Anda di halaman 1dari 1

Donor Darah

Pada pagi hari, di sebuah sekolah menengah atas, sedang diselenggarakan kegiatan bakti sosial. Salah
satu kegiatan itu berupa donor darah yang bekerjasama dengan PMI.

Tiba-tiba, ada seorang guru terlihat sedang berdiri di dekat posko PMI tersebut.

Guru : “Hari ini ada kegiatan donor darah ya? Sepertinya saya tertarik ingin mendonorkan darah
saya”.

Guru itu lalu berjalan memasuki posko PMI tersebut. Di dalam sana ternyata sudah ada beberapa
petugas PMI. Salah satu petugas tersebut menyambut kedatangan guru itu dengan baik.

Petugas : “Selamat datang bu, di posko PMI kami. Apakah ada yang bisa saya bantu”?

Guru : “Terimakasih pak. Saya kesini ingin menjadi salah satu pendonor darah. Apakah boleh
pak”?

Petugas : “Tentu boleh bu. Tapi, sebelumnya ibu harus melakukan prosedur terlebih dahulu untuk
bisa menjadi pendonor tersebut”.

Setelah guru itu melakukan prosedur tersebut, guru itupun bisa menjadi pendonor darah. Lalu, salah satu
seorang petugas PMI mempersilahkan guru tersebut untuk berbaring ditempat yang sudah disiapkan untuk para
pendonor darah.

Petugas : “Silahkan berbaring disini bu. Saya ingin mempersiapkan alat-alat untuk mengambil
darahnya dulu”.

Saat petugas tersebut mempersiapkan alat-alat untuk pendonoran darah, tanpa sengaja petugas itu
menjatuhkan jarum suntik tanpa tutup tersebut yang akan digunakan untuk mengambil darah. Kemudian,
petugas itu mengambil kembali jarum suntik tersebut. Perbuatan itu terlihat oleh guru yang ingin mendonorkan
darahnya. Maka, guru itupun tidak jadi mendonorkan darahnya.

Petugas : “Ups, jarum suntiknya jatuh. Untung belum 5 menit bu. Hehehe” (sambil tertawa
memandang wajah sang guru tersebut).

Guru : “Eh, saya tidak jadi deh pak mendonorkan darah saya. Saya takut dengan jarum suntik.
Maaf ya pak, permisi”.

Petugas : “Bu, bu, mau kemana. Ini alat-alatnya sudah siap bu”.

Guru itupun pergi meninggalkan posko PMI tersebut dengan perasaan kesal dan jijik.

Anda mungkin juga menyukai