Anda di halaman 1dari 16

1.

1 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Anatomi Fisiologi Sendi Ankle?
2. Apa definisi dari Ankle Sprain?
3. Apa saja klasifikasi dari Ankle Sprain?
4. Bagaimana etiologi dari Ankle Sprain?
5. Bagaimana patofisiologi dari Ankle Sprain?
6. Bagaimana WOC dari Ankle Sprain?
7. Bagaimana manifestasi klinis Ankle Sprain?
8. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada Ankle Sprain?
9. Bagaimana penatalaksanaan medis pada Ankle Sprain?
10. Apa saja komplikasi dari Ankle Sprain?
11.Bagaimana prognosis pada kasus Ankle Sprain?
12. Bagaimana asuhan keperawatan pada Ankle Sprain?
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini agar mahasiswa mengetahui dan
dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Ankle
Sprain.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat:
1. Mengetahui anatomi fisiologi Sendi Ankle
2. Mengetahui definisi Ankle Sprain
3. Mengetahui klasifikasi Ankle Sprain
4. Mengetahui etiologi Ankle Sprain
5. Mengetahui patofisiologi dari Ankle Sprain
6. Mengetahui WOC dari Ankle Sprain
7. Mengetahui manifestasi klinis Ankle Sprain
8. Mengetahui pemeriksaan diagnostik Ankle Sprain
9. Mengetahui penatalaksanaan Ankle Sprain
10.Mengetahui komplikasi Ankle Sprain
11.Mengetahui prognosis Ankle Sprain
12.Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Ankle Sprain

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dengan adanya makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mahasiswa
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami definisi, patofisiologi,
manifestasi klinis, penatalaksanaan medis pada pasien dengan Ankle
Sprain dapat menerapkan asuhan keperawatan, khususnya untuk
mahasiswa keperawatan.

1
2. Dosen
Makalah ini dapat dijadikan tolak ukur sejauh mana mahasiswa mampu
mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen dan sebagai bahan
pertimbangan dosen.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sendi Ankle


Sendi pergelangan kaki terdiri atas sebuah kantung yang dibentuk poleh
ujung-ujung bawah tibia dan fibula. Talus dapat digerakkan pada sumbu
transversal dengan cara mirip engsel, karena itu pergelangan kaki tergolong
sendi sinovial jenis engsel. Bentuk tulang-tulang dan kekuatan ligamen-
ligamen dan tendon di sekitarnya menjadikan sendi kuat dan stabil. (Moore &
Agur, 2002 ; Snell, 1998)

a. Permukaan Articular
Ujung-ujung distal tibia dan fibula membentuk sebuah sosok (lekuk
dalam) yang mencakup talus. Permukaan medial malleolus lateralis
bersendi dengan permukaan lateral talus. Tibia bersendi dengan talus di
dua tempat, yaitu permukaan inferior tibia membentuk atap sosok tadi,
malleolus medialis tibia bersendi dengan permukaan medial talus. (Moore
& Agur, 2002)

Kedua malleolus memegang talus erat-erat sewaktu tulang ini


berumbang-ambing ke depan dan ke belakang pada gerak sendi
pergelangan kaki. Sendi pergelangan kaki bersifat amat stabil pada

2
dorsofleksi karena pada posisi ini permukaan artikular superior talus
(trochlea), mengisi pebuh sosok yang dibentuk oleh kedua malleolus.
Cengkraman kedua malleolus pada talus adalah paling kuat jika kaki
berada dalam posisi dorsofleksi karena gerak demikian mendorong bagian
trochlea ke belakang, dan sedikit memencarkan tibia dan fibula.
Pemencaran demikian dibatasi oleh ligamentum interosseum yang
kuat dan oleh ligamentum tibiofibulare interior posterius yang
mempersatukan tulang-tulang tungkai bawah. Pada fleksi plantar kaki
sendi pergelangan kaki relatif kurang stabil karena permukaan artikular
proksimal talus lebih sempit di sebelah posterior dan menempati sosok
tibiofibular hanya untuk sebagian. (Moore & Agur, 2002)

b. Simpai Sendi
Capsula fibrosa bersifat tipis di sebelah depan dan belakang, tetapi
pada kedua sisi diperkuat oleh ligamentum collaterale yang kuat.
Proksimal simpai melekat pada tepi permukaan artikular tibia dan kedua
malleolus dan distal pada talus. (Moore & Agur, 2002)

c. Ligamentum
Di sebelah medial capsula fibrosa diperkuat oleh ligamentum
mediale (deltoideum) yang sangat kuat dengan puncaknya (proksimal)
melekat pada malleolus medialis. Di bawah (inferior), serat-serat dalamnya
melekat pada daerah non-artikular permukaan medial corpus tali; serat-
serat superfisial melekat pada sisi medial talus, sustentaculum tali
(ligamentum tibiotalare anterius dan ligamentum tibiotalare posterius),
ligamentum calcaneonaviculare plantare (ligamen tibiocalcaneum) dan
tuberosistasossis navicularis (ligamentum tibionaviculare). Ligamentum
tibionaviculare, ligamentum tibiotalare anterius dan ligamentum tibiotalare
posterius, dan ligamen tibiocalcaneum merupakan bagian-bagian yang
membentuk ligamentum mediale atau deltoideum. (Moore & Agur, 2002 ;
Snell, 1998)
Di sebelah lateral capsula fibrosa diperkuat oleh ligamentum lateral
yang lebih lemah dari ligamentum mediale yang terdiri tiga bagian:
(Moore & Agur, 2002 ; Snell, 1998)

3
1) Ligamentum talofibulare anterius yang lemah, carik yang pipih yang
berjalan dari melleolus lateralis ke permukaan lateral tallus.
2) Ligamentum talofibulare posterius, berkas tebal dan cukup kuat,
melintas horisontal dalam arah medial, sedikit posterior terhadap fossa
malleoli ke tuberculum laterale tali.
3) Ligamentum calcaneofibulare, seutas tali yang bulat, melintas dalam
arah posteroinferior dari ujung malleolus lateralis ke permukaan lateral
calcaneus.

d. Membrana Sinovial
Membran ini melapisi simpai dan berjalan sedikit ke atas di depan
ligamentum interosseum artikulasio tibiofibularis inferior. (Snell, 1998)

e. Perdarahan
Arteri-arteri berasal dari rami malleolares arteriae fibularis dan
arteria tibialis posterior dan anterior. (Moore & Agur, 2002)

f. Persarafan

4
Saraf-saraf berasal dari nervus tibilais dan nervus fibularis
profundus, cabang nervus fibularis communis. (Moore & Agur, 2002)

g. Pergerakan
Fleksio (jari-jari kaki menuju ke atas) dan plantar fleksio ( jari-jari
menuju ke bawah). Dorsofleksio dikerjakan oleh m. tibialis anterior, m.
extentor hallucis longus, m. extensor digitorum longus, dan m. peroneus
tertius. Peristiwa inidibatasi oleh tegangnya tendon calcaneus, serat-serat
posterior lig. Mediale, dan lig. Calcaneofibulare. Plantarfleksio dikerjakan
oleh m. gastrocnemius, m. soleus, m. plantaris, m. peroneus longus, m.
peroneus brevis, m. tibialis posterior, m. pleksor digitorum longus, dan m.
fleksor hallucis longus. Peristiwa ini dibatasi oleh tegangganya otot
berlawanan, serat-serat anterior lig. mediale, dan lig. talofibulare anterius.
(Snell, 1998)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, selama dorsofleksio sendi
pergelangan kaki, bagian anterior yang lebih lebar dari trochlear tali
dipaksakan di antara malleolus medialis dan lateralis, yang
menyebabkannya agak terpisah dan mengencangkan ligamen art.
tibiofibularis inferior. Susunan demikian sangat menambah kestabilan
sendi pergelangan kaki bila kaki sedang dalam posisi awal gerak maju
dalam berjalan, berlari, atau melompat. Sedangkan bila sendi pergelangan
kaki dalam keadaan plantar fleksio sempurna, ligamen dari art.
tibiofibularis inferior kurang diregangkan, dan memungkinkan sedikit
rotasi, abduksio, dan aduksio. (Snell, 1998)

5
2.2 Definisi Ankle Sprain
Sprain adalah cedera pada sendi, dimana tejadi robekan (biasanya tidak
komplet) dari ligament, keduanya disebabkan karena stress yang mendadak
ataupun penggunaan yang berlebihan (Giam dan Teh, 1993: 193-195).
Cedera pergelangan kaki (cedera ankle) terjadi ketika ligamen, yang
mendukung tulang-tulang pergelangan kaki teregang atau robek. Sprain atau
keseleo merupakan keadaan ruptur total atau parsial pada ligamen penyangga
yang mengelilingi sebuah sendi. Biasanya kondisi ini terjadi sesudah gerakan
memuntuir yang tajam. (Kowalak, 2011).

2.3 Klasifikasi
1. Tingkat I
a. Merupakan robekan dari beberapa ligamen akan tetapi tidak
menghilangkan dan menurunkan fungsi sendi tersebut.
b. Pasien bisa merawat sendiri selama proses rehabilitasi.
c. Masa penyembuhan antara 2-6 minggu.
d. Terjadi rasa sakit, pembengkakan kecil, sedikit perdarahan tetapi tidak
terjadi leksitas abnormal.
2. Tingkat II
a. Terjadi kerusakan ligamen yang cukup lebih besar tetapi tidak sampai
terjadi putus total.
b. Terjadi ruptur pada ligamen sehingga menimbulkan penurunan fungsi
sendi.
c. Rasa sakit/nyeri, bengkak terjadi perdarahan yang lebih banyak.
3. Tingkat III
a. Terjadi rupture komplit dari ligamen sehingga terjadi pemisahan
komplit ligamen dari tulang.
b. Untuk bisa pulih kembali maka diperlukan tindakan operasi dan
fisioterapi dan rata-rata memakan waktu 8-10 minggu.
c. Pada tingkatan ini ligamen pada lutut mengalami putus secara total dan
lutut tidak dapat digerakkan.

Menurut Sri Sumartiningsih, 2012. Tingkatan keseleo dapat dibagi


menjadi; keseleo ringan, sedang atau keseleo parah.
1) Keseleo ringan biasanya hanya terjadi pada ligament talofibula
anterior, yang dapat mengakibatkan retak pada sebagian tulang
tertentu.

6
2) Keseleo tingkat sedang meliputi talofibula anterior dan calcaneo fibula
ligament dapat memperparah terjadinya kerusakan pada struktur
ligament.
3) Keseleo tingkat parah meliputi kedua ligament seperti pada posterior
talofibula ligamentdan dapat menimbulkan putus urat otot yang
kompleks atau kadang-kadang retak atau patah tulang (Paul, 2002;
115).

2.4 Etiologi
Menurut (Kowalak, 2011) etiologi meliputi :
a. Pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan
ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi di luar kisaran gerak normal.
b. Fraktur atau dislokasi yang terjadi secara bersamaan.
Faktor-faktor berikut dapat berkontribusi terhadap peningkatan risiko keseleo
pergelangan kaki:
a. Otot lemah
b. karena peregangan berlebihan dari ligamen akibat keseleo pergelangan
kaki berulang;
c. Berjalan pada permukaan yang tidak rata;
d. Mengenakan sepatu hak tinggi
dikarenakan lemahnya posisi sendi pergelangan kaki dengan tumit tinggi,
dan pijakan yang kecil.

2.5 Patofisiologi
Terkilir pada pergelangan kaki biasanya disebabkan oleh gerakan ke sisi
luar/samping (lateral) atau sisi dalam/tengah (medial) dari pergelangan kaki
yang terjadi secara mendadak. Terkilir secara invesi yaitu kaki berbelok dan
atau membengkok ke dalam dan terbalik. Tipe ini merupakan cedera yang
paling umum terjadi pada pergelangan kaki (Arnheim, 1985; 473 Peterson
dan Renstrom, 1990; 345-346). Hal ini disebabkan oleh banyaknya tulang
penstabil pada sisi belah samping yang mengakibatkan tekanan pada kaki
menjadi terbalik. Jika kekuatan tersebut cukup besar, pembengkokan dari
pergelangan kaki tejadi sampai medial malleolus kehilangan stabilitasnya dan
menciptakan titik tumpu untuk lebih membalikkan pergelangan kaki (Arheim,
1985; 473).

7
Ketika serabut otot ligamentum untuk eversi tidak cukup kuat untuk
menahan atau melawan kekuatan inversi, maka serabut ligamentum sisi
sebelah samping menjadi tertekan atau robek. Biasanya terkilir pada kaki
bagian samping meliputi satu atau dua robekan pada serabut ligamentum. Jika
satu ligamentum robek, biasanya termasuk juga ligamentum calcanae fibular
akan robek.
Tekanan yang kuat pada tumit menekan kaki menjadi inverse,
membuatnya lebih mungkin untuk terjadi sprain pada sisi sebelah
luar/samping. Kebalikannya, kaki yang pronasi, kelebihan gerakan atau
adanya tekanan dari telapak kaki sisi sebelah dalam/tengah secara
longitudinal lebih memungkinkan untuk terjadi eversi sebagai salah satu pola
sprain pada pergelangan kaki(Arnheim, 1985; 473).
Cedera sprain pada pergelangan kaki dengan pola eversi lebih jarang
terjadi daripada cedera sprain dengan pola inverse. Mekanisme yang biasa
terjadi adalah olahragawan yang tiba-tiba menapakkan kakinya pada lubang
di lapangan olahraga menyebabkan kaki tergerak dengan paksa dan
menanamkan kaki pada gerakan yang eksternal. Dengan mekanisme ini
ligamentum anterior tibiofibular, ligamentum interosseus dan ligamentum
deltoid menjadi robek. Perobekan pada ligamentum tersebut menyebabkan
talus bergerak secara lateral, terutama mengakibatkan degenarasi pada
persendian, dan juga berakibat adanya ruangan abnormal antara medial
malleolus dan talus (Arheim, 1985; 473, Peterson dan renstrom, 1990; 342-
343).
Kekuatan inversi secara tiba-tiba dapat menyebakan berbagai intensitas
seperti menyebabkan patah pada kaki bagian bawah. Perputaran yang tidak
diharapkan pada ligamentum lateral dapat menyebabkan bagian tulang
menjadi avulsi dari malleolus. Satu situasi yang khusus adalah ketika lateral
malleolus teravulsi oleh tulang calcaneo fibula, dan talus melawan medial
malleolus untuk menghasilkan patah yang kedua kalinya. Kejadian ini disebut
bimalleolar fracture. (Sri Sumartiningsih, 2012)

2.6 WOC
(Terlampir)

2.7 Manifestasi Klinis

8
Secara umum manifestasi terjadinya Ankle Sprain yaitu:
a. Nyeri
b. Pembengkakan
c. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri
Menurut (Sri Sumartiningsih, 2012):
Setelah cedera, penderita mengeluh sakit tersiksa yang berlebihan pada
aspek anterolateral pada sendi pergelangan kaki. Perabaan di atas sakit
tersebut hanya di bawah malleolus lateral. Dengan penyebaran terjadi di
tempat bengkak yang berlebihan pada daerah pergelangan kaki sisi lateral dan
anterior, persamaan tes ditunjukkan adaya ketidakseimbangan, sinar X
diindikasikan tidak patah tulang. Sprain ini akan diklasifikasikan menjadi
tingkat II.
2.8 Komplikasi
(Walter, 2008)
Komplikasi Ankle Sprain biasanya terkait dengan cedera seperti patah
tulang atau dislokasi, cedera osteochondral pada talus, kompromi
neurovaskular, tendon pecah atau subluxation, trauma, arthtomy, penguncian
Cedera sendi atau syndesmotic. Arahan harus dipertimbangkan jika diagnosis
tidak pasti atau jika pasien memiliki rasa sakit yang parah. Komplikasi angkle
sprain bertambah parah apabila kejadian ini terjadi berulang harus
meningkatkan kekhawatiran karena menyebabkan gangguan mekanik dan
fungsional. Pasien dapat terdeteksi dengan diagnosis sekunder dan harus
menyelesaikan penyebab kronis agar mengurangi komplikasi lainnya dan
menjamin lebih lanjut dengan hasil pemeriksaan MRI atau CT-Scan.
Komplikasi paling umum pada Ankle sprain meliputi:
1. Sakit kronis
Sakit kronis seperti patah tulang, kerusakan saraf atau tendon robek.
2. Ketidakstabilan sendi pergelangan kaki
Ankle Sprain dapat sembuh secara tidak benar, sering mengakibatkan
gerakan abnormal. Jika ini terjadi, kemungkinan dapat berulang kembali
dan mengalami pembengkakan.
3. Kekakuan
Hal ini terjadi karena radang yang parah sehingga pembengkakan di area
yang cedera dan jaringan parut. Kekakuan paling sering mengakibatkan
rasa sakit dan bahkan Osteoartritis.
4. Pembengkakan

9
ketika pergelangan kaki tidak sembuh-sembuh dengan benar,
pembengkakan lokal dapat terjadi. Hal ini mengakibatkan jangkauan gerak
terbatas dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam rutinitas yang
biasa.
5. Artritis pada Ankle
ketika waktu penyembuhan lebih lama dari waktu normal untuk
menyembuhkan dan tidak bisa menyingkirkan cedera, jika terlalu lama
dapat menderita dari arthritis.

2.9 Pemeriksaan Diagnostik


1. Foto rongten untuk membedakan pada tulang yang patah dan untuk
menentukan luasnya degenarasi dan mengesampingkan malignansi

Foto rontgen
2. X-Rays
X-Ray digunakan untuk melihat berapa luas robekan dari ligamen, hal ini
terutama berguna untuk ligamenta lateral. Diastasis sendi (syndesmosis)
tibiofibular distal penting sekali untuk dikenali. Tapi tidak ada suatu cara
khusus untuk melihat luasnya diastasis ini. Suatu fraktur fibula diatas
permukaan sendi talocrural (dapat sampai setinggi 1/3 proksimal fibula)
secara tersendiri (tanpa fraktur tibia pada ketinggian yang sama), selalu
harus diperhatikan akan kemungkinan adanya suatu diastasis. Diastasis
juga jelas bila ada subluksasi talus menjauhi malleolus medialis. Tapi bila
tidak terdapat subluksasi ini, belum berarti tidak adanya suatu diastasis.
3. Radiologi
Pemeriksaan radiologik perlu dilakukan bilamana dicurigai adanya patah
tulang atau disangka adanya suatu robekan ligamen. Biasanya pemotretan
dari dua sudut, anteroposterior dan lateral sudah akan memberikan
jawaban adanya hal-hal tersebut. Pandangan oblique tidak banyak dapat
menambah keterangan lain. Untuk mendapatkan pandangan yang lebih

10
baik mengenai permukaan sendi talocrural, suatu pandangan
anteroposterior dengan kaki dalam inversi dapat dilakukan

Penatalaksanaan
Perawatan Keseleo Pergelangan Kaki (Sri Sumartiningsih, 2012)
Tingkatan keseleo dapat menentukan perawatan yang diperlukan dan
sampai berapa lama perawatan tersebut dilakukan sebelum melakukan
latihan-latihan tertentu. Meskipun beberapa keseleo tingkat ringan mungkin
akan memperbolehkan untuk melakukan aktivitas latihan kembali dalam 2
sampai 3 hari, keseriusan dari keseleo sedang dan tingkat parah tidak boleh
untuk diremehkan. Memberikan perawatan secara tidak tepat dapat
menyebabkan pergelangan kaki menjadi tidak stabil yang kronis, yang dapat
menyebabkan suatu saat dapat mengalami cedera kembali, keterbatasan
menekan dalam melakukan aktivitas olahraga, mengakibatkan arthritis secara
dini pada sendi pergelangan kaki, dan kadang-kadang perlu untuk dilakukan
pembedahan.
Para atlet yang ingin menghindari terjadinya komplikasi ini, setiap
mengalami cedera keseleo seharusnya dievaluasi dan dirawat sebagaimana
mestinya.
1. Keseleo tingkat ringan
Anamnesis: ketidaknyamanan pada kaki, pembengakakan ringan, sedikit
atau tanpa adanya memar.
Perawatan yang dilakukan sebaiknya meliputi:
a. berhenti dari aktivitas
b. pengompresan dengan es selama 20 sampai 30 menit
c. kaki yang keseleo harus tetap terangkat (dinaikkan ke atas) sedapat
mungkin
d. jika terjadi pembengkakan, pengomperasan dengan es harus terus
menerus diulang dalam satu hari.
Perawatan yang digunakan tersebut dinamakan metode RICE, yaitu:
Rest (istirahat), Ice(pemakain es), Compression(pengomperasan), dan
Elevation(elevasi).
Pemakaian metode RICE untuk mengatasi keseleo ringan, biasanya
berlanjut selama 2 sampai 3 hari, kemudian dapat diikuti dengan

11
melakukan olahraga lari kembali secara bertahap.

2. Keseleo tingkat sedang


Cedera ini dapat menimbulkan rasa sakit yang luar biasa pada sekitar pada
bagian luar pergelangan kaki dibanding pada keseleo ringan, seperti
timbulnya pembengkakan dan memar selama 12 sampai 24 jam.
Perawatan pada kasus ini:
a. sama seperti cedera keseleo ringan; yaitu penggunaan metode RICE.
b. Keseleo ini memerlukan perlindungan lebih, contohnya pemakaian
pembalut yang halus untuk menyembuhkan ligament.
c. Seseorang yang menderita keseleo tingkat sedang dengan rasa sakit
yang parah sebaiknya mendapatkan perawatan yang professional,
karena kemungkinan terjadi kerusakan ligament.
d. Sebaiknya dilakukan penyinaran roentgen untuk memastikan
kerusakan apa saja yang telah terjadi pada tulang tersebut.
e. Penghentian aktivitas olahraga selama 2 sampai 3 minggu.
f. Setelah kondisi ligament tersebut sembuh, latihan-latihan olahraga
yang melibatkan pergelangan kaki dapat dilanjutkan program
rehabilitasi
3. Keseleo tingkat parah
Merupakan jenis cedera yang serius, ditandai terjadinya suara
robekan atau pecah pada daerah yang mengalami keseleo seringkali kita
rasakan atau kita dengar, akan terjadi rasa sakit secaa cepat dan rasa nyeri

12
selama 5 menit. Meskipun dimungkinkan untuk dapat berjalan secara
cepat setelah terjadi keseleo, namun rasa sakit dan nyeri akan meningkat
selama 30 menit, kemudian berlanjut dengan tidak dapat atau sulit untuk
bejalan. Akan terjadi memar pada bagian luar pergelangan kaki, telapak
kaki dan kaki bagian bawah.
Berjalan atau berlari sesaat setelah terjadi keseleo akan lebih
memperburuk pembengkakan, memar dan kerusakan yang terjadi di
ligament
Perawatan sebagai berikut:
a. Perawatan awal dapat dilakukan, seperti pada cedera keseleo yang
lebih ringan menggunakan metode RICE.
b. Penggunaan crutch(tongkat ketiak) dapat juga digunakan untuk
mengistirahatkan secara total bagian pergelangan yang kaki yang
keseleo.
c. Bila ligament pergelangan kaki benar-benar putus, dilakukan
pembedahan.
d. Apabila semua ligament telah rusak namun pergelangan kaki tetap
stabil (dapat ditentukan dengan menekan pergelangan kaki sampil
menyinarinya dengan sinar X), perlu dipergunakan pembalut dan gips
selama 4 sampai 6 minggu. Setelah tahap penyembuhan selesai
dilkaukan program rehabilitasi.

2.9.1 Rehabilitasi Pergelangan Kaki


Program ini dilakukan setelah ligament pergelangan benar-benar
sembuh. Lamanya program ditentukan oleh tingkatan cedera keseleo.
Pelaksanaan program rehabilitasi sebaiknya mulailah dengan latihan
pertama dilakukan tanpa merasa sakit, baru kemudian bisa
melanjutkan latihan berikutnya.
1. Latihan jangkauan gerakan dengan tanpa melakukan perlawanan.
Dilakukan sambil duduk, gerakkan kaki ke atas dan kebawah pada
daerah pergelangan kaki 30 sampai 40 kali. Kemudian lakukan
invert (gerakan kaki memutar kaki ke dalam) dan evert(gerakan
memutar kaki keluar) 30 sampai 40 kali. Latihan ini sebaiknya
diulangi 4 sampai 5 kali setiap hari.
2. Latihan inversi-eversi, dilakukan sambil berdiri. Dengan berdiri
tegak dengan jarak kaki antara 12 sampai 18 inchi, secara

13
bergantian menaikkan bagian dalam dan bagian luar dari kaki
sampai lutut sedikit dibengkokkan. Ulangi 20-30 kali, 3 sampai 4
kali sehari.
3. Latihan menguatkan otot peroneal.
Letakkan sebuah gelang karet yang besar, melingkari kedua kaki
yang lurus sambil duduk dilantai dengan kedua kaki lurus. Dengan
gelang karet tersebut untuk melakukan gerakan
berlawanan,bentangkan kaki. Kedua pergerlangan sebaiknya
berjarak 4 sampai 6 inchi. Perlahan-lahan biarkan kaki membalik
(menelungkup). Latihan ini sebaiknya dilakukan 20-30 kali, tiga
kali sehari.
4. Berjalan jinjit dengan mengenakan sepatu. Berdiri pada jari-jari
kaki dengan mengenakan sepatu dan berjalan mengeliling jarak
semampunya atau selama 5 menit. Lakukan berulang 2 sampai 3
kali sehari.
5. Berjalan dengan menggunakan tumit kaki dengan menggunakan
sepatu.
6. Secara bertahap lakukan kembali aktivitas olahraga, setelah
melakukan latihan peningkatan kekuatan pada pergelangan kaki
anda dan rasa sakit berkurang, dapat melakukan aktivitas
fisik/fitness dengan normal. Setelah berjalan terasa nyaman dapat
melakukan jogging, berlari mengelilingi lintasan angka delapan
yang memangjang, perlahan-lahan ikuti lintasan angka delapan,
yang panjangnya sekitar 20 sampai 30 yard, dan memendek secara
bertahap dan mempercepat pada saat belokan. Latihan ini akan
membantu meningkatkan daerah gerakan dan menguatkan otot-otot
sekitar dan dapat menstabilkan pegelangan kaki.

2.10 Prognosis
Tingkat pemulihan tergantung pada keparahan keseleo dan usia dan
kesehatan pasien. Kebanyakan orang pulih sepenuhnya dari keseleo, terutama
Grade I dan II, kembali ke kegiatan olahraga atau normal dapat terjadi pada
2-6 minggu dengan manajemen yang tepat dan pengobatan. Pasien dengan
cedera lebih parah (misalnya lengkap pecah – Grade III) akan memerlukan

14
waktu lebih lama untuk rehabilitasi sehingga dapat berfungsi optimal. Setelah
keseleo signifikan terjadi, sendi mungkin tidak sekuat sebelum cedera.
Dengan latihan rehabilitasi yang tepat, beberapa kekuatan dan stabilitas
mungkin kembali.

BAB 3
KEPERAWATAN

Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Klien biasanya tidak bisa berjalan karena rasa
nyeri dan tanda tanda vital terjadi peningkatan RR karena respon dari
terjadinya Ankle Sprain.
b. Review Of System (ROS)
1) B1 (breathing)
Pengkajian adanya peningkatan RR karena anxietas
2) B2 (blood)
Terjadi peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan
gelisah.
3) B3 (brain)
Biasanya klien ditemukan dalam kesadaran biasanya sadar penuh.
4) B4 (bladder)
Tidak ada masalah.
5) B5(bowel)

15
Pada pemeriksaan B5 dilakukan auskultasi bising usus klien adakah
peningkatan atau penurunan.
6) B6(bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan
ekstremitas yang lain, pengukuran skala nyeri pada persendian
Ankle. Adanya bengkak dan kemerahan pada daerah yang terkilir.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto Rontgen
2. X-ray
3. Radiologi

16

Anda mungkin juga menyukai