ini kemudian
GTP
membangkitkan respons yang diperlukan dengan mengaktivasi SITOPLASMA
sistem enzim kelanjutannya atau menstimulasi protein
pengatur gen untuk memulai transkripsi gen spesifik. Siklase adenilat
teraktivasi

RESEPTOR TERIKAT-PROTEIN-G

Reseptor ini berupa protein multipas yang ranah ekstraselnya


bertindak sebagai situs reseptor untuk Ligan. Regio intraselnya
mempunyai dua situs terpisah, yang satu berikat dengan
protein dan lainnya yang menjadi terfosforilasi selama proses
desensitisasi reseptor. γ α
Hampir semua sel mempunyai dua jenis GTPase (monomerik β GTP
dan trimerik), yang masing-masing berkemampuan mengikat Subunit ATP cAMP
guanosin trifosfat (GTP) dan guanosin difosfat (GDP). Gα teraktivasi + PPi
GTPase trimerik, atau protein-G, terdiri atas subunit a besar
dan dua subunit R dan y kecil, dan dapat berhubungan dengan
reseptor terikat protein-G. terdapat beberapa jenis protein G, Gambar 2-12 Reseptor terikat-protein-G. Ketika molekul isyarat
berkontak dengan reseptornya, subunit a lepas dari protein G dan
termasuk: kontak dan mengaktivasi adenil siklase, yang mengubah adenosin
䡲 Stimulatori(Gs) trifosfat (ATP) menjadi adenosin monofosfat siklik (cAMP). GDP,
䡲 Inhibitory (Gi) guanosin difosfat; GTP, guanosin trifosfat; PPi, pirofosfat.
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 22

2 2 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma
dalam membran plasma dan, dengan bantuan Ca2+,
otein transmembran. Ikatan ini mengaktivasi adenil siklase mengaktifkan enzim kinase protein C (kinase-C). Selanjutnya
membentuk banyak molekul cAMP dari molekul ATP. Setelah kinase-C mengawali kaskade fosforilasi, yang hasil akhirnya
aktivasi adenil siklase terjadi, ligan tersebut lepas dari reseptor adalah aktivasi gen protein regulator yang menginisiasi
terikat protein-G, mengembalikan reseptor tersebut ke
transkripsi gen spesifik.
konformasi semula tanpa mempengaruhi aktivitas subunitnya.
Dalam beberapa detik, subunit tadi menghidrolisis GTPnya Dengan cara defosforilasi IP3 diinaktifkan secara cepat,
menjadi GDP, terlepas dari adenil siklase (menjadikannya dan diasilgliserol rusak dalam beberapa detik setelah
tidak aktif), dan berikatan kembali dengan subunit β dan y. dibentuk. Kegiatan ini meyakinkan bahwa respons terhadap
Gi berperilaku serupa dengan Gs, namun tidak mengaktifkan ligan hanya terjadi dalam waktu yang terbatas.
adenil siklase, sebaliknya malah menghambat, sehingga cAMP Perhatikan bahwa karena C2+ sitosolik bertindak
tidak terbentuk. Ketiadaan cAMP mencegah fosforilasi, jadi sebagai caraka kedua, kadarnya dalam sitosol harus
mengaktivasi, sejumlah enzim yang akan menimbulkan dikendalikan sangat cermat oleh sel tersebut mekanisme
respons khusus. Dengan kata lain, ikatan ligan tertentu dengan kontrol ini termasuk pengucilan Ca2+oleh retikulum
reseptor tertentu mungkin mengaktivasi atau menginaktivasi endoplasma, molekul khusus pengikat-Ca2+ dalam sitosol
sel tersebut, bergantung pada jenis protein G yang dan mitokondria, dan transpor aktif ion ini ke luar sel.
mengikatkannya kepada adenil siklase. Pada saat IP3 menyebabkan peningkatan kadar Ca2+
sitosolik, kelebihan ion itu berikatan dengan kalmodulin,
Monofosfat Adenosin Siklik protein yang ditemukan dengan kadar tinggi pada hampir
sebagai Caraka kedua semua sel hewan. Kompleks Ca2+ kalmodulin mengaktifkan
sekelompok enzim yang disebut sebagai kinase protein
bergantung-Ca2+- kalmodulin (CaM-kinase). C2+-kinase
cAMP merupakan molekul pengisyarat intrasel yang
mempunyai banyak fungsi pengaturan dalam sel, seperti
mengaktivasi protein kinase bergantung-cAMP (Kinase-A)
inisiasi glikogenolisis, sintesis katekolamin, dan kontraksi otot
dengan cara berikatan dengannya. Kinase-A yang teraktivasi
polos.
berdisosiasi menjadi komponen pengaturnya dan dua subunit
katalitik aktif. Subunit katalitik aktif itu memfosforilasi enzim Mesin Sintesis dan Pengepak
lainnya dalam sitosol, jadi memulai kaskade fosforilasi yang dalam Sel
menghasilkan respons khusus. Peningkatan kadar cAMP pada
sejumlah sel menghasilkan transkripsi sejumlah gen yang regio
Komponen utama mesin sintesis protein sel adalah
regulatornya mempunyai elemen respons cAMP (CERs).
ribosom (dan poliribisom), retikulum endoplasma kasar, dan
Kinase-A memfosforilasi, sehingga mengaktivasi sebuah aparat Golgi.
protein regulatori gen yang disebut protein pengikat-CRE
(CREB) yang keterikatannya dengan protein memicu
transkripsi gen-gen tersebut. Ribosom
Sepanjang tersedia cAMP dalam kadar yang cukup tinggi,
respons yang khusus akan muncul dari sel target. Agar dapat Ribosom berupa partikel kecil, lebarnya mendekati 12 nm dan
mencegah respons itu berkepanjangan, cAMP segera panjangnya 25 nm, terdiri atas protein dan RNA ribosomal.
didegradasi oleh fosfodiesterase cAMP menjadi 5'-cAMP, Ribosom berfungsi sebagai landasan untuk sintesis protein.
yang tidak dapat mengaktivasi A-kinase. Tambahan lagi, Setiap ribosom terdiri atas sebuah subunit besar dan subunit
enzim-enzin tersebut menjadi terdefosforilasi oleh rangkaian kecil, yang keduanya dirakit di nukleolus dan dilepas sebagai
enzim lainnya (serin/ treonin fosfoprotein fosfatase). kesatuan (entitas) terpisah ke dalam sitosol. Subunit kecil
bernilai sedimentasi 40S dan terdiri atas 33 protein dan 18S
Pengisyaratan melalui Protein G0 rRNA. Nilai sedimentasi subunit besar adalah 60S, dan terdiri
atas 49S dan 3rRNA. Nilai sedimentasinya adalah 5S, 5,8S,
dan 28S.
Ketika sebuah ligan berikatan dengan reseptor terikat protein- Subunit kecil mempunyai situs pengikat mRNA, sebuah
Go reseptor tersebut mengubah konformasinya dan berikatan situs-P pengikat peptidil asam nukleat transfer (tRNA),
dengan Go. Protein trimerik ini berdisosiasi, dan subunitnya sebuah situs pengikat aminoasil tRNA, dan situs-E tempat
mengaktivasi fosfolipase C, enzim yang bertanggung jawab tRNA melepas asam aminonya keluar dari ribosom.
untuk menyibak membran fosfolipid fosfatidilinositol Beberapa rRNA dari subunit besar dikenal sebagai
bisfosfatase (PIP2) menjadi IP3 dan diasilgliserol. IP3 ribozim karena mempunyai aktivitas enzimatik dan
meninggalkan membran dan berdifusi ke dalam retikulum katalisasi pembentukan ikatan peptida. Subunit besar dan
endoplasma, yang berakibat terlepasnya Ca2+ caraka -kedua kecil semuanya di dalam sitosol secara terpisah dan tidak
lainnya - ke dalam sitosol Diasilgliserol melekat pada lembar membentuk ribosom sampai memulai sintesis protein.
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 23

B a b 2 䡲 䡲 䡲 Sitoplasma 䡲 23

Retikulum Endoplasma lasma kasar. Sel pada umumnya tidak mempunyai banyak
SER kecuali sel yang aktif membentuk hormon steroid,
kolesterol, dan trigliserida, dan sel yang berfungsi sebagai
Retikulum endoplasma (ER) merupakan sistem membranosa tempat detoksifikasi bahan toksik (misalnya alkohol dan
terbesar di dalam sel, mencakup hampir separuh volume barbiturat). Pada sel tertentu SER menjadi bangunan khusus
membran. Organel ini berupa sistem tubulus saling (misalnya sel otot rangka); di sini dikenal sebagai retikulum
berhubungan dan sejumlah vesikel yang lumennya disebut sarkoplasma. Di sini fungsinya adalah mengucilkan ion
sisterna. Komponen ER ada dua, retikulum endoplasma kalsium dari sitosol, membantu pengendalian kontraksi otot.
halus (SER) dan retikulum endoplasma kasar (RER).
Walaupun hanya RER yang terlibat dalam sintesis protein,
SER juga dibahas dalam hal ini, namun hanya sebagai Retikulum Endoplasma Kasar
tambahan, dan para pembaca harus mengingat perbedaannya.
Sel yang berfungsi membentuk protein yang akan dikirim,
dilengkapi dengan sejumlah besar RER (lihat Gambar 2-6).
Retikulum Endoplasma Halus Membran organel ini agak berbeda dari yang halus lawan-
pasangannya, karena yang ini mempunyai protein integral
Sebuah sistem tubulus saling berhubungan dan sejumlah yang berfungsi untuk mengenali dan mengikat ribosom pada
vesikel pipih terikat membran membentuk SER (Gambar permukaan sitosoliknya dan mempertahankan agar tetap pipih
2-13). Lumen SER dianggap kelanjutan dari retikulum endop- morfologinya. Dalam buku ini protein integral yang dianggap

Gambar 2-13 Mikrograf elektron retikulum endoplasma


halus korteks suprarenal manusia, (Dari Leeson TS,
Leeson CR, Papparo AA: Text/Atlas of Histology,
Philadelphia, WB Saunders1988.),
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 24

2 4 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma

penting adalah (1) reseptor partikel pengenal isyarat Yang menarik adalah bahwa waktu yang diperlukan untuk
(protein dermaga), (2) protein reseptor ribosom sintesis protein yang terdiri atas 400 asam amino adalah sekitar
(riboforin I dan ribiforin II), dan (3) protein pori. Fungsi 20 detik. Karena sebuah rantai mRNA dapat mengandung 15
ketiganya akan dibahas kemudian. ribosom yang melakukan translasi bersamaan, sejumlah besar
RER terlibat dalam sintesis semua protein yang akan dikemas molekul protein dapat dihasilkan dalam waktu yang pendek.
atau dikirim ke membran plasma. Organ ini juga melakukan Himpunan kompleks ribosom-mRNA ini, yang biasanya
modifikasi pasca-translasi protein-protein tersebut, termasuk berbentuk spiral atau "tusuk konde", disebut poliribosom atau
sulfasi, pelipatan, dan glikosilasi. Selain itu, lipid dan protein polisom (Gambar 2-14).
integral semua membran sel tersebut juga dibuat oleh RER.
Sisterna RER sambung dengan sisterna perinuklir, yang
merupakan ruang di antara membran inti dalam dan luar.
Sintesis Protein Sitosol

Poliribosom Proses umum sintesis protein didalam sitosol


diringkaskan dalam Gambar 2-15.
Protein yang akan dikemas disintesis pada permukaan RER,
sedangkan protein yang dikirim ke sitosol dibuat di dalam LANGKAH 1
sitosol. Informasi struktur utama protein (urutan asam amino) 䡲 Proses dimulai ketika situs-P subunit ribosom kecil ditempati
terletak di dalam asam deoksiribonukleat (DNA) inti. oleh tRNA inisiator yang antisandinya mengenali triplet
Informasi ini ditranskrip menjadi rantai mRNA, yang penyandi AUG, yang menyandi asam amino metionin.
meningalkan inti dan masuk ke dalam sitoplasma. Urutan
penyandi (kodon) mRNA merupakan representasi rantai asam 䡲 Sebuah mRNA berikat ke subunit kecil.
amino, yang setiap penyandinya terdiri atas tiga nukleotida 䡲 Subunit kecil membantu antisandi molekul tRNA mengenali
yang berturutan. Karena urutan tiga nukleotida yang mana pun penyandi awalan AUG pada molekul mRNA. Langkah ini
merupakan penyandi, maka menjadi penting bahwa mesin bertindak sebagai langkah registrasi sehingga tiga nukleotida
sintensis protein mengenali awal dan akhir pesannya; kalau mRNA selanjutnya dapat dikenali sebagai penyandi
tidak, akan terbentuk protein yang keliru. berikutnya.
Ketiga jenis RNA berperan berbeda dalam sintesis protein. LANGKAH 2
Dalam hal ini mRNA membawa sandi perintah
mengkhususkan urutan asam amino. Selanjutnya tRNA Subunit ribosom besar berikat ke subunit kecil dan ribosom itu
membentuk ikatan kovalen dengan asam amino, membentuk bergerak sepanjang rantai mRNA, mengarah 5' ke 3', sampai
aminoasil tRNA. Reaksi yang dikatalisasi enzim ini bersifat penyandi berikutnya mengikuti dengan situs-A subunit kecil.
khusus; artinya, setiap tRNA bereaksi dengan asam aminonya LANGKAH 3
masing-masing. Setiap tRNA juga mengandung antisandi Sebuah tRNA terasilasi (tRNA pembawa sebuah asam amino)
(antikodon) yang mengenali penyandi pada mRNA sesuai mencocokkan antisandi dengan penyandi mRNA; jika sesuai,
dengan asam amino yang dibawanya. Akhirnya, sejumlah tRNA tadi berikat ke situs-A.
rRNA berhimpun dengan sejumlah besar protein untuk
membentuk subunit robosom besar dan kecil. LANGKAH 4
䡲 Asam amino pada situs-A dan situs-P membentuk ikatan
Sintesis Protein (TransIasi) peptida.
䡲 tRNA pada situs-P menyerahkan asam aminonya ketRNA
Sintesis protein (translasi) terjadi pada ribosom di dalam pada situs-A, yang sekarang mempunyai dua asam amino yang
sitosol atau pada permukaan retikulum endoplasma
melekat padanya. Reaksi itu dikatalisasi oleh enzim berbasis-
kasar.
rRNA pada subnunit besar yang disebut sebagai peptidil
transferase.
Persyaratan untuk sisntesis protein adalah:
LANAGKAH 5
䡲 Sebuah rantai mRNA Selanjutnya tRNA terdeaminasi meninggalkann situs-P dan
䡲 Sejumlah tRNA, yang masing-masing membawa sebuah berikat situs-E tRNA dengan dua asam aminonya bergerak dari
asam amino dan mempunyai antisandi yang mengenali sandi situs-A kesitus-P. Bersamaan dengan itu, ribosom bergerak
mRNA yang penyandi asam amino tertentu sepanjang rantai mRNA sampai penyandi berikutnya
䡲 Subunit ribosomal kecil dan besar. bersambung dengan situs-A subunit kecil ribosom dan tRN-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 25

B a b 2 䡲 䡲 䡲 Sitoplasma 䡲 25

Gambar 2-14 Mikrograf elektron ikatan


polisom. kepala panah menunjukkan
retikulum endoplasma kasar; panah
menunjukkan ribosom; aster menunjukkan
sisterna; M, mitokondria; mt, mikrotubulus.
(Dari Christensen AK, Bourne CM: Shape of
large bound polysomes in cultured fibroblasts
and thyroid epithelial cells. Anat Rec 255:
116-129, 1999.),

A dilepas dari situs-E.Tenaga yang diperlukan untuk langkah Sintesis Protein pada Retikulum
ini berasal dari hidrolis GTP. Endoplasma Kasar
LANGKAH 6
䡲 Langkah 3 sampai dengan 5 diulang, memperpanjang Protein yang perlu dikemas baik untuk dikirim ke luar sel atau
rantai polipeptida sampai mencapai penyandi henti. sekedar dikucilkan dari sitosol harus dikenali dan dikirim
secara kotranslasional (selama proses sintesis) ke dalam
䡲 Dikenal tiga penyandi henti (UAG, UAA, dan UGA),
yang masing-masing dapat menghentikan translasi. sisterna RER. Modus identifikasi bertempat di sebuah segmen
kecil mRNA, terletak berikutnya sesudah penyandi mulai, yang
LANGKAH 7 menyandi urutan asam amino dan disebut peptida
䡲 Saat situs-A subunit kecil ribosom mencapai sebuah pengisyarat.
penyandi henti, sebuah faktor penglepas berikat ke situs-A.
Menggunakan urutan yang disiapkan untuk sintesis protein
䡲 Faktor ini diperlukan untuk penglepasan rantai polipeptida dalam sitosol, mRNA mulai diterjemahkan, membentuk
yang baru saja dibuat dan tRNA di situs-P ke dalam sitosol. peptida pengisyarat (Gambar 2-16). Peptida ini dikenali oleh
LANGKAH 8 sebuah kompleks RNA-protein yang terletak di dalam sitosol,
Akhirnya tRNA berpindah dan situs-P ke situs-A, faktor yang disebut partikel pengenal isyarat (SRP = signal
penglepas dilepas dari situs-A, dan subunit kecil dan besar recognition particle). Partikel itu melekat pada peptida
ribosom meninggalkan mRNA. pengisyarat dan, dengan menempati situs-P pada ribosom su-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 26

26 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma

SubunitRibosom
Besar

Asam
tRNA amino
Subunit Ribosom
kecil situs P
Situs E Situs E situs A
situs A
mRNA
situs P

Inisiasi dimulai saat subunit Subunit besar bergabung tRNA-aminoasil kedua, Pembentukan ikatan ini
ribosom kecil berikatan dengan kompleks inisial. membawa sebuah asam membawa ujung penerima
dengan mRNA. Situs A yang kosong amino, mengikat pada situs pada tRNA situs A ke situs
sekarang siap menerima A yang kosong. Suatu ikatan P, saat is mengambil rantai
tRNA penginisiasi sebuah tRNA-aminoasil. peptida terbentuk di antara peptidil
berikatan dengan situs-P kedua asam amino.
asam amino sekutunya
kompleks
yaitu metionin Rantai/
sinyal
polipeptida

tRNA situs P bergerak ke tRNA


Sintesis polipeptida Kompleks sinyal terminal, Sekali sintesis protein
situs E dan situs A, dengan
berlangsung terus hingga suatu faktor yang mengatur dilengkapi, dua subunit
rantai peptidil yang terikat,
ribosom bertemu tanda penglepasan polipeptida, ribosomal akan
bergerak ke situs P yang telah
"berhenti" atau "penyandi/ mengait pada situs A. melepaskan did dari
dikosongkan. Saat suatu tRNA-
kodon omong kosong" Rantai polipeptida mRNA, dan kembali ke
aminoasil baru menempati situs
yang menandai ujung akhir dilepaskan. sitoplasma.
A, tRNA yang telah
rantai polipeptida.
"kadaluwarsa" pada situs E, akan
melepas ribosom. Suatu ikatan
peptida dibentuk, dan ribosom
bergerak ke bawah pada mRNA.
Siklus untuk menambahkan pada
rantai protein yang sedang
terbentuk berlanjut.

Gambar 2-15 Sintesis protein dalam sitosol.

menghalangi translasi; yang selanjutnya mengarahkan polisom 4. Setelah translasi mulai lagi, protein nasen (baru) berlanjut
untuk migrasi ke RER. dialirkan ke dalam sisterna RER.
Protein reseptor SRP (protein dermaga) di dalam membran 5. Sebuah enzim yang melekat ke sisi sisternal membran RER,
RER menyentuh SRP, dan protein reseptor ribosom yang disebut peptidase pengisyarat, memecah peptida
menyentuh subunit besar ribosom, melekatkan polisom ke pengisyarat dan protein yang sedang dibentuk. Peptida
permukaan sitosolik RER. Selanjutnya peristiwa berikut ini pengisyarat terdegradasi menjadi komponen asam aminonya.
terjadi hampir serentak: 6. Seperti yang telah dibahas lebih dulu, saat penyandi henti
1. Protein pori merakit, membentuk sebuah pori menembus tercapai, sintesis protein selesai, subunit kecil dan besar
lipid bilayer RER. ribosom berdisosiasi dan masuk kembali ke dalam sitosol
berhimpun di dalam `gudang' subunit ribosom.
2. Peptida pengisyarat menyentuh protein pori dan mulai
dipindahkan (diawali amino terminus) ke dalam sisterna 7. Protein yang baru dibentuk dilipat, diglikosilasi, dan
RER. mengalami modifikasi translasional di dalam sisterna RER.
3. Selanjunya SRP dilepas, masuk kembali ke dalam sitosol, 8. Protein termodifikasi meninggalkan sisterna melalui vesikel
mengosongkan situs-P pada subunit kecil ribosom. Ribosom transpor kecil (tanpa bungkus klatrin) di regio RER yang
tetap pada permukaan RER. tanpa ribosom.
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 27

Bab 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 27

Sintesis protein Ribosom


berlanjut sehingga memisahkan diri
lengkap
Sekuens
sinyal
Sintesis Sintesis Sintesis
dihentikan
protein protein protein
mRNA 5 3′
dimulai dihambat dilanjutkan

Ribosom

Sekuens C
sinyal
N
Partikel
pengenal N
sinyal Sekuensi sinyal N
Karbohidrat Proteinyang
yangterpotong
Reseptor lengkap
Peptidase
SRP
sinyal Retikulum endoplasma kasar

Gambar 2-16 Sintesis protein pada retikulum endoplasma kasar. C, terminus karboksil; mRNA, caraka RNA; N, terminus amino; SRP, partikel
pengenal isyarat.

Aparatus Golgi ai muka keluaran, karena protein yang telah dimodifikasi telah
siap dikemas dan dikirim ke tujuannya dari sini.Adalagi dua
kompartemen yang menarik, yang satu berhubungan dengan
Aparatus Golgi berfungsi dalam sintesis karbohidrat
muka-cis dan yang satu lagi dengan muka-trans. Yang terletak
dan dalam modifikasi dan pemilahan protein yang
di antara RER dan muka-cis aparatus Golgi adalah vesikel
dibuat di RER.
kompartemen intermedia, atau retikulum endoplasma/
kompartemen intermedia Golgi (ERGIC), dan jejaring
Protein yang dibuat dan dikemas dalam RER mengikuti Golgi trans (TGN), yang terletak di arah distal aparatus
jalur keharusan menuju aparatus Golgi untuk Golgi. Nama lain ERGIC adalah kompleks tubulovesikular,
mendapat modifikasi pasca-translasional dan pengemasan. berupa himpunan vesikel dan tubulus dibentuk dari penyatuan
Protein yang harus tetap di dalam RER atau menuju vesikel transfer yang berasal dan sisterna RER, yang disebut
kompartemen selain aparatus Golgi mendapat isyarat yang retikulum endoplasma transisional (TER). Vesikel
mengalihkannya dan jalur yang seharusnya. transfer ini ditunas-lepaskan dan TER dan mengandung
Aparatus Golgi terdiri atas satu atau lebih rangkaian sisterna protein nasen yang dibentuk di permukaan dan dimodifikasi di
terbungkus membran, agak lengkung, dan pipih, yang disebut, dalam sisterna RER.
pepara Golgi (Golgi stack), yang mirip setumpuk roti lapis Vesikel yang berasal dan ERGIC menempuh jalurnya
yang satu sama lain tidak terlalu lekat (Gambar 2-7 sampai menuju dan menyatu dengan tepian muka-cis aparatus Golgi,
2-19). Tepian setiap sisterna tampak melebar dilingkungi oleh jadi menyampaikan protein tersebut ke kompartemennya
vesikel yang mungkin berupa proses penyatuan atau kuncupan untuk dimodifikasi lebih lanjut. Protein hasil modifikasi
kompartemen khusus. dipindakan dan cis ke sisterna medial dan akhirnya ke trans
Setiap pepara Golgi mempunyai tiga peringkat sisterna: melalui vesikel yang bertunas-lepas untuk menyatu di tepian
䡲 Muka-cis (atau jejaring Golgi cis)
komparteman tertentu (Gambar 2-20). Setelah protein melalui
aparatus Golgi, semuanya akan dimodifikasi di dalam pepara
䡲 Muka medial (muka intermedia)
Golgi. Protein pembentuk teras (bagian utama) molekul
䡲 Muka-trans glikoprotein menjalani glikosilasi berat, sedangkan molekul
Muka-cis yang paling dekat dengan RER. Bentuknya lainnya memperoleh atau kehilangan gugus gulanya.
cembung dan dianggap sebagai muka masukan, karena protein Fosforilasi manosa terjadi di dalam sisterna muka-cis,
yang baru dibentuk dan RER memasuki muka-cis belum sedangkan pengangkatan manosa dari protein tertentu terjadi
diizinkan masuk sisterna lainnya pada aparatus Golgi. di dalam kompartemen cis dan medial pepara Golgi.
Sebaliknya muka-trans berbentuk cekung dan dianggap sebag- Penambahan asam sialat (asamN-asetilneuraminat) dan galakt-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 28

28 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma

ER

ER transisional

Vesikel
transpor

ERGIC
Muka-cis

Muka medial

Muka-trans
Gambar 2-17 Retikulum endoplasma
kasar dan aparatus Golgi epididimis
tikus. Vesikel transfer mengandung
Jejaring protein yang baru terbentuk dan
Golgitrans diangkut ke retikulum endoplasma/
Granula kompar-temen intermedia Golgi
sekretori (ERGIC) dan dari sana ke aparatus
Golgi. Protein dimodifikasi di berbagai
Vesikel halus permukaan kompleks Golgi dan masuk
dan bersalut jejaring Golgi trans untuk dikemas.

Gambar 2-18 Mikrograf elektron aparatus Golgi


epididimis tikus. ER, retikulum endoplasma; m,
mitokondria; TGN, jejaring Golgi trans. Angka
menunjukkan sakulus aparatus Golgi. (Dan Hermo L,
Green H, Clermont Y: Golgi apparatus of epithelial
principal cells of the ependymal initial segment of the
rat: Structure, relationship with endoplasmic
reticulum, and role in the formation of secretory
vesicles. Anat Rec 229: 159-176, 1991.)

osa, dan juga fosforilasi dan sulfasi asma amino terjadi Tiga jenis protein salut (COP), yang juga disebut kotomer,
dimuka-trans diketahui memicu pembentukan vesikel pengangkut kargo:
kotomer I (COP I), kotomer II (COPII), dan klatrin.
Pada situs yang akan menjadi vesikel nantinya, protein ini
Vesikel Endotel yang Terkait dengan berpadu, melekat pada membran, menarik keluar vesikel
Golgi dan Retikulum Endoplasma Kasar tersebut, dan melapisi permukaan sitosoliknya. Jadi, terdapat
vesikel berlapiskan COP I, COP II, dan klatrin.
Vesikel terkait RER dan aparatus Golgi mempunyai salut
Vesikel transpor meninggalkan ER transisional selalu
protein dan juga penanda permukaan.
berlapiskan COP II sampai mencapai ERGIC, tempat
menanggalkan salut COP II, untuk didaur-ulang vesikel yang
Vesikel pengangkut protein (kargo) antar-organel dan regio
muncul dari ERGIC untuk membawa kargo yang baru sampai
organel, harus punya cara menunas-lepaskan organelnya dan
harus diberi label ke mana tujuannya. Proses bertunas ke muka-cis memerlukan bantuan COP I, seperti vesikel
dimudahkan oleh kumpulan salut protein pada sisi sitosolik lainnya yang melalui medial ke muka-trans dan jejaring
organel tersebut. trans golgi. Memerlukan klatrin dalam pembentukannya.
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 29

Bab 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 29

Gambar 2-19 A, permukaan jejaring Golgi cis pada spermatid tingkat 6. Sakulus paling dekat-cis berupa jejaring regular tubulus membranosa
anastomotik, ditutup oleh retikulum endoplasma. Sejumlah sakulus medial dengan pori lebih sedikit tetapi lebih besar dan lebih teratur tampak di
bawah sakulus Golgi cis.B, Pandangan muka sebuah jejaring Golgi cis lain dalam spermatid tahap 6. Perhatikan adanya tingkap-tingkap pada
bagian tepi sakulus Golgi trans yang ireguler. (Dan HC, Tang CY, Suarez SS: Three-dimensional structure of the Golgi apparatus in mouse
spernzatids: A scanning electron microscopic study. Anat Rec 256: 189-194, 1999.)

Mekanisme transpor mematuhi kendali mutu, dalam arti MTOC terletak di dalam lingkungan kompleks golgi, dan
jika protein residen RER (atau ER transisional) sedang ujung-ujung mikrotubulus tadi, yang masing-masing
dikemas dalam vesikel dan molekul `penumpang gelap' ini memancar dan cincin kompleks y-tubulin, disebut ujung
mencapai ERGIC, mereka akan kembali ke RER sebagai minus; ujung lainnya, mendekati tepian sel, disebut ujung
vesikel yang bersalut COP I. Keadaan seperti ini dikenal plus. Motor molekular yang menggerakkan vesikel ke ujung
sebagai transpor retrograd, lawannya adalah transpor minus (mengarah MTOC) adalah dinein beserta kompleks
anterograd kargo, yang telah dibahas tadi. protein kelengkapannya. Motor molekular yang
Karena vesikel dibentuk pada situs tertentu di dalam sel menggerakkan vesikel ke ujung plus (menjauhi MTOC)
dan hams sampai ke tujuan, hams ada tambahan seperangkat adalah kinesin berikut kompleks protein sertaannya. Jadi,
informasi; misalnya, bagaimana vesikel dapat diangkut vesikel bermuasal dari ER dan juga yang dari ERGIK
sampai ke tujuan. Sekalipun hal ini merupakan konsep yang digerakkan mengarah ke MTOC digerakkan oleh dinein,
perlu dipahami, kemmitannya juga mengendala pembahasan sedangkan vesikel yang meninggalkan kompleks Golgi
yang tuntas; sebagai penyulih, sepintas lalu secara umum akan
mengikuti aliran retrograd ke ERGIC atau ke RER digerakkan
disajikan. (untuk informasi tambahan, silahkan baca buku ajar
biologi sel.) oleh kinesin.
Setelah vesikel pengandung-kargo terbentuk, mereka
bukan hanya mempunyai kotomer atau klatrin tetapi juga Pemilahan dalam Jejaring Golgi Trans
penanda permukaan lainnya dan reseptor. Beberapa dan
reseptor tersebut berinteraksi dengan mikrotubulus dan Jejaring Golgi Trans bertugas memilah protein sesuai
kompleks protein motor yang bertugas menggerakkan vesikel. dengan alurnya sehingga mencapai membran plasma,
Seperti yang akan dibahas nanti (lihat Sitoskeleton), granula sekresi, atau lisosom.
mikrotubulus adalah panjang, lums, kaku, berupa struktur
mirip tubulus yang berawal dan dalam pusat pengatur Kargo yang meninggalkan TGN dibungkus dalam vesikel
mikrotubulus (MTOC) dan menganjur sampai ke tepian sel. yang mungkin melakukan salah satu kegiatan di bawah ini lih-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 30

30 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma

ER
TER (Retikulum endoplasma transisional)

Fosforilasi manosa

Pembuangan manosa
Sintesis protein
Glikosilasi terminal
Protein membran
Plasma Fosforilasi dan sulfasi asam
amino
Protein
isosomal Penyortiran protein

Granula
Protein sekretori

Triskelion Selubung
Vesikelbersal
klatrin klatrin
COP
ut
II

Vesikel tak
bersalut klatrin
Vesikeltranspor
bersalut COP I Reseptor
fosfat-6 Manosa
jejaring Golgi trans
CIS MEDIAL TRANS Endosom lanjut
TER ERGIC

Lisosom Membran
GOLGI Plasma

Gambar 2-20 Aparatus Golgi dan kemasan dalam jejaring Golgi, ER, retikulum endoplasma; ERGIC, retikulum endoplasma/ kompartemen
intermedia Golgi; COP, protein selubung (kotomer)

(at (Gambar 2-20): Ketiga yang pertama disebut eksositosis, karena


䡲 Menyisipkannya
isinyameninggalkan sitoplasma. Penglepasan segera ke ruang
ke dalam membran sel sebagai protein
membran dan lipid ekstrasel ataupun sisipan ke membran sel memerlukan
pengaturan tertentu; jadi kedua proses itu mengikuti jalur
䡲 Menyatu dengan membran sel sedemikian rupa sehingga
keharusan yang disebut jalur sekretori konstitutif (jalur
protein yang dibawanya segera dicurahkan ke dalam
keharusan). Sebaliknya jalur ke lisosom dan vesikel sekretori
ruang ekstraselrruang ekstraseluang ekstrasel
disebut jalur sekretori terkendali.
䡲 Berhimpun di dalam sitoplasma di dekat daerah apikal
membran sel sebagai granula sekresi (vesikel), dan, setelah
TRANSPOR PROTEIN
mendapat isyarat, menyatu dengan membran sel untuk
LISOSOMAL
akhirnya mencurahkan proteinnya ke luar sel
䡲Menyatu dengan endosom akhir (akan dijelaskan Proses pemilahan diawali dengan fosforilasi residu manosa
kemudian), mencurahkan isinya ke dalam organel yang protein lisosom (hidrolase lisosomal) di dalam sisterna cis
kemudian menjadi lisosom prepara golgi.Saat protein ini mencapai jejaring golgi trans, m-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 31

Bab 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 31

un demikian, mekanismenya diyakini serupa dengan protein


lisomol.
Tidak seperti vesikel yang mengangkut enzim lisosom,
granula sekretori lumayan besar dan membawa lebih banyak
protein daripada reseptor di permukaan vesikel. Selain itu, isi
granula sekretori mengental seiring dengan waktu akibat lesap
cairan dari granula sekretori (lihat Gambar 2-6 dan 2-20).
Selama proses peningkatan konsentrasi ini, vesikel itu sering
disebut vesikel mengental. Tambahan lagi, granula sekretori
sel yang terpolarisasi (mengutub) tetap terbatas pada region
tertentu sel tersebut mereka tetap sebagai kelompokan granula
sekretori, melalui reaksi terhadap isyarat tertentu (mis.
Neurotransmiter atau hormon), menyatu dengan membran sel
untuk melepas isinya ke dalam ruang intersel.

TRANSPOR MELALUI JALUR KEHARUSAN


Gambar 2-21 Peta selubung klatrin pada resolusi 21 A. Untuk
memungkinkan pandangan lebih jernih jalur kaki-kaki triskelion, ranah Semua vesikel yang terlibat dalam transpor non-selektif,
amino-terminal dan kebanyakan penghubung telah diangkat dari peta seperti penyeberangan antara RER dan jejaring cis Golgi atau
ini. (Dad Smith CJ, Grigorieff N, Pearse BM: Clathrin coats at 21 A
resolution: A cellular assembly designed to recycle multiple membrane di antara sisterna pepara Golgi atau mengunakan jalur
receptors. EMBO J 17: 4943-4953, 1998.) keharusan antara TGN dan membran plasma, juga
memerlukan vesikel bersalut (Gambar 2-20). Namun
anosa-6-fosfatnya (M6P) dikenal sebagai isyarat sehingga demikian, salutnya itu terdiri atas kompleks protein tujuh-unit,
mereka berikatan dengan reseptor manosa 6-fosfat, yang (kotomer) bukan sekedar klatrin. Setiap protein kompleks
merupakan protein transmembran dari membran TGN. kotomer disebut subunit protein salut (COP), yang
perakitannya, tidak seperti klatrin, memerlukan tenaga dan
Sebuah sumuran kecil terbentuk dengan bantuan trikelion tetap dengan vesikelnya sampai mencapai target yang dituju.
klatrin, kompleks protein terdiri atas tiga rantai berat dan tiga Seperti yang telah dibahas sebelumnya, ada 2 jenis kotomer,
rantai ringan membentuk sebuah struktur dengan tiga lengan COP I dan COP II.
yang menyuar dan titik sentral (Gambar 2-21; lihat juga
Gambar 2-20). Trikelion itu merakit-diri, menyelubungi sisi Vesikel yang berasal dari TGN diangkut sepanjang jalur
sitoplasma TGN yang kaya akan reseptor M6P tempat M6P mikrotubulus mengunakan kinesin dan kompleks protein
terikat. Sumur semakin dalam dan menjumput TGN-nya dan penyertanya. Namun demikian, vesikel itu juga memanfaatkan
membentuk vesikel bersalut klatrin. Salut klatrin itu juga alternatif, dan mungkin utamanya, jalur filamen aktin. Motor
penggerak vesikel itu adalah miosin II; diyakini miosin II
disebut keranjang klatrin.
membawanya ke jejaring trans Golgi setelah, atau bersamaan
Vesikel bersalut klatrin ini segera kehilangan salut dengan, penggalangan triskelion klatrin ke situs pembentukan
klarinnya; tidak seperti pembentukan keranjang klatrin, proses vesikel.
ini memerlukan energi. Vesikel tanpa salut itu mencapai,
menyatu dengan, dan melepaskan isinya ke dalam endosom
akhir (endosom akan dibahas nanti). Konsep Alternatif Aparatus
Karena salut klatrin digunakan untuk banyak macam
Golgi
vesikel, ada sebuah protein intermedia, adaptin, terletak di Konsep alternatif aparatus Golgi menduga terjadinya
antara sisi sitoplasma molekul reseptor dan klatrin. Terdapat maturasi (pematangan) bukan sekedar transpor
banyak jenis adaptin. Masing-masing mempunyai situs vesikel anterograd.
pengikat untuk reseptor tertentu selain juga situs pengikat
klatrin.
Dua teori kuat tentang transpor vesikel anterograd (telah
TRANSPOR PROTEIN dibahas) dan maturasi sisternal dinilai sama-sama tidak
SKRETORI TERKENDALI serasi, dan banyak bukti mendukung keduanya. Teori maturasi
Protein yang akan dilepas ke ruang ekstrasel secara terus- sisternal menduga bukannya kargo yang diangkut melalui
menerus juga memerlukan pembentukan vesikel bersalut- berbagai regio aparatus Golgi, melainkan menetap dan
klatrin. Isyarat untuk pembentukannya belum diketahui; nam- berbagai sistem enzim golgi dikirim secara retrograd dalam ra-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 32

32 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma

ngkaian yang benar pada waktu yang sesuai, sehingga erangkaian protein darah yang disebut komplemen.
memungkinkan sisterna yang menetap matang menjadi Karena beragam regio antibodi berikatan dengan permukaan
sisterna tahap berikutnya. mikroorganisme, regio Fc menganjur dari permukaannya.
Sepintas, teori maturasi sisternal tampaknya meragukan; Makrofag dan neutrofil mempunyai reseptor Fc yang
namun demikian hal ini dapat digambarkan menggunakan berikatan dengan regio Fc antibodi setelah kontak.
fenomena yang biasa ditemukan. Jika seseorang duduk di Keterhubungan ini menjadi isyarat bagi sel tersebut untuk
kereta yang berhenti, dan melihat kereta di rel sebelahnya menjulurkan pseudopoda,merengkuh mikroorganisme, dan
berjalan, pada awalnya sulit membedakan kereta mana yang menginternalkan dengan membentuk fagasom. Komplomen di
sedang bergerak tanpa melihat secara visual keadaan permukaan mikroorganisme mungkin membantu fagositosis
sekelilingnya. Hasil riset belakangan ini tidak memastikan teori dengan cara yang serupa. Karena makrofag juga mempunyai
yang mana yang benar, tetapi kebanyakan buku ajar histologi reseptor komplomen di permukaannya. Rupanya yang
dan biologi sel menyukai teori transpor vesikel anterograd. mengaktifkan sel untuk membentuk pseudopoda dan menelan
mikroorganisme penyerang.
Endositosis, Endosom, dan
Lisosom Pinositosis

Endositosis, endosom, dan lisosom terlibat dalam proses Karena kebanyakan sel mengekspor bahan ke dalam ruang
pencernaan, pengucilan, .dan penghancuran (degradasi) intersel, mereka secara kontinu menambah membran vesikel
bahan-bahan yang diinternalkan dari ruang ekstrasel. yang mengirim substansi yang dimaksud tadi dari jejaring
Golgi trans ke membran plasma. Untuk mempertahankan
ukuran dan bentuknya sel ini harus membuang kelebihan
Proses ketika sebuah sel `melahap' makromolekul, bahan
membran dan mengembalikannya untuk didaur ulang. Daur
tertentu, atau substansi lainnya dari ruang ekstrasel dinamakan
ulang membran sulihan selama proses eksositosis dan
endositosis. Material yang dilahap itu ditelan dalam sebuah
endositosis itu disebut pertukaran membran (membrane
vesikel sesuai dengan volumenya. Jika sebuah vesikel besar
trafficking), berupa pergerakan membran dari dan ke berbagai
(>250 nm diameternya), cara itu disebut fagositosis (sel
kompartemen sel. Pada kebanyakan sel, pinositosis merupakan
makan) dan vesikelnya disebut fagosom. Jika vesikelnya
proses transpor teraktif dan menyumbang penyulihan membran.
kecil ( <150 nm diameternya), endositosis itu disebut
pinositosis (sel minum) dan vesikelnya disebut vesikel
pinositotik. ENDOSITOSIS BERMEDIA
RESEPTOR

Mekanisme Endositosis Banyak sel dikhususkan untuk beberapa jenis endositosis.


Bentuk penangkapan substansi itu yang paling efisien
bergantung pada adanya reseptor protein (reseptor kargo)
Endositosis dibagi menjadi dua golongan: fagositosis
pada membran sel. Reseptor kargo berupa protein
dan pinositosis.
transmembran yang berasosiasi dengan molekul tertentu
(ligan) di sisi ekstrasel dan dengan salut klatrin di sisi intrasel.
Fagositosis Perakitan triskelion klatrin di bawah reseptor kargo
menarik membran plasma, membentuk sumuran bersalut
Proses menelan bebutir (partikel) besar, misalnya klatrin (Gambar 2-23 dan 2-24), yang akhirnya menjadi
mikroorganisme, fragmen sel, dan sel (misalnya, sel darah vesikel pinositotik, menutup ligan sebagai titik cairan siap
merah yang tidak berfungsi), biasanya dilakukan oleh sel menetes dan permukaan. Untuk melepas vesikel
khusus yang disebut fagosit. Fagosit yang paling umum pinositotik ini, beberapa molekul dinamin, suatu GTPase,
adalah sel darah putih, neutrofil dan monosit. Jika mengelilingi leher vesikel yang menciut, menjepit leher
monosit meninggalkan aliran darah dan masuk ke ranah erat, dan vesikel pinositotik dilepas dari membran
jaringan ikat untuk melakukan tugasnya, maka disebut awalnya ke dalam sitoplasma. Cara ini memungkinkan
makrofag. sel meningkatkan kadar ligan (misalnya, lipoprotein densitas
Fagosit dapat menelan bebutir bahan karena mereka rendah) di dalam vesikel pinositosis.
Vesikel pinositotik yang khas dapat mengandung
mempunyai reseptor yang mengenali pola permukaan tertentu
sebanyak 1.000 reseptor kargo dari berbagai jenis, agar
pada material yang akan ditelannya. Dua hal yang lebih supaya dapat berikatan dengan berbagai molekul. Setiap
diketahui tentang permukaan ini berasal dari kajian imunologi reseptor kargo terikat dengan adaptinya masing-masing, yaitu
dan dikenal sebagai regio konstan (regio Fc) antibodi dan s- protein denga-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 33

BAB 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 33

Nukleus
retikulum
endoplasma
kasar
9

Golgi
4 8
10
3

5 11
6

lubang
12
bersalut klatrin 7
1
2

1 ligan melekat dalam


larutan
2 ligan melekat pada
reseptor
3 Vesikel endositotik 8 Vesikel bersalut klatrin yang
bersalut klatrin mengandung hidrolase lisosomal
4 Daur ulang atau protein membran lisosomal
klatrin triskelion ke 9 Endosom lanjut
Membran plasma pH:! 5.5
5 Vesikel endositotik 10 Badan multivesikular
tak bersalut (tipe-tipe lisosom)
6 Endosom dini/endosom 11 Produk degradasi dalam
daurulang (CURL) pH ~ 6.0 badan residual
7 Daur ulang reseptor ke 12 Badan residu menyatu dengan membran
membran plasma sel dan isinya dikeluarkan dari sel

Gambar 2-22 Jalur endosomal. CURL, kompartemen untuk melepas reseptor dan ligan.

n situs ikatan untuk sisi sitoplasma reseptor, selain juga situs


ikatan untuk triskelion klaritin.

Endosom

Endosom diturunkan dari dua kompartemen: endosom


awal, di dekat tepian sel, dan endosom akhir, yang
terletak di bagian yang lebih dalam dari sitoplasma.

Segera setelah dibentuk, vesikel pinositotik kehilangan salut


klatrinnya (yang kembali ke tempat penghimpun triskelion
klatrin dalam sitosol) dan menyatu dengan endosom dini
Gambar 2-23 Mikrograf elektron endositosis pada sebuah (Gambar 2-25; lihat juga Gambar 2-22), sistem vesikel dan
kapiler. (Dari Hopkins CR: Structure and Function of Cells. tubulus yang terletak dekat dengan membran plasma. Jika
Philadelphia, WB Saunders, 1978.)
seluruh isi vesikel pinositotik memerlukan degradasi, material
dan endosom awal akan dipindahkan ke endosom lanjut. Pe-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 34

34 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma

Gambar 2-24 Mikrograf elektron transpor


mikroperoksidase, sebuah molekul penjejak (trace),
melintasi sel endotel sebuah kapiler (x35.840). A,
lumen kapiler diisi penjejak; perhatikan ambilan
vesikel pinositotik di sisi luminal. Panah menunjukkan
ruang ekstrasel. B, Semenit kemudian, penjejak telah
dipindah melintasi sel endotel dan dieksositosis ke
sisi jaringan ke dalam ruang ekstrasel (sejumlah
panah). Perhatikan daerah penyatuan vesikel (C),
membentuk kanal sementara di antara lumen kapiler
dan ruang ekstrasel. (Dad Hopkins CR: Structure and
Function of Cells. Philadelphia, WB Saunders, 1978.)

rangkat tubulus dan vesikel yang bermiripan itu, terletak lebih ang menamakan endosom dini seperti ini dengan CURL
ke tengah dalam sitoplasma di dekat aparatus Golgi, membantu (Compartment for Endosome Uncoupling of Receptor and
menyiapkan isinya untuk akhirnya dihancurkan oleh lisosom. Ligand) atau belakangan ini disebut endosom daur-ulang
Endosom awal dan akhir, secara keseluruhan, membentuk (lihat Gambar 2-22 dan 2-25).
kompartemen endosomal. Membran semua endosom Dalam waktu 10-15 menit setelah masuk endosom dini,
mengandung pompa H+ terikat-ATP yang mengasamkan ligan itu mungkin ditransfer ke endosom lanjut (seperti kasus
interior endosom dengan cara memompa secara aktif ion H+ ke lipoprotein densitas rendah) atau dikemas untuk dikembalikan
dalam interior endosom yang menjadikan endosom dini ber-pH ke membran sel, tempatnya dilepas (misalnya, transferin) ke
6.0 dan endosom lanjut ber-pH 5,5. dalam ruang ekstrasel. Kadang-kadang, reseptor dan ligan
Bahan-bahan yang masuk endosom dini mungkin dapat (misalnya, faktor pertumbuhan epidermal [EGF] dan
diambil lagi dari kompartemen itu dan dikembalikan ke tempat reseptornya) dipindah ke endosom lanjut, dan kemudian ke
asalnya, seperti yang terjadi pada reseptor kargo yang perlu lisosom, akhirnya didegradasi.
didaur-ulang. Saat vesikel pinositotik menyatu dengan Transpor antara endosom dini dan lanjut belum terungkap.
endosom dini, lingkungan asam menyebabkan pemisahan ligan Beberapa pengarang menduga bahwa endosom dini pindah
dan molekul reseptornya. Ligan tetap berada dalam lumen mengikuti jalur mikrotubulus ke tempat yang lebih dalam di
endosom dini, sedangkan molekul reseptor (misalnya, reseptor dalam sel dan menjadi endosom lanjut. Yang lainnya
lipoprotein densitas rendah) dikembalikan ke membran plasma menganggap bahwa endosom dini dan lanjut merupakan
tempat asalnya, atau membran plasma di regio lainnya pada sel kompartemen terpisah dan vesikel pengangkut endosomal
tersebut, dan proses ini disebut transitosis. Beberapa pengara- yang mengantar bahan-bahan dari endosom dini ke yang lanju-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 35

BAB 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 35

Lisosom membantu bukan hanya mencerna makromolekul,


tetapi juga mikroorganisme terfagosit, remah sel, dan sel serta
kelebihan organel atau organel tua, misalnya mitokondria dan
RER. Berbagai enzim mencerna material yang "dilahap"
menjadi hasil akhir yang kecil dan linarut yang diangkut oleh
protein pengangkut dalam membran lisosomal dan lisosom ke
dalam sitosol untuk digunakan lagi oleh sel atau dieksport dan
sel ke ruang ekstrasel.

Pembentukan Lisosom

Lisosom mendapat enzim hidrolitik dan juga membrannya dan


jejaring Golgi trans; namun demikian, sampai kepada vesikel
yang berbeda. Sekalipun kedua jenis vesikel tadi mempunyai
salut klatrin setelah menjumput (pinch off) TGNnya, salut
klatrin itu segera hilang setelah pembentukannya. Vesikel yang
tanpa salut itu kemudian menyatu dengan endosom lanjut.
Vesikel pengangkut enzim lisosomal mempunyai reseptor
manosa-6-fosfat, tempat enzim ini terikat. Dalam lingkungan
asam endosom lanjut, enzim lisosomal terdisosiasi dari
reseptornya, residu manosanya terdefosforilasi, dan
Gambar 2-25 Vesikel endositotik (Tu) sel tubulus proksimal korteks reseptornya didaur ulang dengan dikembalikan ke TGNnya.
ginjal (x25.000). Perhatikan adanya mikrovili (Bb), lisosom (Ly), Haruslah dipahami bahwa hidrolase lisosomal yang
Mitokondria (Mi), retikulum endoplasma kasar (Re), ribosom bebas
(Ri), dan, mungkin, endosom dini (Va). (Dad Rhodin JAG: An Atlas of
terdefosforilasi tidak lagi dapat terikat pada reseptor manosa-6-
Ultrastructure. Philadelphia, WB Saunders, 1963.) fosfat dan karenanya tinggal dalam endosom lanjut.
Pada saat endosom mempunyai komponen enzimatik dan
membran, beberapa ahli menghipotesiskan bahwa endosom
t. Merupakan vesikel besar yang banyak mengandung banyak menyatu dengan lisosom. Namun demikian ahli lainnya
vesikel kecil yang telah dikenali sebagai badan multivesikular mengatakan bahwa endosom lanjut matang dan menjadi
pada mikrograf elektron. Kedua teori mengakui adanya suatu lisosom.
sistem mikrotubulus yang akan dilalui oleh endosom dini atau
vesikel pengankut endosom menuju endosom lanjut. Transpor Substansi ke Dalam Lisosom

Substansi yang akan dihancurkan di dalam lisosom mencapai


Lisosom organel ini melalui salah satu dari tiga jalur ini: melalui
fagosom, vesikel pinositotik, atau autofagosom.
Lisosom mempunyai pH asam dan mengandung enzim Material yang terfagosit, terkandung dalam fagosom,
hidrolitik. bergerak menuju interior sel. Fagosom bergabung dengan
lisosom atau endosom lanjut. Enzim hidrolitik mencerna
Isi endosom lanjut dikirim untuk pencernaan enzimatik ke hampir semua isi fagosom, terutama komponen protein dan
dalam lumen organel khusus yang disebut lisosom (Gambar karbohidrat. Namun demikian komponen lipid lebih resisten
2-26; lihat juga 2-25). Setiap lisosom berbentuk bulat atau terhadap pencernaan tuntas, dan tetap bersalut dalam jasad
polimorf. Diameter rata-ratanya 0,3-0,8 p,m, dan mengandung lisosom, yang sekarang disebut badan residual.
paling kurang 40 jenis hidrolase asam, antara lain misalnya Organel tua seperti mitokondria dan organel yang tidak
sulfatase, protease, nuklease, lipase, dan glikosidase. Karena diperlukan lagi oleh sel, atau RER fibroblas geming (diam,
semua enzim ini memerlukan lingkungan asam agar berfungsi anteng, tidak aktif, tidak bergerak, quiescent ), perlu
optimal, maka membran lisosomal dilengkapi dengan pompa dihancurkan. Organel yang dipertanyakan itu diliputi oleh
yang secara aktif mentranspor ion H+ ke dalam lisosom, untuk elemen retikulum endoplasma dan dibungkus vesikel disebut
memelihara pH lumen tetap 5,0 (lihat Gambar 2-22). autofagosom.Struktur ini menyatu dengan endosom lanjut at-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 36

36 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma

Gambar 2-26 Lisosom tikus kultur


makrofag alveolar (x45.000). (Dari Sakai
M, Araki N, Ogawa K: Lysosomal
movements during heterophagy and
autophagy: With special reference to
neinatolysosome and wrapping lysosome.
J Electron Microsc Tech 12:
101-131,1989.)

au lisosom dan berbagi nasib yang sama selanjutnya sebagai Peroksisom


fagosom.
Peroksisom berupa organel swa-replikasi
yang mengandung enzim oksidatif.
KORELASI KLINIS

Individu tertentu dengan defisiensi enzim heriditer Peroksisom (badan mikro) berupa organel kecil
tidak mampu menghancurkan secara tuntas (diameter 0,2-1,0 inn), bentuknya bulat atau ovoid, terikat
berbagai makromolekul menjadi hasil sampingan membran yang mengandung lebih dari 40 enzim oksidatif,
linarut. Kelainan penyimpanan lisosomal terutama oksidase urat, katalase, dan oksidase D-asam
umumnya akan terjadi. Akibat intermedier amino (Gambar 2-27). Mereka semua ada pada hampir semua
substansi tak larut, substansi ini makin menumpuk sel binatang dan berfungsi pada katabolisme asam lemak
di dalam lisosom sel-selnya, sehingga ukuran sel rantai panjang (oksidasi beta), membentuk asetil koenzim-
tadi meningkat sedemikian rupa sehingga A (CoA) selain juga hidrogen peroksida (H202) dengan
mengganggu kemampuan sel-sel tadi untuk mengkombinasikan hidrogen dari asam lemak dengan oksigen
menjalankan fungsinya. molekular. Asetil CoA digunakan oleh sel untuk keperluan
metabolismenya sendiri atau dieksport ke ruang ekstrasel
Mungkin yang paling dikenal pada kondisi serupa untuk digunakan oleh sel di sekitarnya. Hidrogen peroksida
ini adalah penyakit Tay-Sach, yang terjadi (H202) mendetoksifikasi berbagai bahan beracun (misalnya
umumnya pada anak-anak turunan Yahudi Eropa etanol) dan membunuh mikroorganisme. Kelebihan
Timur laut dan individu turunan Cajun di didegradasi ke dalam air dan oksigen molekular oleh enzim
Louisiana. Anak-anak itu memperlihatkan katalase.
defisiensi heksosaminidase dan tidak mampu
Protein yang akan menjadi peroksisom tidak dibuat di
memecah ganliosida GM2. Walaupun hampir
RER tetapi dalam sitosol dan dipindahkan ke dalam
semua sel pada anak ini menghimpun gangliosida
peroksisom melalui dua isyarat target peroksisom khusus yang
GM2 dalam lisosom, hal ini terutama
mengarahkan protein dari sitosol ke peroksisom, tempat
menggganggu neuron SSP dan Perofer yang
mereka mengenal reseptor import terikat membran yang
menjadi problematik. Lisosom sel-sel ini
khusus untuk isyarat yang dituju. Namun demikian, sejumlah
membengkak sehingga menganggu fungsi
protein membran peroksisomal mungkin dibuat pada dan
neuronal, menyebabkan anak tadi menjadi
ditujukan ke peroksisom melalui RER. Sama dengan
vegetatif dalam tahun pertama atau kedua dan
mitokondria, peroksisom meningkat ukurannya dan akan
akhirnya meninggal pada tahun ke-3.
membelah untuk membentuk peroksisom barn; namum
mereka mempunyai materi genetiknya sendiri.
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 37

BAB 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 37

TABEL 2-1 Penyakit Simpanan Lisosomal Utama

Jenis Penyakit Spesifik Defisiensi Enzim Hasil Metabolit

Glikogenosis Penyakit Pompe (penyakit Glukosidase lisosomal Glikogen


Simpanan Glikogen, tipe II)

Sfingolipidosis GM1 gangliosidosis GM1 gangliosida GM1 gangliosid; oligosakarida


betagalaktosidase mengandung galaktosa
GM2 gangliosidosis
Penyakit Tay-Sachs Heksosamin A GM2gangliosida
Penyakit Gaucher Glukoserebrosidase Gluokoserebrosida
Penyakit Nieman-Pick Sfingomielinase Sfingomielin

Mukopolisakaridosis (MPS)
Heparan sulfat, dermatan
MPSI Sindroma Hurler a-L-Iduronidase sulfat

MPS II Sindroma Hurler L-Iduronosulfat sulfatase Heparan sulfat, dermatan


sulfat

Glikoproteinosis Enzim yang mendegradasirantai Beberapa, bergantung enzimnya


samping polisakarida
glikoprotein

Diadaptasi dan Kumar V, Cotran RS, Robbins SL: Basic Pathology, 5th ed. Philadelphia, WB Saunders, 1992.

Proteasom bikuitin dilepas dan masuk kembali gudang sitosolik.


Mekanisme ubikuitinasi memerlukan:
Proteasom berupa organel kecil terdiri atas kompleks protein
yang bertanggung jawab untuk proteolisis protein salah bentuk 䡲 Tindak bersama seperangkat, enzim termasuk enzim
dan yang berlabel-ubikuitin. pengaktif-ubikuitin
䡲 Keluarga enzim pengkonyugasi-ubikuitin
䡲 Sejumlah ligase ubikuitin yang masing-masing
Populasi protein sebuah sel adalah dalam perubahan konstan
mengenali satu atau lebih protein substrat
sebagai hasil pembentukan bersinambung, ekspor, dan
degradasi makromolekul ini. Seringnya, protein, seperti yang
bertugas dalam pengaturan metabolik, harus didegradasi untuk Ubikuitinasi, penglepasan ubikuitin dari protein kandidat,
meyakinkan bahwa respons metaboliknya kepada satu isyarat dan mekanisme degradasi protein oleh proteasom semuanya
tidak berkepanjangan. Selain itu, protein yang telah berupa proses yang memerlukan energi. Sel rata-rata
didenaturasi, rusak, atau salah bentuk harus dilenyapkan; mempunyai sebanyak 30.000 proteasom.
lagipula, protein antigenik yang telah diendositosis oleh sel
penyaji antigen (APCs) harus dipecah menjadi fragmen Mitokondria
polipeptida kecil (epitop) sehingga dapat disajikan kepada
limfosit T untuk dikenali dan penyelesaian sebuah respons
Mitokondria mempunyai DNA-nya sendiri dan melakukan
imum. fosforilasi oksidatif serta sintesis lipid.
Proses proteolisis sitosolik secara cermat dikendalikan
oleh sel, dan ini berarti bahwa protein dikenali sebagai
kandidat potensial untuk didegradasi. Pengenalan ini Mitokondria berupa organel yang sifatnya luwes, berbentuk
mencakup ubikuinasi, sebuah proses perihal sejumlah batang, sekitar 0,5-1 pm lingkarnya dan kadang kadang
molekul ubikuitin (sebuah 76-asam amino rantai panjangnya mencapai 7 . Binatang pada umumnya mempunyai
polipeptida panjang) ditempelkan kepada residu lisin mitokondria dalam jumlah besar (sebanyak 2.000 pada setiap
protein kandidat untuk membentuk protein sel hati) karena melalui fosforilasi oksidatif, mitokondria
berpoliubikuitin. Begitu protein menerima label itu, is membentuk ATP, sebuah gudang energi stabil yang dapat
akan didegradasi oleh proteasom, kompleks protein digunakan oleh sel untuk berbagai kegiatan yang memerlukan
multisubunit yang mempunyai bobot molekul lebih dari 2 energi.
juta dalton. selama proteolisis, molekul u-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 38

38 䡲 Bab 2 ■ ■ ■ Sitoplasma

Gambar 2-27 Peroksisom di hepatosit


(x10.700). Sel diolah dengan dan osmium
tetroksida menghasilkan produk reaksi hitam
oleh enzim katalase yang terletak dalam
peroksisom. (Dari Hopkins CR: Structure and
Function of Cells. Philadelphia, WB
Saunders,1978.)

Setiap mitokondrion mempunyai membran luar halus dan Membran Mitokondrial Luar dan Ruang
membran dalam yang berlipatan (Gambar 2-28; juga lihat Intermembran
Gambar 2-6). Lipatan membran dalam, disebut krista, sangat
menambah luas permukaan membran. Jumlah krista yang Membran mitokondrial luar mempunyai sejumlah besar porin,
dimiliki sebuah mitokondria berkaitan erat dengan kebutuhan protein transmembran multipas. Setiap porin membentuk kanal
energi sel; jadi mitokondria otot jantung mempunyai lebih cair besar tempat lewat molekul linarut air; yang sebesar 10kD,
banyak krista daripada osteosit. Ruang yang sempit (10-20 nm masih dapat lewat. Karena membran ini relatif permeabel
lebar) antara membran luar dan dalam disebut ruang untuk molekul kecil, termasuk protein, isi ruang
intermembran, sedangkan ruang besar yang diliputi membran intermembran menyerupai sitosol. Protein tambaha n yang
dalam disebut ruang matriks (ruang interkrista). Isi kedua terletak di membran luar bertindak untuk membentuk lipid
ruang tadi agak berbeda dan akan dibahas kemudian. mitokondrial.
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 39

BAB 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 39

Ruang matriks
H+ H+
ATP ATP

Krista
(lipatan) ADP + Pi ADP + Pi

H+ H+ 2H++1/2 O2
Membran membran e–
H2O

Luar H+
dalam
H+

Ruang
Intermembran
H+ H+ H+ sintase H+
SintaSe H+ H+ H+
Ruang + H+
Ruang ATP
H+
matriks ATP C H
H+
intermembran
A

Ruang
matriks

Ruang
intermembran Membran
Membran dalam
B luar

Gambar 2-28 Struktur dan fungsi mitokondria. A, Mitokondria dipotong memanjang untuk memperlihatkan membran luar dan dalam yang berlipat.
B, perbesaran daerah mitokondria, memperlihatkan subunit membran dalam dan ATP sintetase. C, dua kompleks ATP sintetase dan tiga dari lima
anggota rantai transpor elektron yang juga berfungsi memompa hidrogen (H+) dari matriks ke dalam ruang intermembran. ADP, adenosin difosfat;
ATP, adenosin trifosfat; Pi fosfat anorganik.

Membran Mitokondrial Dalam Pada daerah tertentu, membran mitokondrial dalam dan
luar berkontak satu sama lain; situs kontak ini bertindak
sebagai jalur bagi protein dan molekul kecil masuk dan
Membran mitokondrial dalam berlipatan membentuk krista meninggalkan ruang matriks. Situs kontak itu terdiri
untuk menyediakan permukaan yang lebih besar untuk ATP atas protein pengangkut untuk transpor dan protein
sintase dan rantai respiratori. pengendali mengenali marker penanda transportabilitas
makromolekul khusus. Situs kontak yang sama juga
Membran mitokondrial dalam, yang membungkus ruang digunakan untuk transpor protein ke dalam ruang
matriks, berlipatan untuk membentuk krista. Membran ini intermembran, sepanjang protein itu mempunyai marker
diperkaya dengan kardiolipin, suatu fosfolipid yang khusus untuk masuk ke dalam ruang itu.
mempunyai empat, tidak seperti biasanya dua, rantai asil Situs tambahan juga tersedia untuk transpor makromolekul
berlemak. Adanya fosfolipid dalam konsentrasi tinggi yang ditujukan untuk membran mitokondrial luar atau dalam
membuat membran dalam nyaris impermeabel terhadap ion, atas untuk matrisnya. Pada situs ini, kedua membran tidak
elektron, dan proton. kontak satu sama lain, tetapi keduanya mempunyai molekul
pengangkut sitosilik ( dan pengawal), yang bertanggung jaw-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 40

40 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma

ab menyerahkan makromolekul khusus yang dimaksud. Asetil CoA, dibentuk melalui β-oksidasi asam lemak dan
Dilihat pada preparat yang diwarnai secara negatif, degradasi glukosa, untuk menghasilkannya dioksidasi dalam
membran dalam memperlihatkan sejumlah besar subunit siklus asam sitrat, sebagai tambahan pada karbon dioksida
membran dalam mirip lolipop, kompleks protein yang disebut (CO2) sejumlah besar kofaktor tereduksi nikotinamida adenin
ATP sintetase, yang bertugas membuat ATP dari ADP dan dinukleotida (NADH) dan flavin adenin dinukleotida (FADH).
fosfat anorganik. Kepala globular subunit, sekitar 10 nm Setiap kofaktor itu melepas sebuah ion hidrida (H+) yang
diameternya, melekat pada tongkat mirip silinder, gepeng, dan melepaskan dua elektron tenaga tinggi dan menjadi sebuah
sempit, lebar 4 nm dan panjangnya 5 nm, menganjur dari proton (H+). Elektron itu ditransfer ke rantai transpor elektron
membran dalam ke dalam ruang matriks (lihat Gambar 2-28). dan sepanjang respirasi mitokondrial mereduksi oksigen (O2)
untuk membentuk air (H2O).
Selain itu sejumlah besar kompleks protein, rantai
pernapasan, terdapat dalam membran dalam. Setiap rantai Menurut teori kemiosmotik, energi yang dilepas oleh
pernapasan terdiri atas tiga kompleks enzim pernapasan: (1) serangkaian transfer elektron digunakan untuk transpor H+
kompleks dehidrogenase NADPH, (2) kompleks b-cl dari matriks ke dalam ruang intermembran, menciptakan
sitokrom; dan (3) kompleks oksidase sitokrom. konsentrasi proton tinggi di ruang tersebut yang menimbulkan
Kompleks-kompleks tersebut membentuk sebuah rantai kekuatan gerak proton (lihat Gambar 2-28). Hanya melalui
transpor elektron yang berfungsi sebagai pompa proton yang ATP sintetase proton tadi meninggalkan ruang intermembran
memindahkan H+ dari matriks ke dalam ruang intermembran, dan masuk kembali ke matriks. Setelah proton melalui gradien
menciptakan gradien elektrokimia yang menyediakan elektrokimia, perbedaan energi pada tenaga gerak proton
tenaga untuk pembentukan ATP oleh ATP sintetase. diubah menjadi senyawa tenaga tinggi yang stabil yaitu ATP
oleh kepala globular subunit membran dalam, yang
mengkatalisasi pembentukan ATP dari ADP+ Pi, yang berupa
Matriks fosfat inorganik. ATP yang baru terbentuk dapat digunakan
oleh mitokondria atau dikirim, melalui sebuah sistem antiport
Ruang matriks diisi dengan cairan padat terdiri atas paling ADP-ATP, ke dalam sitosol. Selama keseluruhan proses
kurang 50% protein, yang bertanggung jawab atas glikolisis, siklus asam trikarboksilat, dan transpor elektron,
viskositasnya. Kebanyakan dari komponen protein matriks setiap molekul glukosa menhasilkan 36 molekul ATP.
berupa enzim yang menjamin rangkaian langkah degradasi
asam lemak dan piruvat menjadi metabolik antara asetil CoA Pada sejumlah sel, misalnya sel lemak coklat binatang
dan oksidasi selanjutnya dari hasil antara tadi dalam siklus hibernasi, oksidasi berarti penglepasan dari fosforilasi,
asam trikarboksilat (Krebs). Ribosom mitokondrial, tRNA, menghasilkan panas dan bukan ATP. Penglepasan ini
mRNA, dan granula matriks bulat padat (30-50 nm bergantung pada ketersediaan pintas proton, yang disebut
diameter) juga ada di dalam matriks. termogenin, yang menyerupai ATP sintetase tetapi tidak
Fungsi granula matriks belum diketahui. Mereka terdiri dapat menghasilkan ATP. Setelah proton melalui termogenin
atas fosfolipoprotein, sekalipun dalam sejumlah sel, untuk masuk kembali ke dalam matriks, energi tenaga gerak
terutama sel tulang dan tulang rawan, mungkin juga proton diubah menjadi panas. Panas inilah yang
mengikat magnesium dan kalsium. Lebih-lebih, sel yang membangunkan binatang dari hibernasi.
cedera yang kadar Ca+ sitosolik tinggi membahayakan,
granula matriks dapat mengucilkan kalsium untuk Muasal dan Replikasi Mitokondria
melindungi sel dari toksisitas kalsium.
Matriks juga mengandung asam deoksiribonuldeat
sirkular (cDNA) mitokondrial untai-ganda dan enzim yang Karena keberadaan aparatus genetik mitokondria, diyakini
diperlukan untuk ekspresi genom mitokondrial. bahwa mitokondria merupakan organisme hidup-mandiri yang
DNS sirkular mengandung informasi untuk mungkin menyelusup atau difaga (difagosit) oleh sel eukariotik
pembentukan 13 protein mitokondria saja, 16S rRNA dan anaerobik, yang berkembang menjadi hubungan simbiotik.
12S rRNA, dan gen untuk 22tRNA. Karena itu hampir Organisme yang mirip mitokondria memperoleh proteksi dan
semua sandi yang diperlukan untuk pembentukan dan nutrisi dari inangnya dan inangnya itu memperoleh keuntungan
memfungsikan mitokondria terletak di dalam genom inti. karena kemampuannya mereduksi isi oksigen (02) dan
sekaligus memasok energi kimia dalam bentuk yang stabil.
Mitokondria mampu swa-replikasi, artinya mereka berasal
Fosforilasi Oksidatif dan mitokondria sebelumnya. Organel ini bertambah
ukurannya, mereplikasi DNA-nya, dan membelah.
Fosforilasi oksidatif merupakan proses yang Pembelahannya terjadi melalui ruang interkristal salah satu
menjamin pembentukan ATP. yang terletak di tengah. Setengah dari membran mitokondrial
luar di hadapannya mel-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 41

BAB 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 41

uas melalui ruang interkristal; setengahnya bertemu dan Gilkogen merupakan bentuk umum cadangan glukosa pada
menyatu satu sama lain, jadi membagi mitokondria menjadi binatang, dan terutama terdapat banyak pada sel otot dan hati.
dua bagian yang nyaris sama. Kedua mitokondria itu menjauh Glikogen tampak dalam mikrograf elektron sebagai
satu sama lain. Sintas (life-span) hidup mitokondria sekitar 10 kelompokan, atau roseta (rosette), terdiri atas partikel β (dan
hari. partikel α yang lebih besar di dalam hati) yang menyerupai
ribosom terletak di sekitar SER. Jika dibutuhkan, enzim yang
bertanggung jawab untuk glikogenolisis akan mendegradasi
Lamela Anulata glikogen menjadi satuan molekul glukosa.

Lamela anulata berupa agregat membran paralel yang


membungkus ruang mirip-sisterna, jadi mirip salinan KORELASI KLINIS
multipel, biasanya 6-10, selubung inti. Mereka mempunyai
daerah mirip kompleks pori inti (anuli) yang senada dengan Sejumlah orang menyandang kelainan penyimpanan
membran di sampingnya. Sisterna organel ini reruangnya glikogen sebagai akibat ketidakmampuan mendegradasi
relatif teratur, terpisah 80-100 nm, dan berlanjut dengan glikogen, sehingga glikogen berlebihan disimpan dalam
sisterna RER. sel. Ada tiga kelompok penyakit ini: (1) hepatik, (2)
Organel ini normalnya hanya terdapat pada sel dengan miopatik, dan (3) lainnya. Ketiadaan atau malfungsi
indeks mitosis tinggi, misalnya oosit, sel tumor, dan sel salah satu enzim yang bertanggung jawab untuk
embrionik. Karena kemiripannya dengan selubung inti, degradasi berakibat timbulnya kelainan ini. (Tabel 2-2).
sejumlah ahli menganggapnya sebagai cadangan selubung inti
pada sel yang membelah secara cepat. Namun demikian kajian
imunositokimia lamela anulata tidak mendukung dugaan itu,
sehingga fungsi dan kepentingannya belum terungkap. Lipid

Lipid merupakan bentuk simpanan trigliserida.


INKLUSI
Lipid, sebagai bentuk simpanan trigliserida, tidak hanya
disimpan di sel khusus (adiposit) tetapi juga ditemukan pada
Inklusi dianggap komponen sel yang tidak hidup yang tidak
berbagai macam sel sebagai tetes lipid, terutama hepatosit.
mempunyai kegiatan metabolik dan tidak berikatan dengan
Kebanyakan cairan yang digunakan dalam pulasan histologi
membran. Inklusi yang sering ditemukan adalah glikogen,
menarik trigliserida dari sel, meninggalkan ruang kosong
tetes lipid, pigmen, dan kristal.
yang menandakan perletakan lipid. Namun demikian, dengan
menggunakan osmiun dan glutaraldehida, lipid (dan
Glikogen kolesterol) terfiksasi di tempatnya sebagai tetes intrasel yang
dan tampak abu-abu-sampai-hitam. Lipid sangat efisien
Glikogen adalah bentuk simpanan glukosa. sebagai penyimpan cadangan tenaga; 1 g lemak menghasilkan

TABEL 2-2 Subkelompok Utama Kelainan Simpanan Glikogen

Jenis (Penyakit Kekurangan Perubahan Jaringan Gejala Minis


Spesifik) Enzim
Hepatik Glukose Akumulasi intrasel Pembesaran hati dan ginjal; hipoglikemia
6-fosfatase glikogen di hepatosit dan dengan diikuti kejang; gout; perdarahan;
Hepatorenal(penyak tubulus kortikal ginjal mortalitas 50%
itvon Gierke)
Fosforilase otot Akumulasi glikogen
Miopatik Kram setelah olahraga berat, muncul pada
dalam sel otot rangka
(sindromMcArdle) usia dewasa

Asam lisosom Akumulasi glikogen Pembesaran jantung masif; gagaljantung dan


Lain-lain almaltase Pembesaran lisosom di respirasi dalam 2 tahun sejak sakit; orang
(penyakitPompe) hepatosit dewasa bentuk ringan hanya mengenai otot
rangka
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 42

42 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma

ATP dua kali lipat yang dihasilkan 1 g glikogen. Sitoskeleton mempunyai tiga komponen utama:
filamen tipis, filamen intermedia, dan mikrotubulus.

Pigmen
Sitoplasma sel binatang mengandung sitoskeleton (kerangka
sel), jejaring rumit tiga dimensi filamen protein yang
Pigmen tersering dalam tubuh, selain hemoglobin sel darah
menjamin terpeliharanya morfologi sel. Selain itu,
merah, adalah melanin, yang dibuat oleh melanosit pada
sitoskeleton merupakan bagian aktif dari pergerakan sel,
rambut dan kulit, sel pigmen retina, dan sel saraf khusus di
mencakup gerak organel atau vesikel, bagian sel, atau selnya
substansia nigra otak. Pigmen ini mempunyai fungsi protektif
sendiri secara utuh. Sitoskeleton terdiri atas tiga komponen:
pada kulit dan membantu sensasi penglihatan di retina, tetapi filamen tipis (mikrofilamen), filamen intermedia, dan
fungsinya pada rambut dan neuron belum dipahami. Selain mikrotubulus.
itu, pada sel yang berumur panjang seperti neuron susunan
saraf pusat dan sel otot jantung, dapat ditemukan pigmen
kuning kecoklatan, lipofusin. Tidak seperti inklusi lainnya, Filamen Tipis
pigmen lipofusin bersalut membran dan dan diyakini
merupakan sisa tak tercerna kegiatan lisosomal. Pigmen Filamen tipis terdiri atas filamen aktin yang berinteraksi
lipofusin dibentuk oleh fusi beberapa badan residu. dengan miosin untuk menghasilkan gerak intrasel atau
gerakan sel.
Kristal
Filamen tipis atau mikrofilamen terdiri atas dua rantai subunit
Kristal jarang ditemukan dalam sel, kecuali pada sel Sertoli globular (aktin-G), mengulir melingkari satu sama lain untuk
(kristal Charcot-Botteher), sel interstisial (kristal Reinke) membentuk protein filamen, aktin-F (Gambar 2-30 dan 2-31).
pada testes, dan kadang-kadang dalam makrofag (Gambar Aktin mencapai 15% isi protein total pada sel non-otot. Hanya
2-29). Diyakini bahwa struktur itu sebenarnya bentuk kristal sekitar setengah dan total aktin dalam bentuk filamen, karena
protein tertentu. bentuk G-aktin-monomerik terikat dengan protein
kecil,Filamen tipis tebalnya 6-nm dan mempunyai ujung plus
SITOSKELETON yang cepat tumbuh dan ujung minus yang lambat tumbuh.
Ketika filamen aktin mencapai panjang yang dimaksudkan,
aktin.

Gambar 2-29 Mikrograf elektron inklusi kristaloid


pada makrofag (x5100). (Dan Yamazaki K:
Isolated cilia and crystalloid inclusions in murine
bone marrow stromal cells. Blood Cells 13:
407-416,1988.)
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 43

BAB 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 43

A Mikrotubulus
Dimer tubulin
Tubulin a (heterodimer)
Tubulin p
5 nm (+) akhir Bergantung pada titik isoeletriknya, ada tiga kelas aktin:
aktin-α otot, dan aktin-β dan aktin-y of sel non-otot.
25 nm
Walaupun aktin berperan pada pembentukan berbagai
pelebaran sel dan sekaligus perakitan struktur yang
bertanggung jawab untuk pergerakan, komposisi dasarnya
Potongan melintang Tampak memanjang tidak berubah. Yang paling terkenal adalah miosin, banyak
lainnya seperti aktinin-α, spektrin, fimbrin, filamin, gelsolin,
dan talin, juga terikat pada aktin untuk menghasilkan fungsi
B filamen tipis (aktin)
penting sel (Tabel 2-3).
Filamen aktin membentuk berkas dengan panjang bervariasi,
6 nm
bergantung pada fungsi yang dihasilkannya pada sel non-otot.
Berkas ini membentuk tiga jenis asosiasi:
Monomer aktin

䡲 Berkas kontraktil
C Filamen intermedia
䡲 Jejaring
mirip jel
䡲 Berkas paralel
8–10 nm

Berkas kontraktil, seperti yang bertanggung jawab untuk


pembentukan alur pembelahan (cincin pembelahan) selama
pembelahan mitosis, biasanya berhubungan dengan miosin.
Filamen aktinnya tersusun longgar, paralel satu sama lain,
dengan ujung-plus dan minus berselang-seling arahnya.
subunit fibrosa Kerjasama ini menjamin bukan hanya pergerakan organel dan
vesikel dalam sel tetapi juga kegiatan sel, misalnya
eksositosis dan endositosis, serta penjuluran filopodia dan
D Sentriol migrasi sel.
Miosin berhubungan dengan berkas kontraktil ini mungkin
dari beberapa jenis salah satu adalah: miosin-I sampai
miosin IX. Miosin-II membentuk filamen tebal (diameter
15 nm) dan menggerakkan filamen aktin, terutama pada sel
otot. Miosin-V dapat berikatan bukan hanya dengan filamen
aktin melainkan juga dengan komponen sitoplasma lainnya,
seperti vesikel, menggerakannya sepanjang filamen aktin dari
0.5 µm
satu posisi ke posisi lainnya dalam sel, sedangkan miosin-I
berdampak pada pembentukan dan retraksi tonjolan
arahan-aktin pada tepian sel, seperti misalnya pada
pembentukan pseudopodia.
Jejaring mirip-jel menyediakan dasar struktural
Gambar 2-30 Elemen sitoskeleton dan sentriol. A, Mikro- kebanyakan tepian sel. Kekakuannya merupakan akibat
tubulus; B, filamen tipis (aktin); C, filamen intermedia; D, adanya filamen protein, yang membantu terbentuknya jejaring
sentriol. longar filamen aktin yang menghasilkan viskositas tinggi
setempat. Selama pembentukan filopodia, jel dicairkan oleh
nggota protein kecil, protein penutup, menempel pada ujung protein seperti gelsolin, yang dengan adanya ATP dan kadar
plus, menghentikan pemanjangan filamen tersebut. Proses Ca2+ tinggi, memisahkan filamen aktin dan, membentuk
pemendekan filamen aktin diatur oleh adanya ATP, ADP, dan penutup pada ujung plus, yang mencegahnya memanjang
Ca2+ oleh protein penutup, seperti gelsolin, yang mencegah Protein fimbrin dan vilin bertanggung jawab atas
polimerisasi filamen tersebut. Fosfolipid membran sel pembentukan filamen aktin menjadi berkas paralel erat yang
polifosfoinositida mempunyai efek yang berlawanan; melepas membentuk secara berturutan teras mikroskopik (duri-mikro)
tutup gelsolin sehingga memungkinkan pemanjangan filamen a- dan mikrovili. Berkas filamen aktin ini ditambatkan ke web t-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 44

44 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma

Gambar 2-31 Mikrograf elektron vesikel


bersalut klatrin berkontak dengan filamen
(kepala panah) pada sel granulosa
ovarium tikus (x35.000). (Dan Batten BE,
Anderson E: The distribution of actin in
cultured ovarian granulosa cells. Am J
Anat 167: 395-404, 1983.)

TABEL 2-3 Protein Pengikat-Aktin

Masa molekul JUMLAH FUNGSI


Protein setiap subunit(Da) SUBUNIT
Alfa-aktinin 100.000 2 Memberkas filamen aktin sebagai berkas kontraktil
Fimbrin 68.000 1 Memberkas filamen aktin membentuk berkas sejajar

Filamin 270.000 2 Rantai silang filamen aktin menjadi jejaring mirip jel
Myosin II 260.000 2 Kontraksi dengan menyelisip filamen aktin

Myosin V 150.000 1 Pergerakan vesikel dan organel sepanjang filamen aktin


Spektrin Membentuk jejaring penunjang untuk membran
Alfa 265.000 2 plasma sedarah merah
Beta 260.000 2

Gelsolin 90.000 1 Membelah dan menutup filamen aktin


Timosin 5.000 1 Berikatan dengan subunit G-aktin, menahannya
dalam bentuk monomerik

erminal (keramba terminal), suatu daerah pinggiran sel at ke aktinin-α, protein pengikat aktin yang merakit aktin
terdiri atas jejaring filamen intermedia dan protein spektrin. menjadi berkas kontraktil. Berkas kontraktil ini, disebut serat
Molekul spektrin sifatnya luwes, berupa tetramer mirip batang penekan (stress fibers) pada fibroblas yang tetap ada pada
yang membantu sel mempertahankan integritas struktural biakan jaringan, menyerupai miofibril otot lurik. Serat
tepiannya. penekan mungkin terbentang di antara dua titik fokal atau
Aktin juga penting dalam pembentukan dan sebuah titik fokal dan filamen intermedia dan membentuk sel
pemeliharaan kontak fokal sel dengan matriks ekstrasel mewujudkan daya lenting pada matriks ekstrasel (seperti
(Gambar 2-32). Pada kontak fokal, integrin (sebuah fungsi kontraksi fibroblas pada luka).
protein transmembran) membran sel berikatan dengan
glikoprotein struktural, seperti fibronektin, matriks Filamen Intermedia
intrasel, memungkinkan sel mempertahankan
perlekatannya. Secara keseluruhan, regio intrasel integrin
kontak dengan sitoskeleton melalui protein intermedia yang IFilamen intermedia dan protein penyertanya
melekatkannya pada filamen aktin. Modus perlekatan membantu pembentukan dan pemeliharaan kerangka
melibatkan ikatan integrin dengan talin, yang berkontak tiga dimensi sebuah sel.
dengan vinkulin dan filamen aktin. Vinkulin terik-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 45

BAB 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 45

Sitoplasma teristik sama secara morfologi dan struktural. Filamen


Aktin-F intermedia yang mirip tambang ini terdiri atas tetramer protein
mirip batang yang diberkas erat menjadi untai uliran panjang.
Masing-masing subunit tetramer agak berbeda setiap jenis
filamen intermedia. Kategori filamen intermedia mencakup
keratin, protein asidik fibriler glial, neurofilamen, dan lamin inti
Talin (Tabel 2-24).
Actinin a
Sejumlah protein berikat filamen intermedia telah ditemukan.
Setelah berikatan dengan filamen intermedia, terbangunlah
Membran jejaring tiga dimensi yang memfasilitasi pembentukan
sell sitoskeleton. Empat yang paling dikenal tentang protein ini,
Vinkulin
mempunyai karakteristik sebagai berikut::
1 Filagrin, mengikat keratin menjadi berkas.
2 Sinamin dan plektin, mengikat desmin dan vimentin,
secara berturutan, menjadi jalinan intrasel tiga dimensi.
3 Plakin membantu memelihara kontak antara filamen
Fibronektin integrin integrin intermedia keratin dan hemidesmosom sel epitel,
Ruang ekstrasel ,laminin subunit β subunitα a demikian pula filamen aktin dengan neurofilamen saraf
sensori.
Gambar 2-32 Sitoskeleton (kerangka sel). Daerah reseptor fibronektin
dan laminin molekul integrin berikat dengan fibronektin dan laminin,
berturut-turut, di ruang ekstrasel. Ikatan-talin intrasel atau regio ikatan KORELASI KLINIS
aktinin-a molekul integrin terikat ke talin atau aktinin-a berturut-turut.
Jadi, molekul integrin menjembatani sitoskeleton Ice suatu jejaring
penunjang ekstrasel. Metode imunositokimia, menggunakan antibodi
imunofluoresen spesifik, digunakan untuk membedakan
jenis filamen intermedia pada tumor yang tidak ditetahui
Mikrograf elektron memperlihatkan satu golongan filamen asalnya. Pengetahuan sumber tumor tersebut, bukan
pada sitoskeleton yang diameternya 8-10 nm, yang hanya membantu diagnosis tetapi juga melengkapi
menjadikannya di antara filamen tebal dan tipis sehingga rencana terapi efektif.
disebut filamen intermedia (lihat Gambar 2-30). Filamen ini
bersama protein penyertanya mengemban tugas berikut ini:
Mikrotubulus
䡲 Menopang sel secara struktural
䡲 Membentuk kerangka struktural tiga dimensi yang Mikrotubulus berupa struktur panjang, lurus, seperti
dapat diubah untuk sel tubulus kaku yang berfungsi sebagai jalur intrasel.

䡲 Menambat inti di tempatnya


Sentrosom merupakan wilayah sel berdekatan dengan inti
䡲 Menyediakan hubungan yang dapat disesuaikan yang merumahi sentriol (lihat nanti), bersama beberapa ratus
antara membran sel dan ̀ sitoskeleton molekul kompleks cincin tubulin-y yang bertindak sebagai
䡲 melengakapi kerangka sel untuk menjamin selubung situs nukleasi untuk mikrotubulus, berupa struktur silindris
inti dan reorganisasinya setelah mitosis mirip tabung berdiameter luar 25 nm, dengan diameter lumen
15 nm (Gambar 2-33; lihat juga Gambar 2-30). Oleh karena
Pada saat manik-mikro berikatan dengan molekul integrin itu sentrosom dianggap sebagai MTOC sel.
membran sel dimikromanipulasi, jika ditarik, daya lenting Mikrotubulus terpolarisasi, tumbuh secara cepat pada ujung
menyebabkan distorsi sitoskeleton, sehingga terjadi deformasi plus dan ujung minus, yang hams distabilkan, kalau tidak akan
inti dan perpindahan anak inti. Jadi, rupanya sitoskeleton, mengalami depolimerisasi, yang memendekkan mikrotubulus.
khususnya filamen intermedia, bereaksi terhadap kekuatan dari Ujung minus distabilkan karena dibekap oleh molekul tubulin-
matriks ekstrasel, dan dengan modulasi paksa pada bentuk dan y. Mikrotubulus berupa struktur dinamik yang sering berubah
lokasi isi sel, mereka melindungi struktur dan integritas fungsi panjangnya dengan cara bertunas dan kemudian memendek;
sel dari tarikan dan tekanan dari luar. kedua proses itu terjadi di ujung plus, karena itu rerata tengah-
Penelitian biokimia telah memastikan bahwa umur (half-life) sebuah mikrotubulus hanya sekitar 10 menit.
ada beberapa kategori filamen intermedia yang mempunyai Fungsi mikrotubulus adalah untuk:
karak-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 46

46 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma

TABEL 2-4 Tipe Predominan Filamen Intermedia

Ukuran Komponen
Filamen Polipeptida (Da) Tipe Sel Fungsi
Keratin(30 variasi) 40,000-70,000 Sel epitel Menyokong bagian-bagian sel
Tipe I (asam) dan memberikan kekuatan
Tipe II (neutral/basa) 40,000-70,000 Sel rambut dan kuku peregangan

Tonofilamen 40,000-70,000 Sel epitel, khususnya membantu pembentukan


yang gepeng berlapis, desmosom dan hemidasmosom
berkeratin
Menghubungkan miofibril pada
Desmin 53,000 Semua tipe sel otot otot bercorak (sekeliling cakram
Z); Melekat ke padatan
sitoplasma pada otot polos

Vimentin 54,000 Sel-sel janin dan juga


selsel yang berasal dari Mengitari sampul nuklear;
mesenkim: dihubungkan dengan permukaan
fibroblas, Leukosit, sel sitoplasmik komplek pori nuklear
endotel

Protein asam 50,000 Astrosit, sel Schwann, Menyokong struktur sel glia
fibrilar glia oligodendroglia
Membentuk sitoskeleton akson
Neurofilamen 68,000 Neuron dan dendrit; membantu
L: Berat molekul pembentukan keadaan gel
rendah (NF-L) sitoplasma; saling
M: berat molekul 160,000 menghubungkan untuk
sedang (NF-M)
meningkatkan daya rentang
H: berat molekul
tinggi (NF-H) 210,000

Lamin nuklear 65,000-75,000 Melapisi sampul nuklir Mengontrol dan merakit sampul
A, B, dan C (inti) semua sel nuklir; pengaturan kromatin
perinuklir

䡲 Memberi bentuk kepada sel um (Mg2+) dan GTP. Selama pembelahan sel, polimerisasi
䡲 Mengatur pergerakan organel intrasel dan vesikel cepat mikrotubulus yang ada dan baru bertanggung jawab
untuk pembentukan aparatus spindel.
䡲 Membuat kompartemen intrasel
䡲 Mewujudkan kemampuan gerak silia (dan flagel)
KORELASI KLINIS

Setiap mikrotubulus terdiri atas 13 protofilamen sejajar Proses polimerisasi dapat dihentikan oleh obat
terdiri atas heterodimer polipeptida globular subunit tubulin-α antimitotik, seperti kolkisin, yang menyekat peristiwa
dan β, masing-masing mengandung sekitar 450 asam amino mitosis dengan cara mengikat molekul tubulin, mencegah
heterodimer tadi massa mole-kul sekitar 50.000 dalton (lihat perakitannya menjadi protofilamen.
Gambar 2-30). polimerisasi heterodimer memerlukan magnesi-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 47

BAB 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 47

Gambar 2-33 Mikrograf elektron rakitan mikrotubulus


dengan dan tanpa protein penyerta-mikrotubulus (MAOs)
(x65.790). Atas, Mikrotubulus dirakit dari MAPs utuh
(unfractionate). Tengah, Mikrotubulus diraldt saat ada
subfraksi MAP2 saja. Bawah, Mikrotubulus dirakit tanpa
MAPs. (Dad Leeson TS, Leeson CR, and Papparo AA:
Text/Atlas of Histology. Philadelphia, WB Saunders,
1988.)

Protein Penyerta-Mikrotubulus Pergerakan sepanjang mikrotubulus terjadi dalam dua arah


dan menuju ujung plus dan minus. Dua keluarga utama protein
motor mikrotubulus, MAP, dinein dan kinesin, berikatan
Protein-penyerta mikrotubulus bukanlah protein motor yang dengan mikrotubulus dan vesikel (dan organel). Diyakini
membantu translokasi organel dan vesikel di dalam sel.
bahwa anggota yang lain dari setiap keluarga protein motor
mengangkut kargonya dengan laju berbeda, sangat terkendali
Selain heterodimer tubulin, mikrotubulus juga mempunyai dan setiap organel mempunyai protein motor masing-masing.
protein penyerta-mikrotubulus (MAP) terikat pada tepiannya Dengan adanya ATP, dinein menggerakkan vesikel mengarah
dengan jarak 32-nm. Terdapat berbagai jenis MPA, dengan ujung minus mikrotubulus. Kinesin membuat transpor vesikel
rentang bobot molekul sekitar 50.000 sampai lebih dan (dan organel) dengan arah sebaliknya, menuju ujung plus,
300.000 dalton. Fungsi primernya adalah mencegah tetapi mekanisme penggunaan ATP dalam hal ini belum
depolimerisasi mikrotubulus dan membantu dalam pergerakan diketahui. Selain itu dinein dan kinesin berperan dalam
intrasel organel dan vesikel. organisasi ujung minus dan plus, secara berurutan.
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 48

48 䡲 䡲 䡲 BAB 2 䡲 Sitoplasma

komposisinya terentang dari mikrotubulus A ke mikrotubulus


Sentriol
C. Setiap triplet tersusun sedemikian rupa sehingga
membentuk sudut miring dengan triplet di dekatnya dan tegak
Sentriol berupa struktur kecil silindris terdiri atas lurus dengan triplet kelima.
sembilan molekul triplet; membentuk teras pusat
pengorganisasian mikrotubulus, atau sentrosom. Selama fase S dalam siklus sel, setiap sentriol dari pasangan
bereplikasi, membentuk prosentriol yang prosesnya belum
diketahui, namun molekul tubulin mulai berpolimerisasi dekat
Sentriol berupa struktur silindris kecil, berdiameter 0,2 um dan dengan sentriol induk, dengan ujung plus tumbuh menjauh dari
panjangnya 0,5 um (lihat Gambar 2-30). Umumnya, berupa induknya. Replikasi sentriol yang sebenarnya memerlukan
struktur pasangan, tegak lurus satu sama lain, dan terletak di cincin tubulin-y, struktur yang tidak merupakan bagian, tetapi
pusat pengorganisasian mikrotubul, yaitu sentrosom, di berperan mengarahkan langsung pemanjangan mikrotubulus
lingkung aparatus Golgi. Sentrosom membantu formasi dan yang sedang dibuat dengan menempati ujung plus dan minus
organisasi mikrotubulus selain juga swa-duplikasinya sebelum Diyakini bahwa cincin tubulin-y dan perisentrin berfungsi
pembelahan sel. menjadi suaran yang mendukung perkembangan sentriol.
Sentriol terdiri atas susunan spesifik sembilan triplet Selain itu, tubulin-&, yang berhubungan dengan superfamili
mikrotubulus tersusun di sekitar sumbu sentral. Setiap tubulin-α dan β, juga diperlukan untuk membentuk struktur
mikrotubulus triplet terdiri atas satu tubulus utuh dan dua triplet susunan mikrotubulus.
mikrotubulus tidak utuh menyatu satu sama lain, oleh karena Sentriol berfungsi dalam pembentukan sentrosom, dan
itu yang tidak utuh menyumbang tiga protofilamen. selama proses mitosis mereka bertanggung jawab untuk
Mikrotubulus "A" terletak dengan pusat silinder "C" menjadi pembentukan aparatus spindel. Selain itu, sentriol merupakan
yang terjauh. Triplet yang berdekatan berhubungan satu sama badan basal yang menuntun pembentukan silia dan flagela.
lain melalui subtansi fibrosa yang belum diketahui
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:20 PM Page 49

3 䡲 䡲 䡲

Inti (Nukleus)

Inti (nukleus) adalah organel terbesar dalam sel (Gambar 3-1). kul antara inti dan sitoplasma, dan membantu dalam
Inti mengandung hampir seluruh asam deoksiribonukleat pengaturan kromatin.
(DNA) yang dimiliki oleh sel dan juga mengandung
mekanisme sintesis asam ribonukleat (RNA). Anak inti Membran-Inti Dalam
terdapat di dalam inti, dan merupakan tempat merakit subunit
ribosomal. Inti dibatasi oleh dua membran lipid, dan berisi tiga Membran-inti dalam tebalnya sekitar 6-nm, dan
komponen utama, yaitu:: menghadap isi inti. Membran-inti dalam berhubungan erat
dengan lamina inti, yaitu jalinan filamen inter-media
䡲 Kromatin, yang merupakan materi genetik dari sel
dengan ketebalan 80- sampai 100-nm, yang tersusun oleh
䡲 Anak inti (nukleolus), yang merupakan pusat lamin A, B, dan C, dan terletak di perifir nukleoplasma.
sintesis RNA ribosomal (rRNA) Lamina inti membantu mengatur dan menyokong
䡲 Nukleoplasma, yang mengandung makromolekul dan membran dua-lapis lipid dan kromatin perinuklir, serta
partikel nuklir (partikel inti) yang terlibat pada pemeliharaan berperan dalam pembentukan vesikel untuk menyusun
sel. kembali selubung inti setelah terjadinya pembelahan sel.
Inti biasanya bulat dan terletak di tengah sel; akan tetapi, pada Protein-integral tertentu pada membran-inti dalam'
beberapa sel, inti mungkin berbentuk kumparan sampai persegi, bertindak secara langsung atau lewat protein matriks-inti
bengkok, berlobus, atau bahkan berbentuk cakram. Walaupun lainnya sebagai tempat-lekat untuk RNA-inti dan
tiap sel biasanya berinti satu, beberapa sel (misalnya osteoklas) kromosom.
memiliki beberapa inti, sedangkan sel darah merah matang telah
mengeluarkan intinya. Ukuran, bentuk, dan wujud inti
umumnya tetap pada tipe sel tertentu, dan fakta ini berguna Membran-Inti Luar
dalam diagnosis KLINIS tingkat keganasan sel kanker tertentu. Membran-inti luar tebalnya juga 6-nm, menghadap
sitoplasma, dan menyatu dengan endoplasma retikulum
SELUBUNG INTI kasar (rough endoplasmic reticulum [RER]). Oleh
beberapa penulis, membran-inti luar dianggap sebagai
daerah khusus pada RER (lihat Gambar 3-2 dan 3-3).
Selubung inti tersusun oleh dua unit membran paralel yang saling Permukaan sitoplasmiknya diliputi oleh jalinan longgar
menyatu pada tempat tertentu untuk membentuk lubang yang dan tipis yang tersusun oleh filamen intermedia yang
disebut pori inti disebut vimentin. Permukaan sitoplasmiknya biasanya
memiliki ribosom yang aktif mensintesis protein
Inti diliputi oleh selubung (membran) inti, yang tersusun transmembran yang diperuntukkan bagi membran-inti luar
oleh dua unit membran parale yaitu: membran-inti dalam atau dalam.
dan luar, yang saling dipisahkan oleh ruang berjarak 10- sampai
30-nm, yang disebut sisterna perinuklir (Gambar 3-2 dan Pori Inti
3-3). Selubung inti berlubang-lubang. Lubang tersebut disebut
pori inti, yang jaraknya beragam (akan dibicarakan kemudian). Pori inti adalah lubang pada selubung inti, tempat membran-
Pori inti memungkinkan komunikasi antara sitoplasma dan inti. inti dalam dan luar saling menyatu, dan menjadi sarana
Pada pori inti, membran-inti dalam dan luar saling bertemu. komunikasi antara inti dan sitoplasma
Selubung inti membantu mengontrol perpindahan makromole-

49
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 50

50 䡲 䡲 䡲 Bab 3 䡲 Inti (Nukleus)

Gambar 3-1 Inti sel. Mikrograf


cahaya (1.323x). Sel umumnya
ChG berinti bulat (N). Amatilah granula
kromatin (ChG) dan anak inti (n).

Pada banyak tempat tertentu pada permukaan selubung inti, Glikoprotein Terkait Pori Inti
membran-inti luar dan dalam saling menyatu, dan membentuk
lubang yang disebut pori inti, yang memungkinkan Cincin sitoplasmik tersusun oleh delapan subunit, dan terletak
pada pinggiran aspek sitoplasmik pori inti. Tiap subunit
komunikasi antara kompartemen inti dan sitoplasma (Gambar
memiliki sebuah filamen sitoplasmik, yang diyakini merupakan
3-4). Jumlah pori inti berkisar antara beberapa lusin sampai
protein pengikat-Ran (suatu famili protein pengikat-guanosin
ribuan, dan jumlah ini berhubungan langsung dengan aktivitas
trifosfat [GTP]), yang memanjang ke dalam sitoplasma. Diduga
metabolik sel.
filamen tersebut memudahkan import ke dalam inti lewat pori
Mikroskop elektron beresolusi tinggi menunjukkan bahwa inti, dengan cara menggerakkan substrat sepanjang filamen ke
pori inti dikelilingi oleh struktur nonmembran arah pusat pori.
(glikoprotein) yang tertanam pada pinggirannya. Struktur
tersebut bersama dengan pori inti disebut kompleks pori inti,
Luminal spoke ring (cincin jeruji luminal, cincin
yang secara selektif menjaga lintasan lewat pori (Gambar tengah) tersusun oleh seperangkat (delapan) protein
3-5). Bukti mengarah pada dugaan bahwa tiap kompleks pori transmembran yang menonjol ke dalam lumen pori inti dan juga
inti saling berkomunikasi lewat lamina inti dan suatu serat ke dalam sisterna perinuklir. Protein mirip jeruji ini tampak
penghubung-pori. melekatkan komponen glikoprotein dari kompleks pori inti ke
dalam pinggiran pori inti.
Pusat cincin tengah ditempati oleh struktur berbentuk-
Kompleks Pori Inti persegi yang dikenal sebagai transporter , yang bergabung
dengan protein mirip-jeruji pada cincin jeruji luminal.
Kompleks pori inti tersusun oleh pori inti Keberadaan transporter (sumbat sentral) tidaklah diterima secara
dan glikoprotein yang terkait dengannnya universal, karena beberapa peneliti menganggapnya sebagai
bahan yang diangkut ke dalam atau keluar inti; jadi, transporter
Kompleks pori inti berdiameter sekitar 100 sampai 125 nm, tidak ditampilkan pada Gambar 3-6. Lumen sentral pada cincin
dan menjembatani kedua membran-inti. Kompleks pori inti tengah diyakini merupakan gated channel (kanal bergerbang)
tersusun oleh jajaran protein yang membentuk bangunan yang membatasi difusi pasif antara sitoplasma dan
mirip-tiga-cincin yang saling bertumpuk. Tiap cincin nukleoplasma. Lumen sentral ini berkaitan dengan kompleks
menampilkan simetri delapan-kali dan saling dihubungkan protein tambahan yang memudahkan pengaturan trasportasi
oleh sejumlah jeruji yang tersusun vertikal. Selain itu, bahan melewati kompleks pori inti.
kompleks pori inti mempunyai serat (filamen) sitoplasmik, Nuclear ring (cincin nuklir, cincin nukleoplasmik),
sebuah transpoter, dan sebuah keranjang inti (Gambar 3-6). analog dengan cincin sitoplasmik, dan terletak pada pinggiran-
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 51

Bab 3 䡲 Inti (Nukleus) ■ ■ ■ 51

Gambar 3-2 Inti sel. Mikrograf elektron


(16.762x). Amatilah anak inti padat-elektron,
heterokromatin padat yang terletak di
perifer, dan eukromatin pucat. Selubung inti
yang meliputi inti tersusun oleh membran-
inti dalam dan luar. Selubung inti
mempunyai pori inti (panah). (Dari Fawcett
DW: The Cell . Philadelphia, WB Saunders,
1981.)

aspek nukleoplasmik pori inti, serta membantu dalam ekspor Walaupun pori inti relatif lebar, pori ini hampir terisi oleh
beberapa jenis RNA. Sebuah bangunan mirip-keranjang yang bangunan yang menyusun kompleks pori inti. Karena bentuk
lentur dan berserabut tampak tergantung pada cincin sitoplasmik struktural subunitnya, maka terdapat beberapa kanal dengan
dan menonjol ke dalam sitoplasma. Bangunan tersebut, yang lebar 9- sampai 11-nm, tempat difusi ion dan molekul kecil.
disebut nuclear basket (keranjang inti), mengalami perubahan Akan tetapi, makromolekul dan partikel yang lebih besar dari
bentuk selama proses eksport inti. Pada bagian distal keranjang 11 nm tidak dapat mencapai atau meninggalkan kompartemen
inti, melekat cincin distal. inti lewat cara difusi: makromolekul tersebut diangkut secara
selektif lewat proses receptor- mediated transport
Fungsi Pori Inti (transport bermedia-reseptor). Urutan sinyal pada molekul
yang akan diangkut melewati pori inti harus dikenali oleh salah
Pori inti berfungsi pada transportasi
satu dari banyak reseptor yang terdapat pada kompleks pori
nukleoplasmik dua arah. inti. Transport melewati kompleks pori inti sering melibatkan
proses yang membutuhkan energi.
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 52

52 䡲 䡲 䡲 Bab 3 䡲 Inti (Nukleus)

shuttling(bolak-balik nukleositoplasmik [NS]).Protein


yang mengandung sinyal tersebut berinteraksi dengan mRNA.

Eukromatin KROMATIN

Selubung inti Kromatin adalah komplels DNA dan protein, yang


merupakan kromosom yang relaks dan uncoiled (terurai)
pada inti interfase
Lamina inti
DNA adalah materi genetik sel dalam bentuk kromosom yang
terdapat di dalam inti. Kromosom tampak jelas saat sel
membelah. Pada selang waktu di antara pembelahan sel,
Heterokromatin
kromosom terurai dan berada dalam bentuk kromatin (lihat
Gambar 3-2 dan 3-3). Tergantung aktivitas transkripsinya,
Anak inti kromatin dapat memadat sebagai heterokromatin, atau terurai
sebagai eukromatin.
Heterokromatin adalah bentuk kromatin yang memadat dan
Anak inti inaktif, yang sangat terwarna dengan pewarna Feulgen, sehingga
tampak dengan mikroskop cahaya. Letaknya terutama di perifir
inti. Bagian lain kromatin tersebar di seluruh inti dan tidak
tampak dengan mikroskop cahaya, dan disebut eukromatin.
Eukromatim adalah bentuk kromatin yang aktif, tempat materi
genetik dari molekul DNA ditranskripsikan menjadi RNA.
Saat eukromatin dilihat dengan mikroskop elektron,
Ribosom eukromatin tampak sebagai bahan mirip-tali dengan tebal 30-nm.
Apabila diamati lebih teliti, tampak tali tersebut terurai menjadi
bangunan dengan lebar 11-nm, yang secara keseluruhan mirip
"beads on a string (untaian manik)". Maniknya disebut
nukleosom, dan benang penguntainya adalah molekul DNA
Gambar 3-3 Intl. Membran-inti luar bertabur ribosom pada
permukaan sitoplasmiknya, dan menyatu dengan endoplasma retikulum yang tampak sebagai filamen tipis dengan diameter 2 nm
kasar. Ruang di antara membran-inti dalam dan luar disebut sisterna (Gambar 3-8).
perinuklir. Amati kedua membran yang menyatu pada pori Tiap nukleosom tersusun atas protein oktamer, yang terdiri
atas empat pasang histon (H2A, H2B, H3, dan H4).
Lalu lintas dua arah antara inti dan sitoplasma dimediasi Nukleosom dibelit oleh dua putaran molekul DNA (~150 pasang
oleh sekelompok protein target yang mengandung nuclear nukleotida), dan molekul DNA melanjutkan diri menjadi DNA
localization signals (sinyal lokalisasi inti [NLSs]), yang linker (DNA penghubung) yang lanjutannya membelit
dikenal sebagai importin, dan nuclear export signals "manik" berikutnya. Jarak antara tiap nukleosom sekitar 200
(sinyal eksport inti [NESs]), yang disebut eksportin (yang pasang basa. Konfigurasi nukleosom dengan belitan DNA
juga dikenal sebagai karyopherins [karioferin], PTACs, menggambarkan susunan paling sederhana dari pengemasan
transportin, dan protein pengikat-Ran). Eksportin kromatin dalam inti. Karena hanya sebagian kecil dari kromatin
mengangkut makromolekul (mis. RNA) dari inti ke di dalam sel yang berada dalam konfigurasi tersebut, maka
sitoplasma, sedangkan importin mengangkut muatan (mis. diduga konfigurasi tersebut merupakan daerah tempat DNA
subunit protein dari ribosom) dari sitoplasma ke dalam inti. ditranskripsikan.
Transport oleh eksportin dan importin diatur oleh famili
protein pengikat-GTP yang dikenal sebagai Ran (Gambar Selama siklus sel, chromatin assembly factor 1 (faktor
3-7). Protein khusus tersebut, bersama dengan nukleoporin perakit kromatin 1 [CAF-1]) melancarkan perakitan cepat
lainnya yang terdapat di sepanjang tempat reseptor pada DNA yang baru disintesis dengan nukleosom sehingga menjadi
kompleks pori inti, memfasilitasi proses impor dan ekspor kromatin, dan dengan demikian, DNA tidak dapat menjadi
bermediasi sinyal. template. Karena itu, perakitan nukleosom/histon tidak saja
menjadi kerangka struktural bagi kromatin, tetapi juga menjadi
Beberapa pengangkutan protein terjadi bolak-balik secara mekanisme kontrol yang penting bagi repair (perbaikan),
terus menerus antara inti dan sitoplasma. Akhir-akhir ini replikasi, dan transkripsi DNA.
telah dilaporkan bahwa mekanisme transport tertentu
memang benar terjadi bolak-balik ke kedua arah. Sinyal Kajian mikroskop elektron mengenai isi inti sesudah manipulasi
transport tersebut disebut sinyal nucleocytoplasmic yang lebih cermat menunjukkan bahwa kromatin berdiameter-
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 53

Gambar 3-4 Pori inti. Mikrograf elektron


(47.778x). Banyak pori inti dapat diamati
pada sediaan patah-beku inti ini. (Dari
Leeson TS, Leeson CR, Paparo AA: Text/
Atlas of Histology . Philadelphia, WB
Saunders, 1988.)

Gambar 3-5 Pori inti. Mikrograf


elektron (24.828x). Perhatikan
heterokromatin dekat membran-inti
dalam, dan membran-inti dalam dan
luar yang menyatu pada pori inti.
(Dari Fawcett DW: The Cell .
Philadelphia, WB Saunders, 1981.))
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 54

54 䡲 䡲 䡲 Bab 3 䡲 Inti (Nukleus)

KOMPLEKS PORI INTI


Filamen
Cincin sitoplasmik
sitoplasmik Cincin jeruji
luminal
Membran-inti
luar

Gambar 3-6 Kompleks pori inti. Gambar skematik berdasarkan


pemahaman mutakhir struktur kompleks pori inti ini menunjukkan
bahwa masing-masing kompleks pori inti tersusun oleh beberapa
Scaffold Membran-inti
kombinasi dari delapan unit. Perhatikan bahwa gambar ini tidak
luar mencakup transporter (lihat naskah). (Berdasarkan Alberts B, Bray D,
Lewis J, et al: Molecular Biology of the Cell , 3rd ed. New York, Garland
Cincin nuklir Keranjang inti Publishing, 1994; dan Beck M, ForsterF, Ecke M, et al: Nuclear pore
complex structure and dynamics revealed by cryoelectron tomography .
Cincin distal Science 306: 1387- 1390, 2004.)

Sitoplasma
Importin β

Protein GDP
NLSs Importin α
Importin β GDP
Ran GAP
GDP
GTP
Pi
Kompleks
pori inti

Ran

GTP GTP
GTP
GTP
GTP

GTP

Inti

Gambar 3-7 Peran Ran pada impor inti. Kadar Ran/guanosin difosfat (GDP) tinggi di dalam sitoplasma, sedangkan Ran/guanosin trifosfat ( GTP)
kadarnya tinggi di dalam inti. Protein yang akan diimpor ke dalam inti membentuk kompleks dengan sinyal lokalisasi inti (NLSs), yaitu importin α
dan importin β. Setelah melewati kompleks pori inti, Ran/GTP berikatan dengan importin β, sehingga importin α dan protein yang diimpor terlepas.
Untuk menyempurnakan siklus, kompleks Ran/GTP/importin β keluar dari inti dan masuk ke sitoplasma lewat kompleks pori inti. Di sitoplasma,
protein pengaktivasi Ran/GTPase (RanGAP) menghidrolisis GTP, dan membentuk Ran/GDP, dan dengan demikian, melepas importin β kembali
ke dalam sitoplasma.
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 55

Bab 3 䡲 Inti (Nukleus) ■ ■ ■ 55

Bagian Kromosom
yang memadat

30 nm

Benang kromotin
yang merupakan
hasil kemasan Bentuk kromatin
nukleosom Beads-on-a-sting
(untain manik)

11 nm 2 nm

300 nm

700 nm

1400 nm

Kromosom Bagian kromosom DNA pilin ganda


metafase yang terurai

Gambar 3-8 Pengemasan kromatin. Perhatikan pengemasan rumit kromatin menjadi

kromosom

30-nm. Pengemasan kromatin menjadi tali berdiameter 30-nm, Jumlah kromosom pada sel somatik khas untuk spesies dan
diyakini terjadi melalui helical coiling (pilinan) nukleosom disebut genom, yaitu susunan genetik total. Pada manusia,
berurutan, yaitu enam nukleosom tiap satu pilin, yang kemudian genom terdiri atas 46 kromosom, yaitu 23 pasang kromosom
diikat oleh histon H1 (lihat Gambar 3-8). Protein nonhiston homolog. Satu kromosom dari tiap pasang tersebut berasal dari
juga terkait dengan kromatin, tetapi fungsinya tidak jelas. ibu dan yang lain berasal dari ayah. Dari 23 pasang kromosom,
22 pasang disebut autosom; dan sisanya yang menentukan
Kromosom jenis kelamin, disebut kromosom seks. Kromosom seks pada
perempuan adalah dua buah kromosom X (XX); sedangkan
pada laki-laki kromosom X dan Y (XY)(Gambar 3-9).
Kromosom adalah benang kromatin yang terkondensasi
dan terpilin rapat selama mitosis dan meiosis sehingga
tampak dengan mikroskop cahaya.
Kromatin Seks
Ketika sel meninggalkan tahap (stadium) interfase, dan bersiap Hanya satu dari dua kromosom X pada sel somatik perempuan
menjalani aktivitas mitosis atau meiosis, benang kromatin sangat aktif bertranskripsi. Kromosom X inaktif, ditentukan secara
terkondensasi dan membentuk kromosom, yang tampak dengan acak saat perkembangan dini, dan tetap inaktif selama
mikroskop cahaya. Penebalan kromatin terjadi melalui looping kehidupan individu tersebut.
(liukan) pada pilinan serat 30-nm sehingga menjadi liak-liuk Kajian mikroskopik inti interfase pada sel perempuan
berdiameter 300-nm, yang diikat oleh kompleks terikat protein/ menampilkan gumpalan kromatin yang terpilin sangat rapat,
DNA pada basa dari DNAnya. Selanjutnya, liak-liuk 300-nm disebut kromatin seks (badan Barr), yang merupakan salah
membentuk pilinan rapat berdiameter 700-nm yang merupakan satu kromosom X inaktif dari kedua kromosom X. Sel epitel
kromosom terkondensasi maksimal yang tampak pada mitosis yang didapat dari pelapis pipi dan netrofil pada sediaan apus
atau meiosis tahap metafase (lihat Gambar 3 -8). darah sangat berguna untuk mempelajari kromatin seks.
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 56

56 䡲 䡲 䡲 Bab3 䡲 (Nukleus)

Gambar 3-9 Kariotip manusia. Kariotip normal manusia dengan pemitaan. (Dari Bibbo M: Comprehensive Cytopathology.
Philadelphia, WB Saunders, 1991. )

Kromatin seks terlihat pada tepi selubung inti pada sediaan


apus sel epitel oral, dan sebagai tonjolan kecil drumstick-like KORELASI KLINIS
(mirip-pemukul genderang) pada inti netrofil. Sejumlah sel
harus diperiksa untuk mengamati kromatin seks, karena Satu hal yang dapat diamati pada kariotip adalah
kromosorn X harus berada pada orientasi yang tepat agar aneuploidi, yaitu jumlah kromosom abnormal.
dapat dilihat. Penyandang sindroma Down, misalnya, mernpunyai
kelebihan kromosom 21 (trisomi 21); mereka
Ploidi menampilkan retardasi mental, tangan gemuk pendek,
dan banyak malformasi kongenital, yang manisfestasinya
Sel yang mengandung jumlah kromosom lengkap (46) antara lain terjadi pada jantung.
disebut diploid (2n). Sel benih (ovum atau spermatozoa-
matur) disebut haploid (In); artinya, hanya mengandung Sindroma tertentu berkaitan dengan kelainan jumlah
satu dari tiap pasangan kromosom homolog. Setelah kromosom seks. Sindroma Klinefelter terjadi bila
fertilisasi, jumlah kromosom kembali menjadi diploid (2n) seseorang mempunyai tiga kromosom seks (XXY).
karena inti kedua sel benih menyatu. Orang tersebut menampilkan fenotip laki-laki, tetapi ia
Alkaloid tertentu, seperti kolkisin yang berasal dari tidak mengembangkan ciri seksual sekunder dan
tanaman, menghentikan pembelahan sel pada mitosis biasanya steril. Sindrom Turner adalah contoh
tahap metafase saat kromosom terkondensasi maksimal, aneuploidi lainnya, yang disebut monosomi kromosom
dan dengan demikian memungkinkan analisis jumlah seks. Kariotipnya menampilkan hanya satu kromosom
kromosom dengan melakukan pencarian pasangan dan seks (XO). Orang tersebut adalah perempuan yang
penomoran kromosom lewat sistem kariotip konvensional ovarium dan buah dadanya tidak berkembang, uterusnya
(lihat Gambar 3-9). kecil dan mengalami retardasi mental.
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 57

Bab 3 䡲 Inti (Nukleus) ■ ■ ■ 57

Zat warna Giemsa mewarnai daerah kromosom Asam Ribonukleat


kaya adenin-timin, dan menghasilkan pola pita G,
yang unik untuk tiap pasangan kromosom dan khas RNA mirip dengan DNA kecuali bahwa RNA adalah untai
untuk tiap spesies. Analisis cermat pita G dapat tunggal, dan salah satu basanya adalah urasil ketimbang
menolong menunjukkan delesi bagian tertentu kromosom, timin, serta gulanya adalah ribosa ketimbang deoksiribosa.
nondisjunction (kegagalan pemisahan), translokasi, dan lain
lain, yang mungkin menolong pada diagonis kelainan
genetik tertentu atau penyakit yang disebabkan oleh anomali Seperti DNA, RNA tersusun atas urutan linear nukleotida,
kromosomal. tetapi RNA beruntai-tunggal dan gula pada RNA adalah
ribosa, bukan deokrisibosa. SAtu dari basanya adalah urasil
Asam Deoksiribonukleat (U) yang menggantikan timin (T), yang seperti timin,
komplementer dengan adenin.
DNA adalah materi genetik sel yang terletak DNA sdalam inti berperan sebagai template untuk
dalam inti, tempatnya berperan sebagai template untuk sintesis untai RNA komplementer, yang disebut proses
transkripsi RNA transkripsi (Gambar 3-10). Sintesis tiga jenis RNA
dikatalisis oleh tiga plimerase RNA yang berbeda:
Hampir semua DNA, yang merupakan rantai polinukleotida 䡲 Messenger RNA (RNA caraka [mRNA]) oleh
untai-ganda yang berpilin menjadi double helix (pilin ganda), polimerase RNA II
terdapat di dalam inti sel. Tiap nukleotida tersusun atas sebuah
䡲 RNA transfer (tRNA) by RNA polymerase III
basa nitrogen, gula deoksiribosa, dan molekul fosfat.
Selanjutnya, nukleotida dikaitkan satu sama lain lewat ikatan 䡲 RNA rabosomal (rRNA) oleh polimerase RNA I
fosfodiester yang terbentuk antara molekul gula. Mekanisme transkripsi umumnya sama untuk ketiga
Ada dua jenis basa: purin (adenin dan guanin) dan
pirimidin (sitosin dan timin). Sebuah pilin ganda dibentuk jenis RNA.
lewat pembentukan ikatan hidrogen antara basa komplementer
pada tiap untai pada molekul DNA. Ikatan tersebut terbentuk Messenger RNA (RNA Caraka)
antara adenin (A) dan timin (T) dan antara guanin (G) dan
sitosin (C). RNA caraka membawa kode genetik dari inti ke
sitoplasma dan berperan sebagai template untuk
sintesis protein.
Gen
RNA caraka (mRNA) berperan sebagai perantara
Informasi biologik yang diturunkan dari satu generasi sel ke
untuk membawa informasi genetik, yang dikode DNA
yang berikutnya-unit hereditas-terletak pada daerah spesifik
yang ,menentukan urutan primer protein, dari inti ke
pada molekul DNA yang disebut gen. Tiap gen rnewakili
sitoplasma yang merupakan tempat perangkat sintesis
sebuah segmen spesifik pada molekul DNA yang mengkode
protein (lihat Gambar 3-10). Tiap ,mRNA adalah kopi
protein tertentu. Urutan basa suatu agen mewakili urutan asam
komplementer dari suatu daerah pada molekul DNA yang
amino suatu protein. Kode ginetik dirancang sedemikian
merupakan sebuah gen. Sebuah molekul mRNA terdiri
sehingga tiga basa berurutan, yang disebut kodon, mengkode
atas sejumlah kodon yang menyandi asam amino tertentu.
asam amino tertentu. Tiap asam amino diwakili oleh kodon
Molekul RNA tersebut juga mengandung start codon
yang berbeda.
(kodon mulai [AUG]), yang penting untuk inisiasi
Sebelum dimulainya Projek Genom Manusia, diyakini ada sintesis protein, dan sebuah atau lebih stop codon
3 milyar basa nukleotida pada genom manusia yang mewakili (kodon berhenti [UAA, UAG, atau UGA], yang
sekitar 100.000 gen. Analisis pendahuluan pada kesimpulan bertugas menghentikan sintesis protein. Setelah terbentuk
Proyek tersebut mengindikasikan bahwa jumlah gen jauh lebih di dalam inti, mRNA diangkut ke sitoplasma, tempatnya
sedikit dari yang diduga. Saat ini, data menunjukkan bahwa ditranslasikan menjadi protein (lihat Bab 2).
genom manusia mengandung sekitar 25.000 gen, yang
semuanya telah disukens dan dipetakan. Temuan dari proyek
tersebut dan kajian lainnya telah meningkatkan pemaham akan TRANSKRIPSI
beberapa kelainan genetik, dan juga menunjukkan cara Transkripsi DNA menjadi mRNA dimulai dengan
penanganan yang lebih baik untuk beberapa penyakit, serta penempelan polimerase RNA II pada sebuah core
memungkinkan banyak penemuan dan aplikasi lainnya di promoter (promoter teras), yaitu urutan DNA spesifik
masa yang akan datang.
yang terletak di dekat gen.
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 58

58 䡲 䡲 䡲 Bab 3 䡲 Inti (Nukleus)

TRANSKRIPSI

Inti

Pemprosesan RNA
Nukleotida
Untai DNA sedang
Pre-mRNA bergabung
Untai RNA dengan untai
baru RNA yang
memanjang
Transkripsi DNA

Untai template DNA

Pori Inti

Selubung Inti
Pengangkutan mRNA Robisom
mRNA

Translasi
mRNA

Protein

Gambar 3-10 Transkripsi DNA menjadi messenger RNA (mRNA). (Dimodifikasi dari Alberts B, Bray D, Lewis J, et al: Molecular
Biology of the Cell, 3rd ed. New York, Garland Publishing, 1994.)

Bersama sejumlah kofaktor, polimerase RNA II memulai panjang, dan disebut RNA caraka prekusor (pre-mRNA),
transkripsi dengan membuka pilin ganda DNA dua putaran, yang mengandung berbagai segmen pengkode (ekson) dan
sehingga menyikap nukleotida, dan kerenanya menyingkap yang noncoding/tak mengkode (intron). Intron harus dibuang,
kodon pada untai DNA. Enzim menggunakan satu dari untai dan berbagai ekson saling disambungkan. Agar hal tersebut
DNA yang tersingkap sebagai tempalate tempat merakit dan dapat terjadi, pre-mRNA dan nuclear processing proteins
polimerisasibasa komplementer molekul RNA. (protein pemroses nuklir/inti) membentuk kompleks
Proses tersebut berulang saat daerah baru pada pilin ganda heterogenous nuclear ribonucleoprotein particles
DNA terbuka, dan lebih banyak nukleotida dipolimerisasi pada (partikel ribonukleoprotein nuklir/inti heterogen
rantai mRNA yang memanjang. Selama enzim bergerak [hnRNP]) yang memulai RNA splicing (penyambungan
sepanjang molekul DNA, rantai mRNA yang terbentuk terpisah ekson RNA), dan dengan demikian, mengurangi panjang
dari untai DNA template, dan menyebkan kedua untai DNA molekul pre-mRNA. Pemrosesan tambahan melibatkan
kembali membentuk pilin ganda (lihat Gambar 3-10). spliceosome, yaitu kompleks yang terdiri atas lima partikel
ribonukleoprotein nuklir/inti kecil (snRNP) dan sejumlah
Transkripsi dimulai pada triplet DNA yang merupakan kodon
besar non-snRNP splicing factors (faktor
mulai (AUG) dan berakhir saat polimerase RNA II mengenali
penyambungan non-snRNP) yang membantu dalam
sebuah situs chainterminator (terminator-rantai) yang
mekanisme penyambungan untuk membentuk
komplementer dengan kodon berhenti UAA, UAG, atau UGA.
ribonukleoprotein caraka (mRNP). Akhirnya, protein
Saat enzim mencapai situs terminator rantai, enzim terlepas dari
pemroses nuklir terlepas dari kompleks, dan meninggalkan
molekul DNA, dan enzim mengulang proses transkripsi. Pada
RNA yang siap diangkut keluat inti, lewat kompleks pori inti
saat bersamaan rantai RNA yang baru terbentuk (transkrip
(lihat Gambar 3-10).
primer) terlepas dari molekul DNA, dan meninggalkannya
Karena DNA dalam genom eukariot sangat
bebas di dalam nukleoplasma.
banyak, kebanyakan DNA tersebut diyakini merupakan
Transkrip primer adalah molekul RNA untai tunggal yang
sisa evolusi
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 59

Bab 3 䡲 Inti (Nukleus) ■ ■ ■ 59

tanpa fungsi mengkode. Selama transkripsi, DNA terurai dan Salah satunya adalah antikodon yang mengenali kodon
mengkode untai RNA berupa ekson (segmen pengkode) dan pada mRNA; yang lainnya adalah daerah pembawa asam
intron (segmen tak mengkode). Pada proses selanjutnya, berbagai amino, yang terdapat di ujung 3' dari molekul. tRNA
ekson saling disambungkan untuk membentuk seuntai mRNA mengalami aminoasilasi tidak hanya di sitoplasma, tetapi
utuh untuk transkrip RNA primer diduga tak mempunyai dungsi, juga di dalam inti. Hal ini diyakini sebagai langkah
walaupun RNAnya sekitar 95% lebih banyak dibandingkan "proofreading" yang memudahkan kesiapan fungsional di
dengan gen pengkode protein. dalam sitoplasma. Kemudian, tRNA mentransfer asam
Bukti mutakhir menunjukan bahwa intron mempunyai fungsi amino teraktivasi ke kompleks ribosom-mRNA, tempatnya
pengaturan yang sejajar dengan protein regulator, walaupun digabungkan pada rantai polipeptida yang membentuk
intron intron tidak mengkode protein. Perannya mungkin protein (lihat Bab 2).
berkaitan dengan diferensiasi, perkembangan, ekspresi gen, dan
evolusi. Bila terbukti benar, hal ini akan berdampak besar pada RNA Ribosomal
pemahaman proses penyakit tertentu dan penangannya. Misalnya,
telah diketahui bahwa RNA tak mengkode terkait dengan RNA ribosomal membentuk asosiasi dengan
beberapa kanker,autisme,dan schizophrenia. protein dan enzim di dalam inti, untuk membentuk ribosom.
Uraian sintesis mRNA ini hanyalah ikhtisar singkat dan tidak
rinci. Pembaca yang menginginkan informasi lebih lanjut perlu rRNa disintesis di daerah fibrilar (pars fibrosa) pada anak
membaca naskah di bidang Biologi Sel dan Molekul. inti, oleh polimerase RNA I (Gambar 3-11). Transkrip
primernya disiebut rRNA 45S (pre-rRNA), dan
RNA Transfer merupakan molekul sangat besar yang berukuran sekitar
13.000 nukleotida. Sebuah molekul rRNA 5S disintesis
RNA transfer memindahkan asam amino teraktivitasi ke kompleks
dalam inti, sedangkan protein ribosomal disintesis di
ribosom/mRNA, yang menyebabkan pembentukan protein. sitoplasma, dan kemudian diangkut ke dalam anak inti. Di
sini, protein ribosomal berasosiasi dengan molekul rRNA
tRNA adalah molekul RNA kecil yang dihasilkan lewat DNa, 45S, dan membentuk partikel ribonukleoprotein
oleh polimerase RNA III. Panjangnya sekitar 80 nukleotida, dan (RNP) yang sangat besar. RNP ini diproses oleh beberapa
molekulnya melipat karena adanya pasangan basa di antara molekul residen menjadi prekursor dari subunit ribosomal
beberapa nukleotidanya, sehingga bentuknya mirip daun besar dan kecil, didaerah pars granulosa anak inti.
semanggi. Dua daerah pada tRNA mempunyai makna khusus. Kemudian, subunit ribosomal kecil, yang dibentuk dari-

PEMBENTUKAN RIBOSOM
Tanskripsi Inti
Anak inti

rRNA

Protein ribosomal
disintesis dalam
sitoplasma

Subunit
Subunit robosom besar
imatur tersusun atas
rRNA dan protein Subunit
ribosomal
kecil

Gambar 3-11 Pembentukan ribosom.


mRNA, messenger RNA (RNA
caraka);rRNA, RNA ribosomal. Subunit bergabung
(Dimodifikasi dari Alberts B, Bray D, dengan mRNA untuk
Lewis J, et al: Molecular Biology of the menjadi ribosom
Cell , 3rd ed . New York, Garland fungsional mRNA
Publishing, 1994.))
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 60

60 䡲 䡲 䡲 Bab 3 䡲 Inti (Nukleus)

rRNA 18S dan protein ribosomal lain, diangkut keluar dari terkaitan di atas, karena semua itu belum sepenuhnya
anak inti menuju sitoplasma lewat kompleks pori inti. Sisa jelas.Namun demikian, diduga bahwa inti mungkin
rRNA 28S, 5,8S dan 5S dipersatukan menjadi unit ribosomal mengandung banyak sub-kompartemen yang saling
besar dan diangkut keluar inti menuju sitoplasma lewat berkaitan, fungsinya diatur ketat secara spasial dan
kompleks pori inti. temporal, untuk memudahkan ekspresi gen.

Nukleoplasma Anak Inti

Nukleoplasma terdiri atas granula interkromati, dan Anak inti adalah bangunan tak bersalut membran yang
perikromatin, RNP dan matriks inti. sangat terwarna dan terdapat di dalam inti. Anak inti
berperan dalam sintesis rRNA dan perakitan subunit
Granula interkromatin (IGs), yang diameternya 20-25 nm, ribosomal besar dan kecil.
mengandung RNP dan beberapa enzim, yang mencakup
adenosin trifostafatase (ATPase),guanosin trifosfatase (GTPase), Anak inti, yang merupakan bangunan nonmembran
β-gliserofosfatase, dan nicotinamide adenine dinucleotide padat dan terdapat di dalam inti, hanya terlihat selama
(dinukleotida adenin nikotinamid [NAD]) pirofosfatase. Semua interfase karena anak inti menghilang selama pembelahan
itu membentuk kelompok yang tersebar di seluruh inti, dan sel. Anak inti terwarna basofilik dengan hematoxylin dan
berada diantara materi kromatin. Kelompokan tersebut tampak eosin, karena karya rRNA dan protein. Anak inti hanya
saling dihubungkan oleh fibril tipis, dan fungsinya tidak jelas. mengandung sedikit DNA yang inaktif, dan karenanya
Granula perikromatin berdiameter 30 sampai 50 nm dan tidak terwarna dengan Feulgen. Umumnya, dalam sebuah
terletak di perbatasan heterokromatin. Partikel padat-elektron ini sel, sejumlah tidak lebih dari dua atau tiga; akan tetapi,
diselubungi oleh halo kurang padat yang lebarnya 25-nm. jumlah, ukuran, dan bentuknya umumnya khas-spesies dan
Granula ini tersusun atas fibril yang terkemas padat, dan tergantung aktivitas sintesis sel. Pada sel yang aktif
merupakan kompleks peptida, yang mirip dengan hnRNP. mensitesis protein, anak inti dapat mencapai sampai 25%
snRNPs berperan dalam penyambungan, pemotongan, dan volume inti. Daerah terwarna gelap adalah kromatin
pengangkutan hnRNPs. Walaupun kebanyakan snRNPs terletak terkait-anak inti, yang sedang ditranskripsi menjadi
dalam inti, beberapa terdapat di anak inti. Beberapa subgrup rRNa (lihat Gambar 3-2 dan 3-3).
minor partikel ini ditemukan akhir-akhir ini, tetapi fungsinya
masih harus diteliti. Ada ernpat daerah berbeda pada anak inti, yaitu:
䡲 Pusat fibrilar terwarna-pucat, mengandung DNA
Matriks Inti inaktif (tidak sedang bertranskripsi)
䡲 Pars fibrosa, mengandung RNA anak inti yang sedang
ditranskripsi
Matriks inti merupakan istilah struktural maupun biokimia. Hasil
䡲 Pars granulosa, tempat merakit subunit ribosomal
penelitian mengenai komponen matriks inti menunjukkan hasil
berbeda-beda, yang tampaknya disebabkan oleh cara ekstraksi yang mengalami maturasi
yang digunakan untuk mempelajarinya. Secara biokimia, matriks 䡲 Matriks anak inti, jalinan serat yang aktif dalam
inti mengandung sekitar 10% protein total, 30% RNA, 1% organisasi anak inti
sampai 3% DNA total, dan 2% sampai 5% fosfat inti total.
Komponen strukturalnya mencakup kompleks pori inti-lamina Pada daerah terwarna-pucat juga terdapat ujung kromosom
inti, anak inti residual, jalinan RNP residual, dan elemen fibrilar. 13, 14, 15, 21, dan 22 (pada manusia), yang mengandung
Kajian mutakhir membuktika bahwa inti mempunyai retikulum nucleolar-organizing region (daerah pengorganisasi
nukleoplasma yang menyatu dengan retikulum endoplasma di anak inti), tempat lokus gen pengkode rRNA terletak.
sitoplasma dan selubung inti. Retikulum nukleoplasma ini Subunit ribosomal sel dirakit di dalam anak inti, kecuali
mengandung kalsium inti yang berfungsi di dalam inti. yang terletak di mitokondria. Namun demikian, bukti
Selanjutnya, retikulum nukleoplasma ini memiliki reseptor untuk
mutakhir menunjukkan bahwa anak inti mempunyai fungsi
inositol 1,4,5-trifosfat yang terutama mengatur sinyal kalsium
dalam kompartemen tertentu di inti-yaitu, daerah yang tambahan. Fungsi tersebut mencakup pengaturan beberapa
diutamakan untuk transport protein, transkripsi gen tertentu, dan peristiwa pada siklus sel seperti pengaturan beberapa
kemungkinan juga hal lain. peristiwa pada siklus sel seperti sitokinesis; menginaktifkan
Secara fungsional, matriks inti berkaitan dengan tempat kinafe tergantung-siklin pada mitosis dengan cara
replikasi DNA, transkripsi dan pemrosesan rRNA dan mRNA, menyekap protein regulator siklus sel; memodifikasi RNA
pengikatan reseptor steroid, heat shock protein (protein renjatan kecil yang mengatur dan mengubah pre-rRNA; merakit
panas), pengikatan karsinogen, virus DNA, dan protein viral. RNP; terlibat dalam eksport inti; dan berperan dalam
Daftar ini tidak lengkap dan tidak membahas sifat fungsional ke- penuaan.
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 61

Bab 3 䡲 Inti (Nukleus) ■ ■ ■ 61

menghasilkan dua sel anak. Siklus sel dapat dianggap


KORELASI KUNIS dimulai pada akhir tahap telofase pada mitosis, yang
sesudahnya sel memasuki interfase.
Beberapa peneliti menduga bahwa rRNA dalam anak Sel yang telah berdiferensiasi penuh, setelah peristiwa
inti dapat menjadi tidak stabil, dan dengan demikian mitosis terakhir dapat berhenti bermitosis secara permanen
mempercepat proses penuaan. Pada sel tumor ganas,
(misalnya neuron dan sel otot), atau untuk sementara
anak inti dapat menjadi hipertropik. Selain itu, pada
sel tumor, daerah pengorganisasi anak inti menjadi (misalnya limfosit darah tepi) dan baru kembali ke dalam
lebih besar dan jumlahnya bertambah, yang siklus sel sesudah jangka waktu lama. Sel yang telah
menandakan prognosis KLINIS yang lebih buruk. meninggalkan siklus sel disebut berada dalam tahap
istirahat, atau fase G0 (di luar) atau fase stabil.

SIKLUS SEL
lnterfase
Siklus sel adalah serangkaian peristiwa di dalam sel yang
mempersiapkan sel untuk membelah menjadi dua sel 䡲 Fase G1 (gap) , saat sintesis makromolekul
anak. yang esensial untuk duplikasi DNA dimulai
䡲 Fase S (sintesis), saat duplikasi DNA
Siklus sel terbagi atas dua peristiwa utama yaitu: interfase dan 䡲 Fase G2, saat sel bersiap melakukan mitosis
mitosis. Interfase adalah masa yang panjang, saat sel bertambah
ukuran dan isinya serta mereplikasi materi genetiknya (Gambar Gap 1
3-12). Sebaliknya, mitosis adalah masa yang lebih pendek, saat
sel mengalami pembelahan inti dan sitoplasmanya, untuk- Fase G1 (fase gap 1) adalah masa pertumbuhan sel,
sintesis RNA, dan peristiwa lain untuk persiapan mitosis
berikutnya.

SIKLUS SEL Sel anak yang dibentuk selama mitosis memasuki fase
G1. Selama fase ini, sel minsintesis RNA, protein
regulator yang esensial untuk replikasi DNA, dan enzim
yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas sintesis
tersebut. Karenanya, volume sel yang berkurang karena
I II III IV V VI dibelah menjadi dua saat mitosis, akan kembali ke ukuran
semula yang normal. Selain itu, anak inti dibentuk
kembali selama fase G1. Pada masa ini pula, sentriol mulai
membelah, yang prosesnya berakhir pada fase G2.
Mitosis G0 Pencetus yang menginduksi sel agar memasuki siklus sel
dapat berupa (1) kekuatan mekanik (misalnya, regangan
han pada otot polos), (2) jejas pada jaringan (misalnya
Pembela
iskemia), dan (3) kematian sel. Semua inisiden tadi
G2 menyebabkan lepasnya ligan dari sel pelepas sinyal pada
jaringan terkait. Sering kali ligan tersebut adalah fakor
pertumbuhan secara tak langsung menginduksi ekspresi
proto-onkogen, yaitugen yang bertanggung jawab
G1 mengontrol berbagai jalur proliferasi sel.
Interfase Jelas bahwa ekspresi proto-onkogen harus diatur sengat
ketat untuk mencegah proliferasi sel yang tak diinginkan
dan tak terkontrol. Mutasi proto-onkogen yang
S
menyebabkan sel lepas-kontrol dan membelah tak
terkendali berperan pada banyak kanker. Proto-onkogen
yang bermutasi tersebut dikenal sebagai onkogen.
Ligan, yang dirancang untuk menginduksi proliferasi,
Gambar 3-12 Siklus sel pada sel yang aktif membelah. Sel yang tak
membelah , seperti neuron, meninggalkan siklus untuk memasuki fase berikatan dengan protein reseptor permukaan sel pada sel
G0 (fase istirahat). Sel lain, seperti limfosit, dapat kembali ke dalam target dan mengaktifkan salah satu jalur transduksi
siklus sel. sinyal yang dijelaskan pada bab 2. Selanjutnya, sinyal-
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 62

62 䡲 䡲 䡲 Bab 3 䡲 Inti (Nukleus)

ekstrasel yang ditangkap pada permukaan sel diteruskan pada persiapan pembelahan sel. Sebaliknya sel germinal yang
sebagai peristiwa interasel, yang sebagian besar melibatkan dihasilkan oleh proses meiosis memiliki jumlah kromosom
rangkaian aktivasi berurutan dari kinase protein sitoplasmik. haploid (1n) dan juga jumlah DNA haploid (1n).
Berbagai kinase tersebut mengaktifkan serangkaian faktor
transkripsi intranuklir yang mengatur ekspresi proto- Fase G2
onkogen, yang menyebabkan pembelahan sel.
Kemampuan sel untuk memulai dan melanjutkan siklus sel Fase gap 2 (fase Gi) adalah masa di antara akhir sintesis
DNA dan dimulainya mitosis
diatur oleh interaksi sekelompok protein yang saling berkaitan
yang disebut siklin, dan kinase tergantung-siklin (CDK)
Selama fase G2, RNA dan protein yang esensial untuk
yang spesifik, yaitu:
pembelahan sel disintesis, enerji untuk mitosis disimpan,
䡲 Siklin D, disintesis selama fase G1 awal, berikatan dengan tubulin disintesis untuk merakit mikrotubul yang diperlukan
CDK4 dan juga CDK6. Selain itu, pada fase G1 lanjut siklin untuk mitosis , replikasi DNA dianalisis terhadap kemungkinan
E disintesis dan berikatan dengan CDK2. Ketiga kompleks kesalahan, dan tiap kesalahan yang terjadi diperbaiki.
tersebut, lewat perantara lainnya, memungkinkan sel
memasuki dan melanjutkan fase S.
Mitosis
䡲 Siklin A berikatan dengan CDK2 dan CDKl, dan kedua
kompleks tersebut memungkinkan sel meninggalkan fase S Mitosis adatah proses pembetahan set yang
dan memasuki fase G2 dan menginduksi pembentukan hasilnya adalah terbentuknya dua sel anak yang identik.
siklin B.
䡲 Siklin B berikatan dengan CDKl, dan kompleks ini
Mitosis (M) terjadi pada akhir fase G2 dan dengan demikian
memungkinkan sel meninggalkan fase G2 dan memasuki menyempurnakan siklus sel.
fase M.
Mitosis adalah proses di mana sitoplasma dan inti sel terbagi
Sesudah siklin melakukan fungsi khasnya, siklin masuk ke rata menjadi dua sel anak yang identik (Gambar 3-13 sampai
jalur ubikitin-proteasom, tempat siklin didegradasi menjadi 3-15). Pertama-tama, materi inti terbagi dua pada proses
molekul penyusunnya. Sel juga menggunakan mekanisme kariokinesis, diikuti oleh pembelahan sitoplasma yang
quality control (pengawasanmutu), yang dikenal sebagai disebut sitokinesis. Proses mitosis terbagi menjadi lima tahap
checkpoint (pos pemeriksaan), untuk melindungi sel berbeda, yaitu: profase, prometafase, metafase, anafase,
terhadap transisi dini antara fase. Pos pemeriksaan tersebut dan telofase (Gambar 3-16).
menjamin penyelesaian cermat peristiwa esensial, seperti
pertumbuhan sel yang cukup, sintesis DNA yang benar, dan
pemisahan kromosom yang sempurna, sebelum mengizinkan
sel meninggalkan fase siklus sel yang sedang berjalan. Sel
mengalami penundaan kemajuan melewati siklus sel dengan
cara mengaktifkan jalur penghambat dan/atau menghambat M
jalur aktivasi.
Mekanisme kontrol yang sesungguhnya jauh lebih rumit dari
berbagai langkah yang dijelaskan di atas. Misalnya, tampaknya
anak inti berperan mengatur siklus sel dengan menyekap
protein tertentu, sehingga menghambat fungsinya. Urutan
langkah yang lengkap berada di luar cakupan buku ajar ini.
(Untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci, bacalah buku
ajar biologi sel dan literatur mutakhir mengenai siklus sel).
A
Fase S
P
Sintesis DNA terjadi selama fase S.

Selama fase S, yang merupakan fase sintesis siklus sel, genom


diduplikasi. Semua kebutuhan nukleoprotein, termasuk histon,
diimpor dan dilekatkan ke molekul DNA, untuk membentuk
materi kromatin. Kini sel mengandung dua kali lipat
komplemen normal dari DNAnya. Jumlah DNA dalam sel
autosomal dan germinal juga berbeda. Sel autosomal
mengandung jumlah DNA diploid (2n) sebelum fase sintesis Gambar 3-13 Tahapan mitosis. Mikroskop cahaya
(S) siklus sel, saat jumlah DNA diploid (2n) digandakan (4n)- (270x). Perhatikan berbagai tahap: A, anafase; M, metafase; P,
profase.
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 63

Bab 3 䡲 (Nukleus) ■ ■ ■ 63

Gambar 3-14 Mitosis tahap


anafase . Mikrograf cahaya (540x).
Pasangan sister chromatid saling
dipisahkan dari lempeng metafase,
dan bergerak saling menjauh ke arah
kutub berlawanan.

Gambar 3-15 Gambaran


imunofluoresens sebuah sel dalam
tahap prometafase pada mitosis.
Perhatikan mikrotubul spindel (hijau)
dan kromosom (biru). (Dengan izin
dari alexey Khodjakov, PhD,
Research Scientist and Associate
Profesor. Wadsworth Center, Albany,
New York.)

Profase Tiap kromosom terdiri atas dua sister chromatid yang paralel,
dan saling dihubungkan pada satu titik pada satu titik pada
Selama profase, kromosom menebal dan anak inti
kromosom tersebut.Titik tersebut disebut sentromer. Saat
menghilang.
kromosom menebal, anak inti menghilang. Sentrosom juga
membelah menjadi dua bagian, masing-masing mengandung
Pada permulaan profase, kromosom menebal (terkondensasi), sepasang sentriol dan sebuah pusat pengatur-mikrotubul
(MTOC), yang bergerak saling menjauh menuju kutub
dan dengan demikian menjadi terlihat dengan mikroskop.
berlawanan pada sel.
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 64

64 䡲 䡲 䡲 Bab 3 䡲 (Nukleus)

MITOSIS

Interfase Profase Prometafase Metafase

Sitokinesis Telofase Anafase

Gambar 3-16 Tahap mitosis pada sebuah sel yang mengandung jumlah diploid (2n) dari 6 kromosom.

Dari tiap MTOC, terbentuk astral rays (benang astral) dan Metafase
spindle fibers (benang spindel), yang menjadi aparatus
spindel mitotik. Diduga bahwa benang astral ( mikrotubul yang Metafase dimulai saat kromosom yang baru
memancar keluar dari kutub spindel) membantu dalam berduplikasi mengatur diri di ekuator spindel mitotik.
menempatkan MTOC pada kutub sel.
Mikrotubul yang melekat pada daerah sentromer kromosom Selama metafase, kromosom terkondensasi maksimal dan
adalah benang spindel, yang membantu mengarahkan gerakan berbaris di ekuator spindel mitotik (konfigurasi lempeng
kromosom ke kutub. Bila sentriol tidak ada, materi nukleasi metafase). Tiap kromatid tersusun sejajar dengan ekuator,
mikrotubul tersebar dalam sitoplasma dan akibatnya benang astral dan mikrotubul spindel melekat pada kinetokornya,
dan benang spindel tidak terbentuk sempurna, dan mitosis tidak menjalar ke kutub spindel. Sister chromatid harus bertahan
berlangsung dengan cara yang seharusnya. Pada daerah sentromer saling berdekatan saat kromosom berkondensasi dan sejajar
pada tiap kromatid, sebuah MTOC barn, yang disebut kinetokor, pada spindel mitotik metafase. Selama anafase, protein
terbentuk. Benang spindel melekat pada kinetokor sebagai kohesi yang terdapat di antara kromatid menghilang.
persiapan migrasi kromatid agar kariokinesis terjadi.
Anafase
Prometafase
Selama anafase, sister chromatid berpisah dan mulai
Prometafase dimulai ketika selubung inti menghilang bergerak ke kutub berlawanan pada sel, dan alur
pembelahan mulai terbentuk.
Prometafase dimulai saat lamin inti difosfmilasi, yang
mengakibatkan hancur dan hilangnya selubung inti. Selama fase Anafase dimulai saat sister chromatid , yang terletak di
ini, kromosom tersusun acak di seluruh sitoplasma. Mikrotubul ekuator lempeng metafase, saling menjauh dan mulai
yang menempel pada kinetokor, dikenal sebagai mikrotubul bermigrasi ke kutub berlawanan dari spindel mitotik. Tempat
spindel mitotik, sedangkan mikrotubul yang tidak berada perlekatan spindel/kinetokor menjadi pendahulu, sedangkan
dalam aparatus spindel disebut mikrotubul polar. Beberapa lengan kromatid mengikutinya tanpa peran apapun pada
peneliti meyakini bahwa mikrotubul polar berperan menjaga migrasi ataupun jalurnya.
jarak anatara kedua selama peristiwa mitosis. Mikrotubul spindel Diduga bahwa gerakan kromatid ke arah kutub yang terlihat
mitotik membantu migrasikromosom, sehingga kromosom pada metafase mungkin akibat pemendekan. mikrotubul
berorientasi selaras dengan spindel mitotik. lewat depolimerisasi pada ujung kinetokor.
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 65

Bab 3 䡲 (Nukleus) ■ ■ ■ 65

Hal ini, bersama dengan penemuan mutakhir tentang dinein sun menjadi heterokromatin dan eukromoatin pada sel
yang terkait dengan kinetokor, mungkin analog dengan interfase. Anak inti terbentuk dari nuclear-organizing
mutakhir tentang dinein yang terkait dengan kinetokor, mungkin region (daerah pengatur-inti) pada masing-masing dari
analog dengan pengangkutan vesikel di sepanjang mikrotubul. lima pasang kromosom.
Pada anafase akhir, cleavage furrow (alur pembelahan) mulai
terbentuk pada plasmalema, yang menandakan daerah tempat Sitokinesis adalah pembelahan sitoplasma menjadi dua
sel akan terbelah selama sitokinesis. bagian yang sama pada mitosis. Alur pembelahan menjadi
semakin dalam, dan hal ini terus berlanjut sampai midbody
Telofase (badan tengah), serta sisa mikrotubol polar yang
menghubungkan kedua sel anak (Gambar 3-17). Mikrotubul
polar dikelilingi oleh sebuah cincin kontraktil yang
Telofase, yang merupakan fase terminal mitosis, ditandai oleh
sitokinesis, pemulihan inti dan selubung inti, hilangnya spindel
terletak tetap di dalam membran plasma. Cincin kontraktil
mitotik, dan terurainya kromosom menjadi kromatin. tersebut tersusun atas filamen aktin dan miosin yang
melekat pada memran plasma. Konstriksi cincin diikuti oleh
Pada telofase, tiap perangkat kromosom telah mencapai depolimerisasi sisa mikrotubul spindel yang memisahkan
kutubnya masing-masing, lamin inti mengalami defosforilasi , kedua sel anak. Selama pemisahan kedua sel anak dan tidak
dan selubung inti pulih kembali. Kromosom terurai dan tersu- lama sesudahnya, elemen cincin kontraktil dan sisa mikro-

Gambar 3-17 Sitokinesis.


Mikrografelektron (8.092x). Sebuah
spermatogonium pada telofase akhir
menunjukkan pembentukan midbody (kepala
panah). Kromosom pada inti anak mulai
terurai. (Dari Miething A: Intercellular
bridges between genn cells in the immature
golden hamster testis: Evidence for clonal and
nonclonal mode of proliferation. Cell Tissue
Res 262: 556-567, 1990.)
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 66

66 䡲 䡲 䡲 Bab 3 䡲 (Nukleus)

tubul dari aparatus mitotik menjadi terurai, dan Meiosis


sitokinesis berakhir. Mitosis adalah pembelahan sel somatik menjadi dua sel
Tiap sel anak hasil mitosis merupakan dua sel anak identik, sedangkan meiosis adalah pembelahan sel
identik dalam segala hal, termasuk seluruh genomnya, yang khusus untuk menghasilkan garnet (spermatozoa
dan sel anak memiliki jumlah kromosom diploid (2n). atau ovum) yang jumlah kromosomnya telah dikurangi dari
jumlah diploid (2n) menjadi haploid (1 n)

KORELASI KUNIS Meiosis dimulai pada akhir interfase pada siklus sel. Meiosis
menghasilkan sel germinal-ovum dan spermatozoa. Proses ini
Pemahaman lebih lengkap tentang mitosis dan mempunyai dua hasil yang sangat penting, yaitu:
siklus sel telah sangat membantu kemoterapi 1 Pengurangan jumlah kromosom dari jumlah diploid
kanker, karena memungkinkan pembe1ian obat (2n) menjadi haploid (ln), untuk memastikan bahwa
pada saat sel berada pada fase siklus sel tertentu. tiap garnet mengandung jumlah DNA dan kromosom
Misalnya, vinkristin dan obat serupa yang haploid.
mengganggu spindel mitotik, menghentikan sel yang 2 Rekombinasi gen, untuk memastikan variabilitas genetik
sedang bermitosis. Kolkisin, yang merupakan dan diversitaspool (kumpulan) gen.
alkaloid berasal tanaman rnernberikan efek yang Meiosis terdiri atas dua peristiwa berbeda, yaitu:
sama, telah digunakan secara luas pada kajian Meiosis I, atau pembelahan reduksi
kromosom individual dan penyusunan kariotip. (peristiwa pertama). Pasangan kromosom homolog
Methotrexate , yang menghambat sintesis pmin, berbaris, anggota tiap pasangan saling berpisah dan
dan 5-ffuorourasil, yang menghambat sintesis
bergerak ke kutub berlawanan, dan sel membelah; dengan
pirimidin, keduanya rnenghentikan siklus sel pada
fase S, sehingga mencegah pembelahan sel; demikian, tiap sel menerima anak setengah jumlah
keduanya biasa digunakan untuk kemoterapi. kromosom (jumlah haploid).
Meiosis II, atau pembelahan ekuatorial(peristiwakedua).
Onkogen adalah hasil mutasi gen normal
yang disebut proto-onkogen, yang mengkode Kedua kromatid dari tiap kromosom berpisah, seperti pada
protein pengontrol pembelahan sel. Onkogen mitosis, diikuti oleh migrasi kromatid ke kutub berlawanan
dapat berasal da1i infeksi virus atau kecelakaan dan pembentukan dua sel anak. Kedua peristiwa tadi
genetik acak. Bila berada dalam sel, onkogen menghasilkan empat sel (garnet), masing-masing dengan
mendominasi gen lebih daripada alel protoonkogen jumlah kromosom haploid dan isi DNA haploid.
norrnalnya, sehingga rnenyebabkan Meiosis I
pernbelahan dan proliferasi sel yang takterkendali.
Contoh kanker yang berasal daii onkogen, antara Meiosis I (pembelahan reduksi) memisahkan pasangan
lain kanker buli-buli dan lekemia mielogenik kromosom homolog, sehingga mengurangi jumlah
akut. kromosom dari diploid (2n) menjadi haploid (1 n).

MEIOSIS I

Profase I Metafase I Anafase I Telofase I


Kromosom yang telah Tetrad dipersatukan oleh Kromosom homolog Kromosom yang
direplikasi menebal dan kiasmata. Kromosom berpisah dan bergerak telah membentuk dua
berpasangan dengan menyususun diri di ke kutub berlawanan kelompok. Sel mulai
homolognya untuk ekuator spindel. dari sel. mengkerut di bagian
membentuk tetrad tengah. Berpisah
menjadi dua sel anak.

Gambar 3-18 Tahap meiosis pada sebuah sel (yang dibuat ideal) yang mengandung jumlah diploid (2n) dari 4 kromosom.
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 67

Bab 3 䡲 (Nukleus) ■ ■ ■ 67

Pada gametogenesis, ketika sel germinal berada pada fase Metafase I


S siklus sel yang mendahului meiosis, jumlah DNA
digandakan menjadi 4n, tetapi jumlah kromosom tetap 2n Metafase I ditandai oleh adanya pasangan kromosom
(46 kromosom). Meiosis I terjadi seperti tampak pada homolog, yang masing-masing tersusun oleh dua kromatid,
Gambar 3-18. yang berbaris pada lempeng ekuatorial spindel meiotik.

Profase I Selama metafase I, kromosom homolog berjajar berpasangan


pada lempeng ekuatorial aparatus spindel secara acak, yang
Profase I, yang merupakan permulaan meiosis, dimulai selanjutnya memastikan pengacakan kromosom maternal dan
sesudah DNA digandakan menjadi 4n pada fase S. paternal. Selanjutnya, benang spindel melekat pada kinetokor
kromosom.
Profase pada meiosis I berlangsung lama dan terdiri atas Anafase I
lima fase berikut ini:
1 Laptoten. Masing-masing kromosom, yang terususun Anafase I terjadi saat pasangan kromosom homolog mulai
berpisah, dan memulai migrasinya ke kutub berlawanan
atas dua kromatid yang saling dihubungkan pada
pada sel.
sentromernya, mulai berkondensasi (menebal), dan
membentuk untai panjang di dalam inti. Pada anafase I, kromosom homolog saling menjauh, menuju
2 Zigoten. Pasangan kromosom homolog saling mendekat, ke kutub berlawanan. Tiap kromosom masih terdiri atas dua
berbaris berhadapan (lokus gen ke lokus gen), dan kromatid.
bersinaps lewat kompleks sinaptonemal, membentuk
tetrad.
Telofase I
Selama telofase I, kromosom yang masing-masing terdiri atas
3 Pakiten. Kromosom terus menebal, menjadi gemuk dan
dua kromatid, bermigrasi dan mencapai kutub yang berlawanan.
pendek; kiasmata (tempat crossing ever [pindah siang])
terbentuk saat pertukaran-acak materi genetik terjadi di Telofase I serupa dengan telofase pada mitosis. Kromosom
antara kromosom homolog. mencapai kutub berlawanan, inti terbentuk kembali, dan terjadi
4 Diploten. Kromosom terus menebal dan kemudian milai sitokinesis yang menghasilkan dua sel anak. Tiap sel
berpisah, sehingga kiasmata tampak jelas. mengandung 23 kromosom, yang merupakan jumlah haploid
(ln), tetapi karena tiap kromosom tersusun atas dua kromatid,
5 Diakinesis. Kromosom menebal maksimal, anak inti dan
jadilah isi DNAnya masih diploid. Kemudian, masing-masing
selubung inti menghilang, sehingga kromosom bebas
dari dua sel anak yang barn terbentuk memasuki meiosis II.
berada di sitoplasma.

MEIOSIS II

Profase II Metafase II Anafase II Telofase II


Kromosom kedua sel Kemudian kromosom Pada kedua sel anak, Sel mengkerut melintasi
anak kembali menebal bergerak ke ekuator. kromosom yang baru selubung inti. Empat inti
sebagai persiapan terpisah bergerak ke haploid terbentuk, dan
pembelahan melosis kutub berlawanan pada masing-masing mengandung
kedua. masing-masing spindel satu anggota dari tiap
pasangan kromosom yang
berasal dari inti asalnya
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 68

68 䡲 䡲 䡲 Bab 3 䡲 (Nukleus)

Meiosis II APOPTOSIS
Meiosis II (pembelahan ekuatorial) terjadi tanpa sintesis
Sel mati akibat berbagai faktor, termasuk (1)
DNA, berlangsung cepat, dan terdiri atas empat fase dan
jejas akut,(2) kecelakaan, (3) kekurangan pasokan
sitokinesis, untuk membentuk empat sel anak yang
darah, (4) kerusakan oleh patogen atau sistem imun,
masing-masing mempunyai jumlah kromosom haploid.
dan (5) genetic programming (pemrograman genetik).
Selama embriogenesis, banyak sel, seperti sel yang
Pembelahan ekuatorial tidak didahului oleh fase S.
seharusnya menjadi ekor pada embrio manusia,
Pembelahan tersebut serupa dengan mitosis dan terbagi
didorong ke proses kematian yang ditentukan secara
atas profase II, metafase II, anafase II, telofase II,
genetik. Proses ini berlanjut selama kehidupan dewasa
dan sitokinesis (lihat Gambar 3-18). Kromosom
untuk membangun keseimbangan antara proliferasi dan
berbaris di ekuator, kinetokornya melekat pada benang
kernatian sel. Misalnya, pada manusia dewasa, pada
spindel, diikuti oleh migrasi kromatid ke kutub
sumsum tulang dan saluran cerna, milyaran sel mati
berlawanan, dan sitokinesis membelah kedua sel, untuk
tiap jam untuk mengimbangi proliferasi pada jaringan
menghasilkan empat sel anak dari sel germinal diploid
tersebut. Sel yang mati dengan cara tersebut dikatakan
asalnya. Masing-masing dari empat sel anak tersebut
mengalami kematian sel terprogram (apoptosis).
mengandung jumlah DNA dan kromosom haploid.
Kebalikan dari apoptosis, selama nekrosis, sel mati
Tidak seperti sel anak yang berasal dari mitosis, yang karena serangan atau jejas yang menyebabkan sel
masing-masing mengandung jumlah kromosom diploid pecah, dan dengan demikian memaparkan isinya pada
dan merupakan salinan identik satu sama lain, keempat sel berdekatan, dan menginisiasi respons inflamasi.
sel yang berasal dari meiosis mengandung jumlah Karena apoptosis mempunyai akibat besar pada sel
kromosom haploid dan berbeda secara genetik karena terkait dan juga organisme secara keseluruhan, maka
terjadinya pengacakan kromosom dan pindah silang. apoptosis harus diatur, dikontrol dan dimonitor dengan
Jadi, setiap gamet mengandung komplemen genetiknya cermat.
yang unik. Proses apoptosis diatur oleh sejumlah gen yang
highly conserved (sangat lestari) yang mengkode suatu
famili enzim dengan berbagai anggota yang semuanya
KORELASI KLINIS dikenal sebagai caspase , yang mendegradasi protein
Abnormalitas dalam jumlah kromosom dapat regulator dan struktural dalam inti dan sitoplasma.
terjadi selama meiosis. Selama meiosis I, saat Pengaktifan berbagai caspace diinduksi oleh sitokin
pasangan homolog yang pada keadaan normalnya tertentu, seperti tumor necrosis factor (TNF), yang
berpisah dapat terjadi nondisjunction (kegagalan dilepaskan oleh berbagai signaling cell (sel pelepas
berpisah); jadi, satu sel anak mendapat kedua sinyal). TNF akan berikatan dengan reseptor TNF
kromosom, dari yang seharusnya satu kromosom pada sel target. Reseptor TNF adalah protein
dari pasangan kromosom, sehingga sel anak transmembran yang aspek sitoplasmiknya mengikat
tersebut mempunyai 24 kromosom, sedangkan sel molekul adaptor, tempat menempel suatu caspace.
anak yang lain hanya mempunyai 22 kromosom. Sekali TNF mengikat bagian ekstrasel dari reseptornya,
Kemudian, fertilisasi dengan gamet normal (yang sinyal ditransduksikan dan caspace yang menempel
mengandung 23 kromosom), akan menghasilkan tersebut menjadi aktif. Caspace teraktivitas akan
zigot yang mempunyai 47 kromosom (trisomi) dilepas, dan kemudian, mencetuskan cascade
atau 45 kromosom (monosomi). Kegagalan (rangkaian) pengaktifan berbagai caspase lainnya, yang
berpisah terjadi lebih sering pada kromosom menyebabkan degradasi kromosom, lamin inti, dan
tertentu (yaitu: trisomi kromosom 8, 9, 13, 18, 21) protein sitoskeletal. Akhirnya, seluruh sel menjadi
yang menghasilkan ciri unik (miss. ciri sindroma hancur, dan fragmen sel difagositosis oleh makrofag.
Akan tetapi, makrofag ini tidak melepaskan sitokin
Down [trisomi 21]).
yang dapat menginisiasi respons inflamasi.
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 69

4
䡲 䡲 䡲

Matriks Ekstraselular

Sel dari organisme multiselular bergabung membentuk suatu


hubungan fungsional dan struktural yang dikenal sebagai SUBSTANSI DASAR
jaringan. Masing-masing dari empat jaringan dasar tubuh —
jaringan epitel, ikat, otot dan saraf memiliki karakteristik jelas Substansi dasar ialah materi amorf mirip gel yang
dan spesifik yang akan dijelaskan pada bab-bab berikutnya. tersusun atas glikosaminoglikan, proteoglikan, dan
Namun semua jaringan terdiri dari sel, dan matriks glikoprotein..
ekstraselular (ECM) yaitu suatu kompleks makromolekul
yang tidak hidup yang diproduksi oleh sel dan dikeluarkan ke Tiga kelompok makromolekul yang menyusun substansi
ruang ekstraselular. dasar, membentuk berbagai interaksi satu sama lain, dengan
Beberapa jaringan, seperti epitel, membentuk lembaran sel serat, dan dengan sel jaringan ikat dan epitel (Gambar 4-2).
dengan hanya sedikit ECM. Sebaliknya jaringan ikat, tersusun
atas sebagian besar ECM dengan sedikit sel tersebar di seluruh
matriks. Sel mempertahankan hubungannya dengan ECM Glikosaminoglikan
dengan membentuk hubungan tautan khusus yang mengikatkan
mereka kepada makromolekul di sekitar. Bab ini membahas Glikosaminoglikan (GAG) merupakan rangkaian
sifat ECM tidak hanya sehubungan dengan jaringan yang disakarida berulang berbentuk batang, bermuatan
ditempatinya namun juga hubungannya dengan sel-sel yang negatif yang mempunyai kemampuan mengikat
terkandung di dalamnya. Meskipun pada awalnya diduga air dalam jumlah banyak.
bahwa ECM sekedar membentuk unsur kerangka pada jaringan
yang ditempatinya, sekarang diketahui ECM juga dapat: GAG ialah polisakarida panjang, tidak fleksibel dan tidak
䡲 Memodifikasi morfologi dan fungsi sel bercabang, tersusun atas serangkaian unit disakarida berulang.
䡲 Mengatur kelangsungan hidup sel Salah satu di antara dua disakarida berulang selalu merupakan
䡲 Mempengaruhi perkembangan sel gula amino (N -asetilglukosamin atau N -asetilgalaktosamin);
䡲 Mengatur perpindahan sel
sedangkan yang lainnya biasanya berupa sebuah asam
uronat (iduronat atau glukuronat) (Tabel 4-1). Oleh karena
䡲 Mengarahkan aktivitas mitosis sel gula amino biasanya tersulfasi dan karena gula ini juga
䡲 Membentuk hubungan antarsel mempunyai gugus karboksil yang menjulur darinya, maka
ECM dari jaringan ikat sejati, jaringan ikat yang terbanyak gula ini bermuatan negatif sehingga menarik kation
dalam tubuh, tersusun atas substansi dasar yang berbentuk sepertinatrium (Na+). Konsentrasi natrium yang tinggi dalam
seperti gel cair dengan serat yang terbenam di dalamnya. substansi dasar menarik cairan ekstraselular, yang (dengan
Substansi dasar menahan kekuatan kompresi dan serat menghidrasi matriks interselular) membantu menahan
menahan regangan. Air hidrasi memungkinkan pertukaran kekuatan kompresi. Seiring molekul ini saling mendekati,
nutrien dan produk limbah yang dibawa oleh cairan muatan negatifnya saling menolak, yang mengakibatkan
ekstraselular secara cepat saat cairan melalui substansi dasar molekul ini mempunyai tekstur licin, yang dibuktikan dengan
(Gambar 4-1). mukus yang licin, cairan vitreus mata, dan cairan sinovium.

69
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 70

70 䡲 䡲 䡲 Bab 4 䡲 Matriks Ekstraselular

Arteriol

Co

Kapiler
GS

EF

Gambar 4-2 Mikrograf cahaya (x132) jaringan ikat longgar,


memperlihatkan sel, serat kolagen (Co), serat elastin (EF), dan
Pembuluh substansi dasar (GS). Amati bahwa pada jaringan ini meskipun berupa
Venula
Limf jalinan tetap susunannya relatif tidak teratur sehingga memungkinkan
peregangan jaringan ke segala arah. Sel jaringan ikat longgar terdiri
atas tiga tipe: fibroblas, makrofag, dan sel mast. Ruang ekstraselular
yang ekstensif ditempati oleh substansi dasar yang tersusun sebagian
Gambar 4-1 Aliran cairan jaringan. Cairan dari ujung arteri yang besar oleh glikosaminoglikan dan proteoglikan, sebuah komponen
bertekanan lebih tinggi dari bantalan kapiler memasuki ruang jaringan ikat besar yang merupakan agregat agrekan, sebuah makromolekul yang
yang dikenal sebagai cairan ekstraselular yang merembes ke dalam substansi sangat terhidrasi.
dasar. Sebagian cairan ekstraselular kembali memasuki sistem sirkulasi
darah pada ujung vena bantalan kapiler yang bertekanan lebih rendah dan ke ECM. Diduga bahwa makromolekul ini juga mempunyai
venula. Cairan ekstraselular yang tidak kembali ke sistem pembuluh darah
akan memasuki sistem limfatik yang bertekanan lebih rendah, yang pada fungsi intraselular. Sebagian asam hialuronat yang telah
akhimya akan mengantarkan cairan tersebut ke dalam sistem pembuluh dilepaskan kemudian diendositosis oleh beberapa sel,
darah. khususnya saat siklus sel, dimana ia mempunyai peran
mempertahankan ruang dan memodulasi aktivitas mikrotubular
Semua GAG besar pada matriks ECM tersulfasi, kecuali selama tahap metafase dan anafase mitosis, sehingga
satu, masing-masing terdiri atas kurang dari 300 unit memfasilitasi pergerakan kromosom. Peran intraselular
disakarida berulang (lihat Tabel 4-1). GAG tersulfasi tambahan GAG ialah memodulasi pengangkutan intrasel dan
termasuk keratin sulfat, heparan sulfat, heparin, kondroitin 4- mempengaruhi kinase spesifik intrasitoplasma dan intranuklear.
sulfat, kondroitin 6-sulfat, dan dermatan sulfat. GAG ini
biasanya terhubung kovalen dengan molekul protein untuk
membentuk proteoglikan. Satu-satunya GAG yang tidak Proteoglikan
tersulfasi ialah asam hialuronat (hialuronan), yang dapat
mempunyai 10.000 unit disakarida berulang. Ia merupakan
makromolekul yang sangat besar yang tidak membentuk Proteoglikan merupakan sekumpulan makromolekul; masing-
ikatan kovalen dengan molekul protein (meskipun masing tersusun atas sebuah inti protein yang berikatan
proteoglikan menempel padanya dengan ikatan protein). secara kovalen dengan sejumlah glikosaminoglikan.
Perhatikan bahwa semua GAG disintesis di dalam badan
Golgi oleh enzim setempat — kecuali asam hialuronat, yang Saat GAG tersulfasi membentuk ikatan kovalen dengan sebuah
disintesis sebagai sebuah polimer linear bebas pada inti protein, mereka membentuk sekumpulan makromolekul
permukaan sitoplasma dari membran plasma oleh hialuronan yang dikenal sebagai proteoglikan, yang sebagian besar
sintase. Enzim ini merupakan protein membran integral yang berukuran besar. Struktur besar ini mirip sebuah sikat botol,
tidak hanya mengkatalisis polimerisasi akan tetapi juga dengan inti protein yang menyerupai tangkai kawat sikat
memfasilitasi transfer makromolekul yang baru dibentuk tersebut dan berbagai GAG tersulfasi menjulur dari permu-
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 71

Bab 4 ■ Matriks Ekstraselular ■ ■ ■ 71

TABEL 4-1 Tipe Glikosaminoglikan (GAG)

Masa Disakarida Ikatan Kovalen


Dengan Protein Lokasi Pada Tubuh
Tipe Molekular Berulang
Asam hialuronat 107-108 D-Asam glukuronat-beta-1,3-N- Tidak ada Sebagian besar jaringan ikat,
asetil-D-glukosamin cairan sendi, tulang
rawan, dermis

Keratan sulfat 10.000-30.000 Galaktosa-beta-1,4-N-asetil-D- Ada Kornea (keratan sulfat I)


I dan II glukosamin-6-SO4 Tulang rawan (keratan sulfat II)

Heparan sulfat 15.000-20.000 D-Asam glukuronat-beta-1,3-N- Ada Pembuluh darah, paru,


asetil galaktosamin L-Asam lamina basalis
iduronat -2 or -SO4-beta-
1,3-N-asetil-D-galaktosamin

Heparin (90%) 15.000-20.000 L-Asam iduronat-beta-1,4-sulfo- Tidak ada Granula sel mast, hati,
(10%) D-glukosamin-6-SO4 paru, kulit
D-Asam glukuronat-beta-1,4-N-
asetilglukosamin-6-SO4
Kondroitin 4- 10.000-30.000 D-Asam glukuronat-beta-1,3-N- Ada Tulang rawan, tulang, kornea,
sulfat asetilgalaktosamin-6-SO4 pembuluh darah

Kondroitin 6- 10.000-30.000 D-Asam glukuronat-beta-1,3- Ada Tulang rawan, Jeli Wharton,


sulfat N-asetilgalaktosamin-6-SO4 pembuluh darah

Dermatan 10.000-30.000 L-Asam iduronat-alpha-1,3-N- Ada Katup jantung, kulit,


sulfat asetilglukosamin-4-SO4 pembuluh darah

kaannya menyerupai bulu sikat tersebut (Gambar protein agrekan juga kelompok gula dari asam hialuronat.
4-3). Oleh karena panjang asam hialuronat dapat mencapai 20 µm,
Proteoglikan mempunyai berbagai ukuran, mulai hasil hubungan ini merupakan gabungan agrekan yang
sekitar 50.000 Da (dekorin dan betaglikan) hingga 3 juta menempati ruang yang besar dan dapat mempunyai massa
Da (agrekan). Inti protein proteoglikan diproduksi oleh molekul sebesar beberapa ratus juta Da. Molekul yang sangat
retikulum endoplasma kasar (RER); kemudian ditranspor besar ini memelihara keadaan gel ECM dan berperan sebagai
ke badan Golgi, dimana enzim setempat mengikat sawar pada difusi cepat cairan, seperti pada peristiwa
tetrasakarida secara kovalen pada rantai sisi serinnya; menghilangnya gelembung cairan setelah injeksi subkutan.
GAG kemudian disusun dengan menambahkan gula satu
persatu. Sulfasi, yang dikatalisis oleh sulfotransferase,
dan epimerisasi (penyusunan kembali berbagai kelompok KORELASI KLINIS
di sekeliling atom karbon unit gula) juga terjadi dalam
Banyak di antara bakteri patogen seperti
badan Golgi.
Staphylococcus aureus, menyekresikan
Sebagian besar proteoglikan, khususnya agrekan, hialuronidase, sebuah enzim yang
sebuah makromolekul yang ditemukan pada tulang rawan memecah asam hialuronat menjadi banyak
dan jaringan ikat sejati, melekat pada asam hialuronat bagian kecil, sehingga mengubah keadaan
(lihat Gambar 4-3). Cara pelekatan meliputi sebuah gel ECM menjadi sol. Akibatnya,
interaksi ion nonkovalen antara kelompok gula dari asam penyebaran bakteri pada ruang jaringan
hialuronat dan inti protein molekul proteoglikan. ikat menjadi lebih cepat.
Hubungan tersebut diperkuat oleh protein penghubung
berukuran kecil yang membentuk ikatan dengan inti
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 72

72 ■ ■ ■ Bab 4 ■ Matriks Ekstraselular

Fibril kolagen Molekul asam proteoglikan dapat menghambat fungsinya dengan mencegah
hialuronat molekul mencapai tujuannya, atau meningkatkan fungsinya
dengan mengumpulkannya pada lokasi tertentu. Sebagian
proteoglikan, seperti dekorin, diperlukan untuk pembentukan
serat kolagen; mencit yang dimutasi sehingga tidak dapat
memproduksi dekorin atau yang memproduksi dekorin yang
cacat, mempunyai kulit dengan kekuatan regangan yang
berkurang.
Sebagian proteoglikan, seperti sindekan, tidak dilepaskan
ke ECM melainkan menempel pada membran sel. Protein inti
sindekan berperan sebagai protein transmembran dan melekat
pada filamen aktin kerangka sel. Muatan ekstraselularnya
berikatan dengan komponen ECM, sehingga memungkinkan sel
melekat pada komponen makromolekular pada matriks.
Sindekan fibroblas juga berfungsi sebagai ko-reseptor karena ia
mengikat faktor pertumbuhan fibroblas (fibroblast growth
factor/FGF ) dan menyajikannya pada membran sel reseptor
FGF di sekitarnya.

Glikoprotein
Asam hialuronat
Glikoprotein perekat sel mempunyai tempat berikatan untuk
Proteinpenghubung beberapa komponen ECM juga molekul integrin membran sel
yang memfasilitasi pelekatan sel dengan ECM.
Protein inti
Kemampuan sel untuk melekat pada unsur-unsur ECM sebagian
Kondroitin sulfat besar diperantarai oleh glikoprotein perekat sel. Makromolekul
besar ini mempunyai beberapa domain, setidaknya salah satu di
Proteoglikan antaranya biasanya berikatan dengan protein permukaan sel
yang disebut integrin, satu ke serat kolagen, satu lagi ke
Kolagen (tipe II) proteoglikan. Melalui cara ini, glikoprotein perekat mempererat
berbagai komponen jaringan satu sama lain. Jenis-jenis utama
glikoprotein perekat di antaranya ialah fibronektin, laminin,
Gambar 4-3 Hubungan antara molekul agrekan dengan serat kolagen. entaktin, tenasin, kondronektin, dan osteonektin.
Inset memperlihatkan pembesaran kuat dari molekul agrekan, yang Fibronektin merupakan sebuah dimer besar yang tersusun
merupakan protein inti molekul proteoglikan tempat di mana
glikosaminoglikan menempel. Protein inti menempel pada asam
atas dua subunit polipeptida serupa, masing-masing sekitar
hialuronat melalui protein penghubung (Diadaptasi dari Fawcett OW: 220.000 Da, melekat satu sama lain pada ujung karboksilnya
Bloom and Fawcett's A Textbook of Histology, 11th ed. Philadelphia, melalui ikatan disulfida. Tiap lengan makromolekul berbentuk
WB Saunders, 1986.) V ini mempunyai tempat berikatan bagi berbagai komponen
ekstraselular (seperti kolagen, heparin, heparan sulfat, dan asam
Fungsi Proteoglikan hialuronat) dan untuk integrin pada membran sel. Daerah
fibronektin yang spesifik untuk berlekatan dengan membran sel
Proteoglikan mempunyai banyak fungsi. Volumenya besar mempunyai urutan tiga residu yakni arginin, glisin, dan aspartat,
sehingga dapat menahan kompresi serta memperlambat disebut sebagai urutan RGD. Urutan asam amino ini
pergerakan cepat mikroorganisme dan sel metastasis; merupakan karakteristik tempat berikatan integrin pada
dengan cara yang sama, dapat memfasilitasi pergerakan sebagian besar glikoprotein perekat. Fibronektin sebagian besar
normal sel dengan memungkinkan perpindahan sel ke diproduksi oleh sel jaringan ikat yaitu fibroblas. Komponen
ruang yang ditempati oleh makromolekul yang terhidrasi. aktin sitoskeleton sel ini dan miosin pasangannya berinteraksi,
Sebagai tambahan, sehubungan dengan lamina basal, mengakibatkan tekanan pada plasmalema. Molekul integrin
proteoglikan membentuk saringan molekular berupa pori meneruskan kekuatan regangan kepada molekul fibronektin
berbagai ukuran dan muatan sehingga dapat selektif yang baru dieksositosis, meregangkannya sampai tempat
menyaring dan menolak makromolekul saat melewatinya. berikatan yang tersembunyi menjadi terlihat dan fibronektin
Proteoglikan juga mempunyai tempat berkaitan untuk dapat saling berikatan membentuk matriks fibronektin.
molekul pensinyal tertentu, seperti TGF-β (transforming Fibronektin juga terdapat dalam darah sebagai fibronektin
growth factor-β) . Dengan mengikat molekul pensinyal ini, palasma, tempat ia memfasilitasi penyembuhan luka, fagosi-
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 73

Bab 4 ■ Matriks Ekstraselular ■ ■ ■ 73

tosis, dan koagulasi. Fibronektin dapat melekat sementara ke Serat Kolagen: Struktur
membran plasma sebagai fibronektin permukaan sel. dan Fungsi
Fibronektin menandai jalur migrasi untuk sel embrionik
sehingga sel yang bermigrasi pada organisme yang sedang
berkembang dapat mencapai tujuannya. Serat kolagen tersusun atas subunit tropokolagen yang urutan
asam amino rantai-α memungkinkan klasifikasi kolagen menjadi
Laminin merupakan glikoprotein yang sangat besar setidaknya 20 tipe serat yang berbeda. Terdapat tiga kategori
(950.000 Da), tersusun atas tiga rantai polipeptida besar, A, kolagen: pembentukan fibril, berhubungan dengan fibril, dan
B1, dan B2. Rantai B membungkus rantai A, membentuk pembentukan jejaring; terdapat pula protein mirip kolagen yang
pola silang dari satu rantai panjang dan tiga rantai pendek. merupakan suatu kategori tersendiri.
Ketiga rantai pendek dipertahankan pada posisinya oleh
ikatan disulfida. Lokasi laminin hampir selalu terbatas pada
lamina basal; oleh karena itu, glikoprotein ini mempunyai Kemampuan ECM untuk menahan kekuatan kompresi disebabkan
tempat berikatan untuk heparan sulfat, kolagen tipe IV, oleh adanya matriks terhidrasi yang dibentuk oleh GAG dan
entaktin, dan membran sel. proteoglikan. Kekuatan regangan ditahan oleh serat protein
kolagen yang kuat, kaku, dan tidak elastis. Kelompok protein ini
Glikoprotein tersulfasi entaktin (juga dikenal sebagai
sangat banyak, menyusun sekitar 20% hingga 25% dari semua
nidogen) terikat pada molekul laminin pada tempat
protein dalam tubuh. Kolagen diklasifikasi menjadi tiga kategori,
pertemuan ketiga lengan pendek molekul tersebut. Entaktin
yaitu kolagen pembentuk fibril, berhubungan dengan fibril, dan
juga terikat pada kolagen tipe IV sehingga memfasilitasi
pembentuk jejaring. Ditemukan juga suatu kategori tambahan,
pengikatan laminin ke jejaring kolagen.
yaitu protein mirip kolagen.
Tenasin merupakan glikoprotein besar yang tersusun atas Kolagen pembentuk fibril, membentuk serat fleksibel
enam rantai polipeptida yang disatukan oleh ikatan disulfida. (Gambar 4-4) yang kekuatan tensilnya melebihi baja tahan karat
Makromolekul ini yang menyerupai serangga berkaki enam dengan diameter yang sama. Sekumpulan besar serat kolagen
yang menjulur dari badannya secara radial, mempunyai tampak putih berkilau pada jaringan hidup; oleh karena itu berkas
tempat berikatan untuk sindekan proteoglikan transmembran serat kolagen juga disebut dengan serat putih . Serat kolagen
dan untuk fibronektin. Distribusi tenasin biasanya terbatas jaringan ikat biasanya berdiameter kurang dari 10 µm dan tidak
pada jaringan embrionik, dimana ia menandai jalur migrasi berwarna bila tidak diwarnai. Bila diwarnai dengan hematoksilin
sel tertentu. dan eosin, akan tampak sebagai berkas serat berwarna merah
Kondronektin dan osteonektin serupa dengan muda, panjang, dan bergelombang.
fibronektin. Yang pertama mempunyai tempat berikatan Mikrograf elektron serat kolagen yang diwarnai dengan logam
untuk kolagen tipe II, kondroitin sulfat, asam hialuronat dan berat memperlihatkan gambaran pita melintang dengan interval
integrin kondroblas dan kondrosit. Osteonektin mempunyai teratur setiap 67 nm (periodisitas), yang merupakan
domain untuk kolagen tipe I, proteoglikan, dan integrin karakteristik serat ini. Serat ini terbentuk dari kumpulan fibril
osteoblas dan osteosit. Sebagai tambahan, ia dapat tipis berdiameter 10 hingga 300 nm tersusun paralel dan cukup
memfasilitasi pengikatan kristal kalsium hidroksiapatit panjang (Gambar 4-5). Fibril terbentuk dari perakitan subunit
kepada kolagen tipe I pada tulang. sangat teratur, molekul tropokolagen (kolagen), masing-
masing mempunyai panjang sekitar 280 nm dan berdiameter 1,5
SERAT nm. Setiap molekul tropokolagen tersusun atas tiga rantai
polipeptida, yang disebut rantai-α, dan saling berpilin dalam
susunan tripel heliks.
Serat kolagen dan elastin, dua protein fibrosa besar dari Tiap rantai-α memiliki sekitar 1.000 residu asam amino. Tiap
jaringan ikat, mempunyai kandungan biokimiawi dan mekanis asam amino ketiga ialah glisin, dan sebagian besar asam amino
yang berbeda sebagai konsekuensi karakteristik struktural. sisanya terdiri atas prolin, hidroksiprolin, dan hidroksilisin.
Dipercaya bahwa glisin, karena ukurannya yang kecil,
Serat-serat pada ECM memberikan kekuatan regangan dan memungkinkan hubungan erat antara ketiga rantai-α; ikatan
elastisitas pada substansi ini. Ahli histologi klasik telah hidrogen hidroksiprolin mengikat ketiga rantai-α bersama; dan
menjelaskan tiga tipe serat berdasarkan morfologi dan hidroksiprolin memungkinkan pembentukan fibril dengan
reaktivitas dengan pewarnaan histologis: kolagen, mengikatkan molekul tropokolagen satu sama lain.
retikular, dan elastin (lihat Gambar 4-2). Meskipun Meskipun telah dikenal setidaknya 20 tipe kolagen berbeda
sekarang diketahui bahwa serat retikular merupakan salah bergantung kepada urutan asam amino rantai-α, hanya 10 di
satu tipe dari serat kolagen, kebanyakan ahli histologi antaranya yang dibahas pada buku ini. Tiap rantai-α dikode oleh
mempertahankan terminologi serat retikular tidak hanya caraka (rnessenger) asam ribonukleat (mRNA) yang berbeda.
untuk alasan historis namun juga untuk kemudahan dalam Tipe kolagen yang berbeda ini terletak pada daerah spesifik pada
menjelaskan organ yang banyak mengandung kolagen jenis tubuh, tempat mereka melakukan berbagai fungsi (Tabel 4-2;
khusus ini. Gambar 4-6).
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 74

74 䡲 䡲 䡲 Bab 4 ■ Matriks Ekstraselular

Gambar 4-4 Pemindaian mikrograf


elektron berkas serat kolagen dari
epineurium nervus siatikus tikus
(x2.034). Perhatikan berkas serat
tebal terjalin dan tersusun secara
tidak teratur. Juga, berkas serat
(panah) memecah menjadi berkas
yang lebih tipis (atau berkas yang
lebih tipis menyatu menjadi berkas
besar). Tiap berkas serat yang tebal
tersusun atas banyak fibril halus
yang berjalan paralel pada tiap
berkas. (Dari Ushiki T, Ide C: Three-
dimensional organization of the
collagen fibrils in the rat sciatic
nerve as revealed by transmission
and scanning electron microscopy.
Cell Tissue Res 260: 175-184, 1990.)

Tendo

Berkas
Otot

Serat

Fibril Untaian tripel


tropokolagen
Gambar 4-5 Komponen serat kolagen.
Susunan teratur dari molekul tropokolagen
menimbulkan daerah celah dan tumpang
tindih, mengakibatkan gambaran pita
melintang berjarak 67-nm pada kolagen
Daerah tumpang tipe I. Daerah celah ialah daerah antara
tindih Daerah kepala salah satu molekul tropokolagen
celah dan ekor molekul selanjutnya. Daerah
tumpang tindih ialah daerah dimana ekor
salah satu molekul tropokolagen tumpang
tindih dengan ekor molekul lainnya pada
deret sebelah atas atau bawah. Pada
gambaran tiga dimensi, daerah tumpang
tindih berhimpitan dengan daerah tumpang
tindih lainnya, dan daerah celah
berhimpitan dengan daerah celah lainnya.
Logam berat yang digunakan pada
mikroskop elektron menumpuk pada
daerah celah dan membuat daerah tersebut
terlihat berpita melintang dengan jarak 67-
nm. Kolagen tipe I tersusun atas dua rantai
identik yakni sebuah rantai al(I) (biru ) dan
Pembungkus molekul tropokolagen sebuah rantai a2(I) (merah muda ).
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 75

Bab 4 䡲 Matriks Ekstraselular ■ ■ ■ 75

Saat molekul preprokolagen disintesis, ia memasuki sisterna


KORELASI KLINIS RER, untuk dimodifikasi. Pertama, urutan sinyal yang
Pada akhir tindakan pembedahan, permukaan kulit mengarahkan molekul kepada RER dihilangkan; lalu
dijahit dengan cermat; umumnya, seminggu beberapa residu prolin dan lisin terhidroksilasi (oleh enzim
kemudian jahitan dilepaskan. Kekuatan regangan peptidil prolin hidroksilase dan peptidil lisin hidroksilase)
dermis pada saat itu hanya sekitar 10% dari kulit yang dikenal sebagai proses modifikasi pasca-translasi untuk
normal. Dalam empat minggu berikutnya, kekuatan membentuk hidroksiprolin dan hidroksilisin. Selanjutnya,
regangan meningkat hingga sekitar 80% dari hidroksilisin akan mengalami glikosilasi dengan penambahan
normal, akan tetapi pada banyak kasus tidak pernah glukosa dan galaktosa.
mencapai 100%. Kelemahan pada awal Tiga molekul preprokolagen saling menyatu dan
penyembuhan luka disebabkan oleh pembentukan membentuk pilinan yang ketat yang dikenal sebagai molekul
kolagen tipe III saat tahap awal, sedangkan prokolagen. Dipercaya bahwa ketepatan susunan tersebut
perbaikan kekuatan regangan selanjutnya disebabkan oleh propeptida. Oleh karena propeptida tersebut
disebabkan oleh proses maturasi jaringan parut, tidak saling memilin, maka molekul prokolagen menyerupai
saat kolagen tipe III digantikan oleh kolagen tipe I. tali yang erat dengan ujung berjumbai. Propeptida tampaknya
Pada beberapa individu, khususnya yang berkulit memiliki fungsi tambahan yakni mempertahankan molekul
hitam, terdapat predisposisi terjadinya akumulasi prokolagen agar tetap terlarut, sehingga mencegah agregasi
kolagen berlebihan saat penyembuhan luka. Pada spontan menjadi serat kolagen di dalam sel.
pasien seperti ini, jaringan parut tumbuh meninggi Molekul prokolagen meninggalkan RER dalam vesikel
dari permukaan kulit dan dikenal sebagai keloid. transfer yang membawanya ke aparatus Golgi, tempat mereka
kemudian dimodifikasi dengan penambahan oligosakarida.
Molekul prokolagen yang termodifikasi ini dikemas dalam
Sintesis Kolagen jejaring trans Golgi dan segera dibawa keluar sel.
Saat prokolagen memasuki lingkungan ekstraselular,
Sintesis kolagen terjadi pada RER sebagai rantai enzim proteolitik yang disebut prokolagen peptidase,
preprokolagen individual (rantai-α). memecah propeptida (menghilangkan sebagian ujung yang
berjumbai) dari kedua ujung amino dan karboksil (lihat
Gambar 4-7).Molekul yang baru terbentuk lebih pendek
Sintesis kolagen terjadi pada RER sebagai rantai (panjang 280 nm) dan dikenal sebagai molekul
preprokolagen individual (Gambar 4-7), yaitu rantai-α yang tropokolagen (kolagen). Molekul tropokolagen secara
mempunyai urutan asam amino tambahan yang dikenal spontan merangkai diri-sendiri (lihat Gambar 4-7), dengan
sebagai propeptida pada kedua ujung amino dan karboksil. arah kepala-ke-ekor, menjadi susunan yang teratur, memben-

Gambar 4-6 Mikrograf elektron


(x22.463) serat kolagen dari
perineurium nerves siatikus tikus.
Ep, epineurium; En, endoneurium;
P, perineurium (Dad Ushiki T, Ide
C: Three-dimensional organization
of the collagen fibrils in the rat
sciatic nerve, as revealed by
transmission and scanning electron
microscopy. Cell Tissue Res 260:
175-184, 1990.)
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 76

76 䡲 䡲 䡲 Bab 4 䡲 Matriks Ekstraselular

TABEL 4-2 Tipe-tipe dan Karakteristik Kolagen

Rumus Sel
Tipe Molekul Molekul Penyintesis Fungsi Lokasi daiam Tubuh
I (pembentuk fibril); Bentuk [a(I)]2a2(I) Fibroblas, Menahan tekanan Dermis, tendon,
umum dari kolagen osteoblas, ligamen, kapsula
odontoblas, organ, tulang, dentin,
sementoblas sementum
II (pembentuk fibril) elastis [al(II)]3 Kondroblas Menahan tekanan Tulang rawan hialin,
Tulang rawan

III (pembentuk fibril); [al(III)]3 Fibroblas,, Membentuk Sistem limfatik,


Dikenal dengan Sel retikular, kerangka limpa, limpa, hati,
serat retikular. sel otot hati, limfonodus, sistem
Sangat terglikosilasi polos, otot polos, kardiovaskular
hepatosit jaringan adiposa paru, kulit
IV (pembentuk jejaring); [al(IV)]2a2(IV) Sel epitel, Membentuk jalinan Lamina basalis
Tidak memperlihatkan sel otot, sel lamina densa dari
Periodisitas 67-nm Schwann lamina basalis
dan rantai-a menahan untuk penyokong
propeptida dan filtrasi

V (pembentuk fibril) [al(V)]2a2(V) Fibroblas, Berhubungan dengan Dermis, tendon,


Sel kolagen tipe I, juga ligamen,kapsula
mesenkim dengan substansi organ, tulang,
dasar plasenta sementum, plasenta

VII (pembentuk jejaring); [al(VII)]3 Sel epidermis Membentuk fibril Pertemuan epidermis
membentuk dimer yang penambat yang dan dermis
terangkai menjadi fibril mengikatlamina densa
penambat dan lamina retikularis
IX (berhubungan dengan Berhubungan dengan
fibril); menempel pada [al(IX)a2(IX)a3 Sel epitel
permukaan serat kolagen (IX)] Tulang rawan
tipe II kolagen tipe II
XII (berhubungan dengan [al(XII)]3 Fibroblas Berhubungan dengan Tendon, ligamen,
fibril); Menghiasi permukaan kolagen tipe I dan aponeurosis
Serat kolagen tipe I

XVII (protein mirip kolagen); [al(XVIII)]3 Sel epitel ? Hemidesmosom


proteintransmembran, sebe-
lumnya dikenal sebagai
antigen pemfigoid bulosa

XVIII (protein mirip [al(XVIII)]3 Sel endotel ? Lamina basalis sel


kolagen); pembelahan dari sel endotel
bentuk C-terminal membentuk
endostatin dan angiogenesis
inhibitor

tuk fibril yang mempunyai corakan pita selebar 67-nm Saat molekul tropokolagen terangkai sendiri dalam susunan
mewakili kolagen tipe I, II, III dan V (lihat Gambar 4-5). tiga dimensi, ruang antara kepala dan ekor molekul pengganti
Pembentukan dan pemeliharaan struktur fibril diperkuat berderet sebagai daerah celah (tiap 67 nm), deret tidak
oleh ikatan kovalen antara residu lisin dan hidroksilisin dari berdempetan akan tetapi berdekatan (lihat Gambar 4-5 dan
molekul tropokolagen di sekitarnya. 4-7). Tumpang tindih dari kepala dan ekor pada deret yang ber-
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 77

Bab 4 䡲 Matriks Ekstraselular ■ ■ ■ 77

Nukleus
DNA
1 Transkripsi di nukleus
mRNA

mRNA

2 Translasi
preprokolagen di
RER

3 Hidroksilasi ( )
di RER

4 Glikosilasi ( )
di RER

5 Pembentukan
untaian tripel
prokolagen di
RER

6 Sekresi prokolagen
melalui jejaring
trans Golgi

Gambar 4-7 Urutan kejadian sintesis kolagen tipe I. RNA caraka


(mRNA) meninggalkan nukleus dan menarik subunit ribosom kecil
dan besar. Saat translasi dimulai, kompleks polisom mengalami 7 Pembelahan propeptida
translokasi ke RER, dan tunas rantai memasuki lumen RER. Di dalam untuk membentuk molekul
lumen, beberapa residu prolin dan lisin rantai-α mengalami tropokolagen
hidroksilasi dan molekul preprokolagen diglikosilasi. Tiga rantai-α
membentuk susunan heliks, yaitu heliks tripel prokolagen. Prokolagen
ditransfer ke kompleks Golgi tempat modifikasi lebih lanjut. Pada
jejaring trans Golgi, prokolagen dibungkus oleh vesikel yang 8 Perangkaian spontan
berlapiskan klatrin, dan prokolagen dieksositosis. Saat prokolagen tropokolagen untuk
meninggalkan sel, sebuah enzim berbungkus membran yaitu membentuk fibril
prokolagen peptidase, melepas propeptida dari ujung karboksil dan kolagen
ujung amino prokolagen dan mengubahnya menjadi tropokolagen.
Makromolekul yang baru terbentuk ini merakit dirinya sendiri menjadi
fibril kolagen.

dampingan disebut dengan daerah tumpang tindih. Pewarnaan Susunan fibril kolagen dan berkas serat ditentukan
dengan logam berat yang digunakan pada mikroskop elektron oleh sel yang menyintesisnya. Prokolagen dilepaskan ke
seringkali menumpuk pada daerah celah. Sehingga apabila dilihat dalam lipatan dan alur plasmalema, yang berperan
menggunakan mikroskop elektron, kolagen memperlihatkan sebagai cetakan yang mengatur fibril pembentuk pada
gambaran selang-seling pita gelap dan terang; pita gelap mewakili arah yang seharusnya. Arah fibril lebih lanjut ditentukan
daerah celah terisi oleh logam berat, dan pita terang mewakili saat sel tersebut menarik fibril untuk masuk ke dalam
daerah tumpang tindih, dimana logam berat tidak dapat pola yang dibutuhkan.
menumpuk (lihat Gambar 4-6).
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 78

78 䡲 䡲 䡲 Bab 4 䡲 Matriks Ekstraselular

Struktur fibrilar tidak ditemukan pada kolagen tipe IV Serat Elastin


dan tipe VII karena propeptida tidak dikeluarkan dari
molekul prokolagen. Molekul prokolagen terangkai menjadi
dimer, yang kemudian membentuk jala seperti kain lakan Serat elastin, tidak seperti kolagen, sangat lentur,
(felt ). dan dapat terentang satu setengah kali panjang
normalnya tanpa putus. Saat rentangan dilepaskan,
serat elastin kembali ke panjang normalnya.
KORELASI KLINIS
Elastisitas jaringan ikat terutama disebabkan oleh adanya serat
Hidroksilasi residu prolin memerlukan vitamin C. elastin pada ECM (Gambar 4-9 dan 4-10; juga lihat Gambar
Pada orang dengan defisiensi vitamin C, rantai-α 4-2). Serat ini biasanya ramping, panjang dan bercabang pada
molekul tropokolagen tidak dapat membentuk heliks jaringan ikat, tetapi dapat membentuk berkas kasar pada
yang stabil, dan molekul tropokolagen tidak dapat ligamen dan lembaran berpori (fenestrata). Berkas demikian
beragregasi menjadi fibril. Kondisi ini disebut dengan ditemukan pada ligamentum flava dari kolumna vertebralis,
scurvy , dimulai dengan jaringan ikat dengan dan lembaran konsentris terdapat pada dinding pembuluh
pergantian kolagen yang cepat, seperti pada ligamen darah besar. Serat elastin menyusun sekitar 50% berat kering
periodontal dan gingival (Gambar 4-8). Oleh karena aorta.
dua struktur ini bertanggung jawab dalam
Serat elastin diproduksi oleh fibroblas jaringan ikat dan sel
mempertahankan gigi pada tempatnya, maka gejala
otot polos pada pembuluh darah. Serat ini tersusun atas
scurvy dapat berupa perdarahan gusi dan kehilangan
elastin, sebuah protein yang kaya akan glisin, lisin, alanin,
gigi. Jika defisiensi vitamin C berlanjut, tempat lain
valin, dan prolin tetapi tidak mempunyai hidroksilisin. Rantai
juga dapat terkena dampaknya. Gejala ini dapat
elastin diikat sedemikian rupa sehingga empat molekul lisin,
dihilangkan dengan makan makanan yang kaya akan yang masing-masing terdapat pada rantai elastin berbeda,
vitamin C. membentuk ikatan kovalen satu sama lain untuk membentuk
Defisiensi enzim lisil hidroksilase, sebuah hubungan silang desmosin. Residu desmosin ini sangat
kelainan genetik yang dikenal sebagai sindrom mudah berubah bentuk dan memberikan elastisitas tingkat
Ehlers-Danlos, mengakibatkan hubungan silang tinggi kepada serat elastin sehingga serat ini dapat terentang
abnormal antar molekul tropokolagen. Individu yang hingga sekitar 150% panjang normalnya sebelum terputus.
menyandang kondisi kelainan ini mempunyai serat Setelah terentang, serat elastin kembali ke panjang normalnya.
kolagen yang abnormal yang mengakibatkan Inti serat elastin tersusun atas elastin dan dikelilingi oleh
hipermobilitas sendi dan kulit yang hiperekstensi. sarung miofibril; tiap mikrofibril berdiameter sekitar 10 nm
Pada banyak kasus, kulit pasien yang terkena mudah dan tersusun atas glikoprotein fibrilin (Gambar 4-11). Saat
trauma dan dislokasi sendi.
pembentukan serat elastin, mikrofibril diuraikan terlebih da-

Gambar 4-8 Degradasi kolagen tipe I oleh fibroblas. Proses pergantian kolagen pada beberapa daerah tubuh tertentu berjalan relatif lambat (mis. pada
tulang, di mana ia dapat stabil selama 10 tahun), sedangkan pada daerah lainnya, seperti pada gusi dan ligamen periodontal, waktu paruh kolagen dapat
berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Fibroblas gusi dan ligamen periodontal bertanggung jawab tidak hanya untuk sintesis akan tetapi juga untuk
resorpsi kolagen (Dari Ten Cate AR: Oral Histology: Development, Structure, and Function, 4th ed. St. Louis, Mosby-Year Book, 1994.)
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 79

Bab 4 䡲 Matriks Ekstraselular ■ ■ ■ 79

MEMBRAN BASAL
P
Membran basal terlihat dengan mikroskop elektron
tersusun atas lamina basalis dan lamina retikularis.

Pertemuan antara epitel dan jaringan ikat ditempati oleh


daerah sempit yang aselular—membran basalis yang
terwarnai baik dengan reaksi PAS dan pewarnaan histologi
yang mendeteksi GAG. Struktur yang serupa dengan
membran basal, ialah lamina eksterna, yang mengelilingi
sel otot polos dan skelet, adiposit, dan sel Schwann.
Mikroskop elektron menunjukkan bahwa membran basalis
mempunyai dua unsur: lamina basalis, disusun oleh sel
epitel, dan lamina retikularis, diproduksi oleh sel jaringan
ikat (Gambar 4-13). Sarung epitel terikat pada jaringan ikat di
bawahnya oleh daerah pertemuan aselular yang kuat ini, yaitu
C lamina basalis dan lamina retikularis.

Lamina Basalis

Lamina basalis yang diproduksi oleh epitel


tersusun atas lamina lusida dan lamina densa.

Mikrograf elektron lamina basalis memperlihatkan dua


daerah: lamina lusida, sebuah daerah transparan
(elektrolusen) mempunyai ketebalan 50-nm tepat di bawah
epitel, dan lamina densa, sebuah daerah padat elektron
Gambar 4-9 Mikrograf cahaya kartilago elastin (x270). Perhatikan dengan ketebalan 50-nm (Gambar 4-13 hingga 4-15).
adanya serat elastin (panah ) pada matriks. Kondrosit besar dari Lamina lusida tersusun sebagian besar atas glikoprotein
kartilago elastis menempati ruang yang dikenal sebagai lakuna dalam ekstraselular laminin dan entaktin, juga integrin dan
matriks yang kaya akan proteoglikan. Berkas besar serat elastin sangat
jelas terlihat, dan tampak tersusun tidak teratur. Amati bahwa serat distroglikan, reseptor laminin transmembran (akan dibahas
elastin yang lebih tebal tersusun atas fibril halus. C, kondrosit; P, kemudian), yang menonjol dari membran sel epitel ke dalam
perikondrium. lamina basalis. Pada jaringan yang dibekukan dengan cepat,
seringkali tidak terdapat lamina lusida yang mengisyaratkan
hulu, dan elastin kemudian dideposit pada rongga yang kemungkinan bahwa struktur ini merupakan 'artefak' fiksasi
dikelilingi oleh mikrofibril (Gambar 4-12). dan lamina densa kemungkinan terletak lebih dekat dengan
integrin dan distroglikan membran sel bagian basal dari
dugaan semula.
KORELASI KLINIS Lamina densa tersusun atas sebuah jalinan kolagen tipe
IV, yang dilapisi oleh proteoglikan perlakan pada sisi
Integritas serat elastin bergantung lamina lusida maupun lamina retikularis. Rantai sisi heparan
pada keberadaan mikrofibril. pasien sulfat menonjol dari inti protein perlakan membentuk
dengan sindrom Marfan mempunyai polianion. Bagian lamina retikularis dari lamina densa juga
defek gen kromosom 15 yang mempunyai fibronektin.
mengkode fibrilin; kemudian serat
Laminin mempunyai domain yang terikat pada kolagen
elastin tidak berkembang secara normal.
tipe IV, heparan sulfat, dan integrin serta distroglikan pada
orang yang mengalami sindrom marfan
membran epitel sel basal, sehingga melekatkan sel epitel ke
berat rentan dengan ruptur oarta yang fatal.
lamina basalis. Lamina basalis tampak melekat erat ke lamina
retikularis melalui beberapa substansi, termasuk fibronektin,
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 80

80 䡲 䡲 䡲 Bab 4 䡲 Matriks Ekstraselular

Gambar 4-10 Mikrograf cahaya


jaringan ikat padat teratur (x270).
Perhatikan bahwa serat elastin
merupakan serat pendek dan
tersusun hampir paralel satu sama
lain dan ujungnya agak melingkar.
Tidak seperti serat kolagen
jaringan ikat padat teratur, di mana
fibril dan serat kolagen berjalan
paralel satu sama lain, susunan
serat elastin tampak tidak teratur.

Inti lisme selular, membantu pembentukan polaritas sel, berperan


elastin
dalam modifikasi penyusunan protein integral pada membran
sel basal, dan berperan sebagai jalur migrasi selular, seperti
pada reepitelisasi saat penyembuhan luka atau pembentukan
ulang taut ototsaraf saat regenerasi saraf motorik.

Lamina Retikularis

Lamina retikularis berasal dari komponen jaringan ikat


dan bertanggung jawab untuk melekatkan lamina
densa kepada jaringan ikat di bawahnya.

Mikrofibril
Lamina retikularis (lihat Gambar 4-13, 4-14, dan 4-16),
Gambar 4-11 Serat elastin memperlihatkan sebuah daerah dengan aneka ketebalan, diproduksi oleh
mikrofibril mengelilingi elastin yang amorf. fibroblas dan tersusun oleh kolagen tipe I dan III. Struktur ini
merupakan pertemuan antara lamina basalis dengan jaringan
fibril penambat (kolagen tipe VII), dan mikrofibril (fibrilin), ikat di bawahnya, dan ketebalannya beragam sesuai dengan
seluruhnya diproduksi oleh fibroblas pada jaringan ikat banyaknya gesekan terhadap epitel di atasnya. Jadi, lapisan
(Gambar 4-16). ini cukup tebal pada kulit, dan amat tipis di bawah lapisan
epitel alveolus paru.
Lamina basalis berfungsi baik sebagai penyaring
molekular maupun penyokong yang fleksibel dan kokoh bagi Serat kolagen tipe I dan III jaringan ikat melingkar ke
epitel di atasnya. Fungsi penyaring dilakukan tidak hanya dalam lamina retikularis tempat serat ini berinteraksi serta
oleh kolagen tipe IV yang jalinannya membentuk penyaring terikat dengan mikrofibril dan fibril penambat lamina
fisik dengan ukuran pori spesifik, namun juga karena retikularis. Selain itu, gugus basa serat kolagen membentuk
bermuatan negatif dari penyusunnya yaitu heparan sulfat, ikatan dengan gugus asam GAG lamina densa. Di samping
yang khusus menghambat lewatnya molekul bermuatan itu, domain pengikat kolagen dan domain GAG fibronektik
negatif. Fungsi lain lamina basalis termasuk memfasilitasi membantu dalam menambat lamina basalis kepada lamina
aktivitas mitosis dan diferensiasi sel, memodulasi metabo- retikularis.
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 81

Bab 4 䡲 Matriks Ekstraselular ■ ■ ■ 81

Gambar 4-13 Mikrograf elektron lamina basalis kornea manusia


(x50.000). Perhatikan hemiclesmosom (panah besar ) dan plak
penambat di antara fibril penambat (panah kecil ). Amati membran sel
basal terlihat jelas dan plak he miclesmosom menempel pacla
permukaan sitop lasma plasmalema basal. Garis paclat yang amorf
yang rn engikuti bentuk rn ernbran plasma basal rnerupakan lamina
densa, dan daerah terang di antaranya serta membran sel basal
merupakan lamina lusida. (Dari Albe rt D, Jakobiec FA: Principles and
Practice of Ophthalmology: Basic Sciences. Philadelphia, WB
Saunders, 1994.)

ligannya jauh lebih lemah dibandingkan antara reseptor


Gambar 4-12 Mikrograf elektron perkembangan serat elastin.
Perhatikan adanya mikrofibril mengelilingi matriks amorf elastin dengan ligannya. Untuk mengatasi kelemahan ini, maka
seperti ruang kecil yang dibatasi oleh pagar (kepala panah). jumlah integrin jauh lebih banyak dari reseptor, dan juga
Mikrofibril yang mengandung fibrilin ini diuraikan dan dilepaskan memungkinkan migrasi sel sepanjang permukaan ECM.
terlebih dahulu, kemudian sel pembentuknya yakni fibroblas jaringan
ikat sejati atau sebuah sel otot polos pembuluh darah akan Integrin merupakan heterodimer (~250.000 Da) tersusun
melepaskan elastin ke ruang yang dibungkus oleh mikrofibril (Dari atas rantai glikoprotein α dan β yang ujung karboksilnya
Fukuda Y, Ferrans VJ , Crystal RG: Development of elastic fibers of terhubung dengan talin dan α-aktinin dari sitoskeleton.
nuchal ligament, aorta, and lung of fetal and postnatal sheep: An Ujung asam aminonya memiliki tempat berikatan untuk
ultrastructural and electron microscopic immunohistochemical study.
Am J Anat 170:597-629, 1984.) makromolekul ECM (lihat Bab 2, Gambar 2-32). Oleh
karena integrin berhubungan dengan sitoskeleton ECM, ia
juga disebut sebagai penghubung transmembran. Rantai-
INTEGRIN DAN DISTROGLIKAN α molekul integrin mengikat Ca2+ atau Mg2+, kation divalen
yang diperlukan untuk pemeliharaan proses pengikatan
dengan ligan.
Integrin dan distroglikan merupakan glikoprotein Banyak di antara integrin berbeda dalam spesifisitas
transmembran yang berperan sebagai reseptor laminin
juga sebagai pengatur perakitan lamina basalis
ligannya, distribusi selular, dan fungsi. Sebagian di
antaranya, biasa disebut sebagai reseptor untuk ligannya
(seperti reseptor laminin, reseptor fibronektin). Sel dapat
lntegrin merupakan protein transmembran yang serupa memodulasi afinitas reseptornya terhadap ligannya dengan
dengan reseptor membran sel yang keduanya membentuk mengatur tersedianya kation divalen, memodifikasi
ikatan dengan ligan. Namun, berbeda dengan reseptor, penyusunan integrin, atau mengubah afinitas integrin
sitoplasma integrin terhubung dengan sitoskeleton, dan terhadap ligan. Dengan cara ini, sel tidak terpaku kepada
ligannya bukan merupakan molekul pensinyal melainkan posisi tertentu saat integrinnya berikatan dengan
bagian struktur dari ECM seperti kolagen, laminin, dan makromolekul ECM akan tetapi dapat melepaskan ikatan
fibronektin. Tambahan pula hubungan antara integrin dan integrin-ligan dan menjauh dari lokasi tertentu.
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 82

82 䡲 䡲 䡲 Bab 4 䡲 Matriks Ekstraselular

Sel epitel

Lamina
lusida
Lamina
Lamina basalis
densa

Serat retikular
(kolagen tipe III)

Gambar 4-14 Lamina basalis dan


lamina retikularis (Diadaptasi dari
Fibril penambat Fawcett DW: Bloom and Fawcett's A
(kolagen tipe VII) Lamina
Plak penambat retikularis
Textbook of Histology, 12th ed. New
(kolagen tipe IV) York, Chapman and Hall, 1994.)

Gambar 4-15 Pemindahan mikrograf


elektron dari kornea embrio ayam usia
enam hari yang telah diangkat sebagian
epitelnya, memperlihatkan sel epitel di
bawah membran basalis. Membran basal
sendiri telah diangkat sebagian, sehingga
memperlihatkan stroma kornea di
bawahnya yang terdiri atas fibril kolagen
dengan susunan ortogonal. Garis putih
tebal di bagian kiri bawah pada gambar
merupakan penanda 10-µm. (© Robert
L. Trelstad.)
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 83

Bab 4 䡲 Matriks Ekstraselular ■ ■ ■ 83

dibuktikan oleh kemampuannya menstimulasi aneka jalur


pensinyalan, termasuk jalur protein kinase yang teraktivasi
oleh mitogen, protein kinase C, dan fosfoinositida yang
berujung pada aktivasi siklus sel, diferensiasi sel,
reorganisasi sitoskeleton, pengaturan ekspresi gen, dan
apoptosis untuk memprogram kematian sel. Seringkali,
integrin harus diaktivasi oleh kinase adhesi setempat,
sebuah protein tirosin kinase; agar dapat memulai fungsi
pensinyalannya.
Distroglikan merupakan glikoprotein yang juga tersusun
atas dua subunit, satu transmembran distroglikan-β dan
satu distroglikan-α ekstraselular. Distroglikan-α berikatan
dengan laminin di lamina basalis pada tempat yang berbeda
dari molekul integrin. Gugus intraselular distroglikan-β
berikatan dengan protein pengikat aktin distrofin, yang
nantinya akan berikatan dengan aktinin-α sitoskeleton.
Distroglikan dan integrin mempunyai peran penting
dalam perakitan lamina basalis jika embrio yang tidak
mempunyai salah satu atau kedua glikoprotein tidak dapat
membentuk lamina basalis normal.

Gambar 4-16 Mikrograf elektron lamina basalis epitel kornea KORELASI KLINIS
(x165.000). H. Sulf., kaya akan Heparan Sulfat. (Dari Albert D,
Jakobiec FA: Principles and Practice of Ophthalmology: Basic Individu dengan kelainan autosom resesif defisiensi
Sciences. Philadelphia, WB Saunders, 1994.) adhesi leukosit tidak dapat menyintesis rantai-β
integrin sel darah putih. Leukosit tersebut tidak dapat
Sebagai tambahan untuk perannya dalam perlekatan, integrin menempel pada sel endotel pembuluh darah sehingga
berfungsi dalam mengantarkan sinyal biokimia ke intraselular tidak dapat bermigrasi ke tempat terjadinya inflamasi.
dengan mengaktifkan kaskade (pencurahan) sistem caraka Pasien dengan penyakit ini mempunyai kesulitan dalam
kedua. Kemampuan integrin dalam pengantaran biokimiawi melawan infeksi bakteri.
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 85

5䡲 䡲 䡲

Epitel dan Kelenjar

Sekitar 200 jenis sel yang berbeda yang menyusun 䡲 Kontrol dari pergerakan materi antarkompartemen
tubuh manusia dikelompokkan ke dalam empat tubuh melalui permeabilitas selektif dari taut
jaringan dasar. Kelompokan jaringan ini kemudian interselular di antara sel-sel epitel.
terangkai ke dalam berbagai pengaturan fungsional 䡲 Deteksi sensasi melalui kuncup kecap, retina mata,
dan penataan menjadi organ, yang melakukan berbagai dan sel rambut khusus pada telinga.
fungsi tertentu pada tubuh. Keempat jaringan
dasar tersebut ialah jaringan epitel, jaringan ikat, Epitel
otot, dan saraf. Bab ini dan empat bab selanjutnya
akan membahas tiap jaringan dan sel-sel
Sel-sel bersinambung yang terpaut erat satu sama lain
penyusunnya. membentuk lembaran yang membungkus atau melapisi
tubuh disebut dengan epitel.
JARINGAN EPITEL
Jaringan epitel mempunyai dua bentuk: (1) sebagai Lembaran-lembaran sel bersinambung pada epitel
lembaran sel yang kontinu (epitel) yang menyelubungi terpaut erat satu sama lain dengan kompleks tautan.
tubuh pada permukaan luar dan melapisi bagian dalam, Sel-sel epitel memperlihatkan ruang interselular dan
dan (2) sebagai kelenjar yang berasal dari sel epitel matriks ekstraselular yang sedikit. Ia dipisahkan dari
yang berinvaginasi. jaringan yang berada di bawahnya oleh matriks
Epitel berasal dari ketiga lapis benih embrionik, ekstraselular, yakni lamina basalis (dibahas pada bab 4),
meskipun sebagian besar epitel berasal dari ektoderm yang disintesis oleh sel epitel. Oleh karena epitel bersifat
dan endoderm. Ektoderm akan menjadi mukosa oral avaskular, maka jaringan ikat penyokong sekitarnya,
dan nasal, komea, epidermis kulit, kelenjar pada kulit melalui bantalan kapiler, memasok nutrisi dan oksigen
dan kelenjar mamma. Hati, pankreas, dan pelapis dengan cara difusi melalui lamina basalis.
saluran respirasi dan gastrointestinal berasal dari
endoderm. Tubulus uriniferus dari ginjal, pelapis Klasifikasi Membran Epitel
sistem reproduksi pria dan wanita, lapisan endotel clari
sistem sirkulasi clan mesotel dari rongga tubuh Susunan dan morfologi sel adalah dasar dari
berkembang clari lapis benih mesoderm. klasifikasi epitel.
Jaringan epitel mempunyai sejumlah fungsi, yakni:
Membran epitel diklasifikasikan menurut jumlah dari
䡲 Proteksi jaringan yang berada di bawahnya terhadap lapisan sel di antara lamina basalis dan permukaan
abrasi clan jejas. bebas dan juga menurut morfologi dari sel epitel tersebut
䡲 Transpor transelular molekul melewati lapisan (Tabel 5-1). Jika membran tersusun oleh selapis sel, ia
epitel. disebut epitel selapis; jika tersusun oleh lebih dari
䡲 Sekresi mukus, hormon, enzim, dan lainnya clari selapis sel, ia disebut epitel berlapis (Gambar 5-1).
berbagai kelenjar. Morfologi sel dapat berbentuk gepeng (pipih) , kuboid,
䡲 Absorpsi materi dari lumen (seperti saluran intestinal atau silindris saat diamati pada potongan yang
atau tubulus ginjal tertentu) perpendikular terhadap membran basal.

85
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 86

86 䡲 䡲 䡲 Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar

TABEL 5-1 Klasifikasi Epitel

Tipe Bentuk Sel Permukaan Contoh lokasi Fungsi

Selapis Melapisi: alveoli pulmonal, ansa membatasi membran,


Gepeng Gepeng Henle, lapisan parietal kapsul transpor cairan, pertukaran
Bowman, telinga dalam dan tengah, gas, lubrikasi, mengurangi
pembuluh darah dan limf, rongga gesekan (sehingga membantu
pleura dan peritoneum perggerakan visera), melapisi
membran
Duktus pada banyak kelenjar, melapisi
Kuboid Kuboid bagian luar ovarium, membentuk Sekresi, absorpsi, proteksi
tubulus ginjal
Melapisi: oviduk, duktus eferen pada Transportasi, absorpsi,
Silindris Silindris testis, uterus, bronkus kecil, sebagian
besar saluran pencemaan, kandung sekresi, proteksi
empedu, duktus besar dari sebagian
kelenjar
Bertingkat Semua sel berada di atas Melapisi: sebagian besar trakea,
lamina basalis tetapi Sekresi, absorpsi, lubrikasi,
bronkus primer, epididimis dan proteksi, transportasi
tidak semua sel duktus deferens, tuba auditori,
mencapai permukaan; sebagian rongga timpani, rongga
sel permukaan berlapis nasal, sakus lakrimalis, uretra laki-
silindris laki, duktus ekskretorius besar
Berlapis Gepeng (dengan inti) Proteksi, sekresi
gepeng, Melapisi: mulut, epiglotis, esofagus,
tidak berkeratin plika vokalis, vagina

Gepeng, berkeratin Gepeng (tanpa inti) Epidermis kulit Proteksi

Kuboid Kuboid Melapisi: duktus kelenjar keringat Absorpsi, sekresi

Silindris Silindris Konjungtiva mata, sebagian duktus Sekresi, absorpsi, proteksi


ekskretorius besar, sebagian uretra
laki-laki
Transisional Berbentuk kubah Melapisi: saluran urinarius dari kaliks
(relaksasi), gepeng Proteksi, dapat teregang
renal hingga uretra
(teregang)

Epitel berlapis diklasiflkasikan menurut morfologi tiap sel (Gambar 5-2A).Bila diamati pada potongan,
dari sel yang terletak pada permukaan superfisial hanya sebagian sel yang memperlihatkan inti, karena
saja. Sebagai tambahan dari kedua tipe mayor dari seringkali tidak terpotong. Epitel gepeng selapis
epitel tersebut, yang kemudian diidentifikasi secara melapisi alveoli paru, menyusun ansa Henle dan lapisan
morfologi selular, terdapat dua tipe berbeda lainnya: parietal kapsul Bowman pada ginjal, dan membentuk
bertingkat dan transisional (lihat Gambar 5-1). lapisan endotel pada pembuluh darah dan limf serta
mesotel rongga pleura dan peritoneum.
Epitel Gepeng Selapis
Epitel Kuboid Selapis
Epitel gepeng selapis dibentuk oleh selapis sel gepeng.
Epitel kuboid selapis tersusun oleh selapis sel berbentuk
Epitel gepeng selapis tersusun oleh selapis sel heksagonal yang terpotong.
poligonal rendah, tipis, dan padat. Bila dilihat dari
permukaan, lembaran epitel tampak seperti lantai Selapis sel berbentuk poligon menyusun epitel kuboid
ubin dengan inti menonjol di bagian tengah pada - selapis (lihat Gambar 5-2A). Saat dilihat pada potongan-
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 87

Bab 5 ■ Epitel dan Kelenjar ■ ■ ■ 87

Selapis Bertingkat

Gepeng Kuboid Silindris Silindris


bertingkat

Berlapis Transisional

Gepeng tidak berkeratin Kuboid Transisional (relaksasi) Transisional (distensi)

Berkeratin Silindris

Gambar 5-1 Jenis-jenis epitel.

tegak-lurus, sel tampak seperti persegi dengan inti bulat Epitel silindris selapis yang melapisi uterus, oviduk,
dan terletak di tengah. Epitel kuboid selapis membentuk duktuli eferentes, dan bronkus kecil mempunyai silia.
duktus kelenjar pada tubuh, lapisan ovarium, dan Pada organ tersebut, silia (struktur menyerupai rambut)
menyusun beberapa tubulus ginjal. menonjol dari permukaan apikal sel silindris ke dalam
lumen.
Epitel Silindris Selapis
Epitel Gepeng Berlapis
Epitel silindris selapis tersusun atas selapis sel tinggi
berbentuk seperti heksagonal padat. Epitel gepeng berlapis (tidak berkeratin) tersusun
oleh beberapa lapisan sel; lapisan paling atas
mempunyai inti. Epitel gepeng berlapis (berkeratin)
Sel epitel silindris selapis tampak seperti epitel kuboid berbeda pada lapisan sel yang menyusun permukaan
selapis pada sudut pandang permukaan; bila diamati yang adalah set mati, tidak berinti, dan dipenuhi
pada potongan membujur, sel tampak persegi dan keratin.
tinggi dengan nukleus bulat telur yang umumnya
terletak pada ketinggian yang sama yakni pada bagian
basal sel (Gambar 5-2B). Epitel silindris selapis TIDAK BERKERATIN
ditemukan pada permukaan sebagian besar saluran cerna, Epitel gepeng berlapis (tidak berkeratin) merupakan
kandung empedu, dan duktus besar pada kelenjar. Epitel lapisan tebal; karena tersusun oleh beberapa lapis
silindris selapis dapat memperlihatkan ujung bergurat, sel, hanya lapisan terdalam berkontak dengan
atau mikrovili (prosesus sitoplasma yang ramping lamina basalis (Gambar 5-3A). Sel pada bagian
menyerupai jari), menonjol dari permukaan apikal sel. basal (paling dalam) berbentuk kuboid; sel terletak-
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 88

88 䡲 䡲 䡲 Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar

Gambar 5-2 Gambaran mikroskop cahaya daii epitel selapis. A, Epitel gepeng selapis (panah) (x270). Perhatikan morfologi sel dan intinya.
Terdapat pula epitel kuboid selapis (kepala panah ). Amati inti berbentuk bulat dan terletak di tengah. B, Epitel silindiis selapis (x540). Amati inti
(N) yang berbentuk lonjong dan ujung sel yang bergurat striated border (panah ).

pada bagian tengah epitel berbentuk polimorfik; dan sel Epitel silindris berlapis tersusun oleh lapisan sel
yang menyusun permukaan bebas epitel berbentuk pipih berbentuk polihedral sampai kuboid di bawah yang
(gepeng)maka dinamakan epitel berlapis. Oleh karena berkontak dengan lamina basalis dan selapis sel silindris
sel pada permukaan rnempunyai inti, maka epitel ini superfisial. Epitel ini ditemukan hanya pada beberapa
disebut tidak berkeratin. Sel ini umumnya basah dan ternpat pada tubuh-yakni konjungtiva mata, duktus
ditemukan pada permukaan mulut, faring oral, esofagus, ekskretori besar tertentu, dan daerah uretra laki-laki.
pita suara sejati, dan vagina.

BERKERATIN Epitel Transisional


Epitel gepeng berlapis berkeratin serupa dengan epitel
Epitel transisional terdiri atas beberapa lapis sel. Lapisan
gepeng berlapis tidak berkeratin, kecuali lapisan
permukaannya berbentuk kubah dan besar.
superfisial epitel yang tersusun oleh sel mati yang inti
serta sitoplasmanya telah tergantikan oleh keratin
(Gambar 5-3B). Epitel ini menyusun bagian epidermis Epitel transisional dinamakan seperti itu karena
kulit, lapisan kuat yang menahan gesekan dan kedap dulunya diduga sebagai transisi antara epitel silindris
air. berlapis dan gepeng berlapis. Epitel ini sekarang dikenal
sebagai tipe khusus yang terletak hanya pada sistem
Epitel Kuboid Berlapis perkemihan, tempat epitel ini melapisi traktus urinarius
dari kaliks ginjal hingga uretra.
Epitel kuboid berlapis, yang mengandung hanya dua Epitel transisional tersusun oleh berlapis-lapis sel;
lapis sel kuboid, melapisi duktus kelenjar keringat yang terletak pada bagian basal dapat berupa sel
(Gambar 5-3C). silindris rendah atau kuboid. Sel polihedral menyusun
beberapa lapisan di atas sel basal. Sel yang paling
superfisial kandung kemih kosong merupakan sel besar,
Epitel Silindris Berlapis terkadang binukleus , dan berbentuk kubah yang
menonjol ke lumen (Gambar 5-3D). Sel berbentuk
Epitel silindris berlapis terdiri atas lebih dari kubah menjadi pipih dan keseluruhan epitel menjadi
selapis sel. Lapisan superfisialnya berbentuk silindris. lebih tipis saat kandung kemih teregang.
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 89

Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar ■ ■ ■ 89

CC

Gambar 5-3 Gambaran mikroskop cahaya epitel berlapis. A, Epitel gepeng berlapis tidak berkeratin (x509). Amati banyak lapisan sel dan sel
berinti (gepeng) pada lapisan atas (panah). B, Epitel gepeng berlapis berkeratin (xl25). C, Epitel kuboid berlapis duktus kelenjar keringat (CC)
(x509). D , Epitel transisional (xl25). Amati permukaan sel menghadap lumen kandung kemih berbentuk kubah (panah), yang merupakan
karakteristik epitel transisional.

Epitel Silindris Bertingkat Semua sel dari epitel silindris bertingkat berkontak
dengan lamina basalis, tetapi hanya beberapa sel
mencapai permukaan epitel (Gambar 5-4). Sel yang
Epitel silindris bertingkat tampak seperti berlapis; semua tidak mencapai permukaan umumnya berdasar lebar
set berkontak dengan lamina basalis. dan menjadi ramping pada ujung apikalnya. Sel yang
lebih tinggi mencapai permukaan dan memiliki dasar
Seperti namanya, epitel silindris bertingkat tampak yang ramping dan berkontak dengan lamina basalis
berlapis tetapi sebenarnya tersusun oleh selapis sel. dan permukaan apikalnya melebar. karena sel dari -
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 90

90 䡲 䡲 䡲 Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar

berbeda fungsi, masing-masing dapat memiliki


modifikasi permukaan dan spesialisasi yang
berhubungan dengan fungsinya. Sebagai contoh,
permukaan apikal dari banyak sel epitel mempunyai
mikrovili atau silia, sedangkan daerah basolateralnya
mungkin memperlihatkan banyak tipe spesialisasi
hubungan dan interdigitasi interselular. Ranah apikal dan
basolateral terpisahkan satu sama lain oleh taut kedap
(tight junction) yang melingkari bagian apikal sel.
BL
Ranah Apikal

Ranah apikal mewakili permukaan bebas sel epitel.

Ranah apikal, daerah sel epitel yang menghadap lumen,


kaya akan kanal ion, protein pernbawa, H+ -ATPase
(adenosin trifosfatase) , glikoprotein, dan enzim
hidrolitik, juga akuaporin, protein pembentuk kanal
yang berfungsi mengatur keseimbangan cairan. Tempat
ini juga merupakan tempat produk sekresi yang diatur
dilepaskan ke luar. Beberapa modifikasi permukaan
penting untuk ranah apikal epitel untuk menjalankan
fungsinya. Modifikasi ini termasuk mikrovili yang
berhubungan dengan glikokaliks dan, pada beberapa
Gambar 5-4 Gambaran mikroskop cahaya dari epitel silindris bertingkat
(x540). Jenis epitel ini tampak berlapis; akan tetapi semua sel epitel pada kasus, stereosilia, silia, dan flagela. Perhatikan bahwa
gambar ini berdiri di atas lamina basalis (BL). satu-satunya sel pada tubuh manusia yang mempunyai
flagela ialah spermatozoa. Struktur flagela didiskusikan
dalam Bab 21, yang membahas sistem reproduksi lelaki.

MIKROVILI
epitel ini mempunyai ketinggian yang berbeda, nukleusnya
terletak pada ketinggian berbeda, memberikan gambaran Mikrovili berupa tonjolan sitoplasma berbentuk jari dan
epitel berlapis meskipun tersusun atas selapis sel. Epitel berukuran kecil dari permukaan sel ke dalam lumen.
silindris bertingkat ditemukan pada uretra laki-laki,
epididimis, dan duktus ekskretorius besar pada kelenjar. Saat diamati dengan mikroskop elektron, sel epitel
Tipe yang paling banyak dari epitel silindris bertingkat silindris (dan kuboid) yang dapat mengabsorpsi
ialah bersilia, mempunyai silia pada permukaan apikal sel memperlihatkan mikrovili yang tersusun padat yang
yang mencapai permukaan epitel. Epitel silindris bertingkat merupakan tonjolan sitoplasma diliputi membran dan
bersilia ditemukan melapisi sebagian besar trakea dan berbentuk menonjol dari permukaan apikal (lumen) sel
bronkus primer, tuba auditori, bagian dari rongga timpani, (Gambar 5-5). Mikrovili merupakan batas bergurat
rongga nasal, dan kantung lakrimal. pada sel absorptif usus, dan batas seperti sikat pada sel
tubulus proksimal ginjal bila diamati dengan mikroskop
Polaritas dan Spesialisasi Permukaan cahaya.
Pada sel yang kurang aktif, mikrovili mungkin saja
Sel jarang dan pendek; dalam epitel usus, yang fungsi
utamanya ialah transpor dan absorpsi, padat dan
Polaritas sel epitel dan spesialisasi permukaan sel panjangnya mencapai 1 hingga 2 µm , sehingga sangat
berhubungan dengan morfologi sel dan fungsinya. meningkatkan permukaan sel. Tiap mikrovilus
mengandung teras yang terdiri dari 25 hingga 30 filamen
Sebagian besar sel epitel mempunyai ranah fungsi, aktin, bersilangan dengan vilin, menempel pada daerah
morfologi, biokimiawi sehingga umumnya memperlihatkan amorf pada ujungnya dan meluas hingga sitoplasma,
suatu polaritas yang mungkin berhubungan dengan salah tempat filamen aktin terbenam dalam jejala terminal
satu atau semua perbedaan ini. Sel terpolarisasi seperti ini, (terminal web). Jejala terminal ialah kompleks molekul
sebagai contoh, memiliki ranah apikal yang menghadap ke aktin dan spektrin juga filamen intermedia yang terletak
lumen dan sebuah ranah basolateral yang komponen pada korteks sel epitel (Garnbar 5-6 hingga 5-8). Pada
basalnya berkontak dengan lamina basalis karena daerah - interval beraturan, miosin-1 dan kalmodulin menghub -
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 91

Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar ■ ■ ■ 91

Gambar 5-5 Mikrograf elektron


mikrovili sel epitel dari usus halus
(x2.800). (Dati Hopkins CR: Structure
and Fuhction of Cells . Philadelphia,
WB Saunders, 1978.)

ungkan filamen aktin dan membran plasma mikrovilus, lainnya, seperti sel rambut aparatus vestibular telinga
untuk menyokongnya. Epitel yang tidak berfungsi dalam, hanya mempunyai silium tunggal, yang
mengabsorpsi dan mentranspor dapat mempunyai berfungsi sebagai mekanisme sensoris
mikrovili tanpa teras dari filamen aktin. Silia khusus berfungsi dalam mengeluarkan mukus
Gambaran mikroskop cahaya epitel yang diwarnai dan substansi lainnya pada permukaan epitel melalui
untuk karbohidrat memperlihatkan glikokaliks, terlihat gerakan ritmis cepat. Silia saluran napas, misalnya,
pada gambaran mikroskop elektron sebagai menggerakkan mukus dan debris ke arah orofaring,
perselubungan baur dan amorf pada permukaan luminal untuk kemudian ditelan atau dibatukkan. Silia oviduk
mikrovili. Glikokaliks merupakan residu karbohidrat menggerakkan ovum yang telah dibuahi ke arah
yang menempel pada protein transmembran plasmalema. uterus.
Fungsi glikoprotein ini ialah untuk proteksi dan Gambaran mikroskop elektron memperlihatkan silia
pengenalan sel (lihat Bab 2). memiliki struktur internal spesifik yang terdapat pada
Stereosilia (berbeda dengan silia) ialah mikrovili dunia flora dan fauna (Gambar 5-9 dan 5-10). Teras
panjang yang terdapat hanya pada epididimis dan sel silium mengandung kompleks mikrotubul yang tersusun
rambut sensoris koklea (telinga dalam). Struktur seragam yang disebut aksonem. Aksonem terdiri atas
nonmotil ini biasanya kaku karena terasnya terdiri sejumlah mikrotubul longitudinal tersusun dalam
dari filamen aktin. Pada epididimis, struktur ini organisasi 9 +2 (Gambar 5-lOB). Dua mikrotubul
kemungkinan berfungsi meningkatkan luas permukaan; yang terletak di tengah (singlet/satu unit) dikelilingi
pada sel rambut di telinga, struktur ini berfungsi oleh sembilan dublet (pasangan) mikrotubul. Dua
m embangkitkan sinyal. mikrotubul terletak di tengah teras dan terpisahkan satu
sama lain, masing-masing memperlihatkan sebuah
gambaran sirkular pada potongan melintang, tersusun
SILIA atas 13 protofilamen. Masing- masing dari sembilan
dublet tersusun atas dua subunit. Pada potongan
Silia berupa struktur panjang, motil seperti rambut yang melintang, subunit A merupakan sebuah mikrotubul
menonjol dari permukaan apikal set. Terasnya terdiri
yang terdiri atas 13 protofilamen, memperlihatkan
atas susunan kompleks mikrotubul yang dikenal sebagai
gambaran sirkular. Subunit B memiliki 10
aksonem.
protofilamen, memperlihatkan gambaran melingkar tidak
lengkap pada potongan melintang, dan tiga protofilamen
Silia merupakan tonjolan seperti rambut yang motil bersama dengan protofilamen dari subunit A.
(diameter, 0,2 µm; panjang, 7 hingga 10 µm ) terletak Beberapa kompleks protein elastin berhubungan
pada permukaan sel epitel tertentu. Pada epitel dengan aksonem. Jari-jari lingkaran dari subunit A
bersilia sistem pernapasan (seperti trakea bronkus) pada masing-masing dublet menganjur masuk ke arah
dan pada oviduk, terdapat ratusan silia dalam selubung tengah mengelilingi dua singlet. Dublet
susunan teratur pada permukaan lumen sel. sel epitel- yang berdekatan terhubung oleh neksin, protein elastin-
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 92

92 䡲 䡲 䡲 Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar

gerakan menggeser tersebut menjadi gerakan melekuk.


Saat silium melekuk, yang merupakan proses yang
memerlukan energi, kompleks protein elastin teregang.
Saat lengan dinein melepaskan tautannya pada subunit B,
kompleks protein elastin kembali ke panjang normalnya,
melecutkan silium kembali ke posisi awal (yang tidak
memerlukan energi), sehingga mengefektifkan gerakan
materi pada ujung slium.

KORELASI KUNIS
Sindrom Kartagener disebabkan oleh defek
herediter pada dinein silia yang pada keadaan
normal menyediakan energi untuk pelekukan
silia. Sehingga sel bersilia tanpa dinein fungsional
tidak dapat menjalankan fungsinya. Seseorang
yang mempunyai sindrom ini rentan terhadap
infeksi paru-paru karena sel respiratori bersilia
gagal membersihkan saluran dari debris dan
bakteri. Sebagai tambahan, lelaki dengan sindrom
ini menjadi steril karena spermanya imotil.

Susunan mikrotubulus 9+2 di dalam aksonem


berlanjut hingga sebagian besar dari panjang silium
kecuali pada bagian dasar, tempat aksonem menempel
pada badan basal (basal body) (lihat Gambar 5-9).
Morfologi badan basal mirip dengan sentriol, yakni
tersusun oleh sembilan triplet dan tidak terdapat
singlet.
Badan basal berkembang dari pengatur prosentriol.
Saat dimer tubulin ditambahkan, prosentriol memanjang
untuk membentuk sembilan triplet mikrotubul yang
merupakan karakteristik badan basal. Setelah
pembentukan ini, badan basal berpindah ke plasmalema
apikal dan membentuk silium. Sembilan dublet
mikrotubul berkembang dari sembilan triplet badan basal,
Gambar 5-6 Gambaran mikroskop elektron dengan pembesaran dan sepasang mikrotubul membentuk karakteristik silium
kuat dari mikrovili (x60.800). (Dari Hopkins CH: Structure and yakni susunan mikrotubulus 9+2.
Function of Cells. Philadelphia, WB Saunders, 1978.)
Domain Basolateral

Domain basolateral termasuk aspek basal dan lateral


lainnya, meluas dari subunit A dari sebuah dublet hingga membran sel.
subunit B dari dublet yang berdekatan (lihat Gambar 5-9).
Protein yang berhubungan dengan miktotubul yakni Domain basolateral dapat dibagi menjadi dua daerah:
dinein, juga aktif dalam flagela, yang mempunyai membran plasma lateral clan membran plasma basal.
aktivitas ATPase, menyebar dari subunit A dari satu Tiap claerah memiliki spesialisasi tautan dan reseptor
dublet ke subunit B dublet yang berdekatan. Lengan untuk hormon dan neurotransmiter. Daerah ini kaya akan
dinein ini tersusun berjarak 24 nm di sepanjang lengan kanal Na+, K+-ATPase dan ion serta merupakan tempat
subunit A. Dinein ATPase, oleh ATP penghidrolisis sekresi utama.
menyediakan energi untuk pelekukkan silia. Pergerakan
silia dimulai dari lengan dinein menempel sementara KEKHUSUSAN MEMBRAN
pada tempat tertentu di protofilamen dublet yang LATERAL
berdekatan, menggeserkannya ke arah ujung silium. Akan
tetapi neksin, protein elastin meluas di antara dublet yang Bentuk khusus pada membran lateral ialah terdapatnya
berdekatan, membatasi sebagian gerakan ini, seningga - kompleks tautan.
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 93

Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar ■ ■ ■ 93

Gambar 5-7 Gambaran mikroskop elektron dari jejala terminal dan mikrovilus. Perhatikan bahwa filamen aktin mikrovili menempel pada jala
terminal. A, x83.060; B (inset ), x66.400. (Dari Hirokana N, Tilney LG, Fujiwara K, Heuser JE: Organization of actin, myosin , and intermediate
filaments in the brush border of intestinal epithelial cells . J Cell Biol 94: 425-443, 1982.)
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 94

94 䡲 䡲 䡲 Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar

Tiga unsur kompleks tautan ialah zonula okluden,


Vilin
zonula adheren, dan desmosom (maculae adheren).

Zonula Okluden (Taut Kedap)


Zonula okluden mencegah pergerakan protein
Filamen membran dan berfungsi untuk mencegah pergerakan
aktin molekul terlarut air secara interselular.
Plasmalema

Zonula okluden (tight junction ) terletak di antara


Fimbrin membran plasma yang berdekatan dan merupakan
tautan antarsel epitel yang terletak paling ujung (apikal)
(lihat Gambar 5-11). Struktur ini membentuk tautan
serupa ikat pinggang (belt-like junction) yang
Hubungan Ekstensi mengelilingi sel. Pada gambaran mikroskop elektron,
ke membran lateral membran sel yang menempel satu sama lain, lapisan
sel
luarnya menyatu kemudian berpisah dan bersatu kembali
beberapa kali dengan jarak 0,1 hingga 0,3 µm (Gambar
5-12). Pada tempat penyatuan, protein tautan
transmembran yang disebut dengan klaudin dan okludin
berikatan satu sama lain, sehingga membentuk segel yang
menutup ruang interselular. Analisis cacah beku (freeze-
fracture) membran sel pada zonula okludens
memperlihatkan gambaran seperti sambungan kain dari
untaian yang beranastomosis, dikenal sebagai untaian
taut kedap, pada permukaan P dan sebuah jejaring yang
Filamen Korteks aktin sesuai pada alur permukaan E (Gambar 5-13).
intermedia dihubungkan Meskipun okludin dan klaudin berpartisipasi dalam
oleh spektrin pembentukan taut kedap, tampaknya klaudin mempunyai
peran yang lebih aktif karena merupakan protein yang
Gambar 5-8 Struktur mikrovilus.
bertanggung jawab dalam peniadaan ruang interselular
dengan membentuk untaian taut kedap seperti telah
dijelaskan sebelumnya. Klaudin tidak hanya independen
terhadap kalsium, tetapi juga tidak membentuk perlekatan
sel yang kuat. Akibatnya, perlekatan struktur ini
Dengan mikroskop cahaya terlihat zona yang disebut diperkuat dengan kaderin, juga oleh protein sitoplasma
batang terminal, tempat sel epitel berkontak dan zonula okluden seperti ZOl, Z02, and Z03.
diduga menempel satu sama lain. Terutama pada
Taut kedap bekerja dalam dua cara: (1) mencegah
daerah apikal epitel silindris selapis yang melapisi
pergerakan protein membran dari domain apikal ke
usus, batang terminal dulu diduga terdiri atas substansi
domain basolateral; (2) menyatukan membran plasma
semen interselular yang amorf. Potongan horizontal
dari sel yang berdekatan untuk mencegah molekul
melalui batang terminal memperlihatkan bahwa
terlarut air lewat di antara sel. Bergantung kepada
struktur ini secara beresinambung mengelilingi sel,
jumlah dan pola untaian pada zonula, beberapa taut
menunjukkan bahwa sel-sel tersebut menempel ke sel
kedap diyakini memang 'kedap', sedangkan yang
sekitarnya. Gambaran mikroskop elektron
lainnya 'bocor'. Istilah ini merefleksikan efisiensi sel
memperlihatkan batang terminal terdiri atas kompleks
dalam mempertahankan integ1itas sawar epitel antara
tautan. Kompleks tautan yang mempererat sel epitel
dua kompartemen tubuh yang bersebelahan.
berdekatan ini, dapat digolongkan menjadi tiga jenis
(Gambar 5-11):
Zonula Adheren
䡲 Taut kedap berfungsi menggabungkan sel untuk
membentuk sawar kedap (impermeable), mencegah Zonula adheren merupakan taut serupa ikat pinggang
materi melewati sel epitel satu dengan yang lain. yang membantu sel yang berdekatan untuk menempel
䡲 Taut lekat berfungsi dalam mempertahankan kepada satu sama Jain.
perlekatan antarsel atau sel dengan lamina basal.
䡲 Taut rekah berperan dalam pergerakan ion atau Zonula adheren merupakan kompleks tautan yang
molekul pensinyal antarsel,sehingga sel berdekatan terletak di basal dari zonula okluden dan juga me- teks
terpasang secara elektrik dan metabolik. selanjutnya ada di hal. 99
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 95

Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar ■ ■ ■ 95

Membran
plasma
Heterodimer
bersama
B A

Dinein
Dublet
mikrotubul
perifer

Plasmalema
Jari-jari

Neksin
Selubung
Pasangan
bagian
mikrotubul
bagian tengah tengah

Triplet
mikrotubul

Membran Badan basal


plasma

Gambar 5-9 Susunan mikrotubular dari aksonem pada silium.


Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 96

96 䡲 䡲 䡲 Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar

Gambar 5-10 Gambaran mikroskop elektron silia. A, Potongan longitudinal silia (x36.000). B, Potongan melintang memperlihatkan
susunan mikrotubular pada silia (x88.000). (Dari Leeson TS, Leeson CR, Paparo AA: Text/Atlas of Histology. Philadelphia, WB Saunders, 1988.)
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 97

Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar ■ ■ ■ 97

Untaian protein
transmembran Zonula okluden
Mengelilingi sel. Mencegah
materi berpindah dari lumen
Ruang ke dalam jaringan ikat.
ekstraselular

Membran plasma yang berdekatan

Ruang
ekstraselular Zonula adheren
Basal dari zonula okluden.
E-kaderin berikatan satu
sama lain pada ruang
interselular dan ke filamen
Filamen aktin aktin intraselular.

Filamen
intermedia

plak
Makula adheren
E-kaderin berhubungan
dengan plak; filamen
intermedia membentuk
putaran seperti jepit rambut.

Desmoglein

Membran plasma yang berdekatan

Ruang Taut celah (gap junction)


ekstraselular Taut penghubung untuk
molekul kecil dan ion untuk
melewati antarsel.
Konekson Memasangkan sel yang
berdekatan secara metabolik
dan elektrik.

Hemidesmosom
lntegrin Melekatkan sel epitel ke
(protein reseptor lamina basalis di bawahnya.
transmembran)

Gambar 5-11 Kompleks tautan, taut celah atau neksus (gap junction), dan hemidesmosom. Untaian protein transmembran.
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 98

98 䡲 䡲 䡲 Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar

Gambar 5-12 Gambaran mikroskop elektron kompleks tautan. (Dari Fawcett DW: The Cell, 2nd ed. Philadelphia, WB Saunders, 1981.)
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 99

Chapter 5 䡲 Epithelium and Glands ■ ■ ■ 99

nya seberkas filamen aktin yang berjalan paralel terhadap


dan di sepanjang sisi sitoplasma membran sel. Filamen
aktin menempel satu sama lain dan ke membran sel
dengan protein penambat katenin, vinkulin, dan a-
aktinin (lihat Bab 2). Daerah ekstraselular kaderin dari
sebuah sel membentuk ikatan dengan kaderin dari sel
yang berdekatan dan membentuk zonula adheren.
Sehingga tautan ini tidak hanya menggabungkan membran
sel tetapi juga menghubungkan sitoskeleton kedua sel
melalui protein penghubung transmembran.
Fasia adheren mirip dengan zonula adheren tetapi
tidak mengelilingi sel. Struktur ini bukan menyerupai ikat
pinggang (belt-like ), tetapi menyerupai pita (ribbon-like ).
Sel otot jantung, sebagai contoh, menempel satu sama
lain pada terminal longitudinalnya melalui fasia adheren.

Desmosom (Makula Adheren)

Desmosom merupakan tautan seperti hasil pengelasan


(weld-like) di sepanjang sisi lateral membran sel yang
membantu menahan kekuatan robekan

Desmosom merupakan tautan kompleks terakhir dari tiga


komponen lainnya. Tautan seperti 'titik basil
pengelasan' (spot weld) juga tampak terdistribusi acak di
sepanjang sisi lateral membran sel epitel selapis dan
membran sel epitel gepeng berlapis, khususnya di
epidermis.
Plak yang menempel berbentuk diskus (~400 x 250 x 10
nm) terletak berlawanan satu sama lain pada sisi
sitoplasma membran plasma sel epitel yang berdekatan
(Gambar 5-14; juga lihat Gambar 5-11). Tiap plak tersusun
atas sekumpulan protein yang menempel, yakni
desmoplakin dan pakoglobin.
Filamen intermedia (lihat Bab 2) sitokeratin masuk
ke dalam plak, kemudian memutar, dan meluas keluar ke
sitoplasma. Filamen ini bertanggung jawab untuk
menyebarkan kekuatan robekan yang terjadi kepada sel
tersebut.
Pada daerah yang berlawanan dari plak penempel,
ruang interselular mempunyai lebar hingga 30 nm dan
Gambar 5-13 Replika rekah beku memperlihatkan taut kedap
(zonula okluden) pada usus halus marmot (x60.000). Permukaan P
mengandung materi filamentosa dengan sebuah garis
membran mikrovili (M) memiliki partikel intramembran yang lebih vertikal, tipis, padat, terletak pada bagian tengah ruang
sedikit daripada permukaan P pada membran sel lateral (L). Amati interselular. Pada pengamatan dengan mikroskop elektron
tonjolan terminal bebas berbentuk rigi (panah ) dan des mosom (D). beresolusi tinggi diketahui bahwa materi filamentosa
(Dari Trier JS, Allan CH, Marcial MA, Madara JL: Structural tersebut ialah desmoglein dan desmokolin, komponen
features of the apical and tubulovesicular membranes of rodent small
intestinal tuft cells. Anat Rec 219: 69- 77, 1987.) ekstraselular dari protein penghubung transmembran
yang bergantung kepada Ca2+ yang merupakan golongan
kaderin. Dengan adanya Ca2+ materi filamentosa
berikatan dengan protein penghubung transmembran dari
lingkari sel (lihat Gambar 5-11). Ruang interselular yang sel yang berdekatan. Dengan adanya agen kelasi kalsium,
berjarak 15 hingga 20 nm antara batas luar dua membran desmosom pecah menjadi dua bagian dan sel yang
sel yang berdekatan ditempati oleh muatan ekstraselular berdekatan tersebut berpisah. Sehingga, kedua sel
berupa kaderin (lihat Gambar 5-12). Protein integral tersebut memerlukan pembentukan desmosom. Sisi
yang bergantung kepada Ca2+ merupakan protein sitoplasma protein penghubung transmembran berikatan
penghubung transmembran. Sisi intrasitoplasma dengan desmoplakin dan plakoglobin yang menyusun
berkaitan dengan daerah khusus pada jejala sel. khusus- plak tersebut.
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 100

100 䡲 䡲 䡲 Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar

B
Gambar 5-14 Gambaran mikroskop elektron desmosom. Amati akumulasi filamen intermedia intraselular yang padat memasuki plak tiap
sel (asterisk) (Dari Fawcett DW: The Cell , 2nd ed. Philadelphia, WB Saunders, 1981.)
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 101

Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar ■ ■ ■ 101

antar sel yang berdekatan. Celah interselular pada taut


KORELASI KLINIS ini merupakan celah sempit dan konstan, sekitar 2
Sebagian orang memproduksi autoantibodi hingga 4 nm.
melawan protein desmosom, khususnya pada Neksus terbentuk dari enam protein trans-membran
kulit, menyebabkan penyakit kulit yang disebut pembentuk kanal yang tersusun padat (koneksin)
dengan pemfigus vulgaris. Autoantibodi yang yang membentuk struktur kanal disebut konekson,
berikatan dengan protein desmosom tersebut yakni sebuah pori akueus atau cecair menembus
mengganggu adhesi sel, menyebabkan lepuh membran plasma dan menonjol sekitar 1,5 nm ke
yang meluas dan kehilangan cairan ekstraselular; dalam ruang interselular (lihat Gambar 5-11). Sekarang
jika tidak diobati, kondisi ini dapat menyebabkan terbukti bahwa terdapat lebih dari 20 jenis koneksin
kematian. Pengobatan dengan steroid sistemik yang dapat membentuk berbagai konekson dan
dan agen imunosupresif umumnya memperbaiki mungkin berhubungan dengan fungsi spesifiknya. Tiap
kondisi ini. neksus dapat terbentuk oleh kelompok beberapa sampai
beribu konekson. Saat konekson sebuah membran
plasma bersentuhan dengan konekson lain pada
Taut Celah (Gap Junction) membran plasma sel yang berdekatan, kedua konekson
menyatu, membentuk sebuah kanal komunikasi
Taut celah, disebut juga neksus atau taut hubungan, hidrofilik interselular fungsional (Gambar 5-15).
adalah tempat komunikasi interselular. Dengan diameter 1,5 hingga 2,0 nm, kanal hidrofilik
memungkinkan lewatnya ion, asam amino, vitamin,
Neksus (gap junction) tersebar luas pada jaringan adenosin monofosfat siklik (cAMP), hormon tertentu,
epitel di seluruh tubuh seperti pada sel otot jantung, dan molekul yang berukuran lebih kecil dari 1 kDa.
sel otot polos dan neuron, tetapi tidak pada sel otot Neksus berada di bawah mekanisme pengaturan
skelet. Berbeda dengan taut sebelumnya, taut ini tertentu serta dapat membuka dan menutup secara cepat.
memfasilitasi komunikasi interselular dengan Walaupun mekanisme ini belum terlalu dimengerti,
memungkinkan perpindahan berbagai molekul kecil - penelitian memperlihatkan bahwa penurunan pH sitolsol-

Gambar 5-15 Gambaran mikroskop


elektron replika rekah beku
memperlihatkan partikel intramembran
astrosit (skala = 0,1 µm). A,
Permukaan rekah protoplasma.
Susunan orthogonal partikel (OAP;
panah) diamati dekat taut celah (gap
junction ) (GJ). Perhatikan perbedaan
bentuk antara partikel OAP dan GJ
(persegi dan bulat), ukuran (sedang, 30
nm2 and 45 nm2), dan susunan
(orthogonal dan heksagonal). B,
Permukaan cacah ektoplasma. Lubang
yang sesuai daii OAP tersusun seperti
kolom (panah ) di dekat lubang GJ.
Tiga OAP berkumpul (garis berbentuk
persegi). (Dali Yakushigawa H,
Tokunaga Y, Inanobe A, et al: A novel
junction-like membrane complex in
the optic nerve astrocyte of the
Japanese macaque with a possible
relation to a potassium channel . Anat
Rec 250: 465-474, 1998.)
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 102

102 䡲 䡲 䡲 Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar

atau peningkatan konsentrasi Ca2+ sitosol menutup taut Permukaan basal sebagian epitel, khususnya yang
ini. Sebaliknya, pH tinggi atau konsentrasi Ca2+ rendah terlibat dalam transpor ion, memiliki banyak lipatan
membuka kanal ini. Taut ini juga memperlihatkan yang menyerupai jari pada membran plasma basal yang
karakteristik berbeda dengan permeabilitas kanal yang meningkatkan daerah permukaan plasmalerna dan
berbeda pula pada sel yang berbeda. pemisahan sitoplasma basal yang kaya akan
Neksus dapat memperlihatkan berbagai macam mitokondria.Mitokondria menyediakan energi yang
fungsi di dalam tubuh, termasuk perpindahan molekul diperlukan untuk transpor aktif ion dalam menentukan
antar sel untuk mengatur keberlangsungan fisiologis di gradien osmotik untuk memastikan pergerakan air
dalam jaringan tertentu. Sebagai contoh, saat glukosa melewati epitel, seperti pada tubulus ginjal. Kepadatan
diperlukan dalam aliran darah, sistem saraf lipatan membran plasma dipasangkan dengan susunan
menstimulasi sel hati (hepatosit) untuk memulai mitokondria di dalam lipatan membelikan gambaran
pemecahan glikogen. Oleh karena tidak semua hepatosit lurik/gurat saat diamati dengan mikroskop cahaya; ini
distimulasi satu persatu, sinyal disebarkan ke hepatosit merupakan asal istilah duktus bergurat (striated
lainnya melalui neksus, sehingga memasangkan ducts) untuk menjelaskan duktus tertentu pada pankreas
hepatosit. Taut ini juga berfungsi menyiagakan sel dan kelenjar ludah.
secara elektrik (seperti pada otot jantung dan sel otot
polos pada usus saat peristalsis), sehingga Hemidesmosom
mengkoordinasi aktivitas sel ini. Selain itu, taut ini
penting saat embriogenesis untuk menyiagakan sel Hemisdesmosom menautkan membran set basal ke
secara elektrik saat embrio berkembang dan saat lamina basalis di bawahnya.
mendistribusikan molekul penting pada seluruh massa
sel yang berpindah, sehingga tetap terkoordinasi dalam Hemidesmosom menyerupai separuh desmosom dan
jalur perkembangan yang benar. berfungsi melekatkan membran sel basal ke lamina
basalis (Gambar 5-16; juga lihat Gambar 5-11). Plak
perekat, terdiri atas desmoplakin, plektin, dan protein
KORELASI KLINIS lainnya, terdapat pada sisi sitoplasma membran plasma.
Tonofilamen keratin memasuki plak ini, tidak
Mutasi gen koneksin berhubungan dengan tuli seperti pada desmosom, yang filamennya memasuki
nonsindrom genetik dan eritrokeratodermia plak dan kemudian berputar tajam untuk keluar. Sisi
variabilis, sebuah kelainan pada kulit. Selain itu, sitoplasma protein penghubung transmembran
disfungsi migrasi sel krista neuralis saat menempel pada plak, sedangkan muatan ekstraselular
perkembangan juga berhubungan dengan mutasi berikatan dengan laminin dan kolagen tipe IV dari
gen koneksin, yang menyebabkan defek lamina basalis. Protein penghubung transmembran
pembentukan pembuluh pulmonal pada jantung. hemidesmosom ialah integrin, kelompok reseptor
matriks ekstraselular, sedangkan desmosom termasuk
kelompok kaderin yang merupakan protein perlekatan
antarsel.
KEKHUSUSAN PERMUKAAN BASAL
Pembaruan Sel Epitel
Spesialisasi permukaan basal termasuk lamina basalis,
lipatan membran plasma, dan hemidesmosom. Sel yang menyusun jaringan epitel umumnya mempunyai
waktu pergantian yang cepat, yang berhubungan dengan
Tiga ciri penting yang menandai permukaan basal Iokasi dan fungsinya. Rentang waktu pembaruan sel tetap
epitel: lamina basalis, lipatan membran plasma, dan konstan untuk epitel tertentu.
hemidesmosom, yang menambatkan membran plasma Sel pada epidermis, sebagai contoh, secara konstan
basal ke lamina basalis. Lamina basalis merupakan diperbarui pada lapisan basal dengan pembelahan sel.
struktur penyokong ekstraselular yang disekresikan Dari lapisan ini, sel mulai berpindah dari lapisan
oleh epitel dan terletak di perbatasan antara epitel germinativum ke arah permukaan, menjadi
dan jaringan ikat di bawahnya. Struktur dan tampilan terkeratinisasi saat berpindah, mati, dan terkelupas.
lamina basalis dibahas dalam Bab 4. Kejadian ini memakan waktu 28 hari. Sel epitel
lainnya diperbarui dalam rentang waktu yang lebih
Lipatan Membran Plasma pendek.
Sel yang melapisi usus halus digantikan tiap 4 hingga
6 hari oleh sel yang beregenerasi pada bagian basal
Lipatan membran plasma basal meningkatkan kripta. Sel baru kemudian berpindah ke ujung vili, mati,
permukaan yang tersedia untuk transpor. dan terkelupas. Epitel lainnya, sebagai contoh, diperbarui-
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 103

Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar ■ ■ ■ 103

A B

Gambar 5-16 Gambaran mikroskop elektron hemidesmosom menggambarkan hubungan serat penambat bergurat (striated
anchoring fibers ISAF), tersusun atas kolagen tipe VII, dengan lamina densa dan kolagen tipe III dari lamina retikularis. c, serat
kolagen; ER, retikulum endoplasma; F, ekstensi sel. Panah lebar merupakan sisi sitoplasma hemidesmosom; asterisk merupakan plak
SAF (Dari Clermont Y, Xia L, Turner JD, Hermo L: Striated anchoring .fibrils-anchoring plaque complexes and their relation to
hemidesmosomes of myoepithelial and secretory cells in mammary glands of lactating rats. Anat Rec 237: 318-325, 1993.)

secara berkala sampai dewasa; maka populasi sel akan


tetap konstan selama hidup. Apabila sebagian besar sel KELENJAR
hilang karena jejas atau destruksi toksik akut, proliferasi
sel terpicu dan populasi sel akan kembali seperti Kelenjar berasal dari sel epitel yang rneninggalkan
semula. permukaan saat berkembang dan menembus jaringan
ikat di bawahnya, memproduksi lamina basalis
KORELASI KLINIS disekitarnya. Unit sekretmi, beserta duktusnya,
Tiap epitel dalam tubuh mempunyai karakte1istik merupakan parenkim kelenjar, sedangkan stroma
unik tersendiri, lokasi, morfologi sel, dan kelenjar merupakan elemen jaringan ikat yang
seterusnya, yang semuanya berhubungan dengan memasuki dan menyokong parenkim.
fungsinya. Pada kondisi patologis tertentu, Epitel kelenjar memproduksi produknya secara
populasi sel epitel dapat mengalami metaplasia, intraselular dengan menyintesis makromolekul yang
berubah menjadi jenis epitel lain. umumnya dibungkus dan disimpan dalam vesikel yang
Epitel silindris bertingkat bersilia pada disebut granula sekretori. Produk sekretori dapat
bronkus perokok berat dapat bermetaplasia berupa hormon polipeptida (seperti: dari kelenjar
skuamosa, mengubah epitel menjadi epitel pituitari); substansi seperti lilin (seperti: dari kelenjar
gepeng berlapis. Perubahan ini mengganggu serumen saluran telinga); musinogen (seperti: dari sel
fungsi, akan tetapi prosesnya dapat membaik saat goblet); atau susu, kombinasi protein, lipid, dan
paparan patologis dihentikan. karbohidrat (seperti: kelenjar mamma). Kelenjar lainnya
Tumor yang berasal dari sel epitel dapat jinak (seperti kelenjar keringat) menyekresikan sedikit selain
(nonmaligna) atau ganas (maligna). Tumor ganas eksudat yang diterima dari aliran darah. Selain itu,
yang berasal dari epitel disebut karsinoma; yang duktus bergurat (striated ducts) (seperti: pada kelenjar
berasal dari sel epitel kelenjar disebut saliva besar) bekerja sebagai pompa ion yang
adenokarsinoma. Menarik untuk diamati bahwa memodifikasi substansi yang diproduksi oleh unit
kanker pada orang dewasa seringkali berupa sekretorinya.
adenokarsinoma dan setelah usia 45 tahun sekitar Kelenjar diklasifikasikan menjadi dua kelompok
90% berasal dari sel epitel. Sebaliknya pada, besar berdasarkan metode distribusi produk sekretorinya:
anak-anak di bawah usia 10 tahun, kanker yang 䡲 Kelenjar eksokrin menyekresikan produknya melalui
berasal dari epitel merupakan jenis kanker dengan duktus ke permukaan eksternal atau internal dari
prevalensi paling sedikit. epitel yang merupakan tempat asal kelenjar tersebut.
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 104

104 䡲 䡲 䡲 Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar

䡲 Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang tidak submandibularis merupakan contoh kelenjar ini
mempunyai duktus, kehilangan hubungan dengan (Gambar 5-18).
epitel asalnya sehingga menyekresikan produknya ke Sel kelenjar eksokrin mempunyai tiga mekanisme
dalam pembuluh darah atau limf untuk distribusi. berbeda dalam mengeluarkan produk sekretorinya:(1)
Banyak jenis sel yang menyekresikan molekul holokrin, (2) merokrin, dan (3) apokrin (Gambar 5-19).
pengisyarat atau pensinyal yang disebut sitokin, yang Penglepasan produk sekretori kelenjar merokrin (seperti
berfungsi untuk komunikasi antarsel. Sitokin dilepaskan kelenjar parotis) terjadi dengan cara eksositosis;-
oleh sel pensinyal dan bekerja pada sel target, yang
memiliki reseptor untuk molekul pensinyal spesifik.
(pensinyalan hormon dibahas lebih rinci pada Bab 2).
Bergantung pada jarak sitokin untuk mencapai sel
target, efeknya dapat berupa salah satu dari berikut:

䡲 Autokrin: Sel pensinyal juga merupakan targetnya;


sehingga sel menstimulasi dirinya sendiri.
䡲 Parakrin: Sel target terletak di sekitar sel pensinyal;
sehingga sitokin tidak perlu memasuki sistem
pembuluh darah untuk mencapai targetnya.
䡲 Endokrin: Sel target dan sel pensinyal berjauhan
satu sama lain; sehingga, sitokin hams ditranspor
dengan pembuluh darah atau limf.

Kelenjar yang menyekresikan produknya melalui


jalur sekretori konstitutif berlangsung kontinu,
melepaskan produk sekretolinya tanpa disimpan dan
tanpa memerlukan pemicu dari molekul pensinyal.
Kelenjar yang mempunyai jalur sekretori yang Gambar 5-17 Kelenjar serosa. Gambaran mikroskop
diatur, mengkonsentrasikan dan menyimpan produk cahaya dari pankreas monyet benaman plastik (x540).
sekretorinya hingga molekul pensinyal yang tepat untuk
penglepasannya diterima (lihat Bab 2; Gambar 2-20
dan 2-22).

Kelenjar Eksokrin
Kelenjar eksokrin menyekresikan produknya melalui
duktus ke permukaan epitel asal kelenjar tersebut.

Kelenjar eksokrin dikelompokkan menurut produk


sekresinya, cara sekresinya, dan jumlah selnya
(uniselular atau multiselular). Sebagian besar kelenjar
eksokrin pada sistem pencernaan, pernapasan, dan
urogenital menyekresikan substansi berupa mukosa, S
serosa, atau campuran (keduanya).
Kelenjar mukosa menyekresikan musinogen,
protein terglikosilasi besaryangsaat hidrasi,
membengkak menjadi lubrikan protektif kental serupa
gel, yang dikenal sebagai musin, unsur besar dari
mukus. Contoh dari kelenjar mukosa yakni sel goblet
dan kelenjar saliva kecil pada lidah dan palatum. M
Kelenjar serosa (Garnbar 5-17), seperti pankreas,
menyekresikan cairan encer kaya akan enzim.
Kelenjar campur mengandung asinus (unit
sekretori) yang memproduksi sekresi mukosa dan serosa;
selain itu, sebagian asinus mukosa memiliki demiluna
Gambar 5-18 Gambaran mikroskop cahaya kelenjar
atau bulan sabit serosa, sekelompok sel yang
submadibularis monyet (x540). M asinus mukosa; S, demiluna
menyekresikan cairan serosa. Kelenjar sublingualis dan -
serosa.
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 105

Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar ■ ■ ■ 105

A B C

Sel dan Sekresi


kandungannya
yang
mengalami
disintegrasi Sel yang
(sekresi) masih intak/
utuh
Sel baru

Bagian sel
Gambar 5–19 Cara sekresi: A, yang terlepas
holokrin; B, merokrin; C, apokrin. Sel sebagian
dan kandungannya yang mengalami (sekresi)
disintegrasi (sekresi).

Mikrovili

GC

Teka

Droplet
musinogen

Inti
Batang
Gambar 5–20 Gambaran mikroskop cahaya sel goblet (GC) pada
lapisan epitel ileum monyet (x540).

akibatnya, membran sel maupun sitoplasma tidak ikut Gambar 5–21 Ultrastruktur sel goblet menggambarkan granula
disekresikan. Meskipun banyak peneliti sekretori yang tersusun padat pada teka (Dari Lentz TL: Cell Fine
mempertanyakan cara sekresi apokrin, dulu dipercaya Structure: An Atlas of Drawings of Whole-Cell Structure. Philadelphia,
bahwa kelenjar apokrin (seperti kelenjar mamma WB Saunders, 1971.)
laktans) sebagian kecil dari apikal sitoplasma ikut
terlepas bersamaan dengan produk sekretoriknya. Pada Kelenjar eksokrin uniselular, yang merupakan sel
kelenjar holokrin (seperti kelenjar sebasea), saat selnya sekretori tersendiri pada epitel, ialah bentuk paling
dewasa, sel kemudian mati, dan menjadi produksi sederhana dari kelenjar eksokrin. Contohnya ialah sel
sekretorinya. goblet, yang tersebar sendiri-sendiri pada lapisan epitel
saluran cerna dan sebagian saluran napas (Gambar 5-20
Kelenjar Eksokrin Uniselular dan 5-21). Sekresi mukus yang dikeluarkan melindungi
lapisan luar saluran ini.
Kelenjar eksokrin uniselular merupakan bentuk paling
Sel goblet memperoleh namanya dari bentuknya,
sederhana dari kelenjar eksokrin.
yakni dari piala (goblet) (Gambar 5-22). Daerah
basalnya yangtipis terletak dibagian atas
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 106

106 䡲 䡲 䡲 Bab 5 䡲 Epitelium dan Kelenjar

Gambar 5–22 Gambaran mikroskop elektron sel goblet pada kolom kelinci (x9.114). Perhatikan beberapa kompleks Golgi (kepala panah) dan
sejumlah granula musinogen yang tersusun padat (MG) yang menempati sebagian besar bagian apikal sel. (Dari Radwan KA. Oliver MG. Specian
RD: Cytoarchitectural reorganization of rabbit colonic goblet cells during baseline secretion. Am J Anat 198: 365-376, 1990.)

lamina basalis, sedangkan bagian apikalnya yang Kelenjar eksokrin multiselular terdiri atas kelompokan
membesar, teka menghadap lumen saluran cerna atau sel sekretori dalam berbagai jenis susunan. Sel sekretori
napas. Teka diisi oleh droplet sekretori yang terikat ini tidak bekerja sendiri dan independen akan tetapi
pada membran, yang menggeser sitoplasma ke perifer berfungsi sebagai organ sekretori. Kelenjar multiselular
sel dan inti ke basal sel. Proses penglepasan musinogen dapat mempunyai struktur sederhana, dicontohkan oleh
diatur dan distimulasi oleh iritasi kimiawi dan epitel kelenjar uterus dan mukosa lambung, atau
persarafan para simpatis, menyebabkan eksositosis struktur kompleks, tersusun atas berbagai jenis unit
seluruh kandungan sekretor dari sel, sehingga sekretori dan tersusun dalam bentuk gabungan
melubrikasi dan melindungi lembaran epitel. percabangan.
Menurut penyusunan strukturnya, kelenjar
multiselular disubklasifikasikan menurut penyususunan
komponen sekretori dan duktusnya juga menurut
Kelenjar Eksokrin Mutiselular bentuk unit sekretorinya (Gambar 5-23).
Kelenjar eksokrin multielular merupakan kelompokan unit
Kelenjar multiselular diklasifikasikan sebagai
sekretori.
sederhana atau simpleks jika duktusnya tidak
bercabang dan kompleks jika duktusnya
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 107

Bab 5 䡲 Epitelium dan Kelenjar ■ ■ ■ 107

Bagian
sekretori

Tubular simpleks Tubular bercabang Tubular bergelung Asinar simpleks Asinar bercabang simpleks
simpleks simpleks

Duktus

Tubular Kompleks Asinar kompleks Tubuloasinar

Gambar 5–23 Klasifikasi kelenjar eksokrin multiselular. Hijau melambangkan bagian sekretori kelenjar: Lavender melambangkan bagian
duktus.

bercabang. Kelenjar ini kemudian dikategorikan lebih Kelenjar Endokrin


lanut menurut morfologi unit sekretorinya yakni
tubular, asinar (juga disebut alveolar, menyerupai Kelenjar endokrin tidak mempunyai duktus, sehingga produk
anggur), atau tubuloalveolar. sekretorinya dikeluarkan langsung ke dalam aliran darah atau
Kelenjar multiselular yang lebih dikelilingi oleh sistem limfatik.
kapsul jaringan ikat kolagen, yang memasukkan septa
(juluran jaringan ikat) ke dalam kelenjar, membaginya Kelenjar endokrin mengeluarkan sekresinya (hormon)
menjadi kompartemen yang lebih kecil yang dikenal ke dalam pembuluh darah atau limfatik untuk di
sebagai lobus dan lobulus (Gambar 5-24). Unsur distribusikan ke organ target. Kelenjar suprarenal
pembuluh darah, saraf, dan duktus menggunakan septa (adrenal), pituitari, tiroid, paratiroid, pineal, ovarium,
jaringan ikat untuk masuk dan keluar dari kelenjar. plasenta, dan testis.
Selain itu, unsur jaringan ikat menyediakan sokongan Pulau-pulau Langerhans dan sel intersisial Leydig
struktur untuk kelenjar. beberapa dari yang lain karena struktur ini terdiri atas
Asinus pada banyak kelenjar eksokrin multiselular kelompokan sel dalam stroma jaringan ikat dari organ
seperti kelenjar keringat dan kelenjar saliva besar lain (yakni pankreas dan testis). Hormon yang
memiliki sel mioepitel yang berbagi lamina basalis disekresikan oleh kelenjar endokrin termasuk peptida,
dengan sel asinar. Meskipun sel mioepitel berasal dari protein, modifikasi asam amino, steroid, dan
epitel, sel ini memiliki karalteristik seperti sel otot polos, glikoprotein. Karena kompleksitas dan peranan
khususnya kontraktilitas. Sel ini mempunyai inti yang pentingnya dalam mengatur proses dalam tubuh,
kecil dan sitoplasma fibrilar tipis yang menonjol dari kelenjar endokrin dibahas secara rinci dalam Bab 13.
badan sel, membungkus asinus dan sebagian duktus kecil
(Gambar 5-25, juga lihat Gambar 5-24). Kontraksinya Sel sekretori dari kelenjar endokrin dapat tersusun
membantu dalam menyekresikan produk dari asinus dan seperti tali atau folikel. Pada jenis temali (cord),
dari sebagian duktus kecil. susunan paling umum, sel
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 108

108 䡲 䡲 䡲 Bab 5 䡲 Epitel dan Kelenjar

Sel duktus Sel duktus


interkalaris bergurat

Kelenjar saliva campur

Sel mioepitel
Duktus interkalaris

Duktus bergurat

Sel serosa

Asinus serosa

Asinus mukosa

Duktus utama
Demiluna serosa
Duktus lobaris Sel mukosa
Duktus
intralobularis
Duktus
intralobularis
Duktus
interkalaris

Asinus

Kelenjar multiselular
Lobulus

Gambar 5–24 Kelenjar saliva: susunan, unit sekretori, dan sistem duktus
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 109

Bab 5 䡲 Epitelium dan Kelenjar ■ ■ ■ 109

Gambar 5–25 Gambaran mikroskop


cahaya sel mioepitel yang terwarnai secara
imunologis untuk aktin (x640). Sel mioepitel
mengelilingi asinus (Dari Satoh Y. Habara Y.
Kanno T. Ono K: Carbamylcholine-induced
morphological changes and spatial dynamics of
[Ca2+]c in harderian glands of guinea pigs:
Calcium-dependent lipid secretion and
contraction of myoepithelial cells. Cell Tiss Res
247: 1-14, 1993.)

membentuk anastomosis temali di sekeliling kapiler atau


sinusoid darah. Hormon yang disekresikan disimpan
intraselular dan dikeluarkan saat kedatangan molekul
pensinyal atau implus saraf yang tepat. Contoh dari jenis
ini ialah kelenjar suprarenal, lobulus anterior kelenjar
pituituri, dan kelenjar paratiroid.

Pada jenis folikel, sel sekretori (sel folikular)


membentuk folikel yang mengelilingi rongga yang
menerima dan menyimpan hormon yang disekresikan.
Saat sinyal diterima, hormon yang disimpan diresorpsi
oleh sel folikel dan dikeluarkan ke dalam jaringan ikat
untuk memasuki kapiler darah. Contohnya ialah
kelenjar tiroid.

Sebagian kelenjar pada tubuh merupakan jenis


campuran; contohnya, parenkin mengandung unit
sekresi eksokrin. Pada kelenjar ganda ini (seperti:
pankreas, ovarium, dan testis), bagian eksokrinnya Gambar 5–26 Gambaran mikroskop cahaya sel sistem
neuroendokrin difus (DNES) (x540). Perhatikan sel DNES yang
menyereksikan produknya kedalam duktus, sedangkan terwarnai pucat (APD) terletak pada mukosa ileum (panah)
bagian endokrinnya menyekresikan produknya ke dalam
aliran darah.

Sistem Neuroendokrin Difus berbagai hormon parakrin dan endokrin (Gambar 5-26).
Oleh karena sel ini dapat mengambil prekursor amin dan
Sistem neuroendokrin difus memproduksi hormon parakrin an asam amino dekarboksilasi, sel ini disebut juga sel APUD
endokrin. (amine precursor uptake and decarboxylation). Dahulu
sebagian dari jenis sel ini disebut dengan sel argentafin
Sel endokrin tersebar pada seluruh saluran sistem dan argiofil karena sel ini terwarnai oleh garam perak.
pencernaan dan pernapasan diselingi oleh sel Jenis sel ini sekarang disebut dengan DNES, yang akan
sekretori lainnya. Sel ini, merupakan bagian dari dibahas rinci dalam Bab 17.
sistem neuroendokrin difus (DNES), memproduksi
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:35 PM Page 111

6䡲 䡲 䡲

Jaringan Penyambung
Jaringan penyambung (yang lebih dikenal dengan jaringan 䡲 Memberikan sokongan struktural
ikat), sebagaimana namanya, membentuk struktur yang 䡲 Sebagai media pertukaran
berkelanjutan dengan jaringan epitel, otot, dan saraf; juga 䡲 Membantu fungsi pertahanan dan perlindungan
dengan komponen jaringan penyambung lainnya, untuk tubuh
memelihara fungsi tubuh secara menyeluruh. Sebagian 䡲 Membentuk lokasi penyimpanan lemak
besar jaringan penyambung berasal dari mesoderm,
Tulang, tulang rawan, dan ligamen yang merangkai
bagian tengah lapis germinal pada jaringan embrional. Pada
tulang-tulang, sebagaimana juga tendon yang melekatkan
bagian ini, mesenkim, atau sel-sel multipoten pada
otot ke tulang, semuanya berfungsi sebagai penyokong.
embrio, akan berkembang, meskipun pada beberapa area
Demikian juga jaringan penyambung yang membentuk
pada kepala dan leher, sel-sel mesenkim juga berkembang
simpai pembungkus organ serta stroma yang menyusun
dari sel-sel krista neurahs. Sel-sel mesenkim bermigrasi ke
rangka organ, memiliki fungsi penyokong. Jaringan
seluruh tubuh, menjadi sumber jaringan penyambung dan
penyambung juga berfungsi sebagai media pertukaran
sel-selnya, termasuk tulang, tulang rawan, tendon, simpai,
sisa metabolisme, nutrien, dan oksigen antara darah
darah dan sel-sel hemopoetik, dan sel-sel limfoid (Gambar
dan berbagai sel tubuh.
6-1).
Fungsi pertahanan dan perlindungan dilakukan
oleh (1) sel-sel fagositik, yang akan menyelubungi dan
Jaringan penyambung matur digolongkan menjadi menghancurkan debris seluler, partikel asing, dan
jaringan penyambung sejati, yang sebagian besar mikroorganisme; (2) sel-sel imunokompeten dalam tubuh,
dibahas dalam bab ini, serta jaringan penyambung yang menghasilkan antibodi terhadap antigen;
khusus (antara lain tulang rawan, tulang, dan darah), dan (3) beberapa sel yang memproduksi substansi
yang akan dibahas secara detil dalam Bab 7 dan 10. farmakologik yang akan mengontrol inflamasi. Jaringan
Komposisi jaringan penyambung atau jaringan ikat penyambung juga membantu melindungi tubuh
adalah sel serta matriks ekstraseluler. Matriks ekstraseluler dengan membentuk sawar/barrier fisik terhadap invasi
terdiri atas substansi dasar dan serat (Gambar 6-2 dan 6-3). dan penyebaran mikroorganisme.
Sel adalah bagian terpenting pada jaringan penyambung
jenis tertentu, sementara itu serat adalah komponen
terpenting pada jaringan penyambung jenis lainnya. MATRIKS EKSTRASELULER
Contohnya, fibroblas adalah komponen sel terpenting pada Matriks ekstraseluler, yang terdiri atas substansi dasar
jaringan penyambung longgar, karena sel ini membentuk dan serat, memberikan tahanan terhadap kompresi dan
serta memelihara serat dan substansi dasar yang akan peregangan. Komponen matriks ekstraseluler dijelaskan
membentuk matriks ekstraseluler. Contoh lain, fibroblas dalam Bab 4, dan gambaran umumnya secara singkat
juga bagian terpenting dalam pembentukan tendon dan digambarkan dalam bab ini.
ligamen. Pada jaringan penyambung jenis lainnya,
substansi dasar adalah merupakan komponen terpenting Substansi Dasar
karena melalui substansi dasar itulah beberapa jaringan
penyambung khusus melaksanakan fungsinya. Karenanya, Substansi dasar adalah materi amorf terhidrasi yang
ketiga komponen tersebut sangat penting agar jaringan terdiri atas glikosaminoglikans, polimer disakarida
penyambung dapat berfungsi di dalam tubuh. ganda yang panjang dan tak bercabang; proteoglikans,
suatu inti protein tempat berbagai glikosaminoglikans
berikatan secara kovalen; dan glikoprotein adhesif,
suatu makromolekul besar yang bertanggung jawab
terhadap pengikatan berbagai komponen matriks
FUNGSI JARINGAN ekstraseluler satu sama lain serta dengan integrin dan
PENYAMBUNG distroglikans pada membran sel (lihat Bab 4 dan
Meskipun berbagai fungsi telah disematkan kepada Gambar 4-3).
jaringan penyambung, beberapa fungsi utamanya Glikosaminoglikans terdiri atas dua jenis utama:
adalah: tersulfatasi, termasuk di antaranya adalah keratan sulfat, -

111
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:35 PM Page 112

112 䡲 䡲 䡲 Bab 6 䡲 Jaringan Penyambung

Sel mesenkimal
tidak berdiferensiasi

Sel
Kondroblas Adiposit endotel
Osteoblas
Fibroblas Sel
mesotel

Kondrosit Osteosit

Sel punca
hematopoetik
Sel darah
Prekursor merah
limfosit

Limfosit T

Monosit Netrofil
Limfosit B

Sel mast
Sel plasma

Eosinofil

Makrofag

Basofil
Osteoklas Megakariosit

Gambar 6-1 Asal sel-sel jaringan penyambung (tidak digambar dalam skala).
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:35 PM Page 113

Bab 6 䡲 Jaringan Penyambung ■ ■ ■ 113

Kolagen

Sel
C endotel Sel lemak

Parisit

E
Fibroblas
Makrofag

Sel
plasma

Serat
elastin
Gambar 6-2 Gambaran jaringan ikat longgar (areolar) dengan
mikroskop cahaya, memperlihatkan serat kolagen (C) dan elastin (E )
dan beberapa jenis sel lain yang umum didapatkan pada jaringan Sel
penyambung longgar (xl32). mast

heparan sulfat, heparin, kondroitin sulfat, dan dermatan sulfat;


dan tidak tersulfatasi, termasuk di antaranya adalah asam
hialuronat.
Proteoglikans berikatan secara kovalen dengan asam hialuronat, Gambar 6-3 Jenis-jenis sel dan serat pada jaringan ikat
membentuk makromolekul raksasa yang disebut agregat longgar (tidak digambar dalam skala)
aggrecan, yang bertanggung jawab terhadap kondisi gel dari
matriks ekstraseluler. Enam tipe kolagen utama (lihat Tabel 4-2) adalah:
䡲 Tipe I: pada jaringan penyambung sejati, tulang, gigi,
Glikoprotein adhesif terdiri atas beberapa jenis. Beberapa jenis dan sementum
berlokasi di lamina basal, misalnya laminin, atau pada tulang 䡲 Tipe II: pada tulang rawan hialin dan elastis
rawan dan tulang seperti kondronektin dan osteonektin. Jenis 䡲 Tipe III: serat retikulin
lainnya secara umum tersebar pada matriks ekstraseluler,
䡲 Tipe IV: pada lamina densa dari lamina basal
misalnya fibronektin. 䡲 Tipe V: pada plasenta; dikaitkan dengan kolagen
tipe I
Serat 䡲 Tipe VI: melekatkan lamina basal kepada lamina
Serat pada matriks ekstraseluler terdiri atas kolagen (dan serat retikulaiis
retikulin) dan serat elastin. Serat kolagen tidak lentur dan Sebagian besar serat memperlihatkan periodisitas
memberikan kekuatan tegangan yang besar. Setiap serat terdiri 67 nm pada mikroskop elektron, yang disebabkan
atas subunit halus, yaitu molekul tropokolagen, yang terdiri penumpukan logam berat pada gap regions dari serat
atas tiga rantai alfa yang saling membungkus satu sama lain (lihat Gambar 4-5). Kolagen tipe IV tidak membentuk
dalam konfigurasi heliks. Sekitar 20 macam jenis kolagen yang serat, dengan demikian tidak menunjukkan periodisitas.
berbeda telah diketahui, yang perbedaannya adalah pada urutan Serat elastin terdiri atas elastin dan mikrofibril. Serat
asam amino rantai alfa. Asam amino yang paling banyak jenis ini sangat elastis dan dapat meregang sampai 150%
terdapat pada kolagen adalah glisin, prolin, hidroksiprolin, dari panjangnya saat istirahat tanpa terjadi kerusakan.
dan hidroksilisin. Elastisitasnya disebabkan oleh protein elastin, dan stabilita-
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:35 PM Page 114

114 䡲 䡲 䡲 Bab 6 䡲 J aringan Penyambung

snya berkaitan dengan mikrofibril. Elastin adalah materi amorf dan akan mensintesis matriks ekstraseluler jaringan
dengan komponen asam amino utama glisin dan prolin. penyambungan (lihat Gambar6-1).
Selain itu elastin banyak mengandung lisin, yaitu asam amino Fibroblas merupakan sel penyusun jaringan penyambungan
yang bertanggung jawab terhadap pembentukan residu yang paling tidak terpesialisasi sehingga dapat menyusun
desmosin yang sangat mudah berdeformasi, sehingga beberapa populasi dengan fungsi berbeda pada beberapa area
memberikan kemampuan elastisitas yang tinggi pada serat ini. tubuh tertentu. Karena fibroblas matur dan imatur dapat
terletak berdampingan, sel imatur sulit dibedakan dengan sel
UNSUR SELULER mesinkim. Pada keadaan tertentu (tergantung kepada ada/
tidaknya sinyal pembentukan protein), fibroblast imatur akan
Sel pada jaringan penyambungan dikelompokkan dalam 2 berdiferensiasi menjadi sel lain pada jaringan penyambungan
kategori; sel tetap dan sel kembara (lihat Gambar 6-1). (antara lain sel lemak, osteoblas,kondroblas, and
Sel tetap merupakan kelompok sel yang menetap, miofibroblas).
berkembang, dan tetap berada dalam jaringan Fibrovlas dapat berbeda dalam keadaan aktif maupun
penyambung untuk melaksanakan fungsinya. Sel yang tenang. Sebagian ahli histologi membedakan dua keadaan ini,
menetap adalah sel yang stabil dan berumur panjang, dan menyebut sel yang tenang sebagai fibrosit.
antara lain: Bagaimanapun kerena kedua keadaan ini merupakan kondisi
䡲 Fibroblas peralihan, istilah yang digunakan pada bagian ini adala
䡲 Sel lemak fibroblas.
䡲 Perisit
Fibroblas aktif seringkali ditemukan di dekat berkas
䡲 Sel mast
kolegen dan terletak paralel dengan sumbu panjang serat
䡲 Makrofag
kolagen (Gambar 6-4). Karena fibroblas terelongsasi,
Selain itu, beberapa penulis mempertimbangkan berbentuk fusiform yang sitoplasmanya terpulas pucat; maka
beberapa jenis makrofag (misalnya sel Kupffer pada dengan pewarnaan hematoksilineosin (H&E) sulit dibedakan
hepar) untuk dikategorikan ke dalam sel tetap jaringan dengan kolagen (lihat Gambar 6-18). Bagian paling jelas dari
penyambung. fibroblas adalah nukleus yang berbentuk ovoid yang terpulas
Transient cells (sel bebas atau sel kembara) terutama gelap, berukuran beasar, granular, dan terdapat nukleolus
berasal dari sumsum tulang dan beredar di dalam aliran dara. gelap yang terlihat jelas di dalamnya. Dengan mikroskop
Stimulus atau sinyal yang adekuat menyebabkan sel-sel ini elektron, aparatus Golgi tampak jelas dan banyak
meninggalkan peredaran darah menuju jairngan mengandung rough endoplasmic reticulum (RER) di dalam
penyambungan untuk menjalankan fungsi spesifikasinya. fibroblas khususnya saat sel aktif mebentuk matriks
Karena kebanyakan sel-sel aktif ini berumur pendek, meraka intraseluler misalnya dalam proses penyembuhan luka, Aktif
harus digantikan secara terus menerus oleh populasi besar sel dan alfa-aktinin berkolasi di perifer sel, sedangkan miosin
panca. Beberapa jenis sel kembara antara lain: terdapat dalam sitoplasma.
䡲 Sel plasma Berbeda dengan fibroblas aktif, fibroblas inaktif
䡲 Limfosit berukuran lebih kecil, lebih lonjong, dan sitoplasmanya
䡲 Netrofil asidofilik. Nukleusnya juga berukuran lebih kecil, terelongasi,
䡲 Eosinofil dan terpulas lebih gelap. Di bawah mikroskop elektron,
䡲 Basofil terlihat RER dengan jumlah sedikit namun ribosom bebas
䡲 Monosit
berjumlah sangat banyak.
䡲 Makrofag
KORELASI KLINIS
Sel Tetap pada Jaringan Penyambung Meskipun termasuk dalam sel yang menetep di dalam
Empat jenis sel tetap jaringan penyambungan akan jaringan penyambungan, fibroblas juga memiliki
dideskripsikan pada bagian ini. Makrofag, yang menunjukkan kemampuan untuk bergerak. Fibroblas jarang
ciri sel tetap dan sel kembara, akan dibahas lebih lanjut dalam mengalami pembelahan, namun pembelahan fibroblas
bagian "Makrofag" dimungkinkan terjadi pada proses penyembuhan luka.
Sel-sel ini, bagaimanapun juga, dapat berdiferensiasi
Fibroblas pembentukan fibrokartilago), dan osteblas (pada
kondisi patologis).
Fibroblas adalah jenis sel yang paling banyak ditemukan di
jaringan penyambung, bertanggung jawab/berfungsi mensintesis
hampir seluruh komponen dari matriks ekstraseluler.
Miofibroblas

Fibroblas, yang merupakan sel menetap yang paling Miofibroblas adalah modifikasi fibroblas yang memiliki
berlimpah dan terdistribusi secara luas di dalam jaringan penya- karakteristik yang mirip dengan fibroblas dan sel otot
mbungan, berasal dari sel mesinkim yang tidak berdiferensiasi- polos.
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:35 PM Page 115

Bab 6 䡲 Jaringan Penyambung ■ ■ ■ 115

Gambar 6-4 Gambaran mikroskop


elektron memperlihatkan sebagian
fibroblas dan susunan serat kolagen
pada tendontikus. Perhatikan
heterokromatin di dalam inti dan
retikulum endoplasma kasar (RER) di
dalam sitoplasma. Pita pada serat
kolagen dapat juga diobservasi (Dari
Ralphs JR, Benjamin M, Thornett A:
Cell and matrix biology of the
suprapatella in the rat : A structural and
immunocytochemical study of
fibrocartilage in a tendon subject to
compression . Anat Rec 231: 167-177,
1991. )

Secara histologis, fibrobal dan miofibroblas tidak mudah si. Dalam beberapa kondisi, perisit bisa berdiferensiasi
dibedakan dengan mikroskop cahaya biasa. Dengan menjadi sel lain. Perisit dibahas lebih dalam di Bab11.
menggunakan mikroskop elektron, terlihat bahwa miofibroblas
memiliki berkas filamen aktin dan miosin serta dense bodies Sel Lemak
yang mirip dengan yang terdapat pada sel otot polos. Selain
itu, permukaan intinya juga menyerupai permukaan inti sel Sel lemak adalah sel yang berdiferensiasi sempurna, berfungsi
otot polos. Perbedaan miofibriblas dengan sel otot polos dalam sintesis, penyimpanan, dan penglepasan lemak.
adalah tidak terdapatnya lamina eksternal (lamina basal).
Miofibroblas merepresentasikan modifikasi peralihan fibroblas Sel lemak, atau adiposit, berasal dari sel mesenkim yang
sebagai akibat adanya kontak dengan molekul sinyal pada tidak berdiferensiasi yang menyerupai fibroblas (Gambar
matriks interseluler regional. Miofibroblas sangat banyak 6-5; lihat juga Gambar 6-1 dan 6-3), meskipun dalam
ditemukan pada daerah penyembuhan luka, untuk menjalankan beberapa keadaan para ahli histologi meyakini bahwa
fungsi kontraksi luka Miofibroblas juga ditemukan pada fibroblas dapat berubah menjadi sel lema. Sel lemak
ligamen periodontal, kemungkinan untuk membantu proses berdiferensiasi sempurna dan tidak mengalami pembelahan
erupsi gigi. sel. Mereka berfungsi dalam sintesis dan penyimpanan
trigliserida. Terdapat dua jenis sel lemak yang membentuk
Perisit dua jenis jaringan lemak yang berbeda. Sel-sel droplet lipid
yang tunggal dan berukuran besar, disebut sel lemak
Perisit mengelilingi sel endotel kapiler dan vena kecil unilokular, membentuk jaringan lemak putih; dan sel
dan secara teknis berada di luar kompartemen jaringan dengan droplet lipid yang multipel dan berukuran kecil,
penyambung, karena perisit memiliki lamina basalnya disebut sel lemak multilokular, membentuk jaringan
sendiri. lemak cokelat. Sebagaimana akan dibahas selanjutnya,
terdapat perbedaan dalam distribusi dan histofisiologi kedua
Perisit berasal dari sel mesenkim yang tidak berdiiferensiasi, macam jaringan lemak ini. Dalam bab ini dijelaskan
sebagian mengelilingi sel endotelkapiler dan vena kecil karakterisitik sel lemak itu sendiri.
(lihat Gambar 6-3). Sel-sel perivaskular yang multipoten ini Sel lemak pada jaringan lemak putih merupakan sel
berada di luar kompartemen jaringan penyambung karena besar bebentuk sferis, dengan diameter maksimal 120 nm.
memiliki lamina basal sendiri, yang akan bersatu dengan Sel lemak akan berbentuk polihedral saat berdasarkan
lamina basal sel endotel. perisit memiliki karakteristik sel untuk membentuk jaringan lemak (Gambar 6-6). Sel lemak
endotel dan sel otot polos yaitu memiliki aktin, miosin, dan teruss menerus menyimpan lemak dalam bentuk droplet
traopomiosin; menunjukkan bahwa mereka berfungsi kontrak- tunggal, yang membesar sampai sitoplasma dan nukleus ter-
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 116

116 䡲 䡲 䡲 Bab 6 䡲 J aringan Penyambung

Gambar 6-5 Gambaran mikroskop elektron adiposit


pada berbagai tahap perkembangan, pada hipodermis
tikus. Perhatikan adiposit pada bagian atas gambar
dengan inti dan sitoplasma vang terdesak keperifer
oleh droplet lemak. (Dari Hausman GJ, Campion DR,
Richardson RL. Martin RJ: Adipocyte development in
the rat hypodermis. Am J Anat 161:85-100, 1981)

desak ke perifer, berhadapan dengan membran plasma, Penyimpanan dan Penglepasan Sel Lemak
sehingga akan didapatkan gambaran "signet ring" saat dilihat oleh Jaringan Lemak
dengan mikroskop cahaya. Melaluli mikroskop elektron, Selama prosos pencernaa, lemak dirombak di duodenum oleh
terlihat kompleks Golgi berukuran kecil di dekat nukleus, lipase pankreas menjadi asam lemak dan gliserol. Epitel
sedikit ribosom, sedikit RER, namun terdapat banyak sekali intestinal menyerap substansi-substansi terssebut dan terjadi
ribosom bebas. Bahwa droplet lemak tidak berikatan dengan proses reesterifikasi di SER menjadi trigliserida, yang
membran terlihat jelas dengan mikroskop elektron namun kemudian akan diselubungi protein untuk menjadi kilomikron.
tidak terlihat jelas dengan mikroskop cahaya. Permukaan luar
membran plasma diselubungi oleh substansi yang Kilomikron dilepaskan ke dalam ruangan ekstraseluler pada
menyerupai lamina basal. Dalam keadaan puasa, permukaan membran basolateral dari permukaan sel-sel absorptif,
sel menjadi ireguler, terdapat tonjolan yang mirip memasuki villus lakteal, dan dibawa oleh limf ke aliran darah.
pseudopodia. Selain itu, very low density lipoprotein (VLDL) yang
disintesis di haper, dan asam lemak yang berikatan dengan
Sel lemak multilokular sangat berbeda dengan sel lemak albumin, juga ditemukan di aliran darah.
unilokular pada beberapa hal. Pertama, sel lemak cokelat Di dalam kapiler pada jaringan lemak, VLDL, asam lemak,
berukuran lebih kecil dan lebih poligonal dari sel lemak dan kilomikron, akan terpapar pada lipase lipoprotein
putih. Lebih jauh lagi, karena sel lemak cokelat menyimpan (dibuat oleh sel lemak), yang akan menguraikannya menjadi
lemak dalam bentuk beberapa droplet kecil makan nukleus asam lemak dan gliserol didalam sel mereka sendiri dengan
yang berbentuk sferis tidak terdesak ke membran plasma. Sel asam lemak dari luar, untuk membentuk trigliserida, yang
lemak multilokular mengandung banyak mitokondria namun kemudian akan membentuk droplet lipid dalam sel-sel lemak
lebih sedikit ribosom bebas dibantidngkan sel lemak hingga mencapai jumlah yang dibutuhkan. Sel-sel lemak
unilokular (Gambar 6-7). Meskipin sel lemak cokelat tidak dapat mengubah glukosa dan asam amino menjadi asam
mengandung RER, namun mereka memiliki retikulum lemak melalui stimulasi unsulin.
endoplasma halus/smooth endoplasmic reticulum (SER). Norepinefrin akan dilepaskan dari ujung neuron
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 117

Bab 6 䡲 Jaringan Penyambung ■ ■ ■ 117

dibahas sebelumnya, sel mast sengat mungkin berasal dari


prekursor di dalam sumsum tulang (lihat Gambar 6-1).
Adanya beberapa macam granula di dalam sitoplasma
merupakan ciri khas sel mast (Gambar 6-10). Granula-granula
tersebut terikat pada membran dan berukuran antara 0,3-0,8
nm. Karena mengandung heparin (atau kondroitin sulfat),
suatu glikosaminoglikans yang tersulfatasi, granula akan
terpulas metakromatik dengan toluidin biru (misalnya,
toluidin biru akan menyebkan granula terpulas ungu).
Pengamatan dengan mikroskop elektron menemukan
bahwa granula berbeda dalam ukuran dan bentuk, dan
S menunjukkan variasi ultrastruktur bahkan pada sel yang sama.
Sitoplasma kurang jelas, namun mengandung beberapa
mitokondria, sedikit RER yang tersebar, dan kompleks Golgi
yang relatif kecil.
Selain heparin, granula del mast juga mengandung
histamin (atau kondroitin sulfat), protease netral
S (triptase, kimase, dan karboksipeptidase), aril sulfatase (juga
enzim lainnya, seperti superoxide dismutase), faktor
kemotaktis eosinofil/eosinophil chemotactic factor
(ECF), dan neutrophil chemotactic factor (NCF).
Berbagai agen farmakologi ini terdapat dalam granula dan
disebut juga mediator primer (disebut juga preformed
Gambar 6-6 Gambaran mikroskop cahaya jaringan lemak putih pada mediators). Selain substansi yang didapatkan di dalam
hipodermis monyet (xl32). Lemak terlarut selama proses pembuatan granula, sel mast mensintesis sejumlah mediaotor dari
sajian. Perhatikan bagaimana sitoplasma dan inti (tanda panah) terdesak prekursor asam arakhidonat di membran. Beberapa mediator
ke perifer. Septa (S) membagi lemak menjadi lobulus.
yang baru disintesis ini di antaranya adalah leukotrien (C4,
D4, dan E4), tromboksan (TXA2 dan TXB2), dan
prostaglandin (PGD2). Sejumlah sitokin lainnya, namun
simpatis postganglionic di sekitar sel lemak. Selain itu, selama bukan dari prekursor asam arakhidonat juga dilepaskan,
seperti platelet-activating factor (PAF),
kegiatan latihan yang berat, epinefrin, dan norepinefrin
bradikinin,interleukin (IL-4, IL-5, IL-6), dan tumor
dilepaskan oleh medula suprarenal. Kedua hormon tersebut necrosis factor-alpha (TNF-A). Seluruh mediator yang
berikatan dengan reseptor masing-masing di plasmalema adiposit, baru semuanya disintesis ini terbentuk saat mereka akan
mengaktifkan siklase adenilat untuk membentuk adenosin dilepaskan dan semuanya disebut sebagai mediator
monofosfat siklik (cAMP), suatu second messenger, yang akan sekunder atau mediator yang baru disintesis.
mengaktifkan lipase sensitif-hormon/hormone-sensitive
lipase . Enzim ini merombak trigliserida menjadi asam lemak dan
gliserol, yang selanjutnya akan dilepaskan ke peredaran darah. Perkembangan Sel Mast dan Distribusinya
Karena basofil sel mast memiliki beberapa karakteristik yang
Sel lemak didapatkan di seluruh tubuh di dalam jaringan sama, pernah diyakini bahwa sel mast adalah basofil yang
penyambungan longgar dan terkonsentrasi di sepanjang
meninggalkan peredaran darah untuk menjalankan fungsinya
pembuluh darah. Sel-sel ini juga bisa terakumulasi sebagai
dalam jaringan penyambungan. Saat ini diketahui bahwa
massa, dan membentuk jaringan lemak.
basofil dan sel mast adalah dua sel yang berbeda serta
memiliki dua prekursor yang juga berbeda serta memiliki dua
Sel Mast prekursor yang juga berbeda (lihat Gambar 6-1). Prekursor
sel mast mungkin berasal dari sumsum tulang, bersirkulasi di
Sel mast berasal dari sel punca sumsum tulang dan dalam peredaran darah dalam jangka waktu yang singkat,
berfungsi memperantarai proses inflamasi dan reaksi dan kemudian memasuki jaringan penyambung,tempat
hipersensitifitas intermediate. mereka berdiferensiasi menjadi sel mast dan memiliki
granula sitoplasmik tang menjadi karakteristiknya. Sel-sel ini
Sel mast adalah salah satu sel tetap berukuran besar di dalam memiliki masa hidup kurang dari beberapa bulan dan
jaringan penyambungan, memiliki diameter 20-30 nm. Sel mast kadang-kadang mengalami pembelahan sel.
berbentuk ovoid dan memiliki nukleus yang terletak di tengah, Sel mast berlokasi di seluruh tubuh di dalam jaringan
berbentuk sferis (Gambar 6-9). Tidak seperti sel lain yang telah- penyambungan sejati, terkonsentrasi di sekitar pembuluh dar-
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 118

118 䡲 䡲 䡲 Bab 6 䡲 J aringan Penyambungan

Gambar 6-7 Jaringan lemak multilokular (lemak


coklat) pada kelelawar (x ll.000). Perhatikan banyak
sekali mitokondria yang tersebar di dalam sel (Dari
Fawcett, DW: An Atlas of Fine Structure . The Cell .
Philadelphia, WB Saunders, 1966.)

ah kecil. Mereka juga terdapat dalam jaringan Aktivitas Sel Mast dan Degranulasi
penyambungan subepitetial pada sistem respirasi dan
pencernaan. Sel mast pada jaringan penyambungan Sel mast memiliki reseptor permukaan Fc dengan afinitas tinggi
granulanya kebanyakan mengandung heparin di dalam, (FceRI) untuk imunoglobulin E (IgE). Sel mast berfungsi dalam
sementara sel mast pada saluran cerna mengandung sistem imun dengan memulai respons inflamasi yang dikenal
kondrointin sulfat, bukan heparin. Sel yang disebut sebagai reaksi hipersensitivitas segera (bentuk sistemiknya
terakhir ini disebut sel mast mukosa. dikenal sebagai reaksi anafilaktik, yang bisa mengakibatkan
kematian). Respons ini secara umum distimulasi oleh protein
Penyebab terbentuknya dua macam populasi sel mast
asing (antigen) seperti sangat lebah, pollen, dan obat-obatan
belumlah dipahami. Lebih jauh lagi, dipastikan bahwa
tertentu, sebagai berikut:
sel mast bervariasi secara fenotip, morfologi,
histokimia, kandungan mediator, dan respons. 1 Pemaparan awal terhadap salah satu antigen tersebut akan
Karenanya, populasi sel mast yang berbeda secaara menyebabkan pembentukan IgE, yang akan berkaitan dengan
fenotip kemungkinan juga mempunyai fungsi berbeda resptor FceRI pada plasmalema sel mast, yang kemudian akan
dalam keadaan sehat dan sakit. mensensitisasi sel tersebut.
Sebagai contoh, sel mast mukosa melepaskan 2 Pada pemaparan berturutan terhadap antigen yang sama,
histamin untuk memfasilitasi aktivitas sel parietal di antigen berkaitan dengan IgE pada permukaan sel mast,
dalam lambung untuk memproduksi asam klorida (asam menyebabkan ikatan silang pada ikatan IgE dan mengakibat-
lambung).
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 119

Bab 6 䡲 Jaringan Penyambung ■ ■ ■ 119

SEL LEMAK KAPILAR

Gambar 6-8 Transpor lipid antara


kapiler dan adiposit. Lipid diedarkan di
dalam aliran darah dalam bentuk
kilomikron dan verylow-density- Pemecahan Gliserol
lipoproteins (VLDLs). Lipoprotein trigliserida
lipase yang dibuat oleh sel lemak dan menjadi gliserol
dihantarkan menuju lumen kapiler, akan Trigliserida disimpan dan asam lemak Asam lemak
menghidrolisis lemak menjadi asam dalam droplet oleh lipase
lemak dan gliserol. Asam lemak Albumin
sensitif-hormon
berdifusi ke dalam jaringan penyambung
pada jaringan lemak, dan menuju liposit, Beredar di
di mana akan direesterifikasi menjadi dalam darah
trigliserida untuk disimpan. Jika
dibutuhkan, trigliserida yang tersimpan Glukosa
tersebut akan dihidrolisis oleh hormone-
sensitive lipase menjadi asam lemak dan
gliserol. Keduanya kemudian akan Gliserol Kilomikron
memasuki jaringan penyambung pada fosfat
jaringan lemak dan kemudian menuju Partikel
kapiler, tempat mereka akan berikatan VLDL
dengan albumin dan diedarkan di dalam Asam
darah. Glukosa dari kapiler dapat lemak bebas
Dipecah oleh
diantarkan menuju adiposit,yang lipase lipoprotein
kemudian akan membentuk lipid dari menjadi asam
sumber-sumber karbohidrat. lemak bebas di
dalam kapilar

Gambar 6-9 Gambaran mikroskop cahaya sel mast (tanda panah) pada Gambar 6-10 Gambaran mikroskop elektron sel mast pada tikus
jaringan penyambung monyet (x540). Granula di dalam sel mast (x5.500). Perhatikan granula padat yang mengisi sitoplasma (Dari
mengandung histamin dan agen prekursor farmakologik lainnya. Leeson TS, Leeson CR, Paparo AA: Text/Atlas of Histology.
Philadelphia, WB Saunders, 1988.)
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 120

120 䡲 䡲 䡲 Bab 6 䡲 Jaringan Penyambung

kan reseptor mengelompok (Gambar 6-11). Peningkatan Ca2+ sitosolik menyebabkan granula sekresi
3 Ikatan silang dan pengelompokan tersebut menyebabkan menyatu satu sama lain, dan juga dengan membran sel.
membrane-bound receptor coupling factors teraktivitas; Proses ini mengakibatkan degranulasi, penglepasan isi
yang akan memulai setidaknya dua proses yang tidak granula, yaitu histamin, heparin, protease netral, aril sulfatase
berhubungan - penglepasan mediator primer dari granula dan enzim lainnya, faktor kemotaktik eosinofil, dan faktor
kemotaktik neutrofil.
dan sintesis serta penglepasan mediator sekunder dari
prekursor asam arakhidonat dan dari sumber sitoplasma dan 6 Ikatan silang IgE yang terikat membran juga
membran lipid lainnya. mengaktivitasi fosfolipase A2 yang bekerja pada membran
4 Penglepasan mediator preformed (mediator primer) terjadi fosfolipid untuk membentuk asam arakhidonat.
akibat aktivitas siklase adenilat, suatu enzim yang 7 Asam arakhidonat diubah menjadi mediator sekunder
bertanggung jawab dalam proses perubahan adenosin difosfat yaitu lekotrin C4, D4, dan E4, prostaglandin D2, dan
(ADP) menjadi cAMP. tromboksan A2. Sel mast juga melepaskan substansi-
substansi farmakologis lainnya yang baru dibentuk dan juga
5 Peningkatan kada cAMP ini menyebabkan aktivitas
sitokin. Penting diingat bahwa berbagai mediator sekunder
penglepasan ion kalsium (Ca2+) dari tempat penyimpanan
tersebut tidak tersimpan di dalam granula namun diproduski
intraselular dan memfasilitasi inluks dari sumber ekstraselular. dan kemudian langsung dilepaskan.

1 Kompleks ikatan antigen dengan reseptor


IgE menyebabkan ikatan silang IgE dan
pengelompokan reseptor

Antigen IgE

Reseptor
Fc
Faktor pemasangan
("coupling") reseptor

2 Aktivasi siklase
adenilat

3 Aktivasi kinase
protein

4 Fosforilasi
protein

5 Penglepasan
Ca2+
5a Aktivasi 6 Penyatuan
fosfolipase granula-granula
7 Penglepasan Kondroitin sulfat
kandungan granula Histamin
6a Konversi asam Heparin
arakhidonat di ECF
membran NCF
Aryl sulfatase

7a Sekriasi:
Lekotrin
Thromboksan
Prostaglandin

Gambar 6-11 Ikatan antigen dan ikatan silang kompleks imunoglobulin E (lgE)-reseptor pada membran sel mast. Peristiwa ini memicu rangkaian
respons sehingga akan terjadi sintesis dan penglepasan leukotrien dan prostaglandin , akan terjadi juga degranulasi , sehingga akan dilepaskan
histamin , heparin , eosinofil chemotactic factor (ECF), dan neutrophil chemutactic factor (NCF).
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 121

Bab 6 䡲 Jaringan Penyambung ■ ■ ■ 121

Tabel 6-1 memuat berbagai sumber asal dan aktivitas genantibodi, menghancurkan parasit yang muncul, dan
mediator primer dan sekunder penting yang dilepaskan sel membatasi respons inflamasi.
mast selama proses reaksi hipersensitif segera. Berbagai 4 Faktor kemotaktik neutrofil akan menarik neutrofil ke
mediator ini memulai respons inflmasi, mengaktifkan system tempat terjadinya inflamasi. Sel-sel ini kemudian akan
pertahanan tubuh dengan menarik lekosit menuju tempat memfagosit dan membunuh mikroorganisme (jika muncul).
inflamasi, dan meningkatkan derajat inflmasi. 5 Leukotrein C4, D4, dan E4 meningkatkan permeabilitas
TAHAPAN DAN BERBAGAI PERISTIWA vaskular dan menyebabkan bronkospasme. Zat-zat tersebut
PADA RESPONS INFLAMASI memiliki efek vasoaktif ribuan kali lebih besar dibandingkan
1 Histamin menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan dengan histamin.
permeabilitas vaskular pada pembuluh darah yang 6 Prostaglandin D2 menyebabkan bronkospasme
dipengaruhinya. Histamin juga menyebabkan bronkospasme sekresi mukus oleh lapisan mukosa bronkus.
dan meningkatkan produksi mukus pada saluran pernapasan. 7 PAF menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular.
2 Komponen-komplemen keluar dari pembuluh darah dan 8 Tromboksan A2 adalah mediator agregasi platelet yang
dipecah oleh protease netral menjadi zat-zat tambahan kuat dan juga menyebabkan vasokonstriksi. Tromboksan A2
pada inflmasi. cepat berubah menjadi tromboksan B2, bentuk inaktifnya.
3 Faktor kemotaktik eosinofil akan menarik eosinofil ke 9 Bradikinin adalah vasodilator kuat yang menyebabkan
tempat inflamasi. Sel-sel kemudian memfagosit kompleks anti- permeabilitas vaskular. Bradikinin juga bertanggung jawab
dalam mekanisme nyeri.

TABEL 6-1 Mediator Primer dan Sekunder Utama yang Dilepaskan oleh Sel Mast

Tipe Sumber Mekanisme kerja


Substansi mediator
Histamin Primer Granula Meningkatkan permeabilitas vaskular, vasodilatasi, kontraksi
otot polos bronkus, produksi mukus
Heparin Primer Granula Mengikat antikoagulan dan menginaktivasi histamin

Kondroitin sulfat Primer Granula Mengikat dan menginaktivasi histamin

Aril sulfatase Primer Granula Menginaktivasi leukotrien C4, untuk membatasi respons
inflamasi

Protease-protease Primer Granula Pemecahan protein untuk mengaktivasi komplemen


netral (khususnya C3a); meningkatkan respons inflamasi
Faktor kemotaktik Primer Granula Merangsang eosinofil ke tempat inflamasi terjadi
eosinofil
Faktor kemotaktik Primer Granula Merangsang neutrofil ke tempat inflamasi terjadi
neutrofil
Leukotrin C4, D4, Sekunder Lipid membran Vasodilator; meningkatkan permeabilitas vaskular; kontraktan
dan E4 otot polos bronkus
Prostaglandin D2 Sekunder Lipid membran Menyebabkan kontraksi otot polos bronkus; meningkatkan
sekresi mukus; vasokonstriksi
Tromboksan A2 Sekunder Lipid membran Menyebabkan agregasi platet, vaskonstraksi

Bradikinin Sekunder Terbentuk akibat


Menyebabkan permeabilitas vaskular dan bertanggung
aktivitas enzim
jawab pada sensasi rasa sakit
dalam granula
Faktor aktivasi Sekunder Diaktivitas oleh Merangsang neutrofil dan eosinofil; menyebabkan peningkatan
platet (PAF) fosfolipase A2 permeabilitas vaskular dan kontraksi otot polos bronkus
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 122

122 䡲 䡲 䡲 Bab 6 䡲 Jaringan Penyambung

Makrofag
KORELASI KLINIS
Makrofag termasuk dalam sistem fagosit mononuklir
Penderita hay fever mengalami gejala alergi dan terbagi menjadi dua kelompok sel, fagosit dan
akibat penglepasan histamin oleh sel mast di 'antigen-presenting cells'.
mukosa nasal, menyebabkan edema lokal karena
peningkatan permeabilitas pembuluh darah kecil. Sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya, beberapa
Edema mukosa berdampak pada rasa penuh dan makrofag memiliki karakteristik sebagai sel tetap dan
kesulitan bernapas. sebagian lainnya sebagai sel kembara. Karena rnakrofag
Penderita serangan asma mengalami adalah fagosit aktif, fungsinya adalah membersihkan
kesulitan bernapas karena bronkospasme yang debris selular dan melindungi tubuh terhadap benda/unsur
disebabkan penglepasan leukotrien di paru. asing.
Karena degranulasi sel mast seringkali Makrofagmemiliki diameter 10 sampai 30 nm, dan berbentuk
merupakan fenomena lokal, jenis inflamasi yang tidak teratur (Gambar 6-12). Permukaan selnya tidak rata dan
terjadi biasanya ringan dan spesifik sesuai tempat bervariasi bentuknya, ada yang berupa tonjolan pendek dan
terjadinya inflamasi. Namun, risiko juga bisa tumpul, sampai berupa filopodia seperti jari. Makrofag yang
didapatkan pada mereka yang hiperalergik, lebih aktif memiliki lipatan dan lekuk pada membran plasma,
yang bisa mengalami reaksi hipersensitivitas sabagai akibat pergerakan sel dan fagositosis. Sitoplasmanya
segera (anafilaktik sistemik) menyusul paparan basofilik dan mengandung banyak vakuola kecil dan granula
sekunder terhadap alergen (misalnya sengatan pada yang berukuran kecil. Nukleus yang eksentrik pada
serangga, antibiotika ). Reaksi ini (syok makrofag berukuran lebih kecil dan lebih terpulas delap
anafilaktik), di antaranya adalah pernapasan dibandingkan dengan nukleus fibroblas, dan biasanya tidak
yang pendek dan penurunan tiba-tiba tekanan mempunyai nukleolus. Nukleus makrofag berbentuk khas, yaitu
darah, dapat terjadi dalam beberapa detik sampai ovoid dan biasanya berindentasi pada satu sisi, sehingga
beberapa menit dan dapat mengakibatkan menyerupai bentuk ginjal. Melalui mikroskop elektron terlihat
kematian (dalam waktu beberapa jam) jika tidak aparatus Golgi berkembang baik RER jelas, dan lisosom sangat
segera ditangani. Individu yang rentan terhadap banyak terlihat sebagai granula yang kecil dan padat di bawah
kondisi ini biasanya mengenakan gelang mikroskop cahaya.
kedaruratan medik yang akan menarik perhatian Saat makrofag muda mulai matur, ukurannya
untuk pertolongan medik segera sesuai bertambah, dan meningkat pula profil RER, kompleks
kebutuhan. Golgi, mikrotubul, lisosom, mikrofilamen, dan sintesis
protetin.

Gambar 6-12 Gambaran mikroskop elektron


makrofag pada epididimis tikus (Dari
Flickinger CJ, Herr CJ, Sisak JR, Howards
SS: Ultrastructure of epididymal interstitial
reactions following vasectomy and
vasovasostomy. Anat Rec 235: 61-73,
1993.)
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 123

Bab 6 䡲 Jaringan Penyambung ■ ■ ■ 123

Perkembangan Makrofag Pada keadaan inflamasi kronik, makrofag akan


dan Distribusinya berkumpul, ukurannya menjadi sangat besar, dan menjadi sel
epiteloid poligonal. Jika partikel asing yang harus disingkirkan
Para ahli histologi awalnya meyakini bahwa
berukuran sangat besar, maka beberapa sampai banyak makrofag
makrofagbberasal dari sel prekursor di dalam sistem
retikuloendotelial, termasuk di dalamnya sel akan bersatu membentuk sel datia benda asing (foreign body
nonfagositik seperti retikulosit. Klasifikasi ini kemudian giant cells), yaitu makrofag raksasa berinti banyak.
diganti dengan sistem fagosit mononuklir. Seluruh Makrofag yang terdapat di jaringan penyambung
anggota dari sistem fagosit mononuklear berasal dari sel dahulu disebut sebagai makrofag menetap. sedangkan
punca umum di dalam sumsum tulang, memiliki lisosom, makrofag yang berkembang akibat stimulus eksogen dan
mampu memfagosit, memiliki reseptor FceRI, dan reseptor bermigrasi menuju daerah tertentu di luar jaringan penyambung
untuk komplemen. disebut makrofag bebas. Kedua istilah tersebut sudah
Monosit berkembang dari sumsum tulang dan digantikan dengan istilah yang lebih deskriptif, yaitu makrofag
bersirkulasi di dalam darah. Saat mendapatkan sinyal yang penghuni (resident macrophages) dan makrofag pendatang
tepat, mereka akan meninggalkan aliran darah, berpindah (elicited macrophages) .
melalui endotel kapiler atau vena. Di dalam kompartemen
jaringan ikat, monosit akan matang dan menjadi makrofag, Fungsi Makrofag
yang dalam keadaan normal memiliki waktu hidup sekitar Makrofag memfagosit substansi asing, sel-sel yang rusak
2 bulan. Makrofag berasal dari monosit, yang dan tua, dan juga memfagosit debris seluler; mereka juga
pembentukannya diaktivasi oleh macrophage colony membantu inisiasi respons imun.
stimulating factor (M-CSF) (lihat Bab 10 dan Tabel 10-6).
Makrofag yang berlokasi di beberapa bagian tubuh Makrofag memfagosit sel yang tua, rusak, dan mati, juga debris
telah diberi nama spesifik sebelum asal mereka seluler, dan mencerna materi yang tertelan melalui kerja enzim
sepenuhnya dipahami. Maka, sel Kupffer di hepar hidrolitik di dalam lisosomnya (lihat Bab 2). Makrofag juga
(Gambar 16-3), dust cells atau sel debu di paru, sel membantu pertahanan tubuh dengan memfagosit dan
Langerhans di kulit, monosit pada darah, serta menghancurkan benda asing, termasuk mikroorganisme. Selama
makrofag pada jaringan penyambung, limpa, limfonodi, respons imun, berbagai factor-faktor yang dilepaskan limfosit
timus, dan sumsum tulang; kesemuanya merupakan akan mengaktivasi makrofag dan meningkatkan aktivitas
anggota sistem fagosit mononuklir dan memilki kesamaan fagositosisnya. Makrofag yang teraktivitasi bervariasi dalam
morfologi dan fungsi. Selain itu, osteoklas pada tulang bentuk, memiliki mikrovilli dan lamellipodia, dan
dan mikroglia di otak, meskipun secara morfologis memperlihatkan gerak yang lebih aktif dibandingkan makrofag
berbeda, juga termasuk di dalam sistem fagosit yang belum teraktivasi. Makrofag juga berperan penting dalam
mononuklir. mempresentasikan antigen kepada limfosit (lihat Bab 12).

KC

KC

Gambar 6-13 Gambaran mikroskop


cahaya hepar hewan yang disuntik
tinta India, memperlihatkan sel yang
dikenal sebagai sel Kupffer (KC),
yang memfagosit tinta tersebut
(x540).
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 124

124 䡲 䡲 䡲 Bab 6 䡲 Jaringan Penyambung

Sel Kembara (Sel Bebas) pada Leukosit


Jaringan Penyambung
Leukosit keluar dari peredaran darah selama proses
Seluruh sel kembara pada jaringan penyambung berasal dari
inflamasi, invasi oleh benda asing, dan respons imun agar
prekursor pada sumsum tulang (Gambar 6-1 ). Sel-sel ini akan
dapat melakukan fungsinya yang beragam dengan baik.
dibahas lebih detil pada bab-bab berikutnya.

Sel Plasma
Sel plasma berasal dari limfosit B dan
membentuk antibodi.

Meskipun sel plasma tersebar di seluruh jaringan penyambung,


mereka didapatkan dalam jumlah terbesar pada daerah yang
mengalami inflamasi kronik dan pada daerah tempat benda
asing dan mikroorganisme masuk ke dalam jaringan. Sel-sel
yang telah berdiferensiasi ini, yang merupakan derivat dari
limfosit B yang berinteraksi dengan antigen, memproduksi dan
mensekresi antibodi dan bertanggung jawab dalam imunitas
humoral (lihat Bab 10 dan 12).
Sel plasma berukuran besar, berbentuk ovoid, memiliki
diameter 20 µm , dengan nukleus yang terletak eksentrik,
memiliki masa hidup yang singkat yaitu sekitar 2 sampai 3
minggu. Sitoplasma terpulas basofilik yang menunjukkan RER
yang berkembang baik dengan cisterne yang rapat(Garnbar
6-14). Hanya terdapat sedikit mitokondria yang tersebar di
antara RER. Melalui mikroskop elektron terlihat kompleks
Golgi yang besar, jukstanuklir, dan sepasang sentriol (Gambar
6-15 dan 6-16). Pada mikroskop cahaya, struktur ini terdapat
pada daerah yang terpulas pucat di dekat nukleus. Nukleus
yang berbentuk sferis memperlihatkan heterokromatin yang
tersusun radier dari pusatnya, memberikan gambaran khas Gambar 6-14 Mikroskop cahaya sel plasma pada lamina propria
yeyunum monyet (x540). Perhatikan inti yang memberikan gambaran
seperti permukaan jam atau jari-jari roda pedati di bawah permukaan jam (tanda panah).
mikroskop cahaya.

Badan Golgi

Retikulum
endoplasma
Mitokondria kasar (RER)

Heterokromatin

Gambar 6-15 Gambaran sebuah sel


plasma dengan mikroskop elektron.
Susunan heterokromatin memberikan
gambaran inti yang serupa dengan
permukaan jam. (Dari Lentz TL: Cell
Fine Structure: An Atlas of Drawings
of Whole-Cell Structure . Philade lp hi
a, WB Saunders, 1971.)
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 125

Bab 6 䡲 Jaringan Penyambung ■ ■ ■ 125

Gambar 6-16 Gambaran mikroskop


elektron sel plasma pada lamina
propria pada duodenum tikus,
memperlihatkan retikulum
endoplasma kasar (RER) yang
berlimpah dan kompleks Golgi; M, RER
mitokondria; N, nukleus. Kepala
panah: vesikel kecil , Anak panah:
granula padat. (Dari Rambourd)
A,Clermont Y, Hermo L, Chretien
M: Formation of secretion granules
in the Golgi apparatus of plasma
cells in the rat. Am J Anat 184:
52-61,

1998.)

Leukosit adalah sel darah putih yang bersirkulasi di PENGGOLONGAN JARINGAN


dalam aliran darah. Tetapi sel ini sering bermigrasi melalui PENYAMBUT/IKAT
dinding kapiler untuk memasuki jaringan penyambung,
khususnya selama terjadi inflamasi, saat mereka memainkan Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, jaringan
berbagai fungsi. (Lihat Bab 10 untuk diskusi yang lebih penyambung (atau jaringan ikat) digolongkan menjadi
komprehensif, lihat juga simpulan pada Tabel 10-3). jaringan penyambung sejati - pembahasan utama dalam bab
Monosit telah didiskusikan pada bagian "Makrofag" ini - dan jaringan penyambung khusus, termasuk di dalamnya
adalah tulang rawan, tulang, dan darah. Penggolongan ketiga
Neutrofil memfagosit dan mencerna bakteri di adalah jaringan penyambung embrional. Tabel 6-2
daerah inflamasi akut, sehingga terbentuk pus yang menggambarkan penggolongan utama jaringan penyambung
merupakan kumpulan netrofil mati dan debris. dan sub-kelasnya.
Eosinofil, sebagaimana netrofil, akan ditarik menuju
daerah inflamasi oleh faktor kemotaktik lekosit. Eosinofil Jaringan Penyambung/Ikat Embrional
akan melawan parasit dengan melepaskan sitotoksin. Termasuk di dalam jaringan penyambungan embrional
Mereka juga akan menuju daerah tempat reaksi alergi adalah jaringan ikat mesinkim dan jaringan gelatinosa.
untuk mengatur reaksi alergi, dan memfagosit kompleks
antigen-antibodi. Jaringan ikat mesenkim/embrional hanya terdapat pada
Basofil (sama dengan sel mast) melepaskan zat-zat embrio dan terdiri atas sel mesenkim pada substansi dasar
yang baru disintesis dan yang dalam bentuk prekursor, amorf serupa gel yang mengandung serat retikulin yang
yang akan menginisiasi, mempertahankan, dan mengontrol tersebar. Sel mesenkim memiliki inti berbentuk oval dengan
proses inflamasi. susunan kromatin halus dan anak inti mencolok. Sitoplasma
Limfosit, hanya terdapat dalam jumlah sedikit di jaringan terpulas pucat dan memiliki beberapa tonjolan kecil ke
penyambung, kecuali di daerah inflamasi kronik, jumlah beberapa arah. Mitosis seringkali terlihat pada sel mesenkim
mereka berlimpah. Bab 10 mendeskripsikan lekosit lebih karena sebagian besar sel pada jaringan penyambung
detil, dan Bab 12 membahas limfosit. dihasilkan dari sel-sel ini. Diyakini bahwa sebagian besar
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 126

126 䡲 䡲 䡲 Bab 6 䡲 Jaringan Penyambung

Karakteristik jaringan ikat longgar adalah substansi


Tabel 6-2 Penggolongan Jaringan dasar yang berlimpah dan cairan jaringan (cairan
Penyambungan/Ikat ekstraseluler) yang di dalamnya terdapat sel-sel tetap pada
jaringan penyambung, yaitu fibroblas, sel lemak, makrofag,
A. Jaringan penyambung/ikat embrional sel mast, dan juga beberapa jenis sel yang tidak
1. Jaringan penyambung/ikat mesenkim berdiferensiasi. Selain itu, juga tersebar di seluruh substansi
2. Jaringan penyambung/ikat gelatinosa dasar, terdapat serat kolagen yang terpilin longgar, serat
B. Jaringan penyambung/ikat sejati retikulin, dan serat elastin. Ditemukan juga serabut saraf
1. Jaringan penyambung/ikat longgar (areolar) berukuran kecil serta pembuluh darah yang akan menyuplai
2. Jaringan penyambung/ikat padat oksigen dan nutrisi ke -sel.
a. Jaringan penyambung/ikat padat ireguler
b. Jaringan penyambung/ikat padat regular Karena jaringan ini terdapat tepat di bawah epitel yang tipis
(1) Kolagen pada saluran cerna dan saluran pernapasan, tempat awal tubuh
(2) Elastin mengatasi serangan antigen, bakteri, dan benda asing penyusup
3. Jaringan ikat retikular lainnya, maka jaringan ikat longgar mengandung banyak sel
4. Jaringan lemak kembara yang bertanggung jawab dalam proses inflamasi,
C. Jaringan penyambung khusus reaksi alergi, dan respons imun. Sel-sel tersebut, yang asalnya
1. Tulang rawan bersirkulasi di dalam darah, akan dilepaskan dari pembuluh
2. Tulang
darah sebagai respons terhadap rangsang inflamasi. Zat-zat
3. Darah
farmakologik yang dilepaskan oleh sel mast akan
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah kecil,
menyebabkan cairan plasma yang berlebih akan memasuki
ruang jaringan penyambung longgar, dan menjadikannya
sembab.
meskipun tidak seluruh sel mesenkim - pada embrio akan
ditemukan tersebar, dan secara bertahap akan berkurang
bahkan menghilang pada saat dewasa, kecuali pada pulpa KORELASI KLINIS
gigi. Namun pada dewasa, perisit yang pluripoten yang Pada kondisi normal, cairan ekstraseluler akan kembali ke
ditemukan di sepanjang kapiler, dapat berdiferensiasi menjadi dalam kapiler darah atau memasuki pembuluh limf untuk
sel-sel jaringan penyambung lainnya. kembali ke dalam darah. namun respons inflamasi yang
Jaringan ikat gelatinosa adalah jaringan penyambung panjang dan poten dapat menyebabkan akumulasi cairan
longgar yang amorf terdiri atas matriks serupa gel yang jaringan yang berlebihan sehingga tidak bisa kembali ke
terutama terdiri atas asam hialuronat dan mengandung sedikit kapiler darah atau pembuluh limf. Hal ini dapat
serat kolagen tipe I dan tipe III serta fibroblas. Jaringan ini menyebabkan pembengkakan masif atau edema pada
dikenal juga sebagai Wharton's jelly, didapatkan pada korda daerah tersebut. Edema dapat diakibatkan oleh
umbilikalis dan jaringan penyambung subdermis pada embrio. penglepasan histamin dan leukotrien C4 dan D4, yang
kesemuanya akan meningkatkan permeabilitas kapiler
Jaringan Penyambung/Ikat Sejati darah. Selin itu edema juga dapat diakibatkan oleh
obstruksi pembuluh vena atau limf.
Ernpat macam jaringan ikat sejati yang telah dikenal
(jaringan ikat longgar, jaringan ikat padat, jaringan
ikat retikular, dan jaringan lemak), memiliki perbedaan
dalam histologi, lokasi, dan fungsi masing-masing. Jaringan Penyambung/Ikat Padat

Jaringan Penyambungan/Ikat Longgar (Areolar) Jaringan ikat padat mengandung lebih banyak serat dan
sedikit sel dibandingkan dengan jaringan ikat longgar.
Jaringan penyambungan longgar (areolar) terdiri atas serat-
serat yang tersusun longgar dan sel-sel yang tersebar di Jaringan ikat padat mengandung sebagian besar komponen
dalam substansi dasar serupa gel. yang sama dengan jaringan ikat longgar, kecuali bahwa ia
memiliki lebih banyak serat dan lebih sedikit sel. Arab dan
Jaringan ikat longgar, dikenal juga sebagai jaringan pengaturan berkas-berkas kolagen pada jaringan ini
ikat areolar, mengisi ruang di bawah kulit, berada di bawah menyebabkannya tahan terhadap tekanan. Jika berkas kolagen
lapisan mesotel yang melapisi rongga tubuh, tunika tersusun acak, maka jaringan ini disebut jaringan ikat padat
adventisia pembuluh darah, dan di sekeliling parenkim ireguler. Sedangkan jika berkas kolagen tersusun secara paralel
kelenjar. Jaringan ikat longgar pada lapisan mukosa (seperti atau dalam susunan yang teratur maka disebut jaringan ikat
pada saluran cerna) disebut juga lamina propria. padat reguler, yang terbagi dalam tipe kolagen dan elastis.
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 127

Bab 6 䡲 Jaringan Penyambung ■ ■ ■ 127

CF

Gambar 6-18 Gambaran mikroskop cahaya jaringan ikat padat


kolagen (regular). Perhatikan berkas kolagen yang teratur dan paralel,
Gambar 6-17 Garnbaran mikroskop cahaya jaringan ikat padat dan inti fibroblas (yang terletak di antara berkas kolagen), yang
kolagen (ireguler) dari kulit tikus (xl32). Perhatikan banyak berkas memanjang.
kolagen (CF) dengan arah yang acak.

bisa didapatkan di pembuluh darah besar, ligamentum flava


pada kolomna vertebralis, dan ligamen suspensorium penis.
Jaringan ikat padat ireguler terutama mengandung serat
kolagen kasar yang terjalin kuat sehingga dapat menahan
tekanan dari segala arah (Gambar 6-17). Berkas kolagen Jaringan Penyambung/Ikat Retikular
tersusun sangat rapat sehingga ruang untuk substansi dasar dan Kolagen tipe III merupakan komponen utama jaringan ikat
sel sangat terbatas. Jalinan halus serat elastin seringkali retikular. Serat kolagen mernbentuk jaringan serupa jala yang
didapatkan tersebar di sekitar berkas kolagen. Fibroblas, sel di antaranya terdapat fibroblas dan sel makrofag (Gambar
yang paling berlimpah pada jaringan ini, ditemukan di antara 6-20). Fibroblaslah yang mensintesis kolagen tipe III. Jaringan
berkas kolagen. Jaringan ikat padat ireguler menyusun retikular membentuk rangka arsitektural sinusoid hepar,
antara lain dermis kulit, selubung saraf, serta simpai jaringan lemak, sumsum tulang, limfonodi, limpa, otot polos,
limpa, testis, ovarium, ginjal, dan limfonodus. dan pulau-pulau Langerhans.
Jaringan ikat padat (reguler) kolagen tediri atas
berkas kolagen yang tersusun padat membentuk silinder Jaringan Lemak
paralel atau selubung yang mampu menahan regangan
(Gambar 6-18). Karena susunan yang padat dari berkas Jaringan lemak dibagi menjadi dua jenis berdasarkan susunan
kolagen, maka hanya sedikit ruang yang bisa ditempati adiposit, unilokular atau multilokular. Perbedaan lain dari
substansi dasar dan sel. Fibroblas yang tipis dan seperti dua jenis sel lemak ini adalah pada warna, vaskularitas, dan
lembaran akan ditemukan di antara berkas kolagen dengan aktivitas metabolik.
sumbu panjangnya paralel terhadap berkas. Tendon (Gambar
6-19), ligamen, dan aponeurosis adalah contoh jaringan ikat Jaringan Lemak Putih (Unilokular)
padat (reguler) kolagen. Setiap sel lemak unilokular mengandung droplet lipid tunggal,
Jaringan ikat padat (reguler) elastis memiliki serat memberikan warna putih pada jaringan lemak yang tersusun
elastin kasar yang bercabang dengan sedikit serat kolagen yang atas sel-sel ini. (Pada individu yang asupan makanannya
membentuk jalinan. Fibroblas tersebar tidak merata di seluruh tinggi karotenoid, seperti wortel, jaringan lemak ini berwarna
ruang interstisial. Serat elastin terletak paralel satu dengan kuning). Jaringan lemak putih mendapat suplai pembuluh
lainnya, dan membentuk lembaran tipis atau fenestrated darah yang banyak, yang akan membentuk jalinan kapiler di
membranes (lembaran berfenestra). Fenestrated membranes seluruh jaringan. Pembuluh darah mendapat akses melalui
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 128

128 䡲 䡲 䡲 Bab 6 䡲 Jaringan Penyambung

Gambar 6-19 Gambaran mikroskop


cahaya potongan melintang tendon
monyet. Struktur hitam kecil yang
tersebar adalah inti fibroblas (x270).

dan penglepasan asam lemak bebas dan gliserol.


Lemak uniklokular ditemukan pada lapisan subkutan di
seluruh tubuh. Distribusinya di bagian tubuh juga ditentukan
oleh jenis kelaminan dan umur. Pada laki-laki, lemak
didapatkan pada leher, bahu, sekitar panggul, dan pantat. Saat
laki-laki menua, dinding abdomen menjadi tempat
penyimpanan tambahan. Pada perempuan, lemak didapatkan
pada payudara, pantat, panggul, dan paha sisi lateral. Juga, pada
kedua jenis kelamin, lemak tersimpan di rongga abdomen di
sekitar omentum dan mesenterium.

Jaringan Lemak Cokelat (Multlokular)


Jaringan lemak cokelat tersusun atas sel-sel lemak
multilokular, yang menyimpan lemak dalam droplet
multipel. Jaringan lemak ini terlihat berwarna cokelat
sampai cokelat kemerahan karena vaskularisasinya yang
banyak dan sitokrom yang terdapat di mitokondria yang
berlimpah (lihat Gambar 6-7).
Jaringan lemak multilokular memiliki susunan yang lobular
dengan vaskularisasi menyerupai suatu kelenjar. Jaringan
lemak cokleat sangat vaskular karena pembuluh darahnya
berlokasi di dekat adiposit. Serat saraf tak bermielin memasuki
jaringan, dengan akson yang berakhir pada pembuluh darah
Gambar 6-20 Gambaran mikroskop cahaya dari jaringan penyambung dan juga sel lemak, sementara pada jaringan lemak putih, serat
retikular (pulasan perak), menunjukkan jalinan serat retikulin (x270).
Sel-sel limfoid terlihat tersebar di antara serat retikulin (tanda panah).
saraf hanya berakhir pada pembuluh darah.
Meskipun telah lama diketahui bahwa sel lemak
multilokular didapatkan pada banyak spesies mamalia,
khususnya yang berhibernasi, dan juga pada kebanyakan bayi
septa jaringan ikat yang membagi jaringan lemak mamalia, masih belum jelas apakah lemak multilokular
menjadi lobulus-lobulus. Membran plasma sel lemak didapatkan pada manusia dewasa. Pada neonatus, sel lemak
putih mengandung reseptor untuk beberapa zat, seperti cokelat didapatkan pada regio leher dan interskapula. Saat
insulin, growth hormone, norepinefrin, dan manusia bertambah besar, droplet pada sel lemak cokelat akan
glukokortikoid, yang akan memfasilitasi pengambilan melebur dan membentuk satu droplet (sama dengan droplet
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 129

Bab 6 䡲 Jaringan Penyambung ■ ■ ■ 129

nyak dari pada lemak putih dan meningkatkan produksi panas


KORELASI KLINIS tubuh sampai tiga kali lipat pada lingkungan yang dingin.
Obesitas meningkatkan risiko berbagai masalah Reseptor sensoris pada kulit mengirim sinyal kepada pusat
kesehatan, termasuk diabetes mellitus tidak tergantung pengaturan suhu di otak, memberikan relay rangsang saraf
insulin (non insulin dependent diabetes mellitus) dan simpatik langsung kepada sel lemak cokelat. Norepinefrin
juga masalah pada sistem kardiovaskular. mengaktivasi enzim yang merombak trigliserida menjadi
Pada dewasa, obesitas dapat berkembang dalam dua asam lemak dan gliserol, yang akan memulai produksi panas
cara. Obesitas hipertrofik, diakibatkan akumulasi dan melalui oksidasi asam lemak di mitokondria. Thermogenin,
penyimpanan lemak dalam sel-sel lemak unilokular, suatu protein transmembran yang berlokasi pada membran
yang bisa meningkatkan ukurannya sampai empat kali dalam mitokondria, menyebabkan aliran balik proton dan
lipat. Obesitas hiperseluler, sebagaimana namanya, bukanlah menggunakan proton tersebut untuk sintesis
diakibatkan oleh adiposit yang sangat berlebihan. Jenis adenosine trifosfat (ATP). Sebagai hasil oksidasi uncoupling
obesitas ini biasanya parah atau berat. dari proses fosforilasi ini, aliran proton akan menghasilkan
energi dalam bentuk panas.
Meskipun adiposit matur tidak membelah,
prekursornya telah berproliferasi pada tahap-tahap awal
sesudah kelahiran. Didapatkan bukti penting bahwa Histogenesis Jaringan Lemak
memberi makan bayi baru lahir dengan berlebihan Diyakini bahwa sel lemak berasal dari sel punca embrionik
selama beberapa minggu dapat meningkatkan jumlah yang tidak berdiferensiasi, yang kemudian berkembang
prekursor adiposit, akan mengawali peningkatkan menjadi preadiposit, suatu sel yang karena berada di bawah
jumlah adiposit, dan memulai tahap obesitas hiperseluler pengaruh faktor-faktor aktivasi serial, akan berubah menjadi
saat dewasa. Bayi yang kelebihan berat badan adiposit.
(overweight) setidaknya akan mengalami obesitas saat Pandangan lain yang predominan adalah, jaringan lemak
dewasa dengan kemungkinan sebanyak tiga kali lipat berkembang melalui dua proses yang berbeda. Pada proses
dibandingkan bayi dengan berat badan rata-rata. Saat ini pembentukan lemak primer, yang terjadi pada masa awal
telah dipahami bahwa individu yang menunjukkan fetus, kelompok sel-sel epiteloid prekursor, kemungkinan
obesitas yang berat juga menunjukkan peningkatan preadiposit, terdistribusi pada beberapa lokasi tertentu pada
populasi adiposit, meskipun belum dimengerti benar janin yang sedang berkembang. Pada jaringan ini droplet lipid
bagaimana hal ini terjadi. mulai terakumulasi pada jaringan lemak cokelat. Memasuki
Juga diketahui bahwa terdapat dasar genetik pada masa akhir janin, sel-sel fusiform prekursor lainnya
beberapa kasus obesitas. Mutasi gen yang bertanggung berdiferensiasi di banyak area pada jaringan penyambung
jawab untuk menyandi leptin akan menghasilkan bentuk janin dan akan mulai mengakumulasi lemak yang akan
inaktif hormon tersebut. Karena leptin mengatur pusat menyatu menjadi droplet tunggal pada setiap sel, seperti
nafsu makan pada hipotalamus, individu yang tidak inilah pembentukan sel-sel lemak unilokular pada dewasa.
memproduksi leptin atau memproduksi bentuk inaktif Proses ini dinamakan pembentukan lemak sekunder.
hormon ini, memiliki nafsu makan yang luar biasa dan Haruslah dipahami bahwa jaringan lemak cokelat didapatkan
mengalami penambahan berat badan yang tidak pada janin atau embrio, dan jaringan lemak putih muncul
terkontrol. hanya sesudah lahir.

KORELASI KLINIS
pada lemak putih). Maka, meskipun orang dewasa sepertinya Tumor jaringan lemak dapat bersifat jinak atau
hanya memiliki jaringan lemak unilokular, terdapat bukti ganas. Lipoma adalah tumor jinak adiposit yang
bahwa merekapun memiliki lemak cokelat. Gambaran ini bisa umum ditemukan, sementara liposarkoma
diperlihatkan pada kondisi beberapa penyakit pada orang tua, adalah tumor ganas adiposit. Liposarkoma
dimana sel lemak multilokular terbentuk kembali di area yang umumnya ditemukan pada daerah tungkai dan
sama dengan neonatus. jaringan retroperitoneal, meskipun bisa juga
Lemak cokelat berhubungan dengan produksi terbentuk di bagian tubuh manapun. Sel tumor
panas tubuh karena terdapat mitokondria dalam jumlah besar dapat menyerupai adiposit unilokular maupun
pada adiposit multilokular yang menyusun jaringan sel. Sel ini multilokular, sebuah indikator bahwa individu
dapat mengoksidasi asam lemak sampai duapuluh kali lebih ba- dewasa memiliki kedua jenis jaringan lemak ini.
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:26 PM Page 131

Kartilago (Tulang Rawan)


7 䡲 䡲 䡲

dan Tulang

Kartilago dan tulang termasuk jaringan penyambung khusus. 䡲 Kartilago hialin mengandung kolagen tipe II di dalam
Kartilago rnemiliki ciri matriks yang kuat dan mampu menahan matriksnya; merupakan kartilago yang paling banyak
tekanan mekanik. Matriks tulang adalah salah satu jaringan terdapat pada tubuh dan memliki beragam fungsi.
terkeras pada tubuh, dan juga mampu menahan tekanan yang 䡲 Kartilago elastis mengandung kolagen tipe II dan serat
diberikan kepadanya. Kedua jenis jaringan penyambung ini elastin yang sangat banyak di dalam matriksnya, sehingga
memiliki sel khusus yang mampu mensekresikan matriks yang lebih lentur.
selanjutnya akan mengurung sel-sel tersebut. Meskipun 䡲 Fibrokartilago memiliki kolagen tipe I yang padat dan
kartilago dan tulang memiliki fungsi yang berbeda, beberapa tampak kasar di dalam matriksnya, memungkinkannya
fungsi mereka sama dan saling berhubungan. Keduanya terlibat tahap terhadap regangan yang kuat.
dalam menyokong tubuh karena berperan pada sistem rangka. Perikondrium adalah selubung jaringan penyambung
Kebanyakan tulang panjang pada tubuh di masa embrio yang menutupi sebagian besar kartilago. Perikondrium
terbentuk sebagai kaltilago, yang kemudian akan digantikan memiliki lapisan fibrosa di sisi luar dan lapisan selular di sisi
oleh tulang; proses ini disebut sebagai penulangan dalamnya yang mensekresikan matriks kartilago.
endokondral. Sebagian besar tulang pipih terbentuk di dalam Perikondrium bersifat vaskular, dan pembuluh darah di
selubung membran yang sebelumnya sudah ada sebagai suatu dalamnya mensuplai nutrisi bagi sel-sel kartilago. Pada area
cetakan; karenanya metode esteoganesis ini disebut juga dimana kartilago tidak memiliki perikondrium (misalnya pada
penulangan intramembranosa. permukaan sendi pada tulang), sel-sel kartilago mendapat
nutrisi dari cairan sinovial di permukaan sendi. Perikondrium
KARTILAGO didapatkan pada kartilago elastis dan sebagian besar karilago
hialin, namun tidak ditemukan pada fibrokartilago.
Kartilago memiliki sel yang disebut kondrosit, yang berada
pada rongga kecil yang disebut lakuna, di dalam matriks Kartilago Hialin
ekstraselular yang disekresikan kondrosit tersebut. Substansi
pada kartilago bersifat avaskular dan juga tidak memiliki saraf
atau pembuluh limf; namun sel-sel mendapatkan nutrisi dari Kartilago hialin, adalah jenis kartilago yang paling
pembuluh darah yang mengelilingi jaringan penyambung, banyak didapatkan pada tubuh, akan menjadi rangka
melalui proses difusi pada matriks. Matriks ekstraselular terdiri bagi penulangan endokondral.
atas glikosaminoglikans dan proteoglikans, yang
berhubungan erat dengan kolagen dan serat elastin di dalam Kartilago hilain, merupakan substansi berwarna abu-abu
matriks. fleksibilitas dan resistensi terhadap tekanan yang kebiruan, agak transparan, dan lentur, adalah kartilago yang
dimiliki kartilago memungkinkannya berfungsi sebagai paling banyak didapatkan di tubuh. Lokasinya antara lain
peredam kejut, dan permukaannya yang licin memungkinkan terdapat pada hidung dan laring, bagian akhir sisi ventral
terjadinya gerak yang hampir bebas friksi pada sendi, dimana permukaan costae, dan permukaan yang bergerak pada sencli
kartilago melapisi permukaan sendi pada tulang. tubuh. Selain itu, kartilago juga merupakan cetakan bagi
Terdapat tiga macam kartilago berdasarkan serat yang ter- sebagian besar tulang selama perkembangan embrionik dan
dapat pada matriksnya (Gambar 7- 1 dan Tabel 7-1): membentuk lempeng epifisis pada tulang yang sedang tumbuh
(lihat Tabel 7-1).

131
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:26 PM Page 132

132 䡲 䡲 䡲 Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang

KARTILAGO HIALIN Histogenesis dan Perkembangan


Perikondrium Kartilago Hialin

Matriks Sel-sel yang bertanggung jawab pada pembentukan


Interteritorium kartilago hialin berdiferensiasi dari sel-sel mesenkim.

Matriks
Interteritorium pada area tempat terbentuknya kartilago, sel-sel mesenkim
tunggal menarik prosesus mereka, melingkar, kemudian akan
Lakuna tanpa
kondrosit mengumpul menjadi masssa padat yang disebut pusat
pembentukan tulang rawan. Sel-sel ini akan berdiferensiasi
Kelompok isogen menjadi kondroblas dan mulai mensekresikan matriks
Kondrosit
kartilago tertentu di sekeliling mereka. Saat proses ini berlanjut,
di lakuna kondroblas terkurung di dalam matriksnya sendiri sebagai
kompartemen tunggal berukuran kecil yang disebut lakuna.
Kondroblas yang dikelilingi oleh matriks disebut sebagai
kondrosit (Gambar 7-2). Sel-sel ini masih mampu membelah
KARTILAGO ELASTIS
diri, membentuk kelompokan yang terdiri atas dua sampai sel di
Perikondrium dalam lakuna. Kelompokan ini disebut sebagai kelompok
isogen, dan mewakili satu, dua, atau lebih pembelahan sel dari
sebuah kondrosit asal (lihat Gambar 7-1). Ketika sel-sel pada
Kondrosit kelompok isogen membuat matriks, mereka akan menjauh satu
sama lain, membentuk lakuna terpisah dan menyebabkan
Serat elastin pembesaran kartilago dari dalam. Jenis pertumbuhan seperti ini
disebut pertumbuhan interstisial.
Sel-sel mesenkim pada tepi tulang rawan yang sedang
berkembang akan berdiferensiasi untuk membentuk fibroblas.
Sel-sel ini membentuk jaringan penyambung padat kolagen
iregular, perikondrium, yang bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan dan pemeliharaan kartilago. Perikondrium
memiliki dua lapisan, lapisan luar fibrosa yang tersusun atas
kolagen tipe I, fibroblas , dan pembuluh darah; dan lapisan
FIBROKARTILAGO
dalam selular, tersusun sebagian besar atas sel-sel
kondrogenik. Sel-sel kondrogenik menjalani pembelahan dan
berdiferensiasi menjadi kondroblas, yang akan mulai
membentuk matriks. Pada jenis ini kartilago juga tumbuh dari
sisi tepinya, sebuah proses yang disebut pertumbuhan
Kondrosit aposisional.
Pertumbuhan interstisial hanya terjadi pada fase awal
pembentukan kartilago hialin. Kartilago sendi akan
Serat kolagen kekurangan perikondrium dan ukurannya bertambah besar
hanya melalui pertumbuhan interstisial. Jenis pertumbuhan
seperti ini juga terjadi pada lempeng epifisis tulang panjang,
dimana lakuna tersusun pada arah longitudinal, paralel dengan
sumbu panjang tulang; karenanya pertumbuhan interstisial
menyebabkan terjadinya pertambahan panjang tulang. Kaitilago
pada bagian lain dari tubuh akan tumbuh terutama melalui
aposisi, sebuah proses terkontrol yang akan berlanjut selama
masa hidup kartilago.
Gambar 7-1 Jenis-jenis kartilago.
Adalah hal yang menarik dimana sel-sel mesenkim yang
berlokasi di dalam pusat kondrifikasi akan terinduksi untuk
menjadi kondroblas yang bersekresi melalui perlekatannya dan
kondisi kimiawi dari matriks ekstraselular di sekelilingnya.
Selain itu, jika kondroblas dipindahkan dari matriksnya dan
tumbuh pada selapis substrat berdensitas rendah, mereka akan
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:26 PM Page 133

Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang ■ ■ ■ 133

TABEL 7-1 Jenis-jenis Kartilago

Jenis Karakteristik Khas Perikondrium Lokasi


Hialin Kolagen tipe II, matriks basofilik, Perikondrium terdapat pada Bagian ujung artikular tulang
kondrosit biasanya tersusun sebagian besar bagian tubuh panjang, hidung, laring, trakhea,
berkelompok (pengecualian: kartilago sendi bronkhi, bagian ujung ventral iga
dan epifisis)
Elastin Kolagen tipe II, serat elastin Terdapat perikondrium Daun telinga, dinding kanalis
auditoris, tuba Eustachius, epiglotis,
kartilago kuneiformis pada laring

Fibrokartilago Kolagen tipe II, matriks asidofilik; Tidak ada perikondrium Diskus intervertebralis, simfisis
Kondrosit tersusun dalam baris pubis, insersi beberapa
paralel di antara kumpulan kolagen; tendon
selalu dihubungkan dengan jaringan
ikat padat kolagen regular atau
kartilago hialin

Sel-sel pada Kartilago

Terdapat tiga jenis sel yang berhubungan dengan kartilago:


P
sel-sel kondrogenik, kondroblas, dan kondrosit (lihat Gambar
7-2).
Sel-sel kondrogenik adalah sel berbentuk gelendong,
Cg
kecil, yang berasal dari sel-sel mesenkim. Mereka memiliki
inti berbentuk ovoid dengan satu atau dua anak inti.
Cb Sitoplasma tipis, dan pada gambaran mikroskop elektron
terlihat aparatus Golgi yang kecil, sedikit mitokondria,
beberapa retikulum endoplasmik kasar (RER), dan
ribosom bebas yang sangat banyak. Sel-sel ini dapat berdifer-
ensiasi sebagai kondroblas dan sel-sel osteoprogenitor.
Kondroblas berasal dari dua macam sel: sel-sel
C
C mesenkim yang berlokasi di dalam pusat kondrifikasi dan
sel-sel kondrogenik di dalam lapisan dalam perikondrium
(sebagaimana dalam pertumbuhan aposisional). Kondroblas
berbentuk bulat, basofilik, dan terlihat berbagai organel yang
dibutuhkan dalam sintesis protein. Gambaran dengan
mikroskop elektron menunjukkan sel-sel ini mengandung
banyak RER, kompleks Golgi yang berkembang baik,
beberapa mitokondria, dan vesikel sekretorik yang berlimpah.
Kondrosit adalah kondroblas yang dikelilingi oleh
matriks. Sel-sel yang berada di perifer berbentuk ovoid,
sedangkan yang berada pada lapisan yang lebih dalam
Gambar 7-2 Gambaran mikroskop cahaya dari kartilago hialin berbentuk lebih bulat, dengan diameter antara 10 sampai 30
(x270). Perhatikan kondrosit berukuran besar berbentul oval (C)
yang terkurung di dalam lakunanya. Di atas kondrosit terdapat
µm. Proses histologis menyebabkan terjadinya penyusutan
kondroblas terelongasi (Cb), dan di paling atas adalah perikondrium dan distorsi sel. Kondrosit memiliki inti yang besar dan anak
(P) dan lapisan sel kondrogenik (Cg). inti yang menonjol, serta organel lainnya sebagaimana sel
yang mensekresikan protein. Kondrosit muda memiliki
berhenti mensekresikan "matriks kartilago" yang mengandung sitoplasma yang terpulas pucat dengan banyak mitokondria,
kolagen tipe II. Sebaliknya, sel-sel tersebut akan menjadi sel satu RER yang berkembang, aparatus Golgi yang berkembang
yang menyerupai fibroblas dan memulai mensekresikan kolagen baik, dan glikogen. Kondrosit yang lebih tua, yang relatif
tipe I. lebih tidak bergerak, organelnya sangat banyak berkurang,
dengan ribosom bebas yang melimpah. Karenanya, sel-sel ini
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:26 PM Page 134

134 䡲 䡲 䡲 Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang

dapat rnenyelesaikan sintesis protein jika berubah menjadi berperan dalam kemampuan kartilago menahan tekanan.
konclroblas. Tidak hanya proteglikans yang terhidrasi yang mengisi celah
di antara kumpulan serat-serat kolagen, namun rantai
Matriks Kartilago Hialin glikosaminoglikansnya juga membentuk ikatan elektrostatik
dengan kolagen. Maka, substansi dasar dan serat pada matriks
membentuk jaringan molekul berikataan silang yang tahan
Matriks pada kartilago hialin terdiri atas kolagen tipe II,
terhadap regangan.
proteoglikans, glikoprotein, dan cairan ekstraselular.
Matriks kartilago juga mengandung glikoprotein adhesif
Matriks kartilago hialin yang berwarna abu-abu kebiruan yang disebut kondronektin. molekul besar ini, sama dengan
yang agak transparan, mengandung kolagen sampai 40% fibronektin, memiliki tempat berikatan terhadap kondrosit dan
berat keringnya. selain itu, juga mengandung proteoglikans, kondroblas untuk kolagen tipe II, kondrotin 4-sulfat, kondrotin
glikoprotein, dan cairan ekstraselular. Karena indeks refraksi 6-sulfat, asam hialuronat, dan integrin (protein transmembran).
dari serat kolagen dan substansi dasar adalah hampir sama; kondronektin akan membantu sel-sel ini dalam memelihara
matriks akan sebagai terlihat massa homogen amorf di kontak dengan komponen serat dan amorf pada matriks.
bawah mikroskop cahaya.
Matriks pada kartilago hialin terutama mengandung Histofisiologi Kartilago Hialin
kolagen tipe II, namun tipe IX,X, dan XI, dan kolagen Licinnya kartilago hialin dan kemarnpuannya untuk tahan
langka lainnya, juga akan didapatkan dalam jumlah kecil. terhadap tekanan dan regangan sangat penting bagi fungsinya
kolagen tipe II tidak membentuk kumparan yang besar, di permukaan sendi. Karena kartilago bersifat avaskular,
meskipun ketebalan kumparan bertambah karena berjarak nutrisi dan oksigen harus berdifusi melalui air yang terdapat di
dengan lakuna. Orientasi arah serat berhubungan tekanan dalam matriks. Inefisiensi dari sistem yang seperti ini
yang diberikan di atasnya. Sebagai contoh, pada kartilago mensyaratkan lebar kartilago yang terbatas. Terjadi pergantian
sendi, serat di dekat permukaan letaknya paralel terhadap yang konstan dari proteoglikans di dalam kartilago yang
permukaan, sementara serat yang letaknya lebih dalam berubah seiring pertambahan usia. Hormon dan vitamin juga
terletak pada arah melingkar. memiliki peran dalam mempengruhi perkembangan, pertum-
Matriks terbagi menjadi dua grup, matriks teritoreum, di buhan, dan fungsi kartilago, sebagian besar substansi ini juga
sekitar setiap lakuna, dan matriks interteritorium (lihat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan tulang rangka
gambar 7-1). matriks teritorium, suatu area dengan lebar (Tabel 7-2).
50µm, mengandung sedikit kolagen dan kaya akan kondrotin
sulfat, yang memberikan pulasan basofilik dan menyerap
dengan baik pewarnaan periodic acid-schiff (PAS). Jumlah KORELASI KUNIS
matriks yang banyak terdapat pada daerah interteritorium, Kartilago hialin berdegenerasi saat kondrosit
yang kaya akan kolagen tipe II dan sedikit mengandung mengalami hipertrofi dan kemudian mati, dan
proteoglikans daripada matriks teritorium. matriks mulai berkalsifikasi. Proses ini adalah
Sejumlah kecil area dari matriks, setebal 1-3 mm, yang normal dan merupakan bagian integral dari
segera mengelilingi lakuna, disebut selubung perikapsular. penulangan endokondral; namun juga adalah proses
Daerah ini terlihat sebagai jaringan halus serat kolagen yang alamiah penuaan, yang seringkali menyebabkan
terbenam di dalam substansi yang menyerupai lamina basal. mobilitas berkurang dan nyeri sendi.
Serat ini terdiri atas kolagen yang jumlahnya sedikit dalam Regenerasi kartilago jarang sekali terjadi kecuali
kartilago hialin; diperkirakan selubung perikapsular berfungsi pada anak. Sel kondrogenik di dalam perikondrium
melindungi kondrosit dari tekanan mekanik. akan mengisi defek tersebut yang terjadi dan
membentuk kartilago yang baru. Jika defek tersebut
Matriks kartilago mengandung banyak aggrekans, suatu
berukuran besar, sel-sel akan membentuk jaringan
molekul proteoglikans berukuran besar yang terdiri atas inti
penyambung padat untuk memperbaiki parut.
protein yang berkaitan kovalen dengan molekul
glikosaminoglikans (kondroitin 4-sulfat, kondroitin 6-sulfat,
dan heparan sulfat) (lihat Gambar 4-3). Sebanyak 100 sampai Kartilago Elastis
200 molekul aggrekans berikatan nonkovalen dengan asam
hialuronat, membentuk kompleks aggrekans raksasa yang
dapat mencapai panjang 3 hingga 4 µm. Daya tarik negatif Kartilago elastis sangat mirip dengan kartilago hialin, kecuali
yang disebabkan banyaknya molekul aggrekans yang besar, pada matriksnya, dan perikondrium yang terdiri atas serat-serat
elastin.
akan menarik kation, khususnya ion Na+, yang menyebabkan
tertariknya molekul air. Dengan cara ini, matriks kartilago
dapat mengandung banyak air, sampai 80% beat kartilago Kartilago elastis terdapat pada daun telinga, bagian eksternal dan
terdiri atas air, yang
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 135

Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang ■ ■ ■ 135

Tabel 7-2 Efek Hermon dan Vitamin pada P


Kartilago Hialin

Harmon Efek
Tiroksin, testrosteron, Menstimulasi pertumbuhan
dan somatotropin (via kartilago dan pembentukan
insulin-like growth matriks
factors) C
Kortison, Menghambat pertumbuhan
hidrokortison, kartilago dan pembentukan
dan estradiol rnatriks.

Vitamin Efek
Hipovitaminosis A Mengurangi lebar lempeng
epifisis
Hipervitarninosis A Akselerasi penulangan pada
lempeng epifisis
Hipovitaminosis C Menghambat sintesis matriks
dan mengganggu bangunan
arsitektur lempeng epifisis, Gambar 7-3 Gambaran mikroskop cahaya dan kartilago elastis
rentan terjadi scuroy (xl32). Perhatikan perikondrium (P) dan kondrosit (C) di dalam
lakunanya (menyusut dari dinding lakuna karena proses pembuatan
Ketiadaan vitamin D, Proliferasi kondrosit normal, sajian), beberapa di antaranya mengandung lebih dari satu sel, sebagai
namun matriks tidak bukti terjadinya pertumbuhan interstisial. Serat-serat elastin (panah)
menyebabkan terkalsifikasi sebagaimana tersebar di seluruh matriks.
defisiensi dalam seharusnya, menyebabkan
absorpsi kalsiurn terjadinya rickets
dan fosfor Fibrokartilago didapatkan pada diskus intervertebralis, simfi-
sis pubis, diskus antikular, dan perlekatan pada tulang.
Fibrokartilago dikaitkan dengan kartilago hialin karena
internal tuba Eustachius, epiglotis, dan laring (kartilago memiliki kemiripan yaitu terdapatnya jaringan penyambung
kuneiformis). Karena mengandung serat elastin, pada keadaaan padat. Tidak seperti dua jenis kartilago lainnya, fibrokartilago
segar kartilago elastin berwarna kekuningan dan lebih buram tidak memiliki perikondrium. Perikondrium memiliki matriks
daripada kartilago hialin (lihat tabel 7-1). yang sedikit (yang kaya akan kondrotin sulfat dan dermatan
Jika dilihat berbagai cirinya, kartilagi elastis identik dengan sulfat), dan terdapat kumpulan kolagen tipe I yang terpulas
kartilago hialin dan sering kali dihubungkan dengannya. asidofilik (Gambar 7-4). Kondrosit seringkali berada di tepi,
Lapisan luar perikondrium mengandung banyak serat elastin. tersusun paralel, bersama dengan kumpulan serat kolagen
Matriksnya mengandung serat elastin halus yang bercabang
yang tebal dan kasar, yang paralel dengan kekuatan regangan
dan tersebar, bersama dengan kumpulan serat kolagen tipe II,
membuatnya lebih lentur dari matriks kartilagohialin (Gambar yang didapat jaringan ini (lihat Tabel 7-1).
7-3). Kondrosit pada kartilago elastin lebih banyak jumlahnya Kondrosit pada fibrokartilago umumnya berasal dari
dan berukuran lebih besar dari kondrosit pada kartilago hialin. fibroblas yang mulai memproduksi preteoglikans. Ketika
Matriksnya tidak sebanyak matriks pada kartilago hialin, dan substansi dasar mengelilingi fibroblas, sel terkurung didalam
kumpulan serat elastin pada matriks teritorium lebih besar dan matriksnya sendiri dan berdiferensiasi menjadi kondrosit.
kasar dari matriks interteritorium. Diskus intervebralis merepresentasikan contoh fibro-
kartilago yang tersusun rapi. Letaknya di antara kartilago hialin
yang menutupi permukaan sendi dari vertebra di bawahnya.
Fibrokartilago setiap diskus mengandung substansi gelatinosa, disebut
nukleus pulposus, yang terdiri atas sel-sel berasal dari
Fibrokartilago, tidak seperti kartilago hialin dan elastis, tidak memiliki notokord, terleak pada matriks yang banyak mengandung asam
perikondrium dan matriksnya juga tersusun atas kolagen tipe I. hialuronat. Sel-sel ini akan menghilang pada usia ke 20 tahun.
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 136

136 䡲 䡲 䡲 Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang

Meskipun merupakan substansiyang paling keras di dalam


tubuh kita, tulang adalah jaringan yang dinamis dan terus-
menerus mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan
tekanan yang dialaminya. sebagai contoh, tekanan yang
diberikan kepada tulang akan menyebabkan resorpsi,
sementara regangan akan menghasilkan pertumbuhan tulang
baru. Sebagai aplikasi dari fakta ini, orthodontist mampu
C
melakukan remodelling dari tulang pada lengkung dental
dengan menggerakkan dan meluruskan gigi untuk
C
mengkoreksi maloklusi, sehingga pasien memiliki senyum
yang lebih alami dan menyenangkan.
Tulang adalah struktur jaringan utama untuk meny-
ongkongdan melingdungi organ tubuh, termasuk otak dan
korda spinalisdan struktur di dalam rongga toraks, seperti paru-
paru dan jantung. Tulang juga berfungsi sebagai tuas bagi otot
rangka untuk melakukan gerak. Tulang merupakan tempat
penyimpanan berbagai mineral di dalam tubuh; sebagai contoh,
tulang menyimpan 99% dari kalsium tubuh. Tulang juga
memiliki rongga di tengahnya, rongga sumsum, yang adalah
tempat sumsum tulang, suatu organ hemopoetik.
Tulang tertutup pada permukaan luarnya oleh periosteum,
kecuali pada sisi artikulasi sinovial. Periosteum terdiri atas
jaringan ikat pada fibrosa pada perrmukaan luarnya dan lapisan
Gambar 7-4 Gambaran mikroskop cahaya dari fibrokartilago dalam yang mengandung sel-sel osteoprogenitor (osteogenik).
(xl32). Perhatikan letak kondrosit (C) yang berbaris, tersebar di antara
berkas tebal serat kolagen (panah). Rongga sumsum dilapisi oleh endosteum, suatu jaringan ikat
uang terdiri atas jaringan ikat padat serta selapis sel-sel
Kebanyakan nukleus pulposus dikelilingi oleh anulus fibrosus, osteoprogenitor dan osteoblas.
suatu lapisan fibrokartilago dimana kolagen tipe I akan berjalan Tulang terdiri atas sel-sel yang terletak di antara matriks
fevrtikal di antara kartilago hialin dari dua vertebra. Serat pada ekstraselular yang terkalsifikasi. Matriks yang terkalsifikasi
lamena yang berdekatan akan terletak miring satu dengan yang terdiri atas serat-serat dan substansi dasar. Serat yang
lainnya, memberikan sokongan kepada nukleus pulposus yang menyusun tulang terutama terdiri atas kolagen tipe I. Substansi
berkonsistensi gel. Anulus fibrosus memberikan tahanan dasar kaya akan proteoglikans dengan rantai sisi terdiri atas
terhadap kompresi/tekanan. kondrotin sulfat dan sialoprotein tulang.
Sel-sel pada tulang adalah sel-sel osteoprogenitor, yang
berdiferensiasi menjadi osteoblas. Osteoblas bertanggung
KORELASI KUNIS jawab mensekresikan matriks. Ketika sel-sel ini dikelilingi oleh
Diskus yang rusak adalah suatu robekan atau matriks, maka mereka akan rehat dan dikenal sebagai osteosit.
pecahnya lamina dari anulus fibrosus sehingga Ruang yang ditempati osteosit disebut sebagai lakuna (Gambar
substansi nukleus pulposus yang menyerupai gel - 7-5). Osteoklas, adalah sel raksasa beriti banyak yang berasal
akan keluar. Kondisi ini lebih sering terjadi pada dari prekursor sumusm tulang, bertanggung jawab pada resorpsi
sisi posterior diskus intervertebralis, khususnya dan perombakan tulang.
pada vertebra lumbar, dimana diskus bisa Karena tulang adalah jaringan yang keras, dua metode
mengalami dislokasi, atau terlepas. Diskus yang disiapkan untuk mempelajarinya. Metode dekalsifikasi
terlepas akan menyebabkan rasa nyeri yang sangat disiapkan dengan melakukan dekalsifikasi tulang menggunakan
dan intens pada bagian tubuh bawah dan juga larutan asam untuk menghilangkan garam kalsium. Jaringan ini
anggota gerak, karena diskus yang berpindah kemudian dibenamkan, dipotong, dan dilakukan pewarnaan
lokasi akan menekan saraf spinal di sisi bawah. rutin untuk studi lebih lanjut. Metode penggerusan disiapkan
dengan memotong tulang menjadi lapisan tipis, diikuti dengan
menggerus lapisan tulang di antara dua lempeng kaca. Kalau
lapisan tersebut cukup tipis untuk dipelajari dengan mikroskop
TULANG cahaya, maka dapat dipelajari lebih lanjut.
Kedua sistem ini memiliki kerugian masing-masing. Pada
Tulang adalah jaringan penyambung khusus yang matriks metode dekalsifikasi, osteosit terdistorsi oleh larutan asam;
ektraselularnya terkalisifikasi dan mengurung sel-sel yang
sedangkan pada metode penggerusan, sel-sel hancur, serta
mensekresikan matriks tersebut.
lakuna dan kanalikuli tersisi debris tulang.
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 137

Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang ■ ■ ■ 137

Tulang adalah jaringan yang paling keras dan paling kuat


di dalam tubuh. Kekerasan dan kekuatannya disebabkan
hubungan antara kristal hidroksiapatit dengan kolagen. Saat
tulang mengalami dekalsifikasi (misalnya seluruh mineral
hilang dari tulang), bentuknya akan tetap sepeti semula
namun akan menjadi lebih fleksibel sehingga bisa
dilengkugkan seperti sepotong karet yang keras. Jika
komponen organik diekstraksi dari tulang, rangka yang
Op masih mengandung mineral akan tetap mempertahankan
bentuk asalnya, namun lebih rapuh dan akan mudah patah.

Komponen Organik
Os
Komponen organik yang terdapat predominan pada
L tulang adalah kolagen tipe I.

Oc
Komponen organik pada matriks tulang menyusun hampir
35% berat keringnya, terdiri atas serat-serat, yang hampir
Cl semuanya adalah kolagen tipe I.
Kolagen, kebanyakan adalah tipe I, menyusun 80%
sampai 90% komponen organik tulang. Tersusun dalam
berkas besar (diameter 50 sampai 70 nm), dengan periodisitas
tipikal 67-nm. Kolagen tipe I pada tulang sangat berikatan
silang, yang mencegah dari mudahnya diekstraksi.

Gambar 7-5 Gambaran mikroskop cahaya dari tulang kompak


Fakta bahwa jika matiiks tulang dipulas dengan PAS
yang te rkalsifikasi (x540). Osteosit (Oc) bisa didapatkan pada lakuna maka akan sedikit terlihat metakromatis, meng- indikasikan
(L). Perh atikan juga osteon (Os), sel-sel osteoprogenitor (Op), dan adanya glikosaminoglikans tersulftasai, yang disebut
garis semen (cementing lin es) (Cl). kondroitin sulfat dan keratan sulfat. Keduanya akan
menyusun molekul proteoglikan kecil dengan inti protein
Matriks Tulang yang pendek dimana glikosa-minoglikans akan berikatan
secara kovalen. Proteoglikans akan berikatan secara
Matriks tulang mengandung bahan anorganik dan organik. nonkovalen dengan asam hialuronat dibantu oleh protein
penghubung, membentuk komposit aggrekans yang sangat
Komponen Anorganik besar. Berlimpahnya kolagen, bagaimanapun, menyebabkan
matriks bersifat asidofilik.
Komponen anorganik pada tulang adalah kristal kalsium
hidroksiapatit, kebanyakan terdiri atas kalsium dan fosfor. Beberapa glikoprotein juga didapatkan pada matriks
tulang. Substansi ini khusus didapatkan pada tulang, di
Bagian anorganik pada tulang, yang menyusun 65% berat antaranya adalah osteokalsin, yang berikatan dengan
keringnya, terutama terdiri atas kalsium dan fasfor serat hidroksiapatit, dan osteopontin, yang juga berikatan dengan
komponen lainnya, termasuk bikarbonat, sitrat, magnesium, hidroksiapatit namun memiliki tempat ikatan lainnya untuk
natrium, dan kalium. Kalsium dan fosfor didapatkan terutama komponen lain, sepeti misalnya integrin didapatkan pada
dalam bentuk kristal hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2], osteoblas dan osteoklas. Vitamin D menstimulasi sintesis
namun kalsium fosfat didapatkan juga dalam bentuk amorf. berbagai glikoprotein ini. Sialoprotein tulang, matriks
Kristal hidroksiapatit (panjang 40-nm, lebar 25-nm, dan tebal protein lainnya, memiliki tempat ikatan untuk komponen
1,5- hingga 3-nm) terletak teratur ber- sama dengan serat matriks dan integrin dari osteoblas dan osteosit,
kolagen tipe I; mereka terletak diantara celah kolagen namun menunjukkan perannya dalam perlekatan sel-sel ini pada
juga terdapat di luar celah teresebut. Permukaan bebas dari matriks tulang.
kristal dikelilingi oleh substansi dasar amorf. Ion-ion permukaan
kristal akan menarik H2O dan membentuk selubung hidrasi, Sel-sel pada tulang
yang memungkinkan terjadinya pertukaran ion dengan cairan
ekstraselular. Sel-sel pada tulang terdiri atas sel-sel osteoprogenitor,
osteoblas, osteosit, dan osteoklas.
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 138

138 䡲 䡲 䡲 Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang

Sel-sel Osteoprogenitor

Sel-sel osteoprogenitor berasal dari sel mesenkim


embrionik dan mempertahankan kemampuannya untuk
melakukan mitosis.

Oc
Sel-sel osteoprogenitor terletak pada lapisan dalam periosteum,
lapisan kanal Havers, dan pada endosteum (lihat Gambar 7-5).
Sel-sel ini, berasal dari sel mesenkim embrionik, tetap berada di
tempatnya pada masa pasca lahir dan mengalami pembelahan
mitossis serta berpotensi berdiferensiasi menjadi osteoblas.
Lebih dari itu, pada beberapa kondisi seperti rendahnya oksigen,
sel-sel ini dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel kondrogenik.
Sel-sel osteoprogenitor berbentuk gelendong dan memiliki inti
lonjong dan terpulas pucat; sitoplasma sangat sedikit dan terpulas
pucat, mengandung RER yang tersebar dan aparatus Golgi yang
tidak berkernbang, narnun merniliki ribosom bebas yang Ob
berlimpah. Sel-sel ini paling aktif selama masa pertumbuhan
tulang yang intens.

Osteoblas

Osteoblas tidak hanya mensintesis matriks organik bagi tulang Gambar 7-6 Gambaran mikroskop cahaya dari penulangan
namun juga memiliki reseptor untuk hormon paratiroid. intramembranosa (x540). Osteoblas (Ob) melapisi spikula tulang
dimana mereka mensekresikan osteoid ke dalam tulang. Osteoklas
(Oc) bisa didapatkan berada di dalam lakuna Howship.
Oseoblas berasal dari sel-sel osteprogenitor dan berkembang di
bawah pengaruh keluaga protein morfogenik tulang yang menyebabkan terjadinya kontak dengan osteoblas di
[BMP] dan faktor-β penumbuh transformasi. Osteoblas sebelahnya, sebagaimana prosesus panjang yang saling
bertanggung jawab pada sintesis komponen protein organik di berhubungan pada osteosit. Meskipun prosesus ini membentuk
matriks tulang, termasuk kolagen tipe I, proteoglikans, dan gap junctions satu dengan lainnya, jumlah gap junctions di
glikoprotein. Selain itu, osteoblas juga memproduksi reseptor antara osteoblas jauh lebih sedikit di bandingkan di antara
untuk mengaktifkan faktor inti kappa B, RANKL (receptor for osteosit.
activation of nuclear factor kappa B), osteoklasin (untuk
mineralisasi tulang), osteopontin (untuk pembentukan daerah
perlekatan di antara osteoklas dan kompartemen KORELASI KUNIS
subosteoklastik), osteonektin (berhubungan dengan
mineralisasi tulang), sialoprotein tulang (mengikat osteoblas Membran sel osteoblas kaya akan enzim fosfatase
dengan matriks ekstraselular), dan faktor penstimulasi kloni alkali. Selama pembentukan tulang, sel-sel ini
makrofag [M-CSF] (akan dibahas lebih lanjut). Osteoblas mensekresikan kadar fosfatase alkali yang tinggi,
terdapat pada permukaan tulang yang tersusun seperti dan terjadi peningkatan kadar enzim ini di dalam
selubung, yang terdiri atas sel kuboid sampai kolumnar darah. Maka, klinisi dapat memantau pembentukan
(Gambar 7-6). Saat sedang aktif mensekresi matriks, terlihat tulang dengan mengukur kadar fosfatase alkali di
sitoplasma yang basofilik. dalam darah.
Organel-organel pada osteoblas terpolarisasi , sehingga inti
terletak jauh dari daerah yang aktif bersekresi, dimana Saat osteoblas mengeksositosis produk sekretolinya, setiap
terdapat granula sekretori yang mengandung prekursor sel mengelilingi dirinya dengan matriks tulang yang baru
matriks. Isi dari vesikel ini akan terpulas pink dengan PAS. diproduksinya; saat hal ini terjadi, sel yang terkurung akan
Melalui mikroskop elektron terlihat RER yang berlimpah, disebut osteosit, dan ruang yang ditempatinya disebut lakuna.
kompleks Golgi yang berkembang baik (Gambar 7-7A), dan Kebanyakan matriks tulang akan terkalsifikasi; namun ost-
beberapa vesikel sekretoli yang berisi materi flocculent yang eoblas sebagaimana juga osteosit akan terpisah dari substansi
menyebabkan vakuol terpulas pink dengan pewarnaan PAS di yang terkalsifikasi dengan lapisan tipis noncalcified yang
bawah mikroskop cahaya. Osteoblas memiliki prosesus pendek disebut osteoid (matriks tulang uncalcified).
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 139

Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang ■ ■ ■ 139

Op

4 5
1 2 3

Gambar 7-7 Gambaran mikroskop elektron


dari sel pembentuk tulang. A, Lima osteoblas
(1 hingga 5) berbaris pada permukaan tulang
(B) menunjukkan jumlah RER yang berelimpah.
Perhatikan prosesus osteosit di dalam kana-
likulus (panah). sel dengan nukleus yang ter-
elongasi terletak di atas osteoblas sebagai sel
osteoprogenitor (Op) (x2.500). B, Perhatikan os-
teosit di dalam (L) dengan prosesusnya yang
meluas menuju kanalikuli (panah) (x1.000). B,
tulang; C, kartilago. (Dari Marks SC Jr, Popoff
SN: Bone cell biology: the regulation of deve-
lopment, structure, and function in the skeleton.
Am J Anat 183: 1-44, 1988.)

B
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 140

140 䡲 䡲 䡲 Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang

toh dari remodeling adalah perbandingan antara rangka laki-laki


Osteoblas permukaan yang tertahan untuk membentuk
matriks, akan kembali menjadi sel yang rehat dan dan perempuan, dimana perlekatan otot pada rangka laki-laki
berbentuk datar yang disebut sel pelapis tulang. Meskipun berkembang lebih baik daripada di rangka perempuan.
sel-sel ini mirip dengan sel-sel osteoproge nitor, mereka Ruang antara plasmalemma osteosit dengan dinding Iakuna
hampir tidak mampu melakukan pembelahan namun dapat dan kanalikuli, dikenal juga sebagai ruang periosteositik,
direaktivasi sebagai bentuk pensekresi rnelalui stimulus yang diisi oleh cairan ekstreselular. Melalui perkiraan jaringan yang
tepat. Meskipun sel-sel ini mirip dengan sel-sel osteoproge eks-tensif yang tersusun oleh kanalikuli serta jumlah osteosit
nitor, mereka hampir tidak mampu melakukan pembelahan yang didapatkan pada rangka seseorang, maka volume ruang
namun dapat direaktivasi sebagai bentuk pensekresi rnelalui perios-teositik dan area permukaan dari dinding diperhitu-
stimulus yang tepat. ngkan, dan secara mengejutkan didapat jumlah 1,3 L dan
Osteoblas memiliki beberapa faktor pada membrannya, sebanyak 5.000 m2, secara berurutan. Diduga 1,3 L cairan eks-
yang paling signifikan adalah integrin dan reseptor hormon traselular yang menempati ruang periosteositik terpapar sampai
paratiroid. Saat hormon paratiroid berikatan dengan dengan sebanyak 20 g kalsium yang dapat dipertukarkan, dan
reseptornya, maka paratiroid akan mensttimulasi osteoblas dapat diserap dari dinding ruang ini. Kalsium yang terserap
untuk mensekresikan ligan osteoprotegerin (OPGL), mendapatkan akses ke aliran darah dan memastikan pemeliha-
sebuah faktor yang menginduksi diferensiasi preosteoklas raan kadar kalsium di dalam darah.
menjadi osteoklas dan meningkatkan ekspresi RANKL.
Osteoblas juga mensekresikan faktor penstimulasi osteoklas, Osteoklas
yang mengaktivasi osteoklas untuk menyerap tulang. Selain
itu, osteoblas juga mensekresikan enzim yang bertanggung
jawab untuk memindahkan osteoid sehingga osteoklas dapat Osteoklas adalah sel berinti banyak yang berasal dari
mengadakan kontak dengan permukaan tulang yang progenitor granulosit-makrofag. Memiliki peran dalam
termineralisasi. resorpsi tulang.

Prekursor osteoklas berasal dari sumsum tulang. Osteoklas


Osteosit memiliki reseptor untuk faktor penstimulasi osteoklas, faktor-1
penstimulasi koloni, osteoprotegerin (OPG), dan kalsitonin, dan
Osteosit adalah sel-sel tulang yang matur dan berasal dari yang lainnya. Osteoklas berperan dalam penyerapan tulang, dan
osteoblas yang terkurung di dalam lakunanya. saat selesai melakukan tugasnya, sel-sel ini kemungkinan
mengalami apoptosis.
Osteosit adalah sel-sel tulang matur, berasal dari osteoblas,
dan berada di lakuna di dalam matriks tulang yang Morfologi Osteoklas
terkalsifikasi (lihat Gambar 7-5 dan 7-7B). Terdapat sampai
20.000 hingga 30.000 osteosit per mm3 tulang. Terdapat Osteoklas adalah sel yang besar, motil, berinti banyak, dengan
saluran yang mengarah ke luar dari lakuna; saluran ini sempit diameter 150 µm; mengandung sampai 50 inti dan memiliki
dan seperti terowongan, disebut kanalikuli. Pada kanalikuli sitoplasma yang asidofilik (lihat Gambar 7-6). Osteoklas pernah
ini terdapat prosesus sitoplasmik dari osteosit. Prosesus ini diduga berasal dari fusi monosit yang berasal dari darah, namun
mengadakan kontak dengan prosesus dari osteosit di bukti terbaru menunjukkan bahwa mereka memiliki prekursor
sebelahnya, membentuk neksus/taut kedap (gap sumsum tulang yang mirip dengan monosit, yang di sebut
junctions), dimana ion dan molekul kecil dapat berpindah di sistem fagosit-mononuklir. Sel-sel prekursor ini distimulasi
antara sel. Kanalikuli juga mengandung cairan ekstraselular oleh faktor penstimulasi koloni makrofag untuk menjalani
yang membawa nutrisi dan metabolit yang akan memberikan mitosis. Saat sudah terbentuk tulang, prekursor osteoklas ini
makanan bagi osteosit. akan menyatu untuk membentuk osteoklas berinti banyak.
Osteosit akan menyesuaikan dengan bentuk lakunanya. Osteoblas mensekresikan tiga molekul sinyal yang mengatur
Intinya datar, sitoplasma mengandung sedikit organel, sedikit diferensiasi osteoklas. Sinyal pertama adalah faktor
RER dan aparatus Golgi yang sangat berkurang. Meskipun penstimulasi koloni makrofag (M-CSF), berikatan dengan
osteosit terlihat seperti sel yang inaktif, mereka mensekresikan reseptor pada makrofag, menginduksinya untuk menjadi
substansi yang penting bagi pemeliharaan tulang. Sel-sel ini prekursor osteoklas yang berproliferasi, dan menginduksi
juga berperan dalam transduksi mekanik, dalam hal mereka ekspresi dari reseptor untuk mengaktivasi faktor nuklir k
berespons terhadap stimulus berupa regangan pada tulang, dan B (BANK) pada prekursor. Molekul sinyal lainnya, RANKL,
akan melepaskan endosin monofosfat siklik (cAMP), berikatan pada reseptor RANKL di prkursornya ostoklastik,
osteoklasin, dan faktor penumbuh mirip-insulin. Penglepasan menginduksina untuk berdiferensiasi menjadi osteoklas berinti
faktor-faktor ini akan memfasilitasi perekrutan proasteoblas banyak, mengaktivasinya, dan meningkatkan resorpsi tulang.
untuk membantu perombakan tulang (dengan penambahan Molekul sinyal ketiga. OPG, termasuk di dalam keluarga
tulang), tidak hanya pada masa pertumbuhan dan reseptor faktor nekrosis tumor (TNFR), dapat berfungsi sebagai
perkembangan namun juga selama redistribusi kekuatan yang pengikat melalui interaksinya dengan RANKL, dan akan
diberikan pada tulang untuk jangka panjang. sebuah con- menghambat ikatannya dengan makrofag sehingga terjadi
pengahambatan terbentuknya
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 141

Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang ■ ■ ■ 141

osteoklas. Melalui cara ini RANKL, RANK, dan OPG mengatur ketebalan membran plasma pada daerah ini.
metabolisme tulang dan aktivitas esteoklastik. OPG diproduksi 3 Zona jernih, adalah daerah pada sel yang tepat
tidak hanya oleh osteoblas namun oleh sel-sel pada jaringan
mengitaribagian tepi ruffied border. Daerah ini tidak
lainnya, termasuk sistem kardiovaskular, paru, ginjal, usus,
sebagaimana juga sel-sel imun dan hematopoetik. Maka tidak memiliki organel namun banyak mengandung
mengejutkan jika ekspresi tersebut pada dimodulasi oleh mikrofilamen aktin yang membentuk cincin aktin dan
berbagai sitokin, peptida, hormon, obat-obatan, dan sebagainya. kemungkinan berfungsi membantu integrin pada
Pada tulang, OPG tidak hanya menghambat diferensiasi sel plasmalemma zona jernih untuk memelihara kontak
prekursor untuk menjadi osteoklas, namun juga menekan dengan sisi tepi tulang pada lakuna Howship. Pada
kapasitas resorpsi osteoklas. Selain itu, tekanan regangan pada kenyataannya, membran plasma pada daerah ini sangat
tulang akan memicu sintesis OPG dan mRNA. erat berhubungan dengan tulang yang akan membentuk
Osteoklas menempati lekukan dangkal yang disebut lakuna zona perlekatan pada kompartemen subosteoklastik.
Howship, yang menandakan area tempat terjadinya resorpsi Selanjutnya, zona jernih akan meng-isolasi kompartemen
tulang. Sebuah osteoklas yang aktif pada resorpsi tulang dapat subosteoklastik dari daerah sekelilingnya, memelihara
dibagi ke dalam empat area morfologis yang dapat dikenali: lingkungan mikro yang kandungannya dapat diaktivasi
1 Zona basal, lokasinya terjauh dari lakuna Howship, ditempati oleh aktivitas selular. Agar osteoklas dapat meresorpsi
oleh banyak organel, termasuk inti yang banyak, sentriol, dan tulang, cincin aktin harus terbentuk, dan pembentukannya
kompleks Golgi yang berhubungan. Mitokondria, RER, dan difasilitasi oleh OPGL. Maka saat ruffled border
polisom terdistribusi di seluruh sel namun lebih banyak terbentuk, prosesus yang menyerupai jari akan
terdapat di dekat batas yang bergerigi. meningkatkan area permukaan dari plasmalemma pada
2 Batas berjumbai adalah bagian sel yang secara langsung ter- daerah resorpsi tulang, dan memfasilitasi proses resorptif.
libat dalam resorpsi tulang. Prosesusnya berbentuk seperti jari 4 Zona vesikular pada osteoklas terdiri atas beberapa
dan bersifat aktif dan dinamis, konfigurasi tersebut dapat vesikel endositik dan eksositik yang membawa enzim
berubah secara terus menerus saat sel menuju kompartemen lisosomal dan metaloproteinase ke dalarn kompartemen
resorpsi, dikenal juga sebagai kompartemen subosteoklastik dan membawa produk degradasi tulang ke
subosteoklastik. Bagian sitoplasma dari plasmalemma daerah dalam sel (Gambar 7-8). Zona vesikular terdapat di antara
ini terlihat sebagai lapisan serupa sikat, yang berjarak teratur, zona basal dan ruffied border.
dan menambah

Cz

Gambar 7-8 Gambaran mikroskop


elektron dari sebuah osteoklas. Perhatikan
zona jernih (Cz) pada salah satu sisi ruffled Cz
border (B) dari sel berinti banyak ini. (Dari
Marks SC Jr, Walker DG: The hematogenous
origin of osteoclasts. Experimental evidence
from osteopetrotic [microphthalmic] mice
treated with spleen cells from beige mouse
donors. Am J Anat 161: 1- 10, 1981.)
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 142

142 䡲 䡲 䡲 Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang

Mekanisme Resorpsi Tulang


KORELASI KLINIK
Di dalam osteoklas, enzim anhidrase karbonat mengkatalisis
pembentukan asam karbonat intraselular (H2CO3) dari Osteopetrosis, jangan dirancukan dengan osteoporosis,
karbon dioksida dan air. Asam karbonat terdisosiasi di adalah gangguan genetik dimana
dalam sel menjadi ion H+ dan ion bikarbonat, HCO3-. Ion osteoklas tidak memiliki ruffled border. Sebagai
bikarbonat, bersama dengan ion Na+, melintasi plasma- konsekuensinya, osteoklas tidak dapat menyerap tulang
lemma dan memasuki kapiler di dekatnya. Pompa proton di dan pende1ita osteopetrosis menunjukkan peningkatan
dalam plasmalemma dari ruffied border pada osteoklas densitas tulang. Pasien dapat menu-njukkan gejala anemia
secara aktif menghantarkan ion H+ ke dalam kompartemen sebagai hasil berkurangnya ruang sumsum lulang, dan
subosteoklastik, akan mengurangi pH pada lingkungan juga dapat mengalami kebutaan, ketulian, dan dampak
mikro (ion Cl- akan mengikuti secara pasif). Komponen pada saraf kranialis karena terjadi 'benturan' pada saraf
anorganik pada matriks akan larut saat lingkungan menjadi kranial akibat menyempitnya foramen.
asam; sementara mineral yang bebas akan memasuki sito-
plasma osteoklas untuk dihantarkan menuju kapiler yang
terdekat. Kontrol Hermon pada Resorpsi Tulang
Hidrolase lisosomal dan metaloproteinase seperti kola- Aktivitas resorpsi tulang oleh osteoklas diatur oleh dua hor-
genase dan gelatinase, disekresikan oleh osteoklas ke dalam mon, yaitu hormon paratiroid dan kalsitonin, keduanya masing-
kompartemen subosteoklastik untuk mendegradasi kom- masing diproduksi oleh kelenjar paratiroid dan tiroid.
ponen oraganik dari matriks tulang yang terdekalsfikasi.
Produk hasil degradasi kemudian akan mengalami endo- Struktur Tulang
sitosis oleh osteoklas dan selanjutnya akan dirombak
menjadi asam amino, monosakarida, dan disakarida, yang
kemudian akan dilepaskan melalui kapiler yang terdekat Tulang digolongkan berdasarkan bentuk anatominya:
panjang, pendek, pipih, iregular, dan sesamoid.
(Gambar 7-9).

OSTEOKLAS
Nukleus

Nukleolus

Golgi

RER

Mitokondria
Kapiler

CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-


Vesikel
Endositik

Filamen aktin

Tulang
Lisosom Irisan melalui
zona lingkar
Lingkungan mikro dengan jernih
pH rendah dan enzim
lisosom Batas yang bergerigi

Gambar 7-9 Fungsi osteoklastik. RER, rough endoplasmic reticulum. (Dari Gartner LP, Hiatt JL, Strum JM: Cell Biology and Histology
[Board Review Series}. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, 1998, p 100.)
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 143

Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang ■ ■ ■ 143

Tulang diklasifikasikan berdasarkan bentuknya: melalui serat Sharpey (lihat Gambar 7-10). Periosteum terdiri
䡲 Tulang panjang menunjukkan tulang yang panjang, dan atas dua lapisan. Lapisan fibrosa luar membantu suplai
berlokasi di antara dua kepala/ujung yang besar (misalnya distribusi vaskular dan saraf bagi tulang, sedangkan lapisan
tibia). selular dalam mengandung sel-sel osteopreogenitor dan
䡲 Tulang pendek memiliki lebar dan panjang yang kurang lebih osteoblas.
sama (misanya tulang karpal pada pergelangan tangan). Tulang pipih pada tengkorak berkembang dengan cara yang
䡲 Tulang pipih berbentuk datar, tipis, dan seperti lempengan
berbeda dari kebanyakan tulang panjang pada tubuh, Bagian
dalam dan luar dari calvaria (tudung tengkorak) memiliki
(misalnya tulang-tulang yang membentuk tengkorak). dua lapisan yang relatif tebal yang terdiri atas tulang kompak
䡲 Tulang iregular memiliki bentuk yang iregular dan tidak yang disebut tabula dalam dan tabula luar, dan
termasuk di dalam klasifikasi lainnya (misalnya tulang sphenoid mengelilingi tulang spons (diploë) yang berada di antaranya.
dan ethmoid di dalam rongga tengkorak). Tabula luar memiliki periosteum yang disebut perikranium,
䡲 Tulang sesamoid berkembang di dalam tendon, dimana sedangkan di sebelah dalam dilapisi oleh dura mater, yang
mereka meningkatkan keuntungan mekanis bagi otot pada berfungsi sebagai periosteum bagi tabula dalam dan berfungsi
memproteksi otak.
suatu sendi (misalnya patella).

Observasi Umum Pada Sebuah Tulang Jenis Tulang Berdasarkan Pengamatan


Mikroskopis
Observasi umum pada femur (sebuah tulang panjang) yang
dipotong longitudinal menunjukkan dua ciri struktur tulang
yang berbeda. Bagian tulang yang sangat padat di sisi Secara mikroskopis, tulang diklasifikasikan sebagai tulang
permukaan luar adalah tulang padat, sementara bagian yang primer (imatur) atau tulang sekunder (matur).
berpori yang melapisi rongga sumsum tulang adalah tulang
berongga atau spongiosa. Observasi yang lebih dekat pada
Dalam pengamatan secara mikroskopis, terdapat dua macam
tulang spongiosa menunjukkan percabangan trabekula tulang
tulang; tulang primer, atau imatur atau tulang tenun, dan
dan spikula yang menjorok dari permukaan internal tulang
tulang sekunder, atau matur, atau tulang lamelar.
kompak menuju rongga sumsum tulang. Tidak ada sistem
Havers pada tulang spons, namun terdapat pengaturan iregular Tulang primer adalah tulang yang imatur dan tulang yang
dari lamela. Bagian ini berisi lakuna yang ditempati osteosit pertama terbentul dalam masa perkembangan janin dan selama
yang mendapat nutrisi dari melalui difusi pada rongga sumsum penyembuhan tulang. Tulang primer memiliki osteosit yang
tulang, yang berisi sumsum tulang. berlimpah dan berkas kolagen yang tidak teratur, yang
selanjutnya akan digantikan dan diatur sebagai tulang sekunder
Sumsum tulang terdiri atas dua macam: sumsum tulang
kecuali pada beberapa area (misalnya sutura pada calvaria,
merah, dimana terbentuk sel-sel darah, dan sumsum tulang
tempat berinsersinya tendon, dan tulang alveolar di sekeliling
kuning, terdiri sebagian besar atas lemak.
gigi). Kandungan mineral pada tulang primer juga lebih sedikit
Tangkai pada tulang panjang disebut diafisis, dan bagian daripada yang terdapat pada tulang sekunder.
akhir yang terdapat sendi disebut epifisis (jika tunggal,
Tulang sekunder adalah tulang matur yang tesusun atas
epiphysis). Pada individu yang masih tumbuh, diafisis terpisah
lamela tulang konsentris dengan ketebalan 3 hingga 7 µm.
dari setiap epifisis melalui lempeng epifisis kartilago. Bagian
Osteosit di dalam lakuna tersebar teratur atau berada berselang
ujung yang bersendi pada tulang akan membesar terbentuk
seling di dalam lamela. Kanalikuli, yang menjadi tempat
untuk menyesuaikan dengan bagian tulang dari sendi.
prosesus osteosit, menghubungkan lakuna yang berdekatan
Permukaan bagian tulang yang bersendi ditutupi selapis tipis
satu sama lain, membentuk jaringan komunikasi di dalam
tulang padat di atas tulang spons. Di atasnya terdapat kartilago
saluran tersebut, yang memfasilitasi aliran nutrisi, hormon,
hialin yang sangat halus, yang memungkinkannya untuk
ion, dan produk sisa ke dan dari osteosit. Selain itu, prosesus
mengurangi pergesekan saat sendi bergerak terdapatnya
osteosit di dalam kanalikuli melakukan hubungan dengan
kartilago sendi pada bagian tulang yang berlawanan pada sendi.
prosesus yang sama pada osteosit bersisian dan membentuk
Daerah peralihan antara lempeng epifisis dan diafisis disebut
gap junctions, memungkinkan sel-sel ini berkomunikasi satu
juga metafisis, tempat terdapatnya trabekula tulang spons. Dari
sama lain.
lempeng epifisis dan metafisislah tulang tumbuh bertambah
panjang. Karena matriks dari tulang sekunder lebih terkalsifikasi,
tulang sekunder lebih kuat dari yang primer. Karenanya, serat
Diafisis dilapisi oleh periosteum, kecuali pada bagian kolagen pada tulang sekunder terletak paralel satu sama lain
masuknya tendon dan otot pada tulang. Tidak didapatkan di dalam lamela.
periosteum permukaan tulang yang dilapisi oleh kartilago sendi.
Periosteum juga tidak didapatkan pada tulang sesamoid (misalnya
patella), yang terbentuk di dalam tendon dan berfungsi Sistem Lamelar Pada Tulang Kompak
meningkatkan keuntungan mekanik di dalam sendi. Periosteum
adalah jaringan ikat yang tidak terkalsifikasi, padat, iregular, Terdapat empat macam sistem lamelar di dalam tulang
merupakan jaringan ikat kolagen yang menyelubungi tulang kompak: lamela sirkumferens luar, lamela sirkumferens dalam,
pada permukaaan eksternalnya dan masuk ke dalam tulang osteon, dan lamela interstisial.
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 144

144 䡲 䡲 䡲 Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang

Kanalikuli
Lamela
Konsentris

Osteon Kanal
Havers

Lakuna

Kanai Havers

Kanal Volkmann (dengan


pembuluh darah)

Serat sharpey

Periosteum

Pembuluh darah

Lamela lingkar luar

Lamela lingkar dalam

Rongga sumsum
Tulang padat
Tulang berongga
(tulang spongiosa)

Gambar 7-10 Diagram tulang, menunjukkan ilustrasi dari tulang kompak kortikal, osteon, lamela, kanal Volkmann, kanal Havers, lakuna,
kanalikuli dan tulang spongiosa.

Tulang kompak tersusun atas lapisan tipis tulang serupa LAMELA LINGKAR DALAM DAN LUAR
wafer, lamela, yang akan teratur dalam bentuk sistem
lamelar yang khususnya terlihat jelas pada diafisis tulang Lamela lingkar luar terletak di sisi dalam dari periosteum,
panjang. Lamelar sistem ini adalah lamela sirkumferens membentuk bagian terluar dari diafisis, dan mengandung serat
luar, lamela sirkumferens dalam, osteon (sistem kanal Sharpey yang mengarahkan periosteum ke dalam tulang (lihat
Havers), dan lamela interstisial. Gambar 7-10).
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 145

Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang ■ ■ ■ 145

Lamela lingkar dalam, analog namun tidak ekstensif bungan dengan jaringan ikat yang berhubungan. Kanal Havers
seba-gaimana lamela sirkumferen luar, melingkari rongga dari osteon yang berdekatan berhubungan satu sama lain
sumsum tulang secara komplit. Trabekula dari tulang melalui kanal Volkmann (Gambar 7- 12; lihat juga Gambar
spongiosa meluas dari lamela sirkumferen dalam menuju 7-10). Ruang vaskular ini terletak miring atau tegak lurus
rongga sumsum, memutus lapisan endosteal dari lamela terhadap kanal Havers.
sirkumferen dalam. Diameter kanal Havers bervariasi ukurannya dari hampir 20
µm sampai sekitar 100 µm. Selama pembentukan osteon,
SISTEM KANAL HAVERS (OSTEON) lamela yang terletak paling dekat dengan cementing line adalah
yang pertama terbentuk. Saat lamelar pada sistem Havers
Tulang kompak terdiri atas sejumlah besar sistem kanal bertambah banyak, diameter kanal Havers berkurang, dan
Havers (osteon); dimana setiap sistem terdiri atas lamela ketebalan dinding osteon bertambah. Karena nutrisi dari
berstruktur silindris, terletak konsentris di sekitar ruang pembuluh darah pada kanal Havers harus melintasi kanalikuli
vaskular yang disebut kanal Havers (Gambar 7-11; lihat juga untuk mencapati osteosit, suatu proses yang tidak efisien,
Gambar 7-10). Secara teratur, osteon akan bercabang dalam karenanya kebanyakan osteon hanya memiliki 4 hingga 20
sesuai sumbu panjangnya. Setiap osteon diikat oleh selapis lamela.
tipis garis semen (cementing line), terdiri sebagian besar atas
substansi dasar yang terkalsifikasi dengan sejumlah kecil serat
kolagen (lihat Gambar 7-5).
Kumpulan serat kolagen terletak paralel satu sama lain di
dalam sebuah lamela, namun letaknya hampir tegak lurus
terhadap lamela di sebelahnya. Pengaturan ini dimungkinkan
karena serat kolagen mengikuti pegaturan heliks di sekitar
kanal Havers di dalam setiap lamela namun terlihat berbeda
pada lamela di sebelahya.
Setiap kanal Havers dilapisi selapis osteoblas dan sel-sel
osteprogenitor, ditempati oleh berkas neurovaskular yang berhu-
V

Oc

Os
C

Gambar 7-11 Gambaran mikroskop cahaya dari tulang Gambar 7-12 Gambaran mikroskop cahaya dari tulang kompak yang
undecalcified (x270). Perhatikan sistem Havers yang mengandung mengalami dekalsifikasi (x162). Beberapa osteon (Os) terlihat,
kanal Havers (C) dan lamela konsentris (L) dengan lakuna pada bersama lamela konsentrisnya (L). Sebuah kanal Volkmann (V) juga
kanalikulinya (panah). terlihat. Struktur yang terpulas gelap dan tersebar merata adalah inti
osteosit (Oc).
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 146

146 䡲 䡲 䡲 Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang

Saat suatu tulang mengalami perombakan, osteoklas Penulangan lntramembranosa


meresorpsi osteon dan akan diganti oleh osteoblas. Sisa
osteon akan tetap berada sebagai gambaran lengkung yang Penulangan intramembranosa terjadi di dalam jaringan
iregular pada fragmen lamelar, disebut juga sebagai lamela mesenkim.
interstisial, dan dikelilingi osteon. Seperti juga osteon,
lamela interstisial juga dikelilingi oleh cementing line.
Sebagian besar tulang pipih terbentuk melalui proses
penulangan intramembranosa. Proses ini terjadi di dalam
Histogenesis Tulang jaringan rnesenkirn yang kaya akan pembuluh darah, dimana
Pembentukan tulang selama masa perkembangan embrio sel berhubungan satu sarna lain rnelalui prosesus yang
terdiri atas dua jenis: intramembranosa dan endokondral. panjang. Sel rnesenkirn berdiferensiasi
Tulang-tulang yang terbentuk oleh salah satu dari kedua Sel mesenkim berdiferensiasi menjadi osteoblas yang
metode tersebut memberikan gambaran histologis yang mensekresikan matriks tulang, membentuk jaringan
identik. Tulang yang pertama terbentuk adalah tulang primer, spikula dan trabekula yang permukaannya diisi oleh
yang selanjutnya akan diresorpsi dan diganti oleh tulang sel-sel ini (Gambar 7-13 dan 7-14). Daerah osteogenesis
sekunder. Tulang sekunder akan terus mengalami resorpsi permulaan ini dikenal juga sebagai pusat penulangan
selama masa kehidupan, meskipun dalam laju yang lebih primer. Serat kolagen dari spikula dan trabekula yang
lambat. sedang berkembang terletak secara acak, sebagaimana se-

Kulit

Jaringan penyambung

Tulang spongiosa

Jaringan penyambung

Mesenkim Osteoblas Osteosit


Serat Osteoid Jaringan tulang Gambar 7-13 Penulangan intramembranosa.
kolagen primer
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 147

Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang ■ ■ ■ 147

D
A B C

Os

E
Os
F

Gambar 7-14 Gambaran mikroskop cahaya dari penulangan


intramembranosa (osifikasi) (xl32). Trabekula tulang terbentuk oleh
osteoblas yang melapisi permukaannya (panah). Perhatikan osteosit
yang terkurung di dalam lakuna (kepala panah). Osteon ptimitif (Os)
mulai terbentuk.

harusnya pada tulang primer. Kalsifikasi secara cepat akan


mengikuti pembentukan osteoid, dan osteoblas yang akan
terjebak di dalam matriksnya akan menjadi osteosit. Prosesus
pada osteosit ini juga akan dikelilingi oleh tulang yang
terbentuk, membentuk sistem kanalikuli. Aktivitas mitosis yang
berlanjut pada sel-sel mesenkim memberikan suplai sel-sel
osteoprogenitor yang belum berdiferensiasi, yang selanjutnya
akan membentuk osteoblas.
Saat jaringan serupa spons pada trabekula sudah terbentuk,
jaringan ikat vaskular pada celah-celahnya akan berubah
menjadi sumsum tulang. Penambahan trabekula pada sisi Gambar 7-15 Penulangan endokondral. Biru merepresentasikan
perifernya akan meningkatkan ukuran tulang yang terbentuk. model kaitilago dimana tulang terbentuk. Tulang kemudian akan
menggantikan ka1tilago. A, Model kartilago hialin. B, Kartilago pada
Tulang yang lebih besar, seperti tulang oksipital pada dasar permukaan luar (diafi sis) diinvasi oleh elemen vaskular. C, Bagian
tengkorak, memiliki beberapa pusat penulangan, yang akan collar tu lang subperiosteal terbe ntuk. D, Collar tulang mencegah
menyatu satu sama lainnya untuk membentuk satu tulang. nutiisi mencapai sel-sel kartilago, selanjutnya sel-sel akan mati
Fontanel pada tulang frontal dan parietal dari neonatus membentuk lakuna yang menyatu. Osteoklas menginvasi clan melekat
menggambarkan pusat penulangan yang tidak rnenyatu pada tulang untuk memungkinkan terbentuknya peliostealbud. E,
Kompleks tulanglkartilago terkalsifikasi pada bagian ujung epifisial
pada masa prenatal. dmi tulang yang sedang tumbuh. F, Pembesaran lempeng epifisis
Area pada jaringan mesenkim yang masih belum terkalsifikasi terjadi pada bagian ujung tulang dimana tulang akan menggantikan
akan berubah menjadi periosteum dan endosteum dari tulang kaitilago.
yang sedang berkembang, Selanjutnya, tulang spons yang
terletak lebih dalam dari periosteum dan lapisan periosteal dari
dura mater tulang pipih, akan berubah menjadi tulang kompak, Sebagian besar tulang panjang dan tulang pendek pada tubuh
membentuk tabula dalam dan tabula luar dengan diploë berkembang melalui penulangan endokondral (Tabel 7-3).
terdapat di antaranya. Penulangan jenis ini terjadi dalam beberapa tahap, dan tahap
yang paling kritis adalah (1) pembentukan model kartilago
Penulangan Endokondral hialin berukuran kecil), (2) kelanjutan pertumbuhan dari
model kartilago tersebut, yang berfungsi sebagai rangka
Penulangan endokondral membutuhkan adanya lempeng struktural untuk perkembangan tulang, dan (3) resorpsi dan
kartilago. penggantian tulang (Gambar 7-15).
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 148

148 䡲 䡲 䡲 Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang

TABLE 7-3 Berbagai Peristiwa Pada Penulangan Endokondral

Peristiwa Deskripsi
Model kartilago hialin terbentuk Miniatur model kartilago hialin terbentuk pada embrio yang sedang
berkembang, pada area dimana tulang akan berkembang; beberapa
kondrosit matur, hipertrofi, dan mati; matriks kartilago terkalsifikasi

Pusat Penulangan Primer


Perikondrium pada sisi depan diafisis Vaskularisasi pada perikondrium mengubahnya menjadi
menjadi tervaskularisasi periosteum Sel kondrogenik menjadi sel osteoprogenitor

Osteoblas mensekresi matriks, membentuk Collar tulang subperiosteal terbentuk sebagai tulang primer
collar tulang subperiosteal (penulangan intramembranosa)
Kondrosit di dalam inti diafisis mengalami Didapatkannya periosteum dan tulang mencegah difusi nutrisi kepada
hipertrofi, mati, dan berdegenerasi kondrosit; proses degenerasi Iakuna, terdapat ruang besar pada sekat
kartilago
Osteoklas membuat lubang pada collar tulang Lubang memungkinan sel osteoprogenitor dan kapiler untuk menginvasi
subperiosteal, menjadi jalan masuk bagi tunas model kartilago, yang selanjutnya terkalsifikasi, dan dimulai pembentu-
osteogenik kan matriks tulang
Kompleks kartilago/tulang terkalsifikasi Matriks tulang yang terletak pada sekat kartilago yang terkalsifikasi
terbentuk membentuk kompleks ini (secara histologis kartilago terkalsifikasi
terpulas biru, dan tulang terkalsifikasi terpulas merah)

Osteoklas mulai meresorpsi kompleks Destruksi kompleks kartilago/tulang terkalsifikasi menyebabkan


kartilago/tulang terkalsifikasi pembesaran rongga sumsum tulang

Collar tulang subperiosteal menebal, Peristiwa ini, setelah satu periode waktu, akan menyebabkan penggantian
mulai tumbuh ke arah epifisis keseluruhan kartilago diafisis dengan tulang
Pusat Osifikasi Sekunder
Osifikasi bermula pada epifisis Proses dimulai dengan cara yang sama seperti pada pusat osifikasi primer,
bahwa tidak didapatkan collar tulang; osteoblas ditempatkan pada matriks
tulang pada rangka kartilago yang terkalsifikasi
Pertumbuhan tulang terjadi pada lempeng Permukaan sendi yang cartilaginous pada tulang tetap ada; lempeng
epifisis epifisis juga bahwa tidak didapatkan collar tulang; osteoblas ditempatkan
pada matriks tulang pada rangka kartilago yang terkalsifikasi

Epifisis dan diafisis menjadi satu bagian Pada tahap akhir dari pertumbuhan tulang, kartilago pada lempeng epifisis
berhenti berproliferasi; perkembangan tulanng berlanjut untuk menyatu-
kan diafisis dan epifisis

PERISTIWA YANG TERJADI PADA sit memberikan hasil berupa pembesaran lakuna dan
PUSAT PENULANGAN PRIMER berkurangnya sekat pada matriks kartilago, yang akan
1 Pada daerah dimana akan tumbuh tulang pada embrio, terkalsifikasi.
suatu pola kartilago hialin tempat tulang akan 2 Secara bersamaan, perikondrium bagian pinggang
berkembang. Peristiwa ini terjadi dengan cara yang sama diafisis akan menjadi vaskular (Gambar 7-17). Saat ini
persis dengan kartilago hialin yang akan berkembang di terjadi, sel kondrogenik rnenjadi sel-sel osteoprogenitor yang
area lainnya (telah dibahas sebelumnya). Pada suatu tahap, membentuk osteoblas, dan perikondrium di atasnya akan
model ini akan tumbuh dengan kedua cara, baik menjadi periosteum.
aposisional maupun interstisial. Selanjutnya, kondrosit 3 Osteoblas yang baru terbentuk akan mensekresikan mat-
pada pusat model kartilago akan mengalami hipertrofi, riks tulang, membentuk ban/kraag tulang subperiosteal
mengakumulasikan glikogen dalam sitop-lasmanya, dan pada permukaan template kaitilago, melalui proses penulangan
memiliki vakuol (Gambar 7-16). Hipertroofit dari kondro- intramembranosa (lihat Gambar 7-17).
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 149

Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang ■ ■ ■ 149

Gambar 7-16 Gambaran mik-


roskop elektron dari kondrosit yang
hipertrofi pada condylus mandibula
yang sedang berkembang. (x83.000).
Perhatikan RER yang berlimpah dan
aparatus Golgi yang berkembang
(G). Perhatikan juga deposit gli-
kogen (gly) pada bagian tepi sel,
sebuah karakteristik dari sel sebelum
mengalami kematian. Col, serat
kolagen; Fw, matriks teritorium.
(Dari Marchi F, Lucier HU,
Leblond CP: Changes in cellsi
secretory organelles and extracellular
matrix during endochondral
ossification in the mandibular
condyle of the growing rat. Am J
Anat 190: 41-73, 1991.)

4 Ban/kerah tulang mencegah difusi nutrisi pada kondrosit yang osteoklas mulai menyerap kompleks kartilago/tulang ter-
hipertrofi di dalam model kartilago, menyebabkannya mati. kalsifikasi, menyebabkan pembesaran rongga sumsum tulang.
Proses ini bertanggung jawab terhadap ditemukannya lakuna Saat proses ini berlanjut, kartilago pada diafisis digantikan
yang kosong dan menyatu membentuk rongga yang besar- oleh tulang kecuali pada lempeng epiflsial, yang ber-
terbentuknya rongga sumsum tulang pada pusat model tanggung jawab terhdap kelanjutan pertumbuhan tulang pada
kartilago. masa 18 hingga 20 tahun berikutnya.
5 Lubang yang terbentuk pada ban/kerah tulang oleh osteoklas
PERISTIWA YANG TERJADI PADA
memungkinkan kuncup periosteal (osteogenic bud), yang PUSAT PENULANGAN SEKUNDER
terdiri atas sel-sel osteoprogenitor, sel-sel hemopoetik, dan
pembuluh darah, untuk memasuki rongga di dalam model Pusat penulangan sekunder pada peristiwa osifikasi mulai
kartilago (lihat Gambar 7-15). terbentuk pada epifisis di bagian ujung dari tulang yang
terbentuk melalui proses yang serupa dengan yang terjadi
6 Sel-sel osteoprogenitor membelah untuk membentuk pada diafisis, kecuali bahwa ban/kerah tulang tidak
osteoblas. Sel-sel yang baru terbentuk ini akan menghasilkan
terbentuk. Selain itu, sel-sel osteoprogenitor menginvasi
matriks tulang pada permukaan kartilago yang terkalsifikasi. kartilago epifisis, berdiferensiasi menjadi osteoblas, dan
Matriks tulang menjadi terkalsifikasi untuk membentuk mulai mensekresikan matriks pada rangka kartilago (lihat
kartilago terkalsifikasi/kompleks tulang terkalsifikasi. Gambar 7-15). Peristiwa ini terjadi dan berkembang seba-
Kompleks ini dapat dilihat pada pewarnaan rutin histologis, gaimana juga pada diafisis, dan juga kartilago pada
karena kartilago terpulas basofilik, sedangkan tulang yang epifisis digantikan oleh tulang kecuali pada permukaan
terkalsifikasi terpulas asidofilik (Gambar 7-18 dan 7-19). artikular dan pada lempeng epifisis. Permukaan artikular
7 Ketika tulang subperiosteal menjadi semakin tebal dan dari tulang tetap menjadi kartilago sepanjang hidup.
tumbuh pada berbagai arah dari sisi muka diafisis menuju Proses pada lempeng epifisis, yang mengontrol panjang
epifisis,
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 150

150 䡲 䡲 䡲 Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang

MC

Tr
BV

Gambar 7-18 Gambaran mikroskop cahaya pada pembentukan tulang


b endokondral (xl32). Perhatikan pembuluh darah (BV), trabekula
bersalut tulang (Tr) dari kartilago yang kompleks dan terkalsifikasi,
dan rongga sumsum (MC).

Ob
Gambar 7-17 Gambaran mikroskop pada penulangan endokondral
(xl4). Setengah bagian atas menunjukkan kartilago (C) yang berisi
kondrosit yang matur, hipettrofi, dan terkalsifikasi pada permukaan;
setengah bagian bawah menunjukkan dimana kompleks kartilago/
tulang terkalsifikasi (panah) diserap dan tulang (b) terbentuk. P, CC
petiosteum.

tulang, akan dijelaskan pada bagian berikutnya.


Peristiwa ini merupakan dinamika yang berkelanjutan
uang akan selesai dalam beberapa tahun saat pertumbuhan
dan perkembangan tulang menuju ke arah epifisis yang
sedang tumbuh di setiap bagian ujung tulang (lihat Tabel
Gambar 7-19 Pembesaran kuat, penulangan endokondral (x270).
7-3). Saat bersamaan, tulang secara konstan selalu Trabekula pada kartilago terkalsifikasi (CC) tertutup selapis tipis
mengalami perombakan untuk menyesuaikan perubahan bagian tulang (merah gelap) dengan osteosit terbenam di dalamnya
tekanan yang dialaminya. (panah), dengan osteoblas (Ob) terletak dekat tulang.

PERTUMBUHAN PANJANG TULANG sisi diafisis dari lempeng. Secara histologis, lempeng epifisis
terbagi menjadi 5 zona yang mudah dikenali. Zona-zona
Pertambahan panjang tulang yang berkelanjutan tersebut, dimulai dari sisi epifisis, adalah sebagai berikut:
tergantung kepada lempeng epifisis. 䡲 Zona kartilago cadangan: Kondrosit yang secara acak
terdapat pada matriks, aktif bermitosis.
Kondrosit pada lempeng epifisis berproliferasi dan berperan 䡲 Zona proliferasi: Kondrosit, yang berproliferasi secara
pada proses penulangan endokondral. Proliferasi terjadi pada cepat, membentuk barisan sel-sel isogen yang paralel
bagian epifisis, dan digantikan oleh tulang yang terjadi pada terhadap arah pertumbuhan tulang.
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 151

Bab 7 䡲 Kartilago (Tulangan Rawan) dan Tulang ■ ■ ■ 151

䡲 Zona maturasi dan hipertrofi: Kondrosit matang, Bagaimana tepatnya kalsifikasi terjadi belum jelas benar,
hipertrofi, dan mengakumulasi glikogen pada sitoplasmanya meskipun demikian diketahui bahwa proses ini distimulasi
(lihat Garnbar 7-16). Matriks di antara lakuna akan oleh proteoglikan tertentu dan glikoprotein yang berikatan
menyempit sehubungan dengan pertumbuhan lakuna. dengan Ca2+, osteonektin, dan juga sialoprotein tulang.
䡲 Zona kalsifikasi: Lakuna menyatu, kondrosit yang Sebuah teori, yang disebut nukleasi heterogen, menyatakan
hipertrofi akan mati, dan matriks kartilago terkalsifikasi. bahwa serat kolagen di dalam matriks adalah tempat
terjadinya nukleasi dari kalsium yang metastabil dan larutan
䡲 Zona osifikasi: Sel-sel osteoprogenitor menginvasi daerah
fosfat; dan larutan tersebut mulai terkristalisasi ke dalam
tersebut dan berdiferensiasi menjadi osteoblas, yang
daerah bercelah dari kolagen. Saat daerah ini "bernukleasi'',
menyebabkan matriks terkalsifikasi pada permukaan kar-
proses kalsifikasi dimulai.
tilago terkalsifikasi. Hal ini diikuti dengan resorpsi
kompleks kartilago/tulang yang terkalfisikasi. Teori yang paling umum diterima mengenai kalsifikasi,
berdasarkan kepada adanya vesikel matriks di dalam osteoid.
Selama laju aktivitas mitosis pada zona proliferasi sama Osteoblas melepaskan matriks vesikel berukuran kecil dan
dengan laju resorpsi pada zona osifikasi, lempeng epifisis akan berikatan pada membran, memiliki rehateeter 100 sampai 200
tetap sama lebar dan tulang akan berlanjut tumbuh lebih nm, yang mengandung ion Ca2+ dan PO43- dalam konsentrasi
panjang. Pada usia sekitar 20 tahun, laju mitosis berkurang tinggi, cAMP, adenosin trifosfat (ATP), trifosfatase adenosin
pada zona proliferasi dan zona osifikasi mengambil peran zona (ATPase), fosfatase alkali, pirofosfatase, protein berikatan
proliferasi dan cadangan kartilago. Kartilago pada lempeng dengan kalsium, dan fosfoserin. Matriks vesikel yang
epifisis digantikan oleh lempeng kompleks kartilago/tulang berikatan pada membran ini memiliki beberapa pompa
terkalsifikasi, yang akan diresorpsi oleh aktivitas osteoklas, kalsium, yang membantu transpor ion Ca2+ ke dalam vesikel.
dan rongga sumsum tulang akan menyatu dengan rongga Saat konsentrasi ion kalsium Ca2+ di dalam vesikel
sumsum tulang pada epifisis. Jika lempeng epifisis sudah meningkat, kristalisasi terjadi dan terbentuk kristal hid-
diresorpsi, maka pertumbuhan panjang tulang tidak mungkin roksiapatit yang melukai membran, memecahkan vesikel
lagi terjadi. matriks, dan melepaskan isinya.
Fosfatase alkali akan membelah kelompok pirofosfatase
PERTUMBUHAN LEBAR TULANG menjadi makromolekul di dalam matriks. Molekul piro-
fosfatase yang dilepaskan adalah penghambat kalsifikasi,
Pertumbuhan lebar tulang terjadi melalui pertumbuhan namun mereka akan dibelah oleh enzim pirofosfatase men-jadi
aposisional. ion PO43-, meningkatkan konsentrasi ion ini di dalam
lingkungan mikro.
Hal yang sudah dideskripsikan dengan detil adalah bagaimana Kristal kalsium hidroksiapatit yang dilepaskan dari vesikel
tulang tumbuh bertambah panjang melalui proliferasi dan matriks, bekerja sebagai nidi of crystallization. Konsentrasi
pertumbuhan interstisial dari kartilago, yang secara bertahap ion yang tinggi di sekitarnya, bersama dengan adanya faktor
akan digantikan oleh tulang. Pertumbuhan keliling diafisis, kalsifikasi dan protein yang berikatan dengan kalsium,
bagaimanapun, terjadi melalui pertumbuhan aposisional. membantu memelihara proses kalsifikasi pada matriks.
Sel-sel osteoprogenitor pada lapisan osteogenik periosteum Kristal akan ditempatkan pada celah di permukaan molekul
berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi osteoblas yang akan kolagen, air diserap dari matriks.
mulai menghasilkan matriks tulang pada permukaan
subperiosteal tulang. Proses ini terjadi secara terus menerus Mineralisasi terjadi di sekitar beberapa ruang yang ter-
selama masa total pertumbuhan clan perkembangan tulang, tutup pada nidi of crystallization; dalam perkembangannya
karenanya pada tulang panjang yang matur, batang tulang pusat ini akan membesar dan menyatu satu dengan lainnya.
Melalui cara ini, area matriks yang cukup luas akan menga-
tumbuh melalui proses penulangan intramembranosa
lami dehidrasi dan terkalsifikasi.
subperiosteal.
Selama pertumbuhan dan perkembangan tulang, resmpsi
tulang sama penting dengan deposisi tulang. Pembentukan
Remodeling Tulang
tulang di sisi luar batang tulang harus disertai dengan aktivitas
osteoklastik secara internal sehingga rongga sumsum tulang Pada dewasa, perkembangan tulang diseimbangkan
dapat diperbesar. dengan resorpsi tulang, saat tulang dibentuk untuk
mengantisipasi tekanan yang diterimanya.

Kalsifikasi Tulang
Pada orang muda, perkembangan tulang melampaui reso-
rpsinya, karena sistem Havers yang baru berkembang
Kalsifikasi dimulai saat terdapat deposit kalsium fosfat lebih cepat dibandingkan yang lama dan sudah direso-
pada serat kolagen. rpsi. Selanjutnya, pada masa dewasa, saat kedua lempeng
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 152

152 䡲 䡲 䡲 Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang

epifisis mereka saling mendekat dan pertumbuhan tulang Proses perbaikan Tulang
telah terjadi, perkembangan tulang baru diseimbangkan
Proses perbaikan tulang melibatkan kedua mekanisme,
dengan resorpsi tulang. penulangan intramembranosa dan endokondral.
Tulang yang tumbuh sebagian besar mempertahankan
bentuk arsitektural awal saat terjadinya perkembangan Tulang yang patah akan menyebabkan kerusakan dan destruksi
tulang pada masa fetus, hingga masa akhir pertumbuhan pada matriks tulang, kematian sel, dan robeknya periosteum
tulang saat dewasa. Hal ini dicapai melalui remodeling dan endosteum, dan kemungkinan terjadinya perubahan lokasi
permukaan, suatu proses yang melibatkan deposisi tulang pada bagian ujung tulang yang patah (fragmen). Pembuluh
pada beberapa daerah tertentu dari periosteum seiring darah ikut robek pada bagian yang patah, dan perdarahan yang
dengan resmpsi tulang pada beberapa daerah lainnya. terlokalisasi akan mengisi bagian yang patah, menghasilkan
Melalui cara yang sama, tulang juga dideposit pada area pembentukan bekuan darah pada daerah yang cedera. Segera
tertentu dari permukaan endosteal, sementara itu terjadi suplai darah akan dihentikan melalui mekanisme retrograde
resoprsi pada bagian lainnya. Tulang pada calvarium dari tempa cedera kembali ke daerah anastomosis pembuluh
dibentuk ulang melalui cara yang sama untuk darah, yang dapat membentukan rute sirkulasi baru. Sebagai
mengakomodasi pertumbuhan otak; namun belum jelas benar konsekuensinya, akan terjadi pelebaran area cedera, pada salah
bagaimana proses ini diatur. satu sisi dari darah patah yang asli, menyebabkan berkurangnya
Tulang kortikal dan berongga, tidak mengalami suplai darah untuk sejumlah besar sistem Havers, karenanya
remodeling dengan cara yang sama, kemungkinan karena akan menyebabkan bertambahnya zona yang mengandung
osteoblas dan sel-sel osteoprogenitor pada tulang berongga osteosit yang mati dan rusak. Karena sumsum tulang dan
terletak di dekat batas sumsum tulang, dan karenanya berada periosteum adalah area yang tinggi vaskularisasinya, area
dibawah pengaruh langsung sel-sel sumsum tulang melalui cedera awal pada salah satu dari dua area tersebut tidak
mekanisme parakrin. Berbagai faktor yang diproduksi sel-sel tumbuh secara bermakna, dan tidak juga ada penambahan yang
sumsum tulang termasuk di antaranya interleukin-1 (IL-1), bermakna dari jumlah sel yang mati dan rusak melebihi area
tumor necrosis factor, colony-stimulating factor-1, cedera asal. Saat sistem Havers pada tulang tidak memiliki
osteoprotegrin (OPG), osteoprotegin ligand (OPGL), dan suplai darah, osteosit akan berubah piknotik dan mengalami
transforming growth factor-β. Sel-sel osteoprogenitor dan lisis, menyiksakan lakuna yang kosong.
osteoblas dari tulang kompak berlokasi di dalam lapisan Gumpulan darah yang mengisi lokasi fraktur akan diinvasi
selular dari periosteum dan pada lapisan di kanal Havers, oleh kapiler kecil dan fibroblas dari jaringan ikat di sekitarnya,
sehingga terlalu jauh jaraknya dari sel-sel pada tulang membentuk jaringan granulasi. Peristiwa yang sama terjadi
kompak berespons terhadap berbagai faktor sistemik, pada rongga sumsum tulang saat gumpalan darah terbentuk;
diantaranya hormon kalsitonim dan paratiroid. gumpalan darah segera diinvasi oleh sel-sl osteoprogenitor dari
Struktur internal tulang dewasa secara terus menerus endosteunm dan sel multipoten dari sumsum tulang,
mengalami remodeling sebagai tulang barai serta tulang membentuk kalus internal pada trabekula tulang dalam waktu
yang mati diresorpsi; sebagai contoh, kurang lebih satu minggu (Gambar 7-20). Dalam waktu 48 jam
䡲 Sistem Havers secara terus menerus akan berganti. sesudah terjadinya cedera, sel-sel osteoprogenitor akan
䡲 Tulang barus diresorpsi pada satu area dan bertambah karena meningkatnya aktivitas mitosis pada lapisan
bertambah pada daerah lain untuk menyesuaikan osteogenik dari periosteum dan endosteum; dan dari sel-sel
dengan perubahan tekanan yang terjadi (misalnya yang tidak berdiferensiasi pada sumsum tulang. Lapisan
berat, postur tubuh, fraktur). terdalam dari sel-sel osteoprogenitor yang sedang berprofilerasi
Saat sistem Havers diresorpsi, osteosit akan mati; selanjutnya pada periosteum (pada bagian yang paling dekat dengan
osteoklas akan direkrut menuju area untuk meesorpsi tulang), dimana di sekitarnya terdapat kapiler, akan
matriks, membentuk rongga absorpsi. Aktivitas osteoklastik berdiferensiasi menjadi osteoblas dan akan mulai membentuk
bagian collar dari tulang, melekatkannya pada tulang yang mati
yang berkelanjutan akan meningkatkan rehateter dan
disekitar tempat cedera.
panjang rongga ini, yang kemudian akan diinvasi oleh
pembuluh darah. Pada kondisi ini, resorpsi tulang akan Meskipun kapiler tumbuh, laju proliferasinya lebih lambat
berhenti dan osteblas akan menempatkan lamela konsentris daripada sel-sel osteoprogenitor; maka sel-sel osteoprogenitor
yang berada di antara masaa yang berproliferasi saat ini tidak
bari di sekitar pembuluh darah, membentuk sistem Haves
memiliki jaringan pembuluh darah kapiler yang berlimpah. Hal
yang baru. Meskipun tulang primer mengalami remodeling ini akan menyebabkan kadar oksigen yang rendah, dan sel-sel
dengan cara ini, yang akan memperkuat tulang dengan ini akan menjadi sel kondrogenik, yang akan menjadi
tersusunnya kolagen di tepi sistem Havers, remodeling akan kondroblas yang akan membentuk kartilago pada sisi luar dari
berlanjut selama hidup saat resorpsi digantikan dengan collar.
deposisi dan pembentukan sistem Havers yang baru. Proses Bagian paling luar dari sel-sel osteoprogenitor
resorpsi tulang seperti ini, diikuti dengan peletakan tulang, yangberproliferasi (yang melekat pada lapisan fibrosa dari
dikenal juga sebagai penggabungan (coupling). Lamela periosteum), memiliki beberapa kapiler di bagian tengahnya,
interstisial yang didapatkan pada tulang dewasa merupakan berlanjut berproliferasi sebagai sel osteoprogenitor.
sisa dari sistem Havers yang mengalami remodeling. Karenanya, area collar terbagi menjadi tiga zona yang
bercampur: (1) lapisan tulang baru yang melekat dengan
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 153

Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang ■ ■ ■ 153

Periosteum Proliferasi Periosteum Endosteum Kartilago matriks yang melekatpada tulang baru yang
terbentuk pada bagian terdalam dari collar akan
terklasifikasi dan pada akhirnya, seluruh kartilago akan
diganti oleh tulang primer melalui pembentukan tulang
endokondral.
Saat fragmen tulang menyatu melalui hubungan
dengan tulangberongga, maka penting untuk
memperbaiki tempat cedera melalui penggantian tulang
primer dengan tulang sekunder dan penyembuhan kalus.
A Endosteum
Tulang yang pertama terbentuk akibat cedera tulang,
berkembang melalui proses pembentukan tulang
Kartilago hialin intramembranosa, dan trabekula yang baru secara mantap
melekat pada tulang yang cedera atau mati. Matriks dari
tulang yang mati, terletak pada ruang kosong di antara
trabekula tulang yang sedang berkembang, akan diserap,
dan ruang tersebut akan terisi oleh tulang yang baru. Pada
akhirnya seluruh tulang baru yang dibentuk oleh osteoblas
yang menginvasi area ini. Berbagai peristiwa ini terjadi
bersamaan, sebagai hasilnya adalah perbaikan pada
fraktur berupa tulang berongga yang dikelilingi kalus
B tulang.
Tulang primer Pada berbagai peristiwa remodiling, tulang primer pada
yang baru penulangan intramembranosa digantikan oleh tulang
terbentuk Kalus
sekunder, menyebabkan terjadinya penyembuhan pada
daerah faktur; pada saat bersamaan kalus diresorpsi.
Tampaknya proses penyembuhan dan remodeling pada
lokasi faktur merupakan respons langsung pada tekanan
yang mengalami perbaikan akan dipulihkan kepada
bentuk dan kekuatan asalnya. Adalah menarik bahwa
proses penyembuhan tulang melibatkan pembentukan
C
Tulang sekunder kartilago dan kedua macam proses penulangan,
yang baru terbentuk intramembranosa dan endokondral.
Patah tulang
yang sembuh KOLERASI KLINIS
Jika segmen tulang hilang atau rusak berat
sehingga harus dibuang, sedangkan "penyatuan
tulang" tidak mungkin; maka proses
penyembuhan tulang tidak terjadi karena kalus
tulang tidak terbentuk. Pada kondisi ini
dibutuhkan pencangkokan tulang. Sejak tahun
1970an, tersedia bank tulang untuk menyuplai
D tulang yang viable untuk keperluan
pencangkokan. Fragmen tulang ditanam dan
Gambar 7–20 Berbagai peristiwa yang terjadi pada dibekukan untuk memelihara potensi osteogenik
penyembuhan fraktur tulang
dan kemudian digunakan sebagai transplan oleh
ahli bedah ortopedi. Autografts adalah yang
paling sukses karena penerima transplan adalah
fragmen tulang, (2) lapisan tengah yang terdiri atas sekaligus sebagai donor. Homografts berasal dari
kartilago, dan (3) lapisan permukaan osteogenik yang individu yang berbeda dari spesies yang sama,
berproliferasi. Secara bersamaa, collars yang terbentuk karenanya mungkin terjadi penolakan akibat
pada bagian ujung setiap fragmen akan menyatu respons imun. Heterografts, adalah cangkok dari
menjadi satu colla, yang disebut kalus eksternal, yang spesies yang berbeda, kemungkinan keberhasilan
akan memulai penyatuan dari fragmen. Pertumbuhan paling kecil, meskipun pernah dibuktikan bahwa
collar eksternal yang terus berlanjut terutama karena tulang anak sapi kehilangan antigenisitasnya
proliferasi sel-sel osteoprogenitor dan juga berasal dari sesudah dibekukan, sehingga dapat digunakan
pertumbuhan interstisial pada kartilago di zona untuk cangkok tulang jika dibutuhkan.
intermediate.
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 154

154 䡲 䡲 䡲 Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang

Histofisiologi Tulang Hormon pertumbuhan somatotropin, disekresikan oleh


sel-sel pada lobus anterior hipofisis, mempengaruhi
Tulang menyongkong jaringan lunak tubuh serta perkembangan tulang melalui somatomedin (insulinlike
melindungi sistem saraf pusat dan jaringan hemopoetik. growth factors), khususnya menstimulasi pertumbuhan
Tulang juga adalah tempat perlekatan dari tendon otot pada lempeng epifisis. Anak-anak yang kekurangan
yang menggunakan tulang sebagai tuas untuk hormon ini akan mengalami dwarfism, sedangkan individu
memberikan keuntunga mekanis yang dibutuhkan saat dengan kadar somatotropin yang berlebihan, pada masa
bergerak. Hal yang juga penting, tulang berfungsi pertumbuhannya akan mengalami pituitary gigantism.
sebagai tempat penyimpanan kasium dan fosfat untuk
Beberapa faktor terlibat dalam proses metabolisme
memelihara kadar adekuat dari elemen-elemen ini
tulang, beberapa di antaranya ada dalam daftar berikut ini.
dalam darah dan jaringan lain pada tubuh.
Lebih jauh lagi, banyak dari faktor-faktor tersebut
dilepaskan oleh berbagai sel dan memiliki beberapa sel
Pemeliharaan Kadar Kalsium Darah
target; namun hanya fungsi yang berkaitan dengan tulang
Kalsium sangat penting bagi aktivitas berbagai enzim dan yang tertulis di sini:
juga berfungsi untuk permeabilitas membran, adhesi sel, 䡲 Interleukin-l, dilepaskan oleh osteoblas, mengaktivasi
koagulasi darah, transmisi implus saraf, kontraksi otot, prekursor osteoklas untuk berproliferasi; juga memiliki
dan proses di dalam tubuh lainnya. Untuk memenuhi peran yang tidak langsung dalam menstimulasi
kadar yang dibutuhkan agar kalsium dapat melaksanakan osteoklas.
䡲 Faktor penekrosis tumor, dilepaskan oleh makrofag
fungsinya, konsentrasi dalam plasma darah sebanyak 9
sampai 11 mg/dL harus terpelihara. teraktivasi, bekerja serupa dngan interleukin-l.
Karena 99% kadar kalsium di dalam tubuh tersimpan 䡲 Faktor-l penstimulasi koloni, dilepaskan oleh sel-
di dalam tulang sebagai kristal hidroksi apatit, sisanya sel stroma sumsum tulang, menginduksi
sebanyak 1% harus tersedia untuk dimobilisasi dari pembentukan osteoklas
tulang dalam waktu singkat. Karena itu, terdapat 䡲 OPG menghambat diferensiasi osteoklas.
perputaran yang konstan dari ion kalsium diambil dari 䡲 Interleukin-6, dilepaskan oleh berbagai sel-sel tulang,
tulang, dari osteon muda dan tua, dimana mineralisasi khusunya osteoklas, menstimulasi pembentukan
belum lengkap - untuk memelihara kadar kalsium osteoklas lainnya.
darah. Karena remodeling tulang adalah peristiwa yang 䡲 Interferon-, dilepaskan oleh limfosit T,
konstan, osteon yang baru selalu terbentuk dimana ion menghambat diferensiasi prekursor osteoklas untuk
kalsium tersedia untuk keperluan ini. Tampaknya menjadi osteoklas.
osteon yang lebih tua lebih mengalami mineralisasi; dan 䡲 Faktor penumbuhan transformasi, dibebaskan dari
karenanya lebih sedikit mengandung ion kalsium. matriks tulang selama osteoclasia, menginduksi
osteoblas untuk membentuk matriks tulang dan
Efek Hormonal meningkatkan proses mineralisasi matriks; juga
Aktivitas osteoklastik dibutuhkan untuk memelihara menghambat proliferasi prekursor osteoklas dan
suplai ion kalsium yang konstan bagi tubuh. Sel diferensiasinya untuk menjadi osteoklas matur.
parenkim pada kelenjar paratiroid sensitif terhadap
kadar kalsium darah; saat kadar kalsium lebih rendah KORELASI KLINIS
dari normal, hormon paratiroid (PTH) dilepaskan. Akromegali terjadi pada individu dewasa yang
Sebagaimana pembahasan sebelumnya, hormon ini memproduksi somatotropin yang berlebih,
mengaktivasi reseptor pada osteoblas, menekan menyebabkan peningkatan abnormal pada deposisi
pembentukan matriks dan memula pembentukan dan tulang tanpa resorpsi tulang yang normal. Kondisi
sekresi OPGL dan faktor penstimulasi osteoklas oleh ini menyebabkan terjadinya penebalan tulang,
osteoblas. Faktor-faktor ini menginduksi pembentukan khususna pada wajah, dan juga perubahan pada
osteoklas dan menstimulasi osteoklas yang rehat untuk jaringan lunak.
akif, selanjutnya terjadi resorpsi tulang dan penglepasan
ion kalsium. Maturasi skeletal juga dipengaruhi oleh hormon gona
Sel parafolikular (sel C) pada kelenjar tiroid juga laki-laki dan perempuan. Penutupan lempeng epifisis
memantau kadar ion kalsium plasma. Saat kadar kalsium normalnya cukup stabil dan konstan saat terjadi proses
meningkat, sel-sel ini akan mensekresikan kalsitonin, pematangan seksual. Pubertas prekoks menghambat
suatu hormon polipeptida yang mengaktivasi reseptor perkembangan skeletal karena lempeng epifisi distimulasi
pada osteoklas, menghambat mereka untuk melakukan untuk menutup lebih awal. Pada individu lainnya dimana
penyerapan tulang. Selain itu, osteoblas juga dirangsang pemantangan seksual terhambat, pertumbuhan skeletal
untuk meningkatkan sintesis osteoid dan sebagai melebihi batas normal karena lempeng epifisis tidak
dampaknya deposisi kalsium meningkat. menutup.
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 155

Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang ■ ■ ■ 155

protein, mineral, dan vitamin maka asam amino esensial


KOLERASI KLINIS untuk sintesis kolagen oleh osteoblas akan kurang dan
Osteoporosis mempengaruhi sekitar 10 juta pembentukan kolagen juga akan kurang. Asupan kalsium
penduduk Amerika yang mengalami imobilisasi dan fosfor yang kurang akan mengakibatkan tulang yang
kronis. Seringkali mempengaruhi perempuan kurang terkalsifikasi, dan akibatnya mudah menjadi
berusia lebih dari 40 tahun, khususnya wanita patah. Defisiensi vitamin D akan mencegah absorpsi
pascamenopause. Oseoporosis berhubungan kalsium di usus, menyebabkan penyakit rickettsia pada
dengan berkurangnya masa tulang, yang menjadi anak. Vitamin A dan C juga dibutuhkan untuk
lebih serius sesudah menopause, dimana sekresi perkembangan skeletal yang baik (Tabel 7-4).
estrogen sangan menurun. Pengikatan estrogen
pada reseptor spesifik pada osteoblas, akan
mengaktivasi sel-sel untuk memproduksi dan KOLERASI KLINIS
mensekresi matriks tulang. Dengan berkuangnya
sekresi estrogen, aktivitas osteoklastik lebih besar Riketsia adalah penyakit pada bayi dan anak yang
dari deposisi tulang, berpotensi mengurangi massa mengalami defisiensi vitamin D. Tanpa vitamin
tulang sampai pada keadaan dimana tulang tidak D, mukosa usus tidak dapat menyerap kalsium
dapat lagi menahan tekanan dan akan patah dengan meskipun terdapat jumlah yang cukup dari
mudahnya. asupan makanan. Hal ini akan menyebabkan
Selama berpuluh tahun, terapi sulih hormon gangguan penulangan pada kartilago epifisis,
estrogen yang diberikan bersama dengan menghasilkan matriks tulang yang sangat sedikit
suplementasi kalsium dan analgsik, digunakan terklasifikasi. Anak dengan rickets menunjukkan
untuk meredakan atau menghilangkan kondisi ini. deformitas tulang, khususnya pada tangkai,
Namun pada tahun 2004 diketahui bahwa terapi karena tulang tidak dapat menahan berat tubuh.
sulih hormon dapat meningkatkan risiko penyakit Osteomalacia, atau rickets pada dewasa,
jantung, stroke, kanker payudara, dan disebabkan defisiensi vitamin D dalam jangka
pembentukan bekuan daran. Suatu kelompok obat panjang. Saat hal ini terjadi, tulang yang baru
yang baru dikembangkan yaitu bifosfonat terbentuk tidak terklasifikasi secara optimal.
mengurangi insidens fraktur osteoporosis tanpa Kondisi ini bisa lebih parah pada keadaan hamil,
risiko dari terapi sulih estrogen. Suatu alat deteksi karena janin membutuhkan kalsium, yang akan
dini, dual-energy x-ray absorptiometry (DEXA), diambil dari ibu.
digunakan sebagai metode yang reliable untuk Scurvy adalah kondisi yang dihasilkan dari
menilai peningkatan densitas tulang bahkan pada definisi vitamin C. Salah satu akibatnya adalah
individu dengan osteoporosis. berkurangnya produksi kolagen, menyebabkan
pengurangan pada pembentukan matriks tulang
Efek Nutrisi dan perkembangan tulang. Proses penyembuhan
Pertumbuhan tulang yang normal sensitif dan juga terlambat.
tergantung kepada berbagai faktor nutrisi. Jika pada
individu terjadi asupan yang kurang dari

TABLE 7–4 Vitamin yang Mempengaruhi Perkembangan Skeletal

Defisiensi/Kelebihan Efek

Defisiensi vitamin A Menghambat pembentukan tulang yang layak karena kegagalan koordinasi aktivitas osteoblas
dan osteoklas; kegagalan resorpsi dan remodeling dasar tengkorak untuk mengakomodasi
perkembangan otak menyebabkan kerusakan serius pada sistem saraf pusat

Hipervitaminosis A Erosi kolumna kartilago tanpa penambahan sel di zona proliferasi; lempeng epifisis dapat
tertutup, terjadi hambatan pertumbuhan yang prematur

Defisiensi vitamin C Jaringa mesekin terpengaruh karena jaringan penyambung tidak dapat memproduksi dan
memelihara matriks ekstraselular; produksi kolagen dan matriks tulang berkurang,
menyebabkan pertumbuhan yang terhambat dan proses penyembuhan tertunda (scurvy)

Defisiensi vitamin D Osifikasi kartilago epifisis terganggu; sel menjadi tidak teratur pada metafisis, menyebabkan
gangguan kalsifikasi tulang yang berat, yang akan mengakibatkan deformitas karena tidak
mampu menahan berat tubuh (pada anak disebut rickettsia; pada dewasa, osteomalasia)
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 156

156 䡲 䡲 䡲 Bab 7 䡲 Kartilago (Tulang Rawan) dan Tulang

Sandi
Tulang dapat bergerak atau mendekat satu sama lainnya
Periosteum
pada sendi, yang diklasifikasikan menurut derajat
pergerakan di antara tulang-tulang yang membentuk
sendi. Tulang-tulang yang berikatan secara dekat dengan Lapisan
pergerakan minimal di antaranya disebut sinartrosis; fibrosa kapsul
sedangkan sendi dimana tulang bebas bergerak dalam
rentang yang lebar diklasifikasikan sebagai diartosis. Membran
sinovial
Terdapat tiga macam sendi sinartrosis berdasarkan
jaringan yang membentuk penyatuannya:
1 Sinostosis. Terdapat pergerakan minimal, dan Rongga
jaringan yang menyatukan sendi, adalah tulang sendi
(misalnya tulang tengkorak pada dewasa)
2 Sinkondrosis. Terdapat pergerakan minimal, dan Kartilago
jaringan yang menyatukan sendi adalah sendi
kartilago hialin (misalnya sendi pada iga
Tulang berongga/
pertama dan pada sternum). tulang spongiosa
3 Sindesmosis. Terdapat pergerakannya minimal,
dan tulang disatukan dengan jaringan ikat padat
(misalnya simfisis pubis). Tulang kompak

Kebanyakan sendi pada ekstremitas adalah diartrosis Rongga sumsum


(Gambar 7-21). Tulang-tulang yang menyusun berbagai
sendi ini dilapisi oleh kartilago hialin, atau kartilago
sendi. Biasanya ligamen menjaga kontak antara tulang-
tulang pada suatu sendi, yang ditutup oleh kapsul sendi. Gambar 7–21 Anatomi sendi diartrodial.
Kapsul ini terdiri atas lapisan fibrosa luar berupa
jaringan ikat padat, yang bersambung dengan periosteum
pada tulang, dan lapisan dalam adalah lapisan sinovial 2 Sel tipe B adalah menyerupai fibroblas, memperlihatkan
selular, yang menutupi permukaan nonartikular. Sebagian RER yang berkembang baik; sel-sel ini
orang lebih menyukai untuk menyebutnya sebagai kemungkinanmensekresikan cairan sinovial
membran sinovial.
Cairan sinovial mengandung asam hialuronat dalam
Dua macam sel didapatkan pada lapisan sinovial: konsentrasi yang tinggi, dan glikoprotein lubrisin; yang
dikombinasikan dengan hasil filtrasi plasma. Selain
1 Sel tipe A adalah makrofag yang memiliki ciri memberikan suplai nutrisi dan oksigen bagi kondrosit
aparatus Golgi yang berkembang baik, memiliki pada kartilago sendi, cairan ini memiliki kandungan asam
banyak lisosom, namun sejumlah kecil RER. Sel hialuronat dan lubrisin yang tinggi, sehingga berfungsi
fagositik ini bertanggung jawab untuk menghilangkan sebagai pelumas sendi. Selain itu, makrofag pada cairan
debris dari rongga sendi. sinovial bekerja memfagosit debris pada ruang sendi.
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 157

8 䡲 䡲 䡲

Otot

Meskipun berbagai sel organisme multiselular memiliki


kemampuan kontraksi terbatas, sel otot inilah yang mempunyai otot skelet tersusun atas sel berinti banyak, panjang, dan
kemampuan khusus untuk berkontraksi yang dapat membuat silindris yang mengalami kontraksi volunter untuk
hewan bergerak. Organisme memanfaatkan kontraksi sel otot memfasilitasi gerakan tubuh atau bagian tubuh.
dan susunan komponen ekstraselular otot untuk membuat daya
penggerak, kontriksi, pompa, dan gerakan pendorong lainnya. Selama perkembangan embrio, beberapa ratus mioblas,
Sel otot memanjang dan disebut sel otot bercorak atau sel prekurser serta otot skelet, tersusun dari ujung ke ujung,
otot polos, bergantung pada ada atau tidaknya protein kontraktil bersatu dengan yang lainnya membentuk sel berinti banyak dan
miofibrilar (myofibrillar contractile proteins) yang tersusun panjang yang disebut miotub. Miotub yang baru terbentuk ini
berulang-ulang dan teratur, yang disebut miofilamen. Sel otot memproduksi penyusun sitoplasma serta unsur kontraktil,
bercorak memperlihatkan karakteristik pita melintang terang disebut miofibril. Miofibril terbetuk dari susunan spesifik
dan gelap yang berselingan, yang tidak ditemukan pada otot miofilamen, protein yang berperan dalam kemampuan
polos (Gambar 8-1). Terdapat dua tipe otot bercorak: skelet, kontraktil sel.
meliputi sebagian besar dan massa otot volunter tubuh, dan Serat otot tersusun paralel satu sama lain, dengan
jantung yang involunter, terbatas hampir seluruhnya pada ruang interselular di antaranya memuat susunan paralel
jantung. kapiler kontinu yang tersusun paralel. setiap serat
Sel otot polos terletak di dinding pembuluh darah otot skelet merupakan serat yang panjang, silindris, berinti
dan visera serta bagian dermis kulit. banyak, dan bercorak. Diameter serat bervariasi, antara 10
Istilah khusus sering digunakan untuk menggambarkan sampai 100 um, tetapi serat yang mengalami hipertrofi dapat
komponen sel otot. Jadi, membran sel otot disebut sebagai melebihi angka tersebut. Kekuatan relatif serat otot secara
sarkolema; sitoplasma, sebagai sarkoplasma; retikulum langsung bergantung pada diameter sedangkan kekuatan
endoplasma halus, sebagai retikulum sarkoplasma; dan keseluruhan otot merupakan fungsi jumlah dan tebal komponen
kadang, mitokondria sebagai sarkosom. Karena sel otot lebih serat.
panjang bagian panjang daripada lebarnya, sel otot sering Otot skelet berwarna merah muda sampai merah
disebut sebagai serat otot, tidak seperti serat kolagen, tetapi, karena kaya akan suplai vaskular dan terdapat pigmen
serat ini sebagai suatu utuh yang hidup . mioglobin, protein pembawa-oksigen yang menyuurapai,
Ketiga tipe otot ini berasal dari mesoderm. Otot jantung tetapi lebih kecil dari hemoglobin. Berdasarakan diameter
berasal dari mesoderm splanknopleura, hampir seluruh otot serat, kuantitas mioglobin, jumlah mitokondria,
polos berasal dari mesoderm splanknik dan somatik, dan panjangnya retikulum sarkoplasma, konsentrasi berbagai
sebagian besar otot skelet berasal dari mesoderm somatok. enzim, dan kecepatan kontraksi, serat otot dapa
dikelompokkan menjadi merah, putih, atau intermedia
(Tabel 8-1).
OTOT SKELET Biasanya, otot anatomi besar (seperti, bisep) terdiri atas
tiga tipe serat otot (merah, putih, dan intermedia) dalam
perbandingan

157
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 158

158 䡲 䡲 䡲 Bab 8 䡲 Otot

TABEL 8-1 Perbandingan Jenis Serat Otot Skelet*

Karakteristik Serat Otot Merah Serat Otot Putih

Vaskularisasi Banyak suplai pembuluh darah Sedikit suplai pembuluh darah

Persarafan Serat saraf lebih kecil Serat saraf lebih besar


Diameter serat Lebih kecil Lebih besar

Kontraksi Pelan tetapi berulang; tidak mudah Cepat tetapi mudah


lelah; kontraksi lemah lelah; kontraksi lebih kuat
Retikulum sarkoplasma Tidak ekstensif Ekstensif
Mitokondria Banyak Sedikit

Mioglobin Banyak Sedikit


Enzim Kaya akan enzim okidatif; Enzim oksidatif sedikit; kaya
sedikit adenosin trifosfatase akan fosforilase dan adenosin
trifosfatase

°Serat otot intermedia mempunyai karakteristik antara serat merah dan putih.

Selubung

Selubung otot rangka yaitu epimisium, perimisium, dan


Z endomisium.
A
Keseluruhan otot diselimuti oleh epimisium, jaringan ikat
kolagen padat tidak beraturan. Perimisium, jaringan kurang
padat berasal dari epimisium, menyelimuti gabungan
(fasikulus) serat otot. Endomisium tersusun atas serat
retikuler dan sebuah lamina eksterna (lamina basalis),
menyelimuti tiap sel otot (Gambar 8-2).
Karena unsur jaringan ikat ini saling berhubungan, gaya
kontraktil yang digunakan oleh tiap sel otot dikirimkan ke
jaringan ini. Tendon dan aponeurosis, penghubung otot
dengan tulang dan jaringan lain, berkesinambungan dengan
bungkus jaringan ikat otot dan berguna untuk menghasilkan
N gaya kontraktil gerakan.

Mikroskop Cahaya
Gambar 8-1 Mikrograf cahaya potongan memanjang otot skelet (x540).
Mikroskop cahaya serat otot skelet memperlihatkan sel yang
Perhatikan inti yang terletak di perifer (N) dan juga unsur jaringan ikat
yang amat halus di antara setiap serat otot. A, pita; Z, diskus. berinti banyak, panjang, dan silindris yang intinya terletak pada
bagian tepi.
yang relatif tetap yang menjadi karakteristik dari otot
tertentu. Pada ayam, contohnya, serat otot paha lebih banyak Serat otot rangka merupakan sel berinti banyak, dengan
banyak intinya berada pada bagian tepi dibawah membran sel
putih. Persarafan serat otot tampaknya merupakan faktor yang
(Gambar 8-3). Tiap sel diselimuti endomisium, yang serat
menetukan tipe serat. Jika persarafan diubah secara retikulum halusnya berbaur dengan endomisium sel otot di
eksperimental, serat akan menyesuaikan dirinya terhadap sekitarnya. Sel satelit kecil, yang berinti tunggal dan
persarafan yang baru. bekerja
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 159

Bab 8 䡲 Otot ■ ■ ■ 159

Epimisium Perimisium Endomisium

Otot utuh Fasikulus


Endomisium Sarkolema

Sarkoplasma
OTOT SKELET

Nukleus

serat

OTOT POLOS

Nukleus di tengah
sarkoplasma

Diskus interkalaris

Endomisium

Miofibril

OTOT JANTUNG
Nukleus

Sarkoplasma

Endomisium

Gambar 8-2 Tiga tipe otot. Atas, Otot skelet; tengah, otot polos; bawah, otot jantung.
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 160

160 䡲 䡲 䡲 Bab 8 䡲 Otot

Saat otot kontraksi, berbagai pita melintang mempunyain


karakteristik tertentu. Pita I menjadi lebih sempit, pita H
menghilang, dan diskus Z bergerak makin dekat satu sama
lain (mendekatkan daerah antara pita A dan I), tetapi lebar pita
C A tetap sama.

N Struktur Halus Serat otot Skelet

Mikroskop elektron telah membantu memperlihatkan


kepentingan bentuk dan fungsi corakan silang otot skelet
dankomponen struktur lain.

Tubulus T dan Retikulum Sarkoplasma

P Tubulus T dan retikulum sarkoplasma merupakan


komponen penting dalam kontraksi otot skelet.

Struktur halus sarkoplasma sama dengan membran sel lain,


Yang menjadi ciri khas membran ini adalah membran ini
melanjutkan diri kedalam serat otot skelet sebagai sejumlah
E tubulus T (tubulus melintang), yaitu juluran panjang tubular
yang saling terjalin antar miofibril (Gambar 8-5).
Pada otot skelet mamalia, tubulus T melintasi serat otot
secara melintang dan terletak dalam bidang pertemuan pita A
Gambar 8–3 Mikrograf cahaya potongan melintang otot skelet dan I; di sini, tubulus bercabang-cabang dan saling
(x 540). Perhatikan bahwa terdapat inti(N) di prifer dan juga beranastomosis; sehingga, setiap sarkomer mempunyai dua
kapiler (C) yang terdapat dalam unsur jaringan ikat endomisium pasang tubulus T, satu pada tiapdaerah pertemuan pita A dan I,
(E) yang tipis. Amati juga perimisium (P) yang menyelubungi jadi, tubulus T meluas ke bagian dalam serat dan memfasilitasi
berkas serat otot.
konduksi gelombang depolorisasai sepanjang sarkolema
(Gambar 8-6 dan Gambar 8-7).
Berhubungan dengan sistem tubulus T ini, terdapat
sebagai sel regeneratif, terletak pada lekukan dangkal di retikulum sarkoplasma, yang terletak berdekatan dengan
permukaan sel otot, berbagai lamina eksterna serat otot. pita A dan I dan juga dengan tubulus T, retikulum sarkoplasma,
Kromatin inti sel satelit lebih padat dan kasar dari serat otot. yang menyimpan kalsium intraselular, membentuk sebuah
Sebagian besar sel otot skelet terdir dari miofibril silindris rangkaian di sekitar tiap miofril dan memperlihatkan sisterna
yang tersusun memanjang, berdiameter 1 sampai 2 um terminalis yang berdilatasi pada tiap tautan A-I. Demikianlah,
(Gambar 8-4). Miofibril ini memanjang sampai ke seluruh sel dua sisterna ini selalu berada dekat dengan sebuah tubulus T,
dan tersusun rapi dengan sekitarnya. Miofibril yang tersusun membentuk suatu triad yang terdiri atas tubulus T daiapit oleh
paralel secara sempurna ini berperan membentuk corakan- dua sisterna terminalis. Susunan ini memungkinkan gelombang
silang pita terang dan gelap yang merupakan karakteristik otot depolarisasi menyebar, hampir seketika itu juga, dari
skelet yang dilihat dalam potongan memanjang (lihat Gambar permukaan sarkolema ke seluruh sel hingga mencapai sisterna
8-1). terminalis, yang mempunyai kanal berpintu voltase penglepas
kalsium (junctional feet) pada membrannya.
Pita gelap dikenal dengan pita A (anisotrop dengan cahaya
terpolarisasi) dan pita terang dengan pita I (isotrop dengan Retikulum sarkoplasma mengendalikan kontraksi otot
cahaya terpolarisasi). Bagian tengah tiap pita A terlihat sebagai sihingga secara teratur terjadi pengikatan (membuat relaksasi)
daerah pucat, pita H, yang terbagi dua oleh garis gelap tipis, dan penglepasan (membuat kontraksi) ion kalsium (Ca2+)
diskusi Z ( garis Z). Daerah antara dua diskus Z berurutan dalam sarkoplasma. Pemicu penglepasan ion kalsium adalah
pada miofibril dikenal sebagai sarkomer, dengan panjang 2,5 gelombang depolarisasi yang dikrimkan oleh tubulus T, yang
um dan diaanggap sebagai unit kontraktil serat otot skelet mengakibatkan dilepasnya ion kalsium ke sitosol di sekitar
(Gambar 8-5); lihat juga Gambar 8-4). miofibril.
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 161

Bab 8 䡲 Otot ■ ■ ■ 161

berkas
serat otot

sebuah serat otot

pita I

diskus Z

pita H

pita A
sebuah miofibril

sarkomer

Gambar 8-4 Susunan miofibril dan sarkomer dalam sebuah sel otot skelet. Perhatikan bahwa keseluruhan otot dilingkupi oleh selubung tebal jaringan ikat yang
dikenal sebagai epimisium, yang memberikan unsur jaringan ikat yang lebih halus (perimisium) yang melingkupi berkas-berkas serat otot skelet. Setiap sel otot
dilingkupi oleh unsur jaringan ikat yang lebih halus lagi, yaitu endomisium. Setiap serat otot skelet memililki suatu sarkolema yang mempunyai invaginasi tubular
(Tubulus T) yang berjalan dalam sarkoplasma dan diapit oleh sistema terminal dari retikulum sarkoplasma. Unsur kontraktil serat otot skelet tersusun dalam
satuan silindris yang terpisah, yang disebut miofibril. Setiap miofibril terdiri atas ribuan sarkomer dengan karakteristiknya masing-masing pita A, I dan H, serta
diskus Z

Miofibril dipertahankan pada tempatnya satu sama lain oleh Organisasi Struktur Miofibril
filamen intermedia desmin dan vimentin, yang mengamankan
bagian prifer diskus Z miofibril sekitar satu sama lain. Berkas Miofibril tersusun dari miofilamen tebal dan
miofibril ditempelkan pada bagian sitoplasma sarkolema oleh tipis yang berinterdigitasi (saling berseling).
berbagai protein, termasuk distrofin, yaitu protein yang
berikatan dengan aktin. Mikroskop elektron memperlihatkan pita yang serupa seperti
Pada miofibril di bagian dalam sarkolema, dan tersebar di mikroskop cahaya tetapi juga memperlihatkan adanya
antaranya terdapat banyak mitokondria panjang dengan miofilamen tebal seperti batang, berinterdigitasi, dan paralel
banyak krista yang saling berseling (interdigitasi), dan miofilamen tipis. Filamen tebal (diameter 15 nm dan
Mitokondria dapat berada pada paralel dengan sumbu panjang 1,5 um terdiri atas miosin II, sedangkan filamen tipis
memanjang pada miofibril. Selain itu, banyak mitokondria (diameternya 7 nm dan panjang 1,0 um) tersusun terutam oleh
terletak di dalam sarkoplasma. aktin.
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 162

162 䡲 䡲 䡲 Bab 8 䡲 Otot

Sisterna Terminal
Tubulus Retikulum
Nukleus
Melintang Sarkoplasma Sarkolema

Miofibril

Mitokondria

Garis Z Garis Z
Pita A Pita I

Gambar 8-5 Susunan triad dan sarkomer otot skelet. Perhatikan bahwa pada otot skelet triad selalu terletak pada pertemuan pita A dan I,
sehingga memungkinkan penglepasan ion kalsium secara cepat dan sisterna terminal retikulum sarkoplasrna tepat di daerah tempat interaksi
filamen tebal dan tipis dapat menghasilkan pemendekan sarkomer yang efisien. Amati adanya mitokondria di daerah perifer miofibril.

Filamen tipis berasal dari diskus Z dan menjulur ke pusat melewati filamen tebal (teori filamen geser Huxley).
pada dua sarkomer yang berdampingan, sehingga menunjuk ke Kemudian, saat kontraksi terjadi, gerakan filamen tipis ke
arah yang berlawanan. Karena itu, satu sarkomer mempunyai pusat sarkomer membuat tumpang tindih antara kedua
dua kelompok susunan paralel filamen tipis, tiap filamen kelompok filamen, yang secara efektif mengurangi lebar pita I
menempel pada diskus Z, dengan semua filamen dalam tiap dan H tanpa berpengaruh pada panjang pita A.
kelompok mengarah ke tengah sarkomer (Gambar8-8). Susunan filamen tebal dan tipis mempunyai hubungan yang
Filamen tebal juga membentuk susunan paralel,berinterdigitasi konstan dan spesifik. Pada otot skelet mamalia, tiap filamen
dengan filamen tipis dengan cara yang khas. tebal dikelilingi dengan jarak yang sama oleh enam filamen
Dalam keadaan relaksasi, pada serat otot skelet filamen tipis. Potongan lintang melalui daerah tumpang tindih filamen
tebal tidak meluas ke seluruh panjang sarkomer dan filamen tipis dan tebal memperlihatkan pola segi enam, bagian
tipis yang menjulur dari kedua diskus Z sarkomer, tidak sampai tengahnya ditempati oleh filamen tebal (Gambar 8-9; lihat
ke garis tengah. Karena itu, pada tiap sarkomer, pada kedua sisi juga Gambar 8-8) Filamen tebal saling dipisahkan oleh jarak
diskus Z, hanhya ada filamen tipis. Bagian tersebut pada dua 40 hingga 50 nm, sedangkan jarak antara filamen tebal dan
sarkomer yang berurutan ini, terlihat sebagai pita I dengan tipis, hanya berkisar 15 hingga 20 nm.
mikroskop cahaya. Daerah pada tiap sarkomer yang meliputi Struktur miofibril sebagian besar dipelihara oleh lima
seluruh panjang filamen tebal pita A, dan zona tengah pita A, protein:
di mana tidak terdapat filamen tipis, merupakan pita H.
Seperti dinyatakan sebelumnya, pita H terbagi dua oleh garis 䡲 Titin
䡲 Aktinin-α
M, yang terdiri dari miomesin, protein C, dan protein lain
yang belum dikenal dengan baik yang menhubungkan filamen 䡲Tudung Z
䡲Nebulin
tebal untuk mempertahankan susunan jeruji spesifikasinya
(Tabel 8-2). 䡲Tropomodulin

Saat kontraksi, filamen tebal dan tipis tidak memendek;


tetapi, dua diskus Z menjadi berdekatan dengan filamen tipis Filamen tebal terletak tepat di tempatnya dalam sarkomer
menggeser dengan bantuan titin, suatu protein elasatik, yang
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 163

Bab 8 䡲 Otot ■ ■ ■ 163

Gambar 8-6 Mikrograf elektron potongan memanjang


otot skelet tikus (x19.330). (Atas kebaikan Dr. J. Strum.)


S S

Gambar 8-7 Mikrograf elektron triad dan


retikulum sarkoplasma otot skelet
(x57.847). Jelas terlihat suatu tubulus T
dan sisterna terminal pada retikulum
sarkoplasma (S). Perhatikan potongan
melintang sebuah tubulus T diapit oleh
sisterna terminal (panah). (Dari Leeson
TS, Leeson CR, Papparo AA. Text/Atlas of
Histology. Philadelphia, WB
Saunders,1988.)
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 164

164 䡲 䡲 䡲 Bab 8 䡲 Otot

Sarkomer
Pita A
Pita H Tropomodulin
Diskus Z
Pita M Nebulin Titin

Gambar 8-8 Sarkomer dan bagian-bagiannya. A, Molekul miosin


Miofilamen tersusun secara antiparalel sehingga kepalanya menonjol keluar
Tropomiosin dari setiap ujung filamen tebal, dan setiap filamen tebal
dipertahankan di tempatnya oleh empat molekul titin yang
Tropomodulin membentang dan diskus Z ke tengah filamen tebal pada garis M.
Tambahan pula, setiap filamen tipis terikat di tempat oleh molekul
Actin nebulin yang membentang dari diskus Z ke ujung distal filamen
Troponin tipis. B, profil potongan melintang sebuah sarkomer pada daerah-
daerah tertentu. Setiap filamen tebal dikelilingi oleh enam filamen
Miosin II tipis (yang berjarak sama di sekeliling filamen tebal), sehingga
selalu terdapat dua filamen tipis antara filamen tebal yang
C bersebelahan. C, Miofilamen (filamen tebal dan tipis). Setiap
filamen tipis terdiri atas dua rantai aktin-F, sedangkan aktin-F terdiri
atas sejumlah besar molekul aktin-G yang terakit kepala ke kaki.
Molekul Miosin II Setiap alur filamen tipis ditempati oleh protein linear yang disebut
tropomiosin; yang terletak sedemikian rupa hingga menutupi tempat
Rantai ringan berikatan (binding site) tiap molekul aktin-G. Kemudian, molekul
tripartit, troponin, berhubungan dengan setiap molekul tropomiosin.
Apabila bagian troponin C dan troponin mengikat kalsium,
perubahan susunan molekul troponin akan mendorong tropomiosin
lebih dalam ke alur, membuka tempat berikatan miosin pada aktin-G
dan memungkinkan terjadinya kontraksi otot. D, Molekul miosinII.
S1 S2 Meromiosin ringan Tiap molekul miosin II terdiri atas dua rantai ringan dan dua rantai
berat. Rantai berat dapat dipecah-belah oleh tripsin menjadi
meromiosin berat meromiosin yang ringan dan berat, dan tiap meromiosin berat dapat
D dipecahkan oleh papain menjadi fragmen Si dan S2.

lurus dan besar. Dua molekul titin meluas dari setengah 'ke' atau 'dari' filamen tipis, akhirnya membantu terjaganya
bagian filamen tebal ke diskus Z sebelahnya; sehingga ukuran panjang yang benar. Sebagai tambahan, dua molekul
empat molekul titin menambat satu filamen tebal antara nebulin, protein nonelastik yang panjang terbelit sepanjang
dua diskus Z tiap sarkomer. tiap filamen tipis, kemudian menambatkannya dalam diskus Z
Filamen tipis dipertahankan pada tempatnya oleh protein dan menjamin terjaganya susunan spesifik filamen tipis. Lebih
berbentuk batang yaitu aktinin-α, yang merupakan komponen lagi, nebulin bekerja sebagai "penggaris," memastikan panjang
diskus Z yang dapat mengikat filamen tipis dalam susunan yang tepat dari filamen tipis. Fungsi ini dibantu oleh protein
paralel. Bagian akhir positif filamen tipis terletak dengan benar tropomodulin, sebuah penutup ujung negatif filamen tipis,
karena protein yang dikenal dengan sebutan tudung Z yang yang serupa dengan tudung Z, mencegah penambahan atau
juga mencegah penambahan atau pengurangan molekul aktin-G pengurangan molekul aktin-G 'ke' atau 'dari' filamen tipis (lihat
Tabel 8-2 dan Gambar 8-8)
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 165

Bab 8 䡲 Otot ■ ■ ■ 165

TABEL 8-2 Protein yang Berhubungan dengan Otot Skelet

Berat Subunit dan Berat Fungsi


Protein Molekular (kD) Molekularnya
Miosin II 510 2 rantai berat,masing- Protein besar dari filamen tebal; interaksinya
masing 222 kD; 2 pasang dengan aktin menghidrolisis ATP dan
rantai ringan, 18 kD dan 22 mengakibatkan kontraksi
kD
Miomesin 185 Tidak ada Hubungan silang filamen tebal yang berdekatan satu
sama lain pada garis M

Titin 2500 Tidak ada Membentuk jejaring elastik yang menambatkan


filamen tebal kepada diskus Z

Protein C 140 Tidak ada Berikatan dengan filamen tebal pada garis M
Aktin G 42 Berpolimerisasi membentuk filamen tipis dari F-aktin;
Tidak ada
interaksi G-aktin dengan miosin II membantu dalam
menghidrolisis ATP, mengakibatkan kontraksi
Tropomiosin 64 2 rantai, masing-masing 32kD Menempati alur filamen tipis

Troponin 78 TnC, 18 kD Berikatan dengan tropomiosin Berikatan dengan


TnT, 30 kD aktin, sehingga menginhibisi interaksi aktin-miosin
TnI, 30 kD
Menambatkan ujung positif filamen tipis kepada
α-aktinin 190 2 unit, masing-masing 95 kD diskus Z
Nebulin 600 Tidak ada Protein diskus Z yang dapat membantu α-aktinin
untuk menambatkan filamen tipis ke diskus Z
Penutup Z Membentuk bagian dari diskus Z dan menutupi
(Cap Z) ujung positif filamen tebal
Tropomodulin 43 kD Menutupi ujung negatif filamen tipis

ATP, adenosin trifosfat; kD, kilodalton

FILAMEN TEBAL Meromiosin ringan berfungsi untuk penyusunan molekul


yang sesuai menjadi filamen tebal bipolar. Meromiosin berat
dipecah oleh papain menjadi dua gugus bulat(S1) dan segmen
Filamen tebal tersusun dari molekul miosin II yang berbentuk batang, heliks, pendek (S2) (lihat Gambar 8-8).
lurus dari ujung ke ujung. Subfragmen S1 berikatan dengan adenosin trifosfat (ATP)
dan berfungsi sebagai pembentuk jaembatan silang antara
Setiap filamen tebal terdiri dari 200 hingga 300 molekul miofilamen tebal dan tipis. Rantai ringan (jangan dikelirukan
miosinII.Tiap molekul miosin II (panjang 150 nm; diameter dengan meromiosin ringan) mempunyai dua tipe, dan masing-
2-3 nm) disusun oleh dua rantai berat yang identik dan dua masing tipe berhubungan dengan subfragmen S1 molekul
pasang rantai ringan. Rantai berat mirip dua gagang golf yang miosin II. Untuk setiap rantai berat terdapat dua rantai ringan.
mempunyai rantai polipeptida seperti batang yang saling Molekul miosin II terdiri dari dua rantai berat dan empat
melibat dalam heliks-α. Rantai berat dapat dipecah oleh tripsin rantai ringan.
menjadi: Molekul miosin II tersusun berdekatan secara spesifik
dengan filamen berat. Molekul ini berjalan secara tidak
䡲 Meromiosin ringan, ekor berbentuk batang yang terbentuk mantap; dengan interval teratur, tersusun dari kepala sampai
dari dua rantai polipeptida berbentuk batang yang melibat satu ekor, sehingga bagian tengah tiap filamen tebal berbentuk
sama lain hanya dari daerah ekor, sedangkan dua ujung filamen tebal
䡲 Meromiosin berat, dua kepala bulat disertai oleh bagian terdiri dari bagian kepala dan ekor. Orientasi ruang molekul
proksimal pendek dari dua rantai polipeptida berbentuk miosin II membuat bagian meromiosin berat menonjol dari
batang yang saling melibat filamen tebal
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 166

166 䡲 䡲 䡲 Bab 8 䡲 Otot

sr
*
*

* m Gambar 8-9 Mikrograf elektron potongan


melintang serat otot skelet. Asterisk menunjukkan
gly filament tebal dan tipis. gly. glikogen; m,
mitokondria; pm, membran plasma; sr, retikulum
sarkoplasma. (Mikrograf elektron atas kebaikan Dr.
C. Peracchia; dalam Hopkins CR: Structure and
Function of Cells. Philadelphia, WB Saunders,1978.)

dengan sudut 60-derajat relatif terhadap meromiosin berat Filamen tipis terbentuk dari dua rantai filamen aktin-f
sebelahnya,sehingga daerah kepala selalu berada dengan terbungkus satu sama lain dalam hubungannya dengan
filamen tipis. tropomiosin dan troponin.
Tiap molekul miosin II terlihat mempunyai dua daerah
fleksibel, satu pada sambungan meromiosin berat dan Komponen utama dari tiap filamen tipis adalah aktin-F,
meromiosin ringan dan lainnya pada sambungan subfragmen S1 polimer unit aktin-G bulat, semua molekul terpolimerisasi
dan S2 yang membuat molekul miosin II untuk menarik filamen dalm orientasi ruang yang sama, memberi polaritas berbeda
tipis, secara bertahap, menuju bagian tengah sarkomer. pada filamen. Ujung positif tiap filamen berikat dengan diskus
Z melalui aktinin-α; ujung negatif meluas ke tengah sarkomer.
Tiap molekul aktin-G juga berisi daerah aktif, di mana daerah
FILAMEN TIPIS kepala (subfragmen S1)
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 167

Bab 8 䡲 Otot ■ ■ ■ 167

miosin II terikat. Dua rantai aktin-F terpilin satu sama lain dan kompleks berikatan dengan daerah aktif aktin (Gambar
dalam heliks padat (periodisitas 36-nm) seperti dua untaian 8-10).
mutiara (lihat Gambar 8-8). 5 Pi terlepas, tidak hanya berakibat pada kekuatan ikatan
Sepanjang heliks untaian ganda aktin-F terdapat dua alur lebih besar antara aktin dan miosin II tetapi juga pada
yang dangkal. Molekul tropomiosin berbentuk pensil, perubahan konformasi subfragmen SI.
panjang sekitar 40-nm, berpolimerisasi untuk membentuk
filamen kepala sampai ekor yang menempati alur dangkal 6 ADP juga dilepaskan, dan filamen tipis diseret ke
pada heliks aktin untaian ganda. Tropomiosin yang arah tengah sarkomer ("daya mengayuh/power stroke").
terikat, menutupi sebagian daerah situs aktif molekul 7 Satu molekul ATP baru berikatan ke subfragmen S1
aktin dengan cara menumpang tindih. yang menyebabkan penglepasan ikatan antara aktin dan
Sekitar 25 hingga 30 nm dari permulaan flap miosin II.
molekul tropomiosin merupakan molekul troponin tunggal, Siklus pelekatan dan penglepasan harus diulang berkali-kali
tersusun dari tiga polipeptida bulat: TnT, TnC, dan TnI. agar kontraksi terjadi sempurna. Tiap siklus pelekatan dan
Subunit TnT mengikat seluruh molekul troponin ke penglepasan memerlukan ATP untuk konversi energi kimia
tropomiosin; TnC mempunyai afinitas yang tinggi terhadap menjadi gerak.
kalsium; dan TnI mengikat aktin, mencegah interaksi antara
aktin dan miosin II. Pengikatan kalsium oleh TnC
menyebabkan pergeseran konformasi tropomiosin, KORELASI KLINIS
membuka daerah aktif yang sebelumnya terhalang pada
filamen aktif sehingga molekul miosin II dapat lentur,
membentuk jembatan silang, dan sehingga gugus S1 Segera setelah kematian hewan atau manusia, sendi
(kepala miosin) mengikat daerah aktif pada molekul aktin menjadi tidak dapat digerakkan. Kekakuan sendi ini
(lihat selanjutnya). dikenal dengan rigor mortis dan, bergantung
fluktuasi suhu sekitar, kekakuan ini dapat terjadi
Kontraksi dan Relaksasi Otot selama tiga hari. Karena sel mati tidak dapat
memproduksi ATP, disosiasi filamen tebal dan tipis
tidak dapat terjadi, kepala miosin akan tetap terikat
Kontraksi otot mengikuti "hukum semua-atau-tidak (all-
pada daerah aktif molekul aktin sampai otot mulai
or-none law)" dan diikuti relaksasi otot.
teruraimembusuk. Waktu kematian dapat
diperkirakan oleh keadaan rigor mortis, saat
Kontraksi secara efektif mengurangi panjang serat otot saat dihubungkan dengan catatan fluktuasi suhu sekitar.
istirahat, sejumlah yang sama dengan seluruh pemendekan Menarik untuk dicatat bahwa otot wajah adalah yang
yang terjadi sepanjang sarkomer sel otot tersebut. Proses pertama mengalami rigor mortis dan maksimal rigor
kontraksi, biasanya dipicu oleh impuls saraf, mengikuti terjadi 12-24 jam setelah kematian.
hukum all-or-none, sehingga satu serat otot hanya
berkontraksi sebagai akibat stimulasi atau tidak merespons
sama sekali. Kekuatan kontraksi otot besar anatomik, seperti
bisep, merupakan fungsi sejumlah serat otot yang mengalami Selama konsentrasi kalsium sitosol cukup tinggi, filamen
kontraksi. Stimulus dikirimkan ke tautan neuromuskular. aktin tetap pada keadaan aktif dan siklus kontraksi berlanjut.
Selama kontraksi otot, filamen tipis menggeser melewati Saat impuls rangsang berhenti, relaksasi otot terjadi,
filamen tebal, seperti dijelaskan oleh teori filamen meluncur melibatkan tahap terbalik yang membuat kontraksi.
Huxley (Huxley's sliding filament). Pertama, pompa kalsium pada membran retikulum
Urutan peristiwa yang mengakibatkan kontraksi otot skelet: sarkoplasma secara aktif membawa Ca2+ kembali ke sisterna
terminal, tempat ion terikat dengan protein kalsekuestrin
1 Sebuah impuls, terbentuk sepanjang sarkolema, dikirimkan (calsequestrin). Penurunan kadar Ca2+ di sitosol membuat TnC
ke interior serat melalui tubulus T, ke sisterna melepaskan ikatan Ca2+; kemudian tropomiosin kembali ke
terminal retikulum sarkoplasma (lihat Gambar 8-5) posisi ketika ia menutupi daerah aktif aktin, mencegah
2 Ion kalsium keluar dari sisterna terminal melalui kanal interaksi aktin dan miosin II.
berpintu voltase penglepas kalsium, masuk ke sitosol, dan
mengikat subunit TnC troponin, yang mengubah Sumber Energi Untuk Kontraksi Otot
konformasinya.
3 Perubahan konformasi pada troponin menggeser posisi Sumber energi untuk kontraksi otot adalah sistem energi
tropomiosin ke cekungan yang lebih dalam, membuka daerah fosfogen, glikolisis, dan sistem energi aerobik.
aktif (daerah pengikat miosin) pada molekul aktin.
4 ATP ada di subfragmen S1 miosin II terhidrolisasi, tetapi baik Karena proses kontraksi otot membutuhkan energi yang besar,
adenosin difosfat (ADP) dan fosfat anorganik (P1) tetap sel otot skelet menjaga tingginya konsentrasi tinggi senyawa
menempel pada subfragmen S1, tinggi energi ATP dan kreatin fosfat (atau fosfokreatin). Karena
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 168

168 䡲 䡲 䡲 Bab 8 䡲 Otot

Aktin

ADP
P

Miosin
Pi dilepas sehingga
mengakibatkan perubahan
ATP yang terdapat pada subfragmen subfragmen S1
S1, terhidrolis, dan kompleks itu
terikat pada tempat aktif pad aktin.
P

ADP

ATP

ADP juga dilepaskan dan filamen


ADP
tipis diseret ke arah tengah
sarkomer.
ATP Kekuatan mendorong

Sebuah molekul baru ATP berikatan


pada subfragmen S 1, yang
menyebabkan penglepasan ikatan
antara aktin dan miosin.

Gambar 8-10 Peran adenosin trifosfat (ATP) pada kontraksi otot. ADP, adenosin difosfat; P, fosfat; Pi, Fosfat anorganik; S1, subfragmen,
fragmen miosin. (dimodifikasi dan Albers B, Bray D, Lewis J, et al: Molecular Biology of the Cell. New York, Garland Publishing, 1994.)

baik ATP dan kreatin fosfat mengandung ikatan fosfat tinggi terbentuk direfosforilasi melalui dua cara; (1) glikolisis,
energi, mereka merupakan sistem energi fosfogen, dan dapat menyebabkan akumulasi asam laktat, dan (2) mengirimkan fosfat
menyediakan energi yang cukup untuk aktivitas otot maksimal energi tinggi dari kreatin fosfat (sistem fosfogen) yang
sekitar 9 detik. (3 detik untuk ATP dan 6 detik untuk kreatin dikatalisasi oleh fosfokreatin kinase. Saat aktivitas otot
berkepanjangan, maka akan dikerahkan sistem aerobik
fosfat).
pemproduksi energi.
Tambahkan energi dapat dibuat melalui metabolisme
anaerobik dari glikogen (glikolisis), yang mengakibatkan
pembentukan dan penumpukkan asam laktat. Hal ini diketahui Tautan Miotenden
sebagai sistem asam laktat-glikogen. Sistem ini menyediakan
energi maksimal sekitar 90 sampai 100 detik untuk aktivitas Bagian jaringan ikat pada serat otot melanjutkan diri dengan
otot. tendon tempat otot menempel. Pada tautan miotenden, sel
Sistem ketiga, dikenal sebagai sistem energi aerobik. menjadi gepeng dan amat berlipat. Serat kolagen dari tendon
menggunakan diet normal untuk pembentukan ATP. sistem menyusup ke dalam lipatan dan mungkin menjadi
aerobik tidak menunjang aktivitas otot normal tanpa batas jika berkesinambungan dengan serat retikulum endomisium. Dalam
asupan makanan terus dijaga dan nutrien tersedia. sel, miofilamen tertanam ke bagian dalam sarkolema sehingga
daya kontraksi dikirimkan ke serat kolagen tendon.
ATP dibentuk melalui fosforilasi oksidasi dalam mitokondria
yang melimpah dalam sel otot selama periode inaktivitas atau
aktivitas rendah. Droplet lipid dan glikogen, yang berlimpah Inervasi Otot Skelet
dalam sarkoplasma, juga siap dikonversi menjadi sumber energi.
Ketiga sistem metabolik otot skelet ini dimanfaatkan untuk Sel otot skelet dan satu neuron motor yang menginervasi
menyediakan kebutuhan energi otot bergantung pada modalitas merupakan satu unti motor.
aktivitasnya. Saat terjadi kontraksi terus menerus, ADP yang
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 169

Bab 8 䡲 Otot ■ ■ ■ 169

Tiap otot skelet menerima setidaknya dua tipe serat saraf: Transmisi Impuls Tautan Neuromuskular
motorik dan sensorik. Saraf motorik berfungsi menghasilkan
kontraksi, sedangkan serat sensorik melewati gelendong otot
Transmisi impuls dari neuron motor ke serat otot skelet
(muscle spindle) (lihat selanjutnya). Selain itu, serat otonom
terjadi di tautan neuromuskular.
mempersarafi unsur vaskular otot skelet. Spesifisitas inervasi
motorik merupakan fungsi otot terinervasi. Jika otot bekerja
cepat, seperti beberapa otot mata, satu neuron motor mungkin Serat motor merupakan akson bermielin dari neuron
bertanggung jawab terhadap sedikit sekitar 5 sampai 10 serat motora, yang melewati jaringan ikat otot. Akson bercabang-
otot skelet, sedangkan satu otot yang terletak pada dinding cabang secara bebas, dan akan semakin kehilangan selubung
perut dapat mempunyai 1.000 serat di bawah pengaturan satu mielin (tetapi tidak pada sel Schwann-nya). Akhir dari cabang-
neuron motor. Tiap neuron motor dan serat otot yang dikontrol cabang akan berdilatasi dan menimpa ujung saraf motorik
membentuk satu unit motorik. Serat otot dari unit motor tiap serat otot. Tiap tautan saraf-otot ini disebut tautan
terikat dalam kesatuan dan mengikuti hukum all or none neuromuskular, terbentuk dari akson terminal, celah sinaptik,
kontraksi otot. dan membran sel otot (Gambar 8-11 sampai 8-13).

Gambar 8-11 Mikrograf elektron pemindai suatu tempat


pertemuan otot-saraf (MJ) dan lidah seekor kucing
(x2.315). N, serat saraf. Panah menunjukkan guratan
(Atas kebaikan Dr. L. Litke.)
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 170

170 䡲 䡲 䡲 Bab 8 䡲 Otot

Gambar 8-12 Mikrograf elektron tempat pertemuan


otot-saraf seekor mencit. (Dari Feczko D, Klueber
KM: Cytoarchitecture of muscle in a genetic model of
murine diabetes. Am J Anat 182: 224-240, 1988)

Membran sel otot (membran pascasinaps) dimodifikasi, Transmisi stimulus menyeberang celah sinaps
membentuk celah sinaps primer, suatu struktur mirip palung melibatkan urutan peristiwa berikut (Gambar 8-14):
yang dihuni oleh akson terminial. Awal celah sinaps primer 1 Stimulus, berjalan melalui akson, mendepolarisasi membran
merupakan celah sinaps sekunder yang berlimpah (lipatan akson terminal, kemudian membuka kanal kalsium berpintu
taut), modifikasi lanjut dari sarkolema. Baik celah sinaps voltase, terletak di sekitar struktur yang tersusun linear
primer dan lipatan taut dibatasi oleh lamina basalis-seperti
dikenal sebagai balok padat (dense bar).
lamina eksterna. Sarkoplasma di sekitar celah sinaps
sekunder kaya dengan glikogen, nuklei, ribosom, dan 2 Influks kalsium ke akson terminal menyebabkan
mitokondria. penggabungan sekitar 120 vesikel sinaps setiap impuls saraf
Akson terminal, diliputi oleh sel Schwann, berisi dengan membran akson terminal (membran prasinaps)
mitokondria, retikulum endoplasma halus, dan sebanyak dan selanjutnya melepas asetilkolin (disertai proteoglikan
300.000 vesikel sinaps (tiap vesikel berdiameter 40-50 nm) dan ATP) ke celah sinaps primer. Penggabungan terjadi
berisi neurotransmiter asetilkolin. Fungsi tautan sepanjang daerah spesifik membran presinaps, disebut
neuromuskular mengirimkan stimulus dari serat saraf ke sel daerah aktif, yang berdampingan dengan balok padat.
otot.
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 171

Bab 8 䡲 Otot ■ ■ ■ 171

Akson
nukleus sel selubung mielin
schwann
percabangan
saraf akhir selubung sel schwann
vesikel
sinaptik

lipatan
tautan

Miofibril

nukleus otot

Gambar 8-13 Tempat pertemuan otot-saraf. Perhatikan bahwa selubung mielin berhenti pada tempat akson bercabang-cabang di atas serat otot skelet, tetapi
selubung sel Schwann melanjutkan diri untuk mengisolasi serat saraf. Ujung cabang-cabang saraf melebar membentuk ujung terminal akson yang menutupi ujung
akhir saraf motorik masing-masing serat otot.

3 Neurotransmiter asetilkolin (ligan) dibebaskan dalam jumlah teraktivasi (diproduksi mitokondria) dan kolin didaur ulang,
besar, dikenal sebagai quanta (sama dengan 10.000 hingga sebuah reaksi dikatalisasi oleh asetil kolin transferase.
20.000 molekul), dari ujung saraf. Asetilkolin yang baru terbentuk ditranspor, melalui
4 Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah sinaps dan penggunaan sistem antiport yang difasilitasi oleh gradien
berikatan ke reseptor asetilkolin pascasinaps pada konsentrasi proton, menjadi vesikel sinaps yang baru
membran sel otot. Reseptor ini, terletak di sekitar daerah Selain daur ulang kolin, membran vesikel sinaps didaur ulang
aktif prasinaps, kanal ion berpintu ligan, yang terbuka untuk mempertahankan daerah permukaan membran prasinaps.
sebagai respons terhadap ikatan dengan asetilkolin. Influks Daur ulang membran selesai dengan pembentukan vesikel
ion menyebabkan depolarisasi sarkolema dan membentuk endositotik bersalut klatrin, yang menjadi vesikel sinaps yang
potensial aksi (lihat Bab 9). baru terbentuk.
5 Impuls yang terbentuk menyebar dengan cepat ke seluruh
serat otot melalui sistem tubulus T, memulai kontraksi Gelendong Otot dan Organ
otot. Tendon Golgi
Untuk mencegah stimulasi tunggal memperoleh respon
multipel, asetilkolinesterase, suatu enzim yang terletak pada
Gelendong otot dan organ tendon Golgi merupakan
lamina eksterna batas celah sinaps primer dan sekunder, reseptor sensorik yang mengawasi kontraksi otot.
mendegredasi asetilkolinesterase menjadi asetat dan kolin,
sehingga memungkinkan terjadinya potensial istirahat
kembali. Degredasi sangat cepat sehingga semua asetilkolin Kontrol saraf terhadap fungsi otot membutuhkan tidak hanya
yang terlepas akan dipecah dalam beberapa ratus milidetik. kemampuan menginduksi atau menghambat kontraksi otot
Kolin ditransporkan kembali ke terminal akson oleh protein tetapi juga kemampuan mengawasi status otot dan tendonnya
simport natrium-kolin yang difasilitasi gradien konsentrasi saat aktivitas otot. Pengawasan ini dilakukan oleh dua tipe
natrium. Dalam akson terminal, asetilkolin disintesis dari asetat reseptor sensorik:
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 172

172 䡲 䡲 䡲 Bab 8 䡲 Otot

Na+

Kanal Na+ gerbang Ca2+


bervoltase

Retikulum Kanal ca2+ gerbang bervoltase


Ca2+ endoplasma
halus (SER)

Membran
diperbarui
Na+ sebagai
AskoA
+ vesikel yang
dibungkus
KOLiN
oleh klatrin
Kolin
KOLIN asetiltransferase AS
AS
ATP

ASE PG Vesikel
H+ sinaptik

ASETAT
AS PG
ASETAT KOLIN
Celah
TP
A AS sinaptik
ASE

AS

AS ATP

Sel otot PG
Reseptor
asetilkolin

Gambar 8-14 Diagram yang menggambarkan hal-hal yang terjadi pada tempat pertemuan otot-saraf saat penglepasan asetilkolin. AcCoA, asetil
koA; Ach, asetilkolin; AchE, asetilkolinesterasi; ATP, adenosin trifosfat; PG, proteoglikan. (Dimodifikasi dari Katzung BG: Basic and Clinical
Pharmacology, 4th ed. East Norwalk, Conn, Appleton & Lange, 1989.)

䡲 Gelendong otot, yang memberikan umpan balik Saat otot diregangkan, otot biasanya mengalami kontraksi
terhadap perubahan panjang otot serta laju perubahan refleks, atau refleks regang (stretch reflex). Respon
panjang otot proprioseptif ini dimulai oleh gelendong otot, reseptor sensorik
䡲 Organ tendon Golgi, yang mengawasi tegangan serta berkapsul yang terletak di antara, dan sejajar dengan sel otot
laju tegangan diproduksi saat bergerak (Gambar 8-15). Tiap gelendong otot terbentuk dari 8-10 sel
otot yang termodifikasi, memanjang, sempit, sangat kecil
Informasi dari kedua struktur sensorik umumnya diproses pada disebut serat intrafusal, berada dalam ruang periaksial yang
keadaan tidak sadar, di korda spinalis. Informasi juga berisi cairan, tertutup oleh kapsul. Unsur jaringan ikat kapsul
mencapai serebelum dan bahkan korteks serebri, sehingga bersinambung dengan serat kolagen perimisium dan
orang tersebut dapat merasakan posisi otot. endomisium. Serat otot skelet di sekeliling gelendong otot
terlihat biasa saja dan disebut serat ekstrafusal.
Gelendong Otot Serat intrafusal mempunyai dua tipe: serat kantong nuklir
dan serat rantai nuklir yang lebih banyak dan lebih tipis.
Terdapat dua kategori serat kantong nuklir: stastik dan dinamik.
Gelendong otot secara kontinu mengawasi panjang dan Inti kedua tipe serat ini menempati bagian tengah sel;
perubahan panjang otot. miofibrilnya terletak pada
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 173

Bab 8 䡲 Otot ■ ■ ■ 173

Dalam gelendong otot spesifik, serat saraf sensorik tunggal,


bermielin, besar (grup Ia) terpilin di sekitar inti ketiga tipe serat
KORELASI KLINIS intrafusal, membentuk akhiran sensorik primer (juga disebut
akhiran sensorik dinamik dan Ia). Kemudian, akhiran saraf
sensorik sekunder (juga disebut akhiran sensorik statik dan
Botulisme biasanya disebabkan oleh tertelannya II) dibentuk oleh serat saraf grup II, yang membungkus
makanan kaleng yang telah rusak. Toksin yang sekitarsetiap serat rantai nuklir serta sekitar serat kantong nuklir
dihasilkan oleh mikroba Clostridium botulinum, statik.
mengganggu penglepasan asetilkolin, dengan akibat Bagian kontraktil serat intrafusal menerima dua tipe neuron
paralisis otot dan, tanpa pengobatan, akan motor-Y. Serat kantong nuklir dinamik diinervasi oleh neuron
menyebabkan kematian. motor-Y dinamik, sedangkan seluruh serat rantai nuklir seperti
Miastenia gravis merupakan penyakit autoimun di seluruh serat kantong nuklir diinervasi oleh neuron motor-y
mana autoantibodi menempel pada reseptor asetilkolin, statik.
menghambatnya untuk berikatan dengan asetilkolin. Serat ekstrafusal menerima serat saraf normalnya, yang
Reseptor yang menjadi inaktif, akan diendositosis dan merupakan akson besar berkonduksi cepat pada neuron eferen
digantikan oleh reseptor baru, yang juga akan (motorik)-a.
diinaktivasi oleh antibodi. Sehingga jumlah lokasi Ketika otot teregang, serat otot intrafusal dari gelendong otot
untuk dimulainya depolarisasi otot menjadi berkurang juga teregang, menyebabkan serat saraf sensorik primer (grup
dan otot skelet (termasuk diafragma) akan melemah Ia, dinamik) dan sekunder (grup II, statik) memulai potensial
secara perlahan. Beberapa neurotoksin, seperti aksi; dengan meningkatnya regangan, serat saraf
bungarotoksin dari beberapa ular berbisa, juga mempercepat laju letupannya. Serat grup Ia dan grup II
mengikat reseptor asetilkolin, menyebabkan paralisis keduanya merespons regangan otot pada laju konstan. Hanya
serat grup Ia yang merespons terhadap pengubahan laju di
dan bahkan kematian akibat gagalnya pernapasan.
mana regangan timbul, kemudian memperbaiki informasi
Toksin Botulinum tipe A, diproduksi oleh Clostridium terhadap baik kecepatan gerakan maupun regangan tidak
botulinum merupakan inhibitor penglepasan asetilkolin terduga otot.
oleh serat saraf yang meyebabkan kontraksi otot. Untuk Letupan neuron motor-y menyebabkan bagian kutub serat
tujuan kosmetik, "Botox" disuntikkan ke otot proserus intrafusal berkontraksi. Pada keadaan ini, daerah nonkontraktil
dan korugator untuk menghilangkan garis kerutan yang serat intrafusal teregang dari dua arah, menyebabkan aktivasi
dihasilkan oleh kontraksi otot wajah sebelumnya, akhir saraf sensorik primer dan sekunder. Modulasi aktivitas
Dengan menghilangkan "kerutan" ini, wajah terlihat neuron motor-y mensensitisasi gelendong otot sehingga dapat
lebih halus dan muda. Pada tahun 2001, hampir 2 juta bereaksi bahkan pada regangan otot yang ringan, sebagai
orang disuntik dengan Botox untuk tujuan kosmetik. berikut:
Efek ini berlangsung selama kurang dari tiga bulan, dan 䡲 Letupan neuron motor-y dinamik hanya memancing akhiran
banyak pasien mengulang prosedur ini dua sampai tiga saraf yang dinamik, dan tidak yang statik (karena letupannya
kali tiap tahun. Tampaknya tidak ada efek samping tidak menyebabkan kontraksi serat kantong nuklir statik).
serius, tetapi bila disuntikkan pada otot yang salah,
ptosis kelopak mata dapat muncul selama beberapa 䡲 Letupan neuron motor-y statik meningkatkan respons yang
bulan. Kadang ada yang mengeluhkan sakit kepala, tenang, dan kontinu kelompok serat sensorik grup Ia dan
gejala seperti flu, dan mual, serta kelemahan otot, nyeri, grup II (karena kedua serat membentuk akhiran saraf
dan inflamasi pada daerah suntikan selama 4 bulan. sensorik pada serat kantong nuklir statik dan seluruh
intrafusal rantai inti). Namun, respons serat sensorik dinamik
menurun (karena neuron motor-y statik tidak menginervasi
serat kantong nuklir dinamik).
ke-dua sisi daerah inti, sehingga membatasi kontraksi ke arah Jadi, modulasi aktivitas neuron motor-y memberi sistem
kutub sel yang berbentuk kumparan ini, sedangkan mereka saraf kemampuan kemampuan untuk menyesuaikan
tersusun dalam satu deretan pada serat rantai nulkir. sensitivitas gelendong otot.
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 174

174 䡲 䡲 䡲 Bab 8 䡲 Otot

Serat kantong kapsula eksterna


nukleas

Serat sensori
grup II
Serat rantai
nukleas
neuron motorik
Y statis

Akhiran primer
serat aferan
grup Ia

Nukleas

Kapsula interna
Serat motor
alfa

Ruang subkapsularis

Serat ekstrafusal

A
Serat kantong
nuklir ststik

Serat kantong
Serat
nuklir dinamik
rantai
nuklir

II

Gambar 8-15 Muscle spindle/ gelendong otot.


Ia A, Diagram skematik yang menunjukkan
komponen gelendong otot. B, Berbagai tipe
serat gelendong otot dan persarafannya
Y- statik disajikan dengan cara direntang. Ia, serat
sensorik grup Ia; II, serat sensorik grup II. (A,
dimodifikasi dari Krstic RV: Die Gewebe des
Y-dinamik Menschen and der Saugertiere. Berlin,
Springer-Verlag, 1978. B, Dimodifikasi dari
Hulliger M: The mammalian muscle spindle
and its central control. Rev Physiol Biochem
Pharmacol 101: 1-110, 1984.)

B
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 175

Bab 8 䡲 Otot ■ ■ ■ 175

Otot jantung merupakan otot lurik yang kontraksinya bersifat


KORELASI KLINIS involunter, yang hanya terdapat pada jantung dan bagian
proksimal vena-vena pulmonari
Lengkung refleks sederhana, seperti refleks
lutut, merupakan contoh fungsi gelendong otot.
Ketukan pada tendon patela menyebabkan otot Otot jantung merupakan bentuk lain dari otot lurik, yang hanya
meregang mendadak. Akhir saraf primer dan dapat ditemukan di jantung dan bagian vena pulmonari yang
sekunder distimulasi, menyampaikan stimulus bergabung dengan jantung. Otot jantung berasal dari sebuah
neuron motor-y korda spinalis, berakibat massa mesenkim splanknik yang khusus, yaitu lapisan
kontraksi otot. mioepikardial, yang mana sel-selnya menjadi epikardium dan
miokardium.
Miokardium dewasa terdiri dari sel otot jantung yang
Organ Tendon Golgi bercabangan dan saling beranyaman, yang teratur dalam
lapisan-lapisan (lamina). Lamina-lamina ini saling dipisahkan
(Gelendong Neurotendon) oleh lapisan tipis jaringan ikat yang mengandung pembuluh
darah, persarafan, dan sistem konduksi jantung. Kapiler-
Organ tendon Golgi mengawasi intensitas kontraksi otot. kapiler yang merupakan percabangan dari pembuluh-pembuluh
ini memasuki jaringan ikat interselular dan membentuk
jaringan padat kapiler yang mengelilingi setiap sel otot
Organ tendon Golgi, juga disebut gelendong neurotendon, jantung.
merupakan struktur silindris dengan panjang 1 mm dan Otot jantung berbeda dari otot skelet dan otot polos karena
diameter 0,1 mm. Organ ini terletak di antara otot dengan memiliki sifat berirama dan kemampuan untuk berkontraksi
tendonnya dan berada sejajar dengan serat otot. Organ tendon secara spontan. Sebuah sistem yang terdiri dari sel-sel otot
Golgi tersusun atas serat kolagen bergelombang dan jantung yang termodifikasi memastikan adanya koordinasi akan
lanjutan dari sebuah akson tipe Ib yang tak bermielin, yang kegiatan kontraksinya. Sistem yang khusus ini, beserta dengan
bercabang sebagai akhir saraf bebas pada celah antara serat persarafan autonom yang terkait, akan dibahas pada Bab 11.
kolagen. Saat otot kontraksi, otot membuat gaya tarik pada
serat kolagen, meluruskan mereka, dengan akibat kompresi Hampir setengah volume otot jantung diisi oleh
dan letupan akhir saraf terlilit. Laju letupan secara langsung mitokondria, yang menunjukkan betapa besarnya energi yang
berkaitan dengan jumlah tegangan pada tendon. dikonsumsi oleh otot jantung. Energi bagi jantung sebagian
disediakan oleh glikogen, namun sebagian
Saat otot mengalami kontraksi kuat, otot dapat besar disediakan oleh trigliserida (-60% pada laju basal).
menghasilkan sejumlah gaya besar. Untuk melindungi otot, Karena kebutuhan oksigen sel otot jantung sangat besar, maka
tulang, dan tendon, organ tendon Golgi menyediakan umpan mereka memiliki persediaan mioglobin yang sangat banyak.
balik inhibitor ke neuron motor-y otot, mengakibatkan
relaksasi tendon otot yang berkontraksi. Kemudian organ Walau panjang tiap sel-sel jantung saat istirahat berbeda,
tendon Golgi mengawasi daya kontraksi otot, sedangkan rata-rata mereka memiliki diameter 15 um dan panjang 80 um
gelendong otot mengawasi regangan otot di tempat ia berada. Tiap sel memiliki satu nukleus yang besar, berbentuk oval,
Kedua organ sensori beraksi dalam keteraturan untuk dan terletak di tengah, walau kadang-kadang ditemukan dua
berintegrasi dengan sistem refleks spinal. nuklei dalam satu sel (Gambar 8-16 hingga 8-18).
Sel otot pada atrium sedikit lebih kecil daripada sel otot
pada ventrikel. Sel-sel ini juga mengandung granula rumah
KORELASI KLINIS (house granule, yang terutama ditemukan pada atrium kanan)
yang mengandung peptida natriuretik atrium, sebuah zat
Kemampuan seseorang untuk menyentuh yang berfungsi menurunkan tekanan darah (Gambar 8-19).
hidungnya dalam keadaan gelap buta disebabkan Peptida ini bekerja dengan menurunkan kemampuan tubulus
oleh aktivitas terintegrasinya gelendong otot dan, ginjal untuk meresorbsi (menghemat) natrium dan air.
mungkin, organ tendon Golgi. Struktur ini
memungkinkan tidak hanya umpan balik terhadap
jumlah tegangan pada otot dan tendon tetapi juga Diskus Interkalaris
masukan ke serebelum dan korteks serebri
memberikan informasi tentang posisi tubuh pada Sel otot jantung membentuk tautan ujung-ke-ujung yang
ruang tiga dimensi; kemampuan ini disebut sangat khusus, yang disebut diskus interkalaris (Gambar 8-20
sebagai propriosepsi. hingga 8-22; lihat juga Gambar 8-16). Membran-membran sel
yang membentuk tautan ini saling berdampingan, sehingga
pada kebanyakan daerah mereka hanya terpisah oleh ruang
OTOT JANTUNG berukuran kurang dari 15 hingga 20 nm.
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 176

176 䡲 䡲 䡲 Bab 8 䡲 Otot

N Gl

D D

Gambar 8-17 Mikrograf cahaya potongan melintang otot jantung


Gambar 8-16 Mikrograf cahaya potongan memanjang otot jantung (x540). Nukleus (N) terletak di tengah dan pada tiap kutub nukleus
(x540). Perhatikan nukleus (N) dan keberadaan interkalaris, daerah terdapat endapan glikogen (GI) telah dikeluarkan saat pembuatan
dimana sel otot jantung dengan sel lainnya membentuk desmosom sediaan.
(D), fasia adheren, dan taut celah (gap junction).

Gl
I

N
Gambar 8-18 Mikrograf cahaya
potongan memanjang sel otot jantung,
memperlihatkan ciri-ciri percabangan
dan endapan glikogen (GI) (x270).
Percabangan serat otot jantung, nukleus
yang terletak di tengah (N), dan
keberadaan diskus interkalaris (I)
merupakan ciri khas otot jantung.
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 177

Bab 8 䡲 Otot ■ ■ ■ 177

Gambar 8-19 Mikrograf elektron sel otot atrium tikus


(x14.174). Amati granula sekretori mengandung peptida
natriuretik atrium (atrial natriuretic peptide/ ANP).
(Kepunyaan Dr. Stephen C. Pang.)

Diskus interkalaris memiliki bagian transversus, dimana Pola lurik serat otot jantung identik dengan pola lurik otot
terdapat banyak fasia adherens dan desmosom, serta bagian skelet, termasuk pita I dan pita A yang bergantian. Tiap
lateral yang banyak mengandung taut celah (lihat Gambar sarkomer memiliki substruktur yang sama dengan otot skelet;
8-20 hingga 8-22). Pada sitoplasma sarkolema diskus maka, cara dan mekanisme kontraksinya juga sama. Namun,
interkalaris, miofilamen tipis melekat pada fasia adherens, terdapat beberapa perbedaan besar yang harus diperhatikan,
yang merupakan analog dari diskus Z. Taut celah, yang letaknya dalam retikulum sarkoplasma, letak tubulus T yang
berfungsi menyalurkan informasi dengan sangat cepat dari satu menyediakan Ca2+ bagi otot jantung, saluran ion dalam
sel ke sel lainnya, juga terdapat di bagian di mana sel-sel yang plasmalema, dan lamanya potensial aksi.
berdampingan saling bersentuh. Retikulum sarkoplasma otot jantung tidak membentuk
sisterna terminal dan tidak seluas pada otot jantung; malah,
Organel ujung-ujung kecil retikulum sarkoplasma terletak berdekatan
dengan tubulus T. Struktur-struktur ini biasanya tidak
Cairan ekstraselular merupakan sumber utama membentuk triad, seperti pada otot skelet; namun, pertautannya
kalsium yang diperlukan untuk kontraksi otot jantung. biasanya terbentuk antara dua pasangan, sehingga membentuk
diad. Berbeda dengan otot skelet, di mana triad terletak pada
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 178

178 䡲 䡲 䡲 Bab 8 䡲 Otot

A Is
Mi

M
M
Mitokondria Diskus interkalaris

3
2
Ri

Pita
I Pit
aA
Tu
Diskus Z

Fasia Desmosom Taut celah Gap junction


B adheren
Gambar 8-21 Mikrograf elektron dari diskus interkalaris dari lembu
jantan (x29.622). Is, ruang interselular; M, garis M; Mi, mitokondria; Ri,
ribosom; Tu, retikulum sarkoplasma. Penomoran 2 dan 3 merupakan
kedua sel otot jantung, pada kedua sisi interkalaris (Dari Rhodin JAG:
An Atlas of Ultrastructure . Philadelphia, WB Saunders, 1963.)

saat depolarisasi. Selain itu, lapisan lamina eksterna tubulus T


yang bermuatan negatif dapat menyimpan kalsium untuk
Gambar 8-20 Otot jantung. A, Gambaran tiga dimensi dari interkalaris. dilepaskan dengan cepat. Cara lain kalsium dapat memasuki sel
B, Gambaran dua dimensi dari interkalaris dengan taut lekat (adhering otot jantung adalah melalui saluran kalsium-natrium yang akan
junction) dan komunikasi (communication junction). Bagian melintang
dari interkalaris merupakan lempeng Z, dan filamen tipis terbenam di digambarkan kemudian.
dalamnya. Sel otot skelet mencapai potensial aksinya melalui saluran
natrium cepat (fast sodium channels), yang terbuka dan
persambunga A-1, diad pada otot jantung terletak tertutup dalam waktu kurang dari sepuluh per seribu detik yang
berdekatan dengan garis Z. Tubulus T sel otot jantung memiliki akan menghasilkan potensial aksi yang sangat cepat. Selain
diameter yang satu setengah kali lebih besar dari tubulus T saluran ini, membran sel otot jantung memiliki saluran
pada otot skelet,dan dilapisi oleh lamina eksterna. kalsium-natrium (saluran natrium lamban). Walau
saluran ini awalnya membuka dengan lamban, mereka dapat
Karena retikulum sarkoplasma relatif sedikit jumlahnya, tetap terbuka selama waktu yang cukup panjang (beberapa per
maka diperlukan sumber lain kalsium yang dibutuhkan untuk sepuluh detik). Selama terbuka, sejumlah besar ion natrium dan
menciptakan kontraksi yang kuat. Karena tubulus T ion kalsium akan memasuki sitoplasma sel otot jantung,
membuka kepada ruang ekstraselular dan mempunyai ukuran sehingga meningkatkan konsentrasi ion kalsium yang
lubang yang cukup besar, maka kalsium ekstraselular dapat disediakan oleh tubulus T dan retikulum sarkoplasma.
mengalir melalui tubulus T ke dalam sel otot jantung pada Perbedaan lain antara pergerakan
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 179

Bab 8 䡲 Otot ■ ■ ■ 179

Gambar 8-22 Mikrograf elektron diskus


interkalaris dari atrium jantung tikus
(x57.810). Amati taut celah (gap junction)
(panah). (Dari Forbes MS, Sperelakis N:
Intercalated disks of mammalian heart: A
review of structure and function. Tissue
Cell 17: 605, 1985.)

ion pada sel otot skelet dan sel otot jantung adalah, bahwa ion besar dari kelenjar gabungan, saluran respirasi, dan seberkas
kalium dapat dengan cepat meninggalkan sel otot skelet, kecil di dalam dermis kulit. Otot polos tidak berada di bawah
sehingga potensial membran istirahat dapat segera dipulihkan; pengaruh kontrol volunter; otot ini diatur oleh sistem saraf
pada sel otot jantung, ion kalium sulit keluar, sehingga turut otonom, hormon (seperti bradikinin), dan kondisi fisiologi
menciptakan potensial aksi yang berkepanjangan. lokal. Sehingga, otot polos juga disebut sebagai otot
involunter.

KORELASI KLINIS Terdapat dua tipe otot polos:

Pada hipertrofi jantung, jumlah serat 䡲 Sel otot polos multiunit dapat berkontraksi secara
miokardium tidak bertambah, namun sel otot independen tanpa bantuan lain, karena setiap sel otot
jantung menjadi lebih panjang dan lebih besar mempunyai persarafan sendiri.
diameternya. Kerusakan pada jantung tidak 䡲 Membran sel otot polos uniter (single-unit, vaskular)
menyebabkan regenerasi jaringan otot; malah, sel membentuk taut celah (gap junction) dengan sel otot polos
otot jantung yang telah mati akan digantikan oleh yang berkelanjutan, dan serat saraf membentuk sinaps
jaringan ikat fibrosa. dengan hanya sebagian serat otot. Sehingga sel otot polos
Kurangnya Ca2+ dalam kompartemen uniter tidak dapat berkontraksi secara independen.
ekstraselular menyebabkan berhentinya kontraksi Sebagai tambahan dari fungsi kontraksinya, sebagian otot
otot jantung dalam 1 menit, sedangkan serat otot polos dapat menyintesis protein. Subtansi yang diproduksi
skelet masih dapat berkontraksi untuk beberapa oleh sel otot polos untuk penggunaan ekstrasel ialah kolagen,
jam. elastin, glikosaminoglikan, proteoglikan, dan faktor
Walau sedikit energi dapat dihasilkan melalui pertumbuhan.
metabolisme anaerob (hingga 10% pada keadaan
hipoksia), namun keadaan anaerob total tidak Gambaran Mikroskop Cahaya
dapat mempertahankan kontraksi pada ventrikel. Serat Otot Polos

Mikroskop cahaya memperlihatkan serat otot polos


OTOT POLOS sebagai sel yang pendek berbentuk gelendong dengan
nukleus yang terletak di tengah.

Sel otot tipe ketiga ini tidak memperlihatkan gurat-gurat


melintang; maka disebut sebagai otot polos. Tambahan pula Serat otot polos berbentuk fusiform, sel yang memanjang yang
sel otot polos tidak mempunyai sistem tubulus T (Tabel 8-3). panjangnya rata-rata sekitar 0,2 mm dengan diameter 5 hingga
Otot polos ditemukan pada dinding organ dalaman (seperti 6µm. Sel melancip di ujungnya, dan bagian tengah
saluran gastrointestinal, sebagian saluran reproduksi, dan mengandung nukleus oval dengan 2 atau lebih nukleolus
saluran urinarius), dinding pembuluh darah, saluran yang lebih (Gambar 8-23 dan 8-24; juga lihat Gambar 8-2). Saat otot
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 180

180 䡲 䡲 䡲 Bab 8 䡲 Otot

TABEL 8–3 Perbandingan Tiga Jenis Otot

Gambaran Otot Skelet Otot Jantung Otot Polos

Sarkomer dan ya ya Tidak


miofibril
Nukleus Multinukleus; terletak di Satu (atau dua); terletak di Satu; terletak di tengah
perifer tengah
Retikulum Berkembang dengan Tidak jelas; sebagian Sebagian retikulum endoplasma
sarkoplasma sisterna terminal terminal kecil halus
Tubulus T Ya; kecil, terlibat dalam Ya; besar, terlibat dalam Tidak
formasi triad formasi diad
Taut sel Tidak Diskus interkalaris Neksus (gap junction)

Kontraksi Volunter; "semua atau Involunter; ritmis dan Involunter; perlahan dan kuat;
tidak sama sekali" spontan bukan "semua atau tidak sama
sekali"
Kontrol kalsium Kalsekuestrin dalam Kalsium dan sumber
ekstraselular dan retikulum Kalsium dan sumber ekstraselular
sisterna terminal
sarkoplasma (via kaveola) dan retikulum
sarkoplasma/endoplasma
Pengikatan kalsium Troponin C Troponin C Kalmodulin

Regenerasi Ya, dengan sel satelit Tidak Ya

Mitosis Tidak Tidak Ya

Serat saraf Motoris somatik Otonom Otonom

Jaringan ikat Epimisium, perimisium, Selubung jaringan ikat dan Selubung jaringan ikat dan
endomisium endomisium
dan endomisium
Ciri khusus panjang bentuk silinder; Selbercabang; diskus Sel fusiform tanpa gurat
interkalaris; satu atau dua
banyak nukleus di perifera melintang; nukleus tunggal
nukleus

memendek nukleus mempunyai karakteristik "gambaran polos, yang merupakan kelompokan miofilamen.
berpiln", yang disebabkan oleh pemendekatan otot polos Sel otot polos umumnya membentuk lembaran dengan
karena kontraksi (Gambar 8-25). berbagai ketebalan, meskipun dapat tampak sebagai sel
Setiap sel otot polos dikelilingi oleh lamina eksterna, individu. Saat sel membentuk lembaran, sel tersusun
yang memisahkan sarkolema sel otot polos yang saling membentuk jejaring kontinu di mana bagian yang melancip
berdampingan (Gambar 8-26). Serat retikulum terbenam dalam menempati daerah di antara sel otot polos yang berdekatan
lamina eksterna, yang tampak membungkus masing-masing sel (lihat Gambar 8-2). Pada potongan melintang, diameter dapat
otot polos dan berfungsi dalam mengontrol kekuatan bervariasi, sebagian mengandung nukleus, sebagian lain tidak
kontraksi. (lihat Gambar 8-24). Potongan melintang tanpa nukleus
Dengan pewarnaan hematoksisilin dan eosin (H&E), merupakan ujung yang melancip sel otot polos saat
sitoplasma serat otot polos tampak biasa; akan tetapi dengan berinterdigitasi dengan serat otot polos lain.
pewarnaan hematoksisilin besi akan terlihat adanya badan Lembaran sel otot polos seringkali tersusun dalam dua
padat yang melekat pada permukaan dalam membran sel yang lapisan yang tegak lurus satu sama lain, seperti pada sistem
berhadapan dengan sitoplasma. Terlihat pula gurat-gurat pencernaan dan perkemihan. Susunan memungkinkan
memanjang dapat terlihat jelas pada sarkoplasma sel otot gelombang peristalsis.
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 181

Bab 8 䡲 Otot ■ ■ ■ 181

N
N

Gambar 8-23 Mikrograf cahaya potongan memanjang otot polos Gambar 8-24 Mikrograf cahaya potongan melintang otot polos (x540).
(x540). Nukleus (N) terletak di garis tengah sel agak ke pinggir, Nukleus (N) mempunyai beragam diameter, menandakan bentuknya
sehingga cenderung ke salah satu sisi lateral membran sel. Nukleus seperti gelendong dan telah dipotong pada berbagai daerah di
tidak berbentuk seperti pembuka tutup botol, menandakan bahwa otot sepanjang sel tersebut. Nukleus sel ini terletak pada bagian tengah
tidak sedang berkontraksi. dan sel otot lebih panjang daripada nukleusnya, sehingga akan
tampak gambaran sel otot polos yang tidak memperlihatkan
nukleusnya, karena terpotong pada daerah yang jauh dan bagian
tengah sel.

Struktur Halus Otot Polos kepala meromiosin berat (S1) menonjol dari filamen tebal di
sepanjang filamen, kedua ujungnya tidak mempunyai
Sitoplasma perinuklir sel otot polos, khususnya daerah meromiosin berat. Bagian tengah filamen, tidak seperti otot
berdekatan dengan 2 kutub nukleus, mengandung sejumlah rangka, juga memiliki meromiosin berat, menyebabkan daerah
mitokondria, aparatus Golgi, retikulum endoplasma kasar permukaan lebih luas untuk interaksi aktin dengan miosin II
(RER), retikulum endoplasma halus (SER), dan inklusi seperti dan memungkinkan kontraksi dengan durasi yang lama.
glikogen (lihat Gambar 8-26). Terdapat pula jalinan ekstensif Hukum all or none tidak berlaku pada otot polos. Seluruh
filamen tipis (7 nm) dan filamen tebal (l5nm). Filamen tipis sel, atau sebagian kecil sel, dapat berkontraksi dengan segera
terdiri atas aktin (bersama kaldesmon, suatu protein yang meskipun metode kontraksinya kemungkinan mengikuti teori
menutupi situs aktif aktin-F, dan tropomiosin, terlihat tanpa kontraksi `pergeseran filamen'.
adanya troponin). Filamen tebal terdiri atas miosin II juga, Kekuatan kontraktil ditahan intrasel dengan sistem
sama seperti yang ditemukan pada otot skelet. tambahan dari filamen intermedia, yang terdiri atas vimentin
Miofilamen otot polos tidak tersusun dengan cara dan desmin pada otot polos unitari, dan desmin (saja) pada
parakristalin seperti pada otot rangka, serta susunan filamen otot polos multiunit. Filamen intermedia juga filamen tipis
tebalnya tidak sama. Molekul miosin II berderet sehingga yang dimasukkan ke dalam benda padat, dibentuk oleh akti-
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 182

182 䡲 䡲 䡲 Bab 8 䡲 Otot

ditutupi oleh muatan meromiosin ringan (Gambar 8-27), dan


juga rantai ringannya berbeda dari rantai ringan pada otot lurik.
Kontraksi serat otot polos berlangsung sebagai berikut
1 Ion kalsium yang dikeluarkan dari retikulum sarkoplasma
juga memasuki kaveola membran plasma berikatan dengan
kalmodulin (sebuah protein pengatur yang terdapat pada
Badan padat makhluk hidup), sehingga mengganggu pembentukannya.
Kompleks Ca2+-kalmodulin berikatan dengan kaldesmon,
mengakibatkan penglepasannya dari tempat aktin F yang
aktif, dan kemudian mengaktifkan rantai ringan miosin
kinase.
2 Rantai ringan miosin kinase memfosforilasi salah satu rantai
Relaksasi Nukleus ringan miosin, yang dikenal sebagai rantai pengatur,
memungkinkan pembukaan lipatan bagian meromiosin ringan
untuk membentuk molekul miosin II tipikal yang berbentuk
pemukul bola golf (lihat Gambar 8-27).
3 Rantai ringan yang terfosforilasi memungkinkan interaksi
antara aktin dan subfragmen S1 dari miosin II yang
mengakibatkan kontraksi.

Karena fosforilasi dan perlekatan-penglepasan jembatan


Kontraksi
silang miosin terjadi lambat, proses kontraksi otot polos
memerlukan waktu lebih lama daripada kontraksi otot rangka
Gambar 8-25 Sebuah sel otot polos yang relaksasi dan sebuah sel otot atau jantung. Hidrolisis ATP juga terjadi lebih lambat dan
polos yang berkontraksi. Perhatikan bahwa pada sel otot polos yang kepala miosin tetap menempel pada filamen tipis untuk waktu
berkontraksi, nukleus tampak berbentuk seperti spiral (pembuka botol).
yang lebih lama pada otot polos daripada otot rangka. Sehingga
kontraksi otot polos tidak hanya memanjang akan tetapi juga
memerlukan energi lebih sedikit.
nin-a dan protein diskus Z lainnya. Benda padat dapat terletak
pada sitoplasma atau sisi sitoplasma yang berhubungan dari Penurunan kadar kalsium sarkoplasma mengakibatkan
sarkolema otot polos. Struktur ini menyerupai fungsi dan pemisahan kompleks kalmodulin-kalsium, mengakibatkan
gambaran tiga dimensi diskus Z lainnya, struktur ini inaktivasi rantai ringan miosin kinase Selanjutnya defosforilasi
membentuk jejaring bercabang yang beranastomosis pada rantai ringan miosin, dikatalisis oleh enzim miosin fosfatase,
menyebabkan penutupan tempat berikatan aktin pada miosin
sitoplasma. Kekuatan kontraksi disampaikan, melalui hubungan
dan relaksasi otot.
miofilamen dengan benda padat, ke filamen intermedia, yang
bekerja memutar dan memendekkan sel pada sumbu
panjangnya. Persarafan Otot PoIos
Struktur yang berhubungan dengan domain membran sel Taut neuromuskular pada otot polos tidak diatur khusus
ialah bangunan yang dikenal sebagai kaveola yang antara lain seperti pada otot rangka. Sinapsnya dapat bervariasi dari lebar
berfungsi sebagai tubulus T dari otot rangka dan jantung dalam 15 hingga 100nm. Unsur saraf pada sinaps merupakan jenis
mengatur konsentrasi sitosol yang bebas ion kalsium. en passant, yang merupakan pembesaran akson yang
mengandung vesikel sinaps, dimana terdapat norepinefrin
Pengaturan Kontraksi untuk persarafan simpatis atau asetilkolin untuk persarafan
parasimpatis.
Otot Polos
Pada kasus-kasus tertentu, tiap sel otot polos menerima
persarafan tersendiri, seperti pada iris dan vas deferens. Seperti
Meskipun pengaturan kontraksi otot polos bergantung yang telah diuraikan sebelumnya, otot polos yang dipersarafi
kepada Ca2+, mekanisme pengaturan berbeda dari yang dengan cara ini disebut dengan multiunit.
ditemukan pada otot lurik karena filamen tipis otot polos Sel otot polos lainnya, seperti pada saluran gastrointestinal
tidak mempunyai troponin. Molekul miosin II membuat dan uterus, tidak mempunyai persarafan tersendiri; hanya
susunan berbeda sehingga tempat berikatan dengan aktin sedikit
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 183

Bab 8 䡲 Otot ■ ■ ■ 183

Gambar 8-26 Mikrograf elektron sel otot polos


(Kepunyaan Dr. J. Strum.)

sel otot yang memiliki taut neuromuskular. Seperti telah rangka. Sel otot rangka mengatur jumlah dan ukurannya
dibahas sebelumnya, transmisi impuls pada otot ini, disebut dengan menyekresikan superfamili dari faktor perubahan
unitari (unit tunggal atau otot polos viseral), terjadi melalui pertumbuhan (transforming growth factor -β /TGF-β) dari
neksus (gap junction) yang dibentuk antara sel otot polos yang molekul pensinyal ekstrasel yakni miostatin. Tikus yang
berdekatan. Otot polos dapat juga diatur oleh faktor humoral bermutasi yang serat otot rangkanya tidak dapat
atau lingkungan mikro, seperti oksitosin dalam uterus atau memproduksi miostatin, akan mempunyai otot yang besar,
peregangan serat otot usus. baik dalam jumlah yang lebih banyak, dan sel otot yang jauh
Otot polos lainnya pada tubuh merupakan jenis lebih besar daripada tikus normal.
intermedia, yang dalam persentase tertentu (30% hingga Otot jantung tidak dapat beregenerasi. Setelah jejas/
60%) selnya menerima persarafan individual (masing-masing). cedera, seperti pada infark miokardium, fibroblas memasuki
daerah yang rusak, mengalami pembelahan
sel, dan membentuk jaringan ikat fibrosa (jaringan parut)
REGENERASI OTOT untuk memperbaiki kerusakan.
Sel otot polos mempunyai kemampuan mitosis
untuk membentuk sel otot polos lebih banyak.
Meskipun sel otot rangka tidak mempunyai kemampuan Kemampuan ini khususnya terdapat pada uterus yang
aktivitas mitosis, jaringan dapat beregenerasi karena adanya sel kehamilan, di mana dinding otot menjadi lebih tebal
satelit. Sel ini dapat bermitosis, mengakibatkan hiperplasia, karena hipertrofi tiap sel dan hiperplasia yang berasal
setelah jejas/cedera otot. Pada kondisi tertentu, seperti bina dari aktivitas mitosis sel otot polos. Defek kecil,
raga (muscle building), sel satelit dapat menyatu dengan sel setelah jejas, dapat mengakibatkan pembentukan sel otot
otot, sehingga meningkatkan massa otot saat hipertrofi otot polos baru. Sel baru ini dapat berasal dari aktivitas
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 184

184 䡲 䡲 䡲 Bab 8 䡲 Otot

Keadaan inaktif
(rantai ringan tidak difosforilasi) mitosis sel otot polos yang ada seperti pada traktus
Rantai ringan miosin gastrointestinal dan urinarius, atau dari diferensiasi perisit
yang belum berdiferensiasi di sekeliling pembuluh darah.
Rantai
berat miosin
SEL MIOEPITEL DAN
MIOFIBROBLAS
ATP
Kinase rantai Sel tertentu berhubungan dengan unit sekresi kelenjar
ringan miosin memiliki kemampuan kontraktilitas. Sel mioepitel ini
ADP dimodifikasi untuk membantu penghantaran produk sekresi ke
dalam duktus kelenjar. Sel mioepitel berbentuk pipih dan
Keadaan aktif
(rantai ringan difosforilasi) memiliki tonjolan panjang yang membungkus di sekeliling
unit kelenjar (lihat Bab 5, Gambar 5-24 dan 5-25). Sel
mioepitel mengandung aktin dan miosin. Mekanisme dan
pengaturan kontraksi sel mioepitel mirip dengan sel otot polos
P
Tempat
pengikatan aktin P
Ekor miosin Pada kelenjar mamma laktans, sel mioepitel berkontraksi
dilepaskan saat penglepasan oksitosin; pada kelenjar lakrimal, sel ini
berkontraksi karena kerja asetilkolin.
Gambar 8-27 Aktivasi molekul miosin otot polos. ADP, ADP,
adenosin difosfat; ATP, adenosin trifosfat; P, fosfat miosin yang Miofibroblas menyerupai fibroblas tetapi mempunyai
terikat dengan rantai ringan. (Modifikasi dart Alberts B, Bray D, banyak aktin dan miosin. Sel ini dapat berkontraksi dan
Lewis J, et al.: Molecular Biology of the Cell. New York, Garland terutama pada kontraksi luka dan erupsi gigi.
Publishing, 1994.)
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 185

9 䡲 䡲 䡲

Jaringan Saraf

Jaringan saraf yang disusun oleh hampir satu triliun


sel saraf (neuron) yang saling berhubungan satu sama PERKEMBANGAN JARINGAN SARAF
lain membentuk sistem komunikasi saraf tubuh yang
kompleks. Sel saraf tertentu mempunyai reseptor pada Sistem saraf berkembang dari lapis ektoderm embrio
ujung terminalnya yang dikhususkan untuk menerima sebagai respons terhadap molekul-molekul pengisyarat
berbagai jenis rangsang yang berbeda (misalnya mekanik, atau sinyal yang berasal dari notokord.
kimia, suhu) dan meneruskannya sebagai impuls saraf
untuk diolah dan diteruskan ke pusat-pusat saraf yang Ketika notokord berkembang di awal kehidupan embrio,
lebih tinggi. Impuls saraf tersebut akan diterima sebagai ia akan melepaskan molekul-molekul sinyal yang
rangsang sensoiik yang selanjutnya akan rnenginisiasi menginduksi lapis ektoderm yang terletak di sebelah
respons motoiik. luar untuk membentuk neuroepitelium. Neuroepiteliurn
Untuk melaksanakan fungsi-fungsi ini, secara ini akan menebal dan membentuk lempeng saraf
anatomi sistem saraf dikelompokkan menjadi sistem (neural plate). Pinggir lempeng saraf ini akan semakin
saraf pusat (SSP) yang dibentuk oleh otak dan medula menebal dan akan melekuk membentuk alur saraf
spinalis dan sistem saraf tepi (SST). Sistem saraf tepi (neural groove). Pinggir lempeng saraf akan terus
terletak di luar sistem saraf pusat yang meliputi saraf beitumbuh sehingga saling mendekati satu sama lain dan
kranial yang berasal dari otak dan saraf spinal yang akhimya akan bersatu membentuk tabung saraf (neural
berasal dari medula spinalis serta ganglia yang terkait tube ). Bagian rostral (anterior) struktur ini akan
dengannya. membentuk otak sedangkan sisanya (bagian kaudal) akan
Secara fungsi SST dibagi menjadi unsur sensorik berkembang menjadi medula spinalis. Tabung saraf akan
(aferen) yang menerima dan meneruskan impuls saraf berkembang membentuk neuroglia, ependim, sel saraf,
ke SSP untuk diolah dan unsur motorik (eferen) yang dan pleksus khoroid.
berasal dmi SSP dan meneruskan impuls saraf ke organ- Sekumpulan kecil sel yang terletak di bagian tepi
organ efektor di seluruh tubuh. Unsur motorik dibagi lempeng saraf yang tidak menjadi bagian tabung saraf
menjadi dua subkelompok sebagai berikut: akan berkembang membentuk sel-sel krista neuralis
䡲 sistem somatik: impuls saraf berasal daii SSP dan (neural crest cells). Kelompokan sel ini akan mulai
ditransmisikan secara langsung ke otot skelet (rangka) bermigrasi menjauhi tabung saraf di awal
melalui neuron tunggal. perkembangan. Ketika mencapai lokasi tujuan, sel-sel
ini akan membentuk berbagai struktur sebagai berikut:
䡲 sistem otonom: impuls berasal dari SSP dan 䡲 sebagian besar unsur sensorik SST
ditransmisikan ke ganglion otonom melalui serat saraf 䡲 sel-sel saraf ganglia sensoris kranial dan spinal
praganglion, selanjutnya impuls saraf dari ganglion (ganglia akar/radiks dorsal)
otonom tersebut melalui serat saraf pasca-ganglion 䡲 sel-sel saraf ganglia autonom dan sel-sel saraf
akan ditransmisikan ke otot polos, otot jantung, atau
pascaganglia autonorn
kelenjar. 䡲 jaringan rnesenkirn di daerah depan kepala dan leher
Selain neuron jaringan saraf juga mengandung sejumlah pada umumnya.
sel-sel lain yang dikelompokkan sebagai sel neuroglia. 䡲 melanosit pada kulit dan mukosa mulut
Sel-sel ini tidak menerima atau meneruskan impuls saraf 䡲 sel-sel odontoblas (sel-sel yang berperan dalam
tetapi berfungsi untuk mendukung neuron dengan pembentukan dentin)
berbagai cara. 䡲 sel-sel kromafin pada medula kelenjar adrenal

185
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 186

186 䡲 䡲 䡲 Bab 9 䡲 Jaringan Saraf

䡲 sel-sel araknoid mater dan pia mater juga dikenal sebagai perikarion atau soma, adalah
䡲 sel-sel satelit pada ganglia bagian sel yang penting karena mengandung inti dan
䡲 sel-sel Schwann sitoplasma sekitar inti. Secara umurn neuron di SSP
berbentuk poligonal (Garnbar 9-1) dengan permukaan di
antara prosesus (juluran) sitoplasrnanya berbentuk
KORELASI KLINIS konkaf. Sementara neuron pada ganglion radiks
Organogenesis SSP yang abnormal menyebabkan belakang (ganglion sensorik SSP) mempunyai badan sel
berbagai macam kelainan pembentukan berbentuk bulat dengan hanya satu prosesus (Garnbar
kongenital. Spina bifida merupakan gangguan 9-2). Badan sel rnernpunyai bentuk dan ukuran yang
penutupan tabung spinal. Pada kasus yang berat berbeda-beda tergantung lokasi dan jenisnya. Bentuk
rnedula spinalis dan meninges mungkin menonjol neuron yang berbeda-beda ini akan diterangkan
keluar melalui bagian yang terbuka. Spina bifida kemudian dalam diskusi berbagai daerah sistem saraf.
anterior adalah gangguan penutupan pada Dendrit merupakan tonjolan badan sel saraf yang
(vertebra). Kasus-kasus yang berat mungkin khusus menerima rangsang dari sel-sel sensorik, akson
berhubungan dengan gangguan perkembangan dan neuron-neuron lainnya (Gambar 9-3). Dendrit
organ-organ yang terdapat di dalam rongga dada sering bercabang-cabang sehingga dapat menerima
dan perut. berbagai rangsang dari berbagai neuron lain lmpuls
Anensefalus adalah kegagalan penutupan saraf yang diterirna oleh dendrit kernudian
bagian depan neuropore dengan otak yang tidak ditransmisikan menuju ke soma.
berkembang dan ketiadaan tulang tengkorak. Setiap neuron mempunyai akson tunggal dengan
Penderita biasanya tidak bertahan hidup. panjang hingga 100 cm dengan bagian ujungnya yang
Epilepsi mungkin akibat migrasi sel-sel melebar, dikenal sebagai akson terminal. Akson akan
korteks serebri yang tidak normal yang memutus meneruskan impuls dari badan sel saraf ke neuron
fungsi interneuron yang normal. lainnya, otot atau kelenjar. Akson rnungkin juga
Penyakit Hirschprung, juga dikenal sebagai menerima impuls dari neuron lainnya dan akan
megakolon kongenital disebabkan oleh memodifikasi perilakunya. Seperti dendrit akson juga
kegagalan sel-sel krista neuralis untuk mencapai bercabang-cabang. Bagian ujung akson dikenal sebagai
dinding usus. Dinding usus tidak mengandung bulbus terminal (bouton terminaux/terminal
pleksus Auerbach, bagian dari sistem saraf button)
parasimpatis yang mensarafi bagian ujung distal
kolon. Ketiadaan pleksus saraf tersebut
mengakibatkan terjadinya dilatasi dan hipertrofi
kolon.

SEL-SEL SISTEM SARAF mN


Sel-sel di sistem saraf dibagi menjadi dua kelompok
yaitu sel saraf (neuron), yang bertanggung jawab untuk
reseptif, integratif dan fungsi-fungsi motorik sistem
saraf dan sel neuroglia yang mendukung dan
melindungi neuron.
Neuron
Sel yang bertanggung jawab untuk penerimaan dan
transmisi impuls saraf ke dan dari SSP adalah neuron.
Dengan diameter 5-150 µm , neuron rnerupakan sel-sel
terkecil dan terbesar di tubuh.

Struktur dan Fungsi Neuron

Neuron disusun oleh badan sel, beberapa dendrit, dan


satu akson.
Gambar 9-1 Mikrograf cahaya substansia g1isea medula
Neuron disusun oleh tiga bagian yaitu badan sel, spinalis(x270). Perhatikan badan sel neuron multipolar (mN) dan
beberapa dendrit dan akson tunggal. Badan neuron, prosesusnya.
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 187

Bab 9 䡲 Jaringan Saraf ■ ■ ■ 187

RER juga terdapat pada daerah dendrit tetapi hanya sebagai


sisterna yang pendek atau bercabang. Endoplasma RER
tidak ditemukan pada akson Hillock yaitu pangkal akson
yang menjorok masuk ke dalarn badan sel. Retikulum
endoplasma halus (smooth endoplasmic reticulum/SER)
dapat ditemukan pada akson.
Walaupun badan Nissl pada setiap jenis neuron
n
mempunyai ukuran dan bentuk yang berbeda-beda tetapi
tidak ditemukan adanya pola yang khas. Secara umum
neuron berukuran kecil mempunyai badan Nissl yang kecil,
tetapi tidak semua neuron yang besar mempunyai badan
Nissl berukuran lebih besar. Perbedaan ini tampaknya
berhubungan dengan perubahan fisiologis dan kondisi-
kondisi patologis di dalam sel saraf.
Sebagian besar neuron mempunyai banyak endoplasma
SER yang tersebar merata di seluruh badan sel. Struktur ini
berkembang juga di dalam dendrit dan akson membentuk
N sisterna hipolema (hypolemmal cisternae) yang terletak
di bawah dinding sitoplasma/plasmalema. Sistema-sistema
ini berlanjut ke endoplasma RER yang terletak di alam badan
sel dan menyebar di antara badan Nissl. Walaupun fungsi
sistema hipolema ini belum jelas, tetapi diduga struktur
tersebut berperan dalam pengumpulan kalsium. Sistema ini
mungkin berperan sebagai alur distribusi protein ke seluruh
Gambar 9-2 Mikrograf cahaya ganglion sensorik (x270). sel. Beberapa peneliti be1teori bahwa vesikel pengangkut
Perhatikan badan-badan sel neuron yang besar, (N) dengan
anak intiinukleolus (n) tunggal. dan vesikel sinaps muncul dari sisterna-sistema ini, akan
tetapi hal ini masih tetap belum jelas.
yang akan mendekati sel-sel lain untuk membentuk Pada sitoplasma sel ditemukan sejumlah besar kompleks
sinaps. Sinaps adalah daerah tempat impuls Golgi yang terletak berdekatan dengan inti (juxtanuclear
ditransmisikan antar sel. Neuron dapat dikelompokkan Golgi complex). Kompleks ini disusun oleh beberapa sisterna
berdasarkan bentuknya dan susunan prosesusnya yang saling berdekatan satu sama lain. Bagian tepi sistema ini
(Gambar 9-4). tampak melebar yang merupakan ciri khas sel-sel yang
menghasilkan protein. Kompleks Golgi diduga bertanggung
Badan Sel Neuron (Soma, Perikarion) jawab untuk pengepakkan neurotransmiter atau enzim yang
diperlukan untuk pembentukannya di dalam akson.
Badan sel adalah daerah pada neuron yang mengandung
inti sel berukuran besar; bewarna pucat dengan sitoplasma Mitokondria banyak ditemukan tersebar di seluruh
di sekitarnya. sitoplasma badan sel, dendrit dan akson, tetapi paling
banyak ditemukan pada ujung akson. Secara umum
Badan sel merupakan bagian sel yang paling besar, mitokondria pada neuron tampak lebih lonjong
akan tetapi volume sitoplasma sel saraf terbanyak dibandingkan pada sel lain dan kadang-kadang kristanya
terdapat pada prosesus yang berasal dari badan sel. Inti tampak lebih memanjang. Mitokondria neuron tampak
sel terletak di tengah, berukuran besar dan biasanya tersusun teratur sepanjang mikrotubulus pada sitoplasma
berbentuk sferis atau oval. Inti sel ini mengandung neuron.
kromatin yang tersebar merata yang menandakan Sebagian besar neuron matur hanya mempunyai satu
adanya aktivitas inti. Pada neuron yang lebih kecil inti sentriol yang berhubungan dengan badan basal silium.
sel mungkin memperlihatkan kromatin yang Silium ini dibentuk oleh 9+0 mikrotubulus (Lihat bab 2
menggumpal dan tidak aktif yang dikenal sebagai tentang struktur mikrotubulus). Karena neuron tidak
heterokromatin. Pada inti sel juga dapat ditemukan anak mengalami pembelahan lagi, sentriol ini diyakini merupakan
inti (nukleolus). stuktur sisa saja.
Sitoplasma sel mempunyai banyak retikulum
endoplasma kasar (rough endoplasmic reticulum/RER ) BADAN INKLUSI
dengan banyak sistema yang tersusun secara paralel
yang merupakan ciri sel saraf. Poliribosom juga Badan inklusi terletak pada badan sel neuron yang
tersebar sitoplasma sel. Ketika tumpukan sisterna menyimpan bahan-bahan anorganik seperti pigmen melanin
retikulum endoplasma dan poliribosom ini dipulas dan lipofusin dan tetes lemak (lipid droplets).
dengan pulasan dasar mereka tampak sebagai
gumpalan materi basofilik yang dikenal sebagai badan Granula melanin yang beiwarna coklat tua hingga
Nissl yang dapat dilihat dengan mikroskop. hitam ditemukan pada sel-neuron di daerah tertentu-
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 188

188 䡲 䡲 䡲 Bab 9 䡲 Jaringan Saraf

Dendrit
Neuron motorik
Akson Hillock
Akson
Selubung mielin
Nodus Ranvier
Cabang
kolateral

Bulbus terminal

Serat otot/muskular

Gambar 9-3 A, Neuron motorik yang khas. B,


Mikrograf elektron neuron pada radiks anterior
medula spinalis dengan beberapa dendritnya.
(xl.300). (B, dari Ling EA, Wen CY, Sh ieh JY, et al:
Neuroglial response to neuron injury: A study using
intraneural injection of Ricinus communis
agglutinin -60. J Anat 164: 201-213, 1989.)
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 189

Chapter 9 䡲 Nervous Tissue ■ ■ ■ 189

Dendrit Dendrit
Akson

Badan
sel
Badan
sel

Akson
Akson

Bipolar Unipolar Multipolar


(retina) (pseudounipolar) (motor)

Dendrit

Badan
sel

Akson

Gambar 9-4 Berbagai jenis neuron. Piramid Purkinje


(hipokampus) (serebelum)

pada SSP misalnya terbanyak pada substansia nigra Tetes lemak (lipid droplets) kadang-kadang dapat
dan locus ceruleus dan lebih sedikit pada nukleus dilihat pada sitoplasma neuron dan mungkin merupakan
motorik dorsal nervus vagus dan pada medula akibat kesalahan metabolisme atau merupakan cadangan
spinalis) dan pada ganglia simpatis SST. Fungsi energi. Granula sekretorik juga terlihat pada sel
granula ini pada daerah tersebut tidak diketahui. Akan neurosekretorik (neurosecretory cells), umumnya granula
tetapi dihidroksifenilalanin (DOPA) atau metildopa sekretorik ini mengandung molekul sinyal (signaling
yang merupakan prek~rsor dari pigmen ini juga molecule) .
merupakan prekursor neurotransmiter dopamin dan
noradrenalin. Karenanya melanin mungkin terakumulasi
sebagai hasil samping dari sintesis neurotransmiter KOMPONEN SITOSKELETAL
ini.
Lipofusin (lipofuscin) merupakan granula pigmen Dengan menggunakan pulasan perak kerangka sel neuron
bewarna coklat kekuningan dan mempunyai bentuk yang tampak sebagai neurofibril (dengan diameter hingga 2
tak teratur. Granula ini banyak dijumpai pada sitoplasma µm) yang terletak dalam sitoplasma neuron dan
neuron orang tua dan diduga merupakan sisa aktivitas membentang dari badan sel hingga ke prosesus cabang-
enzim lisosom. Jumlah granula lipofusin meningkat seiring cabang (juluran) neuron. Pada pengamatan menggunakan
dengan meningkatnya usia dan dapat mendesak organel mikroskop elektron ditemukan tiga jenis filamen yaitu
dan inti sel ke satu sisi sel sehingga dapat mempengaruhi mikrotubulus (berdiameter 24 nm), neurofilamen
fungsi sel. Hal yang menarik adalah neuron tertentu (filamen berukuran menengah/berdiameter 10 nm) dan
(misalnya sel Purkinje korteks serebelum) tidak mikrofilamen (berdiameter 6 nm). Pada pengamatan
mengakumulasi granula pigmen ini. Pigmen yang menggunakan mikroskop cahaya neurofibril tampak
mengandung besi mungkin dapat ditemukan pada neuron sebagai kelompokan berkas neurofilamen. Mikrofilamen
tertentu SSP dan dapat terakumulasi sesuai dengan (filamen aktin) berhubungan dengan membran plasma.
meningkatnya usia seseorang. Mikrotubulus neuron identik dengan yang
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 190

190 䡲 䡲 䡲 Bab 9 䡲 Jaringan Saraf

ditemukan pada sel lain kecuali MAP-2 (suatu protein umur dan gizi yang buruk.Dendrit kadang-kadang
yang berhubungan dengan mikrotubulus) yang hanya mengandung vesikel dan mentransmisikan rangsang ke
ditemukan pada sitoplasma badan serta dendrit neuron dendrit lainnya.
dan MAP-3 yang hanya terdapat pada akson.
Akson
Dendrit
Akson meneruskan impuls ke neuron lainnya atau sel
Dendrit menerima stimulus dari sel saraf lainnya. efektor yaitu sel otot dan kelenjar.

Dendrit merupakan perluasan membran plasma neuron Akson muncul dari badan sel pada akson Hillock sebagai
yang bersifat reseptif (dapat menerima rangsang). Akan prosesus atau juluran sitoplasma tunggal yang tipis, dan
tetapi pada beberapa neuron, badan sel dan pangkal akson lebih panjang dibandingkan dendrit. Pada beberapa bagian
juga dapat bersifat reseptif. Umumnya neuron mempunyai tubuh, akson saraf motorik mempunyai panjang satu meter
banyak dendrit yang muncul dari badan sel. Dendlit atau lebih. Ketebalan akson berhubungan langsung
merupakan struktur tunggal dan pendekyang bercabang- dengan kecepatan rangsang. Kecepatan rangsang akan
cabang membentuk cabang yang lebih kecil, mirip dengan meningkat bila diameter akson meningkat. Walaupun
cabang atau ranting pohon. Setiap jenis neuron mempunyai ketebalan akson berbeda-beda sesuai dengan jenis neuron
pola percabangan dendrit yang khas. Pangkal dendrit tetapi ketebalannya sama untuk jenis akson yang sama.
muncul dari badan sel dan mengandung berbagai organel Beberapa akson mempunyai cabang-cabang kolateral
sel kecuali kompleks Golgi (Gambar 9-5). Jumlah organel pada bagian ujungnya (Gambar 9-3A) yang dikenal
pada dendrit makin ke distal makin berkurang atau sebagai ranting terminal (terminal arbor).
menghilang.
Pada dendrit neuron umumnya, berkas neurofilamen Akson Hillock merupakan suatu daerah pada
akan mengecil atau menjadi filamen tunggal, yang badan neuron berbentuk piramid, tidak mengandung
mungkin akan berikatan silang dengan mikrotubulus. ribosom dan biasanya terletak pada sisi yang
Sebaliknya mitokondria jumlahnya sangat banyak pada berlawanan dengan pangkal dendrit. Daerah akson
dendrit. Percabangan dendrit menyebabkan terdapat mulai dari akson Hillock hingga bagian akson yang
banyak terminal sinaps yang memungkinkan sebuah tertutup selubung mielin dikenal sebagai segmen
neuron menerima dan mengintegrasikan banyak permulaan/inisial. Sisi dalam dinding akson
rangsangan, mungkin mencapai ratusan hingga ribuan. (axolemma ) pada segmen inisial merupakan bagian
duri (spina ) terletak pada permukaan dendrit yang yang padat dan tipis yang fungsinya masih belum
akan membentuk sinaps dengan neuron lainnya. duri-duri diketahui. Struktur seperti ini juga ditemukan pada nodus
ini jumlahnya berkurang sesuai dengan meningkatnya Ranvier. Akson Hillock tidak mengandung retikulum

Dendrit Retikulum
endoplasma
halus
Ribosom
Lisosom

Granula
lipofusin
Badan Nissl

Sinaps

Vesikel sinaps
Gambar 9-5 Struktur ultra badan sel
Golgi neuron (Dari Lentz TL: Cell line
Structure: An Atlas of Drawings of
Mikrotubulus Whole-Cell Structure . Philadelphia,
Akson WB Saunders, 1971.)
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 191

Bab 9 䡲 Jaringan Saraf ■ ■ ■ 191

endoplasma kasar dan ribosom, tetapi banyak mengandung


mikrotubulus dan neurofilamen. Pada beberapa neuron jumlah
KORELASI KUNIS
neurofilamen pada segmen inisial meningkat tiga kali lipat
dibandingkan dengan daerah akson lainnya, sementara jumlah
Transpor aksonal retrograd digunakan oleh
mikrotubulus hanya meningkat sedikit. Segmen inisial juga
beberapa virus (misalnya virus herpes simple ks
dikenal sebagai zona pencetus rangsang (spike trigger zone ).
dan rabies) menyebar dari satu neuron ke neuron
Pada daerah ini rangsangan eksitasi dan inhibisi akan
didekatnya pada suatu rantai saraf. Cara yang
dijumlahkan yang akan menentukan apakah pembentukan
sama juga digunakan oleh toksin (misalnya
potensial aksi dapat terjadi.
Sitoplasma akson (aksoplasma) mengandung sedikit retikulum tetanus) untuk menjalar dari sistem saraf perifer
endoplasma halus dan mitokondria berbentuk panjang dan tipis ke sistem saraf pusat.
serta mikrotubulus. Aksoplasma ini tidak mengandung RER dan
poliribosom sehingga akson sangat tergantung pada badan sel
untuk kelanjutan hidupnya. Mikrotubulus dikelompokkan dalam
bentuk ikatan-ikatan kecil pada pangkal akson dan segmen Oligodendroglia
inisial. Pada bagian distal akson, mikrotubulus tersusun secara
teratur. Setiap satu mikrotubulus diselingi oleh neurofilamen.
Dinding sitoplasma sel neruoglia akan membentuk selubung
mielin yang mengelilingi beberapa akson pada SSP. Akson yang
mempunyai selubung mielin dikenal sebagai akson bermielin
(Gambar 9-6 dan 9-7) (Proses mielinisasi akan dijelaskan
kemudian). Akson yang tidak mengandung selubung mielin
dikenal sebagai akson tak bermielin (Gambar 9-8). Rangsang Akson
saraf dihantarkan lebih cepat pada akson bermielin dibandingkan dibungkus
pada akson tak bermielin. Pada kondisi segar selubung mielin mielin
tampak bewarna putih yang merepresentasikan warna akson. Akson
Keberadaan selubung mielin ini menyebabkan SSP digolongkan
menjadi dua bagian yaitu substansia alba dan substansia grisea.
Selain berperan dalam penghantaran rangsang saraf, fungsi
penting akson lainnya adalah transportasi aksonal yang akan
membawa material atau substansi tertentu dari badan sel menuju
ke ujung akson. Pada transportasi anterograd arah pergerakan
adalah dari badan sel menuju ke ujung akson, sebaliknya pada
transportasi retrograd arah pergerakan dari ujung akson
menuju ke badan sel. Transportasi aksonal yang terjadi di dalam
akson sangat penting untuk memelihara hubungan trofik Proses mielinisasi
(trophic relationships), oleh karena akson terletak antara berlanjut
neuron dengan sasarannya yaitu otot dan kelenjar. Bila
transportasi ini terganggu sel-sel target akan mengalami atrofi.
Berdasarkan kecepatan pergerakannya, transportasi aksonal
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu transportasi aksonal
cepat, sedang, dan lambat. Transportasi aksonal yang paling cepat
(kecepatannya hingga 400 mm/hari) terjadi pada transpor
anterograd untuk mengangkut organel sel. Sebaliknya kecepatan
tertinggi pada transpor retrograde hanya setengah dari kecepatan
transpor anterograd. Kecepatan terendah transpor retrograd kira-
kira 0,2 mm/hari. Transpor aksonal dengan kecepatan pergerakan
antara yang cepat dan lambat dikelompokkan sebagai transpor
aksonal medium.
Transpor anterograd digunakan untuk mengangkut organel Proses mielinisasi
sel dan vesikel yang mengandung makromolekul seperti aktin, lengkap
miosin, dan klatrin, serta beberapa enzim yang dibutuhkan untuk
sintesis neurotransmiter pada ujung akson. Transpor retrograd
digunakan untuk mengangkut protein hasil pemecahan
neurofilamen, subunit mikrotubulus, enzim-enzim, dan materi-
materi yang diambil secara endositosis pada ujung akson Gambar 9-6 Proses mielinisasi pada sistem saraf pusat. Berbeda
dengan sel Schwann pada sistem saraf tepi, setiap oligodendrosit
(misalnya virus dan toksin). Molekul-molekul kecil dan protein mempunyai kemampuan untuk membentuk selubung mielin bagi
yang akan didegradasi dikirim ke endolisosom pada soma. beberapa akson.
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 192

192 䡲 䡲 䡲 Bab 9 䡲 Jaringan Saraf

Transportasi aksonal tidak hanya mendistribusikan materi


materi yang dibutuhkan untuk konduksi saraf dan sintesis
neurotransmiter, tetapi juga materi-materi yang dibutuhkan
untuk pemeliharaan sitoskeleton akson.
Sel Schwann
Sejak tahun 1970 telah banyak dipelajari sifat alamiah dan
fungsi neuron melalui penelitian-penelitian dengan
menggunakan enzim horseradish peroxidase. Ketika enzim
ini disuntikkan pada ujung akson, perlintasan enzim ini menuju
Mesakson ke badan sel saraf dapat dideteksi dengan menggunakan teknik
histokimia. Pada penelitian transportasi aksonal anterograd
peneliti menyuntikkan asam amino yang telah dilabel dengan zat
radioaktif ke dalam badan neuron dan kemudian menentukan
aktivitas radioaktif pada ujung akson dengan menggunakan
autoradiografi.
Mikrotubulus sangat diperlukan pada transportasi aksonal
anterograd cepat. Mikrotubulus mempunyai polaritas dengan
Lamina basalis
ujung positif mengarah ke ujung akson. Protein tubulin dalam
bentuk dimer mencapai aksoplasma melalui transportasi
aksonal anterograd. Protein ini selanjutnya akan dirakit menjadi
mikrotubulus pada ujung kutub positif dan didepolimerisasi pada
Gambar 9-7 Struktur ultra serat saraf bermielin dan sel Schwann-nya ujung kutub negatif. Proses transportasi aksonal anterograd
(Dari Lentz TL: Cell Fine Structure: An Atlas of Drawings of Whole-
Cell Stucture . Philadelphia, WB Saunders, 1971) membutuhkan kinesin, suatu protein yang berhubungan dengan
mikrotubulus (microtubule-associated protein). Salah satu ujung
protein ini akan melekat pada vesikel, sementara satu ujung
lainnya menempel pada mikrotubulus yang berbentuk silinder,
sehingga memungkinkan kinesin untuk menggerakkan vesikel
dengan kecepatan kirakira 3 mm/detik Dinein, protein yang
berhubungan dengan mikrotubulus lainnya berperan dalam
menggerakkan vesikel sepanjang mikrotubulus pada transpor
aksonal retrograd.

KORELASI KUNIS
Walaupun tumor jaringan saraf mencakup sekitar 50%
tumor intrakranial, tetapi kasusnya sangat jarang.
Sebagian besar tumor intrakranial berasal dari sel
neuroglia (misalnya tumor jinak oligode ndrog lioma,
dan tumor ganas astrositoma yang sangat mematikan.
Tumor yang berasal dari sel jaringan ikat pada jaringan
saraf (misalnya tumor jinak fibroma atau tumor ganas
sarkoma) sebenarnya adalah tumor jaringan ikat dan
tidak terkait sama sekali dengan sistem saraf). Tumor
neuron pada sistem saraf tepi (SST) sangat mungkin
ganas (misalnya neuroblastoma pada kelenjar suprarenal)
yang sebagian besar menyerang bayi-bayi dan anak-anak
usia muda.

Klasifikasi Neuron

Sel saraf (neuron) secara morfologi dikelompokkan menjadi menjadi


Sel Schwann tiga jenis berdasarkan bentuk dan susunan prosesusnya.
Mesakson
Akson
Ada tiga jenis neuron (Gambar 9-4):
Gambar 9-8 Struktur ultra serat saraf' tidak bermielin. (Dari Lentz T 䡲 Neuron bipolar mempunyai dua prosesus (juluran)
L: Cell Fine Stnicture. An Atlas of Drawings of Whole-Cell Structure.
PhiladC'lphia, WB Saunders, 1971). yang muncul dari soma, satu dendrit dan satu akson, misalnya-
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 193

Bab 9 䡲 Jaringan Saraf ■ ■ ■ 193

neuron pada ganglia koklear dan pada epitel olfaktorius di Pembuluh Kaki perivaskular
rongga hidung. darah
䡲 Neuron unipolar (sebelumnya dikenal sebagai neuron
pseudounipolar) hanya mempunyai satu juluran saraf
yang muncul dari badan neuron, tetapi juluran ini
kemudian bercabang menjadi dua pada bagian ujungnya,
satu cabang menu juke pusat (cabang pusat) dan satu
cabang menuju ke tepi (cabang tepi). Cabang pusat
masuk ke dalam SSP dan cabang tepi menuju ke organ
target pada badan. Secara morfologi setiap cabang Astrosit Astrosit
merupakan akson dan dapat meneruskan impuls saraf, tetapi protoplasmatik fibrosa
ujung distal cabang perifer akan bercabang-cabang
membentuk ujung dendritik kecil-kecil (ranting dendrit)
yang berfungsi sebagai reseptor. Neuron ini berkembang
dari neuron bipolar embrio yang juluran sarafnya berputar
mengelilingi badan neuron selama masa perkembangannya.
Prosesus saraf ini kemudian menyatu dengan prosesus
(juluran) saraf lainnya menjadi prosesus tunggal. Selama
transmisi impuls saraf, impuls akan melintas dari ujung
dendrit pada cabang tepi menuju ke cabang pusat tanpa Mikroglia Oligodendrosit
melibatkan badan neuron. Neuron unipolar terdapat pada
ganglia radiks belakang (dorsal root ganglia) dan pada Gambar 9-9 Berbagai jenis sel neuroglia.
beberapa ganglia saraf kranial.
䡲 Neuron multipolar merupakan jenis neuron yang paling
umum dijumpai, mempunyai banyak dendrit dan satu akson. Sel yang berfungsi untuk memberikan dukungan metabolik
Sel saraf jenis ini terdapat di semua jaringan saraf dan dan mekanik serta perlindungan kepada neuron dikenal
sebagian besar merupakan neuron motorik. Beberapa neuron sebagai sel neuroglia (Gambar 9-9). Jumlah sel neuroglia
multipolar diberi nama sesuai dengan bentuknya (misalnya pada jaringan saraf 10 kali lipat daripada neuron. Sel
sel piramid) atau dinamai sesuai dengan nama penemunya neuroglia mempunyai kemampuan untuk bermitosis
(misalnya sel Purkinje). sedangkan neuron tidak bisa, kecuali sel progenitornya.
Walaupun sel neuroglia membentuk taut imbas atau
Neuron juga dikelompokkan menjadi tiga kelompok neksus (gap junction) dengan sel neuroglia lainnya,
berdasarkan fungsinya: mereka tidak bisa memberikan reaksi atau membentuk
䡲 Neuron sensoris (aferen) yaitu neuron yang menerima impuls saraf. Sel neuroglia yang terdapat pada SSP adalah
rangsang sensoris pada ujung dendritnya dan meneruskan astrosit, oligodendrosit oligodendroglia, mikroglia, dan sel
impuls saraf ke SSP untuk diproses. Ujung-ujung dendrit ependim. Sel Schwann walaupun terdapat pada SST
ini terdapat di seluruh bagian tubuh luar yang berperan sekarang juga dikelompokkan sebagai sel neuroglia.
untuk mengawasi perubahan yang terjadi pada lingkungan
diluar tubuh dan di permukaan dalam tubuh yang berperan Astrosit
dalam mengawasi perubahan pada lingkungan dalam tubuh.
䡲 Neuron motorik (eferen) yaitu sel-neuron yang berasal
dari SSP dan meneruskan impuls sarafnya ke otot, kelenjar, Astrosit memberikan dukungan struktur dan metabolik untuk neuron
dan sel-neuron lainnya. dan berfungsi sebagai penyerap (scavenger) ion-ion dan
䡲 Neuron mesenjer (interneuron) yaitu neuron yang neurotransmiter yang dilepas ke dalam ruang ekstraselular.
terletak pada SSP dan berfungsi sebagai penghubung
atau pengintegrasi yang membentuk jala-jala sirkuit Astrosit merupakan sel neuroglia terbesar dan dapat
saraf antara saraf sensoris dan saraf motoris serta saraf dibedakan atas dua jenis yaitu (1) astrosit protoplasmatik
mesenjer lainnya. Dengan evolusi jumlah neuron pada yang terdapat pada substansia grisea SSP dan (2) astrosit
susunan saraf manusia telah tumbuh dengan pesat, tetapi fibrosa yang umumnya terdapat pada substansia alba
peningkatan yang paling pesat terjadi pada neuron SSP. Kedua jenis astrosit tersebut sulit dibedakan dengan
mesenjer yang sangat be1peran untuk fungsi kompleks menggunakan mikroskop cahaya. Beberapa peneliti menduga
tubuh manusia. bahwa kedua sel tersebut sebenarnya sel yang sama yang
berperan dalam lingkungan yang berbeda. Gambaran
Sel-sel Neuroglia mikroskop elektron menunjukkan berkas filamen intermedia
sitoplasmik yang nyata dengan diameter 8-11 nm, yang
disusun oleh protein glia berbentuk fibril yang bersifat
Sel neuroglia berfungsi untuk memberikan bantuan fisik
asam (glial fibrillar acidic protein) yang khas untuk
dan metabolik bagi neuron.
astrosit.
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 194

194 䡲 䡲 䡲 Bab 9 䡲 Jaringan Saraf

*
F
r

r
* t

Gambar 9-10 Mikrograf elektron


astrosit protoplasmatik (xll.400).
m * Perhatikan inti sel/nukleus (N),filamen
(F), mitokondria (m), mikrotubulus (t),
ribosom bebas (r), retikulum
endoplasmik kasar (E R). Dua lisosom
L (L) juga teridentifikasi pada prosesus
sitoplasma sel neuroglia. Catatan: batas
sel yang tidak rata (kepala panah).
Prosesus sitoplasma neuroglia lainnya
(asterisk ). Gambar kecil (inset ),
Mikrograf cahaya tiga astrosit
m
* protoplasmatik yang bercabang banyak
N (P), mengelilingi kapiler (C). (Gambar
besar. Dari Peters A. Palay SL,
ER Webster HF: The fine structure of the
Nervous system . Philadelphia WB.
Saunders, 1976. Inset , dari Leeson TS,
L
Leeson CR, Paparo AA: Text Atlas of
Histo logy : Philadelphia, WB.
Saunders, 1988.)

Astrosit protoplasmatik merupakan sel stelata


dengan sitoplasma yang jelas, berinti besar, dan
mempunyai banyak prosesus sitoplasma yang pendek
(Gambar 9-10). Ujung-ujung juluran sitoplasmanya
membentuk kaki atau pedikel (pedicle). Kaki-kaki ini
melekat dan melingkupi pembuluh darah sehingga
dikenal sebagai kaki vaskular. Kaki astrosit
protoplasmatik yang terletak pada otak atau permukaan
medula spinalis melekat pada lapisan pia mater
membentuk membran pia-glia. Astrosit protoplasmatik
berukuran lebih kecil yang terletak dekat dengan badan
neuron akan membentuk sel satelit.
Astrosit fibrosa mempunyai sitoplasma eukromatik
yang hanya mengandung beberapa organel sel, ribosom Gambar 9-11 Mikrograf cahaya astrosit fibrosa (panah) pada
bebas dan glikogen (Garnbar 9-11). Juluran sitoplasma- serebelum manusia (xl32).
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 195

Bab 9 䡲 Jaringan Saraf ■ ■ ■ 195

sel ini panjang-panjang dan umumnya tidak bercabang. Oligodendrosit


Juluran sitoplasma ini berhubungan erat dengan pia
mater dan pembuluh darah tetapi dipisahkan oleh lamina Oligodendrosit berfungsi sebagai insulator listrik dan
basalis. pembentuk selubung mielin pada SSP.
Astrosit berfungsi menyerap (scavenging) ion-ion,
neurotransmiter dan sisa metabolisme neuron seperti ion Oligodendrosit menyerupai astrosit tetapi berukuran lebih
kalium (K+) glutamat dan asam gamma aminobutirat kecil dengan prosesus sitoplasma yang lebih sedikit. Sel
(GABA), yang terakumulasi di dalam lingkungan mikro neuroglia yang terpulas paling gelap ini terdapat pada
neuron, khususnya pada nodus Ranvier tempat akson lapisan substansia grisea dan substansia alba jaringan saraf
berselubung. Sel ini juga berkontribusi pada metabolisme pusat. Sitoplasmanya mengandung inti berukuran relatif
energi di dalam korteks serebri dengan cara melepas kecil dan banyak mengandung RER, ribosom bebas,
glukosa dari glikogen simpanannya ketika diinduksi oleh mitokondria dan kompleks Golgi (Gambar 9-12).
neurotransmiter norepinefrin dan peptida vasoaktif Mikrotubulus juga ada khususnya di daerah sekitar inti dan
intestinal. Astrosit yang terletak pada bagian tepi SSP pada juluran sitoplasma.
membentuk suatu lapisan yang kontinu sepanjang Oligodendrosit interfasikular yang terletak
pembuluh darah dan kemungkinan berperan dalam berdekatan dengan berkas-berkas akson berperan
pemeliharaan sawar darah otak. Astrosit juga membentuk dan memelihara selubung mielin di sekeliling
dibutuhkan pada daerah SSP yang mengalami kerusakan akson. Selubung ini mengitari akson SSP dan berfungsi
untuk membentuk jaringan parut. sebagai isolator (Gambar 9-6). Pada proses pembentukan

As

ER

m N

Gambar 9-12 Mikrograf elektron


oligodendrosit (x2.925). Catatan: inti
sel nukleus (N), retikulum
endoplasma (ER), aparatus Golgi (G),
dan mitokond1ia (m). Prosesus
astrosit (As) berhubungan dengan
oligodendrosit. (Dari Leeson TS,
Leeson CR, Paparo AA: Text/Atlas As
of Histology. Philadelphia, WB
Saunders, 1988.)
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 196

196 䡲 䡲 䡲 Bab 9 䡲 Jaringan Saraf

selubung mielin oligodendrosit berfungsi seperti sel Pada embrio juluran sitoplasma yang muncul dari badan selnya
Schwann pada SST, bedanya ialah satu oligodendrosit dapat mencapai permukaan otak tetapi pada masa dewasa prosesus
membentuk selubung mielin untuk beberapa akson. sitoplasmanya berkurang dan berakhir hanya pada sel-sel yang
Perbedaan lain antara sel Schwann dengan oligodendrosit dekat.
adalah sel Schwann mempunyai lamina basalis dan sisa Pada jaringan saraf yang tipis, sel ependim membentuk
sitoplasma di daerah intraselular lamel selubung mielin dan membran pembatas dalam (internal limiting membrane)
adanya jaringan ikat yang membungkus selubung mielin dan yang melapisi ventrikel otak dan membran pembatas luar
sel Schwann yang terdapat di sekitarnya. (external limiting membrane) yang terletak di bawah
Oligodendrosit satelit terletak berdekatan dengan lapisan pia mater. Kedua lapisan ini dibentuk oleh penyatuan
badan neuron berukuran besar; fungsinya tidak diketahui. pedikel. Modifikasi beberapa sel ependim pada ventrikel otak
berperan dalam pembentukan pleksus koroid yang
bertanggung jawab dalam sekresi dan pemeliharaan komposisi
Sel Mikroglia kimiawi CSF.
Tanisit merupakan sel ependim khusus dengan prosesus
Mikroglia adalah anggota sistem fagosit mononuklear. sitoplasma yang menuju ke hipotalamus dan berakhir dekat
pembuluh darah dan sel neurosekretorik. Tanisit diyakini
mengirim CSF ke sel sekretorik ini dan tampaknya di bawah
Mikroglia adalah sel yang terdapat di seluruh jaringan saraf kontrol lobus anterior hipofisis. Sel ini tampaknya bereaksi
pusat. Sel ini berukuran kecil dan berwarna gelap serupa terhadap perubahan kadar hormonal pada CSF dengan
dengan oligodendroglia. Sel ini mempunyai sitoplasma melepaskan produk sekretorik ke dalam kapiler darah pada
sedikit, inti berbentuk oval hingga segitiga dan prosesus daerah eminensia mediana.
sitoplasma yang pendek dan tidak beraturan. Struktur seperti
duri terdapat pada badan sel dan prosesus sitoplasma. Sel ini
berfungsi sebagai fagosit untuk membersihkan sampah dan Sel Schwann
struktur yang rusak pada SSP. Mikroglia juga melindungi
jaringan saraf dari virus, mikroorganisme dan pembentukan Sel Schwann membentuk selubung pada akson bermielin
tumor. Ketika teraktivasi sel ini bekerja sebagai sel penyaji maupun yang tak bermielin pada SST.
antigen/antigenpresenting cells (APC) dan mengeluarkan
sitokin. Berbeda dengan sel glia lainnya yang berasal dari Berbeda dengan sel glia lainnya, sel Schwann terdapat pada
tabung saraf, mikroglia berasal dari sumsum tulang dan SST yang akan membungkus akson bermielin maupun tanpa
merupakan bagian dari populasi sel fagosit mononuklear. mielin. Akson yang dibungkus selubung mielin disebut sebagai
saraf bermielin.
Sel Schwann adalah sel gepeng yang mempunyai
KORELASI KLINIS sitoplasma mengandung inti gepeng, aparatus Golgi yang kecil
dan beberapa mitokondria. Mikrograf elektron menunjukkan
Populasi sel mikroglia dalam jumlah besar terdapat bahwa mielin adalah dinding sitoplasma (plasmalema) sel
pada otak pasien dengan penyakit sindrom Schwann yang tersusun menjadi satu selubung yang melingkari
imunodefisiensi dapatan (AIDS) dan virus akson beberapa kali. Pada selubung mielin ini terdapat
imunodefisiensi manusia-1 (HIV-1). Walau HIV-1 beberapa interupsi (sela) pada jarak tertentu yang teratur
tidak menyerang neuron, virus ini menyerang sel sehingga menampakkan akson. Interupsi ini disebut nodus
mikroglia yang nantinya akan menghasilkan sitokin Ranvier (node of Ranvier) (Gambar 9-13) Setiap nodus
yang toksik untuk neuron. merupakan permukaan antara selubung mielin dari dua sel
Schwann yang berdampingan sepanjang akson.
Bagian luar sel Schwann dibungkus lamina basalis yang
Sel Ependim mendesak ke dalam nodus Ranvier dan menutupi lamel
selubung mielin yang tumpang tindih, sehingga setiap sel
Sel ependim membentuk membran pembatas dan mungkin juga Schwann ditutup oleh lamina basalis seperti yang tampak pada
berfungsi pada transportasi cairan serebrospinal. akson pada nodus Ranvier. Pada cedera saraf, saraf yang
beregenerasi akan dipandu oleh lamina basalis menuju ke
lokasi cidera.
Sel ependim (ependimosit) merupakan sel berbentuk silindris Daerah pada akson yang ditutupi oleh lamel mielin yang
rendah hingga kuboid yang melapisi ventrikel otak dan konsentris dan sel Schwann dikenal sebagai segmen
kanalis sentralis medula spinalis. Sel ini berasal dari lapisan internodal dengan panjang 200-1.000 µm. Mikrograf cahaya
neuroepitel. Sitoplasmanya mengandung banyak mitokondria menunjukkan beberapa celah melintang berbentuk kerucut
dan berkas-berkas filamen intermedia. Pada beberapa bagian dalam selubung mielin pada setiap segmen internodal yang
sel ini bersilia, suatu struktur yang memfasilitasi aliran dikenal sebagai celah (insisura) Schmidt-Lantermann. Celah ini
cairan likuor serebrospinal (cerebrospinal fluid/CSF).- dengan mikroskop elektron tampak sebagai sitoplasma sel-
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 197

Bab 9 䡲 Jaringan Saraf ■ ■ ■ 197

Oligodendrosit
Serat saraf bermielin

Akson
Nodus Ranvier

Sel Schwann

Plasmalema
Sel Schwann

Akson
Gambar 9-13 Diagram yang
melukiskan struktur selubung mielin
pada nodus Ranvier akson di sistem Selubung mielin
saraf pusat dan (inset ) pada sistem
saraf tepi.

Schwann yang terperangkap di dalam lamel selubung mencapai lebih dari 50 kali putaran. Selama proses ini
mielin. sitoplasma sel Schwann dikembalikan ke badan sel,
Saat membran sel Schwann mengitari akson ia akan sehingga sisi dalam membran sitoplasma dapat
membentuk serangkaian garis yang lebar dan padat yang berhubungan satu sama lain sehingga membentuk
berseling dengan garis yang lebih sempit dan kurang garis padat utama yang melingkar sepanjang selubung
padat pada interval 12 nm. Garis yang lebar (3 nm) mielin. Satu sel Schwann dapat membentuk selubung
dikenal sebagai garis padat utama yang merupakan mielin hanya untuk satu internodus sebuah akson (dan
penyatuan permukaan dalam dinding sitoplasma sel hanya pada SST), sementara oligoden-drosit dapat
Schwann. Garis intraperioda yang lebih sempit membentuk selubung mielin untuk satu internodus
menunjukkan pertemuan permukaan luar membran pada beberapa akson (hanya pada SSP).
sitoplasma sel Schwann. Mikroskop elektron dengan Selama masa pertumbuhan mielinisasi tidak terjadi
resolusi yang lebih tinggi menunjukkan adanya celah secara simultan. Saat mulai dan berakhirnya proses
yang lebih kecil di dalam garis intraperioda di antara mielinasi bervariasi pada daerah yang berbeda pada
lapisan selubung mielin yang berjalan melingkar yang sistem saraf. Perbedaan ini tampaknya berhubungan
dikenal sebagai celah intraperioda. Celah ini tampaknya dengan fungsi. Sebagai contoh proses mielinisasi pada
memberi jalan untuk molekul kecil mencapai akson. serat saraf motorik selesai pada saat lahir, sementara
Garis intraperioda yang melekat dengan akson dikenal proses mielinisasi serat saraf pada radiks sensoris baru
sebagai mesakson interna, sementara sisi yang paling akan selesai beberapa bulan setelah lahir. Proses
luar yang berhubungan dengan badan sel Schwann mielinisasi beberapa jaras saraf pada SSP dan akson
dikenal sebagai mesakson eksterna (Gambar 9-14; juga komisura baru selesai beberapa tahun setelah lahir.
Gambar 9-7). Sebagian akson pada sistem saraf tepi tidak
Mekanisme mielinasi pada akson yang dilakukan dibungkus oleh selubung mielin dengan jumlah lapisan
oleh sel Schwann pada SST atau oligodendrosit pada yang khas untuk akson bermielin. Akson tidak bermielin
SSP dengan cara melingkari akson dengan membran ini dikelilingi oleh selapis membran plasma sel
sitoplasmanya secara konsentris masih belum jelas. Schwann dan sitoplasma sel Schwann (Gambar 9-8).
Proses mielinisasi tampaknya mulai berlangsung ketika Sebuah sel Schwann hanya dapat membentuk selubung
sel Schwann membungkus sebuah akson dan membran mielin untuk sebuah akson bermielin, namun dapat
sitoplasmanya melingkari akson tersebut beberapa kali. membentuk selubung untuk beberapa akson tidak
Proses pembungkusan ini terus berlanjut dan mugkin bermielin.
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 198

198 䡲 䡲 䡲 Bab 9 䡲 Jaringan Saraf

ii

Gambar 9-14 Mikrograf elektron


serat saraf tepi berrnielin. Perhatikan:
mesakson interna (i) dan eksterna (e),
demikian juga inti dan sitoplasrna sel
Schwann (Da1i Jennes L, Traurig
HH , Conn PM: Atlas af the Human
Brain. Philadelphia, Lippincott-Haven,
1995.)

(Cl-) lebih tinggi di luar sel daripada di dalam sel.


PEMBENTUKAN DAN KONDUKSI Kebocoran kanal ion K+ pada dinding sitoplasma
IMPULS SARAF* menyebabkan aliran ion kalium keluar sel menjadi relatif
bebas sehingga menurunkan konsentrasinya (Gambar
lmpuls saraf dibentuk di daerah pencetus impuls pada 9-15). Walaupun kebocoran kanal ion kalium
neuron dan diteruskan sepanjang akson ke ujung akson. memungkinkan ion natrium untuk masuk ke dalam sel,
perbandingan ion kalium berbanding natrium adalah
Impuls saraf adalah sinyal listrik yang dibentuk di daerah 100:1, sehingga lebih banyak ion kalium yang
pencetus impuls sebagai hasil depolarisasi membran meninggalkan sel daripada ion natrium yang masuk ke
dan diteruskan sepanjang akson menuju ke ujung akson. dalam sel. Hal ini mengakibatkan muatan positif yang
Transmisi impuls saraf dari ujung akson sebuah neuron ke berlebih terakumulasi di luar membran sel. Walaupun
neuron lainnya, sel otot, atau kelenjar terjadi pada sinaps pemeliharaan potensial istirahat sangat tergantung pada
(lihat sinaps dan transmisi impuls saraf). kebocoran kanal ion kalium, pompa ion Na+-Ku pada
Neuron dan sel lainnya terpolarisasi secara listrik membran plasma membantu secara aktif pemompaan ion
dengan suatu potensial istirahat (resting potential) natrium keluar sel dan ion kalium ke dalam sel. Untuk
sebesar -90mV (bagian luar sel bermuatan listrik lebih setiap tiga ion natrium yang dipompa keluar sel, dua ion
positif dibanding dengan bagian dalam) melintasi kalium akan dipompa masuk ke sel. Hal ini sedikit
membran plasma, walaupun pada sel otot yang lebih kecil membantu menciptakan adnya perbedaan potensial
dan serat saraf kecil perbedaan muatan listrik hanya antara kedua sisi membran sel.
rendah sekitar -40 hingga -60mV. Potensial listrik ini Pada sebagian besar sel, potensial yang melintasi
muncul karena adanya perbedaan konsentrasi ion pada sisi membran sitoplasma umumnya konstan. Akan tetapi
luar dengan sisi dalam sel.Pada sel mamalia konsentrsi pada neuron dan otot, potensial membran ini dapat
ion kalium (K+) di dalam sel lebih tinggi dibandingkan di mengalami perubahan yang terkontrol yang membuat
luar sel, sementara konsentrasi ion natrium (Na+) dan sel ini mampu meneruskan sinyal listrik sebagai berikut:
klorida (CL-) lebih tinggi di luar sel daripada di dalam sel. 1 Stimulasi neuron akan menyebabkan terbukanya pintu
kanal ion natrium yang bermuatan pada daerah
* Walaupun sejumlah protein bermuatan negatif di dalam sitoplasma membran sel yang tertentu yang menyebabkan
neuron tidak melintasi membran sel, mereka mempengaruhi perilaku masuknya ion natrium ke dalam sel pada tempat
berbagai spesies yang menyandangnya. Namun peranannya pada
pembangkitan dan penghantaran impuls tidak dibahas di sini. Pembaca
tersebut (Gambar 9-16). Secara berkala kelebihan ion
yang tertarik dapat merujuk ke buku ajar fisiologi atau neurosains untuk natrium di sisi dalam sel menyebabkan kembalinya
memperoleh kejelasan lebih mendalam mengenai fenomena ini. potensial istirahat (yaitu membran plasma sisi dalam-
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 199

Bab 9 䡲 Jaringan Saraf ■ ■ ■ 199

KORELASI KUNIS
Multiple sclerosis (MS), penyakit yang umumnya pengobatan dengan imunosupresor dan kortikosteroid
mengenai selubung mielin. Penyakit ini 1,5 kali lebih merupakan metode terapi yang paling umum dipakai.
banyak pada wanita dibanding lelaki dan umumnya terjadi Terapi radiasi dapat menyebabkan demielinisasi
antara umur 15 hingga 45 tahun. Gambaran patologisnya pada otak dan medula spinalis. Senyawa yang bersifat
berupa hilangnya selubung mielin (demielinisasi) pada toksik seperti yang digunakan pada kemoterapi untuk
serat saraf SSP (nervus optikus, serebelum dan substansia mengobati penyakit kanker juga mungkin akan
alba serebrum, medula spinalis, saraf spinal, man saraf menyebabkan demielinisasi sehingga menyebabkan
kranial). Penyakit ini ditandai oleh episode proses masalah neurologis.
peradangan (inflamasi) pada beberapa tempat, diikuti Sindrom Guillain-Barre merupakan gangguan
edema dan kerusakan selubung mielin akson SSP secara imunologi yang menyebabkan terjadinya inflamasi
acak, diikuti periode remisi yang berlangsung beberapa dan demielinisasi cepat pada serat saraf perifer dan
bulan hingga beberapa dekade. Setiap episode akan serat sarafmotorik yang muncul dari radiks anterior
menurunkan vitalitas pasien. Setiap episode dernielinisasi medula spinalis. Penyakit ini berhubungan dengan
menyebabkan timbulnya kerusakan jaringan saraf yang infeksi pada saluran nafas dan/atau saluran cerna
mungkin menyebabkan kematian dalam beberapa bulan. sebelumnya. Gejala penyakit ini berupa kelemahan
Dernielinisasi diduga merupakan akibat penyakit pada otot ekstremitas yang mencapai puncak dalam
autoimun dengan gambaran inflamasi (yang mungkin beberapa minggu. Diagnosis dini harus diikuti oleh
merupakan akibat infeksi kuman sebelumnya) maka- terapi fisik (fisioterapi), respirasi, serta imunoglobulin.

sel menjadi relatif bermuatan positif dibandingkan sisi masih terdepolarisasi dan pintu intrasitoplasma
luarnya) dan membran dikatakan mengalami (pintu yang tidak teraktivasi/inactivation gate)
depolarisasi. yang menutup dalam beberapa 1/10.000 detik setelah
2 Sebagai hasilnya, kanal ion natrium menjadi tidak terbukanya pintu teraktivasi. Karenanya, walaupun
teraktivasi sekitar 1-2 milidetik, suatu kondisi yang pintu yang teraktivasi ini tetap membuka, ion Na+
dikenal sebagai periode refrakter. Selama masa tidak dapat keluar dan masuk sel lebih lama melalui
ini kanal ion Na+ menjadi tidak aktif, tidak dapat kanal ion ini.
membuka atau menutup dan tidak dapat dilintasi. 3 Selama masa refrakter ini, kanal ion K+ yang
Adanya periode refrakter ini disebabkan adanya bermuatan terbuka sehingga memungkinkan
konstruksi khusus pintu kanal ion Na+ bermuatan. keluarnya ion kalium ke dalam cairan ekstraselular
Kanal ini mempunyai dua pintu: pintu ekstrasitoplasma yang akan memperbaiki potensial membran
(pintu aktivasi/activation gate) yang akan membuka istirahat (resting membrane potential ); akan tetapi
bila ada depolarisasi membran sel dan akan tetap kemungkinan dapat terjadi hiperpolarisasi yang
terbuka sepanjang membran sel- berlangsung singkat.

Ruang ekstraselular

+ + + + + +
Gambar 9-15 Diagram skematis K K K K K K

pembentukan potensial istirahat pada


neuron spesifik. Perhatikan kanal ion K+
yang bocor menginaktifkan kanal ion Na
+ dan Cl-. Sebagai akibatnya lebih

banyak ion K+ yang keluar dari sel


daripada ion Na+ dan Cl- yang masuk ke
dalam sel. Karena ion positif lebih
banyak terdapat di luar sel daripada di
dalam sel, lingkungan ekstraselular jadi –
cl +
bermuatan lebih positif dibandingkan Na

intraselular. Keadaan ini menyebabkan Kanalion K+ yang bocor Kanal ion Cl– Kanal ion Na+
timbulnya perbedaan potensial di antara
kedua sisi permukaan membran sel.
Kanai ion dan pompa ion yang tidak Aksoplasma
secara langsung bertanggung jawab
terhadap timbulnya potensial istirahat
pada membran tidak diperlihatkan.
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 200

200 䡲 䡲 䡲 Bab 9 䡲 jaringan Saraf

Na+ K+

– – Propagasi
+ + + + + + + + – – – – – + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
– – – – – – – – + + + + + – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
++ ++
Akson
– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
A
Propogasi
+ + + + + +
– – – – +++ – – – – – –

Gambar 9-16 Diagram skematik


– – – – +++ – – – – – – pembentukan potensial aksi pada akson
tak bermielin (A) dan bermi elin (B).
+ + + + + +
B

4 Ketika potensial istirahat telah pulih, pintu kanal ion K+ yang memungkinkan ion-ion melintas bebas dari satu sel
yang bermuatan menutup dan waktu refrakter berakhir ke sel yang lain. Ketika ion-ion ini melintas di antara
dengan menutupnya pintu ion kalium yang teraktivasi neuron terjadilah aliran muatan. Transrnisi impuls
dan pembukaan pintu kanal ion Na+ yang belum melintas lebih cepat pada sinaps listrik dibandingkan
teraktivasi. dengan sinaps kimiawi.
Sinaps kimiawi merupakan bentuk komunikasi antar
Siklus depolarisasi membran, hiperpolarisasi dan dua neuron yang umum ditemukan. Membran
kembali ke potensial istirahat membran dikenal sebagai prasinaps melepaskan satu atau lebih neurotransmiter
potensial aksi, ada atau tidak adanya respons dapat terjadi ke dalam celah sinaps, sebuah celah (20-30 µm) yang
dengan kecepatan 1.000 kali perdetik. Depolarisasi terletak di antara membran prasinaps sel yangpertama
membran yang terjadi dengan membukanya pintu kanal dengan membran pascasinaps sel yang kedua (Gambar
Na+ pada satu titik pada sebuah akson akan menyebar (9-17). Neurotransmiter berdifusi melintasi celah sinaps
secara pasif sepanjang jarak yang pendek dan menstimulus menuju pintu reseptor kanal ion pada membran
pembukaan kanal ion di dekatnya sehingga akan terbentuk pascasinaps. Pengikatan neurotransmiter ke reseptor ini
potensial aksi lainnya. Dengan cara ini gelombang akan merangsang terbukanya kanal ion dan
depolarisasi atau impuls akan merambat sepanjang akson. memungkinkan perlintasan ion, mengubah permeabilitas
Secara in-vivo sebuah impuls akan diteruskan hanya ke membran pascasinaps dan mengembalikan potensial
satu arah, dari tempat pembentukan depolarisasi menuju membrannya. Neurotransmiter hanya berfungsi
ke ujung akson. Penginaktifan kanal ion Na+ sepanjang mengaktifkan reaksi membran pascasinaps dan tidak
masa refrakter ini akan mencegah propagasi gelombang terlibat langsung dalam reaksi tersebut.
depolarisasi retrograd. Ketika rangsang pada sinaps menyebabkan timbulnya
depolarisasi membran pascasinaps yang mencapai nilai
Sinaps dan Transmisi lmpuls Saraf ambang, hal ini akan merangsang terjadinya potensial
aksi. Rangsang yang menyebabkan terjadinya potensial
aksi ini dikenal sebagai potensial eksitasi pascasinaps.
Sinaps adalah tempat terjadinya transmisi impuls antara sel
Rangsang pada sinaps yang mempertahankan potensial
prasinaps dan pascasinaps.
membran atau meningkatkan hiperpolarisasinya dikenal
sebagai potensial inhibisi pascasinaps.
Sinaps adalah tempat impuls saraf ditransmisikan dari
sebuah sel prasinaps (neuron) ke sel pascasinaps (neuron Berbagai jenis sinaps yang menghubungkan suatu
lain, sel otot, atau sel suatu kelenjar). Dengan demikian neuron dengan lainnya telah diamati. Jenis-jenis sinaps
sinaps mengizinkan neuron untuk berkomunikasi dengan yang umum adalah (Gambar 9-18 dan Gambar 9-17):
sel efektor lainnya (sel otot dan kelenjar). Transmisi 䡲
Sinaps aksodendritik—sinaps antara akson dengan
impuls pada sinaps dapat terjadi secara listrik atau secara
dendrit
kimiawi. 䡲 Sinaps aksosomatik—sinaps antara akson dengan
Walaupun sinaps listrik tidak umum ditemukan pada badan neuron
mamalia, namun bentuk ini ada pada batang otak, retina 䡲 Sinaps aksoaksonik—sinaps antara dua akson
dan korteks serebri. Sinaps listrik merupakan gap junction 䡲 Sinaps dendrodendritik—sinaps antara dua dendrit
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 201

Bab 9 䡲 Jaringan Saraf ■ ■ ■ 201

Vesikel sinaptik
Tonjolan padat
prasinaps
Celah sinaps
Pemadatan pascasinaps

Struktur
seperti duri

Sinaps Struktur
batang duri
Gambar 9-17 Diagram
skematik berbagai bentuk sinaps Aksosomatik Aksodendritik

Morfologi Sinaps Sinapsin I, molekul protein kecil yang membentuk


suatu kompleks dengan permukaan vesikel tampaknya
membantu dalam proses pengelompokan vesikel sinaps
Ujung akson bervariasi tergantung pada jenis sinapsnya. sebagai cadangan. Ketika sinapsin I mengalami
Umurnnya suatu akson sering membentuk tonjolan pada fosforilasi, vesikel sinaps ini menjadi bebas bergerak ke
ujungnya yang dikenal sebagai tombol akhir/terminal daerah aktif sebagai persiapan untuk melepaskan
button (bouton terminaux). Bentuk-bentuk kontak neurotransmiter; defosforilasi sinapsin I akan
sinaps lain pada akson berasal dari tonjolan yang mengembalikan proses ini ke kondisi awal.
muncul sepanjang akson yang dikenal sebagai boutons Sinapsin II dan rab3a, protein kecil lainnya akan
en passage yang merupakan lokasi sinaps. mengontrol hubungan vesikel dengan mikrofilamen
Sitoplasma pada membran prasinaps mengandung aktif. Penempelan vesikel sinaps dengan membran
mitokondria, beberapa elemen SER dan banyak vesikel prasinaps dikontrol oleh dua protein vesikel sinaps
sinaps (Gambar 9-19). Vesikel sinaps merupakan tambahan yaitu sinaptotagmin dan sinaptofisin.
struktur berbentuk bulat (berdiameter 40-60 nm) yang Ketika potensial aksi mencapai membran prasinaps,
berisi substansi neurotransmiter yang biasanya dibentuk potensial aksi tersebut akan mernulai pembukaan kanal
dan dikemas dekat ujung akson. Akan tetapi ion kalsium (Ca2+) (voltage-gated calcium ion (Ca2+)
neurotransmiter peptida dibentuk dan dikemas pada channels), dan membiarkan ion Ca2+ masuk ke dalam
badan sel serta dikirim ke bagian ujung akson melalui sel. Masuknya ion kalsium ke dalam membran sel akan
transportasi aksonal anterograd. Enzirn yang terdapat menyebabkan vesikel sinaps berfusi dengan membran
di dalam aksoplasma melindungi neurotransmiter dari prasinaps dan neurotransmiter yang dikandungnya akan
proses degradasi. dikeluarkan ke dalam celah sinaps secara eksositosis.
Pada sisi sitoplasma membran prasinaps juga terdapat Proses fusi vesikel sinaps dengan membran prasinaps ini
struktur berbentuk kerucut yang merupakan lanjutan difasilitasi oleh protein reseptor SNAP (SNARE),
membran sel ke dalam sitoplasma. Struktur tampaknya termasuk di dalamnya sinaptobrevin, sintaxin dan
berhubungan dengan vesikel sinaps mernbentuk daerah protein N-ethylmaleimide yang larut dalam air dan
aktif sinaps. Vesikel sinaps yang berkontak dengan berfusi dengan protein-25 (SNAP-25).
daerah aktif tersebut akan melepaskan isinya saat terjadi
perangsangan. Molekul adhesi sel/cell adhesion Sisa membran akan diambil kembali untuk di daur ulang
molecules (CAMs) pada lokasi tersebut diketahui melalui proses endositosis yang dimediasi oleh
berperan sebagai molekulmolekul sinyal baik pada pra- klatrin. Proses daur ulang ini membutuhkan interaksi
maupun pascasinaps. Vesikel sinaps lainnya membentuk antara sinaptotagmin dan protein pembungkus
kelompok cadangan (reserve pool) yang melekat pada vesikel AP-2. Vesikel endositik akan berfusi dengan
mikrofilamen aktin. membran SER tempat daur ulang kontinu membran baru.
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 202

202 䡲 䡲 䡲 Bab 9 䡲 Jaringan Saraf

A B

Gambar 9-18 Gambaran mikroskopik


elektron sinaps. Panah menunjukkan arah
transmisi. A, Sinaps aksodendritik
(x37.600). Vesike l prasinaps terletak di
sebelah kiri. B, Sinaps aksodendritik
(x43.420 ). Perhatikan neurotubulus pada
dend1it. C, Potongan melintang dendrit
(x43.420). Perhatikan: sinaps. D , Sinaps
aksodendritik (x76.000). Perhatikan
vesikel prasinaps berfusi dengan
aksolema. E, Ujung akson dengan vesikel
sinaps yang jernih dan vesikel yang padat
di tengah (x31.000) (From Leeson TS,
Leeson CR, Paparo AA: Text! Atlas of Hi
stology. Philade lphia, WBSaunders,
1988.)

Menarik bahwa protein target toksin tetanus dan proses depolarisasi (suatu respons inhibisi) membran
neurotoksin B Clostridium botulinum adalah protein glia akan meningkatkan pembentukan sinaps, efisiensi
sinaptobrevin, yaitu protein vesikel sinaptik. Jadi toksin sinaps, dan potensial aksi.
ini memblok secara selektif eksositosis vesikel sinaps Ketebalan dan kepadatan relatif membran pra- dan
tanpa mempengaruhi aspek lain dari fungsi saraf. pascasinaps sesuai dengan lebar celah sinaps yang secara
Membran pascasinaps yaitu bagian membran umum terkait dengan respons alamiah. Kepadatan
plasma sel yang menebal mengandung reseptor untuk membran pascasinaps yang berlebih dan celah sinaps
neurotransmiter dan daerah sitoplasma yang mengandung dengan lebar 30 nm, menyebabkan terbentuknya sinaps
beberapa material yang padat. Pengikatan neurotransmiter asimetris yang biasanya merupakan tempat respons
dengan reseptornya pada membran plasma memulai- eksitasi. Kepadatan pascasinaps yang tipis dan celah-
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 203

Bab 9 䡲 Jaringan Saraf ■ ■ ■ 203

Gambar 9-19 Mikrograf elektron


suatu sinaps aksodendritik.Perhatikan
vesikel sinaptik yang banyak (V)
dalam terminal akson yang bersinaps
dengan dendrit dan celah sinaptik di
tempat ini (panah ). (Dari Jennes L,
Traurig HH, Conn PM: Atlas of the
Human Brain . Philadelphia, Lippin
cott-Raven, 1995.)

sinaps yang sempitnya 20 nm, membentuk sinaps Ada kira-kira 100 neurotransmiter (dan
simetris yang biasanya merupakan tempat respons neuromodulator) yang telah dikenal yang dibagi menjadi
inhibisi (inhibitory responses). tiga kelompok yaitu:
䡲 Molekul transmiter kecil
Neurotransmiter 䡲 Neuropeptida
䡲 Gas
Neurotransmiter adalah molekul sinyal yang dilepaskan
pada membran prasinaps dan mengaktifkan reseptor
Molekul transmiter kecil ada tiga jenis yaitu:
pada membran pascasinaps. 䡲 Asetilkolin (bukan turunan as am amino)
䡲 Asam amino: glutamat, aspartat, glisin, and asam gama
Sel-sel pada sistem saraf umumnya berkomunikasi amino butirat (y-aminobutyric acid/GABA)
dengan melepaskan molekul sinyal. Molekul yang 䡲 Amin biogenik: (monoamin) serotonin dan tiga
dilepaskan ini akan berkontak dengan molekul reseptor katekolamin: dopamin, norepinefrin (noradrenalin)
yang terdapat pada membran sitoplasma sel sasaran dan dan epinefrin (adrenalin).
menimbulkan suatu respons dari sel sasaran. Molekul Neuropeptida, sebagian besar merupakan
sinyal ini dikenal sebagai neurotransmiter (Tabel 9-1). neuromodulator, membentuk suatu kelompok besar
Akan tetapi molekul ini mungkin hanya bekerja pada meliputi:
dua jenis reseptor yaitu (1) reseptor yang berkaitan
langsung dengan kanal ion dan (2) reseptor yang 䡲 Peptida opioid: enkefalin and endorfin
berhubungan dengan protein G atau reseptor kinase yang 䡲 Gastrointestinal peptide yang dihasilkan oleh sel
akan mengaktifkan caraka kedua. Karenanya molekul sel sistem neuroendokrin difusa (diffuse
sinyal yang bekerja sebagai "sistem caraka neuroendocrine sistem): substance P, neurotensin
pertama" (misalnya bekerja pada reseptor yang dan vasoactive intestinal peptide
berhubungan langsung dengan kanal ion) diberi nama 䡲 Hypothalamic-releasing hormones, seperti
neurotransmiter dan molekul sinyal yang berfungsi thyrotropinreleasing hormone dan somatostatin
sebagai sistem caraka kedua sekarang dikenal sebagai 䡲 Hormon yang disimpan dan dilepaskan dari
neuromodulator atau neurohormon. Karena neurohipofisis (hormon antidiuretiklantidiuretic hormon
neurotransmiter bekerja secara langsung, keseluruhan dan hormon oksitosin/oxytocin ).
proses berlangsung secara cepat, biasanya tidak Iebih Gasmungkin berperan sebagai neuromodulator.Termasuk
dari 1 milidetik. Proses yang melibatkan neuromodulator
berlangsung lebih lambat dan biasanya lebih dari kelompok ini adalah gas oksida nitrat (nitric oxide/NO)
beberapa menit. dan karbon monooksida (CO).
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 204

204 䡲 䡲 䡲 Bab 9 䡲 Jaringan saraf

TABEL 9-1 Neurotransmiter Umum dan Fungsi Reseptornya

Neurotransmitter Kelompok Senyawa Fungsi


Asetilkolin Transmiter molekul kecil, Hubungan mioneural, semua sinaps
bukan turunan asarn amino parasimpatis dan sinaps simpatik praganglionik

Norepinefrin Transmiter molekul kecil, Sinaps simpatik pasca-ganglionik. (kecuali


arnin biogenik, katekolamin untuk kelenjar keringat (ekrin ))

Glutamat Transmiter molekul kecil, Sensorik prasinaps dan korteks, neurotransmiter


asam amino eksitasi SSP yang paling umum

Asam gamma amino Transmiter molekul kecil, Neurotransmiter inhibisi SSP paling umum
butirat (GABA) asam amino

Transmiter molekul kecil, Ganglia basal SSP: inhibisi atau eksitasi


Dopamin tergantung reseptor
amin biogenik, katekolarnin
Transmiter molekul kecil, biogenik Inhibisi rasa sakit, kontrol emosi, bersifat
Serotonin
amin dan tidur
Transmiter molekul kecil, Batang otak dan medula spinalis:
Glisin
asam amino bersifat inhibisi
Endorfin Neuropeptida: opioid peptida Analgesik; inhibisi transmisi nyeri?
Enkefalin Neuropeptida: opioid peptida Analgesik; inhibisi transmisi nyeri?

Ada beberapa prinsip untuk menjelaskan fungsi


KORELASI KLINIS neurotransmiter. Pertama, neurotransmiter akan
Huntington's chorea adalah suatu kondisi yang memberikan aksi yang spesifik sesuai dengan
diturunkan dan terjadi pada dekade ketiga dan lingkungannya. Kedua, reseptor pascasinaps
keempat kehidupan. Penyakit ini diawali oleh adanya menentukan efek neurotransmiter pada sel pascasinaps
kejapan atau jentikan sendi yang akan berkembang tersebut. Komunikasi melalui sinaps umumnya
menjadi distorsi sendi yang parah, demensia, dan melibatkan berbagai neurotransmiter. Ada suatu konsep
gangguan motorik. Keadaan ini diduga berkaitan hubungan antar sel yang dikenal sebagai transmisi
dengan hilangnya sel yang menghasilkan GABA, volume. Berdasarkan konsep ini, neurotransmiter
suatu inhibisi neurotransmiter. Ketiadaan GABA kimiawi dan listrik terdapat di dalam cairan antar sel
menyebabkan gerakan menjadi tidak terkontrol. yang mengisi ruang antar sel otak. Neurotransmiter ini
Demensia yang berhubungan dengan penyakit ini akan mengaktivasi kelompokan sel yang mempunyai
diduga berkaitan dengan kehilangan sel penghasil reseptor terhadap neurotransmiter tersebut. Walaupun
asetil kolin yang terjadi kemudian. komunikasi pada sinaps seharusnya terjadi secara cepat,
Parkinson's disease, merupakan suatu penyakit tetapi transmisi volume diduga lambat. Hal ini mungkin
yang menimbulkan kelemahan akibat ketiadaan berhubungan dengan kondisi tertentu seperti fungsi
dopamin pada daerah otak tertentu. Penyakit ini ditandai otonom, kewaspadaan, kesadaran, perubahan-perubahan
oleh kekakuan otot tremor yang terus menerus, pada pola otak selama tidur, kepekaan terhadap sakit
bradikinesia (gerakan lambat) dan akhirnya muka seperti dan perasaan.
topeng, kesulitan dalam gerakan volunter. Karena
dopamin tidak dapat melintasi sawar darah otak, terapi SISTEM SARAF PERIFER (SISTEM
yang diberikan seperti L-Dopa (levodopa) hanya
memperbaiki gangguan motorik sesaat dan sel pada SARAF TEPl/SST)
daerah yang mengalami gangguan akan mati. Upaya
transplantasi kelenjar adrenal fetus ke penderita penyakit Sistem saraf tepi mencakup serat saraf perifer dan badan
ini hanya memberikan perbaikan sementara. Terapi neuron yang terletak di luar SSP.
pencangkokkan sel yang telah dimodifikasi secara
genetik dan mempunyai kemampuan untuk
menyekresikan dopamin akan membentuk hubungan Serat saraf tepi adalah kumpulan serat saraf (akson)
sinaps ke sel pada korpus striatum yang membutuhkan yang terletak diluar SSP dan dikelilingi oleh selubung
dopamin. jaringan ikat (Gambar 9-20 hingga 9-22). Kumpulan serat
saraf (fasikulus) ini mungkin dapat diamati dengan mata
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 205

Bab 9 䡲 Jaringan Saraf ■ ■ ■ 205

Sc

Gambar 9-20 Mikrograf cahaya potongan memanjang saraf perifer


(x270). Mielin dan nodus Ranvier (panah ) dan juga inti sel Schwann yang
terpulas pucat (Sc) dapat diamati.

telanjang; tampak bewarna putih karena dibungkus oleh Gambar 9-21 Mikrograf cahaya potongan melintang saraf tepi
selubung mielin. Umumnya setiap kumpulan serat saraf (xl32). Perhatikan akson (A) dan petineutium (P) membungkus
fasikulus .
tanpa memperhatikan ukuran, terdiri atas unsur sensorik
dan motorik.

Selubung Jaringan lkat

Selubung jaringan ikat serat saraf tepi terdiri atas Epineurium


epineurium, perineurium dan endoneurium.

Epineurium adalah lapisan terluar dari tiga lapis Perineurium


jaringan ikat pembungkus serat saraf (Gambar 9-22).
Epineurium dibentuk oleh jaringan ikat kolagen yang
padat dan iregular serta mengandung serat-serat elastin
tebal yang melingkupi seluruh saraf. Serat kolagen di Endoneurium
dalam selubung akan mencegah terjadinya kerusakan
kumpulan serat saraf akibat peregangan yang
berlebihan. Epineurium merupakan lapisan paling tebal
yang akan melanjutkan diri menjadi dura mater yang Sel
membungkus SSP pada medula spinalis dan otak, Schwann
tempat keluarnya saraf spinal dan kranial. Epineurium
menjadi tipis ketika serat saraf bercabang menjadi serat
yang lebih kecil yang akhirnya akan menghilang. Akson
Perineurium, merupakan lapis tengah selubung
jaringan ikat pembungkus berkas serat saraf (fasikulus)
pada jaringan saraf tepi. Perineurium disusun oleh
jaringan ikat padat tetapi lebih tipis dibandingkan Gambar 9-22 Struktur berkas serat saraf.
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 206

206 䡲 䡲 䡲 Bab 9 䡲 Jaringan Saraf

perineurium. Permukaan dalam perineurium dilapisi oleh terjadinya depolarisasi pada nodus Ranvier. Ada dua
beberapa lapis sel epiteloid yang disatukan oleh zonula hal yang mendasarinya:
okludens dan dikelilingi lamina basalis yang 1 Kanal ion nahium plasmalema akson terutama
mengisolasinya dari lingkungan sekitar. Serat kolagen mengelompok pada nodus Ranvier.
tipis yang berjalan secara longitudinal diseling dengan 2 Selubung mielin pembungkus daerah antarnodus
mencegah pengeluaran ion natrium yang
serat elastin yang terletak di antara lapisan sel epiteloid.
berlebihan pada aksoplasma yang berhubungan
Ketebalan peiinemium makin berkurang hingga tinggal
dengan potensial aksi.
selapisan sel berbentuk gepeng.
Karena itu ion positif yang berlebihan dapat berdifusi
Endoneurium merupakan lapis terdalam selubung hanya melalui aksoplasma menuju nodus selanjutnya
jaringan ikat yang membungkus setiap satu serat saraf dan mencetuskan terjadinya depolarisasi. Dengan cara
(akson). Lapisan ini disusun oleh jaringan ikat longgar ini potensial aksi "melompat" dari satu nodus menuju
yang mengandung serat-serat retikulin (dihasilkan oleh nodus berikutnya. Proses ini dikenal sebagai konduksi
sel Schwann yang terletak di bawahnya), fibroblas yang melompat (saltatory conduction) (lihat Gambar
tersebar, makrofag yang menetap, kapiler darah dan sel 9-16B).
mast yang terletak di sekitar pembuluh darah. Seperti yang telah diuraikan, serat saraf tidak
Endonemium berhubungan dengan lamina basalis sel bermielin kehilangan selubung mielin dan nodus
Schwann. Jadi endoneurium terletak dalam suatu daerah Ranvier. Serat saraf ini dikelilingi oleh sitoplasma dan
terisolasi dari perineu1ium dan sel Schwann, keadaan membran sitoplasma selapis sel Schwann yang
terisolasi ini merupakan faktor penting dalam regulasi memberikan penyekat tipis. Lebih jauh kanal ion
lingkungan mikro serat saraf. natrium tersebar di sepanjang mernbran plasma akson.
Karena itu pembentukan impuls pada serat saraf tidak
Klasifikasi Fungsi Saraf bermielin dilakukan dengan cam perambatan/konduksi
kontinu yang terjadi secam lebih lambat dan
Secara fungsi serat saraf diklasifikasikan sebagai serat membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan dengan
sensoris (aferen) dan serat motorik (eferen). cam konduksi melompat pada serat saraf bermielin.
Seperti ditunjukkan pada tabel 9-2 serat samf tepi
diklasifikasikan rnenjadi tiga kelompok berdasarkan
Secara fungsional serat saraf dibedakan atas serat kecepatan rambatnya. Pada serat saraf tak bermielin
sensorik (aferen) dan serat motorik (eferen). Serat yang tipis kecepatan rambat bervariasi dari 0,5 hingga
saraf sensorik membawa impuls sensorik dari kulit dan 2 meter perdetik, sementara pada semt saraf bermielin
organ dalam untuk diproses pada SSP. Serat saraf tebal bervariasi antara 15-120 meter perdetik.
motorik berasal dali SSP dan membawa impuls motorik Komponen sensmik SST disajikan dalam berbagai
ke organ efektor. Radiks sensmik dan motorik medula bab terkait dengan fungsinya.
spinalis menyatu membentuk saraf tepi campuran yang
dikenal sebagai saraf spinal yang terdiri atas serat saraf
sensmik dan motorik. SISTEM SARAF SOMATIK,
MOTORIK, DAN OTONOM
Kecepatan Rambat Secara fungsional komponen motorik dikelompokkan
menjadi sistem saraf somatik dan otonom.
Kecepatan rambat serat saraf tepi tergantung pada
tingkat mielinasi. Pada serat saraf bermielin ion hanya Sistem saraf somatik membelikan impuls motorik ke
dapat melintasi membran plasma akson dan mencetuskan otot Jurik sementara sistem saraf otonom memberikan

TABEL 9-2 Klasifikasi Serat Saraf Tepi

Kecepatan Rambat
Kelompok Serat Diameter (μm) (m/Detik) Fungsi
Serat tipe A - bermielin 1-20 15-120 Serat berkecepatan tinggi:
tebal nyeri akut, suhu, raba, tekan, proprioseptik,
serat somatik eferen

Serat tipe B - bermielin 1-3 3-15 Serat berkecepatan sedang:


tak terlalu tebal aferen visera, otonom praganglionik

Serat tipe C - tak 0.5-1.5 0.5-2 Serat berkecepatan lambat:


bermielin otonom pascaganglionik, nyeri kronik
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 207

Bab 9 䡲 Jaringan Saraf ■ ■ ■ 207

impuls motorik ke otot polos organ dalam, otot jantung menuju ke otot lurik melalui saraf kranial atau saraf
dan sel sekretorik kelenjar eksokrin dan endokrin spinal (Gambar 9-23). Mereka akan bersinaps dengan
sehingga dapat rnenjaga kondisi homeostasis tubuh. otot lurik melalui cakram motorik (motor endplate) (lihat
Bab 8).
Komponen Motorik Sistem Saraf
Somatik (SS somatik) Sistem Saraf Otonom (SSO)

Persarafan motorik ke otot Jurik diberikan oleh Saraf otonom memberikan persarafan motorik ke otot
sarafsaraf somatik polos dan otot jantung serta memberikan persarafan
sekretomotorik ke kelenjar.
Otot lurik menerima impuls saraf motorik dari saraf
spinal dan saraf kranial SS somatik. Badan sel saraf dari SSO (involunter, viseral secara umum didefinisikan
serat saraf spinal dan kranial terdapat di SSP. Saraf sebagai sistem motorik walaupun tidak ada kesepakatan
kranial yang mengandung komponen eferen somatik secara universal untuk hal ini. SSO mengontro bagian
adalah saraf kranial N III, IV, VI dan XII (kecuali serat dalam tubuh dengan cara memberikan komponen eferen
saraf yang mensarafi otot yang berasal dari visera umum (motorik visera) untuk otot polos, otot
brankiomerik. Sebagian besar saraf spinal mengandung jantung dan kelenjar.
komponen somatik eferen untuk otot lurik. SS somatik berbeda dengan SSO. Pada SS somatik
Badan sel saraf SS somatik terdapat pada nukleus satu neuron yang terdapat pada SSP akan mempersarafi
motorik saraf cranial yang terdapat di otak atau di secara langsung organ efektor. Sebaliknya pada SSO
kornu anterior/ventral medula spinalis. Neuron ini terdapat dua neuron antara SSP dan organ efektor.
adalah neuron multipolar yang aksonnya Badan sel neuron pertama dalam rangkaian SSO,
meninggalkan otak atau medula spinalis dan berjalan- terdapat di SSP, dan aksonnya biasanya bermielin.

Refleks somatik Refleks viseral


lnterneuron
Kornu dorsal
Radiks/akar Radiks dorsal
dorsal

Radiks Ganglion
Nervus radiks
spinalis ventral
dorsal

Kornu Kornul latecral


ventral
Ganglion
rantai simpatetik
Nervus
spinalis

Ganglion
pravertebral

Usus

Serat aferen viseral


Serat aferen somatik Serat eferen
praganglionik viseral
Serat eferen somatik Serat eferen
Gambar 9-23 Perbandingan
refleks somatik dan viseral. pascaganglionik eferen
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 208

208 䡲 䡲 䡲 Bab 9 䡲 Jaringan Saraf

Akson praganglion (ini akan mencapai ganglion otonom SS simpatis berasal dari medula spinalis segmen torakal
yang terletak di luar SSP, tempat akson akan bersinaps hingga lurnbal atas (Tl-L2), sehingga SS simpatis juga
dengan badan-badan sel multipolar neuron dikenal sebagai 'tempat keluar' (divisi)
pascaganglion. Ganglion otonom ini dikenal sebagai torakolumbal (lihat Gambar 9-24). Badan sel saraf
neuron pascaganglion. Serat saraf pascaganglion praganglionik berukuran kecil berbentuk spindel yang
biasanya tak bermielin walaupun serat ini dibungkus berasal pada kornu lateral medula spinalis; aksonnya
oleh sel Schwann. Serat saraf yang keluar dari ganglion meninggalkan medula spinalis melalui radiks anterior/
akan berakhir pada organ-organ efektor yaitu otot polos, ventral untuk bergabung dengan saraf spinal. Setelah
otot jantung, dan kelenjar. jarak tertentu serat saraf akan meninggalkan saraf tepi
Berbeda dengan SS somatik, SSO mernpunyai sinaps melalui rami komunikans putih menuju ke salah satu
pascaganglion yang bercabang dan neurotransmiter dari ganglia pada rantai paravertebra.
serat pascaganglion tersebut akan berdifusi menuju ke Secara khusus sel saraf praganglionik dapat bersinaps
organ efektor. Sel otot polos yang terstimulasi oleh dengan badan sel saraf multipolar pascaganglionik yang
neurotransmiter akan mengaktifkan sel otot polos lain terdapat pada ganglion yang berhubungan dengan
yang terdapat di dekatnya dengan cara memberikan medula spinalis. Selain itu sel saraf praganglionik ini
informasi melalui neksus. juga dapat bersinaps dengan badan sel saraf yang
SSO dapat dibagi lagi berdasarkan fungsinya menjadi terdapat trunkus simpatis maupun pada sel saraf pada
dua divisi yang berbeda yaitu (Gambar 9-24): rantai ganglia lainnya. Akan tetapi ada juga serat saraf
䡲 Sistem saraf simpatis akan memberikan rangsangan praganglionik yang tidak bersinaps pada rantai ganglia
untuk meningkatkan aktivitas pernafasan, tekanan tetapi langsung menuju ke organ dalam rongga
darah, denyut jantung, dan aliran darah ke otot lurik, abdomen sebagai saraf splankikus. Serat saraf ini akan
dilatasi pupil dan menurunkan aktivitas organ-organ bersinaps dengan ganglia kolateral yang terletak
visera. sepanjang aorta abdorninalis.
䡲 Sistem saraf parasimpatis mempunyai fungsi yang Akson neuron pascaganglionik yang badan selnya
sebaliknya dari sistem saraf simpatis yaitu terletak di dalarn trunkus simpatikus/ganglia rantai
menurunkan aktivitas pernafasan, tekanan darah dan keluar dari ganglia tersebut melalui ramus komunikans
denyut jantung, menurunkan aliran darah ke otot grisea menuju saraf tepi lalu menuju ke organ efektor
lurik, konstriksi pupil mata dan rneningkatkan (kelenjar keringat, pembuluh darah, muskulus dilatator
aktivitas organ-organ visera. pupil, otot jantung, bronkus dan cabang-cabangnya,
Jadi sistem saraf parasimpatis akan mempertahankan kelenjar liur, dan muskulus arektor pili).
homeostasis tubuh, sebaliknya sistem saraf simpatis Akson neuron pascaganglionik yang badan sel
mempersiapkan tubuh untuk ''fight or flight" (akan sarafnya terletak pada ganglia kolateral keluar dari
diuraikan selanjutnya). ganglia tersebut bersama pembuluh darah menuju ke
Sistem saraf simpatis secara garis besar berfungsi organ dalam dan bersinaps pada organ efektor
pada vasokonstriksi, sementara sistem saraf parasimpatis (pembuluh darah dan otot polos serta kelenjar visera).
berperan penting dalam sekresi kelenjar. Dalam kondisi
sehat komponen viseral tubuh menerima persarafan dari Sistem Saraf Parasimpatik
kedua divisi SSO secara seimbang.
Asetilkolin merupakan neurotransmiter pada semua Efek sistem saraf parasimpatik adalah mempersiapkan
sinaps antara serat saraf pra-ganglionik dan tubuh untuk "rest or digest."
pascaganglionik dan antara ujung pascaganglionik
parasimpatis dengan organ efektor. Norepinefrin Sistem saraf parasimpatis berasal dari otak dan segmen
(norepinephrine) merupakan neurotransmiter pada sakral medula spinalis (S2-S4) sehingga sistem
sinaps antara serat saraf simpatik pascaganglionik parasimpatis dikenal sebagai divisi kraniosakral
dengan organ efektor (organ sasaran). Secara umum, (craniosacral outflow) (Gambar 9-24).
serat saraf praganglionik SS simpatis merupakan serat Badan neuron praganglionik sistem saraf parasimpatis
saraf pendek tetapi serat saraf pascaganglioniknya (preganglionic parasympathetic neurons) terdapat
panjang. Sebaliknya serat saraf praganglionik sistem di otak yaitu pada inti/nukleus viseromotor empat saraf
saraf parasimpatis panjang sementara serat saraf pasca- kranial yang membawa komponen motorik viseral ialah
ganglioniknya pendek. N. III, VII, IX dan X.
Akson praganglionik SS parasimpatis dari saraf
Sistem Saraf Simpatis (SS simpatis) kranial III, VII dan IX bersinaps dengan ganglia
terminal SS parasimpatis yang terletak diluar otak.
Akson sarafsaraf ini berjalan bersama saraf kranial V
Efek sistem saraf simpatis adalah mempersiapkan
rnenuju ke organ efektor termasuk kelenjar liur dan
tubuh untuk "flight or fight."
kelenjar mukosa. Sementara serat saraf parasirnpatis-
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 209

Bab 9 䡲 Jaringan Saraf ■ ■ ■ 209

Divisi simpatetik Divisi parasimpatetik


Kelenjar lakrimalis Badan siliar
(air mata) Ganglion siliar
Kelenjar parotis
Ganglion pterigopalatinum
Kelenjar sublingualis
Ganglion otikum
Kelenjar
submandibularis Ganglion submandibularis

Laring

Trakea

Paru N III
N VII

Ganglion Jantung N IX
servikalis
NX
1 1
2 2
3 3
Servikal 4
Hati
4 Servikal
5 5
6 6
7 7
8 8
1 Pankreas 1
2 2
3 3
4 4
5 Ganglion 5
6 seliakum Lambung 6
Torakal Torokal
7 7

8 8

9
Usus 9
besar
10 10
kelenjar dan kecil
11 adrenal 11
12 12
1 1
Kolon dan
2 2
Lumbal rektum
3 3 Lumbal
4 4
5 Ginjal 5
1 1

2 2
Sakral Kandung kemih
3 3 Sakral
dan genitalia
4 4
5 5
Saraf pelvis
C Ganglion C
mesenterik
superior
Serat kolinergik praganglionik
Ganglion
mesenterik Serat kolinergik pascaganglionik
inferior
Serat adrenergik pascaganglionik

Gambar 9-24 Sistem persarafan otonom. Kiri, divisi simpatetik. Kanan , divisi parasimpatetik.
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 210

210 䡲 䡲 䡲 Bab 9 䡲 Jaringan Saraf

pascaganglionik dari saraf kranial III mempersarafi otot Secara definisi badan sel saraf ganglia otonom dinyatakan
siliaris dan otot sfingter pupil mata. berfungsi motorik, karena menyebabkan kontraksi otot polos
Akson pra-ganglionik sistem saraf parasimpatis dari dan otot jantung serta sekresi kelenjar. Pada sistem simpatis,
saraf kranial X (N. X) berjalan ke organ-organ dalam serat simpatis pra-ganglionik bersinaps pada badan sel saraf
rongga dada dan abdomen dan bersinaps pada ganglia simpatis pascaganglionik dalam ganglia simpatis yang terletak
terminal. di rantai ganglia simpatikus yang terletak dekat medula
Akson pascaganglionik saraf parasimpatis bersinaps spinalis atau pada ganglia kolateral yang terletak sepanjang
pada kelenjar, otot polos, dan otot jantung. aorta abdominalis di rongga abdomen. Serat saraf simpatikus
Badan sel saraf parasimpatis praganglionik yang terletak pascaganglionik yang berasal dari ganglia ini kemudian akan
pada segmen lateral kornu ventral/anterior medula spinalis. didistribusikan (sebagian besar melalui saraf tepi menuju
Aksonnya keluar dari medula spinalis melalui radiks organ efektor yang clipersarafinya.
anterior/ventral bersama saraf sakral. Akson ini kemudian Pada sistem parasimpatikus, serat parasimpatikus
berjalan menu juke ganglia terminal (pleksus Meissner praganglionik berasal dari salah satu di antara dua tempat
dan Aeurbach) yang terdapat pada dinding saluran cerna yaitu dari saraf kranial atau segrnen tertentu medula spinalis
bawah dan bersinaps dengan badan sel saraf bagian sakral. Serat saraf ini bersinaps dengan badan sel
pascaganglionik sistem saraf parasimpatis. pascaganglionik (Gambar 9-25) yang terletak pada ganglia
Akson sel saraf pascaganglionik bersinaps dengan organ terminal. Serat saraf parasirnpatikus praganglionik yang
efektor pada dinding abdomen bagian bawah dan pelvis. berasal dari nukleus (istilah untuk kumpulan badan sel saraf
yang terdapat pada SSP) saraf kranial bersinaps dengan salah
satu dari empat ganglia terminal yang terletak di kepala
GANGLIA (kecuali N. X). Ganglia terminal berhubungan dengan
sarafkranial ke-X dan untuk serat saraf praganglionik yang
Ganglia merupakan kumpulan badan neuron yang muncul dari segmen sakral medula spinalis terletak pada
terletak di luar SSP. Ada dua tipe ganglia yaitu senso1ik dinding organ-organ viseral.
dan otonomik. Serat saraf parasirnpatis pascaganglionik yang berasal
dari ganglia terminal di dalarn kepala, keluar dari ganglia
dan biasanya bergabung dengan saraf trigeminus (N.V)
Ganglia Sensorik yang akan menuju ke organ-organ efektor. Serat saraf
parasimpatikus pascaganglionik yang berasal dari ganglia
Ganglia sensorik merupakan tempat badan-badan yang terletak di dinding organ visera melintas secara
neuron sensorik. langsung menuju ke organ efektor yang terletak di dalam
organ-organ visera.
Ganglia sensorik berhubungan dengan saraf kranial V, VII,
IX dan X dan dengan setiap saraf spinal yang berasal dari SISTEM SARAF PUSAT (SSP)
medula spinalis. Ganglia sensorik saraf kranial muncul
sebagai sebuah simpulan serat saraf baik di dalarn tulang
tengkorak maupun pada tempat keluarnya. Ganglia SSP terdiri atas otak dan medula spinalis yang masing-
biasanya dikenali dengan nama yang spesifik sesuai dengan masing dibentuk oleh substansia alba (white matter) dan
sarafnya. Ganglia sensorik saraf spinal juga dikenal sebagai substansia grisea (grey matter) tanpa unsur-unsur jaringan
ganglia radiks dorsal. Sel saraf yang terdapat di dalam ikat di antaranya. Karenanya SSP mempunyai konsistensi
ganglia sensorik merupakan sel saraf tipe unipolar seperti gel yang agak padat.
Substansia alba merupakan struktur yang sebagian besar
(pseudounipolar) yang dikelilingi oleh sel-sel kapsul mengandung serat saraf bermielin. Di samping itu juga
(capsule cells) berbentuk kuboid. Sel-sel kapsul ini terdapat serat saraf tak bermielin dan sel-sel neuroglia.
dikelilingi oleh jaringan ikat yang dibentuk oleh sel-sel Warna putih pada struktur ini disebabkan oleh banyaknya
satelit dan kolagen. Endoneurium dari setiap akson selubung mielin yang rnengelilingi akson.
melanjutkan diri menjadi jaringan ikat di sekeliling ganglia. Substansia grisea terdiri atas kumpulan badanbadansel
Ujung prosesus perifer neuron mempunyai reseptor khusus saraf, dendrit, dan akson-akson yang tak bermielin.
untuk menerima berbagai stimulus baik dari lingkungan Ketiadaan selubung mielin ini menyebabkan jaringan ini
dalam maupun dari lingkungan luar. Prosesus yang tampak bewarna grisea dalam kondisi segar.
mengarah ke pusat melintas dari ganglia menuju otak di Akson, dendrit dan prosesus sel-sel neuroglia membentuk
dalam saraf-saraf kranial, atau menuju ke medula spinalis di suatu jaringan saraf seperti jala-jala yang dikenal sebagai
dalam saraf-saraf spinal untuk bersinaps dengan neuron lain neuropil (Gambar 9-26). Pada daerah tertentu di substansia
yang merupakan ternpat terakhir untuk pemrosesan impuls. alba terdapat kelompokan badanbadan sel saraf yang dikenal
sebagai nukleus (jamak: nuklei) sedangkan kumpulan
Ganglia Otonom badan-badan sel saraf pada sistem saraf tepi dikenal sebagai
ganglion (jarnak: ganglia).
Substansia grisea terletak pada bagian tepi (korteks/cortex)
Ganglia otonom merupakan tempat badan-badan se
serebri (otak besar) dan serebelum (otak kecil) serta bagian
saraf otonom pascaganglion.
dalam ganglia basalis. Sebaliknya di medula spinalis substansia-
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 211

Bab 9 䡲 Jaringan Saraf ■ ■ ■ 211

Gambar 9-25 Mikrograf elektron


ganglion siliaris. At, akson terminal;
Ax, akson; Den, dendrit; GIPr,
reseptor peptida inhibitori lambung;
LF, granula lipofusin; Nu, nukleus;
rER, retikulum endoplasma kasar; Sat,
sel satelit. (Dari May PJ, Warren S:
Ultrastructure of the macaque ciliary
ganglion . J Neurocytol 22: 1073-1095,
1993.)

alba terletak di bagian tepi dan substansia grisea terletak Dura Mater
dibagian tengah yaitu pada daerah berbentuk huruf H.
Daerah atas buruf H dikenal sebagai kornu dorsal (dorsal Dura mater merupakan lapis terluar dari meninges.
horns) medula spinalis yang menerima irnpuls sensoris
dari akson yang badan selnya terletak di dalam ganglion Dura mater merupakan pembungkus otak dan medula
radiks dorsal (dorsal root ganglion). Badan sel interneuron spinalis yang dibentuk oleh jaringan ikat kolagen padat.
(intemuncial neurons atau intercalated neurons) juga Dura mater terdiri atas dua lapisan yang melekat erat
terdapat pada kornu dorsal. Badan sel ini yang rnernbentuk setelah dewasa. Lapis terluar adalah dura mater
jala-jala kornunikasi yang mengintegrasikan neuron periosteal yang dibentuk oleh sel-sel osteoprogenitor,
moto1ik dan sensoris. Bagian bawah huruf H ini dikenal fibroblas, dan berkas serat kolagen yang melekat ke
sebagai kornu ventral (ventral horns) medula spinalis. Sel permukaan dalam tulang tengkorak kecuali pada sutura
saraf yang terdapat di kornu ventral merupakan sel saraf dan dasar tengkorak. Pada sutura dan dasar tengkorak
tipe multipolar besar yang aksonnya keluar dari medula kedua lapis dura mater tersebut menyatu dengan kuat.
spinalis melalui radiks ventral Periosteal dura sebenarnya merupakan lapis dalam
periosteum tulang tengkorak dan mempunyai
Meninges vaskularisasi yang baik.
Lapis dalam dura mater adalah dura mater
meningeal, yang disusun oleh fibroblas dengan
Ada tiga lapis jaringan ikat yang membungkus otak dan sitoplasma yang terpulas gelap, prosesus, inti ovoid, dan
medula spinalis yang dikenal sebagai meninges. Lapis lapis-lapis serat kolagen seperti kertas. Lapis ini juga
terluar jaringan ikat pembungkus otak dikenal sebagai mengandung sejumlah pembuluh darah kecil.
dura mater, lapis tengahnya araknoid dan lapis Lapisan sel yang terletak di sebelah dalam dura
terdalam adalah pia mater (Gambar 9-27). mater meningeal dikenal sebagai lapisan sel batas-
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 212

212 䡲 䡲 䡲 Bab 9 䡲 Jaringan Saraf

Gambar 9-26 Mikrograf elektron sinaps aksodendritik (panah). (Dari Jennes L, Traurig HH, Conn PM: Atlas of the Human
Brain.Philadelphia, Lippincott-Raven, 1995.)

Kulit kepala

Tengkorak

Dura mater

Ruang
subsural

Membran
arak noid

Vena

Arteri

Ruang
subarak noid
Pia mater
Gambar 9-27 Tengkorak dan
Otak lapisan meningen pembungkus otak.
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 213

Bab 9 䡲 Jaringan Saraf ■ ■ ■ 213

(border cell layer) yang dibentuk oleh sel-sel fibroblas pipih Pia Mater
dengan prosesus yang panjang dan kadang-kadang melekat satu
sama lain dengan adanya desmosom dan gap junction. Serat Pia mater merupakan lapisan terdalam meninges yang
kolagen tidak ditemukan pada lapis ini. Sebagai pengganti kaya akan pembuluh darah dan berkontak langsung dengan otak.
terdapat matriks ekstraselular amorf, mengandung partikel
halus, yang diduga proteoglikan di sekeliling fibroblas, dan
meluas hingga daerah antara lapis sel-sel batas dan minengeal Pia mater merupakan lapisan meninges terdalam dan
dura. berhubungan dengan jaringan otak sesuai dengan konturnya.
Dura mater spinal tidak melekat ke dinding Pia mater tidak langsung berhubungan dengan jaringan saraf
kanalis vertebralis. Sebaliknya lapis ini membentuk karena di antaranya terdapat lapisan prosesus neuroglia tipis.
tabung yang kontinu dari foramen magnum hingga segmen Pia mater disusun oleh selapis tipis sel-sel fibroblas yang
kedua sakrum dan ditembus oleh saraf-saraf spinal. mengalami modifikasi. Pembuluh darah yang banyak
Ruang epidural merupakan ruang antara dura mater dan terdapat di lapisan ini dikelilingi oleh sel-sel pia. Di samping
dinding tulang kanalis vertebralis yang terisi lemak epidura dan itu juga terdapat makrofag, sel mast, dan limfosit. Serat
pleksus vena. kolagen dan elastin halus terletak di antara pia mater dengan
jaringan saraf.
Araknoid

Araknoid merupakan lapis tengah meninges. KORELASI KUNIS


Meningioma merupakan tumor meninges yang
Araknoid merupakan lapisan yang tidak mengandung pembuluh tumbuh lambat, biasanya jinak dan dapat menekan
darah (avaskular). Lapisan ini mengandung fibroblas, serat
jaringan otak yang akan meningkatkan tekanan
kolagen dan beberapa serat elastin. Fibroblas membentuk
intrakranial. Meningitis merupakan proses
juluran dan desmosom dengan fibroblas lainnya. Araknoid
peradangan selaput otak (meninges) yang disebabkan
terdiri atas dua lapisan. Lapis pertama adalah membran datar
oleh infeksi bakteri atau virus di dalam likuor
seperti lembaran yang berhubungan dengan dura mater. Lapisan
serebrospinal.
kedua lebih ke dalam, merupakan lapisan seperti jaring-jaring Meningitis viral menimbulkan gangguan yang
halus yang tersusun dari sel-sel trabekula araknoid tidak seberat meningitis bakterial. Bila tidak diobati
(modifikasi fibroblas) yang tersusun secara longgar, bersama meningitis bakterial dapat menimbulkan kerusakan
sejumlah kecil serat kolagen membentuk trabekula yang otak, hilangnya pendengaran, gangguan belajar dan
berkontak dengan lapisan piamater di bawahnya. Trabekula kematian. Baru-baru ini di Amerika Serikat semua
araknoid ini merentang melintasi ruang subaraknoid yaitu anak-anak berusia 4 tahun atau lebih muda harus
ruang yang terletak antara bagian araknoid yang berbentuk divaksinasi sebagai bentuk pencegahan terhadap
lembaran dan pia mater. Sel-sel trabekular araknoid mempunyai
penyakit ini. Gejala-gejala utama meningitis bakterial
prosesus yang panjang yang melekatkan sel-sel tersebut satu
meliputi demam, sakit kepala, kaku kuduk dan
sama lain melalui desmosom. Sel-sel tersebut saling
penurunan kesadaran. Diagnosis penyakit ini
berkomunikasi satu sama lain melalui neksus.
didasarkan pada kultur cairan otak untuk menentukan
Permukaan antara dura mater dengan araknoid dibatasi
jenis bakteri yang terlibat yang diikuti oleh
oleh ruang subdura. Ruang ini merupakan "ruang
potensial" karena ruang tersebut hanya muncul ketika terjadi pengobatan dengan menggunakan antibiotik yang
kecelakaan yang mengakibatkan terjadinya perdarahan spesifik. Meningitis bakterial dapat ditularkan melalui
subdura. Pada kondisi ini terjadi pengumpulan darah di lendir saluran pernafasan dan tenggorok (misalnya
antara kedua lapisan tersebut. batuk, ciuman).
Pembuluh-pembuluh darah dari dura mater menembus
araknoid menuju pia mater. Akan tetapi pembuluh pembuluh ini
terisolasi dari araknoid dan ruang subaraknoid oleh sel-sel Pia mater dipisahkan dari jaringan saraf dibawahnya oleh
fibroblas. Di daerah tertentu araknoid menembus dura mater sel-sel neuroglia. Pembuluh darah yang menembus jaringan
membentuk vili araknoid yang menonjol ke dalam sinus saraf akan diliputi oleh pia mater hingga sampai kapiler
venosus dura. Struktur araknoid yang khas ini berfungsi pada kontinu yang khas terdapat di dalam SSP. Kaki
transportasi cairan serebrospinal/likuor serebrospinal dari ruang perivaskular astrosit (end-feet of astrocytes) akan
subaraknoid menuju ke sistem vena. Pada masa kehidupan melingkupi kapiler darah di dalam jaringan saraf.
selanjutnya vili araknoid ini akan melebar dan menjadi tempat
penumpukan kalsium. Sawar Darah-Otak
Permukaan antara araknoid dengan pia mater sulit
dibedakan; karena itu kedua lapisan tersebut sering disebut
sebagai pia-araknoid yang kedua permukaannya ditutupi oleh Sel-sel endotel pada kapiler darah otak mencegah perlintasan
selapis sel-sel gepeng tipis yang dibentuk oleh sel-sel fibroblas bebas substansi selektif yang terdapat di dalamnya untuk
yang mengalami modifikasi. masuk ke dalam jaringan saraf.
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 214

214 䡲 䡲 䡲 Bab 9 䡲 Jaringan Saraf

Sawar darah otak merupakan sawar selektif yang Pleksus Koroideus


terletak antara substansi-substansi spesifik di dalam
pembuluh darah dengan jaringan saraf SSP. Sawar ini
Pleksus koroideus yang dibentuk oleh lipatan-lipatan pia
dibentuk oleh sel-sel endotel yang melapisi kapiler
mater di dalam ventrikel otak menghasilkan likuor
kontinu yang masuk ke dalam SSP. Sel endotel ini
serebrospinal.
membentuk fasia okluden dengan sel endotel lainnya
untuk mencegah aliran material melintasi celah antara
kedua endotel. Sebagai tambahan sel-sel endotel ini Lipatan-lipatan pia mater mengandung banyak
mempunyai beberapa vesikel pinositosis dan kapilerkapiler darah tipe fenestra. Lipatan ini dilapisi
pergerakan vesikel ini dibatasi oleh adanya transpor oleh epitel selapis kuboid (ependirn). Lipatan ini meluas
yang dimediasi reseptor. ke dalam ventrikel III, IV, dan lateral, membentuk
Makromolekul yang disuntikkan ke dalam pembuluh pleksus koroideus (Gambar 9-28). Pleksus koroideus
darah tidak dapat memasuki ruang interselular SSP. ini menghasilkan cairan serebrospinal yang mengisi
Sebaliknya makrornolekul yang disuntikkan ke dalam ruang-ruang ventrikel otak dan kanalis sentralis medula
ruang interselular SSP tidak dapat rnemasuki lumen spinalis. Cairan likuor serebrospinal (CSF)
kapiler darah. Namun substansi-substansi tertentu membasahi SSP ketika bersirkulasi melalui ruang
seperti oksigen, air, dan karbondioksida serta material subaraknoid. Walaupun lebih dari separuh CSF
kecil lainnya yang larut dalam lipid terrnasuk beberapa dihasilkan oleh pleksus koroideus tetapi ada dugaan
obat, dapat menembus sawar darah otak dengan rnudah. bahwa parenkim pada beberapa tempat di otak juga
Molekul seperti glukosa, asam amino, vitamin tertentu, dapat menghasilkan sedikit CSF yang berdifusi
dan nukleosida dapat melintasi sawar darah otak dengan melintasi ependim untuk masuk ke dalam ventrikel.
diperantarai oleh protein pembawa yang spesifik.
Selain itu rnolekul-molekul tersebut juga dapat melintasi
sawar darah otak dengan cara difusi yang difasilitasi. Cairan Serebrospinal (CSF)
Ion-ion juga melintas sawar darah otak melalui kanal
ion dengan cara transpor aktif. Energi yangdibutuhkan Cairan serebrospinal membasahi, memberikan nutrisi, dan
untuk aktivitas ini diperoleh dari adanya mitokondria melindungi otak dan medula spinalis.
dalam jumlah banyak di dalam sitoplasma sel endotel.
Kapiler-kapiler yang terdapat pada SSP disokong CSF dihasilkan oleh pleksus koroideus dengan kecepatan
oleh lamina basalis yang dikelilingi oleh kaki 14-36 mL/jam, menggantikan seluruh cairan CSF 4-5 kali
perivaskular (endfeet) dari ban yak astrosit yang secara sehari. CSF bersirkulasi melintasi ruangruang ventrikel
kolektif membentuk perivascular glia limitans. Ada otak, ruang subaraknoid, ruang perivaskular, dan kanalis
keyakinan bahwa astrosit ini membantu meneruskan sentralis medula spinalis. CSF rendah protein tetapi kaya-
metabolit dari pembuluh darah ke neuron-neuron.
Sebagai tambahan, astrosit menghilangkan kelebihan
ion kalium dan neurotransmiter dari lingkungan sel
saraf sehingga mempertahankan keseimbangan
neurokimiawi lingkungan ekstra-selular SSP. Ce

KORELASI KUNIS
Karena sawar darah otak sangat selektif, C
antibiotik, beberapa obat, dan neurotransmiter
(misalnya dopamin) tidak dapat melintasinya.
Perfusi larutan hipertonik seperti manitol dapat
membuka sementara taut kedap (tight junctions)
endotel kapiler untuk pemberian obat tertentu.
Selain itu obat-obat juga dapat diikatkan pada
antibodi yang dikembangkan untuk berikatan
dengan reseptor transferin pada endotel kapiler
sehingga memungkinkan obat tersebut melintasi
sawar darah otak masuk ke SSP.
Pada beberapa penyakit SSP (misalnya stroke,
infeksi, dan tumor) integritas sawar darah otak
terganggu sehingga terjadi akumulasi toksin dan
metabolit di lingkungan ekstraselular.
Gambar 9-28 Mikrograf cahaya pleksus koroideus.
Perhatikan kapiler (C) dan epitel kuboid selapis pleksus koroideus
(Ce).
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 215

Bab 9 䡲 Jaringan Saraf ■ ■ ■ 215

ion natrium, kalium, dan klorida. CSF berwama jemih dan


mempunyai densitas yang rendah. CSF terdiri atas 90% air TABEL 9-3 Perbandingan Serum dengan
dan ion-ion serta sedikit sel yang mengalami deskuamasi Likuor Serebrospinal (CSF)
terkadang limfosit.
subaraknoid. Selain itu CSF juga berfungsi sebagai Penyusun Serum CSF
bantalan pelindung SSP. CSF dapat berdifusi melintasi sel-sel
vili araknoid untuk diekskresikan keluar dari ruang Sel darah putih (sel/mL) 0 0-5
subaraknoid menuju ke sinus venosus sagitalis superior untuk Protein (g/L) 60-80 tidak ada
selanjutnya dikeluarkan ke dalam aliran darah.
Glukosa (mMol/L) 4.0-5.5 2.1-4.0

Na+ (mMol/L) 135-150 135-150


KORELASI KUNIS K+ (mMol/L) 4.0-5.1 2.8-3.2
Karena CSF secara konstan diproduksi oleh pleksus
koroideus maka setiap gangguan dalam penyerapan Cl− (mMol/L) 100-105 115-130
cairan CSF tersebut oleh villi araknoid atau sumbatan
Ca2+ (mMol/L) 2.1-2.5 1.0-1.4
dalam ventrikel otak akan mengakibatkan terjadinya
pembengkakan jaringan saraf. Kondisi ini dikenal Mg2+ (mMol/L) 0.7-1.0 0.8-1.3
sebagai hidrosefalus yang dapat menyebabkan
terjadinya pembesaran kepala fetus dan neonatus, pH 7.4 7.3
gangguan mental dan fungsi otot serta kematian bila
tidak diobati.
2 Lapisan granular luar yang mengandung banyak
sel-sel granular/stelata dan sel-sel neuroglia.
Kestabilan kimiawi CSF dipertahankan oleh sawar darah 3 Lapisan piramidal luar yang mengandung sel-sel
likuor serebrospinal yang dibentuk oleh zonula okluden neuroglia dan sel-sel piramid berukuran besar yang
yang terdapat di antara sel-sel epitel selapis kuboid. Taut makin ke dalam makin bertambah besar.
kedap akan menghambat pergerakan substansi kimiawi di 4 Lapisan granular dalam merupakan lapisan tipis
antara sel-sel dan memaksa substansi tersebut menggunakan yang ditandai oleh adanya sel-sel granular/stelata
jalur transselular. Dengan demikian produksi CSF berukuran kecil, sel-sel piramid (pyramidal cells) dan
tergantung pada transpor aktif dan yang difasilitasi untuk neuroglia. Lapisan ini mempunyai populasi sel terbanyak
melintasi epitel kuboid selapis; sehingga mengakibatkan di korteks serebri.
perbedaan komposisi kimiawi antara CSF dan plasma (Tabel 5 Lapisan piramidal dalam mengandung sel-sel
9-3). piramid berukuran terbesar dan neuroglia. Lapisan ini
merupakan lapisan dengan populasi sel terendah
Korteks Serebri di korteks serebri.
6 Lapisan multiform disusun oleh sel-sel dengan
berbagai macam bentuk (sel-sel Martinotti), and
Korteks serebri merupakan jaringan yang bertanggung jawab neuroglia.
untuk fungsi pembelajaran, memori, integrasi sensoris, analisis
informasi, dan permulaan respons motorik).
Korteks Serebeli
Substansia grisea pada bagian tepi hemisfer serebri berlipat Korteks serebeli (cerebellar cortex) merupakan jaringan yang
lipat sehingga membentuk banyak tonjolan yang dikenal bertanggung jawab untuk keseimbangan, orientasi dan
sebagai girus (jamak: girl) dan ceruk yang dikenal sebagai pengaturan posisi tubuh, tonus, dan koordinasi otot.
sulkus (jamak: sulki). Bagian otak ini bertanggungjawab
untuk fungsi pembelajaran, memori, analisis informasi, Lapisan substansia grisea terletak pada bagian tepi
stimulasi respons motorik, clan integrasi sinyal sensorik. serebelum yang dikenal sebagai korteks serebelum
Korteks serebri dibagi menjadi 6 lapisan yang masing
(Gambar 9-29). Bagian otak kecil ini bertanggung jawab
masing dibentuk oleh sel-sel saraf yang berbentuk unik.
untuk fungsi keseimbangan, orientasi dan pengaturan posisi
Lapisan paling luar terletak tepat di bawah pia mater.
tubuh, tonus otot, dan koordinasi otot skelet. Secara
Lapisan terdalam (lapisan keenam) korteks serebri
histologi korteks serebelum dibagi menjadi 3 lapisan yaitu:
berbatasan dengan substansia alba otak besar. Keenam 1 Lapisan molekular terletak tepat di bawah pia
lapisan tersebut beserta komponen penyusunnya adalah mater dan mengandung sel-sel stelata yang terletak
sebagai berikut: superfisial, dendrit sel Purkinje, sel basket, dan akson
1 Lapisan molekular yang disusun umumnya oleh ujung tak bermielin dari lapis granular.
terminal saraf yang berasal dari daerah otak lainnya, sel- 2 Lapisan sel Purkinje mengandung sel-sel purkinje
sel horisontal dan neuroglia. Purkinje berbentuk gelas piala besar yang hanya terdapat-
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 216

216 䡲 䡲 䡲 Bab 9 䡲 Jaringan Saraf

PM PC

D
ML

PC

Gambar 9-30 Pembesaran kuat mikkrograf cahaya lapisan granular


serebelum menggambarkan sel Purkinje (x540). Sel Purkinje yang
multipolar (PC) memperlihatkan inti (N) dan percabangan dendrit (D).

REGENERASI SARAF

Berbeda dengan sel glia, sel saraf tidak dapat berprfoliferasi tetapi
GL dapat meregenerasi aksonnya yang terletak pada sistem saraf tepi
(SST).

Ketika suatu trauma merusak neuron, neuron yang rusak ini tidak
bisa digantikan karena sel saraf tidak mempunyai
kemampuan untuk berproliferasi (walaupun beberapa peneliti
menduga kemungkinan beberapa jenis sel saraf di SSP masih
dapat berproroliferasi), karenanya kerusakan pada SSP
bersifat permanen. Akan tetapi jika suatu serat saraf tepi
mengalami cedera atau terputus, sel saraf berusaha untuk
Gambar 9-29 Mikrograf cahaya serebelum memperlihatkan lapisan- mereparasi dan meregenerasi bagian yang rusak dan merestorasi
lapisannya: pia mater (PM), lapisan molekular (ML), dan granular
(CL) (xl32). Perhatikan terutama sel Purkinje yang menonjol PC). fungsinya dengan cara menstimulasi terjadinya suatu rangkaian
proses untuk perbaikan struktur dan metabolisme bagian saraf
yang rusak yang dikenal sebagai reaksi akson.
di serebelum (Gambar 9-30; Gambar 9-4 dan Gambar
9-29). Cabang-cabang dendrit diproyeksikan ke dalam
lapisan molekular dan akson bermielin diproyeksikan Reaksi Akson
ke dalam substansia alba. Setiap sel Purkinje Berdasarkan lokasinya, reaksi yang terjadi pada sel saraf yang
menerima ratusan ribu sinaps-sinaps eksitasi dan mengalami trauma dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu: (1)
inhibisi yang harus diintegrasikan satu sama lain untuk Pada lokasi terjadinya kerusakan, perubahan lokal; (2) pada
mernbentuk respons yang sesuai. Sel Purkinje bagian distal terjadinya kerusakan, perubahan anterograd;dan
merupakan satu-satunya sel pada korteks serebelurn (3) pada bagian proksimal terjadinya kerusakan, perubahan
yang mengirim informasi ke luar dan informasi ini retrograd. Beberapa perubahan yang terjadi dapat berlangsung
biasanya merupakan impuls inhibisi yang secara simultan. Uraian mengenai regenerasi sel saraf yang
menggunakan GABA sebagai neurotransmiter. mengalami trauma adalah sebagai berikut (Gambar 9-31).
3 Lapisan granular merupakan lapisan terdalam
korteks serebelum yang terdiri atas sel-sel granular Reaksi lokal
kecil dan glomerulus (cerebellar islands).
Glomeruli adalah daerah pada korteks serebelum
tempat terjadinya sinaps antara akson yang masuk ke Reaksi lokal terhadap cedera meliputi perbaikan dan
dalam serebelum dan sel granular. pembersihan debris oleh sel-sel glia.
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 217

Bab 9 䡲 Jaringan Saraf ■ ■ ■ 217

A Neuron normal Otot


Cedera normal

B Dua pekan pasca-cedera

Badan Nissl berkurang Serat dan selubung


mielin yang rusak

Makrofag
Inti menepi
C Tiga pekan pasca-cedera
Otot atrofi
Sel schwann
berproliferasi

Akson menembus
sel Sechwann

D Tiga bulan pasca-cedera


Regeneras·
Regenerasi saraf otot
berhasil

Regenerasi saraf tidak berhasil


E Beberapa bulan pasca cedera
Pertumbuhan akson Atrofil otot
Gambar 9-31 Diagram skematik tidah berarah
regenerasi saraf. (A), Neuron normal.
Tampilan 2 pekan (B), 3 pekan (C), dan
3 bulan (D) pasca cedera. Tampilan
neuron beberapa bulan pasca-cedera
dengan regenerasi yang gagal Genjel sel
diperlihatkan pada E. Schwann

Pada reaksi lokal kedua ujung akson yang mengalami Reaksi Anterograd
trauma akan mengalami retraksi dan saling menjauh.
Selubung jaringan ikat yang akan rnenutupi kedua ujung
Pada reaksi anterograd akson yang terdapat di bagian
yang mengalami cedera akan berfusi untuk menutupi
distal daerah yang mengalami cedera akan mengalami
ujung akson yang terbuka dan mencegah hilangnya
proses degenerasi dan difagositosis.
sitoplasma akson (aksoplasma). Makrofag dan fibroblas
menginfiltrasi daerah yang rusak, menyekresikan sitokin
dan faktor tumbuh (growth factor) dan rneningkatkan Akson mengalami reaksi anterograd sebagai berikut:
regulasi ekspresi reseptornya. Makrofag akan 1 Terminal akson menjadi hipertrofi dan berdegenerasi
memfagositosis bagian akson yang rusak dan debris dalam waktu seminggu, sehingga kontak dengan
lainnya. membran pascasinaps akan berakhir. Sel Schwann-
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 218

218 䡲 䡲 䡲 Bab 9 䡲 Jaringan Saraf

kemudian akan berproliferasi, memfagosit puingpuing yang dipersarafinya sering kali juga atrofi dan
akson terminal yang hancur, dan sel Schwann yang baru berdegenerasi. Peristiwa ini dikenal sebagai degenerasi
akan menempati ruang sinaps. transneuronal.
2 Bagian distal akson mengalami degenerasi Walleri (or
thograde degeneration) yaitu akson dan selubung
mielin di bagian distal lesi akan mengalami disintegrasi. Regenerasi pada Sistem Saraf Pusat
Sel Schwann berhenti berdife-rensiasi sehingga sintesis
mielin terhenti. Selain itu, makrofag dan sampai batas Regenerasi pada SSP berbeda dengan regenerasi pada
tertentu, sel Schwann akan memakan sisa jaringan yang SST karena selubung jaringan ikat tidak terdapat di SSP.
hancur. Sel saraf yang cedera pada SSP akan difagositosis oleh
3 Sel Schwann akan berproliferasi, membentuk kolom makrofag khusus yang dikenal sebagai mikroglia, dan
terdiri atas sel Schwann (tabung Schwann) yang
dibungkus oleh lamina basalis endonemiurn. ruang yang terbentuk akibat proses fagositosis akan
diduduki oleh proliferasi sel-sel glia yang membentuk
suatu jaringan yang dikenal sebagai parut glia. Parut
Reaksi Retrograd dan Regenerasi glia ini akan menghambat proses perbaikan pada SSP.
Jadi secara umum kerusakan saraf pada SSP bersifat
Pada reaksi retrograd dan proses regenerasi, bagian ireversibel.
proksimal akson yang cedera mengalami degenerasi yang Walaupun sel saraf tidak dapat membelah diri, ada
diikuti oleh bertumbuhannya akson baru yang arah suatu keyakinan bahwa pada otak mamalia dan manusia
pertumbuhannya dipandu oleh set Schwann. dewasa terdapat sel punca. Sel ini bila diberi stimulus
yang sesuai dapat diaktifkan untuk menggantikan sel-sel
saraf yang rusak atau hilang. Beberapa sel ini
Akson yang terletak proksimal dari lokasi kerusakan
mempunyai kemampuan untuk membentuk sel glia
mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut:
sementara sel punca lainnya dapat berdiferensiasi
1 Perikarion neuron yang hancur mengalami hipertrofi,
menjadi sel saraf. Sel punca ini menunjukkan
badan Nisslnya akan tercerai berai dan inti sel akan
kemampuan yang tinggi untuk berdiferensiasi menjadi
bergeser dari tempatnya semula. Peristiwa ini disebut
sel jaringan tempat mereka diletakkan.
kromatolisis yang berlangsung selama beberapa Berkurangnya jumlah sel neuron yang mengalami
bulan. Sementara itu badan sel secara aktif mensintesis kerusakan atau kematian dalam waktu 1 jam setelah
ribosom bebas, protein dan berbagai molekul-molekul terjadinya cedera akan meningkatkan ketahanan neuron
berukuran besar (makromolekul) termasuk asam pada daerah lesi. Informasi ini sesuai dengan hasil-hasil
ribonukleat (RNA). Selama masa ini bagian proksimal penelitian terkini yang melibatkan faktor tumbuh
akson dan selubung mielin yang menyelubunginya penggunaan sel punca saraf embrionik, penurunan
akan berdegenerasi. faktor inhibitor, penggunaan graft akson secara langsung
2 Beberapa tunas akson muncul dari puntung akson proks- ke dalam substansia grisea medula spinalis. Hal ini
imal dan memasuki endoneurium dengan panduan dari mernberikan harapan di masa depan untuk terapi medula
sel Schwann untuk menuju ke sel targetnya. Agar proses spinalis.
regenerasi dapat terjadi dibutuhkan adanya sel Schwann,
makrofag dan fibroblas. Sel ini akan menghasilkan
sitokin, faktor penumbuh, serta peningkatan ekspresi Plastisitas Saraf
reseptor molekul sinyal.
3 Pertumbuhan tunas-tunas akson ke arah distal akan di- Plastisitas adalah peristiwa penghancuran sel-sel saraf
pandu oleh sel Schwann. Sel Schwann akan
berdiferensiasi kembali dan membentuk selubung mielin yang berlebihan yang tidak dapat membentuk hubungan
di sekitar akson yang sedang tumbuh atau membentuk atau koneksi dengan sel lain selama masa pertumbuhan.
selubung Schwann di sekitar akson tak bermielin. Akan tetapi pada mamalia dewasa setelah terjadi cedera
Tunas akson yang mencapai sel target pertama akan pada jaringan saraf, sirkuit saraf akan dibentuk kembali
membentuk sinaps, sementara tunastunas yang lain akan oleh akson yang tumbuh yang terletak jauh dari daerah
berdegenerasi. Proses regenerasi ini berlangsung lesi. Sirkuit saraf yang barn ini akan memperbaiki
dengan kecepatan 3-4 mm/hari. beberapa fungsi dari jaringan yang di sarafi oleh serat
saraf yang mengalami cedera. Proses regenerasi ini
dipengaruhi oleh faktor penumbuh yang dikenal sebagai
Degenerasi Transneuronal neurotrofin yang dihasilkan oleh sel saraf, sel glia, sel
Sel saraf mempunyai pengaruh trofik untuk Schwann, dan juga sel target. Plastisitas saraf pada
sel yang berkontak dengannya. Jika sel saraf mati, sel manusia dapat diobservasi pada pasien stroke, begitu
target juga pada penderita dengan cedera saraf lainnya.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 219

10 䡲 䡲 䡲

Darah dan Hemopoiesis

Darah ialah cairan kental berwarna merah terang hingga Jika disentrifugasi, akan tampak unsur berbentuk darah berupa
merah tua yang sedikit basa (pH, 7,4) dan merupakan 7% dari endapan merah di dasar tabung (44%), dilapisi oleh lapisan
berat badan total. Volume darah total pada orang dewasa rata- tipis tembus pandang yang disebut buffy coat (1%), dan cairan
rata ialah berjumlah 5 L, dan mengalir ke seluruh tubuh dalam plasma yang terletak di bagian paling atas sebagai supernatan
sistem pembuluh darah. Darah ialah jaringan ikat khusus yang (55%). Endapan merah yang disebut di atas terdiri dari sel
terdiri dari unsur-unsur berbentuk-sel darah merah darah merah, dan volume total sel darah merah disebut
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah- hematokrit; buffy coat terdiri dari sel darah putih dan keping
yang mengapung dalam komponen cair (matriks ekstraseluler), darah.
yang disebut plasma (Gambar 10-1 dan 10-2). Rentang hidup sel darah yang terbatas mengharuskan
Karena darah mengalir dalam tubuh, darah merupakan terjadinya pembaruan yang berkesinambungan untuk
wahana yang ideal untuk mengangkut zat. Fungsi utama darah mempertahankan jumlah yang tetap dalam sirkulasi. Proses
termasuk mengantarkan nutrien dari sistem pencernaan ke pembentukan sel darah dari prekursor sel darah yang tersedia
seluruh sel tubuh sesudah itu mengantarkan produk sisa sel disebut hemopoiesis (juga disebut sebagai hematopoiesis).
tersebut ke organ spesifik untuk dieliminasi. Berbagai
metabolit, produk sel (a.l. hormon, dan berbagai molekul
penanda), serta elektrolit juga diangkut dalam aliran darah DARAH
hingga tujuan akhirnya. Oksigen (O2) diangkut oleh
hemoglobin pada eritrosit dari paru untuk dihantarkan pada sel Darah terdiri dari komponen cair (plasma) dan komponen
organisme, begitu juga karbondioksida (CO2) diangkut oleh berbentuk yang terdiri dari berbagai tipe sel darah dan
hemoglobin dari komponen cairan plasma (sebagai ion keping darah.
bikarbonat, HCO3-, dan sebagai bentuk bebasnya) untuk
dieliminasi oleh paru.
Pemeriksaan sel darah yang bersirkulasi dengan menggunakan
Darah juga membantu mengatur suhu tubuh dan mikroskop cahaya dilakukan dengan mengoleskan setetes darah
mempertahankan keseimbangan asam-basa serta tekanan dengan rata pada kaca objek, dikeringkan dalam udara, lalu
osmotik cairan tubuh. Selain itu, darah juga merupakan jalur dipulas dengan campuran pewarna khusus untuk menunjukkan
migrasi bagi sel darah putih antar berbagai kompartemen
sifat tertentu sel-sel dalam darah. Metode yang digunakan saat
jaringan ikat dalam tubuh.
ini dikembangkan pada akhir abad ke-19 oleh Romanovsky,
Karena darah merupakan cairan, maka diperlukan adanya yang menggunakan campuran biru metilen (methylen blue) dan
sebuah mekanisme protektif, yaitu koagulasi, untuk eosin. Sebagian besar laboratorium saat ini menggunakan
menghentikan aliran darah jika terjadi kerusakan pada cabang modifikasi Wright atau Giemsa, dan berbagai jenis sel darah
pembuluh darah. Proses koagulasi ini diperantarai oleh keping dapat dikenali dari warna yang dihasilkan pemulasan ini. Biru
darah dan berbagai faktor dalam darah yang mengubah darah metilen menyebabkan komponen asam sel menjadi biru, dan
dari bentuk koloid menjadi gel. eosin menyebabkan komponen basa sel menjadi merah muda.
Jika darah dikeluarkan dari tubuh dan ditempatkan dalam Terdapat juga komponen-komponen lain yang akan berwarna
tabung uji, maka akan terjadi penggumpalan, kecuali jika biru kemerahan karena diikat oleh azur, yaitu zat yang
tabung tersebut dilapisi oleh zat anti-koagulan seperti heparin. terbentuk karena oksidasi biru metilen.

219
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 220

220 䡲 䡲 䡲 Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoiesis

ke dalam gumpalan. Cairan yang tersisa, yang tidak lagi


mengandung unsur-unsur ini, berbeda dengan plasma,
berwarna kuning muda, dan disebut serum.
Komponen utama plasma ialah air, yang mencakup sekitar
90% dari seluruh volumenya. Sisanya terdiri dari protein
(9%), dan garam-garam anorganik, zat nitrogenik, zat nutrisi,
dan berbagai gas (1%). Table 10-1 menunjukkan berbagai
jenis, asal usul, dan fungsi berbagai protein darah.
Komponen cair darah dapat keluar dari kapiler dan venula
kecil untuk memasuki ruang jaringan ikat sebagai cairan
ekstraseluler, yang memiliki komposisi elektrolit dan
molekul kecil yang serupa dengan plasma. Namun,
konsentrasi protein dalam cairan ekstraseluler jauh lebih
rendah dari plasma, karena protein (bahkan protein kecil
seperti albumin) sulit untuk melewati lapisan endotel kapiler.
Dengan demikian, albumin merupakan unsur utama dalam
tekanan osmotik koloid, yaitu sebuah gaya yang
mempertahankan volume darah dan cairan interstisial dalam
jumlah normal.

Unsur Berbentuk
Gambar 10-1 Mikrograf darah dalam sirkulasi (x270). Perhatikan eritrosit
yang melimpah serta tiga leukosit. Tampak juga banyak keping darah yang Sel darah merah, sel darah putih, dan keping
tampak seperti titik-titik keeil tersebar di antara eritrosit. darah merupakan unsur berbentuk dalam darah.

Eritrosit
Neutrofil Limfosit Eosinofil Monosit

Eritrosit (sel darah merah) merupakan sel darah yang


berukuran paling kecil dan berjumlah paling banyak, tidak
memiliki inti dan bertanggung jawab untuk transportasi
oksigen dan karbondioksida antar jaringan tubuh.

Eritrosit berbentuk lempengan bikonkaf berdiameter 7,5 µm,


dengan tebal 2,0 .µm di bagian paling luasnya, dengan tebal
kurang dan 1 µm pada bagian pusat (Gambar 10-3 dan 10-4).
Bentuk ini membuat luas permukaan yang lebih besar
dibandingkan dengan volumenya, sehingga meningkatkan
Eritrosit Keping darah/ Basofil kemampuannya untuk memfasilitasi pertukaran gas. Walau sel
(sel darah merah) Trombosit induk eritrosit di sumsum tulang memiliki inti, dalam
perkembangan dan pematangannya, sel induk eritrosit akan
mengeluarkan inti serta organel-organelnya sebelum
Gambar 10-2 Sel dan keping darah dalam darah bersirkulasi. memasuki sistem sirkulasi. Dengan demikian, eritrosit matang
tidak memiliki inti. Jika diwarnai dengan pulasan Giemsa atau
Plasma Wright, eritrosit akan berwarna merah muda salem.
Walau eritrosit tidak memiliki organel, mereka memiliki
enzim terlarut dalam sitosolnya. Dalam eritrosit, enzim
Plasma ialah cairan kekuningan yang di dalamnya
karbonat anhidrase memfasilitasi pembentukan asam
terdapat dan/atau terlarut sel, keping darah, zat
karbonat dari CO2 dan air. Asam ini terurai menjadi
organik, dan elektrolit.
bikarbonat (HCO3-) dan hidrogen (H+). Sebagian besar CO2
dihantarkan dalam bentuk bikarbonat menuju paru untuk
Pada proses penggumpalan, beberapa komponen organik dihembuskan. Kemampuan bikarbonat untuk melintasi
maupun anorganik meninggalkan plasma dan bergabung membran sel eritrosit dimungkinkan oleh protein
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 221

Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoiesis ■ ■ ■ 221

TABEL 10--1 Protein-protein Plasma

Protein UKURAN Asal Fungsi

Albumin 60,000-69,000 Da Hati Mempertahankan tekanan osmotik koloid dan


pengangkutan metabolit tertentu yang tidak larut

Globulin 80,000-1 × 106 Da Hati Pengangkutan ion logam,lipid terikat protein, dan vitamin
α- dan -β larut lemak

Globulin- γ sel plasma Antibodi pertahanan imun

Protein penggumpalan
(yaitu protrombin, fibrinogen, Beragam Hati Pembentukan benang-benang fibrin
globulin akselerator

Protein komplemen
Beragam Hati Penghancuran mikroorganisme dan pemicu inflamasi
(C1 hingga C9)

Lipoprotein plasma 100-500 µm Sel epitus usus Pengangkutan trigliserida ke hati


kilomikron
Lipoprotein kepadatan sangat
rendah (Very-low-density 25-70 nm Hati Pengangkutan trigliserida dari hati ke sel tubuh
lipoprotein (VLDL))
Lipoprotein kepadatan rendah 3 × 106 Da Hati pengangkutan kolesterol dari hati ke sel tubuh
low-density lipoprotein (LDL))

membran integral pita 3, yaitu sebuah pengangkat Hemoglobin


(transporter) anion gandeng yang menukar bikarbonat
intraseluler dengan klorida ekstraseluler; pertukaran ini disebut Hemoglobin ialah protein besar yang terdiri dari empat
dengan pertukaran klorida (chloride shift). Selain itu, rantai polipeptida, yang masing-masing memiliki ikatan
terdapat juga enzim yang terlibat dalam jalur glikolisis (jalur kovalen dengan sebuah kelompok hem.
Embden-Meyerhoff), serta enzim-enzim yang berperan
dalam jalur pintas pentosa monofosfat (jalur pintas heksosa
monofosfat) untuk menghasilkan molekul berenergi tinggi, Sel darah merah dipenuhi dengan hemoglobin, yaitu sebuah
yaitu reduced nicotinamide adenine dinucleotide phosphate protein tetramerik yang besar (65.000 Da) yang terdiri dari
(NADPH), sebuah agen pengurang pengurang (reducing agent). empat rantai polipeptida yang masing-masing memiliki ikatan
Jalur glikolisis tidak membutuhkan oksigen, dan merupakan kovalen dengan hem yang mengandung zat besi; molekul ini
metode utama bagi eritrosit untuk menghasilkan adenosine tri terikat dalam lekukan hidrofobik (kantong hem) pada rantai
phosphate (ATP) yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan globin yang melindungi zat besi agar tidak teroksidasi namun
energinya. masih dapat mengikat oksigen. Hemoglobinlah, yang
menyebabkan sel yang tidak dipulas akan berwarna kuning
Tubuh pria memiliki lebih banyak jumlah eritrosit per unit pucat. Bagian globin dari hemoglobin melepaskan CO2,
volume darah dibandingan tubuh wanita (5 x 106 per mm3), dan sedangkan di daerah yang tinggi kadar oksigennya, seperti
tubuh manusia pria maupun wanita yang tinggal di daerah diparu, O2 akan terikat pada zat besi pada tiap hem. Jika oksigen
pegunungan memiliki lebih banyak sel darah merah terikat pada hem, maka molekul hemoglobin berada dalam
dibandingkan dengan mereka yang tinggal di dataran rendah. keadaan istirahat (relaxed) [(R-) Hb], dan bagian globin molekul
Eritrosit manusia memiliki lama hidup 120 hari; ketika ia ini akan lebih bebas bergerak, dan O2 dapat lebih mudah
mencapai usia ini, di permukaan eritrosit akan tampak sebuah terlepas. Ketika O2 terlepas, tempatnya akan terisi dengan 2,3-
kelompok oligosakarida. Sel darah merah yang memiliki difosfogliserat dan hemoglobin akan menjadi
kelompok gula ini akan dihancurkan makrofag dalam limpa, deoksihemoglobin, atau hemolobin tegang (taut hemoglobin)
sumsum tulang, dan hati. [(T-) Hb]. Jumlah ikatan ion dan hidrogen antara rantai-rantai
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 222

222 䡲 䡲 䡲 Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoiesis

E E

E
E

Gambar 10-3 Mikrograf cahaya sel dan keping darah dalam darah yang
bersirkulasi (x1.325). Tiap mikrograf cahaya pada rangkaian ini menunjukkan
eritrosit (E), keping darah (panah), dan satu sel darah putih. A, Limfosit; B,
monosit; C, neutrofil; D, eosinofil; E, basofil.

globin pada (T-) Hb lebih besar daripada dalam (R-)Hb, dan karbaminohemoglobin (atau karbamilhemo-globin).
pergerakan rantai globin (T-) Hb lebih banyak daripada dalam Jaringan yang hipoksik melepaskan 2,3-difosfogliserida,
(R-)Hb. Namun, di tempat yang kadar oksigennya rendah, sebuah karbohidrat yang memfasilitasi lepasnya oksigen dari
seperti dalam jaringan, hemoglobin akan melepaskan O2 dan eritrosit. Hemoglobin juga mengikat nitrat oksida (NO), yaitu
mengikat CO2. Sifat ini yang menjadikan hemoglobin ideal sebuah meutransmiter yang menyebabkan pelebaran pembuluh
sebagai pengangkut gas pernafasan. Hemoglobin yang darah, sehingga sel darah merah dapat melepas lebih banyak
mengangkut O2 disebut oksihemoglobin, dan hemoglobin oksigen dan mengikat lebih karbondioksida dalam jaringan
yang mengangkut CO2 disebut tubuh.
Berdasarkan urutan asam aminonya, manusia
normal mempunyai
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 223

Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoiesis ■ ■ ■ 223

(HbA). Pada orang dewasa terdapat dua tipe hemoglobin


normal, yaitu HbAl(a2(β2) dan bentuk yang lebih langka, yaitu
HbA2 (a2o2). Pada orang dewasa, sekitar 96% hemoglobin
ialah HbA1, 2% ialah HbA2, dan 2% sisanya ialah HbF.

KORELASI KLINIS
Beberapa penyakit keturunan terjadi akibat
kelainan pada kode gen yang menghasilkan rantai
polipeptida hemoglobin. Penyakit yang disebut
talasemia dikenali dengan penurunan sintesis satu
atau lebih rantai hemoglobin. Pada talasemia
terjadi penurunan sintesis rantai β. Pada bentuk
homozigot penyakit ini, yang lebih banyak
ditemukan pada keturunan Mediterania, HbA tidak
ditemukan dan kadar HbF setelah lahir tetap tinggi.
Anemia sel sabit (sickle cell anemia) terjadi
akibat mutasi titik suatu lokus tunggal pada rantai
β (valin menggantikan glutamat dalam urutan ini),
sehingga terbentuk hemoglobin abnormal, yaitu
HbS. Jika tegangan oksigen berkurang (mis. pada
olahraga berat), HbS akan berubah bentuk,
sehingga bentuk eritrosit menjadi seperti bulan
Gambar 10-4 Mikrograf elektron pemindai yang menunjukkan bentuk sabit. Bentuk ini menyebabkan eritrosit berkurang
cakram bikonkaf sel darah merah yang bersirkulasi (x5.850). (Dari Leeson TS, kelenturannya, lebih rapuh, dan lebih mudah
Leeson CR, Paparo AA: Text/Atlas of Histology. Philadelphia, WB Saunders, mengalami hemolisis dibandingkan sel normal.
1988.)
Anemia sel sabit sering ditemukan pada ras kulit
hitam, terutama bagi mereka yang nenek
moyangnya tinggal di daerah Afrika di mana
malaria merupakan penyakit endemik. Di Amerika
KORELASI KLINIS Serikat, sekitar 1 dari 600 bayi kulit hitam baru
lahir mengalami kondisi ini.
Karbonmonoksida (CO) memiliki afinitas yang
jauh lebih tinggi daripada O2 terhadap bagian hem
hemoglobin, dan jika CO berikatan dengan zat Membran Sel Eritrosit
besi dalam hem, molekul hemoglobin akan
berubah menjadi (R-)Hb dan akan meningkatkan
afinitasnya terhadap oksigen sehingga tidak dapat Membran sel dan kerangka eritrosit di bawahnya
sangat lentur dan dapat menahan tekanan yang
dilepas ke jaringan, bahkan pada bagian-bagian
tinggi.
yang hipoksik. Orang yang terperangkap dalam
tempat dengan ventilasi buruk dan mesin
berbahan bakar bensin yang menyala, atau dalam Membran plasma sel darah merah, yaitu sebuah lapisan
sebuah gedung terbakar seringkali akan ganda lipid yang khas, terdiri dan sekitar 50% protein, 40%
mengalami keracunan CO. Jika korban yang lipid, dan 10% karbohidrat. Sebagian besar proteinnya ialah
mengalami ini berkulit putih, ia tidak akan tampak protein transmembran, terutama glikoforin A (juga
sianotik (pucat kebiruan), namun akan tampak ditemukan glikoforin B, C, dan D dalam jumlah yang lebih
merah segar karena warna kompleks CO- sedikit), saluran ion (saluran kalium dependen-kalsium
hemoglobin (karbon monoksihemoglobin). (calcium-dependent potassium channels) dan Na+-K+
adenosin trifosfat), dan pengangkut anion protein pita 3
(band 3 protein), yang mengangkut Cl- dan HCO3-; juga
berfungsi sebagai situs penjangkar bagi ankyrin, protein
pita 4,1, hemoglobin, dan enzim glikolisis (Gambar 10-5).
empat rantai polipeptida hemoglobin yang dinamai α,β,y dan Selain itu, membran sel darah merah juga memiliki protein
ᵹ. Hemoglobin utama pada fetus (hemoglobin fetus/hbf) perifer yaitu protein pita 4,1, spektrin, ankirin, dan aktin.
terdiri dari dua rantai α dan dua rantai y. Namun, sesaat Protein pita 4,1 berperan sebagai situs penjangkar untuk
setelah lahir akan digantikan oleh hemoglobin dewasa spektrin, protein pita 3, dan glikoforin. Maka, ankirin, protein
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 224

224 䡲 䡲 䡲 Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoiesis

Glikoforin C Ankirin Membran


Pita 2
Aktin Pita 4,2

Rantai a Pita 4.1

Spectrin
Gambar 10-5 Sitoskeleton dan protein integral
plasmalema eritrosit. Spektrin membentuk kisi-
kisi heksagonal yang terjangkar pada membran
Rantai b Aktin plasma eritrosit melalui protein pita 4,1 dan pita
3, serta ankirin.

Pita 4.9

pita 4,1 mengeratkan kerangka sel, yaitu sebuah bangunan


heksagonal yang terutama dari spektrin tetramer, aktin dan TABEL 10-2 Sistem Golongan Darah ABO
addusin kepada aspek sitoplasma plasmalema sel darah
merah (lihat Bab 2). Kerangka sel subplasmalema ini Golongan Antigen
Lain-lain
membantu mempertahankan bentuk cakram bikonkaf sel Darah yang Ada
darah merah.
A Antigen A
Selama 120 hari masa hidupnya, eritrosit beredar ke
seluruh sistem peredaran darah setidaknya 100.000 kali, dan B Antigen B
harus melalui banyak sekali kapiler yang lumennya lebih
AB Antigens A and B Resipien universal
kecil dari diameter sel darah merah. Untuk melewati
pembuluh darah yang sangat kecil, eritrosit mengalami O Tidak ada antigen Donor universal
perubahan bentuk dan mengalami tekanan yang sangat besar. A maupun B
Kemampuan sel darah merah untuk mempertahankan
keutuhan struktur dan fungsinya terutama dimungkinkan oleh
membran sel eritrosit dan kerangka sel di dalamnya.
Permukaan ekstraseluler plasmalema sel darah merah
memiliki rantai turunan karbohidrat yang spesifik, yang
bertindak sebagai antigen dan menentukan golongan darah
KORELASI KLINIS seseorang. Pengetahuan ini digunakan dalam transfusi darah.
Antigen yang paling utama ialah antigen A dan B, yang
Kelainan pada komponen kerangka sel eritrosit menentukan empat golongan darah besar yaitu A, B, AB,
akan menyebabkan berbagai penyakit yang dan O (Tabel 10-2). Mereka yang tidak memiliki antigen A,
ditandai dengan bentuk sel abnormal. Misalnya B, atau keduanya, memiliki antibodi terhadap antigen yang
sferositosis herediter, yang disebabkan oleh tidak dimiliki tersebut; pada transfusi darah yang
sintesis spektrin yang abnormal sehingga tidak mengandung antigen yang tidak dimiliki, eritrosit donor akan
terikat dengan baik pada protein pita 4,1. Sel diserang oleh antibodi dalam serum resipien hingga terjadi
darah merah penyandang penyakit ini lebih rapuh lisis eritrosit.
dan lebih sedikit kemampuannya mengangkut Golongan darah penting lainnya ialah golongan Rh, yang
oksigen dibandingkan dengan eritrosit normal. dinamakan demikian karena pertama kali ditemukan dalam
Selain itu, sferosit lebih mudah hancur dalam monyet rhesus. Golongan ini mencakup lebih dari dua lusin
limpa, sehingga akan terjadi anemia. antigen, walau kebanyakannya langka. Tiga dari antigen Rh
(C, D, dan E) banyak ditemukan pada populasi manusia, 85%
orang Amerika memiliki salah satu antigen ini pada
Defisiensi glikoforin C menyebabkan sel darah merah permukaan eritrositnya. Mereka disebut sebagai Rh positif
eliptositik tanpa terjadinya anemia hemolitik. Sel dengan (Rh+). Mereka yang tidak memiliki antigen-antigen ini pada
bentuk ini lebih rapuh dan tidak selentur eritrosit normal. permukaannya disebut sebagai Rh-negatif (Rh-).
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 225

Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoises ■ ■ ■ 225

KORELASI KLINIS Neutrofil

Jika seorang ibu Rh- melahirkan anak dengan Rh+, Sebagian besar populasi sel darah putih terdiri dari
darah bayi tersebut dapat memasuki peredaran neutrofil, yang berperan sebagai fagosit,
darah ibunya dan memicu pembentukan antibodi menghancurkan bakteri yang memasuki jaringan ikat.
anti-Rh. Jika ibu ini kembali hamil dengan fetus
yang Rh+, antibodi ini akan menyerang eritrosit Leukosit polimorfonuklear (polys , neutrofil) ialah jenis
fetus, sehingga menyebabkan eritoblastosis sel darah putih yang paling banyak, dengan jumlah sekitar
fetalis, sebuah kondisi yang mematikan bagi bayi 60% hingga 70% dari total populasi leukosit. Pada sediaan
baru lahir. Transfusi pralahir dan pascalahir darah, neutrofil memiliki diameter 9 hingga 12 µm dengan
diperlukan bagi fetus untuk mencegah kerusakan inti yang berlobul banyak (lihat Gambar 10-2 dan 10-3).
otak dan kematian pada bayi baru lahir, kecuali Lobul-lobul ini saling terhubung dengan benang kromatin
bila sang ibu sudah diberi anti-Rh aglutinin Rh0 yang tipis, dan jumlahnya akan semakin banyak seiring
(D)—imunoglobulin (RhoGAM)—sebelum atau bertambahnya usia sel. Pada perempuan, inti neutrofil
tepat sesudah kelahiran bayi Rh+ yang pertama. memiliki tonjolan kecil yang khas, yang disebut "drumstick",
yang mengandung kromosom X kedua yang inaktif dan padat.
Tonjolan ini juga disebut Barr body atau kromosom seks,
namun tidak selalu ditemukan pada tiap sel. Neutrofil
Leukosit termasuk sel-sel hadir pertama bila terjadi infeksi bakteri akut.
Plasmalema neutrofil memiliki reseptor komplemen serta
reseptor Fc untuk IgG.
Leukosit ialah sel darah putih yang dikelompokkan
menjadi dua golongan besar: granulosit dan agranulosit.
GRANULA NEUTROFIL
Jumlah leukosit jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sel
darah merah; malah, dalam seorang dewasa sehat hanya Neutrofil memiliki granula spesifik, azurofilik, dan tersier.
ditemukan 6.500 hingga 10.000 sel darah putih per mm3
darah. Berbeda dengan eritrosit, leukosit tidak melakukan Terdapat tiga jenis granula dalam sitoplasma neutrofil:
perannya dalam pembuluh darah, dan hanya menggunakan
aliran darah untuk mengembara dari satu bagian tubuh ke 䡲 Granula spesifik yang kecil (dengan diameter 0,1 µm),
bagian tubuh lainnya. Jika leukosit telah sampai pada 䡲 granula azurofilik yang lebih besar (dengan diameter 0,5
tujuannya, ia akan keluar dari aliran darah dengan bermigrasi µm),
melewati sel-sel endotelial pembuluh darah (diapedesis), 䡲 granula tersier.
dan memasuki jarin gan ikat untuk melakukan
fungsinya. Dalam aliran darah serta dalam sajian usap,
leukosit tampak bundar; dalam jaringan ikat, leukosit tampak Granula spesifik mengandung berbagai enzim dan zat
pleomorfik. Leukosit secara umum berfungsi melindungi farmakologis yang membantu neutrofil dalam melaksanakan
tubuh dari benda asing. fungsi anti-mikroba (lihat Tabel 10-3). Dengan mikroskop
elektron, granula-granula ini tampak sedikit lonjong (Gambar
Sel darah putih dikelompokkan dalam dua golongan 10-6).
(TABEL 10-3): Granula azurofilik, seperti yang telah disebut di atas,
䡲 Granulosit, yang memiliki granula spesifik dalam granula ini merupakan lisosom, dan mengandung asa
sitoplasmanya hidrolase, mieloperoksidase, zat lisozim anti bakteri, protein
䡲 Agranulosit, yang tidak memiliki granula spesifik. peningkat-permeabilitas bakterisidal (bactericidal
permeability-increasing protein (BPI)), katepsin G, elastase,
Baik granulosit maupun agranulosit memiliki granula dan kolagenase nonspesifik.
nonspesifik (azurofilik), yang dikenal sebagai lisosom.
Granula tersier mengandung gelatinase dan katepsin,
Terdapat tiga tipe granulosit, yang dibedakan berdasarkan serta glikoprotein yang tersisip dalam plasmalema.
warns granula spesifik yang dikandungnya setelah
pewarnaan dengan golongan Romanovski: FUNGSI NEUTROFIL

䡲 Neutrofil, Neutrofil memfagositosis dan menghancurkan bakteri


䡲 Eosinofil, dengan menggunakan zat-zat yang terkandung dalam
䡲 Basofil. berbagai granulanya.

Neutrofil berinteraksi dengan agen kemotaktik untuk bergerak


Terdapat dua tipe agranulosit: ke daerah yang diserang mikrooganisme. Mereka dapat
melakukan ini dengan memasuki venula pascakapiler
䡲 Limfosit,
䡲 Monosit.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 226

226 䡲 䡲 䡲 Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoiesis

TABEL 10-3 Leukosit

GRANULOSIT AGRANULOSIT
Ciri-ciri
Neutrofil Eosinofil Basofil Limfosit Monosit
Jumlah/mm3 3.500-7.000 150-400 50-100 1.500-2.500 200-800
% SDP 60-70 2-4 <1 20-25 3-8
Diameter (µm)
7-8 10-12
Potongan 8-9 9-11 7-8
8-10 12-15
Sediaan apus 9-12 10-14 8-10

Inti 3-4 lobus 2 lobus (bentuk Bentuk S Bulat Bentuk ginjal


sosis)
Granula 0,1 µm, merah 1-1,5 µm merah 0,5 µm Tidak ada Tidak ada
spesifik muda terang muda gelap Biru/hitam
Isi granula Kolagenase Aryl sulfatase, Histamin, Tidak ada Tidak ada
spesifik tipeIV, histaminase, heparin,
fosfolipase beta- faktor kemotaktik
A2, laktoferin, glukuronidase,fos eosinofil,
lisozim, fatase faktor kemotaktik
fagositin, asam,protein neutrofil,
fosfatase dasar peroksidase,
alkalin, protein utama,protein protease netral,
pengikat kationikeosinofil, kondroitin sulfat
vitamin-B12 neurotoksin,ribon
ukleases,
katepsin,
peroksidase

Penanda Reseptor Fe, Sel T: reseptor HLA kelas II,


permukaan reseptor faktor Reseptor IgE, Reseptor IgE sel T, molekul reseptor Fc
aktivasi keping reseptor faktor CD, reseptor IL
darah, kemotaktik SelB:
Reseptor eosinofil imunoglobulin
leukotrien B4 , permukaan
Molekul adhesi
sel leukosit-1

Jangka hidup <1 minggu <2 minggu 1-2 tahun (pada Beberapa bulan Beberapa hari
tikus) hingga dalam darah,
beberapa tahun beberapa bulan
dalam jaringan
ikat
Fagositosis Hampir sama Sel T: reaksi Berdiferensiasi
Fungsi Fagositosis dan kompleks dengan sel imun seluler menjadi
menghancurkan antigen-antibodi; mast, Sel B: reaksi makrofag:
bakteri menghancurkan membantu imun humoral fagositosis dan
parasit reaksi inflamasi mengemukakan
antigen

°Menggunakan pewarnaan jenis Romanovsky (ataumodifikasinya). CD, cluster of differentiation; HLA, human leukocyte antigen; IgE,
imunoglobulin E; IL, interleukin; SDP, sel darah putih.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 227

Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoises ■ ■ ■ 227

N N

Gambar 10-6 Mikrograf elektron neutrofil manusia.


Perhatikan adanya tiga lobus inti (I), granula (panah)
dalam sitoplasma, dan sentriol pada pusat (S). Walau
tampaknya terdapat tiga nuklei berbeda dalam gambar
ini, namun sebenarnya terdapat satu inti berlobus tiga
yang hubungannya tidak tampak dalam lapang pandang
ini. (Dari Zucker-Franklin D, et al [eds]: Atlas of Blood
Cells. Vol 1. Milan, Edi Ermes 1981.)

di daerah yang meradang dan menggunakan reseptor keluarkan ke matriks ekstraseluler.


selektin untuk melekat pada berbagai molekul selektin di 2 Gelatinase mendegradasi lamina basalis, dan membantu
sel endotelial. Interaksi antara reseptor selektin neutrofil dan pergerakan neutrofil. Glikoprotein yang terbenam ke dalam
berbagai molekul selektin pada sel endotel memungkinkan membran sel membantu proses fagositosis.
neutrofil menggelinding perlahan-lahan sepanjang lapisan 3 Granula spesifik juga mengeluakan isinya ke matriks
endotelial pembuluh darah. Dengan semakin melambatnya ekstraseluler, menyerang mikroorganisme penyebab
migrasi neutrofil, interleukin-1 (IL-1) dan faktor nekrosis infeksi dan membantu perpindahan neutrofil.
tumor [tumor necrosis factor (TNF)] akan memicu sel
endotel untuk mengekspresikan molekul adhesi interseluler 4 Mikroorganisme yang difagositosis oleh neutrofil akan
tipe 1 (intercellular adhesion molecule type 1 (ICAM-1)), berada dalam fagosom (Gambar 10-7A dan B).
yang akan diikat dengan mudah oleh molekul integrin Berbagai enzim dan zat farmakologis dalam granula
neutrofil. azurofilik biasanya akan dilepaskan ke dalam rongga
Jika pengikatan telah terjadi, neutrofil akan berhenti dan vesikel intraseluler ini, sehingga menghancurkan
mempersiapkan diri untuk melintasi endotel venula mikroorganisme yang terperangkap di dalamnya.
pascakapiler dan memasuki jaringan ikat. Dalam Karena fungsi fagositosis inilah neutrofil juga disebut
kompartemen ini, neutrofil akan menghancurkan sebagai mikrofag untuk membedakan mereka dengan sel
mikroorganisme dengan cara fagositosis dan dengan fagositik lain yang lebh besar, yaitu makrofag.
melepaskan enzim hidrolitik (dan respiratory burst). Selain
itu, dengan memperoduksi dan melepaskan leukotrien, 5 Bakteri tidak hanya dapat dibunuh dengan enzim, namun
neutrofil turut memicu terjadinya inflamasi. Berikut urutan juga dengan pembentukan senyawa oksigen reaktif dalam
peristiwa yang terjadi: fagosom neutrofil, yaitu superoksida (O2-), yang terbentuk
1 Pengikat zat kemotaktik neutrofil dengan plasmalema oleh NADPH oksidase dan O2 dalam pernafasan; hidrogen
neutrofil menyebabkan isi granula tersier dikeluarkan ke peroksida (H2O2), yang terbentuk oleh superoksida
matriks ekstraseluler.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 228

228 䡲 䡲 䡲 Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoiesis

Neutrofil

Reseptor C3b
Komplemen C3b

Endositosis

Bakteri

Daerah Fc
pada antibodi
A Reseptor Fc B

Lisozim, laktoferin,
PLA2 dilepaskan dari
granula spesifik

O2

O2 H2O2 Protein-protein
HOCl H2O2 HOCl kationik
MPO

Granula azurofilik
melepas isinya ke
C dalam endolsosom D
Gambar 10-7 Fagositosis dan penghancuran bakteri oleh neutrofil. Peran-peran ini tergantung pada kemampuan neutrofil untuk mengenali bakteri melalui
adanya komplemen dan/atau antibodi yang melekat pada mikroorganisme. H202, hidrogen peroksida; HOCI, asam hipoklorit; MPO, mieloperoksidase, O2,
superoksida, PLA2, fosfolipase A2.

KORELASI KLINIS
dismutase dan superoksida; dan asam hipoklorik (HOCI), Anak-anak dengan defisiensi NADPH oksidase
yang terbentuk oleh interaksi mieloperoksidase (MPO) dan herediter mengalami infeksi bakteri yang persisten,
ion klorida dengan hidrogen peroksida (lihat Gambar karena neutrofil dalam tubuhnya tidak dapat
membentuk respons ledakan pernafasan
10-7C dan D).
(respiratory burst) akibat rintangan bakteri.
6 Seringkali, isi granula aurofilik dilepaskan ke matriks Neutrofil dalam tubuhnya tidak dapat membentuk
ekstraseluler sehingga terjadi kerusakan jaringan, namun superoksida, hidrogen peroksida, dan asam
biasanya katalase dan glutation peroksidase membatasi hipoklorik dalam proses fagositosis bakteri.
kerusakan jaringan dengan cara mendegradasi hidrogen
peroksida.
7 Sesudah neutrofil melakukan fungsinya sebagai Eosinofil
pembunuh mikroorganisme, ia juga akan mati,
sehingga membentuk nanah yang merupakan Eosinofil memfagosit kompleks antigen-antibodi dan
membunuh parasit.
kumpulan leukosit mati, bakteri, dan cairan eksraseluler.
8 Neutrofil tidak hanya membunuh bakteri, namun juga
Eosinofil mencakup kurang dari 4% populasi total sel darah
membentuk leukotrien dari asam arakhidonat membran sel. putih. Mereka tampak sebagai sel yang bundar dalam larutan
Leukotrien yang baru terbentuk ini akan memulai proses dan sajian apus, namun selama migrasi melalui
inflamasi. jaringan
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 229

Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoises ■ ■ ■ 229

ikat ia dapat menjadi pleomorfik. Membran sel eosinofil sangat ampuh membunuh parasit. Eksternum
memiliki reseptor untuk imunoglobulin G (IgG), IgE, dan mengandung enzim-enzim yang terdaftar dalam Tabel 10-3.
komplemen. Eosinofil berdiameter 10 hingga 14 µm (pada Granula azurofilik non-spesifik merupakan lisosom
sajian apus) dan memiliki inti bilobus berbentuk sosis, yang (berdiameter 0,5 µm) yang mengandung enzim hidrolitik yang
kedua lobusnya terhubung dengan sebuah benang kromatin serupa dengan enzim pada neutrofil. Lisosom ini berfungsi
tipis dan selaput inti yang membungkusnya (lihat Gambar dalam menghancurkan cacing-cacing parasitik dan dalam
10-2 dan 10-3). Mikrograf elektron dapat menunjukkan hidrolisis kompleks antigen-antibodi yang dimakan oleh
sebuah aparatus Golgi kecil di pusat, sejumlah kecil retikulum eosinofil.
endoplasma kasar [rough endoplasmic reticulum (RER)], dan
hanya beberapa mitokondria yang biasanya terletak
berdekatan dengan sentriol di sekitar pusat sel. Eosinofil FUNGSI EOSINOFIL
diproduksi di sumsum tulang, tempat proliferasi sel
prekursornya dan diferensiasi menjadi sel dewasa dipicu oleh Eosinofil membantu mengeliminasi kompleks antigen-
interleukin-5 (IL-5). antibodi dan menghancurkan cacing-cacing parasitik.

GRANULA EOSINOFIL Eosinofil dikaitkan dengan fungsi-fungsi sebagai berikut:


䡲 Pengikatan
histamin, leukotrien, dan faktor kemotaktik
Granula spesifik eosinofil memiliki sebuah eksternum dan eosinofil (dilepaskan oleh sel mast, basofil, dan neutrofil)
internum.. oleh reseptor plasmalema eosinofil, yang menyebabkan
terjadinya migrasi eosinofil ke lokasi reaksi alergi, reaksi
Eosinofil memiliki granula spesifik dan granula azurofilik. inflamasi, atau infeksi cacing parasitik.
Granula spesifiknya berbentuk lonjong (panjang 1,0 hingga 䡲 Degranulasi protein dasar utama atau protein
1,5 µm, lebar <1,0 µm dan berwarna merah muda dengan kationik eosinofil pada permukaan cacing parasitik,
pemulasan Giemsa dan Wright. Mikrograf elektron yang akan membentuk pori-pori dalam pelikel
menunjukkan bahwa granula spesifik memiliki pusat cacing, sehingga zat-zat seperti superoksida dan
seperti kristal yang padat elektron, yang disebut hidrogen peroksida dapat memasuki cacing dan
internum. Pusat ini dikelilingi oleh bagian yang kurang membunuhnya.
padat elektron, yaitu eksternum (Gambar 10-8). Internum
䡲 Melepaskan zat-zat yang menghentikan inisiator
mengandung protein dasar utama, protein
kationik eosinofil dan neurotoksin yang berasal dari farmakologis reaksi inflamasi, seperti histamin, dan
eosinofil. Dua zat pertama di atas merupakan zat yang leukotrien C.

Gambar 10-8 Mikrograf elektron eosinofil manusia.


Perhatikan internum yang padat elektron (panah) dalam
granula eosinofil dan dua lobus inti (I). (Dan Zucker-Franklin
D: Eosinophil function and disorders. Adv Intern Med 19:
1-25, 1974.)
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 230

230 䡲 䡲 䡲 Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoiesis

䡲 Menelan kompleks antigen-antibodi, yang akan kan jenis kelas imunoglobulin tertentu, yaitu IgE. Bagian Fc
diperangkap dalam kompartemen endosom untuk dan molekul IgE akan menempel pada Fc€RI basofil dan
didegradasi. sel mast tanpa pengaruh yang jelas. Namun, bila antigen
yang sama kembali memasuki tubuh, ia akan terikat pada
KORELASI KLINIS molekul IgE pada permukaan sel-sel ini. Walaupun sel mast
Sel-sel jaringan ikat di sekitar kompleks antigen- dan basofil tampaknya memiliki fungsi yang serupa,
antibodi melepaskan zat farmakologis histamin dan keduanya merupakan sel-sel yang berbeda dan memiliki asal
IL-5, yang akan menyebabkan pembentukan dan usul yang berbeda.
penglepasan eosinofil dari sumsum tulang. Walaupun urutan kejadian di bawah ini terjadi pada
Sebaliknya, peningkatan kadar kortikosteroid dalam basofil maupun sel mast, namun basofil akan digunakan
darah akan mengurangi jumlah eosinofil dalam untuk menggambarkannya:
sirkulasi. 1 Pengikatan antigen pada molekul IgE pada permukaan
basofil akan menyebabkan dilepaskannya isi granula spesifik
Basofil ke ruang ekstraseluler.
2 Selain itu, enzim fosfolipase A menghasilkan residu asam
Basofil merupakan sel yang fungsinya mirip dengan
arakhidonat dari membran plasma yang akan memasuki jalur
sel mast, walaupun asal usulnya berbeda.
siklooksigenase dan lipoksigenase untuk menghasilkan
faktor kimiawi yang akan melaksanakan reaksi inflamasi.
Basofil mencakup kurang dari 1% populasi total leukosit. Sel Faktor-faktor ini ialah platelet activating factor, leukotrien
ini merupakan sel yang bulat dalam larutan, namun dapat B4, prostaglandin D2, tromboksan A2, leukotrien C4,
menjadi pleomorfik ketika bermigrasi melalui jaringan ikat. leukotrien D4, leukotrien E4 (yang sebelumnya dikenal
Ia berdiameter 8 hingga 10 µm (pada sediaan apus) dan dengan slow-reacting substance of anaphylaxis, atau SRS-A),
memiliki inti berbentuk huruf S, yang seringkali terselubung adenosin, bradildnin, superoksida, TNF factor a, IL4, IL5,
oleh granula-granula spesifik yang besar dan banyak dalam IL6, and granulocyte-monocyte colonystimulating factor.
sitoplasmanya (lihat Gambar 10-2 dan 10-3). Dalam 3 Histamin menyebabkan vasodilatasi, kontraksi otot polos
mikrograf elektron dapat dilihat dengan jelas aparatus Golgi
(di cabang-cabang bronkus), dan perembesan pembuluh
yang kecil, beberapa mitokondria, RER yang banyak, dan
endapan glikogen yang kadang dapat ditemukan. Basofil darah.
memiliki beberapa reseptor permukaan pada plasmalemanya, 4 Leukotrien memiliki pengaruh yang serupa, namun
termasuk reseptor imunoglobulin E (IgE) (FcERI). lebih lamban dan lebih persisten dibandingkan dengan
histamin. Selain itu, leukotrien mengaktivasi leukosit,
GRANULA BASOFIL sehingga leukosit akan bermigrasi ke lokasi ditemukannya
antigen.
Basofil memiliki granula spesifik dan granula azurofilik. KORELASI KLINIS
Pada individu tertentu yang hiperalergi,
Granula spesifik basofil berwarna biru tua dengan
pemaparan kedua kali pada alergen yang sama
pemulasan Giemsa dan Wright. Diameter granula-granula ini
dapat menyebabkan terjadinya reaksi umum yang
kira-kira 0,5 µm dan seringkali ditemukan pada pinggiran
berat. Banyaknya basofil (dan sel mast) yang
sel, sehingga dengan mikroskop cahaya akan tampak adanya
melepaskan isi granulanya akan menyebabkan
perimeter di sekitar basofil yang berkesan kasar yang khas.
vasodilatasi luas dan berkurangnya volume darah
Granula-granula ini mengandung heparin, histamin, faktor
yang mendadak (karena perembesan pembuluh
kemotaktik eosinofil, faktor kemotaktik neutrofil, protease
dasar). Maka individu ini akan mengalami syok
netral, kondroitin sulfat, dan peroksidase (lihat Tabel 10-3).
sirkulasi. Otot polos bronkus dan cabang-
Granula azurofilik non-spesifik merupakan lisosom yang
cabangnya akan berkonstriksi, sehingga
mengandung enzim-enzim yang serupa dengan lisosom
menyebabkan kegagalan pernafasan. Efek dari
neutrofil.
semua ini ialah kondisi yang mengancam nyawa
yang disebut dengan syok anafilaksis.
FUNGSI BASOFIL
Monosit
Basofil berfungsi sebagai pemicu proses inflamasi.

Monosit merupakan sel darah terbesar dalam


Karena reaksinya terhadap adanya beberapa antigen pada sirkulasi dan memasuki ruang jaringan ikat sebagai
individu tertentu, sel plasma menghasilkan dan melepas- makrofag.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 231

Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoises ■ ■ ■ 231

Monosit merupakan sel darah terbesar dalam sirkulasi Limfosit


(berdiameter 12 hingga 15 µm dalam sediaan apus) dan
berjumlah 3% hingga 8% dari seluruh populasi leukosit.
Monosit memiliki inti besar yang terletak di pinggir dan Limfosit merupakan sel agranulosit yang mencakup urutan
berbentuk seperti ginjal. Permukaan intinya tampak kedua terbesar dalam jumlah dari jenis populasi sel darah putih.
berongga-rongga seperti busa sabun dan memiliki
perpanjangan-perpanjangan yang tampak saling tumpang Limfosit mencakup 20% hingga 25% seluruh populasi
tindih. Jaringan kromatin pada monosit kasar namun tidak leukosit yang beredar. Pada sediaan apus ia tampak bundar,
terlalu padat, dan biasanya terdapat dua nukleoli, walau tidak namun dapat menjadi pleomorfik bila bermigrasi melalui
selalu tampak pada sediaan apus. Sitoplasmanya kelabu
jaringan ikat. Limfosit sedikit lebih besar dibandingkan
kebiruan dan di dalamnya terdapat banyak granula azurofilik
eritrosit, yaitu berdiameter 8 hingga 10 µm (pada sediaan
(lisosom) dan beberapa ruang mirip vakuola (lihat Gambar
apus), dan memiliki inti yang bulat dengan sedikit lekukan,
10-2 dan 10-3).
yang besarnya mencakup hampir seluruh sel. Intl limfosit
Mikrograf elektron menunjukkan adanya heterokromatin padat, kaya akan heterokromatin, dan terletak sedikit
maupun eukromatin dalam inti dan dalam dua nukleoli. meminggir. Sitoplasma pada perifer sel terpulas biru muda
Aparatus Golgi biasanya terletak dekat dengan lekukan inti dan mengandung beberapa granula azurofilik. Berdasarkan
yang berbentuk seperti ginjal. Sitoplasmanya mengandung ukurannya, limfosit dapat digolongkan menjadi limfosit kecil
endapan-endapan granula glikogen, beberapa profil RER, (diameter 8 hingga 10 µm), sedang (12 hingga 15 µm), atau
beberapa mitokondria, ribosom bebas, dan banyak lisosom. besar (15 hingga 18 µm), walau jumlah limfosit sedang dan
Pada pinggiran sel ini terdapat mikrotubulus, mikrofilamen, besar tidak sebanyak jumlah limfosit kecil (lihat Gambar 10-2
vesikel pinositotik, dan filopodia. dan 10-3).
Monosit beredar dalam sirkulasi hanya untuk beberapa Mikrograf elektron limfosit menunjukkan sedikit jumlah
hari; lalu ia bermigrasi melalui endotel venula dan kapiler ke sitoplasma perifer, yang mana di dalamnya terdapat beberapa
dalam jaringan ikat, dimana ia berdiferensiasi menjadi mitokondria, sebuah aparatus Golgi yang kecil, dan beberapa
makrofag. Makrofag akan dibahas lebih lanjut lagi pada Bab profil RER. Selain itu, tampak juga sedikit lisosom (granula
12; sebuah pengantar mengenai ciri-ciri dan fungsinya dapat azurofilik berdiamater 0,5 µm) dan banyak persediaan
dilihat di bawah ini. ribosom (Gambar 10-9).
Limfosit akan dibahas lebih lanjut pada Bab 12; sebuah
FUNGSI MAKROFAG pengantar tentang ciri-ciri dan fungsi limfosit akan dibahas
berikut ini.
Makrofag memfagositosis materi tertentu yang tidak Limfosit dapat digolongkan menjadi tiga kategori
diinginkan, menghasilkan sitokin yang dibutuhkan fungsional:
untuk reaksi inflamasi dan reaksi imun, dan 䡲 Limfosit B (sel B)
menyediakan epitop bagi limfosit T 䡲 Limfosit T (sel T)
䡲 Sel Null.
Makrofag sangat gemar memfagositosis, dan sebagai bagian 
dari  sistem fagosit mononuklear,  mereka  memfagositosis Walaupun secara morfologis sel-sel ini tidak dapat
dan  menghancurkan  sel  yang  mati  dan  rusak  (seperti dibedakan, mereka dapat dikenali melalui teknik
eritrosit yang tua), antigen dan materi partikel asing (seperti imunositokimiawi dengan perbedaan penanda permukaannya
bakteri). Penghancuran terjadi di dalam fagosom, melalui (lihat Tabel 10-3). Sekitar 80% dari semua limfosit yang
pencernaan  enzimatik,  pembentukan  superoksida,  bersirkulasi ialah sel T, sekitar 15% ialah sel B, dan sisanya
hidrogen peroksida, dan asam hipoklorik. adanya sel Null. Rentang hidupnya juga sangat berbeda:
beberapa sel T dapat hidup untuk beberapa tahun, sedangkan
Makrofag  menghasilkan  sitokin  yang  mengaktivasi 
sel B hanya hidup beberapa bulan.
reaksi inflamasi dan proliferasi dan maturasi sel-sel lain.
Makrofag tertentu yang disebut sebagai sel penyaji
antigen (antigen-presenting cells/APC), memfagosit FUNGSI SEL B DAN T
antigen, lalu mengemukakan bagiannya yang paling
antigenik, yaitu epitop, bersama dengan protein integral Pada umumnya, sel B berperan dalam sistem imun
class II human leukocyte antigen (class II HLA; yang humoral, sedangkan sel T berperan dalam sistem imun
juga dikenal sebagai major histocompatibility complex seluler.
antigens [MHC II]), pada sel-sel imunokompeten.
Jika menemukan benda asing yang besar, beberapa Limfosit tidak memiliki fungsi dalam aliran darah, namun
makrofag akan berfusi membentuk sel raksasa benda asing dalam jaringan ikat, sel-sel inilah yang bertanggung jawab
yang cukup besar untuk memfagositosis benda asing atas sistem imun yang berfungsi dengan baik. Untuk dapat
tersebut. menjadi imunokompeten, sel-sel ini bermigrasi ke bagian tu-
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 232

232 䡲 䡲 䡲 Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoiesis

Gambar 10-9 Mikrograf elektron limfosit (x14.173). Panah


menunjukkan retikulum endoplasmik kasar. G, aparatus Golgi;
In, inti. (Dari Hopkins CR: Structure and Function of Cells.
Philadelphia, WB Saunders, 1978.)

buh tertentu untuk mencapai maturasi dan mengekspresikan diubah oleh virus, dan membunuhnya. Selain itu, sel T
penanda serta reseptor permukaan yang spesifik. Sel B tertentu bertanggung jawab sebagai pemicu dan pengembang
memasuki daeerah yang belum diketahui pada sumsum (sel T penolong, T helper cells) atau penekan (sel T
tulang, sedangkan sel T bermigrasi ke dalam korteks timus. pengatur (regulatory T cells), yang sebelumnya dikenal
Pada saat sel-sel ini menjadi kompeten secara imunologis, sebagai sel supresor atau T suppressor cells) kebanyakan
tiap limfosit meninggalkan lokasi maturasinya dan memasuki respons imun humoral maupun seluler. Hal-hal ini dicapai
sistem limfoid, dimana ia menjalani mitosis dan membentuk dengan melepaskan molekul sinyal yang dikenal sebagai
kelompok yang terdiri dari sel-sel identik, yang disebut sitokin (limfokin) yang dapat memicu respons spesifik dan
sebagai klon (clone). Semua anggota klon tertentu dapat sel-sel lain dalam sistem imun (lihat Bab 12).
mengenal dan bereaksi terhadap antigen yang sama.
Setelah terstimulasi oleh antigen yang spesifik, baik sel B
dan T akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi dua FUNGSI SEL NULL
subpopulasi:
䡲 Sel memori tidak berpartisipasi dalam respons imun, Sel Null terdiri dan dua populasi yang berbeda:
namun menjadi bagian dan klon yang mempunyai "memori Sel punca yang bersirkulasi, yang dapat menjadi semua

imunologis," yang siap untuk membelah dan berespons unsur berbentuk dalam darah
terhadap antigen tertentu atau zat asing pada pemaparan
䡲 Sel NK (NaturalKiller Cells), yang dapat membunuh
berikutnya. beberapa sel asing atau sel yang telah diubah oleh virus tanpa
䡲 Sel efektor dapat digolongkan menjadi sel B dan sel T dipengaruhi oleh timus atau sel T.
(dan subtipe-subtipenya).).
Sel efektor ialah limfosit imunokompeten yang dapat Keping Darah
menjalani fungsi imun limfosit; yaitu, mengeliminasi
antigen. Sel B bertanggung jawab atas sistem imun Keping darah (tromboplastid) ialah fragmen sel tanpa inti
humoral; yang berarti bahwa ia akan berdiferensiasi yang kecil dan berbentuk cakram, yang merupakan
menjadi sel plasma, yang akan menghasilkan antibodi turunan megakariosit dalam sumsum tulang.
terhadap antigen. Sel T bertanggung jawab atas
sistem imun seluler. Beberapa sel T berdiferensiasi Keping darah berukuran sekitar 2 hingga 4µm dalam
menjadi sel T sitotoksik (CTL; T killer cells) yang akan sediaan apus (lihat Gambar 10-2 dan 10-3). Pada
secara fisik berkontak dengan sel asing atau sel yang telah mikrograf cahaya tampak adanya daerah perifer yang jernih,
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 233

Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoises ■ ■ ■ 233

yaitu hialomer, dan daerah pusat yang gelap, yaitu Fungsi Keping Darah
granulomer. Plasmalema keping darah memiliki beberapa
molekul reseptor dan glikokaliks yang relatif tebal (15-20 Keping darah berfungsi dalam menghentikan perdarahan
nm). Dalam tiap mm3 darah terdapat sekitar 250.000 hingga pada lapisan endotel pembuluh darah jika terjadi luka.
400.000 keping darah, masing-masing dengan masa hidup
kurang dari 14 hari. Jika terjadi cedera pada lapisan endotel pembuluh darah dan
kontak terjadi antara keping darah dengan kolagen
subendotelial, maka keping darah akan teraktivasi dan
melepaskan isi granulanya, melekat pada tempat dinding
Tubulus dan Granula Keping Darah pembuluh darah yang cedera (adhesi keping darah), dan
melekat pada sesamanya (agregasi keping darah). Interaksi
Keping darah memiliki tiga jenis granula (alfa, delta, antar faktor jaringan (tissue factors), faktor plasma (plasma-
lambda) serta dua sistem tubular (padat dan bukaan borne factors), dan faktor keping darah (platelet-derived
permukaan). factors) akan membentuk gumpalan darah (Gambar 10-12 dan
10-13). Walaupun mekanisme agregasi, adhesi, dan
penggumpalan keping darah melampaui cakupan histologi,
Mikrograf elektron keping darah menunjukkan adanya 10 berikut ini diuraikan beberapa hal yang menonjol dari proses-
hingga 15 mikrotubul yang teratur saling paralel dan proses ini:
membentuk cincin dalam hialomer. Mikrotubul ini
membentuk keping darah untuk mempertahankan bentuk 1 Pada keadaan normal, endotel utuh menghasilkan prostasiklin
cakramnya. Kumpulan mikrotubul ini terkait denganialah dan NO, yang mencegah agregasi keping darah. Ia juga
monomer aktin dan miosin, yang dengan cepat dapat menghindari terjadinya koagulasi dengan adanya
membentuk alat kontraksi. Selain itu, terdapat dua sistem trombomodulin dan molekul serupa heparin pada
tubular yang dapat ditemukan dalam hialomer, yaitu sistem plasmalema lumennya. Kedua molekul membran ini
pembuka-permukaan (penghubung) dan sistem tubular menginaktifasikan faktor-faktor koagulasi tertentu.
padat (Gambar 10-10 dan 10-11). Sistem pembuka- 2 Sel endotel yang luka tidak lagi menghasilkan dan
permukaan berbentuk melingkar dan membentuk kompleks mengekspresikan penghambat proses koagulasi dan agregasi
labirin dalam keping darah. Karena sistem ini berkomunikasi
keping darah, dan melepaskan faktor von Willebrand dan
dengan dunia luar, aspek lumen sistem tubular ini merupakan
sambungan dari permukaan luar keping darah, sehingga tromboplastin jaringan. Ia juga melepaskan endotelin, yaitu
meningkatkan permukaan keping darah sebanyak tujuh atau vasokontriktor kuat yang membantu membatasi jumlah
delapan kali lipat. pendarahan.
Ultrastruktur granulomer menunjukkan adanya sedikit 3 Keping darah sangat melekat pada kolagen subendotelial,
mitokondria, endapan glikogen, peroksisom, dan tiga tipe terutama dengan adanya faktor von Willebrand.
granula: granula alpha (a-granules), granula delta (8- Selanjutnya keping darah akan mengeluarkan isi granula
granules), and granula lambda (λ-granules) (lisosom). dan melekat pada sesamanya. Ketiga peristiwa ini
Berbagai tubulus dan granula serta isi dan fungsinya tercantum secara kolektif disebut sebagai aktivasi keping darah
dalam Tabel 10-4. Granulomer juga mengandung sistem enzim
(platelet activation).
yang memungkinkan keping darah untuk mengkatabolisasi
glikogen, mengonsumsi oksigen, dan menghasilkan ATP. 4 Dengan dilepaskannya isi granula, terutama adenosin difosfat

Mikrotubulus Mikrotubulus

Membran plasma

Sistem tubular Granula Delta


padat
Tubulus yang membuka ke
permukaan
Mitokondrion
Sistem tubular padat
Granula
Gambar 10-10 Ultrastruktur keping darah.
Alfa
Perhatikan bagian perifer keping darah yang
mengandung filamen aktin yang mengelilingi Glikogen
keping darah dan mempertahankan bentuk
kepingan struktur Lisosom (granula Lambda)
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 234

234 䡲 䡲 䡲 Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoiesis

Pi

Fe

Th

Mi

Er

Nu Gambar 10-11 Mikrograf elektron keping darah


Go dan dua eritrosit dalam kapiler mukosa
Pi lambung (x22.100). Kd, keping darah; Lb,
lamina basalis; Er, eritrosit; Fe, fenestra; Go,
aparatus Golgi; Mi, mitokondria; In, inti
kapiler; VPi, vesikel pinositik; Kd, keping
darah. (Dari Rhodin JAG: An Atlas of
Pi Ultrastructure. Philadelphia, WB Saunders,
1963.)
Bm

(adp) dan trombospondin, keping darah Trombin ialah sebuah enzim yang memfasilitasi agregasi
menjadi :lengket," sehingga keping darah yang bebas akan keping darah. Jika terdapat kalsium (Ca2+), ia juga
melekat pada keping darah yang terikat kolagen dan mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
mengalami degranulasi 8 Maka, monomer-monomer fibrin yang dihasilkan akan
5 Asam arakhidonat, yang terbentuk dalam plasmalema mengalami polimerisasi dan membentuk gumpalan
keping darah yang teraktivasi, dikonversi menjadi retikulum, sehingga semakin mengerat keping darah,
tromboksan A2, yaitu sebuah vasokon striktor dan eritrosit, dan leukosit lainnya sehingga membentuk
aktivator keping darah yang poten. gumpalan darah (trombus) yang stabil. Eritrosit
6 Keping-keping darah yang teragregasi bertindak sebagai membantu memfasilitasi aktivasi keping darah, sedangkan
penyumbat, yang menghentikan pendarahan. Selain itu, neutrofil dan sel endotel membatasi aktivasi keping darah
mereka mengekspresikan platelet factor 3 pada maupun ukuran trombus.
plasmalemanya, sehingga menyediakan permukaan 9 Kira-kira satu jam setelah terbentuknya gumpalan darah,
fosfolipid yang diperlukan untuk pembentukan faktor monomer aktin dan miosin akan membentuk filamen tebal
koagulasi yang layak (terutama trombin). dan tipis, yang akan berinteraksi dengan menggunakan ATP
7 Sebagai bagian dari urutan reaksi yang rumit, yang sebagai sumber energinya. Pada akhirnya, gumpalan ini
melibatkan berbagai faktor koagulasi, tromboplastin akan mengerut sehingga sekitar setengah ukuran awalnya,
jaringan dan tromboplastin keping darah sama-sama mendekatkan pinggiran-pinggiran luka sehingga mengurangi
berperan mengubah protrombin bebas menjadi trobin. perdarahan.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 235

Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoises ■ ■ ■ 235

Trombin

Protrombin Protrombin

Fibrinogen
Keping darah
Tromboplast tromboplastin
in jaringan keping darah
Mengikat
Trombospondin keping darah
Fibrin
ADP Kolagen
Agregasi terpapar
Sel yang
terluka

A B
Gambar 10-12 Pembentukan gumpalan darah A, Cedera pada lapisan endotel melepaskan berbagai faktor penggumpalan dan menghentikan penglepasan
penghambat penggumpalan B, Gumpalan yang membesar menyumbat luka pada dinding pembuluh darah dan menghentikan aliran darah yang keluar.
(Dimodifikasi dari Fawcett DW: Bloom and Fawcett's A Textbook of Histology, 12th ed. New York, Chapman and Hall, 1994.)

Gambar 10-13 Gambar merinci


mengenai pembentukan gumpalan darah
pada manusia ini menggambarkan dengan
baik bagaimana berbagai
komponen darah yang berbeda
saling berdesakan dalam plasma
(mikrograf elektron pemindai ini
telah diwarnai untuk menunjukkan
struktur-struktur yang berbeda).
Sel darah merah yang terjerat
fibrin (kuning) membentuk rangka
gumpalan darah. Keping darah
(biru), yang memicu
penggumpalan darah, merupakan
fragmen dari sel yang lebih
besar (megakariosit). (© 2000
by Dennis Kunkel, Ph.D.)
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 236

236 䡲 䡲 䡲 Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoiesis

TABEL 10-4 Tubulus dan Granula Keping Darah

Struktur (ukuran) Lokasi Isi Fungsi

Sistem tubulus Hialomer Mempercepat pengambilan dan


bukaan-permukaan pelepasan molekul dan keping
darah yang telah diaktivasi
Sistem tubulus Hialomer Kemungkinan kumpulan ion
padat kalsium untuk mencegah "perlengketan"
keping darah
Granula-a Granulomer Fibrinogen,faktor pertumbuhan Faktor-faktor yang terkandung
(300-500 nm) dan keping darah, membantu memperbaiki sel, agregasi
tromboplastin keping darah, keping darah, dan koagulasi darah
trombospondin,faktor koagulasi
Granula-δ (badan Granulomer Kalsium, ADP, ATP, serotonin, Faktor-faktor yang terkandung
padat) (250-300 histamin, pirofosfatase membantu agregasi dan adhesi
nm) keping darah, serta vasokonstriksi
Granula-λ(lisosom) Granulomer Enzim hidrolitik Enzim yang terkandung membantu
(200-250 nm) resorpsi gumpalan darah

ADP, adenosin difosfat; ATP, adenosine trifosfat.

10 Jika pembuluh darah telah kembali utuh, sel endotel banyaknya lemak dan berkurangnya hemopoiesis dalam
melepaskan aktivator plasminogen, yang mengubah rongga tulang ini.
plasminogen bebas menjadi plasmin, yaitu sebuah enzim Pendarahan sumsum tulang disediakan oleh arteri-arteri
yang akan memicu lisis pada trombus. Enzim hidrolitik nutrien yang menembus diafisis melalui foramen nutrien,
granula lambda membantu dalam proses ini. yaitu saluran yang menghubungkan permukaan tulang
dengan rongga medula. Arteri-arteri ini memasuki rongga
sumsum dan sedikit bercabang pada daerah perifer, yang
SUMSUM TULANG banyak bercabang menuju pusat untuk mempendarahi
sumsum tulang, dan menuju perifer untuk mempendarahi
Sumsum tulang ialah jaringan ikat vaskular seperti agar-agar tulang kortikal. Pembuluh darah yang memasuki tulang
yang terdapat dalam rongga sumsum, yang mengandung kortikal tersebar dalam kanal Havers dan Volkmann untuk
banyak sel yang berperan dalam hemopoiesis. mempendarahi tulang padat.
Percabangan yang menuju pusat mengantarkan darah
dalam jaringan luas sinusoid besar (diameter 45 sampai 80
Rongga medular tulang panjang dan ruang intersisial antar
trabekula tulang spons merupakan tempat terdapatnya µm). Sinusoid bermuara pada vena longitudinal sentral,
sumsum, yang merupakan jaringan seluler yang lunak, yang bermuara pada vena yang meninggalkan tulang melalui
seperti agar-agar, dan sangat tervaskularisasi. Sumsum kanal nutrien.
tulang dipisahkan dari tulang melalui endosteum (yang Yang menarik disini ialah bahwa ukuran vena lebih kecil
terdiri dari sel osteoprogenitor , osteoblas, dan kadang daripada ukuran arteri, sehingga tekanan hidrostatik yang
osteoklas). Sumsum tulang mencakup hampir 5% dari berat tinggi dalam sinusoid dapat dipertahankan sehingga sinusoid
badan total. Ia bertanggung jawab atas pembentukan sel tidak kempis. Vena, arteri, dan sinusoid membentuk
darah (hemopoiesis) dan penyampaiannya ke dalam sistem kompartemen vaskular, sedangkan ruang-ruang yang
sirkulasi, dan berfungsi sejak bulan kelima kehidupan melaluinya terisi dengan pulau-pulau sel hemopoietik
prenatal hingga mati. Sumsum tulang juga menjadi yang pleomorfik dan saling menggabung, sehingga
lingkungan mikro bagi sebagian besar proses maturasi membentuk kompartemen hemopoietik (Gambar 10-14).
limfosit B dan maturasi awal limfosit T. Sinusoid dilapisi oleh sel endotel dan dikelilingi oleh
Sumsum tulang pada bayi baru lahir disebut sumsum benang-benang serat retikular dan sejumlah banyak sel
merah karena banyaknya jumlah eritrosit yang dihasilkan. retikular adventisial. Juluran-juluran sel retikular
Namun, pada seseorang yang berusia 20 tahun, diafisis adventisial menyentuh membran basalis sel endotel yang
tulang panjang hanya memiliki sumsum kuning karena jarang-jarang, sehingga menutupi sebagian besar permu-
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 237

Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoises ■ ■ ■ 237

KORELASI KLINIS
Pada pasien dengan tromboemboli, yaitu jenis emboli
yang paling sering terjadi, gumpalan darah terlepas dan
beredar dalam aliran darah hingga terperangkap dalam
pembuluh darah yang lumennya terlalu kecil untuk
dilaluinya. Jika sebuah gumpalan darah cukup besar
untuk menyumbat percabangan arteri pulmonaris
(saddle embolus), dapat terjadi kematian yang
mendadak. Jika sebuah gumpalan menyumbat cabang
arteri koroner, dapat terjadi infark miokard.
Telah diketahui beberapa tipe gangguan koagulasi
yang dapat menyebabkan perdarahan masif. Terdapat
beberapa jenis gangguan koagulasi, yaitu yang diperoleh
(defisiensi vitamin K), yang herediter (contohnya
hemofilia), dan yang disebabkan oleh jumlah keping
darah yang kurang (trombositopenia). Vitamin K
dibutuhkan hati sebagai kofaktor dalam sintesis faktor
penggumpalan VII, IX, dan X, serta protrombin.
Tidak adanya atau defisiensi faktor-faktor ini
menyebabkan terjadinya disfungsi proses penggumpalan
yang parsial atau komplit.
Jenis hemofilia yang paling sering ditemukan ialah
yang terjadi akibat defisiensi faktor VIII (hemofilia
klasik), yaitu sebuah sifat herediter resesif yang Gambar 10-14 Mikrograf cahaya sumsum tulang manusia yang
menunjukkan dua megakariosit (panah) (x270). Perhatikan bahwa sumsum
diturunkan melalui ibu kepada anak lelakinya. Karena sifat tulang memiliki populasi sel berinti yang lebih banyak daripada darah perifer.
ini dibawa oleh kromosom X, anak perempuan tidak Perhatikan juga adanya sel retikular epitel yang menyerupai sel adiposa. Pada
terpengaruhi, kecuali kedua orang tua memiliki kromosom ujung atas fotomikrograf tampak tulang yang telah terdekalsifikasi dengan
X yang defisien. Orang yang mengidap kelainan ini osteositnya yang terletak dalam lakuna.
biasanya mengalami perdarahan yang masif jika terjadi
luka pada pembuluh darah besar.
sintesis hem dalam hemoglobin. Seringkali, juluran-juluran
Pada pasien dengan trombositopenia, kadar keping makrofag menembus ruang antar sel endotel untuk
darah dalam darah berkurang. Kondisi ini dapat berakibat memasuki rongga sinusoid.
fatal jika jumlah keping darah dibawah 50.000/mm3.
Sel retikular adventisial menimbun lemak dalam
Walaupun sering ditemukan perdarahan, namun
sitoplasmanya, sehingga lama kelamaan ia akan tampak
perdarahan terjadi secara menyeluruh dan terjadi pada
seperti sel adiposa. Ukuran sel-sel yang besar ini akan
pembuluh-pembuluh darah kecil sehingga tampak seperti
mendesak kompartemen sel hemopoietik yang menjadi
jejas pada kulit. Kondisi ini dianggap sebagai penyakit
semakin kecil, sehingga sumsum merah akan beralih
autoimun, dimana terjadi pembentukan antibodi
menjadi sumsum kuning.
terhadap keping darahnya sendiri, yang lalu akan
menghancurkan keping darah.
KORELASI KLINIS
Pada jenis leukemia tertentu atau pada
kaan sinusoid. juluran lain sel-sel ini menjauhi sinusoid dan perdarahan yang berat, sel retikular adventisial
menyentuh juluran serupa dengan sel retikular adventisial dapat kehilangan lemaknya dan mengecil,
lainnya, sehingga membentuk jaringan tiga dimensi yang sehingga sumsum kuning menjadi sumsum
mengelilingi korda (pulau) hemopoietik. merah, dan terdapat lebih banyak ruang untuk
Pulau-pulau sel hemopoietik terdiri dan sel darah hemopoiesis.
dalam berbagai tahap maturitas serta makrofag, yang
tidak hanya menghancurkan inti prekursor eritrosit yang
dikeluarkan, sel yang cacat, serta sitoplasma yang Hemopoiesis Prenatal
berlebihan, namun juga mengatur diferensiasi dan
maturasi sel hemopoietik, dan memberikan zat besi pada Pada prenatal, hemopoiesis terbagi menjadi em pat fase:
eritroblas yang berkembang agar dapat digunakan dalam mesoblastik, hepatik, splenik, and mieloid.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 238

238 䡲 䡲 䡲 Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoiesis

Sel darah mulai terbentuk pada minggu kedua setelah


pembuahan (fase mesoblastik) dalam mesoderm kantung
telur, tempat sel-sel mesenkim menyatu dalam kelompok
yang dikenal sebagai pulau darah. Sel-sel perifer pada
pulau ini membentuk dinding pembuluh darah, dan sisanya
menjadi eritroblas, yang akan berdiferensiasi menjadi
eritrosit berinti.
Fase mesoblastik mulai digantikan oleh fase hepatik
pada minggu keenam gestasi. Eritrosit masih memiliki inti,
dan leukosit muncul pada minggu kedelapan gestasi. Fase
splenik terjadi selama trimester kedua, dan baik fase hepatik
maupun fase splenik akan berlanjut hingga akhir masa
gestasi.
Hemopoiesis mulai terjadi dalam sumsum tulang (fase
mieloid) pada akhir trimester kedua. Dengan semakin
berkembangnya sistem skeletal, sumsum tulang semakin
berperan dalam pembentukan sel darah. Walau pada masa
pascalahir, hati dan limpa tidak aktif dalam hemopoiesis,
mereka dapat mengambil alih pembentukan sel darah baru
jika diperlukan.

Hemopoiesis Pascalahir
Gambar 10-15 Mikrograf cahaya sajian apus sumsum tulang
Hemopoiesis pascalahir terjadi hampir seluruhnya dalam manusia (x270).
sumsum tulang.

Karena sel darah memiliki masa hidup yang terbatas, lebih banyak PHSC serta dua jenis sel punca hemopoietik
mereka harus selalu digantikan. Penggantian ini dapat terjadi multipotensial (multipotential hemopoietic stem cells/
akibat hemopoiesis dari populasi sel punca dalam sumsum MHSC), yaitu: sel limfosit unit pembentuk-koloni (colony-
tulang (Gambar 10-15). Setiap hari, lebih dari 1011 sel darah forming unit-limfosit cells/CFU-Ly) dan sel granulosit,
dihasilkan dalam sumsum tulang untuk menggantikan sel-sel eritrosit, monosit, megakariosit-unit pembentuk-koloni
yang keluar dari aliran darah, mati, atau dihancurkan. (colony-forming unit-granulocyte, erythrocyte,
Selama hemopoiesis, sel punca mengalami beberapa monocyte, megakaryocyte cells/CFU-GEMM), yang
pembelahan dan diferensiasi melalui beberapa tahap antara, sebelumnya dikenal sebagai sel limpa-unit pembentuk-koloni
yang pada akhirnya akan menghasilkan sel darah matang. (colony forming unit-spleen cells/CFU-S). Kedua
Tabel 10-5 menggambarkan berbagai sel antara yang populasi MHSC ini bertanggung jawab atas pembentukan
ditemukan pada pembentukan tiap sel darah matang. Seluruh berbagai sel progenitor. Sel CFU-GEMM ialah pendahulu lini
proses ini diatur oleh berbagai faktor pertumbuhan dan sel mieloid (eritrosit, granulosit, monosit, dan keping darah);
sitokin yang bertindak pada tahap yang berbeda untuk sel CFU-Ly ialah pen-dahulu lini sel limfoid (sel T dan sel
menentukan tipe sel yang dihasilkan dan laju dihasilkannya. B). Baik PHSC dan MHSC menyerupai limfosit dan
merupakan bagian kecil dari populasi sel null dalam peredaran
darah.
Sel Punca, Sel Progenitor, dan
Sel Prekursor Sel punca pada umumnya berada dalam tahap Go siklus
sel, namun dapat dipicu ke dalam tahap G1 oleh berbagai
faktor pertumbuhan dan sitokin. Sel punca yang muda dapat
Sel punca ialah sel yang paling tidak terdiferensiasi, yang dikenali karena mereka mengekspresikan penanda spesifik
bertanggung jawab atas pembentuk unsur berbentuk molekul CD34, pompa p170, dan c-kit pada membran
dalam darah; sel punca menjadi sel progenitor yang lalu plasmanya. Gen homeobox mungkin aktif pada
menjadi sel prekursor. diferensiasi awal sel hemopoietik, terutama Hoxl dalam lini
sel mieloid (namun tidak dalam lini sel eritroid) dan
Semua sel darah terbentuk dari sel punca hemopoetik anggota kelompok Hox2 tertentu dalam lini sel eritroid
pluripoten (pluripotential hemopoietic stem cells (namun tidak dalam lini sel mieloid).
(PHSC)), yang mencakup sekitar 0,1% dari seluruh Sel progenitor juga menyerupai limfosit kecil, namun
populasi sel berinti dalam sumsum tulang. Sel punca bersifat unipoten (yaitu hanya akan menghasilkan satu lini
biasanya amitotik namun dapat sesekali mengalami sel, seperti eosinofil). Aktivitas mitosis dan diferensiasinya
pembelahan sel yang sesaat, sehingga dapat menghasilkan dikendalikan oleh faktor hemopoiesis tertentu. Sel-sel ini
memiliki kemampuan pembaruan din yang terbatas.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 239

Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoises ■ ■ ■ 239

TABEL 10-5 Sel-sel Hemopoiesis

PHSC
Sel punca
CFU-GEMM CFU-Ly

Sel BFU-E CFU-Meg CFU-Eosinofil CFU-Basofil CFU-GM


progenitor

CFU-E CFU-G CFU-M


CFU-LyT CFU-LyB
Proeritroblas Megakarioblas Mieloblas Mieloblas Mieloblas Promosit
T B
Eritoblas Promielosit Promielosit Promielosit limfosit limfosit
basofilik
T B
limfoblas limfoblas
Eritoblas
polokromatofilik

Sel-sel Eo. myelosit Ba. mielosit Neutro.


prekursor mielosit

Eritoblas Eo. Ba. Neutro.


ortokromatofilik metamielosit metamielosit metamielosit

Retikulosit Eo.Sel muda Ba. sel muda Neutro. sel muda

Sel Eritrosit Megakariosit Eosinofil Basofil Neutrofil Monosit T B


dewasa limfosit limfosit

Ba., basofil; BFU, burst-forming unit (E, eritrosit ); CFU, colony-forming unit (E, eritrosit); G, granulosit; GEM M, granulosit, eritrosit, monosit, megakariosit;
GM, granulosit-monosit; Ly, limfosit; LyB, sel B; LyT, sel T; M, monosit; Meg, megakarioblas); Eo., eosinofil; Neutro., neutrofil; PHSC, pluripotential
hemopoietic stem cell. Dimodifikasi dari Gartner LP, Hiatt JL, Strum J: Histology. Baltimore, Williams & Wilkins, 1988

Sel prekursor dihasilkan dan sel progenitor dan tidak sit dan keping darah. Maka, dapat disimpulkan bahwa semua
dapat memperbarui diri. Ia memiliki sifat morfologis yang sel darah merupakan turunan dan satu sel punca
spesifik yang menandakannnya sebagai sel pertama sebuah pluripoten. Namun, seringkali sel satuan yang terisolasi
lini sel tertentu. Sel prekursor mengalami pembelahan dan hanya menghasilkan eritrosit atau eosinofil atau jenis sel
diferensiasi sel, yang pada akhirnya akan menghasilkan darah lainnya. Karena percobaan ini menggunakan limpa
sekelompok sel dewasa yang identik. Dengan berlanjutnya sebagai tempat hemopoiesis, maka sel satuan mirip limfosit
maturasi dan diferensiasi sel, sel-sel yang dihasilkan ini disebut CFU-S. Namun dengan berkembangnya ilmu, sel
menjadi semakin kecil, intinya akan menghilang, jaringan ini diberi nama lain yang menggambarkan fungsinya, yaitu
kromatinnya semakin padat, serta ciri-ciri morfologis CFU-GEMM. Penelitian telah menunjukkan bahwa, seperti
sitoplasmanya akan semakin menyerupai sel-sel dewasa telah disebut sebelumnya, terdapat dua tipe sel multipoten
(Gambar 10-16). (CFU-GEMM dan CFU-Ly) yang menghasilkan seri sel
Para peneliti yang mempelajari hemopoiesis telah mieloid dan limfosit. Penelitian yang lebih mutakhir
berhasil mengisolasi sel satuan menyerupai limfosit, menunjukkan bahwa tiap sel prekursor didahului oleh CFU
yang bila diberikan kondisi yang benar, akan unipoten tertentu (lihat Tabel 10-5). Sel prekursor mengalami
menghasilkan kelompok (koloni) sel yang terdiri dan beberapa tahap pembelahan dan diferensiasi untuk
granulosit, eritrosit, monosit, limfo- menghasilkan sel dewasa.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 240

240 䡲 䡲 䡲 Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoiesis

ERITROBLAS

Proeritroblas Eritroblas Erotroblas Erotroblas Retikulosit Eritrosit


basofilik polikromatofilik ortokromatofilik

Eosinofilik

Mielosit Metamielosit Sel batang eosinofilik Eosinofil


eosinofilik eosinofilik
NEUTROFILIK

Mielosit Metamielosit Sel batang neutrofilik Neutrofil


Mieloblas neutrofilik neutrofit
Promielosit
BASOFILIK

Mielosit Metamielosit Sel batang basoilik Basofil


basofilik basofilik

Gambar 10-16 Sel prekursor dalam pembentukan eritrosit dan granulosit. Mieloblas dan perantara promielosit dalam pembentukan eosinofil, neutrofil,
dan basofil tidak dapat dibedakan.

KORELASI KLINIS
Sebelum dilakukannya transplantasi sumsum tulang setelah prosedur medis (seperti radiasi atau kemoterapi)
perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah terdapat kecocokan antara kompleks
histokompatibilitas utama pasien dan donor. Sering ditemukan kasus dimana pencangkokan gagal, kecuali
bila donor merupakan saudara kembar identik pasien. Hal ini dapat dihindari dengan membekukan
sumsum tulang pasien dalam nitrogen cair dan kemudian menempatkannya kembali (sebagai transplan
autolog) pada pasien setelah radiasi atau kemoterapi. Karena jumlah sel punca yang rendah per unit
volume sumsum tulang, maka perlu diambil sumsum tulang yang cukup banyak dari pasien. Saat ini
telah ditemukan beberapa prosedur yang memungkinkan dilakukannya isolasi sel punca hemopoietik
pluripoten (PHSC) dengan menggunakan antibodi monoklonal terhadap molekul CD34 yang diekspresikan
hanya oleh sel-sel ini. Dengan demikian, hanya diperlukan sejumlah kecil sumsum tulang yang diperkaya
dengan PHSC. Prosedur ini masih dalam tahap uji klinis, dengan melibatkan pasien-pasien dengan
berbagai jenis keganasan.
Mungkin dalam waktu dekat ini, pasien dengan kelainan sel darah herediter (contohnya anemia sel sabit) dapat diobati
dengan menggunakan sel punca yang direkayasa secara genetik. PHSC yang diisolasi dari pasien dapat ditransfeksi dengan
gen normal (contohnya untuk hemoglobin) dan diperkenalkan kembali sebagai transplan autolog. Sel-sel hasil rekayasa ini
mengandung gen normal, dan akan berproliferasi sehingga keturunannya akan menghasilkan sel darah normal. Walaupun
pasien masih akan menghasilkan sel-sel yang defektif, diharapkan cukup banyak sel-sel normal yang diproduksi sehingga
dapat meminimalisir defek herediter.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 241

Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoises ■ ■ ■ 241

Faktor Pertumbuhan Hemopoietik permukaan sel ditemukan makromolekul tertentu yang


(Colony-Stimulating Factors) dikenali oleh reseptor pada membran plasma makrofag. Sel-
sel fagosit ini lalu akan menelan dan menghancurkan sel-sel
yang mengalami apoptosis ini.
Hemopoiesis diatur oleh berbagai sitokin dan faktor
Telah diduga terdapat faktor-faktor yang bertanggung
pertumbuhan, seperti interleukin, faktor stimulasi koloni,
jawab atas pelepasan sel darah yang dewasa (atau hampir
penghambat makrofag protein-a, dan faktor baja.
dewasa) dan sumsum tulang. Faktor-faktor ini belum
dicirikan sepenuhnya, namun mencakup interleukin, CSF,
Hemopoiesis diregulasi oleh beberapa faktor pertumbuhan dan faktor baja.
yang dihasilkan oleh berbagai jenis sel. Tiap faktor
mempengaruhi sel punca, sel progenitor, dan sel prekursor KORELASI KLINIS
yang spesifik. Faktor-faktor ini pada umumnya akan memicu
mitosis yang pesat, diferensiasi, atau keduanya (Tabel 10-6). Secara patologis, peningkatan sekresi eritropoietin
Beberapa faktor pertumbuhan juga mendukung fungsi sel dapat menyebabkan polisitemia sekunder, yaitu
darah matur. Sebagian besar faktor pertumbuhan peningkatan jumlah total sel darah merah dalam
hemopoietik merupakan glikoprotein. tubuh. Hal ini menyebabkan darah menjadi lebih
Faktor pertumbuhan dapat mencapai sel targetnya melalui kental, sehingga laju alirannya lebih lamban, dan
tiga jalur: (1) transportasi melalu aliran darah (hormon akan mengganggu sirkulasi. Pasien dengan
endokrin), (2) sekresi oleh sel stroma sumsum tulang di kelainan ini dapat memiliki jumlah darah 10 juta
sekitar sel hemopoietik (hormon parakrin), (3) kontak sel darah merah/mm3.
langsung antar-sel (molekul pensinyal).
Faktor pertumbuhan tertentu memicu proliferasi sel punca Eritropoiesis
pluripoten dan multipoten dan menjaga jumlah populasi sel-
sel ini. Faktor pertumbuhan yang dimaksud ialah terutama
faktor baja, (juga dikenal sebagai faktor sel punca), Eritropoiesis ialah pembentukan sel darah merah, dan
faktor pemicu koloni granulosit makrofag diatur oleh beberapa sitokin, terutama faktor baja, IL-3, IL-9,
(granulocyte-macrophage colony-stimulating factor, GM-CSF, dan eritropoietin.
GM-CSF) dan dua interleukin (IL-3 dan IL7). Selain itu,
sitokin seperti faktor stimulasi koloni granulosit (colony- Proses eritropoiesis ialah proses pembentukan sel darah
stimulating factor (G-CSF)), faktor stimulasi koloni monosit merah, yang menghasilkan 2,5 x 1011 per hari. Untuk
(monocyte colony-stimulating factor (M-CSF)), IL-2, IL-5. memperoduksi jumlah sel progenitor unipoten yang
IL-6, IL-11, IL-12, penghambat makrofag protein-α (MIP- didapatkan dari CFU-GEMM: unit pencipta letupan-
α)), dan eritropoietin, diketahui berperan dalam mobilisasi eritrosit (burst-forming units-erythrocyte (BFU-E))
dan diferensiasi sel-sel ini menjadi sel progenitor dan unit pembentuk koloni-eritrosit (colony-forming
unipotensial. units-erythrocyte (CFU-E)).
Faktor stimulasi koloni (CSF) juga berperan dalam Jika jumlah sel darah merah dalam sirkulasi rendah, ginjal
memicu pembelahan dan diferensiasi sel unipoten jenis akan menghasilkan eritropoietin dalam konsentrasi yang
granulosit dan monosit. Eritropoietin mengaktivasi sel tinggi, yang bila menemukan IL-3, IL-9, faktor baja, dan GM-
jenis eritrosit, sedangkan trombopoietin memicu produksi CSF, akan memicu CFU-GEMM untuk berdiferensiasi
keping darah. Faktor baja (steel factor, faktor sel menjadi BFU-E. Sel-sel ini mengalami "letupan" aktivitas
punca), yang mempengaruhi sel punca pluripoten, mitosis, sehingga membentuk CFU-E. Yang menarik ialah
multipoten, dan unipoten, dengan memasuki membran sel, perubahan ini memerlukan hilangnya reseptor IL-3.
diproduksi oleh sel stroma dalam sumsum tulang. Sel punca CFU-E membutuhkan konsentrasi eritropoietin yang
harus berkontak langsung dengan sel stroma untuk aktif rendah, tidak hanya untuk bertahan hidup, namun juga untuk
bermitosis. Dipercaya bahwa hemopoiesis tidak dapat terjadi menghasilkan prekursor eritrosit yang pertama, yaitu
tanpa adanya sel-sel yang mengekspresikan faktor sel punca, proeritroblas (Gambar 10-17; lihat juga Gambar 10-16).
maka lokasi pembentukan sel darah pasca lahir terbatas pada Proeritroblas dan keturunannya (Gambar 10-18 dan 10-19)
sumsum tulang (dan hati serta jika diperlukan). membentuk kelompok yang bulat di sekitar makrofag sel
Sel-sel hemopoietik akan mengalami apoptosis perawat/nurse cells), yang akan memfagositosis inti yang
kecuali berkontak langsung dengan faktor pertum dikeluarkan dan eritrosit yang cacat atau berlebihan. Sel
buhan. Sel-sel yang hampir mati akan menunjukkan perawat dapat juga menyediakan faktor pertumbuhan untuk
penggumpalan kromatin dalam inti yang mengecil, dan membantu eritropoiesis. Sifat-sifat berbagai sel jenis
memiliki sitoplasma yang padat dan tampak granuler. Pada eritropoetik dapat dilihat di Tabel 10-7.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 242

242 䡲 䡲 䡲 Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoiesis

TABEL 10-6 Faktor Pertumbuhan Hemopoietik

Faktor Fungsi Utama Lokasi Asal


Faktor sel punca Mendukung hemopoiesis Sel stroma sumsum tulang
GM-CSF Mendukung CFU-GM bermitosis dan berdiferensiasi; Sel T; sel endotel
memfasilitasi aktivitas granulosit
G-CSF Mendukung CFU-G bermitosis dan berdiferensiasi; Makrofag; sel endotel
memfasilitasi aktivitas neutrofil
M-CSF Mendukung CFU-M bermitosis dan berdiferensiasi Makrofag; sel endotel

IL-1 Bersama dengan IL-3 dan IL-6, membantu proliferasi Monosit; makrofag, sel
PHSC, CFU-GEMM, CFU-S, dan CFU-Ly; menekan endotel
prekursor eritroid
IL-2 Menstimulasi mitosis sel T dan sel B Sel T teraktivasi
yang teraktivasi;memicu diferensiasi sel NK
IL-3 Bersama dengan IL-1 dan IL-6, membantu proliferasi Sel T dan sel B yang
PHSC, CFU-GEMM, CFU-S, dan CFU-Ly dan prekursor teraktivasi
unipoten (kecuali LyB dan LyT)
IL-4 Menstimulasi aktivasi sel T dan sel B serta perkembangan Sel T teraktivasi
sel mast dan basofil
IL-5 Mendukung mitosis CFU-Eo dan mengaktivasi eosinofil Sel T

IL-6 Bersama dengan IL-1 dan IL-3, membantu proliferasi Monosit dan fibroblas
PHSC, CFU-GEMM, CFU-S, dan CFU-Ly; juga membantu
diferensiasi CTL dan sel B
IL-7 Mendukung diferensiasi CFU-LyB; membantu diferensiasi Sel stroma, sel retikular
sel NK adventisial?

IL-8 Memicu migrasi dan degranulasi neutrofil Leukosit, sel endotel, sel
otot polos
IL-9 Memicu aktivasi dan proliferasi sel mast; mengatur produksi Sel T penolong
IgE; mendukung proliferasi sel T penolong (T helper cells)
IL-10 Menghentikan produksi sitokin oleh makrofag, sel T, dan Makrofag dan sel T
sel NK; memfasilitasi diferensiasi CTL dan proliferasi sel B
dan sel mast
IL-12 Menstimulasi sel NK; meningkatkan fungsi TCL dan sel NK Makrofag
Interferon-γ Mengaktivasi sel B dan monosit; meningkatkan diferensiasi Sel T dan sel NK
CTL; meningkatkan ekspresi HLA kelas II
Eritropoietin Diferensiasi CFU-E; mitosis BFU-E Sel endotel jaringan kapiler
peritubuler ginjal; hepatosit

Thrombopoietin Proliferasi dan diferensiasi CFU-meg dan megakarioblas Tidak diketahui

BFU-E, burst-forming unit-erythrocyte; CTL, cytotoxic T cell; CFU, colony forming unit (E, eritrosit; Eo., eosinofil; G, granulosit; GEMM, granulosit, eritrosit,
monosit, megakariosit; GM, granulosit-monosit; Meg, megakarioblas; Ly, limfosit; LyB, sel B; LyT, sel T; S, limpa); CSF, colony-stimulating factor (G,
granulosit; GM, granulosit-monosit; M, monosit); Meg, megakariosit; IL, interleuldn; Neut., neutrofil; NK, natural killer; PHSC, pluripotential hemopoietic stem
cell.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 243

Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoises ■ ■ ■ 243

Granulositopoiesis

Granulositopoiesis ialah pembentukan granulosit (neutrofil,


L
eosinofil, basofil), yang dipengaruhi oleh beberapa sitokin,
O terutama G-CSF dan GM-CSF, serta IL-1, IL-5, IL-6, dan TNF-α.

Walaupun jenis sel granulosit biasanya dibahas dalam satu


bagian, seperti dalam bab ini, namun ketiga jenis granulosit
ini sebenarnya merupakan keturunan sel punca unipotennya
E
masing-masing (atau sel punca bipoten neutrofil) (lihat
Tabel 10-5). Setiap sel punca ialah merupakan keturunan
dan sel punca pluripoten CFU-GEMM. Dengan demikian,
P CFU-Eo untuk garis keturunan eosinofil, CFU-Ba untuk
garis keturunan basofil, masing-masing mengalami
pembelahan sel, dan menghasilkan sel prekursor, yang juga
disebut mieloblas. Neutrofil berasal dan sel punca bipoten,
yaitu CFU-GM, yang mitosisnya menghasilkan dua jenis
E sel punca unipoten, yaitu CFU-G (untuk garis keturunan
neutrofil) dan CFU-M (untuk garis keturunan monosit).
CFU-Ba, CFU-Eo, dan CFU-G membelah lebih lanjut untuk
menghasilkan mieloblas.
B Proliferasi dan diferensi sel-sel punca ini diatur oleh G-
CSF, GM-CSF, dan IL-5. Oleh karena itu, ketiga faktor ini
memfasilitas perkembangan neutrofil, basofil, dan eosinofil.
Selanjutnya, IL-1, IL-6, dan TNF-α menjadi kofaktor yang
diperlukan untuk mensintesis dan melepaskan G-CSF dan
GM-CSF. Selain itu, IL-5 juga berperan dalam aktivasi
eosinofil.
Mieloblas (Gambar 10-20; lihat juga Gambar 10-16) ialah
prekursor ketiga tipe granulosit, dan tidak dapat dibedakan dan
ketiga mieloblas. Tidak diketahui apakah satu mieloblas dapat
Gambar 10-17 Mikrograf cahaya sumsum tulang menunjukkan semua
tahapan pembentukan sel darah merah kecuali retikulosit (x1.325). B, menghasilkan ketiga tipe granulosit, atau apakah terdapat tipe
eritroblas basofilik; E. eritrosit; L, eritroblas polikromatofilik; 0, eritroblas mieloblas tertentu untuk flap tipe granulosit. Mieloblas
ortokromatik; P, proeritroblas. mengalami mitosis yang akan menghasilkan promielosit, yang
akan membelah menjadi mielosit. Pada tahap mielosit inilah
ditemukan tiga granula spesifik, sehingga ketiga garis keturunan
granulosit dapat dibedakan. Setiap hari, orang dewasa rata-rata
menghasilkan sekitar 800.000 neutrofil, 170.000 eosinofil, dan
KORELASI KLINIS 60.000 basofil.
Tabel 10-8 menggambarkan garis keturunan neutrofil.
Anemia zat besi merupakan jenis anemia yang Garis keturunan eosinofil dan basofil tampak identik dengan
paling sering ditemukan, dan diakibatkan oleh garis keturunan neutrofil, kecuali dalam hal granulanya.
defisiensi nutrisi. Penyakit ini dapat ditemukan
pada 10% populasi di Amerika Serikat (AS). Neutrofil yang baru terbentuk meninggalkan korda
Walaupun penyebabnya ialah asupan zat besi hemopoietik dengan menembus lapisan sel epitel sinusoid,
rendah, namun tidak demikian pada pasien-pasien bukan dengan bermigrasi diantaranya. Begitu neutrofil
di AS; di AS penyakit ini terjadi karena mencapai sistem sirkulasi, ia akan melakukan marginasi;
malabsorpsi atau kehilangan darah kronik. yang berarti, ia akan menempel pada sel endotel pembuluh
Eritrosit seseorang dengan defisiensi besi darah dan menetap di sana hingga diperlukan. Proses
mempunyai ukuran lebih kecil daripada normal; marginasi membutuhkan ekspresi berurutan berbagai integrin
biasanya pasien tampak pucat pasi, dengan dan molekul adhesi transmembran oleh neutrofil, serta
cekungan pada kuku seperti sendok (spoon nails) beberapa molekul reseptor permukaan tertentu oleh sel
dengan lipatan memanjang yang tampak jelas. endotel, yang rinciannya terlalu luas untuk dibahas dalam buku
Pasien biasanya mengeluh merasa lemas, selalu ini. Karena proses marginasi ini, maka neutrofil selalu jauh
lelah, dan tidak bertenaga. lebih banyak dalam sistem sirkulasi dibandingkan dalam aliran
darah.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 244

244 䡲 䡲 䡲 Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoiesis

Gambar 10-18 Mikrograf elektron proeritroblas dengan


nukleolus (nuk) serta sitoplasma perinuklear (x14.000).
Perhatikan bahwa nukleoplasma tampak relatif mulus dan
sitoplasmanya mengandung banyak mitokondria dan ribosism
bebas, yang menunjukkan bahwa sel ini aktif mensintesis
protein. (Dari Hopkins CR: Structure and Function of Cells.
Philadelphia, WB Saunders, 1978.)
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 245

Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoises ■ ■ ■ 245

Gambar 10-19 Mikrograf elektron eritroblas


ortolcromatofilik (x21.300). Perhatikan bahwa intinya
memiliki jumlah heterokromatin yang banyak (H). (Dan
Hopkins CR: Structure and Function of Cells. Philadelphia,
WB Saunders, 1978.)
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 246

246 䡲 䡲 䡲 Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoiesis

TABEL 10-7 Sel-sel Jenis Eritropoietik

Sel Ukuran(µm) Inti* dan Mitosis Nukleoli Sitoplasma* Mikrograf Elektron

Proeritroblas 14-19 Bulat, merah tua; 3-5 Abu-abu kebiruan, Sedikit RER, banyak
jaringan kromatin; penggumpalan polisom, sedikit
halus; mitosis periffer mitokondria feritin

Eritroblas Sama dengan diatas, 1-2 Sama dengan Sama dengan diatas,
basofilik namun jaringan diatas, namun latar namun memiliki
kromatinnya lebih belakangnya sedikit hemoglobin
kasar; mitosis lebih merah muda
Eritroblas Bulat, pewarnaan Tidak ada Merah muda Sama dengan diatas,
12-5
polikromatofilik padat; jaringan kekuningan dengan namun memilik lebih
kromatin sangat latar belakang banyak hemoglobin
kasar; mitosis kebiruan

Eritroblas Kecil, bulat, padat; Merah muda Sedikit mitokondria


ortokromatofilik 8-12 eksentris atau Tidakada dengan latar dan polisom; banyak
sedang dikeluarkan; belakang kebiruan hemoglobin
tidak ada mitosis
Tidak ada Seperti SDM Kumpulan-kumpulan
dewasa, namun jika ribosom; sel dipenuhi
Retikulosit 7-8 Tidak ada dipulas dengan biru oleh hemoglobin
cresyl akan tampak
retikulum kebiruan
dalam sitoplasma
merah muda
Eritrosit 7.5 Tidak ada Tidak ada Sitoplasma merah muda Hanya hemoglobin

*Warm yang muncul dengan pewarnaan jenis Romanovsky (atau modifikasinya). SDM, sel darah merah; RER, rough endoplasmic reticulum.

KORELASI KLINIS ng memiliki inti asentris yang berbentuk ginjal. Sitoplasma


promonosit berwarna kebiruan dan mengandung banyak
Leukemia mieloblastik akut terjadi karena sel granula azurofil.
punca yang telah berubah mengalami mitosis Mikrograf elektron promonosit menunjukkan adanya
yang tidak terkendali, yang turunannya tidak aparatus Golgi yang berkembang dengan baik, RER yang
berdiferensiasi menjadi sel dewasa. Sel-sel yang melimpah, dan banyak mitokondria. Granula azurofil ialah
mungkin terlibat ialah CFU-GM, CFU-Eo, atau lisosom yang berdiameter sekitar 0,5 µm. Setiap harinya,
CFU-Ba, yang diferensiasinya terhenti pada orang dewasa menghasilkan rata-rata lebih dan 1010 monosit,
tahap mieloblas. Penyakit ini menimpa kalangan yang kebanyakan memasuki jaringan ikat tubuh dan
dewasa muda antara 15 dan 40 tahun dan berdiferensiasi menjadi makrofag.
ditangani dengan kemoterapi intensif, dan
belakangan ini, dengan transplantasi sumsum
tulang. Pembentukan Keping Darah

Pembentukan keping darah diatur oleh trombopoietin,


Monositopoiesis yang memicu perkembangan dan proliferasi sel raksasa
yang disebut megakarioblas.
Monosit memiliki sel bipoten yang sama dengan neutrofil.
CFU-GM mengalami mitosis dan menjadi CFU-G dan Progenitor keping darah yang unipoten, CFU-Meg,
CFU-M (monoblas). Keturunan CFU-M ialah menghasilkan sel yang sangat besar, yaitu megakarioblas
promonosit, yaitu sel-sel besar (diameter 16 to 18 [im) ya- (diameter 25 to 40 µm), yang inti tunggalnya berlobus ba-
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 247

Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoises ■ ■ ■ 247

P
NM

NM

Gambar 10-20 Mikrograf cahaya granulositopoiesis, dengan berbagai tipe sel penengah (x1.234). A, Mieloblas (M) dan metamielosit neutrofilik (NM/MN).
B, Promielosit (P). C, Mielosit neutrofilik (panah). D, Metamielosit neutrofilik (NM/MN), promielosit (P), dan neutrofil batang (mata panah).

nyak. Sel ini mengalami endomitosis, tetapi tidak Limfopoiesis


membelah, namun menjadi semakin besar dan intinya
menjadi poliploid, sebanyak 64 N. Sel punca hemopoietik pluripoten menghasilkan sel jenis
Megakarioblas berdiferensiasi menjadi megakariosit mieloid melalui sel CFU-GEMM, serta sel jenis lirnfoid
(lihat Gambar 10-14), yaitu sel-sel yang besar (diameter 40 melalui sel CFU-Ly.
to 100 µm), dengan inti tunggal yang berlobus. Mikrograf
elektron megakariosit menunjukkan aparatus Golgi yang
berkembang dengan baik, banyak mitokondria, dan RER Sel punca multipoten CFU-Ly membelah dalam sumsum
yang melimpah, serta lisosom yang banyak (Gambar tulang dan membentuk kedua sel progenitor unipoten yang
10-21). tidak imunokompeten, yaitu CFU-LyB dan CFU-LyT.
Megakariosit terletak di sebelah sinusoid, dan juluran Pada burung, sel CFU-LyB bermigrasi ke sebuah
sitoplasmanya memasuki ruang sinusoid. Juluran divertikulum yang melekat pada usus, yang disebut bursa
sitoplasma ini terpotong-potong menjadi kumpulan Fabricius (dan menghasilkan sel B). Di sini sel CFU-LyB
proplatelet, akibat invaginasi plasmalema yang sempit membelah beberapa kali, dan menghasilkan limfosit B
dan berliku-liku (yang disebut saluran demarkasi). yang imunokompeten, yang mengekspresikan penanda
Sesaat setelah proplatelet dilepaskan, mereka pecah permukaan yang spesifik, termasuk antibodi. Hal yang
menjadi keping darah satuan. Setiap megakariosit dapat serupa terjadi pada mamalia, namun karena tidak adanya
menghasilkan beberapa ribu keping darah. Sisa sitoplasma bursa, perkembangan sel menjadi imunokompeten terjadi
dan inti megakariosit akan mengalami degenerasi dan dalam lokasi serupa bursa dalam sumsum tulang.
difagositosis oleh makrofag. Sel CFU-LyT mengalami mitosis dan memben-
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 248

248 䡲 䡲 䡲 Bab 10 䡲 Darah dan Hemopoiesis

TABEL 10-8 Sel-sel Jenis Neutrofilik

Ukuran Mikrograf
Sel Inti* dan Mitosis Nucleoli Sitoplasma* Granula
(mm) Elektron

Mieloblas Gumpalan- RER, aparatus


12-14 Bulat, biru 2-3 gumpalan biru Tidak ada Golgi yang kecil,
kemerahan ;jaringa dengan latar banyak mitokondria
n kromatin; halus, belakang biru dan polisom
mitosis pucat; lepuhan
sitoplasma pada
Promielosit prifer sel
16-24 Bulat hingga oval; 1-2 RER, aparatus
biru kemerahan; Granula Golgi yang besar,
Sitoplasma azurofilik
jaringan kromatin: banyak mitokondria
kebiruan; tidak
kasar; mitosis dan lisosom
ada lepuh
(diameter 0,5 µm)
sitoplasma pada
prifer sel
Mielosit Gepeng, asentris; RER, aparatus
neutrofilik 10-12 jaringan kromatin; Sitoplasma Granula Golgi yang besar,
kasar;mitosis biru pucat azurofilik banyak
dan spesifik mitokondria, lisosm
(diameter 0,5 µm)
dan granula spesifik
(0,1 µm)

Metamielosit 10-12 Tidak Sitoplasma biru Populasi organel


Padat, berbentuk Granula
neutrofilik ada pucat berkurang, namun
ginjal; jaringan azurofilik jumlah granula
kromatin: kasar; dan spesifik tetap sama dengan
tidak ada mitosis
diatas
Pita Bentuk tapal kuda; Granula
neutrofilik 9-12 jaringan kromatin; Tidak Sitoplasma biru azurofilik Sama dengan
(tusuk; sangat kasar; tidak ada pucat dan spesifik diatas
juvenil ada mitosis
Multikobuler; Tidak
Neutrofil jaringan kromatin; Merah muda Granula
9-12 ada azurofilik Sama dengan
sangat kasar; tidak kebiruan pucat
dan sesifik diatas
ada mitosis

°Wama yang muncul dengan pewarnaan jenis Romanovsky (atau


modifikasinya). RER, rough endoplasmic reticulum.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 249

BAB 10 Darah dan Hemopoises ■ ■ ■ 249

Gambar 10-21 Mikrograf elektron megakariosit dengan


potongan-potongannya untuk menghasilkan keping darah
(x3.166). Walaupun sel ini memiliki satu inti, lobus-
lobusnya memberi kesan adanya banyak inti. (Dari
Hopkins CR: Structure and Function of Cells.
Philadelphia, WB Saunders, 1978.)

tuk sel T yang imunokompeten, yang kemudian berpindah ke dihancurkan dalam timus dan diafagositosis oleh makrofag.
bagian korteks timus tempat ia berproliferasi, menjadi Baik limfosit B maupun limfosit T akan berpindah ke
dewasa, dan mulai mengekspresikan penanda pemukaan sel. dalam organ limfoid (seperti limpa dan kelenjar getah
Begitu penanda-penanda permukaan sel ini muncul pada bening), tempat mereka akan membentuk sel-sel T dan B
plasmalema sel T (seperti reseptor sel-T dan kumpulan yang identik dan imonukompeten di daerahnya masing-
penanda diferensiasi), maka sel ini menjadi limfosit T yang masing dalam organ yang bersangkutan. jenis sel limfosit
imonukompeten. Sebagian besar sel T yang baru terbentuk ini akan dibahas lebih rinci pada bab 12.
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 251

11 䡲 䡲 䡲

Sistem Sikulasi

Sistem sirkulasi disusun oleh dua komponen terpisah namun Gambaran Struktur Umum Pembuluh Darah
berkaitan, yaitu sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh
darah) dan sistem limfatik (pembuluh limf). Fungsi sistem Secara umum arteri memiliki dinding yang lebih tebal dan
kardiovaskular adalah membawa darah bolak balik dari diameter lumen yang lebih kecil dibandingkan dengan vena
jantung menuju jaringan tubuh dan sebaliknya. Fungsi yang sama kalibernya.
sistem limfatik adalah mengumpulkan cairan limf,
kelebihan cairan dari jaringan ekstra selular dan Umumnya pembuluh darah memiliki beberapa gambaran
membawanya kembali masuk ke dalam sistem struktur yang serupa, namun tetap ada perbedaan. Perbedaan
kardiovaskular. Dengan kata lain, sistem limfatik merupakan inilah yang digunakan sebagai dasar identifikasi dalam
transport satu arah, sedangkan sistem kardiovaskular dua menentukan klasifikasi pembuluh. Sebagai contoh, dinding
arah. pembuluh darah yang memiliki tekanan tinggi (misalnya,
arteri subklavia) memiliki dinding lebih tebal daripada
SISTEM KARDIOVASKULAR pembuluh bertekanan rendah (misalnya, vena subklavia).
Diameter arteri semakin lama semakin kecil dengan adanya
Sistem kardiovaskular disusun oleh dua sirkuit: Sirkuit percabangan-percabangan, sedangkan diameter vena semakin
pulmonal yang menuju paru, dan sirkuit sistemik yang lama semakin besar dalam tiap pertemuan, perubahan ini,
menuju keseluruh jaringan tubuh. menyebabkan terjadi perubahan pada masing-masing lapisan
dinding pembuluh. Dengan demikian, deskripsi yang
Sistem kardiovaskular terdiri atas jantung, organ muskular digunakan untuk membedakan karakteristik struktur arteri
yang memompa darah dalam dua sirkuit: sirkuit pulmonal, dan vena juga tipe-tipenya tidak berlaku mutlak. Memang,
yang membawa darah dari jantung menuju paru dan dari paru dinding kapilar dan venul sangat berbeda dan tidak
kembali ke jantung, serta sirkuit sistemik, yang sekompleks pembuluh darah lebih besar. secara umum, arteri
mendistribusikan darah dari jantung menuju seluruh seluruh memiliki dinding yang lebih tebal dan diameternya lumen
organ dan jaringan tubuh serta arah sebaliknya, yaitu kembali lebih kecil dibandingkan dengan vena yang sama kalibernya.
ke jantung. Sirkuit-sirkuit ini disusun oleh: Dalam sediaan histologi, arteri terlihat lebih bulat dan
umumnya tidak ada darah dalam lumennya.
䡲 Arteri-serangkaian pembuluh yang membawa darah dari
jantung menuju seluruh bagian tubuh melalui percabangan-
percabangan pembuluh yang semakin lama semakin kecil Lapisan (Tunika) Pada Pembuluh Darah
diameternya, sampai akhirnya menjadi kapilar.
䡲 Kapilar-pembuluh darah terkecil dan berdinding tipis, Dinding pembuluh darah terdiri atas tiga lapisan:
tunika intima, tunika media, dan tunika adventisia.
membentuk bantalan kapilar (capillary beds), tempat
terjadi pertukaran gas, nutrisi, limbah metabolik, dan
sinyal yang berada di darah dengan yang berada di Tiga lapisan konsentris terpisah atau tunika, menyusun
jaringan tubuh demi mempertahankan kelangsungan dinding pembuluh darah (Gambar 11-1). Lapisan terdalam,
tunika intima, terdiri atas satu lapis sel gepeng, sel endotel,
proses metabolisme normal.
yang membentuk tabung melapisi lumen pembuluh darah dan
䡲 Vena-serangkaian pembuluh yang membawa darah kembali
jaringan ikat subendotel di bawahnya. Lapisan tengah, tunika
ke jantung, berawal dari tempat bermuaranya bantalan media, unsur penyusunnya didominasi oleh otot polos yang
kapilar, kemudian menuju pembuluh yang semakin lama tersusun konsentris mengelilingi lumen. Lapisan terluar,
semakin besar sampai akhirnya mencapai jantung. tunika media, unsur penyusunnya didominasi oleh otot po-
251
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 252

252 䡲 䡲 䡲 Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi

Vasa Vasorum bah angiotensin I menjadi anginotensin II (lihat regulasi


tekanan darah arteri), juga enzim yang menginaktivasi
bradikinin, serotonin, prostaglandin, trombin dan norepinefrin,
Lamina elastika eksterna Saraf serta dapat berikatan dengan lipoporotein lipase (enzim yang
Adventisia mendegradasi lipoprotein).
Lapisan suhendotel berada tepat di bawah sel-sel endotel.
Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar dan sejumlah sel
otot polos yang tersebar dalam jaringan ikat tersebut, keduanya
Otot polos tersusun secara longitudinal. Di bawah lapisan subendotel
Lamina elastika terdapat tunika elastika interna (lamina elastika interna)
interna yang disusun oleh lembaran serat-serat elastin berpori sehingga
Jaringan ikat memudahkan proses difusi zat-zat nutrisi menuju bagian lebih
subendotel
dalam dinding pembuluh darah. Lapisan ini membatasi tunika
Bagian lamina intima dengan tunika media, dan terbentuk sempurna terutama
basal endotel
pada arteri tipe muskular.
Lumen
Endotel tunika intima
Tunika intima
Tunika Media
Tunika media
Tunika media, umumnya merupakan lapisan paling tebal
Tunika adventisia pada dinding pembuluh darah, disusun oleh lapisan otot
polos yang tersusun melingkar seperti spiral.
Gambar 11-1 Gambaran skematik arteri.
Tunika media adalah lapisan paling tebal dalam dinding
pembuluh darah. Lapisan sel-sel konsentris yang menyusun
tunika media sebagian besar terdiri atas sel-sel otot polos yang
los yang tersusun konsentris mengelilingi lumen. Lapisan melingkar seperti spiral. Tersebar di antara lapisan-lapisan otot
terluar, tunika adventisia, terutama disusun oleh jaringan polos tadi terdapat serat-serat elastin, kolagen III dan
ikat fibroelastis yang tersusun longitudinal. proteoglikan. Komponen serat membentuk Jamel yang tertanam
Pada bagian terluar tunika intima terkandung tunika dalam substansi dasar yang disekresi oleh sel otot polos. Arteri
elastika interna (lamina elastika interna), lapisan tipis tipe muskular yang besar memiliki tunika elastika eksterna
lembaran serat-serat elastin yang terbentuk sempurna pada (lamina elastika eksterna) yang lebih kompleks daripada
arteri sedang. Bagian terluar tunika media mengandung tunika elastika interna dan memisahkan tunika media dengan
lapisan lembaran serat-serat elastin lain yaitu tunika elastika tunika adventisia. Kapilar dan venul pasca kapilar tidak
eksterna (lamina elastika eksterna) walaupun lapisan ini memiliki tunika media; sebagai penggantinya pada pembuluh
tidak selalu dapat terlihat jelas pada semua arteri. Di bagian yang kecil ini terdapat perisit (lihat di bagian kapilar).
yang jauh, sel-sel di tunika media dan tunika adventisia
mendapatkan nutrisi dari vasa vasorum. Tunika Adventisia
Tunika Intimia
Tunika adventisia lapisan terluar pembuluh darah,
Tunika intimia disusun oleh epitel gepeng selapis berbaur dengan jaringan ikat sekitarnya.
dan jaringan ikat subendotel.
Tunika adventisia yang melapisi permukaan luar pembuluh
Sel endotel (epitel gepeng selapis) membatasi lumen pembuluh darah, terutama disusun oleh fibroblast, serat kolagen I, dan
darah, berdiri di atas lamina basal. Sel gepeng ini berbaris serat-serat elastin yang tersusun longitudinal. Lapisan ini
memanjang dengan aksis selnya kurang lebih paralel dengan kemudian menyatu dengan komponen jaringan ikat di sekitar
aksis pembuluh darah, sehingga pada pembuluh darah kecil pembuluh darah tersebut.
setiap sel endotel hampir meliputi seluruh permukaan lumen.
Pada pembuluh yang lebih besar, ada sedikit sampai banyak Vasa Vasorum
sel endotel tersusun sirkular mengelilingi lumen. Endotel tidak
hanya membuat permukaan lumen menjadi sangat halus, namun Vasa Vasorum memperdarahi dinding pembuluh darah
endotel juga mensekresi kolagen II, IV dan V, lamin, endotelin, yang lebih besar.
nitric oxide, dan faktor von Willebrand. Selain itu endotel juga
memiliki enzim yang reseptornya ada di membran sel endotel, Tebalnya dinding pembuluh darah besar dan kandungan
seperti angiotensin-converting enzyme (ACE), yang mengu- otot polos-pada bagian tunika media dan tunika adventisia-mem-
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 253

Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi ■ ■ ■ 253

peroleh nutrisi secara disfusi dari lumen. Sel-sel ini mendapat dua cabang (bifurkasio) menjadi arteri iliaka komunis kanan
nutrisi dan oksigen dari vasa vasorum, arteri kecil yang (dekstra) dan kiri (sinistra) di pelvis.
masuk ke dalam dinding pembuluh darah dan bercabang- Tiga trunkus arteri utama-arteri brakiosefalika kanan,
cabang sangat banyak terutama untuk menghidupi sel-sel pada arteri karotis komunis dan arteri subklavia kiri merupakan
tunika media dan tunika adventisia. Dibandingkan dengan cabang arkus aorta yang memperdarahi ekstremitas superior,
arteri, vena memiliki lebih banyak sel yang tidak dapat serta kepala-leher. Perlu dicatat bahwa arteri karotis komunis
memperoleh nutrisi dan oksigen melalui difusi, karena darah kanan merupakan cabang dari trunkus brakiosefalika kanan,
vena mengandung lebih sedikit oksigen dan zat nutrisi sedangkan arteri karotis komunis kiri merupakan cabang dari
daripada darah arteri. Karena itulah dinding vena memiliki arkus aorta. Semua pembuluh tadi terus bercabang menjadi
vasa vasorum lebih banyak daripada arteri. pembuluh-pembuluh yang semakin lama semakin kecil
sampai akhirnya menjadi kapilar, bagian fungsional terkecil
Persarafan Pembuluh Darah dari sistem kardiovaskular, yang dindingnya hanya dibentuk
oleh selapis sel endotel.
Saraf simpatis mempersaraf persarafan vasomotor
bagi otot polos di tunika media pembuluh darah. Klasifikasi Arteri

Jaringan saraf vasomotor komponen simpatis dari sistem Ada 3 tipe arteri: ateri tipe alestis (conducting arteries),
saraf otonom mempersarafi sel-sel otot polos dinding arteri tipe muskular (distributing arteries), dan arteriol
pembuluh darah. Saraf simpatis pascaganglion (postganglion) (arteri kecil).
tak bermielin ini bertanggung jawab terhadap vasokonstriksi
dinding pembuluh darah. Karena saraf jarang sekali mencapai
Klasifikasi arteri menjadi tiga tipe utama ini adalah
tunika media, maka sarat tidak memiliki sinaps langsung pada
berdasarkan ukuran relatif, karakteristik morfologi, maupun
sel-sel otot polos. Sebagai gantinya saraf tadi melepaskan keduanya (Tabel 11-1). Berikut ini urutan penggolongan dari
neurotransmiter norepinefrin, yang berdifusi ke dalam tunika yang terbesar sampai terkecil:
media dan bekerja pada sel-sel otot polosnya. Rangsang ini 䡲 Arteri tipe elastis (conducting arteries) atau arteri besar
dihantarkan ke seluruh sel otot polos melalui gap junction
(taut imbas), sehingga terjadi kontraksi pada seluruh otot 䡲Arteri tipe muskular (distributing arteries) atau arteri sedang
polos dan diameter lumen pembuluh darah mengecil. 䡲 Arteriol atau arteri kecil
Arteri memiliki lebih banyak saraf vasomotor daripada Arteri merupakan pembuluh yang berjalan
vena, namun vena memiliki ujung saraf vasomotor pada berkesinambungan. Dalam perjalanan itu, diameter arteri
tunika adventisia. Arteri yang memperdarahi otot skelet juga semakin lama semakin kecil. Sehubungan dengan itu, terjadi
menerima rangsang saraf (parasimpatis) kolinergik yang pula perubahan berkesinambungan dalam hal karakteristik
menyebabkan vasodilatasi. morfologinya. Sehingga pada peralihan dari tipe satu ke tipe
selanjutnya ditemui pembuluh darah tipe peralihan yang
Arteri memiliki karakteristik kedua tipe pembuluh tadi dan tidak
dapat digolongkan secara spesifik ke dalam satu tipe tertentu.
Arteri adalah pembuluh darah yang alirannya
menjauhi jantung. Arteri Elastis (Arteri Tipe Elastik)
Belapis-lapis membran elastin tersusun konsentrasi,
Arteri adalah pembuluh darah eferen yang membawa darah disebut membran berpori, menyusun sebagian besar
dari jantung menuju kapilar. Ada dua pembuluh arteri besar tunika media.
yang keluar dari jantung, yaitu trunkus pulmonalis dari
ventrikel kanan dan aorta dari ventrikel kiri. Aorta dan cabang-cabang arkus aorta (arteri karotis komunis
Trunkus pulmonalis, segera setelah meninggalkan dan arteri subklavia), arteri iliaka komunis, dan trunkus
jantung trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri pulomalis adalah aiteri elastis (conducting arteries)
pulmonalis kanan dan kiri yang masuk ke dalam paru (Bab 15 (Gambar 11-2). Dalam keadaan segar, dinding arteri tipe ini
menjelaskan percabangan dan suplai darah untuk paru). Arteri dapat terlihat berwana kuning karena mengandung banyak
koronaria kanan dan kiri, yang memperdarahi otot jantung sekali lembaran-lembaran elastin.
merupakan cabang aorta (keluar dari ventrikel kiri). Tunika intima alteri elastis disusun oleh endotel yang
Aorta, setelah meninggalkan jantung, berjalan obliq, ditopang oleh lapisan tipis jaringan ikat di bawahnya. Dalam
lengkung posterior turun masuk ke rongga dada dan jaringan ikat tersebut, terdapat fibroblas, sedikit sel otot
bercabang menuju dinding tubuh dan visera; kemudian polos, dan serat kolagen. Tunika elastika interna (lamina
masuk ke rongga abdomen, di sini kembali bercabang menuju elastika interna) juga dapat ditemukan pada arteri tipe ini.
dinding tubuh dan visera. Aorta abdominalis berakhir dengan Sel endotel pada arteri elastis lebarnya 10-15 nm dan
panjang paralel dengan sumbu panjang pembuluh darah. Sel
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 254

254 䡲 䡲 䡲 Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi

TABEL 11-1 Karakteristik Arteri

Tipe Arteri Tunika Intima Tunika Media Tunika Adventisia


Arteri elastis Endotel dengan badan Weibel- 40-60 membran elastin berpori; Lapisan jaringan ikat
(conducting) Palade, lmina basal, lapisan sel otot polos berada di antara Fibroelastin tipis, vasa
(contoh: aorta) subendotel, tunika elastika membrane elastine; tunika vasorum, pembuluh
interna tidak sempurna elastika eksterna tipis;vasa limf, serat saraf
vasorum di setengah
permukaan luar

Arteri muskular Endotel dengan badan Weibel- Sampai 40 lapisan sel otot polos Lapisan jaringan ikat fibro-
(distributing) Palade, lamina basal, lapisan tunika elastike eksternal tebal elastin tipis; vasa
(contoh: arteri subendotel, tunika elastika vasorum tapi tidak terlalu
femoralis) interna tebal banyak; pembuluh limf,
serat saraf
Arteriol Endotel dengan badan Weibel- Satu atau dua lapis sel Jaringan ikat jarang,
Palade, lamina basal, lapisan otot polos serat saraf
subendotel tidak jelas,
sejumlah serat elastin
(bukan tunika elastika
interna yang sesungguhnya)
Metarteriol Endotel, lamina basal Sel otot polos membentuk Tidak padat, jaringan
sfingter prakapilar ikat jarang

ini berhubungan satu sama lain melalui taut kedap Tunika media arteri tipe elastis unsur penyusunnya
(occluding junction), membran plasmanya mengandung didominasi oleh lembaran elastin berpori, yang disebut
vesikel yang berkaitan dengan transport air, makromolekul membran berpori (fenestrated membranes), membran
dan elektrolit. Kadang, prosesus pendek terbentuk menjulur berpori ini tersusun berselang seling dengan sejumlah sel otot
dari membran plasma menembus tunika elastika interna polos. Jumlah Iembaran elastin meningkat dengan
membentuk taut imbas (gap junction) dengan sel otot polos bertambahnya usia; terdapat 40 lembaran elastin pada neonatus
di tunika media. Sel endotel mengandung badan Weibel- dan 70 pada orang dewasa. Membran berpori juga bertambah
Palade (Weibel-Palade bodies), yang terikat pada ketebalannya karena terus menerus berlangsung deposit
membran dengan diameter 0.1 µm dan panjang 3 µm, lembaran elastin yang terjadi pada tunika media; sel-sel otot
memiliki matriks padat yang mengandung glikoprotein polos pada arteri elastis tidak banyak seperti pada arteri
faktor von Willebrand. Faktor ini memfasilitasi proses muskular. Matriks ekstrasel disekresi oleh sel-sel otot
koagulasi trombosit dalam proses pembentukan bekuan polos, sebagian besar terdiri atas kondroitin sulfat, serat-serat
darah, dibentuk oleh sel endotel, namun disimpan hanya di kolagen, serat-serat retikular dan serat-serat elastin. Tunika
arteri. elastika eksterna (lamina elastika eksterna) juga dapat
ditemukan di tunika media.
Tunika adventisia arteri elastis relatif tipis, disusun oleh
jaringan ikat fibroelastis longgar yang mengandung fibroblas.
KORELASI KLINIS Vasa vasorum banyak terdapat di tunika adventisia. Dari vasa
vasorum pembuluh terus menjadi bantalan kapilar dan masuk
Pasien dengan penyakit von Willebrand, penyakit sampai ke tunika media, untuk membawa nutrisi dan oksigen
keturunan yang mengakibatkan kegagalan adhesi bagi jaringan ikat dan sel otot polos. Pori yang ada di tunika
trombosit, memiliki waktu pembekuan darah lama elastika memungkinkan sel-sel di tunika media mendapat
dan jika terjadi Iuka, akan terjadi perdarahan masif oksigen dan zat gizi dari darah dalam lumen melalui
di tempat cedera. proses difusi. Namun, kebutuhan terbesar oksigen dan
zat gizi dipenuhi oleh vasa vasorum.
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 255

Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi ■ ■ ■ 255

iEL TA

TM

TM
FM

xEL

Gambar 11-3 Gambaran histologik mikroskop cahaya arteri tipe


muskular (xl32). Perhatikan tunika adventisia (TA) dan tunika elastika
interna (the internal elastic laminae = iEL) dan tunika elastika eksterna
(the external elastic laminae = xEL) mengapit tunika media (TM) yang
tebal.
TA

dua; disebut tunika elastika interna bifida (lamina


elastika interna bifida). Seperti pada arteri tipe elastis,
endotel pada arteri muskular ini juga memluki prosesus yang
Gambar 11-2 Gambaran histologik mikroskop cahaya arteri tipe
menjulur menembus pori di tunika elastika interna dan
elastis (xl32). Perhatikan membran berpori (FM = fenestrated berkomunikasi dengan sel otot polos di dekatnya pada tunika
membrane), tunika media (TM), dan tunika adventisia (TA). media melalui taut imbas (gap junction). Gap junction ini
diyakini berperan dalam metabolisme endotel dan otot polos
secara berpasangan.
Arteri muskular (Arteri Tipe Muskular) Tunika media arteri muskular terutama disusun oleh sel-
sel otot polos. Sel-sel otot polos di lapisan ini lebih kecil
Ciri arteri adalah tunika medianya yang disusun daripada sel-sel otot polos pada organ viseral. Sebagian
oleh dominasi sel-sel otot polos. terbesar sel-sel otot polos di tunika media tersusun sirkular di
bagian yang dekat dengan tunika intima; namun ada
Arteri tipe muskular (distributing arteries) meliputi beberapa yang tersusun memanjang di tunika adventisia.
pembuluh darah yang merupakan cabang-cabang aorta, kecuali Arteri muskular yang kecil memiliki tiga sampai empat
trunkus major (utama) yang merupakan cabang arkus aorta dan lapisan otot polos, sedangkan pembuluh yang lebih besar
bifurkasio terminal aorta abdominalis. Kedua pembuluh tadi dapat memiliki sampai 40 lapisan otot polos sirkular. Jumlah
tergolong arteri elastis. Namun kebanyakan arteri yang ada lapisan berkurang mengikuti semakin kecilnya ukuran
namanya, termasuk yang berdiameter hanya 0,1 mm, tergolong pembuluh.
dalam arteri muskular (misalnya: arteri brakialis, ulnaris, Sel-sel otot polos dibungkus oleh lamina eksterna (serupa
renalis ). Karakteristik yang digunakan untuk mengidentifikasi dengan lamina basal). Prosesus sel otot polos menjulur
arteri muskular adalah tunika medianya yang terutaman melewati interval antara lamina basal sel otot polos yang
disusun oleh sel-sel otot polos (Gambar 11-3). satu dengan yang lain membentuk taut imbas (gap junction)
Tunika intima arteri muskular lebih tipis daripada untuk mengatur kontraksi otot di tunika media. Di antara
arteri elastis, namun lapisan subendotelnya mengandung lapisan otot polos tadi, tersebar serat-serat elastin, kolagen
sejumlah otot polos; juga berbeda dengan arteri elastis, III, dan kondroitin sulfat, yang diproduksi oleh sel otot
tunika elastika interna (lamina elastika interna) polos. Berkas kolagen III (diameter 30 nm) terdapat di
arteri muskular terlihat nyata dan permukaannya ruang antarsel.
bergelombang. Kadang tunika elastika interna ini ada Tunika elastika eksterna dapat dilihat pada sediaan
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 256

256 䡲 䡲 䡲 Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi

histologi arteri muskular yang besar berupa beberapa lapisan


lembran elastin; dengan menggunakan mikroskop elektron,
dapat terlihat bahwa lembaran ini memiliki pori.
Tunika adventisia arteri muskular tersusun oleh serat
elastin, serat kolagen (diameter 60-100 nm), dan substansi A
dasar terutama dermatan sulfat dan heparan sulfat. Matriks
L
ekstrasel diproduksi oleh fibroblas yang ada di tunika
adventisia. Serat kolagen dan elastin berjalan longitudinal dan
menyatu dengan jaringan ikat sekitarnya. Vasa vasorum dan TM
ujung saraf tak bermielin terletak sisi luar tunika adventisia.
Neurotransmiter yang dilepaskan di ujung saraf berdifusi N
melalui pori di tunika elastika eksterna menuju tunika media,
membuat sel-sel otot polos terdekat mengalami depolarisasi.
Depolarisasi ini kemudian diteruskan ke seluruh otot polos
tunika media melalui taut imbas (gap junction).

RBC
KORELASI KLINIS
Aneurisma, dilatasi dinding arteri yang berbentuk L
seperti kantong (pada vena lebih jarang), terjadi akibat
lemahnya dinding pembuluh darah, biasanya berkaitan
dengan pertambahan usia. Aneurisma dapat terjadi pada Ve
bagian dinding pembuluh darah yang mengalami
aterosklerosis, penderita sindrom Marfan, Sifilis,
sindrom Ehlers-Danlos. Pada kondisi yang
disebutkan tadi, serat elastin digantikan oleh serat TM
kolagen. Aorta abdominalis adalah pembuluh yang
paling sering mengalami anemisma. Jika dapat
dideteksi, daerah kantong (halon) dapat diperbaiki,
namun jika tidak terdeteksi, terjadi ruptur dan penderita
mengalami kehilangan darah masif yang membawa Gambar 11-4 Gambaran histalagik mikroskap cahaya arterial dan
kematian. venul, tedapat sel-sel darah merah (x540). Arterial (A) terlihat jelas
dengan tunika media (TM) yang tebal. Nukleus sel endatel (N)
menanjal ke arah lumen (L). Venul (Ve) tidak begitu jelas dengan
lumen besar berisi sel darah merah (RBC = red blood cells). Tunika
media venul tidak sejelas seperti arteriol.
Arteriol

Arteriol adalah pembuluh arteri dengan


diameter kurang dari 0,1 mm. yang secara menyeluruh mengelilingi sel endotel (Gambar
11-6). Pada arteriol yang lebih besar, tunika media
Arteriol adalah pembuluh arteri terminal yang meregulasi disusun oleh dua-tiga lapis sel otot polos. Arterial tidak
aliran darah menuju kapilar. Pada sediaan histologi, dapat memiliki tunika elastika eksterna. Tunika adventisia nya
dilihat bahwa tebal dinding arteriol sama dengan besar sangat sedikit, hanya berupa jaringan ikat fibroelastis dan
diameter lumennya (Gambar 11-4). Endotel pada tunika sedikit fibroblas.
intima disokong oleh jaringan ikat subendotel yang tipis. Arteri yang memperdarahi bantalan kapilar disebut
Jaringan ikat subendotel ini mengandung kolagen III dan metarteriol. Strukturnya berbeda dari arteriol pada
sedikit serat elastin. Pada arteriol kecil dan arterial terminal bagian otot polosnya. Pada metarteriol, otot polosnya
tidak ditemukan tunika elastika interna, namun dapat tidak kontinu; berdiri sendiri-sendiri secara terpisah
ditemukan pada arterial yang lebih besar (Gambar 11-5). dan tiap sel mengelilingi sel entodelnya. Diyakini bahwa
Tunika media arterial kecil disusun oleh satu lapis otot polos susunan tersebut membuat sel otot polos dapat berfungsi seba-
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 257

Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi ■ ■ ■ 257

gai sfingter saat berkontraksi, sehingga mengatur aliran darah


yang masuk dalam bantalan kapilar.

KORELASI KLINIS
Dinding pembuluh yang lemah karena defek
embrional ataupun rusak akibat aterosklerosis,
sifilis dan gangguan jaringan ikat (seperti pada
sindrom Marfan dan sindrom Ehlers-Danlos)
dapat menyebabkan terjadinya kantung (balon),
membentuk aneurisrna. Dalam perjalanan penyakit
selanjutnya dinding pembuluh semakin lemah sehingga
aneurisma dapat ruptur; suatu kondisi yang dapat
membawa kematian.

Struktur Sensorik Khusus di Arteri

Struktur sensorik khusus di arteri meliputi sinus


karotikus, badan karotis dan badan aorta.
Gambar 11-5 Gambaran mikroskop elektron arteriol. (Dari Yamazaki
K, Allen TD: Ultrastructural morphometric study of efferent nerve Ada tiga struktur sensorik khusus yang terdapat di arteri
terminals on murine bone marrow stromal cells, and the recognition
of a novel anatomical unit : The "neuro-reticular complex." Am J Anat utama tubuh: sinus karotikus, badan karotis dan badan
187: 261-276, 1990.) aorta. Ujung saraf pada struktur ini memonitor tekanan darah
dan komposisi darah, memberikan input esensial ke otak
untuk mengontrol denyut jantung, respirasi dan tekanan
darah.

Sinus Karotikus

Sinus karotikus adalah beroreseptor yang terletak di


dinding arteri karotis interna pada distal percabangan
(bifurkasio) arteri karotis komunis.

Sinus karotikus adalah baroreseptor; memberi respon


terhadap perubahan tekanan darah. Struktur ini khusus berada
dalam dinding arteri karotis interna di atas percabangan arteri
karotis komunis. Di bagian ini, tunika adventisia pembuluh
relatif lebih tebal dan memiliki ujung saraf sensorik yang
berasal dari nervus glosofaringeus (nervus kranial IX).
Tunika medianya relatif tipis, sehingga memudahkan distensi
pembuluh darah saat tekanan darah meningkat. Distensi ini
merangsang ujung saraf. Rangsang aferen, diterima pada
pusat vasomotor di otak, memicu penyesuaian dengan
Gambar 11-6 Gambaran mikroskop elektron arteriol, terlihat lapisan melakukan vasokonstriksi, sehingga tekanan darah terjaga.
otot polosnya yang padat dan serat-serat sarafnya. (Dari Fujiwara T, Baroreseptor tambahan berukuran lecil terletak di aorta dan
Uehara Y: The cytoarchitecture of the wall and innervation pattern of the beberapa pembuluh besar.
microvessels in the rat mammary gland: A scanning electron
microscopic observation. Am J Anat 170: 39-54,
1984.) Badan Karotis

Badan karotis berfungsi sebagai kemoreseptor, yang


memonitor perubahan kadar oksigen dan karbondioksia,
serta konsentrasi ion hidrogen.
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 258

258 䡲 䡲 䡲 Bab11 䡲 Sistem Sirkulasi

Badan karotis merupakan struktur oval, kecil, terletak dian mengalir ke arteri muskular dan arteriol, akhirnya
pada bifurkasio arteri karotis komunis. Badan karotis sampai di kapilar untuk menghidupi jaringan.
memiliki ujung saraf khusus berupa kemoreseptor yang Pusat vasomotor di otak memonitor secara kontinu
bertanggung jawab memonitor perubahan kadar oksigen tekanan darah dengan mengatur vasokonstriksi dan
dan karbondioksida, serta konsentrasi ion H+. Badan vasodilatasi. Vasokonstriksi merupakan kerja saraf
karotis memiliki diameter 3-5 mm, terdiri atasbanyak vasomotor sistem saraf simpatis, sedangkan
kelompokan sel pucat yang terbenam dalam jaringan vasodilatasi merupakan kerja sistem saraf
ikat. Dengan miksroskop elektron dapat dibedakan dua parasimpatis. Selama vasodilatasi asetilkolin dari
macam sel parenkim: sel glomus (tipe I) dan sel ujung saraf pada dinding pembuluh darah
sheath (tipe II). merangsang penglepasan nitric oxide (NO) dari
Sel glomus memiliki nukleus yang besar serta endotel. NO kemudian berdifusi ke dalam otot polos,
organel. Sel ini dapat dikenali dengan adanya vesikel mengaktivasi sistem cyclic guanosine monophosphate
inti padat, berdiameter 60-200 nm, serupa dengan (cGMP ), menghasilkan relaksasi otot polos, sehingga
vesikel pada sel kromafin di kelenjar suprarenal. Dalam terjadi dilatasi lumen pembuluh darah.
prosesus sel terdapat mikrotubul longitudinal, vesikel Sel otot polos arteri memiliki reseptor bagi
inti padat, dan beberapa vesikel kecil electron-lucent. substansi selain neurotransmiter norepinefrin. Ketika
Prosesus ini berhubungan dengan sel glomus lain dan sel tekanan darah rendah, ginjal mensekresi enzim renin,
endotel kapilar. yang merangsang angiotensinogen dalam sirkulasi
Sel sheath lebih kompleks dan memiliki prosesus membentuk angiotensin I. Vasokonstriktor sedang
panjang yang hampir semuanya bersinggungan dengan ini kemudian diubah menjadi angiotensin II oleh
prosesus sel glomus. Nukleus sel ini iregular dan ACE, yang terdapat pada plasmalema endotel kapilar
mengandung lebih banyak heterokromatin daripada (terutama kapilar paru). Angitensin II adalah
nukleus sel glomus; sel sheath juga mengandung vesikel vasokonstriktor poten yang memicu kontraksi otot
inti yang tidak padat. Begitu ujung saraf memasuki polos, sehingga diameter lumen berkurang,
kelompokan sel glomus, saraf tadi kehilangan sel menyebabkan tekanan darah meningkat. Perdarahan
Schwann dan berganti menjadi diselubungi oleh sel hebat menginduksi hipofisis mensekresi antidiuretic
sheath (yang dalam banyak hal mirip dengan sel glia hormone (ADH), atau vasopresin yang juga
dalam menyelubungi serat-serat di sistem saraf pusat). merupakan vasokonstriktor kuat.
Badan karotis mengandung katekolamin (seperti juga Struktur arteri elastis membuat dindingnya dapat
pada sel-sel di medula suprarenal dan paraganglia), meregang (distensi) saat sistole (kontraksi otot
namun belum jelas apakah juga memproduksi hormon. jantung), dan melakukan recoil (kembali ke diameter
Nervus glosofaringeus dan nervus vagus mempersarafi semula) saat diastole (relaksasi otot jantung),
badan karotis dengan banyak serat aferen. Pada beberapa peristiwa ini juga membantu menghantarkan tekanan
sinaps, sel glomus terlihat berfungsi sebagai badan darah dan aliran darah secara konstan. Arteri muskular
presinaps, namun interaksi spesifiknya belum jelas merupakan cabang dari arteri elastis yang
diketahui. mendistribusikan darah ke seluruh tubuh, sehingga
juga dipengaruhi oleh perubahan vasokonstriksi dan
vasodilatasi yang terjadi secara konstan. Untuk
Badan Aorta menyesuaikan dengan keadaan tersebut, tunika
Badan aorta terletak pada arkus aorta di antara arteri adventisia berbaur secara longgar dengan jaringan ikat
subklavia kanan dan arteri karotis komunis kanan, dan sekitarnya, sehingga mencegah tertahannya pembuluh
antara arteri karotis komunis kiri dan arteri subklavia saat terjadi kontraksi dan ekspansi akibat perubahan
kiri. Struktur dan fungsi badan aorta sama dengan badan tekanan darah.
karotis. Lokasi arteri juga menentukan tebalnya lapisan-
lapisan dinding arteri. Sebagai contoh, tunika media
arteri di tungkai lebih tebal daripada tunika media
Pengatur Tekanan Darah Arteri arteri di ekstremitas atas. Keadaan ini adalah respon
terhadap penekanan kontinu akibat gaya gravitasi.
Tekanan darah arteri diatur oleh pusat vasomotor Contoh lain, arteri koronmia yang menghidupi
di otak. jantung, adalah arteri yang bertekanan tinggi, sehingga
juga memiliki tunika media yang tebal. Sebaliknya,
Jantung, selaku pompa kardiovaskular, berdenyut dan arteri dalam sirkulasi paru, berada dalam tekanan
istirahat antara denyutan, menghasilkan semburan rendah; sehingga tunika media pembuluh darah paru
bertekanan yang langsung masuk ke arteri elastis, kemu- lebih tipis.
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 259

Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi ■ ■ ■ 259

KORELASI KLINIS
Perubahan Vaskular Normal dan Patologis Lapisan otot polos di tunika media orang sehat mengalami
Arteri terbesar terus berturnbuh sampai usia 25 tahun, regenerasi, namun jika endotel cedera, trombosit yang
namun sudah terjadi proses penebalan dinding yang berkumpul di daerah cedera itu akan melepaskan platelet-
progresif dan penambahan jumlah lapisan lembaran derived growth factor (PDGF), merangsang proliferasi otot
elastin. Pada arteri muskular, sejak usia pertengahan, polos. Akibatnya, sel-sel endotel ini mulai dibungkus oleh lipid
deposit kolagen dan proteoglikan meningkat di kaya kolesterol, yang merangsang sel-sel otot polos
dinding sehingga mengurangi fleksibilitasnya. memprodukasi kolagen dan proteoglikan, akibatnya terjadi
Pembuluh koroner adalah yang pertama menampilkan siklus penebalan tunika intima. Kerusakan endotel lebih lanjut
efek penuaan, dengan tunika intimanya yang menyebabkan nekrosis, yang mengundang lebih banyak
mengalami perubahan terbesar. Perubahan alami ini trombosit dan akhirnya terjadi pembekuan, membentuk
tidak bersifat regresif seperti perubahan pada trombus yang dapat menutup lumen pembuluh di Iokasi
arteriosklerosis (pengerasan arteri). tersebut atau bisa juga masuk ke dalam sirkulasi dan kemudian
menutup lumen di tempat lain di pembuluh yang Iebih
Arteriosklerosis berbahaya (misalnya: pembuluh darah koroner atau pembuluh
Arteri kecil dan arterial, terutama di ginjal, rentan darah otak).
terhadap arteriosklerosis tipe paling umum, Patogenesis penyakit kardiovaskular masih belum
memperlihatkan penebalan hialin atau konsentris, diketahui dengan pasti, namun penelitian terbaru
yang sering berkaitan dengan hipertensi dan/atau menghasilkan teori yang menyatakan keterlibatan kolesterol,
diabetes. lipoprotein dan beberapa mitogen. Sudah disepakati adanya
hubungan antara kadar kolesterol darah dan penyakit jantung,
Aterosklerosis
namun baru-baru ini diketahui bahwa C-reactive protein
Kebanyakan arteri yang berukuran besar-termasuk (CRP), yang diproduksi hati dapat digunakan sebagai
arteri koronaria, arteri karotis, dan sebagian besar penanda adanya inflamasi. Kemudian diketahui bahwa CRP
arteri di otak-rentan terhadap aterosklerosis, penyakit merupakan indikator yang jauh lebih akurat untuk menilai
yang mengawali serangan jantung dan stroke. risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Obat golongan
Aterosklerosis dikenali dengan adanya infiltrasi lunak statin, yang telah digunakan secara luas untuk menurunkan
materi lipid nonselular dalam dinding tunika intima; kadar kolesterol dalam darah dan mengurangi risiko penyakit
infiltrasi ini dapat mengurangi diameter lumen bahkan jantung, ternyata juga menurunkan kadar CRP. Bukti ini
pada usia 25 tahun. Belum jelas apakah ini merupakan penting karena respon terhadap inflamasi dalam menimbulkan
kondisi fisiologis atau manifestasi dari proses penyakit jantung sama kritis nya dengan tingginya kadar
penyakit. Namun plak fibrosa yang terbentuk dalam kolesterol. Jadi ada kesamaan antara inflamasi dan penyakit
tunika intima orang tua adalah proses patologis. kardiovaskular.

Kapilar jadi sebuah tabung, dengan sumbu panjang sel berada searah
dengan arah aliran darah. Sel-sel endotel ini gepeng dengan
Kapilar berawal dari ujung akhir arteriol (Gambar 11-7), yang ujung mengecil perlahan sampai mencapai tebal kurang lebih
terbentuk dari percabangan dan anastomosis, bantalan kapilar 0.2 µm , namun inti selnya yang berbentuk elips menonjol ke
(network) antara arteriol dan venul (vena kecil). Dengan arah lumen kapilar. Sitoplasmanya mengandung kompleks
mikroskop elektron diketahui ada tiga tipe kapilar; (1) kontinu golgi, sedikit mitokondria, sejumlah retikulum endoplasmik
(Gambar 11-8), (2) berpori (fenestrated) dan (3) sinusoid kasar (RER), dan ribosom bebas (Gambar 11- 9; juga
(lihat gambar 11-12). Perbedaan antara ketiganya akan dibahas Gambar 11-8). Filamen intermedia (diameter 9-11 nm),
kemudian. terletak pada zona kitar inti (perinuclear zone), memiliki
komposisi filament beragam. Sebagai contoh , beberapa sel
Struktur Umum Kapilar memiliki filamen dengan komposisi desmin, sel lainnya
memiliki filamen dengan komposisi vimentin, dan ada pula
Kapilar disusun oleh selapis sel endotel, sel endotel yang memiliki kedua filamen tersebut. Filamen-
dan merupakan pembuluh darah terkecil. filamen ini menjadi penunjang struktur sel-sel endotel,
namun apakah keragaman komposisi filamen tadi memiliki
pengaruh bermakna, masih belum diketahui dengan jelas.
Kapilar adalah pembuluh darah terkecil dengan panjang
kurang lebih 50 µm dan diameter antara 8-10 µm. Kapilar Banyaknya jumlah vesikel pinositosis yang berhubungan
dibentuk oleh epitel gepeng selapis yang menggulung men- dengan seluruh plasmalema merupakan pananda karakteris-
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 260

260 䡲 䡲 䡲 Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi

Ca
RBC

Gambar 11-7 Gambaran mikroskop cahaya kapilar serebelum monyet (x270). Kapilar (Ca) terlihat dalam lapang pandang, dan dalam lumen
(L) terlihat sel darah merah (red blood cells = RBC). Perhatikan nukleus sel endotel (panah) menonjol ke arah lumen.

tik kapilar. Vesikel tersebut dapat berupa vesikel tunggal, dua


vesikel berfusi menjadi satu, atau beberapa vesikel yang
bergabung membentuk saluran peralihan sementara. Pada
endotel bagian paling tipis, vesikel tunggal dapat membentang
dari plasmalema adluminal menyeberangi sitoplasma menuju
plasmalema abluminal sel endotel tadi.
Sel endotel kapilar menggulung menjadi tabung,
membentuk lumen dengan diameter 8-10 µm diameter ini
konstan di keseluruhan panjang kapilar. Ukuran diameter ini
cukup untuk dilewati satu sel darah merah tanpa gangguan.
Walau bantalan kapilar tidak semua membuka pada saat yang
sama, namun peningkatan permintaan akan menginisiasi
pembukaan lebih banyak, sehingga aliran darah meningkat
sesuai kebutuhan fisiologis. Permukaan luar sel endotel
diselubungi oleh lamina basal yang terbentuk dari sekresi
endotel (Gambar 11-9). Pada potongan melintang, tampak
dinding kapilar kecil dibentuk oleh satu sel endotel. Sementara
dinding kapilar yang Iebih besar dibentuk oleh 2-3 sel endotel,
karenanya hubungan antar selnya cenderung tumpang tindih
(overlap), bagian pinggirnya membentuk lipatan (marginal
fold) yang menonjol ke lumen. Sel-sel endotel dihubungkan
satu sama lain dengan taut kedap (fasciae occludentes
Gambar 11-8 Gambaran mikrokop elektron kapilar kontinu kelenjar
submandibular tikus (xl3.000). Perisit menduduki lamina basal yang atau tight junctions).
sama dengan sel endotel. (Dari Sato A, Miyoshi S: Morphometric study Perisit terletak di sepanjang sisi luar mengelilingi kapilar
of the microvasculature of the main excretory duct subepithelia of the dan venul kecil (Gambar 11-10 dan 11-11). Sel-sel ini
rat parotid, submandibular, and sublingual salivary glands. Anat Rec
226: 288-294, 1990.) memiliki juluran panjang (proseus primer) yang arahnya
sesuai dengan sumbu kapilar. Dari prosesus primer keluar
juluran sekunder (prosesus sekunder) dengan arah melingka-
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 261

Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi ■ ■ ■ 261

Gambar 11-9 Gambaran mikroskop


elektron kapilar testis. Lumen kapilar
(CL = capillary lumen ); Sel mioid (MC
= myoid cell ); Nukleus sel endotel (E
= nucleus of endothelial cell ). Panah
menunjukkan lamina basal. (Dari
Meyerhofer A, Hikim APS, Bartke A,
Russell LD: Changes in the testicular
microvasculature duri.ng photoperiod-
related seasonal transition from
reproductive quiescence to reproductive
activity in the adult golden hamster .
Anat Hee 224: 495-507, 1989.)

Gambar 11-10 Gambaran mikroskop


elekron kapilar, terlihat perisit pada
permukaannya (x5.000). (Dari
Fujiwara T, Uehara Y: The
cytoarchitecture of the wall and
innervation pattern of the
microvessels in the rat mammary
gland: A scanning electron
microscopic observation . Am J Anat
170: 39-54, 1984.)

ri kapilar (sirkular) dan membentuk beberapa taut imbas perisit berdiferensiasi menjadi sel otot polos dan sel endotel
(gap junctions ) dengan sel endotel. Perisit dan sel endotel pada dinding arteriol dan venul
menduduki lamina basal yang sama. Perisit memiliki
kompleks golgi kecil, RER, mikrotubul dan filamen yang juga Klasifikasi Kapilar
menjulur ke dalam prosesus. Sel-sel ini juga mengandung
trpomiosin, isomiosin, dan protein kinase yang semuanya Ada tiga tipe kapilar: (1) kontinu, (2) berpori (fenestrated),
berkaitan dengan proses kontraktil untuk mengatur aliran darah and (3) sinusoid (Gambar 11-12). Ketiganya berbeda dalam
dalam kapilar. Seperti diskusi pada Bab 6, setelah terjadi cedera strutur dan lokasi.
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 262

262 䡲 䡲 䡲 Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi

A Kapilar kontinu

B Kapilar berpori
Gambar 11-11 Gambaran mikroskop elektron dari kapilar berpori
dengan perisitnya pada potongan melintang. Perhatikan bahwa sel
endotel kapilar dan perisit berdiri di lamina basal vang sama (Dari Sato
A, Miyoshi S: Morphometric study of the microvasculature of the main
excretory duct subepitlielia of the rat parotid, submanbular, and
sublingual salivary glands. Anat Rec 226: 288-294, 1990.)

Kapilar Kontinu

Kapilar kontinu tidak memiliki pori atau tingkap


pada dindingnya.

Kapilar kontinu ditemukan pada otot, saraf dan jaringan ikat;


pada jaringan otak ditemukan modifikasi kapilar kontinu. C Kapilar diskontinu (sinusoidal atau sinusoid)
Tautan antar sel endotel kapilar di otak adalah taut kedap
(fasciae occludentes = tight junction), yang mencegah Gambar 11-12 Tiga tipe kapilar: kontinu, berpori dan
lewatnya banyak molekul. Substansi seperti asam amino,
sinusoid (diskontinu ).
glukosa, dan purin menyebrang dinding kapilar menggunakan
media transportasi (carrier-mediated transport). Polaritas sel
juga mempengaruhi sistem transport, terlihat dari Na+, K+-
ATPase hanya terdapat pada membran adluminal. Ada bukti
bahwa barier regulasi berada dalam sel endotel, namun Kapilar berpori, memiliki pori (tingkap = fenestrae) pada
dipengaruhi oleh produk yang dibuat oleh astrosit yang dindingnya. Ukuran pori antara 60-80 nm dan dilapisi oleh
berhubungan dengan kapilar (kaki perivaskular = perivascular dilapisi oleh difragma. Kapilar tipe ini terdapat pada pankreas,
usus halus dan kelenjar endokrin.
feet ).
Pori pada kapilar berpori dijembatani oleh diafragma yang
sangat tipis. Jika diamati setelah dilakukan pewarnaan platinum-
Kapilar Berpori
carbon shadowing, pada diafragma terlihat ada 8 fibril berjalan
radier dari satu pusat seperti jari-jari roda, dengan jarak antara
Kapilar berpori memiliki pori (tingkap = fenestrae) jari-jari (bukaan) 5.5 nm. Kompleks pori-diafragma ini umumnya
pada dindingnya yang dilapisis oleh diafragma pori. berjarak 50 nm dan berada berkelompok; Sebagian besar kapilar
berpori memiliki diafragma (Gambar ll-12B). Pengecualian pada
glomerulus ginjal, kapilar berpori tidak memiliki diafragma.
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 263

Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi ■ ■ ■ 263

Kapilar Sinusoid dikontrol oleh rangsang lokal. Saraf-saraf yang terdapat pada
AVA dikontrol oleh sistem termoregulasi otak.
Kapilar sinusoid memiliki sel endtotel dan lamina basal
diskontinu, dan memiliki pori besar tanpa diafragma,
Glomera
sehingga meningkatkan pertukaran zat antara darah Bantalan kuku dan ujung jari serta ibu jari diperdarahi
dan jaringan. oleh glomera (glomus, bentuk tunggal). Glomus adalah
organ kecil yang menampung darah dari arteriol, tidak
Saluran vaskular pada organ-organ tubuh, termasuk sumsum memiliki lamina elastika dan memiliki banyak otot polos
tulang, hati, limpa, organ limfoid, dan beberapa kelenjar dengan banyak persarafan. Otot polos mengelilingi lumen
endokrin disebut sinusoid, 'kolam' atau saluran iregular berisi pembuluh sehingga secara langsung dapat mengontrol aliran
darah, bentuknya menyesuaikan dengan lokasi. Bentuk sinusoid darah yang masuk ke lokasi sebelum mengosongkannya dan
yang ireguler ini ditentukan saat proses pembentukan sinusoid masuk ke pleksus vena. Bagaimana sesungguhnya komplek
pada organogenesis. Saat organogenesis sinusoid terletak di glomera itu, masih belum dipahami.
antara komponen parenkim.
Karena lokasinya, kapilar sinusoid memiliki diameter yang Pembuluh Jalur Tengah (Central Channel)
besar antara 30-40 µm (Gambar 11-12). Saluran ini juga
memiliki banyak pori yang tidak memiliki diafragma; dinding Metarteriol menyusun bagian proksimal pembuluh jalur
endotelnya diskontinu, juga lamina basalnya, memungkinkan tengah (central chennel), dan saluran penghubung
terjadi pertukaran zat antara darah dengan jaringan. Sinusoid selanjutnya membentuk bagian distal jalur tengah.
dilapisi oleh endotel. Pada organ tertentu, endotelnya tipis dan
kontinu (pada beberapa organ limfoid); sedangkan pada organ Aliran darah sistem aiteri dikontrol oleh metarteriol
lain ada daerah yang kontinu dengan daerah yang berpori (memiliki sfingter prakapilar) atau oleh arteriol terminal.
(seperti pada kelenjar endokrin). Walau sel endotelnya tidak Metarteriole membentuk bagian proksimal pembuluh jalur
memiliki vesikel pinositosis, makrofag dapat ditemukan di tengah (central channel), sedangkan bagian distalnya
dalam sinusoid, maupun di sepanjang sisi luar dinding endotel. dibentuk oleh saluran penghubung (thoroughfare channel),
struktur ini diberi nama demikian karena tidak memiliki
sfingter prakapilar. Saluran penghubung (thoroughfare
Regulasi Aliran Darah Menuju Bantalan Kapilar channel), menampung darah dari bantalan kapilar dan
membawanya ke venul kecil (sistem vena) (Gambar 11-13).
Saat sfingter prakapilar berkontraksi, darah mengalir
Anastomosis Arteriovenosa memasuki pembuluh jalur tengah (central channel), tanpa
(Arteriovenous Anastomeses = AVA atau melewati bantalan kapilar (bypass) langsung masuk ke venul.
Arteriovenous Shunt = Av Shunt)
Histofisiologi Kapilar
Anastomosis arterioveno menghubungkan arteriol dan venul
secara langsung (bypass) tanpa melewati bantalan kapilar. Kapilar adalah bagian tempat darah mengalir sangat
lambat, sehingga memungkinkan terjadinya pertukan zat
dalam sirkulasi darah dengan jaringan ikat ekstrasel.
Ujung sebagian besar arteri berakhir pada bantalan kapilar, yang
kemudian mengalirkan darah ke venul untuk kembali menuju Sel endotel kapilar dapat memiliki dua sistem pori yang
sistem kardiovaskular. Di banyak tempat pada tubuh, sisi arteri berbeda: pori kecil (diameter ~9-11) dan pori besar
dengan sisi vena dihubungkan melalui anastomosis arteriovenosa (diameter ~50-70 nm). Pori kecil diyakini sebagai
(arteriovenous anastomosis = AVA). Struktur arteri dan vena diskontinuitas taut antar sel endotel. Pori besar adalah pori
yang terdapat pada AVA serupa dengan struktur arteri dan vena sesungguhnya (tingkap) dan merupakan vesikel transport.
pada umumnya, sedangkan bagian peralihan memiliki tunika Oksigen, karbondioksida dan glukosa harus berdifusi atau
media yang tebal dan lapisan subendotelnya disusun oleh sel diangkut menyebrang plasmalema, kemudian berdifusi lagi
poligonal yang gemuk yang merupakan modifikasi sel otot polos melalui sitoplasma dan akhirnya menembus plasmalema
yang tersusun longitudinal. abluminal masuk ke ruang ekstrasel. Sedangkan air dan
Ketika AVA menutup, darah masuk ke dalam bantalan kapilar; molekul hidrofilik (-1,5 nm) dapat berdifusi langsung melalui
ketika shunt membuka, darah dalam jumlah cukup besar mengalir hubungan taut antar sel.
tanpa melewati bantalan kapilar (bypass) langsung menuju AVA. Molekul larut dalam air yang berdiameter lebih dari
Shunt ini berguna dalam termoregulasi dan terdapat banyak di 11nm diangkut dari plasmalema adluminal menuju
kulit. Segmen intermedia AVA banyak dipersarafi oleh saraf plasmalema abluminal oleh banyak vesikel pinositosis yang
adrenergik dan kolinergik. Sedangkan sebagian besar saraf tepi terdapat pada membran sel. Proses ini disebut transitosis
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 264

264 䡲 䡲 䡲 Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi

Serat (sel) otot A Lumen


polos
Arteriol

Metarteriol Sfingter
prakapilar
Sitoplasma sel
endotel

Kapiler
sejati
Jaringan ikat

B Lume
n

Saluran penghubung
(Troughout channel)

Venul

Gambar 11-13 Pengaturan aliran darah dalam bantalan kapilar.


Pembuluh jalur tengah (central channel ), terdiri atas metarteriol pada Jaringan ikat
sisi arteri dan saluran penghubung (throughfare channel ) pada sisi
vena. Darah dari daerah arteri dapat langsung menuju daerah vena
tanpa melalui bantalan kapilar (bypass ) dengan menutup sfingter C
prakapilar. Lumen

(Gambar 11-14 ) karena zat yang diangkut menyeberang


seluruh bagian sel. Pada kapilar kontinu, zat dibawa oleh
vesikel terbuka yang terletak di plasmalema adluminal. Vesikel
kemudian menyeberang sitoplasma menuju plasmalema Jaringan ikat
abluminal, di sini vesikel menyatu (berfusi) dengan plasmalema
abluminal untuk membawa zat yang diangkutnya ke ruang Gambar 11-14 Beragam metode transport melintasi endotel kapilar.
ekstrasel. lni adalah proses yang efisien karena jumlah vesikel A, Vesikel pinositosis, terbentuk pada permukaan lumen, melintas sel
yang terdapat pada sel endotel lebih dari 1.000/mm2. endotel, dan melepaskan isinya di luar sel pada ruang jaringan ikat.B,
Jejaring trans Golgi-dibentuk vesikel yang bersalut clathrin dan
Tampaknya vesikel-vesikel ini berupakan anggota dari populasi memiliki reseptor molekul, vesikel ini kemudian bergabung dengan
tetap vesikel yang dibentuk oleh kompleks Golgi melalui sel endotel sisi permukanan lumen kapilar dan mengambil ligan
mekanisme pembaharuan (mekanisme fusi- fisi). spesifik dari lumen. Vesikel tadi meninggalkan permukaan lumen dan
Lekosit meninggalkan aliran darah, masuk ke ruang melintas sel endotel, menyatu dengan membran permukaan luar dan
melepaskan isinya ke dalam ruang jaringan ikat. C, Pada daerah
ekstrasel dengan menembus taut antar sel melalui proses yang endotel sangat tipis, vesikel pinositosis (jejaring trans Golgi ) dapat
disebut diapedesis. Histamin dan bradikinin, yang kadarnya menyatu dengan sesama vesikel membentuk pori peralihan yang
meningkat saat proses inflamasi, meningkatkan permeabilitas menembus seluruh ketebalan sel endotel, membuat jalan bagi materi
kapilar, sehingga cairan dalam jumlah besar keluar dari untuk berpindah dari lumen kapilar ke ruang jaringan ikat dan
sebaliknya. (A-C, diambil dari Simionescu N, Simionescu M: Dalam
pembuluh darah ke ruang ekstrasel. Penumpukan kelebihan Ussing H, Bindslev, N, StenKnudsen O [eds]: Water Transport Across
cairan ekstrasel ini menyebabkan jaringan menjadi sembab, Epithelia . Copenhagen, Munksgaard, 1981.)
yang disebut sebagai edema.
Sel endotel kapilar juga mensekresi sejumlah substansi,
termasuk fibronektin, laminin, dan kolagen II, IV dan V.
Semua substansi tadi dilepaskan menuju dan menjadi bagian
dari matriks ekstrasel. Sebagai tambahan, sel endotel juga
memproduksi beberapa substansi penting yang berkaitan
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 265

Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi ■ ■ ■ 265

dengan pembekuan, (clotting), tonus otot polos pembuluh me darah berada dalam pembuluh ini. Pada sediaan histologi
darah, sirkulasi limfatik dan pergerakan netrofil. potongan melintang, vena berjalan sejajar dengan arteri;
Susbstansi vasokonstriksor, endotelin I, disekresi oleh sel namun dinding vena biasanya kolaps karena lebih tipis dan
endotel kapilar, berikatan dengan sel otot polos pembuluh kurang elastis dibandingkan dinding arteri, sebab aliran balik
darah. Endotelin I bekerja sebagai agen hipertensi, menjaga (venous return) adalah sistem bertekanan rendah.
kontraksi sel otot polos dalam periode yang cukup lama
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah . Walau Endotelin I Klasifikasi Vena
jauh lebih efektif daripada Angitensin II, namun seberapa luas
efek Endotelin sesungguhnya masih belum diketahui.
Vena digolongkan menjadi tiga tipe berdasarkan diameter
Molekul Adesi (L-selectin and β2-integrins) diekspresikan
dan ketebalan dinding: vena kecil (venul), vena sedang
pada memban plasma lekosit yang bermigrasi, berikatan dengan dan vena besar.
reseptor membran plasma sel endotel kapilar pada daerah
inflamasi. Lekosit yang telah berikatan ini kemudian masuk
dalam ruang jaringan ikat, dan menjalankan fungsinya dalam Struktur vena tidak selalu seragam, meskipun pada vena
proses inflamasi. Prostasiklin, vasodilator poten dan dengan ukuran yang sama atau bahkan pada keseluruhan
penghambat agregasi trombosit, juga dilepaskan oleh kapilar. panjang satu vena (ada ketidak seragaman di sepanjang vena
Sebagai tambahan terhadap fungsi-fungsi di atas, kapilar tersebut) . Dijelaskan bahwa sebagaimana arteri, vena juga
juga memiliki peran dalam pemeliharaan dengan mengkonversi memiliki tiga lapisan (tunika intima, media, and adventisia)
substansi seperti serotonin, norepinefrin, bradikinin, (Tabel 11-2). Lapisan muskular dan lapisan elastika vena
prostaglandin dan trombin menjadi komponen inaktif. tidak berkembang sempurna seperti pada arteri, namun
komponen jaringan ikat vena jauh terlihat jelas. Di beberapa
Enzim pada permukaan lumen kapilar dalam jaringan lemak bagian tubuh, struktur yang menyusun vena melindungi
memecah lipoprotein menjadi trigliserida dan asam lemak untuk bagian tersebut dari tekanan (retina, selaput otak, plasenta,
kemudian disimpan dalam sel lemak. penis), vena-vena ini tidak memiliki lapisan otot polos di
dindingnya; Bahkan pada hampir semua vena, tunika intima
Vena dan tunika media tidak dapat dibedakan, batasnya tidak jelas.

Vena adalah pembuluh yang membawa darah kembali ke jantung Venul dan Vena Kecil

Setelah meninggalkan bagian akhir kapilar, darah memasuki Venul serupa dengan kapilar; venul yang lebih besar tidak
venul kecil, bagian awal dari aliran balik vena (venous return ) memiliki perisit, sebagai gantinya memiliki sel-sel otot.
yang mengalir menjauhi organ dan jaringan menuju jantung.
Venul-venul ini bermuara pada pembuluh vena yang lebih Setelah darah berkumpul dalam bantalan kapilar, darah
besar, dan seterusnya proses ini berjalan melalui pembuluh yang dikeluarkan ke dalam venul pasca kapilar, yang berdiameter
semakin lama semakin besar menuju jantung. Tidak hanya 15-20 µm. Dindingnya serupa dengan dinding kapilar, dengan
karena vena lebih banyak daripada arteri, tapi vena juga karena endotel dikelilingi oleh serat retikular dan perisit (Gambar
memiliki lumen yang lebih besar, maka hampir 70% total volu- 11-4). Perisit pada venul pasca kapilar membentuk hubungan

TABEL 11-2 Karakteristik Vena

Tipe Vena Tunika Intima Tunika Media Tunika Adventisia


Vena besar Endotel; lamina basal, katup Jaringan ikat; Sel-sel otot polos tersusun longitudinal
pada beberapa tempat; sel-sel otot polos dalam berkas; ada otot jantung di
jaringan ikat subendotel bagian muara vena ke jantung;
subendotel lapisan kolagen dengan fibroblas

Vena sedang dan Endotel; lamina basal, kutup Serat elastin dan serat Lapisan kolagen dengan fibroblas
vena kecil pada beberapa tempat; jaringan reticular, sejumlah
ikat subandotel subendotel sel otot polos

Venul Endotel lamina basal Jaringan ikat jarang-jarang Sejumlah kolagen dan sedikit fibroblas
(perisit, venul pasca dan sedikit sel
kapilar) otot polos
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:47 PM Page 266

266 䡲 䡲 䡲 Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi

Gambar 11-15 Venul besar pada kulit guinea pig


dipanen 60 menit setelah penyuntikan intradermal N-
formyl-methionyl-leucyl-phenylalanine sebanyak 10-5 M.
Banyak netrofil dan sebuah eosinophil (eos) terlihat dalam
berbagai tahap penambatan dan ekstravasi, menembus
endotel vascular dan perisit (p) di bawahnya. Ada dua
netrofil (panah bersama), satu di lumen dan satu lagi
berada dalam perjalanan menembus endotel, keduanya
terhubung bersama. Ada netrofil lain (panah panjang)
menjulurkan prosesus sitoplasma ke dalam sel endotel di
bawahnya. Netrofil (kepala panah) dan eosinofil telah
menembus penghalang sel endotel, namun masih
superfisial terhadap perisit, membentuk struktur seperti
kubah, menonjol ke arah lumen (L). Masih netrofil (panah
gemuk) telah melewati endotel, menjulurkan prosesus ke
lamina basal menekan perisit di bawahnya. Netrofil (n)
telah menembus penghalang endotel dan perisit, sudah
berada dalam jaringan ikat sekitar. Ukuran di agram garis,
10 mm. (Modifikasi dari Feng D, Nagy JA, Pyne K, et al:
n Neutrophils emigrate from venules by a transendothelial
n cell pathway in response to FMLP. J Exp Med 187:
n 903-915, 1998.)

yang kompleks dengan jaringan ikat longgar sekitar endotel. basal dan serat retikular. Kadang sejumlah jejaring elastin
Kedudukan perisit digantikan oleh sel-sel otot polos pada membungkus endotel, namun serat elastin di sini tidak
venul yang lebih besar (diameter > 1mm), awalnya sel-sel memiliki ciri seperti tunika elastika interna (lamina elastika
otot polosnya berpencar; kemudian dengan bertambah interna). Otot polos pada tunika medianya tersusun dalam
besarnya diameter, sel-sel otot polos semakin merapat, lapisan longgar di selingi serat kolagen dan fibroblas. Tunika
membentuk lapisan kontinu pada venul terbesar dan vena adventisia, tunika yang paling tebal, disusun oleh serat
kecil. Pada venul pasca kapilar ini terjadi pertukaran materi, kolagen dan serat elastin secara longitudinal, juga sedikit sel
dinding venul pasca kapilar lebih permeabel daripada dinding otot polos yang tersebar.
kapilar. Pembuluh ini menjadi tempat yang lebih dipilih
lekosit untuk beremigrasi dari pembuluh darah ke ruang Vena Besar
jaringan ikat (Gambar 11-15). Pembuluh ini memberi respon
terhadap agen farmakologi seperti histamin dan serotonin.
Vena besar berhubungan secara langsung dengan
Sel endotel venul yang berada dalam organ limfoid jantung, mengembalikan darah dari ekstermitas, kepala,
tertentu bentuknya lebih kuboid (bukan gepeng) sehingga hati dan dinding tubuh.
disebut venul berendotel tinggi (highendothelial
venules). Sel yang tinggi ini berfungsi dalam mengenali Vena besar termasuk vena kava dan vena pulmonalis, vena
limfosit dan segregasi, fungsi ini dilakukan oleh reseptor porta, vena renalis, vena jugularis interna, vena iliaka dan vena
spesifik pada permukaan lumen, memastikan bahwa lifosit zigomatikus. Tunika intima vena-vena ini sama dengan vena
bermigrasi menuju bagian yang tepat pada parenkim limfoid. sedang, kecuali bahwa vena besar memiliki lapisan jaringan
ikat subendotel yang tebal, mengandung fibroblast dan jejaring
Vena Sedang serat-serat elastin. Hanya sedikit pembuluh vena utama (seperti
vena pulmonalis) memiliki lapisan otot polos yang sempurna,
sebagian vena besar tidak memiliki tunika media; pada daerah
Vena Sedang berdiameter kurang lebih 1 cm.
yang seharusnya menjadi tunika media, diisi oleh tunika
adventisia yang berkembang sempurna. Pengecualian pada vena
Vena sedang merupakan tempat bermuaranya sebagian besar superfisial di tungkai yang memiliki dinding muskular yang
darah dari seluruh tubuh, termasuk dari sebagian besar terbentuk sempurna, diduga ini untuk menahan tarikan gaya
ekstremitas. Tunika intimanya meliputi endotel dengan lamina grafikasi.
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:47 PM Page 267

Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi ■ ■ ■ 267

Tunika adventisia vena besar, mengandung banyak serat


elastin, banyak serat kolagen, dan vasa vasorum. Vena kava
Vena kava superior
inferior memiliki otot polos yang tersusun longitudinal pada Aorta
tunika adventisianya. Pada tunika adventisia vena pulmonalis Nadus AV
dan vena kava di bagian yang mendekati jantung, terdapat (SA node)
Nadus AV
sejumlah otot jantung. Atrium kanan (AV node)
Atrium kiri
Kutup Vena Ventrikel kiri
Ventrikel kanan
Cabang kiri
Kutup vena ada sepasang, masing-masing disusun oleh Berkas His berkas His
tunika intima yang menjorok dari dinding ke lumen.
Cabang kanan
berkas His
Banyak vena sedang memiliki katup yang berfungsi mencegah
Serat Purkinje
darah mengalir balik (aliran balik). Katup-katup ini terutama
banyak terdapat di vena tungkai, di mana vena bekerja
melawan gaya gravitasi. Katup vena terdiri atas sepasang daun Gambar 11-16 Skema jantung memperlihatkan letak sinoatrial
katup, masing-masing memiliki lipatan tipis tunika intima yang (SA) node dan atrioventricular (AV) node, serat Purkinje, dan berkas
menjorok dari dinding ke lumen. Daun katup yang tipis ini, His.
secara struktur diperkuat oleh serat elastin dan kolagen yang
merupakan kelanjutan dari serat dinding vena. Saat darah
mengalir menuju jantung, kedua daun katup ikut terbuka sesuai (bifurkasio) menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri,
arah aliran darah menuju jantung. Arah aliran sebaliknya akan membawa darah yang miskin oksigen ke paru untuk menjalani
membuat katup jantung berbalik dan menutup, sehingga pertukaran gas. Darah yang sudah kaya oksigen dari paru
mencegah terjadinya aliran balik. kembali ke jantung melalui vena pulmonalis menuju atrium
kiri jantung. Dari sini, darah melewati katup atrioventrikular
(katup bikuspid atau katup mitral) masuk ke ventrikel
kiri. Terjadi lagi kontraksi ventrikel, mendorong darah dari
ventrikel kiri masuk ke aorta, yang memiliki banyak
KORELASI KLINIS
bercabangan untuk membawa darah ke seluruh jaringan tubuh.
Varises vena (vena varikosa) adalah pelebaran vena Katup atrioventiikular mencegah regurgitasi darah
abnormal, berkelok kelok, biasanya terjadi pada vena ventrikel kembali ke atrium, sedangkan katup semilunar
superfisial di tungkai orang tua. Kondisi ini terjadi akibat yang terletak di trunkus pulmonalis dan aorta (pangkal aorta),
berkurangnya tonus otot, degenarasi dinding pembuluh mencegah aliran balik darah ke jantung.
darah dan inkompetensia katup. Varises vena juga dapat
terjadi pada bagian bawah akhir esofagus (varises
esofagus) maupun bagian akhir saluran anus Lapisan-Lapisan Dinding Jantung
(hemoroid). Serupa dengan pembuluh darah, dinding jantung juga
disusun oleh tiga lapisan, yaitu: endokardium, miokardium
dan epikardium yang homolog dengan tunika intima, tunika
Jantung media dan tunika adventisia pembuluh darah.

Endokardium
Jantung adalah pompa dengan empat ruang dalam
sistem kardiovaskular.
Endokardium: epitel gepeng selapis dan lapisan jaringan
ikat subepitel yang melapisi lumen jantung.
Dinding otot jantung (miokardium) disusun oleh otot jantung
(lihat Bab 8). Jantung terdiri atas empat ruang, yaitu dua
atrium, yang menerima darah, dan dua ventrikel, yang Endokardium merupakan kelanjutan dari tunika intima
mendorong darah keluar jantung (Gambar 11-16). Vena kava pembuluh darah yang masuk dan keluar jantung. Disusun oleh
superior dan inferior membawa kembali darah sistemik vena endotel, yaitu epitel gepeng selapis dengan lapisan jaringan
ke atrium kanan jantung. Dari sini darah melewati katup ikat fibroelastis di bawahnya dan fibroblas yang tersebar.
atrioventrikular (katup trikuspid) masuk ke dalam Berada pada lapisan lebih di bawah lagi adalah jaringan ikat
ventrikel kanan. Saat ventrikel berkontraksi, darah dari padat, terutama terdiri atas serat elastin diselingi oleh sel-sel
ventrikel kanan dipompa keluar jantung menuju trunkus otot polos. Jauh di bawah endokardium terdapat lapisan
pulmonalis, pembuluh darah besar yang bercabang dua subendokardium, berupa jaringan ikat jarang yang mengan-
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:47 PM Page 268

268 䡲 䡲 䡲 Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi

dung pembuluh darah kecil, saraf dan serat Purkinje yang


merupakan bagian dari sistem hantar rangsang (konduksi)
jantung. Lapisan subendokardium membentuk batas bagi
endokardium karena subendokardium melekat pada
endomisium otot jantung.
CM

KORELASI KLINIS
Anak-anak yang menderita demam rema
(rheumatic fever) di kernudian hari dapat menderita
penyakit katup jantung rema (rheumatic heart
valve disease) . Dalam episode demam rema timbul
parut pada katup jantung, akibatnya katup tidak dapat
menutup sempurna (insufisien) atau tidak dapat
membuka sempurna (stenosis) karena elastisitas nya
berkurang. Katup bikuspid (mitral) paling sering PF
mengalami kondisi ini diikuti oleh katup aorta.

Miokardium
N

Miokardium: Lapisan jantung bagian tengah tengah


yang tebal disusun oleh otot-otot jantung.

Miokardium, lapisan di tengah dan paling tebal dari ketiga


lapisan jantung, terdiri atas sel-sel otot jantung yang CT
tersusun dalam kompleks spiral mengelilingi orifisium
ruang-ruang jantung. Otot jantung tertentu mengikat
miokardium dengan serat rangka jantung, otot jantung
lainnya mengkhususkan diri untuk sekresi endokrin, masih
ada lagi yang khusus bekerja sebagai pembangkit dan
penghantar rangsang.
Denyut jantung (- 70 denyut permenit) dikontrol oleh Gambar 11-17 Gambaran mikroskop cahaya serat Purkinje. Pada
nodus sinoatrial (SA node atau pacemaker) yang pewarnaan ini otot jantung (Cardiac muscle = CM) tampak sangat
berada di pertemuan antara vena kava superior dengan gelap, sedangkan serat Purkinje (Purkinje fibers = PF) dengan nukleus
tunggal (N) tampak terang. Jaringan ikat tipis (Connective tissue = CT)
atrium kanan (Gambar 11-16). Nodus ini merupakan sel tampak disekitar serat Purkinje (x270).
otot jantung khusus (modifikasi otot jantung) yang dapat
mengalami depolarisasi 70 kali permenit, menghasilkan
rangsang yang menyebar ke serebelum). Perlu dicatat bahwa meski sistem saraf otonom
seluruh dinding atrium melalui jalur internodus menuju tidak menginisiasi denyut jantung, namun susunan saraf ini
nodus atrioventricular (AV node) yang terletak pada memodulasi kecepatan dan isi sekuncup (stroke volume).
dinding tepat di atas katup trikuspid. AV node juga Rangsang saraf simpatis mempercepat laju denyut jantung,
merupakan modifikasi otot jantung, diatur oleh rangsang sedangkan rangsang saraf parasimpatis memperlambatnya.
yang diterimanya dari SA node. AV node mentransmisi
sinyal ke miokardium ventrikel melalui berkas Sel otot jantung khusus, yeng terutama berada di
atrioventrikular (berkas His). Berkas atrioventrikular dinding atrium dan septum interventrikel, memproduksi
berjalan dalam jaringan ikat subendokardium, berupa sel- serangkaian peptida kecil (Gambar 11-18), yaitu atriopeptin,
sel besar modifikasi otot jantung membentuk serat atrial natriuretic polypeptide , kardiodilatin, dan
Purkinje, (Gambar 11-17). Berkas His menghantarkan kardionatrin yang dilepaskan ke dalam kapilar di sekitarnya.
rangsang ke otot jantung yang berada di apeks jantung Hormon-horrnon ini rn embantu menjaga keseimbangan cairan
(serat Purkinje ini berbeda dengan sel Purkinje di korteks dan keseimbangan elektrolit serta menurunkan tekanan darah.
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:47 PM Page 269

Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi ■ ■ ■ 269

Gambar 11-18 Gambaran mikroskop


elektron otot jantung mengandung ke
lompokan vesikel dengan atrial
natriuretic peptide . (Dari Mifune H,
Suzuki S, Honda J, et al: Atrial
natriuretic peptide [ANP] : A study of
ANP and its mRNA in cardiocytes, and
of plasma ANP levels in non-obese
diabetic mice . Cell Tissue Res 267: 267-
272, 1992.)

Epikardium 䡲 Anulus fibrosus, terdapat di sekelilingi basis aorta, arteri


pulmonalis dan orifisium atrioventrikular
䡲 Trigonum fibrosum, terutama terdapat di sekitar area
The epicardium resepresents the homologue of the tunika
adventisia in blood vessels. daun katup aorta
䡲 Septum membranaseum, merupakan kelanjutan dari
bagian atas septum interventrikular
Epikardium , lapisan terluar dinding jantung, juga disebut
sebagai perikardium viseral (disusun oleh epitel gepeng Selain menjadi struktur bingkai (frame work) jantung dan
selapis yang disebut mesotel). Lapisan jaringan ikat longgar tempat melekatnya otot jantung, rangka jantung juga menjadi
subepikardium mengandung pembuluh koroner, saraf dan batas pemisah miokardium atrium dan miokardium ventrikel.
ganglion. Pada lapisan ini juga lemak permukaan jantung Pemisahan ini berguna untuk menjaga irama dan siklus
disimpan. Pada pangkal tempat pembuluh masuk dan keluar denyut jantung, yang dikontrol oleh mekanisme konduksi
jantung, perikardium viseral bersatu dengan lapisan serosa berkas atrioventikular.
perikardium parietal. Kedua lapisan ini menyatu sedemikian
rupa sehingga terdapat ruang di antara keduanya yang disebut
ruang perikardium, ruang berisi sedikit cairan serosa untuk
melumas lapisan serosa perkardium (perikardium parietal)
dan perikardium viseral (epikardium). KORELASI KLINIS
Penyakit jantung iskemik (Penyakit jantung
koroner), sering terjadi pada orang tua, berhubungan
KORELASI KLINIS
dengan aterosklerosis pembuluh darah koroner
Infeksi ruang perikardium dinamakan perikarditis, yang menghidupi miokardium. Plak aterosklerosis
kondisi ini sangat membatasi gerakan denyut jantung menyempitkan lumen pembuluh darah koromer.
karena ruang perikardium mengalami obliterasi akibat Pasien dapat mengalami nyeri menjalar dan rasa
perlekatan antara epikardium dengan lapisan serosa ditekan yang dikenal sebagai angina pektoris. Hal
perikardium (perikardium parietal ). ini terjadi akibat kekurangan oksigen. Berlanjutnya
penyempitan pembuluh darah koroner, menyebabkan
iskemi dinding jantung, yang dapat berakibat fatal jika
tidak ditangani. Terapi terkini jika terjadi penyempitan
Rangka Jantung arteri sebagian, dilakukan angioplasty, sebagai moda
terapi invasif awal.
Rangka jantung, disusun oleh jaringan ikat padat, meliputi tiga
komponen utama:
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:47 PM Page 270

270 䡲 䡲 䡲 Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi

fatikus ini, cairan limf disalurkan ke dalam jalur vena (sistem


SISTEM SIRKULASI LIMFATIK kardivaskular) pada pertemuan vena jugularis interna dan vena
subklavia.
Sistem limfatik terdiri atas pembuluh yang Kelenjar limf berada di sepanjang jalur pembuluh limf,
mengumpulkan kelebohan cairan interstisial dan cairan limf harus melaluinya untuk difiltrasi. Pembuluh limf
mengembalikannya ke sistem kardiovaskular. aferen membawa cairan limf masuk ke dalam kelenjar limf.
Dalam kelenjar limf, cairan limf beredar dalam saluran labirin
Sistem sirkulasi limfatik terdiri atas serangkaian pembuluh berdinding endotel dan banyak makrofag. Di sini cairan limf
yang membawa kelebihan cairan jaringan (limf) dari ruang difiltrasi dan dibersihkan. Limfosit ikut serta dalam cairan limf
jaringan interstisial dan mengembalikannya ke sistem saat cairan meninggalkan kelenjar limf melalui pembuluh
kardiovaskular. Pembuluh limf ada di seluruh tubuh, kecuali limf eferen, dan terus dibawa menuju duktus limfatikus.
di sistem saraf pusat dan beberapa daerah lain seperti orbita, Mengenai kelenjar limf, dibahas dalam Bab 12.
telinga dalam, epidermis, tulang rawan dan tulang. Tidak
seperti sistem kardiovaskular yang memiliki pompa (jantung) Pembuluh Limf dan Kapilar Limf
dan mengedarkan darah dalam sirkulasi tertutup (pembuluh
darah), sistem sirkulasi limfatik merupakan sistem terbuka
Kapilar limf disusun oleh selapis sel endotel yang tipis
tanpa pompa dan tidak ada sirkulasi cairan.
dengan lamina basal tidak sempurna (incomplete)
Sistem sirkulasi limfatik berawal dari kapilar limf
berujung buntu dalam jaringan tubuh (Gambar 11-9), tempat
penampungan kelebihan cairan interstisial. Kapilar limf Kapilar limf yang berujung buntu dan berdinding tipis disusun
menyalurkan cairan yang dibawanya ke pembuluh limf, yang oleh sel endotel tipis dengan lamina basal tidak sempurna
kemudian menyalurkannya lagi ke pembuluh yang lebih besar, (Gambar 11-20). Sel endotelnya tumpang tindih (overlap)
pembuluh terus dari dua duktus limfatikus. Dari duktus lim- ditempat-tempat tertentu, namun memiliki celah interselular
yang memudahkan untuk memasuki lumen. Sel-selnya tidak
berpori dan tidak memiliki taut kedap (tight junction). Berkas
filamen penambat limfatik (lymphatic
Filamen anchoringfilaments), berdiameter 5-10 nm, berujung di
penambat membran plasma abluminal. Diduga filamen ini memiliki
limfatik
peran dalam mempertahankan patensi lumen pembuluh yang
tipis ini.
Pembuluh limf kecil dan sedang memiliki katup yang
berdekatan. Pembuluh limf besar memiliki struktur
seperti vena kecil, kecuali lumennya lebih besar dan dindingnya

Lamina
basal

Gambar 11-19 Diagram ultrastruktur kapilar limf. (Dali Lentz TL: Gambar 11-20 Gambaran mikrokop cahaya pembuluh limf dari vilus
Cell Fine Structure: An Atlas of Drawings of Whole-Cell Structure. intestinalis disebut lacteal (L) (x270). Amati epitel yang mendasarinya
Philadelphia, WB Saunders, 1971.) (panah ).
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:47 PM Page 271

Bab 11 䡲 Sistem Sirkulasi ■ ■ ■ 271

lebih tipis. Pembuluh darah besar memiliki selapis serat elastin Tunika intima duktus limfatikus disusun oleh endotel dan
tipis di bawah endotel dan selapis tipis sel otot polos. Lapisan otot beberapa lapis serat elastin dan serat kolagen. Pada bagian
polos ini kemudian dilapisi oleh serat elastin dan serat kolagen yang berbatasan dengan tunika media, ada lapisan serat
dan membaur dengan jaringan ikat sekitar, seperti tunika elastin yang padat menyerupai tunika elastika interna (lamina
adventisia. Walaupun beberapa ahli histologi menjelaskan bahwa elastika interna). Lapisan otot polos longitudinal dan sirkular
pada pembuluh limf terdapat tunika seperti pada pembuluh darah, ditemukan pada tunika media. Pada tunika adventisia
namun lebih banyak yang tidak setuju, karena tidak ada batas terdapat sel-sel otot polos memanjang dan serat kolagen yang
tegas antara lapisan dan karena dindingnya sangat beragam. membaur dengan jaringan ikat sekitar. Dalam dinding duktus
torasikus terdapat pembuluh kecil yang homolog dengan vasa
Duktus Limfatikus vasorum pada arteri.

Duktus limfatikus serupa dengan vena besar;


mecurahkan isinya ke dalam vena-vena besar daerah
leher (the great vein of the neck
KORELASI KLINIS
Duktus limfatikus yang memiliki struktur mirip dengan vena Sel-sel tumor ganas (terutama karsinoma) menyebar ke
besar ini merupakan dua pembuluh pengumpul terakhir dalam seluruh tubuh melalui pembuluh limf. Saat sel-sel
sistem sirkulasi limfatik. Duktus limfatikus kanan yang tumor ganas mencapai kelenjar limf, sel-sel tadi
pendek mengosongkan isinya ke dalam sistem vena, yaitu pada menetap dan memperbanyak diri, akhirnya pergi untuk
pertemuan vena jugularis interna kanan dan vena subklavia. bermetastasis ke lokasi lain (secondary site).
Pembuluh yang lebih besar, Duktus torasikus , berawal dari Karenanya, pada tindakan operasi, sangat penting
abdomen sebagai cisterna chyli dan naik (ascending) menuju membuang jaringan kanker, memeriksa kelenjar limf
dada dan leher untuk mengosongkan isinya pada pertemuan dan membuang baik kelenjar limf yang membesar
vena jugularis interna kiri dan vena subklavia. Duktus maupun pembuluh limfnya untuk mencegah
limfatikus kanan menampung kumpulan carian limf dari metastasis.
kuadran atas kanan tubuh, sedangkan Duktus torasikus
menarnpung kumpulan cairan limf dari bagian tubuh lainnya.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 273

12 䡲 䡲 䡲

Sistem Limfoid
(Imun)

Sistern limfoid bertanggung jawab atas pertahanan imun sistem imun adaptif tidak hanya bereaksi terhadap satu
tubuh. Beberapa unsur organ dalam sistem ini-yaitu kelenjar unsur antigen yang spesifik dari suatu patogen, akan tetapi
getah bening/limfonodus, timus, dan limpa-terbungkus dapat pula bereaksi terhadap unsur tertentu yang akan
oleh kapsul jaringan ikat, sedangkan unsur lainnya, yaitu semakin kuat seiring dengan meningkatnya frekuensi
sistem limfoid difus, tidak memiliki kapsul. Sel-sel sistem pertemuan dengan sistem imun tersebut.
limfoid melindungi tubuh terhadap makromolekul asing, virus, Walaupun adanya perbedaan jenis respon dari kedua
bakteri, dan berbagai rnikroorganisme yang invasif, dan juga sistem, namun kedua sistem ini sangat berhubungan satu
membunuh sel yang telah diubah oleh virus. sama lain, dan saling mempengaruhi satu sama lain.

TINJAUAN SISTEM Sistem lmun Bawaan


IMUN
Sistem imun bawaan bereaksi dengan cepat, tidak memiliki
Sistem imun memiliki dua unsur: sistem imun memori imunologis, dan tergantung pada reseptor serupa-
bawaan dan sistem imun adaptif. To/ untuk memicu respons inflamasi dan respons imun.

Sistem imun merupakan garis pertahanan kedua dan ketiga Walaupun sistem imun bawaan jauh lebih tua daripada
terhadap patogen. Garis pertahanan pertama adalah lapisan sistem imun adaptif, namun sistem ini dapat bereaksi dengan
epitel, yakni kulit dan mukosa, yang membentuk lapisan utuh cepat (biasanya dalam beberapa jam) terhadap invasi
yang meliputi seluruh tubuh. Garis pertahanan kedua dan antigen; ia bereaksi secara nonspesifik; dan tidak memiliki
ketiga dapat terpicu bila rintangan fisik ini ditembus; baik memori imunologis. Unsur penting sistem imun bawaan
akibat Iuka, robek, atau abrasi; atau bahkan bila terdapat adalah komplemen, peptida antimikroba, sitokin, makrofag,
benda asing yang merupakan ancaman, walaupun belum neutrofil, sel NK, dan reseptor serupa-Tol (Toll-like
sampai menembus. Pertahanan ini disebut sistem imun bawaan receptors/ TLR). (Lihat Tabel 12-1 untuk akronim dan
dan adaptif. kependekan yang digunakan dalam bab ini).
Sistem imun bawaan (sistem imun alami) merupakan Komplemen adalah serangkaian protein dalam darah
sistem non-spesifik yang terdiri dari (1) sistem makromolekul yang menyerang mikroba yang masuk ke dalam aliran darah.
dari darah yang disebut sebagai komplemen; (2) kelompokan Ketika mereka mengendap pada permukaan patogen, mereka
sel yang dikenal sebagai makrofag dan neutrofil, yang membentuk kompleks penyerang membran (membrane
berfungsi fagositosis; (3) kelompok sel lain, yaitu sel attack complex/MAC) yang menghancurkan membran sel
pembunuh alami (natural killer cells/NK), yang membunuh mikroba. Sel fagositik seorang pengidap, contohnya neutrofil
sel tumor, bakteri, parasit, dan sel yang terinfeksi virus. dan makrofag, memiliki reseptor terhadap bagian spesifik
Sistem imun adaptif (sistem imun didapat) bertanggung komplemen (yaitu C3b); kehadiran C3b pada permukaan
jawab atas pertahanan terhadap penyerang yang spesifik. mikroba memfasilitasi fagositosis mikroba oleh sel
Makrofag dapat memfagosit sebagian besar bakteri, sedangkan ketahanan pejamu.

273
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 274

274 䡲 䡲 䡲 Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (lmun)

TABEL 12-1 Akronim dan Singkatan yang Digunakan pada Bab lni

Akronim/Singkatan Definisi
ADDC Antibodi sitotoksisitas selular dependen
AIDS Sindrom imunodefisiensi dapatan
APC Sel penyaji antigen
BALT Jaringan limfoid berhubungan dengan bronkus
Limfosit B Limfosit yang berasal dari sumsum tulang (Limfosit B)
C3b Komplemen 3b
CD Molekul kelompok diferensiasi (biasanya diikuti oleh penomoran Arab)
CLIP Protein invarian yang berhubungan dengan kelas II
CSF Faktor penstimulasi koloni
CTL Limfosit T sitotoksik (Sel T pembunuh)
Fab Fragmen antibodi pengikat antigen
Protein Fas CD 95 (menginduksi apoptosis)
Fe Fragmen terkristalisasi (fragmen konstan pada antibodi)
GALT Jaringan limfoid yang berhubungan dengan saluran pencernaan
G-CSF Faktor penstimulasi koloni granulosit
GM-CSF Faktor penstimulasi koloni granulosit-monosit
HEVs Venula berendotel tinggi
HIV Virus Imunodefisiensi manusia
IFN-α Interferon-alfa
IFN-γ Interferon-gamma
lg lmunoglobulin (biasanya diikuti oleh sebuah huruf kapital (A, D, E, G, atau M)
IL Interleukin (biasanya diikuti oleh penomoran Arab)
M cell Sel microfold
MAC Kompleks penyerang membran
MALT Jaringan limfoid yang berhubungan dengan mukosa
MHC Kompleks histokompatibilitas mayor
MHC I dan MHC II Molekul MHC kelas I dan kelas II
Vesikel MIIC Kompartemen MHC kelas II
Sel NK Sel pembunuh alami
PALS Selubung limfatik periarterial
RER Retikulum endoplasma kasar
slgs Imunoglobulin permukaan
TAP Protein pembawa (transporter 1 dan 2)
TCM Sel T memori sentral
TCR Sel T reseptor
TEM Sel T memori efektor
TGF Faktor pertumbuhan tumor
Sel TH Sel T-helper (biasanya diikuti oleh penomoran Arab)
TLR Reseptor serupa-Tol
Limfosit T Limfosit yang berasal dari timus
TNF-α Faktor nekrosis tumor - alfa
Sel T reg Sel T regulator
TSH Hormon penstimulasi tiroid

Peptida antimikroba, misalnya defensin, disintesis dan sitokin yang mempunyai sifat kemoatraktan biasanya disebut
dilepaskan oleh sel epitel dan tidak hanya mempertahankan sebagai kemokin. Sitokin yang memicu diferensiasi dan
tubuh terhadap bakteri Gram negatif, namun juga menjadi mitosis pada sel hemopoietik disebut sebagai faktor
kemoatraktan bagi sel dendritik yang belum dewasa, dan penstimulasi koloni (CSF), sedangkan sitokin yang memiliki
bagi limfosit T. sifat antivirus disebut sebagai interferon.
Sitokin merupakan molekul pensinyal yang dilepaskan Makrofag memiliki reseptor terhadap bagian antibodi yang
oleh berbagai sel sistem imun bawaan maupun adaptif untuk konstan (reseptor Fc), reseptor komplemen, dan reseptor yang
mendapatkan respons dari sel target. Sitokin yang dihasilkan mengenali karbohidrat yang biasanya tidak ditemukan pada
oleh limfosit disebut sebagai interleukin (IL), sedangkan permukaan sel-sel makhluk vertebrata. Makrofag juga meru-
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 275

Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun) ■ ■ ■ 275

pakan sel penyaji antigen (antigen-presenting cells), yang molekul MHC I mencegah terjadinya pembunuhan sel yang
menyajikan antigen kepada limfosit T maupun B. Makrofag sehat oleh sel NK.
juga melepas G-CSF dan GM-CSF yang menginduksi
pembentukan neutrofil dan penglepasannya ke sirkulasi darah.
Neutrofil meninggalkan sistem vaskular pada daerah yang
KORELASI KLINIS
mengalami inflamasi dan memasuki kompartemen jaringan Kehadiran molekul MHC I pada membran sel
ikat yang penuh dengan bakteri, kemudian memfagositosis dan berinti diperlukan agar limfosit T sitotoksik
menghancurkan bakteri. Bakteri dapat dibunuh dalam keadaan (cytotoxic T lymphocyte/CTL) dapat mengenali
tergantung oksigen, yaitu dengan pembentukan hidrogen sel sebagai target yang perlu dihancurkan. Namun,
peroksida, radikal hidroksil, dan tanpa oksigen dalam sel tumor dan sel yang terinfeksi virus dapat
fagolisosom, atau melalui pencernaan oleh enzim, yang menekan produksi molekul MHC I sehingga tidak
menggunakan protein kationik serta mieloperoksidase dan dapat dikenali sebagai target oleh CTL. Manuver
lisozim. evasif ini memungkinkan tumor dan sel yang
Sel NK merupakan sel yang mirip dengan sel T sitotoksik terinfeksi virus untuk menjadi target sel NK
(bagian dari sistem imun adaptif, yang akan dibahas karena reseptor penghambat-pembunuhnya tidak
kemudian), namun tidak perlu memasuki kelenjar timus untuk diaktivasi.
maturasi. Sel-sel ini menggunakan penanda nonspesifik untuk
mengenali sel targetnya; hal ini dapat dicapai dengan dua cara
yang berbeda, yaitu: Reseptor serupa-Tol (Toll-like receptors/TLRs)
mrupakan protein integral membran yang sangat awet;
䡲 Sel NK memiliki reseptor Fe yang dapat rnengenali bagian manusia setidaknya memiliki 12 TLR yang berbeda, yang
konstan antibodi IgG sebagai sinyal untuk membunuh sel memiliki peran masing-masing (Tabel 12-2). Tampaknya
target. Hal ini dikenal sebagai antibodi sitotoksisitas TLR berperan secara berpasangan, sehingga sepasang TLR
selular dependen. membentuk satu reseptor aktif. Beberapa TLR tampak pada
䡲 Permukaan sel NK juga memiliki protein transmem- membran sel sehingga memiliki bagian intra maupun
beran yang dikenal sebagai reseptor pengaktivasi ekstraselular, sedangkan TLR lainnya terdapat hanya pada
pembunuh (killer-activating receptor) yang mengikat bagian intrasel saja. Semua TLR (kecuali TLR3)
penanda tertentu pada sel permukaan sel berinti. Untuk berhubungan dengan serta mengaktivasi jalur faktor nukleus
mengendalikan proses pembunuhan ini, sel NK juga NF-KB yang melaksanakan perannya melalui beberapa
memiliki reseptor penghambat pembunuh (killer- protein sitosol, termasuk MyD88, yang memicu serangkaian
inhibitory receptor) yang mengenali molekul MHC I respons spesifik TLR dalam sel. urutan dalam kejadian ini
(kompleks histokom patibilitas mayor tipe I) yang menghasilkan penglepasan sitokin yang sesuai bagi patogen
terletak pada memberan plasma semua sel. Keberadaan yang dideteksi, dan mungkin juga mengaktivasikan

TABEL 12-2 Reseptor Serupa-Tol dan Dugaan Fungsinya

Pasangan Reseptor
Domain Serupa Toll (TLR) Fungsi
Intraselular dan TLR1-TLR2 Berikatan dengan lipoprotein bakteri; juga berikatan dengan protein tertentu pada parasit
ekstraselular (pada TLR2-TLR6 Berikatan dengan asam lipoteikoat dari dinding bakteri gram-positif; juga berikatan
membran sel) dengan zimosan, polisakarida yang berhubungan dengan jamur
TLR4-TLR4 Berikatan dengan sakarida lipoprotein dari bakteri gram-negatif
TLR5-?* Berikatan dengan flagelin pada flagela bakteri
TLRll-?* Pengenalan pejamu dari Toxoplasmosis gondii
Hanya intraselular TLR3-?* Berikatan dengan RNA virus untaian ganda
TLR7-?* Berikatan dengan RNA virus untaian tunggal
TLR8-?* Berikatan dengan RNA virus untaian tunggal
TLR9-?* Berikatan dengan DNA bakteri dan virus
TLRl0-?* Tidak diketahui
TLR12-?* Tidak diketahui
*Saat ini , pasangan TLR tidak diketahui.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 276

276 䡲 䡲 䡲 Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun)

sel B dan T yang dirancang untuk melaksanakan respons timus disebut dengan organ limfoid primer (sentral).
imun adaptif yang spesifik. Untuk itu, TLR memiliki Setelah limfosit menjadi imunokornpeten di dalam sumsum
kemampuan memodulasi sistem imun, dan menunjukkan tulang atau timus, limfosit bermigrasi ke organ imfoid
bahwa sistem imun bawaan bukanlah sesuatu yang statis dan sekunder (perifer) yakni jaringan lirnfoid difus, limfonodus
umum, namun merupakan sesuatu yang dinamis yang mampu dan limpa, tempat mereka berkontak dengan antigen.
mengendalikan dengan baik respons imun maupun respons
inflamasi.
lmunogen dan Antigen

KORELASI KLINIS lmunogen ialah molekul yang selalu memicu respons imun;
antigen ialah molekul yang terikat kepada antibodi tetapi tidak
TLR yang hipoaktif menjadikan seseorang lebih
selalu memicu respons imun.
rentan terhadap patogen; sedangkan bila TLR
hiperaktif, maka ia akan menyebabkan penyakit
autoimun seperti lupus eritematosus sistemik, Struktur asing yang dapat memicu respons imun pada pejamu
penyakit kardiovaskular, dan aitritis reumatoid. tertentu disebut imunogen; antigen ialah molekul yang dapat
bereaksi dengan antibodi tanpa memandang kemampuannya
untuk memicu respons imun. Meskipun tidak semua antigen
merupakan imunogen, dalam buku ajar ini kedua istilah
Sistem lmun Adaptif tersebut dianggap sinonim, dan hanya istilah antigen yang
digunakan.
Sistem imun adaptif bereaksi lebih /ambat dibandingkan Daerah antigen yang bereaksi dengan antibodi atau reseptor
dengan sistem imun bawaan, memiliki memori imunologis, sel T, disebut epitop, atau determinan antigen. Setiap epitop
dan tergantung pada limfosit B dan T dalam menghasilkan merupakan bagian kecil molekul antigen dan terdiri atas hanya
respons imun. 8 hingga 12 atau 15 hingga 22 asam amino hidrofilik atau
residu gula yang dapat diakses oleh kompleks imun. Benda
Respons imun adaptif memiliki empat sifat berbeda: asing berukuran besar seperti bakteri mempunyai beberapa
spesifisitas; diversivitas; memori; dan pengenalan diri/ epitop yang masing-masing mampu berikatan dengan antibodi
non-diri, yaitu kemampuan untuk membedakan struktur yang berbeda.
yang merupakan bagian dari organisme sendiri (diri), dan
yang asing (non-diri). Limfosit T, limfosit B, dan makrofag
khusus yang disebut sel penyaji antigen (antigen- KORELASI KLINIS
presenting cell, APC), berperan dalam respons imun Kompleksitas benda asing juga merupakan faktor
adaptif. Sel-sel ini berkomunikasi dengan anggota sistem penting dalam penentuan antigenisitasnya. Maka
imun bawaan serta dengan sesamanya melalui molekul molekul polimer berukuran besar yang mempunyai
pensinyal (sitokin), yang dilepaskan sebagai respons komposisi kimiawi relatif sederhana, seperti plastik
terhadap pertemuan dengan zat asing yang disebut antigen. tertentu buatan manusia, mempunyai imunogenisitas
Pengenalan suatu zat sebagai benda asing oleh sistem minimal dan oleh karena itu digunakan sebagai
imun menstimulasi serangkaian reaksi kompleks yang bahan baku pembuatan implan artifisial (seperti
mengakibatkan produksi imunoglobulin (disebut juga pada penggantian panggul).
antibodi), yang mengikat antigen, atau memicu sekumpulan
sel khusus yang berperan dalam proses sitotoksitas, misalnya
membunuh sel asing atau sel diri yang berubah (contoh: sel Seleksi Klonal dan Ekspansi
tumor). Respons imun yang bergantung kepada pembentukan
antibodi disebut dengan respons imun humoral, sedangkan Saat perkembangan embrio, kelompokan kecil limfosit
respons sitotoksik disebut dengan respons imun selular. yang berjumlah sangat banyak (klon) dibentuk. Tiap
Sel yang menyusun unsur fungsional sistem imun bawaan klon dapat mengenal sebuah antigen asing spesifik.
dan adaptif (sel T, sel B, makforag dan subkategorinya yakni
APC) dibentuk dalam sumsum tulang. Sel B menjadi Sistem imun dapat mengenal dan memerangi sejumlah besar
imunokompeten di dalam sumsum tulang, sedangkan sel T antigen berbeda. Penjelasan kemampuan ini ialah pada saat
sumsum tulang, sedangkan sel T bermigrasi ke timus untuk perkembangan embrio, sejumlah besar (tepatnya 1015) klona
menjadi imunokompeten; oleh karena itu, sumsum tulang dan limfosit dibentuk oleh penyusunan ulang sekitar 400 gen yang
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 277

Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun) ■ ■ ■ 277

mengkode imunoglobulin atau TCR. Semua sel pada klona dengan pembunuhan atau pelumpuhan sel-sel yang mungkin
tertentu mempunyai penanda permukaan yang identik dan akan bereaksi terhadap 'diri' sendiri. Saat perkembangan
dapat bereaksi dengan antigen spesifik, meskipun sel tersebut embrio, jika limfosit bertemu dengan substansi yang
belum pernah terpapar oleh antigen tersebut. Protein per- seharusnya menimbulkan reaksi, maka limfosit dapat
mukaan sel yang memungkinkan limfosit berinteraksi dengan terbunuh (deteksi klona) sehingga klona khusus ini tidak
antigen ialah antibodi terikat membran (reseptor sel B terbentuk, atau limfosit dilumpuhkan (anergi klon) tak
atau imunoglobulin permukaan [slg]) pada sel B dan sel T mampu menimbulkan respons imun, walaupun limfosit tetap
reseptor (T-cell receptor/TCR). Meskipun struktur molekul ada.
antibodi dan TCR berbeda, namun secara fungsional
mempunyai kemampuan ekuivalen dalam mengenal dan berin-
teraksi dengan epitop spesifik. KORELASI KLINIS
Pertama kali suatu organisme bertemu dengan antigen, Penyakit autoimun melibatkan gangguan fungsi sistem
respons imun adaptif dimulai secara lambat dan tidak terlalu imun yang mengakibatkan kehilangan toleransi imu-
intens; respons ini disebut dengan respons imun primer. nologis. Salah satu contohnya ialah penyakit Graves,
Paparan selanjutnya terhadap antigen yang sama memicu suatu keadaan di mana reseptor hormon penstimulasi
respons imun sekunder, yang mulai secara cepat dan lebih tirod (thyroid stimulating hormonef TSH) pada sel
intens daripada respons primer. Potensi reaksi sekunder yang folikel kelenjar tiroid yang dianggap sebagai antigen.
meningkat disebabkan oleh proses memori imunologis, yang Antibodi yang dibentuk terhadap reseptor TSH mengikat
merupakan suatu bagian dari sistem imun. Sel B dan T ke reseptor ini dan menstimulasi sel untuk melepaskan
dianggap sel perawan (sel naïf) sebelum terjadi paparan hormon tiroid berlebih. Pasien dengan penyakit Graves
antigen. Setelah berkontak dengan antigen sel yang naïf mempunyai kelenjar tiroid membesar dan eksoftalmus
tersebut berproliferasi membentuk sel aktif dan sel memori. (bola mata menonjol).
Sel aktif, disebut juga sel efektor, bertanggung jawab
dalam proses respons imun, Sel efektor yang diturunkan dari
sel B disebut dengan sel plasma dan memproduksi dan lmunoglobulin
menghasilkan antibodi. Sel efektor yang diturunkan dari sel T
menyekresikan sitokin atau menghancurkan sel asing atau sel lmunoglobulin merupakan antibodi yang diproduksi oleh sel
diri yang mengalami perubahan. plasma. lmunoglobulin mempunyai sepasang rantai berat
Sel memori mirip dengan limfosit naif, mengekspresikan dan sepasang rantai ringan yang melekat satu sama lain
reseptor sel B (slg) atau TCR, yang dapat berinteraksi dengan dengan ikatan disulfida.
antigen spesifik. Sel memori secara tidak langsung terlibat
dalam respons imun saat mereka dibentuk. Akan tetapi sel ini Imunoglobulin (antibodi) merupakan glikoprotein yang
hidup selama beberapa bulan atau tahun dan mempunyai menginaktivasi antigen (termasuk virus) dan menimbulkan
afinitas lebih besar terhadap antigen daripada limfosit naif. respons ekstraselular melawan mikroorganisme yang me-
Pembentukan sel memori setelah paparan pertama terhadap nginvasi. Respons dapat melibatkan fagositosis pada ruang
antigen memperbesar ukuran klon asli, proses ini disebut jaringan ikat oleh makrofag (atau netrofil) atau aktivasi sistem
dengan ekspansi klonal. Oleh karena keberadaan populasi sel komplemen darah.
memori yang makin banyak dengan afinitas terhadap antigen
yang meningkat, paparan selanjutnya terhadap antigen yang
sama memicu sebuah respons sekunder (respons anam- KORELASI KLINIS
nestik) yang lebih cepat, poten, dan lama daripada respons Sistem komplemen tersusun atas 20 protein plasma
primer. yang terangkai dalam urutan dan ragam spesifik pada
permukaan mikroorganisme yang menginvasi untuk
Toleransi lmunologis membentuk kompleks penyerang membran
(membrane attack complex/MAC) yang melisiskan
sel asing. Unsur utama dari sistem komplemen ialah
Makromolekul diri tidak dipandang sebagai antigen,
protein C3. Defisiensi protein C3 merupakan
oleh karena itu ia tidak memicu sebuah respons imun.
predisposisi seseorang untuk berulang kali terinfeksi
bakteri.
Sistem imun dapat mengenali makromolekul milik sendiri dan
tidak berusaha menimbulkan respons imun terhadap diri
mereka sendiri. Ketiadaan aksi ini diakibatkan oleh toleransi Imunoglobulin diproduksi oleh sejumlah besar sel
imunologis. Mekanisme toleransi imunologis dilaksanakan plasma, yang melepaskannya ke dalam sistem limfatik atau
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 278

278 䡲 䡲 䡲 Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun)

NH2 NH2 tersebut identik. Dianggap bahwa setelah klona yang melawan
NH2 Daerah variabel NH2
diri sendiri tereliminasi, terdapat sisa 106 hingga 109 tipe
antibodi berbeda dalam seseorang, masing-masing melawan
Daerah
sebuah antigen tertentu. Tiap tipe antibodi diproduksi oleh
konstan
anggota klona yang sama. Maka terdapat 106 hingga 109
Daerah klona yang anggotanya bereaksi terhadap epitop tertentu (atau
engsel sejumlah kecil epitop yang serupa).
Rantai ringan
Seperti yang telah dijelaskan semula, sejumlah kecil
imunoglobulin diproduksi oleh sel B dan dimasukkan ke
HOOC COOH
dalam plasmalema; disebut dengan slg atau reseptor sel B;
Ikatan disulfida yang berfungsi sebagai molekul reseptor antigen. Mereka
sedikit berbeda dari antibodi yakni mempunyai unsur pengikat
Rantai berat
membran tersusun atas dua pasang rantai membran peng-
hubung, Igββ dan Igβ, yang mengikat rantai berat molekul
antibodi ke membran sel.

Kelas lmunoglobulin
COOH COOH
Manusia mempunyai lima isotipe (kelas) imunoglobulin
Gambar 12-1 Sebuah antibodi dan daerah-daerahnya. (Tabel 12-3):
IgM, yang mirip dengan lima molekul IgG berikatan satu
pembuluh darah. Antibodi yang khas ialah imunoglobulin G sama lain (bentuk pentametrik imunoglobulin).
(IgG). Tiap IgG merupakan molekul berbentuk Y, tersusun IgA, yang mirip dengan dua molekul IgG berikatan satu
atas dua polipeptida 55-70 kDa panjang dan identik, dikenal sama lain (bentuk clirnerik imunoglobulin).
sebagai rantai berat, dan dua polipeptida 25 kDa yang IgG, bentuk monomerik imunoglobulin telah dijelaskan sebe-
lebih pendek dan identik sebagai rantai ringan. Keempat lumnya
rantai terikat satu sama lain oleh beberapa ikatan disulfida IgD, yang ada dalam konsentrasi sangat rendah dalam darah,
dan ikatan nonkovalen sedemikian rupa sehingga batang Y akan tetapi di permukaan sel B sebagai bentuk mono-
tersusun atas rantai berat dan lengan yang bercabang merik imunoglobulin yang dikenal sebagai IgD
tersusun atas rantai ringan dan berat (Gambar 12-1). permukaan (surface IgD/slgD).
Daerah yang berdekatan dengan ikatan sulfida antara 2 IgE, sebuah bentuk monomerik imunoglobulin yang ada pada
rantai berat-daerah engsel-merupakan daerah fleksibel dan permukaan basofil dan sel mast.
memungkinkan lengan untuk menjauhi dari atau menuju satu Kelas imunoglobulin juga ditentukan oleh urutan asam
sama lain. Daerah distal pada ujung lengan (empat segmen amino rantai beratnya. Beragam rantai berat yang dinamakan
terminal amino) bertanggung jawab dalam mengikat ke epitop dengan huruf Yunani α, δ, γ, ε, dan µ.
sehingga tiap molekul antibodi dapat mengikat dua epitop
identik.
Sel-sel pada Sistem lmun Adaptif dan
Enzim papain memecah molekul antibodi pada daerah Bawaan
engselnya (lihat Gambar 12-1), membentuk tiga fragmen: 1
Sel-sel pada sistem imun adaptif dan bawaan ialah limfosit B,
fragmen Fc tersusun atas batang Y dan mengandung bagian
limfosit T, makrofag, sel penyaji antigen dan sel NK.
yang sama dari kedua rantai berat, dan 2 fragmen Fab,
masing-masing tersusun atas sisa satu rantai berat dan
keseluruhan satu rantai ringan. Fragmen Fc mudah meng- Limfosit B
kristal (sehingga disingkat dengan "c"), sedangkan fragmen
Fab merupakan daerah pengikat antigen (antigen-binding) Limfosit B berasal dan menjadi imunokompeten
pada antibodi (sehingga disingkat dengan "ab"). dalam sumsum tulang. Sel ini bertanggung jawab
Urutan asam amino fragmen Fc sebagian besar konstan dalam sistem imun humoral.
pada kelasnya; maka batang antibodi berikatan dengan
reseptor Fc pada banyak sel yang berbeda. Urutan asam Limfosit B, dikenal juga sebagai sel B, ialah limfosit kecil (lihat
amino daerah Fab bervariasi, dan perubahan urutan Bab 10) yang berasal dan menjadi imunokompeten dalam
tersebutlah yang menentukan spesifisitas molekul antibodi sumsum tulang, Namun pada golongan burung, tempat sel B
untuk antigen spesifiknya. pertama kali ditemukan, imunokompetensi didapat dalam
Tiap antibodi khusus untuk suatu epitop yang spesifik; divertikulum kloaka, yang disebut bursa Fabrisius (maka
maka daerah Fab dari seluruh antibodi yang melawan epitop disebut sel "B"). Saat dalam proses menjadi imunokompeten,
TABEL 12-3 Karakteristik lmunoglobulin Manusia

lg dalam
Darah Melewati Berikatan
Kelas Sitokin* No. Unitt (%) Plasenta dengan Sel Karakteristik Biologis
IgA TGFβ 1 atau 2 10-15 Tidak Sel epitel Juga dikenal sebagai antibodi sekretori karena disekresikan ke dalam air
(sementara) saat mata, saliva, lumen usus, dan rongga nasal sebagai dimer; unit individu
sekresi dimer diikat oleh protein J yang diproduksi oleh sel plasma dilindungi dari
degradasi enzimatis oleh komponen sekretori yang diproduksi oleh sel
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 279

epitel; memerangi antigen dan mikroorganisme lumen usus, rongga nasal,


vagina, dan kantong konjungtiva; disekresikan ke dalam susu, sehingga
melindungi neonatus dengan imunitas pasif; bentuk monomer dalam aliran
darah; membantu eosinofil dalam mengenali dan membunuh parasit

IgD 1 <1 Tidak Membran lmunoglobulin permukaan; membantu sel B mengenali antigen spesifik;
plasma sel B fungsi mengaktivasi sel B berdiferensiasi menjadi sel plasma setelah
paparan antigen
IgE IL-4, IL-5 1 <1 Tidak Sel mast dan Antibodi reagenik; saat beberapa antibodi terikat membran terlibat reaksi
basofil silang oleh antigen, IgE memfasilitasi degranulasi basofil dan sel mast,
dengan penglepasan agen farmakologis, seperti heparin, histamin, faktor
kemotaktik eosinofil dan neutrofil, dan leukotrien; memperlihatkan reaksi
hipersensitivitas; membantu eosinofil dalam mengenali dan membunuh
parasit
IgG IFN-γ, IL-4, 1 80 Ya Makrofag dan Melewati plasenta-sehingga melindungi fetus dengan imunitas pasif;
IL-6 neutrofil disekresikan dalam susuomelindungi neonatus dengan imunitas pasif;
memperbaiki kaskade komplemen; berfungsi sebagai opsonino yakni
dengan membungkus mikroorganisme; memfasilitasi fagositosis oleh
makrofag dan neutrofil, sel yang memiliki reseptor Fc untuk daerah Fc pada
antibodi; juga berpartisipasi dalam sitotoksisitas selular bergantung
antibodi dengan mengaktivasi sel NK; diproduksi dalam jumlah besar saar
respons imun sekunder
Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun)

IgM 1 atau 5 5-10 Tidak Sel B (bentuk Bentuk pentamer dipelihara oleh tautan protein J, yang mengikat daerah Fc

monometri) pada tiap unit; mengaktivasi kaskade sistem komplemen; ialah isotipe

pertama yang dibentuk pada respon imun primer


*
Sitokin bertanggung jawab untuk berganti menjadi isotipe.
279

†Unit A ialah imunoglobulin tunggal yang tersusun atas 2 rantai berat dan 2 rantai ringan; sehingga, IgA terdapat dalam 2 bentuk yakni
monomer dan dimer. Fc, fragmen yang dapat mengkristal; IFN, interferon; lg, imunoglobulin; IL, interleukin; NK, pembunuh alami; TGF,
faktor pertumbuhan tumor.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 280

280 䡲 䡲 䡲 Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun)

tiap sel memproduksi 50.000 hingga 100.000 imunoglobulin sel B memori dan dapat mengeluarkan hanya bentuk antibodi
IgM dan IgD dan memasukkannya ke dalam membran IgM. Akan tetapi kebanyakan antigen memerlukan keterlibatan
plasma sehingga tempat berikatan dengan epitop pada sel T sebelum dapat menginduksi respons imun humoral (lihat
antibodi berhadapan dengan ruang ekstrasel. Daerah Fc pada di bawah).
antibodi menempel pada dua lapisan fosfolipid melalui dua
pasang protein transmembran, Igβ dan Igα, yang ujung Limfosit T
karboksilnya berhubungan dengan kompleks protein intrasel.
Tiap anggota dari klona sel B tertentu mempunyai antibodi
Limfosit T berasal dari sumsum tulang dan bermigrasi ke
yang berikatan dengan epitop yang sama.
timus untuk menjadi imunokompeten. Sel ini bertanggung
Saat imunoglobulin permukaan bereaksi dengan jawab dalam respons imun selular.
epitopnya, lgβ and Igα , meneruskan informasi kepada
kompleks protein intrasel yang berhubungan, memulai
serangkaian kejadian yang mengakibatkan aktivasi sel B. Limfosit T (sel T) juga dibentuk dalam sumsum tulang, akan
Sel B yang teraktivasi akan mengalami mitosis, membentuk tetapi sel ini bermigrasi ke korteks timus, dimana sel menjadi
sel plasma pembentuk antibodi dan sel B memori, seperti imunokompeten dengan mengekspresikan molekul spesifik
yang telah didiskusikan sebelumnya Oleh karena antibodi pada membran selnya yang memungkinkan sel tersebut
yang diproduksi oleh sel plasma dikeluarkan ke dalam melakukan fungsinya.
sirkulasi darah atau limf, sel B bertanggung jawab dalam Walaupun secara histologis sel T tampak mirip dengan sel B,
respons imun humoral. terdapat perbedaan penting antara kedua sel tersebut:
Saat sel B naif mulai teraktivasi, sel tersebut memproduksi 䡲 Sel T mempunyai TCR dan bukan sIG pada permukaan selnya
IgM, yang bila berikatan dengan permukaan patogen yang 䡲 Sel T hanya mengenali epitop yang disajikan oleh sel
menginvasi, dapat mengaktivasi sistem komplemen (fiksasi perantara (APC)
komplemen). Molekul IgM juga dapat berikatan dengan
䡲 Sel T hanya berespons terhadap antigen protein
virus , mencegah virus berkontak dengan permukaan sel,
sehingga melindungi sel dari invasi virus. 䡲 Sel T melakukan fungsinya haya pada jarak dekat

Sekali IgM diproduksi, sel B dapat memproduksi kelas Mirip dengan slg pada sel B, TCR pada plasmalema sel T
imunoglobulin yang berbeda. Kemampuan ini disebut dengan berfungsi sebagai reseptor antigen. Daerah konstan TCR
pergantian kelas (pergantian isotipe) dan ditentukan oleh berikatan dengan membran, sedangkan daerah terminal
sitokin tertentu yang berada pada lingkungan mikro sel B. amino mengandung tempat perikatan antigen pada permukaan
Sitokin ini dikeluarkan oleh sel T-helper (TH) dan tergantung sel. Sebagai tambahan molekul TCR, sel T mengekspresikan
tipe patogen yang dihadapi: molekul kelompok diferensiasi (molekul CD/penanda
䡲 Saat infeksi cacing parasit, sel T-helper mengeluarkan IL-4 CD) pada plasmalemanya. Protein tambahan ini berikatan
dan IL-5, dan Sel B berdiferensiasi menjadi sel plasma dan dengan ligan spesifik pada sel target. Walaupun hampir 200
setelah berubah kelas membentuk IgE untuk menimbulkan molekul CD telah diketahui, Tabel 12-4 hanya merinci molekul
degranulasi sel mast pada permukaan parasit. yang langsung berhubungan dengan diskusi selanjutnya dari

interaksi selular pada proses imun. Bagian TCR yang terikat
Saat invasi bakteli dan virus, sel T-helper mengeluarkan membran berhubungan dengan protein membran, CD3, dan
interferon-γ (IFN-γ) dan IL-6, dan sel B berubah baik dengan CD4 atau CD8, membentuk kompleks TCR.
membentuk IgG yang mengopsonisasi bakteri, memfiksasi Beberapa protein membran lain mempunyai peran penting
komplemen, dan menstimulasi sel NK untuk membunuh sel dalam transduksi sinyal dan dalam mempererat interaksi antara
yang diubah oleh virus antibodi sitotoksisitas selular TCR dan sebuah epitop, sehingga memfasilitasi aktivasi sel T
dependen (antibody-dependent cell-mediated cytotoxicity yang terstimulasi antigen.
{ADCC}).
TCR dapat mengenali sebuah epitop hanya jika epitop
䡲 Saat invasi virus atau bakteri pada permukaan mukosa, sel
merupakan sebuah polipeptida (tersusun atas asam amino)
T-helper mengeluarkan faktor pertumbuhan tumor-β (TGF- dan jika epitop berikatan dengan sebuah kompleks
β), dan sel B berubah menjadi bentuk IgA yang histokompatibilitas mayor (major histocompatibility
disekresikan ke permukaan mukosa. complex/MHC), seperti pada plasmalema APC. Terdapat
Antigen tertentu (seperti polisakarida kapsul mikroba) dapat dua jenis glikoprotein: MHC kelas I dan MHC kelas II.
mengeluarkan respons imun humoral tanpa perantara sel T. Sebagian besar sel berinti mengekspresikan molekul MHC
Antigen ini dikenal sebagai antigen tidak bergantung I pada permukaannya, sedangkan APC (dibahas nanti)
timus. Antigen ini tidak merangsang pembentukan susunan dapat mengekspresikan kedua molekul MHC I dan MHC
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 281

Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun) ■ ■ ■ 281

TABEL 12-4 Penanda Permukaan yang Terlibat dalam Proses lmun

Ligan dan
Protein Permukaan Sel Sel Target Fungsi
CD3 Semua sel T Tidak ada Transduksi kompleks MHC-epitop berikatan dengan sinyal
intraselular, aktivasi sel T

CD4 Sel T-helper MHC II pada APC Koreseptor untuk TCR berikatan dengan kompleks MHC II-
epitop, aktivasi sel T-helper
CD8 Sel T sitotoksik dan MHC I pada Koreseptor untuk TCR berikatan dengan kompleks MHC I-
supresor sel berinti sebagian besar epitop; aktivasi sel T sitotoksik

CD28 Sel T-helper B7 pada APC Membantu dalam aktivasi sel T-helper
CD40 Sel B Molekul reseptor CD40 Berikatan dengan reseptor CD40 dengan CD40 memung-
yang diekspresikan pada kinkan sel T-helper untuk mengaktifkan sel B untuk
sel T-helper yang aktif berproliferasi menjadi sel B memori dan sel plasma

APC, sel penyaji antigen; CD, molekul kelompok diferensiasi; MHC, kompleks histokompatibilitas mayor; TCR, reseptor sel T.

II pada plasmalemanya. Molekul MHC unik pada tiap individu CD45RO pada membran selnya. Sel ini membentuk memori
(kecuali pada kembar identik) dan agar teraktivasi, sel T harus imunologis sistem imun adaptif karena sel tersebut
mengenali tidak hanya epitop asing akan tetapi juga molekul membentuk klona yang anggotanya identik dan mempunyai
MHC sebagai diri sendiri. Jika sel T mengenali epitop tapi tidak kemampuan memerangi antigen tertentu. Sel memori ini
mengenali molekul MHC-nya, sel T tersebut tidak akan menjadi aktif dan mengekspresikan kemampuan efektor.
terstimulasi; maka kapasitas sel T untuk beraksi melawan Terdapat dua tipe sel T memori: yaitu yang mengekspresikan
sebuah epitop merupakan hal yang dibatasi oleh MHC. molekul CR+ pada permukaannya, dikenal sebagai sel T
Terdapat tiga jenis sel T, beberapa di antaranya, dengan dua memori sentral (TCM), dan sel CR7- yang dikenal sebagai
atau lebih subtipe: sel T memori efektor (TEM). TCM menempati daerah
pada limfonodus yang kaya akan sel T, tidak mampu
䡲 Sel T naïf
melakukan fungsi efektor dengan segera, dan berinteraksi
䡲 Sel T memori dengan dan menstimulasi sel penyaji antigen dan
䡲 Sel T efektor menyebabkan sel tersebut melepaskan IL-12. Molekul
pensinyal ini berikatan dengan reseptor IL-12 pada TCM dan
menstimulasi TCM untuk berdiferensiasi menjadi sel T
Sel T Naif memori efektor. TEM mengekspresikan reseptor yang
Sel T naif mempunyai molekul CD45RA pada permukaan memungkinkan sel ini untuk bermigrasi ke daerah
selnya dan sel tersebut meninggalkan timus sebagai sel yang peradangan, dimana mereka mempunyai fungsi efektor yang
kompeten secara imunologis, akan tetapi sel tersebut tidak segera dengan cara berdi-ferensiasi menjadi sel T efektor.
langsung siap untuk bertindak sampai menjadi sel T teraktivasi.
Saat sebuah limfosit T teraktivasi, sel tersebut mengalami Sel T Efektor
pembelahan sel dan membentuk sel T memori dan sel T efektor.
Terdapat tiga tipe sel T efektor: sel TH, limfosit T sitotoksik,
Sel T Memori dan sel T regulator (T reg). Sel ini merupakan sel yang dapat
berespons terhadap tantangan imunologis.
Terdapat dua tipe se/ T memori: sel T memori sentral dan
sel T memori efektor. Se/ tersebut bertanggung jawab untuk Sel T efektor merupakan sel imunologis kompeten yang
memori imunologis sistem imun adaptif mampu berespons terhadap dan meningkat kepada respons
imun. Terdapat tiga tipe sel T efektor: sel T4, sel T pembunuh
Sel T memori, tidak seperti sel T naif, mengekspresikan molekul (limfosit T sitotoksik/ CTL), dan sel T reg: Sel TH
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 282

282 䡲 䡲 䡲 Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun)

dan T reg mempunyai subtipe sel sendiri. THO menjadi THl.


䡲 IL 5 menginduksi produksi eosinofil.
SEL T-HELPER 䡲 IL 6 memerangi asma dan lupus eritematosa sistemik.

Tiga subtipe sel TH memperlihatkan molekul CD4 pada LIMFOSIT T SITOTOKSIK (CTL)
permukaan selnya dan bertanggung jawab kepada
pengenalan antigen asing juga berakibat pada respons
Limfosit T sitotoksik (CTL, sel T pembunuh) memperlihatkan
imunologis melawannya.
molekul COB pada membran selnya dan bertanggung jawab
dalam membunuh sel asing, sel tumor, dan sel yang berubah
Sel TH mempunyai molekul CD4 sebagai penanda membran karena virus.
selnya, mampu berinteraksi dengan sel lain sistem imun
bawaan dan adaptif, dan dapat mengaktivasi sel sistem imun CTL mempunyai molekul CD8 pada membran selnya. CTL
selular untuk memulai respons terhadap patogen yang mengenali epitop yang diperlihatkan pada membran sel asing,
menginvasi dan mengeliminasinya. Sel TH juga mempunyai sel tumor, juga sel yang telah diubah oleh virus dan
peran besar dalam menstimulasi sistem imun humoral dengan memperlihatkan epitop pada plasmalema, dan kemudian
cara berinteraksi dengan sel B dan menstimulasinya menjadi membunuh sel tersebut. Pembunuhan sel tersebut dilakukan
sel plasma penghasil antibodi. Terdapat 3 subtipe sel Th: THO, dengan satu dari dua cara:
TH1, dan TH2; sebuah subtipe tambahan Th3, telah
䡲 CTL meletakkan perforin ke membran sel yang telah diubah
diklasifikasikan ulang sebagai sel T reg yang dapat diinduksi.
virus.
Sel THO merupakan sel prekursor yang mempunyai 䡲 Perforin menstimulasi formasi pori pada plasmalema.
kemampuan memproduksi dan mengeluarkan sejumlah besar
sitokin. Sel ini dapat berdiferensiasi menjadi sel THl atau 䡲 CTL mentransfer granzim ke dalam sitoplasma sel yang
TH2, dan kemudian persediaan penglepasan sitokin menjadi telah diubah virus.
terbatas. 䡲 Granzim menstimulasi kapsasi untuk menginduksi
Sel THI mensekresi IL-2, IFN-γ, dan TNF-β: apoptosis, sehingga membunuh sel yang telah diubah
䡲 IL-2 menstimulasi proliferasi sel T CD4 dan CD8 juga virus.
sitotoksisitas oleh sel T CD8 (CTL). 䡲 CTL mengekspresikan Fas L, dikenal juga sebagai
䡲 CD95L (ligan kematian), pada membran selnya.
IFN-γ menstimulasi makrofag sehingga dapat
menghancurkan patogen yang telah difagosit olehnya, seperti 䡲 Fas, dikenal juga sebagai CD95 (reseptor kematian), yang
mikobakterium, protozoa, dan jamur; sitokin ini juga terletak pada permukaan sel target teraktivasi.
mengaktifkan sel NK sisitem imun bawaan untuk menjadi 䡲 Setelah Fas teraktivasi, kemudian kaskade apoptosis ter-
sitotoksik. Makrofag mengeluarkan IL-12, yang stimulasi, mengakibatkan kematian sel target.
menginduksi proliferasi sel TH1 dan menginhibisi proliferasi
sel TH2. SEL T REG
䡲 TNF-β menstimulasi neutrofil untuk memfasilitasi
perangsangan proses radang akut. Sel T reg memiliki molekul CD 4 pada membran selnya
dan berfungsi menekan respons imun.
䡲 Sel THl penting untuk kendali patogen intraselular dan
juga bertanggung jawab dalam induksi respons imun
selular, seperti pada penolakan alograf akut dan pada Sel T reg memperlihatkan molekul CD4 pada membran selnya
kasus sklerosis multipel. dan berfungsi menekan respons imun. Sejak semula, peranan
menekan respons imun dilakukan oleh sel T supresor; akan
Sel TH2 menyekresikan IL-4, IL-5, IL-6, IL-9, IL-10, dan tetapi, banyak ahli imunologi tidak mengakui keberadaan sel
IL-13, dan kebanyakan interleukin ini memfasilitasi produksi ini. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa ada sel yang
antibodi oleh sel plasma. Sel TH2 mengeluarkan sebuah menekan fungsi imun, dan sel ini disebut sel T regulator (T
respons terhadap infeksi parasit (IgE) atau mukosa (IgA). reg). Terdapat dua tipe sel T reg: natural (konstitutif) dan
Interleukin yang disekresikan mempunyai efek beragam, terinduksi (adaptif). Keduanya mengekspresikan molekul CD4
termasuk fungsi berikut ini: pada membran plasmanya.
䡲 IL 4 menstimulasi sel untuk menyintesis IgE; sehingga 䡲 Sel T reg alami berkembang dalam timus; kemudian
mempunyai peranan penting dalam reaksi alergi. meninggalkan timus dan saat TCR-nya terikat kepada APC,
sel ini menekan respons imun dengan cara spesifik non-
䡲 IL 10, beraksi sinergis dengan IL 4, menekan diferensiasi sel antigen.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 283

Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun) ■ ■ ■ 283

䡲 Sel T reg terinduksi (dikenal juga sebagai sel TH3) Pemuatan Epitop pada Molekul MHC I
diturunkan dari sel T naif; menyekresikan sitokin, seperti
IL-10 dan TGF-β, yang menghambat pembentukan sel THI. Epitop berasal dari protein endogen yang ditranspor oleh
Kemungkinan kedua tipe sel T reg mempunyai fungsi yang protein pembawa khusus ke dalam sisterna retikulum
tumpang tindih dan beraksi bersamaan untuk menekan respons endoplasma kasar.
autoimun terhadap molekul diri sendiri.
Protein yang diproduksi oleh sel, baik sel itu sendiri maupun
SEL T PEMBUNUH ALAMI oleh virus atau parasit yang mengambil alih mesin
penyintesis protein sel, dikenal dengan protein endogen.
Sel T pembunuh alami merupakan efektor yang menyerupai sel Kualitas protein yang diproduksi sel ditentukan oleh
NK akan tetapi harus memasuki korteks timus untuk menjadi proteasom, yang dimodifikasi untuk memecah protein defek
efektor yang imunokompeten. Sel ini mengeluarkan sitokin: atau asing menjadi fragmen polipeptida berukuran normal
IFNγ, IL-4, dan IL-10. Sel ini sama seperti sel NK yaitu dapat (panjangnya 8 hingga 12 asam amino). Fragmen ini dikenal
teraktivasi langsung. Sel ini merupakan sel yang tidak biasa sebagai epitop yang ditranspor oleh protein pembawa khusus
karena dapat mengenali antigen lipid yang disajikan pada (TAP1 dan TAP2) ke dalam sistema retikulum endoplasma
permukaan sel dendritik imatur. Agar sel T pembunuh alami kasar (RER), tempat fragmen ini disatukan dengan molekul
mengenali antigen lipid, lipid harus disajikan bersamaan dengan MHC I yang diproduksi pada permukaan RER. Kompleks
molekul CD1. Terdapat empat jenis isoform molekul CD1 dan MHC I-epitop ditranspor ke dalam aparatus Golgi dan
molekul ini dapat terletak pada permukaan sel atau mengawasi dikemas menjadi vesikel yang dibungkus clathrin di dalam
kompartemen lisosom dan endosom akhir. jaringan trans Golgi untuk kemudian ditranspor ke dan
dimasukkan ke dalam membran sel. Dengan cara demikian,
TCL "mencari" pada permukaan sel dan "melihat" apakah sel
Molekul Kompleks Histokompatibilitas tersebut memproduksi protein sendiri atau protein non-diri
Mayor (MHC) sendiri.

Molekul MHC menyajikan epitop patogen terhadap sel T. Pemuatan Epitop pada Molekul MHC II
Terdapat dua kelas molekul MHC: MHC I dan MHC II.

Epitop yang berasal dari protein yang diendositosis


Kegunaan utama molekul MHC ialah memungkinkan APC dan makrofag dan APC dimuat ke dalam molekul MHC I ke
sel dalam serangan virus (atau sel yang telah berubah karena dalam kompartemen intraselular khusus dikenal sebagai
virus) menyajikan epitop patogen penyerangnya kepada sel T. kompartemen MHC II (MllC).
Epitop ini merupakan polipeptida pendek yang tepat masuk ke
dalam alur pada permukaan molekul MHC. Makrofag dan APC mengendositosis protein dari lingkungan
Terdapat dua kelas molekul MHC: ekstraselularnya dengan pembentukan vesikel pinositosis atau
䡲 Molekul MHC I berfungsi dalam menyajikan fragmen fagosom. Kandungan vesikelnya, dikenal sebagai protein
polipeptida pendek (panjangnya 8-12 asam amino) berasal eksogen, dibawa ke endosom awal, mereka dipecah secara
dari protein endogen (seperti protein yang diproduksi oleh enzimatis menjadi fragmen polipeptida. Fragmen polipeptida
sel). ditranspor ke endosom akhir dimana mereka dipecah lagi
menjadi berukuran yang sebenamya (panjangnya 13 hingga
䡲 Molekul MHC II berfungsi dalam menyajikan fragmen 25 asam amino) sehingga dapat menempati alur dari molekul
polipeptida panjang (panjangnya 13-25 asam amino) MHC II.
berasal dari protein eksogen (seperti protein yang Molekul MHC II disintesis di dalam RER. Molekul ini
difagositosis dan dibelah oleh sel ini dari ruang ekstra- dirakit di sistema RER, sebuah protein yang dikenal sebagai
selular). protein invarian yang berhubungan dengan kelas II
Hampir semua sel menyintesis dan memperlihatkan protein (class II-associated invariant protein/CLIP) dimuat ke
MHC I, akan tetapi hanya APC yang menyintesis dan dalam alur molekul MHC II, untuk mencegah pemuatan
memperlihatkan protein MHC II. Pada manusia, molekul MHC molekul secara tak sengaja oleh epitop endogen. Kompleks
I dan MHC II tampak dalam berbagai bentuk, yang MHC II-CLIP ditranspor ke dalam aparatus Golgi dan disusun
memungkinkan sel T untuk mengenali molekul MHC dari ke dalam vesikel terbungkus clathrin di dalam jaringan trans
seorang individu sebagai miliknya. Itulah sel T yang mampu Golgi untuk dibawa ke kompartemen yang kaya akan MHC II
membedakan "diri sendiri". (vesikel MIIC), vesikel khusus yang berfungsi memuat epitop
ke molekul MHC II.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 284

284 䡲 䡲 䡲 Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun)

Vesikel MIIC menerima tidak hanya kompleks MHC II- menyajikan kompleks ini ke sel T. Kebanyakan APC bera-
CLIP akan tetapi juga epitop dari antigen yang telah berasal dari monosit maka termasuk sistem fagosit mono-
diproses dari endosom akhir. Di dalam vesikel MIIC, CLIP nuklear. APC termasuk makrofag, sel dendritik (seperti sel
dipisahkan secara enzimatik dari molekul MHC II dan Langerhans epidermis dan mukosa oral), dan dua tipe sel yang
digantikan oleh epitop. Kompleks MHC II-epitop kemudian berasal dari non-monosit (sel B dan sel retikulum epitelial
ditranspor dan dimasukkan ke dalam membran sel. Dengan timus).
cara ini, sel TH dapat "mencari" pada permukaan sel dan Mirip dengan sel TH, APC memproduksi dan mengeluarkan
"melihat" apakah sel bertemu dengan protein non-diri sitokin. Molekul pensinyal ini dibutuhkan untuk mengaktivasi
sendiri. sel target untuk melakukan fungsi khusus, tidak hanya respons
imun akan tetapi juga proses lainnya. Tabel 12-5 merinci
Sel Penyaji Antigen (APC) beberapa di antara sitokin tapi hanya yang memiliki sifat yang
berhubungan dengan respons imun.
APC mengekspresikan baik MHC I dan MHC II pada
plasmalemanya, dan memfagosit, mengkatabolisasi, lnteraksi di antara Sel Limfoid
memproses dan menyajikan antigen.
Sel sistem limfoid berinteraksi satu sama lain untuk
mempengaruhi respons imun. Proses interaksi diatur oleh
APC memfagosit, mengkatabolisasi dan memproses anti- pengenalan molekul permukaan; jika molekul tidak dikenal,
gen, menempel pada epitopnya ke molekul MHC II, dan sel dieliminasi untuk mencegah respons yang tidak tepat. Jika

TABLE 12-5 Asal dan Fungsi Beberapa Sitokin

Sitokin Asal Sel Sel Target Fungsi


IL-1a Makrofag Sel T dan Mengaktifkan sel T dan makrofag
IL-1b dan sel epitel makrofag

IL-2 Sel THI Sel T & B yang Memicu proliferasi sel T dan B yang teraktivasi
teraktivasi

IL-4 Sel TH2 Sel B Menginduksi proliferasi sel B dan maturasinya menjadi sel
plasma; juga memfasilitasi penggantian dari produksi IgM ke
IgG dan IgE

IL-5 Sel TH2 Sel B Menginduksi proliferasi dan maturasi sel B; juga memfasilitasi
penggantian dari produksi IgM menjadi IgE

IL-6 APC dan sel Sel T dan sel B Mengaktifkan sel T; memulai maturasi sel B untuk menjadi sel
TH2 yang teraktivasi plasma penghasil IgG

IL-10 Sel TH2 Sel THI Menghambat perkembangan sel THI dan menghambatnya dari
menyekresikan sitokin

IL-12 Sel B dan Sel NK dan sel T Mengaktivasi sel NK dan menginduksi pembentukan sel serupa
makrofag THI

TNF-α Makrofag Makrofag- Mengaktivasi makrofag untuk mengeluarkan IL-12 Mens-


Sel THI Makrofag timulasi makrofag hiperaktif untuk memproduksi radikal
hiperaktif oksigen, sehingga memfasilitasi pemusnahan bakteri

IFN-α Sel yang Sel NK dan Mengaktivasi makrofag dan sel NK


diserang virus makrofag

IFN-β Sel yang Sel NK dan Mengaktivasi makrofag dan sel NK


diserang virus makrofag

IFN-γ Sel THI Makrofag dan Sel T Menginduksi penghancuran sel oleh sel T sitotoksik dan
fagositosis oleh makrofag

APCs, sel penyaji antigen; lg, imunoglobulin; IL, interleukin ; IFN, interferon ; NK, pembunuh alami; TH, T-
helper; TNF, faktor nekrosis tumor.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 285

Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun) ■ ■ ■ 285

Antigen Molekul CD4


Antibodi Reseptor sel T
Reseptor CD40
Kompleks
MHC II-epitop Sel plasma Antibodi
Sitokin IL-4, IL-5, IL-6,
and IL-10
CD40 Sel TH2
Sel B Sel B
CD28
CD28 CD80

Sel B menjadi teraktivasi Sel TH2 mengenali kompleks IL-4, IL-5, dan IL-6 memfasilitaasi
oleh reaksi silang antigen MHC II-epitop yang disajikan oleh aktivasi dan diferensiasi sel B Sel B memori
terhadap antibodi permu- sel B menggunakan TCR dan menjadi sel B memori dan sel
kaan. molekul CD4-nya. Kemudian plasma yang membentuk anti-
reseptor CD40 pada TH2 berikatan bodi. IL-10 menginhibisi proliferasi
dengan molekul CD40 pada plasma- sel TH1
lema sel B dan CD28 berikatan
dengan CD80.
Proses berikatan CD40 dengan
reseptor CD40 menyebabkan
proliferasi sel B. Sel TH2
melepaskan sitokin IL-4, IL-5, IL-6
dan IL-10. Proses berikatan CD28
sel B dengan CD80 dari sel TH2
mengaktivasi lebih banyak sel TH2.

Gambar 12-2 Interaksi antara sel B dan sebuah sel T-helper (sel TH2) pada pembentukan dependen timus, terangsang oleh antigen, B memori, dan
sel plasma. CD, kelompok molekul diferensiasi; lL, interleukin; MHC, kompleks histokompatibilitas mayor; TCR, reseptor sel T.

molekul permukaan dikenal, limfosit berproliferasi dan Jika kedua rangkaian pensinyalan dilakukan secara benar,
berdiferensiasi. Inisiasi kedua respons ini disebut aktivasi. sel B menjadi teraktivasi dan berproliferasi dengan cepat.
Setidaknya dua sinyal diperlukan untuk aktivasi: Saat berproliferasi, sel TH2 melepaskan IL-4, IL-5, IL-6 dan
䡲 Pengenalan antigen (atau epitop). IL-10. Tiga sitokin pertama bertugas memfasilitasi diferen-
siasi sel B yang baru terbentuk menjadi sel B memori dan
䡲 Pengenalan sinyal kedua yang merupakan kostimulator yang sel plasma penyekresi antibodi, sedangkan IL-10
mungkin diperantarai oleh sitokin atau oleh molekul menghambat proliferasi sel TH1. Interaksi CD40 dengan
pensinyal yang terikat membran. ligan CD40 memfasilitasi perubahan isotipe dari IgM
menjadi IgG, dan interaksi antara CD28 dan CD80 mening-
Respons Imun HumoraI Diperantarai Sel katkan aktivitas sel TH2. IL-4 memfasilitasi perubahan
T-Helper/ TH2 isotipe menjadi IgE.
Kecuali terhadap antigen independen timus, sel B dapat
merespons antigen hanya jika diinstruksi oleh subtipe sel TH2
Pembunuhan Sel (yang Telah Diubah
(Gambar 12-2). Saat sel B mengikat antigen pada slg-nya, ia Virus) yang Diperantarai Sel T-Helper (TH1)
memasukkan kompleks antigen antibodi, mengeluarkan epitop Pada sebagian besar kasus, CTL butuh sinyal dari sel THl
dan menempelkannya pada molekul MHC II, serta menem- untuk dapat membunuh sel yang telah ditransformasi virus.
patkan kompleks epitop-MHC II pada permukaannya lalu Sel THl sebelumnya harus diaktivasi oleh AFC yang menya-
menyajikannya pada sel TH2. jikan epitop yang sesuai, agar dapat mengirimkan sinyal
Sinyal 1. Sel TH2 tidak hanya harus mengenali epitop den- (Gambar12-3).
gan TCR-nya akan tetapi juga harus mengenali molekul Sinyal 1. TCR dan molekul CD4 sel THl harus mengenali
MHC II dengan molekul CD4-nya. mengenali kompleks epitop-MHC II pada permukaan
Sinyal 2. Reseptor CD40 sel TH2 harus terikat ke molekul APC. Jika hal ini terjadi, APC akan mengekspresikan
CD40 sel B, dan CD28 sel TH2 harus berkontak dengan sebuah molekul yang disebut B7 pada permukaanya.
molekul CD80 sel B. Sinyal 2. Molekul CD28 sel TH1 terikat dengan molekul B7
pada APC.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 286

286 䡲 䡲 䡲 Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun)

Reseptor Molekul CD4


selT B7
Kompleks MHC II–epitop CD28 Sel yang
Limfosit T diubah oleh
Sintotoksik virus
sel penyaji
Sel TH1 antigen

Molekul
B7 Kompleks CTL
TNF Molekul MHC I-epitop
IL-2 CD28 Molekul CD8
IFN-γ Granzim Perforin

Sel TH1 berikatan dengan kompleks APC yang sama juga mempunyai kompleks CTL yang baru terbentuk menempel pada
MHC II-epitop sel penyaji antigen. MHC I-epitop yang diekspresi pada permu- kompleks MHC I-epitop melalui TCR dan
Molekul CD4 dari sel TH1 mengenali kaannya, yang terikat oleh CTL molekul CD8. molekul CD8-nya dan menyekresikan perforin
MHC II. Kedua kejadian ini menyebab- Kemudian, CTL mempunyai molekul CD28 dan granzim, membunuh sel yang diubah
kan APC mengekspresikan molekul B7 berikatan dengan APC molekul 87. CTL juga virus. Proses pembunuh saat granzim me-
pada permukaannya, yang berikatan mempunyai reseptor IL-2, yang berikatan masuki sel melalui pori yang dibentuk oleh
dengan CD28 dari sel TH1, menyebab- dengan IL-2 yang dilepaskan oleh sel TH1, perforin dan bekerja sebagai komponen
kan penglepasan IL-2, IFN-γ, dan TNF. menyebabkan CTL mengalami proliferasi, dan intraselular untuk menarik sel berapoptosis.
IFN-γ, menyebabkan aktivasinya.

Gambar 12-3 Aktivasi sel T-helper (sel TH1) dari sel T sitotoksik dalam membunuh sel yang telah diubah oleh virus. APC, sel penyaji antigen;
CD, kelompok molekul diferensiasi; CTL, limfosit T sitotoksik; IFN-γ, interferon-gamma; MHC, kompleks histokompatibilitas mayor; TCR,
reseptor sel T; TNF, faktor nekrosis tumor.

Sel THl telah teraktivasi dan mengeluarkan IL-2, IFN-γ, penglepasan perforin dan granzim. Granzim dilepaskan dari
dan TNF. IFN-γ menyebabkan aktivasi dan proliferasi CTL granula penyimpanan CTL; enzim ini memasuki sel yang
jika CTL tersebut terikat kepada APC yang sama dan jika berubah tersebut melalui pori yang telah dibentuk
kondisi di bawah ini terpenuhi: perforin dan mendorong sel menjadi apoptosis, sehingga
Sinyal 1. TCR dan molekul CD8 CTL harus mengenali kom- akan mati dalam beberapa menit.
pleks epitop-MHC I dari APC; juga molekul CD28 3 Pengikatan juga dapat menyebabkan ligan Fas CTL ber-
CTL harus terikat kepada molekul B7 pada APC hubungan dengan protein Fas (CD95) membran sel target.
Sinyal 2. IL-2 yang dikeluarkan sel THl berikatan kepada rese- Saat ikatan ligan Fas dan protein Fas mencapai ambang
ptor IL-2 dari CTL. batas, protein Fas yang mengelompok akan menginduksi
CTL sekarang telah teraktivasi dan akan berproliferasi kaskade protein intraselular yang berakhir kepada apoptosis.
dengan cepat. CTL yang baru terbentuk mencari sel yang Perhatikan bahwa APC tertentu yang sangat aktif dapat
telah diubah oleh virus dengan cara mengikatkan TCR dan berperan sebagai sinyal awal. Pada kondisi demikian, CTL
CD8-nya dengan kompleks epitop-MHC I milik sel yang tidak memerlukan perantara sel TH akan tetapi dapat menge-
telah berubah tersebut. Pembunuhan sel target dapat terjadi luarkan IL-2 dan mengaktifkan dirinya sendiri.
melalui salah satu cara berikut ini:
1 Pengikatan (dengan adanya kalsium) yang menyebabkan
penglepasan perforin, sekelompok glikoprotein yang
Sel TH1 Membantu Makrofag dalam
berhubungan erat dengan fraksi C9 kompleks penyerang Membunuh Bakteri
komplemen membran. Perforin menempatkan dirinya ke Bakteri yang difagositosis oleh makrofag dapat langsung
dalam membran sel yang telah berubah tersebut dan berproliferasi di dalam fagosom (menjadi terinfeksi) karena
membentuk pori hidrofilik dengan cara menggabungkan makrofag tidak dapat menghancurkan mikroorganisme kecuali
dirinya. Pori-pori ini menjadi begitu besar dan banyak diaktifkan oleh sel THl (Gambar 12-4).
sehingga sel target tidak dapat mempertahankan integritas
sitoplasmanya dan sel akan mengalami nekrosis. Menarik Sinyal 1. TCR dan molekul CD4 sel THl harus mengenali kom-
pleks epitop-MHC II makrofag yang memfagosit bakteri.
untuk diketahui bahwa CTL terlindung dari destruksi diri
oleh perforin karena adanya kondroitin sulfat A Sinyal 2. Sel THl mengekspresikan reseptor IL-2 pada permu-
proteoglikan di dalam vesikel yang mengandung granzim. kaannya dan mengeluarkan IL-2, yang terikat kepada
2 Pengikatan (dengan adanya kalsium) yang menyebabkan reseptornya, sehingga mengaktifkan dirinya sendiri.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 287

Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun) ■ ■ ■ 2 87

Aktivasi sel TH1 dari makrofag yang terinfeksi


Kompleks MHC II-epitop TNF-α
Molekul sel CD4T
Bakteri Reseptor sel T reseptor
Makrofag Lisosom TNF-α

Sel TH1 Sel TH1

IL-2
Proliferasi bakteri Makrofag
dalam fagosom IFN-γ Lisosom aktif

Sel TH1 yang baru terbentuk berhubungan dengan makrofag


STCR dan molekul CD4 dari sel TH1 mengenali terinfeksi (pengenalan TCR dan CD4 dari kompleks MHC II-epitop)
kompleks MHC II-epitop yang disajikan oleh dan penglepasan interferon-γ (IFN-γ). IFN-γ mengaktivasi makrofag
makrofag yang terinfeksi oleh bakteri. Sel TH1 untuk mengekspresikan reseptor TNF-α pada permukaannya juga
menjadi aktif, mengekspresikan respetor IL-2 pada untuk mengeluarkan TNF-α. Proses berikatan IFN-γ dan TNF-α
permukaannya, dan penglepasan IL-2. Pengikatan membran sel makrofag memfasilitasi produksi radikal oksigen oleh
IL-2 mengakibatkan proliferasi sel TH1. makrofag menyebabkan bakteri dihancurkan.

Gambar 12-4 Aktivasi makrofag oleh sel T. CD, kelompok molekul diferensiasi; IL, interleukin; IFN-γ, interferon-gamma; MHC,
kompleks histokompatibilitas mayor; TCH, reseptor sel T; TNF-α, faktor nekrosis tumor-alfa.

Sel THl yang teraktivasi berproliferasi dengan cepat, dan


sel THl yang baru terbentuk berhubungan dengan makrofag ORGAN LIMFOID
yang telah terinfeksi bakteri. Organ limfoid diklasifikasi menjadi dua kategori:
Sinyal 1. TCR dan molekul CD4 sel THl harus mengenali kom- 1 Organ limfoid primer (pusat) yang bertanggung jawab
pleks epitop-MHC II dari makrofag yang terinfeksi, dan untuk perkembangan dan pematangan limfosit menjadi sel
sel T mengeluarkan IFN-γ. dewasa dan imunokompeten.
Sinyal 2. IFN-γ mengaktifkan makrofag, yang kemudian me- 2 Organ limfoid sekunder (perifer) bertanggung jawab
ngekspresikan reseptor TNF-α pada permukaannya dan untuk lingkungan yang tepat dimana sel imunokompeten
mengeluarkan sitokin TNF-α. dapat bereaksi satu sama lain, juga antigen dan sel lainnya,
untuk memulai respons imun melawan antigen atau
Saat kedua faktor ini, IFN-γ dan TNF-α, terikat pada patogen.
reseptornya pada makrofag, faktor-faktor ini memfasilitasi
produksi radikal oksigen oleh makrofag, sehingga menye- Pada manusia, hati fetus, sumsum tulang pra- dan pascalahir,
babkan bakteri terbunuh. serta timus merupakan organ limfoid primer. Limfonodus,
limpa, dan jaringan limfoid yang berhubungan dengan mukosa
(juga sumsum tulang pascalahir) merupakan organ limfoid
KORELASI KLINIS sekunder.

Virus imunodefisiensi manusia (human Timus


immunodeficiency virus/HIV), penyebab sindrom
imunodefisiensi dapatan (acquired
Timus ialah organ limfoid primer yang merupakan tempat
immunodeficiency syndrome/AIDS) berikatan dengan
pematangan limfosit T.
molekul CD4 sel TH dan memasukkan intinya ke dalam
sel. Virus menjadikan sel tidak berdaya dan saat virus
menyebar, virus juga menginfeksi sel TH lain, selanjutnya Timus yang terletak dalam mediastinum superior dan meluas
menurunkan jumlah sel tersebut. Akibatnya, orang yang hingga di depan pembuluh darah besar di jantung, ialah
terinfeksi akhirnya menjadi tidak mampu memulai organ berkapsul berukuran kecil yang terdiri atas dua lobus.
respons imun terhadap infeksi virus atau bakteri. Korban Tiap lobus berasal dari kantung faring embrio ketiga (dan
tidak berdaya menghadapi infeksi sekunder akibat mungkin juga keempat). Limfosit T yang memasuki timus
mikroorganisme oportunistik atau keganasan. untuk memperoleh kompetensi imunologis, berasal dari
mesoderm.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 288

288 䡲 䡲 䡲 Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun)

Timus terbentuk pada awal kehidupan embrio dan terus Korteks timus secara histologis tampak lebih gelap daripada
tumbuh hingga pubertas, saat mempunyai berat 35 hingga 40 medula karena keberadaan sejumlah besar limfosit T (timosit)
g. Setelah beberapa tahun pertama kehidupan, timus mulai (Gambar 12-6; juga lihat Gambar 12-5). Sel T yang inkompeten
berinvolusi (atrofi) dan menjadi terinfiltrasi oleh sel lemak. secara imunologis meninggalkan sumsum tulang dan
Akan tetapi, timus tetap dapat berfungsi sampai dewasa tua. bermigrasi ke perifer korteks timus, tempat mereka mengalami
Kapsul timus, tersusun atas jaringan ikat kolagen padat proliferasi yang ekstensif dan diarahkan menjadi sel T yang
dan tidak teratur, mempunyai juluran septa ke dalam lobus, imunokompeten. Selain limfosit, korteks mengandung
membagi timus menjadi lobulus yang inkomplit (Gambar makrofag dan sel retikulum epitel. Pada manusia dipercaya
12-5). Tiap lobulus terdiri atas korteks dan medula, meskipun bahwa sel retikulum epitelial berasal dari endoderm kantung
medula lobulus yang berdekatan saling berhubungan. faring ketiga (dan mungkin keempat). Terdapat tiga tipe sel
retikulum epitelial dalam korteks timus:
Korteks Timus 䡲 Sel tipe I memisahkan korteks dari kapsul jaringan ikat
dan trabekula dan mengelilingi unsur vaskular dalam
Kompetensi imunologis sel T, eliminasi limfosit T yang korteks. Sel ini membentuk zonula okludens/ tight
intoleran terhadap diri sendiri, dan pengenalan MHC junction satu sama lain, mengisolasi korteks timus secara
terjadi dalam korteks timus. menyeluruh dari bagian tubuh lain. N ukleus sel tipe I
beraneka bentuknya, dan mempunyai nukleolus yang berbatas
tegas.

Medula Korteks
Kapsula

Pembuluh
darah kapsular
dalam kapsula
Korteks
Medula

Badan Sel
Hassall retikular
epitel Pembuluh darah septa
Septum Gambar 12-5 Diagram timus
Limfosit Yang memperlihatkan suplai
Kapiler dalam korteks darah dan susunan histologinya.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 289

Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun) ■ ■ ■ 289

kompartemen berisi limfosit. Sel ini membentuk zonula


okludens satu sama lainnya dan juga dengan sel retikulum
epitelial di medula; sehingga mengisolasi korteks dari medula.
Ketiga tipe sel retikulum epitelial mengisolasi korteks
timus secara sempurna, sehingga mencegah sel T yang
sedang berkembang berhubungan dengan antigen asing. Sel
tipe II dan III serta sel interdigitasi turunan dari sumsum
tulang (APC) juga menyajikan antigen diri sendiri, molekul
MHC I, dan molekul MHC II kepada sel T yang sedang
berkembang. Limfosit T yang berkembang yang TCR-nya
mengenali protein diri sendiri, atau molekul CD4 atau CD8
nya tidak dapat mengenali molekul MHC I atau MHC II,
akan mengalami apoptosis sebelum meninggalkan korteks.
H Yang menarik adalah sel T yang berkembang 98% akan mati
M dalam korteks dan difagositosis oleh makrofag, yang juga
disebut sebagai makrofag yang dapat diwarnai (tinjibel/
tingible body macrophage). Sel yang bertahan hidup
masuk ke medula timus sebagai limfosit T naif, dan dari sana
(atau dari daerah pertemuan kortikomedular) sel tersebut
didistribusikan ke organ limfoid sekunder melalui sistem
vaskular.

Medula

Medula ditandai dengan kehadiran badan Hassall.


Semua timosit medula merupakan sel T imunokompeten.

C
Medula timus terwarnai jauh lebih pucat daripada korteks
karena populasi limfosit tidak padat dan karena mengandung
sejumlah besar sel retikulum epitelial yang berasal dari
endotel (lihat Gambar 12-5 dan 12-6). Terdapat tiga tipe sel
Gambar 12-6 Mikrograf cahaya dari lobulus timus (x124). Korteks
perifer (C) terwarnai lebih gelap daripada bagian tengah medula (M)
retikulum epitelial pada medula:
yang dibedakan dengan keberadaan badan Hassall (H). 䡲 Sel tipe IV berhubungan erat dengan sel tipe III pada
korteks dan membantu pembentukan perbatasan
kortikomedular. Nukleus sel mempunyai jaringan kromatin

kasar, dan sitoplasmanya terwarnai gelap dan kaya akan
Sel tipe II terletak pada daerah korteks pertengahan
tonofilamen.
(midcortex). Sel ini mempunyai prosesus panjang lebar
seperti lembaran yang membentuk taut desmosom satu sama 䡲 Sel tipe V membentuk sitoretikulum medula. Nukleus sel
lain. Prosesus membentuk sitoretikulum yang membagi ini beraneka bentuk, dengan jaringan kromatin perinuklir
korteks timus menjadi kompartemen berukuran kecil yang yang berbatas tegas dan sebuah nukleolus yang jelas.
berisi limfosit. Nukleus sel tipe II merupakan struktur yang 䡲 Sel tipe VI menyusun sebagian besar gambaran medula
besar dan pucat dan agak heterokromatin. Sitoplasmanya juga timus. Sel pucat berukuran besar ini menyatu sama lain,
pucat dan kaya akan tonofilamen. membentuk badan timus (badan Hassall), yang
䡲 jumlahnya meningkat seiring pertambahan usia (lihat
Sel tipe III terletak pada korteks bagian dalam dan
pada perbatasan dengan medula. Sitoplasma dan nukleus Gambar l2-5 dan 12-6). Sel tipe VI akan sangat mengalami
selnya lebih padat dibanding dengan sel retikulum keratinisasi dan menjadi terkalsifikasi. Tidak seperti sel
epitelial tipe I dan II. RER sel tipe III memperlihatkan tipe IV dan V, sel retikulum epitelial dapat berasal dari
sisterna yang melebar, mengisyaratan terdapatnya sintesis ektoderm. Fungsi badan timus tidak diketahui, meskipun
protein. Sel retikulum epitelial tipe III ini juga mempunyai kemungkinan merupakan tempat limfosit T mati pada
prosesus lebar seperti lembaran yang membentuk medula.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 290

290 䡲 䡲 䡲 Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun)

Suplai Vaskular Hormon tersebut bersifat parakrin yang beraksi jarak pendek,
akan tetapi sebagian hormon tersebut diduga juga dilepaskan ke
Suplai vaskular korteks membentuk sawar timus yang
dalam aliran darah. Keempat hormon ini ialah timosin,
sangat tangguh untuk mencegah sel T yang berkembang
timopoietin, timulin, dan faktor humoral timus, dan
berkontak dengan makromolekul yang berasal dari darah.
hormon ini memfasilitasi proliferasi sel T dan ekspresi penanda
permukaannya. Hormon dari luar timus terutama dari gonad
dan hipofisis, tiroid, dan suprarenal, mempengaruhi
Timus menerima sejumlah arteri kecil, yang memasuki pematangan sel T. Efek yang paling poten disebabkan oleh (1)
kapsul dan didistribusikan ke seluruh organ melalui trabekula adrenokortikosteroid, yang menurunkan jumlah sel T dalam
di antara lobulus yang berdekatan. Percabangan pembuluh korteks timus; (2) tiroksin, yang merangsang sel retikulum
darah ini tidak memperoleh akses langsung ke korteks; epitelial korteks untuk meningkatkan produksi timulin; dan (3)
melainkan, dari trabekula memasuki perbatasan somatotropin, yang mempromosikan perkembangan sel T
kortikomedular, kemudian membentuk jaring-jaring kapiler pada korteks timus.
yang memasuki korteks.
Kapiler korteks merupakan jenis yang kontinu,
mempunyai sebuah lamina basalis yang tebal, dan dibungkus KORELASI KLINIS
oleh sel retikulum epitelial tipe I yang membentuk sawar Kegagalan perkembangan kongenital timus disebut
timus. Sehingga sel T yang berkembang pada korteks sindrom DiGeorge. Pasien dengan penyakit ini
terlindung dari makromolekul yang berasal dari darah. Akan tidak dapat memproduksi sel T. Oleh karena itu
tetapi makromolekul diri sendiri dapat melewati sawar timus respons imun selularnya tidak berfungsi, dan pasien
(kemungkinan diatur oleh sel retikulum epitelial), ini meninggal dunia pada usia muda karena infeksi.
kemungkinan untuk mengeliminasi sel yang diprogram untuk Karena pasien ini juga tidak mempunyai kelenjar
melawan antigen diri sendiri. Jaringan kapiler korteks paratiroid, kematian juga dapat disebabkan karena
bermuara ke dalam venula kecil daerah medula. tetani.
Sel T yang baru terbentuk dan belum imunokompeten dari
sumsum tulang akan keluar dari aliran darah pada perbatasan
kortikomedula dan bermigrasi ke perifer korteks. Seiring Limfonodus
dengan matangnya sel, sel ini bergerak lebih jauh ke dalam
korteks dan memasuki medula sebagai sel naif tetapi sudah Limfonodus ialah struktur oval, berkapsul, berukuran kecil
imunokompeten. Sel-sel ini akan meninggalkan medula yang tersebar sepanjang pembuluh limf dan bertindak
melalui vena yang keluar dari timus. sebagai saringan untuk pengeluaran bakteri dan zat asing
lainnya.
Histofisiologi Timus
Limfonodus terletak pada daerah yang bervariasi dalam tubuh
Fungsi utama timus ialah mengarahkan sel T yang akan tetapi paling sering pada leher, aksila, alat kelamin,
imunoinkompeten untuk mencapai imunokompetensi. sepanjang pembuluh besar, dan rongga tubuh. Parenkimnya
tersusun atas sekumpulan limfosit T dan B, APC, dan
Sel T yang berkembang berproliferasi luas dalam korteks, makrofag. Sel limfoid ini bereaksi terhadap keberadaan
memulai mengekspresikan penanda permukaannya, dan antigen dengan memulai respons imunologi dimana makrofag
dicoba kemampuannya untuk mengenali molekul MHC diri memfagosit bakteri dan mikroorganisme lainnya yang
sendiri dan epitop diri sendiri. Sel T yang tidak dapat memasuki limfonodus bersama dengan cairan limf.
mengenali molekul MHC-I diri sendiri dan MHC II diri Tiap limfonodus merupakan struktur lembut dan berukuran
sendiri dihancurkan secara apoptosis. Kemudian, limfosit T kecil dengan diameter kurang dari 3 cm dan mempunyai kapsul
yang TCR-nya direncanakan untuk melawan makromalekul jaringan ikat yang biasanya dikelilingi oleh jaringan lemak
diri sendiri juga dihancurkan. (Gambar 12-7). Struktur ini mempunyai permukaan cembung
Proses menguji coba malekul MHC diri sendiri dan epitop yang ditembus oleh pembuluh limf aferen yang mempunyai
diri sendiri dianggap merupakan fungsi sel retikulum epitelial katup, sehingga memastikan cairan limf masuk ke dalam
tipe II dan tipe III dan sel dendritik yang berasal dari nodulus. Permukaan cekung nodus ini yakni hilus, merupakan
sumsum tulang, karena ketiga tipe sel ini mengekspresikan tempat arteri dan vena masuk dan keluar dari nodulus.
kedua kelas kompleks molekul epitop-MHC pada Kemudian cairan limf meninggalkan nodus melalui pembuluh
permukaannya. limf eferen, yang juga terletak pada hilum. Pembuluh limf
Sel retikululum epitelial timus memproduksi setidaknya eferen mempunyai katup yang mencegah regurgitasi cairan limf
empat hormon yang penting untuk pematangan sel T. kembali ke dalam nodulus.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 291

Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun) ■ ■ ■ 291

Pembuluh limf aferen


Nodulus limfatikus
Korteks
Kapsula
Sinus subkapsularis
Parakorteks
Medula
Sinus medularis

Limf
Darah arteri
Limf
Darah vena
Arteri
Pembuluh limf eferen

Vena
Sinus subkapsularis

Venula pascakapiler
Bantalan kapiler
Sinus trabekularis

Gambar 12-7 Sebuah nodus limfatikus yang khas. Trabekula

Dari kapsul dan trabekula akan dibentuk jejaring tiga dimensi


KORELASI KLINIS yang terdiri atas jaringan ikat retikulum yang menjadi kerangka
Kehadiran antigen atau bakteri membuat limfosit limfonodus retikulum.
pada limfonodus berproliferasi dengan cepat, dan Pembuluh limf aferen menembus kapsul pada permukaan
nodus dapat membesar beberapa kali dari ukuran cembung nodus dan menyalurkan cairan limf ke dalam sinus
normalnya, menjadi keras dan menjadi teraba saat subkapsularis, yang terletak tepat di bawah kapsul. Sinus ini
disentuh. berlanjut menjadi sinus kortikalis (sinus paratrabekularis)
sejajar dengan trabekula dan mengantarkan cairan limf ke
dalam sinus medularis, pada akhirnya memasuki pembuluh
Secara histologis, sebuah limfonodus dibagi menjadi tiga limf eferen. Sinus ini mempunyai jejaring sel retikulum
daerah: korteks, parakorteks, dan medula. Ketiga daerah ini kaya stelata yang prosesusnya berhubungan dengan sel lainnya
akan suplai sinusoid, ruang lebar berlapis endotel tempat cairan dan epitel gepeng selapis menyerupai endotel. Makrofag,
limf mengalir. menempel pada sel retikulum stelata, memfagositosis benda
asing. Sel limfoid dapat masuk atau keluar sinusoid dengan
Korteks limfonodus cara lewat di antara lapisan sel gepeng.
Korteks limfonodus dibagi menjadi kompartemen yang
mengandung set B dan nodulus limfatikus primer (kaya Nodulus Limfatikus
akan sel B) dan sekunder.
Terdapat dua tipe nodu/us limfatikus: primer dan
Kapsul jaringan ikat kolagen yang padat dan tak beraturan sekunder. Nodulus limfatikus sekunder mempunyai
memberi juluran berupa trabekula yang masuk ke dalam sentrum germinativum.
limfonodus, membagi bagian luar korteks menjadi ruang-ruang
yang inkomplit yang meluas hingga ke arah hilus (Gambar 12-8; Ruang inkomplit dalam korteks mengandung nodulus
juga lihat Gambar 12-7). Kapsul menebal pada daerah hilus, dan limfatikus primer, yang merupakan kumpulan limfosit B
saat pembuluh memasuki nodus melalui hilus, pembuluh akan (baik sel B dan sel B memori) berbentuk sferis yang sedang
dilingkupi oleh selubung jaringan ikat yang berasal dari kapsul. dalam proses memasuki atau meninggalkan limfonoduss
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 292

292 䡲 䡲 䡲 Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun)

mengandung antigen dan mengalami hipermutasi menjadi lebih


S mampu membentuk antibodi untuk melawan antigen. Sel yang
tidak menyintesis slg yang tepat dipaksa untuk apoptosis dan
dihancurkan oleh makrofag. Sentrosit yang baru terbentuk dan
bertahan hidup memasuki zona apikal terang dimana sel ini
C menjadi sel B memori atau sel plasma dan kemudian
meninggalkan folikel sekunder.

Parakorteks

G Daerah limfonodus di antara korteks dan medula ialah


parakorteks. Daerah ini mengandung sebagian besar sel
T dan merupakan zona dependen-timus dari limfonodus.

APC (seperti sel Langerhans kulit atau sel dendritik mukosa)


bermigrasi ke daerah parakorteks limfonodus untuk
menyajikan kompleks epitop-MHC II kepada sel TH. Jika sel
TH teraktivasi, sel tersebut berproliferasi menyebabkan
parakorteks melebar hingga dapat masuk menyeruak jauh ke
dalam medula. Sel T yang baru terbentuk kemudian
bermigrasi ke sinus medularis meninggalkan limfonodus,
menuju ke daerah dengan aktivitas antigen.
P Venula berendotel tinggi (HEV) terdapat dalam
parakorteks. Limfosit meninggalkan suplai vaskular dengan
bermigrasi di antara sel kuboid dari endotel yang luar biasa ini
dan memasuki bagian dalam limfonodus. Sel B bermigrasi ke
bagian luar korteks, sedangkan sebagian besar sel T tetap
dalam parakorteks.
Membran plasma limfosit mengekspresikan molekul
Gambar 12-8 Mikrograf cahaya korteks nodus limfatikus (xl32),
memperlihatkan sinus subkapsularis (S), nodulus limfoid sekunder permukaan yang dikenal sebagai selektin yang membantu sel
dengan koronanya (C), sentrum germinativum (G), dan parakorteks mengenali sel endotel HEV dan memungkinkannya untuk
(P). berjalan berputar di atas permukaan sel tersebut. Saat limfosit
berhubungan dengan molekul pensinyal tambahan yang terletak
pada plasmalema sel endotel, selektin menjadi teraktivasi,
(lihat Gambar 12-7 dan 12-8). Seringkali, bagian tengah mengikat erat ke sel endotel, dan menghentikan gerak berputar
nodulus limfatikus terwarnai pucat dan mengandung sentrum limfosit. Kemudian dengan cara diapedesis, limfosit bermigrasi
germinativum, dan nodulus limfatikus seperti ini dikenal di antara sel endotel kuboid untuk meninggalkan lumen venula
dengan nodulus limfatikus sekunder. Nodulus limfatikus pascakapiler dan memasuki parenkim limfonodus.
sekunder hanya terbentuk sebagai respons antigen yang
masuk; dipercaya bahwa nodulus ini merupakan tempat
pembentukan sel B memori dan sel plasma. Medula
Daerah nodulus limfatikus perifer hingga ke sentrum
Medula terdiri atas sinus limf yang membesar dikelilingi
germinativum tersusun atas akumulasi padat limfosit kecil
oleh sel limfoid yang tersusun dalam kelompokan yang
yang bermigrasi menjauh dari tempat asalnya di dalam
dikenal sebagai korda medularisl genjel-genjel medula.
sentrum germinativum. Daerah perifer ini disebut korona
(mantel).
Sentrum germinativum mempunyai tiga zona: zona gelap, Sel pada genjel-genjel medula (limfosit, sel plasma, dan
zona basal yang terang, dan zona apikal yang terang. Zona makrofag) terbenam dalam jejaring serat retikulum dan sel
gelap ialah tempat proliferasi sel B yang tersusun padat (tidak retikulum (Gambar 12-9; juga lihat Gambar 12-7). Limfosit
mempunyai slg). Sel ini, disebut dengan sentroblas, akan bermigrasi dari korteks untuk memasuki sinus medularis, ke
bermigrasi ke zona basal terang, mengekspresikan slg, mudian memasuki pembuluh limf eferen untuk meninggalkan
berganti kelas imunoglobulin, dan dikenal sebagai sentrosit. Iimfonodus. Potongan histologi medula juga memperlihatkan
Sel ini terpapar terhadap sel dendritik folikular yang keberadaan trabekula yang berasal dari kapsul
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 293

Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun) ■ ■ ■ 293

Saat cairan limf memasuki limfonodus, laju aliran


menurun, yang membuat makrofag yang menetap dalam
(atau mempunyai prosesus yang masuk ke dalam) sinus
mempunyai lebih banyak waktu untuk memfagosit zat asing.
Dengan cara ini, 99% ketidakmurnian yang ditemukan pada
cairan limf dapat dikeluarkan.
Limfonodus juga berfungsi sebagai tempat pengenalan
antigen, karena APC yang bertemu antigen bermigrasi ke
limfonodus terdekat dan menyajikan kompleks epitop-MHC
kepada limfosit. Sebagai tambahan, antigen yang mengalir di
dalam limfonodus terjebak oleh sel dendritik folikular, dan
dikenali oleh limfosit ada dalam limfonodus atau limfosit
S yang sedang bermigrasi ke dalam limfonodus.
Jika sebuah antigen dikenali dan sebuah sel B menjadi
aktif, sel B tersebut akan bermigrasi ke nodulus limfatikus
primer dan berproliferasi, membentuk sentrum
C germinativum, dan nodulus limfatikus primer menjadi
nodulus limfatikus sekunder. Sel yang baru terbentuk
berdiferensiasi menjadi sel B memori dan sel plasma,
meninggalkan korteks, dan membentuk genjel-genjel medula.
Sekitar 10% sel plasma yang baru terbentuk tinggal di dalam
T medula dan melepas-kan antibodi ke dalam sinus medularis.
Sisa sel plasma memasuki sinus dan menuju ke sumsum
tulang tempat sel tersebut melanjutkan untuk memproduksi
antibodi sampai sel tersebut mati. Beberapa sel B memori
menetap di nodulus limfatikus primer pada korteks, akan
tetapi sebagian besar meninggalkan limfonodus untuk
menetap pada organ limfatik sekunder lainnya di tubuh.
Maka jika terdapat paparan kedua terhadap antigen yang
sama, sejumlah besar sel memori tersedia sehingga tubuh
Gambar 12-9 Mikrograf cahaya medula nodus limfatikus (x132) dapat memulai respons sekunder yang cepat dan poten.
dengan sinusoid medula (S), korda medularis (C), dan trabektula (T).

KORELASI KLINIS
hilum yang menebal, memperlihatkan pembuluh darah yang Limfonodus terletak di sepanjang jalan yang dilalui
masuk dan keluar limfonodus. pembuluh limf dan membentuk rangkaian
limfonodus sehingga cairan limf mengalir dari
Vaskularisasi Limfonodus satu nodus ke nodus lainnya. Oleh karena itu,
infeksi dapat menyebar dan sel yang ganas dapat
Suplai arteri masuk ke bagian dalam limfonodus pada hilum. bermetastasis melalui serangkaian nodus hingga
Pembuluh tersebut berjalan memasuki medula di dalam ke bagian terpencil dalam tubuh.
trabekula dan mengecil seiring dengan percabangan pembuluh
tersebut. Akhirnya pembuluh kehilangan pembungkus jaringan
ikat, berjalan di dalam genjel-genjel medula, dan berperan Limpa
dalam pembentukan jejaring kapiler medula. Percabangan kecil
dari arteri berlanjut dalam genjel-genjel medula hingga
mencapai korteks. Kemudian di sini membentuk jejaring Limpa merupakan organ limfoid terbesar pada tubuh dibungkus
oleh kapsul jaringan ikat kolagen. Limpa mempunyai permukaan
kapiler korteks yang bermuara ke venula pascakapiler.
cembung dan cekung yang dikenal sebagai hilus.

Histofisiologi Limfonodus
Limpa merupakan organ limfoid terbesar pada tubuh
terletak di peritoneum bagian kuadran kiri atas rongga
Limfonodus menyaring cairan limf dan bertindak sebagai abdomen. Kapsul jaringan ikat fibroelastis yang tersusun
tempat pengenalan antigen. padat dan ireguler, terkadang mengandung sel otot polos,
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 294

294 䡲 䡲 䡲 Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun)

dikelilingi oleh peritoneum viseralis. Epitel gepeng selapis Limpa mempunyai permukaan cembung dan permukaan
peritoneum membentuk permukaan yang licin untuk limpa. cekung yang dikenal sebagai hilus. Kapsul limpa menebal
Limpa berfungsi tidak hanya dalam kapasitas imunologi yaitu pada hilus, di sinilah arteri dan serat saraf yang menyertainya
pembentukan antibodi dan proliferasi sel T dan sel B, akan masuk dan vena serta pembuluh limf meninggalkan limpa.
tetapi juga sebagai penyaring darah yaitu menghancurkan Trabekula, berasal dari kapsul, membawa pembuluh darah
eritrosit yang sudah tua. Saat perkembangan dalam janin, limpa ke dalam dan ke luar parenkim limpa (Gambar 12-10). Secara
ialah organ hemopoietik; jika diperlukan, fungsi tersebut dapat histologi, limpa mempunyai jejaring serat retikulum tiga
berlanjut hingga dewasa. Pada sebagian hewan (tidak pada dimensi dan sel retikulum. Jejaring serat retikulum menempel
manusia), limpa dapat berfungsi sebagai penampung sel darah pada kapsul juga trabekula dan membentuk kerangka arsitektur
merah, yang akan dilepaskan ke sirkulasi bila diperlukan. organ ini (Gambar 12-11).

Nodulus limfatikus

Kapsula

PULPA MERAH
Korda pulpa
Sinusoid vena
PULPA PUTIH
Sentrum germinativum
Korona
Selubung limf periarteri
Trabekula
Vena trabekularis

Sinusoid vena Sinusoid vena

Kapiler arteri terminal ARTERI PENISILI

Kapiler arteri terminal

Arteriol berselubung
Arteriol berselubung
Arteriol pulpa

Limfosit

NODULUS LIMFATIKUS Zona marginalis

Arteri sentralis
Selubung limf periarteri
Korona

Arteri sentralis Zona marginalis

Sinusoid marginalis

Gambar 12- 10 Diagram skematik limpa. Atas, gambaran pembesaran lemah pulpa putih dan pulpa merah. Bawah, gambaran pembesaran
kuat arteriol sentralis dan percabangannya.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 295

Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun) ■ ■ ■ 295

Kapsul
Sentrum
germinativum
Kapiler
arteri Pulpa putih
Ca terminal
Sinusoid
Vena
trabekularis Sinus
marginal
Trabekula
Arteri
Ln trabekularis
Pulpa merah Sirkulasi
terbuka
Korda pulpa Sirkulasi
tertutup
Vena pulpa

Gambar 12-12 Sirkulasi terbuka dan tertutup pada limpa.

meninggalkan trabekula ini menjadi longgar dan terinfiltrasi


Ln oleh selubung terdiri atas limfosit, selubung limfatik
periarterial (PALS). Karena pembuluh ini menempati
bagian tengah PALS, arteri ini disebut juga arteri sentralis.
Pada bagian akhir, arteri splenikus sentralis kehilangan
selubung limfatik dan terbagi menjadi beberapa cabang
Gambar 12-11 Fotomikrograf dengan pewarnaan perak dari serat
pendek yang sejajar, dikenal sebagai arteri penisili, yang
retikulum yang merupakan arsitektur limpa (xl32). Amati kapsul (Ca) memasuki pulpa merah. Arteri penisili mempunyai tiga
dan noclulus limfatikus (Ln). daerah: (1) arteriol pulpa, (2) arteriol yang berselubung
(penebalan daerah pada pembuluh dikelilingi oleh lembaran
makrofag dinamakan lembaran Schweigger-Seidel), dan (3)
kapiler arteri terminal.
Interstitium jejaring jaringan retikular ditempati oleh sinus Meskipun dikenal bahwa kapiler arteri terminal
venosus, trabekula membawa pembuluh darah, dan parenkim menghantarkan darahnya ke dalam sinus splenikus, metode
limpa. Permukaan potongan limpa segar memperlihatkan pengantarannya tidak dimengerti sepenuhnya, sehingga
daerah abu-abu dikelilingi oleh daerah merah; yang pertama menciptakan tiga teori mengenai sirkulasi limpa: (1) sirkulasi
disebut pulpa putih dan yang terakhir disebut pulpa merah. tertutup, (2) sirkulasi terbuka, dan (3) kombinasi dari kedua
Inti pemahaman susunan dan fungsi limpa adalah pengertian teori tersebut.
tentang suplai darahnya.
Penganut teori sirkulasi tertutup beranggapan bahwa
lapisan endotel kapiler arteri terminal berlanjut dengan
Vaskularisasi limpa endotel sinus (Gambar 12-12). Peneliti yang menganut teori
sirkulasi terbuka menganggap bahwa kapiler arteri
terminal berakhir sebelum mencapai sinusoid, dan darah dari
Arteri splenikus mendarahi limpa dan darah keluar melalui pembuluh ini mengalir melalui pulpa merah ke dalam sinus.
vena splenikus; kedua pembuluh masuk dan keluar limpa Beberapa peneliti percaya bahwa sebagian pembuluh
melalui hilus. berhubungan dengan sinusoid dan pembuluh lainnya berakhir
sebagai saluran terbuka pada pulpa merah, mengarah pada
Arteri splenikus bercabang berkali-kali saat menembus kapsul dugaan bahwa limpa mempunyai sirkulasi sistem tertutup
jaringan ikat pada hilum. Percabangan pembuluh ini, arteri dan terbuka.
trabekularis, memasuki bagian dalam limpa melalui trabekula Sinus splenikus dikeluarkan darahnya oleh vena kecil
yang juga mengecil (lihat Gambar 12-10). Saat arteri trabe- pada pulpa, yang bermuara ke vena yang lebih besar dan
kularis mengecil menjadi berdiameter 0,2 mm, arteri tersebut bersatu menjadi vena splenikus yang bermuara pada vena
meninggalkan trabekula. Tunika adventisia pembuluh yang porta.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 296

296 䡲 䡲 䡲 Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun)

Pulpa Putih dan Zona Marginalis (Gambar 12-14; lihat Gambar 12-10 dan 12-13). Zona ini
tersusun atas sel plasma, limfosit T dan B, makrofag, dan sel
Pulpa putih tersusun atas PALS yang mengandung sel T dendritik interdigitasi (APC). Sejumlah saluran kecil, sinus
dan nodulus limfatikus yang mengandung sel B. Zona marginalis, tampak pada zona marginalis, khususnya nodulus
marginalis mengandung sel B yang khusus mengenali limfatikus yang mengelilinginya. Pembuluh darah yang lebih
antigen timus-independen. ramping menjulur dari arteriol sentralis, masuk ke dalam pulpa
merah, kembali, dan mengantarkan darahnya ke dalam sinus
marginalis.
Struktur pulpa putih berhubungan erat dengan arteriol
sentralis. PALS yang mengelilingi arteriol sentralis tersusun Oleh karena ruang antara sel endotel sinus dapat berlebar 2
atas limfosit T. PALS seringkali mengandung nodulus hingga 3 µm, sel yang berasal dari darah, antigen, dan zat
limfatikus, yang tersusun atas sel B dan menggeser arterial lainnya dapat mempunyai akses ke dalam parenkim limpa.
sentralis ke bagian perifer. Nodulus limfatikus dapat Sehingga kejadian-kejadian berikut ini tampak pada zona
memperlihatkan sentrum germinativum, yang menunjukkan marginalis:
adanya perlawanan terhadap antigen (Gambar 12-13; lihat 1 APC memeriksa materi yang berada dalam darah untuk
Gambar 12-10). PALS dan nodulus limfatikus merupakan mencari antigen.
penyusun pulpa putih, seperti pada limfonodus, sel T dan B 2 Makrofag menyerang mikroorganisme yang berada dalam
ditempatkan pada lokasi khusus.
darah.
Pulpa putih dikelilingi oleh zona marginalis, mempuyai
3 Kelompokan limfosit T dan B yang beredar, meninggalkan
lebar 100 µm, yang memisahkan pulpa putih dari pulpa merah
aliran darah untuk masuk ke lokasinya di dalam pulpa
putih.
4 Limfosit berkontak dengan APC; jika mengenali
kompleks epitop-MHC, limfosit memulai respons imun
di dalam pulpa putih.
5 Sel B mengenali dan bereaksi terhadap antigen yang
independen terhadap timus (seperti polisakarida dinding
sel bakteri).

Pulpa Merah

Pulpa merah limpa tersusun atas sinus splenikus dan


korda splenikus (Billroth).

Pulpa merah menyerupai sebuah spons, rongga di dalam spons


mewakili sinus, dan materi spons di antara rongga tersebut
mewakili korda splenikus (lihat Gambar 12-10).
G Lapisan endotel sinus splenikus berbeda, dimana sel-selnya
fusiformis, menyerupai rusuk-rusuk tongkat sebuah tong kayu
(Gambar 12-15). Kemudian, terdapat banyak ruang (dengan
lebar 2-3 µm) di antara sel yang berdampingan. Sinus
dikelilingi oleh serat retikulum (berlanjut dengan korda
splenikus) yang membungkus sinus seperti helaian benang
tipis. Serat retikulum tersusun tegak lurus terhadap sumbu
M panjang sinus dan dibungkus oleh lamina basalis. Oleh
karena itu, sinus splenikus mempunyai lamina basalis yang
tidak kontinu.
Korda splenikus tersusun atas jejaring serat retikulum
yang longgar, yang interstitiumnya diresapi oleh darah yang
merembes keluar. Serat retikulum dibungkus oleh sel
retikulum stelata, yang memisahkan serat kolagen tipe III
Gambar 12-13 Mikrograf cahaya pulpa putih dan zona marginalis
dari darah, mencegah reaksi keping darah terhadap kolagen
limpa (x116). G, sentrum germinativum; M, zona marginalis. (koagulasi). Makrofag juga cukup banyak terdapat di dalam
Perhatikan arteri sentralis (panah). sinusoid.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 297

Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun) ■ ■ ■ 297

Gambar12-14 Pemindaian mikrograf elektron zona


marginalis dan pulpa merah limpa yang berdampingan
(x680). Perhatikan sel retikulum gepeng periarteri
(panah). A, arteri sentralis; BC, saluran penghubung
zona marginalis; MZ, zona marginalis; PA, arteri
penisili; RP, pulpa merah; S, sinus venosus. (Dari
Sasou S, Sugai T: Periarterial lymphoid sheath in the
rat spleen: A light, transmission, and scanning electron
microscopic study. Anat Rec 232: 15-24, 1992.)

Histofisiologi limpa Makrofag membunuh keping darah yang tua dan


mengawasi eritrosit saat bermigrasi dari korda splenikus di
Limpa menyaring darah, memproduksi sel limfoid,
antara sel endotel ke dalam sinus (Gambar 12-16). Oleh
mengeliminasi atau menginaktivasi antigen yang berasal dari
karena eritrosit yang lebih tua kehilangan fleksibilitasnya
darah, menghancurkan keping darah dan eritrosit yang menua,
(seperti eritrosit yang terinfeksi oleh parasit malaria), eritrosit
dan berperan dalam hemopoiesis.
tidak dapat menembus rongga di antara sel endotel dan
difagositosis oleh makrofag. Sel-sel fagosit juga mengawasi
pembungkus permukaan sel darah merah, yang dihancurkan
Seiring darah memasuki sinus marginalis pada zona dengan cara berikut ini:
marginalis, darah mengalir melewati zona yang kaya akan 1 Eritrosit yang tua kehilangan residu asam sialat dari
makrofag. Sel ini memfagositosis antigen dalam darah, bakteri,
dan zat asing lainnya. Zat yang tidak dieliminasi pada zona permukaan makromolekul, memperlihatkan muatan
marginalis akan dibersihkan dalam pulpa merah pada bagian galaktosanya.
perifer sinus splenikus. 2 Muatan galaktosa yang terpapar pada membran eritrosit
Sel limfoid dibentuk dalam pulpa putih sebagai respons menginduksi fagositosis.
terhadap antigen. Sel B memori dan sel plasma dibentuk dalam 3 Eritrosit yang difagosit oleh makrofag dihancurkan di
nodulus limfatikus, sedangkan sel T dari berbagai kategori dalam fagosom.
dibentuk dalam PALS. Sel T dan B yang baru dibentuk 4 Hemoglobin dikatabolisasi menjadi bagian hem dan
memasuki sinus marginalis dan bermigrasi ke tempat antigen globin.
berada atau menjadi bagian dari kelompokan limfosit yang
beredar. Sebagian sel plasma dapat menetap dalam zona 5 Muatan globin diuraikan menjadi penyusunnya yakni asam
marginalis, memproduksi antibodi dan mengeluarkan amino, yang menjadi bagian dari asam amino yang beredar
imunoglobulin ke dalam sinus marginalis. Sebagian besar sel dalam darah.
plasma, bermigrasi ke dalam sumsum tulang untuk 6 Molekul besi diantarkan ke sumsum tulang oleh transferin
memproduksi dan melepaskan antibodinya ke dalam sinus dan digunakan dalam pembentukan sel darah merah yang
sumsum tulang. baru.
Antigen dalam darah yang terlarut akan terinaktivasi oleh 7 Hem dikonversi menjadi bilirubin dan diekskresikan oleh
antibodi yang dibentuk untuk melawan mereka, sedangkan hati ke dalam empedu.
bakteri akan diopsonisasi dan dieliminasi oleh makrofag atau
neutrofil. Sel yang telah diubah oleh virus, dibunuh oleh CTL 8 Makrofag juga memfagosit keping darah dan neutrofil
yang dibentuk dalam PALS pada pulpa putih. yang rusak atau tidak berfungsi.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 298

298 䡲 䡲 䡲 Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun)

Gambar 12-15 Pemindaian mikrograf elektron sel yang


melapisi sinusoid dibatasi oleh korda splenikus (x500).
C, korda splenikus; S, sinus venosus; Sh: arteriol yang
terbungkus (Dari Leeson TS, Leeson CR, Paparo AA:
Text-Atlas of Histology. Philadelphia, WB Saunders,
1988.).

Saat trimester kedua kehamilan, limpa aktif berperan dalam Jaringan Limfoid yang Berhubungan
hemopoiesis; setelah lahir, pembentukan sel darah terbentuk dengan Mukosa
hanya dalam sumsum tulang. Jika diperlukan, limpa dapat Jaringan limfoid yang berhubungan dengan mukosa (Mucosa-
melanjutkan fungsi hemopoiesisnya.
associated lymphoid tissue/MALT) tersusun atas kelompokan
limfosit tidak berkapsul serta nodulus limfatikus dalam mukosa
KORELASI KLINIS traktus gastrointestinal, respiratorius, dan urinarius. Contoh
paling tepat dari akumulasi ini adalah yang terdapat pada
Karena limpa merupakan organ yang rapuh, trauma mukosa usus: jaringan limfoid pada usus (GALT),
besar pada kuadran kiri atas abdomen dapat jaringan limfatik pada bronkus (BALT), dan tonsil.
menyebabkan ruptur pada limpa. Pada kasus yang
berat, limpa mungkin perlu dikeluarkan secara
pembedahan, tanpa membahayakan hidup Jaringan Limfoid yang Berhubungan dengan
seseorang. Sel darah merah yang menua kemudian Saluran Pencernaan (GALT)
akan difagosit oleh makrofag hati dan sumsum
tulang. Akumulasi GALT yang paling jelas terlihat terletak pada
ileum dan dikenal sebagai plakat Peyeri.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 299

Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun) ■ ■ ■ 299

Jaringan Limfoid Berhubungan dengan


Bronkus (BALT)
BALT mirip dengan plakat Peyeri, namun BALT terletak
pada dinding bronkus, khususnya daerah tempat bronkus dan
bronkiolus bercabang. Seperti pada GALT, epitel yang
melapisi nodulus limfoid berubah dari epitel silindris
bertingkat bersilia dengan sel goblet menjadi sel M.
Pada BALT tidak terdapat pembuluh limf aferen,
meskipun terdapat drainase cairan limf. BALT kaya akan
suplai vaskular mengindikasikan kemungkinan peran
sistemik dan lokal pada proses imun. Sebagian besar sel
merupakan sel B, meskipun terdapat pula APC dan sel T.
Limfosit yang ditakdirkan untuk memasuki BALT
mempunyai reseptor homing spesifik untuk HEV pada
BALT.

Tonsil
Tonsil (palatina, faringeal, dan lingual) merupakan kumpulan
nodulus limfatikus berkapsul tidak lengkap yang menjaga
pintu masuk ke orofaring. Oleh karena letaknya, tonsil
terletak pada jalur antigen pada udara dan yang tertelan.
Tonsil bereaksi terhadap antigen ini dengan membentuk
limfosit dan memulai sebuah respons imun.
Tonsil palatina bilateral terletak pada perbatasan rongga
oral dan orofaring, di antara lipatan palatoglosal dan
Gambar 12-16 Mikrograf elektron dari makrofag mengandung materi palatofaringeal. Bagian dalam tiap tonsil palatina terpisah dari
yang difagositosis, termasuk sebuah badan kristaloid. Mp, makrofag; jaringan ikat sekitarnya oleh kapsul fibrosa yang padat.
Mit, sel mengalami mitosis; Lye, Limfosit; Eb, eritroblas; Ret, serat Bagian superfisial tonsil dibungkus oleh epitel gepeng berlapis
retikulum pada ruang interstisial; Ri, ribosom. (Dari Rhodin JAG: An
Atlas of Ultrastructure. Philadelphia, WB Saunders, 1963.) nonkeratin yang melapisi 10 hingga 12 kripta yang
berinvaginasi ke dalam parenkim tonsil. Kripta tersebut
seringkali mengandung sisa makanan, sel epitel yang
GALT tersusun atas folikel limfoid sepanjang saluran terdeskuamasi, leukosit mati, bakteri, dan zat antigen lain.
gastrointestinal. Sebagian folikel limfoid terpisah satu sama
lain; akan tetapi pada ileum, folikel ini membentuk gabungan Parenkim tonsil tersusun atas sejumlah nodulus limfoid,
limfoid yang dikenal sebagai plakat Peyeri (Gambar 12-17). yang sebagian besar memperlihatkan sentrum genninativum,
Folikel limfoid plakat Peyeri tersusun atas sel B dikelilingi oleh penanda terdapat pembentukan sel B.
daerah sel T yang kurang padat dan sejumlah APC. Sebuah tonsil faringeal terdapat pada langit-langit
Meskipun ileum dilapisi oleh epitel gepeng selapis, daerah nasofaring. Tonsil ini mirip dengan tonsil palatina, tetapi
yang berdekatan dengan folikel limfoid dilapisi oleh sel kapsulnya yang tidak lengkap lebih tipis. Tonsil faringeal
berbentuk gepeng, yang dikenal sebagai sel M (sel tidak mempunyai kripta, melainkan mempunyai lipatan
microfold). Sel M diketahui dapat menangkap antigen dan landai dan longitudinal yang disebut 'lipit'. Duktus kelenjar
mentransfernya (tanpa memproses nya terlebih dahulu menjadi seromukosa bermuara ke dalam dasar dari lipit ini.
epitop) ke makrofag yang terletak pada plakat Peyeri (lihat Bab Permukaan superfisialnya dilapisi oleh epitel silindlis
17). bertingkat bersilia yang diselingi oleh plakat epitel gepeng
Plakat Peyeri tidak mempunyai pembuluh limf aferen, akan berlapis (Gambar 12-18).
tetapi mempunyai drainase limf eferen. Plakat ini menerima Parenkim tonsil faringal tersusun atas nodulus limfoid,
arterial kecil yang membentuk jejaring kapiler, didrainase oleh sebagian di antaranya mempunyai sentrum germinativum.
HEV. Limfosit yang ditakdirkan untuk memasuki plakat Peyeri Saat tonsil ini mengalami inflamasi, tonsil ini disebut dengan
mempunyai reseptor homing yang spesifik untuk HEV dari adenoid.
GALT.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 300

300 䡲 䡲 䡲 Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun)

Gambar 12-17 Mikrograf elektron


transmisi. A, pembuluh ALPA (L)
daerah interfolikular penuh dengan
limfosit yang mempunyai saluran intra-
endotel termasuk limfosit (panah) pada
dinding endotel (x3.000). Perhatikan
venula berendotel tinggi pascakapiler
(HEV). B-D, Potongan serial sangat
tipis yang mendokumentasikan berbagai
tahapan migrasi limfosit melalui saluran
intraendotel tersusun atas 1 dan 1 sel
endotel (x9.000). 艎 , limfosit (Dari
Azzali G, Arcari MA: Ultrastructural
and three-dimensional aspects of the
Lymphatic vessels of the absorbing
peripheral lymphatic apparatus in
Peyer's patches of the rabbit. Anat Rec
258: 76; 2000.)
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 301

Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun) ■ ■ ■ 301

Tonsil lingual terletak pada permukaan dorsal pada


sepertiga posterior lidah dan pada bagian superfisialnya
E dilapisi oleh epitel gepeng berlapis nonkeratin. Bagian dalam
tonsil lingual mempunyai kapsul yang memisahkannya dari
jaringan ikat di bawahnya. Tonsil mempunyai sejumlah
kripta, yang dasarnya menerima duktus kelenjar saliva kecil
yang bersifat mukosa. Parenkim tonsil lingual tersusun atas
nodulus limfatikus yang seringkali mempunyai sentrum
germinativum.

Ln

Gambar 12-18 Mikrograf cahaya sebuah nodulus limfatikus (Ln) dari


tonsil faringeal, memperlihatkan epitel silindris bertingkat bersilia (E)
dan sebuah sentrum germinativum nodulus sekunder (xl32).
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:34 PM Page 303

13 䡲 䡲 䡲

Sistem Endokrin

Sistem endokrin mengatur aktivitas metabolik pada organ Berdasarkan komposisinya, hormon terbagi atas tiga
dan jaringan tertentu, sehingga membantu tercipta macam, yaitu:
homeostasis. Sistem saraf autonom mengatur organ dan
jaringan tertentu lewat impuls yang menyebabkan dan polipeptida—pada umumnya bersifat larut
䡲 Protein
penglepasan neurotransmiter, yang menimbulkan respons dalam air (misalnya, insulin, glukagon, dan follicle-
cepat pada jaringan terkait. Akan tetapi, sistem endokrin stimulating hormone [FSH]).
menghasilkan efek lambat dan difus melalui substansi
䡲 Derivat asam amino—pada umumnya bersifat larut
kimiawi yang disebut hormon, yang dilepaskan ke dalam dalam air (misalnya, tiroksin dan epinefrin).
aliran darah untuk mempengaruhi sel target di tempat yang
䡲 Steroid dan derivat asam lemak—pada umumnya larut
jauh. Walaupun sistem saraf dan endokrin berfungsi melalui
cara yang berbeda, kedua sistem tersebut saling berinteraksi dalam lemak (misalnya, progesteron, estradiol, dan
untuk memodulasi dan mengkoordinasi aktivitas metabolik testosteron).
tubuh.
Sistem endokrin mencakup kelenjar tanpa saluran Sesudah suatu hormon dilepaskan ke dalam aliran darah dan
keluar (kelenjar endokrin), kelompokan sel di dalam sampai di dekat sel targetnya, mula-mula hormon tersebut
suatu organ, dan sel endokrin yang terdapat pada epitel berikatan dengan reseptor spesifik di permukaan (atau di
saluran cerna dan sistem pernafasan, yang berturut-turut dalam) sel target. Reseptor untuk hormon tertentu
akan dibahas di Bab 17 dan 15). Kelenjar endokrin (yang (kebanyakan hormon protein dan peptida) terletak pada
dibahas di Bab ini) kaya pembuluh darah, sehingga membran sel (plasmalemma) sel target dan disebut reseptor
sekretnya (yang dilepaskan ke dalam jaringan ikat yang permukaan-sel, sedangkan reseptor yang terletak dalam
terdapat di antara sel endokrin dan jalinan kapilar), mudah sitoplasma (reseptor sitoplasmik) hanya berikatan dengan
masuk ke aliran darah. Kelenjar endokrin mencakup badan hormon yang telah berdifusi melewati plasmalemma. Ikatan
pineal, hipofisis, kelenjar tiroid, paratiroid, dan hormon dengan reseptornya mengirimkan pesan pada sel
suprarenal. Kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran target, dan memulai transduksi sinyal atau perubahan
keluar, sedangkan kelenjar eksokrin (yang akan dibahas di pesan menjadi reaksi biokimia.
Bab lain) menyalurkan sekretnya ke sistem saluran keluar,
dan hanya menimbulkan efek lokal. Hormon tiroid dan hormon steroid berikatan dengan
reseptor sitoplasmik. Kompleks hormon reseptor kemudian
mengalami translokasi ke dalam inti, dan di sana berikatan
HORMON dengan asam deoksiri bonuldeat (DNA) di dekat promoter,
dan menyebabkan transkripsi gen. Akan tetapi, beberapa
hormon steroid dapat berikatan dengan reseptor permukaan-
Hormon adalah pembawa pesan kimia (chemical sel, dan karenanya hormon tersebut langsung bekerja tanpa
messenger) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin dan melalui transkripsi gen atau sintesis protein. Hormon atau
dicurahkan ke dalam aliran darah untuk mencapai sel atau reseptor saja tidak mungkin memulai respons pada sel target.
organ targetnya.
Hormon yang mengikat reseptor permukaan-sel
menggunakan beberapa mekanisme berbeda untuk
Sifat kimia hormon menentukan mekanisme kerjanya. menimbulkan respons pada sel targetnya. Kompleks
Kebanyakan hormon menyebabkan beberapa efek pada hormon-reseptor diduga menginduksi kinase protein untuk
sel targetnya (yaitu: efek jangka pendek dan jangka panjang memfosforilasi protein regulator tertentu, dan karenanya

303
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:34 PM Page 304

304 䡲 䡲 䡲 Bab 13 䡲 Sistem Endokrin

menimbulkan respons biologik. Misalnya, beberapa mempunyai dua bagian yang berasal dari sumber embrionik
kompleks hormon-reseptor menstimulasi siklase adenilat yang berbeda, yaitu: (1) adenohipofisis yang berkembang
untuk mensintesis adenosin monofosfat siklik (cAMP), yang dari evaginasi ektoderm oral (kantong Rathke) yang
kemudian menstimulasi kinase protein A di dalam sitosol. melapisi rongga mulut primitif (stomadeum ), dan (2)
Pada keadaan tersebut, cAMP bertindak sebagai caraka neurohipofisis yang berkembang dari ektoderm neural
kedua (second messenger). Beberapa caraka kedua lainnya yang merupakan pertumbuhan diensefalon ke bawah.
telah ditemukan, antara lain: (1) guanosin 3', 5'- Kemudian, adenohipofisis dan neurohipofisis menyatu dan
monofosfat siklik (cGMP), (2) metabolit fosfatidil- diselubungi kapsula, sehingga menjadi sebuah kelenjar.
inositol, (3) ion kalsium, dan (4) ion natrium (pada Karena kedua bagian hipofisis berbeda asal embrioniknya,
neuron). maka sel penyusunnya dan fungsinya juga berbeda.
Beberapa kompleks hormon-reseptor terikat pada protein Hipofisis terletak di bawah hipotalamus yang merupakan
pengikat Guanosin trifosfat (Guanosine triphosphate- bagian otak. Hipofisis berhubungan dengan hipotalamus,
binding proteins, protein G), yang menghubungkan yang menonjol dari diensefalon ke inferior. Hipofisis duduk
kompleks hormon reseptor pada respons terinduksi-hormon di fosa hipofiseal, yang merupakan lekukan pada sella tursika
(hormone-induced responses) pada sel target. Misalnya, tulang sfenoid yang dilapisi oleh duramater. Hipofisis
reseptor untuk epinefrin, hormon penstimulasi-tiroid diselubungi oleh bagian duramater yang disebut diafragma
(thyroid-stimulating hormone, TSH), dan serotonin sellae. Kelenjar ini berukuran sekitar 1 cm x 1 sampai 1,5
menggunakan protein G untuk mengaktifkan caraka kedua, cm; tebalnya 0,5 cm, dan beratnya sekitar 0.5 g pada laki-laki
yang kemudian menimbulkan respons metabolik. Hormon dan sedikit lebih berat pada perempuan.
lainnya, antara lain insulin dan hormon pertumbuhan, Hipofisis dihubungkan ke otak oleh jalur neural. Hipofisis
menggunakan reseptor katalitik yang mengaktifkan kinase juga kaya akan pasokan vaskular dari pembuluh darah yang
protein agar memfosforilasi protein target. memasok darah ke otak, yang menunjukkan keterkaitan
Sesudah hormon mengaktivasi sel target, sinyal kedua sistem tersebut dalam mempertahankan keseimbangan
penghambat (inhibitory signal) akan timbul untuk fisiologik. Kenyataannya, memang hampir semua hormon
mengendalikan kelenjar endokrin. Cara pengendalian ini yang dihasilkan hipofisis diatur oleh hormon atau sinyal
disebut mekanisme umpan-balik (feedback mechanism), saraf dari hipotalamus. Selain mengontrol hipofisis,
yang dapat bekerja langsung atau tidak langsung dalam hipotalamus juga menerima input dari berbagai daerah
menghentikan sekresi hormon. Mekanisme umpan balik susunan saraf pusat (yaitu: informasi mengenai kadar
untuk menghentikan sekresi hormon disebut mekanisme elektrolit dan hormon yang beredar dalam plasma) dan
umpan-balik negatif. Mekanisme umpan-balik juga dapat mengontrol sistem saraf autonom; karenanya, hipotalamus
bekerja dengan cara sebaliknya, yaitu: saat kadar hormon adalah pusat di otak yang mempertahankan homeostasis.
tidak cukup untuk menimbulkan cukup respons metabolik Pada tiap bagian hipofisis terdapat berbagai daerah yang
pada targetnya, maka sinyal umpan-balik positif dilepaskan, mengandung sel khusus yang melepaskan berbagai hormon
mencapai kelenjar endokrin terkait, dan menimbulkan (Gambar 13-1 dan 13-2). Bagian hipofisis dan nama
peningkatan sekresi hormon. Jadi, mekanisme umpan-balik berbagai daerah tersebut adalah:
mengatur kelenjar endokrin untuk mempertahankan
homeostasis, lewat umpan-balik positif dan negatif. 䡲 Adenohipofisis (hipofisis anterior)
Banyak hormon yang beredar dalam aliran darah 䡲 Pars distalis (pars anterior)
jumlahnya berlebihan. Hormon tersebut biasanya terikat pada 䡲 Pars intermedia
protein plasma, yang membuatnya menjadi tidak aktif secara 䡲 Pars tuberalis
biologis. Ikatan tersebut dapat terlepas dengan cepat, 䡲 Neurohipofisis (hipofisis posterior)
sehingga hormon tersebut kembali aktif. Hormon menjadi 䡲 Eminensia mediana
tidak aktif secara permanen pada jaringan targetnya; selain 䡲 Infundibulum
itu, hormon dapat mengalami degradasi dan dihancurkan di 䡲 Pars nervosa
hati dan ginjal.
Di antara lobus anterior dan posterior hipofisis terdapat
KELENJAR PITUITARI (HIPOFISIS) sisa kantong Rathke berupa sel epitel, yang meliputi koloid
amorf. Pars tuberalis membentuk selubung di sekitar tangkai
infundibulum.
Kelenjar pituitari tersusun atas beberapa bagian yang berasal dari
ektoderm oral dan ektoderm neural, yang menghasilkan berbagai
hormon yang mengatur pertumbuhan, metabolisme, dan Pasokan Darah dan
reproduksi. Pengontrolan Sekresi

Kelenjar pituitari, atau hipofisis, adalah kelenjar endokrin Sistem vena-portal hipofisis menyalurkan hormon
yang menghasilkan berbagai hormon yang mengatur neurosekretoris dari pleksus kapilar primer pada eminensia
pertumbuhan,reproduksi, dan metabolisme. Kelenjar ini mediana ke pleksus kapilar sekunder pada pars distalis.
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:34 PM Page 305

Bab 13 䡲 Sistem Endokrin ■ ■ ■ 305

Sel neurosekretoris di
Nukleus hipotalamus mensekresi
paraventikular hormon penglepas dan
penghambat
Hipotalamus (oksitan)

Nukleus
supraoptik
(ADH)
Emininensia mediana

Sekret
Absorbsi air
Tangkai hipofisis
Sistem portal

Korteks Pars
Pars
adrenal nervosa
distalis
ACTH Ginjal
ADH

Sekret TSH Basofil


Oxsitosin Kontraksi
Asidofil
Tiroid

Spermato- FSH Uterus


genesis
LH
Sekresi
androgen

Testis Hormon pertumbuhan


lewat somatomedin

Prolaktin
Perkem Kelenjar
bangan mamma
folikel; Kontraksi
sekresi miopitel
estragen
Ovulasi:
Sekresi
Progester Ovarium
on
Kelenjar Jaringan Otot Tulang
mamma lemak
Pertumbuhan

Sekresi Peningkatan asam Hiperglikemia


susu lemak bebas

Gambar 13-1 Hipofisis dan organ targetnya. ACTH, hormon adrenokortikotropik; ADH, hormon antidiuretik; FSH, follicle-stimulating hormone; LH,
luteinizing hormone; TSH, thyroid-stimulating hormone.

Pasokan darah arterial untuk hipofisis berasal dari dua memasok lobusposterior, tetapi juga memberikan beberapa
pasang arteri yang berasal dari arteri karotis interna (lihat cabang pembuluh darah ke lobus anterior.
Gambar 13-2). Yang pertama adalah sepasang arteri
hipofiseal superior yang mendarahi pars tuberalis dan Darah dari pleksus kapilar primer di eminensia mediana
infundibulum, serta membentuk jalinan kapilar pada amnesia disalurkan lewat vena portal hipofisis ke pleksus kapilar
mediana yang disebut pleksus kapilar primer. Yang kedua sekunder yang terdapat di pars distalis (lihat Gambar 13-2).
adalah sepasang arteri hipofisealis inferior yang terutama Kapilar pada kedua pleksus tadi berpori. Karena itu, hor-
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:34 PM Page 306

306 䡲 䡲 䡲 Bab 13 䡲 Sistem Endokrin

Sel neurosekretoris Sel neurosekretoris


hipotalamus: menghasilkan hipotalamus: produksi hormon
vasopresin dan oksitosin penglepas dan penghambat

Pleksus kapilar Eminensia mediana


primer
Pars tuberalis

Traktus hipotala-
Arteri hipofiseal mohipofisis
superior Infundibulum
(tangkai)

Sistem portal vena


mengangkut hormon
Arteri hipofiseal
penglepas dan
inferior
penghambat dari
eminensia mediana
Badan Herring (menyimpan
Pleksus kapilar ADH dan oksitosin)
sekunder
Pars nervosa
Kromofil

Vena hipofiseal
Pars distalis
Gambar 13-2 Hipofisis dan
sistem sirkulasinya. ADH, hormon antidiuretik

mon neurosekretoris hipotalamus (yang dibuat oleh 䡲 Somatotropin-releasing hormone (SRH) merangsang
hipotalamus dan disimpan di eminensia mediana) masuk penglepasan somatotropin (hormon pertumbuhan).
ke dalam pleksus kapilar primer, dan disalurkan oleh vena 䡲Luteinizing hormone—releasing hormone (LHRH)
portal hipofisis (yang berjalan lewat infundibulum) ke merangsang penglepasan luteinizing hormone (LH) dan
dalam pleksus kapilar sekunder di lobus anterior. Di lobus
anterior, hormon neurosekretoris keluar dari darah dan
FSH.
merangsang atau menghambat sel parenkimal. Jadi, sistem 䡲Prolactin-releasing hormone (PRH)
portal hipofisis adalah sistem pasokan darah yang berperan merangsangpenglepasan prolaktin.
dalam pengaturan hormonal pars distalis oleh hipotalamus. 䡲Prolactin inhibitory factor (PIF) menghambat
Akson dari neuron yang badan selnya berada di sekresi prolaktin.
berbagai tempat di hipotalamus berakhir di sekitar pleksus
kapilar primer. Ujung akhir akson tersebut berbeda dari Berbagai efek fisiologik hormon hipofisis ditampilkan pada
akson lainnya, karena tidak menyalurkan sinyal ke sel lain,
Tabel 13-1.
melainkan melepaskan berbagai hormon (faktor)
penglepas (releasing factors) atau penghambat
(inhibiting factors) langsung ke dalam pleksus kapilar Adenohipofisis
primer. Hormon tersebut disalurkan oleh sistem portal
hipofisis ke dalam pleksus kapilar sekunder di pars
distalis, tempat hormon tersebut mengatur sekresi berbagai Hipofisis anterior (adenohipofisis) berkembang dari kantong
hormon hipofisis anterior. Berikut ini adalah hormon Rathke yang merupakan divertikulum pada ektoderm oral.
penglepas dan penghambat utama: Adenohipofisis terdiri atas pars distalis, pars intermedia, dan
pars tuberalis.
䡲 Thyroid-stimulating hormone (TSH)—releasing
hormone yang juga disebut thyrotropin-releasing Pars Distalis
hormone (TRH) merangsang penglepasan TSH.
䡲 Corticotropin-releasing hormone (CRH) merangsang Sel parenkimal pada pars distalis terdiri atas kromofil dan
penglepasan adrenokortikotropin. kromofob.
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:34 PM Page 307

Bab 13 䡲 Sistem Endokrin ■ ■ ■ 307

TABLE 13-1 Efek Fisiologik Hormon Hipofisis

Hormon Penglepas/Penghambat Fungsi


ParsDistalis Efek umum pada sebagian besar sel, yaitu
Somatotropin (growth hornome) Penglepas: SRH meningkatkan laju metabolisme, merangsang sel hati
Penghambat: Somatostatin untuk melepaskan somatomedin (insulin-like growth
factors I dan II), yang meningkatkan proliferasi sel
tulang rawan dan membantu pertumbuhan tulang
panjang
Prolaktin Penglepas: PRH Memacu pertumbuhan kelenjar mamma selama
Penghambat: PIF kehamilan; merangsang produksi susu sesudah
melahirkan (sekresi prolaktin dirangsang oleh isapan
bayi)
Hormon adrenokortikotropik Penglepas: CRH Merangsang sintesis dan penglepasan hormon (kortisol
(ACTH, kortikotropin) dan kortikosteron) dari korteks suprarenal

Follicle-stimulating hormone Penglepas: LHRH Merangsang pertumbuhan folikel sekunder ovarium dan
(FSH) Penghambat: Inhibin (pada sekresi estrogen; merangsang sel Sertoli di tubulus
pria) seminiferus untuk memproduksi protein pengikat
androgen (androgen-binding protein)
Luteinizing hormone (LH) Penglepas: LHRH Membantu FSH dalam mendorong ovulasi, pembentukan
korpus luteum, dan sekresi progesteron dan estrogen,
menyebabkan umpan balik negatif pada hipotalamus
untuk menghambat LHRH pada wanita
Interstitial cell-stimulating Merangsang sel Leydig untuk mensekresi dan
hormone (ICSH) pada pria melepaskan testosteron, yang menjadi umpan balik
negatif pada hipotalamus untuk menghambat LHRH
pada pria
Thyroid-stimulating hormone Penglepas: TRH
(TSH) (tirotropin) Penghambat: Umpan balik
metabolisme Merangsang sintesis dan penglepasan hormon tiroid,
negatif melalui sistem saraf yang meningkatkan laju
pusat

Pars Nervosa Merangsang kontraksi otot polos uterus saat orgasme;


Oksitosin menyebabkan kontraksi uterus hamil saat melahirkan
(rangsang pada serviks mengirim sinyal ke hipotalamus
untuk mensekresi lebih banyak oksitosin); isapan bayi
mengirim sinyal ke hipotalamus, yang berakibat lebih
banyaknya oksitosin, yang menyebabkan kontraksi sel
mioepitel kelenjar mamma, yang membantu terjadinya
semburan susu

Mempertahankan cairan tubuh dengan meningkatkan


Vasopresin (hormon antidiuretik resorpsi air di ginjal; diduga diatur oleh tekanan
[ADH]) osmotik; menyebabkan kontraksi otot polos arteri,
sehingga menaikkan tekanan darah; mungkin
memulihkan tekanan darah ke normal sesudah
perdarahan hebat

CRH, corticotropin-releasing hormone; LHRH, luteinizing hormone—releasing hormone; PIF, prolactin inhibitory factor; PRH, prolactin¬releasing hormone;
SRH, somatotropin-releasing hormone; TRH, thyrotropin-releasing hormone.
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:34 PM Page 308

308 䡲 䡲 䡲 Bab 13 䡲 Sistem Endokrin


ASIDOFIL

Asidofil yang granulanya terwarna jingga-merah oleh eosin


terdiri atas dua macam: somatotrof dan mammotrof.
C
Sel terbanyak di pars distalis adalah asidofil. Asidofil
mempunyai granula yang cukup besar sehingga terlihat
dengan mikroskop cahaya dan terwarna jingga-sampai
merah oleh eosin (Gambar 13-4).
Somatotrof, satu di antara kedua jenis asidofil,
mempunyai sebuah inti yang terletak di tengah, sebuah
A kompleks Golgi berukuran sedang, mitokondria kecil
berbentuk-batang, banyak retikulum endoplasma kasar
(rough endoplasmic reticulum, RER), dan banyak granula
B sekretoris berdiameter 300 to 400 nm. Sel tersebut
menghasilkan somatotropin (hormon pertumbuhan);
jadi, sel tersebut dirangsang oleh SRH dan dihambat oleh
somatostatin. Somatotropin menimbulkan efek umum, yaitu
meningkatkan laju metabolik selular. Hormon ini
menginduksi sel hati untuk menghasilkan somatomedin
(insulin-like growth factors I dan //), yang merangsang
kecepatan mitosis kondrosit pada lempeng epifisis dan
karenanya menyebabkan pemanjangan tulang panjang, dan
memacu pertumbuhan.
Gambar 13-3 Mikrograf cahaya hipofisis menampilkan kromofob Mammotrof adalah jenis asidofil yang kedua, yang
(C), asidofil (A), dan basofil (B) (470x).
terutama tersusun sebagai sel individual ketimbang
membentuk kelompokan. Sel asidofil ini kecil, berbentuk
poligonal, dan mengandung populasi organel biasa yang tidak
mencolok; akan tetapi, selama laktasi, organelnya membesar
dan kompleks Golginya dapat menjadi sebesar inti. Sel ini
dapat dikenali dari granula sekretorisnya yang besar, yang
Pars distalis atau lobus anterior hipofisis dibungkus oleh terbentuk oleh fusi granula yang lebih kecil yang dilepas oleh
kapsula fibrosa dan tersusun atas deretan/ kelompokan sel jalinan trans Golgi. Granula hasil fusi dapat mencapai
parenkimal yang dikelilingi serat retikulin; serat retikulin diameter 600 nm dan mengandung hormon prolaktin, yang
juga mengelilingi kapilar sinusoidal lebar pada pleksus menyebabkan perkembangan kelenjar mamma selama
kapilar sekunder. Sedikit jaringan ikat terdapat terutama di kehamilan dan masa menyusui setelah kelahiran.
sekitar arteri hipofiseal dan vena portal. Endotel yang Selama kehamilan, estrogen dan progesteron dalam
melapisi sinusoid berpori, sehingga memudahkan difusi peredaran darah menghambat sekresi prolaktin. Sesudah
faktor penglepas ke sekitar sel parenkimal dan memudahkan melahirkan, kadar estrogen dan progesteron turun, sehingga
masuknya sekret sel parenkimal ke aliran darah. Sel efek inhibisi menghilang. Jumlah mammotrof juga meningkat
parenkimal pada pars distalis yang mempunyai afinitas pada saat tersebut. Saat masa menyusui berhenti, granula
terhadap zat warna disebut kromofil, sedangkan yang tidak didegradasi dan jumlah mammotrof normal kembali.
mempunyai afinitas terhadap zat warna disebut kromofob. Pelepasan prolaktin dari mammotrof dirangsang oleh
Kromofil terdiri atas asidofil (terwarna oleh zat warna prolactin-releasing factor (PRH) dan oksitosin, terutama
asam) dan basofil (terwarna oleh zat warna basa), yang pada saat sedang menyusui, dan dihambat oleh PIF.
merupakan sel sekretoris utama pada pars distalis (Gambar
13-3). Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa istilah di atas
merujuk pada afinitas (terhadap zat warna) dari granula BASOFIL
sekretoris yang terdapat di dalam sel dan bukan sitoplasma
sel parenkimal. Basofil, yang granulanya terwarna biru oleh zat warna
basa, terdiri atas tiga macam, yaitu: kortikotrof, tirotrof,
dan gonadotrof.
Kromofil
Basofil terwarna biru oleh zat warna basa (terutama dengan
Granula sekretoris kromofil mempunyai afinitas terhadap pewarnaan asam periodat-Schiff) dan biasanya terletak di
zat warna histologik: yang terwarna jingga-merah perifer pars distalis (lihat Gambar 13-3).
mengikat zat warna asam dan yang terwarna biru Kortikotrof, yang tersebar di seluruh pars distalis,
mengikat zat warna basa. adalah sel yang bentuknya bulat sampai ovoid, letak inti-
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:34 PM Page 309

Bab 13 䡲 Sistem Endokrin ■ ■ ■ 309

Gambar 13-4 Mikrograf cahaya dan elektron


adenohipofisis tikus (4.000x). Amati mammotrof (sel
3, 6-9, 12-15) dan somatotrof (sel 2, 5, 11), dan
perhatikan granula sekretoris sel tersebut. (Dari Yamaji
A, Sasaki, F, Iwama Y, Yamauchi S: Mammotropes
and somatotropes in the adenophyophysis of
androgenized female mice: Morphological and
immunohistochemical studies by light microscopy
correlated with routine electron microscopy. Anat Rec
233: 103-110, 1992.)

nya eksentrik, dan hanya memiliki sedikit organel. Granula Gonadotrof adalah sel bulat yang mengandung
sekretorisnya berdiameter 250 sampai 400 nm. Kortikotrof kompleks Golgi yang berkembang baik, dan banyak RER
mensekresi hormon adrenokortikotropik dan mitokondria. Diameter granula sekretorisnya beragam,
(adrenocorticotropic hormone, ACTH) dan hormon mulai dari 200 sampai 400 nm. Gonadotrof terletak dekat
lipotropik (lipotropic hormone, LPH). Sekresinya sinus, sensekresi FSH dan LH; terkadang LH disebut
dirangsang oleh CRH. ACTH merangsang sel korteks interstitial cell-stimulating hormone (ICSH), karena
suprarenal untuk melepaskan produk sekretorisnya. LH merangsang produksi hormon steroid oleh sel interstisial
Tirotrof terdapat di bagian dalam kelompokan sel pada testis. Masih belum jelas apakah terdapat dua
parenkim dan jauh dari sinudoid. Sel ini dapat dikenali dari subpopulasi gonadotrof, yaitu yang mensekresi FSH dan
granula sekretorisnya yang kecil (berdiameter 150 nm), yang yang mensekresi LH, atau kedua hormon dihasilkan oleh sel
mengandung TSH yang juga disebut tirotropin. Sekresinya yang sama, pada fase siklus sekretoris yang berbeda.
dirangsang oleh TRH dan dihambat oleh tiroksin (T4) dan Sekresi dirangsang oleh LHRH dan dihambat oleh
triiodotironin (T3) (hormon tiroid) dalam darah. berbagai hormon yang dihasilkan oleh ovarium dan testis.
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:34 PM Page 310

310 䡲 䡲 䡲 Bab 13 䡲 Sistem Endokrin

Kromofob Pars tuberalis menyelubungi tangkai hipofisis, tetapi


biasanya tidak sampai pada bagian posterior tangkai
Kromofob mempunyai sangat sedikit sitoplasma;
hipofisis. Lapisan tipis jaringan ikat mirip pia araknoid
karenanya kromofob tidak mudah terwarna. memisahkan pars tuberalis dari tangkai infundibulum. Pars
tuberalis kaya arteri dan pembuluh darah dari sistem portal
hipofisis, dan di antaranya terdapat deretan longitudinal sel
Kelompokan sel kecil, dan terwarna pucat di pars distalis epitel kuboid sampai kolumnar rendah. Sitoplasma sel epitel
disebut kromofob (lihat Gambar 13-3). Sel ini biasanya basofilik tersebut mengandung granula kecil padat, tetes
mempunyai lebih sedikit sitoplasma ketimbang kromofil, lemak diselingi tetes koloid, dan glikogen. Walaupun pars
dan sel ini mungkin merupakan sel punca nonspesifik, atau tuberalis tidak menghasilkan hormon tertentu, beberapa
kromofil yang mengalami degranulasi, walau beberapa selnya mengandung granula sekretoris yang mungkin
diantaranya mempertahankan granula sekretorisnya mengandung FSH dan LH.
(degranulasi sebagian). Hal di atas dikuatkan oleh bukti
sifat sildik fungsi sekretoris kromofil, sehingga kromofob
kemungkinan adalah kromofil yang mengalami degranulasi. Neurohipofisis

Sel Folikulostelata Hipofisis posterior, atau neurohipofisis, berkembang dari


pertumbuhan hipotalamus ke bawah. Neurohipofisis terdiri
atas eminensia mediana, infundibulum (lanjutan
Sel folikulostelata nonsekretoris merupakan sel di pars hipotalamus), dan pars nervosa (lihat Gambar 13-1).
distalis yang populasinya besar. Walaupun fungsinya belum
jelas, sel tersebut mempunyai cabang sitoplasma panjang
yang saling berhubungan dengan cabang sitoplasma sel di Traktus Hipotalamohipofisis
dekatnya lewat taut salur (gap junction). Belum jelas apakah
sel tersebut secara fisik menyokong sel parenkim hipofisis Akson sel neurosekretoris pada nukleus supraoptik dan
anterior, atau membentuk jejaring yang saling paraventrikular memanjang sampai hipofisis posterior
berkomunikasi. sebagai traktus hipotalamohipofisis.

Pars lntermedia Akson tak bermielin dari sel neurosekretoris, yang badan
selnya terletak di nukleus supraoptik dan
Pars intermedia terletak di antara pars distalis dan pars paraventrikular hipotalamus, mencapai hipofisis posterior
nervosa, dan mengandung kista yang merupakan sisa dan berakhir di dekat kapilar. Akson tersebut membentuk
kantong Rathke. traktus hipotalamohipofisis dan merupakan bagian terbesar
hipofisis posterior. Sel neurosekretoris nukleus supraoptik
dan paraventrikular mensistesis dua hormon, yaitu:
Pars intermedia dicirikan oleh banyak kista berisi koloid vasopressin (antidiuretic hormone [ADH]) dan
yang dilapisi oleh sel kuboid (kista Rathke) yang oksitosin. Suatu protein karier, yaitu neurofisin, juga
merupakan sisa ektoderm dari kantong Rathke. Pars dihasilkan oleh sel tersebut, dan terikat pada masing-masing
intermedia, atau pada manusia dewasa lebih tepat disebut hormon saat hormon tersebut berjalan ke bawah lewat
zona intermedia, terkadang mengandung deretan basofil akson ke hipofisis posterior, tempat hormon dilepaskan dari
di sepanjang jalinan kapilar. Basofil tersebut mensintesis ujung akson ke dalam aliran darah.
prohormon pro-opiomelanokortin (pro-opiometanocortin,
POMC), yang mengalami pemotongan pasca-translasi
untuk menjadi a-melanocyte-stimulating hormone (a- Pars Nervosa
MSH), kortikotropin, b-fipotropin, dan b-endorfin. Akan
tetapi, diduga bahwa POMC sebenarnya dihasilkan oleh sel Pars nervosa dari hipofisis posterior menerima
kortikotropin lobus anterior, sedangkan pars (zona) ujung traktus hipotalamohipofisis neurosekretoris.
intermedia pada manusia bersifat rudimenter. Walaupun a-
MSH merangsang produksi melanin pada hewan tingkat
rendah, pada manusia a-MSH merangsang penglepasan Sebenarnya, pars nervosa hipofisis posterior bukanlah
prolaktin dan karenanya disebut prolactin-releasing kelenjar endokrin. Ujung akhir distal dari akson traktus
factor. hipotalamohipofisis (Gambar 13-5) berakhir di pars nervosa
dan menyimpan neurosekret yang dihasilkan oleh badan
selnya yang terletak di hipotalamus. Akson tersebut disokong
Pars Tuberalis oleh sel mirip-sel glia yang disebut pituisit. Walaupun hanya
inti pituisit yang dapat terwarna sehingga dapat dilihat dengan
Pars tuberalis menyelubungi tangkai hipofisis dan tersusun mikroskop cahaya, mikrograf elektron membuktikan bahwa
atas sel basofil kuboid sampai kolumnar rendah. ada populasi akson yang mengandung granula bersalut mem-
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:34 PM Page 311

Bab 13 䡲 Sistem Endokrin ■ ■ ■ 311

sma, yang berakibat turunnya volume urin, tetapi


konsentrasinya meningkat (lihat Bab 19). Target oksitosin
adalah miometrium uterus, tempatnya dilepaskan pada
kehamilan fase akhir. Selama persalinan, oksitosin diyakini
berperan pada proses kelahiran dengan merangsang
kontraksi otot polos uterus. Selain itu, oksitosin berfungsi
P
untuk ejeksi air susu dari kelenjar mamma dengan
merangsang kontraksi sel mioepitel yang meliputi alveolus
dan duktus kelenjar mamma (lihat Bab 20).
Pituisit menempati sekitar 25% volume pars nervosa. Sel
tersebut serupa dengan neuroglia dan membantu menyokong
akson pada pars nervosa dengan cara menyelubungi akson
dan pelebarannya. Pituisit mengandung tetes lemak, pigmen
lipokrom, dan filamen intermedia. Sel tersebut mempunyai
banyak cabang sitoplasma yang saling berhubungan dan
membentuk taut salur satu sama lain. Selain menyokong
elemen neural pada pars nervosa, fungsi lain pituisit belum
diketahui. Akan tetapi, sel tersebut diyakini berperan dalam
fungsi tropik demi kerja normal ujung akson neurosekretoris
dan neurohipofisis.

KORELASI KLINIS
Adenoma hipofisis adalah tumor yang umum
terdapat di hipofisis anterior. Pertumbuhan dan
Gambar 13-5 Mikrograf cahaya pars nervosa hipofisis menampilkan pembesarannya dapat menekan produksi hormon
pituisit (P) dan badan Herring (panah) (132x). Badan Herring adalah
pelebaran ujung serat saraf tempat produk neurosekretoris, yaitu vasopresin sel sekretoris lain di pars distalis. Bila dibiarkan,
(hormon antidiuretik) dan oksitosin disimpan. adenoma ini dapat mengikis tulang dan jaringan
saraf lain di sekitarnya.
Diabetes insipidus dapat disebabkan oleh lesi
bran yang berisi vasopressin dan populasi lainnya yang di hipotalamus atau pars nervosa yang menurunkan
berisi oksitosin. Badan sel dari neuron yang mensekresi produksi ADH oleh sel neurosekretoris yang ujung
vasopressin terutama terletak di nukleus supraoptik dari aksonnya terletak di neurohipofisis. Keadaan ini
hipotalamus, sedangkan badan sel dari neuron yang menyebabkan disfungsi ginjal, yang menyebabkan
mensekresi oksitosin terutama terletak di nukleus ginjal tidak cukup meresorpsi air, dan
paraventrikular dari hipotalamus. Kedua hormon peptida mengakibatkan poliuri (banyak pengeluaran urin)
tersebut berjalan ke bawah di sepanjang akson dari neuron dan dehidrasi.
yang memproduksinya, bersama-sama dengan protein
prekursor yang disebut neurofisin. Saat kedua hormon
mencapai pars nervosa hipofisis, hormon tersebut
mengalami pematangan dan terpotong dari prekursornya. KELENJAR TIROID
Pewarnaan krom-alum hematoksilin menunjukkan pelebaran
akson yang terwarna biru-hitam dengan mikroskop cahaya;
pelebaran akson tersebut disebut badan Herring, yang Kelenjar tiroid terletak di bagian anterior leher, dan
merupakan akumulasi granula neurosekretoris (lihat Gambar mensekresi hormon tiroksin, triiodotironin,dan kalsitonin.
13-5) yang tidak hanya terdapat di ujung akson, tetapi juga
di sepanjang akson. Bila ada rangsang saraf, isi granula tadi Hormon T4 dan T3 (yang sekresinya di bawah kontrol TSH
dilepaskan ke ruang perivaskular di dekat kapilar bertingkap yang dihasilkan oleh hipofisis anterior) merangsang laju
yang terdapat pada pleksus kapilar. metabolisme. Hormon lainnya, kalsitonin, membantu
Target vasopressin (ADH) adalah duktus koligens ginjal, menurunkan kadar kalsium darah dan memudahkan
tempat vasopressin memodulasi permeabilitas membran pla- penyimpanan kalsium di tulang (Tabel 13-2).
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:34 PM Page 312

312 䡲 䡲 䡲 Bab 13 䡲 Sistem Endokrin

TABLE 13-2 Hormon dan Fungsi Kelenjar Tiroid, Paratiroid, Adrenal, dan Pineal

Hormon Fungsi
Hormon Sumber sel Pengatur
Kelenjar Tiroid

Tiroksin (T4) dan Sel folikular Thyroid-stimulating Memfasilitasi transkripsi gen yang berperan pada
triiodotironin (T3) hormone (TSH) sintesis protein; meningkatkam
metabolisme selular, laju perrtumbuhan;
memfasilitasi proses mental; meningkatkan aktivitas
kelenjar endokrin; merangang metabolisme
karbohidrat dan lemak; menurunkan kolesterol,
fosfolipid, dan trigliserida; meningkatkan asam
lemak; menurunkan berat badan; meningkatkan
denyut jantung, respirasi, aksi otot
Kalsitonin Sel Mekanisme umpan
Menurunkan kadar kalsium plasma dengan
(tirokalsitonin) parafolikular balik dengan paratiroid
menekan resorpsi tulang

Kelenjar Paratiroid

Hormon Paratiroid Sel utama Mekanisme umpan


Meningkatkan kadar kalsium dalam cairan tubuh
(PTH) balik dengan kalsitonin
Kelenjar Suprarenal
(Adrenal) Korteks
Suprarenal

Mineralokortikoid: Angiotensin II dan Kontrol volume cairan tubuh dan kadar elektrolit
aldosteron dan Sel zona hormon dengan mempengaruhi tubulus distal ginjal, yang
deoksikortikosteron glomerulosa adrenokortikotropik menyebabkan ekskresi kalsium dan resorpsi natrium
(ACTH)
Glukokortikoid: Sel zona Mengatur metabolisme karbohidrat, lemak, dan
ACTH protein; menurunkan sintesis protein, meningkatkan
kortisol dan fasikulata
kortikosteron (spongiosit) asam amino darah;
merangsang glukoneogenesis dengan mengaktifkan
hati untuk mengubah asam amino menjadi glukosa;
melepaskan asam lemak dan gliserol; bertindak
sebagai bahan anti-inflamasi; menurunkan
permeabilitas kapilar; menekan respons imun
Androgen: Sel zona ACTH Menimbulkan ciri maskulinisasi ringan
dehidroepiandrosteron retikularis
dan androstenedion

Medula Suprarenal

Katekolamin: Sel kromafin Saraf praganglion Epinefrin:


epinefrin dan simpatis, dan nervus Menggerakkan mekanisme 'fight or flight"untuk
mempersiapkan tubuh menghadapi
norepinefrin splanknikus
ketakutan atau stres hebat; meningkatkan denyut
dan curah jantung; meningkatkan aliran darah ke
organ dan penglepasan glukosa dari hati untuk
mendapatenergi;
Norepinefrin:
Menyebabkan peningkatan tekanan darah melalui
vasokonstriksi
Kelenjar Pineal
Melatonin Pinealosit Norepinefrin Dapat mempengaruhi aktivitas siklik gonad
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 313

Bab 13 䡲 Sistem Endokrin ■ ■ ■ 313

Sel
Sel
parafolikular
folikular

TG
F

KELENJAR TIROID

PG

Sel oksifil
Gambar 13-7 Mikrograf cahaya kelenjar tiroid dan paratiroid (132x).
Amati folikel berisi koloid (F) pada kelenjar tiroid (TG) di bagian atas
Sel utama gambar. Di bagian bawah tampak kelenjar paratiroid (PG), yang
dibuktikan oleh adanya sel utama dan oksifil.
Kapsula
(simpai)
Pembuluh darah
KELENJAR PARATIROID

Gambar 13-6 Kelenjar tiroid dan paratiroid.

Kelenjar tiroid terletak di anterior perbatasan tulang Berbeda dari kebanyakan kelenjar endokrin, yang
rawan tiroid dan krikoid, tepat di inferior laring (Gambar menyimpan produk sekretorisnya di dalam sel parenkim,
13-6). Kelenjar ini terdiri atas lobus kanan dan lobus kiri, kelenjar tiroid menyimpan produk sekretorisnya dalam
yang saling dihubungkan oleh ismus. Pada beberapa orang lumen folikel (Gambar 13-7). Folikel adalah bangunan
kelenjar ini mempunyai lobus tambahan, yaitu lobus bulat mirip-kista berdiameter 0,2 sampai 0,9 mm, dan
piramidal, yang menjulur ke atas dari ismus sebelah kiri. tersusun atas epitel selapis kuboid yang membungkus lumen
Lobus pyramidal adalah sisa embriologik calon tiroid yang berisi koloid. Tiap folikel dapat menyimpan pasokan
terdapat di sepanjang perjalanan ke bawah dari asalnya di hormon untuk kebutuhan selama beberapa minggu di dalam
dalam lidah lewat duktus tiroglosus. koloidnya. Hormon T4 dan T3 disimpan dalam koloid dan
Kelenjar tiroid dibungkus oleh kapsula (simpai) jaringan terikat pada glikoprotein sekretoris besar (660.000 Da),
ikat padat kolagen irregular yang tipis, yang merupakan yaitu tiroglobulin. Saat hormon akan dilepaskan,
derivat fasia servikal dalam (deep cervical fascia). Jaringan tiroglobulin terikat-hormon diendositosis dan hormon
ikat simpai masuk ke dalam kelenjar sebagai septa yang dilepaskan dari tiroglobulin lewat pemotongan oleh protease
membagi kelenjar menjadi banyak lobulus. Pada permukaan lisosomal.
Septa jaringan ikat yang berasal dari jaringan ikat simpai
posterior kelenjar tiroid, terdapat kelenjar paratiroid yang
masuk ke dalam jaringan parenkim bersama dengan
ikut diselubungi oleh simpai kelenjar tiroid.
pembuluh darah, pembuluh limf, dan serat saraf. Elemen
jaringan ikat tipis yang terutama tersusun atas serat retikulin
Susunan Selular dan kaya akan pleksus kapilar membungkus tiap folikel,
tetapi terpisah dari sel folikular dan parafolikular oleh
Folikel tiroid adalah unit struktural dan fungsional kelenjar
lamina basal tipis. Terkadang, sel folikular dari folikel
tiroid.
yang berdampingan saling bersinggungan dan memutus
kontinuitas lamina basal.
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 314

314 䡲 䡲 䡲 Bab 13 䡲 Sistem Endokrin

Sintesis hormon tiroid diatur oleh kadar iodida dalam sel


Sel Folikular (Sel Prinsipal/Sel Utama)
folikular dan ikatan TSH dengan reseptornya pada sel
Sel folikular (prinsipal/utama) bentuknya gepeng sampai folikular. Ikatan pada reseptor TSH mencetuskan produksi
kolumnar rendah dan menjadi paling tinggi pada keadaan cAMP, yang berakibat aktifnya protein kinase A dan sintesis
terstimulasi. T3 dan T4. Gambar 13-9 menampilkan jalur sintesis dan
pelepasan hormon tiroid.
Sel folikular mempunyai inti bulat sampai ovoid dengan dua Tiroglobulin disintesis di RER dan kemudian mengalami
anak inti, dan sitoplasma basofilik. Seringkali, RERnya glikosilasi di RER dan aparat Golgi. Protein termodifikasi
melebar dan menampilkan zona bebas-ribosom. Sel tersebut tersebut kemudian dikemas dalam jalinan trans Golgi.
di bagian apikalnya mengandung banyak lisosom, Vesikel berisi tiroglobulin kemudian diangkut ke
mitokondria berbentuk batang, sebuah kompleks Golgi plasmalema apikal, tempat isi vesikel dilepaskan ke dalam
supranuklir, dan banyak vili pendek yang menjulur ke dalam koloid dan disimpan di dalam lumen folikel.
koloid (Gambar 13-8). Banyak vesikel kecil tersebar di Iodium direduksi menjadi iodida (I-) di dalam saluran
seluruh sitoplasma, yang diyakini mengandung tiroglobulin cerna dan bentuk iodida lebih mudah diabsorbsi dan
yang dikemas dalam kompleks Golgi, dan ditujukan untuk diangkut lewat aliran darah ke kelenjar tiroid. Iodida
eksositosis ke dalam lumen folikel. Iodida esensial untuk ditranspor secara aktif lewat simporter (symporter ) natrium/
sintesis hormone tiroid (T3 dan T4); iodinasi residu tirosin iodida, yang terletak di basal plasmalema sel folikular,
terjadi di dalam folikel pada batas koloid-sel folikular. Jadi, sehingga konsentrasi iodida intrasel menjadi 20 sampai 40
sel folikular mensekresi triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4), kali lipat konsentrasinya dalam plasma. Sesudah berada
yang meningkatkan laju metabolisme basal (basal metabolic dalam sitosol, iodida ditransfer ke perbatasan koloid-
rates). membran sel, tempat oksidasi iodida oleh enzim
Saat kebutuhan hormon tiroid tinggi, sel folikular peroksidase tiroid. Proses oksidasi tadi membutuhkan
menjulurkan pseudopodia ke dalam folikel untuk hidrogen peroksida (H202). Iodida teraktivasi masuk ke
menyelubungi dan mengabsorbsi koloid. Saat kebutuhan dalam koloid dan mengiodinasi residu tirosin yang terdapat
hormon turun, jumlah koloid dalam lumen folikel meningkat. pada tiroglobulin. Proses iodinasi terjadi di perbatasan
koloid dengan plasmalema apikal sel folikular tiroid. Residu
tirosin teriodinasi pada tiroglobulin akan membentuk tirosin
Sintesis Hormon Tiroid (T3 dan T4) monoiodin (monoiodinated tyrosine [MIT]) dan tirosin
diiodin (diiodinated tyrosine [DIT]). Kemudian, tirosin
Sintesis hormone tiroid diatur oleh kadar iodida dan ikatan triiodin dan tetraiodin dibentuk dengan cara menggabungkan
TSH dengan reseptornya pada sel folikular. MIT dan DIT, atau dua DIT. Tiap molekul tiroglobu-

Gambar 13-8 Mikrograf elektron sel


folikular tiroid yang berbatasan dengan
koloid (daerah gelap, sudut kiri atas)
(10.700x). (Dari Mestdagh C, Many MC,
Haalpern S, et al: Correlated
autoradiographic and ion-micro.scopic study
of the role of iodine in the formation of -
cold" follicles in young and old mice. Cell
Tissue Res 260: 449-457, 1990.)
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 315

Bab 13 䡲 Sistem Endokrin ■ ■ ■ 315

A Tiroglobulin teriodinasi B Ambilan koloid


dalam koloid secara endositosis
koloid Lisosom

Lisosom berfusi
Vesikel apikal dengan tetes
berisi Oksidasi koloid
tiroglubin iodida

Digesti oleh enzim


melepaskan hormon
tiroid (T3, T4)
Inkorporasi
manosa

Sintesis T3, T4
tiroglobulin

Asam iodida Sintesis Thyroid-stimulating


amino enzim hormon terikat
lisosomal pada reseptor

Gambar 13-9 Sintesis dan iodinasi tiroglobulin (A) dan penglepasan hormon tiroid (B).

lin mengandung kurang dari empat molekul T4 dan kurang Efek Fisiologik Triiodotironin dan Tiroksin
dari 0,3 residu T3. Triglobulin teriodinasi kemudian
dilepaskan oleh sel folikular ke dalam koloid dan disimpan Sesudah berada dalam aliran darah, T3 dan T4 berikatan
di sana. dengan protein-pengikat plasma dan secara perlahan dilepas
ke jaringan dan mencapai sel targetnya. Sesudah memasuki
Sekresi Hormon Tiroid (T3 sitoplasma sel target, T3 dan T4 berikatan dengan protein
dan T4) intrasel dan digunakan secara perlahan-lahan dalam jangka
beberapa hari sampai beberapa minggu. Karena hanya
hormon bebas yang dapat masuk ke dalam sel target dan
TSH merangsang sel folikular kelenjar tiroid
untuk mensekresi T3 dan T4 ke dalam aliran
karena ikatan T3 dengan protein-pengikat plasma lebih lemah
darah.
daripada T4, maka T3 lebih mudah masuk ke dalam sel target
daripada T4. Selain itu, baik T3 maupun T4, berikatan dengan
protein reseptor hormon tiroid di inti (nuclear thyroid
TSH, yang disekresi oleh basofil pada hipofisis anterior, hormone receptor proteins), tetapi T3 berikatan dengan
berikatan dengan reseptor TSH di plasmalema basal dari sel afinitas yang jauh lebih tinggi daripada T4, dan karenanya
folikular. Ikatan TSH dengan reseptornya memfasilitasi aktivitas biologis T3 lebih besar daripada T4.
pembentukan filopodia pada membran sel bagian apikal, Kedua hormon tersebut menstimulasi transkripsi banyak
diikuti oleh endositosis sebagian kecil koloid. Vesikel gen yang mengkode berbagai jenis protein (lihat Tabel
sitoplasmik berisi koloid menyatu dengan endosom awal 13-2), yang berakibat pada peningkatan umum laju
(early endosome) atau akhir (late endosome). Di dalam metabolisme sel yang dapat mencapai dua kali lipat laju saat
endosom, residu teriodinasi dipotong dari tiroglobulin oleh istirahat. T3 dan T4 juga meningkatkan laju pertumbuhan
protease dan ditransfer ke dalam sitosol sebagai MIT, DIT, pada anak, memfasilitasi proses mental, dan menstimulasi
T3, dan T4 bebas. aktivitas kelenjar endokrin.
Umumnya, hormon tiroid menstimulasi metabolisme
MIT dan DIT kemudian dilepas dari iodin oleh enzim
karbohidrat. Hormon tiroid menurunkan sintesis kolesterol,
iodotirosin dehalogenase, dan baik iodin maupun asam
fosfolipid, dan trigliserida, tetapi meningkatkan sintesis
amino tirosin kembali ke dalam tempat penyimpanannya di
asam lemak dan pengambilan berbagai vitamin. Peningkatan
sitosol untuk digunakan bila dibutuhkan.
produksi hormon tiroid juga menurunkan berat badan, dan
T3 dan T4, disekresi lewat bagian basal plasmalemma sel meningkatkan denyut jantung, metabolisme, respirasi, fungsi
folikular, masuk ke ruang antar sel pada jaringan ikat di otot, dan nafsu makan. Kelebihan jumlah hormon tiroid
dalam tiroid, dan diedarkan lewat aliran darah. Walaupun T4 menyebabkan tremor otot, kelelahan, impotensi pada pria,
mencakup 90% dari hormon tiroid yang dilepaskan, tetapi T4 dan berkurangnya atau hilangnya perdarahan menstrual pada
tidak seefektif T3. wanita.
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 316

316 䡲 䡲 䡲 Bab 13 䡲 Sistem Endokrin

Sel parafolikular terwarna pucat dan dapat mengelompok


KORELASI KLINIS atau menyendiri di antara sel folikular, tetapi tidak mencapai
lumen folikel. Walaupun sel ini dua atau tiga kali lebih besar
Penyakit Grave ditandai oleh hiperplasia sel daripada sel folikular, sel tersebut hanya menempati 0,1%
folikular, yang menyebabkan pembesaran ukuran epitel. Mikrograf elektron menampilkan inti bulat, jumlah
kelenjar tiroid dua sampai tiga kali di atas RER sedang, mitokondria panjang, sebuah kompleks Golgi
normal. Produksi hormon tiroid juga sangat yang berkembang baik, dan granula sekretoris padat dan kecil
meningkat, dan dapat mencapai 5 sampai 15 kali (berdiameter 0,1 sampai 0,4 µm) yang terletak di sitoplasma
nilai normal (hipertiroidism). Gejala lainnya bagian basal. Granula sekretoris ini mengandung kalsitonin
adalah eksoptalmus, yaitu penonjolan bola (tirokalsitonin), yaitu hormon peptida yang menghambat
mata. Walaupun penvakit Grave dapat resorpsi tulang oleh osteoklas, dan karenanya menurunkan
disebabkan beberapa penyebab, penyebab konsentrasi kalsium darah. Saat kadar kalsium yang beredar
tersering adalah ikatan antibodi imunoglobulin G dalam darah tinggi, penglepasan kalsitonin dirangsang (lihat
(IgG) autoimun pada reseptor TSH, yang Bab 7).
menstimulasi sel folikular tiroid.
Insufisiensi asupan iodin menyebabkan
pembesaran kelenjar tiroid, yang disebut goiter KELENJAR PARATIROID
sederhana (simple goiter). Goiter biasanya
tidak berhubungan dengan hipertiroidism atau Ketiadaan kelenjar paratiroid membahayakan kehidupan
hipotiroidism. Keadaan tersebut dapat ditangani karena hormon paratiroid (parathyroid hormone (PTH])
dengan suplementasi iodin dalam diet. mengatur kadar kalsium darah.
Hipotiroidism ditandai oleh berbagai
keadaan seperti: kelelahan, tidur 14 sampai 16 Kelenjar paratiroid, yang biasanya berjumlah empat buah,
jam perhari, kelambanan otot, denyut jantung terletak di permukaan posterior kelenjar tiroid; tiap kelenjar
melambat, penurunan curah jantung (cardiac paratiroid diselubungi oleh kapsula jaringan ikat kolagen
output) dan volume darah, kelambanan mental, tipis (lihat Gambar 13-6). Fungsi kelenjar tersebut adalah
kegagalan fungsi tubuh, konstipasi, berhentinya menghasilkan PTH, yang bekerja pada tulang, ginjal, dan
pertumbuhan rambut. Pasien dengan usus, untuk mempertahankan konsentrasi optimal kalsium
hipotiroidism berat dapat mengalami dalam darah dan cairan jaringan interstisial.
miksedema, yang ditandai oleh: kendurnya Normalnya, sebuah kelenjar paratiroid terdapat pada
bagian bawah mata (kantung mata) dan wajah masing-masing kutub (superior dan inferior) lobus kanan
sembab yang disebabkan edema kulit nonpitting, dan kiri kelenjar tiroid. Karena asal embriologik kelenjar
infiltrasi berlebihan glikosaminoglikans dan paratiroid dan turunnya ke daerah leher terjadi bersamaan
proteoglikans dalam matriks ekstrasel. dengan primordium timus dan jaringan tiroid, kelenjar
Kretinisme adalah bentuk ekstrim hipotiroidism paratiroid dapat berada di mana saja di sepanjang perjalanan
yang terjadi saat kehidupan fetal sampai masa turunnya, bahkan dapat berada di dalam toraks. Selain itu,
kanak-kanak yang ditandai oleh gagal tumbuh mungkin pula ada kelenjar paratiroid tambahan
dan retardasi mental karena ketiadaan kelenjar (supernumerani).
tiroid kongenital.
Kelenjar paratiroid berasal dari kantung faringeal ketiga
Saraf yang mensarafi otot laringeal (yaitu: dan keempat pada masa embriogenesis. Kelenjar paratiroid
nervus laringeal eksterna dan nervus laringeal yang berasal dari kantung faringeal ketiga turun bersama
rekurens) melekat pada kelenjar tiroid dan harus timus (yang juga berkembang di kantung ketiga) dan
dilepaskan dan dilindungi saat dilakukan menjadi kelenjar paratiroid inferior. Kelenjar paratiroid
tiroidektomi. Kerusakan salah satu dari kedua yang berasal dari kantung faringeal keempat hanya turun
saraf tersebut menyebabkan suara serak dan, sedikit dan menjadi kelenjar paratiroid superior. Kelenjar
bahkan mungkin pula menyebabkan hilangnya paratiroid tumbuh lambat dan mencapai ukuran dewasa pada
suara. usia sekitar 20 tahun.

Organisasi Selular Kelenjar Paratiroid


Sel Parafolikular (Sel Jernih,
Clear Cells, C Cells) Parenkima kelenjar paratiroid tersusun atas dua jenis
sel: sel utama (chief cells) dan sel oksifil.
Sel parafolikular mensekresi kalsitonin. Sel tersebut
dapat membentuk kelompokan kecil atau menyendiri di
Tiap kelenjar paratiroid merupakan bangunan ovoid kecil
bagian perifir folikel.
dengan panjang sekitar 5 mm, lebar sekitar 4 mm, dan teb-
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 317

Bab 13 䡲 Sistem Endokrin ■ ■ ■ 317

bal sekitar 2 mm. Beratnya sekitar 25 sampai 50 mg. eosin terwarna lebih merah daripada sel utama. Sel oksifil
Simpai jaringan ikatnya meluas dan memasuki kelenjar dapat tampil berkelompok maupun menyendiri. Sel tersebut
sebagai septa, yang berjalan bersama pembuluh darah, mengandung lebih banyak mitokondria dibanding sel utama,
pembuluh limf, dan saraf. Septa terutama berperan tetapi aparat Golginya kecil, dan RERnya sedikit. Glikogen
menunjang parenkima dan terdiri atas deretan atau juga berada di sitosol dan dikelilingi oleh mitokondria.
kelompokan sel epitel yang diselubungi serat retikulin,
yang juga menunjang parenkima dan jalinan kaya kapilar. Efek Fisiologik
Pada individu dewasa yang lebih tua, stroma jaringan
ikatnya sering mengandung beberapa sampai banyak sel
Hormon Paratiroid
adiposa, yang dapat mencapai 60% dari kelenjar.
Parenkima kelenjar paratiroid tersusun atas dua jenis sel, PTH, yang dihasilkan oleh sel utama kelenjar paratiroid,
yaitu sel utama (chief cells) dan sel oksifil (lihat Gambar membantu mempertahankan konsentrasi ion kalsium (8,5
13-7). sampai 10,5 mg/dL) dalam cairan ekstrasel maupun plasma.
Hormon ini bekerja pada sel tulang, ginjal, dan, secara tak
langsung pada sel usus, yang menyebabkan peningkatan
Sel Utama (Chief Cells) konsentrasi ion kalsium cairan tubuh (lihat Tabel 13-2). Saat
konsentrasi ion kalsium cairan tubuh berada di bawah
Sel utama (chief cells) mensintesis hormon paratiroid. normal, sel utama meningkatkan produksi dan penglepasan
PTH, dan dengan cepat menggandakan sekresinya menjadi
10 kali lipat laju sekresi normalnya. Respons cepat ini
Sel parenkima fungsional utama pada kelenjar paratiroid sangat penting, terutama karena banyaknya fungsi kalsium
adalah sel utama yang terwarna agak eosinofilik dalam homeostasis, diantaranya yaitu menstabilkan gradien
(berdiameter 5 sampai 8 µm) yang mengandung granula ion lewat plasmalema sel otot dan saraf, dan perannya
pigmen lipofusin yang tersebar di seluruh sitoplasmanya. dalam penglepasan neurotransmiter pada ujung akhir akson.
Granula padat yang lebih kecil, berdiameter 200 to 400 nm,
muncul dari kompleks Golgi dan bergerak menuju bagian Interaksi PTH dan kalsitonin merupakan mekanisme
perifer sel, adalah granula sekretoris yang mengandung ganda dalam pengaturan kadar kalsium dalam darah: PTH
hormon paratiroid (PTH). Mikrograf elektron juga berperan meningkatkan kadar kalsium serum, sedangkan
menampilkan kompleks Golgi jukstanuklir, mitokondria kalsitonin berefek sebaliknya.
panjang, dan banyak RER. Terkadang, desmosom Pada tulang, PTH mengikat reseptor pada osteoblas,
menautkan dua sel utama yang berdekatan. Sebuah silia memberi isyarat pada sel tersebut untuk meningkatkan
tunggal dapat menjulur ke dalam ruang antarsel. Beberapa sekresi osteoclast-stimulating factor. Faktor tersebut
sel utama mengandung kompleks Golgi yang lebih kecil, menginduksi aktivasi osteoklas, dan karenanya meningkatkan
sedikit granula sekretoris, dan sejumlah besar glikogen; sel resorpsi tulang yang berakhir dengan penglepasan ion
tersebut diduga berada dalam fase inaktif. kalsium ke dalam darah (lihat Bab 7). Pada ginjal, PTH
Prekursor hormon paratiroid, yaitu hormon mencegah lepasnya kalsium ke dalam urin. Terakhir, PTH
preproparatiroid, disintesis pada ribosom di RER dan mengontrol laju ambilan kalsium di traktus gastrointestinal
dengan cepat dipotong menjadi hormon proparatiroid dan secara tidak langsung, dengan cara mengatur produksi
sebuah polipeptida, dan ditransport ke lumen RER. Setelah vitamin D di ginjal; vitamin D penting pada ambilan kalsium
mencapai kompleks Golgi, hormon proparatiroid dipotong oleh usus. Vitamin D berfungsi menstimulasi mukosa
lagi menjadi PTH dan sebuah polipeptida kecil. Hormon intestinal untuk mereabsorbsi kalsium dengan cara
kemudian dikemas ke dalam granula sekretoris dan dilepas menginduksi sel epitel pada vilus intestinal untuk membentuk
lewat permukaan sel secara eksositosis. protein pengikat-kalsium yang terlokalisasi pada mikrovili
dan memudahkan transport kalsium ke dalam sel epitel
tersebut.
Sel Oksifil

Sel oksifil diyakini merupakan sel utama dalam fase


KELENJAR SUPRARENAL
inaktif.
(ADRENAL)

Jenis sel kedua pada kelenjar paratiroid adalah sel oksifil. Kelenjar suprarenal menghasilkan dua kelompok
Fungsinya belum diketahui, walaupun sel oksifil dan sel hormon yang berbeda, yaitu: steroid dan katekolamin.
ketiga, yang disebut sel intermedia, kemungkinan adalah
jenis sel yang sama dengan sel utama (yang sedang berada Kelenjar suprarenal terletak di kutub superior ginjal dan
pada fase aktif bersekresi), yang berada dalam fase inaktif. terbenam dalam jaringan adiposa. Kelenjar suprarenal kanan
Sel oksifil jumlahnya lebih sedikit, ukurannya lebih dan kiri bukanlah gambaran cermin satu sama lain; kelenjar
besar (diameternya 6 sampai 10 µm), dan dengan suprarenal kanan berbentuk piramid
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 318

31 䡲 䡲 䡲 Bab 13 䡲 Sistem Endokrin

ikat yang mengandung banyak jaringan adiposa. Tiap


KORELASI KLINIS kelenjar mempunyai simpai tebal yang tersusun atas jaringan
ikat; jaringan ikatnya masuk ke dalam parenkima kelenjar
Hiperparatiroidisme primer dapat disebabkan
sebagai septa, bersama dengan pembuluh darah dan saraf.
oleh tumor di salah satu kelenjar paratiroid, dan
ditandai oleh tingginya kadar kalsium darah,
rendahnya kadar fosfat darah, hilangnya mineral Pasokan Darah ke Kelenjar Suprarenal
tulang, dan terkadang adanya batu ginjal.
Hiperparatiroidisme sekunder dapat timbul Kelenjar suprarenal mendapat banyak pasokan
pada pasien dengan riketsia, karena kalsium tak darah arterial yang berasal dari tiga sumber
dapat diabsorbsi oleh usus akibat defisiensi berbeda.
vitamin D; karenanya, konsentrasi ion kalsium
darah menjadi rendah.
Pasokan darah kelenjar suprarenal adalah salah satu pasokan
Hipoparatiroidisme disebabkan defisiensi terkaya di tubuh kita (Gambar 13-1). Tiap kelenjar
sekresi PTH, yang umumnya disebabkan jejas suprarenal mendapat pasokan darah dari tiga arteri yang
pada kelenjar paratiroid atau terangkatnya kelenjar berasal dari tiga sumber berbeda, yaitu:
tersebut saat operasi kelenjar tiroid.
Hipoparatiroidisme ditandai oleh rendahnya kadar
kalsium darah, retensi kalsium tulang, dan 䡲 Arteri frenikus inferior (inferiorphrenic arteries),
peningkatan resorpsi fosfat di ginjal. Gejala bercabang menjadi arteri suprarenal superior.
utamanya adalah rasa ba'al, kesemutan (tingling), 䡲 Aorta, bercabang menjadi middle suprarenal arteries
spasme karpopedal (kram otot) pada tangan dan (arteri suprarenal media).
kaki, kejang otot (muscle tetany [tremors]) 䡲 Renal arteries (arteri renalis), bercabang menjadi
pada otot wajah dan laringeal, kekacauan mental arteri suprarena1 inferior.
(mental confusion), dan hilangnya memori. Satu-
satunya cara pengobatan untuk survival adalah Berbagai cabang pembuluh darah tersebut melewati dan
pemberian kalsium glukonat dosis tinggi secara menembus simpai, kemudian membentuk pleksus
intravena, vitamin D, dan kalsium oral. subkapsular.
Dari pleksus tersebut kemudian muncul short cortical
dan langsung terletak di atas ginjal kanan, sedangkan arteries (arteri kortikal pendek), yang membentuk jalinan
kelenjar suprarenal kiri bentuknya seperti bulan sabit kapilar sinusoidal bertingkap (dengan diafragma) di
dan terletak disepanjang batas medial ginjal kiri dan parenkima korteks kelenjar. Diameter pori dinding endotel
hilus sampai kutub superiornya. bertingkap pada kapilar meningkat dari 100 nm di korteks
luar menjadi 250 nm di korteks dalam, tempat kapilar
Kedua kelenjar tebalnya sekitar 1 cm, lebarnya pada
sinusoidal menuju pleksus vena. Venula kecil yang muncul
apeks sekitar 2 cm, dan pada dasarnya dapat mencapai
di daerah ini akan melewati medula suprarenal dan menuju
5 cm; masing-masing beratnya 7 sampai 10 g.
vena suprarenal, yang kemudian keluar dari hilus. Vena
Parenkima kelenjar terbagi atas dua daerah yang
suprarenal kanan bergabung dengan vena kava inferior,
berbeda secara histologis dan fungsional, yaitu: bagian luar
sedangkan vena suprarenal kiri menuju vena renal kiri.
yang berwarna kekuningan, mencakup sekitar 80%
sampai 90% organ, disebut korteks suprarenal, dan Selain itu, long cortical arteries (arteri kortikal
bagian dalam yang kecil dan tampak gelap disebut panjang) yang tak bercabang melewati korteks, dan
medula suprarenal (Gambar 13-10). Walaupun kedua sesampainya di medula membentuk jalinan kapilar. Jadi,
daerah tadi mempunyai fungsi endokrin, masing-masing medula menerima pasokan darah ganda: (1) pasokan arterial
mempunyai asal embrionik yang berbeda dan melakukan dari arteri kortikal panjang dan (2) banyak pembuluh darah
peran yang berbeda pula. Korteks suprarenal berasal dari jalinan kapilar di korteks.
dari mesoderm, dan menghasilkan sekelompok hormon
yang disebut kortikosteroid yang disintesis dari Korteks Suprarenal
kolesterol. Sekresi hormon tersebut (antara lain
kortisol dan kortikosteron) diatur oleh ACTH, yaitu
hormon yang disekresi oleh hipofisis anterior. Medula Korteks suprarenal terdiri atas tiga zona yang memproduksi
suprarenal berasal dari krista neural, dan secara tiga kelas steroid.
fungsional berkaitan dengan dan diatur oleh sistem saraf
simpatis; medula adrenal menghasilkan hormon Korteks suprarenal mengandung sel parenkimal yang
epinefrin dan norepinefrin (lihat Tabel 13-2). mensintesis dan mensekresi berbagai hormon steroid
Kelenjar suprarenal terletak retroperitoneal, yaitu di tanpa menyimpannya. Secara histologik, korteks terdiri
belakang peritoneum dan dibungkus oleh simpai atas tiga zona konsentrik, yang urutannya dari simpai ke
jaringan dalam adalah zona glomerulosa, zona fasikulata, dan
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 319

Bab 13 䡲 Sistem Endokrin ■ ■ ■ 319

Capsula (simpai)
Zona glomerulosa
Zona fasikulata Korteks
Zona retikularis
Medulla
Hormon:
Arteri
kapsular
Mineralokortikoid
(mis. aldosteron)

Kapsula
(simpai)

Zona
glomerulosa
Glukokortikoid
(mis. kortison)

dan

Hormon seks (mis.


dehidroepiandrost
Zona eron
fasikulata

Terminal
praganglion simpatis

Zona Adrenalin
retikularis

Terminal
praganglion simpatis

Medula Noradrenalin

Gambar 13-10 Kelenjar suprarenal Vena medularis


dan berbagai jenis selnya.

zona retikularis (Gambar 13-12; juga lihat Gambar 13-10). Ketiga kelas hormon korteks adrenal adalah:
Walaupun masing-masing dari ketiga zona korteks suprarenal mineralokortikoid, glukokortikoid, dan androgen, yang
mensekresi hormon spesifik, perlu diingat bahwa batas ketiga seinuanya disintesis dari kolesterol, yang merupakan
zona tadi tidak je1as; jadi lebih baik menganggap korteks komponen utama low-density lipoprotein. Kolesterol
sebagai unit sekresi untuk ketiga kelas hormon korteks diambil dari darah dan disimpan dalam bentuk ester di dalam
adrenal. tetes lemak dalam sitoplasma sel korteks adrenal. Keti-
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 320

320 䡲 䡲 䡲 Bab 13 䡲 Sistem Endokrin

Gambar 13-11 Mikrograf elektron skening kelenjar


adrenal tikus memperlihatkan mikrosirkulasi di
korteks dan medula (80x). (Dari Kikuta A, Murakann
T: Microcirculation of the rat adrenal gland: A
scanning electron inicrasvope study of vascidar
casts. Am J Anat 164: 19-28, 1982.)

ka sel tersebut dirangsang, kolesterol dilepas dan digunakan junction) kecil menggabungkan sel satu dengan sel lainnya,
untuk sintesis hormon pada endoplasma retikulum dan beberapa sel mempunyai mikrovili pendek.
halus (SER) oleh enzim yang ada di sana dan dalam Sel parenkimal pada zona glomerulosa mensintesis dan
mitokondria. Produk-antara (intermediate products) dari mensekresi hormon mineralokortikoid, terutama
hormon yang sedang disintesis ditranfer antara SER dan aldosteron dan sejumlah deoksikortikosteron. Sintesis
mitokondria sampai hormon final dihasilkan. hormon tersebut distimulasi oleh angiotensin II dan
ACTH, yang keduanya dibutuhkan untuk keberadaan
Zona Glomerulosa normal sel zona glomerulosa. Fungsi hormon
mineralokortikoid adalah mengontrol keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh dengan cara mempengaruhi fungsi
Sel parenkimal zona glomerulosa, saat distimulasi
tubulus ginjal, yaitu tubulus kontortus distal (lihat bab 19).
angiotensin II dan ACTH, mensistesis dan melepaskan
hormon aldosteron dan deoksikortikosteron.
Zona Fasikulata
Cincin konsentrik terluar sel parenkimal yang terletak tepat
Sel parenkimal zona fasikulata (spongiosit), bila distimulasi
di bawah kapsula suprarenal adalah zona glomerulosa, yang
oleh ACTH, mensintesis dan melepaskan hormon kortisol
mencakup sekitar 13% volume total adrenal (lihat Gambar
dan kortikosteron.
13-10). Sel kolumnar kecil yang membentuk zona ini
tersusun berkelompok. Intinya yang kecil dan terwarna gelap
mengandung satu atau dua anak inti. Sitoplasmanya Lapisan konsentrik bagian tengah korteks suprarenal adalah
asidofilik dan mengandung banyak SER yang meluas, zona fasikulata, yang merupakan lapisan korteks yang
mitokondria pendek dengan krista mirip-rak (shelf-like ), terbesar dan mencakup sampai 80% volume total kelenjar.
kompleks Golgi yang berkembang baik, banyak RER, dan Zona ini mengandung kapilar sinusoidal yang tersusun
ribosom bebas. Beberapa tetes lemak juga tersebar dalam longitudinal di antara kolom sel parenkimal. Sel di lapisan ini
sitoplasma. Terkadang desmosom dan taut salur (gap bentuknya polihedral dan ukurannya lebih besar dari sel di
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 321

Bab 13 䡲 Sistem Endokrin ■ ■ ■ 321

mirip dengan spongiosit di zona fasikulata, tetapi ukurannya


lebih kecil dan tetes lemaknya lebih sedikit. Sel tersebut
sering mengandung banyak granula pigmen lipofusin.
Beberapa sel di dekat medula suprarenal tampak gelap karena
G sitoplasmanya padat-elektron, dan intinya piknotik; hal
tersebut menimbulkan dugaan bahwa zona tersebut
G mengandung sel parenkimal yang berdegenerasi.
Sel di zona retikularis mensintesis dan mensekresi
androgen, terutama dehidroepiandrosteron dan sejumlah
androstenedion. Selain itu, sel tersebut mungkin
mensintesis dan mensekresi sedikit glukokortikoid. Sekresi
berbagai hormon tersebut distimulasi oleh ACTH. Baik
dehidroepiandrosteron maupun androstenedion adalah
F
hormon yang menimbulkan efek maskulinisasi lemah yang
F efeknya dapat diabaikan pada keadaan normal.

Histofisiologi Korteks
Suprarenal

Ketiga kelas hormon steroid yang disekresi oleh korteks


suprarenal adalah: (1) mineralokortikoid, (2) glukokortikoid,
dan (3) androgen lemah. ACTH dari pars distalis hipofisis
adalah hormon trofik yang menstimulasi sekresi hormon
korteks suprarenal.

Mineralokortikoid
Gambar 13-12 Mikrograf cahaya korteks kelenjar suprarenal (132x).
Amati zona glomerulosa (G) dan zona fasikulata (F).
Mineralokortikoid yang disekresi oleh zona glomerulosa
terutama terdiri atas aldosteron, dan juga sejumlah
deoksikortikosteron. Target hormon tersebut antara lain
zona glomerulosa. Selnya tersusun membentuk kolom radial mukosa lambung, kelenjar liur, dan kelenjar keringat, tempat
yang tebalnya satu atau dua sel, dan terwarna asidofilik hormon tersebut menstimulasi absorbsi natrium. Akan tetapi,
lemah. Karena sitoplasmanya mengandung banyak tetes target utamanya adalah sel tubulus kontortus distal pada
lemak, yang larut saat pemrosesan histologik, selnya ginjal, tempat hormon menstimulasi pengaturan
tampak bervakuol dan disebut spongiosit. Spongiosit keseimbangan cairan dan homeostasis natrium dan kalium,
mempunyai mitokondria bulat dengan krista tubular dan dengan cara mengabsorbi natrium dan mengekskresi kalium.
vesikular, jalinan SER yang meluas, beberapa RER,
lisosom, dan granula pigmen lipofusin.
Sel zona fasikulata mensintesis dan mensekresi hormon Glukokortikoid
glukokortikoid, yaitu: kortisol dan kortikosteron.
Sintesis hormon tersebut distimulasi oleh ACTH. Glukokortikoid, yang dihasilkan oleh zona fasikulata,
Glukokortikoid berfungsi dalam kontrol metabolisme antara lain hidrokortison (kortisol) dan
karbohidrat, lemak, dan protein. kortikosteron. Hormon steroid tersebut mempunyai
fungsi beragam yang mempengaruhi sebagian besar
Zona Retikularis jaringan tubuh, dan juga mengontrol metabolisme umum.
Sel zona retikularis apabila distimulasi oleh ACTH akan Glukokortikoid berefek anabolik pada hati, yaitu
mensintesis dan melepaskan dehidroepiandrosteron, memudahkan pengambilan asam lemak, asam amino, dan
androstenedion, dan beberapa macam glukokortikoid. karbohidrat untuk sintesis glukosa dan polimerisasi glikogen;
akan tetapi, pada jaringan lain, glukokortikoid bersifat
Lapisan terdalam korteks suprarenal disebut zona retikularis, katabolik. Misalnya, pada adiposit, glukokortikoid
dan mencakup sekitar 7% volume kelenjar. Pada lapisan ini, menstimulasi lipolisis, dan pada otot menstimulasi
selnya terwarna sangat asidofilik dan susunan selnya proteolisis. Apabila kadar glukokortikoid dalam sirkulasi di
membentuk tali-temali yang saling beranastomosis. atas normal, glukokortikoid mempengaruhi respons anti-
Selnya
inflamasi dengan cara menghambat infiltrasi makrofag
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 322

322 䡲 䡲 䡲 Bab 13 䡲 Sistem Endokrin

dan lekosit pada tempat inflamasi. Hormon tersebut juga


menekan respons imun dengan cara menginduksi atrofi sistem
limfatik, dan karenanya mengurangi populasi limfosit dalam
sirkulasi.
Mekanisme umpan balik (feedback) negatif untuk
glukokortikoid sebagian dikontrol oleh konsentrasinya
n
dalam plasma. Ketika kadar glukokortikoid darah tinggi,
sel pensekresi corticotropin-releasing hormone (CRH) N
pada hipotalamus dihambat, yang kemudian menghambat
kortikotrof pada pars distalis hipofisis dalam melepaskan
ACTH.

Androgen Lemah
CC
Androgen yang disekresi oleh zona retikularis adalah
dehidroepiandrosteron dan androstenedion; keduanya
adalah hormon seks maskulinisasi yang efeknya jauh di
bawah efek maskulinisasi dari hormon yang dihasilkan oleh V
testes. Pada keadaan normal, pengaruh hormon tersebut
tidak bermakna.

KORELASI KLINIS
Gambar 13-13 Mikrograf cahaya medula kelenjar suprarenal (270x).
Penyakit Addison ditandai oleh kurangnya Perhatikan sel kromafin (CC) yang intinya (N) mengandung sebuah anak inti
sekresi hormon korteks adrenal yang disebabkan (n). Amati pasokan arteri yang kaya dan sistem vena (V) medula suprarenal.
oleh destruksi korteks suprarenal. Penyebab paling
sering penyakit ini adalah proses autoimun;
penyebab lain adalah sekuele tuberkulosis atau jaringan ikatnya dan sel ganglion simpatis, yang tersebar di
penyakit infeksi lainnya. Bila tidak diobati dengan seluruh jaringan ikatnya.
steroid, penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Penyakit Cushing (hiperadrenokortisisme) Sel Kromafin
disebabkan oleh tumor kecil pada hipofisis anterior,
yang selnya terdiri atas basofil yang menyebabkan
peningkatan produksi ACTH. Kelebihan ACTH Medula suprarenal berfungsi sebagai ganglion
menyebabkan pembesaran kelenjar suprarenal dan simpatis termodifikasi, yang mengandung sel
hipertrofi korteks suprarenal, yang mengakibatkan pascaganglon simpatis yang tidak mempunyai
kelebihan produksi kortisol. Pasiennya akan dendrit dan akson.
mengalami obesitas terutama di wajah, leher dan
badan, dan juga mengalami osteoporosis dan atrofi Sel kromafin pada medula suprarenal adalah sel epiteloid
otot (muscle wasting). Penderita laki-laki menjadi besar yang tersusun membentuk kelompokan atau deretan
impoten, dan penderita perempuan mengalami pendek; sel tersebut mengandung granula yang tewarna
amenore. coklat tua dengan garam kromafin. Reaksi pada granula yang
menyebabkannya terwarna dengan garam kromafin
Medula Suprarenal menandakan bahwa sel tersebut mengandung katekolamin,
yaitu transmiter yang dihasilkan oleh sel pascaganglion
Sel kromafin medula suprarenal adalah neuron sistem saraf simpatis. Jadi, medula suprarenal berfungsi
pascaganglion yang mengalami modifikasi sehingga sebagai ganglion simpatis termodifikasi, yang mengandung
berfungsi sekretoris. sel pascaganglion simpatis yang tidak mempunyai dendrit
dan akson. Katekolamin yang disintesis oleh sel kromafin
adalah transmiter simpatis, yaitu epinefrin dan
Bagian tengah kelenjar suprarenal disebut medula norepinefrin (Gambar 13-14). Transmiter tersebut disekresi
suprarenal dan seluruhnya diliputi oleh korteks suprarenal. oleh sel kromafin sebagai jawaban atas rangsang nervus
Medula suprarenal berkembang dari sel krista neural yang splanknikus simpatis (kolinergik) praganglion
berasal ektodermal dan mengandung dua populasi sel (preganglionic sympathetic [cholinergic ] splanchnic
parenkimal, yaitu: sel kromafin (Gambar 13-3) yang nerves ). Tiap sel kromafin primata, termasuk manusia,
menghasilkan katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) mempunyai kemampuan untuk memproduksi baik epinefrin
dan sel ganglion simpatis, yang tersebar di seluruh maupun norepinefrin, dan menyimpannya di dalam
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 323

Bab 13 䡲 Sistem Endokrin ■ ■ ■ 323

ER

M
SG

Gambar 13-14 Mikrograf elektron medula adrenal


baboon (14.000x). Densitas osmiofilik berbeda pada
vesikelnya kemungkinan menunjukkan tingkat
kematangannya. ER, retilculum endoplasma; H, vesikel
berdensitas elektron tinggi; L, vesikel berdensitas
elektron rendah; M, mitokondria; SC, sel granular
kecil. (Dari Al-Lami F, Carmichael SW: Microscopic
anatomy of the baboon [Papio hamadryas] adrenal
medulla. J Anat 178: 213-221, 1991.)

vesikel skretoris. Walaupun mikrograf elektron menunjukkan di dalam membran pembatas granula, sedangkan granula sel
bahwa ada dua macam vesikel sekretoris, yaitu yang densitas kromafin penyimpan epinefrin tampak homogen dan kurang
elektronnya tinggi dan rendah, perbedaan densitas mungkin padat. Sel kromafin primata mempunyai kompleks Golgi
menunjukkan tingkat kematangan epinefrin (maturational yukstanuklir yang berkembang baik, beberapa RER dan
state of epinephrine ) dan bukan menandakan adanya dua banyak mitokondria. Ciri khas untuk mengidentifikasi sel
jenis katekolamin. kromafin adalah adanya sekitar 30.000 granula kecil padat
Pada beberapa hewan, tetapi tidak pada primata dan bersalut membran dalam sitoplasmanya; sekitar 20% granula
manusia, ada dua jenis sel kromafin yang dapat dibedakan tersebut mengandung epinefrin atau norepinefrin. Granula
dengan pewarnaan histokimia, yaitu: yang memproduksi dan lainnya mengandung adenosin trifosfat, enkefalin, dan
menyimpan norepinefrin dan yang memproduksi dan protein larut yang disebut kromagranin. Kromagranin
menyimpan epinefrin. Granula sel penyimpan norepinefrin adalah protein yang diyakini mengikat epinefrin dan
mempunyai teras padat-elektron yang letaknya eksentrik norepinefrin.
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 324

324 䡲 䡲 䡲 Bab 13 䡲 Sistem Endokrin

Histofisiologi Medula nilai normal, dan menyebabkan peningkatan kesiagaan,


Suprarenal peningkatan curah dan denyut jantung, serta peningkatan
penglepasan glukosa dari hati.
Epinefrin paling efektif dalam mengontrol curah jantung,
Aktivitas sekretorik medula suprarenal dikontrol oleh denyut jantung, dan meningkatkan aliran darah ke organ.
nervus splanknikus. Penglepasan simpanan katekolamin Sebaliknya, norepinefrin kurang efektif dalam mengontrol
dari sel kromafin diinduksi oleh rangsang sel ganglion hal tersebut di atas, tetapi dapat meningkatkan tekanan darah
simpatis pada medula adrenal. Penglepasan asetilkolin dari melalui vasokonstriksi.
ujung saraf simpatis praganglion menyebabkan depolarisasi
Norepinefrin juga dihasilkan oleh otak dan saraf tepi, dan
membran sel kromafin diikuti oleh masuknya ion kalsium.
berfungsi sebagai neurotranmiter; tetapi, norepinefrin yang
Peningkatan kalsium intrasel kemudian mengindulsi
dihasilkan oleh medula suprarenal mempunyai waktu paruh
penglepasan epinefrin atau norepinefrin lewat cara
pendek, karena dihancurkan di hati tak lama sesudah
eksositosis. disekresi.
Bila rangsang disebabkan oleh faktor emosional, yang
disekresi terutama norepinefrin, sedangkan bila rangsang
KELENJAR PINEAL
disebabkan faktor fisiologik (misalnya: rasa sakit), maka
yang disekresi terutama epinefrin. Katekolamin yang
dilepaskan oleh medula suprarenal menunjukkan efek yang Kelenjar pineal responsif pada periode gelap dan terang
lebih menyeluruh ketimbang efek katekolamin yang dilepas diurnal, dan diduga mempengaruhi aktivitas gonad.
oleh neuron simpatis. Akan tetapi, efek tersebut tidaklah
sama untuk semua jaringan. Umumnya katekolamin Kelenjar pineal (atau badan pineal) adalah kelenjar
meningkatkan konsumsi oksigen, produksi panas, dan endokrin yang pengeluaran sekretnya dipengaruhi oleh
menyebabkan mobilisasi lemak untuk mendapatkan energi. periode terang dan gelap diurnal. Kelenjar tersebut
Pada sistem kardiovaskular, katekolamin berfungsi berbentuk kerucut bertangkai, yang merupakan tonjolan
mengontrol denyut jantung dan otot polos arterial, jadi pada garis tengah atap diensefalon, dan terdapat di dalam
meningkatkan tekanan darah. Selain itu, katekolamin cekungan pada ventrikel tiga. Panjangnya 5 sampai 8 mm,
mengatur kontraksi otot pada beberapa jaringan (misalnya: lebarnya 3 sampai 5 mm, dan beratnya sekitar 120 mg.
sfingter kandung kemih); pada organ lain, katekolamin Kelenjar ini dibungkus oleh piamater, yang membentuk
mempengaruhi relaksasi otot (misalnya: otot polos usus). simpai kelenjar. Dari simpai muncul septa yang membagi
Pada keadaan ketakutan atau stres hebat, terjadi kelenjar menjadi lobulus tak sempurna. Pembuluh darah
peningkatan penglepasan epinefrin untuk mempersiapkan masuk ke dalam kelenjar bersama dengan jaringan ikat
tubuh untuk "melawan atau kabur" ("fight or flight"). septa. Sel parenkimal kelenjar ini terutama terdiri atas
Akibatnya, kadar plasma epinefrin dapat mencapai 300 kali pinealosit dan sel interstisial (Gambar 13-15).

BS

Pi

Gambar 13-15 Kelenjar pineal (132x).


Bangunan besar terwarna gelap adalah pasir
otak (BS) yang tersebar di antara pinealosit
(Pi). Neuroglia terdapat di sini, tetapi sulit
dilihat pada pembesaran ini.
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 325

Bab 13 䡲 Sistem Endokrin ■ ■ ■ 325

Pinealosit Sel Interstisial

Pinealosit adalah sel parenkimal kelenjar pineal yang Sel interstisial kelenjar pineal diyakini merupakan sel
mensekresi melatonin. mirip-astroglia (astroglia-like cells).

Pinealosit adalah sel yang terwarna agak basofilik dan Sel interstisial, yang diyakini merupakan sel mirip astroglia,
mempunyai satu atau dua juluran panjang sitoplasma yang tersebar di antara pinealosit dan terutama banyak terdapat di
ujungnya melebar. Pelebaran tersebut berada di dekat tangkai kelenjar pineal yang menuju diensefalon. Sel ini
kapilar, dan terkadang di dekat sel parenkimal lain. Intinya mempunyai inti memanjang yang terwarna gelap, dan RER
bulat dan mengandung sebuah anak inti mencolok. yang berkembang baik; beberapa sel mempunyai deposit
Sitoplasmanya mengandung SER dan RER, aparat Golgi glikogen. Juluran panjang sitoplasmanya kaya akan filamen
kecil, banyak mitokondria, dan vesikel sekretoris kecil yang intermedia, mikrotubul, dan mikrofilamen.
beberapa diantaranya mempunyai teras padat-elektron. Kelenjar pineal juga mengandung konkremen
Pinealosit juga mengandung sitoskeleton yang berkembang (concretions) kalsium fosfat dan karbonat, yang mengendap
baik, yang terdiri atas mikrotubul, mikrofilamen, dan dalam bentuk cincin konsentris di sekeliling matriks organik.
bangunan tubular padat yang dilekati oleh elemen vesikular Bangunan tersebut dikenal sebagai corpora arenacea atau
bulat. Bangunan khas tersebut adalah pita sinaptik "pasir otak" ("brain sand"), yang muncul pada awal masa
(synaptic ribbons) (yang juga terdapat di retina dan kanak-kanak, dan bertambah ukurannya selama hidup.
telinga dalam). Pita sinaptik jumlahnya meningkat selama Walaupun cara terbentuk dan fungsi pasir otak ini belum jelas,
periode gelap siklus diurnal, tetapi fungsinya belum jelas. pasir otak ini bertambah selama masa terang yang pendek, dan
Melatonin, yang disintesis oleh pinealosit dari triptofan, berkurang saat kelenjar pineal aktif bersekresi.
dan dilepaskan pada malam hari, menghambat penglepasan
hormon pertumbuhan oleh hipofisis, dan gonadotropin oleh
hipotalamus. Diduga, melatonin menginduksi perasaan Histofisiologi Kelenjar Pineal
mengantuk, dan karenanya, beberapa orang
menggunakannya sebagai suplemen untuk mengatasi Walaupun kelenjar pineal terhubung dengan garis tengah
gangguan tidur, gangguan suasana hati (mood), dan depresi. otak dan merupakan tonjolan atap diensefalon, tidak ada
serat saraf aferen atau eferen asal-otak yang memasuki
KORELASI KLINIS kelenjar. Sebaliknya, badan pineal dipersarafi oleh saraf
simpatis pascaganglion dari ganglion servikal superior.
Diduga melatonin dapat memproteksi susunan saraf Saat akson memasuki kelenjar, selubung mielinnya
pusat karena mampu menyapu (scavenge) dan menghilang dan akson bersinaps dengan pinealosit.
mengeliminasi radikal bebas yang terbentuk saat stres Norepinefrin yang dilepaskan pada pinealosit mengontrol
oksidatif. Selain itu, ada teori yang mengatakan produksi melatonin (lihat Tabel 13-2). Sintesis hormon
bahwa melatonin dapat mengubah mood manusia, dan pineal mengikuti ritme diurnal, yaitu meningkat saat periode
menyebabkan depresi selama siang hari yang gelap dan dihambat saat periode terang. Melatonin dilepas
memendek di bulan-bulan musim dingin. Ada laporan ke ruang antarsel untuk disebarkan lewat pembuluh darah,
yang mengatakan bahwa pajanan sinar buatan yang sedangkan serotonin diambil oleh ujung akson prasinaps.
terang dapat mengurangi sekresi melatonin, dan Penelitian lanjutan pada kelenjar pineal dipusatkan pada
karenanya akan mengurangi depresi. hormon pineal dan fungsinya.
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 327

14 䡲 䡲 䡲

Integumen

Integumen, tersusun atas kulit dan turunannya, berupa kelenjar keringat dan kelenjar sebasea) menyebabkan
kelenjar keringat, kelenjar sebasea, rambut dan pertemuan epidermis dermis tidak teratur.
kuku, merupakan organ terbesar tubuh dan menyusun Hipodermis, jaringan ikat longgar mengandung berbagai
16% dari total berat tubuh. Kulit meliputi seluruh jumlah lemak yang terletak di bawah kulit. Hipodermis bukan
permukaan tubuh, menjadi kontinyu dengan membran merupakan bagian dari kulit namun bagian fasia superfisial
mukosa sistem pencernaan (pada bibir dan anus), sistem (dari potongan anatomi makroskopik) yang menyelubungi
respirasi (pada hidung), dan sistem urogenital. Sebagai seluruh tubuh, tepat di bawah kulit. Orang yang kelebihan
tambahan, kulit kelopak mata menjadi kontinyu dengan nutrisi atau yang tinggal pada iklim dingin mempunyai lemak
konjungtiva pada bagian anterior orbita. Kulit juga yang banyak pada fasia superfisial (hipodermis) yang
melapisi meatus auditori eksterna dan melapisi dinamakan panikulus adiposus.
permukaan luar membran timpani.
Pada daerah tertentu pada tubuh, kulit memperlihatkan
tekstur dan ketebalan yang berbeda. Sebagai contoh, kulit
KULIT pada kelopak mata lembut, halus dan tipis serta mempunyai
rambut halus, sedangkan pada jarak yang dekat dengannya,
Kulit, merupakan organ terbesar tubuh, tersusun atas yakni pada alis, kulit lebih tebal dan mempunyai rambut
epidermis pada bagian atas dan dermis pada bagian yang kasar. Kulit pada kening memproduksi sekret
bawah. berminyak; kulit pada dagu tidak banyak memproduksi
sekret berminyak namun mempunyai banyak rambut (pada
kaum lelaki).
Kulit mempunyai banyak fungsi selain menyelubungi
jaringan lunak di bawahnya, termasuk (1) proteksi Telapak tangan dan telapak kaki termasuk kulit tebal dan
terhadap jejas, invasi bakteri dan desikasi /evaporasi; (2) tidak memproduksi rambut namun mengandung banyak
pengaturan temperatur tubuh; (3) reseptor sensasi kelenjar keringat. Permukaan jari jemari mempunyai rigi dan
dari lingkungan secara terus menerus (seperti sentuhan, lekuk yang berselang-seling serta berbatas tegas, yang
temperatur dan nyeri; (4) ekskresi dari kelenjar keringat; kemudian membentuk pola lingkaran, lengkungan, busur dan
(5) absorpsi radiasi ultraviolet dari matahari untuk pusaran disebut dermatoglifi (sidik jari) yang berkembang
sintesis vitamin D. pada fetus dan tetap tak berubah sepanjang hidup. Dermatoglifi
Kulit terdiri dari 2 lapisan: epidermis pada bagian luar sangat spesifik untuk tiap individu sehingga digunakan untuk
dan dermis, yang merupakan jaringan ikat, pada bagian tujuan identifikasi dalam kedokteran forensik dan penyelidikan
dalam (Gambar 14-1 ). Epidermis tersusun atas epitel kriminal. Meskipun sidik jari ditentukan secara genetik,
berlapis gepeng berkeratin yang berasal dari ektoderm. kemungkinan oleh gen yang multipel, alur dan lekuk pada lutut,
Lapisan di bawah epidermis yang juga berinterdigitasi siku dan tangan sebagian besar berhubungan dengan kebiasaan
dengannya ialah dermis, berasal dari mesoderm dan penggunaan dan stres fisik dalam lingkungan seseorang.
tersusun atas jaringan ikat padat kolagen yang tersusun
tidak teratur. Pertemuan antara epidermis dan dermis
Epidermis
dibentuk oleh rigi yang menonjol pada dermis (papil
dermis/rigi dermis), yang berinterdigitasi dengan
invaginasi epidermis (rigi epidermis). Kedua rigi Epidermis, lapisan permukaan kulit, merupakan turunan
tersebut disebut apparatus rete. Invaginasi lainnya yang dari ektoderm dan tersusun atas epitel berlapis gepeng
merupakan turunan epidermis (seperti folikel rambut, berkeratin.

327
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 328

328 䡲 䡲 䡲 Bab 14 䡲 Integumen

Batang Rambut
Pori keringat
Stratum korneum

Stratum spinosum
Lapisan Epidermis
Malpighi Stratum basal
Melanosit

Stratum korneum Badan


Stratum lusidum Meissner
Stratum granulosum Dermis

Epidermis

Hipodermis

Dermis
Stratum Folikel rambut
spinosum
Sel Merkel Kelenjar keringet
Sel Langerhans ekrin
Akar rambut
Melanosit Kelenjar Sebasea Arteri
Stratum basal Musklus arektor pili Vena
Serat saraf Jaringan lemak
Membran basal
Pembuluh darah
KULIT TEBAL KULIT TIPIS

Gambar 14-1 Perbandingan kulit tebal dan kulit tipis.

Epidermis mempunyai ketebalan 0,07 hingga 0,12 mm pada keratinosit pada lapisan basal epidermis. Keratinosit
sebagian besar tubuh, dengan penebalan setempat pada melakukan mitosis pada malam hari, dan seiring
telapak tangan dan telapak kaki (ketebalan hingga sekitar 0,8 pembentukan sel baru, sel diatasnya terdorong ke
mm dan 1,4 mm). Kulit yang lebih tebal pada telapak tangan permukaan. Dalam perjalanan sel ke arah permukaan, sel
dan telapak kaki terlihat jelas pada fetus, namun seiring berdiferensiasi dan mulai mengakumulasi filamen keratin
waktu berjalan dan dengan penggunaan, tekanan dan gesekan pada sitoplasmnya. Akhirnya, pada saat sel dekat dengan
mengakibatkan peningkatan ketebalan kulit pada daerah ini. permukaan, sel mati dan terkelupas, proses ini berlangsung
Epitel berlapis gepeng berkeratin kulit tersusun atas selama 20-30 hari.
empat populasi sel: Oleh karena sitomorfosis keratinosit saat migrasi dari
䡲 Keratinosit lapisan basal epidermis ke permukaan, dapat diidentifikasi 5
䡲 Sel Langerhans daerah epidermis. Dari lapisan terdalam ke lapisan terluar,
䡲 Melanosit lapisan tersebut ialah: (1) stratum basal (germinativum),
䡲 Sel Merkel (2) stratum spinosum, (3) stratum granulosum, (4)
stratum lusidum, dan (5) stratum korneum. Menurut
ketebalan epidermis, kulit diklasifikasikan menjadi kulit
Karatinosit tebal dan tipis (lihat Gambar 14-1). Namun, klasifikasi ini
Keratinosit, yang membentuk populasi terbesar sel, tersusun juga dapat dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya lapisan
dalam 5 lapisan; Tiga jenis sel lainnya tersebar di antara epidermis tertentu dan ada atau tidaknya rambut.
keratinosit pada lokasi tertentu (lihat di bagian selanjutnya). Kulit tebal menutupi telapak tangan dan kaki (Tabel
Oleh karena keratinosit terus menerus mengelupas dari 14-1). Epidermis kulit tebal (lihat Gambar 14-2), mempunyai
permukaan epidermis, populasi sel ini harus diperbarui ketebalan 400 hingga 600 mm, ditandai dengan adanya
secara konstan. Perbaruan ditempuh melalui aktivitas mitosis kelima lapisan. Kulit tebal tidak mempunyai folikel rambut,
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 329

Bab 14 䡲 Integumen ■ ■ ■ 329

TABEL 14-1 Lapisan dan Gambaran Histologis Kulit Tebal

Lapisan Gambaran Histologis

Epidermis Berasal dari ektoderm; tersusun atas epitel gepeng berlapis berkeratin
(keratinosit)

Stratum korneum Beberapa lapisan sel gepeng berkeratin, keratinosit tanpa nuklei dan
organel (skuama, atau sel tanduk) yang akan terkelupas
Stratum lusidumo Lapisan tipis keratinosit tanpa inti dan organel yang terwarna secara samar; sel mengandung
filamen keratin tersusun padat dan eleidin
Stratum granulosumo Lapisan dengan ketebalan 3-5 lapisan sel; keratinosit ini masih mempertahankan intinya; sel
mengandung granula keratohialin besar dan kasar juga granula pelapis membran
Stratum spinosum Lapisan epidermis yang paling tebal, yang keratinositnya dikenal sebagai sel berduri, saling
berinterdigitasi membentuk jembatan interseluler dan sejumlah besar desmosom; sel
berduri mempunyai banyak tonofilamen dan granula pelapis membran dan aktrif bermitosis;
lapisan ini juga ditempati oleh sel Langerhans
Stratum basal Lapisan ini disusun oleh selapis sel kuboid hingga silindris rendah yang aktif bermitosis,
(germinativum) dipisahkan dari lapisan papilar dermis oleh membran basalis yang berkembang dengan baik; sel
Merkel dan melanosit juga terdapat pada lapisan ini.

Dermis Berasal dari mesoderm; sebagian besar tersusun dari kolagen tipe I dan serat elastin. Dermis
dibagi menjadi 2 daerah: lapisan papilar dan retikuler, yakni jaringan ikat kolagen yang tersusun
ireguler
Lapisan papilar Berinterdigitasi dengan epidermis membentuk papila dermis yang merupakan bagian dari aparatus
rete; terdiri atas kolagen tipe III, serat elastin serta fibril penambat (anchoring fibril) (kolagen
tipe VII) yang teranyam longgar; bantalan kapiler yang banyak, sel-sel jaringan ikat, dan
mekanoreseptor terdapat pada lapisan ini; terkadang terdapat pula melanosit pada lapisan papilar

Lapisan retikular Lapisan terdalam dari kulit; tersusun atas kolagen tipe I, serat elastin tebal, dan sel jaringan ikat;
mengandung kelenjar keringat dan duktusnya, folikel rambut dan muskulus arektor pili, dan
kelenjar sebasea juga mekanoreseptor (seperti badan Pacini)
oHanya terdapat pada kulit tebal. Semua lapisan biasanya lebih tipis pada kulit tipis.

muskulus arektor pili, dan kelenjar sebasea tetapi mempunyai Merupakan lapisan terdalam pada epidermis yang disokong
kelenjar keringat. oleh membran basal yang terletak di atas dermis,
membentuk daerah perbatasan yang ireguler. Stratum basal
Kulit tipis menutupi sebagian besar tubuh. Epidermis kulit terdiri atas selapis sel kuboidal hingga silindris rendah yang
tipis, mempunyai ketebalan 75-150 mm, mempunyai stratum aktif bermitosis, mengandung sitoplasma basofilik dan sebuah
korneum yang tipis dan tidak lagi mempunyai stratum lusidum nukleus besar (Gambar 14-3). Desmosom banyak terletak
serta stratum granulosum yang utuh, namun sisa-sisa sel lapisan ini pada sisi lateral membran sel melekatkan antar sel stratum
kadang masih dapat ditemukan. Kulit tipis mempunyai folikel basal, dan antara sel stratum basal dengan sel stratum
rambut, muskulus arektor pili, kelenjar sebasea dan kelenjar spinosum. Hemidesmosom terletak di basal sel berfungsi
keringat. melekatkan sel pada lamina basal. Mikrograf elektron
menunjukkan beberapa mitokondria, sebuah kompleks Golgi
Stratum Basal kecil, beberapa retikulum endoplasma kasar (rough
endoplasmic reticulum/RER), dan banyak ribosom bebas.
(Stratum Germinativum)
Sejumlah filamen intermedia (tonofilamen) baik tunggal
(10 nm) maupun berupa berkas, melintasi plak desmosom
Stratum basal, lapisan germinal yang melakukan aktivitas yang berada di lateral sel dan berakhir pada plak
mitosis, membentuk interdigitasi dengan dermis dan hemidesmosom.
dipisahkan dari dermis dengan membran basal. Gambaran mitosis harusnya mudah terlihat pada
stratum basal karena lapisan ini sebagian bertanggung jawab
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 330

330 䡲 䡲 䡲 Bab 14 䡲 Integumen

SS

SB
ER

D
DR

Gambar 14-3 Mikrograf cahaya kulit tebal


memperlihatkan stratum basal (SB) dan stratum spinosum (SS) (x540).
BV

Gambar 14-2 Mikrograf cahaya kulit tebal (xl32). Perhatikan


epidermis (E) dan dermis (D) juga rigi dermis (RD/DR) yang intermedia (tonofilamen) yang lebih banyak serta berperan
berinterdigitasi dengan rigi epidermis (RE/ER). Beberapa pembuluh sebagai sitokeratin/kerangka sel, daripada sel pada stratum
darah (PD/BV) juga tampak. basal. Pada sel stratum spinosum, berkas tersebut menjulur
keluar dari daerah perinuklir (kitar inti) menuju prosesus seluler
yang berinterdigitasi, yang melekatkan sel-sel yang berdekatan
untuk pembaruan sel pada epitel. Namun mitosis terjadi dengan desmosom. Prosesus ini disebut 'jembatan interseluler'
sebagian besar saat malam hari, sedangkan spesimen histologi oleh ahli histologi terdahulu, memberikan gambaran sel
diambil saat siang hari; sehingga gambaran mitosis jarang 'berduri' pada stratum spinosum (lihat Gambar 14-3). Seiring
terlihat pada sediaan histologis kulit. Saat sel baru dibentuk dengan pergerakan keratinosit ke permukaan melalui stratum
via mitosis, lapisan sebelumnya terdorong ke arah permukaan spinosum, ia juga memproduksi tonofilamen yang terkumpul
untuk bergabung dengan lapisan epidermis selanjutnya yakni dalam berkas-berkas yang disebut tonofibril menyebabkan
stratum spinosum. sitoplasmanya eosinofilik (Gambar 14-4). Sel stratum spinosum
juga mengandung granula sekretori pada sitoplasmanya
Stratum Spinosum (berdiameter 0,1 hingga 0,4 µm) yang disebut granula pelapis
membran (membrane coating granules/lamellar
granules). Vesikel gepeng ini mengandung substansi lipid
Stratum spinosum tersusun atas beberapa lapis sel
tersusun dalam bentuk lamelar yang padat.
polimofik yang aktif bermitosis, sejumlah prosesus pada
sel tersebut memberikan gambaran 'duri' pada lapisan ini.
Stratum Granulosum
Lapisan paling tebal pada epidermis ialah stratum spinosum,
terdiri atas sel gepeng hingga polihedral. Keratinosit yang Stratum granulosum tersusun atas 3 hingga 5 lapis sel yang
terletak di basal stratum spinosum juga bermitosis secara mengandung granula keratohialin.
aktif, dan kedua strata, juga disebut sebagai lapisan
malpighi, bertanggung jawab atas pembaruan keratinosit Stratum terdiri atas 3 hingga 5 lapis keratinosit yang gepeng,
epidermis. Keratinosit stratum spinosum mempunyai populasi ialah lapisan paling superfisial epidermis yang sel-sel
organel yang sama seperti pada stratum basal. Namun sel penyusunnya masih mempunyai inti. Sitoplasma dari
pada stratum spinosum mempunyai berkas-berkas filamen keratinosit ini mengandung granula keratohialin yang
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 331

Bab 14 䡲 Integumen ■ ■ ■ 331

Gambar 14-4 Mikrograf elektron


stratum spinosum (x6.800).
Tonofibril (panah) dan prosesus
sitoplasma menjembatani ruang
interseluler. (Dari Leeson TS, Leeson
CR, and Paparo AA: Text-Atlas of
Histology . Philadelphia, WB
Saunders, 1988.)

basofilik, kasar, berbentuk ireguler dan berukuran besar, yang Stratum Korneum
tidak terikat pada membran. Berkas filamen keratin melewati
granula tersebut.
Stratum korneum tersusun atas beberapa lapis sel
Sel stratum granulosum mengandung granula berselubung
gepeng yang mati dan mengandung keratin yang disebut
membran. Kandungan granula ini dilepaskan secara eksositosis
skuama.
ke dalam ruang ekstraseluler, membentuk lembaran substansi
yang kaya akan lipid yang berperan sebagai sawar kedap air,
yang merupakan salah satu fungsi kulit. Lapisan impermeabel Lapisan paling superfisial dari kulit, stratum korneum,
ini mencegah sel superfisial terbenam dalam cairan tersusun atas beberapa lapis sel gepeng berkeratin dengan
ekstraseluler yang berisi nutrien sehingga mempercepat plasmalema yang menebal. Sel ini tidak mempunyai nukleus
kematian sel tersebut. dan organel tetapi terisi dengan filamen keratin yang
terbenam dalam matriks amorf. Sel yang terletak jauh dari
permukaan kulit memperlihatkan desmosom, sedangkan sel
Stratum Lusidum
dekat dengan permukaan kulit disebut skuama, atau sel
tanduk, kehilangan desmosomnya dan menjadi
Stratum lusidum hanya terdapat pada kulit tipis. Stratum ini terdeskuamasi (terkelupas).
tidak mempunyai nuklei dan organel tetapi mengandung
eleidin.
Nonkeratinosit pada Epidermis
Selain keratinosit, epidermis mengandung 3 tipe sel lain
Lapisan sel yang tipis dan terwarnai pucat, jernih dan homogen yaitu: sel Langerhans, sel Merkel dan melanosit.
terletak tepat di atas stratum granulosum. Lapisan ini hanya
terdapat pada kulit tebal (seperti telapak tangan dan telapak
Sel Langerhans
kaki). Meskipun sel gepeng stratum lusidum tidak mempunyai
organel dan nuklei, sel mengandung filamen keratin yang Sel Langerhans ialah sel yang mempresentasikan antigen
tersusun padat yang terletak paralel terhadap permukaan kulit yang terletak di antara sel stratum spinosum.
dan eleidin, suatu produk turunan keratohialin. Sitoplasma dari
membran plasma sel mempunyai struktur menebal oleh karena Meskipun sel tersebut tersebar di seluruh epidermis yang
deposisi protein nonkeratin yang dikenal sebagai involukrin, secara normal merupakan 2%-4% dari seluruh populasi sel
yang fungsinya masih belum diketahui. epidermis, sel Langerhans, terkadang disebut sel dendritik
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 332

332 䡲 䡲 䡲 Bab 14 䡲 Integumen

karena sejumlah prosesusnya yang panjang, yang sebagian nuklir dan dalam prosesusnya, yang fungsinya belum jelas,
besar terletak pada stratum spinosum. Sel ini juga dapat ialah gambaran khas dari sel Merkel.
ditemukan dalam dermis sebagaimana juga dalam epitel Saraf sensoris bermielin melewati lamina basalis hingga
berlapis gepeng di rongga mulut, esofagus dan vagina. Namun, mendekati sel Merkel, dan membentuk kompleks sel
sel ini paling banyak terdapat pada epidermis, yakni mencapai Merkel-neurit. Kompleks ini dapat berfungsi sebagai
800 buah per mm2. mekanoreseptor. Sel ini mernperlihatkan reaktivitas imun
Jika dilihat dengan mikroskop cahaya, sel Langerhans mirip sinaptofisin, mengindikasikan bahwa sel Merkel dapat
mempunyai nukleus yang padat, sitoplasma pucat serta melepaskan substansi mirip neurokrin, sehingga memberi
prosesus panjang dan ramping yang menjulur keluar dari kesan bahwa sel memperlihatkan aktivitas yang berhubungan
badan sel ke dalam rongga interseluler diantara keratinosit. dengan sistem neuroendokrin difus.
Mikrograf elektron memperlihatkan nukleus yang polimorfik;
sitoplasma elektron lusen menampung beberapa mitokondria, Melanosit
beberapa retikulum endoplasma kasar dan tidak ada filamen
intermedia tetapi mengandung lisosom, badan multivesikuler
Melanosit, merupakan turunan dari sel krista neuralis,
dan vesikel berukuran kecil.
memproduksi pigmen melanin yang memberi warna coklat
Walaupun nukleus yang berbentuk ireguler dan ketiadaan pada kulit.
tonofilamen membedakan sel Langerhans dengan keratinosit
sekitarnya, fitur paling unik dari sel Langerhans ialah
granula Birbeck (granula vermiformis) yang terikat pada Melanosit, merupakan turunan dari krista neuralis, terletak
membran, pada sediaan bentuknya menyerupai pemukul bola diantara sel stratum basal, walaupun juga dapat terletak di
Ping Pong (panjangnya 15 hingga 50 nm dan ketebalan 4 bagian superfisial dermis (Gambar 14-6).
nm). Granula ini terbentuk dari endositosis - yang - dibantu Melanosit ialah sel berbentuk bundar hingga silindris yang
klatrin, namun fungsinya tidak diketahui. mempunyai prosesus panjang bergelombang menjulur dari
Sel Langerhans, dahulu dianggap turunan sel krista neuralis, permukaan sel dan menembus ruang interseluler stratum
spinosum (lihat Gambar 14-6). Tirosinase diproduksi oleh
sekarang diketahui berasal dari prekursor dalam sumsum
retikulum endoplasma kasar melanosit, kemudian dikemas
tulang dan merupakan bagian dari sistem fagositosis menjadi granula berbentuk oval oleh aparatus Golgi yang
mononuklir. Meskipun ia dapat bermitosis, aktivitas ini disebut dengan melanosom (meskipun melanosom orang
terbatas, sehingga ia terus menerus digantikan oleh sel berambut merah berbentuk bundar, bukan oval). Asam amino
prekursor yang meninggalkan aliran darah untuk bermigrasi ke tirosin ditranspor ke dalam melanosom, di sini tirosinase
dalam epidermis dan berdiferensiasi menjadi sel Langerhans. mengkonversinya menjadi melanin dengan serangkaian reaksi
Sel ini berperan dalam respon imun dan mempunyai Fc melalui 3,4-dihidroksifenilalanin (dopa, metildopa) dan
permukaan sel (antibodi) dan C3 (komplemen) juga reseptor dopakuinon. Enzim tirosinase diaktifkan oleh sinar ultraviolet.
lainnya, dan ia memfagositosis dan memproses antigen asing,
setelah proses demikian maka ia akan bermigrasi ke nodus
limfatikus sekitar, dimana ia mempresentasikan epitop antigen KORELASI KLINIS
asing yang diproses kepada limfosit T; maka, sel Langerhans
ialah sel yang mempresentasikan antigen (APC). Sinar ultraviolet menggelapkan/memekatkan melanin
dan mempercepat sintesis tirosinase, sehingga
meningkatkan produksi melanin. ACTH dari kelenjar
Sel Merkel hipofisis juga memengaruhi pigmentasi. Pada penyakit
Addison terdapat insufisiensi produksi kortisol oleh
Sel Merkel tersebar diantara sel stratum basal, dapat
korteks adrenal sehingga terdapat produksi ACTH
berperan sebagai mekanoreseptor.
berlebih, yang berujung kepada hiperpigmentasi.
Albinisme ialah ketiadaan produksi melanin yang
Sel Merkel, yang tersebar diantara keratinosit stratum basal disebabkan oleh defek genetik pada sintesis tirosinase.
epidermis, banyak terdapat di ujung jari, mukosaoral dan Melanosom dapat dijumpai, namun melanosit gagal
pangkal folikel rambut. Sel ini merupakan turunan krista memproduksi tirosinase.
neuralis dan biasanya ditemukan sebagai sel tunggal berjajar
paralel terhadap lamina basalis; namun ia dapat menjulurkan
prosesusnya di antara keratinosit, yang menempel satu sama Melanosom meninggalkan badan sel melanosit dan berjalan
lain melalui desmosom (Gambar 14-5). Nukleus sel Merkel hingga ke ujung prosesus melanosit. Setibanya disana, ujung
mempunyai takik yang dalam, dan terdapat tiga tipe prosesus melanosit menembus sitoplasma sel stratum spinosum
sitokeratin dalam sitoplasma yang membuat filamen dan mengeluarkan sekretnya dengan proses sekretori khusus
sitoskeletal. Granula berinti padat terletak dalam zona peri- yang disebut sekresisitokrin. Setiap prosesus melanosit ya-
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 333

Bab 14 䡲 Integumen ■ ■ ■ 333

Gambar 14-5 Elektron mikrograf sel Merkel (M) dan


akhir sarafnya (AS/NT) pada tikus dewasa. Skala = 0,5
µm. Perhatikan prosesus seperti taju (asterisk) yang
menonjol ke ruang interseluler stratum spinosum. Sel
Merkel membentuk desmosom (d) dengan sel stratum
spinosum dan berbagi lamina basal (lb/bl) dengan sel
stratum basal (Dari English KB, Wang ZZ, Stayner N,
et al: Serotonin-like immunoreactivity in Merkelis cells
and their afferent neurons in touch domes fromhairy
skin of rats. Anat Rec 232: 112-120, 1991.)

ng terpotong ujungnya memanjang dan menerima jumlah melanosit yang efektif namun karena peningkatan
makin banyak melanosom, dan siklus tersebut aktivitas tirosinase.
berulang. Sebuah melanosit berhubungan dengan Meskipun paparan yang terbatas terhadap radiasi
sejumlah keratinosit dan membentuk unit melanin ultraviolet meningkatkan ukuran dan aktivitas fungsional
epidermis. Di dalam sel pada stratum intermedia, melanosit, namun populasi selnya tetap sama. Setelah
melanosom ditranspor ke daerah supranuklir (yakni paparan yang terus menerus terhadap radiasi ultraviolet,
diantara nukleus dan daerah yang mengarah ke akan terdapat juga peningkatan populasi melanosit. Pada ras
permukaan sel) sehingga melanosom membentuk kulit hitam, melanosom berukuran besar, berjumlah banyak,
sebuah sawar pertahanan di antara nukleus dan sinar dan tersebar di seluruh sitoplasma keratinosit, sedangkan
ultraviolet matahari yang menerpa kulit. Pada pada ras Kaukasia, melanosom berukuran lebih kecil, lebih
akhirnya, pigmen melanin diserang dan didegradasi sedikit dan berkumpul di sekitar nukleus. Melanosom pada
oleh lisosom keratinosit. Proses ini berlangsung ras Kaukasia didegradasi dan dibuang lebih cepat dibanding
beberapa hari. ras kulit hitam.
Jumlah melanosit per millimeter persegi bervariasi
pada daerah yang berbeda di kulit seseorang, berkisar
antara 800 hingga 2.300. Sebagai contoh, terdapat KORELASI KLINIS
melanosit yang lebih sedikit pada bagian dalam lengan Sinar ultraviolet terbagi atas 2 tipe. Ultraviolet B
dan paha dibandingkan pada wajah. Perbedaan (UVB) ialah komponen dalam sinar matahari yang
pigmentasi kulit ini berhubungan dengan lokasi mengakibatkan kulit terbakar, sedangkan ultraviolet A
melanin, bukan total jumlah melanosit pada kulit, (UVA) bertanggung jawab dalam menggelapkan warna
yang berjumlah relatif sama pada semua ras. Sebagai kulit. Hingga saat ini, dipercaya bahwa UVA relatif
contoh, terdapat lebih banyak melanosit pada kulit aman namun nampaknya radiasi UVA menembus kulit
tangan di permukaan dorsum daripada palmar; namun, dan merusak lapisan bagian dalam, mengakibatkan
jumlahnya sangat mirip diantara berbagai ras. Sebab mutasi yang mengakibatkan progresi tumor.
dari pigmentasi yang lebih gelap ialah bukan karena
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 334

334 䡲 䡲 䡲 Bab 14 䡲 Integumen

Sinar matahari meningkatkan produski dan normal, dermis lebih tebal pada laki-laki daripada perempuan
mengubah karakteristik kimia melanin dan pada bagian dorsal daripada ventral permukaan tubuh.
Stratum
spinosum Lapisan Papilar Dermis

Lapisan superfisial dermis, lapisan papilar, berinterdigitasi


langsung dengan epidermis namun terpisah oleh membran
basal.

Lapisan papilar pada bagian superfisial dermis tidak merata


ketebalannya dan lapisan ini berinterdigitasi dengan epidermis
Terpotong Granula melanin kemudian membentuk rigi dermis (papilla) (lihat Gambar 14-2).
(tidak ada aktivitas Lapisan ini tersusun atas jaringan ikat longgar yang tipis, yakni
tirosinase) serat kolagen tipe III (serat retikuler) dan serat elastin yang
tersusun menjadi jaringan yang longgar. Fibril penambat
(anchoring fibrils), tersusun atas kolagen tipe VII, meluas dari
lamina basal ke dalam lapisan papilar, mengikat epidermis pada
Melanosom
dermis (lihat Bab 4, Gambar 4-13 dan 4-14). Lapisan papilar
Golgi mengandung fibroblas , makrofag, sel plasma, sel mast, dan sel
(tirosinase
dan melanin) lainnya yang sering berada dalam jaringan ikat.
Lapisan papilar juga mempunyai banyak lingkaran kapiler,
yang menjangkau hingga pertemuan epidermis-dermis. Kapiler
ini mengatur temperatur tubuh dan menutrisi sel epidermis yang
avaskular. Pada beberapa papila dermis, terdapat badan
Meissner yang bersimpai, mekanoreseptor yang bertugas
merespons perubahan ringan pada epidermis. Reseptor ini paling
Melanosit banyak terdapat pada daerah kulit yang sensitif terhadap
Tirosinase Sel stratum stimulasi taktil (seperti bibir, genitalia eksterna, dan puting).
disintesis dalam basal
REK/RER
Mekanoreseptor bersimpai lainnya yang terdapat pada lapisan
papilar ialah badan Krause. Walaupun reseptor ini pada
Gambar 14-6 Melanosit dan fungsinya. RER, (retikulum mulanya dianggap sebagai penerima rangsang dingin, namun
endpolasma kasar). sekarang fungsinya belum diketahui.

Lapisan Retikular Dermis

Dermis (Korium) Lapisan retikular dermis juga mengandung struktur yang


merupakan turunan epidermis seperti, kelenjar keringat,
Dermis, lapisan kulit di bawah epidermis, berasal dari folikel rambut dan kelenjar sebasea.
mesoderm dan tersusun atas lapisan papilar yang longgar
dan lapisan retikular yang lebih dalam dan padat. Pertemuan antara lapisan papilar dan retikular dermis tidak
dapat dikenali karena kedua lapisan saling bersambung satu
Daerah pada kulit yang terletak di bawah epidermis, disebut sama lain. Secara khusus, lapisan retikular tersusun atas
dengan dermis, berasal dari mesoderm dan terbagi atas dua jaringan ikat padat kolagen yang tersusun tidak teratur,
lapisan: lapisan papilar yang terletak superfisial dan tersusun memperlihatkan serat kolagen tipe I, yang tersusun padat ke
longgar, dan lapisan retikular yang terletak lebih dalam dan dalam berkas besar dan berjalan paralel terhadap permukaan
tersusun lebih padat. Dermis tersusun atas jaringan ikat padat kulit. Jaringan serat elastin tebal diselingi dengan serat
kolagen yang tersusun tidak teratur sebagian besar kolagen, tampak banyak di sekitar kelenjar sebasea dan
mengandung serat kolagen tipe I dan rangkaian serat elastin, keringat. Proteoglikans yang kaya akan dermatan sulfat,
yang menyokong epidermis dan mengikat kulit dengan mengisi sela-sela lapisan retikular. Sel di lapisan ini lebih
hipodermis di bawahnya (fasia superfisialis). Ketebalan jarang dibanding pada lapisan papilar. Sel-sel tersebut ialah
dermis berkisar antara 0,6 mm pada kelopak mata hingga fibroblas, sel mast, limfosit, makrofag dan sel lemak yang
sekitar 3 mm pada bagian telapak tangan dan telapak kaki. seringkali ditemukan pada bagian dalam lapisan retikular.
Namun, tidak terdapat batas tegas antara dermis dengan Kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan folikel
hipodermis yang berada tepat di bawahnya. Pada keadaan rambut yang berasal dari epidermis, memasuki dermis dan
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 335

Bab 14 䡲 Integumen ■ ■ ■ 335

hipodermis semasa embriogenesis, dan menetap secara Pertemuan Epidermis-Dermis


permanen (lihat Gambar 14-1). Kelompokan serat otot polos
terletak di daerah bagian dalam dari lapisan retikular pada Interdigitasi dari rigi epidermis dengan rigi dermis dikenal
daerah tertentu seperti kulit penis dan skrotum serta areola di sebagai aparatus rete.
sekitar puting; kontraksi kelompokan otot tersebut mengerutkan
kulit daerah tersebut. Serat otot polos lainnya, disebut
muskulus arektor pili, berinsersi pada folikel rambut; Interdigitasi lapisan epidermis dengan lapisan dermis terlihat
kontraksi otot ini menegakkan rambut saat tubuh kedinginan jelas pada permukaan kulit, khususnya pada telapak tangan
atau mendadak terpapar lingkungan yang bersuhu rendah, dan kaki, yang diwakili oleh bentuk pusaran (whorl), busur
sehingga mengakibatkan 'bulu kuduk berdiri' pada kulit. Sebagai (arch), dan lingkaran (loop) yang disebut dermatoglifi atau
tambahan, sekelompok grup otot rangka khusus terdapat pada sidik jari. Oleh karena interdigitasi ini tidak mudah terlihat dari
wajah, leher bagian anterior, dan kulit kepala (otot ekspresi potongan histologi yang bersifat 2 dimensi, asam
wajah) berorigo di fasia superfisial dan berinsersi ke dalam etilendiamintetraasetat (EDTA) dapat digunakan untuk kelasi
dermis. ion kalsium (Ca2+) pada desmosom, sehingga mengakibatkan
disosiasi epidermis dari dermis. Setelah epidermis dan dermis
Setidaknya terdapat 2 tipe mekanoreseptor berkapsul yang
terpisah, permukaan 3 dimensi lapisan papilar dermis dapat
terletak dalam bagian dalam dermis: (1) badan Pacini, yang
diperiksa dengan pemindaian mikroskop elektron.
merespons terhadap tekanan dan getaran, dan (2) badan
Ruffini, yang merespons terhadap regangan. Mekanoreseptor Lapisan papilar memperlihatkan rigi dermis primer
yang terakhir paling banyak terdapat di dalam dermis telapak paralel pada permukaannya yang dipisahkan oleh alur
kaki. primer, yang merupakan proyeksi dari epidermis (lihat

KORELASI KLINIS
Bintik- bintik (freckles) ialah bintik hiperpigmentasi yang biasanya disebabkan oleh paparan radiasi ultraviolet.
terdapat pada daerah kulit yang terpapar sinar matahari, Meskipun karsinoma sel basal jarang bermetastasis,
khususnya pada orang kulit putih yang dapat terbakar sinar keganasan ini merusak jaringan setempat. Dari beberapa
matahari dengan mudah. Freckles biasanya terlihat pada usia tipe lesi yang terjadi, yang paling sering ialah jenis
3 tahun dan merupakan hasil peningkatan produksi melanin nodular, ditandai dengan papul atau nodul dengan bagian
dan akumulasi pada daerah basal epidermis tanpa tengah seperti 'kawah' yang terdesak ke dalam
peningkatan jumlah melanosit. Freckles cenderung kemudian mengalami ulserasi dan mengkrusta. Lesi ini
berkurang saat musim dingin dan bertambah gelap bila paling sering terdapat pada wajah, khususnya hidung.
terpapar sinar ultraviolet. Pembedahan adalah tatalaksana paling lazim dilakukan,
Psoriasis ialah penyakit yang ditandai dengan lesi tidak dan hingga 90% pasien sembuh tanpa ada sekuele.
merata yang disebabkan oleh proliferasi keratinosit yang lebih Karsinoma sel skuamosa (gepeng), ialah keganasan
masif pada stratum basal dan stratum spinosum dan siklus sel kedua yang sering terjadi, mengenai keratinosit epidermis.
yang terakselerasi (pergantian meningkat hingga 7 kali lipat), Keganasan ini bersifat invasif pada jaringan setempat dan
mengakibatkan akumulasi keratinosit dan stratum korneum. dapat bermetastasis. Keganasan ini ditandai dengan plak
Lesi ini sering terdapat pada kulit kepala, siku dan lutut, hiperkeratosis bersisik atau nodul yang seringkali berdarah
namun dapat pula terjadi pada bagian tubuh mana saja. Pada atau ulserasi. Keganasan ini menginvasi hingga ke dalam,
beberapa kasus, kuku juga dapat terlibat. Psoriasis ialah mengakibatkan fiksasi ke jaringan di bawahnya. Beberapa
kondisi kronis yang dapat dikontrol tetapi tidak dapat faktor penyebab penyakit ini, termasuk radiasi ultraviolet,
disembuhkan, seita gejalanya dapat meningkat pada periode radiasi sinar X, jelaga, karsinogen kimia, dan arsenik. Lesi
tertentu dan menghilang tiba-tiba tanpa sebab. ini paling sering terjadi pada kepala dan leher.
Pembedahan biasanya merupakan tatalaksana pilihan
Kutil (warts) ialah pertumbuhan epidermis yang jinak
utama.
disebabkan oleh infeksi papilomavirus pada keratinosit.
Hiperplasia epidermis menyebabkan epidermis menebal Melanoma malignum, keganasan kulit yang paling
dengan sisik. Pertumbuhan dermis ke dalam membuat sering terjadi pada orang kulit putih dan insidensinya makin
kapiler mendekat ke permukaan. Kutil sering terdapat pada meningkat. Biasanya berhubungan dengan paparan yang
anak-anak, dewasa muda, dan pasien dengan keadaan berlebihan terhadap sinar matahari. Melanoma maligna
imunosupresi. bersifat sangat invasif karena sel ganas berasal dari melanosit
yang berubah; melanost menembus hingga dermis dan
Karsinoma sel basal, ialah keganasan yang paling memasuki pembuluh limf dan darah sehingga terdistribusi luas
sering terjadi, timbul pada sel stratum basal epidermis dan ke seluruh tubuh.
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 336

336 䡲 䡲 䡲 Bab 14 䡲 Intagumen

Gambar 14-2). Pada bagian pusat dari tiap rigi dermis


primer terdapat alur sekunder, yang menerima invaginasi
epidermis yang dikenal sebagai tiang interpapilar
(interpapillary peg). Pada sepanjang rigi dan rigi lainnya yang
berdekatan, terdapat deretan papila dermis beratap bundar
yang terproyeksi ke dalam konkavitas epidermis, sehingga
mengunci pertemuan epidermis dan dermis. Pertemuan
d
epidermis-dermis pada kulit tipis tidak terlalu kompleks,
karena kekurangan rigi dan alur yang dalam dan merata.

Histofisiologi Kulit
Protein struktural yang diproduksi oleh keratinosit ialah
keratin, yang membentuk filamen berukuran 10 nm di dalam L
sitoplasma keratinosit. Sekitar 10 jenis keratin telah
teridentifikasi, dan 4 daripadanya berada dalam epidermis.
Sel stratum basal mensintesis 2 dari 4 keratin, sedangkan sel dari
stratum spinosum mensintesis 2 jenis lainnya, yang cenderung
membentuk berkas filamen yang lebih kasar. Sel stratum spinosum
juga memproduksi dan menyimpan protein involukrin dalam
sitoplasma plasmalema. Terlebih lagi, sel stratum spinosum juga
membentuk granula berselubung membran, yang akan
melepaskan kandungan kaya lemak ke dalam ruang interseluler,
membentuk sawar yang permeabel.
Proses pembentukan keratin terhenti sat keratinosit S
memasuki stratum granulosum. Sel pada lapisan ini
memproduksi filagrin, sebuah protein yang dianggap
S
membantu merangkai filamen keratin menjadi berkas padat
yang kaku. Saat keratinosit mencapai stratum ini, ia menjadi
permeabel terhadap ion kalsium yang membantu dalam Gambar 14-7 Mikrograf cahaya kelenjar keringat memperlihatkan
interaksi silang involukrin dengan protein lainnya, sehingga unit sekretori (S) dan duktus (d), beberapa mengandung lumen (L)
membentuk lapisan yang kuat di bawah plasmalemma. Seiring (xl32).
dengan keratinosit bergerak dari stratum granulosum memasuki
stratum lusidum, enzim-enzim yang dikeluarkan dari lisosom
mencerna organel dan nucleus. Saat sel akhirnya memasuki
stratum korneum, sel menjadi cangkang mati dan bebas organel Kelenjar keringat ekrin mempunyai diameter 0,4 mm dan
yang kuat serta terisi oleh berkas filamen keratin. terletak dalam kulit pada hampir seluruh bagian tubuh.
Epidermal growth factor (EGF) dan interleukin (IL-la) Terhitung sekitar 3-4 juta buah, kelenjar ini berperan penting
memengaruhi perturnbuhan dan perkembangan keratinosit, dalam proses termoregulasi. Kelenjar keringat ekrin
setidaknya pada kultur jaringan. Sebaliknya, transforming berkembang dari invaginasi epitel pada rigi dermis ke dalam
growth factor (TGF) menekan proliferasi dan diferensiasi dermis, bagian terdalamnya menjadi bagian yang
keratinosit. mensekresikan keringat pada kelenjar tersebut. Kelenjar ini
yang mulai berfungsi segera setelah lahir, mengekskresikan
Kelenjar pada Kulit keringat dan dapat mensekresikan sekitar 10L keringat per hari
di dalam kondisi ekstrim seperti pada orang dengan aktivitas
Kelenjar pada kulit terrnasuk kelenjar ekrin, kelenjar keringat tinggi seperti pada orang yang sedang berolahraga berat.
apokrin, kelenjar sebasea dan kelenjar mammae (kelenjar Kelenjar keringat ekrin ialah kelenjar tubuler bergelung
keringat yang termodifikasi dan sangat terspesialisasi ). Kelenjar sederhana (simple coiled tubular gland) terletak di dalam
mammae dijelaskan dalam Bab 20. dermis atau hipodermis (Gambar 14-7 dan 14-8). Terdapat
struktur yang menyalurkan keringat dari bagian sekretori dari
Kelenjar Keringat Ekrin tiap kelenjar, yakni duktus yang berbentuk bergelung dan
ramping, melewati dermis dan epidermis hingga ke permukaan
Kelenjar keringat ekrin banyak terdapat di dalam kulit.
kulit yang terbuka yang disebut pori keringat. Kelenjar
Kelenjar ini melepaskan produk sekretorinya yakni keringat
keringat ekrin mempunyai metode merokrin dalam melepaskan
melalui metode sekresi merokrin.
produk sekretorinya. Kelenjar ekrin dipersarafi oleh serat
postganglion dari sistem persarafan simpatis.
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 337

Bab 14 䡲 Integumen ■ ■ ■ 337

Sel kelenjar
sebasea (tahap
akhir)

Sel kelenjar sebasea


(tahap awal)

Sel mioepitel Duktus ekskretori

Kelenjar sebasea

Sel gelap

Kelenjar
Sel terang keringat ekrin

Gambar 14-8 Kelenjar keringat ekrin dan kelenjar sebasea beserta sel-sel penyusunnya.

Unit Sekretori kompleks Golgi yang berkembang baik. Granula sekretori


Bagian sekretori kelenjar mempunyai epitel selapis kuboid mengandung glikoprotein yang cukup padat terletak dalam
hingga silindris rendah yang tersusun atas sel gelap dan sel sitoplasma apikal dari sel gelap, dan sekresi yang dilepaskan
terang; namun, beberapa peneliti menganggap bagian sekretori oleh sel tersebut bersifat mukus.
mempunyai jenis epitel bertingkat.
SEL TERANG
SEL GELAP (SEL MUKOSA)
Sel terang tidak mempunyai granula sekretori; sel tersebut
Sel gelap melapisi lumen unit sekretori dan mensekresikan mengeluarkan sekret yang bersifat cair.
substansi kaya mukus.
Sel terang mempunyai daerah apikal sempit dan dasar lebar
Sel gelap menyerupai kerucut terbalik, dengan bagian yang yang menjangkau hingga lamina basalis. Tidak seperti sel
lebar melapisi lumen. Bagian sempit, yang jarang mencapai gelap, sel terang tidak mempunyai granula sekretori tetapi
lamina basalis, menyesuaikan diri diantara sel terang yang menyimpan akumulasi glikogen; organelnya mirip sel gelap,
berdekatan. Mikrograf elektron memperlihatkan beberapa RER, namun sel terang mempunyai sedikit RER. Sel terang
sejumlah ribosom bebas, mitokondria yang memanjang, dan mempunyai dasar yang berlipat, mirip dengan tipe sel lainnya
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 338

338 䡲 䡲 䡲 Bab 14 䡲 Integumen

yang terlibat dalam transpor transepitel. Sel terang Kelenjar keringat apokrin termodinkasi merupakan penyusun
mempunyai akses terbatas ke lumen kelenjar karena sel gelap kelenjar serumen (lilin) pada saluran auditori eksterna dan
yang menghalanginya; maka sekresinya yang bersifat cair kelenjar Moll pada kelopak mata. Kelenjar keringat apokrin
memasuki kanalikuli interseluler yang terdapat di sela-sela berukuran lebih besar daripada kelenjar keringat ekrin , dapat
sel terang, yang kemudian bercampur dengan sekresi mukus hingga berdiameter 3 mm. Kelenjar ini terbenam di bagian
sel gelap. dalam dermis dan hipodermis. Tidak seperti duktus kelenjar
keringat ekrin, yang bermuara ke permukaan kulit, duktus
SEL MIOEPITEL kelenjar keringat apokrin bermuara ke dalam saluran folikel
rambut tepat pada bagian atas muara duktus kelenjar sebasea.
Sel mioepitel yang mengelilingi bagian sekretori kelenjar
Sel sekretori kelenjar apokrin berjenis selapis kuboid
mengandung aktin dan miosin, yang mengakibatkan sel ini hingga silindris rendah. Saat lumen kelenjar terisi dengan
dapat berkontraksi. produk sekretori, sel ini dapat menjadi gepeng. Lumen
kelenjar ini lebih besar daripada kelenjar ekrin , dan sel
sekretori mengandung granula yang terisolasi dari membran
Sel mioepitel mengelilingi bagian sekretori dari kelenjar apikal oleh terminal web. Produk sekretori yang kental dari
keringat ekrin terbungkus oleh lamina basalis dari sel kelenjar apokrin tidak mempunyai bau saat disekresikan,
sekretori. Sitoplasma sel mioepitel mempunyai filamen namun saat dimetabolisme oleh bakteri, kelenjar mempunyai
miosin dan filamen aktin yang terwarnai asidofilik, sehingga bau yang khas. Sel mioepitel mengelilingi bagian sekretori
sel mioepitel mempunyai kemampuan berkontraksi. Kontraksi kelenjar keringat apokrin dan membantu mengeluarkan produk
sel mioepitel membantu dalam mengeluarkan cairan dari sekretori ke dalam duktus kelenjar.
kelenjar.
Kelenjar keringat apokrin berasal dari epitel folikel rambut
sebagai tunas epitel yang kemudian berkembang menjadi
Duktus kelenjar. Sekresi oleh kelenjar apokrin berada di bawah
pengaruh hormon dan tidak dimulai sebelum pubertas.
Duktus kelenjar keringat ekrin tersusun atas sel basal dan Persarafannya berasal dari serat postganglion sistem persarafan
luminal, merupakan duktus yang sangat bergelung. Duktus simpatik. Karena kemiripan lokasi, struktur histologis, dan bau
ini berjalan melewati dermis dan epidermis hingga sampai yang kemungkinan besar karena metabolisme bakteri terhadap
ke permukaan kulit. 3-metil-1,2-asam heksanoat (asam volatil mirip dengan sinyal
feromon), diperkirakan bahwa kelenjar keringat apokrin
Duktus kelenjar keringat ekrin bersifat kontinyu dengan unit berkembang dari kelenjar yang mensekresikan atraktan (daya
sekretori pada bagian dasarnya namun menyempit pada saat tarik) seksual pada hewan. Kelenjar keringat apokrin pada
berjalan melewati dermis untuk sampai ke permukaan wanita melalui perubahan siklus yang tampaknya berhubungan
epidermis. Duktus ini tersusun atas epitel berlapis kuboid (2 dengan siklus menstruasi, yakni sel sekretori dan luminal
lapis) (lihat Gambar 14-7 dan 14-8). Sel lapisan basal berinti membesar sebelum periode premenstruasi dan menghilang saat
besar, heterokromatik dan banyak mitokondria. Sel pada menstruasi.
lapisan luminal berinti yang berbentuk ireguler, sedikit Istilah apokrin diberikan kepada kelenjar keringat khusus ini
sitoplasma, hanya beberapa organel, dan sebuah terminal web yang berarti bahwa sekresi kelenjar ini mengandung sebagian
tepat di bawah membran plasma apikal. dari sitoplasma sel pensekresi. Walaupun beberapa peneliti
Duktus berjalan mengulir saat melewati dermis. Saat menganggap bahwa sel ini melepaskan sekresinya melalui
duktus mencapai epidermis, keratinosit menyelubungi duktus metode apokrin, sebagian besar peneliti melaporkan bahwa,
dalam perjalanannya ke pori keringat. Cairan yang meskipun namanya demikian, kelenjar keringat apokrin
disekresikan oleh bagian sekretori kelenjar mirip dengan melepaskan produk sekretorinya melalui metode sekresi
plasma darah dari segi keseimbangan elektrolit, termasuk merokrin.
potasim dan sodium klorida juga amonia dan urea. Namun
sebagian besar ion kalium, natrium dan klorida direabsorbsi Kelenjar Sebasea
kembali oleh sel duktus saat berada di dalam lumen. Sel
duktus mengekskresikan ion , urea, asam laktat dan beberapa Kelenjar sebasea mensekresikan substansi minyak yang dikenal
jenis obat ke dalam lumen. sebagai sebum, yang berfungsi mempertahankan kekenyalan
kulit.
Kelenjar Keringat Apokrin
Kelenjar sebasea dapat ditemukan di seluruh bagian tubuh, pada
Kelenjar keringat apokrin ditemukan hanya pada aksila, dermis dan hipodermis, kecuali telapak tangan, telapak kaki ,
areola puting, dan bagian anal. Kelenjar ini dapat mewakili dan sisi kaki yang terletak di bawah garis rambut. Kelenjar ini
kelenjar bau vestigial (vestigial scent gland). paling banyak terdapat di wajah, kulit kepala, dan kening.
Produk sekretori kelenjar sebasea, sebum, bahan seperti lilin,
Kelenjar keringat apokrin hanya ditemukan pada lokasi campuran berminyak kolesterol, trigliserida, dan debris
tertentu: aksila (ketiak), areola puting, dan daerah anal. sekretori seluler. Sebum berperan mempertahankan tekstur kulit
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 339

Bab 14 䡲 Integumen ■ ■ ■ 339

dan fleksibilitas rambut. rasi. Sel yang terwarnai pucat ini memperlihatkan
Sama halnya seperti kelenjar keringat apokrin, kelenjar sitoplasma, nuklei piknotik yang terwarnai gelap,
sebasea merupakan pelengkap tambahan folikel rambut. Duktus plasmalemma yang ruptur, dan droplet lipid yang menyatu.
kelenjar sebasea bermuara ke dalam sepertiga bagian atas Sintesis lipid berlanjut sejenak, kemudian diikuti oleh
saluran folikel, dimana kelenjar mengeluarkan produk nekrosis sel dan pelepasan lipid dan debris seluler, yang
sekretorinya untuk melapisi batang rambut dan, pada akhirnya membentuk produk sekretori (sekresi holokrin). Produk
seluruh permukaan kulit (lihat Gambar 14-8). Duktus kelenjar sekretori dilepaskan ke dalam duktus yang dilapisi oleh
sebasea pada daerah tertentu pada tubuh yang tidak mempunyai epitel berlapis gepeng yang kontinyu dengan saluran folikel
folikel rambut (seperti glans penis, areola puting, labia minora, pada folikel rambut.
dan permukaan mukosa dari preputium) bermuara langsung ke
permukaan kulit. Kelenjar sebasea dipengaruhi oleh hormon
seks dan aktivitasnya meningkat pesat setelah pubertas.
Kelenjar sebasea ialah lobulus dengan kelompokan asini yang KORELASI KLINIS
bermuara ke dalam sebuah duktus pendek. Tiap asinus tersusun
atas sel basal kecil terletak di perifer (bersandar di atas lamina Akne, penyakit yang paling sering ditemukan para
basalis), yang mengelilingi sel bulat yang lebih besar yang ahli dermatologi, ialah penyakit peradangan menahun
mengisi sisa asinus (Gambar 14-9). Sel basal mempunyai yang melibatkan kelenjar sebasea dan folikel rambut.
nukleus berbentuk bulat, retikulum endoplasma kasar dan halus, Obstruksi akibat penyumbatan sebum dan debris
glikogen dan droplet lipid. Sel ini membelah untuk membentuk keratin di dalam folikel rambut ialah salah satu
sel basal lebih banyak dan sel bulat yang lebih besar. Sel yang penyebab lesi akne. Bakteri anaerob dekat tempat
lebih besar mempunyai retikulum endoplasma halus yang obstruksi ini dapat pula berperan dalam menyebabkan
banyak dan sitoplasma terisi dengan droplet lipid. Bagian akne, walaupun peran bakteri ini tidak jelas. Namun,
tengah dari asinus terisi oleh sel dalam berbagai tahapan degene- efektivitas pengobatan antibiotik untuk akne
mendukung anggapan keterlibatan bakteri dalam
patogenesis akne. Penyakit ini paling parah terjadi
pada anak lelaki, dengan onset umumnya pada usia
9-11 tahun, saat peningkatan kadar hormon seks
meningkat mulai menstimulasi kelenjar sebasea. Akne
biasanya mereda pada akhir masa remaja, namun juga
dapat bertahan hingga dekade keempat kehidupan.
Bahkan pada beberapa orang, akne tidak timbul
sebelum masa dewasa.
AP

Rambut

Rambut ialah struktur filamen berkeratin yang timbul dari


permukaan epidermis kulit (lihat Gambar 14-1). Rambut
tumbuh pada sebagian besar tubuh kecuali pada daerah
merah bibir, telapak tangan dan sisinya, telapak kaki dan
N sisinya, dorsum dari falang distal jari dan jempol, glans
penis, glans klitoris, labia minora, dan bagian vestibuler dari
labia mayora.
Terdapat dua tipe rambut pada tubuh manusia. Rambut
yang halus, pendek dan pucat (seperti yang menutupi kelopak
mata) disebut rambut velus; rambut yang keras, besar,
kasar, panjang dan gelap (seperti pada kulit kepala dan alis)
SG disebut rambut terminal. Sebagai tambahan, rambut yang
sangat halus pada fetus disebut lanugo.

Jumlah rambut pada manusia pada dasarnya sama


Gambar 14-9 Mikrograf cahaya memperlihatkan kelenjar sebasea dengan pada primata lainnya, namun sebagian besar rambut
manusia (SC) dan inti (N) sel tersebut (x l32), AP, muskulus arektor manusia merupakan tipe velus, sedangkan rambut terminal
pili. mendominasi pada primata lainnya. Rambut manusia tidak
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 340

340 䡲 䡲 䡲 Bab 14 䡲 Integumen

menyimpan panas seperti pada bulu dari hewan. Sebaliknya, yakni akar rambut, bertakik dan cekungannya menyesuaikan
rambut manusia mempunyai sensasi taktil, sehingga apabila bentuk papila dermis yang menempati daerah tersebut. Aka
ada stimulus yang mengenai rambut dialirkan menuruni rambut dan papila dermis disebut sebagai bulbus rambut
batang rambut ke dalam saraf sensoris yang mengelilingi (bulbus pili). Papila dermis mengandung kapiler yang kaya
folikel rambut. suplai nutrien dan oksigen untuk sel folikel rambut. Papila
Pertumbuhan rambut optimal dari usia 16-46 tahun; dermis juga berperan dalam mengontrol aktivitas fisiologis dari
setelah usia 50, pertumbuhan rambut mulai berhenti. Saat folikel rambut.
kehamilan, pertumbuhan rambut berjalan normal; setelah Kumpulan sel yang menyusun akar rambut disebut
partus, siklus pertumbuhan rambut mereda dan kerontokan matriks. Proliferasi sel matriks berperan dalam pertumbuhan
rambut meningkat sementara. rarnbut; maka matriks rambut homolog dengan stratum basal
epidermis. Lapisan luar epitel folikel membentuk sarung
Folikel Rambut akar rambut luar (SARL), yang tersusun atas selapis sel
pada bulbus rambut dan beberapa lapis sel yang dekat dengan
permukaan kulit (Gambar 14-12).
Folikel rambut berkembang mulai dari epidermis dan kemudian SARL mengelilingi beberapa lapis sel yang diturunkan dari
memasuki dermis dan hipodermis. epidermis, yakni sarung akar rambut dalam (SARD),
yang terdiri atas 3 komponen: (1) sederet sel kuboid pada
Folikel rambut, organ yang merupakan tempat asal rambut, bagian luar, lapisan Henle, yang bertemu dengan lapisan
berasal dari invaginasi epidermis yang masuk hingga dermis, terdalam sel dari sarung akar rambut luar; (2) Satu atau dua
hipodermis atau keduanya. Folikel rambut dikelilingi oleh lapis sel gepeng membentuk lapisan Huxley; dan (3)
kumpulan jaringan ikat padat dari dermis (Gambar 14-10). kutikula SARD, dibentuk oleh sel berbentuk sisik yang
Membrana basalis yang menebal, membran kemaca (glassy berselisip dengan ujung bebas menonjol ke arah dasar folikel
membrane), memisahkan dermis dari epitel folikel rambut rambut. SARD berakhir di tempat duktus kelenjar sebasea
(Gambar 14-11). Akhiran yang melebar dari folikel rambut, menempel pada folikel rambut (lihat Gambar 14-12).

HR
E

C I
P

Gambar 14-10 Mikrograf cahaya potongan memanjang folikel rambut Gambar 14-11 Mikrograf cahaya folikel rambut dalam potongan
dengan akar rambut (HR) dan papila (P) (xl32). Daerah gelap (panah) melintang (x l32). Perhatikan sarung akar rambut luar (E), sarung akar
adalah pigmen. rambut dalam (I), dan korteks (C).
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 341

Bab 14 䡲 Integumen ■ ■ ■ 341

Medula
Korteks Rambut
Kutikula

Kutikula
Lapisan Huxley Sarung akar
Lapisan Henle rambut dalam

External root
sheath

Glassy membrane

Folikel rambut

Gambar 14-12 Folikel rambut.

Batang rambut merupakan filamen panjang dan ramping yang granula keratohialin (mirip granula keratohialin pada
menembus hingga ke permukaan epidermis (Gambar 14-13). epidermis) yang banyak. Granula tersebut kemudian
Terdiri atas 3 daerah: medulla, korteks, dan kutikula rambut. menyatu, membentuk substansi amorf yang dibenami oleh
Seiring sel matriks di dalam akar rambut berproliferasi dan filamen keratin. Tersebar diantara sel pada matriks yang
berdiferensiasi, sel tersebut bergerak ke permukaan kulit, akhirnya terdekat ke papila dermis ialah melanosit berukuran besar,
berkembang menjadi batang rambut. Sel bagian tengah matriks dengan prosesus dendritik panjang yang mentransfer
terletak paling dekat ke papila dermis di bawahnya dan paling melanosom ke sel dari korteks. Melanosom menetap dalam
terpengaruh olehnya; maka sel yang terletak perifer dari bagian sel tersebut untuk mewarnai rambut berdasarkan jumlah
tengah matriks secara progresif kurang dipengaruhi oleh papila melanin yang ada. Seiring waktu, melanosit secara perlahan
dermis. Perbedaan lapisan dari folikel merupakan perkembangan kehilangan kemampuan untuk memproduksi tirosinase,
dari matriks yang berbeda yakni sebagai berikut: yang esensial untuk produksi melanin, dan kemudian rambut
䡲 Sel matriks paling tengah merupakan asal dari sel berubah warna menjadi abu-abu.
bervakuola besar yang membentuk inti batang rambut
(medula). Lapisa ini hanya ada pada rambut tebal. Muskulus Arektor Pili
䡲 Sel matriks yang terletak sedikit perifer dari tengah
menjadi korteks dari batang rambut. Muskulus arektor pili ialah sel otot polos yang menjangkau
䡲 Sel matriks yang lebih perifer menjadi kutikula mulai dari bagian bagian tengah dari folikel rambut hingga
rambut. lapisan papilar dermis.
䡲 Sel matriks paling perifer berkembang menjadi sel
dari SARD. Muskulus arektor pili merupakan otot yang menempel
pada sarung jaringan ikat yang mengelilingi folikel
Seiring sel korteks terdesak ke arah permukaan, sel rambut dan ke dalam lapisan papilar dermis (lihat
mensintesis filamen keratin dan granula keratohialin (mirip Gambar 14-1). Otot polos ini menempel tepat pada ba-
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 342

342 䡲 䡲 䡲 Bab 14 䡲 Integumen

Gambar 14-13 Mikrograf elektron kulit kepala monyet


memperlihatkan tiga batang rambut dan kelenjar
sebaseanya, dikelilingi oleh jaringan ikat padat kolagen
yang iregular (x235). (Dali Leeson TS, Leeson, CR, and
Paparo AA: Text/Atlas of Histology . Philadelphia, WB
Saunders, 1998.)

gian atas dari pertengahan folikel rambut dengan sudut oblik. sekitar 4 bulan, sedangkan rambut kulit kepala dapat tetap
Kontraksi otot menurunkan kulit pada bagian atas insersi dari berada pada fase anagen selama 6 tahun dan fase telogen 4
otot dan menegakkan batang rambut dan kulit di sekitar bulan.
batang rambut, sehingga membentuk "bulu kuduk" yang kecil
pada permukaan kulit. Hal ini mudah diamati saat seseorang Folikel rambut pada daerah tertentu pada tubuh berespon
kedinginan atau mendadak ketakutan. terhadap hormon seks laki-laki. Maka saat pubertas laki-laki
mulai mempunyai lebih banyak rambut terminal berpigmen
Histofisiologi Rambut gelap pada daerah dagu, pipi dan bibir atas. Walaupun
perempuan mempunyai jumlah folikel rambut yang sama pada
Rambut tumbuh rata-rata sekitar 1 cm/bulan, namun daerah ini, rambutnya tetap berjenis velus yang halus dan
pertumbuhannya tidak kontinyu. Siklus pertumbuhan rambut pucat. Namun pada laki-laki dan perempuan saat pubertas,
terdiri atas 3 fase : (1) periode pertumbuhan, yakni fase rambut terminal yang kasar dan berpigmen gelap mulai
anagen; (2) periode involusi yang singkat, fase katagen; dan tumbuh di aksila dan daerah pubis.
(3) fase istirahat, yakni fase telogen, ditandai dengan rambut
yang matur dan menua akan dilepaskan (rontok atau tertarik Proses keratinisasi pada rambut dan kulit, walaupun
keluar). Rambut yang rontok dengan cara ini disebut club hair mempunyai kemiripan, berbeda dalam beberapa hal. Lapisan
karena akar yang berbentuk pemukul bola golf (club) sel superfisial epidermis kulit membentuk keratin lunak,
dipertahankan. Segera setelahnya, rambut baru dibentuk oleh terdiri atas filamen keratin terbenam dalam filagrin; sel yang
folikel rambut dan siklus pertumbuhan rambut mulai kembali. berkeratin terkelupas terus menerus. Sebaliknya, keratinisasi
Masa siklus pertumbuhan rambut bervariasi pada berbagai pada rambut membentuk keratin keras, terdiri atas filamen
daerah di tubuh. Sebagai contoh, rentang hidup rambut aksila keratin terbenam dalam trikohialin, tetapi sel berkeratin tidak
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 343

Bab 14 䡲 Integumen ■ ■ ■ 343

Gambar 14-14 Mikrograf elektron rambut pada


kulit kepala monyet (xl.115). (Dari Leeson TS,
Leeson CR, Paparo AA: Text/Atlas of
Histology . Philadelphia, WB Saunders, 1988.)

mengelupas; melainkan terakumulasi menjadi padat


dan keras. Dermis
Pengaturan sel yang menyusun kutikula rambut dan kutikula Akar kuku
sarung akar rambut dalam yakni tepi bebas sel tersebut saling
berselisip sehingga batang rambut sulit dicabut keluar dari Lunula
folikel rambut (Gambar 14-14).
Kutikula
Badan kuku
Kuku

Kuku merupakan sel epitel berkeratin tersusun dalam lempeng


berkeratin keras.

Kuku, terletak pada falang distal pada tiap jari, tersusun atas
lempeng sel epitel yang sangat padat dan berkeratin tinggi yang Kapilar
membentuk lempeng kuku, terletak di atas epidermis yang
dikenal sebagai bantalan kuku (Gambar 14-15 dan 14-16). Rigi
Kuku berkembang dari sel matriks kuku yang berproliferasi epidermal
dan menjadi terkeratinisasi. Matriks kuku, yakni sebuah daerah
pada akar kuku, terletak di bawah lipatan kuku proksimal. Papila dermis
Stratum korneum dari lipatan kuku proksimal membentuk
eponikium (kutikula), yang menjangkau dari ujung proksimal Gambar 14-15 Struktur kuku ibu jari.
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 344

344 䡲 䡲 䡲 Bab 14 䡲 Integumen

hingga naik sekitar 0.5 sampai 1 mm. Pada sisi lateral, kulit
melipat ke bawah sebagai lipatan kuku lateral, membentuk
alur kuku lateral; epidermis berlanjut di bawah lempeng
kuku sebagai bantalan kuku dan lempeng kuku menggantikan
D posisi (dan fungsi) stratum korneum.
Bulan sabit putih yang terlihat pada ujung proksimal kuku
Hy
NB disebut lunula. Ujung distal lempeng kuku yang tidak melekat
pada bantalan kuku, akan berlanjut dengan kulit pada ujung
kuku. Di dekat pertemuan ini terdapat akumulasi stratum
korneum yang disebut hiponikium,
Kuku jar i tumbuh terus menerus pada kecepatan sekitar 0,5
mm/minggu; kuku jempol tumbuh lebih lambat. Kuku jali
yang tembus pandang memberikan pertanda yang cepat akan
kesehatan seseorang; warna merah muda menandakan suplai
darah yang cukup teroksigenasi.

Gambar 14-16 Mikrograf cahaya potongan memanjang kuku jari


(xl4). Perhatikan dermis (D), hiponikium (Hy). dan bantalan kuku
(NB).
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 345

15 䡲 䡲 䡲

Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan meliputi paru dan seperangkat saluran sun oleh rongga hidung, rongga mulut, nasofaring, faring,
udara yang mengarah ke lingkungan luar, berfungsi laring, trakea, bronki primer, bronki sekunder (bronki lobar),
menyediakan oksigen (O2) dan membuang karbon dioksida bronki tersier (bronki segmental), bronkiolus dan bronkiolus
(CO2) yang berasal dari sel tubuh. Fungsi tersebut dapat terminalis. Susunannya tidak hanya untuk mengangkut, tapi
dilaksanakan melalui empat kegiatan yang secara juga untuk menyaring, melembabkan dan untuk
keseluruhan dikenal sebagai respirasi (pernapasan): menghangatkan udara inspirasi sebelum mencapai bagian
respirasi di dalam paru.
䡲 Pergerakan udara keluar masuk paru (bernapas atau Tetap terbukanya saluran udara dipertahankan oleh
ventilasi) perpaduan antara tulang, tulang rawan, dan unsur serat
䡲 Pertukaran O2 yang masuk bersama udara inspirasi dengan
fibrosa pada dindingnya. Saat udara inspirasi mengalir
sepanjang saluran udara, udara akan bertemu dengan
karbon dioksida (CO2) di dalam darah (pernapasan percabangan saluran. Walaupun penampang setiap saluran
eksternal) semakin kecil, namun secara keseluruhan jumlah penampang
䡲 Mengangkut O2 dan CO2 ke dan dari akan meningkat pada setiap tingkat percabangan. Sebagai
sel (pengangkutan gas) hasilnya, kecepatan aliran udara inspirasi pada volume
䡲 Pertukaran CO2 dengan O2 di sekitar sel tertentu akan terns menurun sampai ke bagian respirasi.
(pernapasan internal)
Rongga Hidung
Dua kegiatan pertama, ventilasi dan pernapasan eksternal,
berlangsung di dalam sistem pernapasan, sedangkan Rongga hidung dibagi dua menjadi rongga kiri dan kanan
pengangkutan gas terjadi melalui sistem sirkulasi dan oleh sekat hidung yang terbentuk dari tulang dan tulang
pernapasan internal berlangsung di seluruh jaringan tubuh. rawan. Setiap bagian rongga hidung di tepi lateral dibatasi
Sistem pernapasan dibagi menjadi dua bagian utama oleh dinding yang tersusun dari tulang dan tulang rawan
yaitu bagian penghantar (konduksi) dan bagian pernapasan hidung, berhubungan keluar pada bagian anterior melalui
(respirasi) (Tabel 15-1). Bagian penghantar (konduksi) nares (lubang hidung) dan berhubungan dengan nasofaring
terletak baik di luar maupun dalam paru, mengangkut udara melalui koana. Pada bagian lateral dinding hidung terdapat
dari lingkungan luar ke dalam paru. Sedangkan bagian tiga tonjolan tulang yang tipis, melengkung seperti rak
pernapasan (respirasi) terdapat di dalam paru, berfungsi bertingkat, satu di atas lainnya, dikenal sebagai konka
dalam proses pertukaran O2 dengan CO2 (pernapasan nasalis superior, medius dan inferior.
eksternal).
Bagian Anterior
BAGIAN KONDUKSI (PENGHANTAR) Rongga Hidung
SISTEM PERNAPASAN
Bagian anterior rongga hidung, di sekitar lubang hidung
Bagian konduksi sistem pernapasan mengangkut udara (nares), melebar dan dikenal sebagai vestibulum.
ke dan dari bagian respirasi sistem pernapasan.
Daerah ini dilapisi oleh kulit yang tipis dan
mengandung rambut kasar yaitu vibrisae yang akan
Bagian konduksi sistem pernapasan mencakup saluran menyaring partikel debu yang kasar yang masuk ke
napas yang terdapat di luar sampai di dalam paru, disu- dalam rongga hidung. Lapisan dermis di bagian vesti-
345
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 346

346 䡲 䡲 䡲 Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan

TABEL 15-1 Pembagian dan Karakteristik Gambaran Sistem Respirasi

Daerah Pendukung Kelenjar Epitel Tipe Sel Tambahan


Divisi Konduksi Ekstrapulmonal

Vestibuli nasal Tulang rawan Sebasea dan Gepeng Epidermis Vibrisae


hialin keringat bertingkat
berkeratin
Rongga hidung: Tulang rawan Seromukosa Respirasi Basal, goblet, bersilia, Daerah mirip jaringan
respirasi hialin dan tulang sikat, serosa, SNED erektil
(DNES)

Rongga hidung: Tulang Bowman Olfaktori Olfaktori, Vesikel olfaktori


olfaktori (serosa) sustentakular, dan
basal

Nasofaring Otot rangka Seromukosa Respiratori Basal, goblet, Tonsil faring dan
bersilia, sikat, tuba eustakius
serosa, SNED

Laring Gepeng Basal, goblet, Epiglotis, pita suara,


Tulang rawan
Mukosa dan bertingkat tidak bersilia, sikat, dan lipatan vestibular
hialin dan
seromukosa berkeratin serosa, SNED
elastin
respirasi
Basal, goblet, Cincin-C dan otot
Trakea dan Tulang rawan hialin dan
Mukosa dan Respiratori bersilia, sikat, trakealis (otot polos) di
bronki jaringan ikat yang padat, serosa, SNED
seromukosa adventisia
primer ireguler, berkolagen,

Divisi Konduksi Intrapulmonal

Seromukosa Respiratori Piringan tulang rawan


Bronki sekunder Tulang rawan Basal, goblet,
hialin dan otot polos
(intrapulmonal) hialin dan bersilia, sikat,
yang melingkar
otot polos serosa, SNED
membentuk dua pita
Bronkiolus Otot polos Tak ada Sel bersilia dan sel Diameter kurang dari 1
(primer) Silindris Clara (dan terkadang mm; menyuplai udara ke
selapis sampai sel goblet di lobulus; otot polos yang
kuboid selapis bronkiolus yang lebih melingkar membentuk
besar dua pita
Bronkiolus Otot polos Tak ada
Beberapa sel bersilia
terminal Kuboid selapis Diameter kurang dari
dan banyak sel Clara
(tidal( ada sel goblet) 0,5mm; menyuplai udara
ke asinus paru; beberapa
otot polos
Divisi Respiratori
Bronkiolus Beberapa otot tak ada kuboid selapis beberapa sel Alveoli pada
Respiratorius polos & serat dan gepeng kuboid bersilia dindingnya; alveoli
kolagen selapis yang amat sel-sel Clara dan mempunyai sfingter
tipis pneumosit tipe I otot polos pada
dan II muaranya

Duktus Serat kolagen tipe III tak ada


epitel gepeng Pneumosit tipe I Tidak berdinding
alveolaris (retikular) dan otot selapis, yang dan tipe II pada sendiri; hanya terdiri
polos sfingter alveoli sangat tipis atas sederetan alveoli
alveoli
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 347

Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan ■ ■ ■ 347

TABEL 15-1 Pembagian dan Karakteristik Gambaran Sistem Respirasi - lanjutan

Daerah Pendukung Kelenjar Epitel Tipe Sel Tambahan

Sakus alveolaris Serat kolagen tipe III tak ada gepeng selapis Pneumosit tipe I Kelompokan alveoli
dan serat elastin yang sangat tipis dan II
Alveoli Serat kolagen tipe tak ada
III dan serat gepeng selapis Pneumosit tipe I berdiameter 200 µm;
elastin yang sangat tipis dan II, makrofag mempunyai alveolus

SNED, sistem neuroendokrin difus (DNES, diffuse neuroendocrine system).

bulum mengandung banyak kelenjar sebasea dan kelenjar


keringat. Lapisan dermis ditambat oleh sejumlah berkas
kolagen pada perikondrium tulang rawan hialin yang akan Ci
membentuk rangka penunjang bagi cuping hidung.
OC

Aspek Bagian Posterior BC


Rongga Hidung
LP
Kecuali pada vestibulum dan daerah olfaktori, rongga
hidung dilapisi oleh epitel torak bertingkat bersilia yang
acap kali disebut epitel respiratori (lihat selanjutnya pada
pembahasan trakea) yang dilengkapi oleh sel goblet pada
rongga hidung di bagian yang lebih posterior. Jaringan ikat
subepitel (lamina propria) mempunyai banyak pembuluh
darah, terutama pada daerah konka dan sisi anterior sekat
hidung (septum nasi), dimana terdapat pleksus arteri yang
lebar dan sinus vena. Pada lamina propria juga banyak
dijumpai kelenjar seromukosa dan kelompok unsur limfoid,
termasuk noduli limfatisi, sel mast dan sel plasma. Antibodi
dihasilkan oleh sel plasma (imunoglobulin IgA, IgE dan
IgG) yang akan melindungi mukosa hidung melawan
antigen yang terhirup seperti halnya untuk melawan
serangan mikroba. Gambar 15-1 Gambaran mikroskop cahaya mukosa olfaktori manusia
(x540). Perhatikan bahwa silia olfaktori (Si) terlihat jelas dan pada ikat
memperlihatkan kelenjar Bowman. SB, sel basal; SO, sel olfaktori; LP,
KORELASI KLINIS lamina propria.

Perdarahan hidung sering kali terjadi dari daerah


Kiesselbach, yang terdapat di bagian Atap rongga hidung, tepi superior sekat hidung, dan konka
anteroinferior sekat hidung. Daerah ini merupakan nasalis superior diliputi oleh epitel olfaktori setebal 60 µm
tempat anastomosis arteri yang melayani mukosa Lamina propria di bawahnya mengandung kelenjar
hidung. Perdarahan mungkin dapat dihentikan Bowman yang mengeluarkan sekret serosa, banyak pleksus
melalui penekanan bagian tersebut atau pembuluh darah dan kumpulan akson yang berasal dari sel
menggunakan tampon rongga hidung dengan olfaktori dan epitel olfaktori. Lapisan epitel olfaktori pada
balutan kapas. keadaan hidup berwarna kekuningan dan disusun oleh tiga
jenis sel yaitu sel olfaktori, sel sustentakular dan sel basal
(Gambar 15-1).

Regio Olfaktori di Rongga Hidung SEL OLFAKTORI

Regio olfaktori tersusun oleh epitel olfaktori dan lamina Sel olfaktori merupakan neuron bipolar. Bagian apikalnya
propria di bawahnya, dengan kelenjar Bowman dan merupakan bagian distal dan ujung-ujung dendrit yang
banyak pleksus vaskular. ramping, dan berubah bentuk menjadi gelembung vesi-
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 348

348 䡲 䡲 䡲 Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan

Kelenjar
Bowman
Sel Schwann
Jaringan
penyambung

Sel Basal

Sel reseptor
olfaktori

Sel
sustentakular
Dendrit

Vesikel olfaktori

Silia olfaktori Mikrovili


Duktus kelenjar Bowman

Gambar 15-2 Epitel olfaktori, memperlihatkan sel basal, olfaktori, dan sustentakular. (Bandingkan dengan Gambar 15-1.)

kel olfaktori, yang akan menonjol di atas permukaan sel SEL SUSTENTAKULAR
sustentakular (Gambar 15-2 dan Gambar 15-3). Inti selnya
berbentuk bulat (sferis) dan terletak lebih dekat ke lamina
DAN SEL BASAL
basalis, daripada vesikel olfaktori. Sebagian besar organel
sel terletak di sekitar inti. Sel sustentakular merupakan sel silindris, tinggi sel 50
Dengan mikroskop elektron pemindai terlihat enam sampai 60 µm, di permukaan apikal dengan batas bergaris
sampai delapan silia olfaktori yang panjang dan nonmotil disusun oleh mikrovili. Inti sel lonjong terletak di sepertiga
muncul keluar dari vesikel olfaktori dan terletak di atas apikal sel, lebih superfisial terhadap letak inti sel olfaktori.
permukaan bebas epitel. Pengamatan silia olfaktori Sitoplasma bagian apikal sel mengandung granula sekretori
menggunakan mikroskop elektron transmisi memperlihatkan dengan pigmen berwarna kuning yang menyebabkan warna
aksonema yang tidak biasa yang awalnya berupa cincin khas dari mukosa olfaktori. Dengan mikroskop elektron, sel
perifer yang khas berupa sembilan mikrotubulus rangkap, sustentakular memperlihatkan susunan komplek taut kedap
mengelilingi dua bangunan tunggal yang terletak di bagian dengan bagian vesikel sel olfaktori, dan juga dengan sel
pusat (konfigurasi 9 + 2) tanpa lengan dinein yang khas. sustentakular lain yang bersentuhan dengannya. Bentuk sel
Aksonema di bagian distal akan berubah menjadi susunan sustentakular tidak istimewa, walaupun sel-sel tersebut
sembilan mikrotubulus tunggal mengelilingi dua bagian memperlihatkan jala terminal yang jelas dari mikrofilamen
tunggal di bagian tengah, dan dekat bagian akhir silia hanya aktin. Sel sustentakular diyakini memberi dukungan fisik,
terlihat bangunan tunggal di bagian tengah. nutrisi dan menjadi penyekat (isolator) listrik bagi sel
Bagian basal sel olfaktori merupakan akson yang akan olfaktori.
menembus lamina basalis dan akan bergabung dengan Sel basal Terdapat dua jenis sel basal yaitu sel
akson sejenis untuk membentuk berkas serat saraf. Tiap horizontal dan bulat (globos). Sel horizontal berbentuk
akson, walaupun tidak bermielin, namun diselubungi sel-sel pipih dan terletak langsung di atas membran basalis,
(glia) pembungkus olfaktori yang mirip dengan sel sedangkan sel bulat pendek, basofilik, berbentuk piramid
Schwann Serat saraf akan menembus lempeng fibrosa di dengan bagian apikalnya tidak mencapai permukaan
atap rongga hidung untuk selanjutnya bersinaps dengan epitel. Inti sel terletak di bagian pusat. Tetapi karena sel ini
neuron sekunder di bulbus olfaktori. pendek, inti sel menempati sepertiga basal lapisan epitel. Sel
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 349

Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan ■ ■ ■ 349

Gambar 15-3 Gambaran mikroskop elektron transmisi


bagian puncak epitel olfaktori tikus (x8.260). Perhatikan
vesikel olfaktori dan tonjolan silianya. (Bandingkan dengan
Gambar 15-1 dan 15-2.) (Dari Mendoza AS, Kiihnel W:
Postnatal changes in the ultrastructure of the rat olfactory
epithelium: The supranuclear region of supporting cells. Cell
Tissue Res 265: 193-196, 1991.)

jenis bulat merupakan sel basal yang memiliki kemampuan inspirasi. Partikel seperti debu akan ditangkap oleh mukus
memperbanyak diri dan menjadi sel pengganti baik untuk sel yang dihasilkan oleh sel goblet lapisan epitel dan kelenjar
sustentakular maupun sel olfaktori. Pada orang sehat, sel seromukosa yang terdapat di lamina propria. Cairan serosa
olfaktori bertahan hidup paling sedikit tiga bulan. yang dihasilkan oleh kelenjar seromukosa, terletak di antara
Sedangkan, rentang hidup sel sustentakular mencapai kurang mukus dan plasmalema bagian apikal dari epitel respiratori.
dari setahun. Sel basal horizontal memperbanyak did untuk Karena silia sel silindris bersilia tidak dapat mencapai
menggantikan sel basal bulat. permukaan lapisan mukosa, gerakan silia terbatas sampai
lapisan cairan serosa. Saat silia bergerak dalam cairan serosa
LAMINA PROPRIA yang encer, mukus juga tersapu ("hydroplaned ") sepanjang
permukaan antara kedua cairan. Partikel yang terperangkap
Lamina propria mukosa olfaktori disusun oleh banyak dalam mukus selanjutnya akan dipindahkan oleh gerakan
pembuluh darah, jaringan ikat kolagen baik yang jarang silia ke arah faring untuk kemudian ditelan atau dibatukkan
maupun yang padat dan melekat langsung ke jaringan keluar.
periosteum di bawahnya. Di dalam lamina propria dijumpai Selain disaring, udara akan juga dihangatkan dan
banyak unsur limfoid, sama banyaknya dengan kumpulan dilembabkan saat melintas di permukaan mukosa, dan akan
akson sel olfaktori yang akan menyusun berkas serat saraf tetap hangat dan lembab karena banyaknya aliran darah.
tak bermielin. Kelenjar Bowman (kelenjar olfaktori) Hangatnya udara inspirasi dijaga oleh ketersediaan jejaring
menghasilkan sekret yang bersifat serosa, terdapat di pembuluh darah yang luas yang berkelompok membentuk
mukosa olfaktori. Kelenjar tersebut melepaskan IgA, barisan lengkung yang tersusun pada bagian anteroposterior.
laktoferin, lisozim, dan protein pengikat bau yaitu suatu Jaring-jaring kapiler yang berasal dari pembuluh darah
molekul yang akan menjaga agar bau tidak meninggalkan tersebut terletak tepat di bawah epitel dan aliran darah
daerah epitel olfaktori, sehingga orang akan dapat menuju jejaring pembuluh darah ini berjalan dari bagian
mengenali bau tertentu. posterior ke arah anterior, berlawanan dengan arah aliran
udara. Dengan demikian penghangatan udara inspirasi akan
Histofisiologi Rongga Hidung terus berlangsung melalui mekanisme arus berlawanan
(countercurrent).
Mukosa hidung menyaring, menghangatkan, dan Antigen dan alergen yang diangkut melalui udara akan
melembabkan udara yang dihirup dan juga dilawan oleh unsur limfoid di lamina propria. Imunoglobulin
mempersepsi bau. (Ig) yang dihasilkan oleh sel plasma, diangkut melintasi
epitel menuju ke rongga hidung oleh sel silindris bersilia dan
Mukosa hidung yang lembab akan menyaring udara sel asinus kelenjar seromukosa. IgE yang juga dihasilkan
oleh sel plasma akan mengikat reseptor IgE (FcERI)
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 350

350 䡲 䡲 䡲 Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan

terdapat pada sel mast dan plasmalema basofil. Selanjutnya, tori mempunyai kemampuan membedakan tidak kurang dari
ikatan antigen dan alergen spesifik dengan IgE 10.000 bau yang berbeda-beda. Hal itu terjadi dengan
menyebabkan sel mast (dan basofil) akan melepaskan pengenalan informasi yang muncul dari kombinasi
berbagai mediator inflamasi. Kejadian ini akan glomeruli tertentu sebagai bau tunggal. Oleh karena itu,
menyebabkan mukosa hidung bereaksi, menimbulkan glomeruli khusus mungkin aktif dalam mengenali beberapa
gejala yang berkaitan dengan selesma dan alergi musiman. bau.
Untuk memastikan sebuah rangsang tunggal tidak
menghasilkan respons berulang kali, aliran cairan serosa
KORELASI KLINIS yang kelenjar Bowman yang kontinu akan terus
Mukosa hidung dilindungi dari dehidrasi oleh menyegarkan silia olfaktori.
aliran darah yang mengalir bergantian ke sinus
venosus di lamina propria konka nasalis rongga Sinus Paranasalis
hidung kanan dan kiri. Di daerah yang mirip
jaringan erektil (swell bodies) pada satu sisi
akan mengembang bila sinus venosus Sinus paranasalis adalah rongga yang dibatasi oleh jaringan
membengkak terisi darah, mempersempit aliran mukoperiosteum yang berhubungan dengan rongga hidung.
udara yang melewati sisi tersebut. Rembesan Sinus paranasalis terdapat di tulang tengkorak yaitu tulang
cairan plasma dari sinus dan sekresi seromukosa sfenoid, etmoid, frontal dan maksila (nama sinus
kelenjar akan merehidrasi mukosa sekitar tiap disesuaikan dengan lokasi tulang). Mukosa setiap sinus
setengah jam sekali. disusun oleh lamina propria dari jaringan ikat vaskular
yang bersatu dengan periosteum. Lamina propria yang tipis
Iritan kimia dan materi partikulat disingkirkan mirip dengan yang ada di rongga hidung, mengandung
dari rongga hidung melalui refleks bersin. kelenjar seromukosa dan juga unsur limfoid. Sinus
Dorongan udara yang terjadi mendadak pada paranasalis dilapisi epitel respiratori, sama seperti yang
refleks bersin acapkali dapat menghilangkan melapisi rongga hidung, memiliki sejumlah sel silindris
iritan di saluran hidung. bersilia yang silianya mendorong mukus ke arah rongga
hidung.

Epitel olfaktori memiliki kepekaan terhadap persepsi Nasofaring


bau. Selain itu juga memiliki pengaruh besar terhadap
indera pengecapan. Mekanisme penciuman bau belum
banyak diketahui. Namun demikian diketahui bahwa Faring mulai dari koana dan berlanjut sampai ke batas
plasmalema silia olfaktori sel olfaktori tertentu memiliki laring. Bagian faring dibagi atas tiga bagian yaitu, (1)
sejumlah rekaman dari satu molekul reseptor bau yang bagian superior yaitu nasofaring; (2) bagian tengah yaitu
khusus. Molekul dari zat yang berbau yang terlarut dalam oro-faring; dan (3) bagian inferior yaitu laringo-faring.
cairan serosa akan berikatan dengan reseptor yang spesifik. Nasofaring dilapisi oleh epitel respiratori, sedangkan oro-
Ketika ambang sejumlah reseptor bau sudah terisi, terjadi faring dan bagian tertentu pada laringo-faring dilapisi oleh
rangsangan terhadap sel olfaktori dan selanjutnya akan epitel berlapis gepeng. Lamina propria disusun oleh
timbul potensial aksi. Informasi akan ditransmisi melalui jaringan ikat longgar sampai padat yang iregular dengan
akson ke bulbus olfaktori, suatu tonjolan sistem saraf pusat pembuluh darah dan mengandung kelenjar seromukosa
untuk diproses lebih lanjut. Akson dari sel olfaktori serta unsur limfoid. Lamina propria menyatu dengan
bersinaps dengan dendrit salah satu dari 30 sel mitral yang epimisium otot rangka faring. Lamina propria bagian
terdapat di dalam daerah bulat kecil bulbus olfaktori yang posterior nasofaring mengandung tonsil faringea, yaitu
dikenal sebagai glomeruli. Bila ambang rangsang mencapai kumpulan jaringan limfoid yang tak berbungkus
sel mitral, terjadi depolarisasi dan pengiriman sinyal ke kapsul(diuraikan dalam bab 12).
korteks olfaktori untuk diproses lebih lanjut.
Setiap glomerulus menerima masukan (informasi) dari Laring
sekitar 2.000 neuron olfaktori, tiap neuron spesifik untuk zat
berbau yang sama. Mirip dengan antigen yang mungkin
memiliki beberapa epitop yang masing-masing akan Laring, atau kotak suara, berperan untuk fonasi dan
mencegah masuknya makanan atau cairan ke sistem
berikatan dengan antibodi spesifik, zat berbau akan
pernapasan.
mempunyai beberapa daerah kecil, di mana setiap daerah
berikatan dengan molekul reseptor bau yang spesifik.
Dengan demikian zat berbau tertentu mungkin akan Laring terletak di antara faring dan trakea, merupakan pipa
berikatan dengan beberapa molekul dan mengaktifkan kaku, pendek, berbentuk silinder dengan panjang 4 cm.
sejumlah neuron olfaktori dan menyiapkan masukan ke Laring berperan dalam fonasi dan menjaga agar cairan atau
beberapa glomeruli. Walaupun hanya terdapat 1.000 benda padat tidak masuk ke dalam sistem pernapasan ketika
glomeruli, setiap glomerulus menerima informasi terkait menelan. Dinding laring diperkuat oleh beberapa tulang
dengan satu molekul reseptor bau tunggal, korteks olfak- rawan hialin (tulang rawan tiroid dan krikoid dan sisi infe-
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 351

Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan ■ ■ ■ 351

KORELASI KLINIS
rior sepasang tulang rawan aritenoid) dan tulang rawan Laringitis (inflamasi jaringan laring termasuk pita
elastis (epiglotis, sepasang tulang rawan kornikulata dan suara) menghambat pita suara untuk bergetar dengan
kuneiformis, dan sisi superior tulang rawan aritenoid bagian bebas. Seseorang yang mengalami laringitis, suaranya
superior). Tulang-tulang rawan tersebut dihubungkan satu menjadi serak atau hanya dapat berbisik.
sama lain oleh ligamen dan pergerakannya satu sama lain
dikontrol oleh otot rangka intrinsik maupun ekstrinsik. Adanya iritan atau benda asing di saluran udara atas,
termasuk trakea atau bronki, membangkitkan refleks
Tulang rawan tiroid dan krikoid membentuk penyokong batuk, menimbulkan desakan udara yang eksplosif
silindris bagi laring, sedangkan epiglotis menjadi penutup dalam upaya menghilangkan iritan. Refleks batuk
aditus (pembukaan) laringeal. Selama bernapas, epiglotis dimulai dengan inhalasi udara dalam volume besar dan
dalam kedudukan vertikal, mempermudah aliran udara. penutupan epiglotis dan glotis (pita suara abduksi),
Selama proses menelan baik makanan, cairan ataupun air diikuti oleh kontraksi kuat otot untuk membuat
liur, kedudukan epiglotis akan horizontal, menutup aditus ekspirasi kuat (kontraksi otot interkostal dan abdomen).
laringeal; walaupun dalam keadaan normal, bahkan jika Terbukanya glotis dan epiglotis secara tiba-tiba,
tidak ada epiglotis, saat menelan bahan akan melewati aditus menyebabkan desakan udara dengan kecepatan
laring. Tulang rawan aritenoid dan kornikulata jarang alirannya mencapai 100 mil per jam, mengeluarkan
menyatu satu sama lain dan sebagian besar serat otot iritan dengan dorongan yang kuat.
instrinsik laring bergerak mendekatkan kedua aritenoid satu
sama lain, dan kepada tulang rawan krikoid.
Lumen laring ditandai secara khusus oleh adanya dua Trakea
pasang lipatan mirip papan rak, bagian atas adalah lipatan
vestibular dan bagian bawah lipatan vokalis. Lipatan Trakea memiliki tiga lapisan: mukosa, submukosa, and
vestibular tidak dapat bergerak. Lamina proprianya disusun adventisia. Cincin C terletak di lapisan adventisia.
oleh jaringan ikat jarang, mengandung kelenjar seromukosa,
sel-sel lemak dan unsur limfoid. Tepi bebas lipatan vokalis Trakea berbentuk tabung dengan panjang 12 cm dan
diperkuat oleh jaringan penyambung padat elastis dan berdiameter 2 cm, mulai dari tulang rawan krikoid di laring
tersusun teratur yaitu ligamen vokalis. Otot vokalis, dan berakhir ketika bercabang dua menjadi bronkus primer.
tertambat pada ligamen vokalis, membantu otot instrinsik Dinding trakea diperkuat oleh 10 sampai 12 cincin tulang
lain laring pada saat pengaturan ketegangan pita vokalis. rawan hialin berbentuk tapal kuda (cincin berbentuk C).
Otot-otot tersebut juga mengatur lebarnya ruang antara Ujung-ujung cincin tersebut terbuka ke arah posterior dan
kedua lipatan vokalis (rima glotidis), sehingga satu sama lain dihubungkan oleh otot polos, muskulus
mempermudah pengaturan vibrasi tepi bebasnya saat udara trakealis. Dengan susunan cincin C yang demikian, trakea
ekspirasi. membulat di bagian anterior dan datar di bagian posterior.
Selama bernapas tenang, pita suara sebagian abduksi Perikondrium setiap cincin C akan dihubungkan dengan
(terpisah), dan selama bernapas kuat pita suara vokalis perikondrium cincin C lainnya yang terletak langsung di atas
sepenuhnya abduksi. Selama fonasi, pita suara vokalis atau di bawahnya melalui jaringan ikat fibroelastik sehingga
mengalami adduksi kuat (saling mendekat) membentuk trakea dapat lentur dan dapat memanjang saat inspirasi.
celah sempit di antara keduanya. Gesekan udara terhadap Kontraksi muskulus trakealis akan menyempitkan diameter
bagian tepi pita suara yang tegang menghasilkan dan lumen trakea, menyebabkan aliran udara lebih cepat sehingga
memodulasi bunyi (tapi bukan suara yang terbentuk dari akan membantu pengeluaran benda asing (mukus atau iritan
pergerakan faring, palatum mole, lidah, dan bibir). Semakin lain) dari laring melalui batuk.
relaks dan lama pita suara, semakin rendah bunyinya. Trakea memiliki tiga lapisan: mukosa, submukosa, dan
Karena laring pada lelaki dewasa lebih luas daripada adventisia (Gambar 15-4).
perempuan, lelaki cenderung memiliki suara lebih rendah.
Laring dilapisi oleh epitel bertingkat bersilia, kecuali
pada permukaan atas epiglotis dan pita suara yang dilapisi
Mukosa
oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk. Silia pada
bagian laring bergerak ke arah faring, mendorong mukus Lapisan mukosa yang membatasi trakea disusun oleh epitel
dan partikel-partikel yang terperangkap ke arah mulut untuk bertingkat bersilia (epitel respiratori), jaringan penyambung
dibatukkan atau ditelan. subepitel (lamina propria) dan seberkas serat elastin yang
relstif tebal memisahkan lapisan mukosa dan submukosa.
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 352

352 䡲 䡲 䡲 Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan

Ci
MG
HC
GC

PC

L
Gambar 15-4 Gambaran mikroskop cahaya
trakea kera (x270). Tampak banyak silia (Ci)
seperti halnya sel Goblet (GC) di dalam
epitel. Juga perhatikan kelenjar mukosa
(MG) di jaringan penyambung subepitel dan
cincin-C hialin (HC) di adventisia. L, lumen;
PC, perikondrium.

Epitel Respirasi/Respiratori

Epitel respirasi adalah epitel bertingkat yang terdiri dari


enam jenis sel; sel goblet, sel silindris bersilia, dan sel
basal yang berjumlah 90% dari populasi sel.

Epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat bersilia, dipisahkan


lamina propria oleh membran basalis yang tebal. Lapisan
epitel disusun oleh enam jenis sel yaitu sel goblet, sel
silindris bersilia, sel basal, sel sikat, sel serosa, dan sel
neuroendokrin (DNES). Seluruh jenis sel tersebut
berhubungan dengan membran basalis namun tidak
seluruhnya mencapai lumen (Gambar 15-5).
Sel goblet berjumlah sekitar 30% dari populasi
total epitel respiratori. Sel tersebut menghasilkan
musinogen dan akan mengalami hidrasi yang dikenal
sebagai musin bila dilepaskan ke dalam lingkungan
basah. Seperti sel goblet di tempat lain, sel goblet
yang terdapat pada epitel respiratori, memiliki Gambar 15-5 Gambaran mikroskop elektron transmisi epitel respirasi kera
dari septum nasi anterior. Perhatikan adanya sel goblet (sg), sel bersilia (s),
semacam tangkai yang sempit pada posisi basal dan sel basal (sb), dan sel mukus bergranula kecil (smg). (Dari Harkema JR,
bagian teka yang melebar berisi granula sekretori. Plopper CG, Hyde DM, et al: Nonolfactory surface epithelium of the nasal
Pada gambaran mikroskop elektron terlihat inti sel cavity of the bonnet monkey: A morphologic and morphometric study of the
dan sebagian besar organel terletak di bagian tangkai. transitional and respiratory epithelium. Am J Anat 180: 266-279, 1987.)
Di daerah ini terletak jaringan yang banyak
mengandung retikulum endoplasmik (RER) yang kasar,
kompleks Golgi yang berkembang baik, sejumlah
mitokondria, dan sekelompok ribosom. Sedangkan, di
bagian teka dipadati oleh granula sekretori yang
mengandung musinogen dengan berbagai ukuran. Plas-
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 353

Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan ■ ■ ■ 353

dengan mikrovili tinggi. Fungsinya belum diketahui, namun


sel ini sering dikaitkan dengan akhir saraf. Beberapa peneliti
menduga sel tersebut berperan dalam sistem sensorik,
sedangkan peneliti lain meyakini bahwa sel sikat merupakan
sel goblet yang telah melepaskan musinogennya.
Sel serosa, tampak sebanyak 3% dari populasi total sel
epitel respiratori, bentuknya silindris. Sel inl memiliki
mikrovili di bagian apikal dan granula apikal yang
mengandung produk sekret padat elektron, suatu cairan
serosa yang belum diketahui komposisinya.
Sel DNES, dikenal juga sebagai sel bergranula kecil
atau sel Kulchitsky, jumlahnya sekitar 3% sampai 4% dari
keseluruhan populasi sel. Sel jenis ini banyak yang
mempunyai tonjolan panjang dan ramping yang menonjol
ke arah lumen serta dipercaya memiliki kemampuan untuk
memantau kadar oksigen dan karbondioksida dalam lumen
saluran udara. Sel ini berhubungan erat dan membentuk
sinaps dengan akhir saraf sensoris, kemudian, bersama-sama
akan membentuk apa yang dikenal sebagai badan
neuroepitel pulmonal. Sel DNES mengandung banyak
granula di bagian basal sitoplasmanya yang mengandung
agen farmakologis, seperti amino peptida, asetilkolin dan
adenosin trifosfat. Dalam keadaan hipoksia, agen-agen ini
dibebaskan tidak hanya ke celah sinaps tapi juga ke ruang
jaringan penyambung di lamina propria dan akan berperan
sebagai hormon parakrin atau mungkin masuk ke dalam
pembuluh darah dan berperan sebagai hormon. Lebih lanjut
diduga badan neuroepitel pulmonal akan berpengaruh lokal
untuk meredakan keadaan hipoksia lokal di tempat tertentu
melalui pengaturan perfusi dan ventilasi di sekitarnya atau
Gambar 15-6 Gambaran mikroskop elektron pemindai trakea bayi melalui pengaruh umum melalui serat saraf eferen yang
manusia memperlihatkan sel silia dan tak bersilia (x5500). (Dari
Montgomery PQ, Stafford ND, Stolinski C: Ultrastructure of the human
akan menginformasikan keadaan hipoksia ke pusat
fetal trachea: A morphologic study of the luminal and glandular epithelia at pengaturan pernapasan yang terletak di medula
the mid-trimester. J Anat 173: 43-59, 1990.) oblongata.

Lamina Propria dan Serat-serat Elastin


malemma bagian apikal memiliki beberapa mikrovilus yang
tumpul dan pendek (lihat Gambar 15-5). Lamina propria trakea disusun oleh jaringan penyambung,
Sel silindris bersilia; jumlahnya kira-kira 30% dari jaringan fibroelastin. Di dalam lamina propria ditemukan
seluruh populasi sel. Bentuk sel ramping dan tinggi dengan pula unsur jaringan limfoid (seperti nodula limfatisi,
inti sel di basal dan tonjolan silia serta mikrovili di bagian limfosit, dan neutrofil) juga terdapat kelenjar seromukosa
apikal membran sel (Gambar 15-6). Sitoplasma yang kelenjar mukosa dengan saluran keluarnya membuka ke
terdapat di bawah struktur ini, kaya dengan mitokondria arah permukaan epitel. Lapisan padat serat elastin, lamina
dan memiliki kompleks Golgi. Bagian sitoplasma lainnya elastika, memisahkan lamina propria dari submukosa di
mengandung beberapa RER dan sedikit ribosom. Sel-sel bawahnya.
tersebut menggerakkan mukus dan partikel terperangkap
dan melalui gerakan silia mendorongnya ke arah nasofaring Submukosa
untuk selanjutnya dibuang keluar.
Sel basal yang pendek berjumlah sekitar 30% dari seluruh
Lapisan submukosa trakea disusun oleh jaringan
populasi sel. Letak sel tepat di atas membran basal, namun
penyambung fibroelastin yang iregular, di dalamnya
permukaan apikal sel tak sampai mencapai lumen (lihat
terdapat kelenjar mukosa dan seromukosa. Saluran pendek
Gambar 15-5). Sel-sel yang belum mengalami diferensiasi,
kelenjar menembus lamina elastika dan lamina propria
dipercaya merupakan sel punca yang akan berproliferasi
untuk bermuara di permukaan epitel. Unsur limfoid juga
menggantikan sel goblet, sel silindris dan sel sikat.
dapat dijumpai di submukosa. Lebih lagi, daerah ini banyak
Sel sikat (sel mukus bergranula kecil), merupakan 3% mengandung pembuluh darah dan limf, cabang halusnya
dari keseluruhan populasi sel. Sel berbentuk silindris sempit akan mencapai lamina propria.
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 354

354 䡲 䡲 䡲 Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan

Adventisia paru. Bronkus kanan lebih lurus daripada bronkus kiri.


Bronkus kanan bercabang tiga mengarah ke tiga lobus paru
kanan, dan bronkus kiri bercabang dua, dan memberi
Lapisan adventisia trakea disusun oleh jaringan penyambung cabangnya ke dua lobus paru kiri. Cabang bronkus tersebut
fibroelastin (lihat Gambar 15-4). Gambaran yang sangat selanjutnya masuk ke cabang substansi paru sebagai
menonjol dari adventisia adalah tulang rawan hialin cincin C bronkus intrapulmonal.
dan diselingi oleh jaringan penyambung fibrosa. Adventisia
juga berperan untuk mengaitkan trakea ke struktur
terdekatnya seperti esofagus dan jaringan penyambung leher. Bronki Sekunder dan
Tersier (Intrapulmonal)
KORELASI KLINIS
Tiap bronkus intrapulmonal melayani satu lobus paru,
Epitel respirasi manusia yang secara menahun
bronki tersier melayani segmen bronkopulmonal.
terpapar dengan iritan seperti asap rokok, debu
penambangan, menimbulkan perubahan reversibel
yang dikenal sebagai metaplasia, berhubungan Setiap bronkus intrapulmonal merupakan saluran udara ke
dengan peningkatan jumlah sel goblet secara relatif sebuah lobus paru. Saluran udara ini mirip dengan bronkus
terhadap sel bersilia. Peningkatan jumlah sel goblet primer dengan beberapa pengecualian berikut. Tulang rawan
menghasilkan penebalan lapisan mukus untuk bentuk cincin C diganti oleh lempeng iregular tulang rawan
menghilangkan iritan, tapi pengurangan jumlah sel hialin yang secara lengkap mengelilingi lamina bronki
bersilia akan menghambat pembuangan mukus intrapulmonal, dengan demikian saluran napas ini tidak
sehingga terjadi penimbunan mukus. Selanjutnya, memiliki daerah yang datar, tapi melingkar secara lengkap.
kelenjar seromukosa di lamina propria dan Otot polos terletak di lamina propria dan submukosa
submukosa meningkat ukurannya membentuk sekret bercampur dengan jaringan fibroelastin, membentuk dua
yang lebih kental. Setelah beberapa bulan terbebas lapisan otot polos yang jelas dan berjalan spiral berlawanan
dari polutan, perbandingan sel kembali menjadi arah. Serat elastin yang berasal dari adventisia terhubung
normal (1:1) dan kelenjar seromukosa kembali ke dengan serat elastin yang berasal dari adventisia bagian
ukuran semula. pohon bronkus lain.
Seperti di bronkus primer atau trakea, kelenjar
Percabangan Bronkus seromukosa dan unsur limfoid juga dijumpai di lamina
propria dan di submukosa bronki intrapulmonal. Saluran
keluar kelenjar akan menyalurkan sekret yang dihasilkan
Percabangan bronkus dimulai dari bifurkasio trakea, kelenjar ke arah permukaan epitel bertingkat silindris
sebagai bronkus primer kiri dan kanan, yang menjalar bersilia yang membatasi lumen. Noduli limfatisi sering
(membentuk cabang-cabang yang ukurannya berkurang dijumpai di saluran napas yang bercabang menjadi bronki
secara bertahap). Bronkus terbentuk dari saluran napas intrapulmonal yang semakin kecil. Bronki intrapulmonal
yang terletak di luar paru (bronki primer, bronki yang makin kecil memiliki dinding lebih tipis dan jumlah
ekstrapulmonal) dan saluran napas yang berlokasi di dalam lempeng tulang rawan hialin makin sedikit, dan sel epitel
paru, bronkus intrapulmonal (bronki sekunder dan tersier), makin pendek.
bronkiolus, bronkiolus terminalis, dan bronkiolus
respiratorius (Gambar 15-7). Pohon bronkus membelah diri Bronki sekunder adalah cabang langsung bronki primer
15 sampai 20 kali sebelum mencapai tingkat bronkiolus yang akan menuju ke lobus paru dan dikenal sebagai bronki
terminalis. Selaras dengan penurunan ukuran saluran lobaris. Paru kiri memiliki dua lobus sehingga memiliki dua
napas, dapat diamati adanya beberapa keadaan termasuk bronki sekunder, dan paru kanan mempunyai tiga lobus
penurunan jumlah tulang rawan, jumlah kelenjar dan sel dengan tiga bronki sekunder.
goblet, dan tinggi sel epitel dan peningkatan otot polos Saat bronki sekunder memasuki lobus paru, bronki
dan jaringan elastin (dikaitkan dengan penebalan dinding). bercabang menjadi cabang yang lebih kecil disebut sebagai
bronki tersier atau segmental. Tiap bronkus tersier
diselubungi oleh jaringan paru dengan potongan yang jelas
Bronkus Primer (Ekstrapulmonal) disebut sebagai bronkopulmonal segmental. Tiap paru
mempunyai 10 bronkopulmonal segmental yang sepenuhnya
Struktur bronkus primer identik dengan trakea, hanya terpisah satu sama lain oleh unsur jaringan ikat, secara klinis
saja diameternya lebih kecil dan dindingnya lebih hal ini penting saat prosedur pembedahan paru.
tipis. Setiap bronkus primer akan didampingi oleh arteri Dengan makin kecilnya diameter bronki intrapulmonal,
pulmonalis, vena, dan pembuluh limf, menemembus akar saluran ini akhirnya akan menjadi bronkiolus.
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 355

Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan ■ ■ ■ 355

Serat otot
polos

Arteri pulmonal
(membawa darah
Septum yang terdeoksigenasi
intraalveolaris

Bronkiolus
respiratorius

Bronkiolus
respiratorius
Vena pulmonal
(membawa
darah yang
teroksigenasi) Duktus alveolaris

Porus Alveoli Jejaring


alveolaris elastin alveolar

Gambar 15-7 Sistem pernapasan,


menunjukkan, bronkiolus, bronkiolus
terminalis, bronkiolus respiratorius, duktus
alveolaris, porus alveolaris dan alveolus.
Jejaring kapiler alveolar

Bronkiolus dipakai sebagai alasan untuk mempersulit kehidupan


murid).
Bronkiolus tidak bertulang rawan pada dindingnya, Lapisan epitel bronkiolus mulai dan sel silindris selapis
diameter kurang dari 1 mm dan memiliki sel Clara pada bersilia dan terkadang bersel goblet pada bronkiolus yang
lapisan epitelnya. lebih besar sampai sel kuboid selapis (beberapa bersilia)
terkadang dengan sel Clara, pada bronkiolus kecil tidak ada
Tiap bronkiolus (atau bronkiolus primer) menyalurkan sel goblet.
udara ke lobulus paru. Bronkiolus dipikirkan sebagai Sel Clara merupakan sel silindris dengan bagian puncak
generasi ke-10 sampai ke-15 percabangan dikotom pohon berbentuk kubah, mempunyai mikrovili pendek tumpul
bronkus. Diameter umumnya kurang dari 1 mm, walaupun (Gambar 15-8). Sitoplasma sel mengandung sejumlah
terdapat variasi menurut beberapa penulis antara 5 mm granula sekretori berisi glikoprotein yang dibuat di RER.
sampai 0,3 mm. Ketidaksamaan pendapat mengenai Sel Clara dipercaya dapat melindungi epitel bronkiolus
diameter bronkiolus mungkin menimbulkan kebingungan melalui hasil sekretnya. Sebagai tambahan, sel ini dapat
saat menjelaskan struktur bronkiolus (tapi sebaiknya jangan memusnahkan toksin yang ikut terhirup, melalui enzim
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 356

356 䡲 䡲 䡲 Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan

Gambar 15-8 Gambaran mikroskop


elektron pemindai sel Clara dan sel kuboid
bersilia dari bronkiolus terminalis tikus
(x1.817). (Dari Peao MND, Aguas AP, De
Sa CM, Grande NR: Anatomy of Clara cell
secretion: Surface changes observed by
scanning electron microscopy. J Anat 183:
377-388, 1993.)

sitokrom P-450 yang terdapat di retikulum endoplasmik


halus (SER) Beberapa peneliti menduga sel Clara
menghasilkan materi mirip surfaktan yang dapat mengurangi
tegangan permukaan bronkiolus dan menjaga patensi A
bronkiolus. Lebih lanjut, sel Clara membelah din untuk
regenerasi epitel bronkiolus.
Lamina propria bronkiolus tidak memiliki kelenjar; E
bagian ini dikelilingi jaringan longgar serat otot polos
secara heliks (Gambar 15-9). Dinding bronkiolus dan SM
cabang-cabangnya tidak mengandung tulang rawan. Serat
elastin tersebar dari jaringan penyambung fibroelastik yang L
akan mengelilingi sarung otot polos bronkiolus. Serat elastin
ini berikatan dengan serat elastin yang berasal dan cabang
pohon bronkus lainnya. Selama inhalasi, saat volume pans
berkembang, serat elastin di dinding bronkus meregang
melalui tarikan yang serentak ke segala arah, serat elastin
turut menjaga akan bronkiolus tetap terbuka.

Gambar 15-9 Gambaran mikroskop cahaya bronkiolus (x117). Perhatikan


adanya otot polos (SM) dan adanya tulang rawan di dindingnya. Perhatikan
KORELASI KLINIS keseluruhan struktur merupakan intrapulmonal dan dikelilingi oleh jaringan
paru. A, alveolus; E, epitel; L, lumen.
Lapisan otot polos bronkiolus dikendalikan oleh
sistem saraf parasimpatis. Dalam keadaan
normal, sarung otot polos berkontraksi Bronkiolus Terminalis
penyandang asma, sarung otot polos pada akhir
ekspirasi, dan relaksasi selama inspirasi. Pada Bronkiolus terminalis merupakan bagian terdistal dan
berkontraksi lebih lama saat ekspirasi, sehingga terkecil dari bagian konduksi sistem pernapasan.
penyandang mengalami kesulitan mengeluarkan
udara dari paru. Steroid dan B2-agonis akan
merelaksasi otot polos bronkiolus dan sering Tiap bronkiolus membagi diri membentuk beberapa
digunakan untuk mengatasi serangan asma. bronkiolus terminalis yang lebih kecil dengan diameter
kurang dari 0,5 mm dan membuat bagian akhir konduksi
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 357

Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan ■ ■ ■ 357

sistem pernapasan. Struktur ini menyalurkan udara ke dalam


asinus paru, bagian lobulus paru. Epitel bronkiolus terminalis
disusun oleh sel Clara dan sel kuboid, sebagian bersilia.
Lamina propria yang sempit terdiri dari jaringan fibroelastis
dan dikelilingi oleh satu atau dua lapisan sel otot polos. Serat R
elastin tersebar dari adventisia, dan pada bronkiolus, akan
berikatan dengan serat elastin dari anggota pohon bronkus
lain. Bronkiolus terminalis bercabang menjadi bronkiolus
respiratorius.

BAGIAN RESPIRASI SISTEM


PERNAPASAN

Bagian respirasi sistem pernapasan disusun oleh bronkiolus


respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveolus.
A
Bronkiolus Respiratorius

Bronkiolus respiratorius merupakan bagian pertama


sistem pernapasan, tempat berlangsung pertukaran gas.

Struktur bronkiolus respiratorius mirip bronkiolus


terminalis, namun dindingnya diselingi oleh bangunan
seperti kantong berdinding tipis dikenal sebagai alveolus,
dimana terjadi pertukaran gas (O2 dengan CO2). Dengan
bercabangnya bronkiolus respiratorius, diameter semakin
kecil dan populasi alveolus makin meningkat. Setelah
bercabang lagi, tiap bronkiolus respiratorius berakhir ke
duktus alveolaris (Gambar 15-10). Gambar 15-10 Gambaran mikroskop cahaya bronkiolus respiratorius
manusia (R) yang berujung pada duktus alveolaris (A). Bronkiolus
respiratorius mempunyai dinding jelas yang diselingi alveolus. Duktus
Duktus Alveolaris, Atrium, alveolaris tidak mempunyai dinding sendiri; duktus terbentuk oleh alveolus
di sekitarnya.
dan Sakus Alveolaris

Duktus alveolaris, atrium, dan alveolus disuplai oleh memancar dari bagian intrapulmonal lain. Jejaring serat
jaringan yang kaya akan kapiler. elastin tidak hanya menjaga patensi (terbukanya lumen)
duktus dan sakus ini selama inhalasi, tetapi juga
melindunginya terhadap kerusakan selama mengembang,
Duktus alveolaris tidak mempunyai dinding sendiri dan dan berperanuntuk ekspirasi normal (tanpa tenaga).
disusun oleh alveolus saja (Gambar 15-11 dan 15-12).
Sebuah duktus alveolaris yang berasal dari percabangan
bronkiolus respiratorius, dan duktus alveolaris berakhir Alveolus
sebagai kantong buntu yang terdiri dari dua atau lebih
kelompok kecil alveolus disebut sebagai sakus alveolaris.
Alveolus merupakan kantong kecil udara, disusun oleh
Sakus alveolaris ini akan terbuka ke arah ruang bersama pneumosit tipe I yang sangat tipis dan penumosit tipe II
yang oleh beberapa peneliti disebut atrium. yang lebih besar.
Unsur jaringan penyambung tipis antar alveolus, septa
interalveolaris, memperkuat duktus alveolaris dan
menstabilkannya. Sebagai tambahan, muara tiap alveolus ke Alveolus merupakan pengantongan keluar (outpouching )
duktus alveolaris dikendalikan oleh sebuah sel otot polos yang kecil, berdiameter sekitar 200µµm
tunggal (otot polos "knob"), terbenam di dalam kolagen tipe dari dinding bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan
III, yang membentuk sfinkter yang halus mengatur diameter sakus alveolaris (Gambar 15-13; juga lihat Gambar 15-11A
pembukaan. dan B dan 15-12). Alveolus membentuk struktur primer dan
unit fungsional sistem pernapasan, karena dinding tipisnya
Serat elastin halus berasal dari bagian tepi duktus dan sakus memungkinkan pertukaran CO2 dengan O2 di antara udara di
alveolaris yang saling bersilang dengan serat elastin yang lumen dan darah dalam kapiler di sekitarnya. Walaupun tiap
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 358

358 䡲 䡲 䡲 Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan

Porus alveolaris
Bronkiolus Interior alveolus
respiratorius O2 Sel alveolus
CO2
Plasma
Duktus alveolar Sel darah merah

Darah miskin
Kapila alveolar oksigen dari
jantung

B
Darah yang
kaya oksigen
ke jantung

Alveolus

Difusi CO2 ke darah dan konversi menjadi HCO3- Difusi CO2 dari darah ke dalam alveolus

CO2

Diproduksi Cl–
oleh sel-sel CO2
jaringan
Hb
HCO3–+H+
CO2+H2O HCO3–+H+ Hb
Alveolus
H2CO3
Karbonik CO2+H2O
anhidra H2CO3 Karbonik
se anhidrase
HCO3– CO2
Cl–
CO2

Jaringan tubuh Kapiler C D Kapiler Alveolus


paru

Gambar 15-11 A, bronkiolus respiratorins. sakes alveolar, pores alveolar, dan alveoli. B, Septum interalveolar. C, Karbondioksida diambil dari jaringan tubuh
oleh eritrosit dan plasma. D. Karbondioksida dilepaskan oleh eritrosit dan plasma di paru (Bandingkan A dengan duktus alveolaris pada Gambar 15-10.)
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 359

Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan ■ ■ ■ 359

Gambar 15-12 Gambaran mikroskop elektron pemindai


paru tikus memperlihatkan bronkiolus (b), arteri kecil (v),
dan alveolus (d), beberapa di antaranya mempunyai porus
alveolar. (Darn Leeson TS, Leeson CR, and Paparo AA:
Text/Atlas of Histology. Philadelphia, WB Saunders, 1988.)

Gambar 15-13 Gambaran mikroskop elektron transmisi


septum interalveolar kera. Perhatikan adanya alveolus (a),
eritrosit (e) dalam kapiler (k), and makrofag alveolar (m).
Filopodia (panah) dan porus alveolar (asterisk) terlihat.
(Dan Mania JN: Morphology and morphometry of the
normal lung of the adult vervet monkey (Cercopithecus
aethiops). Am J Anat 183: 258-267, 1988.)
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 360

360 䡲 䡲 䡲 Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan

alveolus merupakan struktur kecil sekitar 0,002 mm3, jumlah mitokondria, beberapa tampilan RER dan aparat Golgi.
totalnya sekitar 300 juta, memberikan gambaran konsistensi Pneumosit tipe I membentuk taut kedap dengan sel
paru seperti karet busa. Diperkirakan permukaan total pneumosit lain, dengan demikian mencegah rembesan
seluruh alveolus yang ada untuk pertukaran gas mencapai cairan ekstraseluler (cairan jaringan) ke dalam lumen
140 m2 (kira-kira seluas lantai apartemen dengan dua kamar alveolus. Bagian permukaan dalam lumen sel ini ditutup
tidur atau seukuran lapangan tenis). oleh lamina basafis yang meluas hampir mencapai tepi
Karena jumlahnya yang banyak, alveolus sering terdesak porus alveolus. Bagian tepi porus alveolaris dibentuk oleh
satu sama lain, menggeser jaringan penyambung intersisial fusi membran dua sel penumosit tipe I yang berdekatan,
di antaranya. Pada tempat terjadinya kontak, ruang udara yang merupakan dinding dua alveoli yang berdampingan.
antara dua alveolus mungkin berhubungan satu sama lain Permukaan lumen pneumosit tipe I dilapisi oleh surfaktan
melalui porus alveolaris (porus Kohn), berdiameter seperti dijelaskan berikut ini.
bervariasi antara 8 sampai 60 µm (lihat Gambar 15-12).
Porus ini diduga berfungsi sebagai keseimbangan tekanan
udara dalam segmen paru. Daerah antara alveoli yang Pneumosit Tipe II
berdekatan dikenal sebagai septum interalveolaris. Daerah
ini diisi oleh banyak pembuluh kapiler, disusun oleh Meskipun pneumosit tipe II (juga dikenal sebagai sel
kapiler tipe kontinu yang disuplai dari arteri pulmonalis alveolar besar, sel septal, dan sel alveolar tipe II)
dan dialirkan kembali melalui vena pulmonalis. Jaringan berjumlah lebih banyak dari pneumosit tipe I, sel tersebut
penyambung septum interalveolaris, banyak mengandung hanya menempati sekitar 5% dari permukaan alveoli. Sel
serat elastin dan kolagen tipe III (serat retikulin). kuboid ini terletak di antara dan membentuk taut kedap
Karena alveolus dan kapiler disusun oleh sel epitel, dengan pneumosit tipe I. Permukaan apikalnya berbentuk
keduanya ditopang oleh lamina basalis yang jelas. Muara kubah menonjol ke dalam lumen alveolus (Gambar 15-15
alveolus pada sakus alveolaris, berbeda dengan pada dan 15-16). Pneumosit tipe II seringkali berlokasi di tempat
bronkiolus respiratorius dan duktus alveolaris, tidak alveolus yang berdampingan saling dipisahkan oleh sebuah
mempunyai sel otot polos. Di sekitar muara alveolus sekat (karenanya disebut sel septal) dan permukaan
tersebut, dikelilingi serat elastin, terutama serat retikulin. adluminalnya dilapisi oleh lamina basalis.
Dinding alveolus disusun oleh dua jenis sel: pneumosit tipe I
dan pneumosit tipe II. Gambaran mikroskop elektron pneumosit tipe II
menampilkan mikrovili di bagian apeks yang pendek. Sel
Pneumosit Tipe I memiliki inti di bagian tengah, banyak RER, aparatus Golgi
yang berkembang baik, dan mitokondria. Gambaran yang
sangat khusus yang membedakan sel ini adalah keberadaan
Sekitar 95% permukaan alveolus terdiri dari epitel selapis badan lamelar yang mengandung surfaktan paru, yaitu
gepeng yang dikenal sebagai penumosit tipe I (atau sekret yang dihasilkan sel ini.
disebut sel alveolar tipe I dan sel alveolar gepeng).
Karena sel epitel ini sangat tipis, sitoplasma sel tipis dan Surfaktan paru disintesis di RER pneumosit tipe II,
hanya setebal 80 nm (Gambar 15-14; juga lihat Gambar komposisi primernya adalah dua fosfolipid, dipalmitoil
15-12). Bagian inti sel, dengan sendirinya, lebih lebar fosfatidilkolin dan fosfatidilgliserol; lemak netral; dan
dan mengandung bayak organel se, terdiri dari sejumlah kecil empat protein unik, apoprotein surfaktan SP-A, SP-

r
p
en
ep
b a
Gambar 15-14 Gambaran mikroskop elektron transmisi sawar gas-darah (x71.250). Perhatikan adanya alveolus (a), pneumosit tipe I yang jenuh (ep), fusi lamina
basalis (b), sel endotel kapiler yang jenuh (en) dengan vesikel pinositotik (panah), plasma (p), dan eritrosit (r) dalam lumen kapiler. (Dan Maim JN: Morphology
and morphometry of the normal lung of the adult vervet monkey (Cercopithecus aethiops). Am J Anat 183: 258-267, 1988.)
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 361

Bab 15 䡲 Sistem Pernafasan ■ ■ ■ 361

Surfaktan dilepaskan secara eksositosis ke dalam lumen


Surfaktan dikeluarkan alveolus. Surfaktan membentuk jejaring-jejaring mirip kisi-
dari vesikel lipoprotein kisi lebar, dikenal sebagai mielin tubular, yang akan
Hipofase akueus
Badan lamelar Surfaktan terpisah menjadi bagian lemak dan protein. Lemak berubah
Lipid lapis tunggal menjadi lapisan fosfolipid monomolekul, tersusun saling
kecil
(fosfolipid) berhadapan dengan udara dan protein masuk ke lapisan cair
antara pneumosit dan lapisan fosfolipid. Surfaktan
Badan lamelar
menurunkan tegangan permukaan sehingga mencegah
kecil menyatu atelektasis, sebutan untuk penguncupan/kolapsnya alveolus.
dengan vesikel Surfaktan dihasilkan terus menerus, difagosit, dan didaur
ulang oleh pneumosit tipe II, dan sekali-sekali oleh makrofag
alveolus.
Sebagai tambahan, untuk menghasilkan dan
Badan memfagositosis surfaktan, pneumosit tipe II menjalani
multivesikular
mitosis untuk meregenerasi dirinya seperti pneumosit tipe I.
Sintesis
protein Makrofag Alveolus (Sel Debu)
Golgi
Makrofag alveolus memfagositosis benda asing dalam
lumen alveolus seperti yang terjadi di septum interalveolaris.

Monosit yang mencapai akses ke jaringan intersisium paru


akan menjadi makrofag alveolus (sel debu), akan bermigrasi
antar pneumosit tipe I dan masuk ke dalam lumen alveolus. Sel
Sintesis fosfatidil kolin tersebut akan memfagositosis partikel-partikel, seperti debu
dan bakteri, dan dengan begitu akan mensterilkan lingkungan
Kolin di paru (Gambar 15-17; juga lihat Gambar 15-13). Sel debu
Asam amino juga membantu pneumosit tipe II untuk mengambil surfaktan.
Gambar 15-15 Pneumosit tipe II. (Bandingkan dengan pneumosit tipe II
Sekitar 100 juta makrofag bermigrasi ke dalam bronkus setiap
pada Gambar 15-16.) hari dan diangkut dari bronkus melalui gerakan silia ke arah
faring untuk disingkirkan dengan cara ditelan atau
dibatukkan. Beberapa makrofag alveolus akan masuk kembali
B, SP-C, dan SP-D. Surfaktan akan dimodifikasi dalam ke intersisium paru dan bermigrasi ke dalam pembuluh limf
aparatus Golgi dan selanjutnya dilepaskan dari jejaring untuk keluar dari paru.
Golgi trans ke vesikel sekretori yang disebut dengan badan
komposit, prekursor dari badan lamelar.
KORELASI KLINIS
Makrofag alveolar pasien dengan paru kongestif dan
KORELASI KLINIS gagal jantung kongestif, mengandung darah merah
Saat lahir, paru bayi mengembang pada hirupan yang telah mengalami ekstravasasi. Makrofag jenis
napas pertama dan keberadaan surfaktan ini sering disebut sebagai sel gagal jantung (heart
memungkinkan alveoli tetap terbuka. Bayi failure cells).
prematur (lahir sebelum tujuh bulan masa Emfisema adalah penyakit yang sering dikaitkan
gestasi) yang belum menghasilkan surfaktan dengan kecacatan akibat eksposur jangka panjang
(atau yang menghasilkan surfaktan kurang terhadap asap rokok dan inhibitor protein a1-
mencukupi) mengalami gagal napas neonatus antitripsin lainnya. Protein ini menjaga paru dengan
(respiratory distress of the newborn). Bayi- melawan kerusakan serat elastin yang disebabkan
bayi ini diobati dengan surfaktan sintetis dan oleh enzim elastase yang disintesis oleh sel debu.
pemberian glukokortikoid. Surfaktan sintetis Pada pasien tersebut, elastisitas jaringan paru
segera bekerja untuk menurunkan tegangan berkurang dan ditemukan kantong-kantong berisi
permukaan dan glukokortikoid merangsang cairan yang mengurangi kemampuan pertukaran gas
pneumosit tipe II menghasilkan surfaktan. respirasi dari sistem pernapasan.
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 362

362 䡲 䡲 䡲 Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan

Gambar 15-16 Gambaran mikroskop elektron transmisi pneumosit tipe II. Perhatikan inti yang terletak di tengah (N) dikelilingi oleh beberapa badan lamela.
a, alveolus; c, kapiler; e, serat elastin; En, inti sel endotel; f, serat kolagen. Panah menandakan sawar gas-darah; asterisk memperlihatkan keping darah. (Dari
Leeson TS, Leeson CR, and Paparo AA: Text/Atlas of Histology. Philadelphia, WB Saunders, 1988.)

DC

Gambar 15-17 Makrofag alveolar (sel


debu) di paru manusia (x270). Sel debu
(DC) terlihat sebagai titik hitam gambar
karena sel tersebut memfagositosis partikel
debu yang ada di ruang udara paru. A,
alveolus.
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 363

Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan ■ ■ ■ 363

Septum Interalveolaris untuk diekshalasi. Aliran O2 dan CO2 akan menyeberangi


sawar gas-darah secara difusi pasif sebagai respon terhadap
tekanan parsial gas dalam darah dan lumen alveolus.
Daerah antara dua alveoli yang berdampingan dikenal Sekitar 200 mL CO2 dihasilkan oleh sel tubuh per menit.
sebagai septum interalveolaris, dibatasi di kedua sisinya CO2 masuk ke dalam aliran darah dan diangkut melalui tiga
oleh epitel alveolus (lihat Gambar 15-13). Septum cara: (1) sebagai gas terlarut di dalam plasma (20 mL); (2)
interalveolaris mungkin sangat sempit, mengandung hanya terikat hemoglobin (40 mL); dan (3) sebagai ion bikarbonat
satu kapiler kontinu dan lamina basalis atau yang lebih plasma (140 mL). Berikut adalah tahap munculnya kejadian
lebar mengandung unsur jaringan penyambung seperti (lihat Gambar 15-11):
kolagen tipe III dan serat elastin, makrofag, fibroblas (dan
miofibroblas), sel mast dan unsur limfoid. 1 Sebagian besar CO2 terlarut dalam plasma berdifusi ke
dalam sitosol eritrosit.
Sawar Gas-Darah 2 Beberapa CO2 berikatan dengan globin dari hemoglobin.
Walaupun CO2 diangkut dari bagian molekul hemoglobin
yang berbeda, kemampuan ikatannya lebih besar bila tidak
Sawar gas-darah adalah bagian septum interalveolaris ada O2 dibandingkan bila ada O2 di dalam bagian hem.
yang dilewati O2 dan CO2 sewaktu gas tersebut berpindah
3 Dalam sitosol eritrosit, banyak CO2 berkombinasi
dari lumen pembuluh darah ke lumen alveolus atau arah
sebaliknya.
dengan air, suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim
karbonik anhidrase untuk membentuk asam karbonat
yang akan mengalami disosiasi menjadi ion hidrogen (H+)
Bagian paling tipis dari septum interalveolaris, tempat dan ion bikarbonat (HCO3-). Ion hidrogen berikatan
terjadinya pertukaran gas disebut sawar gas-darah (lihat dengan hemoglobin dan ion bikarbonat meninggalkan
Gambar 15-14). Sawar gas-darah yang paling sempit,
eritrosit untuk memasuki plasma. Untuk menjaga
tempat pneumosit tipe I mengadakan hubungan erat dengan
endotel yang membatasi kapiler dan tempat lamina basalis keseimbangan ion, ion klorida (Cl-) dari plasma masuk
kedua epitel berfusi, sangat efisien untuk pertukaran O2 ke dalam eritrosit. Pertukaran bikarbonat dengan ion
(dalam lumen alveolus) dengan CO2 (dalam darah). Bagian klorida disebut sebagai pergeseran klorida.
sawar ini disusun oleh struktur berikut ini:
Darah yang kaya bikarbonat diangkut ke dalam paru
melalui arteri pulmonalis. Karena tingkat CO2 lebih besar
䡲 Surfaktan dan pneumosit tipe I dalam darah dibandingkan lumen alveolus, CO2 akan
䡲 Lamina basalis yang berfusi dari pneumosit dilepaskan (mengikuti perbedaan konsentrasi). Mekanisme
tipe I dan sel endotel kapiler penglepasan terbalik dari reaksi sebelumnya. Kejadian
䡲 Sel endotel dari kapiler kontinu berikut muncul yaitu (Iihat Gambar 15-11D):

Pertukaran Gas antara Jaringan 1 Ion bikarbonat memasuki eritrosit (dengan konsekuensi
dan Paru penglepasan Cl- dari sel darah merah ke dalam plasma yang
dikenal sebagai pergeseran klorida).
Di paru, O2 ditukar dengan CO2 yang diangkut darah di 2 Ion bikarbonat dan ion hidrogen dalam sitosol eritrosit
dalam jaringan tubuh, CO2 ditukar oleh O2 yang diangkut bergabung membentuk asam karbonat.
darah. 3 Dalam paru, penggabungan O2 dengan hemoglobin
membuat hemoglobin lebih besifat asam dan menurunkan
Sepanjang inspirasi, udara yang mengandung oksigen kesanggupan mengikat CO2. Selanjutnya ion hidrogen
memasuki ruang alveolus dari paru. Karena jumlah total yang berlebih dilepaskan, disebabkan kelebihan sifat
permukaan seluruh alveoli kira-kira 140 m2 dan volume total keasaman hemoglobin akan mengikat ion bikarbonat
darah seluruh kapiler dalam paru pada suatu waktu membentuk asam karbonat.
tidal( lebih dari 140 mL, ruang yang tersedia untuk difusi
4 Karbonik anhidrase mengatalisis pemecahan asam
gas sangat besar. Lebih lanjut, diameter kapiler cukup kecil
sehingga sel darah merah dapat berjalan hanya dalam satu karbonat membentuk air dan CO2.
baris tunggal, dengan demikian oksigen dapat mencapai 5 CO2 larut di dalam plasma, berikatan dengan hemoglobin
setiap eritrosit dari seluruh lingkaran sehingga dan pecah dari asam karbonat mengikuti perbedaan gradien
memanfaatkan seluruh area permukaan sel darah merah yang konsentrasi untuk berdifusi melewati sawar gas-darah
tersedia untuk pertukaran gas. Oksigen berdifusi melalui masuk ke dalam lumen alveoli.
sawar gas-darah, memasuki lumen kapiler darah dan
berikatan dengan bagian hem dari hemoglobin eritrosit Hemoglobin juga mempunyai dua jenis ikatan, tempat
membentuk oksihemoglobin. CO2 meninggalkan darah, ikatan untuk nitrit oksida (NO), suatu
berdifusi melalui sawar gas-darah ke dalam lumen alveolus neurotransmiter, bila dilepaskan oleh sel endotel pembuluh
dan keluar dari ruang alveolus sebagai udara kaya CO2 darah menimbulkan relaksasi sel otot polos pembuluh darah
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 364

364 䡲 䡲 䡲 Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan

dan akibatnya terjadi dilatasi pembuluh darah. Hemoglobin, Untuk terjadinya ekshalasi, otot pernapasan (dan otot
S-nitrosilat (tempat ikatan 1) oleh nitrit oksida yang dibuat bantu pernapasan) akan relaksasi, menurunkan volume
oleh pembuluh darah di paru, mengikatkan nitrit oksida ke rongga pleura dengan akibat meningkatkan tekanan dalam
arteriol dan metarerteriol jaringan ketika NO dilepaskan dan rongga pleura. Selanjutnya serat elastin yang teregang
menimbulkan vasodilatasi. Pada keadaan ini hemoglobin kembali ke panjang saat istirahat, mendorong udara ke luar
tidak hanya berkontribusi terhadap modulasi tekanan darah, paru. Dengan demikian ekspirasi normal tidak
tapi juga memfasilitasi agar pertukaran O2 dan CO2 menjadi membutuhkan tenaga. Pada ekspirasi bertenaga, otot-otot
lebih efisien. Lebih lanjut, sekali O2 meninggalkan bagian interkostal internal dan otot abdominal berkontraksi,
hem hemoglobin untuk mengoksigenasi jaringan, NO menurunkan volume rongga pleura, menambah dorongan
menempati atom besi (tempat ikatan 2) dan diangkut ke paru udara meninggalkan paru.
dan akan dilepaskan ke dalam alveolus dan diekshalasi
bersama CO2.
KORELASI KLINIS
Seseorang yang menderita poliomielitis, otot
Rongga Pleura dan pernapasan mungkin menjadi sangat lemah dan
Mekanisme Ventilasi otot tambahan akan mengalami hipertrofi karena
otot tersebut yang mengelevasi rongga dada.
Perubahan volume rongga pleura melalui kegiatan otot
Pada penyakit lain seperti miastenia gravis dan
berpengaruh terhadap pergerakan gas ke dalam dan ke
sindrom Guillain Barre, kelemahan otot
luar sistem pernapasan. pernapasan dan otot pernapasan tambahan, dapat
menimbulkan gagal napas dan berakibat
kematian walaupun paru berfungsi normal.

Rongga dada dipisahkan menjadi tiga bagian: rongga dada


kiri dan kanan dan mediastinum yang terletak di bagian Struktur Paru Secara Umum
pusat. Tiap rongga dada dilapisi oleh membran serosa yaitu
pleura, disusun oleh epitel selapis gepeng dan jaringan
Paru kiri memiliki dua lobus, paru kanan memiliki tiga
penyambung di subserosa. Pleura dapat dibayangkan seperti
lobus.
balon yang berkembang seperti halnya paru mengembang,
akan mendorong membran serosa di seberangnya seperti
sebuah tinju mendorong permukaan luar balon. Pada Setiap paru memiliki sebuah indentasi di tengah, hilus,
kejadiaan ini, sebagian pleura yaitu pleura viseralis merupakan tempat masuknya bronkus primer, arteri
membungkus dan melekat ke paru dan pleura sisanya, yaitu bronkialis, arteri pulmonalis dan vena bronkialis, vena
pleura parietalis, melapisi dan melekat ke dinding rongga pulmonalis, serta pembuluh limf yang meninggalkan paru.
dada. Kelompok pembuluh dan saluran napas yang masuk ke
Ruang diantara pleura viseralis dan parietalis (di dalam hilus, membentuk akar paru.
balon) disebut rongga pleura. Ruang ini berisi sedikit Setiap lobus paru terbagi menjadi beberapa segmen
cairan serosa (dihasilkan oleh membran serosa) yang bronkopulmonal, disuplai oleh bronkus intrapulmonal
memungkinkan kurangnya gesekan gerakan paru selama tersier (segmental). Selanjutnya segmen bronkopulmonal
ventilasi (bernapas) yang melibatkan gerakan udara ke dibagi lagi menjadi banyak lobulus, dilayani oleh sebuah
dalam paru (inhalasi) dan ke luar paru (ekshalasi). bronkiolus. Lobulus dipisahkan satu sama lain oleh septum
jaringan penyambung, di dalamnya berjalan pembuluh limf
Inhalasi, proses yang membutuhkan tenaga karena dan cabang vena pulmonal. Cabang arteri bronkialis dan
melibatkan kontraksi diafragma, interkosta, dan muskulus arteri pulmonalis mengikuti jalannya bronkiolus memasuki
skalenus seperti halnya otot bantu pernapasan. Bila otot ini lobulus.
berkontraksi, volume rongga dada bertambah. Karena
pleura parietalis terikat secara halus ke dinding rongga
dada, volume rongga pleura juga akan meningkat, Pembuluh Darah Paru
akibatnya tekanan dalam rongga pleura menurun. dan Suplai Lim fatik
Perbedaan tekanan antara tekanan atmosfer luar tubuh dan
tekanan dalam rongga pleura mendorong udara ke dalam
paru. Dengan masuknya udara, paru mengembang, Arteri pulmonalis mensuplai darah yang tidak mengandung
meregangkan serat elastin di intersisium pleura dan pleura oksigen ke dalam paru dari bagian kanan jantung, dengan
viseralis akan mendekati pleura parietalis, mengurangi kecepatan 5 L per menit. Cabang pembuluh darah mengikuti
volume rongga pleura dan meningkatkan tekanan dalam bronkus ke dalam lobulus paru (lihat Gambar 15-7). Ketika
rongga pleura. sudah mencapai bronkiolus respiratorius, pembuluh darah
tersebut membentuk kapiler tipe kontinu. Oleh karena
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 365

Bab 15 䡲 Sistem Pernapasan ■ ■ ■ 365

diameter kapiler ini hanya 8 µm, eritrosit, seperti disebutkan arteri dan vena pulmonalis serta pohon bronkus turun ke
di atas, mengikuti satu sama lain dalam satu deretan dalam tingkat bronkiolus respiratorius. Seluruh rangkaian mengalir
pembuluh kapiler, mengurangi ruang pertukaran gas dan ke nodus limfatikus di hilus pada akar setiap paru. Pembuluh
secara maksimal memaparkan eritrosit dengan oksigen. limf eferen dan nodus limfatikus menyalurkan cairan limf ke
Darah dalam bantalan kapiler akan teroksigenasi dan duktus toraksikus atau duktus limfatikus kanan yang akan
selanjutnya dialirkan ke dalam vena dengan diameter lebih mengembalikan limf ke pertemuan antara vena jugularis
lebar. Vena pulmonalis membawa darah yang sudah interna dan subklavia bagian kiri atau kanan.
teroksigenasi dan berjalan dalam septum antar lobulus paru.
Dengan demikian, vena mengikuti jalur yang berbeda
dengan arteri sampai vena mencapai bagian puncak lobulus, Persarafan Paru
selanjutnya akan berjalan bersama bronkus ke hilus paru
untuk mengantar darah miskin oksigen ke bagian jantung
kiri. Rangkaian ganglion simpatis toraks menyediakan serat
simpatis dan nervus vagus menyediakan serat parasimpatis
Arteri bronkialis yang bercabang dari aorta torakalis
ke otot polos di pohon bronkus. Serat saraf simpatis (β-
membawa darah kaya nutrisi dan oksigen ke pohon
adrenergik) menyebabkan relaksasi otot polos bronkus dan
bronkus, septum interlobularis dan pleura paru. Beberapa
bronkodilatasi (selain menyebabkan konstriksi pembuluh
cabang kecil beranastomosis dengan sistem pulmonal.
darah pulmonalis `respon paradoksal'); serat saraf
Lainnya disalurkan melalui vena bronkialis yang
parasimpatis merupakan kolinergik, menimbulkan
mengembalikan darah ke sistem vena azigos.
kontraksi otot polos bronkus, menimbulkan
bronkokonstriksi. Sebagai tambahan, nonadrenergik, dan
Paru memiliki dua aliran limf. Sistem pembuluh limf serat nonkolinergik juga berjalan dengan nervus vagus
superfisial di pleura viseralis dan pembuluh limf profunda di menyebabkan bronkodilatasi dengan melepas NO di dekat
intersisium paru. Pembuluh limf superfisial membentuk otot polos bronkus dan menimbulkan relaksasi.
beberapa pembuluh besar yang mengalir menuju nodus Kadang terdapat sinaps yang melibatkan pneumosit tipe
limfatikus di hilus (bronkopulmonal) pada akar setiap paru. II, sehingga menimbulkan dugaan adanya kontrol saraf
Jejaringan yang profunda, terbagi atas tiga grup, mengikuti terhadap produksi surfaktan paru.
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 367

16 䡲 䡲 䡲

Sistem Pencernaan:
Rongga Mulut

Sistem pencernaan terdiri atas rongga mulut, saluran cerna, berlapis berlapisan keratin atau berlapisan parakeratin dan
dan kelenjar pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi untuk jaringan ikat padat kolagen yang susunannya iregular. Bagian
melahap (ingestion), mengunyah, menelan, mencerna lain rongga mulut dilapisi oleh mukosa pelapis (lining
(digestion) dan menyerap (absorption) makanan serta mucosa) yang terdiri atas epitel gepeng berlapis tanpa lapisan
membuang sisa makanan yang tak tercerna. Berbagai bagian keratin dan jaringan ikat padat kolagen yang lebih longgar dan
dari sistem pencernaan berubah, menyesuaikan diri, susunannya tidak teratur. Selain itu, bagian mukosa mulut
mengandung struktur khusus, sehingga dapat melakukan yang mengandung kuncup kecap (permukaan dorsal lidah,
berbagai fungsinya masing-masing. langitan lunak, dan farings) dilapisi oleh mukosa khusus
Bab ini dan dua bab berikutnya akan menjelaskan tentang (specilazed mucoca, yang khusus untuk mengecap).
histologi dan fungsi berbagai bagian sistem pencernaan. Bab Saluran keluar ketiga kelenjar liur mayor (parotis,
ini membahas rongga mulut; Bab 17 membahas saluran cerna submandibular, dan sublingual) bermuara di rongga mulut,
(esofagus, lambung, usus kecil dan besar, rektum, dan anus); dan mencurahkan air liur untuk membasahi mulut. Kelenjar
dan Bab 18 membahas kelenjar pencernaan (kelenjar liur, tersebut membuat dan mensekresikan enzim amilase liur
pankreas, hati, dan kandung empedu). untuk mencerna karbohidrat, laktoferin dan lizosim yang
bersifat antibakteri, dan imunoglobulin A sekretorik
(IgA). Selain itu, kelenjar liur minor yang terdapat dalam
MUKOSA MULUT jaringan ikat mukosa mulut ikut menambah aliran liur ke
rongga mulut. Dalam rongga mulut, makanan dibasahi oleh
Mukosa mulut tampak basah dan terdiri atas epitel gepeng liur, dikunyah, dan diolah oleh lidah sehingga terbentuk
berlapis (tanpa lapisan keratin, berlapisan keratin sebagian sejumlah massa bulat berdiameter 2 cm yang disebut bolus.
atau parakeratinasi, atau berlapisan keratin penuh atau Bolus didorong oleh lidah ke dalam farings hingga tertelan.
ortokeratinasi) dan jaringan ikat kolagen yang susunannya tak
Bibir membentuk batas anterior dan lipat palatoglosal
teratur yang terdapat dibawah epitel. Mukosa mulut dibedakan
membentuk batas posterior rongga mulut. Bangunan penting
atas tiga jenis yaitu: mukosa pelapis (lining), mukosa
di dalam dan sekitar rongga mulut adalah bibir, gigi dan
penguyah (masticatory), dan mukosa khusus (specialized).
bangunan terkait, palatum, dan lidah.
Rongga mulut dilapisi oleh mukosa mulut yang tampak
basah dan terdiri atas epitel gepeng berlapis (tanpa
Bibir
lapisan keratin, berlapisan keratin sebagian atau
parakeratinasi, atau berlapisan keratin penuh atau
ortokeratinasi) dan jaringan ikat kolagen yang Bibir terdiri atas tiga daerah: bagian yang dilapisi kulit,
susunannya tak teratur atau iregular yang terdapat di merah bibir dan yang dilapisi mukosa (permukaan dalam/
bawah epitel. Bagian rongga mulut yang terpapar pada internal).
gesekan dan tarikan (gusi, permukaan dorsal lidah dan
langitan keras) dilapisi oleh mukosa pengunyah Bibir atas dan bawah umumnya saling bersentuhan
(masticatory mucosa) yang terdiri atas epitel gepeng membentuk gerbang yang menjaga rongga mulut. Bagian
367
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 368

368 䡲 䡲 䡲 Bab 16 䡲 Sistem Pencernaan: Rongga Mulut

tengah bibir mengandung serat otot rangka yang berfungsi Bibir bawah
untuk menggerakkan bibir. Bibir terdiri atas tiga daerah: M. orbikularis oris
permukaan eksternal, merah bibir dan permukaan mukosa Kelenjar labial dalam jaringan ikat
(permukaan dalam/internal yang basah). Vestibulum
Email
Permukaan eksternal bibir dilapisi oleh kulit tipis dengan Dentin
kelenjar keringat, folikel rambut dan kelenjar sebasea. Bagian
Mahkota
ini berbatasan dengan merah bibir, yaitu bagian bibir
berwarna merah muda yang dilapisi kulit tipis juga. Akan Gusi
tetapi, merah bibir tidak mengandung kelenjar keringat dan
folikel rambut, walaupun terkadang mengandung kelenjar
sebasea non fungsional. Ketiadaan kelenjar yang fungsional Alveolus
menyebabkan merah bibir perlu dibasahi oleh lidah. Tautan Akar gigi
antara epitel dan jaringan ikat dibawahnya (rete aparatus) Pulpa
sangat berkembang, sehingga lengkung kapilar pada papila
dermis sangat dekat dengan permukaan kulit, yang membuat Sementum
merah bibir tampak merah muda. Ligamen
periodontal
Permukaan mukosa (internal) bibir selalu basah dan
dilapisi oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan keratin. Saluran akar
Jaringan ikat subepitelnya adalah jaringan ikat padat kolagen
yang susunannya tak teratur dan mengandung kelejar liur Foramen apikal
Mandibula
minor yang terutama terdiri atas kelenjar mukosa.

Gigi Gambar 16-1 Gigi di dalam rongga mulut. Perhatikan lokasi


vestibulum yang terletak di antara bibir dengan permukaan labial
email gigi dan gusi, dan juga rongga mulut pada bagian bukal gigi
Tiap gigi desidua (susu) dan gigi tetap terdiri atas mahkota,
dan gusi.
leher, dan akar gigi.

Manusia mempunyai 2 perangkat gigi: 20 gigi desidua Pembuluh darah, pembuluh limf, dan saraf masuk dan keluar
(susu), yang akan digantikan oleh 32 gigi tetap (dewasa) rongga pulpa lewat foramen apikal (Gambar 16-2).
yang terdiri atas 20 gigi suksedanosa/pengganti
(succedaneous) dan 12 molar (accessional). Gigi desidua
dan gigi tetap terbagi rata pada lengkung mandibula dan Komponen Bermineral
maksila.
Berbagai gigi mempunyai gambaran morfologi, jumlah Bahan bermineral pada gigi adalah email, dentin dan
akar dan fungsi yang berbeda satu sama lain, yaitu untuk sementum. Dentin melingkupi rongga pulpa dan saluran akar.
menangkap mangsa, memotong bongkahan besar menjadi Pada mahkota gigi, dentin dilapisi oleh email, sedangkan pada
potongan kecil, dan melunakkan potongan makanan menjadi akar gigi, dentin dilapisi oleh sementum. Bagian keras gigi
bolus. Namun demikian, di sini hanya struktur umum gigi sebagian besar terdiri atas dentin. Email dan sementum
yang akan dibahas. bertemu pada serviks gigi.
Tiap gigi tertanam dalam rongga (alveolus) pada tulang
dan dilapisi oleh jaringan ikat kolagen yang susunannya Email
iregular yang disebut ligamen periodontal yang terdapat di
antara gigi dan tulang. Gusi juga ikut menyangga gigi, dan Email melapisi dentin pada mahkota gigi; email terdiri
epitelnya memisahkan rongga mulut dari ruang di jaringan atas 96% kalsium hidroksiapatit yang merupakan bahan
ikat subepitel (Gambar 16-1). terkeras di dalam tubuh kita.
Bagian gigi yang tampak di dalam rongga mulut disebut
mahkota klinis, sedangkan bagian yang tertanam dalam
alveolus disebut akar gigi. Daerah di antara mahkota dan akar Email adalah bahan terkeras dalam tubuh kita. Email tampak
disebut serviks (leher) gigi. Seluruh gigi terdiri atas tiga jernih dan warnanya tergantung warna dentin dibawahnya.
bahan bermineral yang melingkupi pulpa gigi yang lunak dan Email terdiri atas 96% kalsium hidroksiapatit dan 4% bahan
merupakan jaringan ikat gelatinosa, yang terdapat di dalam organik dan air. Bagian terkalsifikasi pada email terdiri atas
rongga pulpa yang melanjutkan diri menjadi saluran akar. kristal besar yang dilapisi selapisan tipis matriks organik.
Saluran akar berhubungan dengan ligamen periodontal lewat Bahan organik pada email adalah glikoprotein berberat
lubang kecil yang disebut foramen apikal pada ujung akar gigi molekul
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 369

Bab 16 䡲 Sistem Pencernaan: Rongga Mulut ■ ■ ■ 369

Striae Retzius ameloblas mati sebelum gigi bererupsi ke rongga mulut,


pada email tubuh tidak dapat memperbaiki email bila rusak.

Dantin
Mahkota
klinis KORELASI KLINIS
Sulkus gingiva
Karies (lubang) disebabkan oleh penumpukan
Mahkota mikroorganime pada lekukan di permukaan email. Pada
anatomi Gingiva bebas permukaan gigi, bakteri memetabolisme nutrien dalam
Serviks
air liur dan menghasilkan asam yang mendekalsifikasi
email. Bakteri kemudian berproliferasi dalam rongga
Epitel gusi yang dibentuknya, kemudian, bakteri bersama toksin
yang dihasilkannya memperluas karies.
Rongga Fluorida meningkatkan kekerasan email, terutama
pulpa pada orang muda, membuat email menjadi resisten
terhadap karies. Insidens karies sangat menurun
Sementum
dengan penambahan fluorida pada sumber air publik
dan pasta gigi, dan aplikasi fluorida topikal di klinik
gigi. Dengan bertambahnya usia, kristal email
membesar ukurannya, sehingga ruang untuk
Ligamen pertukaran ion hidroksil dan fluorida jadi menyempit.
Akar
periodontal Karena itu, penggunaan fluorida pada orang dewasa
tidak seefektif pada anak-anak.
Alveolus

Saluran akar
Selama pembentukannya, email dibentuk bertahap, berupa
Foramen apikal segmen harian; karena itu, kualitas email yang terbentuk
beragam tergantung kesehatan ibu selama masa pranatal dan
kesehatan anak sesudah lahir. Dengan demikian, batang
email menunjukkan status metabolik seseorang selama masa
pembentukan email, yang hasil akhirnya dapat berupa segmen
Gambar 16-2 Gigi dan bangunan sekitamya. Perhatikan bahwa
batang berurutan yang mengalami hipokalsifikasi, diikuti oleh
mahkota klinis adalah bagian mahkota yang tampak di dalam rongga email yang normal derajat kalsifikasinya. Urutan derajat
mulut, sedangkan mahkota anatomi meluas dari taut semento-email ke kalsifikasi yang berselang-seling ini terlihat secara histologi
permukaan oklusal gigi. dan disebut striae Retzius, yang analog dengan lingkaran
pertumbuhan pada batang pohon.
Permukaan bebas gigi yang baru bererupsi dilapisi oleh
bahan serupa lamina basal, yaitu kutikula email primer,
besar yang mirip-keratin, yaitu enamelin kaya-tirosin, dan yang dibentuk oleh ameloblas. Kutikula ini segera terlepas
protein terkaitnya, yaitu tuftleins. saat gigi muncul di rongga mulut.
Email dihasilkan oleh ameloblas, yang dalam sehari
membentuk email berupa segmen 4-8 µm yang disebut segmen Dentin
batang. Segmen batang yang berurutan saling melekat
membentuk batang (prisma) email berbentuk lubang kunci, Dentin membentuk bagian terbesar gigi; dentin tersusun
yang meluas keseluruh ketebalan email, mulai dari batas oleh 70% kalsium hidroksiapatit dan merupakan bahan
dentin-email sampai ke permukaan email. Dalam batang kedua terkeras di tubuh kita.
email, orientasi kristal kalsium hidroksiapatit bervariasi. Hal
ini menyebabkan subdivisi batang email menjadi kepala Dentin adalah bahan kedua terkeras di tubuh kita (Gambar
silindris yang melekat pada ekor (email antar-batang) berbentuk 16-3, juga lihat Gambar 16-2). Dentin berwarna kekuningan,
segi empat padat. Email adalah bahan nonvital; karena dan elastisitasnya yang tinggi melindungi email diatasnya
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 370

370 䡲 䡲 䡲 Bab 16 䡲 Sistem Pencernaan: Rongga Mulut

Karena odontoblas tetap berfungsi, dentin mempunyai


kemampuan memperbaiki diri, dan dentin reparatif dibentuk
pada permukaan dentin dalam rongga pulpa. Oleh karena itu,
dengan bertambahnya usia, ukuran rongga pulpa semakin
kecil.

KORELASI KLINIS
Sensitivitas dentin diperantarai serat saraf sensoris yang
berhubungan erat dengan odontoblas, prosesus
odontoblas, dan tubulus dentin. Gangguan cairan
D
jaringan dalam tubulus dentin diduga menyebabkan
depolarisasi serat saraf, dan pengiriman sinyal ke otak
yang diinterpretasikan sebagai rasa nyeri.

P
Sementum

Sementum melapisi dentin akar gigi. Sementum terdiri atas


sekitar 50% kalsium hidroksiapatit, 50% matriks organik dan
air; karena itu, sementum kurang lebih sekeras tulang.
Gambar 16-3 Gambaran mikroskop cahaya mahkota dan leher gigi
(14x). Perhatikan bahwa sediaan ini adalah sediaan gosok (tak
didekalsifikasi) dan bahwa pada sediaan ini, email (E) tampak coklat Sementum adalah jaringan bermineral ketiga pada gigi.
dan dentin (D) tampak abu-abu. Rongga pulpa (P) terletak di pusat gigi Sementum hanya dijumpai pada akar gigi (lihat Gambar 16- 2
dan 16-3), dan terdiri atas 45-50% kalsium hidroksiapatit,
50-55% bahan organik dan air. Bahan organiknya terutama
kolagen tipe I yang berikatan dengan proteoglikan dan
glikoprotein.
yang getas agar tidak pecah. Dentin tersusun oleh 65-70%
Bagian apikal sementum mirip tulang karena mengandung
kalsium hidroksiapatit, 20-25% bahan organik, dan sekitar
sel yang disebut sementosit, yang berada dalam ruang yang
10% air. Sebagian besar bahan organiknya adalah kolagen
disebut lakuna. Cabang sitoplasma sementosit keluar dari
tipe I yang berikatan dengan proteoglikan dan glikoprotein.
lakuna dan berada dalam kanalikuli sempit yang memanjang
Sel yang memproduksi dentin adalah odontoblas. ke arah ligamen periodontal yang vaskular. Bagian apikal
Berbeda dengan ameloblas, odontoblas tetap ada dan sementum disebut sementum selular karena mengandung
berhubungan dengan dentin selama hidup gigi. Odontoblas sementosit. Bagian koronal sementum tidak mengandung
terletak di perifer pulpa, dan juluran sitoplasmanya yang sementosit dan disebut sementum aselular. Sementum
disebut prosesus odontoblas menempati saluran halus pada selular dan aselular mengandung sementoblas. Sementoblas
dentin. Saluran halus pada dentin ini disebut tubulus dentin berfungsi membentuk sementum, melapisi sementum pada
dan berisi cairan ekstrasel. Tubulus dentin ini memanjang dari perbatasan dengan ligamen periodontal, dan membentuk
pulpa, sampai ke batas dentin-email pada mahkota gigi sementum selama gigi hidup.
dan batas dentin-sementum pada akar gigi.
Selama pembentukan dentin, odontoblas membentuk sekitar Serat kolagen pada ligamen periodontal dikenal sebagai
4 sampai 8 µm dentin tiap hari. Kualitas dentin, seperti email, serat Sharpey yang tertanam dalam sementum dan alveolus,
beragam sesuai dengan kesehatan ibu selama masa prenatal dan dengan demikian ligamen periodontal melekatkan gigi
dan kesehatan anak pasca lahir. Karena itu, di sepanjang pada tulang.
tubulus dentin, dentin secara berselang-seling menunjukkan Sementum dapat diresorpsi oleh sel mirip-osteoklas yang
daerah dengan derajat kalsifikasi normal dan hipokalsifikasi. disebut odontoklas. Saat gigi desidua lepas dan digantikan
Hal ini dapat dilihat secara histologi sebagai garis Owen, oleh gigi tetap, odontoklas menyerap sementum (dan dentin)
yang analog dengan striae Retzius pada email. akar gigi.
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 371

Bab 16 䡲 Sistem Pencernaan:Rongga Mulut ■ ■ ■ 371

Pulpa terdiri atas 3 zona konsentiik yang mengelilingi


KORELASI KLINIS pusat pulpa, yaitu:
䡲 Bagian terluar adalah zona odontoblastik pulpa yang
Penyerapan sementum tidak terjadi semudah penyerapan
terdiri atas selapis odontoblas yang prosesusnya
tulang. Hal ini dimanfaatkan oleh ortodontis untuk
memanjang mencapai tubulus dentin pada dentin yang
merapikan gigi yang salah tempat. Dengan cara
melingkupi pulpa.
memberikan tenaga yang tepat pada gigi, ortodontis
mengatur bentuk rongga alveolus yang menyebabkan 䡲 Zona bebas sel yang membentuk lapisan di antara zona
gigi bergeser ke tempat yang tepat. odotoblastik dan zona kaya sel.
䡲 Zona kaya sel yang mengandung fibroblas dan sel
mesenkim terdapat pada bagian tengah pulpa dan langsung
meliputi pusat pulpa.
Pulpa
Pusat pulpa terdiri atas jaringan ikat longgar yang tidak
Pulpa adalah jaringan ikat longgar yang kaya pembuluh
mengandung sel lemak. Perbedaan lain dari jaringan ikat
darah dan saraf. Pulpa diliputi oleh dentin dan
longgar adalah banyaknya pembuluh darah dan adanya
berhubungan dengan ligamen periodontal lewat
bahan terkalsifikasi yang disebut batu pulpa (dentikel).
foramen apikal. Pulpa mengandung 2 jenis serat saraf, yaitu: serat
simpatis (vasomotor) yang mengatur diameter lumen
Pulpa gigi terdiri atas jaringan ikat longgar gelatinosa yang pembuluh darah, dan serat sensoris yang berfungsi
kaya proteoglikan, glikosaminoglikan, pembuluh darah dan mentransmisikan rasa nyeri. Serat untuk rasa nyeri ini
saraf. Selain itu, pulpa gigi juga mengandung pembuluh limh adalah serat halus bermielin yang membentuk pleksus
(Gambar 16-4; lihat juga Gambar 16-2). Pulpa gigi Raschkow, di pusat pulpa. Serat saraf dari pleksus tadi
berhubungan dengan ligamen periodontal lewat foramen melanjutkan diri menjadi serat tak bermielin, melewati zona
apikal. Foramen apikal adalah lubang kecil pada ujung tiap bebas sel, menuju ruang di antara odontoblas dan memasuki
akar gigi. Pembuluh darah dan limf, dan saraf keluar masuk tubulus dentin. Beberapa serat saraf tidak memasuki tubulus
rongga pulpa lewat lubang kecil ini. dentin, tetapi bersinaps dengan odontoblas atau prosesusnya.

KORELASI KLINIS
Perdarahan pulpa tampak secara klinis sebagai warna
gelap pada gigi. Karena pulpa dapat sembuh, maka
O perdarahan bukanlah indikator tunggal untuk
perawatan saluran akar.

CF
Odontogenesis
CR

Odontogenesis dimulai dengan munculnya lamina


dentis.
C
Tanda pertama odontogenesis (perkembangan gigi) terjadi
antara minggu keenam dan ketujuh kehamilan, saat epitel
oral yang berasal dari ektoderm berproliferasi (Gambar
16-5). Hasil aktivitas mitosis ini adalah terbentuknya
penebalan epitel berbentuk tapal kuda yang disebut lamina
Gambar 16-4 Gambaran mikroskop cahaya pulpa gigi (132x). dentis. Lamina dentis diselubungi oleh ektomesenkim
Perhatikan ketiga lapisan: zona odontoblastik (0), zona miskin sel lengkung mandibula yang maksila yang berasal dari krista
(bebas sel) (CF), zona kaya sel (CR), dan pusat pulpa (C). neural. Lamina dentis terpisah dari ektomesenkim oleh
lamina basal.
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 372

372 䡲 䡲 䡲 Bab 16 䡲 Sistem Pencernaan: Rongga Mulut

Epitel Organ Lamina Email


oral email dentis Dentin
Lamina dentis Mesenkim Kriptus Tulang
Kuncup yang memadat tulang
A Bud stage B Cap stage C Bell stage D Aposisi

Email Pulpa
Dentin
Tulang alveolar
Sementum
E Pembentukan akar F Pembentukan akar G Erupsi Gambar 16-5 Odontogenesis.
tahap awal tahap akhir

Stadium Tunas/Kuncup (Bud Stage) stadium sungkup pada perkembangan gigi. Dua dari ketiga
lapisan - bagian cembung epitel selapis gepeng yang disebut
Segera setelah munculnya lamina dentis, aktivitas mitosis epitel email luar dan epitel gepeng selapis pada bagian
meningkat pada bagian inferior penebalan epitel, dan cekung yang disebut epitel email dalam - bertemu pada
terbentuklah 10 bangunan epitel yang disebut kuncup gigi. daerah yang disebut lengkung servikal. Kedua epitel
Munculnya kuncup gigi memulai bud stage pada menyelimuti lapis ketiga yang terletak di bagian dalam dan
perkembangan gigi. Kesepuluh kuncup gigi akan berkembang disebut retikulum stelata, yang selnya mempunyai cabang
menjadi 10 gigi desidua pada masing-masing lengkung sitoplasma yang saling berhubungan. Ketiga lapisan yang
maksila dan mandibula. Pada bagian inferior tiap kuncup, sel berasal dari epitel ini membentuk organ email yang
ektomesenkim berkumpul membentuk calon papila dentis. dipisahkan dari ektomesenkim sekitarnya oleh lamina basal.
Perkembangan selanjutnya, walaupun serupa pada tiap kuncup, Bagian cekung bangunan berbentuk topi ini ditempati oleh
tetapi tidak terjadi bersamaan, sehingga munculnya gigi pada kumpulan sel ektomesenkim yang disebut papila dentis.
anak-anak terjadi secara berurutan. Pembuluh darah dan saraf terbentuk di papila dentis pada
stadium sungkup perkembangan gigi.
Stadium Sungkup (Cap Stage)
Proses morfodiferensiasi menyebabkan terbentuknya
cetakan bakal gigi; yaitu, organ email dapat berubah bentuk
Stadium sungkup pada perkembangan gigi ditandai oleh menjadi seperti gigi seri, taring atau molar. Perubahan bentuk
organ email yang terdiri atas 3 lapisan. Ketiga lapisan ini diatur oleh kelompokan padat sel yang disebut simpul
tadi adalah: epitel email luar, retikulum stelata, dan epitel email (enamel knot) yang terletak dekat epitel email dalam
email dalam. di dalam organ email. Sel ektomesenkim pada papila dentis
diduga menginduksi sel pada simpul email agar
Epitel kuncup gigi berproliferasi sehingga kuncup mengekspresikan molekul sinyal, dan dengan demikian,
bertambah besar dan berubah bentuk menjadi bangunan menjadikan simpul email sebagai pusat sinyal utama untuk
berlapis tiga berbentuk sungkup atau topi, yang memulai morfogenesis gigi.
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 373

Bab 16 䡲 Sistem Pencernaan: Rongga Mulut ■ ■ ■ 373

Sel pada simpul email membuat dan melepaskan bone Proliferasi sel pada benih gigi menyebabkan pembesaran
morphogenetic protein BMP-2, BMP-4, BMP-7, sonic organ email, dan penumpukan cairan di dalam organ email.
hedgehog (sebuah protein berbentuk seperti landak mainan), Selain itu, bagian cekungnya bertambah dalam, dan
dan fibroblast growth factor-4 (FGF-4) pada rentang waktu terbentuk lapisan sel di antara retikulum stelata dan epitel
yang spesifik, dan dengan demikian menyebabkan pola kejadian email dalam yang disebut stratum intermedium.
induktif yang membentuk tonjolan pada gigi. Akan tetapi, sel Keseluruhan penampilan di atas menandai stadium genta
pada simpul email membutuhkan epidermal growth factor pada perkembangan gigi. Karena terjadi perubahan bentuk
(EGF) dan FGF-4 untuk mencegah apoptosis dan kematian organ email dan juga perubahan bentuk sebagian selnya,
selnya. Karena itu, simpul email bertanggung jawab untuk tahap odontogenesis ini disebut juga tahap
terbentuknya tonjolan gigi; akan tetapi, setelah pola tonjolan morfodiferensiasi dan histodiferensiasi.
pada gigi terbentuk, EGF dan FGF-4 menghilang, sel pada Karena sebagian besar cairan dalam organ email
simpul email mati, dan simpul email tidak lagi berperan pada diresorpsi, epitel email luar kolaps pada stratum intermedium,
odontogenesis. Selain itu, simpul email pada calon gigi seri yang sehingga sakus dentis yang berpembuluh darah menjadi lebih
tidak mempunyai tonjolan tidak menjadi pusat sinyal utama, dekat pada stratum intermedium. Dekatnya pembuluh darah
malahan selnya mengalami apoptosis dan kematian pada saat menyebabkan stratum intermedium menginduksi epitel
stadium tunas. selapis gepeng pada epitel email dalam sehingga
Papila dentis dan organ email bersama-sama membentuk berdiferensiasi menjadi preameloblas yang kemudian menjadi
benih gigi (tooth germ). Papila dentis yang lapisan sel paling sel kolumnar yang memproduksi email dan disebut
perifemya terpisah dari epitel email dalam oleh lamina basal ameloblas (Gambar 16-6). Akibat histodiferensiasi epitel
akan membentuk pulpa dan dentin gigi. Sel ektomesenkim email dalam, sel paling perifir pada papila dentis yang ber-
yang menyelimuti benih gigi membentuk selubung yang
mengandung pembuluh darah dan disebut sakus dentis atau
kantong gigi, yang akan membentuk sementum, ligamen
periodontal, jaringan ikat ginggiva, dan alveolus. Sel epitel
email dalam berdiferensiasi menjadi preameloblas dan
kemudian menjadi ameloblas yang membentuk email. Karena
itu, kecuali email, gigi dan bangunan yang berhubungan
dengannya berasal dari krista neural.
Selama stadium tunas, tonjolan padat sel epitel yang berasal
dari lamina dentis tumbuh ke dalam ektomesenkim dan disebut
lamina suksedanosa (lamina pengganti). Sel di ujung lamina
suksedanosa berproliferasi membentuk kuncup, sehingga
terbentuklah bakal gigi suksedanosa (pengganti) yang akan
menggantikan gigi susu. Karena gigi susu jumlahnya hanya 20
buah, gigi suksedanosa yang terbentuk juga 20 buah. Keduabelas
gigi tetap sisanya disebut gigi aksesional atau gigi tambahan
(tiga molar/geraham permanen pada tiap kuadran). Karena tidak
menggantikan gigi susu, gigi tambahan muncul dari perluasan
posterior lamina dentis pada mandibula dan maksila.
Pembentukan perluasan posterior lamina dentis ini dimulai pada
bulan kelima kehamilan.

Stadium Genta/Bel (Bell Stage) dan


Stadium Aposisional (Appositional Stage)

Ameloblas Odontoblas
Stadium genta ditandai oleh organ email yang terdiri atas
empat lapisan. Keempat lapisan tersebut adalah: epitel Gambar 16-6 Ameloblas dan odontoblas. Perhatikan bahwa prosesus
email luar, retikulum stelata, stratum intermedium, dan odontoblas sangat panjang dan sebagian besar terpotong (ruang
epitel email dalam. putih). (Dari Lentz TL. Cell Fine Structure: An Atlas of Drawings
of Whole Cell Structure . Philadelphia, WB Saunders, 1971).
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 374

374 䡲 䡲 䡲 Bab 16 䡲 Sistem Pencernaan: Rongga Mulut

Saat ameloblas menghasilkan matriks email, bagian


apikalnya menyempit karena terdorong oleh matriks, dan
bagian apikal ini menjadi prosesus Tomes. Ameloblas
kemudian menjauh dari email yang barn terbentuk, dan bagian
yang menyempit tadi melebar kembali, dan ameloblas
menghasilkan lebih banyak matriks email untuk mengisi ruang
yang tadinya ditempati oleh prosesus Tomes. Blok matriks
email baru ini disebut segmen batang. Pembentukan prosesus
Tomes dan segmen batang terjadi secara siklik terus menerus
sampai pembentukan email berhenti. Matriks dentin kemudian
mengalami kalsifikasi dan berubah menjadi dentin. Proses
kalsifikasi kemudian meluas ke matriks email, sehingga
matriks email berubah menjadi email.

Pembentukan Akar Gigi


Pembentukan akar gigi dimulai sesudah mahkota gigi terbentuk
dan diatur oleh sarung epiteial akar gigi dari Hertwig.

Ketika semua email dan dentin korona (mahkota) gigi telah


terbentuk, benih gigi memasuki tahap selanjutnya dari
odontogenesis, yaitu pembentukan akar gigi.
Pertemuan epitel email dalam dan epitel email luar membentuk
lengkung di daerah yang akan menjadi serviks gigi. Saat akar
gigi akan terbentuk, lengkung pertemuan epitel tadi akan
memanjang ke bawah dan membentuk bangunan mirip selubung
yang disebut sarung-epitelial akar gigi dari Hertwig.
Sarung-epitelial ini menyelubungi sel ektomesenkim yang
berasal dari pemenjangan papila dentis mahkota gigi.
Gambar 16-7 Gambaran mikroskop elektron odontoblas gigi seri tikus
Karena pada calon akar gigi tidak terdapat stratum
(3.416x). (Dari Ohshima H, Yoshida S: The relationship between intermedium, maka epitel email luar tidak berdiferensiasi
odontoblast and pulp capillaries in the proces of enamelrelated menjadi ameloblas, dan email tidak terbentuk pada perrnukaan
cementum-related dentin formation in rat incisors . Cell Tissue Res akar gigi. Namun demikian, sel paling perifir pada papila dentis
268: 51-63, 1992).
pada akar gigi berdiferensiasi menjadi odontoblas yang
menghasilkan dentin akar gigi. Sarung-epitelial akar gigi akan
terus memanjang kebawah, tetapi bagian atasnya yang dekat
dengan bagian yang akan menjadi serviks gigi mulai mengalami
disintegrasi, sehingga sarung epitelial menjadi berlubang-
kontak dengan lamina basal, ikut berdiferensiasi menjadi lubang. Kemudian, sel ektomesenkim sakus dentis bermigrasi
preodontoblas yang kemudian menjadi sel kolumnar dan melewati lubang-lubang tadi, lalu menempel pada dentin
penghasil dentin, yang disebut odontoblas (Gambar 16-7; yang baru terbentuk dan berdiferensiasi menjadi sementoblas.
lihat juga Gambar 16-6). Sementoblas akan menghasilkan matriks sementum yang
kemudian mengalami kalsifikasi menjadi sementum.
Tak lama setelah odontoblas mulai menghasilkan matriks
dentin ke dalam lamina basal, ameloblas mulai membuat Pemanjangan akar gigi terjadi karena pemanjangan sarung-
matriks email. Dentin dan email terletak bersisian dan epitelial ke bawah. Saat akar memanjang, mahkota menuju ke
arah rongga mulut dan mengalami erupsi. Kedua kejadian tadi
perbatasannya disebut taut dentin-email atau
(pemanjangan akar dan erupsi mahkota) terjadi bersamaan,
dentinoenamel junction (DEJ) (lihat Gambar 16-3). Benih
tetapi akar gigi tidak mendorong mahkota ke atas. Mahkota
gigi kini berada pada stadium aposisional (appositional
diduga tertarik ke atas dan ke tempat yang tepat oleh fibroblas
stage) odontogenesis.
khusus yang disebut miofibroblas yang terdapat pada sakus
Selama pembentukan dentin, odontoblas menjauh dari dentis.
DEJ, ujung distal prosesusnya tetap pada DEJ, dan
prosesusnya memanjang. Penjuluran sitoplasma ini disebut Bangunan yang Terkait dengan Gigi
prosesus odontoblas dan diselubungi oleh dentin. Ruang
yang ditempati oleh prosesus odontoblas disebut tubulus Berbagai bangunan yang terkait dengan gigi adalah ligamen
dentin. periodontal, alveolus dan gingiva (gusi).
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 375

Bab 16 䡲 Sistem Pencernaan: Rongga Mulut ■ ■ ■ 375

Ligamen Periodontal
KORELASI KLINIS
Ligamen periodontal terdiri atas jaringan ikat padat
Serat proprioseptif dalam ligamen periodontal berperan
kolagen yang susunannya tidak teratur (iregular), yang
pada refleks sentak-rahang (jaw-jerk), yaitu gerakan
serat utamanya adalah serat kolagen tipe I. Ligamen ini
membuka rahang secara involunter saat tiba-tiba tergigit
melekatkan gigi pada alveolusnya.
sesuatu yang keras . Refleks ini menyebabkan relaksasi
otot pengunyah dan kontraksi otot yang berperan pada
pembukaan rahang, dan dengan demikian melindungi
Ligamen periodontal terdapat pada ruang periodontal, yaitu gigi agar tidak patah.
ruang di antara sementum akar gigi dan alveolus tulang rahang
(lihat Gambar 16-1 dan 16-2). Ruang periodontal lebarnya 0,5
mm. Walaupun jaringan kaya akan pembuluh darah ini Alveolus
diklasifikasikan sebagai jaringan ikat padat kolagen iregular
yang serat utamanya adalah serat kolagen tipe I, susunan Alveolus adalah rongga pada tulang tempat gigi tertanam.
seratnya memiliki pola yang khas untuk menyerap dan Gigi diletakan pada tempatnya oleh serat yang berasal dari
menahan tenaga mengunyah. Ujung seratnya tertanam dalam ligamen periodontal.
alveolus dan sementum, dan disebut serat Sharpey, yang
membuat ligamen periodontal melekatkan gigi pada
tempatnya (Gambar 16-8). Prosesus alveolar adalah lanjutan tulang mandibula dan
maksila, yang mengandung rongga-rongga yang disebut
Fibroblas adalah sel utama dalam ligamen periodontal. Sel alvelous, tempat akar gigi tertanam. Alveoli yang berdekatan
tersebut menghasilkan serat kolagen dan zat antar sel amorf, terpisah oleh tulang yang disebut septum interalveolar.
tetapi juga meresorpsi seat kolagen. Dengan demikian, Alveolus terdiri atas 3 lapisan (lihat Gambar 16-1 dan 16-2).
fibroblas menyebabkan pergantian serat kolagen yang Lempeng kortikal terdapat di lapisan paling luar, di bagian
cepat di dalam ligamen periodontal. Selain itu, dalam ligamen lingual dan labial, dan terdiri atas tulang kompakta yang
periodontal juga terdapat sel mast, makrofag, sel plasma, dan berperan sebagai penyokong. Tulang kompakta ini bagian
lekosit. dalamnya dilapisi oleh tulang spongiosa yang disebut
Saraf pada ligamen periodontal terdiri atas: (1) serat spongiosa, yang dilapisi lagi oleh tulang kompakta tipis di
autonom yang mengatur diameter lumen arteriol; (2) serat bagian terdalam, yang disebut tulang alveolar sejati yang
yang menghantarkan rasa nyeri; dan (3) serat proprioseptif bentuk rongganya sesuai dengan akar gigi yang tertanam di
yang berperan dalam persepsi orientasi spasial. dalamnya.

Gambar 16-8 Gambaran mikroskop


cahaya rongga tempat akar gigi
(alveolus tulang). Ligamen
periodontal (L) adalah jaringan ikat
padat kolagen yang susunannya
iregular yang terdapat di antara
sementum (C) akar gigi dan alveolus
tulang {A) (132x).
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 376

376 䡲 䡲 䡲 Bab 16 䡲 Sistem Pencernaan: Rongga Mulut

Arteri pemasok nutrien berjalan dalam kanal yang disebut karena bagian tengahnya mengandung otot polos
kanal nutrien di dalam spongiosa, dan memberi darah pada Mukosa pengunyah (masticatory mucosa) pada
alveolus tulang kompakta. Tulang alveolar sejati yang permukaan-oral palatum keras terdiri atas epitel gepeng
disokong oleh spongiosa dan lempeng kortikal berlubang- berlapis dengan lapisan keratin (atau sebagian dilapisi keratin/
lubang. Cabang arteri pemasok nutrien yang disebut parakeratinasi) yang basah, dan di bawahnya terdapat jaringan
perforating arteries berjalan dari spongiosa, menembus lubang, ikat padat kolagen yang susunannya iregular. Jaringan ikat di
menuju ligamen periodontal dan memasok vaskularisasi untuk bagian anterior lateral palatum keras mengandung kelompokan
ligamen tersebut. jaringan lemak, sedangkan di bagian posterior lateral
mengandung asini kelenjar liur-minor mukosa. Permukaan-
Gingiva (Gusi) nasal palatum keras dilapisi epitel respiratorius yang di sana-
sini diselingi oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan keratin.
Gusi melekat pada permukaan email lewat epitel gepeng Permukaan-oral palatum lunak dilapisi oleh mukosa
berlapis tanpa lapisan keratin (tanduk) yang disebut epitel pelapis (lining mucosa), yang terdiri atas epitel gepeng
taut (junctional epithelium). Epitel ini tipis dan berbentuk berlapis tanpa lapisan keratin yang basah, dan dibawahnya
seperti mata kapak (wedge). terdapat jaringan ikat padat kolagen yang susunannya iregular
dan mengandung kelenjar liur-minor mukosa yang merupakan
Karena gusi terpajan daya gesek yang besar, maka epitel lanjutan kelenjar serupa di palatum keras. Epitel permukaan-
gepeng berlapis yang melapisinya mempunyai lapisan keratin nasal palatum lunak serupa dengan yang terdapat pada
penuh (ortokeratinasi) atau sebagian dilapisi keratin palatum keras, yaitu epitel bertingkat kolumnar bersilia.
(parakeratinasi) (lihat Gambar 16-1 dan 16-2). Di bawah Tonjolan yang terdapat di bagian paling posterior palatum
epitel gusi terdapat jaringan ikat padat kolagen yang lunak disebut uvula. Penampilan histologi uvula serupa dengan
susunannya tidak teratur yang serat kolagen tipe I di dalamnya palatum lunak, tetapi epitelnya hanya terdiri atas epitel gepeng
membentuk kelompokan serat utama yang mirip pada ligamen berlapis tanpa lapisan keratin. Jaringan ikat uvula juga
periodontal. merupakan jaringan ikat padat kolagen yang susunannya
Saat epitel gusi mendekati gigi, epitel ini berbalik arah iregular dan mengandung kelenjar liur-minor mukosa seperti
sepanjang 1-2 mm menuju bagian apikal (ujung) akar gigi, pada palatum lunak. Di bagian tengah uvula terdapat otot
dan kemudian melekat pada permukaan email lewat rangka yang berperan pada gerakan uvula.
hemidesmosom. Ruang dengan kedalaman 1-2 mm di antara
gusi dan gigi ini disebut sulkus gingiva. Lidah
Epitel gusi yang melekat pada permukaan email disebut
epitel taut, dan membentuk lingkaran di sekitar leher gigi. Lidah terdiri atas tiga daerah, yaitu: duapertigabagian anterior,
Epitel taut membentuk sawar (barrier) yang kokoh , sehingga sepertiga bagian posterior, dan akar lidah.
rongga mulut yang penuh bakteri tidak berhubungan dengan
lingkungan steril pada jaringan ikat gusi. Kelompokan serat
utama gusi membantu perlekatan epitel taut pada permukaan Lidah adalah bangunan terbesar dalam rongga mulut.
gigi, dan mempertahankan keutuhan sawar epitel. Sawar Kemampuan geraknya disebabkan oleh adanya massa besar
epitel ini bentuk irisan vertikalnya seperti mata kapak dengan yang saling berjalin yang terdiri atas serat otot rangka (Gambar
ukuran tinggi 1 mm, dan lebih tebal di bagian korona 16-9). Serat otonya terdiri atas dua kelompok, yaitu: yang
ketimbang bagian apikal (ke arah akar gigi), karena terdiri berorigo di luar lidah dan disebut otot ekstrinsik, dan yang
atas 35- 50 sel di bagian korona, dan 5-7 sel di bagian apikal. origo dan insersionya di dalam lidah dan karenanya disebut
otot intrinsik. Otot ekstrinsik berperan pada gerakan lidah ke
dalam dan ke luar rongga mulut, serta gerakan ke samping,
Palatum sedangkan otot intrinsik berperan pada perubahan bentuk lidah.
Otot intrinsk tersusun dalam empat kelompok, yaitu yang
Palatum terdiri atas palatum keras, palatum lunak, dan arahnya longitudinal superior dan inferior, vertikal, dan
uvula. Palatum memisahkan rongga mulut dari rongga transversal.
hidung. Lidah mempunyai sebuah permukaan dorsal dan
ventral, dan dua permukaan lateral. Permukaan dorsal
Rongga mulut dan rongga hidung terpisah oleh palatum keras tampak terdiri atas dua daerah berbeda, yaitu duapertiga
dan palatum lunak. Palatum keras terletak di bagian anterior, anterior yang lebih luas, dan sepertiga posterior yang
tak dapat bergerak, dan disebut keras karena mengandung lebih sempit. Kedua daerah tadi terpisah oleh alur dangkal
lapisan tulang. Sebaliknya, palatum lunak dapat digerakkan, berbentuk huruf-V, yang disebut sulkus terminalis, yang
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 377

Bab 16 䡲 Sistem Pencernaan: Rongga Mulut ■ ■ ■ 377

Muskulus geniohioid Uvula

Lipat palatoglosal
Muskulus genioglosus
Tonsila palatina

Foramen sekum
Tonsila lingua

Epiglotis

Tulang Hioid

Papila
fungiformis
Papila sirkumvalata
Papila filiformis

Kuncup kecap

Otot intrinsik
Kuncup kecap
pada papila
Gambar 16-9 Lidah dan papila lidah. sirkumvalata
Kelenjar serosa

yang puncak (apeks)nya mengarah ke posterior dan Papila filiformis jumlahnya banyak dan bentuknya
mengandung bagian cekung yang disebut foramen sekum langsing, sehingga menyebabkan penampilan permukaan
Permukaan dorsal sepertiga posterior lidah tidak rata karena dorsal lidah yang seperti beludru atau karpet (velvety) (lihat
adanya tonsila lingua (lihat Bab 12). Bagian paling posterior Gambar 16-9, dan 16-10). Papila filiformis diliputi oleh
lidah disebut akar lidah. Papila lidah, yang sebagian besar epitel gepeng berlapis dengan lapisan keratin yang
menonjol di atas permukaan, menutupi duapertiga anterior membantu dalam menjilat makanan dari suatu permukaan.
permukaan dorsal lidah. Keratinisasi berderajat tinggi terdapat pada lidah kucing
yang penampilannya seperti kertas ampelas. Papila filiformis
tidak mengandung kuncup kecap.
Papila fungiformis bentuknya seperti jamur, yang
terdiri atas tangkai langsing dan bagian atas yang melebar
mirip-topi. Tangkainya menghubungkan bagian atasnya yang
Papila Lidah melebar dengan permukaan lidah (lihat Gambar 16-9, dan
16-10). Epitel yang melapisi papila fungiformis adalah epitel
Papila lidah ada empat jenis, yaitu: papila filiformis, fungiformis, gepeng berlapis tanpa lapisan keratin; karenanya, darah di
foliata, dan sirkumvalata. dalam lengkung kapilar subepitel menyebabkan papila
fungiformis tampak sebagai titik merah yang tersebar di
antara papila filiformis pada permukaan dorsal lidah. Papila
Berdasarkan bentuk dan fungsinya, papila lidah dibedakan atas fungiformis memiliki kuncup kecap pada pemukaan dorsal
empat macam, yaitu: papila filiformis, fungiformis, foliata, dan bagian atasnya yang mirip-topi.
sirkumvalata (Gambar 16-10, lihat juga Gambar 16-9). Papila Papila foliata terletak di sepanjang bagian
lidah semuanya terletak pada permukaan dorsal dan lateral posterolateral lidah. Papila ini tampak sebagai jajaran alur
lidah, di anterior sulkus terminalis. vertikel. Papila ini mempunyai kuncup kecap yang fungsi-
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 378

378 䡲 䡲 䡲 Bab 16 䡲 Sistem Pencernaan: Rongga Mulut

Kelenjar serosa
Papila fungiformis
B
Jaringan ikat

Pori kecap
Mikrovili

Dinding
pori kecap Gambar 16-11 Gambaran mikroskop cahaya kuncup kecap monyet
(497x). Kuncup kecap (B) seluruhnya berada di dalam epitel. dan
Serat tampak terdiri atas bebearapa jenis sel, tetapi sel tersebut adalah sel
Saraf saraf yang sama pada berbagai tahap siklus hidupnya.
Sel tipe I sensoris
Sel basal Pada kuncup kecap terdapat empat macam sel:
(tipe IV)
䡲 Sel basal (sel tipe IV)
Gambar 16-10 Papila lidah dan kuncup kecap. 䡲 Sel gelap (sel tipe I)
䡲 Sel terang (sel tipe II)
䡲 Sel intermedia (sel tipe III)
onal pada neonatus, tetapi kuncup kecapnya berdegenerasi Hubungan antara berbagai sel di atas tidak jelas, walaupun
pada tahun kedua atau ketiga kehidupan balita. Saluran keluar telah disepakati bahwa sel basal berfungsi sebagai sel
kelenjar liur-minor serosa (kelenjar von Ebner) yang cadangan yang meregenerasi sel kuncup kecap yang jangka
terletak di bagian tengah lidah bermuara pada dasar alur hidupnya sekitar 10 hari. Selain itu, diduga bahwa: sel basal
papila ini. akan menjadi sel gelap, yang kemudian menjadi sel terang
Papila sirkumvalata berjumlah 8-12 buah dan terletak yang matang, kemudian menjadi sel intermedia yang akhirnya
tepat di anterior sulkus terminalis. Papila ini berderet mati.
membentuk huruf-V. Papila sirkumvalata terbenam di bawah Serat saraf memasuki kuncup kecap dan membentuk taut
permukaan lidah dan dikelilingi parit melingkar yang dilapisi sinaptik dengan sel tipe I, II, dan III, yang menandakan bahwa
epitel. Pada dasar parit, bermuara saluran keluar kelenjar von ketiga jenis sel tersebut mungkin berperan dalam mengecap.
Ebner (lihat Gambar 16-9 dan 16-10). Epitel yang melapisi Ketiga jenis sel tersebut juga memiliki mikrovili halus dan
parit dan dinding papila (tetapi tidak pada bagian dorsal panjang yang menjulur dari pori kecap (lihat Gambar 16-12).
papila) mengandung kuncup kecap. Di masa lampau, mikrovili tersebut terlihat dengan mikroskop
cahaya dan disebut rambut kecap.
KUNCUP KECAP Tastant (tastan) adalah berbagai zat kimia asal makanan
yang larut dalam saliva, dan berinteraksi dengan kanal ion atau
Kuncup kecap adalah organ sensoris intraepitel yang berfungsi reseptor yang terdapat pada mikrovili sel pengecap, yang
untuk mengecap. Permukaan lidah dan bagian posterior kemudian menimbulkan perubahan elektrik pada potensial
rongga mulut memiliki sekitar 3.000 kuncup kecap. Kuncup istirahat sel tersebut, sehingga terjadi depolarisasi yang
kecap adalah bangunan berbentuk oval dengan panjang 70-80 menginisiasi potensial aksi yang ditransmisikan ke otak, dan
µm, lebar 30-40 µm, yang tampak lebih pucat dari epitel akhirnya sinyal diinterpretasikan sebagai sensasi rasa tertentu.
sekitarnya, dan terdiri atas 60-80 sel berbentukkumparan Ada lima sensasi rasa primer, yaitu: asin, manis, asam, pahit,
(spindle shaped) (Gambar 16-10, 16-11, dan 16-12). Ujung dan umami (rasa sedap yang dikecap lewat reseptor glutamat).
atas kuncup kecap yang menyempit menonjol lewat lubang Diduga, walaupun setiap kuncup kecap dapat mengecap kelima
pada permukaan bebas epitel tempat kuncup kecap berada. sensasi rasa tadi, setiap kuncup kecap mengkhususkan diri pada
Lubang tersebut disebut pori kecap (lihat Gambar 16-12). dua dari kelima sensasi rasa tersebut. Sensasi rasa disebabkan
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 379

Bab 16 䡲 Sistem Pencernaan: Rongga Mulut ■ ■ ■ 379

Gambar 16-12 Gambaran mikroskop elektron


kuncup kecap epiglotis anak domba dengan
pembesaran rendah (2.353x). B, sel basal; I, sel tipe I;
II, sel tipe II; P, pmi kecap; Pg, sel perigemmal.
Kepala panah menunjukkan serat saraf; panah
menunjukkan bangunan mirip-sinaps antara sel tipe I
dan serat saraf. (Dari Sweazy RD, Edwards CA, Kapp
BM: Fine structure of taste buds located on the lamb
epiglottis. Anat Rec 238: 517-527, 1994

adanya kanal ion khusus (untuk rasa asin dan asam) dan reseptor sehingga sebagian individu menyukai makanan berlemak.
membran terkait protein G (untuk rasa pahit, manis, dan umami) Proses persepsi rasa yang kompleks lebih melibatkan alat
pada plasmalema sel kuncup kecap. Baru-baru ini, telah penciuman (olfactory apparatus) daripada kuncup kecap. Hal
ditemukan reseptor baru pada kuncup kecap, yaitu CD36, suatu ini terbukti oleh berkurangnya kemampuan mengecap pada
transporter asam lemak, yang berkemampuan mendeteksi lemak, orang yang hidungnya tersumbat (nasal congestion) saat
pilek.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 381

17 䡲 䡲 䡲

Sistem Pencernaan:
Saluran Cerna

Saluran cerna adalah lanjutan rongga mulut dan merupakan Mukosa


bagian sistem pencernaan yang bentuknya tubular (seperti
Lumen (rongga) saluran cerna dilapisi oleh epitel. Di bawah
tabung). Pada saluran cerna, makanan dihancurkan, dicampur
(di bagian luar) epitel terdapat jaringan ikat longgar yang
dengan sekret saluran cerna sehingga mencair, dan dicerna;
disebut lamina propria. Lamina propria sangat vaskular dan
nutrisi dan airnya diserap; dan sisa makanan yang tak
mengandung kelenjar, pembuluh limf, dan terkadang juga
tercerna dibuang. Saluran cerna panjangnya 9 m dan terdiri
mengandung nodul limfoid yang merupakan bagian sistem
atas berbagai bagian yang dapat dibedakan secara
jaringan limfoid terkait-mukosa (mucous-associated lymphoid
morfologis, yaitu: esofagus, lambung, usus kecil (duodenum,
jejunum, dan ileum), dan usus besar (sekum, kolon, rektum,
tissue/MALT). Sel tertentu pada lamina propria mensistesis
dan melepaskan faktor pertumbuhan yang mengontrol siklus
kanal anal, dan apendiks).
sel epitel. Di bawah lamina propria terdapat lapisan
Sebelum membahas masing-masing bagian saluran cerna, muskularis mukosa yang terdiri atas otot polos, dan berupa
akan dibahas gambaran umum saluran cerna. Dengan lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar. Dengan
demikian, berbagai variasi dari gambaran umum tadi akan demikian, lapisan mukosa, dari dalam ke luar terdiri atas 3
lebih mudah dimengerti. lapisan, yaitu: lapisan epitel, lamina propria, dan muskularis
mukosa.
GAMBARAN UMUM
SALURAN CERNA Submukosa
Mukosa dibagian luarnya diliputi oleh lapisan jaringan ikat
Saluran cerna terdiri atas empat lapisan konsentrik, yaitu: padat fibroelastis yang susunannya iregular, yang disebut
mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa lapisan submukosa (lihat Gambar 17-1); Lapisan submukosa
(atau adventisia). tidak mengandung kelenjar, kecuali di esofagus dan
duodenum. Lapisan submukosa juga mengandung pembuluh
darah dan limf, dan komponen sistem saraf enterik yang
Saluran cerna secara histologis terdiri atas beberapa lapisan disebut pleksus submukosa Meissner. Pleksus ini
(Gambar 17-1). Berbagai lapisan ini disarafi oleh sistem mengandung badan sel saraf parasimpatis pascaganglion dan
saraf enterik yang dimodulasi oleh saraf simpatis dan mengontrol motilitas mukosa (dan secara terbatas juga
parasimpatis; berbagai lapisan ini juga mempunyai serat mengontrol motilitas submukosa) dan aktivitas selcretorik
saraf sensoris. kelenjarnya.

Histologi Saluran Cerna Muskularis Eksterna

Mukularis eksterna biasanya terdiri atas lapisan otot


Secara histologis, seluruh saluran cerna terdiri atas empat
polos sirkular dalam dan longitudinal luar.
lapisan, yaitu: lapisan mukosa, submukosa, muskularis
eksterna dan serosa (atau adventisia). Pada semua bagian Muskularis eksterna adalah lapisan otot yang tebal dan
saluran cerna, keempat lapisan tersebut serupa, namun terdapat di bagian luar lapisan submukosa. Lapisan otot ini
terdapat modifikasi dan spesialisasi yang bersifat regional.

381
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 382

382 䡲 䡲 䡲 Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna

Lambung

Mesenterium Duktus koledokus

Pembuluh darah submukosa

Lamina propria

Vilus intestinal
Kelenjar di dengan lapisan
submukosa epitel
Kelenjar di lamina
Serosa
propria
Lapis otot
longitudinal luar
Muskularis
eksterna Lapis otot
sirkular dalam
Submukosa
Muskularis
mukosa
Nodulus limfatikus
(nodul limfoid)

Gambar 17-1 Saluran cerna. Gambaran umum berbagai lapisannya.

bertanggung jawab untuk terjadinya aktivitas peristaltik bila organnya terletak retroperitoneal dan melekat pada
yang mendorong isi lumen di sepanjang saluran cerna. dinding rongga abdomen lewat jaringan ikat padat yang
Muskularis eksterna terdiri atas otot polos (kecuali pada susunannya iregular, maka lapisan jaringan ikat ini disebut
esofagus) dan biasanya terdiri atas lapisan sirkular dalam sebagai adventisia.
dan longitudinal luar. Di dalam lapisan ini juga terdapat sel
mirip-otot polos yang disebut sel interstisial Cajal, yang
berkontraksi ritmik dan karenanya dianggap sebagai Persarafan Saluran Cerna
pacemaker (pengatur irama) untuk kontraksi muskularis
eksterna. Selain itu, di antara lapisan sirkular dalam dan
longitudinal luar terdapat komponen sistem saraf enterik Sistem saraf enterik yang mensarafi saluran cerna
yang disebut pleksus mienterikus Auerbach, yang dimodulasi oleh sistem saraf simpatis dan parasimpatis.
mengatur aktivitas muskularis eksterna (dan sampai batas
tertentu, aktivitas mukosa). Pleksus Auerbach ini Persarafan saluran cerna terdiri atas dua bagian, yaitu:
mengandung badan sel saraf parasimpatis pascaganglion. sistem saraf enterik dan komponen simpatis dan
Gambaran tiga dimensi muskularis mukosa dan parasimpatis sistem saraf autonom. Faktor pengatur utama
muskularis eksterna menunjukkan bahwa lapisan sirkular adalah sistem saraf enterik yang mandiri, tetapi fungsi
dalam dan longitudinal luarnya berjalan spiral. Bedanya normalnya dimodifikasi oleh komponen simpatis dan
terletak pada kerapatan spiralnya, yaitu, pada lapisan parasimpatis tadi. Apabila persarafan simpatis dan
sirkular dalam, spiralnya sangat rapat, sedangkan pada parasimpatis ke seluruh sistem pencernaan diputus, saluran
lapisan longitudinal luar, spiralnya sangat longgar. cerna tetap dapat melakukan seluruh fungsinya tanpa
gangguan berarti.
Serosa dan Adventisia
Sistem Saraf Enterik
Muskularis eksterna dibungkus oleh lapisan jaringan ikat
tipis. Bila bagian saluran cerna berada intraperitoneal, maka Sistem saraf enterik adalah sistem yang mandiri dan terdiri
lapisan jaringan ikat tadi dilapisi oleh epitel gepeng selapis atas banyak ganglia berulang yang disebut pleksus
dari peritoneum viseral dan lapisan serosa. Sebaliknya, submukosa Meissner dan pleksus mienterikus Auerbach.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 383

Bab 17 䡲 SIstem Pencernaan : Saluran Cerna ■ ■ ■ 383

Saluran cerna mempunyai sistem saraf mandiri (sistem dari reseptor di dalam mukosa dan muskularis saluran cerna
saraf enterik), yang mencakup seluruh panjang saluran ke susunan saraf pusat. Seringkali, respons terhadap
cerna dari esofagus sampai anus. Sistem saraf enterik ini informasi kemudian diteruskan oleh serat vagal ke saluran
mengatur motilitas dan fungsi sekretorik saluran cerna. cerna. Proses ini dikenal sebagai refleks vasovagal. Serat
Sistem saraf enterik mengandung sekitar 100 juta neuron parasimpatis bersinaps dengan badan sel saraf parasimpatis
yang tersebar dalam banyak kelompokan kecil badan sel pascaganglion, dan juga dengan badan sel saraf sistem saraf
saraf dan serat sarafnya, di dalam pleksus mienterikus enterik pada kedua pleksus. Persarafan parasimpatis
Auerbach dan pleksus submukosa Meissner. Jumlah berperan menginduksi sekresi kelenjar saluran cerna dan
neuron sistem saraf enterik mendekati jumlah seluruh kontraksi otot polos.
neuron dalam sumsum tulang belakang, dan hal ini Persarafan simpatis berasal dan nervus splangnikus.
menunjukkan bahwa sistem saraf enterik sangatlah penting. Serat simpatis bersifat vasomotor, dan mengontrol aliran
Karena itu beberapa peneliti mengusulkan sistem saraf darah ke saluran cerna.
enterik sebagai komponen ketiga sistem saraf autonom, Secara umum, dapat dikatakan bahwa persarafan
sehingga sistem saraf autonom terdiri atas sistem saraf parasimpatis merangsang gerak peristaltik, menghambat
simpatis, parasimpatis, dan enterik. otot sfingter, dan mencetuskan aktivitas sekretorik,
Walaupun kedua pleksus saling berinteraksi, fungsi sedangkan persarafan simpatis menghambat gerak
kedua pleksus tersebut berbeda, dan ada pula dugaan peristaltik dan mengaktifkan otot sfingter.
bahwa kedua pleksus tadi mungkin saja saling mengontrol. Sisa bab ini akan membahas berbagai bagian saluran
Umumnya, gerak peristaltik saluran cerna diatur oleh cerna dan perbedaan masing-masing bagian dibandingkan
pleksus mienterikus, sedangkan fungsi sekretorik, gerakan dengan gambaran umum.
mukosa, dan aliran darah lokal diatur oleh pleksus
submukosa. Selain itu, pleksus mienterikus tidak hanya
terkait kondisi lokal, tetapi juga kondisi sepanjang saluran ESOFAGUS
cerna, sedangkan pleksus submukosa terutama terkait
kondisi lokal di sekitar kelompokan sel sarafnya.
Komponen sensoris juga terdapat pada dinding saluran Esofagus adalah saluran muskular yang panjangnya sekitar
cerna. Komponen sensoris ini meneruskan informasi 25 cm, yang melewatkan bolus (kunyahan makanan) dari
tentang isi lumen, status muskular dan sekretorik usus ke orofarings ke lambung. Di seluruh panjangnya, mukosanya
pleksus di sekitar informasi tersebut dan juga ke pleksus menampakkan banyak lipatan memanjang dengan alur
yang letaknya jauh dari sumber informasi. Sebagian penghubung yang menyebabkan lumennya tampak
informasi ditransmisikan ke ganglia sensoris dan susunan tersumbat; akan tetapi, ketika esofagus melebar, lipatan tadi
saraf pusat oleh serat saraf yang menyertai serat saraf menghilang dan lumen jadi terbuka.
simpatis dan parasimpatis yang mensarafi usus.
Histologi Esofagus
Persarafan Simpatis dan Mukosa
Parasimpatis Pada Usus
Mukosa esofagus terdiri atas epitel gepeng berlapis,
Persarafan parasimpatis merangsang gerak peristaltik, lamina propria fibroelastik, dan lapisan otot polos, yaitu
menghambat otot sfingter, dan mencetuskan aktivitas muskularis mukosa yang tersusun longitudinal.
sekretorik; saraf simpatis menghambat gerak peristaltik dan
mengaktifkan otot sfingter.
Mukosa esofagus terdiri atas tiga lapisan, yaitu: epitel,
Saluran cerna menerima saraf parasimpatis dari nervus lamina propria, dan muskularis mukosa (Gambar 17-2).
vagus, kecuali kolon desendens dan rektum, yang disarafi Lumen esofagus, yang dilapisi oleh epitel gepeng berlapis
oleh cabang sakral (spinal). Sebagian besar serat saraf tanpa lapisan keratin yang tebalnya 0,5 mm ini biasanya
nervus vagus adalah serat sensoris yang meneruskan kolaps dan hanya terbuka selama proses menelan. Epitelnya
informasi dari reseptor di dalam mukosa menampilkan aparatus rete (rete apparatus) yang
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 384

384 䡲 䡲 䡲 Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran cerna

LP

S
IC

Gambar 17-2 Mikrograf-cahaya esofagus


(17x). Perhatikan bahwa lumen dilapisi oleh
epitel gepeng berlapis yang relatif tebal (E)
OL yang membentuk rete apparatus yang
berkembang baik dengan lamina proprianya
(LP). Submukosanya (S) diliputi oleh
muskularis ekterna tebal yang terdiri dan
lapisan otot sirkular dalam (IC), dan
longitudinal luar (OL).

berkembang seperti yang tampak pada interdigitasinya Submukosa esofagus mengandung kelenjar mukosa yang
dengan jaringan ikat di bawahnya. Epitelnya lebih lambat disebut kelenjar esofagus sejati.
regenerasinya dibandingkan dengan daerah lain saluran
cerna; sel yang barU terbentuk di lapisan basal epitel Submukosa esofagus terdiri atas jaringan ikat padat
mencapai permukaan bebasnya dalam 3 pekan. Di antara fibroelastik, yang mengandung kelenjar esofagus sejati.
keratinosit pada epitel, tersebar sel penyaji-antigen (antigen- Esofagus dan duodenum adalah dua bagian saluran cerna
presenting cells) yang disebut sel Langerhans, yang yang mengandung kelenjar di lapisan submukosa.
memfagositosis dan mendegradasi antigen menjadi Gambaran mikroskop elektron kelenjar tubuloasinar ini
polipeptida kecil yang disebut epitop. Sel ini juga menunjukkan bahwa unit sekretorisnya terdiri atas dua
mensistesis molekul major histocompatibility complex macam sel, yaitu sel mukosa dan serosa.
(MHC) II, melekatkan epitop pada molekul MHC, dan
menyodorkan kompleks MHC II-epitop ke limfosit (lihat Sel mukosa mempunyai inti gepeng yang terletak di
Bab 12). basal, dan bagian apikalnya dipenuhi oleh granula sekretorik
berisi mukus. Sel serosa berinti bulat yang terletak di
Lamina proprianya tidak mencolok, dan mengandung tengah. Granula sekretoriknya mengandung proenzim
kelenjar kardia esofagus, yang dapat dijumpai di dua pepsinogen dan suatu bahan antibakteri, yaitu lisozim.
daerah, yaitu kelompokan kelenjar di daerah dekat farings, Saluran keluar kelenjar ini menyalurkan sekret kelenjar ke
dan kelompokan lainnya di perbatasan dengan lambung. lumen esofagus.
Selain itu, lamina propria terkadang juga mengandung
Pleksus submukosa terdapat di lapisan ini, di dekat
nodul limfoid, yang merupakan bagian sistem MALT.
lapisan sirkular dalam dari muskularis eksterna.
Muskularis mukosanya khas karena hanya terdiri atas
selapis serat otot polos yang tersusun longitudinal, yang
menebal di daerah dekat lambung. Muskularis Eksterna dan Adventisia
Kelenjar kardia esofagus menghasilkan mukus yang
melapisi dan melumasi permukaan esofagus untuk
Muskularis eksterna esofagus terdiri atas serat otot skelet
melindungi epitelnya dari gumpalan makanan (bolus) yang dan otot polos.
menuju lambung. Karena kelenjar ini mirip dengan kelenjar
kardia lambung, beberapa peneliti menduga bahwa kelenjar
ini adalah jaringan lambung ektopik. Muskularis eksterna esofagus terdiri atas 2 lapis, lapis
sirkular dalam dan longitudinal luar. Akan tetapi, lapisan
otot esofagus khas karena terdiri atas serat otot skelet dan
Submukosa otot polos. Muskularis eksterna esofagus sepertiga
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 385

Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna ■ ■ ■ 385

bagian atas terutama terdiri atas otot skelet; sepertiga bagian Lambung memproses makanan yang ditelan menjadi
tengah terdiri atas otot skelet dan otot polos;dan sepertiga larutan kental bersifat asam, yang disebut adonan
bagian bawah hanya terdiri atas serat otot polos. Pleksus (chyme).
Auerbach terdapat di antara kedua lapisan otot polos
muskularis eksterna sirkular dalam dan longitudinal luar.
Lambung adalah bagian paling melebar pada saluran cerna,
Esofagus diliputi oleh adventisia sampai esofagus yang bentuknya mirip kantong. Pada keadaan istirahat,
menembus diafragma, dan sesudahnya, esofagus diliputi rerata volume lambung orang dewasa adalah 50 mL. Akan
oleh serosa. tetapi, lambung dapat menampung sekitar 1.500 mL
makanan dan cairan lambung saat mengembang maksimal.
Histofisiologi Esofagus Saat lambung mengembang, tekanan intraluminalnya relatif
tetap konstan karena hormon ghrelin, yang tidak hanya
menyebabkan rasa lapar tetapi juga menyebabkan relaksasi
Esofagus tidak mempunyai sfingter anatomik, tetapi reseptif serat otot polos muskularis eksterna. Bolus dari
mempunyai dua sfingter fisiologik, yaitu sfingter faringo- esofagus akan lewat batas gastroesofageal dan masuk ke
esofageal dan sfingter gastroesofageal interna dan lambung untuk diolah menjadi cairan kental yang disebut
eksterna, yang berturut-turut mencegah refluks dari adonan (chyme). Lambung secara bertahap mengeluarkan
esofagus ke farings dan dari lambung ke esofagus. Sfingter sejumlah kecil isinya lewat katup pilorik ke dalam
gastroesofageal interna terdiri atas serat otot polos, dan duodenum. Lambung membuat makanan menjadi cair, dan
berada di tempat esofagus menembus diafragma untuk melanjutkan pencernaan lewat produksi asam lambung dan
menyatu dengan lambung. Serat otot polos sfingter ini berbagai enzim, yaitu pepsin, rennin, dan lipase lambung,
selalu berkontraksi, kecuali saat bolus akan lewat ke dalam serta hormon parakrin.
lambung, atau saat seseorang sedang muntah. Selain itu, Secara anatomik, lambung mempunyai kurvatura minor
otot skelet dari diafragma melingkari esofagus dan yang cekung dan kurvatura mayor yang cembung. Secara
menutupnya saat inspirasi dan saat ada peningkatan makroskopik, lambung terdiri atas 4 bagian:
tekanan intraabdominal (saat defekasi). Bolus yang masuk
ke esofagus akan didorong ke arah lambung dengan 䡲 Kardia: daerah sempit pada batas gastroesofageal,
kecepatan sekitar 50 mm/detik oleh gerak peristaltik lebarnya 2-3 cm
muskularis eksterna. 䡲 Fundus: daerah berbentuk kubah di kiri esofagus, dan
sering berisi gas
䡲 Korpus: bagian terbesar, yang bertugas membentuk
adonan (chyme)
KORELASI KLINIS 䡲 Pilorus (antrum pilorik): bagian yang mengkerut,
berbentuk corong, dan dilengkapi sfingter pilorik yang
Pada tempat esofagus menembus diafragma,
esofagus diperkuat oleh serat otot diafragma. Pada tebal untuk mengontrol pengeluaran adonan (chyme) secara
beberapa orang tertentu, perkembangannya bertahap ke duodenum
abnormal, sehingga terjadi celah melingkar di antara Secara histologik, fundus dan korpus penampilannya sama.
diafragma dan esofagus, yang menyebabkan Semua bagian lambung menampilkan lipatan longitudinal
lambung dapat naik ke rongga dada. Keadaan ini (transversal di daerah antrum) yang disebut rugae, yang
disebut sebagai hernia hiatal, dan menyebabkan menghilang saat lambung mengembang. Lipatan
kelemahan sfingter gastroesofageal dengan akibat longitudinal ini melibatkan lapisan mukosa dan submukosa.
terjadinya refluks isi lambung ke dalam esofagus. Rugae menyebabkan lambung dapat mengembang saat
penuh berisi makanan dan cairan lambung. Selain itu,
Sindrom Barrett yang merupakan keadaan pra-
lapisan epitel lambung masuk ke dalam mukosa dan
maligna diduga diawali oleh refluks gastroesofageal.
membentuk sumur lambung (foveola gastrika). Sumur
Karena itu, pada sindrom ini, sebagian epitel gepeng
lambung yang paling dangkal terdapat di fundus dan yang
berlapis tanpa lapisan keratin pada esofagus bagian
paling dalam di pilorus. Sumur lambung meningkatkan luas
terbawah umumnya digantikan oleh epitel silindris
permukaan lambung. Lima sampai tujuh kelenjar
selapis yang mirip epitel yang melapisi lambung.
lambung yang berada di lamina propria bermuara pada
Dengan endoskopi, daerah metaplastik ini berwarna
dasar tiap sumur lambung.
kemerahan, dan dianggap sebagai sindrom Barret
bila mencakup sedikitnya 3 cm daerah esofagus.
Bila terdapat banyak bercak kemerahan di bagian Histologi Lambung
bawah esofagus, mungkin reseksi esofagus perlu
dilakukan. Struktur mikroskopik mukosa lambung yang akan dibahas
secara rinci adalah strutur mikroskopik fundus lambung
(Gambar 17-3), karena bagian lainnya adalah variasi dari
fundus lambung.

LAMBUNG
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 386

386 䡲 䡲 䡲 Bab 17 䡲 Sistem pencernaan: Saluran cerna

Lambung

Sel epitel permukaan

Sel regeneratif
Sumur

Mukosa Ismus
Sel mukus leher

Leher

Kelenjar
Dasar Sel parietal (oksintik)

Kelenjar
Muskularis mukosa
lambung

Submokosa
Sel utama (zimogen

Sel enteroendokrin (sel


DNAS, sel APUD)

Gambar 17-3 Komposisi sel fundus lambung dan kelenjar fundus. Kelenjar fundus bermuara di dasar sumur lambung, dan tiap kelenjar terdiri atas ismus, leher
dan dasar.

lah variasi dan fundus lambung. Lumen fundus lambung berbatasan dengan epitel silindris
selapis yang terdiri atas sel epitel permukaan, yang
Mukosa Fundus menghasilkan lapisan mukus kental (Gambar 17-4A)
berupa bahan mirip-jeli yang menempel pada permukaan
Mukosa fundus lambung terdiri atas tiga lapisan, yaitu: (1) lambung dan melindunginya dari autodigesti. Selain itu, ion
epitel yang berbatasan dengan lumen; (2) jaringan ikat di bikarbonat terperangkap dalam lapisan mukus tadi, sehingga
bawah epitel yang disebut lamina propria; dan (3) lapisan pada perbatasan lendir dengan membran sel epitel
muskularis mukosa yang terdiri atas serat otot polos. permukaan dapat dipertahankan pH yang relatif netral,
walupun isi lumen pHnya rendah (bersifat asam). Sel epitel
Epitel Lambung permukaan akan melanjutkan diri ke bawah dan melapisi
sumur lambung. Sel regeneratif terdapat pada dasar sumur
lambung, tetapi jumlahnya lebih banyak di daerah leher
Lapisan epitel lambung mensekresi mukus (lendir) yang kelenjar lambung. Karena itu, sel regeneratif akan dibahas
tampak melapisi dan melindungi perrmukaan lambung. pada pembahasan mengenai kelenjar lambung.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 387

BAB 17 䡲 Sistem pencernaan: Saluran cerna ■ ■ ■ 387

LP E M

Gambar 17-4 A, Mikrograf-cahaya mukosa


fundus lambung (132x). Mukosa terdiri atas
epitel silindris selapis (E), jaringan ikat lamina
propria (LP), dan muskularis mukosa (MM).
Sebagian kecil submukosa (S) tampak di sudut C
kiri bawah. B, Gambaran mikroskopik¬cahaya
kelenjar fundus (270x). Perhatikan bahwa
kelenjar sangat berdesakan, dan sebagian besar
jaringan ikat yang mengandung pembuluh kapilar
terjepit di antara kelenjar. C, sel utama; M, sel MM
mukus leher; P, sel parietal.

