Edisi Kedua
Cetakan pertama, Agustus 2010 Cetakan keenam, April 2014
Cetakan kedua, April 2011 Cetakan ketujuh, Juni 2014
Cetakan ketiga, November 2011 Cetakan kedelapan, September 2014
Cetakan keempat, April 2012 Cetakan kesembilan, Mei 2016
Cetakan kelima, Januari 2014 Cetakan kesepuluh, November 2016
657.044
SUG SUGIARTO
m Materi pokok akuntansi keuangan menengah I; 1 – 9/
EKMA4210/ 3 sks / Sugiarto. -- Cet. 10; Ed 2 --.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2016.
618 hal; ill.; 21 cm
ISBN: 978-979-011-551-4
1. akuntansi
I. Judul
iii
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Kerangka Konseptual Akuntansi dan Profesi Akuntan ...................... 1.24
Latihan …………………………………………............................... 1.47
Rangkuman ………………………………….................................... 1.48
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.49
Kegiatan Belajar 2:
Pos-pos Luar Biasa ............................................................................ 2.45
Latihan …………………………………………............................... 2.55
Rangkuman ………………………………….................................... 2.59
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.60
Kegiatan Belajar 2:
Catatan Atas Laporan Keuangan (Notes to Financial Statement) ...... 3.33
Latihan …………………………………………............................... 3.43
Rangkuman ………………………………….................................... 3.45
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.45
Kegiatan Belajar 2:
Penggunaan Laporan Aliran Kas ....................................................... 4.33
Latihan …………………………………………............................... 4.44
Rangkuman ………………………………….................................... 4.47
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.48
Kegiatan Belajar 2:
Akuntansi Piutang (Receivable) ......................................................... 5.30
Latihan …………………………………………............................... 5.41
Rangkuman ………………………………….................................... 5.42
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.43
Kegiatan Belajar 3:
Penilaian Piutang Wesel ..................................................................... 5.46
Latihan …………………………………………............................... 5.64
Rangkuman ………………………………….................................... 5.65
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 5.66
Kegiatan Belajar 4:
Piutang Usaha (Account Receivables) ................................................ 5.70
Latihan …………………………………………............................... 5.91
Rangkuman ………………………………….................................... 5.92
Tes Formatif 4 ……………………………..…….............................. 5.94
Kegiatan Belajar 5:
Piutang Usaha Sebagai Sumber Kas .................................................. 5.97
Latihan …………………………………………............................... 5.108
Rangkuman ………………………………….................................... 5.109
Tes Formatif 5 ……………………………..…….............................. 5.110
Kegiatan Belajar 2:
Penentuan Kos (Cost) Persediaan ....................................................... 6.24
Latihan …………………………………………............................... 6.38
Rangkuman ………………………………….................................... 6.40
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.41
vi
Kegiatan Belajar 3:
Metode Penentuan Kos Persediaan .................................................... 6.44
Latihan …………………………………………............................... 6.62
Rangkuman ………………………………….................................... 6.65
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 6.66
Kegiatan Belajar 2:
Metode Taksiran ................................................................................. 7.27
Latihan …………………………………………............................... 7.42
Rangkuman ………………………………….................................... 7.47
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 7.48
Kegiatan Belajar 3:
Penilaian Persediaan Pada Perusahaan Pengolahan dan Kontrak
Jangka Panjang .................................................................................. 7.52
Latihan …………………………………………............................... 7.66
Rangkuman ………………………………….................................... 7.71
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 7.71
Kegiatan Belajar 2:
Akuntansi Utang Lancar ..................................................................... 8.14
Latihan …………………………………………............................... 8.25
Rangkuman ………………………………….................................... 8.27
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 8.28
Kegiatan Belajar 3:
Pembiayaan dengan Obligasi ............................................................. 8.31
Latihan …………………………………………............................... 8.44
Rangkuman ………………………………….................................... 8.45
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 8.45
Kegiatan Belajar 2:
Investasi Jangka Panjang Saham ....................................................... 9.17
Latihan …………………………………………............................... 9.33
Rangkuman ………………………………….................................... 9.35
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 9.35
Kegiatan Belajar 3:
Investasi Jangka Panjang Obligasi ..................................................... 9.38
Latihan …………………………………………............................... 9.50
Rangkuman ………………………………….................................... 9.51
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 9.52
Akuntansi Pendapatan,
Akuntansi Persediaan Persediaan Metode Non Kas
Piutang, dan Kas
Modul 6 Modul 7
Modul 5
Pengembangan Akuntansi
Indonesia
Modul 1
Pengantar Akuntansi
xi
Modul 1
Pelaporan Keuangan
Drs. Sugiarto, M.Acc., M.B.A., Akt.
PE NDA HULUA N
M odul ini merupakan modul pertama dari sembilan modul yang akan
membahas tentang pelaporan keuangan (financial reporting), laporan
keuangan (financial statements) dan pos-pos lancar yang biasa ditemui dalam
laporan keuangan dari perusahaan manufaktur. Uraian pada modul ini akan
dititikberatkan pada masalah pelaporan keuangan serta perkembangan praktik
akuntansi dan profesi akuntan di Indonesia. Modul ini terbagi dalam dua
kegiatan belajar sebagai berikut.
Kegiatan Belajar 1 membahas tentang ruang lingkup laporan keuangan yang
akan menjelaskan pengertian akuntansi dan pelaporan keuangan, tujuan laporan
keuangan dan mengidentifikasi laporan keuangan utama, menjelaskan fungsi
standar akuntansi dan perkembangan standar akuntansi di Indonesia, dan
organisasi yang terkait dengan persoalan pelaporan keuangan.
Kegiatan Belajar 2 membahas tentang profesi akuntan dan kerangka
konseptual akuntansi yang akan menjelaskan tentang isu akuntansi internasional,
konsep dasar akuntansi, dan karier yang terkait dengan akuntansi dan pelaporan
keuangan.
Setelah mempelajari dan menyelesaikan modul ini diharapkan Anda dapat
menjelaskan konsep-konsep dasar akuntansi pelaporan keuangan dalam suatu
unit kerja organisasi atau unit bisnis perusahaan.
Secara khusus, setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan fungsi standar akuntansi dan memaparkan peran Dewan
Standar Akuntansi Keuangan di dalam penerapan standar tersebut di
Indonesia;
2. menjelaskan relevansi isu praktik akuntansi internasional terhadap
akuntansi di Indonesia dan peran IASC (Internatioanl Accounting Standard
Committee) dalam penetapan standar akuntansi;
3. menjelaskan tujuan laporan keuangan dan mengidentifikasi laporan
keuangan utama;
1.2 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Kegiatan Belajar 1
PABU PAS
Landasan Al Qur’an
Syariah Al Hadis
Landasan Fatwa Syariah
Konseptual Kerangka Dasar Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyusunan dan
Penyajian Laporan Penyajian Laporan
Keuangan Keuangan
buku Intermediate Accounting oleh Kieso, dkk. halaman 12. Berikut adalah
gambar rumah GAAP di Amerika Serikat.
House of GAAP
House of GAAP
FASB AICPA
Category (a) APB
Standards and Accounting
(Most authoritative) Opinions
Interpretations Research Bulletins
Prinsip atau standar akuntansi harus dan mengalami perubahan karena pada
setiap saat kondisi menuntut adanya perubahan seiring dengan globalisasi
perekonomian dunia yang telah menyebabkan akselerasi dalam perkembangan
dunia usaha di Indonesia. Lebih dari itu, prinsip atau standar akuntansi kadang-
kadang bersifat kontroversial, seperti halnya Undang-undang atau Peraturan
Pemerintah tentang pemberantasan korupsi, perjudian, anti monopolisme.
Seperti halnya Undang-undang atau Peraturan Pemerintah yang justifikasinya
didasarkan pada kontribusinya terhadap tercapainya tujuan pembangunan
masyarakat, bangsa, dan negara; justifikasi standar akuntansi keuangan
didasarkan pada kontribusinya terhadap tercapainya tujuan akuntansi atau
pelaporan keuangan. SAK itu sendiri ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia,
dalam hal ini Dewan Standar Akuntansi Keuangan (sebelumnya disebut Komite
Prinsip Akuntansi Indonesia, kemudian Komite Standar Akuntansi Keuangan).
Seiring dengan era reformasi yang menuntut adanya peningkatan
transparansi informasi dunia usaha kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan
masyarakat, mutlak diperlukan pemutakhiran standar akuntansi yang sesuai
dengan perkembangan lingkungan yang melingkupinya. Dewan Standar
EKMA4210/MODUL 1 1.7
2. Tujuan Utama
FASB (1978, par 37-49) menyatakan bahwa tujuan pelaporan keuangan
adalah menyajikan informasi:
a. untuk membantu para investor dan calon investor, kreditor, dan calon
kreditor, dan pengguna lain dalam menaksir prospek aliran kas masa
mendatang;
b. tentang aktiva dan kewajiban;
c. tentang prestasi keuangan perusahaan selama satu periode; dan
d. tentang sumber pemerolehan dan penggunaan dana.
3. Tujuan Sekunder
Menurut FASB (1978, par. 50-54) tujuan sekunder pelaporan keuangan
adalah untuk menyajikan:
a. informasi bagi manajemen untuk membuat keputusan terbaik bagi
kepentingan pemilik;
b. informasi bagi pemilik untuk memprediksi prestasi manajemen dalam
mengelola perusahaan;
1.10 Akuntansi Keuangan Menengah 1
2. Laporan Laba-Rugi
Laporan laba rugi (income statement) berisi ikhtisar pendapatan dan beban
atau biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu. Kita dapat memperoleh
informasi yang terkait dengan aktivitas suatu perusahaan dari laporan laba rugi,
seperti informasi penjualan, harga pokok penjualan, biaya operasional,
keuntungan, atau kerugian. Dengan demikian, kita dapat menilai kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba dan sumber-sumber utama dari pendapatan
perusahaan. Sumber informasi dari laporan laba rugi ini adalah berasal dari
transaksi-transaksi yang mengakibatkan perubahan ekuitas, terkecuali untuk
transaksi setoran dan pengambilan modal. Contoh laporan laba rugi dapat dilihat
dalam lampiran modul ini.
Dari informasi yang tersedia pada laporan arus kas, pemakai laporan
keuangan dapat mengevaluasi perubahan aktiva bersih perusahaan, struktur
keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan perusahaan di
dalam menghasilkan kas di masa yang akan datang. Contoh Laporan Arus Kas
dapat dilihat dalam lampiran modul ini.
dari catatan atas laporan keuangan dapat berupa skedul aktiva tetap, daftar nama
pemegang saham mayoritas, metode depresiasi yang digunakan, dan sebagainya.
Bila saudara ingin mempelajari laporan keuangan secara lengkap saudara
dapat membaca melalui internet dengan menggunakan mesin pencari seperti
google kemudian ketik nama perusahaan dan laporan keuangan.
Pelaporan keuangan (financial reporting) mencakup tidak hanya laporan
keuangan, tetapi juga media-media lain yang dapat digunakan untuk
mengomunikasikan informasi baik yang secara langsung maupun tidak langsung
berhubungan dengan proses akuntansi. Misalnya, laporan tahunan kepada para
pemegang saham tidak hanya berisi laporan keuangan utama seperti tercantum
di atas, tetapi juga informasi lain seperti rasio-rasio keuangan yang dianggap
penting, ikhtisar jumlah atau saldo rekening-rekening tertentu dalam beberapa
tahun terakhir. Bahkan dapat pula dalam laporan tahunan tersebut dimasukkan
informasi nonkeuangan, seperti deskripsi tentang produk, daerah pemasaran atau
segmen yang dianggap penting, daftar nama anggota direksi dan dewan
komisaris.
Tipe-tipe informasi yang umumnya diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan:
a. kebijakan akuntansi – seperti metode depresiasi aktiva tetap, metode
amortisasi aktiva tidak berwujud, metode aliran kas sediaan;
b. informasi tambahan, baik numerik deskriptif, untuk mendukung jumlah
tertentu atas laporan keuangan, seperti rincian surat-surat berharga, aktiva
tetap, dan simpanan giro bank;
c. informasi tentang pos-pos yang tidak dilaporkan di tubuh laporan keuangan
yang pokok karena tidak memenuhi kriteria pengakuan, namun dipandang
signifikan bagi pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan;
d. informasi pelengkap yang disyaratkan oleh lembaga pasar modal
(BAPEPAM di Indonesia dan SEC di Amerika) dan lembaga penyusun
standar akuntansi (IA di Indonesia dan FASA di Amerika).
Selain Bapepam dan BEI, terdapat lembaga lain yang terkait dengan
pelaporan keuangan, yakni Kantor Pajak. Undang-undang Perpajakan,
khususnya Undang-undang Pajak Penghasilan memiliki pengaruh yang besar
pada penerapan standar akuntansi dan pelaporan keuangan, dalam praktik sering
dikenal adanya laporan keuangan fiskal dan laporan keuangan komersial.
Perusahaan-perusahaan kecil maupun perusahaan lain yang tidak menjual
sekuritas utang dan ekuitasnya di bursa efek, biasanya dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan dengan tujuan memenuhi ketentuan undang-
undang perpajakan (laporan keuangan fiskal).
Tujuan undang-undang atau ketentuan perpajakan adalah menghimpun dana
dari masyarakat untuk membiayai operasi pemerintah dan untuk tujuan sosial
yang lain. Adapun tujuan akuntansi perpajakan adalah untuk mengukur dan
menentukan jumlah penghasilan kena pajak dalam tahun berjalan. Kantor pajak
menarik pajak dari tiap unit usaha atau perusahaan berdasarkan penghasilan
kena pajak yang dihitung berdasarkan informasi yang terdapat dalam laporan
keuangan. Oleh karena itu, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
juga berperan penting dalam pelaksanaan penarikan pajak oleh kantor pajak di
Indonesia. Sumber informasi bagi kantor pajak adalah dari laporan keuangan
perusahaan sehingga informasi yang tersedia haruslah dapat dipercaya, relevan,
dan tepat waktu, sesuai dengan karakteristik kualitatif laporan keuangan yang
telah ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
Kantor Akuntan Publik sebagai auditor independen juga terkait dengan
laporan keuangan. Pihak independen diperlukan dalam menilai kewajaran
laporan keuangan yang disajikan manajemen perusahaan sehingga laporan
keuangan tersebut akan lebih dipercaya oleh para pemakainya. Laporan
keuangan yang diserahkan oleh perusahaan yang terdaftar di bursa kepada BEI
dan atau Bapepam diharuskan laporan yang sebelumnya telah diaudit oleh
akuntan publik sehingga para pemakai dapat mengandalkan informasi dalam
laporan keuangan tersebut sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) adalah organisasi akuntan yang
anggotanya terdiri atas auditor independen, IAPI ini yang menetapkan standar
auditing yang digunakan oleh akuntan pulik untuk melakukan audit laporan
keuangan. Secara organisatoris IAPI adalah anggota IAI.
1.16 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Sampai saat ini, akuntansi merupakan salah satu profesi yang berkembang
pesat dan laporan keuangan amat berperan dalam dunia perekonomian. Salah
satunya adalah pengaruh akuntansi terhadap perkembangan pasar modal di
Indonesia yang semakin likuid, semakin aman, dan semakin efisien. Hal ini
tidak lepas dari informasi keuangan yang semakin bermanfaat dan andal.
Namun di lain pihak, banyak perusahaan yang jatuh karena menyalahgunakan
akuntansi untuk kepentingan individu. Kasus Enron, Indofarma, AIG, Krispy
Kreme adalah contoh beberapa perusahaan yang mengalami masalah karena
menyalahgunakan akuntansinya.
Beberapa dekade ke depan profesi akuntansi harus mempertimbangkan hal-
hal berikut dalam mengembangkan standarnya.
1. Pengukuran nonkeuangan. Laporan keuangan tidak menyediakan
informasi nonkeuangan yang penting bagi manajemen dan pihak lain,
seperti informasi tentang indeks kepuasan pelanggan, pangsa pasar industri,
loyalitas pelanggan, pesanan yang tidak dapat dipenuhi, dan sebagainya.
Fenomena ini nampaknya sudah ada yang menerapkannya dengan
mengungkapkannya dalam catatan atau laporan keuangan, beberapa
kalangkan perbankan sudah mengungkapkan informasi nonkeuangan
seperti, pertumbuhan kredit, kualitas kredit, efisiensi operasional,
manajemen modal, dan strategi manajemen.
2. Informasi masa depan. Laporan keuangan hanya melaporkan keadaan
masa lalu, di lain pihak para investor dan calon investor selalu melihat masa
depan. Namun demikian, standar akuntansi sudah mengharuskan
perusahaan untuk melaporkan investasi saham dan obligasi pada harga
pasarnya (fair market value).
3. Soft Assets. Laporan keuangan memfokuskan pada hard assets seperti
tanah, gedung, persediaan, dan sebagainya dan gagal untuk memberikan
informasi tentang soft assets. Bagi suatu entitas seperti Microsoft, Dell,
dan sebagainya informasi tentang teknologi yang dimiliki, pemasaran yang
unik, pegawai yang terlatih merupakan informasi yang juga penting bagi
manajemen dan investor.
4. Ketepatan waktu. Pada saat sekarang entitas hanya diwajibkan menyusun
laporan keuangan secara berkala, seperti laporan kuartalan, semesteran, dan
tahunan. Padahal, keputusan para pemangku kepentingan (stakeholders)
EKMA4210/MODUL 1 1.17
LA TIHA N
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 1
3) Berikut ini yang bukan tujuan dari laporan keuangan adalah ....
A. menyediakan informasi tentang aliran kas dan prospek kas yang
berguna bagi investor
B. memberikan informasi nonkeuangan yang penting kepada para pemilik
modal
C. menyediakan informasi tentang sumber-sumber aktivitas ekonomi
perusahaan
D. menyediakan informasi tentang keadaan aktiva dan utang suatu
perusahaan
9) Laporan arus kas menyajikan informasi keuangan berikut ini, kecuali ....
A. jumlah uang kas di tangan perusahaan
B. jumlah pengeluaran kas perusahaan selama suatu periode
C. jumlah penerimaan kas perusahaan selama suatu periode
D. jumlah kenaikan utang perusahaan selama suatu periode
10) Laporan keuangan adalah bagian dari pelaporan keuangan karena ....
A. laporan keuangan berisi hal-hal yang penting saja, sedangkan
pelaporan keuangan juga berisi hal-hal yang kurang penting.
B. pelaporan keuangan terdiri atas empat laporan keuangan utama
C. laporan keuangan memiliki tujuan yang lebih sempit daripada
pelaporan keuangan
D. laporan keuangan merupakan produk proses akhir pelaporan keuangan
11) Laporan keuangan saat ini tidak dapat menyediakan informasi sebagai
berikut, kecuali ....
A. loyalitas karyawan
B. informasi masa yang akan datang
C. strategi manajemen
D. aktiva tidak berwujud
12) Pihak-pihak yang terkait dengan laporan keuangan suatu perusahaan publik
antara lain adalah sebagai berikut, kecuali ....
A. Bank Indonesia
B. Bursa Efek Indonesia
C. Bapepam
D. Kantor Akuntan Publik
EKMA4210/MODUL 1 1.23
13) Laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat wajib dikirimkan kepada ....
A. Bank Indonesia
B. Bursa Efek Indonesia
C. Bapepam
D. Kantor Akuntan Publik
15) Manakah dari hal berikut yang harus dilaporkan dalam laporan perubahan
ekuitas ....
A. arus kas dari aktivitas usaha
B. emisi saham
C. total aktiva
D. keuntungan penjualan investasi saham
Kegiatan Belajar 2
melaporkan aset dan kewajiban pada harga perolehannya. Harga perolehan atau
lebih dikenal dengan istilah cost (kos) dipilih karena memiliki keunggulan
dibandingkan dengan dasar penilaian yang lain, yaitu andal (reliable). Sebagai
contoh, Anda dapat membayangkan kalau perusahaan menggunakan harga pasar
atau harga jual. Harga pasar tidak sama antara satu kota dengan kota lain, malah
seringkali tidak sama harga pasar untuk pembeli yang berbeda. Seandainya
harga pasar seragam, masih timbul masalah kalau perusahaan akan membuat
laporan keuangan harus mengubah kos menjadi harga pasar. Itu merupakan
pekerjaan yang tidak ringan. Selain itu untuk memeriksa laporan keuangan yang
berdasar harga pasar akan menyulitkan auditor, karena tidak tersedianya bukti
uang obyektif.
Kos adalah harga pertukaran pada saat transaksi terjadi. Pada saat itu kos,
harga pasar, harga pengganti, nilai tunai, dan dasar penilaian yang adalah sama.
Namun, dengan berlalunya waktu, akan terjadi perbedaan harga menurut kos
dengan metode penilaian yang lain. Mungkin Saudara bertanya, apakah kos
hanya dapat diterapkan pada aset saja? Apakah kewajiban dan unsur laporan
keuangan yang lain dapat diukur dengan kos?
Kos merupakan input yang diolah oleh sistem akuntansi, namun ketika
perusahaan akan menyajikan laporan keuangan PABU mengenal metode
pengukuran lain, selain biaya historis, yaitu: (1) biaya kini (current cost),
(2) nilai buku, (3) nilai realisasi/penyelesaian (realizable value/settlement
value), (4) nilai sekarang (present value). Misalkan Anda memiliki sebuah
mobil sewa, setahun yang lalu mobil tersebut dibeli dengan harga Rp100 juta,
akumulasi depresiasi Rp15 juta, kalau saudara beli mobil tersebut sekarang
harganya Rp90 juta, kalau Saudara jual mobil tersebut akan laku dengan harga
neto Rp85 juta, dan kalau Saudara tetap menyewakan mobil tersebut selama
lima tahun ke depan Saudara akan memperoleh kas neto setelah didiskontokan
dengan tingkat diskonto tertentu (nilai tunai) Rp110 juta. Dari contoh tersebut
saudara tentu dapat mengidentifikasi mana yang merupakan biaya historis, nilai
buku, biaya kini, nilai realisasi, dan nilai sekarang.
1) manfaat ekonomik masa depan yang cukup pasti, yang meliputi kapasitas
untuk menyumbang secara langsung atau tak langsung terhadap aliran
masuk kas bersih di masa mendatang;
2) sebuah entitas tertentu dapat memperoleh dan mengendalikan akses entitas-
entitas lain terhadap manfaat tersebut;
3) transaksi atau kejadian lain yang memberikan kenaikan hak atau
pengendalian entitas tersebut terhadap manfaat itu telah terjadi.
Dimaksud sumber daya ekonomi karena aset tersebut memiliki potensi akan
menghasilkan aliran kas di masa depan dengan salah satu cara sebagai berikut.
1) Digunakan oleh perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa yang
kemudian dijual.
2) Dipertukarkan dengan aset lain.
3) Digunakan untuk menyelesaikan kewajiban.
4) Dibagikan kepada para pemilik perusahaan.
Sesuatu akan diakui sebagai aset oleh perusahaan kalau memenuhi ketiga
syarat seperti yang ada dalam definisi di atas yaitu (1) merupakan sumber daya
ekonomi, (2) dikuasai, dan (3) akibat transaksi yang lalu. Aset karena bukan
berasal dari akibat transaksi yang lalu. Banyak aset yang ada bentuk fisiknya
seperti tanah, gedung dan inventaris, namun ada juga aset yang tidak memiliki
bentuk fisik seperti piutang, hak paten, dan lisensi. Orang juga sering
mengaitkan aset dengan kepemilikan secara hukum, namun akuntansi memakai
asas manfaat mengungguli bentuk (substance over form), sehingga biarpun
secara hukum bukan milik entitas, namun kalau entitas tersebut dapat
mengendalikan, maka barang tersebut adalah aset. Misalnya, dalam sewa guna
usaha (capital lease), entitas penyewa akan mencatat barang yang disewa
sebagai asetnya, biarpun bukti kepemilikan barang ada di pihak entitas peserta
(entitas yang menyewakan).
Kewajiban. FASB (1985) melalui SFAC No. 6 (par. 35) mendefinisikan
kewajiban sebagai berikut.
Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa depan yang cukup
pasti, yang timbul dari keharusan sekarang atau entitas tertentu untuk
menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa
mendatang sebagai akibat dari transaksi atau peristiwa masa lampau.
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi dengan
semua kewajiban. Jumlah ekuitas dalam neraca tergantung pada pengukuran
aset dan kewajiban. Dengan demikian, untuk ekuitas tidak dilakukan
pengukuran secara tersendiri sebagaimana dengan aset dan kewajiban. Oleh
karena itu, jumlah ekuitas dari suatu entitas jumlahnya amat jarang sama
dengan harga pasar saham dari entitas tersebut. Seandainya jumlah entitas sama
dengan harga pasar saham, maka hal itu merupakan suatu kebetulan saja.
Meskipun ekuitas merupakan residual dari selisih antara aset dengan kewajiban,
namun ekuitas dapat dikelompokkan lebih rinci. Pengelompokan ekuitas
tergantung pada bentuk badan hukum perusahaan, apakah perusahaan
perseorangan, persekutuan, perseroan terbatas, atau koperasi. Berikut adalah
klasifikasi ekuitas pada berbagai bentuk perusahaan:
Perusahaan Persekutuan atau firma (misal pemiliknya adalah tuan Agusta dan
nona Lei):
Modal, Tuan Agusta xxx
Prive, Tuan Agusta xxx xxx
Modal, Nona Lei xxx
Prive, Nona Lei xxx xxx
Jumlah Ekuitas xxx
Contoh 1.1:
Transaksi yang:
Menambah aset dan mengurangi aset yang lain
membeli mobil secara tunai;
menerima piutang.
Menambah aset dan menambah kewajiban
membeli mobil secara kredit;
meminjam uang dari bank.
Menambah aset dan menambah ekuitas
menerima setoran modal;
menerima sumbangan uang.
Mengurangi aset dan mengurangi kewajiban
melunasi kewajiban.
Mengurangi aset dan mengurangi ekuitas
membagikan dividen atau sisa hasil usaha
Mengurangi kewajiban menambah kewajiban yang lain
mengubah utang usaha menjadi utang wesel
Mengurangi kewajiban menambah ekuitas
mengonversi utang obligasi menjadi modal saham
Menambah kewajiban dan mengurangi ekuitas
mengonversi modal saham prioritas menjadi utang obligasi
Menambah ekuitas mengurangi ekuitas yang lain
mengonversi modal saham prioritas menjadi modal saham biasa
Mengonversi modal Modal Saham Prioritas (ekuitas) Modal Saham Biasa (ekuitas)
saham prioritas
menjadi modal saham
biasa
2) Pendapatan (revenues)
FASB (1985), melalui SFAC No. 6 (par. 78) mendefinisikan pendapatan
sebagai berikut.
Pendapatan adalah aliran masuk atau peningkatan aktiva lain sebuah
entitas atau penyelesaian kewajibannya (atau suatu kombinasi keduanya)
dari pengirim atau pembuatan barang. Pemberian jasa atau aktivitas
lainnya yang merupakan kegiatan utamanya atau sentral yang masih
berlangsung dari entitas tersebut.
Contoh 1.2:
Transaksi PT. MAHARANI selama bulan Agustus 20xx adalah berikut.
Tanggal 2 penjualan produk sebesar Rp2.500.000,00.
Tanggal 5 pembelian bahan baku Rp600.000,00.
Tanggal 10 pembayaran utang periode lalu sebesar Rp200.000,00.
EKMA4210/MODUL 1 1.39
Jawaban:
Pendapatan PT. MAHARANI selama bulan Agustus 20xx adalah sebesar
Rp2.600.000,00. Berasal dari transaksi tanggal 2, 10 dan 28 Agustus 20xx;
dengan perhitungan sebagai berikut: Rp2.500.000,00 - Rp200.000,00 +
Rp300.000,00 = Rp2.600.000,00.
3) Beban/biaya (expenses)
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal. Biaya atau beban tidak sama dengan
pengeluaran kas (expenditure), biarpun sebagian besar biaya akan
mengakibatkan pengeluaran kas. Berikut adalah contoh klasifikasi biaya
berdasarkan fungsi perusahaan:
a) Harga Pokok Penjualan (Cost of Sales)
Biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik)
b) Biaya Usaha (Operating Expenses)
Biaya Penjualan
Biaya Administrasi
Biaya Umum
c) Biaya Nonusaha
Biaya bunga
Biaya akan mengurangi ekuitas, oleh sebab itu aturan pendebetan dan
pengkreditan berkebalikan dengan ekuitas, atau sejalan dengan aturan
pendebetan dan pengkreditan aset. Bila biaya bertambah akan didebet dan
bila biaya berkurang akan dikredit.
1.40 Akuntansi Keuangan Menengah 1
4) Untung (gains)
Untung adalah kenaikan ekuitas atau aktiva bersih sebagai akibat dari
transaksi-transaksi sampingan atau insidental (yang tidak rutin) dari suatu
perusahaan atau dari transaksi atau peristiwa lain, selain transaksi
pendapatan dan investasi oleh pemilik. Contoh dari transaksi-transaksi ini
antara lain:
a) penjualan aktiva tetap di atas nilai bukunya;
b) penjualan investasi di atas nilai bukunya;
c) pembelian kembali (penebusan) utang obligasi di atas nilai bukunya.
5) Rugi (losses)
Rugi adalah penurunan ekuitas atau aktiva bersih dari transaksi sampingan
atau insidental (yang tidak rutin) perusahaan dan dari kejadian lain yang
bukan berasal dari transaksi biaya atau distribusi kepada pemilik. Contoh
dari transaksi ini antara lain adalah:
a) penjualan aktiva tetap di bawah nilai bukunya;
b) penjualan investasi di bawah nilai bukunya;
c) pembelian kembali (penebusan) utang obligasi di bawah nilai
bukunya;
d) rugi akibat kebakaran atau bencana alam.
8) Pengakuan kewajiban
Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan
dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang dan jumlah yang harus
diselesaikan dapat diukur dengan andal.
1.42 Akuntansi Keuangan Menengah 1
9) Pengakuan pendapatan
Pendapatan diakui berdasarkan proses terbentuk dan realisasinya dan diakui
dalam laporan laba/rugi apabila kenaikan manfaat ekonomi di masa depan
yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah
terjadi dan dapat diukur dengan andal. Berdasarkan pengertian pendapatan
yang tercantum dalam SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts)
No. 5, pengakuan pendapatan dapat dikelompokkan ke dalam 4 waktu
pengakuan sebagai berikut.
a) Selama proses produksi berlangsung, misalnya untuk kontrak jangka
panjang dengan syarat pasar dan harga sudah pasti (perusahaan
konstruksi, perusahaan galangan kapal, perusahaan pembuatan pesawat
terbang.
b) Pada saat produksi selesai dibuat, cara ini dipakai kalau harga
produk stabil, pasar luas atau pasti dan biaya penjualan relatif kecil,
misalnya untuk perusahaan pemborong pembangunan rumah,
perusahaan pertambangan logam mulia atau batu mulia.
c) Pada saat penjualan, dalam hal ini pendapatan dicatat saat terjadinya
serah terima barang (point of sale), perusahaan ritel, pedagang besar
dan perusahaan manufaktur.
d) Pada saat kas diterima, misalnya usaha jasa; penerbangan, hotel,
salon, bioskop, dokter, saat terjadinya serah terima uang.
Beban diakui dalam laporan laba rugi apabila penurunan manfaat ekonomi
di masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Diakui atas dasar
hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos pendapatan yang
diperoleh (prinsip matching cost with the revenue) serta atas dasar prosedur
alokasi yang rasional dan sistematis. Contoh beban yang diakui dengan
menghubungkannya langsung dengan pendapatan periode yang sama
misalnya bahan baku dan biaya pemasaran. Untuk beban dengan dasar
prosedur alokasi yang rasional dan sistematis misalnya biaya depresiasi,
dan biaya riset. Beban juga dapat diakui pada saat terjadinya atau pada saat
manfaat ekonomis dari suatu aktiva berkurang, misal biaya gaji, biaya
listrik.
2. Akuntan Publik
Jasa auditor eksternal biasanya disediakan oleh suatu kantor akuntan publik.
Jasa audit yang diberikan adalah jasa audit atas laporan keuangan. Dalam
pelaksanaan penugasan auditnya, akuntan publik memberikan jasanya kepada
manajemen perusahaan sebagai pihak yang independen, tetapi bertanggung
jawab kepada para pemakai laporan keuangan di luar perusahaan (terkait dengan
jasa penilaian kewajaran atas laporan keuangan yang diberikannya).
Untuk menjadi seorang akuntan publik, terlebih dahulu harus menempuh
pendidikan profesi dan pelatihan teknis yang cukup. Terdapat standar yang
ditetapkan oleh IAPI terkait dengan pengauditan, yakni Standar Profesi Akuntan
Publik yang mengatur tentang bagaimana seharusnya audit dilakukan. Seorang
auditor profesional dituntut memiliki kompetensi (integritas, cermat, profesional
due care) dan bersikap independen (jujur, bebas dari kepentingan dan hubungan
istimewa dengan klien).
3. Akuntan Pemerintah
Akuntan dapat bekerja sebagai ahli akuntansi keuangan kepemerintahan atau
akuntan sektor publik atau sebagai auditor yang ada di bidang pemeriksaan atau
pengawasan, misalnya BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), BPKP (Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan), Inspektorat (dari tingkat pusat sampai
pemerintah daerah), Bawasda (Badan Pengawas Daerah). Akuntan pemerintah
dan akuntan sektor publik dewasa ini semakin banyak diperlukan seiring dengan
proses otonomi daerah.
bekerja pada suatu perusahaan. Adapun perusahaan yang sering merekrut analis
keuangan, antara lain perusahaan sekuritas, bursa efek, lembaga penelitian, dan
bisa juga direkrut suatu perusahaan dengan tujuan khusus (misalnya perusahaan
yang akan melakukan ekspansi).
b. Perbankan
Di kalangan perbankan laporan keuangan berperan sangat penting,
khususnya dalam rangka pemberian kredit kepada nasabah. Banyak posisi dan
jenis pekerjaan dalam bidang perbankan yang membutuhkan akuntan, antara
lain: bagian kredit, analis kredit, penilai aset dsb. Dalam menjalankan fungsinya,
perbankan tidak dapat dipisahkan dengan laporan keuangan dari nasabah dan
calon nasabah.
c. Konsultan
Sebelum memberikan advise dalam konsultasi keuangannya, seorang
konsultan akan terlebih dahulu melihat dan menggunakan informasi dalam
laporan keuangan perusahaan yang menggunakan jasanya sebagai dasar dan
salah satu pertimbangannya memberi pendapat.
LA TIHA N
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 2
8) Penerimaan uang pada saat seseorang menjual sepatu di toko akan diakui
sebagai pendapatan pada saat ....
A. produksi berlangsung
B. produksi selesai dibuat
C. terjadinya serah terima barang
D. diterimanya kas
11) Piutang usaha dalam neraca disajikan dengan menggunakan atribut ....
A. biaya historis
B. biaya kini
C. nilai realisasineto
D. harga pasar
Tes Formatif 1
1) D. Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia merupakan adaptasi dari
standar yang ditetapkan International Accounting Standards
Committee.
2) C. Akuntansi disebut bahasa bisnis karena akuntansi merupakan sebuah
sistem informasi penyedia laporan keuangan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
3) B. Oleh karena tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi
tentang:
a. kegiatan dan usaha perusahaan dan peristiwa-peristiwa ekonomi;
b. penjualan, pelunasan atau jatuh temponya surat-surat berharga atau
pinjaman-pinjaman;
c. sumber-sumber aktivitas ekonomi perusahaan;
d. posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan.
4) D. Laporan keuangan utama adalah Neraca/Laporan Posisi Keuangan,
laporan Laba/Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas.
5) A. Tujuan pelaporan keuangan bagi perusahaan yang terdaftar di bursa
adalah berikut ini.
a. Bentuk pengawasan pemerintah terhadap perusahaan yang terdaftar
di bursa.
b. Bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pemilik modal.
c. Informasi kepada publik tentang posisi keuangan perusahaan.
6) D. Elemen dalam neraca, antara lain kas, piutang usaha, persekot asuransi,
persediaan, kendaraan, utang usaha, modal dan lain-lain.
7) C. Unsur dalam Laporan Laba-Rugi perusahaan dagang, antara lain
pembelian barang dagangan.
8) C. Informasi mengenai perubahan hak milik perusahaan terdapat dalam
laporan perubahan ekuitas.
9) D. Laporan arus kas menyajikan informasi berikut.
a. Jumlah uang kas ditangan perusahaan.
b. Jumlah pengeluaran kas perusahaan selama suatu periode.
c. Jumlah penerimaan kas perusahaan selama suatu periode.
10) D. Laporan keuangan adalah bagian dari pelaporan keuangan karena
laporan keuangan merupakan produk proses akhir pelaporan keuangan.
1.54 Akuntansi Keuangan Menengah 1
11. D
12. A
13. A
14. C
15. B
Tes Formatif 2
1) C. Karakteristik aktiva adalah berikut ini.
a. Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan.
b. Diperoleh dari transaksi masa lalu.
c. Memberikan manfaat ekonomi di masa depan.
2) D. Pendapatan diakui pada saat ada kepastian penerimaan manfaat
ekonomi di masa datang dan kekurangannya kewajiban.
3) A. Pengakuan beban dengan alokasi rasional terjadi pada pembebanan
biaya pengembangan dan penelitian.
4) B. Penyusunan laporan keuangan dengan dasar bahwa perusahaan akan
terus hidup dan melakukan aktivitas bisnisnya berarti perusahaan
tersebut menggunakan asumsi kelangsungan usaha..
5) D. Karier yang dapat berkembang dalam bidang akuntansi keuangan
adalah akuntan manajemen, akuntan publik, analis keuangan,
perbankan dan konsultan.
6) B. Pengukuran dengan menghitung sebesar jumlah biaya yang harus
dikeluarkan untuk mendapatkan kembali suatu aktiva adalah
pengukuran berdasar biaya kini.
7) C. Konsep modal keuangan menitikberatkan pada kepemilikan usaha.
8. C. Penerimaan uang pada saat seseorang menjual sepatu di toko akan
diakui sebagai pendapatan pada saat terjadinya serah terima barang
(point of sale).
9) A. Apabila ekuitas suatu perusahaan mengalami penurunan maka aktiva
tidak mengalami penurunan apabila kewajiban perusahaan mengalami
kenaikan.
10) B. Apabila suatu perusahaan jasa penerbangan menjual pesawatnya
karena dipesan oleh negara maka penjualan tersebut tidak diakui
sebagai pendapatan.
11) C
12) B
EKMA4210/MODUL 1 1.55
Daftar Pustaka
PE NDA HULUA N
Kegiatan Belajar 1
digunakan untuk menaksir jumlah dividen yang akan dibayarkan pada masa
mendatang.
Informasi tentang komponen-komponen laba juga penting untuk
membantu memprediksi laba dan arus kas di masa yang akan datang.
Informasi ini tidak hanya berguna bagi pemakai tertentu, tetapi juga
bermanfaat bagi perekonomian di dalam mengalokasikan sumber daya
ekonomi secara efisien dan efektif.
2. Pengakuan Laba
Laba akuntansi merupakan informasi yang digunakan untuk mengukur
efektivitas dan efisiensi suatu perusahaan. Laba akuntansi adalah selisih
antara pendapatan (revenues) dengan beban atau biaya (expenses). Untuk
dapat menghitung laba kita harus menentukan jumlah pendapatan dan beban
untuk periode yang bersangkutan.
pendapatan pada saat realisasi yaitu saat terjadi penyerahan barang atau jasa.
Namun demikian, ada beberapa akuntan yang tidak setuju dengan pengakuan
pendapatan secara ini. Mereka berpendapat bahwa saat pertukaran tidak harus
dibarengi dengan saat pengakuan pendapatan. Pengukuran pendapatan secara
objektif sudah dapat dilakukan tanpa memperhatikan apakah pertukaran telah
terjadi atau belum. Untuk lebih jelasnya, marilah kita amati proses terjadinya
suatu pendapatan.
Siklus terjadinya pendapatan merupakan proses yang cukup panjang.
Pendapatan dimulai dari ide usulan pengembangan produk baru oleh bagian
Riset dan Pengembangan. Dan ide ini akan dibuat suatu studi kelayakan dari
produk tersebut, kemudian dirancang mesin-mesin yang akan dipakai untuk
mengolah produk tersebut. Setelah itu baru dibuat daftar bahan baku yang
akan digunakan, schedule produksi, pemesanan bahan baku dan bahan
pembantu, sampai proses produksi dimulai. Sesudah proses produksi selesai,
barang dikirim ke pemasok untuk dijual. Bila penjualan dilakukan secara
kredit, uang baru diterima beberapa hari setelah penjualan. Barang yang
dijual mungkin disertai garansi perbaikan atau penggantian. Jika salah satu
dari siklus tersebut gagal maka proses perolehan pendapatan akan menjadi
gagal pula. Dan dari proses tersebut hanya terdapat satu jumlah pendapatan,
yaitu harga jual produk atau jasa. Masalah akuntansi pendapatan yang timbul
adalah: Kapan suatu pendapatan harus diakui?
Jawaban untuk masalah tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori, yaitu (1) pendapatan diakui pada satu saat saja (dipilih salah satu
saat yang paling penting) dan (2) pendapatan diakui pada lebih dari satu saat
yang ada dalam siklus pendapatan. Praktik yang paling banyak dipakai oleh
para akuntan adalah mengakui pendapatan pada satu saat saja, yaitu pada saat
penjualan terjadi. Saat penjualan ditafsirkan saat pengiriman barang ke
pembeli yang biasanya dibarengi dengan saat terjadi perpindahan
kepemilikan barang dari penjual ke pembeli. Selain itu, pada saat penjualan
pengukuran pendapatan sudah dapat dilakukan secara objektif dan proses
perolehan pendapatan dianggap telah selesai. Perlu diingat bahwa
perpindahan kepemilikan tidak harus didasarkan pada masalah legal formal,
tetapi didasarkan pada substansinya (akuntansi menganut asas substansi
mengungguli bentuk). Jadi, misalnya kalau perusahaan jual beli mobil
menjual sebuah mobil, begitu mobil sudah di dalam penguasaan pembeli,
biarpun bukti kepemilikan formalnya masih pada penjual maka penjual sudah
mengakui penyerahan mobil tersebut sebagai pendapatan.
EKMA4210/MODUL 2 2.7
Namun demikian, ada tiga perkecualian dari aturan umum ini. Pertama
adalah bilamana harga pasar suatu produk dan pemasarannya sudah dapat
dipastikan, seperti pada industri logam mulia dan kontrak jangka panjang.
Apabila syarat ini dipenuhi maka pendapatan dapat diakui pada saat proses
produksi selesai, lebih-lebih kalau harga pokok produk sulit ditentukan
dengan teliti dan biaya pemasarannya relatif tidak berarti.
Perkecualian kedua apabila terdapat ketidakpastian yang tinggi dalam
pengumpulan piutang akibat penjualan. Dalam keadaan demikian, sebaiknya
pengakuan pendapatan ditunda sampai saat penerimaan kas. Ketidakpastian
ini dapat timbul karena belum berpindahnya kepemilikan barang dari penjual
ke pembeli saat pelunasan sehingga terdapat kemungkinan terjadinya
pembatalan kontrak transaksi penjualan. Cara ini dapat digunakan pada
perusahaan yang melakukan penjualan cicilan (installment sales). Namun,
sebaiknya cara ini dihindari karena jarang sekali dijumpai situasi di mana
piutang benar-benar tidak dapat dipastikan penerimaannya secara layak.
Perkecualian ketiga terjadi bilamana pendapatan diakui pada dua saat
atau lebih dari siklus pendapatan yang ada. Biarpun secara konseptual
pendapatan diperoleh secara kontinu selama siklus berlangsung, namun
pengukuran pendapatan yang dilakukan secara kontinu akan menjadi tidak
praktis. Pengukuran pendapatan secara kontinu juga akan menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. Haruskah pengakuan pendapatan
dilakukan secara proporsional sesuai dengan tahapan siklus? Atau haruskah
pengakuan pendapatan dilakukan secara proporsional dengan jumlah beban
yang telah terjadi sesuai dengan tahapan siklus? Dalam beberapa kasus siklus
produksi lebih lama dari pada siklus akuntansi (misalnya pada perusahaan
galangan kapal, pesawat udara, kontrak pembuatan jalan atau bangunan dan
sejenisnya). Oleh karena itu, diperlukan alokasi pendapatan ke beberapa
periode akuntansi agar laporan keuangan menjadi lebih bermanfaat. Untuk
perusahaan semacam ini, pendapatan dapat diakui sesuai dengan persentase
penyelesaian. Misalnya, apabila suatu kontrak dapat diselesaikan dalam
periode tiga tahun (tahun pertama selesai 20%, tahun kedua 70%, tahun
ketiga 100% maka pendapatan akan diakui pada tahun pertama 20%-nya,
tahun kedua 50% (70%-20%) dan tahun ketiga 30% (100%-70%). Metode ini
amat dianjurkan, kalau taksiran atau estimasi mengenai biaya untuk
menyelesaikan dapat dilakukan dengan cukup teliti. Tetapi apabila tidak,
sebaiknya perusahaan menggunakan metode kontrak selesai.
2.8 Akuntansi Keuangan Menengah 1
3. Pengukuran Laba
Hampir semua pengukuran didasarkan pada konsep pemeliharaan modal
atau kepemilikan. Dua konsep pemeliharaan modal yang dipertimbangkan
dalam akuntansi adalah: pemeliharaan modal keuangan dan pemeliharaan
modal fisik.
Contoh 2.1:
PT ABC memiliki aktiva dan kewajiban pada awal dan akhir periode
sebagai berikut.
EKMA4210/MODUL 2 2.9
Jika tidak ada investasi tambahan atau pengambilan modal dari pemilik
maka laba untuk PT. ABC adalah Rp190.000.000, yaitu jumlah kenaikan
aktiva neto dari Rp250.000.000 menjadi Rp440.000.000. Namun, misalkan
pemilik menambah investasinya selama periode tersebut sebesar
Rp50.000.000 dan menerima dividen sebesar Rp20.000.000 maka laba PT.
ABC adalah Rp60.000.000 yang dapat dihitung sebagai berikut.
saja yang diperhitungkan sebagai aktiva neto. Apakah juga mencakup aktiva
tidak berwujud, sumber daya manusia, estimasi utang pensiun, dan
sebagainya.
Biarpun secara teoritis konsep pemeliharaan modal unggul, namun
dalam praktik akuntansi konsep ini jarang digunakan. Para akuntan lebih
menekankan pada manfaat informasi laba untuk pengambilan keputusan para
pemakai laporan keuangan. Untuk itu, para akuntan lebih menyukai
pendekatan transaksi (matching method) di dalam menentukan laba suatu
badan usaha. Menurut pendekatan ini, laba merupakan selisih transaksi
penghasilan (pendapatan dan keuntungan) dengan biaya (beban dan
kerugian). Dengan demikian, komponen laba akan terdiri atas berikut ini.
1) Pendapatan (revenues).
2) Beban (expenses).
3) Keuntungan (gains).
4) Kerugian (losses).
Berikut adalah contoh ringkas laporan laba rugi PT. Unilever yang
diunduh dari internet:
Catatan atas laporan keuangan konsolidasian merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari laporan keuangan konsolidasian
a. Pendapatan (revenues)
Pendapatan dari penjualan sebesar total penjualan neto kepada pelanggan
perusahaan selama periode akuntansi. Apabila perusahaan ditunjuk sebagai
pemotong pajak penjualan atau pajak pertambahan nilai maka jumlah
penjualan tidak termasuk tambahan jumlah pajak yang dibebankan pada para
pelanggan. Pajak penjualan dan pajak pertambahan nilai ini akan dibebankan
pada pelanggan, tetapi oleh perusahaan harus disetorkan ke Pemerintah. Oleh
sebab itu, hal ini akan menambah utang perusahaan kepada Negara. Retur
dan rabat serta potongan tunai penjualan harus dikurangkan dari penjualan
sehingga dapat diperoleh jumlah penjualan neto (bersih). Jika harga jual
dinaikkan untuk menutup ongkos pengiriman barang kepada pelanggan dan
pelanggan ditagih sebesar harga jual ditambah ongkos kirim maka jumlah
ongkos kirim juga dikurangkan dari penjualan. Ongkos kirim yang tidak
dibebankan kepada pelanggan dilaporkan sebagai beban penjualan. Dengan
demikian, penjualan neto dari suatu perusahaan dapat dihitung sebagai
berikut.
Penjualan (di luar pajak penjualan dan pajak pertambahan nilai) xxx
Kurang: Retur dan Rabat Penjualan xx
Potongan Penjualan xx +
xxx (-)
Penjualan Neto xxx
Contoh dari pos-pos luar biasa, antara lain laba karena pembatalan utang
perusahaan kepada pemegang saham, kerugian akibat bencana alam,
keuntungan klaim asuransi kebakaran dan sebagainya.
akuntansi dengan beban pajak menurut laba kena pajak yang disebabkan oleh
perbedaan waktu ditampung dalam pos pajak tangguhan. Pos ini akan dibawa
ke periode-periode berikutnya dan akhirnya akan habis sesuai dengan
berlalunya waktu. Sedangkan selisih yang bersifat permanen harus
diselesaikan dengan cara membayar pajak berdasarkan laba kena pajak.
Misalnya laba akuntansi Rp200 juta, laba kena pajak Rp150 juta, dan
tarif pajak penghasilan 30 persen. Beban pajak penghasilan adalah sebesar
30% dari Rp200 juta atau Rp60 juta dan pajak yang wajib dibayarkan Rp45
juta. Kalau perbedaan ini disebabkan karena perbedaan tarif depresiasi,
berarti bersifat temporer maka selisihnya sebesar Rp15 juta akan dilaporkan
sebagai Pajak Tangguhan.
i. Hak minoritas
Perusahaan yang memiliki lebih dari 50% saham lain harus
mengonsolidasikan (menyatukan) laporan keuangannya dengan laporan
keuangan perusahaan anak-anaknya. Misalnya, perusahaan memiliki 90
persen saham PT. X maka dalam laporan laba rugi konsolidasian perusahaan
harus mencantumkan laba yang menjadi hak pemegang saham minoritas.
Kalau PT. X memperoleh laba Rp5 miliar, maka laba yang menjadi hak
pemegang saham minoritas sebesar Rp500 juta (10% dari Rp5 miliar)
Pendapatan xxx
Pendapatan Operasi lain xxx (+)
Perubahan Persediaan Barang Jadi xxx (+/-)
Perubahan Persediaan Barang Dalam Proses xxx (+/-)
Pemakaian Bahan Baku xxx
Beban Pegawai xxx
Beban Depresiasi dan amortisasi xxx
Beban Operasi lain xxx +
xxx -
Laba Operasi xxx
Perubahan sediaan barang jadi dan barang dalam proses selama periode
akuntansi menggambarkan penyesuaian atas biaya produksi yang
mencerminkan bahwa produksi meningkatkan jumlah persediaan atau
penjualan menurunkan sediaan barang jadi karena jumlah penjualan melebihi
jumlah produksi.
Rincian yang lain menyajikan klasifikasi beban berdasarkan fungsinya
sehingga beban diklasifikasikan ke dalam harga pokok penjualan, beban
pemasaran dan beban administrasi. Cara ini yang paling banyak digunakan
terutama oleh perusahaan-perusahaan besar. Secara umum, penyajian laporan
laba rugi berdasarkan klasifikasi beban berdasarkan fungsi adalah sebagai
berikut.
Pendapatan xxx
Beban Pokok Penjualan (xxx)
Laba Kotor xxx
Beban Usaha:
Beban Pemasaran xx
Beban Administrasi dan Umum xx +
(xx)
Beban operasi lain (xx)
Laba Operasi xx
2.18 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Contoh 2.2:
Bentuk Laporan Laba Rugi bertahap PT Gajah Tunggal Tbk. dan Anak
perusahaan (dikutip dari Iklan di Koran Bisnis Indonesia 25 September
2009).
EKMA4210/MODUL 2 2.19
2009 2008
Penjualan Bersih 2.822.976 2.939.672
Beban Pokok Penjualan (2.353.054) (2.507.846)
Laba Kotor 469.922 431.826
Beban Usaha:
Beban Penjualan 119.140 88.320
Beban Administrasi dan Umum 94.943 92.014
Jumlah Beban Usaha (214.083) (180.334)
Laba Usaha 255.839 251.492
Penghasilan Lain-lain
Keuntungan kurs mata uang
asing – bersih 510.796 2.004.775
Penghasilan Bunga 13.701 68.458
Beban Bunga (41.909) (336.716)
Pendapatan Sewa 17.917 30.732
Penghasilan Lain-lain Bersih 500.505 1.767.249
Laba Sebelum Beban Pajak 756.344 2.018.741
Beban Pajak (372.143) (88.404)
Laba Bersih Dari Aktivitas
Normal
Pos Luar Biasa 384.201 1.930.337
Keuntungan Restrukturisasi –
bersih 869.873 311.081
Laba Sebelum Hak Minoritas 1.254.074 2.241.418
atas rugi (laba) bersih anak (197.843) (321.682)
perusahaan
Hak Minoritas atas rugi (laba)
bersih anak perusahaan 1.056.231 1.919.736
Laba Bersih
Laba Bersih per Saham
Dasar (dalam rupiah penuh)
Termasuk pos luar biasa 333 606
Tidak Termasuk pos luar biasa 59 508
Bentuk kedua dari laporan laba rugi adalah bentuk tunggal. Bentuk
laporan laba rugi ini mengelompokkan seluruh pendapatan dan keuntungan,
dan kemudian langsung dikurangi dengan seluruh beban dan kerugian
2.20 Akuntansi Keuangan Menengah 1
sehingga langsung diperoleh laba bersih. Dalam praktik bentuk laporan laba
rugi semacam ini jarang digunakan karena hanya memberikan informasi yang
manfaatnya amat terbatas.
PT. ARMINA
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2009
Penghasilan:
Penjualan Neto xxx
Pendapatan Non Usaha xxx
Pos-pos Luar Biasa xxx +
Jumlah Penghasilan xxx
Beban dan Kerugian:
Harga Pokok Penjualan xxx
Beban Usaha xxx
Beban Nonusaha xxx
Pos-pos luar Biasa xxx
Beban Pajak Penghasilan xxx +
Jumlah Beban dan Kerugian (xxx)
Laba (Rugi) Bersih xxx
Laporan laba rugi bentuk tunggal ini sering kali disajikan dalam bentuk
ringkas sehingga hanya berisi ikhtisar kelompok suatu klasifikasi tertentu
seperti harga pokok penjualan, beban penjualan, beban administrasi dan
umum, dan ikhtisar beban dan pendapatan lain-lain. Sedangkan perinciannya
disajikan dalam schedule pendukung laporan.
C. LABA KOMPREHENSIF
dengan bisnis perusahaan. Pos-pos tersebut dikeluarkan dari unsur laba bersih
karena dipandang hanya memberikan sedikit informasi tentang kinerja
ekonomi suatu perusahaan. Namun, pos-pos tersebut dilaporkan sebagai
bagian dari laba komprehensif, sebab betul-betul memengaruhi nilai aktiva
dan kewajiban yang dilaporkan dalam neraca. Biasanya ada tiga penyesuaian
untuk menghitung laba komprehensif, yaitu: (1) penyesuaian penjabaran
valuta asing, (2) keuntungan atau kerugian yang belum direalisasikan atas
sekuritas yang tersedia untuk dijual, dan (3) penundaan keuntungan atau
kerugian atas instrument keuangan derivative.
Berikut akan diuraikan penyesuaian untuk menghitung laba
komprehensif secara lebih rinci.
Zuka Corporation
Perhitungan Laba Komprehensif
Untuk Tahun yang Berakhir per 31 Desember 2009
(dalam ribuan)
Contoh 2.6:
PT. GESIT merupakan perusahaan sepatu anak. Manajer produksi
mengembangkan produk baru untuk segmen balita (1 s/d 5 tahun). Adapun
total penjualan Industri sepatu anak sebagai berikut.
Tahun
2009 2010 2011
Pangsa pasar 5% 10% 15%
Harga jual Rp30.000,00 Rp30.000,00 Rp30.000,00
Harga pokok produksi dari
penjualan 40% 45% 50%
Biaya-biaya (promosi,
periklanan, dan lain-lain 30% 20% 10%
a
y 1.375.000 275.000
N 5
b
xy
350.000
350.000
2
x 10
y = a + bx
y (2009) = 275.000 + 35.000 (3)
= 275.000 + 105.000 = 380.000
y (2010) = 275.000 + 35.000 (4)
= 275.000 + 140.000 = 415.000
y (2011) = 275.000 + 35.000 (5)
= 275.000 + 175.000 = 450.000
Tahun
2009 2010 2011
(Rp) (Rp) (Rp)
Penjualan 50.000x19.000 30.000x41.500 30.000x67.500
=570.000.000 =1.245.000.000 =2.025.000.000
Harga pokok 40%x570.000.000 45%x1.245.000.000 50%x2.025.000.000
produksi =228.000.000 =560.250.000 =1.012.500.000
Laba kotor 342.000.000 684.750.000 1.012.500.000
Biaya – biaya 30%x750.000.000 20%x1.245.000.000 10%x2.025.000.000
=171.000.000 =249.000.000 = 202.500.000
Laba sebelum pajak 171.000.000 435.750.000 810.000.000
Pajak 35% 59.850.000 152.512.500 283.500.000
Laba bersih 111.150.000 283.237.500 526.500.000
LA TIHA N
Instruksi:
a. Siapkan Laporan laba rugi untuk tahun 2009 dengan metode tunggal.
Diasumsikan ada 100.000 lembar saham biasa yang beredar.
b. Siapkan Laporan laba rugi untuk tahun 2009 dengan metode bertahap.
Diasumsikan ada 100.000 lembar saham biasa yang beredar
c. Siapkan Laporan laba ditahan untuk tahun 2009.
b. Pendekatan transaksi
Metode penentuan laba yang banyak di terima para akuntan adalah
pendekatan transaksi (transactional approach), yang juga disebut
metode penandingan (matching). Pendekatan ini mengukur jumlah
penghasilan suatu badan usaha dengan cara mengukur transaksinya.
Penghasilan diukur dengan cara menentukan jumlah pendapatan
(revenue) perusahaan untuk periode tertentu, kemudian dikurangi
dengan biaya-biaya dan beban-beban untuk periode yang sama.
Selisih ini dikenal dengan istilah laba bersih atau rugi (net income-
loss). Apabila pemakai laporan keuangan mau bersabar hati untuk
menunggu sampai akhir hayat perusahaan maka tidak mengalami
kesulitan di dalam menentukan laba bersih suatu badan usaha.
Namun, dalam kenyataannya para pemakai perhitungan laba rugi
sering kali ingin mengetahui kemajuan dari suatu perusahaan secara
berkala. Untuk itu, diperlukan laporan interim (sementara) untuk
hampir setiap badan usaha yang cukup besar. Dengan demikian,
dalam pendekatan ini unsur waktu mempunyai peranan yang lebih
penting daripada dalam metode penilaian. Oleh sebab itu, yang perlu
dibahas dalam hal ini adalah masalah kapan pendapatan dan beban
harus diakui.
Dalam hal akuntan menghadapi masalah yang tidak diatur seperti di atas
maka harus menggunakan pertimbangan yang didasarkan pada tiga
prinsip penandingan sebagai berikut.
a. Mengaitkan sebab dan pengaruhnya.
Beberapa macam biaya dapat dikaitkan secara langsung dengan
pendapatan tertentu. Jika pengaitan dapat dilakukan maka biaya
yang bersangkutan harus diakui dalam periode di mana pendapatan
yang berkaitan tersebut juga diakui.
b. Mengalokasi beban secara sistematis dan rasional.
Dalam hal sulit untuk mengaitkan beban dengan pendapatan maka
harus dicari cara untuk mengaitkan beban yang bersangkutan
dengan produk atau periode yang menerima manfaatnya. Pengaitan
ini harus dilakukan secara logis dan rasional.
c. Segera mengakuinya sebagai beban.
Biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan pendapatan baik dengan
cara mengaitkan sebab dan pengaruhnya maupun dengan cara
alokasi secara rasional dan sistematis, harus diakui sebagai beban
pada tahun yang berjalan. Contohnya, penyesuaian dari periode
sebelumnya.
7) a. Model Bertahap
PT. MAXI
Laporan Laba Rugi
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009
b. Model Tunggal
PT. MAXI
Laporan Laba Rugi
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009
Beban-beban:
Harga pokok penjualan Rp.1.300.000,00
Biaya penjualan Rp. 110.000,00
Biaya administrasi Rp. 60.000,00 Rp.1.530.000,00
Kerugian akibat keusangan persediaan Rp. 60.000,00
Laba sebelum pajak dan pos luar biasa Rp. 491.000,00
Pajak Rp. 196.400,00
Laba sebelum pos luar biasa Rp. 294.600,00
Pos luar biasa:
Rugi akibat bencana Rp.20.000,00
Pajak yang dapat dikurangkan Rp 8.000,00 Rp. 12.000,00
Laba bersih Rp. 282.600,00
PT. MAXI
Laporan Perubahan Ekuitas
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009
RA NG K UMA N
5. Dalam laporan laba rugi bentuk langkah tunggal hanya dikenal satu
jenis laba saja, yaitu laba bersih.
6. Untuk menggambarkan perubahan hak milik perusahaan yang
tertanam dalam perusahaan, perlu disusun Laporan Perubahan
Ekuitas. Laporan ini dapat digabungkan dengan Laporan Laba Rugi,
apabila informasi perubahan jumlahnya tidak banyak. Dalam
perseroan, laporan ini sering disebut Laporan Perubahan Laba
Ditahan karena umumnya perubahan modal terjadi pada pos Laba
Ditahan saja. Namun, apabila perubahan juga terjadi pada pos-pos
modal pemilik yang lain maka perlu disusun laporan perubahan
ekuitas secara lengkap.
TE S F O RMA TIF 1
4) Klasifikasi utang atas dasar utang lancar dan utang jangka panjang,
dikarenakan laporan keuangan ….
A. bersifat konservatif
B. menggunakan istilah teknis akuntansi
C. lebih menekankan makna ekonomis dari pada formalitasnya
D. dapat disusun atas dasar pelbagai metode akuntansi
8) Beban atau biaya manakah yang dapat dikaitkan secara langsung dengan
pendapatan?
A. Biaya depresiasi.
B. Biaya gaji para wiraniaga.
C. Biaya komisi penjualan.
D. Biaya bahan habis pakai.
9) Suatu beban atau biaya dapat dikaitkan dengan periode terjadinya karena
tidak memberikan manfaat di masa yang akan datang. Jenis beban
semacam ini, antara lain ….
A. komisi penjualan
B. harga pokok penjualan
C. alat tulis dan keperluan kantor
D. jawaban A, B dan C salah
2.44 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Kegiatan Belajar 2
Mungkin Anda akan bertanya apa saja yang dapat dikategorikan sebagai
pos-pos luar biasa. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita dapat
mengklasifikasikan pos-pos yang tersangkut dalam pembahasan pos-pos luar
biasa menjadi enam tipe sebagai berikut.
1. Pos-pos luar biasa yang mempunyai kaitan dengan periode tahun
berjalan.
2. Keuntungan atau kerugian tertentu yang bukan merupakan pos luar
biasa, biarpun jumlahnya material.
3. Penyesuaian tahun sebelumnya.
4. Penyesuaian dan koreksi normal tahun yang berjalan
5. Perubahan prinsip akuntansi
6. Penghentian kegiatan usaha
Berikut ini akan diuraikan enam tipe pos-pos luar biasa lebih terinci.
Pos-pos luar biasa adalah peristiwa atau transaksi yang tidak biasa
sifatnya dan tidak dapat diperkirakan terjadinya. Dimaksudkan dengan tidak
biasa sifatnya berarti mempunyai tingkat abnormalitas yang tinggi, dan jelas
tidak mempunyai hubungan dengan aktivitas normal perusahaan. Sedangkan
yang dimaksud dengan jarang terjadi berarti transaksi atau peristiwa tersebut
tidak diharapkan terjadi lagi di masa yang akan datang pada perusahaan yang
bersangkutan.
Untuk menentukan apakah suatu kejadian merupakan pos-pos luar biasa,
perusahaan harus mempertimbangkan lingkungan di tempat perusahaan
berusaha. Faktor lingkungan ini antara lain adalah sifat industri, lokasi
geografi, dan jenis serta luasnya peraturan pemerintah. Oleh sebab itu, bisa
saja terjadi kerugian akibat banjir perusahaan yang rutin mengalami banjir,
bukan merupakan pos-pos luar biasa, tetapi bagi perusahaan yang berlokasi
di daerah yang tidak pernah banjir, lalu kebanjiran, maka kerugian akibat
banjir tersebut merupakan pos luar biasa.
Berikut adalah transaksi yang bukan merupakan pos-pos luar biasa,
karena sifatnya biasa dan dapat diperkirakan terjadinya:
a. penghapusan atau penurunan nilai piutang, persediaan, aktiva tetap,
biaya riset dan pengembangan, dan aktiva tetap tidak berwujud;
b. laba atau rugi akibat penukaran atau penjabaran uang asing, termasuk di
dalamnya adalah revaluasi dan devaluasi yang jumlahnya cukup besar;
c. laba atau rugi akibat penjualan bagian dari perusahaan;
d. laba atau rugi penjualan aktiva tetap perusahaan;
e. pengaruh dari pemogokan atau sengketa dengan pesaing;
f. penyesuaian akrual atas kontrak jangka panjang.
Contoh 2.8: Penyajian Pos Luar Biasa dalam Laporan Laba Rugi
Contoh 2.10:
Pada tahun 2011, PT. INTAN mengetahui bahwa biaya depresiasi dalam
tahun 2010 terlalu besar Rp75 juta karena adanya kesalahan dalam
menghitung. Kesalahan ini berpengaruh terhadap perhitungan laba rugi dan
laporan fiskal untuk tahun 2010. Penyesuaian dapat dilaporkan dalam laporan
laba rugi untuk tahun 2011 sebagai berikut (angka-angka yang lain
merupakan angka hipotesis).
Sebagai contoh, misalnya pada tahun lalu aktiva tetap yang rusak ditaksir
harga jualnya Rp20 juta, ternyata dalam tahun ini aktiva tetap yang rusak
tersebut dapat dijual dengan harga Rp15 juta, dengan demikian kerugian
sebesar Rp5 juta, dibebankan dalam periode sekarang. Contoh lain,
perusahaan melakukan depresiasi terhadap sebuah mesinnya yang harga
perolehannya Rp500 juta, umur 10 tahun, nilai residu Rp 0, berarti depresiasi
per tahun Rp50 juta. Setelah berjalan lima tahun ternyata mesin tersebut
diperkirakan masih dipakai sepuluh tahun lagi dan nilai residu tetap Rp0.
Dengan demikian depresiasi untuk tahun ini dan tahun-tahun berikutnya
sebesar Rp25 juta. Nilai buku tahun ini Rp250 juta dibagi sisa manfaat
ekonomi 10 tahun.
Contoh 2.12:
PT. ABC adalah sebuah perusahaan yang melakukan diversifikasi
usahanya. Pada tahun ini, perusahaan memutuskan untuk menghentikan
pembuatan dan penjualan barang elektroniknya. Selama tahun ini, bagian
elektronik yang menderita kerugian Rp300 juta (setelah pajak), dijual pada
akhir tahun dengan rugi Rp500 juta. Perhitungan laba rugi untuk tahun ini
akan tampak sebagai berikut.
2.52 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Contoh 2.13:
Perusahaan kontraktor menandatangani kontrak membangun sebuah rumah
dengan harga Rp250 juta. Perusahaan membangun rumah tersebut dalam
bulan Januari dengan biaya Rp200 juta yang baru akan dibayar bulan Maret.
Pada akhir bulan Januari rumah selesai dan diserahterimakan, pada bulan
Februari perusahaan menerima pembayaran sebesar Rp250 juta, kemudian
dalam bulan Maret perusahaan membayar seluruh biaya sebesar Rp200 juta.
Mari kita bandingkan laporan laba rugi dan neraca perusahaan kontraktor
tersebut, kalau perusahaan menggunakan dasar tunai dan kalau perusahaan
menggunakan dasar akrual untuk setiap bulannya dan secara total.
Perusahaan Kontraktor
Laporan Laba Rugi-Dasar Kas
Untuk bulan
(jutaan rupiah)
Perusahaan Kontraktor
Laporan Laba Rugi-Dasar Akrual
Untuk bulan
(jutaan rupiah)
Perusahaan Kontraktor
Neraca – Dasar Tunai
Per ...
Perusahaan Kontraktor
Neraca – Dasar Akrual
Per ...
Juga melebihsajikan ekuitas pemilik pada akhir bulan Februari dengan tidak
mengakui biaya dan kewajiban sampai dengan bulan Maret.
Dasar kas modifikasian adalah kombinasi antara dasar tunai dan dasar
akrual. Metode ini berdasarkan dasar tunai murni dengan modifikasi untuk
mengapitalisasi pengeluaran untuk aset tetap, mengakui aset tetap dan
mencatat sediaan barang. Dasar kas modifikasian ini, banyak digunakan
oleh biro jasa profesional (seperti akuntan, dokter, pengacara, dan
konsultan), usaha ritel, real estate, dan agrobisnis.
LA TIHA N
PT. BANDA
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010
(Angka dalam jutaan)
Penjualan Rp347.852
Kurang:
Return dan kekurangan penjualan Rp 6.320
Penjualan Bersih Rp341.532
Harga Pokok Penjualan:
Persediaan awal Rp 50.235
Pembelian Rp182.143
Potongan pembelian Rp 3.142 -
Pembelian bersih Rp179.001
Barang Tersedia Untuk Dijual Rp229.236
Persediaan akhir Rp 37.124
Harga Pokok Penjualan Rp192.112
Laba Kotor Rp149.420
Biaya Penjualan Rp41.850
Biaya Administrasi Rp32.142 +
Rp 73.992
Laba sebelum pajak Rp 75.428
Pendapatan lain-lain Penerimaan Rp 31.000 +
Dividen
Laba sebelum pajak Rp106.428
Pajak Penghasilan Rp 41.342 -
Laba Bersih Rp 65.086
EKMA4210/MODUL 2 2.57
PT. BANDA
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
(KOLOM SALDO LABA)
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010
(Angka dalam jutaan)
Instruksi:
a. Tentukan perhitungan laba rugi di atas, disusun atas dasar konsep apa?
Jelaskan alasan Anda!
b. Susunlah kembali perhitungan laba rugi dan laporan perubahan modal
dengan konsep all inclusive!
b.
PT. BANDA
PERHITUNGAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010
(Angka dalam jutaan)
Penjualan Rp347.852
Kurang:
Return dan kekurangan penjualan Rp 6.320
Penjualan Bersih Rp341.532
Harga Pokok Penjualan:
Persediaan awal Rp 50.235
Pembelian Rp182.143
Kurang:
Potongan pembelian Rp 3.142
Pembelian bersih Rp179.001
Barang Tersedia Untuk Dijual Rp229.236
Persediaan akhir Rp 37.124-
Harga Pokok Penjualan Rp192.112
Laba Kotor Rp149.420
Biaya Penjualan Rp41.850
Biaya Administrasi Rp32.142 +
Rp 73.992
Laba sebelum pajak Rp 75.428
Pendapatan lain-lain Penerimaan Dividen Rp 31.000 +
Laba sebelum pajak Rp106.428
Pajak Penghasilan Rp 41.342
Laba sebelum pos luar biasa Rp 65.086
Pos-pos luar biasa:
Tambah Rp 10.000
Laba ganti rugi asuransi (net)
Laba penjualan aktiva tetap Rp 21.400
Rp 31.400
Kurang:
Rugi tuntutan pengadilan (net) Rp 8.000
Dividen Saham Biasa Rp30.000
Koreksi salah hitung
depresiasi dalam tahun 1999 Rp 7.186
(Rp 45.186)
(Rp 13.786)
Laba Bersih Rp 51.300
EKMA4210/MODUL 2 2.59
PT. BANDA
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
(KOLOM SALDO LABA)
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010
(Angka dalam jutaan)
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 2
1) Dari pos berikut yang merupakan pos luar biasa (extraordinary item)
adalah ….
A. biaya bunga
B. pendapatan dividen
C. laba penjualan barang dagangan
D. rugi akibat kebakaran.
9) Pada tanggal 1 Juli 2008 terjadi gempa bumi yang merusak aktiva tetap
PT TAMBANG sehingga menyebabkan kerugian sebesar
Rp150.000.000,00 dan hanya Rp50.000.000,00 yang digantikan oleh
perusahaan asuransi. Pajak atas laba 35%. Kerugian PT. TAMBANG
harus ditunjukkan dalam laporan laba rugi yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2008 sebagai ….
A. rugi operasi Rp65.000.000,00 dan pajak atas laba Rp35.000.000,00
B. pos luar biasa Rp65.000.000,00 dan pajak atas laba
Rp35.000.000,00
C. rugi operasi Rp100.000.000,00
D. rugi luar biasa Rp100.000.000,00
Tes Formatif 1
1) A. Laporan keuangan mempunyai sifat historis, berarti pencatatan
aktiva didasarkan pada harga perolehannya.
2) B. Laporan keuangan dibuat untuk memenuhi kepentingan berbagai
pihak. Untuk itu, laporan keuangan harus bersifat umum.
3) D. Peranan pengalaman pribadi penyusun laporan keuangan akan
mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan karena hal-hal
berikut.
a. Memerlukan taksiran di dalam menentukan umur aktiva tetap.
b. Tersedianya berbagai metode yang diterima prinsip akuntansi
yang lazim.
c. Tingkat pendidikan penyusun laporan keuangan.
4) C. Klasifikasi utang atas dasar utang lancar dan utang jangka panjang
karena laporan keuangan lebih menekankan makna ekonomis dari
pada formalitasnya.
5) C. Informasi yang dapat disajikan dalam laporan adalah yang bersifat
kualitatif dalam bentuk rupiah.
6) A. Para ahli ekonomi memandang laba sebagai kenaikan aktiva bersih
perusahaan.
7) B. Transaksi penyerahan barang dagangan kepada pelanggan
merupakan pendapatan dari suatu perusahaan.
8) C. Biaya komisi penjualan dapat dikaitkan secara langsung dengan
pendapatan.
9) C. Beban alat tulis dan keperluan kantor dapat dikaitkan dengan
periode terjadinya karena tidak memberikan manfaat di masa yang
akan datang.
10) A. Perhitungan laba rugi dalam perusahaan pengolahan harus
dilengkapi dengan perhitungan harga pokok produksi.
Tes formatif 2
1) D. Rugi akibat kebakaran merupakan pos luar biasa karena bersifat
tidak biasa dan jarang terjadi.
2) C. Apabila perusahaan menggunakan konsep current operating maka
pos-pos luar biasa akan tampak dalam laporan laba yang ditahan.
2.64 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Daftar Pustaka
PE NDA HULUA N
Kegiatan Belajar 1
B. KETERBATASAN NERACA
C. KOMPONEN NERACA
3. Ekuitas. Ekuitas adalah hak sisa yang ada dalam aktiva suatu entitas
sesudah dikurangi dengan kewajiban. Dalam entitas bisnis, ekuitas
merupakan hak pemilik. Ekuitas diklasifikasikan dalam neraca
berdasarkan sifat kekekalannya sebagai berikut.
a. Modal Saham.
b. Agio Saham (Kelebihan Setoran Modal).
c. Saldo Laba.
1. Aset
Menurut SAK (2007), aset adalah sumberdaya yang dikuasai oleh
perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Manfaat
ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva adalah potensi dari aktiva
tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak
langsung, aliran kas dan setara kas kepada perusahaan, misalnya dengan cara:
a. digunakan sendiri atau digunakan dengan aset lain untuk menghasilkan
barang atau jasa yang kemudian dijual;
b. dipertukarkan dengan aset lain;
c. digunakan untuk membayar kewajiban;
d. didistribusikan kepada para pemilik perusahaan.
Aktiva atau aset perusahaan berasal dari transaksi atau peristiwa lain
yang terjadi di masa lalu. Perusahaan biasanya memperoleh aktiva melalui
3.8 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Menurut Skousen, Stice and Stice (2000), aktiva lancar yang paling
umum adalah kas, piutang dan sediaan. Siklus operasi normal perusahaan
dimulai dari penggunaan kas untuk membeli sediaan, pengolahan bahan
menjadi produk jadi, penjualan produk jadi menjadi piutang, dan
pengumpulan kas dari piutang tersebut. Berikut ini merupakan siklus operasi
normal perusahaan.
Kas
Piutang Sediaan
Penjualan
Gambar 3.1.
Siklus Operasi Normal Perusahaan
Aktiva Lancar
Kas dan Setara Kas
Khusus untuk kontrak pembelian Rp 48.500.000,00
Tidak dibatasi pemakaiannya Rp 14.928.920,00
Rp 63.428.920,00
Aktiva Lancar
Kas dan Setara Kas Rp 78.327.450,00
Kurang : Kas untuk pembelian aktiva tetap Rp 45.000.000,00
Rp 33.327.450,00
Aktiva Lain-lain
Kas untuk pembelian aktiva tetap Rp 45.000.000,00
2) Sekuritas (efek). Menurut PSAK No.42 (Reformat 2007) par. 11, adalah
surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, tanda bukti utang dan unit penyertaan kontrak investasi
kolektif. Termasuk dalam pengertian efek adalah kontrak berjangka dan
setiap derivatif lain dari efek.
Sekuritas utang dan sekuritas ekuitas yang dibeli dengan maksud dijual
kembali dalam jangka pendek dikategorikan sebagai sekuritas dagang
(trading securities). Sekuritas yang dibeli untuk dijual kembali hanya
kalau memerlukan uang disebut dengan efek tersedia untuk dijual
(available for sales securities). Surat-surat berharga merupakan bentuk
penyertaan sementara dalam rangka pemanfaatan dana yang
menganggur. Untuk dapat diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, surat-
surat berharga harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
a) Mempunyai pasar yang luas dan dapat diperjualbelikan dengan
harga yang relatif stabil.
b) Dimaksudkan untuk dijual kembali dalam jangka pendek.
c) Tidak dimaksudkan untuk menguasai/mengendalikan perusahaan
lain.
Aktiva Lancar
Surat-surat berharga (Harga perolehan Rp 25.000.000) Rp 24.750.000,00
Aktiva Lancar
Piutang Usaha Rp 35.000.000,00
Wesel Tagih Rp 146.528.750,00
Piutang pada Anak Perusahaan Rp 18.247.120,00
Piutang pada Direksi dan Karyawan Rp 17.912.110,00
Rp 217.687.980,00
Kurang : Penyisihan Kerugian Piutang Rp 11.200.000,00
Rp 206.487.980,00
lain yang timbul sampai sediaan berada dalam kondisi dan tempat yang
siap untuk dijual atau dipakai.
Biaya pembelian mencakup harga pembelian, bea masuk, biaya
pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang dapat
diidentifikasikan pada perolehan barang jadi, bahan, atau jasa. Kalau ada
pos keringanan seperti diskon, rabat, dan sebagainya harus dikurangkan
dalam menentukan biaya pembelian. Biaya konversi sediaan mencakup
biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi dan
biaya overhead produksi tetap dan biaya variabel yang dialokasikan
secara sistematis. Biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya sediaan
sepanjang biaya tersebut timbul agar sediaan berada dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk dijual atau dipakai. Dalam biaya sediaan tidak
boleh memasukan biaya-biaya berikut seperti pemborosan biaya
produksi, biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam
tahapan proses produksi, biaya administrasi dan umum yang tidak
memberikan sumbangan untuk penempatan sediaan pada kondisi siap
dijual atau digunakan dan biaya penjualan.
Pemakaian harga pasar untuk sediaan dapat menggunakan biaya
pengganti (replacement kos) atau nilai realisasi bersih (net realizable
value) yang merupakan taksiran harga penjualan dalam kegiatan usaha
normal dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang
diperlukan untuk melaksanakan penjualan.
Sediaan yang sudah tidak dapat dijual lagi atau tidak dapat digunakan
dalam proses produksi lagi, jika jumlahnya cukup berarti (material)
harus disajikan secara terpisah. Sediaan seperti ini dikelompokkan
sebagai bagian dari aktiva lain-lain dan diukur berdasarkan atribut harga
pasarnya.
Penyajian sediaan dalam neraca harus menjelaskan dasar penilaian yang
digunakan dan tingkat penyelesaiannya (khusus untuk perusahaan
manufaktur).
Aktiva Lancar
Sediaan – pada harga perolehan (dengan dasar
Masuk Pertama Keluar Pertama) atau harga pasar
Barang jadi Rp 47.258.910,00
Barang dalam proses Rp 12.246.880,00
Bahan baku Rp188.764.210,00
Rp 248.270.000
EKMA4210/MODUL 3 3.13
4) Biaya dibayar di muka atau persekot biaya, yaitu biaya yang telah
dibayar, tetapi yang masih memiliki manfaat ekonomis di masa yang
akan datang, contohnya persekot asuransi, persekot bunga, persekot
biaya sewa. Bagian biaya dibayar di muka yang akan memberikan
manfaat untuk beberapa periode akuntansi akan diklasifikasikan sebagai
aktiva tidak lancar.
Investasi
Investasi dalam perusahaan anak – metode ekuitas
PT AMI :
1000 lembar (45%) dari modal saham Rp 86.500.000,00
Piutang Wesel (jatuh tempo 5 tahun) Rp 10.000.000,00
Rp 96.500.000,00
PT LENI :
2000 lembar (40%) dari modal saham Rp 42.000.000,00
Rp138.500.000,00
Investasi Obligasi PT ABC Rp212.000.000,00
Rp350.500.000,00
Aktiva tetap berwujud dapat diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dengan dibangun sendiri. Aktiva tetap dapat berupa tanah, dan aktiva yang
dapat disusut, seperti bangunan, mesin, perabot, dan sumber-sumber alam.
Aktiva tetap disajikan berdasarkan harga perolehan aktiva tersebut dikurangi
akumulasi penyusutan (nilai buku).
Aktiva tidak berwujud mencerminkan hak-hak istimewa atau posisi yang
menguntungkan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan. Contohnya,
hak paten, hak cipta, franchise, goodwill, merek dagang. Aktiva ini dapat
diperoleh dari pihak luar perusahaan atau dikembangkan sendiri oleh
perusahaan. Aktiva tidak berwujud disajikan sebesar harga perolehannya
dengan amortisasi (nilai buku).
EKMA4210/MODUL 3 3.15
Contoh 3.6: Penyajian Aktiva Tetap dan Aktiva tidak Berwujud dalam
Neraca
Aktiva Tetap
Tanah Rp 80.000.000,00
Bangunan Rp 420.000.000,00
(-) Akumulasi Depresiasi Rp 200.000.000,00
Nilai Buku Bangunan Rp 220.000.000,00
Jumlah Aktiva Tetap Rp 300.000.000,00
Aktiva Tidak Berwujud
Hak Paten (Harga Perolehan
– Amortisasi Rp 1.000.000,00) Rp 5.000.000,00
Lisensi dan merek dagang (Harga Perolehan
– amortisasi Rp 2.500.000,00) Rp 16.500.000,00
Goodwill (Harga Perolehan
– Amortisasi Rp 4.000.000,00) Rp 70.000.000,00
Jumlah Aktiva Tetap Tidak Berwujud Rp 91.500.000,00
2. Kewajiban (Liabilities)
Menurut PSAK No.1 (Revisi 1998), par.43, kewajiban diklasifikasikan
menjadi dua kelompok (1) kewajiban jangka pendek (current liabilities), dan
(2) kewajiban jangka panjang (long term debt). Kewajiban dikategorikan
sebagai kewajiban jangka pendek, kalau (1) diperkirakan akan diselesaikan
dalam jangka waktu siklus normal kegiatan perusahaan: atau (2) jatuh tempo
dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca. Sedangkan kewajiban
lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.
3.16 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Utang Lancar
Utang Wesel Bank (dijamin dengan
Sediaan bahan baku) Rp 45.000.000,00
Utang Usaha :
Utang Dagang Rp 185.600.000,00
Uang Muka Penjualan Rp 32.400.000,00
Rp 218.000.000,00
Bank Overdraft Rp 7.250.000,00
Utang Wesel Jangka Panjang (jatuh tempo tahun depan) Rp 25.000.000,00
Utang Deviden Rp 18.000.000,00
Utang Pajak Penghasilan Rp 12.500.000,00
Utang lain-lain Rp. 4.300.000,00
Jumlah Utang Lancar Rp 330.050.000,00
EKMA4210/MODUL 3 3.17
Dalam hal jumlah kas yang diterima dari pengeluaran obligasi tidak
sama dengan nilai nominal obligasi yang bersangkutan, agio atau disagio
yang timbul disajikan sebagai pengurang atau penambah utang obligasi
dalam neraca. Agio atau disagio ini, kemudian akan diamortisasi dengan
membebankan ke beban bunga selama jangka waktu utang obligasi sejak saat
dikeluarkan sampai dengan jatuh temponya.
3. Ekuitas Pemilik
Ekuitas pemilik atau modal merupakan bagian hak pemilik dalam
perusahaan, yaitu hak residual (sisa) atas aktiva perusahaan setelah dikurangi
semua kewajiban. Oleh sebab itu, pengukuran ekuitas merupakan hasil dari
pengukuran aset dan kewajiban. Pada dasarnya, ekuitas berasal dari
penyertaan pemilik dan hasil usaha perusahaan. Adanya peraturan
pemerintah dan perjanjian sehubungan dengan modal saham menyebabkan
kesulitan dalam melaporkan dan memahami penyajian modal saham dalam
neraca. Ekuitas pemilik biasanya dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a. Modal saham, yang disajikan sebesar nilai nominal atau nilai yang
ditetapkan dari saham yang dikeluarkan. Dalam penyajian modal saham
perlu diungkapkan besarnya modal dasar (jumlah modal maksimal yang
boleh dikeluarkan oleh perseroan), modal ditempatkan (bagian modal
dasar yang sudah dialokasikan ke pemegang saham), dan modal setoran
(jumlah modal saham yang sudah dibayar oleh para pemegang saham).
b. Kelebihan setoran modal (agio modal saham), yang merupakan selisih
lebih antara jumlah uang atau aset lain yang disetorkan dengan nilai
nominal atau nilai yang ditetapkan pada modal saham. Secara konseptual
dapat saja terjadi pemegang saham menyetorkan aset lebih kecil daripada
nominal saham (disagio modal saham), namun kebanyakan negara,
termasuk Indonesia melarang praktek demikian.
c. Saldo Laba, yaitu akumulasi laba bersih perusahaan yang tidak
dibagikan kepada para pemegang saham. Bila manajemen tidak
menginginkan saldo laba dibagikan sebagai dividen karena alasan-alasan
tertentu, misalnya kreditur menghendaki perusahaan menyisihkan
sebagian laba sebelum utangnya lunas, maka saldo laba yang disisihkan
termasuk dikelompokkan dalam akun Penyisihan Saldo Laba.
d. Laba atau rugi dari selisih harga pasar dengan harga perolehan sekuritas
yang tersedia untuk dijual.
e. Penyesuaian penjabaran valuta asing.
f. Laba atau rugi yang belum direalisasi atas derivatif.
g. Ekuitas lain, seperti saham treasury (saham perusahaan yang dibeli
kembali) sebagai pengurang, modal sumbangan, dan akumulasi laba
komprehensif lain, yang dapat berupa laba atau rugi yang belum
direalisasi dari sekuritas yang tersedia untuk dijual, penyesuaian
penjabaran valuta asing, dan laba atau rugi yang belum direalisasi atas
derivative.
EKMA4210/MODUL 3 3.19
Saham treasury adalah istilah yang dipakai para akuntan untuk saham
perusahaan yang dibeli kembali dengan tujuan dikeluarkan lagi atau ditahan
terus. Saham treasury ini akan disajikan dalam neraca sebagai pengurang
dari total ekuitas pemegang saham.
Laba atau rugi yang belum direalisasi dari sekuritas yang tersedia untuk
dijual. Sekuritas yang tersedia untuk dijual (available-for-sale-securities)
adalah sekuritas yang dibeli dengan maksud untuk tidak dijual kembali
segera, tetapi juga tidak dimaksudkan untuk dimiliki secara permanen.
Sekuritas ini dalam neraca disajikan pada harga pasar sekarang (current
market value). Fluktuasi harga pasar sekuritas ini merupakan laba atau rugi
yang belum direalisasi yang dilaporkan tidak dalam laporan laba rugi, tetapi
dalam pos terpisah dalam ekuitas pemegang saham.
Penyesuaian penjabaran valuta asing (foreign currency translation
adjustments). Pada laporan keuangan perusahaan multinasional akan terdapat
penyesuaian penjabaran valuta asing dalam seksi ekuitasnya. Penyesuaian ini
timbul dari perubahan ekuitas anak perusahaan di luar negeri selama setahun
yang terjadi akibat perubahan kurs valuta asing.
Laba atau rugi yang belum terealisasi atas derivatif. Derivative adalah
instrument keuangan, seperti hak opsi. Nilai dari derivative ini akan
berfluktuasi sesuai dengan perubahan suatu harga, kurs valas atau tingkat
bunga yang terkait dengan derivative tersebut. Sebagai contoh opsi beli
saham akan meningkat nilainya bila harga saham terkait meningkat, opsi beli
valas dengan kurs tetap akan meningkat nilainya bila nilai valas meningkat
pula. Beberapa bagian dari laba atau rugi yang belum direalisasi dari
fluktuasi nilai derivative dilaporkan sebagai bagian dari akumulasi laba
komprehensif lain.
Penyajian modal dalam neraca harus dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang ada pada anggaran dasar perusahaan dan peraturan yang berlaku.
Rekening ekuitas harus mengungkapkan jumlah nilai nominal saham yang
diotorisasi (modal dasar), jumlah modal yang dikeluarkan (modal di-
tempatkan), jumlah modal yang disetor (modal setoran), treasury stock
(saham yang diperoleh kembali oleh perusahaan, disajikan sebagai pengurang
modal saham). Untuk saldo laba, ada jumlah yang tidak disisihkan
(inappropriate), yaitu bagian saldo laba yang dapat dibagikan sebagai
dividen dan ada kelompok yang dibatasi pemakaiannya (appropriate), seperti
untuk ekspansi di masa yang akan datang.
3.20 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Ekuitas Pemilik
Modal saham, nominal Rp 5.000,00.
Diotorisasi dan dikeluarkan dan disetor 100.000 lembar. Rp 500.000.000,00
Kelebihan setoran modal Rp 40.000.000,00
Modal Setoran Rp 540.000.000,00
Laba yang ditanamkan kembali dalam perusahaan
(Rp 16.500.000,00 tidak dapat dibagikan sebagai
deviden sesuai dengan perjanjian utang dengan bank) Rp 27.200.000,00
Total Ekuitas Pemilik Rp 567.200.000,00
Rp 35.000.000,00
D. BENTUK NERACA
1. Bentuk Akun
Pada bentuk akun atau rekening (bentuk skontro) aktiva dilaporkan pada
sisi sebelah kiri dan kewajiban serta ekuitas pemilik pada sebelah kanan.
Bentuk ini banyak dipakai, khususnya kalau perusahaan ingin menyajikan
neraca komparasi untuk dua tahun. Namun, kalau yang akan dibandingkan
adalah neraca untuk banyak tahun bentuk, seperti ini menjadi tidak praktis.
AKTIVA KEWAJIBAN
Aktiva Lancar Utang Lancar
Kas dan Bank 36.000 Utang Wesel- 14.250
Kreditor
dagang
Efek (harga 70.000 Utang Usaha 12.500
perolehan Rp
71.500)
Piutang Wesel 15.000 Utang dividen 5.000
dagang (Note 2)
Piutang Usaha 50.000 Uang muka 5.750
pelanggan
65.000 Utang pajak 27.000
penghasilan
(-) Penyisihan 5.000 Utang lain-
Kerugian piutang lain :
60.000 Utang gaji 1.000
dan upah
Tagihan restitusi 9.000 Utang pajak 1.500
pajak
Utang bersaldo 750 2.500
debet
Uang Muka Gaji 1.750 Jumlah Utang 67.000
Lancar
Piutang Bunga 250
Sediaan (note 1a) 125.000 Utang
Jangka
Panjang
Persekot Biaya : Obligasi 100.000
Hipotek 8%,
jatuh tempo
3.22 Akuntansi Keuangan Menengah 1
AKTIVA KEWAJIBAN
31 Desember
2016 (Note 3)
Sediaan Supplies 3.000 (-) diskonto 5.000
Obligasi
Persekot Asuransi 4.250 95.000
Investasi : Pendapatan
yang belum
direalisasi
Investasi tanah 22.500 Sewa yang 20.000
dan fasilitas yang belum
belum dipakai direalisasi
(Note 1d) (Note 3)
Nilai Tunai 9.000 Utang
Asuransi Jiwa Jangka
Panjang
Lain-lain :
31.500 Penangguhan 3.000
PPH
Tanah, Bangunan Utang 65.000
dan Peralatan Pensiun (Note
(Note 1b) 4)
Harga Akumulasi Nilai 68.000
Perolehan Depresiasi Buku
Tanah 80.000 80.000 Jumlah 250.000
Seluruh Utang
Bangunan 150.000 35.000 115.000 Modal
Pemegang
Saham
Peralatan 100.000 45.000 55.000 Modal Saham
:
330.000 80.000 250.000 88.500 Modal 250.000
saham, nilai
yang
ditetapkan
Rp. 5000 per
lembar,
diotorisasi
100.000
lembar,
ditempatkan
dan disetor
50.000 lembar
Aktiva Tidak Agio Saham 45.000
Berwujud (Note
1c)
Hak Paten 70.000 Laba Yang 155.000
Ditahan
Goodwill 18.500
Aktiva Tidak Jumlah Modal 450.000
Lancar Lain : Pemegang
Saham
EKMA4210/MODUL 3 3.23
AKTIVA KEWAJIBAN
Uang Muka Direksi 15.000
Titipan Pelanggan 5.000
20.000
Jumlah Seluruh 700.000 Jumlah 700.000
Aktiva Seluruh
Utang dan
Ekuitas
AKTIVA
Aktiva Lancar Rp 310.000.000
Investasi Jangka Panjang Rp 31.500.000
Tanah, Bangunan, dan Peralatan Rp 250.000.000
Aktiva Tidak Berwujud Rp 88.500.000
Aktiva Lain-lain Rp 20.000.000
Total Aktiva Rp 700.000.000
LA TIHA N
Instruksi:
Berilah tanda dengan huruf untuk tiap akun berikut ini dengan klasifikasi
di atas yang sesuai. Berikan tanda minus (-) jika akun tersebut mewakili
penyeimbang atau kontra neraca.
a. Saham preferen.
b. Goodwill.
c. Utang gaji.
d. Utang dagang.
e. Gedung.
f. Marketable securities.
g. Utang jangka panjang yang akan jatuh tempo.
h. Premium obligasi.
i. Penyisihan kerugian piutang.
j. Appropriation untuk kontingensi.
k. Kas yang diserahkan kepada perusahaan asuransi.
l. Utang wesel.
m. Saham biasa.
n. Tanah.
o. Obligasi sinking fund.
p. Sediaan barang dagangan.
q. Supplies kantor.
r. Asuransi dibayar di muka.
s. Utang obligasi.
t. Pajak penghasilan yang ditangguhkan.
2) Berikut ini adalah daftar nama akun dari PT. Surya pada tanggal 31
Desember 20x1(dalam ribuan)
Utang Dagang Rp 85.900.000,00
Piutang dagang Rp 153.100.000,00
Akumulasi Depresiasi – bangunan Rp 151.700.000,00
Akumulasi Depresiasi – mesin dan peralatan Rp 127.000.000,00
Tambahan modal disetor – saham Rp 662.000.000,00
3.26 Akuntansi Keuangan Menengah 1
PT. SURYA
Neraca
Per 31 Desember 2009
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 1
3) Perbedaan antara aktiva serta kewajiban lancar dan tidak lancar terutama
didasarkan kepada ….
A. satu tahun, tidak ada pengecualian
B. satu tahun atau siklus operasi, mana yang lebih pendek
C. satu tahun atau siklus operasi, mana yang lebih lama
D. satu siklus operasi, tidak ada pengecualian
10) Bila ingin membandingkan dua atau lebih neraca secara berurutan maka
cara penyajian yang cocok adalah neraca ….
A. bentuk rekening
B. bentuk skontro
C. langkah bertahap
D. langkah tunggal
Kegiatan Belajar 2
Laporan keuangan belum lengkap bila hanya berisi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan aliran kas. Keempat jenis
laporan keuangan ini adalah merupakan hasil dari sistem akuntansi. Untuk
dapat membaca laporan keuangan dengan benar dan menafsirkan angka-
angka dalam laporan keuangan dengan tajam, maka pembaca laporan
keuangan jangan lupa untuk menyimak catatan atas laporan keuangan yang
merupakan bagian yang integral dari suatu laporan keuangan.
PSAK No. 1 (Revisi 2007) par. 69, menyatakan bahwa catatan atas
laporan harus mengungkapkan:
1. informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi
yang penting;
2. informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan dalam
neraca, laporan laba rugi, laporan aliran kas, dan laporan perubahan
ekuitas;
3. informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi
diperlukan dalam penyajian secara wajar.
Contoh 3.13:
Untuk menilai sediaan dapat digunakan beberapa metode (seperti masuk
pertama ke luar pertama /MPKP, masuk terakhir ke luar pertama/MTKP);
aktiva tetap dapat didepresiasi atas dasar beberapa metode depresiasi (seperti:
garis lurus, jumlah angka tahun); investasi dapat disajikan atas dasar
beberapa metode (seperti metode harga perolehan, metode pemilikan, metode
harga pasar).
Secara umum, pengungkapan metode penilaian dan kebijaksanaan
akuntansi dapat diungkapkan dalam badan laporan keuangan itu sendiri.
Contoh 3.14:
Suatu keharusan untuk mengungkapkan dengan jelas hal-hal yang
penting seperti kontak sewa jangka panjang, kewajiban pensiun karyawan,
rencana pemberian saham kepada karyawan dalam bentuk catatan atas
laporan keuangan. Oleh karena para analisis keuangan tidak hanya ingin
mengetahui jumlah utang, tetapi juga ingin mengetahui kontrak utang yang
akan berpengaruh terhadap kewajiban perusahaan saat sekarang dan saat
yang akan datang.
Ada dua tipe peristiwa kemudian (kejadian setelah tanggal neraca) yang
menuntut pertimbangan manajemen dan evaluasi auditor independen, yaitu
berikut ini.
a. Kejadian-kejadian yang memberikan pengakuan retroaktif. Dengan
demikian, mempengaruhi jumlah agar dilaporkan di dalam laporan
keuangan untuk periode akuntansi sebelumnya.
b. Kejadian-kejadian kemudian yang tidak membutuhkan pengakuan,
namun seharusnya diungkapkan di dalam catatan ini terhadap laporan
keuangan.
Contoh 3.15:
Realisasi aktiva dan sediaan atau penyelesaian taksiran utang. Misal
pada akhir tahun ada sediaan yang rusak dan harganya ditaksir Rp25
juta, namun pada pertengahan bulan berikutnya sediaan tersebut terjual
dengan harga Rp20 juta.
Contoh 3.16:
1) Emisi (pengeluaran) utang obligasi atau modal saham
2) Pembelian badan usaha lain oleh perusahaan
3) Kerugian akibat bencana alam
4) Kerugian piutang karena debitur mengalami bencana yang tidak
dapat diperkirakan
5) Keputusan pengadilan yang tuntutannya terjadi sesudah tanggal
neraca.
Selain itu, ada beberapa peristiwa kemudian yang tidak perlu disesuaikan
ataupun diungkapkan dalam laporan keuangan. Peristiwa ini merupakan
peristiwa atau keadaan non-akuntansi, seperti perubahan barang yang
diproduksi, perubahan pimpinan perusahaan, pemogokan, perjanjian
pemasaran, dan hilangnya pelanggan yang setia.
EKMA4210/MODUL 3 3.39
Contoh 3.17:
Cara penyajian rekening investasi dalam neraca dengan pengungkapan
melalui tanda kurung.
2. Catatan Kaki
Jika penjelasan tambahan tidak dapat dilakukan dengan tanda kurung
maka dapat digunakan catatan kaki. Catatan kaki sering kali digunakan untuk
menjelaskan informasi tentang ada tidaknya dan jumlah dividen yang
tertunggak, syarat atau kewajiban yang timbul dari komitmen pembeli,
kebijaksanaan depresiasi, perubahan penerapan prinsip akuntansi, dan adanya
peristiwa bersyarat.
Di dalam menggunakan catatan kaki, kita harus yakin bahwa informasi
tambahan telah diungkapkan sejelas mungkin dan sesingkat mungkin.
Penggunaan kata-kata yang salah, justru akan menyesatkan pembaca laporan
keuangan.
Contoh 3.18:
Cara penyajian rekening sediaan dalam neraca dengan pengungkapan
melalui catatan kaki.
3.40 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Pada halaman yang sama dari neraca atau pada halaman berikutnya
tampak penjelasan sebagai berikut.
Note 2. Sediaan dinilai atas dasar harga perolehan Rp 108.360.000,00. Harga pasar
atau harga pengganti pada tanggal neraca Rp 118.500.000,00. Perusahaan secara
konsisten menggunakan metode identifikasi khusus, dengan metode ini harga
perolehan sediaan adalah Rp 108.380.000,00.
PT. PRATAMA
Catatan Laporan Keuangan
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2009
3. Skedul Pendukung
Seringkali untuk menjelaskan perincian informasi aktiva dan utang yang
terdapat dalam laporan keuangan diperlukan skedul pendukung tersendiri.
EKMA4210/MODUL 3 3.41
Contoh 3 20:
Cara penyajian aktiva tetap dalam neraca dengan pengungkapan melalui
skedul pendukung.
Aktiva Tetap
Tanah, bangunan, peralatan, dan aktiva tetap lain
(Lihat Skedul 3) Rp 643.300.000,00
SKEDUL 3
TANAH, BANGUNAN, PERALATAN, DAN AKTIVA TETAP LAIN
(dalam ribuan rupiah)
Aktiva
Tetap
Total Tanah Bangunan Peralatan Lain
Saldo 1 Januari 2009 740.000 46.000 358.000 260.000 76.000
Tambahan dalam tahun 2009 161.200 _______ 120.000 38.000 3.200
901.200 46.000 478.000 298.000 79.200
Aktiva yang dihentikan (31.700) _______ _______ (27.000) (4.700)
atau dijual tahun 2009
Saldo per 31 Desember 2009 869.500 46.000 478.000 271.000 74.500
a. Referensi silang
Pemberian tanda referensi silang sering digunakan untuk menunjukkan
hubungan langsung antara aktiva dengan utang untuk tujuan menarik
perhatian para pembaca neraca.
Contoh 3.21:
Pada tanggal 31 Desember 2009, di antara aktiva lancar dapat disajikan
sebagai berikut.
Termasuk dalam utang lancar adalah jumlah utang obligasi yang harus
dilunasi segera.
b. Akun kontra
Prosedur lain yang sering digunakan adalah pemakaian akun lawan
(rekening kontra) atau rekening penambah (adjunct account). Rekening
kontra adalah rekening yang mengurangi saldo aktiva atau saldo utang dalam
neraca, contoh rekening kontra adalah rekening Akumulasi Depresiasi,
Diskonto Utang Obligasi. Rekening lawan akan memberikan fleksibilitas
dalam penyajian laporan keuangan. Contohnya, dengan menggunakan
rekening kontra Akumulasi Depresiasi, pembaca neraca dapat mengetahui
EKMA4210/MODUL 3 3.43
harga perolehan aktiva dan jumlah depresiasi yang telah dilakukan sampai
dengan tanggal neraca.
Kebalikan dari rekening kontra adalah rekening penambah (adjunct
account), yang akan menambah saldo rekening aktiva atau utang, seperti
rekening Premium Obligasi yang akan menambah jumlah rekening Utang
Obligasi.
LA TIHA N
Instruksi:
Jelaskan bagaimana kejadian tersebut di atas harus diungkapkan dalam
neraca perusahaan per 31 Desember 2009.
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 2
C. catatan kaki
D. jawaban A, B, dan C benar
Tes Formatif 1
1) B. Neraca digunakan untuk menilai likuiditas, fleksibilitas dan
solvabilitas.
2) D. Nilai penyerahan tunai polis asuransi jiwa termasuk investasi
jangka panjang.
3) C. Perbedaan antara aktiva serta kewajiban lancar dan tidak lancar
terutama didasarkan kepada satu tahun atau siklus operasi mana
yang lebih lama.
4) B. Utang obligasi termasuk kewajiban jangka panjang.
5) A. Model neraca: Aktiva = Kewajiban + Ekuitas pemilik
6) A. Wesel tagih yang usianya kurang dari waktu perputaran kegiatan
normal perusahaan dikelompokkan dalam aktiva lancar.
7) C. Utang hipotik yang disajikan sebagai utang jangka panjang sebesar
Rp90.000.000,00
8) C. Utang hipotek yang disajikan sebagai utang lancar sebesar
Rp10.000.000,00.
9) B. Asuransi jiwa disajikan sebesar nilai tunainya Rp 8.000.000,00
10) A. Neraca bentuk laporan cocok untuk membandingkan dua atau lebih
neraca secara berurutan.
Tes formatif 2
1) A. Penjelasan nama rekening tidak disajikan dalam informasi
tambahan pada neraca.
2) D. Utang yang timbul akibat adanya jaminan penjualan jasa atu produk
merupakan peristiwa bersyarat yang merugikan.
3) D. Perubahan metode depresiasi dari garis lurus ke metode angka
tahun dikelompokkan sebagai penilaian dan kebijaksanaan
akuntansi.
4) C. Subsequent event adalah peristiwa kemudian.
5) A. Hasil realisasi sediaan yang telah usang merupakan peristiwa
kemudian yang harus disesuaikan.
6) A. Debitur perusahaan mengalami kebakaran merupakan peristiwa
kemudian yang diungkapkan dalam neraca (tidak memerlukan
penyesuaian).
EKMA4210/MODUL 3 3.49
Daftar Pustaka
Kieso & Weygandt. (2007). Intermediate Accounting. 12th Ed. John Wiley &
Sons.
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
Melalui suatu proses yang panjang, laporan aliran kas yang menyediakan
informasi mengenai sumber dan penggunaan dana pada akhirnya menjadi
salah satu laporan keuangan pokok. Keberadaan laporan sumber dan
penggunaan dana mulai disarankan untuk disajikan sebagai bagian dari
laporan keuangan yang pokok pada tahun 1961 (Accounting Research Study
No. 2, 1961). Meskipun standar akuntansi yang lazim pada masa itu (APB
Opinion No. 3, 1963) tidak mengharuskan perusahaan untuk menyajikan
laporan sumber dan penggunaan dana, namun banyak perusahaan yang
menyadari pentingnya laporan keuangan ini dan menyajikan di dalam laporan
tahunannya. Baru kemudian pada tahun 1971 (APB Opinion No. 19, 1971)
secara resmi standar atau prinsip akuntansi yang lazim, mewajibkan
perusahaan untuk menyajikan laporan sumber dan penggunaan dana sebagai
salah satu di antara laporan keuangan pokok dalam laporan tahunan kepada
para pemegang saham, dan merupakan lingkup pemeriksaan yang harus
dicakup oleh auditor independen.
Standar atau prinsip akuntansi yang lazim tidak menyatakan secara
spesifik definisi atau konsep dana tertentu (misalnya kas, modal kerja) yang
harus digunakan di dalam menyajikan laporan sumber dan penggunaan dana,
demikian pula format laporannya. Perusahaan diperkenankan untuk
menentukan konsep dana yang akan digunakan sebagai dasar penyajian
laporan sumber dan penggunaan dana. Baru kemudian, pada akhir tahun 1987
(Statement of Financial Accounting Standards No. 95, 1987), standar atau
prinsip akuntansi yang lazim menyatakan secara spesifik definisi atau konsep
dana yang harus digunakan, yaitu kas. Sejak saat itu, laporan aliran kas
menggantikan laporan sumber dan penggunaan dana atau perubahan posisi
keuangan. Di samping menetapkan konsep dana yang digunakan, standar
akuntansi yang lazim juga menetapkan format laporan aliran kas, dengan
mengklasifikasikan penerimaan dan pengeluaran kas ke dalam tiga kategori,
yakni aliran kas dari aktivitas operasi, aliran kas dari aktivitas investasi, dan
aliran kas dari aktivitas pendanaan. Di Indonesia, laporan aliran kas baru
diwajibkan dalam tahun 1994, yaitu dengan dikeluarkannya PSAK No. 2.
4.4 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Penerimaan kas + Pengeluaran kas + Saldo Kas Awal = Saldo Kas Akhir
Laporan aliran kas merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
laporan keuangan. Oleh sebab itu, perusahaan diharuskan untuk menyajikan
laporan aliran kas bersama-sama dengan laporan laba rugi, laporan perubahan
EKMA4210/MODUL 4 4.5
aktivitas pendanaan. Jumlah aliran kas yang berasal dari aktivitas operasional
merupakan indikator yang menentukan apakah dari kegiatan usahanya
perusahaan dapat menghasilkan aliran kas yang cukup untuk melunasi
pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen,
dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan
dari luar.
Beberapa contoh aliran kas dari aktivitas operasional.
Penerimaan dari:
1) penjualan barang dan atau penyerahan jasa;
2) penjualan sekuritas dagang;
3) pendapatan royalty, fees, komisi dan pendapatan lain;
4) pendapatan bunga dan dividen;
5) klaim asuransi atau manfaat asuransi yang lain;
6) restitusi pajak.
Pengeluaran untuk:
1) pembelian barang dan jasa;
2) pembayaran gaji dan upah karyawan;
3) beban bunga;
4) biaya operasi lain-lain, seperti biaya listrik, biaya premi asuransi, biaya
telepon, dan biaya air;
5) pembayaran pajak penghasilan, kecuali jika dapat diidentifikasikan
secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi.
6) pembelian sekuritas trading;
Penerimaan dari:
1) penjualan aktiva tetap, seperti tanah, bangunan, peralatan;
2) penjualan segmen (bagian) bisnis;
3) penjualan sekuritas nontrading;
4) penerimaan pengembalian pokok pinjaman;
5) penerimaan penjualan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain;
6) penerimaan kas dari uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada
pihak lain (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan).
surplus aliran kas dari aktivitas usaha, akan menggunakan surplus ini untuk
melunasi pinjamannya atau membagikan dividen kepada para pemegang
saham.
Secara umum, pola aliran kas kalau dikaitkan dengan siklus kehidupan
perusahaan dapat diikhtisarkan sebagai berikut.
1. Metode Langsung
Dengan menggunakan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas
bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan semua. Metode langsung
pelaporan aliran kas dari aktivitas operasi menentukan secara langsung
sumber penerimaan dan pengeluaran kas dan mengubah pendapatan dan
biaya dari basis akrual di laporan laba rugi menjadi basis kas untuk laporan
aliran kas.
saldo pada akun aktiva dan kewajiban, seperti piutang dan pendapatan belum
diterima (unearned revenue) mengalami perubahan selama periode tersebut.
Contoh 4.1:
Laporan laba rugi PT. MERDEKA melaporkan pendapatan penjualan
sebesar Rp200 juta tetapi perusahaan tidak menerima jumlah yang sama
sebesar Rp200 juta dari pelanggan. Perusahaan mengetahui hal tersebut
karena saldo piutang usaha meningkat sebesar Rp15 juta (dari Rp70 juta
menjadi Rp85juta).
Dengan perubahan yang terjadi pada akun piutang maka kita dapat
menentukan penerimaan kas sesungguhnya dari pelanggan.
Piutang Usaha
Saldo awal Rp 70.000.000
Penjualan Rp200.000.000 Penerimaan Kas?
Saldo akhir Rp 85.000.000
Contoh 4.2:
PT. VIDIANA memiliki kebijakan penagihan piutang pelanggan secara
lebih serius. Selama tahun 2009 perusahaan melaporkan penerimaan
pendapatan sebesar Rp100 juta. Perusahaan mengetahui bahwa penerimaan
kas dari pelanggan berbeda dari jumlah penjualan karena saldo pada
pendapatan yang belum diterima (unearned revenue) meningkat sebesar Rp5
juta (dari Rp10.000.000 menjadi Rp15.000.000).
EKMA4210/MODUL 4 4.11
penyesuaian dari informasi laporan laba rugi untuk mengubah biaya berbasis
akrual menjadi informasi aliran kas sesuai penyajian pada laporan aliran kas.
Contoh 4.3:
PT. ANDINI melaporkan adanya biaya gaji sebesar Rp2.500.000.000
untuk tahun ini. Jumlah uang kas yang dibayar kepada pegawai berbeda
dengan jumlah biaya gaji tersebut karena saldo utang gaji mengalami
kenaikan dari Rp120.000.000 pada awal tahun menjadi Rp160.000.000 di
akhir tahun. Analisis akun utang gaji akan membantu perusahaan di dalam
menentukan jumlah aliran kas ke luar untuk penggajian.
Utang Gaji
Saldo awal Rp 120.000.000
Pembayaran gaji tunai (kas) ? Biaya Gaji Rp2.500.000.000
Saldo akhir Rp 160.000.000
Contoh 4.4:
Laporan laba rugi PT. CAHAYA melaporkan harga pokok penjualan
sebesar Rp3.800.000.000. Pengeluaran kas untuk pembelian sediaan barang
dagangan berbeda dengan jumlah pada laporan laba rugi tersebut karena
perusahaan menambah jumlah sediaan di gudang menjadi Rp160.000.000
(saldo awal Rp620.000.000 dan saldo akhir Rp780.000.000) dan berhasil
mengurangi utangnya sebesar Rp50.000.000 (dari saldo awal Rp650.000.000
menjadi Rp600.000.000).
EKMA4210/MODUL 4 4.13
Pembelian = kos barang terjual +/- Perubahan saldo sediaan barang dagangan
Rp3.960.000.000 = Rp3.800.000.000 +/- (Rp780.000.000 - Rp620.000.000)
Utang Dagang
Saldo awal Rp650.000.000
Pembayaran kepada pemasok (b) ? Tambahan (a) ?
PT. Alam
Laporan Aliran kas
Untuk Tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 20XX
di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang
berkaitan dengan aliran kas investasi dan aliran kas pendanaan. Metode tidak
langsung ini menganggap bahwa ukuran paling baik dari aktivitas operasi
pada laporan aliran kas adalah laba bersih dalam laporan laba rugi, namun
ketika menggunakan metode ini, laba bersih harus disesuaikan ketika
pendapatan dan biaya yang dilaporkan dalam laporan laba-rugi tersebut tidak
sama dengan kas yang diterima dan yang dikeluarkan.
a. Penyesuaian laba bersih ketika pendapatan tidak sama dengan kas yang
diterima
Perhitungan laba bersih dalam laporan laba rugi didasarkan pada
pendapatan yang diperoleh selama periode akuntansi yang jumlahnya belum
tentu sama dengan kas yang diterima dari pelanggan. Laba bersih pada
laporan aliran kas disesuaikan ketika pendapatan lebih besar atau kurang dari
kas yang diterima.
Contoh 4. 5:
Laporan Laba Rugi PT. NINDYA tahun 20X1 melaporkan penjualan
sebesar Rp5.000.000.000 dan laba bersih Rp750.000.000. Perusahaan
tersebut tidak menerima Rp5.000.000.000 tunai dari pelanggan, karena
berdasarkan bukti ada sebagian penjualan yang belum dibayar dan ada
penerimaan yang berasal dari piutang hasil penjualan tahun yang lalu. Dari
informasi neraca perbandingan, misalnya saldo akun piutang dagang awal
tahun Rp700.000.000 dan pada akhir tahun Rp820.000.000, maka berarti
piutang dagang yang mengalami kenaikan sebesar Rp120.000.000. Dengan
demikian, hasil penerimaan dari penjualan dari piutang adalah sebagai
berikut.
b. Penyesuaian laba bersih bila biaya tidak sama dengan pengeluaran kas
Laba bersih juga disesuaikan untuk biaya yang tidak menimbulkan
pengeluaran kas, misalnya biaya depresiasi dan ketika biaya yang dilaporkan
dalam laporan laba rugi lebih besar atau kurang dari kas yang sesungguhnya
dibayar selama periode tersebut.
Contoh 4.6:
PT. SEJATI membukukan laba bersih sebesar Rp400.000.000. Telah
diketahui bersama bahwa dalam beberapa situasi perusahaan, biaya yang
terjadi berbeda dengan kas yang dibayarkan. Biaya perlengkapan (habis
pakai) dilaporkan dalam laporan laba rugi sebesar Rp15.000.000, tetapi kas
yang dibayarkan dapat lebih rendah atau lebih tinggi, tergantung pada selisih
saldo sediaan habis pakai pada awal dan akhir periode. Kalau sediaan
perlengkapan berkurang berarti pengeluaran kas untuk biaya perlengkapan
juga berkurang, dan apabila jumlah sediaan bertambah, maka pengeluaran
kas untuk biaya perlengkapan juga bertambah. Misalnya sediaan awal
perlengkapan Rp9.000.000 dan sediaan perlengkapan pada akhir periode
sebesar Rp5.000.000, ini berarti pengeluaran kas untuk biaya perlengkapan
sama dengan: Rp15.000.000 - Rp9.000.000 + Rp5.000.000 atau
Rp11.000.000, karena biaya perlengkapan sudah dilaporkan sebesar
Rp15.000.000, padahal pengeluarannya hanya sebesar Rp11.000.000 maka
agar laba akrual menjadi laba tunai jumlah Rp4.000.000 harus ditambahkan
pada laba akrual.
4.18 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Contoh 4.7:
Berikut adalah contoh sederhana untuk penyusunan laporan aliran kas
dengan menggunakan data neraca perbandingan, laporan laba rugi, dan data
tambahan.
Pada tanggal 1 Januari 20x8 didirikan PT. Gembira dengan menerbitkan
1.000 lembar saham pada nilai nominalnya @Rp100.000,00 atau Rp100 juta.
Perusahaan menyewa ruang kantor, perabot kantor, inventaris dan alat
komunikasi dan melaksanakan kegiatan pelatihan sumber daya manusia.
Dalam bulan Mei perusahaan membeli sebidang tanah seharga Rp30 juta.
4.20 Akuntansi Keuangan Menengah 1
PT. GEMBIRA
Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20x8
(dalam ribuan rupiah)
Pendapatan 342.000
Biaya Operasional 240.000
Laba Sebelum Pajak Penghasilan 102.000
Pajak Penghasilan 26.000
Laba Bersih 78.000
Tambahan informasi:
Dividen sebesar Rp28.000 telah dibayarkan selama 20x8
Prosedur ini dilakukan tidak hanya dengan menganalisis laporan laba rugi,
tetapi juga laporan neraca dan data lain yang relevan.
Analisis terhadap neraca PT. Gembira menunjukkan ada dua pos yang
akan mempengaruhi penghitungan kas yang tersedia dari aktivitas
operasional, yaitu sebagai berikut.
1. Kenaikan piutang usaha mencerminkan kenaikan pendapatan non lancar
sebesar Rp82.000.000,00
2. Kenaikan utang usaha mencerminkan kenaikan biaya (beban) sebesar
24.000.000,00
Oleh sebab itu, untuk menghitung kas yang dihasilkan dari aktivitas
operasional, perusahaan harus mengurangkan laba bersih dengan kenaikan
piutang usaha dan menambahkan kembali laba bersih dengan kenaikan utang
usaha, sehingga sesudah dilakukan penyesuaian jumlah kas yang dihasilkan
dari aktivitas usaha adalah sebesar Rp20.000.000,00. Perhitungannya adalah
sebagai berikut (angka dalam ribuan rupiah):
PT. GEMBIRA
Laporan Aliran Kas
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20x8
(angka dalam ribuan rupiah)
Aliran kas dari Aktivitas Operasional
Laba Bersih 78.000
Penyesuaian untuk merekonsiliasi laba bersih ke
aktivitas operasional kas yang tersedia dari
Kenaikan Piutang Usaha (82.000)
Kenaikan Utang Usaha 24.000 (58.000)
Aliran kas neto dari aktivitas operasional 20.000
Cara pelaporan seperti ini didasarkan pada prinsip pengungkapan penuh (full
disclosure).
5. Pajak Penghasilan
Aliran kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan harus diungkapkan
tersendiri dan diklasifikasi sebagai aliran kas aktivitas operasi, kecuali jika
secara spesifik dapat diidentifikasikan sebagai aktivitas pendanaan dan
investasi.
9. Pengungkapan Lain
Perusahaan harus mengungkapkan jumlah saldo kas dan setara kas yang
signifikan yang tidak dapat digunakan dengan bebas oleh perusahaan atau
grup usaha tersebut.
LAT IH A N
PT. FAHREZI
Laporan Laba Rugi
Untuk periode yang berakhir tanggal 31/12/2008
Penjualan Rp35.000.000,00
Pendapatan bunga Rp 1.200.000,00
Total pendapatan Rp36.200.000,00
PT. FAHREZI
SEBAGIAN DARI POS-POS NERACA PERBANDINGAN
PER 31/12/2008 DAN PER 1/1/2008
31/1 /2008 1/1/2008
Piutang dagang 3.900.000 3.700.000
Piutang bunga 120.000 140.000
Asuransi bayar di muka 80.000 120.000
Sediaan Barang Dagangan 2.200.000 1.950.000
Uang Muka Pendapatan 60.000 20.000
Utang dagang 1 300.000 1.600.000
Utang gaji 1.200.000 1.400.000
Utang bunga 50.000 10.000
Utang pajak 180.000 110.000
Ingat kenaikan aset lancar dan penurunan utang lancar akan mengurangi
kas serta penurunan aset lancar dan kenaikan utang lancar akan menambah
aliran kas !
Laporan Aliran kas Bersih dari Aktivitas operasi disajikan berikut ini
beserta perhitungannya.
e. Pembayaran bunga
Kas dibayar = Biaya Bunga - Kenaikan Utang Bunga
= 1.500.000 - 40,000
= 1.460.000
4.28 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Pengeluaran Kas:
Untuk pembelian barang dagangan Rp 19.250.000
Untuk membayar gaji Rp 8.000.000
Untuk membayar bunga Rp 1.460.000
Untuk membayar asuransi Rp 160.000
Untuk membayar macam-macam biaya
Untuk membayar pajak penghasilan
Rp 300.000
Pengeluaran kas untuk aktivitas operasional Rp 390.000 Rp 29.560.000,00
Laba bersih dari aktivitas operasi Rp 6.500.000,00
EKMA4210/MODUL 4 4.29
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
3) Berikut ini adalah contoh aliran kas investasi dalam laporan aliran kas ....
A. penjualan utang obligasi
B. penjualan saham biasa
C. penjualan bangunan
D. meminjam uang dan menerbitkan utang jangka panjang
6) Dalam perusahaan yang baru berdiri, aliran kas cenderung positif berasal
dari aktivitas ….
A. operasional
B. investasi
C. pendanaan
D. investasi dan pendanaan
Kegiatan Belajar 2
Contoh 4.7:
Berikut adalah sebagian informasi aliran kas dari PT. BCD untuk tahun
20x9 dan 20x8:
Secara umum, rasio aliran kas operasional dengan laba bersih akan lebih
besar dari satu karena adanya biaya nonkas yang cukup signifikan (seperti
biaya depresiasi) yang mengurangi laba bersih, tetapi tidak berpengaruh
terhadap aliran kas. Untuk suatu perusahaan rasio ini seharusnya stabil dari
waktu ke waktu. Kenaikan rasio ini secara signifikan, seperti pada PT. BCD,
menunjukkan bahwa asumsi akuntansi telah mengurangi laba bersih. Dari
sudut pandang manajemen rasio ini mengungkapkan bahwa perusahaan akan
mampu membayar tagihan-tagihannya dan melunasi pinjamannya secara
tepat waktu.
Rasio kecukupan modal PT BCD untuk tahun 20x9 dan 20x8 adalah
0,22 yang berarti bahwa selama dua tahun tersebut perusahaan kekurangan
dana untuk membiayai ekspansinya sehingga harus mencari sumber dana
eksternal baik dari kreditor ataupun dari para pemegang saham.
EKMA4210/MODUL 4 4.39
a. Likuiditas keuangan
Pembaca laporan keuangan seringkali menggunakan laporan aliran kas
untuk menilai likuiditas dengan menggunakan rasio cakupan kas utang
lancar. Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan dapat membayar
kewajiban lancarnya dengan menggunakan kas yang dihasilkan dari kegiatan
usahanya. Semakin besar rasio cakupan kas utang lancar, semakin kecil
kemungkinan perusahaan menghadapi masalah likuiditas. Rasio 1: 1 atau
100%, sudah bagus, dalam arti perusahaan akan mampu membayar
kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan kas yang berasal dari
aktivitas operasional. Formula untuk menghitung rasio cakupan kas utang
lancar ini adalah sebagai berikut.
EKMA4210/MODUL 4 4.41
Latihan:
Berikut adalah laporan aliran kas PT Riang untuk tahun yang berakhir
31 Desember 20x9, sebagai informasi tambahan utang lancar perusahaan per
1 Januari Rp75 juta dan per 31 Desember Rp125 juta, sedangkan dan utang
jangka panjang per 1 Januari Rp100 juta dan per 31 Desember rata-rata
Rp150 juta.
4.42 Akuntansi Keuangan Menengah 1
PT. Riang
LAPORAN ALIRAN KAS
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 200x9
(angka dalam ribuan rupiah)
Aliran kas dari aktivitas operasional:
Laba bersih 160.375
Penyesuaian untuk merekonsiliasi laba bersih
ke kas yang tersedia dari aktivitas operasional
Beban Depresiasi 44.200
Amortisasi aset tidak berwujud 8.150
Laba Penjualan aktiva tetap (4.350)
Kenaikan piutang usaha (net) (5.500)
Penurunan sediaan 7.750
Penurunan Utang Usaha (4.750) 45.500
Kas neto tersedia dari aktivitas operasional 205.875
Aliran kas dari Aktivitas Investasi:
Penjualan aktiva tetap 45.250
Pembelian Peralatan (91.250)
Pembelian Tanah (35.000)
Kas neto yang dipakai untuk investasi (81.000)
Aliran kas dari Aktivitas Pendanaan:
Pembayaran dividen tunai (9.900)
Emisi modal saham biasa 50.000
Penebusan utang obligasi (25.000)
Kas neto tersedia dari aktivitas pendanaan 15.100
Kenaikan kas neto 139.975
Kas pada awal periode 67.500
Kas pada akhir periode 204.475
Pertanyaan:
1. Hitunglah rasio cakupan kas utang lancar?
2. Hitunglah rasio cakupan kas utang?
EKMA4210/MODUL 4 4.43
LAT IH A N
PT MAHARANI
Neraca
per 31/12/20x9 dan 31/12/20x8
20x9 20x8 Selisih
Kas Rp 18.000.000,00 Rp 14.000.000,00 + Rp4.000.000,00
Piutang dagang Rp 22.000.000,00 Rp 20.000.000,00 + Rp2.000.000,00
Sediaan Rp 52.000.000,00 Rp 58.000.000,00 - Rp6.000.000,00
Asuransi bayar di Rp 1.000.000,00 0 + Rp1.000.000,00
muka Piutang wesel Rp 3.000.000,00 Rp 5.000.000,00 - Rp2.000.000,00
Peralatan Rp 40.000.000,00 Rp 35.000.000,00 + Rp5.000.000,00
Akumulasi depresiasi (Rp10.000.000,00) (Rp 8.000.000,00) (+ Rp2.000.000,00)
Total Aktiva Rp126.000.000,00 Rp124.000.000,00 + Rp2.000.000,00
PT. MAHARANI
Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir tanggal 31/12/20x9
Penjualan Rp100.000.000,00
Biaya dan (Laba)
HPP Rp60.000.000,00
Biaya gaji Rp12.500.000,00
Asuransi bayar di muka Rp 1.200.000,00
Biaya sewa Rp 1.800.000,00
Biaya depresiasi Rp 4.000.000,00
Biaya bunga Rp 2.500.000,00
(Laba) penjualan peralatan (Rp 3.000.000,00)
Total Biaya dan (Laba) (Rp 79.000.000,00)
Laba sebelum pajak Rp 21.000.000,00
Pajak penghasilan (Rp 8.000.000,00)
Laba bersih Rp 13.000.000,00
PT. MAHARANI
Laporan Aliran Kas
Untuk tahun yang berakhir tanggal 31/12/20x9
Aliran kas dari Aktivitas Operasi
Penerimaan tunai dari pelanggan Rp98.000.000,00
Pembayaran sewa Rp 1.800.000,00
Pembayaran bunga Rp 2.500.000,00
Pembayaran asuransi Rp 2.200.000,00
Pembayaran pada akun untuk sediaan Rp50.000.000,00
Pembayaran gaji pegawai Rp10.500.000,00
Pembayaran pajak Rp 9.000.000,00 Rp76.000.000,00
Aliran kas bersih dari aktivitas operasi Rp22.000.000,00
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
7) Apabila penjualan tahun 2009 Rp100 juta, piutang usaha pada awal
tahun Rp25 juta, dan piutang usaha pada akhir tahun Rp35 juta. Aliran
kas dari hasil penjualan dan piutang berjumlah ….
A. Rp160 juta
B. Rp 90 juta
C. Rp 75 juta
D. Rp 65 juta
10) Rasio antara aliran kas operasional dengan laba bersih, besarnya
cenderung ….
A. lebih besar dari satu
B. sama dengan satu
C. lebih kecil dari satu
D. negatif
4.50 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Tes Formatif 1
1) A. Laporan aliran kas adalah laporan keuangan yang menyajikan
informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan
dalam suatu periode akuntansi.
2) C. Kegunaan informasi laporan aliran kas adalah menyediakan
informasi yang akan membantu para pemakai laporan keuangan
untuk menentukan efek dari transaksi-transaksi investasi kas serta
pendanaannya terhadap posisi keuangan perusahaan.
3) C. Penjualan bangunan termasuk aliran kas investasi dalam laporan
aliran kas.
4) D. Laba penjualan aktiva tetap harus dikurangkan dari laba bersih
dalam perhitungan aliran kas bersih dari aktivitas operasi yang
disajikan pada laporan aliran kas.
5) A. Biaya depresiasi akan menambah laba bersih dalam perhitungan
aliran kas bersih dari aktivitas operasi yang disajikan pada laporan
aliran kas.
6) C. Dalam perusahaan yang baru berdiri, aliran kas yang cenderung
negatif berasal dari aktivitas.
7) B. Indikasi kesulitan keuangan dari suatu perusahaan dapat ditunjukkan
oleh kondisi aliran kas operasional negatif dan aliran kas investasi
positif.
8) C. Pembagian dan pembayaran dividen merupakan arus aktivitas
pendanaan.
9) D. Perusahaan memperoleh tanah dengan mengeluarkan (emisi) saham
dilaporkan dalam catatan atas laporan keuangan.
10) A. Menurut sejarahnya laporan aliran kas merupakan pengganti dari
laporan perubahan posisi keuangan.
Tes Formatif 2
1) A. Menurut SFA No. 95 penerimaan dividen diklasifikasikan sebagai
aliran kas dari aktivitas operasional.
2) D. Menurut IAS No. 7 pembayaran dividen dapat diklasifikasikan
sebagai aliran kas dari aktivitas operasional dan pendanaan.
3) B. Menurut IAS No. 7 pajak penghasilan atas keuntungan penjualan
aktiva tetap, diklasifikasikan sebagai aliran kas dari aktivitas
investasi.
4.52 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Daftar Pustaka
Kieso & Weygandt. (2007). Intermediate Accounting. 11th Ed. John Wiley
Sons.
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
Kas (Cash)
A. PENGERTIAN KAS
Dengan demikian, selain hal-hal tersebut di atas berikut ini tidak dapat
digolongkan sebagai kas, misalnya cek mundur (post dated check), kas bon,
prangko serta simpanan di bank yang tidak dapat diambil atau tidak dapat
digunakan untuk pembayaran setiap saat dibutuhkan (uang jaminan). Cek
mundur dan kas bon harus diperlakukan sebagai piutang sampai kertas-kertas
berharga itu dapat diuangkan atau dipertanggungjawabkan, sedangkan
prangko, meterai, dan semacamnya harus diperlakukan sebagai persekot
beban atau persediaan prangko dan meterai sampai pada akhirnya digunakan
dan dibebankan sebagai biaya operasi. Simpanan di bank yang jangka waktu
pengambilannya dibatasi (misalnya deposito berjangka) harus diperlakukan
sebagai investasi jangka pendek atau jangka panjang tergantung pada jangka
waktunya. Kas (baik yang ada pada perusahaan atau pada bank) yang
penggunaannya telah dibatasi atau disisihkan untuk tujuan tertentu (misalnya
5.4 Akuntansi Keuangan Menengah 1
dana untuk ekspansi, dana pensiun, dana pelunasan utang jangka panjang),
walaupun kas tersebut berwujud uang tunai, namun karena uang tersebut
tidak dapat digunakan untuk kegiatan sehari-hari maka tidak boleh
diklasifikasikan atau digabungkan dengan kas.
Kas dinilai sebesar nilai nominal uang tunai perusahaan dan nilai
nominal cek dari perusahaan lain yang menjadi kas perusahaan dan saldo
rekening bank.
Sesuai dengan sifat kas, khususnya uang tunai, kas tidak mempunyai
identitas kepemilikan (sehingga kalau hilang sulit untuk dilacak) dan
mempunyai sifat mudah untuk dipindahtangankan maka manajemen harus
yakin bahwa:
1. setiap pengeluaran kas telah mendapatkan otorisasi dan sesuai dengan
tujuan;
2. semua uang yang seharusnya diterima benar-benar telah diterima dan
dicatat dengan benar;
3. transaksi dicatat sedemikian rupa sehingga memungkinkan penyusunan
laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi dan memungkinkan
adanya pertanggungjawaban kekayaan perusahaan;
4. tidak ada penyalahgunaan terhadap uang milik perusahaan.
Berikut ini akan diuraikan sistem pencatatan kas kecil lebih terperinci.
Contoh 5. 1:
1) Pembentukan Kas Kecil.
Pada tanggal 1 Januari 20x9 PT. SARI memutuskan untuk membentuk
dana kas kecil, dan untuk pertama kali ditunjuk Ridwan sebagai kasir kas
kecil dan dana yang dibentuk sebesar Rp10 juta. Transaksi di atas di
jurnal sebagai berikut.
Tanggal
2 : pembelian prangko …………… Rp 160.000
3 : biaya taksi ……………………… Rp 310.000
5 : pengiriman telegram …………… Rp 280.000
6 : biaya angkut pembelian ……….. Rp 600.000
8 : biaya perjalanan dinas ………… Rp5.900.000
11 : bensin untuk kendaraan dinas … Rp 525.000
12 : pengiriman telegram …………… Rp 200.000
13 : biaya telepon …………………… Rp 1.000.000
Jumlah pengeluaran ……..…….. Rp 8.975.000
Setelah adanya pengisian kas kembali tersebut maka jumlah dana kas
kecil tetap sebesar Rp10.000.000 dan akan dilaporkan pada neraca
sebesar itu pula. Masalah yang sering timbul adalah apabila berdasarkan
alasan tertentu pada akhir tahun buku (tanggal neraca) tidak diadakan
pengisian kembali dana kas kecil maka berarti biaya yang terjadi melalui
kas kecil belum diakui (karena belum di jurnal). Untuk mengatasi
masalah tersebut maka pada akhir tahun buku tersebut harus dibuat
jurnal, seperti tersebut di atas, namun yang di “kredit" bukannya akun
Kas melainkan akun Kas Kecil. Sebagai akibat adanya jurnal pada akhir
EKMA4210/MODUL 5 5.9
D. REKONSILIASI BANK
Pada dasarnya setelah diterima rekening koran atau laporan bank dan
ternyata terdapat perbedaan saldo dengan catatan perusahaan maka harus
dicari penyebab perbedaan tersebut atau dibuat rekonsiliasi bank. Kalau bank
melakukan kesalahan, maka kesalahan tersebut dilaporkan ke bank, dan kalau
kesalahan dilakukan oleh perusahaan (nasabah) maka perusahaan langsung
mengoreksi kesalahan tersebut. Rekonsiliasi terdiri dari dua bagian:
a. bagian pertama merupakan saldo menurut laporan bank dan semua
penyesuaian untuk memperoleh saldo yang benar; dan
b. bagian kedua merupakan saldo menurut perusahaan yang disesuaikan
untuk memperoleh saldo yang benar.
Contoh 5.2:
Rekonsiliasi saldo bank dan perusahaan menuju saldo yang benar.
EKMA4210/MODUL 5 5.15
Jurnal penyesuaian yang harus dibuat oleh perusahaan adalah sebagai berikut.
5.16 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Contoh 5.3:
Rekonsiliasi saldo bank menuju saldo menurut catatan perusahaan.
Menurut metode yang kedua ini, jurnal penyesuaian baru dapat dibuat
setelah diadakan penganalisisan terhadap faktor-faktor penyebab
perbedaan dan ditemukan saldo yang benar. Atas dasar rekonsiliasi
tersebut maka untuk menentukan saldo yang benar dapat dilakukan
dengan 2 cara sebagai berikut.
1) Menyesuaikan dengan menambah atau mengurangi saldo catatan
perusahaan dengan penerimaan-penerimaan dan pengeluaran-
pengeluaran yang belum dicatat, dan koreksi terhadap kesalahan-
kesalahan yang dibuat oleh perusahaan.
2) Menyesuaikan dengan menambah dan mengurangi saldo menurut
laporan bank dengan penerimaan-penerimaan dan pengeluaran-
pengeluaran yang belum dicatat, dan koreksi terhadap kesalahan
yang telah diperbuat oleh bank.
Dari kedua cara tersebut akan diperoleh saldo yang benar menurut
catatan perusahaan maupun menurut laporan bank, dan jurnal penyesuaian
yang diperlukan untuk membuat saldo menurut catatan perusahaan menjadi
saldo yang benar ternyata sama dengan rekonsiliasi yang dibuat pada contoh
sebelumnya.
5.18 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Contoh 5.4
Perusahaan SARI INDAH
Rekonsiliasi penerimaan, pengeluaran dan saldo bank
untuk bulan November 20x9
(dalam rupiah)
Contoh 5.5
Perusahaan SARI INDAH
Rekonsiliasi Penerimaan, Pengeluaran, dan Saldo Bank
Untuk bulan November 20X9
(dalam rupiah)
Saldo Penerimaan Pengeluaran Saldo
31/10 November November 30/11
Saldo menurut
catatan perusahaan 5.600.320.000 21.355.500.000 24.008.930.000 2.946.890.000
E. PELAPORAN KAS
1. Kas Terbatas
Dana kas kecil, dana gaji, dan dana dividen adalah contoh kas yang
dipisah untuk tujuan tertentu. Pada umumnya, jumlah dana tersebut tidak
material. Oleh sebab itu, perusahaan tidak memisahkannya dari kas di dalam
laporan keuangan. Jika jumlah dana tersebut material maka perusahaan harus
memisahkan dana yang terbatas penggunaannya dari kas yang reguler untuk
tujuan pelaporan keuangan. Perusahaan mengklasifikasikan kas terbatas ini
dalam kelompok aset lancar atau aset jangka panjang tergantung pada saat
EKMA4210/MODUL 5 5.21
2. Cerukan
Cerukan terjadi jika perusahaan mengeluarkan cek yang jumlahnya
melebihi jumlah saldo yang ada rekening korannya. Perusahaan harus
melaporkan cerukan ini dalam kelompok utang lancar. Jika jumlahnya
material, perusahaan harus mengungkapkannya dalam neraca atau catatan
atas laporan keuangan.
Cerukan ini tidak boleh dilawankan dengan saldo kas, kecuali kalau
perusahaan memiliki rekening lain di bank yang sama di tempat cerukan
tersebut terjadi.
LAT IH A N
Berikut adalah data rekonsiliasi dari PT. Wanda untuk bulan Juli 20x9.
a. Saldo kas menurut catatan perusahaan per 31 Juli Rp3.239.350,00.
b. Saldo kas menurut laporan bank per 31 Juli Rp4.581.500,00.
c. Cek yang sudah dikeluarkan perusahaan, tetapi belum diuangkan
berjumlah Rp694.100,00.
d. Setoran yang belum dicatat oleh bank Rp362.800,00.
e. Cek sebesar Rp57.000,00 untuk pelunasan utang usaha, dicatat
perusahaan sebesar Rp75.000,00.
f. Nota debet untuk biaya bank sebesar Rp7.150,00 belum tampak dalam
catatan perusahaan.
Apabila hasil pekerjaan saudara benar maka jumlah yang benar, menurut
catatan bank akan sama dengan jumlah yang benar menurut catatan yang
benar. Apabila kedua jumlah tersebut tidak sama maka berarti hasil pekerjaan
saudara belum benar atau soalnya yang salah. Baiklah, apabila saudara telah
selesai mengerjakan laporan rekonsiliasi di atas, kemudian buatlah jurnal
EKMA4210/MODUL 5 5.23
Kas
Tanggal Keterangan Debet Kredit Saldo
31 Juli Saldo 3.239.350,00
PT. WANDA
LAPORAN REKONSILIASI BANK
PER 31 Juli 20x9
R A NG KU M AN
1. Kas meliputi uang tunai, simpanan di bank yang setiap saat dapat
diambil (giro) dan kertas berharga lainnya yang dapat diuangkan
pada bank atau lembaga keuangan lain sebesar nilai nominalnya.
Kas harus diawasi dengan baik. Salah satu cara pengawasan agar
likuiditas perusahaan terjamin maka harus disusun anggaran kas.
Untuk menyusun anggaran maka diperlukan kemampuan
memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas di masa yang
akan datang. Pengeluaran kas sebaiknya digunakan cek, sedangkan
untuk pengeluaran yang berjumlah relatif kecil sebaiknya disediakan
dana tertentu yang dinamakan "Dana Kas Kecil” Ada dua cara
pencatatan kas kecil, yaitu sistem dana tetap dan sistem dana
berfluktuasi. Perbedaan pokok dari kedua sistem tersebut, yaitu pada
sistem dana tetap, pengeluaran dari dana kas kecil tidak perlu di
jurnal, seperti pada sistem dana berfluktuasi.
2. Untuk mengadakan pengawasan kas di bank maka setiap akhir bulan
dibuat "rekonsiliasi bank” untuk menentukan sebab-sebab terjadinya
perbedaan saldo kas menurut catatan perusahaan dengan saldo kas
menurut rekening koran. Ada beberapa bentuk rekonsiliasi bank,
yaitu berikut ini.
a. Rekonsiliasi saldo menurut catatan perusahaan dengan saldo
menurut rekening koran untuk menuju ke saldo yang benar
atau rekonsiliasi untuk menentukan saldo yang benar. Hasil
akhir dari rekonsiliasi ini, yaitu saldo menurut perusahaan
dengan saldo menurut bank akan sama. Rekonsiliasi bentuk ini
sering disebut rekonsiliasi dua kolom.
b. Rekonsiliasi dan identifikasi berbagai penyebab terjadinya
perbedaan antara saldo menurut perusahaan dengan saldo
menurut laporan bank. Dalam rekonsiliasi bank bentuk ini maka
saldo menurut catatan perusahaan dianggap yang benar
sehingga bertitik tolak dari saldo menurut rekening koran
menuju saldo menurut catatan perusahaan.
3. Kadang-kadang rekonsiliasi diperluas penggunaannya, yaitu untuk
menguji kebenaran penerimaan dan pengeluaran kas, yaitu
mencocokkan kesamaan jumlah penerimaan, pengeluaran maupun
saldonya menurut catatan perusahaan dengan menurut laporan bank.
Dalam rekonsiliasi ini terdapat dua bentuk rekonsiliasi, yaitu berikut
ini.
a. Bentuk rekonsiliasi yang bertitik tolak dari saldo menurut
laporan bank menuju saldo menurut catatan perusahaan. Dengan
EKMA4210/MODUL 5 5.25
TES F OR M AT IF 1
Cek untuk pengisian kembali dana kas kecil dibuat pada tanggal tersebut
dan dana kecil dinaikkan menjadi Rp250.000,00. Pemeriksaan terhadap dana
kas kecil pada tanggal 31 Juli 20x9 diperoleh informasi sebagai berikut.
Uang kertas dan logam Rp73.800,00
Pengeluaran kas kecil:
- Pos telepon dan telex Rp31.430,00
- Biaya transpor lokal Rp17.380,00
- Supplies kantor Rp46.500,00
- Supplies toko Rp28.990,00 Rp124.300,00
Lain-lain
- Kas bon karyawan Rp55.000,00
EKMA4210/MODUL 5 5.27
Cek untuk pengisian kembali dana kas kecil dibuat pada tanggal tersebut.
1) Besarnya dana kas kecil yang dibentuk pada tanggal 1 Juni 20x9
adalah ….
A. Rp194.610,00
B. Rp151.040,00
C. Rp250.000,00
D. Rp 73.800,00
10) Jurnal untuk menyesuaikan penagihan piutang wesel dan bunga wesel
oleh bank didebet rekening ….
A. Kas sebesar Rp60.000,00
B. Pendapatan bunga sebesar Rp 4.000,00
C. Kas sebesar Rp64.000,00
D. Pendapatan bunga
Kegiatan Belajar 2
P iutang adalah tagihan kepada pelanggan atau pihak lain atas uang,
barang atau jasa. Untuk tujuan laporan keuangan perusahaan
mengklasifikasikan piutang menjadi piutang lancar (jangka pendek) atau
piutang tidak lancar (jangka panjang). Perusahaan mengharapkan dapat
mengumpulkan piutang jangka pendek dalam tempo satu tahun atau kurang
atau selama periode siklus normal usaha, mana yang lebih lama.
A. KLASIFIKASI PIUTANG
Contoh 5.6:
Apabila volume penjualan kredit selama satu tahun Rp600 juta dan
lamanya periode kredit 30 hari maka rata-rata piutang perusahaan akan
berjumlah:
30 hari Rp600.000.000 = Rp100.000.000
360 hari
B. PIUTANG WESEL
Contoh 5.7:
Coba Anda sebutkan apa saja yang dimaksud dengan informasi pada
butir 1 sampai 6 di atas pada wesel berikut ini.
--- Enam puluh hari--- setelah tanggal di atas kami berjanji akan membayar
kepada --- PT Wanda --- atau orang yang ditunjuk uang sejumlah --- Dua juta lima
ratus ribu --- rupiah yang akan dibayarkan di jl. Lawu 38, Yogyakarta, 55225.
No: 15 CV ARNINTO
Bunga =PTW
= Rp2.500.000,00 18% 60
360
= Rp75.000,00
Dari penerapan rumus di atas mungkin Anda bertanya dari mana asalnya
angka 60 ? Dalam dunia usaha dianggap jumlah dari hari dalam satu tahun
360
sama dengan 360 hari, hal ini dilakukan untuk memudahkan perhitungan
bunga. Oleh karena jangka waktu wesel adalah 60 hari maka W di sini
dihitung 60 hari
360 hari
Dengan demikian, jumlah yang harus dibayar CV ARNINTO sama dengan:
Nominal Wesel ……………….. Rp2.500.000,00
Bunga Wesel …………………. Rp 75.000,00
Jumlah ………………………… Rp2.575.000,00
EKMA4210/MODUL 5 5.35
jumlah bersih yang diterima perusahaan adalah selisih antara nilai pada saat
jatuh tempo dengan diskontonya.
Perhitungan
*) Nilai nominal …………………………… Rp1.800.000,00
Diterima …………………………………... Rp1.850.760,00
Pendapatan bunga ………………………… Rp 50.760,00
Contoh 5.10:
Perusahaan memiliki piutang wesel dari Toko ABC nominal
Rp10.000.000,00 bunga 12%, dan jangka waktu 60 hari. Pada saat tanggal
jatuh temponya ternyata debitur Toko ABC tidak mampu membayar wesel
tersebut. Transaksi tersebut akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut.
Jika ada biaya protes, maka biaya protes yang dibayar oleh perusahaan
ke bank, kemudian akan dibebankan ke Toko ABC. Coba saudara membuat
jurnal untuk transaksi di atas dengan asumsi ada biaya protes sebesar
Rp25.000,00.
Mungkin Anda akan bertanya, bagaimana andaikata debitur karena
alasan tertentu tidak dapat membayarnya? Suatu pertanyaan yang bagus, dan
jawaban akan Anda peroleh setelah mempelajari kegiatan belajar berikutnya.
Untuk itu, bersabarlah.
EKMA4210/MODUL 5 5.41
LAT IH A N
1) Tanggal jatuh tempo wesel dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut.
Jangka waktu wesel ……………………………….. 90 hari
Jumlah hari dalam bulan Februari ………………… 28
Tanggal wesel ………………………………………. (10)
Sisa ……………………………….………………….. 18
Maret ………………………………………………… 31
April …………………………………………………. 30
Jumlah ………………………………………………. 79 (-)
Tanggai jatuh tempo, Mei …………… (90 -79) 11
2) Jurnal yang dibuat PT. LEIVA:
Februari, 10 Kas ………………… Rp 500.000,00
Piutang Wesel ……….. Rp1.000.000,00
Penjualan ………………… Rp1.500.000,00
Jurnal yang dibuat CV. AYU:
Februari, 10 Pembelian ……………Rp 500.000,00
Kas ………………… Rp 500.000,00
Utang wesel …… Rp1.000.000,00
5.42 Akuntansi Keuangan Menengah 1
CV. AYU:
Utang Wesel …………………… Rp1.000.000,00
Biaya Bunga …………………… Rp 60.000,00
Kas …………………… Rp1.060.000,00
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Kegiatan Belajar 3
A. NILAI TUNAI
Konsep nilai tunai didasarkan pada asumsi bahwa nilai uang sekarang
lebih berharga daripada nilai uang di masa yang akan datang. Apabila
diumpamakan uang kita sekarang P0 dan tingkat bunga sama dengan i maka
uang kita setelah satu tahun menjadi (P1) atau:
P1 = P0 + ( i x P0 ) = P0 + i . P0 atau P1 = P0 ( 1 + i )1
Pn = P0 ( 1 + i )n
Contoh 5.11:
Misalkan kita memiliki uang Rp1 juta sekarang dan ditanamkan selama
dua tahun dengan tingkat keuntungan 20%. Berapakah nilai uang dua tahun
yang akan datang?
Dengan menggunakan rumus di atas maka jumlah tersebut dapat
dihitung sebagai berikut.
Pn = P0 ( 1 + i ) n
Pn = Nilai uang setelah periode ke n
P0 = Nilai uang sekarang
i = tingkat bunga
n = lamanya investasi
P2 = (1.000.000,00)( 1 + 0,20 )2
= 1.000.000,00 (1,44)
= 1.440.000,00
EKMA4210/MODUL 5 5.47
Cara tersebut di atas tidak praktis dan lama, lebih-lebih kalau periode
waktunya panjang. Maka, untuk memudahkan dan mempercepat perhitungan,
Anda dapat menggunakan suatu tabel bunga majemuk yang bentuknya
sebagai berikut.
I 1% 2% 3% … … 20% 21%
1. 1,010000 1,020000 1,030000 -- 1,200000 1,210000
2. 1,020100 1,040400 1,060900 -- 1,440000 1,464100
3. 1,030301 1,061208 1,092727 -- 1,728000 1,771561
4. 1,040604 1,082432 1,125508 -- 1,073600 2,143888
5. 1,051010 1,104080 1,159274 -- 2,488320 2,593742
. . . . . .
. . . . . .
. . . . . .
Dengan tabel di atas, sekarang Anda dapat menghitung nilai uang pada
periode ke n dengan cara lebih mudah, sebagai contoh nilai uang sekarang
Rp500.000,00, apabila didepositokan selama lima tahun dengan tingkat
keuntungan 21% akan sama dengan:
P5 = P0 (1 + i)5
= Rp 500.000,00 (2,593742)
= Rp1.296.871,00
Sekarang bagaimana kalau yang diketahui adalah nilai yang akan datang
dan kita ingin mengetahui nilai sekarang. Dengan menggunakan rumus
sebelumnya, berarti yang dicari adalah P 0. Apabila diketahui nilai Pn maka
dapat digunakan rumus sebagai berikut.
Pn = P0 (1 + i)n
5.48 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Pn = P0 (1 + i)n
Pn = P0
1 i n
P0 = Pn
1 i n
P0 = 1
Pn x
1 i n
1
Tabel Nilai Tunai
1 i n
In 1% … 10% … 15% 20%
1. 0,990099 -- 0,909090 -- 0,869565 0,833333 ---
2. 0,980296 -- 0,826446 -- 0,756143 0,694444 ---
3. 0,9705901 -- 0,751314 -- 0,6575162 0,578703 ---
4. 0,9609803 -- 0,684462 -- 0,571753 0,482253 ---
5. 0,9514657 -- 0,620921 -- 0,497176 0,401877 ---
EKMA4210/MODUL 5 5.49
Perlu Anda ingat n di dalam tabel bukan berarti periode satu tahun saja,
tapi dalam pengertian periode dalam arti umum. Jadi, n dapat berarti periode
satu minggu, satu bulan, satu triwulan, satu kuartal, satu semester atau satu
tahun. Dengan memiliki tabel bunga yang lengkap, Anda dapat dengan
mudah menghitung nilai tunai dari satu jumlah tertentu.
Wesel tagih pada mulanya dicatat sebesar nilai tunainya (present value),
yaitu jumlah penerimaan masa yang akan datang yang didiskontokan sampai
saat tanggal neraca dengan tingkat imbalan yang layak. Dalam transaksi
pinjam-meminjam, nilai tunai adalah jumlah uang yang diterima oleh
peminjam. Jika wesel ditukar dengan aktiva tetap, barang atau jasa maka nilai
tunainya sama dengan harga jual tunai dari barang atau jasa yang ditukarkan
tersebut. Perbedaan antara nilai tunai dengan jumlah yang akan diterima pada
saat jatuh tempo dibebankan sebagai bunga.
Seluruh transaksi wesel tagih antara dua pihak yang bebas akan selalu
menyangkut elemen bunga. Akan tetapi ada perbedaan bentuk antara wesel
berbunga dan wesel tidak berbunga. Wesel berbunga terjadi bila dalam wesel
tertulis janji akan membayar sejumlah nilai nominalnya ditambah bunga
dengan tingkat persentase tertentu. Bila tidak ada masalah penilaian khusus
maka nilai nominal ini merupakan nilai tunai dari wesel tersebut.
Dalam wesel tidak berbunga tidak menjelaskan suatu tingkat bunga,
tetapi nilai nominalnya sudah mengandung beban bunga. Dengan demikian,
nilai tunai merupakan perbedaan antara nilai nominal dengan bunganya yang
sudah termasuk di dalamnya.
Di dalam mencatat penerimaan wesel, rekening Wesel Tagih akan
didebet sebesar nilai nominal wesel tersebut. Dalam hal nilai nominal
berbeda dengan nilai tunainya, seperti dalam kasus wesel tanpa bunga,
selisihnya dicatat sebagai premium atau diskonto yang harus diamortisasi
selama umur wesel tersebut.
Contoh 5.12:
PT. RIBUT pada tanggal 1 Januari 20x5 menjual barang dagangan
dengan harga Rp1.000.000,00. Pembeli (PT. ADEN) menulis wesel yang
jatuh temponya 31 Desember 20x6. Nilai saat jatuh temponya termasuk
5.50 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Wesel Berbunga
Nilai Nominal – Nilai Tunai = Rp10.000.000,00
Tingkat Bunga Dinyatakan = 10%
20x5
Jan 1. Piutang Wesel Rp10.000.000,00
Penjualan Rp10.000.000,00
(mencatat penerimaan wesel untuk penjualan barang dagangan
seharga Rp10.000.000,00)
20x6
Des 31. Kas Rp12.210.000,00
Piutang wesel Rp10.000.000,00
Piutang Bunga Rp 1.000.000,00
Pendapatan Bunga Rp 1.210.000,00
(mencatat penyelesaian wesel tagih yang telah jatuh tempo dan
mengakui pendapatan bunga untuk satu tahun: (Rp10.000.000,00 +
Rp1.000.000,00 1,1)
EKMA4210/MODUL 5 5.51
Jika wesel tagih tanpa bunga dicatat sebesar nilai nominalnya tanpa
pengakuan terhadap bunga yang terkandung di dalamnya maka harga jual dan
laba bagi penjual akan menjadi terlalu besar. Pada periode berikutnya
pendapatan bunga akan menjadi terlalu kecil. Kegagalan untuk mencatat
diskonto juga akan mengakibatkan aktiva perusahaan menjadi terlalu besar.
Dalam neraca per 31 Desember 20x5 diskonto piutang wesel akan disajikan
sebagai berikut.
Contoh 5.13:
Pada awal tahun 20x1 PT. AWAL meminjamkan uang kepada pemasok
(supplier) Rp100 juta yang akan dibayar dalam waktu lima tahun. Sebagai
imbalannya pemasok akan menjual sejumlah bahan baku kepada PT. AWAL
EKMA4210/MODUL 5 5.53
dengan harga lebih rendah daripada harga pasar. Atas dasar perjanjian ini PT.
AWAL akan dapat menghemat pengeluaran Rp10 juta per tahun atau total Rp
50 juta lima tahun yang akan datang. Misalkan, tingkat bunga yang berlaku
10% maka nilai tunai dari hak istimewa ini sama dengan Rp37.910.000,00
(Rp50 juta: (1+0,10)5. PT. AWAL harus mengakui diskonto wesel dan hak
istimewa tersebut dengan jurnal sebagai berikut.
Wujud dari transaksi di atas sebenarnya adalah berupa (1) pinjaman uang
dari PT. AWAL kepada pemasok sebesar Rp62.090.000,00 dan (2) uang
muka pembelian bahan baku dari PT. AWAL kepada pemasok sebesar
Rp37.910.000,00. Hak istimewa akan dialokasikan sebagai tambahan harga
pokok bahan baku yang dibeli selama lima tahun. Sedangkan diskonto
piutang wesel akan diamortisasi sebagai pendapatan bunga selama usia
aktiva. Dalam neraca, diskonto yang belum diamortisasi akan dikurangkan
pada piutang wesel sehingga dapat mencerminkan nilai tunai dari piutang
wesel.
Atas dasar data di atas, dapat dibuat tabel amortisasi sebagai berikut
(tingkat bunga efektif 10%).
37.910.000
20x5, Des 31
Kas Rp100.000.000,00
Diskonto Piutang Wesel Rp 9.094.000,00
Persediaan Bahan Baku (Pembelian) Rp 9.094.000,00
Pendapatan Bunga Rp 9.094.004,00
Hak Istimewa dari Pemasok Rp 9.094.000,00
Piutang wesel Rp100.000.000,00
bersangkutan. Wesel harus dicatat pada salah satu harga berikut, mana yang
lebih mudah ditentukan:
a. harga pasar dari aktiva tetap, barang atau jasa yang dipertukarkan;
b. harga pasar dari wesel.
Perbedaan antara nominal wesel dengan nilai tunai yang diakui dicatat
sebagai diskonto atau premium dan disusut (diamortisasi) selama umur wesel
tersebut.
Contoh 5.14:
PT. PERMAI pada tanggal 1 Juli 20x5 menjual sebidang tanah yang
dibeli dua tahun yang lalu dengan harga Rp250 juta. Pembeli menyerahkan
wesel berjangka waktu satu tahun, nominal Rp280 juta dan tingkat bunga
18%, kepada PT PERMAI. Sebelum dilakukan penjualan telah diadakan
suatu penilaian terhadap sebidang tanah tersebut. Menurut hasil penilaian
tanah tersebut mempunyai harga pasar Rp300 juta. Harga ini lebih layak
untuk dijadikan dasar pencatatan. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut
adalah sebagai berikut.
20x5
Juli 1 Piutang Wesel Rp280.000.000,00
Premium Piutang Wesel 20.000.000,00 a)
Tanah Rp250.000.000,00
Laba Penjualan Tanah 50.000.000,00 b)
Perhitungan:
a. Rp300.000.000,00 – Rp280.000.000,00 = Rp20.000.000,00
b. Rp300.000.000,00 – Rp250.000.000,00 = Rp50.000.000,00
Jika wesel tersebut dilunasi pada saat jatuh temponya, PT PERMAI akan
menerima jumlah sebagai berikut.
Nominal wesel
Rp280.000.000,00
Bunga: 18% Rp280.000.000,00 Rp 50.400.000,00
Kas yang diterima PT. Permai Rp330.400.000,00
5.56 Akuntansi Keuangan Menengah 1
20x5
Des 31. Piutang bunga Rp25.200.000,00
Premium Piutang Wesel Rp10.000.000,00
Pendapatan Bunga Rp15.200.000,00
20x6
Juni 30.
Kas Rp330.400.000,00
Piutang Wesel Rp280.000.000,00
Premium Piutang wesel Rp 10.000.000,00
Piutang Bunga Rp 25.200.000,00
Pendapatan Bunga. Rp15.200.000,00
Saldo premium yang belum diamortisasi Rp10 juta akan ditambah pada
piutang wesel pada saat penyusunan neraca per 31 Desember 20x5, dengan
cara sebagai berikut.
Piutang Wesel
Rp280.000.000,00
Premium Piutang Wesel Rp 10.000.000,00 +
Rp290.000.000,00
Contoh 5.15:
Biro Konsultan KUSUMA menerima pekerjaan untuk melakukan survei
terhadap 800.000 hektar tanah pegunungan milik peternakan ANDHINI.
Pada tanggal 31 Desember 20x5, Kusuma menerima wesel Rp45 juta sebagai
pembayaran atas jasa yang diberikannya, wesel tersebut adalah wesel tanpa
bunga dan akan jatuh tempo dalam tiga tahap (cicilan) tahun, masing-masing
Rp15 juta mulai 31 Desember 20x6. Wesel tersebut tidak mempunyai harga
pasar, demikian juga dengan jasa survei sulit untuk ditentukan harga pasar
yang layak. Setelah mempertimbangkan tingkat bunga yang ditetapkan oleh
bank-bank pemerintah, posisi kredit PT. Andhini, jaminan yang ada, syarat
pembayaran, dan tingkat bunga dari wesel yang dikeluarkan perusahaan lain,
ditentukan tingkat bunga yang layak sebesar 10 persen. Oleh sebab itu, wesel
harus dicatat sebesar nilai tunainya, ditentukan diskontonya sebagai berikut.
20x5
Des 31.
Piutang Wesel Rp45.000.000,00
Diskonto Piutang Wesel Rp 7.697.000,00
Pendapatan Jasa Rp37.303.000,00
Untuk mencatat piutang wesel tanpa bunga pada nilai tunainya atas dasar
tingkat bunga layak 10%.
20x6
Des 31. Kas Rp15.000.000,00
Diskonto Piutang Wesel Rp 3.730.000,00
Pendapatan Bunga Rp 3.730.000,00
Piutang wesel Rp15.000.000,00
Mencatat cicilan piutang wesel tahun pertama dan mengakui
pendapatan bunga tahun tersebut:
D. PENDISKONTOAN
Piutang wesel dapat digunakan untuk sumber kas lebih dini sebelum
jatuh tempo dengan mendiskontokannya ke bank atau lembaga keuangan
lainnya. Apabila wesel dilaksanakan maka yang terkait menjadi tiga pihak,
yakni Pembuat (Penanda tangan) wesel, bank atau lembaga keuangan lain
sebagai Pendiskonto wesel, dan pemegang wesel terakhir yang
EKMA4210/MODUL 5 5.59
b. Wesel berbunga:
Nilai nominal 1.000.000
(+) Bunga 1.000.000 x 101 x 2 th 200.000
Nilai jatuh tempo 1.000.000
2. Diskonto
Wesel yang didiskontokan akan dibayar oleh bank atau lembaga
keuangan lainnya yang mau menerima instrumen kredit tersebut sebesar nilai
jatuh tempo dikurangi bunga tertentu, yang biasa disebut diskonto. Jumlah
diskonto adalah persentase tertentu dikalikan nilai jatuh tempo dan dikalikan
lagi dengan jangka waktu sejak tanggal pendiskontoan sampai tanggal jatuh
tempo.
Contoh:
September 30-1 = 29 hari
Oktober = 31 hari
November = 15 hari
Jumlah hari diskonto = 75 hari
b. Wesel berbunga
Diskonto = 1.200.000 x 4,5% x 75/360
= 11.250
b. Wesel berbunga
Nilai jatuh tempo = 1.200.000
(-) Diskonto = 11.250
Kas dari pendiskontoan = 1.188.750
PT. RIBUT
Sep 1 Kas 990.625 -
Biaya Bunga 9.375 -
Piutang wesel diskontoan - 1.000.000
BANK BNI
Sep 1 Piutang wesel 1.000.000 -
Pendapatan bunga - 9.375
Kas - 990.625
Untuk mencatat wesel berbunga pada contoh di atas, Bank BNI mendebit
rekening pendapatan bunga sebesar 188.750. Debit ini menunjukkan
bunga yang dibayar di muka, yang pada tanggal jatuh tempo nanti akan
diterima kembali dengan mengkredit rekening tersebut sebesar jumlah
bunga wesel, yakni 200.000. Jadi pendapatan bunga bank adalah 200.000
(bunga wesel) dikurangi 188.750 (bunga yang dibayar di muka), yakni
11.250.
PT. ADEN
PT. ADEN memperoleh pemberitahuan dari bank bahwa wesel yang
ditandatanganinya telah didiskontokan sehingga hak tagihnya berpindah
ke bank. Atas pemberitahuan ini, PT. ADEN cukup mencatatnya di
memorandum. Tidak ada jurnal apapun yang dibuat oleh PT. ADEN
terhadap pendiskontoan ini sebab pendiskontoan tersebut tidak
mempengaruhi aktiva, kewajiban, pendapatan, dan biaya baginya.
Ketika pembuat wesel melunasi wesel yang telah didiskontokan.
5.62 Akuntansi Keuangan Menengah 1
PT. RIBUT
Des 31 Piutang wesel diskontoan 1.000.000 -
Piutang wesel - 1.000.000
(mencatat selesainya kewajiban)
Untuk wesel berbunga ataupun tidak berbunga, jurnal yang dibuat oleh
PT. RIBUT adalah sama, yakni seperti di atas.
PT. ADEN
Des 31 Utang wesel 1.000.000 -
Kas - 1.000.000
(mencatat pembayaran wesel jika weselnya tanpa bunga)
BANK BNI
Des 31 Kas 1.000.000 -
Piutang wesel - 1.000.000
(untuk mencatat penerimaan pelunasan dari wesel jika)
PT. RIBUT
Des 31 Piutang wesel diskontoaan 1.000.000 -
Piutang wesel - 1.000.000
(mencatat telah selesainya kewajiban kontinjen)
EKMA4210/MODUL 5 5.63
BANK BNI
Des 31 Kas 1.202.500 -
Piutang wesel - 1.000.000
Pendapatan bunga - 200.000
Pendapatan protes - 25.000
Piutang wesel - 1.000.000
(mencatat penerimaan kas dari wesel plus pembebanan biaya
protes ke PT ADEN)
PT. ADEN
Des 31 Utang wesel 1.000.000 -
Biaya bunga 200.000 -
Biaya protes 25.000 -
Utang wesel menunggak - 1.202.500
PT. RIBUT
Jan 31 Kas 1.202.500 -
Piutang wesel menunggak - 1.202.500
Pendapatan bunga - 601,25
PT. ADEN
Jan 31 Utang wesel menunggak 1.202.500 -
Biaya bunga-denda 601,25 -
keterlambatan
Kas - 1.202.500
(mencatat penyelesaian utang wesel yang menunggak)
LAT IH A N
31/12 2009
Diskonto piutang wesel Rp1.250.000,00
Pendapatan bunga Rp1.250.000,00
(mencatat amortisasi diskonto piutang wesel sebesar nilai tunai
3
Rp1.250.000,00 = Rp50.000.000,00 10% )
12
30/9 2010
Kas Rp55.000.000,00
Diskonto piutang wesel Rp 3.750.000,00
Piutang wesel Rp55.000.000,00
Pendapatan bunga Rp 3.750.000,00
(mencatat pelunasan debitur pada tanggal jatuh tempo)
31/12 2009
Tidak ada pencatatan
30/9 2010
Kas Rp55.000.000,00
Piutang wesel Rp55.000.000,00
R A NG KU M AN
1. Wesel Tagih dicatat sebesar nilai tunainya, yaitu jumlah uang yang
diterima oleh si peminjam uang. Masalah penilaian akan timbul bila
si debitur tidak menerima uang, tetapi menerima aktiva tetap, barang
atau jasa dari jasa dari si kreditor.
2. Transaksi wesel antara 2 belah pihak yang bebas selalu akan
menyangkut bunga. Dalam wesel berbunga nilai tunai wesel akan
sama dengan nilai nominal wesel, sedangkan pada wesel tanpa
bunga nilai nominal sudah implisit (tersirat) di dalamnya bunga
wesel. Oleh sebab itu, pada wesel tanpa bunga nilai tunainya harus
dihitung dulu sebelum dicatat dalam pembukuan. Tetapi apabila
5.66 Akuntansi Keuangan Menengah 1
TES F OR M AT IF 3
3) Sebuah wesel tagih mempunyai nilai tunai Rp1.000.000,00 dari nilai saat
jatuh tempo Rp1.210.000,00. Bila wesel tersebut adalah wesel berbunga
maka berapa jumlah yang disajikan dalam neraca ….
A. Rp1.000.000,00
B. Rp1.210.000,00
C. Rp2.210.000,00
D. jawaban A, B, dan C salah
4) Rekening apa saja yang tidak dikredit pada saat pelunasan wesel pada
saat jatuh tempo?
A. piutang wesel
B. piutang bunga
C. pendapatan bunga
D. kas
EKMA4210/MODUL 5 5.67
5) Selisih antara nilai nominal dan nilai tunai tercatat dalam rekening
Piutang Wesel, akan dicatat dalam rekening ….
A. piutang bunga
B. amortisasi diskonto piutang wesel
C. diskonto piutang wesel
D. pendapatan bunga
7) Lihat soal Nomor 5, pada akhir tahun pertama akan dibuat jurnal
penyesuaian, dengan mengkredit rekening ….
A. pendapatan bunga
B. piutang bunga
C. diskonto piutang wesel
D. premium piutang wesel
10) Jurnal penyesuaian pada akhir tahun 2001 akan mengkredit rekening ….
A. pendapatan bunga dari premium piutang wesel
B. pembelian dan pendapatan bunga
C. hak istimewa dari pemasok, pendapatan bunga dan piutang wesel
D. kas, diskonto piutang wesel dan persediaan bahan baku
12) Hak istimewa dari Pemasok setiap tahun akan disesuaikan dengan
membebankan ke rekening …..
A. biaya bunga
B. pembelian
C. premium piutang wesel
D. pendapatan bunga
Kegiatan Belajar 4
Kos barang terjual dan seluruh biaya-biaya yang terjadi selama suatu
periode harus dihubungkan atau dikurangkan dari pendapatan periode
tersebut. Demikian juga dengan saldo piutang usaha yang tidak tertagih,
saldo ini merupakan hasil penjualan dari suatu periode. Oleh sebab itu, biaya
(kerugian) yang timbul karena adanya piutang tidak tertagih harus dikaitkan
pada periode saat penjualan yang menimbulkan piutang yang berasal dari
penjualan tahun 20x5, dan dianggap tidak tertagih pada tahun 20x6 maka
biaya kerugian piutang yang timbul adalah merupakan biaya pada tahun
20x5. Demikian juga halnya dengan penyajian saldo piutang dalam neraca.
Jumlah yang dicantumkan harus menunjukkan jumlah yang dapat
direalisasikan (ditagih). Jika piutang usaha disajikan sebesar nilai kotornya
(gross), tanpa dikurangi dengan taksiran piutang yang tidak tertagih maka
total aktiva dan modal pemilik akan menjadi terlalu besar. Untuk itu, setiap
akhir periode saldo piutang usaha harus disesuaikan untuk mengakui adanya
5.72 Akuntansi Keuangan Menengah 1
biaya kerugian piutang dan membetulkannya saldo piutang usaha yang akan
disajikan dalam neraca. Jurnal penyesuaian sehubungan dengan ini adalah
sebagai berikut.
Secara teoretis, piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa
harus dilaporkan sebesar nilai realisasi bersihnya atau jumlah kas yang
diharapkan diterima (net realizable values). Hal ini berarti piutang usaha
dicatat sebesar jumlah netonya, setelah dipertimbangkan potongan yang akan
diambil para pelanggan dan retur dan keringanan penjualan yang diharapkan
akan terjadi. Lebih lanjut, diharapkan piutang harus dikurangi dengan beban
bunga atau beban keuangan yang belum menjadi hak perusahaan yang tersirat
pada nilai nominalnya dan pos-pos yang diharapkan tidak dapat ditagih.
Tujuannya adalah untuk melaporkan jumlah tagihan dari para pelanggan
yang betul-betul dapat diterima uangnya.
Contoh 5.16:
Syarat penjualan 3/10, n/30. Dalam kredit ini berarti si pembeli diberi
potongan tunai sebesar 3% untuk jangka waktu 20 hari (30 hari - 10 hari)
atau dalam satu tahun tingkat kredit yang dibebankan pelanggan jika tidak
mengambil potongan tunainya sebesar 55,6% 3 x 360 . Oleh sebab itu,
97 20
bagi pembeli lebih menguntungkan untuk meminjam uang dari bank dan
membayarnya dalam tempo 10 hari atau kurang untuk dapat memperoleh
potongan sebesar 3%. Oleh sebab kemungkinan besar pelanggan akan
mengambil potongan tunainya maka piutang dapat dicatat sebesar jumlah
bersihnya dengan anggapan seluruh potongan tunai akan diambil oleh
pelanggan. Jika ternyata potongan tunai tidak diambil dan perusahaan
menerima pembayaran sebagai jumlah kotornya maka ekstra kas yang
diterimanya dicatat dalam rekening Pendapatan Potongan Tunai.
Biarpun prosedur tersebut lebih logis, namun metode pencatatan yang
banyak digunakan dalam praktik-praktik adalah mencatat piutang sebesar
jumlah kotornya. Jika pembayaran diterima dalam periode potongan, selisih
antara jumlah piutang dan jumlah penerimaan kas dicatat dalam akun
Potongan Penjualan (Sales Discount).
Contoh 5.17:
Misalnya perusahaan menjual barang dagangannya Rp100.000,00
dengan syarat 2/10, n/30. Alternatif pencatatan penjumlahan dan penerimaan
kasnya dapat diikhtisarkan sebagai berikut.
Contoh 5.18:
Barang dagangan yang dijual seharga Rp20.000,00 dikembalikan.
Transaksi pengembalian barang dagangan ini akan dicatat sebagai berikut.
Contoh 5.19:
PT. KOMODO yang memulai usahanya dalam bulan Januari 20x5,
menaksir bahwa 3% dari piutang usahanya per 31 Desember 20x5, tidak
dapat ditagih karena adanya penyesuaian retur dan keringanan penjualan.
Dalam contoh ini kita anggap jumlah tersebut mempunyai pengaruh material
terhadap laba perusahaan. Bila jumlah piutang per 31 Desember 20x5, Rp200
juta maka jurnal penyesuaian yang diperlukan pada akhir tahun adalah
berikut ini.
Penjualan dan mengkredit akun Piutang Usaha. Akun Cadangan Retur dan
Keringanan Penjualan jika tidak disesuaikan saldonya akan tetap sebesar
Rp6.000.000,00 (kredit), misalnya pada akhir tahun 20x6, saldo akun Piutang
Usaha Rp150 juta dan perusahaan tetap menaksir 3% dari jumlah tersebut
tidak ditagih karena adanya retur dan keringanan penjualan maka akun
cadangan harus disesuaikan hingga mempunyai saldo kredit Rp4.500.000,00
(3% x Rp150.000.000,00), dengan jurnal sebagai berikut (akun Cadangan
Retur dan Keringanan Penjualan sebesar Rp6.000.000,00 (kredit) agar
saldonya menjadi Rp4,500,000,00 (kredit), maka harus didebet dengan
(Rp1.500.000,00) dan lawannya adalah akun Retur dan Keringanan
Penjualan.
Contoh 5.20:
Perusahaan melakukan kontrak penjualan cicilan sebesar
Rp27.600.000,00 untuk jangka waktu satu tahun dengan tingkat bunga 2%
per bulan. Pembayaran akan dilakukan setiap bulan dengan jumlah yang
sama sebanyak 12 kali. Bunga yang belum direalisasi dapat dihitung sebagai
berikut.
Pada saat diterima pembayaran cicilan piutang, beban bunga atas saldo
piutang neto diakui sebagai pendapatan (direalisasi). Misalkan, beban bunga
bulanan 2%, jurnal untuk mencatat penerimaan piutang pada bulan pertama
adalah sebagai berikut.
EKMA4210/MODUL 5 5.77
Kas Rp2.300.000,00
Beban Bunga yang belum direalisasi Rp 486.466,00
Piutang usaha cicilan Rp2.300.000,00
Pendapatan Beban Bunga dari Pelanggan Rp 486.466,00
Perhitungan:
Beban bunga: 2% Rp24.323.278,00 dari (Rp27.600.000,00- Rp3.276.220,00)
= Rp486.466,00
kredit, dan jumlahnya dicatat seperti biasanya, hanya terpisah dalam bukti
setoran bank. Penerimaan ini, kemudian disetorkan ke bank sebagaimana
setoran uang tunai.
Ketika bank menerima bukti setoran dan penerimaan kartu kredit,
rekening perusahaan akan dikredit sebesar jumlah setorannya. Setiap bulan,
bank mendebet rekening perusahaan untuk beban jasa kartu kredit. Pelanggan
(pemakai kartu kredit), kemudian akan membayar langsung ke bank. Dengan
demikian, pihak banklah yang mempunyai piutang.
Contoh 5.21:
Department Stores "Irian" mempunyai penjualan kartu kredit, Master
Card sebesar Rp650.000,00 pada tanggal 9 Juni 2005. Jumlah untuk
mencatat penjualan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Kas …………………………Rp15.000.000,00
Penjualan ………………………………… Rp15.000.000,00
Mencatat penjualan dengan kartu kredit VISA dan MasterCard
1. Metode Cadangan
Dewasa ini hampir setiap perusahaan menaksir jumlah piutang yang
tidak tertagih yang akan terjadi di masa yang akan datang. Cara ini dilakukan
dengan membuat jurnal penyesuaian pada akhir tahun. Sebagaimana dengan
jurnal penyesuaian yang lain, jurnal penyesuaian ini juga mempunyai dua
tujuan, yaitu berikut ini.
a. Mengurangi nilai piutang sampai sejumlah yang dapat direalisasi.
b. Melakukan alokasi biaya kerugian piutang pada periode yang berjalan.
Contoh 5-22:
PT. BALI memiliki rekening piutang usaha sebagai berikut.
Rekening: Piutang Usaha No. Rek:1140
Jurnal Penyesuaian
Des. 31 Biaya Kerugian Piutang Rp11.500.000
Cadangan Kerugian Piutang Rp11.500.000
Contoh 5.23:
Perusahaan Ayu mempunyai volume penjualan selama tahun 20x5
sebesar Rp43.500.000.000 dan saldo piutang usaha per 31 Desember 20x5
Rp4.250.000.000. Mulai tahun 20x6 perusahaan mengubah metode langsung
ke metode cadangan. Dari pengalaman tahun-tahun yang lalu, diketahui
informasi sebagai berikut.
juga akan disajikan dalam laporan laba-rugi (beban kerugian piutang). Dalam
metode ini, yang dihitung adalah besarnya biaya kerugian piutang dan bukan
besarnya cadangan kerugian piutang.
b. Pendekatan neraca
Dalam pendekatan neraca, dasar penghitungan cadangan kerugian
piutang diambil dari laporan neraca. Tentunya Anda sudah bisa menebak, pos
apa yang akan digunakan sebagai dasar untuk menghitung cadangan kerugian
piutang ini. Tentu saja pos piutang usaha, sebab pos ini merupakan pos yang
mempunyai hubungan paling erat dengan masalah kerugian piutang. Dalam
pendekatan neraca, kerugian piutang dianggap terjadi karena adanya piutang
usaha yang tidak tertagih. Oleh sebab itu, untuk menghitung kerugian piutang
perusahaan harus menaksir besarnya piutang usaha yang diperkirakan tidak
akan dapat ditagih. Caranya adalah dengan menganalisis setiap debitur
perusahaan. Semakin besar jumlah piutang, berarti semakin banyak jumlah
piutang yang tidak dapat ditagih. Selain itu, juga semakin banyak jumlah
piutang tertunggak berarti semakin besar pula kemungkinan untuk tidak
dapat ditagih. Oleh karena itu, di dalam menghitung besarnya cadangan
kerugian piutang, perusahaan mempertimbangkan dua hal, yaitu besarnya
piutang usaha setiap debitur dan lamanya umur piutang-piutang tersebut.
Besarnya piutang seorang debitur dapat dilihat dari buku pembantu (buku
tambahan piutang), sedangkan umur piutang dikelompokkan dalam piutang
yang belum tertunggak, tertunggak 1 sampai dengan 30 hari, 31 sampai
dengan 60 hari, 61 sampai dengan 90 hari, 91 sampai dengan 180 hari, 181
sampai dengan 365 hari, dan lebih dari 365 hari. Untuk setiap kelompok
piutang yang tertunggak ini ditetapkan persentase cadangan kerugian piutang
berbeda-beda. Semakin lama suatu piutang tertunggak, semakin besar
persentase piutang yang tidak akan dapat ditagih. Persentase ditentukan atas
dasar pengalaman tahun-tahun yang lalu.
Mungkin Anda akan bertanya, lalu bagaimana cara menentukan suatu
piutang termasuk kelompok tertunggak atau tidak? Dan kalau tertunggak
bagaimana menghitung lamanya waktu tertunggak? Suatu pertanyaan yang
bagus! Dan jawaban akan tergantung pada tiga hal berikut.
1) Kapan akan dibuat laporan keuangan? (misalnya 31 Desember 20x5).
2) Kapan transaksi penjualan dilakukan? (misalnya 21 Oktober 20x5).
3) Bagaimana syarat kredit penjualan? (misalnya 2/10, n/30).
5.84 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Contoh 5.24:
Apabila ada piutang usaha per 31 Desember 20x5 yang berasal dari
transaksi penjualan kredit kepada Toko Alam Permai sebesar Rp120.000.000
pada tanggal 21 Oktober 20x5 dengan syarat penjualan 2/10, n/30 maka umur
piutang dapat ditentukan sebagai berikut.
Oleh karena syarat penjualan 2/10, n/30 maka piutang tersebut paling
lambat harus dilunasi 30 hari sejak tanggal transaksi penjualan sebagai
piutang yang tertunggak. Lamanya piutang tersebut tertunggak adalah antara
20 November 20x5 sampai dengan tanggal neraca (31 Desember 20x5) atau
41 hari. Dengan demikian, piutang Toko Alam Permai akan dikelompokkan
sebagai piutang yang tertunggak kelompok 31 - 60 hari. Demikian
seterusnya, setiap debitur akan diteliti satu per satu dan hasilnya
diikhtisarkannya dalam suatu daftar yang kita sebut daftar umur piutang
(aging schedule) yang bentuknya sebagai berikut.
Contoh 5-25:
Menentukan besarnya biaya kerugian piutang. Apabila diketahui
rekening Cadangan Kerugian Piutang sebelum penyesuaian:
1. Bersaldo 0 (nol)
5.86 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Contoh 5.26:
Bila diketahui seorang debitur dengan utang sebesar Rp50.000.000
pindah tanpa memberi tahu alamat yang baru maka pada saat itu dapat
dianggap piutang tersebut tidak dapat ditagih. Bila kejadian tersebut terjadi
pada tanggal 29 September 20x5 maka pada saat itu akan dibuat jurnal
sebagai berikut.
Debitur X
Saldo Rp50.000.000 Sept. 29 Dihapus Rp50.000.000
Des. 15 Rp50.000.000 Des. 15 Dibayar Rp50.000.000
Debitur X
Saldo Rp50.000,00 Sept. 29 Dihapus Rp50.000,00
F. MASALAH KHUSUS
Contoh 5.27:
Apabila PT. DINDA menjual barang kepada CV. ANDIKA juga
perusahaan membeli barang dari CV. ANDIKA maka perusahaan perlu
membuat sebuah rekening piutang CV. ANDIKA dan sebuah rekening utang
CV. ANDIKA, misalnya berikut ini.
5.90 Akuntansi Keuangan Menengah 1
KARTU PIUTANG
Nama Debitur : ………………… Lembar ke : ……………………
Batas Kredit : Rp ………......… Syarat Penjualan : …………….
Alamat : ……………......... Wiraniaga : ……………………
Kota/Prop : …………………
Kelompok Debitur : Baik/Cukup/Jelek
Tanggal Uraian Fol. Debit Kredit Saldo
2001 Sep. 29 Penjualan S1 450.000 450.000
Contoh 5.29:
Apabila rekening kontrol Piutang Dagang berjumlah Rp6.325.000.000,
yang terdiri atas buku pembantu sebagai berikut.
Saldo Debit Rp6.500.000.000
Saldo Kredit Rp 175.000.000
Debit - net Rp6.325.000.000
LAT IH A N
Instruksi:
Siapkan jurnal untuk mencatat transaksi di atas!
b. Kas Rp201.800.000,00
Piutang dagang Rp201.800.000,00
(mencatat pelunasan piutang)
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 4
2) Manakah dari pos-pos berikut yang harus dipisahkan dari piutang usaha
dalam penyajiannya pada neraca piutang ….
A. penjualan barang dagangan kepada pemegang saham
B. usaha yang bersaldo kredit
C. penjualan barang dagangan kepada direksi
D. penjualan barang dagangan secara kredit
C. Rp8.820.000,00.
D. Rp9.800.000,00.
Kegiatan Belajar 5
P iutang usaha adalah merupakan bagian dari siklus kegiatan normal dari
suatu perusahaan. Bila kita tengok kembali siklus barang dagangan,
kemudian sering kali dijual secara kredit sehingga menimbulkan piutang
usaha. Piutang usaha ini, kemudian ditagih dan bentuknya kembali menjadi
kas. Kejadian berulang-ulang selama perusahaan menjalankan kegiatan
usahanya. Pada perusahaan pengolahan (manufaktur) sebelum dijual bahan
baku yang dibeli memerlukan pengolahan lebih dulu. Oleh sebab itu, tak
mengherankan apabila siklus normal pada perusahaan pengolahan biasanya
lebih lama dibandingkan dengan perusahaan dagang. Siklus kegiatan usaha
normal ini dapat berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, malahan ada
yang berlangsung lebih dari satu tahun (pada industri konstruksi jangka
panjang, pembuatan pesawat, dan galangan kapal). Kadang-kadang
perusahaan memerlukan uang kas segera dan tidak dapat menunggu sampai
siklus kegiatan normal tersebut berakhir. Pada keadaan lain, biarpun
perusahaan tidak mengalami kesulitan, namun perusahaan tetap
menginginkan untuk mempercepat proses pengumpulan piutang atau
menggeser risiko kredit dan penagihan kepada pihak lain. Dalam keadaan
demikian, piutang pelanggan (piutang usaha) dapat digunakan sebagai
sumber kas (pembelanjaan).
Penggunaan piutang usaha sebagai sumber pembelanjaan dari suatu bank
atau lembaga keuangan dapat dilakukan dengan tiga cara sebagai berikut.
1. Dengan menjaminkan (pledging) piutang usaha guna memperoleh
pinjaman.
2. Dengan menguasakan (assigment) piutang usaha/Anjak Pit tanpa hak
regres.
3. Dengan menjual (factoring) piutang usaha/Anjak piut dengan hak regres.
Pinjaman dari bank atau dari lembaga keuangan yang lain dapat
diperoleh dengan cara menggunakan piutang usaha sebagai jaminan kredit.
Biasanya dalam kasus seperti ini, peminjam uang (perusahaan) tetap yang
berkewajiban menagih piutang kepada debiturnya, hasil penagihan ini yang
5.98 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Contoh 5-30:
Pengungkapan adanya piutang usaha yang dijaminkan dalam neraca.
Aktiva Lancar
Piutang Usaha, (Catatan C) Rp250.000.000,00
(-) Cadangan Kerugian Piutang Rp 10.000.000,00
Rp240.000.000,00
Catatan C. Sesuai dengan perjanjian kredit antara perusahaan dengan bank,
perusahaan memperoleh kredit sebesar Rp100 juta dengan jaminan piutang
usaha sebesar Rp250 juta.
dalam persentase dari piutang usaha yang diasinyasikan. Jika jumlah yang
berhasil ditagih dari piutang yang diasinyasikan melebihi jumlah pinjaman
ditambah beban dan bunga yang dibebankan oleh assignee maka
kelebihannya tetap menjadi hak dari assignor (perusahaan). Dalam perjanjian
ini pihak assignee biasanya membebani assignor dengan beban komisi yang
harus dibayar di muka, ditambah bunga atas jumlah saldo pinjaman yang
belum dilunasi yang dihitung secara harian.
Perjanjian asinyasi biasanya dilakukan atas dasar non-notification, yang
artinya pelanggan (debitur perusahaan) tidak diberi tahu adanya perjanjian
ini; dan mereka di dalam membayar utangnya tetap kepada perusahaan
(assignor), kemudian assignor ini akan mengirimkan penerimaan piutang ini
kepada assignee. Asinyasi atas dasar non-notification ini dapat dijelaskan
dalam gambar sebagai berikut.
PENJUALAN KAS
LEMBAGA
PERUSAHAAN UTANG
PELANGGAN PIUTANG KEUANGAN
(Assignor)
(Assignee)
KAS KAS
PENJUALAN KAS
LEMBAGA
PERUSAHAAN UTANG
PELANGGAN PIUTANG KEUANGAN
(Assignor)
(Assignee)
KAS KAS
Contoh 5.31:
PT ELOK mempunyai transaksi sehubungan dengan perjanjian asinyasi
sebagai berikut.
1. Tanggal 1 Maret, mengasinyasikan piutang usahanya sebesar Rp25 juta
ke BANK BALI dan menerima kas Rp19,5 juta yang berupa pinjaman
80% dari piutang dikurangi dengan komisi di muka 2,5% atau
Rp500.000,00. Penagihan dilakukan oleh assignor, kemudian akan
5.100 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Utang Wesel
Bank Bali 15.000.000
Biaya bunga 200.000
Kas 15.200.000
31 Maret Retur & Keringanan Hak PT ELOK atas
Penjualan 1.000.000 Rekening Asinyasi 1.000.000
Piutang Usaha Rekening PT ELOK 1.000.000
Asinyasi 1.000.000
EKMA4210/MODUL 5 5.101
Pada saat terjadi asinyasi assignor membuat dua buah jurnal: jurnal
pertama digunakan untuk membuat rekening piutang usaha asinyasi sebagai
rekening kontrol tersendiri, dan jurnal kedua untuk mencatat pengkreditan
Utang Wesel kepada Bank yang disertai dengan pendebetan rekening Kas
sejumlah uang yang diterima perusahaan dan rekening Biaya Komisi yang
dibebankan oleh assignee.
Pada saat diterima pembayaran piutang yang diasinyasikan, saldo
piutang usaha asinyasi dikurangi dan kas dikirimkan ke bank untuk
mengurangi jumlah utang weselnya. Jurnal untuk mengurangi piutang
asinyasi juga akan dibuat, apabila terjadi retur dan keringanan penjualan dan
penghapusan piutang.
Pada saat terjadi penyelesaian perjanjian asinyasi ini, saldo rekening
Piutang Usaha Asinyasi dikembalikan ke rekening Piutang Usaha. Hak dari
assignor dalam suatu asinyasi sama dengan saldo piutang asinyasi dikurangi
dengan saldo utang wesel kepada assignee. Dalam pembukuan assignee,
pemberian pinjaman kas dicatat dengan mendebet rekening aktiva sejumlah
piutang yang diasinyasikan, mengkredit hak assignor yang ada pada jumlah
tersebut, mengkredit Pendapatan Komisi yang dibebankan kepada assignor,
dan mengkredit Kas, dan mengredit rekening asinyasi dan Pendapatan
Bunga. Pengurangan rekening asinyasi juga dilakukan bila ada pengurangan
hak assignor dalam piutang yang diasinyasikan.
Pada saat penyelesaian asinyasi, bila masih terdapat saldo hak assignor
dalam piutang asinyasi akan ditutup ke rekening asinyasi. Apabila neraca
disusun sebelum assignee menerima pelunasan seluruhnya maka assignor
5.102 Akuntansi Keuangan Menengah 1
PT. ELOK
(Assignor)
Aktiva Lancar:
Piutang Usaha Rp50.000.000,00
Piutang Usaha-Asinyasi:
Rekening Asinyasi Rp9.000.000,00
(-) Utang Wesel kepada
BANK BALI (utang
bersyarat perusahaan) Rp5.000.000,00
Rp 4.000.000,00
Jumlah Piutang Usaha Rp54.000.000,00
BANK BALI
(Assignee)
Aktiva Lancar:
Rekening PT ELOK Rp9.000.000,00
(-) Hak PT ELOK atas rekening asinyasi Rp4.000.000,00
Rp5.000.000,00
Keterangan:
1. Pada tanggal 31 Maret saat Bank BALI menerima pembayaran dari
pelanggan perusahaan Rp15 juta, Bank memberi tahu PT. ELOK
tentang adanya pembayaran ini dan menagih beban bunga yang sebesar
Rp200.000,00.
2. Tanggal 31 Mei pelanggan membayar pada bank sebesar Rp8,5 juta.
Oleh karena saldo utang perusahaan tinggal Rp5 juta, dan beban bunga
hanya Rp100.000,00 jumlah tersebut langsung dikurangkan pada
rekening PT. ELOK. Sisa kelebihan penerimaan ini sebesar
Rp3.400.000,00 (Rp8,5 juta - Rp5,1 juta) dikembalikan ke PT. ELOK
5.104 Akuntansi Keuangan Menengah 1
dengan jurnal debet Hak PT. ELOK pada rekening asinyasi Rp4 juta,
kredit Rekening PT. ELOK Rp600.000,00 dan kredit Kas Rp3,4 juta.
FAKTOR
Pembayar
Piutang usaha Kas dan factoring
Penjualan piutang
piutang usaha
usaha
PELANGGAN PERUSAHAAN
PIUTANG USAHA
beban yang dikenakan factor kepada perusahaan akan lebih besar daripada
suku bunga pinjaman atau komisi dan bunga pada asinyasi piutang usaha.
Factor juga dapat menahan sebagian dari harga beli barang untuk menutup
kemungkinan adanya retur dan keringanan penjualan atau penyesuaian-
penyesuaian yang lain. Penyesuaian akhir dilakukan setelah piutang yang
bersangkutan dapat tertagih.
Saat terjadi factoring, perusahaan akan mendebet rekening Kas, Biaya
Factoring, dan menutup rekening Piutang usaha dan rekening-rekening lain
yang bersangkutan dengan rekening Piutang Usaha. Jika ada sebagian harga
beli yang ditahan oleh factor maka jumlah ini akan didebet pada rekening
Piutang Factor sampai terjadi penyelesaian akhir. Sesudah penerimaan
semua harga beli yang ditahan oleh factor, barulah rekening piutang ini
dihapus.
Contoh 5.32:
Perusahaan melakukan factoring piutang usahanya Rp10 juta kepada
lembaga keuangan sejumlah Rp8,5 juta. Rekening cadangan kerugian piutang
untuk piutang yang bersangkutan ditetapkan Rp300.000,00. Lembaga
keuangan, menahan lima persen dari harga beli sebagai proteksi terhadap
adanya retur dan keringanan penjualan.
Perhitungan
1) Piutang = Rp8.500.000,00 x 5% = Rp425.000,00
2) Kas = Rp8.500.000,00 – Rp425.000,00 = Rp8.075.000,00
3) Biaya Factoring = Rp10.000.000,00 – Rp300.000,00 – Rp8.500.000,00
= Rp1.200.000,00
5.106 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Kas Rp425.000
Piutang Dari Lembaga Keuangan Rp425.000
D. PENYAJIAN PIUTANG
PT. X
Neraca (sebagian)
Per 31 Desember 20x8
(ribuan rupiah)
--------------------------------------------------------------------------------------------
Aset Lancar
Kas dan Setara Kas 3.740.500
Piutang Usaha (Catatan 2) 17.955.346
Kurang: Cadangan Kerugian Piutang 1.000.452 16.954.894
Uang Muka kepada perusahaan afiliasi 4.180.000
(30/8/x9)
Piutang Wesel – Niaga (Catatan 2) 3.064.000
Uang Muka Pajak Penghasilan 293.408
Piutang Bunga dan Dividen 151.000
Piutang dan Tagihan Lain-Lain 349.240
Total Aset Lancar 28,733,042
Catatan 2: Piutang Usaha dan Piutang Wesel: dalam bulan November 20x8,
perusahaan melakukan kesepakatan dengan lembaga keuangan untuk
melakukan pembiayaan kembali sebagian dari utangnya dengan utang wesel
berbunga 12%. Utang wesel dijamin dengan piutang usaha.
5.108 Akuntansi Keuangan Menengah 1
LAT IH A N
Instruksi:
Siapkan jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi di atas pada PT.
BAYU.
1. Kas Rp23.280.000,00
Biaya bank Rp 720.000,00
Utang wesel Rp24.000.000,00
2. Kas Rp15.000.000,00
Piutang dagang digadaikan/asinyasi Rp15.000.000,00
4. Kas Rp17.000.000,00
Piutang dagang digadaikan/asinyasi Rp17.000.000,00
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 5
Tes Formatif 1
1) A. Uang kertas dan logam Rp 43.570,00
Pengeluaran kas kecil Rp151.040,00 +
Dana kas kecil 1 Juni 2000 Rp194.610,00
2) B. Pengisian kembali dana kas kecil Rp250.000,00
Uang logam Rp 43.570,00
Kas/bank Rp206.430,00
3) A. Uang kertas dan logam Rp 73.000,00
Pengeluaran kas kecil Rp124.300,00
Lain-lain Rp 55.000,00
Dana kas kecil 31 Juni 2000 Rp253.100,00
Pengisian kembali dana kas kecil (Rp250.000,00)
Selisih lebih Rp 3.100,00
4) C. Saldo per laporan bank Rp36.050,00
Tambah = - setoran dalam perjalanan Rp6.250,00
- Biaya bank Rp 50,00
Rp 6.300,00
Kurang = - out standing cheek Rp5.750,00
- koreksi Rp 250,00
Rp 6.000,00
Setoran pencatatan perusahaan Rp36.000,00
5) D. Saldo pelaporan bank Rp3.900.000,00
Tambah = - deposit entrensit Rp 200.000,00
Kurang = - out standing cheek Rp 500.000,00
Saldo per laporan perusahaan Rp3.600.000,00
6) A. Uang tunai Rp4.000.250,00
Check PT. ABC Rp 210.000,00
Kas Rp4.210.150,00
5.114 Akuntansi Keuangan Menengah 1
PT. MARIO
Rekonsiliasi Bank
31 Oktober 2000
Saldo kep Bank Rp750.000,00 Saldo menurut perusahaan Rp640.000,00
Di tambah Di tambah
Setoran dalam perjalanan Rp 25.000,00 - Penagihan piutang Rp60.000,00
= 850.000,00 – Rp825.000,00 - Bunga wesel Rp 4.000,00
Rp775.000,00 - Jasa giro Rp 6.000,00
Rp70.000,00
Rp710.000,00
Di kurangi Di kurangi
Cek yang beredar Biaya Administrasi Bank Rp 10.000,00
= 400.000,00 – 325.000,00 = Rp75.000,00
Saldo kas yang benar Rp700.000,00 Saldo kas yang benar Rp700.000,00
7) A. Rp25.000,00
8) A. Rp75.000,00
9) B. Rp700.000,00
10) C. Kas Rp64.000,00
Piutang wesel Rp60.000,00
Pendapatan bunga Rp 4.000,00
Tes Formatif 2
1) A. Menurut sumbernya, piutang dibedakan menjadi piutang usaha dan
piutang nonusaha.
2) B. Piutang usaha karena merupakan piutang yang timbul dari transaksi
penjualan kredit.
3) C. Jurnal untuk mencatat persetujuan mengganti utang dengan promes
Piutang wesel XX
Piutang usaha XX
4) B. Nilai jatuh tempo pada wesel berbunga sebesar nilai nominal wesel
ditambah bunga.
5) B. Wesel tagih yang didiskontokan diungkapkan dalam neraca dalam
kelompok informasi tambahan.
6) C. Utang bersyarat timbul karena adanya piutang wesel yang
didiskontokan.
7) D. Piutang wesel yang kedaluwarsa dalam neraca disajikan sebagai
elemen piutang usaha.
Perhitungan untuk menjawab No. 8 s/d 10
EKMA4210/MODUL 5 5.115
Tes Formatif 3
1) A. Nilai tunai dalam transaksi pinjam meminjam sebesar jumlah uang
yang diterima oleh peminjam.
2) C. Piutang wesel jangka panjang dicatat sebesar nilai tunainya.
3) A. Piutang wesel disajikan dalam neraca sebesar nilai tunainya
(Rp1.000.000,00).
4) D. Pada saat pelunasan wesel berbunga pada saat jatuh tempo, rekening
Kas dicatat di debet.
5) C. Selisih antara nilai nominal dan nilai tunai piutang wesel dicatat
dalam rekening Diskonto/Premium Piutang wesel.
10 10
6) C. Rp2.000.000,00 x (1 + ) x (1 + ) = Rp2.420.000,00
100 100
7) A. Pada akhir tahun pertama, piutang wesel tanpa bunga akan dicatat
dalam jurnal penyesuaian rekening Pendapatan Bunga dikredit.
8) B. Hak istimewa didebet sebesar Rp29.906.000,00 dengan perhitungan
sebagai berikut.
Rp10.000.000,00 Rp10.000.000,00 Rp10.000.000,00
1
+ 2
+ 3
+
20 20 20
1 1 1
100 100 100
Rp10.000.000,00
4
+
20
1
100
Rp10.000.000,00
5
= Rp8.333.000,00 + Rp6.949.000,00 +
20
1
100
Rp5.787.000,00 + Rp4823.000,00 + Rp4.019.000,00 = Rp29.906.000,00
5.116 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Tes Formatif 4
1) C. Perusahaan menganggap piutang dari debitur tidak dapat ditagih
lagi, apabila dinyatakan pailit.
2) B. Pos yang harus dipisahkan dari piutang usaha dalam penyajiannya
pada neraca adalah piutang usaha yang bersaldo kredit.
3) D. Harga katalog = Rp10.000.000,00
10
Discounts = Rp10.000.000,00 = (Rp 1.000.000,00)
100
= Rp 9.000.000,00
2
Potongan penjualan = Rp9.000.000,00 = Rp 180.000,00
100
= Rp 8.820.000,00
4) B. Jumlah yang tercantum dalam faktur penjualan sebesar
Rp9.000.000,00.
5) B. Potongan penjualan sebesar Rp180.000,00.
6) B. Jurnal untuk mencatat kontrak penjualan dengan mengkredit
rekening. Penjualan sebesar Rp2.250.000,00 (sebesar total nilai
tunai cicilan).
7) A. Jurnal untuk mencatat penjualan di mana pembeli menggunakan
kartu kredit VISA, perusahaan akan mendebet rekening Kas.
8) C. Jurnal untuk mencatat penjualan di mana pembeli menggunakan
kartu kredit perusahaan penjual, perusahaan akan mendebet
rekening Piutang Usaha.
EKMA4210/MODUL 5 5.117
Tes Formatif 5
1) C. Nama lain penjualan usaha dengan cara with resources adalah
factoring.
2) B. Saat terjadi peminjaman uang oleh perusahaan dari lembaga
keuangan dengan menjaminkan piutang usaha (pledging), PT.
MINANG mencatat di kredit rekening utang wesel kepada bank.
3) C. PT MINANG mencatat rekening di Utang Usaha Asinyasi Rp 50
juta.
4) B. Selisih antara jumlah piutang usaha yang diasinyasikan dengan
jumlah pinjaman perusahaan, dicatat oleh Bank NIAGA dengan
mengkredit rekening PT. MINANG atas Pendapatan Asinyasi.
5) A. PT MINANG mencatat rekening Piutang Usaha dan Utang Wesel
Bank di kredit.
6) B. Bank Niaga mencatat rekening Pendapatan Komisi dan Kas di
kredit.
7) B. PT. ABCD mencatat rekening cadangan Kerugian Piutang di debet
sebesar Rp 5 juta.
8) C. PT ABCD mencatat rekening Biaya Factoring sebesar Rp 100 juta –
Rp 80 juta – Rp 5 juta = Rp 15 juta.
9) D. PT. ABCD mencatat rekening Kas sebesar Rp 80 juta – (Rp 80 juta
10%) = Rp 72 juta.
10) B. PT. ABCD mencatat rekening Piutang Usaha di kredit sebesar
Rp100 juta.
5.118 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Daftar Pustaka
Kieso & Weygandt. (2007). Intermediate Accounting. 12th Ed. John Wiley
Sons.
Akuntansi Persediaan
Drs. Sugiarto, M.Acc., M,B,A, Akt.
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
Pengertian Persediaan
A. PENGERTIAN PERSEDIAAN
Contoh 6.1:
Sebuah perusahaan membeli 1.000 unit persediaan dengan harga
@ Rp1.000,00 atau total Rp 1 juta. Pada saat pembelian diperkirakan
persediaan akan laku dijual dengan harga @ Rp1.250,00 atau dengan mark
up 25%. Misalkan, sebelum persediaan tersebut dijual kembali, diketahui
untuk membeli persediaan yang sama (identik) harganya naik menjadi
@ Rp1.200,00 dan untuk mempertahankan mark up 25%, harga jual harus
dinaikkan menjadi @ Rp.1.500,00. Jika 1.000 unit persediaan dijual,
akuntansi historis akan mengakui laba kotor sebagai berikut.
C. KLASIFIKASI PERSEDIAAN
1. Perusahaan Jasa
Dalam perusahaan jasa, biasanya hanya terdapat satu jenis persediaan
saja, yang diberi nama Persediaan Bahan Pembantu/Persediaan Bahan Habis
Pakai/Inventory of Supplies. Persediaan ini dapat terdiri atas barang-barang
seperti kertas, karbon, pita mesin tulis, kertas formulir, prangko, meterai, dan
alat-alat tulis yang lain. Sebagai rekening, biaya dari pemakaian bahan
pembantu ini dapat diberi nama dengan salah satu nama, seperti Pemakaian
Bahan Pembantu, Biaya Bahan Pembantu, Pemakaian Bahan Habis Pakai,
dan sebagainya. Pada umumnya, saat pembelian bahan habis pakai akan
dicatat sebagai elemen biaya, kemudian pada akhir periode ditentukan berapa
jumlah bahan baku yang masih ada yang harus dilaporkan dalam neraca.
Pencatatan persediaan ini dilakukan melalui jurnal penyesuaian setiap akhir
periode.
Contoh 6.2.
Misal selama tahun ini Kantor Akuntan Publik Gatotkaca membeli
perlengkapan kantor seperti kertas, ball-point, prangko, amplop, dan
sebagainya seharga Rp5 juta, dan pada saat akan disusun laporan keuangan
perlengkapan yang masih ada (belum digunakan) mempunyai kos Rp1 juta.
Jurnal untuk mencatat pembelian dan jurnal penyesuaian adalah sebagai
berikut.
2. Perusahaan Dagang
Dalam perusahaan dagang biasanya akan terdapat dua jenis persediaan,
yaitu berikut ini.
a. Persediaan Barang Habis Pakai (perlengkapan), yang terdiri atas alat-alat
tulis seperti kertas tik, karbon dan pita mesin tik yang digunakan untuk
EKMA4210/MODUL 6 6.7
Contoh 6.3.
Misal Toko Mitra yang baru saja beroperasi, selama minggu ini
melakukan pembelian barang dagangan seharga Rp100 juta dan melakukan
penjualan barang dagangan sebanyak Rp20 juta yang harga perolehannya
Rp16 juta. Transaksi tersebut oleh perusahaan akan dicatat sebagai berikut.
3. Perusahaan Industri/Manufaktur
Dalam perusahaan jenis ini akan memiliki berbagai jenis persediaan,
seperti persediaan bahan habis pakai, persediaan bahan baku, persediaan
barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
Biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung secara langsung dapat
diidentifikasikan pada persediaan barang dalam proses. Sedangkan biaya
overhead pabrik sulit untuk diidentifikasikan dengan barang dalam proses
yang bersangkutan.
Overhead pabrik terdiri atas seluruh biaya produksi selain biaya bahan
baku dan tenaga kerja langsung. Overhead pabrik ini akan terdiri atas
pemakaian bahan pembantu pabrik dan tenaga kerja tidak langsung yang
secara spesifik tidak dapat diidentifikasikan pada produk atau barang dalam
proses. Overhead pabrik juga mencakup biaya umum pabrik, seperti biaya
depresiasi, pemeliharaan, reparasi, pajak kekayaan, asuransi, listrik, air, dan
gaji manager pabrik. Biaya overhead pabrik dapat dibedakan menjadi biaya
overhead tetap (fixed), biaya overhead variabel dan biaya overhead semi
variabel. Biaya overhead tetap adalah biaya overhead yang jumlahnya
konstan tidak tergantung pada volume aktivitas produksi. Contoh biaya
overhead tetap ini antara lain, depresiasi, asuransi, dan sewa. Sedangkan
biaya overhead variabel adalah biaya overhead yang jumlahnya bervariasi
secara proporsional dengan volume produksi. Contoh biaya overhead
variabel antara lain (tidak selalu) adalah bahan bakar, bahan pembantu
pabrik, dan pemakaian listrik. Selain itu, ada biaya overhead pabrik yang
jumlahnya berubah-ubah, namun perubahannya tidak sebanding dengan
perubahan volume produksi. Biaya overhead seperti ini akan dikelompokkan
sebagai biaya overhead pabrik semi variabel. Contoh biaya overhead semi
variabel antara lain adalah biaya pemeliharaan mesin dan biaya listrik.
Contoh 6.4.
Misal: Perusahaan batik Citra Dewa memperoleh pesanan untuk
membuat 12 baju batik eksklusif dengan harga per lembar Rp 3 juta. Untuk
membuat sebuah baju batik diperlukan biaya sebagai berikut:
Bahan baku Rp100.000
Perajin batik Rp200.000
Biaya overhead Rp300.000
2. Sistem Perpetual
Dalam sistem pencatatan perpetual, pembelian dan penjualan
(pemakaian) dicatat langsung ke dalam rekening Persediaan pada saat
pembelian atau pemakaian (penjualan) tersebut terjadi. Dengan demikian,
tidak digunakan rekening Pembelian. Selain itu akan digunakan rekening
Harga Pokok Penjualan untuk mengumpulkan pengeluaran barang dari
persediaan. Saldo rekening Persediaan merupakan jumlah persediaan akhir
pada saat itu. Dengan demikian, apabila perusahaan menggunakan sistem
perpetual maka setiap saat dapat diketahui jumlah persediaan yang ada.
6.14 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Contoh 6.5.
Penghitungan fisik bahan baku menunjukkan jumlah Rp2.500.000,00
lebih kecil daripada jumlah menurut catatan. Jurnal untuk mencatat
penyesuaian ini adalah berikut ini.
EKMA4210/MODUL 6 6.15
Contoh 6.6
Berikut adalah transaksi dari PT. KATRACO selama satu bulan sebagai
berikut.
Penjualan 6.000 unit @ Rp12.000,00 = Rp72.000.000,00
Persediaan awal 1.000 unit @ Rp 6.000,00 = Rp 6.000.000,00
Pembelian 9.000 unit @ Rp 6.000,00 = Rp54.000.000,00
Persediaan akhir 4.000 unit @ Rp 6.000,00 = Rp24.000.000,00
Pencatatan Pembelian:
Persediaan ……………… Rp54.000.000,00
Utang Usaha ……….. Rp54.000.000,00
Pencatatan Penjualan:
Piutang Usaha ……………Rp72.000.000,00
Penjualan …………… Rp72.000.000,00
Harga Pokok Penjualan … Rp36.000.000,00
Persediaan …………. Rp36.000.000,00
Jurnal Penyesuaian:
Tidak diperlukan
6.16 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Sistem Perpetual
Saat Pembeliaan:
Persediaan Bahan Baku xxx
Utang Usaha xxx
Saat Pemakaian:
Biaya/Pemakaian Bahan Baku xxx
Persediaan Bahan Baku xxx
Saat Penyesuaian:
Tidak diperlukan
EKMA4210/MODUL 6 6.17
Sistem Periodik
Saat Pembelian Bahan Baku:
Pembelian (Bahan Baku) xxx
Utang Usaha xxx
Saat Pemakaian:
Tidak diperlukan
Saat Penyesuaian:
Pemakaian Bahan Baku xxx
Persediaan Bahan Baku (Awal) xxx
periode yang sama tersebut. Hal ini akan mengakibatkan kenaikan atau
penurunan jumlah persediaan.
Ketepatan di dalam menentukan jumlah persediaan adalah merupakan
hal yang amat penting karena kesalahan dalam menentukan jumlah dan nilai
persediaan akan berpengaruh terhadap neraca maupun laporan laba rugi.
Artinya, kalau posisi keuangan dan laba dari suatu perusahaan ingin
ditentukan dengan tepat dan teliti maka perhitungan persediaan harus
dilakukan dengan cepat dan teliti pula. Hal ini karena masalah persediaan
adalah masalah alokasi jumlah barang yang tersedia untuk dijual (persediaan
awal + pembelian) menjadi dua komponen pada akhir tahun, yaitu sebagai
berikut.
1. Harga pokok penjualan yang akan diperhitungkan dalam laporan laba
rugi.
2. Harga pokok persediaan, yang merupakan harga pokok barang yang
belum terjual dan yang akan dilaporkan dalam neraca.
LAT IH A N
Produk A Produk B
Kuantitas Kos per Kuantitas Kos per unit
(unit) unit (unit) (Rp)
(Rp)
Pembelian 20x8
8 Januari 10.000 4.000 44.000 2.000
17 April 24.000 4.500
9 November 34.000 5.500 37.000 3.000
14 Desember 20.000 6.000
Pembelian 20x9
12 Februari 6.000 7.000 46.000 3,500
21 Mei 16.000 7.500
16 Oktober 40.000 8.000
24 Desember 31.000 4,000
Unit persediaan
31 – 12 – 20x8 30.000 29.000
31 – 12 – 20x9 34.000 26.000
Instruksi:
Hitunglah pengaruh terhadap laba sebelum pajak untuk tahun yang
terakhir tanggal 31 Desember 20x9 sebagai akibat perubahan metode
persediaan dari MPKP menjadi MTKP.
6.20 Akuntansi Keuangan Menengah 1
PT. TRI
PENGARUH PERUBAHAN METODE PERSEDIAAN MPKP MENJADI MTKP
Untuk periode yang berakhir tanggal 31 Desember 20x9
Metode MPKP:
Persediaan tanggal 31 Desember 20x9
Produk A; 34.000 u x Rp8.000 Rp272.000.000,00
Produk B; 26.000 u x Rp4.000 Rp104.000.000,00 Rp376.000.000,00
Metode MTKP;
Persediaan tanggal 31 Desember 20x9
Produk A
10.000 u x Rp5.500 Rp 55.000.000,00
20.000 u x Rp6.000 Rp120.000.000,00
Beda (+) 4.000 u x Rp7.000 Rp 28.000.000,00 Rp203.000.000,00
Produk B
29.000 u x Rp3.000 Rp 87.000.000,00
Beda (-); 3.000 u x Rp3.000 Rp 9.000.000,00 Rp 78.000.000,00
Rp281.000.000,00
Penurunan laba sebelum pajak disebabkan
karena perubahan metode sediaan MPKP
menjadi MTKP Rp 95.000.000,00
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
C. Rp500.000,00.
D. Rp700.000,00.
Kegiatan Belajar 2
Dalam situasi seperti ini, secara legal hak kepemilikan barang telah
beralih, namun secara ekonomis dalam transaksi ini si penjual (CV KLM)
masih menanggung risiko kepemilikan (karena ada perjanjian untuk membeli
kembali). Transaksi ini sering disebut dengan transaksi parkir (parking
transaction) karena si penjual hanya penumpang untuk memarkir
persediaannya saja pada neraca perusahaan lain untuk jangka waktu yang
pendek. Untuk mencegah praktik seperti ini, profesi akuntan menetapkan bila
terjadi perjanjian untuk membeli kembali pada harga yang telah ditetapkan di
mana harga ini mencakup seluruh harga perolehan ditambah biaya
penyimpanan maka jumlah persediaan dan utang usahanya tetap dicantumkan
dalam neraca si penjual.
Contoh 6.7.
Penerbit MERDEKA di atas, pada tanggal 10 Mei menjual buku teks ke
Toko Universitas dengan harga Rp10.000.000,00, harga pokok penjualannya
adalah Rp4.000.000,00. Apabila diperkirakan tingkat retur penjualan yang
terjadi sebesar 25% maka transaksi tersebut akan dicatat sebagai berikut.
Mei 10:
Piutang Usaha Toko Universitas Rp7.500.000,00
Retur dan Keringanan Penjualan Rp2.500.000,00
Penjualan Rp10.000.000,00
Harga Pokok Penjualan Rp3.000.000,00
Persediaan (di Toko Universitas) *)Rp1.000.000,00
Persediaan Rp4.000.000,00
*) 25% dari Rp.4.000.000,00
Pada saat terjadi pengembalian buku teks dari toko Universitas
dicatat dengan jurnal sebagai berikut.
Persediaan Rp1.000.000,00
Persediaan (di Toko Universitas) Rp1.000.000,00
Mei 10: (Berikut bukanlah merupakan jurnal, tetapi berupa memo saja)
Dikirim buku ke Toko Universitas seharga Rp10.000.000,00
dengan harga pokok penjualan Rp 4.000.000,00.
c. Penjualan cicilan
Risiko dalam penjualan cicilan biasanya lebih tinggi dibandingkan
dengan penjualan biasa. Oleh sebab itu, sering kali pihak penjual meminta
perlindungan dalam bentuk kontrak yang menyatakan pihak penjual masih
memegang hak kepemilikan barang sampai dengan barang dijual tersebut
dibayar lunas. Masalah yang timbul di sini adalah apakah barang yang dijual
tersebut pada akhir periode masih menjadi persediaan si penjual. Secara
hukum memang masih menjadi milik si penjual, namun secara ekonomis
tidak. Akuntansi mencatat transaksi didasarkan pada makna ekonomisnya,
bukan pada makna legalitasnya. Oleh sebab itu, bila tingkat kerugian piutang
dapat ditaksir dengan layak (pada umumnya bisa) maka barang dagangan ini
harus dikeluarkan dari persediaan si penjual.
Jika ada pos-pos yang tidak dicantumkan atau dikeluarkan untuk tujuan
penentuan persediaan maka akan mengakibatkan juga terjadinya kesalahan
dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, misalnya ada persediaan dalam
perjalanan yang telah dimiliki perusahaan, namun belum dicatat sebagai
pembelian ataupun dihitung sebagai persediaan akhir. Pengabaian pencatatan
pembelian akan mengakibatkan terlalu rendahnya jumlah persediaan dan
utang usaha dalam neraca, dan terlalu rendahnya jumlah pembelian dan
persediaan akhir dalam perhitungan laba-rugi. Laba bersih perusahaan tidak
akan dipengaruhi oleh kesalahan tidak dicatatnya pembelian tersebut karena
pembelian dan persediaan akhir keduanya akan dilaporkan terlalu rendah
dalam jumlah yang sama dan kedua kesalahan penyajian tersebut saling
menutup (terlalu rendahnya pembelian akan mengakibatkan harga pokok
penjualan menjadi terlalu kecil dan terlalu rendahnya persediaan akhir akan
mengakibatkan harga pokok penjualan terlalu besar). Jumlah modal kerja
tidak akan berubah, namun rasio lancar (current ratio) perusahaan akan
menjadi lebih tinggi karena tidak dimasukkannya jumlah persediaan utang
usaha dalam neraca.
Contoh 6.9: Efek dari Penyajian Persediaan Akhir yang Terlalu Rendah
PT. KEIKI menyajikan persediaan akhirnya terlalu rendah dengan
Rp10.000.000,00, sedangkan pos-pos lainnya telah disajikan dengan benar.
Efek kesalahan ini akan menurunkan laba bersih untuk tahun yang berjalan
dan akan menaikkan laba bersih untuk tahun berikutnya. Pada periode
berikutnya, kesalahan ini akan saling menutup karena persediaan awal akan
menjadi terlalu rendah dan laba bersih akan menjadi terlalu besar. Dengan
kata lain, kedua laba bersih akan disajikan secara salah, namun laba bersih
untuk periode dua tahun benar. Berikut adalah ilustrasi dari kesalahan
penyajian PT. KEIKI tersebut.
6.32 Akuntansi Keuangan Menengah 1
PT. KEIKI
Efek Kesalahan Persediaan untuk Dua Tahun
(Seluruh Angka adalah Fiktif)
20x0 20x1
(ribu) (ribu)
Benar Salah Benar Salah
Jumlah Laba
untuk dua tahun
menjadi benar
Pada jenis industri tertentu biaya atau beban ini jumlahnya tidak material
dan tidak ada maksud untuk mengalokasikannya pada persediaan. Sebaliknya
pada jenis industri yang lain, jumlahnya amat material, akan tetapi beban ini
mempunyai hubungan yang lebih langsung dengan harga pokok penjualan,
dan tidak dengan persediaan yang belum terjual. Dalam hampir setiap kasus,
khususnya untuk beban administrasi dan umum, tidak mempunyai hubungan
langsung ataupun tidak langsung dengan proses produksi. Sebagai contoh,
misalnya jika kenaikan biaya administrasi tidak berkaitan dengan kenaikan
jumlah persediaan maka beban ini akan diperlakukan sebagai beban periode
atas dasar pemikiran bahwa jumlah persediaan tidak dipengaruhinya.
Beban bunga yang berkaitan dengan proses penempatan persediaan
sampai siap dijual biasanya dicatat sebagai beban pada saat terjadi. Alasan
yang mendukung berpendapat bahwa beban bunga adalah merupakan biaya
pengadaan dana (cost of financing), dan bukan merupakan harga pokok aset
Akan tetapi, ada pendapat yang menolaknya. Pendapat ini menyatakan,
bahwa beban bunga terjadi untuk melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
penempatan barang sampai dengan siap untuk dijual, sebagaimana biaya
bahan baku, tenaga langsung, dan overhead pabrik. Oleh sebab itu, beban
bunga harus dikapitalisasi. Dalam tahun l979, FASB dalam "Statement of
Financial Accounting Standards No. 34" menyatakan beban bunga yang
berkaitan langsung dengan pembuatan aset untuk dipakai sendiri atau untuk
proyek khusus (discrete projects), seperti proyek pembuatan kapal atau real
estate, untuk dijual atau disewakan harus dikapitalisasi. Selanjutnya
ditekankan dalam Statement tersebut bahwa discrete projects tersebut harus
memakan waktu yang lama, jumlah pengeluarannya cukup besar, dan jumlah
beban bunga yang tersangkut juga cukup besar. Beban bunga tidak boleh
dikapitalisasi untuk persediaan yang diproduksi secara rutin atau yang
diproduksi dalam jumlah banyak dan dilakukan secara berulang-ulang.
G. BIAYA PRODUKSI
Contoh 6.11: Data Laporan Harga Pokok Industri Selama Satu Tahun
PT NISAKU
LAPORAN HARGA POKOK INDUSTRI
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20X9
(Angka dalam Ribuan Rupiah)
Jika diketahui persediaan barang jadi pada awal tahun Rp16.000,00 dan
pada akhir tahun Rp10.000,00 maka harga pokok penjualan dapat dihitung
sebagai berikut.
LAT IH A N
Instruksi
1) Hitunglah over/under statement harga pokok penjualan dan laba tidak
dibagi (saldo laba) tahun 20x1 dan 20x2
2) Buatlah jurnal koreksi tanggal 31 – 12 – 20x1 jika buku-buku belum
ditutup (Koreksi laba tahun lalu dicatat dalam akun Saldo Laba)
1)
PT. WIRA
R A NG KU M AN
1. Persediaan tidak hanya menunjukkan jumlah persediaan yang
berada di gudang perusahaan saja, tetapi meliputi juga barang-
barang milik perusahaan yang masih ada dalam perjalanan yang
dititipkan pada perusahaan lain (barang konsinyasi), dan barang-
barang secara ekonomis masih di bawah penguasaan perusahaan.
2. Kesalahan penyajian di dalam persediaan akan mengakibatkan
kesalahan dalam laporan keuangan. Kegagalan untuk mencatat
pembelian dan utang usaha, memang tidak akan berpengaruh
terhadap laba perusahaan, tetapi akan berpengaruh terhadap rasio
lancar perusahaan.
3. Persediaan sebagaimana dengan aktiva lain akan dicatat sebesar
harga perolehannya (cost) Harga perolehan persediaan mencakup
seluruh beban atau pengeluaran yang diperlukan untuk
menempatkan persediaan atau memproses menjadi barang jadi yang
siap untuk dijual. Dengan demikian, secara teoritis biaya
pengangkutan, biaya proses pembelian, biaya penyimpanan harus
dialokasikan sebagai bagian dari harga perolehan persediaan.
4. Beban periode tidak boleh dikapitalisasi dalam persediaan. Namun,
dalam kasus tertentu (discrete projects) beban bunga yang berkaitan
dengan pembuatan kapal atau pembangunan real estate harus
dikapitalisasi sebagai bagian dari aktiva yang bersangkutan.
5. Potongan pembelian harus diperlakukan sebagai pengurang dari
pembelian, tidak dicatat sebagai pendapatan lain-lain. Cara
pencatatan pembelian dapat dilakukan dengan mencatat pembelian
sebesar jumlah bruto-nya atau mencatatnya sejumlah netonya.
Apabila menggunakan cara yang kedua, potongan pembelian yang
tidak diambil akan dicatat dalam rekening Kerugian Potongan
Pembelian yang akan disajikan dalam laporan laba rugi sebagai
EKMA4210/MODUL 6 6.41
TES F OR M AT IF 2
Kegiatan Belajar 3
pertama dibeli, dijual lebih dahulu sehingga jumlah persediaan akhir akan
terdiri dari pembelian-pembelian yang paling akhir. Hal ini benar, apabila
tingkat perputaran (turnover) persediaan relatif cepat. Metode MPKP ini
dapat menyediakan informasi nilai persediaan yang mendekati nilai
pengganti, bila tidak terjadi perubahan harga sejak pembelian terakhir.
Kelemahan pokok metode MPKP ini adalah harga perolehan sekarang
tidak ditandingkan dengan pendapatan sekarang. Yang dibebankan pada
pendapatan (sebagai harga pokok penjualan) adalah harga perolehan yang
paling dahulu sehingga hal ini cenderung akan mengakibatkan distorsi
terhadap data usaha.
itu, jumlah unit persediaan telah meningkat dengan 10% atau dari Rp20 juta
menjadi Rp22 juta.
Langkah selanjutnya adalah menentukan harga tambahan jumlah rupiah
sesungguhnya. Jumlah kenaikan rupiah sebesar Rp2 juta, apabila dinilai
dengan harga akhir tahun (31 Desember 20x9) adalah Rp2,40 juta (120%
Rp2 juta). Kenaikan (layer = lapisan) sebesar Rp2,40 juta ini jika
ditambahkan pada persediaan awal Rp20 juta, akan menghasilkan jumlah
persediaan per 31 Desember 20x9 sebesar Rp22,40 juta, seperti tampak
sebagai berikut.
Contoh 6.14:
PT. LEI memiliki informasi sehubungan dengan persediaannya sebagai
berikut.
3. Indeks Harga
Mungkin dalam hati Anda bertanya apa yang dimaksud dengan indeks
harga itu? Dan bagaimana cara menentukan indeks harga? Ada berbagai cara
atau metode untuk menentukan indeks harga, namun cara yang umum
digunakan adalah dengan menilai persediaan akhir dengan harga yang
sekarang berlaku (current cost). Current cost atau harga sekarang ditentukan
dengan memperhatikan harga perolehan sesungguhnya dari pembelian yang
paling akhir. Indeks harga kemudian diukur dengan membandingkan antara
EKMA4210/MODUL 6 6.55
harga sekarang dengan harga tahun dasar. Formula umum untuk menghitung
indeks ini adalah sebagai berikut.
5. Metode Rata-rata
Sesuai dengan namanya, metode rata-rata menggunakan harga yang
sama (harga rata-rata) sebagai dasar untuk menilai seluruh barang yang
tersedia untuk dijual yang sejenis dalam suatu periode. Jika perusahaan
mengatur metode pencatatan fisik maka harga perolehan persediaan hanya
dihitung pada akhir periode saja. Metode rata-rata periode ini dikenal dengan
nama metode rata-rata berbobot.
Contoh 6.15:
Perusahaan mempunyai data persediaan, penjualan dan pembelian
sebagai berikut.
Persediaan Sept. 1 -
Pembelian Sept. 2 2.000 Rp400 Rp 800.000,00
Pembelian Sept. 15 6.000 Rp440 2.640.000,00
Pembelian Sept. 30 2.000 Rp415 830.000,00
10.000 Rp4.270.000,00
Metode rata-rata yang lain adalah metode rata-rata bergerak, yang hanya
dapat diterapkan bila perusahaan menggunakan metode pencatatan
persediaan permanen (perpetual). Penerapan metode ini dengan
menggunakan data yang sama adalah sebagai berikut.
Rp4.270.000,00 Rp1.720.000,00
Seperti tampak dalam tabel di atas, harga rata-rata dihitung setiap terjadi
pembelian. Pada tanggal 15 September, sesudah terjadi pembelian 6.000 unit
dengan harga Rp2.640.000,00 maka harga perolehan seluruh persediaan
menjadi Rp3.440.000,00 (Rp800.000,00 + Rp2.640.000,00) atau harga rata-
rata menjadi Rp 430,00 per unit (Rp3.440.000,00 : 8.000 unit). Harga
perolehan per unit ini digunakan untuk menilai barang yang dijual atau yang
digunakan selama belum terjadi pembelian lagi. Sejalan dengan itu,
6.60 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Contoh 6.16:
Misalkan, perusahaan memerlukan persediaan minimal sebanyak 5.000
unit dengan harga normal Rp400,00. Pada tanggal 30 September terdapat
persediaan sebanyak 6.000 unit, menurut catatan perusahaan harga perolehan
pembelian yang terakhir Rp415,00 per unit (perusahaan dianggap
menggunakan metode MPKP untuk menilai kelebihan persediaan di atas
persediaan normalnya). Untuk menghitung jumlah persediaan dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Jika jumlah persediaan per 30 September sebanyak 4.000 unit maka nilai
persediaan tersebut dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.
untuk menentukan harga pokok per unit dari produk jadi, bila perusahaan
bekerja pada kapasitas normal. Sistem harga pokok standar ini amat
bermanfaat bagi manajer perusahaan dalam melakukan pengawasan terhadap
biaya produksi. Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar akan
dicatat dalam akun selisih, kemudian dianalisis untuk ditentukan sebab-
sebabnya. Dengan mengetahui sebab-sebabnya, manajer perusahaan dapat
melakukan tindakan perbaikan.
Dalam sistem harga pokok standar, persediaan bahan baku, barang dalam
proses, dan barang jadi dinilai dengan harga standarnya. Untuk tujuan
penyajian laporan keuangan biaya standar dapat digunakan untuk menilai
persediaan, sepanjang perbedaan biaya standar dengan biaya sesungguhnya
tidak material. Jika perbedaannya cukup berarti maka persediaan harus
disesuaikan dengan biaya sesungguhnya. Sebab apabila tidak disesuaikan
maka akibatnya laba perusahaan, aset, dan saldo laba akan disajikan secara
keliru.
LAT IH A N
Ilustrasi
1) Hitung perpetual laba bersih apabila digunakan metode penilaian
persediaan MPKP, MTKP dan rata-rata!
2) Hitung saldo akhir kas, apabila digunakan metode penilaian persediaan
MPKP, MTKP dan rata-rata!
EKMA4210/MODUL 6 6.63
Perhitungan:
a. Harga pokok penjualan dengan metode MPKP perpetual
4.000 unit x Rp3.000,00 = Rp12.000.000,00
1.000 unit x Rp4.000,00 = Rp 4.000.000,00
Rp16.000.000,00
b. Harga pokok penjualan dengan metode MTKP perpetual
5.000 unit x Rp4.000 = Rp 20.000.000,00
c. Harga pokok penjualan dengan metode rata-rata tertimbang
Rp12.000.000, 00 Rp24.000.000, 00
= 5.000 unit x
4.000 unit 6.000 unit
= 5.000 unit x Rp3.600,00 = Rp18.000.000,00
Perhitungan
a. Persediaan dengan metode MPKP
= 5.000 unit Rp4.000,00 = Rp20.000.000,00
b. Persediaan dengan metode MTKP
= 4.000 unit Rp3.000,00 = Rp12.000.000,00
= 1.000 unit Rp4.000,00 = Rp 4.000.000,00
Rp16.000.000,00
c. Persediaan dengan metode rata-rata tertimbang
Rp12.000.000, 00 Rp24.000.000, 00
= 5.000 unit
4.00 unit 6.000 unit
= 5.000 unit Rp3.600,00 = Rp18.000.000,00
d. Laba yang ditahan dengan metode MPKP
= Laba yang ditahan awal + laba bersih
= Rp10.000.000,00 + Rp20.400.000,00 = Rp30.400.000,00
e. Laba yang ditahan dengan metode MTKP
= Laba yang ditahan awal + laba bersih
= Rp10.000.000,00 + Rp18.000.000,00 = Rp28.000.000,00
f. Laba yang ditahan dengan metode rata-rata tertimbang
= Laba yang ditahan awal + laba bersih
= Rp10.000.000,00 + Rp19.200.000,00 = Rp29.200.000,00
g. Saldo kas akhir dengan metode MPKP
= saldo awal + penjualan - pembelian - biaya usaha - pajak
= Rp7.000.000,00 + Rp60.000.000,00 – Rp24.000.000,00 –
Rp10.000.000,00 – Rp13.600.000,00 = Rp19.400.000,00
h. Saldo kas akhir dengan metode MTKP
= Saldo awal + penjualan – pembelian – biaya usaha – pajak
= Rp7.000.000,00 + Rp60.000.000,00 – Rp24.000.000,00 –
Rp10.000.000,00 – Rp12.000.000,00 = Rp21.000.000,00
EKMA4210/MODUL 6 6.65
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
4) Dengan anggapan tidak ada barang yang hilang atau susut berapakah
jumlah persediaan perusahaan per 31 Januari?
A. 200 unit.
B. 300 unit.
EKMA4210/MODUL 6 6.67
C. 400 unit.
D. 500 unit.
Tes Formatif 1
1) D. Yang bukan persediaan pada perusahaan pembuatan roti adalah alat
pemanggang roti.
2) A. Persediaan tidak dapat digunakan untuk menentukan solvabilitas
perusahaan.
3) A. Laba semu sebesar (100 unit Rp15.000,00) – (100 unit
Rp13.000,00) = Rp1.500.000,00 – Rp1.300.000,00 = Rp200.000,00
4) B. Laba sejati sebesar (100 unit Rp13.000,00) – (100 unit
Rp10.000,00) = Rp1.300.00,00 – Rp1.000.000,00 = Rp300.000,00
5) C. Laba usaha kotor menurut prinsip akuntansi Indonesia sebesar (100
unit Rp15.000,00) – (100 unit Rp10.000,00) = Rp 1.500.000,00
– Rp1.000.000,00 = Rp500.000,00
6) D. Saat pembelian bahan baku dengan sistem perpetual akan dicatat:
Persediaan bahan baku xx
Utang usaha xx
7) A. Saat pembelian bahan baku dengan sistem periodik akan dicatat:
Pembelian bahan baku xx
Utang usaha xx
8) B. Saat pemakaian bahan baku dengan sistem perpetual akan dicatat:
Pemakaian bahan baku xx
Persediaan bahan baku xx
9) D. Saat pemakaian bahan baku dengan sistem periodik tidak perlu
dibuat jurnal.
10) C Biaya penyelenggaraan dengan menggunakan sistem pencatatan
perpetual dibandingkan sistem pencatatan periodik.
Tes Formatif 2
1) B. Barang dalam perjalanan dengan syarat FOB destination akan
menjadi persediaan penjual.
2) B. Ongkos angkut dengan syarat FOB destination menjadi tanggungan
penjual.
3) A. Rekening penjualan akan kredit sebesar Rp1.000.000,00.
4) D. Kesalahan mencatat adanya pembelian barang dagangan yang tidak
dikoreksi maka rasio lancar perusahaan akan menjadi terlalu besar.
6.70 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Tes Formatif 3
1) A. Dalam keadaan harga-harga cenderung menurun metode penilaian
yang menghasilkan harga pokok penjualan yang paling rendah
adalah Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP).
2) C. Metode penilaian yang dapat mencegah praktik manipulasi laba
dengan menggunakan persediaan akhirnya adalah metode rata-rata.
3) A. Yang bukan merupakan kebaikan metode MTKP adalah mendorong
dilakukannya pembelian secara sistematis.
4) B. Persediaan perusahaan per 31 Januari = 1000 unit – 700 unit = 300
unit.
5) A. Persediaan perusahaan per 31 Januari dengan metode MPKP fisik
Pembelian 30 Januari 200 unit x Rp11,00 = Rp2.200,00
Pembelian 26 Januari 100 unit x Rp12,00 = Rp1.200,00
300 unit Rp3.400,00
6) A. Persediaan perusahaan per 31 Januari dengan metode MPKP
permanen.
Tanggal Keterangan Pembelian Penjualan Persediaan
1 Januari Persediaan awal 200 x Rp10 = Rp2.000
12 Januari Pembelian 400 x Rp12 = Rp4.800 200 x Rp10 = Rp2.000
400 x Rp12 = Rp4.800
= Rp6.800
EKMA4210/MODUL 6 6.71
Daftar Pustaka
Kieso & Weygandt. (2007). Intermediate Accounting. 12th Ed. John Wiley
Sons.
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Dalam hal ini nilai realisasi adalah taksiran harga jual dalam kegiatan
normal perusahaan dikurangi biaya-biaya yang dapat diperkirakan untuk
penyelesaian atau penjualannya.
Contoh 7.1:
Berikut ini adalah data yang telah berhasil dikumpulkan dalam angka
penilaian persediaan pada akhir periode tahun buku 20x1.
Atas dasar data tersebut maka penilaian berdasar harga yang paling rendah
antara harga pokok dan harga pasar dilakukan sebagai berikut.
7.6 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Contoh 7.2:
UD Oshi memperjualbelikan 6 (enam) macam barang, dengan
memperhitungkan rata-rata biaya penjualan sebesar Rp200,- dan laba normal
Rp150,- per satuan barang.
Berikut ini data persediaan, harga pokok, harga pengganti dan taksiran
harga penjualan pada akhir tahun buku 20X1:
Menurut harga yang paling rendah antara harga pokok dan harga pasar
maka persediaan UD Oshi pada tanggal 31 Desember 20X1, dapat dihitung
sebagai berikut.
Penjelasan
Dipilih di antara harga pengganti batas tertinggi dan batas terendah yang
harus mewakili (dianggap) sebagai harga pasar atau market sesuai dengan
ketentuan yang berlaku sebagai berikut. “Harga pasar adalah sama dengan Batas
tertinggi < Harga Pengganti < Batas terendah” sehingga untuk hal-hal berikut.
Penerapan terhadap metode harga yang paling rendah di antara harga pokok
dan harga pasar sebagai dasar penilaian persediaan menyangkut dua pokok
masalah akuntansi, yaitu berikut ini.
1. Berkenaan dengan persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini
terdapat tiga kemungkinan prosedur penerapannya masing-masing menurut
jenis, kelompok dan untuk keseluruhan jumlah persediaan.
2. Hasil penilaian dicatat di dalam akun pembukuan, yaitu yang menyangkut
perlakuan akuntansi terhadap penurunan nilai persediaan.
Contoh 7.3:
Berikut ini data persediaan PT. Gunungsari, pada akhir tahun buku 20X1.
1. Metode harga paling rendah di antara harga pokok dan harga dasar
diterapkan berdasar tiap-tiap persediaan.
2. Metode harga paling rendah di antara harga pokok dan harga pasar
diterapkan menurut masing-masing kelompok persediaan.
3. Metode harga paling rendah di antara harga pokok dan harga pasar
diterapkan untuk keseluruhan persediaan.
bahan baku dan/atau seluruh suku cadang lebih penting dari harga pasar untuk
setiap jenis bahan baku atau suku cadang secara individual. Pada akhirnya,
unsur konsistensi di dalam penerapannya, merupakan salah satu faktor yang
harus dipatuhi dalam penerapan metode harga yang lebih rendah di antara harga
pokok dan harga pasar tersebut.
Masalah lain yang timbul apabila prosedur penilaian berdasar harga yang
lebih rendah di antara harga pokok dan harga pasar akan dipakai adalah justru
yang bersangkutan dengan data harga pokok persediaan itu sendiri. Data harga
pasar (market) pada suatu saat adalah satu meskipun harus dipilih di antara
harga pokok pengganti, batas harga tertinggi dan batas harga terendah. Akan
tetapi, terhadap persediaan suatu jenis barang pada suatu saat, ada kemungkinan
terdiri atas harga pokok per satuan yang berbeda-beda untuk seluruh kuantitas
persediaan. Oleh sebab itu, timbul persoalan tentang harga pokok yang harus
dibandingkan dengan harga pasarnya.
Apabila hal ini terjadi maka penerapan metode harga paling rendah di
antara harga pokok dan harga pasar dipakai pendekatan jumlah totalnya. Jika
berdasar jumlah totalnya itu, harga pokok persediaan lebih rendah daripada
harga pasar maka harga pokok tetap dipakai sebagai dasar penilaian di dalam
laporan keuangan. Dalam keadaan demikian, informasi harga pokok per satuan
harus dinyatakan (diungkapkan) di dalam laporan keuangan yang bersangkutan.
Untuk lebih jelasnya diberikan contoh sebagai berikut.
Contoh 7.4:
UD WIJAYA menggunakan metode harga pokok MPKP sebagai dasar
penentuan nilai persediaan. Berhubungan adanya fluktuasi harga pasar dan
keadaan barang, mulai tahun buku 20X1 persediaan dinilai berdasar harga
paling rendah di antara harga pokok dan harga pasar yang diterapkan berdasar
tiap-tiap jenis barang.
Dari data persediaan harga pokok dan harga pasar yang berhasil
dikumpulkan pada tanggal 31 Desember 20X1, kemudian dapat dilakukan
penilaian terhadap persediaan itu sebagai berikut.
EKMA4210/MODUL 7 7.11
Persediaan berdasar
Jenis Kuan- Harga Per Jumlah harga paling rendah di
Barang titas satuan antara harga pokok dan
harga pasar
Harga Harga Harga Pokok Harga Pasar Per Total
Pokok Pasar (Rp) (Rp) satuan (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
A 10.000 400
10.000 385 390 7.850.000 7.800.000 390 7.800.000
B 15.000 770 770 11.550.000
5.000 800 790 15.550.000 15.800.000 800 4.000.000
persediaan akhir yang dinyatakan dengan harga di bawah harga pokoknya (sama
dengan harga pasar). Untuk Lebih jelasnya diberikan contoh sebagai berikut.
Contoh 7.5:
UD Marta mulai menggunakan metode harga yang lebih rendah di antara
harga pokok dan harga pasar sebagai dasar penilaian persediaan sejak akhir
periode tahun buku 20X0.
Berikut adalah data persediaan pembelian dan penjualan selama dua tahun
berturut-turut.
a. Persediaan
Penurunan
Tanggal Harga Pokok Harga Pasar Nilai
Persediaan
01 Jan 20X0 Rp750.000,- -- --
31 Des 20X0 Rp800.000,- Rp700.000,- Rp100.000,-
31 Des 20X1 Rp600.000,- Rp560.000,- Rp 40.000,-
b. Pembelian
Tahun 20X0 sebesar harga pokok Rp1.150.000,-
Tahun 20X1 sebesar harga pokok Rp1.180.000,-
c. Penjualan
Tahun 20X0 sebesar Rp2.000.000,-
Tahun 20X1 sebesar Rp2.200.000,-
Apabila rugi penurunan nilai persediaan tidak dilaporkan terpisah dari harga
pokok penjualan maka laporan laba rugi masing-masing untuk tahun buku 20X0
dan 20X1 adalah sebagai berikut.
EKMA4210/MODUL 7 7.13
Harga pokok
penjualan Rp1.100.000,-
Persediaan barang
dagangan Rp1.100.000,-
(3) Mencatat biaya usaha Macam-macam biaya administrasi, Macam-macam biaya administrasi,
umum dan pemasaran …. umum dan pemasaran ...
Rp 600.000,- Rp 600.000,-
Macam-macam rekening yang Macam-macam rekening
dikredit … Rp600.000,- yang dikredit Rp600.000,-
Metode Langsung
(Persediaan dinyatakan Metode Cadangan (Persediaan dicatat
berdasar harga paling rendah dan dinyatakan berdasar harga
Tahun Buku di antara harga pokok dan pokok)
harga pasar)
Tahun 20X0:
Hasil penjualan Rp2.000.000,- Rp2.000.000,-
- Harga pokok penjualan
persediaan awal tahun Rp 750.000,-*) Rp 750.000,-*)
Pembelian Rp1.150.000,- Rp1.150.000,-
Tersedia untuk dijual Rp1.900.000,- Rp1.900.000,-
Dik: Persediaan akhir thn. Rp800.000,-*) Rp800.000,-*)
Rp1.100.000,- Rp1.100.000,-
Laba kotor penjualan Rp 900.000,- Rp 900.000,-
Biaya Usaha Rp 600.000,- Rp 600.000,-
Laba Usaha Rp 300.000,- Rp 300.000,-
- Biaya dan Rugi di luar
usaha rugi penurunan
nilai persediaan Rp 100.000,- Rp 100.000,-
Laba bersih Rp 200.000,- Rp 200.000,-
Tahun 20X1:
Hasil penjualan Rp2.200.000,- Rp2.200.000,-
- Harga pokok penjualan
persediaan awal tahun Rp700.000,-**) Rp800.000,-*)
Pembelian Rp1.180.000,- Rp1.180.000,-
Tersedia untuk dijual Rp1.880.000,- Rp1.980.000,-
Dik: Persediaan akhir thn. Rp600.000,-*) Rp600.000,-*)
Harga pokok Rp1.280.000,- Rp1.380.000,-
Laba kotor penjualan Rp 920.000,- Rp 820.000,-
Biaya Usaha Rp 650.000,- Rp 650.000,-
Laba Usaha Rp 270.000,- Rp 170.000,-
- Biaya dan Rugi di luar
usaha rugi penurunan
nilai persediaan (Rp 40.000,-) --
Pendapatan & laba di
Luar Usaha
Laba Penurunan So
Cadangan Penurunan
Nilai Persediaan --- Rp 60.000
Laba bersih Rp230.000,- Rp 230.000,-
Catatan:
Tanda *) : adalah data harga pokok
Tanda **) : adalah data harga pasar yang lebih rendah dari harga
pokoknya.
EKMA4210/MODUL 7 7.17
LAT IH A N
Berikut ini ikhtisar transaksi yang terjadi dalam tahun buku 20X0:
1. Pembelian barang dagangan:
Tanggal 02 Januari 20X0
Barang A, 8.000 unit @ Rp525,-
Barang B, 7.500 unit @ Rp650,-
Barang C, 8.900 unit @ Rp800,-
Tanggal 02 Juli 20X0
Barang A, 6.000 unit @ Rp475,-
Barang B, 8.500 unit @ Rp590,-
Barang C, 10.000 unit @ Rp900,-
2. Penjualan:
Tanggal 03 Januari sampai dengan 01 Juli:
Barang A, 7.500 unit @ Rp600,-
Barang B, 8.500 unit @ Rp725,-
Barang C, 8.000 unit @ Rp900,-
Tanggal 03 Juli sampai dengan 31 Desember:
Barang A, 6.250 unit @ Rp575,-
Barang B, 7.250 unit @ Rp710,-
Barang C, 10.250 unit @ Rp875,-
3. Biaya administrasi umum dan biaya pemasaran dalam tahun 20X0
berjumlah seluruhnya Rp 1.227.500,-
Diminta:
1) Menentukan nilai persediaan pada tanggal 31 Desember 20X0 berdasar
lower of cost or market, menurut harga pokok MPKP yang diterapkan
untuk setiap jenis barang.
2) Jurnal adjustment terhadap saldo rekening cadangan penurunan nilai
persediaan pada tanggal 31 Desember 20X0 (tutup buku).
3) Laporan laba rugi periode tahun buku 20X0.
Barang Cost
A 1250 unit @ Rp475,- = Rp 593.750,-
B 1750 unit @ Rp590,- = Rp1.032.500,-
C 1750 unit @ Rp725,- = Rp1.268.750,-
7.22 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Harga Pasar
Barang Cost H.P. LCOM
Batas Atas Batas Bawah
Pengganti
A Rp 593.750,- Rp 575.000,- Rp 653.125,- Rp 584.375,- Rp 584.375,-
B Rp1.032.500,- Rp 953.750,- Rp 997.500,- Rp 892.500,- Rp 953.750,-
C Rp1.268.750,- Rp1.225.000,- Rp1.330.000,- Rp1.190.000,- Rp1.225.000,-
Rp2.895.000,- Rp2.763.125,-
R A NG KU M AN
3. Metode harga yang paling rendah di antara harga pokok dan harga
pasar dapat diterapkan berdasarkan:
a. jenis tiap-tiap persediaan;
b. masing-masing kelompok persediaan;
c. keseluruhan persediaan.
TES F OR M AT IF 1
3) Melanjutkan soal No.1. Kalau nilai ganti persediaan pada tanggal neraca
Rp800,-/ unit maka harga pasar tersebut adalah ….
A. Rp 800.000,-
B. Rp1.000.000,-
C. Rp 950.000,-
D. Rp1.050.000,-
Kegiatan Belajar 2
Metode Taksiran
Metode laba kotor ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa dalam jangka
pendek laba kotor dari penjualan akan relatif sama. Oleh karena itu, informasi
mengenai laba kotor di masa-masa lalu sangat dibutuhkan karena persentase
laba kotor tersebut akan diterapkan pada penjualan periode ini (setelah diadakan
penyesuaian dengan keadaan periode ini). Persentase laba kotor ini dapat
dinyatakan terhadap penjualan maupun dinyatakan dari laba kotor penjualan.
Kedua cara penentuan persentase laba kotor tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Untuk memperoleh harga pokok (cost) atau 100% maka penjualan dibagi
dengan 160 dan dikalikan 100 atau dengan cara yang lebih mudah yaitu
penjualan dibagi 1,60,-.
Harga pokok penjualan = Rp 10.000.000,- : 1,60 = Rp6.250.000,-
Jumlah harga pokok ini kalau dikurangkan terhadap jumlah barang yang tersedia
akan diperoleh jumlah (taksiran) persediaan akhir.
Harga pokok penjualan sebesar Rp6.250.000,- tersebut dapat pula dihitung
dengan menggunakan cara lain, yaitu dengan menentukan hubungan antara
harga pokok dengan penjualan. Jika diketahui bahwa penjualan dilakukan 60%
di atas harga pokok maka dengan sendirinya besarnya harga pokok penjualan
adalah 100/160 = 62,5%. Jadi, besarnya harga pokok penjualan = 62,5% x
Rp10.000.000,- = Rp6.250.000,-.
Dengan mengetahui jumlah harga pokok penjualan kita dapat menaksir
jumlah persediaan dengan mengurangkannya dari barang yang tersedia untuk
dijual, yaitu sama dengan Rp8.000.000,- dikurangi Rp6.250.000,- atau sebesar
Rp1.750.000,-. Mungkin Saudara bertanya mengapa taksiran harga
persediaannya jumlahnya berbeda kalau persentase laba kotornya berbeda?
Pertanyaan bagus, Saudara dapat membahasnya dengan teman belajar Saudara.
Jika perusahaan mempunyai beberapa kelompok barang yang dijual dengan
persentase laba kotor yang berbeda-beda maka untuk memperoleh nilai
persediaan yang agak teliti hanya akan diperoleh dengan cara menghitung
masing-masing kelompok persediaan.
persediaan secara bulanan atau untuk menguji ketelitian data akuntansi dan
untuk menentukan kerugian karena kebakaran. Berikut ini diberikan contoh cara
penggunaan metode laba kotor untuk penentuan nilai persediaan secara bulanan
atau untuk menguji ketelitian data persediaan dan untuk penentuan kerugian
karena kebakaran.
Contoh 7.8
Persediaan 1 Januari ………………………..Rp 225.000.000,-
Pembelian selama bulan Januari ……………Rp2.115.000.000,-
Penjualan selama bulan Januari …………….Rp2.790.000.000,-
Contoh 7.9:
Suatu perusahaan perdagangan pada tanggal 25 September 20X2 telah
mengalami bencana kebakaran tokonya sehingga sebagian besar persediaan
habis terbakar. Namun, dari catatan akuntansinya diperoleh data sebagai berikut.
a. Persediaan 1 Januari 20X2 (Neraca 31-12-20X1) Rp 500.000.000,-
b. Pembelian 1 Januari s/d 25 September 20X2 Rp2.575.000.000,-
c. Retur pembelian Rp 75.000.000,-
d. Penjualan 1 Januari s/d 25 September 20X2 Rp3.150.000.000,-
e. Retur penjualan Rp 150.000.000,-
Di samping itu, diketahui juga bahwa barang-barang yang ada di toko yang
tidak rusak mempunyai harga jual Rp100.000.000,-, sedangkan yang rusak
harga jual Rp45.000.000,- namun, hanya akan laku dijual seharga
Rp15.000.000,-. Bila diketahui bahwa perusahaan selama ini menjual barang
dagangannya dengan memperhitungkan laba kotor sebesar 20% dari harga
jualnya maka besarnya barang dagangan yang terbakar dapat dihitung sebagai
berikut.
Contoh 7.10:
Suatu perusahaan pada tanggal 31 Oktober 2011 mengalami bencana
kebakaran sehingga seluruh barang dagangannya habis termasuk catatan
akuntansi yang berhubungan dengan persediaan tersebut. Akan tetapi, dari
catatan akuntansi lain dapat diperoleh informasi sebagai berikut.
a. Hasil penghitungan fisik persediaan yang dilakukan pada tanggal 31
Desember 2010 dan yang merupakan persediaan pada tanggal tersebut
sebesar Rp659.000.000,-.
b. Rekening koran bank menunjukkan bahwa selama tahun 2011 (sampai
sebelum terjadinya kebakaran) telah dilakukan pembayaran kepada para
leveransir (supplier) sebesar Rp2.030.000.000,-.
c. Faktur-faktur yang belum dibayar pada awal Januari 20X1 sebesar
Rp520.000.000,-, sedangkan faktur yang dibayar pada hari terjadinya
kebakaran sebesar Rp630.000.000,-.
d. Setoran bank selama 10 bulan sebesar Rp3.210.000.000 semua setoran
berasal dari debitur kecuali sebesar Rp200.000.000 yang diperoleh dari
pinjaman bank selama periode tersebut.
EKMA4210/MODUL 7 7.33
Dari data tersebut maka jumlah persediaan yang ada di gudang pada saat
terjadinya kebakaran dapat diperkirakan sebagai berikut.
Taksiran Penjualan 01 Januari s/d 31 Oktober 2011:
Penerimaan piutang Rp3.010.000.000,-
(+) Saldo piutang 31 Oktober 2011 Rp 550.000.000,-
Rp3.560.000.000,-
(-) Saldo piutang 1 Januari 2011 (Rp 656.000.000,-)
Taksiran penjualan Rp2.904.000.000,-
Rata-rata persentase laba kotor selama 4 tahun 25%
Rata-rata harga pokok penjualan selama 4 tahun 75%
Taksiran HPP = 75% Rp2.904.000.000 = Rp 2.178.000.000,-
lain mengapa toko-toko serba ada menggunakan metode harga jual eceran
adalah berikut ini.
a. Pada toko-toko serba ada ini sulit dilaksanakan pencatatan persediaan
secara permanen (perpetual inventory method) karena banyaknya jenis atau
macam barang yang diperdagangkannya serta frekuensi perputaran yang
relatif tinggi, sedangkan penghitungan fisik persediaan yang berulang-ulang
sangat kecil kemungkinannya karena pertimbangan kepraktisan dan biaya.
Namun, pada masa sekarang dengan digunakannya komputer kesulitan ini
dapat dengan mudah diatasi.
b. Tingkat laba yang diterapkan atau diperhitungkan terhadap masing-masing
barang relatif homogen dan setiap kali membeli barang dagangan dapat
langsung ditentukan harga jualnya.
Seperti pada metode laba kotor maka penggunaan metode harga jual eceran
ini juga mempunyai tujuan untuk menaksir jumlah persediaan pada suatu saat
tertentu dan untuk menentukan atau menaksir besarnya harga pokok atas
barang-barang yang telah dijual selama periode tertentu. Keuntungan
digunakannya metode harga jual eceran, antara lain adalah berikut ini.
a. Taksiran jumlah persediaan setiap saat dibutuhkan dapat diperoleh dengan
mudah tanpa harus terlebih dahulu menghitung fisik persediaan.
b. Apabila penghitungan fisik persediaan betul-betul dilakukan dalam rangka
penyusunan laporan keuangan maka dalam hal ini dapat diterapkan metode
harga jual eceran, kemudian dikonversikan ke harga pokoknya tanpa harus
melihat harga pokok tersebut kepada masing-masing fakturnya. Hal ini
akan sangat menghemat biaya dan waktu.
eceran ini dapat ditentukan jumlah persediaan berdasarkan harga pokok dengan
cara mengalikan jumlah persediaan tersebut dengan persentase atau rasio harga
pokok terhadap harga jual. Secara garis besar, prosedur penentuan persediaan
dengan menggunakan metode harga jual eceran adalah sebagai berikut.
a. Penentuan jumlah barang yang tersedia untuk dijual (persediaan awal
ditambah pembelian) berdasarkan harga pokok dan berdasarkan harga jual
eceran.
b. Penentuan jumlah persediaan akhir periode berdasarkan harga jual, yaitu
jumlah barang yang tersedia untuk dijual berdasarkan harga jual eceran
dikurangi hasil penjualan neto. (Penjualan neto = hasil penjualan bruto
dikurangi retur penjualan dan potongan penjualan).
c. Penentuan persentase atau rasio harga pokok terhadap harga jual yaitu
jumlah barang yang tersedia untuk dijual berdasarkan harga pokok dibagi
dengan jumlah barang yang tersedia untuk dijual eceran berdasarkan harga
pokok.
d. Penentuan jumlah persediaan akhir berdasarkan harga pokok, yaitu dengan
cara mengalikan persentase atau rasio harga pokok terhadap harga jual
eceran tersebut dengan jumlah persediaan akhir periode berdasarkan harga
jual eceran.
Contoh 7.11:
Misalnya, sebuah toko serba ada pada tanggal 01 Januari 20x1 mempunyai
persediaan barang dagangan yang berdasarkan harga pokok berjumlah
Rp1.000.000.000,-, sedangkan berdasarkan harga jual eceran sebesar
Rp1.400.000.000,- pembelian selama tahun tersebut sebesar Rp20.000.000.000,-
dengan harga jual eceran sebesar Rp28.600.000.000,- dan penjualan selama
20x1 sebesar Rp25.000.000.000,-.
Penentuan persediaan (taksiran) 31 Desember 20x1 berdasarkan harga
pokok adalah sebagai berikut.
Persentase atau rasio harga pokok terhadap harga jual sebagai berikut(dalam
ribuan).
Rp21.000.000,
× 100% = 70%
Rp30.000.000,
Taksiran persediaan 31 Desember 20X1 berdasarkan harga pokok adalah:
70% Rp5.000.000,- = Rp3.500.000,-
Contoh 7.12:
Perhitungan jumlah persediaan dalam kaitannya dengan adanya perubahan
harga jual eceran yang dikaitkan dengan penerapan metode pembebanan harga
pokok adalah sebagai berikut.
1) Penilaian persediaan berdasar terendah antara harga pokok atau harga pasar
(LCOM) dalam metode penentuan harga pokok "rata-rata" berikut ini.
Penjualan Rp2.160.000,-
Penurunan harga jual Rp 96.000,-
Pembatalan penurunan harga jual (Rp 16.000,- )
(Rp2.240.000,- ) +
Persediaan akhir berdasarkan harga Rp 450.000,-
jual
Rp1.614.000,
Persentase harga pokok: 100% = 60%
Rp2.690.000,
Persediaan akhir (taksiran) berdasarkan harga pokok adalah:
(60% Rp450.000,-) = Rp270.000,-
2) Penilaian persediaan berdasar terendah antara harga pokok atau harga pasar
(LCOM) dengan metode penentuan harga pokok MPKP (FIFO).
EKMA4210/MODUL 7 7.39
Rp1.442.000,-
Persentase harga pokok: 100% = 59,83%
Rp2.410.000,-
Persediaan akhir berdasar harga pokok adalah:
59,83% Rp450.000,- = Rp269.235,-
b. Metode harga jual eceran dengan MPKP (FIFO).
Apabila dasar pembebanan harga pokok adalah MPKP maka dalam
perhitungan persentase harga pokok tidak memasukkan persediaan awal
periode.
c. Apabila dasar pembebanan harga pokok adalah rata-rata maka dalam
perhitungan persentase harga pokok memasukkan persediaan awal dan
penurunan neto terhadap harga jual maupun potongan-potongan khusus
(misalnya adanya penjualan kepada karyawan perusahaan diperlakukan
sebagai penurunan harga jual).
d. Apabila dasar pembebanan harga pokok adalah MTKP (LIFO) maka dalam
perhitungan persentase harga pokok digunakan metode nilai rupiah (dengan
angka indeks).
Rp1.442.000,
Persentase harga pokok: x 100% = 61,89%
Rp2.330.000,
Persediaan akhir berdasarkan harga pokok adalah:
61,89% Rp450.000,- = Rp278.505,-
Rp1.442.000,
Persentase harga pokok = 100% = 55,25%
Rp2.610.000,
EKMA4210/MODUL 7 7.41
Contoh 7-13:
CV Bangun Konstruksi membeli tiga kapling tanah (A, B dan C) dengan
harga Rp300 juta untuk ketiganya. Ketiga kapling tanah tersebut dijual dengan
harga masing-masing untuk A (Rp100 juta), B (Rp150 juta) dan C (Rp250 juta)
total Rp500 juta. Berapakah kos (harga perolehan) dari kapling A, B, dan C dan
laba kotor untuk setiap kapling?
Jawab:
Karena harga perolehan tidak dapat ditentukan, maka kita dapat
menggunakan harga jual relatif. Harga jual relatif untuk setiap kapling adalah:
A =20% (Rp100 juta dari Rp500 juta), B=30% (Rp150 juta dari Rp500 juta) dan
7.42 Akuntansi Keuangan Menengah 1
C=50% (Rp250 juta dari Rp500 juta). Dengan demikian kos dari setiap kapling
adalah:
A=20% x Rp300 juta sama dengan Rp60 juta
B=30% x Rp300 juta sama dengan Rp90 juta, dan
C=50% x Rp300 juta sama dengan Rp150 juta.
Laba kotor untuk setiap kapling adalah:
A = Rp100 juta – Rp60 juta atau Rp40 juta
B = Rp150 juta – Rp90 juta atau Rp60 juta
C = Rp250 juta – Rp150 juta atau Rp100 juta.
Sekarang coba saudara hitung persentase laba kotor untuk setiap kapling?
Mengapa persentase laba kotor setiap kapling sama? Diskusikan dengan teman
belajar saudara!
LAT IH A N
Sedang ringkasan laporan laba rugi untuk periode tahun buku yang berakhir
pada tanggal 30 Juni 20x0, adalah sebagai berikut.
Hasil penjualan …………………………. Rp282.000.000,-
Harga pokok penjualan …………………. Rp163.560.000,-
Laba kotor penjualan ………………. Rp118.440.000,-
dikurangi:
Biaya pemasaran ……… Rp57.600.000,-
Biaya administrasi ……. Rp27.630.000,- Rp 85.230.000,-
Laba usaha …………………………………Rp 33.210.000,-
Instruksi:
Menentukan taksiran harga pokok persediaan yang terbakar, apabila di
dalam peristiwa kebakaran tersebut tidak terdapat barang-barang yang dapat
diselamatkan.
Catatan: GUNAKAN METODE PERSENTASE LABA KOTOR.
3) Data persediaan pembelian penjualan dan perubahan harga jual eceran dari
salah satu departemen pada "YOGYA DEPT. STORE" dalam bulan
Desember 2010 adalah sebagai berikut.
a. Persediaan 01 Desember sebanyak 1.250 lusin dengan harga pokok
Rp440,- per biji dan harga jual eceran Rp550,- per biji.
7.44 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Instruksi:
Menentukan taksiran harga pokok persediaan yang dihitung berdasar
metode harga jual eceran dengan ketentuan sebagai berikut.
a. menurut harga pokok MPKP;
b. menurut harga pokok rata-rata.
EKMA4210/MODUL 7 7.45
58
HPP (58%) *) = Rp55.300.000,- = Rp32.074.000,-
100
Taksiran usaha
Persediaan awal Rp37.800.000,-
Pembelian (neto) 1 – 10 September 2000 Rp23.074.000,- +
Rp60.874.000,-
Rp28.800.000,-
Catatan:
a. *) 100% - 42% = 58%
b. % Laba kotor untuk 10 September dianggap sama dengan % Laba
kotor 30 Juni 20x0
Retail Cost
Persediaan awal Rp 8.250.000,- Rp 6.600.000,-
Pembelian Rp16.875.000,- Rp13.500.000,-
Ongkos angkut pembelian -- Rp 150.000,-
Potongan pembelian -- ( Rp 275.000,- )
Kenaikan harga Rp381.875,- --
13.375.000,
Cost ratio = 100% = 78,59%
17.019.375,
Jadi persediaan akhir (at cost) = 78,59% Rp7.065.000,-
= Rp5.552.383,50
b. Metode L.C.O.M – HP rata-rata
19.975.000,
Cost ratio = 100% = 79,05%
25.269.375,
Jadi, persediaan akhir (at cost) = 79,05% Rp7.065.000,-
= Rp5.584.882,5
R A NG K U M AN
TES F OR M AT IF 2
1) Penerapan lower cost or market dalam metode harga jual eceran (retail
inventory method) maka perhitungan persentase harga pokok (cost ratio)
adalah ….
A. memasukkan mark up tetapi tidak memasukkan mark down
B. memasukkan mark up dan mark down
C. memasukkan mark down tetapi tidak memasukkan mark up
D. tidak memasukkan mark up maupun mark down
EKMA4210/MODUL 7 7.49
10) Salah satu ciri harga jual eceran (retail inventory) adalah ….
A. mencatat atau membuat penjualan sebesar kos
B. mencatat atau membukukan pembelian sebesar harga jual
EKMA4210/MODUL 7 7.51
Kegiatan Belajar 3
P enentuan nilai persediaan yang telah kita bicarakan pada modul sebelumnya
maupun pada modul ini adalah berkisar pada perusahaan perdagangan,
yaitu perusahaan yang membeli barang dagangan, kemudian menjual kembali
barang tersebut dalam bentuk dan wujud yang sama. Masalah khusus timbul
pada perusahaan pengolahan (manufacturing) yang membeli bahan mentah,
kemudian diproses sehingga menjadi barang jadi atau barang yang siap untuk
dijual. Pada perusahaan pengolahan ini di samping mempunyai masalah tentang
penilaian persediaan bahan mentah juga mempunyai masalah tentang penilaian
barang dalam proses dan barang jadi (barang dagangan). Demikian pula pada
perusahaan yang bergerak dalam kontrak pembangunan jangka panjang,
perusahaan ini juga mempunyai masalah penilaian terhadap persediaan
(bangunan dalam pelaksanaan) dan masalah pengakuan pendapatan atas kontrak
tersebut.
Dalam Kegiatan Belajar 3 ini, akan dibahas mengenai masalah penilaian
persediaan pada perusahaan pengolahan dan perusahaan kontrak jangka panjang.
Contoh 7.15:
PT. PEMBANGUNAN adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
pembangunan sarana pengairan pada triwulan kedua 20x0 mengadakan kontrak
pembangunan saluran irigasi yang bernilai Rp30.000.000,-. Pembangunan
sarana irigasi tersebut diperkirakan akan dapat diselesaikan pada pertengahan
tahun 20x2. Berikut ini informasi yang berhasil dikumpulkan sehubungan
dengan rencana dan pelaksanaan kontrak pembangunan tersebut.
1) Taksiran biaya penyelesaian bangunan sebagai berikut.
- Pada waktu kontrak ditandatangani ............ Rp24.000.000.000
- Pada akhir tahun 20x0 ................................ Rp24.000.000.000
- Pada akhir tahun 20x1 ................................ Rp25.200.000.000
2) Biaya yang sesungguhnya terjadi:
- 20x0 ............................................................ Rp 6.000.000.000
- 20x1 ............................................................ Rp17.640.000.000
- 2002 ............................................................ Rp 7.260.000.000
7.60 Akuntansi Keuangan Menengah 1
pembangunan) adalah jumlah biaya yang terjadi pada periode tersebut. Kedua
informasi tersebut dapat kita tentukan dengan cara sebagai berikut.
Desember
Keterangan 20x0 20x1 20x2
(Rp000) (Rp000) (Rp000)
Aktiva Lancar:
- Piutang kontrak jangka
panjang 1.500.000 2.500.000 --
- Persediaan (kontrak)
dalam pelaksanaan 7.500.000 21.000.000 --
- Harga kontrak yang
difakturkan ( 7.500.000 ) (21.000.000) --
0 0 --
dan selisih lebih atau selisih kurang antara biaya kontrak jangka panjang dengan
harga kontrak yang telah difakturkan atau ditagihkan kepada pemesan. Laporan
laba rugi hanya disusun pada periode di mana kontrak tersebut diselesaikan
laporan rugi-labanya adalah sebagai berikut.
Desember
Keterangan 20x0 20x1 20x2
(Rp000) (Rp000) (Rp000)
Harga kontrak -- -- 30.000.000
Biaya pembangunan -- -- 24.900.000
Laba kotor -- -- 5.100.000
Desember
Keterangan 20x0 20x1 20x2
(Rp000) (Rp000) (Rp000)
Aktiva Lancar:
- Piutang kontrak jangka panjang 1.500.000 2.500.000 --
- Persediaan (kontrak) dalam pelaksanaan
Harga kontrak yang difakturkan -- -- --
-- -- --
Utang Lancar: --
- Persediaan dalam pelaksanaan 6.000.000 17.640.000 --
- Harga kontrak yang difakturkan 7.500.000 21.000.000
LAT IH A N
Dari tiga buah proyek tersebut, hanya satu proyek (proyek nomor 1) mulai
dikerjakan dalam tahun 20x0, yang sampai dengan akhir tahun yang
bersangkutan telah dikeluarkan biaya seluruhnya sebesar Rp39.800.000,-.
Sedangkan harga kontrak dan kalkulasi anggaran (taksiran) biaya proyek
yang dibuat pada waktu pengajuan tender adalah sebagai berikut
(seluruhnya dalam jutaan rupiah).
Instruksi:
a. Menentukan laba (rugi) periodik atas kontrak dalam pelaksanaan tersebut.
b. Ikhtisar jurnal transaksi dalam tahun buku 20x0 sampai dengan Tahun
20x2.
1)
Keterangan Proyek 1 (Rp) Proyek 2 (Rp) Proyek 3 (Rp)
Total biaya yang terjadi s/d akhir tahun 115.420.000 32.000.000 313.700.000
20x1 58% 80% 80%
a. Persentase/tingkat penyelesaian
proyek 12.180.000 4.000.000 26.300.000
Taksiran laba atas kontrak jangka
panjang s/d akhir tahun 20x1
( = % penyelesaian x taksiran laba
Dikurangi
Laba atas kontrak tahun 20x0 = 4.200.000
Rp39.800.000, 4.000.000 26.300.000
x Rp21.000.000,-
Rp199.000.000,
7. 980.000
b. Taksiran laba atas kontrak jangka
panjang tahun buku 20x1
EKMA4210/MODUL 7 7.69
Tahun 20x0
Harga kontrak Rp150.000.000,-
Biaya yang dikeluarkan Rp40.000.000,-
Taksiran biaya Rp80.000.000,- + ( Rp120.000.000,- )
penyelesaian
Rp 30.000.000,-
Rp40.000.000,
Taksiran laba 2000 = Rp30.000.000,- = Rp10.000.000,-
Rp120.000.000,
Tahun 20x1
Harga kontrak Rp150.000.000,-
Biaya yang dikeluarkan (20x0 & 20x1) Rp90.000.000,-
Taksiran biaya penyelesaian Rp30.000.000,- + (Rp120.000.000,-)
Rp 30.000.000,-
Rp90.000.000,
Taksiran laba = Rp30.000.000,- = Rp22.500.000,-
Rp120.000.000,
Laba yang telah diakui tahun 20x0 = Rp10.000.000,- -
Taksiran laba yang diakui tahun 20x0 = Rp12.500.000,-
Tahun 20x2
Harga kontrak Rp150.000.000,-
Jumlah biaya tahun 20x0 & 20x1 Rp90.000.000,-
Jumlah biaya tahun 20x2 Rp32.500.000,- +
(Rp122.500.000,-)
Laba dari pembangunan Rp 27.500.000,-
Laba yang telah diakui tahun 20x0 Rp10.000.000,-
Laba yang telah diakui tahun 20x1 Rp12.500.000,- +
(Rp 22.500.000,-)
Laba tahun 20x2 Rp 5.000.000,-
7.70 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Tahun 20x1
Kontrak dalam penyelesaian ……………………... Rp50.000.000,-
Macam-macam kredit ………………………………………………. Rp50.000.000,-
(Mencatat Biaya yang dikeluarkan)
Piutang usaha …………………………………….. Rp65.000.000,-
Bagian kontrak yang difakturkan …………………………………… Rp65.000.000,-
(Mencatat termin pembayaran yang difakturkan)
Kas ………………………………………………….. Rp64.000.000,-
Piutang usaha ……………………………………………………….. Rp64.000.000,-
(Mencatat penerimaan kas dari termin yang ditagih)
Kontrak dalam penyelesaian ……………………... Rp12.500.000,-
Laba atas kontrak jangka panjang ………………………………….. Rp12.500.000,-
(Mengakui laba kontrak tahun 20x1)
Tahun 20x2
Kontrak dalam penyelesaian ……………………... Rp32.500.000,-
Macam-macam kredit ………………………………………………. Rp32.500.000,-
(Mencatat Biaya yang dikeluarkan)
Piutang usaha …………………………………….. Rp52.500.000,-
Bagian kontrak yang difakturkan …………………………………… Rp52.500.000,-
(Mencatat termin pembayaran yang difakturkan)
Kas ……………………………………………….. Rp56.000.000,-
Piutang usaha ……………………………………………………….. Rp56.000.000,-
(Mencatat penerimaan kas dari termin yang ditagih)
Kontrak dalam penyelesaian ……………………... Rp5.000.000,-
Laba atas kontrak jangka panjang ………………………………….. Rp5.000.000,-
(Mengakui laba kontrak tahun 2002)
Bagian harga yang difakturkan …………………... Rp150.000.000,-
Kontrak dalam penyelesaian ………………………………………... Rp150.000.000,-
(Mencatat penyerahan kontrak yang sudah selesai)
EKMA4210/MODUL 7 7.71
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Tahun I Tahun II
Biaya yang dikeluarkan Rp150.000.000.000 Rp300.000.000.000
Taksiran pada akhir tahun dari
biaya tambahan untuk
menyelesaikan proyek Rp250.000.000.000 -
Termin yang sudah dibayar
sampai dengan akhir tahun Rp250.000.000.000 Rp450.000.000.000
2) Berdasarkan soal No. 1, Laba atau Rugi yang diakui pada Tahun II
sebesar ….
A. Rp 37.500.000.000
B. Rp 50.000.000.000
C. Rp 87.500.000.000
D. Rp100.000.000.000
10) Berdasarkan soal nomor 1, bila digunakan metode kontrak selesai untuk
mencatat penyelesaian pembangunan akan dikredit rekening ….
A. harga kontrak yang difakturkan Rp500.000.000.000
B. kontrak dalam pelaksanaan Rp500.000.000.000
C. harga kontrak yang difakturkan Rp450.000.000.000
D. kontrak dalam pelaksanaan Rp450.000.000.000
Tes Formatif 1
1) A. Taksiran harga jual = Rp1.100,- 1.000 unit = Rp1.100.000,-
Taksiran biaya penjualan = Rp50,- 1.000 unit= (Rp 50.000,-)
Batas atas dari nilai persediaan Rp1.050.000,-
2) C. Batas atas dari nilai persediaan = Rp1.050.000,-
10
Laba normal = x (Rp1.000,- 1.000 unit) = (Rp 100.000,-)
100
Batas bawah dari nilai persediaan Rp 950.000,-
3) B. Harga pasar dicari dengan cara memilih antara:
Harga pengganti per satuan = Rp800,- 1.000 unit =
Rp800.000,-
Harga atas Rp1.050.000,-
Harga bawah Rp 950.000,-
maka harga pasar sebesar Rp950.000,-
4) C. Nilai persediaan dicari dengan memilih yang paling rendah antara:
Harga pokok Rp1.000.000,-
Harga pasar Rp 950.000,-
Maka, nilai persediaan berdasar LCOM = Rp950.000,-
5) C. Harga pasar dicari dengan cara memilih yang paling rendah antara:
Harga pengganti per satuan = Rp1.025,- 1.000 unit =
Rp1.025.000,-
Batas atas Rp1.050.000,-
Batas bawah Rp 950.000,-
Maka, harga pasar sebesar Rp1.050.000,-
6) B. Nilai persediaan dicari dengan cara memilih yang paling rendah
antara:
Harga pokok Rp1.000.000,-
Harga pasar Rp1.050.000,-
Maka, nilai persediaan berdasarkan LCOM = Rp1.000.000,-
7) C. Istilah “market” sebagaimana yang dalam lower of cost or market
adalah harga penggantian pada saat ini (current replacement cost).
8) B. Biaya untuk penyelesaian persediaan tersebut ditambahkan ke biaya-
biaya penyelesaian, kemudian jumlah dari keduanya dikurangkan
terhadap harga jual taksiran ketika menghitung nilai yang dapat
EKMA4210/MODUL 7 7.75
Tes Formatif 2
1) A. Penerapan LCOM dalam metode harga jual eceran maka perhitungan
persentase harga pokok memasukkan mark up tetapi tidak
memasukkan mark down.
2) C. Harga pokok + (25% harga pokok) = harga jual
x + 0,25% x = Rp6.000.000,-
1,25 x = Rp6.000.000,-
x = Rp4.800.000,-
3) A. Persediaan awal Rp1.000.000,-
Pembelian Rp5.500.000,- +
Tersedia dijual Rp6.500.000,-
(Taksiran) Harga pokok penjualan Rp4.800.000,- _
Taksiran kerugian kebakaran Rp1.700.000,-
4) C. Penjualan selama bulan Desember Rp10.800.000,-
Laba kotor= 20% Rp10.800.000,- (Rp 2.160.000,-) _
Rp 8.640.000,-
5) B. Persediaan awal Rp 500.000,-
Pembelian Rp10.500.000,- +
Tersedia dijual Rp11.000.000,-
(Taksiran) Harga pokok penjualan (Rp 8.640.000,-)
7.76 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Tes Formatif 3
1) A. Harga kontrak Rp500.000.000.000,-
Biaya yang dikeluarkan Rp150.000.000.000,-
Taksiran biaya Rp250.000.000.000,-
Jumlah biaya kontrak (Rp400.000.000.000,-)
Laba atas kontrak Rp100.000.000.000,-
Rp150.000.000,-
Taksiran laba tahun I = × Rp100.000.000.000,- =
Rp400.000.000,-
Rp37.500.000.000,-
EKMA4210/MODUL 7 7.77
Daftar Pustaka
Slavin, Albert dan Reynold, Isaac N. (1975). Basic Accounting. Third Edition.
Rinehart and Winston, Inc.
Akuntansi Utang
Sugiarto, B.Sc., Drs., M.Acc., M.B.A., Akt.
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
1. Pengertian Utang
Sebelumnya akan didefinisikan terlebih dahulu tentang utang. FASB
memberi definisi utang sebagai ”kemungkinan pengorbanan manfaat
ekonomi di masa depan yang muncul dari kewajiban saat ini dari suatu
entitas untuk mentransfer aset atau menyediakan jasa pada entitas lain
sebagai akibat dari transaksi-transaksi atau peristiwa-peristiwa masa lalu”.
Dalam pengertian ini terkandung tiga ciri atau karakteristik yang melekat
pada utang, yaitu:
a. kewajiban kepada pihak lain yang mungkin sekali dilunasi dengan
menyerahkan aset, seperti kas dan barang dagangan atau jasa pada
tanggal tertentu di waktu yang akan datang;
b. kewajiban tersebut pada No. 1 di atas melekat pada pihak atau lembaga
tertentu, yang tidak dapat menghindarkan pengorbanan ekonomis di
masa yang akan datang;
c. transaksi atau kejadian yang menimbulkan kewajiban tersebut telah
terjadi di masa lalu.
2. Pengklasifikasian Utang
Untuk tujuan pelaporan akuntansi, pada umumnya utang diklasifikasikan
sebagai utang lancar dan utang tidak lancar. Utang lancar (kewajiban jangka
pendek) merupakan kewajiban-kewajiban yang diperkirakan akan dibayar
dengan menggunakan sumber dana yang berasal dari aset lancar, sedangkan
8.4 Akuntansi Keuangan Menengah 1
3. Pengukuran Utang
Pengukuran yang digunakan untuk mengakui kewajiban atau utang
adalah nilai saat ini (present value) dari arus kas keluar di masa depan untuk
menyelesaikan kewajiban tersebut. Umumnya, ini adalah jumlah kas yang
dibutuhkan untuk melikuidasi atau melunasi jika kewajiban tersebut dibayar
hari ini. Namun kalau selisih antara nilai saat ini dan nilai nominal (jumlah
EKMA4210/MODUL 8 8.5
yang tercantum dalam dokumen tidak material), maka nilai nominal ini dapat
disajikan dalam neraca (misalnya untuk utang lancar).
Jika suatu klaim tidak dibayar sampai suatu saat di masa depan, dalam
hal ini misalnya utang tidak lancar, klaim tersebut harus menetapkan bunga
yang harus dibayarkan terhadap utang atau kewajiban seharusnya dilaporkan
pada nilai diskonto dari jumlah jatuh temponya.
Untuk tujuan pengukuran, utang dapat dibagi dalam tiga kategori sebagai
berikut.
c. Utang bersyarat
Meliputi pos-pos yang membentuk utang tetapi sifatnya kontijen atau
tergantung pada kejadian-kejadian tertentu di masa depan yang mungkin
terjadi. Contohnya, adanya tuntutan hukum yang akan merugikan
perusahaan, jika perusahaan kalah di siding pengadilan, piutang wesel yang
didiskontokan.
aktiva lancar dibagi dengan utang lancar. Rasio untuk masing-masing industri
berbeda-beda karena kebutuhan likuiditas antar industri dan perusahaan juga
berbeda. Batas aman rasio lancar mengindikasikan bahwa perusahaan akan
mampu memenuhi kewajiban yang jatuh tempo, bahkan dalam keadaan di
mana kondisi bisnis sedang tidak menguntungkan atau terdapat kerugian
pada aset seperti surat berharga, piutang dan persediaan. Misalnya, rasio
lancar 2,1 berarti setiap rupiah utang lancar dijamin pembayarannya dengan
2,1 rupiah aktiva lancar. Ukuran likuiditas lain adalah rasio cepat (quick
ratio) yang membandingkan antara aktiva lancar moneter (quick assets)
dengan utang lancar.
Istilah leverage (ungkitan) mengarah pada hubungan antara utang
perusahaan dan aset atau antara utang dengan ekuitas pemegang saham.
Perusahaan dengan rasio leverage tinggi memiliki jumlah utang yang relatif
besar dibandingkan dengan aset atau ekuitasnya. Pengukuran umum rasio
leverage perusahaan atau rasio utang dan ekuitas, dihitung dengan membagi
total kewajiban dengan total ekuitas pemegang saham. Rasio ungkitan (utang
dengan ekuitas) lebih dari satu menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
utang lebih besar daripada ekuitas pemegang saham. Rasio ungkitan lebih
dari satu, banyak dijumpai dalam industri keuangan, khususnya perbankan.
Mengapa? Sebab pada perbankan sebagai besar asetnya berasal dari para
nasabahnya yaitu para penabung dan deposan. Investor (perusahaan)
umumnya memilih rasio utang modal yang lebih tinggi untuk memperoleh
manfaat leverage keuangan (ini terjadi bila biaya bunga lebih kecil daripada
laba yang diperoleh), sementara kreditor memilih perusahaan yang rasio
utang modal yang lebih rendah karena hal ini akan meningkatkan keamanan
pinjaman mereka.
Variasi umum lainnya dari pengukuran rasio leverage adalah
membandingkan total utang dengan total aset atau disebut dengan rasio utang
(debt ratio). Penilaian lain dari kinerja perusahaan yang berhubungan dengan
utang adalah jumlah bunga yang dibayar. Ukuran ini, membandingkan bunga
obligasi perusahaan dengan kemampuan labanya. Kelipatan pembayaran
bunga (times interest earned) dihitung dengan membagi laba perusahaan
sebelum pajak dan beban bunga dengan beban bunga pada periode yang
berjalan. Semakin besar rasio kelipatan pembayaran bunga, semakin aman
posisi dari para kreditor, karena kemampuan perusahaan untukmembayar
beban bunga juga menjadi semakin besar.
EKMA4210/MODUL 8 8.7
B. UTANG LANCAR
b. Utang wesel
Perusahaan terkadang meminjam uang dalam jangka pendek untuk
tujuan operasi selain pembelian material atau barang dagangan dengan
mengeluarkan surat utang (note). Pada kebanyakan kasus, utang demikian
dibuktikan dengan surat promes (promising notes), yakni suatu janji formal
tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa
datang. Promes tersebut sering kali direfleksikan pada pembukuan pengutang
sebagai utang wesel (notes payable).
Utang wesel terdiri atas utang wesel dagang (trade notes payable) dan
utang wesel non dagang (non trade notes payable). Utang wesel dagang
(trade notes payable) adalah utang wesel yang dikeluarkan untuk pembelian
barang dan jasa. Utang wesel non dagang (non trade notes payable) adalah
utang wesel yang dikeluarkan untuk kreditor non dagang, dengan tujuan
selain pembelian barang atau jasa.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
5) Bagian utang obligasi yang akan dilunasi semester depan, dalam neraca
diklasifikasi sebagai utang ….
A. jangka panjang
B. lancar
8.12 Akuntansi Keuangan Menengah 1
C. moneter
D. lain-lain
10) PT.ABC memiliki utang wesel jangka panjang yang akan jatuh tempo
dua bulan yang akan datang. Perusahaan akan bermaksud mengganti
utang wesel dengan utang wesel yang baru. Dalam neraca utang wesel
tersebut akan disajikan sebagai utang ….
A. non moneter
B. jangka panjang
C. lancar
D. bersyarat
EKMA4210/MODUL 8 8.13
Kegiatan Belajar 2
A. UTANG DAGANG
Utang dagang adalah utang yang terjadi karena adanya pembelian secara
kredit atas barang dagangan, bahan baku dan penolong, macam-macam
bahan habis pakai dan jasa-jasa yang diperlukan dalam kegiatan normal
perusahaan. Utang dagang timbul dari kegiatan normal perusahaan dan
terjadinya berulang-ulang sehingga pada umumnya tidak diperlukan surat-
surat pernyataan utang secara formal, seperti pada utang wesel.
Pada kegiatan belajar ini, untuk memudahkan pembahasan, utang dagang
dianggap timbul dari pembelian barang dagangan secara kredit. Kapankah
timbulnya utang itu? Secara yuridis formal, utang sebenarnya timbul pada
saat terjadinya penyerahan hak milik (transfer of title) atas barang-barang
yang diperjualbelikan dari pihak penjual kepada pihak pembeli. Akan tetapi,
di dalam praktik, pencatatan utang pada umumnya adalah pada saat barang-
barang yang dibeli itu diterima atau pada saat diterimanya faktur pembelian.
Praktik semacam ini dilakukan dengan mendasarkan pada alasan praktis saja.
Mengapa demikian? Sebab transfer hak milik atas barang tidak selalu
bersamaan dengan saat diterimanya barang-barang atau faktur pembelian
oleh pembeli.
Saat berpindahnya hak atas barang dari penjual kepada pembeli
tergantung dari syarat-syarat yang disetujui oleh dua belah pihak. Dalam
dunia usaha terdapat dua macam syarat penyerahan barang, yaitu (1) Free on
Board (FOB) Shipping Point dan (2) Free on Board (FOB) Destination.
Dalam syarat FOB shipping point, hak atas barang sudah berpindah dari
penjual kepada pembeli pada saat barang dikirim melalui perusahaan
angkutan oleh penjual meskipun barang belum sampai ke tangan pembeli.
Pada syarat FOB destination, hak atas barang baru berpindah dari penjual
kepada pembeli pada saat barang sudah sampai pada gudang pembeli. Akibat
dari perbedaan waktu antara pencatatan utang dan berpindahnya hak atas
barang maka pada akhir tahun (periode) akuntansi perlu diadakan pisah batas
atau cut off yang teliti. Cut off yang dimaksud adalah memisahkan manakah
barang yang seharusnya sudah menjadi hak perusahaan dan mengakui akui
timbulnya utang dan manakah yang belum menjadi hak perusahaan dan
EKMA4210/MODUL 8 8.15
Contoh 8.1:
Pada tanggal 1 Februari 20x2 PT Antariksa membeli barang dagangan
dengan syarat 2/10. n/30 seharga Rp100.000.000.
Transaksi pembelian ini oleh PT Antariksa dapat dicatat dalam buku
jurnal sebagai berikut:
Utang dicatat sebesar bruto (kotor) Utang dicatat sebesar neto (bersih)
1/2/20x2 1/2/20x2
Pembelian 100.000.000 Pembelian 98.000.000
Utang Dagang 100.000.000 Utang Dagang 98.000.000
Jika perusahaan menggunakan metoda Jika perusahaan menggunakan metoda
pencatatan perpetual akun Pembelian pencatatan perpetual akun Pembelian
diganti dengan akun Persediaan diganti dengan akun Persediaan
Jika utang dari pembelian ini dilunasi pada tanggal 5 Februari, yang
berarti masih dalam masa potongan maka jurnal yang dibuat tergantung dari
metode mana yang dipergunakan pada tanggal 1 Februari 20x2 saat
pembelian, sebagai berikut.
8.16 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Jika utang dilunasi pada tanggal 12 Februari, yang berarti di luar masa
potongan maka jurnal yang dibuat sebagai berikut.
Utang dicatat sebesar bruto (kotor) Utang dicatat sebesar neto (bersih)
12/2/20x2 12/2/20x2
Utang Dagang 100.000.000 Utang Dagang 98.000.000
Kas 100.000.000 Biaya Bunga 2.000.000
Kas 100.000.000
B. UTANG WESEL
Utang Wesel timbul dari transaksi yang tidak jauh berbeda dengan utang.
Selain itu, utang wesel dapat pula timbul dari adanya maksud untuk
mengganti utang dagang yang tidak disertai surat janji tertulis. Utang Wesel
dapat dibedakan ke dalam (1) Utang Wesel Tanpa Bunga dan (2) Utang
Wesel Berbunga.
Utang Wesel baik berbunga maupun tidak dikredit sebesar nilai
nominalnya pada saat timbulnya utang. Pada saat pelunasan rekening Utang
Wesel didebit, tanpa melihat ada dan tidaknya bunga utang wesel.
Contoh 8.2:
PT Mekar Wangi membeli barang dagangan sebesar Rp10.000.000
dengan menyerahkan promis (wesel) pada tanggal l Februari 20x2. Jatuh
tempo wesel tiga bulan atau 1 Mei 20x2.
EKMA4210/MODUL 8 8.17
1/2/20x2
Pembelian (Brg Dagang) Rp10.000.000
Utang Wesel Rp10.000.000
(dibeli barang dagangan dengan pembayaran dengan mengeluarkan surat utang)
1/5/20x2
Utang Wesel Rp10.000.000
Kas Rp10.000.000
(dibayar utang wesel dibayar)
Jika wesel tersebut berbunga 12% maka pada saat pelunasan, jurnal dibuat
sebagai berikut:
1/5/20x2
Utang Wesel Rp10.000.000
Biaya Bunga Rp 300.000
Kas Rp10.300.000
(dibayar utang wesel dan bunganya, biaya bunga dihitung = Rp10.000.000 3/12 12%
= Rp300.000)
Kewajiban Lancar:
...
Utang Wesel Rp10.000.000
Utang Bunga 200.000
...
C. UTANG DIVIDEN
Utang Dividen adalah jumlah yang terutang oleh perusahaan kepada para
pemegang saham sebagai akibat distribusi laba yang diumumkan secara
resmi oleh Direksi. Utang Dividen hanya terdapat pada perusahaan yang
modalnya terdiri atas saham-saham atau seroa yaitu Perseroan Terbatas.
Dividen adalah Dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam
bentuk kas. Adapun dividen saham (stock dividend) tidak termasuk utang
bagi perusahaan sebab pengumuman dividen saham tidak berakibat
timbulnya suatu kewajiban untuk membayar di kemudian hari dalam bentuk
uang atau aktiva lainnya. Selain dividen saham yang juga bukan merupakan
utang perusahaan adalah dividen yang menunggak tetapi tidak diumumkan
akan adanya pembagian dividen atas saham-saham preferen dengan hak
kumulatif.
Contoh 8.3:
Misal pada tanggal 1 Desember 20x1, PT Aman mengumumkan
pembagian dividen sebesar Rp500 juta, dan membagikan dividen pada
tanggal 20 Januari 20x2.
1 Desember 20x1:
Saldo Laba Rp500.000.000
Utang Dividen Rp500.000.000
(mencatat pengumuman pembagian dividen)
20 Januari 20x2:
Utang Dividen Rp500.000.000
Kas Rp500.000.000
(mencatat pembayaran dividen)
EKMA4210/MODUL 8 8.19
D. UTANG PAJAK
Pajak adalah iuran wajib yang dibayar oleh wajib pajak suatu negara
kepada negara tanpa mendapatkan imbalan secara langsung. Pajak terdiri atas
pajak yang harus ditanggung sendiri oleh perusahaan sendiri (pajak
penghasilan, pajak bumi dan bangunan) atau yang pajak yang bebannya
dapat dialihkan ke pihak lain ( misal pajak pertambahan nilai atau pajak
penjualan). Bila perusahaan telah menerima tagihan pajak atau sudah
menerima pembayaran pajak dari pihak lain dan perusahaan belum
membayar, maka akan timbul utang pajak.
Contoh 8.4:
a) Misal: PT Aloha menjual barang dagangan seharga Rp100.000.000
ditambah PPN 5% secara tunai. Dengan demikian perusahaan
menerima pembayaran sebesar Rp100.000.000 ditambah Utang PPN
sebesar Rp5.000.000 dan akan mencatat transaksi tersebut sebagai
berikut:
Tanggal 5 Mei
Biaya Pajak Bumi dan Bangunan ……Rp65.500.000
Utang PBB ……………………… Rp65.500.000
(mencatat tagihan PBB)
Tanggal 30 September
Utang PBB …………………………. Rp65.500.000
Kas ……………………………. Rp65.500.000
(mencatat pelunasan Utang PBB)
Contoh 8.5:
Pajak penghasilan perusahaan. Peraturan perpajakan yang digunakan
untuk menghitung laba kena pajak berbeda dengan standar akuntansi. Oleh
sebab itu besarnya pajak penghasilan yang yang harus dibayar yang dihitung
berdasarkan laba kena pajak akan berbeda dengan besarnya pajak
berdasarkan laba akuntansi. Selisih ini biasanya disebabkan karena
perbedaan temporer atau perbedaan permanen. Selisih antara pajak
penghasilan atas laba kena pajak dengan laba akuntansi dicatat sebagai PPh
Tangguhan. Misal laba kena pajak perusahaan sebesar Rp500 juta,
sedangkan laba akuntansi Rp600 juta dan besarnya tarip PPh 30%. Dengan
demikian biaya pajak sebesar Rp180 juta (30% x Rp600 juta) dan utang pajak
Rp150 juta (30%xRp500 juta). Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut
adalah sebagai berikut:
Contoh 8.6:
Selain harus membayar pajak penghasilannya sendiri, perusahaan juga
diberi tanggungjawab untuk memotongkan pajak penghasilaan para
karyawannya untuk kemudian disetorkan ke kas negara. Misal gaji dan upah
seluruh karyawan perusahaan selama bulan Agustus sebesar Rp500.000.000.
Atas gaji dan upah ini perusahaan memotong 5% untuk disetorkan ke
negara. Transaksi ini akan dicatat perusahaan sebagai berikut:
EKMA4210/MODUL 8 8.21
Utang Biaya adalah utang yang timbul dari adanya ayat-ayat antisipasi
pasif. Ayat antisipasi pasif adalah biaya-biaya yang sudah dinikmati
manfaatnya tetapi belum dibayar oleh perusahaan. Dengan kata lain, ayat-aat
antisipasi pasif adalah biaya yang belum dibayar atau biaya yang dibayar di
belakang. Biaya-biaya seperti antara lain adalah biaya listrik, biaya telepon,
biaya pemakaian air, biaya pemakain internet dan sebagainya
Contoh 8.7:
Perusahaan X menyewa alat angkutan untuk jangka waktu 1 tahun
terhitung dari 1 Agustus 20x1 sampai dengan 30 September 20x2 dengan
sewa Rp120.000.000 dibayar di belakang. Jika pada 31 Desember 20x1
disusun neraca maka harus diakui adanya utang biaya sewa untuk sewa yang
telah dinikmati tetapi baru dibayar pada 30 September 20x2 itu. Yang telah
dinikmati adalah periode dari 1 Agustus 20x1 sampai 31 Desember 20x2
adalah 5 bulan yaitu 5/12 Rp120.000.000 = Rp50.000.000. Pada akhir
periode akuntansi, biaya sebesar Rp50.000.000 ini dicatat dalam jurnal
penyesuaian sebagai berikut:
Utang pendapatan adalah utang yang timbul dari adanya ayat transitoris
pasif. Sedangkan ayat transitoris pasif adalah pendapatan dari penjualan atau
penyerahan jasa yang sudah diterima lebih dahulu meskipun transaksi
8.22 Akuntansi Keuangan Menengah 1
penjualan dan atau penyerahan jasanya belum dilakukan. Dengan kata lain
utang pendapatan adalah pendapatan yang diterima di muka. Misalnya, uang
muka dari pelanggan dan pendapatan sewa yang diterima di muka.
Di dalam neraca, jika utang pendapatan akan dilunasi baik dengan aktiva
maupun jasa dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun maka utang
pendapatan tersebut disajikan sebagai utang lancar.
Contoh 8.8:
Misalnya PT Media Informasi yang bergerak di dalam industri penerbitan
menerima uang muka dari pelanggan untuk satu ke depan berjumlah
Rp450.000.000. Transaksi ini akan dicatat sebagai berikut:
G. UTANG BONUS
Contoh 8.9:
PT Mekar Harum memberikan bonus kepada para karyawan yang
langsung menangani penjualan produk sebesar 10%. Laba tahun 20x1
EKMA4210/MODUL 8 8.23
Pajak = Rp37.500.000
Perhitungan ini dapat dibuktikan sebagai berikut.
Laba sebelum dikurangi bonus
dan pajak penghasilan Rp100.000.000
Dikurangi: pajak penghasilan Rp 37.500.000 (-)
Laba sesudah pajak penghasilan,
tetapi sebelum bonus Rp 62.5050.000
Bonus 10% (x)
Bonus Rp 6.250.000
4. Jika bonus berdasarkan laba bersih sesudah dikurangi bonus dan pajak
penghasilan maka:
Bonus = 10% (Rp100.000.000 – Bonus – Pajak) (1)
Pajak = 40% (Rp100.000.000 – Bonus) (2)
LAT IH A N
3) Perbedaan metoda FOB shipping point dan FOB destination point adalah
berikut ini.
a. FOB Shipping point = hak atas barang pada saat barang dikirim oleh
penjual
b. FOB Destination point = hak atas barang pada saat barang sampai di
gudang pemilik
4) Cut off pada utang pada akhir tahun adalah memilah-milah barang yang
mana yang seharusnya sudah menjadi hak perusahaan dan diakui
timbulnya utang, dan mana yang belum menjadi hak perusahaan dan
belum menjadi utang.
5) Utang wesel berbunga dan utang wesel tidak berbunga
a. dikredit, sebesar nilai nominal, saat timbulnya utang.
b. didebet, saat pelunasan.
6) Jurnal untuk mencatat saat terjadinya
1/10/20x1
Kas ............................... Rp900.000.000
Uang muka pendapatan sewa Rp900.000.000
Jurnal untuk pendapatan sewa
31/12/20x1
Uang muka pendapatan sewa Rp225.000.000
Pendapatan sewa ............... Rp225.000.000
PENDAPATAN SEWA
31/12, Penyesuaian
Rp225.000.000
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
2) Jika utang pada soal nomor 1) dibayar seluruhnya pada tanggal 9 Januari
20x1 maka jurnal yang dibuat oleh Perusahaan Mekar Wangi adalah ….
A. debit Utang Dagang Rp98.000,00 dan kredit Kas Rp98.000,00
B. debit Utang Dagang Rp100.000,00 dan kredit Kas Rp100.000,00
C. debit Utang Dagang Rp100.000,00, kredit Kas dan Potongan
Pembelian masing-masing Rp98.000,00 dan Rp2.000,00
D. debit Utang Dagang dan Potongan Pembelian masing-masing
Rp98,000,00 dan Rp2.000,00 serta kredit Kas Rp1.00.000,00
6) Jika bonus pada soal nomor 5) ditetapkan 10% dari laba bersih sesudah
bonus dan pajak penghasilan maka besarnya bonus adalah ….
A. Rp20.000,00 (pajak penghasilan sebesar 10%)
B. Rp18.181,82
C. Rp18.000,00
D. Rp16.513,76
7) Jika bonus pada soal No. 5 ditetapkan dari laba setelah bonus, sebelum
pajak penghasilan maka besarnya bonus adalah ….
A. Rp20.000,00 (pajak penghasilan sebesar 10%)
B. Rp18.181,82
C. Rp18.000,00
D. Rp16.513,76
8) Jika bonus pada soal No. 5 ditetapkan 10% dari laba sesudah pajak
penghasilan tetapi sebelum bonus maka besarnya bonus adalah ….
A. Rp20.000,00 (pajak penghasilan sebesar 10%)
B. Rp18.181,82
C. Rp18.000,00
D. Rp16.513,76
10) Pada saat pajak penghasilan karyawan yang dipotong perusahaan itu
disetorkan ke Kas Negara maka ….
A. rekening Utang PPH Karyawan dikredit
B. rekening Utang PPH Karyawan didebit
C. rekening Biaya Pajak dikredit
D. rekening Biaya Pajak didebit
Kegiatan Belajar 3
difokuskan pada utang obligasi dan praktik pelaporan yang terkait dengan
utang obligasi juga dapat diterapkan pada utang wesel jangka panjang.
Sertifikat obligasi atau sering hanya disebut obligasi, adalah kewajiban
yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan atau lembaga pemerintah yang
menjamin pembayaran pokok pinjaman pada waktu tertentu di masa datang
ditambah dengan bunga periodik (biasanya setiap enam bulan). Kontrak
antara perusahaan dengan pemegang obligasi sering disebut sebagai surat
perjanjian obligasi (bond indenture), yang biasanya berisi hak dan kewajiban
dari pihak-pihak yang melakukan kontrak, mengindikasikan property yang
dijanjikan dan perlindungan bagi pinjaman, dan nama bank atau perusahaan
perwalian yang mewakili pemegang obligasi.
Nilai nominal (face value)/nilai pari (par value) adalah jumlah rupiah
yang tertera pada surat obligasi. Nilai jatuh tempo (maturity value)
merupakan jumlah uang dalam obligasi yang dibayar pada tanggal jatuh
tempo.
Pinjam kas
Emiten Pemilik Obligasi
1. Sertifikat Obligasi
(serial bonds) adalah obligasi yang nilai jatuh temponya dalam bentuk
pembayaran secara berkala pada waktu-waktu tertentu di masa datang.
P n = P o( 1 + i ) n
Contoh 8.10:
Nilai uang sekarang Rp500.000,00 apabila didepositokan selama lima
tahun dengan tingkat bunga 21 % akan sama dengan:
P5 = Po (l + i)5,
= Rp500.000,00 (1 + 0,21)5
= Rp500.000,00 (2,593742)
= Rp1.296.871,00
Sekarang, bagaimana kalau yang diketahui adalah nilai yang akan datang
dan kita ingin mengetahui nilai sekarang. Dengan menggunakan rumus
sebelumnya, berarti yang dicari adalah Po.
Bila diketahui rumus Pn seperti di atas maka Po adalah sebagai berikut.
Pn = Po (1 + I)n
Pn
= Po
(1+i) n
Pn
Po = Pn
(1+ i) n
8.36 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Contoh 8.11:
Diketahui P2 = Rp1.440.000,00 tingkat bunga (i) = 20% maka Po dapat
dihitung sebagai berikut.
Pn
Po = Pn
(1+ i) n
1
Po = Rp1.440.000,00
(1+ 0,2)2
= Rp1.440.000,00 0,6944444
= Rp 1.000.000,00
C. AKUNTANSI OBLIGASI
1. Penerbitan Obligasi
Obligasi dapat dijual langsung ke investor oleh perusahaan atau penerbit
obligasi, dijual dalam pasar terbuka melalui perdagangan surat berharga atau
melalui bankir investasi. Pada umumnya, penerbit obligasi mencatat
kewajiban obligasi pada nilai nominalnya (jumlah yang harus dibayar
perusahaan pada saat jatuh tempo). Tapi, ketika obligasi dikeluarkan pada
jumlah yang tidak sama dengan harga nominalnya maka selisihnya dicatat
dalam akun r diskonto atau premi obligasi untuk menunjukkan perbedaan
antara kas jumlah yang diterima dan nilai nominal obligasi.
Ketika perusahaan melakukan emisi utang obligasi, berarti perusahaan
tersebut mempunyai dua jenis utang yang berbeda, yakni kewajiban untuk:
a. membayar sejumlah nominal yang tertera pada obligasi pada saat jatuh
tempo;
b. membayar bunga secara berkala sebesar persentase tertentu dari nominal
obligasi.
EKMA4210/MODUL 8 8.37
Contoh 8.12:
Pada tanggal 1 Januari sebuah perusahaan menerbitkan 16%, obligasi, 5
tahun, nominal Rp200.000.000,00 bunga dibayar setiap setengah tahun.
Jumlah uang yang diterima perusahaan akan terdiri atas berikut ini.
1. Nilai tunai dari Rp 200.000.000,00 yang akan dibayar kembali 5 tahun
mendatang.
2. Nilai tunai 10 kali bunga setiap 1/2 tahun @ Rp16.000.000,00
(8% Rp200.000.000,00).
Juli 1
Beban bunga ....... Rp16.000.000,00
Kas ............... Rp 16.000.000,00
Beban bunga ...... Rp 2.457.826,84
Diskonto Utang Obligasi Rp 2.457.826,84
A B C D E
Periode Pembayaran Beban bunga Amortisasi Diskonto utang Nilai buku
bunga 10 % x E (B-A) obligasi (D-C) (200.000.000-D)
Rp Rp Rp Rp Rp
24.578.268,42 175.421.731,58
1 16.000.000 17.542.173,16 1.542173.16 23.036.095,26 176.963.904,74
2 16.000.000 …. …. …. ….
3 16.000.000 …. …. …. ….
4 16.000.000 …. …. …. ….
5 16.000.000 … … … …
6 16.000.000 … … … …
7 16.000.000 … … … …
8 16.000.000 … … … …
9 16.000.000 … … … …
10 16.000.000 … … … …
200.000.000
Juli 1
Beban Bunga ...... Rp17.542.173,16
Kas ............... Rp16.000.000,00
Diskonto utang obligasi Rp 1.542173.16
Coba sekarang saudara buat jurnal untuk pembayaran bunga pada tahun
kedua. Jangan lupa menyelesaikan tabel amortisasinya lebih dahulu.
Contoh 8.13:
PT Amirul Mukminin mengeluarkan 16% obligasi, 5 tahun, nominal
Rp200.000.000,00 bunga dibayar setiap setengah tahun. Pada saat obligasi
dikeluarkan, tingkat suku bunga efektif 12% per tahun. Maka nilai tunai
8.40 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Apabila pada tanggal 1 Januari disusun neraca maka penyajian pos utang
obligasi adalah sebagai berikut:
Contoh 8.14:
Pada tanggal 1 Juli perusahaan mempunyai utang obligasi sebagai
berikut.
Utang Obligasi Rp100.000.000,00
Premium utang obligasi. Rp 16.000.000,00
Rp116.000.000,00
Juli 1
Utang obligasi Rp100.000.000,00
Premium utang obligasi Rp 16.000.000,00
Kas Rp 110.000.000,00
Laba penebusan Utang Obligasi Rp 6.000.000,00
Jika laba atau rugi penebusan utang obligasi atau utang jangka panjang
lain jumlahnya cukup berarti maka laba atau rugi tersebut disajikan sebagai
pos-pos luar biasa (extraordinary) dan dilaporkan jumlah bersihnya (sesudah
diperhitungkan dengan pajaknya) dalam laporan laba rugi.
Dalam penyajian utang obligasi bila terdapat dana khusus pelunasan
utang atau sinking fund, batasan pinjaman, agunan aktiva, batasan dividen,
dan hal signifikan lainnya harus diungkapkan. Porsi utang jangka panjang
yang jatuh tempo periode tahun depan harus diklasifikasikan sebagai utang
lancer. Kewajiban surat obligasi sering kali dikombinasikan dengan utang
jangka panjang lainnya untuk penyajian dalam neraca, dengan perincian
tambahan yang diperlihatkan dalam sebuah catatan atas laporan keuangan.
Isu yang sering kali dihadapi profesi akuntan saat ini adalah bagaimana
berurusan dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan semua utangnya
untuk membuat posisi keuangan perusahaan nampak kuat. Hal tersebut sering
disebut pembiayaan di luar neraca. Tujuan pembiayaan di luar neraca adalah
untuk memperbaiki rasio keuangan tertentu (debt equity ratio)
Teknik yang digunakan untuk meminjam uang sementara menjaga utang
agar tidak masuk neraca adalah berikut ini.
1. Anak Perusahaan yang laporan keuangan tidak di konsolidasi.
2. Pembentukan Perusahaan Khusu atau Special purpose entities (SPEs)
3. Sewa operasional (Operating leases)
4. Joint venture.
5. Perjanjian riset dan pengembangan.
6. Perjanjian pembiayaan proyek.
8.44 Akuntansi Keuangan Menengah 1
LAT IH A N
Instruksi:
Buatlah jurnal untuk mencatat kejadian di atas!
PT Aman
Investasi Jangka Panjang Rp32M
Rugi Strukturisasi Utang Rp 7M
Investasi Obligasi - PT Santos Rp35M
Piutang Bunga Rp 4M
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
7) Biaya yang berkaitan dengan emisi obligasi, seperti biaya jasa hukum,
biaya penjamin, biaya pencetakan, dan biaya pajak dibebankan pada ….
A. perolehan hasil penjualan obligasi
B. diskonto atau premium obligasi
C. utang obligasi
D. biaya luar biasa
EKMA4210/MODUL 8 8.47
10) Jika akun utang obligasi memiliki saldo Rp1.000.000,00 dan diskonto
utang obligasi memiliki saldo Rp250.000,00. Nilai buku obligasinya
adalah ....
A. Rp 250.000,00
B. Rp 750.000,00
C. Rp1.000.000,00
D. Rp1.250.000,00
Tes Formatif 1
1) D. Kewajiban adalah kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi di
masa yang akan datang dari kewajiban sekang untuk mengirim
aktiva atau menyediakan jasa ke entitas lain di masa depan sebagai
akibat dari transaksi yang lalu.
2) C. Kewajiban perusahaan untuk memperbaiki produk yang rusak
merupakan utang suatu entitas.
3) B. Klasifikasi utang dalam neraca dikategorikan menjadi utang lancar
dan utang jangka panjang.
4) A. Utang usaha disajikan dalam neraca sebesar nilai nominal.
5) B. Bagian uatng obligasi yang akan dilunasi semester depan, dalam
neraca diklasifikasikan sebagai utang lancar.
6) B. Rasio lancar digunakan untuk mengukur likuiditas entitas.
7) D. Untuk tujuan pengukuran, utang dapat dikategorikan menjadi utang
yang jumlahnya pasti, utang yang jumlahnya ditaksir dan utang
bersyarat.
8) C. Kewajiban yang timbul menunggu keputusan pengadilan
dikategorikan sebagai utang bersyarat.
9) C. Piutang wesel yang didiskontokan ini diklasifikasikan sebagai utang
bersyarat.
10) B. Utang wesel jangka panjang yang akan jatuh tempo, kemudian
diperpanjang dilaporkan dalam neraca sebagai utang jangka
panjang.
Tes Formatif 2
1) B. Saat terjadi transaksi pembelian barang dagangan dicatat sebagai
berikut.
Pembelian Rp100.000,00
Utang dagang Rp100.000,00
2) C. Saat pembayaran pada tanggal potongan dicatat sebagai berikut.
Utang dagang Rp100.000,00
Kas Rp 98.000,00
Potongan pembelian Rp 2.000,00
8.50 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Tes Formatif 3
1) D. Utang jangka panjang dalam neraca disajikan sebesar nilai tunai.
2) B. Penerbitan obligasi lebih disukai oleh manajemen dan pemegang
saham karena alasan berikut.
a. Pemilik masih pemegang kendali atas perusahaan
b. Bunga obligasi dapat diperhitungkan dalam perhitungan laba
kena pajak
c. Tingkat bunga pasar relatif lebih rendah daripada jumlah
dividen yang diharapkan investor
3) A. Informasi yang selalu ada dalam sertifikat obligasi adalah nilai
nominal, tingkat bunga, dan tanggal jatuh tempo
4) A. Selisih nilai minimal dengan harga pasar misi obligasi dicatat dalam
akun diskonto utang obligasi.
5) C. Junk bond adalah obligasi dari perusahaan yang kondisi
keuangannya amat jelek.
6) D. Harga pasar per lembar obligasi bervariasi dipengaruhi langsung
oleh faktor nilai nominal, tingkat bunga kupon dan tingkat bunga
pasar.
7) B. Biaya yang berkaitan dengan emisi obligasi, seperti biaya jasa
hukum, biaya penjamin, biaya pencetakan, dan biaya pajak
dibebankan pada diskonto dan premium obligasi.
8) D. Utang obligasi dapat ditebus sebelum tanggal jatuh temponya,
dengan cara membelinya di bursa efek, ditukar dengan sekuritas
yang lain, dan dibeli kembali dengan hasil emisi obligasi yang lain.
9) B. Suku bunga kontrak atas obligasi lebih tinggi dari suku bunga pasar
berjalan, investor yang rasional akan mau membayar lebih tinggi
dari nilai nominal atau premi obligasi.
10) B. Nilai akun obligasi adalah nilai nominal ditambah premi yang belum
diamortisasikan atau dikurangi diskonto yang belum
diamortisasikan.
Nilai nominal Rp1.000.000,00
Diskonto Rp 250.000.00
Nilai buku Rp 750.000,00
8.52 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Daftar Pustaka
Kieso & Weygandt. (2004). Intermediate Accounting. 11th Ed. John Wiley &
Sons.
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
Contoh 9.1:
1. Tanggal 1 Juni 20x5 dibeli 100 lembar saham PT. ABC, nominalnya
Rp100.000,- per lembar. Harga kurs 110 dan biaya provisi serta meterai
Rp51.000,-.
9.4 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Perhitungan:
Kurs = 110% × 100 lembar x Rp100 000,- = Rp11.000.000,-
Provisi Rp 51.000,- +
Jumlah yang dibayar Rp11.051.000,-
2. Tanggal 10 Agustus 20x5 dijual 50 lembar saham PT. ABC yang dibeli
tanggal 1 Juni 20x5 dengan kurs 115% dan biaya penjualan sebesar
Rp26.000,-.
Jurnal penjualan tersebut sebagai berikut.
Perhitungan:
Kurs = 115% × 50 lembar × Rp100.000,- = Rp5.750.000,-
Provisi Rp26.000,-
Penerimaan neto Rp5.724.000,-
Harga Perolehan
Kurs = 110% × 50 lembar × Rp100.000,- = Rp5.500.000,-
Provisi = 50 lb/100 lb × Rp51.000,-
Harga perolehan neto Rp5.474.500,-
Laba penjualan surat berharga Rp 279.500,-
Jika perusahaan membeli lagi saham lain dengan harga perolehan yang
berbeda berarti perusahaan mempunyai dua kelompok saham, kemudian
perusahaan menjual lagi sebagian dari saham-saham tersebut maka untuk
EKMA4210/MODUL 9 9.5
menentukan harga pokok saham yang dijual tersebut dapat digunakan anggapan
berikut.
1. Saham yang dijual tersebut adalah saham yang dibeli pertama (pertama
masuk pertama ke luar atau FIFO).
2. Saham yang dijual tersebut adalah saham yang dibeli terakhir (terakhir
masuk pertama ke luar atau LIFO).
Contoh 9.2:
1. Tanggal 1 April 20x0 dibeli 20 lembar obligasi ORI 005. Nominal
Rp1.000.000,- per lembar, kurs 95% bunga 12% dibayar di belakang setiap
tanggal 1 Januari dan 1 Juli. Biaya pembelian Rp101.000,-. Dari transaksi
tersebut maka dapat dibuat perhitungan pembayaran, dan jurnalnya sebagai
berikut.
9.6 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Pada tanggal 1 Juli 20x0 saat perusahaan menerima bunga sebesar 6 bulan
atau 6/12 × 12% × Rp20.000.000 atau Rp1.200.000. Penerimaan bunga ini
akan dicatat sebagai berikut.
Pada tanggal 1 Juli 20x0 saat perusahaan menerima bunga sebesar 6 bulan
atau 6/12 × 12% × Rp20.000.000 atau Rp1.200.000. Penerimaan bunga ini
akan dicatat sebagai berikut.
2. Harga Perolehan atau Harga Pasar mana yang Lebih Rendah (Lower
Cost or Market)
Surat berharga akan dilaporkan pada neraca sebesar nilai yang terendah
antara harga perolehan dengan harga pasarnya sehingga kalau harga pasar lebih
rendah daripada harga perolehannya maka nilai surat berharga akan diturunkan
pada harga yang terendah, tetapi kalau harga pasar lebih tinggi daripada harga
perolehannya maka surat berharga dinilai tetap sebesar harga perolehannya.
Penilaian dengan cara ini dapat diterapkan pada surat berharga sebagai
keseluruhan maupun sebagai individu.
9.8 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Contoh 9.3:
Harga Perolehan Harga Pasar Harga Terendah
100 Saham PT. ABC Rp1.000.000,- Rp1.600.000,- Rp2.000.000,-
200 Obligasi Rp750.000,- Rp2.500.000,- Rp1.600.000,-
100 Obligasi D.K.I Rp750.000,- Rp2.500.000,- Rp2.650.000,-
Rp5.500.000,- Rp5.000.000,- Rp4.850.000,-
Jika pada periode berikutnya seluruh surat berharga tersebut dijual dengan
harga Rp5.350.000,- maka jurnal yang dibuat:
hanya sebagian dari yang dimiliki dan sulit diidentifikasikan dengan cadangan,
yang ada maka kerugian yang timbul seluruhnya akan didebetkan pada akun
cadangan, tetapi kalau diterapkan terhadap masing-masing surat berharga
(individu) maka cadangannya harus dihubungkan dengan surat berharga yang
dijual tersebut. Misalnya surat berharga pada contoh sebelumnya, dijual saham
PT. ABC dengan harga jual Rp1.700.000,- maka jurnal yang dibuat adalah
berikut ini.
3. Harga Pasar
Jika digunakan dasar penilaian adalah harga pasar maka surat berharga
harus dinilai dengan dasar yang objektif Surat berharga akan dilaporkan pada
neraca sebesar harga pasar pada tanggal neraca (current value) walaupun harga
pasar lebih tinggi daripada harga perolehannya. Jika digunakan cara ini maka
rugi atau laba yang berhubungan dengan pemilikan surat berharga di samping
rugi-laba penjualan, ada juga rugi-laba karena penilaian. Kenaikan atau
penurunan harga surat berharga sebaiknya dilaporkan atau dicatat dengan
rekening khusus untuk itu.
Contoh 9.4:
Saham yang mempunyai harga perolehan Rp3.000.000,- pada akhir tahun
20x5 mempunyai harga jual Rp3.500.000,-, tetapi pada tahun berikutnya dijual
hanya Rp3.200.000,- maka jurnalnya sebagai berikut.
LAT IH A N
1) Pada tanggal 1 Agustus 20x2 dibeli 100 lembar saham preferen (prioritas)
14% dari PT. Rajawali, nominal Rp10.000,- per lembar dengan kurs 104.
Provisi dan meterai yang dibayar sebesar Rp5.000,-. Dividen dibayarkan
setiap akhir tahun (31 Desember). Pada tanggal 15 Februari 20x3 saham-
saham tersebut dijual kembali dengan kurs 108 dan biaya penjualan
Rp4.000,-.
Instruksi:
Buat jurnal untuk mencatat transaksi Surat berharga Saham tersebut.
2) Pada tanggal 1 Agustus 20x2 dibeli 10 lembar obligasi PT. Baruna, nominal
per lembar sebesar Rp50.000,- dengan kurs 101. Obligasi ini berbunga 12%
setahun dan dibayar setiap 1 Mei dan 1 November. Pada saat pembelian
dibayar provisi dan meterai sebesar Rp5.000,-. Tanggal 1 Februari 19x3,
seluruh obligasi PT. Baruna dijual dengan kurs 102 biaya penjualan
Rp3.000,-
Instruksi:
Buat jurnal untuk mencatat transaksi Surat berharga Obligasi tersebut.
EKMA4210/MODUL 9 9.11
Perhitungan:
104
Harga kurs = 100 lembar × Rp10.000,- = Rp1.040.000,-
100
Provisi dan Meterai = Rp 5.000,-
Harga perolehan saham = Rp1.045.000,-
Perhitungan:
Dividen - 14% x 100 lembar x Rp10.000,- = Rp140.000,-
Perhitungan:
Harga kurs =108 × 100 lembar × Rp.10.000,- = Rp1.080.000,-
Biaya penjualan = (Rp 4.000,-)
Harga jual saham = Rp1.076.000,-
Harga perolehan saham = (Rp1.045.000,-)
Laba penjualan surat berharga Rp 31.00,-
Perhitungan:
Harga kurs = 101 × 10 lembar × Rp50.000,- Rp505.000,-
Provisi dan meterai Rp 5.000,-
Harga perolehan obligasi Rp510.000,-
Bunga berjalan
Tanggal bunga terakhir — 1 Mei 20x2
Tanggal pembelian = 1 Agustus 20x2
Periode bunga berjalan (3 bulan) = 3/12 × 12 % × 10 lembar
Rp50.000,- = Rp15.000,-
Perhitungan:
Periode bunga 1 Mei s/d 1 November (6 bulan) 6/12 × 12% × 10
lembar Rp50.000,- - Rp30.000,-
EKMA4210/MODUL 9 9.13
Perhitungan:
Harga kurs= 1020 10 lembar × Rp50.000,- = Rp510.000,-
Biaya Penjualan = ( Rp 3.000,-)
Harga jual bersih Rp507.000,-
Bunga berjalan 1 November s/d 1 Desember 20x2 (1 bulan) =
1/12 × 12% × 10 lembar × Rp50.000,- = Rp5.000,-
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
3) Laba penjualan saham PT Sinar pada tanggal 1 Desember 20x5 adalah ....
A. Rp3.600,-
B. Rp4.500,-
C. Rp6.500,-
D. Rp8.500,-
EKMA4210/MODUL 9 9.15
4) Apabila pada akhir tahun 20x5 saham PT. Sinar mempunyai harga pasar
Rp9.500,- per lembar saham dan harga pasar saham PT. Terang Rp25.625,-
maka nilai Surat Berharga pada neraca per 31 Desember 20x5 berdasarkan
cost or market whichever is lower adalah ....
A. Rp 850.000,-
B. Rp1.690.000,-
C. Rp1.760.000,-
D. Rp1.770.500,-
5) Berdasarkan data tersebut maka harga perolehan surat berharga adalah ....
A. sama dengan kas yang dibayarkan
B. lebih besar daripada kas yang dibayarkan
C. lebih kecil daripada kas
D. Rp2.335.000,-
C. Rp75.375,-
D. Rp151.375,-
9) Bila harga pasar obligasi PT. XYZ pada tanggal 31 Desember 20x5 adalah
Rp9.300,- per lembar, jika digunakan metode penilaian the lower cost or
market secara keseluruhan maka nilai surat berharga yang harus dilaporkan
dalam neraca secara neto adalah ....
A. Rp1.246.500,-
B. Rp1.255.500,-
C. Rp1.261.700,-
D. Rpl.280.700,-
10) Apabila pada bulan Maret 20x5 semua surat berharga dijual dengan harga
bersih Rp1.100.000,- maka pada transaksi tersebut perusahaan akan ....
A. laba Rp146.500,-
B. laba Rp161.700,-
C. rugi Rp146.500,-
D. rugi Rp161.700,-
Kegiatan Belajar 2
Investasi pada saham dapat dilakukan pada saham biasa dan saham
prioritas. Jika tujuannya memperoleh dividen yang tetap setiap periodenya maka
dilakukan pada saham prioritas. Jika tujuannya adalah untuk mengendalikan
perusahaan lain maka akan lebih baik apabila saham biasa yang dijadikan media
investasi. Istilah perusahaan induk menunjuk pada perusahaan yang memiliki
saham perusahaan lain dengan memiliki kekuasaan untuk mengendalikannya.
Sedangkan perusahaan yang dapat dikendalikan oleh perusahaan induk disebut
perusahaan anak.
Untuk memudahkan pembicaraan dalam bab ini maka dua istilah berikut ini
akan dipakai terus-menerus. Investor adalah perusahaan yang menanamkan
dananya dalam perusahaan lain. Sedangkan perusahaan yang mengeluarkan
saham, yang investor menanamkan di dalamnya disebut sebagai investee.
Pandangan kita sudah barang tentu adalah akuntansi untuk investor.
9.18 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Dari sudut pandang investor, investasi pada saham ini dapat dilakukan
untuk sementara (kurang dari satu tahun). Investasi dengan karakteristik ini
sudah dibicarakan pada modul sebelumnya dan dalam neraca diklasifikasikan
sebagai aktiva lancar. Tujuan investasi jenis ini adalah untuk mendayagunakan
atau memanfaatkan kas yang sementara menganggur. Oleh karenanya, surat
berharga (saham) yang diinvestasikan harus bersifat marketable, yaitu sewaktu-
waktu dapat dijual dengan harga yang relatif stabil. Investasi yang tidak
bertujuan memanfaatkan kas yang sementara menganggur, melainkan untuk
menguasai perusahaan lain dan tujuan jangka panjang lainnya diklasifikasikan
ke dalam investasi jangka panjang.
Penggolongan investasi ke dalam investasi sementara dan jangka panjang
adalah dari segi jangka waktunya. Investasi jangka panjang pada saham dapat
dilakukan pada saham biasa dan saham prioritas. Saham biasa adalah saham
yang tidak memiliki prioritas lebih dahulu dalam pembagian laba atau
pembagian kekayaan saat likuidasi. Setelah pembagian laba atau kekayaan
kepada pemilik saham prioritas masih terdapat sisa laba atau aset maka sisa laba
atau aset ini baru dibagikan kepada pemegang saham biasa. Pada kegiatan
belajar ini tidak akan dibedakan lebih lanjut macam-macam prioritas yang ada di
dalam saham prioritas.
Akuntansi terhadap investasi saham ini meliputi akuntansi (I) pada saat
pembelian (2) selama masa investasi dan (3) pada saat penarikan kembali saham
oleh investee.
Masing-masing tahapan akuntansi ini akan dijelaskan berikut.
a. Pembelian tunai
Saham yang dibeli dengan tunai dicatat dalam akun "Investasi Jangka
Panjang - Saham" sebesar jumlah uang yang dikeluarkan termasuk komisi bagi
pialang, pajak dan biaya-biaya lainnya yang terjadi secara insidental berkaitan
dengan pembelian tersebut. Jumlah harga beli ditambah berbagai biaya itu
adalah harga perolehan saham. Meskipun pada saat pembelian ada sebagian
biaya yang belum dibayar, saham tetap dicatat sebesar harga perolehannya.
Contoh 9.5:
PT. ALKINDI membeli 2.000 lebar saham biasa PT. MABRUR, dengan
harga per lembar Rp1.100,-. Nominal per lembar Rp1.000,-. Biaya komisi dan
lainnya sebesar Rp200.000,- dibayar lebih dahulu oleh pialang. Pembelian ini
dicatat sebagai berikut.
Perhitungan:
Pembelian = 2000. lbr. shm. × Rp1.100,- = Rp2.200.000,-
Biaya Rp 200.000,-
Rp2.400.000,-
b. Pembelian nontunai
Jika saham dibeli dengan cara ditukar dengan aset selain kas maka harga
perolehan saham adalah harga pasar yang wajar dari aset yang diserahkan atau
harga saham yang terjadi pada saat pertukaran, mana di antara dua harga
tersebut yang paling mudah ditentukan. Jika tidak ada kejelasan harga pasar
keduanya maka perlu dilakukan penaksiran agar segera harga perolehan saham
dapat ditentukan.
Contoh 9.6:
Perusahaan membeli saham biasa dengan menyerahkan barang dagangan
sebesar harga pokok Rp1.800.000,- harga jual nominal Rp2.200.000,-. Harga
9.20 Akuntansi Keuangan Menengah 1
pasar dari saham tidak dapat ditentukan. Jika perusahaan menggunakan sistem
persediaan perpetual maka pembelian ini dicatat sebagai berikut.
Laba sebesar Rp400.000,- atas penjualan barang dagangan ini dilaporkan dalam
periode pertukaran.
Contoh 9.7:
Perusahaan membeli 100 unit saham dengan harga per unit Rp12.000,-.
Setiap satu unit terdiri dari satu lembar saham biasa dan satu lembar saham
prioritas. Harga pasar pada saat ini untuk satu lembar saham biasa adalah
Rp5.000,-. Pembelian ini dicatat sebagai berikut.
Perhitungan:
1) Rp5.000,- X 100 unit = Rp 500.000,-
2) Rp12.000,- x 100 unit = Rp1.200.000,-
3) Rp 700.000,-
EKMA4210/MODUL 9 9.21
Jika pada Contoh 9.7 di atas diketahui harga pasar masing-masing jenis
saham maka harga perolehan masing-masing jenis saham adalah nilai relatif
total masing-masing jenis saham terhadap total harga pasar dua jenis saham.
1. Misalnya, diketahui harga pasar saham prioritas per lembar Rp7.000,- dan
saham biasa Rp8.000,-. Pembelian ini dicatat sebagai berikut.
Perhitungan:
Harga Pasar - Saham Biasa100 lbr @ Rp8.000,- = Rp 800.000,-
Harga Pasar - Saham Prioritas 100 lbr @ Rp7.000,- = Rp 700.000,-
Rp1.500 000,-
a. Dividen kas
Dividen kas adalah dividen yang diterima oleh investor dari investee dalam
bentuk uang tunai. Pembagian dividen ini biasanya diumumkan dengan
pengumuman resmi. Dalam pengumuman itu terdapat tiga tanggal penting yaitu:
tanggal pengumuman, tanggal catatan dan tanggal pembayaran.
Jurnal yang dibuat PT. LUBAB pada tanggal 5 November 20x5 dan 10
Januari 20x6 adalah berikut ini.
20x5 Utang Dividen Tunai Rp100.000,-
Nov 5. Kas Rp100.000,-
(untuk mencatat pembagian dividen tunai)
EKMA4210/MODUL 9 9.23
b. Dividen saham
Dividen saham adalah dividen yang diterima oleh investor dari investee
berupa saham yang sejenis dengan saham yang telah beredar. Dengan adanya
dividen saham maka jumlah lembar saham yang dimiliki investor bertambah.
Oleh karena tambahan lembar saham ini tidak diperlukan adanya pengorbanan
ekonomis maka harga perolehan total setelah tambahan ini tidak berubah.
Sedangkan yang berubah adalah harga perolehan saham per lembarnya, yaitu
semakin kecil. Dividen saham tidak boleh diakui sebagai pendapatan dividen
oleh investor. Penerimaan dividen saham ini oleh investor tidak dicatat dalam
buku akuntansi, melainkan hanya dicatat dalam memorandum saja.
Contoh 9.9:
PT. TRISONE pada tanggal 15 Desember 20x5, memiliki modal sendiri
sebagai berikut.
Modal saham biasa, Rp2.000,- (ditempatkan 200.000) Rp400 juta
Premium saham biasa Rp 90 juta
Laba yang ditahan Rp260 juta
Debet akun dividen saham Rp30 juta akan dipindahkan ke akun saldo laba
sebagai bagian dari proses penutupan. Pengeluaran surat saham pada tanggal 10
Januari 20x6 akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut.
Jan 10
Dividen saham yang akan dibagikan Rp20 juta
Modal Saham Rp20 juta
9.24 Akuntansi Keuangan Menengah 1
c. Stock splits-up
Stock splits-up adalah tindakan yang dilakukan oleh investee untuk
memecahkan nilai nominal per lembar saham. Pemecahan nilai nominal menjadi
nilai yang lebih kecil ini hanya memengaruhi nilai nominal per lembarnya saja
dan tidak mempengaruhi nilai nominal totalnya.
Contoh 9.10:
PT. UJUNG saat ini telah memiliki modal saham yang beredar 1.000
lembar, nominal per lembar Rp10.000,- atau total Rp10.000.000,-. Dengan
tujuan tertentu, nilai nominal per lembar dipecah menjadi Rp2.500,- atau 4 : 1.
Jadi, nilai nominal per lembar sekarang menjadi Rp2.500,- dengan jumlah 4.000
lembar. Nilai nominal total tetap sebesar Rp1 0.000.000,-.
Bagi investor kejadian ini tidak mengubah proporsi kepemilikan terhadap
perusahaan investee karena stock splits-up hanya menambah jumlah lembar
EKMA4210/MODUL 9 9.25
saham saja, tetapi tidak menambah harga perolehan. Misalnya, PT. SUDUT
sebelum stock splits-up memiliki 150 lembar saham PT. UJUNG dengan harga
perolehan total Rp1.200.000,-. Setelah stock splits-up maka jumlah saham yang
dimiliki menjadi 150 × 4 = 600 lembar saham dengan harga perolehan total
Rp1.200.000,-. Jika dihitung harga perolehan per lembar sebelum dan sesudah
stock splits-up maka:
1) Sebelum stock splits-up Rp1.200.000,- : 150 = Rp8.000,-
2) Sesudah stock splits-up Rp1.200.000,- : 600 = Rp2.000,-
Oleh investor, stock splits-up hanya dicatat dalam memorandum saja dan
tidak dalam buku akuntansi. Oleh karena itu kejadian ini tidak perlu dijurnal.
Contoh 9.11:
Saham PT. B yang telah beredar sebanyak 6.000 lembar nominal per lembar
Rp2.500,-. PT. B mengeluarkan (emisi) saham baru sebanyak 1.500 lembar
dengan nilai nominal per lembar, juga Rp2.500,-. Setiap satu lembar saham lama
diberikan 1 lembar HBS. Saham baru dapat dibeli oleh pemegang saham lama
sebesar Rp2.500,- per lembar dengan menyerahkan 2 FIBS. Jika tanpa HBS,
harga pasar saham baru adalah Rp2.800,-. Harga pasar per satu lembar HBS
adalah Rp200,-. HBS yang diterima oleh investor (pemegang saham lama)
memiliki harga pasar. Pada hal untuk mendapat HBS tersebut, investor tidak
mengeluarkan pengorbanan ekonomis apa pun. Dalam hal ini maka investor
harus mengalokasikan harga perolehan investasinya kepada HBS. Harga
perolehan HBS dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Harga perolehan investasi saham setelah alokasi kepada HBS adalah sebagai
berikut.
9.26 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Perhitungan:
Harga Pasar Hak Beli Saham Harga Perolehan
Harga perolehan HBS = ×
Harga Pasar Saham + Harga Pasar HBS tanpa HBS Investasi
Rp200,-
= Rp1.200.000,
Rp2.800,- + Rp200,-
Rp40.000,
Contoh 9.12:
PT AU pada contoh yang terakhir ini, membeli 150 lembar saham baru PT
B. Harga perolehan saham yang dibeli adalah berikut ini.
Harga beli 150 × Rp2.500,- = Rp375.000,-
HBS 300 × Rp66,67,- = Rp 20.000,- (+)
Harga perolehan 150 lembar saham PT. B = Rp395.000,-
Rekening Investasi pada Saham dan Hak Beli Saham pada buku besar PT
AU tampak sebagai berikut.
2) Penjualan HBS
Sebelum kedaluwarsa, HBS yang tidak dimanfaatkan untuk membeli saham
baru, dapat dijual ke pihak luar. Selisih antara harga jual dengan harga
perolehan diakui sebagai laba atau rugi.
Contoh 9.13:
Misal, sisa HBS yang dimiliki PT. AU adalah 300 lembar dengan harga
perolehan Rp20.000,-. Sedangkan 225 lembar di antaranya dijual dengan harga
9.28 Akuntansi Keuangan Menengah 1
jual Rp17.000,-. Penjualan ini dicatat oleh PT AU dalam buku jurnal sebagai
berikut.
HBS yang tidak dimanfaatkan dan belum terjual sampai kadaluwarsa diakui
sebagai kerugian sebesar harga perolehannya. Misalnya, sisa HBS yang
dimiliki PT. AU 75 lembar dengan harga perolehan Rp5.000,-, ternyata
tidak digunakan sehingga menjadi kadaluwarsa transaksi akan dicatat
sebagai berikut.
e. Penjualan saham
Di muka telah dijelaskan bahwa investasi saham untuk jangka panjang
dilakukan selama waktu lebih dari satu tahun. Misalnya tiga tahun atau lebih.
Setelah tiga tahun maka saham oleh investor akan dijual kembali. Harga jual
dapat berbeda dengan harga perolehannya. Selisih antara harga jual dan harga
perolehan akan diakui sebagai laba atau rugi penjualan investasi.
Contoh 9.14:
Rekening "Investasi Jangka Panjang-Saham Biasa" dalam buku besar
menunjukkan saldo Rp1.555.000,- untuk 750 lembar saham. Seluruhnya dijual
dengan harga Rp1.700.000,-. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah sebagai
berikut.
EKMA4210/MODUL 9 9.29
f. Penarikan saham
Dalam hal penarikan saham (buy back) sebagian atau seluruh saham yang
dimiliki investor oleh investee, akuntansinya sama dengan akuntansi penjualan
investasi, yakni akun investasi saham dikredit sebesar harga perolehan. Selisih
harga perolehan dan kurs penarikan diakui sebagai laba atau rugi penarikan
saham.
Pada akhir tahun buku, surat berharga yang masih dimiliki perusahaan harus
dinilai untuk tujuan penyusunan neraca. Untuk menilai surat-surat berharga atau
sekuritas, sekuritas yang ada harus dikelompokkan menjadi; (1) trading,
(2) available for sale, dan (3) held to maturity. Pengelompokan atau klasifikasi
harus dilakukan pada saat surat berharga dibeli, dan kalau akan dilakukan
reklasifikasi harus memerhatikan hal-hal seperti yang akan bahas kemudian.
Ikhtisar klasifikasi dapat digambarkan sebagai berikut.
9.30 Akuntansi Keuangan Menengah 1
PSAK No. 13
Sekuritas
Sekuritas Utang
Ekuitas
1. Sekuritas Utang
a. Diperdagangkan (trading)
Sekuritas yang dikelompokkan sebagai kelompok diperdagangkan terdiri
atas sekuritas utang yang dimiliki dengan tujuan diperdagangkan untuk
menghasilkan laba dari selisih harga jangka pendek. Periode kepemilikan
biasanya kurang dari tiga bulan, sekuritas dalam kelompok ini dilaporkan
sebesar nilai wajar (fair value) di mana selisih antara nilai wajar dengan harga
perolehan dilaporkan dalam bagian laba bersih dengan nama laba atau rugi yang
belum direalisasikan (unrealized gain or loss). Bila ada diskonto atau premium
pada sekuritas utang, maka diskonto atau premium ini tidak diamortisasi.
halnya demikian, maka sekuritas tersebut dalam neraca dilaporkan pada nilai
tercatatnya (amortized cost), bukan pada nilai wajarnya.
3. Sekuritas Ekuitas
Surat berharga ekuitas merupakan hak kepemilikan atas perusahaan lain
yang dicerminkan dalam bentuk saham biasa, saham preferen atau bentuk modal
saham yang lain. Kepemilikan atas saham ini juga memberikan hak kepada
pemegang saham untuk membeli dan menjual hak kepemilikannya. Untuk
tujuan penilaian utang konversi dan saham preferen yang dapat ditebus tidak
termasuk dalam kelompok sekuritas ekuitas. Persentase hak kepemilikan saham
biasa akan memengaruhi perlakuan akuntansi terhadap sekuritas ekuitas.
Perlakuan akuntansi sekuritas ekuitas tergantung pada seberapa besar pengaruh
pemegang saham terhadap perusahaan yang sahamnya dimiliki. Metode
penilaian dan pengaruh persentase kepemilikan modal saham dapat
diikhitisarkan sebagai berikut.
Perusahaan yang memilik saham dari perusahaan lain kurang dari 20%,
dianggap perusahaan tersebut tidak dapat memengaruhi perusahaan investee,
oleh sebab itu akuntansi untuk sekuritas ini menggunakan metode biaya (cost)
dan diklasifikasikan sebagai kelompok trading atau available for sale yang pada
akhir tahun dilaporkan sebesar nilai wajarnya.
Sedangkan apabila perusahaan investor memiliki, baik langsung ataupun
tidak langsung melalui anak perusahaan, sehingga memiliki hak suara antara 20-
50%, maka perusahaan tersebut dianggap memilik pengaruh yang berarti
terhadap perusahaan investee dan akuntansi investasi sahamnya menggunakan
metode ekuitas, tanpa mengonsolidasikan laporan keuangannya dengan laporan
keuangan anak perusahaan. Bila persentase kepemilikan lebih dari 50%,
perusahaan investor dianggap dapat mengendalikan perusahaan investee dan
akuntansi investasi sahamnya juga menggunakan metode ekuitas dan
perusahaan harus mengonsolidasikan laporan keuangannya dengan perusahaan
investee.
Mungkin Anda bertanya, apakah yang dimaksud dengan pengaruh yang
signifikan atau berarti Perusahaan investor tidak memiliki pengaruh signifikan
kalau investor ada situasi sebagai berikut.
1. Perusahaan menolak pembelian saham oleh perusahaan investor.
2. Investor menyerahkan hak pemegang saham kepada perusahaan investee.
3. Investor tidak dapat mendapatkan informasi keuangan yang diperlukan dari
perusahaan investee.
4. Investor tidak dapat memperoleh perwakilan dalam dewan direksi.
LAT IH A N
1) Apakah yang dimaksud dengan investasi jangka panjang pada saham itu?
2) Sebutkan tujuan investasi jangka panjang pada saham!
3) Bagaimana klasifikasi investasi saham ditinjau dari jangka waktunya?
4) Apakah yang dimaksud dengan saham biasa dan saham prioritasnya?
5) Harga perolehan saham terdiri dari apa saja?
6) Pada pembelian nontunai, berapakah harga perolehan saham?
7) Buatlah jurnal transaksi pembelian berikut.
9.34 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Dibeli 100 unit saham dengan harga per unit Rp1.200.000,-. Tiap satu unit
terdiri dari satu lembar saham biasa dan satu lembar saham prioritas. Pada
saat ini, harga pasar saham prioritas Rp8.000,- dan saham biasa Rp7.000,-
tiap lembarnya.
8) Jika pada soal No 7 belum diketahui semua harga pasar baik saham biasa
maupun saham prioritas maka bagaimana jurnalnya?
1) Investasi jangka panjang pada saham adalah investasi pada saham yang
dikeluarkan oleh perusahaan lain dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.
2) Tujuan investasi saham jangka panjang adalah:
a. untuk mengendalikan perusahaan lain;
b. untuk memperoleh dividen baik tetap maupun tidak tetap setiap
periode;
c. untuk menjamin kesinambungan penyediaan bahan baku.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
3) Jika saat pengumuman dividen berada dengan saat pembayaran maka pada
tanggal pembayaran ....
A. rekening pendapatan dividen dikredit
B. rekening piutang dividen dikredit
C. rekening piutang dividen didebit
D. tidak ada jawaban yang benar
9.36 Akuntansi Keuangan Menengah 1
5) Akibat adanya stock splits-up yang dilakukan oleh investee adalah ....
A. harga perolehan saham per lembar berubah
B. harga perolehan saham secara total berubah
C. harga perolehan saham per lembar menurun
D. jawaban A, B, dan C salah
9) Saldo rekening Hak Beli Saham bersaldo Rp24.500,-. Jika hak beli saham
kedaluwarsa maka ....
A. diakui rugi tidak digunakannya HBS sebesar Rp24.500,-
EKMA4210/MODUL 9 9.37
10) Jika harga pasar saham lebih tinggi dari harga perolehannya maka pada
akhir tahun saat menyusun neraca ....
A. perlu pengakuan laba kenaikan harga pasar di atas harga perolehannya
B. harga pasar cukup dijelaskan saja
C. jawaban A dan B benar
D. jawaban A, B, dan C salah
Kegiatan Belajar 3
B. KLASIFIKASI OBLIGASI
Dari sudut ada dan tiadanya jaminan atas utang obligasi, obligasi
diklasifikasikan ke dalam (1) obligasi terjamin dan (2) obligasi tidak terjamin.
Obligasi terjamin adalah obligasi yang disediakan jaminan pembayaran, baik
bunga periodik maupun pokok utang. Pada umumnya, jaminan utang jangka
panjang ini adalah aset tetap atau barang tak bergerak, misalnya tanah,
bangunan, dan pabrik.
Dari sudut cara pelunasan, obligasi dibedakan menjadi (1) obligasi jatuh
tempo satu tanggal (term bond) dan (2) obligasi yang jatuh temponya bertahap
(serial bond). Obligasi jatuh tempo satu tanggal adalah obligasi yang akan
dilunasi seluruhnya pada satu tanggal tertentu sekaligus.
Contoh 9.15:
Sebuah perusahaan mengeluarkan 100 lembar obligasi, dengan nilai
nominal per lembar Rp10.000,- pada tanggal 1 Januari 2x05. Seluruh obligasi
tersebut akan dilunasi pada tanggal 1 Januari 2x10 sekaligus. Adapun obligasi
berseri adalah obligasi yang cara pelunasannya berangsur-angsur sesuai dengan
seri obligasi. Misalnya, sebuah perusahaan mengeluarkan 100 lembar obligasi,
EKMA4210/MODUL 9 9.39
nominal per lembar Rp10.000,- pada tanggal 1 Januari 2x05. Obligasi tersebut
dibagi dalam 5 seri, masing-masing seri 20 lembar. Seri-seri tersebut adalah seri
A akan dilunasi pada tanggal 1 Januari 2x06, seri B akan dilunasi pada tanggal 1
Januari 2x07, dan begitu seterusnya.
Pada kegiatan belajar ini, kita hanya akan mempelajari akuntansi obligasi
yang jatuh temponya pada satu tanggal saja (term bond).
C. HARGA OBLIGASI
Harga obligasi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu, nilai nominal obligasi,
suku bunga nominal, suku bunga efektif, periode pembayaran bunga dan jangka
waktu obligasi. Harga obligasi merupakan nilai tunai (present value) dari bunga
yang diterima investor selama jangka waktu investasi ditambah nilai tunai dari
nilai nominal yang akan diterima pada tanggal jatuh tempo.
Rumus untuk menghitung harga atau nilai obligasi adalah sebagai berikut.
Harga obligasi pada tahun:
Di mana:
SBN = suku bunga nominal
SBE = suku bunga efektif yakni suku bunga yang berlaku di pasar uang dan
modal
NN = nilai nominal
n = akhir tahun ke-n
Rumus di atas adalah rumus yang dipergunakan jika bunga obligasi dibayar
setahun sekali. Jika bunga dibayar tengah tahunan maka rumusnya sebagai
berikut.
Contoh 9.16:
PT. ABA membeli obligasi PT. ALIAS, nominal Rp1.000.000,- pada
tanggal 1 Januari 2x05. Bunga, 12% dibayar setahun sekali tiap tanggal 1
Januari. Jatuh tempo 1 Januari 2x10. Suku bunga efektif 9%, kurs obligasi
105%, komisi makelar Rp25.000,-. Berapa harga obligasinya?
Rp1.116.689,50
Jika bunga dibayar tengahan tahun tiap 1 Januari dan 1 Juli maka harga obligasi
adalah sebagai berikut.
Harga obligasi 1/1/2x05=
6% Rp1.000.000, 00 6% Rp1.000.000, 00
1 0, 09
1 2
1 0, 09 2
6% Rp1.000.000, 00 6% Rp1.000.000, 00
1 0, 09
1 2
1 0, 09 2
6% Rp1.000.000, 00 Rp1.000.000, 00
1 0, 09 1 0, 09
10 10
Rp1.126.965, 40
Harga obligasi bisa di atas nilai nominal, di bawah nilai nominal atau sama
dengan nilai nominal. Jika suku bunga nominal lebih tinggi daripada suku bunga
efektif maka obligasi laku di Pasar Modal di atas nilai nominalnya, dan
sebaliknya. Jika suku bunga nominal sama dengan suku bunga efektif maka
harga obligasi sama dengan nilai nominalnya.
EKMA4210/MODUL 9 9.41
Perhitungan:
Kurs obligasi 105% × Rp1.000.000,- = Rp1.050.000,-
Komisi provisi = Rp 25 000,-
Harga perolehan obligasi = Rp1.075.000,-
Jika metode ini dipergunakan maka pada tanggal bunga jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut.
Kas Rp120.000,-
Piutang Bunga Obligasi Rp40.000,-
Pendapatan Bunga Obligasi Rp80.000,-
(untuk mencatat pendapatan bunga tahun)
a. Jika obligasi dibeli dengan harga di atas atau di bawah nilai nominal
Berdasarkan informasi yang terdapat dalam contoh 16, apabila tahun buku
(periode akuntansi) PT. ABA adalah tahun kalender (1 Januari - 31 Desember)
maka pada tanggal 31 Desember 2x05, hak bunga obligasi PT. ABA yang baru
akan dibayar tanggal 1 Januari 2x06 adalah Rp120.000,-. Jumlah ini dicatat
dalam jurnal penyesuaian sebagai berikut.
2x05 Piutang Bunga Obligasi Rp120.000,-
Des 31. Pendapatan Bunga Obligasi Rp120.000,-
9.44 Akuntansi Keuangan Menengah 1
b. Selain jurnal penyesuaian untuk bunga yang akan diterima juga dibuat
jurnal penyesuaian untuk mencatat amortisasi agio atau disagio
Jika harga perolehan investasi di atas nilai nominal maka terdapat agio dan
amortisasinya dicatat dalam jurnal penyesuaian sebagai berikut.
Pendapatan Bunga Obligasi Rp XXX
Investasi Jangka Panjang - Obligasi Rp XXX
Jika harga perolehan investasi di bawah nilai nominal maka terdapat disagio
dan amortisasinya dicatat dalam jurnal penyesuaian sebagai berikut.
Investasi Jangka Panjang - Obligasi Rp XXX
Pendapatan Bunga Obligasi Rp XXX
Berdasarkan informasi data yang terdapat dalam contoh 16, bila obligasi
menurut perhitungan sebelumnya adalah Rp1.116.68 9,50. Nilai nominalnya
adalah Rp1.000.000,- maka agionya adalah Rp116.689,50.
Agio ini akan diamortisasi dengan menggunakan dua alternatif sebagai
berikut.
EKMA4210/MODUL 9 9.45
(F)
(E) Nilai
(A) (B) (C) (D)
Agio belum Investasi
Nilai Bunga Nominal Bunga Amortisasi
Tahun Diamortisasi Akhir
Investasi 12% × Efektif Agio
Akhir (A) - (D) =
Awal Rp1.000.000,- 9% × (A) (B) - (C)
(E) - (D) Nominal +
(E)
- - - - - - -
2x05 1.116.689,- 120.000,- 100.502,05 19.497,95 97.191,55 1.097.191,55
2x06 1.097.191,55 120.000,- 98.747,24 21.252,76 75.938,79 1.075.938,79
2x07 1.075.938,79 120.000,- 96.834,49 23.165,51 52.773,28 1.052.773,20
2x08 1.052.773,28 120.000,- 94.749,60 25.250,40 27.522,88 1.027.522,88
2x09 1.027.522,88 120.000,- 92.477,12 27.522,88 - 1.000.000,-
600.000,- 483.310,50 116.689,50
(F)
(B) (E) Nilai
(A) (C) (D)
Bunga Agio belum Investasi
Nilai Bunga Amortisasi
Tahun Nominal Diamortisasi Akhir
Investasi Efektif Agio
12% × Akhir (A) - (D) =
Awal 9% × (A) (B) - (C)
Rp1.000.000,- (E) - (D) Nominal +
(E)
2x05 1.116.689,- 120.000,- 23.337,90 96.662,10 93.351,60 1.093.351,60
2x06 1.093.351,60 120.000,- 23.337,90 96.662,10 70.013,70 1.070.013,70
2x07 1.070.013,70 120.000,- 23.337,90 96.662,10 46.675,80 1.046.675,80
2x08 1.046.675,80 120.000,- 23.337,90 96.662,10 23.337,90 1.023.337,90
2x09 1.023.337,90 120.000,- 23.337,90 96.662,10 - 1.000.000,-
600.000,- 116.689,50 483.310,50
Jika dalam contoh ini, PT. ABA menggunakan metode bunga efektif untuk
amortisasi agio investasi obligasi maka akun "Investasi Jangka Panjang-
Obligasi" sejak penanaman sampai tanggal jatuh tempo tampak sebagai berikut.
9.46 Akuntansi Keuangan Menengah 1
(F)
(E) Nilai
(A) (B) (C) (D)
Agio belum Investasi
Nilai Bunga Nominal Bunga Amortisasi
Tahun Diamortisasi Akhir
Investasi 12% × Efektif Agio
Akhir (A) - (D) =
Awal Rp1.000.000,- 9% × (A) (B) - (C)
(E) - (D) Nominal +
(E)
- - - - - -
2x05 899.435,36 120.000,- 134.915,30 14.915,30 100.564,64 914.350,66
2x06 914.350,66 120.000,- 137.152,59 17.152,59 85.649,34 931.503,25
2x07 931.503,25 120.000,- 139.725,48 19.725,48 68496.75 951.228,73
EKMA4210/MODUL 9 9.47
Jika dalam contoh ini PT ABA menggunakan metode garis lurus untuk
amortisasi disagio maka rekening "Investasi Jangka Panjang - Obligasi" sejak
penanaman sampai tanggal jatuh tempo tampak sebagai berikut.
2x05
Jan 1 Penanaman Rp899.436,36
Des 31 Amortisasi disagio Rp 20.112,93
2x06
Des 31 Amortisasi disagio Rp 20.112,93
2x07
Des 31 Amortisasi disagio Rp 20.112,93
2x08
Des 31 Amortisasi disagio Rp 20.112,93
2x09
Des 31 Amortisasi disagio Rp 20.112,93
Pada akhir tahun 2x04, saldo akun "Investasi Jangka Panjang - Obligasi"
adalah Rp1.000.000,- sama dengan nilai nominalnya.
9.48 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Jika ternyata pelunasannya dengan jumlah di atas nilai nominal maka selisih
antara jumlah pelunasan dan nilai nominal diakui sebagai laba lain-lain.
Jika obligasi dibeli dengan harga di bawah nilai nominal maka nilai buku
investasi pada suatu saat tertentu adalah sebagai berikut.
EKMA4210/MODUL 9 9.49
Perhitungan:
Harga jual obligasi Rp900.000,-
Nilai buku investasi obligasi
(lihat tabel amortisasi sebelumnya) Rp 73.913,03
Rugi penjualan investasi obligasi Rp 73 913,03
2x05 2x05
Jan 1 Penanaman Rp899.435,36 Jan 1 Rp973.913,03
Des 31 Amortisasi disagio 2x06 Rp 14.915,30
Des 31 Amortisasi disagio 2x07 Rp 17.152,59
Des 31 Amortisasi disagio 2x08 Rp 19.725,48
Des 31 Amortisasi disagio Rp 22 684 30
Rp973.913,03 Rp973.913,03
9.50 Akuntansi Keuangan Menengah 1
E. PENILAIAN
Investasi pada obligasi untuk tujuan jangka panjang (held to maturity)
dinilai sebesar nilai bukunya. Jika pada tanggal neraca diketahui harga pasar
obligasi yang dimiliki investor maka harga pasar itu dapat dijelaskan dalam
tanda kurung. Penyajian ini dipandang lebih informatif.
LAT IH A N
1) Apakah yang dimaksud dengan investasi jangka panjang pada obligasi itu?
2) Sebutkan tujuan investasi jangka panjang pada obligasi itu!
3) Berikan klasifikasi investasi obligasi berdasarkan jangka waktunya!
4) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi harga obligasi?
5) Bolehkah bunga berjalan yang dibayar pada saat pembelian dimasukkan
sebagai unsur harga perolehan obligasi? Mengapa?
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
3) Jika pembelian obligasi tidak tepat pada tanggal bunga maka ....
A. pembeli diharuskan membayar bunga berjalan
B. bunga berjalan dapat dicatat dalam debit rekening Pendapatan Bunga
C. rekening Investasi didebit sebesar harga perolehannya
D. jawaban A, B dan C benar
8) Nilai buku investasi pada obligasi dalam buku besar PT TATA per 31
Desember 20x0 setelah jurnal adjustment untuk amortisasi agio sebesar
Rp1.987.645,-. Amortisasi agio per tahun adalah Rp72.000,-. Pada tanggal
1 April 20x1, tepat tanggal bunga obligasi itu seluruhnya dijual dengan
harga jual Rp2.000.000,-. Manakah yang benar di antara pernyataan
berikut.
A. Laba penjualan investasi jangka panjang obligasi adalah Rp12.546,-.
B. Laba penjualan investasi jangka panjang obligasi adalah Rp5.654,-.
C. Laba penjualan investasi jangka panjang obligasi adalah Rp5.654,-.
D. Laba penjualan investasi jangka panjang obligasi adalah Rp30.346,-
9.54 Akuntansi Keuangan Menengah 1
9) Nilai buku investasi pada obligasi dalam buku besar PT TAUBATAN per
31 Desember 20x0 sebelum jurnal adjustment untuk amortisasi agio sebesar
Rp1.987.645,-. Nominal obligasi tersebut adalah Rp1.500.000,-. Dengan
bunga 12% dibayar tiap 1/3 dan 1/9. Jurnal untuk mencatat bunga berjalan
adalah sebagai berikut.
A. Utang bunga Rp60.000,-
Biaya bunga Rp60.000,-
B. Piutang bunga obligasi Rp60.000,-
Pendapatan bunga Rp60.000,-
C. Piutang bunga Rp90.000,-
Pendapatan bunga Rp90.000,-
D. Pendapatan bunga Rp90.000,-
Piutang pendapatan bunga Rp90.000,-
10) Nilai buku investasi pada obligasi dalam buku besar PT YAKINA per 1
Januari 20x1 sebesar Rp2.345.000,-. Nominal obligasi Rp2.500.000,- jatuh
tempo 1 April 20x2. Jika pada saat penarikan obligasi (1/4/20x2) kurs
pelunasan 102% maka jurnal yang dibuat oleh PT YAKINA pada tanggal I
April 20x2 itu adalah....
A. Kas Rp2.550.000,-
Investasi Jangka Panjang - Obligasi Rp2.500.000,-
Laba pelunasan investasi Rp 50.000,-
B. Kas Rp2.550.000,-
Investasi Jangka Panjang - Obligasi Rp2.345.000,-
Laba penarikan investasi Obligasi Rp 205.000,-
C. Kas Rp2.450.000,-
Rugi Penarikan Investasi Obligasi Rp 50.000,-
Investasi Jangka Panjang - Obligasi Rp2.500.000,-
D. jawaban A, B dan C salah
Tes Formatif 1
1) B. Kurs = 100 lembar × Rp10.000,- × 105% = Rp1.050.000,-
Biaya pembelian Rp 15.000,-
Harga beli saham PT. Sinar Rp1.065.000,-
2) C. Kurs = 30 lembar × Rp10.000,- x 110% = Rp330.000,-
Biaya penjual (Rp 6.000,-)
Harga jual saham PT. Sinar Rp324.000,-
3) B. Harga jual Rp324.000,-
Harga beli 30 lembar saham
30
= 1.065.000,- Rp319.500,-
100
Laba Rp 4.500,-
4) C.
Harga Perolehan Harga pasar LOCOM
70 lembar Rp735.000,- Rp665.000,- Rp735 000,-
40 lembar Rp1.025.000,- Rp1.025.000,- Rp1.025.000,-
Rp1.760.000,-
5) C. Kurs = 150 lembar × Rp10.000,-0 × 95% = Rp1.425.000,-
Biaya pembelian Rp 12.000,- +
Harga beli/perolehan Rp1.437.000,-
Bunga berjalan × 9% × Rp1.500.000,- = Rp 67.500,- +
Jumlah kas yang dibayarkan Rp1.504.500,-
Jadi, harga perolehan lebih kecil dari kas
6) C Kurs = 60 lembar × 101 × Rp10.000,- = Rp606.000,-
Biaya penjualan (Rp 6.000,-)
Harga jual Rp600.000,-
2
Bunga × 9% × Rp1.010.000,- = Rp 15.150,- +
12
Jumlah kas yang diterima Rp615.150,-
Harga jual Rp600.000,-
60
Harga perolehan = × Rp1.437.000 00 = Rp574.800,-
150
Laba penjualan Rp 25.200,-
EKMA4210/MODUL 9 9.57
7) D.
8) B.
9) A.
10) D.
Tes Formatif 2
1) A. Karena hak memperoleh dividen adalah pada saat/tanggal pengumuman.
2) B. Karena pendapatan dividen bertambah.
3) B. Karena pada saat pembayaran hanya menerima dividen yang sudah
diakui sebagai piutang pada tanggal pengumuman.
4) C. Sebab dividen saham hanya merupakan pembagian laba ditahan berupa
saham yang sejenis dengan saham yang telah beredar. lni merupakan
rekapitalisasi saja. Untuk memperoleh dividen saham investor tidak
mengeluarkan pengorbanan ekonomis.
5) C. Sebab lembar saham bertambah sementara harga perolehan total tidak
berubah.
6) C. Dengan perhitungan Rp1.200.000,- : 2 (100)
7) D. Sebab variabel untuk menghitung harga perolehan HBS tidak lengkap
8) D. Semua benar. Jurnal saat penjualan sebagai berikut.
Kas Rp 800.000,-
Investasi jangka panjang saham Rp775.000,-
Laba penjualan Rp 25.000,-
9) A. HBS yang kadaluwarsa diakui sebagai kerugian sebesar harga
pokoknya.
10) B. Investasi saham untuk jangka panjang dilaporkan sebesar harga
perolehannya. Jika harga pasarnya lebih tinggi maka cukuplah harga
pasar ini dijelaskan saja, misalnya dengan tanda kurung.
Tes Formatif 3
1) D. Jurnal pembelian obligasi tepat tanggal bunga adalah investasi jangka
panjang obligasi didebet dan kas kredit.
2) C. Jika pembelian obligasi tepat tanggal bunga maka tidak perlu dibayar
bunga berjalan karena memang tidak ada bunga berjalan. Oleh karena
itu, tidak perlu mendebit rekening pendapatan bunga.
3) D. Pembelian tidak tepat pada tanggal bunga adalah pembeli diharuskan
membayar bunga berjalan, bunga berjalan didebet pendapatan bunga,
investasi didebet sebesar harga perolehannya.
9.58 Akuntansi Keuangan Menengah 1
Daftar Pustaka
Kieso & Wenandt. (2004). Intermediate Accounting. 11th Ed. John Wiley &
Sons.