Case Presentation STUNTING by Nursyahila Rizal
Case Presentation STUNTING by Nursyahila Rizal
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Program Pendidikan Profesi
Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Disusun oleh:
Nursyahila Rizal
30101407279
Pembimbing :
Dr. dr. Joko Wahyu Wibowo, M.kes
dr. Antonia Sadniningtyas
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
Nursyahila Rizal
30101407279
Laporan Kasus yang telah dipresentasikan, diterima dan disetujui di depan tim
penilai Puskesmas Pandanaran Kota Semarang.
Telah Disahkan
Semarang, Desember 2018
Mengetahui
Kepala
Puskesmas Pandanaran
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
kasusyang berjudul “DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI
KOMPREHENSIF TERHADAP KEJADIAN STUNTING DAN GIZI
KURANG PADA An. JG. DI PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka
menjalankan kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Laporan ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Siti Thomas Zulaikhah, S.KM, M.Kes, selaku Kepala bagian IKM FK
Unissula Semarang.
2. Dr. dr. Joko Wahyu W., M.Kes selaku Koordinator Pendidikan IKM FK
Unissula Semarang.
3. dr. Antonia Sadniningtyas, selaku Kepala Puskesmas Pandanaran Semarang
4. Dokter, Paramedis, Staf Puskesmas Pandanaran atas bimbingan dan
kerjasama yang telah diberikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat
berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata kami berharap semoga hasil laporan kasus “DIAGNOSIS
HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF TERHADAP KEJADIAN
STUNTING DAN GIZI KURANG PADA An. JG. DI PUSKESMAS
PANDANARAN SEMARANG” dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Desember 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
iii
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
iv
2.3.3. Aspek Kondisi Internal ........................................................ 21
LAMPIRAN .......................................................................................................... 51
DAFTAR TABEL
v
Tabel 2. 1. Checklist Survei PHBS ................................................................12
Tabel 2. 2. Checklist Survei Rumah Sehat .....................................................13
Tabel 2. 3. Plan Of Action ..............................................................................24
Tabel 3.4. Status gizi berdasarkan indeks antropometri ................................41
Tabel 3.5. Tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Perempuan ....41
Tabel 3.6. Tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi pada Anak Laki-
laki ................................................................................................43
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
kehidupan seorang anak merupakan masa kritis. Oleh karena itu, terjadinya
gangguan gizi di masa tersebut dapat bersifat permanen dan tidak dapat pulih
gizi anak balita. Masa anak balita merupakan kelompok yang rentan
asupan zat gizi kronis atau penyakit infeksi kronis maupun berulang yang
ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang
23,9%. Menurut WHO, apabila masalah stunting di atas 20% maka merupakan
dan lingkungan. Ada lima faktor utama penyebab stunting yaitu kemiskinan,
1
pangan dan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan (Anisa, 2012).
menyebabkan berat lahir rendah (WHO, 2014). Panjang lahir bayi juga
kehidupan seorang anak merupakan masa kritis. Oleh karena itu, terjadinya
gangguan gizi di masa tersebut dapat bersifat permanen dan tidak dapat pulih
tahun 2007 (13.0%), tahun 2010 (13,0%), dan tahun 2013 (13,9%), sedangkan
kurang, jika zat gizi yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang dengan
kebutuhan tubuh dan penyakit infeksi yang menyerang anak dapat menganggu
tiga faktor yang merupakan penyebab tidak langsung, yaitu ketahanan pangan
keluarga, pola pengasuhan anak dimana peranan keluarga terutama ibu dalam
2
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan
prevalensi stunting dan wasting. Menurut data riskesdas prevalensi gizi kurang
pada tahun 2007 sebesar 18,4% kemudian mengalami penurunan pada tahun
2010 menjadi 17,9% akan tetapi mengalami peningkatan lagi menjadi 19,6%
pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Untuk mengawal upaya perbaikan gizi
Pemantauan Status Gizi (PSG) pada 34 provinsi, sebagai alat untuk monitoring
dan evaluasi kegiatan dan dasar penentuan kebijakan dan perencanaan kegiatan
semarang, pevalensi status gizi balita menurut Berat Badan/Usia tahun 2017
diantaranya balita gizi buruk sebanyak 0,28%, balita gizi kurang 3,18%, balita
lebih mendalami kasus stunting dan gizi kurang pada An. A di Wilayah Kerja
3
1.3. Tujuan
kurang.
1.4. Manfaat
ada di lapangan.
4
1.4.1.3. Sebagai media yang menambah wawasan pengetahuan tentang
5
BAB II
ANALISA SITUASI
Desember 2018. Penyebab masalah kesehatan terkait stunting dan gizi kurang
Desember 2018.
Nama : An. JG
Umur : 37 Bulan
Agama : Islam
Semarang Selatan.
Kewarganegaraan : WNI
6
2.2.2. Aspek Personal
biasa
1. ANAMNESIS ( ALLOANAMNESIS )
medis.
a. Keluhan Utama
b. Keluhan tambahan
7
pilek. Pasien terlihat lemas. Keluhan disertai demam, mual, dan
cukup bulan dengan BBL 3000 gram dan panjang badan 50cm.
serupa.
Keterangan:
8
Kesan : -
Kesan : -
Pertumbuhan :
Perkembangan :
seumurannya.
keterlambatan
k. Riwayat Imunisasi :
9
Kesan : Imunisasi dasar kurang lengkap, yang dilakukan di
puskesmas
instan.
1. Data Individu :
cm. Pasien lahir Aterm dengan BBL: 3000 gram. Imunisasi kurang
lengkap.
2. Data Perilaku :
10
Pasien diberi makan 3 kali sehari. Biasanya makanan yang
diberi adalah nasi, telur, tempe, tahu dan sayur, gorengan, mie
dan hanya 5-6 sendok saja pasien mau makan. Pertama kali
diberi makan saat usia 4 bulan. Pada malam hari diberikan ASI
bulan. Sehari diberi 3-4 kali susu formula sebanyak 60cc. Buah-
chiki,dsb.
A. Data Lingkungan
Ekonomi
Pekerjaan:
11
Data Rumah
genteng.
PDAM
12
5 Air bersih V
6 Anggota rumah tangga menggunakan jamban V
7 Anggota rumah tangga membuang sampah pada V
tempatnya
8 Rumah tidak padat penghuni V
9 Lantai rumah kedap air V
KLP GAYA HIDUP
10 Aktivitas fisik/olahraga V
11 Tidak ada anggota keluarga yg merokok V
12 Mencuci tangan V
13 Menggosok gigi minimal 2 kali sehari V
14 Anggota rumah tangga tidak menyalahgunakan V
Miras/Narkoba
KLP UKM
15 Anggota rumah tangga menjadi peserta V
JPK/Dana Sehat
16 Anggota rumah tangga melakukan PSN V
seminggu sekali
KOMPONEN
NO RUMAH YG KRITERIA NILAI
DINILAI
KOMPONEN
I
RUMAH
1 Langit-langit a. Tidak ada 0
b. Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan
rawan kecelakaan 1 V
13
b. Papan/anyaman bambu dekat dengan
tanah/plesteran yang retak dan berdebu. 1
c. Diplester/ubin/keramik/papan
(rumah panggung). 2 V
4 Jendela kamar tidur a. Tidak ada 0
b. Ada 1 V
Jendela ruang V
5 keluarga a. Tidak ada 0
b. Ada 1
6 Ventilasi a. Tidak ada 0
b. Ada, lubang ventilasi < 10% dari luas
lantai 1 V
c. Ada, lubang ventilasi > 10% dari luas
lantai 2
Sarana Air
Bersih(SGL/SPT/P
1 P/KU/PAH) a. Tidak ada 0
b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak
memenuhi syarat kesehatan 1
c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi
syarat kesehatan 2
d. Ada, bukan milik sendiri dan
memenuhi syarat kesehatan 3 V
e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat
kesehatan 4
Jamban (saran
pembuangan
2 kotoran). a. Tidak ada 0
14
b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup,
disalurkan ke sungai / kolam 1
c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup,
disalurkan ke sungai atau kolam 2
d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup,
septic tank 3
e. Ada, leher angsa, septic tank. 4 V
Sarana
Pembuangan Air a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak
3 Limbah (SPAL) teratur di halaman 0
b. Ada, diresapkan tetapi mencemari
sumber air (jarak sumber air (jarak dengan
sumber air < 10m). 1
c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka 2 V
d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari
sumber air (jarak dengan sumber air >
10m). 3
e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup 4
(saluran kota) untuk diolah lebih lanjut.
Sarana
PembuanganSampa
4 h/Tempat Sampah a. Tidak ada 0
b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada
tutup 1
c. Ada, kedap air dan tidak bertutup 2 V
d. Ada, kedap air dan bertutup. 3
TOTAL 11
III PERILAKU
PENGHUNI
Membuka
1 JendelaKamar a. Tidak pernah dibuka 0
Tidur
b. Kadang-kadang 1 V
c. Setiap hari dibuka 2
Membuka
jendelaRuang
2 Keluarga a. Tidak pernah dibuka 0
b. Kadang-kadang 1 V
c. Setiap hari dibuka 2
Mebersihkan
3 rumah dan halaman a. Tidak pernah 0
b. Kadang-kadang 1 V
c. Setiap hari 2
Membuang tinja
bayi dan balita ke a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam
4 jamban sembarangan 0
b. Kadang-kadang ke jamban 1
15
c. Setiap hari dibuang ke jamban 2 V
Membuang sampah
pada tempat a. Dibuang ke sungai / kebun / kolam
5 sampah sembarangan 0
b. Kadang-kadang dibuang ke tempat
sampah 1
c. Setiap hari dibuang ke tempat V
sampah. 2
TOTAL 7
16
Sosial Masyarakat
ke bawah.
semula dan berat badan bisa naik hingga status gizi kembali normal
17
Kekhawatiran : Pasien akan sering mengalami infeksi
akan datang.
pasien Semarang
a. Tanda Vital
• Nadi : 110x/menit
• Pernapasan : 32 x/menit
• Suhu : 36,40C
b. Status Gizi
Berat Badan : 11 kg
Panjang Badan : 86 cm
1SD. (BB anak bila lebih besar dari median berarti nilai +1SD
(underweight)
18
HAZ = (Tb – median) / SD = (86,5 – 96,7) / (96,7 – 93) = -2,72
(Pendek)
c. Status Internus
Kepala : mesosefal
Thorax
Paru-Paru
Jantung
19
Perkusi :batas jantung dalam batas normal
Abdomen
Inspeksi : datar
Genital
Tidak dilakukan
RESUME
didapatkan anak tampak lemas dan kurang aktif, lainnya dalam batas
normal.
20
2.3.3. Aspek Kondisi Internal
anak seusianya
- ASI dari ibu pasien, pasien juga diberikan susu formula dan diberi
mandiri
21
2.4. Usulan penatalaksanaan Komprehensif
A. Identifikasi Masalah
bahwa pasien sering mengalami sakit batuk, pilek dan makanan pasien
a. Promotif
Patient Centred
Family Oriented
Community Oriented
b. Preventif
Patient Centered
- Memberikan nutrisi yang cukup pada anak sesuai dengan usia nya
22
Family Oriented
Community oriented
c. Kuratif
Patient Centered
Family oriented
Community oriented
d. Rehabilitatif
Patient centered
Family oriented
Community oriented
23
2.5. Kegiatan
24
2. Makanan yang Edukasi Ibu pasien Ibu Edukasi 8 (Dokter Ibu pasien dapat
tidak sehat kepada ibu mengetahui pasien menggunak Desember muda FK memberikan
pasien tentang apa saja an leaflet 2018 Unissula) makanan sehat
makanan makanan sehat tentang kepada pasien.
