Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PREPARASI

1.1 TUJUAN
Untuk pembuatan sampel yang akan digunakan pada percobaan
selanjutnya dengan memperhatikan sifat-sifat dari setiap sampel yang akan
dibuat.

1.2 LANDASAN TEORI


1.2.1 Preparasi
Teknik preparasi merupakan proses penyiapan sampel batuan yang
nantinya akan diuji dan dianalisis dengan menggunakan alat dan instrumen yang
sesuai, adapun proses preparasi ini merupakan bagian penting dari proses
analisis. Kegiatan preparasi ini dilakukan untuk memisahkan material – material
dari matriks sampel yang sangat kompleks, sehingga akan didapatkan material
dengan konsentrasi yang tinggi dan mengubah material lain yang dapat
dianalisis dengan instrumentasi yang tersedia, selain itu preparasi juga dapat
dilakukan untuk mendapatkan data – data seperti diameter, tinggi, serta
komposisi sampel batuan. dengan adanya data – data tersebut akan
mempermudah proses analisa dan akan mendapatkan hasil yang akurat.
Terdapat lima proses dalam kegiatan preparasi atau persiapan yang harus
dilakukan berdasarkan standar yang berlaku, yaitu sampling, preservasi data,
preparasi sampel, analisis, dan interpretasi data. Kelima proses tersebut harus
dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan fatal pada saat melakukan
analisis.
Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam
mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
 Sifat fisik batuan seperti massa jenis, (specific gravity), porositas, (void
ratio), absorpsi, dll.
 Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas,
“poisson’s ratio”, kuat geser, dll.
Preparasi dapat dilakukan di lapangan secara langsung ( insitu ) maupun
di laboratorium. Pembuatan percontoh di laboratorium dilakukan dari blok batu
yang diambil di lapangan yang di bor dengan penginti laboratorium. Percontoh
yang didapat berbentuk silinder dengan diameter yang pada umumnya antara 50
– 70 mm, kemudian dipotong dengan mesin potong batu untuk mendapatkan
ukuran tinggi percontoh dua kali diameternya (standar ISRM). Ukuran percontoh
dapat lebih kecil maupun lebih besar dari ukuran tersebut di atas tergantung dari
maksud pengujian.
Selain pembuatan sampel di dalam laboratorium, pembuatan sampel
yang akan diuji juga dapat dilakukan di lapangan, yaitu dengan cara melakukan
pemboran inti atau core drilling langsung ke dalam batuan yang akan diamati dan
dianalisakan di lapangan sehingga diperoleh inti yang berbentuk silinder. Inti
tersebut langsung dapat digunakan untuk pengujian di laboratorium dengan
syarat tinggi dari sampel tersebut harus dua kali diameternya
1.2.2 Pengertian Mekanika Batuan
Mekanika Batuan adalah ilmu yang mengkaji atau mempelajari tentang
segala sesuatu yang bersangkutan dengan sifat-sifat mekanik dan massa
batuan. Adapun ilmu mekanika batuan ini memiliki peranan yang sangat penting
dalam dunia pertambangan, ilmu mekanika batuan sendiri biasanya dapat
diaplikasikan diberbagai bidang, seperti pembuatan lereng dalam pit
pertambangan, pemboran, penggalian, peledakan, dan pekerjaan lainnya yang
menyangkut dunia pertambangan.Adapun yang termasuk kedalam sifat mekanik
batuan adalah sebagai berikut :
1 Uji Kuat Tekan Uniaksial ( UCS )
Uji kuat tekan uniaksial merupakan teknik yang paling sering digunakan
dalam penentuan sifat mekanik dari batuan yang biasanya dilakukan dengan
menggunakan contoh batuan berbentuk silinder dengan perbandingan antara
tinggi dan diameter contoh silinder yang digunakan adalah 2 sampai 2,5 dengan
luas permukaan pembebanan yang halus, datar dan paralel tegak lurus terhadap
sumbu aksis contoh batuan.
Sumber : http://myminingworld.blogspot.co.id
Gambar 1.1
Diagram penampang dari uji uniaksial pada suatu silinder batuan

Adapun dengan cara uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk


mendapatkan beberapa data, diantaranya adalah :
a. Modulus Young ( E )
Modulus Young atau modulus elastisitas merupakan angka yang
menunjukan besarnya sifat kelenturan atau keelastisan dari suatu batuan,
modulus elastisitas ini merupakan faktor penting dalam pengevaluasian
deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang bervariasi. Setiap batuan
memiliki nilai modulus elastisitas yang berbeda beda, nilai tersebut dapat
dipengaruhi oleh adanya perbedaan dalam segi mineral penyusun batuan,
formasi batuan, dan juga genesa keterbentukan dari batuan itu sendiri. Adapun
hal – hal yang biasanya berpengaruh terhadap nilai modulus elastisitas batuan
adalah ukuran partikel , tipe batuan, porositas, dan kandungan air. Modulus
elastisitas akan memiliki nilai yang lebih besar apabila melakukan pengukuran
secaria tegak lurus perlapisan daripada diukur sejajar arah perlapisan. Dalam
penentuan nilai modulus elastisitas atau modulus young ini dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu :
 Average Young’s Modulus, adalah suatu perbandingan antara regangan
aksial dengan tegangan aksial yang dihitung pada bagian linier dari kurva
tegangan- tegangan.
 Tangent Young’s Modulus, merupakan suatu perbandingan antara
tegangan aksial dengan regangan aksial dengan mencari hasil persentasi
dari nilai kuat tekan. Besar persentase yang diambil umumnya adalah
50% dari nilai kuat tekan uniaksial.
 Secant Young’s Modulus, adalah suatu perbandingan antara tegangan
aksial dengan regangan aksial yang cara perhitungannya dengan
membuat suatu garis lurus dari tegangan nol ke suatu titik pada kurva
regangan-tegangan pada persentase yang tetap dari nilai kuat tekan.
Adapun persentse umum yang diambil adalah 50% dari nilai kuat tekan
uniaksial.
b. Kuat Tekan Batuan (σc)
Tujuan utama uji kuat tekan uniaksial adalah untuk mendapatkan nilai kuat
tekan dari contoh batuan. Harga tegangan pada saat contoh batuan hancur
didefinisikan sebagai kuat tekan uniaksial batuan dan diberikan oleh hubungan :
c. Nisbah Poisson
Nisbah Poisson dapat didefinisikan sebagai perbandingan negatif antara
regangan aksial dan regangan lateral. Nisbah Poisson biasanya akan
menunjukkan adanya pemanjangan ke arah lateral (lateral expansion) yang
diakibatkan karena adanya tegangan dalam arah aksial. Dalam uji kuat tekan
uniaksial ini terdapat beberapa tipe pecah suatu contoh batuan pada saat
runtuh, adapun tipe pecah contoh batuan tersebut dapat dipengaruhi oleh
kualitas permukaan contoh batuan yang bersentuhan langsung dengan
permukaan alat penekan saat pembebanan dan tingkat ketahanan sampel
batuan.

1.3 Alat dan Bahan


1.3.1 Alat
 Ember
 Pipa paralon
 Adukan semen
 Tali Rapia
 Jangka Sorong

Sumber : Data Praktikum Geomekanika Tambang, 2016


Foto 1.1
Jangka Sorong
 Mistar
 Ampelas

Sumber : Data Praktikum Geomekanika Tambang, 2016


Foto 1.2
Ampelas

 Gergaji

Sumber : Data Praktikum Geomekanika Tambang, 2016


Foto 1.3
Gergaji

 Cutting Machine

Sumber : Data Praktikum Geomekanika Tambang, 2016


Foto 1.4
Cutting Machine
 Grinding Machine
1.3.2 Bahan
 Semen
 Pasir
 Air

1.4 Prosedur
1.4.1 Pembuatan Spacimen
 Siapkan pipa paralon sesua masing – masing ukuran
 Buat adonan semen dengan cara mencampur pasir, semen dan air
 Masukkan adonan semen tersebut ke dalam pipa paralon dengan ukuran
yang sesuai
 Diamkan minimal tujuh hari hingga adonan semen tersebut mengeras dan
bisa dikeluarkan dari pipa paralon.

Sumber : Data Praktikum Geomekanika Tambang, 2016


Foto 1.5
Sample yang sudah dibuat

 Periksa apakah sudah sesuai dengan ukuran yang diminta.


 Jika belum, lakukan penghalusan dengan ampelas jika sedikit yang harus
disesuaikan, bila banyak gunakan gergaji kecil.

Sumber : Data Praktikum Geomekanika


Foto 1.6
Pemotongan Sampel
 Simpan bahan yang sudah ada, dengan menuliskan nama sampel
1.4.2 Pemotongan Sampel
 Letakkan sampel pada alat pemotong secara horizontal
 Apit batuan yang akan dipotong agar tidak bergerak dan mempermudah
proses pemotongan
 Siramkan air ke batuan secara konstan pada saat melakukan proses
pemotongan
 Injak pedal pemotong untuk mendekatkan cutting edge dengan
sampel batuan secara perlahan-lahan.

Sumber : Data Praktikum Geomekanika


Foto 1.7
Pemotongan sampel

1.5 Rumus yang Digunakan


 Rumus mencari besar kuat tekan uniaksial :

Keterangan :
Tu = kuat tekan uniaksial, (kg/cm2)
Pu = beban maksimum pada saat contoh batuan pecah, (kg)
A = luas permukaan contoh, (cm2)
1.6 Data Hasil Percobaan
Dari pengerjaan preparasi, didapatkan data-data sampel sebagai berikut:
Tabel 1.1
Data Specimen
Dimensi Jumlah Kode Foto
No Pengujian
D t Sampel Sampel Sampel

1 Sampel Semen 7,5 10,3 2 1:1

2 Sampel Semen 4,5 10,1 2 1:3

3 Batu - - 2 -

 Diameter rata – rata sampel Besar : 7,5 cm, maka tinggi yang harus
didapatkan adalah 15 cm
 Diameter rata – rata sampel kecil : 4,5 cm, maka tinggi yang harus
didapatkan adalah 9 cm

1.7 Kesimpulan
Pada praktikum preparasi ini, dilakukan pembuatan sampel yang mana
nantinya akan dipakai pada praktikum selanjutnya. Pembuatan sampel ini sesuai
dengan percobaan yang akan dilakukan, yaitu pengujian sifat fisik batuan
ataupun sifat mekanisnya.
Dalam preparasi ini dilakukan pembuatan specimen/ sampel,
pemotongan coring/ sampel sesuai dengan ketentuannya, serta pengukuran tiap
– tiap specimen/ sampel yang akan dilakukan percobaan nantinya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. “ Preparasi ”. www.bumih.wordpress.com . Diakses pada 18
Maret 2016 pukul 03.00 WIB (online)
Anonim. 2014. “ Mekanika Batuan “. www.miningfuture.blogspot.co.id. Diakses
pada 18 maret 2016 pukul 24.00 WIB (online).
Anonim. 2014. “ Rumus Preparasi “. www.miningfuture.blogspot.co.id. Diakses
pada 18 maret 2016 pukul 24.00 WIB (online)

Anda mungkin juga menyukai