BAB 2 HOLLAND Dan TF KARIR
BAB 2 HOLLAND Dan TF KARIR
PEMBAHASAN
A. INTI TEORI
Teori Holland mendeskripsikan bagaimana individu berinteraksi dengan
lingkungan mereka dan bagaimana individu dan karakteristik lingkungan menghasilkan
pilihan jabatan dan penyesuaian. (Steven, 2005). John Holland mengakui bahwa
pandangannya berakar dalam Psikologi Differensial, terutama penelitian dan penukuran
terhadap minat, dan dalam tradisi psikologi kepribadian yang mempelajari tipe-tipe
kepribadian ( typology ).
Pandangan Holland mencakup tiga ide dasar, yang masing-masing dijabarkan lebih
lanjut. Tiga ide dasar bersama rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Orang-orang dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh mereka
mendekati salah satu diantara enam tipe kepribadian, yaitu:
a. Tipe realistik (The Realistic Type)
b. Tipe peneliti atau pengusut (The Investigative Type)
c. Tipe seniman (The Artistic Type)
d. Tipe sosial (The Sosial Type)
e. Tipe Pengusaha (The Enterprising Type)
f. Tipe orang rutin (Conventional Type)
Realistik Investigatif
Konvensional Artistik
Enterprise Sosial
Makin mirip seseorang dengan salah satu diantara enam tipe itu, makin tampaklah
padanya ciri-ciri dan corak perilaku yang khas untuk tipe bersangkutan. Setiap tipe
kepribadian adalah suatu tipe teoritis atau ide ideal yang merupakan hasil dari interaksi
antara faktor-faktor internal dan eksternal.
2. Lingkungan-lingkungan, yang didalamnya orang hidup dan bekerja, dapat
digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh suatu lingkungan tertentu
mendekati salah satu model lingkungan (a model environment), yaitu:
a. Lingkungan realistik (the realistic environment)
b. Lingkungan pnelitian dan pengusaha (the investigative enviroment)
c. Lingkungan kesenian (the artistic enviroment)
d. Lingkungan pengusaha (the enterprising enviroment)
e. Lingkungan pelayanan sosial (the social enviroment)
f. Lingkungan yang bersuasana kegiatan rutin (the conventional enviroment)
Salah satu metode yang digunakan untuk meneliti lingkungan tertentu ialah
menghitung jumlah orang dari berbagai tipe kepribadian yang hidup dan bekeja disitu.
3. Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model lingkungan yang sesuai
menghasilkan keselarasan dan kecocokan okupasional (occupational homogeneity),
sehingga orang dapat mengembangkan diri dalam lingkungan jabatan tertentu dan
merasa puas.
Menurut Holland suatu tipe memiliki korelasi dengan tipe-tipe lainnya, misalnya tipe
realistik dekat dengan tipe investigatif di satu sisi dan dengan tipe konvensional di sisi
lainnya (korelasinya 0,46 dan 0,36), sedangkan dengan tipe sosial korelasinya 0,21. Tipe
artistik dekat hubungannya dengan tipe investigatif dan sosial (korelasinya 0,34 dan 0,42),
tetapi jauh sekali dari tipe konvensional sehingga korelasinya 0,11. Keadaan tersebut tidak
dapat disesuaikan secara tepat pada hexagon jika dimasukkan dalam ukuran skala, hal ini
lebih merupakan sekedar suatu percobaan dari Holland untuk mempertalikan antara yang satu
dengan yang lain .(Osipow, 1983 : 90).
Holland mengemukakan empat pokok konsep dalam teorinya konsistensi,
diferensiasi, kongruensi, dan kalkulus.
Konsistensi berkenan dengan pertanyaan, seberapa dekatkah satu tipe
kepribadiaan dan tipe lingkungan dengan tipe-tipe lainnya. Makin dekat minat orang dari
satu tip eke tipe lain. Makin dekat minat orang itu dikatakan lebuh konsisten dari pada
seandainya ia berminat ke lingkungan realistic atau investigasi.
Diferensiasi adalah sebaerapa jauh kemurnian orang, atau kesedikitan kemiripan
orang dengan tipe-tipe lain. Orang yang tipenya banyak mirip hanya dengan satu tipe dan
kurang mirip dengan tipe-tipe lain, dikatakan murni diferensiasinya, sebaliknya kalau banyak
kemiripannya dengan semua tipe dikatakan tidak terdiferensiasi.
Kongruensi adalah untuk menunjukan kecocokan tipe pribadi seseorang dengan
tipe lingkungan dimana ia tinggal atau bekerja. Cobtohnya, orang tipe sosial bekerja
dilingkuan sosial, kalau bekerja dilingkungan investigasi atau realistik ia dikatakn
inkongruen. Kongruensi tinggi terjadi kalau terdapat kecocokan antara tipe kepribadian dan
tipe lingkungan, misalnya sosial. Kongruensi terbaik berikutnya adalah kalau kecocokan tipe
itu dengan tipe sebelahnya, misalnya orang sosial berada dilingkungan artistk atau interprise.
Kongruensi terkecil adalah kalau kecocokan itu antara dua tipe yang bersebrangan, seperti
sosial dengan realistik artistic, dengan kongvensional, dan investigative dengan enterprise.
Penggambaran garis tipe-tipe ini dalam bentuk segi enam beraturan dengan titik-titik sudut
keenam tipe itu, dapat menjelaskan pengertian kongruensi tipe ini dan intra-serta antar-
hubungan.
Dengan menggunakan model heksagonal tersebut, dapat dijelaskan apa yang
dimaksud Holland dengan kalkulus, yaitu pengaturan hubungan yang ada didalam tipe-
tipe (lingkungan) dan diantara tipe-tipe itu sehingga jarak antara tipe-tipe atau
lingkungan-lingkungan berbanding berbalik dengan hubungan teoretis antara tipe-tipe
(lingkungan-lingkungan). Bentuk persegi enam itu, memberikan penggambaran mengenai
derajat konsistensi (yang terdapat pada seorang atau disuatu lingkungan dan juga
menjelaskan hubungan internal teori itu).
Holland mengembangkan beberapa instrumen yang berkaitan dengan pilihan karir dan
teorinya: Vocational Preference Inventory ( VIP ), Self-Directed Search ( SDS ), dan
Vocational Exploration and Insight Ki, ( VEIK ). VPI semacam “ tes” minat jabatan yang
menghendaki subjek tes untuk menyebutkan minatnya ( atau tiadanya minat ) dalam 160
judul pekerjaan. SDS merupakan pencarian yang dilakukan sendiri, orang mencari dan
menemukan sendiri dapat dikerjakan klien tanpa bantuan konselor. SDS mengukur
kemampuan, kegiatan, sikap kerja, bakat atas dasar penilaian oleh diri sendiri. VEIK
termasuk delapan puluh empat kartu yang berisi nama pekerjaan dan tugas klien adalah
menyortir, menemukan pekerjaan-pekerjaan lain yang tidak masuk ,menganalisis beberapa
pekerjaan yang diminati dan yang tidak diminati. (Munandir, 1996)
Pada tahun 1978, Holland juga mengembangkan suatu Sistem Klasifikasi Okupasi (The
Classification System) yang menggolongkan 500 okupasi dalam enam kategori okupasi,
yaitu: Realistic Occupations, Investigative Occupations, Artistic Occupation, Social
Occupations, Entreprising Occupations, dan Conventional Occupations. Klasifikasi ini
terdapat dalam The Occupations Finder yang juga mencantumkan nomor-nomor kode dari
Dictionary of Occupational Titles dan tingkat pendidikan sekolah yang umumnya dituntut
supaya mampu memegang okupasi tertentu. Sistem Klasifikasi Okupasi diterapkan dalam
The Self-directed Search yang dirancang untuk membantu orang agar lebih mengenal diri dan
menemukan bidang okupasi yang dianggap cocok baginya atau paling sedikit untuk
dipertimbangkan (Winkel & Hastuti, 2006: 638).
C. Keunggulan dan Kelemahan
Teori Holland oleh banyak pakar psikologi vokasional dinilai sebagai teori yang
komprehensif karena meninjau pilihan okupasi sebagai bagian dari keseluruhan pola
hidup seseorang dan sebagai teori yang mendapat banyak dukungan dari hasil
penelitian sejauh menyangkut model-model lingkungan serta tipe-tipe kepribadian.
Kelemahan dalam teori ini adalah kurang ditinjau proses perkembangan yang
melandasi keenam tipe kepribadian dan tidak menunjukan fase-fase tertentu dalam
proses perkembangan itu serta akumulasi rentang umur. Mengenai tahap atau tingkat
yang dapat dicapai oleh seseorang dalam bidang okupasi tertentu (occupational level),
Holland menunjuk pada taraf inteligensi yang memungkinkan tingkat pendidikan sekolah
tertentu, namun dipertanyakan apakah masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi
dalam hal ini, seperti taraf aspirasi seseorang.
B. Model
Secara filosofis konseling karir TF memiliki komitmen yang kuat terhadap keunikan
individu. Konseling karir TF diawali dari perhatian tunggal terhadap “ciri-ciri dan faktor”
pribadi individu yang dapat didefinisikan dan diprediksi dengan statistik, diukur dengan tes
standar. Selain itu konseling karir TF mengikuti prosedur pemecahan masalah secara ilmiah,
yang prosedurnya meliputi diagnosis, proses konseling rasionalistik, dan menghasilkan
serangkaian hasil keputusan tertentu. Teori trait-and-faktor ini berkembang dari studi tentang
perbedaan-perbedaan individu dan perkembangan selanjutnya terkait erat dengan gerakan
testing atau psikometri. Teori ini berpengaruh besar terhadap studi tentang deskripsi
pekerjaan dan persyaratan pekerjaan dalam upaya memprediksi keberhasilan pekerjaan di
masa depan berdasarkan pengukuran traits yang terkait dengan pekerjaan. Karakteristik
utama dari teori ini adalah asumsi bahwa individu mempunyai pola kemampuan unik atau
traits yang dapat diukur secara objektif dan berkorelasi dengan tuntutan berbagai jenis
pekerjaan.
1. Diagnosa
Landasan konseling karir TF adalah diagnosis diferensial. Williamson (1939)
mendefinisikan sebagai: proses berpikir logis pada sekumpulan fakta, baik yang relevan
maupun tidak relevan, menghasilkan pola yang konsisten menjadi sebuah makna dan
pemahaman tentang aset (potensi) diri klien. Hal ini dapat memunculkan sebuah prognosis
untuk perencanakan masa depan yang dibuat oleh klien sendiri. Untuk membantu dalam
mendiagnosis masalah dalam pembuatan keputusan karir Williamson (1939) telah
mengusulkan empat kategori, yaitu:
1) Tidak ada pilihan ( no choice) konseli tidak mampu menyebutkan bidang pekerjaan
yang akan dipilihnya.
2) Ketidakpastian pilihan (uncertain choice) konseli ragu atas pilihan karir yang telah
ada di pikirannya.
3) Pilihan tidak bijaksana (unwhise choice) konseli memilih karir yang tidak sesuai
dengan bakat dan minatnya.
4) Ketidaksesuaian antara minat dan bakat (discrepancy between interest and
aptitudes), yang termasuk kategori ini diantaranya adalah: bidang pekerjaan yang
diminati tidak sesuai dengan bakat konseli, pekerjaan yang diminati tidak sesuai
dengan tingkat kemampuan konseli dan bakat minat cocok, tetapi tidak sesuai
dengan pekerjaan yang dipilih
2. Proses
Dalam proses konseling karir trait and factor terdapat sejumlah tahapan. Menurut
Williamson (1939) ada enam tahap dalam proses konseling karir dalam pendekatan ini, yaitu:
a) Analisis. Dalam tahap ini dilakuka pengumpulan data dari konseli tentang sikap,
latar belakang keluarga, tingkat pendidikan, minat dan bakat.
b) Sintesis. Dalam tahap diagnosis menguraikan dan menyimpulka suatu data yang
telah diperoleh dari konseli sebagai acuan dalam teknik studi kasus dan tes profil
untuk melihat keunikan dan cirri khas yang dimiliki oleh klien.
c) Diagnosis. Dalam tahap diagnosis menguraika suatu karakteristik dan masalah
konseli, dan membandingkan (mencocokan) antara profil individu dengan tingkat
pendidikan dan profil standar jabatan.
d) Prognosis. Mengambil keputusan atas konsekuensi yang akan didapat dari masalah
dan kemungkinan untuk penyesuaian dan untuk mengambil alternative tindakan
yang menjadi pertimbangan konseli.
e) Konseling atau treatmen. Disini berupa kerjasama antara konselor dan konseli
yang mengarah kepada penyesuaian yang diinginkan oleh konseli pada saat ini
maupun pada saat yang akan datang.
f) Follow-up. Merupakan pengulangan dari tahapan-tahapan sebelumnya yang
digunakan sebagai bahan acuan dalam langkah tindak lanjut dalam penyelesaian
suatu pokok masalah yang dihadapi oleh konseli, juga sebagai usaha dalam
mengantisipasi timbulnya suatu masalah baru pada konseli.
Keempat langkah pertama diatas hanya dilakukan oleh konselor, sedangkan pada dua
tahap terakhir konseli ikut terlibat. Dalam penyelesaian pengambilan keputusan karir oleh
konseli ada tiga tahapan yang sama dengan proses yang telah dikemukakan tadi. Tahap
pertama, beruapa kontak antara konselor dan konseli diamana konseli diwawancarai dan
mengungkapkan permasalahannya. Konselor mendengarkan, melihat latar belakang pribadi
dan pendidikannya kemudian memberikan test kepada konseli. Tahap kedua, wawancara
dilakukan untuk menafsirkan tes yang telah dialkukan, dan mengumpulkan berbagai data dari
konseli, melalui psikometrik dan demografik konseli, Tahap terakhir, pemberian informasi
mengenai pekerjaan. Konselor memberikan informasi mengenai pekerjaan yang cocok
dengan ciri dan faktor pada konseli.
Sebenarnya proses konseling karir trait and factor terbagi dalam tiga wilayah
permasalahan, yakni latar belakang masalah (kumpulan data diri), pernyataan masalah
(menginterpretasikan tes), dan resolusi masalah (informasi pekerjaan).
3. Hasil
Apabila diagnosis dalam konseling karir Trait and Factor telah dapat dikatakan
akurat dan prosesnya dipandang efektif, hasilnya sudah pasti akan sesuai dengan apa yang
diharapkan. Pemecahan masalah konseli ini dilakukan dengan membatasi dan menggunakan
pendekatan-pendekatan tertentu. Secara umum hal ini bertujuan agar konseli mampu
membuat keputusan karir melalui proses pembuatan keputusan dan pemecahan masalah.
Dalam pilihan karir yang sesuai dengan pendidikannya tentu saja dapat diimplementasikan
dalam dunia kerja. Hasil yang terlihat dari konseling karir trait and factor adalah : a) Konseli
mampu membuat pilihan sacara realistik saat memasuki awal masa dewasa; dan b) konseli
belajar cara membuat keputusan dan menyelesaikan masalah, pembeda keputusan dan solusi.