sehat. yang baik makanan
dikonsumsi sehat
oleh pasien. Pemberian
contoh
makanan
sehat
3. Higenisitas ibu Edukasi Keluarga Keluarga Edukasi 1 Dokter Pasien dan
pasien masih tentang 6 pasien pasien menggu- november muda FK keluarga pasien
kurang langkah cuci mengerti nakan 2018 Unissula melakukan tidakan
tangan yang tidakan poster. preventif
benar dan 5 preventif Pengada-an (melakukan 6
waktu (melakukan 6 sabun cuci langkah cuci
penting cuci langkah cuci tangan. tangan) pada 5
tangan. tangan) pada 5 waktu penting cuci
Penempelan waktu penting tangan dengan
gambar 6 cuci tangan menggunakan
langkah cuci dengan sabun.
tangan dan 5 menggunakan
waktu sabun.
penting cuci
tangan.
Pemberian
sabun cuci
tangan.
25
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pembahasan
Studi kasus dilakukan pada pasien An. JB, usia 37 bulan, berat badan
11 kg, panjang badan 86,5 cm. Untuk menentukan diagnosis dan penyebab
pelayanan kesehatan, genetik). Faktor risiko terjadinya gizi buruk antara lain
dapat disebabkan oleh faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku dan faktor
lingkungan.
Jarak rumah pasien dengan puskesmas Pandanaran tidak terlalu jauh, akses
menuju rumah pasien mudah dan tidak jauh dari jalan raya utama sehingga
26
Faktor perilaku antara lain:
Pengetahuan ibu pasien tentang kebutuhan gizi pada anak masih kurang
Menu makan setiap hari belum memenuhi kebutuhan kalori untuk anak
seusianya
ibu pasien tentang kebutuhan gizi pada anak masih kurang, Menu makan setiap
hari belum memenuhi kebutuhan kalori untuk anak seusianya dan pemberian
Mp ASI pada pasien masih berusia 4 bulan, Perilaku hygenitas personal masih
makanan sehat perlu dilakukan juga upaya preventif seperti mencuci tangan
tempat tinggal pasien termasuk dalam kategori rumah tidak sehat dengan nilai
862. Sedangkan dari faktor genetik tidak ditemukan adanya masalah yang
gizi kurang tersebut maka dibutuhkan terapi yang komprehensif yang terdiri
27
dari tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif berdasarkan patient
3.2.1. Stunting
3.2.1.1 Definisi
28
buruk, pola makan yang buruk, kualitas makanan juga
29
dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada dibawah
30
2.2.1.3.1 Faktor keluarga dan rumah tangga
31
resiko rendah terhadap penyakit tidak menular seperti
Wasting).
32
keadaan malnutrisi mulai terjadi. Meskipun bayi
33
dan pada usia 12-24 bulan dapat diberikan makanan ringan
3.2.1.3.4 Infeksi
Beberapa contoh infeksi yang sering dialami
dan inflamasi.
pertumbuhan anak di masa yang akan datang dan dimulai dari dalam
terhadap status gizi balita. Gizi kurang bukan lah penyakit akut yang
yang tidak normal pada awalnya atau tanpa kenaikan berat badan
34
berat badan balita dari waktu ke waktu. Bayi yang tidak mengalami
kenaikan berat badan 2 kali selama 6 bulan, beresiko 12,6 kali lebih
badannya terus meningkat. Bila frekuensi berat badan tidak naik lebih
sering, maka risiko akan semakin besar (Depkes, 2005). Gizi kurang
kurangnya asupan satu atau lebih zat gizi esensial yang dibutuhkan
oleh tubuh sehingga, zat gizi tidak dapat terserap dengan baik
(UNICEF, 2009).
35
UNICEF (1990) menjelaskan bahwa penyebab
makanan dan status infeksi anak. Bila seorang bayi dan anak
bergizi.
36
dan akhirnya akan menghambat tumbuh kembang optimal
3.2.1.2.2 Sanitasi
37
menyediakan tempat sampah untuk menampung sampah agar
38
Pelayanan kesehatan dasar adalah keterjangkauan
kesehatan dasar.
tidak naik berat badan atau berat badan dibawah garis merah,
39
mendapatkan penanganan agar tidak berkembang menjadi
o Gizi baik, yaitu keadaan gizi baik pada seseorang terjadi jika
badan.
