Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS


Diajukan untuk memenuhi tugas Praktik Belajar Lapangan Asuhan Kebidanan
Pembimbing: 1. Sri Wisnu Wardani, S. ST., M. Keb
2. Hj. Eri Rulianty, S.Tr. Keb

Oleh:
Maria Florentika Violensa Putri
NIM. P17324118056
Tingkat 2-A

JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
2019
Topik : Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
Sub Topik : 1. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
2. Kebutuhan Ambulasi
3. Kebutuhan Eliminasi
4. Kebutuhan Kebersihan Diri
5. Kebutuhan Istirahat
6. Hubungan Seksual
7. Senam Nifas
Hari/Tanggal : .............., ...... Oktober 2019
Pukul : ..............s/d.............
Waktu : 30 Menit
Peserta : Ibu Nifas
Karakteristik : Ibu Nifas di Puskesmas Tanjungsari
Jumlah Peserta : ..... orang
I. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini diharapkan Ibu dan keluarga
dapat mengerti dan paham tentang kebutuhan dasar pada ibu nifas.
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti mengikuti kegiatan selama 30 menit, diharapkan ibu dan
keluarga dapat mengerti tentang :
1. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
2. Kebutuhan Ambulasi
3. Kebutuhan Eliminasi
4. Kebutuhan Kebersihan Diri
5. Kebutuhan Istirahat
6. Hubungan Seksual
7. Senam Nifas
II. Metode Penyuluhan
a. Ceramah
b. Diskusi/ Tanya jawab

2
III. Media Penyuluhan
a. Leaflet
b. Video
IV. Sumber
Alimul, H. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Handayani, S. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihama.
Huliana, Meliyna. (2003). Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta: Puspa
Swara, Hal. 3-11.
Jannah, Nurul. (2011). Konsep Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Ar’ruz
Media.
Putri, Evita. (2017). Kebutuhan Ibu Nifas. ___: Publish Drive
V. Materi dan Kegiatan
a. Materi: terlampir
b. Kegiatan:
No
Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
.
Pembukaan:
1. Memberi salam; Menjawab salam,
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran; mendengarkan, dan
1 3 menit
3. Menyebutkan materi/pokok memperhatikan
bahasan yang akan disampaikan. penjelasan materi.

Pelaksanaan :
Menyimak dan
Menjelaskan materi penyuluhan secara
memperhatikan
2 18 menit berurutan:
penjelasan materi.
1. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
2. Kebutuhan Ambulasi

3
3. Kebutuhan Eliminasi
4. Kebutuhan Kebersihan Diri
5. Kebutuhan Istirahat
6. Hubungan Seksual
7. Senam Nifas
1. Bertanya kepada
pemateri.
2. Menjawab
Evaluasi:
pertanyaan yang
1. Tanya jawab tentang materi
diberikan oleh
3 7 menit penyuluhan
pemateri
2. Memberi pujian atau dukungan
3. Menyimpulkan
kepada peserta.
semua dari materi
penyuluhan yang
telah diberikan.
Penutup:
4 2 Menit 1 Mengucapkan terima kasih. Menjawab salam
2 Mengucapkan salam.
VI. Evaluasi
a. Kebutuhan apa saja yang diperlukan ibu saat masa nifas?
b. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan, apa yang harus dikonsumsi
ibu saat masa nifas?
c. Kapan ambulasi dini dapat dilakukan dan bagaimana tahapannya?
Lampiran Materi Penyuluhan
Persalinan merupakan peristiwa penting dan mulia. Kejadiannya penuh
ketegangan yang menguras tenaga dan sangat melelahkan. Oleh karena itu, ibu yang
telah melahirkan perlu mendapatkan perawatan sebaik-baiknya. Periode post
partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali ke keadaan
tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk membantu
mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan

4
diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat yang cukup dsb.
Penyediaan asuhan pascanatal adalah berdasarkan prinsip yang bertujuan untuk :
1. Meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan;
2. Memfasilitasi ibu untuk merawat bayinya dengan rasa aman, nyaman dan penuh
percaya diri;
3. Memastikan pola menyusui yang mampu meningkatkan perkembangan bayi;
4. Meyakinkan wanita dan pasangannya untuk mengembangkan kemampuannya
sebagai orang tua dan untuk mendapatkan pengalaman berharga sebagai orang tua;
5. Membantu keluarga mengidentifikasi, memenuhi kebutuhan, dan mengemban
tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri.
Perawatan fisik dan pemenuhan kebutuhan dasar pada masa puerperium
harus mengarah pada tercapainya kesehatan yang baik,dengan upaya bidan
diarahkan pada identifikasi dan penatalaksanaan masalah kesehatan yang muncul
pada masa nifas tersebut. Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas antara
lain:
1. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, bergizi seimbang, terutama
kebutuhan protein dan karbohidrat. Makanan yang dikonsumsi haruslah
makanan yang sehat, makanan yang sehat adalah makanan dengan menu
seimbang yaitu yang mengandung unsur-unsur, seperti sumber tenaga,
pengatur dan pelindung.
a. Sumber tenaga(energi)
Sumber tenaga diperlukan untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan
baru serta penghematan protein (jika sumber tenaga kurang protein digunakan
sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi yang termasuk
sumber tenaga adalah, beras, sagu, jagung dan tepung terigu, havermount dan
ubi.
b. Sumber pembangun
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel sel yang rusak dan
mati. Protein dari makanan harus diubah menjadi asam amino sebelum diserap
dalam darah. Pencernaannya dibantu oleh enzim dalam lambung dan pankreas

5
sebelum diserap oleh sel mukosa usus dan dibawa ke hati (hepar) melalui
pembuluh darah (vena porta). Sumber protein dapat diperoleh dari protein
nabati dan hewani. Protein nabati anatara lain ikan, udang, kerang, kepiting,
daging ayam, hati, telur, susu, dan keju. Protein nabati banyak terkandung
dalam kacang-kacangan, seperti kacang tanah, kacang merah, kacang hijau,
kacang kedelai, tahu dan tempe. Sumber protein terlengkap terdapat dalam
susu, telur, dan keju. Ketiga makanan tersebut juga mengandung zat kapur, zat
besi dan vitamin B.
c. Sumber pengatur dan pelindung
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi kelancaran metabolisme di
dalam tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di
dalam tubuh. Sumber buah pengatur dan pelindung bisa diperoleh dari semua
jenis sayur dan buah-buahan segar.
Berikut ini beberapa mineral penting :
a. Zat kapur
Zat kapur dibutuhkan untuk pembentukan tulang. Sumbernya antara lain susu,
keju, kacang-kacangan, dan sayuran berdaun hijau.
b. Fosfor
Fosfor dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan gigi anak. Sumbernya
antara lain susu, keju, kacang-kacangan dan sayuran berdaun hijau.
c. Zat Besi
Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui karena dibutuhkan
untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel darah merah sehingga daya angkut
oksigen sehingga mencukupi kebutuhan. Sumber zat besi antara lain kuning
telur, hati, daging, kerang, ikan, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran bewarna
hijau.
d. Yodium
Yodium sangat untuk mencegah timbulnya kelemahan mental (terbelakang)
dan kekerdilan fisik yang serius. Sumber yodium adalah minyak ikan, ikan laut
dan garam beryodium.

6
e. Kalsium
Ibu menyusui membutuhkan kalsium untuk pertmbuhan gigi dan anak sebagai
sumbernya yaitu susu dan keju.
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan pada ibu nifas, ibu harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari (ibu harus mengkonsumsi 3-
4 porsi setiap hari);
b. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap
kali menyusui);
c. Pil zat besi harus diminum, untuk menambah zat gizi setidaknya selama
40 hari pasca bersalin;
d. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASInya.
2. Kebutuhan Ambulasi
Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan
usai. Aktifitas tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi
usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu
mencegah trombosis pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari
ketergantungan peran sakit menjadi sehat. Aktivitas dapat dilakukan secara
bertahap, memberikan jarak antara aktivitas dan istirahat.
Perubahan penting mulai terjadi dalam penatalaksanaan masa nifas. Ibu
nifas dianjurkan untuk turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah
kelahiran pervaginam. Mobilisasi/ambulasi sangat bervariasi, sangat
tergantung pada komplikasi persalinan, nifas, atau sembuhnya luka (jika ada
luka. Jika tidak ada kelainan lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam
setelah persalinan normal. Pada ibu dengan partus normal ambulasi dini
dilakukan paling tidak 6-12 jam post partum, sedangkan pada ibu dengan
partus sectio secarea ambulasi dini dilakukan paling tidak setelah 12 jam post
partumsetelah ibu sebelumnya beristirahat (tidur). Ambulasi dilakukan oleh
ibu dengan tahapan yaitu miring kiri atau kanan terlebih dahulu, kemudian
duduk dan apabila ibu sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan untuk
berjalan (mungkin ke toilet untuk berkemih). Banyaknya keuntungan dari

