Peserta
Menyetujui,
Coach Mentor
Mengesahkan,
Coach Mentor
Evaluator
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan aktualisasi dengan judul “Penerapan Sistem
Skoring untuk Menilai Tingkat Kegawatdaruratan Pasien Menggunakan Early Warning
Score (EWS)”. Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas pada Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil Golongan 3 Angkatan XII Provinsi Banten Tahun 2019.
Pembuatan laporan ini tidak akan terwujud tanpa ada dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu sebagai bentuk rasa syukur, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu Euis Mulyaningsih, ST, MT selaku Coach yang telah dengan sabar memberikan
bimbingan, saran serta dukungan yang sangat berharga.
2. Bapak H. Rila Syarif, SKM selaku Kasie Pembinaan dan Pengembangan Keperawatan sebagai
mentor yang selalu memberikan bimbingan dan arahan.
3. Bapak dan Ibu fasilitator widyaiswara yang telah memberikan materi ANEKA selama
proses pembelajaran in class di Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Banten.
4. Bapak H. Bahrudin, S. Kep, Ners selaku Kepala Ruang Bedah 2 RSUD Banten yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan rancangan aktualisasi.
5. Ibu Iin Nashiroh, S.Kep, Ners selaku Kepala Ruang Internis Lt. 3 RSUD Banten, yang
telah memfasilitasi dan memberikan dukungan penuh dalam pelaksanaan aktualisasi.
6. Rekan-rekan perawat yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis
selama pelaksanaan aktualisasi.
7. Rekan-rekan Angkatan 12 khususnya dan seluruh peserta pelatihan dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil Provinsi Banten Golongan 3 Tahun 2019 pada umumnya yang telah berjuang,
belajar, berbagi suka dan duka dengan penulis. Semoga silaturahmi kita tetap terjaga.
8. Bapak M. Rifai dan Bapak Irwan Kunandeu selaku pelatih yang telah mengajarkan
kedisplinan selama kegiatan pelatihan dasar.
9. Masterclass dan seluruh panitia dari badan pendidikan dan pelatihan Provinsi Banten yang
telah memberikan dukungan dan bantuan selama kegiatan pelatihan dasar.
10. Mamah dan Bapak tercinta yang selalu memberikan dukungan serta doa yang tak habis-
habisnya. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan memberikan pahala yang
berlimpah kepada keduanya. Amin.
11. Suami tercinta Eko Prasetiyo, Amd. Kep yang tidak kenal lelah dalam memberikan
support dan anakku tersayang Rhaskha Abdillah Pratama yang selalu menemani dalam
penyusunan laporan aktualisasi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
sebagai koreksi dalam penulisan laporan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
Kejadian henti jantung merupakan kondisi akhir terburuk dari semua penyakit yang
dapat terjadi di luar maupun di dalam ruang perawatan rumah sakit. Angka kejadian henti
jantung di rumah sakit sangat bervariasi di dunia, berkisar antara 0,5% hingga 2%. Kejadian
henti jantung di dalam rumah sakit perlu diberikan perhatian khusus karena berkaitan dengan
penyebab mortalitas yang tinggi, juga berkaitan dengan sistem deteksi dini penurunan kondisi
pasien dan respons rumah sakit dalam menghadapi kejadian henti jantung pada pasien yang
sedang dirawat. Sebagian besar kasus henti jantung di rumah sakit sebenarnya dapat
diperkirakan sebelumnya. Henti jantung di rumah sakit biasanya didahului oleh tanda-tanda
yang dapat diamati, yang sering muncul 6 sampai 8 jam sebelum henti jantung terjadi.
Keadaan ini dapat diperkirakan melalui deteksi kondisi pasien yang digambarkan dengan
gangguan parameter tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, kesadaran.
Sayangnya penurunan kondisi tersebut sering tidak diobservasi dengan baik sehingga berakhir
pada henti jantung dan juga kematian. Sebuah studi observasional di ruang rawat inap rumah
sakit di Amerika menunjukkan bahwa satu dari lima pasien yang sedang dirawat mengalami
gangguan tanda vital dan lebih dari 50% kejadian gangguan tanda vital tersebut tidak disadari
oleh tim perawat.
Sebuah prinsip lebih baik mencegah dari pada mengobati layak untuk diperhitungkan
dalam pengelolaan pasien henti jantung maupun henti nafas, untuk itu perlu adanya suatu
instrument yang dikembangkan dan dapat menjadi suatu alat deteksi dini sebelum terjadinya
suatu perburukan kondisi pasien. Didunia telah diperkenalkan sistem scoring pendeteksian
dini atau peringatan dini untuk mendeteksi adanya perburukan keadaan pasien dengan
penerapan Early Warning Scores. Early Warning Scoring System adalah sebuah sistem
skoring fisiologis yang umumnya digunakan di unit medikal bedah sebelum pasien mengalami
kondisi kegawatan. Penelitian di New Zealand menyatakan EWS dapat menurunkan angka
kejadian henti jantung secara signifikan. Early warning scores lebih berfokus kepada
mendeteksi kegawatan sebelum hal tersebut terjadi. Sehingga diharapkan dengan tatalaksana
yang lebih dini, kondisi yang mengancam jiwa dapat tertangani lebih cepat atau bahkan dapat
dihindari, sehingga output yang dihasilkan lebih baik (Firmansyah, 2013).
Penggunaan Early Waring Scores sangat berkaitan erat dengan peran perawat yang
melakukan observasi harian tanda-tanda vital. Enam parameter fisiologis sederhana ini
membentuk dasar dari sistem skor yaitu frekuensi pernafasan, saturasi oksigen, suhu, tekanan
darah sistolik, frekuensi nadi dan level kesadaran (AVPU = Alert, Verbal, Pain, Unrespone)
atau sering disebut dalam pemeriksaan tanda-tanda vital. Dengan Nursing Early Warning
Scores, setiap tanda penting dialokasikan nilai numerik dari 0 sampai 3, dengan bagan kode
warna pengamatan (Skor 0 yang paling diinginkan dan Skor 3 adalah paling tidak diinginkan).
Nilai dari masing-masing score ditambahkan bersama dan di jumlahkan. Hasil dari total score
merupakan nilai peringatan awal. Early warning score dikembangkan untuk dapat menentukan
pasien mana yang perlu dipantau secara lebih intensif serta menentukan tindakan resusitasi
apa yang perlu dilakukan. Tujuan penilaian EWS adalah agar dapat menurunkan angka
kejadian henti jantung di dalam rumah sakit.Untuk itu maka pencatatan EWS harus dilakukan
dengan baik pada semua pasien di ruang perawatan rumah sakit.
RSUD Banten dalam kedudukannya sebagai rumah sakit rujukan maka diharapkan
dapat memberikan pelayanan yang cepat dan akurat sesuai dengan kondisi klinis pasien.
Sebagai rumah sakit yang menjadi rujukan rumah sakit seluruh banten maka sudah tentu
pasien yang dirawat adalah pasien yang memiliki kondisi klinik yang berat yang tidak bisa di
tangani oleh rumah sakit sekitarnya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu upaya dalam melakukan
pencegah perburukan kondisi pasien. Dengan di terapkannya system skoring EWS ini
diharapkan dapat menurunkan angka kematian pasien di RSUD Banten secara signifikan.
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa betapa pentingnya untuk membuat suatu
instrument yang dapat mencegah terjadinya perburukan pada kondisi pasien. Oleh karena itu
penulis bermaksud untuk membuat format Early Warning Score (EWS) sebagai alat
pendeteksi dini adanya perburukan pada kondisi pasien yang dinilai berdasarkan tanda-tanda
vital dan tingkat kesadaran pasien sehingga diharapkan dengan adanya EWS ini terjadinya
perburukan pada kondisi pasien dapat segera dideteksi dan penanganan terhadap pasien dapat
segera dilakukan dengan cepat yang pada akhirnya dapat menurunkan angka kematian pasien
di RSUD Banten.
a. Memahami lebih dalam mengenai nilai-nilai dasar profesi Aparatur Sipil Negara (ASN)
yang mencakup ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu,
Anti Korupsi).
b. Mampu menerapkan nilai-nilai dasar ANEKA didalam kegiatan aktualisasi berdasarkan
tugas pokok dan fungsi sebagai ASN.
c. Mampu memaknai nilai-nilai ANEKA dalam setiap kegiatan yang dilakukan dan mampu
berkontribusi secara optimal dalam memperkuat visi misi organisasi.
d. Mewujudkan pelayanan publik yang lebih baik lagi untuk mewujudkan tercapainya
tujuan.
3.1 Visi dan Misi RSUD Banten serta Motto dan Falsafah
3.1.1 Visi
“ Rumah Sakit yang Andal dan Terpercaya ”
Rumah sakit yang andal mengandung arti sebagai Rumah Sakit rujukan yang ada di
Provinsi Banten yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang berstandar
Nasional dengan peralatan/fasilitas yang sesuai dengan perkembangan teknologi
kedokteran, dan Rumah Sakit terpercaya mengandung arti pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat harus berstandar nasional melalui akreditasi dan upaya
berkelanjutan dalam mengembangkan kualitas pelayanan yang akuntabel.
3.1.2 Misi
Adapun Misi Rumah Sakit Umum Daerah Banten adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia diseluruh lini Rumah Sakit.
2. Mengembangkan bangunan Rumah Sakit sesuai standar Rumah Sakit rujukan
yang atraktif.
3. Mengembangkan peralatan medis dan non medis sesuai standar Rumah Sakit
rujukan dan mengikuti perkembangan IPTEK kedokteran serta pengembangan
system-sistem Rumah Sakit.
4. Memberikan pelayanan santun, tepat waktu, transparan dan akuntabel.
5. Mendukung secara aktif program penurunan AKI/AKB di RSUD Banten sesuai
RPJMD Provinsi Banten. Berperan aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat Banten melalui pelayanan kesehatan perorangan dalam mendukung
RPJMD Provinsi Banten.
3.1.3 Motto
3.1.4 Falsafah
B = Bangkit yaitu dalam bahasa serang artinya bisa yaitu RSUD Banten mampu
melaksanakan tugas untuk mencapai hasil yang terbaik dan tidak mudah
menyerah.
O = Objektif yaitu memberikan pelayanan kepada semua lapisan masyarakat tanpa
membedakan status dan golongan.
P = Profesional yaitu menjalankan tugas sesuai aturan, keahlian, keterampilan dan
pengetahuan dibidangnya untuk mencapai kinerja terbaik dengan tetap
menjunjung tinggi kode etik, mengertu dan memahami tugas pekerjaan dan
bekerja cerdas.
A = Atraktif yaitu memiliki strategi, kreativitas dan lebih inovatif dalam
meningkatkan kualitas pelayanan di RSUD Banten.
L = Loyal yaitu patuh dan setia terhadap Visi dan Misi RSUD Banten.
ANALISIS USG
NO ISU SKOR USG
Urgency Seriousness Growth
ANALISIS APKL
SKOR JML
NO ISU RANKING
APKL SKOR
Aktual Problematik Kekhalayakan Layak
1 Rendahnya 4 4 2 2 12 19 4
tingkat
kepuasan pasien
terhadap
pelayanan
keperawatan
2 Rendahnya 1 1 1 1 4 7 5
tingkat
kelengkapan
dokumentasi
asuhan
keperawatan
3 Tingginya 2 3 3 3 11 20 3
angka kejadian
infeksi
13osocomial di
RSUD Banten
4 Tingginya 5 5 5 5 20 35 1
angka kematian
pasien di ruang
rawat inap
RSUD Banten
5 Belum 3 2 4 4 13 24 2
optimalnya
pelaksanaan
sistem triage di
Instalasi Gawat
Darurat (IGD)
Tabel 2.2 Analisis APKL
2.1 Gagasan Pemecahan Isu
ANALISIS APKL
GAGASAN
SKOR
NO PENYELESAIAN RANKING
Aktual Problematik Kekhalayakan Kelayakan APKL
ISU
1 Meningkatkan 2 2 2 2 8 2
pemahaman perawat
mengenai Bantuan
Hidup Dasar (BHD)
2 Membuat sistem 3 3 3 3 12 1
skoring untuk menilai
tingkat
kegawatdaruratan
pasien
3 Aktivasi Tim Code 1 1 1 1 4 3
Blue
Tabel 2.3 Gagasan Pemecahan Isu
3.1 Rancangan Aktualisasi
Keterkaitan
Kontribusi terhadap Visi-
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Substansi Mata Penguatan Nilai Organisasi
Misi Organisasi
Pelatihan
1 Persiapan awal Konsultasi dengan mentor Kartu bimbingan Akuntabilitas (laporan, Penggunaan Early warning Penggunaan Early Warning
aktualisasi, Surat bertanggung jawab). Score (EWS) dengan Score (EWS) dengan
permohonan Etika Publik (disiplin, menerapkan nilai-nilai menerapkan nilai ANEKA dapat
Koordinasi dengan rekan aktualisasi, SPT sopan, santun). ANEKA (Akuntabilitas, menguatkan nilai organisasi
kerja (kepala ruangan, study banding, Komitmen Mutu Nasionalisme, Etika Publik, Rumah Sakit yaitu B-OPAL.
perawat) Dokumentasi (efektif, efisien). Komitmen Mutu, dan Anti B = Bangkit (Bisa), mampu
kegiatan (foto), Whole of Government Korupsi) berkontribusi pada melaksanakan tugas untuk
Data rekam medik (koordinasi). visi RSUD Banten yakni mencapai hasil yang terbaik dan
Melakukan pengukuran pasien. menjadi Rumah Sakit yang tidak mudah menyerah.
kondisi pasien sebelum andal dan terpercaya, dengan O = Objektif, memberikan
diberlakukannya EWS meningkatkan kualitas SDM pelayanan kepada semua lapisan
dan pemberian pelayanan masyarakat tanpa membedakan
yang sopan, tepat waktu, status dan golongan.
Melakukan studi banding transparan dan P = Profesional, menjalankan
dengan RSUD yang sudah akuntabel.Penggunaan skoring tugas sesuai aturan, keahlian,
memberlakukan EWS EWS juga diharapkan dapat keterampilan dan pengetahuan
menurunkan angka kematian untuk mencapai kinerja terbaik.
2 Membuat format Membuat format penilaian Format Early Akuntabilitas sesuai dengan misi kelima A = Atraktif, memiliki strategi,
Early Warning Score EWS Warning Score (bertanggung jawab, RSUD Banten sebagai upaya kreativitas, dan lebih inovatif.
(EWS) (EWS) cermat, teliti). Etika dalam mendukung RPJMD L = Loyal , patuh dan setia
Publik (disiplin, sopan, Provinsi Banten. terhadap Visi dan misi RSUD
Konsultasi dengan mentor
santun). Komitmen Banten.
Penyempurnaan format Mutu (berorientasi
mutu, efektif, efisien,
Pengesahan format inovatif). Whole of
penilaian EWS Government
(konsultasi,
koordinasi).
Memastikan ketersediaan
format EWS
3 Sosialisasi penilaian Melakukan edukasi cara Daftar hadir Akuntabilitas
menggunakan Early mengisi lembar EWS peserta, (bertanggung jawab,
Warning Score Dokumentasi jelas).Nasionalisme
(EWS) kegiatan (Foto) (tidak diskriminatif,
Melakukan simulasi dalam membutuhkan kerja
memutuskan tindakan yang sama antar rekan
tepat setelah menghitung sejawat). Etika Publik
skor EWS (ramah, sopan).
Komitmen Mutu
(efektif, efisien,
kreatif). Anti Korupsi
(jujur, transparan).
Whole of Government
(koordinasi).
Memberikan skoring
Melakukan perbandingan
keberhasilan EWS
WAKTU PELAKSANAAN
NO KEGIATAN OUTPUT/HASIL
M1 M2 M3 M4 M5
1 Persiapan awal Kartu bimbingan
aktualisasi, Surat
permohonan aktualisasi,
SPT study banding,
Dokumentasi kegiatan
(foto), Data rekam
medik pasien.
2 Membuat format Early Warning Format Early Warning
Score (EWS) Score (EWS)
Realisasi Aktualisasi
Kegiatan Tambahan
3.1.1 Kegiatan 1 : Persiapan Awal
Memastikan ketersediaan
format EWS
Keterkaitan Substansi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan
Memberikan skoring
Keterkaitan Substansi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan
No Kendala Solusi
1 Format EWS memiliki banyak versi yang Dalam mengatasi kendala ini, peserta pada akhirnya
beragam. Banyaknya referensi format EWS dari berkonsultasi dengan mentor sehingga dalam
berbagai jurnal serta beberapa contoh format penentuan konsep bisa segera dirampungkan dan
EWS dari Rumah Sakit lain yang telah tidak memakan waktu yang lama. Masukannya
menerapkan EWS membuat peserta sedikit adalah dengan mengambil salah satu referensi yang
kesulitan dalam membuat format EWS yang ada tetapi dilakukan sedikit modifikasi agar sesuai
sesuai. dengan kondisi di RSUD Banten.
2 Adanya masukan dari rekan kerja untuk Dalam mengatasi kendala ini, peserta pada akhirnya
mengubah kegiatan evaluasi dengan melakukan memutuskan untuk menambah kegiatan evaluasi
kegiatan pra-evaluasi. dengan cara melakukan dua kali proses evaluasi
yang dilakukan pada minggu ketiga dan minggu
kelima.
3 Lamanya proses pra-evaluasi yang Dalam mengatasi kendala ini, peserta pada akhirnya
menghabiskan waktu sampai dengan 7 hari memutuskan untuk merubah jadwal kegiatan
pelaksanaan dan pendokumentasian yang awalnya
direncanakan akan dilaksanakan pada minggu
keempat berubah menjadi dilaksanakan pada minggu
kelima bertepatan dengan kegiatan evaluasi akhir.
4.1 Kesimpulan
Dari semua kegiatan yang telah laksanakan dalam proses aktualisasi ini dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan kegiatan berjalan dengan cukup lancar dan sesuai dengan maksud dan
tujuan awal rencana aktualisasi ini yakni:
1. Tercapainya upaya peningkatan pelayanan masyarakat berupa pemberian pelayanan yang
komprehensif dan sesuai dengan kondisi serta kebutuhan pasien.
2. Meningkatkan kinerja dan kompetensi perawat dalam memberikan pelayanan yang cepat
sehingga meminimalkan terjadinya perburukan kondisi pasien yang pada akhirnya dapat
mengurangi angka kematian pasien di RSUD Banten.
3. Penggunaan EWS telah terbukti dapat menurunkan mortalitas pasien yang dirawat di
RSUD Banten yang ditunjukkan dengan adanya penurunan persentase jumlah pasien yang
meninggal yaitu dari 13% turun menjadi 8,5%.
Pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini didasari dengan nilai-nilai dasar ASN yaitu ANEKA
(Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen mutu, dan Anti korupsi). Nilai
ANEKA yang diterapkan yaitu nilai Akuntabilitas yakni dengan cara bertanggung jawab atas
pekerjaan yang dikerjakan, teliti dan cermat serta bertanggung jawab terhadap format EWS
yang telah dibuat. Bersikap peduli terhadap kondisi pasien dan tidak diskrimininatif dengan
cara tidak membeda-bedakan pasien berdasarkan status social yang sesuai dengan nilai
Nasionalisme. Menerapkan nilai Etika Publik yaitu dengan senantiasa bersikap ramah kepada
pasien, serta bersikap sopan dan hormat saat berkomunikasi dengan atasan dan teman sejawat
maupun saat berkolaborasi dengan dokter dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Selain
itu ada nilai Komitmen Mutu, yaitu dengan memberikan pelayanan yang prima kepada
masyarakat melalui pemberian asuhan keperawatan yang inovatif, efektif dan efisien. Tidak
memanipulasi data yang didapatkan selama proses pengkajian yang sesuai dengan nilai Anti
Korupsi. Dan yang terakhir yaitu dengan menerapkan nilai Whole of Government (WOG)
dengan berkolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lain demi memberikan pelayanan yang
komprehensif kepada pasien dan keluarga. Dengan diterapkannya nilai-nilai ANEKA ini
diharapkan mampu meningkatkan kinerja dalam menjalankan tugas dan fungsi di instansi
tempat kerja, sehingga fungsi ASN sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan
pemersatu bangsa dapat terwujud dengan baik.
4.2 Saran
1. Diharapkan format EWS yang telah dibuat ini dapat terus dipergunakan untuk mengukur
tingkat kegawatdaruratan pasien di ruang perawatan.
2. Kegiatan aktualisasi ini masih terbatas pada pembuatan skoring. Untuk selanjutnya format
skoring ini dapat dikembangkan lagi menjadi suatu sistem dengan melibatkan tim advance
dalam menangani pasien yang mengalami kegawatdaruratan.
EVIDENCE KEGIATAN
EVIDENCE KEGIATAN 1
Kegiatan 1 : Persiapan Awal
Lembar EWS
Lembar Catatan
Perkembangan Pasien
Terintegrasi
2. Observasi pasien tanpa EWS
Lembar Catatan
Perkembangan Pasien
Terintegrasi
EVIDENCE KEGIATAN 3
Sosialisasi Penilaian Menggunakan Early Warning Score
(EWS)
Kegiatan sosialisasi
EVIDENCE KEGIATAN 4
Pelaksanaan Penerapan Sistem Skoring Menggunakan
Early Warning Score (EWS)
1. Foto kegiatan
1. Foto Kegiatan
Melakukan pemeriksaan
tanda vital dan tingkat
kesadaran
Memasukkan hasil
pemeriksaan pada format
EWS dan memberikan
skoring
Berdasarkan tabel diatas, jumlah pasien yang meninggal pada minggu pertama (sebelum
penerapan EWS) pada periode 4 Juli 2019 - 12 Juli 2019 berjumlah 5 orang pasien dari total
keseluruhan pasien pada periode tersebut yakni sebanyak 38 orang pasien (13%).
Mengetahui,
Kepala Ruangan Internis lt.3
RSUD Provinsi Banten
Berdasarkan tabel diatas, jumlah pasien yang meninggal pada minggu kelima (setelah
penerapan EWS) pada periode 27 Juli 2019 - 4 Agustus 2019 berjumlah 3 orang pasien dari
total keseluruhan pasien pada periode tersebut yakni sebanyak 35 orang pasien (8,5%).
Mengetahui,
Kepala Ruangan Internis lt.3
RSUD Provinsi Banten