Anda di halaman 1dari 24

KOMUNIKASI KESEHATAN

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Kesehatan semester gasal
tahun akademik 2019/2020

Oleh :
1. Diva Mahardikawati (1906294773)
2. Farah Nabila Widyaputri (1906296551)
3. Kartika Ayu Permatasari (1906352306)
4. Rafael (1906347363)
5. Sherly Sulistiawijaya (1906292212)

KOMUNIKASI KESEHATAN 19
HOME GROUP 1
RUMPUN ILMU KESEHATAN
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN 2
BAB II : PEMBAHASAN
1. Komunikasi Kelompok pada Pelayanan Kesehatan
1.1. Definisi Kelompok 3
1.2. Cara Melakukan Komunikasi pada Kelompok 4
1.3. Hal yang Harus Diperhatikan dalam Komunikasi Kelompok 7
2. Komunikasi Interprofesional pada pelayanan kesehatan
2.1. Definisi Peer atau Mitra Kerja 10
2.2. Cara Melakukan Komunikasi Interprofesional 10
2.3. Hal yang Harus Diperhatikan dalam Komunikasi Peer/Mitra Kesehatan 11
3. Komunikasi Masyarakat/Publik pada Pelayanan Kesehatan
3.1. Definisi Masyarakat/Publik 11
3.2. Cara Melakukan Komunikasi Masyarakat/Publik 13
3.3. Hal yang Harus Diperhatikan dalam Komunikasi Masyarakat/Publik 15
4. Komunikasi Massa (Media Massa) pada Pelayanan Kesehatan
4.1. Definisi Komunikasi Massa 16
4.2. Cara Melakukan Komunikasi Massa pada Pelayanan Kesehatan 17
4.3. Hal yang Harus Diperhatikan dalam Komunikasi Massa 18
BAB III : PENUTUPAN 21
REFERENSI 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan
pertolongan manusia lainnya. Oleh karena itu, komunikasi memegang peran penting dalam
kehidupan manusia. Komunikasi dilakukan manusia sebagai salah satu bentuk berinteraksi
dengan manusia lainnya sehingga dapat memenuhi kebutuhannya masing - masing. Komunikasi
itu sendiri merupakan proses pertukaran informasi yang memiliki berbagai bentuk, diantaranya
komunikasi intrapersonal atau komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi interpersonal yaitu
komunikasi antar individu dengan individu lainnya, komunikasi dalam suatu kelompok,
komunikasi interprofesional, komunikasi masyarakat atau yang dikenal sebagai komunikasi
publik, dan komunikasi yang menggunakan media massa. Bentuk - bentuk komunikasi tersebut
memiliki peran dan tujuannya masing - masing dalam kehidupan manusia.
Ketika melakukan komunikasi, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan. Seorang
komunikator harus memperhatikan hal - hal apa saja yang harus dan sebaiknya dilakukan ketika
berkomunikasi sehingga tujuan dilakukannya komunikasi dapat tercapai dan berjalan secara
efektif. Di sisi lain, komunikator juga harus memperhatikan hal - hal apa saja yang tidak boleh
dilakukan sehingga meminimalisir kesalahpahaman antara komunikator dengan komunikan.
Komunikator juga harus memperhatikan hal - hal apa saja yang dapat mempengaruhi jalannya
komunikasi, baik yang berasal dari dalam diri komunikator tersebut, komunikan atau target
pendengar, dari lingkungan tempat dilakukannya komunikasi, serta media atau perantara yang
digunakan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Komunikasi Kelompok pada Pelayanan Kesehatan


1.1. Definisi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu
sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut
(Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok
diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah melakukan
rapat untuk mengambil suatu keputusan.1

Komunikasi kelompok Kelompok adalah sekelompok orang yang saling


berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama. Komunikasi kelompok biasanya
merujuk pada komunikasi yang dilakukan 17 kelompok kecil (small group
communication). Komunikasi kelompok melibatkan komunikasi antarpribadi
karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi juga berlaku untuk
komunikasi kelompok.2

Menurut Walgito Komunikasi kelompok terdiri dari dua kata komunikasi


dan kelompok, komunikasi dalam bahasa inggris Communication dan bersumber
dari kata communis yang berarti sama, yakni maksudnya menyamakan suatu
makna. Berarti komunikasi kelompok adalah menyamakan suatu makna di dalam
suatu kelompok.1 Pengertian kelompok berdasarkan diatas dapat diartikan atas
dasar:

1) Motivasi dikemukakan Bass (dalam Hariadi 2011), menyatakan bahwa kelompok


adalah kumpulan individu yang keberadaanya sebagai kumpulan memberikan
reward kepada individu-individu.1
2) Atas dasar tujuan yang dikemukakan oleh mills (dalam Hariadi 2011), kelompok
dipandang Mills adalah suatu kesatuan yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
melakukan kontak hubungan untuk suatu tujuan tertentu.1
3) Segi interdependensi, Fiedler (dalam Hariadi 2011) Mengatakan bahwa kelompok
adalah sekumpulan orang yang saling bergantung satu dengan yang lainya.
Pengertian yang sama juga dikemukakan oleh Cartwright dan Zander (1968),
bahwa kelompok adalah kumpulan beberapa orang orang yang berhubungan satu
dengan yang lainya dan membuat mereka saling ketergantungan.1
4) Dasar interaksi yang dikemukakan oleh Bouner (dalam Hariadi 2011),
menyatakan bahwa kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi satu
dengan yang lain dan saling mempengaruhi.1

Dari pengertian yang ada diatas menurut Hariadi, 2011 bahwa pengertian
kelompok memiliki ciri-ciri seperti dua orang atau lebih, ada interaksi di antara
anggotanya, memiliki tujuan atau goals, memiliki struktur dan pola hubungan di
antara anggota yang berarti ada peran, norma, dan hubungan antar anggota, serta
groupnees, merupakan satu kesatuan.1

Menurut A. Maslow Pengertian kelompok agar lebih jelas, diawali dengan


proses pertumbuhan kelompok itu sendiri. Individu sebagai makhluk hidup
mempunyai kebutuhan (Santosa, 2009), yakni adanya kebutuhan fisik, kebutuhan

3
kasih sayang, kebutuhan prestasi dan prestise, dan kebutuhan untuk melaksanakan
sendiri.1

Dari kebutuhan tersebut, komunikasi kelompok dapat diartikan menyamakan


makna dalam satu kelompok. Komunikasi kelompok menyamakan suatu makna
secara bersamaan, saling mempengaruhi satu sama yang lain untuk mencapai
tujuan kelompok secara bersamaan. Pengertian komunikasi menurut Michael
Burgoon Dan Michael Ruffner (dalam komala,2009) : komunikasi kelompok
sebagai interaksi tatap muka dari 3 atau lebih individu guna memperoleh maksud
dan tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau
pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik
pribadi anggota lainnya dengan akurat : 4 elemen yang tercakup dalam definisi
tersebut:Interaksi tatap muka, Jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi,
Maksud dan tujuan yang dikehendaki,Kemampuan anggota untuk dapat
menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya.1

1.2. Cara Melakukan Komunikasi pada Kelompok


Komunikasi kelompok adalah bentuk komunikasi yang dilakukan dalam
suatu kelompok atau organisasi yang bertujuan untuk mendapat kesepakatan atau
penyampaian ide dalam sebuah diskusi. Komunikasi kelompok adalah bagian dari
komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar
pribadi adalah bentuk konteks komunikasi dimana individu mengelola hubungan
dengan individu lain dengan penuh tanggung jawab secara timbal balik yang
dilakukan dari waktu ke waktu dan berulang kali. Biasanya, komunikasi ini terjadi
secara langsung tanpa perantara. Menurut Richard L. Weaver, karakteristik dalam
komunikasi antarpribadi yaitu : melibatkan paling sedikit dua orang, adanya
umpan balik atau feedback, tidak harus tatap muka, tidak harus bertujuan,
menghasilkan beberapa pengaruh atau efek. Tidak harus melibatkan atau
menggunakan kata – kata, dipengaruhi oleh konteks.1
Walaupun komunikasi kelompok adalah bagian dari konteks komunikasi
interpersonal, keduanya memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada
tujuannya. Komunikasi interpersonal seperti yang dikemukakan oleh Richard L.
Weaver diatas, dapat tidak memiliki tujuan. Atau bahkan, komunikasi
interpersonal dapat terjadi secara tiba – tiba seperti dua individu yang tidak
sengaja bertemu di tempat umum. Komunikasi interpersonal pun juga hanya
bertujuan untuk menyampaikan pesan pemberi kepada penerima sehingga
penerima memiliki pemahaman yang sama dengan pemberi pesan. Dalam artian,
hanya pencapaian tujuan individu saja yang diutamakan. Sedangkan, pada
komunikasi kelompok memiliki tujuan untuk mencapai kesepakatan bersama dari
suatu permasalahan yang didiskusikan bersama. Sehingga, bukan tujuan individu
lah yang hendak dicapai, namun tujuan dari kelompok keseluruhan.1
Kelompok dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kelompok primer dan
kelompok sekunder. Adapun yang merupakan bagian dari kelompok primer
contohnya adalah keluarga. Sedangkan yang merupakan bagian dari kelompok
sekunder diantaranya seperti sekolah, organisasi atau kelembagaan, dan lain –
lain.1 Proses komunikasi kelompok dapat meliputi hal – hal seperti berikut, yaitu :
● Setiap anggota harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya1
● Setiap anggota mampu mengukur umpan balik secara verbal maupun non
verbal dari setiap anggota.1

4
● Jumlah orang yang berpartisipasi pada sebuah kelompok berkisar 3-20
orang.1

(Sumber : tugasdk.wordpress.com)
Menurut Aubrey Fisher, pola komunikasi dalam kelompok dalam
berdiskusi dan penyampaian ide – ide terdiri dari empat fase :
● Fase Orientasi
Fase orientasi merupakan fase perkenalan dan fase
penyesuaian masing – masing anggota pada permasalahan yang
ada. Pada fase ini, ide ide yang dilontarkan adalah ide dari hati ke
hati, namun tidak banyak dilatarbelakangi oleh faktor pendukung.
Anggota kelompok pun masih lebih cenderung menyetujui ide –
ide yang ada, walaupun persetujuan biasanya bersifat sementara.3
● Fase Konflik
Fase konflik adalah fase dimana anggota – anggota mulai
menyatakan argumentasi dan ketidaksetujuannya pada pendapat
anggota lain. Pada hal ini, ide dan argumentasi akan semakin kuat,
tegas, dan relevan.3
● Fase Timbulnya Sikap – Sikap Baru
Dalam fase ini, ketegangan karena perbedaan pendapat
mulai mereda. Beberapa anggota kelompok akan lebih bertindak
untuk menyetujui atau menyamakan pendapat antar anggota
ketimbang berkomentar yang bersifat menentang seperti pada fase
konflik.3
● Fase Dukungan
Pertentangan ada fase ini sudah berubah menjadi usulan
dan dukungan. Anggota – anggota kelompok akan berusaha untuk
mendapatkan kesepakatan akhir dan cenderung saling
mendukung.3

Proses komunikasi pada dasarnya sama dengan komunikasi pada


umumnya, komponen dasar yang digunakan dalam berkomunikasi adalah
komunikan., komunikator (sender), pesan (message), media (channel) dan respon

5
(effect). Akan tetapi dalam komunikasi kelompok proses komunikasi berlangsung
secara tatap muka, dengan lebih mengintensifkan tentang komunikasi dengan
individu antar individu dan individu dengan personal structural (formal). Ketika
seluruh orang yang terlibat dalam komunitas atau kelompok tersebut
berkomunikasi di luar forum, maka komunikasi yang terjalin antar individu
berlangsung secara pribadi dan bahasa yang digunakan cenderung tidak formal.
Akan tetapi jika individu tersebut bertemu dalam satu forum yang dihadiri
anggota kelompok atau komunitas tersebut, maka komunikasi yang berlangsung
akan cenderung menggunakan bahasa yang lebih formal.3-4 Proses komunikasi
kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut :
● Komunikator (Sender)
Komunikator merupakan orang yang mengirimkan pesan
yang berisi ide, gagasan, opini dan lain-lain untuk disampaikan
kepada seseorang (komunikan) dengan harapan dapat dipahami
oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang
dimaksudkannya.Anggota dan pengurus dalam suatu kelompok
atau komunitas bisa menjadi komunikator. Ketika mereka
melakukan proses komunikasi dalam proses tersebut.3-4
● Pesan (Message)
Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau
diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non
verbal dan pesan akan efektif jika diorganisir secara baik dan jelas.
Materi pesan yang disampaikan dapat berupa informasi, ajakan,
rencana kerja, pertanyaan dan lain sebagainya. Pada tahap ini
pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya
dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer
menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota
badan, (tangan, kepala, mata dan anggota badan yang
lainnya).Tujuan menyampaikan pesan adalah untuk mengajak,
membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah
tertentu.3-4
● Media (Channel)
Media adalah alat untuk menyampaikan pesan seperti TV,
radio, surat kabar, papan pengumuman, telepon dan media jejaring
sosial. Media yang terdapat dalam komunikasi kelompok
bermacam-macam jenis.Seperti rapat, seminar, pameran, diskusi
panel, workshop dan lain-lain. Media dapat dipengaruhi oleh isi
pesan yang disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi.3-4
● Mengartikan kode atau isyarat
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan
seterusnya) maka penerima pesan harus dapat mengartikan simbol
atau kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dapat dimengerti atau
dipahami. Komunikasi kelompok mempunyai suatu simbol, kode
atau isyarat tersendiri yang menjadi ciri khas suatu kelompok yang
hanya dimengerti oleh kelompok atau komunitas itu sendiri.3-4
● Komunikan
Komunikan adalah orang yang menerima pesan yang dapat
memahami pesan dari pengirim meskipun dalam bentuk kode atau
isyarat tanpa mengurangi arti atau pesan yang dimaksud oleh
pengirim. Dalam komunikasi kelompok komunikan bertatap muka

6
dan bertemu langsung dengan komunikatornya, sehingga
seseorang bisa berkomunikasi secara langsung.3-4
● Respon
Respon adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan
dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun non verbal.
Tanpa respon seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak
pesannya terhadap si penerima pesan. Hal ini penting bagi
pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima
dengan pemahaman yang benar dan tepat. Respon dapat
disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan
penerima pesan. Respon yang disampaikan oleh penerima pesan
pada umumnya merupakan respon langsung yang mengandung
pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah
pesan itu akan dilaksanakan atau tidak. Respon bermanfaat untuk
memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan
pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan
serta keterbukaan di antara komunikan, juga balikan dapat
memperjelas persepsi.3-4
Dalam komunikasi kelompok respon atau tanggapan yang
dihasilkan oleh anggota dan pengurus dalam komunitas tersebut
berbeda-beda, usulan atau keputusan dalam komunikasi tersebut
didukung, diperbaiki, dijelaskan, dirangkum, atau disetujui,
maupun yang mengakibatkan tanggapan yang menyenangkan atau
bahkan meragukan.3-4
● Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi
akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi,
karena pada setiap situasi hampir ada hal yang mengganggu kita.
Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat
komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang
diterimanya.3-4

1.3. Hal yang Harus Diperhatikan dalam Komunikasi Kelompok


Dalam menjalankan komunikasi kesehatan, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan, diantaranya hal – hal yang harus dilakukan, hal – hal yang
tidak boleh dilakukan, dan hal – hal yang dapat mempengaruhi berjalannya proses
komunikasi kesehatan.
A. Do’s
1. Memperhatikan adab dan perilaku
Penggunaan bahasa yang sopan dan baik diperlukan dalam
berkomunikasi untuk mencegah kesalahpahaman yang dapat
menyinggung lawan bicara. Bahasa yang digunakan juga harus
sehalus mungkin karena bertujuan untuk mempengaruhi (persuasi)
sehingga lawan bicara merasa dihormati, lebih percaya, dan dapat
menerima informasi dengan senang hati.5
2. Berhati – hati dalam menyampaikan informasi
Tenaga kesehatan harus dapat menyampaikan informasi
yang valid serta mampu dipertanggungjawabkan karena pada
umumnya komunikasi kesehatan membahas isu atau masalah yang
riskan dan menyangkut hidup manusia.6

7
3. Memperhatikan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi

B. Dont’s
1. Memaksakan kehendak
Setiap manusia memiliki haknya masing – masing untuk
menentukan pendapat dan tidak ada satupun orang yang boleh
mengintervensi haknya tersebut. Tenaga kesehatan harus dapat
menghargai dan menerima keputusan yang telah dibuat oleh
pasien.7
2. Tidak peduli kepada pasien
Seorang tenaga kesehatan harus mengetahui kondisi,
keluhan, dan memberikan pelayanan terbaik kepada pasien sesuai
yang mereka butuhkan.8
3. Berlaku kasar9

C. Faktor – Faktor yang mempengaruhi


1. Usia

Setiap jenjang usia memiliki kapasitas dan pemahamannya


masing – masing. Perbedaan pemahaman ini mempengaruhi
komunikasi kelompok karena narasumber harus menyesuaikan
baik materi yang hendak disampaikan maupun bahasa yang akan
digunakan dengan pemahaman pendengar.10

2. Pendidikan

Kemampuan seseorang dalam menyerap informasi


bergantung kepada latar belakang pendidikannya.11

3. Etnis atau latar belakang budaya

Perbedaan etnis atau latar belakang budaya akan sangat


mempengaruhi jalannya proses komunikasi kelompok. Oleh karena
itu, dalam komunikasi kelompok perlu untuk mengedepankan
pertukaran informasi dalam rangka mewujudkan tujuan kelompok
sehingga berjalan dengan efektif.12

4. Ukuran kelompok

Ukuran kelompok atau banyak sedikitnya anggota


bergantung pada tujuan serta kebutuhan kelompok. Kelompok
yang memiliki cukup anggota akan memunculkan banyaknya ide.
Namun, jika anggota terlalu banyak, maka kesempatan dari masing
– masing anggota untuk berbicara atau menyampaikan
pendapatnya akan berkurang.12

5. Tempat pertemuan

Melalui sebuah studi di tahun 1956 yang dilakukan oleh


Maslow dan Mintz, dihasilkan bahwa komunikasi yang

8
dilaksanakan di tempat yang menyerupai gudang petugas
kebersihan akan menyebabkan kelelahan, cepat marah, sakit
kepala, dan membawa kebencian. Sementara itu, dalam ruangan
yang dilengkapi dengan karpet dan tirai yang cantik akan
menghasilkan perasaan senang sehingga meningkatkan kinerja
dalam komunikasi kelompok.12

Tempat pertemuan yang nyaman, memiliki pencahayaan


baik, minim akan pemandangan atau suara yang mengganggu,
tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, serta memiliki
perlengkapan yang lengkap dan berfungsi dengan baik akan
memaksimalkan berjalannya proses komunikasi kelompok.13

6. Pengaturan tempat duduk

Status anggota dan kontak mata akan mempengaruhi posisi


anggota tersebut duduk. Seorang pemimpin cenderung duduk di
tempat yang memiliki sudut kontak mata terbanyak sementara
anggota yang memiliki sudut kontak yang sedikit cenderung minim
dalam berkontribusi.12

7. Faktor psikologis

Dalam suatu kelompok, akan ada anggota – anggota yang


enggan atau ragu dalam menyampaikan pendapat karena
cenderung terlalu mengkritik diri, merasa pendapatnya tidak terlalu
penting, atau karena merasa tidak diterima dalam kelompok
tersebut. Di sisi lain, anggota yang terlalu mendominasi juga dapat
menyebabkan anggota lain malas untuk berkontribusi sehingga
menyebabkan ketimpangan dalam partisipasi anggota.
Kemampuan seseorang untuk mendengarkan atau memahami
informasi yang disampaikan juga dapat mempengaruhi komunikasi
kelompok. Apabila seorang anggota terlalu sibuk memikirkan
pernyataan yang ingin disampaikan, maka pernyataan dari anggota
lain akan menjadi hambatan baginya.12

8. Komunikasi non – verbal

Ketika seorang anggota sedang berbicara, anggota


kelompok lainnya akan melakukan komunikasi non – verbal
meliputi ekspresi wajah, gerak – gerik dan postur tubuh, kontak
mata, serta sentuhan, kontak, atau kedekatan fisik yang
kebanyakan dilakukan secara refleks atau tanpa disadari sehingga
dianggap lebih akurat mengenai apa yang sebenarnya dirasakan.14

9. Tanggung jawab pemimpin

Diperlukan sosok untuk memimpin jalannya proses


komunikasi kelompok sehingga komunikasi dapat berjalan dengan
lancar dan efektif. Peran dari pemimpin kelompok tersebut
diantaranya mengenalkan topik dan prosedur, memastikan semua

9
anggota berpartisipasi secara adil, mendorong anggota agar terbuka
terhadap kritik dan gagasan, serta memastikan ada catatan
mengenai keputusan yang dihasilkan dalam komunikasi kelompok
tersebut.12

10. Tanggung jawab anggota

Sikap anggota dalam suatu kelompok akan mempengaruhi


suasana kelompok tersebut. Anggota yang baik akan menyesuaikan
sikapnya dengan kebutuhan kelompok, baik dalam komunikasi
verbal maupun non – verbal dan senantiasa memastikan anggota
kelompok lainnya merasa aman dan nyaman sehingga mau untuk
menyampaikan pendapatnya. Sifat yang diperlukan untuk menjadi
anggota kelompok yang kompeten adalah terbuka, yaitu dapat
menerima dan menanggapi informasi dari anggota lainnya serta
asertif, yaitu mampu menyampaikan pendapatnya tanpa melanggar
hak anggota lain. Anggota juga seharusnya memahami bahwa
masing – masing individu dalam suatu kelompok memiliki
pemahaman dan pandangan yang berbeda sehingga ketika
seseorang hendak menyampaikan suatu pendapat, sebaiknya
menggunakan bahasa yang mudah dipahami dalam rangka
meminimalisir kesalahpahaman.12

2. Komunikasi Interprofesional pada pelayanan kesehatan


2.1. Definisi Peer atau Mitra Kerja dalam Bidang Kesehatan
Dalam melakukan kegiatan pelayanan kesehatan diperlukan kerjasama
antar pelayan kesehatan. Kerja sama antar pelayan kesehatan itu dapat diartikan
sebagai komunikasi interprofesional. Komunikasi interprofesional adalah
komunikasi yang terjadi antar multidisiplin mengenai praktik keprofesian yang
berkolaborasi guna meningkatkan kerja sama dan pelayanan kesehatan.13
Komunikasi interprofesional yang efektif dapat berfungsi untuk meningkatkan
kualitas tim pelayanan kesehatan seperti dokter, perawat, ataupun tim kesehatan
lainnya.. Hal yang membedakan komunikasi interpersonal pelayan kesehatan
dengan komunikasi kesehatan lainnya adalah penerimanya yang juga merupakan
seorang pelayan kesehatan.1 Dalam konteks ini disebut mitra. Kemitraan adalah
hubungan kerjasama antara dua belah pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan,
keterbukaan, dan saling memberikan manfaat.2 Kesetaraan memiliki arti bahwa
tidak diciptakannya hubungan yang bersifat hierarkhis(tetapi terdapat
pengecualian apabila pembentukan hubungan hierarkis merupakan keputusan
bersama).14 Keterbukaan yang dimaksud yaitu keterbukaan terhadap kelemahan
atau kekurangan terhadap sumber daya yang dimiliki, terutama dalam hal
pemberian usul, saran, maupun komentar.14 Semua solusi yang dikeluarkan harus
dapat dirumuskan keuntungannya bagi semua pihak yang terlibat.14

2.2. Melakukan Komunikasi pada Peer atau Mitra Kerja dalam Bidang
Kesehatan
Seperti komunikasi pada umumnya, komunikasi interprofesional dalam
bidang kesehatan dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal. komunikasi ini
dapat terjadi pada berbagai macam bentuk, seperti komunikasi yang hanya
melibatkan dua orang saja maupun lebih dari itu. Pada komunikasi

10
interprofesional, bentuk komunikasi verbal dan nonverbal dapat digunakan secara
tersendiri maupun sebagai bentuk pendukung dari komunikasi lainnya.
Dalam menjalankan komunikasi interprofesional penting sekali untuk
mengetahui indikator-indikator keberhasilan komunikasi interprofesional itu
sendiri, yang terdiri atas indikator input, indikator proses, indikator output, dan
indikator outcome. Indikator input dapat dinilai keberhasilannya atas adanya
kesepakatan bersama, adanya sumber daya untuk pengembangan kemitraan, dan
adanya dokumen perencanaan yang telah disetujui institusi. Indikator proses dapat
ditinjau keberhasilannya atas frekuensi dan kualitas pertemuan mitra yang disertai
dengan bukti fisik seperti agenda pertemuan, daftar hadir, dan notulen hasil
pertemuan. Indikator output dapat diukur keberhasilannya sebagai jumlah
kegiatan yang dikerjakan oleh institusi terkait dengan kesesuaian atas perannya
masing-masing. Indikator outcome dapat dinilai dari menurunnya angka kesakitan
dan kematian atas penyakit.15

2.3. Hal yang Harus Diperhatikan dalam Komunikasi Peer/Mitra Kesehatan

Tujuan akhir dari komunikasi interprofesional adalah untuk memfasilitasi


dan mendorong adopsi praktik terbaik yang dapat mengakibatkan hasil kesehatan
yang lebih baik. Jika pelayan kesehatan tidak dapat berkomunikasi secara efektif,
maka probabilitas kesalahan medis yang akan hadir dan membahayakan nyawa
pasien akan semakin besar. Komunikasi interpersonal pelayan kesehatan
didasarkan pada poin penting evidence based, audience specific, behavior
centered, patient centered, practical, inclusive of easy-to-implement
recommendations and tools, multifaceted, consistent.13 Dengan demikian, terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti, program komunikasi kesehatan
yang membahas mengenai hambatan yang ada untuk meningkatkan efektifitas,
pendekatan interaktif antar pelayan kesehatan, pendekatan beragam, serta
kombinasi strategi kelembagaan dan individu.13

Selain itu, perlu diingat juga bahwa tiap profesi pelayanan kesehatan yang
berbeda akan memiliki kemampuan, pengalaman, serta pandangan yang berbeda
juga dalam melihat suatu permasalahan. Terdapat tiga penyebab yang dapat
mempengaruhi komunikasi interprofesional, yaitu role stress, lack of
interprofessional understanding, dan autonomy struggles. Role of stress dapat
terjadi saat terjadi benturan antara kepercayaan individual dan peran yang
seharusnya dijalani. meskipun mengejutkan lack of interprofessional
understanding marak terjadi. Hal ini karena setiap profesi menempuh sistem
pendidikan yang berbeda-beda dan tidak terintegrasi satu sama lain. Autonomy
struggles mengacu pada kebebasan aktual atau yang diperoleh tiap profesi.1

3. Komunikasi Masyarakat/Publik pada Pelayanan Kesehatan


3.1. Definisi Masyarakat/Publik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, masyarakat berarti sejumlah


manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka
anggap sama. Secara etimologi, kata masyarakat dalam bahasa Inggris adalah
society yang berasal dari bahasa Latin socius yang berarti “kawan”. Istilah lain
berasal dari bahasa Arab syaraka yang artinya “ikut serta” atau “berpartisipasi”.
Masyarakat dapat pula diartikan sebagai komunitas, yaitu kelompok organisme

11
(orang) yang hidup dan saling berinteraksi di daerah tertentu. Sedangkan publik
berarti orang banyak (umum) atau semua orang yang datang (menonton,
mengunjungi, dan sebagainya).

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul dan saling


berinteraksi. Definisi lain dari masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
saling berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu yang sifatnya terus-
menerus dan terikat oleh rasa identitas bersama. Terus-menerus atau kontinuitas
disini merupakan kesatuan masyarakat yang mempunyai empat ciri, yaitu
interaksi antar warga, adat istiadat, kontinuitas waktu, dan rasa identitas kuat yang
mengikat semua warga (Koentjaraningrat, 2009: 115-118).

Dalam pengertian sosiologi, masyarakat tidak dipandang hanya sebagai


suatu kumpulan dari individu semata. Masyarakat adalah suatu pergaulan hidup
dan merupakan sistem yang terbentuk karena adanya hubungan antara anggota-
anggotanya. Dengan kata lain, masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari
kehidupan bersama manusia lain yang disebut dengan sistem kemasyarakatan.

Wilkinson (1986) memiliki pendapat bahwa masyarakat atau komunitas


adalah manusia yang hidup bersama dalam lingkungan setempat dengan batas-
batas wilayah yang bias. Pendapat dari ahli lain seperti Thomas Hobbes
mengatakan bahwa komunitas merupakan sebuah proses alami bagi orang-orang
yang hidup bersama untuk memaksimalkan kepentingan mereka. Hobbes
mengemukakan bahwa kepentingan diri sendiri dapat ditemukan ketika berada
dalam kelompok.

Komunitas diidentikkan sebagai pemukiman kecil penduduk yang bersifat


mandiri (self contained) dan berbeda antara satu dengan yang lainnya, seperti:
● Memiliki kesadaran kelompok (group consciousness) yang kuat.
● Tidak terlalu besar sehingga dapat saling mengenal pribadi satu sama lain.
● Tidak terlalu kecil sehingga dapat berusaha secara efisien.
● Bersifat homogeni.
● Hidup mandiri (self sufficient).

Berdasarkan pengertian menurut ensiklopedia Indonesia, kelompok


masyarakat dapat dicirikan menurut hubungan antar manusianya dan nilai sosial
yang berlaku sebagai berikut:
● Menurut mata pencaharian, yakni masyarakat pedagang, buruh, petani, dan
lain-lain.
● Menurut lingkungan tempat tinggal, yakni masyarakat hutan dan
masyarakat pesisir.
● Menurut tingkat kehidupan ekonomi, yakni masyarakat miskin dan
masyarakat kaya.
● Menurut pendidikan, yakni masyarakat yang terpelajar dan
berpengetahuan.
● Menurut tata lingkungan, yakni masyarakat desa dan kota.
● Menurut lingkungan pergaulan agama, yakni ulama, santri, gereja, dan
lain sebagainya.
● Menurut tingkat keberadaban, yakni masyarakat madani.
● Menurut tingkat kehidupan sosial, yakni masyarakat maju, tertinggal, dan
sebagainya.

12
● Menurut jenis kelamin, yakni perempuan dan laki-laki.

Salah satu cara untuk memahami masyarakat adalah dengan melakukan


telaah terkait ciri-ciri pokok dari masyarakat itu sendiri. Ciri-ciri pokok tersebut
antara lain:
● Manusia yang hidup bersama,
● Bergaul dalam jangka waktu cukup lama, dan
● Adanya kesadaran bahwa setiap manusia merupakan bagian dari satu
kesatuan.

3.2. Cara Melakukan Komunikasi Masyarakat/Publik


Secara garis besar, terdapat 3 cara untuk melakukan komunikasi dengan
masyarakat atau publik. Tiga cara tersebut adalah behavioral change approach.
self-empowerment approach, dan collective action approach. Masing-masing dari
cara tersebut memiliki pendekatan yang berbeda.
Behavioral change approach, seperti namanya, memiliki tujuan untuk
menciptakan perubahan perilaku pada setiap individu. Metode ini masih sering
dipakai oleh berbagai tenaga kesehatan dibanding kedua metode lainnya. Cara
kerja metode ini adalah dengan mengubah cara pandang publik terhadap sesuatu
dengan cara meningkatkan pengetahuan mereka mengenai kesehatan dan
penyakit. Peningkatan pengetahuan dapat dicapai dengan penyebaran informasi
tentang risiko dan bahayanya. Metode ini berasumsi bahwa setiap manusia dapat
mengambil keputusan secara rasional demi kebaikan mereka sendiri.1 Walaupun
sering digunakan, metode ini terbukti kurang efektif karena mengabaikan
beberapa faktor lain, seperti sosial, ekonomi, budaya, dan politik.2 Kekurangan
lain dari metode ini adalah metode ini seringkali mengabaikan fakta bahwa setiap
individu itu berbeda dan tidak bisa disamakan.1 Contoh dari metode ini adalah
dengan menggunakan slogan dan penyebaran pamflet. Karakteristik dari
behavioral change approach ada beberapa, yaitu:

● Fokus kepada perspektif dari tenaga kesehatan. Berasumsi bahwa


para ahli tau yang terbaik.
● Mengimplikasikan ‘victim blaming’ atau menyalahkan korban
● Mentransmisi pengetahuan kepada masyarakat dengan cara
menyebarkan informasi mengenai risiko dan faktor yang memengaruhi
kesehatan
● Biasanya dengan cara penyuluhan kesehatan
● Tidak memerhatikan faktor sosio-ekologis.
● Menekankan mengenai masalah kesehatan sehingga terkesan
negatif dan fokus kepada kerugian.18

Selain behavioral change approach, ada pula metode self-empowerment


approach. Hampir sama seperti sebelumnya, metode ini fokus untuk membuat
masyarakat membuat pilihan yang menguntungkan kesehatan mereka dengan cara
pemberdayaan masyarakat supaya mereka dapat berkuasa dalam mengontrol
lingkungan sosial, fisik, dan internal mereka. Salah satu teknik untuk metode ini
adalah PLA (Participatory Learning and Action) yang dapat berupa konseling,
diskusi kelompok, atau pelatihan kemampuan sosial. Teknik PLA bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran pasien akan harga diri dan identitas diri sendiri. Salah
satu aspek yang dilatih dalam teknik PLA adalah kemampuan menyelesaikan

13
masalah dan membuat keputusan sehingga kedepannya masyarakat dapat dan mau
mengontrol hidup mereka sendiri. Target yang ingin dicapai dari metode ini
adalah agar masyarakat dapat berpikir dan bertindak secara kritis dalam skala
individu. Contoh dari metode ini adalah membuat grup pendukung atau support
group agar saling membantu satu sama lain.

Metode ini berasumsi bahwa kekuasaan untuk mengontrol lingkungan


sekitar itu bersifat universal yang artinya dapat dilakukan semua orang. Namun,
ada beberapa aspek yang tidak diperhatikan dalam metode ini. Aspek yang
pertama adalah adalah adanya ketidaksetaraan di masyarakat dalam kemampuan
mengakses atau mengontrol keadaan materi dan psikologi. Selain itu, seperti
metode sebelumnya, metode ini juga masih berfokus kepada masyarakat sebagai
pembawa perubahan. Karakteristik pada self-empowerment approach juga ada
beberapa, yaitu:

● Mendorong masyarakat untuk merefleksikan diri dan mengubah


perspektif mereka.
● Membantu masyarakat untuk mengetahui dimana, kapan, dan bagaimana
mencari bantuan.
● Mendorong masyarakat untuk menjadi mandiri
● Membantu masyarakat untuk mengembangkan identitas diri sendiri.
● Menggunakan pikiran dan tindakan kritis dalam menyelesaikan
masalah17,18

Terakhir, ada collective action approach. Strategi collective action


approach adalah cara komunikasi pada masyarakat/publik mengenai pelayanan
kesehatan yang menitikberatkan pada tujuannya meningkatkan kesehatan publik
dengan cara mengatasi faktor sosio ekonomi dan lingkungan yang memengaruhi
kesehatan. Lebih spesifik lagi, tujuan utamanya adalah mengubah faktor sosio
ekonomi dan lingkungan yang menyebabkan gangguan kesehatan. Untuk
mencapai hal itu, satu orang dan lainnya harus bekerja sama secara collective
untuk meningkatkan keadaan sosial dan lingkungannya. Oleh karena itu, strategi
collective action approach ini didasari asumsi bahwa sesama manusia sama-sama
memiliki kepentingan yang sama dan dapat bertindak secara kerja sama atau
collective. Hal ini menyebabkan strategi collective action approach menjadi lebih
politis daripada cara-cara lainnya. Selain itu, strategi ini juga menjadi lebih butuh
sumber daya untuk bekerja secara efektif (Berry, 2007).16
Model collective action approach juga didasari bahwa kesehatan
dipengaruhi paling besar oleh faktor yang tidak dapat dikontrol oleh perorangan.
Pada strategi ini dibutuhkan kerja sama untuk mendapatkan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan komitmen untuk meningkatkan keadaan sosial dan
lingkungan yang mempunyai pengaruh besar terhadap status kesehatan manusia.
Collective action mendorong orang berpikir kritis untuk meningkatkan
pemahaman tentang faktor yang berpengaruh terhadap kemakmuran individu dan
komunitas. Lebih dari itu, strategi ini mendorong orang untuk berkontribusi secara
nyata dan positif dengan kepentingan orang banyak. Collective action approach
memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu:
● Mendorong demokrasi dan partisipasi
● Membutuhkan proses belajar-mengajar yang student-centered
● Mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan

14
● Menekankan pemberdayaan pada semua orang
● Edukasi kesehatan
● Menggunakan perbuatan sosial untuk bekerja sama
● Menggunakan pendekatan yang mengembangkan komunitas
● Melihat guru dan murid sebagai agen sosial
● Berpikir dan bertindak kritis dalam relasi antar individu dan masyarakat
● Menggunakan pendekatan yang menyeluruh/holistic
● Berdasarkan kebutuhan
● Membentuk ketahanan pada tingkat komunitas atau masyarakat

3.3 Dos and Don’ts

Hal-hal yang boleh dilakukan dalam komunikasi publik:


● Memosisikan diri sejajar dengan komunikan (masyarakat). Menurut
Denhardt & Denhardt (2003) posisi masyarakat tidak lagi dijadikan
sebagai klien atau customer (pelanggan), tapi berubah menjadi citizens
(warga negara) yang telah memberikan mandat kepada pemerintah untuk
menjadi pelayan mereka (warga negara). Artinya posisi antara yang
melayani dengan yang dilayani adalah sama dan sejajar.
● Menjadi komunikator yang empatik. Sikap empatik diperlukan karena
komunikasi ini menempatkan siapapun dalam perspektif harus kita pahami
dengan informasi yang cukup jika komunikasi kita ingin efektif.
● Menyampaikan pesan dengan jelas sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman. Penggunaan kata dan tata bahasa sangat memengaruhi
keberhasilan dan keefektifan komunikasi publik.
● Menggunakan alat bantu yang dapat menunjang komunikasi. Namun perlu
diperhatikan pemilihan alat bantu dengan kualitas baik agar alat bantu
yang digunakan tidak menjadi alat yang menghambat komunikasi publik.
● Menunjukkan sifat rendah hati dan mau mendengarkan orang lain. Sifat
rendah hati menunjukkan bahwa komunikator (tenaga kesehatan) tidak
merasa paling benar dan menyamakan kedudukannya dengan komunikan
(masyarakat). Sikap mau mendengarkan orang lain adalah siap menerima
saran dan kritik agar kinerja dari komunikator (tenaga kesehatan) dapat
ditingkatkan lagi.
Beberapa hal yang tidak boleh dilakukan dalam melakukan komunikasi
masyarakat/publik antara lain adalah melakukan terlalu banyak gerakan karena
dapat mendistraksi audiens, mengatakan perkataan yang menyinggung audiens,
dan menggunakan bahasa yang rumit dan tidak dimengerti audiens. Selain itu
dalam komunikasi publik pada komunikasi kesehatan, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan agar informasi yang ingin disampaikan komunikator dapat
tersampaikan dengan baik. Hal-hal tersebut adalah ketepatan, situasi dan kondisi,
kelengkapan informasi, penggunaan kata, dan sikap komunikator.
4. Komunikasi Massa (Media Massa) pada Pelayanan Kesehatan

Komunikasi merupakan sebuah sarana untuk memberikan atau


membagikan informasi dengan orang lain. Manusia harus melakukan komunikasi
untuk berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupannya. Komunikasi berperan
sangat penting dalam kehidupan manusia, hal ini dapat dilihat pada era globalisasi
saat ini. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana hingga
kompleks dengan teknologi. Komunikasi dapat dibedakan menjadi komunikasi

15
massa, dimana komunikasi ini sebagian dilakukan dengan bantuan media massa,
dan komunikasi antarmanusia secara langsung, yaitu komunikasi yang cenderung
tidak menggunakan media massa. Pada era globalisasi saat ini, banyak
masyarakat yang melakukan komunikasi, tidak hanya dilakukan dengan bertatap
muka, namun banyak pula yang melakukan komunikasi melalui media massa.
Keberadaan media komunikasi saat ini menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa
dilepaskan oleh manusia. Oleh sebab itu, munculah berbagai sarana komunikasi
yang bertujuan agar mampu mempercepat proses penyebaran informasi kepada
masyarakat. Media massa merupakan salah satu bentuk sarana komunikasi yang
paling efektif dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat karena media
massa dapat menyampaikan informasi secara serentak dan dapat diakses
masyarakat secara luas.

Untuk mengintervensi kesehatan dengan lingkup yang besar di


masyarakat, komunikasi massa adalah salah satu solusi yang berdampak baik dan
signifikan. Komunikasi massa memungkinkan kita untuk menjangkau sebuah
populasi dengan jumlah orang yang banyak dengan cara yang efisien, baik dalam
penggunaan waktu yang lebih singkat dan lebih hemat biaya karena
dilangsungkan secara serentak di masyarakat. 25

4.1. Definisi Komunikasi Massa

Media massa merupakan bagian dari komunikasi massa, dimana


komunikasi massa merupakan suatu proses komunikasi dengan menggunakan
media massa sebagai media perantaranya. Komunikator dapat mengirimkan pesan
melalui media massa sehingga komunikan dapat menerima pesan yang
disampaikannya.25 Media massa dapat didefinisikan sebagai media komunikasi
yang digunakan komunikator dalam pemyampaian informasi agar pesan yang
ingin disampaikan secara serentak sehingga dapat diterima dan dimengerti dengan
baik oleh masyarakat luas. Bentuk-bentuk media dalam komunikasi massa dapat
berupa buku, surat kabar, majalah atau tabloid, televisi, radio, film, dan lain-lain.13
Dalam komunikasi massa terdapat 5 variabel yang berperan penting serta
berpengaruh dalam media massa :

● Sumber/komunikator, orang yang menyusun atau mengirimkan pesan


(lembaga atau organisasi yang memiliki kepentingan untuk
menyampaikan informasi)
● Audiens/komunikan, orang yang dapat mengakses media serta menerima
pesan yang disampaikan oleh komunikator
● Pesan, informasi yang disampaikan komunikator melalui media massa dan
dapat diakses oleh audiensnya
● Proses, proses tersebarnya pesan/tersebar melalui proses yang bersifat satu
arah sehingga audiens tidak dapat memberikan umpan balik kepada media,
dan proses seleksi/ audiens secara aktif menyeleksi media yang akan
mereka akses
● Konteks, suatu kondisi sosial ekonomi, politik, atau isu-isu yang
berkembang di masyarakat. 25

Selain itu, terdapat beberapa karakteristik yang menggambarkan komunikasi


massa :

16
● Komunikator bersifat professional
● Pesan disampaikan secara cepat dan berkelanjutan
● Pesan yang disampaikan kepada audiens yang luas dan heterogen
● Proses komunikasi bersifat satu arah
● Pesan yang disampaikan bersifat umum dan tidak ditujukan kepada
perorangan secara khusus
● Disampaikan secara masif dan serentak kepada seluruh audiens. 25

Dalam pelayanan kesehatan juga dibutuhkan komunikasi yang biasa


disebut dengan komunikasi kesehatan. Komunikasi kesehatan merupakan bagian
dari komunikasi manusia yang fokus pada masalah dan pemeliharaan kesehatan,
Komunikasi kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan media massa atau
disebut juga sebagai komunikasi massa dalam pelayanan kesehatan, merupakan
proses penyampaian informasi berupa promosi terkait hal-hal yang berkaitan
dengan dunia kesehatan yang dilakukan oleh ahli kesehatan kepada sejumlah
orang melalui media massa serta memiliki sifat umum dan terbuka bagi
masyarakat. Dengan menggunakan media massa komunikator/ para ahli kesehatan
dapat lebih leluasa memberikan informasi-informasi penting terkait isu-isu
kesehatan, masalah kesehatan, resiko kesehatan, serta solusi kesehatan pada
manusia. Komunikasi massa dalam pelayanan kesehatan mampu menggerakkan
sebuah massa untuk melakukan suatu hal yang diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran,mengubah sikap dan memotivasi individu lain untuk mengadopsi
perilaku sehat yang telah direkomendasikan oleh para tenaga kesehatan Informasi
kesehatan dapat berupa poster yang berisi gambar-gambar menarik terkait bidang
kesehatan.

4.2 Cara Melakukan Komunikasi Massa pada Pelayanan Kesehatan

Komunikasi massa dalam pelayanan kesehatan memiliki tujuan, yaitu


menciptakan suasana perubahan dan penerimaan nilai, sikap, dan perilaku
kesehatan, melatih kemampuan mendengarkan, menulis, dan membaca hal hal
yang berkaitan dengan kesehatan, meningkatkan aspirasi masyarakat di bidang
kesehatan, serta mengajarkan masyarakat tentang apa saja norma dan etika tentang
penyebarluasan informasi pada layanan komunikasi kesehatan.27 Agar dapat
mewujudkan komunikasi massa dalam pelayanan kesehatan atau promosi
kesehatan, diperlukan suatu strategi atau cara yang digunakan dalam mencapai
apa yang diinginkan dalam promosi kesehatan. Menurut Mubarak dan Chayatin
(2008), terdapat tiga langkah atau strategi yang dapat dilakukan untuk
mewujudkan promosi kesehatan, diantaranya :

● Melakukan Advokasi, pemberian bantuan informasi kesehatan kepada


masyarakat melalui pihak pembuat keputusan dan penentu kebijakan,
dimana dalam membuat kebijakan harus yang berwawasan kesehatan
sehingga dapat membantu publik mendapatkan informasi yang relevan
untuk meningkatkan kesadaran dalam mengenali dan memelihara kondisi
kesehatannya.
● Memberikan dukungan sosial, promosi kesehatan akan mudah dilakukan
bila mendapat dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat,
kehadiran pihak yang dianggap penting dapat membantu sebuah informasi
kesehatan untuk dapat diterima dan diadopsi dalam penerapan sehari-hari.

17
● Pemberdayaan masyarakat (empowerment community), masyarakat
memperoleh kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kondisi
kesehatannya secara kontinu dan dapat menyebarkan informasi yang telah
didapatkan sebelumnya. 26

Dengan berkembangnya informasi di era globalisasi ini, dibutuhkan suatu


parameter bagi masyarakat untuk mendapat informasi yang relevan dan akurat
khususnya mengenai informasi yang berkaitan dengan kesehatannya. Menurut
Smolensky dan Harr (1972) dalam (Ferry dan Makhfudli, 2009) efektivitas media
massa dipengaruhi oleh tujuh faktor :

● Sumber harus kredibel/terpercaya


● Konteks, pesan pendidikan kesehatan relevan
● Isi, berkesinambungan dengan isu-isu kesehatan yang ada di masyarakat
● Kejelasan, komunikan mengerti pesan kesehatan yang disampaikan
● Kesinambungan, pesan cukup konsisten walaupun diulang dengan
berbagai variasi sehingga sasaran tidak bingung
● Media, pesan yang disampaikan melalui media massa yang sering
digunakan oleh komunikan
● Kemampuan, kemampuan komunikan sesuai dengan pesan yang
disampaikan komunikator. 13

Dalam membuat informasi yang akan disampaikan melalui media massa


harus selalu dipengaruhi oleh aspek yang dapat menimbulkan konsekuensi pada
nilai berita yang diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, dalam pembuatan
informasi harus disesuaikan sehingga bisa diterima di masyarakat luas. Terdapat 3
aspek utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan informasi menggunakan
media massa :

● Budaya, budaya masyarakat bersifat heterogen sehingga pesan yang


diterima melalui media massa akan diartikan sesuai latar belakang budaya
masyarakat
● Psikologi, psikologi akan membuat masyarakat memilah informasi yang
mereka dapat sesuai dengan referensi yang mereka pernah baca dan
pengalaman mereka
● Kondisi fisik masyarakat secara internal maupun eksternal, kondisi fisik
internal seperti, keadaan kesehatan seseorang, sedangkan kondisi fisik
eksternal, seperti keadaan lingkungan di sekitar komunikan ketika
menerima pesan dari media massa. 28

Maka dari itu kita harus bisa memilih kata demi kata yang efektif dan
efisien dalam melakukan komunikasi di bidang pelayanan kesehatan agar pesan
yang ingin disampaikan sampai kepada masyarakat serta dapat mencapai tujuan
yang diinginkan.

4.3 Hal yang Harus Diperhatikan dalam Komunikasi Massa


Dalam komunikasi massa tentunya seorang komunikator atau pemberi
informasi perlu memerhatikan banyak aspek sebelum menyampaikan informasi
melalui media massa. Penyampaian informasi dalam komunikasi massa pada
pelayanan kesehatan ini biasa dilakukan melalui media massa seperti televisi,
radio, sosial media, majalah, iklan, poster, banner, dan media-media lainnya.

18
Semakin berkembangnya zaman, tentu teknologi yang digunakan pun semakin
jauh berkembang. Masyarakat mulai kreatif menciptakan berbagai media yang
dapat digunakan untuk menyampaikan informasi secara efektif serta membuat
masyarakat tertarik akan informasi yang diberikan. Terdapat beberapa hal yang
dapat dilakukan dalam melakukan komunikasi massa pada pelayanan kesehatan,
antara lain :

● Menggunakan bahasa dengan baik dan benar


● Informasi yang disampaikan jelas dan sistematis
● Sikap yang dilakukan tidak berlebihan
● Melakukan pengulangan terkait informasi yang diberikan dengan tujuan
komunikan mengerti apa yang dimaksud
● Komunikator perlu memiliki kesadaran yang tinggi agar menyampaikan
informasi dengan hati-hati
● Informasi yang diberikan harus lebih dahulu dipahami dan diperiksa
unsur-unsur kebenarannya
● Komunikator sebagai pemberi informasi harus memiliki tanggung jawab
penuh terhadap informasi yang diberikan serta telah paham dan mengerti
apa dampak yang kemungkinan terjadi di masyarakat
● Informasi yang disampaikan harus bermanfaat bagi masyarakat yang
menerimanya
● Komunikan harus pandai memilih tidak boleh langsung percaya dengan
sumber yang tidak jelas13

Setelah yakin bahwa informasi yang diterima adalah informasi yang


terjamin kebenarannya, masyarakat pun dihimbau untuk menyebarkan informasi
kesehatan tersebut kepada keluarga, kerabat, dan orang-orang terdekatnya. Agar
informasi yang diterima dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain,
melainkan masyarakat dapat bersama-sama menuju kehidupan yang lebih baik
dalam bidang kesehatan.29

Dalam melakukan komunikasi, terutama komunikasi massa terdapat


beberapa hambatan atau suatu hal yang membuat komunikasi tidak berjalan
secara efektif. Dimana hambatan atau gangguan ini dapat berasal dari komunikan,
komunikator, pesan yang disampaikan, hingga media penyalur. Suatu komunikasi
dapat dikatakan efektif jika tanda-tanda yang digunakan dalam penyampaian
pesan dapat dimengerti antara komunikator dan komunikan. Tidak ada seseorang
yang dapat melakukan komunikasi yang benar-benar efektif. Pasti terdapat
banyak hambatan dalam pelaksanaannya. Berikut ini merupakan hambatan yang
harus diperhatikan oleh komunikator agar proses komunikasi dapat berjalan
efektif dan pesan yang disampaikan dapat berjalan dengan baik, terutama dalam
pelayanan kesehatan :

● Hambatan psikologis, berkaitan dengan unsur kejiwaan manusia yaitu:


○ Interest, sikap komunikan yang selektif terhadap pesan yang
komunikator sampaikan.
○ Prejudice (Prasangka), cara pandang orang tentang seseorang,
kelompok lain, dan sikap perilakunya
○ Stereotype (Stereotip), gambaran/tanggapan spesifik tentang sifat
atau kepribadian individu atau kelompok yang bersifat negatif

19
○ Motivasi berkenaan dengan penggerak, alasan, dorongan internal
manusia untuk berbuat sesuatu, seseorang yang mengetahui apa
yang dilakukan, bagaimana melakukan, dan mengapa melakukan
● Hambatan sosial-kultural, perbedaan budaya dapat memberi petunjuk bagi
individu untuk bersikap dan bertingkah laku dalam lingkungannya
● Hambatan mekanis, konsekuensi penggunaan media
● Hambatan interaksi verbal:
● Polarisasi, kecenderungan melihat dunia dalam bentuk lawan kata dan
menguraikannya secara ekstrim, misalnya baik dan buruk, positif dan
negatif, dan seterusnya
● Orientasi intensional, kecenderungan melihat manusia, objek, dan kejadian
sesuai ciri yang melekat padanya. Seolah label lebih penting dari
orangnya, misalnya, melihat host televisi pada wajah dan penampilannya,
bukan pada program yang dibawakannya
● Evaluasi statis, kecenderungan memberi penilaian terhadap komunikator
atau sajian media secara permanen, tidak berubah karena didorong oleh
keterbatasan audience dalam wawasan dan pengalaman mengkonsumsi
media
● Indiskriminasi, memusatkan perhatian pada sekelompok orang, benda,
atau kejadian, dan tidak mampu melihat keunikan dan kekhasan tiap
kelompok.

Komunikator dalam komunikasi massa dituntut untuk mempertimbangkan


kondisi penerimaan komunikan saat menyampaikan pesan-pesannya. Terdapat
beberapa hal yang tidak boleh dilakukan dalam komunikasi massa khususnya
dalam pelayanan kesehatan, misalnya dalam menyampaikan berita di televisi,
seorang pembaca berita dituntut untuk dapat mengartikulasikannya dengan tepat
dan menarik agar tidak mengganggu pemaknaan khalayak terhadap berita yang
disampaikan. Penyiar televisi dituntut untuk menghindari ucapan dan perilaku
berlebihan yang dapat mempengaruhi tingkat penerimaan pemirsanya. Artikulasi
yang jelas dan penampilan yang tidak berlebihan akan dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya hambatan dalam penyampaian dalam komunikasi massa.
Jika terjadi hambatan dalam penyampaian pesan, baik yang bersumber dari
komunikator maupun dari aspek teknis, dapat dipulihkan melalui pengulangan. 30

20
BAB III

PENUTUP

Dalam komunikasi kesehatan terdapat sedikitnya empat jenis atau bagian dari komunikasi
kesehatan, yaitu komunikasi kelompok, komunikasi interprofesional, komunikasi publik, dan
komunikasi massa. Jenis-jenis komunikasi tersebut merupakan bagian penting yang berhubungan
satu dengan lainnya. Dalam mencapai tujuan komunikasi kesehatan, keempat jenis komunikasi
tersebut harus dijalankan dengan optimal. Meskipun keempatnya merupakan bagian dari
komunikasi kesehatan, terdapat perbedaan yang penting diantaranya. Pada komunikasi
kelompok, fokus utamanya adalah untuk mencapai kesepakatan bersama dari suatu permasalahan
yang didiskusikan bersama. Pada komunikasi interprofesional fokus utamanya adalah
memfasilitasi dan mendorong adopsi praktik terbaik yang dapat mengakibatkan hasil kesehatan
yang lebih baik. Komunikasi publik berfokus untuk mengubah atau mempengaruhi perilaku dan
tata cara dari khalayak banyak. Komunikasi publik dan komunikasi massa merupakan jenis
komunikasi yang hampir sama, tetapi komunikasi massa dilakukan melalui bantuan media
massa. Dengan demikian, penting sekali untuk menjalankan keempat jenis komunikasi ini
dengan baik.

21
Referensi:

1. Tutiasri RP. Komunikasi dalam komunikasi kelompok [internet]. Yogyakarta : Program


Studi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta; 2016 April [cited 2019
Sep 23]. Available from
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.uad.ac.id/index.
php/CHANNEL/article/download/4208/2315&ved=2ahUKEwix2Ijtp93kAhVIcCsKHWx
SA8QQFjAKegQICRAB&usg=AOvVaw28_f5za-
h9kNT5pnFAAsAb&cshid=1568910723620.
2. Kharisma N. Pengaruh komunikasi vertikal terhadap loyalitas kerja karyawan (studi pada
karyawan PT. Sampoerna Alam Samudra Gresik) [internet]. Malang : Universitas
Muhammadiyah Malang; 2018 Jul 18 [cited 2019 Sep 23]. Available from
http://eprints.umm.ac.id/37080/2/jiptummpp-gdl-nurulkhari-50285-3-babii.pdf.
3. Virdaus DR. Komunikasi kelompok roodebrug soerabaia”RB” dalam membangun
kepedulian sejarah di surabaya [internet]. Surabaya : Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya; 2014 [cited 2019 Sep 25]. Available from
http://digilib.uinsby.ac.id/738/4/Bab%202.pdf.
4. Rizal AA. Meningkatkan komunikasi interpersonal menggunakan teknik assertive
training pada siswa kelas vii mts negeri 2 bandar lampung tahun ajaran 2012/2013
[internet]. Lampung : Universitas Lampung; 2014 [cited 2019 Sep 25]. Available from
http://digilib.unila.ac.id/3991/15/BAB%20II.pdf.
5. Antartika RA. Identifikasi kemampuan komunikasi tenaga marketing dan dampaknya
terhadap kinerja karyawan (studi kasus pada PT X Kiaracondong Bandung) [internet].
Bandung : Universitas Widyatama; 2015 [cited 2019 Sep 25]. Available from
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/5648/Bab%202.pd
f?sequence=11.
6. Goldberg AA. Komunikasi kelompok. Jakarta : Universitas Indonesia Press; 1985.
7. Putri TH, Fanani A. Komunikasi kesehatan. Yogyakarta : Merkid Press; 2013.
8. Rahmadiana M. Komunikasi kesehatan : sebuah tinjauan [internet]. Jakarta : Universitas
Yarsi; 2012 Dec [cited 2019 Oct 1]. Available from
http://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/Jurnal-Online-
Psikogenesis/article/view/38/pdf.
9. O’Daniel M, Rosenstein AH. Professional communication and team collaboration. In :
Hughes RG. Patient safety and quality : an evidence-based handbook for nurses.
Rockville : Agency for Healthcare Research and Quality (US); 2008 Apr.
10. Sharpe D. Group communication [internet]. Bozeman : Montana State University; 1991
May [Cited 2019 Sep 24]. Available from
http://msucommunitydevelopment.org/groupcommunication.html.
11. Venditti P, McLean S. An introduction to group communication [internet]. Unknown
place : unknown publisher; 2012 Dec 29 [ cited 2019 Sep 24]. Available from
https://2012books.lardbucket.org/books/an-introduction-to-group-communication/s14-01-
planning-a-meeting.html.
12. Communication in health and social care [Internet]. UK: resources.collins.co.uk; 2010
Mar 24 [cited 2019 Sep 24]. Available from:
https://resources.collins.co.uk/free/BTECHSCunit1.pdf.
13. Schiavo R. Health communication : from theory to practice. 1st ed. USA: Jossey-Bass;
2007.
14. Sulistyowati LS. Promosi kesehatan di daerah bermasalah kesehatan: panduan bagi
petugas kesehatan di puskesmas. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI Pusat Promosi
Kesehatan; 2011.

22
15. Kuswidanti. Gambaran kemitraan lintas sektor dan organisasi di bidang kesehatan dalam
upaya penanganan flu burung di bidang komunikasi komite nasional flu Burung dan
pandemi influenza tahun 2008[tinjauan pustaka]. Perpustakaan Universitas Indonesia.
2008 Jul 17.
16. Berry D. Health communication: theory and practice. 1st ed. USA: McGraw-Hill
Education; 2007.
17. Ministry of Education, New Zealand Government. Models of health promotion [Internet].
New Zealand: New Zealand Government; [date unknown]. Available from:
https://health.tki.org.nz/Key-collections/Curriculum-in-action/Making-Meaning/Socio-
ecological-perspective/Defining-health-promotion/Models-of-health-promotion
18. Berry D. Health communications: theory and practice. New York: Open University Press;
2007.
19. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Komunikasi [Internet].
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; 2016 [cited 2019 Sep 24]. Available
from: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/publik
20. Universitas Negeri Yogyakarta. Tinjauan Tentang Masyarakat [Internet]. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta; date unknown [cited 2019 Sep 24]. Available from:
https://eprints.uny.ac.id/23970/3/BAB%20II.pdf
21. Muslikhah Dwihartanti. (2004). Komunikasi yang efektif. Retrieved from
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/muslikhah-dwihartanti-
mpd/komunikasi-yang-efektif.pdf (Diakses pada tanggal 25 September 2019)
22. Hardiansyah. (2009). Komunikasi Pelayanan Publik. Retrieved from
http://eprints.binadarma.ac.id/3822/1/Komunikasi Pelayanan Publik.pdf (Diakses pada
tanggal 25 September 2019)
23. Hardiansyah. Komunikasi pelayanan publik : konsep dan aplikasi [Internet]. 2015
[diakses pada 25 September 2019]. Available from : http://eprints.binadarma.ac.id/
24. Mundakir. Buku Ajar : Komunikasi Pelayanan Kesehatan [Internet]. 2016 [diakses 25
September 2019]. Available from : https://www.acadmia.edu/
25. Prajarto, Nunung. Pengantar Ilmu Komunikasi. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka ;
(2017).
26. Effendi, F., dan Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika ; (2009).
27. Hawkins N. Mass communications strategies for public health [internet]. Mumbai :
Online Media Services Pvt Ltd; 2017 [cited 2019 Sep 24]. Available from:
https://remote-lib.ui.ac.id:2076/docview/1856881783?pq-origsite=summon
28. Robinson, Maren N. Mass media health communication campaigns combined with
health-related product distribution. Am J Prev Med[internet]. 2014 sep [cited 2019
Sep24];47(3):360-71.Available From:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25145620
29. Prasanti, Dinta. Potret Media Informasi Kesehatan Bagi Masyarakat Urban di Era
Digital.IPTEK-
KOM,Vol.19No.2[internet].2017;http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/12345678
9/5567/jurnal.pdf?sequence
30. Halik, A. Buku Daras : KOMUNIKASI MASSA. Makassar: Alauddin University Press.
(KOMUNIKASI KESEHATAN (Komunikasi Antara Dokter Dan Pasien), 2009) ;
(2013).

23

Anda mungkin juga menyukai