Sga J3H108069 PDF
Sga J3H108069 PDF
PROGRAM KEAHLIAN
TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PERNYATAAN
Ikan kakap putih (Lates calcarifer) adalah salah satu ikan ekonomis penting
yang berpotensi untuk dibudidayakan dikarenakan pertumbuhannya relatif cepat,
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan budidaya dan mempunyai pangsa
pasar yang cukup besar baik untuk kebutuhan domestik ataupun ekspor. Kegiatan
Praktik Kerja Lapang (PKL) Pembenihan dan Pembesaran Ikan Kakap Putih
(Lates calcarifer) dilaksanakan pada tanggal 1 Maret – 28 Mei 2011. Lokasi yang
dipilih adalah Balai Besar Pengembangan Budidaya laut, Lampung, yang
beralamat di jalan Yos Sudarso, Desa hanura, kec. Padang Cermin, Pasewaran,
Lampung. Tujuan PKL ini adalah mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam segi teknologi budidaya, fasilitas, manajemen budidaya dan keuangan
dalam kegiatan budidaya ikan. Metode kerja dengan melaksanakan dan mengikuti
kegiatan pembenihan dan pembesaran secara langsung, melakukan pengamatan
dan mencatat semua fasilitas yang digunakan, wawancara dengan pihak terkait
dan studi literatur.
Fasilitas utama pembenihan adalah wadah pemeliharaan induk, wadah
pemeliharaan larva, wadah pemeliharaan benih, bak kultur fitoplankton, bak
kultur zooplankton, sistem tata air, dan sistem aerasi. Fasilitas pendukung yang
digunakan adalah energi listrik yang bersumber dari PLN dan bangunan yang
meliputi kantor divisi pembenihan, laboratorium pakan hidup, laboratorium
kesling dan kesehatan ikan, bangsal pembuatan pakan, dan gudang pakan.
Induk ikan kakap putih yang digunakan dalam kegiatan pembenihan di
Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung berjumlah 50 ekor, yang
berasal dari hasil penangkapan dan dari hasil pembesaran benih. Kegiatan
persiapan wadah pemeliharaan induk meliputi penyurutan air, penyiraman kaporit,
pembersihan dasar dan dinding wadah dari lumut, pembilasan dan pengeringan
serta pengisian air. Pakan yang biasa diberikan pada induk kakap putih berupa
ikan rucah dari jenis ikan kuniran dan cumi-cumi secara at satiation. Selain itu,
induk diberi multivitamin dan Nature E setiap seminggu sekali dengan dosis 30
mg/kg ikan. Pergantian air dilakukan setiap harinya dengan sistem air mengalir
selama 24 jam. Sampling kematangan gonad pada induk betina dengan cara
kanulasi, sedangkan pada jantan dilakukan dengan pengurutan (striping) pada
bagian bawah perut. Sex ratio untuk pemijahan ikan kakap adalah 1 : 1 dengan
bobot induk jantan umumnya berkisar antara 2,5 – 4 kg dan bobot induk betina
3,5 kg. Pemijahan ikan kakap putih di BBPBL Lampung dilakukan secara alami.
Pada proses pemijahan dilakukan manipulasi lingkungan yaitu kondisi pasang
surut dan temperatur. Pemijahan berlangsung selama 3 – 5 hari. Ikan akan
memijah pada malam hari sekitar pukul 19.00 WIB – 22.00 WIB,
Penetasan telur dilakukan di wadah penetasan, dilengkapi dengan aerasi dan
air mengalir yang berfungsi agar telur teraduk sehingga tidak saling menempel.
Penetasan telur ikan kakap putih membutuhkan waktu 14 – 17 jam dari
pembuahan dengan FR 87,4 %. Pemeliharaan larva dilakukan di bak semen
persegi panjang dengan volume 9 m3. Pesiapan bak meliputi kegiatan
pembersihan bak, pemberian kaporit 100 ppm, pembilasan dan pengeringan lalu
pengisian air. Jumlah larva yang ditebar sebanyak 63.300 ekor/bak. Pemeliharaan
larva dimulai setelah telur menetas hingga larva berumur 30 hari. Alga
(Nanocloropsis sp) dan Rotifera diberikan pada larva setelah berumur 2 – 3 hari
sampai larva berumur 15 hari, Artemia diberikan mulai berumur 8 – 10 hari
sampai 20 hari dan sampai dengan umur 30 hari, larva diberikan pakan love larva.
Pergantian air dilakukan setiap hari. Grading dilakukan 5 – 6 hari sekali untuk
menghindari sifat kanibalisme.
Setelah dipanen, ikan dihitung satu persatu dan dimasukkan kedalam
kantong packing sambil dilakukan perhitungan jumlah ikan untuk mengetahui
nilai kelangsungan hidup (SR). Nilai rata-rata SR yang didapat selama melakukan
PKL adalah sebesar 39,9 %. Pengepakan dilakukan pada sore hari, menggunakan
kantong plastik yang diisi air dan oksigen dengan perbandingan 1:2 dan benih
sebanyak 1500 ekor/kantong. Ikan yang telah di packing selanjutnya
didistribusikan dengan menggunakan mobil. Daerah pengiriman ikan mencakup
Batam, Bali, Lampung dan sekitarnya. benih yang dipanen dengan standar
panjang 1,5 – 2 cm dijual dengan harga Rp 400,-/ekor dan ukuran 4 – 7 cm (sesuai
dengan permintaan) dijual dengan harga Rp. 900,-/ekor
Fasilitas utama pembesaran adalah karamba jaring apung (KJA), jaring
pemeliharaan, pelampung konstruksi, pemberat jaring, dan jangkar konstruksi.
Fasilitas pendukung yang digunakan berupa fasilitas air tawar, listrik dan
bangunan. Bangunan yang digunakan untuk mendukung kegiatan budidaya pada
balai ini adalah kantor divisi budidaya, laboratorium kesling dan kesehatan ikan,
bangsal pembuatan pakan, dan gudang pakan.
Tahapan kegiatan pembesaran meliputi persiapan wadah, penebaran benih,
pemberian pakan, pencegahan hama dan penyakit, pengelolaan kualitas air,
sampling, pemanenan, pengepakan dan transportasi. Persiapan wadah dilakukan
dengan mencuci dan membersihkan jaring pemeliharaan, kemudian dijemur
sampai kering dan disusun sesuai dengan ukuran. Tahapan pergantian jaring
diawali dengan kegiatan pengecekan kondisi jaring baik dari segi fisik ataupun
kebersihan jaring. Jaring dipasang dan ditempeli pemberat pada keempat sisi
jaring pemeliharaan.
Penebaran benih biasanya dilakukan pada pagi atau sore hari. Benih yang
ditebar berukuran 4 cm sebanyak 51.000 ekor. Benih-benih tersebut dipelihara
secara intensif selama 2 bulan hingga mencapai ukuran 50 gram. Setelah benih
mencapai ukuran tersebut kemudian ditransfer ke unit-unit lain, lalu di pelihara
hingga mencapai ukuran 500 gram sampai 1 kg. Ikan kakap putih diberi pakan
100% pakan buatan berupa pellet. Merk pakan pellet yang digunakan yaitu
Megami yang diproduksi oleh PT. Matahari Sakti.
Jenis hama yang menyerang adalah ikan predator yang merusak sarana
budidaya (barracuda), upaya yang dilakukan adalah pengontrolan secara rutin.
Lalu burung-burung pemangsa ikan (raja udang, blekok, dan elang laut) upaya
yang dilakukan untuk mencegahnya adalah pemasangan cover disetiap unit wadah
budidaya. Sedangkan hama kompetitor yang ditemukan adalah kepiting bakau dan
benih-benih ikan liar yang menjadi pesaing dalam pakan. Upaya yang dilakukan
adalah diambil dengan serokan dan dimusnahkan. Pencegahan penyakit dilakukan
dengan perendaman menggunakan air tawar, sebanyak 2 minggu sekali.
Panen yang dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut
Lampung berukuran antara 300 gr – 400 gr, 400 gr – 700 gr, 700 gr – 1kg.
Packing yang dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut, Lampung,
yaitu dengan menggunakan box staerofoam berukuran 0,8 x 0,5 x 0,5 m dengan
kapasitas 30 – 38 kg ikan dan jumlah es sebanyak 8 – 10 kg. Transportasi yang
digunakan yaitu mobil dengan cakupan pengiriman Batam, Bali, Lampung dan
sekitarnya. Untuk pengiriman ikan dalam kondisi hidup, ikan dimasukkan ke
dalam palka kapal yang telah berisi air dan es dengan suhu 22 0 C serta diberi
aerasi.
Usaha pembenihan ikan kakap putih di Balai Besar Pengembangan
Budidaya Laut, Lampung menghasilkan benih berukuran 4 cm dengan harga jual
ikan kakap putih Rp 900 / cm. Biaya yang dikeluarkan dalam pembenihan ikan
kakap putih yaitu biaya investasi sebesar Rp 328.150.000, biaya tetap Rp
108.281.250 dan biaya variabel Rp 63.180.000. Pendapatan per Tahun (6 Siklus)
Rp 274.066.200 dengan keuntungan Rp 102.604.950, R/C ratio 1,6, BEP unit
156.362,8 ekor, BEP rupiah Rp 140.625.000, HPP Rp 563 dan PP 0,8 tahun.
Usaha pembesaran menghasilkan ikan berukuran 1 kg dengan harga jual Rp
40.000 / kg. Biaya yang dikeluarkan dalam pembenihan ikan kakap putih yaitu
biaya investasi sebesar Rp 564.475.000, biaya tetap Rp 433.408.750 dan biaya
variabel Rp 1.010.006.700. Pendapatan satu siklus Rp 1.836.000.000 dengan
keuntungan Rp 825.993.300, R/C ratio 1.22, BEP unit 24.084,3 ekor, BEP rupiah
Rp 963.130.555, HPP Rp 31.446,7 dan PP 1,02 tahun.
PEMBENIHAN DAN PEMBESARAN IKAN KAKAP PUTIH
(Lates calcarifer) DI BALAI BESAR PENGEMBANGAN
BUDIDAYA LAUT, LAMPUNG
PROGRAM KEAHLIAN
TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Direktur Program Diploma Koordinator Program Keahlian
Tanggal Lulus :
i
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkah, rahmat,
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) yang diberi judul Pembenihan dan Pembesaran Ikan Kakap Putih
(Lates calcarifer) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL)
Lampung, tepat pada waktunya. PKL merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi di Program Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen
Perikanan Budidaya, Program Diploma, Institut Pertanian Bogor.
Laporan PKL ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dorongan dari
semua pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
kedua orang tua dan saudara perempuan yang selalu memberikan do’a, dukungan,
dan kasih sayang serta bantuan secara moril maupun materil selama ini; Bapak Ir.
Irzal Effendi, M.Si selaku Koordinator Program Keahlian Teknologi Produksi dan
Manajemen Perikanan Budidaya; Ibu Wida Lesmanawati, S.Pi selaku Dosen
Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan Laporan PKL
ini; Bapak Drs. Philipus Hartono dan Bapak Amran, S.St.Pi selaku pembimbing
lapangan yang telah mengarahkan penulis selama PKL; Keluarga Bapak Ir. Yon
Vitner, M.Si yang telah mencurahkan perhatian, semangat dan kasih sayangnya
kepada penulis, serta Anugrah Fotocopy (Jeje, Bapake, dan Mamake) yang telah
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. Terima kasih pula penulis
sampaikan kepada Pimpinan dan Staff Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut
Lampung, yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan kegiatan
PKL.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini. Semoga dengan adanya laporan ini dapat
bermanfaat bagi Penulis khususnya dan pembaca umumnya.
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 3
1.3 Waktu dan Tempat ................................................................................. 3
1.4 Metode Kerja ......................................................................................... 3
II. KEADAAN UMUM ..................................................................................... 5
2.1 Sejarah Singkat ...................................................................................... 5
2.2 Lokasi dan Tata Letak ............................................................................ 6
2.3 Organisasi Balai, Sumber Daya Manusia (SDM), dan Strategi ............... 6
III. INFRASTUKTUR DAN SARANA PRODUKSI ...................................... 9
3.1 Infrastruktur dan Sarana Pembenihan ..................................................... 9
3.1.1 Fasilitas Utama ................................................................................... 9
3.1.1.1 Wadah Pemeliharaan dan Pemijahan Induk ................................. 9
3.1.1.2 Wadah Pemeliharaan Larva ......................................................... 9
3.1.1.3 Wadah Pemeliharaan Benih (Pendederan Benih) ....................... 10
3.1.1.4 Bak Kultur Fitoplankton ............................................................ 10
3.1.1.5 Bak Kultur Zooplankton ............................................................ 11
3.1.2 Sistem Tata Air ................................................................................ 11
3.1.2.1 Penyedian Air Laut ................................................................... 11
3.1.2.2 Penyedian Air Tawar ................................................................. 12
3.1.2.3 Sistem Pengaerasian .................................................................. 12
3.1.3 Fasilitas Pendukung.......................................................................... 13
3.1.3.1 Energi Listrik ............................................................................ 13
3.1.3.2 Bangunan .................................................................................. 14
3.2 Infrastruktur dan Sarana Pembesaran ................................................... 16
3.2.1 Fasilitas Utama ................................................................................. 16
iv
DAFTAR TABEL
1. Spesifikasi jaring dan padat penebaran menurut ukuran ikan kakap putih ..... 17
2. Perkembangan telur ikan kakap putih di BBPBL Lampung .......................... 27
3. Nilai SR ikan kakap putih di BBPBL Lampung ............................................ 32
4. Komposisi pupuk untuk bak berkapasitas 1 m3 ............................................. 34
5. Komposisi pupuk untuk bak fiber berkapasitas >1 m3................................... 34
6. Analisa kualitas pakan ikan kakap putih ....................................................... 39
7. Data kualitas air kakap putih ........................................................................ 43
8. Data sampling ikan kakap putih.................................................................... 44
9. Biaya investasi pembenihan ikan kakap putih di BBPBL Lampung .............. 46
10. Biaya penyusutan pembenihan ikan kakap putih ........................................... 47
11. Biaya tetap pembenihan ikan kakap putih di BBPBL Lampung .................... 48
12. Biaya variabel pembenihan ikan kakap putih di BBPBL Lampung ............... 48
13. Biaya investasi pembesaran ikan kakap putih di BBPBL Lampung .............. 52
14. Biaya penyusutan pembesaran ikan kakap putih ........................................... 53
15. Biaya tetap pembesaran ikan kakap putih di BBPBL Lampung .................... 53
16. Biaya variabel pembesaran ikan kakap putih ................................................ 54
viii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan adalah tersedianya telur
dan benih yang berkualitas dan kuantitasnya cukup.
