Referat Pneumonia Feri
Referat Pneumonia Feri
PNEUMONIA
Diajukan kepada :
dr. Endang Widiastuti, Sp.PD
Disusun oleh :
FERI SULISTYA
2006 031 0008
1
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
PNEUMONIA
Dipresentasikan :
TANGGAL : 6 Agustus 2011
TEMPAT : RS JOGJA
Mengetahui,
Pembimbing
2
BAB I
PENDAHULUAN
penyebabnya sangat penting karena sifat infeksi tersebut yang serius dan pasien
sepertiga pasien, misalnya jika tidak terdapat sputum untuk pemeriksaan, hasil
kultur darahnya steril dan tidak terdapat cairan pleura. Pilihan awal terapi
infeksi tersebut didapat, gambaran klinis, corak abnormalitas pada hasil foto
toraks, hasil pewarnaan sputum atau cairan tubuh yang terinfeksi lainnya dan
Tujuan penulisan dari referat ini adalah agar kita khususnya penyusun dapat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
kesakitan dan kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja. ISNBA
dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk pneumonia.
Pneumonia ini dapat terjadi secara primer atau merupakan tahap lanjutan
terinfeksi.
berupa alveolitis dan pengumpulan eksudat yang berlangsung dalam jangka waktu
yang bervariasi. Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh
proses infeksi akut yang merupakan penyebab yang tersering, sedangkan istilah
pneumolitis sering dipakai untuk proses non infeksi. Bila proses infeksi teratasi,
terjadi resolusi dan biasanya struktur paru normal kembali. Namun pada
fisis dan adanya gambaran konsolidasi pada foto dada. Namun diagnosis lengkap
4
haruslah mencakup diagnosis etiologi dan anatomi. Pendekatan diagnosis ini
pnumonia. Cara ini akan mengarahkan dengan baik kepada terapi empiris dan
Pneumonia komunitas (PK) adalah infeksi akut pada parenkim paru pada
individu yang tidak dirawat di rumah sakit atau tinggal di fasilitas perawatan
pneumonia yang terjadi > 48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit baik di
ruang rawat umum ataupun ICU tetapi tidak sedang memakai ventilator.
pneumonia yang terjadi setelah 48-72 jam atau lebih setelah intubasi tracheal.
2.2 EPIDEMIOLOGI
kecacatan yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru
nosokomial di ICU lebih sering daripada diruangan umum yaitu 42%: 13% dan
sebagian besar yaitu sejumlah 47 terjadi pada pasien yang menggunakan alat
Bantu mekanik. Kelompok pasien ini merupakan bagian terbesar dari pasien yang
5
Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang
jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati
adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.
Pneumonia semakin sering dijumpai pada orang yang lanjut usia dan
sering terjadi pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Juga dapat terjadi
pada pasien dengan penyakit yang lain seperti diabetes mellitus (DM), payah
kronik dan penyakit hati kronik. Faktor predisposisi lain adalah kebiasaan
kelemahan struktur organ dada dan penurunan kesadaran. Juga adanya tindakan
teliti juga factor lingkungan khususnya tempat kediaman misalnya panti jompo,
2.3 PATOGENESIS
masuk melalui berbagai jalan, dengan daya tahan tubuh pasien. Proses pneumonia
disebut pneumonia lobaris. Bila proses terbatas pada alveoli kemudian menyebar
6
penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu
terjadinya sebukan sel PMN (polimorfonuklear), fibrin, eritrosit, cairan edema dan
deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMN di
alveoli dan proses fagositosis yang cepat, dilanjutkan stadium resolusi dengan
peningkatan jumlah sel makrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya fibrin,
diselamatkan
2.4 ETIOLOGI
berbeda jenisnya di suatu negara, dan antara satu daerah dengan daerah lain pada
satu negara, di luar RS dan di dalam RS, antara RS besar/tersier dengan RS yang
lebih kecil. Karena itu perlu diketahui dengan baik epidemiologi kuman di suatu
tempat.
7
spektrum luas. Ps. aeruginosa pada pasien bronkiektasis, terapi steroid (>10
Pada PK rawat jalan jenis patogen tdk diketahui 40% kasus, dilaporkan
pneumoniae 17%. Pada PK rawat inap di luar ICU , 20-70% tdk diketahui, Str.
inap ICU , 50-60% tdk diketahui, 33% Str. Pneumoniae. Rumah jompo, S. aureus
berbeda jenisnya antara ruangan biasa dengan ruangan perawatan intensif (ICU)
tergantung pada 3 faktor : tingkat berat sakit, ada risiko utk jenis patogen tertentu,
PN bacterial dapat dibagi atas PN awitan awal dalam waktu kurang dari 3
hari yang kumannya sering pula di dapat di luar RS, biasanya disebabkan oleh
awitan lanjut bila lebih dari 3 hari, sering disebabkan oleh kuman Gram negatif
yang resisten terhadap antibiotik. Kuman anaerob dapat menjadi penyebab pada
8
Patogen Faktor Risiko
Staphylococcus aureus Koma,cedera
kepala,influenza,pemakaian obat
IV,DM,gagal ginjal
Methicilin resisten S. aureus Pernah dapat AB, ventilator > 2
hari, lama dirawat di ICU, terapi
steroid/AB
Ps. Aeruginosa Kelainan struktur paru
(bronkiektasis,kistik fibrosis),
malnutrisi
Anaerob Aspirasi, selesai operasi abdomen
menimbulkan infeksi pada pasien dengan kekebalan tubuh yang rendah, isalnya
yang berperan pada pasien. Karena itu perlu dibuat klasifikasi pneumonia.
klinis yang mengarahkan kepada diagnosis dan terapi secara empiris dengan
9
2.5.1 Klasifikasi Etiologi
Dibagi atas
bermanfaat secara klinis karena kuman penyebab datang PN belum diketahui pada
atas :
lobaris yang klasik antara lain berupa awitan yang akut dengan gambaran
influenzae.
10
pneumoniae, virus, Legionella pneumophila, Chlamydia psittaci dan
saluran napas atas dan penyakit di luar paru antara lain pada kulit, susunan
pada 15-20% pneumonia, bahkan mencapai 60% pada usia sekolah dan
dewasa muda. Dapat juga terjadi infeksi pada usia di atas 60 tahun.
tumpang tindih dan pada klasidikasi ini tidak tercakup pneumonia yang
Klasifikasi ini adalah yang lazim kini dipakai dan dengan cara ini dapat
11
1. Pneumonia bakerial (sindrom klinis pneumonia bacterial) diketahui
atipikal dipakai untuk merangkum pula bentuk lain dengan ciri-ciri gambaran
klinis yang beraneka ragam dan gambaran radiologis yang menyimpang dari
peradangan paru yang bukan infeksi, termasuk tumor. Pada PK yang terjadi
pada orang sehat (primer) atau usia muda terutama dijumpai pneumonia tipikal
atau antipikal, tetapi pada PK dengan penyakit paru kronik atau kelainan dasar
12
Secara umum dapat dibagi menjadi:
a. manifestasi nonspesifik infeksi ini dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,
sputum, napas cuping hidung, sesak napas, merintih, dan sianosis. Penderita
pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut
d. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di
daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara
napas tubuler tepat diatas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi
pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri
terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi
pada masa kini dilengkapi faktor patogenesis yang berperan (lingkungan, pejamu,
kuan penyebab). Diagnosis dan terapi pneumonia atau ISNBA umumna dapat
13
2.6.1 Anamnesis
Gram negatif.
(S, pneumoniae)
malaise, batuk kering dan nonproduktif. Awitan lebih insidious dan ringan pada
14
orang tua/imunitas menurun akibat kuman yang kurang patogen/oportunistik,
demam, sesak napas, tanda-tanda Konsulidasi paru (perkusi paru yang peka, ronki
yang tidak khas dijumapi pada PK sekunder ataupun PN. Dapat diperoleh bentuk
mikoplasma. Distribusi infiltrat pada segmen apical lobus bawah atau interior
lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi pada
pasien yang tidak sadar, lokasi ini bisa di mana saja. Infiltrat di lobus atas sering
15
terjadi atau amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi infiltrat akibat
Bentuk lesi berupa kavitasi dengan air fluid level sugestif untuk abses
paru, infeki anaerob, Gram negatif atau amiloidosis. Efosi pleura dengan
nekrotikans/ supurativa, abses dan fibrosis akibat terjadinya nekrosis jaringan dan
pembentukan abses. Pada pasien yang mengalami perbaikan klinis ulangan foto
normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi yang berat sehingga tidak terjadi
imunitas, misalnya neutropenia pada infeksi kuman Gram negatif atau S. aereus
pada pasien dengan keganasan dan gangguan kekebalan. Faal hati mungkin
terganggu.
16
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal,
tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test
dan Z. Nielsen. Kuman yang predominan pada sputum yang disertai PMN yang
pemeriksaan utama pra terapi dan bermanfaat untuk evaluasi terapi selanjutnya.
diagnostik bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah
sakit. Salah satu metode yang digunakan adalah Pneumonia Severity Indeks (PSI).
17
Suhu tubuh <35oC atau ≥40oC +15
Frekuensi nadi ≥125x/menit +15
Hasil laboratorium/radiologi
Analisis gas darah arteri: pH 7,35 +30
BUN ≥30 mg/dL +20
Natrium <130 mEq/liter +20
Glukosa ≥250 mg/dL +10
Ht <30% +10
PO2 <60 mmHg atau SaO2 <90% +10
Efusi pleura +10
Indikasi rawat inap di rumah sakit adalah bila Skor PSI > 70, dan pneumonia
pada penderita NAPZA, akan tetapi bila skor PORT < 70, penderita tetap di
18
5. Tekanan diastolik < 60 mmHg
Selain menggunakan skor Pneumonia Severity Indeks (PSI), ada juga yang
orang), BUN level > 20 mg/dl, Respiration rate > 30 kali per menit, Blood
American Thorasic Society adalah bila bila pasien PK sakit berat terdapat 1 dari 2
FI O2 ratio > 250, Confusion (waktu, tempat, orang), BUN level > 20
hipotermia.
19
2. Gambaran radiologis berupa infitrat baru yg progresif, konsolidasi,
dari :
no.2 di atas.
4. Pasien sama atau < 12 thn yg menunjukkan infiltrat baru atau progresif,
kavitasi, konsolidasi atau efusi pleura pada foto torak ditambah salah satu
2.9 TERAPI
dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alasan yaitu :
pneumonia.
20
3. Hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.
maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara
sebagai berikut.
- Doksisiklin
merupakan alternatif dari kelas yang berbeda harus dipilih), atau resiko
lainnya:
levofloksasin
makrolida tersebut.)
21
3. Di daerah dengan tingkat infeksi tinggi (125%) dengan tingkat resistensi
tanpa komorbiditas .
MRSA atau infeksi P.aeruginosa adalah alasan utama untuk memodifikasi empiris
22
standar rejimen. Berikut ini adalah tambahan atau modifikasi terhadap rejimen
dosis)
diatas.)
23
2.9.1 Terapi pada Pneumonia Nosokomial
24
Perbaikan klinis dalam 48-
72jam
tida ya
k
S. Pneumonia Ceftriaxone
H. Influenza Atau
Gram (-) sensitif antibiotik : Levofloksasin, moksifloksasin atau
Escherichia coli ciproflokasasin
K.pneumoniae Atau
Enterobacter spp. Ampisilin/ sulbaktam
Serratia marcescens Atau Ertapenem
25
methicillin resisten Staph. Linezolid atau vankomisin
Aureus
Legionella (jika dicurigai) Makrolid (azithromisin) atau
flyuoroqunolon
26
2.9.2 Terapi Suportif Umum
bronkospasme.
untuk batuk dan napas dalam. Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk
melancarkan pernapasan.
pneumonia, dan paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila
terdapat pneumonia bilateral. Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan
baik, termasuk pada keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal. Overhidrasi
diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal.
27
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi. Dalam hal ini perlu
c. Respiratory arrest.
9. Bila terdapat gagal napas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup
obat suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan, hal ini untuk mengurangi
biaya perawatan dan mencegah infeksi nosokomial. Perubahan obat suntik ke oral
yang telah digunakan. Perubahan ini dapat diberikan secara sequential (obat sama,
potensi sama), switch over (obat berbeda, potensi sama) dan step down (obat sama
stabil dan perbaikan terbukti secara secara klinis, dapat menelan obat-obatan, dan
28
memiliki saluran pencernaan berfungsi normal. Pasien harus dilepas sesegera
mungkin ketika klinis sudah stabil, tidak memiliki masalah medis aktif lainnya,
1. Temp ≤ 37,8 C,
ruang udara,
2.10 KOMPLIKASI
terutama pada infeksi bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negatif
transudat dan steril. Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan
cairan eksudat.
29
anemia pada infeksi kronik, peningguan ureum dan enzim hati. Kadang-kadang
intrahepatik.
lebih dari 4-6 minggu akibat kuman anaerob S. aureus, dan kuman Gram (-)
anak tetapi dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic
2.11 PENCEGAHAN
gangguan imunologis, penyakit berat termasuk penyakit paru kronik, hati, ginjal
dan jantung. Di samping itu vaksinasi juga perlu diberikan untuk penghuni rumah
jompo atau rumah penampungan penyakit kronik, dan usia di atas 65 tahun.
dnegan cara penggunaan peralatan invasif yang tepat. Perlu dilakukan terapi
agresif terhadap penyakit pasien yang akut atau dasar. Pada pasien dengan gagal
organ multipel (multiple organ failuere), skor Apache-II yang tinggi dan penyakit
30
dasar yang dapat berakibat fatal perlu diberikan terapi pencegahan. Terdapat
berbagai faktor terjadinya PN. Dari berbagai resiko tersebut beberapa faktor
penting tidak bisa dikoreksi seperti terlihat pada tabel 5. Beberapa faktor dapat
dikoreksi untuk mengurangi terjadinya PN, seperti terlihat pada tabel 6, yaitu
nutrisi enteral secara dini dapat membantu pemeliharaan epitel pencernaan dan
gaster, kolonisasi, aspirasi dan PN. Posisi pasien setengah duduk dapat
2.13 PROGNOSIS
penyakit dasar dan kondisi pasien. Secara umum angka kematian pneumonia
pneumokokus adalah sebesar 5%, namun dapat meningkat menjadi 60% pada
orang tua dengan kondisi yang buruk misalnya gangguan imunologis, sirosis
hepatis, penyakit paru obstruktif kronik, atau kanker. Adanya leukopenia, ikterus,
31
prognosis yang buruk. Kuman gram negatif menimbulkan prognosis yang lebih
jelek.
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik, karena itu perlu
perawatan di RS kecuali bila penyakitnya ringan. Orang dewasa (<60 tahun) dapat
tinggi yaitu:
abnormal (<4.000 atau > 30.00/mm3), Urea N meningkat, pO2= turun, dan
merupakan penyebab kematian utama oleh infeksi pada pasien yang berusia tua,
32
BAB III
PENUTUP
kesakitan dan kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja. Pneumonia
dapat terjadi secara primer atau merupakan tahapan lanjutan manifestasi ISNBA
masyarakat dan pneumonia nosokomial yang terjadi di rumah sakit. Penyakit ini
Berbagai aspek penyakit ini perlu dipahami untuk dapat mengatasinya dengan
baik. Terapi empirik perlu segera diberikan dengan pemilihan antibiotik yang
hasil yang maksimal, hingga biaya obat dapat ditekan seoptimal mungkin dengan
33
DAFTAR PUSTAKA
34