Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENDEKATAN KEPRIBADIAN HOLLAND


Teori Tipologi Karir Holland Mengenai Perilaku Vokasional (Vokasional
Holland’s Career Typology Theory of Vocational Behavior) adalah buah karya ahli teori
karir John Holand. Menurut Holland penting membangun keterkaitan atau kecocokan
antara tipe kepribadian individu dan pemilihan karir tertentu. Dengan kata lain, terdapat
elaborasi antara inherensi kebutuhan dalam proses pemilihan karir dengan lingkungan, tipe
kepribadian dan tingkah laku individu.
Unsur yang mendasar dari pandangan John Holland adalah pemilihan dan
penyesuaian karir merupakan gambaran dari kepribadian seseorang. Orang
mengekpresikan diri, minat dan kepribadian mereka tercermin dalam pekerjaan yang
diambilnya. Dalam teorinya mengenai perkembangan karir, Holland mengelaborasiakan
hipotesisis yang menyatakan bahwa pilihan karir seseorang akan mewakili perluasan
kepribadian dan upaya untuk mengimplemintasikan gaya prilaku pribadi yang luas dalam
konteks kehidupan kerja seseorang. Karya baru yang diperkenalkan Holland ini merupakan
gagasan yang menyatakan bahwa individu memproyeksikan pandangan mereka mengenai
diri sendiri dan dunia kerja kedalam pekerjaan mereka. Melalui prosedur yang sederhana,
yaitu dengan memperbolehkan individu untuk mengekpresikan pilihan atau perasaan
mereka yang berlawanan, serta melalui daftar khusus megenai judul pekerjaan, Holland
menetapkan individu kedalam gaya perasaan pribadi, hal ini secara teoritis memiliki
implikasi bagi kepribadian dan pilihan pekerjaannya
Konsepsi Holland mengenai perkembangan karir ini tumbuh dari pengalamannya
dengan individu yang sedang membuat keputusan karir. Dia mengamati bahwa kebayakan
individu memandang dunia pekerjaan dalam istilah stereotype pekerjaan. Sebagai
pengganti kesimpulan yang membuat orang bingung dan menyebabkan konselor
vokasional mengalami lebih banyak kesulitan ini, maka Holland mengganti proses
stereotype tersebut dengan memberikan asumsi yang berdasarkan pengalaman individu
dalam pekerjaan, berdasarkan realitas, serta derajat keakuratan dan kegunaan yang tinggi.
Holland menghipotesiskan bahwa dimana individu memiliki sedikit pengetahuan
mengenai pekerjaan khusus, maka hasil stereotype terungkap, kebayakan sikap dalam tes
proyektif kiranya mengekspos dinamika kepribadian. Holland mengembangkan daftar
judul pekerjaan yang mungkin dapat digunakan sebagai alat agar seseorang dapat
memproyeksikan pilihan gaya hidupnya.

A. INTI TEORI
Teori Holland mendeskripsikan bagaimana individu berinteraksi dengan
lingkungan mereka dan bagaimana individu dan karakteristik lingkungan menghasilkan
pilihan jabatan dan penyesuaian. (Steven, 2005). John Holland mengakui bahwa
pandangannya berakar dalam Psikologi Differensial, terutama penelitian dan penukuran
terhadap minat, dan dalam tradisi psikologi kepribadian yang mempelajari tipe-tipe
kepribadian ( typology ).
Pandangan Holland mencakup tiga ide dasar, yang masing-masing dijabarkan lebih
lanjut. Tiga ide dasar bersama rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Orang-orang dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh mereka
mendekati salah satu diantara enam tipe kepribadian, yaitu:
a. Tipe realistik (The Realistic Type)
b. Tipe peneliti atau pengusut (The Investigative Type)
c. Tipe seniman (The Artistic Type)
d. Tipe sosial (The Sosial Type)
e. Tipe Pengusaha (The Enterprising Type)
f. Tipe orang rutin (Conventional Type)

Realistik Investigatif

Konvensional Artistik

Enterprise Sosial

Makin mirip seseorang dengan salah satu diantara enam tipe itu, makin tampaklah
padanya ciri-ciri dan corak perilaku yang khas untuk tipe bersangkutan. Setiap tipe
kepribadian adalah suatu tipe teoritis atau ide ideal yang merupakan hasil dari interaksi
antara faktor-faktor internal dan eksternal.
2. Lingkungan-lingkungan, yang didalamnya orang hidup dan bekerja, dapat
digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh suatu lingkungan tertentu
mendekati salah satu model lingkungan (a model environment), yaitu:
a. Lingkungan realistik (the realistic environment)
b. Lingkungan pnelitian dan pengusaha (the investigative enviroment)
c. Lingkungan kesenian (the artistic enviroment)
d. Lingkungan pengusaha (the enterprising enviroment)
e. Lingkungan pelayanan sosial (the social enviroment)
f. Lingkungan yang bersuasana kegiatan rutin (the conventional enviroment)
Salah satu metode yang digunakan untuk meneliti lingkungan tertentu ialah
menghitung jumlah orang dari berbagai tipe kepribadian yang hidup dan bekeja disitu.
3. Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model lingkungan yang sesuai
menghasilkan keselarasan dan kecocokan okupasional (occupational homogeneity),
sehingga orang dapat mengembangkan diri dalam lingkungan jabatan tertentu dan
merasa puas.

B. TIPE-TIPE KEPRIBADIAN DAN PEMILIHAN KARIRNYA


1) Tipe kepribadian Realistik
Tipe kepribadian Realistik, Orang realistik lebih suka bekerja dengan menggunakan
alat atau mesin dalam melaksanakan hobi dan pekerjaannya. Model tipe ini juga cenderung
bersifat jantan, kuat jasmani, tidak sosial, agresif, memiliki kecakapan dan koordinasi
motorik yang baik, kurang memiliki kecakapan verbal dan hubungan antar pribadi. Lebih
menyenangi masalah yang konkrit daripada masalah yang abstrak dan mempunyai nilai-
nilai ekonomis dan politis yang konvensional.
Lingkungan realistik. Lingkungan realistik ditandai oleh tugas-tugas yang kongkrit,
fisik, dan ekspilist. Kemampuan bekerja dengan menggunakan alat dianggap lebih penting
dibandingkan kemampuan untuk berinteraksi dengan oranglain. Beberapa lingkungan
realistik ada yang membutuhkan penyesuainan yang besar terhadap ketangkasan fisik, dan
kecakapan mekanik.
Perumusan Empiris (Sukardi, 1993). Orang-orang yang realistik lebih suka bekerja
pada pekerjaan sebagai berikut:
Pemimipin tukang las Operator stasiun tenaga
Fotografer listrik
Ahli mesin Pengawas pembangunan
Pilot Operator radio
Perwira angkatan bersenjata Montir listrik
Juru ukur Tukang cat rumah
Perancang perabotan Operator Derek
Ahli perikanan dan soaka Penabang pohon
margasatwa Tukang kayu
Pengemudi (supir ) truk Pelayan pompa bensin
Montir mobil Pengawas peternakan
Pengawas hutan Juru gambar
Operator penggerak alat- Masinis lokomotif
alat berat Ahli mesin pesawat udara
Pengamat cuaca
Ahli tehnik listrik

2) Tipe kepribadian Investigatif ( Intellectual )


Tipe kepribadian investigatif. Orang-orang tipe kepribadian investigatif lebih
menyukai teka-teki dan tantangan yang membutuhkan pemikiran intelektual. Mereka
lebih menyukai hal-hal yang berhubungan dengan menganalisis sesuatu. Tipe mode ini
berorientasi tugas, tidak sosial, lebih menyukai dan memikirkan terlebih dahulu dari pada
langsung bertindak terhadap penanganan masalah yang dihadapi, membutuhkan
pemahaman, menyenangi tugas-tugas yang bersifat kabur, memiliki nilai-nilai dan
bersifat tidak konvensional.
Lingkungan Investigatif. Lingkungan investigatif ditandai dengan tugas-tugas yang
memerlukan kemampuan abstrak dan kreatif tidak tergantung pada pengamatan
pribadinya. Lingkungan penelitian merupakan salah satu yang dicari orang untuk
menangani masalah seperti matematika, minat ilmiah, dan kompetensi. Orang-orang
intelektual lebih suka pendidikan, latihan atau bekerja dalam pekerjaan sebagai berikut :

Ahli ilmu fisika Ahli ilmu pengetahuan antar


Ahli bedah planet
Karyawan penelitian ilmiah Ahli astronomi
Ahli botani Penemu atau pencipta
Ahli psikologis Ahli perancang teknik
eksperimental penerbangan
Ahli antropologi Dokter hewan
Ahli zoology Ahli ilmu pengetahuan
Ahli atom Pengarang fiksi-ilmiah
Ahli kimia Ahli meteorology
Ahli riset Ahli biologi
Ahli matematika Teorikus ilmu pengetahuan
Pengarang artikel iptek Ahli teknik laboratorium
Editor majalah ilmiah eksperimental
Ahli geologi

