Anda di halaman 1dari 18

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS TEKS

RECOUNT MELALUI PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS


IX/A SMP NEGERI 5 KUWUS

OLEH :
SILVESTER HATUR,S.Pd
NPM : 19241615710019

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHAP IV


UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
PROVINSI BALI TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Siswa Indonesia diharapkan dapat memenuhi empat keterampilan bahasa, yaitu:
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Mereka terintegrasi dan terkait satu sama
lain. Oleh karena itu harus dipelajari dan diajarkan oleh siswa dan guru di sekolah. Dalam
penelitian ini, penulis akan fokus pada satu dari empat keterampilan, yaitu keterampilan
menulis.
Menulis dianggap sebagai keterampilan yang paling sulit bagi siswa. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Jack C. Richard, "Menulis adalah keterampilan yang paling sulit bagi
pelajar bahasa kedua untuk menguasai menyusun string kalimat yang benar secara tata bahasa".
Hal ini dapat dilihat dari skor menulis yang tidak memuaskan dan beberapa masalah yang
dihadapi siswa dalam menulis.
Dalam pembelajran Bahasa Inggris di SMP Negeri 5 Kuwus, penulis menemukan
beberapa masalah terkait keterampilan menulis terkait teks genre. Dalam menulis bahasa
Inggris, ada beberapa jenis teks yang harus dipelajari oleh siswa, yang dikenal dengan genre
teks. Ada banyak kategori jenis teks (genre) misalnya, deskriptif, narasi, menceritakan, laporan,
prosedur, eksposisi, penjelasan, diskusi, dll. Para siswa sering mendapatkan masalah yang
sama ketika mereka mempelajarinya, seperti: mereka sering menemukan kesulitan untuk
memahami teks atau cerita meskipun mereka telah mencoba menerjemahkan kata-kata dengan
kamus. Kemudian, mereka sering tidak dapat mengingat dengan baik struktur skematik teks.
Masalah-masalah ini akan berdampak buruk pada tulisan mereka. Mereka tidak tahu apa teks
yang harus mereka tulis. Mereka tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk ditulis.
Selain itu, sulit bagi siswa untuk mendapatkan ide. Mereka tidak dapat menulis dengan lancar
karena mereka tidak tahu apa yang ingin mereka tulis atau untuk mengembangkan topik dan
mereka terjebak di tengah penulisan. Selain itu, mereka juga mengalami kesulitan dalam
bagaimana menyusun kalimat. Akibatnya, siswa tidak memiliki motivasi untuk menulis, dan
menulis menjadi kegiatan yang membosankan dan sulit bagi mereka.
Masalah ini menyebabkan penulis untuk menemukan solusi dari semua ini. Penulis
mencoba untuk menyelesaikan masalah ini dengan menggunakan urutan gambar sebagai alat
bantu visual untuk melihat urutan peristiwa dari teks recount, untuk memudahkan siswa dalam
menulis teks recount. Gambar adalah salah satu alat bantu visual yang digunakan untuk
membantu siswa memahami materi yang akan dipelajari. Seorang ahli mengatakan bahwa:
Jenis gambar yang sudah jadi dapat digunakan untuk mengembangkan dan mempertahankan
motivasi, untuk mengolah sikap positif terhadap bahasa Inggris dan untuk mengajar atau
memperkuat beberapa keterampilan belajar bahasa. Guru harus memberikan motivasi yang
diperlukan dan menebus kurangnya rangsangan alami, untuk mengembangkan antusiasme /
imajinasi murid-muridnya untuk membantunya. Tetapi kata-kata saja tidak cukup untuk
membawa siswa ke dalam situasi imajiner. Lebih dari apa pun, itu adalah alat bantu visual
dalam bentuk atau yang lain bahwa siswa memasuki pengalaman imajinatif di luar kelas.
Gambar adalah media yang berguna dalam kegiatan belajar-mengajar. Ini dapat
menciptakan pola pikir siswa, sehingga mereka akan mudah menangkap penjelasan guru
mereka. Selain itu, gambar-gambar sebagai media pembelajaran juga dapat menciptakan
suasana kegiatan belajar-mengajar yang menyenangkan. Selain itu, gambar dapat menarik
perhatian siswa, dan mereka dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk belajar
bahasa Inggris, terutama untuk teks bahasa Inggris.
Penelitian ini akan difokuskan pada peningkatan kemampuan menulis teks recount
siswa yang diajarkan di semester pertama kelas sembilan SMP. Berdasarkan standar
kompetensi SMP menyatakan bahwa:
Menyusun teks interaksi transaksional lisan dan tulis sangat pendek dan sederhana yang
melibatkan tindakan memberi dan meminta informasi terkait keadaan/ tindakan/kegiatan/
kejadian tanpa perlu menyebutkan pelakunya dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur
teks dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks. (perhatikan unsur kebahasaan
passive voice)
Dalam PTK ini, penulis akan fokus pada urutan gambar sebagai alat bantu visual
dalam mengajar menulis teks recount. Seperti yang dikatakan Betty Morgan Bow, “Urutan
gambar adalah serangkaian gambar dari satu subjek. Fungsinya untuk menceritakan kisah atau
urutan kejadian ”. Hal ini sejalan dengan tujuan penghitungan ulang teks yang menceritakan
kembali beberapa peristiwa di masa lalu.
Menurut penjelasan di atas dan keinginan yang kuat untuk menyelesaikan masalah
ini, penulis memiliki motivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis teks recount di kelas nyata dengan menggunakan urutan
gambar sebagai media pembelajaran. Diharapkan media dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis, terutama dalam menceritakan teks.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, topik yang akan dibahas oleh penulis
adalah "MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS TEKS
RECOUNT MELALUI URUTAN GAMBAR PADA SISWA KELAS IX/A SMP
NEGERI 5 KUWUS".
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang disajikan di atas, penulis berencana untuk
memecahkan masalah melalui picture and picture (urutan gambar) dalam meningkatkan
kemampuan menulis teks recount pada semester kedua siswa kelas IX/A SMP Negeri 5 Kuwus.
Pertanyaan umum dari penelitian ini adalah “Bagaimanakah urutan gambar (picture and
picture) meningkatkan secara efektif kemampuan siswa kelas IX/A dalam menulis teks recount
di SMP Negeri 5 Kuwus?”
1.3.Tujuan Penulisan
Sejalan dengan masalah penelitian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk
mengetahui apakah urutan gambar dapat meningkatkan secara efektif kemampuan siswa kelas
IX/A dalam menulis teks recount di SMP Negeri 5 Kuwus.
1.4. Mannfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna tentang
pengajaran teks recount dengan menggunakan urutan gambar pada semester kedua kelas
sembilan di SMP Negeri 5 Kuwus. Diharapkan hasil ini dapat membantu para guru untuk
memecahkan masalah yang terjadi di kelas bahasa Inggris, terutama ketika belajar menulis teks
recount. Dan juga berkontribusi untuk semua orang yang terlibat dalam pengembangan kualitas
pendidikan bahasa Inggris, terutama bagi siswa.
Penulis berharap bahwa penelitian ini akan bermanfaat bagi guru bahasa Inggris yang
mungkin menggunakan teknik ini ketika mereka mengajar teks recount. Itu bisa menjadi
panduan bagi guru untuk mengajar dengan cara yang lebih baik. Dan bagi para siswa, semoga
ini dapat membantu mereka membangun pemahaman mereka tentang urutan peristiwa dalam
teks recount dengan memiliki gambar teks recount. Oleh karena itu, mereka dapat memperoleh
prestasi yang lebih baik dan minat yang lebih tinggi dalam belajar bahasa Inggris.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul “Meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis teks recount melalui urutan gambar (picture and picture) pada
siswa kelas IX/A di SMP Negeri 5 Kuwus”ada tiga konsep, yaitu menulis, teks recount dan
picture and picture (urutan gambar). Ketiga konsep tersebut dijelaskan seperti berikut ini.
2.1.1 Menulis
Menulis adalah menuturkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat
membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa gambar dan
grafik (Tarigan, 2000:21). Lebih lanjut Tarigan (1986:15) mengatakan bahwa menulis
merupakan kegiatan mengungkapkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa
tulis sebagai media penyampainya. Menurut Gie (2002:9), mengarang adalah segenap
rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis
untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain.
2.1.2 Teks Recount
Dalam teks recount siswa dituntut untuk membangun sebuah teks yang
terorganisasi atau terstruktur yang dirangkai untuk menceritakan kejadian-kejadian
pada masa lalu. Dengan kata lain, siswa menceritakan kejadian yang dialami kepada
orang lain yang dapat diungkapkan melalui bentuk tulisan yang di dalamnya dituliskan
kronologis peristiwa-peristiwa yang terjadi. Teks recount adalah jenis teks yang berisi
tentang pengalaman pribadi seseorang yang disampaikan secara terurut (Fadlun, 2011:
98). Menurut Anderson & Anderson, (1997:48) teks recount bertujuan untuk memberikan
gambaran kepada pembaca tentang sebuah peristiwa yang terjadi menurut waktu dan
tempat kejadiannya yang difokuskan adalah kejadian yang ditulis secara berurutan.
Terdapat tiga jenis teks recount, yaitu personal recount, factual recount dan imaginative
recount.
Teks recount memiliki tata bahasa dalam penulisannya seperti penggunaan past
tense, adverb of sequence time (kata keterangan urutan waktu)seperti: first, then, next,
finally, etc.; memakai personal pronoun (pronomina) seperti : he, we, they, etc. (Fadlun,
2011:98). Menurut Anderson & Anderson (1997) terdapat dua ciri teks recount, yaitu sebagai
berikut.
1. Menggunakan descriptive wordsuntuk menggambarkan detail mengenai siapa,
apa, kapan, dimana dan bagaimana.
2. Menggunakan proper noun untuk mengidentifikasi mereka yang terlibat didalam
recount.

2.1.3 Metode Picture and Picture (urutan gambar)


Metode picture and picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar
sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam
proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar
yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar.
Model pembelajaran picture and picture merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran picture and picture ini dapat digunakan dalam berbagai mata
pelajaran dan tentunya dengan kemasan dan kreatifitas guru. Sejak di populerkan sekitar
tahun 2002 model pembelajaran ini mulai menyebar di kalangan guru di Indonesia. Dengan
menggunakan model pembelajaran tertentu, maka pembelajaran menjadi menyenangkan.
Selama ini hanya guru sebagai aktor di depan kelas dan seolah-olah gurulah sebagai satu-
satunya sumber belajar.
Model pembelajaran picture and picture merupakan sebuah model dimana guru
menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi atau
memfasilitasi siswa untuk aktif belajar. Dengan menggunakan alat bantu atau media gambar,
diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik dan dalam kondisi
yang menyenangkan. Sehingga apapun pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik
dan mampu meresap dalam hati serta dapat diingat kembali.
Gambar yang baik digunakan dalam pembelajaran adalah gambar yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
Harus otentik,Sederhana dan Memiliki Nilai Seni.
Menurut Johnson & Johnson, prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif
picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung-jawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran
yaitu dengan cara memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga
pembelajaran menjadi bermakna.

2.1.3.1 Langkah-langkah Pembelajaran Picture and picture.


1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai .
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi
Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa
dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. disamping itu guru juga
harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana
KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru
memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses
pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang
menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik
yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh
tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukan / memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan
materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam
Proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau
oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energi kita dan
siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan
selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar
dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Pada langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara
langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah
dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus
diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat,
atau dimodifikasi.
5. Guru menanyakan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan
KD dengan indikator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa
dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin
menarik.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan
penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk
mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal
tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan
bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.
7. Kesimpulan / rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai
penguatan materi pelajaran.
2.2 Landasan Teori
Dalam penelitian ini ada tiga teori yang digunakan,yaitu :
1. teori pembelajaran bahasa
2. teori menulis
3. teori tata bahasa.
2.2.1 Teori Pembelajaran Bahasa
Menurut Brown (1987:6) pembelajaran adalah (proses) memeroleh atau
mendapatkan pengetahuan tentang subjek atau keterampilan yang dipelajari melalui
belajar,pengalaman atau instruksi (“learning is acquiring or getting knowledge of a
subject or skill by study, experience or instruction”). Selanjutnya, pembelajaran adalah
suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-
ulang (“Learning is relativel permanent change in a behavioral tendency and is the
result of reinforced practice”).
Menurut Cahyo (2012:27) dalam teori pembelajaran ada dua aliran, yaitu:
1. Aliran pembelajaran klasik (behavioristik)
Behavioristik adalah peritiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-
peristiwa yang disebut stimulus (S) dan respons (R) yang diberikan atas stimulus
tersebut.
2. Aliran pembelajaran kontemporer (konstruktivisme).
Konstruktivisme adalah memandang subjek aktif menciptakan struktur-struktur
kognitif interaksi dengan lingkungannya.
Dari dua aliran ini yang sesuai dengan penelitian ini adalah aliran behavioristik dimana
stimulus diberikan kepada siswa berupa teknik picture and picture (urutan gambar) yang
diberikan siswa adalah teks recount dalam bentuk simple past tense. Skinner adalah ahli
pembelajaran behavioristik yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah
laku. Seseorang dianggap telah belajar jika telah mampu menunjukkan perubahan tingkah
laku. Dalam kutipan bukunya dinyatakan bahwa teknik pendidikan yang menekankan
pada penghafalan bahan lisan bersandar berat pada dorongan atau motivasi. Sebagai
contoh,beberapa baris puisi yang diberikan kepada anak dan dia diperintahkan untuk belajar.
Guru kemudian meminta siswa untuk membaca puisi. Penghargaan atau pujian akan
diberikan jika ia melakukannya dengan benar. Sebaliknya, guru akan menghukumnya jika
siswa salah mengucapkannya. Hal itu dilakukan dalam rangka menghasilkan tanggapan yang
kemudian dapat diperkuat. “Educational techniques which emphasize the memorization of
verbal material lean heavily upon prompting. How the grade-school child aquires verbal
behavior is often of little concern to the teacher. Forexample, a few lines of poem are given to
the child is usually left to “learn” them. In some little-understood fashion which the child
is usually left discover for himself, he must convert texture. The teacher then asks the child
to recite the poem, rewards him if does so correctly, and punishes him if he is unable to
recite it or recites it correctly.
In order to generate responses which may then be reinforced, the teacher may resort of
promts. A partially learned poem is thus evoked and reinforced”. (Skinner, 1957:255)
Pandangan behavioristic mengakui pentingnya masukan (input) yang berupa stimulus dan
keluaran (output) yang berupa respons. Penguatan (reinforcement) adalah faktor penting
dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang memperkuat timbulnya respons.Bila
penguatan ditambahkan (positive reinforcement), maka respons akan semakin kuat.
Demikian juga jika penguatan dikurangi (negative reinforcement), maka respons juga akan
lemah. Efek prosedur dalam memberikan respons dari kondisi pengendalian tertentu biasanya
dilakukan dengan cara lain. Selain menggunakan berbagai macam penguatan, suatu
ketergantungan diatur dengan respons verbal dan penguat umum. Setiap perstiwa yang
bersifat mendahului suatu ganjaran berbeda dapat digunakan sebagai penguat untuk
membawa perilaku bawah kontrol seseorang pada semua kondisi yang kurang tepat dan
rangsangan yang buruk (Skinner, 1957:54). Menurut Iskandarwassid (2009:4), pembelajaran
dimaknai sebagai proses menuju ke arah yang lebih baik.Variasi belajar dapat diamati
melalui proses tingkah laku atau penampilan anak didik. Ada enam jenis tingkah laku,
yaitu;
1. suatu kegiatan belajar peserta didik yang ditampilkan melalui proses stimulus(S)–respons
(R),S adalah situasi yang memberikan stimulus, sedangkan R adalah respons dari
stimulus.
2. untaian dan rangkaian, suatu kegiatan belajar terjadi berdasarkan rentetan atau rangkaian
respons yang dihubung-hubungkan.
3. perbedaan yang beragam, proses belajar terjadi atas serangkaian respons yang khusus.
4. penggolongan, jenis belajar yang terjadi di atas penggolongan suatu benda, keadaan,
atau perbuatan yang sesuai dengan situasi.
5. menggunakan urutan, suatu kecakapan untuk berbuat atau bertindak tidak sesuai dengan
landasan komponennya.
6. memecahkanmasalah, kemampuan berpikir, menganalisis dan memecahkan masalah.
Sesuai dengan definisi behavioristik,
maka penelitian ini sangat erat kaitannya dengan teori behavioristik. Penelitian
tindakan kelas ini menggunakan picture and picture yang merupakan stimulus (S) untuk
mendapatkan respons (R) berupa karangan siswa yaitu teks recount. Penguatan
(reinforcement) yang diberikan dalam penelitian ini adalah pengulangan materi dan latihan
menggunakan teknik picture and picture dalam menulis sebuah teks recount sebelum tes
diberikan. Penelitian ini diberikan penguatan positif berupa pujian yang diberikan kepada
siswa yang mampu memeroleh hasil yang baik dalam penulisan teks recount. Penguatan
positif ini bertujuan untuk mendapatkan respons yang baik pada hasil kegiatan menulis teks
recount di tahap berikutnya.

2.2.2 Teori Menulis


Menulis adalah mengeluarkan dan mengekspresikan isi hati dalam bentuk tulisan.
Keterampilan menulis tidak langsung datang dengan sendirinya, tetapi harus melalui banyak
latihan dan praktik secara teratur. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari
kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa (Tarigan, 2000:21). Menurut Harmer (2007:325),
terdapat berbagai tahap dalam proses menulis yaitu penyusunan, peninjauan, menyusun
kembali dan terakhir adalah
menulis yang dilakukan secara rekursif sehingga pada tahap pengeditan mungkin dirasa
perlu untuk kembali ke fase pramenulis dan berpikir kembali. Potongan tulisan dapat
diedit seperti yang disusun sebelumnya. Tahap menulis diantaranya adalah
a. periksa penggunaan bahasa
b. periksa tanda baca dan tata letak
c. periksa ejaan Anda
d. periksa tulisan Anda untuk pengulangan yang tidak perlu
e. tentukan informasi untuk setiap paragraph
f. tulislah berbagai ide
g. pilih ide-ide terbaik untuk dimasukkan
h. menulis salinan bersih dari versi yang dikoreksi
i. tulislah versi kasar.
Hal itu sesuai dengan kutipan seperti berikut.“In reality of writing process is more comples
than this, of course and the various stages of drafting, re-drafting and writing, etc, are done in
recursive, thus at editing stage we may feel the need to go back to a pre-writing phase and
think again. We may edit bits of our writing as we draft it. That are various stage of
writing : (a) Check language use (grammar, vocabulary, linkers), (b) check punctuation
(and layout), (c) check your spelling, (d) check your writing for unnecessary repetition
of words and or information, (e) decide the information for each paragraph and the other
paragraph should go in, (f) note down various ideas, (g) select the best ideas for
inclusion, (h) write a clean copy of the corrected version, (i) write out a rough version”.
(Harmer, 2007:326) Salah satu kunci seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan
benar menggunakan bahasa terutama dalam hal menulis adalah karena mereka mengerti akan
genre. Genre adalah jenis teks yang mempunyai konstruk sosial dan teridentifikasi
sebagai konstruk, struktur, dan fungsi sosialnya. Ketika siswa belajar menulis subuah
genre maka mereka harus memerhatikan tentang topiknya, jenis teks apa yang akan dibuat,
bagaimana struktur skematisnya dan fungsi sosialnya (Harmer 1968: 30). Teori menulis
yang dijabarkan oleh beberapa ahli tersebut memiliki relevansi dengan penelitian ini
karena siswa melakukan kegiatan menulis. Tulisan siswa berupa teks recount merupakan
salah satu bentuk genreyang memiliki konstruk, struktur dan fungsi sosial serta memiliki
ketentuan-ketentuan pada tahap penulisannya. Pada proses menulis tersebut siswa dituntut
untuk memahami ketentuan-ketentuan yang ada seperti memeriksa penggunaan bahasa,
tanda baca, ejaan, pengembanganan ide dalam tulisan dan mengoreksi hasil tulisan
mereka. Terkait dengan hal tersebut maka proses menulis yang dilakukan memerlukan
latihan dan praktik secara teratur. Dimana dalam penelitian ini siswa diberikan latihan-
latihan sebelum praktik menulis cerita imajinatif teks recount dilakukan. Teori ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan karena dapat digunakan untuk membedah
rumusan masalah pertama dan kedua, yaitu mengungkap tentang kemampuan menulis
sebelum dan setelah diberi tindakan secara kualitatif.
2.2.3 Teori Tata Bahasa
Menurut Yule (2010: 83), tata bahasa adalah proses menggambarkan struktur
frasa
dan kalimat sedemikian rupa semua unsur tata bahasa dalam suatu bahasa dan mengatur
urutan non tata bahasa. Lebih lanjut Yule membagi tata bahasa dalam dua bagian, yaitu
kelas
kata dan kesesuaian.Yule menggolongkan kelas kata ke dalam delapan kelas kata, yaitu:
a. Nomina adalah kata-kata yang merujuk kepada orang (boy),objek (backpack),makhluk
hidup(dog),tempat(school),kualitas (roughness),fenomena (earthquacke) dan ide abstrak
(love).
b. Artikel adalah kata-kata (a, an, the) yang digunakan dengan nomina untuk membentuk
frasa nomina (You can havea banana or an apple) atau mengidentifikasikannya
sebagai sesuatu yang telah diketahui sebelumnya (I’ll take the apple)
c. Adjektif adalah kata-kata yang umumnya digunakan dengan nomina untuk memberikan
informasi tambahan tentang benda yang dirujuknya (happy people, large objects, a
strange experience).
d. Verba adalah kata-kata yang digunakan pada sejumlah aksi (go, talk) dan keadaan
(be, have) yang melibatkan orang dan benda dalam suatu kejadian (Jessica is ill
and has a sore throat so she can’t talk or goanywhere).
e. Adverbial adalah kata-kata yang digunakan dengan verba untuk memberikan informasi
tambahan tentang aksi, keadaan, dan kejadian (slowly, yesterday). Beberapa adverbial
(really,very) dapat juga digunakan dengan adjektif untuk memodifikasi informasi
tentang benda (Really large objects move slowly. I had a very strange experience
yesterday).
f. Preposisi adalah kata -kata(at, in, on, near, with, without)yang digunakan dengan
nomina dalam frasa untuk memberikan informasi tentang waktu, (at five o’clock, in
the morning), tempat (on the table, near the window), dan lainnya(with a knife, without a
thought) termasuk aksi dan benda7.Pronomina adalah kata-kata(she, herself, they, it,
you)yang digunakan pada frasa nomina yang merujuk kepada orang dan benda
yang telah diketahui (She talks to herself. They said it belonged to you).
Konjungsi adalah kata-kata(and, but, because, when)yang digunakan untuk
menghubungkan dan mengindikasikan hubungan antarkejadian(Chantel’s husband was
so sweet and he helped her a lot because she couldn’t do much when she was pregnant).
Dalam tata bahasa juga digunakan istilah untuk empat kategori yaitu jumlah, orang, kala
(tense),dan jender. Pengategorian ini akan sangat jelas perannya ketika membicarakan
kesesuaian. Contohnya, kata kerja loves - memiliki kesesuaian dengan nomina Cathy
dalam kalimat Cathy loves her dog. Kesesuaian ini terjadi berdasarkan jenis jumlah,
apakah nomina tunggal atau jamak. Hal ini juga dapat berdasarkan kategori orang, yang
terdiri atas tiga jenis, yaitu orang pertama (melibatkan pembicara), orang kedua (tidak
termasuk pembicara),dan orang ketiga (melibatkan orang lainnya). Perbedaan bentuk
pronomina bahasa Inggris dapat dilakukan berdasarkan jenis kata ganti/orang atau benda dan
jumlah. Idigunakanuntuk diri pertama tunggal, youuntuk diri kedua tunggal dan he, she,
it (or Cathy)untuk diri ketiga tunggal. Jadi,dalam kalimat Cathy loves her dogtersebut
terdapat nomina Cathy, yang merupakan orang ketiga tunggal, dan menggunakan verba
loves (notlove)yang bersesuaiandengannomina. Lebih lanjut, bentuk verba harus
digambarkan dalam kategori bentuk yang lain yaitu tense. Pada kalimat di atas, verba
lovesadalah bentuk present tense. Kalimat di atas adalah bentuk kalimat aktif yang
menggambarkan apa yang dilakukan Cathy (Cathy does (i.e. she performs the action of the
verb).Kesesuaian antara Cathydanherdidasarkan pada perbedaan yang ada dalam bahasa
Inggris yang membedakan jender perempuan tunggal (she, her), laki-laki (he, his), dan
benda atau hal lainnya yang tidak diketahui secara pasti (it, its). Menurut Baehaqi (2009:35),
pastberarti lampau, past tensedigunakan untuk menyatakan peristiwa atau aktivitas masa
lampau. Peristiwa masa lampau bisa disimpulkan dari waktu yang tersirat dalam kalimat
“When did you park your car?” Tanpa menggunakan keterangan waktu, kalimat tersebut
harus menggunakan past tense karena menanyakan peristiwa yang terjadi di masa
lampau. Akan tetapi, terkadang diperlukan keterangan waktu yang memperjelas bahwa suatu
peristiwa terjadi pada masa lampau, seperti yesterday, lastnight, last week, two days
ago,dan lainnya. Terkait dengan teori tata bahasa, teks recount bertujuan untuk
menceritakan kembali kejadian yang terjadi di masa lampau, maka past tense digunakan
dalam karangan tersebut. Selanjutnya,teori ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
karena dapat digunakan untuk memevah permasalahan pertama dan kedua, yaitu
mengungkap tentang kemampuan siswa dalam menggunakan tata bahasa Inggris khususnya
dalam penggunaan simple past tense sebelum dan setelah diberi tindakan secara kualitatif.
2.4 Model Penelitian
Model penelitian ini adalah model penelitian tindakan kelas (PTK) yang
diaplikasikan dalam mengkaji aspek linguistik dan linguistik terapannya dalam hal ini
pembelajaran dan pengajaran bahasa. PTK ini dilakukan dengan menggunakan metode
kuantitatif di mana penyajian datanya berupa tabel dan presentase yang disajikan
secara deskriptif dalam mengukur tingkat pemahaman tata bahasa Inggris siswa. Metode
deskriptif kualitatif disajikan melalui deskriftif interpretatif yang mengukur tingkat
pemahaman menulis siswa dengan pengaplikasian picture and picture (urutan gambar)

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk memaparkan data-
data yang bersifat deskriptif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memaparkan data-data
yang mengandung unsur statistik, seperti hasil tes. Tes merupakan sebuah instrumen atau
prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel tingkah laku (Nurgiyantoro, 2010:105).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Sub bab ini terdiri dari dua bagian. Mereka adalah tempat penelitian dan jadwal penelitian.
Bagian-bagian ini disajikan di bawah ini.
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Kuwus.
2. Jadwal Penelitian
Penelitian dimulai pada semester genap tahun akademik 2019/2020.
3.3. Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah semua siswa Kelas IX/A SMP Negeri 5 Kuwus.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data
Jenis data yang akan digunakan sebagai sumber adalah:
a. Data Observasional : Data yang ditangkap/diambil pada saat pelaksanaan kegiatan.
Data ini sekali jadi atau tidak bisa diulang, diciptakan dan diganti
b. Data Wawancara: Data yang diambil melalui tanya jawab antara peneliti dan
informan.
c. Tes: Data yang diambil dalam bentuk tulisan berbentuk teks recount.
3.4.2. Prosedur Pengumpulan Data
1. Pre test dan Post test
Pada pre-test, para siswa diminta untuk menulis teks recount. Setelah perlakuan
diberikan kepada siswa, mereka melakukan post-test dengan konten yang sama
seperti sebelumnya. Hasil pretest dan post-test mencerminkan peningkatan
kemampuan menulis siswa. Itu digunakan sebagai data kuantitatif.
2. Evaluasi Tinjauan
Tinjauan dievaluasi secara teratur dengan memperbaiki teks recount. Hasil
penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan menulis siswa. Itu digunakan
sebagai data kuantitatif.
3.4.3. Instrumen Pengumpulan Data
1. Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen karena peneliti sekaligus
sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, dan menjadi
pelapor penelitian.
2. Bentuk Instrumen Tes
Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat
digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari
subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal ter terdiri atas
butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis variabel yang diukur.
3. Bentuk Instrumen Observasi
Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagi pemusatan perhatian terhadap
suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Observasi
merupakan pengamatan langsunng dengan menggunakan penglihatan, penciuman,
pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan pengecapan. Instrumen yang
digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner,
rekaman gambar, dan rekaman suara.
3.5. Analisis Data
3.5.1. Validitas Data
Menurut Burn (1999: 161-162), ada lima kriteria untuk validitas penelitian. Mereka
adalah: validitas demokratis, validitas hasil, validitas proses, validitas katalitik, dan
validitas dialogis. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan lima dari
mereka dalam penelitian ini.
1. Validitas Demokratis
Validitas ini mencakup guru dan siswa untuk memberikan ide, saran, dan
komentar mereka tentang kegiatan meninjau teks recount yang dilaksanakan
oleh peneliti apakah program tersebut berhasil atau tidak berdasarkan pada
pendapat guru dan siswa.
2. Validitas Proses
Validitas terkait dengan kompetensi penelitian. Termasuk di dalamnya
kemampuan menulis siswa dan latar belakang pengetahuan, bahan yang
digunakan oleh peneliti, suasana kelas, media pembelajaran, dan sebagainya.
Selain itu, peneliti akan menggunakan wawancara kepada siswa.
3. Validitas Hasil
Validitas ini terkait dengan hasil tes. Dalam penelitian ini, validitas akan diukur
dengan pre-test dan post-test. Selain itu, hasil review reguler juga akan
digunakan untuk memutuskan validitas ini.
4. Validitas Katalitik
Validitas ini berkaitan dengan sejauh mana peneliti mengizinkan peserta untuk
memperdalam pemahaman mereka tentang sosial. konteks dan membuat
perubahan berdasarkan pemahaman mereka. Dalam validitas ini, peneliti
menerapkan suatu kondisi di kelas di mana siswa melihat seri gambar dan
membuat teks recount berdasarkan itu. Ini bisa berupa ulasan singkat yang
menunjukkan kompetensi menulis mereka di dalam kelas.
5. Validitas Dialogic
Validitas ini terkait dengan penggunaan diskusi menggunakan dialog atau
percakapan untuk menentukan keberhasilan dan kelemahan tindakan. Penelitian
ini melakukan beberapa wawancara dengan guru dan siswa untuk meningkatkan
tindakan teks.
3.5.2. Metode Analisis Data
Tes awal akan diberikan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dalam
menulis. Hasil karangan peserta didik akan dianalisis berdasarkan aspek penilaian
yang disesuaikan dengan KKM. Hasil tes awal akan dianalisis ke dalam 2 siklus.
1. Siklus I
Pada Siklus I Rangkaian gambar akan mulai diterapkan. Peserta didik juga
diberikan pemahaman yang lebih lagi untuk aspek isi, organisasi, dan
penggunaan bahasa. Tujuannya agar pada siklus I ataupun II peserta didik akan
dapat membuat karangan yang lebih baik lagi. Pengamatan siklus I akan
dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan pada jam pelajaran bahasa Inggris. Dalam
pelaksanaan siklus I RPP yang digunakan telah dimodifikasi ke dalam desain
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Rangkaian Gambar.
Berikut adalah tabel perbandingan nilai antara hasil pratindakan dan siklus I.

Tabel 1 Perbandingan Nilai Rata-rata Pratindakan dan Siklus I


NO ASPEK-ASPEK PRATINDAKAN SIKLUS I PENINGKATAN
PENILAIAN
1 ISI
2 ORGANISASI
3 PENGGUNAAN
BAHASA
JML

Berdasarkan tabel perbandingan nilai di atas, akan terlihat bahwa adanya


peningkatan nilai rata rata dari setiap aspek penilaian pada kegiatan awal atau
pratindakan dan siklus I
2. Siklus 2
Pelaksanaan kegiatan pada siklus 2 memiliki kemiripan kegiatan pada siklus 1.
Pengamatan siklus 2 akan dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan pada jam
pelajaran bahasa Inggris. Dalam pelaksanaan siklus 2 RPP yang digunakan telah
dimodifikasi ke dalam desain pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran menyusun text melalui urutan gambar. Berikut adalah tabel
perbandingan nilai antara hasil pada siklus 1 dan siklus 2
Tabel 2 Perbandingan Nilai Rata-rata pada siklus 1 dan Siklus 2
NO ASPEK-ASPEK SIKLUS I SIKLUS II PENINGKATAN
PENILAIAN
1 Isi
2 Organisasi
3 Penggunaan bahasa
JML

Berdasarkan tabel perbandingan nilai di atas, akan terlihat bahwa adanya


peningkatan nilai rata rata dari setiap aspek penilaian pada kegiatan awal atau
pratindakan dan siklus.
REFERENSI

John M. Echols, Hassan Shadily, (2005) An English-Indonesian Dictionary, Gramedia Jakarta


Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008 (Departement Pendidikan Nasional) Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Prof. Suharsmi Arikunto dkk, (2002) Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara
http://definisipengertian.blogspot.co.id/2010/04/definisi-membaca.html
http://www.artikata.com/arti-387301-bernyanyi.html
http://www.definisi-pengertian.com/2015/06/pengertian-metode-bernyanyi.html
http://hipni.blogspot.com/2011/09/pengertian-definisi-metode-pembelajaran.html

Anda mungkin juga menyukai