Anda di halaman 1dari 11

TUGAS AKUNTANSI KEBERLANJUTAN

ISU-ISU RELEVAN YANG DIKAITKAN DENGAN SUBJEK INTI


ISO 26000 & STAKEHOLDER PADA LAPORAN
KEBERLANJUTAN PT. VALE INDONESIA Tbk.

Disusun oleh:
Alexander Kevin Tjoanto (023001908006)
Aditya Suryadi (023001908002)
Mohammad Naufal Pratama (023001718019)

Program Studi Strata I Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti
Jakarta
2019
Kasus 1

a. Selama tahun 2018, PT Vale
 telah mengidentifikasi ada beberapa jenis pekerjaan berisiko

tinggi terhadap keselamatan kerja dan bisa berakibat cidera serius atau meninggal dunia.
Selain itu ada juga pekerjaan dengan risiko tinggi terhadap kesehatan kerja karena dapat
menimbulkan keracunan gas berbahaya, kehilangan kepekaan pendengaran maupun heat
stress. Jenis-jenis pekerjaan tersebut antara lain:

 Bekerja di ketinggian

 Peledakan

 Bekerja di dekat gas berbahaya

 Bekerja di kebisingan

 Bekerja di area paparan panas

2
b. Kasus tersebut terkait dengan subjek inti dari praktik ketenagakerjaan isu ke-4 mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja.

c. Solusi:

 Mengimplementasikan standar keselamatan bekerja di ketinggian 


 Melakukan training dan audit terkait bahaya bekerja di ketinggian

 Mengimplementasikan standar keselamatan pekerjaan

peledakan


 Sertifikasi juru ledak


 Melakukan audit terkait pekerjaan peledakan

 Melakukan hygiene industrial risk assessment


 Melakukan direct monitoring dan online


 Menyiapkan prosedur kerja aman

 Melakukan hygiene industrial risk assessment

 Melakukan monitoring 


 Melakukan hygiene industrial risk assessment


 Melakukan monitoring

3
Kasus 2

a. Selama tahun 2018 ada beberapa keluhan/pengaduan dari masyarakat yang disampaikan
melalui surat ke Direktur Eksternal dan pada saat rapat koordinasi dengan kecamatan yang
dilakukan satu bulan sekali.
b. Kasus tersebut terkait dengan subjek inti dari Hak Asasi Manusia isu ke-4 mengenai
penanganan keluhan
c. Jenis-jenis keluhan dan solusinya:
Jenis Keluhan / Pegaduan Lokasi Tindak Lanjut

Forum Komunikasi Pemuda Asli Sorowako Pertemuan dengan FKPAS telah


Sorowako (FK-PAS) memprotes proses dilakukan dan para pihak sepakat
rekrutmen karyawan baru yang mengikuti peraturan dan prosedur
diselenggarakan PT Vale yang dinilai ketenagakerjaan yang berlaku.
tidak sesuai kesepakatan, karena pihak Sosialisasi akan dilakukan untuk
yang ditunjuk PT Vale sebagai rekrutmen berikutnya.
pelaksana rekrutmen tidak pernah
menyampaikan informasi terkait sistem
yang diterapkan dalam rekruitmen
karyawan.

Forum Pemuda Desa Sorowako Blok Kegiatan penambangan berjalan sesuai


Bersatu (FBDSB) menuntut Keiko, rencana dan tidak ada kompensasi yang
kompensasi lahan pengganti Blok diberikan karena area tersebut
perkebunan di daerah keiko, yang Sorowako merupakan area wilayah kontrak karya
menjadi area kegiatan operasi PTVI.

4
pertambangan PT Vale

Sejumlah warga yang tergabung dalam Blok PT Vale Indonesia Tbk melakukan
Forum Jaringan Komunikasi Sorawako mediasi antara para pihak untuk
Masyarakat Limgkar Tambang membicarakan terkait tuntutan dari
Indonesia (FJKM-LTI) menuntut PT FJKM-LTI. Semua pihak berkomitmen
Vale agar memberdayakan masyarakat untuk memastikan proses rekrutmen
lokal dalam hal rekrutmen tenaga kerja. berjalan sesuai dengan mekanisme atau
Tuntuan disampaikan karena ada aturan ketenagakerjaan yang berlaku.
perusahaan kontraktor PT Vale (Aneka
Jasa, Trakindo, Leiton) yang belum
pernah merekrut pekerja lokal.

