Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HAK ASASI PEREMPUAN

MAKALAH INI DISUSUN KEPADA FAKULTAS KEGURUAN ILMU


PENDIDIKAN UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL UNTUK MEMENUHI MATA
KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DOSEN PPENGAMPU:
WAHYU JATI KUSUMA M. Hum,

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:

1. ADZANI FAJAR P. (1115500003)


2. AMALIA NUR RIZKI (1115500007)
3. DIAH RETNO UTAMI (1115500020)
4. DINI INDRIANI (1115500023)
5. EKA NUR AFRILIATI (1115500026)

SEMESTER 2B

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjakatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya Kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pendekatan Konseling Gestalt”.
Dan Kami berterimakasih kepada Bapak Wahyu Jati Kusuma M. Hum,selaku Dosen
matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini kepada Kami.
Sebelumnya Kami meminta maaf apabila dalam penyusunan terdapat kata-kata yang
salah dan kurang berkenan.Karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan Kami.Kami memohon
kritik dan saran guna untuk memperbaiki atau bahkan menambah isi makalah ini di masa
depan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pembaca.

Tegal, 14 Mei 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover ...................................................................................................... 1
Kata Pengantar ...................................................................................................... 2
Daftar Isi ...................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan ...................................................................................................... 4
Latar Belakang ...................................................................................................... 4
Rumusan Masalah ...................................................................................................... 4
Tujuan ...................................................................................................... 4
BAB II Pembahasan ...................................................................................................... 6
Pengertian Hak
Asasi Manusia ...................................................................................................... 6
Pengertian
Perempuan ...................................................................................................... 7
Pengertian Hak
Asasi Perempuan ...................................................................................................... 7
Komnas
Perempuan ...................................................................................................... 8
Masalah
Kekerasan
Terhadap
Perempuan ...................................................................................................... 9
Upaya
Memperjuangkan
Hak Asasi
Perempuan ...................................................................................................... 10
Perlindungan Hak
Asasi Manusia
(Khusus
Perempuan) di
Indonesia ...................................................................................................... 11
BAB III Penutup ...................................................................................................... 13
Kesimpulan ...................................................................................................... 13
Saran ...................................................................................................... 13
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1) Latar Belakang
Penegakan hak asasi manusia merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan
bernegara dan bermasyarakat di indonesia. Melaui peran sertanya dalam konperensi ini,
Komnas Perempuan bermaksud membantu perwakilan pemerintah Indonesia dalam forum
Konperensi Regional ini untuk ikut menghasilkan suatu dokumen Internasional melawan
rasisme dan diskriminasi rasial yang secara kongkrit dapat mendukung perjuangan bangsa
Indonesia dalam menegakan ha-hak asasi perempuan, termasuk hak-hak perempuan minoritas
perempuan di dalam Negeri maupun hak-hak perempuan Indonesia yang bekerja di luar
Negeri. Hak-hak asasi perempuan di Indonesia sangatlah kurang. Sebagai generasi muda
pahamilah arti dari hak asasi itu sendiri kemudian tanamkan pada diri masing-masing
sehingga timbul rasa kesadaran dalam hak asasi. Maka dengan sendirinya hak asasi di
indonesia khususnya hak asasi perempuan akan berjalan dengan semestinya.

2) Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hak asasi manusia?
2. Apa pengertian perempuan?
3. Apa pengertian hak asasi perempuan?
4. Apa pengertian komnas hak asasi perempuan ?
5. Bagaimana masalah kekerasan terhadap perempuan ?
6. Bagaimana upaya memperjuangkan hak asasi perempuan ?
7. Bagaimana perlindungan hak asasi manusia (khusus perempuan) di Indonesia ?

3) Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang hak asasi manusia.
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang perempuan.
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang hak asasi perempuan.
4. Untuk mengetahui dan memahami tentang komnas hak asasi perempuan.
5. Untuk mengetahui dan memahami tentang masalah kekerasan terhadap perempuan.
6. Untuk mengetahui dan memahami tentang upaya memperjuangkan hak asasi
perempuan.

4
7. Untuk mengetahi dan memahami tentang perlindungan hak asai manusia (khusus
perempuan).

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Hak Asasi Manusia


HAM ialah hak dasar yang sudah dimiliki oleh semua manusia.Sejak lahir, tiap-tiap
manusia/individu sudah memilikinya dan itu merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha
Esa. Tentunya dalam kalangan bermasyarakat, kita seharusnya menghormati hak-hak orang
lain.
Pengertian HAM menurut para ahli:
 Menurut UU No. 39 tahun 1999, HAM ialah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
setiap keberadaan manusia yang merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak
merupakan anugerah-Nya yang haruslah untuk dihormati, dijunjung tinggi, serta
dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang untuk kehormatan serta
perlindungan harkat martabat manusia.
 Pengertian HAM Menurut John Locke,HAM merupakan suatu hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan yang bersifat kodrati. Artinya adalah hak yang dimiliki oleh setiap
manusia menurut kodratnya dan tidak dapat dipisahkan hakikatnya, sehingga sifatnya
adalah suci.
 Pengertian HAM Menurut David Beetham dan Kevin Boyle,Hak asasi manusia dan
kebebasan fundamental adalah hak-hak individual dan berasal dari berbagai kebutuhan
serta kapasitas-kapasitas manusia.
 Pengertian HAM Menurut Haar Tilar,HAM adalah hak yang melekat pada diri tiap insan,
apabila tiap insan tidak memiliki hak-hak itu maka setiap insan tersebut tidak bisa hidup
seperti manusia. Hak tersebut didapatkan pada saat sejak lahir ke dunia.
 Pengertian HAM MenurutProf. Koentjoro Poerbopranoto, hak asasi manusia adalah suatu
hak yang bersifat mendasar. Hak yang telah dimiliki setiap manusia dengan berdasarkan
kodratnya yang tidak dapat bisa dipisahkan sehingga HAM bersifat suci.
 Pengertian HAM Menurut Komnas,HAM adalah Hak asasi manusia yang mencakup dari
berbagai bidang kehidupan manusia, baik itu sipil, politik, sosial dan kebudayaan, ataupun
ekonomi.

6
2. Pengertian Perempuan
Pengertian perempuan sendiri secara etimologis berasal dari kata empu yang berarti
“tuan”, orang yang mahir atau berkuasa, kepala, hulu, yang paling besar.Namun dalam
bukunya Zaitunah Subhanperempuan berasal dari kata empu yang artinya dihargai.Lebih
lanjut Zaitunah menjelaskan pergeseran istilah dari wanita ke perempuan. Kata wanita
dianggap berasal dari bahasa Sanskerta, dengan dasar kata Wan yang berarti nafsu, sehingga
kata wanita mempunyai arti yang dinafsui atau merupakan objek seks. Jadi secara simbolik
mengubah penggunaan kata wanita ke perempuan adalah megubah objek jadi subjek. Tetapi
dalam bahasa Inggris wan ditulis dengan kata want, atau men dalam bahasa Belanda, wun
dan schen dalam bahasa Jerman. Kata tersebut mempunyai arti like, wish, desire, aim.Kata
want dalam bahasa Inggris bentuk lampaunya wanted. Jadi, wanita adalah who is being
wanted (seseorang yang dibutuhkan) yaitu seseorang yang diingini. Sementara itu feminisme
perempuan mengatakan, bahwa perempuan merupakan istilah untuk konstruksi sosial yang
identitasnya ditetapkan dan dikonstruksi melalui penggambaran.Dari sini dapat dipahami
bahwa kata perempuan pada dasarnya merupakan istilah untuk menyatakan kelompok atau
jenis dan membedakan dengan jenis lainnya.
Para ilmuan seperti Plato, mengatakan bahwa perempuan ditinjau dari segi kekuatan fisik

maupun spiritual, mental perempuan lebih lemah dari laki‑laki, tetapi perbedaan tersebut

tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam bakatnya.Sedangkan gambaran tentang


perempuan menurut pandangan yang didasarkan pada kajian medis, psikologis, dan sosial,
terbagi atas dua faktor, yaitu faktor fisik dan psikis.

3. Pengertian Hak Asasi Perempuan


Hak asasi Perempuan merupakan bagian dari Hak asasi manusia.Penegakan hak asasi
perempuan merupakan bagian dari penegakkan hak asasi manusia. Sesuai dengan komitmen
Internasional dalam Deklarasi PBB 1993, makaperlindungan, pemenuhan dan penghormatan
hak asasi perempuan adalah tanggung jawab semua pihak baik lembaga-lembaga Negara
(eksekutif, legislatif, yudikatif) maupun Partai politik dan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM). Bahkan warga Negara secara perorangan punya tanggung jawab untuk melindungi
dan memenuhi hak asasi perempuan .

7
4. Komnas Perempuan
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan adalah lembaga negara yang
independen untuk penegakan hak asasi manusia perempuan Indonesia.Komnas Perempuan
dibentuk melalui Keputusan Presiden No. 181 Tahun 1998, pada tanggal 9 Oktober 1998,
yang diperkuat dengan Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005.
PERAN KOMNAS PEREMPUAN:
 Pemantau dan pelapor tentang pelanggaran HAM berbasis gender dan kondisi pemenuhan
hak perempuan korban;
 Pusat pengetahuan (resource center) tentang hak asasi perempuan;
 Pemicu perubahan serta perumusan kebijakan;
 Negosiator dan mediator antara pemerintah dengan komunitas korban dan komunitas
pejuang hak asasi perempuan, dengan menitikberatkan pada pemenuhan tanggung jawab
negara pada penegakan hak asasi manusia dan pada pemulihan hak-hak korban;
 Fasilitator pengembangan dan penguatan jaringan di tingkat lokal, nasional, regional dan
internasional untuk kepentingan pencegahan, peningkatan kapasitas penanganan dan
penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.
MANFAAT KOMNAS PEREMPUAN
Ternyata komnas perempuan juga memiliki manfaat yaitu:
a) Untuk menyebarluaskan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
Indonesia dan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan, serta penghapusan segala
bentuk kekerasan terhadap perempuan.
b) Melaksanakan pengkajian dan penelitian terhadap berbagai peraturan perundang-undangan
yang berlaku, serta berbagai instrumen internasional yang relevan bagi perlindungan hak-
hak asasi perempuan.
c) Melaksanakan pemantauan, termasuk pencarian fakta dan pendokumentasian kekerasan
terhadap perempuan dan pelanggaran HAM perempuan, serta penyebarluasan hasil
pemantauan kepada publik dan pengambilan langkah-langkah yang mendorong
pertanggungjawaban dan penanganan.
d) Selalu memberi saran dan pertimbangan kepada pemerintah, lembaga legislatif, dan
yudikatif, serta organisasi-organisasi masyarakat guna mendorong penyusunan dan
pengesahan kerangka hukum dan kebijakan yang mendukung upaya-upaya pencegahan
dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan, serta perlindungan
HAM penegakan dan pemajuan hak-hak asasi perempuan.

8
e) Mengembangkan kerja sama regional dan internasional guna meningkatkan upaya-upaya
pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan Indonesia,
serta perlindungan, penegakan dan pemajuan hak-hak asasi perempuan.

5. Masalah Kekerasan Terhadap Perempuan


a) Kekerasan seksual terhadap perempuan,terutama dalam bentuk perkosaan, pelecehan
seksual dan eksploitasi seksual. Hasil pemantauan komnas perempuan sejak 1998
menunjukkan bahwa kekerasan seksual memiliki dampak yang sangat khas bagi
perempuan. Sebanyak 1/3 dari 295.836 total kasus kekerasan terhadap perempuan di
indonesia dalam berbagai konteks. Dari catatan tahunan sejak tahun 2000, yang di himpun
atas kerjasama dengan berbagi lembaga pengada layanan bagi perempuan korban
kekerasan di berbagi wilayah indonesia, tiap harinya ada 28 perempuan yang menjadi
korban kekerasan seksual. Sistem hukum yang ada sampai saat ini belum lagi dapat
memberikan akses keadilan bagi perempuan korban, antara lain karena landasan hukum
yang komprehensif yang belum tersedia, pengetahuan aparat penegak hukum dan publik
tentang kekerasan seksual terbatas, serta tata cara pembuktian hukum yang justru
membebani perempuan. Sistem dukungan yang tersedia bagi korban di dalam masyarakat
juga sangat terbatas, bahkan tak jarang justru menyalahkan korban.
Upaya mengubah budaya stigmatisasi ini coba di lakukan komnas perempuan bersama
dengan 37 organisasi lainnya di 20 provinsi yang tergabung dalam jaringan kampanye 16
hari anti kekerasan terhadap perempuan. Kampanye ini akan bergerak mengusung tema
kekerasan seksual : Kenali Dan Tangani, hingga 2014. Muara dari gerakan ini adalah
tersedianya jaminan hukum bagi kasus kekerasan seksual.
b) Diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan terkait politisasi identitas. Komnas
perempuan menyesalkan tidak adanya tindakan tegas aparat dalam kasus-kasus kekerasan
atas nama agama dan moralitas mayoritas. Komnas perempuan juga mendorong peran
media untuk mengawasi pelembagaan diskriminasi melalui kebijakan-kebijakan daerah.
Komnas perempuan menemukan 206 kebijakan diskriminatif antara 1999 dan 2011 (7 di
antaranya kebijakan di tingkat nasional). Situasi ini memprihatinkan, karna pada tahun
2009 komnas perempuan telah menyampaikan adanya 154 kebijikan diskriminatif atas
nama agama dan moralitas. Tidak ada satupun dari kebijakan tersebut yang di cabut atau
di ubah secara komprehensif dengan memastikan pemenuhan prinsip-prinsip hak asasi
manusia. Sebaliknya, angka kebijakan diskriminatif malah terus bertambah dan turut
menyuburkan sikap inteleransi dalam masyarakat.

9
c) Diskriminasi terhadap perempuan pekerja migran. Komnas perempuan mendorong peran
media dalam mengawasi upaya negara membangun sebuah sistem perlindungan yang
komprehensif. Termasuk di dalamnya adalah mengingatkan publik untuk menagih
komitmen presiden RI dalam konferensi perubahan Organisasi Perburuhan Internasional
(ILO) ke-100 pada 15 Juni 2011 di Jenewa, dengan segera meratifikasi konvensi migran
1990. Jaminan payung lainnya adalah revisi UU No 39 Tahun 2004 tentang penempatan
dan perlindungan tenaga kerja di luar negeri. Sistem perlindungan hukum ini termasuk di
dalamnya penyediaan bantuan hukum bagi pekerja migran yang menghadapi kasus
pelanggaran hukum, termasuk ancaman deportasi. Menurut data dari kementrian luar
negeri yang di terima komnas perempuan, saat ini ada 23 pekerja migran mendapat
ancaman hukuman mati, terdiri dari 15 perempuan dan 8 laki-laki, sedangkan di malaysia
berjumlah 177 WNI (11 orang perempuan). Pengawalan terhadap pembenahan tata kelola
tenaga kerja migran mulai dari proses perekrutan di kantong-kantong pekerja migran,
kondisi di penampungan hingga penempatan di luar negeri juga perlu terus di lakukan.
d) Penguatan kelembagaan komnas perempuan sebagai bagian tidak terpisahkan dari
reformasi birokrasi. Konsep lembaga nasional hak asasi manusia (LNHAM) seperti
komnas perempuan belum di kenal dalam sistem ketatanegaraan di indonesia. Padahal,
kehadiran LNHAM adalah keniscayaan bagi negara yang mengedepankan HAM warga
negaranya dan demokrasi. Agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal, di butuhkan
LNHAM yang bersifat permanen, independen, memiliki fungsi check and balance, dan
terpisah dari eksekutif, legislatif,yudikatif dan auditing. Mengingat ke khasan persoalan
kekerasan terhadap perempuan, sebagaimana juga terefleksi dalam sejarah kelahiran
komnas perempuan pasca kerusuhan Mei 1998, maka sebuah mekanisme penegakan hak
yang khusus berfokus pada persoalan tersebut merupakan sebuah kebutuhan sekaligus
keunikan indonesia. Melalui peliputan dan pemberitaan yang mendukung promosi
penegakan HAM khususnya pada penghapusan kekerasan terhadap perempuan, dan
terutama tentang kerja komnas perempuan, media menjadi ujung mengawal demokrasi dan
mendorong pelaksanaan tanggung jawab negara dalam pemenuhan HAM warga
negaranya.

6. Upaya Memperjuangkan Hak Asasi Perempuan


Pada dasarnya, kuota 30% yang diberikan untuk keterlibatan perempuan dalam politik
dan keterwakilan perempuan dalam parlemen yang diamanatkan oleh Undang-undang No. 10

10
Tahun 2008 tentang pemilu legislatif dan Undang-undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik (Parpol), masih sangat jauh dengan kenyataannya.
Untuk itu, adapun upaya untuk memperjuangkan kesetaraan gender dalam kehidupan politik
yakni, pertama harus diusahakan adanya peraturan atau UU tentang pemilu, pilkada dan
partai politik yang mencantumkan perihal affirmative action terhadap keterwakilan
perempuan dengan memberikan previlage tertentu kepada keterwakilan perempuan, sehingga
dengan adanya affirmative action, diharapkan keterwakilan perempuan akan meningkat dan
sesuai harapan. Kedua, diperlukan adanya usaha-usaha peningkatan pendidikan bagi
perempuan secara terus menerus. Karena dengan adanya peningkatan taraf pendidikan bagi
kaum perempuan, maka akan meningkatkan kompetensi dan daya saing kaum perempuan di
bidang politik. Ketiga, diperlukan adanya pencerahan dan pendidikan politik yang terus
menerus kepada masyarakat luas, bisa dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat, ormas,
ataupun oleh lembaga-lembaga lain, tentang unggulnya pemimpin politik perempuan.
Dengan usaha itu diharapkan akan memberikan perubahan pandangan tentang budaya
patriarki bagi masyarakat, sehingga kemungkinan terpilihnya pemimpin politik perempuan
akan sama dengan kemungkinan terpilihnya pemimpin politik laki-laki. Sehingga kesetaraan
gender dalam dunia perpolitikan akan semakin maju dan efek sampingnya untuk kemajuan
usaha pemberantasan korupsi bisa segera dirasakan.

7. Perlindungan Hak Asasi Manusia (Khusus Perempuan) di Indonesia


Untuk lebih memahami dan mengoperasikan hak-hak perempuan dalam kehidupan
keluarga, masyarakat, bernegara, bahkan antar Negara, maka sistem hukum kita
seyogyanyatidak mendiskriminasi perempuan. Hak-hak
politik,perkawinan,ketenagakerjaan,pendidikan,kesehatan, dan hak di bidang hukum, diatur
dalam U No.39 Tahun 1999 (UU HAM), yaitu:
 Pasal 46: Sistem pemilihan umum,kepartaian,pemilihan anggota badan legislative,dan
sistem pengangkatan di bidang eksekutif, yudikatif, harus menjamin keterwakilan wanita
sesuai persyaratan yang ditentukan.
 Pasal 47: Seorang wanita yang menikah dengan seseorang pria berkewarganegaraan asing
tidak secara otomatis mengikuti status kewarganegaraan suaminya tetapi mempunyai hak
untuk mempertahankan,mengganti,atau memperoleh kembali status kewarganegaraannya.
 Pasal 48: Wanita berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran di semua jenis,
jenjang dan jalur pendidikan sesuai dengan persyaratan yangn telah ditentukan.
 Pasal 49:

11
a) Wanita berhak untuk memilih,dipilih,diangkat dalam pekerjaan,jabatan,dan profesi
sesuai dengan persyaratandan peraturan perundang-undangan.
b) Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan
atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau
kesehatannya berkenaan dengan reproduksi wanita.
c) Hak khusus yang melekat pada diri wanita dikarenakan fungsi reproduksinya, dijamin
dan dilindungi oleh hukum.
 Pasal 50: wanita yang telah dewasa dan atau telah menikah berhak untuk melakukan
perbuatan hukum sendiri, kecuali ditentukan lain oleh hukum agamanya.
 Pasal 51:
a) Seorang istri selama dalam ikatan perkawinan mempunyai hak dan tanggung jawab
yang sama dengan suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan kehidupan
perkawinannya, hubungan dengan anak-anaknya, dan hak pemilikan serta pengelolaan
harta bersama.
b) Setelah putusnya perkawinan, seorang wanita mempunyai hak dan tanggung jawab
yang sama dengan mantan suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan harta
bersama tanpa mengurangi hak anak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
PERLINDUNGAN HAK ASASI PEREMPUAN LAIN (INTERNASIONAL):
 Konvensi PBB tentang penghapusan perdagangan manusia dan eksploitasi pelacuran (the
convention for suppression of the traffic in persons and exploitation of the prostitution of
other)1949.
 Konvensi PBB tentang penghapusan segala bentukdiskriminasi terhadap perempuan-
CEDAW,1979.
 United nation convention against transnational organized crime and united nation protocol
to prevent,suppress and punish trafficking in persons, specially women and child-2000.

12
BAB III
PENUTUP

a) Kesimpulan
HAM ialah hak dasar yang sudah dimiliki oleh semua manusia.Sejak lahir, tiap-tiap
manusia/individu sudah memilikinya dan itu merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha
Esa. Perempuan merupakan istilah untuk konstruksi sosial yang identitasnya ditetapkan dan
dikonstruksi melalui penggambaran.Hak asasi Perempuan merupakan bagian dari Hak asasi
manusia.Sesuai dengan komitmen internasional dalam Deklarasi PBB 1993 ,
makaperlindungan, pemenuhan dan penghormatan hak asasi perempuan adalah tanggung
jawab semua pihak baik lembaga-lembaga Negara ( eksekutif, legislatif, yudikatif ) maupun
Partai politik dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).Komisi Nasional Anti Kekerasan
terhadap Perempuan adalah lembaga negara yang independen untuk penegakan hak asasi
manusia perempuan Indonesia. Komnas HAM juga mempunyai peran dan manfaat.
Masalah kekerasan terhadap perempuan diantaranya, yaitu Kekerasan seksual terhadap
perempuan, Diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan terkait politisasi identitas,
Diskriminasi terhadap perempuan pekerja migran, dll. Adapun Perlindungan Hak Asasi
Manusia (Khusus Perempuan) di Indonesia tertuang dalam pasal-pasal tertentu.

b) Saran
Sebagai makhluk sosial Kita harus menghormati dan menghargai hak asasi perempuan
serta menjaga hak asasi perempuan orang lain jangan sampai Kita melakukan pelanggaran
hak asasi perempuan. Dan Kita juga harus membantu negara dalam mencari upaya untuk
mengatasi atau menanggulangi adanya pelanggaran-pelanggaran hak asasi perempuan di
Indonesia.

13
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Indonesia. 2007. Hak Azasi Perempuan Instrumen Hukum untuk Mewujudkan
Keadilan Gender. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Irianto Sulistyowati. 2005. Perempuann Di Antara Berbagai Pilihan Hukum. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
http://dianaanitakristianti.blogspot.com/2013/05/makalah-hak-asasi-perempuan.html
http://arizkasekarp.blogspot.com/2015/10/hak-asasi-manusia-terhadap-perempuan.html?m=1

14

Anda mungkin juga menyukai