Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KETERAMPILAN KIMIA
PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN

Kelompok 1

1. Maya Izzatus Shofa (15312241003)

2. Rilo Pangastuti (15312241004)

3. Dita Iszhar Paradeva (15312244034)

4. Umukhabibah (15312241048)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

A. Tujuan
Mengetahui cara membuat sabun transparan melalui reaksi saponifikasi
B. Dasar Teori
Sabun digunakan sebagai pembersi baik untuk tubuh atau peralatan lainnya.
Sabun dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu sabun cream, sabun batang, dan
sabun cair. Sabun batang dikelompokkan menjadi tiga yaitu sabun opaque, sabun
transparan, dan sabuntranslucent. Ketiga jenis ini dibedakan berdasarkan
penampakannya. Sabun transparan merupakan sabun yang penampakannya paling
terang dan tembus pandang dan sabun translucent memiliki penampakan yang
mengabur (tidak transparan). Sedangkan sabun opaque adalah sabun yang biasa
digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai sabun mandi (Prihandana, Rama dkk :
2007).
Sabun transparan adalah sabun batangan dengan penampilan (performance)
transparan atau tembus pandang. Secara umum sabun ini dibuat dengan melarutkan
sedian minyak dan basa untuk membentuk stok sabun. Selanjutnya stok sabun
dilarutkan dengan alkohol pada kondisi panas untuk membentuk larutan jernih,
kemudian baru ditambah bahn lain seperti penyeras, pewangi, dan pewarna. Sabun
transparan terkadang disebut juga dengan sabun gliserin, karena dalam pembuatannya
ditambahkan gliserin yang berfungsi sebagai pelembab pada kulit (Erliza Hambali,
dkk : 2005).

Bahan yang digunakan untuk pembuatan VCO dan sabun transparan

1. VCO
Bahan utama dalam pembuatan VCO adalah daging buah kelapa. Daging buah
kelapa diparut dan dijadikan santan. Kualitas kelapa yang digunakan sangat
berpengaruh terhadap kualitas VCO yang dihasilkan. Semakin baik kualitas
kelapa yang digunakan maka semakin baik pula VCO yang dihasilkan, disamping
itu rendemennya juga tinggi, demikian sebaliknya.
Kelapa yang baik digunakan adalah kelapa yang merupakan varietas kelapa
lokal, berusia 11-13 bulan, di koclak akan terdengar bunyi nyaring, kulit sabut
bewarna coklat, belum berkecambah, dan ketebalan dagingnya berkisar antara 10-
15 mm.
2. Sabun Transparan
Menurut Erliza Hambali, dkk (2005), bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan sabun transparan adalah sebagai berikut :
a. Minyak
Kelompok minyak yang bisa digunakan adalah minyak kelapa, minyak
sawit, minyak jarak, minyak jagung dan minyak lainnya. Dalam laporan ini
minyak yang dipakai adalah minyak kelapa murni (VCO) yang kandungan
dominannya adalah asam laurat (44-53%).
b. Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida sering kali disebut sebagai soda kaustik atau soda
api yang merupakan senyawa alkali yang bersifat basa dan bisa menetralisir
asam. NaOH berbentuk kristal putih dan bersifat higroskopis (mudah
menyerap kelembapan).
c. Gliserin
Gliserin merupakan produk samping dari hidrolisis antara minyak
nabati dan air dalam menghailkan asam lemak. Gliserin berfungsi sebagai
pencipta kelembapan pada kulit. Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak
berbau, dan memiliki rasa manis.
d. Gula Pasir
Gula pasir berbentuk kristal putih. Penambahan gula pasir ini berfungsi
untuk membentuk transparansi pada sabun dan membantu perkembangan
kristal pada sabun.
e. Etanol
Etanol berbentuk cair, jernih, dan tidak bewarna. Etanol dengan rumus
kimia C2H5OH digunakan sebagai pelarut karena sifatnya mudah larut dalam
air dan lemak.
f. Asam Stearat
Asam stearat dapat ditemukan pada minyak hewan dan nabati. Asam
stearat ini dapat berwujud cair dan padat. Pada pembuatan sabun transparan
ini asam stearat yang digunakan berbentuk kristal putih. Asam stearat
berfungsi sebagai pengeras sabun dan penstabil busa.
g. TEA
Penggunaan TEA pada pembuatan sabun transparan berfungsi sebagai
bahan pembantu pembeningan. TEA merupakan cairan kental yang bewarna
kecoklatan.
h. Pewarna
Pewarna ditambahkan dalam pembuatan sabun ini bertujuan untuk
memberikan cita ragam warna. Pewarna yang digunakan adalah pewarna
yang tidak memberikan efek samping terhadap produk. Pewarna yang baik
digunakan adalah pewarna untuk kosmetik grade.
i. Pewangi
Pewangi ditambahkan bertujuan untuk memberikan efek wangi pada
produk sabun yang dihasilkan. Sama dengan pewarna, pewangi yang
dibutuhkan tidak boleh memberikan efek yang berlawanan terhadap
transparansi sabun.

Kandungan Gizi dalam VCO


VCO dapat dijadikan sebagai obat berbagai penyakit yang berasal dari virus dan
yang belum ditemukan obatnya, seperti flu burung, HIV/AIDS, hepatitis dan lain-lain.
Komponen utama dalam VCO adalah asam lemak jenuh (90 %) dan asam lemak tak
jenuh (10 %). Dalam VCO banyak terdapat MCFA (Medium Chain Fatty Acid).
MCFA merupakan komponen asam lemak berantai sedang yang memiliki banyak
fungsi, antara lain dapat merangsang produksi insulin sehingga proses metabolisme
glukosa berjalan normal.Selain itu MCFA juga berfungsi bermanfaat dalam mengubah
protein menjadi energi.

Asam lemak yang utama dalam VCO (asam laurat) berperan positif dalam
pembakaran nutrisi makanan menjadi energi, dan berfungsi sebagai antibakteri,
antiprotozoa, dan antivirus.

Manfaat VCO dan sabun transparan

1. VCO
a. Bagi manusia
Kandungan asam laurat dan asam lemak jenuh lainnya yang tinggi
dalam VCO dapat digunakn untuk mengatasi berbagai penyakit, seperti :

1) infeksi bakteri, virus, dan jamur

2) menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah

3) mengobati oesteoporosis

4) mencegah obesitas

5) mengobati dan mencegah kanker

6) mencegah kerusakan yang ditimbulkan radiasi sinar ultra violet pada


kulit dan memperbaiki pendayagunaan asam lemak esensial dan
melindungi dari oksidasi, dan lain-lain.

b. Bagi industri
Selain itu, VCO sangat bermanfaat bagi dunia industri baik sebagai
bahan baku atau lainnya seperti:

1) Industri farmasi

2) Industri kosmetik

3) Industri Minyak goreng berkualitas tinggi


4) Industri susu formula

5) Pembuatan minyak telon dan lain-lain.

2. Sabun transparan

Sabun transparan yang telah diberi aditif tertentu dapat dimanfaatkan


sebagai anti jerawat, memutihkan kulit, serta dapat mengencangkan kulit. Hal
utama yang harus diperhatikan adalah pemilihan jenis minyak atsirinya
sebagai farfum. Sebagai contoh minyak tanaman teh bisa berfungsi sebagai
antiseptik dan anti jerawat.

Metoda dalam pembuatan VCO dan sabun transparan

1. VCO
Proses pembuatan VCO bisa dilakukan dengan berbagai metode yaitu sebagai
berikut :
a. Pemanasan
Pada prinsipnya, pembuatan VCO dengan pemanasan sama seperti cara
tradisional. Pada tahap awal, daging kelapa diparut dan dijadikan santan
dengan perbandingan 500 gram daging kelapa dan 500 mL air. Selanjutnya
santan didiamkan selama 1 jam untuk memisahkan krim dan air. Dari dua
komponen yang ada diambil adalah krimnya dan dilakukan pemanasan
pada suhu 55-70 ºC sampai dihasilkan minyak. Setelah itu minyak
dipanaskan pada suhu 60-70 ºC sampai dihasilkan minyak kelapa murni.

Kelebihan cara ini adalah :

1. Waktu pembuatan VCO relatif singkat.

2. Minyak yang dihasilkan beraroma khas.

3. Biaya produksi murah.

Kelemahan dari cara ini adalah :

1. Jika pemanasan terlalu tinggi maka santan akan rusak sehingga


khasiat VCO akan berkurang.

2. Tidak tahan lama.

3. Mudah berbau tengik.


b. Fermentasi

Prinsip pembuatan VCO melalui fermentasi memiliki kesamaan


pada tahap awal, yaitu pembuatan santan dengan perbandingan daging
kelapa dan air 500 : 500. Setelah itu santan dibiarkan selama 1-2 jam
hingga krim dan air terpisah. Krim yang diperoleh difermentasi selama
1-2 hari dengan menambahkan enzim secara langsung (mikroba
penghasil enzim) atau dengan menambahkan ragi.

Proses fermentasi dikatakan berhasil jika menghasilkan tiga


lapisan yaitu lapisan atas berupa minyak murni, bagian tengah berupa
blondo, dan bagian bawah air. Untuk menghilangkan bau dan kadar air
pada minyak, maka haarus dipanaskan pada suhu 60º C.

Kelebihan cara fermentasi adalah :

1. Biaya pembuatannya VCO murah.

2. VCO yang dihasilkan bewarna bening.

Kekurangan cara fermentasi adalah :

1. Minyak yang dihasilkan beraroma agak keras.

2. VCO yang dihasilkan sulit stabil karena tidak dapat mengontol


bakteri yang aktif.

3. Waktu pembuatan produknya lama.

c. Pancingan

Penggunaan pancingan ini dilakukan setelah daging kelapa diubah


menjadi santan dan dipisahkan antara air dan krimnya. Krim yang
diperoleh dicampurkan dengan VCO dengan perbandingan tertentu
sembari diaduk-aduk, kemudian didiamkan selama 7-8 jam. Indikator
keberhasilannya akan terbentuk tiga lapisan, yaitu minyak, blondo, dan
air. Minyak yang didapat dimurnikan dari air dengan pemanasan pada
suhu 60º C.

d. Enzimatis
Pembuatan VCO secara enzimatis merupakan pemisahan minyak
dalam santan tanpa pemanasan. Enzim yang digunakan bisa berupa enzim
bromelin (pada nanas), enzim papain(daun papaya), enzim protease
(kepiting sungai). Pembuatan secara enzimatis dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu pembuatan santan, pembuatan VCO, dan penyaringan.

Keunggulan VCO yang dihasilkan adalah warnanya yang bening


seperti kristal karena tidak melalui pemanasan, kandungan asam lemak
dan antioksidannya tidak banyak berubah, dan peralatan yang sangat
sederhana.

Sedangkan kelemahannya adalah waktu yang lama dalam proses


denaturasi untuk memisahkan minyak dari ikatan yaitu sekitar 2 jam, dan
sulit dalam menghasilkan enzim yang dibutuhkan.

e. Sentrifugasi

Sentifugasi digunakan pada proses pemisahan antara minyak dengan


air dan air dengan santan. Teknologi ini akan menghasilkan produk
berkualitas.

Keunggulannya proses pembuatan ini adalah waktu yang relatif


singkat dalam menghasilkan minyak, aroma yang khas, kadar air yang
sangat kecil, dan VCO yang bermutu.

Kelemahan yang ada pada proses ini adalah biaya produksi yang
mahal dan peralatan yang digunakan sulit serta harganya mahal.

2. Sabun transparan
Proses pembuatan sabun transparan adalah proses pemanasan,
pengadukan dan pendinginan. Tahap pertama minyak dipanaskan hingga
mencapai 60º C sambil diaduk menggunakan stirer dan ditambahkan basa
(NaOH) sedikit demi sedikit hingga terjadi proses penyabunan. Pengadukan
terus dilakukan sekitar 10 menit untuk memastikan penyabunan berjalan
sempurna. Langkah selanjutnya adalah mencampurkan asam stearat yang telah
dilelehkan kedalam stok sabun yang terbentuk dengan pengadukan yang terus
berlangsung. Setelah itu disusul dengan menambahkan alhohol, larutan gula,
TEA, dan gliserin (pengocokan tetap dilakukan). Setelah semua homogen suhu
pada campuran diturunkan dengan menghentikan pemanasan dan ditambah
dengan pewarna serta farfum sesuai selera. Langkah terakhir adalah dengan
menuangkan larutan kedalam ccetakan dan dibiarkan mengeras. Setelah
mengeras dilakukan proses pembongkaran dari cetakan dan siap digunakan.

C. Metodologi Praktikum
1. Tempat dan waktu
a. Tempat : Laboratorium IPA 2 FMIPA UNY
b. Waktu : Kamis, 24 November 2016
c. Pukul : 13.40-15.20 WIB
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Kaca arloji
2) Beaker glass 250 ml
3) Erlenmayer
4) Batang pengaduk
5) Gelas ukur
6) Pipet tetes
7) Termometer
8) Cetakan sabun
9) Kaki tiga
10) Pembakar spiritus
b. Bahan
1) VCO 10 g
2) NaOH 30 %
3) Gliserin 8 mL
4) Gula pasir 8 g
5) Etanol 95 % 8 g
6) Asam stearat 5 g
7) NaCl 0,04 g
8) Asam sitrat 0,04 g
9) Pewarna kosmetik 0,02 g
10) Pewangi 0,4 mL
3. Prosedur

D. Data Hasil Percobaan


1. Organoleptik
a. Warna : Kuning
b. Tekstur: Keras
c. Parabaan : Halus dan licin
d. Bau : Tidak terlalu wangi
2. Rendemen berat sabun : 17,39 gram
E. Pembahasan

Percobaan keterampilan kimia dengan topik pembuatan sabun transparan


memiliki tujuan yakni mengetahui cara membuat sabun transparan melalui reaksi
saponifikasi. Praktikum mengenai topik ini dilaksanakan pada hari rabu, 23
November 2016 berlokasi di laboratorium IPA-2, FMIPA, UNY. Praktikum dimulai
pada pukul 13.40 WIB hingga 15.20 WIB.
Pada topik pembuatan sabun transparan praktikan menggunakan beberapa alat
maupun bahan sehingga kegiatan pembuatan sabun transparan dapat terlaksana
dengan lancar. Alat yang digunakan oleh praktikan di antaranya adalah sebagai
berikut; neraca analitik yang digunakan untuk menimbang masing-masing bahan yang
diperlukan, beaker glass untuk proses pemanasan sampel, Erlenmeyer digunakan
untuk melarutkan NaOH yang dibutuhkan, batang pengaduk, gelas ukur dipergunakan
untuk mengukur larutan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun. Pipet tetes
yang dipergunakan untuk menambahkan atau mengurangi larutan dalam jumlah/ skala
kecil, termometer untuk melihat temperatur sampel, cetakan sabun, kaki tiga, Bunsen,
dan statif yang digunakan selama proses pemanasan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bahan pembuatan sabun terdiri
dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan
sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam
pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat.
Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam
reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik
(NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai
alkali. Pada praktikum ini praktikan menggunakan NaOH maka dari itu bentuk sabun
yang dihasilkan adalah sabun yang padat.
Pada praktikum kali ini menggunakan dari beberapa bahan, yaitu VCO (virgin
coconut Oil) yang digunakan sebagai bahan lemak (trigliserida). NaOH yang
digunakan sebagai alkali yang digunakan untuk proses saponifikasi. Bahan lainnya
adalah etanol, itanol dapat digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan sabun ini.
Bahan lainnya dapat berupa NaCl. NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun
dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya
yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. Selain itu juga berfungsi untuk
pembusaan sabun dan untuk meningkatkan konsentrasi elektrolit agar sesuai dengan
penurunan jumlah alkali pada akhir reaksi sehingga bahan-bahan pembuat sabun tetap
seimbang. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun
yang berkualitas.
Bahan lain yang digunakan adalah gliserin, gliserin merupkan cairan bening
yang digunakan dalam pembuatan obat-obatan, makanan, sabun, dan lain sebagainya.
Gliserin ditambahkan untuk menghasilkan yang bagus sebagai pelembab dan
termasuk meningkatkan kualitas pembersihan sabun. Gliserol dapat dilarutkan dengan
mudah menjadi alkohol dan air tetapi tidak menjadi minyak. Bahan lain yang
digunakan adalah asam stearat, asam stearat merupakan monokarboksilat berantai
panjang, yang bersifat jenuh karena tidak memiliki ikatan rangkap di antara atom
karbonnya. Asam stearat dapat berupa cairan maupun padatan, yang berfungsi
mengeraskan sabun dan menstabilkan busa. Gula pasir juga digunakan dalam
pembuatan sabun ini, gula pasir memiliki fungsi untuk membantu perkembangan
Kristal pada sabun. Bahan lain yang digunakan adalah asam sitrat, yang berfungsi
sebagai agen pengelat (chelating agent), yaitu pengikat ion-ion logam pemicu oksidasi
pada minyak saat pemanasan. Asam sitrat dapat pula digunakan sebagai pengawet
dan pengatur pH. Pewarna ditambahkan dalam pembuatan sabun agar tampilan sabun
lebih menarik. Serta digunakan pula pewangi sebagai aroma dalam sabun.
Dalam praktikum mengenai pembuatan sabun transparan ini praktikan
melakukan beberapa langkah kerja sebagai berikut; memanaskan VCO dalam
Erlenmeyer sampai suhu 60-65oC, memanaskan asam stearat pada suhu 60oC.
Memanasan minyak pada Beaker glass harus dijaga suhunya, yaitu pada suhu 60°C.
Pemanasan asam stearat dilakukan sampai asam stearat meleleh pada suhu 60°C, agar
mempermudah dalam proses pencampuran dengan minyak.
Dilanjutkan dengan memasukkan asam stearat ke dalam minyak yang telah
dipanaskan dan mengaduk terus menerus dan dijaga pada suhu 70 oC. kemudian
praktikan memasukkan NaOH hingga terbentuk reaksi saponifikasi (sampai kalis).
Memasukkan etanol sambil mengaduk terus menerus sampai larut dan bening.
Praktikan kemudian menambahkan asam sitrat, gula, gliserin, dan NaCl dan
mengaduk pada suhu 70oC sampai homogen agar ketika apabila setelah mengeras dan
dikeluarkan dari cetakan tidak terdapat endapan. Langkah selanjutnya yakni
menambahkan pewarna dan parfum secukupnya serta menuangkan dalam cetakan dan
mendinginkan sampel yang telah dibuat. Pengadukan yang ddilakukan selama proses
pembuatan sabun secara terus menerus bertujuan agar sampel tidak mengeras.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat diketahui hasil
pengamatan oleh praktikan sebagai berikut, hasil pengamatan merupakan hasil
organoleptik yang meliputi warna, tekstur, perabaan dan bau. Warna yang dihasilkan
setelah praktikum adalah kuning, tekstur dari sabun sendiri keras, hasil perabaan
sampel sabun yang telah dibuat halus dan licin, sedangkan bau sabun yang dibuat oleh
praktikan adalah kurang harum. Berikut ini merupakan hasil praktikum yang telah
dilaksanakan oleh praktikan mengenai pembuatan sabun transparan

