RAHMI PRATIWI
2. RULIYAH
3. LAILA SYUHADA
4. FITRI APRILIA
5. RUMAISAH
JENIS /CONTOH
DEFINISI DEFENISI EDUKASIONAL/ KONDISI UMUM/ * VISION 2020
LEGAL FUNGSIONAL PENYAKIT/ * 3 LANGKAH 10 STRATEGI
GANGGUAN STRATEGI WHO MENCEGAH
PENYEBAB * 3 TINGKATAN KETUNANETRA
KETUNANETRAAN STRATEGI WHO AN
A. KETAJAMAN KLASIFIKASI A. METODE MEMBACA DAN
PENGLIHATAN KETUNANETRAAN METODE PEMBELAJARAN
(SNALLEN) * LOW VISION MEMBACA
B. MEDAN * BLIND VISION B. ALAT BANTU DAN BAHAN
PANDANG AJAR
C. KEBUTUHAN ORIENTASI
DAN MOBILITAS
PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA
DEFINISI, KLASIFIKASI, PENYEBAB DAN CARA PENCEGAHAN TERJADINYA
KETUNANETRAAN
A. DEFINISI DAN KLASIFIKASI TUNANETRA
Persatuan tunanetra Indonesia (PERTUNI) (2004) mendefinisikan ketunanetraan adalah: Mereka
yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa
penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihiatannya untuk membaca tulisan biasa
berukuran 12 poin dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang
awas).
Terdapat sejenis consensus internasional untuk menggunakan dua jenis defenisi sehubungan
dengan kehilangan penglihatan, yakni:
1. Defenisi Legal
2. Defenisi Edukasional / Fungsional
1. DEFENISI LEGAL
Defenisi legal berarti berdasarkan peraturan perundang – undangan.
Dalam defenisi legal ini, ada 2 aspek yang diukur yaitu
a. Ketajaman Penglihatan Metode Snellen (Snellen Chart)
Snellen Chart
TABEL KLASIFIKASI KETAJAMAN PENGLIHATAN
KETAJAMAN PENGLIHATAN KLASIFIKASI WHO
6/6 hingga 6/18 Normal Vision (Penglihatan
Normal)
<6/18 hingga ≥3/60 (kurang Low Vision (kurang awas)
dari 6/18 tetapi tidak lebih
baik atau sama dengan 3/60)
<3/60 Blind (Buta)
b. Medan Pandang (Visual
Field)
Medan Pandang adalah
luasnya wilayah yang dapat
dilihat orang tanpa
menggerakkan matanya. Medan
pandang penglihatan normal
adalah 180˚. Maka yang
kurang dari 180 ˚ dikatakan
tidak normal.
2. DEFINISI
EDUKASIONAL /
FUNGSIONAL
Defenisi Edukasional mengenai
ketunanetraan lebih dapat memenuhi
persyaratan daripada defenisi legal,
karen dapat menunjukkan:
a. Metode membaca dan metode
pembelajaran membaca yang
mana sebaiknya dipergunakan
b. Alat bantu serta bahan ajar
yang sebaiknya dipergunakan
c. Kebutuhan yang berkaitan
dengan orientasi dan mobilitas
B. PENYEBAB TERJADINYA
KETUNANETRAAN
Berikut ini adalah kondisi umum yang dapat menyebabkan ketunanetraan, yang
diurutkan secara alfabetis:
1. Albanisme 11. Ophthalmia
2. IMUNISASI
4. PERAWATAN NEONATAL
5. PERBAIKAN GIZI
6. PENDIDIKAN
7. PENYULUHAN GENETIKA
8. PERUNDANG – UNDANGAN