Saat ini, ikan kakap telah menjadi salah satu produk utama perikanan karena
permintaannya di pasar internasional yang relatif lebih tinggi. Negara pengimpor
utama ikan kakap putih meliputi Italia, Spanyol, dan Perancis. Pada tahun 2005,
impor kakap Italia sekitar 8.416 ton, impor Spanyol 4.080 ton dan impor Perancis
sekitar 1.797 ton. Sementara itu, pada tahun 2006 impor Italia mengalami
penurunan menjadi 7.412 ton, impor Perancis sebesar 1.876 ton, dan impor
Spanyol sekitar 3.787 ton. Harga ikan kakap dipasar Eropa sekitar 3,75 €/kg,
kemudian mengalami peningkatan menjadi 4,42 €/kg pada tahun 2006 dengan
ukuran sekitar 300-450 gram. Selain Italia, Spanyol, dan Perancis, Amerika
Serikat juga melakukan impor kakap dalam bentuk segar dan beku. Impor ikan
kakap Amerika Serikat pada tahun 2003 sekitar 16.501 ton, 2004 sekitar 16.081
ton, tahun 2005 sekitar 18.572 ton, tahun 2006 sekitar 17.745 ton, dan tahun 2007
sekitar 19.091 ton (Anonim, 2009).
Produksi ikan kakap putih di Indonesia sebagian besar merupakan hasil
penangkapan dari laut lepas, dan masih sedikit yang diperoleh dari hasil budidaya.
Dalam hal memenuhi permintaan pasar, ikan kakap putih tidak harus diperoleh
dari hasil tangkapan saja. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha penyediaan
stok yang mampu memenuhi pasar dan efisien dalam proses produksinya.selain
itu produksi ikan kakap harus memenuhi standarisasi kualitas dan kuantitas
melalui kegiatan budidaya, terutama dalam hal pembesaran.
Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung sebagai salah satu
penghasil telur dan benih kakap putih mempunyai peran dalam pengembangan
teknologi pembenihan dan penyebaran informasi budidaya kakap putih. Selain itu,
BBPBL Lampung juga sebagai sentra produksi telur dan benih kakap putih yang
berkualitas dan kuantitasnya berkesinambungan.
3
1.2 Tujuan
Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini memiliki tujuan
sebagai berikut :
1. Mengikuti dan melakukan kegiatan pembenihan dan pembesaran ikan kakap
putih (Lates calcarifer) secara langsung di tempat PKL.
2. Menambah pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan mengenai kegiatan
pembenihan dan pembesaran ikan kakap putih (Lates calcarifer) di tempat
PKL.
3. Mengetahui permasalahan dan solusi dalam kegiatan pembenihan dan
pembesaran ikan kakap putih (Lates calcarifer) di tempat PKL.
4. Menerapkan ilmu yang didapat sewaktu kuliah dalam kegiatan budidaya ikan
kakap putih (Lates calcarifer) di tempat PKL.
5. Melakukan pencatatan dan pelaporan selama kegiatan PKL.
daya dan bagian selatan umumnya landai dengan kedalaman kurang dari 5 m,
sedangkan dasar perairan sekitar mulut teluk atau bagian tenggara cukup dalam
yaitu 10-15 m. Teluk Hurun beriklim tropis basah dengan angin laut yang
berhembus dari Samudera Indonesia. Sepanjang tahun angin laut bertiup sedang
dengan kecepatan angin rata-rata 70 km/jam. Musim hujan berlangsung antara
bulan Desember hingga Maret, musim kemarau terjadi pada bulan Juni hingga
September, dan musim peralihan terjadi antara bulan April dan Mei kemudian
bulan Oktober dan November. Jumlah curah hujan per tahun di kawasan Teluk
Hurun berkisar antara 2100-2600 mm.
Subbagian Subbagian
Keuangan Umum
Bidang Bidang
Standarisasi dan Informasi Pelayanan Teknik
a b
Gambar 2. Wadah pemeliharaan induk: (a) Karamba Jaring Apung dan (b) tangki
fiber
3.1.1.2 Wadah Pemeliharaan Larva
Pemeliharaan ikan kakap putih dilakukan di dalam bak beton berukuran 4,5
x 2,5 x 0,8 m3 dengan kapasitas 9 m3, berjumlah 4 unit (Gambar 3). Bak
pemeliharaan larva dilengkapi dengan pipa PVC sebagai saluran inlet berukuran 2
inch, dan saluran outlet berukuran 3 inci. Pada bagian atas bak dilengkapi dengan
pipa PVC berukuran ¾ inch menyerupai huruf T terbalik yang digunakan sebagai
saluran aerasi dari blower ke dalam bak pemeliharaan. Pada pipa saluran aerasi
diberi lubang untuk suplay oksigen. Pada lubang tersebut juga dilengkapi dengan
pengatur aerasi, selang aerasi dengan diameter 1/16 inch, timah pemberat dan batu
aerasi.
10
berukuran ¾ inci yang diberi lubang tiap 1,5 m, serta diberi pemberat berupa batu.
Saluran outlet berhubungan langsung dengan saluran pembuangan utama. Bak
kultur fitoplankton terletak diluar ruangan yang berada di depan hatchery kakap
putih.
a b c
Gambar 7. Penyedian air laut: (a) filter tank, (b) tendon penampungan, (c) pompa
sentrifugal
3.1.2.2 Penyedian Air Tawar
Sumber air tawar di BBPBL Lampung berasal dari sumur bor yang dipompa
dan dialirkan ke tower tempat penampungan air tawar dan selanjutnya dialirkan ke
unit-unit pembenihan dan budidaya melalui pipa distribusi air tawar (Gambar 8).
