Anda di halaman 1dari 13

LTM

KONTEKS BIOLOGIS, PSIKOLOGIS, SOSIAL, SPIRITUAL DAN


BUDAYA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Oleh:

Alifia Dian Sukmaningtyas

( 196070300111016 )

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar
sehingga saya pada akhirnya bias menyelesaikan laporan tugas mandiri tepat pada
waktunya.
Rasa terimakasih juga saya ucapkan kepada dosen pembimbing yang
selalu memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga Laporan Tugas
Mandiri ini dapat disusun dengan baik.
Semoga Laporan Tugas Mandiri yang telah saya susun ini turut
memperkaya khazanah ilmu dalam bidang keperawatan serta bias menambah
pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
saya juga menyadari bahwa Laporan Tugas Mandiri ini juga masih
memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu saya mengharapkan saran serta
masukan dari para pembaca sekalian demi penyusunan dengan bahasan serupa
yang lebih baik lagi.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Dalam melakukan asuhan keperawatan hendaknya perawat
melakukannya dengan mempertimbangkan konsep holistic yaitu
melaluibiologis, psikologis, social, kultural dan spiritual. Karena pada
kenyataannya masih banyak keperawatan yang focus hanya kepada
biologisnya saja ataupun pada psikologisnya saja tanpa mempertimbangkan
aspek lain yang juga merupakan kebutuhan pasien. Perawatan psikiatris
holistic harus mempertimbangkan berbagai karakteristik pasien dalam
penilaian, diagnosis, perawatan, dan proses pemulihan. Orang-orang hidup di
dalam kontekssosial, budaya, dan spiritual yang membentuk dan memberi
mereka arti hidup. Karakteristik ini diekspresikan sebagai keyakinan, norma,
dan nilai-nilai serta mereka dapat memiliki keduanya secara langsung dan
pengaruhtidaklangsung pada persepsipasiententangkesehatan danpenyakit,
perilaku mencari pertolongan mereka, dan hasil perawatan mereeka. Mereka
mempengaruhi semua fase penyakit, termasuk efektivitasp engobatan
(Stuart,G.W. 2013).
Dalam konteks biologis yang termasuk didalamnya yaitu berupa fungsi
dan struktur otak yang dapat mengetahui diagnosis medis setelah dilakukan
pemeriksaan pada pasien, selanjutnya yaitu teknik neuroimaging yang
membahas mengenai pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui
kondisi otak dalam manusia beserta gangguan yang terjadi, kemudian ada
ritme biologis, selain hal tersebut, genetik juga ikut berperan didalamnya.
Konteks psikologis lebih menekankan pada pemeriksaan status mental.
Kontek ssosial, budaya dan spiritual disini yang menghubungkan karakteristik
pasien yang berbeda-beda dengan cara pandangnya yang mempengaruhi
kesehatan.
Mengetahui pentingnya hal tersebut maka dalam penyusunan laporan
tugas mandiri ini akan membahas lebih dalam mengenaikonsepkonteks bio-
psiko-sosio-cultural dan spiritual dalamasuhankeperawatanjiwa.
B. Tujuan
Penulisan laporan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan penulis
serta pembaca mengenai konteks bio-psiko-sosio-cultural dan spiritual dalam
asuhan keperawatan jiwa.

C. Manfaat
Manfaat dari penulisan laporan ini yaitu dapat menjadi pedoman dalam
melakukan asuhan keperawatan secarah olistik yang mencakup bio-psiko-
sosio-cultural dan spiritual.
BAB II
ISI
A. Konteks Biologis
1. Struktur dan fungsi otak menurut Townsend, 2017
Strukturotak Fungsiotak
A. Otak depan:
1. Cerebrum Otak kiri merupakan pusatnya fungsi penalaran logis
dan analitik seperti membaca, menulis, dan matematika.
Otak kanan disebut juga otak “kreatif” merupakan pusat
pemikiran kreatif, intuisi, dan kemampuan artistik.

a. Lobus frontal Mengontrol gerakan tubuh sukarela, termasuk gerakan


yang memungkinkan berbicara, berpikir, pembentukan
penilaian,dan ekspresi perasaan.

b. Lobus parsial Persepsi dan interpretasi sebagian besar informasi


sensorik (termasuk sentuhan, rasa sakit, rasa, dan posisi
tubuh).

c. Lobus temporal Mendengar, ingatan jangka pendek, dan indera


penciuman.

d. Lobus oksipital Ekspresi emosi melalui koneksi dengan system limbik.