7
ambulasi dini dibuktikan oleh sejumlah penelitian. Para wanita menyatakan
bahwa mereka lebih baik dan lebih kuat setelah ambulasi awal.
Dengan ambulasi dini:
a. Faal usus dan kandung kencing lebih baik;
b. Yang paling penting ambulasi dini juga menurunkan banyak frekuensi
trombosis dan emboli paru pada masa nifas;
c. Memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina(lochea).
3. Kebutuhan Eliminasi
Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan dalam 8 jam
setelah melahirkan. Selama kehamilan terjadi peningkatan ektraseluler 50%.
Setelah melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urine. Umumnya pada partus
lama yang kemudian diakhiri dengan ektraksi vakum atau cunam, dapat
mengakibatkan retensio urine. Bila perlu, sebaiknya dipasang dower catheter
untuk memberi istirahat pada otot-otot kandung kencing. Dengan demikian,
jika ada kerusakan-kerusakan pada otot-otot kandung kencing, otot-otot cepat
pulih kembali sehingga fungsinya cepat pula kembali. Buang air besar (BAB)
biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah melahirkan karena enema
prapersalinan, diit cairan, obat-obatan analgesik selama persalinan dan
perineum yang sakit. Memberikan asupan cairan yang cukup, diet yang tinggi
serat serta ambulasi secara teratur dapat membantu untuk mencapai regulasi
BAB.
4. Kebersihan Diri/Perineum
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan
perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga kebersihan diri
dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan
alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Perawatan luka
perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan
mempercepat penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan
cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB
yang dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kemudian daerah anus.
Sebelum dan sesudahnya ibu dianjukan untuk mencuci tangan. Pembalut

8
hendaknya diganti minimal 2 kali sehari. Bila pembalut yang dipakai ibu bukan
pembalut habis pakai, pembalut dapat dipakai kembali dengan dicuci, dijemur
dibawah sinar matahari dan disetrika.
a. Perawatan Perineum
1) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar
kan vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan kepada ibu untuk
membersihkan vulva setiap kali selesai BAK/BAB.
2) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
3) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
b. Kebersihan Pakaian
Sebaiknya, pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena
produksi keringat menjadi banyak (di samping urin). Produksi keringat yang
tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya
pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan
kering. Demikian juga dengan pakaian dalam,agar tidak terjadi iritasi pada
daerah sekitarnya akibat lochea.
c. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir mungkin ibu akan mengalami kerontokan pada rambut
akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis
dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-
beda antara satu wanita dengan wanita lain. Meskipun demikian, kebanyakan
akan pulih kembali setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner
yang cukup, lalu sisir menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan
pengering rambut.

9
d. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan
dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan
pembengkakan pada wajah, kaki, betis dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam
minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah
keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan
jaga agar kulit tetap kering.
e. Perawatan Payudara
Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan tetapi juga
dilakukan setelah melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara
bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya
saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran susu.
5. Kebutuhan Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan
ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Anjurkan
ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan; Sarankan
ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan,
serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur; Kurang istirahat akan
mempengaruhi ibu dalam beberapa hal seperti: mempengaruhi jumlah ASI
yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayinya dan dirinya sendiri.
6. Hubungan Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah
sembuh dan lokea telah berhenti. Hendaknya pula hubungan seksual dapat
ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah persalinan, karena pada waktu
itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali. Ibu mengalami ovulasi
dan mungkin mengalami kehamilan sebelum haid yang pertama timbul setelah
persalinan. Untuk itu bila senggama tidak mungkin menunggu sampai hari ke-
40, suami/istri perlu melakukan usaha untuk mencegah kehamilan. Pada saat
inilah waktu yang tepat untuk memberikan konseling tentang pelayanan KB.