Pada gambaran mikroskop elektron, sel epitel pemukaan merupakan bagian terpanjang (lihat Gambar 17-3). Epitel
lambung tampak mempunyai sekumpulan mikrovili gemuk silindris selapis yang menyusun kelenjar fundus terdiri atas 6
pendek yang dilapisi glikokaliks pada permukaan apikalnya. macam sel, yaitu: (1) sel epitel permukaan, (2) sel mukus
Sitoplasma bagian apikalnya mengandung granula sekretoris leher, (3) sel regeneratif (punca), (4) sel parietal (oksintik),
yang berisi bahan homogen yang merupakan prekursor (5) sel utama (zimogen), dan (6) sel sistem neuroendokrin
mukus kental (Gambar 17-5). Pada sel epitel permukaan, difus (diffuse neuroendocrine system, DNES) yang juga
membran sel bagian lateralnya membentuk zonulae disebut sel APUD (amine precursor uptake and
occludentes atau taut kedap dan zonulae adherentes atau taut decarboxylation) atau sel enteroendokrin. Distribusi berbagai
lekat dengan membran sel sebelahnya. Intinya terletak di sel tersebut pada ketiga daerah kelenjar dapat dilihat di Tabel
basal, dan sitoplasma di antara inti dan bagian apikal yang 17-1.
berisi granula sekretoris terutama mengandung mitokondria Sel epitel permukaan pada daerah ismus mirip dengan sel
dan aparatus pensintesa dan pengemas protein. epitel permukaan yang telah dibahas sebelumnya. Struktur
dan fungsi kelima sel lainnya akan dibahas di bawah ini.
Lamina Propria Lambung
Lamina propria lambung terdiri atas jaringan ikat longgar
yang sangat vaskular (mengandung banyak pembuluh darah).
Jaringan ikat ini mengandung banyak sel plasma, limfosit, sel Sel Mukus Leher
mast, dan fibroblas, serta di sana-sini terdapat serat otot polos.
Sebagian besar lamina propria dipenuhi oleh kelenjar
lambung yang berjumlah sekitar 15 juta, yang pada bagian Sel mukus leher menghasilkan mukus encer yang
fundus disebut kelenjar fundus (oksintik) (Gambar 17-4B). bercampur dan melumasi adonan (chyme), sehingga
mengurangi gesekan saat adonan (chyme) lewat
KELENJAR FUNDUS sepanjang saluran cerna.
Tiap kelenjar fundus memanjang dari muskularis mukosa
sampai dasar sumur lambung, dan terbagi menjadi tiga Sel mukus leher bentuknya silindris atau kolumnar, mirip
daerah yaitu: ismus, leher dan dasar. Daerah dasar sel mukus (epitel) permukaan, tetapi bentuknya sering te-
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 388

388 䡲 䡲 䡲 Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna

mv

rER

Gambar 17-5 Mikrograf elektron sel epitel permukaan pada


P korpus lambung tikus (11.632x). G, aparat Golgi; J,
kompleks tautan; L, lumen; m, mitokondria dengan densitas
bulat besar yang disebut nodul (n); my, mikrovilus; N, inti;
ov, granula sekretoris oval; P, tonjolan antarsel; rER,
retikulum endoplasma kasar; sp, granula bulat. (Dart Karam
SB, Leblond CP: Identifying and counting epithelial cell
types in the "corpus" of mouse stomach. Anat Rec 232:
231-246, 1992.)

ri mukus yang disintesis oleh sel epitel permukaan; mukus


Tabel 17-1 Distribusi Berbagai Sel pada dari sel mukus leher sifatnya encer dan fungsinya melumasi
Kelenjar Fundus isi lambung. Membran sel bagian lateralnya membentuk taut
kedap
Daerah Jenis Sel

Ismus Sel pelapis (epitel) permukaan dan sedikit Sel Regeneratif (Punta)
sel DNES
Leher Sel regeneratif jumlahnya relatif sedikit dan tersebar di
Sel mukus leher, sel regeneratif, sel
antara sel mukus leher (lihat Gambar 17-3). Sel ini
parietal, dan sedikit sel DNES
bentuknya kolumnar dan hanya mengandung sedikit
Dasar Sel utama, terkadang sel parietal, dan organel, tetapi mengandung banyak sekali ribosom. Intinya
sedikit sel DNES terletak di basal, heterokromatinnya sedikit, dan
mengandung satu anak inti yang besar. Membran sel
DNES, diffuse neuroendocrine system. lateralnya juga membentuk taut kedap dan taut lekat dengan
sel sekitarnya.
Sel regeneratif berproliferasi untuk menggantikan semua
rdistorsi karena terjepit di antara sel lain di sekitarnya. macam sel lainnya pada kelenjar fundus, sumur lambung,
Jadi, sel mukus leher mempunyai mikrovili pendek, inti dan permukaan luminal. Sel baru yang terbentuk bermigrasi
yang terletak di basal, dan aparat Golgi yang berkembang ke lokasinya yang baru di bagian terbawah kelenjar atau ke
baik, serta retikulum endoplasma kasar (Gambar 17-6). atas, yaitu ke sumur lambung dan permukaan lambung. Sel
Mitokondrianya terutama terletak di basal. Sitoplasma epitel pemukaan, sel enteroendokrin, dan sel mukus leher
bagian apikalnya dipenuhi oleh granula sekretoris yang diganti setiap 5-7 hari; jadi, sel regeneratif laju
mengandung produk sekretoris homogen yang berbeda da- proliferasinya tinggi.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 389

Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan:Saluran cerna ■ ■ ■ 389

Gambar 17-6 Mikrograf elektron sel


mukus leher pada korpus lambung tikus.
Inset: granula sekretoris, (c). c, granula
berteras padat; D, desmosom; G, aparat
Golgi; J, kompleks tautan; L, lumen; m,
mitokondria; mg, granula mukus; my,
mikrovilus; N, inti; rER, retikulum
endoplasma kasar. (Dari Karam SB,
Leblond CP: Identifying and counting
epithelial cell types in the "corpus" of
mouse stomach. Anat Rec 232:
231-246, 1992.)

Sel Parietal (Oksintik) Sel parietal mempunyai inti bulat yang terletak di basal,
dan sitoplasmanya eosinofilik. Ciri yang mencolok adalah
adanya invaginasi plasmalema apikal yang membentuk
Sel parietal menghasilkan asam klorida dan faktor intrinsik
kanalikuli intrasel yang permukaannya penuh dengan
lambung; kedua produk ini dilepaskan ke dalam lumen
mikrovili (Gambar 17-7 dan 17-8). Sitoplasma yang
lambung.
berbatasan dengan mikrovili ini kaya akan sistem
tubulovesikular yang terdiri atas vesikel bulat dan
Sel parietal adalah sel besar yang bentuknya bulat sampai tubular. Selain itu, sel parietal kaya mitokondria yang
seperti piramid. Letaknya terutama di setengah bagian atas keseluruhan volumenya mencapai setengah volume
kelenjar fundus, dan hanya sedikit yang terdapat di daerah sitoplasma. Organel untuk sintesis protein, yaitu aparat
dasar (lihat Gambar 17-3 dan 17-4). Diameternya sekitar Golgi dan retikulum endoplasma kasar jumlahnya terbatas.
20-25 µm dan letaknya di bagian perifir kelenjar. Sel ini Jumlah mikrovili dan sistem tubulovesikular secara tidak
menghasilkan asam klorida (HCl) dan faktor intrinsik langsung saling berhubungan, dan bervariasi tergantung
lambung. aktivitas mensekresi HCl oleh sel parietal. Saat aktif
memproduksi HCl, jumlah mikrovili bertambah dan sistem
tubulovesikular berkurang. Jadi, cadangan membran sel
KORELASI KLINIS disimpan dalam bentuk tubulus dan vesikel, yang mungkin
Faktor intrinsik lambung adalah glikoprotein digunakan pada pembentukan mikrovili yang meningkatkan
yang disekresikan ke lumen lambung, dan luas permukaan sel empat sampai lima kali lipat saat
diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dari ileum. persiapan produksi HC1.
Tiadanya faktor ini menyebabkan defisiensi Proses pembentukan mikrovili membutuhkan energi dan
vitamin B12 yang berakibat terjadinya anemia melibatkan polimerisasi aktin larut menjadi filamen, yang
permisiosa. Karena hati menyimpan vitamin B12 kemudian berkerja sama dengan miosin untuk
dalam jumlah besar, defisiensi vitamin ini memindahkan membran dari sistem tubulovesikular ke
memerlukan waktu beberapa bulan untuk muncul kanalikuli intrasel. Cadangan membran mengandung
sesudah terhentinya produksi faktor intrinsik ini. banyak H+, K+-ATPase (suatu protein yang memompa pro-
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 390

390 䡲 䡲 䡲 Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna

Gambar 17–7 Mikrograf elektron sel parietal pada korpus


lambung tikus (14.000x). Go, aparat Golgi; Mi, mitokondria; Ox, inti
sel oksifil; Ve, aparat tubulovesikular; Vi, mikrovili. (Dari Rhodin
Gambar 17-8 Mikrograf-elektron skening permukaan pecah sel parietal
JAG,: An atlas of ultrastructure. Philadelphia, WB Saunders, 1963.)
istirahat (50,000x). Matriks sitoplasma dihilangkan dengan cara osmium
aldehid-DMSO-osmium (cara A-ODO), untuk memperlihatkan membran
sitoplasmik. Jalinan tubulosisternal (TC) berhubungan dengan kanalikuli
ton dari sitoplasma ke dalam kanalikuli intrasel). intrasel (IC) yang bermikrovili (MV). Inset: pembesaran daerah yang
Pembentukan asam klorida akan dijelaskan kemudian. ditunjuk anak panah (100.000x). (Dari Ogata T, Yamasaki Y: Scanning
EM of the resting gastric parietal cells reveals a network of cytoplasmic
tubules and cisternae connected to the intracellular canaliculus. Anat Rec
Sel Utama (Zimogen) 258: 15-24, 2000.)

gen. Selain itu, ikatan sekretin pada reseptornya yang


Se! utama menghasilkan enzim pepsinogen, rennin, dan terdapat di basal membran plasma sel utama mencetuskan
lipase lambung, yang dilepaskan ke dalam lumen lambung. sistem caraka kedua (second messenger) yang juga
menyebabkan eksositosis pepsinogen.
Kebanyakan sel di dasar kelenjar fundus adalah sel utama
(Gambar 17-3 dan 17-4). Sel tersebut bentuknya kolumnar, Sel DNES (APUD atau
sitoplasmanya basofilik, intinya terletak di basal, dan Enteroendokrin)
bagian apikalnya mengandung granula sekretorik berisi
proenzim pepsinogen, rennin, dan lipase lambung. Sel DNES bentuknya terbuka atau tertutup. Sel tersebut
Gambaran mikroskop elektron menunjukkan bahwa sel menghasilkan hormon endokrin, parakrin, dan
utama kaya akan retikulum endoplasma kasar, aparat neurokrin.
Golginya meluas, dan mengadung banyak granula
sekretoris yang diselingi oleh sedikit lisosom di bagian
apikalnya (Gambar 17-9). Bagian apikal permukaan selnya Sekelompok sel kecil yang tersebar secara individual di
yang berbatasan dengan lumen kelenjar mengandung antara sel epitel lain pada mukosa lambung, secara kolektif
mikrovili pendek yang dilapisi gfikokaliks. dikenal dengan berbagai nama, yaitu:
Eksositosis pepsinogen dan sel utama diinduksi oleh
stimulasi saraf dan hormonal. Stimulasi saraf oleh nervus 䡲 Sel
argentafin dan argirofilik, karena sel tersebut terwarna
vagus adalah penyebab utama penglepasan pepesino- dengan pewarna yang mengandung perak
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 391

Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran cerna ■ ■ ■ 391

Gambar 17-9 Mikrograf elektron sel utama pada


fundus lambung tikus (11.837x). BM, membran
basal; G, aparat Golgi; L, lumen; m, mitokondria ,
N, inti; nu, anak inti; rER, retikulum endoplasma
kasar; ZC, sel zimogen (utama); zg, granula
zimogen. (Dari Karam SB, Leblond CP;
identifying and counting epithelial cell types in the
"corpus" of mouse stomach. Anat Rec
232:231-246, 1992.)

䡲 Sel APUD, karena beberapa dari sel tersebut mampu cerna (tipe terbuka) dan yang tidak (tipe tertutup). Tipe
mengambil prekursor amin dan mendekarboksilasikannya terbuka mencapai permukaan lewat tonjolan apikal tipis

Sel DNES, karena sel tersebut adalah anggota dari sistem bermikrovili, yang mungkin berfungsi untuk memantau isi
lumen lambung. Sitoplasma sel DNES mengandung
neuroendorin difus
䡲 retikulum endoplasma kasar dan aparat Golgi yang
Sel enteroendokrin, karena sel tersebut berkembang baik, dan banyak mitokondria. Selain itu,
menghasilkan substansi mirip-hormon, dan sebagian besar sel mengandung granula sekretoris kecil di
terdapat dalam epitel saluran cerna (enterik) bagian basalnya.
Semua sel DNES melepas isi granulanya ke bagian basal,
Beberapa sel tersebut dinamai khusus sesuai dengan bahan ke dalam lamina propria. Bahan yang dilepaskan oleh sel
yang dihasilkannya. Umumnya, suatu sel DNES (pelepas sinyal), berkelana dalam jarak pendek di zat antar
menghasilkan hanya satu macam bahan, tetapi terkadang sel sekitar sel pelepas sinyal tersebut dan bekerja pada sel
ada sel yang menghasilkan dua bahan berbeda. Dengan target di dekat sel pelepas sinyal (efek parakrin). Bahan yang
demikian, sedikitnya ada 13 macam sel DNES, dan hanya dilepaskan dapat pula masuk dalam pembuluh darah dan
beberapa yang terdapat pada mukosa lambung (Tabel 17-2). berkelana jauh untuk mencapai target selnya (efek
Sel DNES tidak hanya terdapat di saluran cerna, tetapi juga endokrin). Selain itu, bahan yang dilepaskan mungkin pula
pada sistem respirasi dan pankreas bagian endokrin. Selain identik dengan neurosekret. Karena ketiga kemungkinan di
itu, beberapa produk sekretoris yang dilepaskan oleh sel atas, maka para peneliti menggunakan istilah parakrin,
DNES identik dengan neurosekret pada susunan saraf pusat. endokrin dan neurokrin untuk membedakan akibat dan
Makna lokasinya yang beragam dan bahan yang bahan yang dilepaskan.
dihasilkannya belum sepenuhnya jelas.
Gambaran mikroskop elektron sel DNES menunjukkan Muskularis Mukosa Lambung
bahwa sel kecil tersebut terdapat di atas lamina basal dan Sel otot polos yang membentuk muskularis mukosa
terdiri atas dua jenis, yaitu yang mencapai lumen saluran lambung tersusun dalam tiga lapisan. Ketiga lapisan ta-
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 392

392 䡲 䡲 䡲 Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna

Tabel 17-2 Sel Diffuse Neuroendocrine System (DNES) dan Hormon Saluran
Gastrointestinal

Hormon yang Granula


Sel* Lokasi Kerja Hormon
Dihasilkan Ukuran (nm)

A Lambung dan Glukagon Stimulasi glikogenolisis oleh hepatosit, sehingga


250
usus kecil (enteroglukagon) meningkatkan kadar gula darah

D Lambung, usus Somatostatin


350 Menghambat pelepasan hormon oleh sel DNES di
kecil dan usus
dekatnya
besar
EC Lambung, usus Serotonin
kecil dan usus 300 Meningkatkan gerak peristaltik
Substans iP
besar

ECL Lambung Histamin 450 Stimulasi sekresi HCl

Stimulasi sekresi HC1, motilitas lambung (terutama


G Lambung dan 300
Gastrin kontraksi daerah pilorus dan relaksasi sfingter
usus kecil
pilorus untuk mengatur pengosongan lambung) dan
proliferasi sel regeneratif di badan lambung

Lambung, usus
GL Glisentin 400 Stimulasi glikogenolisis hepatosit, sehingga
besar dan usus
meningkatkan kadar gula darah
kecil

I Usus kecil kolesistokinin 250 Stimulasi pelepasan enzim pankreas dan


kontraksi kandung empedu
K Usus kecil Gastric inhibitory
350 Menghambat sekresi HC1
peptide
Mo Usus kecil Motilin Meningkatkan peristalsis usus
N Usus kecil Neurotensin Meningkatkan aliran darah ke ileum dan
300
menurunkan gerak peristaltik usus besar dan kecil

Lambung dan Polipeptida Stimulasi pelepasan enzim oleh sel utama;


PP (F) usus besar pankreas 180 menurunkan pelepasan HC1 oleh sel
parietal; menghambat pelepasan eksokrin pankreas

S Usus kecil Sekretin 200 Stimulasi pelepasan cairan kaya-bikarbonat


dari pankreas
VIP Lambung, usus Peptida intestinal Meningkatkan aksi peristaltik usus besar dan kecil,
besar dan usus vasoaktif dan stimulasi pembuangan ion oleh saluran cerna
kecil

*Tabel ini memuat sebagian besar sel DNES


ECL, enterochromaffin-like cell; EC, sel enterokromafin; G, sel penghasil gastrin; GI, gastrointestinal; GL, sel penghasil glisentin; HC1, asam
hidroklorida; MO, sel penghasil motilin; N, sel penghasil neurotensin; PP (F), sel penghasil polipeptida pankreas (sel F); VIP, sel penghasil
polipeptida intestinal vasoaktif.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 393

Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna ■ ■ ■ 393

Gambar 17-10 Mikrograf elektron sel


DNES pada korpus lambung tikus. G,
aparat Golgi; g, granula sekretoris; N,
inti; nu, anak inti; m, mitokondria; rER,
retikulum endoplasma kasar. (Dari
Karam SB, Leblond CP: Identifying and
counting epithelial cell types in the
"corpus" of mouse stomach. Anat Rec
232: 231-246, 1992.)

di adalah lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar yang


P
berkembang baik, dan lapisan ketiga yang sirkular dan
terdapat di bagian paling luar. Lapisan ketiga ini tidak selalu
ada.

Perbedaan Mukosa bagian


Kardia dan Pilorus

Mukosa kardia berbeda dari fundus lambung dalam hal


sumur lambungnya yang lebih dalam dan bagian dasar
kelenjar yang sangat bergelung. Populasi sel kelenjar kardia
terutama terdiri atas sel epitel permukaan, beberapa sel
mukus leher dan sedikit sel DNES dan parietal, dan tidak
ada sel utama (Tabel 17-3).
Kelenjar pilorus mengandung jenis sel yang serupa
dengan kelenjar kardia, tetapi sel yang terbanyak adalah sel LP
mukus leher. Selain menghasilkan mukus, sel mukus leher
menghasilkan lisozim, suatu enzim bakterisidal. Kelenjar MM
pilorus sangat bergelung dan cenderung bercabang. Selain
itu, sumur lambungnya sangat dalam, lebih dalam ketimbang
di kelenjar kardia dan fundus. Sumur lambung ini masuk ke Gambar 17-11 Mikrograf cahaya pilorus lambung (132x). Sumur
lamina propria dan mencapai setengah lamina propria lambung jauh lebih dalam daripada di kardia atau fundus lambung. P,
sumur lambung; LP, lamina propria; MM, muskularis mukosa.
(Gambar 17-11; lihat juga Tabel 17-31.

Muskularis Eksterna
Submukosa Lambung
Muskularis eksterna lambung terdiri atas tiga lapisan otot
jaringan ikat padat kolagen yang susunannya tidak teratur
polos: yaitu lapisan terdalam yang serong (oblik), lapisan
pada submukosa lambung kaya jalinan vaskular dan limfatik
tengah yang sirkular, dan lapisan luar yang longitudinal.
yang mensuplai dan menerima darah dari pembuluh darah
lamina propria. Populasi sel submukosa lambung serupa
dengan yang terdapat pada jaringan ikat sejati. Pleksus Sel otot polos muskularis eksterna lambung terdiri atas tiga
submukosa terdapat pada lokasinya yang biasa, yaitu di lapisan. Lapisan terdalam yang oblik tidak tampak jelas,
dekat muskularis eksterna. kecuali di kardia. Lapisan tengah yang sirkular tampak
394 䡲 䡲 䡲

Tabel 17-3 Histologi Saluran Cerna

Jenis sel Lamina Sel pada Muskularis Muskularis Serosa atau


Organ Epitel Submukosa
pada epitel propria kelenjar Mukosa Eksterna Adventisia

Kelenjar Adventisia
Esofagus Berlapis gepeng Sel pensekresi Hanya lapis Kelenjar Sirkulas dalam
kardia (kecuali serosa
tanpa keratin mukus longitudinal esofagus dan longitudinal
esofagus pada ruang
luar
abdominal)
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 394

Kelenjar Sel pelapis Sirkular dalam Oblik dalam


Sel pelapis permukaan, sel
Kardia kardia; longitudinal Tanpa sirkular tengah,
Selapis permukaan
lambung sumur mukus leher, sel luar, dan pada kelenjar longitudinal Serosa
kolumnar (tanpa sel
lambung regeneratif, sel beberapa terluar
goblet) utama, sel DNAS,
dangkal tempat sirkular
sel parietal terluar
Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna

Sirkular dalam Oblik dalam,


Sel pelapis Tanpa Serosa
Sel pelapis longitudinal sirkular tengah,
permukaan, sel kelenjar
Fundus Selapis permukaan Kelenjar luar, dan pada longitudinal
mukus leher, sel
lambung kolumnar (tanpa sel fundus regeneratif, sel beberapa terluar
goblet) utama, sel DNAS tempat sirkular
terluar

Sel mukus leher, Oblik dalam


Kelenjar Sirkular dalam
Sel pelepas sel pelapis sirkular tengah,
Pilorus Selapis pilorus; longitudinal Tanpa
permukaan permukaan sel luar, dan pada (berkembang Serosa
lambung kolumnar sumur kelenjar
(tanpa sel parietal, sel beberapa baik membentuk
goblet lambung
regeneratif, sel tempat sirkular sfingter pilorus),
dalam
DNES terluar longitudinal luar

Sel absortif Sel absortif


Selapis Kriptus permukaan, sel Sirkular dalam, kelenjar Sirkular dalam, Serosa dan
Duodenum kolumnar (sel permukaan,
lieberkuhn goblet, sel longitudinal Brunner longitudinal luar adventisia
goblet) sel goblet, sel
regeneratif, sel luar
DNES
DNES, sel Paneth
Jejunum Selapis Sel absorbtif Kriptus Sel absorbtif Sirkular dalam, Sirkular dalam, Serosa
kolumnar (sel permukaan, sel lieberkuhn permukaan, sel longitudinal Tanpa kelenjar longitudinal
goblet) goblet, sel goblet, sel luar luar
DNES regeneratif, sel
DNAS, sel paneth

Ileum Selapis Sel absorbtif Sel absorbtif Sirkular dalam, Sirkular dalam,
Kriptus Tanpa kelenjar; Serosa
kolumnar (sel permukaan, sel permukaan, sel longitudinal plakat peyer longitudinal
goblet) goblet, sel lieberkuhn; luar luar
plakat peyer goblet, sel dapat meluas
DNES regeneratif, sel sampai lapisan
DNAS, sel paneth ini

Kolon* Selapis Sel absorbtif Kriptus Sel absorbtif Sirkular dalam, Sirkular dalam, Serosa dan
kolumnar (sel permukaan, sel lieberkuhn permukaan, sel longitudinal Tanpa kelenjar longitudinal adventisia
goblet) goblet, sel goblet, sel luar luar
DNES regeneratif, sel termodifikasi
DNAS, sel paneth menjadi taenia
koli
Rektum Selapis Sel absorbtif Kriptus Sel absorbtif Sirkular dalam, Tanpa kelenjar Sirkular dalam, adventisia
kolumnar (sel permukaan, sel lieberkuhn permukaan, sel longitudinal longitudinal
goblet) goblet, sel dangkal goblet, sel luar luar
DNES regeneratif, sel
DNAS, sel paneth
Bab 17 䡲

Selapis kuboid; Kolumna rektal; Sirkular dalam adventisia


Kanal anal Sirkular dalam, Tanpa kelenjar; (membentuk
berlapis gepeng kelenjar
longitudinal pleksus sfingter anal
tanpa keratin; sirkumanal; pada
luar hemorhoid interna),
berlapis gepeng anus folikel
berkeratin rambut dan interna dan longitudinal
kelenjar sebasea eksterna luar (menjadi
lembar
fibroelastik)
Apendiks Selapis Sel absorbtif Kriptus Sel absorbtif
kolumnar (sel permukaan, sel Lieberkuhn; permukaan, sel Tanpa kelenjar; Sirkular dalam,
Sirkular dalam, terkadang ada Serosa
goblet) goblet, sel dangkal; goblet, sel longitudinal longitudinal
DNES nodul limfoid regeneratif, sel nodul limfoid; luar
luar mungkin ada
DNAS, sel
Sistem Pencernaan: Saluran Cerna ■

infiltrasi sel
panetth

lemak

°Termasuk sekum
DNES, diffuse neuroendocrine system.
395
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 396

396 䡲 䡲 䡲 Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan : Saluran Cerna

jelas di semua bagian lambung, dan sangat jelas di pilorus, yang memindahkan sejumlah kecil adonan (chyme) ke
karena lapisan ini membentuk sfingter pilori. Lapisan luar dalam duodenum. Kecepatan lambung dalam mengeluarkan
yang longitudinal paling jelas pada kardia dan korpus adonan (chyme) ke duodenum tergantung keasaman, isi
lambung, tetapi kurang berkembang pada pilorus. Pleksus kalori dan lemak, dan osmolalitas adonan (chyme).
mienterikus terdapat di antara lapisan tengah yang sirkular Gelombang peristaltik terjadi secara ritmik dengan
dan lapisan luar yang longitudinal. kecepatan sekitar tiga gelombang permenit, dan ritmisitas ini
Seluruh lambung diliputi oleh serosa, yang terdiri atas disebabkan oleh adanya pace-maker lambung. Sebagai
jaringan ikat longgar subserosa yang tipis dan diliputi oleh respons atas datangnya adonan (chyme) di duodenum,
epitel gepeng selapis yang tampak basah dan licin di bagian reseptor di duoenum segera menyebabkan penutupan
luarnya. Serosa ini menyediakan lingkungan yang hampir sfingter pilorus dan kontraksi muskularis eksterna antrum
bebas gesekan selama gerakan mengocok oleh lambung. pilorus mendorong kembali adonan (chyme) ke korpus
lambung agar adonan (chyme) bercampur sempurna dengan
enzim pencernaan.
Histofisiologi Lambung
Faktor yang mempermudah pengosongan lambung adalah
Lapisan epitel dan kelenjar lambung melepaskan sekret ke derajat distensi dan kerja gastrin. Gastrin adalah hormon
dalam lumen lambung. Sekret ini terdiri atas air, asam yang merangsang kontraksi muskularis eksterna daerah
klorida, faktor intrinsik lambung, pepsinogen, rennin, lipase pilorus dan relaksasi sfingter pilorus. Faktor yang
lambung, mukus kental dan encer. menghambat pengosongan lambung adalah distensi
duodenum; terlalu banyak lemak, protein atau karbohidrat;
Kelenjar lambung menghasilkan kurang lebih 2-3 L cairan dan peningkatan osmolaritas dan adonan (chyme ) yang
lambung perhari. Sekret ini terdiri atas (1) air (berasal dari terlalu asam yang berada di duodenum. Faktor di atas
cairan ekstra sel dalam jaringan ikat interstitial dan mengaktifkan mekanisme umpan balik neural dengan
dikeluarkan lewat sel parietal); (2) asam klorida (HCl) dan merangsang pengeluaran kolesistokinin, yang melawan kerja
faktor intrinsik lambung (dihasilkan oleh sel parietal); (3) gastrin, dan merangsang penglepasan gastric inhibitory
enzim pepsinogen, rennin, dan lipase lambung peptide , yang juga menghambat kontraksi lambung.
(dihasilkan oleh sel utama); (4) glikoprotein berupa mukus
kental (dihasilkan oleh sel epitel permukaan) yang
membentuk selubung mukus yang melindungi epitel Produksi Asam Lambung (HCI)
lambung dan berperan membentuk lingkungan berpH
hampir netral yang sesuai untuk bakteri Helicobacter pylon; Asam lambung diproduksi dalam 3 fase, yaitu: sefalik,
dan (5) mukus encer yang merupakan bagian isi lambung gastrik dan intestinal.
(dihasilkan oleh sel mukus leher). Absorbsi bahan makanan
di lambung sangat terbatas, walaupun beberapa bahan,
antara lain alkohol dapat diserap oleh mukosa lambung. Asam hidroklorida tidak hanya menghancurkan bahan
Ketiga lapis otot polos muskularis eksterna bekerjasama makanan, tetapi juga mengaktifkan proenzim pepsinogen
saat kontraksi dan mengaduk isi lambung dan makanan yang agar menjadi menjadi enzim proteolitik yang aktif yaitu
tertelan sehingga mencair dan membentuk adonan pepsin. Pepsin membutuhkan pH rendah agar dapat bekerja;
(chyme), yang berupa cairan kental. Selanjutnya, kontraksi dan HCl menyediakan lingkungan asam yang dibutuhkan
muskularis muskosa akan menyebabkan adonan (chyme) (pH 1 sampai pH 2).
bersentuhan dengan seluruh permukaan mukosa lambung. Sekresi HCl terjadi dalam 3 fase akibat berbagai
rangsang berbeda:
Pengosongan Isi Lambung
䡲 Sefalik: sekresi disebabkan faktor psikologis (misalnya:
pikiran, bau, melihat makanan, atau stres) yang
Interaksi antar neuron pleksus mienterik dan submukosus, mencetuskan impuls parasimpatis dan nervus vagus, yang
dan terutama efek hormon ghrelin menyebabkan tekanan menyebabkan pelepasan asetilkolin
䡲 Gastrik: sekresi disebabkan adanya bahan makanan
intraluminal lambung tetap konstan, dan tidak berkaitan
dengan tingkat distensi lambung. Saat lambung kosong, tertentu dalam lambung, atau regangan lambung yang
pilorus selalu terbuka; tetapi, saat peristaltik, sfingter disebabkan hormon parakrin, yaitu gastrin dan histamin,
pilorus tertutup. Kontraksi muskularis eksterna yang dan substansi neuroendokrin, yaitu asetilkolin; gastrin dan
terkoordinasi dan relaksasi sesaat sfingter pilorus histamin dihasilkan sel DNES pada lambung, yaitu sel G
memungkinkan pengosongan lambung secara intermiten,
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 397

Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna ■ ■ ■ 397

H2O

HCl
Tubulovesikel Kanalikulus

ADP
+ Pi
H+

K+
Cl–
K+
ATP

KCl

A ISTIRAHAT B Stimulasi C AKTIF

Gambar 17-12 Sel parietal. A, aparat tubulovesikular berkembang baik pada sel istirahat. B, mekanisme pelepasan asam klorida. C, banyak mikrovili pada sel
aktif.

dan sel mirip-enterokromofin (sel enterochromaffin-like/ yang menonjol pada permukaan kanalikuli intrasel,
ECL), sedangkan asetilkolin dilepaskan oleh nervus vagus sehingga meningkatkan kadar K+. Kadar K+ intrasel yang
䡲 Intestinal: sekresi disebabkan oleh adanya makanan tinggi memaksa K+ keluar sel lewat kanal ion pada
dalam usus kecil yang dicetuskan oleh hormon endokrin bagian basal plasmalema dan membran plasma mikrovili.
gastrin, yang dilepaskan oleh sel G pada usus kecil Jadi K+ terus-menerus beredar keluardan ke dalam sel
parietal.
5 air yang berasal dari cairan ekstrasel masuk ke dalam sel
Mekanisme Produksi Asam parietal dan meninggalkan sitoplasma untuk masuk
Lambung kanalikuli intrasel sebagai akibat kekuatan osmotik yang
ditimbulkan oleh perpindahan ion di atas. Karena
Produksi HCI dimulai saat gastrin, histamin dan asetilkolin
kanalikuli intrasel adalah perluasan lumen lambung, HCl
berikatan dengan reseptornya pada bagian basal membran
plasma sel parietal.
yang dibentuk oleh sel parietal masuk ke dalam lumen
lambung.

Sel parietal mempunyai reseptor gastrin, histamin dan Pelapis lambung dilindungi dari isinya yang sangat
asetilkolin pada bagian basal plasmalemanya. Ikatan asamoleh aktivitas bufer HCO3- yang terdapat dalam lapisan
molekul sinyal di atas pada reseptornya menyebabkan sel mukus yang diproduksi terutama oleh sel epitel permukaan
parietal memproduksi dan melepaskan HCl ke dalam dan sebagian kecil oleh sel mukus leher. Selain itu, zonula
kanalikuli intrasel. Prosesnya adalah sebagai berikut okludens sel epitel mencegah masuknya HCl ke dalam
(Gambar 17-12): lamina propria, sehingga melindungi mukosa dari kerusakan.
Tambahan lagi, beberapa bukti menunjukkan bahwa
1 enzim karbonik anhidrase menyebabkan produksi asam
karbonat (H2CO3) (dari air [H2O] dan karbon dioksida prostaglandin tidak hanya melindungi sel pelapis lumen
lambung, tetapi juga meningkatkan sirkulasi lokal, terutama
[CO2]), yang kemudian terdisosiasi menjadi ion hidrogen
saat integritas barier epitel terganggu. Peningkatan aliran
(H+) dan bikarbonat (HCO3-) di dalam sitoplasma sel darah ini menghalau H+ dari lamina propria.
parietal.
2 kemudian, H+, K+-ATPase menggunakan adenosin Inhibisi Penglepasan Asam
trifosfat (ATP) sebagai sumber energi untuk memompa Lambung
H+ intrasel keluar sel, ke dalam kanalikuli intrasel dan
mentransfer ion kalium (K+) ekstrasel ke dalam sel. Hormon somatostatin, prostaglandin, dan gastric
3 selain itu, protein karier yang menggunakan ATP inhibitory peptide (GIP) menghambat produksi HC1
sebagai sumber energi memompa K+ dan ion klorida lambung. Somatostatin bekerja pada sel G dan ECL untuk
(Cl-) keluar sel, ke dalam kanalikuli intrasel. Jadi, Cl- menghambat penglepasan gastrin dan histamin. Prostaglandin
dan H+ masuk ke lumen kanalikuli intrasel secara dan GIP bekerja langsung pada sel parietal dengan
terpisah dan bergabung di dalam sel menjadi HCI. menghambat produksi HC1.
4 K+ diangkut ke dalam sel secara aktif lewat-lewat Selain itu, urogastron yang dihasilkan oleh kelenjar
plasmalema bagian basal, maupun lewat mikrovili Brunner pada duodenum juga bekerja langsung pada sel
parietal untuk menghambat produksi HC1.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 398

398 䡲 䡲 䡲 Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna

KORELASI KLINIS 䡲 Plika sirkularis (katup) Kerckring adalah lipatan


transversal yang melibatkan mukosa dan submukosa.
Penyebab tukak lambung di USA yang paling sering Lipatan transversal ini membentuk peninggian (bukit)
mungkin prevalensi penggunaan obat non steroid anti- berbentuk semisirkular sampai helikal, yang beberapa di
inflamasi (NSAID) yaitu ibuprofen dan aspirin. antaranya dapat mencapai tinggi 8 mm, dan panjang 5 cm.
Kedua obat tersebut menghambat pembentukan Berbeda dari rugae pada lambung, plika sirkularis adalah
prostaglandin, jadi mencegah efek protektifnya pada
pelapis lambung. struktur (bangunan) tetap pada duodenum, jejunum, dan
setengah bagian proksimal ileum. Plika ini tidak hanya
Bakteri Helicobacter pylori, yang berada di memperluas permukaan usus kecil sebanyak 2-3 kali,
lapisan mukus yang melindungi epitel lambung, tetapi juga mengurangi kecepatan gerakan adonan (chyme)
mungkin juga terlibat sebagai salah satu faktor yang
saat lewat.
menimbulkan tukak. 䡲 Vilus adalah tonjolan lamina propria yang bentuknya mirip-
Hampir 12% akibat fatal terkait kanker disebabkan jari, dan diliputi oleh epitel. Teras tiap vilus mengandung
oleh karsinoma lambung, yang merupakan salah lengkung kapilar, saluran limf berujung buntu (lakteal), dan
satu keganasan gastrointestinal yang paling sering. beberapa serat otot polos, yang berada didalam jaringan ikat
Kanker lambung yang terlokalisasi paling sering
longgar yang kaya sel limfoid. Vili adalah bangunan tetap
terjadi di daerah kurvatura minor dan antrum pilorus.
yang jumlahnya 10-40 per mm2(Gambar 17-13 sampai
17-15). Jumlahnya lebih banyak di duodenum, daripada di
jejunum atau ileum. Makin ke distal tingginya makin
USUS KECIL menurun, yaitu dari 1,5 mm di duoenum, menjadi sekitar
0,5 mm diileum. Vili menyebabkan permukaan usus halus
Usus kecil terdiri atas tiga bagian, yaitu: duodenum, tampak seperti beledu, dan meningkatkan luas permukaan
jejunum, dan ileum. usus kecil sebanyak 10 kali.
䡲 Mikrovilus adalah modifikasi plasmalema berupa tonjolan

Pencernaan dimulai di rongga mulut, dan berlanjut di lambung pada permukaan apikal sel epitel yang melapisi vili
dan usus kecil, yang panjangnya 7m dan merupakan bagian intestinal, dan meningkatkan luas permukaan usus kecil
terpanjang saluran cerna. Usus kecil terbagi menjadi tiga sebanyak 20 kali.
bagian, yaitu: duodenum, jejunum, dan ileum. Walaupun
ketiga bagian tersebut secara histologis serupa, terdapat ciri Jadi, ketiga jenis modifikasi permukaan intestinal
yang dapat membedakan ketiga bagian tersebut. tersebut meningkatkan permukaan absorbsi nutrien
Usus kecil mencerna bahan makanan dan mengabsorbsi sebanyak 400 sampai 600 kali.
produk-akhir hasil proses pencernaan. Untuk malakukan Invaginasi epitel ke dalam lamina propria di antara vili
fungsi pencernaan, bagian pertama usus kecil (duodenum) membentuk kelenjar usus yang disebut kriptus
menerima enzim dan dapar (bufer) alkali dari pankreas, dan Lieberkuhn, yang juga meningkatkan luas permukaan
empedu dari hati. Selain itu, sel epitel dan kelenjar mukosa usus kecil.
juga berperan menghasilkan dapar dan enzim untuk
memudahkan pencernaan.

Gambaran Umum Histologik Mukosa Intestinal


Karena ketiga bagian usus kecil secara histologi serupa, Mukosa usus kecil terdiri atas tiga lapisan, yaitu: epitel
gambaran umumnya akan dijelaskan di bawah ini. silindris selapis, lamina propria, dan muskularis mukosa.
Berikutnya, variasi dari gambaran umum pada ketiga bagian
usus kecil (lihat Tabel 17-3), dan juga aspek fungsionalnya Epitel
akan dibahas. Epitel silindris selapis yang melapisi vili dan permukaan
antarvili terdiri atas sel absorbtif permukaan, sel goblet
Modifikasi Pemukaan Luminal dan sel DNES.

Permukaan luminal usus kecil diperluas oleh adanya plika SEL ABSORBTIF PERMUKAAN
sirkularis, viii, mikrovili, dan kriptus Liberkuhn (kelenjar
usus).
Sel absorbtif permukaan adalah sel kolumnar tinggi yang
Permukaan luminal usus kecil bermodifikasi agar luas berfungsi pada pencernaan akhir dan absorbsi air dan
permukaannya meningkat. Ada tiga jenis modifikasi, yaitu: nutrien.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 399

Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna ■ ■ ■ 399

Usus halus

Vilus Vilus
Vili

Sel absorbtif permukaan

Sel goblet

Kriptus
Lieberkuhn
Sel enteroendokrin
Lakteal

Lamina propria
Nodul limfoid Sel regeneratif
Muskularis mukosa Kriptus Lieberkuhn

Sel Paneth

Gambar 17-13 Mukosa, vili, kriptus Lieberkuhn, dan sel pada usus halus. Perhatikan bahwa kriptus bermuara pada ruang antarvilus. Ada nodul limfoid soliter
pada lamina propria.

Sel terbanyak pada epitel adalah sel absorbtif permukaan dipeptida dan disakarida menjadi monomernya. Teras
(Gambar 17-16, lihat juga Gambar 17-13 dan 17-15). Sel ini mikrovili mengandung aktin yang menjangkar pada filamen
adalah sel yang tingginya sekitar 25 µm, dan intinya yang aktin dan intermedia pada cell web atau terminal web atau
lonjong terletak di basal. Permukaan apikalnya menampilkan jejaring terminal di puncak sel . Sitoplasma sel absorbtif
gambaran brush border (paras sikat), dan sedian yang permukaan kaya organel, terutama endosom, retikulum
bagus, terminal barnya juga terlihat. Fungsi utama sel ini endoplasma halus (SER), retikulum endoplasma kasar
adalah pencernaan akhir dan absorbsi air dan nutrien. Selain (RER), dan aparat Golgi.
itu, sel ini juga melakukan re-esterifikasi asam lemak Membran sel bagian lateralnya membentuk zonula
sehingga menjadi trigliserida, membentuk kilomikron, dan okludens (taut kedap), zonula aderens (taut lekat),
mengangkut nutrien yang diabsorbsi ke lamina propria, desmosom, dan gap junction (taut salur) dengan sel
untuk didistribusikan ke seluruh tubuh. Proses absorbsi akan sebelahnya. Taut kedap mencegah lewatnya bahan dari dan
dibahas kemudian. ke lumen usus, lewat jalur paraselular.
Mikrograf elektron sel absorbtif permukaan menunjukkan
3.000 mikrovili, yang panjangnya sekitar 1 µm dan
ujungnya dilapisi lapisan glikokaliks tebal. Lapisan
SEL GOBLET
glikokaliks tidak hanya melindungi mikrovili dari Sel goblet adalah kelenjar uniselular (lihat Gambar 17-13
autodigesti, tetapi juga mengandung komponen enzimatik dan 17-15, juga lihat Bab 5). Duodenum memiliki jumlah sel
yang ikut berfungsi pada pencernaan akhir, yaitu memecah goblet paling sedikit, dan jumlah sel goblet meningkat ke
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 400

400 䡲 䡲 䡲 Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna

Gambar 17-14 Mikrograf-elektron skening vili pada ileum tikus. A, amati vili dan muara kriptus Lieberkuhn pada ruang antarvilus (160x). B, perhatikan
bahwa vilus dipecah untuk memperlihatkan teras jaringan ikat dan sel yang sedang bermigrasi (500x). (Dari Magney JE, Elandsen SL, Bjerknes ML, Cheng H:
Scanning electron microscopy of isolated epithelium of the murine gastrointestinal tract: Morphology of the basal surface and evidence for paracrine-like cells.
Am J Anat 177: 43-53, 1.986.)

arah ileum. Sel ini membuat musinogen, yang terhidrasi kecil (Gambar 17-7; lihat juga Gambar 17-14 dan 17-15).
menjadi musin yang merupakan komponen mukus. Mukus Jaringan ikat longgar lamina propria yang meluas ke bawah
membentuk lapisan pelindung epitel yang melapisi lumen. sampai muskularis mukosa sangat vaskular, dan terjepit di
antara kelenjar usus yang bentuknya tubular yang disebut
SEL DNES kriptus Lieberkuhn. Lamina propria juga kaya sel limfoid
Usus kecil mengandung berbagai jenis sel DNES yang yang terkadang membentuk nodul limfoid. Nodul limfoid ini
menghasilkan hormon parakrin dan endokrin (lihat bagian membantu melindungi pelapis usus dari serbuan
yang membahas lambung dan Tabel 17-2). Sekitar 1% sel mikroorganisme, dan akan dibahas kemudian.
yang melapisi permukaan vili dan antar-vili pada usus kecil
merupakan sel DNES.
KRIPTUS LIEBERKUHN
SEL M (MIKROFOLD)
Kriptus Lieberkuhn meningkatkan luas permukaan
Sel mikrofold memfagositosis dan mengangkut antigen usus. Kriptus ini terdiri atas sel DNES, sel absorbtif
dari lumen ke lamina propria. permukaan, sel goblet, sel regeneratif, dan sel Paneth.

Pada daerah nodul limfoid bersinggungan dengan lapisan


epitel pada usus kecil, epitel silindris selapis digantikan oleh
sel M yang gepeng. Sel M diduga termasuk dalam sel Kriptus Lieberkuhn adalah kelenjar tubular lurus atau
sistem fagosit mononuklir. Sel ini mengambil, bercabang (lihat Gambar 17-13) yang bermuara pada ruang
memfagositosis, dan mengangkut antigen yang terdapat antarvilus. Muaranya berupa lubang pada lapisan epitel.
pada lumen usus. Mikrograf elektron skening menunjukkan bahwa dasar tiap
vilus dikelilingi oleh lubang tempat bermuaranya beberapa
kriptus (lihat Gambar 17-14). Kelenjar tubular ini terdiri
Lamina Propria atas sel absorbtif permukaan, sel goblet, sel regeneratif, sel
Jaringan ikat longgar lamina propria menojol ke atas dan DNES, dan sel Paneth.
Sel absorbtif permukaan dan sel goblet terdapat di
membentuk teras vilus, yang terdapat pada permukaan usus setengah bagian atas kelenjar. Sel goblet berjangka hid-
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 401

Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna ■ ■ ■ 401

Lu LP berdiferensiasi ini menunjukkan sedikit organel, tetapi


banyak ribosom bebas. Intinya satu, berbentuk lonjong,
E
terletak di basal, dan tampak elektron-lusen yang
menandakan banyaknya eukromatin.
Sel Paneth jelas dapat dibedakan dari sel lain
disekitarnya karena mengandung granula sekretorik yang
besar dan eosinofilik di bagian apikalnya (Gambar 17-18;
lihat juga Gambar 17-13). Sel Paneth bentuknya seperti
L piramid, dan terletak di dasar kriptus Lieberkuhn. Sel ini
menghasilkan zat antibakteri yaitu lisozim, protein
pertahanan yang disebut defensin, dan tumor necrosis
factor a. Sel Paneth berbeda dari sel lain di epitel usus karena
jangka hidupnya cukup panjang, yaitu 20 hari, dan terus-
menerus menghasilkan lisozim. Mikrograf elektron sel
CL Paneth menunjukkan aparat Golgi yang berkembang baik,
RER yang luas, banyak mitokondria, dan adanya granula
sekretorik besar di bagian apikalnya. Granula ini
mengandung produk sekretorik yang homogen.

Muskularis Mukosa
Muskularis mukosa usus kecil terdiri atas sel otot polos
yang membentuk lapisan sirkular dalam dan longitudinal
luar (lihat Gambar 17-17). Serat otot dari lapisan sirkular
dalam memasuki vilus, meluas sampai ujung vilus, dan
mencapai membran basal. Saat pencernaan, serat otot tadi
berkontraksi ritmik, dan menyebabkan vilus memendek
beberapa kali dalam semenit.

Submukosa
Submukosa usus kecil terdiri atas jaringan ikat padat
Gambar 17-15 Mikrograf cahaya mukosa duodenum, memperlihatkan fibroelastik yang susunannya iregular dan kaya akan
epitel silindris selapis (E), lamina propria yang selular (LP) dengan lakteal
pada vili, dan muskularis mukosa (132x). Submukosanya mengandung
pembuluh darah dan limf. Persarafan intrinsik submukosa
kelenjar Brunner, yang merupakan penanda khas duodenum. CL, kriptus berasal dari persarafan parasimpatis pleksus submukosa
Lieberkuhn; Lu, lumen. Meissner. Submukosa duodenum khas karena
mengandung kelenjar Brunner (kelenjar duodenum).
hidup pendek; mungkin karena sesudah mengeluarkan
musinogen, maka sel ini akan mati dan terlepas dari epitel. KELENJAR BRUNNER
Setengah bagian kelenjar yang di basal tidak mempunyai
sel absorbtif permukaan, dan hanya mempunyai sedikit sel
goblet. Di bagian basal, yang terbanyak adalah sel Kelenjar Brunner menghasilkan mukus yang kaya akan
regeneratif (dan turunannya), sel DNES, dan sel Paneth. Di bikarbonat dan urogastron (faktor pertumbuhan epidermal
bawah ini akan dibahas tentang sel regeneratif dan sel manusia).
Paneth.
Sel regeneratif usus kecil adalah sel punca yang Kelenjar Brunner adalah kelenjar tubuloalveolar bercabang,
mengalami proliferasi ekstensif untuk merepolusi epitel yang bagian sekretoriknya mirip asinus mukosa (lihat
kriptus, permukaan mukosa dan vili. Sel ini langsing dan Gambar 17-15). Saluran keluar kelenjar ini menembus
tampak terjepit di antara sel yang baru terbentuk pada ruang muskularis mukosa dan biasanya bermuara pada kriptus
yang terbatas (lihat Gambar 17-13). Laju pembelahan Lieberkuhn untuk mencurahkan sekretnya ke dalam lumen
selnya tinggi, dengan siklus sel yang relatif singkat, yaitu duodenum. Terkadang, saluran keluarnya bermuara pada
24 jam. Diduga, 5-7 hari sesudah munculnya sel baru, sel ruang antarvilus. Mikrograf elektron sel asinar menunjukkan
tersebut sudah mencapai ujung vilus dan mengalami RER dan aparat Golgi yang berkembang baik, banyak
eksfoliasi. Gambaran mikrograf elektron sel tak mitokondria, dan inti gepeng atau bulat.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 402

402 䡲 䡲 䡲 Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna

Gambar 17-16 Sel absorbtif permukaan pada


sebuah vilus jejunum tikus. A, Mikrograf elektron
A dengan pembesaran lemah menunjukkan dua sel
goblet (Gc) dan banyak sel absorbtif permukaan
(Su) (1.744x). Perhatikan paras sikat (Sb) yang
menghadap lumen (Lu). Inti (Nu) dan batas sel
(Cb) tampak jelas. Amati juga bahwa epitel
terpisah dari lamina propria oleh membran basal
yang jelas (Bm). B, Mikrograf elektron dengan
pembesaran lebih kuat memperlihatkan dua sel
absorbtif permukaan yang berdampingan (10.500x).
Paras sikat (Sb) tampak jelas terdiri atas banyak
mikrovili yang menonjol ke lumen (Lu). Membran
sel (Cm) yang berdampingan saling berdempetan.
Mi, mitokondria; Ly, lisosom; Re, retikulum
endoplasma kasar; Ve, vesikel; asterisk
menandakan tetes lemak bersalut membran. C,
Mikrograf elektron bagian basal sel absorbtif
permukaan (11.200x). Bm, membran basal; Lp,
lamina propria; Mi, mitokondria; Ve, vesikel;
asterisk menandakan kilomikron. (Dari Rhodin
JAG: An Atlas of Ultrastructure. Philadelphia,
W13 Saunders, 1963.)

B C

Kelenjar Brunner menghasilkan cairan mukus alkali mienterikus Auerbach, yang merupakan persarafan
sebagai respons rangsangan parasimpatis. Cairan alkali ini intrinsik lapisan muskularis eksterna. Muskularis eksterna
membantu menetralkan adonan (chyme) yang asam yang menyebabkan aktivitas peristaltik usus kecil.
masuk ke duodenum dari pilorus lambung. Kelenjar ini juga Bagian terluar keseluruhan usus kecil dilapisi oleh
menghasilkan hormon polipeptida, yaitu urogastron (yang serosa, kecuali bagian kedua dan ketiga duodenum yang
juga dikenal dengan nama faktor pertumbuhan dilapisi oleh adventisia.
epidermal manusia), yang dilepaskan ke dalam lumen
duodenum bersama dengan dapar alkali. Urogastron Pasokan Vaskular dan Limfatik Usus
menghambat produksi HC1 dengan menghambat sel
parietal secara langsung, dan menggandakan kecepatan Kecil
mitosis sel epitel.
Saluran limf usus kecil berawal pada pembuluh
limf berujung buntu yang disebut lakteal.
Muskularis Eksterna dan Serosa

Muskularis eksterna usus kecil terdiri atas lapisan otot polos Usus kecil mempunyai pembuluh darah dan limf yang
yang terdiri atas lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar. berkembang baik. Kapilar limf berujung buntu yang disebut
Di antara kedua lapisan otot polos tadi terdapat pleksus lakteal terdapat diteras vilus, dan mengalirkan limf ke
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:40 PM Page 403

Bab 17 䡲 Sistem Pernapasan: Saluran cerna ■ ■ ■ 403

dan cairan pencerna dari pankreas lewat duktus biliaris


komunis (koledokus) dan duktus pankreatikus. Kedua
saluran tadi mencurahkan isinya ke dalam lumen duodenum
lewat papila duodenal Vater. Duodenum berbeda dari
jejunum dan ileum dalam hal besar vili yang lebih lebar dan
tinggi, dan jumlah vili per unit area yang lebih banyak. Sel
gobletnya per unit area lebih sedikit dari di jejunum dan
ileum, dan di submukosanya terdapat kelenjar Brunner.
Vilus di jejunum lebih langsing, pendek dan jarang
dibandingkan pada duodenum. Jumlah sel goblet per unit
area lebih banyak di jejunum dibandingkan pada
duodenum.
Vilus di ileum jumlahnya paling sedikit, dan ukurannya
paling pendek dan langsing dibandingkan dengan jejunum
dan duodenum. Lamina propria ileum mengandung
kelompokan nodul limfoid pemanen yang disebut plakat
CL Peyer. Plakat Peyer ini hanya terdapat pada bagian dinding
ileum yang berlawanan dengan tempat lekat mesenterium.
Pada daerah yang mengandung plakat peyer, vili ukurannya
MM memendek, dan terkadang tidak terdapat vili.

KORELASI KLINIS
S
Divertikulum Meckel adalah anomali
kongenital yang umum dan terjadi pada sekitar
Ic 2% populasi Kaukasia. Divertikulum ini adalah
sisa duktus vitelinus, yang pada embrio
menghubungkan midgut (usus tengah) dan yolk
Ol sac (kantung kuning telur). Divertikulum tadi
adalah perluasan pendek bermulut lebar pada
bagian distal ileum, di daerah yang jaraknya
sekitar 100 cm dari sekum. Kebanyakan
divertikulum Meckel sifatnya asimptomatik,
Gambar 17-17 Mikrograf cahaya mukosa jejunum monyet (132x). tetapi beberapa diantaranya dapat menimbulkan
Amatilah vili yang berkembang baik, dan perhatikan bahwa tidak ada plakat perdarahan dan obstruksi usus. Obstruksi
Peyer di lamina propria, dan tidak ada kelenjar Brunner di submukosa; biasanya disebabkan oleh intususepsi, yaitu
karena itu, sediaan ini adalah sediaan jejunum. CL, kriptus Lieberkuhn; le,
lapis otot sirkular dalam; MM, muskularis mukosa; O1, lapis otot prolaps ileum ke dalam divertikulum.
longitudinal luar; S, submukosa.

Histofisiologi Usus Kecil


Selain berperan dalam pencernaan dan absorbsi, usus kecil
limf ke pleksus limfatik submukosa. Dari sini, cairan limf mempunyai aktivitas imunologik dan sekretoris. Kedua
lewat seperangkat kelenjar limf dan menuju ke duktus aktivitas tadi akan dijelaskan lebih dahulu, dan sesudah itu
torasikus yang merupakan pembuluh limf terbesar. Duktus akan dijelaskan mengenai fungsi primer usus kecil.
torasikus mencurahkan limf ke sistem sirkulasi pada
pertemuan vena subklavia dan vena jugularis interna kiri.
Aktivitas Imunologik Lamina Propria
Lengkung kapilar di dekat lakteal mencurahkan darah ke
pembuluh darah yang menuju ke pleksus vaskular
submukosa. Dari sini darah menuju ke vena porta lmunoglobulin A dihasilkan oleh sel plasma di lamina
hepatika dan masuk ke hati untuk diproses. propria dan mengalami resirkulasi melalui hati dan
kandung empedu.

Perbedaan Regional Lamina propria kaya akan sel plasma, limfosit, sel mast,
Duodenum adalah segmen terpendek usus kecil yang leukosit yang mengalami ekstravasasi, dan fibroblas. Selain
panjangnya hanya 25 cm. Duodenum menerima empedu dari itu, nodul limfoid soliter sering terdapat di lamina propria,
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:40 PM Page 404

404 䡲 䡲 䡲 Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna

Gambar 17-18 Mikrograf elektron sel Paneth dari ileum


kelinci (5.900x). Perhatikan granula bulat besar dalam
sitoplasma sel Paneth. (Dari Satoh Y, Yamano M, Matsuda M,
Ono K: Ultrastructure of Paneth cell in the intestine of various
mammals. J Electron Microsc Tech 16: 69-80, 1990.)

di dekat lapisan epitel pada mukosa; dan seperti yang telah diangkut ke lumen oleh proses transsitosis, kemudian
diterangkan sebelumnya, ileum mempunyai kelompokan terikat pada glikokaliks untuk mempertahankan tubuh
nodul limfoid permanen yang disebut plakat Peyer. melawan serangan antigen.
Tempat nodul limfoid berkontak dengan epitel, sel Sebagian besar IgA yang dihasilkan di lamina propria
kolumnar akan digantikan oleh sel M, yang memfagositosis memasuki sistem sirkulasi, dan diangkut ke hati. Di hati,
antigen dari lumen (Gambar 17-19 dan 17-20). Antigen hepatosit membentuk kompleks IgA-komponen sekretoris,
akan mengalami endositosis dan memasuki sistem endosom dan melepaskan kompleks tersebut ke dalam empedu. Jadi,
sel tersebut; akan tetapi, antigen tersebut tidak diproses, banyak dari IgA luminal memasuki usus lewat saluran
melainkan dikemas ke dalam vesikel bersalut klatrin, dan empedu, sebagai bagian dan empedu.
kemudian di transfer ke bagian basal sel untuk dilepaskan
ke lamina propria. Antigen-presenting cells (sel penyaji
antigen) dan sel dendritik pada nodul limfoid akan Aktivitas Sekretoris Usus
mengendositosis antigen tadi, memprosesnya, dan Kecil
mempresentasikan epitopnya ke limfosit agar terjadi inisiasi
respons imun. Kelenjar pada usus kecil mensekresi mukus dan cairan
sebagai respons terhadap rangsang neural dan hormonal.
Limfosit teraktivasi bermigrasi ke kelenjar getah bening
Rangsang neural yang berasal dari pleksus submukosa
mesenterik, dan di sana limfosit membentuk pusat germinal,
adalah pencetus utama, tetapi hormon sekretin dan
yaitu daerah tempat sel B berproliferasi. Sel B yang baru
kolesistokinin ikut berperan mengatur aktivitas sekretoris
terbentuk kembali ke lamina propria, dan di lamina propria
kelenjar Brunner di duodenum dan krisptus Lieberkuhn,
sel B tersebut berdiferensiasi menjadi sel plasma yang
yang secara bersama-sama memproduksi hampir 2 liter
menghasilkan imunoglobulin A (IgA).
cairan alkalis lemah perhari.
Sebagai antibodi yang dilepaskan mengikat reseptor IgA Sel DNES usus kecil memproduksi berbagai hormon
pada sel epitel dan membentuk kompleks dengan yang mempengaruhi gerakan usus kecil dan membantu
komponen sejretoris (protein yang dibentuk oleh sel mengatur sekresi HCI lambung dan pelepasan sekret
epitel) di dalam sel epitel. Kompleks IgAprotein tadi pankreas (lihat Tabel 17-2).
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:40 PM Page 405

Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna ■ ■ ■ 405

Usus kecil melakukan dua macam kontraksi:


Bakteri mengocok dan mendorong.

Sel M
Gerakan usus kecil terdiri atas dua fase yang saling
Limfosit berhubungan, yaitu:

䡲 Kontraksi mengocok yang terlokalisasi akan


Kelenjar getah meredistribusikan adonan (chyme) secara bertahap
bening agar terekspos dengan cairan pencernaan
䡲 Kontraksi mendorong menyebabkan terjadinya
Sel B gelombang peristaltik yang memudahkan gerakan
Sel penyaji Sel B adonan (chyme) di sepanjang usus halus. Karena adonan
antigen
(chyme) bergerak dengan kecepatan sekitar 1-2 cm/menit,
Duktus
torasikus
maka adonan (chyme) berada di usus halus selama
beberapa jam. Laju gerakan peristaltik dikontrol oleh
Sel B impuls neural dan faktor hormonal. Sebagai respons atas
distensi lambung, terjadi refleks gastroenterik yang
diperantarai oleh pleksus mienterik. Refleks neural
Hati tersebut menimbulkan terjadinya gerakan peristaltik di usus
kecil. Hormon kolesistokinin, gastrin, motilin, substansi P,
IgA dalam empedu IgA dan serotonin meningkatkan motilitas intestinal, sedangkan
IgA
sekretin dan glukagon menurunkannya.

IgA
KORELASI KLINIS
Bila mukosa usus terkena iritasi hebat oleh bahan
toksik, muskularis eksterna akan mengalami kontraksi
hebat untuk jangka waktu lama yang disebut
Sel B
peristaltic rush. Kontraksi kuat ini akan mendorong
IgA adonan (chyme) ke kolon dalam beberapa menit
IgA sehingga terjadi eliminasi bahan toksik dalam bentuk
Sel plasma diare.
Lamina propria

Gambar 17-19 Sel M dan dan peran imunologiknya pada saluran cerna.
Pencernaan
Imunoglobulin A (Ig A) dihasilkan oleh sel plasma di lamina propria. Adonan (chyme) yang masuk duodenum sedang mengalami
Sebagian IgA kemudian langsung masuk ke lumen duodenum lewat sel proses pencernaan oleh enzim yang berasal dari rongga mulut
absorbtif permukaan. Sebagian besar IgA masuk ke sistem portal hati dan
hepatosit hati membentuk kompleks IgA-protein sekretoris, lalu dan lambung. Proses pencernaan tadi diperkuat di duodenum
mencurahkannya ke kandung empedu, tempat IgA disimpan bersama empedu. oleh enzim dari pankreas bagian eksokrin. Pencernaan akhir
Saat empedu dicurahkan ke duodenum, empedu tersebut kaya akan IgA. dari protein dan karbohidrat terjadi di mikrovili, tempat
Karena itu, sebagian besar IgA masuk ke lumen duodenum lewat empedu. dipeptidase dan disakaridase yang melekat pada
glikokaliks membebaskan monomer asam amino dan
KORELASI KLINIS monosakarida. Monomer tersebut diangkut ke dalam sel
absorbtif permukaan oleh protein karier spesifik; akan tetapi,
Laju sekresi cairan ke dalam usus kecil sangat dipeptida dan tripeptida juga diendositosis oleh sel absorbtif
meningkat sebagai respons terhadap toksin kolera. permukaan. Lipid akan teremulsi oleh garam empedu
Jumlah cairan yang hilang dalam bentuk diare dapat menjadi globul lemak kecil, dan kemudian dipecah menjadi
mencapai 10 L/hari, dan bila tidak diganti dapat monogliserida dan asam lemak. Garam empedu memisahkan
menyebabkan syok sirkulatoris dan kematian dalam monogliserida dan asam lemak bebas menjadi misel yang
beberapa jam. Hilangnya cairan diikuti oleh ketidak- berdiameter 2 nm, yang berdifusi ke dalam sel absorbtif
seimbangan elektrolit yang merupakan faktor yang permukaan lewat plasmalemanya.
ikut berperan dalam efek letal kolera.
Absorbsi
Tiap hari, kurang lebih 6 sampai 7 L cairan, 30 sampai 35 g
Gerakan Usus Kecil natrium, 0,5 kg karbohidrat dan protein, dan 1 kg lemak
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:40 PM Page 406

406 䡲 䡲 䡲 Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna

Gambar 17-20 Mikrograf elektron sel M pada kolon tikus


(6.665x). Amatilah sel M yang padat elektron mengelilingi
limfosit yang elektronlusen. (Dari Owen RL, Piazza AJ,
Ermak TH. Ultrastructural and cytoarchitectural features of
lymphoreticular organs in the colon and rectum of adult
BALB/c mice. Am J Anat 190: 10-18, 1991.)

diabsorbsi oleh sel absorbtif permukaan pada usus kecil. Asam lemak rantai pendek (yang panjangnya <12 karbon)
Air, asam amino, dipeptida, tripeptida, ion, dan tidak masuk ke dalam SER untuk mengalami reesterifikasi.
monosakarida masuk ke dalam sel absorbtif permukaan, dan Asam lemak bebas yang cukup pendek untuk menjadi agak
dilepaskan ke ruang antarsel lewat membran basolateral. larut-air ini akan menuju membran basolateral sel absorbtif
Nutrien tersebut kemudian masuk jalinan kapilar pada vilus permukaan, berdifusi ke dalam lamina propria, dan masuk ke
dan diangkut ke hati untuk diproses. dalam lengkung kapilar untuk menuju hati dan diproses.
Asam lemak rantai panjang dan monogliserida masuk ke
dalam SER sel absorbtif permukaan, dan di sana KORELASI KLINIS
mengalami reesterifikasi menjadi trigliserida (Gambar Malabsorbsi di usus kecil dapat terjadi walaupun
17-21). Trigliserida kemudian ditransfer ke aparat Golgi, pankreas menghasilkan enzim secara normal. Berbagai
dan di sana diselubungi B-lipoprotein yang dibentuk di penyakit yang menyebabkan malabsorbsi disebut
RER, sehingga menjadi kilomikron. sprue. Salah satu bentuk sprue yang menarik adalah
Kilomikron yang dikemas dan dilepas oleh aparat Golgi enteropati gluten (sprue nontropikal) yang
akan diangkut ke bagian basolateral sel, melewati membran disebabkan oleh gluten. Gluten adalah bahan yang
sel dan masuk ke dalam lamina propria. Kemudian, terdapat pada gandum dan gandum hitam, dan
kilomikron masuk ke lakteal dan memenuhi pembuluh limf menyebabkan hancurnya mikrovili, atau bahkan vili
buntu tersebut dengan bahan kaya-lipid yang disebut pada orang yang rentan. Hancurnya vili disebabkan
chyle(emulsi lemak). Kontraksi ritmik sel otot polos yang oleh respons alergi terhadap gluten. Pada orang dengan
terdapat di teras vili menyebabkan pemendekan vilus, yang penyakit tersebut, luas permukaan absorbsi menyempit.
Pengobatan penyakit ini mencakup diet yang
berperan seperti suntikan yang menyuntikkan chyle dari
menghindari biji-bijian yang mengandung gluten.
lakteal ke dalam pleksus pembuluh limf di submukosa.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:40 PM Page 407

Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna ■ ■ ■ 407

Lipase
Empedu

2 Monogliserida dan 1 Lipid


asam lemak rantai-
panjang Gliserol, asam
lemak rantai-
Misel pendek dan 1 Lipid di lumen usus halus
sedang dipecah oleh lipase pankreas
menjadi asam lemak dan
monogliserida

2 Monogliserida dan asam


3 lemak diemulisikan oleh
Sintesis empedu, sehingga terbentuk
trigliserida misel yang masuk ke dalam
RER sel absorbtif permukaan.
SER
3 Monogliserida dan asam
lemak diesterifikasi menjadi
trigliserida di dalam
4 Protein endoplasma retikulum halus.
4 Kompleks trigliserida-protein
(kilomikron) terbentuk di
Kilomikron Golgi aparat Golgi, dan kemudian
Gliserol, asam dilepaskan ke dalam lakteal
lemak rantai- Sintesis
lipoprotein Gliserol dan asam lemak
pendek dan 5 rantai-pendek dan-sedang
sedang glikoprotein
langsung diserap dan masuk
ke dalam arah
5
Gambar 17-21 Absorbsi lemak, pemrosesan
Kapilar darah
lemak, dan pelepasan kilomikron oleh sel
absorbtif permukaan. SER, retikulum
endoplasma halus; RER, retikulum endoplasma Kapilar limfatik (lakteral)
kasar.

USUS BESAR anatomik dan fisiologik, yang mencegah refluks isi sekum
ke ileum.
Usus besar terdiri atas sekum, kolon, rektum, dan anus;
apendiks adalah tonjolan kecil dan buntu di ujung sekum. Histologi Kolon
Kolon tidak mempunyai vilus, tetapi sangat kaya akan
Usus besar panjangnya sekitar 1,5 m, dan terdiri atas kriptus Lieberkuhn yang komposisi selnya mirip dengan
sekum, kolon (asendens, transversum, desendens, dan yang di usus kecil, kecuali tiadanya sel Paneth pada kriptus
sigmoid), rektum, dan anus (lihat Tabel 17-3). Usus besar di kolon (Gambar 17-22 sampai 17-25). jumlah sel goblet
menyerap sebagian besar air dan ion dari adonan (chyme) meningkat dari sekum ke kolon, tetapi pada sebagian besar
yang berasal dari usus kecil, dan memadatkan adonan kolon, sel absorbtif permukaan adalah jenis sel terbanyak.
(chyme) menjadi feses, untuk dibuang. Sekum dan kolon Sel DNES jumlahnya sedikit. Aktivitas mitosis sel
tak dapat dibedakan secara histologi, dan keduanya akan regeneratif yang cepat menggantikan sel epitel pelapis
dibahas sebagai kolon. Apendiks adalah tonjolan buntu di kriptus dan permukaan mukosa tiap 6-7 hari.
ujung sekum, dan akan dibahas tersendiri. Lamina propria, muskularis mukosa, dan submukosa
kolon mirip dengan yang ada pada usus kecil.
Kolon Muskularis eksternanya khas, karena lapisan
Kolon mencakup hampir seluruh panjang usus besar. Kolon longitudinal luarnya tidak sama tebalnya di tiap
menerima adonan (chyme) dari ileum lewat katup tempat, tetapi mengumpul menjadi tiga pita yang
ileosekal. Katup tersebut adalah sfingter terdiri atas berkas otot polos yang disebut taenia koli.
Tonus konstan taenia koli menyebabkan usus besar
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:40 PM Page 408

408 䡲 䡲 䡲 Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna

Usus besar

Sel absorbtif

Sel Goblet

Kriptus Sel regeneratif


lieberkuhn

Lamina propria

Muskularis mukosa
Sel enteroendokrin
Nodul limfoid (sel APUD)
Submukosa

Otot sirkular
muskularis eksterna

Gambar 17-22 Kolon, kriptus Lieberkuhn, dan selnya.

KORELASI KLINIS

Iritasi hebat pada mukosa kolon, seperti pada flora intestinal terganggu keseimbangannya oleh
enteritis, menyebabkan sekresi mukus, air dan terapi antibiotik, Clostridium difficile berperan besar
elektrolit dalam jumlah besar. Pengeluaran sejumlah dalam terjadinya penyakit ini. Manifestasi kliniknya
besar feses cair, yang disebut diare, melindungi mencakup akumulasi cairan di usus kecil, lepasnya
tubuh dengan cara mengencerkan dan membuang epitel, dan terbentuknya membran kental tebal yang
iritan. Diare berjangka panjang dan kehilangan terdiri atas fibrin, mukus, netrofil, dan sel
banyak cairan dan eletrolit, tanpa terapi penggantian mononuklir. Gejalanya adalah demam ringan
cairan, akan menyebabkan syok sirkulatoris dan (30°-40°C), diare cair dan banyak, kejang abdominal
bahkan kematian. hebat, dan nyeri perut. Angka kematian cukup tinggi
Klotis pseudomembranosa adalah penyakit (10%-15% dari individu terjangkit) bila tidak
usus inflamatoris yang dapat disebabkan oleh ditangani pada saat yang tepat dengan terapi
keracunan merkuri, iskemi intestinal, dan penggantian cairan (sebanyak 10-15 L per 24 sampai
bronkopneumonia, tetapi paling sering adalah akibat 36 jam) untuk mengembalikan keseimbangan
terapi antibiotik jangka panjang. Pasien yang paling elektrolit dan mempertahankan volume cairan
berisiko adalah yang lemah dan/atau lansia. Karena adekuat.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:40 PM Page 409

Bab 17 䡲 Ssistem Pencernaan: Saluran Cerna ■ ■ ■ 409

L
O
G
LP
P
CL

MM

SM

Gambar 17-24 Mikrograf cahaya kriptus Lieberkuhn kolon monyet (270x).


Amati dasar kriptus yang mengandung sel DNES yang granulanya terletak
ME di basal. E, sel DNES; L, lumen kriptus; P, sel plasma.

beragam tergantung individu, dan dipengaruhi oleh diet dan


flora bakterial yang menghasilkan berbagai jumlah indol,
hidrogen sulfida, dan merkaptan. Hasil sampingan
bakterial adalah riboflavin, tiamin, vitamin B12, dan vitamin
Gambar 17-23 Mikrograf cahaya kolon monyet (132x), Tampak seakan- K.
akan sebagian besar lapisan epitel terdiri atas sel goblet (G), tetapi
sebenarnya sel absorbtif permukaan adalah sel yang populasinya Aksi bakterial pada kolon menghasilkan gas yang
terbanyak. CL, kriptus Lieberkuhn; LP, lamina propria; ME, muskularis dikeluarkan sebagai kentut (flatus), yang terdiri atas CO2,
eksterna; MM, muskularis mukosa; O, lumen kriptus Liberkuhn yang metan, dan H2, yang kemudian bercampur dengan nitrogen
terbuka; SM, submukosa.
dan oksigen dari udara yang tertelan. Gas tersebut dapat
terbakar, dan sering terjadi letusan saat dilakukan kauterisasi
elektrik selama sigmoidoskopi. Usus besar berisi 7 sampai
membentuk banyak kantong yang menggelembung dan 10 L gas tiap hari, dan hanya 0,5 sampai 1 L yang
disebut haustra koli. Serosanya mengandung banyak dikeluarkan sebagai flatus; sisanya diserap oleh pelapis
tonjolan berupa kantong berisi lemak yang disebut apendiks kolon.
epiploika.
Kolon juga mensekresi mukus dan HCO3-. Mukus tidak
hanya melindungi mukosa kolon, tetapi juga memudahkan
Histofisiologi Kolon pemadatan feses, karena mukus menyebabkan pelekatan
limbah padat menjadi massa padat. HCO3- melekat pada
mukus, dan berperan sebagai bufer yang melindungi mukosa
Fungsi kolon adalah menyerap air, elektrolit, dan gas,
dari asam yang merupakan hasil sampingan metabolisme
serta memadatkan dan membuang feses.
bakteri di dalam feses.

Kolon menyerap air dan elektrolit (~1400 mL/hari)


dan memadatkan dan membuang feses (~100 mL/hari).
Rektum dan Kanal Anal
Feses terdiri atas air (75%), bakteri mati (7%), bahan Secara histologi, rektum serupa dengan kolon, tetapi kriptus
kasar (7%), lemak (5%), bahan inorganik (5%), protein tak Liberkuhnnya lebih dalam dan jumlahnya per unit area lebih
tercerna, sel mati, dan pigmen empedu (1%). Bau feses sedikit (lihat Tabel 17-3). Kanal anal adalah terusan rektum
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:40 PM Page 410

410 䡲 䡲 䡲 Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna

Submukosa dan Muskularis


Eksterna Kanal Anal
Submukosa kanal anal terdiri atas jaringan ikat fibroelastik.
Pada submukosa terdapat dua pleksus vena, yaitu pleksus
hemorhoidal interna yang terletak di atas garis pektinata,
dan pleksus hemorhoidal eksterna yang terletak pada
batas kanal anal dengan lubang anal eksterna, yaitu anus.
Muskularis eksterna terdiri atas otot polos dan terdiri
dari lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar. Lapisan
sirkular dalamnya menebal di sekeliling garis pektinata dan
membentuk otot sfingter anal interna.Otot polos lapisan
longitudinal luar melanjutkan diri sebagai lembar
fibroelastik yang mengelilingi sfingter anal interna.
Otot rangka dasar pelvis membentuk otot sfingter anal
eksterna yang mengelilingi lembar fibroelastik dan sfingter
anal interna. Sfingter anal eksterna berada dibawah kontrol
volunter dan berada dalam tonus konstan.

KORELASI KLINIS
Gambar 17-25 Milcrograf-elektron skening kolon monyet (516x). Amati
muara kriptus. (Dari Specian RD, Neutra MR: The surface topography of Peningkatan ukuran pembuluh darah pleksus
the colonic crypt in rabbit and monkey. Am J Anat 160: 461-472, 1981.) vena submukosa pada kanal anal menyebabkan
hemorhoid, yaitu keadaan yang biasa terjadi pada
kehamilan dan lansia di atas usia 50 tahun.
yang mengkerut dan panjangnya sekitar 3 sampai 4 cm. Hemorhoid dapat berakibat sakit saat defekasi,
Kriptus Lieberkuhnnya pendek dan sedikit, dan menghilang defekasi dengan darah segar, dan gatal pada anus.
pada setengah bagian distal kanal. Mukosanya mempunyai Karena pemeriksaan rektal dilakukan
lipatan longitudinal yang disebut kolumna anal (kolumna dengan memasukkan jari telunjuk lewat lubang
rektal dari Morgagni). Kolumna ini saling bertemu anal eksterna, sfingter anal eksterna akan
membentuk tonjolan mirip-kantong yang disebut katup menjepit jari. Penetrasi jari yang dilanjutkan
anal (anal valves), dengan sinus anal di antaranya. Katup mengaktivasi sfingter anal interna yang ikut
anal membantu anus menahan lempengan feses. menjepit jari. Pada laki-laki, bangunan yang perlu
diraba (palpasi) pada kanal anal adalah bulbus
penis, prostat, pembesaran vesikula seminalis,
bagian inferior kandung kemih yang
Mukosa Kanal Anal menggembung, dan pembesaran kelenjar getah
Epitel mukosa kanal anal adalah epitel selapis kuboid mulai bening iliaka; pada wanita, bangunan yang perlu
dari rektum sampai garis pektinata (setingkat katub anal), diraba adalah serviks uteri, dan pada keadaan
epitel gepeng berlapis tanpa lapisan keratin mulai dari garis patologik, ovarium dan ligamentum latum uteri
pektinata sampai lubang anal eksterna (external anal (broad ligament).
orifice), dan epitel gepeng berlapis dengan lapisan keratin
(epidermis) pada anus. Lamina proprianya adalah jaringan
ikat fibroelastik yang mengandung kelenjar anal pada Apendiks
batas rektoanal dan kelenjar sirkumanal pada ujung distal
kanal anal. Selain itu, pada anus terdapat folikel rambut, dan
kelenjar sebasea. Muskularis mukosanya terdiri atas otot Penampilan histologik apendiks mirip dengan kolon,
polos yang membentuk lapisan sirkular dalam dan tetapi ukuran apendiks jauh lebih kecil, mempunyai lebih
longitudinal luar. Lapisan otot ini berhenti sampai garis banyak banyak elemen limfoid, dan pada kriptus
pektinata. Lieberkuhnnya terdapat jauh lebih banyak sel DNES.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:40 PM Page 411

Bab 17 䡲 Sistem Pencernaan: Saluran Cerna ■ ■ ■ 411

Apendiks vermiformis adalah divertikulum pada sekum.


KORELASI KLINIS
Panjangnya 5 sampai 6 cm. Lumennya berbentuk seperti
bintang, dan biasanya berisi debris. Mukosa apendiks Angka kejadian inflamasi apendiks atau apendisitis
terdiri atas epitel silindris selapis yang terdiri atas sel lebih banyak pada remaja dan dewasa muda
absorbtif permukaan, sel goblet, dan sel M, di tempat ketimbang orang yang lebih tua; selain itu, pada laki-
nodul limfoid berbatasan dengan epitel (lihat Tabel 17-3). laki lebih sering daripada perempuan. Apendisitis
Lamina proprianya adalah jaringan ikat longgar dengan biasanya disebabkan oleh sumbatan pada lumen,
banyak nodul limfoid, dan kriptus Lieberkuhn dangkal. Sel yang diikuti oleh inflamasi, pembengkakan, dan sakit
pada kriptus adalah sel absorbtif permukaan, sel goblet, sel hebat menetap di kuadran kanan bawah abdomen.
regeneratif, banyak sel DNES, dan sedikit sel Paneth. Tanda klinik tambahan adalah mual, muntah, demam
Muskularis mukosa, submukosa dan muskularis eksternanya (biasanya di bawah 102° F), abdomen tegang, dan
tidak berbeda dari gambaran umum saluran cema, walaupun peningkatan hitung lekosit. Bila tidak ditangani
nodul limfoid dan terkadang infiltrasi lemak terdapat dalam 1 sampai 2 hari, apendiks dapat pecah, dan
disubmukosa. Apendiks diliputi oleh serosa. menyebabkan peritonitis, yang dapat menyebabkan
kematian.
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 413

18 䡲 䡲 䡲

Sistem Pencernaan: Kelenjar

Kelenjar yang letaknya di luar dinding sistem pencernaan oleh simpai jaringan ikat yang membentuk septa yang
adalah kelenjar liur mayor yang berhubungan dengan rongga menjadi rangka jaringan ikat, dan membagi kelenjar menjadi
mulut (kelenjar parotis, submandibular, dan sublingual), lobus dan lobulus. Asinus individual diliputi oleh jaringan
pankreas, dan hati dan kandung empedu. Masing-masing ikat tipis. Komponen vaskular dan neural kelenjar mencapai
kelenjar tadi mempunyai berbagai fungsi yang membantu unit sekretoris lewat rangka jaringan ikat tersebut.
proses pencernaan, dan produk sekretorisnya dicurahkan ke
lumen saluran cerna melalui sistem duktus (saluran keluar).
Anatomi Kelenjar Liur
Saliva (liur) yang dihasilkan oleh kelenjar liur memudahkan
proses mengecap makanan, memulai pencernaannya, dan Tiap kelenjar liur mayor mempunyai bagian sekretoris dan
memudahkan menelan. Kelenjar tadi juga melindungi tubuh duktus (Gambar 18-1). Perhatikanlah bahwa menurut bebe-
dengan mensekresi bahan antibakteri, yaitu lisozim dan rapa penulis, asinus, duktus interkalaris, dan duktus striasi,
laktoferin, dan juga imunoglobulin A (IgA) sekretoris. bersama-sama membentuk salivon, yaitu unit fungsional
Pankreas menghasilkan cairan kaya akan bikarbonat yang kelenjar liur.
menetralkan adonan (chyme) yang sifatnya asam, dan
menghasilkan berbagai enzim yang diperlukan saat pencernaan Bagian Sekretoris
lemak, protein, dan karbohidrat. Sekresi eksokrin pankreas
dilepaskan ke dalam lumen duodenum bila dibutuhkan. Selain
itu, pankreas mensintesis dan melepaskan hormon endokrin, Bagian sekretoris kelenjar liur tersusun oleh sel sekretoris
antara lain, insulin, glukagon, somatostatin, gastrin, dan serosa danlatau mukosa yang tersusun membentuk asinus
polipeptida pankreas. (alveolus) atau tubulus yang dilapisi sel mioepitel.

Empedu adalah hasil sekresi eksokrin hati yang dibutuhkan


untuk penyerapan lipid, sedangkan berbagai fungsi endokrin Bagian sekretoris berbentuk tubulus dan asinus, dan tersusun
hati sangat esensial bagi kehidupan. Hal di atas mencakup oleh tiga jenis sel:
metabolisme protein, lipid, dan karbohidrat; sintesis protein 䡲 Sel serosa sebenarnya adalah sel seromukosa karena
darah dan faktor koagulasi; pembuatan vitamin; dan mensekresi protein dan sejumlah besar polisakarida. Sel
detoksifikasi toksin yang beredar dalam darah. Kandung tersebut bentuknya seperti piramid terpancung, intinya satu,
empedu memekatkan empedu dan menyimpannya sampai bulat, dan terletak di basal, mempunyai endoplasma
saatnya dilepas ke dalam lumen duodenum. retikulum kasar (RER) dan kompleks Golgi yang
berkembang baik, banyak mitokondria di basal, dan banyak
KELENJAR LIUR MAYOR granula sekretoris kaya akan ptialin (amilase liur) di
apikalnya. Ptialin disekresi bersama dengan kalikrein,
Ada tiga pasang kelenjar liur mayor: parotis, sublingual, dan laktoferin, dan lisozim. Bagian basal membran sel bagian
submandibular. lateral membentuk taut kedap dengan membran sel
sebelahnya. Di apikal taut kedap terdapat kanalikuli
Kelenjar liur mayor adalah sepasang kelenjar parotis, antarsel yang berhubungan dengan lumen. Plasmalema di
sublingual, dan submandibular. Kelenjar tersebut adalah basal taut kedap membentuk banyak tonjolan yang
kelenjar tubuloalveolar bercabang. Kelenjar tadi diliputi berinterdigitasi dengan tonjolan sel sebelahnya.

413
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 414

414 䡲 䡲 䡲 Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar

S
Sel mioepitel

Duktus
interkalar Striated duct
(duktus striasi)
M

Asinus serosa
Asinus mukosa

Demiluna serosa
(bulan sabit serosa)

Gambar 18-2 Mikrograf cahaya kelenjar sublingual monyet menam-


pilkan asinus mukosa (M) dengan demiluna (bulan sabit) serosa (S).
Sel serosa Sel interkalar Sel mukosa Sel striated duct Perhatikan bahwa demiluna (bulan sabit) serosa kemungkinan adalah
(sel duktus striasi) artefak fiksasi (540x).

Gambar 18-1 Asinus, duktus dan jenis sel kelenjar liur.

䡲 Sel mukosa bentuknya serupa dengan sel serosa. Intinya Bagian Duktus (Saluran Keluar)
juga terletak di basal, tetapi bentuk intinya gepeng, tidak
bulat seperti pada sel serosa (Gambar 18-2). Populasi Duktus kelenjar liur mayor bercabang-cabang; cabang
organelnya berbeda dari sel serosa, yaitu, sel mukosa terkecil adalah duktus interkalaris, dan berakhir pada
mitokondrianya lebih sedikit, RERnya kurang berkembang, duktus terbesar, yaitu duktus utama (terminal).
dan aparat Golginya jauh lebih besar, yang menandakan
bahwa produk sekretorisnya mengandung lebih banyak Duktus kelenjar liur mayor bercabang-cabang. Cabang terkecil
komponen karbohidrat (Gambar 18-3). Sitoplasma bagian adalah duktus interkalaris, tempat menempelnya asinus dan
apikalnya penuh berisi granula sekretoris. Kanalikuli antarsel tubulus sekretoris. Duktus interkalaris tersusun oleh selapis sel
dan tonjolan membran sel di basal jauh lebih sedikit dari sel kuboid rendah dan mempunyai beberapa sel mioepitel.
serosa. Beberapa duktus interkalaris bermuara pada duktus striasi,
䡲 Sel mioepitel (basket cells) berbagai lamina basal dengan yang tersusun oleh selapis sel kuboid sampai kolumnar rendah
sel aninus. Sel tersebut mempunyai badan sel yang berisi (lihat Gambar 18-1). Membran basolateral sel tersebut
intinya, dan beberapa cabang panjang yang memeluk asinus membentuk banyak lipatan yang membagi sitoplasmanya
sekretoris dan duktus interkalar (lihat Gambar 18-1). Selain menjadi kompartemen longitudinal yang berisi mitokondria
mengandung inti, badan selnya mengandungsejumlah kecil yang bentuknya memanjang. Membran basolateral sel tersebut
organel, dan membentuk perlekatan hemidesmosom dengan mengandung adenosin trifosfatase (Na+-ATPase) yang
lamina basal. Cabang sitoplasmanya membentuk kontak memompa natrium keluar sel, ke jaringan ikat, dengan
demikian menahan natrium dan mengurangi tonisitas liur.
desmosom dengan sel asinus dan duktus, dan kaya akan
Beberapa duktus striasi bergabung dan melanjutkan diri
aktin dan miosin. Pada mikrograf elektron, cabang menjadi duktus intralobular yang ukurannya semakin
sitoplasma ini mirip sel otot polos. Saat cabang sel mioepitel bertambah besar, dan diliputi oleh lebih banyak jaringan ikat.
berkontraksi, cabang tersebut memeras asinus, dan Beberapa duktus yang keluar dari lobulus menyatu dan
memudahkan penglepasan produk sekretoris ke dalam melanjutkan diri menjadi duktus interlobular, yang
saluran keluar kelenjar. kemudian berturut-turut
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 415

Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar ■ ■ ■ 415

Gambar 18-3 Mikrograf elektron kelenjar sublingual


tikus menampilkan granula mukus dan serosa dalam
sitoplasma sel asinar (5.400x). Perhatikan bahwa inti
sel serosa bentuknya bulat, sedangkan inti sel mukosa
bentuknya gepeng. Juga perhatikan bahwa produk
sekretoris serosa tampak sebagai bangunan bulat,
padat, dan gelap. Produk sekretoris mukosa sebagian
besar larut, tampak berwarna pucat, dan berbusa. (Dari
Redman RS, Ball WD: Cytodifferentiation of secretory
cells in the sublingual glands of the prenatal rat: A
histological, histochemical, and ultrastructural study.
Am J Anat 153: 367-390, 1978.)

menjadi duktus intralobar, duktus interlobar, dan berakhir darah ke otot rangka. Saat sekresi maksimal, terjadi
sebagai duktus utama (terminal) yang mencu-rahkan liur ke peningkatan aliran darah.
rongga mulut. Liur mempunyai berbagai fungsi yaitu: melumasi dan
membersihkan rongga mulut, mempunyai aktivitas anti-
Histofisiologi Kelenjar Liur bakteri, berperan dalam pengecapan dengan melarutkan
bahan makanan, memulai pencernaan lewat kerja ptialin
Sel sekretoris pada asinus menghasilkan liur primer yang (amilase liur) dan lipase liur, membantu proses menelan
dimodifikasi oleh duktus striasi menjadi liur sekunder. dengan cara melembabkan makanan yang memungkinkan
pembentukan bolus, dan berperan dalam proses pembekuan
dan penyembuhan Iuka karena liur mengandung faktor
Kelenjar liur mayor menghasilkan sekitar 700 sampai 1.100
pembekuan dan epidermal growth factor.
mL liur per hali. Kelenjar liur minor terletak dalam mukosa
dan submukosa rongga mulut, tetapi hanya berperan dalam 5% Liur yang dihasilkan oleh sel asinar disebut liur primer
luaran total liur harian. Untuk melakukan hal tersebut, kelenjar yang isotonik dengan plasma. Liur primer dimodifikasi oleh
liur sangat kaya akan pembuluh darah. Laju basal aliran darah sel duktus striasi dengan cara menyingkirkan ion natrium dan
ke kelenjar liur diperkirakan 20 kali lebih besar dari aliran klorida dari liur dan mensekresi ion
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 416

416 䡲 䡲 䡲 Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar

kalium dan bikarbonat ke dalam liur. Setelah dimodifikasi, Sifat Masing-masing Kelenjar Liur
liur tersebut menjadi liur skunder yang hipotonik.
Sel asinar dan duktus juga mensintesis komponen
sekretoris yang diperlukan untuk mentransfer IgA dari Kelenjar Parotis
jaringan ikat ke dalam lumen asinus (atau duktus). IgA
sekretoris berikatan dengan antigen dalam liur dan meredam Walaupun kelenjar parotis adalah kelenjar liur terbesar;
efek merusaknya. Liur juga mengandung laktoferin, lisozim, kelenjar ini hanya memproduksi sekitar 30% jumlah total
ion tiosianat. Laktoferin mengikat zat besi yang merupakan liur; liur yang dihasilkannya adalah liur encer.
elemen esensial bagi metabolisrne bakteri; lisozim
menghancurkan kapsul bakteti, yang memungkinkan Kelenjar parotis adalah kelenjar liur terbesar, beratnya sekitar
masuknya ion tiosianat, yang merupakan suatu bakterisida, 20 sampai 30 g, tetapi hanya memproduksi sekitar 30% jumlah
ke dalam bakteri. total liur. Walaupun kelenjar ini dianggap sebagai kelenjar
Kelenjar liur juga mensekresi enzim kalikrein ke dalam serosa murni, tetapi sekretnya mengandung mukus. Mikrograf
jaringan ikat. Kalikrein kemudian masuk ke pembuluh darah, elektron bagian apikal sel serosa menunjukkan banyak granula
dan mengubah kininogen, yaitu suatu famili protein plasma, sekretoris berisi bahan kedap-elektron yang berteras lebih
menjadi bradikinin, suatu vasodilator yang melebarkan kedap-elektron lagi yang komposisinya belum diketahui.
pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah ke tempat Liur asal kelenjar parotis mengandung enzirn dan IgA
tersebut. sekretoris dalam jumlah besar. Enzimnya adalah amilase liur
(ptialin) yang mencerna sebagian besar pati (tepung) dalam
Peran Persarafan Autonom pada makanan, dan pencernaan ini berlanjut di lambung sampai
adonan (chyme) asam menginaktivasi enzim tersebut. IgA
Sekresi liur sekretoris menginaktivasi antigen yang terdapat di rongga
Kelenjar liur mayor tidak mensekresi terus-menerus. Aktivitas mulut.
sekretorisnya dirangsang oleh persarafan simpatis dan
Kapsula jaringan ikat kelenjar parotis sangat berkembang
parasimpatis. Persarafan terdapat di intraepitel (yaitu berupa
dan membentuk banyak septa, yang membagi kelenjar tersebut
kontak sinaptik antara ujung saraf dan sel asinar) atau menjadi banyak lobus, dan selanjutnya menjadi banyak
subepitel. Pada persarafan subepitel, ujung akson tidak lobulus. Sistem duktus mengikuti distribusi yang telah
membentuk kontak sinaptik dengan sel asinar, tetapi dijelaskan sebelumnya. Pada usia 40 tahun, kelenjar ini diserbu
melepaskan asetil kolin ke sekitar sel sekretoris, pada jarak jaringan lemak, yang menyebar dari jaringan ikat ke dalam
sekitar 100 sampai 200 nm dari plasmalema basal sel tersebut. parenkima kelenjar.
Sel yang teraktivasi kemudian merangsang sel di sebelahnya
lewat neksus (gap junction), untuk melepaskan sekret
encernya ke dalam lumen asinus. Kelenjar Sublingual
Persarafan parasimpatis adalah inisiator utama salivasi
(pengeluaran liur) dan menyebabkan terbentuknya liur encer. Kelenjar sublingual sangat kecil, dan terutama tersusun oleh
Asetil kolin yang dilepas oleh serat saraf parasimpatis pasca asinus mukosa dengan demiluna (bulan sabit) serosa, serta
ganglion mengikat reseptor kolinergik muskarinik yang menghasilkan liur campur.
menyebabkan penglepasan inositol trifosfat. Hal tersebut
menyebabkan penglepasan ion kalsium yang merupakan
caraka kedua ke dalam sitosol, yang memudahkan sekresi liur Kelenjar sublingual adalah kelenjar terkecil di antara ketiga
encer dari sel asinar. kelenjar liur mayor. Bentuknya seperti kacang almon, beratnya
Awalnya, persarafan simpatis mengurangi aliran darah hingga 2 sampai 3 g, dan hanya menghasilkan sekitar 5%
ke salivon, tetapi pengurangan tersebut berakhir dengan jumlah liur total. kelenjar ini tersusun oleh unit sekretoris
cepat. Norepinefrin yang dilepaskan oleh serat saraf simpatis tubular mukosa, yang banyak di antaranya mempunyai topi
pasca ganglion mengikat reseptor β-adrenergik yang yang tersusun oleh kelompokan kecil sel serosa, yang disebut
menyebabkan terbentuknya adenosin monofosfat siklik demiluna (bulan sabit) serosa (lihat Gambar 18-2). Walaupun
(cAMP). Caraka kedua tersebut mengaktifkan kaskade mikroskop cahaya rutin menunjukkan adanya deminula (bulan
berbagai kinase dan menyebabkan sekresi mukus dan sabit) serosa, bila jaringan dipotong beku, demiluna (bulan
komponen enzimatik liur oleh sel asinar. Mukus menyebabkan sabit) tersebut tidak tampak, yang menandakan bahwa demiluna
adhesi partikel makanan dalam bolus, dan juga membentuk (bulan sabit) tersebut kemungkinan adalah artefak yang timbul
permukaan yang licin untuk memudahkan menelan. karena fiksasi dan sebenarnya merupakan kelompokan kecil sel
Pengeluaran liur ditingkatkan oleh rasa dan bau makanan, serosa yang mencurahkan sekretnya ke dalam lumen bersama
dan juga oleh proses mengunyah. Aliran liur yang banyak juga
dengan unit sekretoris tubular mukosa. Sel serosa tersebut
terjadi tepat sebelum, selama, dan sesudah muntah. Inhibitor
pengeluaran liur adalah kelelahan, ketakutan, dan dehidrasi; ternyata menghasilkan lisozim. Kelenjar sublingual
selain itu, aliran liur sangat berkurang saat tidur. menghasilkan liur campur, tetapi terutama liur kental.
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 417

Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar ■ ■ ■ 417

Kanalikuli antar sel berkembang baik di antara sel mukosa pada melintang duktus tersebut, yang menjadi ciri khas kelenjar
unit sekretoris. Mikrograf elektron sel demiluna (bulan sabit) ini.
serosa menampilkan akumulasi apikal vesikel sekretoris; tetapi, Kapsula jaringan ikat kelenjar submandibular cukup tebal
berbeda dari kelenjar parotis dan submandibular, vesikel tersebut dan membentuk banyak septa, yang membagi kelenjar
tidak mengandung teras kedap-elektron (lihat Gambar 18-3). tersebut menjadi lobus, dan kemudian lobulus. Infiltrasi
Kapsula jatingan ikat pada kelenjar sublingual sangat tipis, lemak dari jaringan ikat ke dalam parenkima tampak jelas
dan sistem duktusnya tidak membentuk duktus terminal. pada usia limapuluhan.
Sebagai gantinya, beberapa duktus bermuara pada dasar rongga
mulut dan pada duktus kelenjar submandibular. Karena susunan
duktusnya, beberapa penulis menganggap bahwa kelenjar KORELASI KLINIS
sublingual tersusun oleh beberapa subunit glandular kecil. Adenoma pleomorfik jinak adalah tumor jinak kelenjar
liur, yang biasanya terjadi pada kelenjar parotis dan
Kelenjar Submandibular submandibular. Operasi pengangkatan kelenjar parotis
harus dilakukan dengan hati-hati karena pleksus saraf
fasial berjalan di dalam kelenjar.
Kelenjar submandibular menghasilkan 60% dari jumlah total liur;
walaupun hasilnya adalah liur campur, bagian terbesarnya ada/ah Kelenjar parotis (dan kadang-kadang kelenjar liur
liur encer. mayor lain) dapat terserang infeksi virus, yang
menyebabkan gondongan (mumps), yaitu
Walaupun berat kelenjar submandibular (Gambar 18-4) hanya 12 pembengkakan kelenjar yang menyakitkan dan biasanya
sampai 15 g, kelenjar ini menghasilkan 60% dari jumlah total terjadi pada anak-anak, yang dapat mengakibatkan
liur. Sekitar 90% asinus menghasilkan liur encer, sedangkan sterilitas bila menyerang pada saat dewasa.
sisanya manghasilkan liur kental. Mikrograf elektron bagian
apikal sel serosa kelenjar ini menunjukkan granula sekretoris
bersalut membran yang berisi sekret kedap-elektron, dengan
PANKREAS
teras yang lebih kedap-elektron. Jumlah demiluna (bulan sabit)
serosanya terbatas. Duktus striasi pada kelenjar submandibular Pankreas adalah ke/enjar ganda yang terdiri atas bagian eksokrin
jauh lebih panjang dari di kelenjar parotis atau sublingual; karena yang menghasilkan cairan pencerna dan bagian endokrin yang
itu, sediaan histologi kelenjar ini menampilkan banyak potongan menghasilkan hormon.

SD
Se

M
Gambar 18-4 Pada mikrograf cahaya
ini, kelenjar submandibular dicirikan
oleh banyaknya potongan melintang
duktus striasi (132x). Perhatikan bahwa
saluran tersebut tampak berwarna
merah muda, dan banyak diantaranya
menampilkan lumen kecil yang jelas.
SA
Produk sekretoris (mukus) tampak
berbusa. Se, septum; SA, asinus serosa;
SD, demiluna (bulan sabit) serosa; M,
sel mukosa pada sebuah asinus.
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 418

418 䡲 䡲 䡲 Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar

Pankreas, yang terletak di atas dinding tubuh posterior, jauh lumennya dilapisi oleh tiga atau empat sel sentroasinar, yang
di dalam peritoneum, terdiri atas empat bagian yaitu: merupakan permulaan sistem duktus pada pankreas (Gambar
prosesus unsinatus, kepala, badan, dan ekor. Panjangnya 18-5). Adanya sel sentroasinar di tengah asinus adalah ciri
sekitar 25 cm, lebarnya 5 cm, dan tebalnya 1 sampai 2 cm, khas kelenjar ini.
serta beratnya sekitar 150 g. Kapsula jaringan ikatnya tipis
dan membentuk septa, yang membagi kelenjar menjadi Bagian Sekretoris dan Duktus
lobulus. Pembuluh darah dan saraf yang memasok pankreas,
berjalan bersama sistem duktus di dalam kompartemen
Sel asinar pankreas mengandung reseptor kolesistokinin dan
jaringan ikat. Pankreas menghasilkan sekret eksokrin dan
asetilkolin, sedangkan set sentroasinar dan duktus interkalaris
endokrin. Komponen endokrin pankreas yang disebut pulau
mengandung reseptor sekretin dan mungkin juga asetilkolin.
Langerhans tersebar di antara asinus sekretoris.

Bagian Eksokrin Pankreas Tiap sel asinar bentuknya seperti piramid terpancung, dengan
dasar menempel pada lamina basal. Lamina basal ini
Bagian eksokrin pankreas tersusun oleh kelenjar tubuloasinar memisahkan sel asinar dari kompartemen jaringan ikat. Intinya
yang menghasilkan sekitar 1.200 mL cairan kaya bikarbonat bulat, terletak di basal, dan berada dalam sitoplasma yang
mengandung proenzim percernaan perhari. Empat puluh basofil (Gambar 18-6). Apeks sel yang menghadap lumen
sampai 50 sel asinar membentuk asinus berbentuk oval yang asinus mengandung granula sekretoris (granula zimogen)

ER kasar

Golgi

Duktus pankreatikus Granula zimogen

Duktus koledokus
Kapilar

Duktus SEL ASINAR PANKREAS


intralobular

Duktus interkalar

Pulau Langerhans

Sel
sentroasinar

Sel asinar
pankreas

ASINUS PANKREAS

SEL SENTROASINAR
Kanalikuli antarsel

Gambar 18-5 Pankreas dengan asinus sekretorisnya, jenis sel, dan bagian endokrin (pulau Langerhans).
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 419

Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar ■ ■ ■ 419

tersusun oleh sel kuboid rendah yang pucat (lihat Gambar 18-5
dan 18-6). Sel sentroas inar dan duktus interkalaris
mempunyai reseptor di bagian basal plasmalemanya. Reseptor
tersebut adalah reseptor hormon sekretin, dan mungkin juga
CC Se asetilkolin yang dilepaskan oleh serat parasi-mpatis
pascaganglion. Beberapa duktus interkalaris bergabung dan
melanjutkan diri menjadi duktus intralobular, yang
SA selanjutnya beberapa duktus intralobular menyatu, membentuk
duktus interlobular. Duktus tersebut diliputi oleh banyak
jaringan ikat dan mencurahkan isinya ke duktus pankreatik
utama, yang bergabung dengan duktus biliaris komunis
(koledokus) sebelum membuka ke dalam duodenum pada
papila Vater.

Histofisiologi Pankreas Bagian Eksokrin

Sel asinar menghasilkan dan melepas enzim pencernaan,


sedangkan sel sentroasinar dan duktus interkalaris
melepaskan cairan bufer kaya akan bikarbonat.

Sel asinar pankreas eksokrin membuat, menyimpan,


danmelepaskan sejumlah besar enzim, yaitu: amilase
pankreas, lipase pankreas, ribonuklease, deoksiribonuklease
(DNase), dan proenzim tripsinogen, kimotripsinogen,
prokarboksipeptidase, dan elastase. Sel tersebut juga
menghasilkan inhibitor tripsin, yaitu protein yang
melindungi sel dari aktivasi tripsin intrasel.
Gambar 18-6 Mikrograf cahaya pankreas monyet bagian eksokrin
(540x). Amatilah potongan asinus yang berupa bangunan bulat, dan Penglepasan enzim pankreas disebabkan kerja hormon
banyak dari sel asinarnya mengandung banyak granula sekretoris kolesistokinin (pankreozimin) yang dihasilkan oleh sel
yang disebut granula zimogen. CC, sel sentroasinar; Se, septum; SA, DNES pada usus kecil (terutama duodenum) dan juga
asinus serosa. asetilkolin yang dilepas oleh serat parasimpatis pascagang-
lion.
berisi proenzim, yang jumlahnya berkurang sehabis makan. Sel sentroasinar dan duktus interkalaris menghasilkan
Daerah Golgi yang terdapat di antara inti dan granula zimogen, cairan serosa kaya bikarbonat yang sifatnya basa, yang bekerja
ukurannya beragam, berbanding terbalik dengan konsentrasi sebagai bufer untuk menetralkan adonan (chyme) asam yang
granula zimogen. masuk ke duodenum dari pilorus lambung. Cairan tersebut
Membran sel bagian basal dari sel asinar mempunyai miskin enzim dan penglepasannya disebabkan oleh kerja
reseptor untuk hormon kolesistokinin dan neurotransmiter hormon sekretin yang dihasilkan oleh sel entero-endokrin
asetilkolin, yang dilepaskan oleh serat saraf parasimpatis usus kecil dalam kaitannya dengan asetilkolin yang dilepaskan
pascaganglion. Mikrograf elektron sel asinar menampilkan oleh serat parasimpatis pascaganglion. Jadi, sekresi kaya
banyak RER yang terletak di basal, dan banyak polisom dan enzim dan miskin enzim diatur secara terpisah, dan kedua
mitokondria dengan granula matriks. Aparat Golginya macam sekret dapat dilepaskan pada saat berbeda, atau
berkembang baik, tetapi ukurannya beragam, yaitu lebih kecil bersamaan.
saat banyak granula zimogen, dan lebih besar sesudah granula Mekanisme sekresi ion bikarbonat diduga difasilitasi oleh
melepaskan isinya. enzim karbonik anhidrase, yang mengkatalisis
Granula zimogen dapat melepaskan isinya secara individual, pembentukan asam karbonat (H2CO3) dari air (H2O) dan
atau beberapa vesikel sekretoris bergabung satu sama lain, karbon dioksida (CO2). Dalam medium air pada sitosol,
membentuk saluran dari sitoplasma apikal ke lumen asinus. H2CO3 terdisosiasi dan membentuk H+ dan HCO3-; HCO3-
Sistem duktus pankreas dimulai di tengah asinus sebagai sel ditransportasi aktif ke dalam lumen duktus, sedangkan ion
sentroasinar, yang sampai ujung akhir duktus interkalaris hidrogen (H+) diangkut ke dalam jaringan ikat.
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 420

420 䡲 䡲 䡲 Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar

KORELASI KLINIS
Kadang-kadang, enzim pencernaan pankreas
menjadi aktif di dalam sitoplasma sel asinar,
sehingga terjadi pankreatitis akut yang seringkali
fatal. Perubahan histologiknya mencakup reaksi
inflamasi, nekrosis pembuluh darah, proteolisis
parenkima pankreas, dan destruksi enzimatik sel
lemak tidak saja di dalam pankreas, tetapi juga di I
daerah sekitar di rongga abdomen. Se
Kanker pankreas adalah penyebab kelima SA
kematian karena kanker, yang membunuh sekitar
25.000 orang per tahun, di USA. Kurang dari 50%
pasien bertahan lebih dari 1 tahun, dan kurang dari
5% bertahan selama 5 tahun. Laki-laki lebih rentan
daripada wanita. Perokok 70% lebih berisiko ter-
kena kanker pankreas di banding bukan perokok.

Bagian Endokrin Pankreas

Bagian endokrin pankreas tersusun oleh kelompokan sel


yang disebut pulau Langerhans yang bentuknya bulat, dan
letaknya tersebar di antara asinus. Gambar 18-7 Mikrograf cahaya pankreas manusia yang menampilkan
asinus sekretoris dan pulau Langerhans (I) (132x). Perbedaan histologi
Tiap pulau Langerhans merupakan bangunan bulat kaya antara bagian eksokrin dan endokrin sangat jelas pada fotomikrograf
ini, karena pulau Langerhans jauh lebih besar dan asinus dan warnanya
vaskular yang merupakan kelompokan sel yang terdiri atas jauh lebih pucat. Se, septum; SA, asinus serosa.
sekitar 3.000 sel. Pada pankreas manusia terdapat sekitar 1
juta pulau Langerhans yang merupakan bagian endokrin
pankreas. Jumlah pulau Langerhans di bagian ekor pankreas Histofisiologi Bagian Endokrin Pankreas
sedikit lebih banyak daripada di bagian lainnya. Tiap pulau
Langerhans diliputi oleh serat retikulin, yang juga masuk ke Sel pulau Langerhans menghasilkan insulin, glukagon,
bagian dalam pulau untuk meliputi jalinan kapilar yang somatostatin, gastrin, dan polipeptida pankreas.
menembus masuk ke dalam (Gambar 18-5 dan 18-7).
Dua hormon yang dihasilkan dalarn jumlah terbesar oleh bagian
endokrin pankreas adalah insulin yang kerjanya menurunkan,
Sel Penyusun Pulau Langerhans dan glukagon yang ke1janya menaikkan kadar gula darah.
Parenkima pulau Langerhans tersusun oleh lima macam sel, Produksi insulin dimulai dengan sistesis rantai polipeptida
yaitu: sel beta (β), sel alfa (α), sel delta (δ) yang terdiri dari sel tunggal yang disebut preproinsulin, pada RER sel β. Dalam
D dan D1, sel PP (penghasil polipeptida pankreas), dan sel G sisterna RER, produk awal ini diubah menjadi proinsulin
(penghasil gastrin). Sel tersebut tidak dapat dibedakan satu lewat pemotongan fragmen polipeptida secara enzimatik. Di
sama lain pada sediaan rutin histologi, tetapi dapat dibedakan dalam jalinan trans Golgi, proinsulin dikemas dalam vesikel
lewat pewarnaan imunositokimia. Mikrograf elektron juga bersalut klatrin, yang kemudian kehilangan selubung klatrinnya
menunjukkan ciri yang dapat membedakan berbagai sel saat menuju plasmalema. Selanjutnya, sebuah seg-men di dekat
tersebut, terutama dengan cara melihat ukuran dan densitas pusat molekul proinsulin dibuang dengan cara swa eksisi untuk
elektron granula yang terdapat pada tiap macam sel (Gambar membentuk insulin, yang tersusun oleh dua rantai polipeptida
18-8). Selanjutnya, berbagai sel tersebut tidak menampilkan pendek yang saling dihubungkan oleh ikatan disulfida. Insulin
ciri morfologis yang istimewa, kecuali menampilkan ciri sel dilepaskan ke dalam ruang antarsel sebagai respons atas
pensekresi protein. Ciri khas, lokasi, dan hormon yang meningkatnya kadar gula darah, yang terjadi setelah konsumsi
dihasilkan berbagai sel tersebut dapat dilihat di Tabel 18-1. makanan kaya karbohidrat.
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 421

Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar ■ ■ ■ 421

TABLE 18-1 Sel dan Hormon Pulau Langerhans

Hormon dan
% dari Struktur Halus Berat Molekul
Sel Total Lokasi Granula (Da) Fungsi
Sel β 70% Tersebar Diameter 300nm; Insulin, 6.000 Menurunkan kadar gula darah
di seluruh granula padat
pulau (tetapi elektron dikelilingi
terkonsentrasi oleh halo lebar
di tengah) yang elektron-lusen
Sel α 20% Di perifir Diameter 250nm; Glukagon, 3.500 Menaikkan kadar gula darah
pulau granula padat-
Langerhans elektron dengan
halo sempit yang
elektronlusen
Sel δ 5% Tersebar di Diameter 350 nm; Sel D: Somatostatin, Paracrine: menghambat pelepasan
(D dan seluruh pulau granula homogen 1.640 hormon dari pankreas bagian
D1) Langerhans yang elektron- endokrin dan enzim dari
lusen pankreas bagian eksoklorin
Endokrin: rnengurangi kontraksi
otot polos saluran
cerna dan kandung empedu

Sel D1: Peptida Menginduksi glikogenolisis;


intestinal vasoaktif mengatur tonus otot polos
(VIP), 3.800 dan motilitas usus; meng-
ontrol sekresi ion dan air
oleh sel epitel intestinal
Sel G 1% Tersebar di Diameter 300nm Gastrin, 2.000 Merangsang produksi HCI
seluruh pulau oleh sel parietal lambung
Langerhans
Sel PP 1% Tersebar di Diameter 180nm Polipeptida Menghambat sekresi eksokrin
(Sel F) seluruh pulau pankreas, 4.200 pankreas
Langerhans

Insulin yang dilepaskan akan berikatan dengan reseptor memecah glikogen menjadi glukosa, yang dilepaskan ke
insulin pada permukaan banyak macam sel, terutama sel otot aliran darah, sehingga meningkatkan kadar gula darah.
rangka, sel hati dan sel lemak. Membran plasma sel tersebut Glukagon juga mengaktifkan enzim hati yang berfungsi
juga mengandung protein pengangkut glukosa, yaitu permease untuk glukoneogenesis (sintesis glukosa dari sumber
glukosa (unit transport glukosa), yang akan teraktivasi dan nonkarbohidrat) apabila simpanan glikogen intrasel pada
sel akan mengambil glukosa, sehingga menurunkan kadar hepatosit berkurang.
glukosa darah. Selama ada rangsang oleh insulin, vesikel
Somatostatin dihasilkan oleh salah satu dari dua
subplasmalema yang kaya permease glukosa bergabung dengan
macam sel d (D). Hormon tersebut mempunyai efek
membran sel, dan saat kadar insulin turun, vesikel tersebut
parakrin dan endokrin. Efek parakrin menyebabkan
kembali ke tempatnya di dalam sel.
inhibisi penglepasan hormon endokrin oleh sel α dan β.
Glukagon, suatu hormon peptida yang dihasilkan oleh sel α, Efek endokrinnya bekerja pada sel otot polos saluran
dilepaskan sebagai respons atas kadar gula darah yang rendah, cerna dan kandung empedu dan menyebabkan penurunan
dan juga pada konsumsi makanan rendah karbohidrat dan tinggi motilitas kedua organ tersebut. Somatostatin dilepaskan bila
protein. Sama seperti pada produksi insulin, glukagon juga kadar gula, asam amino atau kilomikron darah meningkat,
diproduksi sebagai prohormon yang kemudian mengalami yang terjadi sesudah makan. Vasoactive intestinal peptide
pemotongan proteolitik untuk menghasilkan hirmon aktif. (VIP) dihasilkan oleh jenis sel δ yang dikenal sebagai sel D1.
Glukagon terutama bekerja pada hepatosit, menyebabkan sel Hormon tersebut mengindukasi glikogenolisis dan
tersebut mengaktifkan enzim glikogenolitik. Enzim tersebut hiperglikemia dan juga mengatur motilitas
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 422

422 䡲 䡲 䡲 Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar

Gambar 18-8 Mikrograf elektron sel α (A)


dan sel β (B) pada pulau Langerhans kelinci
(5.040x). Perhatikan bahwa granula sel α
jauh lebih banyak, tersusun lebih rapat,
lebih kecil dan lebih padat dari granula sel
β. (Dari Jorns A, Grube D: The endocrine
pancreas of glucagon-immunized and
somatostatin-immunized rabbits. Cell Tissue
Res 265: 261-273, 1991.)

usus dan tonus sel otot polos dinding usus. Selain itu, VIP HATI
mengontrol sekresi ion dan air oleh sel epitel intestinal.
Hati adalah kelenjar terbesar, dan beratnya 1500 g. Hati
Gastrin, yang dilepaskan oleh sel G, merangsang terletak di rongga abdomen, di kuadran kanan atas, tepat di
penglepasan HC1, motilitas, dan pengosongan lambung, serta bawah diafragma. Hati terdiri atas empat lobus: lobus kanan,
laju pembelahan sel regeneratif lambung. kiri, kuadratus dan kaudatus, tetapi lobus kanan dan kirilah
Polipeptida pankreas adalah hormon yang dihasilkan yang menyusun sebagian besar hati (Gambar 8-9A).
oleh sel PP. Hormon tersebut menghambat sekresi bagian Serupa dengan pankreas, hati mempunyai fungsi endokrin
eksokrin pankreas dan merangsang penglepasan enzim oleh dan eksokrin; akan tetapi hati berbeda dari pankreas, karena sel
sel utama lambung, tetapi menekan penglepasan HCl oleh sel yang sama, yaitu hepatosit yang melakukan fungsi eksokrin
parietal lambung. dan endokrin. Fungsi eksokrin memproduksi empedu. Selain

KORELASI KLINIS
Diabetes mellitus adalah kelainan metabolik berumur kurang dari 20 tahun. Ciri diabetes adalah
hiperglikemik yang disebabkan oleh (1) kekurangan adanya tiga tanda utama yaitu polidipsia (selalu haus),
insulin yang dihasilkan oleh sel β pulau Langerhans polifagia (lapar yang tak berkurang), dan poliuria
atau (2) reseptor insulin yang cacat pada sel target. Ada (berkemih berlebihan).
dua bentuk mayor diabetes mellitus, yaitu tipe 1 dan 2 Diabetes tipe 2 (diabetes tak-bergantung insulin)
(Tabel 18-2). Insidens tipe 2 sekitar lima sampai enam adalah jenis diabetes yang paling sering dijumpai dan
kali tipe l. Bila tak terkontrol, kedua tipe diabetes biasanya mengenai orang dengan usia di atas 40 tahun.
tersebut dapat menyebabkan sekuele yang mengganggu,
yang meliputi gangguan sirkulasi, gagal ginjal, buta, Sindroma Vener-Morrison (kolera pankreatik)
gangren, stroke , dan miokard infark. Hasil pemeriksaan ditandai oleh diare cair eksplosif yang menyebabkan
laboratorium paling bermakna yang mengindikasikan hipokalemia dan hipoklorhidria. Sindroma ini
diabetes adalah kadar glukosa darah yang meningkat disebabkan oleh pembentukan dan penglepasan
sesudah puasa semalaman. vasoactive intestinal peptide berlebihan disebabkan
Diabetes tipe 1 (insulin-dependent diabetes; oleh adenoma sel D1 yang menghasilkan hormon
juvenile-onset diabetes) biasanya mengenai orang muda tersebut. Tumor sel D1 seringkali bersifat ganas.
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 423

Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar ■ ■ ■ 423

TABLE 18-2 Perbandingan Diabetes Mellitus Tipe 1 dan Tipe 2

Sinonim Berat Komponen Pulau


Tipe Umum Tanda Klinis Pasien Herediter Langerhans
Tipe 1 Juvenile Gejala muncul tiba-tiba; Normal (atau Sekitar 50% Penurunan ukuran dan
(insulin- onset usia di bawah 20 tahun; berat badan konkordansi pada jumlah sel β; pulau
dependent) diabetes; penurunan kadar insulin turun, kembar identik; Langerhans mengalami
juvenile darah; ketoasidosis biasa walaupun faktor lingkungan atrofi dan fibrosis
diabetes; terjadi; antibodi terhadap asupan maka- berperan penting
diabetes sel β positif; kemungkinan nan meningkat) pada timbulnya
idiopatik penyakit autoimun; penyakit
berespons pada pemberian
insulin; polifagi, polidipsi,
poliuri
Tipe 2 (non- Adult-onset Dimulai sesudah usia 40 80% penderita Sekitar 90%-100% Penurunan jumlah sel
insulin- diabetes; tahun; penurunan ringan mengalami konkordansi pada β; amilin terdapat di
dependent) diabetes kadar insulin darah; obesitas kembar identik jaringan sekitar sel β
resisten- ketoasidosis jarang; anti-
ketosis bodi terhadap sel β negatif;
pengeluaran insulin
terganggu; insulinresisten;
penu-runan jumlah reseptor
insulin; signaling pasca-
reseptor terganggu

itu, hepatosit juga mengubah bahan toksik menjadi nontoksik hepatika, yang keluar dari permukaan posterior, dan
yang disekresikan ke dalam empedu. selanjutnya menuju ke vena cava inferior. Empedu dialirkan
keluar hati lewat duktus hepatikus kanan dan kiri yang keluar
Struktur Umum dan Pasokan lewat porta hepatis, dan selanjutnya menuju ke kandung
Vaskular Hati empedu untuk disimpan dan dipekatkan.
Karena hati menempati posisi sentral dalam metabolisme,
Permukaan inferior hati bentuknya cekung dan di sana terdapat semua nutrien (kecuali kilomikron dan lipid dengan panjang
porta hepatis yang menjadi tempat masuknya vena porta dan kurang dari 12 karbon) yang diserap oleh saluran cerna
arteri hepatika yang memasok darah ke hati, dan tempat langsung diangkut ke hati melalui vena porta. Selain itu,
keluarnya duktus biliaris yang mengalirkan empedu keluar hati. darah kaya zat besi dari limpa juga dialirkan ke hati lewat
vena porta untuk diproses. Banyak nutrien yang sampai di
Hati diliputi oleh kapsula Glisson yang tersusun oleh jaringan hati diubah oleh hepatosit menjadi produk simpanan,
ikat padat yang susunannya iregular. Kapsula tersebut dilapisi misalnya glikogen, yang akan dilepas sebagai glukosa bila
oleh peritoneum yang tersusun oleh epitel gepeng selapis, dibutuhkan.
kecuali pada daerah terbuka. Kapsula Glisson melekat longgar Hepatosit tersusun membentuk lobulus berbentuk
pada jaringan hati, kecuali pada porta hepatis, tempat jaringan heksagonal (lobulus klasik) yang panjangnya sekitar 2mm dan
ikat kapsula memasuki hati bersama dengan masuknya diameternya sekitar 700 µm. Lobulus tersebut dibatasi oleh
pembuluh darah dan limf, dan keluarnya duktus biliaris. elemen jaringan ikat tipis yang sangat jelas pada hewan seperti
Jaringan ikat di dalam hati jumlahnya sedikit; jadi hati terutama babi dan unta. Akan tetapi, pada manusia, jaringan ikat ini
terdiri atas satu jenis sel parenkim, yaitu hepatosit. sangat sedikit dan lobulus tersusun rapat, sehingga batas
Permukaan superior hati bentuknya cembung, sedangkan lobulus klasik tidak terlihat dan hanya dapat diperkirakan saja.
permukaan inferiornya mempunyai indentasi mirip hilus yang Pada daerah pertemuan sudut dari tiga lobulus klasik,
disebut porta hepatis. Hati mendapat pasokan darah dari dua elemen jaringan ikat meningkat, dan daerah tersebut disebut
sumber, dari arteri hepatika kiri dan kanan yang memasok jalur/traktus/daerah (triad portal). Daerah portal
darah kaya oksigen (25%) dan darah kaya nutrien dari vena mengandung pembuluh limf dan juga tiga saluran lain yang
porta (75%). Pembuluh darah tadi masuk lewat porta hepatis, berjalan sejajar dengan sumbu longitudinal lobulus (Gambaran
sedangkan darah yang meninggalkan hati keluar lewat vena 18-9B) ketiga saluran lain tersebut adalah:
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 424

424 䡲 䡲 䡲 Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar

Vena sublobular
Lobus kiri

Ligamen falsiformis

Arteri hepatika

Vena kava

Vena porta

Daerah portal
Lobulus hati
Lobus kanan
Vena sentralis
A Arteri hepatika

Duktus biliaris
Triad portal

Vena porta
B

Vena sentralis
Lempeng hati

Sinusoid

Kanalikuli biliaris

Duktus biliaris

Vena porta Triad portal

Arteri hepatika

C
Gambar 18-9 Hati. A, Gross anatomi hati. B, Lobulus hati yang menampilkan daerah portal dan vena sentralis. C, Bagian lobulus
hati yang menampilkan daerah portal, lempeng hati, sinusoid, dan kanalikuli biliaris.

䡲 cabang arteri hepatika tersusun oleh hepatosit termodifikasi. Ruang sempit, yang
disebut space of Möll, memisahkan limiting plate (lempeng
䡲 cabang vena porta yang relatif lebar
pembatas) dari jaringan ikat daerah portal.
䡲 duktus biliaris interlobular (dapat dikenali dari epitel
Walaupun seharusnya ada enam daerah portal di sekeliling
selapis kuboid yang melapisinya) tiap lobulus klasik, biasanya hanya tampak tiga daerah portal
Daerah portal terpisah dari parenkima hati oleh limiting yang tersebar rata pada satu potongan acak (lihat Gambar
plate (lempeng pembatas), yang merupakan selubung yang 18-9B). Di sepanjang tiap cabang arteri hepatika pada daerah
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 425

Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar ■ ■ ■ 425

portal, muncul cabang halus yang disebut arteriol distribusi, lobulus, vena sentralis berakhir ke dalam vena sublobular.
yang terentang hingga mencapai arterial distribusi mitranya Banyak vena sentralis menuju ke satu vena sublobular;
dari daerah portal yang bersebelahan. Selanjutnya, pembuluh selanjutnya beberapa vena sublobular bergabung menjadi
darah yang lebih halus lagi, yaitu arteriol inlet, muncul dari vena pengumpul, yang kemudian membentuk vena hepatika
arterial distribusi (atau langsung dari cabang arteri hepatika). kanan dan kiri.
Selain itu, duktus biliaris interlobular dipasok oleh pleksus
kapilar peribiliar. Venula yang berasal dari vena porta Tiga Konsep lobulus hati
mempunyai dua ukuran, vena distribusi yang lebih besar dan
venula inlet yang lebih kecil.
Ketiga jenis lobulus hati adalah lobulus klasik, lobulus
Sumbu longitudinal tiap lobulus klasik ditempati oleh vena portal, dan asinus hati (asinus Rappaport).
sentralis, yaitu cabang vena yang mula-mula muncul dari vena
hepatika. Hepatosit membentuk lembaran berlubang-lubang.
Lembaran hepatosit tersusun radier terhadap vena sentralis,
yang pada potongan melintang menampilkan gambaran seperti Ada tiga konsep dasar lobulus hati (Gambar 18-11). Lobulus
jeruji roda sepeda. Lembaran hepatosit saling beranastomosis klasik hati adalah yang pertama dikenal secara histologi,
dan dipisahkan satu dari yang lain oleh ruang vaskular besar karena susunan jaringan ikat pada hati babi menunjang alasan
yang disebut sinusoid hati (Gambar 18- 10; lihat juga Gambar keberadaanya yang jelas. Pada konsep ini, darah mengalir
18-9C). Arteriol inlet, venula inlet, dan cabang dari pleksus dari perifer ke tengah lobulus, ke dalam vena sentralis.
kapilar peribiliar menembus limiting plate (dari hepatosit Empedu yang dibuat oleh sel hati masuk ke ruang antar sel
termodifikasi) untuk menuju sinusoid hati (lihat Gambar sempit yang disebut kanalikuli biliaris yang terletak di
18-10). Saat darah memasuki sinusoid, alirannya sangat antara hepatosit, dan mengalir ke perifer lobulus ke dalam
melambat dan perlahan-lahan menuju ke vena sentralis. duktus biliaris interlobular di daerah portal.
Konsep sekresi eksokrin yang mengalir ke prifer lobulus
Karena pada tiap lobulus hanya ada satu vena sentralis,
tidak konsisten dengan yang terjadi pada asinus kebanyakan
dan vena sentralis menerima darah dari semua sinusoid pada
lobulus tersebut, maka makin ke ujung lobulus, diameter kelenjar, yang sekresinya menuju lumen asinus. Karena itu,
vena sentralis bertambah besar. Saat vena sentralis keluar ahli histologi menduga bahwa semua hepatosit, yang
mengalirkan empedunya ke duktus biliaris interlobular
tertentu, membentuk sebuah lobulus yang disebut lobulus
portal. Pada sediaan histologi, lobulus portal tampak berbagai
daerah berbentuk segitiga yang pusatnya adalah daerah portal
KC dan batas perifernya adalah garis imajiner yang

PA
Si Asinus
Daerah portal (PA) hati
CV
Arteri hepatika
Duktus biliaris
PA
Vena porta
Lobulus
Klasik
CV CV
Lobulus portal
CV

Vena
sentralis (CV)
PA PA PA

LP CV CV

Gambar 18-10 Mikrograf cahaya hati anjing yang menampilkan vena Lobulus hati
sentralis (CV), lempeng hati (LP), dan sinusoid (Si) (270x).
Hewannya disuntik tinta Cina yang difagositosis oleb sel Kupffer
(KC), yang karenanya sel Kupffer tampak sebagai bercak hitam. Gambar 18-11 Ketiga macam lobulus hati: lobulus klasik, lobulus
portal, dan asinus hati.
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 426

426 䡲 䡲 䡲 Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar

menghubungkan tiga vena sentralis di sekitar daerah


portal yang menjadi sudut segitiga tersebut.
Kosep ketiga dari lobulus hati berdasarkan aliran darah K
dari arteriol distribusi, dan sebagai akibatnya, berdasarkan
urutan hepatosit yang berdegenerasi setelah paparan bahan
toksik atau hipoksia. Lobulus hati tersebut bentuknya ovoid
sampai belah ketupat dan disebut asinus hati (asinus N
Rappaport). Asinus hati digambarkan sebagai tiga zona
konsentrik parenkim hati berbatas tidak jelas yang mengitari
arteri distribusi yang terletak di tengah asinus tersebut. Lapis Si
terluar, disebut zona 3, meluas sampai vena sentralis dan
merupakan zona paling miskin oksigen di antara ketiga zona.
Daerah sisanya terbagi atas dua zona yang setara (zona 1 dan
2); zona 1 paling kaya oksigen.

Sinusoid Hati dan lempeng Hepatosit

Lempeng sel hati membatasi ruang vaskular yang dilapisi oleh


sel pelapis sinusoid. Ruang vaskular tersebut disebut sinusoid
hati.

Lempeng hepatosit tersusun oleh sel dengan ketebalan tidak


lebih dari dua sel saat mendekati usia 7 tahun, dan ketebalan Gambar 18-12 Mikrograf cahaya hati anjing yang memperlihatkan
lempeng hepatosit menjadi satu sel sesudah usia 7 tahun. Pada lempeng hepatosit, sinusoid (Si), dan sel Kupffer yang berisi tinta Cina
lobulus klasik, lempeng hepatosit tersebut saling (K) (540x). N, inti.
beranastomosis dan tersusun radier terhadap vena sentralis
(lihat Gambar 18-9C). Ruang di antara lempeng hepatosit
ditempati oleh sinusoid hati, dan darah di dalam sinusoid yang Sel pelapis sinusoid terpisah dari hepatosit oleh ruang sempit
lebar tersebut tidak berhubungan dengan hepatosit, karena yang disebut ruang perisinusoid (celah Disse), dan plasma yang
sinusoid dilapisi oleh sel pelapis sinusoid. Seringkali, sel keluar dari sinusoid bebas mengalir ke ruang ini (Gambar
pelapis sinusoid tidak saling berhubungan satu sama lain, 18-14; juga lihat Gambar 18-13). Mikrovili hepatosit
sehingga terdapat celah di antaranya yang dapat mencapai 0,5 menempati sebagian besar celah Disse; luas permukaan
µm. Sel pelapis sinusoid juga mempunyai fenestra (lubang) mikrovili yang luas memudahkan pertukaran bahan di antara
yang berkelompok dan disebut lempeng saringan. aliran darah dan hepatosit. Hepatosit tidak berkontak langsung
Karenanya, partikel dengan diameter kurang dari 0,5 µm dapat dengan aliran darah; celah Disse berperan sebagai ruang
meninggalkan lumen sinusoid dengan mudah. perantara di antara hepatosit dan aliran darah.
Makrofag residen yang disebut sel Kupffer, berhubungan Walaupun ruang perisinusoid mengandung serat kolagen
dengan sel pelapis sinusoid pada sinusoid (Gambar 18-12 dan tipe III (serat retikulin) yang menyokong sinusoid, dan juga
18-13). Seringkali, fagosom sel Kupffer mengandung partikel sejumlah kecil serat kolagen tipe I dan IV, lamina basal tidak
dan debris sel yang diendositosis, terutama eritrosit mati yang ada. Terkadang, dalam ruang pelisinusoid dijumpai serat saraf
dihancurkan oleh sel ini. Mikrograf elektron sel Kupffer tak bermielin dan sel stelata hati yang bentuknya seperti
menampilkan banyak juluran mirip-filopodia, mitokondria, bintang yang juga dikenal sebagai sel Ito atau sel penyimpan
beberapa RER, sebuah aparat Golgi kecil, dan banyak lisosom lemak (lihat Gambar 18-13). Diduga bahwa sel stelata hati
dan endosom akhir. Karena sel tersebut tidak membentuk menyimpan vitamin A, membentuk dan melepaskan kolagen
tautan antarsel dengan sel sebelahnya, diduga bahwa sel tipe III ke dalam celah Disse, mensekresi faktor pertumbuhan
tersebut adalah scavenger migran. yang dibutuhkan oleh hati untuk membentuk hepatosit baru,
dan membentuk jaringan ikat fibrosa untuk menggantikan
hepatosit yang rusak oleh toksin. Selain itu, pit cells, yang
Ruang Perisinusoid (Celah Disse) menampilkan pseudopodia pendek dan granula sitoplasmik,
telah dijumpai pada ruang pelisinusoidal mencit dan tikus. Sel
Ruang sempit antara lempeng hepatosit dan sel pelapis tersebut diduga merupakan sel natural killer (pembunuh alami)
sinusoid disebut ruang perisinusoid (celah Disse). yang juga ada pada hati manusia.
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 427

Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar ■ ■ ■ 427

Gambar 18-13 Mikrograf elektron hati tikus


kesturi. A, Amati sinusoid, dan sel pelapis
sinusoid (E), sel Kupffer (K), dan suatu
daerah kecil pada sel Ito (Li) (8.885x) yang
mengandung tetes lemak. B, Pembesaran
lebih kuat hepatosit menampilkan banyak
mikrovilus (kepala panah) yang menonjol ke
dalam celah Disse dan proses pinositosis
(panah) (29.670x). (Dari Matsumoto E,
Hirosawa K: Some observations on the
structure of Suncus liver with special
reference to the vitamin A-storing cell. Am J
Anat 167: 193-204, 1983.)

Duktus Hepatikus beberapa sel ovoid yang mampu berproliferasi. progeni sel
ovaltersebut dapat menjadi sel kuboid pada sistem duktus
biliaris maupun menjadi hepatosit.
Sistem duktus pada hati terdiri atas kolangiol, kanal
Hering, duktus biliaris yang menjadi semakin besar dan Sel epitel kuboid yang melapisi kolangiol, kanal Hering,
akhirnya menjadi duktus hepatikus kanan dan kiri. dan duktus biliaris interlobular mensekresi cairan kaya
bikarbonat yang serupa dengan yang dihasilkan oleh sistem
duktus pankreas. Pembentukan dan penglepasan bufer alkalis
Kanalikuli biliaris saling beranastomosis, membentuk terowongan tersebut dikontrol oleh hormon sekretin yang dihasilkan oleh
labirin di antara hepatosit. Saat kanalikuli biliaris mencapai daerah sel DNES di duodenum. Cairan tersebut bersama dengan
perifer lobulus klasik, kanalikuli tersebut saling menyatu cairan dari pankreas menetralkan adonan (chyme ) asam yang
membentuk kolangiol, yaitu tubulus pendek yang tersusun oleh masuk ke duodenum.
gabungan hepatosit dan sel kuboid rendah, dan terkadang sel oval.
Empedu dari kolangiol menuju kanal Hering, yaitu cabang halus
duktus biliaris interlobular, yang menyebar (radiate ) sejajar Hepatosit
dengan arterial dan venula inlet. Duktus biliaris interlobular saling
menyatu dan menjadi lebih lebar, dan akhirnya saling menyatu dan Hepatosit adalah sel poligonal bersisi 5-12, diameternya
membentuk duktus hepatikus kanan dan kiri. Sistem saluran sekitar 20-30 µm, dan tersusun rapat membentuk lempeng
empedu ekstra hepatik akan dijelaskan kemudian. Kebanyakan sel yang saling beranastomosis, dengan ketebalan satu sel.
kanal Hering adalah sel kuboid rendah, dan diantara tersebar Hepatosit menunjukkan penampilan struktural, dan sifat
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 428

428 䡲 䡲 䡲 Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar

Sel pelapis
sinusoid

Eritrosit dalam
sinusoid hati
Mitokondria

ER halus

Kompleks Golgi
ER kasar

Celah Disse Kanalikuli biliaris

Gambar 18-14 Sebuah hepatosit dan ranah


sinusoidal dan lateralnya. ER, retikulum
endoplasma. (Dari Lentz TL: Cell Fine
Structure: An Atlas of Drawings of Whole-Cell
Structure. Philadelphia, WB Saunders, 1971.)

histokimia dan biokimia yang beragam tergatung lokasinya Mikrovili pendek tumpul mencuat dari hepatosit ke dalam
di lobulus hati. kanalikuli biliaris untuk meningkatkan luas permukaan untuk
sekresi empedu (lihat Gambar 18-14). Teras aktin pada mikro-
vili bertaut dengan jalinan tebal aktin dan filamen intermedia
Ranah (Domain) Plasmalema Hepatosit yang memperkuat daerah plasmalema hepatosit yang mem-
bentuk kanalikuli biliaris.
Membran plasma hepatosit mempunyai dua ranah, yaitu
Mebran sel yang membentuk dinding kanalikuli biliaris
ranah lateral dan sinusoidal.
mempunyai aktivitas tinggi enzim Na+, K+-ATPase dan
adenilat siklase. Ranah lateral juga mempunyai neksus
Hepatosit tersusun sedemikian sehingga tiap sel tidak hanya sehingga hepatosit dapat saling berkomunikasi.
berkontak dengan hepatosit lain, tetapi juga membatasi celah
Disse. Jadi, plasmalema hepatosit mempunyai ranah lateral
dan sinusoidal. RANAH SINUSOIDAL

RANAH LATERAL Ranah sinusoidal membentuk mikrovili yang menjulur ke dalam


ruang perisinusoidal (celah Disse).
Ranah lateral membentuk kanalikuli biliaris.
Ranah sinusoidal membran plasma hepatosit juga mempunyai
Ranah lateral membran sel hepatosit melapisi ruang antar sel mikrovili yang menjulur ke dalam celah Disse (lihat Gambar
yang disebut kanalikuli biliaris. Kanalikuli biliaris diameternya 18-13 dan 18-14). Diperkirakan bahwa mikrovili meningkatkan
1 sampai 2 µm, bentuknya rumit seperti labirin, dan merupakan luas permukaan ranah sinusoidal sebanyak 6 kali, sehingga
saluran tempat lewatnya empedu dari hepatosit ke bagian memudahkan pertukaran bahan antara hepatosit dan plasma
perifer lobulus klasik (lihat Gambar 18-9C). Kebocoran dalam ruang perisinusoidal. Membran plasma di sini kaya akan
empedu dari kanalikuli dicegah oleh taut kedap (tight junctions, reseptor manosa-6-fosfat, Na+, K+-ATPase, dan adenilat siklase,
fasciae occludentes) di antara sel hati yang berdempetan. Taut karena di sinilah sekresi endokrin hepatosit dikeluarkan ke
kedap mengisolasi kanalikuli biliaris dari ruang antar sel dalam darah sinusoid, dan bahan dalam darah diangkut ke dalam
sisanya. sitoplasma hepatosit.
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 429

Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar ■ ■ ■ 429

Organel dan Badan lnklusi Hepatosit darah meningkatkan SER sel hati, karena detoksifikasi
terjadi di dalam sisterna SER.
Hepatosit adalah sel besar kaya akan organel yang membuat
empedu sebagai sekret eksokrin, dan juga beragam sekresi
KORELASI KLINIS
endokrin; selain itu, hepatosit juga melakukan berbagai fungsi
metabolik. Orang yang mengkonsumsi bahan hepatotoksik,
misalnya alkohol, menampilkan peningkatan
jumlah deposit lemak pada hepatosit zona 3. Selain
Walaupun hepatosit hanya mencakup 60% jumlah total sel,
itu, orang yang mengkonsumsi barbiturat
tetapi membentuk sekitar 75% bobot hati. Sel ini membuat
menampilkan peningkatan jumlah SER pada sel
empedu primer, yang akan dimodifikasi oleh sel epitel
hati di zona 3. Karena zona ini kadar oksigennya
pelapis duktus biliaris dan kandung empedu sehingga menjadi
paling rendah di antara ketiga zona asinus hati,
empedu. Sekitar 75% hepatosit mempunyai satu inti, dan
zona ini paling rentan terhadap nekrosis dalam
sisanya mempunyai dua inti. Ukuran intinya beragam, yaitu:
keadaan jejas hati berat.
inti terkecil (sekitar 50% inti) adalah inti diploid, yang lebih
besar adalah inti poliploid, sedangkan inti terbesar dapat Pecandu alkohol dan penyandang obstruksi
mencapai 64N. saluran empedu atau keracunan kronik berisiko
akan terjadinya sirosis, yaitu penyakit yang
Hepatosit aktif mensintesis protein untuk digunakan sendiri ditandai oleh adanya fibrosis, degenerasi hepatosit,
dan juga diekspor. Jadi, hepatosit mempunyai banyak ribosom dan disintegrasi susunan normal hati.
bebas, RER, dan aparat Golgi (Gambar 18-15 dan 18-16).
Setiap sel mempunyai beberapa perangkat aparat Golgi, yang Penyakit Wilson adalah kelainan herediter
umumnya terletak di dekat kanalikuli biliaris. yang menyebabkan hati tidak dapat mengeliminasi
tembaga dengan cara memindahkannya ke dalam
Karena hepatosit membutuhkan banyak enerji, tiap sel
empedu. Karena itu, tembaga tertimbun di mata,
mengandung 2.000 mitokondria. Sel dekat vena sentralis (asinus
sehingga timbul gambaran cincin hijau sampai
hati zona 3) mempunyai mitokondria hampir dua kali lebih
keemasan pada kornea; tertimbun di otak sehingga
banyak, tetapi jauh lebih kecil, ketimbang mitokondria pada
mengganggu fungsi normalnya dan menyebabkan
hepatosit di daerah periportal (asinus hati zona 1). Hepatosit
tremor, afasia, dan terkadang psikosis; dan
juga kaya endosom, lisosom, dan peroksisom. tertimbun di hati sehingga terjadi sirosis. Bila tidak
Retikulum endoplasma halus (SER) pada hepatosit beragam ditangani, penyakit ini fatal, tetapi penggunaan
tidak saja dalam lokasinya, tetapi juga dalam fungsinya. Sel di bahan kelasi, biasanya digunakan penisilamin yang
asinus hati zona 3 jauh lebih kaya SER ketimbang sel di daerah mengikat tembaga akan memudahkan pengeluaran
periportal. Selain itu, obat tertentu dan toksin yang ada dalam tembaga dari tubuh.

Pe
HC
HC

Gambar 18-15 Mikrograf elektron


pembesaraan lemah hati mencit
(2.535x). Sebagian besar permukaan
hati diliputi peritoneum (Pe), yang
melapisi kapsula jaringan ikat kolagen
(Co) pada hati. Amati sinusoid (Si), sel
Kupffer (Ku), dan deposit glikogen
(GI) dalam sitoplasmahepatosit (HC).
Kanalikuli biliaris ditandai oleh aste-
risks (0). Mi, mitokondria; Pt, ruang HC
peritoneal. (Dari Rhodin JAG: An
Atlas of Ultrastructure. Philadelphia,
WB Saunders, 1963.)
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 430

430 䡲 䡲 䡲 Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar

dari celah Disse ke empedu. Selain itu, sel Kupffer


memfagositosis partikel asing yang ada dalam darah dan
eritrosit rusak.

Produksi Empedu
Empedu adalah cairan yang dibuat oleh hati,
dan tersusun oleh air, garam empedu, fosfolipid,
kolesterol, pigmen empedu dan lgA.

Hati menghasilkan sekitar 600 sampai 1.200 mL empedu


perhari. Empedu terutama tersusun oleh air, dan mengandung
garam empedu (asam empedu), bilirubin glukuronid (pigmen
empedu), fosfolipid, lesitin, kolesterol, elektrolit plasma
(terutama nahium dan bikarbonat), dan IgA. Empedu
membantu dalam absorbsi lemak, mengeliminasi sekitar 80%
kolesterol yang disintesis oleh hati, dan mengekskresi limbah
dalam darah, misalnya bilirubin.
Garam empedu membentuk hampir separuh komponen
Gambar 18-16 Mikrograf elektron hepatosit tikus (2.500x). (Dari organik empedu. Sebagian besar garam empedu diresorbsi dari
Tandler B, Krahenbuhl S, Brass EP: Unusual mitochondria in the
hepatocytes of rats treated with a vitamin B12 analogue. Anat Rec lumen usus kecil, masuk ke hati lewat vena porta, dan
231: 1-6, 1991.) diendositosis oleh hepatosit, kemudian diangkut ke kanalikuli
biliaris untuk dilepas kembali ke duodenum (resirkulasi
Hepatosit mengandung beragam badan inklusi dengan enterohepatik garam empedu). Garam empedu sisanya
jumlah bervariasi, dalam bentuk tetes lemak dan glikogen (10%) dibentuk baru (de novo) dalam SER hepatosit lewat
(Gambar 18-17). Tetes lemak utama adalah very-low- konyugasi asam kolat (yang merupakan basil sampingan
density-lipoproteins (VLDLs) dan terutama tampak metabolisme kolesterol), menjadi taurin (asam taurikolat) atau
mencolok sesudah makan makanan berlemak. glisin (asam glikokolat).
Deposit glikogen tampak sebagai kumpulan granula
kedap-elektron dengan ukuran 20 sampai 30 nm, yang disebut
partikel β di dekat SER. Distribusi glikogen beragam, KORELASI KLINIS
tergantung lokasi hepatosit. Sel hati di dekat daerah portal
Karena garam empedu adalah molekul amfifatik,
(asinus hati zona 1) menampil-kan gumpalan besar partikel β
yang dikelilingi SER, sedangkan hepatosit perisentral (asinus bagian hidrofiliknya larut dalam air dan bagian
hati zona 3) menampilkan deposit glikogen difus (lihat hidrofobik (lipofilik)nya dikelilingi oleh tetes
Gambar 18-17). Jumlah partikel ini beragam tergantung status lemak. Karena itu, di dalam lumen duodenum,
diet individu. Jumlahnya banyak sesudah makan, dan menurun garam empedu mengemulsikan lemak dan
sesudah puasa. memudahkan pencernaannya. Tiadanya garam
empedu mencegah pencernaan dan absorbsi lemak,
dan menyebabkan fatty stool.
Histofisiologi Hati

Hati mempunyai peran eksokrin dan endokrin, serta fungsi


Bilirubin adalah pigmen hijau kekuningan yang tak larut air,
protektif, yaitu untuk detoksifikasi toksin dan eliminasi
dan merupakan bahan toksik yang dihasilkan oleh degradasi
eritrosit rusak.
hemoglobin. Karena eritrosit rusak dihancurkan oleh makrofag
di limpa dan sel Kupffer di hati, bilirubin dilepaskan ke aliran
Hati mempunyai sekitar 100 fungsi berbeda, yang sebagian darah dan terikat pada albumin plasma. Dalam bentuk tersebut,
besar dilakukan oleh hepatosit. Tiap hepatosit menghasilkan bilirubin disebut bilirubin bebas, dan diendositosis oleh
sekret eksokrin, yaitu empedu, dan juga berbagai sekret hepatosit. Enzim glukuronil transferase yang terdapat dalam
endokrin. Hepatosit memetabolisme hasil-akhir absorbsi dari
saluran cerna, menyimpannya sebagai badan inklusi, dan SER hepatosit mengkatalisis konyugasi bilirubin dengan
melepaskannya bila ada sinyal hormonal atau saraf. Sel hati glukuronida untuk membentuk bilirubin glukuronida
juga mendetoksifikasi obat dan toksin (melindungi tubuh dari (bilirubin terkonyugasi) yang larut air. Sebagian bilirubin
efek merusak obat dan toksin) dan mentransfer IgA serektoris glukuronida dilepas ke aliran darah, tetapi sebagian besar dieks
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 431

Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar ■ ■ ■ 431

Gambar 18-17 Mikrograf elektron deposit glikogen


dan lemak pada hepatosit perisentral tikus. Penanda = l
µm. Inset: Partikel glikogen dengan pembesaran lebih
kuat. Penanda = 1 µm. (dari Cardell RR, Cardell EL:
Heterogeneity of glycogen distribution in hepatocytes.
J Electron Microsc Techn 14: 126-139, 1987.)

diekskresi ke dalam kanalikuli biliaris untuk disalurkan dan aseton dikenal dengan nama badan keton. Fosfolipid,
ke saluran cerna dan akhirnya dibuang lewat feses (Gambar kolesterol, dan badan keton disimpan dalam hepatosit sampai
18-18). saatnya dilepaskan ke dalam celah Disse. Selain itu, hati
membuat VLDL, yang juga dilepaskan ke dalam celah Disse
Metabolisme Lipid sebagai tetesan dengan diameter 30 sampai 100 nm.
Hepatosit menyingkirkan kilomikron dari celah Disse dengan
cara mendegradasinya menjadi asam lemak dan gliserol. Metabolisme Karbohidrat dan
Protein
Kilomikron yang dilepaskan oleh sel absorbtif permukaan usus
kecil masuk ke sistem limfatik dan mencapai hati lewat cabang Fungsi hati lainnya adalah mempertahankan kadar normal
arteri hepatika. Di dalam hepatosit, kilomikron didegradasi glukosa darah, deaminasi asam amino, dan sintesis beragam
menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak kemudian protein darah.
mengalami desaturasi dan digunakan untuk membuat fosfolipid
dan kolesterol atau didegradasi menjadi asetil koenzim A. Dua Hati mempertahankan kadar normal glukosa darah dengan
molekul asetil koenzim A digabungkan menjadi asam cara mentransport glukosa dari darah ke dalam hepatosit dan
asetoasetat. Sebagian besar asam asetoasetat diubah menjadi menyimpannya dalam bentuk glikogen. Bila kadar glukosa
asam β-hidroksibutirat dan sebagian lagi diubah menjadi turun sampai di bawah nilai normal, hepatosit menghidrolisis
aseton. Ketiga senyawa tadi, yaitu asam asetoasetat, asam β- glikogen (glikogenolisis) menjadi glukosa dan
hidroksibutirat, mengangkutnya
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 432

432 䡲 䡲 䡲 Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar

A Sintesis protein dan penyimpanan


karbohidrat di hati KORELASI KLINIS
Endotel Kulit berwarna kuning adalah pertanda jaundice yang
Sinusoid
disebabkan oleh bilirubun bebas ataupun terkonyugasi
Glukosa
(yang berwama hijau kekuningan) yang kadarnya terlalu
Glukosa Asam
tinggi di dalam darah. Ada dua jenis jaundice primer
amino yang sebabnya berbeda. Pada jenis pertama, terjadi
malfungsi hepatosit (seperti pada hepatitis) yang
Celah menyebabkan penu-runan konyugasi bilirubin, atau hal
Disse Sintesis Eksositosis yang lebih sering terjadi adalah obstruksi saluran
Vesikel
empedu yang menyebabkan jaundice obstruktif. Pada
SER jenis kedua, terjadi peningkatan hemolisis eritrosit yang
Glikogenolisis sekretoris
Golgi menghasilkan sedemikian banyak bilirubin bebas, yang
Glikogen
walaupun hepatosit tidak terganggu, tidak akan mampu
mengeliminasi bilirubin dengan cukup cepat, sehingga
Sintesis terjadi jaundice hemolitik.
protein
Ketosis terjadi bila konsentrasi badan keton dalam
Golgi
darah terlalu tinggi (seperti pada penyandang diabetes
atau kelaparan). Ketosis pada penderita dikenali dari bau
RER nafas yang khas karena aseton. Bila tidak ditangani,
ketosis menyebabkan penurunan pH darah (asidosis),
yang dapat menyebabkan kematian.
B Sekresi asam empedu dan bilirubin
Kadar amonia darah berlebihan menandakan fungsi
hati yang terganggu atau penurunan drastis aliran darah
Bilirubinn hasil penghancuran ke hati, yang dapat menyebabkan koma hepatik yang
Asam empedu hemoglobin masuk ke dalam
direabsorbsi di usus sel mengancam kehidupan.

Salah satu peran hati yang paling esensial adalah


mengeliminasi amonia dalam darah dengan cara mengubahnya
Glukuroniltransfase
(mengkonyugasi
menjadi urea. Ada dua sumber utama amonia dalam tubuh,
bilirubin tak-larut men- yaitu, deaminasi asam amino oleh hepatosit dan sintesis amonia
jadi bilirubin-glukuronid oleh bakteri di dalam saluran cerna.
yang larut)
SER Asam kolat dikonyugasikan
Sekitar 90% protein darah dibuat oleh hati (lihat Gambar
dengan taurin dan glicin
18-18). Protein darah tersebut dan produk yang berkaitan
dalam SER adalah:
Kanalikuli biliaris 䡲 Faktor yang diperlukan untuk koagulasi (seperti fibrinogen,
Bilirubin
faktor III, globulin akselerator, dan protrombin)
glukuronid 䡲 Berbagai protein yang dibutuhkan untuk reaksi komplemen
yang larut
䡲 Berbagai protein yang berfungsi dalam transport metabolit
䡲 Albumin
Gambar 18-18 Fungsi hepatosit. SER, retikulum endoplasma halus.
A, Sintesis protein dan simpanan karbohidrat. B, Sekresi asam 䡲 Semua globulin kecuali gamma (γ) globulin
empedu dan bilirubin. 䡲 Semua asam amino nonesensial yang dibutuhkan tubuh

keluar sel, ke dalam celah Disse (lihat Gambar 18-18). Penyimpanan Vitamin
Hepatosit juga dapat mensintesis glukosa dari gula lain Sebagian terbesar Vitamin A disimpan di dalam hati, juga
(misalnya fruktosa dan galaktosa) atau dari sumber vitamin D dan B12 terdapat dalam jumlah besar. Hati
nonkarbohidrat (misalnya asam amino), dan proses tersebut mengandung simpanan vitamin yang cukup untuk mencegah
disebut glukoneogenesis. defisiensi vitamin, yaitu vitamin A untuk sekitar 10 bulan,
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 433

Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar ■ ■ ■ 433

vitamin D untuk sekitar 4 bulan, dan vitamin B12 untuk lebih mempunyai reseptor Fc dan reseptor komplemen, dan
dari 12 bulan. karenanya dapat memfagositosis partikel asing. Sel ini
pentingkarena darah dari vena porta mengandung banyak
mikroorganisme yang berasal dari lumen saluran cerna yang
Degradasi Harmon dan masuk ke aliran darah. Bakteri akan diopsonisasi di dalam
Detoksifikasi Obat dan Toksin lumen atau mukosa usus, atau dalam aliran darah. Sel Kupffer
mengenali dan mengendositosis sedikitnya 90% dari
Hati mengendositosis dan mendegradasi hormon dari kelenjar mikroorganisme tadi. Sel Kupffer juga menyingkirkan debris
endokrin. Hormon yang diendositosis ditransport ke dalam selular dan eritrosit rusak dari darah.
kanalikuli biliaris dalam bentuk aslinya untuk dicerna dalam
lumen saluran cerna, atau disampaikan ke endosom akhir untuk
didegradasi oleh enzim lisosomal.
Obat-obatan seperti barbiturat dan antibiotik, serta toksin
Regenerasi Hati
diinaktivasi di dalam hepatosit oleh oksidase mikrosomal Hati mempunyai kemampuan regenerasi yang hebat sesudah
dengan beragam fungsi. Obat-obatan dan toksin biasanya paparan bahan hepatotoksik atau bahkan sesudah sebagian
diinaktivasi dalam sisterna SER dengan cara metilasi, hati
konyugasi, atau oksidasi. Terkadang, detoksifikasi terjadi di
dalam peroksisom. Hepatosit mempunyai masa hidup sekitar 150 hari; jadi
gambaran mitosis jarang terlihat. Namun demikian, bila
diberikan obat hepatotoksik atau sebagian hati dieksisi,
hepatosit akan berproliferasi, dan hati ber-regenerasi ke
KORELASI KLINIS ukuran semula dengan arsitektur normal.
Penggunaan jangka panjang obat tertentu, seperti
barbiturat, menurunkan efektivitasnya, sehingga Kemampuan regenerasi hati rodensia sangat besar,
diperlukan pemberian dosis yang lebih besar. sehingga bila 75% hati dieksisi, hati akan ber-regenerasi
Toleransi obat ini disebabkan oleh hipertrofi keukuran semula dalam 4 minggu. Kemampuan regenerasi
komplomen SER pada hepatosit yang diikuti hati manusia jauh lebih kecil dari tikus dan mencit.
peningkatan oksidase dengan beragam fungsi. Mekanisme regenerasi dikontrol oleh transforrning growth
Peningkatan ukuran organel dan konsentrasi enzim factor-α, transforming growth factor-β , epidermal growth
ini diinduksi oleh barbiturat, yang detoksifikasinya factor, interleukin-6, dan hepatocyte growth factor. Banyak
lewat demetilasi oksidatif. Selain itu, hepatosit dari faktor tersebut dilepaskan oleh sel stellata hati (sel Ito)
tersebut juga menjadi lebih efisien dalam yang terletak dalam celah Disse, walaupun hepatocyte growth
mendetoksifikasi obat lain dan toksin. factor yang terikat heparin juga terdapat di dalam matriks
ekstrasel yang di hati jumlahnya sedikit. Pada kebanyakan
kasus, regenerasi disebabkan kemampuan replikasi hepatosit
yang tersisa; akan tetapi, bila paparan bahan hepatotoksik
Fungsi Imun terlalu banyak, regenerasi hati dibantu oleh aktivitas mitosis
sel oval pada kolangiol dan kanal Hering.
Hepatosit menggabungkan lgA dengan komponen sekretoris
dan melepaskan lgA sekretoris ke dalam kanalikuli biliaris.

Sebagian besar antibodi IgA yang dibentuk oleh sel plasma KANDUNG EMPEDU
dalam mukosa saluran cerna memasuki sistem sirkulasi dan Kandung empedu adalah organ kecil berbentuk buah pir yang
diangkut ke hati. Hepatosit menggabungkan IgA dengan terletak pada permukaan inferior hati. Panjangnya sekitar 10
komponen sekretoris dan melepaskan kompleks IgA-komponen cm, dan ukuran pada potongan melintang sekitar 4 cm.
sekretoris ke dalam empedu, yang kemudian masuk ke lumen Kandung empedu dapat menampung sekitar 70 mL empedu.
duodenum. Jadi, banyak dari IgA luminal memasuki usus kecil Organ ini mirip kantong dengan satu bukaan. Bagian terbesar
lewat duktus biliaris komunis, bersama empedu. IgA luminal organ ini membentuk badan, dan bukaan yang berlanjut
sisanya diangkut dari mukosa usus kecil ke dalam lumen oleh menjadi duktus sistikus, disebut leher. Leher mempunyai
sel absorbtif permukaan. tonjolan yang disebut kantong Hartmann, tempat batu
Sel Kupffer yang berasal dari prekursor monosit adalah empedu biasanya tersangkut. Kandung empedu menyimpan
sel berumur panjang yang terletak di dalam sinusoid hati dan dan memekatkan empedu dan mengeluar-kannya ke dalam
melekat pada permukaan l uminal sel endotel. Sel Kupffer duodenum saat diperlukan.
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 434

434 䡲 䡲 䡲 Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar

Struktur Kandung Empedu Lamina proprianya tersusun oleh jaringan ikat longgar
berpembuluh darah yang kaya serat elastin dan kolagen. Pada
Dinding kandung empedu terdiri atas empat lapisan: leher kandung empedu, lamina propria-nya mengandung
epitel, lamina propria, otot polos, dan serosa/adventisia. kelenjar simple tubuloalveolar, yang menghasilkan sejumlah
kecil mukus untuk melumasi lumen bagian yang menyempit
Mukosa kandung empedu kosong sangat berlipat-lipat ini. Lapisan otot polos pada kandung empedu tipis dan
membentuk rigi paralel tinggi (Gambar 18-19). Saat kandung terutama tersusun oblik (serong), sedangkan sebagian kecil
empedu teregang penuh oleh empedu, lipatan berkurang tersusun longitudinal. Walaupun jaringan ikat adventisia
menjadi beberapa lipatan pendek, dan mukosa menjadi relatif melekat pada kapsula Glisson pada hati, jaringan ikat tersebut
licin. dapat dilepaskan dari kapsula Glisson dengan relatif mudah.
Lumen kandung empedu dilapisi oleh epitel selapis Permukaan kandung empedu yang tidak melekat pada hati
kolumnar, yang tersusun oleh dua macam sel, yaitu: sel dilapisi oleh peritoneum atau serosa, yang memberikan
jernih yang lebih umum, dan sel sikat yang lebih jarang tampilan licin, karena dilapisi epitel gepeng selapis.
(Gambar 18-20). Inti kedua macam sel tersebut bentuknya
oval dan terletak di basal, dan sitoplasma supranuklirnya
terkadang menampilkan granula sekretoris berisi musinogen. Saluran (Duktus) Ekstrahepatik
Pada mikrograf elektron, permukaan luminalnya
menampilkan mikrovili pendek yang dilapisi oleh selapis tipis Duktus hepatikus kanan dan kiri bersatu dan membentuk
glikokaliks. Bagian basal sitoplasmanya sangat kaya duktus hepatikus komunis, yang bergabung dengan
mitokondria, yang menyediakan banyak enerji untuk pompa duktus sistikus yang keluar dari kandung empedu.
Na+, K+-ATPase yang terdapat di membran sel basolateral. Penggabungan kedua duktus tadi akan melanjutkan diri
sebagai duktus koledokus (common bile duct), yang
panjangnya 7 to 8 cm, dan kemudian menyatu dengan duktus
pankreatikus untuk membentuk ampulla Vater. Ampula
membuka ke dalam lumen duodenum pada papila duodenal.
Pembukaan duktus koledokus dan duktus pankreatikus
dikontrol oleh suatu kofpleks yang terdiri atas empat otot,
yaitu: sfingter koledokus, sfingter pankreatikus, sfingter
ampula, dan fasikulus longitudinalis, yang secara bersama-
sama disebut sfingter Oddi. Lokasi dan fungsi semua otot tadi
dirangkum dalam Tabel 18-3.

TABLE 18-3 Sfingter Oddi dan Berbagai


Bagiannya
Ep
Komponen Lokasi dan Fungsi
Sfingter Mengelilingi dan mengontrol bagian
koledokus terminal duktus koledokus untuk
menghentikan aliran empedu ke
duodenum
Sfingter Mengelilingi dan mengontrol bagian
pankreatikus terminal duktus pankreatikus untuk
menghentikan masuknya cairan pankreas
ke duodenum dan mencegah masuknya
empedu ke dalam duktus pankreatikus
Sfingter Mengelilingi dan mengontrol ampulla
ampula Vater dan mencegah masuknya
empedu dan cairan pankreas ke
dalam duodenum
Fasikulus Terletak pada daerah berbentuk segitiga
longitudinalis yang dibatasi oleh ampula Vater,
duktus pankreatikus, dan duktus
Gambar 18–19 Mikrograf cahaya kandung empedu kosong (132x). Amati
mukosa kandung empedu yang sangat berlipat yang menandakan bahwa koledokus; memudahkan masuknya
kandung empedu dalam keadaan kosong. Perhatikan bahwa lumen kandung empedu ke dalam lumen duodenum
empedu dilapisi oleh epitel selapis kolumnar (Ep).
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 435

Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar ■ ■ ■ 435

Gambar 18-20 Mikrograf elektron divertikulum


kandung empedu manusia yang menampilkan sel
sikat (A) dan sel jernih (C) pada epitelnya. d,
interdigitasi; g, granula; L, lumen; M, sel jernih
dengan granula mukoid; V, eritrosit. Panah
menandakan aparat Golgi. Penanda = 2 µm. Inset
atas : Mikrovilus sel jernih. Penanda = 0,5 µm.
Inset bawah : Mikrovilus sel sikat. Penanda = 1,0
µm. (Dari Gilloteaux J, Pomerants B, Kelly T:
Human gallbladder mucosa ultrastructure:
Evidence of intra-epithelial nerve structures . Am J
Anat 184: 321-333, 1989.)

Histofisiologi Kandung Empedu Na+ ditransport secara aktif dari bagian basolateral epitel
selapis kolumnar kandung empedu ke dalam ruang ekstrasel
Kandung empedu menyimpan, memekatkan, dan mengeluarkan dan secara pasif diikuti oleh klorida (C1-) dan air. Untuk
empedu. Pengeluaran empedu dicetuskan oleh kolesistokinin dan mengkompensasi hilangnya ion intrasel, kanal ion di apikal
stimulasi vagal. memungkinkan Na+ dan Cl- untuk masuk ke dalam sel
selapis kolumnar, dan menurunkan konsentrasi garam (NaC1)
Fungsi primer kandung empedu adalah menyimpan, pada empedu. Kebutuhan akan keseimbangan osmotik
memekatkan, dan mengeluarkan empedu. Empedu terus- menyebabkan air pindah dari empedu ke dalam sel selapis
menerus dibuat oleh hati dan harus menuju ke kandung kolumnar, dan menyebabkan pemekatan empedu.
empedu. Hal ini menuntut otot sfingter koledokus,
pankreatikus dan ampula agar selalu berada dalam posisi Molekul sinyal kolesistokinin dilepaskan oleh sel I (sel
menutup sehingga empedu tertahan dan berbalik kembali ke DNES) duodenum sesudah memakan makanan berlemak.
pangkal duktus koledokus untuk menuju duktus sistikus dan Kolesistoldnin berikatan dengan reseptornya pada sel otot
kemudian masuk ke kandung empedu. polos kandung empedu dan menyebabkan berkontraksi secara
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 436

436 䡲 䡲 䡲 Bab 18 䡲 Sistem Pencernaan: Kelenjar

intermiten. Pada saat yang sama, ikatan kolesistokinin dengan ritmik kandung empedu memuntahkan empedu ke lumen
reseptor-nya di sel otot polos sfingter Oddi menyebabkan duodenum. Selain itu, asetilkolin yang dilepaskan oleh serat
relaksasi otot sfingter. Akibatnya, kekuatan kontraksi parasim-patis vagal merangsang kontraksi kandung empedu.

KORELASI KLINIS
Batu empedu (kolelitiasis) lebih sering terjadi pada hebat. Sekitar 80% batu empedu tersusun oleh kolesterol
wanita daripada pria, dan paling sering terjadi pada usia (batu kolesterol); sebagian besar sisanya terbentuk oleh
empat puluhan. Sekitar 20% wanita dan 8% pria garam kalsium empedu, kalsium bilirubinat (batu
mempunyai batu empedu. Umumnya orang tidak pigmen), atau kombinasi kolesterol dan bilirubinat
menyadari adanya batu empedu karena ukurannya cukup terkalsifikasi. Batu kolesterol ukurannya besar (1 sampai
kecil sehingga dapat keluar bersama aliran empedu normal 3 cm), berwarna kuning pucat, mempunyai banyak segi,
atau terlalu besar untuk meninggalkan kandung empedu. dan jumlahnya sedikit. Batu pigmen ukurannya lebih
Ketika batu empedu masuk dan terperangkap dalam duktus kecil (1 cm), hitam, ovoid, dan jumlahnya banyak.
sistikus atau duktus hepatikus komunis, akan terjadi Umumnya, kedua jenis batu bersifat radiolusen.
obstruksi aliran empedu dan dapat menyebabkan sakit yang
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:51 PM Page 437

19 䡲 䡲 䡲

Sistem Urinarius
Sistem urinarius membuang toksin by-products padat kolagen iregular dengan sejumlah serat elastin dan
metabolisme dari aliran darah dan mengeluarkan urine sel-sel otot polos.
dari tubuh. Kerja ini dilakukan oleh dua ginjal, yang
tidak hanya mengeluarkan toksin dari aliran darah, tapi Garis Besar Gambaran Ginjal
juga memelihara kadar garam, glukosa, protein dan air
serta beberapa zat esensial agar tercapai kesehatan yang Ginjal dibagi dalam bagian korteks di sisi luar dan
optimal. Karena memiliki fungsi mengeliminasi dan medula di bagian dalam.
memelihara inilah, maka ginjal juga membantu
meregulasi tekanan darah, hemodinamik dan Potongan di garis tengah sagital ginjal (hemisected )
keseimbangan asam-basa tubuh. Urin dari ginjal memperlihatkan gambaran korteks dan medula. (Gambar
dibuang ke ureter, dari sini menuju organ penampung 19-1). Bagian korteks tampak berwarna coklat dan granula,
kandung kemih (vesika urinaria). Selama proses sedangkan medula terdiri atas 6-12 bagian berbentuk piramid,
pengeluaran, kandung kemih mengosongkan diri, urin pucat, dan bergaris (striated ), bagian ini disebut piramid
disalurkan melalui uretra ke luar tubuh. Selain itu, ginjal. Dasar tiap piramid menghadap korteks, membentuk
ginjal juga memiliki fungsi endokrin, dengan batas kortikomedular. Sedangkan bagian puncak piramid
memproduksi (antara lain), renin, eritropoetin, dan (apeks), yang juga dikenal dengan nama papila renalis
prostaglandin; ginjal juga mengkonversi prekursor vit (papila ginjal) , menghadap ke hilus. Apeks ditembus oleh
D (dalam sirkulasi) menjadi vitamin D (vitamin aktif). lebih dari 20 muara duktus papilaris Bellini (duktus
Bellini); bagian yang tampak seperti saringan ini disebut
area cribrosa . Bagian apeks piramid dikelilingi oleh
GINJAL bangunan seperti cangkir yang disebut kaliks minor (minor
calyx ). Dua atau tiga kaliks minor yang bersebelahan
bergabung membentuk kaliks mayor (major calyx ). Tiga
atau empat kaliks mayor membentuk bagian lebih besar yang
Ginjal memiliki bagian konkaf, yang disebut hilus, di tempat
mengosongkan isinya dalam pelvis renalis , bagian pelvis
ini terdapat ureter, vena renalis, arteri renalis dan pembuluh
renalis ini ada yang melanjutkan diri menjadi bagian
limf.
proksimal ureter. Piramid ginjal dipisahkan satu sama lain
oleh struktur yang serupa dengan korteks, yaitu kolumna
kortikalis Bertini (cortical columns of Bertin).
Ginjal adalah organ yang berukuran besar, berwarna
Bagian korteks yang menyelimuti dasar piramid disebut
kemerahan, berbentuk seperti kacang terletak
arkus korteks atau lengkung korteks (cortical arch). Secara
retroperitoneal pada dinding posterior abdomen. Karena
makroskopik, ada tiga struktur yang dapat diamati pada
adanya hati (posisi hati), ginjal kanan lebih rendah
korteks (1). Bagian berupa titik seperti granula berwarna
kurang lebih 1-2 cm daripada ginjal kiri. Masing-
merah, yaitu korpuskel ginjal; (2) tubulus kontortus (tubulus
masing ginjal berukuran panjang sekitar 11 cm, lebar
bergelung), labirin korteks; dan (3) garis-garis yang berjalan
4-5 cm, dan tebal 2-3 cm. Ginjal terbenam dalamlemak longitudinal, yaitu prosesus medula/berkas medula
perirenal, dengan batas konveks nya berada pada sisi (prosesus Ferreini atau medullary ray), merupakan
lateral dan bagian konkaf (hilus) di medial. Pada hilus kelanjutan dari piramid ginjal menjorok ke korteks.
ginjal terdapat cabang arteri dan vena renalis, pembuluh
Piramid ginjal, dengan arkus korteks dan kolumna
limf, dan ureter. Bagian ureter yang berada di hilus
kortikalisnya, merupakan komponen yang menyusun satu
melebar membentuk pelvis renalis (pelvis ginjal).
lobus ginjal. Ginjal manusia merupakan organ multilobus.
Perpanjangan hilus jauh menjorok ke dalam ginjal
Tiap berkas medula/medullary ray dengan bagian labirin
berisi lemak disebut sinus renalis (sinus ginjal).
korteks di sekelilingnya membentuk lobulus ginjal, yang
Ginjal memiliki kapsula tipis yang menempel terus menjorok ke medula membentuk struktur seperti
secara longgar, terutama mengandung jaringan ikat kerucut.

437
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:51 PM Page 438

438 䡲 䡲 䡲 Bab 19 䡲 Sistem Urinarius

Tubulus Uriniferus
KORELASI KLINIS
Tubulus uriniferus adalah unit fungsional ginjal, terdiri atas
Dalam perkembangan fetus, lobus ginjal dipisahkan oleh nefron dan tubulus pengumpul (tubulus kolektifus).
celah yang dalam. Normalnya, setelah dewasa celah tadi
mengalami obliterasi. Jika lobus ginjal bertahan sampai Unit fungsional ginjal disebut tubulus uriniferus, struktur
setelah masa kanak-kanak, kondisi ini dinamakan ginjal berupa saluran bergelung, memproses cairan yang mengalir di
lobatus. dalamnya sampai di proses pembuangan akhir (output)
Anomali perkembangan ginjal lain adalah penyakit menjadi urin. Tubulus ini terdiri atas dua bagian, masing-
ginjal polikistik, gambaran morfologinya bervariasi masing berasal dari jaringan embrional yang berbeda, nefron
tergantung pada keparahan penyakit; terdapat kista dan tubulus pengumpul (collecting tubule) (Gambar 19-1).
berdinding tipis pada permukaan ginjal dan di dalam Ada sekitar 1, 3 juta nefron dalam tiap ginjal. Beberapa
ginjal. bermuara pada satu tubulus pengumpul, dan beberapa tubulus
pengumpul bergabung pada bagian lebih dalam di medula
membentuk duktus yang semakin lama

Simpai/ Arteri
interlobularis Korteks
kapsul
Arteri interlobar

Medula
(piramid ginjal)
Arteri arkuata

Arteri renalis
Berkas medula/
medullary rays Nefron
(Prosesus kortikal
Ferreini)

Kulumna renalis Medula


Bertini (Kolumna
Vena renalis kortikalis Bertini)

Pelvis renalis Korteks

Lemak di sinus renalis Kaliks mayor


Duktus Nefron
Ureter Kaliks minor jukstamedular
koligens

Gambar 19-1 A penampang segital ginjal memperlihatkan morfologi ginjal B, Susunan nefron kortikal dan jukstamedular.
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 439

Bab 19 䡲 Sistem Urinarius ■ ■ ■ 439

Korteks

Tubulus
kontortus
proksimal
Glomerulus
Kapsul
Bowman
Tubulus
kontortus
distal
Vena dan
arteri arkuata Garis
luar
Zona
luar
Garis medula
dalam

Medula

Duktus
koligens

Zona
luar
medula

Ansa Henle
(lengkung Henle)

Gambar 19-1, Lanjutan C, Tubulus uriniferus dengan vaskularisasi serta drainasenya. Nefron jukstamedular menjorok lebih dalam ke
medulla daripada nefron kortikal.

semakin besar. Duktus terbesar adalah duktus papilaris Nefron


Bellini atau duktus Bellini, menembus papila renalis (papila
ginjal) pada bagian area cribrosa .
Ada dua tipe nefron, yang dikelompokkan berdasarkan lokasi
Tubulus uriniferus tersusun sangat padat, sehingga jaringan korpuskel ginjalnya dan panjang Ans Henle (lengkung Henle).
ikat stroma ginjal hanya sedikit. Secara keseluruhan, tubulus
uriniferus adalah epitel, tubulus-tubulus ini dibatasi dari
jaringan ikat stroma oleh lamina basalnya secara berselang Terdapat dua tipe nefron pada ginjal manusia: nefron
seling. Jaringan ikat tersebut mengandung banyak pembuluh kortikal yang pendek, dan nefron jukstamedular yang
darah yang memberi suplai darah ke jaringan ginjal. Hubungan panjang. Nefron kortikal dibagi menjadi dua kelompok,
fungsional antara suplai vaskular dan tubulus uriniferus akan nefron superfisial dan nefron midkortikal, kedua kelompok
dibahas dalam bab ini. ini, tidak ada yang mencapai medula. Sedangkan nefron
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 440

440 䡲 䡲 䡲 Bab 19 䡲 Sistem Urinarius

jukstamedular, korpuskel renalnya berada di korteks namun


bagian tabularnya mencapai mendula (Gambar 19-1). Lokasi
spesifik kedua tipe nefron itu, komposisi selular pada masing-
masing lokasi, dan pengaturan khusus antara masing-masing
lokasi tersebut menyebabkan medula terbagi menjadi 2 sub
bagian, yaitu zona luar (outer zone) dan zona dalam (inner M
zone). Zona luar medula dibagi lagi menjadi garis luar (outer
stripe) dan garis dalam (inner stripe). Kecuali diberi catatan
khusus, semua yang dijelaskan ini menjelaskan tentang nefron
jukstaglomerular, walaupun hanya merupakan 15% dari
R
seluruh nefron.
Tiap nefron juksta medular panjangnya kurang lebih 40
mm. Konstituen dalam nefron mengalami mofikasi sehingga S
dapat menjalankan fungsi fisiologis spesifik. Korpuskel ginjal
(dengan glomerulus di dalamnya), melakukan filtrasi cairan P
darah. Pada bagian tubular setelah itu (yaitu, tubulus
proksimal, ansa Henle segmen tipis, dan tubulus distal) terjadi
proses modifikasi filtrat menjadi urin.

Korpuskel Ginjal

Korpuskel ginjal (korpuskel renalis) disusun oleh kapilar


bergelung (glomerulus) yang diselimuti oleh kapsula Bowman.
Gambar 19-2 Gambaran histologik mikroskop cahaya korteks ginjal
Korpuskel ginjal, adalah struktur yang berbentuk oval sampai monyet, memperlihatkan glomerulus ginjal (R), prosesus Ferreini
(medullary ray ) (M), dan potongan melintang tubulus uriniferus
bulat dengan diameter 200-250 µm, disusun oleh kapilar (xl32). Ruang urinariusn (ruang Bowman) (S) terlihat jelas pada
bergelung, glomerulus yang mengalami invaginasi ke dalam perifer korpsukel ginjal an dibatasi oleh epitel gepeng selapis
kapsula Bowman yang berdilatasi dan membentuk struktur menyusun kapsula Bowman pars parietal (P).
seperti kantong, merupakan ujung proksimal nefron (Gambar
19-2 sampai dengan 19-4; lihat pula Gambar 19-1). Selama
proses tumbuh kembang, kapilar-kapilar dibentuk oleh ujung
buntu bagian tubular nefron, hampir seperti jika tangan
ditekankan ke balon (yang sudah ditiup) sampai ke ujung.
Sehingga ruang dalam kapsula bowman yang disebut ruang
Bowman atau Bowman's space (ruang urinarius) menjadi
berkurang volumenya. Glomerulus melekat pada kapsula
P
Bowman pars viseral yang disusun oleh modifikasi sel epitel
yang disebut podosit. Dinding luar yang mengelilingi ruang
Bowman disusun oleh epitel selapis gepeng (berdiri di atas
lamina basal yang tipis), disebut lapisan parietal (kapsula
Bowman pars parietal (lihat Gambar 19-4).

Bagian korpuskel ginjal tempat pembuluh darah masuk dan


keluar disebut kutub vaskular, sedangkan bagian muara S
pertemuan ruang Bowman dengan tubulus proksimal disebut
kutub urinarius. Glomerulus diperdarahi oleh arteriol
aferen glomerulus yang lurus dan pendek, sedangkan aliran
darah baliknya dibawa oleh arteriol eferen glomerulus;
M
Glomerulusnya sendiri secara keseluruhan merupakan
bantalan kapilar. Meski diameter luar arteriol aferen lebih
besar daripada arteriol eferen, namun diameter lumennya
kurang lebih sama ( dinding arterial aferen lebih tebal) Gambar 19-3 Gambaran histologik mikroskop cahaya glomerulus
ginjal, dikelilingi oleh potongan melintang tubulus proksimal dan
Arteriol eferen glomerulus memiliki tahanan lebih besar tubulus distal (x270). Makula densa (M) dan kapsula Bowman pars
terhadap aliran darah, menyebabkan tekanan kapilar parietal (P) terlihat jelas membentuk ruang jernih yang merupakan
glomerulus lebih tinggi daripada kapilar di tempat lain. bagian dari ruang urinarius (S).
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 441

Bab 19 䡲 Sistem Urinarius ■ ■ ■ 441

Kapsula Bowman
Kapsula Bowman pars viseral
pars parietal (podosit)
Basal lamina

Ruang Bowman
Arteriol eferen

Paras sikat/
bursh border
(mikrovili) Kutub
vaskular

Lamina basal

Tubulus distal

Tubulus
kontortus
proksimal
Kutub
urinarius
Makula densa
tubulus distal
Kapsula Sel-sel
jukstaglomerular Arteriol aferen
Bowman

Gambar 19-4 Korpuskel ginjal dan apparatus jukstaglomerular.

Cairan filtrat keluar menembus glomerulus masuk ke dalam mesiangial juga dapat berkontraksi karena memiliki reseptor
ruang Bowman melewati kompleks sawar filtrasi (filtration unuk vasokonstriktor seperti angiotensin II untuk mengurangi
barrier) yang disusun oleh dinding endotel kapilar, lamina aliran darah glomerulus. Lebih lanjut, sel-sel ini bersama
basal endotel dan lapisan Bowman pars viseral. dengan podosit dan membran basal glomerulus secara
struktural menyokong kapilar glomerulus. Glomerulus disusun
GLOMERULUS oleh kapilar berpori (Gambar 19-7; lihat pula Gambar 19-5
dan 19-6) yang sel endotelnya tipis, kecuali di bagian yang
mengandung inti; porinya tidak ditutup oleh diafragma.
Glomerulus disusun oleh kapilar berpori yang bergelung, diperdarahi
Porinya besar, dengan diameter berukuran antara 70-90 nm;
oleh arteriol eferen glomerulus dan aliran baliknya melalui arteriol
jadi, kapilar di sini hanya menjadi barier terhadap elemen-
eferen glomerulus.
elemen darah dan makromolekul yang diameternya lebih
besar daripada pori.
Glomerulus dibentuk oleh beberapa gelung anastomosis kapilar
yang berasal dari cabang arterial aferen glomerulus. Unsur
jaringan ikat arterial aferen tadi tidak ikut masuk menembus Lamina Basal
kapsula Bowmann, dan sel-sel jaringan ikatnya berbeda dari sel-
Lamina basal glomerulus (tebal-300), terdiri atas tiga lapisan
sel jaringan ikat pada umumnya, berupa sel khusus yang disebut
(lihat Gambar 19-6 dan 19-7). Lapisan tengah, lamina
sel mesangial. Ada dua kelompok sel mesangial: sel
densa, tebalnya sekitar 100 nm dan terdiri atas kolagen tipe
mesangial ekstraglomerular berada di kutub vaskular, dan sel
IV, disusun oleh rantai α3 α4, dan α5 (berbeda dengan tipe
mesangial interglomerular (seperti perisit) berada dalam
biasa yang disusun oleh rantai α1 dan α2), lamina rara,
korpuskel ginjal (Gambar 19-5 dan 19-6).
lapisan dengan densitas elektron rendah, mengandung
Sel mesangial intraglomerular diduga memiliki kemampuan laminin, fibronektin, dan proteoglikan polianionik
fagositosis dan berfungsi dalam resorpsi pada lamina basal. Sel terhidrasi tinggi,
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 442

442 䡲 䡲 䡲 Bab 19 䡲 Sistem Urinarius

KAPSULA BOWMAN
PARS VISERAL

Kapsula Bowamn pars viseral disusun oleh sel-sel epitel


yang mengalami modifikasi menjadi podosit.

Kapsula Bowman pars viseral disusun oleh sel-sel epitel yang


Pedikel
mengalami modifikasi sehingga memiliki fungsi filtrasi yang
sangat kuat. Sel-sel berukuran besar ini disebut podosit,
Podosit Sitoplasma memiliki juluran sitoplasma panjang seperti tentakel, yang
sel endotel disebut prosesus primer, yang berjalan sejajar dengan aksis
Lamina basal longitudinal kapilar glomerulus, namun tidak menempel (lihat
Gambar 19-7). Masing-masing prosesus primer memiliki
Kapilar Sel-sel mesangaial banyak juluran yang disebut dengan prosesus sekunder atau
intraglomerular dikenal dengan pedikel yang tersusun rapi. Hampir semua
Podosit kapilar glomerulus diselimuti seluruh permukaannya oleh
pedikel, karena pedikel tersusun secara interdigitasi dengan
pedikel di sebelahnya yang berasal dari prosesus primer
podosit lain (lihat Gambar 19- 8 dan 19-9).
Kapilar Pedikel memiliki glikokaliks yang sempurna disusun oleh
sialoprotein bermuatan negatif podokalsin (podocalyxin) dan
podoendin (podoendin). Pedikel menduduki lamina rara
eksterna. Sitoplasmanya mengandung sedikit organel namun
Kapilar memiliki mikrotubul dan mikrofilamen. Interdigitasi antar
pedikel menyebabkan terbentuknya celah sempit, dengan lebar
20-40 nm, yang disebut dengan celah filtrasi (filtration slits).
Podosit Celah filtrasi tidak terbuka sempurna; melainkan dilapisi oleh
diafragma tipis, disebut difragma celah (slit diaphragm)
Gambar 19-5 Hubungan antara sel-sel mesangial yang membentang antara pedikel yang bersebelahan dan
intraglomerular, posit, dan glomerulus. berlaku sebagai sawar (barrier) filtrasi (Gambar 19-10; juga
Gambar 19-7). Diafragma celah memiliki pusat berupa batang,
di kedua sisi batang tersebut terdapat barisan pori seluas 14
nm2. Badan sel podosit mengandung organel sel seperti biasa.
tinggi, perlakan dan agrin, keduanya kaya akan heparan Tedapat inti dengan bentuk irregular, juga retikulum
sulfat-terletak pada kedua sisi lamina densa, Ada yang endoplasma kasar atau rough endoplasmic reticulum (RER),
menamakannya lamina rara iterna, untuk lapisan yang apparatus golgi, dan banyak ribosom bebas.
terletak di antara sel endotel kapilar dan lamina densa, dan
lamina rara eksterna untuk lapisan yang terletak di antara Proses Filtrasi
lamina densa dan kapsula Bowman pars viseral. Fibronektin
dan laminin membantu menjaga ikatan sel pedikel dan Cairan yang meninggalkan kapilar glomerulus melalui pori
endotel dengan lamina basal. difiltrasi oleh lamina basal. Lamina densa menahan molekul
besar (>69.000Da), sedangkan sifat polianion lamina rara
menghalangi aliran molekul bermuatan negatif dan molekul
yang tidak mampu melakukan deformasi. Cairan yang
mengandung molekul kecil, ion-ion, dan makromolekul
KORELASI KLINIS menembus lamina densa dan harus melewati pori pada
Mutasi rantai α3 dan α4 kolagen III, mengakibatkan diafragma yang terdapat pada celah filtrasi; makromolekul
sindrome Alport, gangguan resesif autosom, dengan ciri yang tidak bermuatan dan yang memiliki diameter kurang dari
kehilangan kemampuan mendengar (tuli), gangguan atau sama dengan 1,8 nm dapat dengan mudah melewati
penglihatan, dan nefritis disertai hematuria mikroskopik. diafragma. Akan tetapi, jika makromolekul yang tidak
Pengidap sindrom Alport sering mengalami gagal ginjal bermuatan tadi memiliki diameter lebih dari 4 nm, maka tidak
dan membutuhkan transplantasi ginjal. akan dapat melewati diafragma tadi. Cairan yang sudah
melewati sawar filtrasi dan masuk ke ruang Bowman, disebut
ultrafiltrat glomerular.
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 443

Bab 19 䡲 Sistem Urinarius ■ ■ ■ 443

Gambar 19-6 Gambaran histologki mikroskop


elektron glomerulus ginjal manusia, terlihat
mengandung sel darah merah (x4.594). Perhatikan
hubungan antara sel-sel mesangial intraglomerular dan
podosit di sekitar kapilar glomerulus. BS, Bowman's
space; CL, capillaiy lumen; E, endothelial cell; M,
mesangial cells; V, podocyte. (Dari Brenner BM,
Rector FC: The Kidney, 4th eel. Vol 1. Philadelphia,
WB Saunders, 1991.)

Pedikel Diafragma
celah filtrasi
Lamina
basal

Endotel
berpori

Lamina basal
Podosit

Celah
filtrasi

Endotel Badan sel


berpori podosit

Gambar 19-7 Hubungan saling Prosesus


keterkaitan antara glomerulus, podosit, sekunder
(pedikel) Prosesus
pedikel, dan lamina basal. primer
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 444

444 䡲 䡲 䡲 Bab 19 䡲 Sistem Urinarius

Gambar 19-8 Gambaran basil


pencitraan mikroskop elektron ginjal
tikus (x4.700), terlihat podosit (P)
dan prosesusnya (P) (Dari Brenner
BM, Hector FC: The Kidney, 4th ed.
Voll. Philadelphia, WB Saunders,
1991.)

Gambar 19-9 Gambaran hasil pencitraan mikroskop


elektron korteks ginjal tikus, memperlihatkan
korpuskel ginjal dengan glomerulusnya (g) (x543).
Korpuskel ginjal di bawahnya tidak memilki
glomerulus, sehingga kutub urinarius (panah) dapat
terlihat. c, kapilar (capillaries ); d, tubulus kontortus
distal (distal convoluted tubule ); p, tubulus kontortus
proksimal (proximal convoluted tubule ); v, pumbuluh
darah (blood vessels ). (dari Leeson TS, Leeson CR,
Paparo AA: Text/Atlas of Histology. Philadelphia ,
WB Saunders, 1988.)
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 445

Bab 19 䡲 Sistem Urinarius ■ ■ ■ 445

Gambar 19-10 Gambaran miksrokop elektron


Pedikel (P) dan diafragma celah filtrasi pada
glomerulus tikus (x86.700). BS, Ruang Bowman
(Bowman's space); CL, lumen kapilar (capillary
lumen). Perhatikan lamina rara eksterna (panah
pendek) dan diafragma celah filtrasi (panah panjang).
(Dari Brenner BM, Rector FC: The Kidney, 4th ed,
Vol 1. Philadelphia, WB Saunders, 1991.)

Karena lamina basal menahan makromolekul besar, maka Tubulus Proksimal


dapat terjadi sumbatan jika makromolekul tersebut tidak
difagosit secara terus menerus oleh sel-sel mesangial Tubulus proksimal dibagi dalam dua bagian: tubulus
intraglomerular dan diperbaharui oleh kapsula Bowman pars kontortus proksimal dan tubulus rektus proksimal (ansa
viseral (podosit) dan sel endotel glomerulus. Henle segmen tebal pars desendens).

Cairan ultrafiltrat dari Ruang Bowman (Bowman's space)


dialirkan menuju tubulus proksimal melalui kutub tubular
(kadang disebut leher tubulus proksimal, sering diabaikan
pada manusia), yang merupakan penghubung antara ruang
KORELASI KLINIS Bowman dan tubulus proksimal. Di kutub tubular ini, epitel
Adanya Albumin dalam urin (albuminuria) gepeng selapis kapsula Bowman pars parietal bergabung
merupakan keadaan yang terjadi akibat meningkatnya dengan epitel kuboid selapis tubulus proksimal (lihat gambar
permeabilitas endotel glomerulus. Penyebab kondisi 19-4) Tubulus proksimal menyusun sebagian besar korteks
ini antara lain adalah cedera vaskular, hipertensi, ginjal, diameternya kurang lebih 60 µm dan panjangnya sekitr
keracunan merkuri dan pajanan toksin bakteri. 14 mm. Tubulus ini terbagi atas bagian yang sangat bergelung
(pars kontortus) dan bagian yang lurus (pars rektus).
Lamina basal juga dapat mengalami gangguan jika Bagian yang bergelung disebut juga tubulus kontortus
ada deposit kompleks antigen-antibodi yang terfiltrasi proksimal, terletak di dekat korpuskel ginjal. Sedangkan
di glomerulus atau dari reaksi antibodi anti membran bagian yang lurus disebut tubulus rektus proksimal atau
basal dengan lamina basalnya sendiri. Kedua reaksi ini ansa Henle segmen tebal pars desendens, yang turun
mengakibatkan terjadinya glomerulonefritis. masuk ke dalam prosesus medula (medullary ray atau prosesus
Pada kasus nefrosis lipoid, lamina basal tidak Ferreini) di daerah korteks dan di daerah medula menyatu
dipadati oleh antibodi, namun pedikel yang dengan lengkung Henle (loop of Henle) pada pertemuan
bersebelahan saling menempel satu sama lain. daerah garis luar dan garis dalam.
Penyakit ini merupkan salah satu penyakit ginjal yang Jika diamati dengan mikroskop cahaya, tubulus kontortus
paling sering ditemukan pada anak. proksimal disusun oleh epitel kuboid selapis dengan granula
sitoplasma eosinofilik (gambar 19-11; lihat juga Gambar
19-11). Sel-sel nya memiliki paras sikat (brush border) yang
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 446

446 䡲 䡲 䡲 Bab 19 䡲 Sistem Urinarius

Tubulus penghubung kortikal


(cortical connecting tubule)
Tubulus kontortus proksimal Duktus koligens
(tubulus kolektifus)

Tubulus kontortus distal

Ansa Henle segmen tebal


pars asendens

Ansa Henle segmen tipis


pars asendens
Gambar 19–11 Gambar tubulus
uriniferus dan morfologi potongan
melintangnya.

padat dan prosesus lateral dengan sistem saling mengunci dan menggumpal. Namun potongan parafin umumnya
menjalin dengan kompleks. Sehingga membran lateral sel memperlihatkan gambaran lumen yang sebagian besar tertutup;
biasanya tidak dapat dilihat dengan jelas jika menggunakan paras sikat bergelombang dan kusut; beberapa inti terlihat
mikroskop cahaya. Tinggi sel bervariasi sesuai status terletak di basal sel pada potongan melintang; dan membran
fungsionalnya dari kuboid rendah sampai kuboid. lateral sel tidak jelas. Sel-sel kuboid berada di atas membran
Metode dan kecepatan fiksasi mempengaruhi tampilan basal yang terbentuk sempurna, dapat dengan mudah terlihat
morfologi mikroskopik tubulus kontortus proksimal karena dengan pewarnaan reaksi periodic acid-Schiff (PAS). Tiap
lumennya selalu terbuka akibat tekanan cairan. Fiksasi yang potongan melintang 1 tubulus terdiri atas 10-20 sel, tetapi
baik, idealnya menampilkan gambaran lumen yang terbuka karena sel-selnya besar, umumnya hanya terlihat 6-8 inti saja
lebar dan kosong serta paras sikat tidak (lihat Gambar 19-3).
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 447

Bab 19 䡲 Sistem Urinarius ■ ■ ■ 447

Berdasarkan gambaran ultrastruktur untuk komponen interselular yang jarang-jarang dan tidak mempunyai
selnya, tubulus proksimal dibagi lagi berdasarkan 3 bagian kanalikuli apikal.
lokasi sel: Sekitar 67%-80% natrium, klorida (C1-), dan air diresorpsi
䡲 2/3 bagian awal dari tubulus kontortus (tubulus bergelung), dari cairan ultrafiltrat glomerular dan dibawa ke jaringan ikat
disebut sebagai daerah S1 stroma oleh sel-sel tubulus proksimal. Natrium dipompa
䡲 Bagian tersisa dari tubulus kontortus (tubulus bergelung) dan secara aktif keluar sel pada membran basolateral oleh pompa
sebagian besar ansa Henle segmen tebal pars desendens natrium yang berhubungan dengan Natrium-Kalium
(tubuh rektus), disebut sebagai daerah S2 adenosine trifosfatase (Na+, K+-ATPase). Ion Natrium (Na+)
䡲 Bagian sisa dari ansa Henle segmen tebal pars desendens diikuti oleh klorida untuk menjaga agar muatan tetap netral
dan diikuti juga oleh air untuk menjaga keseimbangan
(tubulus rektus), disebut sebagai daerah S3 tekanan osmotik. Air melewati channel aquaporin-1 yang
Sel-sel di daerah S1 memiliki mikrovili yang panjang (1,3-1,6 berada di membran basolateral sel. Sedangkan semua
µm), dan tersusun rapat serta sistem kaveol intermikrovili glukosa, asam amino, dan protein yang terkandung dalam
(caveolae) yang dikenal sebagai kanalikuli apikal. Kanalikuli cairan ultrafiltrat glomerular diresorpsi oleh vakuol aparatus
ini meluas sampai ke dalam sitoplasma apikal. (Gambar 19-12). endositik sel tubulus proksimal. Tubulus proksirnal juga
Sistem ini lebih panjang selama proses aktif diuresis, yang mengeliminasi larutan organik, obat, dan toksin yang harus
menunjukkan bahwa fungsinya adalah meresorpsi protein saat segera diekskresikan dari tubuh.
bersihan tubular (tubular clearing) pada ultrafiltrat glomerular.
Mitikondria, apparatus Golgi, dan komponen-komponen sel ANSA HENLE SEGMEN TIPIS
normal lainnya, dapat ditemukan pada sel-sel S1 ini. Dengan
pengamatan lebih rinci, ditemukan bahwa prosesus lateral dan
Ansa Henle Segmen tipis dibagi dalam tiga bagian: segmen tipis
basal dapat memanjang sampai hampir seluruh ketinggian sel.
pars desendens, lengkung Henle, dan segmen tipis pars
Prosesus ini panjang dan sempit dan biasanya memiliki
asendens.
mitokondria tubular yang memanjang.

Sel-sel di daerah S2 serupa dengan sel-sel di daerah S1, Ansa Henle segmen tebal pars desendens (tubulus rektus
namun memiliki lebih sedikit mitokondria dan kanalikuli proksimal) melanjutkan diri menjadi ansa Henle segmen
apikal, serta lebih rendah tipis (lihat Gambar 19-11). Segmen tipis yang secara
Sel-sel di daerah S3 merupakan sel kuboid rendah dengan keseluruhan berdiameter 15-20 µm ini, disusun oleh epitel
sedikit mitokondria. Sel-sel ini hanya memiliki prosesus gepeng selapis dengan tinggi kurang lebih 1,5-2 µm. Panjang

Gambar 19-12 Gambaran mikroskop elektron


segmen S1 tubulus proksimal tikus (x7.128). (Dari
Brenner BM, Rector FC: The Kidney, 4th ed. Vol l.
Philadelphia, WB Saunders, 1991.)
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 448

448 䡲 䡲 䡲 Bab 19 䡲 Sistem Urinarius

segmen tipis ini bervariasi sesuai dengan letak nefron desendens adalah bahwa pars asendens hanya memiliki
(lihat Gambar 19-1). Pada nefron kortikal, panjang permeabilitas sedang terhadap air. Perbedaan yang nyata
segmen tipis hanya 1-2 mm, atau ada juga yang sama sehubungan dengan permeabilitas terhadap air ini akan
sekali tidak ada. Nefron jukstamedular lebih panjang, didiskusikan kemudian.
yaitu 9-10 mm dan memiliki lengkung seprti lengkungan
pada jepitan rambut yang menjorok masuk jauh ke bagian Tubulus Distal
medula. Bagian segmen tipis yang merupakan kelanjutan
dari ansa Henle segmen tebal pars desendens (tubulus
rektus proksimal) disebut ansa Henle segmen tipis pars Tubulus distal dibagi dalam tiga bagian: ansa Henle
segmen tebal pars asendens (tubulus rektus distal), makula
desendens, bagian yang menyerupai lengkung jepit
densa, dan tubulus kontortus distal.
rambut adalah lengkung Henle (ansa Henle), dan
bagian yang menghubungkan bagian lengkung dengan
tubulus distal disebut ansa Henle segmen tipis pars Tubulus distal dibagi menjadi bagian yang lurus (pars
asendens. rektus) dan bagian yang bergelung (pars kontortus). Bagian
Inti sel penyusun ansa Henle segmen tipis, menonjol yang lurus merupakan kelanjutan dari ansa Henle segmen tipis
ke arah lumen; sehingga dalam sediaan blok parafin, pars asendens, juga dikenal dengan nama ansa Henle segmen
tampilannya seperti kapilar yang terpotong melintang tebal pars asendens atau tubulus rektus distal. Sedangkan
(lihat Gambar 19-11). Perbedaannya dengan kapilar bagian yang bergelung disebut juga tubulus kontortus distal.
adalah sel-sel epitelnya sedikit lebih tinggi, inti terwarna Ada struktur khusus yang berada di peralihan bagian lurus
kurang padat, dan dalam lumen tidak ada sel darah. dengan bagian bergelung, yang disebut makula densa,
merupakan modifikasi sel-sel tubulus distal.
Ultrastruktur sel epitel penyusun segmen tipis ini
Ansa Henle segrnen tebal pars asendens panjangnya kurang
seperti biasa, terdapat beberapa mikrofili yang pendek
lebih 9-10 mm dengan diameter sekitar 30-40 µm. Bagian ini
gemuk pada permukaan lumen dan beberapa mitokondria
menghubungkan ansa Henle segmen tipis pars asendens di
di sitoplasma di sekeliling inti. Banyak prosesus menjulur
daerah garis dalam medula dan terus naik melewati medula
dari bagian basal mengadakan interdigitasi dengan sel di
mencapai korteks. Epitel kuboid selapis yang membentuk
sebelahnya.
ansa Henle segmen tebal pars asendens ini memiliki inti di
Keempat tipe sel penyusun ansa Henle di lokasi yang tengah, berbentuk bulat sampai oval dan sedikit mikrovili
berbeda ini dapat dibedakan berdasarkan ultrastrukturnya. yang pendek seperti drum stick (club-shaped). Meskipun
Lokasi dan gambaran struktur dari keempat tipe sel tadi bagian lateral sel berinterdigitasi satu sama lain, namun
terdapat pada Tabel 19-1. hubungan antar sel yang bersebelahan itu masih belum
Ansa Henle segmen tipis pars desendens memiliki terungkap sejelas tubulus kontortus proksimal. Interdigitasi di
permebilitas yang tinggi terhadap air, karena terdapat daerah basal lebih luas, dan jumlah mitokondria sel ini lebih
banyak kanal air aquaporin-1 , yang permeable terhadap banyak daripada tubulus kontortus proksimal. Lebih lanjut,
urea, natrium, klorida, dan ion-ion lainnya. Perbedaan sel-sel ini membentuk zonula okludens (zonulae occludentes)
utama antara segmen tipis pars asendens dengan pars yang sangat efisien dengan sel di sebelahnya.

TABEL 19-1 Macam-macam Sel Penyusun Ansa Henle Segmen Tipis

Tipe Sel Lokasi Gambaran Struktur Halus


Tipe I Nefron kortikal Sel-sel gepeng tanpa prosesus lateral dan
tanpa interdigitasi
Tipe II Nefron jukstaglomerular, ansa Sel-sel gepeng dengan banyak prosesus
Henle segmen tipis pars radier panjang yang mengadakan
desendens pada zona luar medula interdigitasi dengan sel di sebelahnya;
fasia okludens antar sel; lipatan (ke dalam) plasmalema
Tipe III Nefron jukstaglomerular, ansa Sel-sel gepeng dengan prosesus dan interdigitasi yang lebih
Henle segmen tipis pars sedikit (dibandingkan dengan Tipe II)
desendens pada sona dalam
Tipe IV Nefron jukstaglomerula, ansa Henle Sel-sel gepeng dengan banyak prosesus radier panjang
segmen tipis pars asendens mengadakan berinterdigitasi dengan sel disebelahnya
seperti tipe II; namun tidak memiliki lipatan plasmalema
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 449

Bab 19 䡲 Sistem Urinarius ■ ■ ■ 449

Ansa Henle segmen tebal pars asendens tidak permeabel Perbandingan tubulus kontortus proksimal dengan tubulus
terhadap air dan urea. Sebagai tambahan, sel-selnya memiliki kontortus distal pada satu korpuskel ginjal adalah 7:1.
pompa klorida (kemungkinan juga natrium) yang berfungsi Tubulus kontortus distal umumnya naik sedikit di atas
dalam transport aktif klorida (dan natrium) dari lumennya. korpuskelnya dan bermuara pada bagian melengkung duktus
Saat cairan filtrat mencapai korteks ginjal dalam lumen koligens.
tubulus distal, konsentrasi garamnya rendah dan konsentrasi Serupa dengan ansa Henle segmen tebal pars asendens,
ureanya tetap tinggi. Sel-sel ini juga merupakan pabrik protein tubulus kontortus distal juga tidak permeabel terhadap air
Tamm-Horsfall, yang dilepaskan ke lumen ansa Henle segmen dan urea. Namun pada plasmalema basolateral sel ini,
tebal pars asendens untuk mencegah pembentukan batu ginjal. berlangsung aktivitas Na+, K+-ATPase yang tinggi,
Saat ansa Henle segmen tebal pars asendens berjalan dekat menggerakkan pompa pertukaran natriumkalium. Sebagai
korpuskel ginjalnya sendiri, maka ansa Henle tersebut berada respons terhadap hormon aldosteron, sel-sel ini secara aktif
di antara arterial aferen dan eferen glomerulus. Di daerah ini, meresorpsi hampir semua sisa natrium (dan resorpsi klorida
tubulus distal diberi nama makula densa. Karena sel makula secara pasif) dari lumen tubulus ke jaringan interstisial
densa tinggi dan langsing, maka inti selnya terlihat jauh lebih ginjal. Selanjutnya, kalium dan ion hidrogen secara aktif
rapat daripada inti sel tubulus distal di lokasi lain. disekresi ke dalam lumen, hal ini untuk mengontrol kadar
Tubulus kontortus distal tidak panjang, (hanya 4-5 mm saja) kalium cairan ekstraselular tubuh dan selanjutnya juga
dengan diameter keseluruhan 25-45 µm. Jika dibandingkan mengontrol keasaman urin.
dengan tubulus kontortus proksimal, pada sediaan parafin,
lumen tubulus ini tampak terbuka lebar, dengan granula Aparatus Jukstaglomerular
sitoplasma lebih pucat, dan karena selnya lebih langsing maka
lebih banyak inti yang terlihat pada potongan melintang Aparatus Jukstaglomerular memiliki tiga komponen: macula
tubulus. Ultrastruktur sel ini memperlihatkan sitoplasma yang densa (bagian dari tubulus distal), sel-sel jukstaglomerular
jernih dan pucat, dengan sedikit mikrovili apikal yang tumpul (bagian dari arteriol aferen glomerulus, dan sel-sel mesangial
(Gambar 19-13). Inti kurang lebih berbentuk bulat dan terletak ekstraglomerular.
apikal, memiliki satu atau dua anak inti padat. Jika
dibandingkan dengan ansa Henle segmen tebal pars asendens, Aparatus jukstaglomerular terdiri atas makula densa (bagian
mitokondria kurang banyak, dan interdigitasi basal kurang dari tubulus distal), sel-sel jukstaglomerular (bagian dari
luas. arterial aferen glomerulus terdekat, dan ada juga di arterial
Karena tubulus kontortus distal jauh lebih pendek daripada eferen), dan sel-sel mesangial ektraglomerular (atau
tubulus kontortus proksimal, maka potongan korteks ginjal Polkissen, sel lacis, atau bantal kutub) (Gambar 19-14).
manapun akan memperlihatkan lebih banyak potongan tubulus Sel-sel makula densa tinggi, langsing, dan pucat
kontortus proksimal daripada tubulus kontortus distal. dengan inti di sentral (Gambar 19-15; juga Gambar 19-2

Gambar 19-13 Gambaran


mikroskop elektron tubulus kontortus
distal (x8.100). (Dari Brenner BM,
Rector FC: The Kidney, 4th ed. Vol l.
Philadelphia, WB Saunders, 1991.)
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 450

450 䡲 䡲 䡲 Bab 19 䡲 Sistem Urinarius

Tubulus distal dan gambar 19-14). Karena sel-sel ini langsing, inti yang
terwarna padat terlihat berdekatan;bersama-sama, dengan
Sel-sel
jukstaglomerular mikroskop cahaya inti-inti tersebut terlihat sebagai bercak
padat. Dengan mikroskop elektron, terlihat banyak mikrovili,
Arteriol Makula densa Arteriol
mitokondria kecil, dan badan golgi terletak di bawah inti
aferen eferen (infranuclear) (lihat Gambar 19-15).
Sel-sel jukstaglomerular, merupakan modifikasi sel-sel
otot polos tunika media arterial aferen (dan, terkadang eferen)
glomerulus. Sel-sel ini memiliki banyak sekali persarafan serat
saraf simpatis. Inti sel nya bulat, tidak memanjang. Sel
jukstaglomerular mengandung granula spesifik yang ternyata
merupakan enzim protealitik bernama renin (lihat Gambar
Sel-sel 19-15). Angiotensin-converting enzyme (ACE),
mesangial
ekstraglomerular angiotensin I, dan angiotensin II juga terdapat pada sel ini
(lihat penjelasan sesudah ini).
Sel jukstaglamerular dan makula densa memiliki hubungan
geagrafik yang spesial karena lamina basal yang normalnya
terdapat pada epitel dan jaringan lain, tidak ditemukan di lokasi
Podosit ini, sehingga terjadi kantak yang sangat erat antara sel-sel
makula densa dengan sel-sel aparaus jukstaglamerular.
Sel mesangial ekstraglamerular, adalah anggota ketiga
Ruang
Bowman penyusun apparatus jukstaglamerular, menempati ruangan yang
dibatasi aleh arterial aferen, makula densa, arterial eferen dan
Sel-sel mesangial kutub vaskular karpuskel ginjal. Sel-sel mesangial terkadang
intraglomerular mengandung granula dan mungkin berhubungan dengan sel
Kapilar
glomerulus

Gambar 19-14 Aparatus jukstaglomerular.

JG

Gambar 19-15 Gambaran mikroskop elektron


aparatus jukstaglomerular ginjal kelinci (x2.552).
Makula densa (MD), sel jukstaglomerular (JG
(mengandung granula yang padat elektron ), terlihat
pula sel-sel mesangial ekstraglomerular (EM). (Dari
Brenner BM, Rector FC: The Kidney , 4th ed. Vol 1.
Philadelphia, WB Saunders, 1991.)
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 451

Bab 19 䡲 Sistem Urinarius ■ ■ ■ 451

mesangial intraglomerular. Manfaat fungsi apparatus Membran basal sel memiliki banyak lipatan. Sedangkan
jukstaglomerular akan dibahas kemudian. membran lateral selnya tidak memiliki lipatan, sehingga dapat
terlihat jelas dengan menggunakan mikroskop cahaya. Sel-sel
ini memiliki banyak kanal aquaporin-2 yang sangat sensitif
Duktus Koligens (Collecting Tubules atau terhadap hormon anti-diuretik/ antidiuretic hormone (ADH)
Tubulus Pengumpul) dan membuatnya permeabel terhadap air.

Duktus koligens, disusun oleh epitel kuboid selapis, yang Sel-sel interkalaris memiliki banyak vesikel apikal
membawa dan memodifikasi cairan ultrafiltrat dari nefron ke berdiameter 50-200 nm, mikroplika di plasmalema apikal,
kaliks minor ginjal. dan banyak mitokondria. Inti selnya bulat dan terletak di
tengah. Ada dua tipe sel interkalaris: tipe A, yang membran
Duktus koligens bukan merupakan bagian nefron. Saluran ini lumen selnya memiliki H+-ATPase yang berfungsi membawa
berasal dari jaringan embryologi yang berbeda, dan baru pada ion H+ ke dalam lumen tubulus sehingga membuat urin
tahap perkembangan selanjutnya bergabung dengan nefron menjadi asam; tipe B, yang membran basolateral selnya
membentuk struktur yang kontinu. Tubulus kontortus distal memiliki H+ -ATPase juga, namun memiliki fungsi lain yaitu
dari beberapa nefron bergabung membentuk saluran pendek, meresorpsi ion H+ dan sekresi HCO3-.
yaitu tubulus penghubung (connecting tubule) yang Duktus koligens medular memiliki ukuran yang lebih
kemudian bermuara pada duktus koligens (collecting tubule) besar karena terbentuk dari gabungan beberapa duktus
(gambar 19-16; lihat juga Gambar 19-11). Cairan yang masuk koligens kortikal (lihat Gambar 19-11). Duktus koligens
ke dalam duktus koligens dimodifikasi dan dialirkan ke papila yang berada di zona luar medula dengan yang berada di
medul. Panjang duktus koligens kurang lebih 20 mm dan korteks sama-sarna memiliki sel prinsipal dan sel
ditemukan di tiga lokasi (lihat Gambar 19-1): interkalaris, sedangkan yang berada di zona dalam medula
䡲 Kortikal hanya memiliki sel prinsipal (Gambar 19-17).
䡲 Medular
䡲 Papilar Duktus papilaris Bellini, masing-masing dibentuk oleh
pertemuan beberapa duktus koligen medular. Duktus ini
Duktus koligens kortikal terletak di prosesus besar, dengan diameter 200-300 µm, dan bermuara pada area
medula (prosesus Ferreini) dan disusun oleh dua tipe cribrosa (daerah seperti saiingan) papila ginjal untuk
sel kuboid (hhat Gambar 19-2 dan 19-11): kemudian dialirkan ke dalam kaliks minor. Duktus ini hanya
䡲 Sel-sel Prinsipal disusun oleh sel-sel principal kolumnar tinggi.
䡲 Sel-sel interkalaris
Duktus koligens bersifat impermeabel terhadap air.
Sel-sel prinsipal memiliki inti oval dan terletak sentral, Namun jika ada ADH, menjadi permeabel terhadap air
sedikit mitokondria, serta mikrovili pendek dan jarang. (dan sampai batas tertentu, juga urea). Sehingga tanpa

HL

CT
Gambar 19-16 Medula ginjal
memperlihatkan epitel kuboid selapis
duktus koligens (collecting tubules )
(CT) juga epitel gepeng selapis ansa
Henle segmen tipis (Henle's loop )
(HL) dan sel endotel (E) vasa rekta.
Perhatikan komponen jaringan ikat
sangat jarang, sebagian besar berupa
elemen pembuluh darah (x270).
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 452

452 䡲 䡲 䡲 Bab 19 䡲 Sistem Urinarius

Gambar 19-17 Gambaran mikroskop elektron duktus


koligens ginjal kelinci (x4.790). (Dari Brenner BM,
Rector FC: The Kidney , 4th ed. Vol l. Philadelphia,
WB Saunders, 1991.)

adanya ADH urine menjadi sangat banyak dan hipotonik, banyak. Terdapat tiga jenis sel dalam jaringan ikat medula
sedangkan jika ada ADH, volume urin sedikit dan pekat. ginjal, yaitu:
䡲 Fibroblas
Interstisial Ginjal 䡲 Makrofag
䡲 Sel-sel interstisial

Interstisial ginjal sangat tipis, jaringan ikat longgar hanya Sel interstisial tersusun seperti anak tangga, satu sel di
sedikit dengan tiga tipe sel di dalamnya: fibroblas, atas sel lainnya, dan paling banyak terdapat di antara duktus
makrofag dan sel interstisial. koligens (straight collecting ducts) dan di antara duktus
papilaris Bellini. Sel-sel interstisial memiliki inti memanjang
dan banyak droplet lipid. Diyakini bahwa sel-sel ini
Ginjal memiliki jaringan ikat padat kolagen iregular mensintesis medullipin I, substansi ini di hati diubah
dengan diselingi oleh sejumlah serat elastin yang tersebar menjadi medullipin II (sebuah vasodilator kuat sehingga
di antara berkas-berkas kolagen tersebut. Simpai ginjal menurunkan tekanan darah.
tidak melekat erat pada korteks di bawahnya. Saat
pembuluh darah memasuki hilus, pembuluh darah itu
dibungkus oleh jaringan ikat tipis yang merupakan Sirkulasi Ginjal
perpanjangan dari kapsula/simpai. Bagian korteks hanya Perdarahan Ginjal - Sistem arteri
memiliki jaringan ikat yang halus, kurang dari 7% volume
korteks dan sebagian besar merupakan membran basal Masing-masing ginjal menerima 10% dari total volume
tubulus uriniferus dan pembuluh darahnya. Komponen darah/menit melalui arteri renalis, yang merupakan cabang
selular jaringan ikat korteks terdiri atas 2 macam sel, yaitu aorta abdominalis.
fibroblas dan sel yang diyakini sebagai
sel dendritik interstisial (termasuk dalam kelompok
sistem fagositik mononuklear). Ginjal menerima darah dalam jumlah sangat banyak
melalui pembuluh darah yang cukup besar, yaitu arteri
Komponen jaringan ikat interstisial medula lebih renalis, yang merupakan cabang langsung aorta
banyak daripada korteks, jumlahnya hampir mencapai abdominalis (lihat Gambar 19-1). Sebelum memasuki
30% volume zona dalam (inner zone) medula. Banyak daerah hilus ginjal, arteri renalis bercabang dua menjadi
komponen terdapat dalam jaringan ikat ini, yaitu tubulus cabang anterior dan posterior, yang kemudian bercabang lagi
uriniferus dan jejaring pembuluh darah yang sangat menjadi lima arteri segmental. Cabang dari satu segmen tidak
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 453

Bab 19 䡲 Sistem Urinarius ■ ■ ■ 453

beranastomosis dengan cabang dari segmen lain. Jadi, jika


aliran darah melalui salah satu arteri ini tersumbat, maka
sirkulasi ke bagian ginjal yang diperdarahi arteri yang
tersumbat itu akan terputus. Sehingga dikatakan bahwa ginjal
terbagi sesuai segmen vaskular, dengan tiap segmen
diperdarahi oleh arteri spesifik.
Bagian pertama dari 5 arteri segmental adalah arteri
lobaris, ada satu untuk masing-masing lobus ginjal. Pembuluh
ini kemudian bercabang membentuk dua atau tiga arteri
interlobaris, yang berjalan di antara piramid ginjal menuju
sambungan kortikomedular (corticomedullary junction). Pada
sambungan ini, arteri membentuk serangkaian cabang
pembuluh (yang tegak lurus terhadap pembuluh induknya), dan
sebagian besar berada di sambungan kortikomedular tadi,
menduduki lengkung bidang yang sama. Karena arteri-arteri ini
digambarkan berbentuk seperti busur (lengkung atau arc) di atas
bagian basal piramid ginjal, maka dinamakan arteri arkuata.
Meski dulu diyakini bahwa arteri arkuata saling
beranastomosis, penelitian-penelitian terbaru menunjukkan
bahwa cabang terminal arteri ini tidak berhubungan satu sama
lain. Malah cabang terminalnya, sebagaimana juga cabang-
cabang lain arteri arkuata, berjalan naik menuju korteks,
membentuk arteri interlobularis.
Arteri interlobularis berjalan naik sampai kurang lebih
mencapai labirin korteks sampai kurang lebih setengah jalan
antara dua prosesus medula (prosesus Ferreini). Arteri ini
memang berjalan di antara dua lobules. Banyak cabang keluar
Gambar 19-18 Gambaran mikroskop elektron arteri rekta ginjal tikus.
dari arteri interlobularis. Cabang-cabang ini memperdarahi (Dari Takahashi-lwanaga H: The three-dimensional cytoarchitecture of
glomerulus dalam korpuskel ginjal dan dikenal dengan nama the interstitial tissue in the rat kidney . Cell Tissue Res 264: 269-281,
arteriol aferen glomerulus. Sejumlah arteri interlobularis 1991.)
berjalan naik melewati korteks menembus simpai ginjal dan
ikut serta membentuk pleksus kapsular. Namun sebagian besar
arteri interlobular berakhir sebagai arteriol aferen glomerulus . inilah yang digunakan di buku ini Bentuk vasa rektayangb
Setiap glomerulus bermuara pada arteriol lain yaitu arteriol seperti seperti jepit rambut, dan berjalan rapat mengikuti dua
eferen glome rulus. Ada dua tipe arteriol eferen, yang bagian ansa Henle (asendens-desendens) serta duktus
pertama adalah yang menampung darah dari glomerulus nefron koligens adalah sangat esensial dalam fisiologi konsentrasi
kortikal dan yang kedua adalah yang menampung darah dari urin. (akan dibahas kemudian).
glomerulus nefron jukstamedular.
Arterial eferen glomerulus dari nefron kortikal lebih pendek Drainase Vena
dan bercabang membentuk sistem kapilar yang disebut jejaring
kapilar peritubular (peritubular capillary network).
Bantalan kapilar ini memperdarahi seluruh labirin korteks, tentu Vena arkuata menampung darah dari korteks melalui vena
saja kecuali glomerulus. Diduga endotel jejaring kapilar stelata dan vena interlobular dan dari medulla melalui
peritubular (mungkin juga sel-sel jarigan ikat korteks dan zona vena rekta; vena arkuata kemudian membawa darah vena
luar medula) memproduksi dan mensekresi hormon ke vena interlobar yang kahirnya bermuara pada vena
eritropoetin (erythropoietin). renalis.

Arteriol eferen glomerulus dari nefron jukstamedular berada


di kuadran korteks yang lebih rendah (bawah), masing-masing Darah dari vena rekta dialirkan ke vena arkuata,
bercabang menjadi 10-25 buah kapilar yang panjang seperti pembuluh ini berjalan bersama-sama arteri dengan nama
jepit rambut, masuk jauh ke dalam medula (Gambar 19-18 dan yang sama. Demikianlah drainase darah vena dari medula.
19-19). Bagian desending yang memiliki lumen sempit disebut Sedangkan darah korteks dikumpulkan dalam sistem
arteriol rekta; sedangkan lumen bagian asendingnya lebih berbentuk seperti bintang (bagian dari vena supkapsular) dan
lebar dan disebut vena rekta; arteriol rekta dan vena rekta; diberi nama vena stelata, yang merupakan "anak sungai"
arteriol rekta dan vena rekta disebut vasa rekta-terminologi vena interlobular, karena bermuara ke vena interlobular. Ve-
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 454

454 䡲 䡲 䡲 Bab 19 䡲 Sistem Urinarius

Gambar 19-19 Gambaran


mikroskop cahaya ginjal yang
disuntik, memperlihatkan banyaknya
pembuluh darah yang memperdarahi
korteks ginjal.(x132). Glomerulus (G)
terlihat dengan jelas.

na stelata juga menampung darah dari bagian terminal arteriol renalis, berjalan bersama dengan arteri renalis. Badan
eferen glomerulus. Vena interlobular (berjalan paralel dengan sel serat saraf ini kemungkinan terletak pada pleksus
arteri dengan nama yang sama), mengalirkan darahnya ke aorta dan seliaka. Serat simpatis didistribusikan oleh
vena arkuata. Vena arkuata menampung darah dari medula percabangan arteri renalis, dan pembuluh ini diatur
dan korteks ginjal. Vena arkuata merupakan tempat bermuara oleh sebagian serat saraf ini. Serat saraf simpatif
darah dari vena interlobaris, vena-vena interlobaris lainnya mencapai epitel tubulus renalis, sel
berkumpul dekat hilus, membentuk vena renalis. Vena ini jukstaglomerular dan interstitial, serta simpai ginjal.
membawa darah ke vena kava inferior. Perhatikan bahwa pada Serat saraf sensoris dan parasimpatis (kemungkinan
sistem vena ginjal tidak ada pembuluh vena lobaris dan vena dari nervus vagus) juga telah dijelaskan pada bagian
segmental seperti yang terdapat pada sistem arteri ginjal. ginjal.

Aliran Limf Ginjal


Fungsi Ginjal secara Umum
Pembuluh limf ginjal berjalan mengikuti artei besar. Ginjal berperan dalam proses ekskresi dan regulasi
komposisi dan volume cairan tubuh. Secara khusus,
Aliran limfatik ginjal belum difahami sepenuhnya. Diyakini mengatur komponen terlarut (misalnya natrium,
bahwa sebagian besar pembuluh limf berjalan mendampingi kalium, klorida, glukosa, asam amino) dan
arteri yang lebih besar kalibernya dibandingkan dengan keseimbangan asam basa. Jadi, selama musim panas,
kaliber pembuluh limfnya) . Menurut sebagian besar peneliti, ketika banyak cairan hilang dari tubuh melalui
aliran limf ginjal kemungkinan terbagi dalam 2 aspek, yaitu: keringat, volume urin akan menurun dan osmolaritas
superfisial dan profunda yang masing-masing secara meningkat. Selama musim dingin, ketika cairan hilang
berurutan berada di daerah subkapsularis dan medula. Kedua melalui keringat sedikit, keluaran urin akan meningkat
sistem tersebut dapat berhubungan maupun tidak dekat hilus, dan menjadi encer.
tempat keduanya membentuk beberapa trunkus limfatik besar. Sebagai tambahan, ginjal mengekskresikan produk
Nodus limfatik di sekitar vena kava dan aorta abdominalis akhir detoksifikasi, mengatur osmolalitas urin dan
menampung cairan limf dari ginjal. Ada pembuluh limf di mensekresi substansi seperti eritropoietin, medulipin I,
korteks yang tidak mendampingi arteri besar, pembuluh- renin dan prostaglandin.
pembuluh tadi bermuara pada pleksus limfatik di hilus.
Akhirnya, ginjal mengatur tekanan darah dan
bersama dengan hormon paratiroid, ginjal mengubah
Persarafan Ginjal vitamin D inaktif menjadi 1,25 dihidroksikolekalsiferol
Sebagian besar serat saraf yang mencapai ginjal merupakan yang lebih aktif, yang berperan meningkatkan absorpsi
serat saraf simpatis tidak bermielin yang membentuk pleksus ion kalsium dan fosfat oleh sistem saluran cerna dan
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 455

Bab 19 䡲 Sistem Urinarius ■ ■ ■ 455

membawanya ke kompartemen cairan ekstraselular tubuh. Resorpsi pada Tubulus Proksimal


Walaupun fungsi ini penting pada histofisiologi ginjal, namun
pada bab ini hanya akan dibahas proses pembentukan urin. Tubulus proksimal merupakan tempat pergerakan masa, di sini
elektrtolit, glukosa, asam amino, protein dan air dipertahankan.
Mekanisme Pembentukan Urin
Ultrafiltrat meninggalkan ruang Bowman melalui kutub/polus
Kedua ginjal menerima kurang lebih seperlima dari total urinarius untuk masuk ke tubulus kontortus proksimal, saat
volume darah (1.220 mL) permenit, dan memproduksi dimulainya modifikasi cairan. Materi diresorpsi dari lumen
sekitar 1-2mL urin per menit. tubulus proksimal masuk ke sel epitel tubular, kemudian
dieksositosis ke jaringan ikat interstisial. Disini substansi
Kedua ginjal menerima volume yang besar dari sistem yang diresorbsi tersebut masuk ke jejaring kapilar peritubular
sirkulasi darah karena arteri renalis berukuran besar dan dan kembali ke tubuh melalui aliran darah.
merupakan rcabang langsung dari aorta abdominalis. Inulin, Hampir semua proses resorpsi materi dari ultrafiltrat
polimer fruktosa, dapat digunakan untuk mengukur laju terjadi di tubulus proksimal. Dalam keadaan normal, jumlah
filtrasi glomerular (glomerular filtration rate/GFR). berikut ini diabsorpsi di tubulus proksimal: 100% protein,
Seluruh suplai darah tubuh bersirkulasi melalui ginjal setiap glukosa, asam amino, dan kreatinin; hampir 100% ion
lima menit. Jadi, 1.220 ml darah masuk ke kedua ginjal setiap bikarbonat; 67%-80% ion natrium dan klorida; dan 67%-80%
menitnya dengan filtrasi glomerular pada pria adalah 125 mL/ air.
menit. Jadi 180 L filtrasi glomerular dibentuk setiap hari dan Pompa natrium yang diperantarai oleh Na+, K+-ATPase
hanya 1,5-2,0 L diekskresikan sebagai urin. Oleh sebab itu - pada basolateral membran plasma sel tubulus proksimal
setiap hari paling sedikit 178 L filtrat glomerular diresorpsi memompa natrium ke interstisium ginjal. Pergerakan ion
oleh ginjal dan hanya sekitar 1% dari total filtrat glomerular natrium keluar dari sel pada membran basolateral
diekskresikan. menyebabkan natrium pada lumen tubulus meninggalkan
ultrafiltrat dan masuk ke sel melalui bagian apikal membran
Filtrasi pada Korpuskel sel. Seluruh perpindahan natrium terjadi dengan cara ini dari
Renalis ultrafiltrat ke jaringan ikat pada ginjal. Untuk
mempertahankan muatan elektrik tetap netral, ion klorida
secara pasif masuk mengikuti natrium. Selanjutnya untuk
Komponen cairan dalam darah akan melewati barier
mempertahankan keseimbangan osmotik, air secara pasif
filtrasi untuk menjadi ultrafiltrat.
masuk mengikuti natrium (dengan cara osmosis).
Sebagai tambahan terdapat pompa yang membutuhkan
Darah masuk ke glomerulus melalui arteriol glomerular energi, yang terletak di apikal plasmalema sel tubulus
aferen, bertemu dengan tekanan yang berbeda, dimana tekanan proksimal, berperan sebagai kotranspor asam amino dan
darah intrakapilar lebih besar dari tekanan cairan ruang glukosa dengan natrium kedalam sel untuk dikeluarkan ke
Bowman, memaksa cairan dari kapilar masuk ke ruang interstisium ginjal. Protein, terbawa ke dalam sel dengan
tersebut. Faktor tambahan, tekanan osmotik koloid protein vesikel pinositotik, didegradasi oleh enzim hidrolitik di dalam
darah, melawan cairan yang masuk ke ruang Bowman, tapi endosom akhir.
efek akhirnya, yaitu kekuatan filtrasi, menjadi tinggi (25
mm Hg). Cairan yang masuk ke ruang Bowman disebut Setiap hari, sebanyak 140g glukosa, 430g natrium, 500g
ultrafiltrat (glomerular). klorida, 300g bikarbonat, 18g ion kalium, 54g protein dan
142L air dipertahankan oleh tubulus proksimal ginjal.
Terdapat tiga unsur sawar filtrasi (sel endotel, lamina
Tubulus proksimal juga mengeluarkan substansi tertentu
basalis, celah filtrasi atau diafragma), sehingga material selular
ke dalam lumen tubulus, yaitu hidrogen, amonia, fenol
dan makromolekul tidak dapat melewati glomerulus; sehingga,
merah, asam hipurat, asam urat, basa organik dan
ultrafiltrat sama dengan plasma (tanpa unsur makromolekul).
etilendiamintetraasetat dan juga obat-obatan seperti penisilin.
Molekul yang lebih besar dari 69.000Da (misalnya albumin)
ditahan oleh lamina basalis. Selain berat molekul, bentuk dan
muatan molekul serta fungsi sawar filtrasi, semua Ansa Henle dan Sistem Pengganda
mempengaruhi kemampuan molekul melewati sawar filtrasi. Berlawanan Arah
Karena sawar filtrasi bermuatan negatif, makromolekul yang
bermuatan negatif kurang mampu melewati sawar Segmen ansa Henle yang panjang pada nefron jukstamedular
dibandingkan dengan makromolekul yang bermuatan positif bertanggung jawab dalam menjaga sistem pengganda
atau netral. berlawanan arah (countercurrent multiplier system).
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 456

456 䡲 䡲 䡲 Bab 19 䡲 Sistem Urinarius

Osmolaritas ultrafiltrat glomerular sama dengan darah. dari lingkungan mikro sekitrnya. Ansa Henle segmen tipis pars
Osrnolaritas ini tidak diubah oleh tubulus proksimal karena asenden relatif tidak permeabel terhadap air, tapi garam dapat
air meninggalkan lumen sebagai respon atas pergerakan ion. masuk dan keluar tubulus tergantung dari kondisi interstisium.
Bagaimanapun, tekanan osmotik urin berbeda dengan darah. Sangat penting untuk dipahami bahwa pada titik ini, urea
Perbedaan tekanan osmotik dibentuk oleh bagian lain dari memasuki lumen ansa Henle segmen tipis.
tubulus uriniferus. Osmolaritas dan volume urin bervariasi, Ansa Henle segmen tebal pars asenden impermeabel
mengindikasikan bahwa ginjal dapat mengatur faktor ini. terhadap air, namun pompa klorida secara aktif
Gradien osmolaritas meningkat dari perbatasan memindahkan ion klorida dari lumen tubulus dan ion ini
kortikomedular ke bagian dalam medula, dipertahankan di masuk ke interstisium ginjal. Ion natrium mengikuti secara
interstisium medula ginjal. Ansa Henle nefron pasif (walaupun ada beberapa yang mengatakan terdapat
jukstamedular membantu tidak hanya membentuk gradien pompa natrium ) untuk mempertahankan muatan elektrik dalam
osmotik tapi juga mempertahankannya melalui sistem keadaan netral. Makin naik filtrat maka ion makin sedikit; oleh
pengganda berlawanan arah (countercurrent multiplier sebab itu jumlah garam yang berpindah ke interstisium
system) (Gambar 19-20). Sel pada ansa Henle segmen tipis menurun. Jadi, gradien konsentrasi garam terbentuk dimana
pars desenden sangat permeabel terhadap air dan garam. Oleh osmolaritas interstisial tertinggi berada di dalam medula, dan
sebab itu, pergerakan air bereaksi terhadap tekanan osmotik osmolaritas intersisial makin menurun ke arah korteks.

DIURRESIS ANTIDIURESIS
H2O
Cl– H2O Cl–

Na+ Na+
Cl– Cl–
Na+ Na+

300 300
50 300
75
Vena
arkuata

Korteks Korteks
300 300
Zona 100
Zona 100
luar medula luar medula
Na+ Na+
50 300
Cl– Cl–
H2O

200

400 500 400

200 600
400 600

Zona Zona
dalam medula dalam medula
H2O Na+ H2O
Na+

H2O Cl– Cl–


600

Urea
Urea Urea
H2O

Urea
50
Urea 1200
Urea 1200
700
A B

Gambar 19-20 Histofisiologi tubulus uriniferus. A, Diures is (pada kondisi tidak adanya antidiuretic hormone [ADH]). B, Antidiuresis (pada
kondisi ada ADH). Angka menunjukkan miliosmol per liter. Daerah yang dibingkai oleh garis tebal menunjukkan tubulus tidak permeabel
terhadap air. Adanya ADH, duktus koligens berubah menjadi penneabel dan meningkatkan konsentrasi dalam interstisium zona dalam medula.
Vasa rekta disederhanakan dalam gambar ini karena vasa rekta meliputi seluruh tubulus uriniferus (Gambar 19-1).
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 457

Bab 19 䡲 Sistem Urinarius ■ ■ ■ 457

Karena medula terdiri atas ansa Henle segmen tebal dan


tipis (pars asenden dan pars desenden) dan duktus koligens, TABEL 19-2 Efek Angiotengsin II
gradien osmolaritas yang terbentuk akan menyebar dan
berdampak sama pada seluruh tubulus (lihat Gambar 19-20). Fungsi Hasil
Oleh sebab itu, kita dapat menyimpulkan pergerakan ion
Sebagai vasodilator Meningkatkan tekanan darah
dan air dimulai sebagai ultrafiltrat yang isotonik dengan kuat
darah sewaktu meninggalkan tubulus proksimal pars rekta.
Saat ultrafiltrat berada pada ansa Henle segmen tipis pars Fasilitas sintesis dan Resorpsi natrium dan klorida
desenden, ultrafiltrat mulai kehilangan air (mengurangi penglepasan dari lumen tubulus
volume dan meningkatkan osmolaritas), bereaksi terhadap aldosteron kontorstus distal
gradien osmotik interstisium, sehingga filtrat intraluminal
Fasilitas penglepasan Resorpsi air dari lumen duktus
lebih kurang seimbang dengan jaringan ikat sekitarnya. ADH koligens
Cairan dengan osmolaritas tinggi ini naik ke ansa Henle
segmen tipis pars asenden, yang sebagian besar impenneabel Meningkatkan volume cairan di
Meningkatkan rasa haus jaringan
terhadap air tapi tidak terhadap garam. Sehingga volume Menghambat penglepasan Umpan balik negatif (inhibisi)
ultrafiltrat tidak berubah (artinya volume ultrafiltrat sama renin
saat meninggalkan dan masuk ansa Henle segmen tipis pars Fasilitas penglepasan Vasodilitasi arteriol aferen
asenden) tapi osmolaritas ultrafiltrat dalam tubulus prostaglandin glomerulus, sehingga
menyesuaikan dengan osmolaritas intertsisium. memelihara laju filtrasi
Cairan yang masuk ke ansa Henle segmen tebal pars glomerular
asenden melewati daerah yang tidak permeable terhadap air,
ADH, antidiuretic hormone
namun memiliki pompa klorida, yang mengeluarkan ion
klorida dari lumen, diikuti secara pasif (bisa juga aktif) oleh
ion natrium. Karena air tidak dapat meninggalkan lumen, ngan. Pada kapilar paru, ginjal dan organ lain di tubuh
cairan ultrafiltrat menjadi hipotonik namun volumenya tetap (namun tidak sebanyak di paru), angiotensin-converting
stabil saat berjalan ke atas dalam ansa Henle segmen tebal enzyme (ACE) mengubah angiotensin I menjadi
pars asenden menuju korteks. Ion klorida dan natrium yang angiotensin II, yakni hormon oktapeptida dengan berbagai
dibawa keluar dari lumen ansa Henle segmen tebal pars efek biologis (Tabel 19-2). Sebagai vasokonstriktor kuat,
asenden ke jaringan ikat bertanggung jawab dalam menjaga angiotensin II mengurangi diameter lumen pembuluh darah
kestabilan gradien konsentrasi dalam interstisial ginjal di sehingga menyebabkan konstriksi arteriol eferen glomerulus
zona luar medula. dan kemudian meningkatkan tekanan dalam glomerulus.
Peningkatan tekanan intraglomerular bersamaan dengan
Pemantauan Filtrat pada peningkatan volume aliran darah, mengakibatkan
Aparatus Jukstaglomerular peningkatan laju filtrasi glomerulus dari volume darah yang
lebih banyak. Angiotensin II juga mempengaruhi korteks
Saat sel makula densa mendeteksi konsentrasi natrium adrenal untuk mengeluarkan aldosteron, hormon yang
rendah dalam ultrafiltrat, sel jukstaglomerular mengeluarkan bekerja pada sel tubulus kontortus distal untuk meningkatkan
enzim renin yang mengubah angiotensinogen menjadi resorpsi ion natrium dan klorida.
angiotensin I.

Sel makula densa bertugas mengawasi volume dan KORELASI KLINIS


konsentrasi filtrat. Bila konsentrasi natrium di bawah Salah satu faktor yang ikut berperan menyebabkan
ambang batas, sel macula densa akan melakukan dua hal hipertensi kronik esensial adalah kadar angiotensin
berikut : II yang tinggi. Dulu diyakini bahwa tingginya kadar
䡲 Dilatasi arterial aferen glomerulus sehingga meningkatkan angiotensin II dalam darah disebabkan oleh
aliran darah ke glomerulus penglepasan renin berlebihan oleh sel-sel
䡲 Memerintahkan sel jukstaglomerular untuk mengeluarkan jukstaglomerular pada apparatus jukstaglomerular.
enzim renin ke dalam sirkulasi. Namun sekarang diketahui bahwa peningkatan
angiotensin-converting enzyme, bukan penglepasan
Enzim renin mengubah angiotensinogen yang dalam renin, yang bertanggung jawab langsung dalam
keadaan normal berada dalam aliran darah, menjadi meningkatkan konsentrasi angiotensin II.
angiotensin I dekapeptida yang bersifat vaskonstriktor ri-
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 458

458 䡲 䡲 䡲 Bab 19 䡲 Sistem Urinarius

Hilangnya Air dan Urea dari Filtrat pada


Duktus Koligen KORELASI KLINIS
Diabetes insipidus nefrogenik kongenital adalah
Antidiuretic hormone (vasopresin) menyebabkan kelainan terkait kromosom X (X-linked disorder) yang
air tertahan dan urin yang disekresikan bersifat secara klinis hanya dijumpai pada bayi laki-laki, meskipun
pekat. dapat juga dijumpai dalam beberapa derajat manifestasi
klinis pada bayi perempuan. Kondisi ini, pada laki-laki
Filtrat yang meninggalkan tubulus kontortus distal dan yang terkena, bermanifestasi dengan terbentuknya urin
masuk ke duktus koligen bersifat hipotonik. Saat duktus dalam jumlah banyak dan encer karena malformasi reseptor
koligen melewati medula untuk mencapai area kribrosa, V2. Gejala tambahan antara lain demam, muntah,
duktus ini mempunyai gradien osmotik yang sama dengan hipernatremia, dan dehidrasi ekstrim (berat sekali). Kadar
ansa Henle segmen pars asenden dan desenden. Bila ADH dalam darah dapat normal atau meningkat, namun,
hormon antidiuretik (ADH) tidak ada, sel duktus penyimpangan reseptor ADH tidak mampu mengaktivasi
koligen dan tubulus kontortus distal menjadi impermeabel protein Gs sehingga aquaporin tidak dimasukkan ke
terhadap air (lihat Gambar 19-20). Oleh sebab itu filtrat membran plasma luminal duktus koligen, sehingga tidak
atau urin tidak dimodifikasi pada duktus koligen dan urin mampu memekatkan urin.
tetap encer (hipotonik).
Dibawah pengaruh (ADH), sel duktus koligen (dan
tubulus kontortus distal pada hewan selain manusia dan
Vasa Rekta dan Sistem Pertukaran Berlawanan
monyet), menjadi lebih permeabel terhadap air dan urea. Arah
Saat filtrat dalam duktus koligen turun menuju medula
dan akan berhadapan dengan perbedaan tekanan osmotik Lumen cabang arterial dari vasa rekta mempunyai diameter
yang diatur oleh ansa Henle (hairpinlike loops) dan vasa lebih kecil daripada cabang vena; kedua cabang ini permeabel
rekta, dan air meninggalkan lumen duktus koligen untuk terhadap elektrolit dan air.
memasuki interstisium. Jadi dengan adanya ADH, urin
menjadi lebih terkonsentrasi dan hipertonik. Vasa rekta membantu mempertahankan gradien osmotik pada
Sebagai tambahan, konsentrasi urea menjadi sangat medula karena cabang arteri dan vena sangat permeabel
meningkat dalam lumen duktus koligen dan dengan terhadap air dan garam (Gambar 19-21). Selain itu, seperti
adanya ADH, urea secara pasif masuk ke interstisium disebutkan sebelumnya, diameter lumen cabang arteri lebih
medula bagian dalam. Jadi gradien konsentrasi kecil daripada vena. Oleh sebab itu, saat darah turun pada
interstisium ginjal pada medula bagian dalam lebih cabang arteri, darah kehilangan air dan menambah garam, dan
disebabkan oleh adanya urea daripada natrium dan saat kembali melalui cabang vena, darah kehilangan garam
klorida. dan menambah air, sistem ini bekerja sebagai sistem
Kerja ADH dipercaya tergantung kepada reseptor V2 pertukaran berlawananan arah.
yang terletak pada basolateral membran plasma sel Mekanisme ini memastikan bahwa sistem gradien osmotik
prinsipal duktus koligen. Ketika ADH berikatan dengan tidak terganggu karena osmolaritas pada pembuluh darah
reseptor V2, maka akan terjadi hal berikut: kurang lebih seirnbang dengan interstisium. Bagaimanapun
䡲 Protein GS akan diaktivasi jumlah garam dan cairan yang dibawa oleh cabang arteri lebih
䡲 Adenilat siklase akan menghasilkan cyclic adenosine rendah daripada yang dibawa oleh vena. Sistem perubahan ini
monophosphate (cAMP). menyebabkan garam dan air diresorpsi (kembali ke tubuh)
䡲 Kanal aquaporin-2 (AQP2) akan masuk ke membran karena gradien konsentrasi pada medula ginjal.
plasma luminal (tabel 19-3) Struktur dan fungsi berbagai bagian dari tubulus uriniferus
䡲 Air dari lumen duktus koligen masuk ke dalam sel terangkurn pada Tabel 19-4.
䡲 Air meninggalkan sel melalui kanal aquaporin 3 (AQP
3) dan aquaporin 4 (AQP 4) (selalu ada pada BAGIAN EKSKRESI
basolateral membran sel) untuk masuk ke interstisium Bagian ekskretori sistem urinarius terdiri atas kaliks mayor dan
ginjal. minor, pelvis ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra.
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 459

Bab 19 䡲 Sistem Urinarius ■ ■ ■ 459

TABEL 19-3 Struktur dan Fungsi Tubulus Uriniferus

Struktur Fungsi Utama Keterangan

Korpuskel ginjal: epitel Filtrasi Sawar filtrasi: sel-sel endotel, gabungan membran
gepeng selapis, basal, celah filtrasi
gabungan membran
basal basal, podosit

Tubulus proksimal: Resorpsi 67-80% air, natrium, dan Pompa natrium pada membran basolateral;
epitel kuboid selapis klorida (mengurangi volume cairan cairan ultrafiltrat isotonik terhadap darah
ultrafiltrat); resorpsi 100% protein,
asam amino, glukosa, dan bikarbonat

Ansa Henle segmen tipis Permeabel (secara keseluruhan) terhadap Cairan ultrafiltrat menjadi hipertonik terhadap
pars desendens: epitel air dan garam (mengurangi volume darah; urea masuk ke dalam lumen tubulus
gepeng selapis cairan ultrafiltrat)

Ansa Henle segmen tebal Tidak permeabel terhadap air; permeabel Cairan ultrafiltrat menjadi hipertonik terhadap
pars asendens: epitel terhadap garam; natrium dan klorida darah; urea meninggalkan interstisium ginjal
gepeng selapis meninggalkan tubulus masuk ke masuk ke dalam lumen tubulus
interstisium ginjal
Ansa Henle segmen tebal Tidak permeabel terhadap air; Cairan ultrafiltrat menjadi hipotonik; pompa klorida
pars asendens: epitel klorida dan natrium meninggalkan pada membran sel basolateral
kuboid selapis lumen masuk ke interstisium ginjal bertanggungjawab menjaga gradein osmotik
pada interstisium zona luar medula

Makula densa: epitel Memonitor kadar natrium dan volume Kontak (bersentuhan) dan berkomunikasi dengan
silindris selapis cairan ultrafiltrat dalam lumen tubulus distal sel-sel jukstaglomerular

Sel-sel Jukstaglomerular: Sintesis dan melepaskan renin ke Renin menginisiasi reaksi yang berujung pada
Modifikasi sel- dalam sirkulasi darah formasi Angiotengsin II (lihat Tabel 19-2)
sel otot polos

Tubulus kontortus distal: Dipengaruhi oleh aldosteron (sebagai Ultrafiltrat menjadi semakin hipotonik
epitel kuboid respon terhadap aldoseron) terjadi (dengan adanya aldosteron); pompa natrium
selapis resorpsi natrium dan klorida dari pada membran basolateral; Kalium disekresi
lumen ke dalam lumen

Duktus koligens: epitel Dalam kondisi ada ADH, air dan Urin menjadi hipertonik dalam kondisi ada ADH;
kubid selapis urea meninggalkan lumen masuk urea dalam jaringan interstisium
ke jaringan interstisium bertanggungjawab terhadap gradien konsentrasi
dalam interstrisium zona dalam medula

ADH, antidiuretic hormone.

Kaliks kaliks minor dilapisi oleh epitel transisional yang berfungsi


sebagai sawar untuk memisahkan min dengan jaringan ikat
interstisial di bawahnya. Bagian dalam lamina propria
Setiap kaliks minor menerima urin dari papila renalis piramid
ginjal; sebanyak empat kaliks minor menghantarkan urin ke
merupakan lapisan otot tipis yang disusun oleh otot polos.
sebuah kaliks mayor.
Lapisan otot ini mendorong urin masuk ke sebuah kaliks
mayor (dari tiga sampai empat kaliks mayor yang ada),
ruangan seperti corong yang lebih besar, setiap kaliks mayor
Papila renalis dari setiap piramid ginjal bertemu dengan sebuah menerima urin dari dua sampai empat kaliks minor. Kaliks
kaliks minor, ruangan berbentuk corong yang menerima urin mayor mempunyai struktur yang sama dengan kaliks minor
yang keluar dari duktus papilaris Bellini pada area kribrosa juga dengan bagian proksimal ureter yang melebar yang
(Gambar 19-1). Bagian apeks piramid yang masuk ke dalam disebut pelvis ginjal. Dinding bagian ekskresi menebal mulai
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 460

460 䡲 䡲 䡲 Bab 19 䡲 Sistem Urinarius

TABEL 19-4 Macam-macam Aquaporin dan lokasinya pada Tubulus Uriniferus

Aquaporin Lokasi Fungsi


Aquaporin-1 (AQP-1) Tubulus proksimal dan ansa Henle Segmen-segmen ini selalu permeabel terhadap air
segmen tipis pars desendens

Aquaporin-2 (AQP-2) Dalam kondisi ada ADH, terdapat Dalam kondisi ada ADH, kanal AQP-2 masuk
di permukaan lumen sel Prinsipal ke dalam membran lumen sel Prinsipal dan
duktus koligens air dapat melintasi sel masuk ke interstisium
ginjal

Aquaporin-3 dan Selaluada di membran basolateral Membran basolateral sel Prinsipal duktus koligens
Aquaporin-4 sel Prinsipal duktus koligens selalu permabel terhadap air
(AQP-3 dan AQP-4)

Setiap ureter berdiameter sekitar 3-4 mm, panjang 25-30


300 cm dan masuk menembus dasar vesika urinaria. Ureter
300 350 merupakan tabung berongga yang terdiri atas:
Korteks 䡲 Mukosa yang melapisi lumen
䡲 Dinding muskular (muskularis)
Medulla 350 Cl–
Cl– 450 䡲 Jaringan ikat fibrosa penutup
Na+
Na+ 400 Mukosa ureter memperlihatkan beberapa lipatan, yang
400 H2O
menonjol ke lumen saat ureter kosong namun hilang saat
H2O
ureter teregang. Lapisan epitel transisional dengan
ketebalan tiga sampai lima lapis berada diatas lapisan
Arteriol Venul jaringan ikat fibroelastik dengan susunan tidak teratur,
rekta rekta yang membentuk lamina propria. Seperti biasanya,
epitel dipisahkan dari lamina propria oleh lamina basalis.
700 900 Lapisan muskularis ureter disusun oleh dua lapisan
Cl–
Cl– sel otot polos. Susunan lapisannya berlawanan dengan
yang ada pada saluran pencernaan yaitu lapisan luar
Na+ Na+
tersusun sirkular dan lapisan dalam longitudinal. Susunan
800 800
H2O H2O
ini tampak pada duapertiga ureter, sedangkan pada
sepertiga bawah, dekat dengan vesika urinaria, terdiri dari
tiga lapis otot, tambahan satu lapis otot di bagian luar
1200 1200 yang tersusun longitudinal. Jadi serabut otot pada
1200 sepertiga bawah ureter adalah luar longitudinal, tengah
sirkular dan dalam longitudinal. Namun harus
dipahami bahwa, sama seperti padasaluran pencernaan,
lapisan otot ini tersusun spiral dimana puncak spiral
Gambar 19-21 Histofisiologi vasa rekta. Angka menunjukkan
miliosmol perliter. Diameter arteriol rekta lebih kecil daripada venul
bervariasi dari pendek sampai panjang sehingga
rekta. memberikan gambaran sirkular dan longitudinal.
Lapisan fibrosa pada bagian luar dari ureter
dari kaliks minor sampai vesika urinaria. seperti lapisan fibrosa pada umumnya. Pada bagian
proksimal dan distal, menyatu dengan kapsula ginjal dan
Ureter jaringan ikat dinding vesika minaria. Berlawanan dengan
yang diharapkan, urin tidak melewati ureter karena
gerakan gravitasi; namun, kontraksi otot dinding ureter
Ureter menghantarkan urin dari ginjal ke vesika urinaria. menghasilkan gerakan peristaltik yang membawa urin ke
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 461

Bab 19 䡲 Sistem Urinarius ■ ■ ■ 461

vesika urinaria. Saat ureter menernbus sisi posterior dasar Plak tersebut impermeabel terhadap air dan garam;
vesika, terdapat lembaran mukosa seperti katup yang sehingga sel ini berfungsi sebagai sawar osmotik antara
berada pada tiap muara ureter sehingga mencegah urin dan lamina propria yang berada di bawahnya. Sel
regurgitasi urin dari vesika urinaria kembali ke ureter. pada bagian permukaan sel epitel transisional terikat oleh
desmosom dan taut kedap (tight junction) yang juga
Vesika Urinaria berfungsi sebagai sawar osmotik untuk mencegah
lewatnya air antar sel.

Vesika Urinaria menampung urin sampai urin siap Vesika urinaria berbentuk segitiga, pada tiap bagian
untuk di keluarkan. apeksnya terdapat muara kedua ureter dan uretra yang
dikenal sebagai trigonum. Mukosa trigonum selalu
halus dan tidak pernah melipat. Asal embriologik
Vesika urinaria merupakan organ penting untuk trigonum berbeda dengan bagian lain vesika urinaria.
menampung urin sampai tekanannya cukup untuk
menginduksi keinginan miksi. Mukosa vesika urinaria Lamina propria vesika minaria terdiri dari dua lapis;
berperan sebagai sawar osmotik antara urin dengan lamina bagian paling luar, terdiri dari jaringan ikat padat,
propria (Gambar 19-22 dan 19-23). Mukosa vesika urinaria kolagen, dengan susunan tidak teratur dan bagian dalam
tersusun beberapa lipatan, yang menghilang saat vesika yaitu jaringan ikat yang lebih longgar, tersusun atas
urinaria teregang karena terisi urin. Selama teregang, sel serat kolagen dan elastin. Lamina propria tidak
bundar berbentuk kubah berukuran besar, yang terdapat mempunyai kelenjar kecuali pada bagian sekitar
pada permukaan epitel transisional mejadi teregang dan orifisium uretra, terdapat kelenjar mukus. Biasanya
morfologinya berubah menjadi pipih. kelenjar ini hanya terdapat pada lapisan luar lamina
Bagian yang memberikan ciri unik pada sel epitel propria. Kelenjar ini mensekresikan cairan bening yang
transisional adalah plasmalema, yang te rdiri dari kental untuk melubrikasi orifisium uretra.
gabungan daerah menebal, khusus, dan kaku, yakni plak,
diselingi oleh membran sel normal, bagian interplak. Saat
vesika kosong, bagian plak melipat menjadi kontur yang
angular dan iregular, yang menghilang saat sel teregang.
Bagian plak yang kaku ini, bermuara ke filamen
intrasitoplasmik, menyerupai gap junction tapi hanya pada
bagian permukaan.

CT
E LP

Gambar 19-22 Gambaran histologi mikroskop cahya pada Gambar 19-23 Gambaran mikroskop cahaya epital transisiolnal
pembesaran lemah vesika urinaria monyet (x58). Amati epitel (E), vesika urinaria monyet (x540) Amati sel yang sangat besar, berbentuk
jaringan ikat subepitel (CT), dan lapisan muskular (M) vesika urinaria. seperti kubah membatasi lumen. Lamina propria (LP).
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 462

462 䡲 䡲 䡲 Chapter 19 䡲 Urinary System

Dinding muskular vesika urina1ia tersusun oleh tiga lapis bertingkat. Mukosa tersusun dalam lipatan memanjang
otot polos yang dapat dipisahkan hanya pada bagian leher karena adanya lamina propria fibroelastik. Sepanjang
vesika urinaiia. Lapisan dalam tersusun longitudinal dan uretra terdapat kelenjar Littre yang mensekresikan
tipis, lapisan tengah tersusun sirkular dan tebal, lapisan mukus jernih.
paling luar longitudinal dan tipis. Lapisan tengah sirkular Lapisan erektil yang tipis dan mengandung pembuluh
membentuk otot sfingter interna di sekitar orifisium uretra darah mengelililingi mukosa, membentuk korpuskel
interna. spongiosum laki-laki. Lapisan muskular uretra
Lapisan adventisia vesika urinaria tersusun atas jaringan merupakan kelanjutan dari otot polos vesika urinaria,
ikat padat, kolagen, dengan susunan tidak teratur yang namun hanya terdiri atas dua lapis, yaitu lapis
mengandung sejumlah serat elastin. Padabagian tertentu longitudinal interna (di sebelah dalam) dan sirkular
adventisia, dilapisi oleh serosa, sisi yang mengarah ke eksterna (di sebelah luar). Di tempat uretra menembus
peritoneum, sedangkan pada bagian lain diselimuti lemak perineum (diafragma urogenital), sfinkter otot skelet ada
disekelilingnya dan memungkinkan kontrol miksi secara
Uretra voluntar.

Uretra menyalurkan urin dari vesika urinaria ke luar tubuh Uretra Pria
Uretra pria panjangnya 15-20 cm, memiliki tiga bagian
Vesika urinaria mengosongkan isinya melalui struktur yang diberi nama sesuai dengan struktur yang dilaluinya,
tubular tunggal, uretra, yang langsung berhubungan dengan yaitu:
dunia luar, mengeluarkan urin dari tubuh. Di tempat uretra
menembus perineum, serat otot rangka membentuk otot
䡲 Uretra pars prostatika, panjangnya 3-4 cm,
seluruhnya berada dalam kelenjar prostat. Dilapisi oleh
sfingter eksterna (external sphincter muscle) yang
epitel transisional dan menampung banyak duktus
mengelilingi uretra. Otot ini memungkinkan kontrol secara
kecil dari prostat, utrikulus prostatika (rudimenter,
sadar (voluntary) terhadap proses berkemih. Uretra laki-laki
homolog dengan uterus) dan sepasang duktus
lebih panjang daripada uretra perempuan dan memiliki fungsi
ejakulatorius.
ganda, sebagai jalur pengeluaran semen dan pengeluaran urin.
䡲 Utera pars membranasea, panjangnya hanya 1-2
cm. Namanya demikian karena bagian ini melewati
membran perianal (diafragma urogenital). Bagian ini
KORELASI KLINIS dilapisi leh epitel silindris berlapis dan diselingi oleh
Hilangnya kemampuan mengontrol secara sadar epitel silindris bertingkat.
(voluntary) otot sfingter uretra eksterna akan 䡲 Uretra pars spongiosa (uretra penil), bagian
menyebabkan inkontinensia uretra, kondisi ini palingpanjang dari uretra (15 cm), terdapat di
terutama banyak dialami wanita lansia. sepanjang penis, berakhir pada ujung glans penis
sebagai orifisium uretra ekstema. Segmen ini
dinamakan demikian karena berlokasi di korpus
spongiosum. Dilapisi oleh epitel kolumnar berlapis,
Uretra Perempuan diselingi dengan epitel kolumnar berlapis semu dan
Uretra wanita panjangnya sekitar 4-5 cm dengan diameter 5-6 berlapis gepeng tidak berkeratin. Bagian terminal uretra
mm. berjalan dari kandung kemih (vesika urinaria) sampai ke yang meluas pada glans penis (fosa navikularis)
minsium uretra eksterna tepat di atas anterior liang vagina. dilapisi oleh epitel gepeng berlapis tidak berkeratin.
Normalnya, lumen uretra ini kolaps kecuali saat berkemih.
Mukosanya dilapisi oleh epitel transisional pada bagian dekat Lamina propria pada tiga bagian ini tersusun atas
kandung kemih dan sisanya sampai menuju dunia luar dilapisi jaringan ikat longgar fibroelastin yang kaya akan
oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan keratin. Epitel ini vaskularisasi. Terdapat banyak kelenjar Littre yang
diselingi oleh bagian yang dilapisi oleh epitel slindris mensekresi mukus untuk lubrikasi epitel uretra.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 463

20 䡲 䡲 䡲

Sistem Reproduksi
Perempuan

Sistem reproduksi perempuan terdiri atas organ reproduksi 1,5 hingga 2 cm, dan tebal 1 cm, masing-masing dengan
internal (sepasang ovarium dan saluran telur, uterus/rahim, berat sekitar 14 g. Ovarium tergantung dalam ligamentum
dan vagina; Gambar 20-1), dan genitalia eksterna (klitoris, latum uterus melalui penggantung yang disebut
labia mayora, dan labia minora). Walaupun kelenjar mamma mesovarium, suatu lipatan khusus peritoneum yang berisi
tidak dianggap bagian dari sistem reproduksi perempuan, pembuluh darah yang menuju ke ovarium (lihat Gambar
fisiologi dan fungsinya sangat erat hubungannya dengan 20-1).
sistem reproduksi sehingga akan didiskusikan juga dalam Epitel permukaan yang meliputi ovarium, disebut epitel
bab ini. germinal, merupakan modifikasi peritoneum. Epitel kuboid
Organ reproduktif berkembang tidak sempurna dan rendah ini, berasal dari epitel mesotel yang meliputi
menetap dalam keadaan rehat hingga hormon ovarium yang sedang berkembang, dahulu diduga
gonadotropin yang disekresi oleh kelenjar pituitari/ menghasilkan sel benih; walaupun sekarang diketahui tidak
hipofisis memberi sinyal dimulainya pubertas. Mulai saat benar, namanya tetap dipakai. Tepat di bawah epitel ini
itu, banyak perubahan terjadi pada sistem reproduksi, terdapat tunika albuginea, suatu kapsula jaringan ikat
termasuk diferensiasi organ reproduksi, yang memuncak kolagen padat tak beraturan, dengan sedikit pembuluh
dengan menarke, haid pertama kali, yang terjadi antara darah, yang serat kolagennya tersusun lebih kurang sejajar
usia 9 hingga 15 tahun, dengan rerata 12,7 tahun. Setelah permukaan ovarium. Setiap ovarium terbagi dalam korteks
aliran darah haid pertama, siklus menstruasi, yang yang amat selular dan medula, yang terdiri terutama atas
melibatkan banyak perubahan hormonal, histologi, dan jaringan ikat longgar yang banyak pembuluh darah.
psikologi, yang berulang setiap bulan (sekitar 28 hari) Pembuluh darah medula berasal dari arteri ovarium. Secara
sepanjang masa reproduksi, kecuali apabila terjadi histologi, perbatasan antara korteks dan medula tidak jelas.
kehamilan. Saat seorang perempuan mendekati akhir masa
reproduksinya, siklus menstruasinya menjadi makin kurang
teratur bersama dengan perubahan sinyal hormonal dan Korteks Ovarium
neurologik, memulai menopause. Kemudian siklus
menstruasi berhenti; setelah menopause, involusi organ Korteks ovarium terdiri atas stroma jaringan ikat yang
reproduksi terjadi. Jadi, sistem reproduksi perempuan diatur ditempati oleh folikel ovarium dalam berbagai tahapan
oleh suatu kerja sama yang kompleks antara faktor-faktor perkembangan.
hormonal, neurologik, dan psikologik.
Korteks ovarium terdiri atas kerangka jaringan ikat, stroma
OVARIUM (dikenal juga sebagai kompartemen interstisial),
ditempati oleh sel stroma yang mirip fibroblas (dikenal
Ovarium dilapisi oleh epitel germinal, terbagi secara juga sebagai sel interstisial) di samping juga folikel
tidak tegas menjadi bagian korteks dan medula. ovarium dalam berbagai tahapan perkembangan (Gambar
20-2A).
Pasangan ovarium, terletak dalam panggul, merupakan Sel benih primordial, disebut oogonia, berkembang
bangunan berbentuk almond berukuran panjang 3 cm, lebar dalam lapisan endodermal kandung kunir (yolk sac) tak
463
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 464

464 䡲 䡲 䡲 Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan

Tuba uterina Ismus tuba uterina

Ovarium Bagian intramural


tuba uterian
Endometrium

Miometrium

Adventisia
Ligamen
bundar/
rotundum

Ligamrn
lebar/latum
Infundibulum
Fimbria
Ovarium

Mesovarium
Ligamen ovarium

Uterus
Kandung kemih
Serviks
Vagina

Gambar 20-1 Traktus reproduksi perempuan. Ovarium dibelah untuk menunjukkan folikel dalam perkembangan. Uterus dan tuba Fallopi dibelah
untuk menunjukkan lumen masing-masing.

lama setelah bulan pertama kehamilan. Oogonia mengalami akan terjadi setiap 28 hari sehingga selama 30 hingga 40
beberapa pembelahan mitosis dan, selama minggu ke-6 tahun (periode reproduksi), dengan dilepasnya satu oosit
setelah fertilisasi, bermigrasi ke rigi germinal untuk setiap bulan, maka akan dilepas sejumlah 450 oosit. Sisa
menempati korteks ovarium yang sedang dalam folikel akan berdegenerasi dan mati selama kurun waktu
perkemebangan. Di tempat tersebut oogonia mengalami yang sama.
pembelahan mitosis hingga mendekati bulan kehidupan
fetus ke-5. Saat ini setiap ovarium mengandung sekitar 5 Perkembangan Seksual Fenotopik
hingga 7 juta oogonia. Sekitar 1 juta oogonia kemudian
dikitari sel folikel dan bertahan hingga saat dilahirkan. Sisa Selama Embriogenesis
oogonia tidak akan tertanam dalam folikel. Melainkan akan
mengalami atresia;yaitu akan berdegenerasi dan mati. Perempuan ialah perkembangan fenotopik yang 'baku'
Oogonia yang bertahan memasuki tahap profase
meiosis I dan akan dikenali sebagai oosit primer Semasa permulaan embriogenesis, tanpa adanya testosteron
(Gambar 20-3). Meiosis akan dihentikan pada tahap dan hormon anti mullerian, perkembangan fenotipik ialah
diploten oleh faktor parakrin seperti subtansi pencegah ke arah perempuan. Tiadanya testosteron mengakibatkan
meiosis, yang diproduksi oleh sel-sel folikular. Oosit tidak berkembangnya duktus Wolffii, yaitu prekursor
primer menetap dalam fase tersebut sampai tepat sebelum saluran genital lelaki, dan ketiadaan hormon anti mullerian
ovulasi, mereka akaan dipicu, sebagai respons terhadap memungkinkan perkembangan duktus mulleri, yang
lonjakan hormon pelutein (luteinizing hormone/LH) merupakan prekursor saluran genital perempuan.
dan subtansi penginduksi meiosis untuk melengkapi
pembelahan mitosis pertamanya, dan membentuk oosit
sekunder dan badan polar pertama. Korteks Ovarium Saat
Di antara 1 juta oorgonia yang selamat dan kemudian Mulainya Pubertas
terbungkus dalam folikel primordial, 600.000 menjadi
atretik selama sekitar 10 tahun kehidupan, dan saat Penglepasan secara berkala (pulsatile) hormon
menarke seorang perempuan muda hanya mempunyai penglepas-gonadotropin mempunyai peran besar bagi
300.000 hingga 400.000 folikel. Umumnya, ovulasi mulainya pubertas.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 465

Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan ■ ■ ■ 465

Folikel primordial
Folikel Sel folikular
Folikel primer primordial Oosit

Folikel primer Folikel Lamin basal


multilaminar primer
Sel-sel folikular

Korpus
albikans Folikel
Folikel sekunder primer Teka folikuli
multilaminar Zona pellucida
Sel-sel folikular
Korpus
luteurn:
Teka folikuli
Lutein Sel-sel granulosa
teka Zona pelusida
Lutein Folikel
sekunder Membran basal
Granulosa

Teka eksterna
Folikel Teka interna
Graaf Membran
granulosa
Korona radiata
Folikel Graaf
Antrum
Oosit dalam
Kumulus
ooforus
Zona
pelusida
A Oosit yang
dilepas B
korona radiata

Gambar 20-2 Struktur ovarium (A) dan perkembangan folikel (B). Perhatikan korpus luteum dan korpus albikans. Semua tahapan perkembangan folikel, dari
tahap folikel primordial hingga folikel Graaf, tersaji di sini.

Sebelum pubertas dimulai, semua folikel pada korteks jang kehidupan reproduksi perempuan. Penglepasan pulsatil
ovarium ada dalam tahap primordial. Hormon LHRH menyebabkan penglepasan yang sama, secara
dekapeptida, hormon penglepas hormon pelutein pulsatil gonadotropin [hormon perangsang folikel
(luteinizing hormon-releasing hormo/LHRH), yang (follicle-stimulating hormon/FSH), dan LH] dari
juga dikenal sebagai hormon penglepas gonadotropin basofil hipofisis anterior yang memuncak dengan
(GnRH), diproduksi sebagai neurosekret oleh neuron dimulainya perkembangan folikel dan dimulainya siklus
daerah nukleus arkuata dan preoptik hipotalamus, ovulatari. Siklus ovulatari, perkembangan folikel, dan
memegang peran yang besar dalam memulai pubertas. interelasi hormonal akan dijelaskan sesudah ini.
Menarik bahwa penglepasan LHRH bersifat pulsatil atau
berkala, terjadi setiap 90 menit, dan masa paruh-waktunya Folikel Ovarium
dalam sirkulasi dan hanya sekitar 2 hingga 4 menit.
Penglepasan LHRH secara pulsatil, tidak hanya sebagai
pengdahulu mulainya menarke akan tetapi juga untuk Folikel ovarium berkembang melalui empat tahap
mempertahankan siklus ovulasi dan menstruasi/haid sepan- perkembangan : primordial, primer, sekunder, dan Graaf.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 466

466 䡲 䡲 䡲 Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan

P
Folikel Primordial

Folikel primordial, terdiri atas selapis sel folikel gepeng


yang meliputi sebuah oosit primer, dipisahkan dari
stroma ovarium oleh suatu membran basal.
St
Folikel primordial, folikel yang paling primitif, jumlahnya
amat banyak sebelum dilahirkan kemudian akan berkurang
jumlahnya. Folikel primordial terdiri atas sebuah oosit
GE
primer diliputi oleh selapis sel folikel gepeng (Gambar
P
20-4; lihat juga Gambar 20-3).
Oosit primer (berhenti pada tahap profase meiosis I)
merupakan sel bulat dengan diameter 25 µm. Mempunyai
sebuah inti besar yang asentris mengandung sebuah
nukleolus. Nukleoplasmanya tampak vesikular oleh karena
kromosomnya tidak mengalir (uncoiled). Organelnya terdiri
atas banyak mitokondria, kompleks Golgi yang berkembang
baik, retikulum endoplasma kasar (RER) yang menunjukkan
beberapa ribosom, dan sesekali lamela berbentuk cincin . Sel
folikel gepeng meliputi seluruh oosit primer dan saling
Gambar 20-3 Mikrograf cahaya korteks ovarium mendemonstrasikan berikatan melaui desmosom. Dipisahkan dari stroma
terutama folikel primordial (p), yang merupakan oosit primer dikelilingi jaringan ikat oleh lamina basal.
oleh sel-sel folikel (x270). Epitel germinal (GE) dan stroma ovarium (St)
korteks juga terlihat pada mikrograf ini.
Folikel Primer

Terdapat dua tipe folikular primer, unilaminar dan


Folikel ovarium dikelilingi jaringan stroma dan terdiri atas multilaminar, bergantung pada jumlah lapisan sel-sel folikel
oosit primer yang dikelilingi sel-sel folikel (sel granula) yang tersusun di sekitar oosit primer.
yang tersusun dalam satu lapisan atau beberapa lapisan
konsentris disekitar oosit primer tersebut. Sel folikel, sama
seperti epitel germinal, berasal epitel mesotel dan Folikel primordial berkembang menjadi folikel primer (lihat
kemungkinan juga dari sumber lain, yaitu dari korda seks Gambar 20-3) dapat dibedakan oleh karena perubahan pada
primitif mesonefros, prekursor metaneferos, struktur yang oosit primernya, sel-sel folikel, dan jaringan stroma di
akan berkembang menjadi ginjal permanen. Terdapat dua sekitarnya.
tahap perkembangan folikular berdasarkan pertumbuhan Oosit primer tumbuh hingga berdiameter sekitar 100
folikel; pentahapannya juga dikategoti berdasar hingga 150 µm dengan sebuah inti besar (kadang disebut
perkembangan oosit dan sel-sel folikel (Tabel 20-2; lihat sebagai vesikel germinal). Sejumlah kompleks golgi
juga Gambar 2-2B tersebar di dalam sel, RER semakin banyak ribosomnya,
ribosom bebas menjadi banyak, dan mitokondria ditemukan
䡲 Folikel yang tidak bertumbuh, atau folikel primordial, banyak tersebar disekujur sel.
䡲 Folikel dalam pertumbuhan Sel-sel folikel bentuknya menjadi kuboid. Selama
䡲 Folikel dalam unilaminar dan multilaminar hanya satu lapis sel folikel yang mengitari oosit, folikelnya
䡲 Folikel sekunder (antral) disebut, folikel primer unilaminar. Saat sel-sel folikel
䡲Folikel Graff (matur) berpoliferisasi dan menjadi berlapis, membentuk beberapa
lapis sel sekitar oosit primer, folikel disebut folikel primer
Perkembangan folikel primer tidak tergantung pada multilaminar, dan sel folikel kemudian akan disebut
FSH; diferensiasi dan proliferisasi sel-sel folikel ovarium. sebagai sel-sel granulosa. Aktivitas proliferatif sel-sel
Nmaun, folikel sekunder dan folikel-folikel yang lebih granulosa disebabkan oleh molekul pemberi sinyal aktivin
lanjut, perkembangannya di bawah pengaruh FSH. yang diproduksi oleh oosit primer.
Perkembangan folikel biasanya memuncak dengan Pada tahap ini, suatu subtansi amorf (zona
dilepaskannya sebuah oosit (ovulasi). pelusida) timbul, memisahkan oosit dari sel-sel folikel
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 467

TABEL 20-1 Tahapan Perkembangan Folikel Ovarium

Tergantung Sel Folikel


-FSH Oosit Zona atau Sel Likuor Teka Teka
Tahap pelusida Granulosa Folikul Interna Eksterna
Folikel Tidak Primer Tak ada Satu lapis sel Tak ada Tak ada Tak ada
primordial gepeng
Folikel Tidak Primer Ada Satu lapis sel Tak ada Tak ada Tak ada
primer gepeng
unilamniar
Primer Ada; plasmalema Ada Ada
Folikel Tidak Beberapa
oosit primer Tak ada
primer lapisan sel
membentuk taut
multilaminar folikel
celah disebut sel
dengan filopedia (sekarang
sel korona granulosa)
radiata

Folikel Ya Primer Ada dngan Ruang-ruang Terkiumpul di Ada Ada


sekunder neksus (gap terbentuk ruang-raung
junction) antara sel antara sel-sel
granulosa granulosa

Folikel Primer, Ada dengan Membentuk Memenuhi Ada Ada


Ya,hingga
Graaf dikelilingi neksus membrana antrum
menjadi
folikel kororna radiata granula dan
dominan di kumulus kumulus
ooforus ooforus

FSH, Follicle-stimulating hormone.

Gambar 20-4 Mikrograf elektron


suatu folikel primordial ovarium pada
ovarium tikus (x 6.200). Perhatikan
oosit dikelilingi sel-sel folikel. (dari
Leardkamolkarn V, Abrahamson DR:
Imunonoelectron microscopic
localization of lamina in rat ovarian
follicles. Anat Rec 233: 4152, 1992.)
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 468

468 䡲 䡲 䡲 BAB 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan

yang mengitarinya. Zonula pelusida terdiri atas tiga jenis


glikoprotein, ZP1, ZP2, ZP3, disekresi oleh oosit. Filopodia
sel-sel folikel menginvasi zonula pelusida, kemudian T
berkontak dengan plasmalema oosit dan membentuk neksus
(gap junction) tempat berkomunikasidengan oosit,
sepanjang perkembangan folikel. Adanya neksus penting
bagi oosit untuk berlangsungnya proses meiosis. G

Sel-sel stroma mulai menyusun diri di sekitar folikel LF


primer multiminar, membentuk teka interna di luarnya,
yang terutama terdiri atas jaringan ikar fibrosa. Sel-sel teka
interna memiliki reseptor LH pada plasmalema
permukaanya, dan sel-sel produsen steroid. Sitoplasmanya
mengandung banyak dropled lipid dengan banyak retikulum
endoplasma halus (SER), dan krista mitokondria yang
tubular. Sel-sel teka interna ini memproduksi hormon seks
lelaki androstenedion, yang memasuki sel-sel granulosa
dan dikonversi oleh enzim aromatase menjadi estrogen
estradiol. Sel-sel granulosa dipisahkan dari teka interna
oleh suatu lamina basal yang tebal.

Figure 20–5 Light micrograph of a secondary follicle (×132).


Observe the primary oocyte and the follicular fluid surrounded by
Folikel Sekunder (Antral) membrana granulosa. Note also the presence of the basement mem-
brane between the granulosa cells (G) and the theca interna (T). LF,
liquor folliculi.

Folikel sekunder mirip dengan folikel primer, kecuali adanya


pengumpalan likuor folikuli di antara sel-sel granulosanya,

Folikel primer multilaminar terus berkembang dan Dengan bertambahnya produksi cairan, butiran likuor
membesar hingga mencapai diameter 200 um. Sebuah folikuli menyatu membentuk sebuah ruangan berisi cairan,
folikel yang besar dan bundar terbentuk dengan banyak yaitu antrum. Sel-sel granulosa akan tersusun kembali
lapisan sel granulosa di sekitar oosit primer (yang sehingga oosit primer akan dikitari oleh sekelompok kecil sel-
ukurannya sejak saat ini akan menetap). Beberapa ruang sel granulosa yang menonjol keluar dari dinding ke dalam
antarsel kemudian terbentuk dalam massa sel granulosa dan antrum yang berisi cairan. Struktur ini disebut kumulus
akan terisi cairan yang akan dikenal sebagai likuor ooforus. Sel granulosa kuboid rendah yang tersusun longgar
folikuli. Segera setelah folikel primer multiminar tepat berdampingan dengan zona pelusida bergerak agak
menunjukkan adanya likuor folikuli, kemudian akan disebut menjauh dari oosit, namun filopodianya tetap di dalam zona
sebagai folikel sekunder (Gambar 20-5; lihat juga Gambar pelusida, mempertahankan kontak dengan dengan oosit primer.
20-2B). Satu lapis sel-sel granulosa yang langsung mengitari oosit
Keberlanjutan proliferasi sel-sel granulosa folikel sekunder primer disebut korona radiata. Pada saat ini, dapat dibedakan
tergantung dari FSH yang dilepaskan oleh sel-sel basophil dua jenis sel granulosa: yang membrana granulosa dan
hipofisis anterior. Di bawah pengaruh FSH, jumlah lapisan sel- kumulus granulosa (Tabel 20-2).
sel granulosa meningkat, di samping juga jumlah ruang yang Mendekati akhir stadium ini, sel-sel stromal membesar dan
berisi likuor folikuli. Cairan ini, merupakan exudat plasma, teka interna akan diinvasi oleh kapilar-kapilar yang
mengandung glikosaminoglikan, proteoglikan, dan protein- membawa nutrisi untuk stroma maupun sel-sel granulosa
pengikat-steroid yang diproduksi oleh sel-sel granulosa. yang avaskular. Sebagian besar folikel yang mencapai
Tambahan pula, cairan juga mengandung hormon-hormon stadium perkembangan ini akan mengalami atresia, akan
progesteron, estradiol, inhibin, folliostatin tetapi beberapa sel granulosa yang berada pada folikel yang
(folikulostatin), dan aktivin, yang meregulasi penglepasan atretik tidak ber-degenerasi; namun akan membentuk
LH dan FSH. Sebagai tambahan, FSH (bersama dengan kelenjar interstisial, yang akan bersekresi sejumlah kecil
estrogen) menginduksi sel-sel granulosa untuk membentuk androgen hingga saat menopause. Beberapa folikel sekunder
reseptor untuk LH yang akan ter tanam pada plasmalemanya. tetap berkembang menjadi folikel matang.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 469

Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan ■ ■ ■ 469

TABEL 20-2 Tipe-tipe Sel-sel Granulosa Ovulasi


Proses penglepasan oosit sekunder dari folikel Graaf dikenal
Tipe Sel Karakteristik
sebagai ovulasi.
Membrana granulosa
Saat hari ke-14 siklus menstruasi, estrogen terutama
Sel-sel membrana Menempel pada membran basal diproduksi oleh folikel Graaf yang sedang dalam
granulosa Mempunyai reseptor LH dan FSH
perkembangan, namun juga diproduksi oleh folikel sekunder,
Berperan dalam steroidogenesis menyebabkan peningkatan kadar estrogen darah hingga
oleh karena adanya enzim
aromatase (estradiol, progesteron)
mencapai tinggi yang cukup untuk menimbulkan efek:
Memproduksi hormon regulator 䡲 Umpan balik negatif yang menghentikan penglepasan FSH
aktivin, inhibin, folikulostatin, dan oleh hipofisis anterior.
tipe I faktor penumbuh mirip- 䡲 Kenaikan mendadak LH yang dilepaskan oleh basofil dari
insulin (insulin-like growth factor hipofisis anterior.
type I) Peningkatan mendadak kadar LH mengakibatkan
Membentuk massa korpus
peningkatan pasokan darah ke ovarium, dan kapiler dalam
luteum
teka eksterna mulai mengeluarkan plasma, sehingga terjadi
Sel granulosa antral Membatasi antrum edema.
Tidak aktif dalam steroidogenesis Bersamaan dengan pembentukan edema, histamin,
prostaglandin, dan kolagenase dilepaskan di daerah sekitar
Sel granulosa Mengitari oosit folikel Graaf. Tambahan lagi, kadar aktivator plasminogen,
kumulus ooforus Kontak dengan plasmalema oosit enzim yang mengkatalisasi perubahan plasminogen menjadi
melalui filopodia tidak plasmin, meningkat dalam folikel, dan plasmin yang baru
mempunyai banyak reseptor terbentuk memfasilitasi proteolisis membrana granulosa,
LH memungkinkan ovulasi terjadi.
Membelah untuk membentuk
sel-sel membrana granulosa Sebagai tambahan, peningkatan LH berperan untuk
peristiwa-peristiwa yang tertera di bawah ini:
Diovulasikan bersama dengan
oosit 1 Faktor lokal, substansi penginduksi meiosis
(meiosis- inducing substance), akan dilepaskan.
FSH, follicle-stimulating hormone; LH, luteinizing hormone
2 Di bawah pengaruh substansi penginduksi meiosis,
oosit primer folikel Graaf akan memulai dan
menyelesaikan pembelahan meiosis pertamanya,
menghasilkan terbentuknya dua sel anak, oosit sekunder
dan badan kutub pertama (first polar body ). Oleh
karena pembagian sitoplasma yang tidak merata, badan
Folikel Graaf (Matur) kutub I terdiri atas sebuah inti dengan sedikit sitoplasma di
sekelilingnya.
Folikel Graaf, dikenal juga sebagai folikel matang, mungkin berukuran
3 Oosit sekunder yang baru terbentuk memulai
hingga sebesar ovariumnya sendiri; folikel jenis inilah yang akan ovulasi. pembelahan pembelahan meiosis sekunder dan
berhenti di metafase.
Proliferasi berkelanjutan sel-sel granulosa dan pembentukan 4 Adanya dan pembentukan proteoglikan dan asam
hialuronat yang kontinu oleh sel-sel granulosa menyerap
berlanjut likuor folikuli menghasilkan terbentuknya folikel
Graaf (matur) yang diameternya mungkin mencapai hingga 2,5 air, sehingga ukuran folikel Graaf selain membesar juga
cm saat ovulasi. Folikel Graaf dapat terlihat sebagai sebuah terjadi pelonggaran pada membrana granulosa.
benjolantransparan pada permukaan ovarium, berukuran nyaris 5 Tepat sebelum ovulasi, permukaan ovarium, tempat folikel
sebesar ovariumnya sendiri. Graaf menekan tunika albuginea, akan kehilangan
Sel-sel folikel pada dinding folikel menyusun membrana suplai darah.
granulosa. Pembentukan berlanjut likuor follikuli kumulus 6 Daerah yang menipis dan avaskular akan memucat,
ooforus yang terdiri atas oosit primer, korona radiata, dan dan dikenal sebagai stigma. Jaringan ikat pada stigma
sel-sel folikelnya terlepas dari dasarnya mengapung dengan berdegenerasi, demikian pula dengan dinding folikel Graaf
bebas dalam likuor folikuli (lihat Gambar 20-2B).
yang berkontak dengan stigma, membentuk sebuah celah
antara rongga peritoneum dan antrum folikel Graaf.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 470

470 䡲 䡲 䡲 Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan

7 Melalui celah ini, oosit sekunder ditemani sel-sel


folikelnya dan sebagian likuor folikuli akan dikeluarkan
perlahan-lahan dari ovarium, menyebabkan ovulasi.
Walaupun rerata siklus haid ialah 28 hari, beberapa siklus
dapat lebih panjang dan yang lain dapat lebih singkat;
namun ovulasi selalu terjadi pada hari ke-14 sebelum T
mulainya haid.
8 Sisa folikel Graaf akan berubah menjadi korpus
hemoragikum lalu menjadi korpus luteum. Ujung distal
berfimbria saluran telur, yang menempel pada ovarium,
akan menyapu oosit sekunder dan sel-sel folikel ke da1am
infundibulum saluran telur untuk memulai perjalanan
ke dalam ampula, tempat oosit mungkin difertilisasi (lihat
Gambar 20-1). Apabila tidak terjadi fertilisasi dalam G
sekitar 24 jam, oosit berdegenerasi dan akan difagosit.
Proses fertilisasi akan dibahas kemudian dalam bab ini.

Korpus Luteum

Korpus luteum, yang terbentuk dari sisa folikel Graaf,


merupakan kelenjar endokrin temporer yang menghasilkan dan
melepas hormon-hormon yang menyokong endometrium uterus. Gambar 20-6 Mikrograf cahaya korpus luteum (x132). Perhatikan perbedaan
antara sel lutein granulosa yang besar (G) dan sel-sel lutein-teka (T).

Setelah oosit sekunder dan sel-sel pengikutnya diovulasikan,


sisa folikel Graaf kolaps dan menjadi berlipat-lipat; sebagian
Sel-sel Lutein-Teka
pembuluh darah yang pecah mengalirkan darah ke ruang
folikel, membentuk suatu bekuan di tengah-tengah. Bangunan Sel-sel lutein-teka, berasal dari sel-sel teka interna, menyekresi
yang terbentuk dikenal sebagai korpus hemoragikum. progesteron, androgen, dan estrogen.
Sementara bekuan dihilangkan oleh sel-sel fagosit, kadar LH
yang tetap tinggi mengubah korpus hemoragikum menjadi Sel-sel teka interna di daerah perifer korpus luteum
suatu bangunan temporer yang dikenal sebagai korpus meliputi sekitar 20% populasi sel-sel luteal. Sel-sel
luteum, yang berfungsi sebagai kelenjar endokrin (Gambar terwama gelap ini tetap kecil (diameter 15 um) namun
20-6). Bangunan yang kaya akan pembuluh darah ini terdiri menjadi termodifikasi menjadi sel-sel penghasil hormon
atas sel-sel lutein-granulosa (modifikasi dari sel-sel granulosa) yang dikenal sebagai sel-sel lutein-teka. Sel-sel ini
dan sel-sel lutein teka (modifikasi sel-sel teka interna). khusus memproduksi progesteron, beberapa estrogen,
dan androgen.
Sel-sel Lutein-Granulosa
Degenerasi Korpus Luteum
Sel-sel granulosa folikel Graaf berdiferensiasi menjadi sel-sel
lutein-granulosa penghasil hormon.
Tiadanya LH akan menyebabkan degenerasi korpus luteum
Sel-sel granulosa yang tersisa di daerah tengah folikel
meliputi sekitar 80% populasi sel pada korpus luteum. Progesteron dan estrogen yang disekresi oleh sel-sel lutein-
Sel-sel ini akan dimodifikasi menjadi sel-sel besar, pucat granulosa dan sel-sel lutein-teka, berurutan menghambat
(dengan diameter 30-50 µm) disebut sebagai sel-sel sekresi LH dan FSH. Tiadanya FSH mencegah perkembangan
lutein-granulosa. Sel-sel ini mempunyai banyak mikrovilus folikel-folikel baru, dengan demikian mencegah terjadinya
panjang dan akan membentuk semua organel yang dibutuhkan ovulasi kedua. Apabila kehamilan tidak terjadi, tiadanya LH
untuk produksi steroid, termasuk banyak SER dan RER, akan menyebabkan degenerasi korpus luteum, membentuk
mitokondria, beberapa kompleks Golgi yang berkembang korpus luteum menstruasi. Apabila terjadi kehamilan,
sempurna, dan beberapa droplet lipid tersebar di seluruh hormon gonadotropin korionik manusia (human
sitoplasma (Gambar 20-7). Sel-sel lutein-granulosa chorionic gonadotropin/hCG), yang disekresi oleh
memproduksi progesteron dan mengubah androgen yang plasenta akan mempertahankan korpus luteum selama 3
diproduksi oleh sel-sel teka-lutein menjadi estrogen. bulan. Bangunan ini disebut sebagai korpus luteum
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 471

Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan ■ ■ ■ 471

sebagai luteolisis, dan difagositosis oleh makrofag. Jaringan


ikat fibrosa yang terbentuk di tempatnya, dikenal sebagai
korpus albikans dan akan bertahan beberapa waktu sebelum
kemudian diserap. Sisa-sisa korpus albikans akan menetap
sebagai jaringan parut pada permukaan ovarium
Folikel Atretik
N
Folikel yang mengalami degenerasi dikenal sebagai folikel atretik

Ovarium mengandung banyak folikel dalam beraneka stadium


perkembangan. Sebagian besar folikel berdegenerasi sebelum
mencapai tahap matang, namun beberapa folikel Graaf
terbentuk dalam setiap siklus menstruasi. Namun, sekali
RER sebuah folikel matang memecah dan melepaskan oosit
sekunder dan sel-sel pengiringnya, folikel yang sedang
M G mengalami proses pematangan akan mengalami atresia;
folikel atretik yang terbentuk kemudian akan difagosit oleh
makrofag. Jadi, biasanya, hanya sebuah folikel yang
berovulasi dalam setiap siklus menstruasi. Kadang-kadang,
dua folikel yang terpisah berkembang mencapai kematangan
SER
L
dan mengalami ovulasi, menghasilkan saudara kembar apabila
kedua oosit dibuahi. Walaupun sekitar 2% di antara semua
folikel akan mencapai tahap matang dan ideal untuk menjalani
ovulasi, hanya 5%-6% di antaranya yang benar-benar
berovulasi. Di antara semua folikel yang ada di ovarium saat
menark, hanya 0,1%-0,2% yang akan berkembang menjadi
matang dan mengalami ovulasi.

Medula Ovarium
Gambar 20-7 Mikrograf elektron sel lutein-granulosa kera resus dengan inti Medula ovarium merupakan jaringan ikat fibroelastis yang
besar, yang tidak terletak di tengah dan banyak organel (x6800). G, aparatus
Golgi; L, droplet lipid; M, mitokondria (diperlihatkan pada inset di kiri bawah, banyak berpembuluh darah, ditempati oleh sel-sel jaringan ikat,
dengan pembesaran lebih kuat); N, nukleus (inti); RER, retikulum endoplasma sel-sel interstisial, dan sel-sel hilus.
kasar; SER, retikulum endoplasma halus. (Dari Booher C, Enders AC,
Hendrick X, Hess DL: Struktural characteristics of the corpus luteurn during Daerah tengah ovarium, medula, terdiri atas sel-sel fibroblas
implantation in the rhesus monkey (Macaca mulatta). Am J Anat 160: 1736, tertanam dalam jala-jala yang banyak mengandung kolagen,
1981.)
dan serat-serat elastis (lihat Gambar 20-2A). Medula juga
mengandung pembuluh darah besar, pembuluh limf dan
serat-serat saraf. Medula ovarium manusia yang
kehamilan, akan membesar hingga berdiameter 5 cm dan terus pramenstruasi mempunyai beberapa kelompok sel
akan bersekresi hormon yang dibutuhkan untuk interstisial yang epiteloid yang bersekresi estrogen. Pada
mempertahankan kehamilan. Walaupun plasenta menjadi mamalia yang melahirkan banyak anak sekaligus,
tempat utama produksi berbagai hormon yang berperan dalam ovariumnya mengandung banyak kelompokan sel interstisial,
mempertahankan kehamilan hingga 2-3 bulan setelah terbentuk, yang secara bersama disebut sebagai kelenjar interstisial.
korpus luteum tetap akan membentuk hormon-hormon tersebut Pada manusia, sebagian besar sel interstisial berinvolusi saat
hingga beberapa bulan (lihat selanjutnya). siklus menstruasi pertama dan kalaupun ada, amat sedikit
fungsinya.
Korpus Albikans Sel-sel hilus merupakan kelompokan sel epiteloid lainnya
di medula ovarium. Sel-sel ini mempunyai konfigurasi
Saat korpus luteum berdegenerasi dan difagosit oleh makrofag, organel yang sama dan mengandung substansi yang sama
fibroblas masuk, membentuk kolagen tipe dan suatu bangunan dalam sitoplasmanya seperti sel Leydig pada testis. Sel-sel
fibrosa (berserat) yang dikenal sebagai korpus albikans. ini menyekresikan androgen.
Ringkasan Pengaturan Hormonal Fungsi
Korpus luteum menstruasi (dan juga kehamilan) diinvasi Ovarium
oleh fibroblas, menjadi fibrotik, dan berhenti berfungsi. Seperti telah diuraikan sebelum ini, FSH dan LH
Sisanya akan mengalami autolisis, suatu proses yang dikenal meregulasi pematangan folikel ovarium dan ovulasi. Sekresi
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 472

472 䡲 䡲 䡲 Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan

Hipotalamus

LHRH

Estradiol
Progesteron

Hipofisis
anterior
Estradiol
Progesteron

Estradiol
FSH Progesteron

LH
Ovulasi Korpus luteum

Foliostatin
Inhibin
Aktivin Gambar 20-8 Interaksi hormonal antara
sumbu hipotalamo-hipofisis dan sistem
reproduksi perempuan. FSH, hormon
perangsang folikel (follicle-stimulating
hormone); LH, luteinizing hormone; LHRH,
Perkembangan folikel Estradiol luteinizing hormone-releasing hormone.
Progesteron Perhatikan bahwa foliostatin dan inhibin
Relaksin keduanya menekan penglepasan FSH,
Jaringan perempuan sementara aktivin memudahkan penglepasannya

yang pulsatil hormon-hormon gonadotropik ini, yang reseptor sel-sel granulosa folikel sekunder merangsang
diproduksi dalam pars distalis hipofisis anterior, pada perkembangannya menjadi folikel Graaf. FSH juga
gilirannya diatur oleh LHRH yang dilepaskan secara pulsatil, menginduksi sel-sel teka interna folikel berkembang agar
setiap sekitar 90 menit, oleh neuron neurosekretori yang mengekspresikan reseptor LH. LH berikatan dengan reseptor-
terletak dalam nukleus arkuatus hipotalamus (Gambar 20-8 reseptornya, hingga menginduksi sel-sel teka interna untuk
dan Tabel 20-3). Sifat pulsatil penglepasan LHRH penting memproduksi androgen dari kolesterol. Hormon-hormon
untuk fungsi normal siklus ovulasi perempuan oleh karena androgen, yang dilepas dari sel-sel teka interna, menyeberangi
pengaturan reseptor LHRH pada sel-sel basofil kelenjar membran basal dan masuk ke sel-sel granulosa. Enzim
hipofisis pars anterior hanya dapat terjadi apabila sifat pulsatil aromatase sel-sel granulosa mengonversi androgen menjadi
dipertahankan antara 60 dan 90 menit (Tabel 20-4). estrogen. Sel-sel granulosa folikel sekunder juga
memproduksi beberapa jenis hormon lain, (misalnya inhibin,
Walaupun tidak jelas sinyal apa yang merangsang folikel
foliostatin, aktivin) yang membantu regulasi penglepasan
primordial dan folikel primer dini (unilaminar) untuk
FSH (lihat Gambar 20-8).
berkembang, namun diketahui bahwa molekul pemberi sinyal
yaitu aktivin, yang diproduksi oleh sel granulosa, Saat kadar estrogen darah dan hormon lain yang diproduksi
merangsang lepasnya FSH dari hipofisis, yang kemudian, oleh sel-sel granulosa meningkat, hormon-hormon ini akan
menghasilkan tidak hanya proliferasi sel-sel granulosa folikel terus merangsang produksi LH oleh basofil hipofisis anterior.
sekunder dan yang lebih lanjut perkembangannya akan tetapi Apabila konsentrasi estrogen darah mencapai tingkat ambang,
juga dalam meningkatkan kerja FSH dalam folikel-folikel akan menghentikan sekresi FSH melalui dua cara: secara tidak
tersebut. Perkembangan folikel-folikel dini tampaknya bebas langsung, dengan menekan penglepasan LHRH hipotalamus,
dari pengaruh FSH, sementara perkembangan berkelanjutan dan langsung, dengan menghambat penglepasan FSH dari
folikel sekunder menjadi folikel Graaf tergantung pada FSH. hipofisis anterior.
Tepat sebelum titiktengah siklus menstruasi (hari ke-14
Pengikatan LHRH pada reseptor-reseptor basofil pars sebelum mulai haid), kadar tinggi estrogen dalam darah
distalis menginduksi penglepasan FSH dan LH dan menyebabkan peningkatan mendadak LH oleh sel-sel
merangsang keberlangsungan sintesis FSH dan LH. gonadotrof kelenjar hipofisis. Kadar LH darah yang mendadak
Pengikatan FSH sesudahnya pada reseptor spesifik pada tinggi merangsang oosit primer (dengan mengaktivasi substansi
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 473

Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan ■ ■ ■ 473

TABEL 20-3 Hormon Utama yang Berperan dalam Sistem Reproduksi Perempuan

Hormon Sumber Fungsi


Luteinizing Hipotalamus Merangsang penglepasan FSH dan LH hormone-releasing dari
hormone releasing kelenjar hipofisis anterior
hornwne (LHRH)
Prolactin-inhibiting Hypothalamus Menghambat penglepasan prolaktin oleh asidofil kelenjar
Factor hipofisis anterior

Follicle-stimulating Basofil kelenjar hipofisis anterior Merangsang sekresi estrogen dan perkembangan folikel
hormone (FSH) ovarium (mulai folikel sekunder dan seterusnya)

Luteinizing Basofil kelenjar hipofisis anterior Stimulasi pembentukan estrogen dan progesteron;
hormone (LH) memulai ovulasi dan pembentukan korpus luteum

Estrogen Sel granulosa ovarium; Menghambat penglepasan FSH dan LHRH; memicu
Sel lutein granulosa lonjakan LH; proliferasi dan hipertrofi miometrium
korpus Luteum; dan uterus; menyebabkan perkembangan ciri seks
plasenta perempuan termasuk payudara dan lemak tubuh
Progesteron Sel granulosa ovarium; Menghambat penglepasan LHRH dari hipotalamus dan
sel lutein-teka dan sel LH dari basofil hipofisis anterior; menyebabkan
lutein- granulosa perkembangan endometrium uterus dan mengatur
korpus luteum; plasenta viskositas mukus yang diproduksi oleh kelenjar serviks
uteri; menyebabkan perkembangan ciri seksual
perempuan termasuk payudara

Inhibin Granulosa cells of ovary;


granulosa-lutein cells of Menghambat sekresi FSH oleh basofil hipofisis anterior
corpus luteum

Aktivin Oosi Merangsang proliferasi sel granulosa

Gonadotropin korionik Plasenta Membantu pemeliharaan korpus luteum; merangsang


(Human chorionic penglepasan progesteron
gonadotropin [hCG])
Laktogen plasenta Plasenta Merangsang perkembangan kelenjar mamma selama
Manusia (Human
kehamilan; merangsang laktogenesis
placental lactogen)
Memudahkan proses melahirkan (partus) dengan
Relaksin Plasenta melunakkan fibrokartilago Simfisis pubis; melunakkan
serviks dan memfasilitasi dilatasi dalam persiapan partus
Oksitosin Hipotalamus via hipofisis Merangsang kontraksi otot polos uterus saat orgasme dan
posterior selama melahirkan; merangsang kontraksi sel mioepitel
kelenjar mamma, membantu pengeluaran air susu

penginduksi meiosis) untuk menyelesaikan meiosis I, membentuk korpus luteum.Sel-sel granulosa dan teka
membentuk oosit sekunder dan badan kutub I. Oosit sekunder interna akan dikonversi menjadi sel-sel lutein granulosa dan
kemudian memulai meiosis II dan melanjut ke metafase. teka. Kedua tipe sel luteal ini sekarang akan secara aktif
Meiosis II akan terhenti pada metafase dan akan diselesaikan memproduksi progesteron, walaupun sejumlah besar
saat terjadi fertilisasi. progesteron dihasilkan oleh sel-sel lutein granulosa. Sebagai
Lonjakan kadar LH juga memicu mulainya proses ovulasi, tambahan, regulator umpan balik balik penglepasan FSH
saat oosit sekunder dikeluarkan dari folikel matang. Sel-sel berupa inhibin, foliostatin, dan aktivin tetap diproduksi oleh
granulosa teka interna dari sisa folikel setelah ovulasi, keduanya korpus luteum.
memiliki reseptor LH, akan diaktivasi oleh LH untuk
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 474

474 䡲 䡲 䡲 Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan

TABEL 20-4 Pulsatilitas Laju Penglepasan LHRH

Laju Penglepasan Hasil Langsung Pengaruh Hasil Langsung


Kurang dari 60 menit Menurunkan pembentukan reseptor LHRH Anovulasi karena kurangnya respons
gonadotropin

Lebih dari 90 menit Stimulasi inadekuat basofil Anovulasi dan amenore

Antara 60 dan 90 menit Jumlah reseptor LHRH yang cukup pada Siklus ovulasi normal
basofil

LHRH, luteinizing hormone-releasing hormone.

Bila pembuahan dan implantasi tidak terjadi, aktivitas ovulasi; sekali folikel menjadi dominan, folikel ini masih harus
sekresi korpus luteum akan berlanjut sekitar 14 hari dan menunggu sekitar 15 hari sebelum akan berovulasi. Jadi
organ ini disebut sebagai korpus luteum menstruasi. Bila rentang waktu antara tahap folikel primer multilaminar dan
pembuahan, dan implantasi terjadi korpus luteum akan ovulasi, sekitar 100 hari.
meningkat ukurannya dan organ ini dikenal sebagai korpus
luteum kehamilan. Organ ini melanjutkan fungsi sekresinya Saluran Telur (Tuba Fallopi)
walaupun kemudian plasenta akan berperan utama untuk
pengaturan hormonal (lihat Gambar 20-8). Saluran telur berperan sebagai pipa penyalur bagi spermatozoa
untuk mencapai oosit primer dan menyalurkan telur yang telah
Progesteron merangsang perkembangan endo-metrium
dibuahi ke uterus.
uterus selama setiap siklus menstruasi dan menghambat
produksi LH secara langsung dan tak langsung (bekerja Saluran telur, atau tuba fallopi, merupakan sepasang
terhadap hipotalamus dan gona-dotrof hipofisis). Bila tidak bangunan, tubular berdinding otot berukuran panjang sekitar
terjadi kehamilan, kadar LH akan cepat turun di bawah yang 12 cm, masing-masing mempunyai ujung terbuka dan ujung
dibutuhkan untuk mempertahankan korpus luteum, dan proses yang berikatan (lihat Gambar 20-1). Saluran telur akan
degenerasi korpus luteum pun akan dimulai. Bila kehamilan melanjutkan diri dengan dinding uterus pada ujung terikatnya,
terjadi, hCG yang diproduksi oleh plasenta akan memberi tempat saluran ini menembus dinding uterus dan bermuara ke
umpan balik positif pada korpus luteum kehamilan, dengan lumen. Ujung-ujung bebasnya membuka ke ruang peritoneum
demikian mempertahankan produksi progesteron pada dekat ovarium.
kehamilan dini Pada bulan ke-4 kehamilan, sebagian besar
kontrol hormonal dilakukan oleh plasenta. Sebuah hormon Saluran telur terbagi dalam empat daerah secara anatomis:
lain, relaksin, diproduksi oleh plasenta, memfasilitasi 䡲 Permulaan pada ujung terbuka merupakan infundi-bulum,
kelahiran dengan melunaknya jaringan fibrokartilago simfisis yang ujung terbukanya berakhir dengan tonjolan-tonjolan
pubis untuk mempermudah pembukaan dan pelebaran jalan berumbai yang disebut fimbria. Fimbria membantu
lahir panggul. menangkap oosit sekunder.
䡲 Bagian ampula yang melebar tempat pembuahan biasa
Walaupun sekitar 50 folikel mulai mengalami pematangan
pada setiap siklus menstruasi dan terdapat sekitar lima buah terjadi.
yang mencapai tahap folikel Graaf, biasanya hanya satu saja 䡲 Ismus merupakan bagian sempit antara ampula dan uterus.
yang mengalami ovulasi. Alasan tepatnya peristiwa ini tidak 䡲
diketahui; namun, apabila folikel Graaf mencapai tahap Bagian intramural berjalan menembus dinding uterus
tertentu perkembangan, saat dikenal sebagai folikel untuk membuka ke dalam lumen uterus.
dominan, maka folikel ini tidak lagi bergantung pada FSH. Saluran telur dilapisi peritoneum viseral. Dindingnya
Folikel dominan mulai memproduksi sejumlah besar inhibin, terdiri atas tiga lapisan (Gambar 20-9):
yaitu hormon yang menekan penglepasan FSH oleh hipofisis. 䡲 Mukosa
Kekurangan FSH, pada gilirannya, menyebabkan folikel- 䡲 Muscularis
folikel Graaf yang masih tergantung pada FSH mengalami 䡲 Serosa
atrofi, sehingga tinggal folikel Graaf yang dominan saja yang
siap ovulasi. Agara folikel primer multilaminar dapat Lapisan mukosa mempunyai ciri-ciri banyak lipatan.
mencapai tahap folikel dominan, harus melalui tiga siklus longitudinal. Lipatan ini ditemukan pada keempat daerah
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 475

Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan ■ ■ ■ 475

ovum; bila ovum dibuahi, sekresi yang sama menyediakan


nutrien bagi embrio selama fase permulaan perkembangan.
Sekresi sel pasak bergabung dengan pergerakan cairan ke
arah uterus menghambat mikroorganisme dalam uterus dari
bergerak ke arah saluran telur dan ke dalam rongga
peritoneum.
M Silia sel kolumnar bersilia menyapu bersama-sama ke
arah uterus. Sebagai akibatnya, ovum yang telah dibuahi,
spermatozoa, dan cairan viskosa yang diproduksi oleh sel
pasak semua terdorong ke arah uterus (Gambar 20-10).
Lamina propria mukosa saluran telur tidak istimewa;
terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengandung fibroblas,
sel mast, sel limfoid, serat-serat kolagen, dan retikular.
Lapian muskularis terdiri atas lapisan yang kurang jelas
terdiri atas lapisan otot polos sirkular dalam dan longitudinal
luar. Jaringan ikat jarang juga mengisi ruang-ruang di antara
berkas-berkas otot. Epitel selapis gepeng menyediakan
I penutup serosa bagi saluran telur. Jaringan ikat longgar
antara lapisan serosa dan muskularis mengandung banyak
pembuluh darah dan serat saraf autonom.
Oleh karena saluran telur banyak sekah pembuluh
darahnya terutama vena besar, kontraksi lapisan muskularis
selama ovulasi akan menjepit vena-vena yang terbendung.
O Konstriksi menyebabkan pelebaran seluruh saluran telur dan
membawa fimbria menempel pada ovarium, dengan
demikian membantu menangkap oosit sekunder yang
dilepaskan (dari folikel Graaf). Kontraksi ritmik yang
Gambar 20-9 Mikrograf cahaya potongan melintang saluran telur berlangsung terus lapisan muskularis, bersama dengan
(x132). Perhatikan bahwa lapisan otot longitudinal luar (O, outer) dan dorongan/pukulan dari silia di dalamnya, membantu
sirkular dalam (I, inner) dan mukosa (M). Mukosa berlipat-lipat
sehingga ukuran lumen mengecil. mendorong oosit yang tertangkap ke dalam uterus.

Uterus
di mana lipatan-lipatan bercabang-cabang; lipatan mukosa di
daerah lainnya berkurang hingga menjadi penonjolan yg pendek Uterus merupakan organ muskular yang teridiri atas fundus,
saja. Epitel kolumnar selapis yang melapisi lumen paling tinggi korpus, dan serviks (leher rahim).
di daerah infundibulum dan memendek saat saluran telur
mendekati uterus. Dua jenis sel menyusun epitel tersebut: Uterus sebuah bangunan berbentuk buah pir atau alpukat
䡲 Sel pasak tak bersilia yang terletak di garis tengah panggul, pada sisinya yang
䡲 Sel-sel bersilia lebar, ujung tertutup terminal sepasang saluran telur. Uterus
merupakan organ muskular yang kuat berukuran panjang
Sel-sel pasak tak mempunyai silia. Berfungsi sekretori, sekitar 7 cm, lebar 4 cm, dan tebal 2,5 cm. terbagi dalam
menghasilkan lingkungan yang bernutrisi dan aman untuk tiga daerah (lihat Gambar 20-1):
memelihara spermatozoa dalam perjalanan migrasinya 䡲 Korpus, merupakan bagian lebar tempat membukanya
mencapai oosit sekunder. Produksi dalam sekret sel pasak saluran telur
memfasilitasi kapasitasi spermatozoa, suatu proses yang 䡲 Fundus, merupakan bagian yang membulat, yang
menyebabkan spermatozoa menjadi matang penuh dan menjadi dasar terletak di atas pintu keluar saluran
mampu membuahi ovum. Tidak diketahui apakah telurnya
spermatozoa manusia membutuhkan kapasitasi penuh, oleh 䡲 Serviks, bagian sirkular sempit yang menonjol dan
karena mereka mampu untuk membuahi ovum secara in membuka ke dalam vagina
vitro tanpa perlu berada dalam lingkungan saluran
reproduksi perempuan. Apabila terdapat kebutuhan itu, Badan Uterus dan Fundus Uterus
maka kebutuhan untuk singgah dalam saluran reproduksi
perempuan hanya amat singkat saja waktunya. Produk
Dinding uterus pada korpus dan fundus terdiri atas
sekretori juga menyediakan nutrisi dan perlindungan bagi
endometrium, miometrium, dan adventisia atau serosa
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 476

476 䡲 䡲 䡲 Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan

Gambar 20-10 Mikrograf elektron epitel saluran telur


(x40.000). Perhatikan bagian puncak sel-sel pasak dan
juga silia sel-sel bersilia. (Dari Hollis DE, Frith PA,
Vaughan JD, et al: Ultrastruktural changes in the
oviductal epithelium of merino ewes during the estrous
cycle. Am J Anat 171: 441-456, 1984.)

Endometrium
Endometrium merupakan mukosa penutup uterus, terdiri atas Endometrium terdiri atas dua lapisan (lihat Gambar 20-11):
dua lapisan, lapisan superfisial fungsional dan lapisan basal di 䡲 Lapisan fungsional, suatu lapisan superfisial, tebal yang
bawahnya.
dilepaskan saat menstruasi
䡲 Lapisan basal, lapisan di bawahnya, lebih tipis yang unsur
Endometrium, atau lapisan mukosa uterus, terdiri atas epitel kelenjar dan jaringan ikatnya berproliferasi dan dengan
silindris selapis dan lamina propria. Epitel terdiri atas sel-sel
demikian meregenerasi lapisan fungsional selama setiap
silindris sekretorik tak bersilia dan sel-sel bersilia, dan
lamina propria berisi kelenjar tubular simpleks bercabang siklus menstruasi
yang menjulur hingga miometrium (Gambar 20-11). Walaupun Lapisan fungsionalis dipasok oleh banyak arteri ulir
sel-sel kelenjar mirip dengan sel-sel yang pada epitel (helical), yang mengulir yang berasal dari arteri-arteri
permukaan, namun tidak ditemukan sel bersilia pada kelenjar. arkuata dari stratum vaskulare, yang terletak di bagian
Jaringan ikat kolagenosa padat tidak beraturan pada lamina tengah lapisan miometrium. Arteri-arteri mengulir akan
propria banyak mengandung sel (selular) dan mengandung sel mencabangkan banyak jaring-jaring kapiler yang memasok
berbentuk bintang, makrofag, leukosit, dan banyak serat-serat kelenjar dan jaringan ikat lapisan fungsional. Kumpulan arteri
retikular. Perubahan morfologis dan fisiologis yang terjadi pada lain yang berjalan lurus, arteria rekta, juga bersal dari arteria
endo-metrium selama fasefase siklus menstruasi diatur oleh arkuata namun jauh lebih pendek dan hanya menyuplai
berbagai hormon (lihat kemudian). lapisan basal.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 477

Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan ■ ■ ■ 477

Epitel
Kelenjar Uterina Sekret ena

apisan ̀
fungsional
Endometrium

Basal
layer

Gambar 20-11 Endometrium uterus,


menunjukkan lapisan basal dan fungsional. Miometrium
Lapisan basal disuplai oleh arteri-arteri yang
berjalan lurus (arteria rekta/straight arteries),
sedangkan lapisan fungsional dilayani oleh Arteri rekta Arteri ulir/spiralis Arteri dan vena
pembuluh yang mengulir (coiled vessels) arkuata
yang dikenal sebagai arteria spiralis (helical).

Miometrium Rangsang seksual menyebabkan kontraksi sedang uterus.


Selama menstruasi, kontraksi mungkin terasa nyeri bagi
Miometrium terdiri atas lapisan otot polos longitudinal dalam,
sebagian perempuan. Kontraksi kuat, ritmik uterus hamil
sirkular tengah, dan longitudinal luar.
saat melahirkan mendorong fetus dan kemudian plasenta
keluar dari uterus. Proses kontraksi uterus saat melahirkan
disebabkan oleh aktivitas hormonal:
Dinding otot tebal uterus, yaitu miometrium, terdiri atas tiga
lapisan otot polos. Otot longitudinal menyusun lapisan 䡲 Di bawah pengaruh hormon kortikotropik, miometrium
dalam dan lapisan luar, sedangkan lapisan tengah yang dan membran-membran fetal memproduksi sejumlah
banyak mengandung pembuluh darah berisi terutama berkas prostaglin.
otot polos yang tersusun sirkular. Daerah dengan banyak 䡲 Kelenjar hipofisis posterior melepaskan hormon oksitosin.
vaskularisasi ini berisi arteri arkuata dan disebut stratum 䡲 Prostaglandin dan oksitosin merangsang kontraksi uterus.
vaskulare. Dengan mengecilnya uterus ke arah serviks,
䡲 Selesai kelahiran, oksitosin terus merangsang kontraksi
jumlah jaringan otot berkurang dan digantikan oleh jaringan
ikat fibrosa. Pada serviks, miometrium terdiri atas jaringan uterus, yang akan menghambat kehilangan darah berlebihan
ikat iregular padat mengandung serat-serat elastik dan hanya dari tempat lepasnya plasenta
sedikit sel-sel otot polos yang tersebar.
Jumlah dan ukuran sel-sel otot miometrium berhubungan
dengan kadar estrogen. Sel-sel otot terbesar dan terbanyak Lapisan Serosa dan Adventisia Uterus
selama kehamilan, saat kadar estrogen paling tinggi; dan
paling kecil setelah selesai haid, saat kadar estrogen rendah.
Oleh karena bagian atas uterus agak miring ke anterior dan
Waktu estrogen tidak ada, otot miometrium mengalami atrofi,
menempel terhadap kandung kemih, sebagian besar bagian
dan beberapa selnya mengalami apoptosis. Walaupun
anteriornya ditutupi oleh lapisan adventisia (jaringan ikat
sebagian besar pembesaran ukuran uterus selama kehamilan
tanpa penutup epitel); jadi, daerah ini letaknya retro-
disebabkan oleh hipertrofi sel-sel otot polos, jumlah sel otot
peritoneum. Fundus dan bagian posterior korpus dilapisi
polos juga meningkat, menyatakan bahwa juga terjadi
oleh lapisan serosa, terdiri atas suatu lapisan mesotel gepeng
hiperplasia. Namun tidak jelas apakah peningkatan jumlah
di atas jaringan ikat areolar; jadi daerah ini letaknya
sel hanya disebabkan oleh pembelahan sel-sel otot polos atau
intraperitoneum.
juga dari diferensiasi dari sel-sel yang belum berdiferensiasi.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 478

478 䡲 䡲 䡲 Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan

Pada saat proses kelahiran, hormon luteal yang lain,


KORELASI KLINIS relaksin, menginduksi lisis kolagen dalam dinding serviks. Ini
mengakibatkan pelunakan serviks, sehingga memfasilitasi
Terdapatnya jaringan endometrium dalam rongga pelebaran serviks.
panggul atau rongga peritoneum dikenal sebagai
endometriosis. Keadaan yang seringkali nyeri ini
mungkin akan menyebabkan dismenorea dan bahkan KORELASI KLINIS
infertilitas. Asal jaringan endometrium di luar uterus
tidak diketahui, namun terdapat tiga teori mengenai Teknik Papanicolaou (Pap smear) merupakan
penyebabnya. perangkat diagnostik untuk mendeteksi kanker serviks.
Teknik ini dilaksanakan dengan mengaspirasi cairan
Teori regurgitasi menyatakan aliran darah haid servikular dari vagina atau mengambil kerokan
yang keluar dari uterus melalui tuba fallopi langsung dari serviks. Jaringan atau cairan disiapkan
memasuki ruang peritoneum. Teori metaplastik dan diwarnai pada gelas objek kemudian diperiksa
mengajukan bahwa sel-sel epitel peritoneum menggunakan mikroskop untuk memeriksa variasi
berdiferensiasi menjadi sel-sel endometrial. Teori populasi sel untuk mendeteksi anaplasia, displasia, dan
diseminasi vaskular (limfatik) menyatakan bahwa karsinoma.
sel-sel endometrium memasuki saluran vaskular Karsinoma serviks merupakan suatu keganasan
(atau limfatik) saat menstruasi dan disebarkan yang paling sering pada perempuan, walaupun jarang
melalui sistem pembuluh darah dan limf. ditemukan pada perawan dan pada perempuan nulipara
Jaringan endometrium ekstra-uterina juga (yang belum pernah melahirkan). Insidens (kejadian)
mengalami perubahan siklis. Perdarahan jaringan ini meningkat pada perempuan yang mempunyai pasangan
dapat mengakibatkan perlekatan dan nyeri yang seks banyak dan pada infeksi herpes. Berkembang dari
parah. Bila endometriosis tidak diobati, visera (organ epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk serviks, saat
dalaman) panggul dapat menjadi massa fibrotik yang itu disebut sebagai karsinoma in situ. Apabila
kacau-balau, sehingga mungkin menyebabkan terdeteksi oleh Pap smear pada tahap ini, biasanya
sterilitas. dapat sukses diterapi dengan pembedahan. Bila tidak
terdeteksi dini, kemungkinan akan menginvasi daerah
lain dan bermetastasis, hinggaberubah menjadi
Serviks Uterus karsinoma invasif, dengan prognosis yang buruk.

Serviks — ujung terminal uterus — yang menonjol ke vagina.

Siklus Menstruasi
Serviks merupakan ujung terminal uterus yang menjorok ke
dalam vagina (lihat Gambar 20-1). Lumen serviks dilapisi oleh Siklus menstruasi dibagi menjadi fase menstruasi,
suatu epitel silindris selapis yang bersekresi mukus; proliferatif (folikel), dan sekretorik (luteal).
namun, permukaan luarnya, di daerah serviks yang menonjol
ke vagina, diliputi oleh epitel gepeng berlapis tanpa Secara normal, rerata siklus menstruasi berlangsung 28 hari.
lapisan tanduk seperti yang terdapat pada vagina. Dinding Walaupun kejadian yang berurutan menyusun siklus terjadi
serviks terdiri terutama atas jaringan ikat pada kolagen dengan terus menerus, siklus ini dapat digambarkan dalam tiga fase:
banyak serat-serat elastik dan hanya beberapa serat otot polos. fase menstruasi, fase proliferatif (folikel), dan sekretori
Mukosa servikal mempunyai kelenjar serviks yang (luteal) (Gambar 20-12).
bercabang. Walaupun mukosa serviks mengalami perubahan
selama siklus menstruasi, namun tidak dilepaskan saat Fase Menstruasi (Hari ke 1 hingga 4)
menstruasi.
Saat titik tengah siklus menstruasi, sekitar waktu ovulasi, Fase menstruasi siklus menstruasi ditandai oleh adanya
kelenjar serviks menyekresikan cairan serosa yang pengelupasan lapisan fungsional endometrium
memfasilitasi masuknya spermatozoa ke dalam uterus. Pada
saat lain, termasuk saat kehamilan, sekresi kelenjar serviks Menstruasi, yang mulai pada hari perdarahan dari uterus
menjadi semakin kental, membentuk sumbat dari mukus dimulai, terjadi saat tidak terjadi pembuahan. Pada keadaan ini
kental pada mulut serviks, sehingga mencegah masuknya korpus luteum jadi tidak berfungsi sekitar 14 hari setelah
sperma dan organisme mikro ke dalam uterus. Hormon ovulasi, sehingga kadar progesteron dan estrogen menurun.
progesteron mengatur perubahan kekentalan sekresi kelenjar Beberapa hari sebelum perdarahan mulai, lapisan fungsional
serviks. endometrium akan kekurangan darah saat arteri yang
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 479

Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan ■ ■ ■ 479

Peristiwa-peristiwa dalam ovarium

Folikel Korpus luteum

Perubahan endometrium Ovulasi

Mensis/Haid Praovulasi Pascaovulasi

0 5 10 15 20 25
Hari siklus menstrual/haid

Kadar hormon
FSH Estrogen LH Progesteron

Gambar 20-12 Korelasi peristiwa dalam


perkembangan folikel, ovulasi, interelasi
hormonal, dan siklus menstruasi. Perhatikan
bahwa kadar estrogen dan luteinizing horrnone
(LH) paling tinggi saat ovulasi. FSH, follicle-
stimulating hormone.

mengulir (helikal) menyempit secara berjeda. Setelah sekitar Fase Proliferatif (Folikular)
dua hari, arteri mengulir akan menyempit secara permanen,
(Hari 4-14)
mengurangi oksigen ke lapisan fungsional, menyebabkan tidak
berfungsinya kelenjar, invasi leukosit, iskemia, dan diikuti
nekrosis lapisan fungsional. Tak lama kemudian, arteri ulir Fase proliferatif siklus menstruasi ditandai dengan reepitelisasi
melebar kembali; namun karena dinding arteri mengulir telah dinding lumen endometrium dan pembaruan lapisan fungsional.
melemah oleh karena kejadian-kejadian sebelumnya, mereka
akan pecah. Darah yang tertumpah melepaskan potongan-
potongan lapisan fungsional sebagai darah haid Fase proliferatif (disebut juga fase folikular oleh karena
(hemorrhagic discharge), memulai hari pertama haid. terjadi bersamaan dengan perkembangan folikel-folikel pada
ovarium) dimulai setelah aliran darah menstruasi berhenti,
Walaupun seluruh lapisan fungsional endometrium akan pada sekitar hari ke-4, dan berlangsung terus hingga hari
terkelupas, namun tidak seluruhnya segera dilepaskan dari ke-14. Fase proliferatif ditandai dengan reepitelisasi pelapis
dinding; proses ini berlangsung selama 3 hingga 4 hari. endometrium; rekonstruksi kelenjar, jaringan ikat, dan arteri
Selama masa haid normal, kehilangan darah sekitar ulir lamina propria; dan pembaruan lapisan fungsional.
jumlahnya sekitar 35 mL, walaupun mungkin lebih banyak Selama fase ini, lapisan fungsional menjadi lebih tebal
pada beberapa orang perempuan. (sehingga 2-3 mm) oleh karena proliferasi sel-sel pada bagian
Sebelum dan selama fase menstruasi, lapisan basal basal kelenjar, yang pasokan darahnya tetap utuh, dan tidak
endometrium terus dipendarahi oleh arteria rekta, sehingga terganggu selama fase menstruasi. Seperti telah dinyatakan di
tetap terpelihara. Sel-sel basal kelenjar pada lapisan basal atas, sel-sel inilah yang bertanggung jawab unutk
akan mulai berproliferasi, dan sel-sel yang baru terbentuk pembentukan lapisan epitel uterus juga untuk penggantian
akan bermigrasi ke permukaan untuk memulai reepitelisasi kelenjar baru dalam lapisan fungsional. Kelenjar tubular ini
luka jaringan ikat pada lumen uterus. Peristiwa-peristiwa lurus (belum mengulir), namun sel-selnya mulai.
ini memulai fase proliferatif siklus menstruasi. mengumpulkan glikogen, seperti juga sel-sel stroma yang
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:44 PM Page 480

480 䡲 䡲 䡲 Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan

berproliferasi untuk memperbaharui stroma lapisan


fungsional. Arteri ulir yang hilang pada fase menstruasi
digantikan namun belum terlalu mengulir dan hanya
mencapai dua pertiga ke dalam lapisan fungsional.
Pada hari ke-14 siklus menstruasi (ovulasi), lapisan
fungsional endometrium telah pulih kembali hingga
mencapai keadaan semula dengan epitel, kelenjar, stroma, L
dan arteri ulir yang sempurna.

E
Fase Sekretori (Luteal)
(Hari ke 15-28) L St

Fase sekretori siklus menstruasi ditandai oleh penebalan


endometrium sebagai akibat edema dan akumulasi sekresi
glikogen dari kelenjar endometrium yang amat mengulir.

Fase sekretori (atau fase luteal) mulai setelah ovulasi. Selama


fase ini, endometrium tetap menebal sebagai akibat edema
dan akumulasi sekresi glikogen dari kelenjar endometrial,
yang menjadi amat berkelok-kelok dan bercabang-cabang.
Produk sekresi mula-mula berakumulasi di bagian basal
sitoplasma sel yang menyusun kelenjar endometrial. Dengan
Gambar 20-13 Mikrograf cahaya endometrium (E) uterus dalam fase luteal
terus diproduksinya sekret, granula sekretori bergerak ke (x132). Perhatikan lumen (L) kelenjar dikitari sel-sel stroma (St).
apikal dan dilepas ke dalam lumen kelenjar. Materi yang kaya
akan glikogen ini merupakan bahan nutrisi bagi hasil
konsepsi sebelum pembentukan plasenta.
Sebagian besar perubahan yang menyebabkan penebalan
endometrium disebabkan oleh lapisan fungsional, walaupun (Gambar 20-14). Cairan yang kaya akan nutrien diproduksi
lumen kelenjar yang terletak di lapisan basal juga dipenuhi oleh sel pasak epitel mukosa memberi nutrisi pada oosit dalam
produk sekretori (Gambar 20-13). Arteri ulir lapisan perjalanan ke uterus.
fungsional mencapai perkembangan penuh, menjadi semakin Spermatozoa, dimasukkan ke dalam vagina saat hubungan
mengulir dan menjulur jauh ke lapisan fungsional, pada hari seksual (kopulasi), melalui serviks, lumen uterus, dan naik ke
ke-22. Jadi, pada titik ini dalam fase sekretori, tebal saluran telur ke ampula untuk bertemu dengan oosit sekunder.
endometrium sekitar 5 mm Pembuahan biasanya terjadi dalam ampula (Gambar 20-15).
Fase sekretori menyelesaikan siklus saat mencapai hari Pada saat ini, sel-sel korona radiata masih melingkari zona
ke-28, memulai fase menstruasi siklus menstruasi yang baru. pelusida dan oosit sekunder.
Molekul ZP3 zona pelusida mempunyai dua daerah: (1)
reseptor sperma yang mengenali protein integral pada
Fertilisasi (Pembuahan), Implantasi, dan plasmalema sperma, dan (2) daerah lain tempat molekul ZP3
Perkembangan Plasenta berikatan dengan reseptor protein yang terletak pada kepala
sperma, memicu reaksi akrosom. Reaksi menyebabkan
Pembuahan (Fertilisasi) penglepasan enzim-enzim akrosomal ke dalam zona pelusida.
Enzim yang dilepaskan, terutama enzim yang terikat dengan
Pembuahan (fertilisasi), fusi antara sperma dan oosit, terjadi membran akrosomal dalam yaitu akrosin, mencerna zona
pada ampula saluran telur. pelusida, memungkinkan pergerakan flagella spermatozoa
mendorong sperma ke arah oosit. Sekali spermatozoa
Oosit dan sel-sel folikel yang menemaninya disalurkan dalam menembus seluruh ketebalan zona pelusida, sperma akan
saluran telur dengan sapuan silia sel dari sel bersilia epitel memasuki ruang perivitelina, yang terletak antara zona
pelapis dan oleh kontraksi ritmik otot polos saluran telur pelusida dan membran sel oosit, dan dapat mencapai oosit.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:44 PM Page 481

Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan■ ■ ■ 481

3 hari,
tahap 8 sel

30 jam, Zona Pelucida


tahap 2 sel

Dalam uterus:

5-6 hari
Blastokista
Zona pelusida
Pembuahan / lenyap
fertilisasi Ovarium
6–7 days

Oosit sekunder
Endometrium
Cakram
embrionik
Blastokel
14-15 hari Trofoblas

Ruang
korionik 12-13 hari
Ruang Ruang amnion
aminor Blastokel

Garis primitif

14-15 hari
Mesoderm Ruang amnion
Kandung kunir
Sisa-sisa
Pembuluhdarah blastokel
ibu/maternal

Kandung kunir

Gambar 20-14 Proses pembuahan/fertilisasi, pembentukan zigot, morula dan perkembangan blastokista, dan implantasi

Kontak antara sperma dan oosit mengakibatkan timbulnya Pada saat ini, masuknya inti sperma memicu oosit
reaksi kortikal, yang mencegah polis-permi, proses di mana sekunder untuk memulai dan menyelesaikan pem-belahan
lebih dari satu sperma berfusi dengan telur. Reaksi kortikal meiosis II. Hal ini mengakibatkan pembelahan yang tidak
mempunyai komponen cepat dan lambat. Komponen cepat berimbang sitoplasma, hingga terbentuk dua sel haploid,
meliputi perubahan potensial membran rehat oosit membran ovum dan badan kutub II. Inti ovum (pronukleus
plasma yang mencegah kontak antara oosit dengan sperma lain. perempuan) berfusi dengan inti spermatozoa (pronukleus
Perubahan potensial membran ini hanya berlangsung beberapa lelaki), membentuk suatu zigot dengan kromosom berjumlah
menit. Komponen lambat meliputi penglepasan isi banyak diploid dan dengan demikian menyelesaikan peristiwa
granula kortikal yang terletak dalam sitoplasma oosit ke dalam pembuahan.
ruang perivitelin. Enzim dalam granula kortikal bekerja Jarak waktu antara ovulasi dan pembuahan sekitar 24
menghidrolisis molekul-molekul ZP3, reseptor sperma, dalam jam. Apabila pembuahan tidak terjadi dalam masa ini, oosit
zona pelusida, jadi mencegah spermatozoa lain mencapai oosit. berdegenerasi dan difagositosis oleh makrofag.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:44 PM Page 482

482 䡲 䡲 䡲 Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan

Gambar 20-15 Mikrograf elektron pemayaran


(Scanning EM) pembuahan/ fertilisasi (x5.700).
Sejumlah besar spematozoa sedang mencoba
memasuki sel-sel korona radiata, tetapi hanya sebuah
spermatozoon yang akan berhasil membuahi ovum.
(Dari Phillips DM, Shalgi R, Dekel N: Marnmalian
fertilization as seen with the scanning electron
mieroscope. Am J Anat 174: 357-372, 1985.)

lmplantasi Sel-sel trofoblas berproliferasi dengan cepat, membentuk


penggumpalan dalam sel-sel individual, yang secara aktif
lmplantasi merupakan proses yang terjadi saat blastokista bermitosis dan dikenal sebagai sitotrofoblas, dan sinsisium luar
tertanam dalam endometrium uterus. yang lebih tebal terdiri atas selubung berisi sel-sel sinsisium
yang tidak mengalami mitosis, disebut sinsisiotrofoblas.
Saat zigot melanjutkan perjalanannya dalam saluran telur Sitotrofoblas berproliferasi, dengan sel-sel baru yang
menuju uterus, zigot akan mengalami banyak pembelahan bergabung dengan sinsisiotrofoblas. Dengan bertambahnya
mitosis, menjadi kelompokan sel berbentuk bola yang dikenal jumlah sinsisiotrofoblas, sel-sel ini membentuk vakuola yang
sebagai morula (lihat Gambar 20-14). Dengan pembelahan menyatu menjadi ruang-ruang labirin yang dikenal sebagai
lebih lanjut dan modifikasi, morula akan berubah menjadi lakuna Pertumbuhan kontinu sinsisium mengikis
blastokista, terdiri atas sel-sel berbentuk sebuah bola yang endometrium. Proses ini memungkinkan penetrasi blastokista
kosong yang lumennya mengandung cairan yang agak kental jauh ke dalam dinding endometrium, dan pada kehamilan hari
dan beberapa sel pada satu kutub. Sel-sel perifer dikenal ke-11 epitel endometrium akan menutupi tempat implantasi
sebagai trofoblas, dan sel-sel yang terperangkap di dalam
blastokista ialah embrioblas. Blastokista memasuki rongga Perkembangan Plasenta
uterus sekitar 4-6 hari setelah pembuahan, dan pada hari ke 6
atau 7 blastokisa mulai memendamkan diri ke dinding uterus, Plasenta merupakan jaringan vaskular yang berkembang
proses ini dikenal sebagai implantasi. Trofoblas blastokista dari endometrium uterus dan juga dari embrio yang
merangsang transformasi sel-sel stroma berbentuk bintang sedang berkembang.
endometrium uterus menjadi sel-sel desidua yang terwarna
pucat, yang glikogen simpanannya kemung-kinan menjadi
sumber makanan bagi embrio yang sedang berkembang. Pengikisan kontinu terhadap endometrium yang amat
Embrioblas akan berkembang menjadi embrio, sementara vaskular oleh sinsisiotrofoblas juga mengerosi
sel-sel trofoblas akan menjadi plasenta bagian embrionik. pembuluh darah ibu (maternal). Darah dari pembuluh ini
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:44 PM Page 483

Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan ■ ■ ■ 483

Desidua basalis

Korion frondosum

Ruang korionik
Lumen uterus
Desidua kapsularis

Korion laeve
(plasenta bagian
fetal/janin)
Chorion formation
Weeks 4-5
Decidua basalis
(maternal portion
of placenta)

Maternal
vein
Minggu 8

Vilus korionik

Pembuluh darah fetal/janin

Intervillous space
containing maternal
Arteri blood
darah ibu
Ruang antar-vili berisi
darah ibu/maternal

Gambar 20-16 Pembentukan korion dan Desidua basalis Korion


desidua; inset menunjukkan sirkulasi dalam (plasenta bagian (plasenta bagian
plasenta. maternal/ibu) feta/janinl)

tercurah ke dalam lacuna sinsisiotrofoblas yang mengelilingi 䡲 Desidua kapsularis, terletak antara lumen uterus dan
embrio. Jadi, darah ibu memberikan nutrisi bagi embrio yang embrio yang sedang dalam perkembangan
sedang dalam perkembangan. Dengan pertumbuhan dan 䡲 Desidua basalis, terletal antara embrio dalam
perkembangan selanjutnya, plasenta mulai terbentuk, dengan perkembangan dengan miometrium dibawahnya
akibat terpisahnya darah embrio dalam perkembangan dengan
darah ibu (darah maternal). Dari sisa sel-sel trofoblas, korion 䡲 Desidua parietalis, meliputi endometrium yang
berkembang dan berubah menjadi lempeng korion, yang berhadapan dengan desidua kapsularis
akan menumbuhkan vili korialis (Gambar 20-16).
Trofoblas yang sedang berkembang menginduksi perubahan
pada endometrium di sekitarnya, mengubahnya untuk memulai Mula-mula, seluruh embrio dikelilingi oleh desidua untuk
pembentukan plasenta bagian maternal. Jaringan maternal yang memungkinkan pemberian nutrisi padanya. Daerah tempat
mengalami perubahan ini, disebut desidua, dibagi dalam tiga korion menempel pada desidua kapsularis membentuk vili
bagian: pendek yang tidak berarti, sehingga permukaannya tetap.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:44 PM Page 484

484 䡲 䡲 䡲 Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan

terlihat licin; daerah korion ini dikenal sebagai korion laeve oleh darah maternal dialirkan dari dan dikeluarkan dari lakuna
atau korion gundul. Namun daerah desidua kapsularis, akan oleh pembuluh darah maternal desidua basalis.
banyak menerima vaskularisasi dari pembuluh darah
Sebagian besar dari vili tidak berlabuh ke desidua basalis
maternal; di daerah inilah plasenta akan berkembang. Daerah
namun mengambang dalam darah maternal di lakuna, mirip
tempat lempeng korionik menempel pada desidua basalis
dengan akar tumbuhan yang tumbuh dalam lingkungan
membentuk vili korion yang ekstensif, dikenal sebagai vili
hidroponik; dan dikenal sebagai vili bebas. Vili yang
primer; jadi, korion di daerah ini dikenal sebagai korion
berlabuh ke desidua basalis disebut vili pancang (anchoring
frondosum.
villi). Kapiler pada vili bebas dan vili pancang terletak dekat
Vili primer terdiri atas sinsisiotrofoblas dan sito-trofoblas. permukaan vili dan dipisahkan dari darah maternal oleh
Dengan perkembangan selanjutnya, sel-sel mesenkim sedikit jaringan ikat dan lapisan sinsisiotrofoblas yang
ekstraembrional memasuki sumbu vili primer, mengubahnya meliputi vilus sekunder. Jadi, darah ibu dan janin tidak saling
menjadi vili sekunder (Gambar 20-17). Jaringan ikat vili bercampur; nutrien dan oksigen dari darah ibu berdifusi
sekunder menerimavaskularisasi dari jaring-jaring kapiler, melalui sinsisiotrofoblas, jaringan ikat, dan sel-sel endotel
yang terhubung dengan suplai darah yang sedang kapiler dalam vili untuk mencapai darah janin. Struktur ini
berkembang pada embrio. membentuk sawar plasenta. Substansi tertentu, seperti air,
Dengan berlanjutnya perkembangan, populasi sitotrofoblas oksigen, karbon dioksida, molekul-molekul kecil, beberapa
berkurang oleh karena sel-sel ini akan bergabung dengan protein, lipid, hormon, obat-obatan, dan beberapa antibodi
sinsisium dan membantu pertumbuhannya. Desidua basalis (khususnya imunoglobulin G), dapat menembus sawar
membentuk ruang-ruang vaskular yang besar, lakuna, yang plasenta, sementara sebagian besar makro-molekul tidak
akan terbagi dalam ruang-ruang yang lebih kecil oleh septa dapat.
plasenta, yang merupakan penjuluran desidua. Vili sekunder Selain menjadi tempat pertukaran substansi nutrisi, sisa
menonjol ke dalam ruang-ruang vaskular dan dikelilingi metabolisme, dan aneka gas antara darah ibu dan janin,
plasenta (khususnya sinsisiotrofoblast) bekerja sebagai organ
endokrin, menyekresikan hCG, tirotropin korionik,
progesteron, estrogen, dan somatomamotropin korionik
(merupakan hormon yang merangsang pertumbuhan badan dan
kelenjar mamma). Juga, sel-sel jaringan ikat stroma desidua
membentuk sel-sel desidua, yang membesar dan menyintesis
prolaktin dan beraneka prostaglandin.

Ca KORELASI KLINIS
Blastokista biasanya berimplantasi ke dalam
sepertiga atas dinding anterior atau posterior uterus
dan di tempat itulah plasenta akan berkembang.
Sesekali, 1 di antara 200 kehamilan, implantasi
terjadi pada bagian bawah uterus, dekat serviks,
tempat endometrium jauh lebih tipis dan stroma
jaringan ikat jauh lebih padat. Saat plasenta mulai
IS berkembang dan membesar, ia akan menutupi
sebagian atau seluruh pintu ke serviks, sehingga
tidak mungkin proses kelahiran vaginal yang
normal terjadi. Kondisi ini disebut sebagai plasenta
previa dan biasanya dibutuhkan proses melahirkan
SK melalui seksio sesarea.

Vagina
Gambar 20-17 Mikrograf cahaya irisan vili korionik (x270).
Perhatikan sitotrofoblas dan sinsisiotrofoblas menutupi vili korionik. Vagina, suatu sarung fibromuskular, terdiri atas tiga
Ca, kapiler; IS, ruang antarvilus; SK, pulau proliferasi (syncytial
knot). lapisan: mukosa, muskularis, dan adventisia
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:44 PM Page 485

Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan ■ ■ ■ 485

Vagina merupakan bangunan tubular fibromuskular dengan halus. Banyak kelenjar keringat dan sebasea bermuara pada
panjang 8-9 cm berhubungan dengan uterus di sebelah kedua permukaannya.
proksimal dan membuka ke vestibulum genitalia eksterna di Labia minora, terletak medial dan lebih dalam terhadap
sebelah distal. Vagina terdiri atas tiga lapisan: mukosa, labia mayora, homolog dengan permukaan uretra pada penis
muskularis, dan adventisia. lelaki. Labia minora merupakan dua lipatan kulit yang lebih
Lumen vagina dilapisi oleh epitel gepeng berlapis tanpa kecil tanpa folikel rambut dan jaringan lemak. Sumbunya
lapisan tanduk yang tebal (150-200 µm), beberapa sel terdiri atas jaringan ikat yang seperti busa mengandung serat-
permukaannya mungkin mengandung granula keratohialin. serat elastis tersusun dalam jalinan. Mengandung banyak
Sel-sel Langerhans pada epitel berfungsi mempresentasikan kelenjar sebasea dan banyak mengandung pembuluh darah
antigen ke limfosit yang bertempat di kelenjar limf inguinal. dan ujung saraf.
Sel-sel epitel dirangsang oleh estrogen untuk menyintesis dan
Ceruk memanjang (cleft) di antara labia minora kanan dan
menyimpan glikogen dalam jumlah besar, yang akan
kiri ialah vestibulum, suatu ruang yang menerima sekret dari
dilepaskan ke dalam lumen saat sel-sel epitel vagina
kelenjar Bartholin, yang merupakan sepasang kelenjar
dilepaskan. Flora bakteri vagina yang alami memetabolisasi
penyekresi mukus, dan banyak kelenjar vestibular minor.
glikogen, membentuk asam laktat, yang menyebabkan pH
Pada vestibulum juga terletak muara uretra dan vagina. Pada
rendah di lumen vagina, khususnya saat pertengahan siklus
kaum perawan, muara vagina disempitkan oleh adanya lipatan
menstruasi. pH rendah juga mencegah invasi patogen.
jaringan fibrovaskular yang berlapis epitel yang disebut
Lamina propria vagina terdiri atas jaringan ikat himen.
fibroelastis mengandung banyak suplai vaskular pada daerah
yang lebih dalam. Ditemukan juga banyak limfosit dan Klitoris terletak di antara lipatan labia minora di atas,
neutrofil yang mencapai lumen dengan melalui ruang-ruang tempat kedua labia minora menyatu membentuk prepusium
antarsel pada periode tertentu siklus menstruasi, saat sel-sel menutupi bagian atas glans klitoridis. Klitoris, homolog
tersebut berpartisipasi dalam respons imun. Walaupun penis pada perempuan, diliputi epitel gepeng berlapis terdiri
vagina tidak mengandung kelenjar, terjadi peningkatan atas dua jaringan erektil yang mengandung banyak
cairan vagina saat perangsangan seksual, dan kopulasi untuk pembuluh darah dan saraf sensorik, termasuk badan
tujuan lubrikasi pada dindingnya. Cairan ini berasal dari Meissner dan Pacini, yang sensitif saat rangsangan seksual.
transudat yang ada dalam lamina propria bergabung dengan
sekret kelenjar serviks. Kelenjar Mamma (Payudara/Kelenjar Susu)
Lapisan muskularis vagina terdiri atas sel-sel otot polos
yang tersusun demikian sehingga sebagian besar berkas yang
Kelenjar mamma merupakan kelenjar tubulo-alveolar kompleks
tersusun longitudinal pada permukaan eksternal bercampur
yang terdiri atas 15-20 lobus yang tersusun radier dari puting
dengan berkas-berkas yang tersusun sirkular dekat lumen.
dan saling dipisahkan oleh jaringan ikat kolagen dan lemak.
Suatu otot sfingter, terdiri atas serat-serat otot skeletal,
melingkari vagina pada pintu eksternal
Jaringan ikat fibroelastik padat menyusun lapisan Kelenjar Mamma menyekresikan susu, suatu cairan
adventisia vagina, mengikatkannya dengan bangunan di mengandung protein, lipid, dan laktosa selain juga limfosit
sekitarnya. Di dalam lapisan adventisia terdapat banyak dan monosit, berbagai antibodi, mineral, dan vitamin-vitamin
suplai vaskular dengan suatu pleksus venosa yang amat luas yang larut dalam lemak, untuk menyediakan nutrisi bagi bayi
dan berkas-berkas saraf yang berasal dari nervus splanknikus baru lahir.
panggul. Kelenjar mamma pada kedua jenis kelamin berkembang
dengan cara yang sama dan mempunyai struktur yang sama
hingga saat pubertas, saat terjadi perubahan sekresi hormonal,
Genitalia Eksterna dan pada kaum perempuan terjadi perkembangan dan
perubahan struktural pada kelenjar tersebut. Sekresi estrogen
dan progesteron dari ovarium (dan kemudian dari plasenta)
Genitalia eksterna (vulva) terdiri atas labia mayora, labia
dan prolaktin dari asidofil kelenjar hipofisis anterior
minora, vestibulum, dan klitoris.
memulai perkembangan lobulus dan duktulus terminal.
Perkembangan sempurna bagian duktus kelenjar mama
Labia mayora merupakan dua lipatan kulit berisi banyak membutuhkan glukokortikoid dan aktivasi lebih lanjut oleh
jaringan lemak dan lapisan tipis otot polos. Pada lelaki somatotropin.
bangunan yang homolog ialah skrotum, dengan lapisan otot Bersamaan dengan peristiwa-peristiwa ini terjadi
polos yang sesuai dengan otot dartos pada skrotum. Labia peningkatan jaringan ikat dan lemak dalam stroma,
mayora diliputi rambut kasar pada permukaan luarnya menyebabkan kelenjar membesar. Perkembangan sempurna
namun tidak berambut pada permukaan dalamnya yang terjadi pada sekitar usia 20 tahun, dengan perubahan minor
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:44 PM Page 486

486 䡲 䡲 䡲 Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan

yang siklis selama setiap perioda menstruasi, dan perubahan tidak ditemukan alveoli yang berkembang, yang terjadi
besar yang terjadi saat kehamilan dan menyusukan (laktasi). hanya dalam kehamilan. Dekat muaranya pada puting susu,
Setelah usia sekitar 40, bagian sekretori dan sebagian duktus duktus laktiferus dilapisi oleh epitel gepeng berlapis dengan
dan unsur jaringan ikat payudara mulai mengalami atrofi, dan lapisan tanduk. Sinus laktiferus dan duktus laktiferus yang
proses ini akan berlanjut selama menopause menuju ke puting dilapisi oleh epitel kuboid berlapis,
Kelenjar dalam payudara tergolong kelenjar sementara duktus yang lebih kecil mengarah ke duktus
tubuloalveolar kompleks, terdiri atas 15-20 lobus tersusun laktiferus dilapisi oleh epitel silindris selapis. Sel-sel
radier keluar dari puting susu dan saling dipisahkan oleh mioepitel stelata terletak antara epitel dan lamina basal juga
jaringan kolagen dan lemak. Setiap lobus mempunyai saluran melilit sekeliling alveoli yang sedang berkembang dan
keluar duktus laktiferus yang mengarah ke puting susu, menjadi fungsional selama kehamilan.
tempat bermuara ke permukaan. Sebelum mencapai puting,
setiap duktus melebar membentuk sinus laktiferus untuk
penyimpanan susu kemudian menyempit sebelum menembus Kelenjar Mamma Laktans (Aktif)
puting.
Selama kehamilan, bagian terminal duktus bercabang dan
Kelenjar Mamma Rehat tumbuh dan mengembangkan unit-unit sekresi yang dikenal
(non-sekretorik) sebagai alveoli.

Alveoli tidak berkembang pada kelenjar mamma rehat Kelenjar Mamma diaktivasi oleh peningkatan estrogen dan
progesteron selama kehamilan untuk menjadi kelenjar
laktasi untuk menghasilkan susu bagi bayi baru lahir. Saat
Kelenjar mamma rehat, atau nonsekretorik, yang terdapat ini, bagian terminal duktus bercabang dan tumbuh dan
pada perempuan yang tidak hamil mempunyai arsitektur dasar alveoli akan berkembang menjadi matang (Gambar 20-18).
yang sama seperti kelenjar mamma laktans (aktif), Dengan berlanjutnya kehamilan, payudara akan membesar
perbedaannya hanya ukuran mamma rehat lebih kecil dan akibat hipertrofi parenkim kelenjar dan penuh dengan

PAYUDARA/KELENJAR PAYUDARA/KELENJAR
MAMMA INAKTIF MAMA LAKTASI
Sel mioepitel

Lamina basal
Jaringan lemak Jaringan
lemak Lobulus Sel alveolar
Lemak susu
sekretorik yang
Sistem duktus/
membesar Duktus
saluran
laktiferus Sistem duktus/
saluran yang
rumit

sinus
laktiferus

Air susu

Muara
sinus

Gambar 20-18 Perbandingan perbeclaan kelenjar pada mamma/payudara inaktif dan laktasi. Inset menunjukkan irisan memanjang sebuah
kelenjar dan duktus/saluran kelenjar mamma aktif.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:44 PM Page 487

Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan ■ ■ ■ 487

Gambar 20-19 Mikrograf elektron sel asinar


dari kelenjar mamma tikus (x9.000). Perhatikan
droplet lipid yang besar-besar (L), banyak sekali
retikulum endoplasma kasar (ER), dan aparat
Golgi (G). F, lipatan plasmalema bagian basal;
m, mitokondria; MV, mikrovili; Sg, granula
sekretorik; (Dari Clermont Y, Xia I, Rambourg
A, et al: Structure of the Golgi apparatus in
stimulated dan nonstimulated acinar cells of
mammary glands of the rat. Anat Rec 237:
308-317,1993.)

dengan kolostrum, suatu cairan kaya akan protein, dalam


persiapan menyambut bayi. Dalam beberapa hari setelah
kelahiran, saat sekresi estrogen dan progesteron berkurang,
prolaktin, yang disekresi oleh asidofil kelenjar hipofisi
anterior, mengaktivasi sekresi air susu ibu (asi), yang Al
menggantikan kolostrum.
Alveoli kelenjar mamma laktans (aktif) terdiri atas sel-sel
kuboidal yang sebagian dikelilingi oleh jala-jala sel-sel
mioepitel. Sel-sel sekretori mempunyai banyak RER dan
mitokondria, beberapa kompleks Golgi, banyak tetes lemak,
dan banyak vesikel (Gambar 20-19) mengandung kasein
(protein susu) dan laktosa. Namun, tidak di semua daerah
alveolus berada dalam tahap produksi yang sama, oleh Karen
asini yang berbeda menunjukkan beraneka derajat persiapan
sintesis substansi asi (Gambar 20-20).
Sekret sel-sel alveolar terdiri atas dua jenis: lemak dan
protein
Lemak disimpan dalam droplet di sitoplasma. Dilepaskan
dari sel-sel sekretori, kemungkinan dengan eksositosis secara CT
apokrin, selanjutnya droplet kecil-kecil bergabung membentuk
tetesan yang lebih besar dan tetesan yang lebih besar yang
begerak ke arah perifer sel. Setelah sampai di sana, sekret akan
menonjol sebagai gelembung sitoplasma ke dalam lumen;
kemudian tetesan lemak, berupa gelembung akan terlepas dan Gambar 20–20 Mikrograf cahaya kelenjar mamma/payudara
menjadi bagian dari produk sekretorik. Setiap gelembung manusia (xl32). Perhatikan alveoli yang tersusun berdesakan (Al), dan
kemudian terdiri atas tetesan lemak dibagian tengah dikitari perhatikan bahwa beberapa area pada kelenjar berada dalam tahapan
proses sekretorik yang berbeda. CT, jaringan ikat (connective tissue).
oleh pinggiran sitoplasma yang sempit dan dibungkus
plasmalema.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:44 PM Page 488

488 䡲 䡲 䡲 Bab 20 䡲 Sistem Reproduksi Perempuan

Protein disintesis dalam sel-sel sekretori dilepaskan dari Air susu ibu (asi), biasanya diproduksi pada hari ke 4
sel-sel dengan cara eksositosis merokrin sama seperti sel-sel setelah melahirkan, merupakan cairan yang mengandung
lain yang menyintesis dan melepas protein ke dalam ruang mineral, elektrolit, karbohidrat (termasuk laktosa),
ekstraselular. imunoglobulin (terutama imunoglobulin A), protein (termasuk
kasein), dan lipid. Produksi asi terjadi akibat rangsangan
Areola dan Puting Susu penglihatan, sentuhan, dan pengurusan bayi baru lahir, dan
persiapan menyusukan, merupakan peristiwa yang
Kulit yang berpigmen tebal dan melingkar di bagian tengah menyebabkan gejolak penglepasan prolaktin. Sekali dimulai,
payudara disebut areola. Mempunyai kelenjar keringat dan produksi asi akan kontinu, asi akan disimpan dalam sistem
kelenjar sebasea di bagian tepinya selain kelenjar areolar duktus.
(Montgomery) yang mirip kelenjar keringat dan kelenjar Bersamaan dengan produksi prolaktin, oksitosin
mamma. Di pusat areola terdapat puting susu, suatu tonjolan dilepaskan dari lobus posterior hipofisis, Oksitosin memulai
yang diliputi oleh epitel gepeng berlapis yang mengandung reflex pengeluaran asi dengan menimbulkan kontraksi sel
muara terminal duktus laktiferus. Pada Individu berkulit mioepitelial di sekeliling alveoli dan dukti, hingga asi
putih, warna puting susu agak ke-merah-muda-an sebagai dikeluarkan.
akibat warna darah dalam suplai vaskular dalam papila
dermis yang panjang dan hampir mencapai permukaan.
Selama kehamilan, warnanya akan menjadi lebih gelap oleh
karena peningkatan pigmentasi areola dan puting.
KORELASI KLINIS
Teras puting susu terdiri atas jaringan ikat kolagen padat
dengan banyak serat-serat elastis yang terhubung dengan kulit Para ibu yang tak dapat menyusukan bayi mereka
di sekitarnya atau terialin dalam jaringan ikat dan banyak menurut jadwal menyusukan yang teratur cenderung
mengandung sel-sel otot polos. Pengerutan kulit pada puting menderita laktasi yang kurang baik. Hal ini mungkin
susu disebabkan oleh adanya serat serat elastin. Serat otot akan menyebabkan motivasi untuk berhenti menyusukan,
polos yang banyak tersusun dalam dua cara: sirkular dengan akibat bayi akan kehilangan memeroleh imunitas
sekeliling puting dan radier memanjang sepanjang sumbu pasif yang seharusnya didapat dari mencerna antibodi
panjang puting susu. Kontraksi serat otot polos menyebabkan dari ibu.
ereksi puting. Kanker Payudara, kedua setelah kanker paru-paru
Sebagian besar kelenjar sebasea yang terletak di sekitar merupakan salah satu penyebab utama kematian
duktus laktiferus membuka ke permukaan atau daerah sehubungan dengan kanker pada perempuan, terdapat
samping puting, walaupun beberapa mungkin bermuara ke dua tipe kanker yang berbeda: karsinoma duktus dari
dalam duktus laktiferus tepat sebelum duktus bermuara ke sel-sel duktus dan karsinoma lobular dari duktulus
permukaan. terminal. Deteksi harus pada fase dini, atau prognosis
akan buruk oleh karena karsinoma akan metastasis ke
kelenjar limf aksilar (ketiak) dan dari sana ke paru-paru,
Sekresi Kelenjar Mamma tulang, dan otak. Dengan rekomendasi profesi
kedokteran, deteksi dini melalui periksa diri (periksa
Prolaktin bertanggung jawab atas produksi susu kelenjar payudara sendiri/sadarf) dan mammografi telah
mamma; oksitosin bertanggung jawab untuk refleks semburan membantu menurunkan angka kematian kanker
susu. payudara. Pada tahun 2005, sekitar 270.000 perempuan
dan 1.700 lelaki terdiagnosis dengan kanker payudara di
Walaupun kelenjar mamma dipersiapkan untuk bersekresi asi Amerika Serikat dan sekitar 40.000 perempuan dan 500
bahkan sebelum saat melahirkan, beberapa hormon lelaki meninggal dunia karena kanker payudara. Terdapat
menghambat hal ini. Namun, saat plasenta dilepaskan pada hubungan terbalik antara usia seorang perempuan dengan
perempuan dewasa, prolaktin dari hipofisis anterior risiko terkena penyakit ini, dalam hal pada tahun 2005 1
merangsang produksi asi, yang akan mencapai kapasitas penuh di antara 2.200 perempuan usia kurang dari 30 tahun
dalam beberapa hari. Sebelumnya, hari ke 2 atau 3 setelah terkena kanker payudara, sedangkan 1 di antara 54 dan 1
melahirkan, disekresikan suatu cairan kental yang banyak di antara 23 perempuan berusia kurang dari 50 dan 60
mengandung protein yang disebut kolostrum. Ini merupakan tahun, berturut-turut, terkena kanker payudara. Walaupun
sekret yang kaya akan vitamin A, sodium, dan chlorida, juga kanker payudara lebih mungkin terjadi pada usia lebih
mengandung limfosit dan monosit, mineral, laktalbumin, dan tua, namun perempuan yang lebih muda cenderung
antibodi (imunoglobulin A) untuk menyediakan nutrisi dan menderita kanker payudara yang lebih agresif.
imunitas pasif bagi bayi baru lahir.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 489

21 䡲 䡲 䡲

Sistem Reproduksi Lelaki

Sistem reproduksi lelaki terdiri atas sepasang testis Struktur Umum dan Suplai Vaskular
menggantung dalam skrotum, sepasang sistem saluran
kelamin (genital ducts) intra dan ekstratestikular, kelenjar Septa jaringan ikat membagi testis dalam lobul testis,
pelengkap, dan organ kopulasi lelaki, yaitu penis (Gambar masing-masing berisi satu hingga empat tubulus seminiferus.
21-1). Testis berperan untuk membentuk sel kelamin/gamet
lelaki, yaitu spermatozoa, selain sintesis, penyimpanan, dan
pelepasan hormon seks lelaki, testosteron. Setiap testis diliputi oleh kapsul yang padat, jaringan ikat
kolagen yang tersusun ireguler yaitu tunika albuginea.
Kelenjar yang terhubung dengan saluran reproduksi lelaki Tepat di bawahnya terdapat jaringan ikat longgar yang
terdiri atas sepasang vesikula seminalis, sebuah kelenjar berpembuluh darah banyak, tunika vaskulosa, yang
prostat, dan sepasang kelenjar bulbouretra (Cowper). membentuk kapsul vaskular testis. Pada aspek posterior
Semua kelenjar ini membentuk bagian nonselular semen tunika albuginea ada bagian yang menebal, membentuk
(spermatozoa berenang dalam semen, sekret kelenjar mediastinum testis, yang membentuk septa jaringan ikat
pelengkap), yang selain memberi nutrisi, juga merupakan pembagi ruang testis menjadi sekitar 250 lobul testis, yaitu
pembawa/pengangkut cair untuk mengantar spermatozoa ke ruang berbentuk piramida yang saling terhubung (Gambar
saluran reproduksi perempuan. Penis mempunyai fungsi 21-2).
ganda: mengantarkan semen ke saluran reproduksi perempuan Setiap lobulus berisi satu hingga empat tubulus
saat kopulasi dan menyalurkan urin dari kandung kemih ke seminiferus yang berujung buntu, diliputi oleh jaringan ikat
luar tubuh. jarang yang mengandung banyak serat saraf dan pembuluh
darah dari tunika vaskulosa. Tersebar dalam jaringan ikat ini
kelompokan kecil sel-sel endokrin, sel interstisial (Leydig),
TESTIS yang berperan sintesis testosteron.
Spermatozoa dibentuk oleh epitel seminiferus pada
tubulus seminiferus. Spermatozoa akan memasuki duktus
Testis, terletak dalam skrotum, merupakan organ
yang lurus dan pendek, tubuli rekti, yang menghubungkan
berpasangan pemroduksi spermatozoa dan testosteron.
ujung tubulus seminiferus dengan rete testis, suatu sistem
ruang labirin (berkelok-kelok) di dalam mediastinum testis.
Testis pada lelaki dewasa merupakan organ berbentuk oval Spermatozoa meninggalkan rete testis melalui 10-20 tubulus
berukuran lebih kurang panjang 4 cm, lebar 2-3 cm, dan tebal pendek, duktuli eferentes, yang akan bermuara ke
3 cm. Semasa embriogenesis, testis berkembang dalam rongga epididimis.
retroperitoneal pada dinding posterior rongga abdomen. Selagi Suplai vaskular setiap testis berasal dari aorta abdominal
turun ke skrotum, testis membawa serta sebagian peritoneum. sebagai arteri testikular, yang turun bersama testis ke
Peritoneum yang terdorong keluar oleh testis disebut tunika skrotum, mendampingi duktus deferens (vas deferens).
vaginalis, membentuk ruang serosa yang melingkupi sisi Arteri testikular membentuk beberapa cabang sebelum
anterolateral testis, memungkinkan mobilitas terbatas bagi menembus kapsul testis membentuk unsur vaskular dalam
testis dalam ruangannya di skrotum. testis. Jaringan kapiler testis akan disalularkan

489
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 490

490 䡲 䡲 䡲 Bab21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki

Duktus (vas) deferens

Kandung kemih

Pubis

Korpus kavernosum

Korpus spongiosum

Penis
Vesikula
seminalis Uretra
Kelenjar
Prostat

Duktus
ejakulatorius
Glans penis
Anus
Skrotum
Kelenjar
Bulbo-uretra Testis
Gambar 21-1 Sistem reproduksi lelaki.
Epididimis

Duktus (vas) Duktuli eferentes darah arteri, membentuk sistem pertukaran panas
deferens arus berlawanan arah (countercurrent heat
exchange system). Melalui cara ini, suhu testis
dipertahankan beberapa derajat lebih rendah dari suhu
Rete testis tubuh. Pada suhu ini (35° C [95° F]) spermatozoa
berkembang dengan normal, sedangkan pada suhu tubuh,
Epididimis Tunika spermatogenesis tidak berlangsung dengan sempurna.
albuginea Testis akan dipertahankan dalam suhu lebih sejuk dalam
skrotum, hingga membantu efek pendinginan oleh
Tubulas
seminiferus pleksus pampiniformis.

Lobulus
testis KORELASI KUNIS
Septum
Hipertermia telah dikenal sebagai salah satu
faktor infertilitas lelaki, dan telah dilaporkan
Testis
bahwa kaum lelaki yang bekerja dengan laptop di
atas pangkuannya secara kontinu selama 1 jam,
menunjukkan peningkatan suhu skrotum hingga
Gambar 21-2 Testis dan epididimidis. Lobulus dan isinya
tidak digambar menurut skala. 2.8° C. Walaupun hasil penelitian ini belum final,
dianjurkan pada anak lelaki dan lelaki muda
untuk membatasi penggunaan komputer dengan
cara memangkunya.
kebeberapa vena, yang menyusun pleksus pampiniformis, yang
meliputi arteri testikular. Arteri, vena dan duktus deferens
bersama-sama membentuk korda spermatika, yang berjalan Tubulus Seminiferus
melalui kanalis inguinalis suatu jalur dari ruang abdomen ke
skrotum. Tubulus seminiferus terdiri atas epitel seminiferus yang
Darah pada vena pleksus pampiniformis, yang bersuhu tebal dikelilingi jaringan ikat tipis, yaitu tunikallamina
lebih rendah dari arteri testikular, berperan menurunkan suhu propria.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 491

Bab 21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki ■ ■ ■ 491

Tubulus seminiferus merupakan tabung (tubules) berlumen TA


yang amat berkelok-kelok, panjang 30-70 cm dan berdiameter
150-250 µm, dikelilingi oleh jaring-jaring kapiler yang luas,
Sekitar 1.000 tubulus seminiferus terdapat dalam kedua testis, TV
kalau dijumlahkan panjangnya mencapai 0,5 km (0,3 mil),
berfungsi untuk pembentukan spermatozoa.
Dinding tubulus seminiferus terdiri atas tunika propria,
suatu lapisan jaringan ikat yang tipis dan epitel seminiferus
yang tebal. Tunika propria dan epitel seminiferus dipisahkan
oleh lamina basal yang berkembang dengan baik. Jaringan L
ikat terdiri atas serat kolagen tipe I yang ramping dan tersusun
saling berselisip, dan beberapa lapis sel-sel fibroblas di
dalamnya. Pada beberapa jenis hewan, namun tidak pada S
manusia, ditemukan sel mioid, mirip sel otot polos; sel-sel ini
menunjukkan daya kontraktilitas pada tubulus seminiferus
hewan.
Epitel seminiferus (atau epitel germinal) mempunyai
BV
ketebalan beberapa sel (Gambar 21-3 dan 21-4) dan terdiri atas
dua jenis sel: sel Sertoli dan sel spermatogen (Gambar 21-5;
juga lihat Gambar 21-4). Sel-sel spermatogen berada dalam
berbagai tahapan pematangan. ST

Sel Sertoli SE

Sel Sertoli menyokong, melindungi, memberi nutrisi sel spermatogen;


fagositosis sisa sitoplasma spermatid; menyekresi protein pengikat
androgen, hormon, dan media nutrisi; dan membentuk sawar darah-
testis. Gambar 21-3 Gambaran mikroskop cahaya kapsul testis kera, dengan
profil potongan melintang pembuluh darah (blood vessels/BY), lumen
(L), septa (S), epitel seminiferus (seminiferous epithelium/SE), tubulus
Sel Sertoli merupakan sel silindris tinggi, membran seminiferus (seminiferous tubules/ST), tunika albuginea (TA), dan
lateralnya membentuk lipatan yang kompleks sehingga tunika vaskulosa (TV) (xl32).

Sz

Ad

SC Ap
Gambar 21-4 Tubulus Seminiferus(x540).
Perhatikan epitel seminiferus (seminiferous SE
epithelium/SE), spermatogonia A pucat
(Ap), spermatogonia A gelap (dark
spermatogonia A gelap (dark spermatogonia
A/Ad), spermatogonia B (B), sel Se rtoli
(SC), dan spermatozoa (Sz).
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 492

492 䡲 䡲 䡲 Bab 21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki

Sel Sertoli merupakan sel silindris tinggi, membran lateralnya jumlah retikulum endoplasma kasar (RER)-nya terbatas.
membentuk lipatan yang kompleks sehingga dengan mikrosop Sel juga banyak mengandung mitokondria, aparatus
cahaya tidak mungkin dapat dikenali batas lateralnya. Membran Golgi yang berkembang sempurna, dan sejumlah besar
apikal sel juga sangat berlipat dan menonjol ke arah lumen vesikel yang termasuk kompleks endolisosom. Unsur
tubulus seminiferus. Sel-sel ini mempunyai inti yang jernih, kerangka sel Sertoli amat banyak, sesuai dengan salah
oval dengan anak inti yang besar, di tengah, letak inti ke arah satu fungsinya sebagai penyokong struktural bagi sel-sel
basal sel (lihat Gambar 21-5). Sitoplasma mengandung produk benih yang sedang berkembang.
yang disebut kristaloid CharcotBottcher, yang komposisi Membran lateral sel Sertoli yang berdampingan
dan fungsinya tidak diketahui. rnembentuk taut kedap (zonulae oklundentes) hingga
Mikrograf elektron mengungkaokan bahwa sitoplasma sel lumen tubulus seminiferus terbagi menjadi dua ruang
Sertoli dipenuhi oleh retikulum endoplasma halus (SER), tetapi konsentris yang terpisah (Gambar 21-6; lihat juga Gambar
21-5). Kompartemen basal yang lebih sempit, terletak
basal terhadap taut kedap, dan melingkupi kompartemen
Lumen
tubulus adluminal yang lebih luas. Jadi, taut kedap sel-sel ini
seminiferus membentuk sawar darah-testis yang mengisolasi ini
Spermiogenesis membentuk sawar darah-testis yang mengisolasi ruang
lanjut adluminal dari pengaruh jaringan ikat, dalam hal ini,
Spermatid
melindungi sel benih yang sedang dalam perkembangan
sistem imun. Oleh karena spermatogenesis dimulai sejak
Kompartemen

dini
pubertas, sel-sel benih yang baru terbentuk, yang
adluminal

Spermatosit
skunder mempunyai jumlah kromosom berbeda selain juga
mengekspresikan molekul dan reseptor membran
Spermatosit permukaan yang berbeda, akan dianggap sebagai 'sel
primer asing' oleh sistem imun. Apabila tidak ada sawar pemisah
Inti sel Sertoli sel benih dari jaringan ikatnya, suatu respons imun akan
terjadi terhadap sel-sel tersebut.
Kompartemen

Spermatogonia Sel Sertoli melaksanakan fungsi sebagai berikut:


䡲 Dukungan fisik dan nutrisi bagi sel benih yang sedang
berkembang
basal

䡲 Fagositosis sitoplasma yang dilepas selama


Lamina basal
spermiogenesis
Fibroblas 䡲 Sawar darah-testis dengan adanya taut kedap antara
sel Sertoli yang berdampingan
Gambar 21 - 5 Epitel serniniferus.

Gambar 21-6 Gambaran mikroskop elekton


kompartemen basal epitel seminiferus
(xlS.000). Testis telah diperfusi dengan
penanda yang padat elektron (lantanum
nitrat) untuk menunjukkan bahwa taut kedap
(panah) antara sel Sertoli mencegah penanda
memasuki kompartemen adluminal. (dari
Leeson TS, Leeson CR, Paparo AA: Text/
Atlas of Histology. Philadelphia, WB
Saunders, 1988).
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 493

Bab 21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki ■ ■■ 493

䡲 Sintesis dan pelepasan protein pengikat androgen 䡲 Spermiogenesis: Transformasi spermatid menjadi
(androgen-binding protein/ABP), suatu malcro- spermatozoa (sperma)
molekul yang memfasilitasi peningkatan testosteron dalam
tubulus seminiferus dengan mengikatnya dan Diferensiasi Spermatogonia
mencegahnya meninggalkan tubulus
Spermatogonia (2n) dipengaruhi oleh testosteron
䡲 Sintesis dan pelepasan (semasa embriogenesis)
saat pubertas untuk memulai siklus sel.
hormon antimidlerian, yang menekan pembentukan
duktus mlilleri (prekursor sistem reproduksi Spermatogonia merupakan sel benih diploid yang kecil,
perempuan), dengan demikian memastikan kejantanan terletak dalam ruang basal tubulus seminiferus (lihat
pada embrio yang berkembang Gambar 21-5 dan 21-7). Sel-sel ini terletak di atas
䡲 Sintesis dan sekresi inhibin, suatu hormon yang lamina basal, dan setelah pubertas, dipengaruhi oleh
menghambat pelepasan hormon penstimulasi testosteron untuk memulai siklus sel. Terdapat tiga
folikel (follicle-stimulating hormonelF'SH) oleh hipofisis kategori spermatogonia:
anterior 䡲 Spermatogonia tipe A gelap merupakan sel kecil
䡲 Sekresi medium yang banyak mengandung fruktosa untuk (berdiameter 12 µm) berbentuk kubah. Intinya oval,
nutrisi dan memudahkan transportasi spermatozoa ke pipih dengan banyak heterokromatin, menyebabkan inti
duktus genital tampak padat. Spermatogonia tipe A gelap merupakan
䡲 Sintesis dan sekresi transferin testis, suatu apo-protein sel cadangan yang belum memasuki siklus sel namun
yang menerima besi dari serum transferin dan mungkin akan masuk. Sekali memulai mitosis, sel-sel
mengantarkannya ke sel benih yang sedang mengalami ini membentuk spermatogonia tipe A gelap tambahan,
di samping spermatogonia tipe A pucat.
pematangan
䡲 Spermatogonia tipe A pucat identik dengan sel
tipe A gelap, kecuali intinya mempunyai banyak
Sel-sel Spermatogenik eukromatin yang mengakibatkan tampilan yang pucat.
Sel-sel ini hanya mempunyai sedikit organel, termasuk
Proses spermatogenesis, melalui mana spermatogonia mitokondria, kompleks Golgi yang terbatas, sejumlah
berkembang menjadi spermatozoa, dibagi dalam tiga fase:
RER, dan banyak ribosom bebas. Sel-sel ini
spermatositogenesis, meiosis, dan spermiogenesis
dirangsang oleh testosteron untuk berproliferasi dan
melalui mitosis menghasilkan spermatogonia tipe A
Sebagian besar sel epitel seminiferus merupakan sel pucat lagi dan spermatogonia tipe B.
spermatogenik dalam berbagai tahap pematangan (lihat 䡲 Spermatogonia tipe B menyerupai spermatogonia
Gambar 21-5). Beberapa di antaranya, spermatogonia, tipe A, namun biasanya mempunyai inti yang bulat,
terletak dalam ruang basal, sedang-kan sebagian besar sel tidak pipih. Sel-sel ini juga membelah secara mitosis
dalam perkembangan — spermatosit primer, spermatosit menghasilkan spermatosit primer
sekunder, spermatid dan spermatozoa — menempati
ruang adluminal. Spermatogonia merupakan sel diploid yang
mengalami pembelahan mitosis untuk membentuk lebih Pembelahan Meiosis Spermatosit
banyak spermatogonia dan spermatosit, yang bermigrasi dari
ruang basal ke ruang adluminal. Spermatosit primer akan Pembelahan meiosis satu spermatosit primer, diikuti
memulai pembelahan meiosis I untuk membentuk pembelahan meiosis kedua spermatosit sekunder,
spermatosit sekunder, yang mengalami pembelahan mengurangi jumlah kromosom dan kandungan
meiosis II untuk membentuk spermatid yang haploid. deoksiribonukleat (DNA) menjadi haploid (n) pada spermatid.
Sel-sel haploid ini akan mengalami transformasi menjadi
spermatozoa (sperma matang) dengan pelepasan banyak
Segera setelah spermatosit primer terbentuk, sel-sel ini
sitoplasma, penataan kembali organel, dan pembentukan
akan bermigrasi dari ruang basal ke ruang adluminal. Saat
flagela.
sel-sel ini bermigrasi di antara sel Sertoli yang
Berbagai tipe sel yang dihasilkan melalui proses berdampingan, sambil membentuk taut kedap dengan sel
pematangan sel yang disebut spermatogenesis, dibuat Sertoli, dengan demikian membantu memper-tahankan
diagramnya pada Gambar 21-7. Proses pematangan ini integritas sawar darah-testis. Spermatosit primer
terbagi dalam tiga fase: merupakan sel terbesar epitel seminiferus (lihat Gambar
䡲 Spermatositogenesis: Diferensiasi spermatogonia menjadi 21-5). Mempunyai inti besar, vesikuler dengan kromosom
spermatosit primer dalam beraneka tahap pemadatan. Segera setelah
䡲 Meiosis: Pembelahan reduksi spermatosit primer yang pembentukan, spermatosit primer menduplikasi DNAnya
diploid dengan mengurangi komplemen kromosom, untuk mendapat kandungan DNA 4n: namun, jumlah
membentuk spermatid yang haploid kromosom tetap diploid (2n).
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 494

494 䡲 䡲 䡲 Bab 21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki

A1 Spermatogonia

A2 Spermatogonia

A3 Spermatogonia

A4 Spermatogonia

Spermatogonia

B Spermatogonia

Spermatosif primer

Spermatosif sekunder

Spermatid

Sperma
matang

Gambar 21-7 Spermatogenesis menyajikan jembatan antarsel yang mempertahankan sinsisium selama diferensiasi dan pematangan.
(dimodifikasi dari Ren X-D. Russell L. Clonal deuelopment of interconnected germ cells in the rat and its relationship to the segmental and
subsegmental organization of spermatogenesis. Am J Anat 192: 127, 1991.)

Selama pembelahan meiosis I, kandungan DNA Profase I pembelahan meiosis satu berakhir hingga
menjadi separuh (menjadi 2n) dalam setiap sel anak dan 22 hari dan melibatkan empat tahap:
jumlah kromosom berkurang menjadi haploid (n). 䡲 Leptoten
Selama pembelahan meiosis II, kandungan DNA 䡲 Zigoten
masing-masing sel anak berkurang menjadi haploid (ln), 䡲 Pakiten
sementara jumlah kromosom tetap haploid. 䡲 Diakinesis
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 495

Bab 21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki ■ ■ ■ 495

Kromosom spermatosit primer mulai memadat, Transformasi Spermatid (Spermiogenesis)


membentuk lembaran panjang selama leptoten dan
berpasangan dengan homolog merek sementara zigoten. Spermatid melepas banyak sitoplasma, menyusun kembali
Pemadatan lebih lanjut menghasilkan kromosom tebal, organel-organelnya, dan membentuk flagelum untuk
dikenal sebagai tetrad, selama pakiten. Pertukaran segmen bertransformasi menjadi spermatozoa; proses transformasi ini
(crossing over) kromosom homolog terjadi semasa dikenal sebagai spermiogenesis.
diakinesis; rekombinasi genetik secara acak ini
menghasilkan genom yang unik setiap sel benih dan Spermatid merupakan sel haploid bulat, kecil (diameter (8 µm
berkontribusi kepada variasi kumpulan (pool) gen. Semua spermatid yang merupakan progeni dari sebuah
Semasa metafase I, kromosom homolog yang spermatogonium tipe Apucat saling dihubungkan oleh
berpasangan berbaris pada lempeng ekuatorial. Anggota jembatan sitoplasma. Sel-sel ini membentuk kelompokan
masing-masing pasangan akan berpisah dan bermigrasi ke kecil dan terletak dekat lumen tubulus seminiferus. Sel-sel ini
kutub berlawanan pada sel dalam anafase I, dan sel mempunyai amat banyak RER, banyak mitokondria, dan
anaknya berpisah (walaupun jembatan sitoplasma tetap ada), sebuah kompleks Golgi yang berkembang baik. Selama
membentuk dua spermatosit sekunder selama telofase I. transformasi menjadi spermatozoa, mereka mengakumulasi
Oleh karena kromosom homolog terpisah selama anafase, enzim hidrolitik, mengatur kembali dan mengurangi jumlah
organelnya, membentuk flagela dan aparatus skeletal yang
kromosom X dan Y akan terpisah ke dalam spermatosit
berhubungan dengannya, dan melepaskan sebagian
sekunder yang terpisah, dan akhirnya membentuk
sitoplasmanya.
spermatozoa yang mengandung kromosom X atau Y. Jadi,
spermatozoa-lah yang menentukan jenis kelamin (seks) 䡲 Fase Golgi
embrio yang akan terbentuk. 䡲 Fase Tudung (Cap)
Spermatosit sekunder merupakan sel yang relatif kecil, 䡲 Fase Akrosom
dan karena usianya singkat, mereka tidak mudah terlihat 䡲 Fase Maturasi
dalam epitel seminiferus. Sel-sel ini yang mengandung DNA FASE GOLGI
2n, tidak mereplikasikan kromosomnya; mereka dengan cepat
memasuki pembelahan meiosis II, membentuk dua spermatid Selama fase Golgi spermiogenesis, enzim hidrolitik dibentuk
yang haploid (DNA ln). pada REK, dimodifikasi pada aparatus Golgi, dan dikemas
Selama mitosis spermatogonia dan meiosis spermatosit, oleh jejaring trans Golgi menjadi granula pra-akrosom
pembelahan inti (kariolcinesis) didampingi oleh modifikasi bermembran, yang kecil-kecil. Vesikel yang kecil-kecil ini
sitokinesis. Sementara setiap sel membelah untuk menyatu, membentuk sebuah vesikel akrosom. Enzim
membentuk dua sel, suatu jembatan sitoplasma tetap ada di hidrolitik dalam vesikel ini terlihat dengan mikroskop
antara keduanya, menyebab-kan sel-sel yang terbentuk, (lihat elektron sebagai materi padat elektron, yang dikenal sebagai
Gambar 21-7). Oleh karena pembelahan yang tidak lengkap granula akrosom. Vesikel akrosom menempel dan terikat
ini terjadi selama beberapa pembelahan mitosis maupun pada selubung inti, membentuk kutub anterior spermatozoa
meiosis, terbentuklah sinsisium sel-sel, sejumlah besar yang sedang dibentuk.
spermatid yang saling terhubung. Hubungan ini Sementara vesikel akrosom dibentuk, sentriol
memungkinkan sel-sel spermatogen saling berkomunikasi meninggalkan daerah inti, dan salah satunya akan
untuk menyinkronkan aktivitasnya. berpartisipasi dalam pembentukan aksonema flagela.
Setelah pembentukan mikrotubulus dimulai, sentriol kembali
ke kawasan inti untuk membantu pemben-tukan bagian
penghubung, yaitu suatu struktur yang akan melingkupi
KORELASI KLINIS sentriol (baca kemudian pada uraian mengenai
Kelainan yang paling sering ditemukan oleh spermatozoon).
karena tidak terpisahnya homolog XX. dikenal
sebagai sindrom Klinefelter. Individu
penyandang kelainan ini biasanya mempunyai FASE TUDUNG (CAP)
kromosom XXY. Mereka biasanya infertil, Selama fase tudung, vesikel akrosom bertambah besar
jangkung dan kurus, menunjukkan berbagai ukurannya, dan sebagian membrannya melingkupi inti (lihat
tingkatan karakteristik maskulin (termasuk testis Gambar 21-8). Saat vesikel ini mencapai ukuran terakhirnya,
yang kecil), dengan keterbelakangan mental. kemudian akan disebut akrosom (tudung akrosom).
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 496

496 䡲 䡲 䡲 Bab 21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki

menandai tempat pertemuan bagian tengah spermatozoa


dengan bagian utamanya (lihat Gambar 21-9). Suatu
sarung mitokondria akan dibentuk mengitari aksonema
bagian tengah ekor spermatozoa.
Saat pembentukan sarung mitokondria dan
pemanjangan spermatid, sembilan kolom serat padat
luar terbentuk di sekitar aksonema. Serat-serat padat ini
terlekat pada bagian penghubung yang terbentuk pada
fase Golgi. Setelah terbentuk, serat-serat padat ini akan
dikitari iga, sederetan bangunan padat mirip cincin yang
disebut sarung fibrosa.

FASE MATURASI
Fase maturasi ditandai oleh pelepasan sitoplasma
spermatid. Dengan dilepaskannya kelebihan sitoplasma,
sinsisium akan pecah dan setiap spermatozoa akan
dilepaskan dari massa selular yang besar itu. Sisa-sisa
sitoplasma akan difagositosis oleh sel Sertoli, dan
spermatozoa yang lepas akan diarahkan ke lumen tubulus
seminiferus (spermiasi).
Perhatikan bahwa spermatozoa yang baru terbentuk
imotil dan tidak dapat membuahi oosit. Spermatozoa
baru menjadi motil dalam perjalanan di epididimis. Baru
setelah memasuki sistem reproduksi perempuan
spermatozoa mengalami kapasitasi (yaitu mampu untuk
membuahi).

Struktur Spermatozoa
Spermatozoa terdiri atas sebuah kepala, berisi nukleus
(inti), dan ekor yang terdiri atas empat bagian: leher,
bagian tengah, bagian utama, dan bagian akhir (ujung).
Gambar 21-8 Gambaran mikroskop elektron tahap tudung spermatid
seekor rodent (x18.000). AC, akrosom; G aparatus Golgi; N, nukleus
(inti); NE, sampul nukleus. (Dari Oshako S, Bunick D, Hess RA, dkk: Spermatozoa (sperma) diproduksi melalui
Characterization of a testis specific protein localized in the spermatogenesis, merupakan sel-sel panjang (-65 µm).
endoplasmic reticulum of spennatogenic cells. Anat Rec 238: Setiap spermatozoon terdiri atas sebuah kepala berisi
335-348,1994.) inti, dan sebuah ekor, yang meliputi sebagian besar
panjangnya (Gambar 21-10; juga lihat Gambar 21-9).
FASE AKROSOM
Fase akrosom ditandai oleh beberapa perubahan pada KEPALA SPERMATOZOON
bentuk spermatid. Inti menjadi padat, sel memanjang,
dan mitokondria berpindah tempat. Kepala spermatozoon yang pipih mempunyai panjang
sekitar 5 gm dan dikelilingi oleh plasmalema (lihat
Kromosom menjadi amat padat dan terkemas ketat. Gambar 21-9). Berisi inti padat elektron yang padat,
Volume kromosom mengecil, volume seluruh inti juga mengandung hanya 1 anggota dari 23 pasang kromo-som
berkurang. Tambahan inti menjadi pipih, dan mencapai (22 autosom + kromosom Y — atau 22 autosom +
bentuk spesifiknya. kromosom X), dan akrosom, yang melingkari sebagian
Mikrotubulus menyusun diri membentuk struktur dari aspek anterior inti. Akrosom akan menempel dengan
silindris, yaitu manset, yang membantu pemanjangan sel membran dari spermatozoon di bagian depan
spermatid. Selagi sitoplasma yang sedang memanjang (anterior). Mengandung berbagai enzim, termasuk
mencapai mikrotubulus aksonema flagella, neuraminidase, hialuronidase, asam fosfatase, aril
mansetmiktrotubulus mengurai. Tempatnya akan diisi sulfatase, dan protease mirip tripsin, yang dikenal
oleh anulus, suatu bangunan mirip cincin yang sebagai akrosin.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 497

Bab 21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki ■ ■ ■ 497

FASE FASE
SPERMATID FASE GOLGI FASE MATURASI
MATURASI
AKROSOMAL PERTENGAHAN
DINI
Flagelum

Nukleus
Granula Mitokondria
akrosom
Nukleus
Vesikel akrosom Tudung/ Nukleus
akrosom

Bagian akhir Bagian utama

Anulus

Bagian tengah
Mitokondria

Leher

Kepala
Gambar 21-9 Spermiogenesis dan
spermatozoa dewasa.

Gambar 21-10 Gambaran mikrosop


elektron pindai spermatozoa
manusia (x15.130), diperlihatkan
seluruh spermatozoon termasuk
daerah kepala (HR), bagian tengah
(MP), bagian utama (PP), dan bagian
akhir (EP) (x650). Inset: Kepala,
Ieher (NK), dan bagian tengah (MP).
(Dari Kessel RG: Tissue and Organs:
A Text Atlas of Scanning Electron
Microscopy. San Francisco, WH
Freeman, 1979.)

Pengikatan spermatozoon terhadap molekul ZP3 pada EKOR SPERMATOZOA


zona pelusida memicu reaksi akrosomal, yang Ekor spermatozoon terbagi menjadi 4 bagian: leher,
melepas enzim akrosomal yang mencerna dan bagian tengah, bagian utama, dan bagian ujung (lihat
menyediakan jalur bagi sperma untuk mencapai oosit, Gambar 21-9). Plasmalema kepala kontinu dengan
sehingga terjadilah proses fertilisasi (lihat Bab 20, membran plasma ekor.
Gambar 20-15). Reaksi akrosomal seperti juga proses
fertilisasi diuraikan pada Bab 20.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 498

498 䡲 䡲 䡲 Bab21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki

Leher (panjang ~5 µm) menghubungkan kepala Penelitian mengikuti perjalanan timidin berlabel tritium
dengan bagian ekor lainnya. Terdiri atas susunan (3H-thymidine) yang disuntikkan ke dalam testesrelawan
sembilan kolom silindris bagian penghubung yang menunjukkan bahwa radioaktivitas terlihat dengan interval
melingkari ke dua sentriol, salah satu di antaranya 16—harian pada tahapan yang sama spermatogenesis.
biasanya remuk. Aspek posterior perpadatan kolumnar Setiap interval 16 hari dikenal sebagai siklus epitel
melanjutkan diri dengan sembilan serat padat luar. seminiferus dan proses spermatogenesis membutuhkan
Bagian tengah (~5 µm) terletak di antara leher dan waktu empat siklus, atau 64 hari. Pemeriksaan irisan
bagian utama. Ditandai oleh adanya sarung mitokondrial, melintang serial pada sebuah tubulus seminiferus
yang melingkari serat padat luar dan aksonema di menunjukkan bahwastadium/tahapan yang sama selalu
tengah-tengah. Bagian tengah berakhir pada anulus, timbul/tampil kembali pada jarak yang tetap sepanjang
suatu bangunan padat berbentuk cincin tempat tubulus. Jarang antara dua tahapan yang sama disebut
plasmalema melekat, mencegah pergeseran sarung gelombang epitel seminiferus. Jadi, pada manusia
mitokondrial ke arah kaudal ke dalam ekor. Dua di terdapat enam gelombang epitel seminiferus yang
antara sembilan serat padat luar berakhir pada anulus; berulang sesuai dengan enam tahapan.
tujuh sisanya melanjutkan diri ke bagian utama.
Bagian utama (~45 µm) merupakan segmen ekor Sel Interstisial Leydig
yang terpanjang dan membentang dari anulus ke bagian
ujung. Aksonema bagian utama berlanjut dengan bagian Sel interstisial Leydig, tersebar di antara unsur jaringan
tengah. Di sekeliling aksonema terdapat tujuh serat padat ikat tunika vaskulosa, menyekresikan testosteron.
luar yang merupakan lanjutan bagian tengah dan
dikelilingi oleh sarung fibrosa. Bagian utama mengecil Tubulus seminiferus terdapat dalam tunika vaskulosa,
dekat ujung kaudalnya, tempat serat padat luar dan jaringan ikat jarang yang banyak mengandung pembuluh
sarung fibrosa berakhir dan melanjutkan diri menjadi darah, fibroblas, sel mast, dan unsur sel lainnya yang
bagian ujung. biasa tersebar di dalamnya. Juga tersebar di dalam tunika
Bagian akhir (~5 µm) terdiri atas aksonema di tengah vaskulosa ialah sel-sel endokrin, yaitu sel interstisial
dikelilingi plasmalema. Aksonemanya tidak beraturan Leydig, yang memproduksi hormon testosteron.
pada 0,5 1,0 µm terakhir, sehingga tidak lagi tersusun Sel interstisial Leydig merupakan sel polihedral dan
dalam sembilan doublet dan dua singlet, namun terlihat berdiameter sekitar 15 µm, mempunyai inti tunggal,
20 mikrotubulus dengan susunan yang kacau. kadang berinti dua (binucleate) . Merupakan sel steroid,
mempunyai mitokondria dengan Krista tubular,
kelompokan besar SER, dan aparatus Golgi yang
berkembang baik (Gambar 21-12). Sel-sel ini
SIKLUS EPITEL SEMINIFERUS mengandung beberapa RER dan banyak butiran lemak
(lipid droplets), tanpa vesikel sekret lorik, oleh karena
Epitel seminiferus menunjukkan siklus 16-hari; terdapat testosteron kemungkinan langsung dilepaskan begitu
empat siklus untuk menyelesaikan satu proses selesai disintesis. Lisosom dan peroksisom juga
spermatogenesis. ditemukan, terdapat pigmen lipokrom (khususnya pada
lelaki yang lebih tua). Sitoplasma juga mengandung
protein yang terkristalisasi, Kristal Reinke, ciri khas
Karena sel benih yang berasal dari spermatogonium A
sel interstisial manusia.
tipe pucat saling dihubungkan oleh jembatan sitoplasma
yang membentuk sinsisium, mereka dapat saling
berkomunikasi dan menyinkronkan perkembangannya. Histofisiologi Testis
Pemeriksaan rinci pada epitel seminiferus manusia
menunjukkan enam macam ciri sehubungan dengan tipe/ Fungsi utama testis ialah memproduksi spermatozoa
jenis, yang dikenal sebagai enam tahapan dan menyintesis serta melepaskan testosteron.
spermatogenesis oleh karena meliputi berbagai
transformasi hingga mencapai bentuk spermatozoa Kedua testis membentuk 200 juta spermatozoa per hari
(Gambar 21-11). Setiap profil potong-lintang tubulus melalui proses yang mirip dengan cara sekresi holokrin.
seminiferus dapat dibagi menjadi tiga atau lebih daerah Sel Sertoli seminiferus juga memproduksi cairan yang
berbentuk baji, masing-masing memperlihatkan tahapan banyak mengandung fruktosa, yang berperan menutrisi
spermatogenesis yang berbeda. dan mengangkut spermatozoa yang baru dibentuk dari
lumen tubulus seminiferus ke duktus genital
ekstratestikular.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 499

Bab 21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki ■ ■ ■ 499

Enam tahapan spermatogenesis


dalam tubulus seminiferus

TAHAP II
TAHAP I Spermatozoa
Spermatid lanjut
Spermatid dini/
muda
Spermatosis
primer

Sel Sertoli

Spermatogonia

Lamina basa

TAHAP III TAHAP IV

Spermatid

Spermatos
it primer

Sel Sertoli

Spermatogonia

Lamina basa

TAHAP V TAHAP VI

Spermatid lanjut

Gambar 21-11 Enam tahapan/ stadium Spermatosit


spermatogenesis dalam tubulus primer
seminiferus manusia. (digambar
kembali dari Clermont Y: siklus epitel Sel Sertolil
seminiferus pada manusia. (digambar
kembali dari Clermont Y: The cycle of
the seminiferous epithelium in man. Am Spermatogonia
J Anat 112: 35-52,1963.)
Lamina basa

Hormon luteinisasi (luteinizing hormone/LH), suatu testosteron, yaitu hormonlelaki, dan akhirnya akan
gonadotropin yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis dilepaskan oleh sel-sel ini (Gambar 21-13).
anterior, berikatan dengan reseptor LH pada sel Leydig,
mengaktifkan adenilat siklase untuk membentuk Karena kadar testosteron darah tidak mencukupi
adenosin monofosfat siklik (cAMP). Aktivasi protein untuk memulai dan mempertahankan spermatogenesis,
kinase sel-sel Leydig oleh cAMP menginduksi FSH, hormon gonadotropin lain dari hipofisis anterior,
kolesterol esterase inaktif menjadi aktif dan menginduksi sel Sertoli untuk menyintesis dan melepas
melepaskan kolesterol bebas dari droplet lipid dalam protein pengikat androgen (androgen-binding
sel. Langkah pertama dalam jaras sintesis testosteron protein/ABP) (Gambar 21-14). Sesuai dengan namanya,
juga peka terhadap LH, oleh karena LH mengaktivasi ABP mengikat testosteron, dengan demikian mencegah
desmolase kolesterol, enzim yang mengubah hormon tersebut meninggalkan daerah tubulus
kolesterol bebas menjadi pregnenolon. Berbagai produk seminiferus dan meningkatkan kadar testosteron
jalur sintesis melintas pulang-pergi (pp) (shuttled) setempat hingga cukup untuk mempertahankan
antara SER dengan mitokondria hingga terbentuk spermatogenesis.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 500

500 䡲 䡲 䡲 Bab21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki

Gambar 21-12 Gambaran mikroskop elektron


pembesaran rendah menunjukkan dua sel
Leydig manusia (x18.150). Mitokondria
mempunyai diameter yang lebih kurang
seragam, dan bahkan dengan pembesaran rendah
ini terlihat Krista berupa lamella bertumpuk
(kepala panah). (dari Prince FP: Mitochondrial
cristae diversity in human Leydig cells: A
revised look at cristae morphology inthese
steroid-
producing cellss. Anat Rec 254-541, 1999.)

Reseptor LH Siklase
Dadenilat

Sel Leydig

Droplet lipid cAMP


ATP cAMP
+ PPi mengaktivasi
Kolestrol
teresterifikasi
Kinase
protein
Kolosterol Kolestrol Asetil mengaktivasi
plasma bebas CoA
Nukleus Kolesterol
esterase
Mitokondrion melepas

Kolesterol
Pregnenolon SER bebas

Testosteron Gambar 21-13 sintesis testosteron oleh sel


interstisial Leydig. ATP, adenosine trifosfat;
cAMP, siklik adenosin monofosfat CoA, coenzim A;
LH, luteinizing hormone/ hormon pelutein; SER,
snwoth endoplasmic pelutein; SER, snwoth
Ke aliran darah endoplasmic reticulum/retikulum endoplasma
halus.

Pelepasan LH dihambat oleh peningkatan kadar seks perempuan, juga diikat oleh ABP dan karenanya akan
testosteron dan dihidrotestosteron, sementara pelepasan menurunkan tingkat spermatogenesis.
FSH dihambat oleh hormon inhibin, yang diproduksi Testosteron juga dibutuhkan sebagai fungsi normal
oleh sel Sertoli (lihat Gambar 21-14). Menarik untuk vesikula seminalis, prostat, dan kelenjar bulbouretra,
diperhatikan bahwa estrogen, hormon juga untuk penampilan dan mempertahankan ciri
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 501

Bab 21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki ■ ■ ■ 501

Hipotalamus
LHRH

Umpanbalik negatif Umpan balik negatif


testosteron terhadap inhibin terhadap peng-
penglepasan LHRH lepasan LHRH

(–)

LH menstimulasi sintesi
hormon seks lelaki oleh (–)
sel Leydig

Hipofisis anterior

FSH menstimulasi sel


Sertoli untuk mensintesis
androgen-binding-protein
(ABP)

Sel
Sertoli
Sel Leydig
memproduksi
testosterone

Gambar 21-14 Kontrol hormonal (ABP)


spermatogenesis. Hormon perangsang
folikel (follicle stimulating hormone/ Pembuluh
FSH), Hormon pelutein (luteinizing darah
hormone/LH), Hormon penglepas LH
(LH-releasing hormone/LHRH)
(Adaptasi dari Fawcett, DW Bloom and Tubulus
Faw-cett: A textbook of Histology, seminiferus
1Oth ed. Philadelphia, WB Saunders,
1975).

seksual sekunder lelaki. Sel-sel yang membutuhkan Tubuli Rekti


testosteron memiliki 5a-reduktase, yaitu enzim yang Tubuli rekti mengantar spermatozoa dari tubulus
mengubah testosteron menjadi bentuk aktifnya yaitu seminiferus ke dalam rete testis.
dihidrotestosteron.
Tubuli rekti merupakan saluran pendek yang lurus dan
DUKTUS GENITAL merupakan lanjutan tubulus seminiferus dan
menyalurkan spermatozoa yang dibentuk oleh epitel
Duktus genital dapat dibagi dalam dua kategori: yang seminiferus, ke rete testis. Setengah bagian pertama
terletak dalam testis (intratestikular) dan yang dekat tubulus seminiferus, tubuli rekti berdinding sel
terletak di luar testis (ekstratestikular) (Tabel 21-1). Sertoli, dan setengah sisanya, dekat rete testis,
mempunyai epitel kuboid selapis. Sel kuboidnya
mempunyai mikrovili yang pendek (stubby), dan
Duktus Genital Intratestikular sebagian besar mempunyai sebuah flagelum.

Duktus intratestikular termasuk tubuli rekti dan rete Rete Testis


testis.
Spermatozoa imatur disalurkan dari tubuli rekti ke dalam
Duktus genital yang terletak dalam testis rete testis, ruang-ruang labirin yang dilapisi epitel kuboidal
menghubungkan tubulus seminiferus dengan
epididimis. Duktus intratestikular ini merupakan
Rete testis terdiri atas ruang-ruang labirin, dibatasi
tubuli rekti dan rete testis (lihat Gambar 21-2).
epitel selapis kuboid, di dalam mediastinum testis. Sel-
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 502

502 䡲 䡲 䡲 Bab 21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki

TABLE 21–1 Gambaran Histologik dan Fungsi Duktus Genital Lelaki

Duktus Epitel pembatas Jaringan penyokong Fungsi


Tubuli rekti Sel Sertoli pada separuh bagian Jaringan ikat jarang Menyalurkan spermatozoa
proksimalnya; epitel selapis
dari tubulus seminiferus ke
kuboid pada separuh bagian
rete testis
distal
Rete testis Epitel selapis kuboid Jaringan ikat yang vaskular Menyalurkan spermatozoa
dari tubuli rekti ke rete
testis
Duktuli Bercak-bercak berepitel Jaringan ikat longgar yang tipis Menyalurkan spermatozoa dari
eferentes kuboid tanpa silia berseling dikelilingi selapis tipis sel-sel otot rete testis ke epididimis
dengan sel kolumnar bersilia polos yang tersusun sirkular

Epididimis Epitel bertingkat terdiri atas sel Jaringan ikat longgar dikelilingi Menyalurkan spermatozoa
basal yang pendek dan sel lapisan sel otot polos yang tersusun dari duktuli eferentes
principal yang tinggi (dengan sirkular ke duktus deferens
stereosilia)
Duktus (vas) Epitel bertingkat kolumnar Jaringan ikat longgar fibroelastik; Menyampaikan spermatozoa
deferens selubung otot polos tebal berlapis dari ekor epididimis ke ekor
tiga; longitudinal dalam dan luar, duktus ejakulatorius
dan lapis tengah yang sirkular

Duktus Epitel kolumnar selapis Jaringan ikat subepitel yang Menyampaikan spermatozoa
ejakulatorius berlipat, menyebabkan tampilan dan cairan semen ke uretra
lumen yang ireguler; tanpa otot prostatika di daerah kolikulus
polos seminalis

sel kuboid ini mirip dengan yang ada pada tubuli rekti, aktivitas endositosis. Sel-sel ini dipercaya menyerap
mempunyai banyak mikrovili pendek dengan sebuah sebagian besar cairan lumen yang dihasilkan oleh sel
flagelum (Gambar 21-15). Sertoli tubulus seminiferus. Silia dari sel kolumnar
kemungkinan menggerakan spermatozoa ke arah
Duktuli Eferentes epididimis.
Epitel selapis berdiri di atas lamina basal yang
Duktuli eferentes terletak antara rete testis dan epididimis. memisahkannya dari jaringan ikat longgar tipis pada
dinding setiap duktulus. Jaringan ikatnya dikitari oleh
lapisan tipis otot polos yang sel-selnya tersusun sirkular.
Sepuluh hingga 20 duktuli eferentes merupakan sa-luran
pendek yang menyalurkan spermatozoa dari rete testis
dan menembus tunika albuginea testis untuk Duktus Genital Ekstratestikular
menyampaikan sperma ke epididimis (lihat Gambar Duktus genital ekstratestikular ialah epididimis, duktus
21-2). Jadi, duktuli eferentes akan bergabung dengan deferens, dan duktus ejakulasi.
epididimis di sini.
Lapisan epitel selapis pada lumen duktulus terdiri atas
bidang-bidang dengan sel kuboid tanpa silia berseling Duktus genital ekstratestikular yang berhubungan dengan
dengan bidang bersel kolumnar bersilia. Kelompokan setiap testis ialah epididimis, duktus deferens (vas
sel epitel pendek dan tinggi yang berdampingan deferens), dan duktus ejakulasi (lihat Gambar 21-1).
memberikan ciri khas bergelombang pada permukaan Epididimis menyekresikan banyak faktor yang
lumen duktuli eferentes. Sel-sel kuboidnya banyak memfasilitasi pematangan spermatozoa, namun belum
mengandung lisosom, dan plasmalema apikalnya diketahui mekanisme kerjanya. Seperti telah dinyatakan
memperlihatkan banyak invaginasi yang menunjukkan sebelumnya, spermatozoa belum mampu memfertilisasi
aktivitas endositosis. Sel-sel kuboidnya banyak sebuah oosit sekunder sebelum mengalami kapasitasi,
mengandung lisosom, dan plasmalema apikalnya suatu proses yang dipicu oleh sekresi yang diproduksi
memperlihatkan banyak invaginasi yang menunjukkan dalam saluran genital perempuan.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 503

Bab 21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki ■ ■ ■ 503

Gambar 21-15 Gambaran mikroskop elektron epitel


rete testis sapi (bovine) (x19.900). BL lamina basal;
CF serat kolagen; CI silium; ID interdigitasi
plasmalema lateral; JC kompleks tautan; MC sel
monoselular; MF miofibroblas; N nucleus (dari Hees
H, Wrobel KH, Elmagd AA, Hees I: The mediastinum MF
of the bovine testis. Cell Tissue Res 255: 29-39,
1989).

Epididimis
Epididimis, suatu tubulus yang berkelok-kelok terbagi dalam jernih, dengan hanya sedikit organel. Sel basal diduga
kepala, badan dan ekor, melanjutkan diri menjadi duktus deferens. berfungsi seperti sel punca, akan beregenerasi menjadi
sel basal dan sel prinsipal apabila dibutuhkan.
Setiap epididimis merupakan sebuah saluran yang tipis, Sel prinsipal epitel epididimis tinggi, dan
panjang (4-6 m), sangat berkelok yang terlipat dalam mempunyai inti oval yang irregular dengan satu atau
ruang yang panjangnya 7 cm pada aspek posterior testis dua anak inti yang besar. Intinya jauh lebih pucat
(Gambar 21-2). Epididimis dapat dibagi dalam tiga dibanding dengan inti sel basal, dan terletak pada bagian
bagian: kepala, badan, dan ekor. Kepala, terbentuk basal sel.
sebagai penyatuan dari 10-20 duktuli eferentes, menjadi
amat berkelok dan melanjutkan diri menjadi badan yang Sitoplasma sel prinsipal berisi banyak RER yang
juga amat berkelok. Bagian distal ekornya, yang terletak antara inti dengan plasmalema bagian basal. Inti
menyimpan spermatozoa untuk beberapa waktu, juga mempunyai kompleks Golgi besar di daerah di atas
menjadi kurang berkelok saat melanjutkan diri menjadi inti (supranuklear), banyak gambaran SER di daerah
duktus deferens. apikal, endolisosom, dan badan multivesikular. Membran
sel di bagian apikal memperlihatkan banyak vesikel
Lumen epididimis dibatasi oleh epitel bertingkat
pinositotik dan vesikel berselubung di daerah pangkal
terdiri atas dua tipe sel (Gambar 21-16):
pada banyak stereosilia yang menjulur ke lumen
䡲 Sel basal
epididimis. Juluran sel yang panjang dan bercabang ini
䡲 Sel prinsipal
merupakan kumpulan mikrovili yang saling berdekatan
Sel basal yang pendek berbentuk piramid hingga sehingga tampak membentuk kelompokan.
polihedral. Mempunyai inti yang bulat mengandung Sel-sel utama menyerap cairan lumen, yang diendositosis
kumpulan banyak heterokromatin yang memberikan melalui vesikel pinositotik dan diantarkan ke lisosom
gambaran padat. Sutoplasma yang sedikit relatif untuk dibuang. Tambahan lagi, sel-sel ini memfagositosis
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 504

504 䡲 䡲 䡲 Bab 21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki

dari ekor epididimis ke duktus ejakulatorius (lihat


Gambar 21-1 dan 21-2).
BC
Epitel kolumnar bertingkat berstereosilia pada
duktus deferens sama dengan yang terdapat pada
epididimis, walaupun sel utama di sini lebih pendek.
Sebuah lamina basal memisahkan epitel dari jaringan
ikat longgar di bawahnya. Epitel membentuk lipatan-
lipatan sehingga lumen terlihat ireguler. Selubung otot
polos tebal yang melingkari jaringan ikat, tersusun
Ep dalam lapisan dalam dan luar yang longitudinal dan
lapisan tengah yang sirkular. Selubung otot polos ini
diseling oleh lapisan tipis jaringan ikat fibroelastik
longgar.
PC

KORELASI KLINIS
SM Oleh karena duktus deferens mempunya dinding
muskular dengan tebal 1 mm. maka dengan
mudah dapat dikenali melalui kulit skrotum
sebagai suatu saluran tebal yang dapat digeser.
Vasektomi (pembedahan dengan mengangkat
sebagian duktus deferens) dilakukan melalui
irisan kecil pada kantung skrotum, untuk
mensterilkan seseorang.

Bagian akhir setiap duktus deferens yang melebar,


dikenal sebagai ampula, mempunyai epitel tebal yang
Gambar 21-16 Gambaran mikroskop cahaya epididimis kera (x270) amat berlipat-lipat. Ampula dekat kelenjar prostat akan
Sel basal (BC), Epitel (Ep), sel prinsipal (PC), otot polos (SM). bergabung dengan vesikula seminalis (kelenjar
vesikulosa). Lanjutan dari penyatuan ampula dengan
vesikula seminalis disebut sebagai duktus
sisa sitoplasma yang tidak dikeluarkan oleh sel Sertoli. ejakulatorius.
Sel-sel utama juga memproduksi gliserofosfokolin,
suatu glikoprotein yang menghambat kapasitasi
spermatozoa, dengan demikian mencegah spermatozoa
Duktus Ejakulatorius
memfertilisasi sebuah oosit sekunder sebelum sperma Ampula duktus deferens menyatu dengan vesikula seminalis
memasuki saluran genitalia perempuan membentuk duktus ejakulatorius, yang kemudian memasuki
Epitel epididimis dipisahkan dari jaringan ikat kelenjar prostat dan bermuara ke uretra prostatika.
longgar di bawahnya oleh suatu lamina basal. Selapis
sel otot polos yang tersusun sirkular mengitari lapisan Duktus ejakulatorius merupakan saluran pendek, lurus
jaringan ikat. Kontraksi peristaltik lapisan ini yang memasuki substansi kelenjar prostat (lihat Gambar
membantu mengantarkan spermatozoa ke duktus 21-1). Duktus ini akan berakhir setelah menembus
deferens. aspek posterior uretra prostatik pada kolikulus
seminalis. Lumen duktus ejakulatorius dilapisi epitel
kolumnar selapis. Jaringan ikat subepitel berlipat, suatu
Duktus Deferens (Vas Deferens) gambaran yang menyebabkan lumen tampak iregular.
Duktus ejakulatorius tidak mempunyai otot polos pada
Duktus deferens merupakan tabung muskular yang dindingnya.
menyalurkan spermatozoa dari ekor epididimis ke duktus
ejakulatorius.
KELENJAR PELENGKAP GENITAL
Duktus deferens merupakan tabung muskular dengan Sistem reproduksi lelaki mempunyai lima kelenjar
lumen yang kecil, ireguler yang menyalurkan spermatozoa pelengkap: sepasang vesikula seminalis, sebuah prostat,
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 505

Bab 21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki ■ ■ ■ 505

dan sepasang kelenjar bulbouretral (lihat Gambar 21-1). banyak mitokondria, beberapa butiran lipid dan pigmen
lipokrom, dan banyak granula sekretorik. Tinggi sel
bervariasi sesuai dengan kadar/tingkat testosteron darah.
Vesikula Seminalis (Kelenjar Vesikulosa) Jaringan ikat subepitel bersifat fibroelastis dan
dikelilingi oleh selubung otot polos, tersusun sebagai
Pasangan vesikula seminalis, terletak dekat dinding lapisan sirkular dalam dan lapisan luar yang
posterior kelenjar prostat, menyekresikan suatu cairan longitudinal. Selubung otot polos kemudian dilingkupi
viskosa yang meliputi sekitar 70% ejakulat oleh lapisan jaringan ikat fibroelastis yang sangat halus
(rapuh).
Vesikula seminalis merupakan bangunan tubular yang Vesikula seminalis pernah dianggap tempat
berjalan amat berkelok (coiled), panjang sekitar 15 cm, menyimpan spermatozoa, beberapa di antaranya selalu
terletak antara aspek posterior leher kandung kemih dan ada dalam lumen kelenjar ini. Sekarang diketahui bahwa
kelenjar prostat, dan menyatu dengan ampula duktus kelenjar ini menghasilkan cairan seminal yang
deferens tepat di atas kelenjar prostat. banyak mengandung fruktosa, meliputi 70% volume
Mukosavesikula seminalis amat berkelok, membentuk semen. Walaupun cairan seminal juga mengandung asam
ruang-ruang buntu (cul-de-sac) mirip labirin, yang secara amino, sitrat, prostaglandin, dan protein, fruktosa
tiga dimensi, mempunyai lumen yang sama di tengah. merupakan unsur utama, karena merupakan sumber
Lumen dibatasi epitel silindris bertingkat terdiri atas energi spermatozoa. Karakteristik warna kuning pucat
sel basal yang pendek dan sel kolumnar rendah (Gambar semen disebabkan oleh pigmen lipokrom yang
21-17). dilepaskan oleh vesikula seminalis.
Setiap sel silindris mempunyai banyak mikrovili
rendah dengan satu flagelum menjulur ke lumen kelenjar. Kelenjar Prostat
Sitoplasma sel-sel ini menunjukkan RER, Aparatus Golgi
Kelenjar prostat, mengitari sebagian uretra, bersekresi asam
fosfatase, fibrinolisin, dan asam sitrat langsung ke uretra.

Kelenjar prostat, merupakan kelenjar pelengkap terbesar,


ditembus oleh uretra dan duktus ejakulatorius (Gambar
21-18). Kapsula tipis kelenjar terdiri atas jaringan ikat
kolagen padat iregular dengan banyak pembuluh darah,

CC

Kandung kemih
L

Prostat

Sz
Uretra

BC
Kapsula
Duktus ejakulatorius
Duktus prostat
Kelenjar mukosa
Kelenjar submukosa

Kelenjar prostat utama

Gambar 21-17 Gambaran mikroskop cahaya vesikula seminalis kera.


(x270). Sel basal (BC), Sel silindris (CC), lumen (L), spermatozoa (Sz).
Gambar 21-18 Kelenjar prostat manusia.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 506

506 䡲 䡲 䡲 Bab 21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki

diselingi sel-sel otot polos. Stroma jaringan ikat Lumen kelenjar tubuloalveolar seringkali berisi
kelenjar berasal dari kapsula dan karenanya juga konkresi prostatik (korpora amilasea) yang bundar
diperkaya dengan serat otot polos selain sel-sel jaringan hingga oval, terdiri atas glikoprotein yang terkalsifikasi,
ikat yang biasa. benda-benda ini bertambah pada penuaan individu (lihat
Kelenjar prostat, suatu kumpulan terdiri atas 30 Gambar 21-19). Kegunaan konkresi sekret ini belum
hingga 50 kelenjar tubuloalveolar kompleks, dipahami.
tersusun dalam tiga lapisan konsentrik terpisah: Sekresi prostat menyusun semen. Merupakan
䡲 Mukosa cairan putih serosa, banyak mengandung lipid, enzim
䡲 Submukosa proteolitik, asam fosfatase, fibrinolisin, dan asam sitrat.
䡲 Utama Pembentukan, sintesis, dan pelepasan sekresi prostat
diatur oleh dihidrotestosteron, yaitu bentuk aktif
Setiap kelenjar tubuloalveolar mempunyai saluran testosteron.
keluarnya sendiri yang menyalurkan produk sekresinya
ke dalam uretra prostatik.
Kelenjar mukosa paling dekat dengan uretra dan
karenanya merupakan kelenjar terpendek. Kelenjar
submukosa terletak perifer terhadap kelenjar mukosa
dan karenanya lebih besar daripada kelenjar mukosa.
Kelenjar terbesar dan berjumlah terbanyak ialah
kelenjar utama yang terletak paling perifer, yang
menyusun massa prostat.
Komponen kelenjar prostat dibatasi oleh epitel
silindris selapis hingga berlapis (Gambar 21-19), sel-
selnya mempunyai cukup banyak organel yang berperan
untuk sintesis dan pengepakkan proteinnya. Oleh
karenanya, sel-sel ini mempunyai banyak RER, sebuah
aparatus Golgi yang besar, banyak granula sekretori
(Gambar 21-20), dan banyak lisosom.

Gambar 21-20 Gambaran mikroskop elektron kelenjar prostat pada


hamster. G, aparatus Golgi; M, mikrovili; R, Retikulum endoplasma
kasar. Bar = 5 jcm. (dari Toma JG, Buzzell GR: Fine structure of the
Figure 21-19 Gambaran mikroskop cahaya kelenjar prostat kera ventral and dorsal lobes of the prostate in a young adult Syrian
(x132). Perhatikan area konlcresi/konkremen (perpadatan) prostatik hamster, Mesocricetus auratus. Am J Anat 181: 132-140, 1988.)
(panah).
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 507

Bab 21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki ■ ■ ■ 507

KORELASI KLINIS sekret prostat dicurahkan ke dalam uretra, seperti juga


Dengan menuanya lelaki, stroma prostat dan spermatozoa dari ampula duktus deferens. Sekret prostat
kelenjar mukosa serta submukosanya mulai tampaknya membantu spermatozoa memperoleh motilitas
membesar, suatu keadaan yang dikenal sebagai spermatozoa. Sekresi akhir berasal dari vesikula
hipertrofi prostatik jinak (benign prostatic seminalis, yang bertanggung jawab untuk peningkatan
hypertrophy). Prostat yang membesar menekan volume semen. Cairannya yang kaya akan fruktosa
sebagian lumen uretra, menyebabkan kesulitan dipakai sebagai sumber energi oleh spermatozoa.
berkemih. Sekitar 40% dari lelaki berusia 50-an
tahun terganggu oleh keadaan ini; persentase akan Ejakulat, dikenal sebagai semen, bervolume sekitar
meningkat hingga 95% pada lelaki usia 80 tahun. 3 mL pada manusia, dan terdiri atas sekret dari kelenjar
Bentuk tumor kedua terbanyak pada lelaki pelengkap dan 200 hingga 300 juta spermatozoa.
ialah adenokarsinoma prostat. Mengenai 30%
lelaki berusia di atas 75 tahun. Seringkali sel PENIS
kanker memasuki sistem sirkulasi dan bermeta-
stasis ke tulang. Tes darah sederhana untuk Penis berfungsi sebagai organ ekskretori untuk urin dan
mendeteksi antigen spesifik prostat (PSA/ organ kopulasi lelaki untuk meletakkan spermatozoa ke
Prostatic-specific antigen) telah dikembankan, dalam saluran genitalia perempuan.
sehingga memungkinkan deteksi dini adenokar-
sinoma prostat. Walaupun pertumbuhan tumor Penis terdiri atas tiga kolom jaringan erektil, yang
dapat dideteksi mela1ui pemeriksaan perabaan masing-masing terbungkus dalam kapsul jaringan ikat
jari mela1ui rektum, biopsi tetap dibutuhkan fibrosa yang padat, yaitu tunika albuginea (Gambar
untuk memastikannya. Pembedahan atau radio- 21-21).
terapi merupakan pengobatan yang umum
dilakukan namun tidak menyingkirkan
kemungkinan efek samping seperti impotensi dan
inkontinensia.

Kelenjar Bulbouretra Penis

Kelenjar bulbouretra yang berpasangan, terletak pada akar


penis, menyekresikan suatu larutan pelincir yang licin
langsung ke dalam uretra.

Kelenjar bulbouretra (kelenjar Cowper) kecil


(berdiameter 3 hingga 5 mm) dan terletak pada pangkal
penis, tepat pada permulaan uretra pars membranosa
(lihat Gambar 21-1). Kapsul fibroelastiknya tidak hanya
mengandung sel otot polos dan fibroblas namun juga
serat otot rangka yang berasal dari otot diafragma Vena dan
Arteri dan vena superfisialis
urogenital. Septa berasal dari kapsul membagi kelenjar
dalam beberapa lobulus. Epitel kelenjar tubuloalveolar arteri dorsalis
kompleks ini bervariasi dari kuboid selapis hingga
silindris/kolumnar selapis. Erectile
tissue
Sekret yang dihasilkan kelenjar bulbouretra
merupakan cairan yang kental, licin mengandung
galaktosa dan asam sialat yang kemungkinan berperan
dalam melicinkan lumen uretra. Saat proses ejakulasi,
Tunika
cairan viskos ini mendahului bagian lain dari semen. albuginea

Histofisiologi Kelenjar Genital Pelengkap Korpus


kavernosum
Kelenjar bulbouretra menyekresikan cairan pelincir
yang melicinkan dinding uretra. Merupakan bagian Korpus Uretra
pertama sekret kelenjar yang akan dilepaskan spongiosum
mengikuti ereksi penis. Tepat sebelum ejakulasi, Gambar 21-21 Potongan melintang penis.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 508

508 䡲 䡲 䡲 Bab 21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki

Dua di antara kolom jaringan erektil, korpora Mekanisme Ereksi, Ejakulasi, dan
kavernosa, terletak di daerah dorsal; tunika albuginea Detumesensi
di antaranya tidak lengkap memungkinkan hubungan
antara kedua jaringan erektilnya, korpus spongiosum Ereksi diatur oleh sistem saraf parasimpatis; merupakan
terletak di daerah ventral. Oleh karena korpus hasil dari stimulasi seksual, taktil, olfaktori, visual, auditori,
spongiosum dilalui uretra penilis, uretra di sini disebut danlatau psikologis. Ejakulasi diatur oleh sistem saraf
juga uretra korpus kavernosum. Korpus kavernosum simpatis.
berakhir di bagian distal dengan bagian melebar yang
disebut glans penis (kepala penis). Ujung glans penis
ditembus ujung akhir uretra sebagai celah vertikal. Saat penis flasid, ruang vaskular jaringan erektil
Ketiga korpora diliputi selubung bersama jaringan mengandung hanya sedikit darah. Dalam keadaan ini
ikat longgar, tanpa hipodermis, dan diliputi kulit tipis. banyak di antara aliran darah arteri dialihkan ke
Kulit bagian proksimal penis mempunyai rambut pubis anastomosis arteriovenosa yang menghubungkan
yang kasar dan banyak kelenjar keringat dan sebasea. cabang-cabang arteri dorsalis & profunda penis ke vena
Bagian distal penis tidak berambut dan hanya sedikit yang mengalirkan darah ke dalam vena dorsalis
kelenjar keringat. Kulit berlanjut dari distal ke glans profunda (Gambar 21-22A). Oleh karenanya, aliran
penis membentuk sarung yang dapat ditarik ke belakang, darah akan memintas ruang vaskular jaringan erektil.
prepusium, yang permukaan dalamnya dilapisi Ereksi terjadi bila aliran darah dipindahkan ke ruang
membran mukosa, epitel gepeng berlapis tanpa zat vaskular jaringan erektil (korpora kavernosa dan, dalam
tanduk. Bila seseorang disirkumsisi, bagian prepusium jumlah terbatas ke korpus spongiosum), menyebabkan
inilah yang dibuang. penis membesar dan menjadi kaku (Gambar 21-22B).
Selama ereksi, tunika albuginea yang mengitari jaringan
erektil menjadi teregang dan menipis dari 2 mm
menjadi 0,5 mm.
Struktur Jaringan Erektil
Peralihan dari aliran darah yang mengarahkan untuk
Ruang-ruang vaskular dalam jaringan erektil menjadi ereksi diatur oleh sistem saraf parasimpatis mengi-kuti
penuh dengan darah, menyebabkan ereksi pada penis. stimulasi seksual (mis. sentuhan yang menye-nangkan,
olfaktori, visual, auditori, dan psikologik). Impuls
Jaringan erektil penis mengandung banyak ruang parasimpatis memicu pelepasan nitrit oksida lokal,
berdinding endotel, beraneka bentuk yang dipisahkan menyebabkan relaksasi otot polos cabang arteri penis
satu sama lain oleh trabekula jaringan ikat dan sel-sel dorsalis dan profunda, meningkatkan aliran darah ke
jaringan ikat. Ruang-ruang vaskular korpora kavernosa dalam organ. Secara bersamaan, anastomosis
lebih besar di daerah tengah dan lebih kecil di bagian arteriovenosa mengalami konstriksi, mengalihkan aliran
perifernya, dekat tunika albuginea. Namun ruang darah ke dalam arteri helisina jaringan erektil. Dengan
vaskular di korpus spongiosum ukurannya merata. penuhnya ruang vaskular dengan darah, penis membesar
Trabekula korpus spongiosum mengandung lebih dan membengkak, dan terjadilah ereksi. Vena pada penis
banyak serat elastik dan lebih sedikit sel otot polos menjadi terjepit, dan darah terjebak dalam ruang vaskular
daripada korpora kavernosa. jaringan erektil, sehingga mempertahankan penis dalam
Jaringan erektil korpora kavernosa menerima darah keadaan tegak (lihat Gambar 21-22).
dari cabang arteri dorsalis dan profunda penis (lihat Stimulasi berlanjut pada glans penis mengakibatkan
Gambar 21-21). Cabang-cabang ini menembus dinding ejakulasi, ekspulsi kuat semen dari duktus genital lelaki.
trabekula jaringan erektil dan membentuk pleksus Setiap ejakulat, yang bervolume sekitar 3 mL pada
kapiler, yang memasok sebagian arus darah menuju manusia, terdiri dari sekresi dari kelenjar genital
ruang-ruang vaskular, atau arteri ulir (arteri helisina), pelengkap dengan 200 hingga 300 juta spermatozoa.
yang merupakan sumber penting darah untuk rongga Mengikuti ereksi, kelenjar bulbouretral melepas cairan
vaskular selama ereksi penis. kental yang melincirkan dinding lumen uretra. Tepat
Drainase vena terjadi melalui tiga kelompok vena sebelum ejakulasi, kelenjar prostat mengeluarkan
yang dialirkan oleh vena dorsalis profunda (lihat sekretnya ke uretra dan spermatozoa dari ampula kedua
Gambar 21-21). Ketiga kelompok vena berasal dari duktus deferentes dilepaskan ke dalam duktus
pangkal glans penis, dari aspek dorsal korpora ejakulatorius. Sekret prostat tampaknya membantu
kavernosa, dan dari aspek ventral korpora kavernosa spermatozoa memperoleh motilitas. Sekresi terakhir yang
dan korpus spongiosum. Tambahan pula beberapa vena ditambahkan ke dalam semen ialah cairan yang kaya
meninggalkan jaringan erektil pada pangkal penis dan akan fruktosa, dilepas dari vesikula seminalis, yang
mengalir ke dalam pleksus vena yang menampung memberi energi pada spermatozoa. Sekret ini
darah kelenjar prostat. membentuk sebagian besar dari volume ejakulat.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 509

Bab 21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki ■ ■ ■ 509

Penis flasid Penis ereksi

Gambar 21-22 Sirkulasi pada penis


yang flasid dan ereksi. Anastomosis
arteriovenosa (panah) pada penis yang
flasid lebar, menyalurkan aliran darah
ke dalam aliran venosa. Pada penis yang
ereksi, anastomosis arteriovenosa
menyempit dan darah mengalir ke
ruang-ruang vaskular jaringan erektil
Darah bersirkulasi melalui Darah memenuhi
meningkat, men-yebabkan penis
menjadi keras terisi darah (Adaptasi dari corpora kavernosa corpora kavernosa
Conti G: Acta Anat 5: 217, 1952). Jaringan erektil

Ejakulasi berbeda dari ereksi, diatur oleh sistem saraf


KORELASI KLINIS simpatis. Impuls ini memicu terjadinya urutan berikut:

Suatu Ejakulat secara normal mengandung sekitar 1 Kontraksi otot polos duktus genital dan kelenjar
50 hingga 100 juta spermatozoa permililiter. genital pelengkap mendorong semen ke uretra.
Seorang lelaki yang hitung spermanya kurang dari 2 Otot sfingter kandung kemih berkontraksi, mencegah
20 juta per mililiter ejakulat dianggap lepasnya urin (atau masuknya semen ke kandung
Ketidakmampuan mencapai ereksi dikenal kemih).
sebagai impotensi. Disfungsi ereksi temporer 3 Muskulus bulbospongiosus, yang mengitari ujung
prolcsimal korpus spongiosum (bulbus penis),
(sementara) dapat diakibatkan oleh faktor
psikologik atau obat-obatan (mis. alkohol); mengalami kontraksi kuat, ritmik mengakibatkan
sementara impotensi yang permanen dapat penyemprotan/ekspulsi semen dari uretra.
disebabkan oleh banyak faktor, termasuk lesi pada
area tertentu pada otak dan hipotalamus, seperti Ejakulasi diikuti oleh berkurangnya impuls
juga kerusakan sumsum tulang belakang (korda parasimpatis ke suplai vaskular penis.
spinalis), malfungsi persarafan autonom, multipel
sklerosis, dan bahkan gangguan psikologis.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 510

510 䡲 䡲 䡲 Bab 21 䡲 Sistem Reproduksi Lelaki

Akibatnya, pirau arteriovenosa akan membuka darahnya melalui drainase vena. Dengan keluarnya darah
kembali, darah akan mengalir melalui arteri dorsal dari ruang vaskular, penis akan mengalami detumesensi
dan profunda penis berkurang, dan ruang vaskular dan menjadi flasid.
jaringan erektil akan perlahan mengosongkan

KORELASI KLINIS
Neurotransmitter nitrit oksida (NO) yang lain, fosfodiesterase (PDE/FDE), merusak cGMP,
dilepas oleh sel endotel sinusoid mengaktifkan memungkinkan kontraksi otot polos terjadi kembali;
guanilat sildase dari sel otot polos untuk sinusoid mulai dikosongkan dari darah dan ereksi
memproduksi siklik guanosin monofosfat (cGMP) berakhir.
dari guanosin trifosfat (GTP), oleh karenanya Walaupun sildenafil (Viagra) semula dikem-
merelaksasi sel-sel otot polos. Relaksasi sel otot bangkan sebagai pengobatan gagal jantung, dite-
polos memungkinkan akumulasi darah dalam mukan kemampuannya untuk membuat ereksi pada
sinusoid, dan pembuluh yang membesar akan banyak pasien. Penelitian lebih lanjut kemudian
menekan saluran-saluran vena kecil yang menunjukkan bahwa pengobatan di atas mencegah
mengosongkan sinusoid, berakibat pada ereksi penis. fosfodiesterasi dari mencegah degradasi cGMP
Setelah ejakulasi atau saat impuls parasimpatis sehingga terjadi ereksi.
berkurang, kadar cGMP mengurang, sebuah enzim
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:45 PM Page 511

22 䡲 䡲 䡲

Penginderaan

Ada 2 jenis ujung saraf tepi: (1) ujung akson yang meneruskan untuk diproses menjadi kesiagaan untuk melakukan
impuls dari Sistem Saraf Pusat (SSP) ke otot skelet dan otot gerakan-gerakan tubuh untuk koreksi keseimbangan.
polos (ujung motorik) atau ke kelenjar (ujung sekretorik) Interoseptor adalah reseptor khusus yang menerima
dan (2) ujung dendrit yang juga dikenal sebagai ujung informasi sensorik dari bagian dalam organ-organ tubuh.
sensorik atau reseptor (receptor) yang menerima berbagai Modalitas yang terkait dengan fungsi ini dikenal sebagai
rangsangan dan meneruskan rangsangan sensoris ke SSP. modalitas aferen viseral umum.
Reseptor sensorik ini dikelompokkan lagi menjadi 3 jenis,
tergantung kepada sumber stimulus dan juga komponen dari
jalur somatik umum (general) atau khusus (special) dan jalur RESEPTOR PERIFER KHUSUS
viseral aferen (visceral afferent):
䡲 Eksteroseptor (Exteroceptors) Reseptor perifer khusus menerima rangsangan khusus termasuk
䡲 Proprioseptor (Proprioceptors) reseptor mekanik (mechanoreceptor), reseptor suhu tubuh
䡲 Interoseptor (Interoceptors) (thermoreceptor) dan nosireseptor (nociceptors).
Eksteroreseptor, terletak dekat permukaan tubuh yang
khusus menerima rangsangan dari lingkungan luar (external Ujung dendrit reseptor sensorik yang terletak di berbagai
environment ). Reseptor-reseptor ini peka terhadap suhu, raba, daerah tubuh, termasuk otot, tendon, kulit, fasia, dan kapsul
sendi berfungsi untuk menerima rangsangan khusus.
tekan dan nyeri, merupakan komponen dari jalur somatik
Adaptasi ini membantu dendrit bereaksi terhadap rangsangan
aferen umum (general somatic afferent) yang akan
khusus. Reseptor-reseptor ini dikelompokkan kedalam 3 tipe
dijelaskan pada bagian pertama Bab ini. Ekteroseptor lainnya,
yaitu:
khusus untuk menerima rangsangan cahaya (sense of vision)
dan suara (sense of hearing) yang merupakan komponen dari 䡲 Mekanoreseptor (Mechanoreceptors), yang bereaksi
jalur somatik aferen khusus (special somatic afferent) terhadap sentuhan (Gambar 22-1 hingga 22-3).
(akan didiskusikan nanti). Rangsang bau dan rasa diterima oleh 䡲 Termoreseptor (Ther noreceptors), yang bereaksi
ujung saraf yang khusus di dalam saluran nafas dan saluran terhadap dingin dan hangat.
cerna khususnya. Ekteroseptor ini dikelompokkan sebagai 䡲 Nosireseptor (Nociceptors), yang bereaksi terhadap rasa
modalitas aferen viseral khusus. Reseptor untuk bau (olfaction) nyeri karena stress mekanik, perbedaan temperatur tubuh
akan didiskusikan pada Bab 15 dan reseptor untuk rasa akan yang ekstrim dan substansia kimia.
didiskusikan pada Bab 16.
Walaupun reseptor-reseptor khusus ini umumnya dirangsang
Proprioseptor adalah reseptor khusus yang terletak pada
hanya oleh suatu rangsangan tertentu tetapi rangsang-
kapsul sendi, tendon, dan serat-serat intrafusal di dalam otot
rangsang lain yang cukup intensif juga dapat merangsang
(lihat Bab 8). Reseptor somatik aferen umum meneruskan
reseptor lainnya.
impuls sensorik ke SSP yang akan diterjemahkan menjadi
informasi yang berkaitan dengan kesiagaan tubuh di dalam Mekanoreseptor bereaksi terhadap rangsang mekanik yang
ruang dan dalam pergerakan. Reseptor keseimbangan mungkin mengubah reseptor atau jaringan sekitar reseptor.
(vestibular) (akan dijelaskan kemudian) terletak di dalam Rangsang yang dapat merangsang mekanoreseptor adalah
telinga tengah yang khusus untuk menerima rangsangan terkait sentuh (touch), regangan (strech), getar (vibrasi) dan tekan
dengan gerakan kepala; rangsangan ini kemudian di teruskan (pressure).
ke otak
511
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:45 PM Page 512

512 䡲 䡲 䡲 Bab 22 䡲 Penginderaan

Sebagai tambahan seputar dasar dan batang rambut ujung


saraf peritrikial terbungkus selubung mielin dan berfungsi
Mekanoreseptor Tidak Berkapsul sebagai persepsi tekan. Lebih jauh beberapa ujung saraf
Mekanoreseptor tidak berkapsul adalah reseptor sederhana tidak yang telanjang (tidak ada pembungkusnya) berfungsi
bermielin yang terdapat di kulit, jaringan ikat dan folikel rambut yang sebagai nosiseptor atau sebagai termoreseptor.
mengelilinginya. Cakram Merkel merupakan mekanoreseptor yang
sedikit lebih kompleks (Gambar 22-1A), berfungsi untuk
Ujung Saraf Peritrikial (Peritrichial nerve endings) diskriminasi rangsang sentuh. Reseptor ini disusun oleh
merupakan mekanoreseptor yang paling sederhana. Reseptor ini ujung-ujung saraf tak bermielin yang berhubungan dengan
tidak bermielin, tidak mempunyai sel Schwann dan tidak sel-sel Merkel, sel-sel epitel khusus yang tersebar bersama
dibungkus oleh kapsul jaringan ikat. Ujung saraf ini terletak keratinosit pada stratum basal kulit (Gambar 14-1).
pada epidermis kulit, khususnya pada daerah yang sangat Reseptor-reseptor ini umumnya terletak pada kulit yang
sensitif seperti wajah dan kornea mata yang memberikan tidak berambut dan daerah tubuh yang peka terhadap
respons terhadap rangsangan raba dan tekan (Gambar 22-1D). sentuhan.

A B C

D E F

Gambar 22-1 Berbagai mekano-reseptor. A,


cakram Merkel. B, Badan Meissner. C, Badan
Pacini. D, Akhir saraf Peritricial (sekitar
rambut). E, Badan Ruffini. F, Gelembung akhir
Krause. G, Gelendong otot (Muskel spindel). H,
Organ tendon Golgi.
G H
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:45 PM Page 513

Bab 22 䡲 Penginderaan ■ ■ ■ 513

OC

Ca

IC
NF

Gambar 22–2 Badan Pacini (x132). Ca, kapsul;


IC, inti dalam; NF, serat saraf; OC, inti luar.

NF
N

Ca

Gambar 22–3 Badan Meissner (x540). Ca,


kapsul; N, nuklein; NF, serat saraf.

Mekanoreseptor Berkapsul jumlah reseptor taktil. Reseptor ini juga terletak pada
kelopak mata, bibir, lidah, puting susu, kulit telapak kaki dan
Reseptor mekanik berkapsul menunjukkan struktur yang khas dan lengan sisi volar. Badan Meissner yang berukuran 30-80
terdapat pada lokasi yang tertentu. mikrometer terletak pada papil dermis dengan aksis
panjangnya terletak tegak lurus permukaan kulit (Gambar
Badan Meissner (Gambar 22-3) merupakan mekanoreseptor 22-1B). Setiap badan Meissner dibentuk oleh 3-4 ujung-
berkapsul yang khusus untuk diskriminasi taktil. Reseptor- ujung saraf dan sel-sel Schwann. Semua struktur tersebut
reseptor ini terletak pada papil dermis kulit jari dan telapak dibungkus oleh jaringan ikat. Di dalam kapsul terdapat
tangan yang tidak berambut dan keduanya mengandung tumpukan sel-sel epiteloid yang mungkin merupakan
separuh
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:45 PM Page 514

514 䡲 䡲 䡲 Bab 22 䡲 Penginderaan

modifikasi sel Schwann atau fibroblas yang berperan (cerebellum) dan juga korteks serebri sehingga seseorang
memisahkan cabang-cabang ujung saraf. Badan Meissner dapat merasakan secara khusus posisi otot. Organ tendo Golgi
peka untuk membedakan tepi dan titik tertentu suatu obyek dan gelendong otot didiskusikan pada bab 8.
serta gerakan obyek tersebut.
Termoreseptor
Badan Vater Paccini, merupakan satu contoh lain
mekanoreseptor yang terletak pada dermis dan hipodermis Termoreseptor (Thermoreceptors) yang bereaksi terhadap
jari-jari tangan dan payudara. Reseptor ini mempunyai perberbedaan suhu sekitar 2 °C (35.6 °F) dikelompokan menjadi 3
gambaran serupa dengan jeringan ikat pada sendi-sendi, jenis yaitu reseptor panas, reseptor dingin dan nosireseptor.
periosteum, dan mesenterika. Reseptor ini khusus menerima
rangsang tekan, sentuh dan getar. Badan Vater Paccini Walaupun reseptor yang khusus untuk panas belum
merupakan reseptor berbentuk ovoid berukuran besar dengan diidentifikasi, tetapi diduga reseptor-reseptor ini merupakan
panjang 1-2 milimeter dan diameter 0.7 milimeter (Gambar ujung akhir serat saraf tak bermielin berukuran kecil tak
22-1C dan 22-2). Setiap reseptor disusun oleh sebuah serat bersimpai yang bereaksi terhadap peningkatan suhu. Reseptor
saraf tak bermielin yang membentang sepanjang badan akhir dingin merupakan turunan ujung serat saraf bermielin
saraf ini. Bagian tengah badan Vater Paccini ini mengandung telanjang yang bercabang-cabang dan berpenetrasi kedalam
ujung-ujung saraf tak bermilein beserta sel Schwannnya, epidermis. Karena reseptor suhu tidak diaktivasi oleh stimulus
dikelilingi oleh sekitar 60 lapisan sel fibroblast yang fisik tetapi beraksi terhadap reaksi-reaksi kimiawi yang
mengalami modifikasi, setiap lapisnya dipisahkan dari lapis tergantung pada perbedaan suhu.
selanjutnya oleh ruangan yang diisi sedikit cairan. Disamping Nosireseptor
itu ada tambahan 30 lapisan sel fibroblas yang mengalami
modifikasi dan dibungkus oleh jaringan ikat membentuk Nosireseptor merupakan reseptor yang sensitive terhadap nyeri
kapsul yang mengelilingi inti. Susunan sel-sel ini dalam yang disebabkan oleh stress mekanis, suhu yang sangat ekstrim
bentuk lamel-lamel potongan histologis badan Vater Paccini dan sitokin seperti bradikinin, serotonin dan histamine.
ini tampak seperti irisan bawang.
Nosireseptor bertanggung jawab terhadap persepsi nyeri.
Badan Ruffini merupakan badan akhir saraf berkapsul Reseptor-reseptor ini merupakan ujung-ujung serat saraf
yang terletak pada dermis kulit, tempat tumbuh kuku (nail bermielin yang telanjang dan bercabang-cabang kedalam
beds), ligamentum periodontal dan kapsul sendi. Reseptor dermis sebelum memasuki epidermis. Nosireseptor
besar ini dengan panjang 1 mm dan diameter 0.2 mm dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu (1) yang bereaksi
(Gambar 22-1E) dibentuk oleh ujung-ujung saraf tak terhadap stress mekanis atau kerusakan; (2) yang bereaksi
bermielin yang diselang selingi oleh serat-serat kolagen dan di terhadap suhu dingin dan panas yang ekstrim dan (3) yang
kelilingi oleh 4-5 lapis sel-sel fibroblast yang mengalami bereaksi terhadap substansi kimiawi seperti bradikinin,
modifikasi. Kapsul jaringan ikat yang mengelilingi setiap serotonin dan histamine.
reseptor tertambat pada setiap ujungnya sehingga
meningkatkan sensibilitas peregangan dan tekanan pada kulit
dan kapsul sendi.
EYE
Badan Krause merupakan ujung saraf berbentuk sferis Bola mata disusun oleh 3 lapisan yaitu lapis fibrosa, lapisan
dan berkapsul yang terletak pada daerah papil kulit, sendi, vascular dan lapisan saraf.
konjungtiva, peritoneum, genital, dan jaringann ikat
subendotelium rongga mulut dan hidung (Gambar 22-1F). Bola mata mempunyai diameter 24 mm dan terletak di dalam
Pada awalnya reseptor ini diduga merupakan reseptor yang tulang orbita. Mata merupakan organ sensoris untuk cahaya
senstif terhadap dingin, tetapi fakta sekarang tidak (photosensory organs). Cahaya melintas melalui kornea,
mendukung konsep ini. Fungsi mereka tidak diketahui. lensa dan beberapa struktur refraksi bola mata; cahaya
kemudiasn difokuskan oleh lensa pada bagian tunika neuralis
Gelendong otot dan organ tendo Golgi keduanya mata yang peka terhadap cahaya yaitu retina yang
merupakan mekanoreseptor berkapsul yang berperan dalam mengandung sel-sel batang (rods ) dan kerucut (cones )
proprioseptif. Gelendong otot (muscle spindle ) (Gambar yang peka terhadap cahaya. Setelah melintasi beberapa lapisan
22-1G) memberikan masukan tentang perubahan-perubahan sel-sel saraf dan penyokong, informasi visual ditransinisikan
pada panjang otot misalnya laju perubahan panjang otot dan oleh nervus optikus ke otak untuk diproses.
organ tendon Golgi (Golgi tendon organs) (Gambar Mata berkembang dari 3 sumber yang berbeda pada minggu
22-1H) yang memantau tekanan pada tendon misalnya laju ke 4 selama masa perkembangan embrio. Pertumbuhan otak
tekanan saat tekanan pada tendon dihasilkan selama depan (forebrain ) ke arah luar, cikal bakal retina dan nervus
pergerakan. Informasi dari kedua struktur sensoris ini optikus adalah struktur-struktur pertama yang dapat diamati.
kebanyakan di hasilkan saat tidak sadar di dalam medula Sebagai hasil pertumbuhan struktur-struktur ini, ektoderm
spinalis, akan tetapi
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:45 PM Page 515

Bab 22 䡲 Penginderaan ■ ■ ■ 515

pertumbuhan struktur-struktur ini, ektoderm permukaan gland) terletak di luar bola mata tetapi ia masih terdapat di
(surface ectoderm) diinduksi untuk berkembang menjadi lensa dalam rongga mata. Kelenjar ini akan mensekresikan cairan
dan beberapa stuktur tambahan yang terletak dibagian anterior lakrimallair mata (tear ) yang akan melembabkan permukaan
mata. Pada perkembangan selanjutnya mesenkim yang depan mata. Cairan Lakrimal juga melembabkan bola mata
terdapat disekitarnya memadat membentuk tunika dan dan per-mukaan dalam kelopak mata dengan melintas melalui
struktur-struktur yang berhubungan dengan bola mata kon-jungtiva (conjunctiva), suatu membrane transparan
Bola mata disusun oleh 3 tunika atau lapisan yaitu yang menutup dan melindungi permukaan depan mata
(Gambar 22-4):
䡲 Tunika fibrosa (fibrous tunic), membentuk lapisan luar Tunika Fibrosa (Tunica Fibrosa)
bola mata.
Tunika fibrosa disusun oleh sclera dan kornea.
䡲 Tunika vaskularis (vascular tunic), lapisan tengah yang
banyak mengandung pembuluh darah dan pigmen. Tunika fibrosa bola mata yaitu tunika fibrosa dibagi menjadi
䡲 Tunika neuralis (neural tunic), retina, menyusun lapisan sclera dan kornea (Gambar 22-4). Sklera yang padat bewarna
paling dalam. putih melingkupi 5/6 belakang bola mata sementara kornea
yang tidak bewarna dan transparan menutupi 1/6 depan bola
Tunika fibrosa mata juga menerima insersi otot-otot mata.
ekstrinsik mata yang bertanggung jawab untuk gerakan-
gerakan bola mata yang terkoordinasi ke berbagai lapangan Sklera
pandang. Otot-otot polos yang terletak di dalam bola mata
mengatur fokus lensa mata dan mengontrol celah pupil. Sklera yang padat bewarna putih disusun oleh serat-serat
Meskipun kelenjar lakrimalis atau kelenjar air mata (tear kolagen tipe-1 selang seling dengan serat elastik.

Badan siliar
Sklera
Proses siliar

Ligamen
penggantung lensa Kanal Schlemm
Otot mata ekstrinsik
Konjungtiva Lensa Kamera okuli
Ora serata posterior Kamera
Sklera okuli anterior Kornea
Badan vitreus Membran Descemet
Kanal hialoid Endotel
Fovea
sentralis pada
makula lutea Otot dilator pupil

Otot sfingter pupil

Saraf optik
Sarung bulbi
Kornea
Retina
Kamera okuli anterior
Koroid lris
Kamera okuli
posterior Lensa
Badan siliar

Gambar 22-4 Anatomi mata (orbita).


Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:45 PM Page 516

516 䡲 䡲 䡲 Bab 22 䡲 Penginderaan

kolagen yang terdapat pada sklera mempunyai ketebalan kira- Selanjutnya aktivitas mitosis menggantikan sel-sel yang
kira 1mm disebelah belakang, lebih langsing dibagian ekuator bermigrasi ke daerah yang terluka. Epitel kornea juga
dan lebih menebal lagi pada daerah yang berhubungan dengan berfungsi pada transfer air dan ion-ion dari stroma kedalam
kornea. Sklera disusun oleh serat-serat kolagen tipe 1 yang sakus konjungtiva.
diselang-selingi oleh jala-jala serat elastin. Susunan seperti ini Membran Bowman (Bowman's membrane) terletak
memberikan bentuk untuk bola mata yang dijaga oleh tekanan lebih dalam dari epitel kornea. Mikroskop elektron
intraokular dari humor akweus (aqueous humor ) (terletak di menunjukkan bahwa membran Bowman merupakan lapisan
depan lensa) dan badan vitreus (vitreous body) (terletak fibrilar (fibrillar lamina ) dengan tebal 6-30 mikrometer yang
dibelakang lensa) tersusun dari serat-serat kolagen tipe-1 yang tersusun secara
Fibroblas yang terletak di dalam jaringan ikat sklera random. Membran Bowman diyakini dibentuk oleh epitel
merupakan sel-sel pipih yang panjang. Melanosit terletak pada kornea dan sel-sel pada stroma dibawahnya. Serabut saraf
daerah sklera yang lebih dalam. Tendon otot-otot ekstraokular sensoris melintas melalui struktur-struktur ini untuk masuk dan
berinsersi pada permukaan jaringan ikat padat sklera yang berakhir pada epitel.
dibungkus oleh kapsul Tenon (capsule of Tenon), suatu Stroma merupakan lapis kornea yang paling tebal dan
pembungkus fasia yang membungkus nervus optikus dan bola jernih yang menyusun kira-kira 90% tebal kornea. Lapisan ini
mata hingga pada daerah siliaris. Pembungkus yang disusun oleh serat-serat kolagen tipe-1 yang tersusun dalam
memisahkan bola mata dari lemak sekitar bola mata ini 200-250 lamel, setiap lamel mempunyai ketebalan 2
dihubungkan ke sklera oleh lapisan tipis jaringan ikat longgar mikrometer. Serat-serat kolagen didalam setiap lamel tersusun
yang dikenal sebagai episklera. secara parallel satu dengan lainnya. Serat-serat kolagen
berselang seling dengan serat-serat elastin yang terbenam
pada substansia dasar yang umumnya mengandung kondroitin
Kornea sulfat dan keratin sulfat. Fibroblas yang berbentuk seperti
Kornea merupakan struktur yang menonjol, jernih, yang terletak pada
selendang panjang juga muncul sepanjang berkas-berkas serat
bagian depan bola mata. kolagen. Selama proses inflamasi, limfosit dan netrofil juga
terdapat pada stroma. Limbus (taut sklerokornea)
Kornea adalah bagian tunika fibrosa yang terletak paling merupakan lekuk sklera yang sisi dalamnya pada stroma
depan, jernih, tidak mengandung pembuluh darah dan banyak mengalami depresi dan tempat terdapatnya ruang-ruang yang
mengandung serat-serat saraf yang menonjol ke arah depan dilapisi endotel yang dikenal sebagai jaring-jaring trabekula
bola mata. Kornea lebih tipis dari sklera dan disusun oleh 5 (trabecular meshwork ), yang mengarah ke kanal Schlemm
lapisan yang berbeda yaitu: yang merupakan tempat aliran keluar humor akweus dari bilik
mata depan kedalamk sistem vena.
䡲 epitel kornea Membran Descemet merupakan membrane basal tebal
䡲 membrane Bowman (Bowman's membrane) yang terletak diantara stroma dan endotel dibawahnya.
䡲 stroma Walaupun membran ini tipis (5 mikrometer saat lahir) dan
䡲 membrane Descement (Descemet's membrane) homogen pada orang muda, mikroskop elektron
䡲 endotel kornea (corneal endotheliunz) mendemonstrasikan bahwa membran tersebut menjadi lebih
Epitel kornea (corneal epithelium), lanjutan tebal (17 mikrometer) dan mempunyai garis-garis melintang
konjungtiva (suatu membran mukosa yang menutupi sklera dan gambaran serat-serat heksagonal pada orang yang lebih
bagian depan dan melapisi permukaan dalam kelopak mata/ tua.
palpebra) adalah suatu epitel gepeng berlapis tidak berkeratin Endotel kornea, yang melapisi permukaan dalam
yang dibentuk oleh 5-7 lapis sel yang menutupi permuakaan (belakang) kornea merupakan epitel selapis gepeng. Epitel ini
depan kornea. Sel-sel permukaan yang lebih besar bertanggung jawab untuk mensintesa protein yang diperlukan
mempunyai mikrovili dan menunjukkan adanya hubungan untuk mensekresi dan memelihara membran Descement. Sel-
antar sel yang dikenal sebagai zonulae occludens. Sel-sel sel ini menunjukkan banyaknya vesikel-vesikel pinositosis dan
lainnya yang membentuk kornea tersusun saling bersilangan membrannya mempunyai pompa natirum yang mengirim ion
seperti jari-jari (interdigitate ) satu sama lain dan membentuk sodium (Na+) kedalam bilik mata depan; yang secara pasif
hubungan yang dikenal sebagai desmosom. Sitoplasmanya diikuti oleh ion klorida (Cl-) dan air. Jadi kelebihan cairan di
mengandung organel yang tersusun secara teratur sepanjang dalam stroma diserap oleh endotel yang mempertahankan
filament-filamen berukuran sedang. Epitel kornea stroma dalam kondisi sedikit dehidrasi. Hal ini merupakan
mengandung banyak ujung-ujung saraf bebas. Gambaran sel suatu faktor yang berkontribusi untuk mempertahankan
yang sedang mengalami mitosis ditemukan pada bagian kualitas refraksi kornea.
pinggir kornea yang mempunyai waktu pergantian kira-kira 7
Tunika Vaskulosa (Tunica Vasculosa)
hari. Kerusakan pada kornea diperbaiki dengan cepat ketika
sel-sel bermigrasi ke daerah lesi untuk menutupi daerah yang Lapis tengah bola mata yang kaya akan pembuluh darah,
mengalami cedera. tunika vaskulosa (uvea), disusun oleh 3 bagian yaitu (1)
Koroid, (2) Korpus Siliari, dan (3) Iris (Gambar 22-4).
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:45 PM Page 517

Bab 22 䡲 Penginderaa ■ ■ ■ 517

Koroid suspensorium lensa (suspensory ligaments of the lens)


yang menambatkan lensa pada tempatnya.
Koroid, bagian posterior tunika vaskularis yang berpigmen yang Korpus siliar ditutupi oleh 2 lapis epitel yang sama yang
dilekatkan secara longgar ke sklera dan dipisahkan dari retina oleh menutupi badan siliar. Lapis dalam tidak berpigmen
membran Bruch. mempunyai banyak penyilangan dan pelekukan; sel-selnya
membawa filtrate plasma yang miskin protein Humor
Koroid merupakan lapisan posterior dinding bola mata yang akweus (aqueous humor), kedalam bilik mata belakang.
berpigmen dan mendapat pendarahan yang baik yang melekat Humor akweus mengalir dari bilik mata belakang ke dalam
secara longgar ked tunika fibrosa. Lapisan ini disusun oleh bilik mata depan melalui celah pupil (pupilary aperture)
jaringan ikat longgar yang mengandung banyak fibroblast dan antara iris dan lensa. Humor akweus keluar dari bilik mata
sel-sel jaringan ikat lainnya serta banyak mengandung depan melintasi jejaring trabekular (trabecular meshwork)
pembuluh darah. Warna hitam pada khoroid disebabkan oleh dekat limbus dan akhirnya masuk kedalam kanal Schlemm,
kehadiran melanosit. Karena jumlah pembuluh darah kecil yang akan membawanya masuk kedalam sistem vena
sangat banyak pada permukaan dalam koroid, daerah ini dikenal sistemik Humor akweus memberikan nutrisi dan oksigen
sebagai lapis koriokapiler (choriocapillary layer) dan untuk lensa dan kornea.
berperan dalam memberikan nutrisi ke retina. Koroid dipisahkan
dari retina oleh membran Bruch (Bruch's mem-brane), Korpus siliar disusun oleh 3 ikat otot polos yang dikenal
suatu membran dengan ketebalan 1-4 mikrometer disusun oleh sebagai otot siliar. Sat ikat karena arahnya akan
jala-jala serat elastin yang terletak pada bagian sentral dan diapit meregangkan koroid sehingga membuka kanal Schlemm
pada kedua sisi oleh lapisan serat-serat kolagen. Bagian luar untuk mengalirkan humor akweus. Dua ikat otot lainnya
lapis serat kolagen ditutupi oleh suatu lamina basal yang melekat ke skleral spur (scleral spur) yang berfungsi untuk
mempunyai kapiler-kapiler pada satu sisi dan epitel pigmen mengurangi tekanan pada zonula. Kontraksi otot ini yang
retina disisi lain. dimediasi oleh serat-serat parasimpatis nervus okulomotorius
(N. III) akan meregangkan koroid, karenanya melepaskan
tekanan pada ligamentum suspensorium lensa. Sebagai
Korpus Siliar hasilnya lensa menjadi lebih tebal dan lebih cembung. Aksi
Korpus siliar merupakan bagian koroid berbentuk baji (wedge-
ini akan memfokuskan objek-objek dekat, suatu proses yang
shaped portion) yang terletak di dalam lumen orbita antara iris dikenal sebagai akomodasi (accommodation). Relaksasi
dan korpus vitreus dan diproyeksikan menuju ke lensa. dari ketiga ikat otot ini akan meningkatkan tekanan pada
zonula, karenanya memipihkan lensa sehingga dapat focus
pada benda-benda dengan jarak dekat. Pengaturan yang terus
Korpus siliar (ciliary body) merupakan perluasan koroid menerus antara kontraksi dan relaksasi dibutuhkan untuk
berbentuk baji yang melingkari dinding dalam bola mata memfokuskan benda-benda pada jarak dekat, intermedia dan
setingkat dengan lensa. Struktur ini mengisi ruang antara ora jauh.
serata retina dan iris. Sisi luar korpus siliaris melekatkan ke
sklera pada hubungan sklerokornea (sclerocorn, eal
junction), sisi dalamnya melekat ke korpus vitreus, sementara
bagian tengahnya menonjol kearah lensa membentuk tonjolan KORELASI KLINIS
serupa jari yang dikenal sebagai prosesus siliar (ciliary Glaukoma merupakan suatu kondisi yang dihasilkan
processes). dari peningkatan tekanan intraocular dalam waktu
Badan siliar disusun oleh jaringan ikat longgar yang lama yang disebabkan olek kegagalan pengaliran
mengandung banyak serat elastin, pembuluh darah, dan humor akweus dari bilik mata depan. Keadaan ini
melanosit. Sisi dalamnya dilapisi oleh bagian siliar retina merupakan salah satu penyebab kebutaan didunia.
(pars ciliaris of the retina) yang merupakan suatu lapisan Pada glaukoma kronis, keadaan yang paling umum
pigmen retina yan g terdiri atas 2 lapis sel. Lapis sel-sel luar ditemukan, peningkatan tekanan terus menerus akan
yang menghadap ruang bola mata merupakan suatu epitel menyebabkan kerusakan progresif mata, khususnya
selapis silindris tidak berpigmen (nonpigmented ciliary retina yang bila tidak diobati akan menyebabkan
epithelium), sedangkan lapisan sel dalam merupakan epitel kebutaan.
selapis silindris berpigmen (pigmented ciliary epithelium)
yang kaya akan melanin.
Sepertiga depan korpus siliar mempunyai kira-kira 70 Iris
prosesus siliar (ciliary processes), yang menjorok keluar dari
bagian tengah korpus siliar yang mengandung jaringan ikat lris, struktur berwarna yang merupakan perluasan koroid kearah
yang kaya akan kapiler berpori. Serat-serat yang disusun oleh depan merupakan diafragma yang mampu berkontraksi yang
fibrilin (zonule fibers), menyebar dari prosesus siliar untuk mengontrol lubang apertura pupil (pupillary aperture).
masuk melekat pada kapsul lensa, membentuk ligamentum
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:45 PM Page 518

518 䡲 䡲 䡲 Bab 22 䡲 Penginderaa

Iris, perluasan koroid paling depan, terletak antara bilik mata


depan dan belakang, yang menutupi lensa kecuali pada Ca
apertura pupil yang dikenal sebagai pupil. Iris pada bagian
tengah menebal dan akan menipis ke arah hubungannya
dengan korpus siliar dan pada daerah dekat pupil (pupilary
zone), yang terletak sangat dekat dengan pupil dan dan pada
daerah siliar yang lebih lebar. Permukaan anterior iris tidak
teratur dan mengandung struktur-struktur yang dapat
berkontraksi yang dapat dengan mudah dibedakan ketika pupil
dilatasi. Suatu lapisan yang mengandung sel-sel pigmen dan
fibroblas menutupi permukaan depan iris secara tidak lengkap.
Sebelah dalam dari lapisan ini adalah stroma jaringan ikat
dengan sedikit pembuluh darah yang mengandung sejumlah
fibroblas dan melanosit.
Permukaan belakang iris ditutupi oleh lanjutan 2 lapisan
epitel retina yang menutupi badan siliar. Permukaan yang
menghadap ke lensa disusun oleh banyak sel-sel pigmen yang
menghalangi cahaya melintas melalui iris kecuali melalui
pupil. Sel-sel epitel yang berhadapan dengan stroma iris
meluas membentuk otot-otot dilatator pupil, sehingga
sebenarnya otot-otot ini adalah mioepitel. Otot yang lain, otot
sfingter pupil, terletak melingkari pupil. Kontraksi otot-otot Gambar 22–5 Mikrograf cahaya lensa (x132). Perhatikan epitel kuboid
ini mengubah diameter pupil. Diameter pupil berubah selapis (panah) pada permukaan anterior dan kapsul (Ca) yang menutupi
epitel.
tergantung pada banyaknya cahaya yang melintasinya. Jadi
cahaya terang menyebabkan konstriksi diameter pupil,
sementara cahaya gelap akan melebarkannya. Diameter pupil
merupakan hasil dari fungsi kedua otot intrinsik yang terdapat
di dalam pupil. Otot dilatator pupil dipersarafi oleh sistem membungkus keseluruhan lensa. Struktur elastik, homogen dan
saraf simpatis yang akan melebarkan pupil; otot sfingter pupil jernih yang akan merefleksikan cahaya ini menebal pada
dipersarafi oleh serat-serat parasimpatis nervus okulomotorius bagian depannya.
(N. III) yang membuat pupil berkonstriksi. Epitel subkapsul hanya terdapat pada permukaan bagian
Sejumlah melanosit pada epitel dan stroma iris tidak hanya depan dan samping lensa, terletak persis dibawah kapsul lensa
menghalangi melintasnya cahaya ke dalam mata (kecuali pada (Gambar 22-5). Lapisan ini disusun oleh selapis sel kuboid
pupil) tetapi juga menyebabkan mata menjadi bewarna. Mata yang saling berhubungan satu sama lain melalui neksus (gap
tampak hitam bila populasi melanosit banyak dan sebaliknya. junction). Puncak sel-sel ini mengarah langsung ke serat-serat
lensa dan berhubungan dengannya secara bersisian khususnya
pada bagian tengahnya yang bentuk sel-selnya silindris dan
Lensa memanjang.
Lensa merupakan struktur bikonveks jernih yang terletak Badan lensa disusun oleh kira-kira 2.000 sel-sel silindris
dibelakang pupil yang memfokuskan cahaya pada retina. yang dikenal sebagai serat-serat lensa (lens fibers ). Sel-sel
ini terletak dibawah epitel subkapsul dan kapsul lensa
Lensa mata merupakan struktur yang fleksibel, bikonvek (Gambar 22-6). Sel-sel epitel subkapsul akan kehilangan inti
dan jernih yang disusun oleh sel-sel epitel dan produk dan organelnya dan memanjang hingga mencapai panjang 7-10
sekresinya. Lensa disusunoleh 3 bagian: kapsul lensa, epitel mikrometer. Proses pemanjangan ini dikenal sebagai
subkapsul dan serat-serat lensa (Gambar 22-4). maturasi yang akan terjadi sepanjang hidup individu. Sel-sel
Kapsul lensa merupakan lamina basal, dengan tebal 10-20 panjang berbentuk heksagonal ini akan diisi oleh kristalin
mikrometer yang kebanyakan mengandung kolagen tipe IV yang merupakan protein lensa yang akan meningkatkan indeks
dan glikoprotein yang menutupi sel-sel epitel dan refraksi serat-serat lensa.
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 519

Bab 22 䡲 Penginderaa ■ ■ ■ 519

Gambar 22-6 Mikrograf elektron pemindai permukaan


posterior lensa (x28), C, badan siliar; L, lensa; Z, serat-
serat zonula. (Dari Leeson TS, Leeson CR, Paparo AA:
Text/Atlas of Histology. Philadelphia, WB Saunders,
1988.)

kolagen dan asam hialuronat. Badan vitreus menempel


KORELASI KLINIS
keseluruh permukaan retina khususnya pada ora serata.
Presbiopia merupakan ketidak mampuan mata untuk Kadang-kadang sel makrofag dan sel-sel kecil yang dikenal
memfokuskan benda-benda yang terletak dekat dan sebagai hialosit (hyalocytes) dapat terlihat pada pinggir badan
disebabkan oleh elastisitas lensa yang menurun seiring viterus. Sel-sel ini diduga akan mensintesa kolagen dan asam
dengan peningkatan usia. Sebagai hasilnya lensa tidak hialuronat. Saluran hialoid (hyaloid canal ) medrupakan
dapat menjadi sferis untuk memfokuskan secara tepat. saluran sempit yang ditempati oleh arteri hialoid pada masa
Kondisi ini dapat dikoreksi dengan kaca mata fetus yang melintas badan vitreus dari sisi belakang lensa ke
Katarak merupakan kondisi yang biasanya juga lempeng optik
terjadi terkait dengan usia yang menyebabkan lensa
menjadi keruh sehingga mengganggu penglihatan.
Kondisi ini mungkin disebabkan oleh penumpukan KORELASI KLINIS
pigmen atau substansi lainnya seperti terpapar sinat
ultraviolet yang berlebihan. Walaupun katarak biasnya Kambangan mata (Eye floaters ) — kabut, awan-
tidak respon dengan pengobatan menggunakan obat- yaitu suatu keadaan seseorang yang merasa melihat
obatan dan sering menyebabkan kebutaan, lensa yang debu atau benda-benda halus yang mengambang
keruh ini mungkin dapat diperbaiki dengan lensa didepan matanya yang disebabkan oleh kekurangan
koreksi. cairan (dehidrasi). Bayangan benda-benda ini pada
retina akan ditrasnlasikan oleh otak sebagai gambar
dideapan mata. Walaupun tidak sepanjang waktu
Badan Vitreus (Vitreous Body) bayangan benda-benda mengambang ini muncul,
beberapa orang merasa terganggu khususnya saat
Badan vitreus merupakan gel yang jernih dan kenyal yang mereka membaca atau mengemudi. Pengobatan
mengisi rongga mata (vitreus cavity) dibelakang lensa. dengan laser dapat menghilangkan benda-benda
Struktur ini disusun oleh 99% air yang mengandung elektrolit, mengambang ini.
serat
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 520

520 䡲 䡲 䡲 Bab 22 䡲 Penginderaan

Retina atau Tunika Neuralis terhadap cahaya dan karenanya dikenal sebagai bintik buta
(blind spot). Kira-kira 2,5 mm lateral dari lempeng optic
Retina, disusun oleh 10 lapis, mempunyai reseptor yang khusus (optic disc) terdapat daerah berpigmen kuning yang dikenal
yang disebut sebagai sel-sel batang dan kerucut, yang berperan sebagai makula lutea/bintik kuning (macula lutea/yellow
sebagai fotoreseptor.
spot). Dibagian tengah bintik ini terdapat cekungan oval yang
dikenal sebagai fovea sentralis, tempat aktivitas visual terbesar
Retina merupakan lapisan ketiga atau lapisan terdalam bola (Gambar 22-4). Fovea merupakan daerah retina yang khusus
mata yang pada bagian neuralnya mengandung sel-sel yang hanya mengandung sel-sel kerucut.
fotoreseptor yaitu sel-sel batang dan kerucut (Gambar 22-7,
Bagian retina yang berfungsi pada lintasan fotoreseptor
22-8 dan 22-9; juga Gambar 22-4). Retina berkembang dari
terletak pada sisi dalam koroid mulai dari lempeng optik
sungkup optic (optic cup ), suatu invaginasi diensefalon yang
hingga ke ora serata dan disusun oleh 10 lapisan yang berbeda
membentuk vesikel optic primer (primary optic vesicle), Pada
(Gambar 22-7 dan 22-8). Dari sisi luar yang berbatasan dengan
perkembangan selanjutnya struktur ini berinvaginasi
koroid kearah dalam adalah
membentuk vesikel optik sekunder bilaminar yang akan
berkembang menjadi mata, sementara tangkai cangkir optic
akan menjadi nervus optikus.
Retina dibentuk oleh lapisan luar yaitu lapisan pigmen
Epitel
yang berkembang dari dinding luar cangkir optic. Bagian berpigmen
saraf retina berkembang dari lapisan dalam sungkup optic dan
Fotoreseptor
dikenal sebagai retina sebenarnya (retina proper). batang
Lapisan pigmen retina menutup keseluruhan permukaan
dalam bola mata hingga ke korpus siliar dan dinding posterior Membran
limitans luar
iris, sementara retina berakhir pada ora serata.
Lempeng optic (optic disk), terletak pada dinding
Fotoreseptor
posterior bola mata, merupakan pintu keluar saraf optik. kerucut
Karena tidak mengandung sel-sel fotoreseptor, daerah ini Nukleus sel-sel
tidak sensitive kerucut
Nukleus sel
batang
Pedikel kerucut

Sferul batang

Sel horisontal

1 Sel bipolar

Arah jalan cahaya


2 Nukleus
sel Muller
3
Badan sel
4 Muller
Sel amakrin
5

6 Sel ganglion

Serat saraf
7 optik

8
9 Membran
10 limitans
Cahaya dari dalam
Gambar 22–7 Mikrograf cahaya retina dengan penjelasan sepuluh lensa
lapisannya (x270). (1)Epitel pigmen, (2) lamina batang dan kerucut, (3)
membran limitans eksterna (luar), (4) lapisan inti luar, (5) lapisan Gambar 22–8 Lapisan selular retina. Ruang yang terlihat di antara lapisan
pleksiform luar, (6) lapisan inti dalam, (7) lapisan pleksiform dalam, (8) pigmen dan bagian retina selebihnya merupakan artefak perkembangan dan
lapisan sel ganglion, (9) lapisan serat saraf, (10) membran limitans dalam. tidak ditemukan pada keadaan dewasa kecuali saat terjadi ablasi retina.
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 521

Bab 22 䡲 Penginderaan ■ ■ ■ 521

Epitel Pigmen
Epitel pigmen, diturunkan dari lapis luar cangkir optic,
disusun oleh sel-sel silindris ( lebar 14 mikrometer dan tinggi
OS OS 10-14 mikrometer) yang mempunyai inti dibagian dasar.
Selsel ini melekta pada membrane Bruch (Bruch's membrane)
yang terletak diantara koroid dan sel-sel pigmen.
Sitoplasmanya banyak mengandung mitokondria terutama di
daerah yang berbatasan dengan membran Bruch. Desmosom,
C zonula occluden dan zonula adherens terdapat pada sisi lateral
BB IS membran yang membentuk sawar darah-retina (blood-retina
Ce barrier). Lebih jauh gap junction pada sisi lateral membran sel
memungkinkan komunikasi interselular. Puncak sel
M
mengandung mikrovili dan struktur seperti selendang yang
IS mengelilingi dan mengisolasi ujung sel-sel fotoreseptor.
Gambaran sel pigmen yang sangat khas adalah adanya
granula-granula pigmen dalam jumlah sangat banyak pada
bagian apikal sel. Sebagai tambahan, retikulum endoplasmik
halus (smooth endoplasmic reticulum/ SER), endoplasmik
retikulum kasar (rough endoplasmic reticulum/RER) dan
aparatus Golgi terdapat dalan jumlag sangat banyak
NR disitoplasma.
NR Epitel pigmen mempunyai beberap fungsi. Sel-sel pigmen
menyerap sisa cahaya setelah cahaya melintasi retina dan
menstimulus fotoreseptor, sehingga men-cegah pantulan
cahaya yang dapat mempengaruhi fokus. Sel-sel pigmen ini
juga memfagosit leinpeng membran yang sudah tak terpakai
dari ujung sel-sel batang. Sel-sel pigmen juga berperan aktif
SV
dalam penglihatan dengan esterifikasi turunan vitamin A pada
SR SR SERnya.
SV

ROD CONE
KORELASI KLINIS
Gambar 22–9 Morfologi sebuah batang dan sebuah kerucut. BB, badan basal; Karena perluasan seperti selendang dari sel-sel epitel
C, tangkai penghubung; Ce, sentriol; IS, segmen dalam; M, mitokondria; NR,
bagian inti; OS, segmen luar; SR, daerah sinaptik; SV, vesikel sinaptik. pigmen yang melingkari ujung sel-sel reseptor batang
(Dimodifikasi dari Lentz TL: Cell Fine Structure: An Atlas of Drawings dan kerucut dapat menyebabkan terjadinya pemisahan
ofWhole-Cell Structure. Philadelphia, WB Saunders, 1971.) lapis pigmen dan retina yang dikenal sebagai
terlepasnya retina (detachment of the retina) yang
merupakan penyebab umum dari kebutaan parsial.
1 epitel pigmen (pigment epithelium) Kondisi ini dapat dikoreksi secara bedah dengan "spot
2 lapis batang dan kerucut (layer of rods and cones) welding" kedua struktur dikembalikan secara bersama-
3 membran limitans luar (external (outer) limiting membrane) sama. Akan tetapi jika kondisi berlanjut tanpa diobati,
4 lapis inti luar (outer nuclear layer) sel-sel batang dan kerucut akan mati akibat tidak
5 lapis pleksiform luar (outer plexiform layer) adanya dukungan metabolik yang secara normal
6 lapis inti dalam (inner nuclear layer) disokong oleh epitel pigmen. Kematian ini akan
7 lapis pleksiform dalam (inner plexiform layer) menyebabkan terjadinya kebutaaan pada lapang
8 lapis sel-sel ganglion (ganglion cell layer) pandang yang terkait dengan daerah yang kehilangan
9 lapis serat nervus optikus (optic nerve fiber layer) fotoreseptor.
10 membran limitan dalam (inner limiting membrane).
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 522

522 䡲 䡲 䡲 Bab 22 䡲 Penginderaan

Lapis Batang dan Kerucut menghasilkan energi yang dibutuhkan padsa proses
(Layer of Rods and Cones) penglihatan. Dasar sitoplasma kaya dengan mikrotubulus,
polisom, SER, RER dan kompleks Golgi. Protein yang
Bagian optic retina merupakan tempat terdapatnya 2 jenis sel- dihasilkan pada segmen dalam bermigrasi ke segmen luar dan
sel fotoreseptor yang dikenal sebagai sel-sel batang dan akan digabung-kan membentuk suatu lempeng. Lempeng ini
kerucut. Keduanya merupakan sel-sel yang mempunyai akan bermigrasi kebagian ujung apical segmen luar dan masuk
juluran pada bagian apikalnya yang dikenal sebagai segmen kedalam selubung sel pigmen tempat mereka difagositosis.
luar yang merupakan dendrite yang khusus. Segmen luar sel- Lama waktu yang dibutuhkan mulai dari penyatuan protein,
sel batang dan kerucut dikelilingi oleh sel-sel epitel pigmen proses migrasi dan akhirnya penyatuan kurang dari 2 minggu.
(Gambar 22-8). Dasar sel-sel batang dan kerucut membentuk Proses fotoreseptor adalah sebagai berikut:
sinaps dengan sel-sel bipolar yang terdapat dibawahnya. Ada
1 Penerimaan cahaya oleh sel-sel batang mulai dengan
kira-kira 100-120 juta sel-sel batang dan 6 juta sel-sel
kerucut. Sel-sel batang merupakan reseptor khusus untuk penyerapan cahaya oleh fotopigmen yang sensitive terhadap
cahaya redup, sementara sel-sel kerucut adalah reseptor untuk cahaya yaitu rodopsin yang disusun dari protein
cahaya terang. Sel-sel kerucut beradap-tasi dengan transmembran opsin yang terikat dengan cis retinal, suatu
penglihatan warna, sedangkan sel-sel batang hanya menerima bentuk aldehida vitamin A.
cahaya. Sel-sel batang dan kerucut terdistribusi secara tidak 2 Absopsi cahaya menyebabkan isomerisasi seluruh senyawaan
merata pada retina. Sel-sel kerucut banyak terdapat pada retinal menjadi all-trans retinal, yang kemudian
fovea, karenanya daerah ini merupakan tempat dengan berdisosiasi dari opsin.
ketajaman penglihatan yang paling tinggi. 3 Proses bleaching menghasilkan opsin yang aktif yang
memfasilitasi pengikatan guanosin triposfat (GTP) ke subunit
alfa transducin, suatu protein trimerik.
Sel-sel Batang (Rods) 4 GTP-Gaα yang dihasilkan mengaktifkan ensim cyclic
guanosine monophosphate (cGMP) phospho-diesterase, suatu
Sel-sel batang merupakan fotoreseptor yang khusus untuk ensim yang mengkatalisapemecahan dari 3', 5'-cGMP.
menerima cahaya redup. 5 Penurunan konsntrasi cGMP sitosol menyebabkan penutupan
kanal ion natrium pada membran plasma sel batang sehingga
Sel-sel batang (rods) yang hanya teraktivasi oleh cahaya ion natrium tidak dapat meninggalkan sel dan sel batang
redup, begitu sensitifnya, sehingga mereka hanya dapat mengalami hiperpolarisasi.
menghasilkan sinyal dari sebuah foton tunggal dari cahaya. 6 Hiperpolarisasi sel batang menyebabkan terjadinya
Akan tetapi mereka tidak dapat memediasi sinyal-sinyal pada penghambatan pelepasan neurotransmitter kedalam
cahaya terang dan tidak sensitive terhadap warna. Sel-sel sinaps dengan sel bipolar.
batang merupakan sel-sel panjang (panjang 50 mikrometer 7 Selama fase gelap selanjutnya, kadar cGMP mengalami
dan diameter 3 mikrometer) yang terletak paralel satu sama regenrasi, kanal ion natrium terbuka kembali dan aliran ion
lain. Sel-sel ini disusun oleh suatu segmen luar, segmen Na+ pulih seperti semula.
dalam, daerah inti dan daerah sinaps (Gambar 22-9). 8 Sisa senyawaan all-trans retinal dari proses pemecahan di
Segmen luar sel batang, ujung dendritnya mempunyai atas akan berdifusi dan dibawa masuk ke dalam epitel
beberapa ratus lamel-lamel membran pipih yang tegak lurus pigmen retina.
dengan sumbu sel batang (Gambar 22-10; juga Gambar 22-9). 9 Senyawaan all-trans retinal akan didaur ulang menjadi
Setiap lamel merepresentasikan suatu invaginasi plasmalema bentuk 11-cis retinal.
yang terlepas dari permukaan sel sehingga membentuk suatu 10 Akhirnya, cis retinal kembali ke sel batang tempat ia akan
lempeng. Setiap lempeng disusun oleh 2 membran yang berikatan kembali dengan opsin membentuk rodopsin.
terpisah satu dengan lainnya oleh celah berukuran 8
nanometer. Membran-mebran ini mengandung rodopsin Ketika sel batang tidak diaktifkan oleh cahaya, cGMP
suatu pigmen yang sensitive terhadap cahaya. Karena segmen mempertahankan kanal ion natrium pada plasmalema sel
luar sel batang lebih panjang daripada sel kerucut, sel batang batang tetap terbuka. Selama fase gelap, ion natrium dipompa
mengandung lebih banyak rodopsin, bereaksi lebih lambat keluar dari segmen dalam dan masuk ke dalam segmen luar sel
dan mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan rangsang. batang melalui pintu kanal ion natrium. Kehadiran ion natrium
Segmen dalam sel batang dipisahkan dari segmen luar pada segmen luar menyebabkan pelepasan neurotransmitter
oleh suatu penyempitan yang dikenal sebagai tangkai kedalam sinaps dengan sel bipolar.
penghubung (connecting stalk ). Tangkai penghubung ini Hiperpolarisasi yang dinduksi oleh cahaya menyebabkan
muncul pada bagian apical segmen dalam. Daerah dekat sinyal ditransmisikan melalui berbagai lapisan sel menuju ke
tangkai penghubung mengandung banyak mitokondria dan sel-sel ganglion, tempat sinyal menghasilkan potensial aksi
granul-granula glikogen yang keduanya penting untuk sepanjang akson menuju ke otak.
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 523

Bab 22 䡲 Penginderaan ■ ■ ■ 523

A B

C D

Gambar 22–10 Mikrograf elektron batang dari mata seekor katak dan kerucut dari mata seekor tupai. A, Cakram pada segmen luar (kepala panah) dan
mitokondria (m) pada segmen dalam batang seekor katak (... .200). Perhatikan silium (panah) menghubungkan segmen dalam dan luar. B, pembesaran lebih kuat
cakram-cakram pada segmen luar seekor katak (x76.500). C, tautan antara segmen luar dan dalam kerucut seekor tupai (kepala panah, cakram di semgmen luar).
M. mitokondria (x28.8000. D, pembesaran lebih kuat cakram pada segmen luar mata seekor tupai, yang memperlihatkan lanjutan dari lamela dengan plasmalema
(kepala panah). (x82.800) (Dari Leeson TS, Leeson CR, Paparo AA: Text-Atlas of Histology. Philadelphia, WB Saunders, 1988.)

Sel Kerucut (Cones) Ada 3 jenis sel kerucut yang masing-masingnya mengandung
fotopigmen iodopsin yang berbeda. Setiap jenis iodopsin
Sel kerucut merupakan fotoreseptor retina yang khusus untuk mempunyai sensitivitas yang maksimum untuk satu dari 3
menerima cahaya terang dan warna.
spektrum warna — merah, hijau dan biru- dan berbeda hanya
pada protein opsinnya bukan pada 11 cis retinal.
Walaupun fungsi sel kerucut serupa dengan sel batang, sel
kerucut diaktivasi pada cahaya terang dan menghasilkan Sel kerucut merupakan sel-sel yang panjang (panjang 60
ketajaman visual yang lebih besar dibandingkan dengan sel mikrometer dan diameternya 1,5 mikrometer), lebih panjang
batang. dan lebih lebar pada daerah fovea sentralis.
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 524

524 䡲 䡲 䡲 Bab 22 䡲 Penginderaan

Membran Limitan Luar


Walaupun istilah membran limitan luar masih digunakan di
dalam uraian lapisan-lapisan retina, struktur ini sebenarnya
bukanlah suatu membrane. Sebaliknya mikroskop electron
menunjukkan bahwa lapisan ini adalah daerah zonula adheren
antara sel-sel Muller (modifikasi sel-sel glia) dan fotoreseptor.
Pada bagian distal sel ini terdapat mikrovili yang terletak
antara segmen dalam sel-sel batang dan sel-sel kerucut.
R
Lapisan Inti Luar
Z Lapisan inti luar merupakan suatu lapisan tempat terdapatnya
4 inti-inti sel batang dan kerucut. Pada sajian histologi, inti sel
3 batang tampak lebih kecil, lebih bulat dan terwarna lebih gelap
C dibandingkan dengan inti sel kerucut.

Lapisan Pleksiform Luar


Sinaps aksodentritik antara sel-sel fotoreseptor dan dendrit
sel-sel bipolar dan horizontal terletak pada lapisan pleksiform
luar. Ada 2 jenis sinaps pada lapisan ini: sinaps datar (flat
synapse) yang merupakan sinaps yang biasa dan sinaps
MV
invaginasi (invagination synapse). Sinap invaginasi adalah
unik karena mereka terdiri atas satu dendrit dari satu sel
bipolar dan satu dendrit dari setiap 2 sel horisontal, sehingga
membentuk triad. Pada daerah sinaps invaginasi ini terletak
lamel-lamel seperti pita (ribbon-like lamella/synaptic
ribbon) yang mengandung neurotransmiter. Struktur ini
Gambar 22–11 Mikrograf elektron pemindai retina seekor kera yakini berfungsi untuk menangkap dan membantu penyebaran
memperlihatkan kerucut (C) dan beberapa batang (R) (x5.800). neurotransmiter.
mikrovili milik sel-sel Muller; Z, segmen dalam; 3, membran limitans
eksterna (luar); 4, lapisan inti luar. (Dari Borwein B, Borwein D, Medeiros J,
McGowan J: The ultrastructure of monkey foveal photoreceptors, with special Lapisan lnti Dalam
reference to the structure, shape, size, and spacing of the foveal cones. Am J
Anat 159: 125-146, 1980.) Inti sel bipolar, horizontal, amakrin dan Muller membentuk lapisan
inti dalam.

Sel saraf bipolar terletak di antara sel-sel fotoreseptor dan


Struktur mereka serupa dengan struktur sel batang dengan
sel-sel ganglion. Sel-sel saraf ini mungkin berhubungan dengan
beberapa pengecualian (Gambar 22-11; juga Gambar 22-9B
banyak sel batang (10 dekat dengan makula hingga sekitar 100
dan 22-10):
dekat dengan ora serata), sehingga memungkinkan
䡲 Ujung apikalnya (outer segmen) berbentuk lebih penjumlahan sinyal-sinyal yang khususnya berguna pada
menyerupai kerucut dibandingkan batang . intensitas cahaya yang rendah. Walaupun sel kerucut tersebar
䡲 walaupun disusun oleh lamel-lamel plasmalema, lempeng tidak merata, paling sedikit dekat dengan fovea; tetapi setiap
kerucut menempel pada membran plasma, tidak seperti sel kerucut bersinaps dengan beberapa sel bipolar, sehingga
lamel pada sel batang yang terpisah dari membran plasma. meningkatkan ketajaman visual. Akson dari sel-sel bipolar
䡲 Protein yang dihasilkan pada segmen dalam akan bersinaps dengan dendrit sel-sel ganglion
diinsersikan kedalam lempeng melalui keseluruhan segmen Sel-sel horisontal yang terletak pada lapisan ini bersinaps
luar, sebaliknya pada sel batang protein yang dihasilkan dengan hubungan sinaps antara sel fotoreseptor dan sel bipolar.
terkonsentrasi pada daerah segmen luar paling distal. Sel-sel ini berfungsi untuk modulasi aktivitas sinaps.
䡲 Tidak seperti sel batang, sel kerucut sensitive terhadap Sel-sel Amakrin terletak pada batas dalam lapisan ini.
warna dan memberikan ketajaman visual yang lebih besar. Dendrit-dendritnya semua keluar dari satu tempat pada sel dan
䡲 Daurulang fotopigmen sel kerucut tidak membutuhkan berakhir pada kompleks sinaps antara sel-sel bipolar dan sel
sel-sel pigmen retina untuk prosesnya. ganglion.
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 525

Bab 22 䡲 Penginderaan ■ ■ ■ 525

Mereka juga bersinaps pada sel-sel interpleksiform yang Suatu membran mukosa yang dikenal sebagai konjungtiva
berhubungan dengan badan sel bipolar. Sel Amakrin berfungsi melapisi permukaan dalam kelopak mata (konjungtiva
sebagai suatu mekanisma umpan balik dengan mentransfer palpebra) dan menutupi sklera pada bagian depan mata
informasi saraf yang diturunkan dari kompleks sinaps sel (konjungtiva bulbi). Konjungtiva disusun oleh sebuah epitel
bipolar-ganglion ke sel-sel interpleksiform. Sel-sel berlapis silindris yang mengandung sel-sel goblet yang
interpleksiform mempunyai akson yang berhubungan dengan terletak di atas lamina basal dan suatu lamina propria yang
sel-sel bipolar dan horisontal. disusun dari jaringan ikat longgar. Sekret dari sel-sel goblet
Sel-sel Miiller merupakan sel-sel neuroglia yang merupakan salah satu komponen pembentuk tirai air mata
membentang antara badan vitreus dan segmen dalam sel batang (tear film) yang membantu dalam pelumasan dan
dan kerucut. Sel-sel Miiller berhubungan dengan sel-sel perlindungan epitel-epitel yang terletak pada mata bagian
fotoreseptor melalui zonula adherens yang ditampilkan sebagai depan. Pada hubungan kornea-sklera (corneoscleral junction)
membran limitan luar. Mikrovili membentang dari permukaan konjungtiva melanjutkan diri sebagai epitel berlapis gepeng
apikal sel. Jadi sel Miiller berfungsi sebagai sel-sel suportif kornea dan tidak mengandung sel-sel goblet.
untuk retina saraf.

Lapis Pleksiform Dalam KORELASI KLINIS


Prosesus sel-sel amakrin, bipolar, dan ganglion membentuk Konjungtivitis merupakan suatu proses inflamasi
lapis pleksiform dalam. Sinaps aksodentritik antara akson pada konjungtiva yang biasanya berhubungan dengan
sel-sel bipolar dan dendrit sel-sel ganglion dan amakrin juga hyperemia dan pengeluaran sekret (discharge).
terletak disini. Seperti pada lapis pleksiform luar, lapis Penyakit ini mungkin disebabkan oleh bakteri, virus,
pleksiform dalam mempunyai 2 jenis sinaps yaitu: datar (flat) allergen dan parasit. Beberapa bentuk konjungtivitis
dan invaginasi (invaginated). Sinaps invaginasi terdiri dari sangat berat dan dapat merusak mata serta
sebuah akson dari satu sel bipolar dengan dua dendrit sel menyebabkan timbulnya kebutaan yang tidak dapat di
amakrin atau sel ganglion; atau satu dendrit dari setiap dua sel obati.
yang berbeda sehingga membentuk sebuah diad (dyad). Pada
sinaps ini juga terdapat pita sinaps (synaptic ribbon) yang
mengandung neurotransmiter.
Kelopak Mata
Lapisan Sel Ganglion
Kelopak mata ditutupi pada bagian luar oleh kulit dan bagian
Badan sel dari sel saraf multipolar besar yang disebut sel dalamnya oleh konjungtiva yang membentuk sawar proteksi
ganglion mempunyai diameter hingga 30 mikrometer dan untuk permukaan depan mata.
terletak pada lapis sel ganglion. Akson dari sel-sel saraf ini akan
melintas menuju ke otak. Hiperpolarisasi sel batang dan kerucut Kelopak mata dibentuk sebagai suatu lipatan kulit yang
akan mengaktivasi sel-sel ganglion ini dan selanjutnya menutupi permukaan depan mata. Epitel berlapis gepeng kulit
menghasilkan suatu potensial aksi yang melintasi akson menuju menutupi permukaan luarnya. Pada fisura palpebra
ke otak melalui suatu sistem relai visual (visual relay system) konjungtiva palpebra menutupi permukaan dalam palpebra.
Kelopak mata didukung oleh kerangka lempeng tarsal (tarsal
plates). Kelenjar keringat terletak pada kulit kelopak mata,
Lapisan Serabut Saraf Optik demikian pula rambut-rambut halus dan kelenjar sebasea.
Serat-serat saraf yang dibentuk oleh akson-akson tak bermielin Dermis kelopak mata umumnya lebih tipis daripada kulit yang
dari sel-sel ganglion terletak di dalam lapisan serat saraf. lain, mengandung serat-serat elastin tanpa sel-sel lemak.
Akson-akson ini menjadi bermielin sebagai saraf yang Batas kelopak mata mengandung bulu mata tanpa muskulus
menembus sklera. arektor pili.
Kelenjar keringat modifikasi yang dikenal sebagai
Membran Limitan Dalam kelenjar Moll membentuk sebuah spiral sederhana sebelum
bermuara ke folikel bulu mata. Kelenjar Meibom merupakan
Lamina basal sel-sel Milfier menyusun membran limitan dalam. modifikasi kelenjar sebasea yang terletak pada tarsus setiap
kelopak mata dan bermuara pada ujung bebas kelopak mata.
Substansi berminyak yang dihasilkan oleh kelenjar ini ikut
Konjungtiva membentuk tirai air mata dan mencegah penguapan air mata.
Modifikasi kelenjar sebasea lain yang lebih kecil dikenal
Konjungtiva merupakan membrane mukosa yang melapisi kelopak
sebagai kelenjar Zeis yang berhubungan dengan bulu mata
mata dan membelok ke atas sklera pada permukaan depan mata.
dan mengeluarkan produknya ke dalam folikel bulu mata
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 526

526 䡲 䡲 䡲 Bab 22 䡲 Penginderaan

Apparatus Lakrimal Telinga, organ pendengaran dan juga merupakan organ


ekuilibrium, atau keseimbangan, terbagi dalam tiga bagian: (1)
Apparatus lakrimal (lacrimal apparatus) mempertahankan telinga luar, (2) telinga tengah (kavum timpani), dan (3) telinga
permukaan depan mata tetap terlumasi oleh air mata sehingga dalam (Gambar 22-12).
mencegah terjadinya dehidrasi pada kornea.
Gelombang bunyi yang diterima oleh telinga luar
diterjemahkan menjadi getaran mekanis oleh membran timpani
Apparatus lakrimal terdiri atas: (gendang telinga). Getaran ini diamplifikasi oleh tulang-tulang
䡲 Kelenjar lakrimal (Lacrimal glands) yang mensekresikan di telinga tengah (kavum timpani) dan diteruskan ke media cair
cairan lakrimal (air mata). pada telinga da1am melalui tingkap oval. Telinga dalam, suatu
labirin tulang yang berisi perilimf di dalamnya tergantung
䡲 Kanalikuli lakrimal (lacrimal canaliculi) yang membawa suatu labirin membranosa, mengatur pendengaran (bagian
cairan lakrimal meninggalkan permukaan bola mata. koldea) dan mempertahankan keseimbangan (vestibulum).
䡲 Sakus lakrimal (lacrimal sac), bagian sistem duktus yang Masukkan sensori yang masuk ke seluruh aparatus
melebar. vestibulokoklear ditransmisikan ke otak oleh dua bagian saraf
䡲 Duktus nasolakrimal (nasolacrimal duct) yang vestibulokoklear (CN VIII).
mengirimkan cairan lakrimal ke rongga hidung.
Telinga Luar
Kelenjar lakrimal terletak padsa fossa lakrimal yang
terletak pada daerah superolateral rongga orbita. Kelenjar ini Telinga luar terdiri atas daun telinga (aurikula), liang telinga luar,
berhubungan dengan sakus lakrima1 melalui 6-12 duktus dan membran timpani.
sekretoris yang membuka ke dalam sakus lakrima1 pada sisi
lateral forniks konjungtiva superior (superior conjunctival Telinga luar terdiri atas daun telinga (aurikula/pinna), liang
fornix ). Kelenjar ini merupakan kelenjar serosa telinga luar, dan membran timpani (lihat Gambar 22-12).
tubuloalveolar serupa dengan kelenjar parotis. Sel-sel Daun telinga berkembang dari bagian-bagian lengkung
mioepitel mengelilingi asinus sekretorisnya. brankial pertama dan kedua. Bentuk umum, ukuran, dan
Cairan lakrima/air mata dibentuk sebagian besar oleh bentuk khususnya biasanya berbeda pada setiap orang, dengan
air. Cairan steril ini mengandung agen anti-balcteri, lisosim, persamaan dalam keluarga. Pinna terdiri atas lempengan tulang
yang melintas melalui duktus selcretorik untuk masuk rawan elastikyang bentuknya tak beraturan, diliputi kulit tipis
kedalam sakus lakrimal. Kelopak mata atas dengan cara yang melekat erat pada tulang rawannya. Tu1ang rawan ini
mengedip akan meneruskan air mata ke bagian depan sklera kontinu dengan bagian tulang rawan liang telinga luar.
dan kornea sehingga mempertahankan sclera dan kornea tetap
lembab dan mencegahnya dari kekeringan (dehidrasi). Air Liang telinga luar merupakan saluran yang membentang
mata disapu ke arah medial dan masuk kedalam titik dari daun telinga ke dalam tulang temporal hingga permukaan
lakrimal (lacrimal punctum), sebuah lubang yang terletak luar membran timpani. Bagian luarnya terdiri atas tulang
pada setiap sisi medial kelopak mata atas dan bawah. Titik rawan elastik, yang melanjutkan diri dengan tulang rawan daun
lakrimal dari setiap kelopak mata langsung berhubungan telinga. Tulang (temporal) menggantikan tulang rawan pada
dengan kanalikuli lakrimal yang bergabung menjadi saluran duapertiga dalam dinding saluran. Liang telinga luar diliputi
bersama menuju sakus lakrimal. Dinding kanalikuli lakrimal oleh kulit yang mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea,
dilapisi oleh epitel berlapis gepeng. dan kelenjar serumen yang merupakan modifikasi kelenjar
Sakus lakrimal merupakan bagian atas duktus keringat, yang menghasilkan materi yang mirip lilin (wax)
nasolakrimal yang melebar. Sakus ini dilapisi oleh epitel yaitu serumen. Rambut dan wax yang lengket mencegah
bertingkat bersilia. masuknya benda asing ke dalam liang telinga.
Sakus lakrimal berlanjut ke arah bawah menjadi duktus Membran timpani menutup ujung bagian dalam liang
nasolakrimal yang juga dilapisi oleh epitel bertingkat. telinga luar. Merupakan lempeng penutup antara alur faring
Duktus ini membawa air mata ke meatus inferior yang terletak pertama dan kantung faring pertama, tempat di mana lapisan
di dasar rongga hidung (nasal cavity ). ektoderm, mesoderm, dan endoderm terletak berdekatan.
Permukaan luar membran timpani dilapisi epidermis tipis
yang berasal dari endoderm. Selapis tipis unsur mesoderm
TELINGA (APARATUS yang meliputi serat kolagen, elastik, dan fibroblas, terletak di
antara dua lapisan epitel membran timpani. Membran ini
VESTIBULOKOKLEAR) menerima gelombang suara yang disalurkan oleh udara
melalui liang telinga luar, sehingga bergetar. Secara inilah
Telinga, organ pendengaran dan keseimbangan, terdiri atas tiga gelombang suara akan dikonversi menjadi energi mekanik ke
bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. tulang-tulang pendengaran di telinga tengah.
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 527

Bab 22 䡲 Penginderaan ■ ■ ■ 527

Kanal semisirkular superior

Kanal semisirkular posterior

Kanal semisirkular lateral

Saraf fasial (VII)

Saraf akutik (VIII)

Koklea

Ruang telinga tengah


(ruang timpan)

Maleus Tuba auditori


Membran
(tuba auditiva)
timpani
(gendang Inkus
Liang telingan luar telinga)
Stapes

Gambar 22–12 Anatomi telinga.

Telinga Tengah
hidung, dan menguap, lubang tuba auditori pada faring
Telinga tengah (kavum timpani) berisi tiga tulang pendengaran: membuka, memungkinkan penyamaan tekanan udara dalam
maleus, inkus, dan stapes. ruang timpani denganliang telinga luar, yang terletak di sisi
luar membran timpani. Itulah sebabnya mengapa ketiga
Telinga tengah, atau ruang timpani, merupakan ruang berisi tindakan tersebut memulihkan "tekanan telinga" yang biasa
udara yang terletak dalam pars petrosum tulang temporal. terjadi saat menurun dengan cepat saat berada dalam pesawat
Ruang ini ke arah posterior berhubungan dengan ruang-ruang terbang yang sedang menurun.
udara mastoid dan ke anterior melalui tuba auditori (tuba Pada dinding medial ruang timpani terdapat tingkap oval
Eustachius), dengan faring (lihat Gambar 22-12). Tiga tulang dan tingkap bundar, yang memisahkan ruang telinga tengah
pendengaran mengisi ruang ini, membentang antara membran dari telinga dalam. Kedua tingkap ini dibentuk oleh celah
timpani dengan membran pada tingkap oval. bertutup membran pada dinding tulang. Tulang-tulang
Ruang timpani dilapisi oleh epitel gepeng selapis, yang pendengaran, maleus, inkus, dan stapes saling dihubungkan
kontinu dengan lapisan dalam membran timpani. Pada dua melalui sendi sinovial berlapis epitel gepeng selapis. Maleus
pertiga bagian dalam ruang timpani yang semula berdinding terhubung dengan membran timpani, inkus terletak di antara
tulang akan berubah menjadi tulang rawan menjelang tuba maleus dan stapes yang melekat pada tingkap oval. Dua otot
auditori. Lapisan epitelnya berubah menjadi epitel bertingkat skelet kecil, yaitu tensor timpani dan stapedius, memodulasi
silindris bersilia saat mendekati tuba auditori. Lamina propria gerakan membran timpani dan tulang-tulang pendengaran
di daerah berdinding tulang melekat erat dan tidak untuk mencegah kerusakan akibat bunyi yang terlalu keras.
mengandung kelenjar, namun lamina propria di atas daerah Getaran membran timpani menimbulkan gerakan tulang
tulang rawan mengandung banyak kelenjar mukosa yang pendengaran dan karena aktivitas pengungkitan,
salurannya membuka ke lumen ruang timpani. Juga ditemukan pergerakannya diperkuat untuk menggetarkan membran
sel goblet dan jaringan limfoid di dekat muara tuba ke faring. tingkap oval, dengan demikian menimbulkan gerakan
Saat menelan, meniupkan udara sembari menutup lubang medium cairan bagian koklea telinga dalam.
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 528

528 䡲 䡲 䡲 Bab 22 䡲 Penginderaan

Kanal semisirkular:
Telinga Dalam Superior
Telinga dalam terdiri atas labirin tulang, sebuah ruang/ Posterior
Lateral
saluran yang berbentuk tidak teratur terletak dalam pars Ampula
petrosum tulang temporal, dan labirin membranosa, yang Cekungan untuk utrikulus
menggantung dalam labirin tulang (Gambar 22-13). Cekungan untuk sakulus

Labirin Tulang
A
Labirin tulang mempunyai tiga komponen: kanal semisirkular,
vestibulum, dan koklea.

Vestibulum
Labirin tulang dilapisi endosteum dan terpisahkan dengan Tingkap oval
labirin membranosa oleh ruang perilimfatik. Ruang ini terisi Tingkap
cairan jernih, yaitu perilimf, tempat labirin membranosa bundar
menggantung. Bagian tengah labirin tulang dikenal sebagai Koklea
Tulang
vesibulum.
Ketiga kanal semisirkular (superior, posterior, dan Duktus semisirkular:
Endolymphatic
lateral) saling terletak tegak lurus (90 derajat) satu sama lain Superior
sac
(lihat Gambar 22-13). Satu ujung pada setiap kanal melebar; Posterior
Lateral
bagian pelebaran ini disebut ampula. Ketiga kanal Duktus koklear
semisirkular bermula dari dan berakhir pada vestibulum, tetapi
dua di antara kanal tersebut bagian ujungnya menyatu
sebelum bermuara ke vestibulum; karena itu, hanya ada lima B
lubang pada vestibulum. Di dalam kanal, menggantung
duktus semisirkular yang merupakan lanjutan dari labirin
membranosa.
Vestibulum ialah bagian tengah labirin tulang yang Utrikulus
terletak antara koklea yang terletak di anterior dan kanal Sakulus
Duktus
semisirkular di posteriornya. Dinding lateralnya mempunyai reuniens
tingkap oval (fenestra vestibuli), ditutup oleh sebuah
MEMBRANOSA
membran tempat lempeng kaki stapes melekat, dan tingkap
bundar (fenestra koklea), yang hanya tertutup membran.
Krista ampularis
Vestibulum juga berisi bagian-bagian khusus labirin memb- pada duktus
ranosa (utrikulus dan sakulus). semisirkularis:
Superior
Koklea berbentuk seperti suatu spiral tulang berongga Lateral
mirip cangkang keong, yang mengitari pusatnya (suatu Posterior
kolom tulang yang disebut modiolus) sebanyak dua
setengah putaran. Dari modiolus keluar lempengan tulang C
yang berjalan spiral, yang disebut lamina spiralis tulang,
tempat berjalannya pembuluh darah dan ganglion spiralis,
yang merupakan bagian koklear saraf vestibulokoklearis.
Organ Corti
Makula utrikuli
Labirin Membranosa Makula sakuli

Labirin membranosa berisi endolimf dan mempunyai beberapa SENSORI


daerah khusus: sakulus dan utrikulus, duktus semisirkular, dan
duktus koklearis. Gambar 22–13 Koklea telinga dalam. A, Anatomi labirin tulang. B, Anatomi
labirin membranosa. C, Labirin sensori.
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 529

Bab 22 䡲 Penginderaan ■ ■ ■ 529

Labirin membranosa terdiri dari epitel yang berasal dari di atas laminal basalis (Gambar 22-14 dan 22-15). Serat saraf
ektoderm embrionik, yang memasuki tulang temporal yang dari cabang vestivular saraf vestibulokoklear, memasok sel-
masih dalam perkembangan, dan membentuk dua kantung kecil sel neuroepitel.
yaitu sakulus dan utrikulus, juga duktus semisirkular dan Setiap sel rambut tipe I atau II mempunyai sebuah kinosilium
duktus koklear (lihat Gambar 22-13). Endolimf yang dan 50 hingga 100 stereosilia yang tersusun dalam deretan
mengalir di dalam labirin membranosa merupakan cairan kental tergantung tingginya, yang tertinggi (10 µm) paling debat
yang komposisi ionnya mirip cairan ekstrasel (y.i. miskin dengan kinosilium.
natrium, tetapi kaya akan kalium). Sel rambut tipe I merupakan sel gemuk dengan bagian
Lembaran tipis jaringan ikat berikatan dengan endosteum basal yang membulat dan menyempit ke arah lehernya (lihat
labirin tulang menyeberangi perilimf dan tersisip pada labirin Gambar 22-15). Sitoplasmanya mengandung sedikit RER,
membranosa. Selain berperan mengikatkan labirin membranosa kompleks Golgi supranuklear, dan banyak vesikel kecil.
pada labirin tulang, lembar jaringan ikat ini juga membawa Setiap stereosilia, yang terikat pada jejaring terminal yang
pembuluh darah yang memberi nutrisi bagi epitel labirin padat, merupakan mikrovilus panjang dengan sumbu terdiri
membranosa dari banyak filamen aktin dan di silangi oleh fimbrin.
Sumbu filamen menyebabkan stereosilia kaku, sehingga
Sakulus dan Utrikulus pelekukan-nya hanya dapat terjadi pada daerah leher, dekat
tempat asalnya pada membran plasma bagian apikal.
Sakulus dan utrikulus, bangunan mirip-kantung di dalam Sel rambut tipe II seperti juga tipe I, mempunyai
vestibulum, mengandung sel neuroepitel yang dikhususkan untuk stereosilia dan kinosilia, namun berbentuk lebih silindris dan
sensasi posisi kepala dan pergerakan linear. sitoplasmanya mengandung kompleks Golgi yang lebih besar
dengan lebih banyak vesikel (lihat Gambar 22-15).
Sakulus dan utrikulus saling dihubungan oleh saluran kecil, Sel penyokong pada makula yang terletak antara kedua
yaitu duktus utrikulosakularis. Terdapat sebuah saluran tipe sel rambut, mempunyai beberapa mikrovili. Kompleks
kecil lain dari sakulus dan utrikulus yang akan menyatu tautan yang tebal mengikatkan sel-sel satu dengan lainnya,
membentuk duktus endolimfatik, yang ujung buntunya dan juga pada sel lambut. Sel ini memperlihatkan suatu
dikenal sebagai sakus endolimfatik. Sebuah saluran kecil, kompleks Golgi yang sempurna dan granula sekretorik,
duktus reuniens, akan menggabungkan sakulus ke duktus sehingga tampaknya dapat membantu memelihara sel rambut
koklear (lihat Gambar 22-13). atau mungkin berkontribusi pada produksi endolimf.
Dinding sakulus dan utrikulus terdiri atas lapisan jaringan Persarafan sel rambut didapat dari cabang vestibular saraf
ikat vaskular bagian luar yang tipis dan lapisan dalam terdiri vestibulokoklear. Bagian bawah sel rambut tipe I yang
atas epitel gepeng dan kuboid selapis. Sakulus dan utrikulus membulat hampir seluruhnya dibungkus oleh bagian serat
merupakan daerah khusus yang berperan sebagai reseptor yang saraf aferen yang berbentuk mangkuk. Sel rambut tipe II
disebut makula sakuli dan makula utrikuli. menunjukkan bahwa serat aferen yang bersinaps pada daerah
Makula sakuli dan utrikuli terletak sedemikian rupa basal sel. Pita sinaptik sel rambut tipe II kemungkinan
sehingga saling tegak lurus (y.i. makula sakuli sebagian besar berfungsi dalam sinaps dengan saraf eferen, yang diduga
terletak pada dinding, sehingga mendeteksi percepatan linear berperan meningkatkan efisiensi penglepasan sinaptik.
yang vertikal, sedangkan makula utrikuli terletak terutama pada Stereosilia sel rambut neuroepitel diliputi dan terbenam
lantai, sehingga mendeteksi akselerasi linear yang horisontal). dalam massa glikoprotein gelatinosa, yaitu membran
Sel terang mempunyai beberapa mikrovili, dan sitoplasmanya otolitik. Daerah permukaan membran ini mengandung
mengandung beberapa vesikel pinositotik, ribosom, dan hanya kristal kecil kalsium karbonat yang dikenal sebagai otolit
sejumlah kecil mitokondria. Sedangkan sitoplasma sel gelap, atau otokonia (lihat Gambar 22-14 dan 22-15).
mengandung banyak sekali vesikel berbungkus, vesikel halus,
dan droplet lipid selain juga banyak mitokondria panjang yang
terletak dalam kompartemen yang dibentuk oleh lipatan ke Duktus Semisirkular
dalam membran plasma basal. Inta sel gelap berbentuk tidak Masing-masing ketiga duktus semisirkular mempunyai bagian
teratur dan sering kali terletak di bagian apeks. Walaupun yang melembung, yaitu ampula, tempat reseptor khusus (sel
fungsi kedua tipe sel ini tidak diketahui, diduga bahwa sel rambut neuroepitel) menerima kesan pergerakan linear dengan
terang berperan dalam absorpsi dan sel gelap mengatur angular (menyedut)
komposisi endolimf.
Makula merupakan bagian epitel yang menebal, berdiameter Setiap duktus semisirkular, lanjutan dari labirin membranosa
2 hingga 3 mm. Terdiri atas dua tipe sel neuroepitel yang yang berasal dari utrikulus, bertempat di dalam kanal
disebut sel rambut tipe I atau II, dan sel penyokong yang berdiri semisirkular dan oleh karenanya berbentuk sesuai. Setiap dari
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 530

530 䡲 䡲 䡲 Bab 22 䡲 Penginderaan

Otolit
Membran
otolitik
Kinosilium
Stereosilis

Sel penyokong

Serat saraf

Potongan melintang
Membran otolitik melalui makula utrikulus
Endolimf
Otolit

Gambar 22–14 Sel rambut dan sel penyoko-


ng pada makula utrikuli.

tiga duktus melebar pada ujung lateralnya dekat utrikulus. dalam koklea tulang dan dilingkungi pada kedua sisinya oleh
Daerah melembung ini disebut ampula, dan berisi krista perilimf akan tetapi dipisahkan dari perilimf oleh dua membran
ampularis, yang merupakan daerah reseptor khusus. Setiap (Gambar 22-17 dan 22-18). Atap skala media (duktus
krista ampularis terdiri atas sebuah rigi yang permukaan koklear) ialah membran vestibular (Reissneri), sementara
bebasnya diliputi oleh epitel sensorik yang mengandung sel lantai skala mediaialah membran basilar. Ruang berisi
rambut neuroepitel dan sel penyokong (Gambar 22-16). Sel perilimf yang terletak di atas membran vestibular disebut skala
penyokong berdiri pada lamina basalis, sedangkan sel rambut vestibuli, sementara ruang perilimf di bawah membran basilar
tidak; sel rambut digendong di antara sel-sel penyokong. Sel ialah skala timpani. Kedua ruang ini berhubungan melalui
neuroepitel, dikenal sebagai sel rambut tipe I dan II, helikotrema, dekat apeks koklea.
memperlihatkan morfologi yang sama dengan sel rambut Membran vestibular terdiri atas dua lapis epitel gepeng
makula (yang dibahas sebelum ini). Kupula, suatu massa yang saling dipisahkan oleh lamina basalis. Lapisan dalam
glikoprotein gelatinosa menutupi permukaan krista ampularis, merupakan sel dinding skala media, dan lapisan luar
mirip dengan membrana otolitik dalam hal struktur dan merupakan sel dinding skala vestibuli. Sejumlah besar taut
fungsi, akan tetapi bentuknya seperti kerucut dan tidak kedap menutup kedua lapis sel, sehingga memastikan
mengandung otolit. terjadinya gradien ion yang sangat tinggi melintasi membran.
Membran basilar, membentang dari lamina spiralis pada
modiolus ke dinding lateral, mendukung organ Corti dan terdiri
Duktus Koklear dan Organ Corti atas dua zona: zona arkuata dan zona pektinata. Zona arkuata
lebih tipis, terletak lebih ke medial, dan mendukung organ
Duktus koklear dan organ Corti bertanggungjawab untuk
Corti. Zona pektinata mirip jaring fibrosa dengan beberapa
mekanisme pendengaran.
fibroblas.
Dinding lateral duktus koklear, membentang antara
Duktus koklear, sebuah penonjolan pada sakulus, merupakan
membran vestibular dan prominensia spiralis, diliputi oleh
bagian lain dari labirin membranosa. Duktus koklear
epitel bertingkat yang disebut stria vaskularis. Berbeda dari
merupakan sebuah organ reseptor berbentuk baji yang terletak
epitel lainnya, di sini ditemukan pleksus kapiler intraepitel.
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 531

Bab 22 䡲 Penginderaan ■ ■ ■ 531

Otolit

Rambut
Rambut (stereosilia) Kinosilium
(stereosilia) Kinosilium

Mikrotubulus

Gambar 22–15 Morfologi sel neuroepitel (rambut)


tipe I dan tipe II pada makula sakuli dan utrikuli.
(Dari Lentz TL: Cell Fine Structure: An Atlas of Kaliks Akhir saraf
Drawings of Whole-Cell Structure. Philadelphia, WB saraf aferen
Saunders, 1971.) aferen Akhir saraf
aferen

SEL RAMBUT TIPE I SEL RAMBUT TIPE II

Endolimf dalam
duktus semisirkular
Cupula
Serat
saraf
aferen

Sel Sel
rambut rambut
tipe I tipe II
Krista ampularis pada
Gambar 22–16 Sel rambut dan sel penyokong pada
duktus semisirkular Sel penyokong
sebuah krista ampularis kanal semisirkular.
posterior
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 532

532 䡲 䡲 䡲 Bab 22 䡲 Penginderaan

Lamina spiralis tulang


Ganglion spiralis

Duktus koklear
Skala vestibuli di dalam koklea

Membran
Reissner
Skala
media Skala
timpani
Stria
vaskularis
Prominensia
spiralis
Organ
Corti
Membran
tektoria

Sel rambut dalam


Sel rambut luar
Sel falang dalam
Sel falang luar
Sel Hensen

Sel-sel Claudius Sel tiang dalam


Sel-sel Bottcher
Sel spiral dalam
Membran Saraf koklear
basilar Saraf koklear
Sel tiang luar

Gambar 22–17 Organ Corti.

