Anda di halaman 1dari 4

CASE STUDY KEPERAWATAN PERIOPERATIF

EVALUASI KEPATUHAN TIM BEDAH DALAM PENERAPAN SURGICAL


SAFETY CHECKLIST WHO PADA OPERASI BEDAH MAYOR DI INSTALASI
BEDAH SENTRAL PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Oleh:

1. Siti Rohmiyati 1807096

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
STIKES KARYA HUSADA SEMARANG
2019
Jurnal penelitian oleh Siti Karlina, Elsye Maria Rosa tahun 2018, dengan judul
“Evaluasi Kepatuhan Tim Bedah Dalam Penerapan Surgical Safety Checklist Who Pada
Operasi Bedah Mayor Di Instalasi Bedah Sentral PKU Muhammadiyah Bantul” ,
menganalisis tentang kepatuhan tim bedah dalam menerapkan surgical safety checklist fase
sign in, time out, dan sign out pada operasi bedah mayor dan mencari strategi untuk
mengatasi hambatan penerapan surgical safety checklist di kamar operasi RS PKU
Muhammadiyah Bantul. Dengan menggunakan desain penelitian kuantitatif dan deskriptif. [1]

Subjek penelitian ini meliputi tenaga kesehatan yang berada di ruang operasi mengenai
kepatuhan perawat dan dokter anastesi dalam surgical safety checklist meliputi sign in, time
out dan sign out yang dilakukan Pengambilan data dilakukan bertahap selama 7 hari dengan
didapatkan 30 sesi operasi. Kepatuhan pengisian paling rendah pada saat sign in adalah
menuliskan waktu dimulainya sign in yaitu 4 (13,3%) dari 30 sesi operasi. Kepatuhan paling
rendah pada saat time out adalah penulisan waktu yang hanya terisi sebanyak 3 (10%) dan
konfirmasi untuk penayangan foto radiologis yaitu sebanyak 5 (16,7%). Kepatuhan paling
rendah pada saat sign out adalah pengisian waktu sign out (10,0%) dan diagnosis post op
(16,7%).[1]

Dengan diambil kesimpulan bahwa Pengisian Surgical Safety Checklist baik Sign In,
Time Out, maupun Sign Out di Instalasi Bedah Sentral RS PKU Muhammadiyah Bantul
termasuk dalam kriteria kurang patuh. Mengingat pentingnya pasien safety bahwa salah satu
upaya mutu peningkatan di Rumah Sakit adalah menjalankan program keselamatan pasien
(patient safety). Patient safety merupakan pasien bebas dari cedera yang tidak seharusnya
terjadi atau bebas atas cedera potensial yang mungkin terjadi terkait dengan pelayanan
kesehatan [2].

Patient safety merupakan suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Hal ini termasuk: assessment resiko, identifikasi dan pengolahan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbul resiko [3].

Tindakan perioperatif merupakan tindakan medis yang perlu perhatian khusus dimana,
tindakan yang dilakukan sangat beresiko terhadap keselamatan pasien yang akan
mempengaruhi citra rumah sakit. Untuk melinsungi keselamatan pasien saat tidakan operasi
maka dibuatlah lembar check list keselamatan pasien. WHO menjelaskan bahwa ccc di kamar
bedah digunakan melalui 3 tahap, masing-masing sesuai dengan alur waktunya yaitu saat
sebelum induksi anestesi (Sign In), sebelum dilakukan insisi kulit (Time Out) dan sebelum
mengeluarkan pasien dari kamar operasi (Sign Out).

Kelebihan berdasarkan jurnal di kemukakan bahwa Rumah Sakit sudah baik untuk
mengaplikasikan surgical safety checklist dimana isi hal tersebut akan melindungi pasien
dari segala kesalahan tindakan operasi yang dilakukan. Dengan pengisian surgical safety
checklist maka akan melindungi tenaga kesehatan untuk tanggung gugat apabila terjadi
gugatan bahwasanya apa yang dilakukan sudah sesuai prosedur.

Kekurangan pada penelitian dijelaskan bahwa tenaga kesehatan belum patuh untuk
melakukan penulisan waktu dimulainya sign in yaitu 4 (13,3%), penulisan waktu time out
yang hanya terisi sebanyak 3 (10%) dan konfirmasi untuk penayangan foto radiologis 5
(16,7%), pengisian waktu sign out (10,0%) dan diagnosis post op (16,7%).dari hasil tersebut
jelas bahwa tenaga kesehatan kurang patuh pada saat penulisan waktu sign in, time out dan
sign out dimana hal ini sangat penting untuk memberi waktu bagi tenaga kesehatan untuk
melakukan koreksi persiapan pada saat persiapan atau mengahiri operasi.

Pada fase sign in dilakukan sebelum induksi anestesi, koordinator secara verbal
memeriksa apakah identitas pasien telah dikonfirmasi, prosedur dan sisi operasi sudah benar,
sisi yang akan dioperasi telah ditandai, persetujuan untuk operasi telah diberikan, pulse
oksimetri pada pasien berfungsi. Koordinator dengan penata atau dokter anestesi
mengkonfirmasi resiko pasien, apakah pasien ada riwayat alergi, kesulitan jalan nafas dan
resiko kehilangan darah.

Kepatuhan pengisian identitas masih kurang baik diaman identitas merupakan hal
sepele yang mana sangat berpotensi bila terjadi kesalahan. Kepatuhan pengisian paling
rendah adalah penilaian resiko pasien yaitu penilaian riwayat alergi (86,7%), penilaian
penyulit pernafasan / resiko aspirasi (93,3%), penilaian resiko kehilangan darah (90,0%), dan
penilaian perlunya akses intravena 2 jalur (86,7%). Peran dokter spesialis anestesi adalah
menilai riwayat alergi pada pasien yang akan di operasi dan penilaian resiko yang bisa terjadi
selama dan setelah operasi berlangsung

Kepatuhan untuk antisipasi kejadian kritis cukup rendah yaitu dari review dokter bedah
(26,7%), review dari tim anestesi (26,7%), dan review dari tim perawat (36,7%). Time-Out
sering tidak dilakukan sebagai upaya tim, miskomunikasi antar staf, antar shift, komunikasi
yang tidak terdokumentasi dengan baik, merupakan hal yang dapat menimbulkan kesalahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tidak patuh mengisi item sign out.
Kepatuhan paling rendah adalah pengisian waktu sign out (10,0%) dan diagnosis post operasi
(16,7%). Hal ini berkaitan kesadaran evaluasi pasca operasi yang kurang dianggap penting,
padahal perlunya penilaian post operasi karena post operasi perlu dinilai untuk menilai hasil
dari operasi adanya kesalahan ataupun perburukan keadaan.

Pentingnya pengisisan surgical safety checklist memang sangat susah untuk dilakukan
mengingat tindakan di ruang operasi lebih menekankan pada action langsung untuk
melakukan tindakan dimana tindakan yang dilakukan di ruang operasi serba cepat dan penuh
dengan tekanan, namun tindakan penulisan surgical safety checklist harus tetap dilakukan
untuk melindungi pasien maupun tenaga kesehatan.

Untuk selanjutnya pentingnya semua tenaga kesehatan di seluruh rumah sakit terutama
ruang bedah untuk melakukan pasien safety dengan melakukan semua tindakan sesuai
surgical safety checklist dan mendokumentasikannya secara baik dan benar untuk
memperbaiki pelayanan kesehatan.

Jumlah kata 850

Daftar Pustaka

1. Karlina, S & Rosa, E. 2018. Evaluasi Kepatuhan Tim Bedah Dalam Penerapan Surgical
Safety Checklist Who Pada Operasi Bedah Mayor Di Instalasi Bedah Sentral PKU
Muhammadiyah Bantul. Jurnal Keperawatan UMY. repository.umy.ac.id
2. KKP-RS. 2008. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Jakarta:
3. Kemenkes, R. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Kemenkes RI.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai