Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SOL ( SPACE OCCUPYING LESION )

OLEH :

Ayu Andira 17.11.019 Olivia Risni Singkita 17.11.144

Bethesda I. Sari 17.11.021 Tyas Trisnawati 17.11.193

Dewi A. Sijabat 17.11.040 Wigi Yuliana 17.11.201

Kevin A.P 17.11.088 Fitri Agustina 17.11.220

Maya Desi Hrp 17.11.107 Hikmah Sari 17.11.223

Melyana Sinaga 17.11.117 Hudenah 17.11.224

DOSEN PENGAMPU :

Ns. MAHANTA QARIBI, S.Kep., CWCCA

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

T.A 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang SOL (Space
Occupying Lesion) dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan
makalah ini mungkin ada hambatan, namun berkat bantuan serta dukungan dari
teman-teman dan bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses


pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan serta dukungan dan
doa nya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang SOL (Space Occupying Lesion). Kami
mohon maaf apabila makalah ini mempunyai banyak kekurangan, karena
keterbatasan penulis yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun, sangat diharapkan oleh kami
dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini
bermanfaat bagi pembaca maupun kami.

Delitua, 18 September 2019

Penyusun

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 3

1.3 Tujuan................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 4

2.1 Definisi............................................................................................... 4

2.2 Tanda Dan Gejala............................................................................... 4

2.3 Etiologi............................................................................................... 5

2.4 Patofisiologi....................................................................................... 6

2.5 Pathway.............................................................................................. 9

2.6 Klasifikasi.......................................................................................... 9

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan........................................................................................ 12

3.2 Saran................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

SOL merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang


intracranial khususnya yang mengenai otak. SOL adalah lesi oleh karena ada desakan
ruang baik jinak / ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Banyak
penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kuntusio serebri, hematoma,
infark, abses otak dan tumor intra kranial. (Long, C 1996 ; 130).

Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang
tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Neoplasma /tumor adalah kumpulan sel
abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh secara terus menerus secara tidak
terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitar dan tidak berguna bagi tubuh
(Tim FKUI).

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan SOL?
b. Apa saja penyebab dari penyakit SOL?
c. Apa saja Tanda dan Gejala dari penyakit SOL?
d. Bagaimana perjalanan penyakit dari SOL?

1.3 Tujuan
a. Agar mengetahui pengertian dari SOL.
b. Agar mengetahui apa saja penyebab SOL.
c. Agar mengetahui Tanda dan Gejala dari penyakit SOL.
d. Agar mengetahui perjalanan penyakit SOL.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

SOL (Space Occupying Lesion) merupakan masalah tentang adanya lesi pada
ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat
menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak
dan tumor intracranial. Dalam Laporan Pendahuluan (LP) ini, penulis batasi pada
Tumor Otak.

Adapun definisi Tumor Otak adalah proses pertumbuhan termasuk benigna


dan maligna yang mengenai otak dan sumsum tulang belakang (Bullock, 1996). SOL
merupakan generalisasi masalah mengenai adanya lesi pada ruang intracranial
khususnya yang mengenai otak. (Suzanne dan Brenda GBare. 1997: 2167).

SOL disebut juga tumor otak atau tumor intracranial yaitu proses desak ruang
yang timbul didalam rongga tengkorak.(Satya negara dalam aplikasi asuhan
keperawatan). Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada infrakranial
yang menempati ruang di dalam tengkorak (Smeltzer & Brenda, 2001). Tumor otak
merupakan lesi destruktif pada CNS Tappa. Penanganan akan menjadi fatal benigna /
maligna, di dalam bagian / luar otak, invasif / noninvasive, pertumbuhan lambat/cepat
(Black & Matussarin, 1997). Neoplasma /tumor adalah kumpulan sel abnormal yang
terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh secara terus menerus secara tidak terbatas, tidak
terkoordinasi dengan jaringan sekitar dan tidak berguna bagi tubuh (Tim FKUI,
1996).