10
7. Latihan senam nifas
Pada saat hamil otot perut dan sekitar rahim serta vagina telah teregang dan
melemah. Latihan senam nifas dilakukan untuk membantu mengencangkan
otot-otot tersebut. Hal ini untuk mencegah terjadinya nyeri punggung
dikemudian hari dan terjadinya kelemahan pada otot panggul sehingga dapat
mengakibatkan ibu tidak bisa menahan BAK.
Latihan senam nifas yang dapat dilakukan antara lain :
a. Senam otot dasar panggul (dapat dilakukan setelah 3 hari pasca persalinan).
Langkah-langkah senam otot dasar panggul:
1) Kerutkan/ kencangkan otot sekitar vagina, seperti kita menahan BAK
selama 5 detik,
2) Kemudian kendorkan selama 3 detik, selanjutnya kencangkan lagi,
3) Mulailah dengan 10 kali 5 detik pengencangan otot 3 kali sehari
4) Secara bertahap lakukan senam ini sampai mencapai 30-50 kali 5 detik
kali dalam sehari.
b. Senam otot perut ( dilakukan setelah 1 minggu nifas)
Senam ini dilakukan dengan posisi berbaring dan lutut tertekuk pada
alas yang datar dan keras. Mulailah dengan melakukan 5 kali per hari
untuk setiap jenis senam di bawah ini. Setiap minggu tambahkan
frekuensinya dengan 5 kali lagi, maka pada akhir masa nifas setiap jenis
senam ini dilakukan 30 kali. Langkah-langkah senam otot perut :
1) Menggerakkan panggul
a) Ratakan bagian bawah punggung dengan alas tempat berbaring.
b) Keraskan otot perut/panggul, tahan sampai 5 hitungan, kemudian
bernafas biasa.
c) Otot kembali relaksasi, bagian bawah ounggung kembali ke posisi
semula.
2) Bernafas dalam
a) Tariklah nafas dalam-dalam dengan tangan diatas perut.
b) Otot dan tangan diatasnya akan tertarik keatas. Tahan selama 5 detik.
c) Keluarkan nafas panjang.

11
d) Perut dan tangan diatasnya akan terdorong kebawah.
e) Tahan selama 5 detik, bernafas kembali seperti semula
3) Menyilangkan tungkai
a) Lakukan posisi seperti pada langkah A
b) Pada posisi tersebut, letakkan tumit ke pantat.
c) Bila ini tidak dapat dilakukan, maka dekatkan tumit ke pantat
sebisanya.
d) Tahan selama 5 detik, pertahankan bagian bawah punggung tetap
rata.
4) Menekukkan tubuh
a) Lakukan posisi seperti langkah A
b) Tarik nafas dengan menarik dagu dan mengangkat kepala.
c) Keluarkan nafas dan angkat kedua bahu untuk mencapai kedua lutut.
d) Tahan selama 5 detik.
e) Tariklah nafas sambil kembali ke posisi dalam 5 hitungan.
5) Bila kekuatan tubuh semakin baik, lakukan sit-up yang lebih sulit.
a) Dengan kedua lengan diatas dada
b) Selanjutnya tangan di belakang kepala
c) Ingatlah untuk tetap mengencangkan otot perut
d) Bagian bawah punggung tetap menempel pada alas tempat
berbaring.
Catatan: :
Bila ibu merasa pusing, merasa sangat lelah atau darah nifas yang keluar
bertambah banyak, ibu sebaiknya menghentikan latihan senam nifas. Mulai
lagi beberapa hari kemudian dan membatasi pada latihan senam yang
dirasakan tidak terlalu melelahkan.
8. Bonding Attachment
Bounding attachment/ikatan batin adalah suatu proses dimana sebagai
hasil dari suatu interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang
bersifat saling mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan
saling membutuhkan. Proses ikatan batin antara ibu dengan bayinya ini

12
diawali dengan kasih sayang terhadap bayi yang dikandung, dan dapat
dimulai sejak kehamilan. Ikatan batin antara bayi dan orang tuanya berkaitan
erat dengan pertumbuhan psikologi sehat dan tumbuh kembang bayi.
Beberapa pemikiran dasar dari keterkaitan ini antara lain:
a. Keterkaitan atau ikatan batin ini tidak dimulai saat kelahiran. Tetapi ibu
telah memelihara bayinya selama kehamilan, baik ibu maupun ayah telah
berangan-angan tentang bayi mereka kelak. Hal ini bisa menjadi perasaan
positif, negatif, netral.
b. Kelahiran merupakan sebuah momen didalam kontinum keterkaitan ibu
dengan bayinya ketika bayi bergerak keluar dari dalam tubuhnya.
c. Hubungan antara ibu dan bayi adalah suatu simbiosis yang saling
membutuhkan.
Rasa cinta menimbulkan ikatan batin /keterikatan. Untuk memperkuat
ikatan ibu dengan bayi (Marshall Kalus) menyarankan ibu agar menciptakan
waktu berduaan bersama bayi untuk saling mengenal lebih dalam dan
menikmati kebersamaan yang disebut babymoon.

13
Lampiran Media Penyuluhan

Bagian depan

Bagian belakang

14

Anda mungkin juga menyukai