40
Tabel 3.1. Status gizi berdasarkan indeks antropometri (Sumber :
Yayah K. Husaini, Antropometri sebagai Indeks Gizi
dan Kesehatan Masyarakat. Medika, No 8 tahun
XXIII,1997)
Indeks
Status Gizi
BB/U TB/U BB/TB
Gizi Baik >80 % >90 % >90 %
Gizi Sedang 71 % - 80 % 81 % - 90 % 81 % - 90 %
Gizi Kurang 61 % - 70 % 71 % - 80 % 71 % - 80 %
Gizi Buruk ≤ 60% ≤ 70 % ≤ 70 %
41
19 7.4 7.5 - 8.5 8.6 - 13.2 13.3
20 7.5 7.6 - 8.7 8.8 - 13.4 13.5
21 7.6 7.7 - 8.9 9.0 - 13.7 13.8
22 7.8 7.9 - 9.0 9.1 - 13.9 14.0
23 8.0 8.1 - 9.2 9.3 - 14.1 14.2
24 8.2 8.3 - 9.3 9.4 - 14.5 14.6
25 8.3 8.4 - 9.5 9.6 - 14.8 14.9
26 8.4 8.5 - 9.7 9.8 - 15.1 15.2
27 8.6 8.7 - 9.8 9.9 - 15.5 15.6
28 8.7 8.8 - 10.0 10.1 - 15.8 15.9
29 8.8 8.9 - 10.1 10.2 - 16.0 16.1
30 8.9 9.0 - 10.2 10.3 - 16.3 16.4
31 9.0 9.1 - 10.4 10.5 - 16.6 16.7
32 9.1 9.2 - 10.5 10.6 - 16.9 17.0
33 9.3 9.4 - 10.7 10.8 - 17.1 17.2
34 9.4 9.5 - 10.8 10.9 - 17.4 17.5
35 9.5 9.6 - 10.9 11.0 - 17.7 17.8
36 9.6 9.7 - 11.1 11.2 - 17.9 18.0
37 9.7 9.8 - 11.2 11.3 - 18.2 18.3
38 9.8 9.9 - 11.3 11.4 - 18.4 18.5
39 9.9 10.0 - 11.4 11.5 - 18.6 18.7
40 10.0 10.1 - 11.5 11.6 - 18.9 19.0
41 10.1 10.2 - 11.7 11.8 - 19.1 19.2
42 10.2 10.3 -11.8 11.9 - 19.3 19.4
43 10.3 10.4 - 11.9 12.0 - 19.5 19.6
44 10.4 10.5 - 12.0 12.1 - 19.7 19.8
45 10.5 10.6 - 12.1 12.2 - 20.0 20.1
46 10.6 10.7 - 12.2 12.3 - 20.2 20.3
47 10.7 10.8 - 12.4 12.5 - 20.4 20.5
48 10.8 10.9 - 12.5 12.6 - 20.6 20.7
49 10.8 10.9 - 12.6 12.7 - 20.8 20.9
50 10.9 11.0 - 12.7 12.8 - 21.0 21.1
42
51 11.0 11.1 - 12.8 12.9 - 21.2 21.3
52 11.1 11.2 - 12.9 13.0 - 21.4 21.5
53 11.2 11.3 - 13.0 13.1 - 21.6 21.7
54 11.3 11.4 - 13.1 13.2 - 21.8 21.9
55 11.4 11.5 - 13.2 13.3 - 22.1 22.2
56 11.4 11.5 - 13.3 13.4 - 22.3 22.4
57 11.5 11.6 - 13.4 13.5 - 22.5 22.6
58 11.6 11.7 - 13.5 13.6 - 22.7 22.8
59 11.7 11.8 - 13.6 13.7 - 22.9 23.0
Tabel 3.3. Tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi pada Anak
Laki-laki (Sumber : Departemen Kesehatan RI, 2006)
Anak Laki-laki
Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
Umur
(kg) (kg) (kg) (kg)
0 1.9 2.0 - 2.3 2.4 - 4.2 4.3
1 2.1 2.2 - 2.8 2.9 - 5.5 5.6
2 2.5 2.6 - 3.4 3.5 - 6.7 6.8
3 3.0 3.1 - 4.0 4.1 - 7.6 7.7
4 3.6 3.7 - 4.6 4.7 - 8.4 8.5
5 4.2 4.3 - 5.2 5.3 - 9.1 9.2
6 4.8 4.9 - 5.8 5.9 - 9.7 9.8
7 5.3 5.4 - 6.3 6.4 - 10.2 10.3
8 5.8 5.9 - 6.8 6.9 - 10.7 10.8
9 6.2 6.3 - 7.1 7.2 - 11.2 11.3
10 6.5 6.6 - 7.5 7.6 -11.6 11.7
11 6.8 6.9 - 7.8 7.9 - 11.9 12.0
12 7.0 7.1 - 8.0 8.1 - 12.3 12.4
13 7.2 7.3 - 8.2 8.3 - 12.6 12.7
14 7.4 7.5 - 8.4 8.5 - 12.9 13.0
15 7.5 7.6 - 8.6 8.7 - 13.1 13.2
16 7.6 7.7 - 8.7 8.8 - 13.4 13.5
43
17 7.7 7.8 - 8.9 9.0 - 13.6 13.7
18 7.8 7.9 - 9.0 9.1 - 13.8 13.9
19 7.9 8.0 - 9.1 9.2 - 14.0 14.1
20 8.0 8.1 - 9.3 9.4 - 14.3 14.4
21 8.2 8.3 - 9.4 9.5 -14.5 14.6
22 8.3 8.4 - 9.6 9.7 - 14.7 14.8
23 8.4 8.5 - 9.7 9.8 - 14.9 15.0
24 8.9 9.0 - 10.0 10.1 - 15.6 15.7
25 8.9 9.0 - 10.1 10.2 - 15.8 15.9
26 9.0 9.1 - 10.2 10.3 - 16.0 16.1
27 9.0 9.1 - 10.3 10.4 - 16.2 16.3
28 9.1 9.2 - 10.4 10.5 - 16.5 16.6
29 9.2 9.3 - 10.5 10.6 - 16.7 16.8
30 9.3 9.4 - 10.6 10.7 - 16.9 17.0
31 9.3 9.4 - 10.8 10.9 - 17.1 17.2
32 9.4 9.5 - 10.9 11.0 -17.3 17.4
33 9.5 9.6 - 11.0 11.1 - 17.5 17.6
34 9.6 9.7 - 11.1 11.2 - 17.7 17.8
35 9.6 9.7 - 11.2 11.3 - 17.9 18.0
36 9.7 9.8 - 11.3 11.4 - 18.2 18.3
37 9.8 9.9 - 11.4 11.5 - 18.4 18.5
38 9.9 10.0 - 11.6 11.7 - 18.6 18.7
39 10.0 10.1 - 11.7 11.8 - 18.8 18.9
40 10.1 10.2 - 11.8 11.9 - 19.0 19.1
41 10.2 10.3 - 11.9 12.0 - 19.2 19.3
42 10.3 10.4 - 12.0 12.1 - 19.4 19.5
43 10.4 10.5 -12.2 12.3 -19.6 19.7
44 10.5 10.6 - 12.3 12.4 - 19.8 19.9
45 10.6 10.7 - 12.4 12.5 - 20.0 20.1
46 10.7 10.8 - 12.5 12.6 - 20.3 20.4
47 10.8 10.9 - 12.7 12.8 - 20.5 20.6
48 10.9 11.0 - 12.8 12.9 - 20.7 20.8
44
49 11.0 11.1 - 12.9 13.0 - 20.9 21.0
50 11.1 11.2 - 13.00 13.1 - 21.1 21.2
51 11.2 11.3 - 13.2 13.3 - 21.3 21.4
52 11.3 11.4 - 13.3 13.4 - 21.6 21.7
53 11.4 11.5 - 13.4 13.5 - 21.8 21.9
54 11.5 11.6 -13.6 13.7 -22.0 22.1
55 11.7 11.8 - 13.7 13.8 - 22.2 22.3
56 11.8 11.9 - 13.8 13.9 - 22.5 22.6
57 11.9 12.0 - 14.0 14.1 - 22.7 22.8
58 12.0 12.1 - 14.1 14.2 - 22.9 23.0
59 12.1 12.2 - 14.2 14.3 - 23.2 23.3
45
2.6. Teori Pendekatan
Pelayanan Kesehatan
- Jarak rumah pasien dengan
puskesmas Pandanaran tidak
jauh dan akses menuju rumah
pasien mudah.
Lingkungan
- Rumah pasien termasuk
dalam kategori rumah Genetik
STUNTING
tidak sehat Tidak ada
DAN GIZI
- Banyak tikus disekitar masalah
KURANG
tempat tinggal pasien
Perilaku
- Pengetahuan ibu pasien tentang kebutuhan
gizi pada anak masih kurang
- Menu makan setiap hari belum memenuhi
kebutuhan kalori untuk anak seusianya dan
sering diberi mie instan
- Perilaku hygenitas personal masih kurang
46
BAB IV
4.1. Kesimpulan
Studi kasus dilakukan pada pasien An. JG, usia 37 bulan, dengan
diagnosis stunting dan gizi kurang dapat diambil kesimpulan bahwa dari
resiko yang menjadikan pasien mengalami gizi buruk pada kasus ini:
1. Perilaku
kurang
2. Lingkungan
tidak sehat
3. Pelayanan kesehatan
akses menuju rumah pasien mudah dan dekat dari jalan raya utama
sehingga bisa di lewati oleh angkutan umum serta hanya bisa dilewati
oleh kendaraan.
47
4. Genetik
kurang.
4.2. Saran
sanitasinya.
48
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., 2006. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Depkes RI. 2008. Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Asuhan
Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi
Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Depkes RI
Dewi, S.R. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi, Sikap Terhadap Gizi Dan
Pola Konsumsi Siswa Kelas XII Program Keahlian Jasa Boga Di Smk
Negeri 6 Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Teknik Boga. Fakultas
Teknik. Universitas Negeri Yogyakarta.
Hanum F, Khomsan A dan Heryatno Y. Hubungan Asupan Gizi dan Tinggi Badan
Ibu dengan Status Gizi Anak Balita. ISSN. Maret 2014: Vol (1): 1-6
Hendra A, Miko A dan Hadi A. Kajian Stunting Pada Anak Balita Ditinjau dari
Pemberian ASI Eksklusif, MP-ASI, Status Imunisasi dan Karakteristik
Keluarga di Kota Banda Aceh. JKIN. November 2010:Vol (6): 169-184
Husna, C. A., Yani, F. F., & Masri, M. M. (2016). Gambaran Status Gizi Pasien
Tuberkulosis Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 5(1).
49
Kusriadi. 2010. Analisis faktor risiko yang mempengaruhi kejadian kurang gizi
pada anak balita di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) [Tesis]. Bogor:
Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Meilyasari, F. & Isnawati, M. (2014). Faktor risiko kejadian stunting pada balita
usia 12 bulan di Desa Purwokerto Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal.
Journal ofNutrition College, 3(2), 16-25. Diakses dari
http://www,ejournals1.undip.ac.id
Nasikhah R. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-36 Bulan Di
Kecamatan Semarang Timur, Semarang. JKM. 2012: Vol (1): 56-64
[diakses tanggal 29 Agustus 2014]
Rante, B., 2015. Studi Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Gizi Pada Balita Di
Desa Kotaraya Barat. Kreatif-Vol 18, No 1, p. 53.
Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.
Santoso. 2009. Susu dan Yoghurt Kedelai. Laboratorium Kimia Pangan Faperta
UWG
Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Kedokteran EGC.
50
LAMPIRAN
51
52
Lampiran 2. Food Recall 24 Jam
Bahan
Hari Waktu Banyaknya
Nama makanan Total
ke makan Energi
URT gr/ml (kal)
(kal)
Nasi 2 centong 175
53
Lampiran 3. Dokumentasi
54
55