Anda di halaman 1dari 6

HABITUASI SEBAGAI SALAH SATU CARA CEPAT HAFAL AL-QURAN

DI PONDOK PESANTREN HAMALATUL QURAN JOGOROTO


Oleh: Kiai Ainul Yaqin, S.Q

A. PENDAHULUAN

َ ْ َ َ َ َّ ْ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َْ َْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ
‫ي ال َم ْوتى‬ ‫ت َو َرَب ى‬
‫ت إنى الذي أ ْح َياها ل ُم ْح ِ ى‬ ‫اء اه زت ى‬ ‫ك ت َرى األر ى‬
‫ض خاشعةى فإذا أنزلنا عليها الم ى‬ ‫ن آياتهى أن ى‬
‫وم ى‬
َ ْ َ ُ ََ ُ
‫شءى قديرى‬
ِ ‫ل كلى‬
‫إن ىه ع ى‬

Artinya: “Dan sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya, engkau melihat bumi itu kering
dan tandus, tetapi apabila Kami turunkan hujan di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur.
Sesungguhnya Allah yang menghidupkannya pasti dapat menghidupkan yang mati;
sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fussilat [41]: 39).

Ketika binatang berkembang biak di habitatnya. Ketika tumbuh-tumbuhan berkembang biak


di ladangnya. Ketika Allah menurunkan air rahmat, tumbuhlah makhluq pada habitatnya. Ketika
kalamullah berkembang di hati para teladan. Ketika tahfidhul qur’an bersanding di dada hamba
Tuhan. Ketika hidayah taufiq tersandang menyertai hamba peraih teladan. Seperti air hujan
dengan ukuran turun di tanah yang subur. Ijo royo-royo pohonnya, segar-bugar binatangnya;
itulah habitat. Tumbuh-tumbuhan berkelompok, binatang juga berkelompok, disini Pondok
Pesantren Hamalatul Qur’an Jogoroto menciptakan kelompok tahfidhul quran dengan model
habituasi.

B. DEFINISI

Habituasi adalah pembuatan sarana dan budaya satu macam tujuan. Satu macam konsumsi
telinga. Secara alamiah dan ilmiah. Adapun hal-hal yang terkait dengan himpunan antara lain:
1. Materi baku (Imitasi): Adalah tiruan pada hal-hal yang harus sama seperti yang ditiru
dengan batasan bentuk kaidah yang harus dipahamkan maksud dan tujuannya.
Sehingga norma hukum kebiasaan dan terampil menjadi rasa butuh.
2. Tokoh panutan (Referensif): Adalah tokoh panutan sebagai guru (Red. gu:digugu,
ru:ditiru) dalam hal-hal yang berkaitan dengan Al-Quran, meliputi tata cara, tata
busana, tata krama. Yang berstatus: lebih tua usianya, dan lebih dahulu mondok (di
pesantren). Yang berstruktur: di angkat sebagai pengurus atau badal.
3. Lokasi yang dibentuk (Habitat): Adalah sarana untuk pertumbuhan proses menghafal
Al-Quran yang berlangsung selama 24 jam sampai dengan tuntas menjadi insan kamil
yang berlanjut berdamping interaktif, komunikatif, dan efektif. Masyarakat apresiatif
dan mendapatkan jaminan keamanan dalam menjalankan aktifitas.

C. IMITASI BACA

Bacaan Al-Quran yang ada di Pondok Pesantren Halamatul Qur’an meniru pada mushaf
murottal Syaikh Mahmud Kholil Al-Khushori dengan didukung kitab karangannya Ahkamul
Qiroatil Qur’an. Oleh karena itu, realisasi untuk mencapai target yang diinginkan dengan cara
sebagai berikut:

