Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH KIMIA DASAR

KESETIMBANGAN ASAM BASA

(Prof. Ahyar Ahmad. Ph.D)

Biologi B
Kelompok 7
Muhammad Abdul H41114510
Indriati Putri Utami H41114511
Melisa Samban H41114512
Resky Ariez Munandar H41114513
Yulianti Samara H41114514

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

TAHUN AJARAN 2014/2015


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Penulisan

Ada beberapa ahli yang berpendapat mengenai kesetimbangan asam basa,


salah satunya Svante Arrhenius seorang ilmuan SwediaIa berpendapat bahwa
asam terionisasi ketika dilarutkan dalam air dengan melepas ion H+, sedangkan
basa terionisasi dalam air dengan melepas ion OH-. Sebagai contoh, molekul
hidrogen klorida merupakan asam Arrhenius karena terionisasi sempurna dalam
air dengan melepas ion H+ dan Cl-. Akan tetapi teori ini belum dapat menjelaskan
reaksi HCl dan NH3 dalam fasa gas tidak dapat dikategorikan sebagai reaksi asam
basa karena tidak membentuk ion H+ dan OH–, padahal kedua senyawa itu adalah
asam dan basa. Akibat keterbatasan teori Arrhenius, pada 1923, Johanes Bronsted
dan Thomas Lowry mengemukakan teori asam basa berdasarkan transfer proton
(ion H+). Dikenal dengan teori asam basa Brownsted-Lowry.

Menurut Brownsted-Lowry, dalam reaksi yang melibatkan transfer proton,


asam adalah spesi yang bertindak sebagai donor proton, sedangkan basa adalah
spesi yang bertindak sebagai akseptor proton. Proton (ion H+) dalam air tidak
berdiri sendiri melainkan terikat pada molekul air karena atom O pada molekul
H2O memiliki pasangan elektron bebas yang dapat digunakan untuk berikatan
kovalen koordinasi dengan proton membentuk ion hidronium, H3O+. Terakhir
Teori asam dan basa menurut Lewis tidak ada kaitannya dengan transfer proton
atau H+, namun berkaitan dengan pelepasan dan penggabungan pasangan elektron
bebas. Konsep asam dan basa Lewis ini sudah mencakup 2 konsep penemunya
yang dahulu, Arrhenius dan Bronsted – Lowry.
Zat bersifat basa memiliki pasangan elektron bebas yang bisa diberikan
untuk membentuk ikata kovalen koordinat. Sedangkan asam memiliki
kemampuan untuk menerima dan mengikat pasangan elektron bebas. Jadi, jika
konsepnya seperti ini berarti tidak ada hubungannya dengan konsep proton.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian asam menurut lewis adalah zat
atau senyawa yang menerima pasangan elektron bebas / PEB. Pengertian basa
menurut Lewis adalah zat atau senyawa yang memberikan pasangan elektron
bebas / PEB.

Dalam kesetimbangan asam basa, dikenal istilah kekuatan asam basa yang
penjelasannya sebagai berikut larutan HCl yang merupakan asam kuat akan
terionisasi sempurna dalam air. hampir semua molekul HCl yang terdapat dalam
larutan terionisasi menjadi H+ dan Cl-, sehingga dapat dikatakan memiliki tetapan
ionisasi (α) mendekati 1. Sedangkan larutan HF yang merupakan asam lemah
hanya terionisasi sebagian dalam air. Hanya sedikit molekul HF dalam larutan
yang terionisasi menjadi H+ dan F-. Jika asam kuat seperti HCl mempunyai
tetapan ionisasi (α) mendekati 1.
I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana teori – teori asam basa menurut para ahli?


2. Bagaimana kekuatan asam dan basa bagi kesetimbangan asam
basa?
3. Bagaimana pengaruh pH bagi asam dan pOH bagi basa terhadap
kesetimbangan asam basa?
4. Bagaimana kesetimbangan air murni terhadap kesetimbangan asam
basa?
5. Bagaimana kesetimbangan asam dan basa kuat?
6. Bagaimana kesetimbangan asam dan basa lemah?
7. Bagaimana pengaruh larutan buffer terhadap kesetimbangan asam
basa?
8. Bagaimana pengaruh hidrolisis garam terhadap kesetimbangan
asam basa?

I.3 Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa dapat mengetahui teori – teori asam basa menurut para


ahli?
2. Mahasiswa dapat mengetahui kekuatan asam dan basa bagi
kesetimbangan asam basa?
3. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh pH bagi asam dan pOH
bagi basa terhadap kesetimbangan asam basa?
4. Mahasiswa dapat mengetahui kesetimbangan air murni terhadap
kesetimbangan asam basa?
5. Mahasiswa dapat mengetahui kesetimbangan asam dan basa kuat?
6. Mahasiswa dapat mengetahui kesetimbangan asam dan basa
lemah?
7. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh larutan buffer terhadap
kesetimbangan asam basa?
8. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh hidrolisis garam terhadap
kesetimbangan asam basa?
I.4 Manfaat Penulisan

I.4.1 Bagi Dosen:

1. Makalah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk


menilai tugas kelompok dari mahasiswa.
2. Makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan literatur
terutama materi kesetimbangan asam basa.
3. Makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan pengajaran bagi
peserta didik dalam hal ini mahasiswa – mahasiswi biologi.

I.4.2 Bagi Mahasiswa:

1. Makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu tugas


kelompok kimia tentang kesetimbangan asam basa.
2. Makalah ini dapat dijadikan bahan literatur untuk
menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan
kesetimbangan asam basa.
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Teori Asam Basa

II.1.1 Teori Arrhenius

Pada tahun 1887, Svante Arrhenius seorang ilmuan Swedia melakukan


penelitian mengenai faktor apa yang mempengaruhi suatu senyawa bersifat asam
dan basa. Ia berpendapat bahwa asam terionisasi ketika dilarutkan dalam air
dengan melepas ion H+, sedangkan basa terionisasi dalam air dengan melepas ion
OH-. Sebagai contoh, molekul hidrogen klorida merupakan asam Arrhenius
karena terionisasi sempurna dalam air dengan melepas ion H+ dan Cl-.

HCl(aq) à H+(aq) + Cl-(aq)

Selain hidrogen klorida, molekul hidrogen florida juga merupakan asam


Arrhenius, karena terionisasi dalam air dengan melepas ion H+ dan F-.

HF(aq) H+(aq) + F-(aq)

Namun, berbeda halnya dengan larutan HCl yang hampir semua


molekulnya terionisasi menjadi ion H+ dan Cl- dalam air, pada larutan HF tidak
semua molekul HF terionisasi menjadi ion H+ dan F- dalam air. Hal ini terkait
dengan kemampuan mengion larutan. Asam-asam yang memiliki kemampuan
untuk mengion sempurna dalam air digolongkan ke dalam asam kuat, sedangkan
asam-asam yang hanya dapat terionisasi sebagian dalam air digolongkan ke dalam
asam lemah. Sedangkan natrium hidroksida merupakan basa Arrhenius karena
terionisasi sempurna dalam air dengan melepas ion Na+ dan OH-.

NaOH(aq) à Na+(aq) + OH-(aq)


Jika HCl dan HF yang memiliki unsur hidrogen dalam molekulnya
merupakan asam menurut Arrhenius. Tidak semua senyawa yang memiliki unsur
hidrogen dalam molekulnya merupakan asam. Sebagai contoh molekul metana
(CH4) bukanlah suatu asam, hal ini disebabkan karena metana tidak terionisasi
dalam air dengan melepas ion hidrogen (H+). Hal ini terkait dengan kepolaran
molekulnya. Metana (CH4) merupakan senyawa kovalen nonpolar, sehingga tidak
dapat terionisasi dalam air yang bersifat polar. Sedangkan HCl dan HF merupakan
senyawa kovalen polar, sehingga terionisasi dalam air dengan melepas ion H+.

Metana Asam Klorida

Gambar 2.1 metana yang berikatan dengan asam klorida


Adapun contoh senyawa asam Arrhenius lainnya, yaitu:

Tabel II.1 Senyawa asam Arrhenius

Sedangkan contoh senyawa basa Arrhenius, yaitu:

Tabel II.2 Senyawa basa Arrhenius


II.1.2 Teori Brownsted-Lowry

Menurut Arrhenius, reaksi HCl dan NH3 dalam fasa gas tidak dapat
dikategorikan sebagai reaksi asam basa karena tidak membentuk ion H+ dan OH–,
padahal kedua senyawa itu adalah asam dan basa. Akibat keterbatasan teori
Arrhenius, pada 1923, Johanes Bronsted dan Thomas Lowry mengemukakan teori
asam basa berdasarkan transfer proton (ion H+). Dikenal dengan teori asam basa
Brownsted-Lowry.

Menurut Brownsted-Lowry, dalam reaksi yang melibatkan transfer proton,


asam adalah spesi yang bertindak sebagai donor proton, sedangkan basa adalah
spesi yang bertindak sebagai akseptor proton. Proton (ion H+) dalam air tidak
berdiri sendiri melainkan terikat pada molekul air karena atom O pada molekul
H2O memiliki pasangan elektron bebas yang dapat digunakan untuk berikatan
kovalen koordinasi dengan proton membentuk ion hidronium, H3O+. Persamaan
reaksinya:

H2O(l) + H+(aq) → H3O+(aq)

Teori asam-basa Brownsted-Lowry dapat diterapkan terhadap reaksi HCl


dan NH3. Dalam fasa gas, HCl dan NH3 tidak terionisasi karena keduanya
molekul kovalen yang tergolong reaksi asam basa.

HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)

HCl= Asam; NH3= Basa; NH4Cl= Garam

Pada reaksi tersebut, molekul HCl bertindak sebagai donor proton (asam),
dan molekul NH3 bertindak sebagai akseptor proton (basa). Menurut Brownsted-
Lowry, reaksi asam basa yang melibatkan transfer proton membentuk keadaan
kesetimbangan. Contoh reaksi antara NH3 dan H2O, arah panah menunjukkan
bahwa proton menerima pasangan elektron bebas dari NH3, dan ikatan N–H
terbentuk. persamaan reaksinya sebagai berikut.
Reaksi ke kanan, NH3 menerima proton dari H2O. Jadi, NH3 adalah basa
dan H2O adalah asam. Pada reaksi kebalikannya, NH4+ donor proton terhadap
OH–. Oleh sebab itu, ion NH4+ adalah asam dan ion OH– adalah basa. Spesi NH3
dan NH4+ berbeda dalam hal jumlah protonnya. NH3 menjadi ion NH4+ melalui
pengikatan proton, sedangkan ion NH4+ menjadi NH3 melalui pelepasan proton.
Spesi NH4+ dan NH3 seperti ini dinamakan pasangan konjugat asam basa.

Pasangan konjugat asam basa terdiri atas dua spesi yang terlibat dalam
reaksi asam basa, satu asam dan satu basa yang dibedakan oleh penerimaan dan
pelepasan proton. Asam pada pasangan itu dinamakan asam konjugat dari basa,
sedangkan basa adalah basa konjugat dari asam. Jadi, NH4+ adalah asam konjugat
dari NH3 dan NH3 adalah basa konjugat dari NH4+.

Menurut Brownsted-Lowry, kekuatan asam basa konjugat adalah


kebalikannya. Jika suatu senyawa merupakan asam kuat, basa konjugatnya adalah
basa lemah. Kekuatan asam basa konjugat dapat digunakan untuk meramalkan
arah reaksi asam basa. Suatu reaksi asam basa akan terjadi jika hasil reaksinya
merupakan asam lebih lemah atau basa lebih lemah. Dengan kata lain, reaksi akan
terjadi ke arah pembentukan spesi yang lebih lemah.
Tabel II.3 Senyawa asam basa Brownsted-Lowry

Berdasarkan kekuatan asam basa konjugat, suatu spesi dapat berperan


sebagai asam maupun sebagai basa bergantung pada jenis pereaksinya. Spesi
seperti ini disebut ampiprotik.

Reaksi antara ion HCO3– dan HF serta reaksi antara ion HCO3– dan ion OH–,
persamaan kimianya:

Pada reaksi pertama, ion HCO3– menerima proton dari HF maka ion
HCO3– bertindak sebagai basa.Pada reaksi kedua, HCO3– memberikan proton
kepada ion OH– maka ion HCO3– bertindak sebagai asam. Jadi, ion HCO3– dapat
bertindak sebagai asam dan juga bertindak sebagai basa. Spesi seperti ini
dinamakan ampiprotik.
II.1.3 Teori Lewis

Teori asam dan basa menurut Lewis tidak ada kaitannya dengan transfer
proton atau H+, namun berkaitan dengan pelepasan dan penggabungan pasangan
elektron bebas. Konsep asam dan basa Lewis ini sudah mencakup 2 konsep
penemunya yang dahulu, Arrhenius dan Bronsted – Lowry.

Zat bersifat basa memiliki pasangan elektron bebas yang bisa diberikan
untuk membentuk ikata kovalen koordinat. Sedangkan asam memiliki
kemampuan untuk menerima dan mengikat pasangan elektron bebas. Jadi, jika
konsepnya seperti ini berarti tidak ada hubungannya dengan konsep proton.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian asam menurut lewis adalah zat
atau senyawa yang menerima pasangan elektron bebas / PEB. Pengertian basa
menurut Lewis adalah zat atau senyawa yang memberikan pasangan elektron
bebas / PEB.

Contoh :
II.2 Kekuatan Asam Basa

Larutan HCl yang merupakan asam kuat akan terionisasi sempurna dalam
air. hampir semua molekul HCl yang terdapat dalam larutan terionisasi
menjadi H+ dan Cl-, sehingga dapat dikatakan memiliki tetapan ionisasi (α)
mendekati 1. Sedangkan larutan HF yang merupakan asam lemah hanya
terionisasi sebagian dalam air. Hanya sedikit molekul HF dalam larutan yang
terionisasi menjadi H+ dan F-. Jika asam kuat seperti HCl mempunyai tetapan
ionisasi (α) mendekati 1. Asam lemah HF memiliki tetapan kesetimbangan:

Karena,

Jika jumlah zat mula-mula dimisalkan M molar, maka jumlah zat yang mengion
adalah Mα, sehingga:

Dengan menganggap (1-α) = 1, maka persamaan diatas menjadi:

Maka, hubungan antara tetapan asam (Ka) dengan derajat ionisasi larutan
(α) dapat dituliskan menjadi:

Sama halnya dengan asam, basa kuat terionisasi sempurna dalam air dan
basa lemah terionisasi hanya sebagian dalam air. Sebagai contoh, NaOH
merupakan basa kuat karena terionisasi sempurna dalam air menjadi ion Na+ dan
OH- :

NaOH(aq) à Na+(aq) + OH-(aq)

Sedangkan NH4OH merupakan basa lemah karena hanya sebagian terurai dalam
air menjadi ion NH4+ dan OH- :

NH4OH(aq) NH4+(aq) + OH-(aq)

Sama halnya dengan asam kuat, maka basa kuat seperti NaOH juga
memiliki tetapan ionisasi (α) mendekati 1. Sedangkan untuk basa lemah
seperti NH4OH yang memiliki tetapan kesetimbangan:

Maka hubungan antara tetapan basa (Kb) dengan α dapat dituliskan menjadi:
II.2.1 Asam Kuat

Asam kuat itu terdisosiasi sepenuhnya dalam air, membentuk H+ dan


anion. Ada enam macam asam kuat, yaitu:

 HCl – asam klorida


 HNO3 – asam nitrat
 H2SO4 – asam sulfat
 HBr – asam bromida
 HI – asam iodida
 HClO4 – asam perklorat

Jika asam terurai 100% dalam larutan dengan konsentrasi 1,0 M atau
kurang, maka itu disebut asam kuat. Asam sulfat dianggap sebagai asam kuat
hanya pada disosiasi pertama. H2SO4 → H+ + HSO4-

II.2.2 Asam lemah

Asam lemah hanya sebagian terurai dalam air untuk memberikan H + dan
anion. Contoh asam lemah termasuk asam fluorida, HF, dan asam asetat,
CH3COOH. Asam lemah meliputi:

 Molekul yang mengandung proton terionisasi. Sebuah molekul dengan


produk formula dimulai dengan H biasanya adalah asam.
 Asam organik yang mengandung satu atau lebih gugus karboksil,-
COOH. H adalah terionisasi.
 Anion dengan proton terionisasi. (Misalnya, HSO4- → H+ + SO42- )
 Kation
o kation logam transisi
o kation logam berat dengan muatan tinggi
o NH4+ terdisosiasi menjadi NH3 + H+
II.2.3 Basa kuat

Basa kuat terurtai 100% menjadi kation dan OH – (ion


hidroksida). hidroksida dari logam golongan IA dan IIA biasanya dianggap
sebagai basis yang kuat.

 LiOH – lithium hidroksida


 NaOH – natrium hidroksida
 KOH – kalium hidroksida
 RbOH – rubidium hidroksida
 CsOH – cesium hidroksida
 Ca(OH)2 – kalsium hidroksida
 Sr(OH)2 – strontium hidroksida
 Ba(OH)2 – barium hidroksida

Basa ini benar-benar terurai dalam larutan 0,01 M atau kurang. Basa
lainnya dengan konsentrasi sebesar 1,0 M dan terurai 100% pada konsentrasi
itu. Ada basa kuat selain yang tercantum, tetapi mereka jarang dijumpai.

II.2.4 Basa Lemah

Contoh basa lemah NH3, dan dietilamina, (CH3CH2)2NH.


Kebanyak basa lemah adalah anion dari asam lemah.
basa lemah tidak menghasilkan ion OH- oleh disosiasi. Sebaliknya, mereka
bereaksi dengan air untuk menghasilkan ion OH-.Sedikit tambahan kondisi
penentuan suatu asam-basa di atas adalah diukur pada temperatur 25°C.
II.3 pH dan pOH

II.3.1 pH

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat


keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai
kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktifitas ion
hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan
pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif
terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional.

Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Soren


Peder Lauritz Sorense pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna
singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari
singkatan untuk powerp (pangkat), yang lainnya merujuk kata Bahasa
Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada
kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000
yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negatif".

Air Murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan


sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam dan
larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali.
Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan
atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu
pangan, rekayasa(keteknikan), dan oseanografi. Tentu saja bidang-bidang sains
dan teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah.
CONTOH SOAL:

1. pH Asam Kuat
Bagi asam-asam kuat ( a = 1), maka menyatakan nilai pH larutannya dapat
dihitung langsung dari konsentrasi asamnya (dengan melihat valensinya).
Contoh:
1. Hitunglah pH dari 100 ml larutan 0.01 M HCl !
Jawab:
HCl(aq) ® H+(aq) + Cl-(aq)
[H+] = [HCl] = 0.01 = 10-2 M
pH = - log 10-2 = 2
2. Hitunglah pH dari 2 liter larutan 0.1 mol asam sulfat !
Jawab:
H2SO4(aq) ® 2 H+(aq) + SO42-(aq)
[H+] = 2[H2SO4] = 2 x 0.1 mol/2.0 liter = 2 x 0.05 = 10-1 M
pH = - log 10-1 = 1
2. pH Asam Lemah
Bagi asam-asam lemah, karena harga derajat ionisasinya ¹ 1 (0 <a < 1) maka
besarnya konsentrasi ion H+ tidak dapat dinyatakan secara langsung dari
konsentrasi asamnya (seperti halnya asam kuat). Langkah awal yang harus
ditempuh adalah menghitung besarnya [H+] dengan rumus
[H+] = Ö ( Ca . Ka)
dimana:
Ca = konsentrasi asam lemah
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
Contoh:
Hitunglah pH dari 0.025 mol CH3COOH dalam 250 ml larutannya, jika
diketahui Ka = 10-5
Jawab:
Ca = 0.025 mol/0.025 liter = 0.1 M = 10-1 M
[H+] = Ö (Ca . Ka) = 10-1 . 10-5 = 10-3 M
pH = -log 10-3 = 3
II.3.2 pOH Basa

II.3.2.1 Basa kuat

Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya
(α = 1). Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung
nilai pOH dari konsentrasi basanya.

Rumus :
[OH-] = x. [M(OH)] pOH = - log [OH-]

pH = 14 – pOH

pH larutan basa kuat dapat ditentukan dengan alur sebagai berikut.


· Tentukan [OH-] berdasarkan perbandingan koefisien
· Tentukan pOH dengan rumus pOH = - log [OH-]
· Tentukan pH berdasarkan pH = 14 – pOH

Contoh :
v Hitung pH dari :
a. 100 mL larutan KOH 0,1 M ! b. Larutan Ca(OH)2 0,001 !

Jawab :

a. KOH → K+ + OH-
[OH-] = x. [M(OH)]
= 1 . 0,1 M = 10-1 M
pOH = - log 10-1
=1
pH = 14 – pOH
= 14 – 1
= 13
b. Ca(OH)2 → Ca2+ + 2OH-
[OH-] = x. [M(OH)]
= 2 . 0,001 = 2 x 10-3 M
pOH = - log 2 x 10-3
= 3 – log 2
pH = 14 - pOH
= 14 – (3-log 2)
= 11 + log 2

II.3.2.2 Basa lemah


Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat
ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat),
akan tetapi harus dihitung dengan menggunakan rumus:
Rumus :
[OH-] = √Kb . [M(OH)] atau [OH-] = M x α
pOH = - log [OH-] pH = -14 - pOH

Contoh
Hitung pH dari larutan 500 mL amonia 0,1M (Kb= 4 x 10-5

Jawab
NH4OH → NH4+ + OH-
[OH- ]= √Kb . [M(OH)]
= √ 4x 10-5 . 0,1
= √ 4 x 10-6
= 2 x 10-3 M
pOH = - log 2 x 10-3
= 3 – log 2
pH = 14 – pOH
= 14 – (3 - l0g 2)
= 11 + log 2
II.4 Kesetimbangan Air Murni

Air murni jika diukur daya hantar listriknya dengan amperemeter yang
peka merupakan zat elektrolit, tapi elektrolit sangat lemah dan memiliki hantaran
listrik. Adanya hantaran ini menunjukkan adanya ion-ion di dalam air murni
sebagai hasil dari swa-ionisasai air.

Persamaan ionisasi air :

Karena berada dalam kesetimbangan maka,

Oleh karena konsentrasi ion H + dan ion OH - dalam air murni adalah sama
besarnya, maka air bersifat netral. Jika keadaan air ditambah asam, maka asam
+ +
tersebut akan melepaskan ion H yang berakibat konsentrasi ion H akan
bertambah banyak sehingga akan menggangu kesetimbangan air. Karena harga
-
Kw tetap, akibatnya konsentrasi ion OH akan berkurang. Sedangkan jika air
ditambahkan basa kedalamnya, maka basa tersebut akan terionisasi dengan
melepaskan ion OH -, akibatnya konsentrasi ion OH - dalam air akan menjadi lebih
besar dan konsentrasi ion H + akan berkurang.

Oleh karena [H2O] dapat dianggap konstan, maka hasil kali Kc[H2O] adalah
suatu konstanta yang disebut tetapan kesetimbangan yang disebut tetapan
kesetimbangan air (Kw).

Pada saat air dalam keadaan netral, pH air = 7, sehingga didapatkan bahwa:

Kw = [H+].[OH-]

= (10-7 )2

= 10-14
II.5 Kesetimbangan Asam dan Basa Kuat

II.5.1 Asam Kuat

Pada saat kita melarutkan gas hidrogen klorida ke dalam air, HCl tersebut
akan bereaksi dengan molekul air dan memberikan sebuah proton (ion H+) kepada
molekul air.

HCl(g) + H2O(l) → H3O+(aq) + Cl-(aq)

Ion H3O+ disebut ion hidronium. Reaksi ini terjadi hingga kondisi
sempurna, yang berarti bahwa reaktan tetap berubah menjadi produk sampai
semua habis digunakan. Pada kasus ini, semua HCl terionisasi sempurna menjadi
ion H3O+ dan ion Cl-, sehingga tidak ada lagi HCl-nya. Asam seperti HCl, yang
terionisasi 100% di dalam air, disebut asam kuat. Sebagai catatan, bahwa air
disini, bertindak sebagai basa, menerima proton dari hidrogen klorida.

Asam kuat terionisasi sempurna, maka mudah untuk menghitung


konsentrasi ion hidronium dan ion klorida di dalam larutan jika kita mengetahui
konsentrasi awal asam kuat tersebut. Sebagai contoh, misalkan kita melarutkan
gas HCl 0,1 mol ke dalam satu liter air. Dengan demikian, konsentrasi HCl mula-
mula adalah 0,1 mol/L (0,1 M). Kita dapat menuliskan konsentrasi HCl 0,1 M
dengan lambang [HCl] = 0,1 M. Senyawa HCl terionisasi sempurna sesuai dengan
persamaan reaksi berikut :

HCl(g) + H2O(l) → H3O+(aq) + Cl-(aq)

Berdasarkan persamaan reaksi di atas, terlihat bahwa setiap mol HCl yang
terionisasi, akan menghasilkan satu mol ion H3O+ dan satu ion mol Cl-. Dengan
demikian, konsentrasi ion dalam larutan HCl 0,1 M adalah :

[H3O+] = 0,1 M

[Cl-] = 0,1 M
Tabel II.3 asam kuat yang paling umum kita temukan dalam kehidupan sehari-hari

Nama Kimia Rumus Molekul


Asam Hidroklorat/Asam Klorida HCl
Asam Hidrobromat/Asam Bromida HBr
Asam Hidroiodat/Asam Iodida HI
Asam Nitrat HNO3
Asam Perklorat HClO4
Asam Sulfat (hanya ionisasi pertama) H2SO4

Asam sulfat disebut pula sebagai asam diprotik, sebab asam tersebut dapat
memberikan dua proton, tetapi hanya pada ionisasi pertama yang terjadi 100%
secara sempurna. Asam-asam lain yang ditampilkan dalam tabel merupakan asam
monoprotik, sebab hanya memberikan satu proton.

II.5.2 Basa Kuat

Menghitung konsentrasi ion hidroksida sangat mudah. Sebagai contoh,


kita memiliki 1,5 mol/L (1,5 M) larutan NaOH. Larutan natrium hidroksida
tersebut akan terdisosiasi (pecah/terurai) sempurna menjadi ion-ion.

NaOH(aq) → Na+(aq) + OH-(aq)

Konsentrasi ion yang dihasilkan masing-masing 1,5 M.


II.6 Kesetimbangan Asam dan Basa Lemah

II.6.1 Asam Lemah

Saat kita melarutkan asam asetat (CH3COOH) ke dalam air, yang akan
terjadi adalah asam tersebut akan bereaksi dengan molekul-molekul air,
memberikan sebuah proton dan membentuk ion hidronium (ion H3O+). Dalam hal
ini, terjadi kesetimbangan, di mana kita masih tetap memiliki sejumlah asam
asetat yang tidak terionisasi (pada reaksi sempurna, irreversible seluruh reaktan
digunakan untuk membentuk produk). Pada sistem kesetimbangan asam lemah,
ion-ion berkesetimbangan dengan molekul asam.

Reaksi yang terjadi antara asam asetat dengan air adalah sebagai berikut :

CH3COOH(aq) + H2O(l) <—> CH3COO-(aq) + H3O+(aq)

Asam asetat yang ditambahkan ke dalam air akan terionisasi sebagian.


Pada reaksi kesetimbangan ini, hanya sekitar 5% asam asetat yang terionisasi.
Sementara 95% lainnya masih dalam bentuk molekul. Jumlah ion hidronium (ion
H3O+) yang diperoleh dalam larutan asam yang tidak terionisasi sempurna jauh
lebih sedikit dibandingkan yang diperoleh dari asam kuat. Asam yang hanya
terionisasi sebagian disebut asam lemah.

Menghitung konsentrasi ion hidronium pada asam lemah tidak sama


dengan menghitung pada larutan asam kuat, sebab tidak semua asam lemah yang
larut dapat terionisasi. Untuk menghitung konsentrasi ion hidronium, kita harus
menggunakan konstanta kesetimbangan untuk asam lemahnya. Untuk larutan
asam lemah, kita menggunakan konstanta kesetimbangan asam lemah, Ka. Secara
umum :

HA(aq) + H2O(l)<—> H3O+(aq) + A-(aq)

Nilai Ka untuk asam lemah tersebut adalah :

Ka = {[H3O+][A-]} / [HA]
Sebagai catatan, [HA] menunjukkan konsentrasi molar HA pada
kesetimbangan, bukan konsentrasi awal. Konsentrasi air tidak ditunjukkan pada
persamaan Ka, sebab konsentrasi air ([H2O]) merupakan konstanta yang akan
tergabung dengan Ka.

Tabel II.4 asam lemah yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari

Nama Asam Rumus Kimia Ka Basa Konyugasi Kb


Asam Fluorida HF 7,1 x 10-4 F- 1,4 x 10-11
Asam Nitrit HNO2 4,5 x 10-4 NO2- 2,2 x 10-11
Asam Asetil C9H8O4 3,0 x 10-4 C9H7O4- 3,3 x 10-11
Salisilat
(Aspirin)
Asam Format HCOOH 1,7 x 10-4 HCOO- 5,9 x 10-11
Asam Askorbat C6H8O6 8,0 x 10-5 C6H7O6- 1,3 x 10-10
(Vitamin C)
Asam Benzoat C6H5COOH 6,5 x 10-5 C6H5COO- 1,5 x 10-10
Asam Asetat CH3COOH 1,8 x 10-5 CH3COO- 5,6 x 10-10
Asam Sianida HCN 4,9 x 10-10 CN- 2,0 x 10-5
Fenol C6H5OH 1,3 x 10-10 C6H5O- 7,7 x 10-5

Sekarang kita kembali ke kesetimbangan asam asetat. Nilai Ka untuk asam


asetat adalah 1,8 x 10-5. Persamaan Ka ionisasi asam asetat adalah sebagai berikut:

Ka = 1,8 x 10-5 = {[H3O+][CH3COO-]} / [CH3COOH]

Kita dapat menggunakan nilai Ka ini untuk menghitung konsentrasi ion


hidronium. Misalkan diberikan larutan asam asetat 2 M. Kita ketahui bahwa
konsentrasi awal asam asetat tersebut adalah 2 M. Kita juga mengetahui bahwa
sebagian kecil asam asetat tersebut telah terionisasi, menghasilkan sedikit ion
hidronium dan ion asetat. Melalui persamaan reaksi kesetimbangan asam asetat,
terlihat bahwa untuk setiap ion hidronium yang terbentuk, akan disertai pula
pembentukan ion asetat. Akibatnya, konsentrasi kedua ion tersebut sama. Kita
dapat memisalkan nilai [H3O+] dan [CH3COO-] masing-masing sebesar x M.

[H3O+] = [CH3COO-] = x M

Dengan demikian, untuk menghasilkan sebanyak x M ion hidronium dan


ion asetat, dibutuhkan asam asetat yang terionisasi sebanyak x M pula. Sehingga,
kita dapat menuliskan jumlah asam asetat yang tersisa pada saat kesetimbangan
sebagai jumlah asam asetat mula-mula, 2 M, dikurangi dengan yang mengalami
ionisasi, sebesar x M.

[CH3COOH] = (2 – x) M

Pada kondisi umum, kita dapat menganggap nilai x sangat kecil


dibandingkan dengan konsentrasi asam lemah mula-mula. Jadi, kita dapat
mengatakan bahwa nilai 2 – x mendekati 2. Ini berarti bahwa kita dapat sering
menganggap konsentrasi asam lemah pada saat kesetimbangan sama dengan
konsentrasi mula-mulanya. Persamaan konstanta kesetimbangan asam lemah
sekarang dapat dituliskan sebagai berikut :

Ka = 1,8 x 10-5 = {(x)(x)} / (2 – x) = {(x)(x) / (2)}

1,8 x 10-5 = (x)2 / 2

Selanjutnya kita dapat menentukan nilai x, yang sama dengan nilai [H3O+].

x2 = 1,8 x 10-5 x 2

x = (1,8 x 10-5 x 2)1/2 = 6 x 10-3

[H3O+] = 6 x 10-3 M

Salah satu cara untuk membedakan antara asam kuat dengan asam lemah adalah
dengan mencari nilai konstanta ionisasi asam (Ka). Jika asamnya memiliki nilai
Ka, berarti asam lemah. Jika tidak, berarti asam kuat.
II.6.2 Basa Lemah

Basa lemah juga bereaksi dengan air untuk mencapai sistem


kesetimbangan. Amonia merupakan salah satu basa lemah. Amonia dapat bereaksi
dengan air untuk membentuk ion amonium dan ion hidroksida.

NH3(g) + H2O(l)<—> NH4+(aq) + OH-(aq)

Seperti halnya asam lemah, basa lemah hanya terionisasi sebagian.


Konstanta kesetimbangan basa lemah adalah Kb. Kita menggunakannya sama
persis seperti pada saat kita menggunakan Ka (lihat pembahasan Asam Lemah di
atas). Yang dicari pada basa lemah adalah [OH-]-nya.

Berikut ini adalah tabel beberapa contoh basa lemah yang sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari beserta nilai Kb masing-masing basa lemah :

Tabel II.5 basa lemah yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari

Nama Basa Rumus Kimia Kb Asam Konyugasi Ka


Etil Amina C2H5NH2 5,6 x 10-4 C2H5NH3+ 1,8 x 10-11
Metil Amina CH3NH2 4,4 x 10-4 CH3HN3+ 2,3 x 10-11
Amonia NH3 1,8 x 10-5 NH4+ 5,6 x 10-10
Piridina C5H5N 1,7 x 10-9 C5H5NH+ 5,9 x 10-6
Anilina C6H5NH2 3,8 x 10-10 C6H5NH3+ 2,6 x 10-5
Kafeina C8H10N4O2 5,3 x 10-14 C8H11N4O2+ 0,19
Urea CO(NH2)2 1,5 x 10-14 H2NCONH3+ 0,67
II.7 Larutan Buffer

pH suatu larutan akan turun apabila ditambah asam, hal ini disebabkan
meningkatnya konsentrasi H+. Sebaliknya, bila ditambah basa akan menaikkan pH
karena penambahan basa meningkatkan konsentrasi OH-. Penambahan air pada
larutan asam dan basa akan mengubah pH larutan, karena konsentrasi asam atau
basanya akan mengecil. Namun, ada larutan yang bila ditambah sedikit asam,
basa, atau air tidak mengubah pH secara berarti. Larutan yang demikian disebut
dengan larutan penyangga (disebut juga larutan buffer atau dapar). Larutan buffer
memiliki komponen asam yang dapat menahan kenaikan pH dan komponen basa
yang dapat menahan penurunan pH. Komponen tersebut merupakan konjugat dari
asam basa lemah penyusun larutan buffer itu sendiri. Dengan demikian, larutan
penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah
dengan basa konjugatnya ataupun basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi
ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi. (Keenan et al., 1980)

Secara umum, larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri


dari:

1. Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-), campuran ini
menghasilkan larutan bersifat asam.
2. Basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan
larutan bersifat basa. (Purba, 1994)

Komponen larutan penyangga terbagi menjadi (Keenan et al., 1980):


II.7.1 Larutan Buffer yang Bersifat Asam

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Larutan ini
dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya (yang merupakan basa konjugasi dari
asamnya). Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan
suatu basa kuat, asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran
akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah
yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium
hidroksida, kalium hidroksida, barium hidroksida, kalsium hidroksida, dan lain-
lain.

II.7.2 Larutan Penyangga yang Bersifat Basa

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Larutan ini
dapat dibuat dari basa lemah dan garam (yang berasal dari asam kuat). Adapun
cara lainnya yaitu: mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat
dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.

Adapun sifat-sifat larutan penyangga diketahui sebagai berikut (Syukri, 1999):

1. Mempunyai pH tertentu

pH buffer dapat dicari dengan persamaan Henderson-Hasselbalch, yaitu:

pH = pKa + log [garam]/[asam]

pOH = pKb + log [garam]/[basa]

pH buffer bergantung pada Ka asam lemah atau Kb basa lemah dan


perbandingan konsentrasi asam dengan konsentrasi basa konjugasinya atau
konsentrasi basa lemah dengan konsentrasi asam konjugasinya. Persamaannya
(Purba, 1994):
a. Reaksi ionisasi asam lemah:

HA(aq) ↔ H+(aq) + A-(aq)

Tetapan ionisasinya dilambangkan dengan Ka

Ka = [H+][A-] / [HA]

b. Reaksi ionisasi basa lemah:

LOH(aq) ↔ L+(aq) + OH-(aq)

Tetapan ionisasinya dilambangkan dengan Kb

Kb = [L+][OH-] / [LOH]

2. pHnya relatif tidak berubah jika ditambah sedikit asam atau basa.

3. pHnya tidak berubah jika diencerkan.

Telah disebutkan bahwa larutan penyangga mengandung komponen asam


dan basa dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion
H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak
mengubah pH-nya secara signifikan. Berikut ini cara kerja larutan penyangga
(Syukri, 1999):
II.7.3 Larutan Penyangga Asam

Sebagai contoh cara kerjanya dapat dilihat pada larutan buffer yang
mengandung CH3COOH dan CH3COO- yang mengalami kesetimbangan.
Prosesnya sebagai berikut:

1. Pada penambahan asam

Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Ion H+


yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul
CH3COOH.

CH3COO-(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)

2. Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan
bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan
bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi,
penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen asam (CH3COOH),
bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH
membentuk ion CH3COO- dan air.

CH3COOH(aq) + OH-(aq) → CH3COO-(aq) + H2O(l)

Untuk menghitung pH larutan buffer digunakan cara sebagai berikut (Purba,


1994):

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam


suatu larutan dengan rumus berikut:

[H+] = Ka x a/g atau


pH = p Ka – log a/g dengan, Ka = tetapan ionisasi asam lemah
a = jumlah mol asam lemah
g = jumlah mol basa konjugas
II.7.4 Larutan Penyangga Basa

Sebagai contoh cara kerjanya, dapat dilihat pada larutan buffer yang
mengandung NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Prosesnya sebagai
berikut:

1. Pada penambahan asam

Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-. Hal
tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion
OH- dapat dipertahankan. Disamping itu, penambahan ini menyebabkan
berkurangnya komponen basa (NH3), bukan ion OH-. Asam yang ditambahkan
bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+.

NH3 (aq) + H+(aq) → NH4+ (aq)

2. Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri,
sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan
bereaksi dengan komponen asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3) dan
air.

NH4+ (aq) + OH-(aq) → NH3 (aq) + H2O(l)

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam


suatu larutan dengan rumus berikut:

[OH-] = Kb x b/g atau


pH = p Kb – log b/g

dengan, Kb = tetapan ionisasi basa lemah


b = jumlah mol basa lemah
g = jumlah mol asam konjugasi
Menurut Syukri (1999), larutan buffer juga mempunyai kapasitas buffer
(yang biasa disebut indeks buffer atau intensitas buffer). Kapasitas buffer
merupakan suatu ukuran kemampuan buffer untuk mempertahankan pHnya yang
konstan apabila ditambahkan asam kuat atau basa kuat. Kapasitas buffer
bergantung pada jumlah asam-garam atau basa-garam yang terkandung di
dalamnya. Apabila jumlahnya besar, pergeseran kesetimbangan ke kanan maupun
ke kiri dapat berlangsung banyak untuk mengimbangi asam kuat atau basa kuat
yang ditambahkan. Sehingga dapat disebut kapasitas buffernya besar. Sebaliknya
apabila jumlah asam-garam atau basa-garam itu kecil, dapat menyebabkan
pergeseran kesetimbangan ke kanan dan ke kiri berlangsung sedikit. Sehingga
dapat dikatakan kapasitas buffernya kecil. Suatu buffer dapat menahan perubahan
[H+] sebanyak 100x semula. Perubahan pH yang diizinkan hanyalah sekitar 2. Ka
atau Kb adalah konstanta, maka suatu buffer hanya efektif pada daerah pH
tertentu yang disebut rentang daerah buffer. Sesungguhnya penambahan
asam/basa pada suatu buffer akan mengubah pH-nya, namun perubahan itu
sangatlah kecil dan dapat diabaikan. Namun, jika jumlah asam/basa yang
ditambahkan makin banyak, maka perubahan pH-nya tak dapat diabaikan lagi.
Jumlah asam atau basa yang dapat dinetralkan suatu buffer sebelum pH larutan
berubah disebut kapasitas buffer .

Kapasitas/daya tahan larutan penyangga bergantung pada jumlah mol dan


perbandingan mol dari komponen penyangganya. Semakin banyak jumlah mol
komponen penyangga, semakin besar kemampuannya mempertahankan pH.
Apabila komponen asam terlalu sedikit, penambahan sedikit basa dapat mengubah
pHnya. Sebaliknya apabila komponen basanya terlalu sedikit, penambahan sedikit
asam dapat mengubah pHnya. Sedangkan, perbandingan mol antara komponen-
komponen suatu larutan penyangga sebaiknya antara 0,1-10. Di luar perbandingan
tersebut, maka sifat penyangganya akan berkurang (Keenan et al., 1980).
Larutan penyangga ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari seperti
pada obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut,
terdapat penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia, contohnya
seperti pada cairan tubuh. Cairan tubuh (baik cairan intrasel maupun cairan
ekstrasel) merupakan larutan penyangga. Sistem penyangga yang utama dalam
cairan intrasel adalah pasangan dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4- -
HPO42-). Sedangkan sistem penyangga yang utama dalam cairan ekstrasel adalah
pasangan asam karbonat-bikarbonat (H2CO3 – HCO3-). Sistem penyangga ini
dapat menjaga pH darah hampir konstan, yaitu sekitar 7,4 (Keenan et al., 1980).
II.8 Hidrolisis Garam

Jika larutan asam direaksikan dengan larutan basa akan membentuk


senyawa garam. Jika kita melarutkan suatu garam ke dalam air, maka akan ada
dua kemungkinan yang terjadi, yaitu:

1. Ion-ion yang berasal dari asam lemah (misalnya CH3COO–, CN–, dan
S2–) atau ion-ion yang berasal dari basa lemah (misalnya NH4+, Fe2+, dan Al3+)
akan bereaksi dengan air. Reaksi suatu ion dengan air inilah yang disebut
hidrolisis. Berlangsungnya hidrolisis disebabkan adanya kecenderungan ion-ion
tersebut untuk membentuk asam atau basa asalnya.

Contoh:

CH3COO– + H2O → CH3COOH + OH–

NH4+ + H2O → NH4OH + H+

2. Ion-ion yang berasal dari asam kuat (misalnya Cl–, NO3–, dan SO42–)
atau ion-ion yang berasal dari basa kuat (misalnya Na+, K+, dan Ca2+) tidak
bereaksi dengan air atau tidak terjadi hidrolisis. Hal ini dikarenakan ion-ion
tersebut tidak mempunyai kecenderungan untuk membentuk asam atau basa
asalnya. (Ingat kembali tentang kekuatan asam-basa!)

Na+ + H2O → tidak terjadi reaksi

SO42- + H2O → tidak terjadi reaksi

Hidrolisis hanya dapat terjadi pada pelarutan senyawa garam yang


terbentuk dari ion-ion asam lemah dan ion-ion basa lemah. Jadi, garam yang
bersifat netral (dari asam kuat dan basa kuat) tidak terjadi hidrolisis.
II.8.1 Hidrolisis Garam dari Asam lemah dan Basa Kuat

Jika suatu garam dari asam lemah dan basa kuat dilarutkan dalam air,
maka kation dari basa kuat tidak terhidrolisis sedangkan anion dari asam lemah
akan mengalami hidrolisis. Jadi garam dari asam lemah dan basa kuat jika
dilarutkan dalam air akan mengalami hidrolisis parsial atau hidrolisis sebagian.

Contoh:

dengan:

Kw= tetapan kesetimbangan air

Ka= tetapan ionisasi asam lemah

pH larutan garam:
Contoh

Hitunglah pH larutan Na2CO3 0,1 M (KaH2CO3 = 4 × 10–7)!

Jawab:
II.8.2 Hidrolisis Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah

Garam dari asam kuat dan basa lemah jika dilarutkan dalam air juga akan
mengalami hidrolisis sebagian. Hal ini disebabkan karena kation dari basa lemah
dapat terhidrolisis, sedangkan anion dari asam kuat tidak mengalami hidtrolisis.

Contoh:

dengan:

Kw = tetapan kesetimbangan air

Kb = tetapan ionisasi basa lemah


Contoh:

Hitunglah pH larutan NH4Cl 0,01 M (Kb NH4OH = 2 × 10–5).

Jawab:
II.8.3 Hidrolisis Garam dari Asam Lemah dan Basa Lemah

Berbeda dengan kedua jenis garam di atas, garam yang berasal dari asam
lemah dan basa lemah jika dilarutkan dalam air akan mengalami hidrolisis total.
Hal ini terjadi karena kation dari basa lemah maupun anion dari asam lemah dapat
mengalami hidrolisis.
Contoh:

Hitunglah pH larutan (NH4)2CO3 0,1 M, jika KaH2CO3 = 10–4 dan KbNH4OH =


10–6!

Jawab:

pKa= 4

pKb= 6

pH = ½ (14 + 4 – 6)

pH = 6
II.8.4 Hidrolisis Garam dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Tanaman dapat tumbuh pada suatu batasan pH tertentu. Oleh karena itu,
pH tanah di daerah pertanian harus disesuaikan dengan pH tanamannya. Para
petani menyebar pelet padat (NH4)2SO4 untuk menurunkan pH tanah. Garam
(NH4)2SO4 dalam bentuk padatan akan larut dan terhidrolisis dalam air di tanah.

(NH4)2SO4(aq) —> 2NH4+(aq) + SO42-(aq)

Garam asam konjugasi kuat basa konjugasi lemah

NH4+(aq) —> NH3(aq) + H+(aq)

Asam konjugasi kuat bersifat asam

2. Produk pemutih pakaian digunakan untuk menghilangkan noda pada


pakaian. Produk ini mengandung larutan garam NaOCl yang sangat reaktif.
NaOCl menghancurkan materi/ bahan pewarna sehingga pakaian menjadi putih
kembali. NaOCl terbentuk dari asam lemah HOCl dan basa kuat NaOH.
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

1. Teori Arrhenius mengatakan bahwa asam terionisasi ketika dilarutkan


dalam air dengan melepas ion H+, sedangkan basa terionisasi dalam air
dengan melepas ion OH-. Sementara Menurut Brownsted-Lowry,
dalam reaksi yang melibatkan transfer proton, asam adalah spesi yang
bertindak sebagai donor proton, sedangkan basa adalah spesi yang
bertindak sebagai akseptor proton. Proton (ion H+) dalam air tidak
berdiri sendiri melainkan terikat pada molekul air karena atom O pada
molekul H2O memiliki pasangan elektron bebas yang dapat digunakan
untuk berikatan kovalen koordinasi dengan proton membentuk ion
hidronium, H3O+ . Teori asam dan basa menurut Lewis tidak ada
kaitannya dengan transfer proton atau H+, namun berkaitan dengan
pelepasan dan penggabungan pasangan elektron bebas. Konsep asam
dan basa Lewis ini sudah mencakup 2 konsep penemunya yang dahulu,
Arrhenius dan Bronsted – Lowry.
2. Asam kuat terdisosiasi sepenuhnya dalam air, membentuk H+ dan
anion, Asam lemah hanya sebagian terurai dalam air untuk
memberikan H + dan anion.Basa kuat terurtai 100% menjadi kation
dan OH – (ion hidroksida). Dan basa lemah tidak menghasilkan ion
OH- oleh disosiasi.
3. pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia
didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang
terlarut.
4. Air murni jika diukur daya hantar listriknya dengan amperemeter yang
peka merupakan zat elektrolit, tapi elektrolit sangat lemah dan
memiliki hantaran listrik. Adanya hantaran ini menunjukkan adanya
ion-ion di dalam air murni sebagai hasil dari swa-ionisasai air.
5. HCl(g) + H2O(l) → H3O+(aq) + Cl-(aq)
Berdasarkan persamaan reaksi di atas, terlihat bahwa setiap mol HCl
yang terionisasi, akan menghasilkan satu mol ion H3O+ dan satu ion
mol Cl-. Dengan demikian, konsentrasi ion dalam larutan HCl 0,1 M
adalah :
[H3O+] = 0,1 M
[Cl-] = 0,1 M
Menghitung konsentrasi ion hidroksida sangat mudah. Sebagai contoh,
kita memiliki 1,5 mol/L (1,5 M) larutan NaOH. Larutan natrium
hidroksida tersebut akan terdisosiasi (pecah/terurai) sempurna menjadi
ion-ion.
NaOH(aq) → Na+(aq) + OH-(aq)
Konsentrasi ion yang dihasilkan masing-masing 1,5 M.
6. Saat kita melarutkan asam asetat (CH3COOH) ke dalam air, yang akan
terjadi adalah asam tersebut akan bereaksi dengan molekul-molekul
air, memberikan sebuah proton dan membentuk ion hidronium (ion
H3O+). Dalam hal ini, terjadi kesetimbangan, di mana kita masih tetap
memiliki sejumlah asam asetat yang tidak terionisasi (pada reaksi
sempurna, irreversible seluruh reaktan digunakan untuk membentuk
produk). Pada sistem kesetimbangan asam lemah, ion-ion
berkesetimbangan dengan molekul asam.
Basa lemah juga bereaksi dengan air untuk mencapai sistem
kesetimbangan. Amonia merupakan salah satu basa lemah. Amonia
dapat bereaksi dengan air untuk membentuk ion amonium dan ion
hidroksida.
7. pH suatu larutan akan turun apabila ditambah asam, hal ini disebabkan
meningkatnya konsentrasi H+. Sebaliknya, bila ditambah basa akan
menaikkan pH karena penambahan basa meningkatkan konsentrasi
OH-. Penambahan air pada larutan asam dan basa akan mengubah pH
larutan, karena konsentrasi asam atau basanya akan mengecil. Namun,
ada larutan yang bila ditambah sedikit asam, basa, atau air tidak
mengubah pH secara berarti. Larutan yang demikian disebut dengan
larutan penyangga (disebut juga larutan buffer atau dapar). Larutan
buffer memiliki komponen asam yang dapat menahan kenaikan pH dan
komponen basa yang dapat menahan penurunan pH. Komponen
tersebut merupakan konjugat dari asam basa lemah penyusun larutan
buffer itu sendiri. Dengan demikian, larutan penyangga merupakan
larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa
konjugatnya ataupun basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini
disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi.
8. Jika larutan asam direaksikan dengan larutan basa akan membentuk
senyawa garam. Jika kita melarutkan suatu garam ke dalam air, maka
akan ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu:
1. Ion-ion yang berasal dari asam lemah (misalnya CH3COO–, CN–
, dan S2–) atau ion-ion yang berasal dari basa lemah (misalnya NH4+,
Fe2+, dan Al3+) akan bereaksi dengan air. Reaksi suatu ion dengan air
inilah yang disebut hidrolisis. Berlangsungnya hidrolisis disebabkan
adanya kecenderungan ion-ion tersebut untuk membentuk asam atau
basa asalnya.
2. Ion-ion yang berasal dari asam kuat (misalnya Cl–, NO3–, dan
SO42–) atau ion-ion yang berasal dari basa kuat (misalnya Na+, K+, dan
Ca2+) tidak bereaksi dengan air atau tidak terjadi hidrolisis. Hal ini
dikarenakan ion-ion tersebut tidak mempunyai kecenderungan untuk
membentuk asam atau basa asalnya. (Ingat kembali tentang kekuatan
asam-basa!)
Daftar Pustaka

http://devyntha-purwandari.blogspot.com/2012/04/teori-
arrhenius.htmldiakses pada tanggal 29 september 2014 pukul 15:20 Wita

http://materi-kimia-sma.blogspot.com/2013/11/asam-basa-brownsted-
lowry.html diakses pada tanggal 29 september 2014 pukul 15:34 Wita

http://daddysunsek.com/kimia-kelas-xi/teori-asam-basa-lewis-kimia-sma-
kelas-xi-semester-2 diakses pada tanggal 29 september 2014 pukul 15:41 Wita

http://devyntha-purwandari.blogspot.com/2012/04/kekuatan-asam-
basa.html diakses pada tanggal 29 september 2014 pukul 15:51 Wita

http://urip.wordpress.com/2011/03/30/kekuatan-asam-basa/ diakses pada


tanggal 29 september 2014 pukul 16:07 Wita

http://garda-pengetahuan.blogspot.com/2012/04/ph-asam-kuat-dan-asam-
lemah.html diakses pada tanggal 29 september 2014 pukul 16:26 Wita

http://ratiffany.blogspot.com/2013/04/menghitung-ph-asam-dan-
basa_6084.html diakses pada tanggal 29 september 2014 pukul 16:37 Wita

http://sahri.ohlog.com/tetapan-kesetimbangan-air.oh80867.html diakses
pada tanggal 29 september 2014 pukul 16:44 Wita

http://andykimia03.wordpress.com/tag/kesetimbangan-asam-basa-lemah/
diakses pada tanggal 29 september 2014 pukul 17:04 Wita

https://hidayatullahahmad.wordpress.com/tag/larutan-penyangga/ diakses
pada tanggal 29 september 2014 pukul 17:25 Wita

http://qairasavitri.wordpress.com/kimia-kelas-xi/semester-ii/hidrolisis-
garam/ diakses pada tanggal 29 september 2014 pukul 17:29 Wita

Anda mungkin juga menyukai