Anda di halaman 1dari 13

Critical Journal Review

Internalisasi Nasionalisme Melalui Pendidikan

Kewarganegaraan

Dolly Syahputra Srg.

5173530010

TE 2017 B

PRODI TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang. Puji
syukur kehadirat allah swt yang telah memberikan saya kesehatan, kesempatan, serta
kelapangan waktu untuk saya sampai akhirnya critical journal report (cjr) ini dapat saya
selesaikan dan harapan saya semoga critical journal report (cjr) ini bermanfaat sehingga dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca juga khususnya untuk pribadi
diri saya sendiri.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari para pembaca agar saya dapat memperbaiki critical
journal report (cjr) ini.

Terimakasih.

Medan, Agustus 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG................................................................................................. 3
B. TUJUAN. .................................................................................................................... 3
C. MANFAAT. ................................................................................................................ 3
D. IDENTITAS JURNAL. ............................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
RINGKASAN JURNAL............................................................................................................ 5
BAB III .................................................................................................................................... 10
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 10
A. KELEBIHAN ............................................................................................................ 10
B. KEKURANGAN ....................................................................................................... 10
BAB IV .................................................................................................................................... 11
PENUTUP................................................................................................................................ 11
A. SIMPULAN .............................................................................................................. 11
B. REKOMENDASI. ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.

Dalam penerapan Kurikulum berbasis KKNI bagimana siswa baru tahun ajaran
2016/2017, dimana system kurikulum KKNI ini menurut mahasiswa untuk berfikir kritis dan
memiliki kreatifitas atau ide pemikiran yang luas. Dalam system KKNI ini para mahasiswa
diwajibkankan untuk mengerjakan 6 macam tugas yaitu Tugas Rutin, Critical Book Review,
Critical Jurnal Review, Mini Riset, Rekayasa Ide, dan Project. Untuk kesempatan ini saya
mengerjakan Critical Jurnal Review.

Dalam Critical Jurnal Review ini, mahasiswa dituntut untuk bisa lebih banyak membaca
untuk menambahkan ilmu wawasan tetang materi Pendidikan Kewarganegaraan dan dapat
memberikan kritik pada Jurnal serta mencari kelebihan, kekurangan dan kesimpulan dari
Jurnal yang sudah dicari.

B. TUJUAN.

Critical Jurnal Review ini bertujuan untuk :

1. Untuk melatih mahasiswa untuk berfikir kritis dalam mencari informasi dalam yang
disajikan oleh jurnal.
2. Untuk mengajarkan mahasiswa untuk bias menganalisis jurnal serta mengolah isi
jurnal tsb.

C. MANFAAT.

Ada pun manfaatdari Critical Jurnal Review iniadalah :

1. Agar mahasiswa tau dan memahami isi jurnal.


2. Menumbuhkan kreatifitas berfikir.
3. Mahasiswa mengetahui kelebihan dan kekurangan dari jurnal tersebut.

3
D. IDENTITAS JURNAL.

Dalam pembahasan CJR (Critical Jurnal Review) in saya menggunakan 1 buah jurnal
tentang Pendidikan Kewarganegaraan menjadi bahan dalam pembuatan laporan ini, adapun1
Jurnal yang saya gunakan memiliki identitas sebagai berikut :

 Judul jurnal : Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Nasionalisme Melalui


Pendidikan Kewarganegaraan
 4Penulis : Bunyamin Maftuh
 Penerbit : Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
 Tahun terbit : 2 Juli 2008
 ISSN : 1907 - 8838
 Vol : Vol. II No.
BAB II

RINGKASAN JURNAL

Kita perlu bertanya-tanya mengapa bangsa Indonesia begitu lama berada dalam
cengkeraman penjajah asing selama berpuluh bahkan beratus tahun. Jika dianalisis secara
mendalam, maka penyebab utama dari kelemahan bangsa Indonesia, sehingga begitu lama
berada di bawah penjajahan, adalah bersumber pada rendahnya tingkat pendidikan bangsa
Indonesia pada masa itu. Pendidikan yang rendah menyebabkan kemampuan
mengembangkan teknologi persenjataan pun lemah, sehingga kalah jauh dari persenjataan
milik penjajah. Pendidikan yang rendah, juga menyebabkan kepemimpinan perjuangan hanya
bergantung pada kharisma seorang pemimpin, yang ketika ia meninggal perjuangan pun
terputus karena tidak ada kader yang melanjutkan perjuangannya. Pendidikan yang rendah,
menyebabkan wawasan berfikir pun menjadi sempit. Wawasan yang sempit menjadi
penyebab para pejuang hanya berfikir dan berjuang untuk suku atau daerahnya masing-
masing. Mereka belum terbuka, bahwa perjuangan dapat dilakukan secara bersama-sama.
Rasa kebangsaan atau nasionalisme sampai akhir abad ke-19 masih belum tumbuh.

 TANTANGAN YANG DIHADAPI

Setelah enam puluh tiga tahun merdeka dan seratus tahun kebangkitan nasional saat ini,
kita masih menghadapi berbagai tantangan yang berkaitan dengan upaya implementasi nilai-
nilai dasar Pancasila dan nasionalisme pada bangsa Indonesia.

 pertama, nilai-nilai Pancasila sepertinya masih belum membumi, masih belum


diamalkan secara baik oleh bangsa Indonesia.
 Kedua, kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda pada era
globalisasi ini
 Ketiga, nilai-nilai nasionalisme pun oleh sebagian pihak dipandang mengalami erosi
pada saat ini, terutama di kalangan generasi muda (Triantoro, 2008).

5
 Keempat, berkembangnya paham keagamaan yang tidakmmemandang penting
nasionalisme dan negara kebangsaan Indonesia, dan lebih memandang penting
universalisme.
 Kelima, masih perlu dipertanyakan peran pendidikan baik pada jalur pendidikan
formal maupun nonformal

 INTERNALISASI PANCASILA DAN NASIONALISME DARI MASA KE


MASA

Pancasila sebagai ideologi negara telah disepakati oleh the founding fatherssejak tahun
1945. Namun nilai-nilai Pancasila tidak berarti telah serta merta terinternalisasi dalam diri
bangsa Indonesia. Bahkan, untuk beberapa lama, Pancasila sepertinya hanya menjadi
ungkapan simbolis kenegaraan tanpa jelas implementasinya, baik dalam kehidupan
kenegaraan maupun kemasyarakatan. Penafsiran Pancasila pun kadang menjadi bermacam-
macam tergantung golongannya bahkan tergantung pada arus politik yang berkuasa

Upaya menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila telah dilakukan pada masa


pemerintahan Presiden Soekarno di tahun 1960-an, dalam kerangkan nation and character
building. Ketika awal Orde Baru berkuasa, yang pada saat itu bertekad melaksanakan
Pancasila secara murni dan konsekuen, hal yang dibenahi pertama untuk
menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme adalah, melalui jalur pendidikan
formal. Internalisasi nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai nasionalisme melalui jalur sekolah
lebih diperjelas lagi dengan keluarnya Kurikulum 1975, di mana terdapat mata pelajaran
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) sebagai pengganti nama PKN.

Materi yang berbau Orde Baru dihapuskan dari kurikulum dan diganti dengan materi-
materi yang lebih sesuai dengan visi dan misi politik Orde Reformasi. Kurikulum PPKn
dalam kurikulum persekolahan 1994 yang dulu sangat berorientasi pada nilai-nilai Pancasila,
diganti dengan Kurikulum PKn 2004 dan 2006 yang lebih bersifat konseptual teoritis. Mata
kuliah yang mengemban pembinaan mahasiswa untuk menjadi warga negara yang baik dan
Pancasilais, juga mengalami pengecilan peran. Secara formal, mata kuliah Pendidikan
Pancasila pada sebagian besar perguruan tinggi, dihilangkan dan disatukan dengan mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan demikian, sebenarnya pada masa ini dalam
kurikulum formal baik di jenjang persekolahan maupun perguruan tinggi, upaya internalisasi
nilai-nilai Pancasila, termasuk nilai-nilai nasionalisme, mengalami penurunan intensitas. Di
luar lembaga pendidikan formal, seperti di lingkungan birokrasi dan masyarakat pada
umumnya, upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme pada masa reformasi,
bahkan lebih tidak jelas lagi.

 REVITALISASI PERAN PKN

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, di Indonesia, sejak tahun 1960 Pendidikan


Kewarganegaraan (Civics) merupakan mata pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan dari
sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sejak saat itu pula, Pendidikan Kewarganegaraan
sebagai mata pelajaran, selalu ada dalam kurikulum yang berlaku dan dalam undang-undang
sistem pendidikan nasional. Dalam dua undang-undang sistem pendidikan nasional terakhir,
yaitu UU No. 2 tahun 1989 dan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pendidikan Kewarganegaraan selalu dinyatakan sebagai program atau mata pelajaran yang
harus ada pada setiap jenjang pendidikan, dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.

Pendidikan. Kewarganegaraan pada masa sekarang ini memiliki misi sebagai berikut:

 PKn sebagai pendidikan politik, yang berarti program pendidikan ini


memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada siswa agar mereka
mampu hidup sebagai warga negara yang memiliki tingkat kemelekan politik
(political literacy) dan kesadaran berpolitik (political awareness), serta
kemampuan berpartisipasi politik (political participation) yang tinggi.
 PKn sebagai pendidikan nilai (value education), yang berarti melalui PKn
diharapkan tertanam dan tertransformasikan nilai, moral, dan norma yang
dianggap baik oleh bangsa dan negara kepada diri siswa, sehingga mendukung
bagi upaya nation and character building.
 PKn sebagai pendidikan nasionalisme, yang berarti melalui PKn diharapkan
dapat ditumbuhkan dan ditingkatkan rasa kebangsaan atau nasionalisme siswa,
sehingga mereka lebih mencintai, merasa bangsa, dan rela berkorban untuk
bangsa dan negaranya.
 PKn sebagai pendidikan hukum, yang berarti bahwa program pendidikan ini
diarahkan untuk membina siswa sebagai warga negara yang memiliki
kesadaran hukum yang tinggi, yang menyadari akan hak dan
kewajibannya,dan yang memiliki kepatuhan terhadap hukum yang tinggi.
 PKn sebagai pendidikan multikulural (multiculutal education), yang
berartiPKn diharapkan mampu meningkatkan wawasan dan sikap toleran
siswa dan mahasiswa untuk hidup dalam masyarakatnya yang multikutural.
 PKn sebagai pendidikan resolusi konflik (conflict resolution education),yang
berarti PKn membina siswa dan mahasiswa untuk mampu menyelesaikan
konflik secara .

 PENDEKATAN DAN PRINSIP PEMBELAJARAN PKN

Pendekatan dan prinsip pembelajaran PKn dalam tulisan ini lebih difokuskan pada
bagaimana menanamkan nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme. Internalisasi nilai Pancasila
dan nasionalisme melalui PKn dapat dihampiri oleh dua perspektif teori perolehan nilai,
yakni perspektif sosialisasi dan konstruktivisme. Teori perolehan nilai ini, berkaitan dengan
bagaimana manusia atau seorang anak memperoleh suatu nilai.

Psikoanalisa dan teori belajar sosial, menawarkan perspektif yang berbeda tentang
bagaimana seorang anak menjadi manusia yang bermoral atau memiliki nilai. Teori belajar
sosial (social learning theory) menyatakan, bahwa anak-anak memperoleh nilai atau perilaku
bermoral melalui pencontohan dan penguatan (reinforcement). Teori belajar sosial dan teori
psikoanalisa merujuk, terutama pada pewarisan norma moral dan nilai dari masyarakat
kepada anak.

 KESIMPULAN

Secara historis, pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menumbuhkan
kesadaran kebangsaan atau nasionalisme pada bangsa Indonesia. Pendidikan pada saat ini,
juga masih tetap diharapkan memainkan peran strategis dalam membinakan dan
meningkatkan nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai nasionalisme kepada generasi muda.

PKn, sebagai mata pelajaran yang memegang peranan penting, baik di tingkat
persekolahan maupun perguruan tinggi dalam membina nilai-nilai Pancasila dan
nasionalisme. Namun, dalam masa-masa yang lalu, PKn selalu mendapat pengaruh yang kuat
dari kepentingan politik, bahkan dapat dikatakan menjadi mandat politik dari penguasa saat
itu, sehingga baik misi, orientasi, tujuan, dan materinya sering berubah sesuai dengan
perubahan politk yang terjadi. PKn yang diharapkan saat ini perlu memperluas misinya bukan
sekedar sebagai pendidikan politik, melainkan juga sebagai pendidikan nilai, pendidikan
nasionalisme, pendidikan demokrasi, pendidikan hukum, pendidikan multikultural dan
pendidikan resolusi konflik.

Dalam membinakan nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme, PKn juga perlu menggunakan
secara terintegrasi pendekatan pendidikan nilai secara langsung, yang didasari oleh perspektif
sosialisasi, dan pendekatan pendidikan nilai secara tidak langsung, yang didasari oleh
perspektif sosialisasi.
BAB III

PEMBAHASAN

A. KELEBIHAN

Pada jurnal ini memaparkan dengan sangat jelas bagaimana cara pendididik
meyampaikan kepada siswa bagaimana cara mengajarkan pelajaran pendidikan
kewargangaraan dengan mudah dan efektif.

Jurnal Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Nasionalisme Melalui Pendidikan


Kewarganegaraan, penulis memaparkan indentitas jurnal yang lengkap, jurnal ini juga
memiliki beberapa pendapat para ahli agar membuat teori yang di gunakan mejadi lebih kuat.

B. KEKURANGAN
Menurut saya secara keseluruhan jurnal ini sudah baik hanya ada beberapa kekurangan
saja, seperti, terdapatnya beberapa bahasa asing yang tidak di sertakan dengan arti. Sehingga
beberapa pembaca yang tidak mengerti berbahasa asing menskip tulisan tersebut atau
mencari tau artinya di internet lalu kembali membaca jurnalnya.

10
BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN

Jurnal Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Nasionalisme Melalui Pendidikan


Kewarganegaraan mengajarkan bahwa pendidikan kewarganegaraan bukan saja tentang
pancasila dan nasionalisme tapi juga berkaitan erat tentang politik dan para oenguasa negeri.

Jurnal tersebut juga dapat membuka pemikiran mahasiswa yang akan menjadi pendidik
nantinya tentang bagaimana cara mengajar yang baik dan efisien. Di ajarkan juga bagaimana
metode yang dapet di gunakan bagi para pendidik.

Dan juga jurna ini mengandung tentang bagaimana evolusi dari pendidikan
kewarganegaraan itu dari masa kemasa.

B. REKOMENDASI.
Melalui pembahasan ini, diharapkan mahasiswa memahami arti pendidikan
kewarganegaraan yang sebenarnya serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari. Mahasiswa diharapkan memahami dan menerapkan bagaimana menjadi seorang
pendidik yang ideal dan dapat mengarahkan para generasi muda ke arah yang lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Maftuh, Bunyamin. Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Nasionalisme Melalui


Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Pendidikan Indonesia. Indonesia. Juli 2008.

Anda mungkin juga menyukai