Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tonsilofaringitis merupakan penyakit dan masalah kesehatan yang
paling banyak ditemukan pada populasi umum.Keluhan seperti nyeri
tenggorokan, infeksisaluran pernapasan bagian atas yang sering disertai
dengan masalah pada telinga, adalah jumlah terbesar dari pasien yang datang
berkunjung kepelayanan kesehatan terutama anak-anak ( Eadimaharti, 2003
).
Tonsilitis adalah peradangan pada amandel di rongga faring, dapat
disebabkan oleh salah satu bakteri (streptokokus) atau virus (adenovirus).
Kondisi ini sering dikaitkan dengan faringitis (Lippincott, 2002).
Berdasarkan lamanya keluhan, tonsilitis dapat diklasifikasikan sebagai akut
dan kronis.Tonsilitis kronis tanpa diragukan merupakan penyakit yang paling
sering dari semua penyakit tenggorokan yang berulang. Gambaran klinis
bervariasi, dan diagnosis sebagian besar tergantung pada inspeksi (Adams
George, 2001).
Menurut WHO (World Health Organization), pola penyakit THT
diberbagai Negara berbeda-beda. Di Islamabad, Pakistan selama 10 tahun
(Januari 1998- Desember 2007) dari 68.488 kunjungan pasien didapati
penyakit Tonsilitis Kronis merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai
yakni sebanyak 15.067 (22%) penderita (Arsyhad, 2013).Di Inggris,100%
dari pasien tonsilitis kronis dan adenoid yang datang berobat ke rumah sakit
harus dirawat inap. Dari konsultan rumah sakit didapati 42% adalah untuk
laki-laki dan 58% adalah bagi perempuan.
Kasus yang tergolong dalam kategori serius adalah sebanyak 2%.Rata-
rata satu hari diperlukan untuk rawatan pasien.Usia rata-rata pasien rawat
inap adalah 15 tahun. Pasien yang berusia 15-59 tahun yang dirawat untuk
tonsilitis kronis dan adenoid adalah sebanyak 32%.Tidak dijumpai pasien
dengan usia di atas 75 tahun. Dari jumlah rawat inap di rumah sakit, 0.11%
adalah untuk kasus tonsilitis kronis dan adenoid. Jumlah kunjungan untuk
tonsilitis akut adalah 0,18%. Pasien yang mengalami komplikasi abses
sehingga diperlukan penanganan segera adalah sebanyak 94% (England
Hospital Episode Statistics, Department of Health, 2003).
Di Malaysia, lima kelompok utama yang paling umum dari penyakit
THT adalah rhinitis (20,2%), otitis media kronik (12,3%), nasopharyngeal
carcinoma(NPC) (10,5%), tonsilitis (8,1%) dan polip hidung (5,2%).
Penelitian yang dilakukan di Malaysia pada Poli THT Rumah Sakit Sarawak
selama 1 tahun dijumpai 8.118 pasien, dalam jumlah penderita penyakit,
tonsilitis kronis menempati urutan keempat yakni sebanyak 657 (81%)
penderita ( Sing, 2007).
Di Indonesia berdasarkan data rekam medis tahun 2010 di RSUP dr.
M. Djamil, Padang bagian THT-KL sub bagian laring faring ditemukan
tonsilitis sebanyak 465 dari 1110 kunjungan di poliklinik sub bagian laring
faring (Olivia Rinny, 2013). Dari data RSUD Raden Mattaher Jambi
diketahui jumlah penderita tonsilitis kronis pada tahun 2010 berjumlah 978
dari 1365 jumlah kunjungan dan pada tahun 2011 berjumlah 789 dari 1144
jumlah kunjungan. Sedangkan penelitian di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makasar jumlah kunjungan baru dengan tonsilitis kronis mulai
Juni 2008 - Mei 2009 adalah sebanyak 63 orang (Sapitri, 2013).
Menurut Manik dan kawan-kawan (2013), populasi penelitian
merupakan seluruh penderita tonsilitis kronis yang terdaftar di bagian rekam
medis RSUP Haji Adam Malik Medan sejak Januari 2012 - Desember 2012
dengan jumlah 86 penderita. Proporsi tertinggi penderita tonsilitis kronis
berdasarkan jenis kelamin perempuan sebanyak 66,3%, kelompok umur 1 –
10 tahun sebanyak 29,1%, pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak
43%, keluhan utama berupa sakit tenggorok/sakit menelan sebanyak 48,8%,
ukuran tonsil T2 / T2 sebanyak 39,5%, penatalaksanaan berupa
medikamentosa sebanyak 73,3% (Maniket al., 2013). Informasi mengenai
karakteristik dan epidemiologi penyakit – penyakit THT di Indonesia
khususnya mengenai Tonsilitis Kronis masih sulit untuk diperoleh.Belum
didapatkannya data terbaru tentang gambaran penderita tonsilitis kronis di
RSUP Haji Adam Malik, karena itulah penulis mencoba untukmelakukan
penelitian mengenai karakteristik penderita tonsilitis kronis di Departemen
THT-KL RSUP Haji Adam Malik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah:
“Bagaimana karakteristik penderita Tonsilitis Kronis di Departmen THT-KL
RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014?”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan UmumMengetahui karakteristik penderita Tonsilitis Kronis di
Departmen THT-KL Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
pada 1 Januari 2014 sampai dengan 31 Desember 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus


a)Mengetahui distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis berdasarkan
sosiodemografi yaitu umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b)Mengetahui distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis berdasarkan
keluhan utama.
c)Mengetahui distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis berdasarkan
ukuran tonsil.
d)Mengetahui distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis berdasarkan
penatalaksanaan yang diberikan.
e)Untuk mengetahui adanya komplikasi yang sering pada penderita tonsilitis
kronis.
4 1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi PenulisMenambah wawasan, pengetahuan yang lebih mendalam


bagi penulis.Menimba pengalaman dalam melakukan penelitian kesehatan
khususnya tentang tonsilitis kronis

.1.4.2. Bagi Department THT-KL

Sebagai bahan untuk pengembangan keilmuan di bidang Ilmu Kesehatan


Telinga, Hidung, Tenggorokan dan Bedah Kepala Leher.
1.4.3. Bagi Institusi Rumah SakitMengetahui Karakteristik Pendertita
Tonsilitis Kronis di RSUP Haji Adam Malik Medan.Penelitian ini dapat
digunakan sebagai masukan dan informasi terbaru bagi Rumah Sakit Haji
Adam Malik Medan.

1.4.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai masukan dan referensi untuk penulis berikutnya dalam penelitian


lebih lanjut mengenai tonsilitis kronis.

1.4.5. Bagi Institusi Pendidikan


Menjadi bahan bacaan bagi Instasi dalam kegiatan proses belajar.Dapat juga
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.

1.4.6. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan bagi


masyarakat khususnya tentang karakteristik tonsilitis kronis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian
Tonsilofaringitis adalah peradangan pada tonsil dan faring yang masih bersifat
ringan. Radang faring pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga
infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai
tonsilofaringitis. ( Ngastiyah,1997 )
Tonsilofaringitis merupakan faringitis akut dan tonsilitis akut yang ditemukan
bersama – sama. ( Efiaty, 2002 )

B. Etiologi
Penyebab tonsilofaringitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang
tersebut dibawah ini yaitu :
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet
infections )

C. Patofisiologi
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas
akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui
sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan
terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat
menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan
dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada
tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi
bau mulut serta otalgia.
D. WOC

Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Penyebaran limfogen

Faring & tonsil

Proses inflamasi

Tonsilofaringitis akut Hipertermi

Edema faring & tonsil Tonsil & adenoid membesar

Nyeri telan Obstruksi pada tuba eustakii

Sulit makan & minum Kurangnya Infeksi sekunder


pendengaran

kelemahan
Resiko Otitis media
perubahanstatus
nutrisi < dari Intoleransi
kebutuhan tubuh aktifitas

Gangguan persepsi sensori :


pendengaran

E. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala tonsilofaringitis akut adalah :
1. Nyeri tenggorok
2. Nyeri telan
3. Sulit menelan
4. Demam
5. Mual
6. Anoreksia
7. Kelenjar limfa leher membengkak
8. Faring hiperemis
9. Edema faring
10. Pembesaran tonsil
11. Tonsil hiperemia
12. Mulut berbau
13. Otalgia ( sakit di telinga )
14. Malaise

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilofaringitis akut tidak tertangani dengan baik
adalah :
1. Tonsilofaringitis kronis
2. Otitis media

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilofaringitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Leukosit : terjadi peningkatan
2. Hemoglobin : terjadi penurunan
3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

H. Penatalaksanaan
Penanganan pada anak dengan tonsilofaringitis akut adalah :
1. Penatalaksanaan medis
 Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin,
amoksisilin, eritromisin dll
 Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
 Analgesik
2. Penatalaksanaan keperawatan
 Kompres dengan air hangat
 Istirahat yang cukup
 Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
 Kumur dengan air hangat
 Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien
3. Pada umumnya penyakit yang bersifat akut dan disertai demam sebaiknya tirah
baring, pemberian cairan adekuat, dan diet ringan.
 Sistemik
Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamidaantipiretik.
 Pengobatan oral
obat kumur atau obat isap yang mengandung desinfektan.
 Tonsilektomi
Tonsilektomi dilakukan hanya bila anak menderita serangan yang berat
dan berulang-ulang yang mengganggu kehidupannya. Tindakan ini harus
dilakukan bila disertai abses peritonsilar. Tidak boleh dilakukan 3 minggu
setelah serangn tonsilitis akut, pada palatoskisis, atau pada waktu ada
epidemi poliomielitis.6

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Pengakajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan utnuk
mengumpulkan data atau informasi tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenai masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan (Nasrul Effendi, 1995).
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal MRS,
diagnosa medis dan nomor register.
2. Riwayat Keperawatan
a. Alasan dirawat
b. Keluhan Utama
sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
c. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien, hal yang dilakukan untuk mengurangi keluhan.
Daerah yang terserang baik atas atau bawah sehingga klien pergi kerumah
sakit serta hal atau tindakan yang dilakukan saat klien dirumah sakit.
Serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi dll
d. Riwayat kesehatan lalu
Masalah-masalah yang pernah dialami oleh klien sebelum mrs, penyakit-
penyakit yang sebelumnya perna diderita klien sehingga klien dapat mrs.
 Riwayat kelahiran
 Riwayat imunisasi
 Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ispa, otitis media)
 Riwayat hospitalisasi
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh keluarga baik penyakit
yang sama dengan klien, penyakit keturunan seperti diabetes meletus,
hipertensi maupun penyakit menular seperti hepatitis, tb paru.
3. Riwayat psikososial dan spiritual.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian umum
 Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll
b. Pernafasan
 Kesulitan bernafas, batuk
 Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
• T0 : bila sudah dioperasi
• T1 : ukuran yang normal ada
• T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
• T3 : pembesaran mencapai garis tengah
• T4 : pembesaran melewati garis tengah
c. Nutrisi
 Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak
makan dan minum, turgor kurang
d. Aktifitas / istirahat
 Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
e. Keamanan / kenyamanan
 Kecemasan anak terhadap hospitalisasi
5. Pemeriksaan Penunjang
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakitnya
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake makanan
4. Ansietas berhubungan dengan status kesehatannya
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya terhadap sumber
informasi

C. Rencana Intervensi
N Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil
Intervensi (NIC
o (NANDA) (NOC)
1 Hipertermi NOC : NIC :
Thermoregulation Fever treatment
Kriteria Hasil :  Monitor suhu sesering
 Suhu tubuh mungkin
dalam rentang  Monitor IWL
normal  Monitor warna dan suhu
 Nadi dan RR kulit
dalam rentang  Monitor tekanan darah,
normal nadi dan RR
 Tidak ada  Monitor penurunan
perubahan tingkat kesadaran
warna kulit dan  Monitor WBC, Hb, dan
tidak ada Hct
pusing, merasa  Monitor intake dan output
nyaman  Berikan anti piretik
 Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
 Selimuti pasien
 Lakukan tapid sponge
 Berikan cairan intravena
 Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya
 Menggigil
Temperature regulation
 Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
 Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
 Monitor TD, nadi, dan RR
 Monitor warna dan suhu
kulit
 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
Panas
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
 Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan
 Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika
perlu
Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2 Nyeri akut b/d proses NOC : Pain Management
infeksi  Pain Level  Lakukan pengkajian nyeri
 Pain control secara komprehensif
 Comfort level termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi,
 Mampu frekuensi, kualitas dan
mengontrol faktor presipitasi
nyeri (tahu  Observasi reaksi
penyebab nyeri, nonverbal dari
mampu ketidaknyamanan
menggunakan  Gunakan teknik
tehnik komunikasi terapeutik
nonfarmakologi untuk mengetahui
untuk pengalaman nyeri pasien
mengurangi  Kaji kultur yang
nyeri, mencari mempengaruhi respon
bantuan) nyeri
 Melaporkan  Evaluasi pengalaman
bahwa nyeri nyeri masa lampau
berkurang  Evaluasi bersama pasien
dengan dan tim kesehatan lain
menggunakan tentang ketidakefektifan
manajemen kontrol nyeri masa
nyeri lampau
 Mampu  Bantu pasien dan
mengenali nyeri keluarga untuk mencari
(skala, dan menemukan
intensitas, dukungan
frekuensi dan  Kontrol lingkungan yang
tanda nyeri) dapat mempengaruhi
 Menyatakan nyeri
rasa nyaman seperti suhu ruangan,
setelah nyeri pencahayaan dan
berkurang kebisingan
 Tanda vital  Kurangi faktor presipitasi
dalam rentang nyeri
normal  Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
 Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
 Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
 Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri
 Hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
3 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari  Nutritional Nutrition Management
kebutuhan tubuh Status : food  Kaji adanya alergi
and Fluid makanan
 Intake  Kolaborasi dengan ahli
Kriteria Hasil : gizi untuk menentukan
 Adanya jumlah kalori dan nutrisi
peningkatan yang dibutuhkan pasien.
berat badan  Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan meningkatkan intake Fe
tujuan  Anjurkan pasien untuk
 Berat badan meningkatkan protein
ideal sesuai dan vitamin C
dengan tinggi  Berikan substansi gula
badan  Yakinkan diet yang
 Mampu dimakan mengandung
mengidentifik tinggi serat untuk
asi kebutuhan mencegah konstipasi
nutrisi  Berikan makanan yang
 Tidak ada terpilih ( sudah
tanda tanda dikonsultasikan dengan
malnutrisi ahli gizi)
 Tidak terjadi  Ajarkan pasien bagaimana
penurunan membuat catatan makanan
berat badan harian.
yang berarti  Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
 Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas
normal
 Monitor adanya
penurunan berat badan
 Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
 Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
 Monitor lingkungan
selama makan
 Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan
 Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
 Monitor makanan
kesukaan
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
nutrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
 
4 Ansietas (00146) NOC : NIC :
  Anxiety control Anxiety Reduction
 Coping (Penurunan Kecemasan)
Kriteria Hasil :  Gunakan pendekatan yang
 Klien mampu menenangkan
mengidentifikas  Nyatakan dengan jelas
i dan harapan terhadap pelaku
mengungkapkan pasien.
gejala cemas  Jelaskan semua prosedur
 Mengidentifikas dan apa yang dirasakan
i, selama prosedur
mengungkapkan  Temani pasien untuk
dan memberikan keamanan
menunjukkan dan mengurangi takut
tehnik untuk  Berikan informasi faktual
mengontol mengenai diagnosis,
cemas tindakan, Prognosis
 Vital sign dalam  Dorong keluarga untuk
batas normal menemani anak
 Postur tubuh,  Lakukan back / neck rub
ekspresi wajah,  Dengarkan dengan penuh
bahasa tubuh perhatian
dan tingkat  Identifikasi tingkat
aktivitas kecemasan
menunjukkan  Bantu pasien mengenal
berkurangnya situasi yang
kecemasan menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
 Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
5 Defisiensi pengetahuan NOC : NIC :
 Knowlwdge : Teaching : disease Process
disease process  Berikan penilaian tentang
 Knowledge : tingkat pengetahuan
health Behavior pasien tentang proses
Kriteria Hasil : penyakit yang spesifik
 Pasien dan  Jelaskan patofisiologi dari
keluarga penyakit dan bagaimana
menyatakan hal ini berhubungan
pemahaman dengan anatomi dan
tentang fisiologi, dengan cara
penyakit, yang tepat. Gambarkan
kondisi, tanda dan gejala yang
prognosis dan biasa muncul pada
program penyakit, dengan cara
pengobatan yang tepat
 Pasien dan  Gambarkan proses
keluarga penyakit, dengan cara
mampu yang tepat
melaksanakan  Identifikasi kemungkinan
prosedur yang penyebab, dengna cara
dijelaskan yang tepat
secara benar  Sediakan informasi pada
 Pasien dan pasien tentang kondisi,
keluarga dengan cara yang tepat
mampu  Hindari jaminan yang
menjelaskan kosong
kembali apa  Sediakan bagi keluarga
yang dijelaskan atau SO informasi
perawat/tim tentang kemajuan pasien
kesehatan dengan cara yang tepat
lainnya.  Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
 Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
 Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
 Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat

2.2.4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan

disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan

yang diharapkan. Oleh karena rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk

memodifikasi factor – factor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien

(Dermawan, 2014).

2.2.5. Evaluasi

Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asuhan keperawatan antara dasar

tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku yang terampil.

Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan

fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan SOAP
(subjective, objektive, analisys, planning).

A. Pengertian
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan komponen sistem
perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara
berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan
membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik,
pada saat tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau
(Doenges & Moorhouse: 94-95).

B. Tujuan
Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal. Discharge planning yang efektif juga
menjamin perawatan yang berkelanjutan di saat keadaan yang penuh
dengan stress.

Rencana pulang yang dimulai pada saat pasien masuk rumah sakit dan
secara periodik diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera dilaksanakan,
Periksa apakah pasien/orang terdekat telah mendapat instruksi tertulis
atau instruksi verbal tentang penanganan, obat-obatan dan aktivitas yang
boleh dilakukan di rumah. Tanda dan gejala yang menunjukkan perlunya
kontak yang terus-menerus dengan pelayanan kesehatan perlu ditinjau.

C. Manfaat

1. Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali di rumah


sakit, dan kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak perlu
kecuali untuk beberapa diagnosa.
2. Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan
dan biaya pengobatan.
3. Bahan pendokumentasian keperawatan.

D. Hal-hal yang perlu diperhatikan


Meskipun pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga
mengetahui apa yang telah dilaksanakan dan bagaimana mereka dapat
meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan pasien. Selain itu,
ringkasan pulang tersebut dapat disampaikan oleh perawat
praktisi/perawat home care dan mungkin dikirim ke dokter primer/dokter
yang terlibat untuk dimasukkan dalam catatan institusi untuk
meningkatkan kesinambungan perawatan dengan kerja yang kontinu ke
arah tujuan dan pemantauan kebutuhan yang berubah (Doenges &
Moorhouse: 126).
Discharge Planning harus disesuaikan dengan:

1. Kebutuhan klien, tersedianya tim kesehatan


2. Dimulai sejak awal masuk rumah sakit.
3. Disusun oleh tim.

E. Tahap-tahap Discharge Planning


1. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang
klien. Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga merupakan
bagian dari unit perawatan. Klien dan keluarga harus aktif dilibatkan
dalam proses discharge agar transisi dari rumah sakit ke rumah dapat
efektif.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah:
a. Data Kesehatan
b. Data Pribadi
c. Pemberi Perawatan
d. Lingkungan
e. Keuangan dan Pelayanan yang dapat mendukung

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga
sebagai unit perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga
yang membutuhkan perawatan. Adalah penting untuk menentukan
apakah masalah tersebut aktual atau potensial.

3. Perencanaaan: Hasil yang diharapkan


Menurut Luverne & Barbara, 1988, perencanaan pemulangan pasien
membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik klien. Kelompok perawat
berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan
pulang klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment (Lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman.
Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk
kontinuitas perawatannya.
c. Treatrment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah
klien pulang, yang dilakukan oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal ini
tidak memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga seseorang
dapat berkunjung ke rumah untuk memberikan keterampilan perawatan.
d. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana
mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang
mengindikasikan kebutuhan pearwatan kesehatan tambahan.
e. Outpatient referral
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen
komunitas lain yang dapat meningkatan perawatan yang kontinu.
f. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia
sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.

4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral.
Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan
perawat dan ringkasan pulang (Discharge summary). Instruksi tertulis
diberikan kepada klien. Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan.
Klien dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan
melakukannya dengan alat yang akan digunakan di rumah.
Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang
klien dan perawatannya diberikan kepada agen tersebut. Seperti
informasi tentang jenis pembedahan, pengobatan (termasuk kebutuhan
terapi cairan IV di rumah), status fisik dan mental klien, factor social yang
penting (misalnya kurangnya pemberi perawatan, atau tidak ada pemberi
perawatan) dan kebutuhan yang diharapkan oleh klien. Transportasi
harus tersedia pada saat ini

5. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat
kerja proses discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus
diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang
sesuai. Evaluasi berjalan terus-menerus dan membutuhkan revisi dan
juga perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu
setelah klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon,
kuisioner atau kunjungan rumah (home visit).
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam
variabel:
a.Derajat penyakit
b.Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan sumber-sumber

Anda mungkin juga menyukai