Walaupun stria vaskularis dilaporkan terdiri atas tiga tipe sel- basis sel marginal, membentuk bangunan berbentuk
sel basal, intermedia, dan marginall-tiga tipe sel ini sangat mangkuk yang mengisolasi dan menyokong sel marginal.
mirip satu sama lain pada mikrograf elektron. Kapiler intraepitel tersusun demikian rupa hingga dikitari
Sel marginal yang terwarna gelap mempunyai amat banyak oleh prosesus basal sel marginal dan prosesus naik ke atas
mikrovili pada permukaan bebasnya. Sitoplasmanya yang tebal dari sel basal dan intermedia.
mengandung banyak mitokondria dan vesikel kecil-kecil. Walaupun dinyatakan bahwa beberapa sel pada labirin
Labirintin, yaitu juluran sel sempit mengandung mitokondria membranosa, termasuk stria vaskularis kemungkinan
memanjang amat banyak pada bagian basal sel. berperan memproduksi endolimf, namun asal usul
Sel basal yang terwarna terang dan sel intermedia mempunyai sebenarnya masih belum jelas. Pemeliharaan komposisi ion
sitoplasma yang kurang padat mengandung hanya beberapa endolimf kemungkinan merupakan fungsi sel marginal pada
mitokondria. Keduanya mempunyai juluran sitoplasma yang stria vaskularis.
memancar keluar dari permukaan sel untuk berinterdigitasi Prominensia spiralis juga terletak pada bagian bawah
dengan prosesus sel marginal dan dengan sel intermedia lain. dinding lateral duktus koklear. Merupakan penonjolan kecil
Sel basal juga mempunyai prosesus selular yang menaiki bagian yang menjulur keluar dari periosteum koklea ke dalam duktus
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 533

Bab 22 䡲 Penginderaan ■ ■ ■ 533

perrforasi pada bibir timpani memungkinkan cabang-cabang


cabang koklear saraf vestibulokoklearis (nervus askustikus).
Sel-sel interdental yang terletak pada badan limbus spiralis
menyekresikan membran tektoria, suatu massa gelatinosa
yang kaya akan proteoglikan, mengandung banyak filamen
mirip keratin halus, yang menutup di atas organ Corti.
Stereosilia pada sel rambut reseptor khusus organ Corti
tertanam dalam membran tektoria (lihat Gambar 22-17).
Organ Corti, organ reseptor khusus untuk pendengaran,
CD terletak pada membran basilar dan terdiri atas sel rambut
VM neuroepitel dan beberapa tipe sel penyokong. Walaupun sel
penyokong organ Corti mempunyai karakteristik yang
BM berbeda, sel-sel ini semua berasal dari membran basilar dan
SV mengandung berkas-berkas mikrotubulus dan mikrofilamen,
dan permukaan apikalnya semua saling berhubungan pada
permukaan bebas organ Corti. Sel-sel penyokong termasuk
sel tiang, sel falang, sel batas, dan sel Hensen (lihat
Gambar 22-17 dan 22-18).
ANF
SEL PENYOKONG ORGAN CORTI
Sel penyokong organ Corti ialah sel tiang dalam dan luar, sel
falang dalam dan luar, sel batas, sel-sel Hensen, dan sel-sel
ST
Bottcher.

Sel tiang dalam dan luar merupakan sel-sel tinggi dengan


basis dan apeks yang lebar; jadi bentuknya seperti huruf "I"
yang panjang. Sel-sel ini menempel pada membran basilar,
dan setiap sel menjulang dari basis yang lebar. Cabang
Gambar 22–18 Mikrograf cahaya organ Corti duduk pada membran basilar tengah sel tiang dalam dan luar dibengkokkan untuk
(BM) di dalam koklea (x180). Duktus koklear (CD), berisi endolimf, dibatasi membentuk terowongan dalam, tempat sel-sel tiang dalam
oleh membran vestibular (VM) dan membran basilar (BM). Skala vestibuli membentuk dinding medial, dan sel-sel tiang luar membentuk
(SV) dan skala timpani (ST) berisi perilimf. Amati ganglion spiralisdan serat dinding lateral terowongan. Pada cabang apeksnya baik sel
saraf vestibulokoldear (akustik) (ANF) keluar dari sel rambut organ Corti.
tiang dalam dan luar kembali saling berhubungan.
Sitoplasmanya mengandung berkas-berkas mikro-filamen dan
koklearis di sepanjang duktus. Sel-sel basal stria vascularis mikrotubulus. Sel tiang dalam lebih banyak daripada sel tiang
terus-menerus dengan lapisan vaskular sel-sel yang meliputi luar, setiap tiga sel tiang dalam berbatasan dengan dua sel
keunggulan. Inferior, sel-sel ini adalah kembali ke sulkus spiral, tiang luar. Sel-sel tiang menyokong sel rambut organ Corti.
dimana mereka menjadi cuboidal. Sel-sel lain lapisan ini terus Sel-sel falang luar merupakan sel silindris tinggi yang
ke basilar lamina sebagai sel-sel Claudius, yang overlie sel-sel melekat pada membran basilaris. Cabang apeksnya berbentuk
kecil B (Lihat Gambar 22-17). Sel kedua terletak hanya di mangkuk untuk menyokong cabang basilar sel rambut luar,
berubah basilar koklea. Fungsi sel-sel ttcher Claudius dan B bersama dengan berkas serat saraf aferen dan eferen, yang
tidak diketahui. berjalan di antara sel-sel tersebut dalam perjalanan menuju
sel rambut. Oleh karena apeksnyayang berbentuk mangkuk
Pada bagian tersempit duktus koklear, tempat pertemuan menggendong sel rambut, sel falang luar tidak mencapai
membran vestibular dan basilar, periosteum yang menutupi permukaan bebas organ Corti. Namun, dari sisi lateral setiap
lamina spiralis menonjol ke luar ke skala media, membentuk sel keluar suatu prosesus falangeal yang meluas ke lamina
limbus pada lamina spiralis. Bagian dari limbus menonjol di retikularis. Mikrotubulus dan mikrofilamen dalam juluran
atas sulkus spiralis interna (terowongan). Bagian atas limbus falangeal menambah kekakuannya. Juluran falangeal cabang
ialah bibir vestibular, dan bagian bawah disebut bibir timpani distal yang memipih berhubungan dengan sel rambut yang
limbus, suatu lanjutan dari membran basilar. Sejumlah besar dibopongnya dan sel rambut di dekatnya. Terdapat celah yang
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 534

534 䡲 䡲 䡲 Bab 22 䡲 Penginderaan

berisi cairan di sekeliling daerah yang tidak disokong pada sel lateral terdapat kisi-kisi korteks, terdiri atas filamen berukuran
rambut luar. Ruang ini disebut ruang Nuel, dan ruang ini 5- hingga 7-nm, disilangi oleh filamen yang lebih tipis, yang
berhubungan dengan terowongan dalam. tampaknya menyokong sel dan mempertahankan bentuknya.
Sel falangeal dalam terletak lebih sebelah dalam terhadap Serat aferen dan eferen bersinaps pada cabang basilar sel
sel tiang dalam; berbeda dari sel falang lain, sel-sel ini rambut. Menjulur dari permukaan apikal sel rambut luar
melingkupi sel rambut dalam yang disokongnya secara sejumlah sekitar 100 stereosilia yang tersusun dalam bentuk
menyeluruh. huruf "W". Stereosilia ini berbeda-beda panjangnya, dan
Sel batas membatasi perbatasan dalam organ Corti. tersusun secara teratur menurut panjangnya. Seperti sel rambut
Merupakan sel-sel langsing yang menyokong cabangdalam dalam, sel rambut luar tidak mempunyai kinosilia tetapi
organ Corti. mempunyai badan basal.
Sel Hensen menjelaskan batas luar organ Corti. Sel-sel
tinggi ini terletak di antara sel falang luar dengan sel-sel Fungsi Vestibular
Claudius yang lebih pendek, yang terletak di atas sel Bottcher.
Semua sel-sel ini menyokong permukaan luar organ Corti Fungsi vestibular ialah merasakan posisi dalam ruang dan
(lihat Gambar 22-17). selama pergerakan.

Merasakan posisi dalam ruang dan selama pergerakan penting


SEL-SEL NEUROEPITEL (SEL RAMBUT) ORGAN
untuk mengaktifkan dan menghentikan aktivitas otot tertentu
CORTI yang berfungsi mengakomodasi tubuh untuk keseimbangan.
Terdapat dua tipe sel neuroepitel pada organ Corti; sel rambut Mekanisme sensorik untuk fungsi ini diselenggarakan oleh
dalam dan sel rambut luar. aparatus vestibular, yang terletak pada telinga dalam.
Peranti ini terdiri atas utrikulus, sakulus, dan duktus
Sel rambut neuroepitel dikhususkan untuk mentransduksi semisirkularis.
impuls dari organ pendengaran. Tergantung pada letaknya, Stereosilia sel rambut neuroepitel terletak dalam ampula
sel-sel ini disebut sel rambut dalam dan sel rambut luar. utrikuli dan sakuli dan tertanam dalam membran otolitik.
Sel rambut dalam, sederetan sel yang disokong oleh sel Pergerakan linear kepala menyebabkan perpindahan endolimf
falang dalam, membentang di perbatasan dalam sepanjang yang menimbulkan gangguan pada otolit dalam membran
organ Corti. Sel rambut dalam pendek dan dengan intidi otolitik dan, dengan sendirinya membrannya sendiri, oleh
tengah, banyak mitokondria (tertama di bawah jejala karenanya stereosilia sel rambut menjadi tertekuk. Pergerakan
terminal), RER dan SER, dan vesikel-vesikel kecil. Aspek stereosilia ditransduksi menjadi potensial aksi, yang akan
basal sel-sel ini juga mengandung mikrotubulus. Permukaan diteruskan oleh sinaps ke cabang vestibular saraf
apikalnya mengandung 50-60 stereosilia yang tersusun dalam vestibulokoklear untuk ditransimisi ke otak.
bentuk "V". Cabang pusat stereosilia mengandung Gerakan sirkular kepala didapat kesannya oleh reseptor
mikrofilamen, disilangi oleh fimbrin, seperti pada sel rambut pada duktus semisirkularis yang terletak dalam kanal
tipe I labirin vestibular. Mikrofilamen stereosilia menyatu semisirkularis. Stereosilia sel rambut neuroepitel pada krista
dengan yang pada jejala terminal. Walaupun kinosilia tidak ampularis tertanam dalam kupula. Pergerakan endolimf dalam
ada pada sel rambut dalam, sebuah badan basal dan sentriol duktus semisirkular mengganggu orientasi kupula, yang
terlihat pada daerah apikal sel-sel ini. Cabang basal sel-sel ini kemudian mengganggu stereosilia sel rambut. Rangsang
bersinaps dengan serat aferen cabang koklear saraf mekanik ini ditransduksikan menjadi impuls listrik, yang
vestibulokoklearis. ditransfer oleh sinaps ke cabang vestibular saraf
Sel rambut luar, disokong oleh sel falang luar, yang vestibulokoklearis.
terletak dekat batas luar organ Corti dan tersusun dalam tiga Informasi mengenai pergerakan linear dan sirkular kepala,
(atau empat) barisan sepanjang seluruh organ (lihat Gambar dikenali oleh reseptor pada teling dalam, ditransmisikan ke
22-17). Sel-sel rambut luar merupakan sel silindris yang otak melalui cabang vestibular saraf vestibulokoklearis. Di
tinggi dengan inti terletak dekat cabang basal. Sitoplasmanya sana informasi ini diinterpretasi, dan penyesuaian untuk
mengandung amat banyak RER, dan mitokondrianya terletak keseimbangan dimulai oleh aktivasi massa otot spesifik yang
di cabang basal. Sitoplasma sel-sel tepat di bawah dinding berperan untuk sikap tubuh.
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 535

Bab 22 䡲 Penginderaan ■ ■ ■ 535

Gambaran skematik
vestibulum dan koklea
dengan duktus koklearis

2 Gelombang kembali melalui


Ganbar 22–19 Diagram skematik yang
menunjukkan bagaimana getaran lempeng kaki skala timpani dan
stapes menggerakkan membran pada tingkap berresonasi dengan suatu
oval. Aksi ini menimbulkan tekanan dalam bagian khusus pada duktus
perilimf, yang terletak dalam skala vestibuli. koklearis
Pada helikotrema, tempat skala vestibuli dan
skala timpani bertemu, gelombang tekanan
dalam perilimf skala timpani menggerakkan
membran basilar dan organ Corti yang duduk
di atasnya. Hal ini menyebabkan gerakan
menggunting pada sel rambut pada membran
basilar, yang ditransduksikan menjadi aliran
1 Tekanan getaran
listrik yang akan ditransmisilcan oleh sinaps ke
cabang koklear saraf vestibulokoklear untuk mulai pada tingkap
konduksi ke otak yang akan memprosesnya. oval, diteruskan ke
dalam skala
vestibuli 4 Tekanan gelombang 3 Getaran membran basilar
yang sudah menurun duktus merangsang sel
Round window akan dikeluarkan rambut tertentu pada
oleh tingkap bundar organ Corti

Oleh karena keberuntungan mekanik yang disajikan oleh


KORELASI KLINIS persendian ketiga tulang pendengaran, energi mekanik
Penyakit Meniere merupakan gangguan yang ditandai diperbesar (amplifikasi) hingga 20 kali saat mencapai
oleh hilangnya pendengaran yang disebabkan oleh lempeng kaki stapes, tempat ia meneruskan energi tersebut
akumulasi cairan berlebihan dalam duktus endolimfatik. pada membran tingkap vestibuli (tingkap oval). Gerakan
Beberapa gejala termasuk vertigo, tinnitus, nausea, dan tingkap oval memulai gelombang tekanan pada perilimf
muntah-muntah. Beberapa obat dapat meringankan dalam skala vestibuli. Oleh karena cairan (d.h.i. perilimf)
vertigo dan mual. Namun pada kasus-kasus berat, cabang tidak dapat dimampatkan, gelombang diteruskan sepanjang
vestibular saraf, mungkin perlu dipotong, dan kanal skala vestibuli, melalui helikotrema, dan ke skala timpani.
semisirkular dan koklea kemungkinan harus diangkat Gelombang tekanan dalam perilimf skala timpani
secara pembedahan. mengakibatkan membran basilar bergetar.
Oleh karena organ Corti terikat erat pada membran basilar,
gerakan mengayun dalam membran basilar diterjemahkan
sebagai gerakan menggunting menghasilkan defleksi
Fungsi Koklea stereosilia ke arah stereosilia yang lebih tinggi, sel akan
Fungsi koklea dalam persepsi bunyi. terdepolarisasi, hingga mengeluarkan impuls yang
ditransmisikan melalui serat saraf aferen cabang koklear saraf
Gelombang bunyi yang dikumpulkan oleh telinga luar masuk vestibulokoklearis (Gambar 22-19).
ke dalam liang telinga luar dan diterima membran timpani, Cara membedakan perbedaan frekuensi atau tinggi/
yang mulai bergerak. Membran timpani mengkonversi rendahnya nada bunyi belum dimengerti. Sejak lama diduga
gelombang bunyi menjadi energi mekanik. Getaran membran bahwa membran basilar, yang bertambah panjang bersama
timpani memulai pergerakan maleus, dan kedua tulang setiapputaran koklea, bergetar pada frekuensi yang berbeda
pendengaran lainnyadengan sendirinya. sesuai dengan lebar-nya. Oleh karenanya, bunyi berfrekuensi
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 536

536 䡲 䡲 䡲 Bab 22 䡲 Penginderaan

rendah dapat di deteksi dekat apeks koklea, sedangkan bunyi membrana tektoria dan membran basilar, sehingga
berfrekuensi tinggi akan dideteksi dekat basis koklea. Bukti "menyetel" membran basilar. Aksi ini kemudian mengubah
menunjukkan bahwa sel rambut luar mempunyai peranti yang respons dari sel-sel rambut dalam pendeteksi bunyi, sehingga
dibutuhkan untuk bereaksi cepat terhadap masukaneferen, mempengaruhi reaksi sel-sel ini terhadap frekuensi yang
menyebabkan sel-sel ini mengubah panjang stereosila dan berbeda.
dengan sendirinya mngubah tenaga memotong antara

KORELASI KLINIS
Tuli konduktif mungkin disebabkan oleh semua kondisi Cairan berkumpul dalam ruang telinga tengah
yang menghambat konduksi gelombang bunyi dari telinga melembabkan membran timpani, hingga menghambat
luar melalui telinga tengah dan ke dalam organ Corti di pergerakan tulang-tulang pendengaran. Antibiotik
telinga dalam. Kondisi yang dapat menyebabkan tuli merupakan pengobatan yang lazim.
konduktif termasuk adanya benda asing, otitis media, dan Tuli saraf biasanya disebabkan oleh proses penyakit
otosklerosis (fiksasi lempeng-kaki stapes pada tingkap yang mengganggu transmisi impuls saraf. Interupsi dapat
oval). terjadi di mana saja pada cabang koklear saraf akustik, dari
Otitis media merupakan infeksi yang biasa terjadi pada organ Corti ke otak. Proses penyakit yang dapat
ruang telinga tengah pada anak-anak kecil. Biasanya menyebabkan tuli saraf termasuk rubela, tumor saraf, dan
berkembang dari infeksi saluran napas yang melibatkan degenerasi saraf.
tuba auditori.
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 537

䡲 䡲 䡲

Indeks

Note: Page numbers followed by the letter b refer to boxed material; those followed by the letter f refer to figures, and those followed by t
refer to tables.

A Acetylcholine (Continued) Actin monomer, 43f


receptors for, 171 Actin ring, of osteoclast, 141
α-actin, 43, 45f pancreatic, 419 Action potential
α-actinin suprarenal release of, 324 cycle of, 200
in cytoskeleton, 44t, 45f Acetylcholinesterase, 171 mechanism of, 198–200, 200f
in epithelium, 99 Acid hydrolases, 35 of cardiac muscle, 178–179
in skeletal muscle, 164, 165t Acidophil(s), in pituitary gland, 308, 308f, of skeletal muscle, 171, 178
in smooth muscle, 182 309f Activated cells, in immune response,
A antigens, 224, 224t Acidophilic components, 2 276
A bands Acidosis, 432b Activated macrophages, 123
in cardiac muscle, 178f Acinar cells Activation
in skeletal muscle, 160, 161f, 162, 162f mammary, 487f of B cells, 280
α cells, 420, 421, 421t pancreatic, 418–419, 418f, 419f of lymphoid cells, 285
α-chains Acinar glands, 107, 107f Activation gate, 199
in tropocollagen, 73, 75, 76t Acinus(i) Active catalytic subunits, of A-kinase, 22
synthesis of, 75, 77f hepatic (liver, portal), 426 Active sites
α-globulins, 221t in sebaceous glands, 339 of synapse, 201
α-granules, of platelets, 233, 233f, 236t of mixed glands, 104, 104f on axon terminal, 170
A-kinase, 22 of multicellular exocrine glands, 107, 109f on G-actin, 166
α-melanocyte-stimulating hormone (α- of Rappaport, 426 Active transport, 17, 18f, 19
MSH), 310 of salivary gland, 104f, 107, 109f, primary, by Na+-K+ pump, 19
α-motor neurons, 169, 173, 174f 413–414, 414f secondary, by coupled carrier proteins,
A-site, ribosomal, 22 pancreatic, 418, 418f, 419f 20
α-tubulin, 43f Acne, 339b Activin, ovarian, 466, 468, 472, 473t
Abluminal plasmalemma, of capillaries, Acoustic (vestibulocochlear) nerve, 527f, Acute myeloblastic leukemia, 246b
263, 264 528, 529, 531f, 535, 535f Acute myelogenous leukemia, 66b
ABO blood group system, 224, 224t Acquired immunodeficiency syndrome Adaptin, 31
Absorption (AIDS), 196b, 287b Adaptive immune system, 273, 276
by colon, 409 Acromegaly, 154b Addison’s disease, 322b, 332b
by small intestine, 405–406, 407f Acrosin, 480, 496 Adducin, 224
Absorption cavities, of bone, 152 Acrosomal cap, 495, 496f Adenocarcinoma, 102b
Accessional teeth (molars), 368, 373 Acrosomal granule, 495, 497f of prostate, 507b
Accessory genital glands, 490f, 504–507 Acrosomal phase, of spermiogenesis, 496, Adenohypophysis, 304, 306–310
Accessory structures, of eye, 515f, 497f Adenoid, 299
525–526 Acrosomal reaction, 480, 497 Adenoma(s)
Accommodation, 517, 519b Acrosomal vesicle, 495, 497f benign pleomorphic, 417b
Acellular cementum, 370 Acrosome, 495, 496f pituitary, 311b
Acetyl coenzyme A (acetyl CoA), 36, 40, Actin-binding proteins, 43, 44t Adenosine diphosphate (ADP)
173b Actin filaments and clot formation, 233
Acetylcholine as vesicle pathway, 31 in active transport, 19
as neurotransmitter, 203, 204t bundles of, 43–44 in muscle contraction, 168, 168f
in autonomic nervous system, 208 in cytokinesis, 65 Adenosine triphosphate (ATP)
in gallbladder, 436 in cytoplasm, 42, 43, 43f, 44, 44t, 45f binding to heavy merosin, 165
in HCl secretion, 396 in eccrine sweat glands, 338 in active transport, 19
in lacrimal gland, 184 in epithelial microvilli, 90–91, 93f, 94f in chromaffin cells, 323
in signaling, 20 in erythrocyte cell membrane, 224, 224f in mitochondria, 39f, 40
in skeletal muscle contraction, 170–171 in skeletal muscle, 161, 164f, 166–167 in muscle contraction, 167, 168, 168f
in smooth muscle synapses, 182 in zonulae adherentes, 99 in signaling, 20

537
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 538

538 䡲 䡲 䡲 Index

Adenylate cyclase Alimentary canal, 381–411. See also Anchoring fibrils, 76t, 82f, 83f
in fat release, 117 Digestive system. in dermis, 334
in hepatocytes, 428 defined, 381 Anchoring filaments, 83f
in mast cells, 120 diffuse neuroendocrine system cells and lymphatic, 270, 270f
in signaling, 20, 21–22 hormones of, 390–391, 392t, 393f Anchoring junctions, 94
Adhesion molecules esophagus in, 383–395, 394t Anchoring plaques, of lamina reticularis,
and capillaries, 265 histology of, 381–382, 382f, 394t–395t 81f–83f
cell adhesion (CAMs), 201 innervation of, 382–383 Anchoring proteins, 99
Adhesive glycoproteins, 72 large intestine in, 395t, 407–411 Anchoring villi, 484
in connective tissue, 111 small intestine in, 394t–395t, 398–406 Androgen(s), 312t, 321
Adipose cells (adipocytes), 115–117, stomach in, 385–397, 394t in follicular development, 470
116f Alkaline phosphatase, 138b weak, 322
brown (multilocular), 115, 116, 118f, All-or-none law, 167 Androgen-binding protein (ABP), 493, 499,
128–129 All-trans retinal, 522 501f
histogenesis of, 129 Alport’s syndrome, 442b Androstenedione, 312t, 321, 322, 468
in cytoplasm, 41 Alveolar bone proper, 375, 376 Anemia, 224b
in loose connective tissue, 126 Alveolar capillary network, 355f, 358f iron deficiency, 243b
obesity related to, 129b Alveolar cells, 360, 360f–362f pernicious, 389b
storage and release of fat by, 116–117, Alveolar ducts, 346t, 357, 357f–359f sickle cell, 223b
119f Alveolar elastin network, 355f Anencephaly, 186b
structure of, 112f, 115, 117f Alveolar glands, 107, 107f Aneuploidy, 56b
tumors of, 129b Alveolar macrophages, 359f, 361, 361b, Aneurysm, 256b, 257b
white (unilocular), 115–116, 117f, 362f, 363 Angina pectoris, 269b
127–128 Alveolar pores (of Kohn), 359f, 360 Angiotensin
Aditus, laryngeal, 351 Alveolar sacs, 347t, 357, 358f functions of, 457, 457t
Adluminal compartment, of seminiferous Alveolus(i) in blood pressure regulation, 258
tubules, 492, 492f of lung, 347t, 357, 358f, 359f, 360 in chronic essential hypertension, 457b
Adluminal plasmalemma, of capillaries, of mammary glands, 486, 486f, 487, 487f in corticosteroid synthesis, 320
263, 264 of tooth, 368, 368f, 369f, 375–376 in juxtaglomerular cells, 450, 457, 457t
ADP. See Adenosine diphosphate (ADP). Amacrine cells, in retina, 520f, 524–525 in urine formation, 457
Adrenal glands. See Suprarenal (adrenal) Ameloblasts, 369, 373, 373f tunica intima and, 252
glands. Amino acid(s) Angiotensin-converting enzyme (ACE)
Adrenocorticosteroids, 312t, 318, 319, 320, derivatives of, in hormones, 303 angiotensin II produced by, 258
321–322 sulfation and phosphorylation of, 30f in juxtaglomerular cells, 450, 457, 457t
effect on thymus, 290 D-Amino acid oxidase, 36 in tunica intima, 252
Adrenocorticotropic hormone (ACTH, Amino sugar, 69, 71t Angiotensinogen
corticotropin), 307t, 309, 312t, 318, Amino-terminal regions, 280 in blood pressure regulation, 258
320, 322b Aminoacyl tRNA, 24 in urine formation, 457
Adult hemoglobin, 223 Amniotic cavity, 481f Ankyrin, 223, 224, 224f
Adventitia. See Tunica adventitia. Amphipathic molecule, 13 Annulate lamella, 41
Adventitial reticular cells, of bone marrow, Ampulla(e) Annulus(i)
237, 237b of ductus deferens, 504 of annulate lamella, 41
Aerobic energy system, 168 of oviducts, 474 of spermatozoon, 496, 497f
Afferent component, of peripheral nervous of semicircular canal, 528, 528f, 530 Annulus fibrosus, 136, 136b, 269
system, 185, 206 of Vater, 434 Anode, in electron microscopy, 4f, 9
Afferent fibers, 206 Amylase, salivary, 367, 416 Anterior chamber, of eye, 515f
Afferent lymphatic vessels, 270, 290, Anabolic steroids, 321 Anterograde reaction, to nerve injury, 216,
291f Anagen phase, of hair growth, 342 217–218
Afferent neurons, 193 Anal canal, 395t, 409–410 Anterograde transport, 29, 31
Afferent pathways Anal columns, 410 axonal, 191, 192
somatic, 511 Anal glands, 410 Anti-Rh agglutinins, 225b
visceral, 511 Anal mucosa, 410 Antibody(ies), 276, 277–278, 279t
Aggrecans, 70f, 71, 72f Anal sinuses, 410 constant (Fc) regions of, 32
in bone, 137 Anal sphincter muscle, 410 membrane-bound, 277, 279t
in cartilage, 134 Anal valves, 410 production of, by plasma cells, 232
in connective tissue, 113 Anamnestic response, 277 reaginic, 279t
Aging Anaphase, of cell cycle secretory, 279t
cartilage degeneration and, 134b meiotic, 66f, 67 structure of, 278, 278f
nucleolus and, 61b in spermatocytes, 495 Antibody-dependent cellular cytotoxicity,
Agranulocytes, 225, 226t, 231–232, mitotic, 63f, 64–65, 64f 275, 279t
232f Anaphase II, of cell cycle, 67f, 68 Antibody labeling, direct and indirect, 5,
Albinism, 332b Anaphylactic reaction, 118, 120, 120f 5f, 6f
Albumin, in blood, 220, 221t Anaphylactic shock, 122b, 230b Anticodon, 24, 59
Albuminuria, 445b Anaphylaxis Antidiuresis, 456f
Alcoholics, liver disorders in, 429b slow-reacting substance of, 230 Antidiuretic hormone (ADH), 307t, 310, 311
Aldosterone, 312t, 320 systemic, 122b as neurotransmitter, 203
and distal convoluted tubule, 449 Anastomosis, arteriovenous, 263 in blood pressure regulation, 258
in urine formation, 457 in penis, 508 in urine formation, 456f, 458
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 539

Index ■ ■ ■ 539

Antigen(s) Arrector pili muscles, 328f, 329, 335, Autonomic innervation, of salivary glands,
antibodies against, 232 341–342 416
binding of, 118, 120f Arterial blood pressure, 258, 259b Autonomic nervous system, 185, 207–210,
cytokine release due to, 276 Arteriolae rectae, 453, 453f 209f
lipid, 283 Arterioles, 254t, 256–257, 256f, 257f Autophagosomes, 35–36
thymic-independent, 280 glomerular, 440, 441f, 453, 457 Autoradiography, 5–6, 7f, 8f
Antigen-presenting cells (APCs), 284, 284t hepatic, 425 Autosomes, 55
in activation of cytotoxic T-cells, 285, of splenic pulp, 294f, 295 Axoaxonic synapse, 200
286f sheathed, 294f, 295, 298f Axodendritic synapse(s), 200, 201f–203f,
Langerhans cells as, 332 terminal, 263 212f
macrophages as, 231, 276 Arteriosclerosis, 259b in retina, 524, 525
Antigenic determinant, 276 Arteriovenous anastomosis (AVA), 263 Axolemma, 190
Antigenicity, 276b in penis, 508 Axon(s), 190–192, 191f, 192f
Antimicrobial peptides, 274 Artery(ies), 253–258. See also specific type defined, 186, 188f
Antimüllerian hormone, 493 of artery. hypothalamic, 306
Antiport transport, 18f, 19 blood pressure regulation in, 258 myelinated, 191, 191f, 192f, 196
Antral follicles, 465f, 467t, 468–469, 468f, classification of, 253–257, 254t, 255f in neuromuscular junction, 169, 171f
469t defined, 251, 253 of olfactory cell, 348
Antrum, 465f, 468 disorders of, 259b of parasympathetic nerves, 210
Anus, 410 elastic (conducting), 253–254, 254t, 255f type Ib, 175
Aorta, 253, 318 muscular (distributing), 254t, 255–256, unmyelinated, 191, 192f, 197
aneurysm of, 256b 255f Axon hillock, 188, 188f, 190
Aortic bodies, 258 specialized sensory structures in, Axon reaction, 216–218, 217f
Aortic valve, 268 257–258 Axon terminals, 170, 186–187, 202f, 203f
Apical canaliculi, 447 structure of, 252f, 253 Axonal transport, 191–192, 191b
Apical domain, of epithelium, 90–92, tunics of, 251–253, 252f Axoneme, 91, 92, 95f
91f–96f Articular cartilage, 156, 156f flagellar, 495, 497f, 498
Apical foramen, of tooth, 368, 368f, 369f Articular cavity, 156f Axoplasm, 191
Apical light zone, of lymphoid nodule, Aryl sulfatase, mast cell release of, 117, Axosomatic synapse, 200, 201f
292 120f, 121t Azures, 219
Apocrine glands, 105, 105f Aspartate, 203 Azurophilic granules
mammary, 487 Aspirin, and ulcers, 398b of basophils, 230
sweat, 338 Asthma, 122b, 356b of eosinophils, 229
Apoptosis Astral rays, 64 of monocytes, 231
granzyme-induced, 286 Astrocytes, 193, 194f, 195 of neutrophils, 225, 228f
mechanism of, 68 Astrocytomas, 192b
of hemopoietic cells, 241 Asymmetric synapse, 202 B
of myometrial muscle, 477 Atherosclerosis, 259b, 269b
Appendices epiploicae, 409 ATP. See Adenosine triphosphate (ATP). β-actin, 43
Appendicitis, 411b ATP synthase, 39f, 40 B antigens, 224, 224t
Appendix, 395t, 410–411 ATPase dynein, 92 B-cell receptors, 277, 278
Appositional growth Atresia, of oogonia, 464 β cells, 420, 421t, 422b, 423t
of bone, 151 Atretic follicles, 471 β-globulins, 221t
of hyaline cartilage, 132 Atrial muscle cell, 175, 177f B lymphoblast, 239t
Appositional stage, of odontogenesis, 374 Atrial natriuretic peptide (ANP), 175, 177f, B lymphocytes (B cells), 231–232, 278, 280
APUD cells. See Diffuse neuroendocrine 268, 269f activation of, 280
system (DNES) cells. Atriopeptin, 268 B7 molecule, 285, 286f
Aquaporins, 19, 90, 458, 459t Atrioventricular (AV) bundle, 267f, 268 effector cells of, 232
Aqueous humor, 517 Atrioventricular (AV) node, 267f, 268 features of, 226t
Arachidonic acid Atrioventricular (AV) valves, 267 formation of, 112f, 239t, 247, 249
basophils and, 230 Atrium(a) functions of, 231–232, 278, 280
in mast cell mediator synthesis, 117, 120 alveolar, 357 immunocompetent, 247, 278, 280
Arachnoid layer, 212f, 213 of heart, 267, 267f in small intestine, 404, 405f
Arachnoid trabecular cells, 213 Attachment plaques, 102, 103f interaction between T-helper cells and,
Arachnoid villi, 213 Auditory meatus, external, 526, 527f 285, 285f
Arcuate arteries Auditory tube, 527, 527f memory cells of, 232, 280, 285, 292, 293
of endometrium, 476, 477f Auerbach plexus vs. T cells, 280
of kidneys, 439f, 453 myenteric, 382, 383, 402 β particles, of glycogen, 430
of myometrium, 477, 477f of parasympathetic nervous system, 186, β-tubulin, 43f
Arcuate veins, 439f, 453, 454 210 Balance mechanism, 511, 534–535
Area cribrosa, 437 Auricle (pinna), 526–527, 527f BALT (bronchus-associated lymphoid
Areola, 488 Autocrine signaling, 20, 104 tissue), 299
Areolar connective tissue, 126, 126b Autografts, 153b Band 3 protein, 221, 223, 224, 224f
Areolar glands (of Montgomery), 488 Autoimmune diseases, 237b, 276b, 277b Band 4.1 protein, 224, 224f
Argentaffin and argyrophilic cells. See Autologous transplant, 240b Barbiturates, tolerance to, 433b
Diffuse neuroendocrine system Autonomic fibers, of periodontal ligament, Baroreceptors, 257
(DNES) cells. 375 Barr body, 55, 225
Aromatase, 468, 472 Autonomic ganglia, 208, 210, 211f Barrett’s syndrome, 385b
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 540

540 䡲 䡲 䡲 Index

Bartholin glands, 485 Bile duct(s) Bolus, 367


Basal body, of cilium, 92, 95f common, 382f, 419, 434 Bone(s), 136–156. See also Osteoblasts;
Basal cell(s) interlobular, 424f, 427 Osteoclast(s).
of cochlear duct, 532 Bile salts, 430, 430b, 432f calcification of, 151
of epididymis, 503 Bilirubin, 297, 430–431, 432f calcium level maintenance by, 154
of nasal cavity, 347–348, 348f Bilirubin glucuronide, 430, 432f cancellous (spongy), 143, 144f
of taste buds, 378, 379f Biogenic amines, 203, 204t cells of, 137–142
of trachea, 352f, 353 Bipolar neurons, 189f, 192–193 classification of, 142–143
Basal cell carcinoma, 335b in retina, 520f, 524 compact, 143, 144f, 147
Basal compartment, of seminiferous Birbeck granules, 332 haversian canal systems of, 144f,
tubules, 492, 492f Bisphosphonates, 155b 145–146, 145f, 152
Basal lamina, 79–80, 81f–83f Bladder, 437, 461–462, 461f lamellar systems of, 143–145, 144f
of capillary, 260, 261f, 262f Bladder cancer, 66b decalcified sections of, 136
of glomerulus, 441–442, 443f, 445b Blastocele, 481f defined, 136
of kidney, 439 Blastocysts, 481f, 482 flat, 143
of muscle, 158 Bleaching, in photoreception, 522 formation of
of renal corpuscle, 441f Bleeding disorders, 237b alkaline phosphatase in, 138b
of seminiferous tubules, 491 Blood, 219–236 endochondral, 131, 147–150,
of spleen, 296 coagulation of, 219 147f–150f, 148t
of thyroid, 313 defined, 219 intramembranous, 131, 146–147, 146f,
Basal light zone, of lymphoid nodule, formed element(s) of, 220–236 147f
292 agranulocytes as, 225, 226t, 231–232, functions of, 136
Basal surface specializations, of epithelium, 232f gross observation of, 143, 144f
102, 103f basophils as, 220f, 222f, 226t, 230, ground sections of, 136
Basal zone, of osteoclast, 141 230b growth of
Basalis layer, of endometrium, 476, 477f eosinophils as, 220f, 222f, 226t, in length, 149f, 150–151
Basement membrane, 79–80, 81f 228–230, 230b in width, 151
of skin, 328f, 329 erythrocytes as, 220–225, 222f, 223f histogenesis of, 146
Basilar membrane, of cochlear duct, 530, formation of. See Hemopoiesis. histophysiology of, 154–155
532f, 535, 536 granulocytes as, 225–230, 226t, hormonal effects on, 154, 154b, 155b
Basket cells, of salivary gland, 414, 414f 227f–229f hyaline cartilage model of, 147, 147f,
Basolateral domain, of epithelium, 92, leukocytes as, 225–232 148, 148t, 149f
94–102 lymphocytes as, 220f, 222f, 226t, in joints, 156, 156f
Basophil(s) 231–233, 232 inorganic component of, 137
features of, 226t macrophages as, 231 irregular, 143
formation of, 239t, 240f, 243 monocytes as, 220f, 222f, 226t, long, 143
functions of, 125, 230 230–231 matrix of, 137, 143, 146
granules of, 226t, 230 neutrophils as, 220f, 222f, 225, 226t, microscopic observations of, 143–146
in anaphylactic shock, 230b 227–228 nutritional effects on, 155, 155b, 155t
in pituitary gland, 308–309, 308f platelets as, 220f, 222f, 233–236, organic component of, 137
origin of, 112f 234f–236f, 236t, 236b osteocytes of, 112f, 136, 136f, 137f, 138,
structure of, 220f, 222f, 230 functions of, 219 139f, 140
vs. mast cells, 117 plasma of, 219, 220, 221t osteoprogenitor cells of, 136f, 137
Basophilic components, 2 proteins in, 220, 221t, 432, 432f primary (immature), 143
Basophilic erythroblast, 239t, 240f, 246t staining of, 219 remodeling of, 140, 151–152
Basophilic metamyelocyte, 239t, 240f volume of, 219 repair of, 152–153, 153b, 153f
Basophilic myelocyte, 239t, 240f Blood-brain barrier, 195, 213–214, 214b resorption of, 142, 142f
Basophilic stab cell, 239t, 240f Blood cells secondary (mature), 143
Bell stage, of odontogenesis, 370f, formation of. See Hemopoiesis. sesamoid, 143
373–374, 373f, 374f red. See Erythrocyte(s). short, 143
Bellini ducts, 437, 439, 451 white. See Leukocyte(s). structure of, 142–156
Benign pleomorphic adenoma, 417b Blood clot, 233–235, 235f, 236 types of, 143–146
Benign prostatic hypertrophy, 507b Blood clotting disorders, 237b Bone graft, 153b
Beta oxidation, 36 Blood-CSF barrier, 215 Bone-lining cells, 140
Bicarbonate ions (HCO −3) Blood-gas barrier, 360f, 363 Bone marrow, 236–249
in gas exchange, 363 Blood group system, 224–225, 224t B lymphocytes and, 231
in HCl production, 397 Blood islands, 238 defined, 136, 236
secretion of, by colon, 409 Blood pressure, arterial, 258–259, 259b in hemopoiesis, 237–249
Bicuspid valve, 267, 268b Blood supply. See Vascular supply. postnatal, 238–249, 238f, 239t
Bile Blood-thymus barrier, 290 prenatal, 237–238
functions of, 413 Blood vessels red, 236, 237b
heme in, 297 arteries as, 251, 253–258, 254t, structure of, 236–237, 237f
manufacture of, 425, 429, 430–431, 255f–257f transplantation of, 240b
432f capillaries as, 259–265, 260f, 262f yellow, 236, 237b
storage, concentration, and release of, general structure of, 251–253, 252f Bone morphogenetic protein, 138
435–436 nerve supply to, 253 in odontogenesis, 373
Bile acids, 430 tunics of, 251–253, 252f Bone sialoprotein, 137, 138, 151
Bile canaliculi, 424f, 425, 428, 429f veins as, 265–267, 265t, 266f Bony labyrinth, 528–534, 528f
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 541

Index ■ ■ ■ 541

Bony ossicles, 527, 527f, 535 Brush border cAMP. See Cyclic adenosine
Bony union, 153b of proximal tubule, 90 monophosphate (cAMP).
Border cell(s), of organ of Corti, 534 of renal corpuscle, 441f cAMP response elements (CREs), 22
Border cell layer, of meninges, 211, 213 of small intestine, 399 Canal of Schlemm, 515f, 516
Böttcher’s cells, 532f, 533 Brush cells Canaliculus(i)
Botulinum toxin of gallbladder, 434, 435f apical, 447
type A (“botox”), 173b of respiratory epithelium, 352f, 353 bile, 424f, 425, 428, 429f
type B, 201 Bud stage, of odontogenesis, 372, 372f in cementum, 370
Botulism, 173b Buffy coat, 219 in eccrine sweat glands, 338
Bouin’s fluid, 1 Bulb, of eye, 515 lacrimal, 526
Bouton terminal, 187, 201 Bulbar conjunctiva, 525 of bone, 140, 143
Boutons en passage, 201 Bulbar sheath, of eye, 515f of parietal cells, 389, 390f
Bowman’s capsule, 439f, 440, 442, 443f, Bulbourethral glands, 489, 490f, 507 pancreatic, 418f
444f, 445 Bundle branch, 267f Canals of Hering, 427
Bowman’s (olfactory) glands, 347, 347f, Bundle of His, 267f, 268 Cancellous bone, 143, 144f
348f, 349 Bursa of Fabricius, 247, 280 Cancer. See also specific type.
Bowman’s membrane, 516 Burst-forming units-erythrocyte (BFU-E), adenocarcinoma as, 102b
Bowman’s space, 440, 441f, 445, 445f, 450f 241 benign pleomorphic adenoma as, 417b
Bradykinin(s) cervical carcinoma as, 478b
and capillary permeability, 264 C dermatologic, 335b
in inflammatory response, 121 gastric carcinoma as, 398b
mast cell release of, 117, 121t C-kinase, 22 meningioma as, 213b
salivary glands and, 416 C protein, 162, 165t metastasis of, to lymph nodes, 271b, 293b
Brain. See also Central Nervous System C-reactive protein (CRP), 259b neurologic, 192b
(CNS); Nervous System. C-rings, tracheal, 351, 354 of bladder, 66b
blood-brain barrier and, 195, 213–214, Cadherins, 94, 98f, 99 of breast, 488b
214b Cajal, interstitial cells of, 382 pancreatic, 420b
cerebellar cortex of, 215–216, 216f Calcification pituitary adenoma as, 213b
cerebral cortex of, 215 of bone, 151 prostatic, 507b
cerebrospinal fluid in, 214–215, 215b, zone of, 151 Cancer chemotherapy, and cell cycle, 66b
215t Calcified cartilage/calcified bone complex, Cap phase, of spermiogenesis, 495, 496f
choroid plexus of, 214, 214f 147f, 148t, 149, 150f, 151 Cap stage, of odontogenesis, 372–373, 372f
congenital malformations of, 186b Calcitonin Cap Z, in skeletal muscle, 164, 165t
demyelination disorders of, 199b functions of, 311, 312t Capacitation, of spermatozoa, 475, 496, 502
development of, 185–186 in blood calcium regulation, 154 Capillaries, 259–265, 260f, 262f
gray matter of, 210 in bone resorption, 142 blood flow regulation in, 263
meninges of, 214, 214f in parafollicular cells, 316 classification of, 259, 260f, 261–263, 262f
neurotransmitter disorders of, 204b parathyroid hormone and, 316 continuous, 259, 260f, 262, 262f
swelling of, 215b Calcium (Ca2+) of blood-brain barrier, 214
tumors of, 192b as second messenger, 20, 22, 304 of interalveolar septum, 360, 363
vasomotor center in, 258 blood level of, maintenance of, 154, 317 of lungs, 365
“Brain sand,” 325 control of, in muscles, 180t of muscle, 157
Breast(s) in cardiac muscle organelles, 178, 179b, of pia mater, 213
areola and nipple of, 488 180t of thymus, 290
cancer of, 488b in signaling, 22 defined, 251, 253
mammary glands of, 485–488, 486f, 487f parathyroid hormone and, 154, 317 general structure of, 259–261, 260f–262f
Breast-feeding, 488b Calcium-calmodulin-dependent protein histophysiology of, 263–265, 264f
Breathing, 345, 364 kinase (CaM-kinase), 22 intraepithelial, in cochlear duct, 532
Broad ligament, of uterus, 463, 464f Calcium hydroxyapatite lymphatic, 270–271, 270f
Bronchial arteries, 365 in bone, 137, 151 renal, 441, 442f, 443f, 453, 453f, 454f
Bronchial tree, 346t, 354–357, 355f in cementum, 370 sinusoidal (discontinuous), 259, 262f, 263
Bronchial veins, 365 in dentin, 370 Capillary bed, regulation of blood flow into,
Bronchioles in enamel, 368–369 263, 264f
primary, 346t, 355–357, 355f Calcium ion channels, voltage-gated, 201 Capillary plexus
respiratory, 346t, 357, 357f Calcium release channels, voltage-gated, hypophyseal, 305, 306, 306f
terminal, 346t, 356–357 167 peribiliary, 425
Bronchopulmonary segment, 354, 364 Calcium-sodium channels, 178 Capping proteins, 43
Bronchus(i) Caldesmon, 181 Capsule
lobar, 354 Callus Bowman’s, 439f, 440, 442, 443f, 444f, 445
primary (extrapulmonary), 346t, 354 external, 153 Glisson’s, 423
secondary and tertiary (intrapulmonary), internal, 152, 153f of gland, 107
346t, 354 Calmodulin of joint, 156
Bronchus-associated lymphoid tissue in epithelial microvilli, 90–91 of kidney, 437, 438f
(BALT), 299 in signaling, 22 of lens, 518
Brown adipose tissue, 115, 116, 118f, in smooth muscle, 182 of liver (Glisson’s), 423
128–129 Calmodulin-calcium complex, 182 of lymph node, 291, 291f
Bruch’s membrane, 517, 521 Calvaria, 143, 147 of Meissner corpuscles, 513f, 514
Brunner’s glands, 401–402, 401f, 403 Calyx(ces), renal, 437, 438f, 459–460 of pacinian corpuscle, 513f
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 542

542 䡲 䡲 䡲 Index

Capsule (Continued) Cartilage (Continued) Cell cycle (Continued)


of palatine tonsils, 299 fibrocartilage as, 131, 132f, 133t, metaphase of
of prostate gland, 505, 505f 135–136, 136f meiotic, 66f, 67
of spleen, 294, 294f, 295f formation of, in bone repair, 153 mitotic, 64, 64f
of Tenon, 516 hyaline, 131–134, 133t mitosis in, 62, 62f–64f
Capsule cells, 210 as model for bone formation, 147, prometaphase of, 63f, 64, 64f
Carbaminohemoglobin, 222 147f, 148, 148t, 149f prophase of
Carbamylhemoglobin, 222 cells in, 133–134, 133f meiotic, 66f, 67
Carbohydrate metabolism, in liver, degeneration and regeneration of, 134b mitotic, 63–64, 64f
431–433, 432f histogenesis and growth of, 132, 133f S (synthetic) phase of, 61f, 62
Carbon dioxide histophysiology of, 134, 135t telophase of
exchange of, 363–364 hormone and vitamin effects on, 134, meiotic, 66f, 67
release of, 358f 135t mitotic, 64f, 65–66, 65f
uptake of, 358f in joints, 156, 156f Cell death, programmed. See Apoptosis.
Carbon monoxide matrix of, 132f, 134 Cell-free zone, of dental pulp, 371
as neurotransmitter, 203 types of, 131, 132f, 133t Cell-mediated cytotoxicity, antibody-
poisoning due to, 223b structure of, 131, 132f dependent, 275, 279t
Carbon monoxyhemoglobin, 223b water in, 134 Cell-mediated immune response, 232, 276
Carbonic anhydrase, 220, 363, 397, 419 zone of reserve, 150 Cell membrane, 11–22
Carcinoma(s), 102b Cartilage rings (C-rings), 351, 354 carrier proteins in, 17, 19–20
adenocarcinoma as, 102b Caspases, 68 cell signaling in, 20–22
of prostate, 507b Catabolic steroids, 321 cell-surface receptors in, 21–22, 21f
basal cell, 335b Catagen phase, of hair growth, 342 channel proteins in, 17–19
cervical, 478b Catalase, 36, 226, 228 fluid mosaic model of, 14, 16f
ductal, 488b Catalytic receptors, 304 functions of, 11
gastric, 398b Cataract, 519b glycocalyx of, 16
in situ, 478b Catecholamines, 312t, 322, 324 integral (transmembrane) proteins in,
invasive, 478b Catenin, 99 13–14, 16f
lobular, 488b Cathode, in electron microscopy, 4f, 9 ion channels in, 17–19
squamous cell, 335b Caveolae, 182 membrane trafficking of, 32, 33f
Cardia, 385, 393, 394t Cavities, dental, 369b membrane transport proteins in, 16–19,
Cardiac hypertrophy, 179b CD molecules (CD markers), 280, 281t 18f
Cardiac muscle, 175–179, 176f, 177f CDI molecules, 283 molecular composition of, 12–16, 16f,
characteristics of, 159f, 180t CD3 marker, 281t 17f
contraction of, 175, 180t CD4 marker, 280, 281t, 282, 285, 286f, multipass proteins in, 14, 19
intercalated disks of, 175, 176f, 177, 287, 287b, 287f of erythrocyte, 223–224, 224f
178f–179f CD8 marker, 280, 281t, 286, 286f peripheral proteins in, 13, 14, 16f
organelles of, 177–179 CD28 marker, 281t, 285, 286f signaling molecules in, 14, 20–21
regeneration of, 183 CD40 marker, 281t structure of, 12, 14f–16f
Cardiac skeleton, 269 Cecum, 407 Cell-rich zone, of dental pulp, 371
Cardiac stomach, 385, 393, 394t Celiac ganglion, 209f Cell signaling, 20–22
Cardiodilatin, 268 Cell(s). See also Cytoplasm; specific cells. Cell-surface fibronectin, 73
Cardiolipin, 39 defined, 11 Cell-surface receptors, 20, 21–22, 21f, 303
Cardionatrin, 268 general characteristics of, 11, 12f, 13f Cellular cementum, 370
Cardiovascular system, 251–271 of Böttcher, 532f, 533 Cementing line, 137f, 145
arteries in, 253–258, 254t, 255f–257f of Claudius, 532f, 533 Cementoblasts, 370, 374
blood vessel structure in, 251–253, of Hensen, 534 Cementocytes, 370
252f protein synthetic and packaging Cementum, 368f, 369f, 370, 370f, 374
capillaries in, 259–265, 260f, 262f machinery of, 22–32 Central artery, of spleen, 294f, 295
heart in, 251, 267–269, 267f Cell adhesion molecules (CAMs), 201 Central canal, 211
pulmonary circuit in, 251 Cell adhesive glycoproteins, 72 Central channel, 263, 264f
systemic circuit in, 251 Cell body, neuronal, 186, 186f, 187–190, Central longitudinal vein, 236
veins in, 265–267, 265t, 266f 187f Central memory T cells (TCMs), 281
Cargo receptors, 32–33 parasympathetic, 210 Central nervous system (CNS), 210–216.
Cargo vesicles, 28, 29 somatic, 207 See also Brain; Nervous system.
Caries, 369b Cell coat, 15 blood-brain barrier in, 195, 213–214, 214b
Carotid artery, right common, 253 Cell cycle, 61–68, 61f cerebellar cortex in, 215–216, 216f
Carotid body, 257–258 anaphase of cerebral cortex in, 215
Carotid sinus, 257 meiotic, 66f, 67, 68 cerebrospinal fluid in, 196, 214–215,
Carpopedal spasms, 318b mitotic, 63f, 64–65, 64f 215b, 215t
Carrier-mediated diffusion, 18f cancer chemotherapy and, 66b choroid plexus in, 214, 214f
Carrier proteins, 17, 19–20 cytokinesis in, 62, 65–66, 65f, 68 congenital malformations of, 186b
Cartilage, 131–136, 132f, 133t defined, 61 defined, 185
articular, 156, 156f G0, (outside, stable) phase of, 61 development of, 185–186
cells of, 133–134, 133f G1 (gap) phase of, 61–62, 61f meninges in, 211, 212f, 213b
elastic, 131, 132f, 133t, 134–135, 135f G2 phase of, 61f, 62 neurotransmitter disorders of, 204b
epiphyseal plate of, 143 interphase of, 61–62, 61f, 64f regeneration in, 218
extracellular matrix of, 131 meiosis in, 66–68, 66f, 67f, 68b tumors of, 192b
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 543

Index ■ ■ ■ 543

Central sheath, of cilia, 91 Chondrocytes cis retinal, 522


Central vein, of liver, 425, 425f defined, 131 Cistern, of endoplasmic reticulum, 23
Centrioles in bone lengthening, 150 Cisterna(e)
in G1 phase, 61 in endochondral bone formation, 148, hypolemmal, 187
in mitosis, 63 148t, 150 of Golgi apparatus, 27
of cytoskeleton, 14f, 43f, 48 in epiphyseal plate zones, 150–151 of sarcoplasmic reticulum, 160, 162f, 167
of neuron, 187 of elastic cartilage, 135, 135f perinuclear, 49, 52f
Centroacinar cells, 418, 418f, 419, of fibrocartilage, 135, 136f Cisterna chyli, 271
419f of hyaline cartilage, 132, 133–134, 133f Cisternal maturation, 31–32
Centroblasts, of lymphoid nodule, 292 origin of, 112f Clara cells, 355–356, 356f
Centrocytes, 292 Chondrogenic cells, 132, 133, 133f, 134b Class II-associated invariant protein
Centromere, 63 Chondroitin sulfate (CLIP), 283, 284
Centrosome, 29, 45, 49, 63 in bone, 137 Class switching, 280
Cephalic phase, of HCl secretion, 396 in extracellular matrix, 70, 71t Classical liver lobule, 423, 425, 425f
Cerebellar cortex, 215–216, 216f mast cell release of, 117, 120f, 121t Clathrin, 28
Cerebellar islands, 216 Chondronectin, 73, 113, 134 Clathrin basket, 31
Cerebral cortex, 215 Choriocapillary layer, 517 Clathrin-coated vesicle, 31, 31f, 32, 33f
Cerebrospinal fluid (CSF), 214–215, 215b, Chorion, 483, 483f Clathrin-mediated endocytosis, 201
215t Chorion frondosum, 483f, 484 Clathrin triskelions, 30f, 31, 31f, 32, 33f
blood-CSF barrier and, 215 Chorion laeve, 484 Claudins, 94
ependymal cells and, 196 Chorionic cavity, 481f, 483f Claudius cells, 532f, 533
vs. serum, 215t Chorionic plate, 483 Clear cells
Cerumen, 526 Chorionic somatomammotropin, 484 of eccrine sweat gland, 337–338, 337f
Ceruminous glands, 338, 526 Chorionic thyrotropin, 484 of gallbladder, 434, 435f
Cervical carcinoma, 478b Chorionic villi, 483, 483f, 484, 484f parafollicular, of thyroid, 154, 313, 313f,
Cervical ganglia, 209f Choroid, ocular, 515f, 517 316
Cervical glands, 478 Choroid plexus, 196, 214, 214f Clear zone, of osteoclast, 141
Cervical loop, of tooth, 372 Chromaffin cells, 322–323, 322f, 323f Clearing, in tissue preparation, 2
Cervix Chromatids, 66 Clefts of Schmidt-Lanterman, 196–197
of tooth, 368, 369f sister, 63, 63f, 64–65 Clitoris, 485
uterine, 464f, 478 Chromatin, 52, 55–61, 55f Clonal anergy, 277
cGMP (cyclic guanosine monophosphate), defined, 49 Clonal deletion, 277
18, 20, 304 nucleolus-associated, 60 Clonal expansion, 276–277
Chain-terminator site, 58 packaging of, 52, 55f Clone(s), 232, 276–277, 278
Channel proteins, 17–19 sex, 55–56 Closed circulation theory, of spleen, 295,
Charcot-Böttcher, crystal of, 42, 492 Chromatin assembly factor 1 (CAF-1), 52 295f
Checkpoints, 62 Chromatolysis, 218 Clostridium difficile, 409b
Chemical synapse, 200 Chromogranins, 323 Clot formation, 233–235, 235f, 236
Chemiosmotic theory, 40 Chromophils, 308–309, 308f Clotting disorders, 237b
Chemokines, 274 Chromophobes, 308f, 310 Clotting factors, 237b
Chemoreceptors, 258 Chromosomes, 52, 55–60, 56f Clotting proteins, 221t
Chemotherapy, demyelination due to, abnormalities of, 56b, 68b, 495b Club hairs, 342
199b Chyle, 406 Cluster of differentiation proteins (CD
Chiasmata, 67 Chylomicrons, 116, 221t, 406, 431 molecules, CD markers). See CD
Chief cells Chyme, 385, 396 entries.
of parathyroid, 317, 317f Cilia, of epithelium, 91–92, 95f, 96f Coagulation, 219, 233–235, 235f, 236
of stomach, 386f, 387f, 390, 391f Ciliary body, 515f, 517 Coagulation disorders, 237b
Chloride, in HCl production, 397 Ciliary ganglion, 209f, 211f Coagulation factors, 234
Chloride pump, in Henle’s loop, 456 Ciliary muscle, 517 Coat protein subunit, 31
Chloride shift, 221, 363 Ciliary processes, 515f, 517 Coatomer I (COP I), 28, 30f, 31
Choana, 345 Ciliary zone, 518 Coatomer II (COP II), 28, 30f, 31
Cholangioles, 427 Ciliated cells Cochlea, 527f, 528, 528f, 532f
Cholecystokinin, 392t, 419, 435 of ductuli efferentes, 502 functions of, 535–536, 535f
Cholelithiasis, 436b of endometrium, 476 Cochlear duct, 528f, 530, 532–534, 532f,
Cholera, pancreatic, 422b of larynx, 351 533f
Cholera toxin, 405b of oviducts, 475, 476f Cochlear nerve, 532f
Cholesterol of paranasal sinuses, 350 Codon(s), 24, 57
corticosteroid synthesis from, 318, of trachea, 353, 353f start, 24, 57, 58
319 olfactory, 347f, 348, 348f stop, 25, 57
in cell membrane, 13, 16f Circular deoxyribonucleic acid (cDNA), 40 Colchicine, 46b, 56, 66b
level of, and heart disease, 259b Circular movements, 534 Collagen, release of, by capillaries, 264
Cholesterol desmolase, 499 Circulation. See Cardiovascular system; Collagen fibers, 73–78
Cholesterol esterase, 499, 500f Lymphatic vascular system; Vascular degradation of, 78f
Cholesterol stones, 436b supply. fibril-forming, 73, 74f, 76t
Choline acetyl transferase, 171 Circumanal glands, 410 hemidesmosomes and, 102
Cholinergic splanchnic nerves, 322 Circumvallate papilla, 377f, 378 in bone, 137, 145
Chondrification centers, 132 Cirrhosis, 429b in cartilage, 131, 133t, 134
Chondroblasts, 112f, 132, 133, 133f cis Golgi network, 27, 28, 29f, 30 in cementum, 370
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 544

544 䡲 䡲 䡲 Index

Collagen fibers (Continued) Composite bodies, 361 Contact sites, mitochondrial membranes,
in connective tissue, 113, 113f, 126 Compound glands, 106, 107f 39
in dentin, 370 tubuloalveolar, 486 Continuous capillaries. See Capillaries,
in dermis, 334 Compound microscope, 2, 4f continuous.
in Golgi tendon organs, 175 Concentric cell layers, in tunica media, Continuous conduction, 206
in periodontal ligament, 375 252 Contractile bundles, 43
structure and function of, 73–78, 74f, Concentric lamellae, of bone, 145f Contractile ring, 65–66
75f, 76t Condenser lens, 2, 4f Contraction(s)
synthesis of, 75–78, 77f Condensing vesicles, 31 of cardiac muscle, 175, 180t
types of, 73, 74f, 75, 75f, 76t, 113, 113f Conducting arteries, 253–254, 254t, 255f of skeletal muscle, 160–161, 167–169,
wavy, 175 Conducting portion, of respiratory system, 168f, 180t
white fibers as, 73 345–357, 346t of small intestine, 405
wound healing and, 75b Conduction, of nerve impulses, 198–204, of smooth muscle, 180t, 181, 182, 184f
Collagenase, 142 199f, 200f of uterus, 477
Collateral branches, of axons, 188f, 190 continuous, 206 Cord type glands, 107, 109
Collateral ganglia, 210 saltatory, 206 Core
Collecting tubules, 451–452, 459t Conduction system, of heart, 267f, 268, of dental pulp, 371
cortical, 446f, 451 268f of Meissner corpuscles, 514
loss of water and urea from filtrate in, Conduction velocity, 206, 206t Core promoter, 57
458 Conductive deafness, 536b Corium. See Dermis.
medullary, 446f, 451 Cones, 520f, 523–524, 523f, 524f Cornea, 515f, 516, 525
papillary, 437, 439, 451 Confocal microscopy, 7, 8f, 9f Corona
structure of, 438f–439f, 446f, 451f, 452f, Conjunctiva, 515, 515f, 525 of lymphoid nodules, 292
459t Conjunctivitis, 525b of spleen, 294f
Collecting veins, of liver, 425 Connecting piece, of spermatozoon, 495, Corona radiata, 465f, 468, 482f
Colliculus seminalis, 504 498 Coronary arteries, 253
Colloid, in thyroid, 313, 313f Connecting stalk, of rod, 522 Coronary heart disease, 259b, 269b
Colloid osmotic pressure, 220 Connective tissue, 111–129 Coronary vessels, atherosclerosis of, 269b
Colon, 395t, 407, 408b, 408f, 409, 409f, adipose, 127–129, 129b Corpora amylacea, 506
410f adipose cells in, 112f, 113f, 115–117, Corpora arenacea, 325
Colony-forming unit-erythrocyte (CFU-E), 116f–119f Corpus albicans, 465f, 471
241 cellular components of, 114–125 Corpus cavernosum, 507f, 508
Colony-forming unit-granulocyte (CFU-G), classification of, 125–129, 126t Corpus cavernosum urethrae, 508
243 defined, 111 Corpus hemorrhagicum, 470
Colony-forming unit-granulocyte, dense, 126–129, 127f, 128f Corpus luteum, 465f, 470–471, 470f, 473
erythrocyte, monocyte, megakaryocyte embryonic, 125–126, 126t degeneration of, 470–471
(CFU-GEMM), 238, 239, 239t, 243 extracellular matrix of, 111, 113–114 of menstruation, 470, 474
Colony-forming unit-granulocyte- fibers in, 113–114 of pregnancy, 470–471, 474
macrophage (CFU-GM), 243 fibroblasts as, 112f, 114, 114b, 115f Corpus spongiosum, 507f, 508
Colony-forming unit-lymphocyte (CFU- fixed cells of, 114–123 Cortex
Ly), 238, 239, 239t, 247, 249 functions of, 111 cerebellar, 215–216, 216f
Colony-forming unit-macrophage (CFU- in muscles, 180t cerebral, 215
M), 243, 246 leukocytes in, 124–125 gray matter in, 210
Colony-forming unit-megakaryocyte (CFU- loose (areolar), 126, 126b of hair shaft, 341, 341f
Meg), 246 macrophages in, 122–123, 122f, 123f of lymph nodes, 291, 291f, 292f
Colony-stimulating factors (CSFs), 241, mast cells in, 112f, 117–121, 119f, 122b of lymphoid nodule, 291
242t, 274 mesenchymal, 125–126 of suprarenal glands, 312t, 318–320,
effect on bone, 154 mucous, 126 319f, 321–322, 321f
Colostrum, 487, 488 myofibroblasts in, 114–115 ovarian, 463–471, 465f, 466f
Columnar epithelium origins of cells of, 111, 112f renal, 437, 438f–439f, 440f
pseudostratified, 86t, 87f, 89–90, 90f pericytes in, 113f, 115 thymic, 288–289, 288f, 289f
simple, 86t, 87, 87f, 88f plasma cells in, 124, 124f, 125f Corti, organ of, 532f, 533–534, 533f, 535
stratified, 86t, 87f, 88 proper, 111, 126–128, 126t Cortical arch, 437
Columns of Bertin, 437 reticular, 127, 128f Cortical arteries, 318
Coma, hepatic, 432b specialized, 111, 125, 126t Cortical collecting tubules, 446f, 451
Common bile duct, 382f, 419, 434 structure of, 111, 113f Cortical columns (of Bertin), 437
Common hepatic duct, 434 transient cells of, 124–125 Cortical labyrinth, 437
Communicating junctions. See Gap Connective tissue investments, of Cortical lattice, of hair cells, 534
junctions. peripheral nerves, 205–206, 205f Cortical nephrons, 438f–439f, 439, 448t
Compact bone, 143, 144f, 147 Connexins, 101 Cortical plates, of dental alveolus, 375
haversian canal systems of, 144f, gene mutations of, 102b Cortical reaction, 481
145–146, 145f, 152 Connexons, 97f, 101, 101f Cortical sinuses, of lymph nodes, 291
lamellar systems of, 143–145, 144f Constant regions, of T-cell receptors, 280 Corticosteroids, 312t, 318
Complement proteins Constant (Fc) regions, of antibodies, 32 effect on thymus, 290
in inflammatory response, 121 Constitutive secretory pathway Corticosterone, 312t, 318, 321
in innate immune system, 273, 277, 277b of glands, 104 Corticotrophs, 308–309, 322
in phagocytosis, 32 of Golgi apparatus, 30 Corticotropic hormone, and uterine
in plasma, 221t transport along, 31 contractions, 477
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 545

Index ■ ■ ■ 545

Corticotropin-releasing hormone (CRH), Cytokines Decidua, 483–484, 483f


306, 307t, 309, 322 antigen-presenting cell release of, 284, Decidua basalis, 483, 483f
Cortisol, 312t, 318, 321 284t Decidua capsularis, 483, 483f
effect on cartilage, 135t as signaling molecules, 104, 276 Decidua parietalis, 483
Cortisone, effect on cartilage, 135t in class (isotope) switching, 279t, 280 Decidual cells, 484
Cotranslation, 25 mast cell release of, 117 Deciduous teeth, 368, 373
Cough reflex, 351b T cell release of, 232, 280 Decorins, 72
Countercurrent exchange system, 458, types of, 274 Deep dorsal artery and vein, of penis, 507f,
460f, 460t Cytokinesis, 62, 65–66, 65f, 68 508
in testes, 490 modified, 495 Default pathway, to Golgi apparatus, 27, 30
Countercurrent multiplier system, Cytomorphosis, of keratinocytes, 328 Defensins, 274, 401
455–457, 456f Cytoplasm, 11–48, 14f, 15f Degranulation
Coupled transport, 18f, 19, 20 annulate lamella in, 41 of eosinophils, 229
Coupling, in bone resorption, 152 cell membrane around, 11–22 of mast cells, 120, 120f
Cowper’s glands, 489, 490f, 507 centrioles in, 14f, 43f, 48 Dehydration, in tissue preparation, 2
Cranial nerves, 207, 210 cytoskeleton in, 11, 42–48 Dehydroepiandrosterone, 312t, 321, 322
Craniosacral outflow, 208 defined, 11 Demarcation channels, 247
CRE-binding protein (CREB), 22 endocytosis, endosomes, and lysosomes Demyelination, 199b
Creatine phosphate, in muscle contraction, in, 32–36 Dendrites, 186, 188f, 189f, 190, 190f
168 endoplasmic reticulum in, 23–24, 23f Dendritic cells
Cretinism, 316b Golgi apparatus in, 27–32, 28f–30f epidermal, 332
Cristae, mitochondrial, 39, 39f inclusions in, 11, 41–42, 41b, 41t, 42f follicular, 292, 293
Cristae ampullares, 528f, 530, 531f mitochondria in, 37–40, 39f in renal interstitium, 452
Crossing over, of chromosomes, 495 of neuron, 187 interdigitating, 296
Crown, of tooth, 368, 368f, 369f organelles in, 11–41, 14f, 15f Dendrodendritic synapse, 200
Crypts peroxisomes in, 37, 38f Dense bars, 170
of Lieberkühn polyribosomes in, 24 Dense bodies, in smooth muscle, 180, 182,
of colon, 407, 408f–410f proteasomes in, 37 182f
of rectum and anal canal, 409, 410 protein synthetic and packaging Dense connective tissue, 126–129, 127f, 128f
of small intestine, 398, 399f, 400–401, machinery in, 22–32 Dense tubular system, of platelets, 233,
400f, 404f ribosomes in, 22 233f, 234f, 236t
of palatine tonsils, 299 Cytoplasmic bridge, 494f, 495 Dental lamina, 371, 372f
Crystal(s) Cytoplasmic ring, 50, 54f Dental papilla, 372, 373
in cytoplasm, 42, 42f Cytoskeleton, 42–48 Dental sac, 373
of Charcot-Böttcher, 42, 492 defined, 11, 42 Denticles, 371
of Reinke, 42, 498 intermediate filaments of, 43f, 44–45, Dentin, 368f, 369–370, 369f, 370b, 370f
Crystallins, of lens, 518 45b, 46t Dentinal tubules, 370b
Crystallization, nidi of, 151 microtubule-associated proteins of, Dentinoenamel junction (DEJ), 370f, 374
Cuboidal cells, in hepatic ducts, 427 47–48, 47f Deoxycorticosterone, 312t, 320
Cuboidal epithelium microtubules of, 14f, 45–46, 46b, 47f Deoxyribonucleic acid (DNA)
simple, 86–87, 86t, 87f of erythrocyte, 223–224, 224b, 224f circular (cDNA), 40
stratified, 86t, 87f, 88, 89f of neuron, 189–190 in chromosomes, 52
Cumulus oophorus, 465f, 469t thin filaments of, 14f, 42–44, 43f–45f, 44t in nucleus, 49
Cupula, of semicircular ducts, 530 Cytosol in protein synthesis, 24
CURL endosomes, 33–34, 33f, 35f defined, 11 intronic RNA segments in, 58–59
Cushing’s disease, 322b protein synthesis in, 24–25, 26f linker, 52
Cuticle Cytotoxic T lymphocytes (CTLs), 232, 275, mitochondrial, 40
enamel, 369 282, 285–286, 286f structure of, 57
of hair, 340, 341, 341f Cytotoxicity, antibody-dependent cell- transcription of, 57–59, 58f
of nail, 343, 343f mediated, 275, 279t Depolarization, 171, 199
Cyclic adenosine monophosphate (cAMP) Cytotrophoblasts, 481 wave of, 200
and fat release, 117 Dermal ridges (papillae), 327, 330f, 334,
as second messenger, 22, 304 D 335, 340
in mast cells, 120 Dermatan sulfate, 70, 71t, 334
in signaling, 18, 20 D-Amino acid oxidase, 36 Dermatoglyphs, 327, 335
Cyclic adenosine monophosphate (cAMP) δ cells, 420, 421, 421t Dermis, 334–335
phosphodiesterases, 22 δ-granules, of platelets, 233, 233f, 236t epidermal interface with, 330f, 335
Cyclic adenosine monophosphate (cAMP) δ-tubulin, 48 papillary layer of, 329t, 330f, 334
response elements (CREs), 22 Dark cells reticular layer of, 328f, 329t, 334–335
Cyclic guanosine monophosphate (cGMP), of eccrine sweat gland, 337, 337f structure of, 327, 328f, 329t, 334
18, 20, 304 of saccule and utricle, 529 Descemet’s membrane, 515f, 516
Cyclin(s), 62 of taste buds, 378 Desmin
Cyclin-dependent kinases (CDKs), 62 Dark zone, of lymphoid nodule, 292 in capillaries, 259
Cystic duct, 433, 434 Daughter cells, 61, 62, 65 in cytoskeleton, 45, 46t
Cytochrome b-c1 complex, 40 Deafness in skeletal muscle, 161
Cytochrome oxidase complex, 40 conductive, 537b in smooth muscle, 181
Cytocrine secretion, 333 nerve, 536b Desmocollin, 99
Cytokeratin, 330 nonsyndromic, 102b Desmogleins, 97f, 99
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 546

546 䡲 䡲 䡲 Index

Desmoplakins, 99 Discontinuous (sinusoidal) capillaries, 259, Ductus utriculosaccularis, 528f, 529


Desmosine cross-links, 78 262f, 263 Duodenal glands, 401–402, 401f, 403
Desmosine residues, 114 Discrimination, tactile, 513 Duodenal papilla (of Vater), 403, 419
Desmosomes, 97f, 99, 100f, 101b Disk(s) Duodenum, 394t, 401, 403. See also Small
of cardiac muscle, 178f intercalated, 175, 176f, 177, 178f–179f intestine.
of skin, 329 intervertebral Dura mater, 143, 211, 212f, 213
Desquamation, 331 fibrocartilage organization in, 135 Dust cells, 123, 359f, 361, 361b, 362f, 363
Detoxification of drugs, in liver, 433 ruptured, 136, 136b Dyad(s)
Detumescence, of penis, 510 Merkel’s, 512, 512f in cardiac muscle, 177
Diabetes insipidus, 311b optic, 520 in retina, 525
congenital nephrogenic, 458b Z Dynamin, 32
Diabetes mellitus, 422b, 423t in cardiac muscle, 178f Dynein
Diacylglycerol, in signaling, 20, 22 in skeletal muscle, 160, 161, 161f, 162, and minus end of MTOC, 29
Diakinesis, 67 162f, 164, 164f as microtubule motor protein, 47–48
in spermatogenesis, 495 Disse, perisinusoidal space of, 426, 427f, in axonal transport, 192
Diapedesis, 225, 264, 292 428f of cilia, 92, 92b
Diaphragma sellae, 304 Distal ring, of nuclear basket, 51, 54f Dystroglycans, 79, 83
Diaphysis, 143, 148, 148t Distal tubule, 448–451, 449f Dystrophin, 83, 161
Diarrhea, 408b convoluted, 439f, 446f, 448, 449, 449f,
Diarthroses, 156, 156f 459t E
Diastole, 258 Distributing arterioles, of liver, 425
Diffuse lymphoid system, 273 Distributing veins, of liver, 425 E-face
Diffuse neuroendocrine system (DNES) Diuresis, 456f of cell membrane, 14, 16f, 17f
cells Diversity, of adaptive immune system, of microvillar membrane, 94, 99f
of colon, 407, 409f 276 Ear(s), 526–536, 527f
of respiratory epithelium, 352, 353 DNA. See Deoxyribonucleic acid (DNA). bony labyrinth of, 528–536, 528f
of small intestine, 392t, 400, 404 Docking protein, 24, 26 cochlea of, 527f, 528, 528f, 532f
of stomach, 386f, 390–391, 392t, 393f Dome-shaped cells, of urinary bladder, 461 cochlear duct of, 530, 532–534, 532f,
paracrine and endocrine hormone Dopamine 533f
production by, 109, 109f DOPA as precursor of, 189 cochlear function of, 535–536, 535f
Diffusion functions of, 203, 204t external, 526–527, 527f
carrier-mediated, 18f in Parkinson’s disease, 204b inner, 528–536, 528f
facilitated, 17 Dorsal artery and vein, of penis, 507f, 508 membranous labyrinth of, 528–534, 528f
ion channel-mediated, 18f Dorsal horns, 211 middle, 527–528, 527f
passive, 17, 18f, 19 Dorsal root ganglia, 186, 187f, 211 organ of Corti of, 532f, 533–534, 533f
simple, 17 Doublets, of microtubules, 91, 348 saccule and utricle of, 528f, 529, 530f,
DiGeorge’s syndrome, 290b Down syndrome, 56b, 68b 531f
Digestive system Drug(s) semicircular ducts of, 528f, 529–530,
alimentary canal in. See Alimentary detoxification of, in liver, 433 531f
canal. tolerance to, 433b vestibular function of, 534
esophagus in, 383–385, 384f, 385b, 394t Duct(s) Early (CURL) endosomes, 33–34, 33f, 35f
gallbladder in, 433–436 alveolar, 346t, 357, 357f–359f Eccrine sweat glands, 328f, 336–338, 336f,
gingiva (gums) in, 368, 368f, 369f, 376 bile 337f
large intestine in, 395t, 407–411 common, 382f, 419, 434 Ectoderm, 85, 327
lips in, 367–368 interlobular, 424f, 427 Ectomesenchyme, in odontogenesis, 371
liver in, 422–433, 424f cochlear, 528f, 530, 532–534, 532f, 533f Edema, 126b, 264
oral cavity in, 367–379 cystic, 433, 434 Effector cells, 232, 277, 281–283
oral mucosa in, 367 ejaculatory, 490f, 502t, 504 Effector memory T cells (TEMs), 281
palate in, 376 endolymphatic, 529 Effector organ, 208
pancreas in, 417–422 extrahepatic, 434, 434t Effector T cells, 277, 281–283
salivary glands in, 413–417, 414f genital, 489, 501–502, 502t Efferent components
small intestine in, 394t–395t, 398–406 hepatic, 427–430, 434 of autonomic nervous system, 207
stomach in, 385–397 lactiferous, 486, 486f of peripheral nervous system, 185, 206
teeth in, 368, 368f, 369f, 376 lymphatic, 270, 271 of somatic nervous system, 207
tongue in, 376–379, 377f nasolacrimal, 526 Efferent fibers, 206
Digital imaging technique, 3 of Bellini, 437, 439, 451 Efferent lymphatic vessels, 270, 290, 291,
Dihydrotestosterone, 501, 506 of eccrine sweat glands, 336, 337f, 338 291f
Dihydroxyphenylalanine (DOPA), 189 of salivary glands, 414–415, 414f Efferent neurons. See Motor neurons.
Diiodinated tyrosine (DIT), 314–315 pancreatic, 418, 418f, 419 Ehlers-Danlos syndrome, 78b, 257b
Dilator pupillae muscle, 515f, 518 semicircular, 528f, 529–530, 531f Ejaculate, 507, 508–509, 509b
Dimers, 279t thoracic, 271 Ejaculation, 508–509
Dipalmitoyl phosphatidylcholine, 360 Duct cells, 108f Ejaculatory ducts, 490f, 502t, 504
Dipeptidases, 405 Ductal carcinoma, 488b Elastic arteries, 253–254, 254t, 255f
Diploë, 143, 147 Ductules, terminal, of mammary gland, Elastic cartilage, 131, 133t, 134–135, 135f
Diploid cells, 56, 66 485 Elastic fibers, 78–79, 79b, 79f–81f
Diplotene, 67 Ductuli efferentes, 489, 490f, 502, 502t in connective tissue, 113–114, 126
Direct immunocytochemistry, 5, 5f, 6f Ductus deferens, 489, 490f, 502t, 504 in dermis, 334
Disaccharidases, 405 Ductus reuniens, 528f, 529 of trachea, 353
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 547

Index ■ ■ ■ 547

Elastic lamina Endoplasmic reticulum (ER), 14f, 23–24 Ependymal cells, 196, 211
of arterioles, 256 and Golgi apparatus, 27–32, 28f–30f Epicardium, 269
of blood vessels, 252, 252f hormone synthesis in, 319–320 Epidermal growth factor (EGF), 336, 402
of elastic arteries, 253, 254 of neuron, 187 in odontogenesis, 373
of muscular arteries, 255, 255f, 256 rough (RER), 23–24 Epidermal melanin unit, 333
of trachea, 353 collagen synthesis on, 75–76, 77f Epidermal ridges, 327, 330f
Elastin in chondrogenic cells, 133 Epidermis, 327–333, 329t
in blood vessels, 252 of neurons, 187 dermal interface with, 330f, 335
in connective tissue, 114 outer nuclear membrane as, 49 keratinocytes in, 328–331
in extracellular matrix, 78, 80f protein synthesis on, 25–26, 27f Langerhans cells in, 328f, 331–332
Electrical potential difference, 19 proteoglycan synthesis on, 71 melanocytes in, 332–333, 334f
Electrical synapse, 200 structure of, 14f, 15f, 23–24 Merkel cells in, 323f, 332
Electrochemical gradient, 40 vesicles associated with, 28–29 nonkeratinocytes in, 331–333
Electron microscopy, 4f, 7–10 smooth (SER) stratum basale (stratum germinativum)
Electron transport chain, 40 hormone synthesis in, 319–320 of, 328, 328f, 329–330, 329t, 330f,
Eleidin, 331 of hepatocytes, 429 335b
Elliptocytic red blood cells, 224 of neuron, 187 stratum corneum of, 328, 328f, 329t, 331
Embedding, 2 of prostate, 506, 506f stratum granulosum of, 328, 328f, 329t,
Embolus, saddle, 237b structure of, 14f, 23, 23f 330–331
Embryoblasts, 482 transitional, 27, 30f stratum lucidum of, 328, 328f, 329t, 331
Embryonic connective tissue, 125–126, transport vesicles associated with, 28–29 stratum spinosum of, 328, 328f, 329t,
126t Endoplasmic reticulum/Golgi intermediate 330, 330f, 331f
Emphysema, 361b compartment (ERGIC), 27, 28f, 30f thick skin in, 328–329, 328f, 329t, 330f
Emulsification, of lipids, 405, 407f Endorphins, 203, 204t thin skin in, 328f, 329
En passant type of synapse, 182, 201 Endosomal carrier vesicles, 34–35 Epididymis, 489, 490f, 502t, 503–504, 504f
Enamel, 368–369, 368f, 369f, 374 Endosomal compartment, 34, 230 Epidural space, 213
Enamel cuticle, primary, 369 Endosomes, 33–35, 35f Epiglottis, 377f
Enamel epithelium, 372, 372f early (CURL), 33–34, 33f, 35f Epilepsy, 186b
Enamel knot, 372 late, 30f, 33–34 Epimysium, 158, 159f
Enamel organ, 372, 372f recycling, 34 Epinephrine
Enamel rods, 369 Endosteum, 136 as neurotransmitter, 203
Enamelins, 369 Endothelial cells, 112f functions of, 312t
End bulbs, 187, 188f of arteries, 254 in fat release, 117
Krause, 334, 512f, 514 of capillaries, 260, 261f production of, 318, 322, 324
End piece, of spermatozoon, 497f, 498 Endothelin Epineurium, 205, 205f
Endocardium, 267–268 in clot formation, 233 Epiphyseal plates, 132, 143, 148t, 149,
Endochondral bone formation, 131, secretion of, by capillaries, 265 149f, 150–151
147–150, 147f–150f, 148t Endothelium Epiphysis(es), 143, 148t
Endocrine cells, 303 of cornea, 515f, 516 Episclera, 516
Endocrine gland(s), 107–109, 304–325 of endocardium, 267 Epithelial reticular cells, 288–289, 290
defined, 104, 303 of eye, 515f Epithelial tissue, 85
pancreas as, 418f, 420–422, 420f, 421t, Enkephalins, 203, 204t, 323 Epithelioid cells, 123
422b, 422f, 423t Entactin, 73, 79 Epithelioid precursor cells, 129
parathyroid, 312t, 313f, 316–317 Enteric nervous system, 381–382 Epithelium, 85–103
pineal, 312t, 324–325, 324f Enteritis, 408b adenocarcinoma of, 103b
pituitary, 304–311 Enteroendocrine cells apical domain of, 90–92, 91f–96f
suprarenal (adrenal), 312t, 318–324, 319f of small intestine, 392t, 400, 404 basal surface specializations of, 102, 103f
thyroid, 311, 312t, 313–316 of stomach, 386f, 390–391, 392t, 393f basolateral domain of, 92, 94–102
Endocrine signaling, 20, 104 Enteroglucagon, 392t carcinoma of, 103b
Endocrine substances, of DNES cells, 391 Enterohepatic recirculation, of bile salts, cell renewal in, 102–103
Endocrine system, 303–325 430 cell-surface specializations of, 90–102
defined, 303 Enzyme-linked receptors, 21 cilia of, 91–92, 95f, 96f. See also Ciliated
hormones in, 303–304 Eosin stain, 2, 3t cells.
Endocytosis, 32–33, 33f Eosinophil(s), 228–230 classification of, 85–90, 86t, 87f
clathrin-mediated, 201 features of, 226t defined, 85
receptor-mediated, 32–33, 34f formation of, 239t, 240f, 243 desmosomes in, 97f, 99, 100f, 101b
Endocytotic vesicles, 33f, 35f functions of, 125, 229–230 enamel, 372, 372f
Endoderm, 85 granules of, 226t, 229, 229f flagella in, 90
Endogenous proteins, 283 increase or decrease in, 230b gap junctions in, 97f, 101–102, 101f,
Endolymph, 529, 531f, 532, 534 origins of, 112f 102b
Endolymphatic duct, 529 structure of, 220f, 222f, 229, 229f germinal, 463, 491, 491f, 492f
Endolymphatic sac, 528f, 529 Eosinophil chemotactic factor (ECF), 117, hemidesmosomes in, 102, 103f
Endometriosis, 478b 120f, 121, 121t junctional complexes in, 94–99, 97f
Endometrium, 464f, 476, 477f Eosinophil-derived neurotoxin, 229 lateral membrane specializations of, 92,
in menstrual cycle, 478–480, 479f, 480f Eosinophilic cationic protein, 229 94–102
Endomitosis, 247 Eosinophilic metamyelocyte, 239t, 240f mesothelial, 463, 464f, 466
Endomysium, 158, 159f Eosinophilic myelocyte, 239t, 240f metaplasia of, 103b
Endoneurium, 205f, 206 Eosinophilic stab cell, 239t, 240f microvilli in, 90–91, 91f–94f
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 548

548 䡲 䡲 䡲 Index

Epithelium (Continued) Erectile bodies, 485 Extracellular matrix (Continued)


of alimentary canal, 381, 394t–395t Erectile dysfunction, 509b, 510b lamina reticularis of, 80, 81f–83f
of anus, 410 Erectile tissue, 507, 507f, 508 of cartilage, 131
of bladder, 461, 461f Erection, 508, 509b, 509f of connective tissue, 111, 113–114
of bulbourethral glands, 507 εRI receptors, on basophils, 230 proteoglycans in, 70–72, 70f, 72f
of cervix, 478 Erythroblast(s), 238, 239t, 240f, 244f, 245f, Extrafusal fibers, 172, 174f
of ciliary body, 517 246t Extrahepatic ducts, 434, 434t
of cornea, 516, 525 Erythroblastosis fetalis, 225b Extrapulmonary bronchi, 346t, 354
of ductuli efferentes, 502, 502t Erythrocyte(s), 112f, 220–225 Extrapulmonary conducting division, 346t
of ductus deferens, 502t, 504 cell membrane of, 223–224, 224f, 224t Extratesticular genital ducts, 490f,
of ejaculatory duct, 502t, 504 defects in, 223b–225b 502–504, 502t
of endometrium, 476, 477f elliptocytic, 224 Extrinsic muscles
of epididymis, 502t, 503–504 formation of, 238, 239t, 240f, 241, of eye, 515, 515f
of esophagus, 383, 394t 243f–245f, 246t of larynx, 351
of gallbladder, 434, 434f hemoglobin in, 221–223 of tongue, 376
of gingiva, 369f, 376 phagocytosis of, in spleen, 297 Eye(s), 514–526, 515f
of Henle’s loop, 448, 448t structure of, 220–221, 220f, 222f, 223f accessory structures of, 515f, 525–526
of large intestine, 395t Erythrokeratodermia variabilis, 102b bulb of, 515
of larynx, 351 Erythropoiesis, 240f, 241, 243f–245f, 246t choroid of, 515f, 517
of oral mucosa, 367 Erythropoietin, 241, 242t, 453 ciliary body of, 515f, 517
of oviducts, 475, 476f Esophageal cardiac glands, 384, 394t conjunctiva of, 515f, 525
of paranasal sinuses, 350 Esophageal varices, 267b cornea of, 515f, 516
of prostate, 506, 506f Esophagus, 383–385, 384f, 385b, 394t disorders of, 517b, 519b, 521b, 525b
of renal calyces, 459 Estradiol embryonic development of, 514–515
of rete testis, 501–502, 502t effect on cartilage, 135t extrinsic muscles of, 515, 515f
of seminal vesicles, 505, 505f in follicular development, 468 floaters in, 519b
of small intestine, 394t–395t, 398–400 Estrogens iris of, 515f, 517–518
of stomach, 386–387, 387f, 388f, 394t in follicular development, 470 lacrimal apparatus of, 515, 526
of trachea, 352–353, 352f, 353f in lactation, 486 lens of, 515f, 518, 518f, 519f
of tubuli recti, 501, 502t in mammary gland development, 485 retina (neural tunic) of, 515f, 520–525,
of tympanic cavity, 527 in menstrual cycle, 478, 479f 520f–524f
of ureter, 460 in ovarian regulation, 472, 473t sclera of, 515–516, 515f
of urethra, 462 in placental development, 484 tunica fibrosa of, 515–516, 515f
of vagina, 485 osteoporosis and, 155b tunica vasculosa of, 515f, 516–518
olfactory, 347, 348f Euchromatin, 51f, 52, 52f vitreous body of, 515f, 519
oral, in odontogenesis, 371, 372f Eustachian tube, 527, 527f Eyelashes, 525
pathology of, 103b Excitatory neurotransmitters, 18 Eyelids, 525
pigmented Excitatory postsynaptic potential, 200
of ciliary body, 517 Excitatory responses, 202 F
of retina, 520, 520f, 521 Excretory passages, of urinary system,
plasma membrane enfoldings in, 102 458–462 F-actin, 42, 45f, 164f, 166–167
polarity of, 90 Exhalation, 364 F cells, 421t
pseudostratified, 86t, 87f, 89–90, 90f Exocrine glands, 103, 104–107, 104f, 105f Fab fragment, 278
respiratory, 347, 352–353, 352f, 353f classification of, 104 Facial expression, muscles of, 335
seminiferous, 489, 491, 491f, 492f multicellular, 106–107, 107f–109f Facial nerve, 527f
cycle of, 498, 499f pancreas as, 418–419, 418f, 419f Facilitated diffusion, 17
wave of, 498 unicellular, 105–106, 105f, 106f Factor VII deficiency, 237b
simple, 85, 86t, 87f Exocytosis, 30 Factor VIII deficiency, 237b
columnar, 86t, 87, 87f, 88f Exogenous proteins, 283 Factor IX deficiency, 237b
cuboidal, 86–87, 86t, 87f Exons, 58 Factor X deficiency, 237b
squamous, 86, 86t, 87f Exophthalmos, 316b Falciform ligament, 424f
stratified, 85–86, 86t, 87f Exportins, 52 Fallopian tubes, 464f, 470, 474–475, 476f
columnar, 86t, 87f, 88 Externum, of eosinophil, 229 Fascia adherens
cuboidal, 86t, 87f, 88, 89f Exteroceptors, 511 of cardiac muscle, 178f
squamous Extracellular fluid, 220, 270 of epithelium, 99
keratinized, 86t, 87f, 88, 89f Extracellular matrix, 69–83 Fasciae occludentes, of capillaries, 260, 262
nonkeratinized, 86t, 87–88, 87f, 89f basal lamina of, 79–80, 81f–83f Fascicles
subcapsular, 518, 518f basement membrane of, 79–80, 81f muscle, 158, 159f
tracheal, 352–353, 352f, 353f defined, 69 peripheral nerve, 204–205, 205f
transitional, 86t, 87f, 88, 89f dystroglycans in, 83 Fasciculus longitudinalis, 434, 434t
zonulae adherentes in, 94, 97f, 98f, 99 fibers of, 73–79 Fat(s)
zonulae occludentes in, 94, 97f–99f collagen, 73–78, 74f, 75f, 76t absorption and processing of, 405–406,
Epitope(s), 37, 231, 276, 278 elastic, 78–79, 79f–81f 407f
on major histocompatibility complex fluid flow in, 69, 70f formation of
molecules, 280–281, 283–284 glycoproteins in, 72–73 primary, 129
Epitope-MHC complex, 286, 286f, 287f glycosaminoglycans in, 69–70, 70f, 71t secondary, 129
Eponychium (cuticle), 343, 343f ground substance of, 69–73, 70f Fat cells. See Adipose cells (adipocytes).
Equatorial division (meiosis II), 66, 67f, 68 integrins in, 81, 83 Fat-storing cells, in liver, 426, 427f
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 549

Index ■ ■ ■ 549

Fatty acids Fibrous sheath, of spermatozoon, 496, 498 Fracture face, 9, 10f
absorption and processing of, 406, 407f Fibrous subunit, of intermediate filaments, Freckles, 335b
in adipocytes, 116, 117, 119f 43f Freeze-fracture technique, 9, 10f
in hormones, 303 Fibrous tunic, of eye, 515–516, 515f Fructose-rich seminal fluid, 505, 508
Fatty acyl tails, in cell membrane, 13, 16f Filaggrin, 45, 336 Functionalis layer, of endometrium, 476,
Fatty stool, 430b Filamin, 44t 477f
Fc fragment, 278 Filiform papillae, 377, 377f necrosis of, 479
Fc receptors Filopodia, 359f Fundic glands, 385, 386f, 387–393, 388t,
of antibodies, 278 Filtrate 394t
on basophils, 230 glomerular, 442, 447, 455 Fundic stomach, 386–393, 386f, 394t
on macrophages and neutrophils, 32 monitoring of, in juxtaglomerular Fundus, of uterus, 475–477
on mast cells, 118, 120f apparatus, 457, 457t Fungiform papilla, 377, 377f, 378f
Fc (constant) regions, of antibodies, 32, 280 Filtration, glomerular, 442, 445, 455 Fusiform precursor cells, 129
Feces, 409 Filtration barrier, 441, 455 Fusiform smooth muscle fibers, 179
Feedback mechanism Filtration force, 455
for hormones, 304 Filtration slits, 442, 443f, 445f G
negative, for glucocorticoids, 322 Fimbria, 464f, 474
Female pronucleus, 481 Fimbrin, 43, 44t, 94f, 529 G-actin, 42, 164, 165t, 166
Female reproductive system, 463–486, 464f Fingerprints, 327, 335 γ-actin, 43
cervix in, 478 First polar body, 469 γ-aminobutyric acid (GABA)
external genitalia in, 485 Fixation, 1–2 functions of, 203, 204t
fertilization in, 480–481, 481f, 482f Fixatives, for transmission electron in Huntington’s chorea, 204b
hormones in, 471–474, 473t, 474t microscopy, 9 G bands, 57
implantation in, 481f, 482 Fixed cells, of connective tissue, 114–123 G cells, 420, 421t, 422
mammary glands in, 485–488 Flagella, 90 γ-globulin, 221t
menstrual cycle in, 478–480, 479f Flagellar axoneme, 495, 497f, 498 γ-motor neuron, 173, 174f, 175b
ovaries in, 463–475 Flatus, 409 G protein(s)
oviducts (fallopian tubes) in, 474–475, Flavin adenine dinucleotide (FADH2), 40 Go, cell signaling via, 22
476f Floaters, in eye, 519b Gs and Gi, cell signaling via, 21–22, 21f
placental development in, 482–484, 483f, Fluid flow, in extracellular matrix, 69, 70f hormone-receptor complexes and, 304
484f Fluid mosaic model, of membrane signaling via, 21–22, 21f
uterus in, 475–477 structure, 14, 16f types of, 21
vagina in, 484–485 Fluorescence-labeled antibodies, 5, 6f G-protein-gated channels, 18–19
Fenestra cochleae, 527, 528, 528f Fluoride, 369b G-protein-linked receptors, 21–22, 21f
Fenestra vestibuli, 527, 528, 528f, 535 5-Fluorouracil, 66b γ-tubulin ring complex, 45, 48
Fenestrated capillaries, 259, 262, 262f Focal contacts, 44 G0 (outside, stable) phase, of cell cycle, 61
glomerular, 441, 442f, 443f Foliate papillae, 377–378 G1 (gap) phase, of cell cycle, 61–62, 61f
Fenestrated membranes, 254, 255f Follicle(s) G2 phase, of cell cycle, 61f, 62
Fertilization, 480–481, 481f, 482f of hair, 328f, 329, 334, 340–342, Gallbladder, 433–436
Fetal hemoglobin, 223 340f–342f histophysiology of, 435–436
Fibrillin, 78 of thyroid, 313, 313f structure of, 434, 434f, 435f
Fibrin, 234 ovarian. See Ovarian follicles. Gallstones, 436b
Fibrinogen, 234 Follicle-stimulating hormone (FSH), 307t, GALT (gut-associated lymphoid tissue),
Fibroblast(s) 309, 310 298–299, 300f
active, 114, 115f in follicular development and ovulation, Ganglion(ia)
differentiation of, 114b 465, 468, 470, 471–474, 472f, 473t autonomic, 208, 210, 211f
fibronectin produced by, 72 in male reproductive system, 499, 500, parasympathetic, 208
in fixed connective tissue, 114, 115f 501f sensory, 186, 187f, 210
in loose connective tissue, 126 Follicular cells spiral, 528, 532f, 533f
in muscle regeneration, 183 dendritic, 292, 293 Ganglion cell(s), of suprarenal gland, 322
in periodontal ligament, 375 of endocrine glands, 109 Ganglion cell layer, of retina, 520f, 525
in renal interstitium, 452 of ovary, 465f, 466, 467t Gangliosidoses, 37t
inactive, 114 of thyroid, 313, 313f, 314–316, 314f Gap junctions
origin of, 112f Follicular phase, of menstrual cycle, of bone, 138, 140, 143
Fibroblast growth factor-4 (FGF-4), in 479–480 of capillaries, 261
odontogenesis, 373 Follicular type glands, 109 of cardiac muscle, 177, 178f
Fibrocartilage, 131, 132f, 133t, 135–136, Folliculostellate cells, 310 of cytoplasm, 20
136f Folliostatin (folliculostatin), 468, 472 of epithelium, 97f, 101–102, 101f, 102b
Fibrocytes, 114 Fontanelles, 147 of salivary glands, 416
Fibroma, 192b Foramen cecum, of tongue, 377, 377f Gap phase, of cell cycle, 61–62, 61f
Fibronectin Foreign-body giant cells, 123, 231 Gap regions
cell-surface, 73 Foreign cells, 232 in tropocollagen, 74f, 76, 77
in connective tissue, 113 Formalin, 1 of collagen, 113
in cytoskeleton, 44, 45f Formed element(s), of blood. See Blood. Gas(es)
in extracellular matrix, 72–73, 79 Fovea centralis, 515f, 520 as neuromodulators, 203
in glomerulus, 442 Foveolae, 385, 386f in colon, 409
release of, by capillaries, 264 Fracture, bone repair after, 152–153, 153b, Gas exchange, 358f, 363–364
Fibrous astrocytes, 194, 194f 153f Gas transport, 345
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 550

550 䡲 䡲 䡲 Index

Gastric. See also Stomach. Gland(s) (Continued) Glicentin, 392t


Gastric carcinoma, 398b endocrine. See Endocrine gland(s). Glisson’s capsule, 423
Gastric contents, emptying of, 396 esophageal cardiac, 384, 394t Globulins, in blood, 221t
Gastric glands, 385, 386f, 387–393, 388t, exocrine, 103, 104–107, 104f, 105f Glomerular arterioles, 440, 441f, 453, 457
394t multicellular, 106–107, 107f–109f Glomerular capillaries, 441, 442f, 443f,
Gastric inhibitory peptide (GIP), 392t, 397 unicellular, 105–106, 105f, 106f 453, 453f, 454f
Gastric intrinsic factor, 389, 389b, 396f follicular type, 109 Glomerular filtrate, 442, 447, 455
Gastric lipase, 385, 396 gallbladder as, 433–436, 434f, 434t, Glomerular filtration rate (GFR), 455
Gastric phase, of HCI secretion, 396–397 435f Glomerular ultrafiltrate, 442, 447, 455
Gastric pits, 385, 386f gastric (fundic), 385, 386f, 387–393, Glomerulonephritis, 445b
Gastrin, 392t, 396, 397, 421t, 422 388t, 394t Glomerulus(i)
Gastroenteric reflex, 405 holocrine, 105, 105f of cerebellar cortex, 216
Gastroesophageal sphincters, 385 interstitial, 468–469, 471 of nephron, 262, 439f, 441–442, 442f,
Gastrointestinal peptides, 203 lacrimal, 515, 526 443f
Gastrointestinal tract. See Alimentary liver as, 422–433, 424f of olfactory bulb, 350
canal; Digestive system. mammary, 485–488, 486f, 487f Glomus(era), 263
Gate(s), 17 mechanisms of secretion by, 104–105, Glomus cells, 258
Gated channels, 17–19. See also Voltage- 105f Glucagon, 392t, 421, 421t
gated channels. meibomian, 525 Glucocorticoid(s), 312t, 319, 321–322
Gated ion-channel receptors, 200 merocrine, 104–105, 105f and mammary gland development, 485
Gaucher’s disease, 37t mammary, 488 receptors for, on adipose cells, 128
Gel-like networks, 43–44, 45f mixed, 104, 104f, 109 Gluconeogenesis, 421, 432
Gelatinase, 142 mucous, 104 Glucose, in secondary active transport, 20
Gelsolin, 44, 44t of bladder, 461 Glucose-6-phosphatase deficiency, 41t
Genes, 57 of Bartholin, 485 Glucose permease, 421
Genioglossus muscle, 377f of large intestine, 395t Glucose transport units, 421
Geniohyoid muscle, 377f of Littre, 462 Glucuronide, bilirubin, 430, 432f
Genital ducts, 489, 490f, 501–502, 502t of Möll, 338, 525 Glucuronyltransferase, 430
Genital glands, accessory, 490f, 504–507 of skin, 327, 336–339 Glutamate, as neurotransmitter, 203, 204t
Genome, 55, 57 of small intestine, 394t–395t, 404 Glutaraldehyde, as fixative, 9
Germinal centers, of lymphoid nodules, of von Ebner, 378 Glutathione peroxidase, 228
292, 292f, 296 of Zeis, 525 Gluten, 406b
Germinal epithelium, 463, 491, 491f, 492f pancreas as, 417–422, 418f–420f, 421t, Gluten enteropathy, 406b
Germinal vesicle, 466 422b, 422f Glycerol
Ghrelin, 385 parathyroid, 312t, 313f, 316–317 absorption and processing of, 406, 407f
Giant cells, foreign-body, 123, 231 parotid, 416, 417b in adipose tissue, 116, 119f
Giemsa stain, 3t pineal, 312t, 324–325, 324f in cell membrane, 13
Gigantism, pituitary, 154 pituitary, 304–311 Glycerophosphocholine, 504
Gingiva, 368, 368f, 369f, 376 prostate as, 490f, 505–506, 505f, 506f Glycine
scurvy effects on, 78b, 78f salivary, 108f, 367, 413–417 as neurotransmitter, 203, 204t
Gingival epithelium, 369f, 376 sebaceous, 328f, 329, 334, 337f, in collagen, 113
Gingival sulcus, 369f 338–339, 339b, 339f in elastin, 114
Gland(s), 103–109 serous, 104, 104f, 377f, 378, 378f Glycocalyx
accessory genital, 490f, 504–507 simple, 106, 107f in cell membrane, 16
acinar (alveolar), 107, 107f simple coiled tubular, 336 in small intestine, 399
alveolar, 107, 107f sublingual, 104, 414f, 415f, 416–417 of microvilli, 91
anal, 410 submandibular, 104, 104f, 417, 417b, Glycogen
apocrine, 105, 105f 417f in clear cells, 337
mammary, 105 suprarenal (adrenal), 312t, 318–324, in cytoplasm, 41
sweat, 338 319f in hepatocytes, 430, 431f
areolar (of Montgomery), 488 sweat, 328f, 336–338, 336f, 337f in vagina, 485
Bowman’s (olfactory), 347, 347f, 348f, thyroid, 312t, 313–316, 313f, 315b–316b Glycogen-lactic acid system, 168
349 tubular, 107, 107f Glycogen storage disorders, 41b, 41t
Brunner’s (duodenal), 401–402, 401f, of endometrium, 476, 477f, 480 Glycogenolysis, 432, 432f
403 tubuloacinar (tubuloalveolar), 107, Glycogenosis, 37t
bulbourethral (Cowper’s), 489, 490f, 107f Glycolipids, in cell membrane, 13, 16f
507 compound, of mammary gland, 486 Glycolysis, 168
ceruminous (wax), 338, 526 prostate, 506 Glycophorin A, 223
cervical, 478 salivary, 413 Glycophorin C, 224, 224f
circumanal, 410 uterine, 476, 477f, 480 Glycoprotein(s)
classification of, 103–104 vestibular, 485 as cell-surface receptors, 21
compound, 106, 107f Glans clitoridis, 485 associated with nuclear pore complex, 50
tubuloalveolar, 486 Glans penis, 490f, 507f, 508 cell adhesive, 72–73, 111
cord type, 107, 109 Glassy membrane, 340, 341f in bone, 137
diffuse neuroendocrine system as, 109, Glaucoma, 517b in cell membrane, 16f
109f Glial fibrillary acidic protein (GFAP), 45, in connective tissue, 111, 113
ductless, 104, 107, 303 46t, 193 in extracellular matrix, 72–73
duodenal, 401–402, 401f, 403 Glial scar, 218 Glycoproteinosis, 37t
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 551

Index ■ ■ ■ 551

Glycosaminoglycans (GAGs), in Graves’ disease, 277b, 316b Heavy meromyosin, 164f, 165, 181
extracellular matrix, 69–70, 70f, 71t Gray matter, 191, 210, 211 Helical arteries
of bone, 137 Great alveolar cells, 360–361, 361f, 362f of endometrium, 476, 477f
of cartilage, 131 Grooves of erectile tissue, 508
of connective tissue, 111, 113 in dermal ridges, 335–336 Helicobacter pylori, 396, 398b
Glycosylation, terminal, 30f of nails, 344 Helicotrema, 535, 535f
Goblet cells, 13f Ground-substance, 69–73, 70f Hematocrit, 219
of colon, 407, 408f, 409f of connective tissue, 111, 113, 126 Hematopoiesis. See Hemopoiesis.
of glands, 105–106, 105f, 106f Growth factor(s) Hematopoietic stem cell, 112f
of respiratory epithelium, 352, 352f epidermal, 336, 402 Hematoxylin and eosin (H & E) stain, 2, 3t
of small intestine, 399–401, 399f, 401f in odontogenesis, 373 Heme, 221, 223b, 363
Goiter, 316b fibroblast, in odontogenesis, 373 Hemidesmosomes, 81f, 83f
Golgi apparatus, 27–32, 28f–30f hemopoietic, 241, 242t in epithelium, 102, 103f
alternative concept of, 31–32 insulin-like, 307t, 308 of skin, 329
collagen synthesis in, 75, 77f on keratinocytes, 336 Hemoglobin, 42, 221–223, 223b, 363–364
of prostate, 506, 506f platelet-derived, 259b Hemolytic jaundice, 432b
proteoglycan synthesis on, 71 transforming, 336 Hemophilia, 237b
structure of, 14f, 15f transforming-β, 138, 154 Hemopoiesis, 236–249
transport vesicles associated with, 28–29 Growth hormone. See Somatotropin. cells of, 238–241, 239t, 240f, 242t
Golgi complex, 187 Guanosine diphosphate (GDP), 21 defined, 236
Golgi intermediate compartment, 27 Guanosine monophosphate, cyclic (cGMP), hemopoietic growth factors (colony-
Golgi network 18, 20, 304 stimulating factors) in, 241, 242t
cis, 27, 28, 29f Guanosine triphosphate (GTP), 21 of granulocytes, 240f, 243, 247f, 248t
trans, 27–28, 28f Guillain-Barré syndrome, 199b, 364b of lymphocytes, 239t, 247, 249
collagen synthesis in, 75, 77f Gums (gingiva), 368, 368f, 369f, 376 of monocytes, 246
in spermiogenesis, 495 Gut-associated lymphoid tissue (GALT), of platelets, 237f, 246–247, 249f
sorting in, 29–31, 30f 298–299, 300f of red blood cells, 240f, 241, 243f–245f,
transport vesicles in, 29, 264f Gyri, 215 246t
Golgi phase, of spermiogenesis, 495, 497f postnatal, 238–249, 238f, 239t
Golgi stack, 27 H prenatal, 237–238
Golgi tendon organs, 171–172, 175, 175b, spleen in, 297
512f, 514 H band, in skeletal muscle, 160, 161f, 162 stem cells, progenitor cells, and
Gonadotrophs, 309 Hair(s), 328f, 339–343 precursor cells in, 238–239, 239t,
Gonadotropic hormones, 463 arrector pili muscles of, 328f, 329, 335, 240b
Gonadotropin-releasing hormone (GnRH), 341–342 Hemopoietic cells, 238–241, 239t, 240f, 242t
465, 472, 473t, 474t club, 342 islands of, 236
Graafian follicles, 465f, 467t, 469, 474 growth phases of, 342 Hemopoietic compartment, 236
Granular layer histophysiology of, 342–343, 343f Hemopoietic cords (islands), 237
of cerebellar cortex, 216 matrix of, 340 Hemopoietic growth factors, 241, 242t
of cerebral cortex, 215 types of, 339 Hemopoietic stem cells, 238, 239t, 240b
Granulation tissue, in bone repair, 152 Hair bulb, 340 Hemorrhage, of dental pulp, 371b
Granule(s). See also Secretory granules. Hair cells Hemorrhagic discharge (menses), 479
Birbeck (vermiform), 332 of organ of Corti, 532f, 534 Hemorrhoid(s), 267b, 410b
in mast cell cytoplasm, 117, 119f of saccule and utricle, 529, 530f, 531f Hemorrhoidal plexus, 410
keratohyalin, 331 of semicircular ducts, 530, 531f Henle’s layer, 340, 341f
membrane-coating (lamellar), 330, 336 Hair follicles, 328f, 329, 334, 340–342, Henle’s loop, 439f, 448
of eosinophils, 226t, 229, 229f 340f–342f and countercurrent multiplier system,
of juxtaglomerular cells, 450, 450f Hair root, 328f, 340, 340f 455–457, 456f
of neutrophils, 225, 226t, 227f sheaths of, 340, 341, 341f thick limb of
of platelets, 233, 233f, 236t Hair shaft, 328f, 341, 342f ascending, 446f, 448, 449, 456, 457,
trichohyalin, 341 Haploid cells, 56, 66, 68 459t
Granule cells, of cerebral cortex, 215 in spermatogenesis, 493 descending, 445, 457
Granulocyte(s), 225–230, 226t, 227f–229f Hard palate, 376 thin limbs of, 446f, 447–448, 448t, 459t
basophils as, 220f, 222f, 226t, 230 Hartmann’s pouch, 426, 433 ascending, 446f, 457, 459t
eosinophils as, 220f, 222f, 226t, 228–230, Hassall’s corpuscles, 289, 289f descending, 448, 456, 457, 459t
230b Haustra coli, 409 Hensen’s cells, 534
formation of, 240f, 243, 247f, 248t Haversian canal systems (osteons), 144f, Heparan sulfate
neutrophils as, 220f, 222f, 225, 226t, 145–146, 145f, 152 characteristics of, 70, 71t
227–228 Hay fever, 122b in basal lamina, 79, 80
Granulocyte colony-stimulating factor (G- Head, of spermatozoon, 496–497, 497f in glomerulus, 442
CSF), 241, 242t Hearing loss, 535b, 536b Heparin
Granulocyte-macrophage colony-stimulating Heart, 251, 267–269, 267f–269f. See also in extracellular matrix, 70, 71t
factor (GM-CSF), 241, 242t Cardiac; Cardio- entries. mast cell release of, 117, 120f, 121t
Granulocytopoiesis, 240f, 243, 247f, 248t Heart failure cells, 361b Heparin-like molecule, and clot formation,
Granulomere, 233, 236t Heart wall, layers of, 267–269, 267f–269f 233
Granulosa cells, 465f, 466, 467t, 468, 469t Heavy chains Hepatic. See also Liver.
Granulosa-lutein cells, 465f, 470, 471f of immunoglobulin, 278, 278f Hepatic acinus, 425f, 426
Granzymes, 286, 286f of myosin, 165 Hepatic arteries, 423, 424f
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 552

552 䡲 䡲 䡲 Index

Hepatic coma, 432b Hormone(s) (Continued) Humorally mediated immune response,


Hepatic ducts, 427–430, 434 cartilage effects of, 134, 135t 232, 276, 280
Hepatic phase, of prenatal hemopoiesis, corticotropic, and uterine contractions, T helper cells in, 285, 285f
238 477 Hunter’s syndrome, 37t
Hepatic veins, 423, 424f corticotropin-releasing, 306, 307t, 309, Huntington’s chorea, 204b
Hepatocyte(s), 427–430 322 Hurler’s syndrome, 37t
function of, 422–423 defined, 303 Huxley’s layer, 340, 341f
inclusions in, 41, 430, 431f degradation of, in liver, 433 Huxley’s sliding filament theory, 162, 167
lateral domains of, 424f, 428, 428f follicle-stimulating, 307t, 309, 310 Hyaline cartilage. See Cartilage, hyaline.
organelles of, 429–430, 429f–431f in follicular development and Hyalocytes, 519
protein synthesis in, 429f, 430, 430f ovulation, 465, 468, 470, 471–474, Hyaloid canal, 515f, 519
sinusoidal domains of, 427f, 428, 428f 472f, 473t Hyalomere, 233, 236t
structure of, 423, 427–430 in male reproductive system, 499, 500, Hyaluronic acid
Hepatocyte (limiting) plates, 424, 424f, 501f in extracellular matrix, 70, 71t
426, 426f gonadotropic, 463 in synovial fluid, 156
Hereditary spherocytosis, 224b hypothalamic neurosecretory, 305–306 Hyaluronidase, 71b
Hernia, hiatal, 385b hypothalamic-releasing, 203 Hydration shell, of bone matrix, 137
Herring bodies, 311, 311f in female reproductive system, 471–474, Hydrocephalus, 215b
Hertwig epithelial root sheath (HERS), 473t, 474t Hydrochloric acid (HCl), 396–397, 397f
374 in male reproductive system, 500f, 501f, Hydrocortisone (cortisol), 312t, 318, 321
Heterochromatin, 52, 53f 498–501 effect on cartilage, 135t
Heterogeneous nuclear ribonucleoprotein in ovarian regulation, 471–474, 472f, Hydrogen, in HCl production, 397
particles (hnRNPs), 58, 60 473t, 474t Hydrogen peroxide (H2O2), 36, 228, 228f,
Heterogeneous nucleation, 151 in signaling, 20, 21 229
Heterografts, 153b in smooth endoplasmic reticulum, Hydrogen sulfide, 409
Hiatal hernia, 385b 319–320 Hydrophilic head, of phospholipid
High endothelial venules (HEVs), 266, 292 inhibiting, 306 molecule, 13
Hilum interstitial cell-stimulating, 307t, 309 Hydrophilic ligands, 20
of kidney, 437 lipotrophic, 309 Hydrophobic ligands, 20
of lung, 364 luteinizing, 307t, 309, 310 Hydrophobic tail, of phospholipid
of lymph node, 290 in male reproductive system, 499, 500, molecule, 13
of spleen, 294 501f Hydroxyapatite crystals
Hilus cells, of ovary, 471 in ovulation, 465, 469, 471–474, 472f, in bone, 137, 151
Hinge region, of antibody, 278, 278f 473t in cementum, 370
Hirschsprung disease, 186b luteinizing hormone (LH) receptors, in dentin, 370
Histamine 468, 473 in enamel, 368–369
and capillary permeability, 264 luteinizing hormone-releasing, 306, 307t, Hydroxylysine, in collagen, 113
gastric production of, 392t, 396 309, 465, 472, 473t, 474t Hydroxyproline, in collagen, 113
in hay fever, 122b neurohormones as, 203 Hymen, 485
in HCl secretion, 396 of alimentary canal, 390–391, 392t Hyoid bone, 377f
in inflammatory response, 121 parathyroid, 142, 154, 312t, 316, 317 Hyperadrenocorticism, 322b
inactivation of, by eosinophils, 229, 230b pituitary, 306, 307t Hyperallergic person, 122b
mast cell release of, 117, 120f, 121t prolactin-releasing, 306, 307t Hypercellular obesity, 129b
Histochemistry, 3, 5 somatotropin. See Somatotropin. Hyperparathyroidism, 318b
Histocompatibility molecules. See Major somatotropin-releasing, 306, 307t, 308 Hyperplasia
histocompatibility complex (MHC) steroid, 20, 21, 301, 303, 312t, 318, of myometrium, 477
molecules. 320–322 of skeletal muscle, 183
Histodifferentiation, in odontogenesis, 373 suprarenal, 312t, 318, 320–322 Hypersensitivity reaction, immediate, 118,
Histology thyroid, 309, 311, 312t, 314–315, 315, 120, 120f
defined, 1 315f Hypertension, chronic essential, 457b
introduction to, 1–10 thyroid-stimulating, 307t, 309, 311, 312t, Hyperthyroidism, 316b
Histones, in nucleosomes, 52, 55 315 Hypertrophic obesity, 129b
Holocrine glands, 105, 105f thyroid-stimulating hormone-releasing, Hypertrophy
Homeobox genes, 238 306, 307t, 309 cardiac, 179b
Homografts, 153b thyrotropin-releasing, 203 of myometrium, 477
Horizontal cells Hormone-receptor complex (HRC), 303, of skeletal muscle, 183
in cerebral cortex, 215 304 zone of, 151
in retina, 520f, 524 Hormone-sensitive lipase, 117, 119f Hypervitaminosis A
Hormone(s), 303–304 Horny cells, 331 bone effects of, 155t
α-melanocyte-stimulating, 310 Horseradish peroxidase, 192 cartilage effects of, 135t
adrenocorticotropic, 307t, 309, 312t, 318, Howship lacunae, 138f, 141 Hypochlorous acid, 228, 228f
320, 322b Human chorionic gonadotropin (hCG), Hypodermis, 327, 328f, 334
antidiuretic, 203, 307t, 310, 311 470, 473t, 474, 484 Hypolemmal cisternae, 187
in blood pressure regulation, 258 Human Genome Project, 57 Hyponychium, 344
in urine formation, 456f, 458 Human immunodeficiency virus (HIV) Hypoparathyroidism, 318b
antimüllerian, 493 infection, 196b, 287b Hypophyseal arteries, 305, 306f
bone effects of, 154 Human leukocyte antigen (HLA), 231 Hypophyseal stalk, 305f
in resorption, 142 Human placental lactogen, 473t Hypophyseal veins, 305, 306f
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 553

Index ■ ■ ■ 553

Hypophysis. See Pituitary gland. Immune system (Continued) Inhibitory output, of Purkinje cells, 216
Hypothalamic neurosecretory hormones, T lymphocytes in. See T lymphocytes (T Inhibitory postsynaptic potential, 200
305–306 cells). Inhibitory responses, 203
Hypothalamic-releasing hormones, 203 thymus in, 288f, 289–290, 290b Initiator tRNA, 24
Hypothalamohypophyseal tract, 306f, 310 toll-like receptors in, 275–276, 275t, Inlet arterioles, of liver, 425
Hypothalamus, 305f, 311b 276b Inlet venules, of liver, 425
Hypothyroidism, 316b tonsils in, 299, 301, 301f Innate immune system, 273–276
Hypovitaminosis A Immunocompetent B lymphocytes, 247, Inner leaflet, of cell membrane, 12, 13, 14,
bone effects of, 155, 155t 278, 280 15f, 16f
cartilage effects of, 135t Immunocytochemistry, 5, 5f, 6f Inner limiting membrane, of retina, 520f,
Hypovitaminosis C Immunogen(s), 276 525
bone effects of, 155, 155b, 155t Immunogenicity, 276b Inner membrane, mitochondrial, 39–40,
cartilage effects of, 135t Immunoglobulin(s) (Ig), 276, 277–278, 39f
Hypovitaminosis D 278f, 279t Inner nuclear layer, of retina, 520f,
bone effects of, 155, 155b, 155t surface, 277, 279t 524–525
cartilage effects of, 135t Immunoglobulin A (IgA), 278f, 279t Inner nuclear membrane, 49, 51f, 52f,
hepatocytes and, 433 54f
I in small intestine, 404, 405f Inner plexiform layer, of retina, 525
secretory, 367, 404, 416 Inner table, of calvaria, 143, 147
I bands Immunoglobulin D (IgD), 278f, 279t Inner tunnel, of organ of Corti, 533
in cardiac muscle, 178f Immunoglobulin E (IgE), 278f, 279t Innervation. See Nerve supply.
in skeletal muscle, 160, 161f Immunoglobulin E (IgE)-receptor Inositol triphosphate (IP3), 22
Ibuprofen, and ulcers, 398b complex, 118, 120f as second messenger, 20
Ileocecal valve, 407 Immunoglobulin E (IgE) receptor (FcεRI), Insulin, 420–421, 421t, 422b, 423t
Ileum, 395t, 403. See also Small intestine. on basophils, 230 Insulin-like growth factors, 307t, 308
Immediate hypersensitivity reaction, 118, Immunoglobulin G (IgG), 278, 278f, Insulin receptors, 128
120, 120f 279t Integral proteins
Immotile spermatozoa, 496 Immunoglobulin M (IgM), 278f, 279t in cell membrane, 13–14, 16f
Immune response Immunological memory, 276, 277 in rough endoplasmic reticulum, 23–24
cell-mediated, 232, 276 Immunological tolerance, 277 Integrins
humorally mediated, 232, 276, 280 Implantation, 481f, 482 in capillaries, 265
Langerhans cells in, 332 Importins, 52 in cytoplasm, 44, 45f
primary, 277 Impotence, 509b in epithelium, 97f, 102
secondary, 277 Impulse(s) in extracellular matrix, 72, 79, 81, 83,
Immune system, 273–301 generation and conduction of, 198–204, 83b
adaptive, 273, 276 199f, 200f in fibronectin, 72–73
antigen-presenting cells in, 276, 284, 284t transmission of, at neuromuscular in hemidesmosomes, 102
antigens in. See Antigen(s). junctions, 169–172, 169f–172f in neutrophils, 227
B lymphocytes in. See B lymphocytes (B Inactivation gate, 199 Integument, 327–344
cells). Inactive position, of voltage-gated channels, hair in, 328f, 339–343
bronchus-associated lymphoid tissue in, 17 nails in, 343–344, 343f, 344f
299 Incisures of Schmidt-Lanterman, 196–197 sebaceous glands in, 328f, 329, 334,
cells of, 278, 280–283 Inclusions 337f, 338–339, 339b, 339f
interactions among, 284–287, cytoplasmic, 11, 41–42, 41t, 42f skin in. See Skin.
285f–287f in hepatocytes, 41, 430, 431f sweat glands in, 328f, 336–338, 336f,
clonal selection and expansion in, in neurons, 187, 189 337f
276–277 Incontinence, urinary, 462b Interalveolar septum, 357, 358f, 359f, 360,
cytokines in. See Cytokines. Incus, 527, 527f, 535 363
diffuse, 273 Indole, 409 Intercalated cells
gut-associated lymphoid tissue in, Inducible T reg cells, 283 of cortical collecting tubules, 451
298–299, 300f Induction, in drug tolerance, 433b of neurons, 211
hepatocytes in, 433 Infection(s), lymph nodes and, 293b of salivary gland, 414, 414f
immunogens in, 276 Infertility, male, 490b Intercalated disks, 175, 176f, 177,
immunoglobulins in, 277–278, 278f, 279t. Infiltration, 2 178f–179f
See also specific immunoglobulin. Inflammatory response Intercalated ducts
immunological tolerance in, 277 basophils in, 230 pancreatic, 418f, 419
innate, 273–276 edema related to, 126b salivary, 414, 414f
lymph nodes in, 290–293, 291f–293f sequence of events in, 121 Intercellular adhesion molecule type I
lymphoid organs in, 287–299 Infundibulum, of oviduct, 464f, 470, 474 (ICAM-I), 227
major histocompatibility molecules in, Inhalation, 364 Intercellular bridges, 330
275, 275b, 280–281, 283–284, 289 Inhibin Interchromatin granules (IGs), 60
mucosa-associated lymphoid tissue in, in female reproductive system, 468, 472, Intercristal space, 38, 39f
298–301, 300f 473t, 474 Interdental cells, 533
natural killer cells in, 273, 275, 275b in male reproductive system, 493, 500, Interdigitating dendritic cells, 296
overview of, 273, 274t 501f Interfascicular oligodendrocytes, 195
small intestine in, 394t, 403–404, 405f, Inhibiting hormones (inhibiting factors), Interferon(s), 274
406f 306 Interferon-α (IFN-α), 284t
spleen in, 293–298, 294f–299f Inhibitory neurotransmitters, 18 Interferon-β (IFN-β), 284t
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 554

554 䡲 䡲 䡲 Index

Interferon-γ (IFN-γ) Interstitial cell-stimulating hormone Isthmus


antigen-presenting cells and, 284t (ICSH), 307t, 309 of oviducts, 464f, 474
as hemopoietic growth factor, 242t Interstitial cells of thyroid, 313
effect on bone, 154 of Cajal, 382 Ito cells, 426, 433
in T helper cell-mediated killing, of Leydig, 489, 498, 500f
285–286, 286f, 287, 287f of ovary, 463, 471
of pineal gland, 324, 325
J
secretion of, by T helper cells, 282
Interleukin(s) (IL) of renal interstitium, 452 J protein, 279t
cytokines as, 274 Interstitial glands, 468–469, 471 Jaundice, 432b
mast cell release of, 117 Interstitial growth, of hyaline cartilage, 132 Jaw-jerk reflex, 375b
secretion of, by T helper cells, 282 Interstitial lamellae, 146 Jejunum, 395t, 403. See also Small
Interleukin-1 (IL-1) Interterritorial matrix, of hyaline cartilage, intestine.
bone effects of, 154 132f, 134 Joint(s), 156, 156f
in hemopoiesis, 242t, 243 Intervertebral disks, 135, 136, 136b Joint capsule, 156
keratinocytes and, 336 Intestinal phase, of HCl secretion, 397 Junctional complexes, 94–99, 97f
neutrophils and, 227 Intestines. See Large intestine; Small Junctional epithelium, of gingiva, 376
origins and functions of, 284t intestine. Junctional feet, 160
Interleukin-2 (IL-2) Intracellular receptor family, 21 Junctional folds, 170, 171f
functions of, 284t Intraepithelial capillaries, in cochlear duct, Juxtaglomerular apparatus, 441f, 449–451,
in hemopoiesis, 241, 242t 532 450f
T helper cells and, 286, 286f, 287f Intrafusal fibers, 172, 174f monitoring of filtrate in, 457, 457t
Interleukin-3 (IL-3), 241, 242t Intralobar ducts Juxtaglomerular (JG) cells, 441f, 450, 450f,
Interleukin-4 (IL-4), 242t, 284t, 285f pancreatic, 418f, 419 459t
Interleukin-5 (IL-5) salivary, 415 Juxtamedullary nephrons, 438f–439f,
and eosinophils, 229, 230b Intralobular ducts 439–440, 456
functions of, 284t, 285f pancreatic, 419
in hemopoiesis, 241, 242t, 243 salivary, 414
Intramembranous bone formation, 131,
K
Interleukin-6 (IL-6)
bone effects of, 154 146–147, 146f, 147f Kallikrein, 416
functions of, 284t, 285f Intramural region, of oviducts, 464f, 474 Kartagener’s syndrome, 92
in hemopoiesis, 241, 242t Intraperiod gaps, of Schwann cells, 197 Karyokinesis, 62, 495
Interleukin-7 (IL-7), 241, 242t Intraperiod line, of Schwann cells, 197 Karyoplasm, 11
Interleukin-8 (IL-8), 242t Intrapulmonary bronchi, 346t, 354 Karyotyping, 56, 56f
Interleukin-9 (IL-9), 242t Intrapulmonary conducting division, 346t Keloid, 75b
Interleukin-10 (IL-10), 241, 242t, 284t, Intratesticular genital ducts, 490f, 501, Keratan sulfate
285, 285f 502t characteristics of, 70, 71t
Interleukin-12 (IL-12), 241, 242t, 284t Intrinsic muscles in bone, 137
Interlobar arteries, of kidney, 438f, 453 of larynx, 351 Keratin(s), 45, 46t, 336
Interlobar ducts, salivary, 415 of tongue, 376, 377f of hair, 342–343
Interlobar veins, of kidney, 454 Introns, 58, 59 Keratin filaments, 328, 341
Interlobular arteries, of kidney, 438f, 453 Investments Keratin tonofilaments, 102
Interlobular ducts connective tissue, of peripheral nerves, Keratinocytes, 328–331
bile, 427 205–206, 205f Keratohyaline granules, 331
pancreatic, 419 of skeletal muscle, 158, 159f Kerckring, valves of, 398
salivary, 415 Involucrin, 331, 336 Ketone bodies, 431
Interlobular veins, of kidney, 453–454 Involuntary muscle, 179 Ketosis, 432b
Intermediate cells Involuntary (autonomic, visceral) nervous Kidney(s), 437–458. See also Renal entries.
of cochlear duct, 532 system, 185, 207–210, 209f Bowman’s capsule of, 439f, 440, 442,
of parathyroid, 317 Involution, of thymus, 288 443f, 444f, 445
of taste buds, 378 Iodide, and thyroid hormones, 314, 315f Bowman’s space of, 440, 441f, 445, 445f,
Intermediate compartment, of Golgi Iodopsin, 523 450f
apparatus, 27, 28f, 30f Iodotyrosine dehalogenase, 315 calyces of, 437, 438f, 459–460
Intermediate filaments Ion channel(s), 17–19 capsule of, 437, 438f
in cytoplasm, 43f, 44–45, 45b, 46t Ion channel-linked receptors, 18 circulation of, 438f–439f, 452–454, 453f,
in epithelium, 94f, 99 Ion channel-mediated diffusion, 18f 454f
in skin, 329 IP3 (inositol triphosphate), 20, 22 collecting tubules of, 451–452, 459t
Intermediate muscle fiber, 157, 183 Iris, 515f, 517–518 cortical, 446f, 451
Intermembrane space, mitochondrial, Iron-containing pigments, 189 loss of water and urea from filtrate in,
38–39, 39f Iron deficiency anemia, 243b 458, 459t
Interneurons, 193, 211 Iron hematoxylin stain, 3t medullary, 446f, 451
Internodal segments, of Schwann cells, 196 Ischemic heart disease, 269b papillary, 437, 439, 451
Internum, of eosinophil, 229, 229f Islands, blood, 238 structure of, 438f–439f, 446f, 451f,
Internuncial neurons, 211 Islets of Langerhans, 418, 418f, 420, 421t, 452f, 459t
Interoceptors, 511 422f, 423t cortex of, 437, 438f–439f, 440f
Interpapillary peg, 336 Isogenous groups, of chondrocytes, 132, disorders of, 438b, 442b, 458b
Interphase, of cell cycle, 61–62, 61f, 64f 132f distal tubule of, 448–451, 449f
Interplaque regions, of urinary bladder, 461 Isotope switching, 280 convoluted, 439f, 446f, 448, 449, 449f,
Interplexiform cells, in retina, 525 Isotypes, of immunoglobulins, 278 459t
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 555

Index ■ ■ ■ 555

Kidney(s) (Continued) L Laminin


functions of, 454–458 hemidesmosomes and, 102
glomerulus of, 439f, 441–442, 442f, 443f λ-granules, of platelets, 233, 233f, 236t in connective tissue, 113
Henle’s loop of, 439f, 448 Labia majora, 485 in cytoskeleton, 45f
and countercurrent multiplier system, Labia minora, 485 in extracellular matrix, 73, 79
455–457, 456f Labyrinth, bony, 528–534, 528f in glomerulus, 442
thick limb of Lacrimal apparatus, 526 release of, by capillaries, 264
ascending, 446f, 448, 449, 456, 457, Lacrimal canaliculi, 526 Langerhans, islets of, 418, 418f, 420, 421t,
459t Lacrimal fluid, 515, 526 422f, 423t
descending, 445, 457 Lacrimal gland, 515, 526 Langerhans cells
thin limbs of, 446f, 447–448, 448t, 459t Lacrimal puncta, 526 macrophage function of, 123
ascending, 446f, 457, 459t Lacrimal sac, 526 of epidermis, 328f, 331–332
descending, 448, 456, 457, 459t Lactation, 486–488, 486f, 487f of esophagus, 384
hilum of, 437 Lacteals, 398, 402 of vagina, 485
innervation of, 454 Lactic acid, in vagina, 485 Lanugo, 339
interstitium of, 452 Lactiferous ducts, 486, 486f Large intestine, 407–411
juxtaglomerular apparatus of, 449–451, Lactiferous sinus, 486, 486f appendix of, 395t, 410–411
450f Lactoferrin, 367, 416 colon of, 395t, 407, 408b, 408f, 409,
monitoring of filtrate in, 457, 457t Lacunae 409f, 410f
juxtaglomerular cells of, 441f, 450, 450f, in implantation, 481 DNES cells and hormones in, 392t
459t in placental development, 484 histology of, 395t
lobated, 438b of bone, 136, 137f, 138, 139f, 140, rectum and anal canal of, 395t, 409–410
lobes and lobules of, 437 151 Laryngeal aditus, 351
lymphatic supply of, 454 of cartilage, 131, 132, 133f Laryngitis, 351b
macula densa of, 440f, 441f, 448, Lamellae, of bone, 143–145, 144f Larynx, 346t, 350–351
449–450, 450f, 457, 459t interstitial, 146 Late endosomes, 30f, 33–34
medulla of, 437, 438f–439f, 440 Lamellar bodies, of pneumocytes, 360 Lateral domains, of hepatocyte, 424f, 428,
medullary rays of, 438f–439f, 439–440 Lamellar granules, 330 428f
mesangial cells of, 441, 442f, 443f Lamin A, 46t, 49 Lateral membrane specializations, of
nephrons of, 438, 438f–439f, 439–451 Lamin B, 46t, 49 epithelium, 92, 94–102
pedicels of, 442, 443f, 445f Lamin C, 46t, 49 Leaflets, of cell membrane, 12, 13, 14, 15f,
pelvis of, 437, 438f, 460 Lamina(e) 16, 16f
podocytes of, 440, 441f–444f, 450f basal. See Basal lamina. Lens
proximal tubule of, 440f, 441f, 445–447, dental, 371, 372f of eye, 515f, 518, 518f, 519f
446f, 447f elastic. See Elastic lamina. suspensory ligaments of, 515f, 517
convoluted, 439f, 445–446, 446f external, 79, 158, 170, 178, 180, of microscope
resorption in, 455 183f condenser, 2, 4f
pyramids of, 437, 438f myocardial, 175 objective, 3, 4f
renal corpuscles of, 437, 440–441, nuclear, 49 ocular, 3, 4f
440f–441f, 459t osseous spiral, 528 projection, 4f
filtration in, 455 succedaneous, 373 Lens capsule, 518
sinus of, 437, 438f Lamina densa, 79, 82f Lens fibers, 518, 519f
structure of, 437, 438f–439f glomerular, 441, 442 Leptin, mutation of, 129b
urinary pole of, 440, 441f, 445 Lamina lucida, 79, 81f–82f Leptotene, 67, 495
urine formation by, 455–458, 456f, 457t, Lamina propria Leukemia
458 defined, 126 acute myeloblastic, 246b
uriniferous tubules of, 438–452, immunological activity of, 394t, 403–404, acute myelogenous, 66b
438f–439f, 446f, 456f, 459t, 460t 405f, 406f Leukocyte(s), 225–232, 226t. See also
vasa recta of, 453 of alimentary canal, 381, 394t–395t specific types of leukocytes.
and countercurrent exchange system, of anal canal, 410 in connective tissue, 124–125
458, 460f, 460t of bladder, 461 Leukocyte adhesion deficiency, 83b
vascular pole of, 440, 441f of bronchioles, 356, 356f Leukotrienes
Kiesselbach’s area, 347b of colon, 410 basophils and, 230
Killer-activating receptors, 275 of endometrium, 476 eosinophils and, 229
Killer cells, 232 of esophagus, 384, 394t in asthma, 355b
Killer-inhibitory receptors, 275 of gallbladder, 434 in inflammatory response, 121
Kinesin of large intestine, 395t mast cell release of, 117, 120, 120f, 121t
and vesicles, 29, 31 of nasal cavity, 347, 349 neutrophil release of, 226, 228
as microtubule motor proteins, 47–48 of oviducts, 475 Leydig cells, 489, 498, 500f
in axonal transport, 192 of small intestine, 394t–395t, 400, 400f, Ligand, 18, 20
Kinetochore, 64 401f, 403f in receptor-mediated endocytosis, 32, 33f
Kinocilium, 529, 530f, 531f of stomach, 387–393, 394t Ligand-gated channels, 18
Klinefelter syndrome, 56b, 495b of trachea, 353 Light cells
Kohn pores, alveolar, 359f, 360 of ureter, 460 of saccule and utricle, 529
Krause end bulb, 334, 512f, 514 of urethra, 462 of taste buds, 378
Krebs cycle, 40 of vagina, 485 Light chains
Kupffer cells, 123, 123f, 426, 426f, 427f, Lamina rara, of glomerulus, 441–442 of immunoglobulin, 278, 278f
433 Lamina reticularis, 79, 80, 81f–83f of myosin, 165, 182
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 556

556 䡲 䡲 䡲 Index

Light meromyosin, 164f, 165 Liver (Continued) Lymph, 251, 270


Light microscopy, 1–7 hormone degradation by, 433 Lymph node(s), 290–293, 291f
advanced visualization procedures in, 3, immune function of, 433 cortex of, 291, 291f, 292f
5–6, 5f–8f Kupffer cells of, 123, 123f, 426, 426f, enlargement of, 291b
digital imaging techniques in, 3 427f, 433 histophysiology of, 293
interpretation of microscopic sections in, lipid metabolism in, 431 infection spread via, 293b
3, 4f lobes of, 422, 424f location of, 270, 290
microscope for, 2–3, 4f lobules of, 425–426, 425f medulla of, 291f, 292–293, 293f
tissue preparation for, 1–2, 3t classical, 423, 425, 425f metastasis to, 271b, 293b
Light zones, of lymphoid nodule, 292 perisinusoidal space (of Disse) of, 426, paracortex of, 292
Limbus 427f, 428f structure of, 290, 291f
of eye, 516 portal areas (triads) of, 423–425, 424f vascularization of, 293
of spiral lamina, 533 protein synthesis in, 429f, 430, 430f, Lymph vessels, 270–271, 270f, 290, 291,
Limiting membrane 431–433, 432f 291f
external regeneration of, 433 Lymphatic anchoring filaments, 270, 270f
of ependymal cells, 196 sinusoids of, 424f, 425, 426, 426f, 427f Lymphatic capillaries, 288, 289
of retina, 520f, 524 structure of, 423–430, 424f Lymphatic dissemination theory, of
inner, of retina, 520f, 525 vascular supply to, 423–425, 424f, 425f endometriosis, 478b
internal, of ependymal cells, 196 vitamin storage in, 432–433 Lymphatic ducts, 270, 271
Limiting plates, of liver, 424, 424f, 426, 426f Lobar arteries, of kidney, 453 Lymphatic vascular system, 251, 270–271,
Linear movements, 534 Lobar bronchi, 354 270f, 290–293, 291f
Lines of Owen, 370 Lobated kidney, 438b of kidney, 454
Lingual papillae, 377–379, 377f, 378f Lobe(s) of lungs, 365
Lingual tonsils, 301, 377f of glands, 107 of small intestine, 402–403
Lining mucosa, 367, 376 of kidney, 437 Lymphoblast, 239t
Link proteins, 71 of thymus, 287 Lymphocyte(s), 231–232, 232f
Linker DNA, 52 of thyroid gland, 313 B. See B lymphocytes (B cells).
Lipid(s) Lobular carcinoma, 488b cloning of, 276–277
emulsification of, 405, 407f Lobule(s) features of, 226t
in cytoplasm, 41 hepatic, 425–426, 425f formation of, 239t, 247, 249
in hepatocytes, 430, 431f classical, 423, 425, 425f functions of, 231–232
in mammary glands, 487, 487f of bronchopulmonary segment, 364 in connective tissue, 125
in neurons, 189 of glands, 107 structure of, 220f, 222f, 231–232, 232f
liver metabolism of, 431 of kidney, 437 T. See T lymphocytes (T cells).
transport of, 116, 119f of mammary glands, 485 types of, 231
Lipid antigens, 283 of thymus, 288, 288f Lymphoid cell(s), 278, 280–284
Lipid bilayer, of cell membrane, 13 Lobuli testis, 489, 490f antigen-presenting cells as, 284, 284t
Lipofuscin Longitudinal muscle B lymphocytes as, 278, 280
in cytoplasm, 42 of myometrium, 477 interaction among, 284–287
in neurons, 189, 190f of ureter, 460 major histocompatibility molecules as,
Lipoid nephrosis, 445b Longitudinal section, 4f 283–284
Lipolysis, 321 Loop of Henle. See Henle’s loop. natural killer cells as, 283
Lipomas, 129b Loose connective tissue, 126, 126b T lymphocytes as, 280–283, 281t
Lipoprotein(s) Low-density lipoprotein (LDL), 221t, 319 Lymphoid cell lines, 238
low-density, 221t, 319 Lubricin, in synovial fluid, 156 Lymphoid nodules, 291–292, 291f, 292f, 293
plasma, 221t Luminal spoke (middle) ring, 50, 54f of alimentary tract, 382f
very-low-density, 116, 221t, 430, 431 Luminal surface, of small intestine, 398, of pharyngeal tonsil, 299, 301f
Lipoprotein lipase, 116, 119f 398f–401f of small intestine, 399f
Liposarcomas, 129b Lung(s). See also Pulmonary entries; of spleen, 294f, 296
Lipotropic hormone (LPH), 309 Respiratory system. Lymphoid organ(s), 287–299
Lips, 367–368 gas exchange in, 358f, 363–364 bronchus-associated lymphoid tissue as,
Liquor folliculi, 467t, 468 gross structure of, 364–365 299
Littre glands, 462 Lunula, 344 gut-associated lymphoid tissue as,
Liver, 422–433, 424f. See also Hepatic; Luteal phase, of menstrual cycle, 480, 480f 298–299, 300f
Hepato- entries. Luteinizing hormone (LH) lymph nodes as, 290–293, 291f
acinus of, 425f, 426 in male reproductive system, 499, 500, mucosa-associated lymphoid tissue as,
bile manufacture by, 430–431, 432f 501f 298–301
capsule of, 423 in ovulation, 465, 469, 471–474, 472f, primary (central), 276, 287
carbohydrate metabolism in, 431–433, 473t secondary (peripheral), 276, 287
432f interstitial cell-stimulating hormone as, spleen as, 293–298, 294f, 295f
detoxification of drugs and toxins by, 310 thymus as, 287–290, 288f, 290b
433, 433b physiologic effects of, 307t, 309 tonsils as, 299, 301, 301f
disorders of, 429b, 430b, 432b Luteinizing hormone (LH) receptors, 468, Lymphoid system. See Immune system.
ducts of, 427–430, 434 473 Lymphoid tissue
hepatocyte (limiting) plates of, 424, 424f, Luteinizing hormone-releasing hormone bronchus-associated, 299
426, 426f (LHRH), 306, 307t, 309, 465, 472, gut-associated, 298–299, 300f
hepatocytes of. See Hepatocyte(s). 473t, 474t mucosa-associated, 298–301, 300f, 301f
histophysiology of, 430–433, 432f Luteolysis, 471 Lymphokines, 232
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 557

Index ■ ■ ■ 557

Lymphopoiesis, 239t, 247, 249 Major histocompatibility complex (MHC) Masticatory mucosa, 367, 376
Lysosomal acid maltase deficiency, 41t molecules (Continued) Matrix granules, 40
Lysosomal hydrolases, 142 loading of epitopes on, 283–284 Matrix space, mitochondrial, 39f, 40
Lysosomal proteins, transport of, 30–31, 31f synthesis of, by Langerhans cells, 384 Maturation, of lens fibers, 518
Lysosomal storage disorders, 36b, 37t Malabsorption, 406b Maturation phase, of spermiogenesis, 496,
Lysosomes, 14f, 30f, 35–36, 36f Male infertility, 490b 497f
formation of, 35 Male pronucleus, 481 Maturation zone, 151
in leukocytes, 225 Male reproductive system, 489–510, 490f Mature (graafian) follicles, 465f, 467t, 469,
in neurons, 190f accessory genital glands in, 490f, 504–507 474
in platelets, 233, 233f, 236t bulbourethral glands in, 489, 490f, 507 McArdle’s syndrome, 41t
transport of substances into, 35–36 ductuli efferentes in, 489, 490f, 502, 502t Mechanically gated channels, 18
Lysozyme(s) ductus (vas) deferens in, 489, 490f, 502t, Mechanoreceptors, 511–514
in esophagus, 384 504 encapsulated, 335, 512f, 513–514, 513f
in lacrimal fluid, 526 ejaculatory duct in, 490f, 502t, 504 Merkel cell-neurite complexes as, 332
in oral cavity, 367 epididymis in, 489, 490f, 502t, 503–504, nonencapsulated, 512, 512f
in saliva, 416 504f Mechanotransduction, 140
in small intestine, 401 genital ducts in, 501–502, 502t Meckel’s diverticulum, 403b
in stomach, 393 interstitial cells of Leydig in, 489, 498, Median eminence, 305f, 306f
Lysyl hydroxylase deficiency, 78b 500f Mediastinum testis, 489
penis in, 489, 490f, 507–510, 507f Medulla
M prostate gland in, 490f, 505–506, 505f, of hair shaft, 341, 341f
506f of lymph nodes, 291f, 292–293, 293f
M (microfold) cells, 299, 400, 404, 405f, rete testis in, 489, 490f, 501–502, 502t, of suprarenal glands, 312t, 318, 322–324,
406f 503f 322f
M line, in skeletal muscle, 160, 162 seminal vesicles in, 489, 490f, 505, 505f ovarian, 471
M phase, 62, 62f–64f seminiferous tubules in, 489, 490–498, renal, 437, 438f–439f, 440
Macrophage(s), 122–123 490f–492f thymic, 288f, 289, 289f
activated, 123 Sertoli cells in, 491–493, 492f Medullary collecting tubules, 446f, 451
alveolar, 359f, 361, 361b, 362f, 363 spermatogenic cells in, 492f, 493–498, Medullary rays, 437, 438f, 440f
crystalloid inclusions in, 42, 42f 494f, 496f Medullary sinuses, of lymph node, 291, 291f
development and distribution of, 123, testes in, 489–498, 490f Medullipin, 452
123f, 246 tubuli recti in, 489, 501, 502t Megacolon, congenital, 186b
elicited, 123 Malignant melanoma, 335b Megakaryoblast, 239t, 246–247
fixed, 123 Malleus, 527, 527f, 535 Megakaryocyte, 237f, 239t, 247, 249f
free, 123 Malpighian layer, 328f, 330 Meibomian glands, 525
function of, 123, 231 MALT (mucosa-associated lymphoid Meiosis, 66–68
in bone marrow, 237 tissue), 298–301, 300f, 301f chromosome abnormalities due to, 68b
in fixed connective tissue, 122–123, 122f Mammary glands, 485–488 equatorial division (meiosis II), 66, 67f,
in innate immune system, 273–274 lactating (active), 486–488, 486f, 487f 68
in loose connective tissue, 126 resting (nonsecreting), 486 of oocytes, 464, 466, 469
in lymph nodes, 291 Mammotrophs, 308, 309f of spermatocytes, 492f, 493–495, 494f
in phagocytosis, 32, 231 Manchette, 496 reductional division (meiosis I), 66–67,
in renal interstitium, 452 Mannitol, 214b 66f
in spleen, 296, 297, 299f Mannose, phosphorylation and removal of, Meiosis-inducing substance, 464, 469
origin of, 112f, 231 27, 30–31, 30f, 35 Meiosis-preventing substance, 464
resident, 123 Mannose-6-phosphate receptors, 31, 35 Meissner corpuscles, 328f, 334, 512f, 513,
structure of, 122, 122f, 231 Mantle, of lymphoid nodule, 292 513f
TH1 cell activation of, 286–287, 287f Marfan syndrome, 79b, 257b Meissner’s plexus
TH1 cell interaction with, 286–287, 287f Marginal cells, in cochlear duct, 532 of digestive tract, 381, 383, 401
tingible body, 289 Marginal fold, of capillary, 260 of parasympathetic nervous system, 210
Macrophage colony-stimulating factor (M- Marginal sinuses, of spleen, 294f, 295f, 296 Melanin
CSF), 140, 242t Marginal zone, of spleen, 291f, 294f, 295f, epidermal, 332, 332b
Macula 296, 297f in cytoplasm, 42
of saccule, 528f, 529, 531f Margination, of neutrophils, 243 in neurons, 187, 189
of utricle, 528f, 529, 530f, 531f Marrow. See Bone marrow. α-Melanocyte-stimulating hormone (α-
Macula densa, 440f, 441f, 448, 449–450, Marrow cavity, 136 MSH), 310
450f, 457, 459t Martinotti cells, 215 Melanocytes
Macula lutea, 515f, 520 Masson’s trichrome stain, 3t in epidermis, 332–333, 334f, 341
Maculae adherentes, 97f, 99, 100f, 101b Mast cells, 117–121 in iris, 518
Major basic protein, of eosinophil, 229 activation and degranulation of, 118, Melanoma, malignant, 335b
Major dense line, 197 120–121, 120f Melanosomes, 332, 334f, 341
Major histocompatibiity complex (MHC) development and distribution of, Melatonin, 312t, 325, 325b
antigens, 231 117–118 Membrana granulosa, 465f, 469, 469t
Major histocompatibility complex (MHC) in inflammatory response, 121 Membrane, cell. See Cell membrane.
molecules, 283–284 in loose connective tissue, 126 Membrane attack complex, 273, 277b
and natural killer cells, 275, 275b mediators released by, 117, 120–121, 121t Membrane-bound antibodies, 277, 279t
and T lymphocytes, 280–281, 289 mucosal, 118 Membrane-coating (lamellar) granules,
classes of, 281–282, 283 structure of, 112f, 117, 119f 330, 336
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 558

558 䡲 䡲 䡲 Index

Membrane depolarization, 198 Metaplastic theory, of endometriosis, 478b Minus end


Membrane trafficking, 32, 33f Metarterioles, 254t, 256–257, 263, 264f of microtubules, 29, 45, 47
Membrane transport proteins, 16–19, 18f Metastasis of thin filaments, 42, 166
Membranous labyrinth, 528–534, 528f of breast cancer, 488b Mitochondria, 37–40
Membranous urethra, 462 to lymph nodes, 271b, 293b in cardiac muscle, 175, 178f
Memory, immunological, 276, 277 Methotrexate, 66b in plasma membrane enfoldings, 102
Memory cells Methyldopa, 189 inner membrane of, 39–40, 39f
functions of, 277 MHC molecules. See Major intermembrane space of, 38–39, 39f
of B lymphocytes, 232, 280, 285, 292 histocompatibility complex (MHC) matrix of, 40
of T lymphocytes, 232, 281 molecules. of hepatocytes, 429, 430f
Menarche, 463 Micelles, 405, 407f of neurons, 187
Meniere’s disease, 535b Microbodies, 36 origin and replication of, 40–41
Meningeal dura mater, 211 Microfibrils, of elastic fiber, 78–79, 79b, outer membrane of, 38–39, 39f
Meninges, 211, 212f, 213b 80f, 81f oxidative phosphorylation in, 40
Meningioma(s), 213b Microfilaments structure of, 14f, 15f, 35f, 39f
Meningitis, 213b of cardiac muscle, 177 Mitosis, 62, 62f–64f, 180t
Menopause, 463 of cytoskeleton, 14f, 42–44, 43f–45f, 44t Mitotic figures, in skin, 329–330
Menses (hemorrhagic discharge), 479 of neuron, 189–190 Mitotic spindle apparatus, 64
Menstrual cycle, 478–480, 479f, 480f of skeletal muscle, 160, 161–167, 161f, Mitotic spindle microtubules, 63f, 64
Menstruation, 478 162f, 164f, 165t, 166f Mitral valve, 267, 268b
corpus luteum of, 470, 474 of smooth muscle, 181 Mixed glands, 104, 104f, 109
Mercaptans, 409 Microfold (M) cells, 299, 400, 404, 405f, Mixed peripheral nerves, 206
Merkel cell(s), 328f, 332, 333f, 512 406f Mixing contractions, of small intestine, 405
Merkel cell-neurite complexes, 332 Microglial cells (microglia), 123, 196, 218 Modiolus, 528
Merkel’s disks, 512, 512f Microphages. See Neutrophil(s). Molars (accessional teeth), 368, 373
Merocrine glands, 104–105, 105f, 488 Microscope Molecular layer
Meromyosin compound, 2, 4f of cerebellar cortex, 215
heavy, 164f, 165, 181 light, 2–3, 4f of cerebral cortex, 215
light, 164f, 165 scanning electron, 4f Möll
Mesangial cells, 441, 442f, 443f transmission electron, 4f glands of, 338, 525
extraglomerular, 441, 450 Microscopic sections, interpretation of, 3, space of, 424
intraglomerular, 441, 442f, 443f, 445, 450 4f Monocyte(s), 230–231
Mesaxons, 192f, 197, 198f Microscopy features of, 226t
Mesenchymal cells confocal, 7, 8f, 9f formation of, 239t, 246
in cartilage, 132, 133 electron, 7–10 functions of, 123, 231
in embryonic connective tissue, 125–126 light, 1–7 in phagocytosis, 32, 231
in intramembranous bone formation, Microsomal mixed-function oxidases, 433 origin of, 112f
146, 146f Microspikes, 43 structure of, 220f, 222f, 231
origins of, 112f Microtubule(s) Monocyte colony-stimulating factor (M-
Mesenchymal connective tissue, 125 in axons, 191, 192 CSF), 241, 242t
Mesenchyme, 111 in cilia, 91–92, 95f, 96f Monocytopoiesis, 239t, 246
Mesenteric ganglia, 209f singlets and doublets of, 91, 348 Monoglycerides, absorption and processing
Mesentery, 382f subunits of, 91–92 of, 407f
Mesoblastic phase, of prenatal in cytoplasm, 45–46, 46b, 47f Monoiodinated tyrosine (MIT), 314–315
hemopoiesis, 238 in neurons, 189, 190, 190f Monomer, 279t
Mesoderm, 111, 327 mitotic spindle, 63f, 64 Mononuclear phagocyte system, 123, 140,
Mesodermal germ layer, 85 polar, 64 196, 231
Mesonephros, 466 Microtubule-associated proteins (MAPs), Monosomy, 56b, 68b
Mesothelial cell, 112f 47–48, 47f Morgagni, rectal columns of, 410
Mesothelial epithelium, 463, 464f, 466 in neurons, 190 Morphodifferentiation, in odontogenesis,
Mesothelium, 269 Microtubule organizing center (MTOC), 373
Mesovarium, 463, 464f 29, 45, 63–64 Morula, 481f, 482
Messenger ribonucleic acid (mRNA), 21, Microvilli Motilin, 392t
24, 57–59, 58f of cytoplasm, 14f, 35f, 43 Motor component
Messenger ribonucleoprotein (mRNP), 58 of epithelium, 90–91, 91f–94f of autonomic nervous system, 207
Metachromasia, 2 of hepatocyte, 426 of peripheral nervous system, 185, 206
Metachromatic stain, 2 of parietal cells, 389, 390f of somatic nervous system, 207, 207f
Metalloproteinases, 142 of renal corpuscle, 441f Motor end plates, 169
Metamyelocytes, 239t, 240f, 248t of small intestine, 398, 399 Motor endings, 511
Metaphase Midbody, 65, 65f Motor neurons, 13f, 169, 189f, 193
meiotic, 66f, 67 Middle piece, of spermatozoon, 496, 497f, α-efferent, 169, 173, 174f
in oocytes, 469 498 γ-efferent, 173, 174f, 175b
in spermatocytes, 495 Middle ring, of nuclear pore complex, 50 Motor unit, 169
mitotic, 64, 64f Milk ejection reflex, 488 Mounting, 2
Metaphase II, 67f, 68 Milk production, 486, 488 Mucin, 104, 352, 352f, 400
Metaphase plate, 64 Milk teeth, 368, 373 Mucinogens, 104, 106, 400
Metaphysis, 143 Mineralized components, of teeth, 368–370 Mucoid cells, of eccrine sweat gland, 337,
Metaplasia, 102b, 354b Mineralocorticoids, 312t, 319, 320, 321 337f
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 559

Index ■ ■ ■ 559

Mucopolysaccharidosis (MPS), 37t Muscle(s) (Continued) Muscle contraction (Continued)


Mucosa extrinsic smooth, 180t, 181, 182, 184f
anal, 410 of eye, 515, 515f uterine, 477
masticatory, 367, 376 of larynx, 351 Muscle cramps, 318b
of alimentary canal, 381, 382f of tongue, 376 Muscle fibers
of bladder, 461 fine structure of, 160–167 cardiac, 175, 177, 178f–179f
of esophagus, 383–384, 384f Golgi tendon organs of, 171–172, 175, intermediate, 157
of gallbladder, 434, 434f 175b red, 157, 158t
of nasal cavity, 349, 350b innervation of, 157, 158t, 168–169 skeletal, 157, 158t, 160–167
of oviducts, 474–475, 475f intrinsic smooth, 179–180, 181f–183f
of small intestine, 398–402 of larynx, 351 white, 157, 158t
of stomach, 386–393, 386f of tongue, 376, 377f Muscle phosphorylase deficiency, 41t
of trachea, 351–353, 352f investments of, 158, 159f Muscle spindles, 171–173, 174f, 175b,
of ureter, 460 light microscopy of, 158, 160, 160f–162f 512f, 514
of vagina, 485 muscle spindles of, 171–173, 174f, Muscle tetany, 290b, 318b
olfactory, 347f 175b, 512f, 514 Muscular arteries, 254t, 255–256, 255f
oral, 367, 376 myofibrils in, 157, 160, 161–167, 161f, Muscularis
specialized, in taste perception, 367 162f, 164f, 165t, 166f of oviduct, 475
Mucosa-associated lymphoid tissue myotendinous junctions of, 168 of ureter, 460
(MALT), 298–301, 300f, 301f neuromuscular junctions of, impulse of vagina, 485
Mucosal glands, of prostate, 506 transmission at, 169–172, Muscularis externa
Mucosal mast cells, 118 169f–172f of alimentary canal, 381–382, 382f,
Mucous acinus(i), of salivary gland, 104f, proteins associated with, 165t 394t–395t
108f, 414, 414f regeneration of, 180t, 183 of anus, 395t, 410
Mucous aspect, of lip, 368 sarcomeres in, 160, 161f, 162f of colon, 395t, 407, 409
Mucous cells sarcoplasmic reticulum in, 157, 158t, of esophagus, 384, 394t
esophageal, 384 160–161, 163f of large intestine, 395t
of salivary gland, 108f, 414, 414f, 415f T tubules in, 160, 163f of small intestine, 394t–395t, 402
Mucous glands triads in, 160, 162f, 163f of stomach, 393, 394t, 396
function of, 104 types of muscle fibers in, 157, 158t Muscularis mucosae
of bladder, 461 smooth, 179–183 of alimentary canal, 381, 394t–395t
Mucous neck cells, 387–388, 389f arrector pili muscles as, 328f, 329, of anus, 395t, 410
Mucous tissue, 126 335, 341–342 of esophagus, 384, 394t
Mucus characteristics of, 159f, 180t of large intestine, 395t
mucin in, 104 contraction of, 182, 184f of small intestine, 394t–395t, 401, 403f
of colon, 409 fine structure of, 181–182, 183f of stomach, 386f, 391, 393, 394t
of small intestine, 352, 352f, 400 in reticular layer, of dermis, 335 Myasthenia gravis, 173b, 364b
of stomach, 386, 396 innervation of, 182–183 Myelin
soluble, 396 intermediate, 183 oligodendrocytes and, 191f, 195
visible, 386, 387, 387f, 396 light microscopy of, 179–180, tubular, 361
Müller cells, retinal, 520f, 525 181f–183f Myelin sheath, 191, 197f, 206
Multicellular glands, 106–107, 107f–109f multiunit, 179, 182 Myelinated axons, 191, 191f, 192f, 196
Multiform layer, of cerebral cortex, of bronchioles, 356b in neuromuscular junction, 169, 171f
215 of ciliary body, 517 of peripheral nerves, 206, 206t
Multilocular fat cells, 115, 116, 118f, of gallbladder, 434 Myelination, 191f, 197
128–129 of myometrium, 477 Myeloblast(s), 239t, 240f, 243, 247f,
Multipass proteins, 14, 19 of prostate gland, 506 248t
Multiple sclerosis (MS), 199b of pupil, 515f, 518 Myeloblastic leukemia, acute, 246b
Multipolar neurons, 189f, 193 of seminal vesicles, 505 Myelocytes, 239t, 240f, 248t
Multipotential hemopoietic stem cells of spleen, 293 Myelogenous leukemia, acute, 66b
(MHSCs), 238 of ureter, 460 Myeloid cell lines, 238
Multivesicular bodies, 33f, 35 regeneration of, 180t, 183–184 Myeloid phase, of prenatal hemopoiesis,
Mumps, 417b unitary (single-unit, vascular, visceral), 238
Muscle(s), 157–184 179, 183 Myenteric plexus, 405. See also Auerbach
cardiac, 175–179, 176f, 177f sphincteral plexus.
characteristics of, 159f, 180t of anus, 410 Myoblasts, 157
contraction of, 175, 180t of esophagus, 385 Myocardial infarct, 237b
intercalated disks of, 175, 176f, 177, of gastrointestinal system, 383 Myocardium, 175, 267, 267f, 268, 268f,
178f–179f of pupil, 515f, 518 269f
organelles of, 177–179 of urethra, 462, 462b Myoepicardial mantle, 175
regeneration of, 183 of urinary bladder, 462 Myoepithelial cells
involuntary, 179 striated, 157, 158f characteristics of, 107, 109f, 184
regeneration of, 180t, 183–184 of facial expression, 335 of eccrine sweat gland, 337f, 338
skeletal, 157–175 Muscle contraction of salivary gland, 414, 414f
characteristics of, 159f, 180t cardiac, 175, 180t Myofibrils, 157, 180t
contraction and relaxation of, 167–169, of small intestine, 405 structural organization of, 160, 161–167,
168f skeletal, 160–161, 167–169, 168f, 180t 161f, 162f, 164f, 165t, 166f
development of, 157 energy sources for, 167–168 Myofibroblasts, 114–115, 184, 374
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 560

560 䡲 䡲 䡲 Index

Myofilaments Negative feedback mechanism, for Neuroepithelial bodies, pulmonary, 353


of cardiac muscle, 177 glucocorticoids, 322 Neuroepithelial cells
of skeletal muscle Nephrons, 438f, 439–451 of organ of Corti, 532f, 534
thick, 157, 161, 162, 164f, 165–166, cortical, 438f–439f, 439, 448t of saccule and utricle, 529, 530f, 531f
166f distal tubule of, 448–451, 449f of semicircular ducts, 530, 531f
thin, 161–162, 164, 164f, 166–167, 166f convoluted, 439f, 446f, 448, 449, 449f, Neuroepithelium, 185
of smooth muscle, 180, 181 459t Neurofibrils, 189
Myoglobin pigments, 157 juxtamedullary 436, 438f–439f, 439–440, Neurofilaments, 45, 46t, 189
Myoid cells, 491 456 Neuroglial cells, 193–197, 193f, 194f
Myomesin, 162, 165t proximal tubule of, 440f, 441f, 445–447, astrocytes as, 193, 194f, 195
Myometrium, 464f, 477, 478b 446f, 447f, 459t defined, 185
Myosin convoluted, 439f, 445–446, 446f ependymal, 196, 211
in contractile bundles, 43 resorption in, 455 microglial, 123, 196, 218
in cytokinesis, 65–66 renal corpuscles of, 437, 440–441, oligodendrocytes as, 191f, 195–196,
in cytoplasm, 43, 44t 440f–441f, 459t 195f
in eccrine sweat glands, 338 filtration in, 455 Schwann cells as. See Schwann cells.
in epithelial microvilli, 90–91 thin limbs of Henle’s loop of, 446f, Neurohormones, 203
Myosin II 447–448, 448t, 459t Neurohypophysis, 305f, 310–311, 311f
in cytoplasm, 43, 44t Nephrosis, lipoid, 445b Neuromodulators, 203
in smooth muscle, 181, 182 Nerve(s) Neuromuscular junctions, impulse
in thick filaments, 43 functional classification of, 206, 206t transmission at, 169–172, 169f–172f
of skeletal muscle, 161, 165–166, 165t regeneration of, 216–218 Neuron(s), 186–193
in vesicle formation, 31 Nerve bundle, 204, 205f axon of, 190–192, 191f, 192f
molecular structure of, 164f, 165 Nerve deafness, 536b defined, 186, 188f
Myosin light chain kinase, 182 Nerve impulses, generation and conduction hypothalamic, 306
Myosin phosphatase, 182 of, 198–204, 199f, 200f myelinated, 191, 191f, 192f, 196
Myosin V, in cytoplasm, 43, 44t Nerve supply in neuromuscular junction, 169,
Myostatin, 183 to alimentary tract, 382–383 171f
Myotendinous junctions, 168 to blood vessels, 253 of olfactory cell, 348
Myotubes, 157 to hair (neuroepithelial) cells, 528, 531f of parasympathetic nerves, 210
Myxedema, 316b to kidneys, 454 type Ib, 175
to lungs, 365 unmyelinated, 191, 192f, 197
N to skeletal muscle, 168–169, 207, 207f bipolar, 189f, 192–193
to smooth muscle, 182–183 in retina, 520f, 524
+
Na . See Sodium entries. Nervous system, 185–218 cell body (soma, perikaryon) of, 186,
Na+-K+-ATPase, 19, 428 autonomic (involuntary, visceral), 185, 186f, 187–190, 187f, 207, 210
Na+-K+ pump, 19, 198 207–210, 209f classification of, 187, 189f, 192–193
NADH dehydrogenase complex, 40 cells of, 186–198 cytoskeleton of, 189–190
NADPH oxidase, 228 neuroglial, 185, 193–197, 193f, 194f dendrites of, 186, 188f, 190, 190f
hereditary deficiency of, 228b neurons as, 186–193 inclusions in, 187, 189
Nail(s), 343–344, 343f, 344f central. See Central nervous system interneurons, 193, 211
Nail bed, 343, 344f (CNS). motor (efferent), 169, 189f, 193
Nail folds, 343, 344 development of, 185–186, 186b α-motor, 169, 173, 174f
Nail grooves, 344 enteric, 382–383 γ-motor, 173, 174f, 175b
Nail matrix, 343 ganglia of, 186, 187f, 208, 210, 211f multipolar, 189f, 193
Nail plate, 343 generation and conduction of nerve plasticity of, 218
Nail root, 343, 343f impulses in, 198–204, 199f, 200f postganglionic, 208, 209f, 210, 325
Naïve cells, 277, 281 neurotransmitters in, 18, 200, 201, preganglionic, 207–208, 209f, 210
Naris, 345 203–204, 204b, 204t Purkinje, 189f
Nasal cavity, 345, 346t, 347–350 parasympathetic, 208, 209f, 210, 508 pyramidal, 189f
anterior portion (vestibule) of, 345, 347 peripheral, 185, 204–206, 206t receptors for, 185, 200
disorders of, 347b, 350b regeneration of nerves in, 216–218 sensory (afferent), 169, 193
histophysiology of, 349–350 somatic, 185, 206–207, 207f structure and function of, 186–187,
mucosa of, 349, 350b sympathetic, 208, 209f, 509 186f–189f
olfactory region of, 346t, 347–349, 347f synapses in, 200–203, 201f, 202f, 524, 525 unipolar (pseudounipolar), 189f, 193
posterior aspect of, 347 tumors of, 192b Neuropeptides, 203, 204t
Nasal conchae, 345 Neural crest, in odontogenesis, 371 Neurophysin, 310, 311
Nasal vestibule, 345, 346t Neural crest cells, 185–186 Neuropil, 210, 212f
Nasolacrimal duct, 526 Neural groove, 185 Neurosecretory cells, hypothalamic, 305f,
Nasopharynx, 346t, 350 Neural plate, 185 306f
Natural killer (NK) cells, 232, 273, 275, Neural tube, 185 Neurosecretory hormones, hypothalamic,
275b, 283 Neural tunic. See Retina. 305–306
Natural T reg cells, 282 Neuro-reticular complex, 257f Neurotendinous spindles (Golgi tendon
Navicular fossa, 462 Neuroblastoma, 192b organs), 171–172, 175, 175b, 512f,
Nebulin, 164, 164f, 165t Neurocrine substances, of DNES cells, 391 514
Neck, of spermatozoon, 497f, 498 Neuroendocrine system, diffuse. See Neurotensin, 203, 392t
Necrosis, of functionalis layer of Diffuse neuroendocrine system Neurotoxin(s), 173b
endometrium, 479 (DNES) cells. eosinophil-derived, 229
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 561

Index ■ ■ ■ 561

Neurotransmitter(s), 203–204, 204t Norepinephrine (Continued) Odontoblastic process, 370, 374


binding to gated ion-channel receptors, release of Odontoblastic zone, 371
200 by blood vessels, 253 Odontoclasts, 370
disorders of, 204b by pinealocytes, 325 Odontogenesis, 371–374, 372f
excitatory and inhibitory, 18 by suprarenal medulla, 324 Odor receptor molecule, 350
groups and functions of, 203, 204t Norepinephrine receptors, on adipose cells, Olfactory bulb, 350
in synapse, 200 128 Olfactory cells, 347–348, 348f, 349f
in synaptic vesicles, 201 Nuclear bag fibers, 172, 174f Olfactory cilia, 347f, 348
Neurotransmitter-gated channels, 18 Nuclear basket, 51, 54f Olfactory epithelium, 347, 348f
Neurotrophins, 218 Nuclear chain fibers, 172, 174f Olfactory mucosa, 347f
Neutral proteases Nuclear envelope, 14f, 49–52, 51f, 52f Olfactory receptor cell, 348f, 350
in inflammatory response, 121 Nuclear export signals (NES), 52 Olfactory region, 346t, 347–349, 347f
in mast cells, 117, 121t Nuclear factor kappa B, receptor for Olfactory vesicle, 348, 348f
Neutrophil(s), 225–228 activation of (RANK), 140, 141 Oligodendrocytes, 191f, 195–196, 195f, 197
features of, 226t Nuclear factor kappa B ligand, receptor for Oligodendrogliomas, 192b
formation of, 239t, 240f, 243, 247f, 248t activation of (RANKL), 138, 140, 141 Oncogenes, 61, 66b
functions of, 125, 225, 227–228, 228f Nuclear lamina, 49 Oocytes
granules of, 225, 226t, 227f Nuclear lamins, 45, 46t primary, 464, 466, 466f, 467t
in innate immune system, 275 Nuclear layer secondary, 469
in phagocytosis, 32, 125, 227–228, 228f inner, of retina, 520f, 524–525 Oogonia, 463–464
margination of, 243 outer, of retina, 520f, 524 Open circulation theory, of spleen, 295, 295f
origin of, 112f Nuclear localization signals (NLS), 52 Opioid peptides, 203, 204t
structure of, 220f, 222f, 225, 227f Nuclear matrix, 60 Opsin, 522
Neutrophil chemotactic factor (NCF) Nuclear membrane, 49, 51f, 52f, 54f Opsonins, 279t
in inflammatory response, 121 Nuclear pore(s), 49–52, 51f–53f Opsonization, 297
mast cell release of, 117, 120f, 121t Nuclear pore complex, 50–52, 54f Optic disk, 520
Neutrophilic band, 248t Nuclear ring, 53–54, 54f Optic nerve, 515f
Neutrophilic metamyelocyte, 239t, 240f, Nuclear thyroid hormone receptor Optic nerve fiber layer, of retina, 520f, 525
248t proteins, 315 Ora serrata, 515f, 519
Neutrophilic myelocyte, 239t, 240f, 248t Nucleocytoplasmic shuttling (NS) signals, Oral cavity, 367–379
Neutrophilic stab cell, 239t, 240f, 248t 52 gingiva (gums) in, 368f, 369f, 376
Newborn, respiratory distress of, 361b Nucleolar matrix, 60 lips in, 367–368
Nexin, 91–92 Nucleolar-organizing regions (NORs), 60, oral mucosa in, 367
Nexus. See Gap junctions. 65 palate in, 376
Nicotinamide adenine dinucleotide Nucleolus, 14f, 15f, 49, 50f, 51f, 52f, teeth in, 368–376, 368f, 369f
(NADH), 40 60–61, 61b tongue in, 376–379, 377f
Nicotinamide adenine dinucleotide Nucleolus-associated chromatin, 60 Oral epithelium, in odontogenesis, 371, 372f
(NADH) dehydrogenase complex, 40 Nucleoplasm, 49, 60 Oral mucosa, 367, 376
Nidi of crystallization, 151 Nucleoplasmic ring, 53–54, 54f Orcein’s elastic stain, 3t
Nidogen, 73 Nucleoporins, 52 Organ(s), 11, 85
Niemann-Pick disease, 37t Nucleosomes, 52 Organ of Corti, 532f, 533, 533f, 535
Nipple, 486, 488 Nucleotide(s), 57–58 neuroepithelial cells of, 532f, 534
Nissl bodies, 13f, 187, 190f Nucleotide-gated channels, 18 supporting cells of, 532f, 533–534
Nitric oxide (NO) Nucleus(i) Organ system(s), 11
as neurotransmitter, 203 of cell, 15f, 49–68 Organelle(s), 11–41, 14f, 15f
in gas exchange, 363–364 chromatin in, 52, 55–61, 55f annulate lamella as, 41
in penile erection, 508, 510b of muscles, 180t cell membrane as, 11–22, 15f, 16f, 17f
in signaling, 20 of neuron, 187, 187f defined, 11
in vasodilation, 258 of smooth muscles, 180, 180t, 182f endoplasmic reticulum as. See
inhibition of platelet aggregation by, 233 of white matter, 210 Endoplasmic reticulum (ER).
Nociceptors, 511, 514 Nucleus pulposus, 135, 136b endosomes as, 30f, 33–35, 35f
Nodes of Ranvier, 188f, 195, 196, 197f, 206 Nuel, space of, 534 Golgi apparatus as, 14f, 15f, 27–32,
Non-snRNP splicing factors, 58 Null cells, 232 28f–30f, 71, 75, 77f
Nondisjunction, 68b Nurse cells, 241 lysosomes as, 14f, 35–36, 36f, 225, 233,
Nonmembranous structures, of nuclear Nutrition, and bone growth, 155, 155b, 236t
pore, 50 155t mitochondria as. See Mitochondria.
Nonpolar fatty acyl tails, in cell membrane, of cardiac muscle, 177–179
13, 16f O peroxisomes as, 36, 38f
Nonsteroidal anti-inflammatory drugs polyribosomes as, 24
(NSAIDs), and ulcers, 398b Obesity, 129b proteasomes as, 37, 283
Nontropical sprue, 406b Objective lens, 3, 4f ribosomes as, 22, 24–25
Norepinephrine Oblique section, 4f Orthochromatophilic erythroblast, 239t,
as neurotransmitter, 203, 204t Obstructive jaundice, 432b 240f, 245f, 246t
in autonomic nervous system, 208 Occluding junctions, 94 Orthogonal arrays of particles (OAPs), 101f
in blood pressure regulation, 312t Occludins, 94 Orthograde degeneration, 218
in fat release, 117 Ocular lens, 4f Orthokeratinization, of gingiva, 376
in smooth muscle synapses, 182 Oddi, sphincter of, 434, 434t Osmium tetroxide, as fixative, 9
production of, 318, 322, 324 Odontoblast(s), 370, 371, 373f, 374, 374f Osseous spiral lamina, 528, 532f
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 562

562 䡲 䡲 䡲 Index

Ossicles, 527, 527f, 535 Ovary(ies), 463–475, 464f Papillomaviruses, 335b


Ossification cortex of, 463–471, 465f, 466f Paracortex, of lymph nodes, 291f, 292, 292f
endochondral, 131, 147–150, 147f–150f, medulla of, 471 Paracrine signaling, 20, 104
148t Overlap regions, in tropocollagen, 74f, 77 Paracrine substances, of DNES cells, 391
intramembranous, 131, 146–147, 146f, Oviducts, 464f, 470, 474–475, 476f Parafollicular cells, of thyroid, 154, 313,
147f Ovoid cells, in hepatic ducts, 427 313f, 316
primary center of, 146, 148–149, 148t, Ovulation, 469–470 Paraformaldehyde, as fixative, 9
149f, 150f Ovum, 481 Parakeratinization, of gingiva, 376
secondary centers of, 147f, 148t, 149–150 Owen, lines of, 370 Parallel bundles, 43–44
zone of, 151 Oxidative phosphorylation, 37, 39f, 40–41 Paranasal sinuses, 350
Osteoblasts, 136, 138, 139f, 140 Oxygen exchange, 363–364 Parasympathetic fibers, postganglionic,
alkaline phosphatase in, 138b Oxyhemoglobin, 222, 363 209f, 210
factors in cell membrane of, 140 Oxyntic (parietal) cells, 386f, 387f, Parasympathetic (terminal) ganglia, 208
in bone calcification, 151 389–390, 390f Parasympathetic innervation
in endochondral bone formation, 148, Oxyphil cells, of parathyroid, 317, 317f of gut, 383
148t Oxytocin of lung, 365
in intramembranous bone formation, and milk ejection reflex, 184, 473t, 488 of salivary glands, 416
146, 146f and uterine contractions, 473t, 477 Parasympathetic nervous system, 208, 209f,
origins of, 112f as neurotransmitter, 203 210
Osteocalcin, 137 functions of, 307t, 311 in penile erection, 508
Osteoclast(s), 140–142 neurosecretion of, 310 Parathyroid glands, 316–317
bone resorption mechanism of, 142, 142f cellular organization of, 313f, 316–317
calcium ion level and, 154 P physiological effects of, 312t, 317
in endochondral bone formation, 148t Parathyroid hormone (PTH)
in phagocyte system, 123 P-face and bone, 142, 317
morphology, of, 112f, 138f, 140–142, of cell membrane, 14, 16f, 17f in blood calcium regulation, 154, 317
141f of microvillar membrane, 94, 99f physiological effect of, 312t, 317
Osteoclast-stimulating factor, 140, 154, 317 P-site, ribosomal, 22 synthesis of, 316
Osteocytes, 112f, 136, 136f, 137f, 138, Pacemaker (sinoatrial node), 267f, 268 Parathyroid hormone (PTH) receptors, on
139f, 140 Pachytene, 67, 495 osteoblasts, 140
Osteogenesis. See Bone(s), formation of. Pacinian corpuscles, 335, 512f, 513f, 514 Paratrabecular sinuses, of lymph node, 291
Osteoid, 138, 146f, 151 Pain fibers Paraventricular nuclei, 305f, 310
Osteomalacia, 155b, 155t of dental pulp, 371 Parenchyma, of gland, 103
Osteon(s), 144f, 145–146, 145f of periodontal ligament, 375 Parietal cells, 386f, 387f, 389–390, 390f, 397
Osteonectin, 73, 113, 138, 151 Pakoglobins, 99 Parietal layer, of Bowman’s capsule, 440,
Osteopontin, 137 Palate, 376 441f
Osteoporosis, 142b, 155b Palatine tonsils, 299, 377f Parietal pleura, 364
Osteoprogenitor cells, 136, 137f, 138, 147, Palatoglossal fold, 377f Parkinson’s disease, 204b
151, 152 Pale-staining fibrillar center, of nucleolus, Parotid gland, 416, 417b
Osteoprotegerin (OPG), 140, 141, 154 60 Pars ciliaris, of retina, 517
Osteoprotegerin ligand (OPGL), 140, 141, Palpebral conjunctiva, 525 Pars convoluta
154 Palpebral fissure, 525 of distal tubule, 439f, 446f, 448, 449,
Otic ganglion, 209f Pampiniform plexus of veins, 490 449f, 459t
Otitis media, 536b Pancreas, 417–422 of proximal tubule, 439f, 445–446, 446f
Otoconia, 529 disorders of, 420b, 422b, 423t Pars distalis, of pituitary gland, 305f,
Otolith(s), 529, 530f, 531f, 534 endocrine, 418f, 420–422, 420f, 421t, 306–310, 307t, 308f
Otolithic membrane, 529, 530f, 534 422b, 422f, 423t Pars fibrosa, of nucleolus, 60
Otosclerosis, 536b exocrine, 418–419, 418f, 419f Pars granulosa, of nucleolus, 60
Ouabain, inhibition of Na+-K+ pump by, 19 Pancreatic cancer, 420b Pars intermedia, of pituitary gland, 310
Outer dense fiber, of spermatozoon, 496, Pancreatic cholera, 422b Pars nervosa, of pituitary gland, 305f, 307t,
498 Pancreatic ducts, 418, 418f, 419 310–311, 311f
Outer leaflet, of cell membrane, 12, 13, Pancreatic lipase, 116 Pars recta
15f, 16, 16f Pancreatic polypeptide, 392t of distal tubule, 446f, 448, 449, 456, 457,
Outer membrane, mitochondrial, 38–39, 39f Pancreatic polypeptide (PP) cells, 420, 459t
Outer nuclear membrane, 49, 51f, 52f, 54f 421t, 422 of proximal tubule, 445, 446f, 447–448,
Outer table, of calvaria, 143, 147 Pancreatitis, acute, 420b 459t
Oval window, 527, 528, 528f, 535, 535f Pancreozymin, 419 Pars tuberalis, of pituitary gland, 310
Ovarian follicles, 463, 465–469, 465f, 467t Paneth cells, 401, 404f Passive transport, 17, 18f, 19
atretic, 471 Panniculus adiposus, 327 Pectinate line, 410
dominant, 474 Papanicolaou (Pap) smear, 478b Pedicels
graafian (mature), 465f, 467t, 469, 474 Papilla(e) of astrocytes, 194
primary, 465f, 466, 466f, 468 dental, 372, 373 of podocytes, 442, 443f, 445f
multilaminar, 465f, 466, 467t dermal, 327, 330f, 334, 336, 340 Peg cells, of oviduct, 475, 476f
unilaminar, 466, 467t duodenal (of Vater), 403, 419 Pelvis, renal, 437, 438f, 460
primordial, 465, 465f, 466, 466f, 467f, 467t lingual, 377–379, 377f, 378f Pemphigus vulgaris, 101b
secondary (antral), 465f, 467t, 468–469, renal, 437 Penicillar arteries, 294f, 295, 297f
468f, 469t Papillary collecting tubules, 437, 439, 451 Penile urethra, 462
Ovarian ligament, 464f Papillary layer, of dermis, 329t, 330f, 334 Penis, 489, 490f, 507–510, 507f
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 563

Index ■ ■ ■ 563

Pepsin, 385, 396 Phalangeal cells, of organ of Corti, 532f, Plasma, 219, 220, 221t
Pepsinogen, 384, 390, 396 533, 534 Plasma cells
Peptidyl transferase, 24 Phalangeal process, 534 in immune response, 232, 277, 280, 285
Perforins, 286, 286f Pharyngeal tonsil, 299, 301f, 350 in lymphoid nodules, 292
Periarterial lymphatic sheath (PALS), 294f, Pharyngoesophageal sphincter, 385 structure and function of, 124, 124f, 125f
295, 296 Phosphate group, in cell membrane, 13 Plasma fibronectin, 73
Periaxial space, 172 Phosphatidylglycerol, 360 Plasma lipoproteins, 221t
Peribiliary capillary plexus, 425 Phosphatidylinositol metabolites, 304 Plasma membrane. See Cell membrane.
Pericarditis, 269b Phosphocreatine, in muscle contraction, Plasma membrane enfoldings, in
Pericardium, 269 168 epithelium, 102
Pericellular capsule, of hyaline cartilage Phosphocreatine kinase, 168 Plasmalemma. See Cell membrane.
matrix, 134 Phosphodiesterase (PDE), 510b Plasmin, 236
Perichondrium Phosphogen energy system, 168 Plasminogen activators, 236
in cartilage, 131, 133t Phospholipase A Plasticity, neuronal, 218
in endochondral bone formation, 148, 148t in basophil function, 230 Platelet(s), 233–236
outer and inner layers of, 132 mast cell release of, 120 abnormalities of, 237b
structure of, 131, 132f Phospholipase C, 22 activation of, 233, 236
Perichromatin granules (PCGs), 60 Phospholipid(s), in cell membrane, 12 adhesion of, 233
Pericranium, 143 Phospholipid phosphatidylinositol aggregation of, 233–234, 235f
Pericytes bisphosphate (PIP2), 22 formation of, 237f, 246–247, 249f
in capillaries, 252, 260–261, 261f, 262f Photoreception, 521f, 522–525, 523f, 524f function of, 233–234, 235f, 236
in connective tissue, 113f, 115 Photosensory organs, 514 structure of, 220f, 222f, 233, 234f, 235f
in muscle, 184 Phrenic arteries, inferior, 318 tubules and granules of, 233, 233f, 234f,
in postcapillary venules, 265–266, 266f Pia-arachnoid, 213 236t
Perikaryon, 186, 186f, 187–190, 187f Pia-glial membrane, 194 Platelet-activating factor (PAF)
Perilymph, 528, 535 Pia mater, 212f, 213 in inflammatory response, 121
Perilymphatic space, 528 Pigment(s), in cytoplasm, 42 mast cell release of, 117, 121t
Perimysium, 158, 159f Pigment stones, 436b Platelet-derived growth factor (PDGF),
Perineurium, 205, 205f Pigmented epithelium 259b
Perinuclear cisterna, 49 of ciliary body, 517 Platelet factor 3, 234
Periodic acid-Schiff (PAS) reagent, 3t, 5 of retina, 520, 520f, 521 Pleats, of pharyngeal tonsil, 299
Periodontal ligament (PDL), 375, 375f Pillar cells, 532f, 533 Plectin, 45
dental pulp and, 371, 371f Pineal gland (pineal body), 312t, 324–325, Pleura, 364
scurvy effects on, 78b, 78f 324f Pleural cavities, 364
structure and function of, 368f, 369f, Pinealocytes, 324, 324f, 325 Plexiform layer, outer, of retina, 520f, 524
375, 375f Pinna (auricle), 526–527, 527f Plexus(es). See specific plexus, e.g.,
Periosteal bud, 147f, 149 Pinocytosis, 32, 33f Auerbach plexus.
Periosteal dura mater, 211 Pinocytotic vesicles, 32, 34f Plicae circulares, 398
Periosteocytic space, 140 in capillaries, 259–260, 263, 264f Ploidy, 56, 56f
Periosteum, 136, 143 Pit cells, 426 Pluripotential hemopoietic stem cells
Peripheral nervous system (PNS), 185, Pitch, of sound, 351 (PHSCs), 238, 239, 239t, 240b
204–206, 206t Pituicytes, 311, 311f Plus end
Peripheral proteins, in cell membrane, 13, Pituitary adenomas, 311b of microtubules, 29, 45, 47
14, 16f Pituitary gigantism, 154 of thin filaments, 42, 166
Peripheral receptors, specialized, 511–514 Pituitary gland, 304–311 Pneumocytes
Perisinusoidal space (of Disse), 426, 427f, adenohypophysis of, 304, 306–310 type I, 360, 360f
428f blood supply to, 304–306, 306f type II, 360–361, 361f, 362f
Peristalsis, 381, 383, 396, 405, 504 control of secretion of, 304, 306 Podacalyxin, 442
Peristaltic rush, 405b disorders of, 311b Podocytes, 440, 441f–444f, 450f
Peristaltic waves, 405 neurohypophysis of, 304, 305f, 310–311 Podoendin, 442
Peritricial nerve endings, 512, 512f pars distalis of, 305f, 306–310, 307t, 308f Polar body
Peritubular capillary network, 453 pars intermedia of, 310 first, 469
Perivascular glia limitans, 214 pars nervosa of, 305f, 307t, 310–311, second, 481
Perivitelline space, 480 311f Polar heads, in cell membrane, 13, 16f
Perlacan, 79 pars tuberalis of, 310 Polar microtubules, 64
Pernicious anemia, 389b structure of, 304, 305f, 306f Polar molecules, 20
Peroxisomes, 36, 38f Pituitary hormones, physiological effects of, Polarization, 198
Peyer’s patches, 299, 300f, 403 306, 307t Poliomyelitis, 364b
Phagocyte system, mononuclear, 123, 140, Placenta previa, 484b Polychromatophilic erythroblast, 239t, 240f,
196, 231 Placental barrier, 484 246t
Phagocytes, 32 Placental development, 482–484, 483f, 484f Polycystic kidney disease, 438b
Phagocytosis, 32 Placental septa, 484 Polycythemia, secondary, 241b
by Kupffer cells, 433 Plakins, 45 Polydipsia, 422b
eosinophils in, 228–230 Plaque(s) Polymerization, in microtubules, 46
macrophages in, 32, 231 anchoring, of lamina reticularis, 81f–83f disruption of, 46b
neutrophils in, 227–228, 228f attachment, of hemidesmosomes, 102, Polymorphonuclear leukocytes. See
of old erythrocytes, 297 103f Neutrophil(s).
Phagosomes, 32, 35, 227, 228f of urinary bladder, 461 Polypeptides, in hormones, 303
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 564

564 䡲 䡲 䡲 Index

Polyphagia, 422b Procentriole, 48 Prostate gland, 490f, 505–506, 505f, 506f


Polyphosphoinositide, 43 Procentriole organizers, 92 Prostate-specific antigen (PSA), 507b
Polyribosomes, 24, 25f Procollagen molecule, 75, 77, 77f, 78 Prostatic concretions, 506
Polysomes, 24, 25f Procollagen peptidases, 75, 77f Prostatic hypertrophy, benign, 507b
Polyspermy, 481 Proerythroblast, 240f, 241, 243f–245f, 246t Prostatic secretions, 506
Polyubiquinated protein, 37 Profilin, 42 Prostatic urethra, 462
Polyuria, 422b Progenitor cells, 238, 239t Proteases
Pompe’s disease, 37t, 41t Progesterone in inflammatory response, 121
Pore(s) and cervical glands, 478 in mast cells, 117, 121t
alveolar (of Kohn), 359f, 360 in female reproductive system, 473, 473t, Proteasomes, 37, 283
in capillaries, 262, 263 474, 478 Protein(s)
nuclear, 49–52, 51f–53f in follicular development, 468, 470 actin-binding, 43, 44t
sweat, 328f, 336 in lactation, 486 anchoring, 99
taste, 378, 378f, 379f in mammary gland development, 485 androgen-binding, 493, 499, 501f
Pore protein, 24, 26 in menstrual cycle, 478, 479f associated with skeletal muscle, 165t
Porins, 38 in placental development, 484 band 3, 221, 223, 224, 224f
Porta hepatis, 423 Programmed cell death, 68. See also band 4.1, 224, 224f
Portal areas (triads), 423–425, 424f, 425f Apoptosis. bone morphogenetic, 138, 373
Portal lobule, 425, 425f Proinsulin, 420 bone sialoprotein as, 137, 138, 151
Portal veins, 295, 423, 424f Projection lens, 4f C, 162, 165t
hypophyseal, 305, 306f Prolactin C-reactive, 259b
Postcapillary venules, 265–266, 266f in mammary gland development, 485 Cap Z, 164, 165t
of lymph nodes, 291f, 293 in milk production, 487, 488 capping, 43
Posterior chamber, of eye, 515f in pars distalis, 307t, 308 carrier, 17, 19–20
Postganglionic fibers synthesis of, 484 channel, 17–19
autonomic, 208 Prolactin inhibitory factor (PIF), 306, 307t, class II-associated invariant (CLIP), 283,
parasympathetic, 209f, 210 308, 473t 284
sympathetic, 208, 209f, 210, 325 Prolactin-releasing factor, 308, 310 clotting, 221t
Postsynaptic density, 201f Prolactin-releasing hormone (PRH), 306, cluster of differentiation (CD), 280, 281t
Postsynaptic membrane, 170, 200, 201f, 202 307t complement. See Complement proteins.
Postsynaptic potential, excitatory and Proliferation, zone of, 150 CRE-binding (CREB), 22
inhibitory, 200 Proliferative phase, of menstrual cycle, docking, 24, 26
Potassium (K+), in HCl production, 397 479–480 endogenous, 283
Potassium (K+) channels, voltage-gated, Proline eosinophilic cationic, 229
199 in collagen, 113 exogenous, 283
Potassium (K+) leak channels, 19, 198, 199f in elastin, 114 G
Potassium permanganate, as fixative, 9 tritiated, 5–6, 7f hormone-receptor complexes and, 304
Power stroke, 167, 168f Prometaphase, of cell cycle, 63f, 64, 64f receptors linked to, 21–22, 21f
Preacrosomal granules, 495 Promonocyte, 239t, 246 signaling via, 21–22, 21f
Preadipocytes, 129 Promyelocytes, 239t, 240, 248t types of, 21
Precapillary sphincter, 263, 264f Pronucleus glial fibrillary acidic, 45, 46t, 193
Precursor cells, 239, 239t, 240f female, 481 glycoproteins as. See Glycoprotein(s).
Precursor messenger RNA (pre-mRNA), male, 481 in blood, 220, 221t, 432, 432f
58 Pro-opiomelanocortin (POMC), 310 in cell membrane, 12–14, 16–19, 16f, 18f
Preganglionic fibers, 207–208, 209f, 210 Proparathyroid hormone, 317 in hormones, 303
Pregnancy Propeptides, 75, 77f integral (transmembrane), 13–14, 16f,
corpus luteum of, 470–471, 474 Prophase, of cell cycle 23–24
mammary glands during, 486–487 meiotic, 66f, 67 J, 279t
Rh-negative blood and, 225b in oocytes, 464, 466 link, 71
Preprocollagen, 75, 77f in spermatocytes, 494–495 lipoproteins as. See Lipoprotein(s).
Preproinsulin, 420 mitotic, 63–64, 64f lysosomal, transport of, 30–31, 31f
Preproparathyroid hormone, 317 Prophase II, of cell cycle, 67f, 68 major basic, 229
Prepuce, 508 Proplatelets, 247 mammary gland production of, 488
Presbyopia, 519b Proprioception, 175b membrane transport, 16–19, 18f
Presynaptic dense projection, 201f Proprioceptive fibers, of periodontal microtubule-associated, 47–48, 47f, 190
Presynaptic membrane, 170, 200, 201, 201f ligament, 375, 375b multipass, 14, 19
Presynaptic vesicles, 202f Proprioceptors, 511 nuclear thyroid hormone receptor, 315
Primitive streak, 481f Propulsive contractions, of small intestine, peripheral, 13, 14, 16f
Primordial follicles, 465, 465f, 466, 466f, 405 polyubiquinated, 37
467f, 467t Prostacyclins pore, 24, 26
Principal cells and clot formation, 233 rab3a, 201
of cortical collecting tubules, 451 capillary release of, 265 Ran-binding, 50, 52, 54f
of epididymis, 503 Prostaglandins regulated secretory, transport of, 30f, 31
of thyroid, 313, 313f, 314–316, 314f and uterine contractions, 477 ribosome receptor, 24
Principal piece, of spermatozoon, 496, in inflammatory response, 121 secretory, transport of, 30f, 31
497f, 498 inhibition of HCl release by, 397 signal recognition particle (SRP)
Principal salivary duct, 415 mast cell release of, 117, 120, 120f, 121t receptor, 24, 26
Prisms, in enamel, 369 placental manufacture of, 484 sorting of, 29–31, 30f
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 565

Index ■ ■ ■ 565

Protein(s) (Continued) Purkinje cells, 12f, 215, 216, 216f Receptor(s) (Continued)
surfactant, 360–361 Purkinje fibers, 267f, 268, 268f selectin, 227
Tamm-Horsfall, 449 Purkinje neuron, 189f sensory, 511
transmembrane, 14, 16f Pus, 125, 228 sensory nerve action potential (SNARE),
transmembrane linker, 81, 99, 102 Pyloric sphincter, 396 201
vesicle coat, 201 Pyloric valve, 385 signal recognition particle, 24, 26
Protein C3, 277b Pylorus, 385, 393, 393f, 394t specialized peripheral, 511–514
Protein kinase(s) Pyramid(s), renal, 437, 438f steroid hormone, 21
A-kinase, 22 Pyramidal cells, of cerebral cortex, 215 T-cell, 277, 280
C-kinase, 22 Pyramidal layer, of cerebral cortex, 215 thermoreceptors as, 511, 514
calcium-calmodulin-dependent (CaM- Pyramidal lobe, of thyroid, 313 toll-like, 275–276, 275t, 276b
kinase), 22 Pyramidal neurons, 189f transferrin, 214b
cyclin-dependent (CDKs), 63 Pyrimidines, 57 Receptor coupling factors, 120
in cell cycle, 62 Receptor for activation of nuclear factor
myosin light chain, 180 Q kappa B (RANK), 140, 141
phosphocreatine, 166 Receptor for activation of nuclear factor
Protein synthesis, 24–26, 25f–27f Quanta, 170–171 kappa B ligand (RANKL), 138, 140, 141
by smooth muscle, 179 Receptor-mediated endocytosis, 32–33, 34f
cytosolic, 24–25, 26f R Receptor-mediated transport
in liver, 429f, 430, 430f, 431–433, 432f in blood-brain barrier, 214
on rough endoplasmic reticulum, 25–27, rab3a protein, 201 in nuclear pore, 51
27f Radial spokes, of cilia, 91 Rectal columns of Morgagni, 410
Proteoglycans, in extracellular matrix, Radiation therapy, demyelination due to, Rectal examination, 410b
70–72, 70f, 72f 199b Rectum, 395t, 409–410
of bone, 137 Radioautography, 5–6, 7f, 8f Recycling endosome, 34
of cartilage, 131, 134 Ran binding protein(s), 50, 52, 54f Red blood cells (RBCs). See
of connective tissue, 111, 113 Ranvier, nodes of, 188f, 195, 196, 197f, 206 Erythrocyte(s).
Proteolysis, 37, 321 Rappaport, acinus of, 426 Red bone marrow, 236, 237b
Prothrombin, 234, 237b Raschkow plexus, 371 Red muscle fibers, 157, 158t
Proto-oncogenes, 61, 66b Rathke’s cysts, 310 Red pulp, of spleen, 291f, 294f, 295, 296,
Protofilaments, 46 Rathke’s pouch, 304 297f, 298f
Proton motive force, 40 Reaginic antibody, 279t 5α-Reductase, 501
Protoplasm, 11 Receptor(s) Reductional division (miosis I), 66–67, 66f
Protoplasmic astrocytes, 194, 194f B-cell, 277, 278 Reflex(es), somatic vs. visceral, 207f
Proximal tubule, 440f, 441f, 445–447, 446f, cargo, 32–33 Reflex arc, simple, 175b
447f, 459t catalytic, 304 Refractory period, of voltage-gated
convoluted, 439f, 445–446, 446f cell-surface, 20, 21–22, 21f, 303 channels, 17, 199
resorption in, 455 chemoreceptors as, 258 Regeneration
Pseudomembranous colitis, 408b enzyme-linked, 21 of liver, 433
Pseudostratified epithelium, 86t, 87f, εRI, on basophils, 230 of muscles, 180t, 183–184
89–90, 90f Fc of nerves, 216–218
Psoriasis, 335b of antibodies, 278 Regenerative cells
Pterygopalatine ganglion, 209f on basophils, 230 of colon, 407, 408f
Ptyalin, 416 on macrophages and neutrophils, 32 of small intestine, 399f, 401
Puberty, ovarian cortex at onset of, on mast cells, 118, 120f of stomach, 386f, 388
464–465 for acetylcholine, 171 Regulated secretory pathway
Pulmonary artery, 355f, 364–365 pancreatic, 419 of glands, 104
Pulmonary circuit, 251 for hormones, 303, 304 of Golgi apparatus, 30
Pulmonary neuroepithelial bodies, 353 for neurons, 185, 200 Regulated secretory proteins, transport of,
Pulmonary surfactant, 360–361, 361b G-protein-linked, 21–22, 21f 30f, 31
Pulmonary trunk, 253, 267 gated ion-channel, 200 Regulatory chains, of myosin, 182
Pulmonary veins, 267, 355f, 365 glucocorticoid, on adipose cells, 128 Regulatory component, of A-kinase, 22
Pulp growth hormone, on adipose cells, 128 Regulatory T cells, 232, 282–283
of spleen immunoglobulin E, 118, 120f, 230 Regurgitation theory, of endometriosis,
red, 291f, 294f, 295, 296, 297f, 298f insulin, 128 478b
white, 291f, 294f–296f, 295, 296 ion channel-linked, 18 Reinke, crystals of, 42, 498
of tooth, 369f, 371, 371b, 371f killer-activating, 275 Reissner’s membrane, 530, 532f, 533f
Pulp arteriole, 294f, 295 killer-inhibitory, 275 Relaxin, 473t, 474
Pulp chamber, 368 luteinizing hormone, 468, 473 Release factor, in protein synthesis, 25
Pulp cords, 294f, 295f mannose-6-phosphate, 31, 35 Releasing hormones (releasing factors), 306
Pulp core, 371 mechanoreceptors as, 332, 335, 511–514, Remodeling, of bone, 140, 151–152
Pulp stones (denticles), 371 512f, 513f Renal. See also Kidney(s).
Pulp veins, 295, 295f nociceptors as, 511, 514 Renal artery, 318, 438f, 452
Pupil (pupillary aperture), 517, 518 norepinephrine, 128 Renal column, 438f
dilator muscle of, 515f, 518 nuclear thyroid hormone, 315 Renal corpuscles, 437, 440–441, 440f–441f,
sphincter muscle of, 515f, 518 olfactory, 348f, 350 459t
Pupillary zone, 518 parathyroid hormone, 140 filtration in, 455
Purines, 57 ribosome, 24 Renal cortex, 437, 438f–439f, 440f
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 566

566 䡲 䡲 䡲 Index

Renal glomerulus, 262 Reticular fibers, 73, 76t, 82f RNA polymerase II, 57, 58
Renal interstitium, 452 in bone marrow, 236 Rod segments, in enamel, 369, 374
Renal medulla, 437, 438f–439f in connective tissue, 126 Rods, 520f, 521f, 522, 523f
Renal papilla, 437 in smooth muscle, 180 Root
Renal pelvis, 437, 438f, 460 in spleen, 294–295, 295f of lung, 364
Renal pyramids, 437, 438f Reticular layer, of dermis, 328f, 329t, of tongue, 377
Renal sinus, 437, 438f 334–335 of tooth, 368, 368f, 369f, 374
Renal vein, 438f, 454 Reticular tissue, 127, 128f Root canal, 368, 368f, 369f
Renin Reticulocyte, 239t, 240f, 246t Root sheath(s), of hair, 340, 341, 341f
in blood pressure regulation, 258 Reticuloendothelial system, 123 Rosettes, 41
in juxtaglomerular cells, 450 Reticulum Rough endoplasmic reticulum (RER). See
Rennin, 385, 396 of clot, 234 Endoplasmic reticulum (ER), rough
Reparative dentin, 370 stellate, in odontogenesis, 372 (RER).
Reproductive system. See Female Retina, 515f, 520–525 Round ligament, 464f
reproductive system; Male “blind spot” of, 520 Round window, 527, 528, 528f, 535f
reproductive system. detachment of, 521b Ruffini corpuscles (endings), 335, 512f, 514
Reserve cells, 493 external (outer) limiting membrane of, Ruffled border, of osteoclast, 141, 142f
Residual bodies, 35, 42 520f, 524 Rugae, 385
Resolution, of lens, 3 ganglion cell layer of, 520f, 525
Resorption inner limiting membrane of, 520f, 525 S
in proximal tubule, 455 inner nuclear layer of, 520f, 524–525
of bone, 142, 142f inner plexiform layer of, 520f, 525 S phase, of cell cycle, 61f, 62, 67
of periodontal ligament collagen, 375 optic nerve fiber layer of, 520f, 525 Saccule, 528f, 529, 530f, 531f
Respiration, 364 outer nuclear layer of, 520f, 524 Sacral (spinal) outflow, 383
external and internal, 345 outer plexiform layer of, 520f, 524 Saddle embolus, 237b
Respiratory bronchioles, 346t, 357, 358f pars ciliaris of, 517 Saliva, 415–416
Respiratory burst, 227 pigmented epithelium of, 520, 520f, 521 Salivary amylase, 367, 416
Respiratory chains, 40 rods and cones in, 521f, 522–524, 523f, Salivary glands, 413–417, 414f
Respiratory distress of the newborn, 361b 524f anatomy of, 413, 414f
Respiratory epithelium, 347 Retina proper, 520 autonomic innervation of, 416
tracheal, 352–353, 352f, 353f Retinal, in photoreception, 522 disorders of, 417b
Respiratory regulators, 353 Retrograde reaction, to nerve injury, 218 duct portions of, 414–415, 414f
Respiratory system, 345–365 Retrograde transport, 29 histophysiology of, 415–416
alveolar ducts in, 346t, 357, 357f–359f axonal, 191, 192 major, 367, 413–417
alveolar macrophages in, 359f, 361, 362f, Retroperitoneal area, 477 minor, 367, 415
363 Retzius, striae of, 369, 369f mixed, 104, 104f, 108f
alveoli in, 347t, 357, 358f, 359f, 360 RGD sequence, 72 parotid, 416, 417b
blood-gas barrier in, 360f, 363 Rh blood group, 225, 225b secretory portions of, 413–414, 414f
bronchi in, 346t, 354 Rh-negative blood, in pregnancy, 225b sublingual, 414f, 415f, 416–417
bronchial tree in, 346t, 354–357, 355f Rh-positive blood, 224 submandibular, 104, 104f, 417, 417b, 417f
bronchioles in, 346t, 355–357, 355f, 357f Rheumatic fever, 268b vascular supply to, 415
characteristic features of, 345, 346t–347t Rheumatic heart valve disease, 268b Salivon, 413
conducting portion of, 345–357, 346t Rhodopsin, 522 Saltatory conduction, 206
gas exchange in, 358f, 363–364 Rhythmicity, of cardiac muscle, 175 Sarcolemma, 157, 159f
gross structure of lungs in, 364–365 Ribonucleic acid (RNA), 57–60 Sarcoma(s)
innervation of, 365 messenger, 21, 24, 57–59, 58f liposarcoma as, 129b
interalveolar septum in, 357, 358f, 359f, precursor messenger, 58 malignant, 192b
360, 363 ribosomal, 22, 24, 59–60, 59f Sarcomere(s)
larynx in, 346t, 350–351 splicing of, 58 in cardiac muscle, 177, 180t
mechanism of ventilation in, 364 transfer, 22, 24, 59 in skeletal muscle, 160, 161f, 162, 162f,
nasal cavity in, 345, 346t, 347–350 Ribonucleoprotein particles (RNPs), 59 164f, 180t
nasopharynx in, 346t, 350 heterogeneous nuclear (hnRNPs), 58, 60 Sarcoplasm, 157, 159f
paranasal sinuses in, 350 messenger (mRNP), 58 Sarcoplasmic reticulum
pleural cavities in, 364 small nuclear (snRNPs), 58, 60 of cardiac muscle, 177–178, 180t
pneumocytes in, 360–361, 360f–362f Ribosomal RNA (rRNA), 22, 24, 59–60, 59f of skeletal muscle, 23, 157, 158t,
respiratory portion of, 346t, 357, 357f 45S rRNA (pre-rRNA), 59 160–161, 163f, 180t
trachea in, 346t, 351–354, 352f Ribosomal subunits, 22 of smooth muscle, 180t
vascular and lymphatic supply to, 355f, Ribosome(s) terminal cisternae of, 160, 162f, 167
364–365 in neurons, 190f Sarcosomes, 157
Resting potential, 171, 198, 199f protein synthesis on, 24–25 Satellite cells, 158–159, 183, 210, 211f
Rete apparatus structure and function of, 22 Satellite oligodendrocytes, 196
of lips, 368 Ribosome receptor protein, 24 Scaffold, of nuclear pore, 54f
of skin, 327 Ribozymes, 22 Scala media, 528f, 530, 532–534, 532f, 533f
Rete testis, 489, 490f, 501–502, 502t, 503f Rickets, 155, 155b, 155t, 318b Scala tympani, 530, 532f, 533f, 535
Reticular cells Rigor mortis, 167b Scala vestibuli, 530, 532f, 533f, 535
adventitial, of bone marrow, 237, 237b Rima glottidis, 351 Scaling zone, of osteoclast, 141
epithelial, 288–289 RNA. See Ribonucleic acid (RNA). Scanning electron microscopy (SEM), 4f,
stellate, of spleen, 296 RNA polymerase I, 59, 59f 9–10
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 567

Index ■ ■ ■ 567

Scar tissue, 75b Semicircular ducts, 528f, 529–530, 531f Sertoli cells, 491–493, 492f
Schlemm’s canal, 515f, 516 Semilunar valves, 268 Serum, 220
Schmidt-Lanterman, clefts of, 196–197 Seminal fluid, 507, 508–509 vs. cerebrospinal fluid, 215t
Schwann cells, 196–197, 197f, 198f fructose-rich, 505, 508 Sex chromatin, 55–56
in anterograde reaction, 217–218 Seminal vesicles, 489, 490f, 505, 505f Sex chromosomes, 55–56, 225
in endoneurium, 205f, 206 Seminiferous epithelium, 489, 491, 491f, Sexual development, phenotypic, 464
in myelinated nerve fiber, 170, 192f, 197, 492f Sharpey’s fibers
197f, 198f cycle of, 498, 499f in bone, 143, 144, 144f
in neuromuscular junction, 170, 171f Seminiferous tubules, 489, 490–498, in cementum, 370
in retrograde reaction, 218 490f–492f in periodontal ligament, 375
in unmyelinated nerve fiber, 192f, 197 differentiation of spermatogonia in, 492f, Sheath cells, 258
oligodendrocytes vs., 196, 197 493, 494f Sheathed arteriole, 294f, 295, 298f
Schwann tubes, 218 epithelium of, 489, 491, 491f, 492f Shock, anaphylactic, 230b
Sclera, 515–516, 515f cycle of, 498, 499f Sialoprotein, bone, 137, 138, 151
Sclerocorneal junction, 516 wave of, 498 Sickle cell anemia, 223b
Scrotum, 490b, 490f interstitial cells of Leydig in, 489, 498, Sieve plates, 426
Scurvy, 78b, 155b, 155t 500f Signal peptidase, 26, 27f
Sebaceous glands, 328f, 329, 334, 337f, meiotic division of spermatocytes in, Signal peptide, 25
338–339, 339b, 339f 492f, 493–495, 494f Signal recognition particle (SRP), 25–26,
Sebum, 339 Sertoli cells of, 491–493, 492f 27f
Second messenger system, 20, 22, 203, 304 spermatogenic cells of, 492f, 493–498, Signal recognition particle (SRP) receptor
Second polar body, 481 494f, 496f protein, 24, 26
Secondary active transport, 20 structure of spermatozoa in, 496–498, Signal transduction, 21, 303
Secondary bronchi, 346t, 354 497f pathways for, 61
Secondary (antral) follicles, 465f, 467t, transformation of spermatids in, Signaling
468–469, 468f, 469t 495–498, 496f, 497f autocrine, 20
Secondary response, 21 Senses, special, 511–536 endocrine, 20
Secretin, 390, 392t, 419 Sensitization, 118 paracrine, 20
Secretomotor function, 208 Sensory component synaptic, 20
Secretory activity, of small intestine, 383, of alimentary canal, 383 via G proteins, 21–22, 21f
404 of peripheral nervous system, 185, 206 Signaling cells
Secretory antibody, 279t Sensory endings, 173, 511 in cytoplasm, 20
Secretory component, of immunoglobulins, Sensory fibers, of dental pulp, 371 in glands, 104
279t, 404 Sensory ganglion, 186, 187f, 210 Signaling molecules, 20–21
Secretory endings, 511 Sensory nerve action potential-25 (SNAP- binding of, to proteoglycans, 72
Secretory granules 25), 201 cytokines as, 104
in cytoplasm, 14f, 15f, 30, 31 Sensory nerve action potential receptor mechanisms of action of, 20–21
in glands, 103 (SNARE), 201 neurotransmitters as, 203
in neurons, 189 Sensory nerve fibers receptors for, 14
in stomach, 387, 388f group Ia, 173, 174f secretion by osteoblasts, 140
pancreatic, 418f, 419, 419f group II, 173, 174f Sildenafil (Viagra), 510b
Secretory immunoglobulin A (IgA), 367, Sensory neurons, 169, 193 Silver stain, 3t
404, 416 Sensory receptors, 511 Simple diffusion, 17
Secretory pathway Septae, of glands, 107 Simple epithelium, 85, 86–87, 86t, 87f, 88f
constitutive Septal cells, 360–361, 361f, 362f Simple multicellular glands, 106, 107f
of glands, 104 Septum membranaceum, 269 Simple reflex arc, 175b
of Golgi apparatus, 30 Serine/threonine phosphoprotein Singlets, of microtubules, 91, 348
regulated phosphatases, 22 Sinoatrial node, 267f, 268
of glands, 104 Serosa Sinus(es)
of Golgi apparatus, 30 of alimentary canal, 382, 382f, 394t–395t anal, 410
Secretory phase, of menstrual cycle, 480, of colon, 395t, 409 carotid, 257
480f of esophagus, 384–385, 394t lactiferous, 486, 486f
Secretory portion of large intestine, 395t marginal, of spleen, 294f, 295f, 296
of pancreas, 418–419, 419f of oviducts, 475 of lymph nodes, 291, 291f, 292f
of salivary glands, 413–414, 414f of small intestine, 394t–395t, 402 paranasal, 350
Secretory proteins, transport of, 30f, 31 of stomach, 394t, 396 renal, 437, 438f
Secretory unit, of eccrine sweat glands, uterine, 477 splenic, 294f, 296, 298f
336f, 337–338 Serotonin, 203, 204t, 392t Sinusoid(s)
Sectioning, in tissue preparation, 2 Serous acinus(i), of salivary gland, 108f, hepatic, 424f, 425, 426, 426f, 427f
Segmental arteries, of kidney, 452 413, 414f of bone marrow, 236
Selectin molecules, 227, 265, 292 Serous cell(s) of organs and glands, 263
Selectin receptors, 227 of esophagus, 384 Sinusoidal (discontinuous) capillaries, 259,
Self-antigens, 289 of respiratory epithelium, 353 262f, 263
Self-epitopes, 290 of salivary gland, 108f, 413, 414f Sinusoidal domains, of hepatocytes, 427f,
Self-MHC molecules, 290 Serous demilunes, 104, 104f 428, 428f
Self/nonself recognition, 276 of salivary gland, 108f, 414f, 416, 417 Sinusoidal lining cells, 426, 427f
Semen, 489, 507, 508 Serous glands, 104, 104f, 377f, 378, 378f Sister chromatids, 63, 63f, 64–65
Semicircular canals, 527f, 528, 528f Serous secretion, of parotid gland, 416 Skeletal muscles. See Muscle(s), skeletal.
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 568

568 䡲 䡲 䡲 Index

Skin, 327–339. See also Integument. Smooth endoplasmic reticulum (SER). See Spermiogenesis, 493, 495–498, 496f, 497f
dermis (corium) of, 327, 334–335 Endoplasmic reticulum (ER), smooth Spherocytosis, hereditary, 224b
epidermis of. See Epidermis. (SER). Sphincter ampullae, 434, 434t
functions of, 327 Smooth muscle. See Muscle(s), smooth. Sphincter choledochus, 434, 434t
glands of, 327, 336–339 Smooth muscle cells, in dermis, 335 Sphincter muscles
histophysiology of, 336 Sneeze reflex, 350b anal, 410
hypodermis of, 327, 328f, 334 Sodium (Na+) channels esophageal, 385
structure of, 327, 328f, 329t fast, 178 of gastrointestinal system, 383
thick, 328–329, 328f, 329t, 330f slow, 178 of pupil, 515f, 518
thin, 328f, 329 voltage-gated, 199, 200f of urethra, 462, 462b
Skull base, 147 Sodium ion, as second messenger, 304 of urinary bladder, 462
Skull cap, 143 Sodium-potassium (Na+-K+) pump, 19, 198 Sphincter of Oddi, 434, 434t
Sliding filament theory of Huxley, 162, Sodium pumps, in proximal tubules, 455 Sphincter pancreaticus, 434, 434t
167 Soft palate, 376 Sphingolipidosis, 37t
Slipped disk, 136b Soluble mucus, 396 Spicules, 138f, 143, 146
Slit diaphragm, 442, 443f, 445f Soma, neuronal, 186, 186f, 187–190, 187f Spike trigger zone, 191, 198
Slow-reacting substance of anaphylaxis Somatic afferent pathways, 511 Spina bifida, 186b
(SRS-A), 230 Somatic nervous system, 185, 206–207, 207f Spinal cord
Small-granule mucous cells, 352f, 353 Somatic reflex, 207f cerebrospinal fluid in, 214–215, 215b, 215t
Small intestine, 398–406 Somatomammotropin, chorionic, 484 demyelination disorders of, 199b
absorption by, 405–406, 407f Somatomedins, 308 development of, 185–186
Auerbach’s myenteric plexus of, 402 Somatostatin gray matter of, 211
Brunner’s glands of, 401–402, 401f, 403 as neurotransmitter, 203 meninges of, 211, 212f, 213b
brush border of, 399 in pars distalis, 307t, 308 regeneration of, 218
crypts of Lieberkühn of, 398, 399f, inhibition of HCl production by, 397 Spinal dura mater, 213
400–401, 400f, 404f production of, 392t, 421, 421t Spinal nerves, 206
digestion by, 405 Somatotrophs, 308, 309f Spindle fibers, 64
disorders of, 403b, 405b Somatotropin Spine(s), of dendrites, 190
DNES (enteroendocrine) cells and and mammary gland development, 485 Spiral cells, 532f
hormones in, 392t, 400, 404 effect on cartilage, 135t Spiral ganglion, 528, 532f, 533f
epithelium of, 394t–395t, 398–400 excess of, acromegaly due to, 154b Spiral lamina
glands of, 394t–395t, 404 in bone growth, 154 limbus of, 533
goblet cells of, 399–401, 399f, 401f in T-cell development, 290 osseous, 528, 532f
histology of, 394t–395t, 398–403 physiologic effects of, 307t Spiral prominence, of cochlear duct,
histophysiology of, 403–406 receptors for, on adipose cells, 128 532–533, 532f
immunological activity of, 394t, 403–404, secretion by acidophils, 308 Spiral sulcus, internal, 533
405f, 406f Somatotropin-releasing hormone (SRH), Splanchnic nerves, preganglionic
lacteals of, 398, 402 306, 307t, 308 sympathetic, 322
lamina propria of, 394t–395t, 400, 400f, Sonic hedgehog, 373 Spleen, 293–298, 294f, 295f
401f, 403f Space of Disse, 426, 427f, 428f histophysiology of, 297–298, 299f
luminal surface of, 398, 398f–401f Space of Möll, 424 marginal zone of, 294f, 295f, 296, 297f
lymphatic and vascular supply of, Space of Nuel, 534 red pulp of, 294f, 295, 296, 298f
402–403 Specific granules rupture of, 298b
lymphoid nodules of, 399f of basophils, 226t, 230 structure of, 294–295, 294f, 295f
microfold (M) cells of, 400, 404, 405f, of eosinophils, 226t, 229 vascular supply of, 294f, 295, 295f
406f of neutrophils, 225, 226t white pulp of, 294f–296f, 295, 296
microvilli of, 398, 399 Specificity Splenic artery, 295
movement of, 405 of adaptive immune system, 276 Splenic cords, 296, 298f
mucosa of, 398–402 of antibodies, 278 Splenic phase, of prenatal hemopoiesis, 238
muscularis externa of, 394t–395t, 402 Spectrin, 44, 44t Splenic sinuses, 294f, 296, 298f
muscularis mucosae of, 394t–395t, 401, Spectrin tetramers, in erythrocyte cell Splenic vein, 295
403f membrane, 224, 224f Spliceosomes, 58
Paneth cells of, 401, 404f Spermatic cord, 490 Spongiocytes, 321
Peyer’s patches in, 403 Spermatids, 493, 494f Spongiosa, of dental alveolus, 375
plicae circulares (valves of Kerckring) of, transformation of, 495–498, 496f, 497f Spongy bone, 143, 144f
398 Spermatocytes, 492f, 493–495, 494f Spongy urethra, 462
regenerative cells of, 399f, 401 Spermatocytogenesis, 493 Sprue, 406b
regional difference in, 403 Spermatogenesis, 493, 494f, 495–498, 496f, Squames, 331
secretory activity of, 404 497f Squamous alveolar cells, 360, 360f
serosa (adventitia) of, 394t–395t, 402 cycle of, 498, 499f Squamous cell carcinoma, 335b
submucosa of, 394t–395t, 401–402, Spermatogenic cells, 492f, 493–498, 494f, Squamous epithelium
401f 496f of thin limbs of Henle’s loop, 448t
surface absorptive cells of, 398–400, Spermatogonia, 492f, 493, 494f simple, 86, 86t, 87f
399f, 401f, 402f Spermatozoa, 493 stratified
villi of, 398, 398f–401f capacitation of, 475, 496, 502 ectodermally-derived, 327
Small-molecule transmitters, 203, 204t defined, 489 keratinized, 86t, 87f, 88, 89f
Small nuclear ribonucleoprotein particles structure of, 496–498, 497f nonkeratinized, 86t, 87–88, 87f, 89f
(snRNPs), 58, 60 Spermiation, 496 of oral cavity, 367
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 569

Index ■ ■ ■ 569

Squamous metaplasia, 102b Stone(s) Submucosal lymphatic plexus, 403


Stab cell, 239t, 240f, 248t in gallbladder, 436b Submucosal (Meissner’s) plexus
Stable phase, of cell cycle, 61 pigment, 436b of digestive tract, 381, 383, 401
Staining, 2, 3t pulp (denticles), 371 of parasympathetic nervous system,
Stapedius, 527 Stool, fatty, 430b 210
Stapes, 527, 527f, 535 Stop codons, 25, 57 Submucosal vascular plexus, 403
Start codon, 24, 57, 58 Straight arteries, of endometrium, 476, Subosteoclastic compartment, 141
Steel factor, 241, 242t 477f Subperiosteal bone collar, 147f, 148–149,
Stellate cells Stratified epithelium, 85–86, 86t, 87–88, 148t
of cerebral cortex, 215 87f, 89f Substance P, 203, 392t
of liver, 426, 433 Stratum basale, 328, 328f, 329–330, 329t, Succedaneous lamina, 373
Stellate reticular cells 330f, 335b Succedaneous teeth, 368, 373
of lymph nodes, 291 Stratum corneum, 328, 328f, 329t, 331 Sulci, 215
of spleen, 296 Stratum germinativum, 328, 328f, 329–330, Sulcus terminalis, of tongue, 376
Stellate reticulum, in odontogenesis, 372 329t, 330f Superficial fascia, 327
Stellate veins, of kidney, 453 Stratum granulosum, 328, 328f, 329t, Superoxides, 227–228, 229
Stem, of goblet cell, 352 330–331 Supporting cells
Stem cell(s), 238–239, 239t, 240b Stratum intermedium, in odontogenesis, of saccule and utricle, 529, 531f
null cells as, 232 373 of semicircular ducts, 530, 531f
of colon, 407, 408f Stratum lucidum, 328, 328f, 329t, 331 Supraoptic nuclei, 305f, 310
of small intestine, 399f, 401 Stratum spinosum, 328, 328f, 329t, 330, Suprarenal arteries, 318
of stomach, 386, 386f, 388 330f, 331f Suprarenal (adrenal) glands, 312t, 317–324,
Stem cell factor, 241, 242t Stratum vasculare, of myometrium, 477 319f
Stereocilia Stress fibers, 44 blood supply to, 318, 320f
function of, 91 Stretch reflex, 172 cortex of, 312t, 318–320, 319f, 321–322,
of epididymis, 503 Stria vascularis, 532, 532f 321f
of mechanically gated channels, 19 Striae of Retzius, 369, 369f disorders of, 322b
of neuroepithelial hair cells, 529, 531f, 534 Striated anchoring fibers (SAFs), 103f medulla of, 312t, 318, 322–324, 322f
Sterility, 508b Striated border, 90 structure of, 317–318, 319f
Sterilization, 504b Striated ducts zona fasciculata of, 320–321, 321f
Steroid hormone(s) defined, 102 zona glomerulosa of, 319f, 320, 321f
composition of, 303 of salivary gland, 414, 414f zona reticularis of, 319f, 321–322
in cell signaling, 20, 21 Striated muscle, 157, 158f Surface absorptive cells
production of, by suprarenal glands, Stroma of colon, 407, 408f
312t, 318, 320–322 of cornea, 516 of small intestine, 398–400, 399f, 401f,
Steroid hormone receptors, 21 of gland, 103 402f
Stigma, of oocyte, 469 of kidney, 439 Surface immunoglobulins (SIGs), 277,
Stimulus transmission, at neuromuscular of ovarian cortex, 463 279t
junctions, 170–171, 172f of prostate gland, 506 Surface lining cells, of stomach, 386,
Stomach, 385–397. See also Gastric entries. Stromal cells 386f–388f
body (corpus) of, 385 endometrial, 482 Surface-opening tubules, of platelets, 233,
carcinoma of, 398b ovarian, 463, 468 233f, 234f, 236t
cardiac, 385, 393, 394t Subarachnoid space, 212f, 213 Surface remodeling, 152
chief (zymogenic) cells of, 386f, 387f, Subcapsular epithelium, 518, 518f Surfactant, 360–361, 361b
390, 391f Subcapsular plexus, 318 Surfactant apoproteins, 360–361
diffuse neuroendocrine system cells of, Subcapsular sinus, of lymph nodes, 291, Suspensory ligaments, of lens, 515f, 517
386f, 390–391, 392t, 393f 291f, 292f Sustentacular cells, of nasal cavity, 348,
disorders of, 398b Subdural space, 212f, 213 348f
emptying of contents of, 396 Subendocardial layer, 268 Sweat glands, 336–338
epithelium of, 386–387, 387f, 388f, 394t Subendothelial layer, of blood vessels, 252, apocrine, 338
fundic, 386–393, 386f, 394t 252f eccrine, 328f, 336–338, 336f, 337f
glands of, 385, 386f, 387–393, 388t, 394t Sublingual gland, 104, 414f, 415f, 416–417 Sweat pore, 328f, 336
histology of, 385–396, 386f, 394t Sublobular vein, of liver, 425 Swell bodies, 350b
histophysiology of, 396–397 Submandibular ganglion, 209f Symbiotic relationship, 40
hydrochloric acid production by, Submandibular gland, 104, 104f, 417, 417b, Symmetric synapse, 202–203
396–397, 397f 417f Sympathetic cells, of suprarenal gland,
lamina propria of, 387–393, 394t Submucosa 322
mucosa of, 386–393, 386f of alimentary canal, 381–382, 382f, Sympathetic chain ganglia, 210
mucous neck cells of, 387–388, 389f 394t–395t Sympathetic fibers, postganglionic, 208,
muscularis externa of, 393, 394t, 396 of anal canal, 410 209f, 210
muscularis mucosae of, 391, 393, 394t of colon, 408f Sympathetic innervation
parietal (oxyntic) cells of, 386f, 387f, of esophagus, 384, 394t of dental pulp, 371
389–390, 390f of large intestine, 395t of gut, 383
pyloric, 385, 393, 393f, 394t of small intestine, 394t–395t, 401–402, of lung, 365
regenerative (stem) cells of, 386f, 388 401f of salivary glands, 416
serosa (adventitia) of, 394t, 396 of stomach, 386f, 393, 394t, 396 Sympathetic nervous system, 208, 209f
submucosa of, 393, 394t, 396 of trachea, 351–353, 352f in ejaculation, 509
surface lining cells of, 386, 386f–388f Submucosal glands, of prostate, 506 Sympathetic postganglionic fibers, 325
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 570

570 䡲 䡲 䡲 Index

Symport transport, 18f, 19 T memory cells, 232, 281 Testis(es) (Continued)


Synamin, 45 T regulatory cells, 232, 282–283 seminiferous tubules of, 489, 490–498,
Synapse(s), 200–203, 201f, 202f T (transverse) tubules 490f–492f
asymmetric, 202 of cardiac muscle, 177–178, 180t Sertoli cells of, 491–493, 492f
axoaxonic, 200 of skeletal muscle, 160, 163f, 180t spermatogenic cells of, 492f, 493–498,
axodendritic, 200, 201f–203f, 212f Tactile discrimination, 513 494f, 496f
retinal, 524, 525 Taeniae coli, 409 structure of spermatozoa in, 496–498,
axosomatic, 200, 201f Tail, of spermatozoon, 497–498, 497f 497f
chemical, 200 Talin, 44, 45f transformation of spermatids in,
dendrodendritic, 200 Tamm-Horsfall protein, 449 495–498, 496f, 497f
electrical, 200 Tanycytes, 196 vascular supply to, 489–490
en passant, 182 Target cells Testosterone
morphology of, 201–203, 203f in cytoplasm, 20 effect on cartilage, 135t
symmetric, 202–203 of glands, 104 in male reproductive system, 489, 498,
Synapsin-I, 201 of hormones, 303 499, 500–501, 501f
Synapsin-II, 201 Tarsal plates, 525 Tetany, 290b, 318b
Synaptic clefts, 200, 201f, 202 Tastants, 378 Tetrads, of spermatocytes, 495
primary, 170 Taste buds, 367, 377, 378–379, 378f, 379f TH0 cells, 282
secondary, 170 Taste hairs, 378 TH1 cells, 282, 285–287, 286f, 287f
Synaptic ribbon(s) Taste pore, 378, 378f, 379f TH2 cells, 282, 285, 285f
in pinealocytes, 325 Tay-Sachs disease, 36, 37t TH3 cells, 283
in retina, 524, 525 Tear(s), 526 Thalassemia, 223b
in saccule and utricle, 529 Tear film, 525 Theca, of goblet cell, 104f, 105, 352
Synaptic signaling, 20 Tectorial membrane, 18, 532f, 533 Theca externa, 465f, 467t, 468
Synaptic vesicles, 170, 182 Teeth. See Tooth (teeth). Theca folliculi, 465f
morphology of, 201, 201f, 203f Telogen phase, of hair growth, 342 Theca interna, 465f, 467t, 468, 470
Synaptobrevin, 201 Telophase, of cell cycle Theca-lutein cells, 465f, 470
Synaptonemal complex, 67 meiotic, 66f, 67 Thermogenins, 40, 129
Synaptophysin, 201 in spermatocytes, 495 Thermoreceptors, 511, 514
Synaptotagmin, 201 mitotic, 64f, 65–66, 65f Thick filaments
Synarthrosis(es), 156 Telophase II, of cell cycle, 67f, 68 of cytoskeleton, 43
Synchondrosis, 156 Tenascin, 73 of skeletal muscle, 157, 161, 162, 164f,
Syncytiotrophoblasts, 482, 484 Tenon, capsule of, 516 165–166, 166f
Syncytium, of spermatids, 495 Tensor tympani, 527 of smooth muscle, 181
Syndecans, 72 Terminal arbor, 190 Thick skin, 328–329, 328f, 329t, 330f
Syndesmosis, 156 Terminal arterial capillaries, of spleen, Thin filaments
Synostosis, 156 294f, 295 of cardiac muscle, 177
Synovial fluid, 156 Terminal arterioles, 263 of cytoskeleton, 14f, 42–44, 43f–45f,
Synovial membrane, 156, 156f Terminal bars, 94 44t
Synthetic phase, 61f, 62, 67 Terminal boutons, 187, 201 of neuron, 189–190
Systemic circuit, 251 Terminal bronchioles, 346t, 356–357 of skeletal muscle, 161–162, 164, 164f,
Systole, 258 Terminal cisternae, of sarcoplasmic 166–167, 166f
reticulum, 160, 162f, 167 of smooth muscle, 181
T Terminal duct, salivary, 414 Thin skin, 328f, 329
Terminal ductules, of mammary gland, 485 Thiocyanate ions, 416
T-cell receptor(s) (TCRs), 277, 280 Terminal ganglia, 208, 210 Thoracic duct, 271
T-cell receptor complex, 280, 281t Terminal glycosylation, 30f Thoracolumbar outflow, 208
T helper cells Terminal hairs, 339 Thoroughfare channel, 263, 264f
functions of, 232, 282 Terminal signal complex, 26f Thrombin, 234
in humoral immune response, 285, 285f Terminal web, 44, 90, 93f Thrombocytopenia, 237b
in killing of virally transformed cells, Territorial matrix, of hyaline cartilage, 132f, Thromboembolism, 237b
285–286, 286f 134 Thrombomodulin, and clot formation, 233
in macrophage killing of bacteria, Tertiary bronchi, 346t, 354 Thromboplastids. See Platelet(s).
286–287, 287f Tertiary granules, of neutrophils, 225 Thromboplastin, in clot formation, 233
types of, 282 Testicular artery, 489 Thrombopoietin, 241, 242t
T killer cells, 232, 283 Testicular lobules, 490f Thrombospondin, 233
T lymphoblast, 239t Testicular transferrin, 493 Thromboxane(s)
T lymphocytes (T cells), 231–232, 280–283, Testis(es), 489–498, 490f in clot formation, 234
281t cycle of seminiferous epithelium in, 498, in inflammatory response, 121
cytotoxic, 232, 275, 282, 285–286, 286f 499f mast cell release of, 117, 120, 120f, 121t
effector, 232, 281–283 differentiation of spermatogonia in, 492f, Thrombus, 234, 235f
features of, 226t 493, 494f Thymic corpuscles, 289, 289f
formation of, 239t, 247, 249, 280 general structure of, 489–490, 490f Thymic humoral factor, 290
functions of, 231–232 histophysiology of, 498–501, 500f, 501f Thymic-independent antigens, 280
in thymus, 288, 288f interstitial cells of Leydig in, 489, 498, Thymocytes, 288
surface markers on, 280, 281t 500f Thymopoietin, 290
types of, 281–283 meiotic division of spermatocytes in, Thymosin, 42, 44t, 290
vs. B cells, 280 492f, 493–495, 494f Thymulin, 290
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 571

Index ■ ■ ■ 571

Thymus, 287–290, 288f Tooth (teeth), 368–376, 368f, 369f Transport (Continued)
congenital disorder of, 290b accessional (molars), 368, 373 along constitutive pathway, 31
cortex of, 288–289, 288f, 289f alveolus of, 368, 368f, 369f, 375–376 anterograde, 29, 31
histophysiology of, 290 cementum of, 368f, 369f, 370, 370f, 374 axonal, 191, 192
involution of, 288 cervix of, 368, 369f antiport, 18f, 19
medulla of, 288f, 289, 289f crown of, 368, 368f, 369f coupled, 18f, 19, 20
T lymphocytes in, 232 deciduous (milk), 368, 373 of lysosomal proteins, 30–31, 31f
vascular supply to, 290 dentin of, 368f, 369–370, 369f, 370f of regulated secretory proteins, 30f,
Thyrocalcitonin, 312t, 316 development of, 371–374, 372f 31
Thyroglobulin, 313, 314, 315f disorders of, 369b, 370b, 371b passive, 17, 18f, 19
Thyroid follicle, 313, 313f enamel of, 368–369, 368f, 369f, 374 receptor-mediated, 51, 214
Thyroid gland, 311–316 gingiva (gums) of, 368, 368f, 376 retrograde, 29
cellular organization of, 313–316, 313f mineralized components of, 368–370 axonal, 191, 192
disorders of, 316b periodontal ligament of, 368, 368f, 369f, symport, 18f, 19
hormones of. See Thyroid hormone(s). 371, 371f, 375, 375f uniport, 18f, 19
structure of, 313, 313f pulp of, 369f, 371, 371b, 371f via membrane transport proteins, 16–19,
Thyroid hormone(s) root canal of, 368, 368f, 369f 18f
and thyrotrophs, 309 root of, 368, 368f, 369f, 374 via nuclear pore, 51–52, 54f
functions of, 311, 312t structures associated with, 374–376 Transport vesicles, 26, 28–29
physiological effects of, 315 succedaneous, 368, 373 Transporter, in nuclear pore complex, 50
release of, 315 Tooth germ, 373 Transverse (T) tubules
synthesis of, 314–315, 315f Toxins, detoxification of, in liver, 433 of cardiac muscle, 177–178, 180t
Thyroid hormone receptor proteins, Trabeculae of skeletal muscle, 160, 163f, 180t
nuclear, 315 arachnoid, 213 Triad(s)
Thyroid peroxidase, 314 bony, 143, 146, 146f, 147, 147f in retina, 524
Thyroid-stimulating hormone (TSH), 307t, of lymph node, 291, 291f in skeletal muscle, 160, 162f, 163f
309, 311, 312t, 315 of spleen, 294, 294f, 295, 295f Tricarboxylic acid cycle, 40
Thyroid-stimulating hormone-releasing Trabecular arteries, 294f, 295 Trichohyalin granules, 341
hormone (TRH), 306, 307t, 309 Trabecular meshwork, of scleral sulcus, 516 Tricuspid valve, 267
Thyroidectomy, 316b Trabecular veins, 295f Triglycerides
Thyrotroph(s), 309 Trachea, 346, 351–354, 352f absorption and processing of, 406,
Thyrotropin, 309 adventitia of, 351f, 352f, 354 407f
chorionic, 484 mucosa of, 351–353, 352f digestion of, 116, 117, 119f
Thyrotropin-releasing hormone, 203 submucosa of, 352f, 353 in cytoplasm, 41
Thyroxine (T4) trans Golgi network, 27–28, 28f Trigone, 461
and thyrotrophs, 309 collagen synthesis in, 75, 77f Trigonum fibrosum, 269
effect on cartilage, 135t in spermiogenesis, 495 Triidothyronine (T3)
functions of, 311, 312t sorting in, 29–31, 30f and thyrotrophs, 309
in colloid, 313 transport vesicles in, 29, 264f functions of, 311, 312t
physiological effects of, 315 Transcription, 21, 24, 57–59, 58f in colloid, 313
release of, 315 Transcription factors, 62 physiological effects of, 315
synthesis of, 314–315, 315f Transcytosis, 34, 264–265, 264f, 404 release of, 315
thymulin production and, 290 Transducin, in photoreception, 522 synthesis of, 314–315, 315f
Tight junction(s), 94, 97f–99f Transduction, 21, 61, 303 Trisomy, 68b
of capillaries, 260 Transfer RNA (tRNA), 22, 24, 59 Trisomy 21, 56b, 68b
Tight junction strands, 94, 99f Transfer vesicles, 27, 28f Tritium (3H), in autoradiography, 5–6, 7f
Tingible body macrophages, 289 Transferrin, 297 Trophic influence, 218
Tissue(s) Transferrin receptors, 214b Trophic relationships, axonal, 191
defined, 11, 71 Transforming growth factor (TGF), 336 Trophoblasts, 481f, 482
types of, 11, 69, 85 Transforming growth factor-β (TGFβ), 138, Tropocollagen molecules, 74f, 75–77, 77f,
Tissue fluid flow, 69, 70f 154 78b, 113
Tissue preparation, for light microscopy, Transient cells, of connective tissue, Tropomodulin, in skeletal muscle, 164,
1–2, 3t 124–125, 124f, 125f 164f, 165t
Tissue thromboplastin, in clot formation, Transitional endoplasmic reticulum (TER), Tropomyosin
233 27, 30f in skeletal muscle, 164f, 165t, 167
Titin, 162, 164, 165t Transitional epithelium, 86t, 87f, 88, 89f in smooth muscle, 181
Tolerance Translation, 24–26, 25f–27f Troponin
drug, 433b Transmembrane linker proteins, 81, 99, in skeletal muscle, 164f, 165t, 167
immunological, 277 102 in smooth muscle, 181
Toll-like receptors, 275–276, 275t, 276b Transmembrane proteins, 14, 16f Trypsin inhibitor, 419
Toluidine blue stain, 2 Transmission electron microscopy (TEM), Tubular glands, 107, 107f
Tomes’ process, 374 4f, 7–9 of endometrium, 476, 477f, 480
Tongue, 376–379, 377f Transneuronal degeneration, 218 simple coiled, 336
papillae in, 377–379, 377f, 378f Transport Tubular myelin, 361
taste buds in, 378–379, 378f, 379f active, 17, 18f, 19 Tubule(s). See also Microtubule(s).
Tonofibrils, 330, 331f primary, by Na+-K+ pump, 19 dentinal, 370b
Tonofilaments, 46t, 329, 330 secondary, by coupled carrier proteins, of platelets, 233, 233f, 234f, 236t
Tonsils, 299, 301, 301f, 350, 377f 20 seminiferous, 489, 490–498, 490f–492f
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 572

572 䡲 䡲 䡲 Index

Tubule(s) (Continued) Tunica media (Continued) Valve(s)


T (transverse) of muscular arteries, 254t, 255, 255f, 256f anal, 410
of cardiac muscle, 177–178, 180t of veins, 265t, 266 ileocecal, 407
of skeletal muscle, 160, 163f, 180t thickness of, 258 of heart, 267, 268b
uriniferous, 438–452, 438f–439f, 446f, Tunica propria, 491 of Kerckring, 398
456f, 459t, 460t Tunica vaginalis, 489 of lymphatic vessels, 290
Tubuli recti, 489, 501, 502t Tunica vasculosa of veins, 267
Tubulin dimers, 43f, 192 of eye, 515f, 516–518 pyloric, 385
Tubuloacinar (tubuloalveolar) glands, 107, of testis, 489, 498 Varices, esophageal, 267b
107f Turner’s syndrome, 56b Varicose veins, 267b
compound Tympanic cavity, 527–528, 527f Vas deferens, 489, 490f, 502t, 504
of mammary gland, 486 Tympanic lip, 533 Vasa recta, 453
prostatic, 506 Tympanic membrane, 526, 527, 535 and countercurrent exchange system,
salivary, 413 Tympanum, 527f 458, 460f, 460t
Tubulocisternal network, 390f Tyrosinase, 332, 341 Vasa vasorum, 252–253
Tubulovesicular complexes, 27 Tyrosine Vascular compartment, of bone marrow,
Tubulovesicular system, of parietal cells, diiodinated, 314–315 236
389, 390f monoiodinated, 314–315 Vascular dissemination theory, of
Tuftleins, 369 endometriosis, 478b
Tumor(s). See Cancer. U Vascular feet, of astrocytes, 194
Tumor necrosis factor (TNF) Vascular pole, of kidney, 440, 441f
effect on bone, 154 Ubiquination, 37 Vascular supply
in apoptosis, 68 Ubiquitin-activating enzyme, 37 to bone marrow, 236–237
neutrophils and, 227 Ubiquitin-conjugating enzymes, 37 to kidneys, 438f–439f, 452–454, 453f,
Tumor necrosis factor-α (TNF-α) Ubiquitin ligase, 37 454f
antigen-presenting cells and, 284t Ulcers, 398b to liver, 423–425, 424f, 425f
in small intestine, 401 Ultrafiltrate, 442, 447, 455 to lungs, 355f, 364–365
mast cell release of, 117 Ultraviolet radiation, 332b, 333, 333b to lymph nodes, 293
TH1 cells and, 287, 287f Ungated channels, 19 to penis, 507f, 508
Tumor necrosis factor-β (TNF-β), 282 Unicellular glands, 105–106, 105f, 106f to pituitary gland, 304–306, 306f
Tumor necrosis factor (TNF) receptor Unilocular fat cells, 115–116, 117f, 127–128 to placenta, 483f, 484
family, 140 Unipolar neurons, 189f, 193 to salivary glands, 415
Tunic(s), vessel, 251–253, 252f Uniport transport, 18f, 19 to small intestine, 402–403
Tunica adventitia, 251–252, 252f, 254t, Unipotential progenitor cells, 238, 239t, to spleen, 294, 294f, 295, 295f
265t 241 to suprarenal glands, 318, 320f
in blood pressure regulation, 258 Unit membrane, 12 to testes, 489–490
of alimentary canal, 382, 382f, 394t–395t Unmyelinated axons, 191, 192f, 197 to thymus, 290
of arterioles, 254t, 256 Urate oxidase, 36 Vascular system. See Cardiovascular
of bladder, 462 Urea, 432 system; Lymphatic vascular system.
of blood vessels, 252, 252f Ureters, 437, 438f, 460–461 Vascular tunic, of eye, 515f, 516–518
of elastic arteries, 254, 254t Urethra, 437, 462 Vasectomy, 504b
of esophagus, 385, 394t Urinary bladder, 437, 461–462, 461f Vasoactive intestinal peptide, 203, 392t,
of large intestine, 395t Urinary incontinence, 462b 421–422, 421t
of lymphatic ducts, 271 Urinary pole, of kidney, 440, 441f, 445 Vasoconstriction, 208, 253, 258
of muscular arteries, 254t, 256 Urinary space, 440, 441f, 445, 445f, 450f Vasodilation, 258
of small intestine, 394t–395t, 402 Urinary system, 437–462 Vasomotor center, in brain, 258
of stomach, 394t, 396 excretory passages in, 458–462 Vasomotor nerves, 253, 258
of trachea, 351f, 352f, 354 kidneys in, 437–458 Vasomotor tone, 258
of uterus, 464f, 477 Urine, formation of, 438, 455–458, 456f, Vasopressin
of vagina, 485 457t, 458 in blood pressure regulation, 258
of veins, 265t, 266, 267 Uriniferous tubules, 438–452, 438f–439f, in urine formation, 456f, 458
thickness of, 258 446f, 456f, 459t, 460t physiologic effects of, 307t, 311
Tunica albuginea Urogastrone, 397, 402 synthesis of, 310, 311
of ovary, 463 Uronic acid, 69, 71t Veins, 265–267, 265t. See also specific
of penis, 507, 507f Uterine contractions, 477 vein.
of testis, 489 Uterine glands, 476, 477f, 480 classification of, 265–267
Tunica fibrosa, of eye, 515–516, 515f Uterine tube, 464f defined, 251, 265
Tunica intima, 251, 252, 252f, 254t, 265t Uterus, 464f, 475–477 hepatic, 425
of arterioles, 254t, 256 broad ligament of, 463, 464f large, 265t, 266–267
of elastic arteries, 253, 254t Utricle, 528f, 529, 530f, 531f medium, 265t, 266
of lymphatic ducts, 271 Uvea (tunica vasculosa), 515f, 516–518 pulmonary, 267
of muscular arteries, 254t, 255, 255f Uvula, 376, 377f small, 265–266, 265t, 266f
of veins, 265t, 266 tunics of, 251–253, 252f, 265t
thickness of, 258, 259b V valves of, 267
Tunica media, 251, 252, 252f, 254t, 265t varicose, 267b
of arterioles, 254t, 256, 256f Vagina, 464f, 484–485 Vellus hairs, 339
of elastic arteries, 254, 254t Vagovasal reflex, 383 Velocity-dependent channels, 17
of lymphatic ducts, 271 Vagus nerve, 383 Vena cava, 267, 267f, 424f
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 573

Index ■ ■ ■ 573

Venae rectae, 453 Visceral layer Weibel-Palade bodies, 254


and countercurrent exchange system, of Bowman’s capsule, 440, 442, 443f, Weigert’s elastic stain, 3t
458, 460f, 460t 444f, 445 Wharton’s jelly, 126
Venous sinusoids, of spleen, 294f, 295 of pericardium, 269 White adipose tissue, 115–116, 117f,
Ventilation, 345 Visceral motor component, 207 127–128
mechanism of, 364 Visceral nervous system, 185, 207–210, White blood cells (WBCs). See
Ventral horns, 211 209f Leukocyte(s).
Ventricles, of heart, 267, 267f Visceral pleura, 364 White fibers. See Collagen fibers.
Venules, 256f, 263, 265–266, 265t, Visceral reflex, 207f White matter, 191, 210, 211
266f Visceromotor nuclei, 208 White muscle fibers, 157, 158t
hepatic, 425 Visible mucus, of stomach, 386, 387, 387f, White pulp, of spleen, 291f, 294f–296f,
high endothelial, 266, 292 396 295, 296
postcapillary, 265–266, 266f, 291f, Visual purple (rhodopsin), 522 Wilson’s disease, 429b
293 Vitamin(s) Wound healing, 75b
Vermiform appendix, 395t, 410–411 effect on cartilage, 134, 135t Wright stain, 3t
Vermiform granules, 332 storage, in liver, 432–433
Vermilion zone, 368 Vitamin A deficiency X
Verner-Morrison syndrome, 422b bone effects of, 155, 155t
Very-low-density lipoprotein (VLDL), 116, cartilage effects of, 135t X chromosome, 55, 56, 56f
221t, 430, 431 Vitamin A excess XO genotype, 56b
Vesicle coat protein AP-2, 201 bone effects of, 155t XX genotype, 55
Vesicular zone, of osteoclast, 141–142, cartilage effects of, 135t XXY genotype, 56b, 495b
141f Vitamin C deficiency XY genotype, 55
Vessels bone effects of, 155, 155b, 155t
blood. See Blood vessels. cartilage effects of, 135t Y
lymphatic, 270–271, 270f connective tissue effects of, 78b Y chromosome, 55, 56f
Vestibular apparatus, 511, 534 Vitamin D deficiency Yellow bone marrow, 236, 237b
Vestibular folds, of larynx, 351 bone effects of, 155, 155b, 155t Yolk sac, 481f
Vestibular glands, 485 cartilage effects of, 135t
Vestibular lip, 533 Vitamin K deficiency, 237b Z
Vestibular membrane, 530, 532f, 533f Vitreous body, 515f, 519, 519b
Vestibule Vitreous cavity, 519 Z disk (Z line)
nasal, 345, 346t Vitreous opacities, 519b in cardiac muscle, 177, 178f
of ear, 528, 528f, 535f Vocal fold, 351 in skeletal muscle, 160, 161, 161f, 162,
of external genitalia, 485 Vocal ligament, 351 162f, 164, 164f
Vestibulocochlear apparatus. See Ear(s). Volkmann canals, 144f, 145, 145f Zeis glands, 525
Vestibulocochlear nerve, 527f, 528, 529, Voltage-gated channels Zona arcuata, of vestibular membrane, 530
531f, 535, 535f calcium ion, 201 Zona fasciculata, of suprarenal gland,
Viagra (sildenafil), 510b calcium release, 167 320–321, 321f
Vibrissae, of nasal cavity, 345 mechanisms of action of, 17 Zona glomerulosa, of suprarenal gland,
Villin, 43, 90, 94f of terminal cisternae, 160 319f, 320, 321f
Villus(i) potassium (K+), 199 Zona intermedia, of pituitary gland, 310
anchoring, 484 sodium (Na+), 199, 200f Zona pectinata, of vestibular membrane,
chorionic, 483, 483f, 484, 484f Volume transmission, 204 530
free, 484 von Ebner glands, 378 Zona pellucida, 465f, 466, 467t, 468, 480,
microvilli as. See Microvilli. von Gierke’s disease, 41t 482f
of jejunum, 403 von Willebrand disease, 254b Zona reticularis, of suprarenal gland, 319f,
of small intestine, 398, 398f–401f von Willebrand factor, 254 321–322
Vimentin in clot formation, 233 Zone(s)
in capillaries, 259 dark, of lymphoid nodule, 292
in cytoskeleton, 45, 46t W marginal of spleen, 291f, 294f, 295f, 296,
in nuclear membrane, 49 297f
in skeletal muscle, 161 Wallerian degeneration, 218 of epiphyseal plate, 149f, 150–151
in smooth muscle, 181 Warts, 335b Zonulae adherentes, 94, 97f, 98f, 99
Vincristine, 66b Water Zonulae occludentes, 94, 97f–99f
Vinculin, 44, 45f, 99 in cartilage, 134 Zonule fibers, 517
Virally transformed cells, 232 in cytoplasm, 11 Zygote, 481
T-helper cell-mediated killing of, in gastric juices, 396 Zygotene, 67, 495
285–286, 286f Wave of depolarization, 200 Zymogen granules, pancreatic, 418f, 419,
Virgin cells, 277 Wavy collagen fibers, 175 419f
Visceral afferent pathways, 511 Wax glands, 338, 526 Zymogenic cells, 386f, 387f, 390, 391f

Anda mungkin juga menyukai