2. Diencephalon Penerimaan dan interpretasi visual

1. Thalamus Menghubungkan otak besar dengan struktur otak yang


lebih rendah.

2. Hypothalamus Mengintegrasikan semua input sensorik (kecuali bau),


terlibat juga dengan emosi dan suasana hati.
3. Sistem limbik Mengatur lobus hipofisis anterior dan posterior;
mengatur nafsu makan dan suhu.
Kadang-kadang disebut "otakemosional" dikumpulkan
perasaan takut dan cemas; kemarahan dan agresi; cinta,
kegembiraan, harapan; dan dengan seksualitas dan
perilaku sosial.
B. Otak Tengah Bertanggung jawab untuk refleks visual, auditori, dan
Mesencephalon keseimbangan
C. The Hindbrain Peraturan pernapasan dan tonus otot rangka.
1. Pons Menghubungkan batang otak dengan otak kecil dan
korteks.

2. Medula Mengandung pusat vital yang mengatur detak jantung,


tekanan darah dan respirasi; pusat reflex untuk menelan,
bersin, batuk, dan muntah.

3. Cerebellum Mengatur tonus dan koordinasi otot serta


mempertahankan postur dan keseimbangan.

Teknik neuroimaging semakin banyak digunakan sebagai sarana


untuk mendiagnosis penyakit kejiwaan. Studi mengumpulkan data yang
menunjukkan struktur dan perbedaan fungsional antara individu dengan
atau tanpa skizofrenia, gangguan bipolar, depresi, deficit perhatian
gangguan hiperaktif dan gangguan jiwa lainnya. Hasil potensial
pemeriksaan ini adalah untuk membedakan antara gangguan yang
memiliki kesamaan gejala dan sulit dibedakan.Teknik yang menunjukkan
fungsi otak termasuk Computed tomography (CT) dan magnetic resonance
imaging (MRI) menyediakan visualisasi struktur otak. Mereka dapat
mendeteksi kelainan struktural, brain electrical activity mapping (BEAM)
yang mengukur input sensorik, positron emission tomography (PET) yang
mengukur aktivitas otak, dan single-photon emission computed
tomography (SPECT) yang memungkinkan penelitian metabolism otak
dan aliran darah otak (Stuart, G.W. 2013).
Ritme biologis memengaruhi setiap aspek kesehatan dan
kesejahteraan, termasuk gaya hidup, tidur, suasana hati, kelaparan, haus,
kesuburan, suhu tubuh, dan menstruasi. Ritme sirkadian mengoordinasikan
peristiwa dalam tubuh sesuai dengan siklus 24 jam. Karena cairan dan
jaringantubuhberfungsisesuaidenganritmesirkadian, kemampuanfisik dan
mental serta suasana hati dapat sangat bervariasi dari satu waktu kewaktu
lainnya (Stuart, G.W. 2013).
Faktor-faktor psikososial dapat memiliki efek mendalam pada
system kekebalan seseorang. Otak dan system kekebalan terus-menerus
member sinyal satu sama lain, sering kali sepanjang jalur yang sama, yang
mana dapat menjelaskan bagaimana keadaan pikiran mempengaruhi
kesehatan. Penelitian telah menunjukkan penindasan sel darah putih dan
peningkatan kerentanan terhadap penyakit setelah kurang tidur, lari
maraton, penerbangan luar angkasa, kematian pasangan, dan selama
depresi (Stuart, G.W. 2013).
Ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa kompleksitas emosi
manusia dan perilaku diatur oleh berbagai gen. Para ilmuwan dapat
mengidentifikasi banyak gen yang diyakini berinteraksi menyebabkan
lebih banyak gangguan umum, seperti asma, penyakit jantung, diabetes,
dan gangguan kejiwaan. Penelitian genetic menunjukkan factor keluarga
dan genetic mendasari sebagian besar penyakit kejiwaan utama dengan
melibatkan banyak gen dan mekanisme berdampak pada ekspresi gen