Gambar. Hasil Pembuatan Sabun


Sumber Gambar. Dokumen Pribadi
Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak.
Gugus induk lemak disebut fatty acid yang terdiri dari rantai hidrocarbon panjang
(C12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai
pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi
merupakan hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH). Range atom C di atas
mempengaruhi sifat-sifat sabun seperti kelarutan , proses emulsi , dan pembasahan.
Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, gliserin, garam dan
kemurnian lainnya. Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat digunakan untuk
membuat sabun. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alkohol dan asam
karboksilat seperti asam stearat, asam oleat, dan asam palmitat. Lemak padat
mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak seperti minyak
zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat. Reaksinya sebagai berikut:
Sabun memiliki sifat membersihkan, Sifat ini disebabkan proses kimia koloid ,
sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang
bersifat plar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar.
Molekul sabun mempunyai rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor
yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organik sedangkan
COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.
Berdasarkan data hasil pengamatan dan literature yang didapatkan maka
terdapat beberapa ketidaksesuaian antara hasil pengamatan dengan literature tersebut,
beberapa di anataranya adalah sabun yang dihasilkan tidak transparan, bau yang
dihasilkan tidak terlalu harum dan tidak menghasilkan banyak busa ketika diberi air
dan dibasuhkan pada tangan. Selain itu sabun hasil praktikum juga mongering kurang
dari 24 jam.
Ketidak sesuaian hasil pengamatan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa
faktor di antaranya yakni, praktikan kurang tepat atau kurang hati-hati dalam
memasukkan bahan campuran, perbandingan bahan yang digunakan dalam proses
pembuatan sabun kurang tepat, proses pengadukan yang dilakukan oleh praktikan
yang tidak stabil, kualitas dan kandungan dari VCO yang digunakan dan lain
sebagainya.
Sabun selain menggunakan VCO dapat pula diganti dengan menggunakan
minyak lain seperti, minyak jagung, minyak sawit, ataupun minyak zaitun. Karena
minyak-minyak tersebut mengandung lemak trigliserida. Pada dasarnya proses
saponifikasi, membutuhkan trigliserida. Sehingga sabun dapat dibuat menggunakan
minyak-minyak tersebut.
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan pengamatan yang telah dilaksanakan oleh
praktikan mengenai pembuatan sabun transparan, maka dapat disimpulkan bahwa cara
membuat sabun transparan melalui proses saponifikasi adalah dengan cara
mencampurkan minyak trigliserida (VCO) dengan NaOH yang akan bereaksi dan
membentuk sabun natrium dan gliserol. Selain itu juga dengan menambahkan
beberapa bahan tambahan lain seperti etanol, asam stearat, asam sitrat, dan lain
sebagainya.

G. Daftar Pustaka
Erliza. 2007. Penelitian Pembuatan Sabun Transparan. Bogor: IPB
Prihandana, dkk. 2007. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta:
Agromedia Pustaka Utama.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai