Anda di halaman 1dari 18

Tinjauan Pustaka

IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

DAFTAR ISI

Halaman Judul.......... ……………………………………………………. i


Halaman Pengesahan ……………………………………………………. ii

1
2

Kata Pengantar…....……………………………………………………… iii


Daftar Isi ...........……………………………………………………. iv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………… 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………....…………………………... 3
BAB III KESIMPULAN........................……………………………... 19
DAFTAR PUSTAKA...……………………………………………………. 21

BAB I
PENDAHULUAN

Kesehatan masyarakat adalah hal penting untuk diketahui. Menurut UU


no. 23 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa, dan sosial yang memunginkan hidup produktif secara sosial dan
ekonomi, tentunya dalam pencapaian kesehatan di suatu wilayah masih ada
masalah-masalah di wilayah tersebut yang harus ditanggulangi. Masalah
kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam suatu wilayah yang berorientasi
3

kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap


sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit (Sunanti, 2007).
Pemecahan masalah kesehatan adalah salah satu upaya untuk membuat
wilayah dengan kesehatan yang baik tercapai. Siklus dari pemecahan masalah
kesehatan adalah analisis situasi, identifikasi masalah, prioritas masalah, tujuan,
alternatif pemecahan masalah, rencana operasional, pelaksanaan dan penggerakan,
pengawasan dan pengendalian, evaluasi dan kembali lagi dengan analisis situasi.
Tujuan dari pemecahan masalah kesehatan ini sendiri adalah mencapai lingkungan
atau wilayah yang sehat. Sehat yang ingin dicapai baik dari badan, jiwa, dan sosial
(Syahrir, 2010).
Dalam melakukan penanggulangan masalah kesehatan perlu dilakukan
identifikasi dan prioritas masalah untuk menjawab masalah kesehatan atau
penyakit apa yang perlu diutamakan/diprioritaskan dalam program kesehatan dan
apabila telah didapatkan masalah kesehatan atau jenis penyakit yang
diprioritaskan untuk ditanggulangi maka langkah yang harus dilakukan adalah
mengetahui jenis atau bentuk intervensi agar program yang dilakukan dapat
dicapai secara efektif dan efesien (Saymond, 20130).

Petugas kesehatan pada tempat bekerja mereka masing-masing perlu


memahami cara-cara mengidentifikasi dan menentukan prioritas masalah
kesehatan dan penentuan jenis program kesehatan yang akan dilakukan
(Saymond, 2013). Tujuan dari penulisan ini adalah mengetahui proses
perencanaan kesehatan, arti, tujuan dan cara melakukan identifikasi dan
menentukan prioritas masalah.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang
terjadi. Idealnya, semua permasalahan yang timbul harus dicarikan jalan keluar.
Akan tetapi, karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu, menyebabkan
tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus, untuk itu perlu ditentukan
masalah yang menjadi prioritas. Setelah merumuskan masalah, maka dilanjutkan
dengan menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah
didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif,
objektif serta adanya pengetahuan yang cukup (Notoadmodjo, 2013).
Penetapan prioritas dinilai oleh sebagian besar manager sebagai inti proses
perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik ini, dapat diartikan sebagai suatu
persiapan untuk keputusan penting dalam penetapan prioritas. Setelah prioritas
ditetapkan, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan. Dalam penentuan prioritas,
aspek penilaian dan kebijakan sangat diperlukan untuk mensintesis berbagai
rincian yang relevan. (Aswar, 2010).
Keterampilan utama yang diperlukan dalam penentuan prioritas dalah
menyeimbangkan variabel-variabel yang memiliki hubungan kuantitatif yang
sangat berbeda dan terletak dalam skala dimensional berbeda pula. Seorang ahli
epidemiologi cenderung menilai prioritas masalah sebagai terutama sebagai
mortalitas dan morbiditas relatif dari masalah-masalah kesehatan tertentu.
5

Sebelum melakukan prioritas masalah, harus dilakukan identifikasi


masalah terlebih dahulu. Idedntifikasi masalah dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan 5W 1H, secara rinci berupa:
1. What (apa)
a. Apa yang harus dilaksanakan?
b. Apa yang sedang dilaksanakan?
c. Apa yang seharusnya dilaksanakan?
d. Apa lagi yang dapat dilaksanakan?
e. Apa lagi yg seharusnya dilaksanakan?
2. Why (mengapa)
a. Mengapa dilaksanakan?
b. Mengapa melaksanakan saat ini?
c. Mengapa dilaksanakan dengan cara ini?
3. Where (dimana)
a. Dimana akan dilaksanakan?
b. Dimana yang sedang melaksanakan?
c. Dimana seharusnya melaksanakan?
d. Dimana lagi yang dapat melaksanakan?
e. Dimana lagi seharusnya dilaksanakan?
4. When (kapan)
a. Kapan dilaksanakan?
b. Kapan seharusnya dilaksanakan?
c. Kapan lagi dapat dilaksanakan?
d. Kapan lagi seharusnya dilaksanakan?
5. Who (siapa)
a. Siapa yang melaksanakan?
b. Siapa yang sedang melaksanakan?
c. Siapa yang seharusnya melaksanakan?
d. Siapa lagi yang dapat melaksanakan?
e. Siapa lagi yang seharusnya melaksanakan?
6. How (bagaimana)
a. Bagaimana melaksanakannya?
b. Bagaimana seharusnya dilaksanakan ?
c. Dapatkah metode ini digunakan di bidang lain?
d. 5. Apakah ada cara lain untuk melaksanakannya ?

Sumber masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dari


berbagai cara antara lain :
6

a. Laporan kegiatan dari program kesehatan.


b. Survailance epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit.
c. Survei kesehatan
d. Hasil kunjungan lapangan.
Untuk dapat menetapkan prioritas masalah ini, ada beberapa hal yang
harus dilakukan,yakni:
1. Melakukan pengumpulan data.
Untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan, perlu tersedia data yang
cukup sehingga harus dilakukan pengumpulan data. Data yang perlu
dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan lingkungan, perilaku,
keturunan, dan pelayanan kesehatan, termasuk keadaan geografis, keadan
pemerintahan, kependudukan, pendidikan, pekerjaan, mata pencaharian,
sosial budaya, dan keadaan kesehatan.
2. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan harus diolah yaitu menyusun data yang tersedia
sedemikian rupa sehingga jelas sifat dan perbedaan yang dimiliki oleh
masing-masing data tersebut.
3. Penyajian Data
Data yang telah diolah dapat disajikan dengan tiga macam penyajian data
yang lazim dipergunakan, yakni secara tekstular, tabular, dan grafikal.
4. Pemilihan Prioritas Masalah
Hasil penyajian data akan memperlihatkan berbagai masalah. Tidak semua
masalah dapat diselesaikan dalam satu waktu sehingga diperlukan pemilihan
prioritas masalah. Hal ini berarti masalah yang paling penting untuk
diselesaikan lebih dulu kemudian yang dapat diselesaikan belakangan
(Aswar, 2010).

Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan


oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan
urutan masalah dari yang paling penting sampai dengan kurang penting.
Penetapan prioritas memerlukan perumusan masalah yang baik, yakni spesifik,
jelas ada kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif, serta
dirumuskan secara sistematis.
7

Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang


harus diperhatikan,yakni:
1. Besar masalah
2. Persepsi masyarakat
3. Kemungkinan masalah dapat diselesaikan
4. Pertimbangan politik
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan
pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu
dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara
menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan
mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan
dalam penetapan prioritas masalah meliputi:
1. Menetapkan kriteria
2. Memberikan bobot masalah
3. Menentukan skoring tiap masalah
Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan
beberapa teknik, seperti teknik skoring dan non skoring (Notoadmodjo, 2013).

I. TEKNIK NON SKORING


Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi
kelompok, oleh sebab itu juga disebut “Nominal Group Technique” (NGT). Ada 2
NGT yakni:
A. Metode Delbeq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini adalah melalui diskusi
kelompok, akan tetapi peserta diskusi tidak memiliki keahlian yang sama maka
sebelumnya dijelaskan dahulu sehingga mempunyai persepsi yang sama terhadap
masalah yang akan dibahas. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang
disepakati bersama (Aswar, 2010).
Adapun caranya adalah sebagai berikut:
a) Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli
8

b) Dituliskan pada white board masalah apa yang akan ditentukan peringkat
prioritasnya
c) Masing-masing orang menulis urutan prioritas untuk setiap masalah.
d) Penulisan dilakukan tertutup
e) Pendapat setiap orang dikumpul dan hasilnya dituliskan
f) Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil berarti
mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi).
Cara ini mempunya beberapa kelemahan, yaitu:
a) Menentukan siap yang seharusnya ikut dalam menentukan peringkat prioritas
tersebut
b) Penentuan peringkat sangat subyektif,
c) Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang berbeda dan
tidak untuk menentukan prioritas atas dasar fakta.

