Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN HIGIENE SANITASI DI WARUNG MAKAN PASAR NGASEM SEBAGAI

PENUNJANG WISATA KULINER KOTA YOGYAKARTA

E-JURNAL

Oleh:
Nannissa Hidayah Rahmadiyanti
NIM. 14511241023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
Penerapan Higiene Sanitasi ... (Nannissa Hidayah Rahmadiyanti) 1

PENERAPAN HIGIENE SANITASI DI WARUNG MAKAN PASAR NGASEM


SEBAGAI PENUNJANG WISATA KULINER KOTA YOGYAKARTA
APPLICATION OF FOOD STALL SANITATION HYGIENE AT NGASEM MARKET AS A
CULINARY TOURISM SUPPORTER IN YOGYAKARTA
Oleh: Nannissa Hidayah Rahmadiyanti
Pendidikan Teknik Boga Universitas Negeri Yogyakarta
Email: nannissa.hidayah@student.uny.ac.id
Dosen: Dr. Marwanti, M. Pd.
Dosen Pembimbing Program Studi Pendidikan Teknik Boga

Abstrak
Penelitian ini untuk mengetahui: (1) makanan yang berpotensi sebagai daya tarik wisata kuliner, (2)
penerapan higiene sanitasi makanan, (3) penerapan higiene sanitasi alat, (4) penerapan higiene sanitasi
personal, (5) penerapan higiene sanitasi lingkungan, (6) penilaian konsumen tentang penerapan higiene
sanitasi warung makan di Pasar Ngasem. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan teknik analisis data
deskriptif. Responden penelitian adalah 7 orang penjual dan 30 orang konsumen. Teknik pengumpulan data
yang digunakan wawancara dan kuisioner. Hasil penelitian adalah: (1) Sayur Bobor Kelor, Sayur Brongkos,
Oseng-Oseng Genjer dan Sambal Jenggot memiliki potensi sebagai daya tarik wisata kuliner. (2) Bahan
makanan berkualitas baik. Hasil olahan disajikan terpisah dan terbuka. (3) Peralatan yang aman dan bersih
dicuci, dikeringkan dan disimpan pada almari atau keranjang. (4) Perilaku kebersihan penjual baik. (5)
Higiene sanitasi lingkungan tampak kotor dan tidak rapi. (6) Higiene sanitasi kuliner menurut penilaian
konsumen secara keseluruhan menunjukkan 23,3% responden menyatakan sangat sesuai, 56,7%
menyatakan sesuai, dan 20% menyatakan tidak sesuai.
Kata Kunci: Higiene, Sanitasi, Wisata Kuliner, Pasar Ngasem.

Abstract
This study is to knowing about: (1) potential of culinary as tourism fascination at Ngasem Market in
Yogyakarta, (2) food hygiene and sanitation, (3) equipment hygiene and sanitation, (4) personal hygiene
and sanitation, (5) environment hygiene and sanitation at food stall in Ngasem Market Yogyakarta, (6)
culinary hygiene and sanitation according to consumer assessments. This type of research is qualitatif with
data analysis techniques is descriptive. Respondens are the sellers amounting to 7 people and consumers as
many as 30 people. Data collection techniques with interview and questionnaires. The result shows that:
(1) Sayur Bobor Daun Kelor, Sayur Brongkos, Oseng-Oseng Genjer and Sambal Jenggot are special food
which have potential as tourism fascination. (2) sellers use fresh and good quality ingredients to cooked.
The dishes served on the table separately and openly for each dish. (3) Sellers use food grade equipments.
The equipments washed with clean water and soap, dried it off and then saved in the cupboard and basket
rack. (4) Sellers have good habbits about it. (5) Environment hygiene and sanitation shows that culinary
area at Ngasem Market look dirty and untidy. (6) culinary hygiene and sanitation according to consumer
assesments in totality show that 23,3% people state very appropriate, 56,7% person state appropriate and
20% state inappropriate.

Key Words: Hygiene, Sanitation, Culinary Tourism, Pasar Ngasem.


2 Jurnal Pendidikan Teknik Boga 2018

PENDAHULUAN Pasar Ngasem Yogyakarta merupakan pasar


Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan tradisional yang lokasinya dekat dengan lokasi
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta wisata Tamansari. Dalam pasar ini terdapat
layanan yang disediakan oleh masyarakat, warung makan yang menjual berbagai sayur dan
pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah lauk tradisional. Kebersihan warung makan
(UU RI No. 10 Tahun 2009 tentang merupakan jaminan bagi kebersihan semua barang
Kepariwisataan). Pariwisata merupakan yang ada di dalamnya serta penting bagi
kompleksitas bisnis yang di dalamnya terdapat terpeliharanya kesehatan (Huda, 2008). Ceserani
fenomena berupa hubungan timbal balik dan & Kinton (2007) menyebutkan higiene sanitasi
interaksi di antara pemangku kepentingan yang adalah ilmu tentang kesehatan dan pencegahan
oleh Perlas (2000) disebut threefolding, yaitu suatu penyakit . Higiene sanitasi dalam bidang
pemerintah, pengusaha atau dunia usaha kuliner harus dilaksanakan dengan baik karena
pariwisata, dan masyarakat penerima (host). makanan merupakan sumber bahan pangan yang
Menurut Gartner (1996:5-7), hubungan tersebut dikonsumsi oleh manusia yang dampaknya dapat
timbul dalam rangka penciptaan daya tarik wisata mempengaruhi kesehatan tubuh manusia.
dan upaya menjamu wisatawan juga pengunjung Kepmenkes RI Nomor
lainnya (Prasiasa, 2011). Budaya merupakan jenis 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan
kesenian, pola dan tata kehidupan masyarakat, Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran
adat istiadat yang memiliki ciri khas dan keunikan menyebutkan higiene sanitasi makanan adalah
sehingga dapat dijadikan daya tarik wisata. upaya untuk mengendalikan faktor makanan,
Pendapat dari Uysal dan Hagan (1993) orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat
menyebutkan terdapat lima faktor yang menarik menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
wisatawan untuk datang ke daerah tujuan wisata, Seperti halnya di warung makan zona timur
yaitu Natural and historic attractions, food, Pasar Ngasem terdapat permasalahan mengenai
people, recreation facilities, marketed image of the higiene sanitasi seperti hampir seluruh makanan
destination (Zeng, 2015). dijual secara terbuka sehingga menimbulkan
Wisata kuliner yang didefinisikan secara luas resiko kontaminasi makanan oleh zat pencemar.
sebagai pengejaran pengalaman makan dan Penataan peralatan masih kurang rapi seperti
minum yang unik dan mengesankan (Green & susunan keranjang, karung arang, bahan makanan
Dougherty, 2009) merupakan bentuk baru di dunia yang diletakkan secara tidak teratur. Terdapat
pariwisata. Menurut Bondan Winarno (2008), penjual yang tidak menggunakan apron dan
industri kuliner di Indonesia memiliki potensi penutup kepala. Abu sisa pembakaran saat
untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata pengolahan masakan yang tidak segera
bagi para wisatawan mancanegara maupun lokal dibersihkan. Tempat mencuci tangan kurang
karena keragaman makanan dan minumam khas terjangkau dan dialih fungsikan untuk mencuci
yang ada disetiap daerah. peralatan serta masih terdapat penjual yang
Penerapan Higiene Sanitasi ... (Nannissa Hidayah Rahmadiyanti) 3

mencuci peralatan menggunakan air yang METODE PENELITIAN


ditampung dalam ember. Jenis Penelitian
Hasil penelitian Setyawanti & Andayani Jenis penelitian yang digunakan adalah
(2015) dan Islamy, et al., (2018) menunjukkan kualitatif yaitu rangkaian kalimat-kalimat yang
bahwa pengetahuan pedagang tentang higiene dan dikelompokan berdasarkan tema-temanya
sanitasi masih kurang. Masih ditemui pedagang (Endang Mulyatiningsih, 2011:38)
yang tidak mengenakan apron atau celemek dan Waktu dan Tempat Penelitian
penutup kepala. Kebersihan diri penjual juga Penelitian dilakukan pada tanggal 09 Mei - 30
kurang diterapkan dengan baik karena masih Juni 2018 di warung makan Zona Timur Pasar
ditemui penjual yang tidak mencuci tangan mereka Ngasem.
sebelum dan selesai melakukan kontak dengan Subjek Penelitian/ Responden
makanan. Selain itu, masih ditemui penjual yang Responden penelitian adalah 7 orang penjual
merokok di dekat barang dagangan mereka dan dan 30 orang konsumen di warung makan zona
kurang memperhatikan makanan jajanan yang timur Pasar Ngasem.
tidak terbungkus. Teknik Pengumpulan Data
Usaha penciptaan higiene dan sanitasi dalam Teknik pengumpulan data yang digunakan
bidang kuliner di warung makan zona timur Pasar adalah wawancara, dokumentasi dan angket.
Ngasem berpedoman pada Kepmenkes RI Nomor Teknik Analisis Data
519/MENKES/SK/VII/2008 tentang Pedoman Teknik analisis data yang digunakan adalah
penyelenggaraan Pasar Sehat, Kepmenkes RI deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk
Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang menuturkan pemecahan masalah yang ada
Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan sekarang berdasarkan data dengan tujuan untuk
Jajanan, dan Permenkes RI Nomor pemecahan masalah secara sistematis dan faktual
1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang Higiene mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
Sanitasi Jasaboga. (Narbuko dan Achmadi, 2013).
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
mengidentifikasi kuliner di warung makan zona Hasil Penelitian
timur Pasar Ngasem yang berpotensi sebagai daya Identifikasi Kuliner di Warung Makan Zona
tarik wisata kuliner, 2) mengetahui penerapan Timur Pasar Ngasem
higiene sanitasi makanan, 3) mengetahui Hasil observasi menunjukkan ragam makanan
penerapan higiene sanitasi peralatan, 4) yang disajikan terdiri dari makanan pokok, sayur
mengetahui penerapan higiene sanitasi personal, berkuah, sayur tidak berkuah, serta lauk pauk
5) mengetahui penerapan higiene sanitasi hewani maupun nabati. Beberapa menu
lingkungan, 6) mengetahui penilaian dari diunggulkan sebagai daya tarik wisata kuliner.
konsumen mengenai penerapan higiene sanitasi di Menu tersebut seperti yang tertera pada Tabel 1.
warung makan zona timur Pasar Ngasem.
4 Jurnal Pendidikan Teknik Boga Tahun 2018

Tabel 1. Kuliner Unggulan di Zona Timur Pasar Ngasem Alternatif


No. Nama Masakan Gambar jawaban
No. Butir-Butir Soal Wawancara
Ya Tidak
1. Sayur Bobor Kelor (%) (%)
Sayur berkuah santan dengan isian
Makanan tidak mengandung
jipang dan daun kelor bercitarasa 5. 100 -
bahan berbahaya.
gurih.
Makanan disajikan dengan alat
2. Sambal Jenggot 6. 100 -
yang bersih dan aman.
Terbuat dari tempe dan kelapa
Makanan disajikan secara
parut diberi bumbu cabai, bawang 7. 29 71
tertutup.
putih, kencur, gula merah, terasi
dan garam kemudian dihaluskan Penerapan Higiene dan Sanitasi Peralatan
dan dikukus. Rasa asin pedas.
Hasil wawancara pada Tabel 3 menunjukkan
3. Sayur Brongkos
Sayur berkuah santan dengan isian 100% responden menggunakan pembungkus
kacang tolo, tahu kulit, telur. Rasa
pedas dan gurih. makanan yang bersih dan aman, menggunakan
4. Oseng-oseng Genjer
Daun genjer yang ditumis dengan peralatan yang terbuat dari bahan food grade,
tempe dan memiliki citarasa gurih
dan pedas. menggunakan alat sesuai fungsinya, menggunakan
Sumber: Dokumentasi Pribadi. peralatan yang utuh dan mudah dibersihkan,
Penerapan Higiene dan Sanitasi Makanan.
mencuci peralatan dengan air bersih dan sabun,
Hasil wawancara pada Tabel 2 menunjukan
mengeringkan peralatan setelah dicuci, serta
100% penjual menggunakan bahan makanan
menyimpan peralatan di tempat yang aman. Selain
bermutu baik dan tidak menggunakan bahan
itu, 57% responden menyimpan peralatan mereka
olahan dalam kemasan. Penjual dengan persentase
ditempat tertutup dan 43% responden lainnya tidak
86% mencuci, mengupas, dan memotong bahan
menyimpan alat pada tempat tertutup.
makanan sebelum diolah dan 14% responden tidak
Tabel 3. Penerapan Higiene dan Sanitasi Peralatan
melakukannya. Penjual tidak menyimpan bahan Alternatif
makanan, tidak menggunakan bahan berbahaya jawaban
No. Butir-Butir Soal Wawancara
Ya Tidak
dalam makanan serta disajikan dengan alat yang (%) (%)
Pembungkus/ penutup makanan
1. 100 -
bersih dan aman dengan persentase sebesar 100%. bersih dan aman.
Peralatan terbuat dari bahan
Penjual menyajikan makanan di meja saji secara 2. 100 -
Food grade.
Penggunaan alat sesuai
tertutup dengan persentase sebesar 29% dan 71% 3.
peruntukkannya.
100 -

sisanya tidak menyajikan makanan secara tertutup. Peralatan yang digunakan utuh
4. 100 -
dan mudah dibersihkan.
Tabel 2. Penerapan Higiene dan Sanitasi Makanan Peralatan dicuci dengan air
5. 100 -
Alternatif bersih dan sabun.
jawaban 6. Alat dikeringkan setelah dicuci. 100 -
No. Butir-Butir Soal Wawancara 7. Tempat penyimpanan alat aman. 100 -
Ya Tidak
Menyimpan alat di tempat
(%) (%) 8. 57 43
tertutup
1. Bahan makanan bermutu baik. 100 -
Menggunakan bahan olahan Penerapan Higiene dan Sanitasi Personal
2. - 100
dalam kemasan.
Perlakuan bahan makanan Hasil wawancara pada Tabel 4 menerangkan
3.
sebelum diolah:
a. Dicuci, 86 14
100% responden sehat, berpakaian bersih, tidak
b. Dikupas, 86 14 berbicara, tidak mengunyah, tidak merokok, tidak
c. Dipotong/ diiris. 86 14
Melakukan penyimpanan bahan menyisir rambut, tidak menggaruk badan dan tidak
4. - 100
makanan.
Penerapan Higiene Sanitasi ... (Nannissa Hidayah Rahmadiyanti) 5

mengenakan perhiasan saat mengolah makanan, 43% responden lainnya tidak memiliki tempat cuci
selalu menutup mulut dan hidung serta tangan.
menghindari makanan saat batuk dan bersin, Tabel 5. Penerapan Higiene dan Sanitasi Lingkungan
Alternatif
serta rutin mencuci tangan dengan sabun. jawaban
No. Butir-Butir Soal Wawancara
Terdapat 71% responden yang mengenakan Ya Tidak
(%) (%)
apron/ celemek saat mengolah makanan, 29% Menggunakan air bersih untuk
1. 100 -
mengolah makanan.
responden tidak mengenakan apron/ celemek, 2. Tersedia tempat mencuci tangan. 57 43
Tempat cuci tangan terpisah
14% responden mengenakan penutup kepala dan 3. dengan tempat cuci bahan - 100
makanan dan alat.
86% responden tidak mengenakan penutup Tempat cuci tangan dilengkapi
4. 100 -
kepala. sabun.
5. Menyediakan tempat sampah. 100 -
Tabel 4. Penerapan Higiene dan Sanitasi Personal Menyapu area kerja dan area
Alternatif 6. 100 -
makan.
jawaban Mengepel area kerja dan area
No. Butir-Butir Soal Wawancara 7. 100 -
Ya Tidak makan.
(%) (%) 8. Menata meja kursi di area makan. 100 -
1 Tidak memiliki riwayat penyakit. 100 -
2 Menggunakan pakaian bersih. 100 - 9. Membersihkan meja kerja. 100 -
Berbicara / menguyah saat
3
mengolah makanan.
- 100 Penilaian Konsumen Terhadap Penerapan
4 Merokok saat mengolah makanan. - 100 Higiene dan Sanitasi Kuliner
Menutup hidung / mulut saat bersin
5 100 -
dan batuk. Hasil penilaian penerapan higiene sanitasi
Menghindari makanan saat bersin
6 100 - secara keseluruhan di warung makan zona timur
& batuk.
Menyisir rambut & menggaruk
7
badan saat mengolah makanan.
- 100 Pasar Ngasem adalah 23,3% responden
Menggunakan alat untuk menyatakan Sangat sesuai, 56,7% responden
8 menghindari kontak langsung 100 -
dengan makanan. menyatakan Sesuai, dan 20% responden
Menggunakan perhiasan saat
9 - 100
mengolah makanan. menyatakan Kurang Sesuai. Kategorisasi Higiene
Rutin mencuci tangan dengan
10 100 - Sanitasi Keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 6.
sabun.
Menggunakan apron/ celemek saat Tabel 6. Kategorisasi Higiene dan Sanitasi Keseluruhan
11 71 29
mengolah makanan.
Interval Kategori %
Menggunakan penutup kepala saat
12 14 86 > 113,75 Sangat Sesuai 23,3
mengolah makanan
87,6 – 113,75 Sesuai 56,7
Penerapan Higiene dan Sanitasi Lingkungan 61,25 – 87,5 Tidak Sesuai 20,0
< 61,25 Sangat Tidak Sesuai 00,0
Hasil wawancara pada Tabel 5 menerangkan
Total 100,0
100% responden menggunakan air bersih untuk
PEMBAHASAN
mengolah makanan, tidak memiliki tempat cuci
Identifikasi Kuliner di Warung Makan Zona
tangan yang terpisah dengan tempat cuci alat dan
Timur Pasar Ngasem
bahan, tersedia sabun pada tempat mencuci, Penjual menyajikan kurang lebih sebanyak tiga
menyediakan tempat sampah, melakukan kegiatan puluh satu jenis menu olahan tradisional berupa
menyapu, mengepel, menata meja kursi dan lauk pauk dan juga sayur. Menu tersebut dapat
membersihkan meja kerja. Terdapat 57% berubah sewaktu-waktu karena dipengaruhi faktor
responden yang memiliki tempat cuci tangan dan bahan baku. Beberapa sajian yang cukup terkenal
dan diunggulkan sebagai daya tarik wisata kuliner
6 Jurnal Pendidikan Teknik Boga Tahun 2018

adalah sayur brongkos, oseng-oseng daun genjer, 519/MENKES/SK/VII/2008 tentang Pedoman


sayur bobor kelor, dan juga sambel jenggot. Penyelenggaraan Pasar Sehat menyebutkan tempat
Gardjito, et al. (2017) menyebutkan gambaran penyajian makanan tertutup dengan permukaan
kondisi beberapa pasar tradisional di Yogyakarta yang rata dan mudah dibersihkan, sehingga
beserta kuliner khas di pasar tersebut. Pasar peraturan tersebut tidak sesuai dengan hasil yang
Beringharjo memiliki kuliner khas seperti kicik, berada di Pasar Ngasem.
baceman, empal, terik, dan pecel kembang turi. Penerapan Higiene dan Sanitasi Peralatan
Pasar Kranggan memiliki kuliner khas gudeg Peralatan yang digunakan penjual terbuat dari
Mbah Diryo dan jenang upih. Pasar Kotagede aluminium dan stainless steel. Keadaan peralatan
memiliki kuliner khas kipo. Pasar Pathuk memiliki yang digunakan selalu bersih, sesuai dengan taraf
kuliner khas berupa babi kecap dan sate babi. Pasar pangan (food grade) serta dalam keadaan utuh dan
Serangan memiliki kuliner khas besengek tempe sesuai dengan peruntukkannya. Pemakaian alat
benguk dan tiwul turuk bintul atau tiwul kacang. telah sesuai dengan Permenkes RI Nomor
Pasar Legi memiliki makanan tradisional berupa 1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang Higiene
bongko, ayung-ayung, pelas, growol, gatot, tiwul, Sanitasi Jasaboga yang menyebutkan peralatan
dan kethak blondo. memasak dan makan harus terbuat dari bahan yang
Penerapan Higiene dan Sanitasi Makanan aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan serta
Penjual kuliner menggunakan bahan makanan keadaan alat yang digunakan harus utuh, dan
berkualitas baik sehingga hasil olahan makanan mudah dibersihkan.
juga bermutu baik. Hasil sesuai dengan Kepmenkes Peralatan dicuci dengan sabun dan di
RI Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang keringkan dengan cara ditata dirak. Peralatan
Pedoman Higiene Sanitasi Makanan Jajanan yang kemudian disimpan pada almari dan sebagian di
menerangkan bahan yang diolah menjadi makanan keranjang terbuka dengan ditutup kain. Penelitian
harus dalam keadaan baik mutunya. Penjual tidak Islamy, et al. (2018) menunjukkan hasil yang
menyimpan bahan makanan karena bahan segera sesuai yaitu penjual menggunakan peralatan
diolah. Penelitian yang dilakukan Sembiring, et al. penyajian dalam kondisi baik, tidak
(2013) menyebutkan tujuh belas penjual membahayakan dan memiliki permukaan yang
menyimpan bahan makanan di keranjang belanja halus. Peralatan yang digunakan adalah peralatan
atau diletakkan di atas meja tanpa menyimpannya. sekali pakai, tidak berbau menyengat, dan tempat
Hasil masakan di letakkan pada serving dish penyimpanan peralatan bersih tidak
yang terbuat dari stainless steel secara terpisah terkontaminasi.
untuk setiap jenis masakan yang kemudian ditata Penerapan Higiene dan Sanitasi Personal
diatas meja secara terbuka. Pada penelitian yang Penjual makanan di Pasar Ngasem dalam
dilakukan Satyaningsih et al. (2017) pedagang keadaan sehat. Saat bersin dan batuk menutup
menggunakan peralatan yang basah dan tidak hidung dan mulut serta menghindari makanan.
bersih. Kepmenkes RI Nomor Penjual tidak merokok, tidak menyisir rambut,
Penerapan Higiene Sanitasi ... (Nannissa Hidayah Rahmadiyanti) 7

tidak menggaruk bagian badan serta tidak dua wastafel cuci tangan yang juga digunakan
mengenakan perhiasan saat melakukan sebagai tempat mencuci alat. Pada tiga kios
pengolahan makanan. Untuk menghindari kontak terdapat kran tempat pencucian alat tanpa bak cuci
langsung pada makanan, penjual menyediakan sedangkan kios lainnya menggunakan ember
penjepit makanan, sendok dan garpu. Permenkes untuk mencuci alat. Pada Kepmenkes RI Nomor
RI Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman
Higiene Sanitasi Jasaboga menyebutkan kegiatan Penyelenggaraan Pasar Sehat disebutkan salah
pengolahan makanan harus terlindung dari kontak satu syarat pasar sehat yaitu tersedianya tempat
langsung dengan tubuh dan dapat dilakukan cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air
dengan menggunakan alat seperti sarung tangan mengalir.
sekali pakai, penjepit makanan, sendok dan garpu. Seluruh penjual kuliner juga menyediakan
Penjual berpakaian bersih dan lima diantaranya tempat sampah. Tiga orang penjual tidak
mengenakan apron/ celemek. Satu responden memisahkan sampah organik dan non organik
menggunakan penutup kepala berupa kerudung. mereka. Penjual menggunakan tempat sampah
Responden yang tidak menutup kepala mengikat yang terbuat dari bahan plastik dan dinilai kuat,
rambut mereka dan ada juga yang membiarkan kedap air, dan mudah untuk dibersihkan. Sistem
rambutnya tergerai sedangkan seorang lainnya pembuangan sampah dilakukan oleh petugas
adalah responden laki-laki yang tidak mengenakan kebersihan tiga kali dalam sehari. Hasil penelitian
penutup kepala saat melakukan pengolahan. Hasil Satyaningsih et al. (2017) menyebutkan tempat
penelitian dari Satyaningsih et al. (2017) penjualan jajanan kue basah di Pasar Kota Kendari
menunjukkan pedagang tidak berpakaian bersih tidak dilengkapi dengan sanitasi air bersih dan
serta memiliki perilaku buruk seperti mengelap tempat penampungan sampah yang tertutup.
tangan pada baju serta merokok pada saat Penjual rutin menyapu, mengepel, dan menata
menangani makanan. area kerja dan area makan. Dalam penelitian
Perilaku hidup bersih dan sehat dilakukan Nuraya dan Indra (2017) menunjukkan lingkungan
dengan cara mandi, keramas, menggosok gigi, untuk pedagang berjualan kurang bersih. Sarana
memotong kuku serta rutin mencuci tangan. Pada penjualan yang terbuka dan tidak terlindung dapat
penelitian Setyawanti & Andayani (2015) usaha memudahkan debu dan lalat, yang berpotensi
personal higiene yang dilakukan penjual jajan membawa bakteri patogen untuk mengontaminasi
pasar di Kotagede adalah dengan cara menerapkan jajanan.
perilaku hidup bersih dan sehat seperti mandi, Penerapan Higiene Sanitasi Menurut Penilaian
menggosok gigi, dan keramas. Konsumen
Penerapan Higiene dan Sanitasi Lingkungan Hasil analisis data kuisioner penilaian konsumen,
Seluruh penjual kuliner di Pasar Ngasem masing-masing variabel menunjukkan hasil yang
menggunakan sumber air bersih untuk mengarah pada kategori sesuai dengan standard.
pengolahannya. Pada area warung makan terdapat Berdasarkan hasil observasi, fakta dilapangan
8 Jurnal Pendidikan Teknik Boga Tahun 2018

menunjukan bahwa masih terdapat aspek-aspek mengolah makanan, menutup/ menghindari


higiene sanitasi di pasar ini yang masih harus hidung dan mulut saat bersin dan batuk,
diperbaiki lagi. Aspek tersebut diantaranya adalah menghindari kontak langsung dengan makanan,
cara menyajikan makanan, penataan peralatan tidak memakai perhiasan, serta rutin mencuci
yang masih berantakan, lingkungan yang masih tangan. Aspek yang belum memenuhi standar
kurang bersih, tempat pencucian alat yang adalah penggunaan apron atau celemek dan
menggunakan ember tampung, sisa abu penutup kepala saat mengolah makanan.
pembakaran arang yang tidak rutin dibersihkan. 5. Penerapan higiene dan sanitasi lingkungan di
KESIMPULAN zona timur Pasar Ngasem yang sudah
1. Terdapat berbagai jenis masakan tradisional memenuhi standar yaitu penggunaan air bersih
seperti Sayur Bobor Daun Kelor, Brongkos, untuk mengolah makanan, wastafel dilengkapi
Oseng-oseng Genjer dan Sambel Jenggot yang sabun, menyediakan tempat sampah, menyapu,
diunggulkan sebagai daya tarik wisata kuliner. mengepel, menata meja kursi serta
2. Penerapan higiene dan sanitasi makanan di membersihkan area kerja dan area makan.
zona timur Pasar Ngasem yang sudah Aspek yang belum memenuhi standar adalah
memenuhi standar yaitu kualitas bahan tersedianya wastafel yang memadai dan
makanan, perlakuan bahan sebelum diolah, terpisah dengan bahan makanan dan peralatan.
penyimpanan bahan makanan, kualitas 6. Penilaian konsumen mengenai penerapan
makanan serta penyajian dengan alat yang higiene sanitasi secara keseluruhan
bersih dan aman. Aspek yang belum memenuhi menunjukkan 23,3% responden menyatakan
standar adalah makanan yang disajikan masih sangat sesuai, 56,7% menyatakan sesuai, dan
secara terbuka. 20% menyatakan tidak sesuai.
3. Penerapan higiene dan sanitasi alat di zona SARAN
timur Pasar Ngasem yang sudah sesuai standar 1. Penjual sebaiknya menyajikan makanan secara
yaitu pembungkus makanan sesuai food grade, tertutup, merapikan penataan pasar serta
penggunaan alat sesuai peruntukkannya, memperhatikan kembali kebersihan lingkungan
peralatan utuh dan mudah dibersihkan, setempat.
peralatan dicuci dengan air bersih dan sabun. 2. Pengelola Pasar Ngasem sebaiknya
Aspek yang belum memenuhi standar adalah meningkatkan kualitas higiene sanitasi warung
peralatan disimpan secara terbuka dan hanya makan guna mendukung pengembangan
ditutup kain. potensi wisata kuliner di zona timur Pasar
4. Penerapan higiene dan sanitasi personal di zona Ngasem.
timur Pasar Ngasem yang sudah memenuhi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta sebaiknya
standar yaitu penjual sehat, pakaian bersih, melakukan kerja sama dengan pihak pengelola
tidak berbicara, tidak mengunyah, tidak Pasar Ngasem untuk menjadikan warung
menyisir rambut dan tidak merokok saat
Penerapan Higiene Sanitasi ... (Nannissa Hidayah Rahmadiyanti) 9

makan di zona timur Pasar Ngasem sebagai Endang Mulyatiningsih. (2011). Metode
salah satu destinasi wisata kuliner. Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.
Bandung: Alfabeta
DAFTAR PUSTAKA
Narbuko, Cholid & Achmadi Abu. (2013).
Bondan Winarno. 2008. Industri Kuliner Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi
Diusulkan Masuk dalam RUU Pariwisata, Aksara
melalui http//www. Jajanan.com
Nuraya, A. D., Nindya T. S. (2017). Hubungan
Ceserani, V. ,& Kinton, R. (2007). The Theory of Praktik Personal Hygiene Pedagang dengan
Catering. London: Hodder Arnold. Keberadaan Bakteri Escherichia Coli dalam
Gardjito, M., et al. (2017). Kuliner Yogyakarta Jajanan Kue Lapis di Pasar Kembang Kota
Pantas Dikenang Sepanjang Masa. Jakarta: Pt. Surabaya.Jurnal Media Gizi Indonesia, Vol. 12,
Gramedia Pustaka Utama. No. 1 Januari-Juni 2017:hlm. 7-13.
Gartner, William C. (1996). Tourism Perlas, Nicanor. (2000). Shapping Globalization
Development: Principles , Processes, and Civil Society, Cultural Power and
Policies. USA: Thomson Publishing Company. Threefolding. New York: CADI and Global
Network for Social Threefolding.
Green, G. P. & Dougherty, M. L. (2009).
Localizing Linkages For Food And Tourism: Permana, T. S. (2011). Makanan Tradisional
Culinary Tourism As A Community sebagai Daya Tarik Wisata Kuliner di Kota
Development Strategy. Journal Of The Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Community Development Society, 1-11. Prasiasa, Dewa Putu Oka, A. M. (2011). Wacana
Huda, Shoki. (2008). Tasawuf Kultural: Fenomena Kontemporer Pariwisata. Jakarta: Salemba
Shalawat Wahidiyah. Yogyakarta: Humanika.
LKiSYogyakarta
Satyaningsih, A., Sabilu, Y. & Munandar, S.
Islamy, G. P., Sumarmi S. & Farapti. (2018). (2017). Gambaran Higiene Sanitasi dan
Analisis Higiene Sanitasi dan Keamanan Keberadaan Escherichia Coli dalam Jajanan
Makanan Jajanan Di Pasar Besar Kota Malang. Kue Basah di Pasar Kota Kendari Tahun 2016.
Research Study. 35. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Kemenkes. (2003). Keputusan Menteri Kesehatan Masyarakat|Vol. 2 No. 5 Januari 2017; ISSN
Republik Indonesia Nomor 250-731X.
1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Sembiring, D.J., Ashar T. & Hasan W. (2013).
Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan Higiene dan Sanitasi Pengelolaan Makanan dan
Dan Restoran. Kepadatan Lalat Pada Warung Makan di Pasar
Kemenkes. (2003). Keputusan Menteri Kesehatan Tradisional Pasar Horas Pematangsiantar. 5.
Republik Indonesia Nomor Setyawanti, O. & Andayani, S.W. (2015). Higiene
942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Pedoman dan Sanitasi Jajan Pasar di Pasar Kotagede
Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Yogyakarta. Journal Keluarga Vol 1 No 2
Jajanan. September 2015, 136
Kemenkes. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Uysal, M., & Hagan, L. R. (1993). Motivation of
Republik Indonesia Nomor pleasure to travel and tourism. In M. A. Kahn,
519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman M. D. Olsen, & T. Var (Eds.), VNR’S
Penyelenggaraan Pasar Sehat. Encyclopedia of Hospitality and Tourism (pp.
Kemenkes. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan 798–810). New York: Van Nostrand Reinhold.
Republik Indonesia Nomor Zeng, Guojun. 2015. Tourism and Hospitality
1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Development Between China and EU.
Sanitasi Jasaboga. Guangzhou: Springer
Kemenpar. (2009). Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 10, Tahun 2013, tentang
Kepariwisataan.

Anda mungkin juga menyukai