Anda di halaman 1dari 13

JOURNAL READING

“ PROFIL KLINIS DAN HASIL DARI DEMAM DENGUE DAN DEMAM


BERDARAH DENGUE PADA KELOMPOK USIA PEDIATRI DENGAN REFERENSI
PEDOMAN WHO 2012 DALAM PENGELOLAAN CAIRAN PADA DEMAM
BERDARAH ”

DISUSUN OLEH :
ILHAM PRIBADI
1710211089

PEMBIMBING :
dr. Tundjungsari Ratna U, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “Veteran” JAKARTA
RSUD AMBARAWA
2019
KATA PENGANTAR

Dalam kesempatan ini puji dan syukur penulis hanturkan kehadirat Allah
SWT atas rahmat, nikmat, serta hidayah Nya dalam penulisan tugas makalah journal
reading ini. Serta salawat serta salam senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad
SAW dan keluarga nya serta para sahabat. Tugas Makalah Journal Reading yang
berjudul “Profil klinis dan hasil dari demam berdarah pada kelompok usia pediatri
dengan referensi pedoman WHO 2012 dalam pengelolaan cairan pada demam
berdarah”.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. Tundjungsari Ratna U , Sp.A selaku pembimbing kepaniteraan klinik anak
RSUD Ambarawa tahun 2016.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah
ini, oleh karena itu peniliti memohon maaf yang sebesar-besar nya. Semoga makalah
yang disusun penulis ini dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara serta masyarakat
luas pada umum nya di masa yang akan datang.

Semarang, Januari 2019

Penulis
PENGESAHAN

Journal Reading diajukan oleh


Nama : Ilham Pribadi
NRP : 1710221089
Program studi : Kedokteran Umum
Judul jurnal : Profil klinis dan hasil dari demam berdarah pada kelompok usia pediatri
dengan referensi pedoman WHO 2012 dalam pengelolaan cairan pada
demam berdarah
Telah berhasil dipertahankan di hadapan pembimbing dan diterima sebagai syarat yang
diperlukan untuk ujian kepaniteraan klinik anak Program Studi Profesi Dokter, Fakultas
Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.

Pembimbing

dr. Tundjungsari Ratna U, Sp.A

Ditetapkan di : Semarang
Tanggal :
BAB II
PEMBAHASAN JURNAL

Tujuan: Untuk mempelajari profil klinis dan hasil dari demam dengue dan demam berdarah
dengue pada kelompok usia pediatri menggunakan pedoman pengelolaan cairan WHO 2012
Tempat: Rumah Sakit Pendidikan di Sangli, Maharashtra.
Durasi: 2.1 tahun
Desain: Studi observasional
Partisipan: 100 pasien perawatan yang sudah dikonfirmasi demam berdarah melalui uji
serologi
Metode: Setelah penilaian klinis, pasien diperiksa dan diklasifikasikan berdasarkan
klasifikasi demam berdarah WHO. Pemantauan untuk parameter klinis dan hematologi
dilakukan. Cairan intravena diberikan sesuai dengan pedoman WHO bersama dengan
pengelolaan yang mendukung. Evaluasi statistik dari berbagai variasi parameter klinis
dilakukan menggunakan estimasi nilai p.
Hasil: Tanda dan gejala klinis yang umum adalah demam, muntah, nyeri perut, hepatomegali,
diatesis hemoragik dan hipotensi. Bersamaan dengan uji serologi, hematokrit, jumlah
trombosit, enzim hati dan USG abdomen berguna pada pengelolaan. Pengelolaan cairan
memainkan peran yang penting.
Kesimpulan: Demam berdarah memiliki kumpulan dari tanda dan gejala dan pemerikasaan.
Sebuah indeks kecurigaan yang tinggi pada daerah endemik adalah penting. Pengelolaan
cairan memainkan peran penting dan membantu dalam penyembuhan.

PENDAHULUAN

Demam berdarah saat ini dianggap global sebagai penularan infeksi virus melalui
nyamuk yang paling penting. Frekuensi dari epidemik demam dengue telah meningkat drastis
dalam empat puluh tahun belakang. Demam berdarah yang berat banyak terjadi di negara-
negara Asia dan Amerika Latin dan sekarang menjadi penyebab rawat inap dan kematian
pada anak-anak. Sekitar 2.5% menyerah pada penyakit ini.

Seperti yang kita sudah mengerti mengenai penyakit ini, terapi cairan telah menjadi
aspek paling penting dalam pengelolaan demam berdarah. Pada tahun 2009, pedoman WHO
terbaru telah dipublikasikan. Pada tahun 2012, pedoman komprehensif yang sudah direvisi
dipublikasikan oleh WHO.

Sebuah studi observasional dari demam dengue dan demam berdarah dengue
dilakukan. Diputuskan untuk meneliti pola klinis dari demam berdarah dan hasil dari
pedoman pengelolaan cairan, yang merupakan penatalaksanaan utama.

METODE
Penelitian ini dilakukan di Departemen Pediatri Universitas BharatiVIdyapeeth
Demeed Perguruan Tinggi Medis dan Rumah Sakit, Sangli. Pasien dari kelompok usia baru
lahir sampai 16 tahun dilibatkan dalam penelitian ini. Periode dari penelitian ini mulai dari
Mei 2012 sampai Juni 2014. 100 pasien masuk dalam penelitian ini. Penelitian sudah
disetujui oleh Institusi Komite Etik. Pasien yang terdaftar telah mendapat persetujuan tertulis
dari orang tua atau wali.
Kriteria inklusi yang dimasukkan adalah pasien kelompok usia 0-16 tahun dengan uji
serologi positif demam berdarah. Pasien dengan demam enterik, demam riketsia, malaria,
leptospirosis, septikemia dan demam berdarah yang disebabkan virus selain demam berdarah
dikeluarkan dari penelitian ini. Pemeriksaan klinis terperinci bersama dengan parameter
laboratorium seperti hematokrit, jumlah trombosit, tes fungsi hati, USG abdomen, foto
thorax, uji serologi untuk tes demam berdarah: antigen NS1, antibodi IgG dan IgM dilakukan.
Berdasarkan parameter tersebut pasien diklasifikasikan sebagai demam dengue,
demam berdarah dengue grade I, II, III dan IV; berdasarkan klasifikasi WHO 1997.
Berdasarkan klasifikasi WHO 2012, diklasifikasikan sebagai demam berdarah, demam
berdarah dengue dengan tanda bahaya dan demam berdarah dengue berat.
Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengatasi demam. Bersamaan dengan
perawatan suportif, pengelolaan cairan dilakukan berdasarkan pedoman pengelolaan cairan
WHO 2012. Selama masa pengobatan pemantauan grafik untuk parameter vital digunakan,
awalnya satu jam pemantauan dilakukan sampai terlihat ada perbaikan. Cairan isotonik
digunakan untuk pengelolaan awal. Cairan intravena dihentikan setelah keadaan
hemodinamik stabil. Analisa menggunakan Microsoft Excel dan nilai p < 0.05 dianggap
signifikan.

HASIL
100 anak dilibatkan dalam penelitian ini. Jumlah laki-laki lebih dominan ( nilai p
0,034). Insiden kejadian musiman dari September ke November, merupakan periode pasca
hujan (nilai p 0.000). 94% kasus memerlukan PICU untuk pemantauan. Jumlah rata-rata per
hari yang masuk 4-6 hari (nilai p 0.000).
Gejala yang paling umum dari demam berdarah adalah demam, muntah, ruam, nyeri
perut dan diatesis hemoragik. Riwayat adanya demam terdapat pada 100% kasus (nilai p
0,000). Gejala umum lainnya adalah nyeri perut dan muntah. Tabel I menggambarkan gejala-
gejala.

TABEL I GEJALA DEMAM BERDARAH


Gejala Jumlah pada kasus Persentase
Demam 100 100
Ruam 21 21
Muntah 79 79
Diatesis hemoragik 27 27
Nyeri abdomen 84 84

Hepatomegali secara signifikan lebih umum dari gejala yang lain. Hanya 11% yang
mengalami demam saat awal masuk. Hipotensi dengan denyut lemah ditemukan pada 45%
dari pasien. 100% pasien mengalami hepatomegali (nilai p=0,00). Perfusi jaringan yang
lemah ditemukan pada 9% kasus yang ditunjukan dengan pengisian kapiler memanjang.
Diatesis hemoragik seperti ptekie, epistaksis, uji bendung positif, hematemesis ditemukan
pada 60% kasus. Cairan bebas (efusi pleura dan asites) ditemukan pada 29% kasus ( Tabel II).

TABEL II. TANDA-TANDA KLINIS DEMAM BERDARAH

Tanda –tanda Jumlah kasus Persentase


Demam saat masuk 11 11
Denyut nadi lemah 45 45
Hipotensi 45 45
CRT >3 9 9
Diatesis hemoragik 60 60
Hepatomegali 100 100
Cairan bebas (asites, efusi pleura) 29 29
Tidak ada perbedaan statistik yang signifikan dalam penelitian (nilai p 0.245). Analisa
bersamaan dari penelitian diperlukan. Hemokonsentrasi ditunjukkan dengan peningkatan
hematokrit terjadi pada 100% kasus. Trombositopenia terjadi pada 96% kasus. Bukti
sonogfrafi hepatomegali tampak terjadi pada 100% kasus. Kebocoran plasma dalam bentuk
asites dan efusi pleura ditemukan pada 44% kasus. Tidak ada dari pasien yang mengalami
efusi perikardial. Untuk bukti demam berdarah, antigen NS1 merupakan bukti umum, 88%
memiliki NS1 positif, 20% kasus positif IgG, 21 % positif IgM (Tabel III).

TABEL III PEMERIKSAAN PADA DEMAM BERDARAH

Pemeriksaan Jumlah kasus Persentase


Hemokonsentrasi 100 100
Trombositopenia 96 96
Peningkatan SGOT/SGPT 97 97
ASG hepatomegali 100 100
ASG cairan bebas 44 44
Antigen NS1 88 88
IgG 20 20
IgM 21 21

Menurut klasifikasi demam berdarah yang lama, 2% mengalami demam berdarah


sederhana, 23% kasus DHF grade I. 33% kasus adalah DHF grade II. 40% kasus DHF grade
III, DHF grade IV merupakan 2% dari kasus. 42% kasus mengalami demam berdarah berat
(DHF III dan DHF IV) atau syok demam berdarah (DSS). Berdasarkan klasifikasi WHO
2009 yang direvisi, demam berdarah tanpa tanda bahaya didapati pada 3% kasus. Demam
berdarah dengan tanda bahaya didapati pada 47% kasus. Demam berdarah berat didapati pada
50% kasus.
Para pasien diberikan cairan parenteral bersama dengan pengelolaan yang
mendukung. Pemantauan grafik dipantau secara teliti. Cairan parenteral yang digunakan
dalam penelitian adalah 0,9% normal salin dan koloid Dekstran 40. 99.1% kasus diberikan
0.9% NS.
Hanya 1 pasien memerlukan koloid Dekstran 40. Tidak ada perbedaan statistik yang
signifikan dalam proporsi pasien untuk tingkat cairan iv. Resusitasi awal dengan 10ml/kg
bolus dari normal saline dilakukan pada 47% kasus. 2% dari kasus memerlukan 5-
7ml/kg/jam normal saline untuk jangka waktu maksimal 24 jam. 51% pasien memerlukan 3
ml/kg /jam normal saline. Tidak ada perbedaan statistik signifikan dalam proporsi pasien
untuk durasi terapi parenteral.
3% kasus membutuhkan cairan parenteral selama 1 hari. 16% dari pasien memerlukan
cairan intravena selama 2 hari. 32% dari kasus membaik dalam 3 hari. 28% pasien
membutuhkan 4 hari pemberian cairan parenteral. 8% kasus memerlukan cairan intravena
selama 5 hari. 12 % dari kasus dan 1 % kasus membutuhkan cairan iv selama 6 hari dan 1
hari berturut-turut. Pasien yang membutuhkan durasi lebih panjang dari pemberian terapi
parenteral dikaitkan memiliki kondisi medis seperti Thalassemia mayor, sindrom barat,
pneumonitis, dan gastroenteritis. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada
durasi terapi parenteral (nilai p 0.645).
1% kematian terjadi karena pasien datang terlambat dengan disfungsi multi organ
dengan gagal ginjal, edema paru dan ensefalopati. Pasien ini meninggal 6 jam setelah masuk.
99% dari kasus membaik sempurna dari demam berdarah dengan pedoman pengelolaan
cairan WHO dan perawatan suportif (nilai p 0.000).

DISKUSI

Infeksi dengue adalah penyakit sistemik dan dinamis. Infeksi ini memiliki spektrum
klinis yang luas, yang meliputi manifestasi berat dan tidak berat. Setelah masa inkubasi,
penyakit ini mulai secara tiba-tiba dan diikuti oleh tiga fase - demam, masa kritis dan
penyembuhan.
Monitor dari tanda vital sangatlah penting. WHO di tahun 2012 dalam publikasinya “
Buku saku dari manajemen klinis demam berdarah” telah menjelaskan pendekatan bertahap
untuk pengelolaan demam berdarah. Mengatasi kebocoran plasma dan komplikasi telah
menjadi andalan dari pengobatan demam berdarah. Karakteristik yang diteliti adalah usia,
jenis kelamin, kejadian musiman, jumlah hari perawatan, gejala klinis, tanda klinis dan
penelitian. Dalam penelitian ini anak paling muda berusia 3 bulan dan yang tertua berusia 16
tahun. Ada perbedaan yang jelas pada usia diatas 9 tahun terhitung 66% dari total kasus.
Secara statis lebih banyak pasien berusia 12-15 tahun (nilai p 0.010). Pengamatan yang
serupa dilakukan pada penelitian lain. Anak laki-laki lebih dominan pada penelitian ini. Rasio
pria dan wanita 1.38 : 1. Hal ini signifikan secara statistik (nilai p 0.034). Hari-hari masuk
perawatan lebih pada periode 4-9 hari dan signifikan secara statistik (nilai p 0.000).
Penelitian yang serupa dilakukan oleh Celia, dkk. 94% dari kasus butuh masuk perawatan ke
dalam PICU. Secara signifikan lebih banyak pasien dirawat didalam PICU (nilai p 0.000). hal
ini dikarenakan monitor klinis kepada pasien leih baik di PICU. Setelah keadaan
hemodinamik pasien stabil, pasien dipindahkan ke bangsal. Jadi demam berdarah adalah
pokok dari fasilitas kesehatan dan juga untuk pasien. Kamath SR, dkk mempelajari 858 kasus
dengan 109 kasus memerlukan perawatan PICU.
Pola musiman diamati, 21% kasus terjadi pada Juni ke Agustus, 44% kasus terjadi
dari September sampai November, 16 % kasus terjadi pada Desember sampai Februari dan
19% kasus mulai dari Maret sampai Mei. Jumlah maksimum kasus sekitar 65% terjadi dari
Juni sampai November. Hal ini menjelaskan bahwa terjadi pada musim hujan dan setelah
musim hujan di negara ini. Pembiakan nyamuk sangat maksimum pada periode ini karena
banyaknya genangan air di daerah ini. Wonkoon S, dkk juga menjelaskan pola musiman
dengue yang berhubungan dengan musim hujan karena banyaknya sarang nyamuk pada
musim ini.
Riwayat demam terjadi pada setiap kasus. Nyeri abdomen merupakan gejala umum
selanjutnya. Gejala ini dapat lebih tinggi terjadi karena pada anak yang lebih muda sulit
untuk memperoleh riwayatnya. Agarwal A, dll dalam penelitiannya di Delhi, juga mencatat
demam, nyeri abdomen dan muntah sebagai gejala paling umum. Manifestasi perdarahan
yang paling umum adalah hematemesis diikuti oleh epistaksis dan perdarahan kulit. Hal ini
juga serupa dengan penelitian kita. Pengamatan yang serupa diperhatikan dalam penelitian
ini. Tanda-tanda klinis yang diteliti adalah demam saat masuk, denyut nadi lemah dan
hipotensi, lama waktu pengisian kapiler >3 detik, diatesis hemoragik, hepatomegali dan tanda
dari kebocoran cairan seperti asites dan efusi pleura. Meskipun 100% dari kasus memiliki
riwayat demam, hanya 11% dari kasus mengalami demam saat masuk. Hipotensi dengan
denyut nadi lemah ditemukan pada 45% kasus, 9% kasus mengalami CRT > 3 detik
menandakan perfusi jaringan lemah. 100% dari kasus mengalami hepatomegali.
Hepatomegali merupakan tanda umum signifikan (nilai p 0.000). Penelitian yang serupa juga
telah dilakukan pada studi lain.
Hemokonsentrasi, trombositopenia, tes fungsi hati abnormal dalam bentuk
transaminase tinggi, bukti USG menunjukkan hepatomegali bersama dengan asites dan/atau
efusi pleura dan edema dinding kandung empedu. Antigen NS1 ditemukan pada 88% dari
kasus, antibodi IgM demam berdarah pada 21% kasus dan IgG pada 20% kasus. Penelitian
sebelumnya juga melaporkan temuan yang serupa. Tidak ada hubungan antara jumlah
trombosit dan manifestasi perdarahan. Pada penelitian ini, meskipun trombositopenia
ditemukan pada 96% kasus dan hanya 60% kasus mengalami perdarahan.
42% kasus memiliki demam berdarah dengue berat (DHF grade III dan DHF grade
IV). Klasifikasi terbaru dari WHO 2009 demam berdarah berat ditemukan pada 50% kasus.
Pada penelitian ini klasifikasi terbaru memilih beberapa kasus untuk demam berdarah berat.
Penelitian sebelumnya memiliki observasi serupa.
Pada penelitian ini pengelolaan cairan merupakan pokok dari pengobatan, bersamaan
dengan perawatan mendukung. Cairan parenteral yang digunakan adalah 0.9% normal saline,
dekstran. Inotropik seperti dopamin digunakan pada beberapa kasus. Semua kasus memakai
0.9% normal salin (99.1%). Koloid (dekstran) digunakan pada 1 (0.9%) kasus. Penelitian lain
juga mengamati bahwa penggantian dengan cairan intravena merupakan terapi pilihan dan
memiliki hasil yang menguntungkan. Koloid diberikan pada syok yang mendalam. Hal ini
juga diamati dalam penelitian ini.
WHO dalam buku saku pengelolaan demam berdarah 2012, telah menjelaskan
pendekatan bertahap untuk pengelolaan demam berdarah, dimana hanya cairan isotonik yang
disarankan, diikuti dengan pemantauan dari status klinis, keseimbangan cairan dan
hematokrit. Resusitasi cairan disarankan untuk menjaga sirkulasi efektif selama periode
kebocoran. Pengamatan serupa dilakukan oleh orang lain. Kristaloid lebih disukai daripada
koloid. Hal ini dilakukan dalam penelitian ini dan ditemukan pemulihan yang baik pada
pasien. Dalam penelitian ini 100 kasus DBD, ditemukan 99% kasus sembuh dengan baik dari
penyakit. Didapatkan 1% kematian. Peneliti menemukan sangat signifikan statistik korelasi
(nilai p 0,000) untuk pedoman pengobatan yang membantu dalam pemulihan pasien. Kamath
SR, dkk didapatkan 9 kematian dari 858 kasus (1,048%) yang mirip dengan penelitian kami.
Tingkat kematian kami adalah sebanding dalam penelitian ini. Sebuah kecurigaan tinggi
untuk diagnosis awal, pemantauan dan pengelolaan cairan cepat dan pengobatan pendukung
memberi hasil menurunkan angka kematian dari demam berdarah berat.

REFERENSI
1. Agarwal A, Chandra J, Aneja S, Patwari AK, Dutta AK(1998 August). An epidemic of
dengue hemorrhagic fever and dengue shock syndrome in children in Delhi. Indian
Pediatr. 35(8):727-732.
2. Agarwal R, Kapoor S, Nagar R, Tandon R, Mathur A, Misra AK, Srivastav KL, Chaturvedi
UC(1999 Dec). A clinical study of the patients with dengue hemorrhagic fever during the
epidemic of 1996 at Lucknow, India. Southeast Asian j Trop Med Health;30(4):735-740.
3. Celia C. Carlos, Kazunori Oishi, Maria TDD Cinco, Cynthia A Mapua, Shingo Inke, Deu
John M Cruz, Mary Ann M, et al (2005 August).Comparison of clinical features and
hematologic abnormalities between dengue fever and dengue hemorrhagic fever among
children in pediatrics. Am J Trop Med Hyg .;vol73(2):435-440.
4. Chuansumrit A, Puripokai C, Butthep P, Wongtiraporn W, Sasanakul W,
Tangnararachakit K, Chunhakan S, Yoksan S (2010 Mar) . Laboratory predictors of
dengue shock syndrome during the febrile stage. Southeast Asian J Trop Med Public
Health;41(2):326-32.
5. Dengue Fact sheet. WHO SEARO. December 2014.
6. Fabio Rocha Lima, Mariana Garcia Croda DA, Isabella TG, Carla Roberta de MS,
Monique RC, Raquel LAMT and Julia Croda (2013 Oct). Evaluation of the traditional and
revised World Health Organization classifications of dengue cases in Brazil. Clinics (Sao
Paulo);68(10): 1299-1304.
7. Goes Cavalcanti LP, Mota LAM, Lustosa GP, Fortes MC, Loma AAB, Lima AAB,
Coelho ICB, Mourao MAG (2013 Feb). Evaluation of the WHO classification of dengue
disease severity during an epidemic in 2011 in the state of Ceara, Brazil. Mem Inst
Oswaldo Cruz, Rio de Janiero; Vol.109:93-98.
8. Ghosh SK, De S, Sarkar U, Ghosh M, Chaterjee MK, Samanta S (2011 Nov). Clinical
profile of dengue during 2005 outbreak in Kolkata and predictive markers in dengue
hemorrhagic fever. J Indian Med Assoc.; 109(11):790-3.
9. Gubler DJ (2006). Dengue/dengue hemorrhagic fever : history and current status. Novartis
Found Symp.2006;3-16;discussion 16-22,71-3,251-3.
10.GublerDJ(2001 Dec). Dengue, urbanization and Globalization: The Unholy Trinity of the
21st Century. Tropical Medicine and Health; 39(4 Suppl):3-11.
11.Handbook for clinical management of dengue. WHO, July 2012.
12.Jhamb R, Kumar A. Ranga GS, Rathi N (2010 Dec). Unusual manifestations of dengue
outbreak 2009, Delhi, India. J Commun Dis.;42(4):255-61.
13.Joshi R, Baid V(2011 Nov-Dec). Profile of dengue patients admitted to a tertiary care
hospital in Mumbai. Turk J Pediatr.;53(6):626-31.
14.Kabilan L, Balasubramaian S, Keshava SM, Thenmozhi V, Sekhar G, Tewari SC,
Arunachalam R, Rajendran R, Satyanarayana K(2003 Aug). Dengue disease spectrum
among infants in the 2001 Dengue epidemic in Chennai. J Clin Microbiol.;41(8):3919-
3921.
15.Kamath SR, Ranjit S (2006 Oct). Clinical features, complications and atypical
manifestations of children with severe forms of dengue hemorrhaguic fever in South India.
Indian J Pediatr.;73(10):889-95.
16.KaroliRitu,Fatima J, Siddiqi Z, Kazmi KI, Sultania AR(2012). Clinical profile of dengue
infection atteaching hospital in North India. J Infect Dev Ctries.;6(7): 551-554.
17.Murtola TM, Vasan SS, Puwar TI, Govil D, Field RW, Bhavsar-Vyas A, Suaya JA,
Howard M et al(2010). Preliminary estimate of immediate cost of chikungunya and
dengue to Gujarat, India.Dengue bulletin-Volume 34.
18.Narayanan M, Aravind MA, Thilothammal N, Prema R, Sargunam CS, Ramamurty N
(2002 Nov). Dengue fever epidemic in Chennai-a study of clinical profile and outcome.
Indian Pediatr.; 39(11):1027-33
19.Poli L, Chungue E, Soulignac O, Gestas P, Kuo P, Papouin-Rauzy M(1991). Materno-
fetal dengue. Apropos of 5 cases observed during the epidemic in Tahiti(1989). Bull
Soc Pathol Exot.;84(5pt5): 513-21.
20.Prasad D, Kumar C, Jain A, Kumar R(2013 August). Accuracy and applicability of the
revised WHO classification (2009) of dengue in children seen at a tertiary healthcare
facility in northern India. Infection;41(4): 775-82.
21.Suchat Hongsiriwon (2002 March). Dengue Hemorrhagic Fever in Infants. Southeast
Asian J Trop Med Public Health;vol 33(1):49-55.
22.Wiwanitkit V, Manisvanich P (2004 Jan). Can hematocrit and platelet determination on
admission predict shock in hospitalized children with dengue hemorrhagic fever? A
clinical observation from a small outbreak. Clin Appl thromb Hemost;10(1):65-7.
23.Rajpakse S, Rodrigo C, Rajpakse A (2012 July). Infect Drug Resist.; 5:103-112
24.Ranjit S. Kissoon N, JayakumarI (2005 July). Aggressive management of dengue shock
syndrome may decrease mortality rate: a suggested protocol. Pediatr Crit Care Med;6(4):
412-9.
25.Rategeri V, Shepur TA, Wari PK, Chavan SC, Mujahid LB, Yergolkar PM (2005 Aug).
Clinical Profile and Outcome of Dengue Fever Cases.Indian J of Pediatr.; 72(8):705-706.
26.Sirivachayukul C, Limkittikul, Chanthavanich P, Jiwariyavej V, Chokejindachai W,
Pengsaa K, Suvannadabba S, Dulwachai W, Letson GW, Sabchareon A (2012). PloS
Negl Trop Dis. 6(2):e1520.
27.Soni A, Chugh K, Gupta D(2001 Nov). Management of dengue fever in ICU. Indian J
Pediatr. 68 (11): 1051-5.
28.Tantawichien T. Dengue fever and dengue hemorrhagic fever in adolescents and adults.
Pediatr Int Child Health. 2012 May;32 Suppll:22-7
29.Tantracheewathorn T, Tantracheewathorn S (2007 Feb). Risk factors of dengue shock
syndrome in children. J Med Assoc. Thai. 90(2):272-7.
30.Wongkoon S, Jaroensutasinee, M, Jaroensutasinee K(2013 Sep) . Distribution, seasonal
variation and dengue transmission prediction in Sisaket, Thailand. Indian J Med Res.
138(3): 347-353.
31.Yukti Sharma, Mandeep Kaur, Sanjay Jain et al(2012 Aug). Sero prevalence and trend of
dengue cases admitted to a government hospital, Delhi-5 year study(2006-2010): A look
into the age shift. Int J Prev Med.; 3(8):537-543.

Anda mungkin juga menyukai