B. Metode Delphi
Masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai
keahlian yang sama. Dihasilkan prioritas masalah yang disepakati bersama.
Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus. Setiap peserta
yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah
pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang
dicari (Aswar, 2010).
Adapun caranya adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah yang perlu diselesaikan
b. Membuat kuesioner dan menetapkan para ahli yg dianggap mengetahui
dan menguasai permasalahan
c. Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali jawaban
kuesioner yang berisikan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah
d. Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang muncul
dan mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan
e. Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas/memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan
mengembalikan kepada pemimpin kelompok/pembuatan keputusan
(Sutisna, 2009).
9

II. TEKNIK SKORING


Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score
(nilai) untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Parameter yang
dimaksud adalah:
a. Besar masalah;
b. Kenaikan atau meningkatnya masalah (rate of increase);
c. Keinginan masyarakat menyelesaikan masalah (degree ofunmeet need);
d. Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah teratasi (socialbenefit);
e. Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility);
f. Sumber daya yang tersedia untuk mengatasi masalah (resources
availibilily) (Sutisna, 2009).
Secara terperinci cara-cara tersebut antara lain:
A. Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:
a. Prevalence : Besar masalah yang dihadapi
b. Seriousness :Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu
masalah dalam masyarakat
c. Manageability :Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan
dengan sumber daya
d. Community concern :Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah
kesehatan.
Parameter diletakkan pada baris, dan masalah-masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu
sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan untuk tiap masalah. Kemudian
dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah untuk masing-masing masalah
dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan
sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil
yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk
menentukan prioritas masalah yang akan diambil (Depkes, 2002).

B. Metode Matematik PAHO (Pan American Health Organization)


Disebut juga cara ekonometrik. Dalam metode ini parameter diletakkan
pada kolom dan digunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan
sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah:
a. Magnitude : Berapa banyak yang terkena masalah.
10

b. Severity : Besarnya kerugian yang timbul


c. Vulnerability : Ketersediaan teknologi atau obat untuk mengatasi masalah
tersebut.
d. Community and political concern:Sejauh mana masalah tersebut menjadi
concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi.
e. Affordability : Ketersediaan dana.
Parameter diletakkan pada baris atas dan masalah-masalah yang ingin
dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Pengisian dilakukan dari satu
parameter ke parameter lain. Hasil didapat dari perkalian parameter tersebut.

Contoh Teknik PAHO


Teknik ini dikembangkan oleh PAHO (Pan American Health Organization).
Prioritas masalah kesehatan ditentukan indikator-indikator sebagai berikut:
1) Magnitude (M) masalah
Banyak penduduk yang terkena masalah tersebut ditunjukan oleh prevalensi
penyakit di masyarakat. Dalam hal ini misalnya, magnitude ISPA lebih besar
daripada HIV/AIDS, sehingga dari segi magnitude, ISPA lebih penting daripada
HIV/AIDS.
2) Severity (S)
Tingkat keparahan dampak yang diakibatkan oleh masalah kesehatan tersebut. Ini
bisa ditunjukan oleh CFR (case fatalityrate) penyakit atau besar biaya yang
diperlukan untuk menanggulangi atau mengobati. Dalam hal ini, severity
HIV/AIDS jauh lebih besar daripada influenza.
3) Vulnerability (V)
Cara atau teknologi yang murah dan efektif untuk mengatasi masalah tersebut.
Misalnya, campak lebih vulnerable dibandingkan TB, karena campak mudah
dicegah dengan imunisasi sedangkan TB tidak mudah.
4) Community concern (C)
Tingkat kepanikan yang ditimbulkan oleh masalah tersebut di tengah masyarakat.
Penyakit HIV/AIDS tentu lebih menghebohkan daripada TB (Depkes, 2002).

• Cara menggunakan keempat indikator tersebut adalah meminta pendapat


sejumlah ahli untuk memberikan skor bagi masing-masing masalah yang akan
ditentukan peringkat prioritasnya. Besarnya skor tersebut adalah antara 1 sampai
10.
11

• Hasil tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tabel berikut:

Tabel 1. Contoh pembuatan prioritas masalah


Penyakit M S V C Total
HIV/AIDS 2 10 2 8 320
TBC 6 5 4 6 720
Malaria 7 4 6 4 672
Ca Paru 3 7 4 4 336
ISPA 10 2 8 3 480

Dalam contoh diatas, para ahli memberikan skor secara vertikal untuk
kelima masalah tersebut. Skor masing-masing berkisar 1 sampai 10. Kemudian
dihitung skor rata-rata dari sejumlah pakar tersebut. Skor rata-rata tersebut ditulis
dalam kolom yang relevan (misalnya mulai dari kolom M). Kemudian berikutnya
dilakukan untuk kolom S dari atas ke bawah (vertikal), demikian selanjutnya
untuk kolom V dan C. Setelah itu, skor dikalikan dengan arah horizontal. Hasilnya
ditulis pada kolompaling kanan.
Dalam contoh di atas, maka urutan prioritas adalah: (1) TB, (2) Malaria,
(3) ISPA, (4) Ca Paru, dan (5) HIV/AIDS. Ada beberapa kelemahan cara ini,
yaitu: a) Menentukan ahli atau pakar; b) Bias terhadap masalah yang dikuasainya,
artinya pakar HIV/AIDS cenderung memberi skor tinggi untuk masalah tersebut;
c) Tanpa mengetahui data, akhirnya pakar tersebut juga akan memberikan skoratas
pertimbangan subyektif.
C. MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment Metode)
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada
kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan. Metode ini
memakai lima kriteria untuk penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria
diberikan bobot penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah yang ada. Cara
untuk menentukan bobot dari masing-masing kriteria dengan diskusi,
argumentasi, dan justifikasi

Kriteria yang dipakai terdiri dari:


a. Emergency : Kegawatan menimbulkan kesakitan atau kematian.
b. Greetes member : Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi.
c. Expanding scope : Mempunyai ruang lingkup besar di luar kesehatan
d. Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan.
e. Policy : Kebijakan pemerintah daerah/nasional.
12

D. Metode Hanlon
Dalam metode Hanlon dibagi dalam 4 kelompok kriteria, masing-masing adalah :
1. Kelompok kriteria A = besarnya masalah
a. Besarnya persentase penduduk yang menderita langsung karena penyakit
tersebut
b. Besarnya pengeluaran biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah
tersebut
c. Besarnya kerugian lain yang diderita
2. Kelompok kriteria B = tingkat kegawatan masalahyaitu tingginya angka
morbiditas dan mortalitas,kecenderungannya dari waktu ke waktu
3. Kelompok kriteria C = kemudahan penanggulangan masalahdilihat dari
perbandingan antara perkiraan hasil atau manfaat penyelesaian masalah
yang akan diperoleh dengan sumber daya (biaya, sarana dan cara) untuk
menyelesaikan masalah. Skor 0-10 (sulit – mudah).

4. Kelompok kriteria D = Pearl faktor, dimana :


P= Propriatness yaitu kesesuaian masalah dengan prioritas berbagai
kebijaksanaan/program/kegiatan instansi/organisasi terkait.
E= Economic feasibility yaitu kelayakan dari segi pembiayaan.
A = Acceptability yaitu situasi penerimaan masyarakat dan instansi
terkait/instansi lainnya.
R= Resource availability yaitu ketersediaan sumber daya untuk
memecahkan masalah (tenaga, sarana/peralatan, waktu)
L= Legality yaitu dukungan aspek hukum/perundangan-
undangan/peraturan terkait seperti PP/juklak/juknis/protap.

Tabel 2. Penilaian dengan PEARL


Masalah P E A R L Hasil
Perkalian
PEARL
A 1 1 1 1 1 1
B 1 1 1 1 1 1
C 1 0 1 1 0 0

E. Metode CARL
13

Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode


CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-
10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:
C= Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan
peralatan)
A= Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi
atau tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan
metode/cara/teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan.
R= Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L= Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan
yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.

F. Metode Reinke
Metode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor.
Nilai skor berkisar 1-5 atas serangkaian kriteria:
M = Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah yang dapat
dilihat dari % atau jumlah/kelompok yang terkena masalah,
keterlibatan masyarakat serta kepentingan instansi terkait.
I= Importancy atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka
morbiditas dan mortalitas serta kecenderunagn dari waktu ke
waktu.
V= Vulnerability yaitu sensitif atau tidaknya pemecahan masalah
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitas dapat
diketahui dari perkiraan hasil (output) yang diperoleh dibandingkan
dengan pengorbanan (input) yang dipergunakan.
C= Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan
pemecahan masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya.
14

III. Mempertimbangkan Trend (Kecenderungan) Kebijakan


Cara lain menentukan peringkat masalah kesehatan adalah
denganmenelaah trend/kecenderungan kebijakan yang berkembang baik pada
tingkatnasional maupun internasional. Asumsinya adalah bahwa kebijakan-
kebijakantersebut tentunya didasarkan pada fakta empiris atau evidence yang
valid.Berikut ini beberapa kebijakan yang memberi arah pada penentuan prioritas
masalah kesehatan (Sutisna, 2009).

1) Gerakan Global dalam Dekade 1980 -1990


Ada beberapa gerakan global yang menekankan pentingnya beberapa masalah
kesehatan diberikan prioritas lebih tinggi, yaitu gerakan kesetaraan gender
menekankan pentingnya kesehatan reproduksi, Deklarasi hak-hak anak (NewYork,
1999) menekankan pentingnya menjamin hak anak antara lain bidang kesehatan
dan gizi anak, dan gerakan HAM menekankan pentingnya menjamin kesehatan
masyarakat terasing.

2) Paradigma Pembangunan yang Berpusat pada Penduduk


“People centered development” adalah suatu paradigma pembangunan
yangterfokus pada pengembangan sumber daya manusia (SDM). Mutu penduduk
menurut paradigama ini, adalah kunci bagi suksesnya sebuah bangsa. Oleh sebab
itu perlu dilakukan inventasi untuk mengembangkan mutu SDM.UNICEF
menyarankan agar investasi tersebut dilakukan sejak dini. Salah satu alasan adalah
karena pada masa itulah terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak.
Menurut paradigma ini, yang harus mendapat prioritas adalahmasalah kesehatan
yang berkaitan dengan kehamilan (kesehatan ibu hamil), masalah kesehatan saat
melahirkan (pertolongan persalinan), masalah kesehatan bayi dan anak balita, dan
masalah kesehatan anak sekolah.

3) Komitmen Global
Prioritas masalah Puskesmas juga perlu memasukan beberapa masalah kesehatan
yang sudah menjadi komitmen global. Berikut ini adalah beberapamasalah
kesehatan yang termasuk dalam komitmen global yaitu Malaria, TB,HIV/AIDS,
Polio, Lepra (WHO), kesehatan anak (Deklarasi Hak Anak, NewYork 1999,
15

WHO), dan kesehatan reproduksi (Safe motherhood, Konferensi Kependudukan


Sedunia, Kairo, 1994, WHO).

4) Komitmen Nasional
Disamping masalah kesehatan yang termasuk dalam komitmen global diatas, pada
tingkat nasional juga ada beberapa masalah kesehatan yang ditetapkan sebagai
prioritas, yaitu Keluarga Berencana, Demam Berdarah Dengue, gizi ibu hamil,
balita, dan anak sekolah, pengguna narkoba, PD3I (penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi), dan pneumonia balita. Untuk menentukan prioritas masalah
kesehatan dalam RO Puskesmas, disarankan untuk menggunakan 3 (tiga)
pendekatan berikut, yaitu:
1) Menggunakan informasi tentang komitmen global dan nasional, kecuali
terbukti bahwa masalah yang telah menjadi komitmern global dan nasional
tersebut betul-betul tidak ada di wilayah kerja Puskesmas bersangkutan. Oleh
sebab itu, masalah yang perlu diberikan prioritas adalah PD3I (Penyakit
yangdapat dicegah dengan imunisasi), Malaria, TB, HIV/AIDS, Lepra,
DemamBerdarah Dengue, dan Kurang gizi (khususnya ibu hamil, bayi, anak
balitadan anak sekolah).
2) Kalau ada masalah lain di luar masalah yang termasuk dalam komitmen
globaldan nasional tersebut, Puskesmas bisa menggunakan teknik PAHO untuk
menelaah prioritasnya. Misalnya Puskesmas tertentu mungkin juga menghadapi
masalah-masalah yang bersifat spesifik lokal (local specific) seperti Filariasis,
Frambusia, Rabies, Keracunan pestisida, Kecelakaan, Penggunaan narkoba, dan
lain-lain.
3) Juga disarankan agar masalah yang menyangkut pembangunan mutu
manusiasejak dini hendaknya diberi prioritas tinggi. Ini berkaitan dengan upaya
untuk menjamin pertumbuhan otak yang optimal. Maka masalah yang
menyangkuthal-hal berikut perlu diprioritaskan, yaitu Kesehatan ibu hamil,
Kesehatan ibumelahirkan, Kesehatan bayi, Kesehatan ibu nifas, Kesehatan anak
balita, dan Kesehatan anak sekolah.
16

BAB III
KESIMPULAN

Identifikasi dan pioritas masalah kesehatan merupakan salah satu bagian


dari proses perencanaan. Dalam melakukan identifikasi masalah kesehatan, ada
beberapa pendekatan yang perlu diperhatikan sehingga masalah yang
dikemukakan merupakan masalah yang benar-benar penting dan harus segera
diselesaikan. Selain itu dibutuhkan ukuran-ukuran dan data untuk menemukan
masalah kesehatan yang ada. Penentuan prioritas masalah merupakan hal yang
sangat penting setelah masalah-masalah kesehatan teridentifikasi. Penentuan
prioritas masalah harus memperhatikan beberapa faktor, antara lain: besarnya
masalah, pertimbangan politik, persepsi masyarakat dan bisa tidaknya masalah
tersebut terselesaikan.
Cara prioritas masalah banyak macamnya. Secara sederhana dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Scoring Technique (Metode Penskoran),
misal: metode USG, metode Hanlon, metode MCUA, metode CARL, PAHO, cara
Bryant, cara ekonometrik, dan Non Scoring Technique (NGT, Delphin Technique,
dan Delbech Technique). Pemilihan kedua cara tersebut berdasarkan ada tidaknya
data yang tersedia.
Pada metode Scoring Technique, pemilihan prioritas dilakukan dengan
memberikan skor untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan.
Parameter yang dimaksud adalah besarnya masalah, berat ringannya akibat yang
ditimbulkan, kenaikan prevalensi masalah, keinginan masyarakat untuk
menyelesaikan masalah tersebut, keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika
masalah tersebut terselesaikan, rasa prihatin masyarakat terhadap masalah, serta
sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah.
17

Akan tetapi, bila tidak tersedia data yang lengkap maka metode yang
digunakan untuk menentukan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah
dengan metode Scoring Technique (Delpin Technique dan Delbech Technique) \.
Adapun kendala-kendala dalam menentukan prioritas masalah seperti human,
process, structural, dan institutional problem harus dapat dikaji dan diatasi selama
proses perencanaan agar prioritas masalah yang benar-benar harus diatasi segera
mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Aswar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan . Jakarta: Binaputra


Aksara.

Biro Perencanaan Departemen Kesehatan RI dan Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Indonesia. 2002. Perencanaan dan PenganggaranTerpadu (Integrated
Health Planning and Budgetting), PenentuanPrioritas Masalah Kesehatan (Modul
– 05). Jakarta: Depkes RI.
18

Nick, A. Syahrir, A. Zulkifli, A. 2010, Proses Perencanaan Program Upaya


Kesehatan Wajib (Basic Six) Pada Puskesmas Di Kabupaten Keerom Propinsi
Papua. Bagian Manajemen Pelayanan Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat,Universitas Hasanuddin, Makassar

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.


Jakarta: Rineka Cipta.

Sunanti Z. Soejoeti, 2007. Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks
Sosial Budaya. Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Sutisna Sulaeman, Endang. 2009. Manajemen Kesehatan. Teori dan Praktik di


Puskesmas. Surakarta: UNS

Symond, D. 2013. Penentuan Prioritas Masalah kesehatan dan Prioritas Jenis


Intervensi Kegiatan Dalam Pelayanan Kesehatan di Suatu Wilayah. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Vol, 7, No. 2

Anda mungkin juga menyukai