Anda di halaman 1dari 53

DRAFT OSCE

TM - FM
DIVISI OSCE
TIM AKADEMIK PROXIMA

THANKS TO:

Desi Fitri, Fitri Hifzha, Yuni Astuti, Amrina Rosyada, Adimas Euro [TIM PENYUSUN DRAFT]

Ridzky Prhandika dan Yogi Subandra [TIM PENGUMPUL VIDEO SKILLS]


1. HT OF FEVER
2. VACCINE 1
3. VACCINE 2

T 4. SKIN SLIT & NERVE EXAM FOR


LEPROSY
5. SKIN SCRAPING FOR SCABIES &
M DERMATOMYCOSIS
6. PREVENTION OF DISABILITIES
7. THICK & THIN BLOOD SMEAR
8. RAPID DIAGNOSTIC TEST (RDT)

1. COUNSELLING SKILLS
2. PE THORAX & ABDOMEN

F 3.
4.
DETECTION OF MENTAL HEALTH
EYE EXAMINATION

M 5.
6.
BREAST CARE
BED TURNING AND BED POSITIONING
7. BREAKING BAD NEWS (BBN)

1
TM 1
HT OF FEVER
1. Sapa, perkenalkan diri, dan tanya identitas pasien
• Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr. X yang sedang berjaga di klinik ini, dengan bapak/ibu
siapa?
• Apakah bapak sudah merasa nyaman di ruangan ini?
• Sebelumnya saya ingin menanyakan identitas bapak/ibu terlebih dahulu, ya
- Usia
- Pekerjaan
- Alamat
- Pendidikan terakhir
- Status pernikahan
- Agama
• Baik pak/bu, saya akan menanyakan beberapa pertanyaan mengenai gejala yang bapak/ibu
alami untuk mengetahui diagnosis dari penyakit yang bapak/ibu alami. Kerahasiaan jawaban
bapak/ibu terjamin. Bagaimana pak/bu, bersedia?
2. Tanyakan keluhan utama
Ada keluhan apa datang kemari?
Saya demam, dok

a. Empati: Tidak menulis sambil mendengarkan, jangan memberikan pertanyaan yang closed
question
b. Apabila pasien mengeluhkan beberapa gejala penyakit, tanyakan satu gejala dulu (tanyakan
tentang gejala demam) sampai tidak ada lagi yang perlu ditanyakan, baru beralih ke gejala
lain.
3. Onset demam
• Sejak kapan muncul demamnya?
• Tiba-tiba panas atau berangsur? [abrupt: virus /gradual: bakteri]
4. Tipe demam
• Demamnya seperti apa? Terus-terusan atau hilang timbul?
• Apakah bapak/ibu mengukur suhunya? [Jika ya] Berapa suhu tertingginya? Kapan? Suhu
terendah?
▪ Continous/ Sustained: peningkatan suhu tubuh terus menerus, tidak lebih dari 1˚C (ex=varicella,
Kapan? tifoid minggu ke 2)
pneumonia,
▪ Remittent: Fluktuasi atau perubahan suhu tubuh yang lebih dari 1˚C namun suhu terendah tidak
pernah mencapai suhu normal. (contoh: 1 minggu awal demam tifoid)
▪ Intermittent: suhu tubuh naik turun paling tidak 1x tiap jam, suhu teredahnya pernah mencapai normal
(contoh: Malariaquotidian: naik tiap hari, tertian: naik tiap 3 hari, quartan: naik tiap 4 hari)
▪ Relapsing: Demam yang diselingi dengan hari tanpa demam (contoh: brucellosis, tuberculosis, malaria)
▪ Saddleback: beberapa hari demam kemudian ada gap sekitar 1 hari demam turun (namun tidak normal)
lalu beberapa hari kemudian demam kembali (ex: dengue)

2
5. Timing demam (kapan, durasi, frekuensi)
• Sudah berapa lama demamnya?
• [Jika demam hilang timbul] Biasanya munculnya pada pagi, siang, atau malam? Berapa lama?
• [Jika demam hilang timbul] Berapa kali dalam seminggu demamnya?
6. Event khusus saat demam (minimal 2)
Adakah kejadian khusus ketika demam, seperti demamnya lebih tinggi ketika malam atau demam
muncul setelah kejadian tertentu (contoh: olahraga)?
7. Gejala penyerta lainnya (minimal 3)
• Apakah ada keluhan lain selain demam seperti sakit kepala, menggigil, muncul bercak merah di
kulit, batuk, pilek, keringat malam, nyeri sendi, pegal, mual-muntah, dll?
8. Informasi tambahan (minimal 3)
• Traveling History
Apakah bapak/ibu ini ada riwayat bepergian jauh ke luar pulau? Kemana?
(Curiga kalau pasien pergi ke daerah endemik malaria seperti Indonesia bagian timur [Maluku,
NTT, Papua, dll], pulang dari ibadah haji, atau dari Hong Kong.)
• Previous illness
Apakah bapak/ ibu sedang mengidap suatu penyakit lain?
• Occupational/residency history
- Bagaimana lingkungan rumah/kantor bapak/ibu? Apakah bersih? [kalau kerja di
lingkungan berairleptospirosis]
- Apakah bapak/ibu memelihara binatang ternak/peliharaan di rumah? Binatang apa?
- Apakah suka jajan di pinggir jalan? [untuk tifoid]
- Apakah di rumah menggunakan alat untuk menghindari nyamuk?
• Medication history
- Apakah sebelumnya bapak/ibu sudah pernah berobat untuk gejala ini?
- Apakah bapak/ibu telah mengonsumsi obat-obatan untuk meredakan gejala ini
sebelumnya? [Jika ya] Obat apa? Bagaimana efeknya?
- Apakah bapak/ibu pernah mengonsumsi obat yang membuat air seni bapak/ibu menjadi
merah? (Obat TB)
- Apakah bapak/ibu pernah mengonsumsi obat kapsul hijau yang diminum setiap 6 jam
sekali? (Obat chloramphenicol)
• Immunization history
Apakah bapak/ibu pernah diimunisasi? [jika iya] Apa saja?
• Family history
Apakah di keluarga ada yang memiliki gejala yang sama?
9. Differential diagnosis sementara (minimal 2)
Pak/bu, berdasarkan hasil wawancara saya barusan, saya memperkirakan bapak/ibu memiliki
penyakit ____ atau ____. Diperlukan pemeriksaan selanjutnya untuk mengetahui hasilnya lebih pasti.
Apakah ada yang ingin ditanyakan? Terima kasih pak/bu.

3
Dengue Influenza Malaria Typhoid Leptospirosis Penyakit
Kronis (TBC,
Keganasan)
ONSET Tiba-tiba Tiba-tiba Bertahap Bertahap Bertahap Bertahap/tidak
jelas
PATTERN Continuous Continuous Intermittent 1st week: Remittent Remittent/
dan atau Remittent Intermitent
relapsing 2nd week:
Continous
DURATION 3-5 hari (saddleback < 5 hari > 5 hari > 7 hari > 7 hari Lama, > 5 hari /
pattern) tidak jelas
CHARACTE • Suhu lebih Avian flu: • Riwayat pergi • Suhu • Riwayat TBC: Batuk lama >
tinggi saat malam Riwayat ke daerah lebih tinggi kontak 2 minggu; riwayat
RISTICS
• Lingkungan bepergian ke endemik saat malam. dengan tikus merokok.
endemic atau Hong Kong malaria • Riwayat (banjir atau
banyak nyamuk (endemic); (Indonesia makan minum beli makanan/ Keganasan: Ada
dan tidak riwayat kontak/ bag. timur). tidak minuman penurunan berat
memenuhi 3 M memelihara • Ada higienis (suka kemasan badan dalam
(Mengubur, unggas yang menggigil jajan di misalnya). beberapa bulan
Menguras, mati mendadak dan pinggir jalan) • Suhu lebih terakhir.
Menutup) secara massal. berkeringat • Ada rose spot tinggi saat
• Muncul ruam saat demam malam.
Swine flu: turun.
Perbedaan dengan Riwayat
chikungunya: bepergian ke
Hampir mirip pola Singapura;
demamnya, tapi riwayat
khas chikungunya kontak/beternak
ada Nyeri sendi (+) babi.

MERS-CoV:
Riwayat pulang
ibadah haji.

4
TM 2
VACCINE 1 – COLD CHAIN
NOTES

- Loading chain  usaha untuk mempertahankan kualitas vaksin agar dapat bekerja dengan
baik pada suhu 2-8° C.
- Ada 2 jenis vaksin:
▪ Vaksin hidup : Polio, campak (measles), BCG, cacar air.
▪ Vaksin mati : Pentabio (DPT+HepB+Hib), hepatitis B, TT, DTP.
- Bagian freezer tidak boleh banyak bunga es.
- Vaksin sensitif suhu. Suhu harus dijaga pada 2-8˚C.
- Vaksin paling sensitif panas: Polio (OPV), MMR.
- Vaksin paling sensitif dingin: HepB, pentabio, yellow fever.
- Vaksin mati TIDAK BOLEH BEKU!
- Cek TANGGAL KADALUARSA vaksin

LOADING COLD-CHAIN EQUIPMENT

 MEMASUKKAN VAKSIN KE DALAM KULKAS


1. Bekukan dan simpan ice packs di bagian freezer.
2. Semua vaksin dan pengencer harus disimpan di dalam kulkas.
3. Atur vaksin dalam susunan dimana udara bisa mengalir diantaranya.
4. Simpan Vial OPV, DTP, Td, TT, Hib cair,
HepB, dan DTP-HepB yang sudah terbuka
pada kotak bertuliskan “pakai duluan/use
first” agar digunakan lebih dulu saat
vaksinasi selanjutnya.
A
5. Cek VVM (vaccine vial monitor) pada label
botol vaksin/tutup botol vaksin. VVM
melambangkan paparan terhadap panas.
Untuk kategori B, masukkan ke dalam B
kotak “use first”.
6. Vial yang dimasukkan ke dalam kulkas
hanya yang bagus kondisinya. C
7. Ice packs berisi air diletakkan di rak paling
bawah kulkas dan di sisi pintu kulkas.
8. Letakkan vaksin sesuai lokasi yang tepat D
pada kulkas yang dipakai.

 MEMASUKKAN VAKSIN KE DALAM KULKAS DENGAN FREEZER DI ATASNYA


1. Rak paling atas  Measles, MR, MMR, BCG, dan OPV
2. Rak tengah  DTP, DT, Td, TT, HepB, DTP-HepB, Hib, pentabio (DTP-HepB+Hib), meningococcal,
yellow fever, japanese encephalitis.
3. Diluents/pelarut diletakkan di samping vaksin yang dilarutkannya (diluent BCG di simpan di
samping vaksin BCG)

5
LOADING ICE-LINED REFRIGERATORS

 MEMASUKKAN VAKSIN KE DALAM COLD BOXES DAN VACCINE CARRIERS


1. Pada hari imunisasi, keluarkan semua ice-packs beku yang dibutuhkan dari freezer dan tutup
kembali pintunya.
2. Diamkan ice-packs dalam suhu ruangan hingga es mencair (target suhu 2˚-8˚C).
3. Letakkan ice-packs di keempat sisi ice box/vaccine carrier dan di dasar ice box bila perlu.
4. Letakkan vaksin dan diluent di bagian tengah ice box/vaccine carrier.
5. Masukkan juga indikator beku bersama vaksin.
6. Pada vaccine carrier, letakkan foam pad di atas ice-packs. Pada cold boxes, letakkan ice-packs
di atas vaksin.
7. Tutup cold box/vaccine carrier dengan rapat.

6
Letakkan ice pack di keempat sisi vaccine carrier,
Vaccine carrier dengan foam pad
lalu di bagian atas letakkan foam pad.

Vaccine carrier Cold box

]] MONITOR AND ADJUST THE TEMPERATURE

 MONITOR SUHU PADA KULKAS


▪ Jika temperatur terlalu rendah (dibawah +2° C)
1. Putar thermostat knob sehingga panah menunjukkan ke angka yang lebih rendah. Ini akan
membuat kulkas lebih hangat.
2. Cek apakah pintu freezer tertutup dengan benar/tidak. Segelnya bisa jadi rusak.
3. Cek vaksin yang sensitif beku (DTP; DT; Td; TT; HepB; DTP-HepB, Hib cair, dan DTP-HepB+Hib)
apakah mereka telah rusak karena beku, menggunakan shake test/uji kocok.
▪ Jika temperatur terlalu tinggi (di atas +8° C)
1. Pastikan kulkas bekerja; jika tidak, cek keberadaan kerosen, gas, atau suplai listrik.
2. Cek apakah pintu kulkas/freezer tertutup dengan benar.
3. Cek apakah bunga es menghalangi udara dingin memasuki kompartemen kulkas.
4. Putar thermostat knob sehingga panah menunjukkan ke angka yang lebih tinggi.
5. Jika suhu tidak dapat dipertahankan di antara 2˚-8˚C, pindahkan vaksin ke tempat lain sampai
kulkas diperbaiki.

 MEMPERTAHANKAN SUHU YANG SESUAI DALAM COLD BOXES DAN VACCINE CARRIER
1. Letakkan ice-packs secukupnya pada ice box/vaccine carrier.
2. Letakkan ice box/vaccine carrier di tempat yang teduh.
3. Pastikan tutup ice box/vaccine carrier tertutup rapat.
4. Gunakan foam pad untuk meletakkan vial ketika sesi imunisasi. (Vial baru diletakkan di foam pad
ketika menjelang imunisasi, selama perjalanan tidak perlu ditaruh di foam pad)

7
SHAKE TEST/UJI KOCOK
*untuk menentukan apakah vaksin sudah membeku/belum

1. Siapkan vaksin kontrol yang sudah beku.


2. Pilih vaksin mana yang ingin dites.
3. Kocok vaksin kontrol dan tes bersamaan selama 10-15 detik (kocoknya bentuk angka 8 depan
belakang [horizontal]).
4. Diamkan selama 30 menit.
5. Bandingkan kedua vial; jika pengendapannya sama, kemungkinan vial tes tersebut telah rusak
akibat pembekuan dan tidak boleh digunakan.

8
TM 3
VACCINE 2 – CHILD IMMUNIZATION

DURING SESSION
 SAPA, PERKENALAN
“Selamat pagi bu, perkenalkan saya dr.X yang sedang bertugas pada hari ini. Dengan ibu siapa? Ada
keluhan apa datang kesini?
 IDENTITAS PASIEN
“Baik bu, saya lengkapi identitas anak ibu dulu ya.”
▪ Tanggal, bulan, dan tahun kunjungan imunisasi
▪ Nama pasien
▪ Alamat dan nomer telepon
▪ Usia/tanggal lahir
▪ Jenis kelamin
▪ Imunisasi yang sudah dilakukan (lihat KMS)
 ASSESSING THE CLIENT
▪ Apakah ini waktunya pasien untuk mendapatkan imunisasi?
▪ Berapa banyak dosis yang pasien sudah dapatkan?
▪ Apakah jarak waktu dari imunisasi terakhir sudah cukup?
▪ Dapatkah pasien diberikan vaksin yang berbeda pada waktu yang bersamaan?
▪ Haruskah diberikan dosis booster?
▪ Ada kontraindikasi terhadap imunisasinya?
 INFORMENT CONSENT (diberitahukan kepada orang tua pasien)
▪ Jadi bu, karena anak ibu berusia __ bulan, maka hari ini sesuai jadwal imunisasi, anak ibu akan
diberikan imunisasi ____.

▪ Untuk imunisasi ini, efek samping yang mungkin muncul adalah___


a. Pentabio : Demam
b. BCG : Jaringan parut pada lokasi penyuntikan (muncul 12 minggu setelah penyuntikan)

9
▪ Baik bu, sekarang saya akan melakukan imunisasi pada anak ibu, apakah ibu bersedia?

DURING SESSION
 CUCI TANGAN
 Cek vaksin dan diluent
▪ Keluarkan vaksin dan diluentnya dari dalam kulkas
▪ Apakah labelnya masih menempel pada vial vaksin dan diluent?
▪ Apakah vaksin dan diluent yang diambil sudah benar?
▪ Apakah vaksin dan diluentnya sudah kadaluarsa?
 Cek vaccine vial monitor (VVM)
VVM merepresentasikan paparan vaksin terhadap panas. (interpretasi lihat gambar di vaccine 1)
 Bersihkan kulit pasien menggunakan alcohol swab secara sirkuler dari dalam ke luar, lalu biarkan
sampai kering dulu.
 Mengambil vaksin dari vial
▪ Susun syringe dan jarum sesuai ukuran, pastikan terpasang dengan baik.
- BCG: syringe 1 ml
- Pentabio, campak: syringe 3 ml
▪ Ganti adaptor jarum dengan forceps untuk mematikan jarumnya telah terfiksasi dengan syringe.
▪ Ambil udara sebanyak jumlah vaksin yang ingin diambil ke dalam syringe dengan menarik
plunger-nya.
▪ Dorong jarum ke karet vial.
▪ Suntikkan udara tadi ke dalam vial dengan mendorong plunger. [Balik vialnya]
▪ Tarik plunger untuk mengambil vaksin dari vial. Vaksin akan lebih mudah masuk ke dalam
syringe karena sudah digantikan oleh udara.
▪ Arahkan jarum keatas, tekan plunger untuk mengeluarkan gelembung udara dan vaksin yang
kelebihan (bisa juga dengan meyentil-nyentil syringe)
▪ Cek skala pada syringe untuk memastikan jumlah vaksin sesuai dengan kebutuhan.
▪ Vaksin siap disuntikkan. Sebelumnya ganti jarum yang digunakan untuk menembus karet vial.

RECONSTITUTING VACCINES
 Melarutkan vaksin (BCG & campak)
▪ Patahkan ampul diluent/pelarut.
(Untuk diluent BCG, harus digergaji terlebih dahulu; ketika sudah terasa bisa dipatahkan, bungkus ujung
ampul dengan plastik lalu patahkan.)
▪ Ambil cairan pelarut, ambil sebanyak yang dibutuhkan dengan menggunakan syringe 5 ml.
- BCG: 4 ml diluent.
- Campak: 5 ml diluent.
▪ Tusukkan needle ke vial vaksin/ampul.
▪ Keluarkan isi cairan diluent dari syringe ke dalam vial vaksin.
▪ Untuk melarutkan dan mengaduk vaksin, tarik-dorong plunger (sedot-keluarkan cairan)
beberapa kali.
▪ Syringe dan needle yang digunakan untuk melarutkan vaksin disimpan di rak sterilisasi untuk
digunakan lagi nanti.
▪ Bungkus vaksin yang telah dilarutkan dalam foil untuk melindungi dari debu dan sinar matahari.
Simpan di tempat yang teduh.
▪ Ampul diluent yang kosong dapat dibuang.

10
 Memberikan imunisasi.
a. BCG
1. Posisi bayi menyamping pada pangkuan ibu, lalu buka baju bagian lengan atas sampai ke
bahu.
2. Ibu harus memegang bayi dekat dengan tubuhnya, menopang kepala bayi dan memegang
lengan bayi agar dekat dengan tubuh bayi.
3. Pegang syringe dengan tangan kanan; bevel menghadap ke atas.
4. Renggangkan kulit yang akan ditusuk dengan ibu jari dan telunjuk agar kulitnya rata.
5. Miringkan syringe dan needle sekitar 0-15˚ dari
kulit bayi.
6. Tusukkan ujung needle ke bawah ketebalan kulit.
Jangan bengkok-bengkok, harus lurus agar tidak
menembus kulit bawahnya.
7. Fiksasi ujung syringe (jangan sentuh needle!),
tekan plunger, masukkan vaksin sebanyak 0,05 ml.
Tarik needle.
(Tanda obatnya masuk dengan benar nanti
muncul benjolan di tempat suntikan.)
b. OPV
1. Minta ibu untuk memegang bayinya dengan
kepala tertopang dan agak mendongak.
2. Dagu dan pipi bayi harus kering.
3. Buka mulut bayi secara halus: dengan cara ibu jari
di dagu, lalu turunkan rahang (untuk bayi yang usia
lebih muda); atau memencet kedua pipi bayi
sehingga mulut bayi terbuka.
4. Teteskan 2 tetes vaksin ke lidah bayi. Jangan
sampai dropper vaksin tersentuh oleh bayi.
c. DTP/DTP-HepB/HepB/Hib
1. Posisi bayi menyamping pada pangkuan ibu
dengan kaki terbuka seluruhnya.
2. Ibu harus memegang kaki bayinya.
3. Renggangkan kulit di bagian yang akan ditusuk
dengan ibu jari dan telunjuk agar kulitnya rata.
4. Tusukkan needle pada sudut 90˚. Tusuk langsung
ke dalam ototnya, jangan pelan-pelan karena
menyakitkan untuk bayinya.
5. Masukkan vaksinnya perlahan-lahan. Dosis: 0,5 ml.
d. Campak, yellow fever, japanese encephalitis
1. Posisi bayi menyamping pada pangkuan ibu dengan
lengan terbuka seluruhnya.
2. Ibu harus memegang lengan bayinya.
3. Cubit kulit lengan di bagian yang akan ditusuk.
4. Tusuk dengan cepat pada kulit yang tercubit
tersebut dengan sudut 45˚ (mengarah ke bahu).
5. Fiksasi ujung syringe, tekan plunger dan masukkan
vaksinnya 0,5 ml.
6. Untuk mengatur jarumnya, sokong ujung syringe dengan ibu jari kita dan jari telunjuk tapi
JANGAN MENYENTUH JARUM.

11
DISPOSING OF SYRINGES & NEEDLES
 Buang syringe dan jarum bekas pakai ke dalam disposal box
(single-use syringe & needle)
Untuk menghindari needle-stick injuries, jangan me-recap
jarum/memisahkan jarum dari syringe.
 Ketika disposal box sudah penuh, bakar.
 Kubur sisa pembakarannya.

CLOSING
 Tanggal dan waktu imunisasi selanjutnya.
 Tempat imunisasi selanjutnya.
 Jumlah kunjungan yang harus pasien jalani untuk mencapai imunisasi/perlindungan penuh.
 Efek samping apa yang akan muncul
 Bagaimana efek sampingnya diatasi.

“Ibu, anaknya sudah selesai diimunisasi. Datang lagi untuk imunisasi _ bulan lagi ya bu, pada tanggal
_, bulan _, jam__. Tempatnya di __. Anak ibu harus dimunisasi __ kali lagi untuk mencapai imunisasi
dasar lengkap/perlindungan kuat. Efek samping yang mungkin muncul nanti ___. Tapi ibu jangan
khawatir, karna hal tersebut masih tergolong normal. Jika muncul tanda yang mengancam jiwa, seperti
kejang/demam tinggi, bawa anak ibu kesini lagi untuk penanganan lebih lanjut. Bagaimana bu, sudah
mengerti? Terima kasih banyak”

12
TM 4 SKIN SLIT & NERVE EXAM FOR LEPROSY
CARDINAL SIGNS (1 tanda sudah +)
1. Lesi kulit yang mati rasa (hipopigmentasi/eritema yang
anestesi)
SKIN SLIT SMEAR FOR LEPROSY 2. Penebalan saraf tepi dengan gangguan fungsi saraf berupa
fungsi sensoris, motoris, dan otonomi.
3. Adanya BTA dalam skin slit smear
 CLIENT ASSESSMENT
1. Sapa pasien, persilahkan pasien duduk kemudian perkenalkan diri.
2. Berikan penjelasan mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan dan tujuan pemeriksaan. Minta
pasien untuk menandatangani formulir persetujuan tindakan.
“Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr. X yang sedang berjaga di klinik ini. Apakah benar
dengan bapak/ibu Y? Silakan duduk pak/bu. Apakah sudah nyaman?
Jadi pak/bu, sekarang saya akan melakukan pengambilan sampel jaringan kulit bapak/ibu untuk
mengonfirmasi diagnosis dari penyakit yang bapak/ibu alami. Saya akan mengambil jaringan kulit
di 3 tempat, yaitu di telinga kanan dan kiri bapak/ibu dan di lokasi luka. Mungkin akan terasa
sedikit sakit, namun saya akan berusaha sebaik-baiknya agar bapak/ibu tetap merasa nyaman.
Bagaimana pak/bu, apakah sudah mengerti? Bersedia?
Silakan pak/bu, tolong tanda tangani lembar persetujuan tindakan terlebih dahulu.”
 PREPARATION
3. Cek peralatan yang diperlukan
• Object glass
• Kapas
• Alkohol 70% Tuang
• Pensil kaca
• Korek api
• Pembakar bunsen
• Gagang scalpel ukuran 3
• Scalpel blade ukuran 15
• Plester
• Gloves
• Com
• Form permintaan pemeriksaan laboratorium
4. Tentukan lokasi pengambilan sampel:
• Earlobe kanan
• Earlobe kiri
• Lesi
Jika tidak ada lesi maka ambil sampel dari lutut bagian atas, atau punggung tangan.
Lesi kulit dapat berbeda-beda
a) Well defined lesion: lakukan smear dari bagian pinggirnya
b) Ill defined lesion: lakukan smear dari bagian tengah
c) Raised lesion: lakukan smear dari bagian tengah
5. Siapkan glass slide
• Nyalakan pembakar Bunsen.
• Bersihkan dengan kapas yang diberi alkohol 70%.
• Lewatkan slide ke api.
• Jangan sentuh glass slide dengan jari-jari tangan kita.
• Buat 3 lingkaran untuk sampel.

13
• Beri tanda misal Loka (lobus kanan) Loki (lobus kiri) dan lesi. Atau 1,2,3.
• Tulis nama pasien.
• Letakkan glass slide di tempat yang mudah kita jangkau.
6. Siapkan scalpel
• Bersihkan scalpel blade dengan kapas yang diberi alkohol 70%.
• Lewatkan scalpel blade pada api, tapi jangan sampai berwarna merah.
• Biarkan scalpel blade dingin dan jangan sampai tersentuh apapun.
 TAKING SPECIMEN
7. Cuci tangan dengan sabun antiseptic lalu keringkan. Gunakan hand gloves pada kedua tangan
8. Bersihkan lobus kanan telinga dengan kapas yang telah diberi alkohol 70%. Biarkan kering
terlebih dahulu sebelum melakukan insisi
9. Cubit kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk atau dengan klem arteri.
Berikan tekanan supaya meminimalisir perdarahan  cubit sampai warna kulit lebih pucat
Tunggu beberapa detik sebelum menginsisi.
10. Buat insisi dengan panjang 5 mm dan kedalaman 2 mm. Kira-kira insisi sampai lapisan dermis.
(Cara pegang scalpel: Seperti memegang pensil, sudutnya kira-kira 45˚.)
11. Setelah melakukan insisi, putar scalpel 90° (searah jarum jam) lalu scrape/kikis kulitnya dari
ujung insisi sampai ke tempat awal insisi. (Waktu menginsisi, posisi blade horizontal. Pada saat
scrape, posisi blade vertikal.)
Selama prosedur pengambilan sampel dilakukan, tetap cubit kulitnya
12. Pindahkan sampel ke glass slide pada lingkaran untuk lobus kanan dan disebarkan dengan cara
melingkar.
Diameter sampel harus 5-7mm.
Jika dilakukan dengan benar akan memudahkan untuk membaca hasil smear.
Sampel harus berwarna colorless-pink.
Jika di tempat insisi terdapat darah, tekan dengan kapas selama beberapa menit.
13. Bersihkan lagi scalpel blade sebelum melakukan insisi yang kedua
14. Lakukan prosedur yang sama untuk lobus kiri telinga
15. Spesimen dari lobus kiri diletakkan pada lingkaran untuk lobus kiri pada glass slide
16. Lakukan prosedur yang sama untuk lesi
17. Spesimen dari lesi diletakkan pada lingkaran yang sudah ditandai untuk lesi pada glass slide
18. Lewatkan slide 3x ke api. Pegang dengan tangan atau forceps. Slide siap untuk di berikan
pewarnaan
19. Isi request form, kirim spesimen dan formulirnya ke lab untuk identifikasi Mycobacterium leprae
dan hitung Bacterial Index(BI) serta morphological Index(MI)
20. Buka gloves, cuci tangan kemudian beritahu pasien bahwa prosedur pengambilan sampel sudah
selesai.

NERVE EXAMINATION LEPROSY


 CLIENT ASSESSMENT
1. Sapa, perkenalan, informed consent.
▪ Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr. X yang sedang berjaga di klinik ini. Apakah benar
dengan bapak/ibu Y? Silakan duduk pak/bu. Apakah sudah nyaman?
▪ Jadi pak/bu, sekarang saya akan melakukan pemeriksaan pada saraf bapak/ibu, fungsinya
adalah untuk mengetahui diagnosis dari penyakit bapak/ibu. Mungkin akan terasa sedikit
kurang nyaman, namun saya akan melakukan sebaik-baiknya agar bapak/ibu tetap merasa
nyaman. Bagaimana pak/bu, sudah mengerti? Bersedia?

14
 EXAMINATION OF ENLARGEMENT OF PERIPHERAL NERVES IN SPECIFIC SITES
2. Cuci tangan
3. Minta pasien untuk duduk berhadapan dengan pemeriksa.
4. Dilakukan pemeriksaan saraf:
a. Great auricular nerve (N. Aurikularis Magnus)
▪ Untuk pemeriksaan sisi kanan, Minta pasien untuk menoleh ke kiri.
▪ Tentukan lokasi otot SCM.
▪ Great auricular nerve memotong 1/3 bagian atas SCM dari arah bahu sampai ke dagu.
Palpasi bagian itu, disusuri.
▪ Evaluasi: pembesaran, konsistensi, dan tenderness (struktur seperti lilitan kawat).
▪ Saraf ini dapat terlihat dan terasa pada orang normal.
▪ Lakukan juga pada nerve sebelah kiri; minta pasien menoleh ke kanan.

b. Ulnar nerve
▪ Untuk pemeriksaan ulnar kanan, pegang tangan kanan pasien dg tangan kanan pemeriksa.
▪ Pastikan tangan pasien relax dari pegangan tangan pemeriksa; kondisi tangan yg jatuh.
▪ Minta pasien untuk menekuk tangan kanannya.
▪ Rasakan groove/cekungan di antara siku (olecranon) dan medial epicondyle. Di situ letak
ulnar nerve.
▪ Palpasi sampai ke lengan atas/arm. (biasanya bisaterpalpasi sampai 10 cm atau lebih diatas
lengan atas dan akan makin membesar di level ini)
▪ Evaluasi: pembesaran, konsistensi, dan tenderness (struktur seperti lilitan kawat)
▪ Lakukan juga pada tangan kiri pasien.

c. Peroneal nerve (Lateral Popliteal nerve)


▪ Minta pasien untuk duduk dengan kaki menggantung di meja/kursi. Posisi lutut tertekuk,
harus rileks.

15
▪ Untuk pemeriksaan sisi kanan, Letakkan tangan kiri kita di lutut kanan pasien; ibu jari di
atas tulang patella, kelingking di kepala tulang fibula, dan jari-jari lainnya menuju popliteal.
Boleh pakai 2 tangan.
▪ Rasakan tendon biceps femoris, lalu raba bagian medial tendon tersebut. Letak peroneal
nerve agak dalam jadi agak tekan.
▪ Evaluasi: pembesaran, konsistensi, dan tenderness (struktur seperti lilitan kawat)
▪ Lakukan juga pada kaki kiri pasien

d. Sebutkan: selain pemeriksaan ini juga bisa dilakukan di nerve medialis, radialis, dan
posterior tibial.
 EXAMINATION OF SKIN SENSIBILITY
(a) Siapkan kapas yang sudah dilancipkan ujungnya. Sentuh kulit dengan ujung lancip tadi. Sentuh
perlahan.
(b) Minta pasien untuk menunjukkan lokasi mana yang kita sentuhkan. Jangan tanya terasa/tidak!
Sebutkan: “Baik pak, saya akan menyentuh dengan kapas ini di kulit bapak dan bapak harap
menunjukkan dengan telunjuk tempat bapak merasakan sentuhan kapasnya”
(c) Perkenalkan dulu rangsang yang akan dilakukan dengan mata pasien terbuka.
(d) Minta pasien untuk menutup mata.
(e) Sentuhkan kapas pada bagian kulit yang normal namun dekat dengan lesi lalu lakukan pada lesi.
(f) Buat kesimpulan hasil tes. Jika pasien tidak dapat menunjukkan dengan tepat di mana lokasi
sentuhan maka terdapat penurunan sensibilitas kulit.

16
TM 5 SKIN SCRAPING FOR SCABIES AND
DERMATOMYCOSIS
CARDINAL SIGNS (2/lebih atau no.4)
1. Nocturnal priritus
SCABIES 2. Menyerang komunitas
 CLIENT ASSESSMENT 3. Lesi kulit (papul, vesikel, burrows) pd lokasi predileksi
4. Skin scrapping (+) Sarcoptes scabiei var. hominis (telur, larva,
1. Sapa pasien, perkenalkan diri.
nympha, kutu dewasa/scybala)
2. Informed consent.
3. Minta pasien untuk menandatangani formulir informed consent.
“Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr. X yang sedang berjaga di klinik ini. Apakah benar
dengan bapak/ibu Y?”
“Baik pak/bu, sekarang saya akan melakukan pengambilan sampel dari kelainan kulit bapak/ibu.
Tujuannya adalah untuk menentukan penyebab dari kelainan kulit bapak/ibu sehingga saya
dapat menanganinya dengan tepat. Caranya nanti dikeruk menggunakan pisau bedah tumpul.
Mungkin akan terasa sedikit tidak nyaman, namun saya akan berhati-hati agar bapak/ibu tetap
merasa nyaman. Bagaimana pak/bu, sudah mengerti dan bersedia? Silakan pak/bu, tolong
tanda tangani lembar persetujuan tindakan ini.”
 PREPARATION
4. Cek peralatan yang diperlukan
Scraping/pengerukan kulit dapat menggunakan scalpel dengan scalpel blade no. 15 atau 21 atau
bisa juga dengan glass slide, dan harus berhati-hati supaya tidak menyebabkan trauma.

5. Siapkan glass slide


▪ Nyalakan pembakar bunsen
▪ Bersihkan dengan kapas yang diberi alkohol 70%.
▪ Lewatkan slide ke api
▪ Jangan sentuh glass slide dengan jari-jari tangan kita.
▪ Beli label nama & usia pasien. TIDAK PERLU BIKIN LINGKARAN UNTUK SCABIES
▪ Letakkan glass slide pada tempat yang mudah diraih.
6. Siapkan scraping tools
▪ Bersihkan alat dengan kapas yang diberi alkohol 70%
▪ Lewatkan scrapping tools ke api tapi jangan sampai berwarna merah
▪ Biarkan alat dingin, dan jangan sampai tersentuh apapun

17
 PENGAMBILAN SPESIMEN
7. CUCI TANGAN dengan 6 langkah sabun antiseptik. Kemudian KERINGKAN
8. Gunakan hand GLOVES pada kedua tangan
9. Tentukan papular eruption/vesikel pada sela-sela jari tangan
10. Bersihkan papular eruption/vesikel secara perlahan dengan kapas yang diberi alkohol 70%,
lakukan secara hati-hati supaya tetap intact. (bisa dengan cara melingkari dari luar ke dalam
atau usap satu arah)
11. Teteskan minyak imersi pada papular eruption atau vesikel.
12. Keruk papula atau vesikel dengan perlahan pada lesi yang sudah ditetes minyak imersi dengan
scalpel dan glass slide berada di bawah lesi. Cara mengeruk: Pegang scalpel (dari
depan/belakang), keruk dengan ujung scalpel yang tumpul.
13. Letakkan spesimen pada glass slide lalu tutup dengan cover slip yang sudah diberikan Vaseline
di seluruh pinggirnya (agar tidak menguap).
14. Lewatkan scalpel ke api dan letakkan kembali di tempat awal.
15. Isi request form, kirim spesimen dan formulir ke lab untuk identifikasi Sarcoptes scabiei
(jika ditemukan mites, telur, larva, nimfa, fragmen cangkang telur dan scibala/kotorannya
maka mengonfirmasi diagnosis scabies)
16. LEPAS HAND GLOVES, CUCI TANGAN lalu beritahu pasien bahwa prosedur sudah selesai.

CUTANEOUS MYCOSIS WITH SPECIMEN DIRECTLY READ


 CLIENT ASSESSMENT
1. Sapa pasien, perkenalkan diri
2. Informed consent
3. Minta pasien untuk menandatangani formulir informed consent
“Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr. X yang sedang berjaga di klinik ini. Apakah benar
dengan bapak/ibu Y?”
“Baik pak/bu, sekarang saya akan melakukan pengambilan sampel dari kelainan kulit bapak/ibu.
Tujuannya adalah untuk menentukan penyebab dari kelainan kulit bapak/ibu sehingga saya
dapat menanganinya dengan tepat. Caranya nanti dikeruk menggunakan pisau bedah tumpul
dan mengambil dengan menempelkan selotip pada kelainan kulit bapak/ibu. Mungkin akan
terasa sedikit tidak nyaman, namun saya akan berhati-hati agar bapak/ibu tetap merasa
nyaman. Bagaimana pak/bu, sudah mengerti dan bersedia? Silakan pak/bu, tolong tanda
tangani lembar persetujuan tindakan ini.”
 PERSIAPAN
4. Cek peralatan
▪ Idealnya untuk lesi pada kulit yang tipis dikeruk
dengan bone currete untuk cegah trauma.
▪ Blunt scalpel dapat digunakan pada lesi yang ada
di area kulit tebal seperti pada telapak tangan,
kaki atau kuku.
▪ Jika kedua alat tidak tersedia, scraping dapat menggunakan scalpel dengan scalpel blade no.
15 atau 21 dengan cara hati-hati supaya tidak terjadi trauma.
5. Siapkan glass slide
▪ Nyalakan pembakar bunsen
▪ Bersihkan dengan kapas yang diberi alkohol 70%.
▪ Biarkan dingin
▪ Lewatkan slide ke api
▪ Jangan sentuh glass slide dengan jari-jari tangan kita.

18
▪ Tulis nama pasien
▪ Letakkan glass slide pada tempat yang mudah dijangkau
6. Siapkan scalpel
▪ Bersihkan scalpel blade dengan kapas yang diberi alkohol 70%.
▪ Lewatkan scalpel blade pada api, tapi jangan sampai berwarna merah.
▪ Biarkan scalpel blade dingin dan jangan sampai tersentuh apapun.
 PENGAMBILAN SPESIMEN
7. Cuci tangan dengan 6 langkah menggunakan sabun. Kemudian keringkan.
8. Gunakan hand gloves pada kedua tangan
Tentukan lesi kulit yang akan diambel spesimennya. Pilih lesi dengan border yang aktif yang
dicirikan dengan adanya papula kemerahan atau plaque dengan scale/sisik, terutama dibagian
batas dari lesinya
9. Bersihkan lesi dengan kapas+alkohol 70% melingkar dari luar ke dalam untuk membersihkan lesi
dari kontaminan seperti debu, crusts, atau mikroorganisme dari udara.
(Karena akan mengambil sampel dengan 2 metode, bebas mau ambil di lesi yang sama/beda.
Kalau ambil di lesi yang sama tidak perlu dibersihkan ulang.)

Metode 1: mengambil spesimen dengan scraping

10a. Keruk/scrape scale dengan hati-hati dari bagian tengah lesi menuju pinggir lesi menggunakan
scalpel blade tumpul no. 21/15 atau kuret yang tajam. Scale sebaiknya diambil dari bagian tepi
dari ruam.
10b. Letakkan spesimen pada glass slide
10c. Teteskan 1-2 tetes KOH 10% pada spesimen
10d. Tutup dengan cover slip
10e. Lewatkan scalpel ke api dan letakkan ke tempat sebelumnya
10f. Baca spesimen menggunakan mikroskop, identifikasi adanya suspected fungi:
- Tinea corporis (dermatophyte) hifa yang panjang-bercabang-bersegmen & ada arthrospora.
- Candidiasis cutis hifa, pseudohifa, serta blastospore.
- Ptyriasis versicolor hifa yang pendek, dan spora yang bulat, “spaghetti and meatball”
appearance.

Metode 2: mengambil spesimen dengan cellophane tape

11a. Teteskan KOH 10% sebanyak 1-2 tetes pada glass slide
11b. Siapkan cellophane tape sepanjang glass slide
11c. Letakkan cellophane tape pada lesi menutupi bagian tengah dan pinggir lesi
11d. Tekan cellophane tape secara perlahan (gunakan bagian tumpul dari scalpel atau bagian belakang
scalpel handle)
11e. Lepaskan selotip dari kulit
11f. Tempelkan selotip ke glass slide
11g. Baca spesimen dengan miskroskop, identifikasi fungi yang terlihat:
- Tinea corporis (dermatophyte) hifa yang panjang-bercabang-bersegmen & ada arthrospora.
- Candidiasis cutis  hifa, pseudohifa, serta blastospore.
- Ptyriasis versicolor  hifa yang pendek, dan spora yang bulat, “spaghetti and meatball”
appearance.

19
CUTANEOUS MYCOSIS WITH SPECIMEN SENT TO LABORATORY

 CLIENT ASSESSMENT (sama seperti bagian yang dibaca langsung)


 PERSIAPAN
1. Cek peralatan
▪ Idealnya untuk lesi pada kulit yang tipis dikeruk dengan bone currete untuk cegah trauma
▪ Blunt scalpel dapat digunakan pada lesi yang ada di area kulit tebal seperti pada telapak
tangan, kaki atau kuku
▪ Jika kedua alat tidak tersedia, scraping dapat menggunakan scalpel dengan scalpel blade no.
15 atau 21 dengan cara hati-hati supaya tidak terjadi trauma
2. Siapkan petri dish
▪ Bersihkan petri dish dengan kapas yang sudah diberi alkohol 70%
▪ Nyalakan pembakar bunsen
▪ Beri label nama pasien pada petri dish
▪ Letakkan petri dish pada tempat yang mudah dijangkau
▪ Simpan kertas hitam dibagian bawah petri dish
3. Siapkan scraping tools
▪ Bersihkan scalpel blade dengan kapas yang diberi alkohol 70%
▪ Lewatkan scalpel blade pada api, tapi jangan sampai berwarna merah.
▪ Biarkan scalpel blade dingin dan jangan sampai tersentuh apapun
 PENGAMBILAN SPESIMEN
4. Cuci tangan dengan 6 langkah menggunakan sabun. Kemudian keringkan
5. Gunakan hand gloves pada kedua tangan
Tentukan lesi kulit yang akan diambel spesimennya. Pilih lesi dengan border yang aktif yang
dicirikan dengan adanya papula kemerahan atau plaque dengan scale/sisik, terutama dibagian
batas dari lesinya
6. Bersihkan lesi dengan kapas+alkohol 70% melingkar dari luar ke dalam untuk membersihkan lesi
dari kontaminan seperti debu, crusts, atau mikroorganisme dari udara.
(Karena akan mengambil sampel dengan 2 metode, bebas mau ambil di lesi yang sama/beda.
Kalau ambil di lesi yang sama tidak perlu dibersihkan ulang.)
Metode 1: pengambilan spesimen dengan scraping
7a. Keruk/scrape scale dengan hati-hati dari bagian tengah lesi menuju pinggir lesi menggunakan
scalpel blade tumpul no. 21/15 atau kuret yang tajam. Scale sebaiknya diambil dari bagian tepi
dari ruam.
7b.Letakan spesimen pada petri dish yang dibawahnya ada kertas hitam tadi.
7c. Isi request form dan kirim spesimen ke lab untuk KOH preparation of mycosis.

Metode 2: pengambilan spesimen dengan cellophane tape

8a. Teteskan KOH 10% sebanyak 1-2 tetes pada glass slide.
8b.Siapkan cellophane tape sepanjang glass slide.
8c. Letakkan cellophane tape pada lesi menutupi bagian tengah dan pinggir lesi.
8d.Tekan cellophane tape secara perlahan (gunakan bagian tumpul dari scalpel atau bagian
belakang scalpel handle).
8e.Lepaskan selotip dari kulit.
8f. Tempelkan selotip ke glass slide.
8g. Isi request form dan kirim spesimen ke lab untuk KOH preparation of mycosis.
 PENUTUP
“Baik bu, pemeriksaan sudah selesai, terima kasih banyak”

20
TM 6
PREVENTION OF DISABILITIES

INTRODUCTION
1. Sapa, perkenalan, informed consent.
 Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr. A yang sedang berjaga di klinik ini. Apakah benar
dengan bapak/ibu X?
 Baik pak/bu, menurut rekam medis bapak/ibu mengidap penyakit kusta. Penyakit kusta ini lama-
kelamaan dapat sensitivitas tangan bapak/ibu akan berkurang, maka harus dicegah. Oleh karena
itu untuk mencegahnya, saya nanti akan memberikan edukasi tentang perawatan tangan dan
latihan untuk tangan bapak/ibu. Namun sebelumnya saya ingin memeriksa keadaan tangan
bapak/ibu terlebih dahulu, hal ini dapat mempengaruhi jenis pencegahan yang saya akan berikan.
Bagaimana pak/bu, sudah mengerti? Bersedia?
2. Cuci tangan, gunakan gloves, dan masker.
3. Minta pasien untuk meletakkan kedua tangannya di atas handuk/permukaan lembut untuk
mencegah abrasi kulit.

CLIENT ASSESSMENT
4. Periksa keadaan kulit tangan pasien, apakah ada blister, scar, ulcer, wound, crack, atau
callousities. 3 posisi tangan pasien: telungkup (pronasi), supinasi, dan posisi ingin tepuk
tangan/neutral position lalu membuka seluruh jari untuk melihat sela-sela jari.
5. Tes sensibilitas pada distribusi saraf tangan di 5 area pada nervus ulnar, medial, radial (pada
gambar: biru muda, merah, ungu).

21
Prinsip Pemeriksaan Sensibilitas
• Periksa pada tangan pasien dalam kondisi pronasi dan supinasi.
• Jelaskan terlebih dahulu benda yang akan disentuhkan pada pasien, lalu coba lakukan pada tangan
pasien untuk memperkenalkan rangsang yang muncul (coba pada kulit yang normal).
Pak/bu, sekarang saya akan menyentuhkan tusuk gigi pada kulit tangan bapak/ibu. Ini adalah
bagian yang tajam, apakah terasa? Ini bagian yang tumpul, apakah terasa? Nanti bapak/ibu jawab
dengan tajam/tumpul ya.
• Untuk hasil lebih maksimal, minta pasien untuk menutup matanya selama pemeriksaan.
• Selesaikan pemeriksaan di satu tangan terlebih dahulu baru pindah ke tangan yang lain.
• Jika ada rangsang yang tidak normal, coba bandingkan dengan kulit yang normal, boleh di tangan
yang sama namun beda area persarafan, atau boleh di tangan yang berbeda.
• Pada kulit yang normal sebenarnya tidak perlu dibandingkan dengan kulit tangan lainnya pada area
persarafan yang sama. Kalau mau bandingkan juga tidak apa-apa. Bisa juga dilakukan
pembandingan dengan memberikan rangsang pada wajah pasien.
• Jika ada perbedaan rangsang, tanya pasien yang lebih terasa yang mana. (bisa dengan
menggunakan skala 1-10.

a. Nyeri
- Menggunakan tusuk gigi.
- Patahkan tusuk gigi menjadi 2 bagian; bagian tajam untuk rangsang tajam dan bagian patahan
tusuk gigi untuk rangsang tumpul. Tusuk lembut pada tangan pasien. Terasa tajam/tumpul?
b. Suhu
- Menggunakan tabung reaksi berisi air panas dan dingin.
- Sebelumnya cek suhu tabung reaksi terlebih dahulu pada tangan kita sendiri, baru kenalkan
pada pasien. Sentuhkan ke tangan pasien. Terasa panas/dingin?
c. Sentuhan
- Menggunakan kapas yang ujungnya dilancipkan.
- Sentuhkan ke tangan pasien. Terasa sentuhan/tidak?
d. Tekanan: Menggunakan cotton bud. Tekan lembut pada tangan pasien. Terasa tekanan/tidak?
6. Cek kekakuan sendi dengan meminta pasien meluruskan tangannya seperti posisi orang ingin
tepuk tangan (ekstensi semua jari tangan) tanpa menggunakan tenaga berlebih dan lengah bawah
pada mid position.
7. Jika pasien tidak dapat meluruskan jari-jarinya, cek apakah ada deformitas dengan membuka dan
memisahkan seluruh jari tangan dan ibu jari dari tiap tangan dan pertahankan agar tetap lurus.

ASSIGNMENT OF RISK STATUS

Tentukan status resiko pasien terhadap


disabilitas.

22
GENERAL EDUCATION
(1) Bapak/ibu harus mengecek tangan bapak/ibu setiap hari. Cek apakah ada luka-luka atau kelainan
lain pada tangan yang muncul. Cek pada bagian punggung tangan, telapak tangan, dan sela-sela
jari.
(2) Bapak/ibu juga harus mencuci tangan dengan air hangat/suam-suam kuku setiap hari. Sebelum
mencuci tangan, tes suhu air dengan mencelupkan siku bapak/ibu ke dalam air. Hal ini berguna
untuk mencegah luka bakar yang disebabkan oleh menurunnya sensitivitas tangan bapak/ibu
terhadap panas.
(3) Cuci tangan bapak/ibu selama 15-20 menit menggunakan sabun yang tidak keras seperti sabun
bayi. Sabun yang keras/antiseptik akan membuat kulit tangan bapak/ibu iritasi.
(4) Keringkan tangan bapak/ibu setelah mencuci tangan dengan handuk, terutama pada bagian sela-
sela jari, karena pada kulit yang lembab rentan terkena infeksi.
(5) Setelah mencuci tangan, oleskan pelembab seperti lotion, petroleum jelly (vaseline), lanolin, atau
minyak
bayi. Tujuannya adalah untuk menjaga kulit tangan bapak/ibu tetap lembab. Sambil mengoles
dapat dipijat kulitnya.
(6) Jika bapak/ibu menemukan kapalan pada tangan ibu, gosokkan secara halus ke satu arah
menggunakan batu apung. Batu apung adalah batu yang banyak pori-porinya, biasanya
ditemukan di sungai atau beli di toko alat kecantikan.
(7) Hindari tekanan dan gesekan berlebih pada tangan bapak/ibu dengan meletakkan handuk pada
pegangan koper, gagang pintu, dll.
(8) Jika bapak/ibu merasa ada masalah pada tangan bapak/ibu, segera laporkan ke dokter.
(9) Mintalah tangan bapak/ibu untuk diperiksa setiap bapak/ibu berobat ke dokter.
(10) Jika ada penebalan kulit/kapalan, jangan obati sendiri dengan obat warung. Gunakan obat yang
hanya diresepkan oleh dokter.

POSITIONING OF THE HAND


▪ Untuk tangan yang bengkak: Istirahatkan tangan dalam kain gendongan/sling. Pertahankan tangan
pada posisi di atas tinggi jantung. Ikat pada setinggi tulang C7 vertebra (jangan terlalu atas).
▪ Untuk partial claw hand: Gunakan finger splint.
▪ Untuk complete claw hand dan drop wrist: Gunakan hand splint.

23
ROM EXERCISE FOR UPPER EXTREMITY
Praktikkan gerakan yang bertahap (bisa aktif/pasif)
▪ Bahu: Fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi interna, rotasi externa, sirkumduksi.

▪ Siku: Fleksi, ekstensi, pronasi, supinasi.

▪ Pergelangan tangan: Fleksi, ekstensi, deviasi radial (abduksi), deviasi ulnar (adduksi).

24
▪ Semua jari: Fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi. – (+) Latih sendi interphalangeal proksimal dan distal.

▪ Ibu jari: Fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, oposisi.

25
TM 7
THICK & THIN BLOOD SMEAR
PERSIAPAN

 BAHAN DAN REAGEN


▪ Block, wooden with groove (untuk memegang slide) ▪ Pena, untuk memberi nama
▪ Botol kecil (30-100 ml) dengan dropper-top dan ▪ Slide mikroskop
screw-cap atau gelas kecil ▪ Formulir registrasi / rekam medis
▪ Botol kecil (30-100 ml) dengan screw-cap dan ▪ Staining dishes
sebuah separate dropper (with rubber bulb) ▪ Handuk, atau spons
▪ Cylinder, graduated,10 ml, 25 ml, dan 50 ml ▪ Alcohol 70% etanol atau isopropanol
▪ Forceps ▪ Phosphate buffer (reagent no.3)
▪ Gauze pads (kasa) ▪ Metanol dalam botol
▪ Glass rod ▪ Pelarut warna untuk giemsa staining
▪ Lancet steril
PROSEDUR
1. Tulis identitas spesimen dan memberi nama gelas objek
▪ Nama
▪ Umur
▪ Rekam medis
(+) Untuk pemeriksaan mikorskopis malaria rutin, sediaan darah tipis dan tebal dibuat pada slide
yang sama
2. Setelah informasi pasien tercatat pada formulir registrasi/rekam
medis yang sesuai, sediaan darah dibuat dengan cara:
a. Pilih jari ketiga dari tangan kiri pasien, posisi supinasi.
b. Gunakan kapas yang direndam pada alkohol untuk
membersihkan jari, usap kuat untuk menghilangkan kotoran dan
minyak pada jari.
c. Keringkan jari dengan handuk, usap kuat untuk menstimulasi
aliran darah.
d. Suntik jari dengan cepat menggunakan lancet steril. Tekan jari
dengan kuat, usap darah yang pertama keluar dengan kapas
kering. (Pastikan tidak ada bekas kapas pada jari)
e. Lakukan dengan cepat dan pegang slide hanya di tepi, ambil
darah dengan cara berikut:
i. Tekan kuat jari dan ambil tetesan kecil sebesar • pada
tengah slide. Ini untuk sediaan darah tipis.
ii. Tekan kuat lagi untuk mendapatkan lebih banyak darah dan
ambil dua sampai tiga tetes sebesar • pada slide sekitar 1 cm
dari tetesan untuk darah tipis. Ini untuk sediaan darah tebal.
(liat gambar no 3)
iii. Hapus sisa darah dari jari dengan kapas.

