Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS 3 KEPERAWATAN HIV

Dalam rangka memenuhui tugas tutorial mata kuliah Keperawatan HIV

Disusun oleh:
Claudya Tama Prameswari 220110170097
Riza Nurul Ihsan 220110170098
Wafa Firyal Siti Naifah 220110170099
Rachmawati Kusuma Wardani 220110170100
Devi Fitriani 220110170101
Maniatunufus 220110170102
Asri Wahyu Candrawati 220110170103
Annisa Aulia Husna 220110170104
Almay Rayhan Arrafi 220110170105
Lutfiana Utami 220110170106
Widy Meidina Jelita 220110170107
Muhammad Rusydan S 220110170108
Afni Faddilah Taslam 220110170109
Nazla Farras Nida 220110170111
Indah sari 220110170112

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
Kasus HIV III

Ny. A, berusia 34 tahun, datang ke poliklinik sebuah rumah sakit untuk memeriksaan
kehamilan. Saat ini Ny. A sedang menjalani kehamilannya yang ketiga. Anaknya yang pertama
perempuan, kini berusia 12 tahun. Kehamilan kedua berlangsung 9 tahun lalu, namun mengalami
keguguran. 8 tahun yang lalu Ny. A bercerai dengan suami pertamanya. Tahun 2013, Ny. A
menikah lagi, setelah menjalani pernikahan selama satu tahun dengan suami kedua, Ny. A baru
mengetahui kalau suami kedua memiliki HIV. Setelah dilakukan pemeriksaan, Ny. A dinyatakan
HIV (+), telah mendapatkan ARV namun tidak meminum obatnya dengan teratur. Tanggal 23
November 2017, Ny. A datang ke poliklinik untuk dilakukan pemeriksaan karena sudah terlambat
datang bulan. Hasil pengkajian didapatkan HPHT 15 Oktober 2017. Ny. A merasakan keluhan
mual muntah terutama di pagi hari. Pasien selalu menanyakan bagaimana kondisi bayi yang
dikandungnya dengan penyakit yang ia diderita.

LO :
1. Pengkajian tambahan yang penting dilakukan
2. Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan
3. Apakah faktor risiko penularan HIV dari ibu ke anak/janin
4. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak/janin
5. Buat analisis data hingga muncul masalah keperawatan untuk kasus diatas
6. Rencana intervensi pada pasien tersebut
7. Penkes yang perlu bagi klien
PEMBAHASAN

1. Pengkajian tambahan yang penting dilakukan


a. Pemeriksaan Fisik
 Gambaran umum : pasien tampak lemah
 Kesadaran : compos mentis kooperatif sampai terjadi penurunan
kesadaran, apatis, somnolen, stupor, atau koma
 TTV :
TD biasanya normal
HR biasanya meningkat
RR biasanya meningkat
T biasanya meningkat
 BB : biasanya menurun bahkan hingga 10%
 TB : biasanya tidak meningkat
 Kepala : biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis serbeika
 Mata : biasanya konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,
refleks pupil terganggu
 Hidung : biasanya terdapat cuping hidung
 Gigi dan mulut : biasanya ditemukan ulserasi dan kandidiasi
 Leher : biasanya kaku kuduk yang penyebabnya kelainan neurologis
karena infeksi jamur Cryptococcus neoformans, ada pembesaran kelenjar
getah bening
 Jantung : biasanya tidak ada kelainan
 Paru-paru : biasanya ada nyeri dada, retraksi intercostals pada pasien AIDS
dengan TB, napas pendek (Kussmaul’s breathing), dan dispnea
 Abdomen : biasanya ada bising usus yang hiperaktif
 Kulit : biasanya turgor kulit lebih dari 2 detik, ada tanda-tanda lesi
 Ekstremitas : biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun, akral
dingin
b. Kaji data psikologis pasien
Pada ibu hamil dengan HIV kaji keadaan psikologis pasien apakah pasien
khawatir bahwa penyakit yang dideritanya akan menurun pada anaknya dan kaji
perasaan pasien terhadap keluarganya.
c. Aktivitas dan istirahat
Kaji apakah pasien mudah lelah, adanya kelemahan dan menurunnya massa otot
atau tidak.
d. Pemeriksaan darah
Penurunan sel T limfosit, jumlah sel T4, peningkatan kadar IgG, IgM dan IgA.
e. Eliminasi
Kaji adanya gejala diare atau tidak
f. Kaji riwayat persalinan
g. Kaji status nutrisi klien
h. Personal hygiene dan lingkungannya
i. Kaji faktor ketidakpatuhan mengonsumsi ARV
j. Kaji status kesehatan suami pertama, dikhawatirkan positif HIV dan menularkan
ke anak pertama.

2. Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan


a. Melakukan skrining
 Tes antibodi
Bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi
HIV. Walaupun akurat, perlu waktu 3-12 minggu supaya jumlah antibodi
dalam tubuh cukup tinggu untuk terdeteksi saat pemeriksaan.
 Tes antigen
Bertujuan mendeteksi P24, suatu protein yang menjadi bagian dari virus HIV
dan dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pasien terinfeksi.
b. Hitung sel CD4
CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Semakin
sedikit jumlahnya, semakin besar kemungkinan terserang AIDS. Normalnya,
jumlah CD4 ada di rentang 500-1400 sel/mm3 darah. Infeksi HIV berkembang
menjadi AIDS bila hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel/mm3 darah.
c. Pemeriksaan viral load
Untuk menghitung RNA, viral load adalah bagian dari virus yang berfungsi
menggandakan diri. Jumlah RNA lebih dari 100.000 kopi/ml darah menandakan
infeksi baru saja terjadi atau tidak tertangani. Jumlah RNA kurang dari 10.000
kopi/ml darah mengindikasikan jumlah virus yang tidak terlalu cepat
bereproduksi.
d. Tes resistensi obat
e. Tes darah lengkap dengan diferensial
Untuk mengetahui adanya anemia, leucopenia, atau trombositopenia. Keadaan
umum pada pasien terinfeksi HIV yang membutuhkan penilaian lebih lanjut dan
dapat mempengaruhi pilihan ARV.
f. Pemeriksaan gula darah dikhawatirkan ada resistensi insulin
g. Diagnostik TB : sputum SPS untuk pemeriksaan BTA
h. Diagnostik malaria : sediaan darah tepi, tes cepat untuk P. Falciparum (jika
tinggal di daerah endemik malaria)
i. Tes sifilis
j. Diagnostik IMS : tes cepat TPHA dan RPR bila tersedia centrifuge dan
rotator, pengecatan Gram atau methilen blue, sediaan basah

3. Faktor risiko penularan HIV dari ibu ke anak/janin


1. Faktor ibu
- Usia kehamilan ibu : transmisi terbesar terjadi saat hamil tua
- Mengalami infeksi viral, bacterial, parasite (malaria) pada masa kehamilan
- Status gizi pada masa kehamilan : berat badan yang kurang dan kurangnya asupan
vitamin dan mineral dapat meningkatkan jumlah virus
- Masalah pada payudara : mastitis, robekan putting susu dapat meningkatkan risiko
penularan melalui pemberian ASI
- Jumlah CD4
- Kadar HIV dalam darah ibu
Kadar HIV yang tinggi semakin meningkatkan risiko penularan khususnya pada
saat/menjelang persalinan dan masa menyusui bayi
2. Faktor bayi
- Periode pemberian ASI : semakin lama anak mendapatkan ASI semakin besar pula
risiko penularan HIV
- Adanya luka di mulut bayi
- Usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir
Bayi premature dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki risiko yang lebih
tinggi tertular HIV karena system organ dan system kekebalan tubuhnya belum
berkembang dengan baik
3. Faktor obstetric
- Jenis persalinan : persalinan per vagina memiliki risiko penularan HIV lebih besar
daripada sesar karena terjadi kontak antara kulit/membrane mukosa bayi dengan
darah dan cairan ibu
- Lama persalinan : semakin lama proses persalinan maka semakin besar pula risiko
penularan HIV
- Ketuban : ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan meningkatkan risiko
penularan hingga dua kali lipat dibandingkan dengan ketuban pecah kurang dari 4
jam
- Tindakan episiotomy, ekstraksi vakum dan forceps dapat meningkatkan risiko
penularan HIV karena berpotensi melukai ibu/bayi
4. Faktor pemberian mixed feeding bayi

4. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak/janin


Terdapat 4 prong Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak, dalam kasus termasuk
ke prong ke 3 yaitu Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Hamil dengan HIV ke Bayi
yang dikandungnya.
- Layanan ANC terpadu termasuk penawaran dan tes HIV
- Diagnosis HIV
- Pemberian terapi antiretroviral bagi ibu
- Persalinan yang aman yaitu dengan operasi sesar
- Tatalaksana pemberian makanan bagi bayi dan anak
- Menunda dan mengatur kehamilan
- Pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada anak
- Pemeriksaan diagnostic HIV pada anak

5. Analisis Data dan Masalah Keperawatan

MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DO :
- Ny. A dinyatakan Ny. A Positif HIV Risiko Infeksi Sistemik b.d.
positif HIV telah ↓ Kekebalan Tubuh yang
mendapatkan terapi Terapi ARV tidak teratur Menurun Drastis
ARV namun tidak ↓
meminum obatnya Penurunan Jumlah Limfosit
secara teratur CD4+

- Pada tahun 2013, Ny. Kekebalan Tubuh Menurun
A menikah lagi dan Drastis
setelah 1 tahun ↓
kemudian baru Infeksi Oportunistik
mengetahui suami ke-
2 nya menderita HIV

- Pada tanggal 23
November 2017, Ny.
A datang untuk
melakukan
pemeriksaan karena
sudah terlambat
datang bulan. Hasil
pengkajian HPHT
tanggal 15 Oktober
2017. Maka usia
kehamilan Ny. A
kurang lebih 1 bulan 1
hari (melalui
perhitungan Neagele)

DO : Klien tidak mengetahui cara Ansietas b.d. Defisit


- Pasien selalu pencegahan penularan HIV Pengetahuan
menanyakan kondisi dari ibu ke anak
bayinya ↓
Kecemasan
DO :
- Ny. A merasakan Mual dan muntah Risiko Nutrisi Kurang dari
keluhan mual muntah ↓ Kebutuhan b.d. Mual dan
terutama setiap pagi Asupan makanan yang masuk Muntah
dimuntahkan lagi

Nafsu makan menurun

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Mual dan muntah


↓ Risiko Ketidakseimbangan
DO :
Cairan dan elektrolit keluar Cairan b. d. Mual dan Muntah
- Ny. A merasakan
bersama muntah
keluhan mual muntah

terutama setiap pagi
Ketidakseimbangan cairan
dalam tubuh
Risiko Hambatan Tumbuh
Mual dan muntah Kembang Janin b. d. Mual
↓ dan Muntah
Asupan makanan yang masuk
DO : dimuntahkan lagi
- Ny. A merasakan ↓
keluhan mual muntah Nafsu makan ibu menurun
terutama setiap pagi ↓
Nutrisi ibu tidak tercukupi

Janin tidak mendapatkan
asupan nutrisi yang adekuat

6. Rencana intervensi pada pasien tersebut

a. Ansietas berhubungan dengan transmisi penyakit kepada janin ditandai dengan pasien selalu
menanyakan keadaan janinnya.

Kriteria Hasil: Menyatakan kesadaran tentang perasaan dan cara sehat untuk menghadapinya

Intervensi Rasional
Berikan informasi akurat dan konsisten Memberikan informasi mengenai penularan
mengenai prognosis, hindari argumentasi penyakitnya kepada janin, prognosis, dapat
mengenai persepsi pasien terhadap situasi mengurangi rasa cemas pada ibu
tersebut
Berikan lingkungan terbuka dimana pasien Membantu pasien untuk merasa diterima pada
akan merasa aman untuk mendiskusikan kondisi sekarang tanpa perasaan dihakimi dan
perasaan atau menahan diri untuk berbicara meningkatkan perasaan harga diri dan kontrol
Berikan informasi yang dapat dipercaya dan Menciptakan interaksi personal yang lebih
konsisten, juga dukungan untuk orang terdekat baik dan menurunkan ansietas dan rasa takut
Ajari pasien teknik relaksasi napas dalam Relaksasi napas dalam dapat membantu
ketika merasa cemas menenangkan pikiran

b. Resiko tinggi penularan infeksi pada bayi berhubungan dengan adanya kontak darah dengan
bayi sekunder terhadap proses kehamilan, dan melahirkan.

Kriteria Hasil: Infeksi HIV tidak ditransmisikan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3×24 jam dengan kriteria hasil kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV

Intervensi Rasional
Anjurkan pasien atau orang penting lainnya Pasien dan keluarga pasien memerlukan
dengan metode mencegah transmisi HIV dan informasi yang akurat mengenai penularan
kuman patogen lainnya. yang dapat terjadi kepada janin
Gunakan darah dan cairan tubuh precaution Mencegah transmisi HIV pada orang terdekat
bial merawat pasien. Gunakan masker bila pasien dan petugas kesehatan
perlu.
Pemberian konseling antenatal care pada Dapat melakukan pencegahan dini dan
pasien meminimasir transmisi penyakit kepada janin
x

7. Penkes yang perlu bagi klien


1. Penkes kepada klien dan suaminya
2. Penkes untuk meningkatkan kewaspadaan panularan penyakit dari ibu ke anak
3. Penkes selama proses kehamilan dan risiko penularan kepada janin, dan pada saat
proses melahirkan
4. Penkes mengenai pemberian ASI atau susu formula

Anda mungkin juga menyukai