Negoisasi Di Indonesia
Negoisasi Di Indonesia
A. LOBI
Lobi adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok dengan tujuan mempengaruhi pimpinan
organisasi lain maupun orang yang memiliki kedudukan penting dalam organisasi dan pemerintahan sehingga dapat
memberikan keuntungan untuk diri sendiri ataupun organisasi dan perusahaan pelobi.
Lobi dalam konteks bisnis adalah upaya melakukan pemasaran atau penjualan dalam melakukan pendekatan kepada
calon pembeli, baik perorangan maupun instansi. Dalam lobi bisnis ini biasanya dikemukakan, maksud, tujuan, dan
penjelasan produk.
Menurut Windschuttle, aspek terpenting lobi adalah berupaya agar semua berjalan lancar bukan berdasar perintah atau
paksaan melainkan dengan cara bujukan (persuasi).
Fungsi lobi:
a. Mempengaruhi pengambil keputusan agar tidak merugikan para pelobi dari organisasi bisnis/lembaga.
b. Menafsirkan opini pejabat pemerintah yang akan ditafsirkan menjadi kebijakan
c. Memperkirakan apa yang terjadi secara hukum dan menyampaikan rekomendasi agar perusahaan dapat
menyesuaikan diri dan memanfaatkan aturan yang baru tersebut
d. Menyampaikan pandangan perusahaan atau kelompok masyarakat tentang peraturan
e. Meyakinkan para pembuat keputusan bahwa pelaksanaan peraturan baru membutuhkan waktu
Dengan mencontohkan praktik lobi yang berlangsung di Australia, windschuttlle dan windschuttlle (1988), ada 4
pilihan bentuk badan hukum yang biasanya di pergunakan untuk membentuk kelompok lobi, yaitu:
i. Perhimpunan, yang merupakan sebuah lembaga non-profit yang keanggotaanya memang terbatas. Selain itu,
tentu juga ruang gerak nya dibatasi untuk tidak mendapatkan dana dari basil perdagangan. Perolehan dana
hanya di dizinkan melalui sumbangan dan bantuan
ii. Perusahaan perorangan, yakni lembaga yang banyak kemiripannya dengan perusahaan- perusahaan kecil.
Banyak organisasi komunitas menggunakan struktur ini karena bentuk lembaga ini mampu mengatasi
keterbatasan dalam memutarkan roda organisasi. Karena itu lembaga ini hanya membutuhkan 2-5 pemilik
perusahaan dan memiliki sedikitnya 2 orang direktur
iii. Yayasan, yakni lembaga non-profit yang struktur organisasinya memiliki sejumlah keuntungan yakni anggotanya
tidak diminta menginvestasikan uang atau saham, pertanggungjawaban anggota disesuaikan dengan jaminan
yang mereka berikan, dan pergantian kepemimpinan di lakukan secara bergilir.
iv. Koperasi, setiap Negara memiliki peraturan yang menetapkan pembentukan koperasi namun kebanyakan untuk
pembentukannya di alihkan pada kelompok-kelompok komunitas. Karena peraturan ini dapat di pindahkan maka
struktur legal seperti ini merupakan daya tank bagi kelompok-kelompok komunitas.
Kelompok-kelompok pelobi tersebut bisa digambarkan dalam kaitannya dengan proses dan pengaruhnya seperti berikut
ini.
Gambar 8.1 menunjukkan bagaimana proses lobi yang mencangkup tiga hal penting, yaitu menganalisis fakta,
menganlisis institusi dan membangkitkan pengaruh. Artinya lobi yang kita jalankan bukan berdasarkan asumsi atau
anggapan tertentu melainkan setiap kegiatan lobi selalu berdasarkan fakta.
Sebelum kita memutuskanbentuk organisasi mana yang paling sesuai, ada 4 hal pokok yang harus dipertimbangkan,
yaitu:
1) Tujuan, yang berkaitan dengan ruang lingkup kegiatan yang diperkirakan akan dapat tercapai pada masa dating
dan sejumlah rencana kegiatan yang akan dijalankan.
2) Cakupan operasi, dengan mempertimbangkan apakah organisasi inimelakukan pengumpulan uang atau
penanaman modal.
3) Hubungan, diantara orang-orang yang bekerja dalam organisai itu.
4) Apakah organisasi tersebut ingin mendapatkan bantuan langsung dari pemerintah.
Sekarang kita mulai membahas tahapam-tahapan dalam kegiatan lobi, yang sesungguhnya merupakan proses
penyampaian informasi da upaya mempengaruhi. Menurut Rhenald Kesali (1994) dengan mengutip Fraser P. Seitel,
tahapan-tahapan tersebut yaitu:
1. Pengumpulan data dan fakta. Pemerintah memiliki data dan fakta yang lengkap tapi sering kali tidak
terkoordinasi.
