Anda di halaman 1dari 4

Nama : Helda Niawanti

Instansi : Universitas Mulawarman

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan potensi bahaya besar dan menengah berdasarkan
Permenaker 187/1999 (Sebutkan pasal terkait dan jelaskan!)

Jawab:
Berdasarkan Permenaker 187/1999 pasal 8 disebutkan bahwa berdasarkan hasil
penelitian Dinas Tenaga Kerja menetapkan kategori potensi bahaya
perusahaan/industri menjadi dua yaitu bahaya besar dan menengah berdasarkan
nama, kriteria serta nilai ambang kuantitas (NAK) bahan kimia berbahaya yang ada
pada industri tersebut. Kriteria bahan kimia berbahaya terbagi menjadi delapan jenis
berdasarkan pasal 9 yaitu bahan beracun, bahan sangat beracun, cairan mudah
terbakar, cairan sangat mudah terbakar, gas mudah terbakar, bahan mudah meledak,
bahan reaktif dan bahan oksidator. Sedangkan NAK berdasarkan Pasal 13 dapat dilihat
pada lampiran III Permenaker 187/1999 dan bagi bahan kimia yang tidak tersedia
dalam daftar pada lampiran III maka penentuan NAK dapat menggunakan kuantitas
pada Pasal 14 Permenaker 187/1999. Berdasarkan Pasal 15 disebutkan bahwa
perusahaan/industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya dengan melebihi
NAK sebagaimana dimaksud pada pasal 13 dan 14 dikategorikan sebagai perusahaan
dengan potensi bahaya besar. Sedangkan perusahaan/industri yang mempergunakan
bahan kimia berbahaya dengan kuantitas sama atau lebih kecil dari NAK
dikategorikan sebagai perusahaan dengan potensi bahaya menengah. Sebagai contoh
sebuah perusahaan “X” menggunakan bahan kimia Aseton sebanyak 250 ton maka
perusahaan “X’ dikategorikan sebagai perusahaan dengan potensi bahaya besar karena
berdasarkan Lampiran III Permenaker 187/1999 NAK dari aseton adalah sebesar 200
ton. Sedangkan perusahaan “Y” yang mempergunakan aseton sebanyak 190 ton dapat
dianggap sebagai perusahaan dengan potensi bahaya menengah. Berdasarkan Pasal
16 perusahaan dengan potensi bahaya besar wajib memiliki ahli K3 Kimia dan petugas
K3 Kimia serta dokumen pengendalian bahaya besar. Sedangkan Pasal 17
menyebutkan bahwa perusahaan dengan potensi bahaya menengah wajib memiliki
petugas K3 Kimia dan membuat dokumen pengendalian potensi bahaya menengah.

2. Jelaskan hirarki pengendalian bahaya untuk mencegah agar bahan kimia tidak masuk
ke dalam tubuh (pernafasan, mulut, dan kulit)!

Jawab :
a. Pernafasan
 Mengidentifikasi bahaya dari bahan kimia yang ada di lingkungan kerja terhadap
pernafasan melalui MSDS/LDKB (Administrasi)
 Mengetahui nilai ambang batas bahan kimia terhadap sistem tubuh khususnya
pernafasan (Administrasi)
 Mengganti bahan kimia yang berbahaya bagi pernafasan dengan bahan yang lebih
aman (Subtitusi)
 Menyimpan bahan kimia berbahaya bagi pernafasan di tempat khusus, tidak
tercampur dengan bahan lainnya (Eliminasi)
 Jika tidak memungkinkan untuk diganti maka pekerja wajib mengetahui prosedur
pertolongan pertama jika bahan kimia terhirup dan masuk ke pernafasan
(Administrasi)
 Bahan diberikan label yang sesuai dan lengkap dengan peringatan bahaya serta
prosedur penanganan jika terjadi kebocoran/tumpahan (Administrasi)
 Mengurangi waktu paparan bahan kimia berbahaya terhadap pernafasan
(mengurangi waktu kontak) (Perancangan)
 Mengatur sirkulasi udara di ruang penyimpanam bahan/tempat kerja yang
terdapat bahan kimia berbahaya (ventilasi dan blower) (Perancangan)
 Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai yaitu masker N95 untuk
pengendalian bahan partikulat/debu dan masker chemical respirator untuk bahan
kimia berbahaya (APD)
 Jika terlanjur terhirup segera diberikan bantuan oksigen (Eliminasi)
 Melakukan MCU secara berkala (Administrasi)

b. Mulut
 Mengidentifikasi bahaya dari bahan kimia yang ada di lingkungan kerja terhadap
pencernaan jika masuk melalui mulut berdasarkan MSDS/LDKB (Adiministrasi)
 Mengetahui nilai ambang batas bahan kimia terhadap sistem tubuh khususnya
pencernaan (Adiministrasi)
 Mengganti bahan kimia yang berbahaya bagi pernafasan dengan bahan yang lebih
aman (Subtitusi)
 Menyimpan bahan kimia berbahaya bagi pencernaan di tempat khusus, tidak
tercampur dengan bahan lainnya (Eliminasi)
 Jika tidak memungkinkan untuk diganti maka pekerja wajib mengetahui prosedur
pertolongan pertama jika bahan kimia tertelan dan masuk ke pencernaan
(Administrasi)
 Bahan diberikan label yang sesuai dan lengkap dengan peringatan bahaya serta
prosedur penanganan jika terjadi kebocoran/tumpahan (Administrasi)
 Tidak melakukan aktivitas kegiatan makan dan minum di lingkungan
penyimpanan bahan/tempat kerja (mencegah kontak langsung/tertelan)
(Perancangan)
 Menggunakan alat pelindung diri berupa masker saat bekerja menggunakan bahan
kimia (APD)
 Jika terlanjur tertelan segera diberikan obat pencahar dan mengkonsumsi air yang
banyak untuk mengeluarkan/ekskresi bahan kimia berbahaya dari pencernaan
(Eliminasi)
 Melakukan MCU secara berkala (Administrasi)

c. Kulit
 Mengidentifikasi bahaya dari bahan kimia yang ada di lingkungan kerja terhadap
kulit berdasarkan MSDS/LDKB (Administrasi)
 Mengetahui nilai ambang batas bahan kimia terhadap sistem tubuh khususnya
kulit
 Mengganti bahan kimia yang berbahaya bagi kulit dengan bahan yang lebih aman
(Administrasi)
 Menyimpan bahan kimia berbahaya bagi kulit di tempat khusus, tidak tercampur
dengan bahan lainnya (Eliminasi)
 Jika tidak memungkinkan untuk diganti maka pekerja wajib mengetahui prosedur
pertolongan pertama jika bahan kimia terkena kulit (Administrasi)
 Bahan diberikan label yang sesuai dan lengkap dengan peringatan bahaya serta
prosedur penanganan jika terjadi kebocoran/tumpahan (Administrasi)
 Menyediakan shower, wastafel dan laundry untuk pekerja (Perancangan)
 Otomatisasi proses (Perancangan)
 Menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan yang sesuai, jas
laboratorium atau wearpack saat bekerja menggunakan bahan kimia (APD)
 Jika terlanjur terkena kulit segera cuci dengan air bersih yang mengalir untuk
membersihkan bahan kimia berbahaya dari kulit dan mencegah proses absorbsi ke
dalam darah (Eliminasi)
 Melakukan MCU secara berkala (Administrasi)

3. PT. Indonesia Abadi menggunakan bahan kimia sebagai berikut :


a. Nitrogen oksida dengan jumlah 60.000 kg
b. Benzidine dengan jumlah 2 kg
c. LPG dengan jumlah 5 ton
d. Solar dengan jumlah 500.000 L
Lakukanlah penetapan potensi bahaya perusahaan tersebut dan apakah potensi
bahaya besar atau menengah dan sebutkan kewajiban perusahaan yang harus
dipenuhi!

Jawab :
 Konversi satuan :
Nitrogen oksida : 60.000 kg = 60 ton
Benzidine : 2 kg =0,002 ton
LPG : 5 ton = 5 ton
Solar : 500.000 L = > m = ρ x Volume
m = 0,860 kg/L (pertamina.com) x 500.000 L
= 430.000 kg
= 430 ton
Teknik I :
Apabila terdapat atau akan terdapat kuantitas satu atau lebih bahan kimia pada
instalasi/fasilitas penyimpanan, proses dan pipa, kemasan (package store) dan
jaringan perpipaan melebihi NAK dalam Lampiran III atau Pasal 14 Kepmenaker
No. Kep 187/Men/199. NAK bahan kimia PT. Indonesia Abadi berdasarkan
Kepmenaker 187/1999 adalah sebagai berikut :
 Nitrogen oksida dengan jumlah 50 ton (Lampiran III)
 Benzidine dengan jumlah 1 kg (Lampiran III)
 LPG dengan jumlah 50 ton (Pasal 14)
 Solar dengan jumlah 200 ton (Pasal 14)

Dari keempat bahan kimia yang tersimpan/digunakan terdapat tiga bahan kimia
yang kuantitasnya melebihi NAK yaitu nitrogen oksida sebesar 60 ton (>50 ton),
Benzidine sebesar 2 kg (>1 kg) dan solar sebesar 430 ton (> 200 ton). Maka
perusahaan tersebut dikategorikan sebagai Instalasi/Fasilitas Potensi Bahaya
Besar (Major Hazard Facilities). Karena pada analisis teknik I sudah
dikategorikan potensi bahaya besar maka tidak perlu dilanjutkan dengan teknik
berikutnya. Kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan adalah sebagai
berikut:
a. Mempekerjakan petugas K3 Kimia : non shift = 2 orang, shift = 5 orang
b. Mempekerjakan Ahli K3 Kimia sekurang-kurangnya 1 orang
c. Menyusun dokumen pengendalian potensi bahaya besar
d. Melaporkan setiap perubahan nama bahan kimia dan kuantitas bahan kimia
proses dan modifikasi instalasi yang digunakan
e. Memeriksa dan menguji faktor kimia yang ada di tempat kerja ≤ 6 bulan 1 x
f. Memeriksa dan menguji setiap ≤ 2 tahun 1 x
g. Pemeriksaan uji kesehatan tenaga kerja 1 tahun 1 x

Anda mungkin juga menyukai