Identifikasi Dan Prioritas Masalah
Identifikasi Dan Prioritas Masalah
DAFTAR ISI
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang
terjadi. Idealnya, semua permasalahan yang timbul harus dicarikan jalan keluar.
Akan tetapi, karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu, menyebabkan
tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus, untuk itu perlu ditentukan
masalah yang menjadi prioritas. Setelah merumuskan masalah, maka dilanjutkan
dengan menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah
didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif,
objektif serta adanya pengetahuan yang cukup (Notoadmodjo, 2013).
Penetapan prioritas dinilai oleh sebagian besar manager sebagai inti proses
perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik ini, dapat diartikan sebagai suatu
persiapan untuk keputusan penting dalam penetapan prioritas. Setelah prioritas
ditetapkan, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan. Dalam penentuan prioritas,
aspek penilaian dan kebijakan sangat diperlukan untuk mensintesis berbagai
rincian yang relevan. (Aswar, 2010).
Keterampilan utama yang diperlukan dalam penentuan prioritas dalah
menyeimbangkan variabel-variabel yang memiliki hubungan kuantitatif yang
sangat berbeda dan terletak dalam skala dimensional berbeda pula. Seorang ahli
epidemiologi cenderung menilai prioritas masalah sebagai terutama sebagai
mortalitas dan morbiditas relatif dari masalah-masalah kesehatan tertentu.
5
b) Dituliskan pada white board masalah apa yang akan ditentukan peringkat
prioritasnya
c) Masing-masing orang menulis urutan prioritas untuk setiap masalah.
d) Penulisan dilakukan tertutup
e) Pendapat setiap orang dikumpul dan hasilnya dituliskan
f) Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil berarti
mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi).
Cara ini mempunya beberapa kelemahan, yaitu:
a) Menentukan siap yang seharusnya ikut dalam menentukan peringkat prioritas
tersebut
b) Penentuan peringkat sangat subyektif,
c) Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang berbeda dan
tidak untuk menentukan prioritas atas dasar fakta.
B. Metode Delphi
Masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai
keahlian yang sama. Dihasilkan prioritas masalah yang disepakati bersama.
Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus. Setiap peserta
yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah
pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang
dicari (Aswar, 2010).
Adapun caranya adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah yang perlu diselesaikan
b. Membuat kuesioner dan menetapkan para ahli yg dianggap mengetahui
dan menguasai permasalahan
c. Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali jawaban
kuesioner yang berisikan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah
d. Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang muncul
dan mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan
e. Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas/memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan
mengembalikan kepada pemimpin kelompok/pembuatan keputusan
(Sutisna, 2009).
9
Dalam contoh diatas, para ahli memberikan skor secara vertikal untuk
kelima masalah tersebut. Skor masing-masing berkisar 1 sampai 10. Kemudian
dihitung skor rata-rata dari sejumlah pakar tersebut. Skor rata-rata tersebut ditulis
dalam kolom yang relevan (misalnya mulai dari kolom M). Kemudian berikutnya
dilakukan untuk kolom S dari atas ke bawah (vertikal), demikian selanjutnya
untuk kolom V dan C. Setelah itu, skor dikalikan dengan arah horizontal. Hasilnya
ditulis pada kolompaling kanan.
Dalam contoh di atas, maka urutan prioritas adalah: (1) TB, (2) Malaria,
(3) ISPA, (4) Ca Paru, dan (5) HIV/AIDS. Ada beberapa kelemahan cara ini,
yaitu: a) Menentukan ahli atau pakar; b) Bias terhadap masalah yang dikuasainya,
artinya pakar HIV/AIDS cenderung memberi skor tinggi untuk masalah tersebut;
c) Tanpa mengetahui data, akhirnya pakar tersebut juga akan memberikan skoratas
pertimbangan subyektif.
C. MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment Metode)
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada
kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan. Metode ini
memakai lima kriteria untuk penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria
diberikan bobot penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah yang ada. Cara
untuk menentukan bobot dari masing-masing kriteria dengan diskusi,
argumentasi, dan justifikasi
D. Metode Hanlon
Dalam metode Hanlon dibagi dalam 4 kelompok kriteria, masing-masing adalah :
1. Kelompok kriteria A = besarnya masalah
a. Besarnya persentase penduduk yang menderita langsung karena penyakit
tersebut
b. Besarnya pengeluaran biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah
tersebut
c. Besarnya kerugian lain yang diderita
2. Kelompok kriteria B = tingkat kegawatan masalahyaitu tingginya angka
morbiditas dan mortalitas,kecenderungannya dari waktu ke waktu
3. Kelompok kriteria C = kemudahan penanggulangan masalahdilihat dari
perbandingan antara perkiraan hasil atau manfaat penyelesaian masalah
yang akan diperoleh dengan sumber daya (biaya, sarana dan cara) untuk
menyelesaikan masalah. Skor 0-10 (sulit – mudah).
E. Metode CARL
13
F. Metode Reinke
Metode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor.
Nilai skor berkisar 1-5 atas serangkaian kriteria:
M = Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah yang dapat
dilihat dari % atau jumlah/kelompok yang terkena masalah,
keterlibatan masyarakat serta kepentingan instansi terkait.
I= Importancy atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka
morbiditas dan mortalitas serta kecenderunagn dari waktu ke
waktu.
V= Vulnerability yaitu sensitif atau tidaknya pemecahan masalah
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitas dapat
diketahui dari perkiraan hasil (output) yang diperoleh dibandingkan
dengan pengorbanan (input) yang dipergunakan.
C= Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan
pemecahan masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya.
14
3) Komitmen Global
Prioritas masalah Puskesmas juga perlu memasukan beberapa masalah kesehatan
yang sudah menjadi komitmen global. Berikut ini adalah beberapamasalah
kesehatan yang termasuk dalam komitmen global yaitu Malaria, TB,HIV/AIDS,
Polio, Lepra (WHO), kesehatan anak (Deklarasi Hak Anak, NewYork 1999,
15
4) Komitmen Nasional
Disamping masalah kesehatan yang termasuk dalam komitmen global diatas, pada
tingkat nasional juga ada beberapa masalah kesehatan yang ditetapkan sebagai
prioritas, yaitu Keluarga Berencana, Demam Berdarah Dengue, gizi ibu hamil,
balita, dan anak sekolah, pengguna narkoba, PD3I (penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi), dan pneumonia balita. Untuk menentukan prioritas masalah
kesehatan dalam RO Puskesmas, disarankan untuk menggunakan 3 (tiga)
pendekatan berikut, yaitu:
1) Menggunakan informasi tentang komitmen global dan nasional, kecuali
terbukti bahwa masalah yang telah menjadi komitmern global dan nasional
tersebut betul-betul tidak ada di wilayah kerja Puskesmas bersangkutan. Oleh
sebab itu, masalah yang perlu diberikan prioritas adalah PD3I (Penyakit
yangdapat dicegah dengan imunisasi), Malaria, TB, HIV/AIDS, Lepra,
DemamBerdarah Dengue, dan Kurang gizi (khususnya ibu hamil, bayi, anak
balitadan anak sekolah).
2) Kalau ada masalah lain di luar masalah yang termasuk dalam komitmen
globaldan nasional tersebut, Puskesmas bisa menggunakan teknik PAHO untuk
menelaah prioritasnya. Misalnya Puskesmas tertentu mungkin juga menghadapi
masalah-masalah yang bersifat spesifik lokal (local specific) seperti Filariasis,
Frambusia, Rabies, Keracunan pestisida, Kecelakaan, Penggunaan narkoba, dan
lain-lain.
3) Juga disarankan agar masalah yang menyangkut pembangunan mutu
manusiasejak dini hendaknya diberi prioritas tinggi. Ini berkaitan dengan upaya
untuk menjamin pertumbuhan otak yang optimal. Maka masalah yang
menyangkuthal-hal berikut perlu diprioritaskan, yaitu Kesehatan ibu hamil,
Kesehatan ibumelahirkan, Kesehatan bayi, Kesehatan ibu nifas, Kesehatan anak
balita, dan Kesehatan anak sekolah.
16
BAB III
KESIMPULAN
Akan tetapi, bila tidak tersedia data yang lengkap maka metode yang
digunakan untuk menentukan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah
dengan metode Scoring Technique (Delpin Technique dan Delbech Technique) \.
Adapun kendala-kendala dalam menentukan prioritas masalah seperti human,
process, structural, dan institutional problem harus dapat dikaji dan diatasi selama
proses perencanaan agar prioritas masalah yang benar-benar harus diatasi segera
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Sunanti Z. Soejoeti, 2007. Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks
Sosial Budaya. Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta