Anda di halaman 1dari 13

1.

Struktur Rangka Atap

Konstruksi rangka atap adalah suatu bentuk konstruksi yang berfungsi untuk menyangga
penutup atap yang terletak di atas kuda-kuda. Fungsi rangka atap yang lebih spesifik adalah
menerima beban dari penutup atap dan beban sendiri komponen rangka atap. Beban-beban
tersebut disalurkan melalui kolom hingga ke pondasi bangunan. Ditinjau dari bahan rangka
atap dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Struktur Rangka Atap Kayu
Komponen konstruksi kuda-kuda kayu tampak seperti Gambar 2.26, kaki kuda-kuda
menerima gaya tekan dan menyalurkan beban gaya dari penutup atap dan rangka gording
kearah tumpuan kuda-kuda. Batang horizontal menerima gaya tarik yang disebut sebagai
batang tarik akibat dari adanya gaya tekan yang menekan pada kedua tumpuan kuda-
kuda. Batang sokong menerima gaya netral, sedangkan balok gapit dan balok kunci
sebagai stabilitas rangka kuda-kuda dan sambungan.

Gambar 2.26. Batang-Batang Konstruksi Kuda-Kuda Kayu


Keterangan:
a. Balok tarik
b. Balok kunci
c. Kaki kuda-kuda
d. Tiang gantung
e. Batang Sokong
f. Balok Gapit
g. Balok Bubungan / nok
h. Balok Gording
i. Balok Tembok

Berikut ditampilkan bentuk kuda-kuda berdasarkan bentang kuda-kuda konstruksi


kayu berdasarkan bentang kaki kuda-kuda berikut.
1) Bentang 3-4 Meter
Digunakan pada bangunan rumah bentang sekitar 3 s.d. 4 meter, bahannya dari kayu,
atau beton bertulang.

Gambar 4.10. Kuda-kuda bentang 3 – 4 meter


2) Bentang 4-8 Mater
Untuk bentang sekitar 4 s.d. 8 meter, bahan dari kayu atau beton bertulang.

Gambar 4.11. Kuda-kuda bentang 4 – 8 meter


a. Struktur Rangka Atap Baja
1) Struktur Rangka Atap Truss
Bentuk struktur rangka batang (truss) dipilih karena mampu menerima beban
struktur relatif besar dan dapat melayani kebutuhan bentang struktur yang panjang.
Bentuk struktur ini dimaksudkan menghindari lenturan pada batang struktur seperti
terjadi pada balok. Pada struktur rangka batang ini batang struktur dimaksudkan
hanya menerima beban normal baik tarikan maupun beban tekan. Bentuk paling
sederhana dari struktur ini adalah rangkaian batang yang dirangkai membentuk
bangun segitiga. Titik rangkai disebut sebagai simpul/buhul atau titik sambung.
Struktur rangka statis umumnya memiliki dua dudukan yang prinsipnya sama dengan
dudukan pada struktur balok, yakni dudukan sendi dan dudukan gelinding atau
gelincir. Berdasarkan persyaratan tersebut kestabilan rangka batang dapat ditulis:
n=2J–R
dimana: n = batang struktur (member)
J = titik sambung atau simpul
R = jumlah komponen reaksi perletakan
Untuk dapat menentukan gaya dengan prinsip perhitungan gaya sesuai hukum
Newton, persyaratan kestabilan tersebut harus dipenuhi lebih dahulu. Jika suatu
struktur rangka tidak memenuhi persyaratan kestabilan tersebut, struktur rangka
tersebut disebut sebagai struktur rangka statis tak tentu. Metoda yang banyak
digunakan dalam perhitungan rangka sederhana adalah metoda kesetimbangan titik
simpul dan metoda potongan (Ritter).
Struktur rangka adalah jenis struktur yang tidak efisien apabila digunakan untuk
beban lateral yang sangat besar. Untuk memikul beban yang demikian akan lebih
efisien menambahkan dinding geser (shear wall) atau pengekang diagonal (diagonal
bracing) pada struktur rangka. Apabila persyaratan fungsional gedung mengharuskan
penggunaan rangka, maka dimensi dan geometri umum rangka yang akan didesain
sebenarnya sudah dipastikan. Masalah desain yang utama adalah pada penentuan titik
hubung, jenis material dan ukuran penampang struktur.
Derajat kekakuan struktur rangka tergantung antara lain pada banyak dan lokasi
titik-titik hubung sendi dan jepit (kaku). Titik hubung sendi dan jepit seringkali
diperlukan untuk maksud-maksud tertentu, meminimumkan momen rencana dan
memperbesar kekakuan adalah tujuan-tujuan desain umum dalam memilih jenis
rangka. Tinjauan lain meliputi kondisi pondasi dan kemudahan pelaksanaan. Gambar
4.30 menunjukan beberapa jenis struktur rangka yang mempunyai bentuk
berdasarkan pada momen lentur yang terjadi padanya.

Gambar 4.12. Bentuk Kuda-kuda Tuss

2) Konstruksi Rangka Atap Truss Baja Ringan


Konstruksi rangka atap baja ringan, adalah konstruksi yang terbuat dari bahan baja
ringan (truss), saat ini sudah menjadi solusi bagi rangka atap rumah biasa yang masih
menggunakan bahan kayu sebagai bahan dasar. Konstruksi rangka atap dengan
menggunakan baja ringan yang disusun untuk dapat menopang beban di atasnya. R
angka atap baja ringan ini telah banyak digunakan karena lebih effisien, sehingga
biaya perawatan lebih murah, serta memiliki keunggulan lain dengan menggunakan
baja ringan untuk atap rumah yaitu tahan lama dengan bahan baja ringan tersebut.
Rangka atap baja ringan dipasang dengan sistem konstruksi baja ringan yang stabil
dan kokoh dengan keunggulan baja ringan yang tahan terhadap segala cuaca, tidak
berkarat, anti rayap, kuat untuk puluhan tahun, atap rumah akan semakin kokoh
dengan menggunakan rangka atap baja ringan dan memiliki kelebihan kelebihan.
Berikut ini adalah bentuk, dan fungsi dari baja ringan yang akan dijadikan rangka
atap pada bangunan. Spesifikasi teknis baja ringan, masing-masing produk akan
berbeda sesuai dengan tipe dan jenis yang diproduksi oleh pabrik, namun spesifikasi
itu tidak jauh dari bentuk dan ukuran.
Tabel 5.1 Material Utama Bahan Rangka Atap baja Ringan

Gambar 4.14. rangka atap baja ringan


Gambar 4.17 Bagian Konstruksi Kuda-kuda Baja Ringan

Bagian-bagian Konstruksi Kuda-kuda Baja Ringan:


1) Bearing/ Support point: Titik simpul pada suatu kuda-kuda yang difungsikan
sebagai tumpuan/perletakan kuda-kuda. Tumpuan kuda-kuda minimal
berjumlah dua buah, dan dipilih dari panel point yang berada di atas struktur
penopang kuda-kuda (kolom atau ringbalk).
2) Pitch: Sudut kemiringan atap (dalam derajat).
3) Overhang: Perpanjangan dari batang utama atas, yang melewati posisi tumpuan
rangka atap.
4) Clear span: Jarak horisontal antara dua sisi dalam pada tumpuan kuda- kuda
5) Apex: Titik simpul yang berada di puncak kuda-kuda (truss).
6) Heel joint: Titik simpul yang merupakan pertemuan antara batang utama atas
dan bawah
7) Panel point: Titik simpul yang merupakan pertemuan beberapa elemen batang
pada suatu struktur kuda-kuda.
8) Span: Jarak horisontal antara as/sumbu ke as/sumbu tumpuan kuda-kuda.
9) Top chords: Batang-batang utama yang terletak di bagian atas dari kuda-kuda
10) Bottom chords: Batang-batang utama yang terletak di bagian bawah dari kuda-
kuda
11) Webb: Batang-batang yang terletak di bagian dalam dari kuda-kuda

Beberapa kelebihan rangka atap baja ringan, antara lain yaitu;

 Lebih awet, tidak dimakan rayap


 Tahan terhadap api materialnya ringan dan mudah dirakit, bila dibandingkan
rangka kayu
 Dapat dirancnag dan dibuat dalam bentangan yang panjang dan lebar
 Struktur dengan sistem plat Buhul di setiap tumpuan sendi (seperti jembatan)
lebih kokoh dari kuda-kuda baja lainnya.
 Struktur menggunakan sistem tumpuan sendi dan roll

Beberapa kekurangan rangka atap baja ringan, antara lain yaitu;

 Membutuhan tukang yang ahli


 Strukturnya seperti jaring, maka bila ada salah satu bagian struktur yang salah
hitung ia akan menyeret bagian lainnya.
 Rangka atap baja ringan tidak sefleksibel kayu yang dapat dipotong dan
dibentuk berbagai bentuk.

