Anda di halaman 1dari 38

BAB I

ANALISIS JURNAL

A. ABSTRAK
Judul : Kombinasi Relaksasi Napas Dalam Dan Aroma Terapi Lavender
Efektif menurunkan tekanan darah
Tahun : 2018
Nama Author : Enis Kusyati, Novi Kurnia Santi, Shindi Hapsari
Penerbit : Prosiding Seminar Nasional Unimus
Tempat : Semarang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat umum. Hipertensi memiliki prevalensi yang tinggi yaitu
sekitar 25,8%. Kasus tertinggi penyakit yang tidak menular di Jawa Tengah adalah
penyakit kardiovaskuler atau hipertensi dan pembuluh darah. Dari total 1.212.167
kasus yang dilaporkan sebesar 66,51 % (806.208) adalah penyakit kardiovaskuler
atau hipertensi dan pembuluh darah. Relaksasi dan Aromaterapi dapat
mengakibatkan vasodilatasi pada pembuluh darah. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui efektifitas relaksasi nafas dalam dan aromaterapi lavender
terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Jenis penelitian kuantitatif
dengan quasi experiment one group pre-test and post-test design. Menggunakan
Teknik purposive sampling dengan jumlah 26 responden. Uji normalitas
menggunakan Shapiro Wilk dan uji statistik menggunakan paired t-test. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistole sebelum intervensi
adalah 148,38 mmHg, dan tekanan darah diastole 92,00 mmHg dengan p-value
0.000, sedangkan rata-rata tekanan darah sistole setelah intervensi adalah 145,54
mmHg, dan tekanan darah diastole 90,54 mmHg dengan p-value 0.000.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa relaksasi nafas dalam dan aromaterapi
lavender efektif menurunkan tekanan darah.
B. Analisis Jurnal

NO Kompone Isi Kritisi Seharusnya


n
1 Latar Hipertensi adalah Pada latar Dalam penulisan
Belakang suatu keadaan dimana belakang sistematika pembuatan
seseorang mengalami penelitian ini latar belakang harus
peningkatan telah dijelaskan mencantumkan 5
tekanandarah diatas mengenai komponen yaitu :
normal yang masalah, dan 1. Besar masalah dan
mengakibatkan dampak namun dampak komponen M
peningkatan angka belum dijelaskan dan D. Setiap latar
kesakitan (morbiditas) secara spesifik belakang penelitian
danangkakematian/m mengenai area akan dimulai dengan
ortalitas. Tekanan (permasalahan alasan kuat penelitian
darah 140/90 mmHg yaitu penentuan bahwa masalah yang
didasarkan pada dua besar masalah, diteliti benar-benar
fase dalamsetiap masalah merupakan masalah
denyut jantung yaitu diagnostic, faktor yang besar dan
fase sistolik 140 risiko, dan memberikan dampak
menunjukkan fase prognosis) dalam yang besar.
darah yang sedang penelitian ini juga 2. Area spesifik
dipompaoleh jantung tidak adanya komponen A, area
dan fase diastolik 90 gambaran spesifik muncul dari
menunjukkan fase mengenai komponen M dan D.
darah yang kembali ke penelitian yang Yang terdiri dari
jantung sudah dilakukan penentuan besar
(Triyanto, yang terkait masalah, masalah
2014).Relaksasipernafa dengan diagnostic, masalah
san merupakan terapi permasalahan patofisiologi, faktor
relaksasi dalam penelitian risiko, masalah
denganmengontrolper ini dan juga tidak pengobatan dan
nafasan yangtepat dan terdapat masalah prognosis.
efektif komponen 3. Elaboras ( komponen
menurunkandepresi,a kesenjangan E), menuliskan
nsietas,sifat cepat dalam latar berbagai penelitian
marah dan belakang ini. yang sudah dilakukan
mudahtersinggung.Rel dalam bidang yang
aksasi adalah metode, akan diteliti. Tujuannya
proses, prosedur, adalah memberikan
kegiatan yang dapat gambaran yang sudah
membantu seseorang diteliti untuk
menjadi diidentifikasi apayang
rileks, meningkat masih belum diketahui.
ketenangan, 4. Kesenjangan
menurunkan (Komponen K) bagian
kecemasan, stress atau kesenjangan adalah
marah Aromaterapi konsekuensi dari
lavender adalah suatu bagian elaborasi. Atas
cara perawatan tubuh dasar hal tersebut
ataupenyembuhan maka komponen k
penyakitdengan inilah yang akan
menggunakan minyak diangkat sebagai
esensial (essential oil). masalah penelitian.
Aromaterapi lavender Kesenjangan dapat
bekerja dengan ditemukan setelah
mempengaruhi tidak dilakukan elaborasi,
hanya fisik tetapi juga yaitu sesuatu yang
tingkat emosi. dianggap baru yang
Manfaat pemberian terdiri dari beberapa
aromaterapilavender aspek yaitu dengan
bagi seseorang adalah panduan :
dapat menurunkan a. Kesenjangan ada
kecemasan, nyeri pada aspek
sendi, tekanan populasi
darahtinggi, frekuensi b. kesenjangan ada
jantung, laju pada aspek desain
metabolik, dan penelitian
mengatasi gangguan c. Kesenjangan ada
tidur (insomnia), stress pada aspek
dan keluaran
meningkatkan d. Kesenjangan ada
produksi hormon pada aspek alat
melatonin dan ukur
seretonin (Ni Wayan S. e. Kesenjangan ada
2014) pada aspek waktu
mengukur
(Sugiyono, 2010)
2 Tujuan Penelitian Ini Adapun tujuan Aromaterapi lavender
Bertujuan untuk yang diharapkan berhubungan dengan
mengetahui efektifitas yaitu adanya sistem kerja saraf
relaksasi nafas dalam efektifitas manusia
dan aromaterapi relaksasi nafas yang terdiridari sistem
lavender terhadap dalam dan saraf simpatis dan saraf
tekanan darah pada aromaterapi arasimpatis.
penderita hipertensi. lavender Keadaanrileks
terhadap tekanan mampu menstimulasi
darah pada tubuhuntuk
penderita memproduksi
hipertensi. molekul yang disebut
Terdapat nitrat
efektifitas yang oksida (NO). Molekul ini
signifikan saat bekerja pada tonus
sebelum otot pembuluh darah
dilakuakn sehingga dapat
aromaterapi mengurangi tekanan
lavender dan darah (Baradero, 2009).
sesudah diberikan
aromaterapi
lavender.
3 Manfaat Aromaterapi Kelebihanpenggu Terapi relaksasi dan
merupakan salah satu naanaromaterapi aromaterapi lavender
cara terapi dengan lavender adalh untuk kondisi di
memanfaatkan minyak inicukupbaikdanti ruang IGD intervensi
menguap atau minyak dakmemberikanef aromaterapi menjadi
astiri dan organ eksamping yang pilihan karena mudah
alfactory (penciuman) lebihlanjutseperti diakses tanpa
manusia. kandungan penggunaanobatt memerlukan reposisi dari
dariarometerapilavend erapifarmakologis pasien dan juga terapi
er bekerja . relaksasi dan aromaterapi
denganmerangsang Berdasarkanpenje lavender selain
sel-sel saraf lasandiataspenelit menurunkan tekanan
penciuman dan iberpendapatbah darah dapat juga
mempengaruhi kerja waaromaterapi mengatasi insomnia,
sistem limbik sehingga lavender mengurangi tingkat
dapat memberikan dapatberpengaru kecemasan dan
perasaan rileks yang hterhadapperuba mengontrol anticipacy
akhirnya dapat hannilaitekanand anxiety (American Society
mempengaruhi arahpadapasienhi of Hypertention, 2013)
tekanan darah. pertensi.
Pemberian Aromaterapiinida
aromaterapi lavender patdijadikansalah
selama 10 menit satuterapi
sudah alternative
dapatmempengaruhi intervensimandiri
sistem kerja limbik keperawatan
dengan memberikan yang
efek relaksasi dapatditerapkand
sehingga ilihatdarimanfaat
membuatjantung yang
tidak perlu bekerja diperolehpasienhi
lebih cepat untuk pertensiterhadap
memompa darah perubahannilaitek
keseluruh tubuh anandarahnya.
yangkemudian dapat Kekurangandariha
menurunkan tekanan silpenelitiyaitupen
darah pada reponden. elititidakmenjelas
Efek aromaterapi kankepadakeluar
positif karena aroma gabagaimanacara
yang segar dan harum menerapkanpem
merangsang sensori berianaromaterap
dan akhirnya i lavender untuk
mempengaruhi organ di lakukan di
sehingga dapat rumah.
menimbulkan efek
yang kuat terhadap
emosi (Lisa S, 2015).
4 Metode hasil analisistekanan Pada Pada rancangan ini
darah sistole sebelum metodeabstrak sebelum peneliti
diberikan relaksasi tersebut melakukan intervensi
nafas dalamdan menjelaskan pada semua kelompok
aromaterapilavender metode yang dilakukan pengukuran
pada digunakan quasi awal (pretest) untuk
penderitahipertensi experiment one mengetahui nilai dari
rata-rata-rata adalah group pre-test tekanan darah dari
148.38 mmHg and post-test kelompok (Pretest)
dantekanan darah design.Mengguna selanjutnya pada
sesudah diberikan kan Teknik kelompok intervensi
rata-rata-rata adalah purposive dilakukan terapi relaksasi
145.54 mmHg. sampling dengan dan aromaterapi lavender
Tekanan darah jumlah 26 sesuai dengan langkah-
diastolesebelum responden. langkah yang telah
diberikan relaksasi direncanakan. Setelah
nafas dalam dan intervensi diberikan
aromaterapi lavender dilakukaan pengukuran
pada penderita akhir, untuk menentukan
hipertensirata-rata- efektifitas dari terapi
rata adalah 92.00 relaksasi dan aromaterapi
mm/Hg dan tekanan lavender terhadap
darah sesudah tekanan darah
diberikan rata-rata-
rata adalah90.54
mm/Hg. P-value 0.000
atau lebih kecil dari p-
value 0.05.
Kesimpulan relaksasi
nafasdalam dan
aromaterapi lavender
efektif menurunkan
tekanan darah pada
penderita
hipertensi.Terapi
relaksasi nafas dalam
dan aromaterapi
lavender memusatkan
perhatian pada
suatuaktifitas otot
yang tegang
kemudian
menurunkan
ketegangan dengan
melakukan
latihanrelaksasi untuk
mendapatkan
perasaan rileks. Selain
itu juga dengan
relaksasi akan
membuatindividu
mampu menghindari
reaksi yang berlebihan
karena adanya stress,
mengatasimasalah
yang berhubungan
dengan stres seperti
hipertensi,insomnia,
mengurangi
tingkatkecemasan dan
mengontrol anticipacy
anxiety sebelum
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
(American Society Of
Hypertention, 2013).

C. Jurnal Terkait

No Juduljurnalterkait Pembahasanhasil metode

1. Umi Soraya, Yuyun Pemberianaromaterapi lavender yang jenis penelitian


Tafwidhah, Berthy Sri berupa minyak esensial kepada quasy experiment
Utami Adiningsih lansia dengan hipertensi selama 10 dengan rancangan
(2014). The Influency menit dapat menurunakan tekanan penelitian pre test
Of Lavender darah. Distribusi and post test with
Aromatherapy For frekuensimenunjukkan tekanan control group
Decreasing Of Blood darah setelah diberikan aromaterapi dengan teknik
Pressure In Elderly lavender mengalami penurunan baik purposive sampling.
With Hypertension At tekanan darah sistolik maupun Sampel penelitian
SiantanHulu Village diastolik. Tekanan darah sistolik dan berjumlah 36 orang
North Pontianak diastolik terendah yaitu 120 mmHg yang terdiri dari 18
dan 70 mmHg, dan untuk tekanan orang kelompok
darah sistolik dan diastolk yang intervensi dan 18
tertinggi yaitu 160 mmHg dan 100 orang kelompok
mmHg. Aromaterapi bisa kontrol. Analisis
membantu penyembuhan penderita penelitian
hipertensi dalam membebaskan menggunakan uji
mereka dari stres, maupun gejala- alternatif Wilcoxon.
gejala lain yang terkait dengan stres
seperti kecemasan, insomnia, hingga
depresi. Menghirup minyak
aromaterapi sendiri dianggap
sebagai cara penyembuhan yang
paling langsung dan cepat. Hal ini
dikarenakan molekul-molekul
minyak essensial yang mudah
menguap bereaksi langsung pada
organ penciuman dan langsung
dipersepsikan oleh otak (Vitahealth,
2006). Selain itu lavender dapat
menenangkan, memulihkan
kelelahan otot dan membantu
sirkulasi darah (Buckle et al., 1997
dalam Kim & Kwon,
2010).Berdasarkan hasil uji alternatif
Wilcoxon, didapatkan nilai p tekanan
darah sistolik sebelum dan setelah
diberikan aromaterapi lavender yaitu
0,000 (p<0,05), dan diastolik
sebelum dan setelah diberikan
aromaterapi lavender yaitu 0,001
(p<0,05). Karena hasil p<0,05 yang
berarti Ho ditolak
dan Ha diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh aromaterapi lavender
terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia dengan hipertensi

2. LisaSeptianty,ArinaNu Pemberian aromaterapi lavender Penelitian ini berupa


rfiani,Ichsan selama 10 menit sudah dapat penelitian kuantitatif
Budiharto mempengaruhi sistem kerja limbik dengan desain
(2015).EfektivitasPem dengan memberikan efek relaksasi penelitian pre-
berianAromaterapi sehingga membuat jantung tidak eksperimental
Lavender perlu bekerja lebih cepat untuk dengan rancangan
TerhadapPengukuran memompa darah keseluruh tubuh one group pretest-
TekananDarahpadaPa yang kemudian dapat menurunkan posttest, sampel 16
sienHipertensi Di tekanan darah pada reponden. Dari orang pada pasien
KlinikPratamaUniversi penelitian berdasarkan hasil pretest di Klinik Pratama
tasTanjungpura pada responden menunjukkan Universitas
ratarata tekanan darah responden Tanjungpura. Analisa
sebelum dilakukan pemberian penelitian yang
aromaterapi lavender adalah pada digunakan adalah uji
sistol 147,63 dengan standar deviasi t-test berpasangan
5,315 dan rata-rata pada diastol
Karakteristik F (%) Jenis Kelamin
Laki-laki 6 37,5 % Perempuan 10
62,5 % Usia 46-55 56-65 12 4 75,0%
25,0% Total 16 100%
93,19 dengan standar deviasi 8,697.
Dari hasil penelitian rata-rata
responden mengalami hipertensi
derajat I yaitu antara 140-160 mmHg
pada sistol, sedangkan diastol
responden berada pada rentang
normal hingga derajat 2 yaitu dari
90-110 mmHg. Berdasarkan
penelitian Korneliani dan Meida
(2012) wanita yang menjadi istri dan
ibu sekaligus sebagai pekerja,
cenderung membawa mereka pada
work-family conflict. Stres pada
pekerjaan cenderung menyebabkan
hipertensi berat. Sumber stres dalam
pekerjaan meliputi beban kerja,
fasilitas kerja yang tidak memadai,
peran dalam pekerjaan yang tidak
jelas, tanggung jawab yang tidak
jelas, masalah dalam hubungan
dengan orang lain, tuntutan kerja,
dan tuntutan keluarga.

3. Ni Wayan Suviani1, I Penelitiandilakukan mulai bulan april Penelitian ini adalah


Wayan Artana2, Putu sampai mei 2014. Metode Quasi Experiment
Wira Kusuma Putra3 pengumpulan data menggunakan dengan rancangan
(2014). observasi nonpartisipan terstruktur NonequivalentContr
PengaruhPemberian dengan pengukuran tekanan darah ol Group Design.
Aroma Terapi secara langsung, sebelum dan Populasi adalah
Lavender sesudah diberikan perlakuan. lansia yang berumur
(LavandulaAngustifoli Pengukuran tekanan darah yang 60 tahun ke atas di
a) dilakukan sebanyak 3 kali setiap Desa Cemagi,
TerhadapPenurunanH pengukuran dan hasil yang Kecamatan Mengwi,
ipertensiPadaLansia digunakan yaitu hasil rata-rata dari Kabupaten Badung
Di DesaCemagi, pengukuran tersebut. sebanyak 309 orang.
KecamatanMengwi, Analisis data pre tes dan post tes Sampel berjumlah
KabupatenBadung antar kelompok menggunakan t- 30 orang dipilih
independent. Analisis data pre tes – menggunakan
post tes menggunakan t-paired purposive sampling
apabila data yang terkumpul dengan kriteria
berdistribusi normal. Apabila data inklusi dan ekslusi
yang terkumpul tidak berdistribusi dibagi menjadi 15
normal, data pre tes dan post tes orang kelompok
antar kelompok menggunakan uji kontrol yang
Mann-whitney U-test. Analisis data diberikan uap air
pre tes – post tes menggunakan uji dan 15 orang
Wilcoxon. kelompok perlakuan
yang diberikan
aroma terapi
lavender.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEKANAN DARAH


1. Pengertian
Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik yang
sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah
menggambarkan situasi hemodinamik seseorang saat itu. Hemodinamik
adalah suatu keadaan dimana tekanan dan aliran darah dapat
mempertahankan perfusi atau pertukaran zat di jaringan (Muttaqin, 2012).
Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter merkury (mmHg) dan direkam
dalam dua angka, yaitu tekanan sistolik (ketika jantung berdetak) terhadap
tekanan diastolik (ketika jantung relaksasi). Tekanan darah sistolik merupakan
jumlah tekanan terhadap dinding arteri setiap waktu jantung berkontraksi
atau menekan darah keluar dari jantung. Tekanan diastolik merupakan
jumlah tekanan dalam arteri sewaktu jantung beristirahat. Aksi pompa
jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-
pembuluh. Setiap jantung berdenyut, darah dipompa keluar dari jantung
kedalam pembuluh darah, yang membawa darah ke seluruh tubuh.

2. Regulasi Tekanan Darah


faktor utama yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung,
tekanan pembuluh darah perifer dan volume atau aliran darah. Faktor-faktor
yang meregulasi (mengatur) tekanan darah bekerja untuk periode jangka
pendek dan jangka panjang (Muttaqin, 2012). Regulasi tekanan darah dibagi
menjadi:
a. Regulasi Jangka Pendek terhadap Tekanan Darah
Regulasi jangka pendek ini diatur oleh:
1) Sistem Persarafan
Sistem persarafan mengontrol tekanan darah dengan
mempengaruhi tahanan pembuluh perifer. Tujuan utamanya
adalah:
a) Mempengaruhi distribusi darah sebagai respon terhadap
peningkatan kebutuhan bagian tubuh yang lebih spesifik.
b) Mempertahankan tekanan arteri rata-rata (MAP) yang
adekuat dengan mempengaruhi diameter pembuluh darah
menyebabkan perubahan yang bermakna pada tekanan
darah. Penurunan volume darah menyebabkan konstriksi
pembuluh darah seluruh tubuh kecuali pembuluh darah
yang memperdarahi jantung dan otak, tujuannya adalah
untuk mengalirkan darah keorgan-organ vital sebanyak
mungkin.
2) Peranan Pusat Vasomotor
Pusat vasomotor yang mempengaruhi diameter pembuluh
darah adalah pusat vasomotor yang merupakan kumpulan
serabut saraf simpatis. Peningkatan aktivitas simpatis
menyebabkan vasokontriksi menyeluruh dan meningkatkan
tekanan darah. Sebaliknya penurunan aktivitas simpatis
memungkinkan relaksasi otot polos pembuluh darah dan
menyebabkan penurunan tekanan darah sampai pada nilai basal.
Pusat vasomotor dan kardiovaskular akan bersama-sama
meregulasi tekanan darah dengan mempengaruhi curah jantung
dan diameter pembuluh darah. Impuls secara tetap melalui
serabut eferen saraf simpatis (serabut motorik) yang keluar dari
medulla spinalis pada segmen T1 sampai L2, kemudian masuk
menuju otot polos pembuluh darah terutama pembuluh darah
arteriol sehingga selalu dalam keadaan konstriksi sedang yang
disebut dengan tonus vasomotor.
3) Refleks Baroreseptor
Refleks baroresptor merupakan reflek paling utama dalam
menentukan kontrol regulasi dan denyut jantung dan tekanan
darah (Heather, et, al, 2013). Mekanisme reflek baroreseptor
dalam meregulasi perubahan tekanan darah adalah dengan cara
melakukan fungsi reaksi cepat dari baroreceptor, yaitu dengan
melindungi siklus selama fase akut dari perubahan tekanan
darah. Pada saat tekanan darah arteri meningkat dan meregang,
reseptor-reseptor ini dengan cepat mengirim impulsnya ke pusat
vasomotor dan menghambatnya yang mengakibatkan terjadi
vasodilatasi pada ateriol dan vena sehingga tekanan darah
menurun (Muttaqin, 2012).
4) Refleks Kemoreseptor
Apabila kandungan oksigen atau pH darah turun atau
kadar karbondioksida dalam darah meningkat, maka
kemoreseptor yang akan diarkus aorta dan pembuluh-pembuluh
besar dileher mengirim impuls ke pusat vasomotor dan terjadilah
vasokontriksi yang membantu mempercepat darah kembali ke
jantung dan ke paru (Muttaqin, 2012). Dengan meningkatnya
tekanan darah akan mengakibatkan peningkatan pada potensial
aksi ke pusat pengontrolan kardiovascular (Cardiovascular
Control Center: CCC).
5) Pengaruh Pusat Otak Tertinggi
Reflek yang meregulasi tekanan darah diintegrasikan pada
batang otak (medula) dengan memodifikasi tekanan darah arteri
melalui penyaluran kepusat medularis (Heather, et, al, 2013).
6) Control Kimia
Kadar oksigen dan karbondioksida membantu meregulasi
tekanan darah melalui refleks kemoreseptor, sejumlah kimia
darah juga mempengaruhi tekanan darah dengan bekerja
langsung pada otot polos atau pusat vasomotor (Muttaqin,

2012).

Hormon yang paling penting dalam tekanan darah adalah


sebagai berikut:

(a) Hormon yang dikeluarkan medula adrenal selama masa


stress adalah non epinefrin dan epinefrin yang dilepaskan
oleh kelenjar adrenal ke dalam darah. Kedua hormon ini
mengakibatkan respons “fight or flight” sehingga
mempengaruhi diameter pembuluh darah dan rangsangan
simpatis (Joohan, 2009)
(b) Faktor natriuretik atrium. Dinding atrium jantung
mengeluarkan hormon peptide yang disebut dengan faktor
natriuretik atrial yang menyebabkan volume darah dan
tekanan darah menurun. Hormon ini adalah antagonis
aldosteron dan menyebabkan ginjal mengeluarkan garam
dan air yang lebih banyak dari tubuh dengan demikian
volume darah akan menurun. Hormon ini juga menyebabkan
dan menurunkan pembentukan cairan serebropinalis di otak
(Muttaqin, 2012).
(c) ADH (hormon antidiuretik). Hormon ini diproduksi di
hipotalamus dan merangsang ginjal untuk menahan air
mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air yang
berpengaruh dalam peningkatan volume dan menurunkan
osmolaritas cairan ekstra selulue (CES). Akibatnya dapat
berpengaruh terhadap hemeostasis tekanan darah (Joohan,
2000).
(d) Agiotensin II terbentuk akibat adanya renin yang dikeluarkan
oleh ginjal saat perfusi ginjal tidak adekuat. Hormon ini
menyebabkan vasokonstriksi yang hebat. Sehingga demikian
terjadi peningkatan tekanan darah yang cepat. Hormon ini
juga merangsang pengeluaran aldosteron yang akan
meregulasi tekanan darah untuk jangka yang panjang melalui
penahanan air (Lavastin, 2005).
(e) Nitric Okside (NO) disebut juga dengan endothelium
derived relaxing factor (EDRF), merupakan vasokonstriktor
yang dikeluarkan oleh sel endotel akibat adanya peningkatan
kecepatan aliran darah dan adanya mulekul-mulekul seperti
asetilkolin, bradikinin dan nitrigliserin. Hormon ini bekerja
melalui cyclic GMP second messenger, hormon ini sangat
cepat dihancurkan dan efek vasodilatasinya sangat singkat
(Lovastin, 2005).

B. KONSEP HIPERTENSI
1. Pengertian
Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih
dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin, 2012).
Sedangkan menurut Wajan (2010) Hipertensi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus
lebih dari suatu periode. Menurut WHO, hipertensi merupakan peningkatan
tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan
diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg. Hipertensi dikategorikan
ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-100 mmHg, hipertensi sedang
jika tekanan diastoliknya 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila
tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan
peningkatan diastoliknya karena dianggap lebih serius dari pada
peningkatan sistolik (Sudoyo, et al, 2006).

2. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Committe 7 (JNCyang
digunakan di Amerika Serikat tahun 2003.
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Pre Hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi Tahap 1 140-159 90-99

Hipertensi Tahap 2 ≥160 ≥100

(Sumber: Harvard Health Publications, 2007)

Tahun 2007 di Indonesia belum disepakati klasifikasi hipertensi,


sehingga para pakar hipertensi di Indonesia sepakat untuk menggunakan
klasifikasi WHO dan JNC 7 sebagai klasifikasi hipertensi yang digunakan di
Indonesia. Selanjutnya klasifikasi hipertensi menurut hasil Konsesus

Perhimpunan Hipertensi Indonesia.

3. Penyebab dan Faktor Resiko


Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua jenis
(Muchid et al, 2006), yaitu:
a. Hipertensi primer (esensial) adalah hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan
hipertensi tipe ini. Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi
untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum ada
satu teori yang menegaskan patogenesis hipertensi ini. Faktor genetik
memegang peranan penting dalam jenis hipertensi ini.
b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang meripakan akibat kelainan
penyakit ataupun obat tertentu yang bisa meningkatkan tekanan darah.
Kurang dari 10% pasien menderita jenis hipertensi ini. Pada kebanyakan
kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskular adalah penyebab hipertensi sekunder yang paling sering.
Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan
menaikkan tekanan darah.

Beberapa faktor risiko yang dapat mengakibatkan hipertensi menurut


Sudoyo, et al, (2006), yaitu:
a. Riwayat keluarga menderita hipertensi atau genetik
Studi menunjukkan bahwa sekitar 20% - 40% pasien hipertensi
primer mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi. Keadaan ini
kemungkinan berkaitan dengan genetik. Gen yang meliputi sistem
renin angiotensin dan yang lain berkaitan dengan tonus vaskuler,
trasportasi garam dan air di ginjal, dan retensi insulin berkontribusi
terhadap perkembangan hipertensi (Gray et al, 2002).
b. Usia
Insiden hipertensi meningkat sesuai dengan peningkatan usia.
Usia berpengaruh pada baroreseptor yang berperan dalam regulasi
tekanan darah dan berpengaruh pada elastisitas dinding arteri. Arteri
menjadi kurang elastis ketikan tekanan melalui dinding arteri
meningkat. Hal ini sering terlihat peningkatan secara bertahap tekanan
sistolik sesuai dengan peningkatan usia (Ramlan, 2007).
c. Ras
Hipertensi primer lebih sering terjadi pada kulit hitam dari pada
etnis yang lain. Lebih banyak orang Afrika-Amerika dengan hipertensi
mempunyai nilai renin yang lebih rendah dan penurunan eksresi

natrium di ginjal pada saat tekanan darah normal (Koizer, et al, 2009).

d. Diabetes Mellitus
Dua per tiga orang dewasa yang mengalami diabetes mellitus
jiga mengalami hipertensi. Perkembangan resiko hipertensi dengan
keluarga menderita diabetes dan obesitas menjadi 2-6 kali lebih besar
dari pada tidak ada riwayat keluarga (Gray, et al, 2002).
e. Tingkat Stress
Stress fisik dan emosional juga dapat meningkatkan tekanan
darah. Menurut Jaret (2008) stress emosional atau mental bisa
menurunkan kualitas hidup, selain itu stress mental (psikososial) dapat
meningkatkan tekanan darah. Stress yang sering atau berkepanjangan
menyebabkan otot polos vaskuler hipertropi dan berpengaruh pada
jalur pusat integrasi di otak.
f. Tingkat aktivitas
Orang dengan aktivitas yang kurang, memiliki resiko mengalami
hipertensi lebih tinggi. Aktivitas membantu mencegah dan mengontrol
hipertensi dengan menurunkan berat badan dan resistensi perifer
serta menurunkan lemak tubuh (Anggraini, et al, 2009).
g. Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan kejadian hipertensi primer. Hal ini
disebabkan lemak dapat menimbulkan sumbatan pada pembuluh
darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah (Anggraini, et al,
2009).

h. Konsumsi garam tinggi


Konsumsi tinggi natrium sering berhubungan dengan retensi
cairan. Konsumsi garam tinggi sering menjadi faktor penting dalam
perkembangan hipertensi primer. Diet tinggi garam dapat
menginduksi pelepasan hormon natriuretik yang secara tidak langsung
meningkatkan tekanan darah. Natrium juga menstimulasi mekanisme
vasopresor melalui sistem saraf pusat (Gray et al, 2002).
i. Merokok
Nikotin dalam rokok dan obat seperti kakain menyebabkan
peningkatan tekanan darah dengan segera dan tergantung dengan
dosis. Peran rokok dalam tekanan darah merupakan hal yang
kompleks yang bisa menyebabkan masalah pada pembuluh darah,
yang berdampak pada peningkatan kerja jantung dan peningkatan
kebutuhan oksigen (Gray et al, 2002).
C. PATOFISIOLOGI
D. KOMPLIKASI HIPERTENSI
Menurut Harvard Health Publications (2009) hipertensi yang tidak teratasi,
dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya seperti:
1. Payah jantung
Payah jantung (Congestive health failure) merupakan kondisi jantung
tidak lagi mampu memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kerusakan ini

dapat terjadi karena kerusakan otot jantung atau sistem listrik jantung.

2. Stroke
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang
lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah otak, maka
terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat pada kematian. Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan trans-
iskemik (TIA) yang bermanifestasi sebagai peralis sementara pada satu sisi
(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan.
3. Kerusakan Ginjal
Dengan adanya peningkatan tekanan darah ke dinding pembuluh
darah akan mempengaruhi kapiler glomerolus pada ginjal mengeras
sehingga fungsinya sebagai penyaring darah menjadi terganggu. Selain itu
dapat berdampak kebocoran pada glomerolus yang menyebabkan urin
bercampur protein (proteinuria).
4. Kerusakan Penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah mata,
sehingga mengakibatkan penglihatan menjadi kabur atau buta.

E. RELAKSASI NAFAS DALAM DAN AROMATHERAPY LAVENDER


1. Pengertian
Menurut Smeltzer & Bare dalam Trullyen, (2013) teknik relaksasi nafas
dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini
perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam,
nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas
nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru
dan meningkatkan oksigenasi darah.
Smeltzer dan Bare (2002) dalam Trullyen, (2013) menyatakan bahwa
tujuan relaksasi pernafasan adalah untuk meningkatkan ventilasi
alveoli,memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, merilekskan
tegangan otot, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress
fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri (mengontrol
ataumengurangi nyeri) dan menurunkan kecemasan. Menurut Suddarth dan
Brunner (2002) dalam Trullyen, (2013) tujuan nafas dalam adalah untuk
mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi
kerja bernafas, meningkatkan inflasi alveolarmaksimal, meningkatkan
relaksasi otot, menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktivitas otot-
otot pernafasan yang tidak berguna, tidak terkoordinasi, melambatkan
frekuensi pernafasan, mengurangi udara yang terperangkap serta
mengurangi kerja bernafas.
Menurut Brunner & Suddarth (2002) dalam Trullyen, (2013) teknik
relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan
aktivitas simpatik dalam sistem saraf otonom. Relaksasi melibatkan otot dan
respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapan
saja atau sewaktu-waktu. Prinsip yang mendasari penurunan oleh teknik
relaksasi terletak pada fisiologi sistem saraf otonom yang merupakan bagian
dari sistem saraf periferyang mempertahankan homeostatis lingkungan
internal individu. Pada saat terjadi pelepasan mediator kimia seperti
bradikinin, prostaglandin dan substansi p yang akan merangsang saraf
simpatis sehingga menyebabkan saraf simpatis mengalami vasokonstriksi
yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek
spasme otot yang akhirnya menekan pembuluh darah. Mengurangi aliran
darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan
pengiriman impuls nyeri dari medulla spinaliske otak dan dipersepsikan
sebagai nyeri.
Aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi. Aroma
berarti bau harum atau bau-bauan dan terapi berarti pengobatan. Sehingga
aromaterapi adalah salah satu pengobatan penyakit dengan menggunakan
bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau
harum, gurih, dan enak yang disebut minyak atsiri (Agusta, 2002).
2. Kandungan Dalam Bunga Lavender
Minyak lavender memiliki banyak potensi karena terdiri atas beberapa
kandungan. Menurut penelitian, dalam 100 gram bunga lavender tersusun
atas beberapa kandungan, seperti: minyak esensial (1-3%), alpha-pinene
(0,22%), camphene (0,06%), betamyrcene (5,33%), p-cymene (0,3%), limonene
(1,06%), cineol (0,51%), linalool (26,12%), borneol (1,21%), terpinen-4-ol
(4,64%), linalyl acetate (26,32%), geranyl acetate (2,14%), dan caryophyllene
(7,55%). Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa kandungan
utama dari bunga lavender adalah linalyl asetat dan linalool7
(C10H18O).Diteliti efek dari tiap kandungan bunga lavender untuk mencari
tahu zat mana yang memiliki efek anti-anxiety (efek anti cemas/relaksasi)
menggunakan Geller conflict test dan Vogel conflict test.Cineol, terpinen-4-
ol, alpha-pinene, dan betamyrcene tidak menghasilkan efek anti cemas yang
signifikan pada tes Geller.Linalyl asetat sebagai salah satu kandungan utama
pada lavender tidak menghasilkan efek anti cemas yang signifikan pada
kedua tes.Borneol dan camphene memberikan efek anti cemas yang
signifikan pada tes Geller, tapi tidak signifikan pada tes Vogel.Linalool, yang
juga merupakan kandungan utama pada lavender, memberikan hasil yang
signifikan pada kedua tes.Dapat dikatakan, linalool adalah kandungan aktif
utama yang berperan pada efek anti cemas (relaksasi) pada lavender.
3. Proses Pembuatan
Dalam pembuatan aromaterapi yang menyehatkan, digunakan minyak
atsiri yang benar-benar alami bukan bahan sintetis agar diperoleh manfaat
aromaterapi untuk pengobatan.Minyak atsiri disebut juga minyak eteris,
essential oil atau minyak terbang, karena minyak ini mudah menguap pada
suhu kamar.Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu
seperti akar, batang, kulit, daun, buah atau biji (Lutony dan Rahmayati, 2000).
Menurut Guenther (2006), minyak atsiri merupakan salah satu hasil
metabolisme dalam tanaman yang terbentuk karena reaksi berbagai
persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak atsiri disintesa dalam sel
kelenjar pada jaringan tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam
pembuluh resin.
Proses Pembuatan Minyak Lavender Kandungan minyak esensial dari
tumbuh-tumbuhan, seperti pada batang, daun, akar, buah, dan bunga dapat
diisolasi atau dipisahkan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan
penyulingan (distilation). Penyulingan merupakan proses yang sangat
menentukan untuk mendapatkan minyak esensial dari suatu tanaman.
Terdapat beberapa cara penyulingan yang dapat dilakukan untuk
menghasilkan minyak esensial dan cara-cara tersebut tergantung pada
volume serta ketersediaan alat-alat pendukung di lokasi penyulingan.

F. HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN AROMATHERAPY LAVENDER


Aromaterapi minyak atsiri dapat digunakan untuk mengatasi masalah
mental dan psikologi.Minyak atsiri berpengaruh terhadap otak melalui alat
penciuman. Molekul minyak atsiri yang masuk ke alat penciuman akan ditangkap
oleh lendir yang terdapat pada silia alat penciuman dan akan diteruskan ke otak.
Efek minyak atsiri di otak akan berpengaruh terhadap pikiran dan emosi (Agusta,
2002). Menurut Stevensen (1996), uap minyak atsiri yang dihirup akan
menimbulkan vibrasi di hidung. Minyak yang mempunyai manfaat tertentu akan
mempengaruhi sistem limbik, tempat pusat memori sehingga aromaterapi
lavender bekerja dengan mempengaruhi tidak hanya fisik tetapi juga tingkat
emosi. Manfaat pemberian aromaterapi lavender bagi seseorang adalah dapat
menurunkan kecemasan, nyeri sendi, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju
metabolik, dan mengatasi gangguan tidur (insomnia), stress dan meningkatkan
produksi hormon melatonin dan seretonin (Ni Wayan S, 2014). Aromaterapi
merupakan salah satu cara terapi dengan memanfaatkan minyak menguap atau
minyak astiri dan organ alfactory (penciuman) manusia. kandungan dari
arometerapi lavender bekerja dengan merangsang sel-sel saraf penciuman dan
mempengaruhi kerja sistem limbik sehingga dapat memberikan perasaan rileks
yang akhirnya dapat mempengaruhi tekanan darah. Pemberian aromaterapi
lavender selama 10 menit sudah dapat mempengaruhi sistem kerja limbik dengan
memberikan efek relaksasi sehingga membuat jantung tidak perlu bekerja lebih
cepat untuk memompa darah keseluruh tubuh yang kemudian dapat menurunkan
tekanan darah pada reponden. Efek aromaterapi positif karena aroma yang segar
dan harum merangsang sensori dan akhirnya mempengaruhi organ sehingga
dapat menimbulkan efek yang kuat terhadap emosi (Lisa S, 2015). Relaksasi
berhubungan dengan sistem kerja saraf manusia yang terdisi dari sistem saraf
simpatis dan saraf parasimpatis.Keadaan rileks mampu menstimulasi tubuh untuk
memproduksi molekul yang disebut nitrat oksida (NO).Molekul ini bekerja pada
tonus otot pembuluh darah sehingga dapat mengurangi tekanan darah (Baradero,
2009). Kondisi tubuh yang rileks dan tidak mengalami stress maka pembuluh
darah akan mengalami vasodilatasi tanpa adanya tahanan, ini dapat
memaksimalkan suplai oksigen dan melancarkan sirkulasi darah keseluruh tubuh.
Terlebih bila dilakukan secara teratur, dan tetap menjaga gaya hidup sehat untuk
mendapat hasil yang maksimal dalam mengontrol tekanan darah untuk tetap
dalam batas normal. Relaksasi nafas dalan dengan aromaterapi lavender ini akan
memberikan pengaruh baik terhadap berbagai macam sistem dalam tubuh salah
satunya yaitu system kardiovaskuler. Saat dilakukan intervensi berupa relaksasi
nafas dan aroma terapi lavender, tekanan darah naik. Tekanan darah sistoliknya
misalnya 140 mmHg, setelah diberikan relaksasi dengan aroma terapi lavender
akan tetap. Tetapi, setelah dua hari kemudian tekanan darah tersebut akan
mengalami penurunan. Apabila relaksasi nafas dalam dan aromaterapi lavender ini
dilakukan secara rutin dan berulang, lama kelamaan penurunan tekanan darah
akan berlangsung lama. Itulah sebabnya relaksasi dan aromaterapi lavender yang
dilakukan secara teratur bisa menurunkan tekanan darah (Indah S, 2014).
BAB III

IMPLEMENTASI TINDAKAN

A. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN INHALANSI AROMA TERAPI (LAVENDER)


1. Pengertian

Pemberian aromaterapi lavender adalah suatu cara perawatan tubuh atau


penyembuhan pnyakit dengan menggunakan minyak esensial. Aromaterapi lavender
bekerja dengan mempengaruhi tidak hanya fisik tetapi juga tingkat emosi. Manfaat
pemberian aroma terapi lavender bagi seseorang adalah dapat menurunkan

kecemasan, nyeri sendri, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolic, dan
mengatasi gangguan tidur, stress dan meningkatkan produksi hormon melatonin dan
serotonin (Ni Wayan S, 2014).

2. Indikasi dan Kontra indikasi Pemberian Aroma Terapi Lavender

a. Indikasi
1) Pada pasien yang mengalami cemas dan nyeri

2) Pada pasien yang mengalami tekanan darah tinggi

3) Pada pasien yang mengalami kesulitan tidur atau istirahat.

b. Kontraindikasi

1) Tidak diberikan pada pasien yang mengalami masalah atau gangguan pada
indra penciumannya, memiliki masalah iritasi pada membrane mukosa hidung,

atau mengalami penurunan saraf penciuman olfaktorius.


2) Pada pasien yang epilepsy

3) Alergi dan serangan asma yang berat.


c. Waktu Yang Tepat Di BerikanTerapi Aroma Lavender

Waktu menjelang sebelum di berikannya pada pasien saat rileks atau mengalami
hipertensi maupun cemas dan diberikan paling tidakselama>10-15 menit

3. Tujuan

Merangsang syaraf penciuman kemudian menujus yaraf pusat yang pada akhirnya

menimbulkan sensasi rileks sehingga rasa mual dan muntah berkurang Respon ini
terjadi karena molekul-molekul yang terdapat pada aromaterapi lavender ini dihirup.
4. Prosedur

a. Tahap 1) Persiapan Pasien


Persiapan
a) Memberi salam dan memperkenalkan diri

b) Menjelaskan tujuan
c) Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan

d) Menanyakan persetujuan pasien untuk diberikan


tindakan
e) Memintap engunjung/keluarga meninggalkan
ruangan

2) Persiapan Lingkungan
a) Menyiapkan lingkungans enyaman mungkin

3) Persiapan Alat

a) Aromatherapy
Lavender

b) Tissue

b. Tahap 1) Mengatur pasien dalam


Pelaksanaan posisi duduk atau

semifowler
2) Teteskan aromaterapi
lavender ke tissue 2
tetes

3) Dekatkan tissue

kehidung pasien sekitar

5 cm

4) Berikan aromatherapy

selama ±10 – 15menit

c. Tahap 1) Evaluasi perasaan pasien setelah diberikan


Terminasi aromatherapy

2) Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya

3) Dokumentasi prosedur dan hasil observasi

d. Dokumentasi Dokumentasikan bahwa terapi lavender pada klaien telah


dilakukan dan duokumentasi respon pasien catat adanya

temuan yang tidak biasa.


BAB IV

HASIL INTERVENSI

A. SUMBER DATA,PERLAKUAN DAN SAMPEL


Sumber data yang dipakai dalam intervensi ialah data primer, yaitu data
diperoleh dari pengisian kuesioner oleh pasien untuk mengetahui efektifitas
relaksasi nafas dalam dan aromaterapi lavender terhadap tekanan darah pada
penderita hipertensi di ruang IGD RSUD A.W.Sjahranie Samarinda.

1. BEFORE
Sebagai mana terlihat pada data bahwa sebelum diberikan aromaterapi pasien
mengalami ketidaknyamanan akibat tekanan darah yang tinggi membuat
responden mengalami sakit kepala yang sulit di tahan sakitnya.

2. AFTER
Sebagaimana terlihat pada data terlihat bahwa setelah diberikan aromaterapi
lavender tekanan darah responden menurun, nyeri yang dirasakan berkurang
dan membuat badah menjadi lebih rileks dan segar.

3. DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF


No Before After

01 Pasien Tn. R a. Sesudah di berikan aroma terapi

a. Sebelum di berikan aromaterapi lavender ( 30 april 2019 jam 22.25

lavender (30 april 2019 jam wita)

22.10 wita ) : 1) Data Subjektif :

1) Data subjektif : Pasien mengatakan pusing sudah


Pasien mengatakan kepalanya mulai berkurang.

pusing dan terasa berat

2) Data objektif : 2) Data Objektif :

- KU : sedang GCS : E4 M6 - Pasien mengatakan pusing


V5, berkurang
TD: 145/100 - Wajah pasien tampak tenang
N :80 x/m - TD: 143/90 N: 83x/I RR:
RR : 20 x/m 19x/m

No Before After

02 Pasien TN. R a. Sesudah diberikan aromaterapi

a. Sebelum di berikan aromaterapi lavender tanggal 30 april 2019 jam

lavender (Tanggal tanggal 30 April 09.15 wita

2019 jam 08.55 wita)


1) Data Subjektif : 1) Data Subjektif :
Pasien mengatakan kepala Pasien mengatakan sudah merasa

terasa sakit dan pusing. tenang dan bisa tidur dan istirahat,

dan pasien juga mengatakan rasa

2) Data Objektif : nyeri mulai berkurang.

KU : Sedang, GCS : E4 M6 V5

TD : 150/80 mmHg 2) Data Objektif :

N : 98 x/m - TD : 140/ 90 mmHg

RR : 26 x/m - N : 97 x/m

T : 36,6 °c - RR : 26 x/m

- Wajah pasien terlihat - T : 36,6 °c

meringis kesakitan - Wajah pasien sudah sedikit


tenang dan tidak meringis
kesakitan lagi.
No Before After

03 Pasien TN. J a. Sesudah diberikan aromaterapi

a. Sebelum di berikan aromaterapi lavender tanggal 30 april 2019 jam


lavender (Tanggal tanggal 30 09.30 wita

April 2019 jam 09.15 wita) 1) Data Subjektif :

1) Data Subjektif : Pasien mengatakan pusing

Pasien mengatakan badan menetap dan tidak ada perubahan,


terasa sakit da nyeri. tetapi pasien mengatakan bisa

Pasien mengatakan kepala sedikit beristirahat, dan nyeri

terasa sakit. berkurang.

3) Data Objektif : 2) Data Objektif :

KU : Sedang, GCS : E4 M6 V5 - TD : 160/ 90 mmHg


TD : 170/100 mmHg - N : 97 x/m

N : 83x/m - RR : 26 x/m

RR : 24 x/m - T : 36,6 °c

T : 36,4 °c - Pasien terlihat tidur di tempat

- Pasien terlihat lemas tidur

- Pasien terlihat tenang saat di

berikan terapi aroma

lavender.

No Before After

04 Pasien TN. S a. Sesudah diberikan aromaterapi


a. Sebelum di berikan aromaterapi lavender tanggal 30 april 2019 jam

lavender (Tanggal tanggal 30 11.45 wita


April 2019 jam 11.25 wita) 1) Data Subjektif :
1) Data Subjektif : Pasien mengatakan nyeri di bagian

Pasien mengatakan nyeri pada dada sudah mulai berkurang

daerah dada sebelah kiri dengan intensitas 5


menjalar ke bahu dengan 2) Data Objektif :
intensitas 7. - TD : 110/ 90 mmHg
2) Data Objektif : - N :78 x/m
KU : Sedang, GCS : E4 M6 V5 - RR : 24 x/m
TD : 130/90 mmHg - T : 36,5 °c

N : 78x/m - Pasien terlihat sesaknya mulai


RR : 27 x/m berkurang.

T : 36,7 °c - Pasien terlihat tenang saat di


- Pasien terlihat sesak berikan terapi aroma

lavender.

No Before After

05 Pasien Ny. J a. Sesudah diberikan aromaterapi


a. Sebelum di berikan aromaterapi lavender tanggal 01 Mei 2019 jam

lavender (Tanggal tanggal 01 wita 17.25

Mei 2019 jam 17.10 wita) 1) Data Subjektif :

1) Data Subjektif : Pasien mengatakan nyeri berkurang

Pasien mengatakan nyeri di dan pasien mengatakan saat

bagian ekstermitas bawah diberikan terapi aroma lavender

seperti di remas dengan lebih rileks saat istirahat.

intensitas 6. 2) Data Objektif :


2) Data Objektif : - TD : 190/ 70 mmHg

KU : Sedang, GCS : E4 M6 V5 - N : 97 x/m

TD : 190/102 mmHg - RR : 20 x/m

N : 98x/m - T : 36,6 °c
RR : 20 x/m - Pasien terlihat berbaring

T : 35,8 °c sambil berbincang-bincang

- Pasien terlihat meringis dan dengan petugas perawat.


memegang daerah yang nyeri.

No Before After

06 Pasien TN. R a. Sesudah diberikan aromaterapi


a. Sebelum di berikan aromaterapi lavender tanggal 01 mei 2019 jam
lavender (Tanggal tanggal 01 Mei 20.15 wita
2019 jam 20.00 wita) 1) Data Subjektif :

1) Data Subjektif : Pasien mengatakan sakit kepala di


Pasien mengatakan nyeri di bagian belakang masih terasa nyeri.

bagian belakang kepala. 2) Data Objektif :


2) Data Objektif : - TD : 170/ 90 mmHg

KU : Sedang, GCS : E4 M6 V5 - N : 96 x/m


TD : 200/90 mmHg - RR : 24 x/m

N : 98x/m - T : 36,5 °c

RR : 23 x/m - Pasien masih terlihat lemas


T : 36,5 °c dan merasa nyeri masih di
- Pasien terlihat lemas dan bagian kepala belakang.

hanya berbaring di tempat

tidur.

B. PEMBAHASAN HASIL INTERVENSI

Tabel.1

Pasien TD Sistol TD Diastol Selisih


Before After before After Sistol Diastol
Pasien 1 145 143 100 90 2 10
Pasien 2 150 140 80 90 10 10
Pasien 3 170 160 100 90 10 10
Pasien 4 130 110 90 80 20 10
Pasien 5 190 190 102 70 0 32
Pasien 6 200 170 90 90 30 0
Mean 164.17 152.17 88.33 85.00 12 12
P Vlue sistol sebelum & diastol sebelum & diastol
sistol sesudah = .010 sesudah = .477

Tabel di atas menunjukkan perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah


di berikan aromatherapy lavender. Dimana dari 6 pasien ini memiliki hasil yang
berbeda. Rata-rata diastole sebelum di berikan aromatherapy lavender yaitu 164.
17 mmHg dan rata-rata diastole sebelm diberikan aromatherapy lavender yaitu
152.17 mmhg. Sedangkan rata-rata sistole setelah diberikan aromatherapy
lavender yaitu 88.33 mmHg dan rata-rata diastole yaitu 85.00 mmHg. Selisih
systole sebelum di berikan aromatherapy lavender yaitu 12 mmHg dan selisih
diastole sesudah diberikan aromateraphy lavender yaitu 12 mmhg.

1. Responden Yang Menglami Penurunan Tekanan Darah


Dari 6 responden yang mengalami penurunan tekanan darah setelah
dilakukan pemberian aromateraphy lavender yaitu sebanyak 5 responden.
Responden mengatakan setalah diberikan aromatherapy lavender responden
merasa nyeri yang dialami berkurang, responden juga mengatakan badan
menjadi lebih rileks dan merasa mengantuk sehingga ada beberapa
responden yang tertidur setelah pemberian aromatherapy lavender.

Aromaterapi lavender bekerja dengan mempengaruhi tidak hanya fisik


tetapi juga tingkat emosi. Manfaat pemberian aroma terapi lavender bagi
seseorang adalah dapat menurunkan kecemasan, nyeri sendi, tekanan darah
tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik, dan mengatasi gangguan tidur
(insomnia), stress dan meningkatkan produksi hormone melatonin dan
seretonin (Ni Wayan S, 2014).

Aromaterapi merupakan salah satu cara terapi dengan memanfaatkan


minyak menguap atau minyak astiri dan organ alfactory (penciuman) manusia.
kandungan dari arometerapi lavender bekerja dengan merangsang sel-sel
saraf penciuman dan mempengaruhi kerja sistem limbik sehingga dapat
memberikan perasaan rileks yang akhirnya dapat mempengaruhi tekanan
darah. Pemberian aromaterapi lavender selama 10 menit sudah dapat
mempengaruhi sistem kerja limbik dengan memberikan efek relaksasi
sehingga membuat jantung tidak perlu bekerja lebih cepat untuk memompa
darah keseluruh tubuh yang kemudian dapat menurunkan tekanan darah
pada reponden. Efek aromaterapi positif karena aroma yang segar dan harum
merangsang sensori dan akhirnya mempengaruhi organ sehingga dapat

menimbulkan efek yang kuat terhadap emosi (Lisa S, 2015).

2. Responden Yang Tidak Menglami Penurunan Tekanan Darah


Dari 6 responden yang diberikan aromateraphy lavender ada 1
responden yang tidak mengalami penurunan tekanan darah. Responden
gelisah saat diberikan aromateraphy lavender tersebut, sudah di coba untuk
menenangkan namun karena rasa nyeri yang dirasakannya sangat
mengganggu dan kondisi ruangan yang ramai responden tidak bisa

konsentrasi saat diberikan aromateraphy lavender tersebut.

Hipertensi yang dialami responden terjadi karena dipengaruhi oleh


berbagai macam faktor risiko baik yang bisa dikontrol seperti aktivitas
olahraga, merokok, mengkonsumsi garam dapur, obesitas, dan stress serta
faktor resiko yang tidak dapat dikontrol seperti usia,jenis kelamin, dan
keturunan (genetik) (Indah Setya, 2014). Kurangnya aktivitas fisik dapat
mengakibatkan hipertensi yaitu karena terjadinya penurunan cardiac output
(curah jantung) sehingga pemompaan ke jantung menjadi lebih kurang.
Kurangnya latihan aktvitas fisik dapat menyebabkan terjadinya kekakuan
pembuluh darah, sehingga aliran darah tersumbat dan dapat menyebabkan
hipertensi. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi
natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya
cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler
meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya

hipertensi (Indah Setya, 2014).

Dari tabel diatas disebutkan bahwa p-value 0.010 atau lebih kecil dari
p-value 0.05. Sehingga dapat di simpulkan bahwa aromaterapi lavender
efektif menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Aromaterapi
lavender memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot yang tegang
kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan latihan relaksasi untuk
mendapatkan perasaan rileks. Selain itu juga dengan relaksasi akan membuat
individu mampu menghindari reaksi yang berlebihan karena adanya stress,
mengatasi masalah yang berhubungan dengan stres seperti
hipertensi,insomnia, mengurangi tingkat kecemasan dan mengontrol
anticipacy anxiety sebelum situasi yang menimbulkan kecemasan (American
Society Of Hypertention, 2013).

Aromaterapi lavender berhubungan dengan sistem kerja saraf

manusia yang terdiri dari sistem saraf simpatis dan saraf parasimpatis.
Keadaan rileks mampu menstimulasi tubuh untuk memproduksi

molekul yang disebut nitrat oksida (NO). Molekul ini bekerja pada
tonus otot pembuluh darah sehingga dapat mengurangi tekanan darah

(Baradero, 2009). Kondisi tubuh yang rileks dan tidak mengalami stress
maka pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi tanpa adanya

tahanan, ini dapat memaksimalkan suplai oksigen dan melancarkan


sirkulasi darah keseluruh tubuh. Terlebih bila dilakukan secara teratur,

dan tetap menjaga gaya hidup sehat untuk mendapat hasil yang

maksimal dalam mengontrol tekanan darah untuk tetap dalam batas


normal.

C. KESIMPULAN
Kesimpulan aromaterapi lavender efektif menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi. Aromaterapi lavender memusatkan perhatian pada suatu
aktifitas otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan latihan relaksasi untuk mendapatkan perasaan rileks. Selain itu juga
dengan relaksasi akan membuat individu mampu menghindari reaksi yang
berlebihan karena adanya stress, mengatasi masalah yang berhubungan dengan
stres seperti hipertensi,insomnia, mengurangi tingkat kecemasan dan
mengontrol anticipacy anxiety sebelum situasi yang menimbulkan kecemasan

(American Society Of Hypertention, 2013).


D. IMPLIKASI KEPERAWATAN

Implikasi keperawatan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu data dari
penelitian ini dapat menjadi dasar bagi keperawatan, terutama untuk keperawatan
kritis, gawat darurat dan kritis untuk memberikan intervensi pada pasien sehingga
diharapkan dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan bagi pasien

yang mengalami hipertensi khususnya di ruang IGD.

E. SARAN MELANJUTKAN PENELITIAN

Berdasarkan jurnal penelitian yang kelompok lakukan, maka saran yang


diberikan oleh kelompok adalah :

1. Sebagai referensi untuk dijadikan penelitian KIAN dan KTI keperawatan


2. Dapat diberikan tidak hanya dengan pasien yang mengalami hipertensi, tetapi
juga bisa diberikan pada pasien yang mengalami nyeri, cemas dan sulit tidur.
3. Dapat membuat SOP yang valid
DAFTAR PUSTAKA

Dinkes. (2012). Profil Kesehatan.http://www.depkes.go.id/.(6 April 2017).


Kementrian Kesehatan RI. (2013).Riset Kesehatan Dasar.Jakarta: Badan
dan PengembanganKesehatan. Diakses 29 Oktpber 2016.

Herlambang. (2013). Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Jakarta: Tugu

Publisher.

Ni Wayan Suviyani,dkk. (2014). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender


(lavadulla angustifolia) Terhadap Penurunan Hipertensi Pada Lansia di
Desa Cimagi Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.Jurnal Dunia

Kesehatan.

Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperwatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai