Anda di halaman 1dari 3

Cara Berkomunikasi Dengan Pasien Geriatri, Pasien Pasif-Depresif, dan Pasien Marah

Oleh Zealline Ananda Virginia, 1906397941


FKM UI 2019

Judul : Komunikasi Kesehatan: Sebuah Tinjauan


Pengarang : Metta Rahmadiana
Data Publikasi : Fakultas Psikologi Universitas YARSI, 2012

I. Pendahuluan
Komunikasi yang baik antara petugas kesehatan dengan pasien atau klien
merupakan salah satu faktor terwujudnya hubungan kerja sama demi tercapainya
tujuan untuk menyehatkan atau menyembuhkan pasien atau klien. Menurut Metta
Rahmadiana (2012), komunikasi kesehatan sendiri telah mencakup pemanfaatan
dari jasa komunikasi dengan tujuan untuk menyampaikan informasi kepada
individu ataupun masyarakat demi upaya peningkatan dan pengelolaan kesehatan.
Namun, terdapat beberapa kendala yang dapat terjadi selama proses
komunikasi kesehatan tersebut. Salah satu kendalanya adalah kondisi pasien yang
membutuhkan perhatian khusus sehingga cara berkomunikasi seorang petugas
kesehatan pun harus diperhatikan. Pada tulisan ini saya memfokuskan kepada
bagaimana cara seorang petugas kesehatan dalam berkomunikasi dengan pasien
dengan kondisi khusus, antara lain pasien geriatric, pasien pasif-depresif, dan
pasien marah.

II. Isi
1. Pasien Geriatri
Pada pasien muda, gangguan atau penyakikt pada satu organ akan
menimbulkan berbagai gejala, namun pada pasien geriatri terdapat
hubungan yang rumit antara petugas kesehatan dengan pasien (Dini AA,
2013). Hal ini disebabkan oleh faktor psikososial, berkurangnya
kemampuan untuk mendengar, melihat, intelijensi, dan kemampuan
mereka dalam berbicara menggunakan bahasa yang jelas dan lugas.
Pasien geriatri sendiri merupakan pasien yang sudah lanjut usia, atau
berusia 60 tahun kesehatan, dan memiliki masalah kesehatan. Dalam
melayani pasien geriatri, berikut ini adalah beberapa hal yang harus kita
lakukan, di antaranya 1) berbicara dengan bahasa yang mudah dipahami,
2) menggunakan sentuhan apabila diperlukan.

2. Pasien Pasif-Depresif
Menurut Rosenbaum (2000), depresi adalah suatu keadaan emosi yang
tidak menyenangkan yang merupakan akibat dari terjadinya suatu
peristiwa yang tidak diharapkan atau tidak diinginkan. Depresi juga dapat
didefinisikan sebagai suatu status emosional seseorang yang ditandai
dengan kesedihan yang besar, perasaan bersalah, menarik diri dari
lingkungan, adanya gangguan tidur, anoreksia, kehilangan gairah seksual,
dan kehilangan ketertarikan pada aktivitas-aktivitas yang biasanya
menyenangkan. (Davison & Neale, 1994).
Hal-hal yang dapat dilakukan kepada pasien depresif agar pasien mau
untuk berkomunikasi dengan baik di antaranya adalah 1) menunjukkan
kepedulian terhadap pasien tersebut, 2) memberikan dukungan moral serta
dukungan sosial, 3) berbicara dengan nada suara yang lembut, dan 4)
menunjukkan bahasa tubuh bahwa mereka dapat memercayai kita.
Sementara itu, beberapa hal yang harus dihindari dalam berkomunikasi
dengan pasien pasif-depresif adalah 1) menunjukkan sikap dominansi
terhadap pasien, 2) mengintimidasi atau memanipulasi pasien.

3. Pasien Marah
Charles Rycroft (1979) memberikan definisi marah sebagai suatu
reaksi emosional kuat yang didatangkan oleh ancaman dan potensi
serangan fisik.
Davidoff (1991) mendefinisikan marah sebagai suatu emosi yang
mempunyai ciri aktivitas sistem sistem syaraf simpatik yang tinggi dan
adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat disebabkan adanya
kesalahan.
Pasien marah ketika petugas kesehatan melakukan sesuatu yang tidak
ia harapkan atau tidak melakukan sesuatu yang ia harapkan. Pasien marah
karena diselimuti oleh perasaan tidak berdaya, kurangnya informasi,
kecewa terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan, dan adanya kabar
buruk.
Dalam menghadapi pasien marah, petugas kesehatan harus dapat
menetralkan suasana atau hingga pasien tenang. Dalam hal tersebut,
beberapa hal yang harus dilakukan ketika berhadapan dengan pasien
marah adalah 1) berbicaralah dengan nada yang rendah dan sesopan
mungkin, 2) menanyakan apa penyebab dari marahnya pasien dan
menunjukkan kemauan untuk mendengarkan pasien berbicara, 3) berikan
solusi terhadap penyebab yang membuat pasien marah, 4) jaga jarak
dengan pasien, dan 5) selalu waspada akan adanya kemungkinan ancaman
fisik.
Sebaliknya, hal-hal yang harus petugas kesehatan hindari selama
menghadapi pasien yang marah adalah 1) menyentuh pasien, 2) berbicara
dengan nada tinggi karena akan dianggap sebagai tantangan kepada pasien,
3) terprovokasi oleh pasien, 4) memberikan janji yang tidak bisa ditepati

III. Penutup
Setiap petugas kesehatan memiliki kewajiban untuk mengetahui bagaimana
cara untuk berkomunikasi dengan klien atau pasien, terutama yang termasuk
dalam kategori pasien khusus. Dalam berkomunikasi dengan pasien-pasien khusus
tersebut, petugas kesehatan harus mengetahui hal apa saja yang harus dilakukan
dan yang harus dihindari. Hal ini dilakukan demi meningkatan mutu pelayanan
dan upaya pengelolaan kesehatan baik kepada individu maupun masyarakat.
IV. Referensi

 The Gerontogical Society of America, 2013. Communicating With Older


Adults: An Evidence-Based Review of What Really Works. United States
of America.
 AA, Dini. 2013. Sindrom Geriatri (Imobilitas, Instabilitas, Gangguan
Intelektual, Inkontinensia, Infeksi, Malnutrisi, Gangguan Pendengaran).
Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
 Rahmadiana, Metta. 2012. Komunikasi Kesehatan: Sebuah Tinjauan.
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas YARSI.
 Rosdiyanti, Siska dkk. 2015. Komunikasi Pada Klien Khusus (Klien
Depresi, Pasif, Marah/Agresif, Anak-Anak, Orang tua, dan Klien
Geriatri). Padang: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) PGRI Sumatera Barat.

Anda mungkin juga menyukai