3) Tipe kepribadian Artistik


Tipe kepribadian artistik. Seorang artistik suka mengekspresikan dirinya dalam
kebebasan yang tidak sistematis yang mereka butuhkan, yaitu mengekspresikan
kebebasan dan keterbukaan secara wajar. Model ini bersifat tidak sosial, menghindari
masalah yang sudah tersusun, atau yang memerlukan kecakapan fisik yang kuat.
Lingkungan artistik. Lingkungan artistik ditandai dengan tugas-tugas dan masalah-
masalah yang memerlukan interpretasi atau kreasi bentuk-bentuk artistik melalui cita
rasa, perasaan, dan imajinasi. Lingkungan artistik merupakan tipe yang bebas dan
terbuka untuk melakukan kreatifitas dan ekspresi pribadi. Orang-orang artistic lebih suka
pendidikan, latihan atau bekerja pada pekerjaan sebagai berikut :
Perancang mebel Seniman potret, gambar atau lukisan
Penerjemah Penggubah music
Pelawak Pedagang alat-alat atau benda-benda seni
Kritikus seni Dekrator ruang dalam
Penata panggung Reporter surat kabar
Penyair Kritikus music
Novelis Perancang busana
Kpemimpin band Pengarang
Pemimpin orkes simponi Kartunis
Musikus Dramawan
Artis iklan Biduan konser
Actor Pelatih drama
Penggarang free- lance
4) Tipe kepribadian Sosial
Tipe kepribadian sosial. Tipe orang sosial lebih tertarik pada hal yang berbau
kemanusiaan, menolong sesama, atau menjadi pekerja sosial. Orang tipe sosial menyukai
pemecahan masalah dalam bentuk diskusi dan kerjasama tim.
Lingkungan sosial. Lingkungan sosial ditandai dengan tugas-tugas yang memerlukan
kemampuan menginterpretasi dan mengubah perilaku manusia dan minat untuk
berkomunikasi dengan oranglain. Lingkungan sosial adalah lingkungan yang memberi
semangat pada seseorang untuk lebih fleksibel serta saling memahami satu sama lain.
Lingkungan sosial juga lebih menekankan pada aspek nilai-nilai kemanusiaan. Orang-
orang social lebih suka pendidikan, latihan atau bekerja pada pekerjaan-pekerjaan
sebagai berikut :
Organisator perdamaian Pengajar sekolah dasar
dunia Pegawai, pengawas pelajar yang
Pekerja kasusu-kasus mengajar
psikiatri Ahli psikologi klinis
Konselor pribadi Direktur taman hiburan
Pengawas sekolah Kepala sekolah
Badan penyelesain Pengajar pendidikan jasmani atau
perselisihan (majikan- olahraga
pekerja) Konselor perkawinan
Wasit Terapis kemampuan berbicara
Dokter jiwa Direktur biro kesejahteraan
Ahli kenakalan remaja Kepala pusat kesehatan masyarakat
Pengajar sekolah menengah Dokter anak
Duta besar Pekerja social
Pewawancara jabatan Konselor jabatan
Pengajar ilmu-ilmu sosial

5) Tipe kepribadian Enterprising


Tipe kepribadian interpresing. Perolehan keuntungan merupakan hal yang sangat
penting bagi seorang pengusaha. Mereka menggunakan kemampuan verbal untuk menjual,
meyakinkan dan memimpin. Mereka lebih suka untuk membujuk dan mengatur daripada
menolong.
Lingkungan enterprising. Ditandai dengan tugas-tugas yang mengutamakan
kemampuan verbal yang dioergunakan untuk mengarahkan atau mempengaruhi orang lain.
Pada lingkungan enterprising situasi finansial dan isu ekonomi dianggap paling penting dari
aspek lain.Orang orang interprising lebih suka pendidikan, latihan atau bekerja pada
pekerjaan sebagai berikut:
Pedagang mobil Eksekutif perusahaan
Menejer personalia Produser televise
Perwakilan pabrik Promotor bisnis
Wiraniaga real-estate Wiraniaga asuransi jiwa
Menejer peenjualan Wiraniaga biro perjalanan
Pedagang keliling Spekulan
Juru lelang Direktur program radio
Pemimpin upacara Wiraniaga saham dan
Politikus oblikasi
Menejer hotel Menejer kampanye politik
Menejer asuransi Konsultan perjalanan
Menejer restoran Promotor olah raga
Direktur perusahaan

6) Tipe kepribadian Konventional


Tipe kepribadian konventional. Individu-individu konfentional adalah seorang yang
menghargai uang, dapat diandalkan, dan memiliki kemampuan menjalankan aturan dan
perintah (arahan). Kekuatan mereka terletak pada kemampuan manajemen dan numerik
yang digunakan untuk memecahkan masalah.
Lingkungan konventional. Pengorganisasian dan perencanaan dapat
menggambarkan lingkungan konventional yang baik. Diantara lingkungan konvensional
adalah lingkungan kantor dimana sebuah kantor diperlukan data-data. Mengopy bahan-
bahan, mengorganisasikan laporan. Hal yang diperlukan untuk bekerja secara baik pada
lingkungan konvensional adalah kemampuan administrasi, kemampuan berorganisasi,
kepercayaan, dan kemampuan untuk berdisiplin. Orang-orang konvensional lebih
menyukai , latihan atau bekerja pada pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :
Kasir bank Ahli pajak
Stenograr pengadilan Kasir
Operator peralatan IBM Sekeraris ketatausahaan
Ahli statistic Ahli pemeriksa kualitas
Juru pembuat daftar gaji Pemegang buku
Juru taksir real-estate Akuntan publik
Pegawai kantor pos Pengawas rekaman
Analisis keuangan Penilai harga
Pengawas infentaris Juru pengiriman dan penerimaan
Menejer perdagangan Bankir
Pemeriksa kredit Menejer kantor
Pegawai asuransi asisten ketatahusahaan
Pemeriksa anggran belanja kepalatatausaha

Menurut Holland suatu tipe memiliki korelasi dengan tipe-tipe lainnya, misalnya tipe
realistik dekat dengan tipe investigatif di satu sisi dan dengan tipe konvensional di sisi
lainnya (korelasinya 0,46 dan 0,36), sedangkan dengan tipe sosial korelasinya 0,21. Tipe
artistik dekat hubungannya dengan tipe investigatif dan sosial (korelasinya 0,34 dan 0,42),
tetapi jauh sekali dari tipe konvensional sehingga korelasinya 0,11. Keadaan tersebut tidak
dapat disesuaikan secara tepat pada hexagon jika dimasukkan dalam ukuran skala, hal ini
lebih merupakan sekedar suatu percobaan dari Holland untuk mempertalikan antara yang satu
dengan yang lain .(Osipow, 1983 : 90).
Holland mengemukakan empat pokok konsep dalam teorinya konsistensi,
diferensiasi, kongruensi, dan kalkulus.
Konsistensi berkenan dengan pertanyaan, seberapa dekatkah satu tipe
kepribadiaan dan tipe lingkungan dengan tipe-tipe lainnya. Makin dekat minat orang dari
satu tip eke tipe lain. Makin dekat minat orang itu dikatakan lebuh konsisten dari pada
seandainya ia berminat ke lingkungan realistic atau investigasi.
Diferensiasi adalah sebaerapa jauh kemurnian orang, atau kesedikitan kemiripan
orang dengan tipe-tipe lain. Orang yang tipenya banyak mirip hanya dengan satu tipe dan
kurang mirip dengan tipe-tipe lain, dikatakan murni diferensiasinya, sebaliknya kalau banyak
kemiripannya dengan semua tipe dikatakan tidak terdiferensiasi.
Kongruensi adalah untuk menunjukan kecocokan tipe pribadi seseorang dengan
tipe lingkungan dimana ia tinggal atau bekerja. Cobtohnya, orang tipe sosial bekerja
dilingkuan sosial, kalau bekerja dilingkungan investigasi atau realistik ia dikatakn
inkongruen. Kongruensi tinggi terjadi kalau terdapat kecocokan antara tipe kepribadian dan
tipe lingkungan, misalnya sosial. Kongruensi terbaik berikutnya adalah kalau kecocokan tipe
itu dengan tipe sebelahnya, misalnya orang sosial berada dilingkungan artistk atau interprise.
Kongruensi terkecil adalah kalau kecocokan itu antara dua tipe yang bersebrangan, seperti
sosial dengan realistik artistic, dengan kongvensional, dan investigative dengan enterprise.
Penggambaran garis tipe-tipe ini dalam bentuk segi enam beraturan dengan titik-titik sudut
keenam tipe itu, dapat menjelaskan pengertian kongruensi tipe ini dan intra-serta antar-
hubungan.
Dengan menggunakan model heksagonal tersebut, dapat dijelaskan apa yang
dimaksud Holland dengan kalkulus, yaitu pengaturan hubungan yang ada didalam tipe-
tipe (lingkungan) dan diantara tipe-tipe itu sehingga jarak antara tipe-tipe atau
lingkungan-lingkungan berbanding berbalik dengan hubungan teoretis antara tipe-tipe
(lingkungan-lingkungan). Bentuk persegi enam itu, memberikan penggambaran mengenai
derajat konsistensi (yang terdapat pada seorang atau disuatu lingkungan dan juga
menjelaskan hubungan internal teori itu).
Holland mengembangkan beberapa instrumen yang berkaitan dengan pilihan karir dan
teorinya: Vocational Preference Inventory ( VIP ), Self-Directed Search ( SDS ), dan
Vocational Exploration and Insight Ki, ( VEIK ). VPI semacam “ tes” minat jabatan yang
menghendaki subjek tes untuk menyebutkan minatnya ( atau tiadanya minat ) dalam 160
judul pekerjaan. SDS merupakan pencarian yang dilakukan sendiri, orang mencari dan
menemukan sendiri dapat dikerjakan klien tanpa bantuan konselor. SDS mengukur
kemampuan, kegiatan, sikap kerja, bakat atas dasar penilaian oleh diri sendiri. VEIK
termasuk delapan puluh empat kartu yang berisi nama pekerjaan dan tugas klien adalah
menyortir, menemukan pekerjaan-pekerjaan lain yang tidak masuk ,menganalisis beberapa
pekerjaan yang diminati dan yang tidak diminati. (Munandir, 1996)
Pada tahun 1978, Holland juga mengembangkan suatu Sistem Klasifikasi Okupasi (The
Classification System) yang menggolongkan 500 okupasi dalam enam kategori okupasi,
yaitu: Realistic Occupations, Investigative Occupations, Artistic Occupation, Social
Occupations, Entreprising Occupations, dan Conventional Occupations. Klasifikasi ini
terdapat dalam The Occupations Finder yang juga mencantumkan nomor-nomor kode dari
Dictionary of Occupational Titles dan tingkat pendidikan sekolah yang umumnya dituntut
supaya mampu memegang okupasi tertentu. Sistem Klasifikasi Okupasi diterapkan dalam
The Self-directed Search yang dirancang untuk membantu orang agar lebih mengenal diri dan
menemukan bidang okupasi yang dianggap cocok baginya atau paling sedikit untuk
dipertimbangkan (Winkel & Hastuti, 2006: 638).
C. Keunggulan dan Kelemahan
Teori Holland oleh banyak pakar psikologi vokasional dinilai sebagai teori yang
komprehensif karena meninjau pilihan okupasi sebagai bagian dari keseluruhan pola
hidup seseorang dan sebagai teori yang mendapat banyak dukungan dari hasil
penelitian sejauh menyangkut model-model lingkungan serta tipe-tipe kepribadian.
Kelemahan dalam teori ini adalah kurang ditinjau proses perkembangan yang
melandasi keenam tipe kepribadian dan tidak menunjukan fase-fase tertentu dalam
proses perkembangan itu serta akumulasi rentang umur. Mengenai tahap atau tingkat
yang dapat dicapai oleh seseorang dalam bidang okupasi tertentu (occupational level),
Holland menunjuk pada taraf inteligensi yang memungkinkan tingkat pendidikan sekolah
tertentu, namun dipertanyakan apakah masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi
dalam hal ini, seperti taraf aspirasi seseorang.

2.2 KONSELING KARIR TRAIT & FAKTOR


Konseling karir Trait and Factor memiliki sejarah dalam bidang psikologi yang
berfokus pada identifikasi dan pengukuran perbedaan individu dalam perilaku manusia.
Meskipun juga mencakup aspek lain dari kepribadian, Trait and Factor merujuk terutama
pada kemampuan diri individu (termasuk kecerdasan umum, bakat khusus, prestasi
akademik, dan keterampilan vokasional), minat kejuruan dan karakteristik kepribadian. Teori
Trait and Factor dikembangkan berdasarkan pemikiran dari beberapa pakar atau para ahli
perkembangan karir seperti Frank Parson, E.G. Williamson, D.G. Patterson, J.G. Darley, dan
Miller. Bersama-sama, Trait and Factor menunjukkan salah satu orientasi utama dalam
psikologi vokasional yang dibangun untuk menggambarkan dan menjelaskan pembuatan
keputusan karir. Di dalamnya terdiri dari tiga asumsi atau prinsip-prinsip, yaitu :
1. Berdasarkan atas karakteristik psikologis yang unik, setiap pekerja (individu) akan
sangat sesuai untuk jenis pekerjaan tertentu.
2. Kelompok pekerja dalam pekerjaan yang berbeda memiliki karakteristik psikologis
yang berbeda.
3. Penyesuaian vokasional berbeda-beda, selaras dengan seberapa jauh kesesuaian antara
ciri-ciri pekerja dan tuntutan kerja.
Dalam konseling karir TF prinsip-prinsipnya dijabarkan ke dalam sebuah model dan
metode yang didasarkan untuk membantu klien menemukan kesesuaian yang optimal dengan
dunia kerja.
A. Definisi Masalah dalam Pemilihan Karir
1. Masalah Penyesuaian
a) Pilihan individu yang telah sesuai dengan minat dan bakat pribadinya yang sesuai. Ia
mungkin memiliki beberapa minat dan telah tertuju setidaknya pada salah satunya.
Namun individu mengalami masalah dalam menemukan jaminan untuk masa depan
dengan pilihan pekerjaannya
b) Pilihan individu yang tidak sesuai tidak sejalan dengan minatnya atau dengan
tingkat bakatnya. Masalahnya di sini adalah kesenjangan antar variabel yang
berperan dalam proses pengambilan keputusan.
2. Masalah Kebimbangan
a) Individu multipotensial memiliki dua atau lebih pilihan, yang masing-masing sesuai
dengan bidangnya yang diminati dan pada tingkat bakat yang sesuai. Dia mungkin
memiliki beberapa minat, tapi pilihannya harus konsisten dengan salah satunya.
Masalahnya adalah bahwa ia tidak dapat memutuskan antara alternatif tersebut.
b) Individu yang ragu-ragu, tidak ada pilihan. Mungkin klien tidak memiliki minat pada
bidang-bidang tententu, dan bakat kemampuannya mungkin tinggi, sedang, atau
rendah, tetapi masalahnya ia tidak dapat menyatakan pekerjaan apa yang dia inginkan
untuk masuk di masa depan.
3. Masalah pilihan yang tidak realistis (Unrealism)
a) Pilihan individu yang realistis searah dengan bidang yang diminatinya, atau tidak
adanya minat, tetapi membutuhkan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dari yang
dimiliki.
b) Pilihan individu yang tidak realistis searah dengan bidang yang diminatinya, tetapi
pada tingkat bakat di bawah kemampuannya.
c) Pilihan individu yang dipaksakan pada tingkat bakat yang tepat, tetapi tidak kongruen
dengan bidang yang diminatinya.

B. Model
Secara filosofis konseling karir TF memiliki komitmen yang kuat terhadap keunikan
individu. Konseling karir TF diawali dari perhatian tunggal terhadap “ciri-ciri dan faktor”
pribadi individu yang dapat didefinisikan dan diprediksi dengan statistik, diukur dengan tes
standar. Selain itu konseling karir TF mengikuti prosedur pemecahan masalah secara ilmiah,
yang prosedurnya meliputi diagnosis, proses konseling rasionalistik, dan menghasilkan
serangkaian hasil keputusan tertentu. Teori trait-and-faktor ini berkembang dari studi tentang
perbedaan-perbedaan individu dan perkembangan selanjutnya terkait erat dengan gerakan
testing atau psikometri. Teori ini berpengaruh besar terhadap studi tentang deskripsi
pekerjaan dan persyaratan pekerjaan dalam upaya memprediksi keberhasilan pekerjaan di
masa depan berdasarkan pengukuran traits yang terkait dengan pekerjaan. Karakteristik
utama dari teori ini adalah asumsi bahwa individu mempunyai pola kemampuan unik atau
traits yang dapat diukur secara objektif dan berkorelasi dengan tuntutan berbagai jenis
pekerjaan.
1. Diagnosa
Landasan konseling karir TF adalah diagnosis diferensial. Williamson (1939)
mendefinisikan sebagai: proses berpikir logis pada sekumpulan fakta, baik yang relevan
maupun tidak relevan, menghasilkan pola yang konsisten menjadi sebuah makna dan
pemahaman tentang aset (potensi) diri klien. Hal ini dapat memunculkan sebuah prognosis
untuk perencanakan masa depan yang dibuat oleh klien sendiri. Untuk membantu dalam
mendiagnosis masalah dalam pembuatan keputusan karir Williamson (1939) telah
mengusulkan empat kategori, yaitu:
1) Tidak ada pilihan ( no choice) konseli tidak mampu menyebutkan bidang pekerjaan
yang akan dipilihnya.
2) Ketidakpastian pilihan (uncertain choice) konseli ragu atas pilihan karir yang telah
ada di pikirannya.
3) Pilihan tidak bijaksana (unwhise choice) konseli memilih karir yang tidak sesuai
dengan bakat dan minatnya.
4) Ketidaksesuaian antara minat dan bakat (discrepancy between interest and
aptitudes), yang termasuk kategori ini diantaranya adalah: bidang pekerjaan yang
diminati tidak sesuai dengan bakat konseli, pekerjaan yang diminati tidak sesuai
dengan tingkat kemampuan konseli dan bakat minat cocok, tetapi tidak sesuai
dengan pekerjaan yang dipilih
2. Proses
Dalam proses konseling karir trait and factor terdapat sejumlah tahapan. Menurut
Williamson (1939) ada enam tahap dalam proses konseling karir dalam pendekatan ini, yaitu:
a) Analisis. Dalam tahap ini dilakuka pengumpulan data dari konseli tentang sikap,
latar belakang keluarga, tingkat pendidikan, minat dan bakat.
b) Sintesis. Dalam tahap diagnosis menguraikan dan menyimpulka suatu data yang
telah diperoleh dari konseli sebagai acuan dalam teknik studi kasus dan tes profil
untuk melihat keunikan dan cirri khas yang dimiliki oleh klien.
c) Diagnosis. Dalam tahap diagnosis menguraika suatu karakteristik dan masalah
konseli, dan membandingkan (mencocokan) antara profil individu dengan tingkat
pendidikan dan profil standar jabatan.
d) Prognosis. Mengambil keputusan atas konsekuensi yang akan didapat dari masalah
dan kemungkinan untuk penyesuaian dan untuk mengambil alternative tindakan
yang menjadi pertimbangan konseli.
e) Konseling atau treatmen. Disini berupa kerjasama antara konselor dan konseli
yang mengarah kepada penyesuaian yang diinginkan oleh konseli pada saat ini
maupun pada saat yang akan datang.
f) Follow-up. Merupakan pengulangan dari tahapan-tahapan sebelumnya yang
digunakan sebagai bahan acuan dalam langkah tindak lanjut dalam penyelesaian
suatu pokok masalah yang dihadapi oleh konseli, juga sebagai usaha dalam
mengantisipasi timbulnya suatu masalah baru pada konseli.
Keempat langkah pertama diatas hanya dilakukan oleh konselor, sedangkan pada dua
tahap terakhir konseli ikut terlibat. Dalam penyelesaian pengambilan keputusan karir oleh
konseli ada tiga tahapan yang sama dengan proses yang telah dikemukakan tadi. Tahap
pertama, beruapa kontak antara konselor dan konseli diamana konseli diwawancarai dan
mengungkapkan permasalahannya. Konselor mendengarkan, melihat latar belakang pribadi
dan pendidikannya kemudian memberikan test kepada konseli. Tahap kedua, wawancara
dilakukan untuk menafsirkan tes yang telah dialkukan, dan mengumpulkan berbagai data dari
konseli, melalui psikometrik dan demografik konseli, Tahap terakhir, pemberian informasi
mengenai pekerjaan. Konselor memberikan informasi mengenai pekerjaan yang cocok
dengan ciri dan faktor pada konseli.
Sebenarnya proses konseling karir trait and factor terbagi dalam tiga wilayah
permasalahan, yakni latar belakang masalah (kumpulan data diri), pernyataan masalah
(menginterpretasikan tes), dan resolusi masalah (informasi pekerjaan).
3. Hasil
Apabila diagnosis dalam konseling karir Trait and Factor telah dapat dikatakan
akurat dan prosesnya dipandang efektif, hasilnya sudah pasti akan sesuai dengan apa yang
diharapkan. Pemecahan masalah konseli ini dilakukan dengan membatasi dan menggunakan
pendekatan-pendekatan tertentu. Secara umum hal ini bertujuan agar konseli mampu
membuat keputusan karir melalui proses pembuatan keputusan dan pemecahan masalah.
Dalam pilihan karir yang sesuai dengan pendidikannya tentu saja dapat diimplementasikan
dalam dunia kerja. Hasil yang terlihat dari konseling karir trait and factor adalah : a) Konseli
mampu membuat pilihan sacara realistik saat memasuki awal masa dewasa; dan b) konseli
belajar cara membuat keputusan dan menyelesaikan masalah, pembeda keputusan dan solusi.

C. Metode Trait and Factor


Metode yang digunakan dalam konseling karir Trait and Factor sebagai refleksi dari
pendekatan rasionalistik dan kognitif. Teknik-teknik yang digunakan adalah wawancara,
prosedur interpretasi tes dan menggunakan informasi pekerjaan yang selanjutnya akan
disusun untuk membantu menyelesaikan masalah konseli dan membantu dalam membuat
keputusan karir. Konselor tidak hanya melakukan pengumpulan data dengan sembarang saja,
tetapi juga harus melakukan teknik-teknik tertentu seperti melakukan wawancara yang
tentunya harus sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang sudah ada. Dalam hal ini konselor
harus bias memahami perasaan, emosi dan juga sikap dari konseli itu sendiri. Wawancara
harus bisa mengungkap dan menunjukkan perasaan, sikap konseli yang sesungguhnya
sehingga konselor bisa memahami dan bisa membantu dalam mengambil suatu keputusan,
tentu saja keputusan tersebut sudah sepenuhnya tergantung kepada diri konseli sendiri.
1. Teknik wawancara
Williamson (1939) telah mengidentifikasi lima teknik umum yang di ajukan untuk
konseling karir ciri dan faktor, yaitu sebagai berikut : Pertama, menciptakan hubungan baik
(estabilishing rapport). Kedua, mengolah pemahaman diri (cultivating self understanding).
Ketiga, mempertimbangkan atau merencanakan program tindakan (advisng or planning a
program of action). Keempat, pelaksaan rencana (carrying out the konseli). Kelima, pengalih
tanganan (refernal). Seorang konselor tidak selalu bisa melakukan konseling sendiri.
Teknik wawancara itu williamson membaginya ke dalam program tindakan yang neliputi
kegiatan berikut
1. Langsung menasihati. Dalam metode ini konselor terus terang menyatakan
pendapatnya tentang pilihan yang paling memuaskan, tindakan, atau program yang
akan dibuat dan diikuti oleh siswa. Williamson menggunakan metode ini secara
diferensial dengan klien, tergantung pada masalah mereka dan kepribadian. Dia
menyarankan langsung ketika klien "keras hati dan bersikeras atas pendapat yang
jujur" dan ketika mereka bertahan dalam "kegiatan atau pilihan yang konselor
memiliki alasan untuk percaya akan mengakibatkan kegagalan serius dan
hilangnya semangat."
2. Persuasi. Konselor berusaha untuk membujuk siswa untuk memahami implikasi
dari diagnosis dan hasil dari langkah berikutnya. Dia tidak mendominasi pilihan
siswa tetapi hanya membujuk untuk menghindari masalah baru.
3. Penjelasan. Konselor mengeksplorasi kemungkinan arti dan interpretasi diagnosis,
baik tes dan data nontest, dalam upaya meningkatkan pemahaman klien tentang
kemungkinan pilihan dan hasil. Setiap pilihan karir yang dipertimbangkan oleh
klien secara sistematis lalu diproyeksikan ke masa depan psikologis untuk
memperkirakan kemungkinan keberhasilan dan kepuasan dalam pekerjaan yang
berbeda. konselor bergantung pada keahlian nya untuk membuat authoritas
interpretasitive dari hasil tes dan untuk menarik kesimpulan dan rekomendasi dari
mereka untuk musyawarah klien.
2. Interpretasi Tes
Konselor harus percaya pada konseli untuk mampu membuat suatu tafsiran konseli
kepada dirinya sendiri dengan melihat hasil tes dan gambaran umum serta rekomendasi dari
konseli sebagai bahan pertimbangan konseli. Prosedur penafsiran tes dalam konseling karir
trait and factor memiliki cara khusus, walaupun tidak selalu berkembang. Inisiatif konselor
dalan proses yaitu dengan memperkenalkan atau memberikan hasil tes. Beberapa konselor
memulai dengan pencarian minat (Super & Crites, 1962). Pola minat berhubungan dengan
skor dalam intelegensi, bakat, tes prestasi.
Hasil tes dapat dihubungkan untuk mempermudah pilihan karir konseli. Konselor
memusatkan perhatian pada saat wawancara dalam membuat keputusan. Alternatif mana
yang akan dipilih tergantung pada konseli sendriri. Ini adalah keputusan akhir dalam
konseling karir ciri dan faktor.
3. Informasi Pekerjaan
Informasi pekerjaan dalam konseling karir trait and factor dikemukakan oleh Brayfield
(1950) yang dibedakan dalam tiga fungsi:
1) Informasi (Informational). Konselor memberikan informasi kepasa konseli seputar
pekerjaan untuk memastikan suatu pilihan yang telah dibuat, untuk memutuskan dua
buah pilihan yang sama menarik dan cocok, atau hanya meningkatkan pengetahuan
konseli tentang yang realistis.
2) Penyesuaian kembali (Readjustive). Konselor memperkenalkan informasi oekerjaan
agar konseli memiliki suatu dasar nyata untuk menguji suatu pilihan yang tidak
sesuai, prosesnya sebagai berikut.
Konselor pertama kali memberikan pertanyaanawal mengenai ciri dari pekerjaan atau
bidang yang telah dipilih oleh klien. Kemudian, konselor memberikan informasi
akurat yang membuat konseli memperoleh pandangan tentang cara pandang ilusinya
yang membuat pikirab atau pekerjaan dan bidang tesebut tidak cocok dengan tujuan
kenyataannya. Pada saat ini biasanya konselor dapat mengebuah interviewmenjadi
pertimbangan dari dasar yang realistis dimana pilihan pekerjaan yang cocok
ditemukan (Brayfield, 1950, p. 218).
3) Motivasi (Motivational). Konselor menggunakan nformasi pekerjaan untuk
melibatkan konseli secara aktf dalam pengambilan keputusan. Untuk
mempertahankan kontak dengan konseli yang bebas hingga mereka bertanggung
jawab dengan pilihan mereka, dan menjaga motivasi untuk pilihan apabila kegiatan
konselu pada saat ini tidak sesuai dengan tujuan jangka panjang nya.
Christensen (1949) dan Baer dan Roeber (1951) mengembangkan teori Brayfield
dengan menambahkan:
1. Eksplorasi (Exploration). Konselor menggunakan informasi pekerjaan untuk membantu
konselu mengeksplorasi dunia kerja secara baik dari bidang pekerjaan tersebut.
2. Keyakinan (Assurance). Konselor menggunakan informasi pekerjaan untuk menyakinkan
konseli pilihan pekerjaannya cocok atau menghilangkan yang tidak cocok.
3. Evaluasi (Evaluation). Konselor menggunakan informasi pekerjaan untuk memeriksa
keyakinan dan kesinambungna pengetahuan dari konselu tersebut dan pemahamannya
dari pekerjaan tersebut atau sejenisnya.
4. Mengejutkan (Stratle). Konselor menggunakan informasi pekerjaan untuk memeriksa
apakan konseli menunjukkan tanda-tanda yakin atau tidak setelah melalui beberapa hal.

D. Keunggulan dan Kelemahan teori


1. Keunggulan teori:
a. Teori ciri dan sifat menerapkan pendekatan ilmiah pada konseling
b. Penekanan pada penggunaan data tes objektif, membawa kepada upaya perbaikan
dalam pengembangan tes dan penggunanya, serta perbaikan dalam pengumpulan
data lingkungan.
c. Penekanan yang diberikan pada diagnose mengandung makna sebagai suatu
perhatian terhadap masalah dan sumbernya mengarahkan kepada upaya
pengkreasian teknik-teknik untuk mengatasinya.
d. Penekanan pada aspek kognitif merupakan upaya menyeimbangkan pandangan lain
yang lebih menekankan afektif atau emosional.
2. Kelamahan teori:
a. Kurang diindahkan adanya pengaruh dari perasaan, keinginan, dambaan aneka nilai
budaya (cultural values), nilai-nilai kehidupan (personal values), dan cita-cita hidup,
terhadap perkembangan jabatan anak dan remaja (vocational development) serta
pilihan program / bidang studi dan bidang pekerjaan (vocational choice).
b. Diandaikan bahwa pilihan jabatan dan pilihan program studi terjadi sekali saja dan
ini pun bersifat keputusan terakhir atau definitif, dengan berpikir secara rasional.
Padahal pilihan seperti ini tidak dibuat sekali saja, tetapi dibuat secara bertahap-
tahap dari pilihan intermedier sampai pada pilihan devinitif dan bukan hanya
berdasarkan proses berfikir rasional saja. Semua ini berkaitan dengan munculnya
pandangan labih baru mengenai proses perkembangan jabatan ( vocational
development)
c. Kurang diperhatikan peran keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi rangkaian
pilihan anak dengan cara mengungkapakan harapan, dambaan dan memberikan
pertimbangan untung-rugi sambil menunjuk pada tradisi keluarga; tuntutan
mengingat ekonomi keluarga; serta keterbatasan yang konkret dalam kemampuan
finansial, dan sebagainya.
d. Kurang diperhitungkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat, yang
ikut memperluas atau membatasi jumlah pilihan yang tersedia bagi seseorang.
Misalnya, kejenuhan di bidang pekerjaan tertentu harus menjadi bahan pertimbangan
sebelum memutuskan; demikian pula, kekurangan akan sumber tenaga kerja di
bidang lain membuka prospek baru. Sistem sosial koneksi, praktek diskriminasi, dan
berbagai kebijakan seleksi ikut memperluas dan mempersulit ruang kerja.
e. Kurang disadari bahwa konstelasi kualifikasi yang dituntut untuk mencapai sukses di
suatu bidang pekerjaan atau program studi dapat berubah selama tahun-tahun yang
akan datang. Selain itu, bersukses dalam suatu jabatan bukan hanya menyangkut
balas jasa dan peningkatan status, melainkan juga rasa puas dalam hati sendiri dan
hubungan antar pribadi yang memuaskan bagi berbagai pihak.
f. Pola-pola ciri kepribadian tertentu balum pasti sangat membatasi jumlah kesempatan
yang terbuka bagi seseorang, karena orang dari berbagai pola ciri kepribadian dapat
mencapai sukses di bidang pekerjaan yang sama.

Anda mungkin juga menyukai