26
3. Thin film (RBC utuh) -> melihat jenis spesies
a. Gunakan slide bersih lainnya sebagai “spreader”,
b. Slide yang berisi tetesan darah diletakkan pada permukaan datar dan kaku.
c. Sentuhkan tetesan darah dengan spreader, biarkan darah mengalir ke sepanjang sisinya.
d. Dorong spreader menjauhi tetesan yang besar dengan sudut 450.
e. Pastikan spreader bersentuhan dengan permukaan slide
ketika di dorong.
f. Jangan sampai darah menyentuh ujung slide untuk
mencegah infeksi pemeriksa.
4. Thick film (RBC lisis) -> ada atau tidaknya spesies
a. Selalu pegang slide di bagian tepi/ujungnya.
b. Gunakan ujung spreader untuk menyatukan tetesan-
tetesan darah secara cepat dan sebarkan untuk membuat
thick film. Jangan mengaduk berlebihan, aduk sampai
membentuk lingkaran/persegi panjang dengan 3-6 gerakan.
c. Biarkan sediaan darah tebal kering pada posisi datar.
Lindungi dari lalat, debu dan panas ekstrim.
d. Beri label pada sediaan yang kering dengan pulpen atau
pensil (pada bagian yang tebal dari sediaan darah tipis).
i. Nama pasien
ii. Nomor
iii. Tanggal
e. Jangan menggunakan ball pen untuk memberi label.
f. Bungkus slide kering pada kertas yang bersih, dan kirim
formulir registrasi pasien ke laboratorium secepat mungkin.
g. Slide yang telah digunakan untuk menyebarkan darah harus
di desinfeksi agar bisa digunakan untuk pasien
selanjutnya. Slide bersih lainnya dari pack
digunakan sebagai spreader.
5. Staining blood films dengan Giemsa Stain
Metode biasa untuk pewarnaan sediaan darah tebal dan
tipis pada slide yang sama.
a. Fiksasi sediaan tipis dengan menambah 3 tetes metanol atau dengan merendam pada kontainer
berisi metanol dalam beberapa detik. Fiksasi yang lama akan menyulitkan untuk menunjukkan
Schuffner’s dots dan Maurer’s dot. Untuk dehaemoglobinization, sediaan darah tebal tidak
boleh di fiksasi, hindari terkena methanol/uap methanol.
b. Letakkan slide di staining dish.
c. Siapkan 3% larutan giemsa dalam air buffef/suling/deionisasi dengan pH 7,2 dalam jumlah yang
cukup. Campurkan pewarna (giemsa) nya dengan baik.
d. Tuangkan pewarna ke dalam dish sampai menutupi slide dengan sempurna.
e. Biarkan terwarnai selama 30-45 menit dari sinar matahari
f. Tuangkan air bersih dengan hati-hati untuk menghilangkan warna, atau dengan
menenggelamkan slide pada wadah yang penuh dengan air bersih.
g. Tuangkan air bersih lagi selama beberapa detik untuk menghilangkan warna yang tersisa.

27
h. Ambil slide dan letakkan pada rak slide untuk dikeringkan, keringkan slide ke arah bawah.
Pastikan sediaan tidak menyentuh rak slide.
6. Metode cepat untuk mewarnai sediaan darah tebal dan tipis pada permukaan yang sama.
Metode ini cocok untuk pewarnaan cepat pada sediaan darah tebal di laboratorium yang sibuk ketika
dibutuhkan hasil yang mendesak, tapi metode ini lebih banyak membutuhkan pewarna.
a. Biarkan sediaan darah tebal mengering; jika butuh hasil yang mendesak, pengeringan dilakukan
dengan kipas, atau diberikan paparan panas seperti dari lampu mikroskop. Hindari pemanasan
yang berlebihan.
b. Fiksasi sediaan darah tipis dengan mengusap lembut dengan kapas yang direndam dengan
metanol atau dengan merendamnya pada kontainer berisi metanol untuk beberapa detik.
Untuk dehaemoglobinization, sediaan darah tebal tidak boleh di fiksasi, hindari terkena
methanol/uap methanol.
c. Siapkan 10% larutan giemsa dalam air buffef/suling/deionisasi dengan pH 7,2, dibutuhkan
sekitar 3 tetes untuk memdapatkan konsentrasi yang tepat.
d. Tuangkan perlahan pada slide dengan menggunakan pipet. Atau letakkan slide dengan
menghadap ke bawah pada piring pewarnaan yang cekung.
e. Tunggu selama 5-10 menit.
f. Bilas hati-hati dengan meneteskan air bersih;
jangan melepaskan warna dan mencucinya, karena
ini akan meninggalkan bekas kotoran di smear.
g. Letakkan slide pada rak slide, sediaan menghadap
ke bawah, keringkan dan pastikan slide tidak
menyentuh rak slide.
7. IDENTIFIKASI PARASIT dibawah mikroskop.

28
29
TM 8
RAPID DIAGNOSTIC TEST (RDT)
 KESELAMATAN PASIEN
▪ Sapa, perkenalan, identifikasi pasien, cocokan dengan formulir permintaan
“Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr. X yang sedang bertugas pada hari ini. Betul dengan
bapak/ibu ____, usianya ___”
▪ Informed consent
“Baik pak/bu, hari ini kita akan melakukan tes diagnosis cepat untuk keperluan medis sebagai
skrining awal penyakit. Prosesur ini dilakukan dengan cara mengambil sedikit darah tepi ibu
untuk diperiksa dengan alat seperti ini (tunjukkan alatnya). Mungkin nanti akan terasa sedikit
tidak nyaman, tapi ibu tidak perlu khawatir karna saya akan melakukan sebaik mungkin”
 PENGAMBILAN DARAH KAPILER
1. Siapkan alat:
▪ Formulir pasien
▪ Gloves
▪ Blood lancet
▪ Kapas alkohol
▪ Tisu
▪ RDT kit (malaria, leptospira IgM, HIV)
2. Sebelum ambil sampel, pastikan tangan pasien sudah dicuci dan kering. Jika memungkinkan,
gantungkan lengan kearah bawah sebelum jari ditusuk untuk meningkatkan aliran darah.
3. CUCI TANGAN dan pakai GLOVES di kedua tangan.
4. Usap lokasi pengambilan sampel dengan alcohol swab, biarkan mengering.
5. Tusuk sekali dengan cepat dan bila perlu sedikit dalam untuk mendapatkan aliran darah yang
bagus dan mencegah penusukan ulang.
6. Bersihkan tetesan darah pertama dengan tisu kering, karena darah tersebut mungkin
terkontaminasi dengan cairan jaringan/debris (kulit yang terkelupas).
7. Hindari memencet jari terlalu keras karena dapat mengencerkan specimen dengan cairan
jaringan/plasma dan meningkatkan kemungkinan terjadinya hemolysis.
8. Gunakan sampelnya langsung pada RDT:
Darah kapiler diambil dengan pipet dari RDT kit. [pencet maksimal pipetnya, terus ngambil darahnya
dengan buka sedikit demi sedikit, terus jangan buka tutup pipetnya, nnti darahnya ga masuk2 ke pipet,
LIHAT VIDEO LEBIH JELAS]
9. Setelah pengambilan darah selesai, tekan kuat lokasi pengambilan darah untuk menghentikan
pendarahan. [bisa pakai alcohol swab yang tadi dipake di awal]
 PROSEDUR RDT
10.Siapkan kaset RDT dan letakkan di tempat yang datar dan bersih.
11.Teteskan 5-10 L (microliter) darah (sekitar 1/3 tinggi pipet) ke bagian yang ada huruf S.
12.Teteskan 90-120 L larutan buffer (3 tetes) ke bagian yang ada tanda .
13.Baca hasil setelah 15-30 menit.
14.Interpretasi hasilnya.

30
31
32
FM 1
COUNSELLING SKILLS
BUILDING RAPPORT
1. Sapa, perkenalan, tanya nama pasien.
“Selamat pagi, bapak/ibu. Perkenalkan, saya dr X yang sedang bertugas diklinik ini. Dengan
bapak/ibu siapa?”
2. Informed Consent.
“Bapak/ibu, pada sesi ini saya akan menanyakan beberapa pertanyaan terkait masalah bapak/ibu.
Saya akan mencoba membantu bapak/ibu untuk dapat memutuskan pilihan yang tepat sesuai
dengan pemahaman dan kemampuan bapak/ibu. Saya berharap jawaban yang sejujurnya.”
“Bapak/ibu tidak perlu khawatir, karena kerahasiaan dari wawancara ini terjamin. Apakah
bapak/ibu bersedia?”

BATHE
3. Background: Dapatkah bapak/ibu menceritakan hal apa yang paling dikeluhkan?
4. Affect: Apa yang bapak/ibu cemaskan? Bagaimana perasaan anda saat mengalami hal tersebut?
5. Troubling: Coba bapak/ibu gambarkan bagaimana keluhan tersebut mengganggu bapak/ibu?
6. Handling: Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengatasi keluhan tersebut?
7. Empathy: [merasakan seperti yang apa yang dirasakan pasien]

RATIONAL DISCUSSION
8. Berikan pemahaman kepada pasien mengenai masalah dan penyakit pasien.
“Baik pak/bu, berdasarkan jawaban yang telah bapak/ibu sampaikan, saya menyimpulkan bahwa
bapak/ibu mengalami sakit ....” [KETERANGAN PENYAKIT TERLAMPIR DI BAWAH]
9. Cek pemahaman pasien.
“Dari penjelasan saya tadi, apakah bapak/ibu sudah mengerti? Apakah ada yang ingin ditanyakan
pak/bu? Bolehkah bapak/ibu mengulang kembali penjelasan tersebut?”
10. Jelaskan manajemen dan berikan beberapa solusi alternatif.
“Pak/bu, untuk penyakit …. Ada beberapa pilihan terapi, yaitu …, …, …. (Sebutkan masing-masing
kelebihan dan kekurangan terapi tersebut)”
11. Biarkan pasien memilih terapi yang diinginkan dan support/apresiasi atas terapi yang dipilih.
“Bagaimana pak/bu, dari beberapa saran terapi yang telah saya sampaikan, bapak/ibu ingin
memilih yang mana? (Kalau misal pasien nanya, menurut dokter bagus yang mana? Jawablah
bahwa kita tidak berhak menentukan. Pasien yang menentukan sesuai dengan kemampuan
pasien).” Bentuk apresiasi: “Saya senang bapak/ibu memilih terapi tsb, dengan memilih pola
hidup sehat ini, selain gula darah bapak bisa terkontrol, terapi ini adalah terapi yang hemat, dll”
12. Jadwalkan konseling selanjutnya.
“Baik pak/bu, saya akan membantu selama proses terapi ini. Perlu dingat ya pak/bu bahwa
penyembuhan itu tidak sebentar, bapak/ibu harus berkomitmen dengan apa yang telah
bapak/ibu pilih. Untuk memonitor perkembangan terapinya, kira-kira bapak/ibu bisa kesini lagi
kapan?”
13. Penutup.
“Baik pak/bu. Terima kasih sudah menceritakan keluhan dan memilih terapi yang sesuai dengan
kemampuan bapak/ibu, semoga cepat sembuh yaaa” [SENYUM]

33
KASUS

TUBERKULOSIS

• TB adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, bukan penyakit keturunan atau kutukan.
• Penyakit ini ditularkan melalui udara yang mengandung percik renik dahak yang infeksius.
• Pengobatan TB ada jangka waktunya dan terbagi menjadi 2 tahap.
a. Tahap awal  diberikan setiap hari selama 2 bulan. Tujuannya adalah untuk menurunkan
jumlah kuman yang ada di dalam tubuh pasien. Dengan pengobatan yang teratur, daya
penularan sudah sangat menurun setelah 2 minggu pengobatan.
b. Tahap lanjutan  tahap penting untuk membubuh sisa kuman
• Pilihan terapi.
a. Obat kombinasi dosis tetap  kombinasi 4 obat dalam satu tablet. Kelebihannya adalah
menurunkan terjadinya resistensi obat dan jumlah obat yang diminum lebih sedikit.
Kelemahannya adalah kerja rifampisin berkurang.
b. Obat paket kombipak  paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister.

*Pilihan obat diatas berdasarkan panduan TB nasional 2014. Kalau dari pengalaman di
puskesmas, kata ibu nya, sekarang semua pasien mendapatkan obat kombinasi dosis tetap.

• Siapa saja yang dapat menjadi pengawas menelan obat?


✓ Seseorang yang dikenal, dipercaya. Dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun
pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien.
✓ Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.
✓ Bersedia membantu pasien dengan sukarela.
✓ Bersedia dilatih dan atau mendapatkan penyuluhan bersama sama dengan pasien.
• Tugas seorang pengawas menelan obat
✓ Mengawasi pasien TB agar menelan obat serca teratur sampai seselsai pengobatan
✓ Memberi doronngan kepada pasien agar mau berobat teratur
✓ Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan
✓ Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala
mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke unit pelayanan kesehatan
• Naah saat konseling, kita bisa memberikan pilhan kepada pasien untuk menunjuk seseorang
yang menjadi pengawas menelan obat.

ASMA

• Asma adalah penyakit peradangan kronik saluran napas yang ditandai adanya mengi, batuk,
dan rasa sesak di dada yang berulang dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi
akibat penyumbatan saluran pernapasan.
• Asma disebabkan oleh alergi terhadap suatu zat. Zat yang memicu alergi disebut alergen.
• Jenis alergen:
✓ Alergen dalam ruangan  bintang, jamur, debu rumah
✓ Alergen luar ruangan  sari bunga, asap rokok, polusi udara.
• Treatment nya adalah mencapai asma terkontrol. Prinsip: edukasi, obat asma (pengontrol dan
pelega) dan menjaga kebugaran. Obat pelega diberikan pada saat serangan, obat pengontrol
ditujukan untuk pencegahan serangan dan diberikan dalam jangka panjang dan terus menerus.

34
KASUS

HIPERTENSI

• Hipertensi adalah saat tekanan darah lebih 140/90 mmHg.


• Faktor risiko hipertensi: makanan kaya garam, makanan berlemak, merokok, stress emosi.
• Strategi pengobatan hipertensi harus dimulai dengan perubahan gaya hidup berupa diet
rendah garam, berhenti merokok, mengurangi konsumsi alkohol, aktivitas fisik yang teratur
dan penurunan berat badan bagi pasien dengan berat badan berlebih.
• Untuk hipertensi tingkat 1 tanpa faktor risiko dan tanpa targed organ damage  perubahan
pola hidup dapat dicoba sampai 12 bulan.
• Hipertensi tingkat 1 dengan kelainan penyerta (gagal jantung, pasca AMI, PJK, DM, stroke) 
harus menggunakan obat.
• Hipertensi tingkat 2  harus menggunakan obat.
• Jika pasien ada stres emosi, minta pasien untuk mengurangi stresnya.

DIABETES MELLITUS

• DM ditandai dengan adanya sering kencing, mudah lapar, dan mudah haus. Glukosa puasa
≥126 mg/dl atau postprandial ≥200mg/dl atau glukosa sewaktu ≥200mg/dl.
• Pilihan terapi:
✓ Gaya hidup sehat
✓ Gaya hidup sehat + monoterapi
✓ Gaya hidup sehat + kombinasi 2 obat
✓ Gaya hiidup sehat + kombinasi 3 obat
• Gaya hidup sehat:
✓ Nutrisi  menu seimbang sesuai kebutuhan kalori dan gizi masing-masing pasien.
✓ Aktivitas  intensitas sedang minimal 150 menit per minggu atau aerobik 75 menit per
minggu. Aktivitas dibagi dalam 3 hari perminggu dan tidak ada dua hari berurutan tanpa
aktivitas fisik.

35
FM 2
PE THORAX & ABDOMEN
INFORMED CONSENT
 Sapa, perkenalan, jelaskan tujuan.
▪ Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr. X yang sedang berjaga di klinik ini.
▪ Sekarang saya akan melakukan pemeriksaan pada dada dan perut bapak/ibu untuk
mengetahui penyakit yang diderita bapak/ibu. Nanti tolong dibuka bajunya ya pak/bu.
Mungkin akan terasa sedikit tidak nyaman, namun saya akan berusaha sebaik mungkin agar
bapak/ibu tetap nyaman. Bagaimana pak/bu, bersedia?
▪ Silakan pak/bu, berbaring di atas meja pemeriksaan.
▪ Rileks saja ya pak/bu.

THORAX ANTERIOR

Prinsip: Inspeksi – Palpasi – Perkusi – Auskultasi


 PERSIAPAN
1. Cuci tangan
2. Periksa Toraks Anterior dan Posterior
3. Jika tidak memungkinkan dengan posisi telentang, minta pasien untuk berbaring dengan posisi
miring ke satu sisi untuk memeriksa toraks anterior dan posterior.
 INSPEKSI
1. Posisi pemeriksa berada di tengah menghadap wajah pasien (di ujung meja pemeriksaan).
2. Minta pasien napas, inspeksi bentuk dada dan bentuk pergerakan dada pasien (posisi dada).
3. Perhatikan apakah terdapat:
a. Deformitas/asimetri.
b. Gangguan gerakan pernafasan/respirasi pada satu sisi atau keduanya.
 PALPASI [bandingkan kedua hemithoraks!]
1. Palpasi dada
1. Area nyeri (fokus pada area ini)
2. Kelainan kulit
3. Tes ekspansi pernafasan (chest expansion)
a. Letakkan ibu jari disekitar tulang rusuk 10,
tangan pemeriksa mengenggam tulang rusuk
sebelah lateral kanan dan kiri.
b. Gerakan tangan sedikit ke medial untuk
menaikkan lipatan kulit diantara ibu jari.
c. Minta pasien untuk menarik nafas yang dalam.
d. Lihat perbedaan kedua ibu jari saat inspirasi dan rasakan sejauh mana dada
mengembang dan apakah gerakan pernafasan simetris atau tidak.
4. Tactile Fremitus (Vibrasi)
a. Ketika pasien berbicara. Untuk mendeteksi vibrasi, gunakan bagian dasar jari pada
tulang telapak tangan atau permukaan tangan ulnar.

36
b. Minta pasien mengatakan “Tujuh Puluh
Tujuh”.
(+) Tactile fremitus: vibrasi saat palpasi pada
cabang bronchopulmonary pada dinding
thorax .

2. PMI (Point of maximal impulse)/apeks jantung


1. Jika tidak terlihat ketika inspeksi, gunakan
beberapa permukaan telapak untuk merasakan
PMI di apeks jantung (ICS 4/5).
2. Apabila tidak teraba juga, miringkan pasien ke
kiri (left lateral decubitus).
3. Jika masih tidak teraba, minta pasien tarik
napas, buang napas panjang, lalu tahan.
4. rasakan impuls di bagian apeks.
(+) Normalnya di LMCS (Linea MidClavicular
Sinistra antara ribs ke 4 atau 5).

 PERKUSI
3. Teknik perkusi
1. Hiperekstensi jari tengah tangan kiri.
2. Tekan bagian interphalangeal bagian distal
secara lembut pada permukaan untuk melakukan
perkusi.
3. Hindari kontak dengan bagian tangan lain.
4. Dekatkan lengan kanan ke jari kiri tadi. Jari
tengah tangan kanan harus sedikit fleksi, rileks,
dan siap mengetuk.
5. Ketuk pleximeter finger dengan jari tengah
tangan kanan (plexor) dengan cepat, kuat,
namun tetap rileks.
6. Tujukan ketukan pada sendi interphalangeal
bagian distal.
4. Batas jantung
1. Cari batas jantung kiri: Perkusi di lateral dari PMI (jadi kalau misalnya PMInya di mid
clavicular, ambil lebih pinggir lagi) yang tadi sudah ditentukan ke arah sternum. Biasanya
suara dull akan terdengar di midclavicular line di rusuk 3-5)
2. Cari batas jantung kanan: Perkusi di mid clavicular line dada kanan, turun ke bawah.
Normalnya terdengar sonor sampai di bawah baru terdengar dull. Itu disebut lung-liver
border. Dari situ, naik 1 ICS, lalu mulai perkusi ke arah medial/sternum, nanti akan ketemu
suara dull lagi. Itulah batas kanan jantung. Biasanya di right sternal border.
3. Cari batas jantung atas: Dari mid clavicular line kiri, perkusi ke bawah dari ICS 1. Biasanya
di ICS 2 sudah terdengar dull, itulah batas jantung atas.

37
 AUSKULTASI [bandingkan kedua hemithoraks!]
[Untuk menilai aliran udara yang melewati cabang trakeobronkial]
1. Bagian yang di auskultasi sama dengan bagian yang perkusi.
2. Dengarkan suara pernafasan dan suara tambahan (jika ada).
[vesicular, bronchovesicular, bronchial sound]
3. Jika ditemukan dugaan suara abnormalitas, dengarkan suara ketika pasien berbicara dan
berbisik.
4. Bunyi jantung dan murmur.
▪ Aortic : diantara rusuk kanan kedua
▪ Pulmonary : diantara rusuk kiri kedua
▪ Tricuspid : linea sternalis kiri bawah
▪ Mitral : apeks jantung
▪ Identifikasi murmur (sistolik /diastolik)
(+) Tes vocal fremitus (tujuh puluh tujuh) dulu baru dengar napas biasa.

ABDOMINAL

Prinsip: Inspeksi – Auskultasi – Palpasi – Perkusi

 INSPEKSI
1. Bentuk: Datar/Cembung
2. Kulit: Scar/Striae/Dilatasi vena/Ruam/Lesi (5)
 AUSKULTASI
3. Mulai dari umbilikus lalu menyebar ke atas, kanan, bawah, kiri.
4. Dengarkan bising usus. Suara normal adalah dentingan (clicks) dan gemericik (gurgles).

38
5. Dengarkan selama 1 menit, lalu catat frekuensi dan karakternya. (Normal: 5-34x/menit)
 PALPASI
6. Palpasi ringan (light)
▪ Menyentuh abdomen secara perlahan.
▪ Identifikasi: nyeri abdomen, resistansi muskular, organ superfisial dan masa.
7. Palpasi dalam (deep)
▪ Palpasi dengan sedikit ditekan. Apabila ada masa, deskripsikan (jumlah, konsistensi, batas)
8. Liver
▪ Posisi kita ada di sebelah kanan pasien.
▪ Letakkan tangan kiri kita di belakang pasien sejajar dan menyupport tulang rusuk kanan ke
11 dan 12 pasien dan jaringan di sekitarnya.
▪ Minta pasien untuk rileks. Kalau sudah rileks, otot perutnya tidak ada kontraksi.
▪ Tekan tangan kiri kita ke atas agar liver pasien akan lebih mudah terasa.
▪ Letakkan tangan kanan di sebelah kanan abdomen, lateral dari otot rectus, di atas SIAS
kanan. Rabanya naik dulu ke costal margin, baru ke arah xiphoid processus.
▪ Minta pasien untuk menarik napas yang dalam.
▪ Menekan ujung batas liver dengan ujung jari pemeriksa ketika bergerak kebawah (pasien
menarik nafas)
▪ Rasakan batas liver saat menyentuh jari-jari kita.

▪ Jika teraba, cek konsistensi, normalnya teraba tajam, lembut dan permukaan datar regular
▪ Saat pasien buang napas, ikuti arah gerak livernya (ke atas).
9. Spleen/Limpa (SIAS kanan-Arcus kiri)
▪ Kelilingi tubuh pasien dengan tangan kiri kita untuk mensupport dan menekan ke atas
tulang rusuk sebelah kiri pasien dan jaringan sekitarnya.
▪ Minta pasien untuk rileks.
▪ Tangan kanan dibawah costal margin kiri, menekan
kearah limpa.
▪ Minta pasien menarik nafas dalam.
▪ Menekan ujung limpa dengan ujung jari ketika limpa
bergerak kebawah.
▪ Identifikasi: nyeri tekan dan kontur limpa.
 PERKUSI
10. Ascites
▪ Abdomen yang membesar diduga karena cairan ascites
▪ Sisi redup (dull) karena cairan ascites bergerak kebawah karena gravitasi (dimana udara
berada diatas air dalam usus).
▪ Untuk menentukan sisi dull dengan perkusi kesisi luar dari central tympanic.

39
▪ Arah perkusinya sama dengan auskultasi. Dengar suaranya, tympanic/dull
▪ (+) shifting dullness: Tentukan mana yang tympanic mana yang dull. Lalu minta pasien
berbaring ke kiri, lalu diperkusi lagi. Yang tadinya dull akan jadi tympanic dan sebaliknya.

THORAX POSTERIOR

Prinsip: Inspeksi – Palpasi – Perkusi – Auskultasi


[sama seperti pemeriksaan anterior, pasien dengan posisi duduk membelakangi kita]

 Baik pak/bu, pemeriksaan sudah selesai, silahkan memakai bajunya kembali. Terima kasih.

40
FM 3
DETECTION OF MENTAL HEALTH
 Sapa, perkenalan
“Selamat pagi pak/bu, perkenalkan nama saya dr. X yang sedang bertugas di klinik ini. Dengan
bapak/ibu siapa? Usia? Pekerjaan? Alamat? Sudah menikah? Dirumah tinggal dengan siapa saja?
Datang kesini sendiri/ditemani keluarga/kerabat?”
 Tanya identitas
- Dengan bapak/ibu siapa? - Sudah menikah?
- Usia? - Dirumah tinggal dengan siapa saja?
- Pekerjaan? - Datang kesini sendiri atau ditemani keluarga/kerabat?”
- Alamat?
 Tanya keluhan, informed consent
- Apakah ada yang ingin diceritakan? Apa yang membuat ibu/bapak datang kemari?
- Baik pak/bu, saya akan menanyakan beberapa hal terkait keluhan bapak/ibu. Saya
mengharapkan jawaban yang sejujurnya. Bapak/ibu tidak perlu merasa khawatir, karena
segala sesuatu yang bapak/ibu sampaikan akan terjamin kerahasiaannya.
1. Depresi
▪ Apakah bapak/ibu merasa mudah sedih?
▪ Bapak/ibu hobinya apa? Apakah sekarang hobi itu masih sering dilakukan?
▪ Apakah bapak/ibu merasakan lesu atau mudah lelah?
▪ Apakah bapak/ibu mengalami gangguan lambung (mual, perut terasa perih), sakit kepala, atau
keluhan fisik lainya yang berkepanjangan?
▪ Apakah bapak/ibu mengalami gangguan tidur?
2. Ide bunuh diri
▪ Apakah bapak/ibu saat ini pernah memiliki pikiran atau rencana untuk menyakiti diri atau
mengakhiri hidup?
▪ Apakah dulu pernah punya pikiran seperti itu?
3. Ansietas
▪ Apakah bapak/ibu merasa khawatir atau takut yang berlebihan?
▪ Apakahh bapak/ibu merasa gelisah atau tidak dapat duduk tenang?
▪ Apakah bapak/ibu sering bekeringat dingin, berdebar-debar, gemetar, pusing, atau mual?
4. Psikosis
▪ [WAHAM CURIGA] Apakah bapak/ibu merasakan ada orang yang membicarakan atau
bermaksud mencelakai?
▪ [HALUSINASI] Apakah bapak/ibu melihat bayangan atau mendengar suara-suara yang tidak
jelas sumbernya?
▪ [BIPOLAR MANIK] Apakah bapak/ibu merasa sangat gembira, sangat bersemangat, lebih
banyak berbicara daripada dari biasanya?
5. Penyalahgunaan zat
▪ Mohon maaf sebelumnya, pertanyaan ini sedikit sensitif, mohon dijawab saja dengan jujur.
Apakah bapak/ibu pernah minum alkohol atau menggunakan obat-obatan terlarang?
▪ Sejak kapan minum/memakai obatnya?
▪ Saat/setelah memakai bagaimana rasanya?
▪ Zat apa yang dipakai? (ekstasi/ganja/heroin/metamfetamin) Sediannya? (suntik/hirup/lainnya)

41
6. Somatoform
▪ Apakah bapak/ibu mengalami rasa nyeri atau keluhan fisik lainnya (seperti mual, muntah, diare,
napas pendek, nyeri dada, kepala atau perut) yang terjaid lebih dari bulan namum tidak belum
ditemukan penyebabnya?
▪ Apakah bapak/ibu telah berobat ke lebih dari satu dokter untuk keluhan itu?
7. Psikosomatis
▪ Apakah keluhan yang dirasakan semakin berat saat mengalami stres, tertekan atau khawatir
terhadap suatu hal?
8. Gangguan perkembangan [hanya untuk anak-anak!]
▪ Apakah X mengalami keterlambatan perkembangan dibandingkan teman-temannya? Lebih
lambat belajar dalam hal tersenyum, duduk, berdiri, berjalan, bicara/komunikasi, membaca dan
menulis?
▪ Apakah X mengalami gangguan berkomunikasi seperti perilaku yang terbatas/berulang?
▪ Apakah X mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas harian?
9. Gangguan perilaku anak dan remaja [hanya untuk school-aged children]
▪ Apakah X sulit untuk fokus? Apakah X mudah untuk berhenti mengerjakan tugas sebelum
selesai dan berpindah ke aktivitas lain?
▪ Apakah X beraktivitas secara berlebihan, seperti berlarian, kesulitan untuk duduk tenang,
banyak bicara, atau gelisah?
▪ Apakah X sering melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa berpikir terlebih dahulu?
▪ Apakah X menunjukan perilaku mengganggu yang berulang dan berlanjut (seperti temper
tantrum yang tidak biasanya dan berat, perilaku kejam, ketidakpatuhan yang menetap dan
berat, mencuri)?
10.Demensia [hanya untuk usia 60 ke atas]
▪ Apakah X mempunyai masalah berat dengan kemampuan mengingat?
▪ Apakah X masih dapat menyebutkan waktu, tempat atau orang dengan benar?
▪ Apakah X mudah marah, mudah kecewa atau mudah menangis?
▪ Apakah X memiliki masalah perilaku dan sulit menjalankan aktivitas sehari-hari?
11.Penutup
▪ Baik pak/ibu, berdasarkan jawaban yang diberikan, saya simpulkan bahwa bapak/ibu
mengalami……
▪ Saya sarankan bapak/ibu melakukan .......... untuk mengurangi keluhan. [mengurangi stress,
atau mengatasi akar masalahnya, mengacu pada masalahnya itu sendiri]
▪ Selanjutnya, saya akan rujuk bapak/ibu ke teman sejawat saya yang lebih ahli dalam hal ini.
Nantinya bapak/ibu dapat menceritakan segala hal agar merasa lebih tenang.
▪ Apakah ada yang ingin bapak/ibu tanyakan? Terima kasih bapak/ibu.

KASUS
1. DEPRESI  3A (Anhedonia, Anergi, dan Afek Depresi “mimik wajah sedih”). (+) bila 3 gejala tersebut terjadi
minimal 2 minggu tiap hari berturut-turut.
2. MANIK  gembira/euforia, banyak bicara (logore), melakukan sesuatu tanpa berpikir dulu (impulsif).
3. SCHIZOPHRENIA  ada waham (keyakinan yang salah, tidak bisa dikoreksi, tidak sesuai pikiran). Misalnya
waham kebesaran, waham curiga, waham kejar. Ada sesuatu yang memasukkan ke pikiran pasien. Ada
halusinasi dengar.
4. DEMENSIA
5. PSIKOSOMATIK  rasa tidak nyaman pada dirinya, ada ubderlying disease, kalau stress keluhan makin
parah, tidak menunjukkan dia sedih.
6. SOMATOFORM  rasa tdk nyaman pada dirinya, apapun dia keluhkan. Dia somatoform kalau minimal ada
4 keluhan nyeri + 2 keluhan gastrointestinal + 1 keluhan sexual.

42
FM 4
EYE EXAMINATION

PRINSIP LUAR KE DALAM: PalpabraeConjunctivaCorneaChamberPupilIrisLens

1. SAPA, PERKENALAN, INFORMED CONSENT


▪ Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr. X yang sedang berjaga di klinik ini. Dengan bapak/ibu
siapa?
▪ Baik pak/bu, sekarang saya akan melakukan pemeriksaan pada mata bapak/ibu. Tujuannya
adalah untuk mengetahui masalah yang tadi bapak/ibu keluhkan. Mungkin akan terasa sedikit
tidak nyaman, namun saya akan berusaha sebaik-baiknya agar bapak/ibu tetap merasa nyaman.
Bagaimana pak/bu, bersedia?
2. CEK ALAT
3. CUCI TANGAN
4. VISUS MATA [anggap sudah dilakukan]
5. HIRSCHBERG TEST
Senter glabella (antara dua alis) jarak 30 cm dari pasien.
Lihat arah bola mata pasien. Normal: Bola mata di
tengah.
6. GERAK BOLA MATA
a. Duksi
- Periksa mata kanan dulu. Minta pasien untuk tutup
mata sebelah kiri dengan telapak tangan, tapi tidak
boleh ditekan (sedikit ditekuk tangannya).
- Minta pasien untuk melihat ke arah objek yang kita
ingin pasien lihat (biasanya pulpen).
- Minta juga untuk ikuti gerakan pulpen kita.
Arahkan pulpen ke arah:
b. Versi
Lanjutin dari duksi, gerakkan pulpen ke arah:

43
7. UNDULASI [Tekanan Intraokular]
a. Meminta pasien melihat kebawah
b. Periksa mata kanan dulu, baru kiri.
c. Dua jari telunjuk kita tekan di bagian atas bola mata secara
bergantian. Jari-jari yang lain fiksasi di sekitar mata.
d. Rasakan konsistensi bola matanya. Untuk merasakan yang
normal, coba rasakan di mata sendiri dulu.
N(-)=Terasa seperti ban kempes; N(+)=Terasa seperti sekeras meja.
PAKAI BINOCULAR LOUP (kanan dulu baru kiri)
8. PALPEBRA
Apakah ada tanda-tanda kelainan kongenital, infeksi, trauma, lesi,
atau nodul.
9. KONJUNGTIVA dan FORNIKS BAWAH [membalikkan kelopak mata]
a. Meminta pasien melihat kebawah.
b. Menekan kulit dibawah kelopak mata (tulang maxillary)
dengan ibu jari atau telunjuk, (lakukan bersamaan kiri kanan)
c. Meminta pasien meilhat keatas, (forniks bawah akan
prolapse & konjungtiva palpabrae bawah akan terlihat)
d. Periksa
- Infeksi
- Luka
- Warna
- Massa
10.KONJUNGTIVA dan FORNIKS ATAS [membalikkan kelopak
mata, metode 2 tangan]
a. Saat mau membalikkan kelopak mata atas, mata pasien
melihat ke bawah.
b. Memegang bulu mata pasien dengan ibu jari dan telunjuk,
kemudian tarik kelopak ke atas.
c. Meletakkan applicator stick secara horizontal pada lipatan
kelopak, sepanjang batas atas tarsus (kelopak), agar berfungsi
sebagai fulcrum (titik tumpu).
d. Menahan applicator stick untuk sementara.
e. Menarik batas kelopak ke arah atas luar (kelopak melingkupi
applicator stick).
f. Tarik stik aplikator dan tahan batas kelopak dengan menekan
kulit superior orbital rim untuk melihat konjungtiva tarsal atas.
g. Periksa
- Infeksi
- Luka
- Warna
- Massa
11. KONJUNGTIVA BULBAR dan KORNEA
a. Duduk di depan pasien.

44
b. Menyinari mata pasien dengan senter pada jarak yang sesuai.
c. Perhatikan konjungtiva bulbar
- Warna
- Injeksi
- Neoplasma
d. Perhatikan kornea
- Bentuk
- Ukuran
- Transparansi (bening/tidak)
12. BILIK DEPAN/ANTERIOR CHAMBER DEPTH [kedalaman]
a. Duduk di depan pasien.
b. Melihat dari arah temporal.
c. Menjaga sinar paralel dengan bidang iris normal.
d. Melihat bagian medial iris.
e. Mengulangi test untuk mata kiri.

(+) Camera oculi: Senter dari lateral, lihat iris bagian nasal.
Ada bayangan cahaya/tidak?

13. PUPIL [tes reflex cahaya]


a. Di dalam ruangan dengan cahaya redup, minta pasien melihat suatu target (seperti tulisan
besar pada chart snellen)
b. Menyinari mata kanan dengan senter/penlight dimulai sisi samping -> DIRECT
c. Mencatat respon pupil langsung terhadap cahaya pada mata kanan (seberapa cepat
responnya)
d. Mengulangi langkah 1-3 untuk mata kiri
e. Perhatikan apakah pupil mata yang diperiksa mengecil. (Direct). (+) jika mengecil.
f. Mengulangi langkah 1 dan2 pada mata kanan, perhatikan refleks mata kiri (mata yang tidak
disinari -> INDIRECT
g. Perhatikan apakah pupil mata yang tidak diperiksa mengecil. (Indirect). (+) jika mengecil.
(+) agar dapat melihat refleks mata yang tidak disenter dengan jelas. Dapat digunakan senter
tambahan dari atas (menambah penerangan)
h. Hasilnya ditulis: Direct/indirect (+)/(+).

45
14. IRIS dan LENSA
a. Duduk menghadap pasien.
b. Menyinari mata pasien dengan senter pada jarak yang sesuai.
c. Perhatikan iris.
- Ukuran
- Bentuk
- Perlengketan/pendarahan
d. Perhatikan lensa.
- Ukuran
- Posisi
- Tranparansi (lihat tengahnya, jika warna hitam maka normal)
15. FUNDUSCOPY
Prinsip: Lihat mata kanan dengan mata kanan lagi dan sebaliknya.
1. Nyalakan lampu funduscopenya.
2. Jarak pasien dan kita 60 cm.
3. Intip melalui lubang yang tersedia.
4. Ada bayangan oranye/tidak di mata? Jika ya maka normal

46
FM 5
BREAST CARE
1. Sapa, perkenalan, tanya nama.
“Selamat pagi ibu, perkenalkan saya dr. X yang sedang bertugas di klinik ini. Dengan ibu siapa?”
2. Informed consent.
“Baik ibu, saat ini saya akan menjelaskan cara merawat payudara ketika masa kehamilan.
Tujuannya adalah untuk menjaga kebersihan peyudara, membuat puting lebih menonjol,
menstimulasi produksi ASI, membuat puting menjadi lebih kuat dan fleksibel. Nanti ibu diminta
untuk membuka baju dan branya. Apakah ibu bersedia?”
3. Bersihkan payudara menggunakan lap basah. Waktu pemijatan: 1-2x/hari sehabis mandi.
4. Cuci tangan dengan 6 langkah dan keringkan dengan handuk.
5. FIRST MASSAGE
- Tuangkan baby oil ke kedua telapak tangan.
- Letakkan kedua telapak tangan di antara payudara, posisi tangan
menopang payudara, lalu pijat memutar dari medial ke lateral.
- Lakukan 30 kali dalam 5 menit.
6. SECOND MASSAGE
- Tuangkan baby oil ke kedua telapak tangan.
- Tangan kiri menopang payudara kiri. Letakkan jari-jari tangan kanan
di bagian atas payudara kiri. Lalu pijat ke karah puting.
- Lakukan hal yang sama di payudara sebelahnya.
- Lakukan 30 kali dalam 5 menit.
7. THIRD MASSAGE
- Tuangkan baby oil di kedua talapak tangan.
- Tangan kiri menopang payudara kiri. Kepalkan tangan kanan, letakkan buku-buku jari tangan
kanan dibagian atas payudara kiri. Lalu pijat ke arah putting.
- Lakukan hal yang sama di payudara sebelahnya.
- Lakukan 30 kali dalam 5 menit.
8. Stimulasi payudara dengan air hangat dan air dingin.
9. Ambil handuk masukkan ke air hangat. Letakkan di payudara selama 5 menit. Lalu ambil handuk
masukkan ke air dingin. Letakkan di payudara selama 5 menit. Lakukan di kedua payudara.
10.Ambil kapas yang telah diberi baby oil, lalu bersihkan puting dari sentral ke perifer. 1 kapas untuk
1 payudara.
Tujuan: agar kotoran tidak berkumpul dan tertelan bayi, membersihkan susu yang mungkin keluar
saat pemijatan, merilekskan putting agar kulitnya tidak mudah luka.
11.Baik bu, pemijatan sudah selssai. Ibu dapat melakukannya secar teratur di rumah. Ibu juga
dianjurkan untuk tidak menggunakan bra yan terlalu ketat. Apakah ibu mengerti? Apakah ada
pertanyaan? Terima kasih bu.

Note [dilakukan pada]:

• Ibu berputing menonjol tanpa riwayat abortus: Bulan ke-6 kehamilan.


• Ibu berputing menonjol dengan riwayat abortus: Bulan ke-8 kehamilan.
• Ibu berputing datar/masuk tanpa riwayat abortus: Bulan ke-3 kehamilan.
• Ibu berputing datar/masuk dengan riwayat abortus: Bulan ke-6 kehamilan.

47
Bagaimana jika puting ibu masuk? Lakukan Teknik Hoffman:

• Berikan baby oil pada puting


• Letakkan kedua ibu jari di atas dan bawah
puting, lalu pijat puting ke atas dan ke bawah
(satu arah). One hundred perosns 20x.
• Letakkan kedua ibu jari di kanan dan kiri
puting, lalu pijat ke arah kanan dan kiri (satu
arah). Lakukan 20x.

BREAST CARE IN PUERPERIUM


1. Sapa, perkenalan, tanya nama.
“Selamat pagi ibu, perkenalkan saya dr. X yang sedang bertugas di klinik ini. Dengan ibu siapa?”
2. Informed consent.
“Bu, sekarang saya akan menjelaskan cara merawat payudara selama masa nifas dan menyusui.
Tujuannya adalah untuk melancarkan produksi ASI, dan juga melihat apakah ada penyumbatan
pada saluran ASI. Nanti ibu diminta untuk membuka baju dan branya. Apakah ibu bersedia?”
3. Bersihkan payudara menggunakan lap basah. Waktu pemijatan: 1-2x/hari sehabis mandi.
4. CUCI TANGAN dengan 6 langkah dan KERINGKAN dengan handuk
5. Tuangkan baby oil ke kedua telapak tangan, lalu ratakan ke permukaan kedua payudara.
6. PIJAT
- Memijat sel dan duktus penghasil ASI.
- Topang payudara kanan dengan tangan kanan.
- Letakkan 2-4 jari tangan kiri pada payudara lalu pijat memutar pada satu titik
dan arahkan ke puting. Setelah beberapa detik, pindah ke titik yang lain.
- Lakukan di seluruh permukaan secara memutar.
- Lakukan selama 5 menit.
7. STROKE
- Letakkan tangan kanan di atas dan tangan kiri dibawah payudara kanan.
- Pijat ke arah kanan dan kiri payudara (berlawanan atas-bawahnya) selama 5 menit.
- Pijat ke arah atas dan bawah payudara (berlawanan kanan-
kirinya) selama 5 menit.
- Lakukan pada payudara kiri.
- Ini akan membuat ibu menjadi rileks dan menstimulasi
aliran ASI (hormon oksitosin)
8. SHAKE
- Posisi ibu sedikit menunduk.
- Guncangkan kedua peyudara ke atas dan kebawah.
9. Baik bu, pemijatan sudah selesai. Jangan lupa untuk melakukan
setiap hari. Ibu dianjurkan untuk memakai bra yang tidak ketak.
Apakah ibu mengerti? Apakah ada yang ingin ditanyakan?
10.Jika ada bagian puting yang sakit (lecet), mulailah menyusui dari
payudara yang normal. Teknik penyusui yang benar akan membantuk mengurasi rasa sakit pada
payudara.
11.Jika lecet pada puting cukup parah, maka istrirahatkan selama 24 jam. Ibu dapat menggunakan
parasetamol tiap 4-6 jam untuk membantuk mengurangi rasa nyerinya.

48
12.Bila payudara ibu bengkak, ibu dapat mengkompres payudara dengan air hangat.
13.Setelah selesai menyusui, payudara dapat di kompres dengan air dingin.
14.Apakah ibu mengerti? Apakah ada yang ingin ditanyakan?

49
FM 6
BED TURNING AND BED POSITIONING
CLIENT ASSESSMENT
1. Sapa, perkenalan.
“Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr.X yang sedang berjaga di klinik ini. Apakah benar dengan
bapak/ibu Y ATAU keluarga bapak/ibu Y?”
2. Informed Consent
Baik pak/bu, sekarang saya akan menjelaskan cara mengatur
tempat tidur selama bapak/ibu dirawat. Tujuannya untuk
mencegah komplikasi yang mungkin muncul karena tidur
terlalu lama yaitu kontraktur yang tidak fungsional atau
terjadinya ulkus.
3. Cek alat
a) Handsplint 1 d) Foot board 1
b) Handroll 2 e) Kassa gulung 1
c) Trochanter roll 3 f) Bantal 3
PREPARATION
4. CUCI TANGAN dengan sabun antiseptik dan keringkan dengan tisu.
5. Pakai GLOVES dan MASKER

PROCEDURE
 POSISI TELENTANG [SUPINE POSITION]
1. Ekstremitas bawah
▪ Kondisi netral (posisi anatomis), lurus dengan pinggul dan
lutut ekstensi.
▪ Hindari kontak antara tempat tidur dengan tumit
posterior.
▪ Posisi kaki dorsofleksi ditahan dengan footboard dan di
belakang tumit diletakkan trochanter roll (posisi
melintang).
*Di pinggir tubuh bagian panggul, bisa diberikan
trochanter roll juga.

2. Ekstremitas atas [3 POSISI]


a. Bahu abduksi 900, internal rotasi, siku fleksi 900 dan pergelangan sedikit pronasi.

50
b. Bahu abduksi 900, eksternal rotasi maksimal, siku fleksi 900 dan lengan bawah pronasi.
(+) letakkan bantal dibawah tangan
c. Bahu sedikit abduksi, siku ekstensi, dan lengan bawah
supinasi, pergelangan tangan dan tangan: [2 POSISI]
▪ Pergelangan tangan ekstensi, sebagian jari fleksi pada
sendi interphalangeal dan metacarpophalangeal, dan
ibu jari abduksi, berlawanan, dan sedikit fleksi pada HAND ROLL
sendi interphalangeal, pakai hand roll.
[Gampangnya, genggam hand roll tapi jempol
posisinya berlawanan sama keempat jari lain]
▪ Sama dengan posisi pertama, ditambah ekstensi jari
pada sendi interphalangeal dan metacarpophalangeal, HAND SPLINT
pakai hand splint.
 POSISI BERBARING KE SAMPING [SIDE LYING POSITION]
▪ Hadapkan pasien ke bagian yang sehat.
▪ Kaki proximal berada dalam posisi fleksi
(pinggul dan lutut). Gunakan bantal untuk
menghindari kontak antar kaki.
▪ Eksternal rotasi lengan dan sedikit ekstensi (peluk guling).
▪ Lengan bawah dijauhkan dari dada pasien (pakai handroll).
(+) tangan lainnya (yang dibawah) ditekuk.
 POSISI TENGKURAP [PRONE POSITION]
▪ Posisi tengkurap dilakukan ketika status paru, jantung dan tulang dalam
kondisi baik. Banyak pasien yang tidak tahan pada awalnya.
(+) cara membalikan tubuh: satu tangan di bahu, satu tangan di pinggul.
Balik.
▪ Pinggul dan lutut ekstensi, beri footboard, ujung kaki melayang (jari kaki tidak boleh
menyentuh foot board).
▪ Kaki sedikit elevasi dengan menggunakan trochanter
roll dibawah pergelangan kaki anterior.
▪ Lengan sedikit abduksi, siku ekstensi, pergelangan
tangan ekstensi dan supinasi.
▪ Fleksi jari dan ekstensi pergelangan dilakukan
dengan menggunakan hand roll.
▪ Shoulder roll diletakkan dibawah setiap bahu.
(+) Boleh tidak menggunakan bantal, tergantung kenyamanan pasien.

EDUCATION
1. Ubahlah posisi tidurnya setiap 2 jam sekali sampai sensitivitas dan toleransi kulit pasien terhadap
posisi telah ditentukan. Kalau malam tidak apa-apa tidak perlu diubah posisi.
2. Dokter harus sering mengecek kulit di daerah yang rentan untuk memastikan tidak adanya tekanan.
3. Dokter harus menekankan ke staf yang bertugas mengenai pentingnya jadwal yang sesuai untuk
mengubah posisi.

51
FM 7
BREAKING BAD NEWS (BBN)
PRINCIPLE : A-B-C-D-E
a. A – Advance preparation
▪ Pilih waktu yang tepat, tempat yang private, dan tanpa interupsi (HP disilent/dimatikan).
▪ Me-review informasi klinis tentang penyakit.
▪ Mempersiapkan diri secara mental (latihan terlebih dulu untuk memilih kata yang boleh dan
tidak boleh diucapkan).
▪ Mempersiapakan diri secara emosional.
b. B – Build a therapeutic environment/relationship
c. C – Communicate well
d. D – Deal with patient and family reactions
e. E – Encourage and validate emotions
▪ Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr. X yang sedang berjaga di Klinik ini. Benar dengan
bapak/ibu D? Usianya XX th? Tinggal di ….? Apakah ibu sudah merasa nyaman di ruangan ini?
▪ Bapak/ibu kesini sendiri atau dengan keluarga? Mungkin keluarganya bisa diajak masuk pak/bu
untuk menemani bapak/ibu disini?
▪ Dari keluhan ibu, apa yang ibu ketahui terkait gejala atau penyakit yang ibu alami?
▪ Seberapa jauh yang bapak/ibu ingin ketahui mengenai penyakit bapak/ibu?
▪ Baik pak/bu, hari ini saya sudah memegang hasil tes yang telah bapak/ibu jalani. Dan disini terdapat
kabar yang nampaknya kurang baik untuk bapak/ibu.
▪ Dari hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium, dan sudah dikonsultasi dengan para dokter spesialis,
bapak/ibu terkena/mengidap penyakit [nama penyakit, dan jelaskan singkat, no medical jargon]
[Berikan sentuhan ke pundak/pegang tangan pasien apabila jenis kelaminnya sama]
[Beri jeda saat pasien denial/menangis, biarkan pasien meluapkan emosi sesaatnya]
[Apabila memberi kabar bersama dengan dokter lain, jangan beradu pendapat di depan pasien]
*Apabila pasien minta tes ulang: “Boleh bapak/ibu ulangi, namun nampaknya hasilnya akan tetap
sama, karna hasil ini juga sudah diulang beberapa kali dan didiskusikan dengan para Ahli”
▪ Sayang mengerti perasaan bapak/ibu. Apakah bapak/ibu sudah merasa tenang? Bisa saya lanjutkan?
▪ Bapak/ibu tidak perlu khawatir, kami para dokter akan berusaha sebaik mungkin untuk menangani
penyakit yang bapak/ibu alami sekarang. Untuk penyakit bapak/ibu ini, ada beberapa pilihan terapi
yang bisa bapak/ibu jalani.
*Kanker payudara: Chemotherapy (ibu dirawat dan diberikan obat secara infus) ATAU Radiotherapy
ATAU keduanya.
*Kaki amputasi : Memakai kaki palsu ATAU tongkat sebagai alat bantu jalan.
▪ Apakah bapak/ibu sudah paham dengan apa yang saya sampaikan. Boleh diulangi pak/bu, apa yang
tadi sudah saya sampaikan mengenai penyakit bapak/ibu?
▪ Bapak/ibu harus tenang, jangan patah semangat karena yang paling penting disini adalah optimisme
bapak/ibu untuk sembuh. Saya tidak menjamin kesembuhan, namun jika bapak/ibu mengikuti terapi
dengan baik, kemungkinan sembuhnya akan lebih besar. Kita sama-sama berusaha ya pak/bu.
▪ Saya akan memberikan bapak/ibu waktu untuk berpikir terlebih dulu atau berdiskusi dengan
keluarga untuk memutuskan penanganan mana yang akan ibu pilih.
▪ Apabila bapak/ibu sudah siap, silahkan datang kemari, kalau bisa sesegera mungkin ya pak/bu agar
penyakit bapak/ibu segera ditangani.
▪ Terima kasih pak/bu, ditunggu hasil keputusannya.

52

Anda mungkin juga menyukai