1. Penyatuan komando. Samahalnya dengan sholat, baris berbaris, koor, ketika riyadhoh
lisan muroqobah, agar menjadi gerak reflek yang mbalung sum-sum. Terucap tanpa
sadar, benar secara kaidah tanpa memikirkan tajwid;
2. Penyatuan qiroah dengan contoh model Syaikh Mahmud Kholil Al-Khushori. Mad jaiz
panjang lima harokat sama dengan mad wajib, dan panjang bacaan nun mati ataupun
tanwin tiga harokat bila bertemu huruf ,‫ىب‬,‫ ينمو‬yang disebut dengan idghom bigunnah,
iqlab, dan ikhfa’. Begitu juga dengan nun atau mim yang bertasydid, dan mim sukun
ketika bertemu ‫ب ىم‬. Dengan begitu, dapat menciptakan rasa khusyu’ tuma’ninah.
Walhasil, kemudahan menghafal seperti-halnya tertawa, dan keindahannya sama-
halnya dengan senyum. Pengecilan titik tumpu ada pada hobi dan sayang. Hingga,
seberat dan sesusah apapun menjadi ringan tanpa beban;
3. Penyatuan model bimbingan dengan (pakem) panutan keseragaman membaca, yang
ada pada thoriqoh, guru dengan istilah mursyid, dan peserta didik dengan istilah
murid. Satu guru satu restu satu baku pemangku;
Hal itu ada pada istilah:
a. Dikom: didikan komando, apapun yang berkaitan dengan gerak ucap ikut
komando ketika aktifitas berlangsung;
b. Dial: sandi matrial;
c. Glasi: gladi simulasi;

D. TATA CARA

Tata cara memahamkan ma’na fashohah secara istilah untuk mengatur dinamika gejolak
jiwa yang selalu ingin bertanya:

(Panutan) ‫اتحادىالقدوة‬
(Bacaan) ‫اتحادىالقراة‬
(Bimbingan) ‫اتحادىالرشدة‬

1. Sisi Ilmu Tajwid: Praktik baca dengan ilmu yang terpaut kaidah dengan hasil enak
didengar, enak diucapkan, tidak harus metot-metot, dan menceng-menceng, karena
susunan huruf dalam kalimat Al-Quran sudah teratur, sedangkan kaidah ilmu tajwid,
shorof, nahwu, balaghoh sebagai pagar penjaga diktat dari Jibril A.s kepada Nabi
Muhammad SAW, dan keempat ilmu Al-Quran tersebut dalam kategori fashohah.
Fashohah dalam shorof pergeseran huruf, pergantian huruf, penghilangan huruf, dan
penggabungan dengan alasan susunan ucap lidah Arab.
2. Sisi Ilmu Shorof: Bentuk jadi kalimat tertulis dan terucap yang tersusun dalam Al-
Quran dibacakan oleh Jibril a.s. kepada Nabi dan didektekan kepada sekretaris Zaid
bin Tsabit dan para sahabat lainnya. ‫فصاحةىمفردىمركب‬.
3. Sisi Ilmu nahwu: Susunan kalimat-kalimat jadi kalam, ada kalam beraturan
susunannya, dan ada juga yang tak beraturan ‫ منطبقىمقتضىالحال‬keakraban telinga dan
lisan.
4. Sisi Ilmu Balaghoh: Rangkaian kalam-kalam dalam roul yang ditutup dengan
kesimpulan yang tersusun dengan istilah tartibul ayat dan tartibus suwar dengan
beberapa macam tanda waqof. Namun maqoshidul quran tilawatan, qiroatan,
fahman. Pembahasan fashohah adalah sunyi dari lahen naseh. Pengucapan lafad Al-
Quran sesuai dengan tulisan dan tanda baca yang disepakati, namun bukan
translitnya. Ilmu Nahwu, Shorof, dan Balaghoh adalah analisa ilmu lughoh Al-Quran
yang mu’jiz.

E. DISIPLIN EDUKASI
1. Moco:
a) Membaca yang berarti melihat, memahami, dan menindak-lanjuti;
b) Membaca-menyuarakan tulisan sebagai lambang bunyi Al-Quran dengan
menirukan bacaan dari guru yang bersambung silsilahnya sampai Rasulullah
SAW.;
c) Membaca situasi alam dengan upaya bagaimana progam tahfidh menjadi idola;
d) Membaca peluang output didikan agar kedepan para hamilul-quran menjadi
dominan pemegang peran di negeri yang didirikan oleh para kiai; dengan nama
Republik Indonesia;

