Anda di halaman 1dari 6

Prinsip-Prinsip Penggunaan Tes Psikologis

Penggunakan tes untuk proses bimbingan dan konseling hendaknya memperhatikan beberapa prisip
tertentu. Prinsip-prinsip yang dimaksud mengacu pada prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada
umumnya. Prinsipi-prisip penggunakan tes dalam bimbingan dan konseling dikembangkan dari
pengalaman praktik pada saat ini.

Brammer & shostrom (1982) mengemukakan beberapa prinsip penggunaan tes dalam bombingan dan
konseling, diantaranya:

1.Kaidah pertama dari penggunaan tes ialah mengetahui tes secara menyeluruh.

2.Eksplorasi terhadap alasan individu menginginkan tes dan pengalaman individu dalam tes yang pernah
diterimanya.

3.Perlu pengaturan pertemuan interpretasi tes agar individu siap untuk menerima informasi yang benar
dan tidak menyimpang.

4.Arti skor tes harus ditetapkan secepatnya dalam diskusi.

5.Kerangka acuan hasil tes hendaknya dibuat dengan jelas.

6.Hasil-hasil tes harus diberikan kepada induvidu, bukan dalam bentuk skor tapi dalam bentuk deskriptif.

7.Hasil-hasil tes harus selalu terjebak. Cara yang digunakan untuk memulai prinsip ini ialah hasil tes
harus disajikan secara tentatife.

8.Guru pembibingan atau konselor hendaknya bersikap.

9.Guru pembimbing atau konselor hendaknya memberikan interpretasi secara jelas dan berarti.

10.Hasil-hasil tes harus memberikan prediksi dengan tepat.

11.Dalam face intrepretasi tes, perlu adanya partisipasi dan evaluasi dari individu.

12.Intrepretasi skor yang rendah kepada individu norma hendaknya dilakukan dengan hati-hati.Tingkat
konseptual yang tepat untuk menyusun interpresi tes dalam bentuk kata-kata adalah sangat penting jika
individu mengerti hasil-hasil tes.

G. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan Tes Psikologi


REPORT THIS AD

Keberhasilan penggunaan tes untuk tujuan bimbingan dan konseling dipengaruhi oleh beberapa factor
tertentu. Menurut Bezanson & Monsebraaten ((1984). Ada beberapa factor yang mempengaruhi
pelaksanaan tes yaitu:

1.Latar belakang budaya

Faktor latar belakang budaya individu memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan tes. Suatu tes
cenderung memberikan tekanan dan keistemawaan pada aspek budaya dimana tes itu dikembangkan,
karena tes biasanya menggambarkan tentang pengalaman,minat,nilai-nilai dan budaya itu sendiri.
Contoh berikut mengilustrasikan sebagian kecil pengaruh factor latar belakang budaya dalam
pelaksanaan tes.

2.Latar belakang Sosial-Ekonomi

Factor yang erat kaitannya dengan budaya adalah taraf social ekonomi testi misalnya kemiskinan
keluarga dan kekurangan fasilitas pendukung dalam keluarga biasanya cenderung kurangnya bahan
bacaan,alat perlengkapan belajar dan hasil teknologi serta factor lain yang berhubungan dengan cara
pengisian tes. Factor-faktor tersebut tidak hanya berhubungan dengan kemampuan, tetapi juga
memberikan pengaruh yang bersifat membatasi minat dan memotivasi individu.

3.Pendidikan yang diperoleh di sekolah atau latihan formal

Banyak keterampilan yang diperlukan dalam tes kemampuan dipelajari disekolah atau melalui pelatihan
misalnya perhitungan aritmatik dasar,persamaan dan perbedaan kata serta kepasihan berbahasa,
semuanya dipelajari baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pendidikan yang diterima di
sekolah.

4.Persiapan Tes atau pengalaman tes

Peubah peubah persiapan atau pengalaman tes seringkali diaabaikan oleh para guru pembimbing atau
konselor dan testi. Terhadap testi perlu diberikan kesempatan untuk mempraktikkan item-item yang
sejenis terhadap tes yang telah dibakukan hal ini akan dapat membantu individu untuk mengerti
petunjuk-petunjuk tes dan item-item tes. Suatu prasyarat untuk suatu skor minimum pada suatu tes.
.Kepribadian

a.Motivasi

b.Kecemasan

c.Kesehatan Fisik : Cacat Fisik,Kesehatan pada umumnya

d.Karakteristik Tes : Tes kecepatan vs Tes kemampuan,Tebakan,Pola item

e.Pelaksanaan: Pelaksanaan,Lingkungan (kondisi-kondisi testing)

H. Etika Penggunaan Tes Psikologi

REPORT THIS AD

Disebabkan karena banyanya factor yang berpanagaruh terhadap hasil pengukuran psikologis, dan juga
karena tes psikologi merupakan suatu intrusmen yang sudah baku, maka tepatlah kiranya apabila tester
yang mempergunakan tes psikologi itu harus bertanggung jawab dan etis melindungi tetisnya.

Etika praktik konselor dan para psikolog adalah sama yaitu:

1. kerahasiaan : karena kesejahteraan testi ditempatkan pada tempat yang utama, maka konselor
menerima tangung jawab untuk mempertahankan kerahasiaan hubungan dengan klien.

2. Keamanan tes: tes adalah merupakan suatu alat professional dan sebagai suatu alat professional
maka penyebarannya hanya terbatas dengan menggunakan kompetensi teknis yang tepat. Yes yang
belum dibakukan seharusnya tidak dipergunakan karena belum dijamin keamanannya.

3. Interpretasi tes: material atau bahan-bahan tes dan skor tes semestinya diperuntukan hanya
kepada oerang-orang yang berwenang menggunakannya.

4. Publikasi tes: tes yang telah baku harus dilengkapi dengan manual (buku petunjuk pegangan ) yang
menggambarkan bagaimana dan oleh siapa tes itu digunakan lebih efektif.

The Canadian guidance and counseling association (1982), mempublikasikan sebelas prinsip khusus yang
mencakup etika cara pemakaian tes psikologis,yaitu:
1.Guru pembimbing atau konselor harus mengakui batas kompetensinya dan tidak memberikan layanan
testing atau menggunakan teknik-teknik di luar persiapan dan kompetensinya atau yang tidak memenuhi
standar professional yang ditetapkan.

2. Guru pembimbing atau konselor harus mempertimbangkan atau menetapkan dengan cermat dan teliti
validitas, rebilitas, dan ketetapan tes tertentu sebelum memilih untuk digunakan pada klien tertentu.

3.Pada umumnya,hasil-hasil tes hanya memberikan satu macam factor yang tepat bagi keputusan staf
bimbingan dan konsling.

4.Apabila hasil tes dan data penilaian lainnya digunakan untuk menilai komunikasi dengan orang tua
individu atau orang lain yang tepat maka mereka harus disertai dengan interpretasi yang adekuat.

5.Skor tes psikologi (sebagai pembanding dengan interpretasi hasil-hasil tes)

6.Apabila memberikan beberapa sistemen pada umum tentang tes dan testing, maka diperlukan
ketelitian untuk memberikan informasi secara adekuat dan menghidari terjadinya kesalahpahaman.

7.Tes harus dilaksanakan sebagaimana yang ditetapkan dalam manual (buku petunjuk) pelaksanaan tes.

8.Tes psikologi dan alat-alat lainnya, yang penilaiannya sebagian besar dapat dipercaya apabila orang
yang mengambilnya adalah terbatas dengan minat professional dan kompetensi seseorang sehingga
mereka akan berupaya melindungi penggunaannya.

9.Guru pembimbing atau konselor memiliki tanggung jawab untuk memberitahukan kepada peserta
testing tentang tujuan testing.

10. Guru pembimbing atau konselor harus bekerja dengan teliti dalam menilai dan menginterpretasikan
minoritas anggota kelompok atau orang lainnya yang tidak menyajikan norma-norma kelompok terhadap
pembekuan instrument.

11.Konselor tidak pantas mereproduksi atau memodifikasikan susunan tes itu tanpa memperoleh izin
dan mengenal kemampuan pengarang penerbit dan pemegang hak cipta.

Klasifikasi Tes Psikologis

Tes sangat banyak macamnya sehingga untuk mendapatkan orientasi yang baik mengenai tes perlu
dilakukan klasifikasi. Untuk membuat klasifikasi tes hendaklah ditinjau dari beberapa segi.

1.Bila ditinjau dari banyaknya orang yang dites,dibedakan atas:

a.Tes individual adalah jenis tes yang hanya dapat melayani untuk seseorang individu saja dalam satu
waktu.contohnya test WISC dan WAIS

b.Tes kelompok adalah tes yang dapat melayani sekelompok testi dalam suatu waktu. Tes kelompok ini
lebih ekonomis jika dibandingkan dengan tes individual sebab dalam waktu singkatdapat diperoleh
banyak individu yang dites contonya adalah ulangan-ulangan yang diberikan oleh guru,tes standar
progresif matriks dan sebagainya.

2. Bila ditinjau dari segi waktu yang disediakan dibedakan atas:

a. Tes kecepatan(speed test) yaitu tes yang mengutamakan kecepatan waktu dalam mengerjakan tes
atau waktu untuk mengerjakan tes sangat terbatas. Contoh jenis tes ini arithemitical reasoning,tes
klerikal dan sebagainya.

b.Tes kemampuan(power test) yaitu jenis tes yang dimaksudkan untuk mengetahui sampai dimana
kemampuan seseoarng dalam mengerjakan tes. Soal waktu tidak dituntut terlalu ketat. Contoh jenis tes
ini general comprehension test,tes SPM dan sebagainya.

3.Bila ditinjau dari segi materi tes dibedakan atas

a.Tes verbal adalah tes yang menggunakan bahasa (baik lisan mauapun tulisan). Karena itu orang
yang dites harus bias membaca dan menulis.

b.Tes non verbal adalah tes yang item-itemnya tidak terdiri dari bahasa,tetapi terdiri dari bahasa tetapi
terdiri dari gambar-gambar,garis-garis dan sebagainya. Contoh jenis tes ini adalah tes CFIT.Tes SPM,tes
Army Beta dan sebagainya

4.Bila ditinjau dari segi aspek manusia yang dites dibedakan atas:

a.Tes psikis adalah tes untuk mengetahui keadaan fisik testi contohnya: tes erobik

b.Tes psikis adalah tes untuk mengetahui keadaan atau kemampuan mental testi contoh tes
intelegensi,tes bakat dan sebagainya.

5.Bila ditinjau dari segi aspek mental yang dites dibedakan atas:

a. Tes kepribadian seperti tes Rorschah, wartegg dan sebagainya

b.Tes intelegensi

c.Tes bakat

d.Tes prestasi belajar

6.Bila ditinjau dari segi penciptanya

a.Tes rorschah

b.Tes biriet-simon

c.Tes Wechsler

d.Tes kraeppelin
e.Tes kuder dan sebagainya

Anda mungkin juga menyukai