2.2 Tanda Dan Gejala


a) Tanda dan gejala peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial) :
- Sakit kepala
- Muntah
- Papiledema
b) Gejala terlokalisasi ( spesifik sesuai dengan dareh otak yang terkena ) :

4
- Tumor korteks motorik ; gerakan seperti kejang kejang yang terletak pada
satu sisi tubuh ( kejang jacksonian).
- lobus oksipital ; hemianopsia homonimus kontralateral ( hilang penglihatan
pada setengah lapang pandang , pada sisi yang berlawanan dengan tumor)
dan halusinasi penglihatan.
- Tumor serebelum ; pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot otot tidak terkoordinasi dan
nistagmus ( gerakan mata berirama dan tidak disengaja).
- Tumor lobus frontal ; gangguan kepribadia, perubahan status emosional
dan tingkah laku, disintegrasi perilaku mental., pasien sering menjadi
ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri.
- Tumor sudut serebelopontin ; tinitus dan kelihatan vertigo, tuli ( gangguan
saraf kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf
kelima), kelemahan atau paralisis (saraf kranial keketujuh), abnormalitas
fungsi motorik.
- Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan bicara dan gangguan gaya berjalan terutam pada lansia.
( Brunner & Sudarth, 2003 : 2170 ).

2.3 Etiologi

Penyebab tumor hingga saat ini masih


ETIOLOGI belum diketahui secara pasti, walaupun
telah banyak penyelidikan yang
dilakukan.
FAKTOR

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga


jarang ditemukan kecuali pada meningioma,
HEREDITER astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai
pada anggota-anggota sekeluarga

Bangunan-bangunan embrional berkembang


menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai
morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam
Sisa-sisa Sel tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan
Embrional embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
(Embryonic dan merusak bangunan di sekitarnya.
Cell Rest). 5
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap
RADIASI radiasi dan dapat mengalami perubahan
degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma.

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada


binatang kecil dan besar yang dilakukan
VIRUS dengan maksud untuk mengetahui peran
infeksi virus dalam proses terjadinya
neoplasma, tetapi hingga saat ini belum
ditemukan hubungan antara infeksi virus
dengan perkembangan tumor pada sistem saraf
pusat.

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah


Substansi- lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa
substansi ada substansi yang karsinogenik
Karsinogenik sepertimethylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini
berdasarkan percobaan yang dilakukan pada
hewan.

2.4 Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan timbulnya ganguan neurologik progresif, gangguan
neurologik pada tumor otak biasanya disebabkan oleh dua factor-faktor gangguan
fokal akibat tumor dan peningkataan TIK. Gangguan vokal terjadi apabila terdapat
penekanan pada jaringan otak, dari infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak
dengan kerusakan jaringan neural. Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat disebabkan oleh beberapa factor : bertambahnya
massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi
cairan serebrospinal. Beberepa tumor dapat menyebabkan pendarahan. Obstruksi
vena dan edema akibat kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan volume
intracranial dan TIK. Pada mekanisme kompensasi akan bekerja menurunkan volume
darah ntrakranial, volume CSF< kandunan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel

6
parenkim. Peningkatan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan terjadinya herniasi
unkus atau serebelum. Herniasi menekan mensefalon menyebabkan hilangnya
kesadaran. Pada herniasi serebelum, tonsil bergeser ke bawah melalui foramen
magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dan henti nafas
terjadi dengan cepat, perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan TIK
adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran nadi) dan gagal nafas.
(price Sylvia A.2005: 1187).
a. Konstusio serebral
Merupakan cedera kepala berat, dimana otak mengalami memar, dengan
kemungkinan adanya daerah hemoragi. Pasien berada pada periode tidak sadarkan
diri. Pasien terbaring kehilangan gerakan; denyut nadi lemah, pernapasan dangkal,
kulit dingin dan pucat. Sering terjadi defekasi dan berkemih tanpa disadari. Pasien
dapat diusahakan untuk bangun tetapi segera masuk kembali ke dalam keadaan tidak
sadar. Umumnya, invidu yang mengalami cedera luas mengalami fungsi motorik
abnormal, gerakan mata abnormal,dan peningkatan TIK mempunyai prognosis buruk.
Sebaliknya, pasien dapat mengalami pemulihan kesadaran.
b. Hematoma
Hematoma (pengumpulan darah) yang terjadi di dalam cranial adalah akibat
paling serius dari cidera kepala. Hematoma disebut sebagai epidural,
subdural atau intraserebral, bergantung pada lokasinya. Efek utama adalah seringkali
lambat sampai hematoma tersebut cukup besar untuk menyebabkan distorsi dan
herniasi otak serta peningkatan TIK.

