LANDASAN TEORITIS
MGH 103
Riset Sumber Daya Manusia
Seksi A
Ahmad Jaka Ismaya W
2015-011-260 / 12015-000-399
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengantar
Terdapat pada waktunya, ketika setiap perusahaan hanya ingin mencari sebuah
keuntungan saja tanpa melihat faktor lain yang mempengaruhi proses perkembangan
sebuah bisnis. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses perkembangan
sebuah bisnis adalah faktor sumber daya manusia. Mempunyai hubungan yang erat
dan harmonis antara organisasi dengan sumber daya manusianya menjadi salah satu
tujuan yang ingin dicapai oleh seluruh organisasi. Bahwa setiap karyawan memiliki
harapan untuk bekerja & berkarir bersama organisasi dalam jangka waktu yang lama.
Namun, hal ini tidak dapat terjadi apabila kebutuhan yang harus dimiliki oleh
karyawan belum dipenuhi oleh organisasi. Salah satu kebutuhan utama yang penting
dimiliki oleh karyawan dari organisasi adalah praktik kompensasi yang diberikan
oleh organisasi dalam meninjau imbalan yang harus diberikan atas kinerja karyawan,
lalu pengembangan karir yang harus diberikan kepada karyawan agar kemampuan
dalam bekerja semakin berkembang, kemudian terciptanya komitmen berkelannjutan
dari karyawan sehingga memiliki kemauan untuk tetap bekerja dalam organisasi.
Pada bab 2 ini, penulis akan membahas beberapa variabel yang terkait pada
penilitian dengan rinci dan mendalam. Setiap variabel yang akan diteliti sesuai
dengan topik penelitian penulis yaitu Pengaruh Compensation Practices,, Career
Development, Continuance Commitment terhadap Turnover Intentions pada Bank
Central Asia (BCA). Setiap variabel ini dipilih menjadi faktor yang mendukung
keadaan atau fenomenan yang terjadi pada organisasi untuk diteliti. Walaupun masih
banyak faktor lain yang mempengaruhi turnover intentions. Karena keterbatasan dari
penulis, semua variabel ini mejadi tujuan utama dalam penilitian yang dilakukan oleh
penulis. Berikut penjelasan teoritis variabel yang terdiri dari Compensation
Practices,, Career Development, Continuance Commitment terhadap Turnover
Intentions
2.2 Compensation Practices
Mondy (2008) menyatakan bahwa, kompensasi mengacu pada gaji atau imbalan
yang diteria karyawan dari organisasi atau perusahaan untuk layanan (services) atau
pekerjaan yang sudah diberikan karyawan bagi perusahaan. Lalu menurut Dessler
(2005) menjelaskan bahwa, kompensasi merupakan bentuk imbalan dari pekerjaan
karyawan yang diberikan perusahaan. Selanjutnya, Husein Umar (2007) menyatakan
bahwa, kompensasi merupakan segala sesuatu yang diterima oleh karyawan berupa
gaji, upah, insentif, bonus, premi, pengobatan, asuransi dan lain-lain yang sejenis dan
dibayar langsung oleh perusahaan. Mondy & Noe (2000:129) menjelaskan bahwa
kompensasi adalah setiap bentuk imbalan yang diterima oleh seseorang sebagai
balasan atas kontribusinya terhadap organisasi.
Dari penilitian Jacues Igalens & Patrice Roussel (1999), mereka mengemukakan
bahwa kompensasi dapat diukur menggunakan dimensi-dimensi sebagai berikut :
Menurut Milkovich & Newman yang dikutip oleh Hasibuan (2012), tujuan
pemberian kompensasi antara lain :
a.) Ikatan Kerjasama
d.) Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan lebih mudah
memotivasi bawahannya.
f.) Disiplin
Kompensasi adalah segala sesuatu yang harus diterima oleh karyawan baik
secara finansial maupun non-finansial sebagai balas jasa atas hasil kontribusi
terhadap di perusahaan. Menurut Mondy (2003:442) keseluruhan program
kompensasi secara umum dikelompokan ke dalam kompensasi finansial dan non-
finansial.
e.) Pemerintah
Bila biaya hidup di daerah itu tinggi maka tingkat kompensasi / upah
semakin tinggi. Tetapi sebaliknya karyawan yang biaya hidup di
daerah itu rendah, maka tingkat kompensasi / upah relative kecil.
Jika pendidikan lebih tinggi & pengalaman kerja lebih lama maka
gaji / balas jasanya akan semakin besar, karena kecakapan &
keterampilannya lebih baik. Sebaliknya karyawan yang
berpendidikan rendah & pengalaman kerja yang kurang maka
tingkat gaji / kompensasinya lebih kecil.
i.) Kondisi Perekonomian Nasional
Jika jenis & sifat termasuk sulit / sukar dan mempunyai resiko
(finansial, keselamatannya) besar, maka tingkat upah / balas
jasanya semakin besar, karena meminta kecakapan serta keahlian
untuk mengerjakannya. Tetapi jika jenis & sifat pekerjaan relative
mudah & resikonya (finansial, kecelakaannya) kecil, maka tingkat
upah / balas jasanya relative rendah.
Metode Career Development menurut Mondy, Noe & Premax (2007:323) yaitu
sebagai berikut : A.) Superior / Subordinate Discussions, dimana bawahan dan
atasan secara bersama menyusun aktivitas yang dapat dilakukan dalam karir guna
mencapai tujuan. B.) Company Material, merupakan penyediaan fasilitas yang
dapat menunjang para karyawannya untuk merencanakan dana demi
pengembangan karir mereka. C.) Performance Appraisal System, merupakan
sistem penilaian kinerja yang menjadi alat pengukuran Career Development.
Pencatatan akan kekurangan & kelemahan karyawan dapat membantu unutk
memenuhi kebutuhan organisasi. D.) Workshop, secara rutin perusahaan
melakukan kegiatan lokakarya untuk mengetahui tujuan spesifik karir mereka
dengan kebutuhan organisasi.
Menurut Robbins (2014) terdapat lima hal yang dapat dilakukan agar membuat
Career Development menjadi efektif :
a.) Sebuah keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi tertentu.
b.) Keinginan untuk mendesak usaha pada tingkat tinggi atas nama organisasi.
c.) Keinginan yang pasti dalam dan penerimaan atas seluruh nilai dan tujuan
organisasi.
Dengan kata lain, komitmen adalah suatu sikap yang mencerminkan loyalitas
pekerja pada organisasi dan merupakan suatu proses yang sedang berjalan melalui
perserta organisasi menyatakan perhatian mereka terhadap organisasi dan
kelanjutan keberhasilan dan kesejahteraannya.
Menurut Colquitt,LePine & Wesson (2011:69) komitmen organisasional adalah
sebagai keinginan pada sebagian karyawan untuk tetap menjadi anggota organisasi.
Komitmen organisasional mempengaruhi apakah seseorang pekerja tetap tinggal
sebagai anggota organisasi (is retained) atau meninggalkan untuk mengejar
pekerjaan (turnover). Menurut Schermerhorn, Hunt, Osborn & Uhl-Bien (2011:72)
mengatakan bahwa komitmen organisasional merupakan tingkat loyalitas yang
dirasakan individu terhadap organisasi.
Menurut Colquitt, LePine & Wesson (2011:73) menyebutkan bahwa ada tiga
macam tipe Commitment, yaitu :
a.) Affective Commitment adalah sebagai keinginan untuk tetap menjadi
anggota organisasi karena keterikatan emosional pada, dan keterlibatan
dengan organisasi. Mereka tinggal karena menginginkan. Sebagai alasan
emosional atau Emotion-Based, dapat berupa beberapa perasaan
persahabatan, iklim atau budaya perusahaan, dan perasaan kesenangan
ketika menyelesaikan tugas pekerjaan.
Menurut Lyons et al. (2012), keinginan untuk bertahan adalah sikap yang
ditunjukan dari karyawan untuk terikat dan bertahan pada organisasi dimana
mereka bekerja. Dan menurut Johari et al. (2012) menyatakan bahwa keinginan
untuk bertahan adalah niat karyawan untuk tetap tinggal di organisasi dimana ia
bekerja sekarang. Menurut Harvard Business Review, Flowers et al. (1973)
mengemukakan bahwa ada lima alasan yang membuat karyawan memiliki
keinginan bertahan dalam organisasi, yaitu : rasa bangga terhadap organisasi,
adanya atasan (supervisor) yang kompeten, kompensasi yang adil dan menarik,
budaya kerja yang saling menghargai dan menghormati, serta pekerjaan yang
menarik dan memberikan arti.
Lalu dari Castle et al. (2007) yang menyatakan bahwa keinginan karyawan untuk
bertahan di dalam organisasi dipengaruhi oleh beberapa karakteristik, seperti :
karaktersitik personal, karakteristik yang berhubungan dengan peran dalam
perusahaan, fasilitas perusahaan, peluang terjadinya perputaran karyawan,
karakteristik pekerjaan itu sendiri. Semakin tinggi tingkat kepuasan karyawan
terhadap lingkungan pekerjaan dan pekerjaannya, berpengaruh juga terhadap
loyalitas karyawan terhadap organisasi. Semakin tinggi tingkat loyalitas karyawan,
maka mereka juga akan merasa nyaman dan semakin menjadi bagian dari
organisasi.
Berbeda dengan turnover, turnover merupakan pemutusan hubungan kerja
secara permanen antara karyawan dengan organisasi sebelumnya. Turnover
karyawan dapat menjadi sebuah indeks stabilitas kerja di sebuah organisasi karena
turnover yang berlebihan pasti tidak diinginkan dan dapat menghabiskan banyak
biaya pada organisasi tersebut. Collins et al. (2006) mengemukakan, ketika terjadi
pengakhiran hubungan kerja, maka akan memunculkan biaya bagi organisasi untuk
menggantinya dengan karyawan baru.
Menurut Cao et al. (2013), terdapat dua karakteristik utama untuk karyawan
mengundurkan diri, yaitu :
a.) Involuntary, yang arrtinya dilakukan untuk mengakhiri hubungan kerja
dengan seorang karyawan, dilakukan oleh organisasi tersebut.
Lalu menurut Jewell et al. (1998), ada dua faktor yang mempengaruhi keinginan
untuk pindah (turnover intention), yaitu :
a.) Faktor Pribadi, antara lain : kepuasan kerja, usia, jenis kelamin, pendidikan,
lamanya kerja, pelatihan kerja, profesionalisme, kebutuhan pribadi,
geografis & jarak tempat, keinginan untuk meninggalkan organisasi.
b.) Faktor organisasi, antara lain : sistem penghargaan, sistem salary, sistem
benefit, sistem jaminan sosial, dan sistem komunikasi di dalam organisasi.
Dari enam hipotesa terdapat satu hipotesa yang mempunyai kesamaan dari topik
penilitian, yaitu H1, terdapat hubungan yang signifikan antara kompensasi dengan
retensi karyawan. Hipotesa ini didukung dari penilitian sebelumnya, yaitu Kosoe
(2010) mempelajari dampak dari kompensasi terhadap retensi karyawan dan
menemukan hubungan yang signifikan antara keduanya. Di penelitian yang sama,
Irshad (2000) mengamati pengaruh kompensasi dari kompensasi terhadap retensi
karyawan. Dan hasilnya menunjukan hubungan signifikan antara kompensasi
dengan retentsi karyawan.
Selain penilitian ini, penulis juga menggunakan panduan penilitian dari Yohana
Fransiska Siahaan yang berjudul “Pengaruh Human Resources Management
Practice Terhadap Employee Intention to Stay Pada PT MEDIA NUSANTARA
INFORMASI (SINDO)”, (JURNAL MANAJEMEN, VOL 11 NO. 2 NOVEMBER
2014:57-72). Didalam penelitian ini, ditemukan 4 hipotesa antara lain :
Didalam penulisan ini penulis menggunakan panduan dari Veronica Tarigan &
Dorothea Wahyyu Ariani yang berjudul “Empirical study Relations Job
Satisfaction, Organizational Commitment, and Turnover Intention”. Didalam
penilitian ini mengambil sampel sebanyak 250 dari karyawan industry manufaktur
di Yogyakarta & Surakarta. Hasil yang didapat adalah adalah Continuance
Commitment memiliki dampak negatif terhadap intention to leave, artinya
Continuance Commitment mampu memberikan dampak positif terhadap intention
to stay. Hal ini mendukung penilitian sebelumnya yang dilakukan oleh Clugstone
(2000) yang mengemukakan bahwa karyawan yang memiliki komitmen kontituans
yang tinggi akan bertahan di organisasi karena mereka merasa harus melakukannya.
Didalam penulisan ini penulis menggunakan panduan dari Samia Herman yang
berjudul “Impact of Career Development on Organizational Commitment”. Di
penilitian ini sampel yang dipakai berjumlah 200 karyawan dari sector
telkomunikasi di Pakistan, teknik sampling yang digunakan adalah Convinient
Sampling. Hasil yang didapat adalah pengembangan karir memiliki korelasi
signifikan terhadap komitmen kontinuans sebesar 0,697. Selain hasil korelasi, hasil
regresi menunjukan koefisien sebesar 0,596 menunjukan hubungan positif &
signifikan terjadi diantara pengembangan karir dan komitmen kontinuans. Jika satu
persen perubahan terjadi di pengembangan karir, maka sebesar 59,6% perubahan
terjadi di komitmen kontinuans, dan hasilnya sangat signifikan karena p-value
sangat signifikan sebesar 0,000 dan f & t values terdistribusi normal; f-value sebesar
92,4 yang dimana sangat tinggi dan t-value lebih besar dibandingkan 2 yaitu 3.92.
Di dalam penilitian terdapat tiga variabel yang akan diteliti. Ketiga variabel
tersebut terdiri dari variabel terikat, variabel bebas dan variabel mediasi yang akan
disajikan melalui gambar berikut :
Compensation
Practices
Continuance
Intention to Stay
Commitment
Career
Development
Sesuai dengan model penelitian diatas, dapat dijelaskan bahwa :