2. Njogo:
a) Menjaga Al-Quran dengan hafalan diatur kaidah baca ilmu Tajwid , Shorof,
Nahwu, Balaghoh, Ushul Fiqih, dan ilmu Tafsir;
b) Menjaga niat yang wujud kemauan sampai pada tujuan. Ketika tahapan proses
tahfidh berlangsung, banyak hal yang menggoda, ada-kalanya dengan menakut-
nakuti masa depan suram. Ada juga yang menjanjikan dengan hal yang lebih
enak, tetapi hal seperti itu sesat;
c) Istiqomah jama’ah sholat tahajjud (qiyamul-lail) dengan menggunakan maqro’ ½
Juz dan khatam pada setiap dua bulan sekali;
d) Istiqomah jama’ah sholat dhuha dengan menggunakan maqro’ ½ Juz dan khatam
pada setiap dua bulan sekali;
e) Menjaga istiqomah untuk selalu terus-menerus berkesinambungan setor kepada
guru dengan bacaan qiro’ah Muwahhadah;

3. Roto:
1. Pemerataan bacaan Al-Quran:
a) Ta’dilul harokat, ta’yin nun sukun, dan tahqiqut tasydid.
b) Daur-tasalsal, hatam berulang-ulang dan tidak pilih-pilih. Tidak membaca hanya
yang disuka dengan membacanya selalu, sedangkan yang tidak disuka dibiarkan.
c) Setoran hafalan kepada guru merata pada tingkatan. Kemudian kepada para kiai
huffadh yang ada di sekitar Jogoroto dan Tebuireng.
2. Pemerataan sosial
Mengirim santri ke pesantren-pesantren mitra dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Panishment; agar tercipta nuansa baru untuk hasil sebagai hamilul-quran;
2. Reward; untuk belajar pendalaman ilmu yang dibutuhkan. Sebagai langkan untuk
pengembangan syiar Al-Quran;
3. Prakarsa berdirinya pesantren baru menggunakan model yang sama dengan
Hamalatul Quran meskipun berbeda nama.

F. TAHAPAN (LANGKAH) MENGHAFAL


1. Membaca dengan cara NaBiTeBu;
a) Nafas: Mengambil nafas dengan melepas semua ewuh-pekewuh.
b) Bidik: Membidik tulisan dengan yang akan dihafal dengan konsentrasi.
c) Teliti: Meneliti semua tanda yang ada bentuk tulisan dan tempat maqro’.
d) Bunyi: Setelah ketiganya (Nafas, Bidik, Teliti) sudah fix, baru diucapkan
dengan fashih ala Syaikhul Maqaari’ Al-Mishriyyah Mahmud Kholil Al-
Khushori.
2. Mengulang-ulang beberapa kali dengan kehalusan bacaan yang bisa tercipta
reflek dengan ukuran tahqiq. Memperhalus pengucapan kalimat Al-Quran ketika
perpindahan huruf satu keberikutnya dengan tepat makhroj dan sifatnya.
3. Sumber pendengaran atau konsumsi telinga satu panutan dan satu contoh
model bacaan Syikh Mahmud Kholil al-Khusori yang berulang setiap waktu.
Sehingga, tanpa sadar bibir terucap Al-Quran meskipun nglindur dengan Al-
Quran.
G. KESIMPULAN

Hati orang-orang yang mempunyai predikat sebagai “utul ‘ilm” laksana tanah subur
tersiram hujan lalu tumbuh tanaman dan perpohonan. Berkembang biak, binatang peliharaan
aman terjaga dari hama yang dapat merusak pertumbuhan sampai masa panen, dalam pepatah
jawaban dari galau; galau harian tanam sayuran, galau bulanan tanam palawija, galau tahunan
tanam kelapa, galau masa depan tanam ilmu yang berlaku.

Tahfidhul quran yang disertai dengan pengetahuan berlaku sepanjang zaman. Dengan
mengesampingkan hal-hal sia-sia sementara, lekas selesai progam tahfidh kemudian tathbiq ke
ilmu berikutnya. Maka Allah SWT. Akan mengangkat derajat “utul ‘ilm”. Mulia di sisi Allah SWT
dan mulia di sisi manusia sesama. Demikian, Wa Allah A’lam.[]

Anda mungkin juga menyukai