2. Interpretasi terhadap langkah-langkah pemerintah, keputusan yang ditetapkan oleh pemerintah, umumnya
merupakan penjabaran opini para pejabat pemerintah.
3. Interprestasi terhadap langkah-langkah perusahaan, karena para pelobi memilki kontak dengan pejabat
pemerintah dan pengambil keputusan.
4. Membangun posisi. Para pelobi harus mampu meyakinkan para pembuat keputusan bahwa pelaksanaan sebuah
keputusanmembutuhkan waktu dan pelaziman.
5. Melemparkan berita nasional. Istilah yang lazim digunakan adalah publicity spring board yakni menggunakan
tempat lobi sebagai sebagai tempat peredaran berita.
6. Mendukung kegiatan pemasaran. Melobi agar pemerintah membeli produk yang dihasilkan perusahaan, karena
pemerintah merupakan pembeli terbesar.
Itulah tahapan-tahapan dalam lobi yang perlu diingat, lobi adalah memberikan informasi dan kemudian mempengaruhi.
Kini, kita membahas dimensi yang lebih bersifat teknis dari lobi ini. Kita awali pembahasan yang bersifat teknis mengenai
lobi ini dengan dimensi –dimensi hubungan manusiawi (human relations), seperti yang dikemukakan Philips Lesly (1991)
dalam Managing Human Climate:
i. Menganalisis iklim. Ini dilakukan untuk mengetahui kea rah mana bergeraknya opini yang sudah terbentuk. Jadi
ketika melukakan lobi, kita tidak perlu secara konfrontatif mempengaruhi opini yang berkembang melainkan
mengubah kecenderungan sikap orang- orang terhadap pokok masalah tertentu.
ii. Menentuka siapa lawan yang kita hadapi dan siapa yang mungkin mendukung kita.
iii. Mengidentifikasi kelompok kecil yang akan menentukan iklim opini mengenai suatu pokok masalah, kemudian
memfokuskan perhatian pada kelompok kecil yang mewaspadai an peduli terhadap pokok masalah tertentu.
iv. Membentuk koalisi dengan berbagai kelompok yang setuju, memihak atau yang akan meyetujui adanya
perubahan guna mendukung kita.
v. Menetapkan tujuan, sehingga tujuan anda sesuai dengan pola-pola yang mungkin
muncul pada saat upaya yang anda lakukan memberikan hasil.
vi. Menganalisi penyebab kasus yang muncul dan kemudian merumuskannya sehingga
setiap orang dengan mudah, cepat dan tepat mampu memahami kasus tersebut.
vii. Menganalisis segmen-segmen khalayak. Mengembangkan strategi dan imbauan yang
tepat untuk setiap segmen khalayak
viii. Memperhitungkan media dan saluran komunikasi lain yang ada, yang tentunya bisa kita
manfaatkan untuk kepentingan peneyebaran informasi kita.
ix. Mengembangkan kasus anda. Dengan mengingat adanya orang yang amat ahli dan kita
memiliki tujuan yang jelas, maka perhitungan kasus tadi secepatnya sebelum diubah
menjadi kebijakan dan peraturan.
x. Menjaga fleksibilitas. Setiap pokok persopalan itu pasti banyak liku-liku dan jebakannya,
karena itu sebagai seorang pelobi, anda harus memiliki kemampuan berkelit dan taktis.
Prinsip-prinsip negosiasi:
1) Seorang negosiator harus memiliki otoritas untuk melakukan bargaining demi kepentingan pihaknya.
2) Jika Anda berada dalam situasi di mana pihak lain tidak dapat mengambil keputusan, sebaiknya proses
negosiasi dihentikan
3) Negosiasi dapat dilakukan secara individual pada satu sisi atau secara kelompok pada sisi lain.
4) Maksud dan tujuan negosiasi harus ditetapkan sejak awal
5) Kesepatakan harus dibuat tertulis
6) Negosiasi harus dilakukan sesuai agenda
7) Cermat dalam menuangkan usulan dalam bentuk gagasan tentang situasi secara jernih
Pendekatan Bargaining
Saat terjadinya konflik antara anda dan pihak lain
Saat pihak lain memaksakan untuk mengunakan pendekatan kalah menang
Saat anda tidak memerlukan lagi hubugan yang harmonis dalam jangka panjang Saat anda merasa cukup kuat
Pendekatan Menang-menang
Saat anda dan pihak lain memiliki kesamaan kepentingan
Saat pihak lain ingin mempertimbangkan pendekatan menang-menang
Saat hubungan yang harmonis dan berlanjut amat dipentingkan
Saat anda berada dalam posisi yang lemah atau kekuatan anda setara dengan lawan anda.