Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

DASAR TEORI

4.1 Pneumatic Valve Positioner


Positioner adalah semacam relay udara yang berfunsi untuk
menghilangkan hysterisis, pengaruh friction serta pressure drop yang dapat
mengganggu kerja control valve. Positioner bekerja memastikan sinyal input dari
controller akan linear dengan posisi bukaan control valve.
Salah satu fungsi dari valve positioner adalah agar batang plug (plug stem)
yang digerakkan oleh actuator diaphragm dapat bergerak secara linear. Juga
sebagai penguat daya (power applifier) untuk memberikan response yang cepat
dari pergerakan plug stem. Namun kadang-kadang pemakaian positioner ini dapat
membuat keadaan control loop menjadi tidak stabil atau control loop akan stabil
apabila tanpa menggunakan positioner.
Positioner juga dapat berfungsi sebagai penguat sinyal atau volume
booster, sinyal low pressure dari controller akan dikuatkan (multiply) menuju
actuator agar posisi valve membuka/menutup dengan presisi.

Gambar 4.1 Pneumatic Positioner


4.1.1 Positioner
Pneumatic - pneumatic positioner seri IP5000 harus dipasang ke aktuator
yang dioperasikan secara pneumatik. Pilot valve pneumatik dioperasikan oleh
tekanan sinyal dari perangkat penyesuaian dan secara akurat mengontrol gerakan
aktuator.
1. Langkah Kerja
Ketika tekanan input ke port PSIG dari positioner meningkat, di
bawah tekan tuas keseimbangan ke kiri. karena gerakan menggerakkan
flapper ke kiri melalui pegas sambungan, tampak ada celah antara nozzle dan
flapper dan tekanan nozzle dari pilot valve drops. Akibatnya, keseimbangan
pressure ruang costant pressure dihancurkan dan exhaust valve mendorong
supply valve B ke kanan, dan kemudian supply valve B dibuka. sebagai hasil
dari fungsi ini, output pressure dari OUT1 meningkat dan kemudian
diaphraghm bergerak ke bawah.
Gerakan diaphraghm membuat gelombang lengan umpan balik ke
kanan melalui lever umpan balik, transmisi lever dan roller. karena
gelombang ini, ketegangan pegas umpan balik meningkat dan bekerja pada
keseimbangan lever.
Karena diaphraghm terus bergerak sampai ketegangan umpan balik
turun menjadi sama, itu terus-menerus disesuaikan di tempat yang
proporsional dengan input pressure. Ketika tekanan udara sinyal berkurang,
gerakan berjalan sebaliknya.

Gambar 4.2 Block diagram of type IP5000


Gambar 4.3 Drawing for IP5000 operation principle
2.Specification
Tabel 4.1 Specification
IP5000
Lever type lever
Item
Single action Double action
Supply pressure 0.14 ~ 0.7Mpa
Input pressure 0.02 ~ 0.1Mpa
Standard stroke 10 ~ 85mm
Semsitivity Within 0.1%F.S.
Linearity Within –+1%F.S.
Hysteresis Within 0.75%F.S.
Repeatability Within -+0.5%F.s.
80 l /min (ANR) or more (SUP.=.0.14Mpa)
Output flow rate note 1
200 l /min (ANR) or more (SUP.=.0.4Mpa)
Within 5 l /min (ANR) (SUP.=.014,Mpa)
Air consumption note 2
Within 11 l /min (ANR) (SUP.=.0.4,Mpa)
Ambient and using fluid
-20 C ~ 80 OC (standard)
Temperature
Thermal coefficient Within 0.1%F.S./0C
Air connection port Rc1/4 (Standard)
Aluminum diecast, stainless steel, brass,
Material
nitrile rubbe
Mass Approx. 1.4kg Approx. 1.2kg
118 x 102 x 86 118 x 92 x 77.5
Size
Body) (Body)

Note 1: untuk rincian laju output flow rate


Note 2: untuk perincian tentang konsumsi suhu udara
Undara standar 20 absolute pressure 101.Kpa kelembaban relatif 65%

3.Karakteristik Cam
Cam pada positioner berfungsi untuk memodifikasi karakteristik
flowketika dirakit di pabrik pembuat, positioner IP5000 sudah dilengkapi
dengan linear cam (cam A). Tersedia cam B dan C untuk mendapatkan
karakteristik flow sepertiterlihat pada gambar berikut:

Gambar 4.4 Output flow rate dan Air consumption characteristic


4. Pengaturan dan Setting
a. Zero-point adjustment dan span adjustment

Gambar 4.5 Zero and span adjustment


 Mengatur tekanan input 0%, lalu mengatur titik awal actuator
dengan memutar sekrup penyetel nol.
 Memvariasikan tekanan input dan melihat goresan actuator
ketika rentang tidak cukup atau terlalu lama, mensesuaikan
dengan gambar.
 Mengatur tekanan keluar 0%, dan mensesuaikan kembali pada
titik nol.
 Mengulangi langkah 1 sampai dengan 3 hingga goresan yang
tepat untuk tekanan masukan.

Gambar 4.6 Grafik starting point


b. Sensitivity adjustment

Gambar 4.7 Pilot valve dan Input/Output pressure characteristic


Gambar 4.7 Menunjukkan karakteristik tekanan input curretnt-
output OUT1 dan OUT2 pilot valve. Pada awalnya positioner ini output
pressure diatur ke optimal dan biasanya tidak perlu penyesuaian.
5. Kaibrasi zero dan span
Lakukan prosedure berikut ini
 Matikan supply pressure menuju positioner. Beri tekanan sinyal
input sehingga berada pada nilai midrange.
 Geser lapper assembly kira – kira pada skala 6 pada quadrant yang
sesuai dengan operasi (direct atau reverse). Berikan supply ke
valve positioner. Tanda 0 degree harus sejajar dengan tanda pada
case. Jika tidak, periksa lingkage munkin longgar atau instalasi
cam tidak benar. Lakukan minor adjustment ketinggian nozzle
untuk memperbaiki hubungan antara sinyal input dengan titik awal
travel.
 Berikan sinyal input rendah (misal 3 psi). Longgarkan nozzle
locknut dan adjust nozzle hingga actuator bergerak sesuai dengan
posisi yang diharapkan. Prosedur ini disebut juga zero trim
adjustmen.
 Berikan sinyal input tinggi (misal 15 psi) dan perhatikan
pergerakan stem. Jika stem travel kurang dari yang diharapkan,
tambah dengan menggeser flapper assembly ke nilai yang lebih
tinggi pada beam. Jika stem trevel berlebih, kurangi dengan
menggeser flapper assembly ke nilai yang lebih rendah. Prosedur
ini disebut juga span adjustment.
 Ulangi langkah 3 dan 4 sehingga dicapai travel yang benar. Setiap
kali posisi flapper diubah (step 4), maka step 3 juga harus diulangi
untuk mendapatkan nilai zero yang tepat.
 Berikut contoh persamaan yang dapat digunakan untuk mencari
output dari control vave
persamaan 4.1 untuk input Psi
¿−3
Io= x 100+0
15−3

4.2 Control Valve Accessories


Beberapa peralatan tambahan dipasang sebagai pelengkap (accessosories)
pada control valve. Peralatan ini dipasang pada rangkaian valve dan actuator
sebagai satu kesatuan. Beberapa jenis tidak persis sama bahkan tidak dibutuhkan.
Berikut beberapa peralatan tambahan tersebut:
4.2.1 Air Regulator
Air regulator digunakan untuk menurunkan tekanan udara dari air
compressor sesuai dengan tekanan kerja peralatan pneumatic. Didalam air
regulator ini terdapat pegas dan diaphragm untuk mengatur tekanan. Juga ada
filter dan ruang pengumpul uap air untuk menampung fluida hasil kondensasi atau
oli yang terbawa dari air compressor. Ruang pengumpul ini harus di drain secara
rutin agar liquida yang terkumpul tidak masuk ke peralatan pneumatic. Kalau
filter tersumbat harus dibersihkan (diganti).
Kebanyakan air regulator mampu menerima tekanan input hingga 150 psi,
outputnya harus sesuai dengan kebutuhan actuator atau peralatan pneumatic lain
yang supply-nya. Perhatikan katalog agar diperoleh air regulator dengan range
output dan kapasitas flow yang sesuai kebutuhan. Air flow yang tiadak memadai
akan mengurangi respon control valve terhadap sinyal input. Respon valve
menjadi lambat sehingga tujuan kontrol sulit dicapai.

Gambar 4.8 Air regulator

4.2.2 Solenoid Valve


Alat ini dipakai pada control valve jenis on/off. Berfungsi seperti relay
yang memunkinkan perintah buka-tutup valve secara elektrik menggunakan
tombol (push button) maupun peringkat digital output (DO) lainnya. Bekerja
berdasarkan prinsip elektromagnet dan memiliki kumparan (colf) dan plunger
yang akan memmbuka-menutup saluran udara menuju control valve. Ada solenoid
jenis 2-way, 3-way, dan 4-way yang menandakan banyaknya port tersedia. Jenis
2-way biasanya dipakai untuk aplikasi aliran 1 arah. Jenis 3-way dipakai pada
single action actuator (spring return). Jenis 4-way digunakan pada double acting
actuator.
Gambar 4.9 Solenoid valve

4.2.3 Limit Switch


Limit switch berfungsi memberikan indikasi berupa sinyal listrik jika
control valve sudah mencapai titik tertentu (posisi open atau closed). Indikasi ini
dibutuhkan untuk menjalankan proses selajutnya, contoh: lampu indikator atau
mengaktifkan sequenced test. Limit switch terpasang pada ujung dari rangkaian
control valve, terhubung langsung dengan stem agar dapat mendeteksi gerakan
valve.

Gambar 4.10 Limit switch


4.2.4 Transducer
Transducer mengubah sinyal listrik menjadi sinyal pneumatic untuk
menggerakkan valve. Biasa dikenal dengan nama I to P atau I/P transducer
(current to pressure transducer) dan E/P transducer (voltage to pressure
transducer). Output standard alat ini adalah 3 – 15 psi. Sinyal input adalah 4 – 20
mA atau 1 – 5 volt.
Umumnya transducer selalu digunakan bersama dengan positioner. Jika
dihubungkan langsung ke actuator (tanpa positioner) maka proses pengontrolan
akan menjadi lambat.
Gambar 4.11 Transducer

4.2.5 Trip Valve


Trip valve bekerja mirip dengan on/off switch yang digunakan untuk
menahan valve pada posisi terakhir (lock in last position) ketika actuator
kehilangan tekanan supply. Ketika tekanan kembali normal, valve akan kembali
membuka. Pastikan bahwa trip valve dilalui oleh supply udara yang cukup dan di
kalibrasi pada tekananan ambang yang tepat.

4.2.6 Transmitter Line / Tubing Line


Transmitter Line / Tubing Line adalah tubung penyalur udara untuk
peralatan instrumentasi terbuat dari stainless steel tubing (SST) atau cooper.
Umumnya berukuran ¼”, 3/8” atau ½”. Sesuaikan ukuran tubing ini dengan
jumlah percabangan dan jarak instalasi.

4.3 Instalasi Control Valve


Setelah melalui proses esain yang sesuai, beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam instalasi control valve adalah:
1. Akses untuk maintenance
a. Harus tersedia ruang (clearance) yang cukup untuk repair dan
maintenance
b. Pastikan bahwa pembungkus pipa (insulation) tidak menghalangi
akses perawatan control valve
c. Control valve yang terletak diketinggian harus diberi tangga dan
permanen platform
2. Isolasi control valve
Umumya control valve dilengkapi dengan bypass dan block valve.
Pada kondisi normal, bypass valve tertutup dan kedua block valve terbuka.

Gambar 4.12 Valve and piping sistem


Pada waktu control valve diperbaiki, kedua block valve ditutup untuk
mengisolasi control valve, dan bypass dibuka secara normal. Bypass valve ini
berukuran sama dengan control valve dan harus dapat berfungsi trottling.
Namun untuk ukuran pipa lebih besar dari 6”, boleh digunakan gate valve
dengan pertimbangan biaya. Pemilihan block valve (upstream dan
downstream) sendiri biasanya satu ukuran dibawah ukuran pipa dan dari jenis
gate. Semua ini merujuk kepada peraturan: API RP 551 dan GF-A 125.

Anda mungkin juga menyukai