Kasus 3

a. Kegiatan pertambangan yang dijalankan PT Vale merupakan pertambangan terbuka,


sehingga berpotensi menimbulkan dampak berupa perubahan rona alam dan ekosistem di
atasnya. Dampak lain adalah meningkatnya emisi debu maupun partikulat, penurunan
kualitas air permukaan serta erosi. Hal ini terjadi karena kegiatan pertambangan terbuka
dijalankan melalui proses pembukaan lahan dan pengupasan lapisan permukaan tanah;
penggalian material tanah dan material tambang; serta pengangkutan material tanah dan
material tambang.
Tingginya nilai keanekaragaman hayati di bumi celebes, mendorong PT Vale bekerjasama
dengan tim Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) untuk
melakukan pengumpulan data dan melihat aktivitas bisnis operasi perusahaan yang
behubungan dengan implementasi pelestarian keanekaragaman hayati.

b. Kasus tersebut terkait dengan subjek inti dari lingkungan hidup isu ke-4 mengenai
perlindungan lingkungan hidup, keanekaragaman hayati dan pemulihan habitat alami.

5
c. Solusi:
Sampai dengan akhir tahun 2018, upaya yang telah dilakukan
untuk menjaga keanekaragaman hayati adalah melakukan
reklamasi lahan pascatambang. Pelaksanaan reklamasi
dilakukan dengan melibatkan pihak ketiga.

Kegiatan reklamasi diawali dengan penimbunan


lubang bekas kegiatan pertambangan, yang
dilanjutkan penanaman berbagai jenis tumbuhan
perintis (pionir) maupun spesies endemik
Sulawesi. PT Vale telah memiliki fasilitas
pembibitan pohon (nursery) yang memiliki bibit
dari berbagai jenis tumbuhan.

Bibit dari pusat pembibitan kemudian ditanam di area


reklamasi pascatambang. Dalam satu hektar ditanami
sekitar 1.400 pohon, terdiri dari 1.000 pohon pionir dan
400 pohon lokal. Pemeliharaan dan pemantauan akan
dilakukan selama kurun waktu 2-3 tahun, untuk
memastikan pohon yang ditanam tumbuh baik.

PT Vale juga giat melakukan kampanye larangan


pemburuan liar untuk menjaga dan merawat
keanekaragaman hayati di sekitar wilayah operasi. PT Vale
memiliki rencana manajemen keanekaragaman hayati yang
mencakup seluruh (100%) wilayah operasi pertambangan,
dan 66,7% dari rencana keanekaragaman hayati telah
terlaksana.

6
Pendekatan Pemangku Kepentingan

Keberadaan PT Vale selama 50


tahun tak bisa dilepaskan dari
dukungan masyarakat setempat,
Pemerintah dan pihak-pihak lain,
yang kemudian disebut sebagai
pemangku kepentingan. Pada
tahun 2013 dan 2015, PT Vale
melakukan pemetaan untuk mengidentifikasi pemangku kepentingan. Sebagian pemangku
kepentingan, yakni masyarakat, pemerintah daerah dan karyawan melalui azas keterwakilan,
telah diikutsertakan dalam proses penentuan topik material untuk pengungkapan informasi dalam
laporan keberlanjutan ini.

Pemangku Topik Pembahasan Pendekatan dan Frekuensi


Kepentingan Respon PT Vale Pendekatan

Pemangku Kepentingan Internal


 Karyawan  Fluktuasi harga nikel  Rapat Umum  RUPS minimal
 Pemimpin dunia. Pemegang Saham satu kali dalam
Perusahaan  Peningkatan (RUPS). setiap tahun.
 Kontraktor efisiensi dan  Penyusunan rencana  Dialog dan
produktivitas. kerja dan anggaran komunikasi
 Penguatan posisi dan tahunan. berkala dengan
pasar.  Penerapan program karyawan dan
 Penguatan kapasitas Promote National kontraktor.
pemasok lokal dan Interest (PNI) dan  Pembaharuan
peningkatan tingkat Local Business PKB setiap dua
komponen dalam Initiative (LBI). tahun

7
negeri (TKDN).  Penyusunan
 Kinerja ekonomi. perjanjian kerja
 Kesehatan dan bersama (PKB)
keselamatan kerja.  Townhall Meeting
 Energi.
 Emisi.
Pemangku Kepentingan Eksternal
 Komunitas  Pelibatan dalam  Pelaksanaan program Satu kali dalam setiap
 Pemimpin proses perencanaan pengembangan pekan atau sesuai
formal. program masyarakat sesuai dengan kebutuhan.
 Pemimpin pengembangan kebutuhan.
informal. masyarakat,  Pemantauan dan
pelaksanaan dan evaluasi program
pemantauan. pengembangan
 Pelibatan dalam masyarakat serta
pertimbangan proses penyampaian
perekrutan pekerja hasilnya.
lokal.  Penyampaian
 Pemberdayaan informasi perekrutan
komunitas lokal. tenaga kerja lokal
dan proses
perekrutan yang
terbuka.
Pemerintah dan  Kerjasama dan  Musyawarah rencana  Pertemuan
swasta dukungan pada pembangunan berkala, satu kali
 Pemerintah praktik-praktik tata (musrenbang) dalam sepekan
lokal kelola pemerintahan  Koordinasi atau sesuai
 Pemerintah yang baik, penerapan Program kebutuhan.
pusat transparansi, CSR Terpadu dengan  Penerbitan laporan
 TNI/Polri akuntabilitas dan aparat satuan kerja berkala dan

8
 Investor antikorupsi. perangkat daerah publikasi kinerja
 Pelanggan  Tumpang tindih izin (SKPD). dan kepatuhan
 Pemasok usaha pertambangan  Pelaporan kinerja Perusahaan sesuai
dan mitra (IUP) dengan pihak dan kepatuhan ketentuan/

 Sektor lain. Perusahaan peraturan otoritas

publik  Pengelolaan limbah. berwenang


 Informasi kinerja
dan kepatuhan
perusahaan
Pengamat  Konsultasi,  Pertemuan dan  Pertemuan berkala
 Media kerjasama diskusi terfokus sesuai dengan
massa. penyusunan (FGD). kebutuhan.
 Akademisi CSR/PTPM.  Kerjsama konsultasi  Penerbitan berkala
 LSM  Konsultasi terkait dan penelitian. laporan kinerja
 Entitas Lain kasus-kasus  Pelaporan kinerja dan kepatuhan
perselesihan lahan dan kepatuhan Perusahaan, sesuai
serta upaya Perusahaan ketentuan/
penyelesaian. peraturan otoritas
 Rehabilitasi pasca- berwenang.
tambang.
 Informasi kepatuhan
dan kinerja
Perusahaan.
Masyarakat  Penghormatan pada  Kepatuhan pada Pertemuan sesuai
Sekitar hak-hak adat dan proses dan dengan kebutuhan.
kearifan lokal. mekanisme
 Pemberdayaan perizinan.
masyarakat dan  Penyusunan dan
peningkatan pengesahan
kesejahteraan. dokumen Analisis

9
 Penyampaian Mengenai Dampak
pengaduan/ keluhan Lingkungan
dan tindak lanjutnya. (Amdal).
 Program Terpadu
Pengembangan
Masyarakat (PTPM)
berbasis potensi
ekonomi lokal.
 Kesempatan kerja
bagi penduduk lokal
melalui proses
seleksi transparan.
 Akses pelaporan
melalui VWC.

Manajemen Resiko

Terkait manajemen risiko perusahaan, tugas dan tanggung jawab Direksi sesuai
Penerapan Manajemen Risiko di PT Vale menguraikan tentang tugas dan tanggung jawab
Direksi dalam Manajemen Risiko (Risk Management) sebagai berikut:
1. Direksi, dalam setiap pengambilan keputusan/ tindakan, harus mempertimbangkan risiko
usaha,
2. Direksi wajib membangun dan melaksanakan program manajemen risiko korporasi secara
terpadu yang merupakan bagian dari pelaksanaan program GCG,
3. Pelaksanaan program manajemen risiko dapat dilakukan dengan dua cara:
a) Membentuk unit kerja tersendiri yang ada di bawah Direksi
b) Memberi penugasan kepada unit kerja yang ada dan relevan untuk menjalankan fungsi
manajemen risiko,

10
4. Direksi wajib menyampaikan laporan profil manajemen risiko dan penanganannya
bersamaan dengan laporan berkala perusahaan.

Secara khusus PT Vale memiliki sebuah divisi yang menjalankan proses manajemen
risiko, yaitu Divisi Risk Management & GCG (RMG). Pada tahun 2003, PT Vale menerapkan
sistem manajemen risiko berdasarkan standar Australia Standard (AS)/New Zealand Standard
(NZS) 4360:1999. Manajemen risiko dalam PT Vale diterapkan demi pencapaian tujuan
perusahaan secara menyeluruh, karena itu PT Vale menerapkan kerangka Enterprise-wide Risk
Manajemen (ERM) dalam Pedoman Manajemen Risiko PT Vale berdasarkan Keputusan Direksi
No. 024000.K/SM.02/UT/2009. Di tahun 2018, kerangka kerja manajemen risiko PT VALE
berubah menjadi ISO 31000:2018 Struktur Tata Kelola Manajemen Risiko Sesuai Keputusan
Direksi PT Vale Tbk. Nomor 030701.K/OT.00/PDO/2018 tanggal 22 November 2018 Tentang
Struktur Organisasi Direktorat Utama, struktur tata kelola manajemen risiko PT Vale adalah
sebagai berikut:

Dalam tahun 2018, PT Vale telah melakukan identifikasi risiko di seluruh satuan kerja,
unit bisnis, anak perusahaan dan afiliasi; identifikasi itu menemukan sebanyak 3.579 risiko yang
terdiri dari 1.594 risiko aktif. Hasil dari proses identifikasi ini dilaporkan kepada manajemen
dalam bentuk Profil Risiko Korporat, untuk ditindaklanjuti. Laporan ini menjadi dasar bagi
manajemen untuk bertindak proaktif dalam mengurangi potensi risiko, serta berguna dalam
pengembangan strategi dan perbaikan proses risk management secara berkesinambungan.

11

Anda mungkin juga menyukai