Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

PENGUKURAN VISKOSITAS DAN GEL STRENGTH

4.1. Tujuan Percobaan


1. Menentukan viskositas relatif lumpur pemboran dengan menggunakan
Marsh Funnel.
2. Menentukan viskositas nyata (apparent viscosity), plastic viscosity, yield
point, dan gel strength lumpur pemboran dengan menggunakan viscometer.
3. Memahami rheology lumpur pemboran.
4. Memahami efek penambahan thinner dan thickener pada lumpur pemboran.
4.2. Dasar Teori
Viskositas dan gel strength merupakan bagian yang pokok dalam sifat
rheology fluida pemboran. Pengukuran sifat-sifat rheology fluida pemboran sangat
penting mengingat efektifitas pengangkatan cutting merupakan fungsi langsung
dari viskositas. Sifat gel pada lumpur juga penting pada waktu round trip yaitu saat
operasi pemboran dihentikan sementara untuk mengganti bit misalnya, sehingga
dapat mencegah cutting mengendap di dasar sumur yang dapat menyebabkan
penambahan pada saat pemboran selanjutnya. Gel strength menunjukkan
kemampuan fluida untuk menahan cutting dalam waktu tertentu agar tidak
mengendap. Viskositas dan gel strength merupakan sebagian dari indikator baik
tidaknya suatu lumpur.
Fluida pemboran dalam percobaan ini adalah lumpur pemboran. Lumpur
pemboran ini mengikuti model-model Rheology Bingham Plastic, Power law.
Diantara model ini, Bingham Plastic merupakan model yang sederhana untuk fluida
non-newtonian. Yang disebut fluida non-newtonian adalah fluida yang mempunyai
harga viskositas tidak konstan, bergantung pada besarnya geseran ( shear rate
) yang terjadi.

32
Gambar di bawah ini adalah suatu plot pada kertas koordinat rectangular dari
Visositas Vs Shear Rate. Untuk fluida ini pada setiap shear rate tertentu fluida
mempunyai viskositas yang disebut apparent viscosity dari fluida pada shear rate
tersebut.
Berbeda dengan fluida newtonian yang mempunyai viskositas konstan.
Fluida non-newtonian memperlihatkan suatu yield point stress, yaitu suatu jumlah
tertentu dari tahanan dalam yang harus diberikan agar fluida mengalir seluruhnya.
Viskositas yang diukur dengan marsh funnel adalah waktu dalam detik yang
dibutuhkan oleh 0,9463 liter fluida untuk mengalir keluar dari corong marsh funnel.
Untuk fluida non-newtonian data yang didapat dari marsh funnel tidak dapat
memberikan gambaran lengkap dari rheology suatu fluida, maka biasa digunakan
untuk membandingkan fluida yang baru dengan kondisi sekarang.
Shear Stress. lb/100 sq ft

0 511 1022
Shear Rate. Secˉ ¹

Grafik 3.1. Shear Stress Vs Shear Rate Lumpur


Pemboran
34

Apparent Viscosity. Centipoises

40 Plastic Fluid

30

20

10 Viscous Fluid

0 20 40 60 80 100
Pumping Rate. GPM ( 2 '' PIPE)

Grafik 3.2. Viskositas Vs Shear Rate


Lumpur Pemboran

Viskositas plastik (plastic viscosity) sering kali digambarkan sebagai bagian


dari resistensi untuk mengalir yang disebabkan oleh friksi mekanik. Yield point
adalah bagian resistensi untuk mengalir yang merupakan akibat dari gaya tarik-
menarik antar partikel, gaya ini disebabkan oleh muatan-muatan pada permukaan
partikel terdispersi dalam fasa fluida.
Gel strength dan yield point adalah gaya tarik-menarik dalam suatu sistem
lumpur, jika gel strength adalah gaya tarik-menarik yang statik, maka yield point
merupakan gaya tarik-menarik pada suatu keadan dinamik.

4.2.1. Penentuan Harga Shear Stress Dan Shear Rate


Harga shear stress dan shear rate yang masing-masing dinyatakan dalam
bentuk penyimpangan skala penunjuk (dial reading) dan RPM motor, harus diubah
menjadi harga shear stress dan shear rate dalam satuan dyne/cm2 dan detik1 agar
diperoleh harga viskositas dalam satuan cp (centipoise). Adapun persamaan
tersebut sebagai berikut :
γ : 1.074 RPM......................................................................................(3 – 1)
τ : 5.077 C...........................................................................................(3 – 2)
35

dimana : γ : shear rate, sekon -1


τ : shear stress, dyne/cm2
C : dial reading, derajat
RPM : revolution per minute dari rotor.

4.2.2. Penentuan Harga Viskositas Nyata (Apparent Viscosity)


Viskositas nyata (µa) untuk setiap harga shear rate dihitung berdasarkan :

µa =  100 ........................................................................................(3 – 3)

(300  C)
µa = .....................................................................................(3 – 4)
RPM

4.2.3. Penentuan Plastic Viscosity Dan Yield Point


Untuk menentukan plastic viscosity (µp) dan yielt point (Yp) dalam field unit
digunakan persamaan Bingham Plastic berikut :
 600   300
µp = ...............................................................................(3 – 5)
 600   300
Dengan memasukkan persamaan (3-1) dan (3-2) kedalam persamaan (3-5) didapat:
µp = C600 – C300....................................................................................(3 – 6)
Yb = C300 - µp.......................................................................................(3 – 7)
Dimana : µp = plastic viscosity, cp
Yb = yield point Bingham, lb/100 ft2
C600 = dial reading pada 600 RPM, derajat
C300 = dial reading pada 300 RPM, derajat
4.2.4. Penentuan Harga Gel Strength
Harga gel strength dalam lb/100 ft2 diperoleh secara langsung dari
pengukuran dengan alat Viscometer Fann VG. Simpangan skala penunjuk akibat
digerakkannya rotor pada kecepatan 3 RPM, langsung menunjukkan harga gel
strength 10 detik atau 10 menit dalam lb/100 ft2.
36

Standar API Bentonite


1. Dial reading min @600 Rpm = minimal 30
2. Pv (minimal) = 8 cp
3. Yp (max) = 3 x Pv lb/cuft2
4. Volume Filtrat (max) (ml/30menit) = 15 ml
5. Tebal mud cake = 0,08 -0,2 cm

4.3. Alat Dan Bahan


4.3.1. Alat
37

 Marsh Funnel.
 Timbangan.
 Gelas ukur 500 cc.
 Viscometer fann VG
 Mud Mixer.
 Cup Mud Funnel.
4.3.2. Bahan
 Bentonite.
 Air tawar (aquadest).
 PAC-L dan PAC-R.
 KOH
 Pengencer (thinner)

4.3.3 Gambar Alat


38

1 2

4
5

Keterangan:
1. Dial reading (Dial Lens)
2. Speed Selection
3. Synchronous Motor
4. Switch Speed Control
5. Mud Cup
6. Rotor

Gambar 4.1. Viscometer


Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran
39

Gambar 4.2. Mud Mixer


4.4. Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran
Prosedur Percobaan
4.4.1. Standard Operational Procedure
40

1. Viscometer/Rheologymeter Fann VG
- Menyalakan viscometer.
- Menyiapkan lumpur di dalam cup mud.
- Meletakkan cup pada stage dari viscometer sesuai dengan posisi kaki
cup.
- Putar knob agar kedudukan stage naik, sampai batas tertentu sehingga
Rotor dan Bob Shaft tercelup di dalam lumpur.
- Untuk menghitung viskositas plastis, rotor dinyalakan dengan
menggerakkan switch pada posisi High dan kecepatan putar rotor pada
600 RPM
- Menunggu hingga angka pada pembacaan dial reading mencapai
keseimbangan, kemudian mencatat harga yang ditunjukkan oleh skala
dial reading.
- Melakukan kembali langkah e-f untuk kecepatan 300, 200, 100, 6 dan
3 RPM.
- Untuk menghitung Gel Strength, rotor dinyalakan dengan
mengerakkan switch pada posisi High dan kecepatan putar rotor pada
600 RPM selama 10 detik.
- Mematikan Fann VG kemudian diamkan lumpur selama 10 detik
(sebelum mematikan Fann VG, pindahkan posisi kecepatan putar rotor
pada 3 RPM).
- Setelah didiamkan 10 detik, lalu membaca simpangan maksimum yang
ditunjukkan pada dial reading (untuk Gel Strength 10 menit, lama
pendiaman lumpur menjadi 10 menit).
- Setelah diperoleh data hasil percobaan, bersihkan cup dan merapikan
kembali alat nya.
4.4.2. Membuat Lumpur
Prosedur pembuatan lumpur sama dengan prosedur pembuatan lumpur pada
percobaan satu. Komposisi lumpur yang akan dibuat ditentukan oleh asisten yaitu
350 ml air ditambah dengan 22,5 gr bentonite, 0,3 gram KOH, 0,2 gr XCD, dan 0,2
gr PAC – R.
41

4.4.4. Mengukur Shear Stress Dengan Viscometer


1. Mengisi bejana dengan lumpur sampai batas yang ditentukan.
2. Meletakkan bejana pada tempatnya, serta mengatur kedudukannya
sedemikian rupa sehingga rotor dan bob tercelup ke dalam lumpur menurut
batas yang telah ditentukan.
3. Menggerakkan rotor pada posisi High dan menempatkan kecepatan putar
rotor pada kedudukan 600 RPM. Pemutaran terus dilakukan sehingga
kedudukan skala (dial) mencapai keseimbangan. Mencatat harga yang
ditunjukkan oleh skala.
4. Pencatatan harga yang ditunjukkan oleh skala penunjuk setelah mencapai
keseimbangan dilanjutkan untuk kecepatan 300 RPM dengan cara yang
sama seperti diatas.
4.4.5. Mengukur Gel Strength Dengan Viscometer
1. Setelah selesai pengukuran shear stress, mengaduk lumpur dengan
Viscometer pada kecepatan 600 RPM selama 10 detik.
2. Mematikan Viscometer, kemudian diamkan lumpur selama 10 detik.
3. Setelah 10 detik menggerakkan rotor pada kecepatan 3 RPM. Membaca
simpangan maksimum pada skala penunjuk.
4. Mengaduk kembali lumpur dengan Viscometer pada kecepatan rotor 600
RPM selam 10 detik.
5. Mengulangi kerja diatas untuk gel strength 10 menit. (untuk gel strength 10
menit, lama pendiaman lumpur 10 menit).

4.5. Hasil Percobaan Dan Perhitungan


4.5.1 Hasil Percobaan
42

 C600 = 59,5
 C300 = 42
 GS 10” (Gel Strength pada 10 detik) = 11 lb/100 ft2
 GS 10’ (Gel Strength pada 10 menit) = 33 lb/100 ft2

4.5.2 Perhitungan
 Plastic Viscosity (PV) = C600 – C300
= 59,5 – 42
= 17,5 cp
 Yield Point (YP) = C300 – PV
= 42 – 17,5
= 24,5 lb/100 ft2
4.5.3 Tabel Percobaan

Tabel IV-1
Tabel Hasil Percobaan

Plug Lumpur Dasar Aditif PV YP GS


Air Bent KOH PAC XCD PAC 10’ 10’
(ml) onite (gr) -R -L ’
(gr)
Asisten 350 22,5 - - - - 11 23 13 33
A 350 22,5 0,3 0,1 0,1 - 2,5 1 2 2,5
B 350 22,5 0,3 0,2 0,2 - 17,5 24,5 11 33
C 350 22,5 0,3 0,3 0,3 - 14 46 14 22
D 350 22,5 0,3 0,4 0,4 - 18 70 35 39
E 350 22,5 0,3 0,5 0,5 - 5 30 40 35
F 350 22,5 0,3 - 0,6 - 25 65 26 56
G 350 22,5 0,3 - 0,1 0,1 15 25 17 22
H 350 22,5 0,3 - 0,2 0,2 14 33 30 11
I 350 22,5 0,3 - 0,3 0,3 13 36 16 35
J 350 22,5 0,3 - 0,4 0,4 3 2,5 3 2
K 350 22,5 0,3 - 0,5 0,5 14 45 24 40
L 350 22,5 0,3 - 0,6 0,6 12 45 20 43
4.5.4 Grafik Hasil Percobaan
Grafik 4.1.

43
Additive XCD Vs Plastic Viscosity (cp)
Grafik 4.2.

44
Additive PAC – L Vs Plastic Viscosity (cp)
Grafik 4.3.

45
Additive XCD Vs Yield Point (lb/100ft2)
Grafik 4.4.

46
Additive PAC – L Vs Yield Point (lb/100ft2)
Grafik 4.5.

47
Additive XCD Vs Gel Strength (lb/100ft2)
48
Grafik 4.6.
Additive PAC – L Vs Gel Strength (lb/100ft2)
49

4.6. Pembahasan
Percobaan pengukuran viskositas dan gel strength bertujuan untuk
menentukan menentukan plastic viscosity, yield point dan gel strength lumpur
pemboran dengan menggunakan viscometer fann VG, memahami rheology lumpur
pemboran, mengetahui efek penambahan thinner dan thickener pada lumpur
pemboran.
Dalam percobaan ini yang pertama kali dilakukan adalah membuat lumpur
dengan mencampurkan 350 ml air + 22,5 gram bentonite, lalu ditambahkan additive
KOH sebanyak 0,3 gram, PAC-R 0,2 gram, dan XCD sebanyak 0,2 gram. Pada
percobaan penentuan plastic viscosity, yield point dan gel strength dengan
viscometer fann VG. Untuk menghitung yield point dan plastic viscosity lakukan
pembacaan dial reading pada 300 dan 600 RPM. Pada pengukuran gel strength atur
kecepatan pada 600 RPM dan diputar selama 10 detik kemudian matikan alat,
Setelah didiamkan selama 10 detik diputar kembali pada 300 RPM lalu catat
simpangan terjauh pada saat dilakukan pemutaran pada 300 RPM. Kemudian
lakukan hal yang sama namun dengan pendiaman lumpur selama 10 menit. Prinsip
kerja yang digunakan dalam peralatan ini adalah agitasi atau pengadukan dan
pembacaan dial reading. Dari percobaan didapat plastic viscosity 17,5 cp, yield
point 24,5 lb/100ft2, gel strength pada 10 detik 11 lb/100ft2 dan pada 10 menit
sebesar 33 lb/100ft2.
Pada percobaan ini digunakan additive PAC-R merupakan additive
viscosifier dan filtration loss control agent. Namun, PAC-R lebih dominan
berfungsi sebagai viscosifier yaitu zat yang digunakan untuk menambah atau
memperbesar viskositas. Zat additive kedua yang digunakan adalah XCD. XCD
memiliki fungsi yang sama dengan PAC-R yaitu sebagai viscosifier. KOH
ditambahkan kedalam lumpur agar membuat suasana basa didalam lumpur karena
additive bekerja dengan baik dalam suasana basa. PAC-L juga merupakan additive
yang bekerja sebagai viscosifier dan FLCA. Namun, PAC-L lebih dominan bekerja
sebagai FLCA (filtration loss control agent).
Pada grafik 4.1. dapat dilihat penambahan additive PAC-R meningkatkan
viskositas. PAC-R zat additive yang berfungsi mengikat air untuk meningkatkan
50

viskositas. Pada grafik 4.2. penambahan additive PAC-R meningkatkan plastic


viscosity. Pada grafik 4.4. penambahan additive PAC-R meningkatkan yield point.
Pada grafik 4.6. penambahan PAC-R meningkatkan gel strength. Penambahan
XCD juga berpengaruh dalam meningkatkan PV, YP dan GS 10 detik dan 10 menit
seperti terlihat pada grafik 4.1, grafik 4.3, dan grafik 4.5.
Aplikasi lapangan dari pengukuran viskositas dan gel strength adalah untuk
menentukan desain lumpur yang baik berdasarkan parameter plastic viscosity, yield
point, dan gel strength agar proses pengangkatan cutting bisa berjalan dengan baik.
Apabila viskositas lumpur terlalu besar maka akan terjadi kesukaran dalam
pemisahan cutting dipermukaan karena cutting cenderung terikat pada lumpur,
ROP pada rangkaian pemboran akan rendah, dan menyebabkan kerja pompa
semakin berat karena lumpur akan susah disirkulasikan bila viskositasnya besar.
Jika viskositas terlalu kecil maka fungsi pengangkatan cutting dari lumpur
pemboran tidak akan berjalan dengan optimal. Yield point tidak boleh terlalu tinggi
karena cutting akan sukar dipisahkan dari lumpur. Namun yield point yang terlalu
kecil menyebabkan lumpur tidak dapat mengangkat cutting. Aplikasi lapangan dar
gel strength adalah untuk menahan cutting saat sirkulasi dihentikan atau pada saat
roundtrip. Jika gel strength terlalu besar maka pompa akan bekerja lebih keras. Jika
gel strength terlalu kecil maka cutting dapat terjatuh kedalam lubang bor yang
memungkinkan terjadinya regriding.
51

4.7. Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa :
a. Plastic viscosity = 17,5 cp
b. Yield point = 24,5 lb/100ft2
c. Gel strength :
- 10 detik = 11 lb/100ft2
- 10 menit = 33 lb/100ft2
2. Digunakan zat additive PAC-R, XCD, dan KOH memiliki fungsi yang
sama yaitu sebagai viscofier atau zat yang digunakan untuk menambah
viskositas, plastic viscosity, yield point, dan gel strength. Sedangkan
penambahan KOH bertujuan untuk membuat lumpur dalam suasana basa
karena additive akan bekerja dengan baik di suasana basa.
3. Aplikasi lapangan dari percobaan ini adalah untuk menentukan desain
lumpur yang baik berdasarkan parameter viskositas, plastic viscosity, yield
point, dan gel strength agar proses pengangkatan cutting dapat berjalan
dengan baik.
4. Viskositas yang terlalu besar dapat menyebabkan ROP menurun dan kerja
pompa semakin berat karena lumpur sulit untuk disirkulasikan, sedangkan
viskositas yang terlalu kecil tidak akan mampu mengangkat cutting.
5. Yield point yang terlalu besar akan menyebabkan pemisahan cutting dari
lumpur sukar, sedangkan apabila terlalu kecil menyebabkan lumpur tidak
mampu mengangkat cutting.
6. Gel strength yang terlalu besar dapat menyebabkan regriding, sedangkan
apabila terlalu kecil dapat menyebabkan pipa terjepit.
7. Untuk mengatasi masalah viskositas, yield point, plastic viscosity, dan gel
strength yang terlalu besar atau terlalu kecil diperlukan pembuatan lumpur
yang baik agar fungsi lumpur dapat berjalan dengan baik. Salah satu caranya
adalah dengan mengatur penambahan zat additive PAC-R serta
penambahan air.
53

Anda mungkin juga menyukai