3) Konstruksi Rangka Atap Baja Single Beam

Zakariya (2013:6) menyatakan bahwa konstruksi gable frame merupakan


konstruksi statis tidak tentu. Konstruksi ini bisa diselesaikan dengan cara cross,
clapeyron, slope deflection, tabel dan sebagainya. Gaya yang pada batang-batangnya
adalah momen, gaya lintang, dan gaya normal.
Gable frame pada gambar 2.29 terdiri dari berbagai komponen penyusunnya
antara lain base plate, kolom, rafter, haunch, dan stiffener. Komponen ini merupakan
komponen yang menunjang kekuatan stukturnya. Namun dalam perhitungan beberapa
komponen ini sering tidak dihitung. Zakariya (2013;6) mengemukakan bahwa
pengaku (haunch) pada gable frame berfungsi untuk mencukupi kekuatan
sambungan. Jika dalam perhitungan haunch diikutsertakan maka diharapkan adanya
penurunan tegangan dan lendutan. Haunch mempunyai pengaruh terhadap kekuatan
struktur gable frame.

Gambar 4.29. Konstruksi Rangka Atap Baja Single Beam (Gagble Fame)

Profil Wide Flange adalah profil berpenampang H atau I dengan sumbu simetri
ganda, yang dihasilkan dari proses canai panas (Hot rolling mill) atau profil tersusun
buatan. Baja Profil WF-beam memiliki dimensi tinggi badan (H), lebar sayap (B),
tebal badan (t1), tebal sayap (t2) merata dari ujung hingga pangkal radius (r) dengan
penjelasan seperti pada Gambar 4.30 berikut ini.
Gambar 4.30. Profil Wide Flange

4) Komponen Rangka Atap

Komponen rangka atap mengikuti jenis penutup atap, untuk penutup atap jenis
genting komponen rangka atap meliputi.
(a). Reng, merupakan bilah/batang (kayu) yang melintang di atas kasau dan
berfungsi sebagai tempat menempatkan posisi genting. Reng dari batang kayu
yang ada di lapangan berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang sekitar 3 m.
Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan menerus-kannya ke
usuk/kaso. Pada atap dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak
digunakan.
(b). Kaso, berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan
meneruskannya ke gording. Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7cm dan
panjang maksimal 4 m. Usuk dipasang dengan jarak 40 s.d. 50 cm antara satu
dengan lainnya pada arah tegak lurus gording. Usuk akan terhubung dengan
gording dengan menggunakan paku. Pada kondisi tertentu usuk harus dibor
dahulu sebelum dipaku untuk menghindari pecah pada ujung-ujung usuk.
(c). Gording, merupakan elemen rangka atap yang membagi bentangan atap dalam
jarak-jarak yang lebih kecil pada proyeksi horisontal. Gording meneruskan
beban dari penutupatap, reng, usuk, orang, beban angin, beban air hujan pada
titik-titik buhulkuda-kuda. Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak
lurus dengan arah kuda- kuda. Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan
posisi gording harus disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Gording
harus berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda
sebaiknya disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Gording kayu
biasanya memiliki dimensi; panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm dan lebar 10
cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 s.d.2,5 m.
(d). Listplank, Listplank tirisan terbuat dari papan tegak yang dipasang pada ujung
bawah kasau sebagai pengikat ujung kasau. Listplank harus dilindungi terhadap
cucuran air ujan dan terhadap panas matahari agar tidak cepat lapuk.
(e). Kaki kuda-kuda, merupakan batang miring yang membentuk sudut kemiringan
atap, berfungsi sebagai tumpuan balok gording dan menopang beban gaya-gaya
yang timbul. Seperti pada kaki kuda-kuda bagian bawah akan timbul gaya
horizontal dan gaya vertikal yang harus ditahan oleh tembok pendukungnya.
(f). Jurai dan Sagord, pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau
framework yang disebut jurai. Jurai dibedakan menjadi jurai dalam dan jurai
luar. Sagrod adalah batang besi bulat terbuat dari tulangan polos dengan kedua
ujungnya memiliki ulir dan baut sehingga posisi bisa digeser.

2. Konstruksi Tangga

Tangga merupakan sarana sirkulasi vertical pergerakan manusia dan barang yang
berfungsi untuk menghubungkan dua tempat atau lebih yang memiliki ketinggian berbeda.
Fungsi utama tangga adalah untuk mendukung aktifitas manusia yang berlangsung dalam dua
tempat yang memiliki ketinggian berbeda, terutama pada bangunan-bangunan bertingkat.
Tangga sebenarnya tidak hanya diperuntukkan bagi bangunan bertingkat, akan tetapi
terdapat juga pada tempat-tempat yang memiliki beda tinggi. Beda tinggi suatu tempat
bersifat relatif ada yang cukup tinggi, sedang dan ada yang rendah. Perbedaan tinggi lantai
dalam suatu bangunan bertingkat termasuk cukup tinggi, sehingga perlu disain yang ideal
untuk dapat memenuhi kebutuhan aktifitas manusia.
Konstruksi tangga bila ditinjau dari bahan yang digunakan dapat dibedakan menjadi
tangga kayu, beton, dan baja. Masing-masing bahan yang digunakan untuk konstruksi tangga
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tangga kayu memiliki kelebihan mudah
dibentuk sesuai desain arsitekturnya, sedangkan kelemahannya adalah mudah terbakar dan
kekuatan lebih rendah dibandingkan tangga yang dibuat dari bahan beton atau tangga.
Tangga yang dibuat dari beton dan baja sama-sama memiliki kemudahan dibentuk dan
memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan bahan dari kayu.
Sarana lain yang memiliki fungsi yang sama dengan tangga adalah:
a. Eskalator (tangga berjalan) dipakai untuk bangunan pertokoan, mall.
b. Elevator (lift) dipakai untuk bangunan perhotelan, perkantoran, ramph (tangga landai),
untuk perbedaan tempat atau lantai yang tidak terlalu tinggi.
c. Dogleg (tangga menggantung) dipakai pada bangunan menara atau mercu suar.
a. Persyaratan Teknis Konstruksi Tangga secara umum sebagai berikut.
1) Memenuhi syarat konstruksi: awet, dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama,
stabil dan kokoh.
2) Memiliki keamanan yang cukup tinggi, disamping kokoh dilengkapi dengan sarana
pengaman tangga.
3) Kemiringan tangga tidak terlalu tajam, kurang dari 450 sehingga manusia tidak perlu
merangkak dalam menaiki tangga dan tidak terlalu landai karena akan memperbanyak
kenaikan dan melelahkan disamping memakan tempat yang bayak.
4) Dilengkapi tempat pemberhentian sementara (bordes) pada setiap 12 kenaikan anak
tangga.
5) Diberi tinggi bebas ke atas sebesar 2,00 m yang ditentukan dari permukaan antrede.
6) Memiliki nilai estetika, karena tangga biasanya terletak pada ruang-ruang utama.
7) Perletakan tangga harus cukup representatif, mudah dijangkau dan tidak tersembunyi.
8) Lebar tangga: Lebar tangga harus sesuai dengan fungsi tangga sebagai sarana
sirkulasi.
9) Ukuran lebar tangga ditentukan dari jarak tepi sandaran dalam. Untuk sirkulasi satu
arah minimal memiliki lebar 60 cm, sedangkan untuk dua arah minimal 80 cm.

b. Komponen-komponen Konstruksi Tangga

Komponen konstruksi tangga secara umum sebagai berikut:


1) Boom atau ibu tangga: merupakan konstruksi utama yang menahan beban tangga,
membentang dari bawah ke atas. Apabila boom tangga menempel pada
dinding/tembok maka disebut boom tembok, bila tidak menempel disebut boom
bebas. Tangga dengan bahan kayu, komponen boom menggunakan papan dengan
tebal minimal 4 cm. Konstruksi tangga dari bahan beton, komponen boon dalam
bentuk balok ataupun plat beton bertulang. Sedangkan konstruksi tangga baja
menggunakan profil H atau C yang menumpu pada dinding.
2) Tiang sandaran tangga: Pada konstruksi tangga dari bahan kayu terdapat komponen
tiang sandaran tangga yang ada pada bagian tangga atas dan bagian tangga bawah.
3) Anak tangga: ada dua macam anak tangga yaitu anak tangga datar (langkah
datar) dan anak tangga tegak/papan sentuh (langkah naik). Kedua anak tangga ini
menempel pada boom tangga dengan menggunakan sambungan takikan.
4) Pegangan/sandaran/relling tangga: yang berfungsi sebagai konstruksi pengaman
pengguna jalan, dan sebagai tempat berpegang pada waktu menaiki atau menuruni
tangga. Pada bagian boom bebas pegangan tangga ini pada kedua ujungnya
berhubungan dengan tiang sandaran tangga atas dan tiang sandaran tangga bawah.
Pada bagian boom tembok pegangan ini menempel pada dinding dengan
menggunakan penggantung baut viser dan klos. Pegangan tangga harus terbuat dari
kayu/besi yang kuat dan permukaannya harus halus. Minimal menggunakan kayu 5/7
cm.
5) Baluster atau balustrade : adalah merupakan konstruksi pengaman dan berfungsi
sebagai pendukung pegangan tangga (relling tangga) agar tidak melentur pada waktu
dipakai sebagai pegangan. Jarak baluster satu dengan yang lain maksimum 30 cm.
Bentuk penampang baluster dapat bervariasi bisa bulat,persegi, empat persegi panjang
dsb. Kayu untuk baluster harus kaku dan cukup kuat.
6) Stepnoursing /hidung tangga/juluran : Untuk memperluas bidang injakan (anak
tangga datar) dan melindungi papan sentuh pada tangga kayu supaya tidak mudah aus
dapat diberi pelindung dari karet pada ujungnya.. Untuk tangga dari bahan beton
komponen stepnoursing dibuat dari keramik yang dikasarkan atau vynil.
7) Papan sentuh: Pada konstruksi tangga dari bahan kayu terdapat komponen Papan
Sentuh yang dipasang pada anak tangga tegak, papan sentuh berfungsi sebagai
pengaku anak tangga datar dan penyalur beban tangga. Papan ini berfungsi juga
untuk mengurangi bunyi berderit pada waktu anak tangga diinjak. Tangga dari bahan
beton bertulang dan baja tidak dijumpai adanya papan sentuh.
8) Balok Ravil: Konstruksi tangga dari bahan Kayu berbentuk balok yang berfungsi
sebagai pendukung boom dan tiang sandaran tangga atas, Balok ravil ini tertopang
pada tembok. Balok ravil menggunakan ukuran kayu 8/12 atau 8/14. Hubungan tiang
sandaran dengan ravil dengan menggunakan baut ½ “. Sedangkan konstruksi tangga
dari bahan beton dan baja, boom menopang pada balok anak/induk di lantai atasnya.
9) Bordes tangga: Konstruksi tangga yang memiliki jumlah anak tangga lebih dari 12
langkah naik atau tangga yang dibuat lebih dari satu tanjakan, maka harus dipasang
tempat istirahat atau yang sering disebut dengan bordes. Bordes ditopang oleh balok
bordes dan papan bordes.
10) Pondasi Tangga: menahan konstruksi tangga bawah dan meneruskan beban ke tanah.
Biasanya konstruksi pondasi tangga menggunakan plat setempat.
c. Macam-macam bentuk tangga.

Bentuk tangga ditentukan oleh besarnya ruang tangga dan perbedaan tinggi lantai
(floor to floor). Untuk ruang yang cukup luas disain tangga dapat lebih leluasa. Untuk
ruang yang terbatas sulit untuk membuat tangga yang ideal. Pada ruang yang cukup luas,
tangga tidak hanya berfungsi sebagai sarana sirkulasi dari lantai yang satu kelantai
berikutnya, tapi dapat berfungsi sebagai tempat bersantai duduk menikmati lingkungan.
Atau dapat juga merupakan titik pandang dari suatu ruang bila tangga memiliki disain
yang cukup indah. Tangga yang paling menghemat ruang adalah tangga putar. Dari
kondisi ruang yang ada terdapat beberapa macam tangga:

1) Tangga tusuk lurus.


2) Tangga tusuk serong.
3) Tangga serong tunggal bagian bawah.
4) Tangga serong tunggal bagian atas.
5) Tangga serong ganda
6) Tangga bordes 90
7) Tangga bordes dengan dua bordes antara.
8) Tangga bordes 180
9) Tangga tusuk dengan perempatan bawah.
10) Tangga tusuk dengan perempatan atas.
11) Tangga tusuk dengan perempatan antara.
12) Tangga Tangga seperempat tusuk seperempat putaran.
13) Tangga poros dengan seperempat putaran 90
14) Tangga poros dengan setengah putaran 180
15) Tangga poros dengan tiga perempat putaran 270
16) Tangga bordes dengan lengan-lengan sejajar belokan dan lubang antara.
17) Tangga poros dengan putaran penuh 360
18) Tangga Inggris.

a. Menghitung Jumlah Anak Tangga.

1) Perhitungan berdasarkan perbedaan tinggi lantai.


Jumlah anak tangga dari satu lantai ke lantai berikutnya dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:
A + 2 O = 63 cm
Keterangan A : antrede (anak tangga datar)
O : optrede (anak tangga tegak)
Cara yang paling mudah adalah berdasarkan pada beda tinggi lantai.
Lebar langkah datar (A) yang ideal adalah antara 25 cm – 30 cm. Sedangkan tinggi
langkah naik (O) yang ideal adalah antara 15cm – 20 cm.
Kemiringan tangga yang ideal adalah kurang dari 45o.
Contoh hitungan:
Beda tinggi lantai satu dan lantai dua telah ditentukan = 350 Cm (H).
ditentukan optrede ideal = 17,5 cm ( supaya mudah membaginya).
Maka lebar antrede dapat dihitung dengan persamaan :
A + 2 ( 17,5) = 63 cm
A + 35 = 63 cm
A = 28 cm ------------ cukup ideal
Sedangkan jumlah kenaikan dapat dihitung :
H / O = 350 / 17,5 = 20 kenaikan.
Satu tanjakan maksimum 12 kenaikan, jadi minimal dibuat 2 tanjakan, bila setiap
tanjakan dibuat sama, maka satu tanjakan = 10 kenaikan, jadi ada satu bordes. Bentuk
tangga = tangga bordes 180o.
Dalam perhitungan, bordes dihitung satu kenaikan. Jadi pada tanjakan pertama jumlah
kenaikan ada 10 termasuk bordes.
2) Perhitungan berdasarkan sudut kemiringan tangga

Untuk menghitung jumlah kenaikan dan jumlah anak tangga dapat


menggunakan sudut kemiringan tangga sebagai dasar perhitungan. Penentuan ukuran
langkah datar (antrede) dan langkah naik (optrede) dengan menggunakan
perbandingan berdasarkan besarnya sudut kemiringan tangga.
Besar sudut kemiringan tangga paling landai adalah 25 dan paling curam adalah
50. Jumlah anak tangga ditentukan berdasarkan perbedaan tinggi lantai, sehingga
perbandingan langkah datar dan langkah naik serta jumlah kenaikan sangat
menentukan ukuran panjang tangga dan panjang ruang tangga.
Untuk memudahkan perhitungan, maka dapat dilihat pada grafik 1, Pada
grafik dapat terlihat besarnya kemiringan sudut tangga dari 25 sampai 50. Ukuran
langkah datar dari 0 sampai 400 (dalam mm), ukuran langkah naik dari 0 sampai 250
(dalam mm).
Dari grafik 1 dapat diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:
Apabila menggunakan sudut kemiringan tangga 30 pada grafik, kemudian memilih
langkah datar 250 (dalam mm) maka akan diperoleh langkah naik sebesar 145 (dalam
mm).
Apabila kita ingin menggunakan tangga tusuk lurus, maka panjang tangga
dapat dihitung sebagai berikut : Misal beda tinggi lantai 2900 mm, maka diperoleh
jumlah kenaikan sebanyak : 2900/145 = 20 kali.
Panjang tangga = 2900/ sin 25o = 6904 mm atau = 6,904 m
Panjang ruang tangga = 250 x 20 = 5000 mm atau = 5 m
Bila ditentukan lebar tangga = 1000 mm, maka ruang tangga yang dibutuhkan
berukuran 5 m x 1 m.
Link hitungan tangga dapat di lihat pada laman berikut:
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-14661-3107030411-
Presentation2.pdf

Anda mungkin juga menyukai