Referat Delayed Speech
Referat Delayed Speech
DELAYED SPEECH
Oleh :
Rinda Zelvianingsih
K1A1 09 037
Pembimbing :
dr. Nur Hilaliyah, M.Kes, Sp.THT-KL
1
DELAYED SPEECH
Rinda Zelvianingsih, Nur Hilaliyah
A. Pendahuluan(1,2,3)
kemampuan anak tersebut untuk belajar. Awal dari proses belajar bicara terjadi
pada saat lahir. Sulit dipastikan usia absolut tahapan perkembangan bicara.
sosial sudah bisa melakukan komunikasi sejak lahir. Tujuan utama komunikasi
adalah menyampaikan informasi secara tepat dan cepat melalui wicara, tulisan dan
Komunikasi dengan orang lain tersebut melalui bicara, dimana isi pikiran,
kali lebih banyak dari pada wanita. Menurut penelitian anak dengan riwayat sosial
ekonomi yang lemah memiliki insiden gangguan bicara dan bahasa yang lebih
tinggi dari pada anak dengan riwayat sosial ekonomi menengah ke atas. Beberapa
2
B. Definisi(1,2,3,4)
perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak, yang merupakan keluhan
utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter.
dilakukan stimulasi dan intervensi dapat dilakukan pada anak tersebut. Deteksi
dini keterlambatan bicara harus dilakukan oleh semua individu yang terlibat
dalam penanganan anak ini. Kegiatan deteksi dini ini melibatkan orang tua,
keluarga, dokter. Sehingga dalam deteksi dini tersebut harus bisa mengenali
apakah keterlambatan bicara anak kita merupakan sesuatu yang fungsional atau
yang nonfungsional. Deteksi dini perlu ditegakkan agar penyebabnya dapat segera
Contohnya pada seorang anak yang tuli konduktif tetapi cerdas yang terlambat
mendapat alat bantu dengar dan terapi wicara serta tidak diberikan kesempatan
mengembangkan sistem komunikasi non verbal oleh dirinya sendiri sebelum usia
3
3 tahun maka kesempatan untuk mengajarinya agar mampu berbicara yang dapat
dimengerti jelas.
C. Anatomi Pendengaran(2,5,6)
Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
Telinga tengah
4
Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
promontorium.
longus maleus melekat pada membran timpani, maleeus melekat pada inkus, dan
inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang
merupakan persendian.
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat
Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
yang lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas,
skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya.
Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi
endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa.
Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai
5
membran vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah
membran basalis.
Pada membran ini terletak organ Corti. Pada skala media terdapat bagian
yang terbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basal
melekat sel rambut, sel luas dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.
D. Fisiologi pendengaran(2,5,6,7)
Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek
memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur
6
laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang
sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
defleksi stereolisia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
7
penglepasan ion permukaan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan
sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditoris, lalu
lobus temporalis.
serta tuli campur (mixed deafness). Gangguan telinga luar dan tengah dapat
tuli sensorineural, yang terbagi atas tuli koklea dan tuli retrokoklea.
kelainan atau penyakit di telinga luar atau di telinga tengah. Sumbatan tuba
konduktif. Antara incus dan maleus berjalan nervus fasialis yang disebut korda
timpani. Bila terdapat radang telinga tengah atau trauma mungkin korda timpani
dalam), nervus VII atau di pusat pendengaran. Di dalam telinga dalam terdapat
vaskularis, sehingga saraf pengaran rusak, dan terjadi sensori neural dan gangguan
keseimbangan.
tengah dengan komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit yang
8
berlainan, misalnya tumar nervus VII (tuli saraf) dengan radang telinga tengah
(tuli konduktif).
E. Etiologi(2,4,5)
deprivasi lingkungan.
gangguan bicara dan bahasa pada maka semakin cepat stimulasi dan intervensi
dapat dilakukan pada anak tersebut. Deteksi dini gangguan bicara dan bahasa ini
harus dilakukan oleh semua individu yang terlibat dalam penanganan anak ini,
mulai dari orang tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan
dan dokter anak yang merawat anak tersebut. Adapun beberapa penyebab
organ bicara, retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism
9
Ada beberapa tahapan perkembangan bicara yang sebaiknya diperhatikan
Usia Kemampuan
Neonatus Menangis (reflex vocalization)
Mengeluarkan suara mendengkur seperti suara burung
(cooing)
Suara seperti berkumur (gurgles).
2 - 3 bulan Tertawa dan mengoceh tanpa arti ( babbling).
4 - 6 bulan Mengeluarkan suara yang merupakan kombinasi huruf
hidup (vowel) dan huruf mati (konsonan)
Suara berupa ocehan yang bermakna, seperti “pa..pa,
da..da”.
7 - 11 bulan Dapat menggabungkan kata/suku kata yang tidak
mengandung arti, terdengar seperti bahasa asing
(jargon).
Usia 10 bulan mampu meniru suara sendiri
(echolallia)
Memahami arti “tidak”, mengucapkan salam.
Mulai memberi perhatian terhadap nyanyian atau
musik.
12 -18 bulan Mampu menggabungkan kata atau kalimat pendek.
10
Cara membedakan berbagai keterlambatan bicara
G. Pemeriksaan Penunjang(2,5,6,7,9)
Beberapa pemeriksaan pendengaran yang dapat dilakukan pada bayi dan anak :
respons subyektif sistim auditorik pada bayi dan anak. Dan juga bermanfaat untuk
penilaian habilitasi pendengaran yaitu pengukuran alat bantu dengar (hearing aid
fitting).
lingkungan tidak lebih dari 60 dB), idealnya pada ruang kedap suara. Sebagai
sumber bunyi sederhana dapat digunakan tepukan tangan, tambur, bola plastik
11
beris air, remasankertas, bel, terompet karet, mainan yang mempunyai bunyi
audiometry.
Maro (paling konsisten). Reflex auropalbebral dan Maro rentan terhadap efek
sebaiknya dilakukan pada akhir prosedur bayi akan terkejut, takut dan menangis.
a. Tes Distraksi
12
b. Visual Reinforcement Audiometry
2. Timpanometri
Melalui probe tone (sumbatan liang telinga) yang dipasang pada liang telinga
dapat diketahui besarnya tekanan di liang telinga berdasarkan energi suara yang
dipantulkan kembali (kea rah luar) oleh gendang telinga. Pada orang dewasa atau
bayi berusia diatas 7 bulan digunakan probe tone frekuensi 226 Hz.
Dilakukan pada anak berusia lebih dari 4 tahun yang koperatif. Sebagai
sumber suara digunakan nada murni (pure tone) yaitu bunyi yang hanya terdiri 1
hantaran suara melalui udara melalui headphone pada frekuensi 125, 250, 5000,
1000, 2000, 4000 dan 8000 Hz. Hantaran suara melalui tulang diperiksadengan
memasang bone vibrator pada prosesus mastoid yang dilakukan dengan frekuensi
500, 1000, 2000, 4000 Hz. Suara dengan intensitas terendah yang dapat didengar
dicatat pada audiogram untuk memperoleh informasi tentang jenis dan derajat
ketulian.
13
4. Otoacoustic Emission (OAE)
lulus), tidak invasif, mudah, tidak membutuhkan waktu lama dan praktis sehingga
tenang. Pada mesin OAE generasi terakhir OAE secara secara otomatis akan
dihasilkan nervus VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam batang otak)
berupa bunyi click atau toneburst yang diberikanmelalui headphone, insert probe,
digunakan insert probe. Stimulus click merupakan impuls listrik dengan onset
cepat dan durasi yang sangat singkat (0,1 ms), menghasilkan respon pada average
H. Penatalaksanaan(2,4,8,9)
Habilitasi yang optimal sudah dimulai sebelum usia 6 bulan maka pada usia 3
14
tahun perkembangan wicara anak yang mengalami ketulian dapat mendekati
audio verbal. Sebelum proses bicara harus dilakukan penilaian tingkat kecerdasan
oleh Psikolog untuk melihat kemampuan belajar anak. Anak usia 2 tahun dapat
disiplin, antara lain dokter spesialis THT, Audiologist, Ahli madya audiologi, Ahli
terapi wicara, Psikolog Anak , guru khusus untuk tunarungu dan keluarga
penderita.
Alat bantu dengar (ADB) adalah suatu perangkat elektronik yang berguna
15
e) ABD jenis CIC (Completely In The Canal)
televisi, mendengarkan telepon, mendengar suara bel rumah atau pada saat berada
di ruang aula / auditorium. ALD dapat dipergunakan tersendiri atau dipasang pada
a) Sistim kabel
digunakan oleh lawan bicara (guru). Cara ini dapat membantu pada
dibandingkan sistim kabel. Sistim ini dapat digunakan pada ruang kelas
16
c) Sistim Infra merah (infra red)
d) Intraduction Loops
ditangkap oleh receiver yang ada pada suatu headphone atau ABD.
3. Implan Koklea
berkomunikasi pada pasien tuli saraf berat dan total bilateral. Dengan cara insisi
I. Prognosis(2,4,9)
sedini mungkin. Dengan perbaikan masalah medis seperti tuli konduksi dapat
menghasilkan perkembangan bahasa yang normal pada anak yang tidak retardasi
mental. Ketulian jenis ini prognosisnya baik, artinya dengan operasi atau
penggunaan Alat Bantu dengar (ADB) yang ditempelkan pada telinga bagian luar,
disebabkan kerusakan pada telinga dalam atau saraf pendengaran (Nervus VIII),
prognosisnya jelek.
17
KESIMPULAN
1. Proses terjadinya bicara ada dua, yaitu proses sensoris dan motoris.
lingkungan.
yaitu operasi atau penggunaan Alat Bantu dengar (ADB) akan memperoleh
prognosisnya jelek.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Nadwa. Pelaksanaan Terapi Wicara dan Terapi Sensori Integrasi pada Anak
Terlambat Bicara. Jurnal Pendidikan Islam. Halaman 20-40, volume 7, nomor
1, april 2013. http://www.post.com/index.asp?Konsultasi&id=126200
2. Utama H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan. Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Edisi keenam. Balai penerbit FKUI, Jakarta 2010. Halaman 10-38.
3. Macy T. Children Referred for Speech Delays. Service Guideline 3. Page 3-
13.October2014.http://www.comeunity.com/disability/speech/communication.
html
4. Law J, et all. The Efficacy of Treatment for Children With Developmental
Speech and Language Delay! Disorder: A Meta-Analysis. Joumal of Speech,
Language, and Hearing Research. Vol. 47, page 924-943, August us 2004.
5. Probst R. Basic Otorhinolaryngology. A Step-By-Step Learning Guide. Page
178-182. Thiem 2006.
6. Ludman H and Patrick J. Telinga, Hidung Dan Tenggorokan. Edisi 5. Jakarta :
EGC, 2011. Halaman 21-26.
7. Gurkov R and Nagel P. Dasar-Dasar Ilmu THT. Edisi 2. Jakarta : EGC, 2012.
Halaman 2-9.
8. Higler, Boies and Adams. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Halaman 46-60.
9. Sedwawidada R. Implan Kohlear. Bagian Ilmu Penyakit Telinga, Hidung
Tenggorok, Kepala-Leher. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin.
Makassar; Agustus 1997. Halaman 1-11.
19