c. Infark
Sebuah infark serebral adalah iskemik jenis stroke karena gangguan di
pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak. Sebuah infark otak terjadi
bila pembuluh darah yang memasok bagian dari otak tersumbat atau kebocoran
terjadi di luar dinding pembuluh. Ini kehilangan hasil suplai darah dalam kematian
yang area dari jaringan.
d. Abses

7
Abses otak merupakan kumpulan dari unsur-unsur infeksius dalam jaringan
otak. Ini dapat terjadi melalui invasi otak langsung dari trauma intracranial atau
pembedahan.; melalui penyebaran infeksi dari daerah lain seperti sinus, telinga dan
gigi (infeksi sinus paranasal, otitis media,, sepsis gigi); atau melalui penyebaran
infeksi melalui penyebaran infeksi dari organ lain (abses paru-paru, endokarditis).
Abses otak adalah komplikasi yang meningkat pada pasien yang system
imunnya disupresi baik karena terapi atau penyakit. Untuk mencegah abses otak
maka perlu dilakukan pengobatan yang tepat pada otitis media, mastoiditis, sinusitis,
infeksi gigi dan infeksi sistemik.
e. Tumor Intrakranial
Tumor intracranial meliputi lesi desak ruang jinak maupun ganas yang
tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. Klien tumor intracranial datang dengan
berbagai gejala yang membingungkan oleh karena itu penegakkan diagnosis menjadi
sukar. Tumor intracranial dapat terjadi pada semua umur, tidak jarang menyerang
anank-anak dibawah usia 10 tahun, tetapi paling sering terjadi pada orang dewasa
pada usia 50-an dan 60-an. (Muttaqin,Arif.2008;474).

8
2.5 Pathway

2.6 Klasifikasi
Berdasarkan jenis, tumor dapat dibagi menjadi :
1. Jinak
- Acoustic neuroma
Yaitu tumor yang bersifat kanker (jinak) dan biasanya lambat tumbuh yang
berkembang pada saraf akustikus. Dapat tumbuh pada saraf keluar dari

9
pons,sepanjang perjalanan saraf di fosa kranialis posterior atau di dalam liang telinga
dalam menuju dari telinga batin Anda ke otak Anda. Karena cabang-cabang saraf ini
langsung mempengaruhi keseimbangan dan pendengaran, tekanan dari neuroma
akustik dapat menyebabkan gangguan pendengaran, dering di telinga Anda dan
kegoyangan.
- Meningioma
Yaitu tumor yang terbentuk di meninges, yaitu selaput pelindung otak dan tulang
belakang. Tumor ini biasanya terjadi di otak, namun juga bisa tumbuh di tulang belakang.

Umumnya meningioma tergolong tumor jinak yang berkembang sangat lambat,


bahkan tidak menunjukkan gejala hingga bertahun-tahun. Namun pada beberapa
kasus, dampak meningioma pada jaringan otak, saraf dan pembuluh darah, bisa
menyebabkan kecacatan yang serius.

- Pituitary adenoma
Adenoma adalah salah satu manifestasi neoplasma yang paling sering didiagnosis
dengan sifat asal yang jinak. Sebagai aturan, itu berkembang di jaringan kelenjar organ dan
secara langsung berkaitan dengan proses hormonal yang terjadi di dalam tubuh. Itu termasuk
kelompok kelainan endokrin.
- Astrocytoma (grade I)
Tumor ini bermula pada astrosit atau sel berbentuk bintang yang memberi
makan dan mendukung sel saraf (neuron) di otak kita. Namun, glioblastoma dapat
mengandung berbagai jenis sel otak, termasuk sel otak mati. Sekitar 12 hingga 15
persen penderita tumor otak menderita glioblastoma. Jenis tumor ini tumbuh sangat
cepat di dalam otak. Sel-selnya menyalin diri mereka dengan cepat, dan memiliki
banyak pembuluh darah untuk memberinya ‘makan’. Namun, sel tersebut jarang
menyebar ke bagian tubuh lain.

2. Malignant
- Astrocytoma ( grade 2,3,4 )
- Oligodendroglioma

10
Oligodendrosit adalah sejenis sel glia yang melakukan pemeliharaan dan
dukungan dari sel-sel sistem saraf. Oligodendrosit bersama dengan sel
schwann membentuk selubung mielin. Kata oligodendrosit berasal dari Bahasa
Yunani oligodendroglia (beberapa lem pohon). Sebuah oligodendrosit dapat
membungkus 50 akson. Oligodendrosit dibagi menjadi dua jenis yaitu interfascicular
dan perineuronal. Mereka memiliki sedikit fibril sitoplasma tetapi berkembang
dengan baik pada badan golgi.

- Apendymoma
Ependymoma merupakan tumor langka yang terbentuk dari sel-sel di lapisan
ruang-ruang ini. Bergantung pada lokasi dan sifat keagresifan tumor.

Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi :


1. Tumor intradural
- Ekstramedular, yaitu tumor yang berada di luar sumsum tulang belakang
- Cleurofibroma
- Meningioma intramedural
- Apendimoma
- Astrocytoma
- Oligodendroglioma
- Hemangioblastoma, tumor yang menekan sebagian besar akar saraf di area
leher yang mengarah ke sumsum tulang belakang.
2. Tumor ekstradural, merupakan metastase dari lesi primer.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Space Occupying Lesion atau biasa disingkat SOL adalah adanya generalisasi
masalah yang terjadi karena adanya lesi pada ruang intracranial yang menyerang atau
mengenai otak. Faktor penyebab terjadinya lesi pada otak adalah kontusio serebri,
hematoma, infark, abses otak, dan tumor intracranial (Long C, 1996: 130).
Tumor otak sendiri merupakan lesi otak yang terjadi karena adanya desakan ruang
baik jinak atau ganas yang tumbuh didalam otak, meningen dan tengkorak
(Lombardo, Mary caster2005:1183)Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terdapat
pada pada intrakranial yang menempati ruang didalam tengkorak (Suzanne
C.smaltzer 2001:2167). Adapun definisi Tumor Otak adalah proses pertumbuhan
termasuk benigna dan maligna yang mengenai otak dan sumsum tulang
belakang (Bullock, 1996). SOL merupakan generalisasi masalah mengenai adanya
lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak.

3.2 SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk
bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya
jelaskan tentang daftar pustaka makalah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long, alih bahasa R.Karnaen dkk, 1996, Perawatan Medikal Bedah. EGC,
Jakarta.
Barbara L. Bullock 1996, Patofisiology, Adaptasi and alterations infeksius
function, Fourth edition, Lipincott, Philadelpia.
Brunner & Sudarth, 2003, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3 ,
EGC, Jakarta.
Doenges.EM.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC.
Lynda Juall Carpenito, Alih bahasa Yasmin Asih, 1997, Diagnosa Keperawatan , ed
6, EGC, Jakarta.
Marilyn E. Doenges, et al, 1997, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Price, Sylvia A.2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit Edisi 6
Vol.2. Jakarta:EGC.
Sylvia A. Price, Alih bahasa Adji Dharma, 1995 Patofisiologi, konsep klinik
proses- proses penyakit ed. 4, EGC, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai