Anda di halaman 1dari 3

ENZIM

(Laporan Praktikum Fisiologi Hewan)

Nama : Titis Dwi Lestari, NPM. 1713024030, Kelompok 2, Kelas B


Tanggal Praktikum : Rabu, 13 Maret 2019
Pendidikan Biologi FKIP

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kerja enzim.

B. Metode
Cara Kerja

- Diambil saliva 10 ml dan air 10 ml


- Diambil 20 tetes untuk setiap tabung reaksi

- Diletakkan kedalam 9 tabung reaksi (20 tetes saliva dan amilum 5 ml)
- Diletakkan 3 tabung di suhu ruangan 37oC
- Diletakkan 3 tabung di suhu tinggi 60oC
- Diletakkan 3 tabung di suhu rendah 4oC

- Didiamkan selama 10 menit

- Diteteskan benedict blue 20 tetes

- Dibakar di atas bunsen

C. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Pengaruh Suhu Terhadap Cara Keja Enzim
Tabung reaksi ke-
Suhu (˚C)
1 2 3
Kuning Pekat Kuning Pekat Kuning Pekat
4
Kuning Sedikit Pekat Kuning Sedikit Pekat Kuning Sedikit Pekat

37

Kuning Terang Kuning Terang Kuning Terang

60

D. Pembahasan
Enzim adalah molekul protein yang berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi kimia tanpa dirinya rudak atau berubah bentuk dalam reaksi
tersebut. Walaupun terbentuk dari molekul protein, tetapi tidak semua protein dapat berperan sebagai katalisator. Ciri-ciri enzim ada enam yaitu:
bersifat spesifik; tanggap terhadap lingkungan; mempercepat terjadinya reaksi; dapat digunakan terus menerus selama reaksi berlangsung;
tidak mengganggu kesetimbangan reaksi; memberikan efek besar pada reaksi yang dikatalisi (Agustrina, 2013).
Banyak enzim yang dapat bekerja bolak-balik. Enzim dapat mengubah substrat menjadi hasil akhir. Sebaliknya, enzim juga dapat
mengembalikan hasil akhir menjadi substrat jika lingkungannya berubah. Cara kerja enzim ada 2, yaitu kunci gembok (lock and key) dan induksi
pas (induced fit). Pada kunci gembok (lock and key), enzim dimisalkan sebagai gembok karena memiliki sebuah bagian kecil yang dapat
berikatan dengan substrat. Bagian kecil tersebut disebut sisi aktif. Substrat dimisalkan sebagai kunci karena dapat berikatan secara pas dengan
sisi aktif enzim. Sedangkan pada induksi pas (induced fit), sisi aktif enzim dapat berubah bentuk sesuai dengan bentuk substrat (Lehninger,
1982).

Kerja enzim dipengaruhi oleh berbagai faktor, meliputi: a) Suhu, tiap enzim memiliki suhu optimum yaitu ketika enzim tersebut dapat bekerja
dengan baik. Semakin jauh dari suhu optimum, maka kerja enzim semakin tidak baik. Daerah atau kisaran suhu ketika kerja atau laju reaksi
enzim masih baik disebut suhu optimum. Suhu optimum untuk enzim-enzim yang terdapat dalam tubuh adalah berkisar antara 35°C-40°C.
Pada suhu di atas dan di bawah optimalnya, aktivitas enzim berkurang. Di atas suhu 50°C enzim secara bertahap menjadi inaktif karena protein
terdenaturasi. Pada suhu 100°C semua enzim rusak. Pada suhu yang sangat rendah, enzim tidak benar-benar rusak tetapi aktivitasnya sangat
banyak berkurang (Gaman & Sherrington, 1994). b) pH, tiap enzim mempunyai pH optimum tersendiri antara 6-8, perubahan pH ini akan
berpengaruh pada bentuk sisi aktif enzim. Jika pH ini dilewati atau dilampaui, maka aktifitas enzim semakin menurun. c) Konsentrasi enzim,
Jumlah enzim menentukan lamanya waktu yang digunakan untuk mencapai kesetimbangan. Kecepatan reaksi atau aktivitas enzim berbanding
lurus dengan konsentrasi enzimnya. d) Zat-zat pengikat (aktivator), Aktivator enzim adalah zat-zat yang mempunyai peranan dalam
meningkatkan aktivitas suatu enzim. Kebanyakan aktivator adalah ion-ion anorganik, terutama ion logam atau kation. Aktivator yang baik untuk
enzim deoksiribonukleat adalah ion-ion Mg2+, Mn2+, Co2+, dan Fe2+. Sedangkan aktivator yang lemah untuk enzim ini adalah ion-ion Ca2+, Ba2+,
Sr2+, dan Cd2+. Selain aktivator kation, ada juga aktivator anion, misalnya aktivator ion Cl- untuk amilase ludah atau ptialin. e) Zat-zat
penghambat (inhibitor), Inhibitor atau penghambat suatu enzim adalah suatu senyawa atau zat yang dapat menghalangi aktivitas kerja enzim.
Berdasarkan sifat kestabilan penghambatan. Penghambatan enzim dapat dibedakan atas dua golongan, yaitu penghambat kompetitif dan non
kompetitif. Inhibitor kompetitif adalah molekul penghambat yang cara kerjanya bersaing dengan substrat untuk mendapatkan sisi aktif enzim.
Sementara itu, inhibitor non- kompetitif adalah molekul penghambat enzim yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada luar sisi aktif,
sehingga bentuk enzim berubah dan sisi aktif tidak dapat berfungsi (Sumardjo, 2006).

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pada tabung yang disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 4°C
pada tabung 1, 2, dan 3 setelah diteteskan menggunakan benedict dan dibakar menggunakan bunsen berubah warna dari biru menjadi kuning
pekat. Seharusnya pada suhu ini tidak terjadi perubahan warna. Hal ini disebabkan oleh enzim yang ada pada keadaan suhu rendah terhenti
sehingga tidak terjadi proses hidrolisis pada amilum (Gaman & Sherrington, 1994). Pada tabung yang diletakkan di ruangan dengan suhu 37°C
pada tabung 1, 2, dan 3 setelah diteteskan menggunakan benedict dan dibakar menggunakan bunsen berubah warna dari biru menjadi kuning
sedikit pekat. Hal ini disebabkan enzim memiliki suhu optimal, sehingga pada suhu ini aktivitas enzim berjalan maksimal dan mengakibatkan
terhidrolisisnya amilum (Gaman & Sherrington, 1994). Pada tabung yang diletakkan di dalam air panas dengan suhu 60°C pada tabung 1,2, dan
3 diteteskan menggunakan benedict dan dibakar menggunakan bunsen berubah warna dari biru menjadi warna kuning terang. Hal ini terjadi
karena enzim mengalami denaturasi yang pada suhu awal mengalami perubahan kenaikan sebelum terjadinya proses denaturasi dapat
menaikkan kecepatan reaksi, namun kenaikkan suhu pada saat mulai terjadinya proses denaturasi akan mengurangi kecepatan reaksi (Gaman
& Sherrington, 1994).

Fungsi perlakuan benedict yaitu untuk mempercepat reaksi, sehingga perubahan warna cepat terbentuk. Larutan benedict mengandung ion-ion
tembaga (II) yang membentuk kompleks dengan ion-ion sitrat dalam natrium karbonat. Pengompleksan ion-ion tembaga (II) dapat mencegah
terbentuknya sebuah endapan kali ini endapan tembaga (II) karbonat.

E. Referensi
Agustrina, Rochmah. 2013. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Unila. Lampung.
Gaman, P.M & K.B. Sherrington. 1994. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Universitas Gadjah Mada Press.
Yogyakarta.
Lehninger, L.A. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Erlangga. Surabaya.
Sumardjo,D. 2006. Pengantar Kimia: Buku Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Progran Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.

Bandarlampung, 20 Maret 2019


Mengetahui,
Asisten Praktikum Praktikan

Natasya Ambarwati Titis Dwi Lestari


NPM: 1613024058 NPM: 1713024030

Anda mungkin juga menyukai