Anda di halaman 1dari 4

Validasi pembersihan alat metode usap

Penatalaksanaan industri farmasi di Indonesia harus mengikuti pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB) yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
untuk menjaga keamanan, mutu dan efikasi suatu obat. Salah satu aspek yang harus diterapkan
oleh industri farmasi adalah validasi pembersihan. Validasi pembersihan merupakan upaya yang
dilakukan dalam langkah konfirmasi atau pembuktian efektivitas prosedur pembersihan dalam
industri ketika memproduksi obat (CPOB, 2012). Pembuktian prosedur pembersihan dilakukan
sebanyak tiga kali pengulangan secara berurutan. Validasi ini dilakukan untuk permukaan alat
yang langsung bersentuhan dengan produk. Parameter validasi pembersihan terdiri atas batas
kandungan residu zat aktif suatu produk, bahan pembersih dan pencemaran mikroba. Hasil
validasi tersebut harus memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa prosedur pembersihan yang
dilakukan telah tervalidasi (CPOB, 2012). Validasi pembersihan dapat dilakukan dengan
mengambil sampel secara langsung pada alat menggunakan metode swab dan metode rinse.
Review artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi terkait parameter dan metode sampling
pada validasi pembersihan yang dilakukan di industri farmasi. Hal ini dapat mengurangi
kesalahan dalam prosedur pembersihan dan menjaga mutu/ kualitas, keamanan dan efikasi
produk suatu industri farmasi.

DEFINISI DAN PERAN VALIDASI PEMBERSIHAN Menurut WHO (2016),

Validasi pembersihan merupakan bukti yang terdokumentasi untuk menetapkan suatu prosedur
pembersihan dapat menghilangkan residu hingga memenuhi syarat penerimaan yang telah
ditentukan, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti ukuran bets, dosis, toksikologi dan
ukuran peralatan. Validasi pembersihan memastikan tidak ada risiko yang terkait dengan
kontaminasi silang bahan aktif atau pembersih (Murthy and Cithra, 2013). Beberapa peralatan
digunakan untuk berbagai produk sehingga memperbesar kemungkinan kontaminasi silang.
Produk maupun peralatan dapat dikelompokkan ke dalam satu validasi apabila; a. Diproduksi
pada kelompok peralatan/ digunakan untuk memproduksi kelompok produk yang sama. b.
Dibersihkan dengan agen pembersih yang sama. c. Dibersihkan dengan prosedur pembersihan
yang sama. Risiko kontaminasi dari prosedur pembuatan obat dapat berasal dari beberapa
sumber seperti bahan aktif zat obat, bahan residu pembersih, kontaminasi mikroba, dan bahan
lainnya. Penerapan validasi pembersihan harus menggunakan Manajemen Risiko Mutu sebagai
penentuan parameter atau senyawa marker (POPP, 2012; ISPE, 2017).

Table 1. Tingkat validasi pembersihan

Validasi
Tingkat Atribut Kriteria Penerimaan
Pembersihan
Risiko rendah, hanya pembersihan kotor
jika senyawa terbawa dari produk
sebelumnya tidak kritis. Misal pada
- Observasi secara
peralatan terdapat:
visual
0 - bets ke bets produk dengan zat aktif Tidak essensial
- Verifikasi analitik
yang sama berurutan (campaign batch)
tidak dilakukan
- produk dengan proses awal yang
berbeda namun setelahnya dalam rantai
proses yang sama
Risiko sedang, senyawa terbawa dari
produk sebelumnya kurang kritikal dari
level 2. Pembersihan harus mengurangi
potensi senyawa terbawa di bawah batas
- Observasi secara
yang diperlukan untuk level 2 Misal Direkomendasikan,
visual
pada peralatan terdapat: bergantung pada
- Verifikasi analitik
1 - pergantian antara produk intermediet proses dan sifat
dilakukan
dari satu produk ke peralihan akhir kontaminan sesuai
- Batas limit umum
produk lain daerah ilmiah
500 ppm
- perubahan proses awal menjadi proses
intermediet dari produk lain
- pergantian dari proses awal ke proses
terakhir dari produk yang sama
Risiko tinggi, senyawa terbawa produk
sebelumnya sangat kritikal. Pembersihan
- Observasi secara
diperlukan sampai batas yang ditentukan
visual
sebelumnya terpenuhi Misal pada
- Verifikasi analitik
peralatan terdapat :
dilakukan
- pergantian zat aktif ke zat aktif lain Essensial
2 - Berdasarkan dosis
- pergantian dari produk intermediet ke
terapeutik harian/
zat aktif manapun
toksisitas, batas
- pergantian dari proses awal ke proses
limit dibawah 10
terakhir dari produk yang sama
ppm
- perubahan dari bets satu produk ke bets
produk lain yang berbeda
Metode Pengampilan Sampel (Cuplikan)

Metode Apus (swab sampling method)

 Prinsip: Residu diperoleh dengan mengapus (swab) langsung pada permukaan


alat/ruangan yang kontak dengan produk. Hasil swab dianalisis untuk kandungan residu
setelah melalui proses ekstraksi atau untuk kandungan mikro-organisme setelah melalui
kultur mikroba dan inkubasi.
 Merupakan metode pengambilan sampel dengan cara menggunakan bahan apus (swab
material) yang dibasahi dengan pelarut yang langsung dapat menyerap residu dari
permukaan alat.
 Bahan yang digunakan untuk sampling harus kompatibel dengan solvent dan metode
analisanya.
 Tidak ada sisa-sisa serat yang mengganggu analisa.
 Ukuran material harus disesuaikan dengan area sampling

Kelebihan :

 Contoh yang sudah mengering atau sulit larut dapat ”dilepaskan” dari permukaan secara
fisik.
 Lokasi yang sulit dibersihkan dapat dicapai dengan swab sehingga memungkinkan
evaluasi paling langsung terhadap tingkat kontaminasi atau jumlah residu setiap
(permukaaan)

Kekurangan :

 Adanya variasi hasil yang disebabkan oleh pemilihan lokasi, tekanan (physical force)
yang digunakan dan totalitas permukaan yang di-swab.
 Pelarut swab dapat mempengaruhi residu.
 Proses analisis ekstraksi dapat mempengaruhi/mengurangi recovery rate (perolehan
kembali).
 Sampel yang terbatas dapat mempengaruhi sensitivitas hasil analisis.

Metode pengambilan sampel dan pengujian:

 Bersihkan kapas usap dengan merendam dalam methanol / pelarut sesuai validasi metode
selama 5 menit, sonifikasi dan peras.
 Pada saat pengambilan sampel, basahkan kapas usap dalam metanol/pelarut sesuai
validasi, peras kelebihan pelarut dengan menekan di bibir bagian dalam wadah.
 Sampel diambil di area kritis sesuai protokol.
 Letakkan bingkai SS 5 x 5 cm di area yang akan diusap.
 Masukkan kembali kapas usap ke dalam tabung bersih, tutup.
 Sampel di uji dengan metode analisis yang telah divalidasi.

MENURUT CPOB

VALIDASI PEMBERSIHAN

12.35 Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur


pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan pencemaran
mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses
pembersihan. Batas tersebut hendaklah dapat dicapai dan diverifikasi.

12.36 Hendaklah digunakan metode analisis tervalidasi yang memiliki kepekaan untuk
mendeteksi residu atau cemaran. Batas deteksi masing-masing metode analisis hendaklah cukup
peka untuk mendeteksi tingkat residu atau cemaran yang dapat diterima.

12.37 Biasanya validasi prosedur pembersihan dilakukan hanya untuk permukaan alat yang
bersentuhan langsung dengan produk. Hendaklah dipertimbangkan juga untuk bagian alat yang
tidak bersentuhan langsung dengan produk. Interval waktu antara penggunaan alat dan
pembersihan hendaklah divalidasi demikian juga antara pembersihan dan penggunaan kembali.
Hendaklah ditentukan metode dan interval pembersihan.

12.38 Prosedur pembersihan untuk produk dan proses yang serupa, dapat dipertimbangkan untuk
memilih suatu rentang yang mewakili produk dan proses yang serupa. Studi validasi tunggal
dapat dilakukan menggunakan pendekatan kondisi terburuk dengan memerhatikan isu kritis.

12.39 Validasi prosedur pembersihan hendaklah dilakukan tiga kali berurutan dengan hasil yang
memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa prosedur pembersihan tersebut telah tervalidasi.

Anda mungkin juga menyukai