(Stuart, G. W. 2013).
B. Konteks Psikologis
Pemeriksaan status mental adalah landasan dalam evaluasi pasien
dengan medis, neurologis, atau gangguan kejiwaan yang
memengaruhipemikiran, emosi, atauperilaku (American Psychiatric
Association, 2006). Unsur-unsur pemeriksaan tergantung pada presentasi
klinis pasien, dan juga pada latar belakang pendidikan dan sosio cultural
pasien. Beberapa bagian dari pemeriksaan status mental diselesaikan melalui
pengamatan sederhana pada pasien, seperti memperhatikan pakaian atau
ekspresi wajah pasien selain itu perawat juga perlu mengajukan pertanyaan
seperti yang terkait kememorin atau rentang perhatian. Pemeriksaan status
mental adalah evaluasi kondisi pasien saat ini (Stuart, 2013).
Isi pemeriksaan status mental terdiri dari beberapa hal, pertama
penampilan, bagian pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran mental pasien yang akurat. Kedua yaitu Pidato, Pidato biasanya
dijelaskan dalam hal tingkat, volume, jumlah, dan karakteristik yang berbeda.
Ketiga yaitu aktivitas motorik yang menggambarkan gerakan fisik pasien.
Keempat yaitu Interaksi Selama Wawancara, ini menggambarkan bagaimana
pasien berhubungan dengan perawat selama wawancara. Kelima yaitu Suasana
hati yang berisi laporan diri pasien tentang keadaan emosi seseorang dan
mencerminkan situasi kehidupan pasien. Keenam yaitu Affect, nada
emosional pasien yang jelas. Ketujuh yaitu Persepsi dua jenis utama masalah
persepsi adalah halusinasi dan ilusi. Kedelapan yaitu Konten Pikiran, adalah
makna spesifik yang dinyatakan dalam komunikasi pasien. Kesembilan yaitu
Proses Pemikiran, adalah "bagaimana" dari ekspresi diri pasien. Kesepuluh
yaitu Tingkat Kesadaran, Pemeriksaan status mental secara rutin menilai
pasien orientasi kesituasi saat ini. Kesebelas yaitu Ingatan, kedua belas yaitu
Tingkat Konsentrasi dan Perhitungan, konsentrasi yaitu kemampuan pasien
untuk memperhatikan selama wawancara. Ketiga belas yaitu Informasi dan
Kecerdasan. Keempat belas yaitu Pertimbangan, melibatkan pengambilan
keputusan yang konstruktif dan adaptif. Kelima belas yaitu wawasan, adalah
pemahaman pasien tentang sifat masalah seseorang atau penyakit. Keenam
belas yaitu Mendokumentasikan Informasi Klinis. Pemeriksaan Status Mental
Mini (Stuart, 2013).
Tes psikologis terdiri dari dua jenis: ada yang dirancang untuk
mengevaluasi kemampuan intelektual dan kognitif, ada yang dirancang untuk
menggambarkan fungsi kepribadian. Tes proyektif mencerminkan aspek
kepribadian seseorang, termasuk kemampuan pengujian realitas, control
impuls, pertahanan ego, konflik interpersonal, dan konsep diri. Pengukuran
kesehatan mental tergantung pada mengumpulkan sejumlah indicator perilaku
adaptif atau tanggapan maladaptif, yang bersama-sama mewakilii keseluruhan
konsep (Stuart, G.W. 2013).
C. Konteks Sosial
Perawatan psikiatris holistic harus mempertimbangkan berbagai
karakteristik pasien dalam penilaian, diagnosis, perawatan, dan proses
pemulihan. Orang-orang hidup di dalam kontekssosial, budaya, dan spiritual
yang membentuk dan member mereka arti hidup. Karakteristik ini
diekspresikan sebagai keyakinan, norma, dan nilai-nilai serta mereka dapat
memiliki keduanya secara langsung dan pengaruh tidak langsung pada
persepsi pasien tentang kesehatan dan penyakit, perilaku mencari pertolongan
mereka, dan hasil perawatan mereka. Mereka mempengaruhi semua fase
penyakit, termasuk efektivitas pengobatan (Stuart,G.W. 2013).
Karakteristiksosial, budaya, dan spiritual ini dapat berdampak pada
akses orang tersebut keperawatan kesehatan mental, risikonya untuk atau
perlindungan terhadap pengembangan gangguan kejiwaan tertentu, cara di
mana gejala akan dialami dan diungkapkan, kemudahan atau kesulitan untuk
berpartisipasi dalam perawatan psikiatris, dan kemampuan untuk mencapai
pemulihan. Enam karakteristik pasien, dipengaruhi oleh norma sosial, nilai-
nilai budaya, dan keyakinan spiritual, telah terbukti menjadi factor
predisposisi terkait dengan kesehatan mental dan penyakit mental. Faktor-
faktor ini adalah usia, etnis, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan
spiritualitas (Stuart, 2013). Adanya social learning theory, mengemukakan
bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon lain. Agresi dapat
dipelajari melalui observasi dan semakin sering mendapatkan penguatan,
maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon
terhadap emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya
(Muhith, A. 2015).
D. Konteks Budaya
Kompetensi budaya adalah langkah yang perlu dalam menghilangkan
kesenjangan dalam diagnosis dan perawatan penyakit mental, dan sangat
penting dalam asuhan keperawatan psikiatris yang berpusat pada pasien
(Stuart, G. W., 2013). Budaya menggambarkan seluruh cara hidup masyarakat
tertentu, meliputi pola-pola kepercayaan, perasaan, dan pengetahuan yang
memandu perilaku dan keberadaan orang diturunkan dari generasi ke generasi
(Giger, 2017). Pengetahuan yang terkait dengan budaya dan etnis penting
karena ini mempengaruhi perilaku manusia, dan respons terhadapnya,karena
itu, penting bagi perawat untuk memahami efek pengaruh budaya (Townsend,
2017).
Giger, 2017 menggambarkan enam fenomena budaya yang bervariasi
yaitu pertama komunikasi, komunikasi berakar pada budaya. Komunikasi
diekspresikan melalui bahasa (yang diucapkan dan kata tertulis), para
language (kualitas suara, intonasi, ritme, dan kecepatan kata yang diucapkan),
dan gerakan (sentuhan, ekspresi wajah, gerakan mata, postur tubuh, dan
penampilan fisik). Kedua ruang, penentu spasial berhubungan dengan tempat
di mana komunikasi terjadi dan mencakup konsep-konsep teritorial,
kepadatan, dan jarak. Ketiga organisasi social, meliputi, antara lain, keluarga,
kelompok agama, dan kelompok etnis. Perilaku budaya diperoleh secara social
melalui proses yang disebut sosialisasi. Keempat waktu, berkaitan dengan
persepsi orientasi waktu. Apakah individu berorientasi saat ini atau masa
depan berorientasi pada persepsi mereka tentang waktu mempengaruhi banyak
aspek kehidupan mereka. Kelima lingkungan control berkaitan dengan sejauh
mana individu memandang bahwa mereka memiliki kendali atas lingkungan
mereka. Keenam variasi biologis. Perbedaan-perbedaan biologis ini termasuk
struktur tubuh (baik ukuran dan bentuk), warna kulit, respons fisiologis
terhadap pengobatan, pola elektro kardiografi, kerentanan terhadap penyakit,
preferensi gizi dan kekurangan.
E. Konteks spiritual
Kualitas manusia yang member makna dan rasa tujuan keberadaan
seseorang. Spiritualitas ada dalam setiap individu terlepas dari system
kepercayaan dan berfungsi sebagai kekuatan untuk interkoneksi antar diri dan
orang lain, lingkungan, dan kekuatan yang lebih tinggi (Townsend, 2017).
Dimasukkannya perawatan spiritual juga dibuktikan oleh dua NANDA
Internasional saat ini diagnose keperawatan: Kesulitan spiritual dan Kesiapan
untuk peningkatan kesejahteraan spiritual (Herdman & Kamitsuru, 2014).
Smucker, 2001 dalam Townsend, 2017 mengidentifikasi lima factor
berikut sebagai jenis kebutuhan spiritual yang terkait dengan manusia yaitu
pertama makna dan tujuan hidup, memiliki tujuan dalam hidup member
seseorang perasaan kontrol dan perasaan bahwa hidup ini layak dijalani.
Kedua iman, sering dianggap sebagai penerimaan suatu kepercayaan dengan
tidak adanya bukti fisik atau empiris. Ketiga harapan berfungsi sebagai
kekuatan yang member energi. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa
harapan dapat meningkatkan penyembuhan, memfasilitasi penanganan, dan
meningkatkan kualitas hidup (Enayati, 2013). Keempat cinta, seorang ahli
jantung, menyatakan bahwa cinta adalah satu dari banyak emosi manusia yang
kuat, yang dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental. Kelima
pengampunan. Pengampunan didefinisikan sebagai melepaskan dendam dan
pikiran balas dendam (Mayo Clinic, 2014).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan ini terkait dengan konteks bio-psiko -sosio-
kultural dan spiritual yaitu adanya pengaruh atau karakteristik dari pasien
sesuai dengan lingkungan masing-masing terhadap kondisi kesehatan pasien,
maka dari itu perawat harus dapat mempertimbangkan asuhan keperawatan
yang diberikan sesuai dengan budaya agar dapat mempercepat kesembuhan
pasien serta melakukannya secara seimbang dengan konteks lain yang berupa
biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Enam karakteristik pasien, dipengaruhi oleh norma sosial, nilai-nilai
budaya, dan keyakinan spiritual, telah terbukti menjadi factor predisposisi
terkait dengan kesehatan mental dan penyakit mental. Faktor-faktor ini adalah
usia, etnis, jeniskelamin, pendidikan, pendapatan, dan spiritualitas.
Kompetensi budaya adalah langkah yang perlu dalam menghilangkan
kesenjangan dalam diagnosis dan perawatan penyakit mental, dan sangat
penting dalam asuhan keperawatan psikiatris yang berpusat pada pasien.
B. Saran
Setelah mengetahui lebih dalam mengenai konteks bio-psiko-sosio-kultural
dan spiritual dalam asuhan keperawatan jiwa yang memiliki pengaruh besar
terhadap proses kesembuhan pasien sehingga perawat sebaiknya
mengimplementasikan asuhan keperawatan secara holistic kepada pasien,
sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi secara seimbang dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Enayati, A. (2013). How hope can help you heal. Retrieved from.
www.cnn.com/2013/04/11/health/hope-healing-enayati
Giger, J.N. (2017). Transcultural nursing: Assessment and intervention (7th ed.).
St. Louis, MO: Mosby.
Herdman, T.H., & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA-I nursing diagnoses:
Definitions and classification, 2015–2017. Oxford:Wiley Blackwell
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Stuart, G. W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing.
Philadelphia: Elsevier Mosby.
Twonsend, M. C. (2017). Psychiatric Mental Health Nursing : Concepts of Care
in Evidence-Based practice Philadelphia: F. A. Davis Company.

Anda mungkin juga menyukai