Oleh :
Kelompok A3
ESTI YULIANI 021111033
CENDRANINGSIH 021111034
DEWI FITRA ASLINA 021111035
NANI INDRIANI 021111036
RUSMAWATI 021111037
NORSIANI RAHMAH 021111038
AMIN SULASTRI 021111039
2019
1. JARINGAN SYARAF
Jaringan saraf adalah komponen jaringan utama dari sistem saraf. Sistem saraf
mengatur dan mengontrol fungsi tubuh dan aktivitas dan terdiri dari dua bagian: sistem
saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, dan percabangan
saraf perifer dari sistem saraf tepi (SST). Jaringan ini terdiri dari neuron atau sel-
sel saraf, yang menerima dan mengirimkan impuls, dan neuroglia, yang juga dikenal
sebagai sel-sel glial atau lebih sering hanya sebagai glia (dari bahasa Yunani, yang
berarti lem), yang membantu penghantaran impuls saraf serta memberikan nutrien bagi
neuron.
Jaringan saraf terdiri dari berbagai jenis sel-sel saraf, yang semuanya memiliki
sebuah akson. Akson adalah bagian sel yang panjang seperti batang yang mengirimkan
sinyal potensial aksi ke sel berikutnya. Kumpulan akson membentuk saraf di SST dan
and tract di CNS.
Fungsi dari sistem saraf mencakup masukan sensorik, integrasi, kontrol dari otot-otot
Struktur
Jaringan saraf terdiri dari neuron, juga disebut sel-sel saraf, dan sel-sel neuroglial. Empat
jenis neuron-glia ditemukan di SSP adalah astrosit, sel-sel mikroglia, sel-sel ependimal
dan oligodendrosit. Dua jenis neuroglia yang ditemukan di SST adalah sel-sel satelit dan
sel Schwann. Dalam sistem saraf pusat (SSP), jenis jaringan yang ditemukan
adalah materi abu-abu dan materi putih. Jaringan ini dikategorikan berdasarkan bagian
saraf dan neuroglia.
Komponen
Neuron adalah sel-sel dengan fitur khusus yang memungkinkan mereka untuk menerima
dan memfasilitasi impuls saraf atau potensial aksi, melalui membrannya ke neuron
berikutnya. Mereka memiliki badan sel yang besar (soma), dengan sel proyeksi yang
disebut dendrit dan akson. Dendrit adalah proyeksi tipis dan bercabang yang menerima
sinyal elektrokimia (neurotransmiter) untuk membuat perubahan dari tegangan dalam
sel. Akson adalah proyeksi panjang yang membawa potensial aksi dari badan sel ke
neuron berikutnya. Ujung akson yang seperti bola, disebut terminal akson, dipisahkan
dari dendrit neuron berikutnya oleh celah kecil yang disebut celah sinaptik. Ketika
potensial aksi berjalan ke terminal akson, neurotransmiter dilepaskan di sinaps dan
berikatan dengan reseptor pasca-sinaptik, melanjutkan impuls saraf
Neuron diklasifikasikan baik secara fungsional dan struktural.
Klasifikasi fungsional:
Neuron motorik (eferen): Menyalurkan potensial aksi keluar dari SSP ke efektor yang
tepat (otot, kelenjar)
Neuron multipolar: Memiliki 3 atau lebih proses yang keluar dari soma (badan sel). Ini
adalah jenis neuron utama di SSP dan mencakup interneuron dan neuron motorik.
Neuron bipolar: Neuron sensorik yang memiliki dua proses yang keluar dari soma, satu
dendrit dan satu akson
Neuron pseudounipolar: Neuron sensorik yang memiliki satu proses yang terbagi menjadi
dua cabang, membentuk akson dan dendrit
Sel sikat unipolar: interneuron pengeksitasi glutamatergik yang memiliki satu dendrit
pendek yang berakhir di seberkas dendriol seperti sikat. Ini ditemukan di lapisan granular
dari otak kecil.
Neuroglia meliputi non-syaraf sel-sel pada jaringan saraf yang menyediakan berbagai
penting yang mendukung fungsi untuk neuron. Mereka lebih kecil dari neuron, dan
bervariasi dalam struktur sesuai dengan fungsi mereka.
Sel-sel neuroglia diklasifikasikan sebagai berikut
Sel mikroglia: Mikroglia adalah sel makrofaga yang membentuk sistem kekebalan primer
bagi SSP. Mikroglia adalah sel neuroglia terkecil.
Astrosit: Sel makroglia berbentuk bintang dengan banyak proses yang ada di SSP.
Astrosit adalah jenis sel paling banyak di otak, dan intrinsik pada SSP yang sehat.
Glia NG2: Sel SSP yang berbeda dari astrosit, oligodendrosit, dan mikroglia, dan menjadi
prekursor perkembangan oligodendrosit
Sel Schwann: Padanan SST dari oligodendrosit, sel-sel ini membantu mempertahankan
akson dan membentuk selubung mielin di SST.
Sel glia satelit: Melapisi permukaan badan sel neuron di ganglia (kelompok badan sel
saraf yang tergabung bersama di SST)
Glia enterik: Ditemukan di sistem saraf enterik, di dalam saluran pencernaan
Klasifikasi jaringan
Dalam sistem saraf pusat:
Materi abu-abu terdiri dari badan sel, dendrit, akson yang tidak termielinasi, astrosit
protoplasma (astrocyte subtipe), oligodendrosit satelit (non-myelinating oligodendrocyte
subtipe), mikroglia, dan sangat sedikit akson termielinasi.
Materi putih terdiri dari akson termielinasi, astrosit fibrosa, myelinating oligodendrosit,
dan mikroglia.
Dalam sistem saraf tepi:
Jaringan ganglion terdiri dari badan sel, dendrit, dan sel-sel glia satelit.
Saraf terdiri dari akson termielinasi dan tidak termielinasi, sel-sel Schwann yang dikelilingi
oleh jaringan ikat.
Tiga lapisan jaringan ikat yang mengelilingi masing-masing saraf adalah:
Epineurium. Epineurium adalah lapisan terluar dari jaringan ikat padat yang menutupi
saraf (perifer).
Akson termielinasi menghantarkan impuls lebih cepat dari akson yang tidak termielinasi.
Fungsi dari jaringan saraf adalah untuk membentuk jaringan komunikasi dari sistem
saraf dengan menyalurkan sinyal-sinyal listrik di seluruh jaringan. Dalam SSP, materi
abu-abu, yang berisi sinapsis, penting untuk pengolahan informasi. Materi putih,
mengandung akson termielinasi, menghubungkan dan memfasilitasi impuls saraf antara
daerah-daerah materi abu-abu di SSP. Di SST, jaringan ganglion, mengandung badan
sel dan dendrit, mengandung tempat relai untuk impuls jaringan saraf. Jaringan saraf,
yang mengandung bundel akson termielinasi, membawa potensial aksi/impuls saraf.
Signifikansi klinis
Tumor
Neoplasma (tumor) di jaringan saraf meliputi:
Glioma (tumor sel glia)
DAFTAR PUSTAKA
^ Gershon, Michael; Rothman, Taube (1991). "Enteric Glia". Department of Anatomy and
Cell Biology. 4: 195–204. doi:10.1002/glia.440040211.
^ a b "Neurons and Support Cells". SIU Med. Southern Illinois University School of
Medicine.
^ "Cellular Components of Nervous Tissue" (PDF). RMC faculty. Randolph-Macon
College.
^ "Nervous Tissue". Sidwell School. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 June 2016.
^ Robertson, Sally. "What is Grey Matter". News Medical. AZo Network.
2. CAVUM ORIS
m.orbicularis oris terbagi menjadi pars palpebralis, pars orbitalis, pars lacrimalis
m.buccinatorius
m.mentalis
m.levator labii superioris
m.levator anguli oris
m.zygomaticus major
m.risorius
m.depressor labii inferioris
m.hyoglossus
m.genioglossus
m.chondroglossus
m.styloglossus
m.palatoglossus
m.pterygoideus lateralis
m.pterygoideus medialis
Os yang terdapat di cavum oris :
– Processus coronoideus
– Processus Condylaris :
• Capitulum mandibulae.
• Collum mandibulae.
• Foramen mandibularis.
• Lingula mandibularis.
• Angulus andibulae
• Tuberositas masseterica
4. os hyoid
terletak di sebelah inferior cranium dan tidak berhubungan dengan tulang yang
lain
merupakan tempat perlekatan otot yang berhubungan dengan lidah dan
pharynx
os hyoid memiliki bagian-bagian :
- Corpus
- Cornu major yang merupakan :
Fiksasi larynx dan Tempat perlekatan otot penggerak lidah.
- Cornu minus yang merupakan :
Tempat perlekatan ligament stylohyoid.
Aliran darah pada cavum oris dialirkan melalui a.carotis externa lalu ke
a.maxilla. Dari a.maxilla dicabangkan menjadi dua ke a.alveolaris inferior untuk gigi
bawah dan a.alveolaris superior untuk gigi atas.
Inervasi pada cavum oris dilakukan oleh n.trigeminus (V) yang kemudian
dicabangkan pada
n.opithalmicus
n.maxillaris
keluar dari cranium melalui foramen fossa rotundum dan akan melalui fossa
pterygopalatina lalu ke n.maxillaris. Dari n.maxillaris dicabangkan pada n.zygomaticus,
n.aveolar superior, n.sphenopalatina dan n.infraorbitalis
n.mandibullaris
Vestibulum Oris
Gigi
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, J Kenneth.2003. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC.
Ash, Major M. and Stanley J. Nelson. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology and
Occlusion.
Meski ukurannya kecil, saraf kranial memainkan peran yang besar dalam gerak tubuh
manusia. Hal tersebut dikarenakan saraf kranial memiliki fungsi dalam mengumpulkan
dan menghubungkan informasi dari otak ke bagian tubuh lain, terutama kepala dan leher.
Saraf kranial terdiri dari 12 pasang dengan nama dan fungsinya yang berbeda-beda.
Beberapa saraf terlibat langsung dalam indera khusus, seperti indera penglihatan,
pendengaran, dan perasa, sedangkan saraf lainnya berperan dalam mengendalikan otot
di wajah atau mengatur kelenjar.
C. Saluran Pencernaan
Dinding saluran terusun dari 4 lapisan jaringan dasar dari lumen (rongga sentral)
ke arah luar. Komponen lapisan pada setiap regia berfariasi sesuai fungsi regia.
a. Mukosa (membrane mukosa) tersusun dari tiga lapisan.
1) Epithelium yang melapisi berfungsi untuk perlindungan, sekresi, dan absorpsi.
Di bagian ujung oral dan anal saluran, lapisannya tersusun dari dari epithelium
skuamosa bertingkat tidak terkeranisasi untuk perlinndungan. Lapisan ini terdiri
dari epithelium kolumnar simple dengan sel goblet di area tersebut yang
dikhususkan untuk sekresi dan absorpsi.
2) Lamina propria adalah jaringan ikat areolar yang menopang epithelium. Lamina
ini mengandung pembuluh darah, limfatik, nodular limfe, dan bebrapa jenis
lainnya.
3) Muskularis mukosa terdiri dari lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapisan otot
polos longitudinal luar.
b. Submukosa terdiri dari jaringan ikat areolar yang mengandung pembuluh darah,
pembuluh limfatik, beberapa kelenjar submukosal, dan pleksus serabut saraf, serta
sel-sel ganglion yang disebut pleksus meissner (pleksus submukosal). Submukosa
mengikat mukosa ke muskularis eksterna.
c. Muskularis eksterna terdiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam dan satu
lapisan longitudinal luar. Konstraksi lapisan sirkular mengkonstriksi lumen saluran
dan kontraksi lapisan longitudinal memperpendek dan memperlebar lumen saluran.
Konstraksi ini mengakibatkan gelombang peristalsis yang meenggerakkan isi saluran
kea rah depan.
1). Muskularis eksterna terdiri dari otot rangka di mulut, faring, dan esophagus attas,
serta otot polos pada saluran selanjutnya.
2) Pleksus auerbach (pleksus mienterik) yang terdiri dari serabut saraf dan ganglion
parasimpatis, terletak diantara lapisan otot sirkular ddalam longitudinal luar.
d. Serosa(adventisia), lapisan keempat dan paling luar yang disebut juga peritoneum
viseral. Lapisan ini terdiri dari membrane serosa jaringan ikat renggang yang dilapisi
epithelium skuamosa simple. Di bawah area diafragma dan dalam lokasi tempat
epithelium skuamosa dan menghilang dan jaringan ikat bersatu dengan jaringan ikat
di sekitarna area tersebut disebut sebagai adventisia.
Peritoneum, mesenterium, dan omentum abdominopelvis adalah membrane erosa
terlebar dalam tubuh.
a. Peritoneum parietal melapisi rongga abdominopelvis.
b. Peritoneum viseral membungkus organ dan terhubungkan ke peritoneum
parietal oleh berbagai lipatan.
c. Rongga peritoneal adalah ruang potensial antara visceral dan peritoneum
parietal.
d. Mesenterium dan omentum adalah lipatan jaringan peritoneal berlapis ganda
yang merefleks balik dari peritoneum visceral. Lipatan ini berfungsi untuk
mengikat organ-organ abdominal satu sama lain dan melabuhkannya ke
dinding abdominal belakang. Pembuluh darah limfatik, dan saraf terletak dalam
lipatan peritoneal.
1. Omentum besar adalah lipatan ganda berukuran besar yang melekat
pada duodenum, lambung dan usus besar. Lipatan ini tergantung seperrti
celemek di atas usus.
2. Omentum kecil menopang lambung dan duodenum sehingga terpisah dari
hati.
3. Mesokolon melekatnya kolon ke dinding abdominal belakang.
4. Ligamen falsimoris melekatkan hati ke dinding abdominal depan dan
difragma.
e. Organ yang tidak terbungkus peritoneum, tetapi hanya tertutup olehnya
disebut retroperitoneal (di belakang peritoneum). Yang termasuk
retroperitoneal antara lain; pankreas, duodenum, ginjal, rectum, kandung
kemih, dan beberapa organ reproduksi perempuan
DAFTAR PUSTAKA
FisiologiSistemPencernaanManusia. (Online).
http://www.anneahira.com/fisiologi-sistem-pencernaan-manusia.htm. (diaksestanggal 22
Oktober 2013).
P. Evelyn , C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum.
S. Ethel. W. palupi (ed). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Buku Kedokteran.
5. SISTEM PENGUNYAH
Carranza et al. 2002. Clinical Periodontology 9th ed. Philadelphia : WB. Saunders co. p.
398-402.
Carranza FA, Newman MG. 2012. Clinical Periodontology. 11th ed. Philadelpia: WB.
Saunders Co. p. 184-191.
Dixon, AD. 1986. Anatomi Untuk Kedokteran Gigi, 5th edition. p 266.
6. SISTEM PERNAFASAN
1. Hidung (nasus)
2. Tekak (pharynx)
3. Jakun (larynx)
4. Tenggorok (trachea)
5. Cabang tenggorok (bronkhus)
6. Ranting tenggorok (bronkhiolus)
Bronkhioli respiratori
Kantung alveolus/ dukti alveoli
Alveolus
Rongga hidung (cavum nasi) memiliki sepasang lubang didepan untuk masuk udara,
disebut nares; dan sepasang lubang di belakang untuk menyalurkan udara yang dihirup
masuk ke tenggorokan, disebut choanae. Rongga hisung sepasang kiri kanan, dibatasi
di tengan oleh sekat yang dibina atas tulang rawan dan tulang.
Dinding rongga ditunjang oleh tulang rawan dan tulang. Lantai, di depan terdiri dari tulang
langit-langit, di belakang berupa langit-langit lunak. Atap juga ditunjang oleh tulang rawan
sebagian dan sebagian lagi oleh tulang. Dari tiap dinding ada tiga tonjolan tulang ke
rongga hidung, disebut conchae.
Vestibula.
Atrium.
Daerah pembauan.
Daerah pernapasan.
Vestibula adalah bagian depan rongga, atrium adalah bagian tengah. Daerah pembauan
berada pada conchae yang atas, sedangkan daerah pernapasan terletak pada dua
conchae yang bawah.
Rongga hisung dilapisi oleh tunica mukosa. Kecuali di bagian depan vestibula sampai ke
nares. Di sini dilapisi oleh kulit yang strukturnya sama dengan kulit wajah. Epidermis
dibina atas jaringan epitel berlapis menanduk, ada bulu, kelenjar minyak bulu, dan
kelenjar peluh. Pada vestibula itu ada bulu yang keras, disebut vibrissae.
Tunica mukosa sendiri dibina atas jaringan epitel berlapis semu bersilia. Di daerah
pembauan epitel bersilia itu memiliki struktur dan fungsi khusus, yaitu sabagai indera bau.
Diantara sel epitel batang bersilia tersebar banyak sel goblet. Pada lamina propria banyak
terdapat simpul vena, simpul limfa dan kelenjar lendir. Tak ada bulu, kelenjar minyak bulu
maupun kelenjar peluh. Kelenjar lendir itu di sebut kelenjar Bowman. Tunica mukosa
melekat ketat ke periosteum atau perichondrium di bawahnya.
Sekeliling rongga hidung ada empat rongga berisi udara yang berhubungan dengannya,
disebut sinus paranasal. Keempat sinus itu berada pada tulang-tulang berikut : 1).
Frontal; 2). Maxilla; 3). Ethmoid; 4) sphenoid. Sinus dilapisi oleh tunica mucosa juga,
seperti yang melapisi rongga hidung. Hanya saja lebih tipis dan sel-selnya lebih kecil-
kecil serta sedikit mengandung kelenjar lendir. Lamina propria tidak terliahat dengan
jelas.
b. Tekak ( pharynx )
Daerah simpangan saluran napas dan saluran makan. Dibedakan atas tiga daerah
Daerah hidung (naso-pharynx)
Merupakan bagian pertama pharynx kebawah, dilanjutkan dengan bagian oral organ ini
yaitu oro-pharynx.
Di daerah mulut lapisan muscularis-mucosa dari tunica mucosa digantikan oleh serat
elastis yang rapat dan tebal. Tunica submucosa hanya ada didinding daerah hidung dan
dekat ke kerongkongan. Di tempat lain tunica mukosa melekat langsung ke gumpal otot
lurik sekitar leher. Lapisan serat elastis yang ada pada bagian bawah tunica mucosa itu
berpaut rapat dan berjalin dengan jaringan interstisial otot.
Lamina propria tunica mucosa terdiri dari jaringan ikat rapat yang berisi jala serat elastis
yang halus. Di daerah mulut dan jakun tunica mukosa dilapisi oleh jaringan epitel berlapis
banyak dan mengelupas, sedang atapnya dibina atas jaringan epitel batang berlapis
bersilia, dengan banyak sel goblet. Pada lamina propria, dibawah lapisan serat elastis,
banyak terdapat kelenjar lendir.
c. Jakun ( Larynx )
Gerbang trakea ini ditunjang oleh beebrapa keping tulang rawan hialain dan elastis,
jaringan ikat, serat otot lurik, dan dilapisi sebelah kelumen oleh tunica mucosa. Tunica
mucosa itu memiliki kelenjar lendir.
1. Tiroid
2. Krikoid tunggal
3. Epiglotis
4. Aritenoid
5. Kornikulat sepasang
6. Kuneiform
Permukaan depan dan sebelah belakang epiglotis dan pita suara diselaputi epitel berlapis
mengelupas. Didaerah lain yaitu dasar epiglotis, trakea dan bronkhus, epitel itu bersilia.
Pada tunica mucosa banyak sel goblet. Kelenjar lendir disini tergolong jenis tubulo-
acinus. Sedikit kuncup rasa terdapat tersebar pada bagian bawah epiglotis.
Pita suara berisi ligamen tiro-aritenoid, yang mengandung serat elastis dan dibagian
sisisnya silengkapi serat otot lurik tiro-aritenoid. Ditengah ditutup dengan tunica mucosa
yang tipis dari epitel berlapis mengelupas.
d. Tenggorok ( Trakhea )
Saluran nafas ini menghubungkan larynx dengan paru. Histologi dinding
tenggorok dapat dibedakan atas tiga lapis, yaitu tunica mucosa, tunica muscularis,
tunica adventitia.
Tunica adventitia juga tidak terlihat secara jelas, dan berintegrasi dengan
jaringan penunjang yang terdiri dari tulang rawan dibawahnya.
Tulang rawan di bawah tunica adventitia itu tersusun dalam bentuk cincin-
cincin hialin bentuk huruf C. Cincin inilah yang menunjang tenggorok pada sebelah
samping dan ventral. Sedangkan dibagian dorsal tenggorok, ditempat itu adalh bagian
terbuka cincin, terdapat serat otot polos yang susunannnya melintang terhadap poros
tenggorok. Serat otot itu melekat kepada kedua ujung cincin, dan berfungsi untuk
mengecilkan diameter tenggorok. Jika otot kendur, diameter tenggorok kembali
sempurna.
e. Cabang Tenggorok
Ini adalah percabangan tenggorok menuju paru kiri-kanan, disebut bronkhus.
Tiap bronkhus bercabang membentuk cabang kecil, dan tiap cabang bronkhus ini
membentuk banyak ranting.
Histologi dinding bronkhus sama dengan trachea, yaitu terdiri dari : tunica
mucosa, tunica muscularis, tunica adventitia. Cabang yang sudah berada dalam
jaringan paru histologi dindingnya banyak berubah. Cincin tulang rawan hilang,
digantikan oleh keping tulang rawan, yang susunannya tidak teratur dan menunjang
seluruh keliling saluran.
Tunica mucosa pada cabang dan ranting bronkhis yang besar, memiliki epitel
bentuk batang bersilia, sedangkan pada ranting yang kecil epitel berubah jadi kubus
dan tak bersilia. Ada lamina basalis tebal, membatasi jaringan epitel dari lamina propria
terkandugng banyak serat elastis, dan sedikit serat kolagen dan retikulosa. Di bawah
lamina propria erdapat tunica muscularis-mucosa.
f. Paru
Cabang bronkhi masuk ke dalam paru (pulmo). Paru ada sepasang kiri-kanan,
terdiri dari lima lobi. Tiap lobus oleh septa yang terdiri dari jaringan ikat terbagi-bagi
atas banyak lobulli. Masing-masing lobulus dimasuki oleh satu bronkhiolus. Di
dalamnya bronkhiolus bercabang-cabang kecil berbentuk bronkhiolus ujung, dan
berakhir pada bronkhiolus pernapasan. Dalam lobulli terkandung pula pembuluh
darah, pembuluh limfa, urat saraf, dan jaringan ikat. Pada banyak tempat sepanjang
cabang dan ranting bronkhus terdapat nodus limfa menempel pada dinding. Sebelah
luar arah ke rongga pleura paru diselaputi oleh penerusan selaput dalam pluera.
g. Bronkhiolus
Bronkhus bercabang berkali-kali sampai jadi ranting kecil. Ranting bronkhus itu
bercabang halus berbentuk bronkhiolus . Bronkhiolus bercabang lagi membentuk
ranting, disebut bronkhiolus ujung. Bronkhiolus ujung ini berakhir pada bronkhiolus
pernapasan.
Bronkhiolus Pernapasan
Ini adalah bagian ujung bronkhiolus, saluran pendek yang dilapisi sel epitel
bersilia. Sel itu di pangkal bentuk batang, makin ke ujung makin rendah sehingga
menjadi kubus dan siliapun hilang. Di bawah lapisan epitel ada serat kolagen
bercampur serat elastis dan otot polos. Di sini tak ada lagi keping tulang rawan
maupun kelenjar lendir. Lendir di sini dihasilkan oleh sel goblet yang hanya terdapat
dibagian pangkal bronkhiolus. Sebagai gantinya ada sel Clara berbentuk benjolan
yang menonjol ke lumen. Sel ini menggetahkan surfaktan untuk melumasi
permukaan dalam saluran.
Antara alveoli bersebelahan ada sekat. Sekat itu terdiri dari dua lapis sel
apitel dari kedua sel epitel terdapat serat elastis, kolagen, kapiler, dan fibroblast.
Epitel alveolus dibatasi dari endotel kapiler oleh lamina basalis yang tipis.
Ada pula sel epitel yang berbentuk bundar atau kubus, berada pada dinding alveolus,
disebut sel sekat atau sel alveolus besar.
pernafasan eksternal (luar) : adalah difusi gas luar masuk ke dalam aliran
darah (pertukaran O2 dari darah)
pernafasan internal (dalam) : adalah difusi gas atau pertukaran gas dari
darah ke sel tubuh
Proses inspirasi dan ekspirasi diatur oleh otot diafragma dan otot antar tulang
rusuk (intercostalis).
a. Pernafasan dada :
Otot antara tulang rusuk berkontraksi maka tulang rusuk terangkat
sehingga volume rongga dada membesar. Akibatnya tekanan udara di paru-
paru mengecil sehingga udara luar mempunyai tekanan lebih besar masuk ke
dalam paru-paru, maka terjadilah inspirasi. Bila otot antartulang rusuk
relaksasi maka tulang rusuk tertekan sehingga rongga dada mengecil.
Akibatnya tekanan udara di paru-paru membesar sehingga udara keluar,
maka terjadilah ekspirasi.
b. Pernafasan perut :
Diafragma berkontraksi sehingga mendatar maka rongga dada
membesar. Keadaan ini menyebabkan tekanan udara di paru-paru mengecil
sehingga udara luar masuk dan terjadilah inspirasi.
Bila otot diafragma relaksasi maka rongga dada mengecil, akibatnya
tekanan di paru-paru membesar sehingga udara keluar maka terjadilah
ekspirasi.
1. Udara pernafasan /tidal volume (UP) : udara yang masuk atau keluar
sebanyak 500 cc saat inspirasi atau ekspirasi biasa. Setelah
menghembuskan 500 cc tersebut (ekspirasi biasa) masih tersisa
2500 cc lagi di paru-paru.
2. Udara komplementer (UK) : udara sebanyak 1500 cc yang masih
dapat dihirup lagi dengan cara inspirasi yang maksimum setelah
inspirasi biasa.
3. Udara cadangan (UC) : udara sebanyak 1500 cc yang dapat
dihembuskan lagi pada ekspirasi maksimum dengan mengerutkan
otot perut kuat-kuat.
4. Udara residu /udara sisa (UR) : udara sebanyak 1000 cc yang tidak
dapat dihembuskan lagi dan menetap di paru-paru
5. Kapasitas vital paru-paru (KVP) : volume udara yang dapat
dikeluarkan dari paru-paru melalui penghembusan nafas sekuat-
kuatnya, setelah melakukan penarikan nafas sedalam-dalamnya.
6. Volume total paru-paru (VTP) : keseluruhan udara yang dapat di
tampung oleh paru-paru. Volume total paru-paru adalah kapasitas
vital paru-paru ditambah udara residu (VTP = KVP + UR).
DAFTAR PUSTAKA
enzer, Amy. 1993. Struktur Hewan Bagian I. Malang: Universitas Negeri Malang
Junqueira, C Louise; Carneiro, Jose; diterjemahkan oleh Dearma, Adji. 1982.
Histologi Dasar. Jakarta Utara: EGC Kelapa Muda
Yatim, Wildan Dr. 1990. Biologi Modern Histologi. Bandung: PT Tarsito
7. MUSKULUS KEPALA DAN LEHER
Fungsi utama tulang tengkorak adalah melindungi otak. otak adalah organ
yang lunak dan memiliki fungsi yangsangat penting. Tulang tengkorak terdiri atas
22 tulang pipih yang saling berhubungan dan membentuk rongga.Tulang
tengkorak terdiri atas 2 kelompok, yaitu tulang tengkorak bagian kepala(tulang
tempurung kepala) dan tulangtengkorak bagian wajah.
Piameter adalah membran yang sangat lembut dan tipis. Lapisan ini melekat
pada otak. Pia mater mengandung sedikit serabut kolagen dan membungkus
seluruh permukaan sistem saraf pusat dan vaskula besar yang menembus
otak.Lapisan ini melekat pada permukaan korteks serebri.
D. Otak
Otak adalah organ badan yang paling utama yang penempatannya di dalam
tengkorak. Otak merupakan organ tubuh paling kompleks. Tidak hanya mengatur
pikiran, bicara, dan emosi, otak juga menjadi pusat kendali semua hal, dari fungsi
sederhana, seperti detak jantung dan kegiatan bernafas, hingga fungsi yang
kompleks, seperti dorongan seks, ingatan, dan suasana hati. Sepanjang hidup, otak
terus sibuk menerima rangsangan, mengolah dan menyimpan informasi,
mengembangkan fikiran dan emosi, serta menyimpan memori.
Otak terdiri dari otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum), dan batang otak
(brainstem)
1. OTAK BESAR (SEREBRUM)
1. Otot mata dan otot bola mata sebanyak 4 buah Muskulus obligus okuli/ otot
bola mata yang terdapat disekelililng mata yang berfungsi memutar mata
b. Muskulus quadrates labii superior/ otot bibir atas yang mempunyai origo
pinggir lekuk mata menuju bibir atas dan hidung
Leher merupakan bagian dari tubuh manusia yang terletak di antara thoraks
dan caput. Batas di sebelah cranial adalah basis mandibula dan suatu garis yang
ditarik dari angulus mandibula menuju ke processus mastoideus, linea nuchae
suprema sampai ke protuberantia occipitalis eksterna. Batas kaudal dari ventral ke
dorsal dibentuk oleh incisura jugularis sterni, klavicula, acromion dan suatu garis lurus
yang menghubungkan kedua acromia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sutiko Ari, Ahyudi A. Anatomi Kepala dan Leher. Makasar: Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin; 2007.
2. Activasi otak.com/fungsi-otak. Htm
3. Wong 168.wordpress.com/2011-04/12/sistem-saraf-manusia/
4. Google.co.id/imgres=medula+spinalis
5. Biologigonz.blogspot.com/2009/12/otot-lurik-rangka.html
8. SISTEM PEREDARAN DARAH LEHER dan KEPALA
1. SIRKULASI SISTEMIK
• Arteri tidak selalu berakhir menjadi kapiler, tapi dapat saling menyatu
membentuk anastomosis
• .Anastomosis berfungsi: – Dapat membentuk sirkulasi kolateral bila salah
satu arteri tersumbat atau mengalami gangguan – Dapat berdilatasi untuk
memenuhi kebutuhan jaringan bila aliran kurang lancer
3. SIRKULASI LEHER
• A. Karotis komunis mensuplai darah untuk leher dan kepala
• A. Karotis komunis bercabang 2 setinggi kartilago tiroid (jakun), menjadi:
– A. karotis interna mensuplai sebagian besar serebrum dan mata
– A. karotis eksterna mensuplai bagian luar wajah dan kulit kepala
4. SIRKULASI LEHER
• Pada percabangan A. karotis komunis terdapat area dilatasi disebut sinus
karotis
• Didalam sinus karotis berkumpul ujung-ujung saraf glossofaring (Nervus IX),
dimana sinus karotis bereaksi terhadap perubahan tekanan darah dan
memberikan informasi ke otak untuk mengembalikan tekanan darah ke
normal kembali.
5. SIRKULASI LEHER
• Dibelakang sinus karotis terdapat struktur coklat kecil disebut badan karotis,
bagian ini berfungsi sebagai kemoreseptor dimana merupakan reseptor yang
sensitif terhadap kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah
• Apabila kadar oksigen dalam darah menurun, maka badan karotis akan
memberi sinyal ke jantung untuk mempercepat frekuensi denyut untuk
mecukupi kebutuhan jaringan
6. SIRKULASI OTAK
• A. karotis eksterna bercabang menjadi:
– A. Tiroidea superior
– A. Lingualis
– A. faringea asendens
– A. Facialis
– A. Oksipitalis
– A. Aurikularis posterior
– A. Maksilaris
– A. Temporalis
7. SIRKULASI OTAK
karotis interna bercabang menjadi:
o A. Optalmika
o A. serebri anterior
o A. serebri media
o A. komunikans anterior
o A. komunikans posterior A. serebri posterior
o A. frontalis
8. SIRKULASI OTAK
9. SIRKULASI SISTEMIK
• Aliran balik darah otak ditampung dalam pembuluh darah yang berada diantara
dua lapis duramater yang disebut sinus duramatris
• Sinus duramatris merupakan penyalur darah yang berdinding kaku dan tidak
memiliki katup, dan bermuara di V. jugularis interna
DAFTAR PUSTAKA
Daroji-Haryati. 2007. ILMU PENGETAHUAN ALAM 2. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Saeful Karin DKK. 2008. Belajar IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional
Sistem saraf tidak sadar mengatur kerja organ-organ tubuh yang tidak disadari oleh otak
seperti kerja otot polos, otot jantung, kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin. Sistem
saraf tidak sadar disebut juga sebagai sistem saraf otonom. Sistem saraf tidak sadar
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Kedua sistem saraf ini bekerja secara berlawanan (antagonis) sehingga
menghasilkan suatu sistem pengaturan yang baik. Contohnya seperti sistem saraf
simpatik yang bekerja mempercepat denyut jantung dan sistem saraf parasimpatik
bekerja sebaliknya, yaitu memperlambat denyut jantung
Terdapat dua jenis neuron (sel saraf) yang terlibat dalam menyalurkan
sinyal (impuls) dari sistem saraf simpatis, yaitu sel saraf post-ganglionic dan sel saraf
pre-ganglionic. Sistem kerjanya adalah neuron (sel saraf) pre-ganglionik akan
melepaskan senyawa kimia berupa asetilkolin ke dalam neuron post-ganglionik.
Setelah neuron post-ganglionik terangsang, maka ia akan melepaskan norepinephrine
yang akan mengaktifkan reseptor (penerima sinyal) di organ yang dituju.
2. Saraf Parasimpatik
Cara kerja saraf parasimpatik sebenarnya hampir sama dengan saraf simpatis,
tetapi yang menjadi perbedaan adalah sinyal yang dikeluarkan oleh neuron post-
ganglionik adalah bersifat kolinergik (norepinephrine), bukan bersifat adrenergic
(epinephrine). Jadi, sifat kolinergik inilah yang membuat kerja parasimpatik terbalik
dengan simpatik.
Oleh karena sinyal yang dikeluarkan berbeda, maka mekanisme yang dilakukan
oleh sistem saraf parasimpatik sering juga disebut dengan rest and digest. Hal ini
karena pengaturan tubuh oleh saraf parasimpatik berhubungan dengan pengaturan
saat tubuh sedang dalam kondisi istirahat dan membantu dalam mengendalikan
proses pencernaan dan juga proses eksresi.
Jalur Saraf Simpatik Dan Saraf Parasimpatik
Jalur saraf otonom (simpatik dan parasimpatik) melibatkan dua sel saraf yaitu
satu sel terletak di batang otak, sedangkan yang satunya lagi terletak di sumsum
tulang belakang. Sel saraf ini dihubungkan dengan sel saraf yang lain yang terletak di
gugusan sel saraf (ganglion otonom) melalui serabut saraf. Serabut saraf dari ganglion
inilah yang terhubung ke organ-organ di dalam tubuh.
Sebagian besar ganglion pada saraf simpatis berada di sumsum tulang belakang
pada kedua sisinya. Saraf simpatik disebut juga dengan sistem torakolumbar, Karena
saraf nya yang keluar dari sumsum tulang belakang setentang dengan ruas tulang
dada (thoraks) dan pinggang (lumbal). Sistem saraf simpatik memiliki 25 ganglion atau
simpul saraf yang terdapt di sumsum tulang belakang.
DAFTAR PUSTAKA
Daroji-Haryati. 2007. ILMU PENGETAHUAN ALAM 2. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Saeful Karin DKK. 2008. Belajar IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional