Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN BAGI SISWA TUNANETRA

DI SEKOLAH UMUM DALAM SETTING


PENDIDIKAN INKLUSIF
SISWA TUNANETRA MERUPAKAN SALAH SATU JENIS ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS YANG MEMPUNYAI KELAINAN
DALAM INDERA PENGLIHATAN.

PENDIDIKAN INKLUSIF
YAITU sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan, dan memiliki potensi kecerdasan, atau
bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan, atau pembelajaran dalam satu lingkungan
pendidikan secara bersama-sama, dengan peserta didik pada umumnya.
AGAR SISWA TUNANETRA
DAPAT BERHASIL
DALAM BELAJARNYA
BERSAMA- SAMA DENGAN
TEMAN- TEMAN SEBAYANYA
YANG AWAS,
SEKOLAH HARUS
MEMPERHATIKAN KEBUTUHAN
KHUSUSNYA,
TERUTAMA YANG TERKAIT
DENGAN KETUNANETRAANYA,
DAN SEKOLAH
HARUS BERUSAHA MEMENUHI
KEBUTUHAN KHUSUS ITU.
KEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN SISWA
TUNANETRA
strategi khusus atau
penyesuaian bagi siswa
tunanetra itu antara lain
pengembangan konsep
Konsep adalah simbol atau istilah yang menggambarkan suatu obyek,
kejadian,atau keadaan tertentu. Seseorang dikatakan memahami suatu
konsep jika ia dapat mengenal istilah (simbol)-nya serta dapat
mendeskripsikan apa yang digambarkan oleh istilah (simbol) tersebut.

Untuk membentuk suatu


konsep diperlukan informasi
sensoris (sensory information)
dari indra untuk diolah dan
disimpan dalam otak.
konsep yang diperlukan bagi anak Atunanetra menjadi tiga
kategori besar

konsep tubuh konsep ruang


(body concepts) (spatial concepts)
Konsep tubuh Konsep ruang mencakup posisi atau
mencakup kemampuan untuk hubungan, bentuk,dan ukuran. Contoh
mengidentifikasi konsep posisi/hubungan: depan, belakang,
atau atas, bawah, kiri, kanan,antara, atau paralel.
mengenalinama bagian-bagian tubuh serta Contoh konsep bentuk bulat, lingkaran,
mengetahui lokasi, gerakan, hubungannya dan lain-lain. Konsep ukuran meliputi jarak,
denganbagian tubuh yang lain, dan fungsi jumlah, berat, volume,atau panjang.
bagian-bagian tubuh tersebut.
Teknik Alternatif dan Alat Bantu Belajar Khusus
Teknik alternatif adalah cara khusus (baik dengan ataupun tanpa alat bantu
khusus) yang memanfaatkan indra-indra nonvisual atau sisa indra
penglihatan untuk melakukan suatu kegiatan yang normalnya dilakukan
dengan indra penglihatan.
teknik alternatif itu
pada umumnya memanfaatkan indra
pendengaran atau perabaan, dan alat-alat bantu
kegiatan kehidupan sehari-hari lainnya dibuat
timbul atau bersuara.
Misalnya, ada jam tangan “Braille” dan ada juga
jam tangall”bicara” Alat-alat bantu lain yang
dibuat timbul misalnya adalah meteran,
penggaris, peta, papan catur, dll.
Keterampilan Sosial/Emosional
Arena utama untuk interaksi sosial bagi anak adalah kegiatan bermain, dan
kajian yang dilakukan oleh Mc Gaha & Farran (2001) terhadap sejumlah hasil
penelitian menunjukkan bahwa anak tunanetra menghadapi banyak
tantangan dalam interaksi sosial dengan sebayanya yang awas.

Agar efektif dalam interaksi sosial,


anak perlu memiliki keterampilan-
keterampilan tertentu, termasuk kemampuan
untuk membaca dan menafsirkan sinyal sosial
dari orang lain. untuk bertindak dengan tepat
dalam merespon sinyal tersebut. untuk dapat
memersepsi isyarat-isyarat komunikasi
nonverbal.
Keterampilan Orientasi dan Mobilitas
kemampuan yang paling terpengaruh oleh ketunanetraan adalah
kemampuan mobilitas, yaitu keterampilan untuk bergerak secara leluasa di
dalam lingkungannya.
Para pakar dalam bidang orientasi dan mobilitas telah merumuskan dua
cara yang dapat ditempuh oleh individu tunanetra untuk memproses
informasi tentang lingkungannya,

dengan metode urutan dengan metode peta kognitif yang


(seguencial mode) yang memberikan gambaran topografis
menggambarkan titik-titik di tentang hubungan secara umum
dalam lingkungan sebagai rute antara berbagai titik di dalam
yang berurutan lingkungan
Untuk membantu
mobilitas mereka, alat bantu yang umum dipergunakan
oleh orang tunanetra di Indonesia adalah tongkat,
sedangkan di banyak negara Barat adalah penggunaan
anjing penuntun (guide dog), dan penggunaan alat
elektronik untuk membantu orientasi dan mobilitas
individu tunanetra masih terus dikembangkan.
Keterampilan Menggunakan Sisa Penglihatan
Sebagian besar orang tunanetra masih memiliki sisa penglihatan yang
fungsional, dan banyak di antara mereka masih dapat membaca dan menulis
menggunakan tulisan biasa dengan pengaturan pada satu atau tiga aspek
berikut. Pencahayaan, penggunaan kaca mata, dan magnifikasi
(pembesaran tampilan tulisan).

dengan metode urutan dengan metode peta kognitif yang


(seguencial mode) yang memberikan gambaran topografis
menggambarkan titik-titik di tentang hubungan secara umum
dalam lingkungan sebagai rute antara berbagai titik di dalam
yang berurutan lingkungan
STRATEGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN

Strategi Pembelajaran Strategi individualisasi adalah


strategi pembelajaran dengan
mempergunakan suatu
Media Pembelajaran
adalah pendayagunaan program yang disesuaikan
dengan perbedaan-perbedaan
secara tepat dan optimal individu, baik karakteristik,
merupakan komponen yang
dari semua komponen kebutuhan, maupun tidak dapat dilepaskan dari Media yang berfungsi untuk
kemampuannya secara memperjelas penanaman
yang terlibat dalam proses perorangan.
Suatu proses pembelajaran konsep, yang sering disebut

pembelajaran yang karena keberhasilan proses Sebagai alat peraga.

meliputi tujuan, materi


Strategi kooperatif adalah pembelajaran tersebut, salah
strategi pembelajaran yang
Satunya ditentukan oleh Media yang berfungsi
pelajaran, media, metode, menekankan unsur
untuk membantu
gotongroyong atau saling penggunaan komponen ini.
siswa, guru, lingkungan membantu satu sama lain
kelancaran proses
pembelajaran itu
belajar, dan evaluasi dalam mencapai tujuan
sendiri yang sering
pembelajaran.
disebut sebagai alat
bantu pembelajaran.
Agar lebih mudah melakukan modifikasi dalam strategi pembelajaran siswa tunanetra, guru harus memahami
prinsip-prinsip dasar dalam pembelajaran siswa tunanetra, yaitu sebagai berikut.
a. Prinsip individual
Disesuaikan dengan kemampuan masingmasing anak tunanetra.
B. Prinsip kekongkritan/pengalaman pengindraan langsung
Anak tunanetra mendapatkan pengalaman secara nyata dari apa yang dipelajarinya.
C. Prinsip totalitas
Guru harus memungkinkan siswa tunanetra memperoleh pengalaman objek atau situasi secara total atau
menyeluruh.
D. Prinsip aktivitas mandiri
Memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk belajar secara aktif dan mandiri.
EVALUASI PEMBELAJARAN
Kegiatan evaluasi
dapat dilaksanakan • soal yang diberikan
kepada siswa
melalui tes lisan, tunanetra yang
tertulis, dan perbuatan. tergolong buta,
Dalam pelaksanaan tes hendaknya dalam
bentuk huruf
lisan dan perbuatan Braille, sedangkan
nampaknya tidak ada bagi siswa low
masalah yang berarti, vision dapat
menggunakan huruf
Tetapi dalam biasa yang
pelaksanaan tes tertulis ukurannya
(di sekolah terpadu), disesuaikan dengan
3. waktu pelaksanaan
kemampuan
ada beberapa hal yang penglihatannya
tes bagi siswa
tunanetra hendaknya
harus Anda perhatikan,
lebih lama
2. Anda harus bersifat dibandingkan dengan
objektif dalam pelaksanaan tes untuk
mengevaluasi siswa awas..
pencapaian prestasi
belajar siswa tunanetra
atau memberikan
penilaian yang sesuai
dengan
kemampuannya.

Anda mungkin juga menyukai