Pompa yang digunakan pada sumur bor biasanya “jet pump submersible” yang
terbuat dari bahan stainless steel, memiliki kemampuan total head lebih dari 30 m
dengan debit sekitar 400 liter/menit. Air tawar ini tidak digunakan untuk
konsumsi manusia karena salinitasnya berkisar antara 2-3 ppt, selain juga
memiliki kandungan Fe yang cukup tinggi.
bak induk ikan kerapu kertang, pembenihan kuda laut, pembenihan teripang, dan
pembenihan ikan kakap, sedangkan 2 unit root blower dan 1 unit vortex blower
didistribusikan untuk kegiatan kultur plankton, pembenihan ikan kerapu macan,
laboratorium basah, dan bak-bak penggelondongan pada unit kegiatan budidaya.
Udara dari blower didistribusikan melalui pipa jaringan distribusi aerasi yang
terbuat dari bahan PVC diameter 1 – 2 inch dan dihubungkan dengan stopkran,
serta pada bagian ujung selang aerasi dipasang pemberat dari timah dan batu
aerasi.
Gambar 9. Blower
3.1.3.2 Bangunan
Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan
Untuk menunjang kelancaran kegiatan perekayasaan teknologi budidaya
laut, khususnya dalam usaha pengendalian penyakit dan lingkungan, maka
disediakan Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan. Secara teknis
operasional, bagian kesehatan ikan dibagi menjadi 3 laboratorium, yaitu :
1. Laboratorium Hispatologi dan Parasitologi
Laboratorium ini bertugas untuk melakukan diagnosa penyakit ikan melalui
perubahan jaringan dan melakukan diagnosa penyakit yang disebabkan oleh
parasit.
2. Laboratorium Mikrobiologi
Laboratorium ini bertugas untuk melakukan diagnosa penyakit ikan yang
disebabkan oleh jamur dan melakukan pengujian obat bagi yang menyerang
ikan.
3. Laboratorium PCR (Polymerase Chain Reaction)
Laboratorium ini bertugas melakukan diagnosa penyakit berdasarkan pada
pemeriksaan genetik penyebab infeksi, seperti virus dan bakteri.
Kegiatan lingkungan meliputi pengamatan dan monitoring secara
berkelanjutan terhadap kualitas air baik secara fisika, kimia, maupun biologi.
Kegiatan ini dilakukan di beberapa sentral budidaya, kususnya pada objek-objek
perekayasaan, seperti bak induk, bak pemeliharaan larva dan benih, dan di
karamba jaring apung serta dibeberapa tempat yang menjadi objek pengamatan
(Gambar 11).
Asrama
Asrama yang ada di BBPBL Lampung berjumlah 2 unit yang diberi nama
Asrama Kakap dan Asrama Kerapu. Asrama ini digunakan sebagai tempat untuk
menginap bagi para peserta pelatihan dan mahasiswa/i atau siswa/i yang
melakukan PKL, magang, dan penelitian (Gambar 15).
a b
Gambar 15. Asrama: (a) asrama kakap, (b) asrama kerapu
Ruang Pertemuan
Ruang pertemuan ini biasanya digunakan untuk pembukaan dan penutupan
pelatihan, kunjungan resmi atau untuk memberikan pengarahan dari Kepala Balai
kepada pihak-pihak yang terkait (Gambar 16).
Untuk KJA yang diletakkan di daerah terbuka memerlukan jangkar yang beratnya
lebih dari 10 ton. Untuk pemasangan jangkar perlu dilengkapi dengan tali jangkar
yang berdiameter 18 – 20 mm. Panjang tali jangkar yang digunakan biasanya 2,5
– 3 kali kedalaman perairan.
dibutuhkan waktu 6 bulan agar ikan tersebut pulih dari kerusakan maupun stress
yang dialami sebelum ikan tersebut merasa cocok dan beradaptasi dengan
lingkungan yang baru di kolam ataupun jala apung sebelum dapat dipijahkan.
a b
Gambar 21. Persiapan wadah: (a) Penyikatan, (b)Pengeringan bak pemeliharaan induk
22
a b
Gambar 22. Pengelolaan kualitas air: (a) pergantian air, (b) analisa kualitas air
a b
Gambar 23. Pakan induk: (a) pakan rucah, (b) multivitamin untuk
induk Ikan Kakap Putih
a b
c d
Gambar 24. Seleksi induk: (a) pengukuran panjang, (b) pengukuran bobot, (c)
kanulasi untuk betina, dan (d) striping untuk jantan
4.3 Pemijahan
Pemijahan ikan kakap putih di BBPBL Lampung dilakukan secara alami.
Pada proses pemijahan dilakukan manipulasi lingkungan yaitu kondisi pasang
surut dan temperatur, selama bulan terang dan bulan gelap. Manipulasi
lingkungan dilakukan dengan cara menurunkan ketinggian air (air surut) hingga
mencapai kira-kira 40-50 cm dan dibiarkan terkena sinar matahari selama 4 – 5
jam untuk meningkatkan temperatur air sampai 30 – 320C. Sekitar pukul 14.00
WIB, air laut ditambahkan (seolah-olah air pasang) yang akan menyebabkan
temperatur air turun hingga 27 – 280C. Hal ini dilakukan agar kondisi wadah
pemeliharaan sesuai dengan habitat asalnya. Selama pemijahan berlangsung, air
dibiarkan mengalir sepanjang malam melewati saluran outlet menuju saluran
penampungan telur yang berada di bagian pinggir atas bak pemijahan induk, yang
dihubungkan dengan wadah penampungan telur (egg colector).
25
Ikan akan memijah pada malam hari sekitar pukul 19.00 WIB – 22.00 WIB,
Pada saat proses pemijahan berlangsung, kondisi sekitar harus gelap dan sunyi.
Telur hasil pemijahan yang telah dibuahi akan melayang di permukaan dan
terbawa arus air menuju egg colector (Gambar 25). Pemasangan egg colector
dilakukan pada sore hari. Egg colector dipasang di bawah pipa saluran
penampungan telur dan tetap terendam air sehingga telur akan terkumpul di dalam
egg colector.
Selama proses penetasan telur, aerasi tetap diberikan agar telur tidak saling
menempel dan mencegah telur mengendap di dasar perairan, serta dialiri air agar
selalu ada sirkulasi air atau pergantian air kedalam wadah penetasan telur.
Selanjutnya dilakukan perhitungan jumlah telur. Sampel telur diambil dengan
menggunakan cup volume 20 ml kemudian dihitung diatas screen net (Gambar
27). Penghitungan dilakukan dengan menghitung telur satu persatu.
juga sebagai pakan bagi rotifera, selain itu juga untuk mengurangi intensitas
cahaya matahari dan membantu memperbaiki kualitas air. Alga (Nanocloropsis)
dapat mengubah hasil ekskresi yang berbahaya terhadap larva (amonia yang tidak
terionisasi) yang dihasilkan oleh larva, dan rotifera hasil pembusukan sisa-sisa
makanan sehingga mengurangi daya racun nitrit.
Rotifera diberikan setiap hari, sebanyak 2 – 3 ekor/ml pada hari ke dua, 3 –
5 ekor/ml pada hari ke tiga sampai hari ke sepuluh, dan 5 – 10 ekor/ml pada hari
ke sebelas sampai hari ke empat belas. Setiap hari sebelum pergantian air, rotifer
yang tersisa di dalam bak dihitung untuk disesuaikan dengan jumlah rotifera yang
akan diberikan selanjutnya.
Artemia diberikan pada saat larva mulai berumur 8 – 10 hari sampai
berumur 20 hari. Jumlah naupli artemia yang diberikan setiap hari harus
disesuaikan dengan jumlah naupli yang dimakan larva kakap putih, meningkat
sejajar dengan umur ikan. Love larva diberikan pada saat umur 20 hari hingga hari
ke 40 dengan metode pemberian pakan secara ad libitum. Jadwal makan larva
ikan kakap putih dari hari 1 – 40 dapat dilihat pada Gambar 29.
dan, untuk pH dibawah 4 atau diatas 11 dapat menyebabkan kematian bagi larva
yang dipelihara.
Pada pemeliharaan larva digunakan green water system. Kerugian dari
sistem ini adalah cepat terjadi blooming fitoplankton di dalam bak pemeliharaan
larva jika air tidak diganti tepat pada waktunya. Blooming fitoplankton dapat
menyebabkan kematian larva yang tinggi.
Untuk mempertahankan kualitas air media pemeliharaan dilakukan
pergantian air dan penyiponan. Pergantian air mulai dilakukan pada saat larva
berumur 8 – 15 hari sebanyak 5 – 10 %. Dari umur larva 16 hari, pergantian air
dilakukan sebanyak 25 – 50%, kemudian meningkat menjadi 50 – 80%. Setelah
larva berumur 25-30 hari, pergantian air dilakukan secara flow through. Menurut
Sutrisno et.al., (1999) pergantian air untuk larva yang baru menetas sampai umur
15 hari adalah 10 – 15 % setiap hari. Pergantian ini terus ditingkatkan yaitu 30 –
50 % setiap hari untuk larva berumur 15 – 30 hari dan setelah 30 hari pergantian
air bisa mencapai 80 %
akan dapat melewati waring dan yang tersisa adalah ikan yang berukuran besar.
Selain itu sampling dan grading dilakukan untuk penjarangan padat tebar sehingga
pertumbuhan akan menjadi lebih baik dikarenakan persaingan akan pangan
menjadi berkurang. Sampling dan grading kembali dilakukan apabila telah
terlihat adanya perbedaan ukuran dari larva (Gambar 30).
Seperti yang dikemukakan Sutrisno et.al., (1999) bahwa pemilahan ukuran
merupakan hal mutlak yang harus dilakukan pada pemeliharaan larva ikan kakap
putih, karena ikan ini memiliki sifat kanibalisme yang cukup tinggi terutama jika
terdapat perbedaan atau ketidakseragaman ukuran yang cukup mencolok.
Perbedaan ukuran mulai terjadi pada saat larva berumur 15 hari karena adanya
pertumbuhan ikan yang terlalu cepat atau sangat lambat.
4.6 Pemanenan
Pemanenan dilakukan ketika benih kakap putih telah mencapai ukuran jual
ketika telah mencapai umur 40 hari dengan ukuran 4 cm. Peralatan yang
digunakan ketika pemanenan adalah keranjang kotak serta serokan untuk
mengambil ikan. Sebelum melakukan pemanenan ikan terlebih dahulu
dipuasakan. Hal ini dilakukan agar ikan tidak melakukan metabolisme yang tinggi
pada saat pengiriman yang dapat menyebabkan turunnya kualitas air akibat
eksresi dari ikan. Selanjutnya air pada bak pendederan disurutkan ketinggiannya
hingga menjadi 30 cm untuk memudahkan menangkap ikan, kemudian ikan mulai
ditangkap dengan menggunakan serokan dan kemudian ditampung pada rombong
yang telah disiapkan didalam bak.
Setelah ikan terkumpul semua pada rombong, ikan dihitung satu persatu dan
dimasukkan ke dalam kantong packing. Perhitungan jumlah ikan dilakukan untuk
mengetahui nilai kelangsungan hidup (survival rate). Nilai SR didapat dengan
32
membagi jumlah benih yang dihasilkan selama pemeliharaan dengan jumlah tebar
awal larva, nilai rata-rata SR yang didapat selama melakukan PKL adalah sebesar
39,9 % (Tabel 3). Jumlah benih pada akhir pemeliharaan adalah 50.753 ekor
dengan jumlah tebar awal adalah 127.200 ekor.
Tabel 3. Nilai SR ikan kakap putih di BBPBL Lampung
Bak Awal tebar Jumlah benih Nilai SR (%)
Pemeliharaan (ekor) akhir (ekor)
Bak 1 63.600 25.673 40,4
Bak 2 63.600 25.080 39,4
Jumlah 127.200 50.753 39,9
a b
d c
Gambar 31. Tahapan packing: (a) pengisian benih, (b) pemberian oksigen, (c)
penyegelan, dan (d) pengangkutan
Pada kultur skala semi massal ini digunakan pupuk cair (pupuk Conway)
dengan standar pemakaian 2 ml/L air laut. Kultur di lakukan di dalam akuarium
berkapasitas 80 L dengan menggunakan bibit inokulan kurang lebih 6 – 15 L.
Setelah 4 – 6 hari, kultur dapat dipanen dan dijadikan inokulan pada kultur skala
massal.
Kultur massal dilakukan di bak berkapasitas 1 m3 dan diberi pupuk dengan
komposisi seperti pada Tabel 4. Sedangkan untuk kultur di bak-bak fiber dengan
kapasitas lebih dari 1 m3, pupuk yang digunakan adalah pupuk pertanian dengan
komposisi seperti pada Tabel 5.
Tabel 4. Komposisi pupuk untuk bak berkapasitas 1 m3
Pupuk Dosis
KNO3 100 gr/m3 air laut
Na2HPO4 12H2O 10 Gr/m3 air laut
FeCl3 6H2O 3 gr/m3 air laut
V. KEGIATAN PEMBESARAN
b c
d e
Gambar 35. Persiapan jaring: (a) penjemuran jaring, (b) pemasangan jaring, (c)
pengecekan jaring (d) pemasangan pemberat, dan (e) pengikatan
jaring Benih
5.1.2 Penebaran ke konstruksi KJA
Benih merupakan salah satu sarana produksi penting yang dibutuhkan dalam
kegiatan pembesaran, dan benih menjadi faktor pembatas produksi akuakultur.
Kebutuhan benih harus tepat jumlah, mutu, waktu, dan harga. Penebaran benih
bertujuan untuk menempatkan ikan pada wadah kultur dengan dengan padat
penebaran (stocking density). Padat penebaran benih adalah jumlah (biomassa)
benih yang ditebar persatuan luas atau volume. Padat penebaran benih akan
menentukan tingkat intensitas pemeliharaan. Semakin tinggi padat penebaran
benih berarti semakin tinggi intensitas pemeliharaannya.
39
Pellet Megami memiliki nilai konversi pakan (FCR) sebesar 1,5 yang
artinya setiap 1,5 kg pakan yang diberikan akan menghasilkan bobot daging
sebesar 1 kg. Konversi pakan adalah jumlah pakan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 kg daging atau rasio antara bobot pakan yang dibutuhkan dan
bobot daging ikan yang di produksi atau food convertion rate (FCR) (Effendi,
2004). Semakin rendah nilai konversi pakan, artinya semakin efisien pakan yang
digunakan tersebut karena biaya produksi untuk pakan yang dibutuhkan pun
semakin rendah.
penyakit berupa parasit (Benedenia sp, Trichodina sp, Schutia Sp, Dactylogyrus
sp), Bakteri gram (+) (Stretococcus sp) dan Bakteri Gram (–) (Tenacibaculum
maritimum sp).
Pencegahan penyakit dilakukan dengan merendam ikan dalam air tawar
secara rutin. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan pergantian jaring setiap
satu minggu sekali. Perendaman air tawar dilakukan dengan menggunakan ember
dengan volume 20 liter. Ikan diangkat dengan menggunakan keranjang lalu
dimasukkan ke dalam ember yang berisi air tawar. Perendaman ikan dilakukan
selama 5 – 10 menit (Gambar 39).
5.2 Pemanenan
Panen yang dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut
Lampung adalah panen hidup. Pada panen hidup biasanya ukuran ikan yang
dipanen hanya antara 300 gr – 400 gr, 400 gr – 700 gr, 700 gr – 1kg. Tahapan
pemanenan untuk panen hidup dimulai dengan menyekat jaring yang akan
dipanen untuk mempersempit ruang gerak ikan. Ikan diserok menggunakan
keranjang serok lalu dimasukkan ke dalam box fiber untuk dianastesi
menggunakan minyak cengkeh dengan dosis 25 ppm. Setelah itu ikan dimasukkan
ke dalam keranjang gantung untuk ditimbang.
45
Nilai
Harga/unit Joint Cost
No Jenis Investasi Jumlah Satuan Investasi
(Rp) (Rp)
(Rp)
15 Genset 1 unit 15.000.000 15.000.000 7.500.000
16 Vortex blower 2 unit 8.000.000 8.000.000 4.000.000
17 Pompa air 4 unit 1.500.000 6.000.000 3.000.000
18 Filter air 2 unit 100.000 200.000 200.000
19 Freezer 1 unit 1.000.000 1.000.000 500.000
20 Instalasi listrik 1 paket 1.000.000 1.000.000 500.000
Jumlah 500.300.000 328.150.000
6.1.5 Penerimaan
Penerimaan adalah jumlah yang diperoleh dari hasil penjualan ikan selama
satu siklus. Jumlah benih yang ditebar 127.200 ekor dengan SR (survival rate)
39,9 % dan size panen 4 cm/ekor, dengan harga jual/cm Rp. 900,-, perhitungan
penerimaan sebagai berikut.
Produksi benih per siklus = 127.200 ekor x 39,9%
= 50.753 ekor
Produksi benih per tahun (6 siklus) = 50.753 ekor x 6 siklus
= 304.518 ekor
Penerimaan per tahun = Produksi benih/tahun x Harga Jual
= 304.518 ekor x Rp 900
= Rp. 274.066.200,-
Biayatetap
BEP (unit)
Biaya var iabel
h arg a
Jumlahproduksi
Rp.108.281.250
BEP (unit)
Rp.63.180.000
Rp.900
304.518ekor
= 156.362,8 ekor/tahun
51
Biayatetap
BEP ( Rp )
Biaya var iabel
1
Penjualan
Rp.108.281.250
BEP ( Rp )
Rp.63.180.000
1
Rp.274.066.200
= Rp. 140.625.000
Kegiatan pembesaran ikan kakap putih akan mengalami titik impas pada
penjualan sebesar Rp. 140.625.000 atau jumlah hasil produksi sebanyak 156.362,8
ekor.
6.2.1 Investasi
Biaya Investasi yang diperlukan untuk pembesaran ikan kakap putih sebesar
Rp 564.475.000,- dengan biaya penyusutan Rp. 101.721.000,-. Rincian biaya
investasi dapat dilihat pada Tabel 13 dan rincian biaya penyusutan dapat dilihat
pada Tabel 14.
Tabel 13. Biaya investasi pembesaran ikan kakap putih di BBPBL Lampung
Nilai
Harga/unit Joint Cost
No Jenis Investasi Jumlah Satuan Investasi
(Rp) (Rp)
(Rp)
1 KJA kayu dan rumah
2 unit 275.000.000 550.000.000 550.000.000
jaga
2 Kapal mesin fiber 1 unit 15.000.000 15.000.000 7.500.000
3 Scoopnet (keranjang
5 unit 50.000 250.000 125.000
serok)
4 Timbangan kasar 1 unit 200.000 200.000 100.000
5 Timbangan gantung 1 unit 150.000 150.000 75.000
6 Ember 6 unit 25.000 150.000 75.000
7 Genset 1 unit 10.000.000 10.000.000 5.000.000
8 Instalasi aerasi 1 paket 200.000 200.000 100.000
9 Instalasi listrik 1 paket 500.000 500.000 250.000
10 Penyemprot jaring 1 unit 2.500.000 2.500.000 1.250.000
Jumlah 578.950.000 564.475.000
53
Biayatetap
BEP (unit)
Biaya var iabel
h arg a
Jumlahproduksi
56
Rp. 433,408,750
BEP (unit)
Rp.1.010.006.700
Rp.40.000
45.900kg
= 24.084,3 kg
Biayatetap
BEP ( Rp )
Biaya var iabel
1
Penjualan
Rp.433.408.750
BEP ( Rp )
Rp.1.010.006.700
1
Rp.1.836.000.000
= Rp. 963.130.555
VII. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2009. Warta Pasar Ikan “Kakap Besar di Nama
dan Nilai”. http://wpi.dkp.go.id/warta (18 April 2011).
Kordi, KM. 1997. Biologi dan Teknik Budidaya kakap Putih. Dahara Prize:
Semarang
Sugama,K. dan Wijono, 1995. Teknologi Pembenihan dan Pengadaan Ikan Laut.
Prosiding Temu Usaha Permasyarakatan Teknologi Karamba Jaring Apung bagi
Budidaya laut: Jakarta.
Sunyoto, P., dan A. Basyarie. 1990. Batas Waktu Pemberian Jasad Pakan Larva
Kakap Putih (Lates calcarifer). Jurnal Penelitian Budidaya Pantai. Terbitan
Khusus No.1:21-23.
LAMPIRAN
60