4.bab 4 PV Yp GS
4.bab 4 PV Yp GS
32
Gambar di bawah ini adalah suatu plot pada kertas koordinat rectangular dari
Visositas Vs Shear Rate. Untuk fluida ini pada setiap shear rate tertentu fluida
mempunyai viskositas yang disebut apparent viscosity dari fluida pada shear rate
tersebut.
Berbeda dengan fluida newtonian yang mempunyai viskositas konstan.
Fluida non-newtonian memperlihatkan suatu yield point stress, yaitu suatu jumlah
tertentu dari tahanan dalam yang harus diberikan agar fluida mengalir seluruhnya.
Viskositas yang diukur dengan marsh funnel adalah waktu dalam detik yang
dibutuhkan oleh 0,9463 liter fluida untuk mengalir keluar dari corong marsh funnel.
Untuk fluida non-newtonian data yang didapat dari marsh funnel tidak dapat
memberikan gambaran lengkap dari rheology suatu fluida, maka biasa digunakan
untuk membandingkan fluida yang baru dengan kondisi sekarang.
Shear Stress. lb/100 sq ft
0 511 1022
Shear Rate. Secˉ ¹
40 Plastic Fluid
30
20
10 Viscous Fluid
0 20 40 60 80 100
Pumping Rate. GPM ( 2 '' PIPE)
Marsh Funnel.
Timbangan.
Gelas ukur 500 cc.
Viscometer fann VG
Mud Mixer.
Cup Mud Funnel.
4.3.2. Bahan
Bentonite.
Air tawar (aquadest).
PAC-L dan PAC-R.
KOH
Pengencer (thinner)
1 2
4
5
Keterangan:
1. Dial reading (Dial Lens)
2. Speed Selection
3. Synchronous Motor
4. Switch Speed Control
5. Mud Cup
6. Rotor
1. Viscometer/Rheologymeter Fann VG
- Menyalakan viscometer.
- Menyiapkan lumpur di dalam cup mud.
- Meletakkan cup pada stage dari viscometer sesuai dengan posisi kaki
cup.
- Putar knob agar kedudukan stage naik, sampai batas tertentu sehingga
Rotor dan Bob Shaft tercelup di dalam lumpur.
- Untuk menghitung viskositas plastis, rotor dinyalakan dengan
menggerakkan switch pada posisi High dan kecepatan putar rotor pada
600 RPM
- Menunggu hingga angka pada pembacaan dial reading mencapai
keseimbangan, kemudian mencatat harga yang ditunjukkan oleh skala
dial reading.
- Melakukan kembali langkah e-f untuk kecepatan 300, 200, 100, 6 dan
3 RPM.
- Untuk menghitung Gel Strength, rotor dinyalakan dengan
mengerakkan switch pada posisi High dan kecepatan putar rotor pada
600 RPM selama 10 detik.
- Mematikan Fann VG kemudian diamkan lumpur selama 10 detik
(sebelum mematikan Fann VG, pindahkan posisi kecepatan putar rotor
pada 3 RPM).
- Setelah didiamkan 10 detik, lalu membaca simpangan maksimum yang
ditunjukkan pada dial reading (untuk Gel Strength 10 menit, lama
pendiaman lumpur menjadi 10 menit).
- Setelah diperoleh data hasil percobaan, bersihkan cup dan merapikan
kembali alat nya.
4.4.2. Membuat Lumpur
Prosedur pembuatan lumpur sama dengan prosedur pembuatan lumpur pada
percobaan satu. Komposisi lumpur yang akan dibuat ditentukan oleh asisten yaitu
350 ml air ditambah dengan 22,5 gr bentonite, 0,3 gram KOH, 0,2 gr XCD, dan 0,2
gr PAC – R.
41
C600 = 59,5
C300 = 42
GS 10” (Gel Strength pada 10 detik) = 11 lb/100 ft2
GS 10’ (Gel Strength pada 10 menit) = 33 lb/100 ft2
4.5.2 Perhitungan
Plastic Viscosity (PV) = C600 – C300
= 59,5 – 42
= 17,5 cp
Yield Point (YP) = C300 – PV
= 42 – 17,5
= 24,5 lb/100 ft2
4.5.3 Tabel Percobaan
Tabel IV-1
Tabel Hasil Percobaan
43
Additive XCD Vs Plastic Viscosity (cp)
Grafik 4.2.
44
Additive PAC – L Vs Plastic Viscosity (cp)
Grafik 4.3.
45
Additive XCD Vs Yield Point (lb/100ft2)
Grafik 4.4.
46
Additive PAC – L Vs Yield Point (lb/100ft2)
Grafik 4.5.
47
Additive XCD Vs Gel Strength (lb/100ft2)
48
Grafik 4.6.
Additive PAC – L Vs Gel Strength (lb/100ft2)
49
4.6. Pembahasan
Percobaan pengukuran viskositas dan gel strength bertujuan untuk
menentukan menentukan plastic viscosity, yield point dan gel strength lumpur
pemboran dengan menggunakan viscometer fann VG, memahami rheology lumpur
pemboran, mengetahui efek penambahan thinner dan thickener pada lumpur
pemboran.
Dalam percobaan ini yang pertama kali dilakukan adalah membuat lumpur
dengan mencampurkan 350 ml air + 22,5 gram bentonite, lalu ditambahkan additive
KOH sebanyak 0,3 gram, PAC-R 0,2 gram, dan XCD sebanyak 0,2 gram. Pada
percobaan penentuan plastic viscosity, yield point dan gel strength dengan
viscometer fann VG. Untuk menghitung yield point dan plastic viscosity lakukan
pembacaan dial reading pada 300 dan 600 RPM. Pada pengukuran gel strength atur
kecepatan pada 600 RPM dan diputar selama 10 detik kemudian matikan alat,
Setelah didiamkan selama 10 detik diputar kembali pada 300 RPM lalu catat
simpangan terjauh pada saat dilakukan pemutaran pada 300 RPM. Kemudian
lakukan hal yang sama namun dengan pendiaman lumpur selama 10 menit. Prinsip
kerja yang digunakan dalam peralatan ini adalah agitasi atau pengadukan dan
pembacaan dial reading. Dari percobaan didapat plastic viscosity 17,5 cp, yield
point 24,5 lb/100ft2, gel strength pada 10 detik 11 lb/100ft2 dan pada 10 menit
sebesar 33 lb/100ft2.
Pada percobaan ini digunakan additive PAC-R merupakan additive
viscosifier dan filtration loss control agent. Namun, PAC-R lebih dominan
berfungsi sebagai viscosifier yaitu zat yang digunakan untuk menambah atau
memperbesar viskositas. Zat additive kedua yang digunakan adalah XCD. XCD
memiliki fungsi yang sama dengan PAC-R yaitu sebagai viscosifier. KOH
ditambahkan kedalam lumpur agar membuat suasana basa didalam lumpur karena
additive bekerja dengan baik dalam suasana basa. PAC-L juga merupakan additive
yang bekerja sebagai viscosifier dan FLCA. Namun, PAC-L lebih dominan bekerja
sebagai FLCA (filtration loss control agent).
Pada grafik 4.1. dapat dilihat penambahan additive PAC-R meningkatkan
viskositas. PAC-R zat additive yang berfungsi mengikat air untuk meningkatkan
50
4.7. Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa :
a. Plastic viscosity = 17,5 cp
b. Yield point = 24,5 lb/100ft2
c. Gel strength :
- 10 detik = 11 lb/100ft2
- 10 menit = 33 lb/100ft2
2. Digunakan zat additive PAC-R, XCD, dan KOH memiliki fungsi yang
sama yaitu sebagai viscofier atau zat yang digunakan untuk menambah
viskositas, plastic viscosity, yield point, dan gel strength. Sedangkan
penambahan KOH bertujuan untuk membuat lumpur dalam suasana basa
karena additive akan bekerja dengan baik di suasana basa.
3. Aplikasi lapangan dari percobaan ini adalah untuk menentukan desain
lumpur yang baik berdasarkan parameter viskositas, plastic viscosity, yield
point, dan gel strength agar proses pengangkatan cutting dapat berjalan
dengan baik.
4. Viskositas yang terlalu besar dapat menyebabkan ROP menurun dan kerja
pompa semakin berat karena lumpur sulit untuk disirkulasikan, sedangkan
viskositas yang terlalu kecil tidak akan mampu mengangkat cutting.
5. Yield point yang terlalu besar akan menyebabkan pemisahan cutting dari
lumpur sukar, sedangkan apabila terlalu kecil menyebabkan lumpur tidak
mampu mengangkat cutting.
6. Gel strength yang terlalu besar dapat menyebabkan regriding, sedangkan
apabila terlalu kecil dapat menyebabkan pipa terjepit.
7. Untuk mengatasi masalah viskositas, yield point, plastic viscosity, dan gel
strength yang terlalu besar atau terlalu kecil diperlukan pembuatan lumpur
yang baik agar fungsi lumpur dapat berjalan dengan baik. Salah satu caranya
adalah dengan mengatur penambahan zat additive PAC-R serta
penambahan air.
53