Anda di halaman 1dari 3

Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang

mulia. Bahkan yang termulia di tengah umat ini. Jumlah mereka


lebih dari seratus ribuan. Tapi yang paling mulia di antara mereka
ada sepuluh orang. Kita mengenal kesepuluh orang ini dengan
sebutan al-mubasyiruna bil jannah (orang-orang yang diberitakan
masuk surga). Di antara sepuluh orang itu tersebutlah nama Said
bin Zaid radhiallahu ‘anhu.

Said bin Zaid tak seterkenal al-mubasyiruna bil Jannah yang lain.
Seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dan Abdurrahman bin Auf.
Tapi hal itu tidak mengurangi kemuliaannya. Kali ini kita akan
menyimak catatan ringkas tentang biografi Said bin Zaid
radhiallahu ‘anhu. Agar kita lebih mengenal sahabat yang mulia
ini.

Said bin Zaid adalah seorang yang pertama-tama memeluk Islam.


Ia memeluk Islam sebelum Nabi berdakwah di rumah al-Arqam
bin Abi al-Aqram. Ia turut serta dalam semua peperangan
Rasulullah. Bahkan ia turut ambil bagian juga dalam Perang
Yarmuk dan pengepungan Damaskus.

Nasab dan Kedudukannya


Nama dan nasabnya adalah Said bin Zaid bin Amr bin Nufail bin
Abdul Uzza al-Adawi. Satu kabilah dengan Umar bin al-Khattab
radhiallahu ‘anhu. Ia dilahirkan di Mekah 22 tahun sebelum hijrah.
Termasuk salah seorang yang pertama-tama memeluk dengan
perantara dakwah Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu.

Said bin Zaid menikah dengan adik Umar, Fatimah binti al-
Khattab radhiallahu ‘anha. Sementara Umar menikahi saudarinya,
yaitu Atikah binti Zaid. Ayahnya, Zaid bin Amr bin Nufail, adalah
seorang yang hanif. Meskipun hidup di masa jahiliyah ia tak
pernah sujud kepada selain Allah. Di tengah kegelapan jahiliyah,
menjelang wafat ayahnya berkata, “Ya Allah, jika Engkau memang
tidak menghendaki kebaikan ini (agama Islam) untukku, maka
janganlah Engkau halangi anakku (Sa’id) darinya.” Ia tidak tahu
harus mengikuti siapa. Karena di zaman itu belum ada Rasul yang
diutus.

Jaminan Surga Sejak Masih Tinggal di Dunia


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan ada sepuluh
orang sahabatnya yang paling utama. Mereka semua dijamin
surga. Sejak mereka hidup di dunia. Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

َ
‫م ُر ِفي‬ َ ‫ َو ُع‬،‫ “أ ُبو بَكْ ٍر ِفي ا ْل َجن َِّة‬:‫ول ال َّل ِه‬ ُ ‫س‬ ُ ‫ل َر‬ َ ‫ َقا‬:‫ل‬ َ ‫ف َقا‬ ٍ ‫م ِن بْ ِن َع ْو‬ َ ‫الر ْح‬
َّ ‫ن َعبْ ِد‬ ْ ‫َع‬
‫ َوال ُّزبَيْ ُر ِفي‬،‫ َو َط ْل َح ُة ِفي ا ْل َجن َِّة‬،‫ي ِفي ا ْل َجن َِّة‬ ٌّ ‫ َو َع ِل‬،‫ان ِفي ا ْل َجن َِّة‬ُ ‫ْم‬ َ ‫ َو ُعث‬،‫ا ْل َجن َِّة‬
‫يد ِفي‬ ٌ ‫س ِع‬َ ‫ َو‬،‫س ْع ٌد ِفي ا ْل َجن َِّة‬ َ ‫ َو‬،‫ف ِفي ا ْل َجن َِّة‬ ٍ ‫م ِن بْ ُن َع ْو‬ َ ‫الر ْح‬
َّ ‫ َو َعبْ ُد‬،‫ا ْل َجن َِّة‬
‫اح ِفي ا ْل َجن َِّة‬ ِ ‫ َوأَ ُبو ُعبَيْ َد َة ْب ُن ا ْل َج َّر‬،‫”ا ْل َجن َِّة‬.

Dari Abdurrahman bin Auf, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda, “Abu Bakar di surga. Umar di surga. Utsman di surga.
Ali di surga. Thalhah (bin Ubaidillah) di surga. Az-Zubair (bin al-
Awwam) di surga. Abdurrahman bin Auf di surga. Saad (bin Abil
Waqqash) di surga. Said (bin Zaid) di surga. Dan Abu Ubaidah bin
al-Jarrah di surga.” (HR. Ahmad dan at-Turmudzi).

Seorang Yang Mustajab Doanya


Di antara keutamaan Said bin Zaid adalah ia memiliki doa yang
mustajab. Ini menunjukkan kedekatannya dengan Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Suatu hari ada seorang wanita yang
memfitanah Said. Ia mengatakan bahwa Said telah mencuri
tanahnya dan memasukkan tanah itu ke bagian miliknya. Fitnah
tersebut benar-benar menyakitkan Said. Hingga ia mendoakan
orang tersebut,

‫ها‬
َ ‫ار‬
ِ ‫ها ِفي َد‬
َ ‫ل َقبْ َر‬
ْ ‫اج َع‬
ْ ‫ َو‬،‫ها‬ َ َ‫كا ِذ َب ًة َفأَ ْع ِم ب‬
َ ‫ص َر‬ ْ ‫ال َّل ُهم إِ ْن كَا َن‬
َ ‫ت‬

“Ya Allah, kalau dia dusta, buatlah matanya buta. Dan jadikanlah
tempat wafatnya, tanahnya sendiri.”

Selang beberapa hari, wanita tersebut mengalami kebutaan. Ia


meraba-raba berjalan di dinding. Wanita itu berkata, “Aku telah
tertimpa musibah dengan sebab doanya Said bin Zaid.” Saat ia
berjalan di tanahnya, ia melewati sumur dan terjatuh di dalamnya.
Di situlah kuburnya.

Selain turut serta bersama Rasulullah dalam semua perang setelah


Perang Badar. Said juga memiliki keutamaan sebagai periwayat
hadits. Memang tidak banyak hadits yang ia riwayatkan. Ia
meriwayatkan sejumlah 48 hadits.

Wafat
Said bin Zaid wafat di daerah Aqiq pada tahun 50-an Hijriyah.
Kemudian jenazahnya dibawa ke Madinah. Saat wafat usianya 70-
an tahun.

Read more https://kisahmuslim.com/6386-said-bin-zaid-


radhiallahu-anhu.html

Anda mungkin juga menyukai