Anda di halaman 1dari 3

TUGAS B.

INDONESIA
“Teks Cerpen”

NAMA :
 M. JOUDY SYAHBANA (25)
 I PT GD SURYA ADI NATHA (13)
KELAS : XI MIA 1
SMA PGRI 2 Denpasar
Termotivasi dari Kegagalan

Aku sekarang duduk dikelas 2 SMA, Alhamdulillah aku sekarang mulai menyukai
pelajaran yang dahulu aku tidak sukai, karena aku termotivasi oleh suatu kejadian waktu aku
duduk di kelas 3 sekolah dasar

Pada waktu itu aku sangat benci yang namanya pelajaran matematika. Setiap pelajaran
matematika aku selalu mengobrol dengan temanku, menulis yang tidak jelas, dan kalau ada tugas
matematika aku selalu menyontek namun pelajaran yang lain aku fokus memerhatikan guru
bahkan aku tidak mau untuk melewatkannya,

Suatu hari ada PR, padahal mungkin PR itu sangat mudah, namun aku tidak
mengerjakannya dirumah, karena aku malas untuk mengerjakannya. Aku ingin menyontek
dengan teman yang pintar matematika, tetapi temanku pada waktu itu sangat pelit tidak mau
memberikan jawabannya. Bel pun berbunyi, sementara aku belum mengerjakan tugasnya,
sedangkan guru sudah masuk, “hai anak-anak, apakah ada PR matematika?” dan temanku yang
pelit itu langsung menjawab dengan percaya diri “ada bu, di LKS halaman 10”. Ibu pun
menyuruh anak-anak untuk mengumpulkan tugasnya, “haduhh mati deh aku, PRnya belum
dikerjakan gimana nihh” ucap batinku. Dengan situasi begitu aku segera meminta jawaban
kepada siapa pun, dan anak yang pelit itu menghampiriku dengan sombong, aku resah dan
berkata, “hei ayo dong tolong aku, mengerjakannya gimana nihh?”, dan pada akhirnya dia
memberikan jawaban tersebut, lalu aku merasa lega, bahwa PRku sudah di kerjakan dan
dikumpulkan kepada guru.

Setelah selesai dinilai dan dibagikan kepada anak-anak, alhasil ternyata nilaiku 0. Aku
sangat malu dan aku semakin benci dengan anak itu, “aku ingin memberikan pelajaran kepada
dia, tetapi aku tidak tahu bagaimana caranya. Males kalau dengan cara kekerasan maupun
omongan dan lain sebagainya, aku punya akal, bagaimana kalau aku menunjukan bahwa aku bisa
lebih besar nilainya dibandingkan dengan dia, , aku ingin dia merasakan ketika berada di
posisiku” ucap batinku. Dari sinilah aku mulai semangat belajar dan aku sampai membeli buku
khusus untuk rumus matematika, aku rajin latihan soal matematika, menghafal perkalian dan lain
sebagainya.
Ketika pertemuan selanjutnya aku sudah mempelajari materi sebelum dijelaskan oleh ibu
guru, dan aku memperhatikanya dengan fokus, mungkin materinya lebih sulit dari yang
sebelumnya. Pada waktu itu kebetulan dia tidak mengerti materi tersebut dan dari teman-teman
juga jarang yang bisa, lalu ibu guru memberikan soal latihan, ”sekarang latihan ya, siapa yang
paling cepat menjawab akan mendapat nilai plus”, ternyata aku paling pertama mengumpulkan,
dia kaget dan merasa dia kalah olehku. Ketika istirahat dia menghampiriku lalu berkata “ternyata
kamu hebat juga ya?” cetus dia, aku menjawab dengan nada kesalku “makasih” sambil
membuang muka. Tiba-tiba ada seorang anak yang menghampiri “sudah-sudah, jangan pada
ribut terus, ini memang keduanya juga salah, yang pertama kamu mengerjakan tugas hanya bisa
menyontek, dan kedua kamu juga salah telah membohongi dia, seharusnya dibimbing supaya dia
bisa mengerjakannya sendiri”, keduanya saling melotot “sekarang tidak usah lagi saling
menyalahkan, lebih baik kalian saling memaafkan dan lain kali kalau kita bisa mengerjakan
tugas bimbing kepada yang tidak bisa agar ilmu kita bermanfaat”.

Lalu dia meminta maaf atas perbuatannya, “maafkan aku ya, aku sudah salah menilaimu,
aku juga sudah membohongimu waktu kemarin, sekali lagi maaf ya, dan sekarang aku mau minta
tolong denganmu, aku tidak mengerti materi yang ini, maukan kamu mengajariku?”, dan dengan
senang hati aku menjawab “ia maafkan aku juga ya, ini juga termasuk kesalahanku, karena aku
malas belajar dan terima kasih kamu telah membuatku berubah menjadi lebih baik, tentu saja aku
mau mengajarimu”. Dan akhinya mereka menjadi lebih akrab, dari sinilah aku mulai bangkit dari
nilai nol menjadi nilai yang lebih memuaskan.

Ternyata aku mengetahui bahwa ketika orang lain bisa, aku juga harus bisa dan ketika
orang lain tidak bisa akulah yang harus menjadi orang pertama yang bisa. Kegagalan itu awal
dari kesuksesan selagi ada kemauan dan semangat yang tinggi, orang sukses itu adalah orang
yang belajar dari kegagalannya. Janganlah menilai seseorang dengan sebelah mata, karena
disetiap kelemahan pasti ada sebuah kelebihan tersendiri. Ini adalah sebuah pengalaman yang
tidak terlupakan olehku dan mampu mengubah potensi belajar untukku lebih semangat.

Anda mungkin juga menyukai