Manajemen Pemupukan-PT. MHP PDF
Manajemen Pemupukan-PT. MHP PDF
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Untuk mendapatkan tegakan tanaman dengan kualitas yang tinggi, tidak
terlepas dari pemakaian benih yang berkualitas tinggi juga. Walaupun demikian,
1
dalam pengelolaan selanjutnya banyak faktor pendukung yang menjadikan
tegakan menjadi berkualitas tinggi. Salah satu aspek yang paling penting adalah
teknik silvikultur yang benar. Silvikultur yang dimaksudkan dalam pengelolaan
hutan tanaman mencakup beberapa aspek, yaitu; manajemen lahan atau tapakan,
manajemen pemupukan, serta manajemen gulma.
Praktik silvikultur sangat menentukan produktivitas hutan tanaman.
Penyiapan lahan yang banyak merusak lapisan permukaan tanah dan serasah
(biasanya dilakukan secara mekanis), menejemen hara dan menejemen vegetasi
yang buruk juga memberikan kontribusi yang sangat signifikan pada produktivitas
hutan tanaman yang rendah.
Di luar Jawa kebanyakan hutan tanaman dikembangkan pada tanah
podsolik merah kuning (Ultisol, Oxisol) yang secara alami memiliki tingkat
kesuburan tanah rendah. Tanah seperti ini umumnya telah mengalami tingkat
pelapukan lanjut karena temperatur dan curah hujan yang tinggi. Reaksi kimia
(pH) umumnya masam, cadangan hara biasanya rendah, kapasitas pertukaran
kation rendah dan kapasitas fiksasi P tinggi. Level N, P, K, Ca dan Mg umumnya
rendah sampai sangat rendah. Dengan demikian pada tanah seperti ini manajemen
hara untuk menunjang produktivitas yang tinggi sangat penting.
Acacia mangium merupakan salah satu spesies penting yang diusahakan
dalam pembangunan hutan tanaman industri di Indonesia. Spesies ini mampu
tumbuh baik dan menghasilkan pulp berkualitas dan kayu pertukangan. A.
mangium diintroduksi di Sumatera Selatan pada tahun 1979. Spesies ini
diusahakan dalam skala luas oleh PT. Musi Hutan Persada (PT. MHP) di
Sumatera Selatan pada tahun 1990 (Arisman dan Hardiyanto 2006).
Kondisi tanah di konsesi PT. Musi Hutan Persada yang didominasi jenis
Podsolik Merah Kuning (Ultisol dan Oxisol) dicirikan dengan rendahnya
ketersediaan unsur hara, pH tanah dan base saturation. Hal ini tentunya
berkebalikan dengan karakter A. mangium yang memerlukan pasokan unsur hara
yan tinggi, terutama unsur Phosphat pada awal pertumbuhannya.
Pemupukan Phosphat (P) merupakan hal krusial untuk mempertahankan
produktivitas hutan A. mangium sedangkan P tersedia cenderung terus menurun
seiring bertambahnya umur tanaman. Pada tahun-tahun awal proses pertanaman,
2
pengaruh pupuk P sangatlah penting untuk menjamin pertumbuhan yang optimal
dari tanaman pokok. Oleh sebab itu teknik manajemen aplikasi pupuk fosfat (P)
pada A. mangium yang efektif dan efisien di PT. MHP, baik itu teknik, tata waktu,
maupun dosis pupuk phosphat yang diaplikasikan sangat penting untuk dipahami.
Volume (m3/Ha)
6.0
Diameter (cm)
7.0
Tinggi (m)
5.5 12.0
6.0
5.0
5.0 8.0
4.5
4.0 4.0 Gemawang
Tinggi 1.5 thn Diameter 1.5 thn 4.0
3.5 3.0
Lagan
3.0 2.0 0.0
0 10 40 100 200 0 10 40 100 200 0 10 40 100 200
3
TEKNIK PENEMPATAN PUPUK P
6.0 10.0
5.0 Tinggi 1 thn Diameter 1 thn
8.0
Diameter (cm)
Tinggi (m)
4.0
6.0
3.0
4.0
2.0
1.0 2.0
0.0 0.0
Tanpa Pupuk Lubang Tanam Samping Campur Tanah Tanpa Pupuk Lubang Tanam Samping Campur Tanah
Lubang Lubang
4
dikaji demi menjamin keberhasilan pertumbuhannya. Pada usia muda, suatu
tanaman sangat membutuhkan kondisi tanah yang gembur untuk mendukung
proses penyebaran akar didalam tanah. Untuk meningkatkan daya adapatasi
tanaman dan penyebaran akar yang maksimal maka dibutuhkan ukuran lubang
tanam yang efektif untuk mendukung pertumbuhan tanaman tersebut.
Dengan posisi pupuk terdapat didalam lubang tanam, maka variasi ukuran
lubang tanam juga dianggap perlu dalam menunjang pertumbuhan A.mangium
yang baik. Hasil pengamatan menunjukkan jika semakin dalam dan semakin lebar
lubang tanam membuat pertumbuhan tanaman lebih baik (Gambar 3). Hal ini
diindikasikan pada saat awal pertumbuhan akar tanaman lebih cepat beradaptasi.
Gambar 5. Pertumbuhan Acacia mangium pada berbagai macam ukuran lubang tanam
5.4
5.4
5.1
Diameter (cm)
5.1
Tinggi (m)
4.5 4.5
4.2 4.2
10x10x10 15x15x20 20x20x15 20x20x20 10x10x10 15x15x20 20x20x15 20x20x20
Aplikasi pupuk P (14 g P per tanaman) pada saat tanam (seluruh dosis
atau hanya setengahnya) mengindikasikan bahwa pemberian pupuk P pada saat
tanam memberikan respons pertumbuhan yang sangat positif, terutama bila
dibandingkan dengan tanpa pemupukan (Gambar 4). Ketika setengah dosis pupuk
P diaplikasikan pada 1, 2 atau 3 bulan setelah tanam sistem perakaran A.
mangium yang bersifat lateral telah berkembang keluar dari lubang tanam dan
diduga sistem perakaran tidak dapat memanfaatkan tambahan pupuk yang diberi
pada radius 15 cm dari batang dengan sistem tugal. Ketika tanaman berumur 3
5
bulan kondisi lahan mulai ditumbuhi oleh gulma sehingga muncul persaingan
memperebutkan unsur hara.
6.0
4.9
4.7 5.5
Diameter (cm)
4.5
Tinggi (m)
6
KESIMPULAN
PUSTAKA
Goncalves, J.L.M., Stape, J.L., Benedetti, V., Fessel, V.A.G. and Gava, J.L. 2004.
An evaluation of minimum and intensive soil preparation regarding
fertility and tree nutrition. In : Goncalves, J.L.M and Benedetti, V (Eds).
Forest Nutrition and Fertilization. Institute of Forest Research and Study,
Piracicaba, Sao Paolo. pp. 13-64